BAB I PENDAHULUAN. Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam
|
|
- Ridwan Susanto
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Harga bahan bakar minyak memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian di suatu negara. Fluktuasi harga minyak mentah dunia mempengaruhi suatu negara dalam penentuan harga minyak dalam negeri agar kegiatan perekonomian tetap dapat berlangsung. Tingginya tingkat pembangunan dan industrialisasi yang dilakukan oleh negara emerging economies berpengaruh pada harga minyak mentah dunia saat ini. Hal tersebut karena semakin tinggi tingkat pembangunan di beberapa negara, maka semakin tinggi konsumsi bahan bakar minyak di negara tersebut. International Energi Agency (2009) memprediksi bahwa negara emerging economies berkontribusi terhadap pertumbuhan produk domestik bruto dunia sebesar 50%. Data juga menyebutkan bahwa produk domestik bruto negaranegara Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) tumbuh 2,5% setiap tahun. Prediksi tersebut juga memaparkan bahwa antara tahun 2008 hingga tahun 2030, China dan India mempunyai pertumbuhan konsumsi minyak rata-rata sebesar 3,5% dan 3,9%. China akan berkontribusi sebesar 42% dari permintaan minyak dunia dari tahun 2008 hingga Oleh karena itu, dapat diprediksi bahwa semakin tinggi tingkat permintaan minyak mentah dunia, maka semakin tinggi harga minyak mentah dunia. 1
2 Efek dari kenaikan harga minyak mentah dunia turut dirasakan pula oleh Indonesia. Kebutuhan konsumsi minyak yang melampaui produksi dalam negeri menjadikan Indonesia sebagai negara pengimpor minyak mentah dalam jumlah besar. Hal tersebut menjadikan Indonesia merasakan dampak yang cukup besar dari kenaikan harga minyak mentah dunia. Untuk terus menstimulus kegiatan perekonomian dalam negeri, maka pemerintah memberlakukan subsidi bahan bakar minyak agar harga bahan bakar minyak dapat terjangkau oleh sebagian besar masyarakat. Pada 22 Juni 2013, pemerintah memutuskan untuk mengurangi subsidi minyak dan menaikkan harga premium dan solar di dalam negeri. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh kenaikan harga minyak mentah dunia. Isu kenaikan harga bahan bakar minyak dalam negeri sudah mulai terdengar sejak awal tahun IHSG melemah hingga 141 poin atau 2,94% pada 20 Juni 2013 menjelang keputusan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak. Kenaikan harga bahan bakar minyak menimbulkan reaksi yang bervariasi dari berbagai sektor saham. Apabila saham sektor tertentu mengalami pelemahan, maka tingkat pelemahan tiap sektor juga bervariasi. Variasi reaksi pasar terhadap saham di sektor tertentu sebagai pengaruh dari kenaikan harga bahan bakar minyak dapat disebabkan oleh variasi tingkat konsumsi bahan bakar minyak dari tiap sektor. Semakin tinggi tingkat penggunaan bahan bakar dari suatu sektor, maka kekhawatiran pasar akan penurunan performa perusahaan di sektor tersebut akan semakin besar. 2
3 Policy Paper No. 13 Januari 2013 yang diterbitkan oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia dan bekerja sama dengan European Union menyebutkan bahwa sektor industri masih mendominasi konsumsi energi, dengan pemakaian sebesar 329,7 juta setara barrel minyak (SBM) atau 49,86% dari total konsumsi energi nasional. Selanjutnya, sektor transportasi berkontribusi sebesar 226,6 juta SBM atau sebesar 32,26% dalam konsumsi bahan bakar minyak. Hasil penelitian tersebut juga menyebutkan bahwa saat ini terdapat 10 perusahaan yang menggunakan energi terbesar di Indonesia, yaitu: PT Krakatau Steel (besi baja), PT Panca Citra Wira Brothers (tekstil), PT Semen Gresik (semen), PT GT Petrochem Industri (kimia), PT Mulya Keramik Indah Raya (keramik), PT Petrokimia Gresik (kimia), PT Semen Padang (semen), PT Colorindo Aneka Chemicals (kimia), PT Golden Island Textile Ind (tekstil), dan PT Sugih Brother (tekstil). Gambar 1.1 Konsumsi Energi Final Berdasarkan Sektor Tahun (BOE) Sumber: Policy Paper No. 13 Januari 2013 Indonesia Energi Outlook 2010 menyebutkan bahwa permintaan energi industri sangat terkait dengan penggunaan energi untuk keperluan sistem produksi yang meliputi penggerak peralatan (mekanikal), pemindahan material 3
4 (mekanikal), pemanasan dan pengeringan (termal), dan pengkondisian ruangan. Jenis sumber energi yang umumnya digunakan untuk keperluan mekanikal dan pengkondisian ruangan adalah tenaga listrik. Permintaan tenaga listrik dipenuhi dari PLN atau pembangkitan sendiri dengan bahan bakar minyak, gas, LPG atau batubara sehingga kenaikan bahan bakar minyak dalam periode yang singkat akan diikuti oleh kenaikan tarif dasar listrik (TDL). Oleh karena itu, industri yang tidak menggunakan bahan bakar minyak dalam produksinya namun mengkonsumsi energi listrik dalam jumlah yang besar secara tidak langsung akan terpengaruh oleh dampak kenaikan harga bahan bakar minyak. Menurut publikasi Kementerian Perindustrian, industri yang paling rentan terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak adalah industri semen dan tekstil. Kedua industri tersebut merupakan industri yang paling banyak menyerap energi listrik. Dampak langsung dari kenaikan harga bahan bakar minyak akan terasa langsung pada kenaikan biaya distribusi pada industri semen, bukan pada biaya produksi. Hal tersebut karena dalam kegiatan produksinya, industri semen tidak menggunakan bahan bakar minyak bersubsidi. Berbeda dengan industri semen, kebutuhan energi utama pada industri tekstil adalah listrik. Pasokan listrik untuk industri tekstil pada 2013 dipenuhi oleh PLN dengan persentase sebesar 70% sedangkan 30% sisanya dipenuhi oleh pembangkit sendiri berbahan bakar minyak, batubara dan gas. Oleh karena itu, kenaikan bahan bakar minyak yang diikuti oleh kenaikan tarif dasar listrik sangat berpengaruh pada biaya produksi industri tekstil. 4
5 Sesuai dengan sepuluh besar daftar perusahaan pengkonsumsi energi terbesar di Indonesia, salah satu perusahaan pengkonsumsi energi terbesar berasal dari industri besi baja, yang termasuk dalam sub sektor logam dan sejenisnya. Publikasi dari Kementerian Perindustrian menyebutkan bahwa proporsi konsumsi energi pada industri baja meliputi 25% pada bahan bakar minyak, 3% pada batu bara, 7% pada gas alam dan 65% pada listrik. Dapat dikatakan bahwa kebutuhan energi industri besi baja didominasi oleh kebutuhan energi listrik, seperti halnya dengan industri tekstil. Selain perusahaan tekstil, semen dan besi baja, perusahaan yang masuk dalam daftar pengkonsumsi energi terbesar di Indonesia berasal dari sub sektor kimia. Menurut data Statistik Industri Besar dan Sedang BPS dalam publikasi Kementerian Perindustrian (2012), konsumsi energi terbesar dari industri kimia adalah berasal dari kebutuhan solar (41%), yang disusul oleh kebutuhan listrik (28%), batu bara (20%), minyak (7%), dan gas (4%). Sektor transportasi tercatat sebagai pengguna bahan bakar minyak terbesar kedua setelah sektor industri (Policy Paper No 13, January 2013). Oleh karena itu kenaikan harga bahan bakar minyak akan sangat mempengaruhi biaya operasional industri tersebut mengingat minyak merupakan bahan penggerak utama kegiatan operasional industri tersebut. Sebagian besar pengamat pasar modal memperkirakan bahwa kenaikan harga bahan bakar minyak akan berpengaruh pada penurunan harga saham sub sektor automotif dan komponennya. Sub sektor automotif dan komponennya mempunyai kebutuhan energi terbesar pada energi listrik, yang disusul dengan kebutuhan gas dan solar. 5
