MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA (CV.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA (CV."

Transkripsi

1 MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA (CV. Mekar Plastik Industri, Kelurahan Cilampeni, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat) Oleh : LINDA PRATIWI I DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

2 ABSTRACT This paper aims to reveal the inequality gender labourer of women in the industrial factory, which based on four indicators of work condition. There are wage employment, the status of workers, job security, and assurance given by the family company. Inequality gender that occurs between male workers and women in the factory, will be seen again how big the impact on the welfare of his family. Research paper results show that women's access to labourer to get the wages and status of the workers who remain more limited than for mens, which is caused by various factors, such as the high gender stereotypes attached to the labourer and the company. To overcome the problem, required a special break, which is the result of cooperation between stakeholders, such as working together with the agreement between employers and workers. Keywords: work condition, inequality gender, industry, welfare of family.

3 RINGKASAN LINDA PRATIWI. I Marginalisasi Perempuan dalam Industri dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Keluarga Pekerja. CV. Mekar Plastik Industri, Kelurahan Cilampeni, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. (Di bawah bimbingan WINATI WIGNA) Munculnya industrialisasi membuka peluang bagi perempuan untuk bekerja di sektor publik terutama dengan bekerja sebagai operator/buruh. Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan pun meningkat seiring dengan berkembangnya industrialisasi. Perempuan dapat turut berperan secara ekonomi bekerja menghasilkan materi (uang) untuk kehidupan dirinya maupun keluarganya. Dengan semakin banyak tenaga kerja perempuan memasuki pasar kerja, maka semakin tinggi kualitas hidup perempuan dan keluarganya. Hal ini dapat dilihat dari adanya penambahan kualitas kondisi kerja berupa penghasilan keluarga, dan pemberian jaminan sosial yang diberikan perusahaan, yang secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya. Gambaran positif itu berbeda dengan kenyatan yang telah ada. Kondisi kerja pekerja perempuan berada di posisi yang terpinggirkan/ termarjinalisasikan dibandingkan pekerja laki-laki. Kondisi seperti itu menggambarkan kurangnya pemahaman pekerja laki-laki dan perempuan tentang keadilan/kesetaraan gender dalam industri. Jenis kelamin merupakan pembeda utama yang mendasari perbedaan kondisi kerja pekerja di pabrik. Oleh karena itu, penelitian mengenai kondisi kerja pekerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga pekerja, khususnya pekerja perempuan menjadi suatu hal yang penting dan menarik untuk dikaji dan dibuktikan. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) menggambarkan kondisi kerja pekerja laki-laki dan perempuan di pabrik, (2) mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi kondisi kerja pekerja, (3) menganalisis hubungan kondisi kerja terhadap kesejahteraan keluarga pekerja, dan (4) mendeskripsikan faktor lain yang turut mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga pekerja tersebut. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan kuantitatif menggunakan metode penelitian survei, dan didukung dengan data kualitatif.

4 Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mengetahui kondisi kerja pekerja dan pengaruhnya terhadap tingkat kesejateraan keluarga pekerja. Penelitian ini dilakukan di CV. Mekar Plastik Industri, Kelurahan Cilampeni, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat yang ditentukan secara purposive dengan cara memilih daerah yang mempunyai sentra/kelompok industri. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli Kondisi kerja pekerja CV. Mekar Plastik secara umum dikatakan belum baik. Terdapat perbedaan kondisi kerja pekerja berdasarkan jenis kelamin pekerja, seperti dalam hal pembagian kerja secara seksual, status pekerja, pengupahan, jaminan kerja, dan jaminan keluarga. Perempuan ditempatkan pada bagian packing dan laki-laki pada bagian mesin. Sebagian besar pekerja di CV. Mekar Plastik Industri berstatus pekerja tetap, namun tampak bahwa jumlah pekerja lakilaki berstatus tetap lebih banyak dibandingkan perempuan. Dalam hal upah, CV. Mekar Plastik Industri memberikan besar upah yang sama kepada pekerja lakilaki dan pekerja perempuan yang berstatus pekerja tetap, namun untuk pekerja harian lepas, upah pekerja laki-laki lebih tinggi daripada pekerja perempuan. CV. Mekar Plastik Industri memberikan jaminan kerja yang cukup baik, namun pekerja laki-laki mendapatkan jaminan kerja yang lebih banyak dibandingkan pekerja perempuan. Sama halnya seperti jaminan kerja, pekerja laki-laki mendapatkan jaminan keluarga lebih banyak dibandingkan dengan pekerja perempuan. Hal ini disebabkan adanya kebijakan perusahaan yang menganggap bahwa laki-laki memiliki jenis pekerjaan yang lebih berat dan memiliki tanggungan hidup yang banyak sehingga upahnya lebih tinggi dibandingkan perempuan. Setelah menganalisis hasil penelitian di CV. Mekar Plastik Industri, tidak ada hubungan langsung antara stereotip gender dengan kondisi kerja, namun stereotip gender mempengaruhi adanya pembagian kerja secara seksual yang dilakukan pihak perusahaan, dan pembagian kerja tersebut akan mempengaruhi status pekerja dan kondisi pekerja tersebut. Tingkat pemahaman pekerja terhadap peraturan perusahaan yang memuat kewajiban dan hak-hak pekerja dan pengusaha memiliki hubungan/korelasi yang kuat dengan kondisi kerja. Semakin tinggi tingkat pemahaman pekerja maka semakin baik kondisi kerjanya.

5 Keluarga pekerja CV. Mekar Plastik Industri secara umum belum sejahtera. Kesejahteraan keluarga pekerja diukur melalui kondisi perumahan, kesehatan, pendidikan anak, pola konsumsi, dan kepemilikan aset. Setelah melalui pengujian, ternyata kesejahteraan keluarga pekerja tidak memiliki hubungan dengan kondisi kerja, namun ada faktor lain yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga tersebut, yaitu pendapatan total keluarga dan jumlah tanggungan keluarga. Keadaan infrastruktur perumahan keluarga pekerja CV. Mekar Plastik Industri belum baik. Sebagian besar perumahan yang berkondisi baik dimiliki oleh keluarga pekerja perempuan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pekerja perempuan memiliki suami yang juga bekerja sehingga pendapatan mereka bertambah untuk memperbaiki keadaan infrastruktur perumahan mereka. Kondisi kesehatan keluarga pekerja CV. Mekar Plastik Industri sudah baik karena terdapat perbaikan kesehatan pekerja yang didukung perusahaan dengan memberikan fasilitas pelayanan kesehatan dasar di POLIKLINIK BINA SEHAT yang dapat diakses oleh pekerja laki-laki beserta istri dan anaknya, namun tidak untuk suami atau anak dari pekerja perempuan. Pola konsumsi keluarga pekerja CV. Mekar Plastik Industri belum baik karena sebagian besar keluarga baik pekerja laki-laki maupun pekerja perempuan memiliki pola konsumsi makanan yang lebih tinggi daripada konsumsi non makanannya. Kepemilikan aset adalah banyaknya jumlah barang berharga yang dimiliki sebuah keluarga seperti televisi, kulkas, komputer, parabola, handphone, DVD/VCD player dan kendaraan bermotor (sepeda motor), kipas angin, telepon, rice cooker, radiotape, setrika. Kepemilikan aset keluarga pekerja perempuan CV. Mekar Plastik Industri lebih tinggi dibandingkan keluarga pekerja laki-laki. Hal ini disebabkan adanya uang tambahan untuk membeli barang tersebut dari suami yang bekerja, sedangkan sebagian besar pekerja laki-laki jarang sekali yang memiliki istri yang juga bekerja mencari nafkah keluarga, sehingga uang mereka hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan makan saja. Berdasarkan penghitungan yang dilakukan dengan uji korelasi mengenai hubungan kondisi kerja dan tingkat kesejahteraan keluarga pekerja, dapat disimpulkan bahwa ternyata kondisi kerja yang diberikan perusahaan kepada pekerja tidak terlalu membawa pengaruh yang besar terhadap tingkat

6 kesejahteraan keluarga pekerja. Setelah dilakukan pengujian dengan variabel lain seperti pendapatan total keluarga dan jumlah tanggungan keluarga, ternyata dua faktor inilah yang dianggap berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kesejahteraan keluarga pekerja. Secara umum, tingkat pendapatan total keluarga CV. Mekar Plastik Industri sudah tinggi. Tingkat pendapatan total keluarga pekerja perempuan CV. Mekar Plastik Industri yang tinggi lebih banyak dibandingkan dengan total pendapatan total keluarga pekerja laki. Keadaan seperti ini sangat berlawanan, namun logis karena hampir semua pekerja perempuan juga mendapatkan pendapatan tambahan dari suaminya yang bekerja. Keluarga pekerja CV. Mekar Plastik Industri sebagian besar memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak. Berdasarkan Uji Korelasi Spearman jumlah tanggungan keluarga memiliki hubungan yang erat dengan tingkat kesejahteraan keluarga pekerja, berarti semakin sedikit jumlah tanggungan keluarga, maka semakin baik tingkat kesejahteraan keluarga pekerja tersebut. Berdasarkan fakta dan data yang ada di lapangan, dapat disimpulkan bahwa kondisi kerja pekerja dalam perusahaan belum dapat memberikan kesejahteraan yang berarti bagi keluarga pekerja, khususnya pekerja perempuan

7 MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA (CV. Mekar Plastik Industri, Kelurahan Cilampeni, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat) Oleh : LINDA PRATIWI I Skripsi Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakatr Pada Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009

8 FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT Judul : Marginalisasi Perempuan dalam Industri dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Keluarga Pekerja (CV. Mekar Plastik Industri, Kelurahan Cilampeni, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat) Nama Mahasiswa : Linda Pratiwi Nomor Mahasiswa : I Major : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dra. Winati Wigna, MDS NIP Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua Dr.Ir. Lala M. Kolopaking, MS NIP Tanggal Lulus Ujian :

9 PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRI DAN PENGARUHNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA (CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI, KELURAHAN CILAMPENI, KECAMATAN KATAPANG, KABUPATEN BANDUNG, PROPINSI JAWA BARAT). BELUM PERNAH DIAJUKAN ADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK/LEMBAGA LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. Bogor, September 2009 Linda Pratiwi I

10 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Linda Pratiwi dilahirkan di Bekasi pada tanggal 11 Juni Penulis adalah anak kedua dan terakhir dari pasangan suami istri Syamharso dan Srinuryati. Pendidikan pertama sekolah dasar ditempuh penulis di SD. Santa Maria Monica Bekasi pada tahun , kemudian melanjutkan pendidikannya di SMP Negeri 2 Bekasi pada tahun , dan SMA Negeri 1 Bekasi pada tahun Pada tahun 2005, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru), dan setelah melewati satu tahun di TPB (Tahun Persiapan Bersama), penulis berhasil masuk pada mayor Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat di Fakultas Ekologi Manusia yang merupakan pilihan pertama penulis dalam pemilihan mayor minor di IPB. Selama menjadi mahasiswa di IPB, penulis mengikuti organisasi yaitu Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (Himasiera) dan Alibi (Alumni Satu Bekasi), dan mengikuti beberapa kepanitiaan yaitu Pelatihan Jurnalistik by ANTV dan COMMNEX 2008.

11 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Marginalisasi Perempuan dalm Industri dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Keluarga Pekerja (CV. Mekar Plastik Industri, Kelurahan Cilampeni, Kecamatan Katapang, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat). Skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, pada Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini menjelaskan kondisi kerja pekerja laki-laki dan perempuan yang bekerja di CV. Mekar Plastik Industri. Kondisi kerja yang diteliti berdasarkan pembagian kerja secara seksual, status pekerja, pengupahan, jaminan kerja, dan jaminan keluarga yang diperoleh pekerja. Skripsi ini juga melihat faktor apa saja yang mempengaruhi kondisi kerja tersebut. Kemudian skripsi ini membahas mengenai pengaruh kondisi kerja pekerja pabrik terhadap kesejahteraan keluarganya yang diukur dengan variabel kondisi infrastruktur perumahan, kesehatan, pendidikan anak, pola konsumsi makanan, dan kepemilikan aset keluarga pekerja. Selain itu, skripsi ini juga akan melihat faktor lain yang turut mempengaruhi tingakt kesejahteraan keluarga pekerja karyawan, selain kondisi kerja, seperti pendapatan total keluarga dan jumlah tanggungan keluarga pekerja. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya dan penulis mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Bogor, September 2009 Penulis

12 UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi, terutama kepada : 1. Ibu Dra. Winati Wigna, MDS., selaku dosen pembimbing skripsi, atas segala bantuan, bimbingan, koreksi, pemikiran dan sarannya serta kesabarannya dalam penyusunan dan perbaikannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 2. Keluarga tercinta (Papa, Mama, Mas-masku, dan Keponakanku Raissa) yang selalu setia menemani dengan motivasi, semangat, doa, perhatian dan kasih sayangnya yang begitu besar. 3. Pak Hendra, Pak Endang, dan Pak Iyak dari Disnaker Kabupaten Bandung, Pak Ade RT 02 Cilampeni dan keluarga yang membantu dalam proses penelitian, terima kasih atas pendampingannya. 4. Freddy Munandar yang telah memberikan semangat, motivasi, perhatian, kesabaran dalam menghadapi kejenuhan dan amarah aku, dan kesetiaan saat seneng dan susah selama ini. Terima kasih atas doa, waktu, dan kasih sayangnya untuk menemani aku sampai skripsi ini selesai dan aku dapat kerja. 5. Sahabatku, Nono, Ghea, Tari, Dilla, dan Icha atas semangat dan dukungannya, dan semua cerita yang pernah dilalui bersama sampai saat ini. 6. Teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih untuk kerjasamanya selama ini. 7. Semua pihak yang telah memberikan dorongan, doa, semangat, bantuan dan kerjasamanya selama ini sehingga memberikan warna dalam hidup penulis. Bogor, September 2009 Penulis

13 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... vii ix xi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 5 BAB II TINJAUAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Karakteristik Tenaga Kerja Perempuan Pembagian Kerja dan Kondisi Kerja Isu-isu Ketimpangan Gender dalam Sistem Kerja Penyebab Ketimpangan Gender Kesejahteraan Keluarga Kerangka Pemikiran Hipotesis Definisi Operasional BAB III METODE PENELITIAN Metodologi Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Analisa Data... 30

14 BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Sejarah dan Perkembangan Perusahaan Kondisi Kerja Pekerja CV. Mekar Plastik Industri BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI Pembagian Kerja secara Seksual Status Pekerja Pengupahan Jaminan Kerja Jaminan Keluarga BAB VI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONDISI KERJA 49 PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI Stereotip Gender dan Pembagian Kerja secara Seksual Kurangnya Pemahaman Pekerja terhadap Peraturan Perusahaan BAB VII KESEJAHTERAAN KELUARGA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI Perumahan Kesehatan Pendidikan Anak Pola Konsumsi Kepemilikan Aset Hubungan Kondisi Kerja dan Tingkat Kesejahteraan Keluarga Pendapatan Total Keluarga Jumlah Tanggungan Keluarga BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 80

15 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Perbedaan Seks dan Gender...7 Tabel 2. Diferensiasi Upah Pekerja menurut Jenis Kelamin, Jakarta, Tabel 3. Tabel 4. Tabel 5. Tabel 6. Tabel 7. Tabel 8. Tabel 9. Jumlah dan Persentase Pekerja Berdasarkan Status Pekerja, Jenis Kelamin, dan Kewarganegaraan, CV. Mekar Plastik Industri, Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jenis Pekerjaan, CV. Mekar Plastik Industri, Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Status Pekerja, CV. Mekar Plastik Industri, Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Upah, CV. Mekar Plastik Industri, Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Status Pekerja, dan Upah, CV. Mekar Plastik Industri, Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jaminan Kerja, CV. Mekar Plastik Industri, Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Status Pekerja, dan Jaminan Kerja, CV. Mekar Plastik Industri, Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin dan Jaminan Keluarga, CV. Mekar Plastik Industri, Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Status Pekerja, dan Jaminan Keluarga, CV. Mekar Plastik Industri, Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Jenis Pekerjaan, dan Stereotip Gender, CV.Mekar Plastik Industri, Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Jenis Pekerjaan, dan Status Kerja, CV.Mekar Plastik Industri, Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Status Kerja, dan Kondisi Kerja, CV.Mekar Plastik Industri, Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkat Pemahaman Pekerja Terhadap Peraturan Perusahaan, dan Kondisi Kerja, CV.Mekar Plastik Industri,

16 Halaman Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Kondisi Perumahan, dan Tingkat Kesejahteraan, CV.Mekar Plastik Industri, Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Kesehatan Keluarga, dan Tingkat Kesejahteraan, CV.Mekar Plastik Industri, Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendidikan Anak, dan Tingkat Kesejahteraan, CV.Mekar Plastik Industri, Tabel 19. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Pola Konsumsi, dan Tingkat Kesejahteraan, CV.Mekar Plastik Industri, Tabel 20. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Kepemilikan Aset, dan Tingkat Kesejahteraan, CV.Mekar Plastik Industri, Tabel 21. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kondisi Kerja dan Kesejahteraan Keluarga Pekerja, CV. Mekar Plastik Industri, Tabel 22. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Pendapatan Total Keluarga dan Kesejahteraan Keluarga Pekerja, CV. Mekar Plastik Industri, Tabel 23. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Keluarga dan Kesejahteraan Keluarga Pekerja, CV. Mekar Plastik Industri,

17 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran...21 Gambar 2. Peta Wilayah Penelitian...81

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini boleh dibilang nyaris tidak ada jenis profesi yang belum terambah perempuan. Perempuan telah meninggalkan kehidupannya yang khas pada era agraris. Pada era tersebut dia adalah makhluk rumah sejat, mengasuh anak-anaknya dengan setia, dan berperan serta dalam perekonomian keluarga dengan aktivitas di ladang-ladang tradisional sekitar rumahnya. Seiring terjadinya perubahan struktur perekonomian nasional yang mengarah pada industrialisasi, peran perempuan mengalami perubahan. Perempuan pun berbaur dengan laki-laki memasuki dunia publik untuk menjadi pekerja (sebagai faktor produksi). Menurut Tjandraningsih (1999), meskipun di sektor publik adalah domain laki-laki, namun tidak dapat disangkal keterlibatan perempuan di sektor tersebut menunjukkan kecenderungan meningkat meskipun secara absolut tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) perempuan masih lebih rendah dibandingkan laki-laki, namun secara relatif tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan meningkat lebih cepat dibandingkan laki-laki. Berdasarkan data BPS tahun 2002, selama 2 dekade terakhir partisipasi angkatan kerja perempuan mengalami peningkatan yang cukup mengesankan. Pada tahun 1995 TPAK perempuan sebesar 40,5% dan pada tahun 2002 naik menjadi 44,2%. Angka-angka tersebut menunjukkan bahwa peranan perempuan dalam angkatan kerja menjadi semakin penting. Meningkatnya jumlah perempuan di sektor publik berkaitan erat dengan dibukanya kesempatan kepada perempuan untuk bekerja di sektor publik terutama dengan bekerja sebagai pekerja. Munculnya industrialisasi membuka peluang bagi perempuan, sehingga perempuan dapat turut berperan secara ekonomi bekerja menghasilkan materi (uang) untuk kehidupan dirinya maupun keluarganya.

19 2 Dengan semakin banyak tenaga kerja perempuan memasuki pasar kerja, maka semakin tinggi kualitas hidup perempuan dan keluarganya. Hal ini dapat dilihat dari adanya penambahan penghasilan keluarga, dan pemberian jaminan sosial yang diberikan perusahaan, yang secara langsung atau tidak langsung dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja dan keluarganya, namun dugaan ini masih perlu pembuktian (Widanti, 2005). Beberapa dari hasil penelitian ditemukan bahwa keterlibatan perempuan menjadi tenaga kerja di sektor industri atau pabrik, tak lepas dari berbagai tindakan diskriminatif yang terjadi di lingkungan tempat mereka bekerja. Perempuan masih dianggap sebagai tenaga kerja nomor dua (sekunder) dan upah tenaga kerja perempuan diperlakukan diskriminatif dengan laki-laki, dilihat dari resiko serta beban kerjanya (Suyanto dan Hendrarso, 1996 dalam Safitri, 2006). Kondisi kerja seperti itu menggambarkan kurangnya pemahaman pekerja laki-laki dan perempuan tentang keadilan/kesetaraan gender dalam industri. Gender diartikan sebagai konstruksi sosial budaya yang membedakan karakteristik maskulin dan feminin. Gender berbeda dengan seks atau jenis kelamin laki-laki dan perempuan yang bersifat biologis. Pembedaan laki-laki dan perempuan berdasarkan jenis kelamin hanya menunjuk pada perbedaan biologis semata. Perbedaan secara biologis ini tidak dapat memasukkan dinamika sosial budaya yang sangat bervariasi antar struktur sosial masyarakat. Gender merupakan pembedaan laki-laki dan perempuan sebagai hasil konstruksi sosial yang membentuk identitas laki-laki dan perempuan serta pola perilaku dan kegiatan yang menyertainya. Pengertian gender ini memberikan ruang yang sangat dominan terhadap dinamika sosial budaya masyarakat untuk turut mempengaruhi pembedaan peran laki-laki dan perempuan. Seperti yang telah diungkapkan di atas, peningkatan partisipasi kerja perempuan dapat mempengaruhi pasar kerja, dan juga mempengaruhi tingkat kesejahteraan pekerja itu sendiri, serta kesejahteraan keluarganya. Keinginan meneliti tentang Marginalisasi Perempuan dalam Industri dan Pengaruhnya terhadap Kesejahteraan Keluarga Pekerja ini timbul dari adanya fakta berdasarkan penelitian sebelumnya (Rohmah, 2006) yang menggambarkan bahwa keterlibatan perempuan dalam berbagai sektor pembangunan, memiliki manfaat, yaitu sebagai

20 3 pekerja yang mampu memenuhi kebutuhan bagi dirinya sendiri dengan cara mengaktualisasikan diri, dibuktikan dengan meningkatnya pendapatan keluarga). Menurut Sajogyo (1983), yang menjadi masalah perempuan dalam masyarakat yang sedang berkembang adalah tingginya perbedaan imbalan dan penghargaan yang diterima antara tenaga kerja laki-laki dan tenaga kerja perempuan. Tenaga kerja perempuan masih dipandang hanya sebagai pelengkap dari tenaga kerja laki-laki, dan karena itu imbalan upah yang harus mereka terima menjadi lebih kecil dari upah atau nafkah pekerja laki-laki. Apalagi, jika kenyataan menunjukkan bahwa dalam hal pendidikan dan keterampilan, tenaga kerja perempuan masih sangat terbelakang, meskipun sebenarnya bila diberikan kesempatan yang sama tidak sedikit pekerja perempuan yang mampu berprestasi dengan kaum laki-laki. Dengan semakin meningkatnya keterlibatan perempuan bekerja di sektor publik tersebut, dan tidak terlepas dari berbagai faktor dan pertimbangan, muncul permasalahan-permasalahan yang dianggap menyudutkan dan merugikan perempuan. Perempuan selalu ditempatkan dan diperlakukan tidak sama dengan laki-laki. Permasalahan yang sudah umum terjadi antara lain adanya terjadinya ketimpangan gender, seperti marginalisasi dalam kesempatan kerja, pembagian kerja, dan pemberian upah kerja yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Seiring dengan perkembangan masalah tersebut, Pemerintah menetapkan UU No 7 tahun 1984 pada tanggal 24 Juli 1984, tentang Pengesahan Konvensi Mengenai Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan untuk memberikan perlindungan pada perempuan agar perempuan memiliki akses dan kontrol terhadap berbagai sumber daya dan meningkatkan keterampilan. Hal ini perlu diperhatikan karena peningkatan peranan perempuan di dalam berbagai sektor publik semakin meluas dan agar keterlibatan ini tidak mengakibatkan ketimpangan gender. Jika dilihat dari segi kemanfaatan bagi pekerja perempuan itu sendiri, nilai manfaat dengan hambatan yang harus dihadapi sering tidak seimbang. Bergesernya pembagian kerja secara seksual ke pembagian gender seringkali menjadi lain ketika mereka memasuki dunia publik. Misalnya saja banyak jenis pekerjaan laki-laki yang dapat dikerjakan oleh perempuan, namun karena adanya

21 4 bias gender, hal tersebut menjadi penghambat perempuan untuk dapat menunjukkan kemampuannya melakukan pekerjaan tersebut. Inilah fenomena masyarakat, yang meskipun semakin berkembang namun pandangan umum tentang perempuan bekerja masih terjadi bias gender dalam memandang dan memperlakukan perempuan. Bias gender tersebut kemudian memunculkan masalah yang berkaitan dengan tingkat partisipasi perempuan bekerja dalam sektor publik. Hal itu merupakan salah satu penyebab terjadinya ketimpangan atau ketidakadilan gender antara pekerja laki-laki dan perempuan yang kemudian akan mempengaruhi kondisi kerja pekerja itu sendiri. Jika sudah terkait dengan kondisi kerja, maka itu juga akan terkait dengan seberapa besar tingkat kesejahteraannya. Sehubungan dengan hal itu, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang kondisi kerja pekerja perempuan dan pengaruhnya terhadap kesejahteraan keluarga. 1.2 Perumusan Masalah Untuk memahami realitas dari kondisi ketimpangan gender yang terjadi pada pekerja perempuan maka ada beberapa pertanyaan spesifik, yaitu : 1. Bagaimana kondisi kerja pekerja CV. Mekar Plastik Industri? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi kondisi kerja tersebut? 3. Bagaimana hubungan kondisi kerja pekerja perempuan terhadap tingkat kesejahteraan keluarganya? 4. Selain kondisi kerja, faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan keluarga pekerja CV. Mekar Plastik Industri? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi kerja pekerja CV. Mekar Plastik Industri, mengidentifikasi faktor- faktor yang mempengaruhi kondisi kerja tersebut, menganalisis hubungan kondisi kerja pekerja perempuan tersebut terhadap kesejahteraan keluarga pekerja, dan mendeskripsikan faktor lain yang turut mempengaruhi tingkat kesejahteraan tersebut.

22 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna bagi pihak-pihak yang terkait. Bagi pemerintah sebagai pembuat kebijakan dalam menentukan perundang-undangan ketenagakerjaan, terutama tentang ketenagakerjaan perempuan yang peka gender untuk upaya pemberdayaan dan peningkatan peran perempuan dalam sektor pembangunan. Bagi kalangan akademis dan peneliti lain, dapat digunakan sebagai alternatif bahan referensi penelitian dan penulisan berikutnya, khususnya dalam hal yang berkaitan dengan gender dan ketenagakerjaan perempuan. Bagi pabrik, penelitian ini berguna untuk mengetahui sejauhmana kebijakan pabrik memberi dampak terhadap kesejahteraan pekerja. Bagi pekerja, terutama pekerja perempuan, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman tentang konsep gender dan isu-isu ketimpangan yang selama ini ada di sekitar mereka, sehingga dengan penelitian ini diharapkan membantu laki-laki dan perempuan untuk memperjuangkan keadilan dan kesetaraan gender dalam berbagai aspek kehidupan.

23 6 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Gender Konsep gender hingga saat ini telah dirumuskan dan dijabarkan oleh banyak pihak. Salah satu konsep yang berbicara mengenai definisi gender diungkapkan oleh Fakih (2004), adalah suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, atau keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, dan perkasa. Sifat-sifat tersebut dapat dipertukarkan satu sama lain dan berubah dari waktu ke waktu. Artinya laki-laki bisa saja memiliki sifat yang dianggap sifat perempuan, sebaliknya perempuan bisa juga memiliki sifat yang dianggap sifat laki-laki (Fakih, 2004). Jadi, dapat disimpulkan bahwa konsep gender di sini dapat mengakibatkan munculnya bias gender yang akan berujung pada berkembangnya masalah ketimpangan gender antara laki-laki dan perempuan. Definisi lainnya menurut Dirjen Peranan Perempuan (1998) dalam Rohmah (2006), adalah konsep hubungan sosial yang membedakan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan. Konsep gender berbeda dengan seks. Seks sama dengan jenis kelamin yaitu persifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis. Misalnya laki-laki memiliki penis, memiliki jakala dan memproduksi sperma, sebaliknya perempuan memiliki alat reproduksi seperti rahim dan saluran untuk melahirkan, memproduksi telur, memiliki vagina, dan mempunyai alat menyusui. Alat yang dimiliki oleh masing-masing jenis kelamin tersebut melekat pada laki-laki dan perempuan secara permanen, sehingga tidak berubah dan tidak bisa dipertukarkan karena sudah merupakan ketentuan Tuhan yang dikatakan sebagai kodrat Tuhan. Konsep gender yang disebabkan oleh struktur dan sifat manusia laki-laki dan perempuan yang dibentuk sejak masa kanak-kanak dan menjadi kekuatan aktif tenaga materiil manusia juga menyebabkan pengklasifikasian secara universal

24 7 antara laki-laki dan perempuan. Salah satu yang paling menyokong perbedaan gender adalah pembagian dunia ke dalam wilayah publik dan privat (domestik). Wilayah publik, yang terdiri atas pranata publik, negara, pemerintahan, pendidikan, media, dunia bisnis, kegiatan perusahaan, perbankan, agama, dan kultur, hampir semua didominasi oleh laki-laki meskipun ada perempuan yang memasuki wilayah publik, namun akses dan kontrol lebih rendah daripada lakilaki (Widanti, 2005). Perbedaan fungsi dan peran antara laki-laki dan perempuan itu tidak ditentukan karena antar keduanya terdapat perbedaan biologi atau kodrat, tetapi dibedakan atau dipilah-pilah menurut kedudukan, fungsi, dan peranannya masingmasing dalam berbagai bidang kehidupan. Untuk memperjelas konsep seks dan gender dapat diperhatikan melalui Tabel 1 adanya kenyataan bahwa laki-laki secara biologis berbeda dengan perempuan tidak ada perbedaan pendapat, akan tetapi efek perbedaan biologis terhadap perilaku manusia khususnya dalam perbedaan relasi gender, menimbulkan banyak perbedaan. Tabel 1. Perbedaan Seks dan Gender No. Karakteristik Seks Gender 1 Sumber pembeda Tuhan Manusia (masyarakat) 2 Visi, misi Kesetaraan Kebiasaan 3 Unsur pembeda Biologis (alat reproduksi) 4 Sifat Kodrat, tertentu, tidak dapat dipertukarkan 5 Dampak Terciptanya nilai-nilai: kesempurnaan, kenikmatan, kedamaian, dll, sehingga menguntungkan kedua belah pihak 6 Keberlakuan Sepanjang masa, dimana saja, tidak mengenal pembedaan kelas Sumber : Sugiarti & Handayani Kebudayaan (tingkah laku) Harkat, martabat dapat dipertukarkan Terciptanya norma-norma/ ketentuan tentang pantas atau tidak pantas. Laki-laki pantas jadi pemimpin, perempuan pantas dipimpin, dll, sering merugikan salah stau pihak, kebetulan adalah perempuan Dapat berubah, musiman dan berbeda antara kelas

25 8 Berdasarkan konsep gender yang telah diuraikan pada Tabel 1, dapat disimpulkan bahwa masing-masing konsep memiliki tujuan yang secara umum dapat dikatakan sama, yaitu untuk menunjukkan adanya perbedaan antara konsep gender dengan konsep seks. Terdapat perbedaan dalam menjelaskan konsep, karena masing-masing konsep memiliki konteks yang berbeda. Pada konsep yang dijelaskan Fakih (2004), bahwa kedudukan laki-laki berada pada tingkat yang lebih kuat daripada perempuan, sehingga peran laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Hal tersebut sependapat dengan Widanti (2005) yang menjelaskan bahwa salah satu yang paling menyokong perbedaan gender adalah pembagian dunia ke dalam wilayah publik yang hampir semua didominasi oleh laki-laki, meskipun ada perempuan yang memasuki wilayah publik, namun akses dan kontrol lebih rendah daripada laki-laki Karakteristik Tenaga Kerja Perempuan Seperti yang telah dibahas sebelumnya, telah dijelaskan tentang konsep gender dan isu-isu ketimpangan gender yang menimpa tenaga kerja perempuan. Untuk lebih mendalami penelitian selanjutnya, kita juga harus tahu pengertian dari tenaga kerja perempuan itu sendiri, khususnya yang bekerja sebagai pekerja. Pekerja adalah seseorang yang bekerja dan mendapatkan sejumlah upah dari pengusaha (Semaoen, 2000). Pekerja terbagi ke dalam dua kategori, yaitu pekerja tetap dan pekerja lepas. Pekerja perempuan banyak yang menempati posisi sebagai operator yang berstatus pekerja lepas. Posisi tersebut merupakan posisi paling bawah. Pekerjaan perempuan dalam perusahaan bertugas menjalankan mesin-mesin produksi yang memiliki tingkat risiko kecelakaan paling tinggi, namun memiliki upah rendah. Pekerja perempuan yang bekerja di pabrik memiliki karakteristik tertentu yang dapat dilihat dari segi ekonomi dan sosial (Hutagalung, et al., 1992). Dilihat dari latar belakang sosial, pekerja perempuan biasanya berasal dari keluarga golongan menengah ke bawah. Pekerja perempuan tersebut memiliki keterbatasan dalam segi keahlian. Pekerja yang bekerja di pabrik garmen biasanya hanya bisa menjahit.

26 9 Dari segi ekonomi mereka memiliki pendapatan ekonomi yang lemah dan berpendidikan rendah. Perempuan yang bekerja di pabrik, biasanya masih berusia muda dan belum menikah. Pekerja yang sudah tua biasanya di PHK dengan alasan pabrik sedang mengalami krisis dan tidak mampu membayar pekerja (Tjandraningssih, 1999). Pekerja perempuan memiliki upah yang sama dengan laki-laki, yang berbeda adalah kesempatan dalam memperoleh upah yang lebih tinggi (Hutagalung, et al., 1992). Masih dalam topik yang sama, ada juga pernyataan lain seperti menurut Widanti (2005), upah yang diterima oleh perempuan lebih rendah daripada upah yang diterima laki-laki atas pekerjaan yang sama. Strategi pengupahan yang ditetapkan oleh pabrik dapat berbeda satu sama lain, namun seperti yang telah dijelaskan oleh pendapat yang pertama, bahwa upah bisa saja sama atas pekerjaan yang sama, namun kesempatan dalam memperoleh upah dapat saja berbeda. Dalam hal ini pekerja perempuan sering mempunyai kesempatan yang lebih rendah daripada laki-laki. Bahkan tidak jarang perempuan ditempatkan pada posisi yang kasar dan dengan risiko yang tinggi. Dari segi karakteristik individu, pekerja perempuan sering distereotipkan sebagai makhluk yang patuh, teliti, nrimo (Widanti, 2005). Selain itu pekerja perempuan lebih disukai perusahaan karena tidak banyak menuntut dan mudah dikendalikan (Hutagalung, et al., 1992). Pekerja perempuan yang bekerja di pabrik besar, biasanya masih berusia muda yaitu 18 sampai 28 tahun dan berstatus belum menikah. Walaupun status tersebut kadang-kadang tidak benar. Banyaknya pekerja yang berusia muda di pabrik disebabkan oleh adanya pemutusan hubungan kerja terhadap pekerja yang dianggap sudah tua. Kemudian perusahaan merekrut pekerja baru yang berusia muda belia (Tjandraningsih, 1999). Pekerja perempuan biasanya masuk kerja dengan mengajukan lamaran terhadap perusahaan atau melalui calo (Hutagalung, et al., 1992). Selain itu, perempuan biasanya masuk dengan bantuan saudara atau teman yang bekerja di pabrik, biasanya mereka berstatus sebagai pekerja pula. Perempuan dapat dengan mudah bekerja di pabrik garmen dengan memiliki bekal keahlian menjahit dengan menggunakan mesin, namun kebanyakan dari mereka adalah berstatus sebagai pekerja lepas.

