HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil XRD
|
|
- Harjanti Atmadja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 9 Hasil XRD HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi dengan difraktometer sinar-x bertujuan untuk mengetahui fasa kristal yang terdapat dalam sampel, mengetahui parameter kisi dan menentukan ukuran kristal. Sebelum pembuatan CaTiO 3, terlebih dahulu dilakukan karakterisasi kedua prekursor yang akan digunakan, yaitu TiO 2 dan CaO yang diperoleh dari kalsinasi cangkang telur itik. Pola XRD TiO 2 diperlihatkan pada Gambar 14. Gambar tersebut menunjukkan adanya puncak- puncak difraksi dengan intensitas cukup tinggi pada sudut 2θ = 25,46, 37,94, 48,18, 54, 55,2 dan 62,8 yang merupakan puncak TiO 2 anatase yang bersesuaian dengan data JCPDS TiO 2 ( ) yang diperlihatkan pada Lampiran 8. Pola XRD CaO diperlihatkan pada Gambar 15. Gambar tersebut menunjukkan masih terdapat CaCO 3 pada sudut 2θ = 22,96, 29,28, 39,26, 42,94, 47,26, 48,46, 50,74, 57,24 yang bersesuaian dengan data JCPDS CaCO 3 ( ). Sedangkan CaO dapat dilihat pada sudut 2θ = 17,88, 34,02, 35,82, 54,22, 50,74, 64,44. Gambar 16 pola XRD CaTiO 3 pada sampel 800 C(PH) bisa diamati bahwa puncak kalsium titanat lebih banyak terbentuk yaitu pada sudut 2θ = 33,18, 47,6, 59,28, 69,58.Gambar 17 memperlihatkan pola XRD sampel 900 C(PH) dimana lebih banyak terbentuk kalsium titanat dengan intensitas tinggi pada 2θ = 23,4, 33,3, 47,66, 54,42, 69,92 yang bersesuaian dengan data JCPDS CaTiO 3 ( ) yang diperlihatkan pada Lampiran 8, walaupun masih terdapat sedikit fasa CaO dan TiO 2. Gambar 18 memperlihatkan pola XRD sampel 700 C dimana paling sedikit terbentuk kalsium titanat yaitu pada sudut 2θ = dan dan banyak terdapat fasa TiO 2. Gambar 19 memperlihatkan pola XRD sampel 800 C banyak terbentuk kalsium titanat pada sudut 2θ = 23,1,32,98, 47,46, 59,2, 69,24, dimana intensitasnya lebih rendah dan fasa TiO 2 dan CaO lebih sedikit terbentuk dibandingkan sampel 700 C. Gambar 20 memperlihatkan pola XRD sampel 900 C banyak terbentuk Dari pola XRD, kelima sampel memiliki puncak CaTiO 3. Puncak tertinggi dari setiap sampel adalah milik CaTiO 3.. Sampel 800 C(PH) pada sudut 2θ = 25.36, sampel 900 C(PH) pada sudut 2θ = 33.27, sampel 700 C pada sudut 2θ = 25.34, sampel 800 C pada sudut 2θ = 32.95, sedangkan sampel suhu 900 C pada sudut 2θ = Pola XRD yang dihasilkan memperlihatkan bahwa lebih banyak terbentuk kalsium titanat dengan menggunakan metode sintering. dibandingkan diberi pemberat logam. Metode sintering menyebabkan terbentuknya ikatan antara CaO dan TiO 2, dimana dipengaruhi juga oleh faktor suhu dapat diamati pada sampel 900 C(PH) lebih banyak terbentuk kalsium titanat dengan intensitas tinggi dibandingkan sampel 700 C, 800 C(PH), 900 C, dan 800 C yang memiliki kalsium titanat dengan intensitas rendah. A =Anatase Gambar 14 Pola XRD TiO 2.
2 10 Gambar 15 Pola XRD CaO. Gambar 16 Pola XRD 800 C(PH).
3 11 Gambar 17 Pola XRD 900 C(PH). Gambar 18 Pola XRD 700 C.
4 12 Gambar 19 Pola XRD 800 C. Gambar 20 Pola XRD 900 C.