6 Menurut Perencanaan Kebutuhan Energi Sektor Industri yang dipublikasikan Kementerian Perindustrian (2012), walaupun perusahaan makanan dan minuman tidak tercatat dalam daftar sepuluh besar pengguna energi terbesar, namun industri makanan dan minuman berkontribusi sebesar 18% atau terbesar ketiga dalam kebutuhan energi industri manufaktur. Energi yang paling dibutuhkan dalam industri ini adalah dalam bentuk solar, yang digunakan sebagian besar untuk bahan penggerak mesin produksi. Kenaikan bahan bakar minyak berupa solar tentu akan berpengaruh dalam biaya produksinya. Selain dari segi biaya produksi, pengaruh kenaikan tersebut juga berasal dari biaya distribusi produk. Perusahaan makanan dan minuman mempunyai sistem distribusi yang sangat padat karena tingkat permintaan produk industri ini relatif tinggi dan stabil. Dengan mengamati sub sektor yang mengkonsumsi bahan bakar minyak dalam jumlah besar, maka penulis berasumsi bahwa saham dari sub sektor tersebut akan mengalami penurunan harga saham sesuai dengan proporsi konsumsi bahan bakar minyak perusahaan tersebut menjelang dan sesudah pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak. Penelitian mengenai pengaruh kenaikan harga bakar minyak terhadap saham telah dilakukan sebelumnya oleh Bi-Juan et al. (2010). Penelitian tersebut mengambil sampel negara-negara G7 yaitu Kanada, Prancis, Jerman, Italia, Jepang, Inggris dan Amerika Serikat. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa sektor yang mengalami penurunan harga saham adalah sektor teknologi informasi dan bahan baku konsumsi, disusul secara berurutan oleh sektor keuangan, utilitas, dan transportasi. Akan tetapi, penelitian tersebut kurang diperkuat dengan data yang menjelaskan penyebab penurunan 6
7 dari tiap sektor. Oleh sebab itu, penulis tertarik untuk mengembangkan penelitian mengenai pengaruh pengumuman kenaikan harga bahan bakar minyak tahun 2013 dengan mendasarkan pengamatan pada proporsi konsumsi bahan bakar minyak tiap sub sektor yang terindikasi mempunyai proporsi penggunaan konsumsi bahan bakar minyak cukup besar. Penulis kemudian memutuskan untuk mengembangkan penelitian dengan judul: Pengaruh Pengumuman Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Tahun 2013 Terhadap Harga Saham di Indonesia 1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah reaksi saham dari berbagai sub sektor terhadap keputusan pemerintah untuk menaikkan harga bahan bakar minyak. Selain itu, rumusan masalah selanjutnya adalah reaksi harga saham yang mempunyai proporsi penggunaan bahan bakar minyak yang tinggi bila dibandingkan dengan yang mempunyai proporsi penggunaan bahan bakar minyak yang rendah. 1.3 Pertanyaan penelitian Untuk memperjelas rumusan masalah, maka diperlukan pertanyaan penelitian sebagai dasar dalam penyusunan langkah penelitian. Dalam penelitian ini, pertanyaan yang dijadikan dasar penulis dalam menyusun penelitian ini: 7
8 1. Apakah saham dari berbagai sub sektor akan menunjukkan return taknormal negatif signifikan terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak? 2. Apakah saham yang mempunyai proporsi penggunaan bahan bakar minyak tinggi akan direspon lebih kuat sehingga return taknormal lebih rendah dibandingkan saham dengan proporsi penggunaan bahan bakar minyak rendah? 1.4 Tujuan penelitian Mengacu pada identifikasi masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menguji terdapatnya return taknormal negatif signifikan pada saham dari berbagai sub sektor. 2. Menguji reaksi saham yang memiliki proporsi penggunaan bahan bakar minyak yang tinggi akan mengalami return taknormal negatif yang lebih kecil daripada saham yang mempunyai proporsi penggunaan bahan bakar minyak yang rendah. 1.5 Manfaat penelitian Suatu penelitian hendaknya dapat memberikan manfaat tidak hanya bagi penulis namun juga bagi pihak-pihak yang lain. Manfaat penelitian ini bagi pihakpihak yang berkepentingan adalah sebagai berikut: 1. Bagi investor pasar modal 8
9 Penelitian ini dapat digunakan untuk bahan pertimbangan dan masukan dalam pengambilan keputusan pada saat melakukan pembelian atau penjualan saham di tengah fluktuasi harga bahan bakar minyak. 2. Bagi akademisi Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan studi peristiwa terhadap pergerakan harga saham. 1.6 Sistematika Penulisan Bab I Pendahuluan Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, batasan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian Bab II Landasan Teori Bab ini menguraikan tentang penjelasan teori yang dijadikan dasar dalam penelitian dan hipotesis. Bab III Metode Penelitian Bab ini menjelaskan tentang rancangan penelitian, definisi operasional, populasi dan sampel, instrument penelitian, pengumpulan data, serta metode analisis data Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Bab ini memberikan penjelasan mengenai data yang diperoleh, pengujian hipotesis, dan pembahasan 9
10 Bab V Kesimpulan Bab ini menguraikan tentang kesimpulan penelitian, keterbatasan penelitian, serta implikasi dari penelitian yang dilakukan. 10
BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber. energi yang dominan dalam permintaan energi dunia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki abad ke-21, bahan bakar fosil 1 masih menjadi sumber energi yang dominan dalam permintaan energi dunia. Dibandingkan dengan kondisi permintaan energi beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ekonomi dunia saat ini berada pada posisi tiga kejadian penting yaitu harga minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika Serikat.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia dengan cepat dan membawa dampak pada perekonomian, lapangan kerja dan peningkatan devisa Negara. Industri yang berkembang kebanyakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan
BAB I PENDAHULUAN 1. A 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu negara. Semakin tinggi pertumbuhan ekonomi maka semakin baik pula perekonomian negara
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3
IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dewasa ini besarnya jumlah konsumsi energi di Indonesia terus mengalami
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Dewasa ini besarnya jumlah konsumsi energi di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan data outlook pengelolaan energi nasional tahun
Lebih terperinci50001, BAB I PENDAHULUAN
Rancangan Penilaian Sistem Manajemen Energi di PT. Semen Padang dengan Menggunakan Pendekatan Integrasi ISO 50001, Sistem Manajemen Semen Padang (SMSP) dan Permen ESDM No. 14 Tahun 2012 BAB I PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. teknologi telah meningkatkan permintaan energi. Pada mulanya. manusia memenuhi kebutuhan energi mereka dengan daya otot,
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepanjang sejarah, pertumbuhan penduduk dan perkembangan teknologi telah meningkatkan permintaan energi. Pada mulanya manusia memenuhi kebutuhan energi mereka dengan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bumi. Benda ini biasanya berwarna hitam, dan kadang berwarna coklat tua.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batubara adalah batu sedimen organik yang terbentuk oleh tekanan di perut bumi. Benda ini biasanya berwarna hitam, dan kadang berwarna coklat tua. Batubara umumnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Topik tentang energi saat ini menjadi perhatian besar bagi seluruh dunia. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu hingga sekarang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batubara menempati posisi strategis dalam perekonomian nasional. Penambangan batubara memiliki peran yang besar sebagai sumber penerimaan negara, sumber energi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI 2002
PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN FEBRUARI No. 15/V/1 APRIL EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan Februari mencapai US$ 4,18 milyar atau naik 4,36 persen dibanding ekspor bulan Januari sebesar
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian tentang penilaian energi. Hal-hal yang melatarbelakangi dan tujuan dari penelitian dijelaskan pada bagian ini. 1.1. Latar Belakang Energi
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara yang sedang mengalami proses perkembangan perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan struktur ekonomi pada hal yang paling mendasar.
