Memahami persaingan global antara OPEC dan IEA: pengaturan produksi vs. pengelolaan cadangan strategis minyak

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Memahami persaingan global antara OPEC dan IEA: pengaturan produksi vs. pengelolaan cadangan strategis minyak"

Transkripsi

1 Catatan Puguh Bodro Irawan (Wina-Austria, 1 Januari 2012) Memahami persaingan global antara OPEC dan IEA: pengaturan produksi vs. pengelolaan cadangan strategis minyak Oleh Puguh Bodro Irawan 1 irawanpb@gmail.com OPEC versus IEA: lawan tapi juga teman Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (Organization of Petroleum Exporting Countries - OPEC) dan Badan Eneji Internasional (International Energy Agency - IEA) adalah dua organisasi enerji dunia yang bisa dikonotasikan seperti sekeping koin mata uang. Dua muka, dua penampakan yang berbeda. Begitu pula latar-belakang dan tujuan keduanya juga berbeda, sering kali bertolakbelakang. Tetapi keduanya saling membutuhkan. Kepentingan enerji mereka saling melengkapi satu sama lain. Sederhananya, yang satu penjual sedangkan yang lainnya pembeli minyak mentah (crude oil). OPEC berupaya untuk menjual minyaknya dengan harga setinggi mungkin, sebagai upaya untuk mengoptimalkan pendapatan negaranya. Sebaliknya IEA berusaha menurunkan harga pembelian minyak mentah serendah mungkin, untuk menekan ongkos input produksi dalam pengilangan minyak mentah untuk menjadi produk siap pakai untuk konsumen akhir, seperti bensin, solar, jet kerosene. OPEC adalah kumpulan negara-negara produsen minyak mentah terkemuka dunia. Semua negara anggotanya masih tergolong sebagai negara berkembang. Sedangkan IEA mengidentifikasikan diri sebagai perwakilan negaranegara konsumen minyak utama dunia. Mereka semua anggota Organisasi untuk Kerjasama dan Pembangunan Ekonomi (Organization for Economic Co-operation and Development OECD), alias negara-negara industri maju. Baik Sekretariat OPEC maupun IEA pada dasarnya adalah lembaga think-tank dengan rutinitas melakukan riset, kajian dan monitoring tentang kondisi pasar minyak/enerji dunia terkini. Hasil kajian-kajiannya digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan oleh kedua organisasi untuk kepentingan negara-negara anggotanya. 1 Penulis adalah analis yang mencermati masalah-masalah social-ekonomi ketenagakerjaan, kemiskinan & ketimpangan, pembangunan sumber daya manusia, lingkungan hidup & pengelolaan sumber daya alam, dan ekonomi perminyakan & pasar enerji. Saat ini penulis tinggal di Wina, Austria. Karya tulis ini adalah murni pendapat penulis secara pribadi dan tidak terikat. Memahami persaingan global antara OPEC dan IEA Puguh Bodro Irawan ( ) Page 1

2 OPEC, dengan kantor sekretariatnya di Wina Austria, mempunyai tugas utama untuk mengkoordinasikan strategi dari 12 negara anggotanya melalui pengaturan produksi minyak (production management). 2 OPEC didirikan pada 14 September di Baghdad Irak, dengan kantor sekretariat awalnya di Geneva Swiss sebelum pindah ke Wina tahun OPEC didirikan sebagai upaya kerjasama negara-negara penghasil minyak dalam menyikapi harga minyak yang saat itu secara eksklusif diatur oleh perusahaan-perusahaan minyak international utama, atau dikenal dengan Seven Sisters of international oil majors. 4 Pendirian organisasi ini menjadi semacam protes atau perlawanan dari negara-negara OPEC terhadap perusahaan-perusahaan minyak multinasional dari negara-negara industri maju yang telah mengeksploitasi sumber-sumber kekayaan alam mereka. Seven Sisters saat itu sepenuhnya menguasai berbagai akses terhadap lokasi-lokasi cadangan minyak di negara-negara OPEC, teknologi eksplorasi & produksi, distribusi dan penjualan produk. Dan bahkan yang paling kritis, mereka juga mengatur atau menentukan harga jual minyak mentah ke pasar dunia. Dengan berdirinya OPEC, negara-negara anggota menasionalisasi perusahaanperusahaan minyak asing, dan secara kolektif mulai mengatur sendiri produksi, penjualan dan harga minyak ke pasar dunia. Badan Enerji Internasional (IEA) adalah organisasi antar-negara yang berotonomi dan berkedudukan di Paris Perancis. IEA didirikan dalam kerangka OECD pada tahun 1974, yang dilatarbelakangi oleh krisis minyak tahun 1973 ketika OAPEC 5 melakukan embargo penjualan minyak sebagai protes atas keputusan pemerintah Amerika Serikat mendukung Israel dalam perang Yon Kipur. IEA punya misi untuk memperjuangkan 28 negara anggotanya dalam kepentingan memenuhi kebutuhan enerji mereka. 6 Bertolak-belakang dengan 2 Negara-negara anggota OPEC adalah Algeria, Angola, Ecuador, Iran, Irak, Kuwait, Libya, Nigeria, Qatar, Saudi Arabia, United Arab Emirates, dan Venezuela. Indonesia pernah jadi anggota OPEC selama periode , dan Gabon dalam periode Negara-negara pendiri OPEC pada tahun 1960 adalah Saudi Arabia, Venezuela, Irak, Iran dan Kuwait. 4 Perusahaan minyak international Seven Sisters terdiri dari Standard Oil of New Jersey & Standard Oil Company of New York (sekarang dikenal ExxonMobil); Standard Oil of California (sekarang dikenal Chevron), Gulf Oil (diambil alih oleh Chevron pada 1985), Texaco; Royal Dutch Shell; dan Anglo-Persian Oil Company (sekarang dikenal BP). 5 Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Arab (Organization of Arab Petroleum Exporting Countries OAPEC) beranggotakan semua negara Arab anggota OPEC (Algeria, Arab Saudi, Irak, Kuwait, Libya, Qatar dan UAE), ditambah Bahrain, Mesir. Syria dan Tunisia. 6 Negara-negara anggota IEA adalah Australia, Austria, Belgia, Canada, Ceko, Denmark, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hongaria, Irlandia, Italia, Jepang, Korea Selatan, Luxemburg, Belanda, Selandia Baru, Norwegia, Polandia, Portugal, Slovakia, Spanyol, Swedia, Swis, Turki, Inggris, dan AS. Chili, Estonia, Islandia, Israel, Mexico dan Slovenia adalah anggota OECD, tetapi saat ini bukan anggota IEA. Memahami persaingan global antara OPEC dan IEA Puguh Bodro Irawan ( ) Page 2