27 Pembagian Kerja dan Kondisi Kerja Setelah membahas konsep gender, konsep pembagian kerja juga menjadi penting dalam mengkaji pemahaman lebih lanjut mengenai ketimpangan gender yang menimpa tenaga kerja perempuan dalam sektor industri khususnya. Konsep pembagian kerja yang pertama adalah menurut Rahima (2004), bahwa dalam komunitas terdapat dua kategori pembagian kerja, yaitu kerja produktif dan kerja reproduktif. Baik kerja produksi maupun kerja reproduksi, keduanya berperan penting dalam proses kehidupan manusia. Kerja produktif berfungsi memenuhi kebutuhan dasar manusia seperti sandang, pangan, papan. Kerja reproduktif adalah kerja memproduksi manusia, bukan hanya sebatas masalah reproduksi biologis perempuan, hamil, melahirkan, menyusui, namun mencakup pula pengasuhan, perawatan sehari-hari manusia baik fisik dan mental. Hal tersebut berperan penting dalam melahirkan dan memampukan seseorang untuk berfungsi sebagaimana mestinya dalam struktur sosial komunitas. Kerja reproduktif juga kerja yang pada prosesnya menjaga kelangsungan proses produksi, misalnya pekerjaan rumahtangga. Tanpa ada yang melakukan pekerjaan rumahtangga seperti memasak, atau mencuci maka tidak mungkin akan didapatkan makanan, kenyamanan bagi anggota rumahtangga yang lain, sehingga dengan makanan dan kenyamanan tersebut proses yang lain tidak terganggu. Pekerjaan reproduksi seperti ini tidak dianggap sebagai pekerjaan oleh komunitas dan juga pemerintah padahal secara fisik ini jelas sebagai sebuah kerja. Selanjutnya Rahima (2004) menyatakan bahwa sistem kapitalisme memiliki kecenderungan kuat untuk memisahkan kerja produksi dan reproduksi, dimana kedua pekerjaan tersebut dilakukan dan siapa yang melakukan pekerjaan tersebut. Kerja produksi dianggap tanggung jawab laki-laki, biasanya dikerjakan di luar rumah. Kerja reproduksi dianggap tanggung jawab perempuan dan biasanya dikerjakan di dalam rumah. Berdasarkan hal-hal tersebut, terdapat kesimpulan bahwa peran dan tanggung jawab laki-laki dalam hal pengambilan keputusan dan produksi, lebih besar dibandingkan perempuan. Norma yang berlaku dewasa ini kerja reproduksi adalah tanggung jawab perempuan. Secara tradisi dan kodrat, perempuan dipandang sewajarnya bertanggungjawab dalam arena domestik. Institusi pendidikan, agama, media

28 11 massa, mendukung pula pandangan ini dan sedikit sekali yang memperhitungkan nilai ekonomi pekerjaan rumahtangga. Sayangnya, keterlibatan perempuan dalam kerja produksi tidak mengurangi beban dan tanggung jawabnya di sektor reproduksi. Dengan kata lain, tidak mengundang laki-laki untuk berkontribusi lebih besar tidak pernah diperhitungkan dalam data perekonomian dan statistik. Jika kerja tersebut diperhitungkan, akan mematahkan mitos laki-laki adalah pencari nafkah utama. Di sektor publik sering kali sistem yang ada tidak mendukung perempuan bekerja untuk dapat pula melakukan kerja reproduksi secara optimal sekaligus. Jam kerja panjang, ketiadaan sarana penitipan anak di tempat kerja, dan kesulitan perempuan bekerja untuk menyusui anaknya, adalah beberapa contoh nyata. Meskipun cuti melahirkan telah diberlakukan secara luas, masih ada yang merasa rugi memberi cuti melahirkan kepada karyawan perempuan. Diskriminasi terselubung dilakukan guna menghindari pemberian cuti tersebut antara lain dengan preferensi tidak tertulis mengutamakan merekrut karyawan laki-laki atau karyawan perempuan lajang. Situasi di sektor publik sering kali tidak ramah keluarga, baik terhadap karyawan perempuan maupun laki-laki. Memberikan cuti melahirkan bagi karyawan perempuan dianggap pemborosan dan inefisiensi. Berkomitmen tinggi terhadap anak dan keluarga dipandang tidak kompatibel dengan dunia kerja. Seperti yang sudah disinggung di atas, berkaitan dengan masalah perempuan bekerja produksi yaitu dengan bekerja di luar rumah untuk mencari nafkah, kenyataannya sudah lazim ditemui di berbagai kelompok masyarakat. Sejarah menunjukan bahwa perempuan dan kerja publik sebenarnya bukan hal baru bagi perempuan Indonesia terutama mereka yang berada pada strata menengah ke bawah. Di pedesaan, perempuan pada strata ini mendominasi sektor pertanian, sementara di perkotaan sektor industri tertentu, seperti garmen, didominasi oleh perempuan. Di luar konteks desa-kota, sektor perdagangan juga banyak melibatkan perempuan. Data sensus penduduk tahun 1990 menunjukkan bahwa sektor pertanian adalah sektor yang terbesar dalam menyerap tenaga kerja perempuan yaitu 49,2%, diikuti oleh sektor perdagangan 20,6%, dan sektor industri manufaktur 14,2%. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa

29 12 tenaga kerja perempuan banyak dimanfaatkan di bagian tenaga produksi yang kasar namun dengan upah yang rendah, dan perempuan dihadapkan pada suatu posisi yang lemah, dan tidak mampu berbuat banyak untuk membela hak-haknya Isu-isu Ketimpangan Gender dalam Sistem Kerja Pelanggaran hak-hak perempuan dan ketidakadilan terhadap kaum perempuan di Indonesia merupakan fenomena yang sudah sering kita jumpai dalam kehidupan bekerja. Pada dasarnya hal tersebut tidak membedakan hak-hak dari adanya gender, tetapi selama ini dominasi sistim patriarkhi tetap menjadi persepsi masyarakat secara struktural. Sering kita jumpai pelanggaran diberbagai bentuk ketidak adilan yang bukan saja disebabkan karena inherennya struktur hubungan 'gender' tetapi juga struktur ini bersifat asimetris. Hubungan asimetris ini, pada gilirannya mempunyai pembagian kerja yang sangat dikotomis. Akibatnya kehidupan posisi perempuan tersubordinat dan sekaligus terlemahkan. Misalnya, laki-laki menempati posisi yang dominan terhadap reproduksi biologis, kontrol terhadap kerja, maupun pola hubungan produksi sosial-ekonomi dari gender. Dengan demikian, perspektif perempuan kalau dikaji dalam kehidupannya memang ternyata secara implisit belum bisa memiliki hak asasi manusia dan kebebasan dasar pada diri perempuan. Gender tidak menjadi masalah jika tidak menyebabkan ketimpangan gender terhadap salah satu jenis kelamin, namun gender yang berlaku di komunitas seringkali diadopsi oleh berbagai pihak yang berkepentingan sehingga melakukan ketimpangan gender dalam skala yang lebih luas (Widanti, 2005). Dalam hal ini, perempuan sering menjadi korban ketimpangan gender terutama dalam lingkungan keluarga, komunitas dan tempat kerja. Perbedaan jenis kelamin melahirkan perbedaan gender dan perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidakadilan. Faktor yang menyebabkan ketidakseimbangan atau ketidakadilan gender adalah akibat gender yang dikonstruksi secara sosial dan budaya. Beberapa anggapan yang memojokkan kaum perempuan dalam konteks sosial ini memunculkan sejumlah persoalan. Mitos-mitos yang muncul di masyarakat akan menguntungkan kaum laki-laki dan mendeskriditkan perempuan. Hal tersebut dikarenakan negara Indonesia

30 13 menganut hukum hegemoni patriarkhi, yaitu yang berkuasa dalam keluarga adalah bapak. Patriarkhi menggambarkan dominasi laki-laki atas perempuan dan anak di dalam keluarga dan ini berlanjut pada dominasi laki-laki dalam semua lingkup kemasyarakatan lainnya. Jadi, seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perbedaan gender (gender differences) tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan gender (gender inequality), namun persoalannnya adalah tidaklah sesederhana yang dipikirkan, ternyata perbedaan gender tersebut telah melahirkan berbagai ketidakadilan baik bagi kaum laki-laki maupun perempuan. Menurut Fakih (2004), ketimpangan/ketidakadilan gender termanifestasikan ke dalam beberapa bentuk, salah satunya adalah marginalisasi. Marginalisasi perempuan berarti peminggiran perempuan, yang meliputi empat dimensi (Scott, 1986): 1. Pertama, marginalisation as exclusion from productive employment (sebagai proses pengucilan). Bahwa perempuan dikucilkan dari kerja upahan atau dari jenis kerja upahan tertentu. 2. Kedua, marginalisation as concentration on the margins of the labour market (sebagai proses penggeseran perempuan ke pinggiran dari pasar tenaga kerja). Dimana posisi perempuan dalam sektor publik terpinggirkan pada jenis-jenis pekerjaan yang berupah rendah, kondisi kerja buruk, dan tidak memiliki kestabilan kerja. 3. Ketiga, marginalisation as feminisation or segregation (sebagai proses feminisasi atau segregasi). Feminisasi adalah penggunaan tenaga kerja perempuan untuk sektor produktif tertentu. Segregasi adalah pemisahan kegiatan-kegiatan tertentu berdasarkan jenis kelamin. 4. Keempat, marginalisation as economic inequality (sebagai proses ketimpangan ekonomi yang makin meningkat) yaitu pelebaran ketimpangan ekonomi antara laki-laki dan perempuan yang diindikasikan oleh perbedaan upah serta ketidaksamaan akses keuntungan dan fasilitas kerja, termasuk akses terhadap program-program pelatihan untuk pengembangan karir.

31 14 Salah satu bentuk terjadinya marginalisasi terhadap pekerja perempuan adalah dengan pemberian upah yang rendah. Bahkan di sektor publik telah terjadi diskriminasi upah pekerja laki-laki dan upah pekerja perempuan. Upah pekerja di Jakarta ditemukan bahwa pekerja perempuan hanya menerima rata-rata Rp per bulan, sedangkan pekerja laki-laki rata-rata Rp per bulan (Yusuf dan Kurniawan, 1992). Pada Tabel 2 disajikan data tentang diferensiasi upah pekerja menurut jenis kelamin. Tabel 2. Diferensiasi Upah Pekerja menurut Jenis Kelamin, Jakarta, 1992 Upah (Rp/bulan) Laki-laki (%) Perempuan (%) Total (%) < (27,6) 123 (53,94) 144 (47,4) (13,2) 40 (17,54) 50 (16,5) (27,6) 41 (17,98) 62 (20,3) > (31,6) 24 (10,5) 48 (15,8) Mean (Rupiah) Sumber: Yusuf dan Kurniawan (1992) Berdasarkan Tabel 2, pekerja perempuan memiliki proporsi lebih besar dalam menerima upah yang kecil dibandingkan pekerja laki-laki. Sebaliknya, pekerja perempuan memiliki proporsi yang lebih kecil dalam menerima upah yang besar dan pekerja laki-laki menerima upah yang lebih besar dibandingkan pekerja perempuan. Dengan demikian, perempuan yang bekerja sebagai pekerja menerima upah yang rendah dalam dunia publik dan hal ini diakibatkan adanya anggapan bahwa perempuan bukan pencari nafkah utama dalam keluarga. Dari berbagai teori mengenai isu-isu ketimpangan gender seperti yang telah dibahas di atas, terdapat banyak sekali ketidakadilan yang memojokkan perempuan sebagai korbannya. Perempuan dianggap sebagai makhluk yang lemah, tidak punya kekuatan dan kekuasaan untuk memperjuangkan hak-haknya. Perempuan dianggap sebagai bawahan laki-laki, sehingga selalu berada dalam posisi yang lemah, terutama dalam wilayah publik.

32 Penyebab Ketimpangan Gender Berbagai isu ketimpangan gender telah dibahas sebelumnya. Isu-isu yang semakin berkembang di kalangan masyarakat menimbulkan kondisi yang tidak baik dalam penyetaraan hak dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan dalam pembangunan. Ketimpangan gender adalah suatu kondisi yang tidak memberikan hak yang sama bagi perempuan dan laki-laki untuk berpartisipasi dalam suatu praktek. Yang dimaksud praktek adalah istilah teknis yang berarti setiap bentuk kegiatan yang ditunjuk oleh suatu sistem peraturan dan yang menentukan struktur kegiatan tersebut (Rawls, 1976 dalam Rohmah 2006). Salah satu penyebab ketimpangan gender adalah adanya ideologi gender. Ideologi gender berbicara tentang gagasan, pengetahuan kolektif, pemahamanpemahaman, pendapat, nilai-nilai, prakonsepsi-prakonsepsi, pengalamanpengalaman, dan atau ingatan tentang informasi sebuah kebudayaan dan juga rakyat individual. Ideologi gender yang berlaku di komunitas yang diperkuat oleh hukum negara. Kemudian ideologi gender yang telah terbentuk dalam komunitas diadopsi/dipungut oleh industri yang cenderung mengucilkan perempuan untuk menekan biaya produksi dengan menekan biaya pengeluaran upah untuk pekerja. Kaitan itu dapat dijelaskan dengan posisi pekerja perempuan yang termarjinalisasikan yaitu perempuan sebagai pekerja murah dan terkonsentrasi dalam industri padat kerja. Hal tersebut terjadi merupakan akibat dari adanya ideologi gender dalam komunitas yang dikuatkan oleh negara (Widanti, 2005). Bentuk-bentuk ideologi gender yang sering terjadi adalah adanya stereotip gender yang memposisikan perempuan sebagai makhluk inferior yang lemah dan tidak berdaya. Stereotip gender tersebut pada akhirnya menimbulkan bias gender yang memicu dan membuat isu-isu ketimpangan/ketidakadilan gender yang menimpa perempuan semakin berkembang dan sulit diatasi. Ada beberapa contoh ketimpangan gender yang terjadi dan menimpa perempuan, misalnya saja ketika bekerja di industri, perempuan telah mengalami eksploitasi, baik secara disadari maupun tidak. Dikatakan tidak disadari karena dalam hal ini ada ideologi gender yang menyebabkan sebagian dari mereka menganggap bahwa kebijakan pabrik tersebut adalah adil.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan karir, dalam segala levelnya, kian hari kian mewabah. Dari posisi pucuk pimpinan negara, top executive, hingga kondektur bus bahkan tukang becak. Hingga kini

Lebih terperinci

BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI

BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI 37 BAB V KONDISI KERJA PEKERJA CV. MEKAR PLASTIK INDUSTRI Kondisi kerja pekerja CV. Mekar Plastik merupakan perlakuan perusahaan kepada pekerja, baik laki maupun perempuan yang meliputi pembagian kerja

Lebih terperinci

KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA KONDISI KERJA KARYAWAN PEREMPUAN PERKEBUNAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN KESEJAHTERAAN KELUARGA (Kasus pada PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VI Kebun Kayu Aro, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Propinsi Jambi)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan Indonesia kearah modernisasi maka semakin banyak peluang bagi perempuan untuk berperan dalam pembangunan. Tetapi berhubung masyarakat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Behavior dalam Pandangan Nitze tentang Perspektif Tuan dan Buruh Sosiologi perilaku memusatkan perhatian pada hubungan antara pengaruh perilaku seorang aktor terhadap lingkungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki

BAB 1 PENDAHULUAN. Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gender adalah perbedaan jenis kelamin berdasarkan budaya, di mana lakilaki dan perempuan dibedakan sesuai dengan perannya masing-masing yang dikonstruksikan

Lebih terperinci

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST

Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender. By : Fanny Jesica, S.ST Kesehatan reproduksi dalam perspektif gender By : Fanny Jesica, S.ST DEFINISI KESEHATAN REPRODUKSI K E S P R Suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh, bebas dari penyakit dan kecacatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki

BAB I PENDAHULUAN. Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masyarakat yang menganut sistem patriarkhi seringkali menempatkan lakilaki pada posisi dan kekuasaan yang lebih dominan dibandingkan perempuan. Secara

Lebih terperinci

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd

GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT. Agustina Tri W, M.Pd GENDER DALAM PERKEMBANGAN MASYARAKAT Agustina Tri W, M.Pd Manusia dilahirkan o Laki-laki kodrat o Perempuan Konsekuensi dg sex sbg Laki-laki Sosial Konsekuensinya dg sex sbg Perempuan 2 Apa Pengertian

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 5 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Industri Kecil dan Putting Out System Industrialisasi dalam suatu tahap pembangunan dianggap sebagai suatu simbol kemajuan dan kesuksesan pembangunan

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN

BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN 34 BAB V MARGINALISASI PEREMPUAN DALAM INDUSTRIALISASI PEDESAAN Marginalisasi perempuan dalam dunia kerja merupakan hal yang sangat sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, adanya industrialisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

1Konsep dan Teori Gender

1Konsep dan Teori Gender 1Konsep dan Teori Gender Pengantar Dalam bab ini akan disampaikan secara detil arti dan makna dari Gender, serta konsepsi yang berkembang dalam melihat gender. Hal-hal mendasar yang perlu dipahami oleh

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Peran Pekerjaan dan Keluarga Fenomena wanita bekerja di luar rumah oleh banyak pihak dianggap sebagai sesuatu yang relatif baru bagi masyarakat Indonesia. Kendati semakin lumrah,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian masih menjadi sumber mata pencaharian utama bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang mampu diserap dari berbagai

Lebih terperinci

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes

KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER. By : Basyariah L, SST, MKes KESEHATAN REPRODUKSI DALAM PERSPEKTIF GENDER By : Basyariah L, SST, MKes Kesehatan Reproduksi Dalam Persfektif Gender A. Seksualitas dan gender 1. Seksualitas Seks : Jenis kelamin Seksualitas : Menyangkut

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA

PENDEKATAN TEORETIS TINJAUAN PUSTAKA 5 PENDEKATAN TEORETIS Bab ini menjelaskan tinjauan pustaka, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, dan definisi operasional. Subbab tinjauan pustaka berisi bahan pustaka yang dirujuk berasal dari beberapa

Lebih terperinci

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

2016 EKSISTENSI MAHASISWI D ALAM BERORGANISASI D I LINGKUNGAN FAKULTAS PEND ID IKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mahasiswa identik dengan kaum terdidik yang sedang menjalani proses pematangan intelektual. Peran ganda yang dijalani oleh mahasiswa mendorong mereka untuk

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA

PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA (Kasus Pedagang Sayur di Kampung Bojong Rawa Lele, Kelurahan Jatimakmur, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka

PENDEKATAN TEORITIS. Tinjauan Pustaka 5 PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep Gender Gender merupakan suatu konsep yang merujuk pada peran dan hubungan antara laki-laki dan perempuan yang tidak ditentukan oleh perbedaan biologis, tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga merupakan suatu kelompok primer yang sangat erat. Yang dibentuk karena kebutuhan akan kasih sayang antara suami dan istri. (Khairuddin, 1985: 104).Secara historis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Buruh adalah salah satu bagian sosial dari bangsa yang seharusnya dianggap penting dan strategis dalam pembangunan serta berjalannya perekonomian bangsa. Opini masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak

BAB I PENDAHULUAN. antara lain sepeda, sepeda motor, becak, mobil dan lain-lain. Dari banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Transportasi sudah menjadi kebutuhan utama bagi manusia untuk menunjang aktivitasnya. Adanya transportasi menjadi suatu alat yang dapat mempermudah kegiatan

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA PEREMPUAN BEKERJA DI SEKTOR PARIWISATA (STUDI KASUS PERHOTELAN) Endang Sutrisna 1

PROBLEMATIKA PEREMPUAN BEKERJA DI SEKTOR PARIWISATA (STUDI KASUS PERHOTELAN) Endang Sutrisna 1 PROBLEMATIKA PEREMPUAN BEKERJA DI SEKTOR PARIWISATA (STUDI KASUS PERHOTELAN) Endang Sutrisna 1 ABSTRACT Many women workers engaged in various activities in the tourism sector, but gender issues are always

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembicaraan tentang gender sudah semakin merebak. Konsep gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial

Lebih terperinci

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER

STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER STUDI TENTANG KESETARAAN GENDER Oleh: Dr. Marzuki PKnH FIS -UNY Pendahuluan 1 Isu-isu tentang perempuan masih aktual dan menarik Jumlah perempuan sekarang lebih besar dibanding laki-laki Perempuan belum

Lebih terperinci

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA BAB V BEBAN GANDA WANITA BEKERJA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA 5.1 Beban Ganda Beban ganda wanita adalah tugas rangkap yang dijalani oleh seorang wanita (lebih dari satu peran) yakni sebagai ibu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman

BAB I PENDAHULUAN. yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkebunan merupakan aktivitas budi daya tanaman tertentu pada lahan yang luas. Tanaman tertentu adalah tanaman semusim dan atau tanaman tahunan yang jenis

Lebih terperinci

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA

KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA KOLABORASI ANTAR STAKEHOLDER DALAM MENANGANI TINDAK KEKERASAN ANAK BERBASIS GENDER DI KOTA SURAKARTA Disusun Oleh : ANDRE RISPANDITA HIRNANTO D 1114001 SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan

BAB I PENDAHULUAN. masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Timbulnya anggapan bahwa perempuan merupakan kaum lemah masih dapat kita jumpai hingga saat ini. Perbedaan antara laki- laki dan perempuan yang telah di konstruksikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Partisipasi pekerja perempuan di Indonesia setiap tahun semakin meningkat. Jika dahulu dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki, sekarang fenomena tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki

BAB I PENDAHULUAN. adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Emplek-emplek menir ketepu, wong lanang goleke kayu wong wadon sing adang nutu. Syair yang terjemahan bebasnya berbunyi ; Balada kue putu, lelaki carilah kayu

Lebih terperinci

WANITA DAN STRUKTUR SOSIAL ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) Dra. LINA SUDARWATI

WANITA DAN STRUKTUR SOSIAL ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) Dra. LINA SUDARWATI WANITA DAN STRUKTUR SOSIAL ( Suatu Analisa Tentang Peran Ganda Wanita Indonesia) Dra. LINA SUDARWATI Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Masyarakat dunia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat hidup secara berkelompok dalam suatu kesatuan sistem sosial atau organisasi. Salah satu bidang dalam organisasi yaitu bidang politik (Wirawan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda

BAB I PENDAHULUAN. feminisme yang berkembang mulai abad ke-18 telah menjadi salah satu penanda 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kaum perempuan hari ini tidak hanya beraktifitas di ranah domestik saja. Namun, di dalam masyarakat telah terjadi perubahan paradigma mengenai peran perempuan di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya.

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. gagasan anti poligami (Lucia Juningsih, 2012: 2-3). keterbelakangan dan tuntutan budaya. BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. Kajian Teori 1. Gagasan Emansipasi Kartini Tiga gagasan yang diperjuangkan Kartini yaitu emansipasi dalam bidang pendidikan, gagasan kesamaan hak atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Teori Relasi Kekuasaan Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia jenis laki- laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Gender Istilah gender diketengahkan oleh para ilmuwan sosial untuk menjelaskan mana perbedaan perempuan dan laki-laki yang bersifat kodrat sebagai ciptaan Tuhan dan mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga banyak perusahaan go publik yang ikut berperan dalam peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semakin pesatnya perkembangan profesi akuntan publik di Indonesia dewasa ini dan meningkatnya pemahaman masyarakat terhadap profesi auditor mampu membawa perubahan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2

PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1. Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 PENDIDIKAN ADIL GENDER DALAM KELUARGA 1 Siti Rohmah Nurhayati, M.Si. 2 Pendahuluan Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama bagi anak. Di dalam keluarga, anak mendapatkan seperangkat nilai-nilai, aturan-aturan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006)

BAB I PENDAHULUAN. kesempatan kerja sangatlah terbatas (Suratiyah dalam Irwan, 2006) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum masalah utama yang sedang dihadapi secara nasional adalah sedikitnya peluang kerja, padahal peluang kerja yang besar dalam aneka jenis pekerjaan

Lebih terperinci

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA

2016 WORK FAMILY CONFLICT - KONFLIK PERAN GANDA PADA PRAMUDI BIS WANITA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bekerja bagi manusia sudah menjadi suatu kebutuhan, baik bagi pria maupun bagi wanita. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu tugas yang diakhiri dengan buah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan produk tidak hanya tergantung pada keunggulan teknologi, sarana dan prasarana, melainkan juga tergantung pada kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. masih memandang mereka sebagai subordinat laki-laki. Salah satu bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konstruksi budaya patriarki yang masih mengakar kuat di Indonesia hingga saat ini, mengakibatkan posisi perempuan semakin terpuruk, terutama pada kelompok miskin. Perempuan

Lebih terperinci

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA WANITA KEPALA RUMAH TANGGA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH DI DESA CIHIDEUNG UDIK KABUPATEN BOGOR

PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA WANITA KEPALA RUMAH TANGGA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH DI DESA CIHIDEUNG UDIK KABUPATEN BOGOR PELUANG BEKERJA DAN BERUSAHA WANITA KEPALA RUMAH TANGGA DAN PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT UPAH DI DESA CIHIDEUNG UDIK KABUPATEN BOGOR FEMY AMALIA ARIZI PUTRI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan laki-laki, ataupun dengan lingkungan dalam konstruksi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sistem nilai, norma, stereotipe, dan ideologi gender telah lama dianggap sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi posisi serta hubungan antara perempuan dengan laki-laki,

Lebih terperinci

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar

GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar GENDER DAN PENDIDIKAN: Pengantar 90 menit Managed by IDP Education Australia IAPBE-2006 TUJUAN Peserta mampu: 1. Memahami konsep gender sebagai konstruksi sosial 2. Memahami pengaruh gender terhadap pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya multi dimensional untuk mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus disertai peningkatan harkat

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu isu yang muncul menjelang berakhirnya abad ke-20 adalah persoalan gender. Isu tentang gender ini telah menjadi bahasan yang memasuki setiap analisis sosial. Gender

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai sosok otoritas utama yang sentral dalam organisasi sosial. Kebanyakan sistem patriarki juga

Lebih terperinci

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN

GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN G E N D E R B R I E F S E R I E S NO. 1 GENDER, PEMBANGUNAN DAN KEPEMIMPINAN The Australia-Indonesia Partnership for Reconstruction and Development Local Governance and Community Infrastructure for Communities

Lebih terperinci

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender

Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender XVII Peningkatan Kualitas dan Peran Perempuan, serta Kesetaraan Gender Salah satu strategi pokok pembangunan Propinsi Jawa Timur 2009-2014 adalah pengarusutamaan gender. Itu artinya, seluruh proses perencanaan,

Lebih terperinci

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR

BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR BAB VII HUBUNGAN SOSIALISASI PERAN GENDER DALAM KELUARGA ANGGOTA KOPERASI DENGAN RELASI GENDER DALAM KOWAR Norma dan nilai gender dalam masyarakat merujuk pada gagasan-gagasan tentang bagaimana seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di negara sedang berkembang kemiskinan adalah masalah utama. Menurut Chambers (1983), kemiskinan yang dialami oleh sebagian besar rakyat di negara sedang berkembang

Lebih terperinci

PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D

PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR. Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D PERAN PEREMPUAN DALAM SEKTOR PERTANIAN DI KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN TUGAS AKHIR Oleh: TITIES KARTIKASARI HANDAYANI L2D 305 141 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Faktor yang Mempengaruhi Wanita Bekerja Dalam penelitian yang dilakukan oleh Riyani, dkk (2001) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan wanita untuk bekerja adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan zaman melalui kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dan sistem informasinya memberikan banyak dampak positif bagi kalangan yang jeli membaca

Lebih terperinci

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU

BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU BAB V PROFIL RUMAHTANGGA MISKIN DI DESA BANJARWARU Secara umum, rumahtangga miskin di Desa Banjarwaru dapat dikatakan homogen. Hal ini terlihat dari karakteristik individu dan rumahtangganya. Hasil tersebut

Lebih terperinci

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA! 4 dari 5 laki-laki seluruh dunia pada satu masa di dalam hidupnya akan menjadi seorang ayah. Program MenCare+ Indonesia adalah bagian dari kampanye global

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan merupakan makhluk yang diciptakan dengan berbagai kelebihan, sehingga banyak topik yang diangkat dengan latar belakang perempuan. Kelebihan-kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan yang akurat dan tepat sasaran. Data kemiskinan yang baik dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat perhatian pemerintah di negara manapun. Salah satu aspek penting untuk mendukung strategi

Lebih terperinci

Tim Penyusun. Pengarah. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan

Tim Penyusun. Pengarah. Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan Tim Penyusun Pengarah Kepala Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana Provinsi Sulawesi Selatan Penanggungjawab Kepala Bidang Keluarga Sejahtera Ketua Panitia Kepala Sub Bidang Penguatan Advokasi

Lebih terperinci

Hakekat Perencanaan. Model Perencanaan. Proses Perencanaan Program 5/24/2017. Community Development Program. Prinsip community development program

Hakekat Perencanaan. Model Perencanaan. Proses Perencanaan Program 5/24/2017. Community Development Program. Prinsip community development program Prinsip community development program Community Development Program 1. Perencanaan 2. Evaluasi dan monitoring (Minggu ke 9) Minggu ke 8 bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup atau kesejahteraan sosial

Lebih terperinci

MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM (POS) DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA

MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM (POS) DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA i MARJINALISASI PEREMPUAN DALAM PUTTING OUT SYSTEM (POS) DAN DAMPAKNYA TERHADAP KESEJAHTERAAN KELUARGA (Kasus Putting Out System (POS) di Desa Jabon Mekar, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER

PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KESADARAN GENDER (Kasus Mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Tahun Masuk 2006, Fakultas Ekologi Manusia) ALWIN TAHER I34051845 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Partisipasi dari pekerja perempuan di Indonesia untuk setiap tahun semakin meningkat. Jika dalu dalam dunia pekerjaan hanya didominasi oleh kaum laki-laki.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan adalah tiang negara, artinya tegak runtuhnya suatu negara berada di tangan kaum perempuan. Penerus peradaban lahir dari rahim seorang perempuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan atau laki-laki secara terpisah, tetapi bagaimana menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan atau laki-laki secara terpisah, tetapi bagaimana menempatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Studi tentang gender bukan hanya sekedar sebuah upaya memahami perempuan atau laki-laki secara terpisah, tetapi bagaimana menempatkan keduanya dalam konteks

Lebih terperinci

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani

Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Analisis Gender dan Transformasi Sosial Pembahas: Luh Anik Mayani Pokok bahasan dalam buku Analisis Gender dan Transformasi Sosial karya Mansour Fakih ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu tentang analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan memiliki peran dan fungsi yang sangat strategis didalam keluarga dan masyarakat. Sayangnya, banyak yang tidak bisa memainkan peran dan fungsinya dengan baik

Lebih terperinci

Penyebab kematian ibu melahirkan Musdah Mulia

Penyebab kematian ibu melahirkan Musdah Mulia Penyebab kematian ibu melahirkan Musdah Mulia 1) Rendahnya tingkat kualitas hidup perempuan Sejumlah penelitian mengungkapkan, ada banyak faktor penyebab kematian ibu melahirkan, namun penyebab utama adalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Berdasarkan BPS (2010), jumlah penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,5 juta orang. Pada Maret 2009, jumlah penduduk miskin sebesar 32,5 juta orang, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9

BAB II. Kajian Pustaka. Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 BAB II Kajian Pustaka Studi Kesetaraan dan Keadilan Gender Dalam Pembangunan 9 Kesetaraan dan Keadilan Gender (KKG) sudah menjadi isu yang sangat penting dan sudah menjadi komitmen bangsa-bangsa di dunia

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM DIKLAT FPTP PUSBINDIKLAT LIPI RESTY NUR OCTAVIANA

ANALISIS GENDER TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM DIKLAT FPTP PUSBINDIKLAT LIPI RESTY NUR OCTAVIANA ANALISIS GENDER TERHADAP KEBERHASILAN PROGRAM DIKLAT FPTP PUSBINDIKLAT LIPI RESTY NUR OCTAVIANA DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN KONSEP DIRI TENTANG PERANAN GENDER (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A 14204030 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Laki-laki dan perempuan memang berbeda, tetapi bukan berarti perbedaan itu diperuntukkan untuk saling menindas, selain dari jenis kelamin, laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian

BAB V KESIMPULAN. pedesaan yang sesungguhnya berwajah perempuan dari kelas buruh. Bagian BAB V KESIMPULAN Bagian kesimpulan ini menyampaikan empat hal. Pertama, mekanisme ekstraksi surplus yang terjadi dalam relasi sosial produksi pertanian padi dan posisi perempuan buruh tani di dalamnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan

BAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik

Lebih terperinci

MATERI MODUL MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI. Disusun Oleh : Dewi Nur Andhika Sari (11)

MATERI MODUL MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI. Disusun Oleh : Dewi Nur Andhika Sari (11) MATERI MODUL MATA KULIAH KESEHATAN REPRODUKSI Disusun Oleh : Dewi Nur Andhika Sari (11) PROGRAM STUDI D-III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG 2016 KESEHATAN REPRODUKSI DALAM

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan

BAB VI KESIMPULAN. instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi, namun juga menelisik kehidupan BAB VI KESIMPULAN Penelitian ini tidak hanya menyasar pada perihal bagaimana pengaruh Kyai dalam memproduksi kuasa melalui perempuan pesantren sebagai salah satu instrumentnya meraih legitimasi-legitimasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persoalan perempuan sampai saat ini masih menjadi wacana serius untuk didiskusikan, selain karena terus mengalami perkembangan, juga banyak permasalahan perempuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ini berfokus pada penggambaran peran perempuan dalam film 3 Nafas Likas. Revolusi perkembangan media sebagai salah satu sarana komunikasi atau penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses memberikan manusia berbagai macam situasi yang bertujuan memberdayakan diri. 1 Pendidikan merupakan proses sosialisasi anak yang terarah.

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN PEREMPUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian tantang Analisis Perbedaan Persepsi Mahasiswa dan Mahasiswi Akuntansi S1 Terhadap Pentinngnya Laporan Keuangan (Studi Pada Program Studi Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

STUDI GENDER DALAM PROGRAM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) BAGI RUMAHTANGGA MISKIN

STUDI GENDER DALAM PROGRAM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) BAGI RUMAHTANGGA MISKIN STUDI GENDER DALAM PROGRAM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) BAGI RUMAHTANGGA MISKIN (Kasus di Desa Cinta Mekar, Kecamatan Serangpanjang, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat) Oleh: ERNA SAFITRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara sedang berkembang adalah jumlah penduduk yang besar dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. memberantas kemiskinan yang tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kajian perempuan merupakan suatu kajian yang sangat menarik perhatian. Hal ini terbukti banyak penelitian tentang kaum perempuan. Perempuan merupakan hal penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KARAKTERISTIK RESPONDEN Sebelum membahas pola pembagian peran dalam keluarga responden, terlebih dahulu akan di jelaskan mengenai karakteristik responden yang akan dirinci

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan. minoritas seperti pemuda, petani, perempuan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Disertasi ini mengkaji tentang relasi gender dalam keterlibatan perempuan di radio komunitas. Karakteristik radio komunitas yang didirikan oleh komunitas, untuk komunitas

Lebih terperinci

ANALISIS GENDER DAN KESETERAAN GENDER PADA USAHATANI PADI SAWAH DAN PADI LADANG DI KABUPATEN KARAWANG NURJAMAN

ANALISIS GENDER DAN KESETERAAN GENDER PADA USAHATANI PADI SAWAH DAN PADI LADANG DI KABUPATEN KARAWANG NURJAMAN ANALISIS GENDER DAN KESETERAAN GENDER PADA USAHATANI PADI SAWAH DAN PADI LADANG DI KABUPATEN KARAWANG NURJAMAN DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013 PERNYATAAN

Lebih terperinci