METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran"

Transkripsi

1 52 METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Salah satu alat bantu untuk mengambil keputusan yang efektif dalam hal diagnosa penilaian dan intervensi Produksi Bersih adalah assessment dan audit. Assesment dan audit memberikan prosedur kunci untuk membantu memberi inisiatif pilihan produksi bersih. Tersedianya sistem penunjang manajemen audit produksi bersih (SIMProsih CR ) dapat menawarkan berbagai manfaat kepada berbagai pihak yang berkepentingan bagi terwujudnya sistem produksi bersih pada agroindustri karet remah. Untuk memahami kondisi industri karet remah sehubungan dengan implementasi sistem produksi bersih, pada tahap awal dilakukan survey lapangan dan pertemuan pakar. Berdasarkan survey lapangan terhadap karyawan dan manajemen agroindustri karet remah akan diketahui kondisi terkini faktor-faktor dominan implementasi produksi bersih berdasarkan persepsi perusahaan. Sementara faktor-faktor kunci implementasi sistem produksi bersih di masa depan dieksplorasi melalui pertemuan pakar (Focus Group Discussion) menggunakan pendekatan Analisis Prospektif. Disain sistem penunjang manajemen produksi bersih (SIMProsih CR ) pada agroindustri karet remah didasarkan pada kebutuhan para pengguna (stakeholder) terhadap keberhasilan implementasi produksi bersih. SIMProsih CR yang dikembangkan tersebut memiliki tiga perangkat, yakni 1) sistem manajemen basis data dan pengetahuan, 2) sistem manajemen basis model, dan 3) sistem manajemen dialog. Sistem manajemen basis data dan pengetahuan akan memuat gambaran umum tentang obyek nyata mengenai aspek audit produksi bersih, misalnya: alur proses produksi; konsumsi bahan, air, dan energi; karakteristik dukungan organisasi; karakteristik limbah; serta kriteria dan indikator pengukuran kinerja lingkungan. Sementara pada sistem manajemen basis model akan memuat model-model: protokol audit produksi bersih, pengambilan keputusan produksi bersih, pengukuran kinerja lingkungan perusahaan, peringkat kinerja lingkungan, dan kesiapan sertifikasi ISO Model protokol audit produksi bersih akan memadukan prosedur audit/assessment produksi bersih (Thrane & Nielsen 2009; Telukdarie et al. 2006; Bustami 2004; UNEP & ISWA 2002; Nga NT 1999: UNEP 1995; Barkel 1995), hasil diskusi dengan pakar, serta kondisi riil lapangan pada daur hidup proses produksi karet alam, khususnya untuk produk

2 53 karet remah (crumb rubber). Studi pakar dilakukan dalam rangka menjustifikasi tahapantahapan esensial audit/assessment produksi bersih pada industri karet remah. Adapun model penilaian kinerja lingkungan agroindustri karet remah dikembangkan berdasarkan indikator kinerja sistem manajemen lingkungan ISO dan kinerja daur hidup proses produksi (OECD 2008; Niemeijer & de Groot 2008; Fijal 2007; Barbirolli et al. 2003; Jasch 2000; Thoresen 1999; James & Bennet 1995), serta mengacu pada pengukuran kinerja lingkungan The ten C s (Skillius & Wennberg 1998; James 1995). Penilaian kinerja daur hidup proses produksi didasarkan pada benchmarking neraca air, bahan, dan energi serta analisis efisiensi dan produktifitas proses produksi industri karet remah. Penilaian penyebab terjadinya limbah pada daur hidup proses produksi serta potensi pencemaran yang dapat terjadi merupakan landasan dalam mengidentifikasi pilihan-pilihan intervensi produksi bersih bagi industri karet remah (Thrane & Nielsen 2009; Utomo 200; Teasakul & Tekasakul 2006; Bapedal-BPTK 2004; Tunas 2002). Pada hakekatnya identifikasi pilihan intervensi produksi bersih dapat dilakukan dengan perubahan pada bahan baku maupun produk, proses produksi, teknologi, serta praktek penanganan limbah dengan memperhatikan neraca input dan output dari daur hidup operasi seperti diilustrasikan pada Gambar 10. Intervensi produksi bersih yang memerlukan investasi perlu dievaluasi kelayakannya, baik secara teknis, finansial, maupun lingkungan. Kelayakan teknis didasarkan pada ketersediaan teknologi maupun efisiensinya, sementara kelayakan finansial didasarkan pada kriteria B/C ratio. Evaluasi manfaat finansial dilakukan secara incremental, berdasarkan perubahan manfaat dan biaya yang diperoleh dari pilihan produksi bersih dibandingkan kondisi eksisting. Skenario perbaikan dapat berbeda untuk perusahaan yang berbeda, tergantung dari posisi kondisi eksisting penanganan lingkungan perusahaan. Model analisis kondisi pengelolaan lingkungan agroindustri karet remah dan rekomendasi keputusan intervensi produksi bersih serta keputusan sertifikasi ISO bagi agroindustri karet remah tersebut memanfaatkan logika fuzzy, adapun penentuan prioritas intervensi produksi bersih industri dilakukan dengan metoda Proses Hirarki Analitik (PHA). Model seleksi indikator kinerja lingkungan memadukan metode ME-MCDM dan IEPMS (Integrated Environmental Performance Measurement System), sementara penentuan peringkat kinerja lingkungan menggunakan metode CPI. Kerangka pengembangan sistem penunjang manajemen produksi bersih pada agroindustri karet remah selengkapnya disajikan pada Gambar 11.

3 54 Sistem penunjang manajemen audit produksi bersih pada agroindustri karet remah (SIMProsih CR ) yang dikembangkan tersebut diharapkan bermanfaat tidak hanya bagi kalangan industri, tetapi juga bagi penentu kebijakan yang terlibat. Bagi kalangan industri karet remah, SIMProsih CR membantu proses evaluasi mandiri kinerja lingkungan dan untuk kesiapan proses sertifikasi ISO jika diperlukan, disamping akses terhadap informasi praktek terbaik produksi bersih. Sementara bagi penentu kebijakan, adanya SIMProsih CR akan memudahkan mendapatkan gambaran yang akurat perihal respon dan praktek industri dalam hal manajemen lingkungan, begitu juga dengan stakeholder lainnya akan dapat mengakses status kinerja ramah lingkungan industri karet remah. Butir-butir ISO yang menjadi acuan awal penyusunan kinerja sistem manajemen disajikan pada Tabel 10. Emisi bau Bahan baku Radiasi panas/cahaya Getaran Air/udara Energi Daur ulang Limbah yang dapat digunakan pada proses berikutnya Pabrik, proses, unit operasi Kebisingan Produk Produk samping termasuk limbah untuk recovery Air limbah Limbah cair untuk disimpan dan/atau pembuangan di luar lokasi Limbah padat untuk disimpan dan/atau pembuangan di luar lokasi Gambar 10 Penentuan input dan output suatu operasi.