3 OPEC, perjuangan IEA menitikberatkan pada perlu adanya jaminan pasokan minyak atau supply security. IEA pada awalnya didirikan untuk mengatasi berbagai gangguan fisik atas pasokan minyak mentah (supply disruptions), seperti gangguan keamanan di negara pemasok utama. Dan juga IEA saat itu diharapkan sebagai lembaga penyedia informasi/data tentang pasar minyak internasional dan enerji lainnya. IEA bertindak sebagai penasehat kebijakan bagi negara-negara anggotanya, dan juga bekerjasama dengan negara-negara bukan anggota, seperti Rusia, Cina dan India. Mandat utama dari IEA adalah menitikberatkan pada kebijakan enerji yang jelas dengan 3E energy security (keamanan/jaminan pasokan enerji), economic development (pembangunan ekonomi), dan environmental protection (perlindungan lingkungan hidup). E yang terakhir memfokuskan pada strategi mengatasi perubahan iklim (climate change). Belakangan ini IEA gencar mempromosikan perlunya pengembangan radikal terhadap sumber-sumber enerji alternatif (termasuk enerji terbarukan atau renewable energy). Lembaga ini juga sering mengkampanyekan tentang pentingnya kebijakan enerji yang rasional, seperti penghapusan subsidi harga enerji, dan juga perlunya kerjasama internasional untuk pengembangan teknologi enerji. Pada perkembangan selanjutnya, IEA mewajibkan negara-negara anggotanya untuk menyimpan stok minyak dalam negeri sedikitnya setara dengan 90 hari dari volume impor neto minyak tahun lalu. Stok atau cadangan minyak yang memadai, baik untuk kepentingan strategis/publik maupun untuk kepentingan komersial/industri, adalah kekuatan utama IEA untuk mengimbangi strategi pengelolaan pasokan minyak dunia dari negara-negara produsen - terutama OPEC dalam mempengaruhi pasar minyak dunia. Pengaturan Produksi Minyak: Fungsi kunci OPEC Tujuan utama OPEC sesuai dengan statutanya adalah untuk mengkoordinasikan dan menyatukan kebijakan-kebijakan perminyakan dari negara-negara anggotanya, dan memastikan stabilisasi pasar minyak melalui pasokan minyak yang efisien, ekonomis dan ajeg ke konsumen, serta menjamin pendapatan yang stabil bagi produsen dan investor pada industri perminyakan. 7 Sebagai negara-negara yang sedang berkembang, ekonomi dari semua anggota OPEC sangat tergantung pada pendapatan dari ekspor minyak mentah ke pasar 7 Memahami persaingan global antara OPEC dan IEA Puguh Bodro Irawan ( ) Page 3

4 dunia. Karena ketergantungan ini, OPEC secara kolektif selalu memperjuangkan agar pasar minyak dunia stabil dengan harga yang fair. Yaitu harga yang menguntungkan bagi negara-negara penghasil dan investor tetapi tidak memberatkan bagi perekonomian negara-negara konsumen. Gejolak harga minyak yang kentara dan cepat (oil price volatility) akan melemahkan berbagai indikator ekonomi makro di seluruh dunia. Ini termasuk turunnya pertumbuhan ekonomi dunia, meningkatnya tekanan inflasi, mendorong ketidakpastian kondisi ekonomi secara menyeluruh sehingga menghambat investasi di industri perminyakan. Apalagi kondisi pasar minyak yang ketat juga dapat menimbulkan ketakutan akan kelangkaan minyak, yang kemudian mengarah pada kekawatiran pada jaminan atas pasokan enerji (energy security). Volatilitas harga minyak dunia secara langsung mempengaruhi tingkat permintaan minyak dari negara-negara industri konsumen utama-oecd terhadap produsen minyak utama dunia, baik negara-negara OPEC maupun bukan OPEC. Penurunan produksi bagi OPEC berarti penurunan pendapatan dari ekspor minyak. Ini tentunya tidak diharapkan oleh semua negara-negara anggota OPEC yang umumnya masih sangat tergantung pada pendapatan dari ekspor minyak untuk mendukung pembangunan negaranya. Itu berarti untuk mestabilisasikan pasar minyak, tidak hanya pasokan minyak yang terjamin dan efisien, tetapi juga perlu adanya jaminan permintaan minyak, alias demand security dari negara-negara konsumen, khususnya OECD. Kunci kekuatan OPEC adalah penguasaan cadangan minyak (oil reserves) yang luar biasa besar sekitar 1,2 milyar barel, atau 81% dari total cadangan minyak dunia (1,5 milyar barel). Lebih dari itu, OPEC punya keleluasaan untuk mengelola (menaikkan/menurunkan) pasokan minyak ke pasar dunia dengan volume produksi tahun 2010 sekitar 29,2 juta barel/hari (hampir 42% dari total produksi minyak dunia). 8 Volume produksi ini masih sangat leluasa untuk dinaikkan mengingat kapasitas produksi minyak (crude oil production capacity) dari negara-negara OPEC diperkirakan saat ini mencapai sekitar 34,2 juta barel/hari. Ini artinya OPEC mempunyai kapasitas produksi cadangan (spare capacity) sekitar 5 juta barel/hari, yang siap digelontorkan untuk memasok pasar minyak dunia dalam waktu yang singkat. 9 8 OPEC (2011) Annual Statistical Bulletin 2010/2011 Edition. 9 Kapasitas produksi minyak yang ajeg (sustainable crude oil production capacity) biasanya didefinisikan sebagai tingkat produksi minyak mentah harian maksimum yang dapat dicapai dalam 30 hari, dan dapat dipertahankan minimal selama 90 hari. Memahami persaingan global antara OPEC dan IEA Puguh Bodro Irawan ( ) Page 4

5 Strategi OPEC terfokus pada pengaturan produksi minyak mentah (production management) dari negara-negara anggotanya, yang bertujuan untuk menstabilkan pasar minyak dunia. Jika perkembangan harga minyak cenderung turun tajam dalam suatu kurun waktu tertentu, yang biasanya dipengaruhi oleh turunnya permintaan dan naiknya cadangan komersial/industri di negara-negara OECD secara kentara, OPEC dalam pertemuan rutin konferensi para menterinya (Meeting of Ministerial Conference) cenderung akan memutuskan untuk mengurangi tingkat produksi minyak dari seluruh anggotanya. Sebaliknya bila harga cenderung naik secara cepat, dan mungkin dibarengi dengan penarikan cadangan komersial OECD, OPEC biasanya mengambil keputusan untuk menambah pasokan dengan meningkatkan produksi dari negara-negara anggotanya. Strategi pengurangan atau peningkatan produksi ini diharapkan akan menstabilkan keseimbangan antara pasokan dan permintaan minyak dunia. Volume pengurangan atau penambahan produksi minyak yang diputuskan oleh konferensi menteri-menteri OPEC secara aklamasi akan dialokasikan ke setiap negara anggota secara proporsional berdasarkan tingkat produksi saat itu dibandingkan dengan total produksi seluruh anggota OPEC saat itu (atau sering disebut dengan quota atau production allocation ). Kedua kondisi tersebut: harga turun» pengurangan produksi dan harga naik» penambahan produksi cenderung menghasilkan keputusan yang jelas dan dapat diprediksi oleh kalangan pemangku kepentingan industri minyak di dunia. Apalagi kalau kedua kondisi tersebut dengan gamblang diikuti oleh pola perkembangan permintaan dan ketersediaan cadangan minyak komersial dan strategis di negara-negara OECD. Tapi dalam beberapa kasus, kedua kondisi ini bisa tidak berlaku. Misalnya, harga terus naik, tetapi stok minyak OECD masih memadai. Dan begitu juga dengan permintaan minyak dunia (oil demand) juga cenderung stagnan. Atau pasar minyak dunia secara menyeluruh tidak menentu, karena adanya ketidakpastian pada kondisi perekonomian dunia, atau kondisi geo-politik karena keamanan di suatu wilayah pasokan minyak vital terganggu. Ketika pasar minyak dunia secara menyeluruh tidak menentu seperti ini, OPEC biasanya memutuskan untuk mempertahankan tingkat produksi minyak saat itu. Pengambilan keputusan OPEC untuk pengurangan/penambahan produksi minyak senantiasa berdasarkan analisis pasar minyak dunia dengan melihat perkembangan tingkat harga dan neraca penawaran-permintaan (supplydemand balance). Analisis supply-demand balance dilihat dari perspektif kepentingan OPEC dapat digunakan sebagai basis untuk mengestimasikan Memahami persaingan global antara OPEC dan IEA Puguh Bodro Irawan ( ) Page 5

6 seberapa besar kekurangan atau kelebihan pasokan minyak (balance) setelah membandingkan antara (1) permintaan minyak dunia, (2) total pasokan di luar produksi minyak OPEC, dan (3) produksi minyak OPEC. Komponen (2) total pasokan di luar produksi OPEC adalah sangat krusial dalam kajian neraca pasokan-permintaan minyak dunia, sehingga dinamika dari komponen ini senantiasa diikuti secara cermat. Komponen (2) terdiri dari dua sumber utama, yaitu pasokan minyak dari negara-negara bukan OPEC (seperti Rusia, Meksiko, Brazil, AS, Norwegia, Indonesia, negara-negara bekas Soviet, dll) dan produksi NGL dan minyak non-konvensional OPEC. Tabel 1 mencoba mengilustrasikan suatu kajian neraca penawaranpermintaan yang dipublikasikan oleh OPEC. Kajian ini dipercaya dijadikan dasar keputusan Konferensi OPEC untuk menurunkan tingkat produksi minyak dari seluruh anggota OPEC total sebesar 4,2 juta barel/hari yang terjadi pada bulan Desember Tabel 1. Neraca Penawaran-Permintaan Minyak dari Perspektif OPEC, Desember 2008 (Estimasi 2008 & Ramalan 2009, dalam juta barel/hari) Q08 2Q08 3Q08 4Q Q09 2Q09 3Q09 4Q (1) World oil demand (2) Total supply excluding OPEC crude Non-OPEC supply OPEC NGLs & non-conventionals (3) Difference (1) (2) Call on OPEC (4) OPEC crude oil production (5) Balance Sumber: OPEC Monthly Oil Market Report, December 2008, Table 32 & 33 (p. 58). Catatan: (1) Permintaan minyak dunia, (2) Total pasokan di luar produksi minyak OPEC, yang terdiri dari dua yaitu pasokan minyak dari negara-negara bukan OPEC dan produksi gas alam cair (natural gas liquids atau NGLs) dan minyak non-konvensional OPEC, (3) Perbedaan antara (1) dan (2), yang juga sering disebut sebagai Call on OPEC (lihat catatan kaki 9), (4) Produksi minyak mentah OPEC yang dilaporkan, (5) Neraca, dihitung sebagai perbandingan antara (4) dan (3). 10 Keputusan penurunan produksi sebesar 4,2 juta dari produksi September 2008 sebesar 29,045 juta barrel/hari menjadi sekitar 24,845 juta barrel/hari diumumkan dalam Press Release dari 151 st (Extraordinary) Meeting of the OPEC Conference, 17 December 2008, Oran, Algeria. Memahami persaingan global antara OPEC dan IEA Puguh Bodro Irawan ( ) Page 6

7 Pertama, neraca penawaran-permintaan 2008 mencerminkan ekspektasi fundamental pasar minyak dunia yang menurun. Permintaan untuk minyak OPEC tahun 2008, seperti yang diindikasikan oleh Difference (1) (2) atau juga disebut Call on OPEC 11, diestimasikan sebesar 31.6 juta barrel/hari, atau suatu penurunan sekitar 0,6 juta barrel/hari dari tahun Yang menarik, analisis per-kuartal tahun 2008 mengindikasikan bahwa Call on OPEC pada kuartal-1 lebih besar daripada tingkat produksi minyak OPEC yang dilaporkan (OPEC crude oil production), yaitu 32.5 berbanding 32.1, yang berarti neraca mengalami defisit sebesar minus 0,4 juta barrel/hari. Akan tetapi, pada kuartal-2 neraca menjadi surplus 1,2 juta barrel/hari sebagai akibat lebih besarnya produksi minyak OPEC daripada Call on OPEC. Begitu juga dengan estimasi kuartal-3, neraca mengalami surplus 0,8 juta barel/hari. Surplus atau kelebihan pasokan minyak ini dipercaya akan terjadi juga di kuartal-4, Kedua, prospek 2009 juga memberikan kecenderungan terjadinya neraca surplus, mengingat permintaan minyak dunia relatif stabil, sementara total pasokan di luar minyak OPEC khususnya pasokan dari negara-negara non- OPEC terus meningkat. Jika situasi ini dibiarkan, neraca surplus akan menyebabkan pasokan minyak mentah dunia yang akan berlebihan, yang pada gilirannya akan menekan harga minyak mentah dunia. Situasi pasar minyak dunia seperti ini tentunya tidak diharapkan oleh negara-negara produsen minyak, khususnya OPEC, dan juga para investor minyak. Berdasarkan kajian seperti ini, OPEC memutuskan untuk memangkas tingkat produksi minyaknya sebesar 4,2 juta barel, dari 29,045 juta barel/hari (data September 2008 sebagai basis) menjadi 24,845 juta barel/hari. Irak dikecualikan dari pemangkasan produksi ini. Sejauh mana implikasi dari keputusan OPEC dalam penurunan produksi minyak sebesar 4,2 juta barel/hari tersebut terhadap upaya OPEC untuk menstabilkan harga minyak dunia menjadi menarik untuk ditelaah. Dengan kata lain, apakah OPEC sebagai kumpulan negara produsen utama minyak, kalau tidak mau dikatakan sebagai kartel komoditi enerji terpenting dunia, masih efektif untuk mengatur pasar minyak dunia? Analisis perkembangan harga minyak mentah dunia menunjukkan bahwa harga minyak dunia cenderung meningkat sejak keputusan penurunan produksi minyak negara-negara OPEC diambil pada Desember Permintaan untuk minyak OPEC atau perbedaan antara permintaan minyak dunia (world oil demand) dan total pasokan diluar minyak OPEC (total supply excluding OPEC crude) juga sering diistilahkan sebagai Call on OPEC, atau besaran minyak mentah yang idealnya dipasok oleh OPEC untuk menstabilkan neraca penawaran-permintaan minyak mentah dunia. Memahami persaingan global antara OPEC dan IEA Puguh Bodro Irawan ( ) Page 7

8 Grafik 1 melaporkan bahwa rata-rata harga minyak Brent pada Desember 2008 sekitar US$40/barel. Harga ini kemudian naik sedikit menjadi $44 pada Januari 2009, $50 pada April 2009, dan menjadi sekitar $70 pada akhir tahun Walaupun realisasi penurunan produksi yang telah disetujui bersama tersebut (atau sering disebut dengan compliance ) hanya berkisar 75% atau kurang, keputusan tersebut diakui oleh banyak kalangan bahwa strategi OPEC masih cukup efektif dalam pengaturan produksi minyak untuk mempengaruhi pasar minyak dunia. Daya guna strategi OPEC dalam pengaturan produksi minyaknya saat ini juga sedang diamati oleh banyak pihak. Hal ini khususnya dalam menyikapi tingkat harga minyak dunia yang cenderung membandel pada kisaran di atas US$100/barel sejak Februari 2011 sampai Februari Pada pertemuan Konferensi para menteri OPEC yang terkini pada 14 Desember , Konferensi mengkaji perkembangkan terakhir pasar minyak dunia, khususnya proyeksi atau outlook pasokan-permintaan minyak dunia pada tahun Menurut Konferensi OPEC, volatilitas harga minyak yang terjadi selama tahun 2011 dipercaya lebih sebagai refleksi dari meningkatnya praktik-praktik spekulasi pasar komoditi, dan 12 Pertemuan Konferensi para menteri Negara-negara OPEC ke-160 diselenggarakan di Wina, Austria, pada tanggal 14 Desember Memahami persaingan global antara OPEC dan IEA Puguh Bodro Irawan ( ) Page 8