Lebih terperinciAnalisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012
Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012 Ira Fitriana 1 1 Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: irafit_2004@yahoo.com Abstract The industrial
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hampir seluruh aspek kehidupan membutuhkan energi. Kebutuhan energi saat ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar selain pangan dan air karena hampir seluruh aspek kehidupan membutuhkan energi. Kebutuhan energi saat ini cukup besar, salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Prospek industri manufaktur tahun 2012, pada tahun 2011 yang lalu ditandai oleh kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN MEI 2004
No. 37 / VII / 1 JULI PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN MEI EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan Mei kembali bertahan di atas US$ 5 milyar, yaitu mencapai US$ 5,50 milyar atau lebih tinggi 5,60
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw (2003), pendapatan nasional yang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2004
No. 56 / VII / 1 NOVEMBER PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan menembus angka US$ 7 milyar, yakni mencapai US$ 7,15 milyar, atau 13,33 persen lebih
Lebih terperinciLAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA
2016 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA 2016 Diterbitkan Oleh: PT. Indo Analisis Copyright @ 2016 DISCALIMER Semua informasi dalam Laporan Industri
Lebih terperinciPERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2014
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., ember 2007 No. 07/02/16/Th.XVII, 02 Februari 2015 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia merupakan negara pengekspor dan pengimpor, baik untuk minyak mentah (crude oil) maupun produk-produk minyak (oil product) termasuk bahan bakar minyak. Produksi
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semen adalah komoditas yang strategis bagi Indonesia. Sebagai negara yang terus melakukan pembangunan, semen menjadi produk yang sangat penting. Terlebih lagi, beberapa
Lebih terperinciEKSPOR Perkembangan Ekspor Ekspor Migas dan Non Migas
EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan ober mencapai US$ 7,27 milyar, atau 1,62 persen lebih tinggi dibanding ekspor bulan lalu. Secara kumulatif, ekspor Januari - ober mencapai US$ 58,5 milyar atau naik
Lebih terperinciBERITA RESMI STATISTIK
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permintaan baja yang masih terus tumbuh didukung oleh pembangunan sektor properti dan infrastruktur, dengan pertumbuhan Compound Annual Growth Rate/CAGR (2003 2012)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Batubara telah digunakan sebagai sumber energi selama beratus-ratus tahun dan telah diperdagangkan secara internasional mulai jaman Kekaisaran Romawi. Batubara tidak
Lebih terperinciPERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2015
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 44/02/16/Th.XVII, 1 Februari 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN DESEMBER
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini peranan minyak bumi dalam kegiatan ekonomi sangat besar. Bahan bakar minyak digunakan baik sebagai input produksi di tingkat perusahaan juga digunakan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua
Lebih terperinciPERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2016
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., April 2007 No. 31/06/16/Th.XVIII, 1 Juni No. 35/07/16/Th.XVIII, 1 Juli PERDAGANGAN LUAR NEGERI
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan energi dalam jumlah yang cukup dan kontinu sangat penting dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kebutuhan akan energi di Indonesia terus meningkat karena makin bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya kegiatan serta pertumbuhan ekonomi di Indonesia.
Lebih terperinciSoal-soal Open Ended Bidang Kimia
Soal-soal Open Ended Bidang Kimia 1. Fuel cell Permintaan energi di dunia terus meningkat sepanjang tahun, dan menurut Proyek International Energy Outlook 2013 (IEO-2013) konsumsi energi dari 2010 sampai
Lebih terperinciPERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2015
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN MEI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., 2007 No. 28/05/16/Th.XVII, 15 No. 37/07/16/Th.XVII, 1 Juli PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ukuran pasar dalam sektor industri tertentu mengindikasikan potensi pasar dan tingkat kompetisi dalam industri tersebut. Jika pertumbuhan ukuran
Lebih terperinciVIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA
VIII. EFISIENSI DAN STRATEGI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA Pada bagian ini dibahas efisiensi energi dalam perekonomian Indonesia, yang rinci menjadi efisiensi energi menurut sektor. Disamping itu,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU FEBRUARI 2013
No. 20/05/14/Th. XIV, 1 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR RIAU FEBRUARI EKSPOR RIAU BULAN FEBRUARI TURUN 4,79 PERSEN Nilai ekspor Riau pada bulan mencapai US$ 1.462,30 juta atau mengalami penurunan sebesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tangga, Dan Sub Sektor Peralatan Rumah Tangga. Berdasarkan Sektor Industri Barang Konsumsi merupakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri Barang Konsumsi merupakan salah satu bagian dari Perusahaan Manufaktur yang ada di Indonesia. Industri Barang Konsumsi masih menjadi pilihan utama para investor
Lebih terperinciPERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2015
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. 02/01/16/Th.XVIII, 4 Januari 2016 PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN NOVEMBER