5 13 Hasil XRD sampel dengan suhu dan metode yang digunakan bervariasi dan kenaikan suhu yang sama, masing masing sampel memiliki puncak CaTiO 3 dengan intensitas yang berbeda, walaupun masih muncul puncak TiO 2 dan CaO pada masing masing sampel. Artinya dalam semua sampel telah terbentuk kalsium titanat. Pola difraksi dipengaruhi oleh ukuran kristal, semakin kecil ukuran kristal maka pola difraksi akan semakin lebar. Ukuran kristal dihitung menggunakan formula Scherrer, dengan persamaan t (hkl) = 0,9 λ...(11) BCosθ dimana t adalah ukuran kristal (nm) pada bidang hkl, λ adalah panjang gelombang sinar-x(nm), B adalah FWHM (Full Width at Half Maximum) dalam radian, dan θ adalah setengah sudut difraksi. Bidang yang sering digunakan untuk menghitung ukuran kristal adalah bidang yang memiliki puncak yang cukup tinggi. Data ukuran kristal dari kelima sampel dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 ukuran kristal CaTiO 3 dihitung menggunakan formula Scherrer. Ukuran kristal berbanding terbalik dengan harga FWHM. Semakin kecil nilai FWHM menunjukkan ukuran kristal yang semakin besar. Hal ini menunjukan bahwa pada suhu tinggi menghasilkan ukuran kristal yang lebih besar. Tabel 1 Ukuran kristal sampel No Sampel 2θ cosθ FWHM (rad) t(nm) C(PH) 25,3630 0,9756 7,875E-3 36, C(PH) 33,2723 0,9581 5,569E-3 51, C 25,3413 0,9756 7,656E-3 37, C 32,9575 0,9589 7,250E-3 39, C 25,4601 0,9754 6,786E-3 41,89 Tabel 2 Parameter kisi CaTiO 3 yang dihitung dengan metode Cohen No Sampel Parameter Kisi Persen Ketepatan a(å) a C( PH) 115,30 99, C(PH) 15,24 99, C 15,16 99, C 15,23 99, C 15,26 99,907 Perhitungan parameter kisi menggunakan metode Cohen berdasarkan data 2θ, hkl, dan panjang gelombang. Data parameter kisi dari 5 serbuk CaTiO 3 yang dapat dilihat pada Tabel 2. Persen ketepatan dihitung dengan membandingkan hasil hitungan dengan nilai literatur, yaitu a=b=c=15,25å. Persen ketepatan meningkat dengan meningkatnya suhu dan dipengaruhi juga dengan metode sintering. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa parameter kisi berada pada kisaran nilai parameter CaTiO 3, sehingga dapat dikatakan bahwa fasa yang terbentuk adalah kalsium titanat. Data parameter kisi dari kelima sampel dapat dilihat pada Tabel 2. Persen ketepatan yang paling tinggi untuk parameter kisi diperoleh pada sampel 900 C(PH), sedangkan pada sampel hasil pemanasan 700 C memiliki persen ketepatan yang kurang baik yaitu 99,426% karena suhu yang rendah diantara pemanasan dan tidak menggunakan metode sintering tapi hanya diberi pemberat logam sehingga terdapat sedikit kalsium titanat. Secara keseluruhan hasil pemanasan 900 C(PH) memiliki hasil terbaik jika dilihat dari ketepatan parameter kisi. Analisis Morfologi sampel Hasil observasi sampel dengan SEM diamati pada bagian permukaan pelet yang dapat dilihat dalam Gambar 21. Perbesaran yang digunakan adalah Hasil observasi sampel 700 C, sampel 800 C dan sampel 900 C(PH). Ukuran butir pada sampel 900 C(PH) bagian permukaan terlihat lebih besar dibandingkan dengan sampel 800 C dan 700 C. Hal ini diperkuat dengan hasil perhitungan ukuran kristal dari hasil pola XRD. Ukuran Kristal sampel 900 C(PH) adalah 51,96 nm sedangkan sampel 800 C adalah 39,88 nm dan sampel 700 C adalah 37,12 nm. Berdasarkan hasil SEM pada Gambar 21, bagian permukaan sampel 700 C memiliki ukuran butir yang berdiameter 0,2 m dan sampel 800 C berdiameter 0,3 m sedangkan sampel 900 C(PH) berdiameter 0,4 m. Kenaikan suhu mengakibatkan meningkatnya energi getaran termal, yang kemudian mempercepat difusi atom melalui batas butir, dari butiran yang kecil menuju yang lebih besar (Vlack V. 1995).
6 14 (a) (b) Gambar 22 Perubahan nilai kapasitansi kalsium titanat terhadap variasi frekuensi pada sampel 700 C. (c) Gambar 23 Perubahan nilai kapasitansi kalsium titanat terhadap variasi frekuensi pada sampel 800 C. Gambar 21 Morfologi (a) 700 C, (b) 800 C, (c) 900 C(PH). Nilai Kapasitansi Kalsium titanat Pengukuran ini bertujuan mencari pengaruh frekuensi terhadap kapasitansi dan konstanta dielektrik kalsium titanat dengan variasi sampel 900 C(PH), 800 C dan 700 C. Tabel hasil pengukuran dan perhitungan nilai kapasitansi kalsium titanat dapat ditampilkan pada Lampiran 2, 3 dan 4, sedangkan grafik hubungan antara kapasitansi dengan frekuensi ditunjukkan pada Gambar 22, 23 dan 24. Gambar 24 Perubahan nilai kapasitansi kalsium titanat terhadap variasi frekuensi pada sampel 900 C(PH).
7 15 Gambar 22 memperlihatkan nilai kapasitansi pada sampel 700 C dalam kisaran frekuensi 20 Hz 5 KHz. Pada frekuensi 20 Hz dengan nilai kapasitansi 5,507 nf dan frekuensi 5 KHz nilai kapasitansinya adalah 0, nf. Dari gambar terlihat bahwa pada sampel 700 C memiliki nilai kapasitansi paling kecil pada frekuensi yang sama. Jadi semakin besar suhu maka kapasitansi semakin besar. Gambar 23 memperlihatkan nilai kapasitansi pada sampel 800 C dalam kisaran frekuensi 20 Hz 5 KHz. Pada frekuensi 20 Hz dengan nilai kapasitansi 35,24633 nf dan frekuensi 5 KHz nilai kapasitansinya adalah nf. Dari gambar terlihat bahwa nilai kapasitansi semakin kecil dibandingkan sampel 900 C (PH). Gambar 24 memperlihatkan nilai kapasitansi pada sampel 900 C(PH) dalam kisaran frekuensi 20 Hz 5 KHz. Pada frekuensi 20 Hz dengan nilai kapasitansi 75,259 nf dan frekuensi 5 KHz nilai kapasitansinya adalah 0,35924 nf. Dari gambar terlihat bahwa semakin besar frekuensi maka nilai kapasitansi semakin kecil.. Dari Gambar 22, 23, dan 24 terlihat bahwa hasil pengukuran dari nilai kapasitansi terhadap variasi frekuensi yang digunakan cenderung mengalami penurunan, dengan kata lain semakin meningkatnya frekuensi yang diberikan maka kapasitansi yang dihasilkan semakin kecil. Hasil pengukuran kapasitansi dengan LCR meter pada sampel 700 C, 800 C dan 900 C(PH) dapat dilihat pada Lampiran 2, 3 dan 4. Gambar 25 Perubahan nilai konstanta dielektrik kalsium titanat terhadap variasi frekuensi pada sampel 700 C. Gambar 26 Perubahan nilai konstanta dielektrik kalsium titanat terhadap variasi frekuensi pada sampel 800 C. Konstanta Dielektrik Kalsium Titanat Pengukuran ini bertujuan melihat perubahan frekuensi terhadap konstanta dielektrik dan membandingkan nilai konstanta dielektrik hasil perhitungan LCR meter dengan osiloskop digital melalui proses pengisian dan pengosongan kapasitor pada sampel 700 C, 800 C, dan 900 C(PH). Gambar 25 memperlihatkan hubungan konstanta dielektrik dengan frekuensi dengan frekuensi 20 Hz 5 KHz. Pada frekuensi 20 Hz nilai konstanta dielektrik 3 5,20 10 dan frekuensi 5 KHz nilai 2 konstanta dielektriknya 1, Gambar 27 Perubahan nilai konstanta dielektrik kalsium titanat terhadap variasi frekuensi pada sampel 900 C(PH).