9 diperburuk oleh faktor geopolitik khususnya di Timur Tengah dan Afrika Utara, daripada disebabkan semata-mata oleh faktor-faktor fundamental pasar minyak. Berbagai resiko negatif (downside risks) yang dihadapi perekonomian dunia juga ditelaah, termasuk krisis utang Euro-zone, berlanjutnya pengangguran yang tinggi di beberapa negara maju, dan resiko inflasi di negara-negara berkembang utama (emerging economies). Kebijakan pengetatan anggaran di Eurozone dan Negara OECD lainnya sangat mungkin akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di kemudian hari. Walaupun permintaan minyak diramalkan sedikit naik selama tahun 2012, kenaikan ini diperkirakan akan diimbangi oleh meningkatnya pasokan minyak dari negara-negara produsen bukan OPEC. Sejalan dengan ketidakpastian permintaan minyak dunia, konferensi OPEC pada pertemuan Desember 2012 memutuskan untuk mempertahankan tingkat produksi OPEC saat ini sebesar 30 juta barel/hari. Keputusan OPEC untuk mempertahankan tingkat produksinya saat ini secara tidak langsung mengindikasikan bahwa negara-negara OPEC tampaknya tidak keberatan kalau tidak mau dikatakan puas, dengan tingkat harga minyak mentah yang berkisar sekitar US$110/barel. Ketika konferensi diadakan pada Desember 2011, rata-rata harga bulanan Brent pada November 2011 adalah sekitar $111/barel. Tingkat harga ini sempat turun sedikit menjadi $108 pada Desember 2011, kemudian meningkat menjadi $111 pada Januari 2012, dan $115 pada awal Februari Sejauh mana asosiasi antara keputusan OPEC untuk mempertahankan produksinya dan perkembangan harga minyak 3 bulan kemudian sebelum konferensi selanjutnya diadakan padan Juni 2012, tentunya hal ini akan menarik untuk ditelaah melihat efektifitas OPEC dalam mempengaruhi pasar minyak dunia. Stok Minyak: Senjata Utama IEA Fungsi utama IEA berkaitan dengan mekanisme untuk mengatasi kondisi darurat pasokan minyak yang dihadapi 28 negara anggotanya, penyediaan kajian-kajian resmi tentang pasar enerji, promosi untuk pengembangan teknologi-teknologi dengan kadar karbon rendah dan efisien enerji (low-carbon and energy-efficient). Fungsi sebagai mekanisme mengatasi keadaan darurat pasokan minyak adalah sangat krusial bagi keberlangsungan IEA. Dalam menjalankan fungsi ini, IEA mewajibkan para anggotanya untuk memiliki stok minyak minimum (minimum stockholding obligation) sebesar 90 hari net impor Sebagai contoh, total rata-rata impor minyak mentah dan produk petroleum dari AS adalah 11,2 juta barel/hari pada tahun Pada tahun yang sama, volume ekspor minyak mentah dan produk petroleum dari AS sekitar 2,4 Memahami persaingan global antara OPEC dan IEA Puguh Bodro Irawan ( ) Page 9

10 Hanya 3 dari 28 negara anggota IEA, yaitu Canada, Denmark dan Norway, tidak memiliki kewajiban ini karena ketiganya adalah net eksportir. Saat ini, total cadangan minyak strategis (Stategic Petroleum Reserve SPR) dari negara-negara OECD diperkirakan sekitar 4,2 milyar barel, yang terdiri dari sekitar 1,5 milyar SPR yang dikontrol oleh pemerintah, dan sekitar 2,7 milyar sebagai cadangan komersial/industry yang dikuasai oleh swasta. 14 Sekitar 1,8 milyar atau 43% dari total SPR OECD ini dikuasai oleh AS. Dari estimasi kasar penulis sendiri berdasarkan berbagai sumber informasi, SPR dari negara-negara non-oecd diperkirakan sekitar 3,4 milyar barel pada akhir tahun 2011, yang sebagian besar dipegang oleh China (470 juta), Saudi Arabia (315 juta), dan Rusia (276 juta). Beberapa negara ASEAN juga memiliki SPR, misalnya Indonesia sekitar 38 juta barel, begitu juga dengan Singapura (24 juta), Thailand (40 juta), dan Philippines (12 juta). Dengan konsumsi minyak sekitar 1,1 juta barel/hari, SPR Indonesia hanya mampu digunakan sekitar 35 hari, jika keadaan darurat terjadi di negara ini. Kembali ke bahasan tentang SPR dari negara-negara OECD, yang juga sebagian besar sebagai anggota IEA, penguasaan SPR sejauh ini memungkinkan negara-negara IEA secara kolektif untuk mengelola cadangan minyaknya pada saat-saat darurat. Di saat damai, dan tentunya sering dibarengi dengan harga minyak yang relatif murah, negara-negara IEA bisa melakukan penumpukan cadangan minyak (stocks build). Sebaliknya, di saat pasokan minyak dari negaranegara produsen mengalami gangguan kronis, yang terkadang diiringi dengan meningkatnya harga minyak yang kentara, IEA bisa mengantisipasi dengan pelepasan cadangan minyak ke pasar (stocks withdrawal). Intervensi negara-negara IEA untuk melakukan penumpukan atau pelepasan SPRnya merupakan strategi kunci untuk mengatur pasar minyak dunia yang tentunya secara optimal menguntungkan untuk kepentingan negara anggota IEA. Yaitu kepentingan yang tidak mengganggu kelancaran kegiatankegiatan ekonominya yang pasti memerlukan konsumsi enerji dalam jumlah yang juta barel ( ), sehingga AS mengalami net import sebesar = 11,2 2,4 juta barel = 8,8 juta barel/hari. Oleh karena itu, pada tahun 2012, AS diwajibkan untuk menguasai stok sekitar = 90 hari X 8,8 juta barel = 792 juta barel. Berdasarkan data U.S. Energy Information Administration (EIA) yang terkini, total cadangan minyak stratejik (strategic petroleum reserves SPR) AS awal tahun 2012 ini sekitar 1,756 milyar barel, yang terdiri dari 696 juta barel sebagai SPR yang dikontrol pemerintah dan 1,060 milyar sebagai cadangan komersial/industry oleh swasta. Jika konsumsi minyak AS diestimasikan sekitar 18,5 juta barel/hari pada tahun 2012 (sedikit turun dibandingkan dengan tingkat konsumsi tahun 2011 sebesar 19 juta barel/hari), maka stok minyak sebesar 1,757 milyar barel dalam keadaan darurat bisa mencakup (1,757 milyar : 18,5 juta) sekitar 95 hari konsumsi minyak Memahami persaingan global antara OPEC dan IEA Puguh Bodro Irawan ( ) Page 10

