IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Sejarah berdirinya PT X berawal dari ide beberapa mantan karyawan sebuah perusahaan mi instan terbesar di Indonesia, untuk membuat sebuah produk mi instan yang memiliki citra produk Islami. Berdasarkan nomor surat izin usaha perdagangan (SIUP) /9503- P/09-01/PB/96 tanggal 19 Januari 1996 PT X didirikan dan langsung meluncurkan produk mi instan baru dengan merek dagang X. Untuk mendukung kegiatan pengolahan produk mi instan baru tersebut, maka dua pabrik dibangun di Jawa Barat dan Jawa Timur. Masing-masing pabrik tersebut beroperasi pada bulan Januari Misi dan Tujuan Perusahaan PT X memiliki misi meningkatkan kesejahteraan konsumen kaum muslim dengan bina kerjasama melalui produk-produk konsumsi (consumer goods). Tiga tujuan yang ingin dicapai perusahaan adalah (1) memenuhi kebutuhan mi instan masyarakat Indonesia yang tumbuh persen per tahun, (2) memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat dan (3) mendapatkan perolehan laba bagi perusahaan. 4.2 Analisis Lingkungan Internal Menurut Kotler (1997), pengidentifikasian faktor internal dapat memberikan gambaran kondisi suatu perusahaan. Setidaknya ada dua bagian pada faktor internal perusahaan yang dapat menentukan posisi persaingan perusahaan, yaitu kekuatan dan kelemahan. Analisis faktor internal berfungsi memberikan gambaran mengenai kekuatan dan kelemahan, kemudian bagaimana perusahaan dapat menghindari ancaman yang berasal dari eksternal perusahaan dengan kekuatan yang dimiliki perusahaan dan kelemahan perusahaan dapat diminimalkan dengan melihat peluang yang terdapat pada faktor eksternal perusahaan.

2 37 Secara tradisional, aspek-aspek lingkungan internal perusahaan yang hendaknya diamati salah satunya dapat dilihat dari pendekatan fungsional. Pendekatan fungsional terdiri atas pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, Sumberdaya Manusia (SDM) dan Sistem Informasi Manajemen (SIM) Pemasaran Pangsa pasar (market share) terbesar produsen mi instan di Indonesia masih ditempati oleh Indofood sebesar 88 persen. Sisanya sebesar 12 persen diperebutkan oleh merek-merek mi instan lainnya termasuk oleh PT. X. Berdasarkan riset CIC pada tahun 2000, pangsa pasar PT X adalah sebesar 2,4 persen. Suatu perolehan yang sangat kecil bila dibandingkan dengan pangsa pasar Indofood. Adapun pesaing utama PT X selain Indofood adalah PT. ABC dan PT. Karunia Alam Segar (produsen Mi Sedaap) yang merupakan pendatang baru yang sangat potensial dalam industri mi instan. Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan pangsa pasar di tengah situasi persaingan yang semakin kompetitif, PT X melakukan berbagai usaha pemasaran yang cukup efektif. Usaha-usaha yang dilakukan adalah melakukan inovasi produk PT X dengan variasi rasa baru, yaitu rasa Kari Melayu dan Mi Goreng Abon. Selain Kari Melayu dan Abon, ada beberapa jenis variasi rasa produk PT X yang lainnya, yaitu produk PT X rasa ayam spesial dengan minyak bawang, produk PT X rasa kaldu ayam dengan bumbu kaldu, produk PT X rasa ayam bawang dengan minyak bawang, produk PT X rasa ayam bawang plus dengan sambal cabe asli, produk PT X rasa soto mi dengan minyak soto, produk PT X rasa soto mi plus dengan sambal cabe asli, produk PT X goreng reguler dengan kecap manis dan cabe, produk PT X goreng ala Jawa. Diferensiasi rasa merupakan kekuatan bagi produk PT X, karena berbagai rasa yang ditampilkan telah sesuai dengan keinginan dan selera konsumen, sehingga ketika semua variasi rasa tersebut diluncurkan mendapat sambutan yang hangat oleh para pelanggan. Untuk menghasilkan inovasi rasa baru, divisi Research and Development bekerjasama dengan

3 38 divisi Pemasaran memonitor terus-menerus perkembangan selera konsumen sehingga inovasi rasa yang dihasilkan benar-benar mewakili selera konsumen. Kekuatan perusahaan di bidang pemasaran yang berasal dari aspek produk adalah citra merek dagang yang digunakan. Dengan brand PT X, perusahaan telah berhasil menanamkan citra produk Islami yang halal pada konsumen. Respon konsumen terhadap produk PT X sangatlah positif, penjualan PT X walaupun berfluktuasi namun tetap menunjukkan trend yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Dengan mengutamakan mutu produk, perusahaan telah berhasil dalam mempertahankan mutu produk, sehingga produk PT X dalam hal rasa, kehigienisan dan kehalalan dikenal memiliki mutu yang cukup baik dan mampu bersaing di pasar. Mutu yang sangat baik dari produk PT X ini ditunjang oleh kinerja Quality Contol yang baik pula, dimana dalam hal ini pengendalian mutu produk PT X sudah meningkat ke Quality Assurance (QA). QA merupakan kontrol kualitas tidak hanya dilakukan oleh divisi produksi secara internal tapi juga dilakukan pengecekan ulang oleh divisi non produksi, dengan demikian diharapkan lebih ada kepastian bahwa kualitas produk sesuai dengan standar yang ditentukan. Hal tersebut menjadi komitmen perusahaan untuk memberikan nilai yang lebih bagi pelanggan dalam mengkonsumsi produk PT X. Perusahaan juga melakukan perubahan pada slogan produk PT X dari produk PT X "Mi Praktis" yang lebih menekankan pada kepraktisan penyajian menjadi produk PT X "Enak dan Halal" yang lebih menekankan pada cita rasa produk PT X yang dahsyat dan mantap serta enak dan halal untuk dikonsumsi oleh berbagai lapisan masyarakat. Sumber kekuatan lainnya berasal dari aspek harga, dimana penetapan harga sesuai dengan rataan harga di pasaran dan mutu produk yang ditawarkan. Ketika perusahaan memutuskan untuk memperluas segmen pasar ke segmen menengah ke atas yang lebih mementingkan mutu, perusahaan berani menetapkan harga yang cukup mahal untuk produk yang baru saja diluncurkan, yaitu Rp 1.000,- untuk produk PT X

4 39 Kari Melayu dan Rp 1.050,- untuk produk PT X Goreng Abon. Pertimbangan perusahaan menetapkan harga yang cukup mahal tersebut adalah karena mutu yang ditawarkan oleh X Kari Melayu dan Mi Goreng Abon lebih baik daripada jenis produk X sebelumnya. Akan tetapi pada kenyataannya peluncuran produk baru ini mendapatkan sambutan yang luas dari masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari data penjualan X Kari Melayu dan Goreng Abon yang semakin meningkat dan berhasil memenuhi target penjualan sebesar 9000 karton per minggu. Potongan harga dan bonus hadiah juga diberikan perusahaan kepada para pelanggan apabila membeli dalam jumlah tertentu. Walaupun demikian perusahaan tidak lepas dari tuntutan para pelanggan yang menginginkan harga yang lebih murah dengan mutu yang sama. Kekuatan perusahaan dalam aspek produksi adalah kemudahan dan ketersediaan bahan baku. Dengan tersedianya bahan baku baik yang impor maupun lokal dengan harga yang bersaing, membuktikan bahwa perusahaan dapat menjanjikan kontinuitas dalam memasok produk terutama produk yang sudah terlebih dahulu dipesan. Untuk ketersediaan produk X di pasar, perusahaan masih mengalami kendala, yaitu belum optimal dan belum meratanya jaringan distribusi perusahaan. Sehingga untuk tempat-tempat tertentu yang sulit terjangkau oleh perusahaan produk X terkadang tidak tersedia. Armada dan jaringan distribusi perusahaan juga masih belum optimal menjangkau pelosok-pelosok wilayah tanah air, maka penjualan produk X hanya terkonsentrasi di kota-kota besar di Pulau Jawa, Sumatera dan sedikit menjangkau Indonesia bagian timur. Dalam bidang promosi, perusahaan masih mengalami kesulitan. Promosi yang dilakukan oleh perusahaan masih terbatas, kurang intensif dan belum berkesinambungan. Hal ini berakibat langsung pada brand awareness dan brand loyalty masyarakat akan produk X masih lemah. Keterbatasan modal kerja (biaya) dan sumberdaya perusahaan merupakan penyebab utama dari masalah ini. Oleh karena itu, perusahaan harus benarbenar mencari cara yang paling jitu, efektif dan efisien dalam melakukan

5 40 kegiatan promosinya sehingga dapat mencapai target yang ditentukan sekaligus meminimumkan biaya. Saat ini kegiatan promosi yang dilakukan perusahaan meliputi iklan melalui media elektronik seperti televisi, radio, media cetak, poster, dan media luar ruang. Untuk promosi penjualan, alat yang digunakan antara lain demonstrasi yang disebut "icip-icip", bazar, demo masak, serta pemberian hadiah. Pemilihan segmen pasar (segmentation), penentuan target pasar (targeting) dan penentuan posisi pasar (positioning) perusahaan dirasakan masih belum fokus, efektif dan efisien serta belum jelas arahnya. Saat ini fokus dari segmen pasar yang ditetapkan perusahaan belum jelas. Sebelum memutuskan untuk bermain pada pasar menengah ke atas, produk X bergerak di pasar menengah dan menengah ke bawah. Kemudian sebelumnya fokus perusahaan adalah untuk pasar konsumen muslim, akan tetapi sekarang pasar X diperuntukkan bagi masyarakat dengan berbagai latar belakang sosial budaya dan agama, jadi terlihat bahwa fokus penjualan belum jelas arahnya. Dalam hal ini sebaiknya X memusatkan produk pada satu atau beberapa segmen pasar saja. Karena perusahaan tidak akan mampu untuk melayani pasar secara keseluruhan. Hal itu disebabkan karena kapasitas sarana usaha yang dimiliki tidak memungkinkan perusahaan untuk menjalankan tugas itu dan dirasakan tidak efisien untuk melayani pasar secara keseluruhan mengingat adanya keterbatasan dalam hal modal kerja perusahaan. Dengan strategi pemasaran seperti ini perusahaan akan mempunyai lebih banyak peluang untuk menyesuaikan manfaat produk, strategi harga, distribusi dan promosi penjualan pada kebutuhan dan keinginan pembeli potensial. Dengan demikian harapan perusahaan membina kesadaran dan kesetiaan konsumen terhadap produk dan merek dagang juga lebih besar. Saat ini strategi positioning produk X didasarkan pada harga dan mutu (price and quality positioning), yaitu positioning yang berusaha menciptakan kesan atau citra bermutu tinggi melalui harga tinggi.

6 41 Lokasi perusahaan dan pabrik yang strategis merupakan kekuatan bagi perusahaan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemilihan lokasi tersebut antara lain kemudahan dalam transportasi, komunikasi, kelancaran bahan baku dan mengurangi pengangguran di sekitar lokasi pabrik akibat penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan serta mendapatkan kondisi lingkungan yang baik karena jauh dari pencemaran polusi yang sangat dibutuhkan untuk pengolahan makanan yang mengutamakan kebersihan. Selain itu, lokasi pabrik merupakan daerah yang dianjurkan sebagai daerah pengembangan industri sehingga diharapkan dapat mengangkat kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat setempat Keuangan dan Akuntansi Modal merupakan bagian terpenting dalam suatu usaha. Modal perusahaan PT X berasal dari kredit pinjaman Bank dan dari para pemegang saham, yaitu PT MD sebesar 80 persen dan lainnya sebesar 20 persen. Adapun kondisi keuangan perusahaan secara garis besar masih dikatakan baik walaupun lima tahun terakhir mengalami penurunan penjualan produk PT X. Akan tetapi penurunan penjualan ini dapat diimbangi dengan penjualan produk PT X Kari Melayu dan Mi Goreng Abon yang menunjukkan grafik yang semakin meningkat dari semenjak diluncurkan hingga sekarang. Kemampuan perusahaan untuk memupuk modal dalam jangka pendek dan jangka panjang sebenarnya cukup baik, tetapi karena fluktuatifnya perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar yang berpengaruh langsung terhadap biaya produksi perusahaan karena pasokan bahan baku sebagian besar adalah impor, mengakibatkan sulit bagi perusahaan untuk memupuk modal jangka pendek kecuali untuk jangka panjang. Kondisi ini dapat dimengerti oleh para pemegang saham sehingga hubungan baik dapat terus terjalin. Dalam pengembangan kapasitas produksi dan menjalani kegiatan operasionalnya, perusahaan walaupun sudah mampu mencetak laba tetapi ada keterbatasan modal kerja, sehingga selain menggunakan modal sendiri,

7 42 perusahaan juga menggunakan modal pinjaman dari bank. Dalam hal pengelolaan keuangan dan modal, perusahaan sudah ditunjang dengan sistem akunting yang cukup baik untuk membantu kelancaran kegiatan usaha Operasi dan produksi Proses produksi mi instan X yang dilengkapi dengan minyak/pasta dan bumbu bubuk, terdiri dari tiga alur proses produksi yaitu (1) alur proses produksi mi (noodle), (2) alur proses produksi bumbu minyak/pasta, dan (3) alur proses produksi bumbu bubuk. Untuk proses produksi mi melalui tujuh tahapan, yaitu (1) proses pencampuran, (2) proses pembuatan lembaran, (3) proses penyetiman, (4) proses pemotongan (5) proses penggorengan, (6) proses pendinginan dan (7) proses pengemasan. Proses produksi bumbu minyak/pasta meliputi lima tahapan. Kelima tahapan tersebut adalah (1) Proses panghalusan (Grinding), (2) Proses penggorengan (Frying), (3) Proses pencampuran (Mixing), (4) Proses pendinginan (Cooling) dan (5) Proses pengemasan (Packing). Proses produksi bumbu bubuk meliputi tiga tahapan. Ketiga tahapan tersebut adalah (1) Proses penghalusan (Grinding), (2) Proses pencampuran (Mixing) dan (3) Proses pengemasan (Packing). Pengadaan bahan baku untuk produksi sudah dapat dikoordinasi dengan baik karena adanya jalinan hubungan yang baik dengan para pemasok dalam dan luar negeri sehingga proses produksi dapat berjalan dengan baik dan lancar sesuai jadwal. Bahan baku yang diimpor adalah tepung terigu dan bahan baku untuk bumbu bubuk. Untuk tepung terigu perusahaan mengimpor dari Australia, sedangkan dari dalam negeri perusahaan membeli dari PT. BDI di Sulawesi Selatan yang menjual tepung terigu dengan harga yang lebih murah dan mutu yang hampir sama. Kapasitas Pabrik PT X di Jawa Barat adalah 500 ribu karton per bulan, dimana satu karton sama dengan 40 bungkus mi instan. Untuk memenuhi permintaan pasar yang cenderung meningkat, perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan jumlah produksi mi instan dalam kapasitas yang cukup besar yang dimiliki oleh perusahaan. Dan bila perusahaan tidak

8 43 mampu memenuhi jumlah permintaan karena keterbatasan kapasitas, maka pabrik perusahaan mengadakan perjanjian makloon dengan pabrik di Sumatera Utara dan Jawa Timur untuk bekerjasama dengan perusahaan membantu memproduksi mi instan produk PT X untuk dapat memenuhi permintaan pasar. Banyaknya produksi yang dihasilkan tergantung dari jumlah pesanan yang diterima oleh perusahaan, dalam hal ini produksi perusahaan berdasarkan confirm weekly order (CWO). Artinya bahwa pesanan akan diterima oleh pihak pemesan dalam waktu satu minggu setelah pemesanan dilakukan. Pengendalian mutu atas produksi mi instan produk PT X sudah berjalan cukup baik. Hal ini terbukti dengan adanya laboratorium yang menganalisa mutu mi instan yang telah dihasilkan Sumberdaya Manusia (SDM) Saat ini PT X memiliki 350 orang karyawan pabrik dan 30 orang karyawan kantor pusat saat ini. Komposisi jenis kelamin terdiri dari 55 persen laki-laki dan 45 persen wanita. Untuk tingkat Direktur dan Kepala Divisi, jenjang pendidikan minimal adalah lulusan Sarjana (S1). Untuk buruh pabrik sebagian besar adalah lulusan SMA, SMP dan SD yang memiliki keterampilan yang baik dan dapat menyesuaikan diri dengan cara kerja yang ditetapkan perusahaan. Kesadaran tentang perlunya SDM yang bermutu, program pengembangan SDM dilakukan perusahaan dengan cukup baik. Hal ini dibuktikan dengan adanya sistem pelatihan bagi karyawan baru dan adanya pengawasan profesional oleh tenaga-tenaga ahli yang berpengalaman dalam setiap proses produksinya. Selain itu perusahaan juga mengikutsertakan stafnya pada kegiatan pelatihan, seminar, dan lokakarya yang diselenggarakan oleh pihak luar, terutama yang diselenggarakan oleh Departemen Tenaga Kerja maupun instansi terkait. PT X memperhatikan kesejahteraan karyawannya, diantaranya adalah dengan penetapan gaji atau upah yang terus disesuaikan atau memperhatikan UMR (upah minimum regional). Sistem pembayaran upah

9 44 atau gaji karyawan adalah setiap akhir bulan. Bagi karyawan juga diberikan tunjangan-tunjangan seperti Jamsostek, perawatan kesehatan yang berkaitan dengan kecelakaan kerja, makan, transport, dan tunjangan lainnya. Selain itu juga untuk hari-hari besar atau hari raya, perusahaan memberikan hadiah atau bonus kepada karyawan. Perusahaan mengharapkan dengan adanya fasilitas yang diberikan dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawan dan loyalitasnya terhadap perusahaan. Komunikasi yang diterapkan perusahaan adalah komunikasi horisontal dan vertikal. Jumlah waktu kerja bagi karyawan PT X sekitar 7 jam dari mulai pukul dari Senin sampai Jum'at dengan waktu istirahat 1 jam. karyawan pabrik bekerja dalam dua shift kerja, yaitu shift pertama pukul dan shift kedua pukul dengan waktu lembur maksimal kurang lebih 23 jam dalam dua shift Sistem Informasi Manajemen (SIM) Alat-alat informasi yang dimiliki oleh PT X adalah telepon, mesin fax, perangkat komputer. Dalam kegiatan operasionalnya sebagian besar sudah didukung oleh sistem informasi manajemen yang berbasis komputer. Namun demikian, dalam sistem informasi manajemen menjadi kelemahan perusahaan. Kegiatan operasional penjualan dengan distributor utama serta dengan agen-agen yang ada dilakukan melalui telepon dan mesin faximile dan kegiatan transaksi ini sudah berjalan dengan lancar dan kontinyu. Perusahaan juga mengadopsi teknologi internet untuk memantau perkembangan industri mi instan dan pesaing yang ada dalam industri ini setiap saat. 4.3 Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan Kekuatan Kekuatan perusahaan di bidang pemasaran adalah diferensiasi rasa mi instan yang sangat inovatif dan sesuai dengan keinginan dan selera

10 45 konsumen. Untuk menghasilkan inovasi rasa baru, divisi Research and Development bekerjasama dengan divisi Pemasaran memonitor terus menerus perkembangan selera konsumen sehingga inovasi rasa yang dihasilkan benar-benar mewakili selera konsumen. Kekuatan perusahaan di bidang pemasaran yang berasal dari aspek produk adalah citra merek dagang yang digunakan. Dengan brand produk PT X, perusahaan telah berhasil menanamkan citra produk islami yang halal pada konsumen. Dengan mengutamakan mutu produk, perusahaan telah berhasil dalam mempertahankan mutu produk, sehingga produk PT X dalam hal rasa, kehigienisan dan kehalalan dikenal memiliki mutu yang cukup baik dan mampu bersaing di pasar. Sumber kekuatan lainnya berasal penetapan harga yang bersaing, dimana penetapan harga yang dilakukan oleh perusahaan selalu disesuaikan dengan rata-rata harga di pasaran dan mutu (value) produk yang akan diberikan kepada konsumen. Kekuatan perusahaan dalam aspek distribusi adalah kemudahan dan ketersediaan bahan baku. Aksesibilitas bahan baku yang baik didukung oleh jalinan hubungan kerjasama yang sangat baik antara perusahaan dengan beberapa pemasok baik dalam maupun luar negeri. Dengan tersedianya bahan baku baik yang impor maupun lokal dengan harga yang bersaing, membuktikan bahwa perusahaan dapat menjanjikan kontinuitas dalam memasok produk terutama produk yang sudah terlebih dahulu dipesan. Lokasi perusahaan dan pabrik yang strategis merupakan kekuatan bagi perusahaan. Keuntungan yang dapat diperoleh dari pemilihan lokasi tersebut antara lain kemudahan dalam transportasi, komunikasi, kelancaran bahan baku dan mengurangi pengangguran di sekitar lokasi pabrik akibat penyerapan tenaga kerja oleh perusahaan dan mendapatkan kondisi lingkungan yang baik karena jauh dari pencemaran polusi Kelemahan Untuk ketersediaan produk (product availability) X di pasar, perusahaan masih mengalami kendala, yaitu masih lemah dan belum

11 46 optimalnya fungsi jaringan distribusi perusahaan dalam mendistribusikan produk X ke pasar sasaran. Hal ini disebabkan karena adanya keterbatasan dana dan sumberdaya (armada distribusi) perusahaan. Sehingga saat ini jaringan distribusi perusahaan belum merata menjangkau berbagai lapisan pedagang, terutama belum dapat menerobos dan eksis di pasar-pasar tradisional pada seluruh daerah pemasaran produk X. Oleh karena itu, untuk daerah-daerah yang tidak terjangkau jaringan distribusi perusahaan, produk X akan sulit ditemukan. Promosi yang dilakukan oleh perusahaan masih terbatas, kurang intensif dan belum berkesinambungan. Hal ini berakibat langsung pada brand awareness dan brand loyalty masyarakat akan produk X masih lemah. Pemilihan segmen pasar, penentuan target pasar dan posisi pasar perusahaan dirasakan masih belum fokus sehingga perusahaan belum memiliki arah yang jelas. Kelemahan lain adalah adanya keterbatasan modal kerja (biaya) dan sumberdaya perusahaan, sehingga perusahaan memilih kegiatan promosi yang efektif dan efisien serta dapat mencapai target yang ditentukan dan meminimumkan biaya. Saat ini produk X terlihat masuk hampir di setiap segmen pasar yang ada dan tidak terfokus atau terspesialisasi pada satu atau beberapa segmen pasar saja. Hal ini penting bagi perusahaan karena perusahaan tidak akan mampu untuk melayani pasar secara keseluruhan. Selain itu, kapasitas sarana usaha yang dimiliki tidak memungkinkan perusahaan untuk menjalankan tugas tersebut dan dirasakan tidak efisien untuk melayani pasar secara keseluruhan mengingat adanya keterbatasan dalam hal modal kerja perusahaan. Oleh karena itu, dapat diidentifikasi kekuatan dan kelemahan yang dihadapi perusahaan dapat dilihat pada Tabel Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal bertujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kecenderungan-kecenderungan dan kejadian-kejadian yang berada di luar kontrol suatu perusahaan. Analisis lingkungan eksternal berfokus pada

12 47 penentuan faktor-faktor kunci yang menjadi ancaman dan peluang bagi perusahaan, sehingga memudahkan manajemen perusahaan untuk menentukan strategi-strategi dalam meraih peluang dan menghindari ancaman. Analisis lingkungan eksternal dilakukan dengan menggunakan alat analisis PEST (Politik, Ekonomi, Sosial-Budaya dan Teknologi) serta analisis Persaingan Industri dengan menggunakan model Lima Kekuatan Bersaing Porter. Tabel 15. Identifikasi Kekuatan dan Kelemahan PT. X Faktor Kekuatan 1. Internal Pemasaran a. Citra merek baik b. Diferensiasi rasa mi instan inovatif c. Penetapan harga yang bersaing 2. Produksi d. Mutu produk terjamin e. Aksesibilitas bahan baku baik f. Lokasi perusahaan strategis Kelemahan a. Kegiatan promosi kurang intensif dan berkesinambungan. b. Brand awareness dan Brand loyalty terhadap merek produk PT X masih lemah c. Jaringan distribusi belum optimal d. Segmentasi, target dan posisi pasar produk PT X belum fokus dan jelas e. Ketersediaan produk di pasar belum optimal 3. Keuangan f. Keterbatasan modal kerja Politik Arah dan stabilitas faktor politik dan hukum merupakan pertimbangan utama bagi para manajer perusahaan dalam memformulasikan strategi yang diterapkan. Faktor politik dan hukum mendefinisikan parameter-parameter hukum dan bagaiman peraturan perusahaan harus beroperasi. Kendala-kendala politik diberlakukan

13 48 terhadap perusahaan melalui keputusan perdagangan yang wajar, program perpajakan, penentuan upah minimum, kebijakan polusi dan harga serta banyak tindakan lain yang bertujuan untuk melindungi karyawan, konsumen, masyarakat umum dan lingkungan, tetapi beberapa tindakan politik dan hukum juga didisain untuk memberikan manfaat dan melindungi perusahaan seperti hak paten, subsidi pemerintah dan lain sebagainya. Kehidupan politik dan keamanan Indonesia saat ini sedang dihadapkan pada kondisi yang tidak stabil. Tingginya ketidakpastian hukum serta persaingan diantara para elit politik yang memanas menimbulkan kekhawatiran dunia usaha, khususnya para investor yang ingin menanamkan modalnya di Indonesia. Ketidakseriusan pemerintah dalam menangani berbagai konflik di Indonesia menimbulkan keraguan pada benak kalangan dunia usaha terhadap keamanan investor dalam melaksanakan kegiatan usahanya di Indonesia. Bagi Industri mi instan hal ini merupakan ancaman, karena keadaan ini akan mempersulit distribusi pasokan mi instan ke wilayah tersebut sehingga penjualan mi instan di wilayah tersebut dapat berkurang. Sejak tahun 1997, kebijakan pemerintah tentang liberalisasi serta deregulasi industri tepung terigu telah dimulai. Hambatan masuk ke Industri ini telah dicabut untuk memberikan kesempatan bagi importir umum untuk mengimpor gandum dan terigu secara langsung. Sebagai ilustrasi, tarif telah diturunkan menjadi 10 persen dan turun menjadi 5 persen pada tahun 2003, dengan diberlakukannya kebijakan pemerintah ini maka perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam industri pengolahan tepung terigu khususnya mi instan bebas membeli tepung terigu impor seperti dari Australia, Uni Eropa, Perserikatan Emirat Arab sebagai bahan baku produksinya yang harganya lebih murah namun memiliki kualitas yang sama. Untuk menjamin semua produk makanan dan minuman aman dan halal untuk dikonsumsi oleh masyarakat luas terutama agar bisa diterima oleh masyarakat muslim maka pemerintah bekerjasama dengan MUI

14 49 mengeluarkan kebijakan tentang sertiflkasi halal. Untuk itu perusahaanperusahaan yang memproduksi makanan dan minuman wajib mendaftarkan produknya ke MUI untuk diuji tingkat kehalalannya. Adapun pengujian dilakukan terhadap jenis dan asal bahan baku, komposisi bahan-bahan yang terkandung dalam produk serta keseluruhan proses produksi beserta penggunaan seluruh alat-alat untuk kepentingan produksi produk makanan dan minuman tersebut. Untuk industri mi instan sendiri, kebijakan ini digunakan salah satunya untuk mengatasi isu mengenai penggunaan lemak babi dalam komposisi bumbu mi instan, dengan demikian konsumen akan lebih aman dan percaya untuk mengkonsumsi produk mi instan tersebut. Perusahaan yang telah lulus dalam uji kehalalan produknya akan mendapatkan sertiflkasi halal dari MUI dan berhak untuk mencantumkan label halal pada merek produknya. Selain mengeluarkan kebijakan mengenai sertiflkasi halal, untuk menjamin perlindungan terhadap hak-hak dan kewajiban konsumen serta pelaku usaha maka pemerintah mengeluarkan dan memberlakukan UU No. 8 Tahun 1999 mengenai perlindungan konsumen. Dikeluarkannya kebijakan pemerintah ini merupakan upaya pemerintah untuk menjamin perlindungan hak-hak konsumen terhadap upaya pelanggaran hak-hak konsumen oleh pelaku usaha dan sebaliknya. Adapun setiap perusahaan yang beroperasi di Indonesia harus mematuhi dan mentaati peraturan tersebut karena bila ada aturan-aturan yang dilanggar maka akan diberikan sanksi yang tegas berupa denda hingga hukuman penjara. Kebijakan pemerintah lainnya yang berkaitan dengan Industri mi instan yaitu dikeluarkannya peraturan Menteri Kesehatan RI No. 329/Menteri Kesehatan/XII/76. dalam peraturan ini disebutkan bahwa untuk memproduksi makanan dan minuman harus mendapat izin dari Menteri Kesehatan RI. Produk tersebut harus didaftarkan ke Departemen Kesehatan RI, setelah itu produk rexi dipasarkan. Maksud dari peraturan tersebut adalah bahwa produk tersebut telah memenuhi standar mutu atau

15 50 persyaratan yang ditetapkan oleh negara, tidak berbahaya atau mengganggu kesehatan manusia, hewan atau tumbuh-tumbuhan. Produk yang wajib didaftarkan adalah produk yang diproduksi, disimpan atau dipasarkan dengan merek dagang, nama dagang atau merek perusahaan, menggunakan wadah atau pembungkus, label serta mengalami proses produksi dalam perusahaan. Dalam hal ini PT. X selalu mendaftarkan produknya untuk mendapatkan legalitas dari pemerintah khususnya Departemen Kesehatan, sehingga masyarakat akan merasa aman untuk mengkonsumsi produk X Ekonomi Melalui lingkungan yang tidak pasti, ekonomi Indonesia terus memantapkan pemulihannya dari krisis ekonomi dan keuangan dunia. Seperti diperkirakan, pertumbuhan ekonomi pada tingkat moderat pada triwulan pertama tahun 2010, tetapi tetap berada di atas rata-rata prakrisis, dan tampaknya telah meningkat pada triwulan kedua. Pertumbuhan harga bertahan relatif sedang secara umum, mendukung daya belanja konsumen. Aliran keuangan internasional tetaplah besar tapi juga cepat berubah, memberi tantangan bagi pembuat kebijakan. Aliran besar lanjutan di bulan Maret dan April menjadi aktiva keuangan Indonesia yang likuid berbalik arah pada saat gejolak pasar keuangan global di bulan Mei. Tetapi pihak yang berwenang tampaknya telah mengelolanya dengan baik dan dampaknya terhadap pasar keuangan dalam negeri relative kecil. Ekonomi diperkirakan akan mengalami percepatan pertumbuhan secara bertahap hingga tahun 2011, sebagian besar karena permintaan dalam negeri. Gejolak yang baru terjadi dalam kondisi keuangan dunia dan ramalan ekonomi maju yang tidak pasti telah meningkatkan risiko turun jangka pendek terhadap perkiraan, sementara perkembangan politik dalam negeri tampaknya meningkatkan risiko jangka panjang bahwa pemerintah tidak mampu melaksanakan agenda reformasinya yang ambisius yang diperlukan untuk meningkat di atas 7 persen pada pertengahan dekade.

16 51 Sebagai ilustrasi, Pertumbuhan triwulanan di triwulan 1 yang moderat dibandingkan dengan kuatnya pertumbuhan di akhir tahun 2009, sedikit di atas perkiraan, menjadi 1,3 persen. Angka itu masih lebih kuat dari triwulan 1/2009, mengangkat tingkat pertumbuhan tahun ketahun menjadi 5,7 persen. Mitra-mitra perdagangan Indonesia pada umumnya menunjukkan pertumbuhan yang moderat setelah mengalami goncangan lebih besar pada pertengahan dan akhir tahun 2009 tetapi keseluruhan pertumbuhan pada umumnya lebih kuat dari perkiraan. Lemahnya kinerja pemerintah dalam pencairan anggaran belanja di triwulan 1 membantu menjelaskan terjadinya perlambatan Indonesia ekonomi akan bertumbuh sekitar ½ poin persentase lebih cepat pada triwulan tersebut jika pemerintah membelanjakan anggaran modalnya pada laju yang sama dengan tahun Investasi dalam peralatan dan permesinan mengimbangi sebagian perlambatan ini. Dan jeda pada pertumbuhan konsumsi swasta tampaknya hanya bersifat sementara dengan adanya percepatan ulang menuju pertengahan tahun Impor (terutama minyak refinary) juga lebih cepat dibanding ekspornya, mengecilkan surplus perdagangan, seperti telah diperkirakan sebelumnya. Secara keseluruhan, inflasi tetaplah moderat relatif dibandingkan dengan sejarah tingkat inflasi yang ada. Inflasi inti mencapai nilai terendah pada bulan Maret dan hanya diangkat oleh tingginya harga emas dunia pada bulan Mei, menjadi 3,8 persen. Harga bahan pangan, bergejolak dan menunjukkan pertumbuhan kuat yang tidak diperkirakan sebelumnya, berlawanan dengan semester kedua tahun 2009, meningkatkan headline inflasi menjadi 4,3 persen di bulan Mei. Seperti biasa, peningkatan tersebut memiliki dampak yang lebih besar terhadap biaya hidup keluarga miskin, meningkatkan tingkat inflasi mereka menjadi 5,9 persen. Inflasi Indonesia meningkat lebih sedikit dibandingkan dengan inflasi negara-negara tetangga sejak pertengahan tahun Sebagian disebabkan oleh pengaturan harga energi Indonesia, yang membuat harga konsumen Indonesia tidak terpengaruhi oleh pemulihan harga energi dunia

17 52 pada awal tahun 2009 dan sebagian lagi disebabkan karena pemulihan nilai tukar, dan dalam keseimbangan, kondisi pasokan dalam negeri yang menguntungkan dan melemahnya pertumbuhan moneter. Semakin membaiknya kondisi perekonomian Indonesia memberikan dampak yang positif bagi perkembangan ekspor dan impor mi instan. Sebagai ilustrasi, tingkat pertumbuhan ekspor mi instan Indonesia dari tahun 1995 sampai tahun 2001 rata-rata meningkat 101,9 persen. Kondisi ini diproyeksikan akan terus mengalami kenaikan dengan nilai yang berfluktuasi. Sementara dari sisi impor mi instan Indonesia juga mengalami peningkatan pertumbuhan dengan rata-rata sebesar 108,2 persen (CIC, 2002). Kondisi ini merupakan peluang bagi para PT X untuk mengembangkan pasar ekspornya. Dunia kini menghadapi era baru yang ditandai dengan kecenderungan globalisasi dunia sebagai akibat semakin banyaknya negara yang melaksanakan liberalisasi atau reformasi ekonomi yang ditunjang pula dengan majunya teknologi komunikasi dan transportasi. Globalisasi sendiri mengandung pengertian bahwa setiap negara, bahkan setiap bisnis dan perusahaan, menghadapi persaingan global, baik secara langsung maupun tidak langsung. Indonesia saat ini menghadapi era globalisasi yang berarti mengarah kepada perekonomian global dan perdagangan bebas. Jika kesepakatan ini telah belaku sepenuhnya maka manusia, barang, jasa, modal, teknologi dan informasi, yang menjadi faktor-faktor penentu dalam pembangunan industri dan perdagangan, dapat berpindah tanpa hambatan diantara negara-negara lainnya. Akibat lainnya adalah keterbukaan Indonesia terhadap barang-barang impor hasil pertanian dan industri pangan yang sejenis pada kondisi persaingan bebas tanpa subsidi dan terbuka pada investasi asing. Dalam era globalisasi ini, produksi dalam negeri dituntut untuk dapat berkompetisi baik dari segi penyediaan, harga, mutu dan segi pemasarannya. Kondisi ini harus didukung oleh peningkatan efisiensi dan produktivitas

18 53 kerja. Dengan demikian, peningkatan mutu sumberdaya manusia merupakan aspek penting yang harus diperhatikan. Sejalan dengan adanya perubahan tersebut, kerjasama multilateral dan regional semakin banyak dikembangkan guna mengantisipasi perkembangan yang sedang dan akan terjadi. Kerjasama yang ada antara lain AFTA (ASEAN Free Trade Area), yang menyepakati perjanjian mengenai CEPT (Common Effective Preferential Tariff) agar ASEAN dapat bersaing di pasar global. Hal ini dapat memberikan dampak positif berupa mengalirnya arus investasi asing, baik intra ASEAN maupun dari luar ASEAN dan mendorong industri-industri di kawasan ASEAN untuk menempuh orientasi pasar dan skala ekonomi yang lebih besar dan kegiatan produksi dan pemasarannya. Adanya globalisasi dan berbagai kerjasama regional dan multilateral lainnya membuka peluang bagi PT X untuk mengembangkan pasarnya ke luar negeri melalui ekspor Sosial dan budaya Pertumbuhan penduduk yang tinggi, pendapatan meningkat, serta pengetahuan akan gizi pada masyarakat yang semakin maju, menyebabkan pemenuhan kebutuhan pangan mulai berubah pada sebagian masyarakat. Perubahan ini antara lain sebagai variasi dalam menu sehari-hari baik dalam pengolahan produk untuk lebih menyesuaikan dengan kehidupan modern yang serba praktis Salah satu alternatif jenis makanan yang bisa digunakan adalah mi instan. Pada awalnya mi instan dianggap sebagai makanan selingan, tetapi dalam perkembangannya mi instan telah membudaya sebagai makanan alternatif pengganti nasi yang sangat digemari oleh masyarakat Indonesia. Mi instan banyak disukai karena tergolong jenis makanan yang praktis dan siap disajikan dalam waktu relatif singkat. Selain itu, mi instan cenderung memiliki harga yang relatif terjangkau dan terdistribusi luas, tidak hanya di supermarket dan toko-toko besar tetapi sudah menjangkau warungwarung kecil di dekat rumah-rumah penduduk, sehingga konsumen dapat dengan mudah membeli mi instan di berbagai tempat.

19 54 Untuk PT X, berdasarkan hasil riset konsumen pada penelitian terdahulu, banyak konsumen yang membeli produk X dikarenakan warna kemasannya yang berwarna hijau sertu citra Islami melekat didalamnya sehingga kehalalan produknya terjamin dan terpercaya. Selanjutnya sebagian besar keputusan pembelian produk X sangat dipengaruhi oleh keluarga khususnya ibu rumah tangga dan anak. Hubungan dengan masyarakat sekitar pabrik terjalin dengan baik terutama dalam hal penanganan limbah pabrik. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan pemerintah No. 23 tahun 1997 mengenai lingkungan hidup, pabrik perusahaan mengolah terlebih dahulu limbah yang akan dikeluarkan ke alam sehingga menjadi tidak berbahaya terhadap alam dan lingkungan sekitar. Hubungan baik dengan masyarakat sekitar pabrik ini memiliki dampak yang baik bagi perusahaan terutama dalam hal perekrutan karyawan pabrik, karena lebih dari separuh karyawan pabrik direkrut dari masyarakat sekitar pabrik yang memenuhi standar dan mutu karyawan PT X. Terjadi perbaikan indeks situasi sekarang (ISS) yang naik dari 78,3 ke posisi tertinggi dalam sejarah survei di level 80,5 perbaikan tersebut dilatarbelakangi semakin kuatnya kepercayaan konsumen terhadap pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung di tingkat lokal dan nasional yang berdampak positif pada penciptaan lapangan kerja baru. Dilatarbelakangi ketidakpastian situasi politik dan keamanan dalam negeri, indeks kepercayaan konsumen terhadap pemerintah (IKKP) melemah 1.8 persen menjadi 122,3 didorong oleh penurunan semua komponen pembentuk IKKP Teknologi Perkembangan teknologi seperti teknologi pengolahan produk maupun teknologi dalam sistem manajemen akan berpengaruh terhadap perkembangan dan produktivitas perusahaan. Perusahaan mengadopsi teknologi di bidang komunikasi, transportasi dan proses produksi. Perkembangan komunikasi seperti telepon, faksimili dan internet telah dimanfaatkan dengan baik oleh

20 55 perusahaan sebagai alat untuk memperlancar komunikasi perusahaan dalam melakukan transaksi bisnisnya dengan para pembeli, pemasok maupun distributor. Kondisi ini sangat menguntungkan kedua belah pihak terutama dalam hal efisiensi biaya dan efektivitas waktu. Selain itu, dapat mempermudah pihak manajemen dalam mengambil keputusan dengan cepat yang berkaitan dengan kepentingan perusahaan. Dalam proses produksi mi instan, peralatan-peralatan modern sudah mulai digunakan oleh perusahaan seperti mixer untuk mengaduk bahan, mesin roller press untuk proses pembuatan lembaran adonan (pressing), mesin steam box untuk proses penyetiman (steaming), mesin penggorongan (Fryer), jacket tank (cooling tank) untuk proses pendinginan, serta mesin packing untuk proses pengemasan. Peralatan ini sangat membantu perusahaan dalam proses produksi untuk menghasilkan produk yang bermutu baik sesuai dengan yang diinginkan oleh pasar maupun untuk memenuhi permintaan pasar. 4.5 Analisis persaingan industri Analisis persaingan industri (Lima Kekuatan Porter) bertujuan untuk menganalisis kondisi persaingan industri yang dihadapi oleh perusahaan yaitu kondisi persaingan dalam industri mi instan. Analisis persaingan industri yang dilakukan didasarkan pada konsep Competitive Strategy Porter (1993) yang menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima variabel utama yang disebut Lima Kekuatan Bersaing. Kelima kekuatan bersaing tersebut antara lain tingkat persaingan dalam industri, ancaman pendatang baru, ancaman produk produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok dan kekuatan tawar menawar pembeli. Gabungan dari kelima kekuatan inilah yang sebenarnya menentukan potensi laba akhir dalam suatu industri, dimana potensi laba dalam bentuk hasil laba atas modal yang telah diinvestasikan dalam jangka panjang. Kekuatan atau faktor persaingan terkuat akan menentukan kemampulabaan suatu industri dan karenanya merupakan faktor paling penting dalam perumusan strategi.

21 56 Hasil analisis persaingan industri yang dilakukan memberikan gambaran secara menyeluruh bahwa industri mi instan memiliki intensitas persaingan kategori sedang dengan skor sebesar 2,808, artinya bahwa walaupun terdapat potensi untuk laba ekonomi atau tingkat pengembalian investasi di atas normal, hal tersebut belum dapat dijamin karena persaingan yang ada dalam industri mi instan terkadang menjadi sangat tajam. Untuk itu perusahaan yang berada dalam industri mi instan ini dapat memperoleh laba ekonomi atau tingkat pengembalian di atas normal yang cukup berarti hanya sampai dapat memberikan keunikan dalam produk, adanya keuntungan komparatif dalam produksi, distribusi dan pemasaran yang tidak dapat dengan mudah ditiru oleh perusahaan-perusahaan lain. Rekapitulasi hasil analisa industri mi instan dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Rekapitulasi Hasil Analisa Industri Mi instan Peubah Total skor Intensitas a. Ancaman produk substitusi 3,146 Kuat b. Tingkat persaingan antar kompetitor 3,121 Kuat c. Kekuatan tawar menawar pembeli 2,881 Sedang d. Ancaman pendatang baru 2,720 Sedang e. Kekuatan tawar menawar pemasok 2,170 Sedang Intensitas persaingan dalam industri 2,808 Sedang Sumber : Hasil olahan data, 2010 Rangking I II III IV V Pada Tabel 16 dilihat bahwa kekuatan yang paling utama mempengaruhi intensitas persaingan dalam industri mi instan ini adalah ancaman produk substitusi yang memiliki total skor 3,146 dengan kategori intensitas persaingan kuat. Selanjutnya, pada posisi kedua ditempati peubah tingkat persaingan antar kompetitor dalam industri yang memiliki intensitas persaingan kuat dengan total skor 3,121. Sedangkan yang paling sedikit mempengaruhi intensitas persaingan industri mi instan ini adalah kekuatan tawar menawar pemasok yang memiliki intensitas persaingan sedang dengan total skor 2,17. Secara rinci kategori faktor-

22 57 faktor yang mempengaruhi kondisi persaingan tersebut dijelaskan di bawah ini Tingkat Persaingan Antar Kompetitor Dalam Industri Persaingan dikalangan anggota industri terjadi karena satu atau lebih pesaing merasakan adanya tekanan atau melihat peluang untuk memperbaiki posisi, dengan menggunakan taktik seperti persaingan harga, introduksi produk dan perang iklan. Hal ini sangat mempengaruhi kebijakan dan kinerja perusahaan. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh pada tingginya tingkat persaingan antar perusahaan antara lain banyaknya jumlah pesaing, tingkat pertumbuhan industri, besarnya biaya tetap yang dibutuhkan, penambahan kapasitas dalam jumlah besar, karakteristik pesaing yang beragam, ketiadaan diferensiasi produk, serta hambatan pengunduran diri yang tinggi. Berdasarkan hasil analisis persaingan industri, tingkat ancaman persaingan diantara pesaing dalam industri mi instan ini dikategorikan kuat dengan skor sebesar 3,121. Ini berarti persaingan harga yang menyebar menekan laba perusahaan sampai ke tingkat mempertahankan investasi yang diperlukan. Untuk memperoleh keuntungan, perusahaanperusahaan harus melakukan efisiensi biaya. Rekapitulasi hasil tingkat persaingan antar kompetitor dalam industri dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Rekapitulasi Hasil Tingkat Persaingan Antar Kompetitor Dalam Industri Peubah Bobot Rating Nilai Rangking 0,141 4,000 0,565 I 0,176 3,000 0,529 II 0,129 3,500 0,453 III 0,144 3,000 0,432 IV 0,132 3,000 0,397 V 0,138 2,750 0,380 VI 0,132 2,750 0,364 VII a. Karakteristik pesaing b. Jumlah pesaing c. Pertumbuhan industri d. Peningkatan kapasitas e. Biaya tetap f. Diferensiasi produk g. Hambatan keluar industri Total 1,000 3,121 Intensitas persaingan industri Kuat Pada Tabel 17 dapat dilihat bahwa peubah yang paling mempengaruhi kondisi persaingan antar kompetitor dalam industri mi

23 58 instan adalah beragamnya karakteristik pesaing dengan skor 0,565. Ini mengandung arti bahwa pesaing dalam industri mi instan yang semakin beragam, memiliki insting yang tajam dan jeli dalam membaca dan memprediksi kondisi pasar yang meliputi perkembangan selera konsumen terhadap produk mi instan, harga, saluran distribusi maupun promosi yang paling efektit menjangkau target dan segmen pasar yang dituju, serta jeli dan gesit dalam menghadapi persaingan dalam industri mi instan ini termasuk mengamati gerak-gerik pesaing lain di pasar merupakan ancaman yang paling serius dalam industri mi instan ini. Karena pesaing yang memiliki karakter yang seperti itu akan dapat merencanakan dan menerapkan strategi pemasaran yang paling efektif untuk memenangkan hati pelanggan dan merebut pasar. Faktor jumlah pesaing menempati urutan kedua dengan skor 0,529 yang berarti bahwa banyaknya jumlah pesaing dalam industri mi instan yang saling berebut posisi dengan menggunakan taktik seperti persaingan harga, introduksi produk dan perang iklan merupakan faktor penting yang mempengaruhi intensitas persaingan antar kompetitor dalam industri mi instan ini. Oleh karena itu, perusahaan memiliki kemampuan dalam merebut peluang melalui produk PT X Ancaman Produk Substitusi Ancaman produk substitusi (produk pengganti) ditentukan oleh jumlah produk yang memiliki fungsi sama, tingkat perkembangan teknologi produk substitusi, tingkat harga produk substitusi serta biaya peralihan dari produk X ke produk substitusi. Berdasarkan hasil analisis Ancaman produk substitusi menunjukkan bahwa tingkat ancamannya dikategorikan kuat dengan jumlah skor 3,146. Rekapitulasi hasil ancaman produk substitusi dapat dilihat pada Tabel 18. Pada tabel 18 dapat dilihat bahwa faktor yang paling mempengaruhi intensitas ancaman produk substitusi mi instan adalah tingkat harga produk substitusi dengan skor 1,042 dan tingkat perkembangan teknologi produk substitusi yang memiliki jumlah skor 0,745. Hal ini mengandung arti bahwa

24 59 banyaknya produk substitusi mi instan dengan tingkat harga yang sangat bersaing dan dapat di konsumsi dengan cara yang lebih praktis seperti aneka macam hidangan roti, kue kering, bubur instan, sereal, bihun instan dan nasi instan, cukup banyak menarik perhatian konsumen sehingga merupakan faktor utama yang paling mempengaruhi ancaman produk substitusi. Tabel 18. Rekapitulasi Hasil Ancaman Produk Substitusi Peubah Bobot Rating Nilai Ranking a. Tingkat harga produk substitusi. b. Perkembangan teknologi produk substitusi. c. Produk yang memiliki fungsi sama. d. Tingkat biaya peralihan dari produk X produk substitusi. 0,260 0,229 0,281 0,219 4,000 3,250 2,500 3,000 1,042 0,745 0,703 0,656 Total 1,000 3,146 Intensitas Persaingan Industri Kuat I II III IV Namun demikian, keberadaan produk substitusi tersebut belum dapat menggantikan kebiasaan konsumen di Indonesia untuk mengkonsumsi mi instan. Dan mi instan pada kenyataannya tidak dapat dikatakan bersaing dengan produk substitusi tersebut karena memiliki ciri khas dan cita rasa yang berbeda walaupun memiliki fungsi sama. Oleh karena itu, sesungguhnya peluang perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumen masih cukup potensial Ancaman Pendatang Baru Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadi perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang telah ada. Ancaman masuknya pendatang baru ditentukan oleh beberapa parameter penghambat yang disebut hambatan masuk (barrier to entry), antara lain besarnya skala ekonomi, diferensiasi produk yang berarti keunikan sebuah produk dalam industri dan diloyalkan oleh konsumen, besarnya biaya pengalihan yang harus dikeluarkan konsumen

25 60 untuk beralih ke pemasok lain, akses ke saluran distribusi, akses ke pemasok, besarnya kebutuhan modal, serta kebijakan pemerintah tentang penambahan perusahaan baru. Makin rendah tingkat ancaman pendatang baru berarti makin sulit bagi investor baru untuk memasuki pasar. Produk mi instan dengan merek Mi Sedaap yang diproduksi PT. Karunia Alam Segar (anak Grup Wings) merupakan pendatang baru yang paling potensial dalam industri mi instan. Mi Sedaap yang melesat tinggi memang di luar perkiraan diawal tahun 2003, sudah berhasil mengambil 12 persen pangsa pasar Indofood. Sambutan yang diberikan mayarakat sangat positif. Mi Sedaap sengaja masuk pasar menengah ke bawah yang dijual dengan harga premium Rp Rp 890 per bungkus tapi menawarkan mutu terbaik. Strategi promosi yang agresif dan iklan yang provokatif Mi Sedaap berhasil menarik perhatian kunsumen sehingga sampai saat ini permintaan akan produk Mi Sedaap terus mengalir deras. Berdasarkan hasil analisis ancaman pendatang baru, tingkat ancaman masuknya pendatang baru potensial dalam industri mi instan dikategorikan sedang dengan jumlah skor 2,720. Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa ada peluang bagi investor baru untuk masuk ke dalam industri ini. Namun peluang tesebut juga dibatasi oleh hambatan-hambatan yang ada pada industri mi instan. Adapun rekapitulasi hasil intensitas ancaman pendatang baru bisa dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Rekapitulasi Hasil Ancaman Pendatang Baru Peubah Bobot Rating Nilai Rangking 0,170 3,000 0,509 I 0,143 3,000 0,429 II 0,119 3,250 0,387 III 0,146 2,500 0,365 IV 0,140 2,500 0,350 V 0,116 3,000 0,348 VI 0,167 2,000 0,333 VII a. Skala ekonomi b. Akses ke saluran distribusi c. Kebijakan pemerintah d. Akses ke pemasok e. Diferensiasi produk f. Kebutuhan modal g. Biaya peralihan Total 1,000 2,720 Intensitas persaingan industri Sedang Adapun faktor yang paling mempengaruhi potensi masuknya pendatang baru dalam industri ini adalah skala ekonomi yang memiliki

26 61 jumlah skor 0,509. Skala ekonomi menghalangi masuknya pendatang baru ke dalam industri mi instan karena industri ini memaksa pendatang baru untuk masuk ke dalam industri dengan skala besar atau memikul biaya tinggi (cost disadvantage), skala ekonomi ini meliputi produksi, riset, pemasaran, dan kegiatan fungsional lainnya. Selain itu, akses ke saluran distribusi yang memiliki jumlah skor 0,429 juga merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat ancaman pendatang baru Tidak adanya kesulitan yang bersifat eksternal dalam hal akses distribusi ditambah sarana komunikasi yang semakin baik, kemudian didukung pula oleh banyaknya peruahaan yang bergerak dibidang distribusi. Kesuksesan dan kelancaran distribusi dapat menjamin lancarnya ketersediaan produk (product availability) di pasar. Model distribusi yang baik harus merata dan intensif serta mampu menyentuh berbagai lapisan pedagang Kekuatan Tawar Menawar Pembeli Pembeli kuat jika membeli dalam jumlah yang relatif besar, produk merupakan bagian dari pembelian yang cukup besar dari pembeli, produk tersebut standar atau tidak terdiferensiasi, pembeli memiliki biaya pengalihan yang kecil, pembeli menerima laba kecil, pembeli menunjukkan ancaman untuk melakukan integrasi balik, produk industri tersebut tidak penting bagi mutu produk atau jasa pembeli, serta pembeli memiliki informasi yang lengkap (Pearce dan Robinson, 1997). Berdasarkan hasil analisis, kekuatan tawar menawar pembeli dalam industri mi instan ini kategorikan sedang dengan jumlah skor 2,881. Kondisi tersebut dapat diartikan bahwa pembeli masih mempunyai kekuatan posisi untuk melakukan tawar menawar atau memilih produk yang sekiranya sesuai dengan keinginan konsumen. Rekapitulasi hasil kekuatan tawar menawar pembeli dapat dilihat pada Tabel 20. Pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa faktor utama yang paling mempengaruhi kekuatan tawar menawar pembeli adalah tingkat kepentingan mutu produk bagi pembeli yang memiliki jumlah skor 0,482. Artinya untuk membeli produk mi instan pembeli sangat memperhatikan

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010

PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak. Juni 2010 PERKEMBANGAN TRIWULAN PEREKONOMIAN INDONESIA Keberlanjutan ditengah gejolak Juni 2010 viii Ringkasan Eksekutif: Keberlanjutan di tengah gejolak Indonesia terus memantapkan kinerja ekonominya yang kuat,

Lebih terperinci

A. Kuesioner penentuan bobot faktor analisis persaingan industri

A. Kuesioner penentuan bobot faktor analisis persaingan industri Lampiran 1. Kuesioner Kajian 89 A. Kuesioner penentuan bobot faktor analisis persaingan industri Petunjuk pengisian Nilai diberikan pada pertimbangan berpasangan antara 2 faktor vertikalhorizontal) berdasarkan

Lebih terperinci

Aspek ekonomi dan sosial

Aspek ekonomi dan sosial Aspek ekonomi dan sosial Pengertian Aspek Ekonomi dan Sosial Aspek ekonomi dan sosial merupakan pengaruh apa yang akan terjadi dengan adanya perusahaan, khususnya dibidang perekonomian masyarakat tempatan

Lebih terperinci

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik

Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari ekonomi, alam, teknologi, politik dan hukum serta sosial budaya. Sedangkan lingkungan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting dalam pembangunan Indonesia. Hal ini didasarkan pada kontribusi sektor pertanian yang tidak hanya

Lebih terperinci

VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI

VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI VII FORMULASI DAN PEMILIHAN STRATEGI 7.1. Identifikasi Faktor Internal Berdasarkan aspek-aspek yang ditinjau untuk mengidentifikasi faktor kekuatan dan kelemahan internal perusahaan antara lain: faktor

Lebih terperinci

VI ANALISIS LINGKUNGAN USAHA

VI ANALISIS LINGKUNGAN USAHA VI ANALISIS LINGKUNGAN USAHA Analisis lingkungan usaha adalah proses awal dalam manajemen strategi yang bertujuan untuk memantau lingkungan perusahaan. Lingkungan perusahaan mencakup semua faktor, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk ke tiga terbesar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk ke tiga terbesar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Indonesia sebagai negara yang memiliki jumlah penduduk ke tiga terbesar di dunia memiliki kebutuhan pangan yang besar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakatnya.

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pemasaran Menurut Parkinson (1991), pemasaran merupakan suatu cara berpikir baru tentang bagaimana perusahaan atau suatu organisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri-ciri yang semakin menonjol dalam dunia bisnis di Indonesia belakangan ini adalah kompleksitas, persaingan, perubahan dan ketidakpastian. Keadaan tersebut menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan industri ini kurang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika 128 Lampiran I Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika Jakarta, 17 April 2009 Kepada Yth : PT Rekadaya Elektrika Jakarta Dengan Hormat, Sehubungan dengan adanya analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didorong oleh perkembangan bisnis yang sangat pesat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. didorong oleh perkembangan bisnis yang sangat pesat di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, perekonomian Indonesia semakin membaik.hal ini didorong oleh perkembangan bisnis yang sangat pesat di Indonesia. Perkembangan bisnis ini dipengaruhi

Lebih terperinci

LAMPIRAN I KUESIONER AUDIT INTERNAL. Berikan tanda cek ( ) pada kotak yang tersedia sesuai dengan kondisi internal yang dimiliki oleh

LAMPIRAN I KUESIONER AUDIT INTERNAL. Berikan tanda cek ( ) pada kotak yang tersedia sesuai dengan kondisi internal yang dimiliki oleh LAMPIRAN I KUESIONER AUDIT INTERNAL Petunjuk : Berikan tanda cek ( ) pada kotak yang tersedia sesuai dengan kondisi internal yang dimiliki oleh perusahaan. No Daftar Pertanyaan Audit Internal Ya Tidak

Lebih terperinci

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik

BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA. 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik 96 BAB VII FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA 7.1 Perumusan Strategi Pengembangan Usaha Produk Sayuran Organik Analisis lingkungan membantu perusahaan dalam menentukan langkah strategi yang tepat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, yang berdampak pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, yang berdampak pada pertumbuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang membawa perubahan dalam berbagai aspek kehidupan, yang berdampak pada pertumbuhan perekonomian dan bisnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PEMILIHAN JUDUL Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dan merupakan salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk terbesar di dunia, merupakan pasar

Lebih terperinci

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN

BAB 4. ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 58 BAB 4 ANALISIS dan HASIL PENELITIAN 4.1 Faktor Internal-Eksternal Perusahaan PT. Unilever Indonesia Tbk dalam kegiatannya memiliki beberapa faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal yang dapat

Lebih terperinci

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia

Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter

Lebih terperinci

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan

VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS. kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan VIII. IDENTIFIKASI FAKTOR STRATEGIS Faktor-faktor yang menjadi peluang dan ancaman serta kekuatan dan kelemahan PKPBDD merupakan hasil identifikasi dari faktor-faktor internal dan eksternal yang telah

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan PT Anugrah Plastindo Lestari adalah suatu Perseroan Terbatas yang didirikan pada tanggal 01 Desember 1994 dengan nomor akte pendirian 02-2185.HT.01.01.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh positif sejalan dengan pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai

Lebih terperinci

Integrated Marketing Communication II

Integrated Marketing Communication II Modul ke: Integrated Marketing Communication II Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Martina Shalaty Putri, M.Si. Program Studi Advertising dan Marketing Communication www.mercubuana.ac.id New Product Development

Lebih terperinci

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG

BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG BUSINESS PLAN RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG PIU KABUPATEN KUBU RAYA TAHUN 2014 BUSINESS PLAN INFRASTRUKTUR KOMPONEN 2 RUMAH PRODUKSI KERUPUK UDANG A. LATAR BELAKANG Business Plan merupakan suatu usulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang turut

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan-perusahaan yang turut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan bisnis di Abad ke-21 telah berkembang sangat pesat dan mengalami metamorfosis yang berkesinambungan. Tidak terkecuali di Indonesia yang ditandai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan kebutuhan hidup yang semakin kompleks pula. Hal ini menuntut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan teknologi dan perekonomian masyarakat dewasa ini telah membuat masyarakat mempunyai gaya hidup yang lebih baik dan modern sesuai

Lebih terperinci

Rencana Bisnis [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun]

Rencana Bisnis [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun] Rencana Bisnis [Nama Perusahaan] [BIDANG USAHA] [tempat dan tanggal penyusunan] disusun oleh: [Nama Penyusun] [Jabatan Penyusun] [Alamat Lengkap Perusahaan] No. Telepon [Nomor Telepon] No. Fax [Nomor Fax]

Lebih terperinci

PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan)

PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan) PERENCANAAN PEMASARAN USAHA KECIL (Tugas Kelompok Kewirausahaan) Nama Kelompok : Fadhyl Muhammad 115030407111072 Ardhya Harta S 115030407111075 Ardiansyah Permana 115030407111077 UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Lebih terperinci

1. RINGKASAN EKSEKUTIF

1. RINGKASAN EKSEKUTIF BAB XIV Menyusun Proposal Bisnis Dalam Menyusun Proposal bisnis ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yakni 1. Menggambar keseluruhan (overview) rencana strategi perusahaan yang akan dijalankan. 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan ujung tombak kegiatan bisnis yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pemasaran merupakan ujung tombak kegiatan bisnis yang dilakukan oleh 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemasaran merupakan ujung tombak kegiatan bisnis yang dilakukan oleh perusahaan, khususnya perusahaan yang memiliki tujuan untuk memperoleh laba, memperbesar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Analisis Porter Strategi kompetitif merupakan suatu framework yang dapat membantu perusahaan untuk menganalisa industrinya secara keseluruhan, serta menganalisa kompetitor dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu BAB IV ANALISIS DATA A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA Diberlakukannya ACFTA sebagai sebuah perdagangan bebas, memaksa setiap industri atau perusahaan harus mempunyai keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam era globalisasi menuntut setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi dalam era globalisasi menuntut setiap perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ekonomi dalam era globalisasi menuntut setiap perusahaan baik yang bergerak dalam bidang industri barang maupun jasa mampu bersaing dengan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baru diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah jauh lebih dulu

BAB I PENDAHULUAN. baru diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah jauh lebih dulu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia usaha dewasa ini semakin pesat. Berbagai produk baru diluncurkan oleh perusahaan-perusahaan yang sudah jauh lebih dulu berkembang maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan produk yang mudah dijangkau konsumen, dalam hal ini juga. perusahan. Lingkungan bisnis yang bergerak sangat dinamis dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat dewasa ini menyebabkan perusahaan harus menghadapi persaingan yang ketat, tidak hanya sekedar menjual produk denagan harga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri produk kertas yang juga termasuk dalam industri stasioneri adalah salah satu industri manufaktur yang mengolah kertas menjadi barang dari kertas seperti buku,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal

BAB 1 PENDAHULUAN. perdagangan semakin tinggi. Maka dengan ini upaya untuk mengantisipasi hal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi ini telah terjadi disetiap negara melakukan perdagangan secara bebas, sehingga tingkat persaingan di berbagai sektor perdagangan semakin tinggi.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI. menyajikan simpulan dan implikasi atas permasalahan mengenai kesadaran UKM

BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI. menyajikan simpulan dan implikasi atas permasalahan mengenai kesadaran UKM BAB V SIMPULAN DAN IMPLIKASI Setelah melakukan penelitian, analisis dan pembahasan maka peneliti dapat menyajikan simpulan dan implikasi atas permasalahan mengenai kesadaran UKM kuliner rumah makan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dunia usaha ditandai dengan terbukanya persaingan yang ketat di segala bidang. Hal ini merupakan suatu tantangan bagi pelaksanaan pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu strategi pemasaran yang efektif yaitu melalui promosi. Promosi merupakan

I. PENDAHULUAN. Salah satu strategi pemasaran yang efektif yaitu melalui promosi. Promosi merupakan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya perdagangan bebas menimbulkan persaingan bisnis yang semakin ketat. Hal ini menuntut perusahaan untuk semakin kreatif dalam menjalankan kegiatan

Lebih terperinci

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)

BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kebutuhan mereka di pasar. Perusahaan akan mendapat tempat di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemasaran menjadi hal yang sangat penting dalam berbagai jenis usaha. Di era globalisasi saat ini, tingginya tingkat persaingan dalam menguasai pangsa pasar,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Persaingan dunia bisnis semakin ketat di era globalisasi saat ini. Berkembangnya

I. PENDAHULUAN. Persaingan dunia bisnis semakin ketat di era globalisasi saat ini. Berkembangnya 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dunia bisnis semakin ketat di era globalisasi saat ini. Berkembangnya perekonomian mengakibatkan semakin beragamnya produk sejenis ditawarkan dipasar. Perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik yang kemudian berpengaruh terhadap berbagai sektor industri yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. baik yang kemudian berpengaruh terhadap berbagai sektor industri yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi sekarang ini cukup memberikan efek yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan manusia. Khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menuntut korporasi baik di dalam maupun di luar korporasi. Walaupun proses

BAB I PENDAHULUAN. menuntut korporasi baik di dalam maupun di luar korporasi. Walaupun proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Citra yang kuat penting bagi banyak proses pengembangan bisnis dewasa ini. Citra dapat membangun kesetiaan bagi produk lokal maupun global, dan menuntut korporasi baik

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi ekternal PT. Ishidataiseisha Indonesia. Perusahaan merupakan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Kondisi ekternal PT. Ishidataiseisha Indonesia. Perusahaan merupakan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada bab IV diketahui bahwa: 1. Kondisi ekternal PT. Ishidataiseisha Indonesia. Perusahaan merupakan pendatang baru yang belum memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat ke-4 di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat ke-4 di dunia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk terpadat ke-4 di dunia memiliki kebutuhan pangan yang besar untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakatnya. Seiring

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis dan persaingan antar perusahaan pada masa sekarang ini semakin ketat. Hal tersebut akan berdampak pada pelanggan, persaingan usaha dan perubahan.

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja.

BAB V RENCANA AKSI. model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. tanggung jawab, dan evaluasi pengukuran kinerja. BAB V RENCANA AKSI Bab V berisi tentang rencana aksi yang dilakukan untuk merealisasikan model bisnis makanan sehat cepat saji Manahipun sebagaimana telah dirancang. Untuk mendukung realisasi rancangan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF FRANSISKA SISWANTARI,

RINGKASAN EKSEKUTIF FRANSISKA SISWANTARI, RINGKASAN EKSEKUTIF FRANSISKA SISWANTARI, 2003. Alternatif Strategi Bisnis Merchandising Bank A Card Center (Studi kasus pada Bank A Card Center). Di bawah bimbingan UJANG SUMARWAN dan E. GUMBIRA SAID.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Carrefour, Hero, Superindo, Hypermart, dan lainnya. Dengan adanya berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Carrefour, Hero, Superindo, Hypermart, dan lainnya. Dengan adanya berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis saat ini, membuat persaingan bisnis ritel menjadi semakin ketat. Menurut Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (APRINDO), bisnis ritel atau

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 41 BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Perkembangan Perusahaan Pada tahun 1997 terjadi krisis moneter yang berkepanjangan di Indonesia. Akibat dari krisis moneter ini, banyak perusahaan yang mempertahankan

Lebih terperinci

FUNGSI PEMASARAN DALAM PERUSAHAAN.

FUNGSI PEMASARAN DALAM PERUSAHAAN. FUNGSI PEMASARAN DALAM PERUSAHAAN Definisi Sistem keseluruhan dari kegiatan bisnis Merencanakan menentukan harga Mempromosikan Mendistribusikan barang dan jasa memuaskan kebutuhan pembeli. Pemasaran meliputi:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal tahun 2016, yang merupakan sebuah integrasi ekonomi yang didasarkan pada kepentingan bersama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek ekonomi. Dan dari keadaan ini semua

BAB I PENDAHULUAN. berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek ekonomi. Dan dari keadaan ini semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, perubahan-perubahan terjadi pada berbagai aspek kehidupan, termasuk aspek ekonomi. Dan dari keadaan ini semua pihak terkena

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 126 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Setelah melakukan analisis mendalam tentang PT. Asuransi Wahana Tata serta melakukan perhitungan terhadap setiap aspek yang berkaitan dengan pengembangan strategi

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan III 2010 Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diperkirakan sebesar 6,1%. Inflasi berada pada kisaran 6,1-6,5% Perkembangan ekonomi global dan domestik yang semakin membaik, kinerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI LAPORAN KEGIATAN KAJIAN ISU-ISU AKTUAL KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN 2013 ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA PEMASARAN SAYURAN BERNILAI EKONOMI TINGGI Oleh: Erwidodo PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain menciptakan produk yang memiliki keunikan tersendiri dan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain menciptakan produk yang memiliki keunikan tersendiri dan dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era globalisasi ini semakin ketat dengan munculnya berbagai produk baru yang unik dan menarik untuk menarik minat konsumen. Selain menciptakan

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROPOSAL USAHA ROTI GORENG BIDANG KEGIATAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROPOSAL USAHA ROTI GORENG BIDANG KEGIATAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROPOSAL USAHA ROTI GORENG BIDANG KEGIATAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA KEWIRAUSAHAAN Diusulkan Oleh: Nama Mahasiswa (Ketua) (NIM) Nama Mahasiswa (Wakil Ketua) (NIM) Nama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula

BAB I PENDAHULUAN. Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin maju perkembangan teknologi, semakin marak pula keanekaragaman produk yang dihasilkan. Produk dengan jenis, kemasan, manfaat, rasa, dan tampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini persaingan menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini persaingan menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam era globalisasi ini persaingan menjadi sangat tajam, baik di pasar domestik (nasional) maupun di pasar internasional/global. Untuk memenangkan

Lebih terperinci

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian

AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cukup memberikan efek yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan

I. PENDAHULUAN. cukup memberikan efek yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi sekarang ini cukup memberikan efek yang signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan manusia diantaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Produk Produk adalah penawaran nyata perusahaan pada dasarnya mereknya dan penyajiannya (Kotler, 2001:126). Produk adalah suatu sifat yang kompleks

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang diteliti adalah keragaan dan strategi pemasaran agroindustri

BAB III METODE PENELITIAN. Objek yang diteliti adalah keragaan dan strategi pemasaran agroindustri BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek yang diteliti adalah keragaan dan strategi pemasaran agroindustri kerajinan rotan untuk meningkatkan volume penjualan ekspor. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL

ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL ANALISIS PELUANG INTERNASIONAL SELEKSI PASAR DAN LOKASI BISNIS INTERNASIONAL Terdapat dua tujuan penting, konsentrasi para manajer dalam proses penyeleksian pasar dan lokasi, yaitu: - Menjaga biaya-biaya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO

KEBIJAKAN MANAGEMEN RESIKO 1. Risiko Keuangan Dalam menjalankan usahanya Perseroan menghadapi risiko yang dapat mempengaruhi hasil usaha Perseroan apabila tidak di antisipasi dan dipersiapkan penanganannya dengan baik. Kebijakan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Manajemen Strategi Strategi banyak digunakan untuk masa jangka panjang dalam menjalankan serangkaian kegiatan baik dalam hal bisnis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber : [18 Februari 2009]

I. PENDAHULUAN. Tahun. Sumber :  [18 Februari 2009] I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumber daya manusia suatu bangsa termasuk Indonesia. Indonesia dengan jumlah penduduk yang besar (228.523.300

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. Wawancara Terhadap Sales & Marketing Manager PT Senswell International:Ibu Vanny

LAMPIRAN 1. Wawancara Terhadap Sales & Marketing Manager PT Senswell International:Ibu Vanny L.1 LAMPIRAN 1 Wawancara Terhadap Sales & Marketing Manager PT Senswell International:Ibu Vanny 1. Berikan penjelasan singkat mengenai Senswell? Senswell bergerak di industri wewangian dan perawatan tubuh,

Lebih terperinci

Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM

Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM MAKALAH KEGIATAN PPM Pengembangan Marketing Mix untuk Mendukung Kinerja Pemasaran UKM Oleh: Muniya Alteza, M.Si 1 Disampaikan pada Pelatihan Pengelolaan Usaha bagi UKM di Desa Sriharjo, Bantul Dalam Rangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan-kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, untuk berkembang

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN: Upaya Peningkatan Produksi Komoditas Pertanian Strategis 1 Pendahuluan (1) Permintaan terhadap berbagai komoditas pangan akan terus meningkat: Inovasi teknologi dan penerapan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Industri rokok merupakan industri yang sangat besar di Indonesia,

I. PENDAHULUAN. Industri rokok merupakan industri yang sangat besar di Indonesia, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri rokok merupakan industri yang sangat besar di Indonesia, dengan total produksi nasional rata-rata mencapai 220 milyar batang per tahun dan nilai penjualan nasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Strategi Menurut Glueck dan Jauch (1998, p.12) Strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Proses Penyusunan Skenario Dari hasil analisis scenario planning didalam industri PP Indonesia, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Isu atau keputusan utama : Pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tahun 1994 didirikanlah sebuah usaha dengan nama PT SUPRAJAYA 2001

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. tahun 1994 didirikanlah sebuah usaha dengan nama PT SUPRAJAYA 2001 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Perusahaan ini dirintis oleh suami istri Ngadiman di Jakarta. Maka tahun 1994 didirikanlah sebuah usaha dengan nama PT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar maupun perusahaan kecil, bersama-sama berjuang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan besar maupun perusahaan kecil, bersama-sama berjuang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tantangan persaingan di dunia industri dewasa ini semakin berat, baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil, bersama-sama berjuang mempertahankan produknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Kemajuan perekonomian mempengaruhi kehidupan masyarakat. Peningkatan status sosial dan ekonomi masyarakat berakibat pada perubahan perilaku dan gaya hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada. masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang

I. PENDAHULUAN. Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada. masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang I. PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut Saragih (2001), pengembangan sektor agribisnis pada masa yang akan datang menghadapi sejumlah tantangan besar yang bersumber dari tuntutan pembangunan ekonomi domestik

Lebih terperinci

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN

LAMPIRAN PENELITIAN. Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN LAMPIRAN PENELITIAN Dengan Judul : ANALISIS RANTAI NILAI (VALUE CHAIN ANALYSIS) DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PADA PENGRAJIN BATIK MUKTI RAHAYU DIKABUPATEN MAGETAN LAMPIRAN 1 FORMULA WAWANCARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. merupakan salah satu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. merupakan salah satu perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Indofood Sukses Makmur, Tbk. merupakan salah satu perusahaan besar yang sangat terkenal di Indonesia. Perusahaan ini bergerak di bidang pengolahan makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan,

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, Bab 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam hidup, manusia tidak lepas dari berbagai macam kebutuhan, mulai dari kebutuhan dasar yang harus dipenuhi secara rutin atau disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keunggulan dan manfaatnya masing-masing. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam keunggulan dan manfaatnya masing-masing. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dunia bisnis menghadapi era baru dan persaingan bisnis sekarang banyak sekali produk instan yang beredar dipasaran dengan menawarkan berbagai macam keunggulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan tersebut dapat dilihat dalam berbagai sektor, salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan tersebut dapat dilihat dalam berbagai sektor, salah satunya adalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan di Indonesia mengalami kemajuan yang cukup pesat. Kemajuan tersebut dapat dilihat dalam berbagai sektor, salah satunya adalah sektor industri makanan.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengandung nilai gizi yang tinggi. Gizi yang tinggi ini merupakan sumber

I. PENDAHULUAN. mengandung nilai gizi yang tinggi. Gizi yang tinggi ini merupakan sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecap manis merupakan salah satu produk turunan kedelai yang mengandung nilai gizi yang tinggi. Gizi yang tinggi ini merupakan sumber karbohidrat dan protein yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I LATAR BELAKANG. bisnis ini dimulai dari menganalisa lingkungan eksternal dan lingkungan internal

BAB I LATAR BELAKANG. bisnis ini dimulai dari menganalisa lingkungan eksternal dan lingkungan internal BAB I LATAR BELAKANG Laporan penelitian ini membahas tentang perencanaan bisnis pemasaran produk alat kecantikan berupa rambut palsu merek INDOWIG. Perencanaan bisnis ini dimulai dari menganalisa lingkungan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan I 2010 Inflasi dan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2010 diperkirakan berada pada kisaran 5,1-5,5%. Mayoritas responden (58,8%) optimis bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun

Lebih terperinci

Sebelum strategi diputuskan atau dipilih, perusahaan perlu melakukan analisis lingkungan bisnis. Mengapa lingkungan Bisnis harus dianalisis?

Sebelum strategi diputuskan atau dipilih, perusahaan perlu melakukan analisis lingkungan bisnis. Mengapa lingkungan Bisnis harus dianalisis? Minggu II. Business Environment Analysis Sebelum strategi diputuskan atau dipilih, perusahaan perlu melakukan analisis lingkungan bisnis. Mengapa lingkungan Bisnis harus dianalisis? Pertama, perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi dan informasi seperti saat ini, perkembangan dunia usaha telah membawa para pelaku bisnis kedalam persaingan yang sangat ketat. Persaingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

Bisnis dan Lingkungannya

Bisnis dan Lingkungannya Bisnis dan Lingkungannya Putu Semaradana, S.Pd A. PENGERTIAN BISNIS Secara terminologis, bisnis merupakan sebuah kegiatan atau usaha. Bisnis dapat pula diartikan sebagai aktivitas terpadu yang meliputi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci