III. METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan, fabrikasi dan pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan, fabrikasi dan pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di"

Transkripsi

1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tepat dan Waktu Penelitian Percobaan, fabrikasi dan pengabilan data pada penelitian ini dilakukan di Laboratoriu Terodinaika serta Bengkel Mekanik untuk elakukan beberapa fabrikasi yang tidak dapat dilakukan pada laboratoriu Terpadu Teknik Mesin Universitas Lapung. Berikut erupakan jadwal kegiatan penelitian yang tersusun pada tabel 3.1. Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian Kegiatan Juni Juli Agustus Septeber Studi Literature Perancangan ` 3 Pebelian alat dan bahan 4 Pebuatan Boiler 5 Eksperien 6 Pebuatan laporan akhir 3.. Alur Penelitian Secara garis besar, alur pelaksanaan penelitian ini dijelaskan pada diagra alir penelitian di bawah :

2 37 Start Perancangan boiler : 1.Koponen boiler. Rugi-rugi 3. Laju Bahan bakar dan udara boiler 4. Isolator boiler Studi vvbdfffgnbgs literature 1. Jurnal udi. Text book Belu Apakah rancangan sudah benar? Sudah Penyedian bahan bakar ( batubara bituinous ) dan raw aterial boiler : 1. Plat besi lebaran. Pipa tebaga Beserta tools dan peralatan pendukung Belu Apakah perlengkapan sudah siap? Sudah Fabrikasi : 1. Box boiler. Evaporator 3. Pendistribusian BB 4. Isolator boiler Belu Apakah Fabrikasi sudah selesai? Sudah A Gabar 3.1. Diagra alir penelitian

3 38 A B Kalibrasi perlengkapan boiler eliputi : 1. Debit air pada evaporator dengan evariasikan tegangan popa air pada regulator 75-50V. Laju aliran udara asuk boiler dengan evariasikan tegangan blower pada regulator 75-50V 3. Laju aliran bahan bakar Pencatatan data 1. Debit/laju aliran air. Laju aliran udara esuk 3. Laju aliran bahan bakar Pengolahan data enjadi grafik Grafik 1. Konsusi udara terhadap waktu operasi. Variasi tegangan blower terhadap waktu peanasan 3. Teperatur keluar dan asuk terhadap waktu Belu Apakah data encukupi? Analisa grafik yang telah dibuat Sudah Pengabilan data untuk satu kali pengoperasian boiler untuk pengeringan kopi ekanis eliputi : 1. Konsusi udara dengan elakukan variasi suplai udara pada blower dengan elakukan variasi tegangan regulator. Teperatur air keluar dan asuk pada boiler 3. Rentan waktu pengoperasian boiler hingga encapai teperatur keluaran yang diinginkan Kesipulan dari penelitian End Pencatatan data, eliputi : 1. Debit/laju aliran udara asuk. Teperatur asuk dan keluar boiler 3. Waktu pengoperasian boiler Belu Apakah data encukupi? B Sudah Gabar 3.. Diagra penelitian (lanjutan)

4 Perencanaan Boiler Besar energi yang dibutuhkan air pada evaporator Evaporator erupakan tepat sirkulasi air pada boiler, diana keluaran air yang dirancang dari boiler adalah sebesar 100 o C yang digunakan untuk suber energi pada odel pengering kopi panas bui. Untuk encapai teperatur keluaran dari boiler sebesar 100 o C diperlukan perancangan diensi evaporator, sehingga keluaran air dari boiler sesuai dengan yang dibutuhkan oleh odel pengering kopi panas bui. Dala perancangan evaporator diperlukan data awal yang erupakan bagian dari perancangan, yang dapat dilihat pada tabel 3. berikut. Tabel 3.. Sifat fluida pada evaporator Fluida yang dipanaskan Teperatur asuk (T c,in ) Teperatur keluar (T c,out ) Cp air Air 30,5 K 373 K 4.18 kj/kg.k air 981,5 kg/ 3 Debit popa (Q debit ) 3 liter/enit 0, /s Laju aliran assa fluida ( ) erupakan besar aliran air yang bersirkulasi pada evaporator. Mengacu pada tabel 3. di atas, debit air rancangan adalah sebesar 3 liter/enit. Dengan debit air tersebut dapat digunakan untuk enentukan besar laju aliran assa yang bersirkulasi pada boiler sebagai berikut. = 3 liter/enit. air = 0, /s. 981,5 kg/ 3 = 0,049kg/s

5 40 Mengacu pada persaaan.6, besar energi yang dibutuhkan evaporator untuk enghasilkan keluaran air sebesar 100 o C adalah sebagai berikut. Q air f. C p, f. T 0,049kg/ s. 4,18Kj / kg. K 14,46 kw f (373 30,5) K Perancangan besar energi yang hilang akibat panas Sifat alaiah panas adalah selalu bergerak atau erabat dari teperatur yang lebih tinggi enuju teperatur yang lebih rendah. Pada boiler koponen yang eiliki teperatur lebih tinggi adalah koponen ruang bakar. Disebabkan koponen ruang bakar eiliki teperatur yang lebih tinggi dari koponen boiler lain, sehingga engakibatkan panas pada ruang bakar dapat erabat ke setiap koponen yang eiliki teperatur lebih rendah dari ruang bakar. Rabatan panas kesetiap koponen sekitar ruang bakar tersebut erupakan rugirugi (Q loss ) yang terjadi pada boiler. Besar rugi-rugi yang terjadi pada boiler dapat dilihat pada gabar ilustrasi rugi-rugi berikut. Q loss 5 Q loss 4 Q loss 3 Q loss 1 Q loss Gabar 3.3. Ilustrasi rugi-rugi panas pada boiler

6 41 Rugi-rugi boiler yang diilustrasikan pada gabar 3.3 di atas erupakan rugi-rugi panas akibat konduksi dan rugi aliran theral. Dengan enggunakan persaaan.1 dan.6 dapat diketahui besar rugi-rugi yang terjadi pada boiler. Sebelu engetahui besar rugi-rugi panas yang terjadi, terlebih dahulu dilakukan pengupulan data yang eperudah identifikasi rugi-rugi sebagai berikut. Tabel 3.3. Sifat rugi-rugi akibat konduksi pada dinding 1,,3,4 K glass wool 0,04 W/.K T in 600 o C T out 80 o C Panjang dinding (P) 0.5 Lebar dinding (L) 0,4 Luas penapang (A= P.L) 0, Tebal besi (x 1 ) Tebal glass wool (x ) 0.1 K besi 80, W/.K Besar rugi-rugi akibat konduksi pada dinding 1 yang terjadi pada boiler dapat ditentukan dengan enggunakan persaaa.1 sebagi berikut. Q konduksi T in = 600 o C Besi Glass wool T out = 80 o C 0,005 0,1 K x 1. besi A K x glasswool. A Gabar 3.4. Diagra benda bedas rugi-rugi panas akibat konduksi

7 4 Q Q Q Q Q konduksi konduksi konduksi konduksi konduksi x K 1 besi T in T. A K 50 K 0, ,5 41,6 W 0,0416 kw out x glasswool. A , ,. 0, 0,04. 0, Disebabkan perukaan dinding,3 dan 4 eiliki property yang saa dengan perukaan diding 1, aka besar rugi-rugi yang terjadi adalah seraga sebesar 0,416 kw Qlosses 1 Qlosses Qlosses 3 Qlosses 4 Qkonduksi 0, 0416kW Pada perukaan dinding 5 terdapat lubang sebagai saluran keluar gas akibat pebakaran, sehingga engakibatkan rugi-rugi yang terjadi pada dinding 5 berbeda dengan perukaan dinding 1..3 dan 4. Rugi-rugi yang terjadi pada perukaan dinding 5 adalah rugi-rugi aliran theral akibat lubang dan rugi-rugi akibat konduksi pada dinding yang tidak berlubang (Q losses 5 = Q konduksi + Q aliran ). Besar rugi-rugi pada perukaan dinding 5 dapat diketahui engacu pada persaaan.1. dan.6. sebagai berikut. Tabel 3.4. Sifat rugi-rugi panas pada perukaan 5 Flow 0,8 3 /h 0,048 kg/s Cp udara 1,09 kj/kg.k T in 600 o C T out 00 o C