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017
No. 16/03/36/Th. XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2017 TURUN 3,84 PERSEN MENJADI US$904,45 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 3,84
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2016
No. 44/08/36/Th.X, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI NAIK 12,20 PERSEN MENJADI US$889,48 JUTA Nilai ekspor Banten pada Juni naik 12,20 persen dibanding
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2016
No. 25/05/36/Th.X, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 13,14 PERSEN MENJADI US$757,66 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 13,14 persen dibanding
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014
No. 19/05/36/Th.VIII, 2 Mei 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET 2014 NAIK 0,99 PERSEN MENJADI US$802,39 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret 2014 naik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi telah mencakup pada prinsip pengembangan usaha kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah yang dimanfaatkan untuk perkembangan perekonomian. Salah satu sumber daya alam terpenting ialah sumber daya
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017
No. 24/05/36/Th.XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 9,30 PERSEN MENJADI US$995,96 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 9,30 persen dibanding
Lebih terperinciBAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik
BAB V Kesimpulan dan Saran 5. 1 Kesimpulan 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik bruto. Indonesia merupakan negara pengekspor energi seperti batu bara dan gas alam. Seiring
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014
No. 26/06/36/Th. VIII, 2 Juni 2014 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN APRIL 2014 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR APRIL 2014 NAIK 8,46 PERSEN MENJADI US$870,12JUTA Nilai ekspor Banten pada 2014 naik 8,46
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2005
No. 53 / VIII/ 1 Nopember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan mencapai US$ 7,38 milyar, lebih tinggi 4,94 persen dibanding ekspor bulan Agustus sebesar
Lebih terperinciSecara garis besar penyusunan proyeksi permintaan energi terdiri dari tiga tahap,
41 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Dalam penelitian ini bahan yang diperlukan adalah data ekonomi, kependudukan dan data pemakaian energi. Berikut adalah daftar data yang diperlukan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tugas dari seorang manajer adalah mengambil keputusan secara tepat untuk perusahaan. Bagi seorang manajer keuangan, salah satu tugasnya adalah mengambil keputusan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Industri merupakan salah satu sektor yang berperan penting dalam pembangunan nasional. Kontribusi sektor Industri terhadap pembangunan nasional setiap tahunnya
Lebih terperinciBAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI
BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI Indikator yang lazim digunakan untuk mendapatkan gambaran kondisi pemakaian energi suatu negara adalah intensitas energi terhadap penduduk (intensitas energi per kapita)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang, Singapura, dan Malaysia (bisnis.news.viva.co.id). Perkembangan pasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar modal di Indonesia mengalami pertumbuhan yang cepat dibandingkan dengan pertumbuhan pasar modal di negara-negara kawasan Asia lainnya, seperti Jepang, Singapura,
Lebih terperinciANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL
ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL Biro Riset BUMN Center LM FEUI Meningkatnya beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini membuat pemerintah berupaya menekan subsidi melalui penggunaan energi alternatif,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI 2017
No. 44/08/36/Th.XI, 1 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JUNI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JUNI TURUN 23,51 PERSEN MENJADI US$766,22 JUTA Nilai ekspor Banten turun 23,51 persen dibanding ekspor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2015
No. 50/11/36/Th. IX, 2 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER TURUN 5,85 PERSEN MENJADI US$706,27 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 5,85 persen
Lebih terperinciII. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional
II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku tahun 2013 ruang lingkup penghitungan meliputi 9 sektor ekonomi, meliputi: 1. Sektor Pertanian
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2016
No. 37/07/36/Th. X, 1 Juli 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2016 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI 2016 NAIK 3,05 PERSEN MENJADI US$792,73 JUTA Nilai ekspor Banten pada naik 3,05 persen dibanding
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI 2016
No. 21/04/36/Th. X, 1 April PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN FEBRUARI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR FEBRUARI TURUN 2,06 PERSEN MENJADI US$669,68 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 2,06 persen dibanding
Lebih terperinciANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA
ANALISIS SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN KABUPATEN MANDAILING NATAL PROVINSI SUMATERA UTARA Andi Tabrani Pusat Pengkajian Kebijakan Peningkatan Daya Saing, BPPT, Jakarta Abstract Identification process for
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan proses transformasi yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Pembangunan ekonomi dilakukan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017
No. 38/07/36/Th.XI, 3 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI NAIK 9,95 PERSEN MENJADI US$1.001,75 JUTA Nilai ekspor Banten naik 9,95 persen dibanding ekspor April,
Lebih terperinci6. HASIL DAN PEMBAHASAN
6. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan dibahas tentang kenaikan tarif dasar listrik (TDL) dan respon kebijakan untuk meminimisasi dampak negatif terhadap perekonomian Indonesia. Mengingat sejak bulan
Lebih terperinciLAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA
2017 LAPORAN INDUSTRI INDUSTRI BATUBARA DI INDONESIA BAB I: PELUANG DAN TANTANGAN INDUSTRI BATUBARA 1 1.1. PELUANG INDUSTRI BATUBARA 2 1.1.1. Potensi Pasar 2 Grafik 1.1. Prediksi Kebutuhan Batubara untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bursa Efek Indonesia atau yang biasa disingkat BEI adalah tempat atau wadah bagi para pelaku saham untuk memperdagangkan atau memperjualbelikan setiap
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Semua kegiatan investasi adalah mencari keuntungan atau dalam rangka untuk
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semua kegiatan investasi adalah mencari keuntungan atau dalam rangka untuk mencari nilai tambah yang lebih tinggi dari harta, aset atau uang kas yang dimiliki. Menurut
Lebih terperinciKondisi Perekonomian Indonesia
KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Persaingan global merupakan masalah besar bagi industri tekstil dan produk tekstil terutama bagi para pengusaha industri kecil dan menengah yang lebih mengalami masa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dari kehidupan manusia modern, bahkan akan terus meningkat akibat semakin banyaknya populasi penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk melakukan kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar bisa berupa banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, meningkatnya kegiatan Industri dan jumlah penduduknya, maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik saat ini sudah merupakan suatu kebutuhan primer kehidupan masyarakat maupun bagi perkembangan menyeluruh suatu bangsa. Khususnya di Indonesia, meningkatnya
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebijakan dan target untuk mendukung pengembangan dan penyebaran teknologi
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pengembangan dan pemanfaatan energi terbarukan masih sangat bergantung pada iklim kebijakan yang kuat. Di tahun 2013 terdapat sejumlah peningkatan kebijakan dan target
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) F-251 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur terhadap Emisi CO 2 melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun
Lebih terperinciKajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi Chrissantya M. Kadmaerubun,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82
Lebih terperinciPERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR IMPOR SUMATERA SELATAN JULI 2017
PERDAGANGAN LUAR NEGERI EKSPOR - IMPOR SUMATERA SELATAN JULI 2006 BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No. / /Th., Juni 2007 No. 31/06/16/Th.XVIII, 1 Juli 2017 No.49/09/17/Th.IX, 4 September 2017 PERDAGANGAN
Lebih terperinciSURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA
SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2004 Kegiatan usaha pada triwulan IV-2004 ekspansif, didorong oleh daya serap pasar domestik Indikasi ekspansi, diperkirakan berlanjut pada triwulan I-2005 Kegiatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang efektif untuk mempercepat pembangunan suatu negara. Dalam era
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam pembangunan suatu negara, diperlukan dana investasi dalam jumlah yang besar. Pasar modal menjadi salah satu sarana bagi kegiatan berinvestasi, yang efektif untuk
Lebih terperinciTugas Akhir Universitas Pasundan Bandung BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum terjadinya peningkatan kebutuhan energi mempunyai keterkaitan erat dengan makin berkembang kegiatan ekonomi dan makin bertambah jumlah penduduk. Di Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar dan diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi hingga 59 tahun mendatang (ESDM, 2014). Menurut Kompas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. faktor, di Indonesia sendiri banyak yang mengemukakan bahwa faktor-faktor
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kekuatan struktur modal perusahaan banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, di Indonesia sendiri banyak yang mengemukakan bahwa faktor-faktor yang terkait
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi saat ini, persaingan bisnis semakin ketat menuntut setiap perusahaan untuk meningkatkan strategi bisnisnya. Strategi bisnis sebelumnya mungkin sudah
Lebih terperinciII. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN. 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional
II. RUANG LINGKUP DAN METODE PENGHITUNGAN 2.1 Ruang Lingkup Penghitungan Pendapatan Regional Dalam penerbitan buku Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Tegal Tahun 2012 ruang lingkup penghitungan meliputi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET 2008
BADAN PUSAT STATISTIK No. 22/05/Th. XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA MARET A. Perkembangan Ekspor Nilai ekspor Indonesia mencapai US$ 11,90 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 12,96
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER 2016
No. 08/02/36/Th.XI, 1 Februari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN DESEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR DESEMBER TURUN 0,08 PERSEN MENJADI US$940,56 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 0,08 persen
Lebih terperinci