8 16 Gambar 28 Pengisian dan Pengosongan kapasitor pada sampel 700 C. Gambar 29 Pengisian dan Pengosongan kapasitor pada sampel 800 C. Gambar 30 Pengisian dan Pengosongan kapasitor pada sampel 900 C(PH). Gambar 26 dengan frekuesi 20 Hz nilai 4 konstanta dielektrik 3,33 10 dan frekuensi 5 KHz nilai konstanta dielektrik 2 adalah 2, Gambar 27 dengan frekuensi 20 Hz dengan nilai konstanta 4 dielektriknya 6,83 10 dan frekuensi 5 KHz nilai konstanta dielektrik adalah 2 3,39 10 nf. Dari Hasil pengukuran konstanta dielektrik pada sampel 700 C, 800 C dan 900 C(PH) dapat dilihat pada Lampiran 2, 3 dan 4. Dari grafik dapat terlihat jelas bahwa semakin besar frekuensi maka nilai konstanta dielektrik semakin kecil.nilai konstanta dielektrik dapat berubah karena perubahan frekuensi yang diberikan sehingga perubahan tegangan AC nya cepat dimana polaritas dan dipol akan berubah atau dipengaruhi juga oleh energi yang hilang dari sinyal AC akibat melewati keseluruhan bahan dielektrik sehingga nilai konstanta dielektrik berubah (Bob Neves. 1996), yang dapat dilihat dari persamaan dibawah ini: 1 X C (1) C dimana: 2 fc Dari persamaan (1) didapat hubungan frekuensi dan kapasitansi 1 f. (2) 2 CX C C k C dimana: 0 Dari persamaan (2) didapat hubungan frekuensi dan konstanta dielektrik 1 f.. (3) 2 kc0 X C Perbedaan nilai konstanta dielektrik dengan frekuensi 1 KHz dari LCR meter tidak jauh berbeda dengan osiloskop digital yaitu: pada sampel 700 C konstanta dielektrik adalah 220 sedangkan pada osiloskop digital adalah 147. Pada sampel 800 C konstanta dielektik LCR meter adalah 1190 sedangkan pada osiloskop digital 1010, pada sampel 900 C(PH) konstanta dielektrik LCR meter adalah 1580 sedangkan pada osiloskop digital Dari gambar terlihat pada sampel 900 C(PH) konstanta dielektriknya lebih bagus dibandingkan suhu 800 C dan 700 C karena pada sampel 900 C(PH) lebih banyak terdapat kalsium titanat dan proses nya dengan metode sintering. Hasil perhitungan konstanta dielektrik dengan osiloskop pada sampel 700 C, 800 C dan 900 C(PH) selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5, 6, dan 7.