8 43 Q loss,lubang. Cp. T 0,048 in 0,93 kw T 1,09 out K Besar panas yang hilang pada perukaan dinding 5 adalah julah rugi konduksi dan rugi akibat lubang sebagai berikut. Q losses 5 Q konduksi Q akibat lubang 0,0416 kw 0,93 kw 0,97 kw Setelah eneukan keungkinan besar panas yang hilang pada setiap perukaan dinding aka dapat diketahui besar panas yang hilang adalah sebagai berikut. Q losses total Q losses 1 Q losses Q losses 3 Q 4 Qrad Qlosses, 5 4 (0,0416 kw) 0,97 kw 1,14 kw losses 4 Q losses, Perancangan konsusi bahan bakar batubara Bahan bakar yang digunakan boiler adalah batubara jenis bituinous dengan nilai kalor nyata (LHV) sebesar 54,4 kj/kg. Dengan nilai kalor nyata tersebut dapat digunakan untuk enentukan besar kebutuhan bahan bakar batubara boiler sebagai berikut.

9 44 Q LHV bb bb Q air Q bb losses, total 54,4 kj/kg pebakaran bb 35,6 kw 7883,54 kj/ kg Q air Q losses, total 0,35 14,46 kw 1,14 kw bb 0,0045 kg/ s bb 16,3 kg/ Ja Perancangan konsusi udara terhadap bahan Bakar (AF) Pada penelitian ini jenis batubara yang digunakan adalah Batubara jenis bituinous (C 137 H 9 O 9 NS) sehingga besar kebutuhan udara idealnya adalah. C 137 C : 137 b b 137 H : 97 c c 48,5 O : 9 a b c a 156,75 N H 97 O NS a 9 : 1 a ( O 3,76N ) b CO (3,76 ) d d 589,88 S : 1 e e 1 c H O d N e S C C H H AF O NS a ( O 9 O NS 156,75 9 air fuel ( NM ) air ( NM ) ( NM ) kg air fuel c air / kg 3,76N ) b CO fuel ( O 3,76N H c H O d N CO (156,75 4,76 Kol) (9 kg/ ol) (137 Kol) (1 kg/ ol) (48,5 Kol) ( kg/ ol) 1637,77 kg 1741 kg 1,43 ) 137 e S 48,5 H O 589,88 N S

10 Perancangan kapasitas blower Dala pebakaran, udara erupakan salah satu faktor yang epengaruhi sepurna atau tidaknya suatu pebakaran. Karenanya dibutuhkan perhitungan untuk enentukan besar konsusi udara terhadap bahan bakar. Untuk lebih eperudah, berikut erupakan property yang digunakan.. Tabel 3.5. Sifat perhitungan kapasitas kebutuhan udara Kebutuhan udara bahanbakar (AF) 1,43 kg air / kgfuel Konsusi bahan bakar batubara ( bb) bb 16,3kg / Ja 1,1614 kg/ 3 udara,@ 300K Sehingga kebutuhan udara terhadap bahan bakar adalah. Flow udara AF 1,43 udara 174,45 kg bb air / kg fuel 1,1614 kg/ 0,609 kg/ Ja 3 1,1614 kg/ 3 / Ja 16,3kg/ Ja Perancangan evaporator dengan etode LMTD Dengan enggunakan etode LMTD harus diketahui data awal perancangan yang akan dilakukan, eliputi arah aliran kedua fluida peanas dan yang dipanaskan, untuk eperudah perolehan data awal dapat dilihat pada grafik hubungan Teperatur (T) dan waktu (t) pada gabar 3.4 berikut

11 46 T 433K 383K T 1 98K 373K T t Gabar 3.5. Grafik hubungan teperatur dan waktu Mengacu grafik hubungan pada gabar 3.5 di atas, dapat digunakan untuk enentukan TLMTD sebagai berikut T T TLMTD T ln T 1 TLMTD ( ) (433 98) ( ) ln (433 98) TLMTD 48,07. K 1 Setelah engetahui besar nilai TLMTD yang telah didapatkan, berkisar 48,07 K, langkah selanjutnya adalah elakukan perhitungan koevisien perpindahan panas keseluruhan (U) yang terjadi pada fluida yang akan dipanaskan (air). Untuk enentukannya terlebih dahulu harus engetahui besar diaeter dan aterial pipa yang digunakan, dala perencangan ini diasusikan diaeter luar (D out ) pipa yang digunakan adalah 0,5 Inch dengan property sebagai berikut. D out = 5/8 Inch = 0,015875

12 47 Untuk enentukan koevisien gesek ( ) dan nilai prandtl (Pr), didapatkan pada Apendix Tabel A.6 Therophysical Properties of Saturated Water dengan enggunakan teperatur rata-rata fluida asuk sebesar 335,5 K sehingga didapat nilai sebagai berikut. g f Pr f 0, N. s /,858 Dengan asusi diaeter pipa evaporator yang telah ditentukan sebelunya, digunakan untuk enentukan luas penapang pipa seperti berikut. A D 4 A (0,015875) 4 A 0, Setelah didapatkan luas penapang pipa, aka langkah selanjutnya adalah enentukan kecepatan fluida (air) yang engalir dala pipa evaporator, dengan enggunakan persaaan yang engacu pada persaaan pada literature sebagai berikut. v v air = air 0,5 / s. v. A 3 0,049kg/s 981,5. kg /. v f f 0,049kg / s 3 981,5kg / Untuk enentukan jenis aliran yang terjadi pada fluida aka dihitung besar bilangan Reynolds untuk fluida (air) sebagai berikut.

13 48 Re air =. v f. D f 9,81,5 kg/ = 3 0,5 / s 0, , N. s / = 8756,97 Mengacu nilai bilangan Reynolds dengan aliran turbulent digunakan untuk enghitung Nusselt nuber, dengan ketentuan pengguanaan bilangan pada persaaan engacu pada tabel.1 pada pustaka NuD out =C. Re. Pr 1/3 = Re 0,618. Pr 1/3 = 0,193. (8756,97) 0,618. (,858) 1/3 =74,8 Menghitung koefisien perpindahan panas konveksi bagian luar pipa (h out ), enggunakan nilai konduktivitas theral (K) pada Apendix A Therophysical Properties of atter Table A.1 dengan jenis aterial pipa evaporator tebaga constantan yaitu sebesar 0,003 KW/K h out = NuD. D out out k = 74,8. 0,03 KW /. K = 108,38KW/ K

14 49 Menghitung nilai koevisien konveksi bagian dala pipa (h in ), dengan enggunakan perbandingan nilai diaeter dala derbanding dengan diaeter luar pipa yang engacu pada tabel. pada pustaka D D D D in out in out 0, , ,968 Dengan enggunakan interpolasi didapatkan nilai NuD in sebasar : 4,9 dapat digunaan untuk enentukan nilai koevisien perpindahan konveksi bagian luar dengan enggunakan persaaan berikut h in = NuD. D in k 4,9. 0,03 KW /. K = = 7,1 KW/ K Setelah didapatkan nilai perpindahan panas konveksi bagian luar dan bagian dala, aka dapat diperoleh nilai koevisien perpindahan panas keseluruhan dengan enggunakan persaaan sebagai berikut. U U U 1 h in 1 7,1 1 1 h out ,38 6,68KW/ K Menentukan faktor koreksi untuk pipa evaporator sebagai berikut.

