BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI"

Transkripsi

1 37 BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI Kondisi kerja pekerja CV. Mekar Plastik merupakan perlakuan perusahaan kepada pekerja, baik laki maupun perempuan yang meliputi pembagian kerja secara seksual, status pekerja, pengupahan, jaminan kerja, dan jaminan keluarga. 5.1 Pembagian Kerja secara Seksual Gender tidak menjadi masalah jika tidak menyebabkan ketimpangan gender terhadap salah satu jenis kelamin, namun gender yang berlaku di komunitas seringkali diadopsi oleh berbagai pihak yang berkepentingan sehingga melakukan ketimpangan gender dalam skala yang lebih luas (Widanti, 2005). Dalam hal ini, perempuan sering menjadi korban ketimpangan gender terutama dalam lingkungan keluarga, komunitas dan tempat kerja. Perbedaan jenis kelamin melahirkan perbedaan gender dan perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan. Faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan atau ketidakadilan gender adalah akibat gender yang dikonstruksi secara sosial dan budaya. Beberapa anggapan yang memojokkan kaum perempuan dalam konteks sosial ini memunculkan sejumlah persoalan, seperti terjadinya pembagian kerja secara seksual yang dialami pekerja CV. Mekar Plastik Industri. Perusahaan melakukan pembagian kerja secara seksual berdasarkan kemampuan dan keahlian pekerja dalam mengoperasikan alat-alat atau mesin di pabrik. Tak lepas dari itu, perusahaan juga masih memiliki bias gender tinggi yang melekat dan itu menjadi prinsip pembagian kerja yang utama. Stereotip gender dalam masyarakat, memandang perempuan sebagai makhluk yang lemah lembut, bersifat melayani, tergantung, emosional, dan tidak bisa bekerja kasar seperti mengangkat barang atau mesin berat, sedangkan lakilaki dianggap sebagai makhluk yang berjiwa pemimpin, mandiri, kuat, dan rasional. Oleh karena itu, perempuan ditempatkan pada bagian packing yang ringan dan tidak membutuhkan banyak tenaga karena dianggap tidak mampu mengoperasikan mesin-mesin berat.

2 38 Ada beberapa pekerjaan yang khusus dilakukan oleh pekerja laki-laki, yaitu bagian service mesin, gudang mesin, dan ekspedisi. Pekerjaan tersebut dianggap kerja kasar dan memerlukan tenaga yang besar dan kuat serta ketangkasan yang cepat. Pada Tabel 4 disajikan data komposisi jumlah responden pekerja CV. Mekar Plastik Industri berdasarkan jenis kelamin dan jenis pekerjaan. Tabel 4. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis Pekerjaan, CV. Mekar Plastik Industri, 2009 Jenis Kelamin Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Operator Packing 5 16, Operator Mesin 25 83,3 0 0 Total Berdasarkan pada Tabel 4, dapat disimpulkan bahwa seluruh responden perempuan sebanyak 30 orang bekerja sebagai operator, dan 25 orang (83,3%) pekerja laki-laki bekerja di bagian mesin, sedangkan hanya 5 orang (16,7%) pekerja laki-laki yang bekerja sebagai operator. Di perusahaan tersebut, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang khusus dilakukan oleh perempuan, namun biasanya perempuan ditempatkan di bagian packing (pengepakan barang), walaupun ada juga laki-laki yang ditempatkan di bagian packing. Pekerjaan tersebut tidak memerlukan tenaga kasar dan kuat, yang penting memiliki tingkat ketelatenan yang tinggi. Pembagian kerja secara seksual yang didasarkan pada stereotip gender ini mengakibatkan terjadinya peminggiran perempuan, dan biasanya perempuan menjadi korban yang tidak dapat berbuat apa-apa. Dengan adanya pembagian kerja secara seksual tersebut, perempuan sudah berada dalam posisi yang termarjinalkan (mengalami marginalisasi-ketidakadilan gender), namun perempuan itu sendiri juga masih memiliki bias gender yang tinggi dan mereka juga tidak mau bekerja kasar seperti yang dilakukan laki-laki. Pembagian kerja antara laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi oleh stereotip gender tersebut, sudah berlaku di komunitas dan memiliki kekuatan

3 39 mengikat tertentu seperti norma, walaupun tidak ada peraturan khusus yang mengatur sistem pembagian kerja tersebut. Pembagian kerja secara seksual ini tergolong marginalisation as concentration on the margins of the labour market dan marginalisation as feminisation or segregation yang berarti terjadi peminggiran posisi perempuan dalam sektor publik pada jenis-jenis pekerjaan yang berupah rendah, kondisi kerja buruk, dan tidak memiliki kestabilan kerja, serta mengalami feminisasi dan segregasi. 5.2 Status Kerja Status kerja pekerja menggambarkan tingkat kerentanan pekerja untuk dikeluarkan jika terjadi pemecatan. Status kerja merupakan variabel untuk melihat kondisi kerja pekerja dalam suatu perusahaan, apakah telah baik atau tidak. Status kerja pekerja di CV. Mekar Plastik dibedakan menjadi dua, yaitu pekerja tetap dan pekerja harian lepas. Pekerja tetap disebut juga karyawan atau pekerja waktu tidak tertentu (tidak rentan dipecat), sedangkan pekerja harian lepas disebut juga pekerja waktu tertentu (rentan dipecat). Pekerja tetap memiliki status dan kondisi kerja yang lebih baik dibandingkan pekerja harian lepas, seperti mendapatkan berbagai tunjangan dan fasilitas perusahaan. Status pekerja ini sangat berpengaruh pada pembagian upah kepada pekerja, terlepas dari adanya pembagian kerja seksual berdasarkan gender. Status pekerja dapat menyebakan ketimpangan apabila pekerja laki-laki dan perempuan diperlakukan berbeda. Pada Tabel 5 disajikan data komposisi jumlah responden pekerja CV. Mekar Plastik Industri berdasarkan jenis kelamin dan status pekerja. Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 5 bahwa jumlah pekerja laki-laki yang statusnya pekerja tetap di CV. Mekar Plastik Industri lebih banyak dibandingkan perempuan, yaitu 63,3% dari total pekerja laki-laki, sedangkan jumlah pekerja perempuan yang statusnya pekerja tetap yaitu 46,7% dari total pekerja perempuan. Untuk pekerja harian lepas, jumlah pekerja perempuan lebih banyak dibandingkan pekerja laki-laki, yaitu 53,3% dari total pekerja perempuan, sedangkan pekerja laki-laki yang status kerjanya sebagai pekerja harian lepas sebesar 36,7% dari total pekerja laki-laki.

4 40 Tabel 5. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status Pekerja, CV. Mekar Plastik Industri, 2009 Jenis Pekerjaan Laki-laki Jenis Kelamin Perempuan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Harian Lepas 11 36, ,3 Pekerja Tetap 19 63, ,7 Total Jenis pekerjaan laki-laki seperti mesin dan ekspedisi membutuhkan keahlian dan keterampilan khusus dalam mengoperasikannya, tingkat kesulitannya juga lebih tinggi dibandingkan denga bagian packing (pengepakan), sehingga tingkat kerentanan dipecat juga kecil pada bagian mesin. Sebaliknya, jenis pekerjaan packing dianggap sepele dan tidak membutuhkan keahlian khusus seperti bagian mesin, sehingga tingkat kerentanan dipecatnya lebih tinggi dibandingkan dengan bagian mesin yang biasa dipegang oleh laki-laki. Pada posisi ini, perempuan kembali mengalami ketimpangan/ketidakadilan karena merasa berada pada posisi yang rentan atau tidak aman dalam hal pekerjaan, sehingga mereka cenderung pasrah dan tidak berani melawan atau meminta haknya kepada perusahaan karena takut dipecat. 5.3 Pengupahan Dalam hal pengupahan, CV. Mekar Plastik Industri dianggap belum memenuhi syarat Upah Minimum Regional seperti yang telah ditetapkan Gubernur Jawa Barat dalam Keputusan Gubernur Jawa Barat No. 561/Kep.684- Bangsos/2008, sebesar Rp ,- untuk wilayah Kabupaten Bandung. Upah yang diberikan perusahaan terdiri atas dua tingkat, yaitu Rp31.000,- per hari untuk karyawan tetap, baik pekerja laki-laki maupun pekerja perempuan, dan pekerja laki-laki harian lepas, dan Rp ,- per hari untuk pekerja perempuan yang harian lepas. Pembagian upah ini dianggap tidak adil oleh pekerja perempuan namun mereka tidak dapat menuntut hak lebih karena itu adalah kebijakan perusahaan, selain itu mereka juga takut dipecat tanpa uang pesangon. Pembagian upah ini dipengaruhi oleh adanya pembagian kerja secara seksual dan pembagian

5 41 status kerja. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, sebagian besar laki-laki yang menjadi operator mesin memiliki tingkat kerentanan dipecat yang lebih kecil dibandingkan dengan perempuan sebagai operator packing yang jenis pekerjaanya diaanggap sepele. Data Tabel 6 menunjukkan komposisi jumlah responden pekerja CV. Mekar Plastik Industri berdasarkan gender dan upah. Tabel 6. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Upah, CV. Mekar Plastik Industri, 2009 Jenis Kelamin Upah Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Rendah (<UMR) ,7 Tinggi ( UMR) ,3 Total Dapat dilihat pada Tabel 6 bahwa pekerja laki-laki memiliki upah yang lebih tinggi daripada pekerja perempuan. Tinggi rendahnya upah ditentukan berdasarkan Upah Minimum Regional (UMR) wilayah regional kajian penelitian, yaitu Kabupaten Bandung, sebesar Rp ,- untuk industri plastik. Bila upah di atas UMR, maka dapat dikatakan, upah yang diterima pekerja lebih tinggi, begitupun sebaliknya, bila upah yang diterima kurang dari UMR, maka dapat dikatakan upah yang diterima pekerja adalah di bawah rata-rata. Berdasarkan persentase jumlah responden berdasarkan jenis kelamin dan upah, sebanyak 100% pekerja laki-laki mendapatkan upah yang tinggi ( UMR) dan hanya 53,3% pekerja perempuan yang mendapatkan upah tinggi, dan 46,7% pekerja perempuan mendapatkan upah yang rendah (< UMR). Dapat dilihat juga, hampir tidak ada (0%) pekerja laki-laki yang mendapatkan upah di bawah UMR. Hal ini dikarenakan pekerja laki-laki memiliki tanggung jawab yang lebih besar dan membutuhkan tenaga yang lebih banyak dalam proses produksi dibandingkan perempuan, sehingga upahnya diberikan lebih besar oleh perusahaan (bias gender perusahaan terhadap pekerja). Perbedaan upah ini merupakan salah satu ketimpangan yang dialami oleh pekerja perempuan karena mereka berada dalam posisi yang termarjinalisasikan dan mereka tidak dapat berbuat apa-apa karena

6 42 takut dipecat, namun hal ini ternyata tidaklah menjadi suatu masalah yang besar bagi pekerja perempuan, karena mereka merasa bahwa uang yang mereka dapatkan dari hasil bekerja bukanlah suatu nafkah utama untuk keluarga, tetapi merupakan uang tambahan nafkah untuk membantu suami dalam memenuhi kebutuhan rumahtangga. Di samping gender sebagai pembanding utama pembagian upah, hal yang perlu diperhatikan lebih spesifik adalah status pekerja. Status pekerja sangat mempengaruhi perusahaan dalam hal memberikan upah kepada pekerja. Besarnya upah yang diterima pekerja tergantung dari bagaimana statusnya sebagai pekerja di CV. Mekar Plastik Industri, yaitu sebagai pekerja harian lepas atau pekerja tetap. Tabel 7 menunjukkan komposisi pekerja berdasarkan status pekerja dan upah/gaji yang diterima pekerja. Tabel 7. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Status Pekerja, dan Upah, CV. Mekar Plastik Industri, 2009 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Upah Status Pekerja UMR < UMR Jumlah Persentase Jumlah Persentase Pekerja Tetap Harian Lepas Pekerja Tetap Harian Lepas Dapat dilihat pada Tabel 7 bahwa pekerja yang berstatus pekerja tetap memiliki upah yang lebih tinggi daripada pekerja yang berstatus pekerja harian lepas. Upah yang lebih tinggi tersebut adalah upah yang besarnya sama atau di atas UMR, begitupun sebaliknya, bila upah yang diterima kurang dari UMR, maka dapat dikatakan upah yang diterima pekerja adalah rendah. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah laki-laki pekerja tetap dan menerima upah yang tinggi lebih banyak dibandingkan perempuan yang sebagian besar berstatus pekerja harian lepas dan menerima upah yang lebih rendah. Perbedaan upah ini adalah salah satu bentuk ketidakadilan gender (marginalisasi) yang dilakukan perusahaan terhadap pekerja, apalagi sebagian besar korbannya

7 43 adalah pihak perempuan yang ditempatkan sebagai pekerja harian lepas, walaupun entah secara sengaja atau tidak perusahaan menempatkan perempuan dalam posisi tersebut. Perempuan masih saja dianggap sebagai makhluk yang lemah dan tidak berdaya dalam sektor publik, dan mereka juga takut untuk menuntut hak-haknya karena menganggap dirinya akan kalah jika melawan pihak perusahaan yang besar dan berkuasa tersebut. 5.4 Jaminan Kerja Jaminan kerja merupakan salah satu aspek penting dalam melihat baik atau tidak baiknya kondisi kerja seorang pekerja dalam suatu perusahaan. Seperti yang tercantum dalam Peraturan Perusahaan CV. Mekar Plastik Industri, pekerja berhak untuk menerima jaminan kerja berupa jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua bagi yang ikut, jaminan beribadah, jaminan beristirahat, dan jaminan kematian, libur atau cuti jika sakit, libur tahunan/hari raya, upah lembur, libur cuti pernikahan/ kematian/kelahiran, dan pesangon bila terjadi PHK. Pada Tabel 8 disajikan komposisi jumlah responden pekerja CV. Mekar Plastik Industri berdasarkan jenis kelamin dan jaminan kerja yang diperoleh. Tabel 8. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jaminan Kerja, CV. Mekar Plastik Industri, 2009 Jenis Kelamin Jaminan Kerja Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Baik 23 76, ,7 Tidak Baik 7 23, ,3 Total Berdasarkan Tabel 8 bahwa pekerja laki-laki memiliki jaminan kerja yang lebih baik daripada pekerja perempuan. Baik atau tidaknya ukuran kualitas jaminan kerja ditentukan oleh banyaknya jaminan yang diterima pekerja selama pekerja bekerja di CV. Mekar Plastik Industri. Data pada Tabel 8 menunjukkan sebesar 76,7% pekerja laki-laki mendapatkan jaminan kerja baik dan 56,7%

8 44 pekerja perempuan mendapatkan jaminan kerja yang baik pula, serta 43,3% pekerja perempuan lainnya mendapatkan jaminan kerja yang tidak baik. Untuk perolehan jaminan kerja, antara laki-laki dan perempuan tidak dibedakan bila status kerjanya adalah pekerja tetap, namun untuk pekerja harian lepas, antara pekerja laki-laki dan perempuan dibedakan, misalnya dalam hal pengupahan, pekerja laki-laki mendapatkan upah yang lebih besar dibandingkan pekerja perempuan; laki-laki mendapatkan jaminan kesehatan untuk istri dan anaknya berobat di poliklinik perusahaan, sedangkan perempuan hanya mendapatkan jaminan kesehatan untuk dirinya sendiri saja. Hal ini merupakan suatu ketimpangan gender yang menimpa pekerja perempuan, karena perempuan yang bekerja di CV. Mekar Plastik Industri ini dianggap sebagai perempuan lajang/belum menikah, sehingga tidak memiliki yang lebih. Selain akibat adanya stereotip gender, jaminan kerja yang didapat pekerja dipengaruhi oleh status pekerja. Pada Tabel 9 dapat dilihat komposisi jumlah responden pekerja CV. Mekar Plastik Industri berdasarkan jenis kelamin, status pekerja, dan jaminan kerja yang diperoleh. Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Status Pekerja, dan Jaminan Kerja, CV. Mekar Plastik Industri, 2009 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Status Pekerja Jaminan Kerja Baik Tidak baik Jumlah Persentase Jumlah Persentase Pekerja Tetap Harian Lepas 4 36, ,63 Pekerja Tetap Harian Lepas 3 18, ,25 Total Berdasarkan Tabel 9 dapat diidentifikasi bahwa jika status pekerja pekerja baik maka jaminan kerja yang didapatkan juga baik. Hal ini dapat dilihat dari besarnya jumlah pekerja berstatus pekerja tetap yang mendapatkan jaminan kerja

9 45 yang baik lebih besar daripada pekerja berstatus harian lepas yang mendapatkan jaminan kerja baik, namun ini juga terkait dengan gender atau jenis kelamin, karena sebagian besar pekerja yang berstatus pekerja tetap adalah berjenis kelamin laki-laki, dan pekerja yang berstatus harian lepas sebagian besar adalah perempuan dan mendapatkan jaminan kerja yang tidak baik. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pekerja laki-laki dianggap memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam menafkahi keluarganya dibandingkan perempuan. Pemberian jaminan kerja yang diberikan perusahaan, semuanya sudah diatur dalam Peraturan Perusahaan CV. Mekar Plastik Industri untuk karyawannya, namun pada kenyataanya jaminan kerja yang diterima oleh pekerja ternyata tak sebanyak yang dijanjikan perusahaan tersebut dalam peraturan yang dibuatnya. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pekerja terhadap peraturan perusahaan yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja. Seperti yang telah dibahas di atas, pekerja berhak menerima jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan beribadah, jaminan beristirahat, dan jaminan kematian, libur atau cuti jika sakit, libur tahunan/hari raya, upah lembur, libur cuti pernikahan/kematian/kelahiran, dan pesangon PHK, namun pada kenyataannya, hak-hak itu hanya ditujukan untuk pekerja tetap, bukan untuk pekerja harian lepas. Pekerja harian lepas tidak mendapatkan libur tahunan/hari raya, jaminan kesehatan, dan pesangon saat PHK. Bahkan banyak yang mengeluh karena seminggu menjelang Hari Raya Lebaran, mereka langsung dipecat tanpa pesangon dengan alasan perusahaan sedang tidak produktif atau sepi order. Pemecatan pekerja seperti ini harusnya dapat dihindari jika antara pengusaha dan pekerja saling terbuka dan mentaati peraturan yang sudah dibuat bersama. 5.5 Jaminan Keluarga Selain pemberian jaminan kerja, perusahaan juga memberikan jaminan keluarga bagi pekerja yang statusnya pekerja tetap, yaitu Tunjangan Hari Raya, santunan melahirkan karyawan (untuk pekerja perempuan), dan pemberian jaminan hutang. Jamian keluarga ini diberikan oleh perusahaan sebagai salah satu wujud kepedulian perusahaan terhadap kesejahteraan keluarga pekerjanya. Adapun jaminan keluarga lain seperti santunan menikah pertama kali, santunan

10 46 melahirkan karyawan/istri karyawan, santunan anak khitan/sunatan/pembaptisan anak karyawan, santunan anggota dalam satu rumah meninggal dunia, santunan kematian orangtua/mertua, santunan kematian istri, anak atau suami, santunan perkawinan anak, pinjaman/hutang, santunan jika pekerja ditahan yang tertera dalam Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tidak semua dipenuhi oleh CV. Mekar Plastik Industri kepada para pekerjanya. Perusahaan hanya memberikan jaminan lain seperti santunan menikah, santunan anggota keluarga meninggal, santunan istri/anak karyawan, itupun tidak sepenuhnya diberikan, harus melalui beberapa keputusan dari pihak perusahaan. Sebagian besar sumbangan yang seharusnya diberikan oleh perusahaan oleh pekerja, biasanya diberikan oleh teman-teman kerjanya sendiri berupa sumbangan sukarela, bukan dari perusahaan, walaupun hak-hak jaminan keluarga seperti yang disebutkan di atas, tertera dalam Peraturan Perusahaan CV. Mekar Plastik Industri. Dalam hal ini perusahaan belum memenuhi hak-hak pekerja dan kewajiban pengusaha sebagaimana yang tercantum pada undang-undang dan peraturan perusahaan. Untuk Tunjangan Hari Raya diberikan 7 (tujuh) hari sebelum Hari Raya, dan itu berlaku untuk pekerja yang berstatus pekerja tetap, sedangkan untuk pekerja harian lepas, seharusnya tidak perlu khawatir, karena menurut Peraturan Perusahaan Bab IX pasal 31 mengenai tunjangan, tertulis: Bagi karyawan yang telah melewati masa percobaan tetapi belum memiliki masa kerja (satu) tahun, besarnya THR dihitung secara proporsional... Pernyataan tersebut seharusnya dapat menjadi solusi bagi pekerja yang berstatus harian lepas untuk mendapatkan tunjangan hari raya, namun nyatanya mereka tidak mendapat tunjangan tersebut dan jaminan yang lain. Mereka hanya mengharapkan belas kasih pihak perusahaan atau teman-temannya yang mampu untuk memberikan mereka bantuan saat hari raya itu tiba. Tidak ada sedikitpun pemberian barang ataupun uang untuk pekerja harian lepas untuk mereka merayakan hari raya, walaupun banyak diantara mereka yang sudah bekerja lebih dari lima tahun, sedangkan menurut Peraturan Perusahaan, karyawan hanya

11 47 melewati masa kontrak tiga bulan, dan mendapatkan hak pengangkatan menjadi karyawan dan uang penghargaan masa kerja. Pada Tabel 10 ditunjukkan komposisi jumlah responden pekerja CV. Mekar Plastik Industri berdasarkan jenis kelamin dan jaminan keluarga yang diperoleh. Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jaminan Keluarga, CV. Mekar Plastik Industri, 2009 Jenis Kelamin Jaminan Keluarga Laki-laki Perempuan Jumlah Persentase Jumlah Persentase Baik Tidak Baik % % Total % % Dapat dilihat pada Tabel 10 bahwa tidak ada pekerja yang mendapatkan jaminan keluarga yang baik. Walaupun ada beberapa jaminan keluarga yang diberikan kepada pekerja, tak mencapai setengah dari keseluruhan jaminan yang ada diberikan oleh perusahaan kepada pekerja. Peneliti pun mencoba membandingkan komposisi jumlah responden pekerja CV. Mekar Plastik Industri berdasarkan jenis kelamin, status pekerja, dan jaminan keluarga yang dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Status Pekerja, dan Jaminan Keluarga, CV. Mekar Plastik Industri, 2009 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Status Pekerja Baik Jaminan Keluarga Tidak Baik Jumlah Persentase Jumlah Persentase Pekerja Tetap Harian Lepas Pekerja Tetap Harian Lepas

12 48 Seperti yang dapat dilihat pada Tabel 11 tentang jaminan keluarga pekerja berdasarkan jenis kelamin dan status pekerja, 100% responden baik pekerja lakilaki dan pekerja perempuan yang berstatus harian lepas atau pekerja tetap, tidak mendapatkan fasilitas dan pelayanan jaminan keluarga yang baik. Hal ini menunjukkan adanya ketidakpedulian perusahaan terhadap kesejahteraan keluarga pekerja, dan terjadinya penyimpangan Peraturan Perusahaan yang telah dibuat dan disepakati bersama antara pihak-pihak terkait lainnya. Jika pun ada jaminan keluarga yang diberikan, biasanya berupa pinjaman atau pemberian hutang dari perusahaan kepada pekerja yang birokrasinya sulit, sehingga pekerja pun malas atau enggan untuk meminjam ke perusahaan. Santunan-santunan seperti santunan anggota keluarga meninggal yang dijanjikan perusahaan pun sulit didapatkan, biasanya santunan yang diterima pekerja pada kejadian seperti itu berasal dari sumbangan sesama pekerja lainnya yang sifatnya sukarela dan tidak mengikat. Ikhtisar CV. Mekar Plastik Industri melakukan pembagian kerja secara seksual berdasarkan dari kemampuan dan keahliannya dalam mengoperasikan alat-alat atau mesin di pabrik. Namun tak lepas dari itu, pihak pengusaha juga masih memiliki bias gender yang tinggi yang melekat. Perempuan ditempatkan pada bagian packing yang ringan dan tidak membutuhkan banyak tenaga karena dianggap tidak mampu mengoperasikan mesin-mesin berat, dan laki-laki pada bagian bagian service mesin, gudang mesin, dan ekspedisi. Pekerjaan tersebut dianggap kerja kasar dan memerlukan tenaga yang besar dan kuat serta ketangkasan yang cepat. Pembagian kerja secara seksual ini tergolong marginalisation as concentration on the margins of the labour market dan marginalisation as feminisation or segregation. Status kerja pekerja adalah tingkat kerentanan pekerja untuk dikeluarkan jika terjadi pemecatan. Sebagian besar pekerja laki-laki di CV. Mekar Plastik Industri berstatus pekerja tetap, sedangkan perempuan sebagian besar berstatus pekerja harian lepas. Kondisi kerja ini belum baik karena masih terjadi ketimpangan/marginalisasi. Marginalisasi ini tergolong marginalisation as concentration on the margins of the labour market.

13 49 Dalam hal pengupahan, CV. Mekar Plastik Industri dianggap belum memenuhi syarat Upah Minimum Regional sebesar Rp ,- untuk wilayah Kabupaten Bandung. Upah yang diberikan perusahaan kepada pekerja laki-laki jumlahnya lebih besar daripada upah pekerja perempuan. Untuk pekerja tetap, pekerja laki-laki dan perempuan besarnya upah sama, namun untuk pekerja harian lepas, upah pekerja laki-laki dan perempuan dibedakan. Hal ini dikarenakan pekerja laki-laki memiliki tanggung jawab yang lebih besar dan membutuhkan tenaga yang lebih banyak dalam proses produksi dibandingkan perempuan, sehingga upahnya diberikan lebih besar oleh perusahaan. Marginalisasi ini tergolong marginalisation as economic inequality dan marginalisation as feminisation or segregation. Pada perusahaan CV. Mekar Plastik Industri, jaminan kerja yang diberikan telah cukup baik, namun terdapat perbedaan antara pekerja laki-laki dan pekerja perempuan. Pekerja laki-laki mendapatkan jaminan kerja yang lebih banyak dibandingkan pekerja perempuan. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman pekerja terhadap peraturan perusahaan yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja, dan dipengaruhi juga oleh status pekerja itu sendiri. Marginalisasi ini tergolong marginalisation as economic inequality. Selain pemberian jaminan kerja, perusahaan juga memberikan jaminan keluarga bagi pekerja yang statusnya pekerja tetap, yaitu Tunjangan Hari Raya, santunan melahirkan karyawan (untuk pekerja perempuan), dan pemberian jaminan hutang, namun tidak ada pekerja yang mendapatkan jaminan keluarga yang baik secara keseluruhan. Sama halnya seperti jaminan kerja, pekerja laki-laki mendapatkan jaminan keluarga lebih banyak dibandingkan dengan pekerja perempuan, misalnya saja dalam hal pengobatan/kesehatan. Hal ini disebabkan adanya kebijakan perusahaan dalam peraturan perusahaan yang menganggap bahwa laki-laki memiliki tanggungan hidup yang banyak sebagai kepala keluarga, sedangkan perempuan dianggap bekerja tambahan untuk keluarga, oleh karena itu juga perempuan banyak yang ditempatkan pada posisi pekerjaan yang rentan (harian lepas) dibandingkan dengan laki-laki. Marginalisasi ini tergolong marginalisation as economic inequality.

14 50 Kondisi kerja pekerja CV. Mekar Plastik secara umum belum baik, karena banyak faktor yang mempengaruhinya seperti adanya stereotip gender dan pembagian kerja secara seksual, dan kurangnya pemahaman pekerja terhadap peraturan perusahaan yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja yang perlu dilihat lagi hubungannya secara nyata. Namun, sudah dapat diduga bahwa dari beberapa alat ukur kondisi kerja seperti status pekerja, pengupahan, jaminan kerja, dan jaminan keluarga, perempuan sudah berada pada posisi yang termarjinalisasikan (mengalami marginalisasi). Marginalisasi ini menempatkan perempuan pada posisi yang lebih rendah daripada laki-laki dalam sektor publik.

15 51 BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI 6.1 Stereotip Gender dan Pembagian Kerja secara Seksual Stereotip masyarakat tentang gender adalah pelabelan suatu sifat gender yang sudah melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Stereotip gender dalam masyarakat, memandang perempuan sebagai makhluk yang lemah lembut, bersifat melayani, tergantung, emosional, dan tidak bisa bekerja kasar seperti mengangkat barang berat, sedangkan laki-laki dianggap sebagai makhluk yang berjiwa pemimpin, mandiri, kuat, dan rasional. Stereotip yang berkembang di masyarakat akan memunculkan dampak bias gender yang cukup besar, dan kemudian menimbulkan ketidakadilan gender antara laki-laki dan perempuan, seperti dalam hal pembagian kerja yang dilakukan oleh CV. Mekar Plastik Industri kepada pekerjanya. Perusahaan CV. Mekar Plastik Industri melakukan pembagian kerja secara seksual pada pekerja berdasarkan dari kemampuan dan keahliannya dalam mengoperasikan alat-alat atau mesin di pabrik. Namun tak lepas dari itu, pihak pengusaha juga masih memiliki bias gender yang cukup tinggi sama dengan stereotip yang melekat di masyarakat. Oleh karena itu, perempuan ditempatkan pada bagian operator packing yang ringan dan tidak membutuhkan banyak tenaga karena dianggap tidak mampu mengoperasikan mesin-mesin berat, dan laki-laki ditempatkan pada bagian operator mesin berat. Pada Tabel 12 ditunjukkan seberapa besar stereotip gender yang masih melekat pada pekerja dilihat dari jenis kelamin dan jenis pekerjaan pekerja CV. Mekar Plastik Industri. Berdasarkan Tabel 12 dapat diidentifikasi bahwa bias gender pekerja CV. Mekar Plastik Industri adalah tinggi. Hal ini dapat dilihat dari penempatan 28 orang perempuan yang memiliki bias gender tinggi (93,3% dari total pekerja perempuan) sebagai operator packing dan 25 orang laki-laki yang memiliki bias gender tinggi (83,3% dari total pekerja laki-laki) sebagai operator mesin, serta 2 orang pekerja perempuan lainnya yang memiliki bias gender rendah (100% dari total pekerja perempuan) pada jenis pekerjaan operator.

16 52 Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Jenis Pekerjaan, dan Stereotip Gender, CV.Mekar Plastik Industri, 2009 Stereotip Gender Jenis Kelamin Jenis Pekerjaan Bias gender tinggi Bias gender rendah Jumlah Persentase Jumlah Persentase Operator Mesin 25 83,3 0 0 Laki-laki Operator Packing 5 16,7 0 0 Total Operator Mesin Perempuan Operator Packing 28 93,3 2 6,7 Total 28 93,3 2 6,7 Sebagian besar pekerja memiliki bias gender yang tinggi karena menganggap bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah lembut dan tidak cocok bekerja di sektor publik dibandingkan dengan laki-laki yang dianggap sebagai kepala keluarga pencari nafkah yang kuat dan pemimpin. Hal ini membuktikan bahwa pandangan masyarakat khususnya pekerja masih sangat didominasi oleh akar budaya sosial maupun kultural mengenai gender. Adapun perempuan yang memiliki bias gender rendah beranggapan bahwa perempuan boleh saja bekerja membantu suami dan tidak harus memiliki sifat yang manja dan lemah lembut. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang karyawati bernama IMT, 38 tahun, CV. Mekar Plastik Industri berikut: Perempuan jaman sekarang mah ga boleh manja neng..kalo manjamanja aja ga bisa makan dong..gaji suami paling berapa sih? ga cukup buat makan dan keperluan lain sebulan... (IMT, 38 tahun, Karyawati CV. Mekar Plastik Industri) Penempatan posisi jenis pekerjaan ini, dipertimbangkan juga oleh pihak perusahaan berdasarkan stereotip gender pihak perusahaan dan pengalaman. Pihak perusahaan menganggap bahwa perempuan tidak cocok untuk bekerja kasar dan mengendalikan mesin-mesin berat seperti yang dilakukan laki-laki. Pekerjaan

17 53 operator mesin adalah pekerjaan yang membutuhkan tenaga kuat, kasar, dan tangkas seperti yang dimiliki laki-laki, sedangkan pekerjaan operator packing hanya membutuhkan keterampilan dan ketelitian seperti yang dimiliki perempuan. Pembagian jenis pekerjaan secara seksual yang didasarkan pada streotip gender ini mengakibatkan terjadinya marginalisasi perempuan atau peminggiran, dan biasanya perempuan menjadi korban yang tidak dapat berbuat apa-apa. Dengan adanya pembagian kerja secara seksual tersebut, perempuan sudah berada dalam posisi yang termarjinalisasikan (mengalami marginalisasi-ketidakadilan gender) dan tidak dapat melakukan apa-apa untuk mendapatkan haknya secara penuh sesuai dengan yang peraturan perusahaan dan undnag-undang tentang ketenagakerjaan karena takut dipecat. Marginalisasi perempuan dalam perusahaan menjadi lebih kuat dengan kurangnya pemahaman pekerja terhadap kewajiban dan hak-haknya sebagai pekerja, sehingga perempuan menerima ketimpangan yang tidak dapat dielakkan. Pada Tabel 13 ditunjukkan komposisi jumlah responden pekerja CV. Mekar Plastik Industri berdasarkan jenis kelamin, status pekerja, dan jenis pekerjaan. Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Jenis Pekerjaan, dan Status Kerja, CV.Mekar Plastik Industri, 2009 Jenis Kelamin Laki-laki Status Pekerja Operator Mesin Jenis Pekerjaan Operator Packing Jumlah Persentase Jumlah Persentase Pekerja Tetap 19 63,3 0 0 Harian Lepas 6 20,0 5 16,7 Total 25 83,3 5 16,7 Perempuan Pekerja Tetap ,7 Harian Lepas ,3 Total Berdasarkan Tabel 13 dapat disimpulkan bahwa jumlah pekerja laki-laki dengan status pekerja tetap (63,3%) lebih tinggi lebih banyak daripada jumlah pekerja perempuan yang berstatus pekerja tetap (46,7%). Hal ini dipengaruhi juga oleh adanya pembagian kerja secara seksual yang dilakukan oleh perusahaan

18 54 kepada pekerja. Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa persentase jumlah pekerja perempuan ditempatkan pada bagian operator packing dengan tingkat kerentanan dipecat yang tinggi (harian lepas) lebih besar dibandingkan laki-laki yang hanya 16,7%. Untuk dapat melihat kondisi kerja, tidak hanya perlu diperhatikan stereotip gender dan pembagian kerja secara seksualnya saja, namun juga perlu dilihat status pekerja tersebut dalam perusahaan. Pada Tabel 14 disajikan data komposisi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin, status pekerja, dan kondisi kerja. Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Status Kerja, dan Kondisi Kerja, CV.Mekar Plastik Industri, 2009 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Status Pekerja Baik Kondisi Kerja Tidak Baik Jumlah Persentase Jumlah Persentase Pekerja Tetap 14 73,7 5 26,3 Pekerja Harian Lepas Pekerja Tetap Pekerja Harian Lepas Total Berdasarkan pada Tabel 14 dapat disimpulkan bahwa jumlah pekerja lakilaki dan perempuan yang berstatus pekerja tetap memiliki proporsi yang tetap dengan kondisi kerja yang baik, namun jika dibandingkan dengan yang berstatus harian lepas, pekerja perempuan memiliki proporsi yang lebih banyak dibandingkan pekerja laki-laki yang berstatus harian lepas, yaitu 100% secara keseluruhan pekerja perempuan. Ketidakadilan gender ini terlihat pada perbedaan upah antara pekerja harian lepas laki-laki dan pekerja harian lepas perempuan. Seperti yang telah dibahas sebelumnya, upah yang diberikan perusahaan kepada pekerja tetap sebesar Rp ,- per hari dengan jumlah yang sama antara pekerja laki-laki dan perempuan, namun upah yang diberikan perusahaan kepada pekerja harian lepas laki-laki sebesar Rp ,- per hari dan Rp ,- per

19 55 hari untuk pekerja perempuan. Perbedaan ini juga terlihat pada pemberian jaminan kerja dari perusahaan yang diberikan berdasarkan status kerja pekerja tersebut, dan ini didasarkan juga oleh adanya stereotip gender yang memandang bahwa laki-laki memiliki tanggung jawab dan jumlah tanggungan keluarga yang lebih besar dibandingka pekerja perempuan. Jika disimpulkan secara umum dan logis, hubungan antara stereotip gender, pembagian kerja secara seksual, dan status pekerja saling berpengaruh, namun jika diuji, pembagian kerja secara seksual tidak memiliki hubungan langsung dengan kondisi kerja pekerja itu sendiri karena memiliki nilai p value pada kolom sig. (2 tailed) sebesar 0,228>0,05 level of significant (α) sehingga Ho diterima (pembagian kerja secara seksual tidak berkorelasi dengan kondisi kerja). Jika dilakukan pengujian korelasi antara status pekerja dengan kondisi kerja, terlihat nilai p value pada kolom sig. (2 tailed) sebesar 0,000<0,05 level of significant (α) sehingga Ha diterima (pembagian kerja secara seksual berkorelasi dengan kondisi kerja) dengan keeratan korelasi yang sangat kuat sebesar 0,846, namun perlu diingat bahwa status pekerja (pekerja tetap atau harian lepas) tetap dipengaruhi oleh adanya stereotip gender dan pembagian secara seksual. Dengan adanya stereotip gender antara pekerja dan perusahaan yang menganggap bahwa perempuan adalah makhluk yang lemah dan tidak dapat bekerja kasar, sebagian besar pekerja perempuan ditempatkan pada pekerjaan di bagian operator packing, dengan status pekerja yang rentan akan tindak pemecatan (harian lepas) karena pekerjaan tersebut dianggap sepele oleh pihak perusahaan, sedangkan laki-laki sebagian besar ditempatkan pada pekerjaan di bagian mesin yang tidak rentan terhadap tindak pemecatan (pekerja tetap) karena dianggap cocok bekerja di bagian tersebut yang membutuhkan tenaga kasar dan kuat seperti yang dimiliki kaum laki-laki. Jadi, sudah jelas bahwa yang berpengaruh pada terhadap kondisi kerja pekerja itu adalah status pekerja, yang juga merupakan alat ukur kondisi kerja pekerja dalam perusahaan, disertai dengan pengaruh stereotip gender dan pembagian kerja secara seksual.

20 Kurangnya Pemahaman Pekerja terhadap Peraturan Perusahaan Kurangnya pemahaman pekerja terhadap kewajiban dan hak-haknya sebagai pekerja dalam perusahaan telah menjadi salah satu faktor penyebab perbedaan kondisi kerja yang nyata antara pekerja laki-laki dan perempuan dalam perusahaan. Marginalisasi ini nampak dalam hal ketimpangan upah, status pekerja, jaminan kerja, dan jaminan keluarga, yang merupakan variabel-variabel kondisi kerja pekerja dalam perusahaan yang lebih jauh lagi akan berpengaruh pada kesejahteraan keluarga pekerja pabrik. Tingkat pemahaman pekerja terhadap Peraturan Perusahaan yang memuat hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha dihitung berdasarkan tingkat pengetahuan pekerja dengan tingkat pelaksanaan pekerja terhadap tentang Peraturan Perusahaan. Hal ini untuk mengetahui seberapa besar hubungan pemahaman pekerja akan peraturan perusahaan di tempat mereka bekerja yang terhadap kondisi kerja. Pada Tabel 15 dapat dilihat hubungan dan komposisi jumlah responden berdasarkan jenis kelamin, tingkat pemahaman, dan kondisi kerja pekerja. Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkat Pemahaman Pekerja Terhadap Peraturan Perusahaan, dan Kondisi Kerja, CV.Mekar Plastik Industri, 2009 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Tingkat Pemahaman Pekerja Baik Kondisi Kerja Tidak Baik Jumlah Persentase Jumlah Persentase Paham 12 63, ,84 Tidak Paham 2 18, ,81 Paham 10 66, ,33 Tidak Paham 4 26, ,33 Total Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat sebanyak 63,16% pekerja laki-laki yang paham akan peraturan perusahaan yang memuat hak dan kewajiban mereka dengan kondisi kerja yang baik, 81,81% pekerja laki-laki yang tidak paham akan

21 57 peraturan tersebut dengan kondisi kerja yang tidak baik. Mengenai tingkat pemahaman, jumlah pekerja perempuan yang tidak paham lebih banyak dibandingkan dengan yang paham. Jika dibandingkan dengan pekerja laki-laki, persentase jumlah laki-laki yang paham dan memiliki kondisi kerja yang baik lebih besar daripada pekerja perempuan. Hal ini disebabkan oleh pola pikir perempuan yang biasa menerima apa adanya atas kondisi kerja yang mereka terima (stereotip gender). Mereka tidak memiliki keberanian untuk meminta hak mereka secara penuh dan terang-terangan kepada pihak perusahaan karena status kerja mereka yang rentan dipecat sebagai operator packing, berbeda dengan pekerja laki-laki yang lebih berani dan terbuka dalam meminta hak-haknya kepada pihak perusahaan karena status kerjanya yang lebih kuat. Pada Tabel 15 juga dapat dilihat hubungan atau korelasi antara tingkat pemahaman pekerja akan peraturan perusahaan yang memuat hak dan kewajiban dengan kondisi kerja. Data menunjukkan ada 22 pekerja laki-laki dan perempuan yang paham dan memiliki kondisi kerja yang baik, dan hanya enam pekerja yang tidak paham memiliki kondisi kerja yang baik. Begitupun sebaliknya, terdapat 20 pekerja yang tidak paham memiliki kondisi kerja tidak baik, dan 12 orang pekerja yang paham memiliki kondisi kerja yang tidak baik. Data tersebut membuktikan adanya hubungan silang berhubungan antara tingkat pemahaman dengan kondisi kerja. Semakin tinggi pemahaman pekerja terhadap Peraturan Perusahaan dan terhadap kewajiban dan hak-haknya sebagai pekerja, maka semakin baik pula kondisi kerjanya, sedangkan semakin rendah tingkat pemahaman pekerja terhadap Peraturan Perusahaan dan terhadap kewajiban dan hak-haknya sebagai pekerja, semakin tidak baik kondisi kerjanya. Jika dilakukan pengujian korelasi dengan Uji Korelasi Spearman antara status pekerja dengan kondisi kerja, terlihat nilai p value pada kolom sig. (2 tailed) sebesar 0,001<0,05 level of significant (α) sehingga Ha diterima (tingkat pemahaman pekerja berkorelasi dengan kondisi kerja) dengan keeratan korelasi yang kuat sebesar 0,413.

22 58 Ikhtisar Pada penelitian di CV. Mekar Plastik Industri, Kelurahan Cilampeni, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung tidak ada hubungan langsung antara stereotip gender dengan kondisi kerja (tidak diuji), namun stereotip gender mempengaruhi adanya pembagian kerja secara seksual yang dilakukan pihak perusahaan, yang nantinya pembagian kerja tersebut akan mempengaruhi status pekerja itu sendiri. Status pekerja adalah tingkat kerentanan pekerja atas tindak pemecatan berdasarkan jenis pekerjaan (pembagian kerja) yang termasuk dalam alat ukur kondisi kerja. Dapat disimpulkan bahwa stereotip gender, pembagian kerja secara seksual, dan kondisi kerja saling saling berpengaruh, namun jika diuji, pembagian kerja secara seksual tidak memiliki hubungan langsung dengan kondisi kerja pekerja itu sendiri Selain stereotip gender, ada faktor lain yang turut mempengaruhi kondisi kerja pekerja dalam perusahaan, yaitu tingkat pemahaman pekerja akan Peraturan Perusahaan yang memuat hak dan kewajiban pekerja dan pengusaha. Tingkat pemahaman pekerja memiliki hubungan nyata dengan nilai keeratan korelasi yang kuat sebesar 0,413. Semakin tinggi pemahaman pekerja terhadap Peraturan Perusahaan dan terhadap kewajiban dan hak-haknya sebagai pekerja, pekerja dapat melakukan kewajibannya dengan baik dan meminta haknya secara penuh kepada pihak perusahaan, sehingga semakin baik kondisi kerjanya.

23 59 BAB VII KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PABRIK CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI Kesejahteraan keluarga pekerja adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan keluarga yang membuat sebuah keluarga merasa aman dan bahagia. Keluarga pekerja di CV. Mekar Plastik Industri secara umum belum sejahtera. Kesejahteraan keluarga pekerja pabrik dapat diukur melalui kondisi infrastruktur perumahan, kesehatan, pendidikan anak, pola konsumsi, dan kepemilikan aset. Namun diduga ada faktor lain yang turut mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga tersebut, yaitu pendapatan total keluarga dan jumlah tanggungan keluarga. Faktor-faktor ini akan dibahas lebih dalam pada sub bab berikut. 7.1 Perumahan Perumahan adalah tingkatan keadaan infrastruktur rumah pekerja yang menunjukkan tingkat kesejahteraan keluarga. Hal tersebut dapat dilihat dari status rumah, keadaan rumah dan alat penerangan. Semakin tinggi keadaan infrastruktur rumah pekerja maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan keluarga pekerja tersebut. Pada Tabel 16 disajikan data kondisi infrastuktur rumah pekerja dan tingkat kesejahteraan keluarga pekerja yang akan dibandingkan antara pekerja laki-laki dan pekerja perempuan. Dapat dilihat pada Tabel 16 bahwa semakin baik keadaan infrastruktur rumah pekerja, semakin sejahtera juga tingkat kesejahteraan keluarganya. Hal ini dapat dilihat pada adanya hubungan antara perumahan dengan tingkat kesejahteraan yang dihitung dengan Uji Korelasi Spearman dengan melihat nilai p value pada kolom sig. (2 tailed) sebesar 0,000<0,05 level of significant (α) sehingga Ha diterima dan Ho ditolak (keadaan infrastruktur perumahan berkorelasi dengan tingkat kesejahteraan keluarga pekerja) dengan nilai keeratan korelasi sebesar 0,507 yaitu korelasi tersebut kuat.

24 60 Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Kondisi Perumahan, dan Tingkat Kesejahteraan, CV.Mekar Plastik Industri, 2009 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Kondisi Perumahan Tingkat Kesejahteraan Sejahtera Tidak Sejahtera Jumlah Persentase Jumlah Persentase Baik Tidak Baik Baik 13 86,7 2 13,3 Tidak Baik 8 53,3 7 46,7 Total Tabel 16 menunjukkan persentase pekerja perempuan yang memiliki keadaan infrastruktur rumah yang baik dan sejahtera sebesar 86,7% lebih tinggi daripada persentase pekerja laki-laki yang memiliki keadaan infrastruktur rumah yang baik dan sejahtera (70%). Hal ini tentu sangat berlawanan dengan kondisi kerja pekerja perempuan yang buruk (tidak baik), namun ternyata tingginya infrastruktur perumahan keluarga pekerja perempuan disebabkan karena sebagian besar pekerja perempuan memiliki suami yang juga bekerja sehingga pendapatan mereka bertambah untuk memperbaiki keadaan infrastruktur perumahan mereka, sedangkan sebagian besar pekerja laki-laki jarang sekali yang memiliki istri yang juga turut bekerja mencari nafkah keluarga. Ini membuktikan bahwa ternyata kondisi kerja yang diberikan perusahaan belum dapat memberikan kesejahteraan baik bagi pekerja perempuan maupun pekerja laki-laki. 7.2 Kesehatan Kesehatan keluarga adalah adalah status kesehatan dan taraf gizi keluarga yang antara lain diukur melalui angka kesakitan, jenis pengobatan yang dilakukan, frekuensi makan dan jenis makanan yang dikonsumsi keluarga. Kesehatan merupakan salah satu variabel untuk melihat kesejahteraan keluarga. Semakin

25 61 baik kesehatan keluarga pekerja maka semakin sejahtera keluarga pekerja. Pada Tabel 17 disajikan kondisi kesehatan keluarga pekerja dan tingkat kesejahteraan keluarga pekerja yang dibandingkan antara pekerja laki-laki dan pekerja perempuan. Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Kondisi Kesehatan Keluarga, dan Tingkat Kesejahteraan, CV.Mekar Plastik Industri, 2009 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Kondisi Perumahan Sejahtera Tingkat Kesejahteraan Tidak Sejahtera Jumlah Persentase Jumlah Persentase Baik Total 30 Tidak Baik Baik Tidak Baik Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa kondisi kesehatan keluarga pekerja sudah baik karena lebih dari 50% keluarga baik laki-laki maupun perempuan memiliki kondisi kesehatan yang baik. Itu berarti lebih dari 50% karyawan yang menjadi responden sakit <5 kali dalam satu tahun, dan jenis pengobatan yang dilakukan adalah dengan pergi ke medis atau dokter. Pada penelitian ini, hampir keseluruhan pekerja memiliki kondisi kesehatan yang baik, walaupun pekerja tersebut tidak sejahtera. Perbaikan kesehatan pekerja ini didukung oleh perusahaan dengan memberikan fasilitas pelayanan kesehatan dasar di POLIKLINIK BINA SEHAT yang dapat diakses oleh pekerja laki-laki beserta istri dan anaknya, namun tidak untuk suami atau anak dari pekerja perempuan. Perusahaan tidak menanggung biaya pengobatan/perawatan bagi pekerja perempuan atau istri pekerja perempuan yang memeriksakan kehamilannya dan untuk biaya bersalin. Perusahaan hanya menyediakan obatobatan ringan untuk tindakan pertolongan pertama, dan untuk pengobatan tingkat lanjut perusahaan memberikan bantuan maksimal 80% dari total biaya perawatan

26 62 di Rumah Sakit. Pembedaan akses kesehatan ini termasuk dalam marginalisation as economic inequality bagi pekerja perempuan. Jika dilihat dari perbedaan akses kesehatan antara pekerja laki-laki dan perempuan, pekerja perempuan tidak memiliki akses terhadap fasilitas pengobatan yang cukup untuk keluarganya, namun keadaan kesehatannya tetap saja baik. Setelah diteliti lebih lanjut, ternyata pekerja perempuan dan keluarganya tersebut masih mampu melakukan pengobatan di medis/dokter karena adanya tambahan pendapatan dari pihak suami yang bekerja. Ini berarti kondisi kerja yang diberikan perusahaan kepada pekerja perempuan, tidak terlalu berpengaruh pada kondisi kesehatan keluarga pekerja, khususnya keluarga pekerja perempuan. 7.3 Pendidikan Anak Pendidikan anak diukur dari banyaknya anak pada usia sekolah yang masih sekolah dan tidak sekolah. Semakin banyak anak pada usia sekolah yang masih sekolah maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan keluarga pekerja, namun pendidikan anak ini juga diukur dari banyaknya anak yang berhenti sekolah. Semakin banyak anak yang berhenti sekolah, maka dapat dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan keluarga pekerja semakin tidak baik. Pada Tabel 18 ditunjukkan kondisi pendidikan anak pekerja dan tingkat kesejahteraan keluarga pekerja yang dibandingkan antara pekerja laki-laki dan pekerja perempuan. Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan Anak, dan Tingkat Kesejahteraan, CV.Mekar Plastik Industri, 2009 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Pendidikan Anak Sejahtera Tingkat Kesejahteraan Tidak Sejahtera Total Responden Jumlah Persentase Jumlah Persentase Persentase Baik 8 38, ,9 21 Tidak Baik 1 11,1 8 88,9 9 Baik 19 70, ,63 27 Tidak Baik 2 66,7 1 33,3 3

27 63 Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa kondisi pendidikan anak pekerja sudah baik karena lebih dari 50% keluarga baik laki-laki maupun perempuan memiliki kondisi pendidikan anak yang baik, namun hal ini tidak dapat dijadikan variabel pengaruh terhadap tingkat kesejahteraan keluarga pekerja karena sebagian besar anak-anak pekerja tersebut berada pada program pendidikan gratis. Pendidikan anak ini dihitung berdasarkan banyaknya anak yang melanjutkan sekolah pada usia sekolah tertentu lebih banyak daripada anak yang tidak sekolah karena DO, berhenti, ataupun bekerja. Berdasarkan hasil Uji Korelasi Spearman, tidak terdapat hubungan antara pendidikan anak dengan tingkat kesejahteraan. Hal tersebut dapat dilihat dengan melihat nilai p value pada kolom sig. (2 tailed) sebesar 0,054>0,05 level of significant (α) sehingga Ho diterima dan Ha ditolak (pendidikan anak tidak berkorelasi dengan tingkat kesejahteraan keluarga pekerja). Hal ini berlawanan dengan hipotesis yang menyatakan bahwa semakin baik pendidikan anak, maka semakin baik tingkat kesejahteraaannya, walaupun pada kenyataannya banyak keluarga pekerja yang tidak sejahtera tetapi tetap memiliki pendidikan anak yang baik. Hal ini tak lepas dari adanya campur tangan pemerintah yang memberikan fasilitas sekolah gratis berupa Pendidikan Dasar 9 Tahun secara gratis, dan berdasarkan data di lapangan, ternyata sebagian besar anak pekerja berusia sekitar 7 tahun-16 tahun (masa usia sekolah SD sampai SMP) sehingga mereka dapat menikmati program pendidikan gratis ini. Dengan adanya bantuan pendidikan dari pemerintah tersebut, pekerja merasa terbantu untuk menyekolahkan anak-anaknya. Mereka tidak perlu mengeluarkan biaya khusus yang besar untuk iuran sekolah ataupun buku-buku pelajaran karena ada subsidi pemerintah, dan anak-anaknya pun termotivasi untuk memanfaatkan peluang sekolah gratis ini sebagai dasar pendidikan mereka untuk masa depannya kemudian hari. Berbeda halnya saat anak tersebut harus memasuki sekolah SMA setelah lulus dari SMP. Setelah lulus SMP dari Program Pendidikan Gratis 9 Tahun tersebut, mereka tidak mendapatkan program sekolah gratis lagi karena belum ada program dari pemerintah yang memfasilitasi. Sebagian dari anak mereka ada yang dapat meneruskan pendidikan anaknya hingga tahap Sekolah Lanjutan Tingkat

BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM

BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM 34 BAB V MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM 5.1 Perempuan Pekerja Putting Out System Pekerja perempuan yang bekerja dengan POS di Desa Jabon Mekar ada sebanyak 75 orang. Pekerja perempuan

Lebih terperinci

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 52 BAB V11 KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA PEREMPUAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 7.1 Kontribusi Perempuan dalam Ekonomi Keluarga Pekerjaan dengan POS dianggap sebagai pekerjaan rumah tangga atau

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA

TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA TINGKAT KESEJAHTERAAN BURUH DAN HUBUNGANNYA DENGAN ANALISIS GENDER TERHADAP SUMBER DAYA PERLINDUNGAN TENAGA KERJA Tingkat kesejahteraan dalam CV TKB dianalisis dengan analisis gender. Alat analisis gender

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB

ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB ANALISIS GENDER TERHADAP TINGKAT PERLINDUNGAN TENAGA KERJA DAN HUBUNGANNYA DENGAN KARAKTERISTIK INDIVIDU BURUH LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN CV TKB Tingkat perlindungan tenaga kerja dalam CV TKB dianalisis dengan

Lebih terperinci

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN 34 BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN Marginalisasi perempuan dalam dunia kerja merupakan hal yang sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, adanya industrialisasi

Lebih terperinci

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA (CV.

MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA (CV. MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA (CV. Mekar Plastik Industri, Kelurahan Cilampeni, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 31 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan CV. Mekar Plastik Industri adalah perusahaan yang bergerak dalam industri pembuatan plastik khususnya kantong plastik Reclosable

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 5 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Industri Kecil dan Putting Out System Industrialisasi dalam suatu tahap pembangunan dianggap sebagai suatu simbol kemajuan dan kesuksesan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VI ANALISIS HUBUNGAN KARAKTERISTIK ANGGOTA DAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Karakteristik setiap anggota koperasi berbeda satu sama lain. Karakteristik ini dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek

BAB I PENDAHULUAN. pekerja atau buruh. Oleh karena itu seorang tenaga kerja sebagai subyek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tenaga kerja merupakan modal utama pembangunan masyarakat nasional Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Tujuan terpenting dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. Opini masyarakat

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG KRISIS EKONOMI PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN KASUS PEMBUNUHAN KEKERASAN PADA ANAK KASUS PENJUALAN BAYI KOMUNIKASI SUAMI DAN ISTRI

LATAR BELAKANG KRISIS EKONOMI PERDAGANGAN ANAK DAN PEREMPUAN KASUS PEMBUNUHAN KEKERASAN PADA ANAK KASUS PENJUALAN BAYI KOMUNIKASI SUAMI DAN ISTRI TINGKAT KETAHANAN MENTAL IBU MUDA KELUARGA MISKIN PERKOTAAN DALAM MENGHADAPI KESULITAN EKONOMI (Studi Kasus Di Kota Bandung dan Indramayu) OLEH ANNE HAFINA NANDANG RUSMANA AHMAD YANI LATAR BELAKANG KRISIS

Lebih terperinci

Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Karyawan PT. Gelatik Supra cabang Kota Medan DAFTAR KUESIONER (ANGKET)

Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Karyawan PT. Gelatik Supra cabang Kota Medan DAFTAR KUESIONER (ANGKET) Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja bagi Karyawan PT. Gelatik Supra cabang Kota Medan DAFTAR KUESIONER (ANGKET) Petunjuk pengisian: 1. Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan seluruh pilihan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Karakteristik Karyawan Didalam penelitian ini karyawan PT. HM sampoerna Tbk Bagian Distribusi disertakan dalam menjawab setiap pertanyaan atau kuesioner

Lebih terperinci

Pada hari ini, tanggal bulan tahun. Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN)

Pada hari ini, tanggal bulan tahun. Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN) PERJANJIAN KERJA KARYAWAN KONTRAK Pada hari ini, tanggal bulan tahun Telah diadakan perjanjian kerja antara: 1. Nama : Alamat : Jabatan : Untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA ( PERUSAHAAN) 2.

Lebih terperinci

Jam Kerja, Cuti dan Upah. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017

Jam Kerja, Cuti dan Upah. Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Jam Kerja, Cuti dan Upah Lusiani Julia Program Officer ILO Jakarta April 2017 Tujuan Pembelajaran Mengenal peraturan yang terkait dengan jam kerja, cuti dan upah Waktu Kerja Watu Istirahat Waktu Kerja

Lebih terperinci

KUESIONER. DIISI OLEH PENELITI 1. Nama Pewawancara : Kelompok : 2. Tanggal Wawancara : Waktu :... WIB

KUESIONER. DIISI OLEH PENELITI 1. Nama Pewawancara : Kelompok : 2. Tanggal Wawancara : Waktu :... WIB KUESIONER No. kuesioner DIISI OLEH PENELITI. Nama Pewawancara : Kelompok :. Tanggal Wawancara : Waktu :... WIB ( Berilah tanda silang (x) sesuai dengan jawaban responden ) DATA DIRI RESPONDEN. Nama :.

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KARYAWAN DAN PERUSAHAAN

CONTOH SURAT PERJANJIAN KARYAWAN DAN PERUSAHAAN CONTOH SURAT PERJANJIAN KARYAWAN DAN PERUSAHAAN Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Tempat dan tanggal lahir : Pendidikan terakhir : Jenis kelamin : Agama : Alamat : No. KTP / SIM : Telepon :

Lebih terperinci

Sekilas Mengenai. Undang-Undang Ketenagakerjaan

Sekilas Mengenai. Undang-Undang Ketenagakerjaan Sekilas Mengenai Undang-Undang Ketenagakerjaan 1 Buklet ini menjelaskan dalam istilah sederhana mengenai ketentuan-ketentuan pokok Undang-Undang Ketenagakerjaan (Bab 57). Perlu diperhatikan bahwa ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA 31 CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA Nomer: ---------------------------------- Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Jabatan : Alamat : Dalam hal ini bertindak atas nama direksi

Lebih terperinci

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT)

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH WANITA KEPALA RUMAH TANGGA (WKRT) 39 Peluang Bekerja dan Berusaha Wanita Kepala Rumah Tangga (WKRT) Peluang bekerja dan berusaha adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 47 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Program Kesejahteraan Karyawan pada PT Pos Indonesia (Persero) Menentukan program kesejahteraan karyawan dalam suatu perusahaan bukanlah suatu hal yang mudah,

Lebih terperinci

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

Perpustakaan Unika LAMPIRAN LAMPIRAN LAMPIRAN A Skala Penelitian A-1 SKALA SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA A-2 SKALA KESADARAN KESETARAAN GENDER LAMPIRAN A-1 Skala SIKAP SUAMI TERHADAP ISTRI BEKERJA LAMPIRAN A-2 Skala KESADARAN

Lebih terperinci

BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN PENGELOLAAN

BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN PENGELOLAAN BAB III STRUKTUR ORGANISASI DAN PENGELOLAAN 3.1. Struktur Organisasi Struktur organisasi dapat didefinisikan sebagai suatu sistem kerja yang merupakan rangkaian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden Responden dalam penelitian ini adalah anak-anak yang bekerja di sektor informal di Kecamatan Rajabasa Bandar Lampung yaitu yang melakukan pekerjaan

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2)

PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2) HUKUM PERBURUHAN (PERTEMUAN IX) PERLINDUNGAN DAN PENGAWASAN TENAGA KERJA (2) copyright by Elok Hikmawati 1 PENGUPAHAN Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bukan merupakan hal yang tabu ketika terdapat fenomena pernikahan dini yang masih terjadi dewasa ini, pernikahan dini yang awal mulanya terjadi karena proses kultural

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi

Lebih terperinci

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Edisi Revisi, ctk. Duabelas, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 234.

Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Edisi Revisi, ctk. Duabelas, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2014, hlm. 234. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum ketenagakerjaan adalah semua peraturan hukum yang berkaitan dengan tenaga kerja baik sebelum bekerja, selama atau dalam hubungan kerja, dan sesudah hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL BAB 4 HASIL DAN ANALISIS HASIL Pada bab berikut ini akan dibahas mengenai hasil yang didapatkan setelah melakukan pengumpulan data dan analisis dari hasil. Dalam sub bab ini akan dijabarkan terlebih dahulu

Lebih terperinci

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI

BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI BAB VI PERAN (PEMBAGIAN KERJA) DALAM RUMAHTANGGA PESERTA PRODUK PEMBIAYAAN BMT SWADAYA PRIBUMI 6.1 Peran (Pembagian Kerja) dalam Rumahtangga Peserta Peran atau pembagian kerja tidak hanya terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran

Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran Kasus Bias Gender dalam Pembelajaran Oleh: Wagiran (Anggota Pokja Gender bidang Pendidikan Provinsi DIY, Dosen FT Universitas Negeri Yogyakarta), maswa_giran@yahoo.com GENDER BERMASALAH? salah satu jenis

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN 39 HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PERAN GENDER DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN Pembagian peran/aktivitas yang dilakukan dalam rumah tangga perikanan berkaitan dengan

Lebih terperinci

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu

-2-1. Upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/bu LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.237, 2015 TENAGA KERJA. Pengupahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5747). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa.

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.I Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan pembangunan di Indonesia, jumlah perusahaan semakin meningkat baik yang bergerak di bidang produksi barang maupun jasa. Kondisi

Lebih terperinci

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan;

Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan; DASAR HUKUM * UUD 1945, pasal 28 D ayat (2) : Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja Pasal 88 s.d pasal 98 UU No. 13 Tahun 2003

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan Peraturan Kepala

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB X PERLINDUNGAN, PENGUPAHAN, DAN KESEJAHTERAAN Bagian Kesatu Perlindungan Paragraf 1 Penyandang Cacat Pasal 67 1. Pengusaha yang mempekerjakan tenaga kerja penyandang cacat

Lebih terperinci

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional

15B. Catatan Sementara NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA. Konferensi Perburuhan Internasional Konferensi Perburuhan Internasional Catatan Sementara 15B Sesi Ke-100, Jenewa, 2011 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN YANG LAYAK BAGI PEKERJA RUMAH TANGGA 15B/ 1 NASKAH REKOMENDASI TENTANG PEKERJAAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 Alat ukur Locus of Control. Saya sangat percaya bahwa :

LAMPIRAN 1 Alat ukur Locus of Control. Saya sangat percaya bahwa : LAMPIRAN 1 Alat ukur Locus of Control Saya sangat percaya bahwa : 1. a. Anak-anak akan terlibat dalam kesukaran bila orang tua mereka terlalu banyak memberi hukuman. b. Banyaknya kesukaran yang dihadapi

Lebih terperinci

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN

SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN 55 SIKAP PETANI TERHADAP KONVERSI LAHAN PERTANIAN terhadap konversi lahan adalah penilaian positif atau negatif yang diberikan oleh petani terhadap adanya konversi lahan pertanian yang ada di Desa Cihideung

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA 5 PENDEKATAN TEORETIS Bab ini menjelaskan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan definisi operasional. Subbab tinjauan pustaka berisi bahan pustaka yang dirujuk berasal dari beberapa

Lebih terperinci

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011

R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 2 R-201: Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak bagi Pekerja Rumah Rangga, 2011 R201 Rekomendasi tentang Pekerjaan Yang Layak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003 BAB XII PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA Pasal 150 Ketentuan mengenai pemutusan hubungan kerja dalam undang-undang ini meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN YANG BERKERJA DI MALAM HARI

BAB II FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN YANG BERKERJA DI MALAM HARI BAB II FAKTOR-FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT DALAM PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP TENAGA KERJA PEREMPUAN YANG BERKERJA DI MALAM HARI A. FAKTOR PENDUKUNG PERLINDUNGAN HUKUM TENAGA KERJA PEREMPUAN

Lebih terperinci

BAB IV. Karakteristik Pekerjaan di Indonesia dan Latar Belakang Demografi Narasumber

BAB IV. Karakteristik Pekerjaan di Indonesia dan Latar Belakang Demografi Narasumber BAB IV Karakteristik Pekerjaan di Indonesia dan Latar Belakang Demografi Narasumber 4.1 Karakteristik Pekerjaan di Indonesia Karakteristik Pekerjaan di Indonesia Jam Kerja, waktu Istirahat kerja, waktu

Lebih terperinci

DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK

DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK DAFTAR ISI 1. PENETAPAN PERATURAN POKOK 2. BAB I : KETENTUAN UMUM a. Pasal 1 : Pengertian b. Pasal 2 : Maksud dan tujuan c. Pasal 3 : Lingkup peraturan pokok kepegawaian di GKJW Jemaat Waru. d. Pasal 4

Lebih terperinci

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14

PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14 PEMBERHENTIAN KARYAWAN (Pemutusan Hubungan Kerja) PERTEMUAN 14 1 SUB POKOK BAHASAN PENGERTIAN ALASAN-ALASAN PEMBERHENTIAN PROSES PEMBERHENTIAN PASAL 153, UU PERBURUHAN NO.13/2003 PASAL 156 (KEWAJIBAN PERUSAHAAN)

Lebih terperinci

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H. 1 2 3 4 58 Dapat diadakan paling lama 2 (dua) tahun dan PKWT Jangka Waktu 5 59 ayat 4 hanya dapat diperpanjang 1 (satu) kali untuk jangka Kontrak waktu paling lama 1 (satu) tahun Outsourcing hanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nilai yang cukup dominan dalam kultur berbagai bangsa menyatakan bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam masyarakat peran

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pelaksanaan Program Kesejahteraan Karyawan Pada PT. TELKOM DIVRE III JABAR dan BANTEN Menentukan suatu program kesejahteraan dalam suatu perusahaan bukanlah

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK 2 CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK Nomer: -------------------------------------------- Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5. 1 Karakteristik Responden Bagian Produksi Shift 1 Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan kerja karyawan antara lain: umur, tingkat pendidikan, masa kerja dan jumlah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan ekonomi saat sekarang ini yang tidak menentu dan akibat perkembangan zaman, para wanita ikut berpartisipasi meningkatkan kesejahteraan keluarga dengan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN

GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN GAMBARAN UMUM PROFIL PERUSAHAAN CV TKB merupakan perusahaan yang bergerak dibidang garmen. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 3 Maret 2008.Perusahaan ini terletak di Jl. Gardu Raya Km. 6 No. 27 Dramaga,

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK SURAT PERJANJIAN KERJA KONTRAK Nomer: Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Jabatan : Alamat : Dalam hal ini bertindak atas nama direksi ( nama perusahaan )

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2015 TENTANG PENGUPAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 97 Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.154, 2015 KESRA. Jaminan Sosial. Kecelakaan Kerja. Kematian. Program. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5714). PERATURAN

Lebih terperinci

Upah Hak pekerja/buruh uang imbalan termasuk tunjangan

Upah Hak pekerja/buruh uang imbalan termasuk tunjangan Pengupahan Upah Hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu PK,

Lebih terperinci

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG CV. WARNET FAUZAN TANGERANG PERATURAN DIREKTUR NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG WAKTU KERJA, HAK CUTI DAN KERJA LEMBUR BAB I WAKTU KERJA Pasal 1 1. Hari dan/atau jam kerja karyawan berbeda satu dengan lainnya

Lebih terperinci

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA

CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA CONTOH SURAT PERJANJIAN KERJA SURAT PERJANJIAN KERJA Nomer: Yang bertanda tangan di bawah ini: 1. Nama : Jabatan : Alamat : Dalam hal ini bertindak atas nama direksi ( nama perusahaan ) yang berkedudukan

Lebih terperinci

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG PERATURAN DIREKTUR NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN

CV. WARNET FAUZAN TANGERANG PERATURAN DIREKTUR NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN CV. WARNET FAUZAN TANGERANG PERATURAN DIREKTUR NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGUPAHAN DAN KESEJAHTERAAN KARYAWAN BAB I PENGUPAHAN Pasal 1 SISTEM PENGUPAHAN 1. Hak untuk menerima gaji timbul pada saat adanya

Lebih terperinci

Wajar saja buruh berunjuk rasa

Wajar saja buruh berunjuk rasa 1 Wajar saja buruh berunjuk rasa Oleh INDRA FIRMANSYAH BAGJANA Unjuk rasa buruh tiba-tiba saja menjadi headline berita di beberapa media, baik cetak maupun elektronik. Dampaknya macam-macam, dari kemacetan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perempuan Indonesia memiliki peranan dan kedudukan sangat penting sepanjang perjalanan sejarah. Kiprah perempuan di atas panggung sejarah tidak diragukan lagi. Pada tahun

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PERLINDUNGAN BURUH/PEKERJA INFORMAL DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Perlindungan kerja yang dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari )

Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy. Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari ) Lampiran 1. Data Penunjang dan Kuesioner Self Esteem dan Jealousy DATA PRIBADI Nama ( inisial ) : Jenis Kelamin : Usia : Fakultas : Frekuensi bertemu dengan pasangan : Sering ( setiap hari ) Kadang-kadang

Lebih terperinci

PERJANJIAN KERJA /IKL/PJ/.. /01. Pada hari ini, tanggal, bulan., tahun.. telah diadakan perjanjian kerja antara :

PERJANJIAN KERJA /IKL/PJ/.. /01. Pada hari ini, tanggal, bulan., tahun.. telah diadakan perjanjian kerja antara : PERJANJIAN KERJA /IKL/PJ/.. /01 Pada hari ini, tanggal, bulan., tahun.. telah diadakan perjanjian kerja antara : I. Direksi PT ISTANA KARANG LAUT, dalam hal ini diwakili oleh Cecilia SH, selaku Business

Lebih terperinci

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat

dengan pilihan mereka sendiri dan hak perundingan bersama. 2.2 Pihak perusahaan menerapkan sikap terbuka terhadap aktivitas-aktivitas serikat Kode Etik Pemasok Kode Etik Pemasok 1. KEBEBASAN MEMILIH PEKERJAAN 1.1 Tidak ada tenaga kerja paksa atau wajib dalam bentuk apa pun, termasuk pekerjaan terikat, perdagangan manusia, atau tahanan dari penjara.

Lebih terperinci

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar

Indikator Ketenagakerjaan KABUPATEN WAROPEN TAHUN Oleh : Muhammad Fajar KABUPATEN WAROPEN TAHUN 2014 Oleh : Muhammad Fajar KATA PENGANTAR Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik mengamanatkan Badan Pusat Statistik (BPS) bertanggung jawab atas perstatistikan di

Lebih terperinci

PERSAMAAN GENDER DALAM PENGEMBANGAN DIRI. Oleh Marmawi 1

PERSAMAAN GENDER DALAM PENGEMBANGAN DIRI. Oleh Marmawi 1 Jurnal Visi Ilmu Pendidikan halaman 173 PERSAMAAN GENDER DALAM PENGEMBANGAN DIRI Oleh Marmawi 1 Abstrak: Persoalan gender akhir-akhir ini sedang menjadi wacana publik yang aktual dibicarakan oleh banyak

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM JAMINAN KECELAKAAN KERJA DAN JAMINAN KEMATIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan BPS (2010), jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,5 juta orang. Pada Maret 2009, jumlah penduduk miskin sebesar 32,5 juta orang, sedangkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sumber daya dan dana yang ada. Faktor manusia atau tenaga kerja sebagai penggerak utama

PENDAHULUAN. sumber daya dan dana yang ada. Faktor manusia atau tenaga kerja sebagai penggerak utama I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara berkembang dan masyarakatnya sedang giat membangun. Salah satu aspek penting dari pembangunan adalah bidang ekonomi dan sosial, di mana dunia

Lebih terperinci

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa identik dengan kaum terdidik yang sedang menjalani proses pematangan intelektual. Peran ganda yang dijalani oleh mahasiswa mendorong mereka untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A Latar Belakang Masalah. Pekerja baik laki-laki maupun perempuan bukan hanya sekedar sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A Latar Belakang Masalah. Pekerja baik laki-laki maupun perempuan bukan hanya sekedar sebagai BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Pekerja baik laki-laki maupun perempuan bukan hanya sekedar sebagai modal dari suatu usaha yang maju tetapi juga merupakan jalan atau modal utama untuk terselenggaranya

Lebih terperinci

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI

PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI 48 PENGARUH KETIMPANGAN GENDER TERHADAP STRATEGI BERTAHAN HIDUP PADA RUMAH TANGGA BURUH TANI Bab berikut menganalisis pengaruh antara variabel ketimpangan gender dengan strategi bertahan hidup pada rumah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 me 2.1.1 Pengertian me Seligman (1991) menyatakan optimisme adalah suatu pandangan secara menyeluruh, melihat hal yang baik, berpikir positif dan mudah memberikan makna bagi

Lebih terperinci

5. Prinsip penting dalam mengelola sumberdaya manusia secara nondiskriminatif

5. Prinsip penting dalam mengelola sumberdaya manusia secara nondiskriminatif Diskriminasi dan kesetaraan: 5. Prinsip penting dalam mengelola sumberdaya manusia secara nondiskriminatif Kesetaraan and non-diskriminasi di tempat kerja di Asia Timur dan Tenggara: Panduan 1 Tujuan belajar

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011)

PENDAHULUAN. 1 http ://cianjur.go.id (diakses15 Mei 2011) PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan pertanian mempunyai peranan yang strategis dalam penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia, yaitu dengan tingginya penyerapan tenaga kerja sekitar 44 persen dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 UUD 1945 yang menyatakan: Tiap-tiap

BAB I PENDAHULUAN. dalam Pasal 27 ayat (2) dan Pasal 28 UUD 1945 yang menyatakan: Tiap-tiap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak negara ini didirikan, bangsa Indonesia telah menyadari bahwa pekerjaan merupakan kebutuhan asasi warga negara sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 27

Lebih terperinci

MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA

MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA MENCERMATI PENERBITAN PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN PEKERJA RUMAH TANGGA Oleh: Arrista Trimaya * Naskah diterima: 30 Januari 2015; disetujui: 12 Februari 2015 Menteri

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702] UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1997 TENTANG KETENAGAKERJAAN [LN 1997/73, TLN 3702] Bagian Kedua Ketentuan Pidana Pasal 171 Barangsiapa : a. tidak memberikan kesempatan yang sama kepada

Lebih terperinci

BAB VIII ANALISIS KEBERHASILAN KOWAR

BAB VIII ANALISIS KEBERHASILAN KOWAR BAB VIII ANALISIS KEBERHASILAN KOWAR Dalam pengelolaan sebuah koperasi pegawai seperti KOWAR, sangat dibutuhkan pelaku-pelaku yang memiliki kemampuan dan tanggung jawab yang besar dalam mengelola koperasi

Lebih terperinci

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL BAB III PERNIKAHAN ANAK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL Pernikahan anak menjadi salah satu persoalan sosial di Kabupaten Gunungkidul. Meskipun praktik pernikahan anak di Kabupaten Gunungkidul kian menurun di

Lebih terperinci