ROTASI Volume 8 Nomor 1 Januari
|
|
- Fanny Sutedja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 ROTASI Volue 8 Noor 1 Januari
2 PENGARUH KECEPATAN AIR SIRKULASI SEBAGAI MEDIUM QUENCHING TERHADAP KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO PADA BAJA AISI 4140 Gunawan Dwi Haryadi 1) Abstrak Baja karbon yang dipanaskan sapai pada suhu austenit keudian didinginkan secara cepat akan terbentuk struktur artensit yang eiliki kekerasan yang lebih tinggi dari struktur perlit aupun ferit, proses ini biasa dikenal dengan Quenching. Proses quenching sederhana enghasilkan selubung uap pada sekitar spesien yang pada gilirannya akan engakibatkan ketidak seragaan proses pendinginan yang pada akhirnya eunculkan fasa bukan artensit.penelitian ini diawali dengan perancangan dan pebuatan alat uji yang berupa siste quenching dengan air tersirkulasi, dilanjutkan dengan penyiapan spesien baja AISI 4140 dengan panjang 100 dan diaeter 35, keudian spesien diperlakukan panas hingga teperatur austenit keudian didinginkan pada ediu quenching dengan siste air tersirkulasi.variasi penelitian yang dilakukan antara lain dengan tanpa air tersirkulasi, v = 0,597 /s, v = 0,696 /s, v = 0,833 /s. Karakterisasi dan evaluasi dari penelitian ini dilakukan dengan uji kekerasan dan foto struktur ikro (ikrografi).. PENDAHULUAN Proses perlakuan panas (Heat-Treatent) uunya erupakan operasi peanasan dengan pendinginan secara terkontrol untuk endapatkan ikrostruktur khusus yang erupakan kobinasi dari penyusunnya. [Ref.14.hal. 1] Baja karbon yang dipanaskan sapai pada suhu austenit keudian didinginkan secara cepat akan terbentuk struktur artensit yang eiliki kekerasan yang lebih tinggi dari struktur perlit aupun ferit, proses ini biasa dikenal dengan Quenching. Berbagai ikrostruktur dapat terbentuk pada paduan baja, artensit erupakan yang paling keras dan kuat tetapi getas. Kekerasanya tergantung pada kandungan karbon yang ada pada paduan tersebut. Austenit lebih padat daripada artensit, bagaianapun pada waktu transforasi fasa dengan quenching voluenya akan berkurang. Konsekuensinya, sebagian besar quenching akan engalai keretakan (crack) karena pengaruh internal stresses. [Ref.1.Hal.331] Baja carbon AISI 4140 eiliki unsur pokok diantaranya karbon 0,38-0,45% berat, Croiu 0,5-1,1 % berat, Molibdenu 0,15 0,25 % berat.[ref.17.] Teperatur larutan pendingin pada bak harus tetap dijaga seraga, sehingga setiap bagian dari spesien baja yang di-quench tetap dapat didinginkan pada teperatur yang saa. Akibat adanya perpindahan panas dari spesien baja ke larutan pendingin aka terjadi pebentukan gelebunggelebung udara yang keudian berlanjut dengan terbentuknya selubung udara pada perukaan spesien tersebut, selubung udara tersebut perlu segera disingkirkan agar perpindahan panas dari spesien enuju larutan pendingin tetap baik. Untuk spesien yang berbentuk tidak teratur/ruit sangat tidak baik jika dilakukan proses quench hanya dengan pencelupan pada larutan pendingin, karena akan cenderung terjadi pebentukan lapisan uap pada bagian-bagian peruka- 1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin FT-UNDIP an tertentu, aka akan terjadi laju pendinginan yang tidak seraga. Masalah-asalah tersebut selalu dihadapi pada proses quenching, karena akan terjadi penurunan laju pendinginan spesien baja sehingga tujuan utaa pebentukan baja yang seluruh bagiannya berikrostruktur artensite tidak dapat tercapai. Untuk engatasi asalah diatas dapat dilakukan dengan dua cara, pertaa adalah dengan ebuat larutan pendingin pada bak tersirkulasi, atau dengan cara ebuat spesien bergerak berputarputar di dala bak larutan pendingin. Mebuat spesien bergerak berputar-putar di dala bak larutan pendingin sangat sulit jika spesien eiliki diensi yang besar. Sehingga ebuat larutan pada bak tersirkulasi adalah cara terbaik untuk engatasi asalah yang dihadapi pada etode quenching.[ref.19.] Setelah eperhatikan apa yang dipaparkan pada latar belakang diatas penulis tertarik elakukan penelitian untuk engaati fenoena yang terjadi karena pelakuan quenching dengan siste air tersirkulasi pada baja AISI 4140, dilihat dari tingkat kekerasan dan perubahan struktur ikro yang terjadi karena perlakuan tersebut. Tujuan yang hendak dicapai dala Tugas Akhir dengan pebuatan alat uji quenching dengan siste air tersirkulasi adalah : 1. Mengetahui siste kerja ediu quenching dengan siste air tersirkulasi. 2. Meahai fenoena perubahan kekerasan dan struktur ikro pada baja AISI 4140 yang didinginkan secara cepat dala ediu air tersirkulasi. Masalah yang dibahas dala Tugas Akhir ini dibatasai oleh beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Spesien yang digunakan erupakan baja AISI Diensi spesien yang digunakan dala penelitian ini eiliki adalah(diaeter (d)=35, dan panjang 100 ) ROTASI Volue 8 Noor 1 Januari
3 3. Mediu quenching adalah air tanah dengan volue yang ditentukan 4. Analisa hasil proses quenching dengan enggunakan uji kekerasan dan etalografi. DASAR TEORI 1. Baja AISI 4140 Baja erupakan aterial yang paling banyak dipakai dala dunia perancangan teknik bahkan encapai 90 % dari seluruh produk engineering enggunakan baja sebagai koponen utaanya. Kebanyakan baja karbon dan baja paduan yang dihasilkan oleh pabrikan perlu diberikan proses perlakuan panas sebelu siap digunakan di lapangan. Proses perlakuan panas yang dilakukan untuk engubah sifat aterial baja karbon dan baja paduan, seperti kekerasan, ketangguhan, dan ketahanan korosi, serta untuk peningkatan keapuan lainnya. Baja AISI 4140 erupakan aterial yang banyak dipakai sebagai bahan dasar dari crankshaft, shaft, gear, gandar, dan berbagai part esin diana bagian bagian tersebut ebutuhkan sifat tahan aus, kekerasan yang tinggi dan tangguh, disaping itu pada industri perinyakan digunakan untuk pup liner [Ref.10.Hal. 25&29] Table 2.1. enunjukkan koposisi kiia dari baja AISI 4140.[Ref.10.Hal.20] 3. Perlakuan Panas (Heat Treatent) Proses perlakuan panas secara uu erupakan operasi peanasan dengan pendinginan secara terkontrol untuk endapatkan struktur ikro khusus yang erupakan kobinasi dari penyusunnya.[ref.14.hal. 1] Eleen pokok dari beberapa perlakuan panas adalah siklus peanasan (Heating Cycle), teperatur penahanan (Holding teperature), waktu. dan siklus pendinginan (Cooling cycle). Siklus peanasan dan tiga tipe siklus pendinginan secara skeatik digabarkan oleh gabar 2.2. [Ref.14.hal.1] Baja AISI 4140 Tabel 2.1 Koposisi kiia (%berat) baja AISI 4140 Koposisi Kiia (% berat) C Mn Si Cr Mo Ni P S 0,37 0,44 0,65 1,10 0,20 0,35 0,75 1,2 0,15 0,25 Perlakuan panas Noralising Austenisasi Tepering o C o C o C Gabar.1. Diagra sederhana siklus pendinginan [Ref.14.hal.2] T Tγ, tγ Meperhatikan koposisi dan penggunaannya diperlukan suatu treatent untuk eningkatkan sifat sifat baja AISI 4140 salah satunya adalah kekerasannya. Proses untuk enghasilkan baja sehingga lebih keras dengan terbentuknya artensit pada struktur ikronya dapat dilakukan dengan quenching. Naun proses quenching sederhana eiliki banyak kekurangan, dan tidak dapat dilakukan pada baja-baja karbon rendah, karena diperlukan pendinginan yang lebih cepat jauh elebihi laju pendinginan kritisnya. 2. Diagra Fasa Diagra fasa besi-karbon (Fe-C) erupakan sebuah peta yang dapat digunakan sebagai sebuah daftar rangkaian operasi yang enunjukkan fasa yang terbentuk pada besi-karbon dengan koposisi karbon dan teperatur tertentu. Diagra fasa besi-karbon hanya erupakan petunjuk, karena banyak jenis baja engandung eleen yang engubah posisi dari batas fasa. Gabar 2. Diagra skeatis proses quenching [Ref.8.Hal.4] Sebagian besar baja karbon dan baja paduan rendah engandung kurang dari 0,8% berat Carbon. Meiliki bentuk struktur ikro yang erupakan paduan dua fasa terdiri dari besi α (ferrite) dan pearlite, yang berstruktur kubus peusatan ruang, kpr (BCC) dan bila dipanaskan sapai teperatur austenit akan berubah strukturnya enjadi kubus peuasatan sisi, kps (FCC). Pendinginan yang labat akan enghasilkan koposisi fasa yang saa seperti sebelu peanasan yaitu pearlite dan ferrite, naun bila dilakukan proses pendinginan yang cepat diungkinkan untuk enghindari transforasi austenite enjadi ferrite dan pearlite dan enghasilkan struktur body centered tetragonal (BCT) yang dikenal dengan artensit. Martensit erupakan baja yang t ROTASI Volue 8 Noor 1 Januari
4 eiliki kekerasan paling tinggi pada koposisi yang saa. [Ref.14.] Secara skeatis proses perlakuan panas pada siste quenching ditunjukkan seperti pada gabar 2.Spesien dipanaskan sapai Tγ dan ditahan selaa tγ, pada proses ini diharapkan seua unsur paduan (karbon, kro, olybdenu) larut dala baja. Hasil akhir dari proses austenisasi adalah fasa austenit yang eiliki koposisi kiia yang hoogen diseua tepat dan ukurannya tertentu. Selanjutnya spesien didinginkan secara cepat kedala ediu pendingin. [Ref.8.Hal.4] Perubahan austenit enjadi artensite diulai saat teperatur tertentu yang disebut artensit start (Ms) teperature dan dilanjutkan dengan penurunan teperatur sapai artensit finish (Mf) teperature. Pada Mf reaksi dari austenit enjadi artensit berhenti. Ms dan Mf dipengaruhi oleh konsentrasi eleen penyusun, konsentrasi karbon, dan peisahan paduan yang terjadi selaa pebekuan. Pengaruh dari konsentrasi karbon terhadap Ms dan Mf teperatur seperti terlihat pada gabar 3. Teperatur Ms untuk beberapa baja dapat diperoleh dengan percobaan dan dapat pula didekati dengan enggunakan ruus epiris. Salah satu ruus yang buat oleh Grange and Steward adalah : [Ref.1.hal.8] Ms( o F) = x%C - 70x%Mn - 35x%Ni - 70x%Cr 50x%Mo (Pers.1) Seua konsentrasi eleen penyusun ditunjukkan dengan persen berat, dan (Pers.2.1) berlaku bila seua karbida enyebar pada austenite. Ruus epiris yang lain ditunjukkan oleh Atkins. [Ref.1.hal.8] Ms( o C) = x%C 30,4x%Mn 17,7x%Ni 12,1x%Cr 7,5x% Mo (Pers.2) Teperatur Mf penting ketika percobaan untuk einialisir tahanan austenit pada baja quench. Pengaruh konsentrasi karbon pada proporsi terbentuknya artensit pada teperatur yang diberikan dibawah Ms digabarkan pada Gabar. 4. Gabar. 4. Hubungan antara konsentrasi karbon pada baja dan proporsi artensit yang dibentuk pada teperature yang diberikan.[ref.14.hal.9] 4. Kurva Pendinginan Metode yang uu digunakan pada penguatan baja eliputi pendinginan tanpa henti (continuously cooling) dari teperatur austenite pada cairan yang cepat enyerap panas. Kecepatan pendinginan pada spesien enunjukkan karakteristik pengeluaran panas dari ediu pendingin, karakteristik theral paduan, dan ketebalan dari spesien. Kurva pendinginan digabungkan dengan kurva C erepresentasikan awal dan akhir dari transforasi. Titik diana kurva pendinginan berteu dengan awal dan akhir kurva erepresentasikan awal dan akhir dari transforasi sebagai indikasi kecepatan pendinginan. [Ref.14.hal.9] Diagra CCT seperti yang ditunjukkan pada gabar 5. diagra ini erupakan diagra CCT untuk baja AISI 4140 berikut kurva pendinginan dan perkerasan yang dicapai dengan teperatur austenisasi 850 o C serta waktu penahanan 10 enit, diana digabarkan bentuk pendinginan yang paling cepat seperti pada kurva A dan yang paling labat seperti pada kurva E, diana kurva A akan enghasilkan perkerasan aksiu karena strukturnya tersusun atas artensit sepurna dengan kekerasan 650 HVN, sedangkan pada kurva E akan enghasilkan perkerasan yang paling kecil dengan nilai kekerasan 500 HVN karena strukturnya tersusun atas artensit dan bainit yang tebal. Gabar. 3. Pengaruh karbon pada teperatur Ms dan Mf [Ref.14.hal.8] Gabar 5. Kurva CCT untuk baja AISI 4140 dengan teperatur austenizing 850 o C ROTASI Volue 8 Noor 1 Januari
5 Proses quenching enyebabkan transforasi fasa dari γ FCC enjadiα BCT. Kecepatan transforasi ini elebihi kecepatan suara sehingga fenoenanya susah untuk diaati dala eksperien. Hasil proses quenching adalah fasa α yang eiliki sifat sangat keras (65-66 HRC) tetapi getas. Sifat keras fasa α disebabkan oleh adanya distorsi kisi pada struktur kristal akibat : a. Adanya unsur karbon yang terjebak didala sisi oktahedral BCC. b. Adanya ato pengotor pada batas butir austenit. c. Terbentuknya karbida selaa quenching. d. Tibulnya tegangan sisa hasil quenching. [Ref..8.Hal.5.] 5. Perancangan siste Quenching Keseragaan kondisi ediu quenching penting untuk einialisir adanya cracking, distorsi, dan ketidakseragaan kekerasan, hal ini berarti bahwa selaa proses quenching sebisa ungkin perpindahan panasnya seraga atau dengan kata lain teperatur teperatur larutan pendingin pada bak harus tetap dijaga seraga, sehingga setiap bagian dari spesien yang diquench tetap didinginkan pada teperatur yang saa. Akibat adanya perpindahan panas dari spesien baja kelarutan pendingin aka terjadi pebentukan gelebung-gelebung udara yang keudian berlanjut dengan terbentuknya selubung udara pada perukaan spesien tersebut, selubung udara tersebut perlu segera disingkirkan agar perpindahan panasnya tetap baik. Perasalahan selubung udara diatas dapat diatasi dengan dua cara, pertaa adalah dengan ebuat larutan pada bak pendingin tersirkulasi, atau dengan cara ebuat spesien bergerak berputarputar didala bak larutan pendingin. Mebuat spesien bergerak dala larutan pendingin cukup sulit apalagi jika spesiennya besar dan tidak beraturan, sehingga ebuat larutan pada bak quench tersirkulasi erupakan cara yang paling baik. [Ref.17.] Pengaruh agitasi pada hasil quench dengan evariasikan kecepatan aliran enunjukkan adanya peningkatan kekerasan dengan eningkatnya kecepatan aliran.[ref.14.hal ] Gabar 7. Mekanise pendinginan pada spesien yang di-quench. [Ref. 14 hal. 70 ] Quenching yang dilakukan pada loga spesien panas (setelah proses austenisasi) pada ediu pendingin akan engalai ekanise pendinginan seperti pada Gb. 7. yang eperlihatkan laju pendinginan panas dari loga sebagai fungsi dari teperatur perukaan loga. Gb. 7. juga enghubungkan teperatur perukaan loga dan koefisien perpindahan panas terhadap ekanise pelepasan panas. Awal pencelupan, loga pertaa kali akan diseliuti oleh selubung uap, yang akan pecah saat loga endingin. Perpindahan panas saat terbentuknya selubung uap ini buruk, dan loga akan endingin dengan labat pada tahap ini. Tahap kedua dari kurva pendinginan dinaakan tahap didih nukleat dan pada tahap ini terjadi perpindahan panas yang cepat karena loga langsung bersentuhan dengan air. Pada tahap ini, loga asih sangat panas dan air akan endidih dengan hebatnya. Kecepatan pebentukan uap air enunjukkan sangat tingginya laju perpindahan panas. Pada tahap ketiga, erupakan tahap pendinginan konveksi dan konduksi, diana perukaan loga telah berteperatur dibawah titik didih air. Tahap ini hanya engalai perpindahan panas elalui konveksi dan konduksi. Gabar. 8. Bentuk siste quench untuk quenchant air atau air gara (Ref.17) Gabar 6. Efek agitasi pada kurva pendinginan [ref. 14. hal. 241] Instalasi quenching dengan agitasi telah banyak dibuat oleh para ahli aterial, bahkan telah dijual bebas dipasar. Perbedaan setiap instalasi eiliki kelebihan sendiri-sendiri, dan dibuat ROTASI Volue 8 Noor 1 Januari