15 50 t0 P T i t t , ,5 0,54 i i Tin R t o T t out ,5 0,71 i Dari nilai P dan R didapat faktor koreksi berkisar 0,86 engacu pada grafik correction factor for a single pass cross flow keudian dapat digunakan untuk enentukan panjang pipa evaporator sebagai berikut. Q Q in, air air U. A. TLMTD. F Q losses, total U.(. D. L). TLMTD. F Qair Qlosses, total L U.. D. TLMTD. F 14,46 kw 1,14 kw L 6,68 kw / K..0, ,07K.0,86 L, Perancangan isolator pada dinding boiler Perancangan isolator ditujukan untuk engurangi rugi-rugi yang keungkinan erabat secara konduksi kesetiap dinding boiler yang dapat ditentukan sebagai berikut. Tabel 3.6. Sifat dinding awal Teperatur dinding dala (T ) Teperatur linkungan (T out ) Perpindahan panas (Q) Konduktivitas theral iron (K iron ) Tebal dinding iron (x) Panjang x Lebar dinding iron dan glass wool Konduktivitas theral glass wool (K glass wool ) 873 K 305 K 416 W 80, W/.K 0,005 0,5 x 0,4 0,04 W/.K

16 51 K iron = 80, W/.K T out = 305 K T = 873 K Q =416 W K glass wool = 0.04 W/.K DBB Gabar 3.6. Ilustrasi dinding boiler T,Q K iron Iron Glass wool T out K glass wool L glass wool Q T T out Gabar 3.7. Diagra banda bebas pada dinding boiler Karena ruang pebakaran dan ruang evaporator berbentuk kubus dengan diensi dinding dan atap yang saa, aka besar luas penapang dinding boiler adalah sebagai berikut.

17 5 A P. L 0,5 0,.0,4 Dengan acuan pada gabar 3.4. digunakan untuk enentukan tebal isolator glass wool yang digunakan pada boiler sebagai berikut. Q 873 K 353 K 41,6 W 0,005 Lglasswool 80,. 0, 0,04. 0, 41,6 W 0,013K 500 K L L L L K iron glasswool glasswool glasswool T Tout L. A K iron 0,1 10 c clay clay. A 50 K 0, L L glasswool 50 K 0,013K 500 K glasswool 50 K 3.4. Fabrikasi boiler Fabrikasi boiler dibagi dala beberapa tahapan pebuatan koonen, eliputi pebuatan ruangan bahan bakar dan ruang evaporator, penapungan bahan bakar dan pebuatan isolator dinding boiler. Dala proses anufaktur terbagi dala beberapa proses yaitu 1. Peotongan (Cutting) yaitu proses peotongan plat dala pebuatan ruang pada boiler.. Pengeboran (Drilling) yaitu proses pengeboran lubang untuk penepatan baut, pebuatan saluran udara pada cone bahan bakar.

18 53 3. Pengelasan (Welding) yaitu proses penyabungan koponen koponen boiler hingga enjadi satu kesatuan yang utuh. 4. Penghalusan (Grinding) yaitu proses penghalusan bagian yang taja sehingga tidak ebahayakan keselaatan pekerja. 5. Pengecatan (Painting) yaitu proses pengecatan bagian boiler agar terhindar dari korosi sehingga dapat bertahan laa. Tahapan awal dari pebuatan boiler ini adalah pebelian alat dan bahan yang digunakan dala pebuatan serta pengujian dari boiler. Bahan yang dibeli eliputi besi lebaran ukuran tebal 5, pipa tebaga diaeter 5/8 Inch, besi poros screw conveyor, plat siku ukuran 5 sebagai rangka dan dudukan untuk koponen pendukung pada boiler, besi pipa yang digunakan sebagai saluran buang sisa pebakaran dan sebagai tepat peletakan screw conveyor. Gabar 3.8. Peilihan bahan baku boiler Proses selanjutnya adalah proses pebentukan bahan yang telah didapatkan. Dala proses pebentukan terdapat didalanya adalah proses peotongan yaitu dengan enggukan gerinda potong untuk plat lebaran yang digunakan sebagai dinding boiler pada bagian atas dan bawah, peotongan

19 54 dilakukan dengan ukuran 50 c x 50 c sebanyak 10 lebar. Untuk diensi lebih lengkap dapat dilihat pada lapiran gabar teknik. Gabar 3.9. Proses peotongan bahan Tahapan pebentukan selanjutnya adalah pengelasan (welding), diana pada tahapan pengelasan dilakukan untuk eenyabungkan bahan baku yang telah dilakukan proses peotongan, adapun pengelasan dilakukan untuk ebuat box boiler bagian atas dan bawah beserta tepat peletakan koponen pendukung pada boiler. Sehingga pada proses pengelasan ini enjadi bentuk boiler yang telah didesain sebelunya seperti pada lapiran gabar teknik. Gabar Proses pengelasan koponen boiler

20 55 Proses selanjutnya adalah proses pelapisan. Diana proses pelapisan erupakan proses isolasi boiler yang diperkirakan engalai panas yang lebih dari setiap koponen. Pelapisan ini dilakukan dengan eberikan lapisan glass wool setebal Inch dan ditabahkan aluuniu foil pada lapisan paling luarnya. Sesuai dengan rancangan pada subbab keungkinan terjadi panas berlebih dapat terjadi pada kopongen boiler bagian box atas, dikarenakan pada koponen box bagian atas erupakan bagian yang berkontak langsung dengan suber panas oleh karenanya diperlukan isolasi yang lebih dibandingkan bagian yang lain. Gabar Pebuatan isolator pada boiler Dala eningkatkan efektifitas dari boiler, pebuatan evaporator diperpanjang dari hasil perhitungan. Pada perhitungan didapatkan panjang sebesar 4,45, dan untuk eperbesar nilai efeksititas dari boiler aka dibuatkan evaporator sepanjang 6 yang terasuk didalanya adalah toleransi akibat lekukan dan pipa yang keluar dinding boiler. Proses pebuatan evaporator tersebut dilakukan proses penekukan hingga sesuai dengan ruangan yang telah dibuat. Berikut erupakan ilustrasi koponen boiler yang telah dilakukan fabrikasi sesuai dengan rancangan yang telah dibuat.

21 56 F Hasil pebuatan box boiler F Hasil pebuatan evaporator Hasil pebuatan cone bahan bakar Hasil pebuatan screw conveyor Gabar 3.1. Proses fabrikasi koponen boiler 3.5. Instalasi boiler Setelah proses fabrikasi selesai, dilanjutkan dengan proses penggabungan bagian-bagian boiler enjadi satu koponen boiler yang utuh, sekaligus penginstalan koponen pendukung eliputi. 1. Satu buah blower yang terkopel dengan regulator pada bagian bahan bakar sebagai suber udara asuk ruang bakar, dan fungsi dari regulator adalah sebagai proses variasi tegangan dari blower.. Satu buah popa air yang terkopel dengan kran air pada sisi asuk evaporator. 3. Sensor suhu paada sisi bagian asuk dan sisi keluar fluida pada evaporator untuk engetahui besar teperatur yang asuk dan keluar pada evaporator dan pada dinding boiler, untuk engetahui distribusi teperatur yang dialai. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada ilustrasi koponen keseluruhan boiler pada gabar 3.13 dan 3.14 berikut.

