ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN YANG DITANAM DI TANAH DAN DI SEPTICTANK PADA PERUMAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN YANG DITANAM DI TANAH DAN DI SEPTICTANK PADA PERUMAHAN"

Transkripsi

1 1 MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN YANG DITANAM DI TANAH DAN DI SEPTICTANK PADA PERUMAHAN Arif Derawan, Ir. Juningtyastuti**, Abdul Syakur, S.T.,M.T.** Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudharto, Tebalang, Searang, Indonesia Abstrak - Siste pentanahan bertujuan untuk engaankan peralatan-peralatan listrik aupun anusia yang berlokasi di sekitar gangguan dengan cara engalirkan arus gangguan ke tanah. Salah satu faktor untuk endapatkan nilai tahanan pentanahan yang kecil yaitu letak elektroda yang akan ditana Untuk engetahui nilai pentahanan tersebut aka diperlukan pengukuran. Salah satu unsur yang perlu diperhatikan dala pengukuran suatu siste pentanahan adalah kondisi tanah di daerah diana siste pentanahan tersebut akan dipasang.pengukuran dilakukan enggunakan etode tiga titik dengan enancapkan elektroda batang di tanah dan septictank pada 3 jenis kondisi tanah berbeda dengan kedalaan bervariasi. Pengukuran ini bertujuan untuk engetahui besarnya tahanan pentanahan pada tanah dan septictank dengan kondisi tanah yang berbeda. Dari hasil analisis diperoleh kesipulan bahwa nilai tahanan pentanahan sangat dipengaruhi oleh kedalaan elektroda yang ditana, julah elektroda, jarak antar elektroda dan kondisi tanah diana elektroda tersebut ditana. Kata kunci : elektroda, septictank, tahanan pentanahan, tanah. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan berkebangnya jaan dan seakin sepitnya tanah yang dapat digunakan aka pebangunan peruahan di wilayah Indonesia engalai kendala pada perluasan bangunan. Sehingga pebangunan peruahan cenderung keatas atau bertingkat sebagai solusi enghadapi perasalahan tersebut. Bangunan bertingkat lebih rawan engalai gangguan baik gangguan secara ekanik aupun gangguan ala. Salah satu gangguan ala yang sering terjadi adalah sabaran petir. Untuk elindungi dan engurangi dapak kerusakan akibat sabaran petir aka dipasang siste pengaanan pada peruahan. Siste pengaanan itu berupa siste penangkal petir beserta pentanahannya. Peasangan siste tersebut didasari oleh perhitungan resiko kerusakan akibat sabaran petir terhadap peruahan. Dengan adanya siste pentanahan ini, seua bagian peruahan dan perukaan tanah diharapkan epunyai tegangan yang erata, terutaa pada saat gangguan ke tanah sehingga tidak ebahayakan orang yang berada disekitar tepat itu. Untuk einialkan kerusakan akibat sabaran petir pada peruahan, aka perlu dilakukan perhitungan nilai pentanahan yang aan dan enganalisa tepat tertananya elektroda pentanahan. Pada proses perencanaan suatu jenis siste pentanahan pada peruahan, eerlukan suatu pengukuran tahanan pentanahan yang akan enjadi acuan proses perencanaan siste pentanahan. Hal ini akan beranfaat dala perencanaan siste pentanahan karena arus lebih dialirkan ke tanah dengan cepat pada saat terjadi sabaran petir karena nilai tahanan pentanahan yang kecil. 1.2 Tujuan Tujuan dari pebuatan Tugas Akhir ini adalah untuk engetahui nilai tahanan dengan elektroda yang tertana di tanah pada kondisi jenis tanah yang berbeda, untuk engetahui nilai tahanan dengan elektroda yang tertana di septictank pada kondisi jenis tanah yang berbeda dan untuk ebandingkan nilai tahanan pentanahan dengan elektroda yang tertana di tanah dan elektroda yang tertana di septictank Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro UNDIP ** Staf Pengajar Teknik Elektro UNDIP 1

2 1.3 Pebatasan Masalah 1. Pengukuran dilakukan di tanah dan septictank. 2. Pengukuran dilakukan pada 3 jenis tanah yaitu rawa, tanah berbatu, tanah liat. 3. Septictank terbuat dari seen dengan engabaikan ketebalan dan kedalaan septictank. 4. Diasusikan bahwa lapisan-lapisan tanahnya hoogen. II. DASAR TEORI 2.1 Uu Siste pentanahan/grounding syste adalah suatu rangkaian/jaringan ulai dari kutub pentanahan/elektroda, hantaran penghubung sapai terinal pentanahan yang berfungsi untuk enyalurkan arus lebih ke bui, agar perangkat peralatan dapat terhindar dari pengaruh petir dan tegangan asing lainnya. 2.2 Tahanan Jenis Tahanan jenis tanah adalah tahanan listrik dari tahanan tanah yang berbentuk kubus dengan volue 1 eter kubik. Kadangkadang tahanan jenis dinyatakan dala oh. Pernyataan oh- erepresentasikan tahanan diantara dua perukaan yang berlawanan dari suatu volue yang berisi 1 3. Untuk endapatkan tahanan pentanahan yang kecil diperlukan upaya sebagai berikut, engetahui tahanan jenis tanah, keudian ebuat bentuk kutub tanah yang sesuai Pengaruh Ikli Untuk engurangi variasi tahanan jenis tanah akibat pengaruh usi, pebuian dapat dilakukan dengan enana elektroda pebuian sapai encapai kedalaan diana terdapat air tanah yang konstan. Kadangkala pebenaan elektroda pebuian eungkinkan kelebaban dan teperatur bervariasi sehingga harga tahanan jenis tanah harus diabil untuk keadaan yang paling buruk, yaitu tanah kering dan dingin Pengaruh Suhu Teperatur tanah sekitar elektroda pebuian juga berpengaruh pada besarnya tahanan jenis tanah. Hal ini terlihat sekali pengaruhnya pada teperatur di bawah titik beku air (0 C), dibawah harga ini penurunan teperatur yang sedikit saja akan enyebabkan kenaikan harga tahanan jenis tanah dengan cepat. 2.3 Karakteristik Karakteristik tanah sangat berkaitan erat dengan perencanaan siste pentanahan yang akan digunakan. Untuk endapatkan tahanan pentanahan yang rendah tidak hanya dengan elektroda yang rendah, tetapi tahanan tanahnya juga harus rendah. Pada kenyataannya, tanah, selain bersifat sebagai konduktor juga bersifat dielektrik. 2.4 Jenis Siste Pentanahan Siste pentanahan yang enggunakan elektroda pentanahan yang ditana langsung ke dala tanah terdiri dari berbagai aca cara, antara lain: jenis pentanahan rod, jenis pentanahan grid, pentanahan kobinasi gridrod Tahanan Pentanahan Tahanan kutub pentanahan selanjutnya disebut tahanan pentanahan adalah seluruh tahanan listrik yang diiliki siste pentanahan. Idealnya tahanan pentanahan adalah 0 (nol), naun karena encapainya sulit, aka sebagai referensi, untuk gedung aksiu 5 Oh Pentanahan Rod Pada pentanahan rod ini, batang-batang elektroda ditana tegak lurus dengan perukaan tanah. Bila elektroda rod tersebut dialiri arus gangguan ke tanah ketika daerah peruahan terjadi gangguan tanah, aka arus tersebut akan enyebar atau engalir ke tanah dan akan engakibatkan naiknya beda potensial pada perukaan tanah. Makin jauh dari elektroda tersebut, penyebaran arus seakin luas, sehingga kepadatan arusnya juga seakin berkurang Satu Batang Elektroda yang ditana Tegak Lurus ke dala Gabar 2.1 enunjukkan satu batang elektroda berbentuk silinder dengan panjang L yang di tana tegak lurus perukaan tanah berdiaeter 2a, dengan bayangan di atas perukaan tanah. Elektroda tersebut ditana dengan berbagai jenis kedalaan.