4 55 Analisis Sistem Agroindustri Karet Remah Survey lapangan Pertemuan dengan pakar Analisis faktor dan Analisis korelasi Analisis Prospektif Faktor-faktor dominan existing produksi bersih Faktor-faktor kunci need analisys produksi bersih Skenario kebutuhan agroindustri karet remah Indikator Kinerja Daur Hidup Proses Produksi ISO 14031, CrPA, Barbirolli Indikator Kinerja Sistem Manajemen Lingkungan ISO Identifikasi dan Audit Kinerja Daur Hidup Proses Produksi Identifikasi dan Audit Kinerja Sistem Manajemen Lingkungan Perbandingan dengan Pangkalan Pengetahuan Aspek teknis, finansial, lingkungan Inferensi Agregasi Inferensi Inferensi Rekomendasi intervensi produksi bersih Kinerja Lingkungan Status Sertifikasi ISO Rekomendasi Peringkat Kinerja Lingkungan Sistem Dialog Audit Produksi bersih Gambar 11 Kerangka pemikiran pengembangan SIMProsih agroindustri karet remah.

5 56 Tabel 10 Kinerja Sistem Manajemen Lingkungan ISO : 2004 No. Aspek /Kriteria 1. Kebijakan lingkungan Pernyataan kebijakan lingkungan tertulis Komitmen lingkungan perusahaan Kebijakan lingkungan yang dikomunikasikan kepada semua karyawan Kebijakan mengacu pada perundang-undangan lingkungan yang berlaku Adanya tujuan dan sasaran lingkungan yang spesifik Kebijakan lingkungan tersedia bagi pihak-pihak yang memerlukan Kebijakan lingkungan dipadukan dengan kebijakan mutu 2. Perencanaan Prosedur penilaian aspek dan dampak lingkungan proses produksi Proses inventarisasi dan penataan peraturan lingkungan Perencanaan program pencegahan dan perlindungan lingkungan secara berkala 3. Penerapan dan operasi Struktur organisasi dan tanggung jawab Pelatihan lingkungan Pengendalian dokumen sistem pengelolaan lingkungan Prosedur penetapan kontraktor/suplier Prosedur identifikasi bahan baku dan produk Prosedur pengendalian proses produksi Prosedur perawatan mesin dan peralatan Prosedur operasi penanganan dan kesiagaan keadaan darurat 4. Pemeriksaan dan tindakan koreksi Prosedur pemeriksaan dan pengujian bahan baku Prosedur pemeriksaan dan pengujian produk Prosedur pemeriksaan dan pengujian limbah cair Prosedur dan pengujian limbah gas dan kebisingan Prosedur pengendalian peralatan Prosedur kalibrasi dan pemeliharaan peralatan pengukur Prosedur pemantauan, pengukuran, dan tindakan perbaikan lingkungan Prosedur pengendalian catatan lingkungan 5. Pengkajian manajemen Pengkajian Sistem Manajemen Lingkungan Internal audit Pendekatan Sistem Sistem menggambarkan sekumpulan elemen-elemen yang saling berinterkasi dan terorganisasi untuk mencapai tujuan. Pendekatan sistem merupakan metodologi pemecahan masalah yang dimulai dengan identifikasi kebutuhan dan diakhiri dengan suatu hasil sistem operasi yang efektif dan efisien (Eriyatno 2003). Metode untuk penyelesaian masalah yang dilakukan melalui pendekatan sistem dapat diilustrasikan seperti pada diagram alir Gambar 12. Setiap tahap dalam proses tersebut diikuti oleh suatu evaluasi berulang, berikut uraian lengkap diagram alir tersebut.

6 57 Mulai Survey pendahuluan dan lapangan Identifikasi dan analisis kebutuhan pengguna Formulasi masalah Identifikasi sistem Pemodelan Sistem Manajemen Produksi Bersih (SIMProsih CR ) Validasi Model OK Y T Format mekanisma dialog pengguna SIMProsih CR Rekayasa perangkat lunak SIMProsih CR Verifikasi perangkat lunak SIMProsih CR T OK Y Uji Coba T OK Y Selesai Gambar 12 Metode pengembangan sistem penunjang manajemen produksi bersih agroindustri karet remah dengan pendekatan sistem (adaptasi dari Turban 1995).

7 58 1) Survey pendahuluan dan lapangan Tujuan kegiatan ini adalah untuk menghimpun informasi yang diperlukan dalam penyusunan kuesioner dan menetapkan data-data teknis dan lingkungan yang diperlukan dari beberapa industri pengolahan karet remah. Selanjutnya disebarkan seperangkat kuesioner kepada responden perusahaan yang dipilih secara purposive sampling, disamping itu juga diupayakan mengeksplorasi pandangan pakar (eksplorasi knowledge). Hasil pengolahan data kuesioner dan pendapat pakar menjadi masukan dalam pemodelan sistem. 2) Identifikasi dan analisis kebutuhan pengguna Kegiatan ini merupakan upaya menginventaris data-data dan informasi tentang kebutuhan pengguna dan kepentingannya dalam mewujudkan sistem produksi bersih pada agroindustri karet remah. Dalam hal ini pengguna dikelompokkan atas Direksi Perusahaan, BAPEDALDA, PEMDA, atau Departemen yang terkait dengan industri pengolahan karet remah 3) Formulasi masalah dan kebijakan Masing-masing pengguna mempunyai kepentingan dalam penerapan sistem produksi bersih dan mungkin terdapat berbagai konflik kepentingan, sehingga permasalahan tersebut perlu diformulasikan dan dicarikan solusi pemecahannya. Solusi masalah perlu dikaji lebih lanjut kemungkinan pelaksanaannya, dengan mempertimbangkan peluang dan tantangan yang dihadapi serta faktor-faktor kritis pengelolaan lingkungan. 4) Identifikasi sistem Berbagai masalah dan konflik kepentingan dalam penerapan sistem produksi bersih perlu dikaji secara sistematis dan ditelusuri keterkaitannya agar diperoleh pola keterkaitan dari variabel-variabel terukur yang mencerminkan hubungan sebab akibat. Variabel-variabel tersebut diposisisikan sebagai variabel input yang mencerminkan masukan-masukan yang mempengaruhi sistem dan variabel output yang mencerminkan luaran atau produk sistem produksi bersih. 5) Pemodelan sistem Pola hubungan sebab akibat dari variabel-variabel terukur yang mencerminkan kompleksitas permasalahan perlu direfleksikan dalam suatu bangun model, dengan tujuan untuk memudahkan dan menyederhanakan kajian pemecahan masalah. Fungsi model ini adalah untuk mentransformasikan variabel input menjadi variabel output.

8 59 6) Validasi model Sebelum model direkayasa dalam bentuk perangkat lunak, lebih dahulu model divalidasi untuk mengetahui keabsahannya berdasarkan teori standar atau temuan di lapangan. 7) Rekayasa perangkat lunak Model-model dan data-data pendukung yang diperlukan dalam proses audit produksi bersih dipadukan dengan format dialog antar pengguna dalam satu paket program komputer yang direncanakan mampu dioperasikan dalam jaringan komputer, sehingga program tersebut dapat diakses dari berbagai tempat berjauhan. 8) Verifikasi perangkat lunak Sebelum diaplikasikan, perangkat lunak tersebut perlu diverifikasi pada setiap pengguna untuk mengetahui apakah perangkat lunak tersebut sudah memenuhi kebutuhannya atau perlu dimodifikasi. 9) Implementasi sistem Bila uji coba berhasil dengan baik dan dapat diandalkan, maka SIMProsih CR siap untuk digunakan dalam melayani kebutuhan pengguna yang berkepentingan terhadap implementasi produksi bersih pada agroindustri karet remah. Lokasi dan Waktu Penelitian Data aktual kondisi sistem manajemen lingkungan industri pengolahan karet remah dikumpulkan secara purposive sampling, yakni dari provinsi Sumatera Selatan (6 perusahaan), provinsi Sumatera Utara (3 perusahaan), dan provinsi Jawa Barat (1 perusahaan). Pilihan lokasi penelitian disesuaikan dengan kebutuhan penelitian, mengingat pertimbangan utama adalah perusahaan pengolahan karet remah dengan karakteristik permasalahan pengelolaan lingkungan yang beragam. Selain data-data primer yang berasal dari kondisi aktual pengelolaan lingkungan perusahaan, akuisisi pengetahuan juga dilakukan berdasarkan pendapat pakar yang kompeten dalam hal teknologi pengelolaan lingkungan, prosedur dan teknis audit, serta karakteristik dan analisis sistem manajemen lingkungan. Pakar-pakar yang dilibatkan terutama yang berlokasi di Bogor dan Jakarta, namun dapat juga dari wilayah lokasi pengambilan data aktual kondisi manajemen lingkungan perusahaan. Penelitian direncanakan diselesaikan pada bulan Januari 2012.

9 60 Gambar 13 Lokasi penelitian pengambilan sampel penelitian sistem produksi bersih agroindustri karet remah Pengumpulan Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil penyebaran kuesioner, wawancara, dan pengamatan lapangan. Sementara data sekunder diperoleh dari agroindustri karet remah dan instansi terkait. Pada Tabel 11 disajikan jenis dan sumber kebutuhan data pada penelitian. Tabel 11 Identifikasi kebutuhan data dan sumber perolehan data penelitian Karakteristik Data Sumber Data Gambaran umum industri karet remah Industri karet remah Perkembangan tingkat produksi produk karet remah GAPKINDO Pembiayaan proses produksi karet remah Industri karet remah Jenis dan karakteristik limbah industri karet remah Industri karet remah Persepsi kalangan industri karet remah Industri karet remah Faktor kritis pengelolaan lingkungkungan Pakar Neraca bahan, air, dan energi Industri karet remah Pengelolaan lingkungan industri karet remah Industri karet remah Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam Kriteria dan indikator kinerja lingkungan Pakar/Pustaka Kebijakan pengelolaan lingkungan hidup UU/PP/SK Gubernur Prosedur audit produksi bersih Pustaka/Pakar Prosedur penentuan kinerja dan peringkat lingkungan Pustaka/Pakar Prosedur sertifikasi sistem manajemen lingkungan Pustaka/Pakar Berbagai data pendukung lainnya GAPKINDO/Industri/ Deperin/Deptan/internet

10 61 Tahapan Penelitian Penelitian pengembangan sistem penunjang manajemen audit produksi bersih yang dilakukan mengadopsi kerangka Turban (1995) dan Eriyatno (2003) sebagaimana terlihat dari Gambar 12. Berdasarkan Turban (1995) dan Eriyatno (2003), tahapan penelitian dikelompokkan dalam tiga kegiatan utama, yakni: 1) studi pendahuluan dan analisa kebutuhan, 2) formulasi permasalahan, identifikasi sistem, dan disain konseptual model, dan 3) rekayasa sistem penunjang manajemen audit produksi bersih (SIMProsih CR ). 1) Studi pendahuluan dan analisis kebutuhan Tujuan kegiatan ini adalah untuk menghimpun informasi dari perusahaan karet remah dan pendapat pakar (knowledge eksploration). Terdapat dua aspek yang dikaji pada tahap ini, yakni: (a) melakukan identifikasi faktor-faktor dominan dalam upaya implementasi produksi bersih berdasarkan persepsi kalangan industri pengolahan karet remah dan (b) menentukan faktor-faktor kritis pengelolaan lingkungan yang responsif terhadap perkembangan lingkungan global berdasarkan pendapat pakar yang relevan dan kompeten. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor dominan yang dimaksud, disebarkan seperangkat kuesioner kepada responden terpilih di lingkungan perusahaan dengan cara purposive sampling. Proses pembentukan item-item kuesioner penelitian tersebut berdasarkan pendekatan model 7-S McKinsey (Stoner 2005) disajikan pada Tabel 12, adapun format lengkap kuesioner yang disebarkan kepada responden karyawan dan manajemen agroindustri karet remah disajikan pada Lampiran 1. Setiap item pernyataan kuesioner dirancang memiliki lima kemungkinan jawaban menurut skala Likert 1-5. Analisis realibilitas terhadap kuesioner dilakukan melalui uji coba pendahuluan. Dengan demikian, hasil pengisian kuesioner dapat diolah secara kuantitatif dengan metoda Analisis Faktor (Principal Component) dan Analisis Korelasi menggunakan software SPSS for Windows Release Adapun penentuan faktor-faktor kritis pengelolaan lingkungan diperoleh melalui Analisis Prospektif. Analisis Prospektif merupakan suatu studi tentang kemungkinan-kemungkinan di masa depan sehingga dapat digunakan untuk mempersiapkan tindakan strategis serta melihat perubahan-perubahan di masa depan (Godet 2003; Maoti 2003). Analisis Prospektif memerlukan keterlibatan para pakar

11 62 yang kompeten dalam ruang lingkup kajian yang akan dianalisa. Melalui Analisis Prospektif dicoba diupayakan untuk membangun dan memilih skenario yang dapat terjadi di masa depan pada ruang lingkup produksi bersih, dengan demikian akan dapat dianalisis implikasi dari suatu skenario terhadap tujuan keberhasilan implementasi produksi bersih. Terhadap masing-masing implikasi skenario tersebut akan dilakukan diskusi berkaitan dengan persoalan yang akan dipecahkan, selanjutnya ditentukan pilihan-pilihan kebijakan untuk perbaikan sistem manajemen produksi bersih pada agroindustri karet remah. Tabel 12 Proses pembentukan item-item kuesioner penelitian persepsi agroindustri karet remah terhadap sistem manajemen lingkungan perusahaan Elemen Deskripsi Konstruk Variabel Operasional Strategi Meliputi aksi yang terkoordinasi serta pengalokasian sumber daya untuk mencapai tujuan perusahaan Kebijakan Strategis 1. Adanya kebijakan di bidang lingkungan hidup 2. Adanya sasaran dan target dalam minimisasi limbah 3. Adanya rencana pengembangan proses produksi dan teknologi dalam rangka minimisasi limbah 4. Adanya rencana alokasi sumber daya perusahaan untuk kegiatan minimisasi limbah 5. Adanya dukungan finansial dari perusahaan untuk mendanai upaya-upaya minimisasi limbah Kebijakan Operasional 6. Adanya kebebasan bagi karyawan dalam penggunaan waktu untuk kegiatan inovatif. 7. Adanya kebebasan bagi karyawan dalam penggunaan bahan dan peralatan untuk kegiatan inovatif dalam rangka minimisasi limbah. 8. Adanya kebebasan bagi karyawan dalam penggunaan dana untuk kegiatan inovatif dalam rangka minimisasi limbah Sistem Mencakup prosedur/proses; dapat terdiri dari sistem informasi, proses manufaktur, penganggaran, atau proses pengendalian Sistem Informasi dan Pengendalian 9. Adanya mekanisme evaluasi penggunaan bahan kimia dan energi 10. Adanya mekanisme evaluasi penggunaan bahan baku dan air 11. Adanya mekanisme evaluasi penggunaan penanganan limbah dan minimisasi limbah 12. Ketersediaan informasi teknik-teknik dan teknologi minimisasi limbah 13. Ketersediaan bantuan teknis untuk program minimisasi limbah. Sistem Imbalan 14. Adanya penghargaan terhadap karyawan yang memberikan ide-ide kreatif 15. Adanya imbalan finansial bagi karyawan yang berhasil mengajukan ide-ide kreatif

12 63 Tabel 12 Lanjutan Elemen Deskripsi Konstruk Variabel Operasional Struktur Meliputi struktur organisasi serta hubungan wewenang dan tanggung jawab Struktur Organisasi Hubungan Antar Unit 16. Adanya unit yang khusus menangani kegiatan pengelolaan lingkungan hidup 17. Adanya kerjasama yang baik antar bagian di perusahaan untuk mendukung upaya-upaya minimisasi limbah 18. Adanya kemudahan dalam komunikasi antara atasan dan bawahan 19. Adanya kemudahan untuk berhubungan dengan atasan bagi tim pengelola lingkungan Wewenang dan Tanggung Jawab 20. Adanya kejelasam wewenang dan tanggung jawab yang dimiliki oleh tim yang khusus menangani kegiatan pengelolaan lingkungan 21. Adanya mekanisme pelaporan dan pertanggungjawaban yang jelas dari tim pengelola lingkungan Style Menggambarkan perilaku manajemen dan cara organisasi mencapai tujuannya Gaya Kepemimpinan 22. Adanya komitmen yang jelas dari manajemen mengenai arah dan tujuan perusahaan yang diketahui pula oleh semua personil perusahaan 23. Dukungan dan dorongan manajemen puncak bagi karyawan untuk memberikan usulan-usulan dalam rangka minimisasi limbah 24. Kecenderungan pimpinan memotivasi karyawan untuk mengenali dan membetulkan kegiatan yang boros. 25. Kecenderungan pimpinan untuk mendorong karyawan menggunakan kembali energi dan limbah yang terbuang 26. Dorongan bagi karyawan agar lebih bertanggung jawab terhadap efisiensi dan pencemaran. 27. Adanya sikap manajemen yang lebih berorientasi pada pekerja daripada tugas. Gaya Komunikasi 28. Adanya kebebasan bagi setiap karyawan untuk bertanya dan memberikan kritik. 29. Adanya pertemuan-pertemuan informal yang memungkinkan karyawan mengemukakan ide-ide pengembangan kinerja lingkungan perusahaan. 30. Adanya komunikasi yang baik antara perusahaan dan masyarakat lingkungan perusahaan Staff dan Skills Mencakup personil organisasi dengan kemampuan yang dimilikinya serta hubungan sosial mereka dengan kultur organisasi Personil organisasi 31. Adanya tingkat pendidikan dan keterampilan yang memadai dari karyawan produksi dan tim pengelola lingkungan. 32. Kesediaan sumber daya manusia dalam menerima dan menerapkan upaya minimisasi limbah 33. Keterlibatan karyawan produksi dalam mendukung program minimisasi limbah 34. Kecenderungan karyawan terhadap tugas-tugas dan tantangan-tantangan baru 35. Adanya upaya untuk meningkatkan kemampuan pekerja dalam rangka peningkatan efisiensi produksi dan pengurangan pencemaran Penempatan staf 36. Tim yang bertanggung jawab dalam hal pengelolaan lingkungan yang memiliki banyak gagasan 37. Tim yang bertanggung jawab dalam pengelolaan lingkungan terdiri dari orang-orang yang memiliki kemampuan teknis yang baik

