ANALISA RASIO PEMAMPATAN TEBAL GERAM DAN GAYA POTONG SPESIFIK DENGAN DAN TANPA PENDINGIN TERHADAP PROSES TURNING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA RASIO PEMAMPATAN TEBAL GERAM DAN GAYA POTONG SPESIFIK DENGAN DAN TANPA PENDINGIN TERHADAP PROSES TURNING"

Transkripsi

1 ANALISA RASIO PEMAMPATAN TEBAL GERAM DAN GAYA POTONG SPESIFIK DENGAN DAN TANPA PENDINGIN TERHADAP PROSES TURNING Disusun oleh : Isnan Harijanto Dosen Jurusan Te Mesin,FTI, ITATS Jalan Arief Rahman Haim 100, Surabaya ABSTRAK Dalam suatu proses pemesinan gaya potong sangat berpengaruh dalam suatu perencanaan mesin peraas. Hal i arena gaya potong merupaan salah satu parameter dalam perhitungan dan analisa perencanaan mesin peraas. Untu menguur gaya-gaya yang tirade panda proses pemotongan panda mesin bubut dibutuhan suatu alat yang disebut dynamometer.permasalahan dalam penelitian i adalah bagaimana menentuan gaya potong spesifi dari benda erja yang berdasaran percobaan dynamometer panda proses turng dengan menggunaan logam S45C. Pada setiap percobaan dilauan perubahan putaran spindle untu mengetahui ecepatan potong dan pengaruhnya terhadap perubahan gaya potong dapat diamati panda dinamometer tersebut. Dengan sudut potong pahat, ecepatan maan, dan edalaman onstan agar hasil yang diharapan sesuai dengan yang diehendai dan bisa dipertanggung jawaban di dua industri. Dari analisa hasil percobaan dengan penguuran dua arah vertial dan horizontal didapatan semain besar ecepatan potong, gaya potong spesifi juga aan nai. Pada percobaan tanpa pendingin v 1 =.14 m/min, Ks 1 = N/mm, v =3.47 m/min, Ks = N/mm, v 3 =53.13 m/min, Ks 3 = N/mm, v 4 =77.48 m/min, Ks 4 = N/mm. Sedangan panda arah horizontal mulai dari Dari v 1 =.14 m/min, Ks 1 = N/mm, v =3.47 m/min, Ks = N/mm, v 3 =53.13 m/min, Ks 3 =53.33 N/mm, v 4 =77.48 m/min, Ks 4 = N/mm. Pada percobaan dengan pendingin v 1 =.14 m/min, Ks 1 = N/mm, v =3.47 m/min, Ks = N/mm, v 3 =53.13 m/min, Ks 3 = N/mm, v 4 =77.48 m/min, Ks 4 = N/mm. Sedang panda arah horizontal mulai dari Dari v 1 =.14 m/min, Ks 1 = N/mm, v =3.47 m/min, Ks = N/mm, v 3 =53.13 m/min, Ks 3 = N/mm, v 4 =77.48 m/min, Ks 4 =53.33 N/mm. Untu cutting ratio panda percobaan tanpa pendingin v 1 =.14 m/min, λ h1 =5.75, v =3.47 m/min, λ h =5.8, v 3 =53.13 m/min, λ h3 =5.8, v 4 =77.48 m/min, λ h4 =5.9, panda percobaan dengan pendingin v 1 =.14 m/min, λ h1 =5.3, v =3.47 m/min, λ h =5.3, v 3 =53.13 m/min, λ h3 =5.4, v 4 =77.48 m/min, λ h4 =5.45 Kata unci : Gaya potong, Ratio pempatan tebal geram, Gaya potong spesifi. ABSTRACT In the machine cutting force is very influential in reply to certain tolls machine planng. This matter because cutting force is based from calculation parameter in planng analysis tools machine. For is to measure force wich happened at cutting process to lathe machine needed tolls is name dynamometer. Set of problem in research is how so ascertain sees spesific cutting energy speciment to be founded trying dynamometer turng process in brass with material S45C. The every trying executed change spindle rotation for is nown cutting velocity and change cutting force can percieve dynamometer is latter with angel cutting tools, feeding of velocity, and influended wich respect of depth cutting constant so that crops hope appropriate desired and be able justify in industry global. From analysis result of attemp with measurement two vertical direction and horizontal got is ever greater of cutting speed, spesific cutting energy progressively go up, for at attemp not coolent v 1 =.14 m/min, Ks 1 = N/mm, v =3.47 m/min, Ks = N/mm, v 3 =53.13 m/min, Ks 3 = N/mm, v 4 =77.48 m/min, Ks 4 = N/mm. while at horizontal direction start from v 1 =.14 m/min, Ks 1 = N/mm, v =3.47 m/min, Ks = N/mm, v 3 =53.13 m/min, Ks 3 =53.33 N/mm, v 4 =77.48 m/min, Ks 4 = N/mm. at attemp with coolent v 1 =.14 m/min, Ks 1 = N/mm, v =3.47 m/min, Ks = N/mm, v 3 =53.13 m/min, Ks 3 = N/mm, v 4 =77.48 m/min, Ks 4 = N/mm. while at horizontal direction start from v 1 =.14 m/min, Ks 1 = N/mm, v =3.47 m/min, Ks = N/mm, v 3 =53.13 m/min, Ks 3 = N/mm, v 4 =77.48 m/min, Ks 4 =53.33 N/mm. For cutting ratio at attemp not coolent v 1 =.14 m/min, λ h1 =5.75, v =3.47 m/min, λ h =5.8, v 3 =53.13 m/min, λ h3 =5.8, v 4 =77.48 m/min, λ h4 =5.9, at attemp with coolent v 1 =.14 m/min, λ h1 =5.3, v =3.47 m/min, λ h =5.3, v 3 =53.13 m/min, λ h3 =5.4, v 4 =77.48 m/min, λ h4 =5.45 Key word : Cutting force, Cuting ratio, Spesific cutting energy

2 0 Jurnal IPTEK Vol 1 No.1 Januari 009 LATAR BELAKANG Dalam perembangannya industri permesinan merupaan salah satu alternatif pengolahan logam menjadi suatu produ yang siap paai. Pada saat i telah banya pembuatan omponenomponen dari suatu mesin yang dibuat dengan menggunaan mesin-mesin peraas, bai onvensional maupun non onvensional. Tetapi saat i masih banya perusahaan yang menggunaan mesin onvensional. Oleh arena itu untu menghasilan produ dengan hasil yang masimal dan dengan biaya eonomis, ita dituntut untu mengatan efisien dengan etelitian dan produtifitas yang tinggi. Dalam melauan pembuatan produ pemesinan banya proses yang harus dilalui dengan berbagai macam mesin peraas salah satunya adalah proses turng atau bubut. Pada proses tersebut banya fator-fator atau parameter yang mempengaruhi hasil dari proses pembubutan, selain itu penanganan terhadap pembuatan omponen harus cermat dan teliti sehingga dapat mengurangi esalahan dalam proses produsi. Saat i persaingan dalam dua pemesinan semain etat, untu itu ita dituntut untu terus mengatan efisiensi dan efetifitas dari proses pemesinan itu sendiri dengan melauan berbagai macam penelitian-penelitian yang nantinya dapat digunaan sebagai bahan pertimbangan dalam menentuan proses produsi. Salah satunya adalah dengan meneliti sejauh mana pengaruh penggunaan cairan pendingin terhadap cutting ratio dan Spesific cutting energi pada mesin bubut. PERMASALAHAN Banya diantara beberapa operator mesin bubut yang hanya dengan mengira-ira dalam memilih jes cairan pendingin dan tida begitu diperhatian dalam penggunaanya dan pengaruhnya terhadap mesin dan benda erja, sehingga sering terjadi erusaan pada benda erja atau pahat aibat hal tersebut. Untu itu diharapan dengan dilauan penelitian i, dapat mengurangai erusaan pada pahat dan benda erja aibat proses produsi serta dapat mengefetifan penggunaan cairan pendingin yang tentunya dapat megoptimalan hasil proses produsi. TUJUAN PENELITIAN Untu mendapatan hasil dari analisa Cutting Ratio dan Spesific Cutting Energi pada ondisi treatment dengan dan tanpa pendingin terhadap proses turng. BATASAN MASALAH Agar penelitian tida menyimpang dari masalah yang ada maa perlu adanya pembatasan masalah agar tujuan yang diinginan dapat dicapai. Adapun batasan-batasan tersebut meliputi : 1. Mesin bubut onvensional tipe JXC/J-46. Pahat yang digunaan jes HSS. 3. Sudut r pahat 90 o, γ o = 15 o 4. Bahan dari S45C. 5. Dimensi benda erja : D = 5 mm, Panjang = 100 mm. 6. Jes cairan pendingin yang digunaan dari jes cairan emulsi. 7. Perbandingan cairan pendingin 1 : 15 liter Air 8. Pendinginan dilauan dengan di ucuran (flooding). 9. Kecepatan aliran cairan pendingin 0.05 L/deti 10. Parameter yang digunaan : - Kedalaman potong (a)= 1.5 mm - Pemaanan (f) = in/put = 0, mm/put - Putaran Spindel = 300, 440, 70, 1050 rpm 11. Cutting ratio ( h ) dihitung berdasaran tebal geram sebelum terpotong terhadap tebal geam sesudah terpotong.

3 Isnan Harijanto, Analisa Rasio Pemampatan Tebal Geram Spesific cutting energi (Ks) dihitung berdasaran gaya potong pada pahat (diuur dengan dynamo meter) dan luas penampang geram sebelum terpotong. METODOLOGI PENULISAN Adapun metodologi yang dilauan pada penelitian adalah sebagai beriut : 1. Studi literature Dilauan untu memperoleh dasar teori yang digunaan untu menduung penulisan laporan, dengan membaca buu.. Penelitian Dilauan agar bisa mengamati secara langsung yang terjadi pada proses pemotongan logam dan pengaruh dari hasil benda erja. 3. Analisa data dilauan setelah melauan penelitian dengan hasil yang berupa data yang di perluan dalam penelitian. 4. Penulisan Dilauan setelah penelitian dan analisa data supaya mempermudah penyajian. DASAR TEORI Elemen Dasar Proses Pemesinan Berdasaran gambar te, dinyataan spesifiasi geometri suatu produ omponen mesin, salah satu atau beberapa jes proses pemesinan harus dipilih sebagai suatu proses atau urutan proses yang digunaan untu membuatnya. Bagi suatu tingatan proses, uuran obyetif ditentuan dan pahat harus membuang sebagian material benda erja sampai uuran obyetif tersebut dicapai. Hal i dapat dilasanaan dengan cara menentuan penampang geram (sebelum terpotong). Setelah berbagai aspe tenologi ditinjau, ecepatan pembuangan geram dapat dipilih supaya watu pemotongan sesuai dengan yang diehendai. Peerjaan seperti i aan ditemui dalam setiap perencanaan proses pemesinan. Untu itu perlu dipahami lima elemen dasar proses pemesinan yaitu : 1. Kecepatan potong (cutting speed) : v (mm / min). Kecepatan maan (feeding speed) : vf (mm / min) 3. Kedalaman potong (depth of cut) : a (mm) 4. Watu pemotongan (cutting time) : tc (min) 5. Kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal) : z (cm 3 / min) Gambar 1 Proses Bubut Umur pahat merupaan dasar pertimbangan yang penting dalam proses pemotongan logam, ondisi yang memberian umur hidup yang terlalu pende aan menjadi tida eonomis diarenaan oleh ongos penggantian pahat aan menjadi tinggi. Semain besar eausan / erusaan yang diderita pahat maa ondisi pahat aan semain ritis. Jialau pahat tersebut masih tetap digunaan maa pertumbuhan eausan aan semain cepat dan pada saat ujung pahat sama seali aan rusa. Kerusaan fatal seperti i tida boleh terjadi sebab gaya pemotongan aan sangat tinggi sehingga dapat merusaan seluruh pahat, mesin peraas dan benda erja, serta dapat membahayaan operator yang melaya mesin tersebut.

4 Jurnal IPTEK Vol 1 No.1 Januari 009 Sudut Geser dan Ratio Pemampatan Tebal Geram (Cutting Ratio) Pada proses pemotongan logam menggunaan mesin peraas, geram yang dihasilan bervariasi. Tetapi gaya potongnya tida aan melebihi harga masimum yang dicapai setelah bidang geser terbentu dengan orientasi sebesar sudut geser ( ) relatif terhadap ecepatan potong, arena gaya potong (F v ) merupaan fungsi dari sudut geser ( ), maa sudut geser masimum dapat dicari dengan nol. F v = 0 Sehingga diperoleh: 0 = 90 0 Maa: = Menurut Merchant persamaan diatas ternyata hanya untu pemotongan sejes plasti sinteti yang mempunyai ristal tunggal dan tida berlau pada logam yang mempunyai strutur poli ristal. Mesipun demiian dari rumus tersebut dan berdasaran logia dapat ditari esimpulan: 1. Sudut geser ( ) ditentuan oleh sudut geram ( 0 ). Semain besar sudut geram maa sudut geser aan membesar dan menyebaban penurunan luas bidang geser, sehingga menurunan gaya potong.. Koefisien gese tida mungin sama dengan nol. Dengan demiian, berdasaran analisis geomatri gaya (lingaran merchant) maa sudut geser tida mungin melebihi suatu harga yaitu: < Tebal geram sebelumnya terpotong (h) hanya mungin sama besar dengan tebal geram (h e ) bila: = Oleh sebab itu, berdasaran hal diatas dan enyataan dalam prate maa: h e > h Jadi, seolah-olah geram dimampatan maa hasil bagi antara tebal geram dengan tebal geram sebelum terpotong disebut sebagai rasio pemampatan tebal geram (Cutting Ratio) h h = e > 1 h Dalam setiap eadaan pada proses pemesinan menginginan h yang seecil mungin (mendeati satu) arena dapat memberian euntungan bertahap sebagai beriut: a. h ecil menaian b. besar aan menurunan F c. F ecil aan menurunan temperatur pemotongan dan daya pemotongan. Cairan Pendingin Cairan pendingin mempunyai egunaan yang husus dalam proses pemesinan selain untu memperpanjang umur pahat, cairan pendingin juga mampu menurunan gaya potong dan memperhalus permuaan produ hasil pemesinan. Selain itu cairan pendingin juga berfungsi sebagai pembersih atau pembawa gerinda dan melumasi elemen pembimbing (ways) mesin

5 Isnan Harijanto, Analisa Rasio Pemampatan Tebal Geram. 3 peraas serta melindungi benda erja dan omponen mesin dari orosi. Tetapi peran utama dari cairan pendingin adalah untu mendinginan dan melumasi. Analisa Statisti (Varian) Untu analisa data yang diperoleh berdasaran desain esperimen, hususnya desain aca sempurna, aan ditinjau desain dengan sebuah observasi tiap ut esperiment. Misalan ada buah perlauan dimana terdaapat n i ut esperimen untu perlauan e i(i = 1,,, ), jia data pengamatan dinyataan dengan Y ij (i = 1,,, ) dan (j = 1,,, n i ), Y ij berarti lai pengamatan dari ut esperimen e j arena perlauan e I, maa untu eperluan analisisnya, data tersebut sebainya disusun seperti dalam Tabel.. Dari Tabel. i emudian dihitung besaran-besaran yang diperluan ialah : Jumlah lai pengamatan untu tiap perlauan Jumlah seluruh lai pengamatan J i Y ij J j1 J i i1 Rata-rata pengamatan untu tiap perlauany i J / n Rata-rata seluruh lai pengamatan Y Ry Py Ey Y J / i i1 = Jumlah uadrat-uadrat (JK) semua lai pengamatan i1 Y j1 ij = Jumlah uadrat-uadrat (JK) untu rata-rata j / i1 = Jumlah uadrat-uadrat (JK) antar perlauan ( Yi Y) i1 i1 ( J i / ) Ry) = Jumlah uadrat-uadrat (JK)eeliruan esperimen. i 1 j1 ( Yij Y i ) i Y Ry Py

6 4 Jurnal IPTEK Vol 1 No.1 Januari 009 Tabel 1 Data Pengamatan untu Desain Aca Sempurna Data pengamatan Perlauan 1 Y 11 Y 1 Y 1 Y Y 1 Y Y 1n1 Y n Y n Jumlah j i i1 Jumlah J 1 J J J Banya pengamatan n i i1 n 1 n n Rata-rata Y 1 Y Y Y j / n i i1 Setelah harga-harga diatas diperoleh, maa disusun sebuah daftar analisis varians disingat ANAVA, seperti dapat dilihat pada table beriut : Hipotesa : Ho : Berisian bahwa perlauan yang diberian tida memberian pengaruh yang nyata terhadap respon. Bila F hit >F tabel maa hopotesa Ho ditola, yang artinya perlauan yang diberian tida memberian pengaruh yang nyata terhadap respon. Tabel Daftar Anava untu Data dalam Percobaan METODOLOGI PENELITIAN Persiapan Persiapan persiapan yang diperluan pada watu melauan penelitian haruslah dipersiapan dengan matang, Yang bertujuan agar mengurangi terjadinya esalahan dan watu yang digunaan menjadi efetif dan efisien. Diantara persiapan-persiapan yang dilauan aan di bahas beriut i. Mesin Peraas Pada percobaan i mesin peraas yang digunaan adalah mesin bubut onvensional yang terdapat di Lab. Proses Produsi I Institut Tenologi Adhi Tama Surabaya. Adapun Type dari mesin bubut tersebut adalah JXC/J-46. Benda Kerja Dalam penelitian i bahan yang digunaan adalah : o Bahan : Carbon Steel S45C o Bentu : Silinder Gambar. Dimensi benda erja sebelum proses turng o o Diameter : 5 mm Panjang : 100 mm

7 Isnan Harijanto, Analisa Rasio Pemampatan Tebal Geram. 5 Pahat Potong Pahat yang digunaan dalam percobaan i adalah dari jes HSS (High Speed Steel). Geometri pahat diatur dan di jaga sebagai beriut : o Sudut potong utama (Kr) : 90 o o Sudut geram : 15 o Persiapan Dalam Proses Pembubutan Kondisi pemotongan adalah sebagai beriut : o Kedalaman potong : 1.5 mm o Diameter awal (do) : 5 mm o Diameter ahir (d 1 ) : mm o Diameter rata-rata (d) : o Gera maan (feeding) o Putaran Spindel d 0 d mm : in/put = 0. mm/put : 300,440,70,1050(rpm) o Alat-alat Penduung : Dinamo meter,.janga Sorong,.Micrometer, Gergaji, Alat asah pahat, Kunci pas,.ba penampung cairan pendingin (jerigen), Selang, Penampung geram Langah Percobaan Beriut adalah langah-langah dalam melauan percobaan guna mendapatan data untu analisa : 1. Membuat form pengambilan data sesuai dengan ebutuhan data yang aan diambil.. Mempersiapan semua peralatan yang aan digunaan dalam percobaan pengambilan data. 3. Benda erja berbentu silinder dengan diameter 5mm dan panjang 100 mm. 4. Membuat campuran bahan pendingin air dan oli jes cairan emulsi dengan perbandingan 1:5-0 Liter air. 5. Pengasahan pahat dengan sudut potong utama (Kr) 90 0 dan sudut geram Persiapan mesin bubut onvensianal dengan memasang pahat potong pada tool post dengan arah tega lurus terhadap benda erja. 7. Pengaturan gera mesin terdiri dari gera Spindel, pemaanan, dan edalaman potong. 8. Setelah pengaturan mesin selesai maa percobaan dapat dilauan, dengan menguur gaya potong dengan dynamometer, dan mengelompoan geram hasil dari setiap percobaan yang telah dilauan untu emudian dilauan penguuran Data Hasil Percobaan Dari hasil percobaan yang telah dilauan didapat data-data sebagai beriut : - Material : Baja Carbon S45C - Sample : Silinder - Mesin : JXC / J Pahat :HSS - Sudut Kr : 90 o - Sudut γ o : 15 o - Feeding (f) : 0. mm/put. - Kedalaman potong (a) : 1.5 mm

8 6 Jurnal IPTEK Vol 1 No.1 Januari 009 ANALISA DATA Perhitungan Kecepatan Potong (v) dn v (m/min) 1000 dimana : d = Diameter rata-rata (mm) n = Putaran spindel (rpm) Untu n = 300 rpm Untu n = 440 rpm 3.14x3.5x x3.5x440 v v = =.14 m min Untu n = 70 rpm 3.14x3.5x70 Untu n = 1050 rpm v x3.5x1050 v = = m 1000 min Ks = Spesific CuttingEnergy Perhitungan Spesific Cutting Energy (Ks) (N/mm ) F F = Gaya potong (N) F = Ks. A Ks dimana : A A = Penampang geram sebelum tepotong (mm ) = b.h = a.f A = 1.5x mm Karena hasil onversi gaya potong pada tabel dynamometer masih mempunyai satuan ilogram (g), dapat dialian dengan grafitasi (g) dengan rumus sebagai beriut : F = m.g (N) Dimana : m = Massa (g) m ) g = grafitasi bumi ( dt m min m min

9 Isnan Harijanto, Analisa Rasio Pemampatan Tebal Geram. 7 Spesific Cutting Energy pada arah vertical (Tanpa pendingin) Spesific Cutting Energy pada arah horizontal (Tanpa pendingin) Spesific Cutting Energy pada arah vertical (Dengan pendingin) Spesific Cutting Energy pada arah horizontal (Dengan pendingin) Cutting ratio pada percobaan tanpa pendingin. Cutting ratio pada percobaan dengan pendingin

10 8 Jurnal IPTEK Vol 1 No.1 Januari 009 Perhitungan Cutting Ratio (λh) hc h > 1 h dimana : h c = Tebal geram (mm) h = Tebal geram sebelum terpotong (mm) Untu mencari lai h dapat digunaan rumus sebagai beriut : h = f sin Kr = 0.xsin90 = 0. mm Pemilihan Alternatif Pendeatan Persamaan Grafi Regresi Setelah melauan perhitungan dari beberapa persamaan grafi regresi maa telah dietahui lai error yang terecil dari setiap percobaan adalah sebagai beriut : Spesific cutting energy (Ks), Tanpa pendingin 1. Arah vertical R = pers. grafi lier y = 375.8x dan R = pers. grafi polynomial y = 375.8x Arah horizontal R = pers. grafi lier y = 30.36x dan R = pers. grafi polynomial y = 0.9x x Spesific cutting energy (Ks), Dengan pendingin 1. Arah vertical R = pers. grafi polynomial y = 5.84x x Arah horizontal R = pers. grafi esponential y = e x Cutting ratio (λh), Tanpa pendingin R = pers. grafi polynomial y = 0.015x x Cutting ratio (λh), Dengan pendingin R = pers. grafi polynomial y = 0.015x x Analisa Statisti pada Cutting Ratio (λh). Pada Percobaan Tanpa Pendingin. A. Hipotesis Ho = Pengaruh ecepatan potong (tanpa pendingin) tida berpengaruh terhadap perubahan lai Cutting ratio (λh).

11 Isnan Harijanto, Analisa Rasio Pemampatan Tebal Geram. 9 B. Perhitungan j Ry = i1 Py Vy i ( ji = 16. ) Ry = = Y i1 j1 Yij = = 16. Ey Y Ry Py = (-0.86) = 0.86 Untu mengetahui statistic F dari hasil percobaan dapat ita lihat pada table di bawah i. Jia untu i diambil taraf nyata α=0.05, maa dari daftar D (dalam appendi) untu distribusi F dengan v 1 =3 dan v =8 didapat F=4.07. Karena F = lebih ecil dari 4.07 maa Ho diterima. I berarti eempat variasi ecepatan potong tersebut tida memberian pengaruh berarti terhadap Cutting ratio pada percobaan tanpa pendinginan. Pada Percobaan dengan Pendingin A. Hipotesis

12 30 Jurnal IPTEK Vol 1 No.1 Januari 009 Ho = Pengaruh ecepatan potong (tanpa pendingin) tida berpengaruh terhadap perubahan lai Cutting ratio (λh Perhitungan Ry j i1 Py Vy = i ( ji = ) Ry = = Y i1 j1 Yij = = Ey Y Ry Py = = Untu mengetahui statistic F dari hasil percobaan dapat ita lihat pada table di bawah i. Jia untu i diambil taraf nyata α=0.05, maa dari daftar D (dalam appendi) untu distribusi F dengan v 1 =3 dan v =8 didapat F=4.07. Karena F = 13.6 lebih besar dari 4.07 maa Ho ditola. I berarti eempat variasi ecepatan potong tersebut memberian pengaruh berarti terhadap Cutting ratio pada percobaan tanpa pendinginan. KESIMPULAN Hasil Gaya Potong Spesifi dan Rasio Pemampatan Tebal Geram Pada pecobaan menggunaan dynamometer antilever dua arah (X, menunjuan arah horizontal dan Y, menunjuan arah vertical) pada proses turng. Dapat dietahui

13 Isnan Harijanto, Analisa Rasio Pemampatan Tebal Geram. 31 Hasil dari Pendeatan Persamaan Grafi Berdasaran data yang telah diperoleh maa diduung dengan beberapa pendeatan persamaan grafi, diantaranya : o Regresi lier o Regresi logarithmic o Regresi polynomial o Regresi power o Regresi exponential Maa dari elima regresi hasil pendeatan grafi dipilih regresi yang mempunyai lai error yang paling sediit dari tiap-tiap percobaan diantaranya adalah sebagai beriut : A. Spesific cutting energy (Ks), Tanpa pendingin 1. Arah vertical R = pers. grafi lier y = 375.8x dan R = pers. grafi polynomial y = 375.8x Arah horizontal R = pers. grafi lier y = 30.36x dan R = pers. grafi polynomial y = 0.9x x B. Spesific cutting energy (Ks), Dengan pendingin 1. Arah vertical R = pers. grafi polynomial y = 5.84x x Arah horizontal R = pers. grafi esponential y = e x C. Cutting ratio (λh), Tanpa pendingin R = pers. grafi polynomial y = 0.015x x D. Cutting ratio (λh), Dengan pendingin R = pers. grafi polynomial y = 0.015x x Hasil dari Analisa Statisti pada Ratio Pemampatan Tebal Geram Dari analisa statistic pada cutting ratio maa dapat disimpulan sebagai beriut : Tanpa pendingin F hit = lebih ecil dari

14 3 Jurnal IPTEK Vol 1 No.1 Januari 009 F tabel = 4.07 maa Ho diterima. I berarti eempat variasi ecepatan potong tersebut tida memberian pengaruh berarti terhadap Cutting ratio pada percobaan tanpa pendinginan. Dengan pendingin F hit = 13.6 lebih besar dari F tabel = 4.07 maa Ho ditola. I berarti eempat variasi ecepatan potong tersebut memberian pengaruh berarti terhadap Cutting ratio pada percobaan tanpa pendinginan. DAFTAR PUSTAKA Taufiq Rochim,Dr., 1993 Teori dan Tenologi Proses Pemesinan, Lab.Te Produsi Jurusan Te Mesin, FTI-ITB, Bandung, Mei. Boothroyd.Geoffrey,Kght,Wiston A, 1989 Fundamental of Maching and Machine Tool. Machel Deer inc. Sudjana,Msc Desain Dan Analisis Esperimen, Tarsito, Bandung,

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur.

Bab II Teori Dasar Gambar 2.1 Jenis konstruksi dasar mesin freis yang biasa terdapat di industri manufaktur. Bab II Teori Dasar Proses freis adalah proses penghasilan geram yang menggunakan pahat bermata potong jamak (multipoint cutter) yang berotasi. Pada proses freis terdapat kombinasi gerak potong (cutting

Lebih terperinci

PENGARUH KEDALAMAN POTONG, KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GAYA PEMOTONGAN PADA MESIN BUBUT

PENGARUH KEDALAMAN POTONG, KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GAYA PEMOTONGAN PADA MESIN BUBUT PENGARUH KEDALAMAN POTONG, KECEPATAN PEMAKANAN TERHADAP GAYA PEMOTONGAN PADA MESIN BUBUT Waris Wibowo & Prasetya Sigit S. Staf Pengajar Akademi Maritim Yogyakarta ( AMY ) ABSTRAK Gaya pemotongan digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)

ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 1 Otober 17 ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING BOARD)

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS MODUL 3

MEKANIKA TANAH HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS MODUL 3 MEKANIKA TANAH MODUL 3 HIDROLIKA TANAH DAN PERMEABILITAS UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Setor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Silus hidrologi AIR TANAH DEFINISI : air yang terdapat

Lebih terperinci

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60

PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60 PENGARUH TEBAL PEMAKANAN DAN KECEPATAN POTONG PADA PEMBUBUTAN KERING MENGGUNAKAN PAHAT KARBIDA TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN MATERIAL ST-60 Hasrin Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl.Banda

Lebih terperinci

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan

BAB li TEORI DASAR. 2.1 Konsep Dasar Perancangan BAB li TEORI DASAR Pada bab ini dijelaskan mengenai konsep dasar perancangan, teori dasar pemesinan, mesin bubut, komponen komponen utama mesin dan eretan (carriage). 2.1 Konsep Dasar Perancangan Perancangan

Lebih terperinci

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks.

Soal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks. Soal-Jawab Fisia OSN - ( poin) Sebuah pipa silinder yang sangat besar (dengan penampang lintang berbentu lingaran berjarijari R) terleta di atas tanah. Seorang ana ingin melempar sebuah bola tenis dari

Lebih terperinci

TUGAS I RANCANGAN PERCOBAAN BAB I

TUGAS I RANCANGAN PERCOBAAN BAB I TUGAS I RANCANGAN PERCOBAAN Nama : Dwi Shinta Marselina A. Pengertian Desain Esperimen BAB I Desain Esperimen Merupaan langah-langah lengap yang perlu di ambil jauh sebelum esperimen dilauan supaya data

Lebih terperinci

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris

Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin, SNTTM-VI, 2007 Jurusan Teknik Mesin, Universitas Syiah Kuala Simulasi Komputer untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan pada Proses Pembubutan Silindris Muhammad

Lebih terperinci

ANALISIS VARIANSI (ANOVA)

ANALISIS VARIANSI (ANOVA) ANALISIS VARIANSI (ANOVA) ANOVA = Analisis Varians (Anava) = Analisis Ragam = Sidi Ragam Diperenalan oleh R.A. Fisher (195) disebut uji F pengembangan dari uji t dua sampel bebas (independent samples t

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Keadaan dunia usaha yang selalu berubah membutuhan langah-langah untu mengendalian egiatan usaha di suatu perusahaan. Perencanaan adalah salah satu langah yang diperluan

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k

Kumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k Kumpulan soal-soal level selesi Kabupaten: 1. Sebuah heliopter berusaha menolong seorang orban banjir. Dari suatu etinggian L, heliopter ini menurunan tangga tali bagi sang orban banjir. Karena etautan,

Lebih terperinci

Dalam penelitian ini ditentukan spesifikasi awal. b. Langkah piston (S) = 3,8 cm. c. Jumlah Silinder = 1

Dalam penelitian ini ditentukan spesifikasi awal. b. Langkah piston (S) = 3,8 cm. c. Jumlah Silinder = 1 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Data Awal Spesifiasi Kompresor Dalam penelitian ini ditentuan spesifiasi awal perhitungan adalah sebagai beriut : a. Diameter silinder (D) = 5,1 cm b. Langah piston (S) = 3,8 cm c.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya

Lebih terperinci

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING

SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING Simulasi untuk Memprediksi Pengaruh... Muhammad Yusuf, M. Sayuti SIMULASI UNTUK MEMPREDIKSI PENGARUH PARAMETER CHIP THICKNESS TERHADAP DAYA PEMOTONGAN PADA PROSES CYLINDRICAL TURNING Muhammad Yusuf 1)

Lebih terperinci

UJI BARTLETT. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung. Scheffe Multiple Contrast Procedure

UJI BARTLETT. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung. Scheffe Multiple Contrast Procedure 8/9/01 UJI TUKEY UJI DUNCAN UJI BARTLETT UJI COCHRAN UJI DUNNET Elty Sarvia, ST., MT. Faultas Teni Jurusan Teni Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung Macam Metode Post Hoc Analysis The Fisher

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU Wahyudi 1, Adhi Susanto 2, Sasongo P. Hadi 2, Wahyu Widada 3 1 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Tembalang,

Lebih terperinci

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No., (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) Implementasi Algoritma Pencarian Jalur Sederhana Terpende dalam Graf Anggaara Hendra N., Yudhi Purwananto, dan Rully Soelaiman Jurusan

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway Rea Racana Jurnal Online Institut Tenologi Nasional Teni Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Penentuan Nilai Eivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perotaan Menggunaan Metode Time Headway ENDI WIRYANA

Lebih terperinci

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi:

Kumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi: Kumpulan soal-soal level selesi provinsi: 1. Sebuah bola A berjari-jari r menggelinding tanpa slip e bawah dari punca sebuah bola B berjarijari R. Anggap bola bawah tida bergera sama seali. Hitung ecepatan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti

Lebih terperinci

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C

ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C ANALISIS UMUR PAHAT DAN BIAYA PRODUKSI PADA PROSES DRILLING TERHADAP MATERIAL S 40 C 1 Azwinur, 2 Taufiq 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh-Medan Km.280 Buketrata Lhokseumawe.

Lebih terperinci

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd.

PROSES PEMBUBUTAN LOGAM. PARYANTO, M.Pd. PROSES PEMBUBUTAN LOGAM PARYANTO, M.Pd. Jur.. PT. Mesin FT UNY Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin (komponen) berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana

FISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana K-13 Kelas X FISIKA GETARAN HARMONIS TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, amu diharapan memilii emampuan sebagai beriut. 1. Memahami onsep getaran harmonis sederhana pada bandul dan pegas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

II. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam (Anara) Untu menguji esamaan dari beberapa nilai tengah secara sealigus diperluan sebuah teni yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN-PAKAI MINYAK PELUMAS SAE 10W-30 PADA SEPEDA MOTOR (4TAK) BERDASARKAN VISKOSITAS DENGAN METODE VISKOMETER BOLA JATUH

ANALISIS KELAYAKAN-PAKAI MINYAK PELUMAS SAE 10W-30 PADA SEPEDA MOTOR (4TAK) BERDASARKAN VISKOSITAS DENGAN METODE VISKOMETER BOLA JATUH ANALISIS KELAYAKAN-PAKAI MINYAK PELUMAS SAE 10W-0 PADA SEPEDA MOTOR (4TAK) BERDASARKAN VISKOSITAS DENGAN METODE VISKOMETER BOLA JATUH Ladrian Rohmi Abdi Syahdanni 1), Ir. Suhariyanto, MT ),Ir. Mahirul

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Latar belaang Metode analisis yang telah dibicaraan hingga searang adalah analisis terhadap data mengenai sebuah arateristi atau atribut (jia data itu ualitatif) dan mengenai sebuah variabel,

Lebih terperinci

MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI (STUDI KASUS DI PT THAMRIN BROTHERS)

MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI (STUDI KASUS DI PT THAMRIN BROTHERS) Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2011 (SNATI 2011) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 17-18 Juni 2011 MANAJEMEN DISTRIBUSI MULTI PRODUK BERDASARKAN BOBOT PROSENTASE PENJUALAN DAN EFISIENSI BIAYA DISTRIBUSI

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Keranga Pemiiran Pemerintah ahir-ahir ini sering dihadapan pada masalah persediaan pupu bersubsidi yang daya serapnya rendah dan asus elangaan di berbagai loasi di Indonesia.

Lebih terperinci

Usulan Level Faktor Variasi Bahan untuk Mencapai Kuat Tekan Beton 50 Mpa dengan Metode Perancangan Eksperimen *

Usulan Level Faktor Variasi Bahan untuk Mencapai Kuat Tekan Beton 50 Mpa dengan Metode Perancangan Eksperimen * Rea Integra ISSN: 338-508 Teni Industri Itenas No. Vol. 0 Jurnal Online Institut Tenologi Nasional Otober 03 Usulan Level Fator Variasi Bahan untu Mencapai Kuat Tean Beton 50 Mpa dengan Metode Perancangan

Lebih terperinci

PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL

PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL PENGUKURAN PENDAPATAN NASIONAL A. PENDEKATAN PRODUKSI (PRODUCTION APPROACH) Menghitung besarnya pendapatan nasional dengan menggunaan pendeatan produsi didasaran atas perhitungan dari jumlah nilai barang-barang

Lebih terperinci

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 16 Juni 2007 PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT I ing Mutahiroh, Indrato, Taufiq Hidayat Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Jenis penelitian yang digunaan adalah penelitian desriptif, yaitu penelitian terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh peneliti dari subye

Lebih terperinci

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2

Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2 Pengaruh Kemiringan Benda Kerja dan Kecepatan Pemakanan terhadapgetaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2 Romiyadi 1 1 Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Kampar Jl. Tengku Muhammad

Lebih terperinci

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045

PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045 PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN PADA PROSES BUBUT BAJA AISI 1045 Yuni Hermawan Jurusan Teknik Mesin -Fakultas Teknik - Universitas Jember Email: yunikaka@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar ugas Ahir Simulasi Penapisan Kalman Dengan Kendala Persamaan Keadaan Pada Kasus Penelusuran Posisi Kendaraan (Vehicle racing Problem Iput Kasiyanto [], Budi Setiyono, S., M. [], Darjat,

Lebih terperinci

PEMODELAN OPTIMALISASI PRODUKSI UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINIER

PEMODELAN OPTIMALISASI PRODUKSI UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINIER PEMODELAN OPTIMALISASI PRODUKSI UNTUK MEMAKSIMALKAN KEUNTUNGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMROGRAMAN LINIER Tantri Windarti Program Studi Sistem Informasi STMIK Surabaya Jl Raya Kedung Baru 98, Surabaya

Lebih terperinci

PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR

PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR Ngarap Im Mani 1) dan Lim Widya Sanjaya ), 1) & ) Jurs. Matematia Binus University PENGANTAR Perancangan percobaan adalah suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE)

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilauan dalam penelitian ini adalah sebagai beriut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini aan dilauan studi literatur

Lebih terperinci

VOLUME BAHAN TERBUANG SEBAGAI PARAMETER ALTERNATIF UMUR PAHAT

VOLUME BAHAN TERBUANG SEBAGAI PARAMETER ALTERNATIF UMUR PAHAT TUGAS SARJANA PROSES PEMOTONGAN LOGAM VOLUME BAHAN TERBUANG SEBAGAI PARAMETER ALTERNATIF UMUR PAHAT OLEH: LILIK SULAIMANSYAH NIM : 020401007 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE)

BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) BAB III METODE PENELITIAN (BAHAN DAN METODE) Tahapan-tahapan pengerjaan yang dilauan dalam penelitian ini adalah sebagai beriut : 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahapan ini aan dilauan studi literatur

Lebih terperinci

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012

KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB 2012 KINETIKA REAKSI KIMIA TIM DOSEN KIMIA DASAR FTP UB Konsep Kinetia/ Laju Reasi Laju reasi menyataan laju perubahan onsentrasi zat-zat omponen reasi setiap satuan watu: V [ M ] t Laju pengurangan onsentrasi

Lebih terperinci

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness

Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness Simulasi Komputer Untuk Memprediksi Besarnya Daya Pemotongan Pada Proses Cylindrical Turning Berdasarkan Parameter Undeformed Chip Thickness Oegik Soegihardjo Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan

Lebih terperinci

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Sear Wulandari, Nur Salam, dan Dewi Anggraini Program Studi Matematia Universitas Lambung Mangurat

Lebih terperinci

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN

STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN NASKAH PUBLIKASI TUGAS AKHIR STUDI PENGARUH SUDUT POTONG (Kr) PAHAT KARBIDA PADA PROSES BUBUT DENGAN TIPE PEMOTONGAN OBLIQUE TERHADAP KEKASARAN PERMUKAAN Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat - Syarat

Lebih terperinci

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL DESAIN SENSOR KECEPAAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILER KALMAN UNUK ESIMASI KECEPAAN DAN POSISI KAPAL Alrijadjis, Bambang Siswanto Program Pascasarjana, Jurusan eni Eletro, Faultas enologi Industri Institut

Lebih terperinci

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii

Lebih terperinci

3. Sebaran Peluang Diskrit

3. Sebaran Peluang Diskrit 3. Sebaran Peluang Disrit EL2002-Probabilitas dan Statisti Dosen: Andriyan B. Susmono Isi 1. Sebaran seragam (uniform) 2. Sebaran binomial dan multinomial 3. Sebaran hipergeometri 4. Sebaran Poisson 5.

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Fuzzy 2.1.1 Dasar-Dasar Teori Fuzzy Secara prinsip, di dalam teori fuzzy set dapat dianggap sebagai estension dari teori onvensional atau crisp set. Di dalam teori crisp

Lebih terperinci

VISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB

VISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB KARYA TULIS ILMIAH VISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB Oleh: Drs. Ida Bagus Alit Paramarta, M.Si. Dra. I.G.A. Ratnawati, M.Si. JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin

Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin Pengaruh Jenis Pahat dan Cairan Pendingin PENGARUH JENIS PAHAT DAN CAIRAN PENDINGIN SERTA KEDALAMAN PEMAKANAN TERHADAP TINGKAT KEKASARAN DAN KEKERASAN PERMUKAAN BAJA ST 60 PADA PROSES BUBUT KONVENSIONAL

Lebih terperinci

Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional

Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional R E.M. (Rekayasa Energi Manufaktur) Jurnal "" # $ $ % & %" % ' " () http://dx.doi.org/0.2070/r.e.m.v2i.842 Analisa Pengaruh Gerak Makan Dan Putaran Spindel Terhadap Keausan Pahat Pada Proses Bubut Konvensional

Lebih terperinci

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( )

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( ) PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursati (13507065) Program Studi Teni Informatia, Seolah Teni Eletro dan Informatia, Institut Tenologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung, 40132

Lebih terperinci

Penentuan Konduktivitas Termal Logam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan

Penentuan Konduktivitas Termal Logam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan Prosiding Seminar Nasional Fisia dan Pendidian Fisia (SNFPF) Ke-6 205 30 9 Penentuan Kondutivitas Termal ogam Tembaga, Kuningan, dan Besi dengan Metode Gandengan Dwi Astuti Universitas Indraprasta PGRI

Lebih terperinci

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai Pemodelan Dan Esperimen Untu enentuan Parameter Tumbuan Non Elasti Antara Benda Dengan Lantai Puspa onalisa,a), eda Cahya Fitriani,b), Ela Aliyani,c), Rizy aiza,d), Fii Taufi Abar 2,e) agister Pengajaran

Lebih terperinci

Perhitungan Kehilangan Pratekan Total dengan Memakai Teori Kemungkinan ABSTRAK

Perhitungan Kehilangan Pratekan Total dengan Memakai Teori Kemungkinan ABSTRAK Jurnal APLIKASI Volume 5, Nomor 1, Agustus 2008 Perhitungan Kehilangan Pratean Total dengan Memaai Teori Kemunginan M. Sigit Darmawan Dosen Jurusan Diploma Teni Sipil, FTSP - ITS Email: msdarmawan@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

MEKANIKA TANAH REMBESAN DAN TEORI JARINGAN MODUL 4. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

MEKANIKA TANAH REMBESAN DAN TEORI JARINGAN MODUL 4. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 MEKANIKA TANAH MODUL 4 REMBESAN DAN TEORI JARINGAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Setor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 154 PENDAHULUAN Konsep pemaaian oefisien permeabilitas untu

Lebih terperinci

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA Iing Mutahiroh, Fajar Saptono, Nur Hasanah, Romi Wiryadinata Laboratorium Pemrograman dan Informatia

Lebih terperinci

PEMBUATAN RODA GIGI UTAMA PENGGERAK SUPPORT PADA MESIN BUBUT ROBLYNG

PEMBUATAN RODA GIGI UTAMA PENGGERAK SUPPORT PADA MESIN BUBUT ROBLYNG PEMBUATAN RODA GIGI UTAMA PENGGERAK SUPPORT PADA MESIN BUBUT ROBLYNG Tony Rahardjo, Ing Dewanto, Bambang L. -BATAN, Babarsari Yogyaarta 55281 Email:ptapb@batan.go.id ABSTRAK PEMBUATAN RODA GIGI UTAMA PENGGERAK

Lebih terperinci

PERHITUNGAN KEHILANGAN PRATEKAN (LOSS OF PRESTRESS) AKIBAT SUSUT DAN RANGKAK PADA BETON DENGAN MEMPERHITUNGKAN VARIABILITAS SIFAT-SIFAT BETON

PERHITUNGAN KEHILANGAN PRATEKAN (LOSS OF PRESTRESS) AKIBAT SUSUT DAN RANGKAK PADA BETON DENGAN MEMPERHITUNGKAN VARIABILITAS SIFAT-SIFAT BETON PERHITUNGAN KEHILANGAN PRATEKAN (LOSS OF PRESTRESS) AKIBAT SUSUT DAN RANGKAK PADA BETON DENGAN MEMPERHITUNGKAN VARIABILITAS SIFAT-SIFAT BETON M. Sigit Darmawan Dosen Diploma Teni Sipil ITS Email: msdarmawan@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

SAT. Pengaruh Kemiringan Spindel Dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2. Romiyadi, Emon Azriadi. 1.

SAT. Pengaruh Kemiringan Spindel Dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran Mesin Frais Universal Knuth UFM 2. Romiyadi, Emon Azriadi. 1. Teknobiologi JI SAT Jurnal Ilmiah Sains Terapan Lembaga Penelitian Universitas Riau Jurnal Teknobiologi, V(1) 2014: 31 36 ISSN : 2087 5428 Pengaruh Kemiringan Spindel Dan Kecepatan Pemakanan Terhadap Getaran

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Relasi Dispersi Pada bagian ini aan dibahas relasi dispersi untu gelombang internal pada fluida dua-lapisan.tinjau lapisan fluida dengan ρ a dan ρ b berturut-turut merupaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Definisi Graf Graf adalah umpulan simpul (nodes) yang dihubungan satu sama lain melalui sisi/busur (edges) (Zaaria, 2006). Suatu Graf G terdiri dari dua himpunan

Lebih terperinci

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN

ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN ANALISA KEKERASAN MATERIAL TERHADAP PROSES PEMBUBUTAN MENGGUNAKAN MEDIA PENDINGIN DAN TANPA MEDIA PENDINGIN Denny Wiyono Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Polnep Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk

Lebih terperinci

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir

Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir Studi Eksperimental tentang Pengaruh Parameter Pemesinan Bubut terhadap Kekasaran Permukaan pada Pemesinan Awal dan Akhir Agung Premono 1, a *, Triyono 1, R. Ramadhani 2, N. E. Fitriyanto 2 1 Dosen, Jurusan

Lebih terperinci

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal

TORSI ISSN : Jurnal Teknik Mesin Universitas Pendidikan Indonesia Vol. IV No. 1 Januari 2006 Hal PENGARUH PROSES PEMOTONGAN END MILL TERHADAP HASIL POTONG Dalmasius Ganjar Subagio*) INTISARI PENGARUH PROSES PEMOTONGAN END MILL TERHADAP HASIL POTONG. Telah dilaksanakan penelitian terhadap perbedaan

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Off-Line Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teknik Elektronika PENS 2009

Model Pembelajaran Off-Line Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teknik Elektronika PENS 2009 Model Pembelaaran Off-Line Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Untu Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teni Eletronia PENS 2009 Arie Setya Wulandari#, Eru Puspita S.T., M.Kom#2 # Jurusan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder bersifat runtun waktu (time series) III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunaan data seunder bersifat runtun watu (time series) dalam periode tahunan dan data antar ruang (cross section). Data seunder tersebut

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar Tugas Ahir PENDETEKSI POSISI MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER MMA7260Q BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 Muhammad Riyadi Wahyudi, ST., MT. Iwan Setiawan, ST., MT. Abstract Currently, determining

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Sudut Potong (Kr) Dengan Pahat Karbida Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Oblique Terhadap Kekasaran Permukaan

Studi Pengaruh Sudut Potong (Kr) Dengan Pahat Karbida Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Oblique Terhadap Kekasaran Permukaan TUGAS AKHIR Studi Pengaruh Sudut Potong (Kr) Dengan Pahat Karbida Pada Proses Bubut Dengan Tipe Pemotongan Oblique Terhadap Kekasaran Permukaan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat - Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Departemen

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Program

Lebih terperinci

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-1 Suraarta, Otober 016 VARIASI NILAI BATAS

Lebih terperinci

Agar Xn berperilaku acak yang dapat dipertanggungjawabkan :

Agar Xn berperilaku acak yang dapat dipertanggungjawabkan : ara memperoleh data Zaman dahulu, dgn cara : 1. Melempar dadu 2. Mengoco artu Zaman modern (>1940), dgn cara membentu bilangan aca secara numeri/ aritmati(menggunaan omputer), disebut Pseudo Random Number

Lebih terperinci

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM 1,2 Faultas MIPA, Universitas Tanjungpura e-mail: csuhery@sisom.untan.ac.id, email: dedi.triyanto@sisom.untan.ac.id Abstract

Lebih terperinci

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas

BAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas BAB ELASTISITAS 4. Elastisitas Zat Padat Dibandingan dengan zat cair, zat padat lebih eras dan lebih berat. sifat zat padat yang seperti ini telah anda pelajari di elas SLTP. enapa Zat pada lebih eras?

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup [1] Sistem endali dapat diataan sebagai hubungan antara omponen yang membentu sebuah onfigurasi sistem, yang aan menghasilan tanggapan sistem yang diharapan.

Lebih terperinci

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY

ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY ANALISIS TOPOGRAFI PERMUKAAN LOGAM DAN OPTIMASI PARAMETER PEMOTONGAN PADA PROSES MILLING ALUMINIUM ALLOY Sobron Yamin Lubis & Agustinus Christian Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak KORELASI ANARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISEM ADAPIF Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1 Abstra Masud pembahasan tentang orelasi dua sinyal adalah orelasi dua sinyal yang sama aan tetapi

Lebih terperinci

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN

KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN Pardi Affandi, Faisal, Yuni Yulida Abstra: Banya permasalahan yang melibatan teori sistem dan teori ontrol serta apliasinya. Beberapa referensi

Lebih terperinci

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI POMITS ol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunaan Metode Redusi Kalman Filter dengan Pendeatan Elemen Hingga Muyasaroh, Kamiran,

Lebih terperinci

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi

Tanggapan Waktu Alih Orde Tinggi Tanggapan Watu Alih Orde Tinggi Sistem Orde-3 : C(s) R(s) ω P ( < ζ (s + ζω s + ω )(s + p) Respons unit stepnya: c(t) βζ n n < n ζωn t e ( β ) + βζ [ ζ + { βζ ( β ) cos ( β ) + ] sin ζ ) ζ ζ ω ω n n t

Lebih terperinci

STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT

STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT TUGAS AKHIR STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT 040803023 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan Statisti Respon Kanal Radio Dalam Ruang Pada Freuensi,6 GHz Christophorus Triaji I, Gamantyo Hendrantoro, Puji Handayani Institut Tenologi Sepuluh opember, Faultas Tenologi Industri, Jurusan Teni Eletro

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL Syafruddin Side, Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar email:syafruddinside@yahoo.com Info: Jurnal MSA Vol. 3

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana hubungan antar variabel

BAB III ANALISIS DISKRIMINAN. analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana hubungan antar variabel BAB III ANALISIS DISKRIMINAN 3.1 Pengertian Analisis Disriminan Analisis disriminan merupaan sala satu metode yang digunaan dalam analisis multivariat dengan metode dependensi (dimana ubungan antar variabel

Lebih terperinci

TEORI KINETIKA REAKSI KIMIA

TEORI KINETIKA REAKSI KIMIA TORI KINTIK RKSI KII da (dua) pendeatan teoreti untu menjelasan ecepatan reasi, yaitu: () Teori tumbuan (collision theory) () Teori eadaan transisi (transition-state theory) atau teori omples atif atau

Lebih terperinci

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID Ferry Tan, Giovani Gracianti, Susanti, Steven, Samuel Luas Jurusan Teni Informatia, Faultas

Lebih terperinci

Analisa Drop Tegangan dan Susut Daya pada Jaringan Listrik Penyulang Renon Menggunakan Metode Artificial Neural Network

Analisa Drop Tegangan dan Susut Daya pada Jaringan Listrik Penyulang Renon Menggunakan Metode Artificial Neural Network Analisa Drop Tegangan dan Susut Daya pada Jaringan Listri Penyulang Renon Menggunaan Metode Artificial Neural Networ I Gede Dyana Arana Jurusan Teni Eletro Faultas Teni, Universitas Udayana Denpasar, Bali,

Lebih terperinci

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia

K13 Revisi Antiremed Kelas 11 Kimia K3 Revisi Antiremed Kelas Kimia Persiapan Penilaian Ahir Semester (PAS) Ganjil Doc. Name: RK3ARKIM0PAS Version : 06- halaman 0. Untu memperoleh onsentrasi Cl - =0,0 M, maa 50 ml larutan CaCl 0,5 M harus

Lebih terperinci

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41

HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41 Tesis PEMODELAN TEMPERATUR PAHAT POTONG HSS PADA PROSES BUBUT DENGAN METODE TOOL TERMOKOPEL TIPE-K DENGAN MATERIAL St 41 Mochamad Mas ud 2107 201 007 Pembimbing Ir. Bambang Pramujati, MSc Eng., Ph.D Dr.

Lebih terperinci