22 57 h g f a b c d e Keterangan : a. Pipa evaporator b. Cone bahan bakar c. Tepat batubara d. Blower e. Pebuangan abu BB f. Saluran keluar gas g. Reducher gear h. Motor listrik Gabar Skeatik instalasi boiler d c b a Keterangan : e a. Tepat batubara b. Screw conveyor c. Cone bahan bakar d. Reducher gear e. Motor listrik Gabar Skeatik pendistribusian bahan bakar

23 Gabar Skeatik pengujian keseluruhan esin pengering kopi 58

24 Pengkondisian koponen Setelah bagian-bagian boiler terinstal secara sepurna aka dilakukan kalibrasi koponen boiler. Adapun koponen yang perlu dikalibrasi adalah laju aliran air popa terhadap bukaan katup serta laju aliran udara terhadap besarnya voltage yang diberikan regulator. Berikut eruapakan hasil kalibrasi koponen yang telah dilakukan Laju aliran udara (Flowrate) Dala pengabilan laju aliran udara pada blower digunakan Aneoeter jenis AM-400 Lutron digunakan untuk engukur laju aliran udara (flowrate). Proses kalibrasi laju aliran uda ini ditujukan untuk enentukan besar aliran udara yang dihasilkan oleh blower yang digunakan untuk pengujian. Diana blower yang digunakan adalah blower tipe keong dengan diaeter,5 Inch. Proses kalibrasi laju aliran udara adalah dengan enghubungkan blower terhadap voltage regulator keudian hidupkan blower dengan variasi tegangan yang diberikan pada voltage regulator dengan enepelkan aneoeter pada saluran output blower, yang dijadikan nilai dari kalibrasi laju aliran udara. Gabar Proses pengkondisian laju aliran udara

25 60 Tabel 3.7. Nilai laju aliran udara pada blower Volt Kecepatan (/s) Debit (3/Ja) Pada tabel 3.7 di atas erupakan tabel penabahan laju aliran udara pada blower, dala pengabilan data pertabahan laju aliran udara tersebut terhitung pada aneo eter adalah dala satuan /s, untuk erubah kecepatan (/s) enjadi debit ( 3 /Ja) pada blower berdiaeter,5 Inch enggunakan perhitungan berikut. A. r Q v. A 1,1 / s. 0, , , / s 3 / Ja Perhitungan di atas digunakan untuk setiap pengukuran kecepatan yang dihasilkan oleh blower Laju aliran air pada popa Pengabilan kalibrasi laju aliran popa digunakan untuk engetahhui besar laju aliran air yang dihasilkan oleh popa, yang keudian digunakan untuk pengujian sesuai dengan perancangan. Prosedur pengabilan data kalibrasi laju

26 61 aliran popa adalah dengan enghubungkan popa dengan voltage regulator keudian pada saluran output popa dihubungkan pula dengan floweter yang terhubung pada progra arduino yang encatat besar laju aliran air yang engalir pada popa. Berikut erupakan hasil kalibrasi laju aliran popa yang dilakukan. Gabar Proses pengkondisian laju aliran air Tabel 3.8. Nilai laju aliran air pada popa No Volt Debit (lt/enit) Pengabilan laju aliran air dilakukan untuk setiap penabahan tegangan yang diberikan kepada popa ditujukan untuk engetahui besar laju aliran yang dihasilkan oleh popa, sehingga ideal digunakan pada boiler untuk dilakukan pengabilan data.

27 Laju aliran bahan bakar Proses pengabilan laju alirran bahan bakar dilakukan digunakan untuk engetahui besar bahan bakar yang dapat didistribusikan oleh screw conveyor kedala ruang bakar. Prosedur pengkalibrasian laju aliran bahan bakar adalah dengan easukan batubara sebesar 1kg kedala ruang bakar enggunakan screw conveyor dan dilakukan pencatatan laa waktu pendistribusian yang berlangsung selaa proses berlangsung. Berikut erupakan tabel hasil kalibrasi laju aliran bahan bakar yang dilakukan. Gabar Proses pengkondisian laju aliran bahan bakar Tabel 3.9. Nilai laju aliran bahan bakar pada screw conveyor No Berat BB Waktu distribusi Laju aliran (kg) (Kg/s) 1 1 enit 16 detik enit 19 detik enit 17 detik Rata rata laju aliran

28 63 Tabel 3.9 di atas enunjukan bahwa laju aliran bahan bakar (batubara) yang dapat didistribusikan kedala ruang bakar adalah sebesar 0,007 kg/s yang erupakan laju aliran bahan bakar yang sesuai dengan perancangan pada subbab sebelunya Pengujian Pengujian ini bertujuan untuk eastikan apakah seua fungsi siste bekerja dengan baik dan encari kesalahan yang ungkin terjadi pada syste. Secara garis besar pengujian pada boiler dilakukan untuk enentukan laju pertabahan teperatur air yang dihasilkan oleh boiler dengan variasi laju aliran udara yang diberikan kedala siste Koponen pendukung Koponen pendukung erupakan koponen tabahan yang digunakan dala penelitian baik yang terhubung langsung aupun koponen yang tidak terhubung langsung, adapun koponen pendukung tersebut eliputi regulator tegangan, blower, popa air, stopwatch, terokopel, tibangan digital, bahan bakar dan bak penapungan air. Untuk lebih jelas dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut Voltage regulator Dala pengabilan data penelitian dibutuhkan satu buah regulator 0-50V yang terhubung langsung dengan blower. Fungsi dari regulator adalah untuk evariasikan tegangan blower untuk endapatkan beda laju aliran udara

29 64 dan debit udara pada sisi bagian asuk boiler. Tujuan regulator adalah untuk engetahui karakteristik yang terjadi akibat beda laju aliran udara dan debit udara terhadap teperatur keluaran boiler, bentuk identik dari regulator dapat dilihat pada gabar berikut. Gabar Voltage regulator Blower Untuk terjadinya pebakaran dibutuhkan udara yang cukup, oleh karenanya dibutuhkan blower sebagai suber udara pada boiler. Blower yang digunakan pada boiler ini adalah blower dengan diaeter output,5 Inch tegangan 0/110, rp 3000/3600 dan debit aliran udara sebesar /h. Untuk lebih jelas bentuk dari blower dapat dilihat pada gabar berikut. Gabar 3.0. Blower

30 Popa air Untuk engalirkan air pada evaporator dibutuhkan popa sebagai pengalir paksa air pada evaporator, pada penelitian ini popa yang digunakan adalah popa sanyo berdaya listrik 15 watt, daya hisap dan daya dorong asingasing 3,5, dengan kapasitas aksiu 0 liter/enit. Pada penelitian ini popa terkopel langsung dengan katup air yang berfungsi sebagai variasi bukaan katup untuk engetahui karakteristik yang terjadi pada boiler, dan eungkinkan juga popa ini terhubung dengan regulator untuk evariasikan tegangan popa agar debit dan laju popa dapat diatur sesui dengan perancangan. Untuk lebih jelas bentuk dari popa yang digunakan pada penelitian ini, dapat dilihat pada gabar berikut. Gabar 3.1. Popa Stopwatch Dala pengabilan data, stopwatch ini digunakan untuk engukur durasi waktu yang terjadi pada setiap rentan pengujian yang dilakukan, seperti distribusi

31 66 teperatu pada dinding dan sebagainya. Adapun ilustrasi stopwatch dapat dilihat pada gabar berikut. Gabar 3.. Stopwatch (Suber : Diakses pada 4 Mei 014) Tibangan Tibangan pada penelitian ini digunakan untuk engukur berat dari bahan bakar yang digunkan untuk kerja boiler, serta berat abu yang dihasilkan setelah pebakaran, sehingga dapat diperhitungkan rugi-rugi dan efisiensi penggunaan bahan bakar pada boiler. Adapun gabaran fisik dari tibangan yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada gabar sebagai berikut. Gabar 3.3. Tibangan Terokopel Terokopel ini berfungsi sebagai pengukur teperatur yang terjadi pada penelitian seperti distribusi teperatur pada dinding boiler, keudian besar

32 67 teperatur sisi asuk dan keluar evaporator, sehingga didapatkan data yang lebih akurat pada penelitian ini. Jenis terokopel yang digunakan pada penelitin ini adalah theroeter tipe TM-90C teperatur aksial 1300 o C. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gabar berikut. Gabar 3.4. Terokopel Bahan bakar Bahan bakar yang digunakan pada penelitian ini adalah batubara kelas bituinous, karena batubara kelas bituinous erupakan jenis batubara yang paling sering diteui di Lapung, selain itu batubara jenis bituinous eiliki nilai kalor yang tidak kalah dibandingkan dengan batubara jenis anthracite Gabar 3.5. Batubara bituinous (Suber : karbon.indonetwork.co.id. Diakses pada 7 Mei 014)