3 3 ρ ρ ρ 1 Gabar 2.1. Penanaan elektroda batang (rod) Untuk elektroda yang ditana tegak lurus dekat perukaan tanah (Gabar 2.1a), nilai tahanannya yaitu : ρ1 4L R = ln 1 (2.1) 2. π.l a Untuk elektroda yang ditana tegak lurus pada kedalaan beberapa c dari perukaan tanah (Gabar 2.1b), nilai tahanannya yaitu : ρ1 2L R = ln 1 (2.2) 2. π.l a Untuk elektroda yang ditana tegak lurus dekat perukaan tanah dan enebus lapisan tanah kedua (Gabar 2.1c), nilai tahanannya yaitu : ρ2 4L R = ln 1 (2.3) 2. π.l a Untuk elektroda yang ditana tegak lurus pada kedalaan beberapa c dari perukaan tanah dan enebus lapisan tanah kedua (Gabar 2.1d), nilai tahanannya yaitu : ρ 2 2L ln 2 ρ1 R ln 1+ + φ (4ln 2)h 0 2 π (h - h0) a 1 0 h + L = (2.4) ρ 2 ρ 1 ρ 2 dengan : R = Tahanan dari satu batang elektroda (Ω) L = Panjang batang elektroda dala tanah () a = Jari-jari batang elektroda () ρ 1 = Tahanan jenis lapisan tanah pertaa (Ω) ρ 2 = Tahanan jenis lapisan tanah kedua (Ω-) h o = Kedalaan penanaan elektroda () K = Faktor refleksi Dua Batang Elektroda yang ditana Tegak Lurus ke dala Pada Gabar 2.2 dapat dilihat bahwa kedua batang elektroda yang berbentuk silinder dengan panjang L yang ditana tegak lurus perukaan tanah dan dihubungkan di atas tanah dengan jarak S diantara dua batang elektroda tersebut. Gabar 2.2. Dua elektroda batang (rod) Ruus untuk dua batang elektroda yang ditana tegak lurus di dala tanah juga diturunkan oleh H.B. Dwight dengan besar tahanan pentanahan ialah : Untuk S < L, yaitu : R = 2 4 ρ 4L 4L S S S (2.8) ln ln 2 4.π.L a S 2L L 512.L Untuk S > L, yaitu : φ 0 = 1 1 ln 2π 1- K 2 N 1 F 0 L F 0 =. 1-0,9K ρ2 ρ 1 K =. ρ + ρ (2.5) (2.6) (2.7) 2 4 ρ 4L ρ + L 2L R = ln (2.9) 4ππ a 4 π s 2 4 3S 5S dengan : R = Tahanan dari satu batang elektroda (Ω) L = Panjang batang elektroda dala tanah () S = Jarak penanaan antara kedua elektroda () a = Jari-jari batang elektroda () ρ = Tahanan jenis tanah (Ω-) Beberapa Batang Elektroda ditana Tegak Lurus ke dala Untuk julah konduktor yang lebih banyak, tahanan pentanahan akan lebih kecil dan distribusi tegangan akan seakin erata. Penanaannya berbentuk epat persegi

4 4 panjang atau bujur sangkar dengan jarak antara batang-batang elektroda pentanahan adalah saa. Sedangkan konduktor penghubung antara batang-batang elektroda tersebut terletak di atas perukaan tanah sehingga tahanannya diabaikan. Pada kenyataannya, konduktor rod tersebut dihubungkan dengan peralatan yang akan ditanahkan Pentanahan Kisi-kisi (Grid) Pada pentanahan grid, batang-batang konduktor ditana horizontal didala tanah. Batang-batang ini terhubung satu saa lain dan ebentuk beberapa buah esh Pentanahan Kobinasi Grid dan Rod Kobinasi siste pentanahan suatu peruahan seringkali enggunakan konduktor grid yang disusun horizontal dengan perukaan tanah yang dibantu dengan batangbatang vertikal (rod) 2.5 Bagian-bagian Siste Pentanahan Kutub Pentanahan Kutub pentanahan adalah koponen etal sebagai penghantar listrik yang bersentuhan dengan tanah/ditana di dala tanah untuk epercepat penyerapan uatan listrik akibat petir atau tegangan lebih ke tanah.bentuknya beraca-aca tergantung pada keperluannya Hantaran Penghubung Hantaran penghubung adalah etal penghubung antara kutub pentanahan dengan terinal, biasanya berupa kawat tebaga pilin/bc draad dengan diaeter inial Terinal Pentanahan Terinal pentanahan adalah terinal atau titik di ana dihubungkan dengan perangkat peralatan. Biasanya berupa lepeng tebaga cukup panjangnya 15 c, lebar 3 c dan tebal 1 c. 2.6 Cara Mengukur Tahanan Jenis Pengukuran tahanan jenis tanah biasanya dilakukan dengan cara : 1. Metode tiga titik (three-point ethode). 2. Metode epat titik (four electode ethode) Metode Tiga Titik Metode tiga titik (three-point ethode) diaksudkan untuk engukur tahanan pentanahan. Misalkan tiga buah batang pentanahan diana batang 1 yang tahanannya hendak diukur dan batang-batang 2 dan 3 sebagai batang pengentanahan pebantu yang juga belu diketahui tahanannya, seperti pada gabar 2.3 Gabar 2.3 Rangkaian pengukuran tahanan jenis tanah dengan Metode tiga titik Metoda Epat Titik Peralatan yang dibutuhkan: 4 kutub tanah pertolongan/batang besi 1 buah Apereeter 1 buah Volteter suberdaya AC Cara penyabungan: 4 batang besi (sebut saja sebagai batang C1, P1, P2 dan C2) ditancapkan ke tanah dala satu baris dengan jarak asing-asing a eter. Antara P1 dan P2 dipasang Volt eter, antara C1 dan C2 disabungkan dengan Apere eter dan suber daya AC 110/220 VAC. Gabar 2.4. Metode Wenner Cara pengukuran: Sabungkan suber daya, ukur berapa Apere arus yang engalir antara C1 dan C2, isalnya I Apere. Ukur berapa beda potensial antara P1 dan P2, isalnya V (Volt). Masukkan besaran pada ruus: Rho = 2 π a R (2.10) di ana π = 3,14 a = jarak antara batang besi R = V/I II. PENGUKURAN TAHANAN PENTANAHAN 3.1 Pengukuran Tahanan Pentanahan Untuk engetahui apakah suatu tahanan pentanahan sesuai dengan standar, aka diperlukan pengukuran tahanan pentanahan tersebut. Pengukuran tersebut atas

5 5 beberapa jenis yang secara enyeluruh disebut sebagai pengukuran tahanan pentahanan. Pengukuran yang disebut diatas adalah pengukuran tahanan pentanahan yang bertujuan engetahui besarnya tahanan pentanahan dari beberapa kondisi tanah. 3.2 Bahan Pengukuran dan Elektroda Bahan Pengukuran Bahan yang digunakan dala pengukuran ini adalah tanah dan septictank. Pengukuran eliputi 3 jenis kondisi tanah yaitu : 1. Kondisi tanah berair (rawa). Pengukuran pada kondisi ini dilakukan di daerah Kaligawe, Searang. 2. Kondisi tanah liat (tanah pertanian). Pengukuran pada kondisi ini dilakukan di daerah Tebalang, Searang. 3. Kondisi tanah berbatu. Pengukuran pada kondisi ini dilakukan di daerah Rowosari, Searang Elektroda Elektroda yang digunakan pada pengukuran terbuat dari tebaga dengan diaeter 1,5 c yang dipasang vertikal atau ditana di tanah dan septictank. 3.3 Peralatan Pengukuran Peralatan peralatan yang diperlukan dala proses pengukuran tahanan pentanahan, antara lain : 1. Earth Resistance Tester Dengan data sebagai berikut : Merk : KYORITSU Suber tenaga : 9V DC jenis baterai R6P (SUM-3) x 6 Jenis : Digital Earth Resistance Tester 4105A Alat ini berfungsi untuk enapilkan nilai tahanan pentanahan yang terukur dengan keapuan engukur sapai 1999 Ω (oh). Skea gabar Earth Resistance Tester ini ditunjukan pada gabar LCD penapil nilai ukur. 2. Sibol baterai dala keadaan leah. 3. LED indicator (berwarna hijau). 4. Tobol uji untuk engunci. 5. Terinal pengukuran. Gabar 3.1 Digital Earth Resistance Tester 4105A Keterangan : 2. Elektroda batang Bantu Yang berfungsi sebagai pebanding dari elektroda utaa untuk endapatkan nilai tahanan pentanahan. 3. Meteran Alat untuk engukur jarak antar elektroda dan kedalaan elektroda. 4. Kabel penghubung Kabel penghubung berfungsi untuk enghubungkan Earth Resistance Tester dengan elektroda uji dan elektroda bantu. 5. Martil Martil ini adalah alat yang digunakan untuk ebantu enana elektroda ke dala tanah. 3.4 Siste Pengukuran Rangkaian Ukur Rangkain alat ukur pentanahan (a)

6 6 (d) (b) (c) Gabar 3.2 (a) Skea pengukuran tahanan dengan elektroda tunggal (b) Skea pengukuran tahanan dengan elektroda ganda (c) Skea pengukuran tahanan dengan elektroda tunggal di septictank (d) Rangkaian pengukuran tahanan dengan elektroda tunggal Prosedur Pengukuran Perencanaan Tahapan Pengukuran Tahanan Pentahanan dengan Elektroda ditana di tanah Perencanaan pengukuran tahanan pentanahan elektroda batang dengan kedalaan bervariasi dilakukan dengan 2 etode yaitu : a. Perencanaan tahapan pengukuran tahanan pentahanan dengan elektroda ditana di tanah enggunakan elektroda tunggal Pengukuran tahanan pentanahan elektroda batang tunggal dengan kedalaan bervariasi dilakukan dengan tahapan pengukuran sebagai berikut : 1. Mepersiapkan peralatan dan bahan. 2. Mengecek tegangan baterai dengan enghidupkan Digital Earth Resistance Tester. Jika layar tapak bersih tanpa sibol baterai leah berarti kondisi baterai dala keadaan baik. Jika layar enunjukkan sibol baterai leah atau bahkan layar dala keadaan gelap berarti baterai pelu diganti. 3. Mebuat rangkaian pengujian seperti pada gabar 3.2 (a) dengan enana elektroda utaa dan elektroda bantu. Menana elektroda dengan eukul kepala elektroda enggunakan artil, jika enjupai lapisan tanah yang keras sebaiknya jangan eaksakan penanaan elektroda. 4. Menetukan jarak antar elektroda bantu inial 5 eter dan aksial 10 eter. 5. Mengukur tegangan tanah dengan dengan engarahkan range switch ke earth voltage dan pastikan bahwa nilai indikator 10 V atau kurang. Jika earth voltage bernilai lebih tinggi dari 10 V diperkirakan akan terjadi banyak kesalahan dala nilai pengukuran tahanan. 6. Mengecek penghubung atau penjepit pada elektroda utaa dan elektroda bantu dengan ensetting range switch ke 2000 Ω dan tekan tobol PRESS TO TEST. Jika tahanan elektroda utaa terlalu tinggi atau enunjukkan sibol... yang berkedip-kedip aka perlu dicek penghubung atau penjepit pada elektroda utaa. 7. Melakukan pengukuran. Mensetting range switch ke posisi yang diinginkan dan tekan tobol PRESS TO TEST selaa beberapa detik. 8. Mencatat nilai ukur tahanan yang uncul dari Digital Earth Resistance Tester. 9. Mengebalikan posisi tobol PRESS TO TEST ke posisi awal. 10. Melakukan pengujian tahanan untuk kedalaan elektroda utaa yang berbeda dengan langkah 3, 7, 8, Tahapan yang saa untuk kondisi tanah yang berbeda. Diagra alir proses pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda batang tunggal ditana di tanah adalah :

7 7 Gabar 3.3 Diagra alir proses pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda batang tunggal b. Perencanaan tahapan pengukuran tahanan pentahanan elektroda ditana di tanah enggunakan elektroda ganda Pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda batang ganda enggunakan 2 etode yaitu panjang elektroda utaa (L) < jarak antar elektroda utaa (S) dan panjang elektroda utaa (L) > jarak antar elektroda utaa (S). Pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda batang ganda dengan kedalaan bervariasi dilakukan dengan tahapan pengukuran sebagai berikut : 1. Mepersiapkan peralatan dan bahan. 2. Mengecek tegangan baterai dengan enghidupkan Digital Earth Resistance Tester. Jika layar tapak bersih tanpa sibol baterai leah berarti kondisi baterai dala keadaan baik. Jika layar enunjukkan sibol baterai leah atau bahkan layar dala keadaan gelap berarti baterai pelu diganti. 3. Mebuat rangkaian pengujian seperti pada gabar 3.2 (b) dengan enana elektroda utaa dan elektroda bantu. Menana elektroda dengan eukul kepala elektroda enggunakan artil, jika enjupai lapisan tanah yang keras sebaiknya jangan eaksakan penanaan elektroda. 4. Menetukan jarak antar elektroda bantu inial 5 eter dan aksial 10 eter. 5. Menentukan jarak antar elektoda utaa (L) < (S). 6. Mengukur tegangan tanah dengan dengan engarahkan range switch ke earth voltage dan pastikan bahwa nilai indikator 10 V atau kurang. Jika earth voltage bernilai lebih tinggi dari 10 V diperkirakan akan terjadi banyak kesalahan dala nilai pengukuran tahanan. 7. Mengecek penghubung atau penjepit pada elektroda utaa dan elektroda bantu dengan ensetting range switch ke 2000 Ω dan tekan tobol PRESS TO TEST. Jika tahanan elektroda utaa terlalu tinggi atau enunjukkan sibol... yang berkedip-kedip aka perlu dicek penghubung atau penjepit pada elektroda utaa. 8. Melakukan pengukuran. Mensetting range switch ke posisi yang diinginkan dan tekan tobol PRESS TO TEST selaa beberapa detik. 9. Mencatat nilai ukur tahanan yang uncul dari Digital Earth Resistance Tester. 10. Mengebalikan posisi tobol PRESS TO TEST ke posisi awal. 11. Melakukan pengujian tahanan untuk kedalaan elektroda utaa yang berbeda dengan langkah 3, 7, 8, Kebali ke langkah 1 sapai langkah 11 untuk pengukuran tahaa pentanahan dengan jarak antar elektoda utaa (L) > (S). 13. Tahapan yang saa untuk kondisi tanah yang berbeda Perencanaan Tahapan Pengukuran Tahanan Pentahanan dengan Elektroda ditana di septictank Pada tahapan ini dilakukan pengukuran hanya dengan enggunakan elektroda batang tunggal saja. Pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda batang tunggal di septictank dengan kedalaan bervariasi dilakukan dengan tahapan pengukuran sebagai berikut : 1. Mepersiapkan peralatan dan bahan. 2. Mengecek tegangan baterai dengan enghidupkan Digital Earth Resistance Tester. Jika layar tapak bersih tanpa sibol baterai leah berarti kondisi baterai dala keadaan baik. Jika layar enunjukkan sibol baterai leah atau bahkan layar dala keadaan gelap berarti baterai pelu diganti. 3. Mebuat rangkaian pengujian seperti pada gabar 3.2 (c) dengan enana elektroda utaa dan elektroda bantu. 4. Menetukan jarak antar elektroda bantu inial 5 eter dan aksial 10 eter.

8 8 5. Mengukur tegangan tanah dengan dengan engarahkan range switch ke earth voltage dan pastikan bahwa nilai indikator 10 V atau kurang. Jika earth voltage bernilai lebih tinggi dari 10 V diperkirakan akan terjadi banyak kesalahan dala nilai pengukuran tahanan. 6. Mengecek penghubung atau penjepit pada elektroda utaa dan elektroda bantu dengan ensetting range switch ke 2000 Ω dan tekan tobol PRESS TO TEST. Jika tahanan elektroda utaa terlalu tinggi atau enunjukkan sibol... yang berkedip-kedip aka perlu dicek penghubung atau penjepit pada elektroda utaa. 7. Melakukan pengukuran. Mensetting range switch ke posisi yang diinginkan dan tekan tobol PRESS TO TEST selaa beberapa detik. 8. Mencatat nilai ukur tahanan yang uncul dari Digital Earth Resistance Tester. 9. Mengebalikan posisi tobol PRESS TO TEST ke posisi awal. 10. Melakukan pengujian tahanan untuk kedalaan elektroda utaa yang berbeda dengan langkah 3, 7, 8, Tahapan yang saa untuk septictank pada kondisi tanah yang berbeda. Diagra alir proses pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda batang tunggal di septictank adalah : IV. DATA DAN ANALISIS 4.1 Data Hasil Pengukuran Pengukuran tahanan yang dilakukan pada 3 kondisi jenis tanah yaitu : 1. Kondisi tanah berair (rawa). 2. Kondisi tanah liat (tanah pertanian). 3. Kondisi tanah berbatu. Dari hasil pengukuran pada 3 kondisi tanah diatas telah diperoleh data sebagai berikut : 1. Tahanan pentanahan elektroda tunggal yang ditana di tanah dengan kedalaan bervariasi. 2. Tahanan pentanahan elektroda ganda yang ditana di tanah dengan kedalaan bervariasi. 3. Tahanan pentanahan elektroda tunggal yang ditana di septictank dengan kedalaan bervariasi. Pengukuran dilakukan pada teperatur 28 C- 30 C Pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda tunggal yang ditana di tanah dengan kedalaan bervariasi. Data-data hasil pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda tunggal yang ditana di tanah dengan kedalaan bervariasi ditunjukkan pada tabel 4.1 Tabel 4.1 Hasil pengukuran tahanan dengan elektroda tunggal ditana di tanah. Kondisi Jarak Tahanan (Ω) Elektroda Bantu () 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 Rawa 6 3,34 2,14 1,71 1,64 1,2 Liat , , 5 Berbatu , , Pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda ganda yang ditana di tanah dengan kedalaan bervariasi. Gabar 3.4 Diagra alir proses pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda batang tunggal di septictank. Data-data hasil pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda tunggal yang ditana di tanah dengan kedalaa bervariasi untuk S < L ditunjukkan pada tabel 4.2.

9 9 Tabel 4.2 Hasil pengukuran tahanan dengan elektroda ganda dengan S > L ditana di tanah. Kondi S JEB Tahanan (Ω) si () () 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 Rawa 0,8 6 1,58 1,22 1 0,85 0,72 0,8 6 32, ,7 Liat Berbat u 0, , , , 81 Data-data hasil pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda tunggal yang ditana di tanah dengan kedalaa bervariasi untuk S > L ditunjukkan pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Hasil pengukuran tahanan dengan elektroda ganda dengan S < L ditana di tanah. Kondi S JEB Tahanan (Ω) si () () 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 Rawa 0,2 6 2,08 1,44 1,07 0,87 0,74 0,2 6 41,2 27,5 19,7 13,4 9,8 Liat Berbat u 0, , 3 169, Pengukuran tahanan pentanahan elektroda tunggal yang ditana di septictank tanah dengan kedalaan bervariasi. Data-data hasil pengukuran tahanan pentanahan dengan elektroda tunggal yang ditana di tanah dengan kedalaan bervariasi ditunjukkan pada tabel 4.4 Tabel 4.4 Hasil pengukuran tahanan dengan elektroda tunggal ditana di septictank. Kondisi Jarak Elektroda Bantu () 0,7 0,9 Tahanan (Ω) 1,1 1,3 1,5 Rawa 6 2,1 1,6 1,33 0,92 0,81 Liat ,6 10 8,7 7,3 Berbatu Analisis dan Perhitungan Pengaruh Kedalaan Elektroda yang ditana di tanah Terhadap Tahanan Pentanahan Struktur dan karakteristik tanah erupakan salah satu faktor yang utlak diketahui karena epunyai kaitan erat dengan perencanaan siste pentanahan yang akan digunakan. Nilai tahanan jenis tanah harganya beraca-aca, tergantung pada koposisi tanahnya. Batasan atau pengelopokan tahanan jenis dari berbagai aca jenis tanah pada kedalaan tertentu tergantung pada beberapa hal antara lain pengaruh teperatur, pengaruh kelebaban, dan pengaruh kandungan kiia Secara teori untuk tanah pada kondisi tanah yang saa, seakin dala penanaan elekroda, tahanan tanah dan tahanan jenis tanah akan enurun karena seakin dekat dengan air tanah yang berpengaruh dengan kelebaban yang nantinya berpengaruh terhadap konduktivitas. Berdasarkan ruus juga terlihat bahwa tahanan tanah sebanding dengan tahanan jenis dan berbanding terbalik dengan kedalaan penanaan elektroda. Seakin dala kedalaan elektroda yang tertana aka nilai tahanan pentanahan seakin rendah. Hal ini terjadi juga pada seua kondisi tanah yang berbeda-beda (rawa, tanah liat, tanah berbatu). Hanya saja besarnya nilai tahanan pada elektroda ganda dengan S > L ini berbeda dibandingkan dengan nilai tahanan dari pengukuran elektroda tunggal diana nilai tahanan pada kondisi ini lebih rendah. Tahanan pentanahan dengan elektroda ganda yang tertana pada kondisi S < L juga engalai penurunan nilai tahanan jika kedalaan elektroda dari kedua elektroda tersebut tertana seakin dala. Hanya saja pada elektroda ganda dengan S < L epunyai nilai lebih besar dari nilai tahanan dengan elektroda ganda pada kondisi S > L tetapi nilai tahanan pada kondisi ini lebih kecil dari nilai tahanan dengan enggunakan elektroda tunggal. Penurunan nilai tahanan ini terjadi pada ketiga jenis tanah yang berbeda Analisis Elektroda Tunggal yang ditana di septictank Pada kondisi ini juga kedalaan penanaan elektroda sangat berpengaruh pada hasil pengukuran tahanan pentanahan. Nilai tahanan di septictank keungkinan bisa berubah-ubah sesuai dengan volue debit air pada septictank tersebut. Bila dibandingkan dengan nilai tahanan elektroda yang tertana pada jenis tanah liat dan tanah rawa, tahanan di septictank bernilai lebih besar walaupun penanaan elektroda ditana lebih dala. Penyebaran tegangan pada septictank terbatas hanya sebatas luas septictank tersebut. Faktor lain yang epengaruhi perbedaan nilai tahanan dibanding septictank diantaranya adanya pebatas antara septictank dan tanah yaitu adonan seen yang epengaruhi tingkat kelebaban tanah, yang perlu

10 10 diperhatikan juga adanya perbedaan teperatur antara tanah disekitar dengan teperatur di dala septicank sehingga nilai tahanan di septictank lebih besar dibandingkan dengan yang tertana langsung di tanah. Untuk tahanan dengan elektroda tertana di septictank di tanah berbatu bernilai lebih rendah dikarenakan kelebaban tanah disekitar lebih rendah sehingga tidak berpengaruh langsung terhadap nilai tahanan di septictank V. PENUTUP 5.1 Kesipulan Berdasarkan hasil pengukuran tahanan pentanahan, aka dapat diabil kesipulan sebagai berikut : 1. Tahanan elektroda pentanahan untuk elektroda tunggal aupun ganda akan bernilai seakin kecil bila elektroda tersebut ditana seakin dala dari perukaan tanah baik yang tertana di tanah ataupun tertana di septictank. 2. Untuk dua batang elektroda, bila jarak antara kedua elektroda enjadi lebih besar dari panjang elektroda, aka nilai tahanan total pentanahan akan seakin kecil. 3. Nilai tahanan pentanahan yang bernilai paling kecil untuk elektroda yang tertana di tanah dan septictank yaitu pada kondisi jenis tanah rawa dibandingkan pada kondisi tanah liat dan nilai tahanan pentanahan pada kondisi tanah liat lebih kecil dibandingkan dengan tanah berbatu. 4. Khusus penanaan elektroda batang tunggal pada kondisi jenis tanah berbatu, eiliki nilai tahanan yang lebih rendah jika terpasang pada septictank dibandingkan tertana di tanah. 5.2 Saran 1. Pengukuran dan analisis bisa dikebangkan dengan etode kondisi tanah dan jenis elektroda yang lain. 2. Jika akan easang elektroda pentanahan dengan elektroda di septictank perlu dipertibangkan faktor keselaatan, karena jika terjadi sabaran petir aka ada keungkinan septictank akan eledak akibat dilewati arus gangguan petir, sehingga untuk engatasi asalah ini, sebaiknya penanaan elektroda tersebut tertana di tanah didasar septictank tersebut. DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Standarisasi Nasional BSN, Peraturan Uu Instalasi Penangkal Petir. 2. Badan Standarisasi Nasional BSN, Persyaratan Uu Instalasi Listrik 2000 ( PUIL 2000.) 3. Dibyantoro, Priastro, Perencanaan Siste pentanahan Pada Gardu Induk, Tugas Akhir, Teknik Elektro Fakultas Teknik Undip, Searang, Hutauruk, T.S, Pengetanahan Netral Siste Tenaga dan Pengetanahan Peralatan. Erlangga, Jakarta, Lanzoni, Joseph, Designing for a Low Resistance Earth Interface (Grounding), Lighting Eliinators and Consultants Inc. : Colorado, USA. 6. Marsudi, Djiteng, Pebangkitan Energi Listrik, Erlangga: Jakarta, Mueller, Jeroe F, Standard Application of Electrical Details, McGraw Hill Book Copany: United States of Aerica, Munandar, A.Aris, Dr, MSc. Dan Susuu Kawahara, Dr. Teknik Tenaga Listrik II, Transisi Distribusi. Pradnya Paraita: Jakarta. 9. Pabla, AS, Siste Distribusi Daya Listrik, Erlangga: Jakarta, Stauffer, Brooke, Grounding Electrodes and Grounding Electrode Systes, Sverko, Elvis, Ground Measuring Techniques: Electrode Resistance To Reote Earth & Soil Resistivity, ERICO, Inc. Facility Electrical Protection, U.S.A, Swenson, David, Electrical Resistance and Resistivity, Nelson Publishing Inc, Tadjuddin,, Elektroda Batang Mereduksi Tahanan, Ujung Pandang, Technical Brief, Resistivity, Resistance, Resistance to Ground, USA, Zoro, Reynaldo, Karakteristik Petir Tropis, ITB, Bandung, , Instruction Manual Digital Earth Resistance Tester, Kyoritsu Electrical Instruens Works, Ltd.

11 11 Biodata Penulis Arif Derawan (L2F303424) Dilahirkan di Jakarta tanggal 15 Septeber Saat ini sedang enyeleaikan studi S1 pada Fakultas Teknik Elektro Universitas Diponegoro konsentrasi Tenaga. Menyetujui dan Mengesahkan Pebibing I Ir. Juningtyastuti NIP Tanggal. Pebibing II Abdul Syakur, S.T, M.T NIP Tanggal.

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 2, Agustus 2014 ISSN

Jurnal Ilmiah Mustek Anim Ha Vol.3 No. 2, Agustus 2014 ISSN Jurnal Iliah Mustek Ani Ha Vol.3 No. 2, Agustus 24 ANALISIS PERBANDINGAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN MENGGUNAKAN ELEKTRODA BATANG (ROD) JENIS CROM TEMBAGA, ALLLUMINIUM, BESI, DENGAN MEDIA TANAH PASIR LUMPUR

Lebih terperinci

COMPARATIVE ANALYSIS OF GROUNDING RESISTANCE VALUE IN SOIL AND SEPTICTANK. Abdul Syakur, Juningtyastuti, Arif Dermawan *)

COMPARATIVE ANALYSIS OF GROUNDING RESISTANCE VALUE IN SOIL AND SEPTICTANK. Abdul Syakur, Juningtyastuti, Arif Dermawan *) COMPARATIVE ANALYSIS OF GROUNDING RESISTANCE VALUE IN SOIL AND SEPTICTANK Abdul Syakur, Juningtyastuti, Arif Dermawan *) Abstract The aim of grounding system to protect of electrical equipment and instrumentation

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS SISTEM PENTANAHAN MENGGUNAKAN TEMBAGA DIBANDING DENGAN MENGGUNAKAN PIPA GALVANIS (LEDENG)

NASKAH PUBLIKASI ANALISIS SISTEM PENTANAHAN MENGGUNAKAN TEMBAGA DIBANDING DENGAN MENGGUNAKAN PIPA GALVANIS (LEDENG) NASKAH PUBLIKASI ANALISIS SISTEM PENTANAHAN MENGGUNAKAN TEMBAGA DIBANDING DENGAN MENGGUNAKAN PIPA GALVANIS (LEDENG) Disusun Oleh: RISMA LAKSANA D 400 100 011 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Penentuan Kedalaman Elektroda pada Tanah Pasir dan Kerikil Kering Untuk Memperoleh Nilai Tahanan Pentanahan yang Baik

Penentuan Kedalaman Elektroda pada Tanah Pasir dan Kerikil Kering Untuk Memperoleh Nilai Tahanan Pentanahan yang Baik Penentuan Kedalaman Elektroda pada Tanah Pasir dan Kerikil Kering Untuk Memperoleh Nilai Tahanan Pentanahan yang Baik (Depth Determination of Electrode at Sand and Gravel Dry for Get The Good Of Earth

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan

Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan Perencanaan Sistem Pentanahan Tenaga Listrik Terintegrasi Pada Bangunan Jamaaluddin 1) ; Sumarno 2) 1,2) Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Jamaaluddin.dmk@gmail.com Abstrak - Syarat kehandalan

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH JARAK DAN KEDALAMAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN DENGAN 2 ELEKTRODA BATANG

ANALISA PENGARUH JARAK DAN KEDALAMAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN DENGAN 2 ELEKTRODA BATANG ANALISA PENGARUH JARAK DAN KEDALAMAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN DENGAN 2 ELEKTRODA BATANG Wahyono *, Budhi Prasetiyo Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof Sudarto, SH Tembalang Semarang

Lebih terperinci

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28

EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 1 Januari 2015; 23 28 ANALISIS PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN ELEKTRODA PEMBUMIAN SECARA HORIZONTAL TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT DAN TANAH PASIR

Lebih terperinci

Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pembumian Pada Tanah Basah, Tanah Berpasir dan Tanah Ladang

Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pembumian Pada Tanah Basah, Tanah Berpasir dan Tanah Ladang Analisis Perbandingan Nilai Tahanan Pembumian Pada Tanah Basah, Tanah Berpasir dan Tanah Ladang Sudaryanto Fakultas Teknik, Universitas Islam Sumatera Utara Jl. SM. Raja Teladan, Medan Abstrak Sistem pembumian

Lebih terperinci

PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI

PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI PENENTUAN RESISTIVITY TANAH DI DALAM MENETAPKAN AREA PEMASANGAN GROUNDING GARDU DISTRIBUSI 20 kv MENGUNAKAN KOMBINASI GRID DAN ROD DI KAMPUS POLITEKNIK NEGERI PADANG Oleh Junaidi Asrul 1, Wiwik Wiharti

Lebih terperinci

Analisa Perbandingan Konfigurasi Vertikal Dengan Bujur Sangkar Elektroda Pentanahan Menggunakan Matlab

Analisa Perbandingan Konfigurasi Vertikal Dengan Bujur Sangkar Elektroda Pentanahan Menggunakan Matlab 107 JURNAL TEKNIK ELEKTRO ITP, Vol. 6, No. 1, JANUARI 2017 Analisa Perbandingan Konfigurasi Vertikal Dengan Bujur Sangkar Elektroda Pentanahan Menggunakan Matlab Ilyas*, Yessi Marniati Politeknik Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti

BAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.

Lebih terperinci

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT

PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI.1. Uu Transforator erupakan suatu alat listrik yang engubah tegangan arus bolak balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain elalui suatu gandengan agnet dan berdasarkan prinsip-prinsip

Lebih terperinci

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)

RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1) RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

PENGARUH KADAR AIR DAN KEDALAMAN ELEKTRODA BATANG TUNGGAL TERHADAP TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT

PENGARUH KADAR AIR DAN KEDALAMAN ELEKTRODA BATANG TUNGGAL TERHADAP TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT PENGARUH KADAR AIR DAN KEDALAMAN ELEKTRODA BATANG TUNGGAL TERHADAP TAHANAN PEMBUMIAN PADA TANAH LIAT Wahyono Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang Jalan: Prof. H. Sudarto, SH, Tembalang, Semarang

Lebih terperinci

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH

PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH PENGARUH PASIR - GARAM, AIR KENCING SAPI, BATU KAPUR HALUS DAN KOTORAN AYAM TERNAK TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN PADA SAAT KONDISI TANAH BASAH Oleh : Sugeng Santoso, Feri Yulianto Abstrak Sistem pembumian

Lebih terperinci

Pengaruh Umur Pada Beberapa Volume PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOLUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN

Pengaruh Umur Pada Beberapa Volume PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOLUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PENGARUH UMUR PADA BEBERAPA VOUME ZAT ADITIF BENTONIT TERHADAP NIAI TAHANAN PENTANAHAN IGN Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Udayana Kampus Bukit Jimbaran Bali ABSTRAK

Lebih terperinci

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL

PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan

Lebih terperinci

TERMODINAMIKA TEKNIK II

TERMODINAMIKA TEKNIK II DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900. Sebelumnya sistemsistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL

BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN

LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN NAMA PRAKTIKAN : Raadhan Bestari T. Barlian GRUP PRAKTIKAN : Grup Pagi (08.00-11.00) KELOMPOK : 2 HARI/TGL. PRAKTIKUM : Kais, 17

Lebih terperinci

Analisa Tahanan Pembumian Peralatan Gedung Laboratorium Teknik Universitas Borneo Tarakan Yang Menggunakan Elektrode Pasak Tunggal Panjang 2 Meter

Analisa Tahanan Pembumian Peralatan Gedung Laboratorium Teknik Universitas Borneo Tarakan Yang Menggunakan Elektrode Pasak Tunggal Panjang 2 Meter Analisa Tahanan Pembumian Peralatan Gedung Laboratorium Teknik Universitas Borneo Tarakan Yang Menggunakan Elektrode Pasak Tunggal Panjang 2 Meter Achmad Budiman* 1 1 Jurusan Teknik Elektro, Universitas

Lebih terperinci

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES

PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES I. TUJUAN PERCOBAAN a. Mengukur distribusi tegangan pada kondisi diterinasi 60 oh, ujung saluran terbuka dan Short circuit b. Mengukur distribusi λ/4, λ/2 pada

Lebih terperinci

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA

ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA FASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU FASA ANALISA PENGGUNAAN GENEATOR INDUKSI TIGA ASA PENGUATAN SENDIRI UNTUK SUPLAI SISTEM SATU ASA Maulana Ardiansyah, Teguh Yuwono, Dedet Candra Riawan Jurusan Teknik Elektro TI - ITS Abstrak Generator induksi

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK BATANG PENTANAHAN SISTEM ARANG-GARAM (SIGARANG) SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN

KARAKTERISTIK BATANG PENTANAHAN SISTEM ARANG-GARAM (SIGARANG) SEBAGAI UPAYA PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN KAAKTESTK BATANG PENTANAHAN SSTEM AANG-GAAM (SGAANG) SEBAGA UPAYA PEBAKAN SSTEM PENTANAHAN Zainal Abidin Program Studi Teknik Elektro Universitas slam Lamongan E-mail: inal9474@gmail.com ABSTACT The research

Lebih terperinci

SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN. Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad

SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN. Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad SIMULASI PENGARUH KEDALAMAN PENANAMAN DAN JARAK ELEKTRODA TAMBAHAN TERHADAP NILAI TAHANAN PEMBUMIAN Mohamad Mukhsim, Fachrudin, Zeni Muzakki Fuad ABSTRAK Untuk mendapatkan hasil pembumian yang baik harus

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM

PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM 25 PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Budi Hartono Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Chaldun, Jl. Raya Serang Cilegon K.5, Serang Banten. Telp. 254-82357 / Fax. 254-82358

Lebih terperinci

Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 1, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-39 Pemanfaatan Bentonite sebagai Media Pembumian Elektroda Batang Winanda Riga Tamma, I Made Yulistya Negara, dan Daniar Fahmi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN. IGN Janardana

PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NILAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN. IGN Janardana PERBEDAAN PENAMBAHAN GARAM DENGAN PENAMBAHAN BENTONIT TERHADAP NIAI TAHANAN PENTANAHAN PADA SISTEM PENTANAHAN Staf Pengajar Program Studi Teknik Elektro, Universitas Udayana ABSTRAK Tahanan pentanahan

Lebih terperinci

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL

GETARAN PEGAS SERI-PARALEL 1 GETARAN PEGAS SERI-PARALEL I. Tujuan Percobaan 1. Menentukan konstanta pegas seri, paralel dan seri-paralel (gabungan). 2. Mebuktikan Huku Hooke. 3. Mengetahui hubungan antara periode pegas dan assa

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV ( Aplikasi Pada Tower Transmisi 150 kv Antara Gardu Induk Indarung Dengan Gardu Induk Bungus) Dea Ofika Yudha (1), Ir. Arnita, M. T (2),

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN

MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN 43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA

Lebih terperinci

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan

Getaran adalah gerakan bolak-balik dalam suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan 2.1.2. Pengertian Getaran Getaran adalah gerakan bolak-balik dala suatu interval waktu tertentu. Getaran berhubungan dengan gerak osilasi benda dan gaya yang berhubungan dengan gerak tersebut. Seua benda

Lebih terperinci

STUDI PEMANFAATAN ARANG TEMPURUNG KELAPA UNTUK PERBAIKAN RESISTANSI PEMBUMIAN JENIS ELEKTRODA BATANG. Publikasi Jurnal Skripsi

STUDI PEMANFAATAN ARANG TEMPURUNG KELAPA UNTUK PERBAIKAN RESISTANSI PEMBUMIAN JENIS ELEKTRODA BATANG. Publikasi Jurnal Skripsi STUDI PEMANFAATAN ARANG TEMPURUNG KELAPA UNTUK PERBAIKAN RESISTANSI PEMBUMIAN JENIS ELEKTRODA BATANG Publikasi Jurnal Skripsi Disusun Oleh : LUCKY DEDY PURWANTORO NIM : 061063009-63 KEMENTERIAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN 35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan

Lebih terperinci

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik

1 1. POLA RADIASI. P r Dengan : = ½ (1) E = (resultan dari magnitude medan listrik) : komponen medan listrik. : komponen medan listrik 1 1. POLA RADIASI Pola radiasi (radiation pattern) suatu antena : pernyataan grafis yang enggabarkan sifat radiasi suatu antena pada edan jauh sebagai fungsi arah. pola edan (field pattern) apabila yang

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian

BAB III. METODE PENELITIAN. Tabel 1. Indikator/ Indikasi Penelitian 39 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Tipe Penelitian Penelitian ini terasuk tipe penelitian dengan pendekatan analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Analisis ini dipergunakan untuk enggabarkan tentang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM GROUNDING UNTUK PENGEMBANGAN LABORATORIUM FISIKA UNNES SEMARANG

RANCANG BANGUN SISTEM GROUNDING UNTUK PENGEMBANGAN LABORATORIUM FISIKA UNNES SEMARANG RANCANG BANGUN SISTEM GROUNDING UNTUK PENGEMBANGAN LABORATORIUM FISIKA UNNES SEMARANG Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,Universitas Negeri Semarang Abstrak. Hambatan tanah yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN TAHANAN PEMBUMIAN PERALATAN ELEKTRODA PASAK PADA GEDUNG LABORATORIUM TEKNIK UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN

ANALISA PERBANDINGAN TAHANAN PEMBUMIAN PERALATAN ELEKTRODA PASAK PADA GEDUNG LABORATORIUM TEKNIK UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN ANALISA PERBANDINGAN TAHANAN PEMBUMIAN PERALATAN ELEKTRODA PASAK PADA GEDUNG LABORATORIUM TEKNIK UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN Achmad Budiman Pro Studi Teknik Elektro, Universitas Borneo Tarakan Jalan Amal

Lebih terperinci

Lampiran 3 LKS Simulasi Tertutup 01

Lampiran 3 LKS Simulasi Tertutup 01 Lapiran 3 LKS Siulasi Tertutup 01 A. Standar Kopetensi Menerapkan konsep kelistrikan dala berbagai penyelesaian asalah dan berbagai produk teknologi. B. Kopetensi Dasar Meforulasikan besaran-besaran listrik

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING Puji Saksono 1) ABSTRAK Kondensor erupakan alat penukar kalor pada sisti refrigerasi yang berfungsi untuk elepaskan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR. Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR. Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D JURUSAN TEKNIK ELEKTRO NASKAH PUBLIKASI EVALUASI KEAMANAN PADA SISTEM PENTANAHAN GARDU INDUK 150 KV JAJAR Diajukan oleh: HANGGA KARUNA D 400 100 002 JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan adalah sistem hubungan penghantar yang menghubungkan sistem, badan peralatan, dan instalasi dengan bumi atau tanah sehingga dapat mengamankan

Lebih terperinci

KONDUKTOR ALUMUNIUM PADA SISTEM GROUNDING. Galuh Renggani Wilis Dosen Prodi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal

KONDUKTOR ALUMUNIUM PADA SISTEM GROUNDING. Galuh Renggani Wilis Dosen Prodi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal KONDUKTOR ALUMUNIUM PADA SISTEM GROUNDING Galuh Renggani Wilis Dosen Prodi Teknik Mesin Universitas Pancasakti Tegal Abstrak Grounding adalah sistem pengamanan terhadap perangkat-perangkat mempergunakan

Lebih terperinci

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2

TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2 TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK SK 2 TEGANGAN DAN ARUS BOLAK BALIK Bentuk tegangan dan arus bolak balik Bentuk tegangan dan arus bolak balik Ruus dan Keterangannya ; v v : tegangan sesaat (volt) : tegangan