13 64 Tabel 12 Lanjutan Elemen Deskripsi Konstruk Variabel Operasional Shared Values Merupakan nilainilai yang dianut oleh anggota organisasi Keyakinankeyakinan dasar anggota organisasi perusahaan 38. Rasa kebanggaan terhadap apa yang telah dicapai perusahaannya yang dapat menimbulkan loyalitas serta tanggung jawab terhadap perusahaan 39. Rasa kebersamaan untuk memajukan perusahaan. 40. Adanya tanggung jawab pelestarian lingkungan 41. Adanya pemahaman tentang manfaat ekonomi dari program minimisasi limbah 42. Adanya pemahaman tentang manfaat lingkungan dari program minimisasi limbah 43. Keyakinan perlunya kinerja lingkungan yang baik untuk mendukung kelangsungan perusahaan Keyakinankeyakinan mengenai dinamika yang terjadi di luar organisasi 44. Adanya persyaratan label lingkungan bagi produk perusahaan 45. Adanya kepedulian dari konsumen terhadap produk yang ramah lingkungan 46. Adanya keluhan masyarakat terhadap kegiatan perusahaan yang mencemari lingkungan 47. Adanya tuntutan masyarakat agar perusahaan lebih peduli lingkungan hidup. 48. Peraturan pemerintah untuk industri pulp dan kertas. 49. Adanya kecenderungan penerapan program minimisasi limbah sebagai antisipasi peraturanperaturan pemerintah dalam bidang lingkungan 50. Konsistensi pelaksanaan peraturan-peraturan lingungan Upaya Produksi Bersih Mencerminkan kecepatan dan kemampuan perusahaan dalam menerima dan menerapkan konsep produksi bersih sebagai strategi pengelolan lingkungan Tingkat pemahaman konsep produksi bersih Tingkat konservasi air dan energi Tingkat penggunaan teknologi baru dalam minimisasi limbah Tingkat pencemaran lingkungan 51. Sejauh mana usulan kegiatan minimisasi limbah diterima perusahaan untuk dilaksanakan 52. Sejauh mana prinsip-prinsip produksi bersih menjadi prioritas bagi perusahaan 53. Sejauh mana penggunaan teknologi baru yang mendukung upaya penerapan produksi bersih dilakukan 54. Sejauh mana perusahaan mencemari lingkungan 55. Sejauh mana kegiatan perbaikan proses produksi dan prosedur/tata kerja yang inovatif dilakukan Tingkat pengembangan proses produksi, teknologi, dan prosedur kerja Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner dan rekomendasi Analisis Prospektif, selanjutnya diinventarisasi mengenai kebutuhan pengguna (stakeholder) serta kepentingannya dalam proses audit produksi bersih. 2) Formulasi permasalahan, identifikasi sistem dan disain konseptual model Berbagai masalah dan konflik kepentingan dalam penerapan sistem produksi bersih perlu dikaji secara sistematis dan ditelusuri keterkaitannya agar diperoleh pola

14 65 keterkaitan dari variabel-variabel terukur yang mencerminkan hubungan sebab akibat. Variabel-variabel tersebut diposisisikan sebagai variabel input yang mencerminkan masukan-masukan yang mempengaruhi sistem dan variabel output yang mencerminkan luaran atau produk sistem audit produksi bersih dalam bentuk diagram lingkar sebab akibat. 3) Tahap Rekayasa Sistem Penunjang Manajemen Produksi Bersih (SIMProsih CR ) Tahap terakhir adalah merekayasa perangkat lunak SIMProsih CR bagi industri karet remah. Model-model dan data-data pendukung yang diperlukan dalam proses audit produksi bersih dipadukan dengan format dialog antar pengguna dalam satu paket program komputer yang dirancang dapat diinstal dalam jaringan komputer, sehingga program tersebut mudah diakses oleh pengguna. Sebelum diaplikasikan, perangkat lunak diverifikasi pada masing-masing pengguna untuk mengetahui apakah telah memenuhi kebutuhan atau perlu dimodifikasi

REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH. Konfigurasi Model

REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH. Konfigurasi Model 97 REKAYASA SISTEM PENUNJANG MANAJEMEN PRODUKSI BERSIH AGROINDUSTRI KARET REMAH Konfigurasi Model Model untuk sistem penunjang manajemen produksi bersih agroindustri karet remah dirancang dalam satu paket

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Karet alam termasuk salah satu komoditi strategis agroindustri di Indonesia karena memberikan peranan yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara dari sub-sektor perkebunan

Lebih terperinci

Tujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Tujuan, jenis dan cara pengumpulan data, metode analisis, dan output yang diharapkan. Jenis dan Cara Pengumpulan Data III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada pada kawasan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) IV (Persero) Propinsi Sumatera Utara. PTPN IV bergerak di bidang usaha perkebunan dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Industri karet remah di Indonesia sebagian besar merupakan industri yang melibatkan petani karet sebagai penghasil bahan baku berupa bokar dan pabrik karet sebagai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Penelitian ini dilakukan berdasarkan pendekatan ilmiah dengan kerangka berfikir logis. Pemodelan sistem kelembagaan pasokan bahan baku agroindustri

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PELAKSANAAN PROGRAM PEMANTAUAN LINGKUNGAN H M M C J WIRTJES IV ( YANCE ) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara A. Dasar Pemikiran Sejak satu dasawarsa terakhir masyarakat semakin

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 66 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pemberdayaan masyarakat perdesaan dalam klaster agroindustri minyak atsiri dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A. KERANGKA PEMIKIRAN Peningkatan luas lahan perkebunan kelapa sawit telah mampu meningkatkan kuantitas produksi minyak sawit mentah dan minyak inti sawit dan menempatkan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 65 3. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan

Lebih terperinci

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PENGARUH METODE EVALUASI PENAWARAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH TERHADAP HASIL PEKERJAAN DENGAN PENDEKATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS ( Studi Kasus di Pemerintah Kabupaten Temanggung ) RINGKASAN

Lebih terperinci

Sumber: ISO Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996)

Sumber: ISO Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996) Sumber: ISO 14001 Environmental Management System Self-Assesment Checklist, GEMI (1996) DAFTAR ISI Pengantar Prinsip-Prinsip Standar ISO 14001 Cara Menggunakan Cheklist Interpretasi Penilaian Standar ISO

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Penelitian perancangan model pengukuran kinerja pada sistem klaster agroindustri hasil laut di Indonesia ini dilakukan berdasarkan sebuah kerangka berpikir logis. Gambaran kerangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-42/MENLH/11 /94 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-42/MENLH/11 /94 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP-42/MENLH/11 /94 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN AUDIT LINGKUNGAN, MENIMBANG : 1. bahwa setiap orang yang menjalankan suatu bidang

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN 42 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Pemerintah daerah Sumatera Barat dalam rangka desentralisasi dan otonomi daerah melakukan upaya memperbaiki perekonomian dengan menfokuskan pengembangan