33 Bak penapungan air Air yang selalu bersirkulasi pada evaporator eerlukan suber penapungan yang tetap dan dapat terjaga julah air yang dibutuhkan, oleh karenanya dibutuhkan bak penapung air yang apu enapung air upan sebelu asuk kedala evaporator agar fungsi dari boiler lebih baik. Adapun bak penapungan air upan pada boiler dapat dilihat pada gabar 3.16berikut. Gabar 3.6. Bak penapung air upan 3.9. Prosedur percobaan Dala prosedur percobaan dilakukan beberapa tahapan hingga eperoleh data hasil percobaan, adapun prosedur percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut Persiapan perlengkapan Persiapan perlengkapan eliputi persiapan bahan bakar, persiapan air upan, serta penginstalan bagian-bagian boiler enjadi satu kesatuan yang utuh. Pada persiapan bahan bakar dilakukan untuk engkondisikan bahan bakar batubara hingga eiliki ukuran yang seraga sebesar 3c, diensi tersebut ditujukan agar dapat dengan udah asuk elalui screw conveyor hingga ruang

34 69 bakar. Prosesnya dengan eecahkan batubara dengan enggunakan peukul hingga keseluruhan batubara eiliki densi yang seraga. Pada pengkondisian air upan adalah dengan enyiapkan air upan kedala sebuah dru penapung air yang airnya selalu diisikan enggunakan selang yang terhubung dengan kran suber air, serta enginstalasi popa dengan evaporator dengan engkondisikan laju aliran air pada popa sebesar 3liter/enit Pebakaran awal Oleh karena dala proses pebakaran batubara ebutuhkan panas awal yang besar, aka dala pebakaran awal pada pennelitian ini adalah dengan ebakar arang terlebih dahulu hingga enjadi bara api, keudian baru diasukan di atasnya batubara. Hal tersebut dilakukan karena dala pebakaran arang ebutuhkan panas yang kecil dibandingkan batubara. Berikut eruakan prosedur yang dilakukan. 1. Masukan arang kedala cone penapung bahan bakar, keudian berikan sedikit solar untuk epercepat pebakaran, lalu bakar arang tersebut enggunakan korek api.. Menghidupkan blower, hal ini dilakukan agar proses pebakaran dapat berlangsung secara cepat enjadi bara api. 3. Meatikan blower ketika arang telah enjadi bara keseluruhan. 4. Maasukan batubara seddikit dei sedikit kedala cone bahan bakar hingga cone bahan bakar terisi penuh dengan batubara.

35 70 5. Menghidupkan blower kebali untuk epercepat rabatan teperature antara arang dengan batubara, diakan hingga batubara terbakar keseluruhan. Gabar 3.7. Persiapan awal bahan bakar Pada saat pebakaran awal setelah batubara diasukan kedala cone bahan bakar, akan enghasilkan asap putih, hal tersebut terjadi karena erupakan proses awal batubara yang berusaha untuk terbakar. Jika api pada batubara terbentuk aka asap putih tersebut akan hilang. Pada proses pebakaran awal ini diharapkan operator enggunakan asker, untuk enjaga agar asap batubara tidak langsung terhirup kedala saluran pernafasan Pengukuran teperatur keluar air Sebelu dilakukan pengukuran teperature output air, dilakukan persiapan koponen terlebih dahulu, yaitu dengan enginstal box bagian atas boiler yang terdapat evaporator di dalanya sertaenyiapkan terokopel yang terpasang pada saluran asuk boiler dan saluran keluar. Berikut erupakan prosedur pengukuran teperature output air.

36 71 1. Menginstal box bagian atas boiler yang di dalanya terdapat evaporator yang telah tekopel dengan saluran keluar dari popa, sedangkan saluran output evaporator langsung dialirkan keluar syste, sehingga air output evaporator tidak digunakan lagi pada proses peanasan.. Menginstal terokopel pada bagian input dan output pada boiler. 3. Menghidupkan popa dengan besar tegangan pada voltage regulator sebesar 75V. 4. Menghidupkan blower dengan variasi tegangan sebesar 75V, diana jika blower dihidupkan aka udara akan diasukan kedala ruang bakar, sehingga batubara yang telah dilakukan peanasan awal akan enyala kebali. Hal ini enandakan proses perpindahan panas antara batubara yang terbakar dengan air yang engalir telah berlangsung. 5. Mencatat pertabahan teperature yang terjadi pada pengujian dengan rentang waktu selaa 10 detik Pengulangan pengujian Pengulangan pengujian dilakukan dengan elakukan proses pengujian dari pebakaran awal hingga pengukuran teperature output air, yang ebedakan dari pengujian sebelunya adalah besar voltage yang diberikan blower, sebesar 150V dan 0V sehingga besar udara yang diberikan kedala syste berbeda dengan pengujian sebelunya. Besar udara yang diberikan blower kedala syste akan epengaruhi proses pebakaran yang terjadi, sehingga akan berpengaruh pula dengan laju pertabahan teperature yang terjadi.

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH WATER STORAGE VOLUME TERHADAP UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER (SAHPWH) MENGGUNAKAN HFC-134a

PENGARUH WATER STORAGE VOLUME TERHADAP UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER (SAHPWH) MENGGUNAKAN HFC-134a PENGARUH WATER STORAGE VOLUME TERHADAP UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER (SAHPWH) MENGGUNAKAN HFC-34a Wibawa Endra J, Tri Istanto Staf Pengajar - Jurusan Teknik Mesin - Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM 25 PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Budi Hartono Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Chaldun, Jl. Raya Serang Cilegon K.5, Serang Banten. Telp. 254-82357 / Fax. 254-82358

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. percobaan dan pengambilan data. Selain itu Laboratorium Teknologi Mekanik

III. METODOLOGI PENELITIAN. percobaan dan pengambilan data. Selain itu Laboratorium Teknologi Mekanik III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilakukan di Laboratorium Termodinamika untuk melakukan percobaan dan pengambilan data. Selain itu Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor Jurnal Kopetensi Teknik Vol. 1, No. 1, Noveber 009 1 Studi Eksperien Pengaruh Alur Perukaan Sirip pada Siste Pendingin Mesin Kendaraan Berotor Sasudin Anis 1 dan Aris Budiyono 1, Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

BAB III ANALISA TEORETIK

BAB III ANALISA TEORETIK BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1) JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING Puji Saksono 1) ABSTRAK Kondensor erupakan alat penukar kalor pada sisti refrigerasi yang berfungsi untuk elepaskan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Dimensi Pipa Kapiler Pada Sistem Air Conditioning Dengan Pre-Cooling

Studi Eksperimen Pengaruh Dimensi Pipa Kapiler Pada Sistem Air Conditioning Dengan Pre-Cooling JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) A-918 Studi Eksperien Pengaruh Diensi Pipa Kapiler Pada Siste Air Conditioning Dengan Pre-Cooling Awan Satya Darawan dan Ary Bachtiar

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi 2.2 Sistem Pasteurisasi HTST dan Pemanfaatan Panas Kondensor BAB II DASAR TEORI 2.1 Pasteurisasi Pasteurisasi ialah proses pemanasan bahan makanan, biasanya berbentuk cairan dengan temperatur dan waktu tertentu dan kemudian langsung didinginkan secepatnya. Proses

Lebih terperinci

KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC

KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC1-12706 Denny M. E Soedjono (1), Joko Sarsetiyanto (2), Dedy Zulhidayat Noor (3), Davit Priabodo 4) 1),2),3),4) Progra Studi D3 Teknik Mesin

Lebih terperinci

Model Produksi dan Distribusi Energi

Model Produksi dan Distribusi Energi Model Produksi dan Distribusi Energi Yayat Priyatna Jurusan Mateatika FMIPA UNPAD Jl. Raya Jatinangor Bdg Sd K 11 E ail : yatpriyatna@yahoo.co Abstrak Salah satu tujuan utaa proses produksi dan distribusi

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan

Lebih terperinci

Garis alir pada fluida mengalir terdapat dua jenis, yaitu:

Garis alir pada fluida mengalir terdapat dua jenis, yaitu: DINAMIKA FLUIDA Garis alir pada fluida engalir terdapat dua jenis, yaitu:. Aliran lainar adalah aliran fluida yang engikuti suatu garis lurus atau elengkung yang jelas ujung dan pangkalnya serta tidak

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN ALKOHOL 96% PADA BENSIN TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR OTTO

PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN ALKOHOL 96% PADA BENSIN TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR OTTO PENGARUH VARIASI PENAMBAHAN ALKOHOL 96% PADA BENSIN TERHADAP UNJUK KERJA MOTOR OTTO Monang Butar Butar 1, Muli Hazwi 2 1,2 Departeen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Suatera Utara Jl. Alaater

Lebih terperinci

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Bab IV Peodelan, Pengujian dan Analisa Siste Steel Ball Magnetic Levitation Pada bab IV ini akan dijelaskan engenai peodelan, pengujian dari siste yang tela dibuat dan penganalisaan asil pengujian tersebut.

Lebih terperinci

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X IATMI 2006-TS-30 PROSIDING, Siposiu Nasional & Kongres IX Ikatan Ahli Teknik Perinyakan Indonesia (IATMI) 2006 Hotel The Ritz Carlton Jakarta, 5-7 Noveber 2006 OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN AIR BAKU TERHADAP AREA PELAYANAN DI KECAMATAN CIBALONG KABUPATEN GARUT

KAJIAN PEMANFAATAN AIR BAKU TERHADAP AREA PELAYANAN DI KECAMATAN CIBALONG KABUPATEN GARUT KAJIAN PEMANFAATAN AIR BAKU TERHAAP AREA PELAYANAN I KECAMATAN CIBALONG KABUPATEN GARUT Ridwan Alasyah 1, Sulwan Perana, Ida Farida Jurnal Air Baku Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syasu No. 1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin pendingin atau kondensor adalah suatu alat yang digunakan untuk memindahkan panas dari dalam ruangan ke luar ruangan. Adapun sistem mesin pendingin yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Data dan Variabel 2.1.1 Data Pengertian data enurut Webster New World Dictionary adalah things known or assued, yang berarti bahwa data itu sesuatu yang diketahui atau dianggap.

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK COVER TERHADAP PRODUKTIFITAS DAN EFISIENSI SOLAR STILL

PENGARUH BENTUK COVER TERHADAP PRODUKTIFITAS DAN EFISIENSI SOLAR STILL PENGARUH BENTUK COVER TERHADAP PRODUKTIFITAS DAN EFISIENSI SOLAR STILL Nova R. Isail Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Widyagaa Malang novarislapung@yahoo.co.id ABSTRACT Various distillation

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

ROTASI Volume 8 Nomor 1 Januari

ROTASI Volume 8 Nomor 1 Januari ROTASI Volue 8 Noor 1 Januari 2006 23 PENGARUH KECEPATAN AIR SIRKULASI SEBAGAI MEDIUM QUENCHING TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA AISI 4140 Gunawan Dwi Haryadi 1) Abstrak Baja karbon yang

Lebih terperinci

PERENCANAAN DIMENSI SALURAN DRAINASE KAWASAN PABRIK PT. SINAR ALAM PERMAI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN

PERENCANAAN DIMENSI SALURAN DRAINASE KAWASAN PABRIK PT. SINAR ALAM PERMAI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN PERENCANAAN DIMENSI SALURAN DRAINASE KAWASAN PABRIK PT. SINAR ALAM PERMAI KABUPATEN BANYUASIN SUMATERA SELATAN Mega Gusti Heka Student, Civil Engineering Departent, University of Sriwijaya, Palebang 30227,

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran Kompresor Pada Sistem Pengkondisian Udara Dengan Pre-Cooling

Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran Kompresor Pada Sistem Pengkondisian Udara Dengan Pre-Cooling JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) F-84 Studi Eksperien Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran Kopresor Pada Siste Pengkondisian Udara Dengan Pre-Cooling Fariz Ibrohi dan Ary

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH KUALITAS UAP RATA-RATA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS RATA-RATA PADA PIPA KAPILER DI MESIN REFRIGERASI FOCUS 808

ANALISIS PENGARUH KUALITAS UAP RATA-RATA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS RATA-RATA PADA PIPA KAPILER DI MESIN REFRIGERASI FOCUS 808 Jurnal Mekanikal, Vol. No. : Juli 011: 10 16 ISSN 086-3403 ANALISIS PENGARUH KUALITAS UAP RATA-RATA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS RATA-RATA PADA PIPA KAPILER DI MESIN REFRIGERASI FOCUS 808 Basri

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

ANALISIS SCALING KETEL UAP PIPA API DI INDUSTRI TEKSTILCIREBON

ANALISIS SCALING KETEL UAP PIPA API DI INDUSTRI TEKSTILCIREBON ANALISIS SCALING KETEL UAP PIPA API DI INDUSTRI TEKSTILCIREBON JURNAL TEKNIK MESIN Oleh W. Djoko Yudisworo yudisworojoko@yahoo.co.id.tm-untag.crb ABSTRAK Penelitian terhadap unjuk kerja Ketel uap (Boiler

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI JENIS KAYU BERDASARKAN SIFAT ELEKTRIK QUANTIFICATION THE TYPES OF WOOD BASED ELECTRICAL PROPERTIES

KUANTIFIKASI JENIS KAYU BERDASARKAN SIFAT ELEKTRIK QUANTIFICATION THE TYPES OF WOOD BASED ELECTRICAL PROPERTIES ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Deseber 2017 Page 3906 KUANTIFIKASI JENIS KAYU BERDASARKAN SIFAT ELEKTRIK QUANTIFICATION THE TYPES OF WOOD BASED ELECTRICAL PROPERTIES Zeny Firdha

Lebih terperinci

STUDI KARAKTERISTIK PENDINGINAN MODEL SUNGKUP APWR DENGAN LAMINAR SUBCOOLED WATER FILM

STUDI KARAKTERISTIK PENDINGINAN MODEL SUNGKUP APWR DENGAN LAMINAR SUBCOOLED WATER FILM STUDI KARAKTERISTIK PENDINGINAN MODEL SUNGKUP APWR DENGAN LAMINAR SUBCOOLED WATER FILM Diah Hidayanti 1, Aryadi Suwono 1, Nathanael P. Tandian 1, Ari Darawan Pasek 1, dan Efrizon Uar 1 Progra Magister

Lebih terperinci

PERFORMANSI MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAP TERHADAP MASSA REFRIGERAN OPTIMUM MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON

PERFORMANSI MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAP TERHADAP MASSA REFRIGERAN OPTIMUM MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON PERFORMANSI MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAP TERHADAP MASSA REFRIGERAN OPTIMUM MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON Azridjal Aziz (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas Riau ABSTRAK Julah assa

Lebih terperinci

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI

MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI MODUL 3 SISTEM KENDALI POSISI Muhaad Aldo Aditiya Nugroho (13213108) Asisten: Dede Irawan (23214031) Tanggal Percobaan: 29/03/16 EL3215 Praktiku Siste Kendali Laboratoriu Siste Kendali dan Koputer - Sekolah

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE

TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH KECEPATAN ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFEKTIFITAS PERPINDAHAN PANAS PADA HEAT EXCHANGER JENIS SHELL AND TUBE Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Kurikulum Sarjana Strata Satu (S-1)

Lebih terperinci

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR

BAB V PERENCANAAN STRUKTUR BAB V PERENCANAAN STRUKTUR 5.1. TINJAUAN UMUM Dala perencanaan suatu bangunan pantai harus ditetapkan terlebih dahulu paraeter-paraeter yang berperan dalan perhitungan struktur. Paraeterparaeter tersebut

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WATER CHILLER

KARAKTERISTIK WATER CHILLER Karakteristik Water Chiller (PK Purwadi dan Wibowo Kusbandono KARAKTERISTIK WATER CHILLER PK Purwadi dan Wibowo Kusbandono ABSTRACT The quantities of cooling load and the condition of air in air conditioning

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kopi Tulen Lampung Barat untuk

III.METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kopi Tulen Lampung Barat untuk III.METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pabrik Kopi Tulen Lampung Barat untuk melakukan pengujian dan pengambilan data serta penulisan laporan akhir dari Juli

Lebih terperinci

Efektifitas fasad selubung ganda dalam mengurangi beban panas pada dinding luar bangunan

Efektifitas fasad selubung ganda dalam mengurangi beban panas pada dinding luar bangunan TEMU ILMIAH IPLBI 2014 Efektifitas fasad selubung ganda dala engurangi beban panas pada dinding luar bangunan Rosady Mulyadi Laboratoriu Sains dan Teknologi Bangunan, Progra Studi Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi

I. PENDAHULUAN. Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pengering merupakan salah satu unit yang dimiliki oleh Pabrik Kopi Tulen yang berperan dalam proses pengeringan biji kopi untuk menghasilkan kopi bubuk TULEN. Biji

Lebih terperinci

Contoh 1. = 3, 75 cm 3 Ditanya : m Jawab : m = ρv = 19,3 x 3,75 = 27,375 gra m

Contoh 1. = 3, 75 cm 3 Ditanya : m Jawab : m = ρv = 19,3 x 3,75 = 27,375 gra m Contoh. Seotong eas yang bentuknya seerti seeda akan di tentukan assanya. Eas di asukkan dala gelas ukur yang sebelunya telah berisi air, seerti gabar. Ternyata, skala yang ditunjukan oleh eukaan air dala

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) B-95

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) B-95 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-95 Studi Variasi Beban Pendinginan Di Evaporator Low Stage Siste Refrigerasi Cascade Menggunakan Heat Exchanger Tipe Concentric

Lebih terperinci

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta PENENTUAN e/ Kusnanto Mukti W/ M009031 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Eksperien dala enentukan besar uatan elektron pertaa kali dilakukan oleh J.J.Thoson. Dala percobaanya,

Lebih terperinci

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP)

Hukum II Newton. Untuk SMA kelas X. (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Huku II Newton Untuk SMA kelas X (Modul ini telah disesuaikan dengan KTSP) Lisensi Dokuen: Copyright 008 009 GuruMuda.Co Seluruh dokuen di GuruMuda.Co dapat digunakan dan disebarkan secara bebas untuk

Lebih terperinci

BAB 4 KAJI PARAMETRIK

BAB 4 KAJI PARAMETRIK Bab 4 Kaji Paraetrik BAB 4 Kaji paraetrik ini dilakukan untuk endapatkan suatu grafik yang dapat digunakan dala enentukan ukuran geoetri tabung bujursangkar yang dibutuhkan, sehingga didapatkan harga P

Lebih terperinci

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL Diajukan untuk eenuhi persyaratan eperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN

KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN KAJIAN EKSPERIMEN COOLING WATER DENGAN SISTEM FAN Nama : Arief Wibowo NPM : 21411117 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Rr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jurnal Teknika ATW_Edisi 08 1

I. PENDAHULUAN. Jurnal Teknika ATW_Edisi 08 1 STUDI EKSPERIMENTAL ALIRAN KE SIDE ARM T- JUNCTION DENGAN SUDUT 45 O PADA SALURAN MIRING TERHADAP KARAKTERISTIK PEMISAHAN KEROSENE - AIR DENGAN VARIASI HAMBATAN DOWNSTREAM Oleh : ) Karinto, 2) Heri Kustanto,

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA ASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU ASA Maulana Ardiansyah, Teguh Yuwono, Dedet Candra Riawan Jurusan Teknik Elektro TI - ITS Abstrak Generator induksi

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian (flow chat) Mulai Pengambilan Data Thi,Tho,Tci,Tco Pengolahan data, TLMTD Analisa Grafik Kesimpulan Selesai Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

Lebih terperinci

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI

MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI KONSTAN: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika (ISSN.460-919) Volue 1, No., Maret 016 MENGUKUR MOMEN INERSIA BEBERAPA MODEL VELG SEPEDA MINI 1 Suraidin, Islahudin, 3 M. Firan Raadhan 1 Mahasiswa Sarjana

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 6 BAB II METODOLOGI PENELITIAN.1 Waktu dan Tepat Penelitian Gabar Peta kawasan hutan KPH Madiun Peru perhutani Unit II Jati. Pengabilan data penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sapai dengan bulan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Dasar Perpindahan Kalor Perpindahan kalor terjadi karena adanya perbedaan suhu, kalor akan mengalir dari tempat yang suhunya tinggi ke tempat suhu rendah. Perpindahan

Lebih terperinci

PENUKAR KALOR CANGKANG DAN TABUNG EFEKTIF UNTUK MENDINGINKAN MINYAK PELUMAS MESIN DIESEL DENGAN PENYARINGAN SISTEM CABANG.

PENUKAR KALOR CANGKANG DAN TABUNG EFEKTIF UNTUK MENDINGINKAN MINYAK PELUMAS MESIN DIESEL DENGAN PENYARINGAN SISTEM CABANG. PENUKR KLOR CNGKNG DN TBUNG EFEKTIF UNTUK MENDINGINKN MINYK PELUMS MESIN DIESEL DENGN PENYRINGN SISTEM CBNG Murni *) bstract Lubrication is iportant paraeter in whole operation in diesel engine, bad lubrication

Lebih terperinci

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude

Perhitungan Tahanan Kapal dengan Metode Froude 9/0/0 Perhitungan Tahanan Kapal dengan etode Froude Froude enganggap bahwa tahanan suatu kapal atau odel dapat dipisahkan ke dala dua bagian: () tahanan gesek dan () tahanan sisa. Tahanan sisa ini disebabkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN KETEL UAP UNTUK SEBUAH PMKS DENGAN KAPASITAS OLAH 30 TON TBS/JAM

PERANCANGAN KETEL UAP UNTUK SEBUAH PMKS DENGAN KAPASITAS OLAH 30 TON TBS/JAM PERANCANGAN KETEL UAP UNTUK SEBUAH PMKS DENGAN KAPASITAS OLAH 3 TON TBS/JAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Meperoleh Gelar Sarjana Teknik PAROMPON SOPAR SIRAIT NIM. 4418 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis

Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis JURNAL TEKNIK ITS Vol., (Sept, ) ISSN: 3-97 G-59 Prediksi Uur Kelelahan Struktur Keel Buoy Tsunai dengan Metode Spectral Fatigue Analysis Angga Yustiawan dan Ketut Suastika Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Batasan Rancangan Untuk rancang bangun ulang sistem refrigerasi cascade ini sebagai acuan digunakan data perancangan pada eksperiment sebelumnya. Hal ini dikarenakan agar

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah

Penerapan Metode Simpleks Untuk Optimalisasi Produksi Pada UKM Gerabah Konferensi Nasional Siste & Inforatika 2017 STMIK STIKOM Bali, 10 Agustus 2017 Penerapan Metode Sipleks Untuk Optialisasi Produksi Pada UKM Gerabah Ni Luh Gede Pivin Suwirayanti STMIK STIKOM Bali Jl. Raya

Lebih terperinci

VARIASI HAMBATAN DOWNSTREAMKE SIDE ARM T- JUNCTION SUDUT 45 O PADA SALURAN MIRING TERHADAP KARAKTERISTIK PEMISAHAN KEROSENE - AIR

VARIASI HAMBATAN DOWNSTREAMKE SIDE ARM T- JUNCTION SUDUT 45 O PADA SALURAN MIRING TERHADAP KARAKTERISTIK PEMISAHAN KEROSENE - AIR University Research Colloquiu 205 ISSN 2407-989 VARIASI HAMBATAN DOWNSTREAMKE SIDE ARM T- JUNCTION SUDUT 45 O PADA SALURAN MIRING TERHADAP KARAKTERISTIK PEMISAHAN KEROSENE - AIR Karinto, 2 Suhartoyo,2,