6 berdasarkan jenis edia pendingin dan enghindari terbentuknya selubung uap pada spesien panas yang dicelup. Gabar. 9. Siste quenching yang lain [Ref.14.Hal.349] Siste quenching pada gabar 9. diatas enggunakan popa sentrifugal sebagai pengatur sirkulasi. Instalasi bak penapung edia pendingin terdapat dibagian atas dan popa diletakkan pada bagian bawahnya. Air yang diseburkan langsung engenai spesien uji yang tercelup pada bak. Kecepatan seburan air yang nantinya akan epengaruhi kecepatan pendinginan eiliki hubungan dengan debit aliran yang apu dialirkan oleh popa dan hal tersebut dipengaruhi oleh kecepatan putaran popa. Sedangkan untuk popa sentrifugal yang tidak dapat diatur kecepatan putarannya, aka diberikan siste by pass untuk engatur aliran yang keluar dari pipa utaa yang selanjutnya enyebur spesien benda uji. Koponen penting yang lain dala perancangan siste quenching adalah posisi penepatan aterial (keranjang spesien). Rekoendasi uu yang dapat dipakai untuk enentukan posisi penepatan aterial yang tepat antara lain :[Ref.14. Hal.360] Part harus ditepatkan untuk endapatkan aliran edia pendingin secara aksiu dan selalu bersinggungan selaa quench berlangsung. Mencegah tergelincir Untuk benda-benda sietris seperti bearing, silinder, dapat disusun pada rak Part datar seperti ata gergaji, plat kopling, bagus untuk ditepatkan pada batang slot horisontal yang terpisah satu saa lain untuk eudahkan fluida bersinggungan. Gulungan kawat dapat ditopang dengan bentuk vertikal seperti sarang laba-laba atau secara horisontal yang ditopang oleh batang. Part yang kecil dapat ditepatkan pada keranjang untuk ebuat selalu bersinggungan dengan ediu quenching selaa pencelupan. Sederhana, (bila ungkin bebas dari las), dan udah untuk dikelola. Total berat dari spesien dan peralatan harus sebisa ungkin apu enapung perpindahan panas selaa quench untuk engurangi kenaikan teperatur ediu quenching. Perancangan sebuah bak penapung edia pendingin pada instalasi quenching dengan agitasi eiliki pertibangan berupa diensi dan besar volue edia pendingin yang ditapung. Seakin besar volue edia yang ditapung oleh bak, aka seakin besar pula panas yang dapat diserap oleh edia pendingin, selain itu faktor faktor yang enjadi pertibangan adalah : a. Sifat theral dari spesien benda uji b. Sifat uu dari edia pendingin, seperti kapasitas panas, densitas, viskositas dan lainnya. Karakteristik pebentukan selubung uap dari edia pendingin pada perukaan spesien panas. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini terdiri dari berbagai aca kegiatan yaitu antara lain : studi literatur, perancangan dan pebuatan alat uji quenching, proses perlakuan panas, dan pengujian aterial hasil perlakuan. Urutan penelitian ditunjukkan pada gabar 10. Gabar 10. Diagra alir penelitian PERANCANGAN ALAT QUENCHING DENGAN METODE SISTEM AIR TERSIRKULASI 1. Siste uu quenching dengan air tersirkulasi Melalui tahap studi literatur perancangan instalasi quenching dengan siste air tersirkulasi aka dapat ditentukan ekanise sirkulasi yang ditentukan, volue bak quench, dan bentuk keranjang spesien ROTASI Volue 8 Noor 1 Januari
7 yang tepat spesien benda uji. Gabar 11. erupakan diagra instalasi quenching dengan agitasi yang dibuat pada penelitian ini, diana didalanya terdapat katub dengan siste by pass untuk evariasi debit aliran yang asuk kedala edia pendingin. Siste by pass digunakan karena popa sentrifugal yang digunakan pada instalasi tidak dapat diatur kecepatan putarannya. Gabar 11. Siste uu quenching dengan air tersirkulasi 2. Proses Pebuatan Instalasi Quenching dengan Siste Air Tersirkulasi Langkah-langkah yang dilakukan dala proses perakitan instalasi quenching dengan air tersirkulasi adalah sebagai berikut : 1. Mengukur panjang besi siku yang akan digunakan sebagai rangka dari instalasi alat ini. Keudian eotong dan engelas sehingga ebentuk sebuah rangka dengan diensi 65c x 65c x 110c (p x l x t). 2. Measang roda-roda pada bagian bawah rangka. 3. Measang pipa galvaniz pada bak penapung ediu pendingin dengan elubangi dasarnya tepat ditengah-tengah dengan diaeter 2 inci, lalu engelas pipa tersebut hingga enyatu dengan bak penapung ediu pendingin. 4. Mepersiapkan bak penapung ediu pendingin dengan eratakan seluruh bagiannya, dan endepul bagian dasarnya. 5. Melubangi bak penapung ediu pendingin dengan diaeter 1 inci sebanyak dua buah. Satu dibagian dasar bak penapung ediu pendingin sebagai saluran isap enuju popa air, dan satu di dinding bak penapung ediu pendingin sebagai saluran asuk sebagai by pass. 6. Meletakkan bak penapung ediu pendingin pada rangka, dan eastikan sudah tepat ditengah-tengah. 7. Measang popa air dibagian bawah rangka dengan tabahan rangka penyangga. 8. Measang pipa PVC untuk saluran isap dari bagian dasar bak penapung enuju popa air. 9. Measang pipa PVC untuk saluran keluar popa, easang water flow eter, dan ball valve sebagai by pass. Dengan enggunakan sabungan T sebagai pebagi aliran, satu bagian dialirkan enuju lubang di bagian dinding bak penapung ediu pendingin dengan elewati sebuah ball valve sebagai pengatur julah aliran. Dan satu bagian lainnya enuju bagian dasar bak pada pipa galvaniz, dan aliran elewati water flow eter untuk engetahui debit aliran yang engalir enuju pipa galvanis yang nantinya akan enyeburkan air ke spesien uji. 10. Mengecat seluruh bagian rangka dan bak penapung ediu pendingin. 11. Mengukur panjang kawat steinless steel, keudian eotong dan engelasnya enjadi berbentuk keranjang dengan diaeter 9c, dan tinggi 25 c. 12. Mengukur lebar plat seng, keudian eotong dan engelingnya sehingga ebentuk seliut tabung, dengan diaeter 11 c, dan tinggi 30 c. 13. Mengecat plat seng tersebut. 14. Measukkan plat seng tersebut sebagai selubung keranjang. 15. Meletakkan keranjang di dala bak penapung ediu pendingin, tepat diatas pipa galvaniz penyebur air. 16. Melakukan pengecekan dan pengujian pada instalasi quenching dengan siste aliran tersebut. 3. Pengujian Alat Pengujian alat dilakukan untuk engetahui kapasitas dan keapuan alat quenching dengan etode air tersirkulasi sehingga dala penggunaan dala pengujian dapat diketahui paraeter yang epengaruhinya. Paraeter yang diuji antara lain : a. Kapasitas aliran b. Kapasitas aksiu siste quenching c. Perhitungan kecepatan pendinginan 4. Pengukuran kapasitas aliran Pengaturan kecepatan aliran dilakukan dengan engatur bukaan by pass yang terpasang pada siste ROTASI Volue 8 Noor 1 Januari
8 aliran, beberapa variasi yang dilakukan pada penelitian ini antara lain : a. Katup by pass tertutup penuh V 2 = 0,833 s b. Katup by pass terbuka ¼ bagian V 2 = 0,696 s c. Katup by pass terbuka penuh V 2 = 0,597 s 5. Perhitungan Kapasitas aksiu siste quenching a. Bak ediu pendingin (quenchant) φ bak = 57,5 c tinggi (t) = 40 c Volue = A Alas. t = 0,104 3 Kenaikan teperatur yang diijinkan adalah 5 0 C, Sehingga ΔT = 5 o C Diasusikan pada percobaan didapatkan data sebagai berikut : T rata-rata = (32+27)/2 T 1 T 2 = 29,5 o C = 27 o C = 32 o C Sehingga, ρ = dan ρ. V V diana ρ air pada 29,5 o C = 995,3 kg = 995,3 3 = 103,38 kg. 0,104 3 kg = 3 Jadi berat air yang ditapung oleh bak adalah 103,38 kg. Sesuai persaaan 2.6. aka : T r = Q / (W q. C pq ) C pq pada 29,5 o C = 4,1765 Q = T r. W q. C pq kj o kg C = 5 o C. 90,46 kg. 4,1765 kj o kg C = 2158,85 kj Julah kalor yang diteria oleh air sebesar 2158,85 kj b. Loga (Spesien Uji) Data yang didapat pada penelitian ini adalah : T 1 = 850 o C T 2 = 50 o C Baja AISI 4140 eiliki kadar karbon 0,4 % diketahui : C p baja karbon 0,4%C = 0,46 kj/kg o C Q = C p. W. (T 1 -T 2 ) W = C p Q.( T 1 T2 ) W = 5,46 kg (Berat spesien aksiu) 6. Perhitungan Kecepatan Pendinginan a. Katup tutup penuh t = 26,79 detik b. Katup terbuka ¼ bagian t = 27,96 detik c. Katup buka penuh t = 27,98 detik d. Tanpa Siste Aliran t =38,99 detik DATA DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN MATERIAL BAJA AISI 4140 Hasil pengujian terhadap spesien perlakuan quench dengan siste air tersirkulasi berupa koposisi spesien uji, kekerasan, dan struktur ikro yang pebahasanya adalah sebagai berikut: 1. Koposisi spesien uji Hasil pengujian koposisi kiia terhadap spesien awal yang digunakan dala penelitian ini ditunjukkan oleh tabel 2. Tabel 2. Koposisi kiia hasil pengujian dan standar Unsur C Si Mn P S Cr Mo Ni Pengujian 0,4 0,26 0,84 0,012 0,03 0,94 0,16 - Standar ,44 0,30-0,35 0,65-1, ,75-1,20 0,15-0,25 Dari pengujian koposisi kiia diatas enunjukkan bahwa spesien yang digunakan untuk pengujian ini erupakan baja AISI Analisis kekerasan Hasil pengujian kekerasan dengan enggunakan hardness vickers tester terhadap spesien benda uji adalah sebagai berikut : Perlakuan Tabel 3.Harga Kekerasan Vickers Jarak dari tepi() VHN Ratarata Q Q , Q Q Q ROTASI Volue 8 Noor 1 Januari
9 Kekerasan (VHN) Grafik Hubungan antara Kekerasan terhadap Jarak dari Spesien Jarak Pengukuran dari Tepi() Q0 Q1 Q2 Q3 Q4 Keterangan : Q0 : Noralising Q1 : Quenching tanpa agitasi (V = 0 /s) Q2 : Quenching dengan agitasi by pass bukaan penuh (V= 0,597 /s) Q3 : Quenching dengan agitasi by pass buka ¼ (V = 0,696 /s) Q4 : Quenching dengan agitasi by pass tutup penuh (V = 0,833 /s) Gabar 12. Grafik hubungan antara kekerasan terhadap jarak dari tepi spesien Gabar 12. eperlihatkan bahwa dengan perlakuan quenching aterial akan eiliki peningkatan kekerasan yang besar bila dibandingkan dengan aterial yang dinoralising, serta pada saat dipergunakan ekanise quenching dengan aliran grafik kekerasanya juga terus eningkat seiring dengan pertabahan kecepatan aliran. Berdasarkan gabar 5. baja AISI 4140 yang engalai perkerasan artensit akan eiliki kekerasan diatas 650 VHN dan dari Tabel 5.2. terlihat bahwa seua quenching yang dilakukan baik dengan air dia aupun tersirkulasi akan enghasilkan aterial dengan kekerasan artensit, terutaa bagian tepinya walaupun pada bagian yang tengah untuk quench tanpa agitasi dan dengan agitasi by pass bukaan penuh (V=0,597 /s) belu terbentuk artensit sepurna karena kekerasannya asih dibawah 650 VHN. 3. Analisis struktur ikro Mikrografi enghasilkan gabar-gabar seperti pada gabar 13 gabar 17. diana fasa tersebut diunculkan dengan dietsa oleh larutan HNO 3 dan pebesaran yang diabil adalah 500x, dari pebesaran tersebut 10 garis yang terdapat dala foto ewakili jarak 20 μ. Gabar 14. Struktur ikro spesien Q1, Tγ = C, t γ = 83 enit dengan pebesaran 500X Gabar 13. enunjukkan spesien aterial baja AISI 4140 yang dinoralising, yaitu dengan peanasan sapai teperatur 900 o C ditahan selaa 30 enit keudian didinginkan diudara bebas. Terlihat bagian atas lebih bura dibanding bagian bawah hal ini terjadi karena aterial tidak rata yang disebabkan oleh kesalahan pengaplasan. Masih sangat jelas terlihat batas butir antar fasa yang terjadi. Ferit (α proeutectoid) ditunjukkan oleh butir yang berwarna terang sedangkan pearlite ditunjukkan oleh butir yang berwarna gelap, Perlit sendiri sebenarnya tersusun dari karbida (Fe 3 C) dan α eutectoid (ferit eutektoid) julah ferit pada aterial ini terlihat lebih banyak bila dibandingkan dengan pearlite. Gabar 14. enunjukkan spesien baja AISI 4140 yang diquench dengan tanpa aliran (V = 0 /s), terlihat adanya bagian yang lebih gelap hal ini diakibatkan oleh spesian uji yang tidak rata yang disebabkan oleh kesalahan pengapelasan. Bintik bintik hita yang napak erupakan void atau kotoran yang terbentuk karena polising yang tidak sepurna. Gabar ini tidak terlihat batas butir secara jelas, yang napak adalah jaru kecil-kecil yang strukturnya tidak beraturan sebagai indikasi terbentuknya struktur artensit. Masih terlihat adanya daerah berwarna putih yang erupakan fasa α eutectoid yang tidak berubah enjadi artensit secara sepurna. Terbentuknya artensit dan α eutectoid engakibatkan spesien ini lebih keras dibandingkan dengan spesien yang dinoralising. Gabar 13. Struktur ikro spesien Q0, Tγ = C, t γ = 30 enit dengan pebesaran 500X Gabar 15. Struktur ikro spesien Q2, t = 83 enit dengan pebesaran 500X Tγ = C, γ ROTASI Volue 8 Noor 1 Januari
10 Gabar 16. Struktur ikro spesien Q3, t = 83 enit dengan pebesaran 500X Tγ =850 0 C, γ Spesien uji baja AISI 4140 yang diberikan proses quenching dengan aliran katup by pass buka penuh (V i = 0,597 /s) diperlihatkan pada Gb. 15. Disini terlihat juga void banyak tertinggal karena ketidak sepurnaan polishing. Foto hasil peotretan juga tapak bagian yang bura karena spesien uji yang tidak rata. Tidak napak adanya bulatan putih seperti pada aterial yang diquench tanpa aliran, yang napak secara jelas adalah struktur ikro artensit yang ditandai dengan bentuk seperti jaru yang tersusun secara acak. Terbentuknya struktur artensit engakibatkan spesien yang diquench dengan aliran by pass buka penuh (V i = 0,597 /s) enjadi lebih keras bila dibanding dengan aterial yang diquench sederhana aupun yang dinoralising. Foto Struktur ikro spesien uji baja AISI 4140 dengan proses quenching dengan aliran pada katup by pass terbuka ¼ bagian (V i = 0,699 /s) diperlihatkan Gb. 16 Pada foto tapak bagian yang bura dikarenakan spesien uji yang tidak rata yang disebabkan ketidaksepurnaan pengaplasan. Tidak napak adanya bulatan putih seperti pada aterial yang diquench tanpa aliran, yang napak secara jelas adalah struktur ikro artensit yang ditandai dengan bentuk seperti jaru yang tersusun secara acak. Terbentuknya struktur artensit engakibatkan spesien yang diquench dengan aliran katup by pass terbuka ¼ bagian (V i = 0,699 /s) enjadi lebih keras bila dibanding dengan aterial yang dinoralising. Gabar 17. Struktur ikro spesien Q4, Tγ = C, t γ = 83 enit dengan pebesaran 500X Foto struktur ikro spesien baja AISI 4140 yang diquench dengan aliran pada katub by pass tutup penuh (V = 0,833 /s) diperlihatkan oleh gabar 17., terlihat adanya bagian yang lebih gelap hal ini diakibatkan oleh spesian uji yang tidak rata yang disebabkan oleh kesalahan pengapelasan. Bintik bintik hita yang napak erupakan void atau kotoran yang terbentuk karena polising yang tidak sepurna. Gabar ini tidak terlihat adanya batas butir, tidak napak adanya bulatan putih seperti pada aterial yang diquench tanpa aliran, yang napak secara jelas adalah struktur ikro artensit yang ditandai dengan bentuk seperti jaru yang tersusun secara acak. Terbentuknya struktur artensit engakibatkan spesien yang diquench dengan aliran katub by pass tutup penuh (V = 0,833 /s) enjadi lebih keras bila dibanding dengan aterial yang dinoralising. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesipulan Dari perancangan alat dan penelitian yang dilakukan dengan engabil aterial baja AISI 4140 yang diquench dengan etode siste air tersirkulasi dapat diabil kesipulan : 1. Alat quenching dengan etode siste air tersirkulasi ini dapat digunakan untuk eng-quench baja sebanyak 5,46 kg pada kondisi volue air 0, Seakin cepat laju aliran kecepatan pendinginannya seakin tinggi. 3. Quenching dengan etode air tersirkulasi pada baja AISI 4140 apu eningkatkan kekerasan. 4. Quenching dengan etode air tersirkulasi pada baja AISI 4140 enunjukkan peningkatan keseragaan kekerasan artensit pada perukaan dari aterial yang diquench. 5. Quenching pada baja AISI 4140 akan enghasilkan struktur ikro artensit. 2. Saran Penelitian ini asih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki dan disepurnakan pada penelitian berikutnya, untuk itu penulis enyarankan beberapa hal untuk dilakukan pada penelitian selanjutnya, antara lain : 1. Alat quenching yang kai buat ini asih dapat ditingkatkan keapuanya dengan eperbaiki siste alirannya. 2. Keranjang spesien dapat dibuat lebih kecil dengan selubung aliran saa dengan pipa out put. 3. Teperatur ediu pendingin perlu dikontrol untuk enghasilkan penelitian dengan kondisi yang seraga pada seua perlakuan. 4. Pengukuran kekerasan dari ujung terdekat dengan aliran sapai yang terjauh perlu dilakukan untuk elihat tingkat perkerasan sepanjang spesien. ROTASI Volue 8 Noor 1 Januari
11 DAFTAR PUSTAKA 1. Callister,Willia D. Materials Science and Engineering John Willey & Sons,Inc. USA Dieter, George E. Metalurgi Mekanik. Erlangga. Jakarta Giir.CH, Tuncer.BO, Investigating the Microstructure-Ultrasonic Property Relationships in Steel, jurnal Welding tech & NDT Center, Ankara, Turkey 4. Holan JP, Perpindahan Kalor, Erlangga, Jakarta, Incopera.P, De Witt PD, Fundaental of Heat Treatent and Mass Transfer John willey and Son. Canada, Krauss.G, Steel : Heat Treatent and Processing Principles 7. Meyrick.G, Physical Metallurgy of Steel, Class Notes and Lecture Material, USA, Nugroho.Sri, Karakterisasi Austenit Sisa dan Kekerasan pada Baja Bantalan SAE 52100, Tesis Magister, Progra Pascasarjana, Teknik Mesin, ITB Bandung Okuura, Toshie.Teknologi Pengelasan Loga. PT. Pradnya Paraitha. Jakarta Parker.ER, Material Data Book, For Engineer and Scientiests, Mc.Graw-Hill Book Copany, New york, Petty,ER. Physical Metalurgy of Engineering Materials. George Allen and Unwin Ltd.London RAJAN, T.V., Heat Treatent Principles and Techniques, Prentice-Hall of India, New Delhi- India, Suryanarayana.A.V.K. Testing of Metalic Material. Prentice hall of India. New Delhi Totten,GE,Bates,CE,Clinton,NA, Handbook of Quenchant and Quenching Technology, ASM International,USA, Van Vlack, Lawrence H, Ilu dan teknologi Bahan. Erlangga.Jakarta Quench Syste for Oil and Water Machinery s 1924 Handbook ROTASI Volue 8 Noor 1 Januari
RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM. Oleh : Aprizal (1)
RANCANGAN ALAT SISTEM PEMIPAAN DENGAN CARA TEORITIS UNTUK UJI POMPA SKALA LABORATORIUM Oleh : Aprizal (1) 1) Dosen Progra Studi Teknik Mesin. Fakultas Teknik Universitas Pasir Pengaraian Eail. ijalupp@gail.co
Lebih terperinciPENGARUH MEDIA QUENCHING AIR TERSIRKULASI (CIRCULATED WATER) TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADA BAJA AISI 1045
PENGARUH MEDIA QUENCHING AIR TERSIRKULASI (CIRCULATED WATER) TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADA BAJA AISI 1045 Sri Nugroho 1), Gunawan Dwi Haryadi 1) Abstract The cooling rate in the heat treatment
Lebih terperinciPENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL
PENGARUH POSISI BEBAN DAN MOMEN INERSIA TERHADAP PUTARAN KRITIS PADA MODEL POROS MESIN KAPAL Waris Wibowo Staf Pengajar Akadei Mariti Yogyakarta (AMY) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk endapatkan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembekuan
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pebekuan Pebekuan berarti peindahan panas dari bahan yang disertai dengan perubahan fase dari cair ke padat dan erupakan salah satu proses pengawetan yang uu dilakukan untuk penanganan
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING. Puji Saksono 1) ABSTRAK
ANALISIS PENGARUH GANGGUAN HEAT TRANSFER KONDENSOR TERHADAP PERFORMANSI AIR CONDITIONING Puji Saksono 1) ABSTRAK Kondensor erupakan alat penukar kalor pada sisti refrigerasi yang berfungsi untuk elepaskan
Lebih terperinciBAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT. terbuat dari acrylic tembus pandang. Saluran masukan udara panas ditandai dengan
BAB III PEMODELAN SISTEM DINAMIK PLANT 31 Kriteria rancangan plant Diensi plant yang dirancang berukuran 40cx60cx50c, dinding terbuat dari acrylic tebus pandang Saluran asukan udara panas ditandai dengan
Lebih terperinciTERMODINAMIKA TEKNIK II
DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 2005 i DIKTAT KULIAH TERMODINAMIKA TEKNIK II Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik
Lebih terperinciPENGARUH WATER STORAGE VOLUME TERHADAP UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER (SAHPWH) MENGGUNAKAN HFC-134a
PENGARUH WATER STORAGE VOLUME TERHADAP UNJUK KERJA SOLAR ASSISTED HEAT PUMP WATER HEATER (SAHPWH) MENGGUNAKAN HFC-34a Wibawa Endra J, Tri Istanto Staf Pengajar - Jurusan Teknik Mesin - Fakultas Teknik
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM
25 PENGARUH VARIASI TABUNG UDARA TERHHADAP DEBIT PEMOMPAAN POMPA HIDRAM Budi Hartono Fakultas Teknik, Universitas Ibnu Chaldun, Jl. Raya Serang Cilegon K.5, Serang Banten. Telp. 254-82357 / Fax. 254-82358
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Percobaan, fabrikasi dan pengambilan data pada penelitian ini dilakukan di
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tepat dan Waktu Penelitian Percobaan, fabrikasi dan pengabilan data pada penelitian ini dilakukan di Laboratoriu Terodinaika serta Bengkel Mekanik untuk elakukan beberapa
Lebih terperinciPETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA
PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap Final Diponegoro Physics Copetititon Tingkat SMA 1. Ujian Eksperien berupa Naskah soal beserta lebar jawaban dan kertas grafik. 2. Waktu keseluruhan dala eksperien dan
Lebih terperinciPENUKAR KALOR CANGKANG DAN TABUNG EFEKTIF UNTUK MENDINGINKAN MINYAK PELUMAS MESIN DIESEL DENGAN PENYARINGAN SISTEM CABANG.
PENUKR KLOR CNGKNG DN TBUNG EFEKTIF UNTUK MENDINGINKN MINYK PELUMS MESIN DIESEL DENGN PENYRINGN SISTEM CBNG Murni *) bstract Lubrication is iportant paraeter in whole operation in diesel engine, bad lubrication
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. segi kuantitas dan kualitasnya. Penambahan jumlah konsumen yang tidak di ikuti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air erupakan kebutuhan yang penting bagi kehidupan anusia. Manusia tidak dapat elanjutkan kehidupannya tanpa penyediaan air yang cukup dala segi kuantitas dan kualitasnya.
Lebih terperinciPENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO
PENGARUH PROSES HARDENING PADA BAJA HQ 7 AISI 4140 DENGAN MEDIA OLI DAN AIR TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO Cahya Sutowo 1.,ST.MT., Bayu Agung Susilo 2 Lecture 1,College student 2,Departement
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Energi atahari sebagai suber energi pengganti tidak bersifat polutif, tak dapat habis, serta gratis dan epunyai prospek yang cukup baik untuk dikebangkan. Apalagi letak geografis
Lebih terperinciMATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE
MATERIAL TEKNIK DIAGRAM FASE Pengertian Diagram fasa Pengertian Diagram fasa Adalah diagram yang menampilkan hubungan antara temperatur dimana terjadi perubahan fasa selama proses pendinginan dan pemanasan
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH KUALITAS UAP RATA-RATA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS RATA-RATA PADA PIPA KAPILER DI MESIN REFRIGERASI FOCUS 808
Jurnal Mekanikal, Vol. No. : Juli 011: 10 16 ISSN 086-3403 ANALISIS PENGARUH KUALITAS UAP RATA-RATA TERHADAP KOEFISIEN PERPINDAHAN PANAS RATA-RATA PADA PIPA KAPILER DI MESIN REFRIGERASI FOCUS 808 Basri
Lebih terperinciBAB III ANALISA TEORETIK
BAB III ANALISA TEORETIK Pada bab ini, akan dibahas apakah ide awal layak untuk direalisasikan dengan enggunakan perhitungan dan analisa teoretik. Analisa ini diperlukan agar percobaan yang dilakukan keudian
Lebih terperinciStudi Eksperimen Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran Kompresor Pada Sistem Pengkondisian Udara Dengan Pre-Cooling
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) F-84 Studi Eksperien Pengaruh Variasi Kecepatan Putaran Kopresor Pada Siste Pengkondisian Udara Dengan Pre-Cooling Fariz Ibrohi dan Ary
Lebih terperinciPENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI. Purnomo *)
PENGARUH PERLAKUAN TEMPERING TERHADAP KEKERASAN DAN KEKUATAN IMPAK BAJA JIS G 4051 S15C SEBAGAI BAHAN KONSTRUKSI Purnomo *) Abstrak Baja karbon rendah JIS G 4051 S 15 C banyak digunakan untuk bagian-bagian
Lebih terperinciHEAT TREATMENT. Pembentukan struktur martensit terjadi melalui proses pendinginan cepat (quench) dari fasa austenit (struktur FCC Face Centered Cubic)
HEAT TREATMENT Perlakuan panas (heat treatment) ialah suatu perlakuan pada material yang melibatkan pemanasan dan pendinginan dalam suatu siklus tertentu. Tujuan umum perlakuan panas ini ialah untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB III METODE ANALISIS
BAB III METODE ANALISIS 3.1 Penyajian Laporan Dala penyajian bab ini dibuat kerangka agar eudahkan dala pengerjaan laporan. Berikut ini adalah diagra alir tersebut : Studi Pustaka Model-odel Eleen Struktur
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. PENDAHULUAN Tujuan utaa dari penelitian tentang koposit lainat hibrid ini adalah eneukan etode baru pebuatan koposit lainat hibrid dala asa padat. Partikel SiC dan Al
Lebih terperinciPENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C
PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C Syaifudin Yuri, Sofyan Djamil dan M. Sobrom Yamin Lubis Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara, Jakarta e-mail:
Lebih terperinciKarakterisrik Mekanik Proses Hardening Baja Aisi 1045 Media Quenching Untuk Aplikasi Sprochet Rantai
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 5 No.1. April 2011 (32-38) Karakterisrik Mekanik Proses Hardening Baja Aisi 1045 Media Quenching Untuk Aplikasi Sprochet Rantai Agus Pramono Jurusan Teknik Metalurgi - Fakultas
Lebih terperinciKarakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Data dan Analisa Metalografi Pengambilan gambar atau foto baik makro dan mikro pada Bucket Teeth Excavator dilakukan pada tiga dua titik pengujian, yaitu bagian depan spesimen
Lebih terperinciKAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC
KAJI NUMERIK PORTABLE PORTABLE COLD STORAGE TERMOELEKTRIK TEC1-12706 Denny M. E Soedjono (1), Joko Sarsetiyanto (2), Dedy Zulhidayat Noor (3), Davit Priabodo 4) 1),2),3),4) Progra Studi D3 Teknik Mesin
Lebih terperinciStudi Eksperimen Pengaruh Dimensi Pipa Kapiler Pada Sistem Air Conditioning Dengan Pre-Cooling
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No., (016) ISSN: 337-3539 (301-971 Print) A-918 Studi Eksperien Pengaruh Diensi Pipa Kapiler Pada Siste Air Conditioning Dengan Pre-Cooling Awan Satya Darawan dan Ary Bachtiar
Lebih terperinciBAB 4 KAJI PARAMETRIK
Bab 4 Kaji Paraetrik BAB 4 Kaji paraetrik ini dilakukan untuk endapatkan suatu grafik yang dapat digunakan dala enentukan ukuran geoetri tabung bujursangkar yang dibutuhkan, sehingga didapatkan harga P
Lebih terperinciLaporan akhir fenomena dasar mesin BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dala bidang konstruksi sifat aterial yang dapat terdefleksi erupakan suatu hal yantg sangat enakutkan karena bila saja hal tersebut terjadi aka struktur yang dibangun
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Performansi Mesin Pendingin 1)
JURNAL TEKNIK MESIN Vol 4, No 2, Oktober 2002: 94 98 Analisis Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Line Suction Terhadap Perforansi Mesin Pendingin ) Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknologi
Lebih terperinciPEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 150 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT
PEMETAAN MEDAN ELEKTROMAGNETIK PADA PEMUKIMAN PENDUDUK DI BAWAH JARINGAN SUTT 5 KV PLN WILAYAH KALIMANTAN BARAT Baharuddin Progra Studi Teknik Elektro, Universitas Tanjungpura, Pontianak Eail : cithara89@gail.co
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN
35 BAB IV ANALISIS HASIL PENGUKURAN Skripsi ini bertujuan untuk elihat perbedaan hasil pengukuran yang didapat dengan enjulahkan hasil pengukuran enggunakan kwh-eter satu fasa pada jalur fasa-fasa dengan
Lebih terperinciANALISA PENGGUNAAN TEMPURUNG KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN BAHAN PISAU TIMBANGAN MEJA DENGAN PROSES PACK CARBURIZING
Analisa Penggunaan Tempurung Kelapa untuk Meningkatkan ANALISA PENGGUNAAN TEMPURUNG KELAPA UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN BAHAN PISAU TIMBANGAN MEJA DENGAN PROSES PACK CARBURIZING Arif Eko Mulyanto, Rubijanto
Lebih terperinciSistem Besi-Karbon. Sistem Besi-Karbon 19/03/2015. Sistem Besi-Karbon. Nurun Nayiroh, M.Si. DIAGRAM FASA BESI BESI CARBIDA (Fe Fe 3 C)
MK: TRANSFORMASI FASA Pertemuan Ke-6 Sistem Besi-Karbon Nurun Nayiroh, M.Si Sistem Besi-Karbon Besi dengan campuran karbon adalah bahan yang paling banyak digunakan diantaranya adalah baja. Kegunaan baja
Lebih terperinciANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)
ANALISA PERUBAHAN DIMENSI BAJA AISI 1045 SETELAH PROSES PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT) Sasi Kirono,Eri Diniardi, Isgihardi Prasetyo Jurusan Mesin, Universitas Muhammadiyah Jakarta Abstrak. Salah satu
Lebih terperinciMATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT
MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT STRUKTUR LOGAM DAPAT BERUBAH KARENA : KOMPOSISI KIMIA (PADUAN) REKRISTALISASI DAN PEMBESARAN BUTIRAN (GRAIN GROWTH) TRANSFORMASI FASA PERUBAHAN STRUKTUR MENIMBULKAN PERUBAHAN
Lebih terperinciSTUDI KARAKTERISTIK PENDINGINAN MODEL SUNGKUP APWR DENGAN LAMINAR SUBCOOLED WATER FILM
STUDI KARAKTERISTIK PENDINGINAN MODEL SUNGKUP APWR DENGAN LAMINAR SUBCOOLED WATER FILM Diah Hidayanti 1, Aryadi Suwono 1, Nathanael P. Tandian 1, Ari Darawan Pasek 1, dan Efrizon Uar 1 Progra Magister
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN
LAPORAN PRAKTIKUM PH METER, PERSIAPAN LARUTAN PENYANGGAN, DAN PENGENCERAN NAMA PRAKTIKAN : Raadhan Bestari T. Barlian GRUP PRAKTIKAN : Grup Pagi (08.00-11.00) KELOMPOK : 2 HARI/TGL. PRAKTIKUM : Kais, 17
Lebih terperinciHeat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja
Heat Treatment Pada Logam Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma Proses Perlakuan Panas Pada Baja Proses perlakuan panas adalah suatu proses mengubah sifat logam dengan cara mengubah struktur mikro
Lebih terperinciANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045
ANALISA PENGARUH MANIPULASI PROSES TEMPERING TERHADAP PENINGKATAN SIFAT MEKANIS POROS POMPA AIR AISI 1045 Willyanto Anggono Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri Universitas Kristen Petra,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang material baja karbon sedang AISI 4140 merupakan low alloy steel atau baja yang memiliki kandungan 0,38-0,43% C, 0,75-1,00% Mn, 0,15-0,30% Si, 0,80-1,10%
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Baja Baja merupakan bahan dasar vital untuk industri. Semua segmen kehidupan, mulai dari peralatan dapur, transportasi, generator, sampai kerangka gedung dan jembatan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam skala prioritas pembangunan nasional dan daerah di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembangunan di bidang-bidang lain, seperti sosial, politik, dan budaya. perbedaan antara yang kaya dengan yang miskin.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan ekonoi erupakan asalah penting bagi suatu negara, untuk itu sejak awal pebangunan ekonoi endapat tepat penting dala skala prioritas pebangunan nasional
Lebih terperinciDiketik ulang oleh : Copyright Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, KIMIA, ASTRONOMI, INFORMATIKA, dll UNTUK
Copyright http://serbiserbi.co/ Bank Soal OLIMPIADE IPA, MATEMATIKA, FISIKA, BIOLOGI, 1 2 SOAL PILIHAN GANDA 1. Tahukah kalian, salah satu keunikan dari laba-laba pelopat adalah keistiewaan penglihatannya.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Penelitian ini merupakan eksperimen untuk mengetahui pengaruh temperatur media pendingin pasca pengelasan terhadap laju korosi dan struktur mikro.
Lebih terperincidimana p = massa jenis zat (kg/m 3 ) m= massa zat (kg) V= Volume zat (m 3 ) Satuan massa jenis berdasarkan Sistem Internasional(SI) adalah kg/m 3
Zat dan Wujudnya Massa Jenis Jika kau elihat kapas yang berassa 1 kg dan batu berassa 1 kg, apa ada di benaku? Massa Jenis adalah perbandingan antara assa benda dengan volue benda Massa jenis zat tidak
Lebih terperinciAnalisa Deformasi Material 100MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda. Muhammad Subhan
IRWNS 213 Analisa Deformasi Material 1MnCrW4 (Amutit S) Pada Dimensi Dan Media Quenching Yang Berbeda Muhammad Subhan Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Manufaktur Negeri Bangka Belitung, Sungailiat, 33211
Lebih terperinciBAB 1. PERLAKUAN PANAS
BAB PERLAKUAN PANAS Kompetensi Sub Kompetensi : Menguasai prosedur dan trampil dalam proses perlakuan panas pada material logam. : Menguasai cara proses pengerasan, dan pelunakan material baja karbon.
Lebih terperinciANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS
ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK BAJA MANGAN AUSTENITIK HASIL PROSES PERLAKUAN PANAS Oleh: Abrianto Akuan Abstrak Nilai kekerasan tertinggi dari baja mangan austenitik hasil proses perlakuan panas
Lebih terperinciStudi Eksperimen Pengaruh Alur Permukaan Sirip pada Sistem Pendingin Mesin Kendaraan Bermotor
Jurnal Kopetensi Teknik Vol. 1, No. 1, Noveber 009 1 Studi Eksperien Pengaruh Alur Perukaan Sirip pada Siste Pendingin Mesin Kendaraan Berotor Sasudin Anis 1 dan Aris Budiyono 1, Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN Data Pengujian Pengujian Kekerasan.
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Data Pengujian. 4.1.1. Pengujian Kekerasan. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metoda Rockwell C, pengujian kekerasan pada material liner dilakukan dengan cara penekanan
Lebih terperinciBAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa pelat lantai gedung rawat inap RSUD Surodinawan Kota Mojokerto dengan enggunakan teori garis leleh ebutuhkan beberapa tahap perhitungan dan analsis aitu perhitungan
Lebih terperinci07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA
07: DIAGRAM BESI BESI KARBIDA 7.1. Diagram Besi Karbon Kegunaan baja sangat bergantung dari pada sifat sifat baja yang sangat bervariasi yang diperoleh dari pemaduan dan penerapan proses perlakuan panas.
Lebih terperinciSimposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X
PENGARUH VARIASI MEDIA QUENCHING HASIL PENYISIPAN BAJA BEARING, PIRINGAN CAKRAM, DAN PEGAS DAUN PADA SISI POTONG ( CUTTING EDGE ) TERHADAP SIFAT KEKERASAN PRODUK PANDE BESI Wawan Trisnadi Putra 1*, Kuntang
Lebih terperinciSTUDI KOMPARASI HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS MATERIAL RING PISTON BARU DAN BEKAS
STUDI KOMPARASI HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT-SIFAT MEKANIS MATERIAL RING PISTON BARU DAN BEKAS Fuad Abdillah FPTK IKIP Veteran Semarang Email : fuadabdillah88@yahoo.co.id ABSTRAK Akhir-akhir ini banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pebangunan daerah sebagai bagian yang integral dari pebangunan nasional dilaksanakan berdasakan prinsip otonoi daerah dan pengaturan suber daya nasional yang
Lebih terperinciImplementasi Histogram Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segmentasi Citra Berwarna
JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) Ipleentasi Histogra Thresholding Fuzzy C-Means untuk Segentasi Citra Berwarna Risky Agnesta Kusua Wati, Diana Purwitasari, Rully Soelaian
Lebih terperinciSimposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN
PENGARUH PENGELASAN GAS TUNGTEN ARC WELDING (GTAW) DENGAN VARIASI PENDINGINAN AIR DAN UDARA PADA STAINLESS STEEL 304 TERHADAP UJI KOMPOSISI KIMIA, STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN UJI IMPACT Agus Sudibyo
Lebih terperinciKARAKTERISTIK WATER CHILLER
Karakteristik Water Chiller (PK Purwadi dan Wibowo Kusbandono KARAKTERISTIK WATER CHILLER PK Purwadi dan Wibowo Kusbandono ABSTRACT The quantities of cooling load and the condition of air in air conditioning
Lebih terperinciBAB V PERENCANAAN STRUKTUR
BAB V PERENCANAAN STRUKTUR 5.1. TINJAUAN UMUM Dala perencanaan suatu bangunan pantai harus ditetapkan terlebih dahulu paraeter-paraeter yang berperan dalan perhitungan struktur. Paraeterparaeter tersebut
Lebih terperinciLaporan Praktikum Struktur dan Sifat Material 2013
BAB IV UJI JOMINY (JOMINY TEST) 4.1 PENDAHULUAN 4.1.1 Latar Belakang Pada dunia engineering, penggunaan bahan yang spesifik pada aplikasi tertentu sangatlah krusial. Salah satu metode yang sering diaplikasi
Lebih terperinciJurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro, Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
APLIKASI KENDALI ADAPTIF PADA SISTEM PENGATURAN TEMPERATUR CAIRAN DENGAN TIPOLOGI KENDALI MODEL REFERENCE ADAPTIVE CONTROLLER (MRAC) Ferry Rusawan, Iwan Setiawan, ST. MT., Wahyudi, ST. MT. Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Graph Sebelu sapai pada pendefinisian asalah network flow, terlebih dahulu pada bagian ini akan diuraikan engenai konsep-konsep dasar dari odel graph dan representasinya
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DATA PENELITIAN 1. Material Penelitian a. Tipe Baja : A 516 Grade 70 Bentuk : Plat Tabel 7. Komposisi Kimia Baja A 516 Grade 70 Komposisi Kimia Persentase (%) C 0,1895 Si
Lebih terperinciPERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL
PERENCANAAN ALTERNATIF STRUKTUR BAJA GEDUNG MIPA CENTER (TAHAP I) FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG JURNAL Diajukan untuk eenuhi persyaratan eperoleh gelar Sarjana
Lebih terperinciPERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT)
HEAT TREATMENT PERLAKUAN PANAS (HEAT TREATMENT) Proses laku-panas atau Heat Treatment kombinasi dari operasi pemanasan dan pendinginan dengan kecepatan tertentu yang dilakukan terhadap logam atau paduan
Lebih terperinciStudi Komparasi Pengaruh Holding Time. Pada Proses Carburizing Steering Gear
Studi Komparasi Pengaruh Holding Time Pada Proses Carburizing Steering Gear Dwi Arif Hidayanto (10320091) Mahasiswa PTM Otomotif IKIP Veteran Semarang Abstrak Pertanian adalah salah satu kebudayaan manusia
Lebih terperinciPENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201
PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201 Heru Danarbroto 1*, A.P.Bayu Seno 2, Gunawan Dwi Haryadi 2, Seon Jin Kim 3 1 Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) B-95
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-95 Studi Variasi Beban Pendinginan Di Evaporator Low Stage Siste Refrigerasi Cascade Menggunakan Heat Exchanger Tipe Concentric
Lebih terperinciMODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN
43 MODUL PERTEMUAN KE 6 MATA KULIAH : MATERI KULIAH: Mekanika klasik, Huku Newton I, Gaya, Siste Satuan Mekanika, Berat dan assa, Cara statik engukur gaya.. POKOK BAHASAN: DINAMIKA PARTIKEL 6.1 MEKANIKA
Lebih terperinciVARIASI HAMBATAN DOWNSTREAMKE SIDE ARM T- JUNCTION SUDUT 45 O PADA SALURAN MIRING TERHADAP KARAKTERISTIK PEMISAHAN KEROSENE - AIR
University Research Colloquiu 205 ISSN 2407-989 VARIASI HAMBATAN DOWNSTREAMKE SIDE ARM T- JUNCTION SUDUT 45 O PADA SALURAN MIRING TERHADAP KARAKTERISTIK PEMISAHAN KEROSENE - AIR Karinto, 2 Suhartoyo,2,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini telah merambah pada berbagai aspek kehidupan manusia, tidak terkecuali di dunia industri manufacture (rancang
Lebih terperinciPENGARUH VARIASI KOMPOSISI DAN PROSES PENDINGINAN TERHADAP KARAKTERISTIK MAGNET BARRIUM FERRITE (Dyah Sawitri, ST, MT; Ratih Resti Astari)
PENGARUH VARIASI KOMPOSISI DAN PROSES PENDINGINAN TERHADAP KARAKTERISTIK MAGNET BARRIUM FERRITE (Dyah Sawitri, ST, MT; Ratih Resti Astari) Progra Studi S-1 Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri - Institut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Jurnal Teknika ATW_Edisi 08 1
STUDI EKSPERIMENTAL ALIRAN KE SIDE ARM T- JUNCTION DENGAN SUDUT 45 O PADA SALURAN MIRING TERHADAP KARAKTERISTIK PEMISAHAN KEROSENE - AIR DENGAN VARIASI HAMBATAN DOWNSTREAM Oleh : ) Karinto, 2) Heri Kustanto,
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL
PENGARUH WAKTU PENAHANAN TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PADA PROSES PENGKARBONAN PADAT BAJA MILD STEEL Pramuko I. Purboputro Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.A. Yani Tromol Pos 1 Pabelan
Lebih terperinciBAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH
BAB V DIAGRAM FASE ISTILAH-ISTILAH Komponen : adalah logam murni atau senyawa yang menyusun suatu logam paduan. Contoh : Cu - Zn (perunggu), komponennya adalah Cu dan Zn Solid solution (larutan padat)
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. BAB IV Pembahasan 69
BAB IV PEMBAHASAN 4.1 ANALISA STRUKTUR MIKRO BAJA SETELAH HARDENING DAN TEMPERING Struktur mikro yang dihasilkan setelah proses hardening akan menentukan sifat-sifat mekanis baja perkakas, terutama kekerasan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini berisi pembahasan tentang pemeriksaan data dari hasil pengujian yang telah dilakukan, yaitu pengujian komposisi, kekerasan, pengamatan struktur mikro
Lebih terperinciPRAKTIKUM METALURGI FISIK LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM METALURGI FISIK LAPORAN AKHIR MODEL PRAKTIKUM : HARDENABILITY TANGGAL PRAKTIKUM : 11 DESEMBER 2016 NAMA ASISTEN : ENGKOS NAMA PRAKTIKAN : TIO ERWINSYAH NIM/KELOMPOK : 2112162033/5 KELAS : EKSTENSI
Lebih terperinciPEMILIHAN PARAMETER PERLAKUAN PANAS UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN BAJA PEGAS 55 Si 7 YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PENAMBAT REL KERETA API
Lampiran 2 : Contoh Publikasi Penelitian Pada Jumal PEMILIHAN PARAMETER PERLAKUAN PANAS UNTUK MENINGKATKAN KEKERASAN BAJA PEGAS 55 Si 7 YANG DIGUNAKAN SEBAGAI PENAMBAT REL KERETA API oleh : Anrinal Dosen
Lebih terperinciSTUDI PENINGKATAN SIFAT MEKANIS SPROKET IMITASI SUPRA 125 DENGAN SISTIM PACK KARBURISING
Studi Peningkatan Sifat Mekanis Sproket (Cahya P. Lelana dkk.) STUDI PENINGKATAN SIFAT MEKANIS SPROKET IMITASI SUPRA 125 DENGAN SISTIM PACK KARBURISING Cahya Putra Lelana, Solechan *, Samsudi Raharjo Jurusan
Lebih terperinciGambar A.1. Fix Dies.
LAMPIRAN A. Gabar Teknik Dies Salah satu koponen dala esin HPDC yaitu cetakan (dies). Dies yang digunakan pada penelitian ini enggunakan aterial Baja ST 7 yang dibuat di Laboratoriu Proses Produksi Politeknik
Lebih terperinciANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA
28 Prihanto Trihutomo, Analisa Kekerasan pada Pisau Berbahan Baja Karbon Menengah.. ANALISA KEKERASAN PADA PISAU BERBAHAN BAJA KARBON MENENGAH HASIL PROSES HARDENING DENGAN MEDIA PENDINGIN YANG BERBEDA
Lebih terperinciOPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK TUANG TINGGI: STUDI KASUS LAPANGAN X
IATMI 2006-TS-30 PROSIDING, Siposiu Nasional & Kongres IX Ikatan Ahli Teknik Perinyakan Indonesia (IATMI) 2006 Hotel The Ritz Carlton Jakarta, 5-7 Noveber 2006 OPTIMISASI SISTEM TRANSPORTASI MINYAK TITIK
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH TEMPERING
Analisis Pengaruh Tempering (Dzulfikar, dkk.) ANALISIS PENGARUH TEMPERING MENGGUNAKAN PEMANAS INDUKSI PASCA QUENCHING DENGAN MEDIA OLI PADA BAJA AISI 1045 TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN NILAI KEKERASAN SEBAGAI
Lebih terperinciPengaruh Variasi Media Quenching Air, Oli, dan Angin Kompresor Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045
Pengaruh Variasi Media Quenching Air, Oli, dan Angin Kompresor Terhadap Struktur Mikro dan Kekerasan Pada Baja AISI 1045 Yudi Asnuri*, Ihsan Saputra* and Fedia Restu* Batam Polytechnics Mechanical Engineering
Lebih terperinciBaja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom)
BAJA Baja adalah sebuah paduan dari besi karbon dan unsur lainnya dimana kadar karbonnya jarang melebihi 2%(menurut euronom) Baja merupakan paduan yang terdiri dari besi,karbon dan unsur lainnya. Baja
Lebih terperinciPERFORMANSI MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAP TERHADAP MASSA REFRIGERAN OPTIMUM MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON
PERFORMANSI MESIN REFRIGERASI KOMPRESI UAP TERHADAP MASSA REFRIGERAN OPTIMUM MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON Azridjal Aziz (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas Riau ABSTRAK Julah assa
Lebih terperinciPROSES PENGERASAN (HARDENNING)
PROSES PENGERASAN (HARDENNING) Proses pengerasan atau hardening adalah suatu proses perlakuan panas yang dilakukan untuk menghasilkan suatu benda kerja yang keras, proses ini dilakukan pada temperatur
Lebih terperinciPenggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Anak Tunagrahita. Maman Abdurahman SR dan Hayatin Nufus
Riset PenggunaanMedia Manik-Manik* Maan Abdurahan SR HayatinNufus Penggunaan Media Manik-Manik Untuk Meningkatkan Keapuan Belajar Mateatika Anak Tunagrahita Maan Abdurahan SR Hayatin Nufus Universitas
Lebih terperinciPENENTUAN e/m Kusnanto Mukti W/ M Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta
PENENTUAN e/ Kusnanto Mukti W/ M009031 Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Eksperien dala enentukan besar uatan elektron pertaa kali dilakukan oleh J.J.Thoson. Dala percobaanya,
Lebih terperinciPERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES
PERCOBAAN 6 VOLTAGE RATION IN COAXIAL LINES I. TUJUAN PERCOBAAN a. Mengukur distribusi tegangan pada kondisi diterinasi 60 oh, ujung saluran terbuka dan Short circuit b. Mengukur distribusi λ/4, λ/2 pada
Lebih terperinciPENGARUH PERBEDAAN KONDISI TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN DARI BAJA AISI 4140
PENGARUH PERBEDAAN KONDISI TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN DARI BAJA AISI 4140 Susri Mizhar 1),2) dan Suherman 3) 1) Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri,Institut Teknologi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI.1. Uu Transforator erupakan suatu alat listrik yang engubah tegangan arus bolak balik dari satu tingkat ke tingkat yang lain elalui suatu gandengan agnet dan berdasarkan prinsip-prinsip
Lebih terperinciPengaruh Proses Quenching Terhadap Kekerasan dan Laju Keausan Baja Karbon Sedang
Pengaruh Proses Quenching Terhadap Kekerasan dan Laju Keausan Baja Karbon Sedang Iwan Sunandar B1A 09 0703 Dosen Pembimbing H. Deny Poniman Kosasih, ST., MT Latar Belakang PENDAHULUAN Baja karbon sedang
Lebih terperinciBENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL
BENTUK GELOMBANG AC SINUSOIDAL. PENDAHULUAN Pada bab sebelunya telah dibahas rangkaian resistif dengan tegangan dan arus dc. Bab ini akan eperkenalkan analisis rangkaian ac diana isyarat listriknya berubah
Lebih terperinciLAJU KOROSI DAN KEKERASAN PIPA BAJA API 5L X65 SETELAH NORMALIZING
LAJU KOROSI DAN KEKERASAN PIPA BAJA API 5L X65 SETELAH NORMALIZING Sumar Hadi Suryo Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jl. Prof. Sudarto, SH. Tembalang Semarang 50255 ABSTRAK Pipa
Lebih terperinciUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
NASKAH PUBLIKASI ANALISIS STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIS KOMPONEN STUD PIN WINDER BAJA SKD-11 YANG MENGALAMI PERLAKUAN PANAS DISERTAI PENDINGINAN NITROGEN Naskah Publikasi ini disusun guna memenuhi Tugas
Lebih terperinci