HASIL DAN PEMBAHASAN. Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer
7 Keterangan Gambar 7 : 1. Komputer 2. Ocean Optic USB 2000 Spektrofotometer 3. Sumber Cahaya (Polikromatis) 4. Fiber Optik 5. Holder 6. Samp 7. Gambar 7 Perangkat spektrofotometer UV-VIS. Karakterisasi
Lebih terperincidengan panjang a. Ukuran kristal dapat ditentukan dengan menggunakan Persamaan Debye Scherrer. Dilanjutkan dengan sintering pada suhu
6 Dilanjutkan dengan sintering pada suhu 900⁰C dengan waktu penahanannya 5 jam. Timbang massa sampel setelah proses sintering, lalu sampel dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan FTIR. Metode wise drop
Lebih terperinciTabel 3.1 Efisiensi proses kalsinasi cangkang telur ayam pada suhu 1000 o C selama 5 jam Massa cangkang telur ayam. Sesudah kalsinasi (g)
22 HASIL PENELITIAN Kalsinasi cangkang telur ayam dan bebek perlu dilakukan sebelum cangkang telur digunakan sebagai prekursor Ca. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, kombinasi suhu
Lebih terperinciKarakteristik Dielektrik Sampel CaTiO 3 Hasil Sintesis Hidrotermal Cangkang Telur dan TiO 2 LINDA PERMATA SARI
Karakteristik Dielektrik Sampel CaTiO 3 Hasil Sintesis Hidrotermal Cangkang Telur dan TiO 2 LINDA PERMATA SARI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 20%, 30%, 40%, dan 50%. Kemudian larutan yang dihasilkan diendapkan
6 didalamnya dilakukan karakterisasi XRD. 3.3.3 Sintesis Kalsium Fosfat Sintesis kalsium fosfat dalam penelitian ini menggunakan metode sol gel. Senyawa kalsium fosfat diperoleh dengan mencampurkan serbuk
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN BaTiO 3 merupakan senyawa oksida keramik yang dapat disintesis dari senyawaan titanium (IV) dan barium (II). Proses sintesis ini dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti suhu, tekanan,
Lebih terperinci3.5 Karakterisasi Sampel Hasil Sintesis
7 konsentrasi larutan Ca, dan H 3 PO 4 yang digunakan ada 2 yaitu: 1) Larutan Ca 1 M (massa 7,6889 gram) dan H 3 PO 4 0,6 M (volume 3,4386 ml) 2) Larutan Ca 0,5 M (massa 3,8449) dan H 3 PO 4 0,3 M (volume
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 SINTESIS SBA-15 Salah satu tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan material mesopori silika SBA-15 melalui proses sol gel dan surfactant-templating. Tahapan-tahapan
Lebih terperinciPengaruh Suhu Sintering Pada Pembuatan Strontium Titanat (SrTiO 3 ) Terhadap Konstanta Dielektrik Menggunakan Metode Co-Precipitation
ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2017) Vol. 7 No.1 halaman 28 April 2017 Pengaruh Suhu Sintering Pada Pembuatan Strontium Titanat (SrTiO 3 ) Terhadap Konstanta Dielektrik Menggunakan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal
30 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Suhu Sinter Terhadap Struktur Kristal Hasil karakterisasi struktur kristal dengan menggunakan pola difraksi sinar- X (XRD) keramik komposit CS- sebelum reduksi
Lebih terperinciBAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN
29 BAB 4 DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian XRD Hasil Pengeringan Pada pengujian XRD material TiO 2 hasil proses sol-gel hanya sampai proses pengeringan ini, akan dibandingkan pengaruh perbedaan molaritas
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan yaitu eksperimen. Pembuatan serbuk CSZ menggunakan cara sol gel. Pembuatan pelet dilakukan dengan cara kompaksi dan penyinteran dari serbuk calcia-stabilized
Lebih terperinciBab IV Hasil Dan Pembahasan
33 Bab IV Hasil Dan Pembahasan Pada bagian ini dilaporkan hasil sintesis dan karakterisasi dari senyawa-senyawa yang disintesis. Sampel dipreparasi dengan menggunakan proses sonikasi pada campuran material-material
Lebih terperinciSintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi
Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi NURUL ROSYIDAH Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Pendahuluan Kesimpulan Tinjauan Pustaka
Lebih terperinciANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA
ANALISIS FASA KARBON PADA PROSES PEMANASAN TEMPURUNG KELAPA Oleh : Frischa Marcheliana W (1109100002) Pembimbing:Prof. Dr. Darminto, MSc Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZED ZIRCONIA (CSZ)
PENGARUH PENAMBAHAN BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZED ZIRCONIA (CSZ) Juari 1, Salomo 2, D. G. Syarif 3 1 Mahasiswa Program Studi S1 Fisika 2 Bidang Fisika
Lebih terperinciKarakterisasi XRD. Pengukuran
11 Karakterisasi XRD Pengukuran XRD menggunakan alat XRD7000, kemudian dihubungkan dengan program dikomputer. Puncakpuncak yang didapatkan dari data pengukuran ini kemudian dicocokkan dengan standar difraksi
Lebih terperinciPENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 )
PENGARUH SUHU SINTER TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KERAMIK CALCIA STABILIZIED ZIRCONIA (CSZ) DENGAN PENAMBAHAN 0.5% BORON TRIOXIDE (B 2 O 3 ) H.Kurniawan 1), Salomo 2), D.Gustaman 3) 1) Mahasiswa Program
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.
10 dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil sintesis paduan CoCrMo Pada proses preparasi telah dihasilkan empat sampel serbuk paduan CoCrMo dengan komposisi
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb.unit) Intensitas (arb. unit) Intensitas 7 konstan menggunakan buret. Selama proses presipitasi berlangsung, suhu larutan tetap dikontrol pada 7 o C dengan kecepatan
Lebih terperinci4 Hasil dan Pembahasan
4 Hasil dan Pembahasan 4.1 Sintesis Padatan TiO 2 Amorf Proses sintesis padatan TiO 2 amorf ini dimulai dengan melarutkan titanium isopropoksida (TTIP) ke dalam pelarut etanol. Pelarut etanol yang digunakan
Lebih terperinciUji Kekerasan Sintesis Sintesis BCP HASIL DAN PEMBAHASAN Preparasi Bahan Dasar
dilapisi bahan konduktif terlebih dahulu agar tidak terjadi akumulasi muatan listrik pada permukaan scaffold. Bahan konduktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon. Permukaan scaffold diperbesar
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi
19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang dilakukan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi serbuk. 3.2
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pori
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Morfologi Analisis struktur mikro dilakukan dengan menggunakan Scanning Electromicroscope (SEM) Philips 515 dengan perbesaran 10000 kali. Gambar 5. menunjukkan morfologi hidroksiapatit
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)
39 HASIL DAN PEMBAHASAN Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC) Hasil karakterisasi dengan Difraksi Sinar-X (XRD) dilakukan untuk mengetahui jenis material yang dihasilkan disamping menentukan
Lebih terperinciBAB 4 DATA DAN ANALISIS
BAB 4 DATA DAN ANALISIS 4.1. Kondisi Sampel TiO 2 Sampel TiO 2 disintesa dengan memvariasikan jenis pelarut, block copolymer, temperatur kalsinasi, dan kelembaban relatif saat proses aging. Kondisi sintesisnya
Lebih terperinciPembuatan Ba 0,8 Sr 0,2 TiO 3 menggunakan Metode Co-precipitation dengan Variasi Suhu Sintering
ISSN:2089 0133 Indonesian Journal of Applied Physics (2017) Vol. 7 No.1 halaman 52 April 2017 Pembuatan Ba 0,8 Sr 0,2 TiO 3 menggunakan Metode Co-precipitation dengan Variasi Suhu Sintering ABSTRACT Isma
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL PENGUJIAN X-RAY DIFFRACTION (XRD) Pengujian struktur kristal SBA-15 dilakukan dengan menggunakan X-Ray Diffraction dan hasil yang di dapat dari pengujian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Kristal Bahan Kristal merupakan suatu bahan yang terdiri dari atom-atom yang tersusun secara berulang dalam pola tiga dimensi dengan rangkaian yang panjang (Callister
Lebih terperinciEFEK CuI TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI (CuI) x (AgI ) 1-x (x = 0,5-0,9)
EFEK CuI TERHADAP KONDUKTIVITAS DAN ENERGI AKTIVASI (CuI) x (AgI ) 1-x (x = 0,5-0,9) (EFFECT OF CuI ON CONDUCTIVITY AND ACTIVATION ENERGY OF (CuI) x (AgI) 1-x (x = 0.5 to 0.9)) ABSTRAK Patricius Purwanto
Lebih terperinciMAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER)
MAKALAH FABRIKASI DAN KARAKTERISASI XRD (X-RAY DIFRACTOMETER) Oleh: Kusnanto Mukti / M0209031 Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret Surakarta 2012 I. Pendahuluan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL X-RAY DIFFRACTOMETER (XRD) Untuk menentukan besar kristalit dari unsur penyusun utama layer oksida DSSC maka dilakukan pengujian XRD. Pengujian dilakukan untuk material
Lebih terperinciBab IV. Hasil dan Pembahasan
Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab ini memaparkan hasil sintesis, karakterisasi konduktivitas listrik dan struktur kirstal dari senyawa perovskit La 1-x Sr x FeO 3-δ (LSFO) dengan x = 0,2 ; 0,4 ; 0,5 ; 0,6
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh waktu annealing terhadap diameter dan jarak antar butir
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh waktu annealing terhadap diameter dan jarak antar butir katalis Au Perubahan morfologi katalis telah dilihat melalui pengujian SEM, gambar 4.1 memperlihatkan hasil
Lebih terperinciBAB III EKSPERIMEN. 1. Bahan dan Alat
BAB III EKSPERIMEN 1. Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini ialah Ca(NO 3 ).4H O (99%) dan (NH 4 ) HPO 4 (99%) sebagai sumber ion kalsium dan fosfat. NaCl (99%), NaHCO 3 (99%),
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
9 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. HASIL 4.1.1. Difraksi Sinar-X Sampel Analisis XRD dilakukan untuk mengetahui fasa apa saja yang terkandung di dalam sampel, menghitung derajat kristalinitas sampel, parameter
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen secara langsung. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit pelet CSZ-Ni
Lebih terperinciEksperimen HASIL DAN PEMBAHASAN Pengambilan data
7 jam dan disonikasi selama jam agar membran yang dihasilkan homogen. Langkah selanjutnya, membran dituangkan ke permukaan kaca yang kedua sisi kanan dan kiri telah diisolasi. Selanjutnya membran direndam
Lebih terperinciMETODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M
SINTESIS SUPERKONDUKTOR Bi-Sr-Ca-Cu-O/Ag DENGAN METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M0204046 (Bi-Sr-Ca-Cu-O/Ag Superconductor Synthesis with Sol-Gel Method) INTISARI Telah dibuat superkonduktor sistem BSCCO
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR- BATAN Bandung meliputi beberapa tahap yaitu tahap preparasi serbuk, tahap sintesis dan tahap analisis. Meakanisme
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat
28 BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Metode yang Digunakan Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik CSZ-NiO untuk elektrolit padat SOFC.
Lebih terperinciSINTESIS MATERIAL FERROELEKTRIK BARIUM STRONTIUM TITANAT (Ba0,75Sr0,25TiO3) MENGGUNAKAN METODE CO-PRECIPITATION
SINTESIS MATERIAL FERROELEKTRIK BARIUM STRONTIUM TITANAT (Ba0,75Sr0,25TiO3) MENGGUNAKAN METODE CO-PRECIPITATION Y. SUBARWANTI1), R. D. SAFITRI1), A. SUPRIYANTO2,*), A. JAMALUDIN2), Y. IRIANI3) 1) Pascasarjana
Lebih terperinciOKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UO 2 PADA SUHU C DENGAN VARIASI WAKTU TRI RAHMAYANTI
OKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UO PADA SUHU 600 0 C DENGAN VARIASI WAKTU TRI RAHMAYANTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 008 OKSIDASI GAGALAN
Lebih terperinciPROSES PELAPISAN SERBUK Fe-50at.%Al PADA BAJA KARBON DENGAN PENAMBAHAN Cr MELALUI METODA PEMADUAN MEKANIK SKRIPSI
PROSES PELAPISAN SERBUK Fe-50at.%Al PADA BAJA KARBON DENGAN PENAMBAHAN Cr MELALUI METODA PEMADUAN MEKANIK SKRIPSI Oleh ARI MAULANA 04 04 04 010 Y SKRIPSI INI DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI SEBAGIAN PERSYARATAN
Lebih terperinciPotensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Biomaterial Substitusi Tulang
Potensi Kerang Ranga sebagai Sumber Kalsium dalam Sintesis Kiagus Dahlan Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan IPA, Institut Pertanian Bogor Kampus IPB Darmaga, Bogor E-mail: kiagusd@yahoo.com Abstrak.