11 luar biasa, termasuk untuk menggerakkan kegiatan industri, tranportasi, kebutuhan enerji rumahtangga, militer. Contoh yang terkini terjadi pada tanggal 23 Juni 2011, ketika IEA memutuskan untuk melepaskan 59.8 juta barel dari SPRnya selama sebulan, dengan sekitar 40 juta barel berasal dari cadangan publik dan sisanya dari kewajiban cadangan komersial/industri. AS sendiri melepaskan 30,6 juta barel light-sweet crude nya dari cadangan minyak strategisnya melalui lelang. Sementara itu, negara-negara OECD Pasifik dan Eropa masing-masing menggelontorkan sekitar 6 dan 3.6 juta barel minyak mentah, serta 5.4 dan 14,3 juta barel produk miyak kilangan dengan setengahnya solar. Keputusan IEA untuk melepaskan stok minyak dari SPR diduga sebagai upaya untuk mengatasi gangguan pasokan minyak dari Libya, dibarengi dengan kegagalan OPEC untuk sepakat menaikkan pasokan di konferensi para menterinya pada 8 Juni 2011, dan juga kekawatiran atas kondisi pemulihan ekonomi dunia saat itu. Keterlibatan IEA dalam melepaskan cadangan minyak strategisnya tersebut adalah yang ketiga kalinya sejauh ini. Yang pertama terjadi tahun 1991 sebagai jawaban dari serangan Irak terhadap Kuwait, yang menghilangkan pasokan minyak dunia sekitar 4,3 juta barel/hari dari produksi kedua negara saat itu. IEA, bersama dengan negara-negara lainnya, memutuskan pada Januari 1991 untuk melepaskan sebanyak 21 juta barel dari stok mereka. Intervensi yang kedua dibuat tahun 2005 sebagai reaksi dari dampak badai Katrina dan Rita di Teluk Meksiko. IEA saat itu memutuskan untuk menggunakan 60 juta barrel cadangan darurat, dan juga dibarengi dengan kebijakan meningkatkan produksi sendiri dan pembatasan permintaan minyak. Kedua langkah tersebut diambil seketika setelah gangguan pasokan terjadi. Sedangkan langkah IEA yang terkini pada Juni 2011 diputuskan lebih dari tiga bulan setelah gangguan di Libya terjadi. Keputusan yang terakhir in ditujukan untuk mempengaruhi terjadinya sentimen pasar terhadap harga minyak semata, Dan bukannya untuk memenuhi kekurangan pasokan minyak di pasar dunia. Walaupun impor minyak AS dari Libya sedikit, keputusan untuk melepas cadangan minyak strategis yang dipimpin oleh pemerintah AS sangat kontroversial. Banyak para pemerhati pasar minyak dunia mengkritik keputusan tersebut berbau politis, sekedar untuk menyenangkan konsumen yang marah dengan kenaikan harga gasoline yang mencapai hampir US$4 per gallon. Bagaimana dengan dampaknya pelepasan cadangan minyak strategis dari negara-negara IEA ini terhadap pasar minyak dunia, seperti yang diindikasikan oleh harga minyak? Setelah keputusan IEA tentang rencana pelepasan cadangan minyak pada tanggal 23 Juni 2011, harga minyak mentah ICE Brent dan Nymex Memahami persaingan global antara OPEC dan IEA Puguh Bodro Irawan ( ) Page 11

12 WTI jatuh masing-masing sekitar $7 dan $4.4, menjadi $107.3 dan $91/barel di akhir hari tersebut. Harga terus turun selama tiga hari berikutnya. Akan tetapi, seminggu kemudian, harga minyak pulih kembali ke hampir tingkat harga yang sama sebelum keputusan tentang rencana tersebut diambil. OPEC versus IEA: Efektifitas strategi mereka Baik OPEC maupun IEA pada prinsipnya mempunyai tujuan yang sama. Bagaimana secara optimal kedua lembaga ini memperjuangkan kepentingan ekonomi dari negara-negara anggotanya. Di satu pihak OPEC mengontrol sisi pasokan pada neraca pasar minyak. Di pihak lain, IEA berusaha keras mengefisiensikan sisi permintaan/konsumsi dan mengelola stok, sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kestabilan tingkat harga minyak yang diharapkan (secara berbeda) oleh keduanya. Lebih tepatnya, bagi OPEC kestabilan harga minyak diartikan sebagai tingkat harga yang menguntungkan bagi produsen (OPEC) dan investor, juga tidak memberatkan bagi konsumen (dibaca: negara-negara OECD/IEA). Yaitu harga yang memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan negara, dan keuntungan ekonomis bagi investor. Tetapi juga tingkat harga yang bisa diterima pasar atau tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan pasar atas pasokan/produksi minyak dari negara-negara OPEC. Oleh karena itu bagi OPEC, harga US$75/barel sudah dianggap reasonable, alias menguntungkan. Dan tentunya, harga minyak yang saat ini mencapai sekitar US$110 per barel semestinya dianggap terlalu mahal. Tetapi dengan argumen bahwa neraca pasokan-permintaan minyak dunia selama tahun 2011 dan proyeksi 2012 diperkirakan berimbang 15, maka tingkat harga minyak sebesar US$110/barel masih dianggap bisa diserap oleh pasar. Oleh karena itu, dalam Konferensinya yang terakhir pada Desember 2011, para menteri OPEC memutuskan untuk mempertahankan tingkat produksi minyak saat ini sebesar 30 juta barel/hari, yang efektif diimplementasikan per Januari Keputusan OPEC yang terkini ini tentunya perlu waktu untuk melihat sejauh mana efektivitasnya dalam mempengaruhi sentimen pasar minyak, apakah 15 Berdasarkan publikasi terkini OPEC (Monthly Oil Market Report, February 2012), permintaan minyak dunia diestimasikan sebesar 87,8 juta barel/hari dan pasokan minyak dunia sekitar 87,5 juta barel/hari, dengan produksi OPEC sebesar 29,8 juta barel/hari. Ini berarti terjadi balance sebesar -300 ribu barel, atau masih dianggap sebagai cukup berimbang. Outlook 2012 dalam laporan ini juga memproyeksikan neraca pasokan-permintaan yang relative berimbang, yaitu permintaan sebesar 88.8 juta barel/hari dibandingkan dengan pasokan non-opec & OPEC NGLs sebesar 58,7 juta barel. Sehingga jika OPEC memproduksi sebesar 30 juta barel/hari, maka total pasokan dunia akan mencapai 88,7 barel/hari, yang berarti akan menghasilkan balance hanya -100 ribu barel. Memahami persaingan global antara OPEC dan IEA Puguh Bodro Irawan ( ) Page 12