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR LABORATORIUM DAN PUSAT PENGEMBANGAN ILMU TEKNIK DASAR Disusun Oleh : Ti Laboratoriu Dan Pusat Pengebangan Ilu Teknik Dasar LABORATORIUM DAN PUSAT PENGEMBANGAN ILMU TEKNIK DASAR

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI

PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI PENGEMBANGAN FASILITAS SISI UDARA BANDARA BLIMBINGSARI, KABUPATEN BANYUWANGI Bayu Surya Dara T, Ir. Hera Widyastuti, MT. PhD., Istiar, ST. MT. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA

PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA PEMBENTUKAN SEL-SEL MESIN UNTUK MENDAPATKAN PENGURANGAN JARAK DAN BIAYA MATERIAL HANDLING DENGAN METODE HEURISTIK DI PT. BENGKEL COKRO BERSAUDARA Babang Purwanggono, Andre Sugiyono Progra Studi Teknik

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK MENCARI NILAI OPTIMAL DESAIN PENUKAR KALOR JENIS SHELL AND TUBE TUGAS AKHIR

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK MENCARI NILAI OPTIMAL DESAIN PENUKAR KALOR JENIS SHELL AND TUBE TUGAS AKHIR UNIVERSITAS DIPONEGORO PENGEMBANGAN PERANGKAT LUNAK UNTUK MENCARI NILAI OPTIMAL DESAIN PENUKAR KALOR JENIS SHELL AND TUBE TUGAS AKHIR ARIF BUDIANTO L2E 008 021 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK MESIN SEMARANG

Lebih terperinci

SIMULASI TURBIN AIR KAPLAN PADA PLTMH DI SUNGAI SAMPANAHAN DESA MAGALAU HULU KABUPATEN KOTABARU

SIMULASI TURBIN AIR KAPLAN PADA PLTMH DI SUNGAI SAMPANAHAN DESA MAGALAU HULU KABUPATEN KOTABARU Proceeding Seinar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV) Banjarasin, 7-8 Oktober 2015 SIMULASI TURBIN AIR KAPLAN PADA PLTMH DI SUNGAI SAMPANAHAN DESA MAGALAU HULU KABUPATEN KOTABARU Akhad Syarief,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer.

METODE PENELITIAN. Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Batch Dryer, timbangan, stopwatch, moisturemeter,dan thermometer. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2013, di Laboratorium Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung B. Alat dan Bahan Alat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya

BAB I PENDAHULUAN. History Analysis), metode respon spektrum (Response Spectrum Method), dangaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gepa dapat terjadi sewaktu waktu akibat gelobang yang terjadi pada sekitar kita dan erabat ke segala arah.gepa bui dala hubungannya dengan suatu wilayah berkaitan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER

BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER BAB IV ANALISA PENGUJIAN DAN PERHITUNGAN BLOWER 4.1 Perhitungan Blower Untuk mengetahui jenis blower yang digunakan dapat dihitung pada penjelasan dibawah ini : Parameter yang diketahui : Q = Kapasitas

Lebih terperinci

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Lebih terperinci

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN

BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN digilib.uns.ac.id BAB IV PROSES PRODUKSI DAN PENGUJIAN 4.1 Proses Pengerjaan Proses pengerjaan merupakan salah satu tahap untuk membuat komponenkomponen pada Troli Bermesin. Komponen-komponen yang akan

Lebih terperinci

PENGUJIAN ALAT UKUR DAYA DIJITAL MENGGUNAKAN PIRANTI STANDAR YOKOGAWA CA71. Hari Prijanto *)

PENGUJIAN ALAT UKUR DAYA DIJITAL MENGGUNAKAN PIRANTI STANDAR YOKOGAWA CA71. Hari Prijanto *) Buletin Pengelolaan Reaktor uklir. Vol. 7 o. Oktober 00: 5-0 PEGUJIA ALAT UKUR DAYA DIJITAL MEGGUAKA PIRATI STADAR YOKOGAWA CA7 Hari Prijanto *) ABSTRAK PEGUJIA ALAT UKUR DAYA DIJITAL MEGGUAKA PIRATI STADAR

Lebih terperinci

PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA

PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA PEMILIHAN BAHAN BAKAR DALAM PEMBUATAN DAPUR CRUCIBLE UNTUK PELEBURAN ALUMINIUM BERKAPASITAS 50KG MENGGUNAKAN BAHAN BAKAR BATU BARA SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN NAMA PRAKTIKAN : Raadhan Bestari T. Barlian GRUP PRAKTIKAN : Grup Pagi (08.00-11.00) KELOMPOK : 2 HARI/TGL. PRAKTIKUM : Kais, 17

Lebih terperinci

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN

Laporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dala bidang konstruksi sifat aterial yang dapat terdefleksi erupakan suatu hal yantg sangat enakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi aka struktur yang dibangun

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR MODUL PRAKTIKUM FISIKA DASAR LABORATORIUM DAN PUSAT PENGEMBANGAN ILMU TEKNIK DASAR Disusun Oleh : Ti Laboratoriu Dan Pusat Pengebangan Ilu Teknik Dasar LABORATORIUM DAN PUSAT PENGEMBANGAN ILMU TEKNIK DASAR

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR MODEL MATEMATIKA SISTEM PEMUKAAN ZAT AI PENGANTA Pada bagian ini kita akan enurunkan odel ateatika siste perukaan zat cair. Dengan eperkenalkan prinsip resistansi dan kapasitansi untuk siste perukaan zat

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU PENGERINGAN TERHADAP KADAR AIR GABAH PADA MESIN PENGERING GABAH KONTINYU KAPASITAS 100 KG DAN DAYA 1890 W

PENGARUH WAKTU PENGERINGAN TERHADAP KADAR AIR GABAH PADA MESIN PENGERING GABAH KONTINYU KAPASITAS 100 KG DAN DAYA 1890 W POLITNOLOGI VOL. 0 NO. 3, SPTMBR 20 PNGARUH WATU PNGRINGAN TRHADAP ADAR AIR GABAH PADA MSIN PNGRING GABAH ONTINYU APASITAS 00 G DAN DAYA 890 W D. Mustofa. Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Jakarta

Lebih terperinci

Penyelesaian Algortima Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Problem (CSP) Satu Dimensi

Penyelesaian Algortima Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Problem (CSP) Satu Dimensi Penyelesaian Algortia Pattern Generation dengan Model Arc-Flow pada Cutting Stock Proble (CSP) Satu Diensi Putra BJ Bangun, Sisca Octarina, Rika Apriani Jurusan Mateatika Fakultas MIPA Universitas Sriwijaya

Lebih terperinci

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas

Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN YANG DITANAM DI TANAH DAN DI SEPTICTANK PADA PERUMAHAN

ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN YANG DITANAM DI TANAH DAN DI SEPTICTANK PADA PERUMAHAN 1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN YANG DITANAM DI TANAH DAN DI SEPTICTANK PADA PERUMAHAN Arif Derawan, Ir. Juningtyastuti**, Abdul Syakur, S.T.,M.T.** Jurusan

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah engikuti ateri ini diharapkan ahasiswa eiliki kopetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelobang dan gelobang-penuh satu fasa dan tiga fasa Menguasai

Lebih terperinci

Kinerja Fasad Selubung Ganda dalam Menurunkan Konsumsi Energi untuk Pendinginan pada Bangunan Gedung

Kinerja Fasad Selubung Ganda dalam Menurunkan Konsumsi Energi untuk Pendinginan pada Bangunan Gedung TEMU ILMIAH IPLBI 2016 Kinerja Fasad Selubung Ganda dala Menurunkan Konsusi Energi untuk Pendinginan pada Bangunan Gedung Rosady Mulyadi Lab. Sains dan Teknologi Bangunan, Departeen Arsitektur, Fakultas

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG )

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) Siti Munawaroh, S.Ko Abstrak: Koperasi Aanah Sejahtera erupakan

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci