BAB 1 PENDAHULUAN. seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri
|
|
- Farida Widjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri produk kertas yang juga termasuk dalam industri stasioneri adalah salah satu industri manufaktur yang mengolah kertas menjadi barang dari kertas seperti buku, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan lainnya. Industri ini tidak secara spesifik terdefinisi oleh Kementrian Perindustrian. Dalam pohon Industri Pulp dan Kertas yang dipublikasikan oleh Kementrian Perindustrian Republik Indonesia, industri turunan kertas yang lebih condong ke industri produk kertas ini adalah penerbitan, percetakan, karton box, kemasan dan filter paper. Adapun Badan Pusat Statistik memasukkan industri ini dalam Kode Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 17 yaitu Industri Kertas dan Barang dari Kertas. Tabel 1.1. Pertumbuhan Produksi Triwulanan Antar Tahun Industri Kertas Jenis Barang dan Barang dari Kertas Tahun (Persen) Triwulan I Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan Triwulan II III IV I II Triwulan III *) Kertas dan Barang -2,65-0,67-2,55-2,55 0,46 5,57 0,63 dari Kertas Catatan: *) Angka sementara Sumber: BPS, 2014b Secara umum, prospek industri kertas Indonesia ke depan diprediksi kurang menarik karena pertumbuhannya yang melambat. Menurut data Badan Pusat Statistik (2014b), pertumbuhan produksi industri kertas dan barang dari kertas ini meningkat walau memang tercatat tidak terlalu besar pada tahun
2 Pertumbuhan industri kertas dan barang dari kertas pada triwulan III tahun 2014 mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,63 persen dari triwulan III tahun 2013 yang ditunjukkan pada tabel 1.1. Bahkan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yaitu sebesar 5,57 persen. Industri produk kertas Indonesia juga memiliki peringkat yang relatif industri kertas di pasar internasional yaitu berada pada peringkat ke-6, sementara di tingkat Asia Indonesia menempati peringkat ke 3 dan peringkat pertama di negara-negara ASEAN (Gareta, 2014). Berdasarkan data ekspor hasil industri pada Badan Pusat Statistik (2014a), selama periode Januari sampai November 2014 ekspor hasil industri kertas dan barang dari kertas meningkat sebesar US$42,9 juta (1,24 persen) menjadi US$3.494,8 juta seperti ditunjukkan pada tabel 1.2. Masyakarat Ekonomi ASEAN (MEA) atau pasar bebas ASEAN bisa menjadi peluang bagi industri produk kertas Indonesia untuk meraih pasar yang lebih besar di kawasan Asia Tenggara. Fenomena paperless juga tidak akan berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan industri produk kertas di dunia maupun di Indonesia karena produk kertas tidak dapat dipisahkan dengan gaya kehidupan sehari-hari (Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2014). Tabel 1.2. Perkembangan Ekspor Komoditi Hasil Industri Kertas dan Barang dari Kertas Januari-November 2013 dan 2014 Jenis Barang Kertas dan Barang dari Kertas Berat Bersih (Ton) Jan-Nov 2013 Jan-Nov 2014 Perubahan (%) Nilai Fob (Ribu US $) Jan-Nov 2013 Jan-Nov 2014 Perubahan (%) , ,24 Sumber: BPS, 2014a 2
3 Dengan peningkatan anggaran pendidikan pada APBN 2015 menjadi Rp408,5 triliun atau 20,59 persen dari total belanja negara (Suryowati, 2015), yang salah satunya direalisasikan pada program Kartu Indonesia Pintar (KIP) sebesar Rp7,1 triliun (Murdaningsih, 2015) memberikan dampak positif pada industri produk kertas di Indonesia. Dampak positif tersebut diperkuat dengan anggaran Kartu Jakarta Pintar (KJP) tahun 2015 yang juga meningkat tiga kali lipat dari Rp700 miliar pada tahun 2014 menjadi Rp2,2 triliun pada tahun 2015 (Suhendi, 2015). KIP dan KJP ini adalah kartu yang diberikan pemerintah bagi siswa/siswi yang kurang mampu untuk mendapatkan bantuan dana untuk pendidikan. Dengan kartu ini, siswa/siswi mendapatkan bantuan pendidikan berupa uang tunai yang diperuntukkan membeli barang-barang terkait kebutuhan pendidikan. Dengan peningkatan anggaran pendidikan pada KIP dan KJP tersebut, konsumsi masyarakat terhadap stasioneri khususnya buku tulis meningkat sebagaimana yang dijelaskan oleh manajer pemasaran PT Locomotif Eka Sakti. Konsumen kini juga lebih memiliki preferensi untuk menggunakan produk buku tulis dengan kualitas yang lebih baik dibanding sebelumnya. Seiring dengan pertumbuhan industri produk kertas yang melambat, persaingan dalam industri ini juga semakin ketat. Langkah untuk dapat bersaing dalam industri ini yang banyak dilakukan oleh perusahaan produk kertas adalah dengan menurunkan harga. Harga yang lebih murah tersebut dapat dilakukan dengan cara mengurangi kualitas dan juga dengan mengurangi biaya tenaga kerja. Salah satu cara yang dilakukan untuk mengurangi biaya tenaga kerja adalah dengan memanfaatkan perbedaan upah minimum provinsi (UMP) atau upah 3
4 minimum kabupaten/kota (UMK). Strategi yang umumnya diambil adalah dengan memusatkan aktivitas produksi pada daerah yang memiliki UMP/UMK yang lebih rendah dibanding kota besar seperti Jakarta. Sebagai contoh PT Solo Murni yang melakukan aktivitas produksi di Surakarta dengan UMK pada tahun 2015 ini sebesar Rp (Asmoro, 2014), sedangkan bagi PT Locomotif Eka Sakti yang memusatkan aktivitas operasionalnya di Jakarta harus membayar biaya tenaga kerja dengan UMP Rp (Asmoro, 2014). Perbedaan upah minimum kota Jakarta jelas terlihat dengan lebih dari 2.2 kali lipat upah minimum kota Surakarta. Langkah menurunkan harga ini sangat berat mengingat sejak terjadi krisis ekonomi, biaya produksi meningkat sehingga harga kertas sebagai bahan baku produksi juga mengalami kenaikan. Demikian pula suku cadang mesin, tarif dasar listrik, harga bahan bakar minyak, serta upah karyawan yang juga mengalami kenaikan. Terlebih lagi dengan semakin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika sejak pertengahan 2013 (Rp9.779 per US$ pada 1 Mei 2013 (Bank Indonesia, 2016)) dan terus melemah di tahun 2015 ini (Rp per US$ pada 14 Desember 2015 (Bank Indonesia, 2016)) semakin meningkatkan beban pokok penjualan karena kenaikan bahan baku kertas yang diimpor. Selain itu beban usaha semakin meningkat mengingat suku cadang mesin yang juga diimpor. Kondisi persaingan dalam industri produk kertas ini juga semakin ketat dengan makin mahalnya harga bahan baku kertas. Harga bahan baku kertas yang semakin mahal dikarenakan semakin melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Apalagi sejak September 2015 bea masuk kertas dinaikan menjadi 9 persen (Aria, 2015). Kondisi ini terasa memberatkan bagi produsen buku karena 4
5 saat ini mayoritas produsen buku di Indonesia lebih memilih membeli kertas dari luar negeri, mengingat harganya yang lebih murah dibanding harga kertas lokal. Salah satu merek yang menjadi pesaing kuat produsen buku tulis dalam industri produk kertas adalah Sinar Dunia. Buku tulis yang diproduksi oleh PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia ini memiliki keunggulan dari sisi harga, dikarenakan rantai nilainya dalam memproduksi buku memiliki efisiensi. PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia merupakan anak perusahaan dari Asia Pulp & Paper (APP) dan juga merupakan bagian dari Sinar Mas Group. Sinar Mas Group merupakan salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia yang bisnis utamanya adalah pulp dan kertas, agribisnis dan makanan, properti dan jasa keuangan. Efisiensi pada rantai nilai dapat diraih Tjiwi Kimia karena proses produksi dari hulu (produksi bubur kertas) sampai ke hilir (distribusi ke konsumen) dijalankan oleh perusahaan di bawah Sinar Mas Group yang merupakan perusahaan terintegrasi. Pada proses distribusinya pun persaingannya cukup ketat. Persaingan untuk dapat menjadi pemasok pada toko ritel buku dengan jaringan besar seperti Gramedia cukup besar. Hal ini dikarenakan Gramedia kini memiliki produk buku tulis sendiri dengan merek VOS, sehingga Gramedia sangat menjaga produk lain yang dijual di toko bukunya agar tidak menggangu penjualan produk VOS. Di samping itu persaingan semakin besar mengingat harga buku tulis merek VOS ini relatif lebih murah dikarenakan diproduksi dan juga didistribusikan oleh Gramedia. Harga yang kompetitif pada VOS dapat diraih karena berdasarkan struktur biaya, proses penjualan dan distribusi memiliki proporsi 50% sampai 55% dari harga buku tulis di pasaran. 5
6 1.2. Rumusan Masalah PT Lokomotif Eka Sakti adalah perusahaan manufaktur produk kertas (stasioneri) di Indonesia yang didirikan pada tahun Produk kertas yang dihasilkannya meliputi buku sekolah dan kantor, block note, buku hard cover, writing letter pad, dan produk stasioneri dari kertas lainnya. Jumlah karyawan di perusahaan ini sejumlah 50 orang dan kapasitas produksi sekitar 140 juta buku per tahunnya. Pada tahun 2014 total penjualannya mencapai Rp30 miliar. Strategi bisnis yang dilakukan PT Locomotif Eka Sakti saat ini adalah strategi biaya rendah (low cost provider strategy) yang antara lain dilakukan dengan melakukan efisiensi terhadap kegiatan produksi, logistik dan distribusi, menggunakan kemampuan untuk meningkatkan volume penjualan melalui inovasi, diferensiasi produk dan perluasan segmen market serta pengembangan area penjualan. Target pasar yang disasar PT Locomotif Eka Sakti saat ini adalah konsumen yang peduli terhadap kualitas buku tulis yang baik. Distribusi dilakukan melalui agen dan toko buku di daerah yang memiliki jalur distribusi yang luas. Penjualan ke pasar modern hanya di Lotte Mart dan beberapa toko modern yang dimiliki perseorangan. Selain dijual di pasar Indonesia, 40 persen dari total produksinya diekspor ke beberapa negara di Asia, Amerika, Timur Tengah, Eropa Barat dan Eropa Timur. Penjualan buku tulis PT Locomotif Eka Sakti meningkat dari tahun ke tahun seiring pertumbuhan industri produk kertas. Kinerja yang dicapai PT Locomotif Eka Sakti dalam laporan keuangannya tercatat terjadi peningkatan nilai penjualan 6
7 sebesar 16,7% di tahun 2013 dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2014, peningkatan penjualan juga terjadi hanya saja tidak terlalu besar yaitu hanya sebesar 7,1%. Meskipun PT Locomotif Eka Sakti berhasil meningkatkan penjualan produk kertasnya, namun karena persaingan harga yang sangat ketat menuntut adanya penurunan harga produk. Penurunan harga produk ini mengakibatkan rasio marjin laba bersih (net profit margin ratio) mengalami penurunan. Pada tahun 2012 tercatat persentase keuntungan bersih yang didapatkan PT Locomotif Eka Sakti sebesar 9,12%, sedangkan pada 2013 dan 2014 berturut-turut menurun secara signifikan ke level 5,58% dan 5,11% seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.1. Penurunan marjin laba bersih inilah yang menjadi permasalahan utama PT Locomotif Eka Sakti sehingga menyebabkan lambatnya pengembangan perusahaan % 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% 9.12% 5.58% 5.11% Gambar 1.1. Rasio Marjin Laba Bersih PT Locomotif Eka Sakti Dengan keadaan marjin laba bersih yang menurun dan kondisi lingkungan bisnis yang selalu berubah serta semakin ketatnya persaingan dalam industri produk kertas, mengharuskan perusahaan untuk melakukan perbaikan strategi secara terus menerus. Apabila strategi bersaing tidak dilakukan evaluasi, tentu saja akan menyebabkan tidak tercapainya target jangka panjang perusahaan untuk dapat bersaing secara berkelanjutan pada industri ini dan juga untuk dapat memiliki 7
8 kapasitas pabrik yang lebih besar. Oleh karena itu, penulis ingin mengevaluasi kembali strategi yang sedang dijalankan, membandingkannya dengan perubahan yang mungkin terjadi di masa yang akan datang, menetapkan posisi yang akan dicapai, dan pada akhirnya membuat usulan strategi bagi perusahaan. Hal ini menarik untuk dilakukan dengan tujuan agar pengembangan perusahaan dapat lebih cepat dan target jangka panjang perusahaan dapat tercapai Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan masalah di atas, maka pertanyaan penelitian yang akan diteliti berkaitan dengan strategi bersaing perusahaan adalah sebagai berikut: 1. Apakah strategi yang sedang dijalankan PT Locomotif Eka Sakti saat ini masih dapat dipertahankan? 2. Apakah faktor-faktor eksternal yang menjadi peluang dan ancaman bagi PT Locomotif Eka Sakti untuk menghadapi persaingan dalam industri produk kertas? 3. Apakah faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan bagi PT Locomotif Eka Sakti untuk menghadapi persaingan dalam industri produk kertas? 4. Apakah strategi bersaing alternatif yang sebaiknya dilakukan PT Locomotif Eka Sakti untuk menghadapi persaingan dalam industri produk kertas dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran perusahaan? 8
9 1.4. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis lingkungan eksternal dan internal PT Locomotif Eka Sakti, yang kemudian dilakukan analisis secara mendalam untuk merumuskan strategi bersaing alternatif yang sebaiknya diimplementasikan PT Locomotif Eka Sakti untuk menghadapi kondisi persaingan industri produk kertas. Secara lebih detail tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah: 1. Menganalisis lingkungan eksternal dan internal PT Locomotif Eka Sakti beserta kemungkinan perubahan yang dapat terjadi dan akan berpengaruh pada kondisi persaingan. 2. Merumuskan strategi bersaing alternatif yang sebaiknya diimplementasikan PT Locomotif Eka Sakti untuk dapat bersaing dalam industri produk kertas Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian analisis strategi bersaing PT Locomotif Eka Sakti ini adalah sebagai kontribusi kepada perusahaan PT Locomotif Eka Sakti untuk dapat merumuskan usulan strategi bersaing yang tepat dalam memenangkan persaingan melalui analisis perubahan faktor ekternal dan dapat mengeksplorasi faktor internal yang dimiliki sehingga dapat meningkatkan penjualan, pertumbuhan, pangsa pasar dan profit margin serta juga sebagai bahan pertimbangan untuk mendukung manajemen perusahaan dalam menentukan strategi bersaing dimasa yang akan datang. 9
10 1.6. Sistematika Penulisan Sistematikan penulisan penelitian ini dibagi atas lima bagian dengan uraian sebagai berikut: 1. Bab 1: Pendahuluan Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. 2. Bab 2: Tinjauan Pustaka Pada bab ini diuraikan bebagai teori yang berhubungan dengan strategi perusahaan dan langkah-langkah untuk menganalisis strategi perusahaan yang berguna untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah dalam penelitian ini. 3. Bab 3: Metoda Penelitian dan Profil Perusahaan Pada bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan dalam tesis ini dan gambaran umum PT Locomotif Eka Sakti sebagai obyek penelitian. 4. Bab 4: Analisis dan Pembahasan Bab ini merupakan pembahasan atas masalah pokok, yaitu analisis strategi yang sedang dilakukan oleh PT Locomotif Eka Sakti dan juga melakukan identifikasi usulan strategi berdasarkan pendekatan-pendekatan teori analisis eksternal dan internal perusahaan. 5. Bab 5: Kesimpulan dan Saran Dalam bab ini akan disampaikan kesimpulan penelitian ini dan rekomendasi yang dapat diberikan kepada perusahaan. 10
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data di atas, kesimpulan dari analisis strategi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Secara keseluruhan industri ini kurang
Lebih terperinciLAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh
Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode
Lebih terperinciDISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL INDUSTRI AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI
DISAMPAIKAN OLEH : DIREKTUR JENDERAL AGRO PADA RAPAT KERJA KEMENTERIAN PERAN TAHUN 2013 JAKARTA, FEBRUARI 2013 DAFTAR ISI I. KINERJA AGRO TAHUN 2012 II. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN AGRO III. ISU-ISU STRATEGIS
Lebih terperinciBAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD)
BAB III ASUMSI-ASUMSI DASAR DALAM PENYUSUNAN RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH (RAPBD) 3.1. Asumsi Dasar yang Digunakan Dalam APBN Kebijakan-kebijakan yang mendasari APBN 2017 ditujukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Secara umum, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia memiliki daya saing yang relatif baik di pasar internasional. Hal ini disebabkan Indonesia memiliki
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
1 1.1 LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki wilayah hutan yang luas, hutan yang ada mampu memberikan berbagai manfaat bagi kehidupan manusia maupun makhluk hidup
Lebih terperinciAnalisis Perkembangan Industri
JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri tekstil merupakan salah satu industri yang berkembang cukup pesat di Indonesia. Sampai dengan tahun 1998, jumlah industri TPT di Indonesia mencapai 2.581
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia masih terus berupaya untuk meningkatkan kegiatan perekonomian. Hal ini dapat berdampak bagi kemajuan ekonomi Indonesia yang dapat dilihat dari semakin berkembangnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terakhir, produksi kaca lembaran di seluruh dunia meningkat tajam. Berdasarkan hasil
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kaca lembaran merupakan salah satu produk hasil kimia yang banyak digunakan diseluruh dunia untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Selama beberapa tahun terakhir,
Lebih terperinciINDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI
Oktober 2008 INDIKATOR AKTIVITAS EKONOMI Pada Oktober 2008, pertumbuhan tertinggi secara tahunan terjadi pada produksi kendaraan niaga, sementara secara bulanan terjadi pada produksi kendaraan non niaga
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekonomi merupakan salah satu sektor yang memainkan peranan yang sangat penting dan merupakan suatu indikator penentu kemajuan suatu Negara. Peningkatan pembangunan dan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Begitu besarnya dampak krisis ekonomi global yang terjadi di Amerika Serikat secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Begitu besarnya dampak krisis ekonomi global yang terjadi di Amerika Serikat secara tidak langsung menghantam perekonomian hampir seluruh negara di dunia bahkan membuat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (kondisi ekonomi, keadaan politik, dan bencana alam) dan faktor internal (kinerja
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebangkrutan merupakan kondisi perusahaan yang tidak memenuhi hutangnya atau juga kondisi dari awalnya perusahaan dapat beroperasi kemudian mengalami kegagalan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bisnis di industri farmasi masih terus berkembang dan menggiurkan bagi para pelaku bisnis farmasi. Hal ini dipicu oleh peningkatan pertumbuhan pengeluaran pada obat-obatan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Seiring perkembangan dunia usaha yang mengarah juga pada era
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan dunia usaha yang mengarah juga pada era perdagangan bebas membuat persaingan antar perusahaan semakin ketat. Dimana dalam menghadapi persaingan
Lebih terperinciBAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia sektor perdagangan internasional mempunyai peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada sektor perdagangan
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tekstil merupakan industri penting sebagai penyedia kebutuhan sandang manusia. Kebutuhan sandang di dunia akan terus meningkat sejalan dengan peningkatan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya dunia usaha saat ini membuat persaingan antar perusahaan sejenis semakin ketat. Untuk menjaga kelangsungan perusahaan dalam menghadapi persaingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Prospek industri manufaktur tahun 2012, pada tahun 2011 yang lalu ditandai oleh kebangkitan kembali sektor manufaktur, seperti terlihat dari kinerja ekspor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JULI 2017
No. 52/09/36/Th.XI, 4 September PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JULI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JULI NAIK 29,23 PERSEN MENJADI US$990,19 JUTA Nilai ekspor Banten naik 29,23 persen dibanding ekspor
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA
i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Th.XIX, 04 Januari 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA 1. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER 2015 SEBESAR US$607,63 JUTA.
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT MARET 2016
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR No.25/05/32/Th.XVIII, 02 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET MENCAPAI US$ 2,12 MILYAR Nilai ekspor
Lebih terperinciUKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT Indah Kiat Pulp & Paper, Tbk merupakan perusahaan yang bergerak pada bidang manufaktur bubur kertas dan berbagai produk dan kemasan kertas. PT. Indah Kiat Pulp &
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor rill dan sektor keuangan. Salah satu sektor yang cukup baik untuk dicermati
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Perekonomian dalam negeri mengalami perbaikan pada tahun 2010 ini. Fenomena pertumbuhan ekonomi negara yang terus bergerak naik serta dukungan pemerintah terhadap iklim
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Produk tanaman perkebunan pada umumnya berorientasi ekspor dan diperdagangkan pada pasar internasional, sebagai sumber devisa. Disamping sebagai sumber devisa, beberapa
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN
BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Definisi Perusahaan Perusahaan adalah badan usaha berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum yang menjalankan perdagangan barang atau jasa dengan tujuan mendapatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gambaran mengenai industri farmasi selama bertahun-tahun, perusahaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gambaran mengenai industri farmasi selama bertahun-tahun, perusahaan farmasi secara berkelanjutan terus melakukan inovasi menawarkan produk-produk baru, membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan ukuran pasar dalam sektor industri tertentu mengindikasikan potensi pasar dan tingkat kompetisi dalam industri tersebut. Jika pertumbuhan ukuran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian di dalam negeri maupun di dunia internasional. Dampak yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meskipun perekonomian dan perindustrian nasional kini dihadapkan kepada dampak krisis ekonomi global, namun bisnis ritel di Indonesia tidak terkendala bahkan masih
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada prinsipnya pengertian agribisnis adalah merupakan usaha komersial (bisnis) di bidang pertanian (dalam arti luas) dan bidang-bidang yang berkaitan langsung dengan
Lebih terperinciEKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA
BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 06/02/31/Th. XVI, 3 Februari 2014 NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN DESEMBER 2013 MENCAPAI 953,15 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan bisnis dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-i 2015
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang sedang berkembang dilihat dari pertumbuhan bisnis dan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan-i 2015 terhadap triwulan-i 2014
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Perekonomian di dalam negeri maupun di dunia terus mengalami gejolak
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perekonomian di dalam negeri maupun di dunia terus mengalami gejolak di berbagai sektor. Perusahaan sebagai salah satu entitas yang terlibat dalam kegiatan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA
i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 02/01/12/Thn. XX, 3 Januari 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN NOVEMBER SEBESAR US$723,68 JUTA Nilai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional yang menunjukan hasil positif ditandai dengan peringkat ekonomi Indonesia yang menempati urutan sepuluh besar menurut data Bank Dunia.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET 2017
No. 24/05/36/Th.XI, 2 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MARET A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MARET NAIK 9,30 PERSEN MENJADI US$995,96 JUTA Nilai ekspor Banten pada Maret naik 9,30 persen dibanding
Lebih terperinciSIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta Telp: /Fax:
SIARAN PERS Pusat HUMAS Kementerian Perdagangan Gd. I Lt. 2, Jl. M.I Ridwan Rais No. 5, Jakarta 10110 Telp: 021-3860371/Fax: 021-3508711 Kinerja Ekspor Nonmigas Triwulan I Mencapai Tingkat Tertinggi Memperkuat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Hal ini didorong oleh semakin meningkatnya hubungan
Lebih terperinciGrafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)
BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. baik sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai, baik dalam merencanakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam dunia perekonomian dan usaha, terdapat banyak perusahaan dengan berbagai aktivitas dan bidang usaha serta produk yang berbeda. Secara umum, tujuan
Lebih terperinciPT Lionmesh Prima Tbk
PT Lionmesh Prima Tbk Public Expose Hotel JW Marriott, 4 Juni 2015 Daftar Isi Profil Perusahaan Kinerja Perusahaan Tinjauan Ekonomi Pabrik Sidoarjo Kesimpulan Jenis Produk Heavy Mesh Drawn Wire Wire Mesh
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI 2017
No. 38/07/36/Th.XI, 3 Juli PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN MEI A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR MEI NAIK 9,95 PERSEN MENJADI US$1.001,75 JUTA Nilai ekspor Banten naik 9,95 persen dibanding ekspor April,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri di Indonesia yang memiliki
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Industri pulp dan kertas merupakan salah satu industri di Indonesia yang memiliki prospek yang cerah di masa mendatang yang dapat memberikan kontribusi yang cukup besar
Lebih terperinciEKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA
BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 06/02/31/Th. XIX, 1 Februari 2017 NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN DESEMBER MENCAPAI 715,18 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumber daya alam yang beraneka ragam dan memiliki wilayah yang cukup luas. Hal ini yang membuat Indonesia menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melonjak, dan krisis energi yang dibarengi dengan harga minyak dunia yang terus
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia saat ini penuh dengan ketidakpastian. Beberapa diantaranya adalah nilai tukar rupiah yang naik turun, kebutuhan bahan pokok yang terus
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri TPT merupakan penyumbang terbesar dalam perolehan devisa Indonesia. Pada kurun tahun 1993-2006, industri TPT menyumbangkan 19.59 persen dari perolehan devisa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa salah satu pondasi yang dimiliki Indonesia sehingga membuat krisis global
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi Indonesia jika dibandingkan perkembangan ekonomi dunia masih lebih baik. Krisis ekonomi dunia yang dialami beberapa negara termasuk negara maju
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT
V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT 5.1 Produk Kelapa Sawit 5.1.1 Minyak Kelapa Sawit Minyak kelapa sawit sekarang ini sudah menjadi komoditas pertanian unggulan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat bersaing guna meningkatkan penjualan sekaligus mempertahankan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis yang semakin ketat dewasa ini, mendorong banyaknya perusahaan merencanakan strategi pemasaran secara inovatif, hal ini ditempuh agar perusahaan dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perusahaan dihadapkan pada tuntutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini perusahaan dihadapkan pada tuntutan masyarakat yang semakin kompleks, sehingga perusahaan harus mampu mengakomodasi berbagai pihak
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap
Lebih terperinciV. DAYA SAING, KETERKAITAN DAN SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI AGRO. Komparasi sektor industri agro Indonesia dengan China dan Thailand
V. DAYA SAING, KETERKAITAN DAN SUMBER-SUMBER PERTUMBUHAN SEKTOR INDUSTRI AGRO 5.1. Struktur Industri Agro Komparasi sektor industri agro Indonesia dengan China dan Thailand diawali dengan meneliti persentase
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang berlimpah, dimana banyak Negara yang melakukan perdagangan internasional, Sumberdaya yang melimpah tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan barang dan jasa antar negara di dunia membuat setiap negara mampu memenuhi kebutuhan penduduknya dan memperoleh keuntungan dengan mengekspor barang
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014
No. 07/02/15/Th.IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 103,29 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 6,69 Juta.
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA
i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No.15/03/12/Thn. XX, 01 Maret PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JANUARI SEBESAR US$707,83 JUTA Nilai ekspor melalui
Lebih terperinciAnalisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011
Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011 Nomor. 30/AN/B.AN/2010 0 Bagian Analisa Pendapatan Negara dan Belanja Negara Biro Analisa Anggaran dan Pelaksanaan APBN SETJEN DPR-RI Analisis Asumsi Makro Ekonomi
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA
BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 33/06/12/Thn. XX, 02 Juni PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN APRIL SEBESAR US$775,84 JUTA Nilai ekspor melalui
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia Implementasi kebijakan..., Nursantiyah, FISIP UI, 2009
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tepung terigu dari waktu ke waktu semakin menjadi komoditi pangan penting di Indonesia. Hal ini disebabkan karena tepung terigu semakin menguasai kebutuhan
Lebih terperinciPERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH
PERKEMBANGAN DAN VOLATILITAS NILAI TUKAR RUPIAH Asumsi nilai tukar rupiah terhadap US$ merupakan salah satu indikator makro penting dalam penyusunan APBN. Nilai tukar rupiah terhadap US$ sangat berpengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan hubungan antara struktur modal dan nilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam sebuah perusahaan hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan manjadi salah satu isu penting yang dihadapi manajer keuangan. Struktur modal merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN an, melalui pembangunan industri pengolahan kayu terpadu. Pada tahun
1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Indonesia mulai memanfaatkan hutan secara ekonomis pada awal tahun 1970-an, melalui pembangunan industri pengolahan kayu terpadu. Pada tahun 2013 dalam menghadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. data Organisasi Pembangunan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO),
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tingkat pertumbuhan produksi manufaktur global tampaknya pulih kembali setelah terpuruk selama kurang lebih 3 tahun, namun prospek pemulihan masih belum
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2015
No. 50/11/36/Th. IX, 2 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER TURUN 5,85 PERSEN MENJADI US$706,27 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 5,85 persen
Lebih terperinciIII. KERANGKA PEMIKIRAN
III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Analisis Berlian Porter Dayasaing diidentikkan dengan produktivitas atau tingkat output yang dihasilkan untuk setiap input yang digunakan.
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER No.72/12/32/Th.XVII, 15 Desember A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER MENCAPAI US$2,03 MILYAR Nilai
Lebih terperinciEKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA
BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 02/01/31/Th.XVI, 2 Januari 2014 NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN NOVEMBER 2013 MENCAPAI 921,44 JUTA DOLLAR AMERIKA Nilai ekspor non migas
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA
i BPS PROVINSI SUMATERA UTARA No. 43/08/12/Thn. XX, 01 Agustus PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR SUMATERA UTARA I. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SUMATERA UTARA BULAN JUNI SEBESAR US$632,13 JUTA Nilai ekspor melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk
114 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk perekonomian bagi masyarakat Indonesia. Salah satu sektor agroindustri yang cendrung berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat perdagangan internasional yaitu,memperoleh keuntungan dari spesialisasidalam memproduksi barang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Perusahaan dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada 2 macam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Perusahaan dalam menjalankan usahanya dihadapkan pada 2 macam lingkungan yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Perusahaan yang semakin membesar akan
Lebih terperinciKAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012
KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia
Lebih terperinciRingkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia
Ringkasan eksekutif: Di tengah volatilitas dunia Perlambatan pertumbuhan Indonesia terus berlanjut, sementara ketidakpastian lingkungan eksternal semakin membatasi ruang bagi stimulus fiskal dan moneter
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,
Lebih terperinciDAFTAR ISI. A Latar Belakang Masalah... 1 B Rumusan Masalah... 5 C Tujuan Penelitian... 5 D Kegunaan Penelitian... 5
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR... ii LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... iii PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi RIWAYAT HIDUP... vii LEMBAR
Lebih terperinciAKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian
AKSELERASI INDUSTRIALISASI TAHUN 2012-2014 Disampaikan oleh : Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Jakarta, 1 Februari 2012 Daftar Isi I. LATAR BELAKANG II. ISU STRATEGIS DI SEKTOR INDUSTRI III.
Lebih terperinciBAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN
BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,
Lebih terperinciBPS PROVINSI JAWA BARAT
BPS PROVINSI JAWA BARAT PERKEMBANGAN EKSPOR IMPR PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAWA BARAT NOVEMBER 2016 No. 04/01/32/Th.XIX, 03 Januari 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR NOVEMBER 2016 MENCAPAI USD
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER 2016
No. 61/11/36/Th.X, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER TURUN 5,17 PERSEN MENJADI US$729,59 JUTA Nilai ekspor Banten pada September turun 5,17
Lebih terperinciBAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA
81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kompetitif. Persaingan usaha yang ketat terjadi ditengah kondisi ekonomi negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Hal ini menyebabkan persaingan diantara para pelaku usaha juga semakin kompetitif. Persaingan
Lebih terperinci1 PENDAHULUAN Latar Belakang
1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kondisi persaingan bisnis yang dewasa ini semakin dinamis disertai memudarnya batasan-batasan hubungan perdagangan antar negara mengharuskan setiap pelaku usaha menerapkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian
Lebih terperinciEKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA
BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 16/04/31/Th. XIX, 3 April NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN FEBRUARI NAIK 9,70 PERSEN DIBANDINGKAN BULAN SEBELUMNYA Nilai ekspor melalui DKI
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan
Lebih terperinciStabilitas Harga Menentukan Industri Baja
Stabilitas Harga Menentukan Industri Baja Jajang Yanuar Habib jajang@wdspcorp.org Abstrak Meningkatnya pasokan impor dengan harga yang relatif lebih murah berdampak pada menurunnya daya saing industri
Lebih terperinciEKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA
BPS PROVINSI DKI JAKARTA EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA No. 54/12/31/Th. XVIII, 1 Desember NILAI EKSPOR PRODUK DKI JAKARTA BULAN OKTOBER MENCAPAI 1.055,64 JUTA DOLAR AMERIKA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta
Lebih terperinciEKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA
Ekspor dan Impor DKI Jakarta No. 50/11/31/Th.XIX, 1 November EKSPOR DAN IMPOR DKI JAKARTA Nilai ekspor melalui DKI Jakarta bulan tember mencapai 4.479,47 juta dollar Amerika. Nilai ekspor produk-produk
Lebih terperinciKOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA ( KPPI ) KUESIONER PRODUSEN KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (KPPI)
KUESIONER PRODUSEN KOMITE PENGAMANAN PERDAGANGAN INDONESIA (KPPI) 1 Versi Rahasia Versi Tidak Rahasia (tandai salah satu) Batas Akhir Pengembalian Kuesioner : 08 Agustus 2014 Periode Investigasi : 2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang nyata-nyata lebih baik dibandingkan produk saingan. Salah satu jalan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era modern seperti sekarang ini, suatu perusahaan dituntut untuk menciptakan peluang pasar. Suatu perusahaan harus mampu mempertahankan konsumennya atau
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER 2011
BADAN PUSAT STATISTIK No. 66/11/Th.XIV, 1 November PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA SEPTEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR SEPTEMBER MENCAPAI US$17,82 MILIAR Nilai ekspor Indonesia mencapai US$17,82
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017
No. 16/03/36/Th. XI, 1 Maret 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR BANTEN JANUARI 2017 A. PERKEMBANGAN EKSPOR EKSPOR JANUARI 2017 TURUN 3,84 PERSEN MENJADI US$904,45 JUTA Nilai ekspor Banten pada turun 3,84
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang penelitian Industri penerbangan merupakan salah satu sektor industri yang memiliki pangsa pasar terbesar di dunia. Pertumbuhan industri penerbangan juga cenderung relatif
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE
BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kinerja perekonomian Indonesia dalam lima tahun terakhir, antara tahun 2008 hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan di Eropa dan Amerika,
Lebih terperinciPERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014
PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA - THAILAND PERIODE : JANUARI AGUSTUS 2014 A. Perkembangan perekonomian dan perdagangan Thailand 1. Selama periode Januari-Agustus 2014, neraca perdagangan Thailand dengan
Lebih terperinci