BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 13 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Failure Methode And Effect Analysis ( FMEA ) FMEA adalah suatu cara di mana suatu bagian atau suatu proses yang mungkin gagal memenuhi suatu spesifikasi, menciptakan cacat atau ketidaksesuaian dan dampaknya pada pelanggan bila mode kegagalan itu tidak dicegah atau dikoreksi. ( Kenneth Crow,2002 ) FMEA merupakan sebuah metodologi yang digunakan untuk menganalisa dan menemukan : 1. Semua kegagalan kegagalan yang potensial terjadi pada suatu sistem. 2. Efek-efek dari kegagalan ini yang terjadi pada sistem dan bagaimana cara untuk memperbaiki atau meminimalis kegagalan-kegagalan atau efek-efek nya pada sistem ( Perbaikan dan minimalis yang dilakukan biasanya berdasarkan pada sebuah ranking dari severity dan probability dari kegagalan ) FMEA biasanya dilakukan selama tahap konseptual dan tahap awal design dari sistem dengan tujuan untuk meyakinkan bahwa semua kemungkinan kegagalan telah dipertimbangkan dan usaha yang tepat untuk mengatasinya telah dibuat untuk meminimasi semua kegagalan kegagalan yang potensial. ( Kevin A. Lange, 2001 )

2 14 FMEA dapat bervariasi pada level detail dilaporkan, tergantung pada detail yang dibutuhkan dan ketersediaan dari informasi. Sebagaimana pengembangan terus berlanjut, memperkiraan secara kritis ditambahkan dan menjadi Failure, Mode, Effects and Critically Analysis dan FMECA. Ada variasi yang sangat banyak didalam industri untuk mengimplementasikan analisis FMEA. Sejumlah standarstandar dan aturan telah dikembangkan untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan untuk analisis dan setiap organisasi dapat melakukan pendekatan yang berbeda didalam melakukan analisis. Definisi menurut serta pengurutan atau ranking dari berbagai terminologi dalam FMEA adalah sebagai berikut : 1. Akibat potensial adalah akibat yang dirasakan atau dialami oleh pengguna akhir. 2. Mode kegagalan potensial adalah kegagalan atau kecacatan dalam desain yang menyebabkan cacat itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya. 3. Penyebab potensial dari kegagalan adalah kelemahan-kelemahan desain dan perubahan dalam variabel yang akan mempengaruhi proses dan menghasilkan kecacatan produk. 4. Occurance (O) adalah suatu perkiraan tentang probabilitas atau peluang bahwa penyebab akan terjadi dan menghasilkan modus kegagalan yang menyebabkan akibat tertentu.

3 15 Tabel 2.1 Rating Occurance Ranking Kriteria Verbal Probablilitas Kegegalan 1 Tidak mungkin penyebab ini mengakibatkan 1 dalam kegagalan 2 Kegagalan akan jarang terjadi 1 dalam dalam Kegagalan agak mungkin terjadi 1 dalam dalam dalam 80 7 Kegagalan adalah sangat mungkin terjadi 1 dalam dalam 20 9 Hampir dapat dipastikan bahwa kegagalan akan 1 dalam 8 10 mungkin terjadi 1 dalam 2 Catatan : probabilitas kegagalan berbeda-beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa ( engineering judgement ) ( Sumber : Gasperz, 2002, p251 ) 5. Severity (S) adalah suatu perkiraan subyektif atau estimasi tentang bagaimana buruknya penggguna akhir akan merasakan akibat dari kegagalan tersebut. Tabel 2.2 Rating Severity Ranking Kriteria Verbal 1 Neglible severity, kita tidak perlu memikirkan akibat akan berdampak pada kinerja produk pengguna akhir tidak akan memperhatikan kecacatan atau kegagalan ini. 2 Mid severity, akibat yang ditimbulkan hanya bersifat ringan, pengguna akhir tidak 3 merasakan perubahan kinerja 4 Moderate severity, pengguna akhir akan merasakan akibat penurunan kinerja atau 5 penampilan namun masih berada dalam batas toleransi 6 7 High severity, akibat akhir akan merasakan akibat buruk yang tidak dapat diterima 8 berada diluar batas toleransi

4 16 9 Potential safety problem, akibat yang ditimbulkan adalah sangat berbahaya dan 10 bertentangan dengan hukum Catatan : tingkat severity berbeda-beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating disesuaikan dengan proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa ( engineering judgement ) ( Sumber : Gasperz, 2002, p250 ) 6. Detectibility (D) adalah perkiraan subyektif tentang bagaimana efektifitas dan metode pencegahan atau pendektesian. Tabel 2.3 Rating Detectability Ranking Kriteria Verbal Tingkat Kejadian 1 Metode Pencegahan atau deteksi sangat efektif. 1 dalam Tidak ada kesempatan bahwa penyebab akan muncul lagi. 2 Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi adalah 1 dalam sangat rendah. 1 dalam Kemungkinan penyebab bersifat moderate. 1 dalam Metode deteksi masih memungkinkan kadang-kadang 1 dalam penyebab itu terjadi 1 dalam 80 7 Kemungkinan bahwa penyebab itu masih tinggi. 1 dalam 40 8 Metode deteksi kurang efektif, karena penyebab masih 1 dalam 20 berulang lagi 9 Kemungkinan bahwa penyebab itu terjadi sangat tinggi 1 dalam 8 10 Metode deteksi tidak efektif, penyebab akan selalu terjadi 1 dalam 2 Catatan : tingkat kejadian berbeda-beda tiap produk, oleh karena itu pembuatan rating disesuaikan dengan proses dan berdasarkan pengalaman dan pertimbangan rekayasa. ( Sumber : Gasperz, 2002, p250 ) 7. Risk Priority Number (RPN) merupakan hasil perkalian antara rating severity, detectibility dan rating occurance RPN = (S) x (D) x (O)

5 Keuntungan FMEA Keuntungan dari FMEA Produk akhir harus aman, FMEA membantu desainer untuk mengidentifikasikan dan mengeliminasi atau mengendalikan cara kegagalan yang berbahaya, meminimasi dari perkiraan terhadap sistem dan penggunanya. Meningkatnya keakuratan dari perkiraan terhadap peluang dari kegagalan yang akan dikembangkan, khususnya juga data dari peluang realibitas didapat dengan menggunakan FMEA. Realibilitas dari produk akan meningkat Waktu untuk melakukan desain akan di kurangi berkaitan dengan melakukan identifikasi dan perbaikan dari masalah-masalah Proses FMEA Proses FMEA merupakan sebuak teknik analisis yang digunakan oleh tim manufacturing yang bertanggung jawab untuk meyakinkan bahwa untuk memperluas kemungkinan cara-cara kegagalan dan mencari penyebab yang berkaitan yang telah dipertimbangkan dan dituangkan kedalam bentuk form yang tepat, sebuah FMEA merupakan ringkasan dari pemikiran tim engineering (termasuk analisa dari item-item

6 18 yang dapat berjalan tidak sesuai dengan keinginan bedasarkan pengalaman dan pemikiran masa lalu) sebagaimana proses di kembangkan. ( Kevin A. 2001, p37 ) Proses FMEA: Mengidentifikasi produk yang potensial yang berkaitan dengan cara-cara kegagalan proses. Memperkirakan efek bagi konsumen yang potensial yang disebabkan oleh kegagalan Mengidentifikasi sebab-sebab yang potensial pada proses perakitan dan mengidentifikasi variabel-variabel pada proses yang berguna untuk memfokukan pada pengendalian untuk mengurangi kegagalan atau mendeteksi keadaan-keadaan kegagalan. Mengembangkan sebuah daftar peringkat dari cara-cara kegagalan yang potensial, ini menetapkan sebuah sistem prioritas sebagai pertimbangan untuk melakukan tindakan perbaikan Mendokumentasikan hasil-hasil dari proses produksi atau proses perakitan Risk Priority Numbers in FMEA

7 19 Metodologi Risk Priority Number (RPN) merupakan sebuah teknik untuk menganalisa resiko yang berkaitan dengan masalah-masalah yang potensial yang telah diindentifikasikan selama pembuatan FMEA (Stamatis, DH, 1995, p45) Sebuah FMEAS dapat digunakan untuk mengidentifikasikan cara-cara kegagalan yang potensial untuk sebuah produk atau proses. Metode RPN kemudian memerlukan analisa dari tim untuk mengunakan pengalaman masa lalu dan keputusan engineering untuk memberikan peringkat pada setiap potensial masalah menurut rating skala berikut : Severity, merupakan skala yang memeringkatkan severity dari efek-efek yang potensial dari kegagalan. Occurance, merupakan skala yang memeringkatkan kemungkinan dari kegagalan akan muncul. Detection, merupakan skala yang memeringkatkan kemungkinan dari masalah akan di deteksi sebelum sampai ketangan pengguna akhir atau konsumen. Setelah pemberian rating dilakukan, nilai RPN dari setiap penyebab kegagalan dihitung dengan rumus : RPN = Severity x Occurence x Detection Nilai RPN dari setiap masalah yang potensial dapat kemudian di gunakan untuk membandingkan penyebab-penyebab yang teridentifikasi selama dilakukan

8 20 analisis. Pada umumnya RPN jatuh diantara batas yang di tentukan,tindakan perbaikan dapat diusulkan atau di lakukan untuk mengurangi resiko. Ketika menggunakan teknik risk assessment, sangat penting untuk mengingat bahwa tingkat RPN adalah relatif terhadap analisis tertentu (dilakukan dengan sebuah set skala peringkat yang umum dan analis tim yang berusaha untuk membuat peringkat yang konsisten untuk semua penyebab masalah yang teridentifikasi selama melakukan analisis). Untuk itu, sebuah RPN didalam sesuatu analisa dapat dibandingkan dengan RPN yang lainnya didalam analisa yang sama, tapi dapat menjadi tidak dapat di bandingkan terhadap RPN didalam satu analisa yang lain. Meskipun ada banyak tipe dan standar kebanyakan FMEA terdiri dari suatu kumpulan prosedur yang umum. Secara umum, analasis FMEA dipengaruhi oleh tim yang bekerja secara cross function pada tahap yang bervariasi pada waktu desain, proses pengembangan dan perkaitan dan pada umumnya terdiri dari : Item/Process : mengidentifikasi item atau proses yang akan menjadi subyek dari analisi. Termasuk beberapa penyelidikan terhadap desain dan karestirisktik-karakteristik reabilitas. Function : mengidentifikasi fungsi-fungsi dimana item atau proses diharapkan untuk bekerja.

9 21 Failures : mengidentifikasi kegagalan yang diketahui dan potensial yang dapat mencegah atau menurunnya kemampuan dari item atau proses untuk bekerja sesuai dengan fungsinya. Failure effect : mengidentifikasi efek-efek yang diketahui dan potensial yang mungkin muncul dari setiap kegagalan yang terjadi. Failure Cause : mengidentifikasi penyebab yang diketahui dan portensial untuk setiap kegagalan. Curent Control : memeriksa mekanisme kontrol yang akan ada untuk mengeliminasi atau menurunkan kemungkinan kegagalan akan muncul. Recommended action: mengidentifikasi tindakan perbaikan yang perlu dilakukan yang bertujuan untuk mengeliminasi atau menurunkan resiko dan dilanjutkan dengan melengkapi dengan melakukan recommended action. Prioritize issues : memprioritaskan tindakan perbaikan yang harus dilakukan menurut standar yang konsisten yang telah di tentukan oleh perusahaan. Peringkat RPN adalah metode yang umum untuk memprioritaskan Other Details : tergantung pada situasi tertentu dan petunjuk untuk melakukan analisa yang di adaptasi oleh perusahaan, keterangan yang lain mungkin dipertimbangkan selama melakukan analisis, seperti cara operational ketika kegagalan muncul.

10 22 Report : membuat laporan dari analisis dalam bentuk format standar yang telah ditentukan oleh perusahaan. Ini pada umumnya berbentuk format tabel. Sebagai tambahan laporan dapat menyertakan diagram berbentuk blok dan atau diagram alir untuk mengilustrasikan item atau proses yang merupakan subject dari analisis. Gambar 2.1 Contoh Analisa FMEA 2.2 Pareto Diagram Pendahuluan

11 23 Diagram ini diperkenalkan pertama kali oleh seorang ahli ekonomi dari Italia bernama Vilfredo Pareto ( ). Diagran Pareto dibuat untuk menemukan masalah atau penyebab yang merupakan kunci dalam penyelesaian masalah dan perbandingan terhadap keseluruhan. Dengan mengetahui penyebabpenyebab yang dominan- yang seharusnya pertama kali dibatasi maka kita akan bisa menetapkan prioritas perbaikan. Perbaikan atau tindakan koreksi pada faktor penyebab yang dominan ini akan membawa akibat/pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan penyelesaian penyebab yang tidak berarti. ( Sritomo, 2006, p272 ) Kegunaan Diagram Pareto Menunjukkan persoalan utama yang dominan dan perlu segera diatasi. Menyatakan perbandingan masing-masing persoalan yang ada dan komulatif secara keseleruhuan. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan koreksi dilakukan pada daerah yang terbatas. Menunjukkan perbandingan masing-masing persoalan sebelum dan sesudah perbaikan Pembuatan Diagram Pareto Kelompokkan masalah yang ada dan nyatakan hal tersebut dalam angka yang bisa terukur secara kuantitatif.

12 24 Atur masing-masing penyebab/masalah yang ada sesuai dengan pengelompokan yang dibuat. Pengaturan dilaksanakan berurutan sesuai dengan besarnya nilai kuantitatif masing-masing. Selanjutanya gambarkan keadaan ini dalam bentuk grafik kolom. Penyebab nilai kuantitatif terkecil digambarkan paling kanan. Buatlah grafik garis secara komulatif ( berdasarkan prosentase penyimpangan ) diatas grafik kolom ini. Grafik garis ini dimulai dari penyebab penyimpangan terbesar terus terkecil dan secara lengkap diagaram pareto sudah bisa digambarkan. Gambar 2.2 Contoh Grafik Diagram Pareto

13 Cause and Effect Diagram (Ishikawa Diagram) Pendahuluan Cause Effect Diagram dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa, Ph.D pada tahun 1943 dan sering disebut Diagram Ishikawa. Karena penampakan dari diagram ini, maka sering disebut juga diagram tulang ikan (Fishbone Diagram). Diagram ini pada dasarnya digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan menunjukkan kumpulan dari kelompok sebab akibat yang disebut sebagai faktor serta akibat yang disebut sebagai karakteristik mutu. Kegunaan dari diagram sebab akibat ini adalah untuk menemukan faktorfaktor yang merupakan sebab pada suatu masalah. Atau dengan kata lain, jika suatu proses stabil, maka diagram akan memberikan petunjuk pada penyebab yang akan diperiksa untuk perbaikan proses. Prinsip yang dipakai dalam membuat diagram sebab akibat ini adalah sumbang saran Langkah langkah Pembuatan Cause and Effect Diagram Langkah-langkah dalam melakukan pembuatan cause and effect diagram : Tentukan masalah/akibat yang akan dicari penyebabnya. Tuliskan dalam kotak yang menggambarkan kepala ikan yang berada diujung tulang utama (garis horizontal)

14 26 Tentukan grup/kelompok faktor-faktor penyebab utama yang mungkin menjadi penyebab masalah ini dan tuliskan masing-masing pada kotak yang berada pada cabang. Pada umumnya, pengelompokan didasarkan atas unsur material, peralatan(mesin), metode kerja (manusia), dan pengukuran (inspeksi). Namun, pengelompokan dapat juga dilakukan atas dasar analisis proses. Pada setiap cabang, tulis faktor-faktor penyebab yang lebih rinci yang dapat menjadi faktor penyebab masalah yang dianalisis. Faktor-faktor penyebab ini berupa ranting, yang bila diperlukan bisa dijabarkan lebih lanjut ke dalam anak ranting. Lakukan analisis dengan membandingkan data/keadaan dengan persyaratan untuk setiap faktor dalam hubungannya dengan akibat, sehingga dapat diketahui penyebab utama yang mengakibatkan terjadinya masalah murni yang diamati Macam macam Cause and Effect Diagram Terdapat tiga macam jenis dari aplikasi Cause-Effect Diagram yang sering dipakai, yaitu: Cause Enumeration (berdasar jenis penyebab) Dispersion Analysis (berdasar 5 faktor utama 4M 1E yaitu Man, Machine, Method, Material, Environment)

15 27 Process Analysis (berdasar proses yang dilalui) Gambar 2.3 Contoh Fishbone Diagram 2.4 Quality Function Deployment (QFD) Pendahuluan Pada tahun 1960, QFD dikembangkan oleh Prof. Shigeru Mizuno dan Yoji Akao, dengan memperkenalkan metode peningkatan jaminan kualitas yang dirancang dan dibangun berdasarkan nilai-nilai kepuasan konsumen ke dalam fungsi-fungsi produk sebelum proses produksi/manufaktur. Pada tahun 1972,

16 28 Quality Function Deployment pertama kali diterapkan di perusahaan Kobe Shipyards. Pada tahun 1983, Quality Function Deployment diperkenalkan di U.S dan setahun berikutnya mekanisme operasi dari QFD diperkenalkan oleh Don Clausing kepada Ford. Beberapa tahun kemudian yaitu pada tahun 1988, artikel mengenai QFD dipublikasikan oleh Don Clausing dan John Hauser dengan bantuan Harvard Business Review Definisi dari QFD QFD merupakan konsep pendekatan struktur dalam mendefinisikan apa yang menjadi kebutuhan-kebutuhan, keinginan, dan ekspetasi konsumen dan menerjemahkannya kedalam perencanaan yang spesifik untuk proses produksi/manufaktur. QFD mengidentifikasi keinginan konsumen, bagaimana suatu produk/jasa dapat memuaskan konsumen, bagaimana hubungan antara produk dengan apa yang menjadi keinginan konsumen. QFD bertujuan untuk mengoptimalkan pengembangan proses dan menghasilkan produk baru sesuai dengan kebutuhan konsumen. Informasi mengenai kebutuhan konsumen dapat diperoleh dengan berbagai pendekatan, misalnya menyelenggarakan berbagai diskusi langsung atau wawancara, survei, fokus kelompok, spesifikasi dan segmentasi konsumen, observasi, data-data garansi, dan data-data laporan kegiatan penjualan. Proses

17 29 pemahaman dari apa yang menjadi kebutuhan, keinginan, dan ekspektasi konsumen dapat dirangkum ke dalam matriks-matriks perencanaan produk atau disebut House of Quality. House of Quality terdiri dari matriks matriks yang menghubungkan kebutuhan pelanggan, karakteristik produk dan analisis kompetitif. Matriks-matriks House of Quality tersebut digunakan untuk menerjemahkan kebutuhan What s dan kebutuhan How s dari daur hidup suatu produk. Selain itu, matriks ini juga berguna untuk menerjemahkan karakteristik - karakteristik teknis dari upaya pemenuhan tingkat kepuasan konsumen terhadap kebutuhan. What adalah titik mula (starting point) yang merupakan representasi dari daftar predikat kebutuhan dan ekspetasi konsumen terhadap nilai produk dan How adalah representasi dari tingkat kebutuhan operasional untuk memuaskan fungsifungsi What. Fungsi How adalah untuk kepentingan kebutuhan desain, karakteristik desain, dan untuk fungsi substitusi dari karakteristik - karakteristik kualitas.

18 Gambar 2.4 House of Quality 30

19 31 Di bawah ini akan dijelaskan mengenai bagian bagian dari sebuah House of Quality yang diantaranya adalah : Customer Needs and Benefits Bagian ini berisi tentang daftar - daftar kebutuhan dan ekspektasi konsumen terhadap nilai produk dan biasanya didapat dari proses identifikasi kebutuhan pelanggan. Identifikasi akan kebutuhan dan ekspektasi konsumen adalah langkah vital dalam proses pengembangan produk. Kesalahan dalam mengidentifikasi ekspetasi konsumen dapat berakibat berpalingnya konsumen kepada kompetitor. Bagian ini dapat dikatakan What dari matriks House of Quality. Planning Matrix Tujuan dari planning matrix adalah menyusun dan mengembangkan beberapa pilihan strategis dalam mencapai nilai-nilai kepuasan konsumen yang tertinggi. Di dalam planning matrix ini terdapat tujuh jenis data yang diantaranya adalah : 1. Importance to customer, berisikan tentang nilai / tingkat kepentingan dari suatu kebutuhan bagi konsumen. 2. Company satisfaction performance, berisikan nilai kepuasan kinerja dari perusahaan. 3. Competitive satisfaction performance, berisikan nilai kepuasan kinerja dari kompetitor.

20 32 4. Quality plan (Goal), nilai yang diharapkan dan menjadi tujuan dari perusahaan. 5. Improvement ratio, nilai pengembangan yang didapat dengan menggunakan goal rumus ( company satisfaction ) performance 6. Raw weight, nilai ini didapat melalui perhitungan dengan menggunakan rumus (importance to customer improvement ratio) 7. Normalized raw weight, merupakan normalisasi dari nilai raw weight. Nilai raw weight ini didapatkan dari perhitungan dengan rumus ( ) raw weight total Technical Response Pada bagian ini, perusahaan secara teknis mendeskripsikan perencanaan produk yang akan dilakukan untuk proses pengembangan yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan dan ekspektasi dari konsumen. Bagian ini berisikan mengenai hal hal teknis yang bersifat operasional guna menjawab kebutuhan pelanggan. Bagian ini merupakan How dari matriks House of Quality. Relationships Pada bagian ini menjelaskan tentang hubungan antara setiap elemen dari technical response dengan customer needs and benefits. Di dalam bagian ini

21 33 termuat nilai nilai relationships dari technical response dengan customer needs and benefits. Nilai tersebut antara lain : - 1 = weak relationship - 3 = medium relationship - 9 = strong relationship Technical Correlations Pada bagian ini dapat terlihat hubungan antara elemen elemen di dalam technical response. Hal ini dapat membantu menunjukkan bagian bagian tertentu yang akan ikut terkait apabila dilakukan sebuah perubahan. Simbol simbol dari technical correlations antara lain : - = strong positive - = positive - = negative - = strong negative Technical Matrix Bagian ini memiliki tiga tipe informasi, yaitu urutan peringkat dari technical response yang harus didahulukan, informasi perbandingan dengan technical response dari perusahaan kompetitor, dan target spesifikasi yang ingin dicapai dari tiap elemen technical response. Untuk mengetahui urutan peringkat dari technical response, terdapat beberapa perhitungan yang perlu dilakukan, yaitu :

22 34 1. Absolute Performance, merupakan nilai yang didapat melalui perhitungan dengan mengalikan nilai relationship dari technical response dengan nilai normalized raw weight dari relationship yang terkait. Apabila terdapat lebih dari satu relationship, maka nilai perkalian dari masing masing relationship dengan normalized raw weight nya akan dikumulatifkan. 2. Relative Performance, merupakan nilai peringkat yang akan digunakan sebagai pembanding antar technical response. Nilai ini didapatkan melalui absolute performance rumus ( x 100 %). total absolute performance Langkah Langkah dalam Membuat QFD Berikut ini merupakan langkah langkah dalam membuat sebuah Quality Function Deployment yaitu : Mengidentifikasi keinginan dan kebutuhan konsumen Meminta konsumen untuk memberikan tingkatan menurut kebutuhan yang paling penting. Melakukan analisis terhadap pesaing dengan memberikan skala antara 1-5 Menetapkan perencanaan kualitas yang diinginkan oleh perusahaan Menghitung improvement ratio Menetapkan sales point Menghitung raw weight

23 35 Menormalisasikan raw weight Mendeterminasikan hubungan antara kebutuhan konsumen dan technical response Menghitung nilai technical response Mengidentifikasi nilai target 2.5 Plastic Materials Plastik merupakan material yang baru secara luas dikembangkan dan digunakan sejak abad ke-20 yang berkembang secara luar biasa penggunaannya dari hanya beberapa ratus ton pada tahun 1930-an, menjadi 150 juta ton/tahun pada tahun 1990-an dan 220 juta ton/tahun pada tahun Saat ini penggunaan material plastik di negara-negara Eropa Barat mencapai 60kg/orang/tahun, di Amerika Serikat mencapa 80kg/orang/tahun, sementara di India hanya 2kg/orang/tahun. Plastik buatan pertama kali ditemukan oleh Alexander Parkes pada tahun 1862 yang kemudian plastik disebut dengan nama Parkesine. Pengembangan plastik berasal dari penggunaan material alami (seperti: permen karet, "shellac") sampai ke material alami yang dimodifikasi secara kimia (seperti: karet alami, "nitrocellulose") dan akhirnya ke molekul buatan-manusia (seperti: epoxy, polyvinyl chloride, polyethylene).

24 36 Istilah plastik mencakup produk polimerisasi sintetik atau semi-sintetik. Mereka terbentuk dari kondensasi organik atau penambahan polimer dan bisa juga terdiri dari zat lain untuk meningkatkan performa atau ekonomi. Ada beberapa polimer alami yang termasuk plastik. Plastik dapat dibentuk menjadi film atau fiber sintetik. Nama ini berasal dari fakta bahwa banyak dari mereka "malleable", atau memiliki properti keplastikan. Plastik di desain dengan variasi yang sangat banyak dalam properti yang dapat menoleransi panas, keras, "reliency" dan lain-lain. Digabungkan dengan kemampuan adaptasinya, komposisi yang umum dan beratnya yang ringan memastikan plastik digunakan hampir di seluruh bidang industri. Beberapa proses manufaktur yang menggunakan bahan dasar plastik dalam kegiatan prduksinya adalah Injection Molding, Extrusi, Thermoforming dan Blow Molding Jenis Plastik Secara umum plastik digolongkan menjadi dua macam, yaitu: Termoplastik, Merupakan jenis plastik yang bisa didaur-ulang/dicetak lagi dengan proses pemanasan ulang. Contoh: polietilen (PE), polistiren (PS), ABS, polikarbonat (PC). Termoset, Merupakan jenis plastik yang tidak bisa didaur-ulang/dicetak lagi. Pemanasan ulang akan menyebabkan kerusakan molekul-molekulnya. Contoh: resin epoksi, bakelit, resin melamin, urea-formaldehida.

25 Penggunaan plastik secara umum Plastik memiliki berbagai sifat dan jenisnya, begitu juga dalam penggunaannya. Beberapa jenis plastik yang paling sering digunakan secara umum dalam kehidupan sehari-hari adalah : 1. Polypropylene (PP) adalah thermoplastic polymer, yang dibuat oleh industri kimia dan digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk kemasan makanan, tekstil, alat tulis, komponen plastik, peralatan laboratorium, dan komponen otomotif. 2. Polystyrene (PS) merupakan salah satu jenis plastik yang banyak ditemukan dalam keperluan sehari-hari dan merupakan jenis plastik yang dapat di daur ulang. Plastik jenis ini biasanya digunakan untuk kemasan sabun, kemasan makanan, peralatan makanan, gelas disposable dan kepingan CD. 3. Acrylonitrile butadiene styrene adalah thermoplastic polymer yang digunakan untuk bertujuan membuat benda menjadi ringan, kaku, yang biasanya digunakan untuk alat-alat musik, otomotif yang meliputi roda, lampiran, pelindung kepala gigi, penyangga pinggir untuk furniture dan panel kayu, dan mainan.

26 38 4. Polyethylene terephthalate (PET) merupakan thermoplastic polymer yang sering digunakan dalam pembuatan kemasan minuman botol, toples plastik, pastik film dan kemasan pembungkus yang microwaveable. 5. Polyester (PES) biasanya digunakan untuk membuat botol, film, kain terpal, kano, liquid crystal display, hologram, filter, dielectric film untuk kapasitor, film isolasi untuk kawat dan insulating kaset. 6. Polyamides (PA) (Nylons) merupakan bahan plastik yang berserat dan biasanya sering digunakan untuk bahan dasar fiber, komponen sikat gigi, dan komponen otomotif. 7. Poly vinyl chloride (PVC) adalah thermoplastic polymer yang juga banyak digunakan dalam dunia industri dalam pembuatan bahan bangunan seperti Pipa, kawat eletrik dan bahan konstruksi lainnya. 8. Polyurethanes (PU) adalah jenis plastik yang biasa banyak digunakan untuk alat otomotif, rumah-tangga, komponen eletronik dan dapat berperan sebagai pelapis atau perekat pada suatu benda. 9. Polycarbonate (PC) adalah jenis plastik yang biasa digunakan bila ingin memproduksi suatu benda yang memiliki kejernihan produk yang tinggi (transparan atau pun dapat memantulkan cahaya). Contohnya dalam pembuatan lensa kacamata dan compact disc.

27 Polyethylene (PE) adalah thermoplastic komoditi berat yang digunakan dalam produk konsumen (terutama di kantong plastik belanja). 2.6 Injection Molding Injection molding adalah metode pemrosesan material thermoplastik dimana material yang meleleh karena pemanasan diinjeksikan oleh plunger ke dalam cetakan yang didinginkan oleh air dimana material tersebut akan menjadi dingin dan mengeras sehingga bisa dikeluarkan dari cetakan. Ada 2 jenis bahan plastik yang dapat diproses melalui proses injection molding, yaitu jenis thermoplastik dan thermosetting, namun lebih dari 90% injection plastic adalah memproses material termoplastik. Dari proses Injection molding dapat dihasilkan berbagai jenis produk yang berbahan dasar plastik, mulai dari bagian/ komponen kecil sampai benda berukuran besar, dan produk plastik lainnya yang sering dijumpai dikehidupan sehari-hari Komponen Utama Mesin Injection Molding Mesin Injection Molding terdiri dari banyak komponen yang tersusun didalamnya. Secara umum komponen utama dari mesin Injection Molding dapat dibagi menjadi :

28 40 1. Unit injeksi, yang merupakan bagian dari mesin injection molding yang berfungsi untuk melelehkan material plastik, terdiri dari hopper, barrel (Tabung berpemanas) dan screw. 2. Mold, yang merupakan bagian dari mesin injection molding dimana plastik leleh dicetak dan didinginkan. 3. Unit pencekam, yang merupakan bagian dari mesin injection yang berfungsi untuk mencekam mold pada saat penginjeksian material ke dalam cetakan sekaligus menyediakan mekanisme pengeluaran produk dari mold. Untuk lebih jelasnya, mesin Injection Molding akan di deskripsikan pada gambar dibawah ini. Gambar 2.5 Injection Mold Proses

29 41 Gambar 2.6 Mesin Injection Molding Proses Dalam Injection Molding Proses injeksi dimulai dari Plastik dalam bentuk butiran atau bubuk ditampung dalam sebuah hopper (tempat penampungan plastik pada mesinyang berfungsi sebai input material) kemudian turun ke dalam barrel secara otomatis (karena gaya gravitasi) dimana material plastik dilelehkan oleh pemanas yang terdapat di dinding barrel dan oleh gesekan akibat perputaran sekrup injeksi. Plastik yang sudah meleleh diinjeksikan oleh sekrup injeksi (yang juga berfungsi sebagai plunger) melalui nozzle ke dalam cetakan yang didinginkan oleh air. Produk yang sudah dingin dan mengeras dikeluarkan dari cetakan oleh pendorong hidrolik yang tertanam dalam rumah cetakan selanjutnya diambil oleh manusia atau menggunakan

30 42 robot. Pada saat proses pendinginan produk secara bersamaan di dalam barrel terjadi proses pelelehan plastik sehingga begitu produk dikeluarkan dari cetakan dan cetakan menutup, plastik leleh bisa langsung diinjeksikan. Proses pengisian Proses penahanan Gambar 2.7 Injection Molding Process Proses pendinginan Proses pengeluaran Part Gambar 2.8 Injection Molding Process (lanjutan) Injection Molding Cycle (Siklus Injection Molding) Injection Molding Cycle adalah setiap urutan kejadian yang terjadi pada cetakan molding, yang diawali dari tertutupnya cetakan molding, kemudian dilanjutkan dengan penyuntikan material yang sudah mencair karena panas ke dalam cetakan (Cavity). Setelah cetakan terisi oleh plastik, ada tekanan untuk

31 43 menahan agar plastik tersebut tetap berada didalam cetakan sampai membeku yang biasanya dibantu oleh Cooling, dan kemudian mold akan terbuka bila benda sudah membeku. Untuk lebih mempermudah melihat ijection molding cycle, maka dapat dijabarkan menjadi : 1. Filling, ditandai dengan penyuntikan material plastik ke dalam mold. 2. Packing time (Holding), ditandai dengan masuknya seluruh material ke dalam cetakan dan menunggu pendinginan yang dibantu oleh Cooling. 3. Cooling, ditandai dengan adanya material dalam cetakan yang selanjutnya mengalami pendinginan untuk mempercepat proses injeksi. 4. Mold Open, ditandai dengan selesainya proses pendinginan pada benda dan terbukanya cetakan. Injeksi telah selesai dan menghasilkan suatu produk yang selanjutnya dapat diambil dari cetakan atau menggunakan bantuan robot. Cooling Mold Open Fill Hold Gambar 2.9 Injection Molding Cycle

32 Desain dan Konstruksi Mold Fungsi utama dari mold adalah untuk membuat bentuk dan pembuatan permukaan part dari cairan plastik yang di injeksi sampai mengalami proses pendinginan sehingga part dapat di keluarkan dari mold. Mold harus dapat di digunakan dalam siklus yang berulang-ulang, seringkali sampai jutaan siklus, dengan tekanan yang tinggi. Tekanan yang biasanya bekerja pada mold berkisar ( psi) untuk membentuk dan menahan suatu rongga plastik. Mold yang paling sederhana adalah mold yang menggunakan 2 plat. Mold 2 plat ini membuat sebuah part dengan cavity dan core. Cairan plastik masuk kedalam mold melalui sprue bushing yang berpasangan dengan nozzle dari mesin molding. Pada part terdapat gate yang merupakan titik masuk plastik dalam mengisi rongga. Terdapat beberapa desain gate dengan masing-masing kelebihan dan kekurangannya. Sedangkan Sprue adalah suatu jalur material yang dibuat agar material plastik dapat masuk kedalam mold. Selain Gate juga terdapat runner. Runner terdiri dari 2 jenis, yaitu Cold runner (dingin) dan hot runner (panas). Pada cold runner ketika temperatur telah dingin produk (part) dan runner yang membeku akan dikeluarkan, plastik yang membeku pada runner ini tidak digunakan, fungsi awalnya adalah sebagai jalan masuk plastik pada desain mold banyak rongga (multi cavity) sehingga terjadi pemborosan material. Sedangkan pada hot runner (tanpa runner) yang keluar hanya

33 45 part membuat siklus produksi lebih pendek dengan menghilangkan sprue/runner, tetapi dari sisi konstruksi desain hot runner lebih mahal dikarenakan penambahan komponen pemanas pada sistem runner-nya. Gambar 2.10 Konstruksi Mold 2.7 Digital Prototyping dan Computer-aided Engineering (CAE) Digital Prototyping

34 46 Awalnya teknologi desain hanya dikembangkan secara manual dan prototipe fisik yang menggunakan foam, tetapi hal tersebut sekarang ditinggalkan, sebagai gantinya desain dengan menggunakan software 2D dan 3D menjadi bagian yang vital dari proses concurrent design. Lebih lanjut dari sekedar hanya merepresentasikan bentuk geometri, selanjutnya teknologi tersebut semakin berkembang cepat sehingga data geometri produk dapat dianalisa secara, struktur, proses dan lain-lain. Prototipe virtual adalah simulasi komputer dari sebuah produk fisik yang dapat ditampilkan, diuji, sehubungan dengan aspek siklus hidup produk, diantaranya desain, rekayasa, servis manufaktur, sampai kepada daur ulang seolaholah seperti model fisiknya. Penerapan prototipe virtual pada pengembangan produk bukanlah hanya merupakan suatu wacana melainkan sudah diterapkan pada industri, dengan perkembangan selanjutnya jumlah aplikasinya akan bertambah luas. Pada prinsipnya prototipe virtual memberikan proses desain secara iteratif yang cepat dimana problem dapat diperbaiki dengan segera apabila terdapat indikasinya dalam analisis. Dengan menyelesaikan masalah ketika masih berada pada wilayah virtual (digital), prototipe fisik dapat dikurangi secara signifikan.

35 Computer-aided Engineering (CAE) Computer-aided Engineering (CAE) adalah penggunaan teknologi informasi untuk mendukung engineer dalam melakukan tugas-tugas seperti analisis, simulasi, desain, manufaktur, perencanaan, diagnosa, dan perbaikan. CAE sendiri biasanya merupakan suatu software tool yang telah dikembangkan untuk mendukung kegiatan tersebut. CAE sangat penting dalam dunia perindustrian karena dapat meningkatkan efisiensi dari segi waktu maupun biaya. Penggunaan CAE biasanya dijumpai pada : Stress Analysis pada komponen atau bagian-bagian komponen dengan menggunakan FEA (Finite Element Analysis). Thermal dan aliran cairan analisis dengan menggunakan Computational fluid dynamics (CFD). Analisis kinematik Mechanical event simulation (MES). Analisis suatu proses dengan melakukan simulasi pada operasi, seperti casting, molding, dan die press forming. Optimasi pada produk maupun proses. Sedangkan tahapan pada teknik CAE dapat terdiri dari 3 bagian yaitu : Pre-processing yang maksudnya adalah mendefinisikan model dan faktor lingkungan yang akan diterapkan pada pengaplikasian proses.

36 48 Analisis solver merupakan suatu tahap analisa yang dilakukan oleh software CAE, biasanya tahapan ini memakan waktu run yang relatif lama, dan juga harus didukung oleh komputer dengan spesifikasi yang tinggi, karena biasanya kinerja software mengharuskan penggunaan komputer yang high-end. Post-processing of results merupakan tahapan akhir pada teknik CAE. Pada tahapan ini biasanya ditunjukkan dengan penyajian alat bantu visualisasi dari hasil yang telah dianalisa sebelumnya. Khususnya dalam dunia perindustrian injection molding, software CAE yang sering digunakan adalah Moldflow. Dengan bantuan software ini, engineer dapat melakukan perancangan terhadap bentuk molding dan melakukan simulasi proses injeksi dengan mengutak-atik parameter injeksi, sampai mendapatkan hasil yang paling optimal tanpa harus mengeluarkan biaya yang sia-sia. 2.8 Moldflow Corpotations Moldflow adalah suatu software yang digunakan untuk melakukan simulasi proses injeksi pada proses injection molding. Moldflow merupakan produk dari Moldflow Corporation yang merupakan salah satu cabang perusahaan dari Autodesk Inc. Moldflow Corporation pertama kali didirikan oleh Colin Austin di Melbourne, Australia pada tahun 1978 dan sekarang berpusat di Framingham, Massachusetts.

37 49 Moldflow Corporation memiliki dua produk utama yaitu Moldflow plastic Insigth dan Moldflow plastic adviser. Moldflow plastic adviser memiliki 2 fitur utama dalam melakukan analisis terhadap proses injection molding, yaitu Moldflow part adviser dan Moldflow mold adviser. Moldflow part adviser digunakan untuk melakukan analisa terhadap satu bagian/part dari benda yang akan di injeksi (single cavity analysis), sedangkan Moldflow mold adviser memiliki kapabilitas untuk melakukan analisa terhadap keseluruhan system yang berhubungan dengan proses injeksi (multicavity analysis). Dengan bantuan software ini, engineer dapat melakukan analisa dan simulasi untuk mendapatkan hasil injeksi yang paling optimal tanpa harus mengeluarkan effort yang isa-sia. Penggunaan Moldflow memang dikhususkan untuk dunia industri molding, namun tidak semua industri ini dapat memakai software ini. Hal ini disebabkan moldflow merupakan software high-end dalam dunia injection molding dan harga untuk software ini relatif mahal, maka software ini hanya dapat dijumpai pada beberapa industri ijection molding yang sudah maju/ modern dan bertaraf internasional Kemampuan Anlisis Moldflow Plastic Adviser Moldflow sangat membantu dalam melakukan analisis pada proses injection molding, karena Moldflow memiliki fitur untuk melakukan analisis dengan

38 50 melakukan simulasi pada proses injection molding. Kemampuan analisis yang dapat dilakukan oleh Moldflow antara lain : 1. Analisa pengisian material plastik ke dalam cetakan (Plastic Filling Analysis), yaitu : Mengidentifikasi area dari geometri bagian benda yang mungkin untuk dilakukan injeksi (manufacturability) dan masalah kualitas dari injeksi. Memberikan gambaran secara praktikan/masukan spesifik terhadap desain untuk menyelesaikan masalah yang telah di identifikasi sebelumnya. Memberikan gambaran tentang tekanan yang di distribusikan pada saat injeksi, temperatur permukaan dan orientasi pada permukaan. Memprediksikan lokasi Weld line dan Air-trap. 2. Analisa keseimbangan Runner (Runner Balance Analysis), dapat memberikan engineer kemudahan untuk melakukan setting terhadap ukuran runner untuk membuat aliran plastik menjadi seimbang. 3. Analisa letak runnuer yang paling sesuai (Runner Adviser Analysis), dapat membantu engineer dalam menentukan dimensi sprue, runner dan gate location secara otomatis.

39 51 4. Analisis Sink Mark, membatu engineer untuk memprediksikan letak sink mark yang mungkin terjadi setelah proses injeksi selesai. 5. Analisa kualitas Cooling (Cooling Quality Analysis), dapat membantu engineer untuk mengidentifikasi dan memperbaiki area yang memiliki suhu tidak merata (lebih tingi) pada benda untuk menghindari cycle time yang lama dan kemungkinan terjadinya sink marki. 6. Analisa lokasi injeksi (Gate Location Analysis), dapat membantu engineer dalam menentukan lokasi injeksi yang paling baik. 7. Molding Window Analysis, yaitu : Dapat membantu menentukan kondisi optimum dalam proses injeksi Mengevaluasi sensitifitas tiap bagian pada saat proses injeksi berlangsung. Dapat membantu dalam melakukan perbandingan grade material, evaluasi terhadap lokasi injeksi dan mendapatkan ukuran dari kualitas benda. 8. Material Database, dapat membantu engineer memberikan informasi mengenai material-material yang secara umum dipakai dalam proses injeksi dan terdiri dari kurang lebih sekitar 7500 karakteristik dari grade material thermoplastik.

40 Anlisa Utama Moldflow Plastic Adviser Pada Software Moldflow sendiri terdapat beberapa jenis analisa yang dapat dilakukan, jenis analisa yang dilakukan dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan pihak pengguna. Berikut jenis-jenis analisa nya : 1. Fill Analysis Jenis analisa yang menghasilkan data-data yang berhubungan dengan pengisian dan sifat aliran material plastik ke dalam cavity selama proses injeksi moulding. 2. Cool Analysis Jenis analisa yang menghasilkan data-data mengenai temperatur moulding dan material saat proses injeksi dengan mempertimbangkan faktor/parameter sistem pendinginan pada moulding yang digunakan. 3. Gate Location Jenis analisa yang menghasilkan data-data mengenai titik terbaik untuk membuat lubang injeksi pada moulding, lubang inilah yang akan menjadi tempat masuknya material saat proses injeksi nanti. 4. Geometry Analysis Jenis analisa yang menghasilkan data-data mengenai tingkat kompleksitas suatu desain produk yang hendak dianalisa dengan software Moldflow. Semakin kompleks desain dan besar ukuran produk tersebut, maka akan dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk menganalisanya. 5. Pack Analisa ini digunakan untuk mengtahui data mengenai

41 53 6. Cool Quality Analysis Jenis analisa yang menghasilkan data mengenai temperature mould dan material saat terjadinya proses injeksi. Analisa ini mempunyai penyajian yang hampir sama dengan Cooling Quality Analysis, hanya saja tidak memperhitungkan faktor sistem pendinginan yang digunakan pada molding, namun hanya berdasarkan desain bentuk mold dan produk. Dari jenis analisa di atas dapat dibagi pula menjadi beberapa sub analisa, sub-sub analisa inilah yang nanti akan menyajikan data yang akan dianalisa oleh para analisis yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan. Pada penelitian ini hanya digunakan Fill Time Analysis, Pack Analysis, dan Cooling Quality Analysis. Berikut ini merupakan jenis-jenis sub analisa yang dapat digunakan saat penelitian ini, yaitu : 1. Fill Analysis Fill Time Sub analisa ini menunjukan waktu yang dibutuhkan material plastik agar dapat mengisi seluruh bagian cavity moulding dengan menyeluruh. Selain itu juga analisa ini dapat digunakan untuk mengetahui apakah aliran material akan mengisi cavity moulding secara bersamaan atau tidak. Aliran material tersebut biasanya ditunjukan dalam pattern warna pada hasil analisa. Suatu pengisian yang baik biasanya ditunjukan dengan pattern warna yang sama dan seimbang pada posisi tertentu.

42 54 Sumber : Software MoldFlow Gambar 2.11 Perbandingan Aliran yang benar dan salah Plastic Flow Sub analisa ini menunjukan bahwa seluruh bagian cetakan moulding dapat terisi dengan baik dengan parameter tekanan yang telah ditentukan sebelumnya. Jika tekanan yang diberikan terlalu rendah maka ada kemungkinan material tidak akan mengisi seluruh bagian cetakan. Confidence of Fills Sub analisa ini menunjukan persentase kemampuan material untuk mengisi seluruh bagian cetakan moulding, dimana biasanya hal ini ditunjukan dengan warna pada hasil analisa. Sumber : Software MoldFlow Gambar 2.12 Warna persentase tingkat pengisian Confidence of Fills

43 55 (1): Will definitely fill. (2): May be difficult to fill or may have quality problems. (3): Will be difficult to fill or will have quality problems. (4): Will not fill. Quality Prediction Sub analisa ini menunjukan persentase terhadap tingkat kualitas produk yang nantinya dihasilkan dari proses injeksi. Tingkat kualitas yang ditunjukan pada analisa ini lebih dipengaruhi oleh desain produk, cetakan moulding, parameter tekanan, parameter suhu moulding,dll. Untuk sistem pendinginan hanya mempunyai pengaruh yang minor/minimal terhadap hasilnya. Sumber : Software MoldFlow Gambar 2.13 Keterangan warna hasil analisa Quality Prediction Pressure at the End of Fill Sub analisa ini menunjukan besarnya tekanan yang mendekati ideal dari proses simulasi injeksi moulding. Analisa ini juga menunjukan data besarnya tekanan pada lokasi-lokasi tertentu (seperti pada Sprue, Runner, Gate dan Part) yang dinyatakan dalam warna-warna.

44 56 Temperature at Flow Front Merupakan analisa yang menunjukan besarnya suhu aliran material saat terjadinya injeksi material ke moulding. Setiap material mempunyai batasan suhu aliran yang ditoleransi berupa range nilainya. Jika suhu pada bagian aliran lebih tinggi ataupun lebih rendah dari batas yang ditentukan, maka terdapat kemungkinan terjadi permasalahan pada permukaan produk nya nanti (seperti Short shot, degradasi material, dll) Air Traps Analisa ini menunjukan terdapatnya suatu lubang(bubble) udara pada bagian dari suatu produk, dimana bagian ini biasanya merupakan tempat bertemu dua atau lebih aliran material saat proses injeksi. Hasil dari air traps di kenyataan biasanya berupa lubang kecil pada permukaan produk, dan hal ini mungkin saja dapat ditoleransi pada produk tertentu. Sumber : Software MoldFlow Gambar 2.14 Contoh akibat dari Air Traps Weld Lines Analisa yang menunjukan garis yang akan terlihat setelah proses injeksi moulding nanti. Hal ini terjadi karena perbedaan waktu

45 57 dan kuantitas bertemu nya kedua aliran material yang telah mengisi cetakan produk pada bagian-bagian tertentu. Garis yang dihasilkan bisa saja mengakibatkan masalah struktural (jika terjadi pada bagian yang nantinya akan menahan sesuatu) dan masalah visual (jika terjadi pada bagian yang harus kelihatan besih dan halus). Untuk permasalahan Weld Lines ini hampir sulit untuk dihindari, namun bisa diminimalisir dengan mempertimbangkan faktor-faktor seperti : besarnya tekanan injeksi, penempatan Gate, pengaturan suhu yang masih dalam batas rekomendasi,dll. Orientation at Skin Analisa yang menunjukan orientasi/kebiasaan arah aliran molekul-molekul material saat terjadi nya proses injeksi moulding. Orientasi arah yang sembarangan dapat memberikan permasalahan pada produk nantinya, seperti : penurunan kualitas, timbulnya weld lines, timbul gelembung-gelembung udara (air traps),dll. Arah aliran molekul-molekul tersebut ditunjukan dalam bentuk garis-garis pada simulasi Moldflow. Penempatan posisi injeksi yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap arah aliran molekulmolekul material tersebut.

46 58 Sumber : Software MoldFlow Gambar 2.15 Perbandingan arah aliran yang benar dan salah 2. Cool Analysis Circuit Reynolds Number Analisa ini menunjukan nilai reynolds yang pada sistem pendinginan moulding. Reynolds Number adalah suatu bilangan yang biasanya digunakan untuk mengukur rasio gaya inersia dengan gaya viskos dan mengkuantifikasikan kedua gaya tersebutpada suatu aliran tertentu. Pada analisa ini Reynolds Number digunakan sebagai bilangan untuk mengukur tingkat turbulensi yang dihasilkan oleh kegiatan pemindahan panas dari Moulding ke saluran cooling. Reynold Numbers pada sistem pendingin dipengaruhi oleh diameter pipa pendingin dan volume cairan yang mengalir pada sistem pendingin. Reynolds number yang ideal akan membuat pendinginan terhadap moulding menjadi lebih efektif. Nilai minimal adalah sebesar 4000,

47 59 namun yang ideal untuk pendinginan yang lebih baik adalah sebesar Circuit Coolant Temperature Analisa ini menunjukan besarnya suhu cairan pendingin yang berada di dalam saluran pendingin pada saat proses injeksi moulding. Biasanya suhu cairan pendingin akan meningkat pada saat keluarnya cairan dari saluran pendinginan, hal ini terjadi karena perpindahan panas dari moulding ke saluran pendinginan. Pengaturan suhu pada cairan harus disesuaikan dengan keadaan sekitar dan kebutuhan saja. Tidak selalu semakin dingin suatu sistem pendinginan hasilnya akan semakin baik. Cooling Time Variance Analisa ini menunjukan variasi perbedaan waktu untuk membeku di bagian tertentu pada produk. Variasi waktu nya didasarkan perbedaan terhadap waktu rata-rata pembekuan material menjadi suatu produk. Analisa ini juga dapat digunakan sebagai dasar oleh analisis untuk melakukan perubahan-perubahan pada sistem pendinginan dan juga membantu untuk menentukan Cycle Time yang diinginkan agar produk yang dihasilkan dapat membeku secara merata di setiap bagiannya.

48 60 Sumber : Software MoldFlow Gambar 2.16 Contoh keterangan Cooling Time Variance Temperature Part Analisa menunjukan besarnya batasan/range suhu bagian-bagian pada produk yang nanti akan dihasilkan oleh proses injeksi moulding/selama proses produksi. Analisa ini bisa dijadikan sebagai dasar untuk mengetahui lokasi bagian produk yang mempunyai suhu lebih tinggi dibandingkan bagian lainnya. Selisih antara temperatur tertinggi dengan temperatur terrendah pada bagian produk harus tidak boleh lebih besar dari 10 o C, lalu juga variasi temperatur permukaan produk tidak lebih dari o C dari temperatur inlet cooling. Temperature Variance Analisa ini menunjukan variasi perbedaan temperatur suhu di lokasi tertentu pada benda yang dipengaruhi oleh sistem cooling dan desain geometri produk. Variasi temperatur suhu nya didasarkan dengan perbedaan terhadap temperatur rata-rata permukaan produk. Hasil yang disarankan agar perbedaan antara temperatur

49 61 tertinggi dan terrendah pada analisa ini tidak signifikan, sehingga membuat waktu pembekuan produk hampir sama antar satu lokasi dengan lokasi lain. Keterangan analisa Temperature Variance ini dinyatakan dengan warna biru dan warna merah sebagai indikatornya. Sumber : Software MoldFlow Gambar 2.17 Contoh keterangan analisa Temperature Variance

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan bahan dasar produksi. Logam yang dahulu banyak digunakan dalam proses industri kini mulai ditinggalkan.

Lebih terperinci

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID Latar Belakang Kebutuhan Produk Plastik Meningkatnya kebutuhan terhadap produk yang terbuat dari plastik Perencanaan Injection Molding yang baik

Lebih terperinci

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION Agus Dwi Anggono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosura, 57102 E-mail : agusda@indosat-m3.net

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI Outline: JUDUL LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH BATASAN MASALAH TUJUAN PERANCANGAN METODOLOGI PERANCANGAN SPESIFIKASI PRODUK DAN SPESIFIKASI MESIN PERENCANAAN JUMLAH CAVITY DIMENSI SISTEM SALURAN PERHITUNGAN

Lebih terperinci

BAB 3 Metodologi Penelitian

BAB 3 Metodologi Penelitian BAB 3 Metodologi Penelitian Penelitian yang baik didukung metodologi yang baik selain latar belakang dan penjelasan mengenai pentingnya masalah yang diteliti. Penelitian dilakukan secara benar dan cermat

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PARAMETER PROSES TERHADAP SHRINKAGE PADA GELAS PLASTIK DENGAN SOFTWARE MOLDFLOW PLASTIC INSIGHT 5

ANALISIS PENGARUH PARAMETER PROSES TERHADAP SHRINKAGE PADA GELAS PLASTIK DENGAN SOFTWARE MOLDFLOW PLASTIC INSIGHT 5 TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH PARAMETER PROSES TERHADAP SHRINKAGE PADA GELAS PLASTIK DENGAN SOFTWARE MOLDFLOW PLASTIC INSIGHT 5 Disusun : DWI KARDONO NIM : D 200 040 060 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan skipsi ini merupakan data sekunder, dimana data tersebut berasal dari proses observasi serta wawancara

Lebih terperinci

ANALISIS PARAMETER OPERASI PADA PROSES PLASTIK INJECTION MoOLDING UNTUK PENGENDALIAN CACAT PRODUK

ANALISIS PARAMETER OPERASI PADA PROSES PLASTIK INJECTION MoOLDING UNTUK PENGENDALIAN CACAT PRODUK 8 ANALISIS PARAMETER OPERASI PADA PROSES PLASTIK INJECTION MoOLDING UNTUK PENGENDALIAN CACAT PRODUK Dadi Cahyadi, ST, MT. Fakultas Teknik, Universitas Serang Raya, Jl. Raya Serang Cilegon Km.5, Serang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Perancangan kerja merupakan disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prinsip dan prosedur yang harus dilaksanakan dalam upaya memahami

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan sebuah penelitian yang baik harus didukung tidak hanya dari latar belakang dan penjelasan peneitian masalah saja, melainkan juga metodolgi yang terstruktur

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH PENGENDALIAN & PENJAMINAN KUALITAS (IE-501)

DIKTAT KULIAH PENGENDALIAN & PENJAMINAN KUALITAS (IE-501) DIKTAT KULIAH PENGENDALIAN & PENJAMINAN KUALITAS (IE-501) TOPIK 4: QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Sebelum melakukan perancangan mould untuk Tutup Botol ini, penulis menetapkan beberapa tahapan kerja sesuai dengan literatur yang ada dan berdasarkan pengalaman para pembuat

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN 79 BAB V ANALISA PEMBAHASAN Setelah melakukan tahap pengumpulan dan pengolahan data, maka tahap selanjutnya adalah analisa pembahasan. Pada tahap ini akan dilakukan pengurutan terhadap Risk Priority Number

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Pada dasarnya, optimalisasi adalah sebuah pencarian untuk mendapatkan cara dan variabel terbaik dari sebuah permasalahan. Cara ini diperlukan

Lebih terperinci

APLIKASI MOLDFLOW ADVISER PADA INDUSTRI PLASTIK MODERN UNTUK MENDAPATKAN PARAMATER INJEKSI MOLD YANG OPTIMAL

APLIKASI MOLDFLOW ADVISER PADA INDUSTRI PLASTIK MODERN UNTUK MENDAPATKAN PARAMATER INJEKSI MOLD YANG OPTIMAL APLIKASI MOLDFLOW ADVISER PADA INDUSTRI PLASTIK MODERN UNTUK MENDAPATKAN PARAMATER INJEKSI MOLD YANG OPTIMAL HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN 3.1 Pembuatan Section Planing Section planing adalah proses pembuatan konsep yang akan diterapkan pada suatu part, seperti konsep pemasangan part ke unit mobil, konsep part-part

Lebih terperinci

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK TUGAS AKHIR LABORATORIUM PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK AJUN HAKIKI 2105 100 147 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES INJEKSI PLASTIK Gambar 4.1 Proses pencetakan pada mesin injeksi 29 Pada Proses Injeksi Plastik (Plastic Injection Molding Process) terdapat 2 bagian

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Injection Molding Injection molding dapat membuat part yang memiliki bentuk yang kompleks dengan permukaan yang cukup baik. Variasi bentuk yang sangat banyak yang dapat

Lebih terperinci

ABSTRACT

ABSTRACT OPTIMASI DESAIN MOLD UNTUK MEREDUKSI CACAT FLASH DAN SHRINKAGE PADA PRODUK PAKU KOTAK DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI MOLDFLOW (STUDI KASUS PADA PT. PRIMA SAKTI) Erfina Ayu W. 1, Hari Arbiantara 2,

Lebih terperinci

Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik

Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010 65 Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik Toto Rusianto, Ellyawan, S.A. & Arif Rahmanto Jurusan Teknik Mesin, Institut

Lebih terperinci

Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi

Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi Yogyakarta, 6 September 2007 Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi Amelia Sugondo 1, Willyanto Anggono 2, Ian Hardianto

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi dalam segala aspek kehidupan saat ini semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain

Lebih terperinci

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA Proses Produksi I MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA by Asyari Daryus Universitas Darma Persada OBJECTIVES Mahasiswa dapat menerangkan sifat dan jenis bahan plastik Mahasiswa dapat menerangkan cara pengolahan

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST

PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST PENULISAN ILMIAH Nama : Dede Kurniadi NPM : 21410739 Program Studi : Teknik Mesin Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini memuat sejarah singkat PT. Surya Plastindo Utama, pengumpulan data dan pengolahan data dengan menggunakan QFD (Quality Function Deployment) dan DFMEA (Design

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

Predi Arif Nugroho, Danar Susilo Wijayanto dan Budi Harjanto

Predi Arif Nugroho, Danar Susilo Wijayanto dan Budi Harjanto ANALISIS PRODUK SPION PS135 DENGAN PENGATURAN PARAMETER MOLD TEMPERATURE MATERIAL PLASTIK POLIPROPILENE PADA PROSES INJECTION MOLDING (STUDI KASUS PT. SINAR AGUNG SELALU SUKSES KARANGANYAR JAWA TENGAH)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Plastik Plastik mencakup semua bahan sintetik organik yang berubah menjadi plastis setelah dipanaskan dan mampu dibentuk di bawah pengaruh tekanan. Bahan

Lebih terperinci

INTEGRASI METODE QFD DAN DFMEA DALAM PERBAIKAN DESAIN MOLD PADA MOLD BODY SEALPACK DI PERUSAHAAN INJECTION

INTEGRASI METODE QFD DAN DFMEA DALAM PERBAIKAN DESAIN MOLD PADA MOLD BODY SEALPACK DI PERUSAHAAN INJECTION INTEGRASI METODE QFD DAN DFMEA DALAM PERBAIKAN DESAIN MOLD PADA MOLD BODY SEALPACK DI PERUSAHAAN INJECTION Muhammad Kholil 1*, Suryanto 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) Untuk Menangani Non Value Added Activity Pada Proses Perawatan Mesin

Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) Untuk Menangani Non Value Added Activity Pada Proses Perawatan Mesin Penerapan Metode Quality Function Deployment (QFD) Untuk Menangani Non Value Added Activity Pada Proses Perawatan Mesin Nofrian Imanuel Piri 1, Agung Sutrisno 2, Jefferson Mende 3 Jurusan Teknik Mesin,

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB DEFECT PADA PROSES PRODUKSI FRESTEA JASMINE RGB 220 ML LINE 8 PT. COCA COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA

ANALISIS PENYEBAB DEFECT PADA PROSES PRODUKSI FRESTEA JASMINE RGB 220 ML LINE 8 PT. COCA COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA ANALISIS PENYEBAB DEFECT PADA PROSES PRODUKSI FRESTEA JASMINE RGB 220 ML LINE 8 PT. COCA COLA AMATIL INDONESIA CENTRAL JAVA Pringgo Widyo Laksono 1, Mega Aria Pratama 2 1,2 Laboratorium Sistem Produksi,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka Sugondo (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh ketebalan pada kualitas produk plastik dan mampu bentuk dengan menggunakan simulasi pada proses injeksi. Penelitian

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Ukuran Shap Corner Terhadap Cacat Sink Mark dan Mampu Alir

Studi Pengaruh Ukuran Shap Corner Terhadap Cacat Sink Mark dan Mampu Alir Studi Pengaruh Ukuran Shap Corner Terhadap Cacat Sink Mark dan Mampu Alir Amelia Sugondo 1, Ian H. Siahaan 2 Dosen Jurusan Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra 1,2 E-mail: amelia@petra.ac.id, ian@petra.ac.id

Lebih terperinci

Universitas Kristen Maranatha

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perpustakaan Terintegrasi (PTUKM) merupakan pengintegrasian dari perpustakaan terdistribusi yang sebelumnya dimiliki oleh fakultas-fakultas yang terdapat di (UKM). Pengintegrasian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Cahyadi (2010) penelitian yang berjudul Analisis Parameter Operasi pada Proses Plastik Injection Molding untuk Pengendalian Cacat Produk meneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah material plastik dengan suhu tinggi dimasukkan kedalam mold, kemudian material

Lebih terperinci

11.1 Pemrosesan Material Plastik

11.1 Pemrosesan Material Plastik 11.1 Pemrosesan Material Plastik Banyak proses yang digunakan untuk mengubah granula, pelet plastik menjadi bentuk produk seperti lembaran, batang, bagian terekstrusi, pipa atau bagian cetakan yang terselesaikan.

Lebih terperinci

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA)

USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE EFFECT ANALYSIS DAN FAULT TREE ANALYSIS (FTA) Reka Integra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Industri Itenas.02 Vol.4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Aprili 2016 USULAN PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK STANG ENGKOL DI PRODUSEN SENJATA MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA DESAIN MOLD SEBAGAI SOLUSI VISUALISASI NYATA DALAM DESAIN INJECTION MOLD Studi Kasus: Perancangan Mold Piring

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA DESAIN MOLD SEBAGAI SOLUSI VISUALISASI NYATA DALAM DESAIN INJECTION MOLD Studi Kasus: Perancangan Mold Piring SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA DESAIN MOLD SEBAGAI SOLUSI VISUALISASI NYATA DALAM DESAIN INJECTION MOLD Studi Kasus: Perancangan Mold Piring Hariyanto Gunawan (1 dan Stefanus Ongkodjojo (2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI iii HALAMAN PERSEMBAHAN iv HALAMAN MOTTO v KATA PENGANTAR vi ABSTRACT viii ABSTRAKSI ix DAFTAR ISI x DAFTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Injection molding adalah proses pembentukan plastik dengan. cara melelehkan material plastik yang kemudian diinjeksikan ke

BAB I PENDAHULUAN. Injection molding adalah proses pembentukan plastik dengan. cara melelehkan material plastik yang kemudian diinjeksikan ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Injection molding adalah proses pembentukan plastik dengan cara melelehkan material plastik yang kemudian diinjeksikan ke dalam sebuah cetakan (mold). Dengan teknik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijabarkan tentang tinjauan pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. II.1 Sejarah FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Didalam

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENGERTIAN MOLD Mold (cetakan) adalah adalah rongga tempat material leleh (plastik atau logam) memperoleh bentuk. Mold terdiri dari dua bagian yaitu pelat bergerak (moveable

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL 49 BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Pembahasan Pengolahan data dilakukan berdasarkan record non-conformance/defective yang disusun dalam tabel potensi dan efek kegagalan sebagai berikut : Tabel 5.1 Potential

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS FMEA Pada Sepeda Motor Honda Absolute Revo Produksi Tahun 2009 39 BAB III FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS 3.1 Pengertian FMEA Adalah sebuah proses analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kegagalan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau BAB V ANALISA HASIL 5.1 Definisi Cacat a. Belang Dari hasil pengolahan data sebelumnya terlihat bahwa jenis cacat belang merupakan jenis cacat terbanyak. Jenis cacat belang merupakan jenis cacat dimana

Lebih terperinci

OPTIMASI CACAT SHRINKAGE PRODUK CHAMOMILE 120 ML PADA PROSES INJECTION MOLDING DENGAN METODE RESPON SURFACE

OPTIMASI CACAT SHRINKAGE PRODUK CHAMOMILE 120 ML PADA PROSES INJECTION MOLDING DENGAN METODE RESPON SURFACE OPTIMASI CACAT SHRINKAGE PRODUK CHAMOMILE 120 ML PADA PROSES INJECTION MOLDING DENGAN METODE RESPON SURFACE Yuni Hermawan Jurusan Teknik Mesin -Fakultas Teknik - Universitas Jember Email: yunikaka@yahoo.co.id

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Jurusan Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra E-mail: amelia@petra.ac.id, ninukj@petra.ac.id T E K N O S I M

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian digunakan untuk mempersempit permasalahan yang diteliti, sehingga dapat membahas dan menjelaskan permasalahan secara tepat. Pada

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Lukman Arhami. Perencanaan strategi..., FT UI., Universitas Indonesia

3. METODE PENELITIAN. Lukman Arhami. Perencanaan strategi..., FT UI., Universitas Indonesia 69 3. METODE PENELITIAN Untuk menyelesaikan permasalahan, maka perlu disusun langkah-langkah penyelesaian masalah sebagai berikut : Keterangan flowchart : 1. Survey Pendahuluan Studi litaratur dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM :

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM : NAMA PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM : 22410181 JURUSAN : TEKNIK MESIN PENDAHULUAN Dewasa ini, pemakaian barang-barang yang

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUK SPION PS 135 DENGAN PENGATURAN PARAMETER INJECTION TIME MATERIAL PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) PADA PROSES INJECTION MOLDING

ANALISIS PRODUK SPION PS 135 DENGAN PENGATURAN PARAMETER INJECTION TIME MATERIAL PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) PADA PROSES INJECTION MOLDING ANALISIS PRODUK SPION PS 135 DENGAN PENGATURAN PARAMETER INJECTION TIME MATERIAL PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) PADA PROSES INJECTION MOLDING Singgih Fitriyanto, Yuyun Estriyanto dan Danar Susilo Wijayanto

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES PENDINGINAN TERHADAP SHINKAGE DAN DIMENSI PRODUK TS PLUG 1 BERBAHAN PVC PADA INJECTION MOLDING

PENGARUH PROSES PENDINGINAN TERHADAP SHINKAGE DAN DIMENSI PRODUK TS PLUG 1 BERBAHAN PVC PADA INJECTION MOLDING PENGARUH PROSES PENDINGINAN TERHADAP SHINKAGE DAN DIMENSI PRODUK TS PLUG 1 BERBAHAN PVC PADA INJECTION MOLDING Edi Sunarto 1), Ir. Estu Prayogi M.KKK 2) 1), 2) Jurusan Teknik Mesin, Universitas Pancasila

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peraturan pemerintah No. 70 tahun 2009 tentang konservasi energi.

BAB I PENDAHULUAN. peraturan pemerintah No. 70 tahun 2009 tentang konservasi energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Sumber daya energi sangatlah penting, kelangkaan sumber daya energi dan cadangan sumber daya yang semakin terbatas membuat hampir seluruh dunia menjadikan permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan. dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat,

BAB I PENDAHULUAN. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan. dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat, praktis, ringan dan tentu saja modern.

Lebih terperinci

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Langkah Tindakan Persamaan Hasil 1 Proses apa yang ingin diketahui? Produk kacang garing 2 Berapa jumlah Standart inventory (safety stock )?

Lebih terperinci

Polyvinyl chloride (PVC) merupakan termasuk salah jenis plastik yang paling

Polyvinyl chloride (PVC) merupakan termasuk salah jenis plastik yang paling 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hampir dapat dipastikan bahwa abad 21 merupakan abad polimer. Plastik, serat, elastomer, bahan perekat (adhesive), protein, sellulosa semuanya merupakan istilah umum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plastik adalah suatu polimer yang mempunyai sifat thermosensitive di mana apabila suatu plastik mengalami perubahan kondisi thermal maka akan berpengaruh terhadap sifat

Lebih terperinci

STUDI PENYUSUTAN PRODUK HASIL INJEKSI PLASTIK DENGAN SALURAN PENDINGIN LURUS DAN TANPA SALURAN PENDINGIN

STUDI PENYUSUTAN PRODUK HASIL INJEKSI PLASTIK DENGAN SALURAN PENDINGIN LURUS DAN TANPA SALURAN PENDINGIN TUGAS AKHIR STUDI PENYUSUTAN PRODUK HASIL INJEKSI PLASTIK DENGAN SALURAN PENDINGIN LURUS DAN TANPA SALURAN PENDINGIN Tugas Akhir ini disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ CAUSES OF DEFECT ANALYSIS IN THE ASSEMBLY

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan perhitungan, pengukuran arah longitudinal dan transversal dengan metode mean (rata-rata) diperoleh nilai minimum sink mark pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH KETEBALAN PADA KUALITAS DAN MAMPU BENTUK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI PADA PROSES INJECTION MOLDING (STUDI KASUS: MODEL GELAS)

KAJIAN PENGARUH KETEBALAN PADA KUALITAS DAN MAMPU BENTUK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI PADA PROSES INJECTION MOLDING (STUDI KASUS: MODEL GELAS) KAJIAN PENGARUH KETEBALAN PADA KUALITAS DAN MAMPU BENTUK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI PADA PROSES INJECTION MOLDING (STUDI KASUS: MODEL GELAS) Amelia Sugondo Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Weta Hary Wahyunugraha 2209100037 Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

Analisa Variasi Tekanan dan Temperatur Untuk Produk Fishing Lure

Analisa Variasi Tekanan dan Temperatur Untuk Produk Fishing Lure Analisa Variasi Tekanan dan Temperatur Untuk Produk Fishing Lure Mesin Injeksi Molding Sederhana Dengan Menggunakan Metode Simulasi Slamet Arief Hariadi 1. Budi Baharudin 1 S.T Tugas Akhir,Teknik Mesin,Politeknik

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN Pembahasan pada bab ini menanalisa hasil pendefinisian permasalahan pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah ditetapkan. 5.1 Analyze Dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Mold Review Mold lama yang digunakan dalam memproduksi Bobbin A K25G adalah jenis injection molding. Mold lama ini menggunakan system hot runner. Mold ini sendiri

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Bahan Perancangan Bahan perancangan adalah produk glove box dengan mengambil sampel pada produk yang sudah ada, tetapi hanya sebagai acuan tidak menyerupai dimensi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Sistem pengolahan limbah botol diharapkan dapat dimanfaatkan kembali sebagai suatu bahan baru. Dengan suatu teknologi pembuatan, hasil pemanfaatan sampah secara

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Jenis Cacat Berdasarkan hasil dari diagram pareto yang telah dibuat, dapat dilihat persentase masing-masing jenis cacat, yaitu cacat Haze dengan persentase sebesar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Dasar Menyatakan polypropylene (PP) diperkenalkan sejak tahun 1950 dan saat ini menjadi plastik utama yang banyak digunakan dalam pembuatan produk plastik. Polypropylene

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin dibutuhkannya produk plastik di pasaran konsumen dimasa era ini, material plastik banyak macam type sesuai dengan pemakaiannya. Salah satu pemakai

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PARAMETER INJEKSI UNTUK MINIMASI SHRINKAGE, SINK MARKS DAN WARPAGE PADA INDUSTRI MOLD MODERN

OPTIMALISASI PARAMETER INJEKSI UNTUK MINIMASI SHRINKAGE, SINK MARKS DAN WARPAGE PADA INDUSTRI MOLD MODERN OPTIMALISASI PARAMETER INJEKSI UNTUK MINIMASI SHRINKAGE, SINK MARKS DAN WARPAGE PADA INDUSTRI MOLD MODERN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BOTOL MILKY DI PT. LURINA PLASTIK INDUSTRIES, CIKARANG

PROSES PEMBUATAN BOTOL MILKY DI PT. LURINA PLASTIK INDUSTRIES, CIKARANG PROSES PEMBUATAN BOTOL MILKY DI PT. LURINA PLASTIK INDUSTRIES, CIKARANG Nama : Mokhammad Roiful Anis NPM : 24411599 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Doddi Yuniardi, ST., MT. Latar Belakang Saat ini

Lebih terperinci

SEBAB KEGAGALAN WELDING PLASTIK

SEBAB KEGAGALAN WELDING PLASTIK Welding berarti menaikkan temperature material sampai batas thermoplastik dengan memberikan tekanan sehingga molekul bergerak pada posisi yang baru, dan menciptakan daerah homogen yang baru saat temperature

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

Ilmu Bahan. Bahan Polimer

Ilmu Bahan. Bahan Polimer Ilmu Bahan Bahan Polimer Bahan Polimer Polimer disebut juga makromolekul merupakan molekul besar yang dibentuk dengan pengulangan molekul sederhana yang disebut monomer. Polimer berasal dari dua kata :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Setiap produk diharapkan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan konsumen. Salah satu hal yang menjadi kebutuhan konsumen yaitu kualitas produk yang digunakan.

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04 PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : 23410668 KELAS : 4IC04 ABSTRAKSI Salah satu pembuatan produk botol oli di PT. Dynaplast ini adalah

Lebih terperinci

1 UNIVERSITAS MEDAN AREA

1 UNIVERSITAS MEDAN AREA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hal utama yang harus diperhatikan pada proses transfer molding dengan teknologi yang berinovasi tinggi atau otomatis adalah: 1) Mampu memindahkan fluida air ke dalam

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. memproduksi MCB (Mini Circuit Breaker). PT ABC berproduksi selama lima hari

BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA. memproduksi MCB (Mini Circuit Breaker). PT ABC berproduksi selama lima hari BAB IV PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT ABC Indonesia merupakan suatu industri PMA milik Jerman yang memproduksi MCB (Mini Circuit Breaker). PT ABC berproduksi selama lima hari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan

Lebih terperinci

FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1

FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1 ISSN 1979-2409 FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1 Iwan Setiawan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, Kawasan Puspiptek, Serpong ABSTRAK FMEA SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN MULAI STUDI PENDAHULUAN STUDI PUSTAKA IDENTIFIKASI MASALAH PENGUMPULAN DATA Data Primer Data Sekunder PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA Diagram Paretto Diagram Fishbone FMEA Merancang

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU, TEKANAN DAN WAKTU PENDINGINAN TERHADAP CACAT WARPAGE PRODUK BERBAHAN PLASTIK

PENGARUH SUHU, TEKANAN DAN WAKTU PENDINGINAN TERHADAP CACAT WARPAGE PRODUK BERBAHAN PLASTIK PENGARUH SUHU, TEKANAN DAN WAKTU PENDINGINAN TERHADAP CACAT WARPAGE PRODUK BERBAHAN PLASTIK Arif Rahman Hakim Dosen Tetap Prodi Teknik Mesin Universitas Riau Kepulauan Batam Abstrak Pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan. bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan. bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penggunaan material plastik sebagai bahan komponen kendaraan bermotor, peralatan listrik, peralatan rumah tangga, dan berbagai keperluan seperti untuk medical, textiles,

Lebih terperinci