BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA"

Transkripsi

1 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan dalam penulisan skipsi ini merupakan data sekunder, dimana data tersebut berasal dari proses observasi serta wawancara terhadap team engineering dan team quality yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini Data produk dan spesifikasi material Data dimensi aktual dikumpulkan dari hasil data wawancara. Wawancara yang dilakukan pada bagian quality dan enginering produk. Gambar 4.1 Produk Plastik Handle. Data material yang dipakai oleh produk Plastik Handle : Family name : Polyethylenes ( PE ) Trade name Manufacturer : Titanvene HD6070EA : PT. Titan Petrokimia Nusantara

2 71 Family Abbreviation : High Density Polyethylene (HDPE) Temperatur in machine : 200 C to 240 C Melt Flow Rate : 7,6 g/10 min Melting Point : 132 C Tensile Strength at yield: 27 Mpa Flexural Modulus : 1500 Mpa Hardness ( Shore D) : Data Spesifikasi Mesin Injection Data spesifikasi teknis mesin injection yang digunakan di dalam produksi Plastik Handle dikumpulkan dari hasil wawancara dengan team produksi. Data tersebut sebagai berikut : Merk mesin injection : LG 170 T Heater capacity Clamp stroke Clamp force : 102 Kw : 670 mm : 168 mm Screw diameter : 40 mm Injection Pressure Injection capacity : 2318 kg/cm² : 282 cm³ Shot weight : 47 g Injection rate : 134 cm³/sec Plasticizing capacity : 76 kg/hr

3 72 Mold height : 190 mm Distance between tie bars : 515 x 515 mm Sumber : PT. Dharma Poliplast Gambar 4.2 Mesin Injection Plastik Handle. Parameter lainnya : Temperatur setting Product weight Runner weight Cycle Time : C : 37.5 ± 2 gr : gr (R/L) : 105 detik Data reject dan produk Data reject dari produk PT. DPP yang diproduksi untuk PT. DSE adalah sebagai berikut :

4 73 Tabel 4.1 Data Reject Product Periode Data Reject Bulanan ( per pcs ) Plastik Handle Insert Handle Baby Seat Reject Total Total Total Reject Reject Produksi Produksi Produksi Januari Pebruari Maret April Mei Juni TOTAL Sumber : Bagian Quality PT. DPP Data jenis defect. Data jenis defect dikumpulkan dari hasil data wawancara. Wawancara yang dilakukan pada bagian produksi dan bagian desain dilakukan untuk lebih mengetahui tentang jenis defect yang dianggap oleh management memang sering terjadi : a) Flowmark adalah defect visual yang biasanya terjadi karena tidak meratanya suhu aliran plastik saat melalui cavity. Flowmark biasanya sering terjadi pada bagian leher benda. b) Dirty oil adalah defect visual yang ditandai adanya bercak-bercak seperti oil pada permukaan produk. c) Black Spot adalah defect visual yang ditandai adanya bintik yang merekat pada permukaan produk. Defect ini biasanya terjadi karena material dasarnya terkontaminasi oleh kotoran. d) Flashing adalah defect visual yang ditandai oleh adanya bentuk tumpahan plastik yang melebihi dari cavity, sehingga untuk memperbaikinya harus melalui proses pemotongan plastik yang berlebih e) Yellow Spot adalah defect visual yang ditandai adanya bercak kuning seperti terbakar pada permukaan produk.

5 74 f) Slanting adalah defect bentuk yang ditandai dengan bengkoknya permukaan produk karena tertimpa tumpukan. g) Scratch adalah defect visual yang terjadi karena upaya perbaikan terhadap deffect flashing. Ditandai dengan adanya goresan pada permukaan produk. h) Warpage adalah defect visual yang ditandai dengan adanya produk yang tidak merata akibat kurangnya pendinginan Dimensi aktual dan molding produk Data dimensi aktual dikumpulkan dari hasil data wawancara. Wawancara yang dilakukan pada bagian enginering produk. Sumber : PT. DPP Gambar 4.3 Core Molding

6 75 Sumber : PT. DPP Gambar 4.4 Cavity Molding Tabel 4.2. Dimensi Aktual Molding Runner System Mold Base Cooling System Diameter D. Awal : 4 mm Panjang Diameter Sprue D. Akhir : 12 mm (x) axis 450 mm Saluran Cooling 12 mm Diameter Lebar Diameter Runner 8 mm (y) axis 400 mm Inlet & Nose 12 mm Diameter Tinggi Diameter Gate 13 mm (z) axis 350 mm Buffle 0 mm T.Cavity 90 mm Tinggi Buffle 0 mm T. Core 260 mm Suhu Cairan 15 C Material Bahan Baja S. Star Jenis Cairan Air Material Base S45C Keterangan lain : Lebar antar benda : 85 mm Jarak antar saluran Cooling : 42 mm

7 Data penilaian performa kualitas Data ini diambil dengan tujuan untuk menilai performa kualitas baik dilihat dari kebutuhan, kondisi kualitas dan kompetitor maupun kemampuan dan spesifikasi produk. Data penilaian performa kualitas dikumpulkan dari hasil data wawancara. Wawancara yang dilakukan pada bagian quality dan engineering Kebutuhan apa yang diharapkan dapat terpenuhi dari PT DPP untuk produk plastik handle di PT. DSE? Dan seberapa penting kebutuhan tersebut bagi PT. DSE? ( Paling tinggi = 5 sampai paling rendah = 1 ). Jawab : 1. Produk harus dapat berfungsi dengan baik. (5) 2. Produk tidak cacat secara visual, contohnya goresan, warna, glossy, shrink mark, overcut dll (4) 3. Produk tidak cacat secara bentuk, produk harus sesuai dengan standart produk ( baik kondisi permukaan, fungsional, packaging, dan dimensi ) (4) 4. Pengiriman barang harus tepat jumlah dan tepat waktu, diusahakan tidak ada kekurangan jumlahnya dan tidak ada keterlambatan waktu di dalam pengiriman. (5)

8 77 5. Dapat dengan mudah melacak penyebab defect dari cetakan dengan memberikan penomoran atau tanda pada cetakan. Sehingga mudah diketahui batch produk mana yang cacat.(4) Bagaimana kondisi kualitas PT. DPP dalam pemenuhan produk yang diharapkan oleh PT. DSE? ( Paling penting = 5 sampai paling tidak penting = 1 ). Jawab : 1. Produk harus dapat berfungsi dengan baik. (4) 2. Produk tidak cacat secara visual, contohnya goresan, warna, glossy, shrink mark, overcut dll (2) 3. Produk tidak cacat secara bentuk, produk harus sesuai dengan standart produk ( baik kondisi permukaan, fungsional, packaging, dan dimensi ) (3) 4. Pengiriman barang harus tepat jumlah dan tepat waktu, diusahakan tidak ada kekurangan jumlahnya dan tidak ada keterlambatan waktu di dalam pengiriman. (3) 5. Dapat dengan mudah melacak penyebab defect dari cetakan dengan memberikan penomoran atau tanda pada cetakan. Sehingga mudah diketahui batch produk mana yang cacat.(4)

9 Bagaimana target kualitas apa yang diharapkan dapat terpenuhi dari PT. DPP untuk kebutuhan PT. DSE? ( Paling terbaik = 5 sampai paling terburuk = 1 ). Jawab : 1. Produk harus dapat berfungsi dengan baik. (5) 2. Produk tidak cacat secara visual, contohnya goresan, warna, glossy, shrink mark, overcut dll (5) 3. Produk tidak cacat secara bentuk, produk harus sesuai dengan standart produk ( baik kondisi permukaan, fungsional, packaging, dan dimensi ) (5) 4. Pengiriman barang harus tepat jumlah dan tepat waktu, diusahakan tidak ada kekurangan jumlahnya dan tidak ada keterlambatan waktu di dalam pengiriman.. (5) 5. Dapat dengan mudah melacak penyebab defect dari cetakan dengan memberikan penomoran atau tanda pada cetakan. Sehingga mudah diketahui batch produk mana yang cacat.(5) Bagaimana kemampuan kompetitor ( PT. DPM ) dalam memenuhi kebutuhan yang diharapkan untuk PT. DSE? ( Paling terbaik = 5 sampai paling terburuk = 1 ). Jawab : 1. Produk harus dapat berfungsi dengan baik. (4)

10 79 2. Produk tidak cacat secara visual, contohnya goresan, warna, glossy, shrink mark, overcut dll (3) 3. Produk tidak cacat secara bentuk, produk harus sesuai dengan standart produk ( baik kondisi permukaan, fungsional, packaging, dan dimensi ) (3) 4. Pengiriman barang harus tepat jumlah dan tepat waktu, diusahakan tidak ada kekurangan jumlahnya dan tidak ada keterlambatan waktu di dalam pengiriman. (3) 5. Dapat dengan mudah melacak penyebab defect dari cetakan dengan memberikan penomoran atau tanda pada cetakan. Sehingga mudah diketahui batch produk mana yang cacat.(3) Bagaimana kemampuan PT. DPP terhadap spesifikasi teknik yang telah ditentukan pemenuhannya oleh PT. DSE? ( Paling tinggi = 5 dan paling rendah = 1 ). Jawab : Spesifikasi teknik yang dibuat merupakan terjemahan dari kebutuhan pelanggan yang telah diketahui pada awal pertanyaan wawancara, yaitu : a) Desain molding.(3) b) Sertifikat material produk.(3) c) Parameter mesin yang sesuai.(5) d) Cycle time produksi. (5)

11 80 e) Penomoran pada tiap cavity(5) f) Mixing material.(4) g) Tekanan injeksi mesin yang tepat.(3) h) Penempatan cooling channel yang sesuai.(4) i) Suhu cairan cooling.(4) j) Volume air cooling.(3) k) Ukuran cooling channel.(4) Bagaimana kemampuan kompetitor terhadap spesifikasi teknik yang telah ditentukan dalam pemenuhan pada PT. DSE? ( Paling tinggi = 5 dan paling rendah = 1 ). Jawab : a) Desain molding.(3) b) Sertifikat material produk.(3) c) Parameter mesin yang sesuai.(4) d) Cycle time produksi. (4) e) Penomoran pada tiap cavity(4) f) Mixing material.(3) g) Tekanan injeksi mesin yang tepat.(4) h) Penempatan cooling channel yang sesuai.(4) i) Suhu cairan cooling.(4) j) Volume air cooling.(3)

12 81 k) Ukuran cooling channel.(4) Bagaimana target spesifikasi yang ingin dicapai PT. DPP untuk pemenuhan kebutuhan PT. DSE? ( Paling tinggi = 5 dan paling rendah = 1 ). Jawab : a) Desain molding.(5) b) Sertifikat material produk.(4) c) Parameter mesin yang sesuai.(5) d) Cycle time produksi. (5) e) Penomoran pada tiap cavity(5) f) Mixing material.(4) g) Tekanan injeksi mesin yang tepat.(5) h) Penempatan cooling channel yang sesuai.(5) i) Suhu cairan cooling.(4) j) Volume air cooling.(4) k) Ukuran cooling channel.(5) Data penilaian alternatif pada tiap kriteria Sebelumnya telah dibahas beberapa usulan yang dapat dilakukan untuk menghasilkan perbaikan hasil produk plastik handle. Berdasarkan alternatif perbaikan yang telah diusulkan kepada pihak PT.

13 82 DPP tersebut, dibuatlah sebuah hierarki yang memuat beberapa kriteria pemilihan alternatif guna mendapatkan usulan terbaik yang dapat diaplikasikan pada PT. DPP seperti dibawah ini : Gambar 4.5 Hierarki Pemilihan Usulan Terbaik Setelah menjabarkan hierarki diatas, dilakukan pemberian nilai terhadap tiap alternatif pada masing-masing kriteria berdasarkan hasil observasi dan wawancara seperti dibawah ini : Kriteria Biaya Tabel 4.3 Penilaian Kriteria Biaya Standar Cooling Desain Standar Cooling Desain

14 83 Tabel 4.4 Penilaian Kriteria Waktu Standar Cooling Desain Standar Cooling Desain Tabel 4.5 Penilaian Kriteria Hasil Standar Cooling Desain Standar Cooling Desain Tabel 4.6 Penilaian Effisiensi Material Standar Cooling Desain Standar Cooling Desain Selain penilaian terhadap masing-masing alternatif, turut diberikan juga penilaian mengenai perbandingan anatara kriteria-kriteria yang digunakan dalam melakukan proses pemilihan kriteria terbaik. Berikut ini merupakan tabel yang berisikan nilai-nilai perbandingan dari kriteria yang digunakan : Perbandingan antar Kriteria :

15 84 Tabel 4.7 Perbandingan antar Kriteria Biaya Waktu Hasil Effisiensi Biaya Waktu Hasil Effisiensi Pengolahan Data Penentuan Proses Function untuk Perbaikan Dalam menentukan proses perbaikan, maka dilakukan analisa sesuai dengan fungsi yang ada. Analisa tersebut meliputi : Pertama yang dilakukan adalah melaksanakan Diagram Pareto, untuk mengetahui penyebab dominan dan menetapkan prioritas perbaikan. Setelah mengetahui penyebab yang dominan, maka dilakukan identifikasi masalah yang

16 85 ada dengan menjabarkannya melalui kelompok sebab- akibat, sehingga diketahui faktor apa yang menjadi penyebab terjadinya defect. Untuk selanjutnya dilakukan pengolahan identifikasi masalah dan pengolahan potensi kegagalan dan ketidaksesuaian pada proses produksi, serta hal tersebut mempunyai dampak kepada pelanggan bila mode kegagalan itu tidak dicegah atau dikoreksi. Menggunakan metode FMEA ( Failure Methode And Effect Analysis ). Semua metode diatas digunakan untuk dapat menentukan dan mengidentifikasi kebutuhan, keinginan dan ekspektasi pelanggan/konsumen dan menerjemahkannya ke dalam perencanaan yang spesifik untuk proses produksi. Dengan menggunakan Tools yang dinamakan QFD ( Quality Function Deployment ). Setelah itu kemudian dilaksanakan Trial and Error pada proses dan produk dengan menggunakan Analisa memakai Software Moldflow Pareto Diagram quality. Data dikumpulkan dari hasil wawancara dengan team engineering dan

17 86 Gambar 4.6 Perincian per bulan deffect pada plastik handle Gambar 4.7 Diagram Pareto pada Deffect Plastik Handle Fishbone Diagram Berdasarkan Fishbone diagram yang menggambarkan defect pada Plastik Handle dapat terlihatkan empat faktor penyebab terjadinya defect yaitu faktor Man, Material, Machine, dan Method.

18 87 Gambar 4.8 Fishbone penyebab cacat produk plastik handle Dari keempat faktor, yang paling dominan adalah faktor Method ( data pendukung dapat terlihat dalam lampiran ). Dari Hasil Fishbone diagram dapat terliha defect yang pada saat pengumpulan data tidak diketemukan yaitu Warpage. Warpage adalah defect bentuk yang ditandai dengan bergelombangnya permukaan plastik handle Quality Function of Deploymen

19 88 Gambar 4.9 Quality Function of Deploymen Dalam menentukan Customer Importance, dilakukan dengan cara wawancara baik dengan team quality maupun engineering. Hal yang menjadi kriteria dapat terlihat didalam Customer Satisfaction Index yang dilaksanakan

20 89 oleh PT. Dharma Poliplast terhadap customer produk plastik handle yaitu PT. Dharma Supermarket Equipment. Dalam kolom Direction of Improvement, dilakukan wawancara dengan team engineering dan produksi untuk melihat unsur-unsur yang memiliki hubungan yang ada di Customer Importance. Untuk menentukan Matrik Relationship, berisikan kekuatan hubungan antara persyaratan teknis dari produk yang dikembangkan ( Direction of Improvement) dengan persyaratan pelanggan yang mempengaruhinya ( Customer Importance ). Untuk hubungan antara kepuasan pelanggan dengan persyaratan teknis, ada emapat kemungkinan korelasi : Nilai Nol ( 0 ) merupakan perubahan pada persyaratan teknis, tidak akan berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Nilai Satu ( 1 ) merupakan perubahan yang relative besar pada persyaratan teknis, tetapi memberikan sedikit perubahan pada kepuasan pelanggan. Nilai Tiga ( 3 ) merupakan perubahan yang relative besar pada persyaratan teknis, dan memberikan pengaruh yang cukup berarti pada kepuasan pelanggan. Nilai Sembilan ( 9 ) merupakan perubahan yang relative kecil, namun memiliki perubahan yang cukup berarti pada kepuasan pelanggan.

21 90 Untuk korelasi persyaratan teknis, berisikan keterkaitan antar persyaratan teknis yang satu dengan persyaratan teknis yang lain. Ada lima kemungkinan korelasi antar persyaratan teknis : merupakan strong positive impact merupakan positive impact merupakan negative impact merupakan strong negative impact Dalam QFD dapat dilihat hubungan antara kebutuhan PT. DSE dan spesifikasi yang diterjemahkan oleh PT. DPP. Kebutuhan tersebut memiliki lebih dari satu hubungan dengan spesifikasi dari PT. DPP Hal ini terjadi karena pemenuhan dari tiap kebutuhan PT. DSE dipengaruhi oleh beberapa spesifikasi dari PT. DPP. Dari QFD diatas juga dapat dilihat performa dan penilaian terhadap kualitas spesifikasi dari PT. DPP dalam pemenuhan kebutuhan PT. DSE. Contoh perhitungan dapat dilihat dibawah ini : Improvement ratio : Improvement ratio = Goal = 5 4 = 1.25 Company satisfaction performance Raw Weight

22 91 Raw Weught = Importance to customer X Improvement ratio Normalized Raw Weight = 1.25 X 5 = 6.25 Normalized Raw Weight = Raw Weight Raw Weight Total = = Absolute Performance untuk Temperatur saat Produksi Absolute Performance = (1X21.429) + (9X34.284) + (9X22.857) 100 = 5.4 Relative Performance = Absolute Performance Total Absolute Performance = 5.4 x 100% 32.2 = 17 % Metode Failure Measure Effect and Analysis Berdasarkan FMEA yang menggambarkan potensi defect pada Plastik Handle dapat terlihatkan ternilai secara Severity, Occurance,,maupun Detection. Hal ini akan mendeteksi lebih awal mengenai kegagalan terhadap produk jika akan di produksi

23 92 Gambar 4.10 Analisa FMEA pada Plastik Handle Simulasi Software Moldflow Pada simulasi dengan menggunakan software moldflow, disimulasikan proses injection dari produk Plastik Handle. Simulasi yang dilakukan adalah pada Plastik Handle standar ( keadaan aktual pada pabrik), dan pada Plastik Handle yang telah dimodifikasi berdasarkan masukan yang telah di dapat melalui QFD maupun engineering produk di DSE. Terdapat tiga modifikasi yang disimulasikan dengan menggunakan moldflow ini, yaitu modifikasi cooling dengan menambahkan cooling channel pada bagian atas serta merubah bentuk produk disesuaikan dengan fungsi dan efisiensi material dan proses. Peletakan cooling channel yang dimodifikasi dibawah ini didapat melalui

24 93 proses trial & error. Beberapa hasil trial dan error terhadap Plastik Handle dapat dilihat pada bagian Lampiran laporan ini. Melalui proses trial & error, kemudian didapatkan ukuran-ukuran yang dirubah pada desain molding dan juga terdapat penambahan data mengenai letak cooling channel tambahan pada molding. Berikut ini merupakan data ukuran-ukuran untuk modifikasi yang disimulasikan dengan menggunakan software moldflow : Tabel 4.8 Keterangan Dimensi Molding Plastik Handle Modifikasi penambahan cooling channel dan buffle Runner System Mold Base Cooling System Diameter D. Awal : 4 mm Panjang Diameter Sprue D. Akhir : 12 mm (x) axis 450 mm Saluran Cooling 12 mm Diameter Lebar Diameter Runner 8 mm (y) axis 400 mm Inlet & Nose 12 mm Diameter Tinggi Diameter Gate 13 mm (z) axis 350 mm Buffle 12 mm T.Cavity 90 mm Tinggi Buffle 25 mm T. Core 260 mm Suhu Cairan 15 C Material Bahan Baja S. Star Jenis Cairan Air Material Base S45C Keterangan lain : Lebar antar benda Plastik Handle : 85 mm Jarak antar saluran Cooling Bawah : 40 mm Jarak antar saluran Cooling Atas : 20 mm Fill Analysis Plastik Handle Standar

25 94 a) Fill Time Plastik Handle Standar Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.11 Hasil simulasi untuk analisa Fill Time Plastik Handle Standar Keterangan : Dari simulasi di atas didapatkan waktu pengisian yang dibutuhkan adalah detik. Waktu yang ditampilkan disini hanya menunjukkan waktu yang dibutuhkan bagi material agar bisa memenuhi bagian cetakan saja. Hasil analisa pun dapat dikatakan baik karena waktu pengisian yang dinyatakan dengan warma pada gambar, memiliki distribusi yang merata pada setiap lokasi / bagian dalam proses pengisian material, sehingga tidak ada pengisian pada benda yang selesai lebih dahulu. b) Plastic Flow Plastik Handle standar

26 95 Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.12 Hasil Simulasi untuk Analisa Plastic Flow Plastik Handle Standar Keterangan : Dari simulasi diatas, menyatakan bahwa seluruh bagian cetakan produk telah terisi penuh oleh material plastik yang diinjeksi. Selain itu juga, pada simulasi dapat dilihat juga bahwa seluruh material plastik berhenti mengalir pada waktu bersamaan pula, sehingga kemungkinan setiap part untuk terisi penuh cukup besar. Hasil yang didapat pada gambar diatas berdasarkan parameter setting list yang telah ditentukan sebelumnya. c) Quality Prediction Plastik Handle Standar

27 96 Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.13 Hasil simulasi untuk analisa Quality Prediction Plastik Handle Standar Keterangan : Dari simulasi di atas menunjukkan tingkat kualitas dari bagian-bagian Plastik Handle standar setelah proses pengisian. Untuk tingkat kualitas High sebesar 33.2 % dengan berlokasi di sisi produk Plastik Handle, lalu untuk tingkat medium sebesar 66.6 % dan tingkat kualitas low 0.13 %. Untuk bagian High dapat dikatakan memiliki kemungkinan bahwa bagian tersebut akan memiliki kualitas yang baik, sedangkan untuk medium menyatakan kualitas bagian tersebut dapat diterima namun perlu diperhatikan dan terakhir untuk low maka kualitas bagian tersebut tidak dapat diterima sehingga perlu diadakan perbaikan. Tampilan pada hasil simulasi ini memberikan standart kualitas sesuai dengan persepsi Moldflow, namun ini bergantung pada pihak produsen apakah kualitas tersebut masih memenuhi batas toleransi yang dapat diterima.

28 97 d) Confidence of Fill Platik Handle Standar Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.14 Hasil simulasi untuk analisa Confidence of fill Plastic Handle Standar Keterangan : Gambar di atas menunjukkan persentase kemampuan material untuk mengisi seluruh bagian cetakan molding, untuk analisa di atas persentasenya adalah 100 % yaitu seluruh material akan mampu terisi ke dalam cetakan secara penuh. e) Pressure at End of Fill Plastik Handle Standar

29 98 Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.15 Hasil Simulasi untuk analisa Pressure at End of Fill Plastik Handle Standar Keterangan : Dari hasil simulasi di atas, diketahui bahwa dibutuhkan tekanan sebesar Mpa agar seluruh bagian material plastik dapat mengisi seluruh bagian cetakan molding. Warna pada gambar menunjukkan besarnya tekanan pada lokasilokasi tertentu pada saat proses pengisian terjadi. Tekanan terkuat terjadi pada plastik handle sebelah kiri, sementara tekanan paling rendah ( 0 atau 1 Mpa ) terjadi pada ujung benda Plastik Handle sebelah kiri. Nilai gradien tekanan di samping merupakan keterangan dari perbedaan nilai tekanan antar lokasi. f) Temperature of Flow Front Platik Handle Standar

30 99 sumber : Software moldflow 8.1 Gambar 4.16 Hasil simulasi untuk analisa Temperature at Flow Front Plastik Handle Standar. Keterangan : Dari hasil simulasi di atas, menunjukkan besarnya temperatur aliran material ( flow front) plastik saat proses injeksi yang terdapat pada lokasi-lokasi tertentu. Besaran suhunya ditunjukan dengan warna pada keterangan di samping gambar, lokasi terpanas berada di bagian plastik handle ( C ) sedangkan lokasi dengan suhu terendah berada pada bagian lubang screw dan sisi handle ( C ). Interval perbedaan suhu pada setiap lokasi sebesar 0.4 C. g) Air Traps Plastik Handle Standar

31 100 Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.17 Hasil Simulasi untuk Analisa Air Traps Plastik Handle Standar. Keterangan : Pada gambar di atas menunjukkan terdapat ruang-ruang udara pada lokasi ujung handle dari benda Plastik Handle, bentuknya biasa berupa rongga-rongga udara (bubble) dan terdapat pada permukaan benda maupun pada bagian dalamnya. Untuk ukuran air trap pada hasil ini kemungkinan sangat kecil (milimeter atau mikron), sehingga terkadang tidak terlalu disadari namun dapat mengganggu penampilan benda secara visual. h) Orientation at Skin Plastik Handle standar

32 101 Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.18 Hasil simulasi untuk analisa Orientation at Skin Plastik Handle standar Keterangan : Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa simulasi Orientation at skin menunjukkan orientasi / kebiasaan arah aliran molekul-molekul material saat proses injeksi. Untuk gambar 4.18 arah aliran material plastik bergerak searah dan berusaha untuk memenuhi cetakan. Lalu jika lebih diperhatikan lagi pada bagian radius plastik handle, garis-garis arah aliran material bertemu dan bertubrukan satu sama lain, hal ini bisa saja menimbulkan masalah dalam bentuk maupun visual dari benda. i) Weld Lines Plastik Handle Standar

33 102 Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.19 Hasil Simulasi untuk Analisa Weld Lines Plastik Handle standar. Keterangan : Dari gambar 4.19 di atas dapat dilihat adanya kemungkinan terjadinya / terbentuknya suatu garis-garis yang akan timbul pada produk Plastik Handle baik di bagian permukaannya ataupun pada bagian dalam. Untuk simulasi pada Platik Handle standar, garis-garis ini terdapat pada bagian stopper handle. Garis-garis tersebut merupakan hasil pertemuan dua aliran material yang berbeda secara sifatnya ( kecepatan, suhu, dll). Garis ini biasa berukuran sangat kecil serta hanya membuat cacat secara visual, namun tetap acceptable karena secara fungsu benda tetap dapat digunakan Cool Analysis Plastik Hande Standar a) Circuit Reynolds Number Plastik Handle Standar

34 103 Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.20 Hasil Simulasi untuk Analisa Circuit Reynolds Number Plastik Handle Standar Keterangan : Gambar di atas menunjukkan nilai Reynolds yang dihasilkan pada sistem pendingin molding, dengan nilainya berada dalam range tertinggi sampai nilai range terendah b) Circuit Coolant Temperature Plastik handle Standar

35 104 Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.21 Hasil Simulasi untuk Analisa Coolant Temperatur Plastik Handle Standar Keterangan : Dari gambar di atas menunjukkan besarnya suhu cairan pendingin yang ratarata bernilai C, dengan suhu yang makin tinggi seiring dengan cairan melewati saluran pendingin. Gradien pertambahan meningkat secara konstan dari C menjadi C, hal ini dapat dikatakan normal karena memang tujuan dari sistem pendinginan untuk memindahkan panas dari molding ke saluran tersebut. Warna keterangan disamping menyatakan besarnya suhu cairan pendingin saat berada dalam lokasi tertentu pada saluran pendinginan. c) Cooling Time Variance Plastik Handle Standar Sumber : Sofware Moldflow 8.1 Gambar 4.22 Hasil Simulasi untuk analisa Cooling Time Variance Plastik Handle standar

36 105 Keterangan : Gambar di atas menunjukkan variasi perbedaan waktu bagi material plastik untuk membeku pada bagian-bagian tertentu. Bagian yang paling lama untuk membeku terletak pada bagian runner yaitu sebesar detik lebih lambat dari rata-rata waktu yang dibutuhkan cairan untuk membeku. Sementara bagian yang paling cepat membeku terletak pada sisi handle dan buangan yaitu detik lebih cepat dari rata-rata waktu membeku. Warna pada bagian keterangan menyatakan variasi perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk membeku secara normal. d) Temperature Part Plastik Handle Standar Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.23 Hasil simulasi untuk Analisa Temperature Part Plastik Handle Standar Keterangan :

37 106 Gambar di atas menyatakan besarnya range/batasan temperatur pada bagianbagian benda Plastik Handle yang akan dihasilkan saat proses produksi nanti. Dari hasil di atas, bagian yang diperkirakan mempunyai temperatur paling tinggi adalah pada bagian dalam handle dengan suhu sebesar C, sedangkan untuk terendahnya dengan suhu C. Hasil dari keterangan suhu yang ditampilkan bisa digunakan untuk menentukan titik panas yang terdapat pada benda. e) Temperature Variance Gambar 4.24 Hasil Simulasi untuk analisa temperature Variance Plastik Handle Standar Keterangan : Gambar di atas menunjukkan variasi perbedaan suhu di lokasi / bagian tertentu pada benda yang dipengaruhi oleh sistem cooling dan desain geometri produk. Sesuai dengan analiasa sebelumnya, bagian yang mempunyai perbedaan suhu paling tinggi terletak pada bagian dalam handle dengan selisih suhu lebih tinggi

38 C dibandingkan dengan suhu rata-rata benda, sedangkan untuk bagian dengan perbedaan suhu terendah selisih suhu lebih rendah C. 4.3 Analisa Analisa keadaan produk yang diproduksi untuk PT. DSE Pada bagian analisa ini, penelitian difokuskan hanya kepada produk dari PT. DPP yang diproduksi untuk PT. DSE. Adapun produk yang diteliti adalah beberapa part assembly dari sebuah produk yang dinamakan Plastik Handle Assembly yang diproduksi oleh PT. DSE, diantaranya yaitu Plastik Handle dan Insert Plastik Handle. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap data historis dari jumlah produk yang mengalami reject dari PT. DSE, dapat terlihat bahwa tingkat reject terhadap produk dari PT. DPP sudah cukup rendah. Hal ini sudah cukup baik, namun sebagai industri yang terus berkembang, perbaikan terus menerus hingga mencapai zero deffect merupakan target dari PT. DPP. Selain itu, PT. DSE juga menargetkan tingkat reject yang kecil dari keseluruhan produk yang diproduksi. Oleh karena itu, PT. DPP harus berusaha mempertahankan dan juga memperbaiki keadaan kualitas dari produknya. Adapun tingkat reject dari produk OEM di PT. DPP yang diproduksi untuk PT. DSE, maka plastik handle merupakan salah satu produk yang difokuskan menjadi perbaikan yang berkesinambungan, selain karena produk

39 108 ini menjadi pareto perbaikan komplain di customer dan produksi yang berjalan continue setiap bulannya Analisa penyebab terjadinya defect pada Plastik Handle Berdasarkan dari penggambaran Fishbone diagram, terlihat empat faktor yang memiliki pengaruh terhadap timbulnya defect pada Plastik Handle. Faktor yang mempengaruhi tersebut antara lain : a) Faktor Material Didalam faktor ini ada beberapa penyebab terjadinya defect pada Plastik Handle. Penyebab tersebut antara lain : Material biji HDPE terkontaminasi, penyebab ini menimbulkan terjadinya defect Blackspot pada plastik handle. Ada 2 cara material HDPE terkena debu, yang pertama saat material berbentuk biji, material tercampur oleh debu. Sehingga kemudian mengalami proses produksi ( injeksi ). Pada produk plastik handle yang dihasilkan akan terlihat bintik hitam, yang menyebabkan adalah biji HDPE yang telah terkontaminasi tadi. Defect ini disebut dengan Blackspot. Kelemahan dara dari bahan HDPE, yaitu dimana material ini akan mudah terbakar/gosong pada suhu tertentu sehingga pengaturan suhunya harus tepat agar masalah ini tidak muncul. Biasanya bila

40 109 suhu terlalu panas, HDPE akan hangus dan mengakibatkan permukaan Plastik Handle mengalami defect karena hangus yang terjadi menimbulkan bekas. Defect ini disebut yellow spot. Material Ejektor jelek, hal ini menyebabkan kurang sempurnanya proses eject benda setelah selesai pada proses injeksi. Hal ini disebabkan oleh tidak kuatnya ejektor untuk melakukan tolakan pada Plastik Handle yang telah selesai di produksi, hal ini disebabkan karena material yang digunakan untuk ejector jelek. Sehingga mudah mengalami korosi. Hal ini dapat menyebabkan defect pada permukaan Plastik Handle yang disebut dirty oil. b) Faktor Machine Dalam faktor ini sebenarnya defect dapat diminimasi jika adanya perhatian yang lebih insentif lagi terhadap kondisi mesin. Penyebab defect pada faktor ini adalah karena terjadinya penumpukan panas dan sisa bahan pada nozzle sehingga dapat menyebabkan bercak pada permukaan Plastik Handle. Hal ini terjadi karena nozzle jarang dibersihkan setelah proses produksi. Penyebab ini dapat menimbulkan defect yang disebut yellow spot. c) Faktor Man Faktor manusia merupakan faktor penyebab yang dapat dihindari bila adanya disiplin yang ketat dan pelatihan terhadap tiap karyawan

41 110 dalam pabrik. Pada kondisi saat ini manajemen telah melakukan solusi terhadap penyebab ini yaitu dengan mengadakan pelatihan yang merata pada seluruh karyawannya. Adapun penyebab yang terjadi dalam faktor ini adalah : Tidak membersihkan ejektor, hal ini dapat menyebabkan ejektor kotor dan dapat menyebabkan dirty oil. Tidak teliti dalam membersihkan dan menyimpan material HDPE, hal ini dapat menyebabkan black spot. Pemotongan yang kurang sempurna yang dilakukan untuk mengatasi defect flashing, sehingga muncul defect baru berupa sisa pemotongan yang kurang sempurna atau dinamakan dengan Scratch. Dari penyebab diatas dapat dilihat bahwa defect yang terjadi karena faktor ini sebenarnya dapat dihindari dengan melakukan pelatihan yang tepat terhadap tiap karyawannya. Penyebab seperti yang telah dijelaskan di atas telah diatasi oleh PT. DPP. d) Faktor Method Faktor ini merupakan faktor terakhir penyebab terjadinya defect dan merupakan faktor yang paling banyak pengaruhnya terhadap terjadinya defect pada Plastik Handle. Selain menyangkut metoda dalam

42 111 melakukan proses injeksi, faktor ini meliputi cara kinerja sistem mold dan desain mold. Adapun penyebab dalam faktor ini adalah sebagai berikut : Adanya perbedaan suhu aliran yang tidak merata sehingga menyebabkan terjadinya flowmark. Hal ini terjadi karena pengaturan suhu yang tidak sesuai, atau dapat terjadi karena kurangnya pendingin/ tidak meratanya pendingin yang diberikan pada saat aliran. Hal ini dapat menyebabkan cacat flowmark. Cetakan molding diberi suhu pendingin terlalu tinggi yang akhirnya membuat cetakan menjadi berembun dan akhirnya mengalami korosi. Hal ini dapat menyebabkan defect dirty oil. Bahan HDPE terkena debu, hal ini disebakan oleh metode penyimpanan material yang kurang higienis. Penyebab ini dapat menimbulkan defect Black Spot. Aliran plastik pada cavity meluber keluar dari slider karena desain slider kurang presisi. Sehingga hal ini dapat menyebabkan defect flashing. Metode packaging yang kurang baik menyebabkan defect slantting, yang menyebabkan Plastik Handle menjadi lenting/bengkok, yang lama kelamaan akan menimbulkan cacat bentuk pada Plastik Handle. Defect bentuk yang serupa dengan

43 112 slantting adalah warpage. Warpage adalah defect bentuk yang membuat permukaan Plastik Handle menjadi bergelombang. Material HDPE hangus, hal ini disebabkan oleh temperatur produksi yang terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan defect yellow spot. Dari penjabaran keempat faktor yang terdapat dalam fishbone diagram, dapat dilihat 2 faktor yang paling memiliki konstribusi terhadap defect yang terjadi pada Plastik Handle. Dua faktor tersebut adalah faktor Man dan Method. Namun mengingat faktor Man telah diselesaikan oleh manajemen PT. DPP, maka acuan perbaikan yang paling kritikal adalah melakukan perbaikan pada faktor method. Faktor Method yang akan mendapatkan perhatian lebih khusus adalah pada sistem mold dan desain mold karena sebagian besar penyebab terjadinya defect terdapat pada ruang lingkup tersebut. Dari hasil fishbone diagram terlihat jelas bahwa faktor method memiliki masalah yang paling besar. Acuan untuk melakukan perbaikan akan difokuskan pada faktor ini. Namun sebelum menetapkan perbaikan pada faktor ini, akan dilakukan penilaian terhadap performa dan kualitas PT. DPP dalam menghasilkan Plastik Handle dengan menggunakan metode Quality Function Deployment (QFD). Nantinya hasil dari QFD akan membantu dalam menentukan perbaikan mana yang difokuskan.

44 Analisa performa kualitas dan penentuan usulan perbaikan Kebutuhan pelanggan menjadi input utama dari penilaian performa kualitas pada PT. DPP. Kebutuhan pelanggan didapatkan dari hasil wawancara dan Quisioner terhadap bagian quality, produksi dan engineering. Beebeda kasusnya terhadap penilaian performa kualitas pada umumnya, yang menanyakan langsung kebutuhan pelanggan kepada pelanggan terkait. Penilaian performa kualitas yang dilakukan pada PT. DPP merupakan penilaian internal yang bertujuan untuk melakukan refleksi terhadap kinerja kualitas selama ini. Namun untuk inputnya tetap sama bahwa kebutuhan pelanggan tersebut memang datang langsung dari Pelanggan ( PT. DSE ) yang disampaikan ke PT. DPP. Setelah mendapatkan kebutuhan pelanggan, selanjutnya dilakukan penentuan spesifikasi yang akan menjawab kebutuhan tersebut. Spesifikasi ini biasanya disebut Direction of Improvement. Spesifikasi ini dapat mempengaruhi baik tidaknya PT. DPP dalam memenuhi kebutuhan PT. DSE. Langkah selanjutnya adalah menentukan hubungan yang terkait antara kebutuhan pelanggan dan spesifikasi. Untuk kolom sales point tidak ada nilai sama sekali. Ini karena penilaian performa kualitas ini dilakukan terhadap pihak internal yang lebih bertujuan untuk melihat seberapa baik performa kualitas perusahaan dan melihat kekurangan apa yang bisa diperbaiki dalam rangka memenuhi permintaan dan kebutuhan

45 114 dari pelanggan. Setelah melakukan perhitungan pada pengolahan data, dapat terlihat jelas hasil dari performa kualitas PT. DPP yang menjadi fokus utama dalam pembuatan QFD pada bagian Relative Performance. Dari perhitungan dihasilkan nilai relative performance untuk tiap spesifikasi PT. DPP dalam memenuhi kebutuhan PT. DSE. Nilai tersebut masing-masing adalah 3.6, 2.4, 3.2, 17, 15.5, 16.6, 5.31, 5.31, 5.3, 5.3, Dari ke-sepuluh spesifikasi yang telah dinilai, yang paling menonjol adalah pada nilai 26.3 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini : Gambar 4.25 Hasil QFD

46 115 Dari gambar diatas dapat terlihat ada tiga spesifikasi dengan nilai Relative Performance tertinggi, yaitu temperatur saat produksi, penempatan cooling channel yang sesuai dan desain molding. Dari ketiga spesifikasi tersebut yang menjadi fokus utama adalah Desain molding, ini tentunya karena spesifikasi ini memiliki konstribusi terbesar terhadap baik atau tidaknya kualitas dalam pemenuhan kebutuhan pelanggan yaitu sebesar 26 %. Selanjutnya acuan perbaikan utama yang akan dilakukan adalah perbaikan terhadap Desain Molding dan untuk alternatifnya akan turut dilakukan perbaikan pada penempatan cooling channel yang lebih sesuai dimana hal ini juga terkait dengan temperatur saat produksi berlangsung Analisa Simulasi Software Moldflow Analisa Perbandingan Fill Analysis Plastik Handle Modifikasi Cooling serta Buffle a) Fill Time Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle

47 116 Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.26 Hasil simulasi untuk analisa Fill Time Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle Keterangan : Dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi untuk analysis full time adalah penempatan cooling dan penambahan adanya buffle. Dari simulasi di atas didapatkan waktu pengisian yang dibutuhkan adalah detik. Waktu yang ditampilkan disini hanya menunjukkan waktu yang dibutuhkan bagi material agar bisa memenuhi bagian cetakan saja. Hasil analisa pun dapat dikatakan baik karena waktu pengisian yang dinyatakan dengan warma pada gambar, memiliki distribusi yang merata pada setiap lokasi / bagian dalam proses pengisian material, sehingga tidak ada pengisian pada benda yang selesai lebih dahulu. b) Plastic Flow Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle

48 117 Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.27 Hasil Simulasi untuk Analisa Plastic Flow Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle Keterangan : Dari simulasi diatas, menyatakan bahwa seluruh bagian cetakan produk telah terisi penuh oleh material plastik yang diinjeksi. Selain itu juga, pada simulasi dapat dilihat juga bahwa seluruh material plastik berhenti mengalir pada waktu bersamaan pula, sehingga kemungkinan setiap part untuk terisi penuh cukup besar. Hasil yang didapat pada gambar diatas berdasarkan parameter setting list yang telah ditentukan sebelumnya. c) Quality Prediction Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle

49 118 Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.28 Hasil simulasi untuk analisa Quality Prediction Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle Keterangan : Dari simulasi di atas menunjukkan tingkat kualitas dari bagian-bagian Plastik Handle standar setelah proses pengisian. Untuk tingkat kualitas High sebesar 39,4 % dengan dibandingkan yang standar sebesar 33,2 % lalu untuk tingkat medium sebesar 60,4 % dibandingkan dengan standar sebesar 66,6 %, dan tingkat kualitas low 0.13 %. d) Confidence of Fill Platik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle

50 119 Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.29 Hasil simulasi untuk analisa Confidence of fill Plastic Handle Modifikasi Cooling dan Buffle Keterangan : Gambar di atas menunjukkan persentase kemampuan material untuk mengisi seluruh bagian cetakan molding, untuk analisa di atas persentasenya adalah 100 % yaitu seluruh material akan mampu terisi ke dalam cetakan secara penuh. e) Pressure at End of Fill Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle

51 120 Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.30 Hasil Simulasi untuk analisa Pressure at End of Fill Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle Keterangan : Dari hasil simulasi di atas, diketahui bahwa dibutuhkan tekanan sebesar 35,8 Mpa agar seluruh bagian material plastik dapat mengisi seluruh bagian cetakan molding. Warna pada gambar menunjukkan besarnya tekanan pada lokasilokasi tertentu pada saat proses pengisian terjadi. Tekanan terkuat terjadi pada plastik handle sebelah kiri, sementara tekanan paling rendah ( 0 atau 1 Mpa ) terjadi pada ujung benda Plastik Handle sebelah kiri. Nilai gradien tekanan di samping merupakan keterangan dari perbedaan nilai tekanan antar lokasi. f) Temperature of Flow Front Platik Handle Standar

52 121 sumber : Software moldflow 8.1 Gambar 4.31 Hasil simulasi untuk analisa Temperature at Flow Front Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle. Keterangan : Dari hasil simulasi di atas, menunjukkan besarnya temperatur aliran material ( flow front) plastik saat proses injeksi yang terdapat pada lokasi-lokasi tertentu. Besaran suhunya ditunjukan dengan warna pada keterangan di samping gambar, lokasi terpanas berada di bagian plastik handle ( C ) sedangkan lokasi dengan suhu terendah berada pada bagian lubang screw dan sisi luar handle ( C ). g) Air Traps Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle

53 122 Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.32 Hasil Simulasi untuk Analisa Air Traps Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle. Keterangan : Pada gambar di atas menunjukkan terdapat ruang-ruang udara pada lokasi ujung handle dari benda Plastik Handle, bentuknya biasa berupa rongga-rongga udara (bubble) dan terdapat pada permukaan benda maupun pada bagian dalamnya. Untuk ukuran air trap pada hasil ini kemungkinan sangat kecil (milimeter atau mikron), sehingga terkadang tidak terlalu disadari namun dapat mengganggu penampilan benda secara visual. j) Orientation at Skin Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle

54 123 Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.33 Hasil simulasi untuk analisa Orientation at Skin Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle Keterangan : Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa simulasi Orientation at skin menunjukkan orientasi / kebiasaan arah aliran molekul-molekul material saat proses injeksi. Untuk gambar 4.33 arah aliran material plastik bergerak searah dan berusaha untuk memenuhi cetakan. Lalu jika lebih diperhatikan lagi pada bagian radius plastik handle, garis-garis arah aliran material bertemu dan bertubrukan satu sama lain, hal ini bisa saja menimbulkan masalah dalam bentuk maupun visual dari benda. k) Weld Lines Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle

55 124 Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.34 Hasil Simulasi untuk Analisa Weld Lines Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle. Keterangan : Dari gambar 4.34 di atas dapat dilihat adanya kemungkinan terjadinya / terbentuknya suatu garis-garis yang akan timbul pada produk Plastik Handle baik di bagian permukaannya ataupun pada bagian dalam. Untuk simulasi pada Platik Handle standar, garis-garis ini terdapat pada bagian stopper handle. Garis-garis tersebut merupakan hasil pertemuan dua aliran material yang berbeda secara sifatnya ( kecepatan, suhu, dll). Garis ini biasa berukuran sangat kecil serta hanya membuat cacat secara visual, namun tetap acceptable karena secara fungsu benda tetap dapat digunakan Cool Analysis Plastik Hande Modifikasi Cooling dan Buffle

56 125 a) Circuit Reynolds Number Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.35 Hasil Simulasi untuk Analisa Circuit Reynolds Number Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle Keterangan : Gambar di atas menunjukkan nilai Reynolds yang dihasilkan pada sistem pendingin molding, dengan nilainya berada dalam range Pada bagian saluran cooling saja hampir seluruh Reynolds number nya bernilai

57 126 konstan 23043, terkecuali saat aliran melalui buffle dimana nilai Reynold Number nya meningkat Nilai ini menunjukan rasio turbulensi perpindahan panas yang terjadi antara molding dengan saluran pendingin / cooling. b) Circuit Coolant Temperature Plastik handle Modifikasi Cooling dan Buffle Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.36 Hasil Simulasi untuk Analisa Circuit Coolant Temperatur Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle

58 127 Keterangan : Dari gambar di atas menunjukkan besarnya suhu cairan pendingin yang ratarata bernilai 15 C, dengan suhu yang makin tinggi seiring dengan cairan melewati saluran pendingin. Gradien pertambahan meningkat secara konstan dari 15 C menjadi C, hal ini dapat dikatakan normal karena memang tujuan dari sistem pendinginan untuk memindahkan panas dari molding ke saluran tersebut. c) Cooling Time Variance Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle Sumber : Sofware Moldflow 8.1 Gambar 4.37 Hasil Simulasi untuk analisa Cooling Time Variance Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle Keterangan : Gambar di atas menunjukkan variasi perbedaan waktu bagi material plastik untuk membeku pada bagian-bagian tertentu. Bagian yang paling lama untuk

59 128 membeku terletak pada bagian runner yaitu sebesar detik lebih lambat dari rata-rata waktu yang dibutuhkan cairan untuk membeku. Sementara bagian yang paling cepat membeku terletak pada sisi handle yaitu detik lebih cepat dari rata-rata waktu membeku. Warna pada bagian keterangan menyatakan variasi perbedaan waktu yang dibutuhkan untuk membeku secara normal. d) Temperature Part Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle Sumber : Software Moldflow 8.1 Gambar 4.38 Hasil simulasi untuk Analisa Temperature Part Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle Keterangan : Gambar di atas menyatakan besarnya range/batasan temperatur pada bagianbagian benda Plastik Handle yang akan dihasilkan saat proses produksi nanti. Dari hasil di atas, bagian yang diperkirakan mempunyai temperatur paling

60 129 tinggi adalah pada bagian lengkungan dalam handle dengan suhu sebesar 143,9 C, sedangkan untuk terendahnya dengan suhu 29,4 C. Hasil dari keterangan suhu yang ditampilkan bisa digunakan untuk menentukan titik panas yang terdapat pada benda. e) Temperature Variance Modifikasi Cooling dan Buffle Gambar 4.39 Hasil Simulasi untuk analisa temperature Variance Plastik Handle Modifikasi Cooling dan Buffle Keterangan : Gambar di atas menunjukkan variasi perbedaan suhu di lokasi / bagian tertentu pada benda yang dipengaruhi oleh sistem cooling dan desain geometri produk. Sesuai dengan analiasa sebelumnya, bagian yang mempunyai perbedaan suhu paling tinggi terletak pada bagian sisi dalam handle dengan selisih suhu lebih tinggi 59,43 C dibandingkan dengan suhu rata-rata benda, sedangkan untuk bagian dengan perbedaan suhu terendah selisih suhu lebih rendah -31,07 C.

61 Analisa Pemilihan Alternatif Usulan perbaikan yang Terbaik Melalui pembahasan mengenai usulan perbaikan yang dapat dilakukan terhadap produk Plastik Handle dengan menggunakan QFD didapatkan beberapa poin yang harus diperbaiki, yaitu desain molding, penempatan cooling channel, dan setting parameter mesin yang terutama pada temperatur saat produksi. Berdasarkan poin-poin tersebut, diusulkan dua usulan alternatif perbaikan yaitu usulan perbaikan sistem cooling dengan menambahkan cooling channel dan usulan penambahan buffle yang berarti melakukan perubahan desain pada molding. Dari kedua usualan alternatif tersebut, juga turut dibandingkan dengan keadaan aktual yang sekarang guna mempertimbangkan apakah usulan-usulan yang diberikan kepada PT. DPP memang lebih baik jika dibandingkan dengan keadaan aktual yang sekarang berjalan. Kriteria yang digunakan dalam menentukan usulan alternatif yang terbaik salah satunya adalah kriteria biaya. Kriteria ini merupakan salah satu kriteria yang paling penting dalam proses pengambilan keputusan mengenai usulan alternatif mana yang sebaiknya diambil oleh PT. DPP. Biaya yang dimaksud disini adalah biaya dalam melakukan perubahan/pengembangan terhadap molding yang tengah digunakan. Untuk biaya pada alternatif pertama yaitu penambahan cooling channel, biaya yang dimaksud adalah biaya proses machining dalam membuat lubang tambahan guna meningkatkan proses pendinginan molding bagian atas yang sebelumnya tidak terdapat cooling

62 131 channel. Selain itu, biaya yang dimaksud juga termasuk dengan biaya pengadaan selang untuk cooling channel yang ditambahkan dan biaya perawatan dari molding lama dikarenakan keadaan dari molding sebelumnya yang sudah cukup lama digunakan. Kriteria penting lainnya yang menjadi salah satu pemilihan alternatif terbaik adalah kriteria waktu. Kriteria waktu disini maksudnya adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan perubahan atau perbaikan pada molding berdasarkan alternatif yang diusulkan. Untuk alternatif penambahan cooling channel pada molding, waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penambahan ini tidaklan terlalu lama karena hanya memerlukan sedikit proses machining dalam menambahkan lubang baru pada molding. Selanjutnya kriteria yang tidak kalah pentingnya untuk turut dipertimbangkan dalam usahanya dalam melakukan pemilihan usulan alternatif terbaik bagi PT. DPP dalam usahanya memperbaiki tingkat kualitas dari produk plastik handle adalah kriteria hasil. Yang dimaksud kriteria hasil ini adalah peningkatan kualitas yang dihasilkan setelah alternatif yang menjadi usulan bagi PT. DPP diaplikasikan terhadap produk plastik handle dan hal ini sejalan dengan tujuan utama dari PT. DPP. Bisa dikatakan kriteria ini adalah penilaian terhadap seberapa besar pengaruh baik dari alternati-alternatif usulan perbaikan yang dapat diberikan pada hasil akhir produk plastik handle. Semua proses perbandingan nilai tiap alternatif pada tiap kriteria dan perbandingan dari nilai kriteria sangat terbantu dengan digunakannya simulasi

63 132 dari software Moldflow. Terutama untuk perbandingan pada kriteria hasil dan efisiensi penggunaan material, tanpa menggunakan simulasi dengan software Moldflow perbandingan tersebut haruslah diujicobakan secara fisik/nyata dan hal tersebut membutuhkan biaya yang sangat besar dan waktu yang lama. Penggunaan dari software moldflow selain membantu dalam melakukan percobaan terhadap perubahan yang dilakukan pada molding, juga dapat digunakan sebagai tool untuk membantu proses perbandingan melalui hasil analisa dari simulasinya Analisa Simulasi Perbaikan Alternatif Pergantian Material Gambar 4.40 Hasil Simulasi untuk analisa Fill Time Plastik Handle Modifikasi Pergantian Material Polypropylenes ( PP )

64 133 Gambar 4.41 Hasil Simulasi untuk analisa Cooling Quality Plastik Handle Modifikasi Pergantian Material Polypropylenes ( PP ) Gambar 4.42 Hasil Simulasi untuk analisa Fill Time Plastik Handle Modifikasi Pergantian Material PVC Shore A.

65 134 Gambar 4.43 Hasil Simulasi untuk analisa Cooling Quality Plastik Handle Modifikasi Pergantian Material PVC Analisa Simulasi Perbaikan Alternatif Pergantian Desain Produk Gambar 4.44 Hasil Simulasi untuk analisa Fill Time Plastik Handle Modifikasi Pergantian Desain, dengan Material HDPE.

66 135 Gambar 4.45 Hasil Simulasi untuk analisa Quality Prediction Plastik Handle Modifikasi Pergantian Desain, dengan Material HDPE Analisa Simulasi Perbaikan Alternatif Penambahan Cooling Channel Gambar 4.46 Hasil Simulasi untuk analisa Frozen Layer Fraction at end of fill Plastik Handle Modifikasi Penambahan Cooling Channel, dengan Material HDPE.

67 136 Gambar 4.47 Hasil Simulasi untuk analisa Quality Prediction Plastik Handle Modifikasi Penambahan Cooling Channel, dengan Material HDPE. Gambar 4.48 Hasil Simulasi untuk analisa Average Temperature Plastik Handle Modifikasi Penambahan Cooling Channel, dengan Material HDPE.

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID

LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID LOGO PERENCANAAN DAN ESTIMASI BIAYA PRODUKSI CETAKAN LID Latar Belakang Kebutuhan Produk Plastik Meningkatnya kebutuhan terhadap produk yang terbuat dari plastik Perencanaan Injection Molding yang baik

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI Outline: JUDUL LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH BATASAN MASALAH TUJUAN PERANCANGAN METODOLOGI PERANCANGAN SPESIFIKASI PRODUK DAN SPESIFIKASI MESIN PERENCANAAN JUMLAH CAVITY DIMENSI SISTEM SALURAN PERHITUNGAN

Lebih terperinci

BAB 3 Metodologi Penelitian

BAB 3 Metodologi Penelitian BAB 3 Metodologi Penelitian Penelitian yang baik didukung metodologi yang baik selain latar belakang dan penjelasan mengenai pentingnya masalah yang diteliti. Penelitian dilakukan secara benar dan cermat

Lebih terperinci

ANALISIS PARAMETER OPERASI PADA PROSES PLASTIK INJECTION MoOLDING UNTUK PENGENDALIAN CACAT PRODUK

ANALISIS PARAMETER OPERASI PADA PROSES PLASTIK INJECTION MoOLDING UNTUK PENGENDALIAN CACAT PRODUK 8 ANALISIS PARAMETER OPERASI PADA PROSES PLASTIK INJECTION MoOLDING UNTUK PENGENDALIAN CACAT PRODUK Dadi Cahyadi, ST, MT. Fakultas Teknik, Universitas Serang Raya, Jl. Raya Serang Cilegon Km.5, Serang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan bahan dasar produksi. Logam yang dahulu banyak digunakan dalam proses industri kini mulai ditinggalkan.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Sebelum melakukan perancangan mould untuk Tutup Botol ini, penulis menetapkan beberapa tahapan kerja sesuai dengan literatur yang ada dan berdasarkan pengalaman para pembuat

Lebih terperinci

APLIKASI MOLDFLOW ADVISER PADA INDUSTRI PLASTIK MODERN UNTUK MENDAPATKAN PARAMATER INJEKSI MOLD YANG OPTIMAL

APLIKASI MOLDFLOW ADVISER PADA INDUSTRI PLASTIK MODERN UNTUK MENDAPATKAN PARAMATER INJEKSI MOLD YANG OPTIMAL APLIKASI MOLDFLOW ADVISER PADA INDUSTRI PLASTIK MODERN UNTUK MENDAPATKAN PARAMATER INJEKSI MOLD YANG OPTIMAL HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Bab ini memuat sejarah singkat PT. Surya Plastindo Utama, pengumpulan data dan pengolahan data dengan menggunakan QFD (Quality Function Deployment) dan DFMEA (Design

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Untuk mendapatkan sebuah penelitian yang baik harus didukung tidak hanya dari latar belakang dan penjelasan peneitian masalah saja, melainkan juga metodolgi yang terstruktur

Lebih terperinci

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION Agus Dwi Anggono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosura, 57102 E-mail : agusda@indosat-m3.net

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMBAHASAN

BAB V ANALISA PEMBAHASAN 79 BAB V ANALISA PEMBAHASAN Setelah melakukan tahap pengumpulan dan pengolahan data, maka tahap selanjutnya adalah analisa pembahasan. Pada tahap ini akan dilakukan pengurutan terhadap Risk Priority Number

Lebih terperinci

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK

MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK TUGAS AKHIR LABORATORIUM PERANCANGAN DAN PENGEMBANGAN PRODUK MICROCELLULAR INJECTION MOLDING SEBAGAI ALTERNATIF DALAM PEMBUATAN PRODUK PLASTIK AJUN HAKIKI 2105 100 147 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pengertian metodologi penelitian secara umum adalah metode yang menjelaskan bagaimana urutan suatu penelitian yang dilakukan, yaitu dengan menggunakan alat ukur dan lanngkah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Mold Review Mold lama yang digunakan dalam memproduksi Bobbin A K25G adalah jenis injection molding. Mold lama ini menggunakan system hot runner. Mold ini sendiri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Injection Molding Injection molding dapat membuat part yang memiliki bentuk yang kompleks dengan permukaan yang cukup baik. Variasi bentuk yang sangat banyak yang dapat

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES INJEKSI PLASTIK Gambar 4.1 Proses pencetakan pada mesin injeksi 29 Pada Proses Injeksi Plastik (Plastic Injection Molding Process) terdapat 2 bagian

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST

PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST PENULISAN ILMIAH Nama : Dede Kurniadi NPM : 21410739 Program Studi : Teknik Mesin Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian digunakan untuk mempersempit permasalahan yang diteliti, sehingga dapat membahas dan menjelaskan permasalahan secara tepat. Pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa dari hasil perancangan cetakan injeksi yang telah dibuat pada bab sebelumnya. Analisa akan meliputi waktu satu

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04

PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST. NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : KELAS : 4IC04 PROSES PEMBUATAN BOTOL OLI EVALUBE DENGAN EXTRUSION MOLDING DI PT.DYNAPLAST NAMA : Ismul Hardiyansyah NPM : 23410668 KELAS : 4IC04 ABSTRAKSI Salah satu pembuatan produk botol oli di PT. Dynaplast ini adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan perhitungan, pengukuran arah longitudinal dan transversal dengan metode mean (rata-rata) diperoleh nilai minimum sink mark pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Flow Chart Start 1. Melakukan pembelajaran,pencarian informasi, pengukuran, dan data mesin 2. Melakukan pembelajaran,pencarian informasi, pengukuran, dan data cooling tower

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Produk Hasil identifikasi yang dilakukan pada sample produk dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Data produk hardcase Data Produk Hardcase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin dibutuhkannya produk plastik di pasaran konsumen dimasa era ini, material plastik banyak macam type sesuai dengan pemakaiannya. Salah satu pemakai

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PARAMETER INJEKSI UNTUK MINIMASI SHRINKAGE, SINK MARKS DAN WARPAGE PADA INDUSTRI MOLD MODERN

OPTIMALISASI PARAMETER INJEKSI UNTUK MINIMASI SHRINKAGE, SINK MARKS DAN WARPAGE PADA INDUSTRI MOLD MODERN OPTIMALISASI PARAMETER INJEKSI UNTUK MINIMASI SHRINKAGE, SINK MARKS DAN WARPAGE PADA INDUSTRI MOLD MODERN TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN JENIS-JENIS CACAT PADA PRODUK INJECTION MOLDING

BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN JENIS-JENIS CACAT PADA PRODUK INJECTION MOLDING BAB III PROSES DESIGN MOLDING PLASTIK DAN JENIS-JENIS CACAT PADA PRODUK INJECTION MOLDING 3.1 Proses Design Molding Plastik 3.1.1 Flow Chart Proses Design Molding Plastik Untuk mempermudah pembahasan dan

Lebih terperinci

PENGARUH PROSES PENDINGINAN TERHADAP SHINKAGE DAN DIMENSI PRODUK TS PLUG 1 BERBAHAN PVC PADA INJECTION MOLDING

PENGARUH PROSES PENDINGINAN TERHADAP SHINKAGE DAN DIMENSI PRODUK TS PLUG 1 BERBAHAN PVC PADA INJECTION MOLDING PENGARUH PROSES PENDINGINAN TERHADAP SHINKAGE DAN DIMENSI PRODUK TS PLUG 1 BERBAHAN PVC PADA INJECTION MOLDING Edi Sunarto 1), Ir. Estu Prayogi M.KKK 2) 1), 2) Jurusan Teknik Mesin, Universitas Pancasila

Lebih terperinci

ABSTRACT

ABSTRACT OPTIMASI DESAIN MOLD UNTUK MEREDUKSI CACAT FLASH DAN SHRINKAGE PADA PRODUK PAKU KOTAK DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE SIMULASI MOLDFLOW (STUDI KASUS PADA PT. PRIMA SAKTI) Erfina Ayu W. 1, Hari Arbiantara 2,

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM :

PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM : NAMA PROSES PEMBUATAN CAPS SUNSILK 60 ml MENGGUNAKAN INJECTION MOLDING PADA PT. DYNAPLAST.TBK : DWI CAHYO PRABOWO NPM : 22410181 JURUSAN : TEKNIK MESIN PENDAHULUAN Dewasa ini, pemakaian barang-barang yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka

BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka BAB II DASAR TEORI 2.1. Tinjau Pustaka Sugondo (2008) melakukan penelitian tentang pengaruh ketebalan pada kualitas produk plastik dan mampu bentuk dengan menggunakan simulasi pada proses injeksi. Penelitian

Lebih terperinci

RANCANGAN PRODUK KNALPOT MOTOR DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT

RANCANGAN PRODUK KNALPOT MOTOR DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT RANCANGAN PRODUK KNALPOT MOTOR DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT MUHAIMIN Program Studi Teknik Industri Universitas Azzahra, Jakarta Email : muhaimin.han@gmail.com ABSTRAKSI Konsumen cenderung

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN

BAB III PROSES PERANCANGAN BAB III PROSES PERANCANGAN 3.1 Pembuatan Section Planing Section planing adalah proses pembuatan konsep yang akan diterapkan pada suatu part, seperti konsep pemasangan part ke unit mobil, konsep part-part

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Produk Hasil identifikasi yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 4.1. dibawah ini Tabel 4.1. Data produk glove box Data Sampel Produk Glove

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PARAMETER PROSES TERHADAP SHRINKAGE PADA GELAS PLASTIK DENGAN SOFTWARE MOLDFLOW PLASTIC INSIGHT 5

ANALISIS PENGARUH PARAMETER PROSES TERHADAP SHRINKAGE PADA GELAS PLASTIK DENGAN SOFTWARE MOLDFLOW PLASTIC INSIGHT 5 TUGAS AKHIR ANALISIS PENGARUH PARAMETER PROSES TERHADAP SHRINKAGE PADA GELAS PLASTIK DENGAN SOFTWARE MOLDFLOW PLASTIC INSIGHT 5 Disusun : DWI KARDONO NIM : D 200 040 060 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

INTEGRASI METODE QFD DAN DFMEA DALAM PERBAIKAN DESAIN MOLD PADA MOLD BODY SEALPACK DI PERUSAHAAN INJECTION

INTEGRASI METODE QFD DAN DFMEA DALAM PERBAIKAN DESAIN MOLD PADA MOLD BODY SEALPACK DI PERUSAHAAN INJECTION INTEGRASI METODE QFD DAN DFMEA DALAM PERBAIKAN DESAIN MOLD PADA MOLD BODY SEALPACK DI PERUSAHAAN INJECTION Muhammad Kholil 1*, Suryanto 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat

BAB V ANALISA HASIL. fokus di dalam program peningkatan kualitas Lean Six Sigma sehingga cacat BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Untuk mencari akar penyebab masalah maka data harus dianalisa untuk menghasilkan perbaikan yang tepat. Hasil pengolahan data pada bab IV dijadikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah material plastik berjenis polystyrene murni dan daur ulang. Sifat dari material plastik polystyrene yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1. Alat Penelitian Berikut adalah peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: A. Mesin Injeksi Gambar 3.1 Mesin Injection Molding

Lebih terperinci

Analisa Variasi Tekanan dan Temperatur Untuk Produk Fishing Lure

Analisa Variasi Tekanan dan Temperatur Untuk Produk Fishing Lure Analisa Variasi Tekanan dan Temperatur Untuk Produk Fishing Lure Mesin Injeksi Molding Sederhana Dengan Menggunakan Metode Simulasi Slamet Arief Hariadi 1. Budi Baharudin 1 S.T Tugas Akhir,Teknik Mesin,Politeknik

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD

BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD BAB III RANCANGAN MOLDING DAN PROSES TRIAL NEW MOLD 3.1 Deskripsi Molding Injection Pada proses pencetakan product plastik, dalam hal ini thermoplastic, disamping mesin molding, bahan baku plastic dll,

Lebih terperinci

ANALISIS WARPAGE BERDASARKAN ALIRAN MATERIAL DAN SISTEM PENDINGIN PADA CETAKAN INJEKSI PLASTIK DAN OPTIMASI PADA PRODUK KIPAS JARI

ANALISIS WARPAGE BERDASARKAN ALIRAN MATERIAL DAN SISTEM PENDINGIN PADA CETAKAN INJEKSI PLASTIK DAN OPTIMASI PADA PRODUK KIPAS JARI ANALISIS WARPAGE BERDASARKAN ALIRAN MATERIAL DAN SISTEM PENDINGIN PADA CETAKAN INJEKSI PLASTIK DAN OPTIMASI PADA PRODUK KIPAS JARI Harry Anggodo 1, Dadan Heryada 2 (1) Mahasiswa Konsentrasi Teknik Rekayasa

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Ukuran Shap Corner Terhadap Cacat Sink Mark dan Mampu Alir

Studi Pengaruh Ukuran Shap Corner Terhadap Cacat Sink Mark dan Mampu Alir Studi Pengaruh Ukuran Shap Corner Terhadap Cacat Sink Mark dan Mampu Alir Amelia Sugondo 1, Ian H. Siahaan 2 Dosen Jurusan Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra 1,2 E-mail: amelia@petra.ac.id, ian@petra.ac.id

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Bahan Perancangan Bahan perancangan adalah produk glove box dengan mengambil sampel pada produk yang sudah ada, tetapi hanya sebagai acuan tidak menyerupai dimensi dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Cahyadi (2010) penelitian yang berjudul Analisis Parameter Operasi pada Proses Plastik Injection Molding untuk Pengendalian Cacat Produk meneliti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Pembahasan Hasil Identifikasi Produk Syarat dari perancangan mold adalah mengetahui terlebih dahulu data produk yang diperlukan untuk menentukan rancangan cetakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah material plastik dengan suhu tinggi dimasukkan kedalam mold, kemudian material

Lebih terperinci

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA DESAIN MOLD SEBAGAI SOLUSI VISUALISASI NYATA DALAM DESAIN INJECTION MOLD Studi Kasus: Perancangan Mold Piring

SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA DESAIN MOLD SEBAGAI SOLUSI VISUALISASI NYATA DALAM DESAIN INJECTION MOLD Studi Kasus: Perancangan Mold Piring SIMULASI ALIRAN FLUIDA PADA DESAIN MOLD SEBAGAI SOLUSI VISUALISASI NYATA DALAM DESAIN INJECTION MOLD Studi Kasus: Perancangan Mold Piring Hariyanto Gunawan (1 dan Stefanus Ongkodjojo (2 Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik

Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010 65 Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik Toto Rusianto, Ellyawan, S.A. & Arif Rahmanto Jurusan Teknik Mesin, Institut

Lebih terperinci

Simulasi dan Studi Eksperimental Proses Injeksi Plastik Berpendingin Konvensional

Simulasi dan Studi Eksperimental Proses Injeksi Plastik Berpendingin Konvensional Simulasi dan Studi Eksperimental Proses Injeksi Plastik Berpendingin Konvensional Agung Kaswadi 1,a,Sigit Yoewono 2,b 1 Politeknik Manufaktur Astra Jl. Gaya Motor Raya No 8, Jakarta, Indonesia 14330 2

Lebih terperinci

PENGARUH SUHU, TEKANAN DAN WAKTU PENDINGINAN TERHADAP CACAT WARPAGE PRODUK BERBAHAN PLASTIK

PENGARUH SUHU, TEKANAN DAN WAKTU PENDINGINAN TERHADAP CACAT WARPAGE PRODUK BERBAHAN PLASTIK PENGARUH SUHU, TEKANAN DAN WAKTU PENDINGINAN TERHADAP CACAT WARPAGE PRODUK BERBAHAN PLASTIK Arif Rahman Hakim Dosen Tetap Prodi Teknik Mesin Universitas Riau Kepulauan Batam Abstrak Pada penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Pembuatan Diagram Sebab Akibat. Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa 5.1.1 Pembuatan Diagram Sebab Akibat Diagram sebab akibat memperlihatkan hubungan antara permasalahan yang dihadapi dengan kemungkinan penyebabnya serta faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil

BAB V ANALISA HASIL. sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil BAB V ANALISA HASIL Berdasarkan hasil analisa dan perhitungan yang telah dilakukan di bab sebelumnya menggunakan metode OEE maka dapat disimpulkan bahwa hasil pencapain OEE setiap bulannya adalah tidak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Persiapan Sebelum melakukan penelitian ada beberapa tahapan yang harus dilakukan diantaranya: 1. Studi pustaka mengenai mesin injeksi, metode DoE, material plastik,

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Berdasarkan proses pengumpulan data dan pengolahannya diperoleh data dalam bentuk diagram pareto, dari diagram pareto tersebut dapat diketahui bahwa orhanisasi/perusahaan

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Jurusan Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra E-mail: amelia@petra.ac.id, ninukj@petra.ac.id T E K N O S I M

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA

PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK PADA MESIN PRODUKSI NONWOVEN SPUNBOND DENGAN MENGGUNAKAN METODE SEVEN TOOLS DAN FMEA Mochammad Damaindra, Atikha Sidhi Cahyana Program studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 37 BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang diperlukan dalam pembuatan skripsi ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer bertujuan untuk membuktikan adanya

Lebih terperinci

PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING

PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata Satu pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

Pengaruh Temperatur Media Pendingin dan Circle Time terhadap Defect Crack Line pada Produk SP 04 Haemonetics

Pengaruh Temperatur Media Pendingin dan Circle Time terhadap Defect Crack Line pada Produk SP 04 Haemonetics Jurnal Integrasi Vol. 9 No. 1, April 2017, 48-52 e-issn: 2548-9828 Article History Received March, 2017 Accepted April, 2017 Pengaruh Temperatur Media Pendingin dan Circle Time terhadap Defect Crack Line

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUK SPION PS 135 DENGAN PENGATURAN PARAMETER INJECTION TIME MATERIAL PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) PADA PROSES INJECTION MOLDING

ANALISIS PRODUK SPION PS 135 DENGAN PENGATURAN PARAMETER INJECTION TIME MATERIAL PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) PADA PROSES INJECTION MOLDING ANALISIS PRODUK SPION PS 135 DENGAN PENGATURAN PARAMETER INJECTION TIME MATERIAL PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) PADA PROSES INJECTION MOLDING Singgih Fitriyanto, Yuyun Estriyanto dan Danar Susilo Wijayanto

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Injection molding adalah proses pembentukan plastik dengan. cara melelehkan material plastik yang kemudian diinjeksikan ke

BAB I PENDAHULUAN. Injection molding adalah proses pembentukan plastik dengan. cara melelehkan material plastik yang kemudian diinjeksikan ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Injection molding adalah proses pembentukan plastik dengan cara melelehkan material plastik yang kemudian diinjeksikan ke dalam sebuah cetakan (mold). Dengan teknik

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec,

BAB V PEMBAHASAN. lima kategori produk cacat, yaitu Filling Height, No Crown, Breakage Full, Out of Spec, BAB V PEMBAHASAN 5.1 Tahap Define Aktivitas proses produksi di PT. Coca Cola Bottling Indonesia Semarang Plant Central java ini dianalisis menggunakan diagram SIPOC (Supplier-Input-Proccess-Output- Customer).

Lebih terperinci

Predi Arif Nugroho, Danar Susilo Wijayanto dan Budi Harjanto

Predi Arif Nugroho, Danar Susilo Wijayanto dan Budi Harjanto ANALISIS PRODUK SPION PS135 DENGAN PENGATURAN PARAMETER MOLD TEMPERATURE MATERIAL PLASTIK POLIPROPILENE PADA PROSES INJECTION MOLDING (STUDI KASUS PT. SINAR AGUNG SELALU SUKSES KARANGANYAR JAWA TENGAH)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN 3.1. Bahan Perancangan Bahan yang dirancang adalah hardcase handphone dengan mengambil sample pada produk yang sudah ada. Sample produk digunakan sebagai acuan dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB IV STANDART OPERASI PROSEDUR

BAB IV STANDART OPERASI PROSEDUR BAB IV STANDART OPERASI PROSEDUR 4.1 Standar Operasi Pembuatan Lampu Motor Untuk mengoptimalkan proses pada pembuatan Lampu Motor maka, maka PT.INDONESIA STANLEY ELECTRIC membuat suatu standar operasi

Lebih terperinci

ANALISIS PENGENDALIAN CACAT PRODUK PADA PROSES PLASTIC INJECTION MOLDING DENGAN MATERIAL POLYPROPHYLENE

ANALISIS PENGENDALIAN CACAT PRODUK PADA PROSES PLASTIC INJECTION MOLDING DENGAN MATERIAL POLYPROPHYLENE ANALISIS PENGENDALIAN CACAT PRODUK PADA PROSES PLASTIC INJECTION MOLDING DENGAN MATERIAL POLYPROPHYLENE Dadi Cahyadi*, Mahfudz Al Huda** Staff PT. Enviro Global Persada*, Program Studi Magister Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 37 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA Pada bab ini dijelaskan bagaimana menentukan besarnya energi panas yang dibawa oleh plastik, nilai total laju perpindahan panas komponen Forming Unit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan 26 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Sampel Penelitian Sampel merupakan sebagian anggota dari populasi yang dipilih dengan suatu prosedur tertentu dan diharapkan dapat mewakili suatu populasi

Lebih terperinci

KAJIAN PENGARUH KETEBALAN PADA KUALITAS DAN MAMPU BENTUK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI PADA PROSES INJECTION MOLDING (STUDI KASUS: MODEL GELAS)

KAJIAN PENGARUH KETEBALAN PADA KUALITAS DAN MAMPU BENTUK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI PADA PROSES INJECTION MOLDING (STUDI KASUS: MODEL GELAS) KAJIAN PENGARUH KETEBALAN PADA KUALITAS DAN MAMPU BENTUK DENGAN MENGGUNAKAN SIMULASI PADA PROSES INJECTION MOLDING (STUDI KASUS: MODEL GELAS) Amelia Sugondo Jurusan Teknik Mesin Universitas Kristen Petra

Lebih terperinci

ANALISIS PARAMETER INJECTION MOLDING TERHADAP WAKTU SIKLUS DAN CACAT FLASH PRODUK TUTUP BOTOL 180 ML MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI ABSTRACT

ANALISIS PARAMETER INJECTION MOLDING TERHADAP WAKTU SIKLUS DAN CACAT FLASH PRODUK TUTUP BOTOL 180 ML MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI ABSTRACT Prasanko, A. W., Jurnal ROTOR, Volume 10 Nomor 1, April 2017 ANALISIS PARAMETER INJECTION MOLDING TERHADAP WAKTU SIKLUS DAN CACAT FLASH PRODUK TUTUP BOTOL 180 ML MENGGUNAKAN METODE TAGUCHI Andika Wahyu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN TAGUCHI. Pengertian metode penelitian secara umum adalah membahas bagaimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN TAGUCHI. Pengertian metode penelitian secara umum adalah membahas bagaimana BAB III METODOLOGI PENELITIAN TAGUCHI Pengertian metode penelitian secara umum adalah membahas bagaimana secara berurut suatu penelitian dilakukan, yaitu dengan alat apa dan prosedur bagaimana suatu penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1. = 82 mm. = 157,86 mm = 8,6 mm. = 158,5 mm (1 0,004)

LAMPIRAN 1. = 82 mm. = 157,86 mm = 8,6 mm. = 158,5 mm (1 0,004) LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1 1.1. Perhitungan Berat Produk Diketahui : V produk = 14519,56 mm 3 ρ pc =1260 kg/m 3 0.00126 g/mm 3 Ditanya : Massa produk? Jawab : m = V produk ρ pc = 14519,56 mm 3 0.00126 g/mm

Lebih terperinci

DIKTAT KULIAH PENGENDALIAN & PENJAMINAN KUALITAS (IE-501)

DIKTAT KULIAH PENGENDALIAN & PENJAMINAN KUALITAS (IE-501) DIKTAT KULIAH PENGENDALIAN & PENJAMINAN KUALITAS (IE-501) TOPIK 4: QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) Diktat ini digunakan bagi mahasiswa Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Kristen Maranatha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

1 UNIVERSITAS MEDAN AREA

1 UNIVERSITAS MEDAN AREA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hal utama yang harus diperhatikan pada proses transfer molding dengan teknologi yang berinovasi tinggi atau otomatis adalah: 1) Mampu memindahkan fluida air ke dalam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi merupakan isi uraian tentang jenis data, metode pengambilan data, metode pengolahan data, metode analisis data dan langkah langkah penelitian. 3.1 Diagram Alir

Lebih terperinci

Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi

Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi Yogyakarta, 6 September 2007 Minimalisasi Cacat dengan Pengaturan Tekanan Terhadap Kualitas Produk pada Proses Injection Molding dengan Menggunakan Simulasi Amelia Sugondo 1, Willyanto Anggono 2, Ian Hardianto

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA 4.1 Fishbone & FMEA Hub Front Brake Tipe KCJS G a m b a r 4 Gambar 4-1 Fishbone hub front brake tipe KCJS Dari fishbone diatas dapat diketahui bahwa harus ada perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Prospek industri plastik cukup potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Potensi pengembangan industri plastik ini terlihat dari konsumsi atau penggunaan yang tinggi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ii LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PENGUJI iii HALAMAN PERSEMBAHAN iv HALAMAN MOTTO v KATA PENGANTAR vi ABSTRACT viii ABSTRAKSI ix DAFTAR ISI x DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Perancangan kerja merupakan disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prinsip dan prosedur yang harus dilaksanakan dalam upaya memahami

Lebih terperinci

Melani Anggraini Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Industri Universitas Malahayati Bandar Lampung

Melani Anggraini Fakultas Teknik, Program Studi Teknik Industri Universitas Malahayati Bandar Lampung EALUASI KUALITAS PRODUK PADA INDUSTRI KERAJINAN DENGAN METODE QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT (QFD) (Studi kasus pada industri kerajinan batik di Yogyakarta) Melani Anggraini Fakultas Teknik, Program Studi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Dalam penyusunan skripsi ini data - data yang dibutuhkan sebagai berikut : 4.1.1 Data Kapasitas Produksi Part Crank Case L Tipe KVL PT. AHM memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, pemakaian barang-barang yang terbuat dari bahan baku material plastik semakin meningkat. Material ini semakin sering dijumpai sebagai bahan pembuatan peralatan

Lebih terperinci

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ

PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ PENGURANGAN JUMLAH CACAT PRODUK DENGAN METODE FMEA PADA SECTION FORMING PT. XYZ M. Derajat A Teknik Industri Universitas Esa Unggul Jalan Arjuna Utara No. 9, Kebon Jeruk, Jakarta derajat.amperajaya@esaunggul.ac.id

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUK SPION PS 135 DENGAN PENGATURAN PARAMETER MELT TEMPERATURE MATERIAL PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) PADA PROSES INJECTION MOLDING

ANALISIS PRODUK SPION PS 135 DENGAN PENGATURAN PARAMETER MELT TEMPERATURE MATERIAL PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) PADA PROSES INJECTION MOLDING ANALISIS PRODUK SPION PS 135 DENGAN PENGATURAN PARAMETER MELT TEMPERATURE MATERIAL PLASTIK POLYPROPYLENE (PP) PADA PROSES INJECTION MOLDING (STUDI KASUS PT. SINAR AGUNG SELALU SUKSES KARANGANYAR JAWA TENGAH)

Lebih terperinci

REVERSE ENGINEERING OUTER REAR BUMPER MOBIL ESEMKA RAJAWALI R2

REVERSE ENGINEERING OUTER REAR BUMPER MOBIL ESEMKA RAJAWALI R2 REVERSE ENGINEERING OUTER REAR BUMPER MOBIL ESEMKA RAJAWALI R2 Sanurya Putri Purbaningrum 1, Agus Dwi Anggono 2, Supriyono 3 1,2,3 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL 49 BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Pembahasan Pengolahan data dilakukan berdasarkan record non-conformance/defective yang disusun dalam tabel potensi dan efek kegagalan sebagai berikut : Tabel 5.1 Potential

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK CV. Kembar Jaya merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak di bidang pengecoran dan menghasilkan berbagai jenis produk berbahan logam (jenis produk yang diproduksi sesuai dengan pesanan). Pengecoran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Produk yang dikatakan berkualitas adalah produk yang mampu memenuhi kebutuhan konsumen. Maka dari itu setiap perusahaan berlomba-lomba untuk menghasilkan produk berupa

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Analisa Histogram. Apabila dilihat dari hasil pengolahan data, berdasarkan histogram

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data Analisa Histogram. Apabila dilihat dari hasil pengolahan data, berdasarkan histogram BAB V ANALISA HASIL 5.1 Analisa Hasil Pengolahan Data 5.1.1 Analisa Histogram Apabila dilihat dari hasil pengolahan data, berdasarkan histogram yang terbentuk, ada 2 jenis cacat produksi yang memiliki

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Perspektif pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan metode

BAB IV METODE PENELITIAN. Perspektif pendekatan penelitian yang digunakan adalah dengan metode BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analistis yakni suatu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran tentang realitas pada obyek yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri plastik saat ini mengakibatkan munculnya perusahaan-perusahaan yang memproduksi mold untuk pesanan perusahaan lain. Salah satunya adalah PT.

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ ABSTRACT - Farid Juliyanto 1, Evi Yuliawati Teknik Industri, e-mail 1 : farid.juliyanto@gmail.com

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGARUH SISTEM PENDINGINAN LURUS DAN CONFORMAL TERHADAP PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PADA MESIN INJEKSI PLASTIK

TUGAS AKHIR PENGARUH SISTEM PENDINGINAN LURUS DAN CONFORMAL TERHADAP PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PADA MESIN INJEKSI PLASTIK TUGAS AKHIR PENGARUH SISTEM PENDINGINAN LURUS DAN CONFORMAL TERHADAP PENYUSUTAN DIMENSI HASIL PADA MESIN INJEKSI PLASTIK Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik

Lebih terperinci

81 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 04, No. 3, Oktober 2015

81 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 04, No. 3, Oktober 2015 81 Jurnal Teknik Mesin (JTM): Vol. 04, No. 3, Oktober 2015 PENGARUH INJECTION TIME DAN BACKPRESSURE TERHADAP CACAT PENYUSUTAN PADA PRODUK KEMASAN TOPLES DENGAN INJECTION MOLDING MENGGUNAKAN MATERIAL POLISTYRENE

Lebih terperinci