Lebih terperinci

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN

EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN Laporan Penelitian EVALUASI SISTEM PEMBUMIAN GARDU INDUK BELAWAN Oleh : Ir. Leonardus Siregar, MT Dosen Tetap Fakultas Teknik LEMBAGA PENELITIAN UNIVERSITAS HKABP NOMMENSEN MEDAN 2012 1 EVALUASI SISTEM

Lebih terperinci

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta

PENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta PENENTUAN e/ Kusnanto Mukti W/ M009031 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Eksperien dala enentukan besar uatan elektron pertaa kali dilakukan oleh J.J.Thoson. Dala percobaanya,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Tirta Ala Seesta. Perusahaan tersebut berlokasi di Desa Ciburayut, Kecaatan Cigobong, Kabupaten Bogor. Peilihan objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUKURAN PENTANAHAN Blok Diagram Perancangan Pengukuran Pentanahan. Dibuat Berpetak

BAB III METODE PENGUKURAN PENTANAHAN Blok Diagram Perancangan Pengukuran Pentanahan. Dibuat Berpetak BAB III METODE PENGUKURAN PENTANAHAN 3.1 Pengukuran Pentanahan Dalam pengukuran pentanahan atau grounding pada area UPI Setiabudi ini terlebih dahulu meracang atau membentuk pola konsep area yang digambar

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33)

IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33) IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33) Ija Darmana a, Dea Ofika Yudha b, Erliwati c a Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektro Universitas

Lebih terperinci

PETUNJUK PRAKTIS PERANCANGAN PENTANAHAN SISTEM TENAGA LISTRIK

PETUNJUK PRAKTIS PERANCANGAN PENTANAHAN SISTEM TENAGA LISTRIK BAHAN AJAR : PETUNJUK PRAKTIS PERANCANGAN PENTANAHAN SISTEM TENAGA LISTRIK Oleh : Ir. Jamaaluddin, MM. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO SIDOARJO 2017 1 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum, wr, wb Dengan mengucapkan

Lebih terperinci

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga

BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG. Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga BAB II PEMBUMIAN PERALATAN LISTRIK DENGAN ELEKTRODA BATANG II.1. Umum (3) Tindakan-tindakan pengamanan perlu dilakukan pada instalasi rumah tangga untuk menjamin keamanan manusia yang menggunakan peralatan

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY)

STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY) STUDI PENGARUH KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP TAHANAN JENIS TANAH LEMPUNG (CLAY) (Dwi Agus Setiono, Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura) ABSTRAK Nilai tahanan jenis sangat bergantung pada jenis tersebut.

Lebih terperinci

PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL

PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL PERENCANAAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN UNTUK UNIT PEMBANGKIT BARU DI PT. INDONESIA POWER GRATI JURNAL Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan Memperoleh gelar Sarjana Teknik Disusun oleh : IGNATIUS

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG

ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG JETri, Volume 13, Nomor 2, Februari 2016, Halaman 61-72, ISSN 1412-0372 ANALISIS PENAMBAHAN LARUTAN BENTONIT DAN GARAM UNTUK MEMPERBAIKI TAHANAN PENTANAHAN ELEKTRODA PLAT BAJA DAN BATANG Ishak Kasim, David

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP BESARNYA NILAI TAHANAN PENTANAHAN

ANALISIS PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP BESARNYA NILAI TAHANAN PENTANAHAN JURNAL LOGIC. VOL. 16. NO.1. MARET 2016 35 ANALISIS PENGARUH JENIS TANAH TERHADAP BESARNYA NILAI TAHANAN PENTANAHAN I Wayan Sudiartha, I Ketut TA, I Gede Nyoman Sangka Jurusan teknik Elektro Politeknik

Lebih terperinci

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam

SOAL OLIMPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 2007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SMA Waktu : 4 jam Dapatkan soal-soal lainnya di http://foru.pelatihan-osn.co SOAL OLIPIADE SAINS NASIONAL (OSN) 007 Bidang studi : FISIKA Tingkat : SA Waktu : 4 ja 1. (nilai 0) A. Sebuah obil bergerak enuruni suatu jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis

Lebih terperinci

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN

Kata Kunci Pentanahan, Gardu Induk, Arus Gangguan Ketanah, Tegangan Sentuh, Tegangan Langkah, Tahanan Pengetanahan. I. PENDAHULUAN PERANCANGAN SISTEM PENGETANAHAN PERALATAN DI GARDU INDUK PLTU IPP (INDEPENDENT POWER PRODUCER) KALTIM 3 Jovie Trias Agung N¹, Drs. Ir. Moch. Dhofir, MT.², Ir. Soemarwanto, M.T.³ ¹Mahasiswa Teknik Elektro,

Lebih terperinci

PENYEARAH SATU FASA TIDAK TERKENDALI

PENYEARAH SATU FASA TIDAK TERKENDALI FAKUTAS TEKNIK UNP PENYEAAH SATU FASA TIDAK TEKENDAI JOBSHEET/ABSHEET JUUSAN : TEKNIK EEKTO NOMO : II POGAM STUDI : DI WAKTU : x 5 MENIT MATA KUIAH /KODE : EEKTONIKA DAYA / TEI5 TOPIK : PENYEAAH SATU FASA

Lebih terperinci

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI

SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2013 TINGKAT PROPINSI SOAL UJIAN SELEKSI CALON PESERTA OLIMPIADE SAINS NASIONAL 013 TINGKAT PROPINSI FISIKA Waktu : 3,5 ja KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH

Lebih terperinci

KUANTIFIKASI JENIS KAYU BERDASARKAN SIFAT ELEKTRIK QUANTIFICATION THE TYPES OF WOOD BASED ELECTRICAL PROPERTIES

KUANTIFIKASI JENIS KAYU BERDASARKAN SIFAT ELEKTRIK QUANTIFICATION THE TYPES OF WOOD BASED ELECTRICAL PROPERTIES ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Deseber 2017 Page 3906 KUANTIFIKASI JENIS KAYU BERDASARKAN SIFAT ELEKTRIK QUANTIFICATION THE TYPES OF WOOD BASED ELECTRICAL PROPERTIES Zeny Firdha

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG )

PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) PERANCANGAN SISTEM KOMPUTERISASI PROSES PINJAMAN DAN ANGSURAN PINJAMAN ANGGOTA KOPERASI ( STUDI KASUS PADA KOPERASI AMANAH SEJAHTERA SEMARANG ) Siti Munawaroh, S.Ko Abstrak: Koperasi Aanah Sejahtera erupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Pentanahan Sistem pentanahan mulai dikenal pada tahun 1900 sebelumnya sistem sistem tenaga listrik tidak diketanahkan karena ukurannya masih kecil dan tidak membahayakan.

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia APLIKASI KENDALI ADAPTIF PADA SISTEM PENGATURAN TEMPERATUR CAIRAN DENGAN TIPOLOGI KENDALI MODEL REFERENCE ADAPTIVE CONTROLLER (MRAC) Ferry Rusawan, Iwan Setiawan, ST. MT., Wahyudi, ST. MT. Jurusan Teknik

Lebih terperinci

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA

REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA REVIEW GERAK HARMONIS SEDERHANA Di sekitar kita banyak benda yang bergetar atau berosilasi, isalnya assa yang terikat di ujung pegas, garpu tala, gerigi pada ja ekanis, penggaris elastis yang salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODE ANALISIS

BAB III METODE ANALISIS BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gardu Distribusi Gardu distribusi merupakan salah satu komponen dari suatu sistem distribusi yang berfungsi untuk menghubungkan jaringan ke konsumen atau untuk membagikan/mendistribusikan

Lebih terperinci

PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN PADA GEDUNG LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN PADA GEDUNG LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SEMARANG PERBAIKAN SISTEM PENTANAHAN PADA GEDUNG LISTRIK POLITEKNIK NEGERI SEMARANG Bangun Krishna 1, T. Haryono 2, Bambang Sugiyantoro 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro FT UGM Jln. Grafika 2 Yogyakarta 281 INDONESIA

Lebih terperinci

METODE PENURUNAN TAHANAN PEMBUMIAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM

METODE PENURUNAN TAHANAN PEMBUMIAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 12 No. 3 September 2016; 85-90 METODE PENURUNAN TAHANAN PEMBUMIAN PADA ELEKTRODA PLAT DENGAN SOIL TREATMENT GARAM Wiwik Purwati Widyaningsih, Teguh Haryono Mulud Jurusan

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan

BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)

Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1) JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI

BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI 167 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI BAB 10 SISTEM PENTANAHAN JARINGAN DISTRIBUSI A. Pendahuluan Sistem pentanahan pada jaringan distribusi digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan dan

Lebih terperinci

RUMUS-RUMUS FISIKA SMP (diurutkan berdasarkan SKL 2008)

RUMUS-RUMUS FISIKA SMP (diurutkan berdasarkan SKL 2008) RUMUSRUMUS FISIK SMP (diurutkan berdasarkan SKL 008) M : KELS / O : Design by Denny 008 SMPK 4 BPK PEBUR O RUMUS SIMBOL STU (SI) Massa Jenis ρ = V Peuaian panjang zat padat 3 Kalor o.. T t o a. Kalor untuk

Lebih terperinci

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X

OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X IATMI 2006-TS-30 PROSIDING, Siposiu Nasional & Kongres IX Ikatan Ahli Teknik Perinyakan Indonesia (IATMI) 2006 Hotel The Ritz Carlton Jakarta, 5-7 Noveber 2006 OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor

Studi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor Jurnal Kopetensi Teknik Vol. 1, No. 1, Noveber 009 1 Studi Eksperien Pengaruh Alur Perukaan Sirip pada Siste Pendingin Mesin Kendaraan Berotor Sasudin Anis 1 dan Aris Budiyono 1, Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation

Bab IV. Pemodelan, Pengujian dan Analisa. Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Bab IV Peodelan, Pengujian dan Analisa Siste Steel Ball Magnetic Levitation Pada bab IV ini akan dijelaskan engenai peodelan, pengujian dari siste yang tela dibuat dan penganalisaan asil pengujian tersebut.

Lebih terperinci

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM

KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM KAJIAN PERBANDINGAN KINERJA GRAFIK PENGENDALI CUMULATIVE SUM (CUSUM) DAN EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE () DALAM MENDETEKSI PERGESERAN RATARATA PROSES Oleh: Nurul Hidayah 06 0 05 Desen pebibing:

Lebih terperinci

KAJIAN PEMANFAATAN AIR BAKU TERHADAP AREA PELAYANAN DI KECAMATAN CIBALONG KABUPATEN GARUT

KAJIAN PEMANFAATAN AIR BAKU TERHADAP AREA PELAYANAN DI KECAMATAN CIBALONG KABUPATEN GARUT KAJIAN PEMANFAATAN AIR BAKU TERHAAP AREA PELAYANAN I KECAMATAN CIBALONG KABUPATEN GARUT Ridwan Alasyah 1, Sulwan Perana, Ida Farida Jurnal Air Baku Sekolah Tinggi Teknologi Garut Jl. Mayor Syasu No. 1

Lebih terperinci

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 ( )

JURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 ( ) IMPLEMENTASI SISTEM PENTANAHAN GRID PADA TOWER TRANSMISI 150 KV (APLIKASI PADA TOWER SUTT 150 KV TOWER 33) Ija Darmana *, Dea Ofika Yudha, Erliwati Staf Pengajar Jurusan Teknik Elektromedik Politeknik

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan, fabrikasi dan pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan, fabrikasi dan pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tepat dan Waktu Penelitian Percobaan, fabrikasi dan pengabilan data pada penelitian ini dilakukan di Laboratoriu Terodinaika serta Bengkel Mekanik untuk elakukan beberapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun langkah-langkah penyusunan ditunjukkan oleh gambar 3.1. Studi pendahuluan. Identifikasi dan perumusan masalah

BAB III METODE PENELITIAN. Adapun langkah-langkah penyusunan ditunjukkan oleh gambar 3.1. Studi pendahuluan. Identifikasi dan perumusan masalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Langkah-langkah Penyusunan Karya Tulis Adapun langkah-langkah penyusunan ditunjukkan oleh gambar 3.1 flowchart dibawah ini : Mulai Studi pendahuluan Identifikasi dan perumusan

Lebih terperinci

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA

KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA ASURANSI JIWA DWIGUNA Jurnal Mateatika UNAND Vol. 3 No. 4 Hal. 160 167 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Mateatika FMIPA UNAND KAJIAN METODE ZILLMER, FULL PRELIMINARY TERM, DAN PREMIUM SUFFICIENCY DALAM MENENTUKAN CADANGAN PREMI PADA

Lebih terperinci

BAB II PENYEARAH DAYA

BAB II PENYEARAH DAYA BAB II PENYEARAH DAYA KOMPETENSI DASAR Setelah engikuti ateri ini diharapkan ahasiswa eiliki kopetensi: Menguasai karakteristik penyearah setengah-gelobang dan gelobang-penuh satu fasa dan tiga fasa Menguasai

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. A. ARUS BOLAK-BALIK a. Persamaan Arus dan Tegangan AC

FISIKA. Sesi RANGKAIAN ARUS BOLAK-BALIK. A. ARUS BOLAK-BALIK a. Persamaan Arus dan Tegangan AC FISIKA KEAS II IPA - KUIKUUM GABUNGAN 09 Sesi NGAN ANGKAIAN AUS BOAK-BAIK A. AUS BOAK-BAIK a. Persaaan Arus dan Tegangan A Arus bolak-balik adalah arus listrik yang arah dan besarnya senantiasa berubah

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODOLOGI PENELITIAN 6 BAB II METODOLOGI PENELITIAN.1 Waktu dan Tepat Penelitian Gabar Peta kawasan hutan KPH Madiun Peru perhutani Unit II Jati. Pengabilan data penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober sapai dengan bulan

Lebih terperinci

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR

MODEL MATEMATIKA SISTEM PERMUKAAN ZAT CAIR MODEL MATEMATIKA SISTEM PEMUKAAN ZAT AI PENGANTA Pada bagian ini kita akan enurunkan odel ateatika siste perukaan zat cair. Dengan eperkenalkan prinsip resistansi dan kapasitansi untuk siste perukaan zat

Lebih terperinci

Analisa Perencanaan Catu Daya Tegangan DC Pada Repeater Dengan Input AC/PLN Yang Menghasilkan Output Tegangan DC Stabil

Analisa Perencanaan Catu Daya Tegangan DC Pada Repeater Dengan Input AC/PLN Yang Menghasilkan Output Tegangan DC Stabil JURNAL INTAKE---- Vol. 4, Noor, Oktober 013 ISSN: 087-486 Analisa Perencanaan Catu Daya Tegangan DC Pada Repeater Dengan Input AC/PLN Yang Menghasilkan Output Tegangan DC Stabil Jony Joko Raharjo Teknik

Lebih terperinci

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL

PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL Diajukan untuk eenuhi persyaratan eperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON SOURCE

PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON SOURCE PERCOBAAN 3 RANGKAIAN PENGUAT COMMON OURCE 3.1 Tujuan : 1) Mendeonstrasikan prinsip kerja dan karakteristik dari rangkaian penguat coon source sinyal kecil. 2) Investigasi pengaruh dari penguatan tegangan.

Lebih terperinci

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3

dimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3 Zat dan Wujudnya Massa Jenis Jika kau elihat kapas yang berassa 1 kg dan batu berassa 1 kg, apa ada di benaku? Massa Jenis adalah perbandingan antara assa benda dengan volue benda Massa jenis zat tidak

Lebih terperinci

BAB V FONDASI RAKIT. Fondasi rakit merupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan.

BAB V FONDASI RAKIT. Fondasi rakit merupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit melebar keseluruh bagian dasar bangunan. BAB V FONASI RAKIT I. PENAHULUAN Fondasi rakit erupakan bagian bawah struktur yang berbentuk rakit elebar keseluruh bagian dasar bangunan. Fondasi rakit digunakan jika lapis tanah eiliki kapasitas dukung

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah

Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah Vokasi Volume 8, Nomor 2, Juni 2012 ISSN 1693 9085 hal 121-132 Studi Pengaruh Jenis Tanah dan Kedalaman Pembumian Driven Rod terhadap Resistansi Jenis Tanah MANAGAM RAJAGUKGUK Jurusan Teknik Elektro Fakultas

Lebih terperinci

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul

Kriptografi Visual Menggunakan Algoritma Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gambar Sampul Kriptografi Visual Menggunakan Algorita Berbasiskan XOR dengan Menyisipkan pada K-bit LSB Gabar Sapul Yusuf Rahatullah Progra Studi Teknik Inforatika Institut Teknologi Bandung Bandung, Indonesia 13512040@std.stei.itb.a.id

Lebih terperinci