Lebih terperinci2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL
3 2 PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM OXIDE (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SOL-GEL Pendahuluan Bahan semikonduktor titanium oxide (TiO 2 ) merupakan material yang banyak digunakan dalam berbagai
Lebih terperinciSINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN
LAPORAN TUGAS AKHIR SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN ADITIF Ca DARI BATU KAPUR ALAM DENGAN METODE PENCAMPURAN LARUTAN Oleh: Lisma Dian K.S (1108 100 054) Pembimbing: Drs. Suminar Pratapa, M.Sc., Ph.D. 1
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PENGARUH VARIASI UKURAN BUTIRAN TERHADAP UNSUR DAN STRUKTUR KRISTAL CANGKANG TELUR AYAM RAS
Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 IDENTIFIKASI PENGARUH VARIASI UKURAN BUTIRAN TERHADAP UNSUR DAN STRUKTUR KRISTAL CANGKANG TELUR AYAM RAS DENGAN MENGGUNAKAN X-RAY FLUORESCENCE
Lebih terperinci350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2
Y(NO 3 ) 2 Pelarutan Pengendapan Evaporasi 350 0 C 1 jam 900 0 C 10 jam 940 0 C 20 jam Ba(NO 3 ) Pelarutan Pengendapan Evaporasi Pencampuran Pirolisis Kalsinasi Peletisasi Sintering Pelet YBCO Cu(NO 3
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
17 METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah KH 2 PO 4 pro analis, CaO yang diekstraks dari cangkang telur ayam dan bebek, KOH, kitosan produksi Teknologi
Lebih terperinci2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO
2 SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOSTRUKTUR ZnO 3 Pendahuluan ZnO merupakan bahan semikonduktor tipe-n yang memiliki lebar pita energi 3,37 ev pada suhu ruang dan 3,34 ev pada temperatur rendah dengan nilai
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang dilakukan adalah metode eksperimen secara kualitatif dan kuantitatif. Metode penelitian ini menjelaskan proses degradasi fotokatalis
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI SUHU SINTERING
PENGARUH VARIASI SUHU SINTERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO, UKURAN BUTIR, DAN SIFAT LISTRIK BARIUM STRONTIUM TITANAT (Ba 0,8 Sr 0,2 TiO 3 ) MENGGUNAKAN METODE CO-PRECIPITATION Disusun oleh : ISMA ALVIA NITA
Lebih terperinciHubungan kristalinitas sampel CaO sintesis, CaO pada CaOZnO 0,08 dan CaO pada CaOZnO 0,25
Hubungan kristalinitas sampel CaO, CaO pada 0,08 dan CaO pada 0,25 Sampel 2 ( o ) Tinggi Puncak, I (counts) I/Io % Kristalinitas Kristalinitas CaO > CaO pada 0,25 > CaO pada 0,08 CaO 37,34 1248,68* 1 100
Lebih terperinciPENGARUH KOMPOSISI DAN SUHU SINTERING TERHADAP KARAKTERISASI BARIUM STRONSIUM TITANAT
PENGARUH KOMPOSISI DAN SUHU SINTERING TERHADAP KARAKTERISASI BARIUM STRONSIUM TITANAT (Ba x Sr 1-x TiO 3 ) YANG DIBUAT DENGAN METODE SOLID STATE REACTION Disusun oleh : RETNO MAHARSI M0210056 SKRIPSI JURUSAN
Lebih terperinciStruktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik
9 Gambar 17. Struktur dan konfigurasi sel Fotovoltaik BST yang sudah mengalami proses annealing dipasang kontak di atas permukaan substrat silikon dan di atas film tipis BST. Pembuatan kontak ini dilakukan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis
41 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Serapan Fourier Transform Infrared (FTIR) Karakterisasi mikroskopik yang pertama dilakukan adalah analisis FTIR. Analisis serapan FTIR dilakukan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keramik umumnya dikenal sebagai bahan isolator tetapi sebenarnya keramik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keramik umumnya dikenal sebagai bahan isolator tetapi sebenarnya keramik dapat menjadi bahan semikonduktor, superkonduktor dan dielektrik. Pada penelitian ini
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sintesis BCP dan ACP Sintesis BCP dan ACP dilakukan dengan metode yang berbeda, dengan bahan dasar yang sama yaitu CaO dan (NH 4 ) 2 HPO 4. CaO bersumber dari cangkang telur
Lebih terperinciSINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA
SINTESIS DAN KARAKTERISASI NANOPARTIKEL TITANIUM DIOKSIDA (TiO 2 ) MENGGUNAKAN METODE SONOKIMIA Astuti * dan Sulastriya Ningsi Laboratrium Fisika Material, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus
Lebih terperinciPENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT PADAT (LiI) 0,5 (Al 2 O 3.4SiO 2 ) 0,5
Pengaruh Iradiasi- Terhadap Regangan Kisi dan Konduktivitas Ionik Pada Komposit Padat (LiI) 0,5(Al 2O 3.4SiO 2) 0,5 (P. Purwanto, S. Purnama, D.S. Winatapura dan Alifian) PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN
Lebih terperinciGambar 2.1. Kurva histerisis (Anggraini dan Hikam, 2006)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Material Feroelektrik Pada tahun 1920 Valasek menemukan fenomena feroelektrik dengan meneliti sifat garam Rochelle (NaKC 4 H 4 O 6.4H 2 O) (Rizky, 2012). Feroelektrik adalah
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0
37 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini sampel komposit hidroksiapatit-gelatin dibuat menggunakan metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0 hari, 1 hari, 7 hari
Lebih terperinciBab 4 Data dan Analisis
Bab 4 Data dan Analisis 4.1 Hasil XRD Pada penelitian ini dilakukan analisa dengan menggunakan XRD, serbuk yang dihasilkan lewat proses auto-combustion dan telah dikalsinasi dianalisa dengan XRD untuk
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan
20 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Desain Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen. Pada penelitian ini dilakukan pembuatan keramik komposit CSZ-Ni dengan menggunakan metode tape
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kapasitansi Membran Telur dari Ayam Petelur Tanpa Perebusan
Pelaksanaan Penelitian Pelaksanaan penelitian meliputi persiapan penelitian, persiapan eksperimen, eksperimen, analisa data dan dilanjutkan dengan pembahasan hasil dalam bentuk skripsi. Persiapan penelitian
Lebih terperinciBAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI
BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI Pada bab ini dibahas penumbuhan AlGaN tanpa doping menggunakan reaktor PA- MOCVD. Lapisan AlGaN ditumbuhkan dengan variasi laju alir gas reaktan, hasil penumbuhan dikarakterisasi
Lebih terperinciPENGARUH PENAMBAHAN FRIT GELAS TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KAPASITOR KERAMIK FILM TEBAL BATIO 3
Jurnal Komunikasi Fisika Indonesia (KFI) Jurusan Fisika FMIPA Univ. Riau Pekanbaru.Edisi Oktober 2016. ISSN.1412-2960 PENGARUH PENAMBAHAN FRIT GELAS TERHADAP KARAKTERISTIK DIELEKTRIK KAPASITOR KERAMIK
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas
31 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis material konduktor ionik MZP, dilakukan pada kondisi optimum agar dihasilkan material konduktor ionik yang memiliki kinerja maksimal, dalam hal ini memiliki nilai
Lebih terperinciBab III Metoda Penelitian
28 Bab III Metoda Penelitian III.1 Lokasi Penelitian Sintesis senyawa target dilakukan di Laboratorium Kimia Anorganik dan Laboratorium Kimia Fisik-Material Departemen Kimia, Pengukuran fotoluminesens
Lebih terperinciKARAKTERISASI OPTIK DAN LISTRIK KALSIUM TITANAT (CaTiO 3 ) HASIL SINTESIS HIDROTERMAL DAN ANNEALING NITA FITRI WAHYUNI
KARAKTERISASI OPTIK DAN LISTRIK KALSIUM TITANAT (CaTiO 3 ) HASIL SINTESIS HIDROTERMAL DAN ANNEALING NITA FITRI WAHYUNI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING
PENGARUH VARIASI MILLING TIME dan TEMPERATUR KALSINASI pada MEKANISME DOPING 5%wt AL NANOMATERIAL TiO 2 HASIL PROSES MECHANICAL MILLING I Dewa Gede Panca Suwirta 2710100004 Dosen Pembimbing Hariyati Purwaningsih,
Lebih terperinci+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X
A. TUJUAN PERCOBAAN 1. Mempelajari karakteristik radiasi sinar-x 2. Mempelajari pengaruh tegangan terhadap intensitas sinar x terdifraksi 3. Mempelajari sifat difraksi sinar-x pada kristal 4. Menentukan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
47 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengantar Penelitian ini bertujuan untuk menunjukan pengaruh suhu sintering terhadap struktur Na 2 O dari Na 2 CO 3 yang dihasilkan dari pembakaran tempurung kelapa. Pada
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
17 Penganalisa Ukuran Partikel (PSA) (Malvern 2012) Analisis ukuran partikel, pengukuran ukuran partikel, atau hanya ukuran partikel adalah nama kolektif prosedur teknis, atau teknik laboratorium yang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 METODOLOGI PENELITIAN Proses pembuatan sampel dilakukan dengan menggunakan tabung HEM dan mesin MILLING dengan waktu yang bervariasi dari 2 jam dan 6 jam. Tabung HEM
Lebih terperinciMetodologi Penelitian
Bab III Metodologi Penelitian III. 1 Diagram Alir Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah penelitian laboratorium yaitu mensintesis zeolit K-F dari kaolin dan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menampilkan bentuk struktur mikro sampel, cuplikan yang terdapat pada sample holder dietsa dengan larutan HCL yang telah diencerkan dengan aquades. Pengenceran dilakukan dengan mencampurkan HCL pekat
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. XRD Uji XRD menggunakan difraktometer type Phylips PW3710 BASED dilengkapi dengan perangkat software APD (Automatic Powder Difraction) yang ada di Laboratorium UI Salemba
Lebih terperinciPENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP UKURAN PARTIKEL FE3O4 DENGAN TEMPLATE PEG-2000 MENGGUNAKAN METODE KOPRESIPITASI Santi Dewi Rosanti, Dwi Puryanti Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus Unand, Limau
Lebih terperinciDisusun oleh : Fildzah Khairina Nisa M SKRIPSI
PENGARUH VARIASI DOPING ZIRKONIUM (Zr) PADA BARIUM TITANAT (BaTiO 3 ) TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT LISTRIK MENGGUNAKAN METODE SOLID STATE REACTION Disusun oleh : Fildzah Khairina Nisa M0211030 SKRIPSI
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material FMIPA Unila, Laboratorium Kimia Instrumentasi
Lebih terperinciPengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Pada Pembentukan Nanopartikel Fe 2 TiO 5 Dengan Metode Mechanical Alloying
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1-5 1 Pengaruh Waktu Milling dan Temperatur Sintering Pada Pembentukan Nanopartikel Fe 2 TiO 5 Dengan Metode Mechanical Alloying Rizky Kurnia Helmy dan Rindang Fajarin
Lebih terperinciGabriella Permata W, Budhy Kurniawan Departemen Fisika, FMIPA-UI Kampus Baru UI, Depok ABSTRAK ANALISIS SISTEM DAN UKURAN KRISTAL PADA MATERIAL
ANALISIS SISTEM DAN UKURAN KRISTAL PADA MATERIAL La 0.67 Ba 0.33 Mn 1-x Ti x O 3 DENGAN VARIASI X=0; 0.02; 0.04; 0.06 MELALUI PROSES MECHANICAL ALLOYING Gabriella Permata W, Budhy Kurniawan Departemen
Lebih terperinciSTUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2
STUDI PENAMBAHAN MgO SAMPAI 2 % MOL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK KERAMIK KOMPOSIT Al 2 O 3 ZrO 2 Meilinda Nurbanasari Jurusan Teknik Mesin, Institut Teknologi Nasional, Bandung Dani Gustaman
Lebih terperinciLATIHAN UJIAN NASIONAL
LATIHAN UJIAN NASIONAL 1. Seorang siswa menghitung luas suatu lempengan logam kecil berbentuk persegi panjang. Siswa tersebut menggunakan mistar untuk mengukur panjang lempengan dan menggunakan jangka
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat yang Digunakan Alat yang akan digunakan dalam
Lebih terperinciSpektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd)
Spektroskopi Difraksi Sinar-X (X-ray difraction/xrd) Spektroskopi difraksi sinar-x (X-ray difraction/xrd) merupakan salah satu metoda karakterisasi material yang paling tua dan paling sering digunakan
Lebih terperinciSINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak
SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK 1) Luluk Indra Haryani, 2) Suminar Pratapa Jurusan Fisika, Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh
Lebih terperinciSINTESIS GIANT DIELECTRIC CaCu 3 Ti 4 O 12 DENGAN METODE HIDROTERMAL MENGGUNAKAN CANGKANG TELUR AYAM SEBAGAI SUMBER Ca HABIBURAHMAT YULWAN
SINTESIS GIANT DIELECTRIC CaCu 3 Ti 4 O 12 DENGAN METODE HIDROTERMAL MENGGUNAKAN CANGKANG TELUR AYAM SEBAGAI SUMBER Ca HABIBURAHMAT YULWAN DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda eksperimen. Penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yang digambarkan dalam diagram alir
Lebih terperinciEFEK SUHU DAN WAKTU TAHAN SINTERING PADA BARIUM TITANAT (BaTiO3) TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KONSTANTA DIELEKTRIK MENGGUNAKAN METODE COPRECIPITATION
EFEK SUHU DAN WAKTU TAHAN SINTERING PADA BARIUM TITANAT (BaTiO3) TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KONSTANTA DIELEKTRIK MENGGUNAKAN METODE COPRECIPITATION TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai
Lebih terperinciPASI NA R SI NO L SI IK LI A KA
NANOSILIKA PASIR Anggriz Bani Rizka (1110 100 014) Dosen Pembimbing : Dr.rer.nat Triwikantoro M.Si JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Lebih terperinciBab IV Hasil dan Pembahasan
33 Bab IV Hasil dan Pembahasan Pada bab ini dilaporkan hasil sintesis dan karakterisasi dari senyawa yang disintesis. Senyawa disintesis menggunakan metoda deposisi dalam larutan pada temperatur rendah
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Sintesis Partikel Magnetik Terlapis Polilaktat (PLA)
10 1. Disiapkan sampel yang sudah dikeringkan ± 3 gram. 2. Sampel ditaburkan ke dalam holder yang berasal dari kaca preparat dibagi dua, sampel ditaburkan pada bagian holder berukuran 2 x 2 cm 2, diratakan
Lebih terperinciOKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UO 2 PADA SUHU C DENGAN VARIASI WAKTU TRI RAHMAYANTI
OKSIDASI GAGALAN PELET SINTER UO 2 PADA SUHU 600 0 C DENGAN VARIASI WAKTU TRI RAHMAYANTI DEPARTEMEN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 2 OKSIDASI GAGALAN
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam. Sampel Milling 2 Jam. Suhu C
38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISASI HASIL 4.1.1 Hasil Pengujian Densitas Abu Vulkanik Milling 2 jam Pengujian untuk mengetahui densitas sampel pellet Abu vulkanik 9,5gr dan Al 2 O 3 5 gr dilakukan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidroksiapatit adalah sebuah molekul kristalin yang intinya tersusun dari fosfor dan kalsium dengan rumus molekul Ca10(PO4)6(OH)2. Molekul ini menempati porsi 65% dari
Lebih terperinciUrea. Larutan. Koloid. Aplikasi, data perkembangan tanaman jagung
LAMPIRAN 11 12 Lampiran 1 Diagram alir penelitian FeCl 3 6H 2 O Urea Natrium sitrat Larutan Koloid Dicampur + air Diaduk selama 30 menit, proses sintesis selama 12 jam pada suhu 200 C Dicirikan menggunakan
Lebih terperinciBreadboard Breadboard digunakan untuk membuat dan menguji rangkaian-rangkaian elektronik secara cepat, sebelum finalisasi desain rangkaian dilakukan.
Modul 1 Peralatan Peralatan yang akan digunakan pada Praktikum Rangkaian Elektronika adalah: Breadboard Power Supply Multimeter LCR Meter Oscilloscope Function generator Breadboard Breadboard digunakan
Lebih terperinci