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001

SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001 SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN MENURUT ISO 14001 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian tentang penerapan produksi bersih pada agroindustri nata de coco ini dilakukan dengan pendekatan penelitian kualitatif dan kuantitatif. Metode

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Industri Cilegon yang meliputi Anyer (perbatasan kota Cilegon-Kabupaten Serang), Merak, dan Cilegon, yang

Lebih terperinci

PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL

PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL PERBEDAAN AMDAL DAN ANDAL 1. Pengertian Untuk dapat mengetahui perbedaan antara Amdal dan Andal, maka kita dapat merujuk pada Pasal 5 ayat 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2012

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 67 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Kakao merupakan komoditas ekspor unggulan non-migas yang bernilai ekonomi tinggi dan tercatat sebagai penyumbang devisa bagi perekonomian nasional. Ekspor produk

Lebih terperinci

A. KERANGKA PEMIKIRAN

A. KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Agroindustri sutera alam terutama untuk produk turunannnya berupa kokon, benang sutera, dan kain merupakan suatu usaha yang menjanjikan. Walaupun iklim dan kondisi

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5

VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS. Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 VI. PEMODELAN SISTEM AGROINDUSTRI NENAS Formatted: Swedish (Sweden) Analisis sistem kemitraan agroindustri nenas yang disajikan dalam Bab 5 menunjukkan bahwa sistem kemitraan setara usaha agroindustri

Lebih terperinci

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001

Sistem Manajemen Lingkungan Menurut ISO 14001 Materi yang terdapat dalam halaman ini adalah materi yang disampaikan dalam Pelatihan Audit Lingkungan yang diadakan atas kerja sama antara Departemen Biologi FMIPA IPB bekerja sama dengan Bagian PKSDM

Lebih terperinci

PRINSIP 1: KOMITMEN DAN KEBIJAKAN PRINSIP 2: PERENCANAAN

PRINSIP 1: KOMITMEN DAN KEBIJAKAN PRINSIP 2: PERENCANAAN PRINSIP 1: KOMITMEN DAN KEBIJAKAN 4.2. Kebijakan Lingkungan Manajemen puncak harus menetapkan kebijakan lingkungan organisasi dan memastikan bahwa kebijakan tersebut: a) sesuai dengan skala dan karakteristik

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3.1.1 Misi dan Tujuan Organisasi Misi organisasi biasanya merupakan pernyataan dari manajemen puncak perusahaan, atau gambaran dari keseluruhan maksud organisasi.

Lebih terperinci

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU

-1- DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU -1- LAMPIRAN VII PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 27/PRT/M/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DOKUMEN STANDAR MANAJEMEN MUTU 1. Lingkup Sistem Manajemen

Lebih terperinci

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian

Gambar 3. Kerangka pemikiran kajian III. METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Kajian Usaha pengolahan pindang ikan dipengaruhi 2 (dua) faktor penting yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi aspek produksi, manajerial,

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. PENDEKATAN SISTEM

IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN B. PENDEKATAN SISTEM IV. METODOLOGI A. KERANGKA PEMIKIRAN Lele merupakan salah satu ikan air tawar yang sudah cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia. Banyak jenis maupun varietas yang ada dan dikembangbiakkan di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perjalanan otonomi daerah di Indonesia merupakan isu menarik untuk diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di kalangan birokrat, politisi,

Lebih terperinci

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN

BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN BAB V SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN I. Persiapan Penerapan a. Langkah-langkah penerapan SML; Tahap 1 : Pengembangan dan komitmen terhadap kebijakan lingkungan Tahap 2 : Perencanaan Aspek lingkungan dan dampak

Lebih terperinci

L A P O R A N K I N E R J A

L A P O R A N K I N E R J A L A P O R A N K I N E R J A 2 0 1 4 A s i s t e n D e p u t i B i d a n g P e m b e r d a y a a n M a s y a r a k a t Deputi Bidang Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabinet Republik Indonesia 2014 K a

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG KETENTUAN KESELAMATAN OPERASI REAKTOR NONDAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang :

Lebih terperinci

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT

AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT KMA 43026 AUDIT LINGKUNGAN RUMAH SAKIT Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. Definisi ISO 14000 Kepmenneg

Lebih terperinci

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani

V. PENDEKATAN SISTEM 5.1. Analisis Kebutuhan Pengguna 1.) Petani V. PENDEKATAN SISTEM Sistem merupakan kumpulan gugus atau elemen yang saling berinteraksi dan terorganisasi untuk mencapai suatu tujuan atau serangkaian tujuan. Pendekatan sistem merupakan metode pemecahan

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN 31 III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Minapolitan Kampung Lele Kabupaten Boyolali, tepatnya di Desa Tegalrejo, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali. Penelitian

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Manajer Energi Bidang Industri. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN 55 METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Membangun agroindustri yang tangguh dan berdaya saing tinggi seharusnya dimulai dengan membangun sistem jaringan rantai pasokan yang tangguh dan saling menguntungkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian dan pengembangan (Research and Development/R&D) melalui pendekatan sistem dinamis (dynamics system). Metode

Lebih terperinci

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI

FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI LEMBAGA SERTIFIKASI PROFESI AIR MINUM INDONESIA (LSP AMI) FORM APL-02 ASESMEN MANDIRI AHLI MANAJEMEN AIR MINUM TINGKAT UTAMA NAMA PESERTA NAMA ASESOR FR-APL-02 ASESMEN MANDIRI : CLUSTER AHLI MANAJEMEN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di restoran Mie Jogja Pak Karso dan Ayam Penyet Surabaya di jalan Padjajaran No. 28 B Bogor. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model

PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model PEMODELAN SISTEM Konfigurasi Model Rekayasa sistem kelembagaan penelusuran pasokan bahan baku agroindustri gelatin untuk menjamin mutu produk melibatkan berbagai pihak yang mempunyai kepentingan yang berbeda,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mutu terpadu (TQM) termasuk dalam kategori tinggi, dengan pencapaian tertinggi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mutu terpadu (TQM) termasuk dalam kategori tinggi, dengan pencapaian tertinggi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah melakukan proses analisis data sesuai dengan rumusan masalah, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut. 5.1 Kesimpulan 1. Secara keseluruhan, kinerja SMA di Provinsi

Lebih terperinci

GUBERNUR SUMATERA BARAT

GUBERNUR SUMATERA BARAT GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 43 TAHUN 2017 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 76 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN 4.1. Objek Pengambilan Keputusan Dalam bidang manajemen operasi, fleksibilitas manufaktur telah ditetapkan sebagai sebuah prioritas daya saing utama dalam sistem

Lebih terperinci

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN

URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN No. URAIAN TUGAS DAN FUNGSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MADIUN 1 Kepala Dinas 2 Sekretaris Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengevaluasi penyelenggaraan program/kegiatan di bidang sesuai dengan ketentuan

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian

METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian IV. METODA PENELITIAN 4.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Komoditi sapi potong merupakan sumber daya lokal yang sangat potensial dikembangkan di Sumatera Barat. Pengembangan sapi potong di Sumatera

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN Penelitian pendahuluan telah dilakukan sejak tahun 2007 di pabrik gula baik yang konvensional maupun yang rafinasi serta tempat lain yang ada kaitannya dengan bidang penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri konstruksi dianggap sebagai industri yang memiliki tingkat fragmentasi tinggi. Terpecah-pecahnya suatu proyek konstruksi ke dalam beberapa paket pekerjaan

Lebih terperinci

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai

METODA PENELITIAN. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian. Mulai 45 METODA PENELITIAN Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Semakin ketatnya persaingan produk agroindustri pangan merupakan tantangan bagi industri dalam memenuhi harapan konsumen, oleh karena itu setiap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan yang akan diteliti. Penelitian yang akan dilakukan yaitu jenis

BAB III METODE PENELITIAN. permasalahan yang akan diteliti. Penelitian yang akan dilakukan yaitu jenis BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma sebuah penelitian menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria penulisan sebagai landasan untuk menjawab permasalahan

Lebih terperinci

Model Rencana Impelementasi Pengembangan SML-14001

Model Rencana Impelementasi Pengembangan SML-14001 Model Rencana Impelementasi Pengembangan SML-14001 ELEMEN ISO 14001 IMPLEMENTASI PENANGGUNG- 4.2. Kebijakan Lingkungan Mengevaluasi kebijakan SMM & SMK3 dan menyusun kebijakan lingkungan sesuai persyaratan

Lebih terperinci

BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL

BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL 71 BAB 5 RANCANG BANGUN MODEL 5.1 Konfigurasi Model Rancang bangun model peningkatan kinerja agroindustri kelapa sawit PBUMN dibangun dalam bentuk perangkat lunak dengan nama Pin-KK dengan tiga komponen

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.996, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN. Manajemen Risiko. Penyelenggaraan. PERATURAN KEPALA PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS TRANSAKSI KEUANGAN NOMOR

Lebih terperinci

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia KMA 43026 Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Prof. Drh. Wiku Adisasmito, M.Sc., Ph.D. United State Environmental Protection Agency DEFINISI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Proses pengembangan SDM Aparatur di dinas Provinsi Jawa Barat belum optimal, karena dari 4 fase yang harus dilakukan hanya fase mendiagnosa kebutuhan

Lebih terperinci

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta

Slide 1. Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Paparan Menteri Perindustrian pada acara TROPICAL LANDSCAPES SUMMIT: A GLOBAL INVESTMENT OPPORTUNITY 28 APRIL 2015, Shangri la Hotel Jakarta Slide 1 Pada pertemuan G-20 di Pittsburg tahun 2009, Pemerintah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teori strategi akhir-akhir ini menunjukkan bahwa sumber daya yang tak terlihat (intangible resources) seperti pengetahuan, keahlian, motivasi, budaya, teknologi, kompetensi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 49 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian Dalam penelitian ini dipelajari upaya-upaya agar agroindustri halal di Indonesia mampu bersaing secara global dan mampu memenuhi

Lebih terperinci

Sistem Pendukung Keputusan. Oleh: Ade Sarah H., M.Kom

Sistem Pendukung Keputusan. Oleh: Ade Sarah H., M.Kom Sistem Pendukung Keputusan Oleh: Ade Sarah H., M.Kom Topik Defenisi Sistem Defenisi Pembuatan Keputusan Tahap pembuatan keputusan Pendekatan untuk pembuatan keputusan Pengertian Sistem Pendukung Keputusan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 61 HASIL DAN PEMBAHASAN Sistem manajemen ahli model SPK agroindustri biodiesel berbasis kelapa sawit terdiri dari tiga komponen utama yaitu sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.327, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Menajer Energi Bidang Bangunan Gedung.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.327, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Menajer Energi Bidang Bangunan Gedung. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.327, 2010 KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Standar Kompetensi. Menajer Energi Bidang Bangunan Gedung. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK

Lebih terperinci

STANDAR INDUSTRI HIJAU

STANDAR INDUSTRI HIJAU Kementerian Perindustrian-Republik Indonesia Medan, 23 Februari 2017 OVERVIEW STANDAR INDUSTRI HIJAU Misi, Konsep dan Tujuan Pengembangan Industri Global Visi: Mengembangan Industri yang berkelanjutan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai

BAB V PENUTUP. Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Penelitian ini dilakukan pada PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero) Pontianak untuk merancang dan memperkenalkan balanced scorecard sebagai sistem manajemen strategik yang dapat

Lebih terperinci

DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3

DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3 DASAR HUKUM PENGELOLAAN LIMBAH B3 Oleh : Setiyono* Abstrak Berbagai jenis limbah industri B3 yang tidak memenuhi baku mutu yang dibuang langsung ke lingkungan merupakan sumber pencemaran dan perusakan

Lebih terperinci

BAB VI AUDIT LINGKUNGAN

BAB VI AUDIT LINGKUNGAN BAB VI AUDIT LINGKUNGAN DEFINISI (US EPA) Suatu pemeriksaan yang sistematis, terdokumentasi, periodic dan obyektif berdasarkan aturan yang tersedia terhadap fasilitas operasi dan praktek yang berkaitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri yang melibatkan berbagai aktivitas dan operasi bisnis telah memberikan dampak terhadap perubahan lingkungan. Dampak lingkungan yang ditimbulkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilakukan di Dapur Geulis yang merupakan salah satu restoran di Kota Bogor. Penelitian ini dimulai dengan melakukan identifikasi bauran pemasaran

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran

3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran 3 METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Perencanaan produksi sebagai suatu keputusan awal yang mempengaruhi aktifitas pada kegiatan lainnya memiliki peran penting untuk mengantisipasi terjadinya inefisiensi

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Audit Internal Audit ini meliputi semua departemen. Coordinator audit/ketua tim audit ditentukan oleh Manajemen Representative dan kemudian ketua tim audit menunjuk tim

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah pengertian dari perangkat lunak : Menurut Jogiyanto H.M (1992 : 420), perangkat lunak adalah program yang

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini adalah pengertian dari perangkat lunak : Menurut Jogiyanto H.M (1992 : 420), perangkat lunak adalah program yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Lunak Berikut ini adalah pengertian dari perangkat lunak : 2.1.1 Pengertian Perangkat Lunak Menurut Jogiyanto H.M (1992 : 420), perangkat lunak adalah program yang di

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN FASILITAS DAN KEGIATAN PEMANFAATAN TENAGA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Banyaknya perusahaan jasa pengiriman, menyebabkan persaingan diantara perusahaan tersebut semakin meningkat. Hal ini didasari semakin dibutuhkan jasa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 55 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di lima bandara di Indonesia, yaitu bandara Juanda di Surabaya, bandara Hasanuddin di Makasar, bandara Pattimura di Ambon,

Lebih terperinci

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008

Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2000 Checklist Audit Mutu ISO 9001:2008 :2008 4. 4.1 4.1 4.1 Sistem Manajemen Mutu Persyaratan Umum Apakah organisasi menetapkan dan mendokumentasikan sistem manajemen mutu

Lebih terperinci

yang disajikan dalam Bab IV, maka dirumuskan kesimpulan-kesimpulan

yang disajikan dalam Bab IV, maka dirumuskan kesimpulan-kesimpulan BABV KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Kesimpulan yang dirumuskan pada bagian ini didasarkan pada temuan-temuan data penelitian, yang pembahasannya disesuaikan dengan poin-poin pertanyaan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 25 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendahuluan Pada bab 3 akan dibahas mengenai metode dan strategi penelitian yang akan digunakan dalam menjawab permasalahan yang telah dijabarkan sebelumnya. Untuk menjawab

Lebih terperinci

c. Pembangunan sistem Berdasarkan analisa sistem yang telah dilakukan, dibuat rancangan/desain sistem yang selanjutnya diterjemahkan kedalam bentuk

c. Pembangunan sistem Berdasarkan analisa sistem yang telah dilakukan, dibuat rancangan/desain sistem yang selanjutnya diterjemahkan kedalam bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, tujuan sistem perencanaan pembangunan adalah untuk mendukung koordinasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subyek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah situs layanan pemesanan hotel dan tiket Traveloka dan subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 68 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB III METODE KAJIAN

BAB III METODE KAJIAN 47 BAB III METODE KAJIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Meningkatnya aktivitas perkotaan seiring dengan laju pertumbuhan ekonomi masyarakat yang kemudian diikuti dengan tingginya laju pertumbuhan penduduk akan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian Model Pemilihan Skema Kerjasama Pemerintah dan Swasta dalam Investasi Air Minum Menggunakan Proses Jaringan Analitis (ANP) ini merupakan penelitian yang bersifat

Lebih terperinci

Tantangan Dasar Desain Organisasi

Tantangan Dasar Desain Organisasi Modul ke: Tantangan Dasar Desain Organisasi Fakultas Pasca Sarjanan Dr. Ir. Sugiyono, Msi. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Source: Jones, G.R.2004. Organizational Theory, Design,

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017

- 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 - 1 - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PENERBITAN SERTIFIKAT PENERAPAN PROGRAM MANAJEMEN MUTU TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SISTEM MANAJEMEN AHLI

SISTEM MANAJEMEN AHLI 201 SISTEM MANAJEMEN AHLI Konfigurasi model Pengambilan keputusan dengan pendekatan sistem berbasis pengetahuan dikenal dengan istilah sistem manajemen ahli. (Eriyatno, 2009). Didalam sistem manajemen

Lebih terperinci

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BLITAR

Lebih terperinci

Uraian secara lengkap setiap aspek dan kriteria yang menjadi bahan. pertimbangan dalam penentuan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur

Uraian secara lengkap setiap aspek dan kriteria yang menjadi bahan. pertimbangan dalam penentuan teknologi pengolahan sampah di Jakarta Timur Keterangan Gambar 2 : K 1 = Penyerapan tenaga kerja K 2 = Potensi konflik dengan masyarakat rendah K 3 = Menumbuhkan lapangan usaha K 4 = Menumbuhkan sektor formal dan/atau informal K 5 = Penguatan peran

Lebih terperinci

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN

LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN LAMPIRAN I SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 14/SEOJK.03/2015 TENTANG PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI BAGI KONGLOMERASI KEUANGAN - 1 - PEDOMAN PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TERINTEGRASI Konglomerasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metodologi

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metodologi 24 BAB III METODOLOGI 3.1 Metodologi 3.1.1 Peralatan yang digunakan Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Form survei 2. Pulpen 3. Timer (jam) 4. Papan alat kertas 3.1.2 Persiapan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran

METODOLOGI PENELITIAN. Kerangka Pemikiran METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Sistem pasokan bahan baku dalam suatu agroindustri merupakan salah satu faktor yang penting untuk menjaga kelangsungan proses produksi. Sistem pasokan ini merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN

PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN PETUNJUK PELAKSANAAN KOMPETENSI LABORATORIUM LINGKUNGAN DEPUTI BIDANG PEMBINAAN SARANA TEKNIS DAN PENINGKATAN KAPASITAS KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP 2010 KATA PENGANTAR Perlindungan dan pengelolaan

Lebih terperinci

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan? Studi Kasus dalam merancang intervensi tingkat perusahaan mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

Lebih terperinci

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap)

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap) 7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO 9001 2015 (versi lengkap) diterjemahkan oleh: Syahu Sugian O Dokumen ini memperkenalkan tujuh Prinsip Manajemen Mutu. ISO 9000, ISO 9001, dan standar manajemen mutu terkait

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel.

Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 50 Tahun 2012) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Lampiran KUESIONER PENELITIAN (Berdasarkan PP 5 Tahun ) Nama : Alamat : Jabatan : Lama Bekerja : NO Isi pertanyaan Kel. Yang Pemenuhan Keterangan ditanya 3 Ya Tdk 4. PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN KOMITMEN..

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. penting dilakukan untuk menekan penggunaan energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor industri merupakan sektor yang berperan dalam meningkatkan pendapatan negara dalam hal menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Namun demikian

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Dasar Hukum 1.3 Tujuan 1.4 Sasaran 1.5 Ruang Lingkup 1.6 Pengertian dan Istilah BAB II JENIS DATA YANG DIKUMPULKAN 2.1 Data

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 20 3. METODOLOGI PENELITIAN Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan agroindustri udang merupakan hal yang sangat penting dalam siklus rantai komoditas udang. Pentingnya keberadaan agroindustri udang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Ismail et. al (2011) yang berjudul The Effect Of Transformational Leadership, Empowerment Toward

Lebih terperinci