13 harga minyak akan tetap stabil atau berfluktuasi dengan volatilitas yang tinggi. Namun begitu, keputusan Konferensi OPEC sebelumnya pada Desember 2008 untuk memotong produksi sebesar 4,2 juta barel dianggap cukup efektif dalam mengendalikan tingkat harga minyak saat itu. Tingkat harga minyak saat itu meningkat sebesar 75% dari akhir 2008 ke akhir Terlepas dari tidak sepenuhnya kompak semua anggota OPEC untuk patuh terhadap penurunan produksi yang dialokasikan untuk negaranya masingmasing, keputusan tersebut secara umum memberikan sentimen yang sangat positif terhadap pasar minyak dunia. Selain itu, kondisi pasar minyak pada tahun 2009 juga mendukung atas kenaikan harga minyak. Hal ini mengingat saat itu pasar minyak dunia sesungguhnya relatif kurang berimbang yaitu dengan balance sebesar -500 ribu barel. Angka balance ini berdasarkan permintaan sebesar 84,7 juta barel/hari dan pasokan sebesar 84,2 juta barel/hari, sementara produksi minyak OPEC sebesar 28,8 juta barel/hari pada tahun 2009, jauh lebih rendah dibandingkan produksi tahun 2008 sebesar 31,3 juta barel/hari, atau terjadi penurunan pasokan sebesar 2,5 juta barel/hari. Secara ringkas, daya guna dari pengaruh strategi pengelolaan produksi minyak OPEC terhadap pasar minyak dunia (harga) tergantung sebagian pada kondisi neraca pasokan-permintaan minyak. Besarnya volume pengurangan atau penambahan produksi minyak oleh OPEC, dan juga seberapa besar tingkat kepatuhan (compliance) dari seluruh angota secara kolektif terhadap komitmen perubahan produksinya, sudah barang tentu juga memainkan peran penting untuk menentukan efektivitas kebijakan opec dalam pengontrolan produksi minyaknya. Bagaimana dengan IEA? Dari bahasan sebelumnya, keputusan IEA untuk melepaskan SPRnya pada 23 Juni 2011 terbukti hanya menimbulkan sentimen pasar minyak yang bersifat sesaat saja. Dengan kata lain, strategi IEA ini terbukti kurang efektif dalam mempengaruhi harga minyak saat itu. Pertama, jumlah stok IEA yang dilepaskan sesungguhnya tidak terlalu signifikan, yaitu 59,8 juta barel selama sebulan. Angka ini tentunya tidak banyak membantu jika dibandingkan dengan total permintaan minyak dunia yang mencapai rata-rata sekitar 87,8 juta barel/hari pada tahun 2011, di mana hampir 46 juta barel/hari dari total dunia tersebut (52%) untuk konsumsi negara-negara OECD sendiri. 16 Kedua, pengaruh faktor-faktor fundamental pasar (pasokan, permintaan dan stok) terhadap dinamika pasar minyak dunia tampaknya belakangan ini semakin melemah, sejalan dengan semakin besarnya peran faktor-faktor non- 16 OPEC, Monthly Oil Market Report, February 2012, p. 67. Memahami persaingan global antara OPEC dan IEA Puguh Bodro Irawan ( ) Page 13

14 fundamental, khususnya praktik-praktik spekulasi dalam pasar komoditi. Faktorfaktor non-fundamental ini sangat menarik untuk dibahas lebih rinci dan hatihati, sehingga nantinya bisa memberikan gambaran menyeluruh yang bermanfaat untuk peringatan dini dalam menyikapi dinamika pasar minyak dan enerji di kemudian hari. ********** Memahami persaingan global antara OPEC dan IEA Puguh Bodro Irawan ( ) Page 14

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN

Lebih terperinci

HARGA MINYAK DUNIA ( CRUDE OIL EXCHANGE)

HARGA MINYAK DUNIA ( CRUDE OIL EXCHANGE) KEBIJAKAN ENERGI HARGA MINYAK DUNIA ( CRUDE OIL EXCHANGE) Kelompok I : 1. Raghunala Kusuma (28106) 2. Aulia Ullah (28120) 3. Puji Astuti ( 28154) 4. Ilmiyatul Fitriati (28316) 5. Ardi Rahman (28200) 6.

Lebih terperinci

Sistem Tanggap KELANGKAAN PASOKAN MINYAK 2O12

Sistem Tanggap KELANGKAAN PASOKAN MINYAK 2O12 Sistem Tanggap KELANGKAAN PASOKAN MINYAK 2O12 1 Amerika Serikat Australia Austria Belanda Belgia Ceko Denmark Finlandia Hongaria Inggris NEGARA-NEGARA ANGGOTA IEA Irlandia Italia Jepang Jerman Kanada Korea

Lebih terperinci

history of oil A few key points... Mona Luthfina ( )

history of oil A few key points... Mona Luthfina ( ) history of oil A few key points... Mona Luthfina (22210007) 1 o.i.l oile oleum ἔλαιον" (elaion), olive oil "ἐλαία" (elaia), olive tree e-ra-wo 2 6 th Century BC There is evidence of petroleum being used

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-03.GR.01.06 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR M.HH-01.GR.01.06 TAHUN 2010

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperdagangkan di dunia. Kebutuhan minyak yang terus meningkat setiap tahun di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. diperdagangkan di dunia. Kebutuhan minyak yang terus meningkat setiap tahun di dunia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak mentah merupakan komoditi penting dalam sektor perekonomian dan paling aktif diperdagangkan di dunia. Kebutuhan minyak yang terus meningkat setiap tahun di dunia,

Lebih terperinci

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012 JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012 Bulan : Januari 2012 Lokasi pengambilan tiket masuk No Negara Asal 1 Afrika Selatan 3 1 4 4 3 7 - - - 11 2 Amerika Serikat 258 315

Lebih terperinci

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016

Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan Aviliani 10 Maret 2016 Prospek Perekonomian Indonesia dan Regulasi Perpajakan 2016 Aviliani 10 Maret 2016 SISTEM PEREKONOMIAN Aliran Barang dan Jasa Gross Domestic Bruto Ekonomi Global Kondisi Global Perekonomian Global masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.217, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA HUKUM. Imigrasi. Visa. Bebas. Kunjungan. Perubahan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik

2 2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 52, Tambahan Lembaran Negara Republik BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1321, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 PERUBAHAN KEDELAPAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan fiskal secara keseluruhan. Indikator kerentanan fiskal yang dihadapi adalah meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan fiskal secara keseluruhan. Indikator kerentanan fiskal yang dihadapi adalah meningkatnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah di seluruh dunia pada dasarnya dihadapkan dengan kerentanan fiskal. Hemming (2000) mendefinisikan kerentanan fiskal adalah ketika pemerintah gagal dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk

Lebih terperinci

Asumsi Harga Minyak Mentah

Asumsi Harga Minyak Mentah Asumsi Harga Minyak Mentah Pendahuluan Asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) tampaknya harus direvisi ke bawah karena tiga alasan. Pertama, harga minyak dunia telah mengalami koreksi yang sangat tajam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan yang sangat drastis. Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. penurunan yang sangat drastis. Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian tidak selamanya dapat terus menerus berkembang dengan baik, ada kalannya mengalami pertumbuhan bahkan terkadang mengalami penurunan yang sangat drastis.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. 45 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Sejarah Perminyakan Indonesia Minyak bumi merupakan salah satu jenis sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama. Minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC)

BAB I PENDAHULUAN. Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini kelompok negara penghasil minyak yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang memiliki sebagian besar cadangan minyak

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Perkembangan ekonomi makro bulan Oktober 2004 hingga bulan Juli 2008 dapat diringkas sebagai berikut. Pertama, stabilitas ekonomi tetap terjaga

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Harga Minyak Mentah Dunia

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal 2.2 Harga Minyak Mentah Dunia II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pasar Modal Pasar modal adalah pasar dari berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang dapat diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang (obligasi) maupun modal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia dewasa ini makin berkembang. Peran Indonesia dalam perekonomian global makin besar dimana Indonesia mampu mencapai 17 besar perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen)

Pertumbuhan Ekonomi Dunia, (dalam persen) 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beberapa tahun belakangan ini pertumbuhan ekonomi dunia mengalami

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

Lingkungan Pemasaran Global Ekonomi dan Sosial-Budaya

Lingkungan Pemasaran Global Ekonomi dan Sosial-Budaya Lingkungan Pemasaran Global Ekonomi dan Sosial-Budaya Pengenalan Secara Objektif Memahami perbedaan utama diantara beberapa sistem ekonomi didunia. Cara belajar bagaimana mengelompokan negaranegara dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi dunia saat ini berada pada posisi tiga kejadian penting yaitu harga minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika Serikat.

Lebih terperinci

Pentingnya memahami contango dan backwardation

Pentingnya memahami contango dan backwardation Catatan oleh Puguh Bodro Irawan, Wina-Austria, 01.03.2012 Contango dan Backwardation dalam kajian fundamental pasar minyak dan harga mendatang Oleh Puguh Bodro Irawan 1 E-mail: irawanpb@gmail.com Pentingnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang

Lebih terperinci

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007

BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007 BAB II PROSPEK EKONOMI TAHUN 2007 Prospek ekonomi tahun 2007 lebih baik dari tahun 2006. Stabilitas ekonomi diperkirakan tetap terjaga dengan nilai tukar rupiah yang stabil, serta laju inflasi dan suku

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN INDONESIA KELUAR DARI KEANGGOTAAN OPEC (ORGANIZATION OF THE PETROLEUM EXPORTING COUNTRIES)

BAB III KEBIJAKAN INDONESIA KELUAR DARI KEANGGOTAAN OPEC (ORGANIZATION OF THE PETROLEUM EXPORTING COUNTRIES) BAB III KEBIJAKAN INDONESIA KELUAR DARI KEANGGOTAAN OPEC (ORGANIZATION OF THE PETROLEUM EXPORTING COUNTRIES) Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi atau sering disebut juga dengan OPEC ( The Organization

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN NOMOR P.2/II-KEU/2010 TENTANG PEDOMAN HARGA SATUAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazim digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazim digunakan untuk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator yang lazim digunakan untuk melihat keberhasilan pembangunan. Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk mengukur pertumbuhan

Lebih terperinci

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM : 1306105133 ABSTRAK Kebutuhan sehari-hari masyarakat di era globalisasi

Lebih terperinci

ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012

ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012 ASUMSI PERTUMBUHAN EKONOMI APBN 2012 I. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tabel 1. Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, 2011 dan 2012 Lembaga 2011 2012 World Bank 6,4 6,7 IMF 6,2 6,5 Asian Development

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang, Singapura, dan Malaysia (bisnis.news.viva.co.id). Perkembangan pasar

BAB I PENDAHULUAN. Jepang, Singapura, dan Malaysia (bisnis.news.viva.co.id). Perkembangan pasar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan pertumbuhan pasar modal di negara-negara kawasan Asia lainnya, seperti Jepang, Singapura,

Lebih terperinci

Neraca Perdagangan Beberapa Negara (juta US$),

Neraca Perdagangan Beberapa Negara (juta US$), Negara Export t Beberapa Negara (juta US$), 2000-2014 2012 2013 2014 beberapa Negara beberapa Negara beberapa Negara Amerika Serikat 1545710 2336520-790810 1579050 2329060-750010 1623410 2410440-787030

Lebih terperinci

Volume 1 Januari 2018

Volume 1 Januari 2018 Volume 1 Januari 2018 Tabel 1. Produksi karet alam per negara ANALISIS PASAR Oleh Tim Analisis Pasar Gapkindo Produksi karet Alam per negara % Okt- Okt- % Thailand 442 444 0 1282 1286 0 SITUASI PASAR Pasokan:

Lebih terperinci

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian -

Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - Analisa Fundamental I. Fundamental Forex I.1 Faktor penggerak pasar Fundamental forex adalah metode analisa yang menitik beratkan pada rasio finansial dan kejadian - kejadian yang secara langsung maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Teh merupakan salah satu komoditi yang mempunyai peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Industri teh mampu memberikan kontribusi Produk Domestik Bruto (PDB) sekitar

Lebih terperinci

Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1

Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1 Kenaikan Harga Minyak Mentah Dunia 1 Perkembangan Pasar Minyak Dunia Harga minyak mentah dunia terus mengalami kenaikan. Pada akhir bulan Oktober harga minyak mentah dunia menembus angka 90 dolar AS per

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI/CONTENTS DAFTAR GRAFIK/LIST OF FIGURE DAFTAR TABEL/LIST OF TABLE I. Tabel-1 Table-1 KEDATANGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE INDONESIA MENURUT

Lebih terperinci

Lebih lanjut, selaku Direktur Eksplorasi dan Produksi, Rachmat juga. Sebagai National Representative dan Governor OPEC.

Lebih lanjut, selaku Direktur Eksplorasi dan Produksi, Rachmat juga. Sebagai National Representative dan Governor OPEC. bagian XIII Sebagai National Representative dan Governor OPEC Lebih lanjut, selaku Direktur Eksplorasi dan Produksi, Rachmat juga secara ex officio menjadi National Representative untuk Organisasi Negara-negara

Lebih terperinci

TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN

TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015 No 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Destination Country 1 Malaysia 1.807 1.320 1.178 804 1.334

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

Deputi Bidang Ekonomi

Deputi Bidang Ekonomi KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA TRIWULAN II TAHUN 2013 Deputi Bidang Ekonomi PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA

Lebih terperinci

Volume 12 Desember 2017

Volume 12 Desember 2017 Volume 12 ember 20 ANALISIS PASAR Oleh Tim Analisis Pasar Gapkindo SITUASI PASAR Pasokan: Pertemuan pejabat senior negara anggota ITRC di Chiang Mai pada 29 November memutuskan bahwa beberapa tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini jasa telah menjadi bagian yang cukup dominan pengaruhnya di dalam kehidupan kita sehari-hari. Jasa transportasi, jasa pendidikan, jasa reparasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dalam perekonomian. Selain itu sebagian besar penduduk Indonesia bekerja pada sektor

Lebih terperinci

Volume 2 Februari 2018

Volume 2 Februari 2018 Volume 2 Februari 20 ANALISIS PASAR Oleh Tim Analisis Pasar Gapkindo SITUASI PASAR Pasokan: Menurut rilis terbaru dari Association of Natural Rubber Producing Countries (ANRPC), produksi NR naik 6,8% tahun

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI Pengembangan ekspor tidak hanya dilihat sebagai salah satu upaya meningkatkan pendapatan negara, tetapi juga untuk mengembangkan ekonomi nasional. Perkembangan

Lebih terperinci

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula.

V. EKONOMI GULA. dikonsumsi oleh masyarakat. Bahan pangan pokok yang dimaksud yaitu gula. V. EKONOMI GULA 5.1. Ekonomi Gula Dunia 5.1.1. Produksi dan Konsumsi Gula Dunia Peningkatan jumlah penduduk dunia berimplikasi pada peningkatan kebutuhan terhadap bahan pokok. Salah satunya kebutuhan pangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat perhatian lebih dari seluruh dunia sebagai sumber perekonomian dan devisa negara. Industri pariwisata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan bermutu yang didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah terus berupaya memenuhi hak setiap warga negara dalam memperoleh layanan pendidikan untuk meningkatkan kualitas hidup bangsa Indonesia. Sejalan dengan itu,

Lebih terperinci

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS

V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS V. ANALISIS PERKEMBANGAN BISNIS HALAL MIHAS 93 5.1. Perkembangan Umum MIHAS Pada bab ini dijelaskan perkembangan bisnis halal yang ditampilkan pada pameran bisnis halal Malaysia International Halal Showcase

Lebih terperinci

Prospek PT Inalum Pasca Pengambilalihan oleh Pemerintah. Oleh: Hilman Qomarsono 1

Prospek PT Inalum Pasca Pengambilalihan oleh Pemerintah. Oleh: Hilman Qomarsono 1 Prospek PT Inalum Pasca Pengambilalihan oleh Pemerintah Oleh: Hilman Qomarsono 1 Latar Belakang & Urgensi Akuisisi PT Inalum PT Inalum merupakan perusahaan penghasil aluminium hasil kerjasama Pemerintah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 REPUBLIK INDONESIA PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO SAMPAI DENGAN BULAN SEPTEMBER 2001 World Economic Report, September 2001, memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2001 hanya mencapai 2,6% antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP APBN SERTA SOLUSI KEBIJAKANNYA.

Dampak Kenaikan Harga Minyak Terhadap APBN serta Solusi Kebijakan DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP APBN SERTA SOLUSI KEBIJAKANNYA. DAMPAK KENAIKAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP APBN SERTA SOLUSI KEBIJAKANNYA Abstrak I. PENDAHULUAN Dampak kenaikan harga minyak dunia terhadap APBN adalah beban subsidi BBM dan subsidi listrik yang meningkat.

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN Sejak pertengahan tahun 2006, kondisi ekonomi membaik dari ketidakstabilan ekonomi tahun 2005 dan penyesuaian kebijakan fiskal dan moneter yang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Industri pupuk urea termasuk dalam lapangan usaha sektor industri pengolahan non migas. Pada tahun 2014 industri pengolahan non migas memberikan kontribusi sebesar 21 % pada

Lebih terperinci

E-BISNIS INTERIM MANAGEMENT REPORT ( SAP ) Disusun oleh : Bil Muammar ( ) JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

E-BISNIS INTERIM MANAGEMENT REPORT ( SAP ) Disusun oleh : Bil Muammar ( ) JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA E-BISNIS INTERIM MANAGEMENT REPORT ( SAP ) Disusun oleh : Bil Muammar (09.11.3371) Dosen : M. Suyanto, Prof. Dr, M.M. JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN DAMPAKNYA PERDAGANGAN INTERNASIONAL Proses tukar menukar atau jual beli barang atau jasa antar satu negara dengan yang lainnya untuk memenuhi kebutuhan bersama dengan tujuan

Lebih terperinci

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A

LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGARAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A LAPORAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAANN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJAA NEGARA SEMESTER PERTAMA TAHUN ANGGAR RAN 2012 R E P U B L I K I N D O N E S I A Daftar Isi DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel...

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar dan diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi hingga 59 tahun mendatang (ESDM, 2014). Menurut Kompas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Harga Minyak Bumi Minyak bumi merupakan salah satu sumber energi dunia. Oleh karenanya harga minyak bumi merupakan salah satu faktor penentu kinerja ekonomi global.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Industri kecil dan menengah, termasuk industri furniture merupakan hal yang penting bagi Indonesia. Furniture merupakan salah satu komoditi yang diproduksi dan diperdagangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi

BAB 1 PENDAHULUAN. cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan pesat pasar keuangan global di masa sekarang semakin cepat dan terintegrasi dengan adanya teknologi canggih. Perkembangan teknologi direspon oleh pelaku

Lebih terperinci

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia

Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Sekilas tentang Bom Curah (cluster bombs) dan Dunia Berikut ini adalah daftar negara-negara yang telah terkena atau telah, atau sedang maupun bom curah. Catatan disertakan di bagian bawah tabel untuk menunjukkan

Lebih terperinci

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU

OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian 2015 OUTLOOK KOMODITAS PERTANIAN SUBSEKTOR PETERNAKAN SUSU ISSN:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi (migas) di tanah air memiliki peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Hal ini dapat dilihat dari struktur perekonomian fiskal

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016 No. 51/09/17/Th. VII, 1 September 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016 Total Ekspor Provinsi Bengkulu mencapai nilai sebesar US$ 7,58 juta. Nilai Ekspor ini mengalami penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar kontribusi perdagangan internasional yang telah dilakukan bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian global yang terjadi saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari proses perdagangan internasional. Indonesia yang ikut serta dalam Perdagangan internasional

Lebih terperinci

Potret Kinerja Migas Indonesia

Potret Kinerja Migas Indonesia Potret Kinerja Migas Indonesia Oleh: Mohamad Nasir 1 Pendahuluan Hingga saat ini, persoalan bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan tenaga listrik belum terselesaikan dengan baik dan tuntas. Di mana, setiap

Lebih terperinci

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG

DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KONDISI PERBANKAN DAN SEKTOR RIIL DI WILAYAH KERJA KBI KUPANG Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat, ternyata berdampak kepada negara-negara

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi,

BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA. negara selain faktor-faktor lainnya seperti PDB per kapita, pertumbuhan ekonomi, BAB IV GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN INDONESIA 4.1 Perkembangan Laju Inflasi di Indonesia Tingkat inflasi merupakan salah satu indikator fundamental ekonomi suatu negara selain faktor-faktor lainnya seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014

Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Masih Perlukah Kebijakan Subsidi Energi Dipertahankan Rabu, 22 Oktober 2014 Akhir-akhir ini di berbagai media ramai dibicarakan bahwa â œindonesia sedang mengalami krisis energiâ atau â œindonesia sedang

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN

PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN PEREKONOMIAN INDONESIA TAHUN 2007: PROSPEK DAN KEBIJAKAN KANTOR MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL (BAPPENAS) DIREKTORAT PERENCANAAN MAKRO FEBRUARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin ketat, ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI 2012

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI 2012 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/08/62/Th. VI,1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR KALIMANTAN TENGAH JUNI Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan Juni sebesar US$92,40 juta, turun

Lebih terperinci

RINGKASAN UNTUK MEDIA

RINGKASAN UNTUK MEDIA LIVING PLANET REPORT 2012 RINGKASAN UNTUK MEDIA Living Planet Report 2012 adalah laporan berbasis analisis Ilmiah tentang kesehatan planet Bumi serta dampaknya terhadap aktivitas manusia. Latar Belakang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan kemajuan teknologi dan industri telah memacu pertumbuhan konsumsi enerji yang cukup tinggi selama beberapa dasawarsa terakhir di dunia, sehingga mempengaruhi

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND

LAPORAN KINERJA BULANAN - PANIN Rp CASH FUND LAPORAN BULANAN - PANIN Rp CASH FUND Panin Rp Cash Fund bertujuan untuk memberikan hasil yang relatif stabil melalui penempatan terutama pada instrumen pasar uang. 10-Mar-2004 Pasar Uang 100% Obligasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak

Lebih terperinci

Anggota Klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut :

Anggota Klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut : Anggota Klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut : Anggota Klaster Pertama No. Negara 1 Republik Rakyat China Anggota Klaster Kedua No. Negara 1 Malaysia 2 Singapura Anggota Klaster Ketiga No Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di suatu negara. Fluktuasi harga minyak mentah dunia mempengaruhi suatu negara

Lebih terperinci