BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini pemerintah sedang gencar-gencarnya mengadakan perubahan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini pemerintah sedang gencar-gencarnya mengadakan perubahan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir-akhir ini pemerintah sedang gencar-gencarnya mengadakan perubahan di berbagai bidang. Di tengah kesibukannya mengatasi berbagai cobaan yang diberikan oleh Allah terhadap negara kita terutama berbagai bencana alam, pemerintah juga tidak lupa akan tanggung jawabnya di bidang pendidikan. Salah satu langkah yang diambilnya adalah mengadakan perbaikan/perubahan terhadap kurikulum. Dari kurikulum 1994 suplemen 1999 diubah menjadi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada tahun 004. Dalam jangka waktu yang singkat kurikulum ini diganti lagi dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 006 sebagai perbaikan dari kurikulum sebelumnya. Perbaikan kurikulum ini terutama juga menyangkut perbaikan kurikulum pengajaran mata pelajaran matematika. Kurikulum tingkat satuan pendidikan pada prinsipnya hampir sama dengan kurikulum berbasis kompetensi, hanya saja pada kurikulum tingkat satuan pendidikan jam belajar dan materi pengayaan yang diajarkan dikurangi (Mulyasa, 006:83). Salah satu tujuan pemerintah melakukan perbaikan terhadap kurikulum adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, terutama kualitas dari output pada setiap jenjang pendidikan. Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, 1

2 salah satu mata pelajaran yang sangat menentukan mutu pendidikan adalah penguasaan materi matematika. Menurut anggapan masyarakat umum maupun siswa secara khusus, bahwa salah satu pelajaran yang sulit pada jenjang pendidikan dasar dan menengah adalah matematika. Anggapan ini hendaknya menjadi bahan pertimbangan dari semua pihak agar pandangan ini tidak menjadi bumerang bagi masyarakat maupun siswa secara khusus. Untuk dapat mengenali hal apa yang menyebabkan matematika itu menjadi salah satu mata pelajaran yang sulit adalah dengan mengetahui karakteristik dari matematika itu sindiri. Berdasarkan tinjauan terhadap karekteristik dari matematika, maka dapatlah diidentifikasi bahwa matematika sulit dipelajari karena matematika itu berhubungan dengan ide-ide dan konsep-konsep yang abstrak. Hal ini sesuai dengan pernyataan Hudoyo dalam Risal (005:7) bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide dan konsep-konsep yang abstrak dan tersusun secara hierarki dan penalarannya deduktif. Karena matematika bersifat abstrak, maka dalam belajar matematika memerlukan daya nalar yang tinggi. Demikian pula dengan mengajarkan matematika, guru harus mampu mengabstrasikan objek matematika yang diajarkan. Karena konsep matematika yang tersusun secara hierarki, maka dalam belajar matematika tidak boleh ada langkah/tahapan konsep yang dilewati. Matematika hendaknya dipelajari secara sistematis dan teratur, dan harus disajikan dengan struktur yang jelas serta harus disesuaikan dengan perkembangan intelektual

3 siswa dan kemampuan prasyarat yang telah dimilikinya. Dengan demikian pembelajaran matematika akan terlaksana secara efektif dan efisien. Karena konsep-konsep dalam matematika memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lainnya, maka siswa harus lebih banyak diberikan kesempatan untuk melihat kaitan-kaitan dengan materi yang lain. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa dapat memahami materi matematika secara mendalam. Misalnya jika siswa ingin memahami konsep integral (anti turunan) maka terlebih dahulu dia harus mampu memahami konsep turunan suatu fungsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Purcell (1990:33) bahwa operasi balikan (inversi) dari turunan (pendiferensialan) adalah anti turunan (anti pendiferensialan). Pengintegralan adalah pencarian anti turunan. Karena integral tak tentu merupakan kebalikan dari turunan fungsi, maka diharapkan siswa yang memahami konsep turunan fungsi dapat memahami integral tak tentu dari suatu fungsi. Sehingga penguasaan siswa terhadap konsep turunan fungsi dapat mempengaruhi kemampuan siswa memahami konsep integral tak tentu. Kemampuan siswa memahami konsep turunan suatu fungsi dapat dilihat dari kemampuannya menyelesaikan soal-soal turunan suatu fungsi dan kemampuan siswa memahami konsep integral tak tentu dapat dilihat dari kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal integral tak tentu dari suatu fungsi. Siswa sebelum mempelajari konsep integral harus terlebih dahulu memahami konsep turunan fungsi. Pemahaman yang dimaksud bukan hanya sekadar telah dipelajari berdasarkan tuntutan kurikulum, tetapi pemahamannya harus lebih 3

4 mendalam dan mampu mengaitkannya dengan materi lain termasuk perubahannya ke bentuk lain serta mampu melihat kaitan-kaitannya dengan materi selanjutnya. Kondisi ini berbeda dengan siswa Kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha. Siswa Kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha dalam memahami konsep turunan hanya sebatas mampu mencari turunan dengan cara asal-asalan tanpa memahaminya secara mendalam, sehingga sebagian besar tidak mampu menguasai perubahan-perubahan bentuk turunan fungsi itu sendiri. Hal ini berimbas pada kemampuan mereka dalam memahami konsep integral. Oleh karena siswa tidak mampu melihat perubahan bentuk dan kaitannya dengan turunan, maka siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep integral, khususnya integral tak tentu. Berdasarkan keterangan dari La Daya, salah satu guru matematika yang mengajar di SMA Negeri 1 Raha bahwa kesulitan itu dapat dilihat dari hasil pekerjaan siswa dalam menyelesaikan soal-soal ulangan tentang interal tak tentu. Banyak siswa siswa Kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha yang belum mampu meyelesaikan soal-soal intergal tak tentu karena belum mampu mengaitkannya dengan konsep turunan fungsi. Siswa tersebut belum bisa mengaitkan permasalahan integral tak tentu dengan turunan fungsi karena pada dasarnya kemampuannya dalam menguasai konsep dasar turunan fungsi juga masih kurang. Kekurangmampuan siswa SMA Negeri 1 Raha dalam memahami konsep turunan fungsi dapat dilihat dari jawaban siswa dalam menyelesaikan soal-soal ulangan turunan fungsi. Sesuai dengan keterangan dari La Daya, salah satu guru 4

5 matematika bahwa dalam jawaban siswa menyelesaikan soal-soal turunan fungsi, masih banyak terdapat kesalahan. Kesalahan itu diakibatkan oleh ketidakpahaman siswa pada konsep turunan fungsi. Kesalahan yang terjadi yang dilakukan oleh siswa seperti ini harusnya menyadi perhatian khusus baik bagi siswa itu sendiri, guru, calon guru, sekolah maupun semua pihak yang memiliki tanggung jawab dan sikap peduli pada kualitas dan keberhasilan dibidang pendidikan. Sikap peduli tersebut dapat dilihat dari adanya usaha dan upaya untuk memperbaiki dan meluruskan kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa agar tidak menjadi kesalahan yang berulang-ulang dilakukan dan terbawa-bawa sampai pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berdasarkan kondisi ini, untuk melihat gambaran kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal, baik tentang soal-soal kemampuan konsep turunan fungsi maupun soal-soal integral tak tentu dan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh penguasaan konsep turunan fungsi terhadap kemampuan menyelesaikan soal-soal integral tak tentu siswa SMA Negeri 1 Raha, maka penulis mengadakan penelitian dengan judul Pengaruh Penguasaan Konsep Turunan Fungsi Terhadap Penyelesaian Soal-Soal Integral Tak Tentu di SMA Negeri 1 Raha Kelas XII IPA. 5

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah yang akan diselidiki dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran jawaban siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha dalam menyelesaikan soal-soal konsep turunan suatu fungsi?. Bagaimana gambaran jawaban siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha dalam menyelesaikan soal-soal integral tak tentu suatu fungsi? 3. Apakah kemampuan penguasaan konsep turunan suatu fungsi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan penyelesaiaan soal-soal integral tak tentu suatu fungsi? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui gambaran jawaban siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha dalam menyelesaikan soal-soal konsep turunan suatu fungsi.. Untuk mengetahui gambaran jawaban siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha dalam menyelesaikan soal-soal integral tak tentu suatu fungsi. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan penguasaan konsep turunan fungsi terhadap penyelesaiaan soal-soal integral tak tentu suatu fungsi. 6

7 D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1. Bagi guru, sebagai bahan informasi tentang sub-sub pokok bahasan turunan dan integral tak tentu yang belum dipahami oleh siswa, yang akan menjadi pertimbangan dalam mengajarkan materi turunan dan integral pada pembelajaran selanjutnya.. Bagi siswa, sebagai bahan evaluasi dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar utamanya hasil belajar matematika tentang turunan dan integral suatu fungsi. 3. Bagi sekolah, hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka refleksi proses pembelajaran dan peningkatan mutu proses pembelajaran, khususnya mata pelajaran matematika. 4. Bagi peneliti, menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan keilmuan. 5. Sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang menyangkut topik penelitian yang relevan dengan penelitian ini. 7

8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar Matematika Belajar merupakan suatu aktifitas psikis atau mental seseorang yang dijalin dengan berinteraksi atau berhubungan dengan lingkungannya. Lingkungan yang dimaksud bukan hanya objek yang hidup, melainkan semua objek yang ada disekitarnya baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud, asalkan hasil dari interaksi tersebut menghasilkan perubahan-perubahan dalam pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Perubahan yang terjadi pada individu tersebut bersifat membekas dalam jangka waktu yang lama. Hasil dari belajar tentunya diharapkan akan mengarah kepada kebaikan yang bermanfaat baik bagi orang yang mengalami pembelajaran tersebut maupun orang yang ada di sekitarnya. Proses belajar akan menjadikan perubahan pada pelakunya, baik perubahan kepada hal-hal yang baru maupun penyempurnaan dari hasil yang telah diperoleh sebelumnya. Hasil yang diperoleh boleh jadi merupakan tujuan utama dari proses pembelajaran ataupun hasil sampingan yang tidak pernah diduga sebelumnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Winkel (1991:36) yang menyatakan bahwa belajar pada manusia boleh dirumuskan sebagai suatu aktifitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pemahamanpemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif 8

9 konstan dan berbekas. Perubahan-perubahan itu dapat berupa hal-hal yang baru maupun penyempurnaan dari hasil yang telah diperoleh sebelumnya. Sejalan dengan pendapat Winkel di atas, Sunarto (003:3) mengemukakan bahwa belajar pada dasarnya merupakan proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Perubahan tingkah laku yang dimaksud meliputi perubahan pemahaman, pengetahuan, sikap, keterampilan, kebiasaan dan apersepsi. Pengalaman yang dimaksud dalam proses belajar adalah terjadinya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Pendapat lain mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku. Perubahan yang disadari dan timbul akibat dari praktek, pengalaman, latihan dan bukan secara kebetulan. Terbentuknya tingkah laku sebagai hasil mempunyai tiga ciri yaitu (a) tingkah laku yang baru itu berupa kemampuan aktual dan potensial (b) kemampuan itu berlaku dalam waktu yang relatif lama dan (c) kemampuan yang diperoleh melalui usaha (Sudjana, 005:5). Dari beberapa pendapat sebelumnya tentang pengertian belajar dapat disimpulkan bahwa belajar pada dasarnya merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang mengakibatkan bertambahnya pengetahun, keterampilan, nilai dan sikap yang diperoleh dari interaksi individu dengan lingkungannya. Salah satu contoh belajar adalah belajar materi matematika. Setelah mempelajari matematika diharapkan akan terjadi perubahan-perubahan pada diri pelakunya. Mempelajari matematika merupakan usaha untuk melakukan tindakan pemecahan pada persoalan matematika yang sedang dihadapi. Belajar matematika di 9

10 sekolah ditujukan pada peningkatan kemampuan siswa agar lebih cermat dan mudah dalam memahami dan menguasai pelajaran matematika. Kemampuan memecahkan soal-soal matematika ini menunjukkan keberhasilan dalam pelajaran matematika. Keberhasilan siswa dalam memecahkan soal-soal matematika pada umumnya sangat tergantung pada pemahaman dasar yang telah dimiliki atau diperolehnya pada pelajaran matematika sebelumnya. Olehnya itu biasanya guru sebelum memulai pembelajaran terlebih dahulu memberikan apersepsi kepada siswa dengan tujuan untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru dengan bantuan pengetahuan-pengetahuan yang telah ada. Apersepsi dalam mangajar dengan maksud mempermudah memahami ide-ide yang baru dipelajari dengan mengaitkan pemahaman ide yang telah dimiliki siswa. Karena pelajaran baru bagi siswa selalu dibangun dari pengetahuan yang telah ada. Pengetahuan yang harus dimiliki siswa sebelum mempelajari pelajaran baru disebut pengetahuan prasyarat. Dalam kaitannya dengan materi prasyarat ini, Hudoyo dalam Rukia (000:11) mengemukakan bahwa Dalam matematika, mempelajari konsep B yang didasari konsep A, perlu memahami konsep A terlebih dahulu. Tanpa memahami konsep A, mustahil akan memahami konsep B. Kemampuan siswa dalam memahami materi matematika yang baru sangat dipengaruhi oleh kemampuan dasar. Makin tinggi kemampuan dasar yang dimiliki siswa dalam pelajaran matematika, maka semakin mudah pula untuk menerima pelajaran matematika lanjutan yang diberikan oleh gurunya. Sebaliknya, kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki siswa akan menyebabkan sulitnya untuk menerima 10

11 pelajaran matematika selanjutnya. Hal ini dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa dalam menerapkan suatu konsep atau teorema tertentu. Olehnya itu keberhasilan seseorang dalam mempelajari salah satu pokok bahasan matematika sangat dipengaruhi oleh pemahaman dasar yang menjadi materi prasyarat dari materi yang akan dipelajari. Salah satu materi matematika yang membutuhkan pemahaman dasar sebelum mempelajari materi tersebut agar bisa dipahami dengan baik adalah pokok bahasan integral tak tentu. Untuk dapat memahami materi ini siswa seharusnya sudah memiliki pemahaman dasar yang terkait dengan konsep integral. Salah satu materi yang harus dikuasai adalah materi turunan fungsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Soemartojo (1995:89) bahwa integral tak tentu adalah kebalikan dari turunan. Mengintegralkan adalah proses menemukan anti turunan dari suatu fungsi. Hal di atas senada dengan pendapat Dienes yang dikutip oleh Hudoyo dalam Rukia (000:11) yang mengatakan bahwa belajar matematika melibatkan suatu struktur hierarki dari konsep-konsep tingkat lebih tinggi yang dibentuk atas dasar apa yang telah dibentuk sebelumnya. Jadi asumsi ini berarti bahwa belajar konsep-konsep matematika yang tingkatannya lebih tinggi tidak mungkin bila prasyarat yang mendahului konsep itu belum dipelajari. Demikian pula dengan konsep integral tak tentu tidak akan mungkin bisa dipahami kalau konsep turunan yang merupakan prasyarat dari konsep integral tak tentu belum dipelajari. Secara langsung maupun tidak langsung pemahaman tentang konsep turunan fungsi mempengaruhi tingkat pemahaman konsep integral tak tentu. 11

12 B. Konsep dalam Matematika Matematika memiliki karakteristik tertentu. Salah satu karakteristik matematika adalah objeknya yang bersifat abstrak. Konsep merupakan salah satu objek dari matematika. Berikut akan dikemukakan beberapa pengertian konsep serta contahnya dalam matematika. Konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan orang untuk mengklasifikasikan apakah objek tertentu merupakan contoh atau bukan contoh dari ide abstrak tertentu (Pudjohartono, 003:15). Seiring pendapat di atas, Gagne dalam Sudia (1995:15) mengemukakan bahwa konsep adalah ide abstrak yang dapat menggolong-golongkan contoh dan bukan contoh dari suatu objek tertentu misalnya konsep KPK, konsep luas bangun datar, konsep pangkat, konsep turunan dan sebagainya. Abdurrahman (003:54) mengemukakan bahwa konsep menunjuk pada pemahaman dasar siswa dalam mengembangkan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika siswa dalam mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu. Misalnya anak mengenal konsep segitiga dapat dilihat pada saat anak mampu membedakan berbagai bentuk lain dari segitiga. Soejadi, (1993:11) menyatakan bahwa konsep-konsep dalam matematika pada umumnya disusun dari konsep-konsep sebelumnya. Misalnya konsep integral tak tentu disusun dari konsep turunan fungsi. Berarti konsep-konsep sebelumnya yang dimiliki siswa sangat dibutuhkan untuk menurunkan suatu konsep baru. 1

13 Dari bebarapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan ide atau gagasan yang mempu membedakan antara contoh dan bukan contoh dari objek tertentu yang diperlukan sebagai pemahaman dasar siswa yang sangat dibutuhkan untuk menurunkan suatu konsep baru. C. Konsep Turunan Fungsi a. Pengertian Turunan fungsi yang akan dibahas di sini adalah turunan fungsi yang diajarkan di sekolah menengah umum seperti turunan fungsi aljabar, turunan fungsi trigonometri, turunan fungsi eksponen dan turunan fungsi logaritma. Turunan dapat didefinisikan berikut: Misalkan x y f mendefinisikan dari sebuah fungsi dari x. Turunan dari sebuah fungsi y f x adalah fungsi x f ' yang harganya pada tiap-tiap x didefinisikan oleh aturan x x f x f f ' x lim asalkan limit di ruas kanan ada dan x0 x berhingga (Thomas-Finney, 1993:73). Jika limit di ruas kanan ada dan berhingga maka dikatakan bahwa f terdiferensialkan di x. pencarian turunan tersebut disebut pendiferensialan dan unit kalkulus yang membahas turunan disebut kalkulus diferensial. Ada beberapa teorema yang berkaitan dengan turunan ini, yang merupakan konsep dasar turunan yang diuraikan oleh Purcell (199:130), yaitu: 1). Aturan fungsi konstan 13

14 Jika f(x) = k, dengan k suatu konstanta, maka f ' x 0 ). Aturan fungsi identitas Jika f(x) = x, maka f ' x 1 3). Aturan pangkat n n1 Jika f x x maka f ' x nx, n bilangan rasional. 4). Aturan kelipatan konstanta Jika k suatu konstanta dan suatu fungsi yang terdiferensialkan, maka kf ' x kf' x 5). Aturan jumlah Jika f dan g adalah fungsi-fungsi yang terdiferensialkan, maka f g' x f ' x g' x 6). Aturan selisih Jika f dan g adalah fungsi-fungsi yang terdiferensialkan, maka f g' x f ' x g' x 7). Aturan hasil kali Jika f dan g adalah fungsi-fungsi yang terdiferensialkan, maka f. g' x f ' x. gx f xg' x 14

15 8). Aturan hasil bagi Jika f dan g adalah fungsi-fungsi yang terdiferensialkan di x dengan x 0 g, maka f g x x ' f ' xgx f xg' x gx b. Turunan Fungsi Trigonometri Turunan fungsi trigonometri yang diberikan adalan turunan fugsi sinus dan kosinus, sedangkan yang lainnya diperoleh dari penjabaran turunan sinus dan kosinus (Hasyim, 1989:56). a. f x sin x f ' x cos x b. f x cos x f ' x sin x c. Turunan Fungsi Komposisi Jika y = g(u) dan u = f(x) dengan f dan g adalah sebarang fungsi yang terdiferensialkan sehingga y = F(x) = g(f(x)) maka y' x F' x g' f x. f ' x g' u. f ' x g' u. u' (Hasyim, 1986:57-58) d. Turunan Fungsi Logaritma a. jika f(x) = ln x atau f(x) = x 1 ' x e log maka f x b. jika f(x) = a log u dan u fungsi dalam x yang terdiferensialkan dan a > 0 konstanta positif, maka u' f ' x (Hasyim, 1986:81) uln a e. Turunan Fungsi Eksoponensial a). jika f(x) = u e dengan u fungsi dalam x yang terdiferensialkan, maka 15

16 f ' x u e. u' b). jika f(x) = u a dengan a konstanta positif dan u fungsi dalam x yang terdiferensialkan, maka f x u'. a u. ln a ' (Hasyim, 1986:83) f. Turunan Fungsi Tingkat Tinggi Misalkan y = f(x) adalah suatu fungsi dalam x yang terdiferensialkan, dan misalkan turunannya disebut turunan pertama dari fungsi. Jika turunan pertama dapat dideferensialkan lagi maka turunannya disebut turunan kedua dari fungsi semula dan dinyatakan oleh salah satu simbol d y y '' atau dx. Setelah itu turunan dari turunan kedua disebut turunan ketiga dari fungsi semula yang dinyatakan oleh salah satu simbol 3 d y y ''' atau 3 dx dan seterusnya. (Hasyim, 1986:6). 16

17 Tabel 1. Bentuk-bentuk penulisan turunan fungsi tingkat tinggi Derivative Penulisan Penulisan Penulisan Penulisan leibniz Pertama f ' x y ' D x y dy dx Kedua x f '' y '' D x y d dx y Ketiga. Ke-n f '' x ' y ''' 3 D x y x f ( n) (n) y y D n x d 3 dx d n dx y 3 y n (Purcell dan Dale, 199 :14). g. Contoh-Contoh Turunan Suatu Fungsi Contoh-contoh turunan fungsi beserta penyelesaiannya diberikan berikut (Hasyim, 1986 :57-91): 1. y = 3 x 3 x y ' 9x y 3x 1 x 6x. y ' 35 x 19x x x 3x 5 y y ' x 1 x 1 4. y 3x x y ' 43 x x 1 6x 5. y sin3x 4 y ' 3cos3 x 4 17

18 6. y x sin 3x y' xsin3x 3x cos 3x 3sec 3x, tan 3x > 0 y' 3sec3x csc 3x tan3x 7. y lntan 3x 8. y ln x x, x > 0 y' x ln x ln x. x y ln x x y x x x 1 y ' 3x 1x 9 y '' 6x 1 y ''' y D. Konsep Dasar Integral a. Pengertian Jika F(x) adalah fungsi yang turunannya F (x) = f(x) pada interval buka, a < x < b dari sumbu x, maka anti derivative dari integral tak tentu dari f(x) diberikan oleh F(x) + C, dengan C sebarang konstanta, disebut konstanta integrasi. (Soemartojo, 1995:89) Integral dibagi dua macam, yaitu integral tak tentu (indefinite integral) dan integral tentu (definite integral), tetapi yang akan dibahas di sini adalah integral tak tentu. Anti diferensiasi adalah proses menentukan anti turunan dari suatu fungsi disimbolkan menyatakan operasi anti diferensiasi dan ditulis f ( x) dx F( x) C F ekivalen dengan d F x) f ( x) dx dengan '( x) f ( x) ( (Soemartojo, 1995:89) 18

19 b. Rumus-Rumus Dasar Integral Karena anti diferensial adalah operasi invers (balikan) dari diferensiasi maka rumus-rumus anti diferensiasi dapat diperoleh dari rumus-rumus diferensiasi. Misalkan u dan v fungsi-fungsi dalam x, maka rumus-rumus integral tak tentu dari fungsi-fungsi u dan v sebagai berikut (Soemartojo, 1995:89-90): 1. dx x C dx udx. u v 3. audx a vdx udx, a adalah konstanta sebarang n1 n u 4. u du C, n -1, n bilangan real. n 1 du 5. ln u C u u u a 6. a du C, ln a a > 0 dan a 1 u u 7. e du e C 8. sin udu cos u C 9. cos udu sin u C 10. tan udu ln secu C 11. cot udu ln sin u C 1. sec udu ln secu tan u C 19

20 13. csc udu ln cscu cot u C 14. sec udu tanu C 15. csc udu cot u C 16. sec u tan udu secu C 17. csc u cot udu cscu C c. Integral Subtitusi Trigonometri Integral yang mengandung salah satu dari bentuk a b u, a b u atau b u a dengan a dan b konstanta sebarang dan tidak memiliki faktor irrasional lainnya kedalam fungsi trigonometri menggunakan variabel baru seperti pada Tabel. Integral subtitusi trigonometri berikut: No Bentuk Subtitusi Memperoleh a a b u u sin z a 1 sin z acos z b 1 a a b u u tan z a 1 tan z asec z b a b u a u sec z a sec z 1 a tan z b 3 (Noermandiri, dan Endar. 1999:9) d. Integral Parsial Jika u dan v merupakan fungsi yang terdiferensialkan terhadap x, maka d u. v udv vdu 0

21 udv d. u v vdu udv uv vdu e. Contoh-Contoh Soal Integral dan Penyelesaiannya Contoh soal-soal integral dan penyelesaiannya adalah: x dx x C x C x 5x 3dx x x x C 3 x dx 5 x x 4. x xdx 4 5 x 1 dx x x C 4 x x C Misal u = (x + 3), maka du dx x, sehingga dx du x x du xdx = u du. x. u du u C x x cos 4x dx cos 4x d 4x sin 4x 3 6. sin xdx sin x.sin xdx sin x 1 cos x dx C C sin xdx sin x.cos xdx d cos x cos x( dcos x) 1

22 1 cos x C1 cos 3 3 x C 1 3 cos x cos x C 3 7. x 5 dx x Misalkan x 5sec z, maka x 5sec z dan dx 5sec z tan zdz dan sec z x 5 x 5 dx x 5sec z 5.5sec z tan zdz 5sec z 5 5 5tan z. dz sec z 1 dz d tan z 5 dz 5 tan z 5z C, karena z = x sec 1 5 dan tan z = x 5, 5 maka hasil dari integrasi diatas 5 x 5 5sec 5 1 x C 5 x 5 5sec 1 x C 5 x 8. x 1 dx

23 Misalkan u = x dan dv = 1 x 1, sehingga du dx v dx x x x d x 1 dx u. v x 1 x 1 vdx 1 1 x =. x 1 x 1 dx = x x 1 x 1d x = x x 1 x 1 x 1 C E. Kerangka Berpikir Matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang materinya tersusun secara hierarki dan sistematis serta penalarannya bersifat deduktif. Artinya suatu materi matematika tertentu dapat dipahami apabila materi lain yang menjadi prasyarat dari materi tersebut telah dikuasai atau telah dipahami. Dalam hal yang lebih khusus misalnya seorang siswa diharapkan dapat memahami materi integral dengan baik apabila telah memahami materi turunan suatu fungsi. Hal ini karena salah satu materi prasyarat yang harus dikuasai sebelum belajar integral adalah materi turunan suatu fungsi. Ini disebabkan karena integral merupakan anti turunan atau kebalikan dari turunan suatu fungsi. Jadi seorang siswa yang telah memahami materi turunan suatu fungsi dapat pula memahami dengan baik materi integral suatu fungsi. 3

24 F. Hipotesis Penelitian Adapun hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. Ada pengaruh positif yang signifikan kemampuan penguasaan konsep turunan fungsi terhadap penyelesaian soal-soal integral tak tentu pada siswa kelas XII SMAN 1 Raha. Dalam pengujian statistik, hipotesis tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut: Ho : = 0 H 1 : > 0 Keterangan: Ho : Hipotesis 0 H 1 : Hipotesis alternatif : Parameter populasi dari koefisien arah regresi 4

25 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 8 sampai dengan 31 Januari 008 di kelas XII IPA di SMA Negeri 1 Raha. B. Variabel dan Definisi Operasional Pada penelitian ini melibatkan dua variabel yaitu penguasaan konsep turunan suatu fungsi dan kemampuan menyelesaikan soal-soal integral tak tentu. Dalam hal ini variabel-variabel tersebut dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu: a. Variabel bebas yaitu penguasaan konsep turunan suatu fungsi (X) b. Variabel terikat, yaitu kemampuan menyelesaikan soal-soal integral tak tentu (Y). Penguasaan konsep turunan fungsi adalah kemampuan siswa memahami konsep turunan suatu fungsi dalam hal ini materi-materi turunan suatu fungsi yang telah dipelajari di SMA kelas XI IPA. Kemampuan tersebut dapat dilihat dari nilai perolehan dalam menyelesaikan soal-soal turunan suatu fungsi. Kemampuan menyelesaikan soal-soal integral tak tentu dapat dilihat dari nilai perolehan dalam menyelesaikan soal-soal integral tak tentu. C. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XII SMA Negeri 1 Raha tahun pelajaran 007/008 yang sudah mempelajari konsep turunan suatu 5

26 fungsi dan integral tak tentu pada semester 1 yang terdiri atas 6 kelas Program IPA, dengan jumlah keseluruhan siswa 60 orang. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Berdasarkan teknik cluster random sampling, maka yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah kelas XII IPA dengan jumlah siswa 44 orang. D. Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah menyatakan hubungan kedua variabel X dan Y yang dinyatakan oleh X Y (Risal, 005:16). E. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah ini adalah penelitian noneksperimen. Type yang digunakan adalah Ex Post Facto dengan teknik tes. Tipe ini dipilih karena peneliti tidak dapat mengontrol variabel bebas melalui manipulasi atau perlakuan secara eksperimen sebab perlakuan telah ada dan telah terjadi sebelumnya oleh orang lain yang bukan peneliti (Sudjana. 1989:58). Dengan demikian, peneliti tidak mengadakan kegiatan pembelajaran tentang penguasaan konsep turunan suatu fungsi maupun konsep integral tak tentu karena kegiatan pembelajaran telah terjadi, yang dilakukan oleh guru bidang studi matematika yang mengajar di sekolah yang bersangkutan. Hal ini menunjukkan pula bahwa penguasaan konsep atau materi-materi tersebut sudah mereka peroleh dari guru mereka sendiri. Olehnya itu data penguasaan konsep turunan suatu fungsi maupun integral tak tentu dapat diperoleh melalui hasil tes dari soal yang diberikan oleh peneliti. 6

27 F. Teknik Penilaian Hasil Tes Rentang nilai yang digunakan untuk tes esay dalam penelitian ini adalah 0 sampai dengan 100, maka penilaian dilakukan dengan menggunakan rumus: Skor perolehan Nilai 100 (Usman, 1993:136). Skor ideal G. Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini, terdiri atas dua jenis test esay, yang masing-masing telah di uji validitas dan reliabilitasnya. Kedua jenis tes tersebut: 1. Essay test untuk penguasaan konsep turunan fungsi sebanyak 4 soal (terdiri atas 1 item yaitu 1.a, 1.b,.a,.b,.c,.d,.e, 3.a, 3.b, 3.c, 4.a dan 4.b).. Essay test untuk kemampuan menyelesaikan soal-soal integral tak tentu sebanyak empat 4 soal (terdiri atas 10 item yaitu: 1.a, 1.b, 1.c,.a,.b,.c, 3.a, 3.b, 3.c, dan no 4. Untuk menguji validitas butir soal di atas, digunakan rumus: X 1 Y1 NY1 N X 1 X 1 Y1 N X 1Y1 r XY (Arikunto, 00:7) Keterangan: r XY = koefisien korelasi antara X 1 dan Y 1 X 1 = Skor Item Y 1 = Skor total N = Jumlah subjek 7

28 Kriteria pengujian: Jika r XY r tabel, butir soal valid. Jika r XY < r tabel, butir soal tidak valid. Untuk menguji reliabilitasnya, dengan rumus Alpha Cronbach, yaitu: k i 11 1 k 1 t r (Arikunto, 00:109) Keterangan: r 11 = reliabilitas item k = banyaknya item yang valid i = jumlah varians tiap item t = varians total Untuk menentukan tingkat reliabilitas tes, digunakan kriteria sebagai berikut: Jika r 11 0,0 maka tingkat reliabilitas sangat rendah, Jika 0,0 < r 11 0,40 maka reliabilitas rendah, Jika 0,40 < r 11 0,60 maka reliabilitas sedang, Jika 0,60 < r 11 0,80 maka reliabilitas tinggi, dan Jika 0,80 < r 11 1,00 maka reliabilitas sangat tinggi (Arikunto, 00:75). Kriteria reliabilitas instrumen dalam penelitian ini adalah instrumen dengan reliabilitas tinggi atau sangat tinggi, hal ini karena diharapkan hasil dari tes ini kapan dan dimana saja diteskan, tetap memberikan hasil yang relatif sama. 8

29 Berdasarkan hasil analisis uji coba tes kemampuan penguasaan konsep turunan fungsi pada lampiran 9, dari 1 item yang diujicobakan diperoleh keterangan valid semua. Nilai reliabilitas tes kemampuan memahami konsep turunan fungsi r 11 = 0,61 yang berarti termasuk kategori reliabilitas tinggi. Dari hasil analisis uji coba tes kemampuan menyelesaikan soal-soal integral tak tentu pada lampiran 9, dari 10 item yang diujicobakan diperoleh keterangan valid semua. Nilai reliabilitas tes kemampuan menyelesaikan soal-soal integral tak tentu yaitu r 11 = 0,695 yang berarti termasuk kategori reliabiliatas tinggi. H. Teknik Analisis Data Data penelitian ini diolah dengan menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial dalam bentuk regresi linear sederhana. Rumus dari kedua analisis statistik tersebut dapat disajikan berikut. a. Analisis Statistik Deskriptif Penggunaan analisis deskriptif bertujuan untuk mengetahui karakteristik distribusi skor dari masing-masing variabel, rentang rata-rata, modus dan persentase. Nilai-nilai tersebut akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi, sehingga dapat menggambarkan siswa sesuai dengan pedoman penilaian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penilaian Acuan Patokan (PAP) dari sekolah sebagai berikut: 1) X 85, sangat baik, ) 75 X 85, baik, 3) 65 X 75, sedang, 9

30 4) 55 X 65; kurang 5) X 55; sangat kurang, dimana X = nilai siswa. b. Analisis Inferensial 1. Pengujian Normalitas Uji normalitas data merupakan prasyarat untuk melakukan alat uji yang tepat dalam menentukan alat-alat uji selanjutnya. Uji normalitas yang akan digunakan yaitu menggunakan rumus Chi Kuadrat, sebagai berikut: i1 k Oi Ei.(Sudjana, 1996) E i Dimana: O i = frekuensi pengamatan E i = frekuensi yang diharapkan Pengujian dilakukan pada taraf kesalahan 0, 05 dengan hipotesis sebagai berikut: Ho : hitung < tabel dan H 1 : hitung tabel Jika Ho diterima, maka data berdistribusi normal dan jika Ho ditolak, maka data tidak berdistribusi normal.. Analisis Statistik Regresi Linear Sederhana Analisis ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh penguasaan konsep turunan suatu fungsi (X) terhadap penyelesaian soal-soal integral tak tentu (Y). Bentuk umum persamaan regresi linear sederhana menurut Sudjana (199:60) dijelaskan bahwa Y X i Ei dengan harga taksiran Yˆ = a + bx 30

31 yang diperoleh dari pasangan data berdasarkan penelitian, dengan a adalah bilangan konstan dan b koefisien arah regresi. Dari pasangan X dan Y maka didapat nilai a dan b dengan rumus: Y X X XY n X X a atau a Y bx dan b n XY X Y n X X Setelah diperoleh harga a dan b, akan didapatkan persamaan garis regresinya. Penganalisaan selanjutnya yaitu melakukan uji kelinearan dan keberartian regresi yang disajikan pada tabel ANAVA sebagai berikut: Tabel 3. Analisis Varians (ANAVA) Regresi Linear Sederhana Sumber varians dk JK RJK Nilai F Total n Y JK(T) Hitung Tabel Regresi (a) Regresi (b/a) Sisa 1 1 n- JK(a) JK(b/a) JK(S) JK(a) S Reg = JK(b/a) S Sisa = JK S n S Re g S sis Tuna Cocok Galat k- n-k JK(TC) JK(G) S TC = S G = JK TC k JK G n S S TC G 31

32 Keterangan : n = banyaknya data k = Banyaknya Kelompok dk = Derajat kebebasan JK = Jumlah kuadrat a = Konstanta regresi RJK = Rata-rata jumlah kuadrat b = Koefisien regresi F = Nilai F hitung Ft = Nilai F tabel JK (a) = Jumlah Kuadrat a JK (b) = Jumlah kuadrat b JK (S) = Jumlah kuadrat sisa JK (b/a) = Jumlah kuadrat regresi JK (G) = Jumlah kuadrat galat JK (T/C) = Jumlah Kuadrat Tuna Cocok Y = Jumlah Kuadrat Y S reg = Varians regresi S sisa = Varians sisa S TC = Varians tuna cocok S G = Varians galat Jumlah kuadrat (JK) dari berbagai sumber Varians dihitung dengan menggunakan rumus (Sudjana, 199:33) JK(T) = JK(b/a) = b Y dan JK(a) = XY X n Y JK(S) = JK(T) JK(a) JK(b/a) Y n JK(G) = k i1 Y Y ni JK(TC) = JK(S) JK(G) Untuk uji keberartian regresi digunakan statistik S yang hasilnya S Reg F Sis dibandingkan dengan nilai F tabel yang telah dibandingkan dengan taraf kesalahan 3

33 0,05. Derajat kebebasan (dk) pembilang satu dan penyebut (n-) dengan kriteria jika F Reg F tabel maka regresi linear berarti diterima. Jika F Reg < F Tabel, maka regresi linear tidak berarti. Sedangkan untuk uji kelinearan regresi digunakan statistik F = S S TC G yang hasilnya dibandingkan dengan nilai F yang telah dibandingkan dengan tabel pada taraf 0, 05, derajat kebebasan (dk) pembilang (k-) dan penyebut (n-k) dengan kriteria. Jika F TC F Tabel, maka regresi linear ditolak dan jika F TC < F Tabel maka regresi linear diterima. Untuk mengetahui besarnya pengaruh penguasaan konsep turunan fungsi dalam menyelesaikan soal-soal integral tak tentu dapat dicari melalui koefisien determinasi (r ) yaitu dengan menggunakan rumus: r = JK ( D) JK ( S) JK ( D) (Sudjana, 199:370). Keterangan: r = Koefisien determinasi (besarnya sumbangan variabel X terhadap variabel Y) JK(D) = Jumlah kuadrat total dikorelasikan JK(S) = Jumlah kuadrat sisa Persentase besarnya sumbangan variabel X terhadap variabel Y adalah r x 100% 33

34 BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Pengolahan dan Analisis Data Setelah data dikumpulkan melalui teknik pengumpulan data, maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menganalisis data dan menguji hipotesisnya. Teknik analisis yang digunakan yaitu Analisis Statistik Deskriptif dan analisis Satistik Inferensial dalam bentuk Regresi Linear Sederhana. 1. Analisis Statistik Deskriptif a. Analisis Kemampuan Siswa Memahami Konsep Turunan Fungsi Berdasarkan data nilai tes kemampuan siswa SMA Negeri 1 Raha mengusai konsep turunan fungsi yang disajikan dalam lampiran diperoleh informasi bahwa nilai minimumnya 48, nilai maksimumnya 90, rata-rata ( X ) = 71,3, varians ( S ) = 105,85 dan standar deviasi (SD) = 10,9. Dari standar deviasi maka dapat diketahui besarnya penyimpangan data dari nilai rata-rata penguasaan konsep turunan fungsi adalah 10,9. Selanjutnya kualifikasi data nilai kemampuan siswa menguasai konsep turunan fungsi dikategorikan berdasarkan skala lima dapat dinyatakan dalam diagram sebagai berikut: 34

35 Persentase (%) Deskriptif Nilai Hasil Tes Tentang Turunan Fungsi , ,36 0,45,73 6,8 0 Sangat Baik Baik Sedang Kurang Sangat Kurang Kategori Nilai s Berdasarkan grafik kualifikasi nilai kemampuan siswa kelas XII SMA Negeri 1 Raha dalam menguasai konsep turunan fungsi di atas, diperoleh bahwa siswa yang memperoleh nilai kategori sangat baik sebanyak 5 orang atau sebesar 11,36%; siswa yang memperoleh nilai kategori baik 17 orang atau sebesar 38,64%; siswa yang memperoleh nilai kategori sedang sebanyak 9 orang atau sebesar 0,45%, dan siswa yang memperoleh nilai kategori kurang sebanyak 10 orang atau sebesar,73% serta siswa yang memperoleh nilai kategori sangat rendah sebanyak 3 orang atau sebesar 6,8%. Dari gambaran di atas dapat dikatakan bahwa siswa yang memperolah nilai kurang dan sangat kurang masih banyak, hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha yang belum memahami konsep turunan fungsi secara mendalam. Hal ini dapat dilihat dari hasil kerja siswa menyelesaikan tes tentang turunan fungsi, yang rinciannya per item dapat digambarkan sebagai berikut: 35

36 persentase 1) Soal Nomor 1 Setelah dilakukan pengkategorian jawaban siswa berdasarkan kategori siswa menjawab dengan benar, masih terdapat kesalahan dalam menjawab dan tidak menjawab sama sekali pada soal no 1 tentang jawaban tes kemampuan memahami konsep turunan fungsi, dapat disajikan dalam grafik berikut: Kategori jawaban siswa ,55 90,91 a 95,45 4,55 0 4,55 Jawaban Item No 1 b Menjawab dengan Benar Tidak menjawab sama sekali Masih terdapat kesalahan menjawab Pada soal nomor 1 khususnya pada point a, yang menguji kemampuan siswa memahami definisi limit, hampir seluruh siswa menjawab dengan masih terdapat kesalahan, yaitu sekitar 91,99%, siswa yang tidak menjawab sama sekali orang atau 4,55%, sedangkan yang mampu menjawab dengan benar hanya orang atau 4,55%. Kesalahan yang dibuat oleh siswa terletak pada kemapuan melakukan manipulasi aljabar pada limit dan ada juga yang menyelesaikannya secara langsung tanpa menggunakan definisi turunan fungsi. Kesalahan ini terjadi karena siswa belum memahami definisi turunan fungsi. Dari gambaran ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum mamahami konsep turunan fungsi, khususnya definisi 36

37 Persentase turunan fungsi. Kalau ditinjau pada soal no 1.b. Hampir seluruh siswa menjawab dengan benar karena hanya memerlukan kemampuan subtitusi nilai turunan pada suatu titik. ) Soal No Setelah dilakukan pengkategorian jawaban siswa berdasarkan kategori siswa menjawab dengan benar, masih terdapat kesalahan dalam menjawab dan tidak menjawab sama sekali pada soal no tentang jawaban tes kemampuan memahami konsep turunan fungsi, dapat disajikan dalam grafik berikut: Kategori Jawaban Siswa ,5 70,5 90,9 93, 81, ,5 9,5 9,09 13,6 6,8 4, a b c d e Soal No Menjawab dengan benar Tidak menjawab sama sekali Masih terdapat kesalahan menjawab Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa untuk soal no.a.,.b., dan.c. lebih dari setengah jumlah siswa mampu menjawabnya dengan benar. Hal ini karena pada soal no.a. menguji kemampuan mencari turunan hasil kali dua fungsi polinon sederhana dan no.b. menguji kemampuan mencari turunan hasil bagi dari dua 37

38 fungsi polinomial sederhana serta soal no.c. menguji kemampuan mencari turunan fungsi komposisi trigonimetri sederhana, sedangkan yang menjawab masih terdapat kesalahan kurang dari sepertiga dari jumlah siswa. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa terdapat pada kekeliruan operasi hitung. Akan tetapi jika kita tinjau pada soal no.d. dan.e. hampir seluruh siswa menjawabnya dengan masih terdapat kesalahan, bahkan ada yang tidak menjawab sama sekali, sementara yang mampu menjawab dengan benar hanya 6,8% bahkan kurang dari itu. Hal ini karena pada soal no.d. dan.e. menguji kemampuan mencari turunan perkalian dua fungsi komposisi trigonometri lebih rumit. Kenyataan ini menggambarkan bahwa siswa Kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha belum mampu menguasai turunan fungsi secara mendalam, khususnya pada turunan fungsi kompoisi trigonometri yang lebih rumit. Kesalahan yang mereka lakukan kebanyakan pada kesalahan menentukan turunan fungsi komposisi trigonometri, termasuk kesalahan menentukan tanda (+) atau (-). 3) Soal No 3 Setelah dilakukan pengkategorian jawaban siswa berdasarkan kategori siswa menjawab dengan benar, masih terdapat kesalahan dalam menjawab dan tidak menjawab sama sekali pada soal no 3 tentang jawaban tes kemampuan memahami konsep turunan fungsi, dapat disajikan dalam grafik berikut: 38

39 Persentase Kategori Jawaban Siswa ,55 84,09 68, ,8 0,45 15, a b c Soal No 3 Menjawab dengan Benar Tidakmenjawab sama sekali Masih terdapat kesalahan Menjawab Dari grafik kategori jawaban siswa pada soal no 3 dapat dilihat bahwa untuk soal no 3.a. dapat dijawab dengan benar oleh 79,55% sedangkan yang menjawab salah hanya 0,45% dan soal 3.b. dapat dijawab dengan benar oleh 84,09%, sedangkan yang menjawab salah hanya 15,91%. Adapun siswa yang menjawab salah karena kesalahan dalam operasi aljabar dan kekeliruan dalam menulis. Karena pada soal no 3.a. dan 3.b. menguji kemampuan mencari turunan fungsi logaritma, maka dapat dikatakan siswa kelas XII IPA SMA sudah mampu menguasai turunan funsgi logaritma. Jika ditinjau pada jawaban siswa no 3.c. pada grafik jawaban no 3, dapat dilihat bahwa siswa yang mampu menjawab dengan benar hanya 31,8% sedangkan siswa yang menjawab dengan masih terdapat kesalahan 68,18%. Kesalahan yang banyak dilakukan oleh siswa terletak pada kurangnya memahami cara menentukan turunan fungsi eksponen, dan ada juga kekeliruan akibat kurang teliti dalam menulis. 39

40 Persentase Karena pada soal no 3.c. menguji kemampuan menguasai turunan fungsi eksponen, maka dapat dikatakan kemampuan siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha dalam menguasi turunan fungsi eksponen masih kurang. 4) Soal no 4 Setelah dilakukan pengkategorian jawaban siswa berdasarkan kategori siswa menjawab dengan benar, masih terdapat kesalahan dalam menjawab dan tidak menjawab sama sekali pada soal no 4 tentang jawaban tes kemampuan memahami konsep turunan fungsi, dapat disajikan dalam grafik berikut: Kategori jawaban siswa ,36 31,8 6, ,91 34,09 0 a b Soal no 4 Menjawab dengan benar Masih terdapat kesalahan menjawab Tidak menjawab sama sekeli Dari grafik kategori jawaban siswa pada soal no 4 dapat dilihat bahwa untuk soal no 4.a. siswa yang mampu menjawab dengan benar 61,36%, yang menjawab masih terdapat kesalahan 31,8% dan siswa yang tidak menjawan sama sekali 6,8%. Adapun kesalahan yang dilakukan siswa terletak pada kesalahan menentukan tanda 40

41 turunan kedua fungsi trigonometri. Karena pada soal 4.a. menguji kemampuan siswa mencari turunan pertama dan turunan kedua dari fungsi trigonimetri dan polonom sederhana, maka dapat dikatakan siswa Kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha telah mampu mencari turunan pertama dan turunan kedua dari fungsi trigonometri dan polinom sederhana. Pada soal no 4.b. yang menguji kemampuan mecari turunan pertama dan turunan kedua fungsi keomposisi trigonometri, dapat dilihat bahwa siswa yang mampu menjawab dengan benar 50%, yang menjawab dengan masih terdapat kesalahan 15,91% dan siswa yang tidak menjawab sama sekali 34,09%. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa adalah keliru dalam mentukan tanda dari turunan fungsi trigomnmetri pada turunan kedua, dan ada juga kesalahan karena kurang teliti menuliskan jawabannya. Adapun siswa yang tidak menjawab sama sekali karena tidak mampu mengatur waktu dalam menjawab soal-soal, atau karena tidak tau jawabannya. Dari hasil ini, maka dapat dikatakan masih banyak siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha yang belum mampu mencari turunan pertama dan turunan kedua dari fungsi komposisi trigonometri. 41

42 Persentase b. Analisis Kemampuan Siswa Menyelesaikan Soal-Soal Integral Tak Tentu Berdasarkan data nilai tes kemampuan siswa SMA Negeri 1 Raha menyelesaikan soal-soal integral tak tentu yang disajikan dalam lampiran 3 diperoleh informasi bahwa rata-rata ( X ) = 78,30, varians ( S ) = 139,5 dan standar deviasi (SD) = 11,81. Dari standar deviasi maka dapat diketahui besarnya penyimpangan data dari nilai rata-rata kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal integral tak tentu adalah 10,9. Selanjutnya kualifikasi data nilai kemampuan siswa menguasai konsep turunan fungsi dikategorikan pada grafik berdasarkan skala lima sebagai berikut: Deskriptif Nilai Hasil Tes Tentang Integral Tak Tentu ,64 Sangat Baik 31,8 15,91 9,09 4,55 Baik Sedang Kurang Sangat Kurang Kategori Nilai Berdasarkan tabel kualifikasi nilai kemampuan siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha dalam menyelesaikan soal-soal integral tak tentu di atas, diperoleh bahwa siswa yang memperoleh nilai kategori sangat baik sebanyak 17 orang atau 4

43 sebesar 38,64%; siswa yang memperoleh nilai kategori baik 14 orang atau sebesar 31,8%; siswa yang memperoleh nilai kategori sedang sebanyak 7 orang atau sebesar 15,91%, dan siswa yang memperoleh nilai kategori kurang sebanyak 4 orang atau sebesar 9,09% serta siswa yang memperoleh nilai kategori sangat kurang sebanyak orang atau sebesar 4,55%. Dari grafik dapat dilihat bahwa jumlah siswa yang mmperoleh nilai kategori sangat baik lebih banyak daripada jumlah siswa yang memperoleh nilai baik, demikian juga siswa yang mempunyai nilai kategori baik lebih banyak daripada jumlah siswa yang memperoleh nilai kategori sedang. Hal ini ditunjang oleh kemampuan mereka dalam memahmi konsep turunan fungi, khususnya kemampuan mencari kaitannya dengan turunan fungsinya, ketika mencari hasil itegralnya. Untuk lebih rinci dan lebih jelasnya dapat dilihat dari dianalisis tiap soal, bagaimana kemampuan siswa mengaitkan antara fungsi yang dicari integralnya dengan tururnan fungsinya ketika mencari hasil integralnya. 1) Soal No 1 Setelah dilakukan pengkategorian jawaban siswa berdasarkan kategori siswa menjawab dengan benar, masih terdapat kesalahan dalam menjawab dan tidak menjawab sama sekali pada soal no 1 tentang jawaban tes kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal integral tak tentu, dapat disajikan dalam grafik berikut: 43

44 Persentase Kategori Jawaban Siswa ,45 70,45 47,73 5,5 9,55 4, a b c Soal No 1 Menjawab dengan benar Tidak menjawab sama sekali masih terdapat kesalahan dalam menjawab Berdasarkan grafik kategori jawaban siswa soal no 1 tentang kemampuan menyelesaikan soal-soal integral tak tentu dapat dilihat bahwa pada soal no 1.a. siswa yang mampu menjawab dengan benar sebanyak 95,45% sedangkan yang menjawab dengan masih terdapat kesalahan 4,55%. Siswa banyak yang mampu menjawab dengan benar karena pada soal 1.a. hanya menguji kemampuan mnyelesaikan soalsoal integral fungsi aljabar sederhana. Adapun kesalahan yang dilakukan oleh siswa hanya kekeliruan akibat kurang teliti menulis. Akan tetapi pada soal no 1.b. dan soal no 1.c. yang juga menguji kemampuan menyelesaikan soal-soal integral tak tentu pada fungsi aljabar,tetapi tingkatannya lebih rumit, siswa yang mampu menjawab dengan benar menjadi berkurang, yaitu 70,45% pada soal no 1.b. dan 47,73% pada soal no 1.c., sedangkan jumlah siswa yang menjawab dengan terdapat kesalahan meningkat. Kesalahan yang dilakukan kebanyakan pada kurang memahami aturan 44

45 Persentase integral fungsi aljabar dan kekeliruan akibat kurang teliti menulis. Dari gambaran ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha yang masih kurang memahami integral fungsi aljabar yang lebih tinggi. ) Soal No Setelah dilakukan pengkategorian jawaban siswa berdasarkan kategori siswa menjawab dengan benar, masih terdapat kesalahan dalam menjawab dan tidak menjawab sama sekali pada soal no tentang jawaban tes kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal integral tak tentu, dapat disajikan dalam grafik berikut: Kategori jawaban siswa ,8 68,18 7,7 7,73 54,55 45, a b c Soal no Menjawab dengan benar Tidak menjawab sama sekali Masih terdapat kesalahan menjawab Berdasarkan grafik kategori jawaban siswa pada soal no tentang kemampaun menjawab soal-soal integral tak, dapat dilihat bahwa pada soal no.a. yang menguji kemampuan siswa menjawab soal-soal integral tak tentu tentang fungsi komposisi, siswa yang mampu menjawab dengan benar 31,8% sedangkan siswa yang menjawab masih terdapat kesalahan 68,18%. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa kebanyakan tidak bisa melakukan integral subtitusi, dan ada juga yang salah 45

46 karena tidak bisa mengaitkannya dengan turunan fungsinya, kesalahan yang lain keliru dalam menguraikan perkalian faktornya. Dari gambaran ini dapat dikatakan siswa Kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha masih kurang memahami integral fungsi komposisi. Pada soal no.b. yang menguji kemampuan menyelesaikan soal-soal integral fungsi pangkat rasional, siswa yang mampu menjawab dengan benar 7,7% sedangkan siswa yang menjawab masih terdapat kesalahan 7,73%. Pada soal ini siswa banyak melakukan kesalahan pada operasi pangkat bilangan rasional. Kesalahan lain akibat kekeliruan mengubah dari bentuk akar ke pangkat rasional. Dari gambaran ini menunjukkan bahwa siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha masih kurang kemampuannya menyelesaikan soal-soal integral fungsi pangkat rasional. Pada soal no.c. yang menguji kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal integral fungsi rasional, siswa yang mampu menjawab dengan benar 54,55% sedangkan yang menjawab dengan masih terdapat kesalahan 45,45%. Kesalahan yang dilakukan oleh siswa karena kurang mampu melakukan subtitusi dan ada juga yang tidak bisa mengaitkannya dengan turunan fungsinya. Akan tetapi pada soal ini banyak siswa yang mampu menjawab dengan benar, sehingga dapat dikatakan siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha sudah banyak yang mampu menyelesaikan soal-soal integral fungsi rasional. 46

47 Persentase 3) Soal No 3 Setelah dilakukan pengkategorian jawaban siswa berdasarkan kategori siswa menjawab dengan benar, masih terdapat kesalahan dalam menjawab dan tidak menjawab sama sekali pada soal no 3 tentang jawaban tes kemampuan siswa menyelesaikan soal-soal integral tak tentu, dapat disajikan dalam grafik berikut: Kategori Jawaban SIswa ,18 4,55 36,36 63,64 90,91,7 0 4,55 4,55 a b c Soal No 3 Menjawab dengan benar Tidak menjawab sama sekali Masih terdapat kesalahan menjawab Dari grafik kategori jawaban siswa pada soal no 3, yang menguji kemampuan menyelesaikan soal-soal integral tak tentu, dapat dilihat bahwa pada soal no 3.a. yang menguji kemampuan menyelesaikan soal integral fungsi eksponen, siswa yang mempu menjawab dengan benar 93,18% dan siswa yang menjawab masih terdapat kesalahan 4,55% serta,7% tidak menjawab sama sekali. Siswa melakukan kesalahan karena kekurangtelitian dalam menulis. Dari gambaran ini maka dapat dikatakan bahwa siswa kelas XII IPA SMA Negeri 1 Raha telah mampu meyelesaikan soal-soal integral fungsi eksponen. 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di SMP N I Tapa kelas VIII tahun ajaran 2012-2013selama kurang lebih 2 (dua) bulan. 3.2. Metode dan Desain

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Metode deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

digunakan untuk menyelesaikan integral seperti 3

digunakan untuk menyelesaikan integral seperti 3 Bab Teknik Pengintegralan BAB TEKNIK PENGINTEGRALAN Rumus-rumus dasar integral tak tertentu yang diberikan pada bab hanya dapat digunakan untuk mengevaluasi integral dari fungsi sederhana dan tidak dapat

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ex post facto. Metode

III. METODELOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ex post facto. Metode 31 III. METODELOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode ex post facto. Metode Data yang dikumpulkan berdasarkan data yang ada di tempat penelitian sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan gejala-gejala serta pengaruh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan gejala-gejala serta pengaruh BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan. Penelitian ini berusaha untuk mengungkapkan gejala-gejala serta pengaruh antar variabel dimana hasil analisisnya disajikan dalam bentuk deskripsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen yang menempatkan subyek penelitian ke dalam dua kelas yaitu kelas kontrol

Lebih terperinci

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya

FUNGSI dan LIMIT. 1.1 Fungsi dan Grafiknya FUNGSI dan LIMIT 1.1 Fungsi dan Grafiknya Fungsi : suatu aturan yang menghubungkan setiap elemen suatu himpunan pertama (daerah asal) tepat kepada satu elemen himpunan kedua (daerah hasil) fungsi Daerah

Lebih terperinci

TEKNIK PENGINTEGRALAN

TEKNIK PENGINTEGRALAN TEKNIK PENGINTEGRALAN Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 202 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 202 / 2 Topik Bahasan Pendahuluan 2 Manipulasi Integran 3 Integral Parsial 4 Dekomposisi

Lebih terperinci

Bab 16. LIMIT dan TURUNAN. Motivasi. Limit Fungsi. Fungsi Turunan. Matematika SMK, Bab 16: Limit dan Turunan 1/35

Bab 16. LIMIT dan TURUNAN. Motivasi. Limit Fungsi. Fungsi Turunan. Matematika SMK, Bab 16: Limit dan Turunan 1/35 Bab 16 Grafik LIMIT dan TURUNAN Matematika SMK, Bab 16: Limit dan 1/35 Grafik Pada dasarnya, konsep limit dikembangkan untuk mengerjakan perhitungan matematis yang melibatkan: nilai sangat kecil; Matematika

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MTS Negeri Bongkudai pada siswa kelas VIII

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MTS Negeri Bongkudai pada siswa kelas VIII BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.1.1 Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan di MTS Negeri Bongkudai pada siswa kelas VIII tahun pelajaran 01-013. 3.1. Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMKN 2 Garut yang berlokasi di Jl. Suherman

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMKN 2 Garut yang berlokasi di Jl. Suherman 8 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMKN Garut yang berlokasi di Jl. Suherman No. 90 kotak pos 103, Telp./Fax. (06) 33141 Garut. 3. Metode Penelitian Metode merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian merupakan suatu kerangka kerja yang digunakan dalam melaksanakan suatu penelitian. Adapun desain penelitian ini dapat digambarkan sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 32 III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Penggunaan metode penelitian dalam suatu penelitian sangatlah penting. Penggunaan metode ini untuk menentukan data penelitian, menguji kebenaran, menemukan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendekatan open-ended terhadap pemahaman konsep matematika peserta didik pada materi Persamaan Garis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan XI IPA2 pada bulan April- Mei Pada bulan April 2014 peneliti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dan XI IPA2 pada bulan April- Mei Pada bulan April 2014 peneliti 33 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Kasihan untuk kelas XI IPA1 dan XI IPA2 pada bulan April- Mei 2014. Pada bulan April 2014 peneliti melakukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data 4.1.1 Layanan Bimbingan Kelompok Data variabel Layanan Bimbingan Kelompok menunjukkan bahwa skor tertinggi adalah 120 dan skor terendah adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan seberapa besar hasil

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan seberapa besar hasil 58 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk mengungkapkan seberapa besar hasil belajar Ilmu Gizi Dasar yang dapat disumbangkan untuk Gizi Dalam Daur Kehidupan oleh

Lebih terperinci

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia

KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN. DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia KALKULUS BAB II FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA Universitas Indonesia BAB II. FUNGSI, LIMIT, DAN KEKONTINUAN Fungsi dan Operasi pada Fungsi Beberapa Fungsi Khusus Limit dan Limit

Lebih terperinci

Kalkulus 2. Teknik Pengintegralan ke - 1. Tim Pengajar Kalkulus ITK. Institut Teknologi Kalimantan. Januari 2018

Kalkulus 2. Teknik Pengintegralan ke - 1. Tim Pengajar Kalkulus ITK. Institut Teknologi Kalimantan. Januari 2018 Kalkulus 2 Teknik Pengintegralan ke - 1 Tim Pengajar Kalkulus ITK Institut Teknologi Kalimantan Januari 2018 Tim Pengajar Kalkulus ITK (Institut Teknologi Kalimantan) Kalkulus 2 Januari 2018 1 / 36 Daftar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Tiap penelitian harus direncanakan. Untuk itu diperlukan suatu desain penelitian. Nasution (009 : 3) mengemukakan bahwa Desain penelitian merupakan rencana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Kepegawaian Pengembangan Aparatur Daerah Provinsi Gorontalo. Waktu yang

BAB III METODE PENELITIAN. Kepegawaian Pengembangan Aparatur Daerah Provinsi Gorontalo. Waktu yang . Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Peneliti mengambil lokasi penelitian di Badan Kepegawaian Pengembangan Aparatur Daerah Provinsi Gorontalo. Peneliti memilih lokasi ini guna mengetahui

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegralan Do maths and you see the world Integral atau Anti-turunan? Integral atau pengintegral adalah salah satu konsep (penting) dalam matematika disamping

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi prosedur dan cara melakukan verifikasi data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi prosedur dan cara melakukan verifikasi data BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian meliputi prosedur dan cara melakukan verifikasi data yang diperlukan untuk memecahkan atau menjawab masalah penelitian, termasuk untuk menguji hipotesis.

Lebih terperinci

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I

Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Catatan Kuliah MA1123 Kalkulus Elementer I Oleh Hendra Gunawan, Ph.D. Departemen Matematika ITB Sasaran Belajar Setelah mempelajari materi Kalkulus Elementer I, mahasiswa diharapkan memiliki (terutama):

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. 3 kelas yaitu VIII-A, VIII-B, VIII-C,. Sedangkan sampel dalam penelitian ini

III. METODE PENELITIAN. 3 kelas yaitu VIII-A, VIII-B, VIII-C,. Sedangkan sampel dalam penelitian ini III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian ini dilaksanakan di SMP Surya Dharma Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII yang terdiri dari 3 kelas yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang terjadi pada masa sekarang. Metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. supaya dapat mempermudah proses pengambilan data. Penelitian ini dilakukan di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. supaya dapat mempermudah proses pengambilan data. Penelitian ini dilakukan di 25 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan bagian yang harus diperhatikan bagi peneliti supaya dapat mempermudah proses

Lebih terperinci

BAB VI UJI PRASYARAT ANALISIS

BAB VI UJI PRASYARAT ANALISIS BAB VI UJI PRASYARAT ANALISIS A. Uji Normalitas 1. Dengan Kertas Peluang Normal Buatlah daftar distribusi frekuensi kumulatif kurang dari berdasarkan sample yang ada dan gambarkan ogivenya. Pindahkan ogive

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Pada bab 3 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan metode

III. METODELOGI PENELITIAN. Pada bab 3 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan metode 39 III. METODELOGI PENELITIAN Pada bab 3 ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan metode penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional variabel, teknik pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gorontalo. Jln. Brigjen Piola Isa Kel. Wongkaditi Kecamatan Kota Utara Kota

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Gorontalo. Jln. Brigjen Piola Isa Kel. Wongkaditi Kecamatan Kota Utara Kota BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.I. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat dimana memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian. Adapun lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri 4 Gorontalo.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis yang telah dirumuskan perlu diuji kebenarannya, untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Hipotesis yang telah dirumuskan perlu diuji kebenarannya, untuk BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Hipotesis yang telah dirumuskan perlu diuji kebenarannya, untuk memperoleh jawaban atau rumusan hipotesis tersebut, maka diperlukan suatu metode penelitian.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Hasil Pengembangan Produk Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan yang bertujuan untuk mengembangkan produk berupa Skema Pencapaian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan data yang empiris berdasarkan data atau fakta yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yakni: SMAN 1 kota Gorontalo, SMAN 2 Kota Gorontalo, SMAN. digunakan 3 bulan ( april, mei, juni 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. Gorontalo yakni: SMAN 1 kota Gorontalo, SMAN 2 Kota Gorontalo, SMAN. digunakan 3 bulan ( april, mei, juni 2013) 25 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di sekolah SMA Negeri sekota Gorontalo yakni: SMAN 1 kota Gorontalo, SMAN 2 Kota Gorontalo, SMAN 3 kota Gorontalo

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kuantitatif (correlational studies). Penelitian korelasional

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data tentang Pemahaman terhadap Konsep Akhlaqul Karimah Siswa Kelas VIII SMP IT Al Ma ruf Candisari Mranggen Demak Sebelum melakukan penelitian dan memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 1 Mojolaban. Adapun alasan pemilihan tempat tersebut sebagai lokasi penelitian karena tingkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung yang terletak di Jl.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung yang terletak di Jl. III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 7 Bandar Lampung yang terletak di Jl. Teuku Cik Ditiro No. 2 Beringin Raya Kemiling Bandar Lampung. Populasi

Lebih terperinci

Distribusi Rata-rata Kualitas Catatan

Distribusi Rata-rata Kualitas Catatan Rata-rata 34 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Data yang dideskripsikan dalam penelitian ini terdiri dari kualitas catatan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional ini dilakukan diseluruh kelas 2 dengan jumlah siswa 448 orang.

BAB III METODE PENELITIAN. korelasional ini dilakukan diseluruh kelas 2 dengan jumlah siswa 448 orang. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Setting Penelitian 3.1.1 Penetapan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 3 Kota Gorontalo. Penelitian korelasional ini dilakukan diseluruh kelas 2 dengan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tingkat eksplanasiya, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif

III. METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tingkat eksplanasiya, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Berdasarkan tingkat eksplanasiya, penelitian ini tergolong penelitian deskriptif Verifikatif, Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan utuk

Lebih terperinci

KALKULUS INTEGRAL 2013

KALKULUS INTEGRAL 2013 KALKULUS INTEGRAL 0 PENDAHULUAN A. DESKRIPSI MATA KULIAH Isi pokok mata kuliah ini memuat pemahaman tentang: () Anti turunan: pengertian anti turunan, teorema-teorema, dan teknik anti turunan, () Integral

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Menurut Syaodih Sukmadinata, N (2005:52) metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi dasar,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan suatu cara yang teratur dengan menggunakan alat atau teknik tertentu untuk suatu kepentingan penelitian, seperti menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Responden Sebelum hasil penelitian disajikan, terlebih dahulu dengan sederhana dijelaskan karakteristik responden. Karakteristik responden meliputi jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hasil belajar dengan bahasa akhlak dalam menyelesaikan persoalan penjumlahan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel Penelitian dilaksanakan di MAN 1 Bandar Lampung dengan populasi seluruh siswa kelas X IPA semester genap pada tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari empat

Lebih terperinci

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral

MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegral MA1201 KALKULUS 2A (Kelas 10) Bab 7: Teknik Pengintegralan Do maths and you see the world Integral atau Anti-turunan? Integral atau pengintegral adalah salah satu konsep (penting) dalam matematika disamping

Lebih terperinci

TURUNAN. Ide awal turunan: Garis singgung. Kemiringan garis singgung di titik P: lim. Definisi

TURUNAN. Ide awal turunan: Garis singgung. Kemiringan garis singgung di titik P: lim. Definisi TURUNAN Ide awal turunan: Garis singgung Tali busur c +, f c + Garis singgung c, f c c P h c+h f c + f c Kemiringan garis singgung di titik P: f c + f c lim Definisi Turunan fungsi f adalah fungsi lain

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Untuk memperoleh data tentang hubungan antara tingkat kecerdasan emosional dengan prestasi belajar mata pelajaran Akidah Akhlak pada siswa kelas V di

Lebih terperinci

Turunan Fungsi. h asalkan limit ini ada.

Turunan Fungsi. h asalkan limit ini ada. Turunan Fungsi q Definisi Turunan Fungsi Misalkan fungsi f terdefinisi pada selang terbuka I yang memuat a. Turunan pertama fungsi f di =a ditulis f (a) didefinisikan dengan f ( a h) f ( a) f '( a) lim

Lebih terperinci

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positifisme, digunakan untuk meneliti

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Tabel 3.1. Jadwal Penelitian 31 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Pendahuluan Bab berikut akan menjelaskan mengenai tempat dan waktu penelitian, strategi penelitian, variabel penelitian, instrumen penelitian, analisa data serta populasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pokok masalah penelitian sangat tergantung pada metode penelitian,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pokok masalah penelitian sangat tergantung pada metode penelitian, BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Pokok masalah penelitian sangat tergantung pada metode penelitian, karena metode penelitian merupakan cara untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

Lebih terperinci

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran.

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran. 4 INTEGRAL Definisi 4. Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika untuk setiap D. F () f() Fungsi integral tak tentu f dinotasikan dengan f ( ) d dan f () dinamakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Latar Belakang Historis Fondasi dari integral pertama kali dideklarasikan oleh Cavalieri, seorang ahli matematika berkebangsaan Italia pada tahun 1635. Cavalieri menemukan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metodelogi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini dapat digolongkan ke dalam penelitian ex post facto dan analisis statistik inferensial. Menurut Suryabrata

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian ex

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian ex BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis atau Desain Penelitian Berdasarkan sifat dan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian ex post facto yang berarti sesudah fakta, maksudnya penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

INTEGRAL MATERI 12 IPS ( MAT ) Disusun Oleh : Drs. Pundjul Prijono. Nip PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS PENDIDIKAN

INTEGRAL MATERI 12 IPS ( MAT ) Disusun Oleh : Drs. Pundjul Prijono. Nip PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS PENDIDIKAN MODUL MATEMATIKA INTEGRAL MATERI 12 IPS ( MAT 12.1.1 ) Disusun Oleh : Drs. Pundjul Prijono Nip. 19580117.198101.1.003 PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 6 Jalan Mayjen Sungkono No. 58 Telp.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 Agustus s.d. 26 September 2013. Populasi dalam penelitian adalah seluruh kelas

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian diperlukan

BAB III METODA PENELITIAN. Menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian diperlukan BAB III METODA PENELITIAN A. Metode Penelitian Menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode. Sehubungan dengan itu, Sudjana (008 : 5) mengemukakan bahwa Metode

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Sebelum hasil penelitian disajikan, terlebih dahulu dengan sederhana dijelaskan karakteristik responden. Karakteristik responden meliputi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN 4.1 Pengujian Instrumen Penelitian Pengujian instrumen penelitian dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas dari instrumen penelitian yang digunakan agar menghasilkan

Lebih terperinci

Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif INTEGRASI FUNGSI. 0 a b X A. b A = f (X) dx a. Penyusun : Martubi, M.Pd., M.T.

Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif INTEGRASI FUNGSI. 0 a b X A. b A = f (X) dx a. Penyusun : Martubi, M.Pd., M.T. Kode Modul MAT. TKF 20-03 Fakultas Teknik UNY Jurusan Pendidikan Teknik Otomotif INTEGRASI FUNGSI Y Y = f (X) 0 a b X A b A = f (X) dx a Penyusun : Martubi, M.Pd., M.T. Sistem Perencanaan Penyusunan Program

Lebih terperinci

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Kaliwungu yang beralamat di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal pada

B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 1 Kaliwungu yang beralamat di Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kendal pada BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis dan desain penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PEELITIA A. Jenis Penelitian Adapun jenis penelitian ini adalah Penelitian Kuantitatif melalui analisis regresi dengan korelasi product moment. Hal ini berdasarkan pada rumusan masalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Setting Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Kemala Bhayangkari Bandung yang terletak di jalan Palasari No. 46 Bandung, Jawa Barat. Sekolah yang berdiri di bawah naungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dengan pendekatan ex post pacto dan survey. Metode deskriptif dapat diartikan

Lebih terperinci

Nughthoh Arfawi Kurdhi, M.Sc Department of Mathematics FMIPA UNS

Nughthoh Arfawi Kurdhi, M.Sc Department of Mathematics FMIPA UNS Lecture 5. Integral A. Masalah Luas (The Area Problem) Sebelumnya kita pernah mempelajari rumus-rumus luas dari beberapa bentuk geometri. Misalnya, luas daerah persegi panjang adalah panjang kali lebar,

Lebih terperinci

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI

MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI MATEMATIKA TURUNAN FUNGSI lim h 0 f ( x h) f( x) h KELAS : XI MIA SEMESTER : (DUA) SMA Santa Angela Bandung Tahun Pelajaran 06-07 XI MIA Semester Tahun Pelajaran 06 07 PENGANTAR : TURUNAN FUNGSI Modul

Lebih terperinci

INTEGRAL ( MAT ) Disusun Oleh : Drs. Pundjul Prijono. Nip PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS PENDIDIKAN

INTEGRAL ( MAT ) Disusun Oleh : Drs. Pundjul Prijono. Nip PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS PENDIDIKAN MODUL MATEMATIKA INTEGRAL ( MAT 12.1.1 ) Disusun Oleh : Drs. Pundjul Prijono Nip. 19580117.198101.1.003 PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 6 Jalan Mayjen Sungkono No. 58 Telp. (0341) 752036

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Sesuai dengan pendapatnya Hadjar (1996 : 3) yang mengatakan

Lebih terperinci

INTEGRAL ( MAT ) Disusun Oleh : Drs. Pundjul Prijono. Nip PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS PENDIDIKAN

INTEGRAL ( MAT ) Disusun Oleh : Drs. Pundjul Prijono. Nip PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS PENDIDIKAN MODUL MATEMATIKA INTEGRAL ( MAT 12.1.1 ) Disusun Oleh : Drs. Pundjul Prijono Nip. 19580117.198101.1.003 PEMERINTAH KOTA MALANG DINAS PENDIDIKAN SMA NEGERI 6 Jalan Mayjen Sungkono No. 58 Telp. (0341) 752036

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. pendekatan Ex Post Facto dan pendekatan survey. pendekatan Ex Post Facto

III. METODELOGI PENELITIAN. pendekatan Ex Post Facto dan pendekatan survey. pendekatan Ex Post Facto 37 III. METODELOGI PENELITIAN A. Metodelogi Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan Ex Post Facto dan pendekatan survey. pendekatan Ex Post Facto

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research ), maksudnya adalah penelitian yang langsung dilakukan di medan terjadinya gejala-gejala. 1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian Di dalam penelitian ini, tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh metode observasi lingkungan alam sekitar

Lebih terperinci

INTISARI KALKULUS 2. Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Open Source. Not For Commercial Use

INTISARI KALKULUS 2. Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Open Source. Not For Commercial Use INTISARI KALKULUS 2 Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Program Studi Matematika - FMIPA Institut Teknologi Bandung Januari 200 Pengantar Kalkulus & 2 merupakan matakuliah wajib tingkat pertama bagi semua

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian meliputi prosedur dan cara melakukan verifikasi data

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian meliputi prosedur dan cara melakukan verifikasi data 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian meliputi prosedur dan cara melakukan verifikasi data yang diperlukan untuk memecahkan atau menjawab masalah penelitian, termasuk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian 3.1.1 Tempat penelitian Penelitian ini di laksanakan di SMA Negeri Kota Gorontalo pada siswa kelas I. Penetapan lokasi ini didasarkan pada

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB 4 ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Penyajian Data Penelitian Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil pengisian kuesioner yang telah dibagikan pada tanggal 16 November 2007 di kantor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen semu. (McMillan & Shumacher, 001). Tahap studi pendahuluan dimulai dengan melakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sumber data penelitian didapat dari siswa SMKN 6 Bandung, oleh karena

BAB III METODE PENELITIAN. Sumber data penelitian didapat dari siswa SMKN 6 Bandung, oleh karena BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Sumber data penelitian didapat dari siswa SMKN 6 Bandung, oleh karena itu tempat penelitian akan dilakukan di lingkungan sekolah SMKN 6 Bandung.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Bagian ketiga ini akan membahas beberapa hal mengenai pendekatan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. Bagian ketiga ini akan membahas beberapa hal mengenai pendekatan penelitian, III. METODE PENELITIAN Bagian ketiga ini akan membahas beberapa hal mengenai pendekatan penelitian, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel dan variabel penelitian. Hal lain yang perlu juga dibahas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Bab III dalam skripsi ini menjelaskan tentang metode penelitian serta komponen-komponen yang berhubungan dengan metode penelitian yang digunakan. Komponen-komponen yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis dalam dalam penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan penulis dalam dalam penelitian ini BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan penulis dalam dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan analisis statistik inferensial,. Penelitian

Lebih terperinci

= + atau = - 2. TURUNAN 2.1 Definisi Turunan fungsi f adalah fungsi yang nilainya di setiap bilangan sebarang c di dalam D f diberikan oleh

= + atau = - 2. TURUNAN 2.1 Definisi Turunan fungsi f adalah fungsi yang nilainya di setiap bilangan sebarang c di dalam D f diberikan oleh JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA FPMIPA-UPI BANDUNG HAND OUT TURUNAN DAN DIFERENSIASI OLEH: FIRDAUS-UPI 0716 1. GARIS SINGGUNG 1.1 Definisi Misalkan fungsi f kontinu di c. Garis singgung ( tangent line )

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menetapkan SD Inpres Panca Karsa II, Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. menetapkan SD Inpres Panca Karsa II, Kecamatan Taluditi Kabupaten Pohuwato sebagai BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penetapan objek penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk ditetapkan agar penelitian tersebut terarah dan tepat pada sasaran. Dalam penelitian ini,

Lebih terperinci

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran.

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran. 4 INTEGRAL Definisi 4.0. Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika untuk setiap D. F () f() Fungsi integral tak tentu f dinotasikan dengan f ( ) d dan f () dinamakan

Lebih terperinci

INTISARI KALKULUS 2. Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Open Source. Not For Commercial Use

INTISARI KALKULUS 2. Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Open Source. Not For Commercial Use INTISARI KALKULUS Penyusun: Drs. Warsoma Djohan M.Si. Program Studi Matematika - FMIPA Institut Teknologi Bandung Januari 010 Pengantar Kalkulus 1 & merupakan matakuliah wajib tingkat pertama bagi semua

Lebih terperinci

hitung = 7,290 < taraf signifikansi 5%. (3) variabel hasil belajar pengetahuan dasar teknik bangunan (Y) yaitu

hitung = 7,290 < taraf signifikansi 5%. (3) variabel hasil belajar pengetahuan dasar teknik bangunan (Y) yaitu HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR PENGETAHUAN DASAR TEKNIK BANGUNAN (PDTB) PADA SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK GAMBAR BANGUNAN SMK NEGERI 1 STABAT Rinto

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen. Pada penelitian ini peneliti melakukan satu macam perlakuan yang diberikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimental design. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional, yaitu suatu metode yang menggambarkan secara sistematis dan obyektif tentang hubungan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN Bagian ketiga ini akan membahas beberapa hal mengenai pendekatan penelitian, populasi, sampel, teknik pengambilan sampel dan variabel penelitian. Beberapa hal lain yang perlu

Lebih terperinci

MAKALAH MATEMATIKA DASAR TURUNAN (DIFERENSIAL)

MAKALAH MATEMATIKA DASAR TURUNAN (DIFERENSIAL) MAKALAH MATEMATIKA DASAR TURUNAN (DIFERENSIAL) KATA PENGANTAR Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya sehingga kami dapat menyusun makalah

Lebih terperinci

BAB IV HAS IL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HAS IL DAN PEMBAHASAN 1 BAB IV HAS IL DAN PEMBAHASAN Untuk mengetahui besar kontribusi komitmen pada tugas (task commitmen) terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Dharma Wanita Kota Surabaya, Kelurahan Kendangsari,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bendungan Uwai, Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bendungan Uwai, Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 29 Januari sampai 21 Februari semester genap tahun ajaran 2013/2014. Penelitian ini dilaksanakan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan, yaitu penerapan strategi pembelajaran Inquiry pada pembelajaran. matematika dan pembelajaran konvensional.

BAB III METODE PENELITIAN. perlakuan, yaitu penerapan strategi pembelajaran Inquiry pada pembelajaran. matematika dan pembelajaran konvensional. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian ini adalah kuasi eksperimen karena terdapat unsur manipulasi yaitu mengubah keadaan biasa secara sistematis kekeadaan tertentu serta tetap

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Untuk menjawab beberapa rumusan masalah yang telah disebutkan dalam Bab I halaman 6-7, dibutuhkan data-data terkait penelitian ini.

Lebih terperinci