KERJASAMA. Bappeda Provinsi Bali dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KERJASAMA. Bappeda Provinsi Bali dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali"

Transkripsi

1 KERJASAMA Bappeda Provinsi Bali dan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali

2 Halaman ini sengaja dikosongkan

3 KATA SAMBUTAN Om, Swastiastu Dengan menghaturkan angayubagya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas Asung Kertha Wara Nugraha-Nya publikasi INDEKS KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 dapat disusun sesuai dengan rencana. Publikasi ini menyajikan informasi ringkas tentang keberhasilan kinerja pembangunan daerah dan diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam penyusunan perencanaan pembangunan, pengembangan wilayah dan mengantisipasi pembangunan kedepan, agar pemerintah daerah mempunyai arah, strategi dan kebijakan dalam pembangunan wilayah. Penyusunan Indeks Kinerja Pembangunan Daerah ini, disadari masih banyak kekurangan, maka dari itu saran dan masukan untuk penyempurnaannya sangat kami harapkan. Kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih, semoga kerjasama ini dapat berkesinambungan pada masa yang akan datang. Om, Santhi, Santhi, Santhi, Om Denpasar, Desember 2014 Kepala Bappeda Provinsi Bali Ir. I PUTU ASTAWA, M.M.A Pembina Utama Muda NIP

4 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 KATA PENGANTAR Om, Swastyastu Dengan mengucapkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, INDEKS KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 ini dapat disusun dan dipublikasikan dengan baik. Buku Indeks Kinerja Pembangunan Provinsi dan Kabupaten/Kota se Bali ini merupakan kerjasama antara Bappeda Provinsi Bali dengan Badan Pusat Statistik Provinsi Bali. Publikasi ini untuk memberikan gambaran singkat mengenai perkembangan pembangunan pemerintah daerah baik dari sisi aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan publik dan aspek daya saing daerah. Data yang dimuat dalam publikasi ini meliputi indikator-indikator yang berhubungan dengan ketiga aspek pengukuran tersebut yang tersedia sampai tingkat kabupaten/kota. Diharapkan publikasi ini dapat membantu memberikan infomasi yang dibutuhkan oleh pihakpihak yang berkepentingan. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan dan penerbitan publikasi ini, disampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih. Om, Santih, Santih, Santih, Om Denpasar, Desember 2014 Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bali, PANUSUNAN SIREGAR Pembina Utama Muda NIP

6 Halaman ini sengaja dikosongkan

7 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL i KATA SAMBUTAN iii KATA PENGANTAR v DAFTAR ISI vii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Maksud dan Tujuan Sumber Data Sistematika Penulisan 6 INDIKATOR PENGUKURAN 2.1. Pengukuran Parameter Kinerja Proses Hirarki Analitik 57 BAB II BAB III PEMBANGUNAN DAN MODEL PENGUKURAN 3.1. Pembangunan Ekonomi Pengukuran Indeks Kinerja Pembangunan 72 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Indeks Kinerja Pembangunan Provinsi Bali ~ Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek Pelayanan Umum Aspek Daya Saing Daerah Indeks Kinerja Pembangunan Kabupaten/Kota 109 PENUTUP BAB VI 5.1 Simpulan Saran Rekomendasai Kab./Kota 116 LAMPIRAN

8 Halaman ini sengaja dikosongkan

9 Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Sumber Data Sistematika Penulisan

10 BAB I Pendahuluan Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

11 BAB I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang meliputi berbagai dimensi untuk mengusahakan kemajuan dalam kesejahteraan ekonomi, modernisasi, pembangunan bangsa, wawasan lingkungan dan peningkatan kualitas manusia untuk memperbaiki kualitas hidupnya. Sejak dimulainya otonomi daerah pada tahun 1999, wewenang serta peran serta pemerintah daerah dalam merencanakan dan melaksanakan pembangunan menjadi semakin besar. Ditetapkannya undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempatnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan, memberikan hak otonomi yang semakin luas bagi daerah. Pemberian hak otonomi yang luas bagi daerah pada dasarnya memiliki tujuan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Di samping itu, melalui otonomi yang lebih luas, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan, kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia. Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

12 BAB I Pendahuluan Dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut, pemerintah tentunya akan merencanakan dan melaksanakan program-program pembangunan. Berkaitan dengan pelaksanaan program pembangunan yang dilaksanakan daerah, maka proses perencanaan, penetapan kebijakan, pelaksanaan, pengorganisasian, pengawasan, pengendalian, pembiayaan, koordinasi, penyempurnaan serta pengembangannya harus dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Selain itu setiap program kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah hendaknya menganut prinsip penyelenggaraaan pemerintahan yang baik, yaitu pemerintahan yang transparan, efektif dan efisien, dapat diukur tingkat keberhasilannya, serta dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat (akuntabiltas). Untuk mewujudkan hal tersebut, maka monitoring maupun evaluasi sangat diperlukan. Kegiatan monitoring maupun evaluasi sebagai bagian dari manajemen kinerja memerlukan data dan informasi sebagai landasan dalam mengukur kemajuan pencapaian tujuan penyelenggaraan otonomi daerah sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 32 tahun Ketersediaan data dan informasi yang mampu memenuhi kebutuhan daerah dalam pembangunan daerah sangat penting untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah. Selain itu, daerah membutuhkan pemahaman akan potensi dan kekuatan yang dimiliki serta kebutuhan daerah (local needs). Oleh karena itu, melalui indikator untuk pengukuran dan 4 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

13 BAB I Pendahuluan evaluasi kinerja ini diharapkan akan mampu memenuhi kebutuhan tersebut Maksud dan Tujuan Indeks kinerja pembangunan daerah yang meliputi kondisi yang ada, permasalahan, potensi wilayah, prioritas dan kebijakan pembangunan mampu memberikan gambaran yang jelas terhadap hasil-hasil pembangunan yang diukur dari berbagai aspek baik sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan. Indeks kinerja pembangunan daerah dapat digunakan sebagai dasar pengembangan wilayah yang sistematis dan strategis dan mengantisipasi pembangunan ke depan, agar Pemerintah Daerah mempunyai arah, strategi dan kebijakan dalam pengembangan wilayah Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penyusunan publikasi ini adalah hasil pengumpulan dan penghitungan data yang dilakukan oleh BPS serta beberapa data yang bersumber dari dinas/instasi terkait baik berupa data primer maupun data administrasi Sistematika Penulisan Dalam Penyusunan Analisis Kinerja Pembangunan Provinsi dan Kabupaten/Kota se Bali Tahun 2013 sistematika laporan penulisan hasilnya terdiri dari lima bagian yaitu sebagai berikut : Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

14 BAB I Pendahuluan I Pendahuluan 1. Latar Belakang 2. Tujuan 3. Sumber Data 4. Sistematika Penulisan II. Indikator Pengukuran 1. Pengukuran 2. Parameter Kinerja 3. Proses Hierarki Analitik III. Pembangunan dan Model Pengukuran 1 Pembangunan Ekonomi 2. Pengukuran Indeks Kinerja Pembangunan IV. Hasil dan Pembahasan 1 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2 Aspek Pelayanan Umum 3 Aspek Daya Saing Daerah 4 Indeks Kinerja Pembangunan V. Penutup 1 Simpulan 2. Saran 3. Rekomendasi Kab./Kota 6 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

15 Bab II INDIKATOR PENGUKURAN Pengukuran Parameter Kinerja Proses Hirarki Analitik

16 BAB II Indikator Pengukuran Halaman ini sengaja dikosongkan 8 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

17 BAB II Indikator Pengukuran 2.1. Pengukuran Pengukuran adalah kegiatan yang sistimatik untuk menyatakan suatu keadaan atau gejala dalam kuantitatif. Bentuk kuantitatif yang berupa angka selanjutnya dianalisis untuk menentukan kemampuan paradigma Good Governance yang mengedepankan keterpaduan dan keselarasan antara pemerintah (state), swasta (private) dan masyarakat (society) sesuatu yang dianalisis. Pengukuran kinerja merupakan usaha untuk menentukan kemajuan/kemunduran program/kegiatan suatu yang ditentukan oleh indikatorindikator yang mewakilinya, seperti pembangunan daerah dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi dan sebagainya. Pengukuran terhadap kinerja suatu daerah dapat memberi manfaat antara lain sebagai alat untuk mengidentifikasikan apakah tuntutan masyarakat sudah terpenuhi; membantu dalam memahami proses penyelenggaraan otonomi daerah serta menegaskan hal-hal yang telah dicapai serta menyingkap permasalahan yang belum diketahui; untuk meyakinkan bahwa keputusan yang diambil secara obyektif bukan semata karena emosional maupun intuisi semata; untuk menunjukkan perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan; untuk memperlihatkan keberhasilan yang telah dicapai; dan dapat dijadikan referensi bagi pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan. Saat ini, pemerintah daerah dituntut untuk lebih kompetitif, responsif, dan akuntabel dalam Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

18 BAB II Indikator Pengukuran penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena itu ketersediaan informasi kinerja daerah dapat menjawab segala kebutuhan tersebut Parameter Kinerja Indeks kinerja pembangunan daerah yang meliputi kondisi existing, permasalahan, potensi wilayah, prioritas dan kebijakan pembangunan mampu memberikan gambaran yang jelas terhadap hasil-hasil pembangunan yang diukur dari berbagai aspek baik sosial, ekonomi, budaya dan lingkungan. Indeks kinerja pembangunan daerah dapat digunakan sebagai dasar pengembangan wilayah yang sistematis dan strategis dan mengantisipasi pembangunan ke depan, agar Pemerintah Daerah mempunyai arah, strategi dan kebijakan dalam pengembangan wilayah. Dalam undang-undang No. 32 tahun 2004 disebutkan bahwa otonomi daerah adalah hak, wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-udangan. Sedangkan daerah otonom, selanjutnya disebut daerah dengan kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal tersebut 10 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

19 BAB II Indikator Pengukuran mengisyaratkan bahwa pemerintah daerah bukan satusatunya pelaku dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Sejalan dengan paradigma yang ada saat ini dimana dalam pembangunan daerah keterlibatan swasta dan masyarakat menjadi semakin kental sehingga kinerja daerah dapat diartikan bagaimana pemerintah daerah, sektor swasta dan masyarakat sebagai suatu sistem yang menjalankan fungsi dalam penyelenggaraan otonomi daerah. Dalam Pasal 2 ayat 3 UU. No. 32 Th disebutkan bahwa: Pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjalankan otonomi seluasluasnya kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan Pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Isi pasal tersebut menjelaskan bahwa apa yang sebenarnya menjadi parameter keberhasilan kinerja otonomi daerah. Keberhasilan daerah seyogyanya diletakkan pada sejauh mana daerah mampu mencapai tujuan otonomi daerah. Akan tetapi keberhasilan tersebut tidak hanya ditentukan oleh pemerintah saja namun sektor swasta dan masyarakat juga ikut andil serta didalamnya. Hal ini sejalan dengan paradigma Good Governance yang mengedepankan keterpaduan dan keselarasan antara pemerintah (state), swasta (private) dan masyarakat (society) sebagai suatu sistem. Dengan demikian pengkuruan kinerja daerah merupakan usaha untuk mengetahui sejauh mana kinerja daerah dalam pencapaian tujuan Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

20 BAB II Indikator Pengukuran penyelenggaraan otonomi daerah sebagai suatu sistem yang melibatkan tiga domain yang terkait yakni negara, swasta dan masyarakat. Adapun parameter kinerja yang digunakan sebagai berikut: 1. Peningkatan kesejahteraan masyarakat 2. Peningkatan pelayanan publik 3. Peningkatan daya saing daerah Ketiga parameter tersebut akan dibandingkan dengan capaian akhir pembangunan daerah yang dalam hal ini akan diwakili dengan indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dalam perspektif otonomi, pemberdayaan ketiga elemen tersebut merupakan salah satu sarana dan kondisi utama untuk tercapainya tujuan tersebut. Oleh karena itu pemberdayaan ketiga elemen dapat dijadikan instrumen untuk tercapainya tujuan otonomi daerah. Dengan cara pandang ini perbaikan dalam pemenuhan kebutuhan daerah dan perluasan akses merupakan hal yang penting Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Usaha untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat merupakan salah satu dasar dari pembentukan negara dan penyelenggaraan pemerintahan. Suatu pemerintahan yang terdesentralisasi dianggap lebih mampu mendorong proses pemberdayaan dan perbaikan kesejahteraan. Kebijakan desentralisasi didesain untuk menciptakan empowering welfare. Empowering welfare memiliki arti 12 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

21 BAB II Indikator Pengukuran bahwa kesejahteraan harus dikaitkan dengan proses pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kapasitas dan potensi seluruh anggota masyarakat. Dalam proses pemberdayaan masayarakat terdapat dua elemen yang tidak dapat dipisahkan yaitu self actualization dan self determination. Proses yang pertama mengacu kepada suatu rangakaian usaha yang dilakukan oleh anggota masyarakat dalam rangka mengembangkan kemampuannya dalam kehidupan sosial seperti kemampuan dalam bidang kesenian, teknologi, olah raga dan sebagainya. Sementara itu self determination adalah usaha yang dilakukan untuk memperjuangkan aspirasi dan kebutuhannya dalam proses pembuatan keputusan kolektif. Kemampuan dalam self determination sangat penting untuk mendukung self actualization disamping sebagai jaminan agar kebijakan oleh pemerintah dapat memperhatikan kekhususan kebutuhan setiap kategori sosial dalam masyarakat. Sementara itu, UNDP mengenalkan konsep pembangunan yang berfokus kepada manusia. Dalam konsep ini, manusia merupakan aktor utama dan pusat gravitasi dari pengembangan berbagai sistem yang mengatur berbagai dimensi kebutuhan kolektif. Menurut UNDP (2001) pengembangan manusia sebagai aktor pembangunan harus didasarkan pada empat elemen kunci, yaitu: 1. Produktifitas (productivity): manusia harus berkemampuan untuk meningkatkan produktifitasnya dan berpartisipasi penuh Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

22 BAB II Indikator Pengukuran dalam proses mencari penghasilan dan lapangan kerja. 2. Pemerataan (equity): setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama dalam kehidupan sosial, ekonomi dan politik. Artinya, semua hambatan terhadap peluang ekonomi, politik dan sosial harus dihapuskan sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari peluang yang tersedia. 3. Keberlanjutan (sustainable): akses terhadap peluang/ kesempatan harus tersedia bukan hanya untuk generasi sekarang tapi juga untuk generasi yang akan datang. Semua bentuk sumber daya fisik, manusia, alam harus dapat diperbaharui. 4. Pemberdayaan (Empowering): pembangunan harus dilakukan oleh semua orang dan bukan semata-mata dilakukan untuk kepentingan-kepentingan tersendiri atau kelompok. Dengan demikian setiap orang harus berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan dan proses yang mempengaruhi kehidupan mereka. Paralel dengan penekanan pada prinsip prinsip pembangunan yang berfokus kepada manusia, konsep kesejahteraan lebih menekankan pada model empowering welfare. Model empowering welfare tentu saja menghendaki adanya human capability 14 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

23 BAB II Indikator Pengukuran (kemampuan manusia). Oleh karena itu harus memperhatikan bidang bidang yang dianggap esensial bagi pengembangan harkat dan martabat manusia sebagai aktor dalam sistem ekonomi, sistem politik, sistem budaya dan keagamaan, sistem sosial dan sistem lingkungan hidup. Dengan cara pandang seperti ini maka peningkatan kesejahteraan menurut pendekatan empowering welfare dapat diukur melalui pendekatan materi dan non materi yang dapat diterjemahkan dalam kelompok-kelompok indikator. Kelompok indikator empowering welfare itu antara lain: 1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Kesejahteraan dan pemerataan ekonomi merupakan dimensi material dari kesejahteraan. Dalam pengkuran ini dipergunakan beberapa indikator, antara lain; a. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada tingkat regional (provinsi/kabupaten/kota) menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output (nilai tambah) pada waktu tertentu. PDRB dibentuk melalui berbagai sektor ekonomi yang mencakup sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; konstruksi; Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

24 BAB II Indikator Pengukuran perdagangan, restoran dan hotel; pengangkutan dan komunikasi; lembaga keuangan; dan jasa-jasa lainnya. b. Laju inflasi merupakan ukuran yang dapat menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi didasarkan pada Indeks harga konsumen (IHK) secara sampel di 66 kota di Indonesia yang mencakup komoditas yang dihitung berdasarkan pola konsumsi hasil Survei Biaya Hidup (SBH). Angka inflasi disajikan pada tingkat provinsi. c. PDRB per kapita dihitung berdasarkan pendapatan regional neto atas dasar biaya faktor dibagi dengan jumlah penduduk regional pertengahari tahun. d. Indeks Gini merupakan koefisien yang didasarkan pada kurva lorenz, yaitu sebuah kurva pendapatan kumulatif yang membandingkan distribusi dari suatu variabel tertentu (misalnya pendapatan) dengan distribusi uniform (seragam) yang mewakili persentase kumulatif penduduk. Koefisien gini didefinisikan sebagai A/(A+B), jika A=0 16 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

25 BAB II Indikator Pengukuran koefisien gini bernilai 0 yang berarti pemerataan sempurna, jika B=0 koefisien gini akan bernilai 1 yang berarti ketimpangan sempurna. e. Pemerataan pendapatan ini diperhitungkan berdasarkan pendekatan yang dilakukan oleh Bank Dunia, yaitu dengan mengelompokkan penduduk ke dalam tiga kelompok berdasarkan besarnya pendapatan. 40% penduduk berpendapatan rendah; 40% penduduk berpendapatan menengah, dan 20% berpendapatan tinggi. Ketimpangan pendapatan diukur dengan menghitung persentase jumlah pendapatan penduduk dari kelompok yang berpendapatan 40% terendah dibandingkan total pendapatan seluruh penduduk. Kategori ketimpangan ditentukan sebagai berikut: i. jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk kurang dari 12 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan tinggi. ii. jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

26 BAB II Indikator Pengukuran kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk antara persen dikategorikan ketimpangan pendapatan sedang/menengah. iii. jika proporsi jumlah pendapatan dari penduduk yang masuk kategori 40 persen terendah terhadap total pendapatan seluruh penduduk lebih dari 17 persen dikategorikan ketimpangan pendapatan rendah. f. Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional), adalah indeks untuk mengukur ketimpangan pembangunan antarkecamatan di suatu kabupaten/kota atau antar kabupaten/kota di suatu provinsi dalam waktu tertentu. Adapun formula yang dipakai dalam setiap pengukuran kesejahteraan dan pemerataan ekonomi adalah sebagai berikut: 18 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

27 BAB II Indikator Pengukuran Tabel 1. Indikator Pengukuran Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi FOKUS INDIKATOR FORMULA 1. Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi a. Pertumbuhan PDRB (PDRB (t+1) - PDRB (t)} / PDRB (t) X 100% Laju Inflasi b. Laju inflasi provinsi (Inf (t +1) - Inf (t)} / Inf (t) X 100% Pendapatan per kapita c. PDRB per kapita PDRB Penduduk pertengahan tahun Ketimpangan kemakmuran Pemerataan pendapatan d. Indeks Gini k e. Pemerataan pendapatan versi Bank Dunia G = l - fpi (Fci + Fci-l ) I Dimana: fpi = frekuensi penduduk pada kelas pendapatan ke i Fci = frekuensi kumulatif dari total pendapatan pada pendapatan ke i k = banyak kelas Fc i - l = frekuensi kumulatif dari total pendapatan pada kelas pendapatan kelas ke i YD4 = Qi-l Pi Pi Pi-l X qi YD 4 = Persentase pendapatan yang diterima oleh 40 % penduduk lapisan bawah Q i -l = Persentase kumulatif pendapatan ke i-1 P i = Persentase kuraulatif penduduk ke i = Persentase pendapatan ke i q i Ketimpangan regional Indeks ketimpangan Williamson (Indeks Ketimpangan Regional) IW = (Yi Y) 2 fi l n Y Tingkat kabupaten/kota Yi = PDRB perkapita di kecamatan I Y = PDRB perkapita rata-rata kab/kota fi = jumlah penduduk di kecamatan i n = jumlah penduduk di kab/kota Tingkat Provinsi Yi = PDRB perkapita di kab/kota i Y = PDRB perkapita rata-rata provinsi fi = jumlah penduduk di kab/kota i n = jumlah penduduk di provinsi Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

28 BAB II Indikator Pengukuran 2. Kesejahteraan Sosial Indikator yang dipergunakan adalah: a. Angka melek huruf (dewasa) adalah proporsi penduduk berusia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis dalam huruf latin atau lainnya. b. Angka rata-rata lama sekolah adalah rata-rata jumlah tahun yang dihabiskan oleh penduduk usia 15 tahun ke atas untuk menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani. c. Angka partisipasi murni adalah perbandingan penduduk usia antara 7 hingga 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun. d. Angka partisipasi kasar adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 hingga 18 tahun, e. Angka pendidikan yang ditamatkan adalah menyelesaikan pelajaran pada kelas atau tingkat terakhir suatu jenjang sekolah di sekolah negeri maupun swasta dengan mendapatkan surat tanda tamat belajar/ijazah. 20 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

29 BAB II Indikator Pengukuran f. Angka kelangsungan hidup bayi adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Angka kelangsungan hidup bayi = (1-angka kematian bayi). Angka kematian bayi dihitung dengan jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per kelahiran hidup pada tahun yang sama. g. Angka usia harapan hidup pada waktu lahir adalah perkiraan lama hidup ratarata penduduk dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. h. Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita, Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat badan menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO/NCHS. i. Persentase penduduk di atas garis kemiskinan dihitung dengan menggunakan formula (100 - angka kemiskinan). Angka kemiskinan adalah persentase penduduk yang masuk kategori miskin terhadap jumlah penduduk. Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah nilai rupiah Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

30 BAB II Indikator Pengukuran pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak. j. Persentase jumlah penduduk yang memiliki lahan adalah perbandingan jumlah penduduk yang memiliki lahan terhadap jumlah penduduk dikali 100. k. Rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Jika yang tersedia adalah angka pengangguran, maka angka yang digunakan adalah = (1 - angka pengangguran). l. Angka kriminalitas yang tertangani adalah penanganan kriminal oleh aparat penegak hukum (polisi/kejaksaan). Angka kriminalitas yang ditangani merupakan jumlah tindak kriminal yang ditangani selama 1 tahun terhadap penduduk. Adapun formula yang dipakai dalam setiap pengukuran kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut: 22 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

31 BAB II Indikator Pengukuran Tabel 2. Indikator Pengukuran Kesejahteraan Sosial 2. Kesejahteraan Sosial Pendidikan a. Angka melek huruf b. Angka rata-rata lama sekolah Penduduk usia 15 th ke atas dapat baca tulis Penduduk usia 15 th ke atas X 100 Kombinasi antara partisipasi sekolah, jenjang pendidikan yang sedang dijalani, kelas yg diduduki, dan pendidikan yang ditamatkan. Banyaknya murid usia 7-12, 13-15, th Kesehatan Kemiskinan c. Angka partisipasi murni d. Angka partisipasi kasar e. Angka pendidikan yang ditamatkan f. Angka kelangsungan hidup bayi Banyaknya penduduk usia 7-12, 13-15,16-18 th Banyaknya penduduk usia 7-12, 13-15, th Banyaknya murid SD, SLTP, SLTA. Banyaknya penduduk usia 7-12, 13-15,16-18 th Penduduk tamat (< SD, SD, SLTP, SLTA, Univ) Jumlah penduduk x 100 x 100 g. Angka usia harapan hidup dengan asumsi tidak ada perubahan pola h. Persentase balua gizi buruk i. Persentase penduduk diatas garis kemiskinan (1 - angka kematian bayi) x 100 Perkiraan lama hidup rata-rata penduduk Jumlah balita gizi buruk Jumlah balita x 100 (100 -angka kemiskinan ) Kepemilikan tanah j. Persentase penduduk yang memiliki iahan Kesempatan kerja k. Rasio penduduk yang bekerja Kriminalitas l. Angka kriminalitas yang tertangani Penduduk memiliki Iahan Jumlah penduduk Penduduk yang bekerja Angkatan kerja x 100 Jumlah tindak kriminal tertangani dalam 1 tahun Jumlah penduduk x Seni Budaya dan Olah Raga Pengukuran kinerja dalam bidang seni budaya dan olah raga merupakan pendekatan kesejahteraan yang sifatnya berdimensi non material. Kesejahteraan dalam dimensi ini merefleksikan kesejahteraan kehidupan kolektif dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat. Karena sifatnya yang bersifat Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

32 BAB II Indikator Pengukuran abstrak, pengukuran untuk parameter ini diterjemahkan dengan pendekatan bahwa setiap orang harus memiliki kesempatan yang sama dalam kehidupan seni budaya dan berolah raga. Dalam hal ini, semua hambatan terhadap akses dalam bidang ini harus dihapuskan sehingga semua orang dapat berpartisipasi dan mendapatkan manfaat dari peluang yang tersedia. Beberapa indikator pengukuran parameter seni budaya dan olah raga adalah: a. Jumlah grup kesenian adalah jumlah grup kesenian per penduduk. b. Jumlah gedung kesenian adalah jumlah gedung kesenian per penduduk. c. Jumlah klub olahraga adalah jumlah klub olahraga per penduduk. d. Jumlah gedung olahraga adalah jumlah gedung olahraga per penduduk. Adapun formula yang dipakai dalam setiap pengukuran kesejahteraan sosial adalah sebagai berikut: 24 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

33 BAB II Indikator Pengukuran Tabel 3. Indikator Pengukuran Seni Budaya dan Olah Raga 3. Seni Budaya dan Olah Raga Grup kesenian a. Jumlah grup kesenian Jumlah grup kesenian per penduduk Gedung kesenian b. Jumlah gedung kesenian Jumlah gedung kesenian per penduduk Klub olahraga c. Jumlah klub olahraga Jumlah klub olah raga per penduduk Gedung Olah Raga d. Jumlah gedung olah raga Jumlah gedung olah raga per penduduk Peningkatan Pelayanan Publik/Umum Menurut perspektif teori kontrak sosial, pelayanan umum merupakan dasar moral berdirinya suatu negara. Pelayanan umum dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan penyediaan pelayanan oleh pemerintah untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang pelaksanaannya dapat dilakukan oleh pemerintah sendiri dan/atau pihak lain, seperti swasta serta masyarakat. Sesuai dengan amanat Undang Undang Dasar 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemberian otonomi luas kepada daerah diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Uraian diatas mengisyaratkan bahwa kesejahteraan masyarakat merupakan ultimate goal dari pemberian otonomi. Sementara itu pelayanan dan pemberdayaan kepada masyarakat adalah instrumental/intermediate goal yang menjadi sasaran Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

34 BAB II Indikator Pengukuran dan kondisi utama bagi terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Penerapan kualitas dalam sektor publik dalam konteks sistem pemerintahan secara konseptual dapat dipahami dari dua level yaitu makro dan mikro. Pada level makro, penerapan kualitas dipahami sebagai upaya perbaikan hubungan antara masyarakat dan negara. Hal ini berkaitan dengan perbaikan kualitas hidup dan pemenuhan hak-hak pengguna pelayanan sebagai warga negara yang berhadapan dengan negara. Dalam konteks ini maka kualitas sering diartikan sebagai pemberian pilihan, akses, partisipasi dalam penentuan kebijakan layanan dan transparansi kepada pengguna layanan. Pada level mikro, penerapan kualitas berkaitan dengan perbaikan hubungan antara birokrasi penyedia layanan dengan pengguna layanan. Ini berkaitan dengan usaha memuaskan harapan dan kebutuhan layanan melalui perbaikan dalam proses penyedia layanan. Untuk konteks otonomi daerah, pelayanan yang wajib diberikan pemerintah daerah sesuai pasal 22 UU No. 34 tahun 2004 sebagaimana tersebut diatas dapat dikelompokan ke dalam pelayanan langsung dan tidak langsung terkait dengan kesejahteraan masyarakat. Pelayanan yang bersifat langsung tersebut dapat dibedakan lagi menjadi pelayanan administratif dan pelayanan social. Menurut William knox, pelayanan minimal yang harus disediakan oleh pemerintah adalah pelayanan yang menjamin proses reproduksi sistem sosial dan ekonomi suatu masyarakat. Pelayanan 26 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

35 BAB II Indikator Pengukuran minimal semacam ini berkaitan langsung dengan sarana masyarakat sebagai suatu social entity untuk mempertahankan (means of survival) dan mengembangkan daya hidupnya. Dari serangkaian kewajiban pemerintah menurut pasal 22 UU No. 34 tahun 2004, yang dimaksud pelayanan minimal adalah pelayanan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, pendidikan, kesehatan dan penyediaan fasilitas social dan fasilitas umum. Untuk jenis pelayanan terakhir ini secara minimal diartikan sebagai fasilitas yang mendukung kemampuan interaksional dan komunikasional para anggota-anggota masyarakat untuk mengembangkan diri melalui berbagai kegiatan transaksi sosial dalam rangka memperkuat solidaritas cultural dan ekonomi. Otonomi daerah memberikan peluang untuk terpenuhinya pelayanan minimal di daerah. Kewenangan yang dimiliki daerah untuk menyelenggarakan pelayanan umum sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi daerah akan mendekatkan pelayanan tersebut pada masyarakat. Dengan demikian diharapkan aspirasi masyarakat lebih terakomodir sehingga pada akhirnya akan meningkatkan kualitas pelayanan umum. Sebagai salah satu prasyarat untuk mendekatkan pelayanan tersebut kepada masyarakat adalah kemudahan akses yang artinya setiap orang memiliki peluang yang sama dalam mendapatkan akses pelayanan. Dalam hal ini, semua hambatan-hambatan terhadap akses dalam pelayanan tersebut harus Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

36 BAB II Indikator Pengukuran diminimalisir sehingga semua orang dapat memperoleh manfaat dari peluang yang tersedia. Merujuk pada konsepsi mengenai pelayanan minimal yang telah diuraikan diatas, maka indikator kunci dalam pengukuran kinerja di bidang pelayanan umum dalah sebagai berikut: 1. Pelayanan Dasar Indikator dalam pengukuran parameter pelayanan dasar adalah: a. Pendidikan dasar i. Angka partisipasi sekolah adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan dasar (7-12 tahun dan tahun) yang masih menempuh pendidikan dasar per jumlah penduduk usia pendidikan dasar. ii. Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat pendidikan dasar per jumlah penduduk usia pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan dasar. iii. Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat 28 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

37 BAB II Indikator Pengukuran pendidikan dasar per jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. iv. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata adalah jumlah guru pendidikan dasar per kelas per jumlah murid pendidikan dasar. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar per kelas. Disamping itu juga untuk mengukur jumlah ideal guru per kelas terhadap jumlah murid agar tercapai mutu pengajaran. b. Pendidikan menengah i. Angka partisipasi sekolah adalah jumlah murid kelompok usia pendidikan menengah (16-19 tahun) yang masih menempuh pendidikan menengah per 1,000 jumlah penduduk usia pendidikan menengah. ii. Rasio ketersediaan sekolah adalah jumlah sekolah tingkat Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

38 BAB II Indikator Pengukuran pendidikan menengah per jumlah penduduk usia pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan kemampuan untuk menampung semua penduduk usia pendidikan menengah. iii. Rasio guru terhadap murid adalah jumlah guru tingkat pendidikan menengah per jumlah murid pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal murid untuk satu guru agar tercapai mutu pengajaran. iv. Rasio guru terhadap murid per kelas rata-rata adalah jumlah guru pendidikan menengah per kelas per jumlah murid pendidikan menengah. Rasio ini mengindikasikan ketersediaan tenaga pengajar per kelas. Di samping itu juga untuk mengukur jumlah ideal guru per kelas terhadap jumlah murid agar tercapai mutu pengajaran. 30 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

39 BAB II Indikator Pengukuran v. Rasio posyandu per satuan balita adalah jumlah posyandu per balita. vi. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu terhadap penduduk adalah jumlah puskesmas, poliklinik, pustu per penduduk. vii. Rasio rumah sakit per satuan penduduk adalah jumlah rumah sakit per penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan fasilitas rumah sakit berdasarkan jumlah penduduk. viii. Rasio dokter per jumlah penduduk adalah jumlah dokter per penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan akses penduduk terhadap tenaga dokter. ix. Rasio tenaga medis per jumlah penduduk adalah jumlah tenaga medis per penduduk. Rasio ini mengukur ketersediaan akses penduduk terhadap tenaga medis. x. Persentase penanganan sampah adalah proporsi volume sampah Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

40 BAB II Indikator Pengukuran yang ditangani terhadap volume produksi sampah. xi. Persentase penduduk berakses air bersih adalah proporsi jumlah penduduk yang mendapatkan akses air minum terhadap jumlah penduduk secara keseluruhan. Yang dimaksud akses air bersih meliputi air minum yang berasal dari air mineral, air leding/pam, pompa air, sumur, atau mata air yang terlindung dalam jumlah yang cukup sesuai standar kebutuhan minimal. xii. Persentase luas permukiman yang tertata adalah proporsi luas area permukiman yang sesuai dengan peruntukan berdasarkan rencana tata ruang satuan permukiman terhadap luas area permukiman keseluruhan. xiii. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik adalah panjang jalan dalam kondisi baik dibagi dengan panjang jalan secara keseluruhan (nasional, provinsi, dan 32 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

41 BAB II Indikator Pengukuran kabupaten/kota). Hal ini mengindikasikan kualitas jalan dari keseluruhan panjang jalan. xiv. Rasio jaringan irigasi adalah perbandingan panjang jaringan irigasi terhadap luas lahan budidaya. Panjang jaringan irigasi meliputi jaringan primer, sekunder, tersier. Hal ini mengindikasikan ketersediaan saluran irigasi untuk kebutuhan budidaya pertanian. xv. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk adalah jumlah ketersediaan tempat ibadah per jumlah penduduk. xvi. Persentase rumah tinggal bersanitasi adalah proporsi rumah tinggal bersanitasi terhadap jumlah rumah tinggal. xvii. Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk adalah jumlah daya tampung tempat. pemakaman umum per jumlah penduduk. xviii. Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk adalah jumlah daya tampung tempat pembuangan Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

42 BAB II Indikator Pengukuran sampah per jumlah penduduk, xix. Rasio rumah layak huni adalah perbandingan jumlah rumah layak huni dengan jumlah penduduk. xx. Rasio permukiman layak huni adalah perbandingan luas permukiman layak huni dengan luas wilayah permukiman secara keseluruhan. Indikator ini mengukur proporsi luas pemukiman yang layak huni terhadap keseluruhan luas pemukiman. xxi. Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah adalah perbandingan luas ruang terbuka hijau terhadap luas keseluruhan lahan yang diberikan HPL/HGB. xxii. Rasio bangunan ber-imb per satuan bangunan adalah perbandingan jumlah bangunan ber-imb terhadap jumlah seluruh bangunan yang ada. xxiii. Jumlah arus penumpang angkutan umum (bis/kereta api/kapal laut/pesawat udara) 34 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

43 BAB II Indikator Pengukuran yang masuk/keluar daerah selama 1 (satu) tahun. xxiv. Rasio ijin trayek adalah perbandingan jumlah ijin trayek yang dikeluarkan selama 1 (satu) tahun terhadap jumlah penduduk. xxv. Jumlah uji kir angkutan umum selama 1 (satu) tahun. xxvi. Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis yang diukur berdasarkan jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis. Tabel 4. Indikator Pengukuran Pelayanan Dasar Pelayanan Dasar Pendidikan Pendidikan dasar: a. Angka partisipasi sekolah b. Rasio ketersediaan sekolah/ penduduk usia sekolah c. Rasio guru/murid d. Rasio guru/murid per kelas rata-rata Pendidikan menengah: e. Angka partisipasi sekolah f. Rasio ketersediaan sekolah terhadap penduduk usia sekolah g. Rasio guru terhadap murid h. Rasio guru terhadap murid per kelas ratarata Jumlah murid usia pendidikan dasar Jumlah penduduk usia pendidikan dasar Jumlah sekolah pendidikan dasar Penduduk usia pendidikan dasar x 1000 x Jumlah guru pendidikan dasar x 1000 Jumlah murid pendidikan dasar Jumlah guru sekolah pendidikan dasar per kelas x 1000 Jumlah murid pendidikan dasar Jumlah murid usia pendidikan menengah Jumlah penduduk usia pendidikan menengah x 1000 Jumlah sekolah pendidikan menengah Penduduk usia pendidikan menengah Jumlah guru pendidikan menengah Jumlah murid pendidikan menengah x x 1000 Jumlah guru sekolah pendidikan menengah per kelas Jumlah murid pendidikan menengah Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

44 BAB II Indikator Pengukuran Lanjutan Tabel 4. Pelayanan Dasar i. Rasio posyandu per satuan balita Jumlah posyandu Jumlah balita x 1000 j. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk. Jumlah puskesmas, poliklinik, pustu Jumlah penduduk x 1000 Kesehatan k. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk Jumlah rumah sakit Jumlah penduduk x 1000 l. Rasio dokter per satuan penduduk Jumlah dokter Jumlah penduduk x 1000 m. Rasio tenaga medis per satuan penduduk Jumlah tenaga medis Jumlah penduduk x 1000 n. Persentase penanganan sampah Volume sampah yang ditangani Volume produksi sampah x 100 Lingkungan hidup o. Persentase penduduk berakses air minum Penduduk berakses air minum Jumlah penduduk x 100 p. Persentase luas permukiman yang tertata Luas area permukiman tertata Luas area permukiman keseluruhan x 100 q. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik r. Rasio jaringan irigasi s. Rasio tempat ibadah per satuan penduduk Panjang jalan kondisi baik Panjang jalan seluruhnya Panjang saluran irigasi Luas lahan budidaya pertanian Jumlah tempat ibadah Jumlah penduduk t. Persentase rumah tinggal bersanitasi Jumlah rumah tinggal berakses sanitasi Jumlah rumah tinggal x 100 Sarana dan Prasarana Umum u. Rasio tempat pemakaman umum per satuan penduduk v. Rasio tempat pembuangan sampah (TPS) per satuan penduduk w. Rasio rumah layak huni Jumlah daya tampung tempat pemakaman umum Jumlah penduduk Jumlah daya tampung TPS Jumlah penduduk Jumlah rumah layak huni Jumlah penduduk x 1000 x 1000 x. Rasio permukiman layak huni Luas pemukiman layak huni Luas wilayah permukiman 36 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

45 BAB II Indikator Pengukuran Lanjutan Tabel 4. Penataan Ruang Perhubungan r. Rasio ruang terbuka hijau per satuan luas wilayah ber HPL/HGB s. Rasio bangunan ber-imb per satuan bangunan t. Jumlah arus penumpang angkutan umum ab. Rasio ijin trayek ac. Jumlah uji kir angkutan umum ad. Jumlah pelabuhan laut/udara/termin al bis Luas ruang terbuka hijau Luas wilayah ber HPL/HGB Jumlah bangunan ber - IMB Jumlah bangunan Jumlah arus penumpang angkutan umum yang masuk/keluar daerah Jumlah ijin trayek yang dikeluarkan Jumlah penduduk Jumlah uji kir angkutan umum Jumlah pelabuhan laut/udara/terminal bis 2. Pelayanan Penunjang Indikator dalam pengukuran parameter pelayanan penunjang adalah: i. Jumlah investor merujuk pada jumlah proyek-proyek penanaman modal yang diinvestasikan baik PMDN maupun PMA selama 1 (satu) tahun. ii. Nilai investasi merujuk pada besaran rupiah dari proyek-proyek penanaman modal yang diinvestasikan baik PMDN maupun PMA selama 1 (satu) tahun. iii. Rasio daya serap tenaga kerja adalah perbandingan jumlah tenaga kerja yang bekerja pada perusahaan PMA/PMDN terhadap jumlah seluruh PMDN dan PMA. Penanaman modal terdiri dari Penanaman Modal Asing (PMA) dan Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

46 BAB II Indikator Pengukuran Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Data bersumber dari Badan Penanaman Modal (BPM). Data PMA/PMDN yang dimaksud mengenai proyek-proyek penanaman modal yang disetujui pemerintah tidak termasuk sektor minyak, asuransi, dan perbankan. iv. Persentase koperasi aktif adalah proporsi jumlah koperasi aktif terhadap jumlah seluruh koperasi. v. Jumlah UKM non BPR/LKM dihitung berdasarkan jumlah yang aktif. vi. Jumlah BPR/LKM dihitung berdasarkan jumlah yang aktif. Kredit Usaha Kecil Menengah (KUKM) untuk mengetahui fasilitas perkreditan yang diberikan pada usaha kecil menengah. Fasilitas perkreditan ini mencakup keberadaan dari jumlah koperasi aktif, jumlah UKM non BPR/LKM serta jumlah BPR/LKM. vii. Rasio penduduk ber-ktp adalah perbandingan jumlah penduduk usia 17 tahun ke atas yang ber-ktp terhadap jumlah penduduk usia 17 tahun ke atas atau telah menikah. viii. Rasio bayi berakte kelahiran adalah perbandingan jumlah bayi lahir dalam 1 tahun yang berakte kelahiran 38 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

47 BAB II Indikator Pengukuran terhadap jumlah bayi lahir pada tahun yang sama. ix. Rasio pasangan berakte nikah adalah perbandingan jumlah pasangan nikah dalam 1 tahun yang berakte terhadap jumlah keseluruhan pasangan nikah pada tahun yang sama. Kependudukan dan catatan sipil untuk mengetahui masalah kependudukan yang terkait dengan tertib administrasinya. Administrasi kependudukan mencakup kartu tanda penduduk (KTP), akte kelahiran, dan surat-surat nikah. x. Angka tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) per tahun adalah jumlah angkatan kerja usia 15 tahun ke atas per jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Angka ini menggambarkan jumlah angkatan kerja dari keseluruhan penduduk. xi. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun adalah jumlah sengketa yang terjadi per jumlah perusahaan. Angka ini mengindikasikan hubungan antara pengusaha sebagai pemilik modal dan pekerja sebagai penyedia jasa tenaga. Semakin tinggi sengketa antara pengusaha dengan pekerja menunjukkan adanya Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

48 BAB II Indikator Pengukuran ketidakharmonisan yang berakibat pada penurunan investasi. xii. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah adalah proporsi perempuan yang bekerja pada lembaga pemerintah terhadap jumlah seluruh pekerja perempuan. xiii. Persentase partisipasi perempuan di lembaga swasta adalah proporsi perempuan yang bekerja pada lembaga swasta terhadap jumlah seluruh pekerja perempuan. xiv. Rasio KDRT adalah jumlah KDRT yang dilaporkan dalam periode 1 (satu) tahun per rumah tangga. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak : perlu akses seluasluasnya terhadap perempuan untuk berperan aktif di semua bidang kehidupan dalam rangka pemberdayaan untuk menuju kesetaraan gender. Untuk mengetahui peran aktif perempuan dapat diukur dari partisipasi perempuan di lembaga pemerintah maupun swasta, besarnya angka kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). xv. Persentase tenaga kerja di bawah umur adalah proporsi pekerja anak usia 5-14 tahun terhadap jumlah pekerja usia 5 40 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

49 BAB II Indikator Pengukuran tahun ke atas. Hal ini mengindikasikan masih belum ada perlindungan anak. Anak dianggap masih memiliki nilai ekonomi dan seringkali anak dieksploitasi. xvi. Rata-rata jumlah anak per keluarga adalah jumlah anak dibagi dengan jumlah keluarga. xvii. Rasio akseptor KB adalah jumlah akseptor KB dalam periode 1 (satu) tahun per 1000 pasangan usia subur pada tahun yang sama. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera: untuk mengetahui tingkat partisipasi pasangan usia subur (PUS) terhadap KB. Besarnya angka partisipasi KB (akseptor) menunjukkan adanya pengendalian jumlah penduduk. xviii. Jumlah jaringan komunikasi adalah banyaknya jaringan komunikasi baik telepon genggam maupun stasioner. xix. Rasio ketersediaan wartel/warnet adalah jumlah wartel/warnet per penduduk. xx. Jumlah surat kabar nasional/lokal adalah banyaknya jenis surat kabar terbitan nasional/lokal yang masuk ke daerah. Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

50 BAB II Indikator Pengukuran xxi. Jumlah penyiaran radio/tv adalah banyaknya penyiaran radio/tv nasional maupun lokal yang masuk ke daerah. Komunikasi dan informatika: media yang dapat digunakan untuk memudahkan setiap orang berkomunikasi, menambah pengetahuan serta sebagai sarana hiburan. Indikator yang digunakan untuk mengukur kemudahan setiap orang berkomunikasi yakni tersedianya jaringan telepon, jumlah wartel, jumlah surat kabar, stasiun radio/tv, dan pos. xxii. Persentase luas lahan bersertifikat adalah proporsi jumlah luas lahan bersertifikat (HGB, HGU, HM, HPL) terhadap luas wilayah daratan. Indikator pertanahan untuk mengetahui tertib administrasi sebagai kepastian dalam kepemilikan tanah. xxiii. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) adalah banyaknya kelompok binaan LPM dalam 1 (satu) tahun dibagi dengan jumlah LPM. xxiv. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK adalah banyaknya kelompok binaan 42 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

51 BAB II Indikator Pengukuran PKK dalam 1 (satu) tahun dibagi dengan jumlah PKK. xxv. Jumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dihitung berdasarkan jumlah LSM aktif. xxvi. Jumlah perpustakaan. xxvii. Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun. xxviii. Rasio jumlah polisi Pamong Praja per penduduk. xxix. Jumlah Linmas per penduduk. xxx. Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan adalah perbandingan jumlah pos siskamling selama 1 (satu) tahun dengan jumlah desa/kelurahan. Penyelenggaraan keamanan dan ketertiban masyarakat: untuk memastikan tingkat keamanan dan ketertiban masyarakat. Ukuran yang digunakan untuk keamanan dan ketertiban masyarakat adalah rasio polisi pamong praja terhadap setiap penduduk, jumlah Linmas setiap penduduk serta tersedianya pos siskamling per desa/kelurahan atau sebutan lain. xxxi. Jumlah organisasi pemuda yang aktif sampai dengan tahun pengukuran. xxxii. Jumlah organisasi olahraga yang aktif sampai dengan tahun pengukuran. Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

52 BAB II Indikator Pengukuran xxxiii. Jumlah kegiatan (event) kepemudaan dalam periode 1 (satu) tahun. xxxiv. Jumlah kegiatan (event) olahraga dalam periode 1 (satu) tahun. Tabel 5. Indikator Pengukuran Pelayanan Penunjang 2. Pelayanan Penunjang Penanaman Modal KUKM Kependudukan dan catatan sipil a. Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) b. Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) c. Rasio daya serap tenaga kerja d. Persentase koperasi aktif e. Jumlah UKM non BPR/LKMUKM f. Jumlah BPR/LKM f. Rasio penduduk berktp per satuan penduduk g. Rasio bayi berakte kelahiran h. Rasio pasangan berakte nikah Jumlah investor berskala nasional (PMDN/PMA) Jumlah nilai investasi berskala nasional (PMDN/PMA) Jumlah tenaga kerja bekerja pada perusahaan PMA/PMDN Jumlah seluruh PMA/PMDN Jumlah koperasi aktif Jumlah seluruh koperasi x 100 Jumlah UKM aktif non BPR/LKM UKM Jumlah BPR/LKM aktif Jumlah penduduk usia > 17 yang berktp Jumlah penduduk usia > 17 atau telah menikah Jumlah bayi lahir yang mempunyai akte kelahiran Jumlah keseluruhan bayi lahir Jumlah pasangan nikah berakte nikah Jumlah keseluruhan pasangan nikah Ketenagakerjaan j Angka partisipasi angkatan kerja k. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun Angkatan kerja 15 tahun ke atas Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas Jumlah sengketa pengusaha pekerja Jumlah Perusahaan x 100 x 1000 Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak l. Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah m. Partisipasi perempuan di lembaga swasta n. Rasio KDRT o. Persentase jumlah tenaga kerja dibawah umur Pekerja perempuan di lembaga pemerintah Jumlah pekerja perempuan Pekerja perempuan di lembaga swasta Jumlah pekerja perempuan x 100 x 100 Jumlah KDRT Jumlah rumah tangga x 100 Pekerja anak usia 5-14 tahun Jumlah pekerja usia 5 tahun ke atas x Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

53 BAB II Indikator Pengukuran Lanjutan Tabel Pelayanan Penunjang KB dan KS Komunikasi dan Informatika Pertanahan Pemberdayaan masyarakat dan desa p. Rata-rata jumlah anak per keluarga q. Rasio akseptor KB r. Jumlah jaringan komunikasi s. Rasio wartel/warnetterhadap penduduk t. Jumlah surat kabar nasional/lokal u. Jumlah penyiaran radio/tv lokal v. Persentase luas lahan bersertifikat w. Rata-rata jumlah kelompok binaan lembaga pemberdaya-an masyarakat (LPM) x. Rata-rata jumlah kelompok binaan PKK y. Jumlah LSM Jumlah anak Jumlah keluarga Jumlah akseptor KB Jumlah pasangan usia subur x 100 Jumlah jaringan telepon genggam/stasioner Jumlah wartel/warnet Jumlah penduduk x 100 Jenis surat kabar nasional/lokal yang masuk ke daerah Jumlah penyiaran radio/tv yang masuk ke daerah Jumlah luas lahan bersertifikat Jumlah luas wilayah x 100 Jumlah kelompok binaan LPM Jumlah LPM Jumlah kelompok binaan PKK Jumlah PKK Jumlah LSM yang aktif Perningkatan Daya Saing Daerah Dalam penjelasan pasal 2 ayat 3 UU No. 32 tahun 2004 disebutkan bahwa daya saing daerah merupakan kombinasi antara faktor ekonomi daerah, kualitas kelembagaan publik, sumber daya manusia dan teknologi yang secara keseluruhan membangun kemampuan daerah untuk bersaing dengan daerah lain. Peningkatan kapasitas daya saing daerah merupakan upaya untuk menumbuhkan daya saing nasional. Porter (2002), salah satu penggagas Global Competitiveness Rangking, menyampaikan gagasan mengenai berbagai sumber daya saing daerah. Disebutkan bahwa daya saing daerah dan standard Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

54 BAB II Indikator Pengukuran hidup (kesejahteraan) dalam konteks wilayah ditentukan oleh produktivitas yang dicapai dengan memberdayaan sumber daya manusia, modal (capital) dan sumber daya alam suatu daerah. Ditekankan bahwa definisi dari suatu daya saing daerah adalah produktivitas. Menurut Porter ukuran yang paling tepat dalam mengukur daya saing daerah adalah produktivitas. Sementara produktivitas ditentukan oleh nilai barang dan jasa serta efisiensi dalam produksinya. Produktivitas dalam suatu daerah adalah sebuah reflesi atau cerminan dari pilihan yang dilakukan baik oleh perusahaan lokal maupun non lokal yang berada di lokasi (daerah) tersebut untuk melakukan aktivitas ekonomi. Produktivitas dari industri lokal adalah hal yang mendasar dan sangat penting dalam meningkatkan daya saing. Dalam daya saing daerah dijelaskan bahwa daerah bersaing dalam menawarkan lingkungan bisnis yang paling produktif bagi kegiatann usaha. Sektor publik dan sektor swasta memainkan peran yang berbeda namun saling terkait dalam usaha menciptakan perekonomian yang produktif. Oleh karena itu, persaingan diperlukan untuk menarik atau menjaga agar para pelaku usaha tetap melakukan kegiatan ekonomi di daerah tersebut. Kemampuan daerah dalam mengembangkan potensi lokal yang berkelanjutan akan terlihat dari daya saing daerah itu. Daya saing melibatkan berbagai dimensi yang berbeda yang saling berinteraksi satu sama lain. Kompleksitas faktor-faktor pembentuk daya saing 46 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

55 BAB II Indikator Pengukuran dalam konteks daerah, yaitu daya saing suatu wilayah terlihat dari beragam indikator yang ditampilkan dalam studi yang berbeda. Dari berbagai model pengukuran daya saing disimpulkan bahwa pendekatan yang digunakan dalam mengukur daya saing terutama ditekankan pada faktorfaktor yang membentuk daya saing dan output dari kemampuan ekonomi suatu daerah. Terdapat kelompok besar indikator daya saiang yaitu perekonomian daerah, kelembagaan publik, infrastruktur dan sumberdaya manusia. Dapat dikatakan bahwa faktor-faktor pembentuk daya saing adalah indikator input daya saing suatu daerah dan sebagai outputnya adalah produktivitas. Hal ini karena kualitas kelembagaan publik, infrastruktur yang memadai dan sumberdaya manusia yang terdapat di daerah berpengaruh terhadap pilihan-pilihan untuk melakukan aktivitas ekonomi di daerah yang dapat berdampak pada efisiensi produk. Seiring dengan perkembangan teknologi, kebutuhan infrastruktur sebagai penunjang kegiatan ekonomi tidak lagi hanya diperhitungkan dari infrastruktur fisik seperti jaringan transportasi. Terlebih dalam era keterbukaan ini, akses terhadap sistem telekomunikasi seperti jaringan internet dan telepon selular sangat berperan dalam meningkatkan efisiensi produksi. Sehingga dalam aspek infrastruktur, teknologi dapat dijadikan suatu indikator. Adapun teknologi yang menonjol dan berperan dalam meningkatkan efisiensi produksi adalah teknologi Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

56 BAB II Indikator Pengukuran komunikasi, disamping itu teknologi yang secara langsung digunakan dalam proses produksi. Dalam aspek sumberdaya manusia, manusia adalah subyek dari kegiatan perekonomian daerah. Produktivitas dapat ditopang oleh kualitas sumberdaya manusianya. Adanya inovasi dan kemampuan adaptasi terhadap kondisi lingkungan global tercipta dari sumberdaya manusia yang berkualitas. Sementara sumberdaya manusia yang berkualitas dapat terbentuk sebagai outcomes dari pendidikan. Pilihan-pilihan untuk melakukan ativitas ekonomi dapat terpengaruh oleh kualitas kelembagaan publik daerah. Ketidakprofesionalan aparatur publik daerah ditambah rantai birokrasi yang panjang dan pada akhirnya berujung pada inefisiensi akibat biaya ekonomi yang semakin tinggi. Otonomi daerah diharapkan mampu meningkatkan kualitas kelembagaan publik daerah. Pendelegasian kewenangan diyakini dapat membuat birokrat daerah semakin efisiensi dan efektif dalam menjalankan tugasnya. Infrastruktur, sumberdaya manusia dan kualitas kelembagaan mungkin menentukan atau mempengaruhi hasil tetapi bukan menjadi bagian dari hasil tersebut. Ketiga aspek tersebut adalah faktor penjelas mengapa hasil yang diperoleh mencapai tingkat tertentu. Adapun hasilnya adalah meningkatnya perekonomian daerah. Dan sebagai hasil akhir atau outcomes dari daya saing daerah adalah meningkatnya standard hidup atau kesejahteraan masyarakat. 48 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

57 BAB II Indikator Pengukuran Dengan mempertimbangkan ketersediaan data yang ada serta keterkaitan dengan indikator pada dua parameter lain, berbagai indikator yang dapat dipergunakan dalam pengukuran daya saing dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Kemampuan ekonomi daerah Indikator dalam pengukuran parameter kemampuan ekonomi daerah adalah: a. Angka konsumsi RT per kapita adalah rata-rata pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung berdasarkan pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per jumlah penduduk. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih. Bukan makanan mencakup perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan sebagainya. b. Perbandingan faktor produksi dengan produk yang menggambarkan nilai tukar petani adalah perbandingan antara indeks yang diterima (It) petani dan dibayar (Ib) petani. Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator yang berguna untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani, karena mengukur kemampuan tukar produk (komoditas) yang Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

58 BAB II Indikator Pengukuran dihasilkan/dijual petani dibandingkan dengan produk yang dibutuhkan petani baik untuk proses produksi (usaha) maupun untuk konsumsi rumah tangga. Jika NTP lebih besar dari 100 maka periode tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan periode tahun dasar, sebaliknya jika NTP lebih kecil dari 100 berarti terjadi penurunan daya beli petani. c. Persentase konsumsi RT untuk non pangan adalah proporsi total pengeluaran rumah tangga untuk non pangan terhadap total pengeluaran. d. Produktivitas daerah per sektor (9 sektor) merupakan jumlah PDRB dari setiap sektor dibagi dengan jumlah angkatan kerja dalam sektor yang bersangkutan. PDRB dihitung berdasarkan 9 (sembilan) sektor. 50 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

59 BAB II Indikator Pengukuran Tabel 6. Indikator Pengukuran Kemampuan Ekonomi Daerah 1. Kemampuan Ekonomi Daerah Pengeluaran a. Angka konsumsi RT konsumsi rumah per kapita tangga per kapita Nilai tukar petani a. Perbandingan faktor produksi dengan produk Pengeluaran konsumsi non pangan perkapita Produktivitas total daerah c. Persentase Konsumsi RT untuk non pangan d. Dihitung produktivitas daerah setiap sektor pada 9 sektor: 1) Pertanian 2) Pertambangan dan penggalian 3) Industri pengolaha n 4) Listrik 5) Bangunan 6) Perdagangan 7) Pengangkutan dan komunikasi 8) Keuangan 9) Jasa NTP = Total pengeluaran RT Jumlah anggota RT indeks yangditerima petani (It) indeks yang dibayar petani (Ib) Total pengeluaran RT non - pangan Total pengeluaran nilai tambah seluruh sektor per angkatan kerja Nilai tambahan sektor ke - i Jumlah angkatan kerja dimana i = sektor 1 s/d sektor 9 x 100 x 100% 2. Fasilitas wilayah/infrastruktur Indikator dalam pengukuran parameter fasilitas wilayah/infrastruktur adalah: a. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan adalah perbandingan panjangjalan terhadap jumlah kendaraan. b. Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum dalam periode 1 (satu) tahun. Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

60 BAB II Indikator Pengukuran c. Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/terminal dalam periode 1 (satu) tahun. d. Ketaatan terhadap RTRW merupakan realisasi luas wilayah sesuai dengan peruntukannya dibagi dengan luas wilayah yang direncanakan sesuai dengan RTRW. e. Luas wilayah produktif adalah persentase realisasi luas wilayah produktif terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW. f. Luas wilayah industri adalah persentase realisasi luas kawasan Industi terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW. g. Luas wilayah kebanjiran adalah persentase luas wilayah banjir terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW. h. Luas wilayah kekeringan adalah luas wilayah kekeringan terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW. i. Luas wilayah perkotaan adalah persentase realisasi luas wilayah perkotaan terhadap luas rencana wilayah budidaya sesuai dengan RTRW. 52 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

61 BAB II Indikator Pengukuran j. Jenis dan jumlah bank dan cabangcabangnya. k. Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang-cabangnya. l. Fasilitas bank dan non bank diukur dengan jenis dan jumlah bank dan cabang-cabangnya, dan jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang-cabangnya, m. Persentase rumah tangga yang menggunakan air bersih adalah proporsi jumlah rumah tangga yang menggunakan air bersih terhadap jumlah rumah tangga. n. Rasio ketersediaan daya listrik adalah perbandingan daya listrik terpasang terhadap jumlah kebutuhan. o. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik merupakan proporsi jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai daya penerangan terhadap jumlah rumah tangga. p. Persentase penduduk yang menggunakan HP/telepon adalah proporsi jumlah penduduk menggunakan telepon/hp terhadap jumlah penduduk. q. Persentase jumlah restoran menurut jenis dan kelas. Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

62 BAB II Indikator Pengukuran r. Persentase jumlah penginapan/hotel menurut jenis dan kelas. Tabel 7. Indikator Pengukuran Fasilitas Wilayah/Infrastruktur 2. Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Aksesibilitas daerah a. Rasio panjangjalan per jumlah kendaraan b. Jumlah orang/ barang yang terangkut angkutan umum c. Jumlah orang/barang melalui dermaga/ bandara/ terminal per tahun Panjang Jalan Jumlah Kendaraan Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum Jumlah orang/barang melalui dermaga/ bandara/ terminal per tahun Penataan wilayah d. Ketaatan terhadap RTRW e. Luas wilayah produktif f. Luas wilayah industri g. Luas wilayah kebanjiran h. Luas wilayah kekeringan i. Luas wilayah perkotaan Realisasi peruntukan Rencana Tata Ruang Wilayah - RTRW/Rencana Peruntukan Jumlah luas wilayah ke I Jumlah luas keseluruhan wil.budidaya x 100 i.= wilayah produktif, industri, kebanjiran, kekeringan dan perkotaan Fasilitas bank dan non bank f. Jenis dan jumlah bank dan cabangcabangnya g. Jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang- Ketersediaan air bersih 1. Persentase Rumah Tangga (RT) yang menggunakan air bersih Fasilitas listrik dan telepon m. Rasio ketersediaan daya listrik n. Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik o. Persentase penduduk yang menggunakan HP/relepon Jumlah dan jenis bank dan cabang-cabangnya Jumlah dan jenis perusahaan asuransi dan cabang-cabangnya Jumlah RT menggunakan air bersih Jumlah RT Daya listrik terpasang Jumlah kebutuhan Jumlah Rumah Tangga menggunakan listrik Jumlah Rumah Tangga Jumlah penduduk menggunakan HP/telpon Jumlah penduduk x 100 x 100 x 100 Ketersediaan restoran Ketersediaan penginapan p. Jenis, kelas, dan jumlah Persentase jumlah restoran menurut jenis dan kelas restoran q. Jenis, kelas, dan Persentase jumlah penginapan/ hotel menurut jenis dan kelas jumlah penginapan/ hotel 54 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

63 BAB II Indikator Pengukuran 3. Iklim berinvestasi Indikator dalam pengukuran parameter iklim investasi adalah: a. Angka kriminalitas dihitung berdasarkan delik aduan dari penduduk korban kejahatan dalam periode 1 (satu) tahun. b. Jumlah demo adalah jumlah demo yang terjadi dalam periode 1 (satu) tahun. c. Lama proses perijinan merupakan ratarata waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh suatu perijinan. Kemudahan perijinan adalah proses pengurusan perijinan yang terkait dengan persoalan investasi relatif sangat mudah dan tidak memerlukan waktu yang lama. d. Jumlah dan macam pajak daerah dan retribusi daerah diukur dengan jumlah dan macam insentif pajak dan retribusi daerah yang mendukung iklim investasi. e. Jumlah perda yang mendukung iklim usaha. f. Persentase desa/kelurahan berstatus swasembada terhadap total desa/ kelurahan adalah proporsi jumlah desa/kelurahan berswasembada terhadap jumlah desa/ kelurahan. Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

64 BAB II Indikator Pengukuran Berdasarkan kriteria status, desa/kelurahan diklasifikasikan menjadi 3, yakni swadaya (tradisional); swakarya (transisional); dan swasembada (berkembang). Tabel 8. Indikator Pengukuran Iklim Investasi 3. Iklim Berinvestasi Keamanan dan ketertiban Kemudahan penjinan c. Lama proses perijinan Pengenaan pajak d. Jumlah dan macam daerah pajak dan retribusi daerah Perda e. Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha Status desa f. Persentase desa berstatus swasembada terhadap total desa a. Angka kriminalitas Jumlah tindak kriminal yang terjadiselama 1 tahun Jumlah penduduk seluruhnya b. Jumlah demo Jumlah demo dalam 1 tahun Rata-rata lama proses perijinan (dalam hari) Jumlah dan macam pajak dan retribusi daerah Jumlah Perda yang mendukung iklim usaha Jumlah desa/kelurahan berswasembada Jumlah desa/kelurahan x x Sumberdaya manusia Indikator dalam pengukuran parameter sumberdaya manusia adalah: a. Rasio lulusan S1/S2/S3 adalah jumlah lulusan S1/S2/S3 per penduduk. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan 56 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

65 BAB II Indikator Pengukuran penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. 2. Rasio ketergantungan adalah perbandingan jumlah penduduk usia <15 tahun dan >64 tahun terhadap jumlah penduduk usia tahun. Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Tabel 9. Indikator Pengukuran Sumberadaya Manusia 4. Sumber Daya Manusia Kualitas tenaga kerja a. Rasio lulusan S1/S2/S3 Jumlah lulusan S1/S2/S3 Jumlah penduduk x Tingkat ketergantungan b. Rasio ketergantungan Penduduk usia < 15 th + usia > 64 Penduduk usia x Proses Hierarki Analitik Dalam penghitungan skore setiap parameter kinerja digunakan suatu metode yang dikenal dengan proses hierarki analitik (Analytical Hierarchy Process AHP). AHP dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty dari Wharton School of Business dalam memilih alternative yang paling disukai atau dominant (Saaty, 1983). Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang akan dipecahkan dalam suatu kerangka pikir yang terorganisasi sehingga memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

66 BAB II Indikator Pengukuran atas persoalan tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat proses pengambilan keputusan. Prinsip kerja AHP adalah menyederhanakan suatu persoalan yang kompleks yang tidak terukur, stategis dan dinamik menjadi bagian-bagiannya serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan suatu variable diberi nilai numerik secara subyektif tentang arti variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variable yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variable yang memiliki prioritas yang paling tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada system tersebut. Secara grafis, persoalan keputusan AHP dapat dikontruksikan sebagai diagram bertingkat yang dimulai dari goal/sasaran, kemudian kriteria level pertama hingga sub alternatif. AHP memungkinkan dalam memberikan nilai bobot relatif dari suatu kriteria majemuk secara intuitif yaitu dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons). AHP memiliki banyak keunggulan dalam menjelaskan proses pengambilan keputusan karena dapat digambarkan secara grafis sehingga mudah dipahami oleh semua pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Dengan AHP, proses pengambilan keputusan yang kompleks dapat diuraikan menjadi keputusankeputusan lebih kecil yang dapat ditangani dengan mudah. 58 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

67 BAB II Indikator Pengukuran Selain itu, AHP juga menguji konsistensi penilaian bila terjadi penyimpangan yang terlalu jauh dari penilaian konsistensi sempurna maka hal ini menunjukkan bahwa penilaian perlu diperbaiki atau hierarki harus distruktur ulang. Beberapa keuntungan yang diperoleh bila memecahkan persoalan dan mengambil keputusan dengan menggunakan AHP adalah: a. Kesatuan: AHP memberikan suatu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk aneka ragam persoalan yang tidak terstruktur. b. Kompleksitas: AHP memadukan rancangan deduktif dan rancangan berdasarkan system dalam memecahkan persoalan kompleks. c. Saling ketergantungan: AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu system dan tidak memaksakan pemikiran linier. d. Penyusunan Hierarki: AHP mencerminkan kecendurangan alami pikiran untuk memilahmilah elemen-elemen suatu system dalam berbagai tingkatan yang berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat. e. Pengukuran: AHP memberikan suatu skala untuk mengukur hal-hal dan terwujud suatu metode untuk menetapkan prioritas. f. Konsistensi: AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan untuk menetapkan berbagai prioritas. Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

68 BAB II Indikator Pengukuran g. Sintesis: AHP menuntun ke suatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif. h. Tawar-menawar: AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relative dari berbagai faktor system dan memungkinkan organisasi memilih alternative terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka. i. Penilaian dan consensus: AHP tidak memaksakan consensus tetapi mensintesiskan suatu hasil yang representative dari berbagai penilaian yang berbeda. j. Pengulangan proses: AHP memungkinkan organisasi memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan dan pengertian mereka melalui pengulangan. Kriteria dan alternative dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1983), untuk berbagai persoalan skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapatan kualitatif dari skala perbandingan Saaty adalah sebagai berikut: Tabel 10. Skala Pengukuran dalam Proses Hierarki Analitik Nilai Keterangan 1 Kriteria/Alternatif A sama penting dengan criteria/alternative B 3 A sedikit lebih penting dari B 5 A jelas lebih penting dari B 7 A sangat jelas lebih penting dari B 9 A Mutlak lebih penting dari B 2,4,6,8 Apabila ragu-ragu antara dua nilai yang berdekatan 60 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

69 Bab III PEMBANGUNAN DAN MODEL PENGUKURAN Pembangunan Ekonomi Pengukuran Indeks Kinerja Pembangunan

70 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran Halaman ini sengaja dikosongkan 62 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

71 3.1. Pembangunan Ekonomi BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Struktur perekonomian Provinsi Bali didominasi oleh sektor pariwisata. Ketergantungan akan kinerja sektor pariwisata membuat faktor-faktor eksternal sangat mempengaruhi kondisi perekomian. Hal ini terlihat dari besar kecilnya perubahan nilai tambah yang dihasilkan oleh para wisatawan yang datang ke Bali yang secara tidak langsung diakibatkan oleh kondisi perekonomian di negara asal wisatawan. Kejadian-kejadian besar seperti Bom Bali I, Bom Bali II, dan Krisis Keuangan Global yang terjadi pada tahun 2008, juga cukup berdampak pada sektor pariwisata di Bali. Meningkatnya jumlah pengangguran, kemiskinan, dan lesunya sektor pariwisata, berpengaruh besar terhadap lemahnya perekonomian Bali. pembangunan ekonomi diartikan sebagai suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita Secara teori, pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses multidimensional dimana terjadi perubahan struktur ekonomi ataupun dinamika ekonomi dalam suatu wilayah. Pembangunan ekonomi juga dapat diartikan sebagai proses kenaikan pendapatan total suatu wilayah dan pendapatan perkapita yang mencerminkan pendapatan masing-mnasing individu. Salah satu indikator kinerja pembangunan ekonomi tersebut, adalah adanya tingkat pertumbuhan ekonomi. Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

72 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran Tingkat pertumbuhan ekonomi didapatkan dari menghitung pertumbuhan nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dimana PDRB merupakan keseluruhan nilai tambah yang tercipta akibat proses produksi baik barang ataupun jasa di suatu wilayah/region pada suatu periode tertentu (biasanya setahun atau triwulan) tanpa memperhatikan asal/domisili pelaku produksinya. Selama lima tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Bali terbilang cukup stabil. Terjadinya krisis eropa dan masih belum pulihnya ekonomi dunia pasca krisis global, berpengaruh pada perekonomian Bali, terutama pada sektor pariwasata, dimana terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali. Namun demikian, ekonomi Bali masih mampu tumbuh pada kisaran 5 sampai 6 persen. Ekonomi Bali mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,33 persen pada tahun Kondisi domestik, diantaranya pengeluaran yang tinggi pada saat menghadapi Pemilu merupakan pendorong meningkatnya konsumsi terutama lembaga suasta nirlaba (partai politik) yang pada akhirnya berimbas pada beberapa sektor perekonomian seperti industri pengolahan dan jasa-jasa (sektor industri dan jasa-jasa mengalami peningkatan produksi seiring meningkatnya permintaan terkait pemilu). Ditambah lagi oleh produksi pertanian yang masih lebih baik dari tahun sebelumnya sehingga ekonomi Bali tetap tumbuh sebesar 5,33 persen. Pada tahun 2010 perekonomian Bali tumbuh sebesar 5,83 persen, mengalami peningkatan dibandingkan tahun 64 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

73 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran sebelumnya. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi bali merupakan indikasi bahwa perekonomian Bali tumbuh semakin baik, dan mampu bertahan dari krisis ekonomi global. Pada tahun 2011, semakin membaiknya perekonomian Bali, ditunjukan dengan pertumbuhan ekonomi yang mampu menyentuh level 6 persen, yaitu sebesar 6,49 persen dan kembali meningkat menjadi 6,65 persen pada tahun ,1 6,49 6,65 7,35 5,83 6,05 5,33 4,37 4,71 3, LPE Laju Inflasi Memasuki tahun 2013, perekonomian mengalami pertumbuhan sebesar 6,05 persen. Jika dibandingkan dengan tahun 2012, laju pertumbuhan ekonomi Bali mengalami perlambatan. Kendati mengalami perlambatan, pertumbuhan ekonomi Bali sebenarnya sudah sangat baik, karena ditengah masa pemulihan ekonomi dunia, perekonomian Bali masih mampu tumbuh diatas 6 persen, dan berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara itu, angka inflasi cenderung menunjukkan fluktuasi selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2009, walaupun masih adanya imbas krisis Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

74 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran keuangan global, inflasi Bali mampu terjaga pada 4,37 persen. Hal ini salah satunya disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah menurunkan harga BBM bersubsidi pada bulan Januari, dari harga Rp ,- menjadi harga Rp ,-. Selain itu pemerintah Indonesia juga mengeluarkan paket kebijakan Stimulus Fiskal sebesar 73,3 triliun yang bertujuan untuk tetap menjaga konsumsi rumah tangga di atas 4 persen, peningkatan daya saing dan daya tahan usaha dan untuk peningkatan belanja infrastruktur padat karya. Pada tahun 2010, laju inflasi Bali mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2009 yakni sebesar 8,1 persen. Selanjutnya, pada tahun 2011 laju inflasi Bali turun menjadi sebesar 3,75 persen, dan kembali naik pada tahun 2012, menjadi 4,71 persen. Pada tahun 2013 laju inflasi kembali mengalami peningkatan signifikan hingga mencapai 7,35 persen. Kenaikan harga-harga, banyak dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah yang akhirnya menaikkan harga BBM bersubsidi pada 22 juni tahun 2013, dari harga Rp ,- menjadi harga Rp , Tenaga Kerja Dalam melaksanakan pembangunan sumber daya manusia memgang peranan penting. Sumber daya manusia yang berkualitas akan meningkatkan produktivitas. Maka tidak salah bila tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi merupakan komponen penting dalam pelaksanaan pembangunan. Makin banyak tenaga kerja yang tersedia, secara 66 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

75 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran otomatis akan memperbesar input yang pada akhirnya berpengaruh terhadap peningkatan output. Namun besarnya jumlah tenaga kerja jika tidak diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan justru akan menimbulkan masalah baru. Apa yang terjadi di negara berkembang contohnya. Kelebihan tenaga kerja justru menimbulkan masalah yang pada akhirnya menjadi beban bagi pemerintah, bukan saja berpengaruh kepada proses pembangunan secara ekonomi, tapi juga menyentuh aspek politis yang berujung pada terganggunya keamanan dan ketentraman. Seperti kebanyakan negara berkembang, masalah ketenagakerjaan di Indonesia masih menjadi masalah utama bagi pemerintah. Meningkatnya jumlah tenaga kerja belum dapat diimbangi dengan penyerapannya pada sektor-sektor ekonomi. Persepsi yang berkembang selama ini, bahwa ketika pertumbuhan ekonomi meningkat maka akan mampu menyerap tenaga kerja, dengan kata lain mengurangi pengangguran, namun harus dipahami bahwa tidak semua sektor ekonomi mampu menyerap banyak tenaga kerja. Terdapat sektor-sektor ekonomi yang merupakan sektor padat modal, artinya sektor tersebut mampu menghasilkan nilai tambah tinggi, hanya membutuhkan sedikit tenaga kerja. Tenaga kerja pada sektor-sektor tersebut merupakan tenaga kerja yang memiliki skill dan tingkat pendidikan dengan spesifikasi tertentu. Adanya perbedaan spesifikasi kebutuhan tenaga kerja dengan tenaga kerja yang tersedia, menyebabkan tidak semua tenaga kerja dapat terserap, dengan kata lain Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

76 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran menambah jumlah pengangguran. Tingginya pengangguran akan menyebabkan turunnya produktivitas dan turunnya tingkat pendapatan. Selain itu biaya sosial masyarakat seperti biaya medis, biaya keamanan, serta biaya sosial lain yang dikeluarkan pemerintah menjadi semakin tinggi. Sehingga secara tidak langsung dapat menghambat proses pembangunan karena beban pemerintah menjadi semakin besar. Melihat dampak yang ditimbulkan pengangguran, maka diperlukan solusi yang komprehensip, tidak saja menanggulagi masalah pengangguran dari satu sisi saja. Berdasarkan data Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), jumlah penduduk usia kerja di Bali (usia 15 tahun ke atas) cenderung mengalami peningkatan, seiring bertambahnya jumlah penduduk Bali. Pada tahun 2009, jumlah penduduk usia kerja di Bali mencapai orang, terus mengalami peningkatan hingga mencapai pada tahun Peningkatan ini juga berdampak pada peningkatan penduduk yang tergolong angkatan kerja (bekerja dan mencari pekerjaan). Hingga tahun 2013 jumlah penduduk yang tergolong angkatan kerja adalah sebanyak orang. Sementara itu, hal berbeda terjadi pada Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang selama 5 tahun terakhir cenderung mengalami penurunan. Banyak penduduk usia kerja yang memilih mengurus rumah tangga atau merupakan penduduk usia sekolah yang memilih melanjutkan sekolahnya. Pada tahun 2013 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 68 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

77 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran (TPAK) sebesar 75,35 persen, mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 76,97 persen. Angka ini merupakan cerminan jumlah penduduk yang aktif di pasar kerja terhadap total penduduk usia kerja. Sektor pariwisata merupakan sektor primadona di Provinsi Bali. Geliat industri pariwisata di Bali, selain menarik minat investor untuk menanamkan modalnya, juga menarik bagi pencari kerja untuk mencari penghidupan yang lebih baik. Kuatnya daya tarik pariwisata ini tidak hanya menarik para pencari kerja yang berasal dari Bali namun juga dari luar Bali. Namun sayangnya, banyaknya penduduk luar Bali yang datang mencari peruntungan, belum mampu terserap secara optimal. Pada tahun 2013 jumlah penduduk tergolong angkatan kerja yang terserap pada lapangan pekerjaan mencapai 98,21 persen dan merupakan yang tertinggi selama lima tahun terakhir. Jika dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi, maka hal ini adalah suatu indikasi yang baik, karena tumbuhnya ekonomi juga diikuti dengan penyerapan tenaga kerja. Hal ini menjadikan jumlah angkatan kerja yang belum terserap (pengangguran) mengalami penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2009, tingkat pengangguran di Bali mencapai 3,12 persen, dan selama lima tahun terus mengalami penurunan, dan pada tahun 2013 jumlahnya sebesar 1,79 persen. Semakin turunnya tingkat pengangguran di Provinsi Bali menunjukkan bahwa semakin bergairahnya perekonomian di Bali sehingga angkatan kerja mampu terserap oleh lapangan Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

78 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran pekerjaan yang diciptakan pemerintah maupun sektor swasta. Tabel3.1 Indikator Ketenagakerjaan di Bali Tahun Indikator Jumlah Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja Sudah Bekerja Pengangguran Bukan Angkatan Kerja Masih Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya Kesempatan Kerja (persen) 96,87 96,94 97,68 97,96 98,21 5 Pengangguran terbuka 3,13 3,06 2,32 2,04 1,79 6 TPAK 77,82 77,38 76,45 76,97 75,35 7 Daya Serap Tenaga Kerja (persen) 100,00 100,00 100,00 100,00 100, Pertanian 34,24 30,87 25,24 25,24 24, Industri Pengolahan 14,28 13,94 13,16 13,72 14, Perdagangan 23,77 26,24 27,05 27,56 27, Jasa-Jasa 13,63 14,75 17,75 17,20 16, Lainnya ,19 16,79 16,28 17,40 Sumber: BPS Provinsi Bali Kemiskinan Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang tidak kalah penting untuk diatasi di negara berkembang seperti Indonesia. Seperti halnya dengan masalah pengangguran, kemiskinan juga menjadi perhatian utama pemerintah, mengingat sampai saat ini penangangan masalah kemiskinan masih belum optimal. Masih banyaknya penduduk yang tidak dapat memenuhi kebutuhan primer, sulitnya membiayai fasilitas kesehatan, tidak layaknya fasilitas perumahan, masih banyaknya anak-anak yang putus sekolah merupakan cerminan masyarakat miskin di Indonesia. Maka tidak 70 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

79 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran salah jika para calon-calon pemimpin di negara ini menggunakan isu kemiskinan dalam programprogramnya untuk menarik simpati masyarakat. Kemiskinan dapat dilihat dari berbagai aspek dengan menggunakan berbagai macam ukuran dan konsep. Berbagai macam pendapat tenang kemiskinan berkembang di masyarakat, mulai dari ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar, hingga mencakup masalah sosial dan moral yang ada di masyarakat. Sementara itu, ada juga pendapat yang mengatakan bahwa kemiskinan terkait dengan sikap, perilaku, budaya hidup yang tidak berdaya terhadap sebuah sistem yang diberlakukan pemerintah sehingga masyarakat berada pada posisi yang lemah (kemiskinan struktural). Namun secara umum, konsep kemiskinan lebih banyak ditekankan pada kekurangan material. Apabila seseorang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya seperti pangan, sandang, dan papan secara layak maka dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut termasuk dalam kategori miskin secara material. Selama ini masalah kemisikinan lebih sering dikaitkan dengan aspek ekonomi, karena aspek inilah yang paling mudah untuk diukur dan dibandingkan. Namun jika dilihat lebih jauh lagi, kemiskinan juga memiliki kaitan dengan masalah-masalah lain seperti masalah sosial, budaya, sosial politik, kesehatan, dan pendidikan. Menelaah kemiskinan dari berbagai aspek sangat diperlukan untuk memahami secara komprehensif tentang masalah kemiskinan. Berbagai masalah yang terkait dengan kemiskinan tidak dapat diselesaikan Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

80 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran dengan satu tindakan dari pemerintah, namun diperlukan upaya yang komperhensif dari pemerintah dan pihakpihak yang terkait, karena kemiskinan merupakan masalah yang kompleks dan menyentuh hingga berbagai aspek kehidupan masyarakat. Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi tingkat kemiskinan yang terjadi di Indonesia dan Bali pada khususnya. Namun banyak kalangan yang berpendapat bahwa program-program yang dicanangkan pemerintah belum maksimal menurunkan tingkat kemiskinan. Program-progam pengentasan kemiskinan yang dicanangkan pemerintah dinilai belum sistematis dan saling tumpang tindih, sehingga tidak efektif dalam mengurangi angka kemiskinan. Oleh karena itu, pemerintah perlu membuat program-program pengentasan kemiskinan secara terpadu yang mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat dan secara langsung melibatkan masyarakat miskin dalam proses pelaksanaanya. Provinsi Bali sebagai daerah ysng mengandalkan sektor pariwisata sebagai tulang punggung perekonomiannya, juga tidak lepas dari peermasalahan kemiskinan. Fenomena seperti krisis Bom Bali I, Bom Bali II, dan adanya Krisis Keuangan Global berdampak pada keadaan pariwisata di Bali. Banyaknya tenaga kerja yang di PHK di sektor pariwisata dikhawatirkan akan berdampak pada kemakmuran masyarakat Bali. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian yang masih bertahan di kala krisis sudah mulai ditinggalkan oleh masyarakat Bali. 72 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

81 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran Pasca kejadian Bom Bali I pada tahun 2002, dampaknya terhadap perekonomian Bali sangat dirasakan. Sektor pariwisata sebagai tulang punggung perekonomian bali mengalami goncangan yang dasyat. Turunnya jumlah kunjungan wisatawan menyebabkan banyak tenaga kerja yang bekerja di sektor pariwisata kehilangan pekerjaan. Hal ini berpengaruh pada menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat Bali, yang menyebabkan bertambahnya penduduk miskin. Pada tahun 2003 jumlah penduduk miskin di Bali meningkat menjadi 246,10 ribu jiwa (6,89 persen) dari tahun sebelumnya sebanyak 221,80 ribu jiwa. Kemudian dengan segala upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi dampak Bom Bali I tersebut, jumlah penduduk miskin di Bali mengalami penurunan pada periode Pada tahun 2005 jumlah penduduk miskin di Bali menurun menjadi 228,4 ribu jiwa (6,72 persen) dari tahun sebelumnya yang sebanyak 231,9 ribu jiwa (6,85 persen). Belum juga pulih sepenuhnya, pada tahun 2005 Bali kembali terpuruk dengan adanya Bom Bali II. Walaupun dampak dari Bom Bali II tidak sebesar Bom Bali I, tetapi Bali kembali harus menata sektor-sektor perekonomiannya agar mampu bangkit kembali. Dampak dari Bom Bali II juga terlihat pada jumlah penduduk miskin di Bali. Pada tahun 2006 jumlah penduduk miskin di Bali naik sebesar 15,1 ribu jiwa dari tahun 2005 atau menjadi 243,5 ribu jiwa. Guncangan bom Bali I dan II menyebabkan Bali berada pada titik terendahnya. Keadaan ini memaksa masyarakat bali untuk mengadopsi berbagai strategi agar Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

82 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran bisa bertahan dalam situasi yang sulit. Dalam waktu dua tahun setelah bom Bali II, keadaan ekonomi Bali mulai pulih dan menunjukkan peningkatan. Membaiknya kondisi perekonomian Bali ditunjukkan dengan menurunnya jumlah penduduk miskin di Bali pada periode tahun Pada tahun 2008 jumlah penduduk miskin di Bali sebanyak 215,7 ribu jiwa (6,17 persen) atau mengalami penurunan dari tahun 2006 yang mencapai 243,5 ribu jiwa (7,08 persen). Penurunan ini disinyalir akibat antisipasi yang lebih baik oleh pemerintah melalui berbagai kebijakan yang langsung menyentuh masyarakat miskin disamping kondisi ekonomi yang mengalami pertumbuhan cukup baik dan makin banyaknya angkatan kerja yang terserap pada lapangan pekerjaan. Memasuki tahun 2009, pertumbuhan ekonomi kembali berpengaruh positif terhadap penurunan kemiskinan. Pada tahun ini, jumlah penduduk miskin hanya 181,7 ribu orang atau 5,13 persen. Lebih bagusnya lagi penurunan kemiskinan terjadi di daerah pedesaan maupun perkotaan. Hanya saja, tingkat kemiskinan di daerah pedesaan masih relatif tinggi. Tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 upaya pemerintah untuk menekan tingkat kemiskinan sudah semakin dirasakan. Adanya program pemerintah Bali seperti SIMANTRI, Bursa Kerja Online, JKBM, Bedah Rumah dan lainnya memberikan angin segar pada masyarakat luas untuk dapat memperbaiki taraf hidupnya dengan memperoleh kesempatan kerja yang layak, layanan kesehatan, dan perumahan yang memadai. 74 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

83 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran Pada tahun 2010 jumlah penduduk miskin sebesar 174,9 ribu orang atau 4,88 persen. Kemudian pada tahun 2011 terjadi penurunan jumlah penduduk miskin yakni menjadi 166,2 ribu orang atau 4,20 persen. Tabel3.2 Indikator Kemiskinan di Bali Tahun Tahun Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa ,10 181,30 248,40 4,30 11,35 7, ,90 122,90 221,80 5,72 8,25 6, ,70 146,40 246,10 6,14 8,48 7, ,00 144,90 231,90 5,05 8,71 6, ,90 122,50 228,40 5,40 8,51 6, ,40 116,00 243,50 6,40 8,03 7, ,80 109,20 229,00 6,01 7,47 6, ,10 100,70 215,70 5,70 6,81 6, ,10 89,70 181,70 4,50 5,98 5, ,60 91,30 174,90 4,04 6,02 4, ,90 73,30 166,20 3,91 4,65 4, ,40 77,40 168,80 3,77 4,79 4, ,03 79,74 182,77 4,17 5,00 4,49 Sumber: BPS Provinsi Bali Sementara itu, pada tahun 2012 jumlah penduduk miskin adalah sebanyak 168,80 ribu jiwa, mengalami peningkatan dari tahun sebulumnya yang sebanyak 166,20 ribu jiwa. Pada tahun 2013, jumlah penduduk miskin kembali mengalami peningkatan, menjadi sebanyak 182,77 ribu jiwa. Melambatnya pertumbuhan ekonomi bali pada tahun 2013, serta terjadinya kenaikan harga BBM bersubsidi pada bulan Juni tahun 2013, disinyalir sebagai penyebab meningkatnya jumlah penduduk miskin. Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

84 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran 3.2. Pengukuran Indeks Kinerja Pembangunan Pembangunan yang dilakukan di daerah pada akhirnya ditujukan bagi kesejahteraan rayat yang berada di daerah tersebut. Sebagai subyek dan obyek pembangunan maka peningkatan pembangunan manusia merupakan hal pokok yang tidak mungkin untuk dikesampingkan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 6 tahun 2008, Pembangunan Manusia dijadikan parameter akhir keberhasilan pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah. Mengadopsi hal tersebut maka dilakukan model terhadap pembangunan manusia terhadap tiga parameter aspek pembangunan yang lain yaitu aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah. Namun demikian untuk beberapa indikator yang diperkirakan mempengaruhi ketiga aspek tersebut tidak dapat digunakan karena keterbatasan serta kesinambungan data yang ada. Model pengukuran indeks kinerja pembangunan terhadap pembangunan manusia menggunakan alat analisis yaitu AHP untuk membuat skoring dari tiga parameter yang ada sehingga nantinya dapat disandingkan antara hasil kinerja utama dengan parameter utama yaitu Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dengan melakukan perbandingan perbandingan terhadap tiga aspek pembangunan yang diperkiraan mempunyai peranan paling penting terhadap pembangunan manusia maka didapat hasil sebagai berikut: 76 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

85 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran Gambar 1. Model Pengukuran Indeks Kinerja Pembangunan INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) INDEKS KINERJA PEMBANGUNAN (IKP) Aspek Kesejahteraan Masyarakat (AKM) Aspek Pelayanan Umum (APU) Aspek Daya Saing Daerah (ADSD) 0,6087 0,2842 0,1071 Sehingga formulasi IKP menjadi: IKP = (0,6087) AKM + (0,2842) APU + (0,1071) ADSD Dari Gambar 1, terlihat bahwa penentu utama dari indeks kinerja pembangunan (IKP) adalah aspek kesejahteraan masyarakat (AKM) sebesar 60,87% diikuti oleh aspek pelayanan umum (APU) sebesar 28,42% dan terakhir adalah aspek daya saing daerah (ADSD) sebesar 10,71%. Nilai tersebut menunjukkan bahwa begitu besar aspek kesejahteraan masyarakat dalam menentukan kinerja pembangunan. Disisi lain, masih kecilnya peranan aspek daya saing daerah dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu daerah. Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

86 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran Model Pengukuran Aspek Kesejahteraan Masyarakat (AKM) Pengukuran aspek kesejahteraan masyarakat (AKM) mempergunakan data yang dirasa tersedia sampai tingkat kabupaten/kota. AKM dibentuk oleh dua parameter yaitu kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Gambar 2. Model Pengukuran Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek Kesejahteraan Masyarakat (AKM) Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi (KPE) Kesejahteraan Sosial (KSo) 0, , 3744 Sehingga model dalam penentuan AKM adalah sebagai berikut: AKM = (0,6256) KPE + (0,3744) KSo Keterangan: APM KPE KSo : Aspek Kesejahteraan Masyarakat : Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi : Kesejahteraan Sosial 78 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

87 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran Dari Gambar 2, terlihat bahwa kesejahteraan dan pemerataan ekonomi memiliki prioritas pertama sebesar 62,56% dalam menentukan aspek kesejahteraan masyarakat diikuti oleh kesejahteraan sosial sebesar 37,44%. Untuk parameter kesejahteraan dan pemerataan ekonomi (KPE) terdapat lima indikator yang membentuknya, yaitu: 1. Pertumbuhan ekonomi (PEk) 2. Laju Inflasi PDRB (PDRB) 3. PDRB per Kapita (Kapita) 4. Ketimpangan kemakmuran (KKe) 5. Pemerataan pendapatan (PPend) Sehingga formulasi pengukuran adalah sebagai berikut: KPE = (0,1900) PEk + (0,1181) PDRB + (0,1170) Kapita - (0,1956) KKe + (0,3793) PPend Parameter kesejahteraan dan pemerataan ekonomi (KPE) didominasi oleh indikator pemerataan pendapatan (PPend), dimana indikator ini mempengaruhi KPE sebesar 37,93%. Sedangkan indikator pertumbuhan ekonomi dapat mempengaruhi parameter kesejahteraan dan pemerataan ekonomi (KPE) sebesar 19,00%, laju inflasi PDRB (11,81%), PDRB per kapita (11,70%) dan ketimpangan kemakmuran sebesar 19,56%. Sedangkan dalam pengukuran parameter kesejahteraan sosial (KSo) terdapat lima indikator utama dan sub indikator, yaitu: Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

88 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran 1. Pendidikan (Pend) a. Angka Melek Huruf (AMH) b. Angka Rata-rata Lama Sekolah (ARLM) c. Angka Partisipasi Murni (APM) d. Angka Partisipasi Kasar (APK) e. Angka Pendidikan yang Ditamatkan (APyD) Formulasi yang terbentuk: Pend. = (0,2949) AMH + (0,2174) ARLM + (0,1741) APM + (0,1637) APK + (0,1500) ApyD Aspek pendidikan dalam mempengaruhi parameter kesejahteraan sosial (KSo) banyak dipengaruhi oleh indikator angka melek huruf sebesar 29,49% diikuti indikator rata-rata lama sekolah (21,74%), angka partisipasi murni (17,41%), angka partisipasi kasar (16,37%) dan indikator pendidikan yang ditamatkan sebesar 15,00%. 2. Kesehatan (Ksht) 3. Kemiskinan (Kems) 4. Kesempatan Kerja (KKe) 5. Kriminalitas (Krim) Setelah diketahui persamaan untuk setiap indikator dalam parameter kesejahteraan sosial (KSo), maka formulasi KSo adalah: KSo = (0,2409) Pend + (0,1811) Ksht (0,3095) Kems + (0,1409) KKe (0,1276) Krim 80 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

89 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran Untuk parameter kesejahteraan sosial (KSo), indikator kemiskinan sangat mempengaruhi keberhasilan kesejahteraan sosial, dimana indikator ini memiliki bobot sebesar 30,95% kemudian diikuti oleh indikator pendidikan (24,09%), kesehatan (18,11%), kesempatan kerja (14,09%) dan indikator kriminalitas memiliki bobot sebesar 12,76% Model Pengukuran Aspek Pelayanan Umum (APU) Pengukuran aspek pelayanan umum (APU) mempergunakan data yang dirasa tersedia sampai tingkat kabupaten/kota. Komponen pembentuk APU adalah parameter pelayanan dasar (PDa) dan pelayanan penunjang (PPenj). Gambar 3. Model Pengukuran Aspek Pelayanan Umum Aspek Pelayanan Umum (APU) Pelayanan Dasar (PDa) Pelayanan Penunjang (PPenj) 0, , 3184 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

90 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran Sehingga model dalam penentuan APU adalah sebagai berikut: APU = (0,6816) PDa + (0,3184) PPenj Keterangan: APU : Aspek Pelayanan Umum PDa : Pelayanan Dasar PPenj : Pelayanan Penunjang Dari Gambar 3, terlihat bahwa pelayanan dasar memiliki prioritas utama sebesar 68,16% dalam menentukan aspek pelayanan umum diikuti oleh pelayanan penunjang sebesar 31,84%. Pelayanan Dasar (PDa) Untuk parameter pelayanan dasar (PDa) terdapat empat indikator serta delapan sub sektor, yaitu: 1. Pendidikan (Pendd) a. Sekolah Dasar i. Angka Partisipasi Sekolah (APSSD) ii. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah (RKSSD) iii. Rasio guru/murid (RGMSD) Formulasi: SD = (0,4770) APSSD + (0,2941) RKSSD + (0,2290) RGMSD Formula tersebut mengartikan bahwa kinerja pemerintahan dalam hal program SD akan tergambar dari peningkatan angka partisipasi sekolah dengan bobot sebesar 47,70% 82 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

91 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran sedangkan untuk rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah (29,41%) dan rasio guru-murid sebesar 22,90%. b. Sekolah Menengah Tingkat Pertama i. Angka Partisipasi Sekolah (APSSMP) ii. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah (RKSSMP) iii. Rasio guru/murid (RGMSMP) Formulasi: SMP = (0,4133) APSSMP + (0,3212) RKSSMP + (0,2655) RGMSMP Untuk keberhasilan program di tingkat SMP maka akan tergambar juga dari peningkatan angka partisipasi sekolah dengan bobot sebesar 41,33% sedangkan untuk rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah (32,12%) dan rasio guru-murid sebesar 26,55%. c. Sekolah Menengah Tingkat Atas i. Angka Partisipasi Sekolah (APSSMA) ii. Rasio ketersediaan sekolah/penduduk usia sekolah (RKSSMA) iii. Rasio guru/murid (RGMSMA) Formulasi: SMA = (0,4133) APSSMA + (0,3212) RKSSMA + (0,2655) RGMSMA Sementara itu, untuk keberhasilan program di tingkat SMA tergambar pula dari peningkatan angka partisipasi sekolah dengan bobot sebesar Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

92 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran 41,33% sedangkan untuk rasio ketersediaan sekolah per penduduk usia sekolah (32,12%) dan rasio guru-murid sebesar 26,55%. Setelah diketahui persamaan untuk setiap indikator pendidikan, maka formulasi untuk pendidikan adalah: Pendd = (0,3742) SD + (0,3129) SMP + (0,3129) SMA Untuk Provinsi serta Kabupaten/Kota se-bali keberhasilan pendidikan sebagai pelayanan dasar akan tergambar dengan tingginya keberhasilan pendidikan sekolah dasar (SD) dengan bobot sebesar 37,42% sedangkan untuk SMP dan SMA sebesar 31,29%. 2. Kesehatan (Sehat) a. Rasio posyandu per satuan balita (RPBlta) b. Rasio puskesmas, poliklinik, pustu per satuan penduduk (Puskesm) c. Rasio Rumah Sakit per satuan penduduk (RMSakit) d. Rasio dokter per satuan penduduk (RDokter) e. Rasio tenaga medis per satuan penduduk (RTngmdis) Formulasi: Sehat = (0,2037) RPBlta + (0,2024) Puskesm + (0,2533) MSSakit + (0,1647) RDokter + (0,1760) Rtngmdis 84 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

93 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran Kinerja pelayanan dasar di bidang kesehatan dipengaruhi rasio rumah sakit terhadap penduduk dimana indikator tersebut mempengaruhi kinerja kesehatan sebesar 25,33%. Sementara itu, bobot untuk rasio posyandu per balita sebesar 20,37%, rasio puskesmas per penduduk (20,24%), rasio dokter per penduduk (16,47%) dan bobot rasio tenaga medis sebesar 17.60%. Jika dilihat secara menyeluruh ternyata kelima indikator kinerja kesehatan dalam pelayanan dasar tidak ada yang sangat dominan, hal ini memperlihatkan betapa pentingnya kelima indikator tersebut dalam menentukan hasil pembangunan di bidang kesehatan. 3. Lingkungan Hidup (LHdup) a. Persentas Pelayanan Sampah (Sampah) b. Persentase Penduduk berakses air minum (AirMnum) Formulasi: LHdup = (0,4000) Sampah + (0,6000) AirMnum Keberhasilan kinerja pembangunan dibidang lingkungan hidup sangat dipengaruhi besarnya persentase penduduk berakses air minum yang memiliki bobot sebesar 60% sedangkan untuk persentase pelayanan sampah sebesar 40%. Setelah mengetahui persamaan masing-masing indikator dalam membentuk kinerja pelayanan dasar, Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

94 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran maka formulasi untuk parameter pelayanan dasar (PDa) adalah: PDa = (0,3949) Pendd + (0,3381) Sehat + (0,2670) LHdup Persamaan parameter pelayanan dasar memperlihatkan bahwa indikator pendidikan memiliki bobot tersebesar yaitu 39,49% kemudian diiikuti oleh indikator kesehatan (33,81%) dan terakhir indikator lingkungan hidup sebesar 26,70%. Pelayanan Penunjang (PPenj) Untuk parameter pelayanan penunjang (PPenj) terdapat empat indikator, yaitu: 1. Ketenagakerjaan (Tenaker) 2. KB dan KS (KBKS) 3. Komunikasi dan Informatika (Kominfo) 4. Penyelenggaraan keamanan dan ketertiban (Trantib) Formulasi untuk parameter pelayanan penunjang (PPenj) adalah: PPenj = (0,2609) Tenaker + (0,3105) KBKS + (0,2063) Kominfo + (0,2222) Trantib Kinerja pembangunan untuk parameter pelayanan penunjang sebagian besar dipengaruhi KB dan KS sebesar 31,05% diikuti oleh indikator ketenagakerjaan (26,09%), penyelenggaraan keamanan dan ketertiban (22,22%) dan komunikasi dan informatika sebesar 20,63%. 86 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

95 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran Model Pengukuran Aspek Daya Saing Daerah (ADSD) Pengukuran aspek daya saing daerah (ADSD) mempergunakan data yang dirasa tersedia sampai tingkat kabupaten/kota. Komponen pembentuk ADSD adalah parameter kemampuan ekonomi daerah (KEDa), parameter fasilitas wilayah/infrastruktur (FWIn), parameter iklim berinvestasi (Invest) dan pelayanan sumberdaya manusia (SDM). Gambar 4. Model Pengukuran Aspek Daya Saing Daerah (ADSD) Aspek Daya Saing Daerah (ADSD) Kemampuan Ekonomi Daerah (KEDa) Fasilitas Wilayah/ Infrastruktur (FWIn) Iklim Berinvestasi (Invest) Sumberdaya Manusia (SDM) 0, , , , 3707 Sehingga model dalam penentuan ADSD adalah sebagai berikut: ADSD = (0,2429) KEDa + (0,1553) FWIn - (0,2312) Invest + (0,3707) SDM Keterangan: ADSD : Aspek Daya Saing Daerah Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

96 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran KEDa FWIn Invest SDM : Kemampuan Ekonomi Daerah : Fasilitas/Wilayah Infrastruktur : Iklim Investasi : Sumberdaya Manusia Dari Gambar 4, terlihat bahwa sumberdaya manusia memiliki prioritas utama sebesar 37,07% dalam menentukan aspek daya saing daerah diikuti oleh kemampuan ekonomi daerah (24,29%), iklim investasi (23,12%) dan terakhir adalah fasilitas wilayah/infrastruktur sebesar 15,53%. Kemampuan Ekonomi Daerah (KEDa) Untuk parameter kemampuan ekonomi daerah (KEDa) terdapat tiga indikator yaitu pengeluaran konsumsi rumahtangga per kapita (Kons.kapita), produktivitas total daerah (PTDa) dan dana perimbangan terhadap PAD (DnaPAD). Formulasi untuk parameter kemampuan ekonomi daerah (KEDa) adalah: KEDa = (0,4290) Kons.kapita + (0,2449) PTDa + (0,3261) DnaPAD Berdasarkan persamaan diatas maka dapat diketahui bahwa kemampuan ekonomi daerah sangat dipengaruhi konsumsi rumahtangga per kapita sebesar 42,90% kemudian untuk dana perimbangan terhadap PAD sebesar 32,61% dan produktivitas total daerah sebesar 24,49%. 88 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

97 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran Fasilitas Wilayah/Infrastruktur (FWIn) Untuk parameter fasilitas wilayah/infrastruktur (FWIn) terdapat empat indikator yang membentuknya yaitu ketersediaan air bersih (AirBersih), ketersediaan restoran (Rest) dan ketersediaan penginapan (Inap). Formulasi untuk parameter fasilitas wilayah/infrastruktur (FWIn) adalah: FWIn = (0,6358) AirBersih + (0,2238) Rest + (0,1404) Inap Parameter fasilitas wilayah/infrastruktur sangat didominasi oleh indikator ketersediaan air bersih sebesar 63,58% diikuti oleh indikator ketersediaan restoran (22,385) dan terakhir untuk indikator ketersediaan penginapan sebesar 14,04%. Iklim Berinvestasi (Invest) Untuk parameter iklim berinvestasi (Invest) diwakili oleh tingkat keamanan yaitu indikator kriminalitas. Hal ini diasumsikan dengan tingkat keamanan yang rendah maka iklim investasi akan semakin baik. Sumberdaya Manusia (SDM) Untuk parameter sumberdaya manusia (SDM) terdapat dua indikator yang membentuknya yaitu kualitas tenaga kerja (KuaTenaker) dan tingkat ketergantungan (DR). Formulasi untuk parameter sumberdaya manusia (SDM) adalah: SDM = (0,5747) KuaTenaker + (0,4253) DR Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

98 BAB III Pembangunan dan Model Pengukuran Berdasarkan persamaan diatas memperlihatkan bahwa sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh kualitas tenaga kerja sebesar 57,47% dan tingkat ketergantungan sebesar 42,53%. 90 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

99 Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek Kesejahteraan Masyarakat Aspek Pelayanan Umum Aspek Daya Saing Daerah Indeks Kinerja Pembangunan

100 BAB IV Hasil dan Pembahasan Halaman ini sengaja dikosongkan 92 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

101 BAB IV Hasil dan Pembahasan 4. Indeks Kinerja Pembangunan Provinsi Bali Semakin berkembangnya Bali sebagai daerah tujuan wisata utama di Indonesia, menuntut Bali untuk selalu dapat memberikan pelayanan terbaik. Pembangunan yang sangat pesat terutama pembangunan infrastruktur penunjang pariwasata dewasa ini, merupakan wujud dari komitmen Bali untuk menjadi icon pariwisata di Indonesia. Namun pembangunan yang terjadi di Provinsi Bali perlu memperhatikan aspek-aspek lain, yang tentunya dapat menunjang kinerja pembangunan itu sendiri, sehingga diharapkan dapat berjalan secara sinergis dan hasil-hasil dari pembangunan dapat dinikmati oleh masyarakat Bali. Untuk itu, pemerintah provinsi Bali memerlukan indikator yang dapat dijadikan tolak ukur dalam membantu memotret sejauh mana pembangunan yang telah dilakukan di Provinsi Bali. Dari hasil pengolahan data Indeks Kinerja Pembangunan (IKP), dapat dilihat bahwa secara umum IKP Provinsi Bali selama lima tahun cenderung mengalami peningkatan. Hanya pada tahun 2012 nilai IKP sedikit mengalami penurunan, dari 0,569 pada tahun 2011 menjadi 0,531 poin pada tahun 2012, atau turun sebanyak 0,0371 poin. Jika dilihat lebih rinci dari komponen penyusunnya, penurunana nilai IKP pada tahun 2012 disebabkan karena turunnya nilai aspek pelayanan umum dan juga aspek daya saing daerah. Sementara peningkatan nilai komponen aspek kesejahteraan masyarakat relatif kecil, sehingga tidak mampu untuk meningkatkan nilai IKP secara keseluruhan. Pada tahun 2013 nilai IKP kembali mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun Nilai IKP pada tahun 2013 sebesar 0,574 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

102 BAB IV Hasil dan Pembahasan poin, atau mengalami peningkatan sebanyak 0,043 poin, dan merupakan nilai IKP tertinggi dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Gambar 4.1 Indeks Kinerja Pembangunan Provinsi Bali 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 0,569 0,574 0,531 0,495 0, Kendati mengalami peningkatan, namun jika dilihat secara lebih rinci masing-masing komponen penyusunnya, hanya nilai pada aspek kesejahteraan masyarakat yang mengalami peningkatan, sedangkan nilai pada aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah justru mengalami penurunan. Namun peningkatan nilai pada aspek kesejahteraan masyarakat yang jauh lebih besar dibandingkan penurunan nilai pada aspek pelayanan umum dan aspek daya saing ternyata mampu untuk meningkatkan nilai IKP Bali secara keseluruhan pada tahun Semakin baiknya daya serap sektor-sektor ekonomi dalam menyerap tenaga kerja yang berpengaruh pada pemerataan pendapatan yang semakin baik, serta tingkat inflasi yang terkendali, merupakan faktor pendorong meningkatnya nilai aspek kesejahteraan masyarakat. 94 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

103 BAB IV Hasil dan Pembahasan Gambar 4.2 IKP Provinsi Bali dan Beberapa Komponen Penyusun 1 0,9 0,8 0,7 0,6 0,5 0,4 0,3 0, IKP 0,4514 0,4949 0,5685 0,5314 0,5743 AKM 0,3149 0,3681 0,4215 0,4004 0,5060 APU 0,8028 0,8107 0,9635 0,8893 0,8398 ADSD 0,2951 0,3769 0,3563 0,3261 0,2568 Secara lebih rinci, komponen-komponen penyusun Indeks Kinerja Pembangunan (IKP) Provinsi Bali seperti Aspek Kesejahteraan Masyarakat (AKM), Aspek Pelayanan Umum (APU), dan Aspek Daya Saing Daerah (ADSD) akan dijelaskan menurut Kabupaten/Kota. Nilai ini diperoleh dari hasil pengolahan dengan model persamaan IKP sehingga nantinya akan dapat menjelaskan keadaan masing-masing kabupaten/kota Aspek Kesejahteraan Masyarakat (AKM) Aspek Kesejahteraan Masyarakat (AKM) merupakan salah satu aspek yang mendukung Indeks Kinerja Pembangunan (IKP). AKM dapat mencerminkan seberapa baik tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu daerah. Selama tahun , Aspek Kesejahteraan Masyarakat (AKM) cenderung mengalami peningkatan. Pada tahun 2009 nilai AKM adalah sebesar 0,3149. Lalu pada tahun 2010 nilai AKM mengalami Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

104 BAB IV Hasil dan Pembahasan peningkatan sebesar 0,0532 poin, menjadi 0,3681. Peningkatan nilai AKM yang terjadi pada tahun 2010 didorong oleh peningkatan kedua komponen pendukung AKM, yaitu aspek kesejahteraan dan pemertaan ekonomi (KPE) sebesar 0,0558 poin dan aspek kesejahteraan sosial (Kso) sebesar 0,0490 poin. Pada tahun 2011 nilai AKM kembali mengalami peningkatan, dari 0,3681 poin menjadi 0,4215 poin. Peningkatan nilai AKM pada tahun 2011 lebih didorong oleh meningkatnya nilai pada komponen aspek kesejahteraan dan pemertaan ekonomi (KPE), karena disisi lain nilai komponen aspek kesejahteraan sosial justru mengalami penurunan. Nilai aspek kesejahteraan dan pemertaan ekonomi (KPE) mengalami peningkatan lebih signifikan sebesar 0,1047 dibandingkan dengan penurunan nilai pada aspek kesejahteraan sosial yang turun sebesar 0,0325. Memasuki tahun 2012 nilai AKM mengalami sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun Pada tahun 2012 nilai AKM sebesar 0,4004 mengalami penurunan sebesar 0,0211 poin dibandingkan dengan nilai AKM tahun Turunnya nilai AKM Provinsi Bali pada tahun 2012 didorong oleh turunnya nilai pada aspek kesejahteraan dan pemertaan ekonomi (KPE) sebesar 0,0211 poin dan aspek kesejahteraan sosial (Kso) sebesar 0,0444 poin. Meskipun mengalami penurunan nilai dibandingkan tahun 2011, namun jika dibandingkan dengan nilai AKM pada tahun 2009 dan 2010, nilai AKM pada tahun 2012 masih masih lebih 96 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

105 BAB IV Hasil dan Pembahasan tinggi dibandingkan nilai AKM pada tahun 2009 dan Pada tahun 2013, nilai AKM Provinsi Bali kembali mengalami peningkatan cukup signifikan. Nilai AKM Provinsi Bali pada tahun 2013 adalah sebesar 0,5060 poin, atau mengalami peningkatan sebesar 0,1056 poin dibandingkan dengan nilai AKM pada tahun Peningkatan nilai AKM pada tahun 2013, didorong oleh meningkatnya nilai pada aspek kesejahteraan dan pemertaan ekonomi (KPE) sebesar 0,1838 poin. Ini berarti bahwa pembangunan di Provinsi Bali sudah mampu mengurangi kesenjangan pendapatan dan pemerataan ekonomi masyarakat. Namun di sisi lain terjadi penurunan pada aspek kesejahteraan sosial yang ditunjukkan dengan turunnya nilai aspek kesejahteraan sosial (Kso) walaupun tidak signifikan. Hal ini mengindikasikan pembangunan di Provinsi Bali belum mampu untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesempatan kerja. Gambar 4.3 Nilai Aspek Kesejahteraan Masyarakat (AKM) AKM 0,3149 0,3681 0,4215 0,4004 0,5060 KPE 0,4388 0,4946 0,5993 0,5549 0,7387 Kso 0,1078 0,1569 0,1243 0,1423 0,1172 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

106 BAB IV Hasil dan Pembahasan Apabila dilihat berdasarkan wilayah kabupaten/kota, maka dapat diketahui bahwa penurunan Aspek Kesejahteraan Masyarakat (AKM) terjadi pada beberapa wilayah kabupaten/kota di Bali yakni Kabupaten Badung menurun 0,0856 poin, Kabupaten Klungkung 0,0071 poin, dan Kabupaten Karangasem 0,0736 poin. Sedangkan kabupaten/kota lainnya mengalami peningkatan pada aspek kesejahteraan masyarakat. Kabupaten/kota yang mengalami peningkatan tersebut adalah Kabupaten Jembrana meningkat 0,0078 poin, Kabupaten Tabanan meningkat sebesar 0,0389 poin, Kabupaten Gianyar meningkat sebesar 0,0766 poin, Kabupaten Bangli meningkat sebesar 0,0096 poin, Kabupaten Buleleng meningkat sebesar 0,0089 poin, dan Kota Denpasar meningkat sebesar 0,0282 poin. Dari sisi peringkat yang diperoleh oleh masingmasing kabupaten/kota pada aspek kesejahteraan masyarakat, pada tahun 2013 relatif hampir sama dengan tahun 2012, hanya terjadi beberapa perubahan peringkat kabupaten/kota. Peringkat pertama, kedua, dan ketiga masih diduduki oleh kabupaten/kota yang sama dengan tahun sebelumnya yaitu masing-masing, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, serta Kabupaten Bangli. Sementara itu, penurunan nilai AKM Kabupaten Karangasem sebesar 0,0736 poin pada tahun 2013, menyebabkan peringkat Kabupaten Karangasem turun signifikan, dari peringkat empat menjadi peringkat delapan. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

107 Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar BALI BAB IV Hasil dan Pembahasan Tabel Nilai Indeks Aspek Kesejahteraan Masyarakat (AKM) menurut kabupaten/kota, Indeks AKM ,3812 0,4316 0,6256 0,4265 0,3694 0,4551 0,3605 0,3716 0,4301 0, ,2826 0,4258 0,5140 0,4618 0,3873 0,4480 0,3882 0,4265 0,5173 0, ,3479 0,4533 0,5335 0,4291 0,3375 0,4941 0,4162 0,3418 0,4981 0, ,3673 0,3961 0,6191 0,4396 0,3654 0,4382 0,4355 0,3703 0,4199 0, ,3751 0,4350 0,5335 0,5163 0,3582 0,4479 0,3619 0,3793 0,4443 0,5060 RANK Aspek Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi (KPE) Aspek kesejahteraan dan pemerataan Ekonomi merupakan (KPE) merupakan salah satu komponen pendukung pada AKM. Pada tahun 2013 aspek kesejahteraan dan pemerataan ekonomi mengalami peningkatan sebesar 0,1838. Peningkatan ini terjadi karena meningkatnya indeks beberapa komponen pembentuk Aspek Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi (KPE), seperti komponen laju inflasi PDRB dan pemerataan pendapatan. Disisi lain nilai indeks komponen pertumbuhan ekonomi, PDRB per Kapita, dan komponen ketimpangan kemakmuran justru mengalami penurunan. Namun penurunan yang terjadi Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

108 BAB IV Hasil dan Pembahasan tidak terlalu signifikan sehingga, pengaruhnya terhadap nilai KPE relatif lebih kecil dibandingkan indeks komponen laju inflasi PDRB dan pemerataan pendapatan yang mengalami peningkatan. Apabila ditinjau dari kabupaten/kota, kabupaten/kota yang cenderung membentuk nilai aspek KPE Provinsi Bali mengalami penurunan adalah KPE Kabupaten Badung dan Kabupaten Karangasem. Sedangkan kabupaten lainnya, yaitu: Kabupaten Jembrana, Tabanan, Gianyar, Klungkung, Bangli, Buleleng, dan Kota Denpasar mengalami peningkatan pada aspek tersebut. Semetara itu, jika kita lihat komponen penyusunan aspek kesejahteraan dan pemerataan ekonomi di masing-masing kabupaten/kota, maka akan tampak perbedaan sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. Seperti pada Kabupaten Badung yang mengalami penurunan aspek KPE, yang disebabkan karena adanya penurunan indeks pada hampir semua komponen, kecuali indeks pada komponen ketimpangan kemakmuran yang mengalami peningkatan. Sementara itu, pada Kabupaten Karangasem yang juga mengalami penurunan aspek KPE, penurunan disebabkan karena turunnya indeks pada komponen laju inflasi PDRB dan komponen pemerataan pendapatan, sedangkan indeks pada komponen pertumbuhan ekonomi, PDRB per kapita, serta ketimpangan kemakmuran mengalami peningkatan. 100 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

109 Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar BALI BAB IV Hasil dan Pembahasan Tabel Komponen Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi (KPE) menurut kabupaten/kota, Komponen KPE Pertumbuhan Ekonomi (PEk) ,8534 0,9631 1,1311 1,0494 0,8706 1,0109 0,8871 1,0795 1,1549 0, ,8107 1,0082 1,1501 1,0734 0,9640 0,8833 0,9042 1,0391 1,1671 1, ,9250 0,9584 1,1027 1,1142 0,9577 0,9625 0,8555 1,0077 1,1162 1, ,9261 0,9268 1,1463 1,0652 0,9465 0,9396 0,8995 1,0226 1,1274 1, ,8862 0,9940 1,0561 1,0591 0,9405 0,9248 0,9566 1,1054 1,0773 0,9965 Laju Inflasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ,9153 0,6896 1,7461 0,9684 0,9652 0,9884 1,0776 0,8593 0,7901 0, ,7479 0,8377 1,2843 1,1167 0,9767 0,8773 0,8602 0,9928 1,3065 0, ,9653 0,9662 0,8488 1,0334 1,1160 0,9256 1,1060 0,9518 1,0868 0, ,0949 0,8191 1,5392 1,0224 0,8613 0,9396 1,1674 0,6325 0,9235 1, ,9699 0,8752 1,1678 1,0275 0,9590 0,9833 1,0772 0,9590 0,9812 2,4819 PDRB Per Kapita (Kapita) ,9194 0,8060 1,8619 1,0321 1,0548 0,6777 0,6450 0,7384 1,2646 1, ,9864 0,8642 1,6076 1,0678 1,1379 0,7525 0,6872 0,8220 1,0745 1, ,3089 1,1537 2,1095 0,0014 0,0015 1,0017 0,9097 1,0967 1,4166 1, ,9862 0,8695 1,5816 1,0808 1,1453 0,7560 0,6852 0,8314 1,0640 1, ,9834 0,8784 1,5653 1,0851 1,1468 0,7561 0,6871 0,8400 1,0579 1,1026 Ketimpangan Kemakmuran (KKe) ,9603 1,0237 0,9214 1,0083 1,1644 0,9175 0,8703 1,0590 1,0751 1, ,9797 0,9876 1,0896 1,0336 1,0869 0,8434 0,8846 0,9728 1,1219 1, ,1849 1,0752 0,9977 0,9664 1,1132 0,7893 0,8594 1,0123 1,0017 1, ,0836 1,0155 0,9525 0,9831 1,0156 0,8927 0,8412 0,9737 1,2420 1, ,0723 1,1162 1,0024 0,9237 1,0272 0,8760 0,9333 1,0703 0,9786 1,1353 Pemerataan Pendapatan (PPend) ,0694 0,9994 1,1348 1,0224 0,8335 1,1236 0,9182 0,9501 0,9487 0, ,0105 1,0226 0,9326 0,9987 0,9552 1,0821 1,0574 1,0151 0,9258 0, ,9171 0,9385 0,9690 1,0225 0,8770 1,2022 1,1168 1,0146 0,9424 0, ,9564 0,9666 1,0021 0,9938 0,9676 1,0960 1,1731 1,0287 0,8157 0, ,0106 1,0124 0,8532 1,1010 1,0634 1,1729 0,9648 1,0498 0,7720 0,9209 Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi (KPE) ,5956 0,5375 0,8892 0,6251 0,4912 0,6348 0,5493 0,5462 0,6103 0, ,5494 0,5863 0,6989 0,6374 0,5814 0,6049 0,5818 0,6056 0,6335 0, ,5590 0,5769 0,7290 0,5327 0,4288 0,7110 0,6551 0,6190 0,6677 0, ,5714 0,5426 0,7784 0,6343 0,5839 0,6190 0,6693 0,5660 0,5142 0, ,5716 0,5607 0,6493 0,6864 0,6285 0,6538 0,5728 0,6104 0,5457 0, Aspek Kesejahteraan Sosial (KSo) Aspek pendukung AKM berikutnya adalah aspek kesejahteraan sosial (Kso). Pada tahun 2013 aspek kesejahteraan sosial (Kso) mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun Kondisi ini berbeda Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

110 BAB IV Hasil dan Pembahasan dengan aspek kesejahteraan dan pemerataan ekonomi (KPE) yang mengalami peningkatan di tahun Turunnya nilai pada aspek Kesejahteraan sosial Provinsi Bali, disebabkan karena menurunnya jumlah lulusan universitas serta meningkatnya angka kemiskinan di Provinsi Bali pada tahun Hal ini ditunjukkan dengan turunnya indeks pada komponen pendidikan dan komponen kemiskinan. Apabila dilihat berdasarkan wilayah, jumlah kabupaten/kota yang mengalami peningkatan dan penurunan jumlahnya relatif seimbang. Kabupaten/kota yang mengalami peningkatan aspek kesejahteraan sosial adalah Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Gianyar, dan Kota Denpasar. Sedangkan Kabupaten Badung, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Bangli, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng mengalami penurunan pada aspek ini. Jika dilihat pada masing-masing daerah maka akan terdapat perbedaan komponen yang berpengaruh pada peningkatan maupun penurunan pada nilai aspek kesejahteraan sosial. Misalnya pada Kabupaten Gianyar yang pada tahun 2013 mengalami peningkatan nilai aspek kesejahteraan sosial paling tinggi diantara daerah lainnya, jika dilihat masing-masing komponen, ternyata hampir semua komponen mengalami penurunan indeks, hanya pada komponen pendidikan mengalami peningkatan. Sementara itu pada Kabupaten Tabanan yang juga mengalami peningkatan pada aspek kesejahteraan sosial, komponen yang mengalami peningkatan nilai adalah komponen kesempatan kerja, 102 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

111 Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar BALI BAB IV Hasil dan Pembahasan sedangkan komponen lainnya mengalami penurunan. (selengkapnya lihat Tabel 4.3.) Tabel Komponen Kesejahteraan Sosial (KSo) kabupaten/kota, menurut Komponen Kso Pendidikan (Pend) ,9668 1,0246 1,0966 1,0204 0,9802 0,9492 0,8102 0,9812 1,1708 1, ,9950 1,0316 1,0156 1,0165 0,9690 0,9915 0,9086 1,0070 1,0652 0, ,9871 1,0202 1,0730 1,0281 0,9811 0,9412 0,8444 0,9905 1,1343 1, ,0285 1,0456 1,0735 1,0246 0,9508 0,9121 0,8385 0,9705 1,1561 1, ,9997 1,0223 1,0625 1,0361 0,9465 0,9316 0,8785 0,9800 1,1429 1,0236 Kesehatan (Ksht) ,0082 1,0454 1,0086 1,0129 0,9705 1,0058 0,9537 0,9694 1,0255 0, ,0082 1,0452 1,0082 1,0126 0,9702 1,0060 0,9534 0,9710 1,0252 0, ,0083 1,0449 1,0078 1,0123 0,9700 1,0062 0,9531 0,9726 1,0248 0, ,0082 1,0446 1,0076 1,0120 0,9697 1,0062 0,9528 0,9743 1,0246 0, ,0082 1,0444 1,0072 1,0117 0,9693 1,0064 0,9526 0,9760 1,0242 0,9927 Kemiskinan (Kems) ,3368 0,9818 0,6458 1,1330 1,0280 1,0200 1,2516 1,1704 0,4326 0, ,2965 1,0977 0,5188 1,0679 1,2046 1,0205 1,2693 1,1712 0,3534 0, ,3100 0,9260 0,6318 0,6162 0,7584 1,0912 1,3081 1,7892 0,5691 0, ,2997 1,1053 0,5000 1,0633 1,2119 1,0250 1,2762 1,1755 0,3429 0, ,1062 1,0375 0,4906 0,8503 1,3948 1,0836 1,3683 1,2549 0,4139 0,8951 Kesempatan Kerja (KKe) ,9861 1,0041 0,9838 1,0098 0,9937 1,0068 0,9980 1,0199 0,9978 1, ,0148 0,7985 1,0247 1,0303 1,0175 1,0209 1,0257 1,0462 1,0214 1, ,9992 1,0031 0,9979 0,9994 1,0032 1,0112 1,0011 1,0013 0,9837 0, ,0016 0,9968 1,0032 1,0020 0,9985 1,0098 1,0058 0,9874 0,9949 0, ,9836 1,0102 1,0104 0,9962 0,9966 1,0105 1,0046 0,9965 0,9914 1,0000 Kriminalitas (Krim) ,9229 0,1507 1,5709 0,9881 0,5312 0,6432 0,5965 0,8897 2,7067 1, ,5636 0,4140 1,6142 0,5834 0,9135 0,4957 0,6148 0,5963 1,2045 0, ,2587 0,3356 1,4034 0,9792 1,0475 0,6416 0,7464 0,9680 1,6196 1, ,1196 0,6896 0,5856 1,0010 1,3324 0,7121 0,5995 1,1133 1,8470 1, ,3530 0,2473 0,6955 0,6117 1,6118 0,8612 0,7256 1,3460 1,5479 1,3562 Kesejahteraan Sosial (KSo) ,0229 0,2545 0,1851 0,0948 0,1660 0,1549 0,0451 0,0799 0,1291 0, ,1631 0,1578 0,2051 0,1685 0,0631 0,1858 0,0648 0,1273 0,3231 0, ,0049 0,2469 0,2070 0,2562 0,1850 0,1318 0,0170-0,1214 0,2147 0, ,0263 0,1514 0,3530 0,1145 0,0002 0,1361 0,0448 0,0435 0,2624 0, ,0470 0,2251 0,3401 0,2320-0,0934 0,1038 0,0096-0,0069 0,2749 0, Aspek Pelayanan Umum (APU) Aspek Pelayanan Umum (APU) merupakan indikator kedua yang dapat digunakan untuk mengukur keberhasilan kinerja pembangunan suatu daerah. Dalam penghitungan Aspek Pelayanan Umum (APU) ini Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

112 BAB IV Hasil dan Pembahasan diperoleh dari aspek pelayanan dasar dan aspek pelayanan penunjang. Berdasarkan hasil pengolahan data penyusun indikator aspek pelayanan umum, nilai Aspek Pelayanan Umum (APU) tahun 2013 adalah sebesar 0,8398 atau mengalami penurunan sebesar 0,0607 poin dari tahun sebelumnya. Turunnya nilai Aspek Pelayanan Umum (APU) disebabkan karena turunnya nilai komponen pelayanan dasar dan pelayanan penunjang masingmasing sebesar 0,0533 poin dan 0,0415 poin. Jika kita bandingkan nilai APU selama lima tahun terakhir, nilai APU pada tahun 2013 secara umum mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun Gambar 4.4 Nilai Aspek Pelayanan Umum (APU) APU 0,8028 0,8107 0,9635 0,8893 0,8398 Pda 0,8700 0,8483 0,9462 0,9224 0,8691 Ppenj 0,6591 0,7304 1,0008 0,8186 0,7771 Sementara itu jika kita lihat pada masing-masing kabupaten/kota, peningkatan Aspek Pelayanan Umum pada tahun 2013 terjadi di Kabupaten Gianyar yang meningkat 0,0380 poin, Kabupaten Klungkung meningkat sebesar 0,2148 poin, Kabupaten Bangli meningkat 104 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

113 Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar BALI BAB IV Hasil dan Pembahasan sebesar 0,1562 poin, dan Kabupaten Karangasem meningkat sebesar 0,0450 poin. Sedangkan kabupaten/kota yang mengalami penurunan adalah Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, Kabupaten Buleleng, dan Kota Denpasar Jika dilihat dari perolehan peringkat masingmasing kabupaten/kota pada tahun 2013, maka peningkatan nilai APU tertinggi yang diperoleh Kabupaten Klungkung (naik sebesar 0,2148 poin) menempatkan Kabupaten Klungkung pada peringkat pertama dalam aspek pelayanan umum dimana sebelumnya ditempati oleh Kota Denpasar. (selengkapnya lihat Tabel 4.4.) Tabel Nilai Indeks Aspek Pelayanan Umum (APU) menurut Kabupaten/Kota, Indeks APU ,7958 0,8680 0,9748 0,8194 1,0078 0,8848 0,8049 0,8346 1,4761 0, ,8319 0,8974 0,8791 0,8211 0,9996 0,9291 0,8404 0,9032 1,3644 0, ,9797 0,8963 0,8550 0,8152 1,1840 0,8819 0,7688 0,8191 1,2661 0, ,8870 0,9854 0,9009 0,8568 0,9765 0,9355 0,8204 0,8091 1,2945 0, ,7910 0,8775 0,8504 0,8948 1,1913 1,0917 0,8654 0,8010 1,1336 0,8398 RANK Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

114 BAB IV Hasil dan Pembahasan Aspek Pelayanan Dasar (PDa) Pada tahun 2013 Aspek Pelayanan Umum Provinsi Bali mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan ini didorong karena penurunan pada aspek pelayanan dasar, yang mengalami penurunan sebesar 0,0532 poin dibandingkan tahun lalu. Turunnya aspek pelayanan dasar secara umum disebabkan karena adanya penurunan pada pada kualitas kesehatan yang turun sebesar 0,1769 poin. Meskipun nilai pada komponen pendidikan dan lingkungan hidup mengalami peningkatan masing-masing sebesar 0,0003 poin dan 0,0243 poin, namun tidak signifikan, sehingga kecil pengaruhnya terhadap perubahan nilai pada aspek pelayanan dasar. Sementara jika kita lihat pada masing-masing kabupaten/kota, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, dan Kota Denpasar mengalami penurunan pada aspek pelayanan dasar. Kota Denpasar mengalami penurunan yang paling tinggi, yaitu turun sebesar 0,1893 poin dibandingkan dengan tahun Turunnya nilai pada komponen pendidikan dan lingkungan hidup merupakan penyebab menurunnya aspek pelayanan dasar di Kota Denpasar. Sedangkan empat kabupaten/kota lainnya yaitu Kabupaten Klungkung, Kabupaten Bangli, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng, mengalami peningkatan pada aspek pelayanan dasar. 106 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

115 Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar BALI BAB IV Hasil dan Pembahasan Tabel Aspek Pelayanan Dasar (PDa) menurut Kabupaten/Kota, Komponen PDa Pendidikan (Pendd) ,8198 1,0669 1,0248 1,0144 1,1592 0,9924 1,0735 0,9441 0,9047 0, ,8645 1,1123 0,8923 1,0046 1,0788 1,0521 1,1651 1,0641 0,7662 0, ,9012 1,0802 0,9067 1,0208 1,1812 1,0113 1,0081 1,0664 0,8241 1, ,0171 1,1662 0,9171 1,0663 1,0062 1,0044 1,0159 0,9200 0,8868 0, ,9420 1,1212 0,8889 1,0068 1,1662 1,0545 1,1057 1,0233 0,8053 0,9511 Kesehatan (Sehat) ,7981 0,9785 0,6227 0,6591 1,2112 0,8429 0,5944 0,7029 2,5903 0, ,8232 0,9901 0,5420 0,6583 1,2574 0,8994 0,6128 0,7759 2,4410 0, ,8120 1,1139 0,5937 0,7893 1,3771 1,0362 0,6009 0,6735 2,0034 1, ,9074 1,1638 0,5872 0,7496 1,2424 1,0999 0,6685 0,6751 1,9060 0, ,7662 1,1101 0,4688 0,7722 1,7624 1,4396 0,5617 0,7357 1,3833 0,8132 Lingkungan Hidup (Lhdup) ,6866 0,7786 1,1206 1,1239 1,0441 0,9888 0,9807 1,0989 1,1777 0, ,7181 0,8451 1,0039 1,1216 1,0432 1,0315 1,0005 1,1443 1,0916 0, ,7391 0,9515 1,0756 1,1172 0,9711 0,9358 1,0290 1,0087 1,1720 0, ,7440 0,9374 1,0448 1,1165 0,9659 0,9452 1,0316 1,0117 1,2029 0, ,5742 0,6481 1,0810 1,1307 1,1447 1,0360 1,1998 0,9090 1,2764 0,8187 Pelayanan Dasar (PDa) ,7769 0,9600 0,9144 0,9235 1,1461 0,9409 0,8867 0,9039 1,5475 0, ,8114 0,9997 0,8037 0,9188 1,1297 0,9950 0,9344 0,9881 1,4194 0, ,8278 1,0573 0,8460 0,9683 1,1914 0,9995 0,8760 0,9181 1,3157 0, ,9071 1,1043 0,8396 0,9726 1,0753 1,0209 0,9027 0,8617 1,3158 0, ,7843 0,9911 0,7981 0,9606 1,3621 1,1798 0,9469 0,8955 1,1265 0, Aspek Pelayanan Penunjang (PPenj) Seperti halnya Aspek Pelayanan Dasar, Aspek Pelayanan Penunjang pada tahun 2013 juga mengalami penurunan. Aspek Pelayanan Penunjang mengalami penurunan dari 0,8186 poin pada tahun 2012 menjadi 0,7771 poin pada tahun 2013, atau turun sebesar 0,0416 poin. Turunnya aspek pelayanan penunjang ini disebabkan karena adanya penurunan pada komponen KB dan KS yang turun sebesar 0,1336 poin, serta Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

116 BAB IV Hasil dan Pembahasan turunnya nilai pada komponen komunikasi dan informatika yang turun sebesar 0,1069 poin. Sementara itu komponen ketenagakerjaan dan komponen penyelenggaraan keamanan dan ketertiban mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan, sehingga kecil pengaruhnya terhadap perubahan nilai pada aspek pelayanan penunjang. Jika kita melihat aspek pelayanan penunjang pada tahun 2013 pada masing-masing kabupaten/kota, terdapat lima kabupaten/kota yang mengalami penurunan, yaitu Kabupaten Jembrana turun sebesar 0,0386 poin, Kabupaten Tabanan turun sebesar 0,0966 poin, Kabupaten Badung turun sebesar 0,00697 poin, Kabupaten Buleleng turun sebesar 0,0977 poin, dan Kota Denpasar turun sebesar 0,1004 poin. Jika dilihat lebih rinci pada beberapa kabupaten/kota yang mengalami penurunan, maka turunnya nilai komponen KB dan KS serta komponen komunikasi dan informatika merupakan faktor pendorong turunnya aspek pelayanan penunjang. Pada kelima kabupaten/kota tersebut, komponen KB dan KS serta komponen komunikasi dan informatika mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun Sementara itu empat kabupaten lain yang mengalami peningkatan pada aspek pelayanan penunjang, yaitu Kabupaten Gianyar meningkat sebesar 0,1450 poin, Kabupaten Klungkung meningkat sebesar 0,0608 poin, Kabupaten Bangli meningkat sebesar 0,1504 poin, dan Kabupaten Karangasem mengalami peningkatan sebesar 0,00468 poin. 108 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

117 Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar BALI BAB IV Hasil dan Pembahasan Tabel Aspek Pelayanan Penunjang (PPenj) Kabupaten/Kota, menurut Komponen PPenj Ketenagakerjaan (Tenaker) ,9516 0,9772 0,9628 0,9883 1,0289 1,0734 1,0908 0,9840 0,9430 0, ,9522 0,9775 0,9633 0,9884 1,0286 1,0724 1,0897 0,9842 0,9437 0, ,9528 0,9777 0,9637 0,9886 1,0282 1,0716 1,0886 0,9844 0,9444 0, ,9534 0,9780 0,9641 0,9887 1,0279 1,0707 1,0875 0,9846 0,9451 0, ,9539 0,9783 0,9646 0,9888 1,0275 1,0698 1,0865 0,9848 0,9457 0,9914 KB dan KS (KBKS) ,4583 0,4817 0,3711 0,3204 0,4291 0,4506 0,3158 0,4147 0,3584 0, ,4600 0,4681 0,4430 0,3263 0,3698 0,4095 0,2948 0,3962 0,4323 0, ,8649-0,0293-0,0526-0,0715 1,8191-0,0878-0,0210 0,0093 0,1688 1, ,4024 0,4404 0,4836 0,3507 0,4009 0,4078 0,3105 0,3526 0,4510 0, ,3187 0,3094 0,3646 0,6004 0,6269 0,8876-0,0504 0,2121 0,3307 0,2682 Komunikasi dan Informatika (Kominfo) ,6260 0,2806 2,0242 0,5671 0,2825 0,3443 0,3234 0,5530 3,9989 1, ,7343 0,3254 1,8765 0,6325 0,3305 0,4163 0,3747 0,6649 3,6448 1, ,7354 0,3279 1,8650 0,6405 0,3289 0,4189 0,3754 0,6717 3,6363 1, ,7403 0,3269 1,8606 0,6436 0,3257 0,4184 0,3733 0,6769 3,6343 1, ,6531 0,3049 1,6939 0,5583 0,3020 0,3879 1,1527 0,6273 3,3200 1,2509 Penyelenggaraan Keamanan dan Ketertiban (Trantib) ,4245 0,9389 1,4390 0,5488 1,1333 1,2312 0,8110 0,8402 0,6332 0, ,4977 0,9493 1,1903 0,5500 1,2135 1,3277 0,8374 0,9197 0,5143 0, ,4653 1,0705 1,1455 0,5379 1,2027 1,3114 0,8289 0,9391 0,4988 0, ,4283 1,2216 1,1089 0,4916 1,3729 1,1718 0,8418 0,8566 0,5065 0, ,4520 0,9899 1,1157 0,8743 1,3534 1,2075 0,8342 0,6593 0,5138 0,7966 Pelayanan Penunjang (PPenj) ,8363 0,6711 1,1039 0,5963 0,7118 0,7646 0,6296 0,6863 1,3231 0, ,8756 0,6785 1,0406 0,6119 0,7211 0,7879 0,6393 0,7214 1,2468 0, ,3051 0,5516 0,8745 0,4874 1,1683 0,6302 0,5392 0,6070 1,1600 1, ,8439 0,7309 1,0321 0,6089 0,7650 0,7527 0,6443 0,6964 1,2491 0, ,8053 0,6342 0,9623 0,7539 0,8258 0,9031 0,6911 0,5988 1,1487 0, Aspek Daya Saing Daerah (ADSD) Aspek daya saing daerah (ADSD) merupakan indikator terakhir dalam penentuan indeks kinerja pembangunan (IKP). Berdasarkan hasil penghitungan yang telah dilakukan, aspek daya saing daerah (ADSD) Provinsi Bali pada tahun 2013 adalah sebesar 0,2568 poin. Bila dibandingkan dengan tahun 2012, nilai aspek Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

118 BAB IV Hasil dan Pembahasan daya saing daerah mengalami penurunan sebesar 0,0693 poin. Turunnya Aspek Daya Saing Daerah pada tahun 2013 secara umum disebabkan karena adanya penurunan pada beberapa komponen pembentuk seperti komponen kemampuan ekonomi daerah yang menurun sebesar 0,0690 poin, dan komponen sumberdaya manusia menurun sebesar 0,0016 poin. Jika kita bandingkan selama lima tahun terakhir, nilai aspek daya saing daerah, cenderng mengalami penurunan. Pada tahun 2008 nilai aspek daya saing daerah adalah sebesar 0,2951. Bila dibandingkan dengan nilai aspek daya saing daerah pada thun 2013 yang sebesar 0,2568, berarti terjadi penurunan sebesar 0,0310 poin. Melihat fenomena ini, Provinsi Bali harus mulai berbenah dan meningkatkan kualitas berbagai komponen pendukung, agar dapat semakin meningkatkan daya saing daerah. Gambar 4.5 Nilai Aspek Daya Saing Daerah (ADSD) KEDa 1,0450 1,0808 1,1695 1,1716 1,1026 FWIn 0,3642 0,3642 0,3642 0,3642 0,3642 Invest 1,2284 0,9845 1,1052 1,1779 1,3562 SDM 0,6251 0,6357 0,6060 0,5813 0,5797 ADSD 0,2951 0,3769 0,3563 0,3261 0, Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

119 Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar BALI BAB IV Hasil dan Pembahasan Apabila ditinjau berdasarkan kabupaten/kota yang ada di Bali maka terdapat lima kabupaten/kota megalami penurunan dalam aspek daya saing daerah (ADSD), yaitu Kabupaten Jembrana, Kabupaten Badung, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng. Sementara itu, Kabupaten Tabanan, Kabupaten Gianyar, Kabupaten Bangli, dan Kota Denpasar mengalami peningkatan dalam aspek daya saing daerah. (selengkapnya lihat Tabel 4.7.) Tabel Nilai Indeks Aspek Daya Saing Daerah (ADSD) menurut Kabupaten/Kota, Indeks ADSD ,3346 0,5696 0,6468 0,3566 0,3572 0,1632 0,1468 0,2427 0,8742 0, ,0946 0,5268 0,5542 0,5135 0,2666 0,2259 0,1561 0,3463 1,1970 0, ,3023 0,5553 0,6247 0,3202 0,1381 0,1589 0,1378 0,3081 1,1465 0, ,3512 0,4240 0,8564 0,4594 0,0345 0,0626 0,1510 0,2382 1,1144 0, ,2424 0,5290 0,7330 0,5121 0,0270 0,0733 0,1078 0,1851 1,2822 0,2568 RANK Terdapat perbedaan penyebab utama penurunan atau peningkatan ADSD setiap kabupaten/kota, seperti pada Kabupaten Bangli yang mengalami peningkatan ADSD sebesar 0,0107 poin disebabkan oleh meningkatnya seluruh komponen pendukung ADSD. Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

120 BAB IV Hasil dan Pembahasan Sedangkan untuk Kota Denpasar yang mengalami peningkatan paling besar yaitu 0,1678 poin, peningkatannya didorong hanya oleh komponen fasilitas wilayah/infrastuktur. Disisi lain, Kabupaten/kota yang mengalami penurunan dalam aspek daya saing daerah, juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam mempengaruhi penurunan aspek tersebut. Misalnya Kabupaten Badung yang memiliki penurunan nilai yang cukup tinggi dibandingkan kabupaten lainnya disebabkan oleh penurunan komponen kemampuan ekonomi daerah dan fasilitas wilayah/infrastruktur dan komponen sumber daya manusia. 112 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

121 Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar BALI BAB IV Hasil dan Pembahasan Tabel Komponen Aspek Daya Saing Daerah (ADSD) menurut Kabupaten/Kota, Komponen ADSD Kemampuan Ekonomi Daerah (KEDa) ,9713 0,9138 1,4020 0,9143 0,9396 0,8194 0,7404 0,9010 1,3981 1, ,9763 0,9458 1,4789 0,9280 0,8843 0,7527 0,7431 0,8670 1,4239 1, ,0767 1,0462 1,4884 0,6660 0,7346 0,7970 0,7761 0,9291 1,4859 1, ,9988 0,9780 1,4826 1,1525 0,6657 0,5910 0,6960 0,8780 1,5572 1, ,9086 0,9556 1,4030 1,0207 0,9144 0,7552 0,6995 0,9077 1,4353 1,1026 Fasilitas Wilayah/Infrastruktur (FWIn) ,7770 0,8839 1,8000 1,2925 0,6335 0,5687 0,7860 0,8890 1,3694 0, ,7686 0,8738 1,6843 1,2856 0,7721 0,6432 0,8153 0,9279 1,2293 0, ,8505 0,8308 1,8021 1,3077 0,6341 0,5454 0,8618 0,8137 1,3539 0, ,9090 0,8365 1,9884 1,3366 0,6767 0,5426 0,9061 0,8229 0,9812 0, ,7878 0,7492 1,5916 1,2248 0,6298 0,5615 0,8276 0,8056 1,8219 0,3642 Iklim Investasi (Invest) ,9229 0,1507 1,5709 0,9881 0,5312 0,6432 0,5965 0,8897 2,7067 1, ,5636 0,4140 1,6142 0,5834 0,9135 0,4957 0,6148 0,5963 1,2045 0, ,2587 0,3356 1,4034 0,9792 1,0475 0,6416 0,7464 0,9680 1,6196 1, ,1196 0,6896 0,5856 1,0010 1,3324 0,7121 0,5995 1,1133 1,8470 1, ,3530 0,2473 0,6955 0,6117 1,6118 0,8612 0,7256 1,3460 1,5479 1,3562 Sumberdaya Manusia (SDM) ,4266 0,4804 0,8980 0,3723 0,3056 0,0350-0,0566 0,2030 2,2796 0, ,4714 0,5297 0,7045 0,4710 0,3246 0,1031-0,0362 0,2647 2,1111 0, ,4674 0,4952 0,6859 0,4412 0,2621 0,0469-0,0340 0,4091 2,1701 0, ,5223 0,4595 0,6417 0,4431 0,2340 0,0075-0,0588 0,3706 2,3239 0, ,5222 0,4684 0,6216 0,4462 0,2446 0,0107-0,0532 0,3814 2,3021 0,5797 Aspek Daya Saing Daerah ( ADSD) ,3346 0,5696 0,6468 0,3566 0,3572 0,1632 0,1468 0,2427 0,8742 0, ,0946 0,5268 0,5542 0,5135 0,2666 0,2259 0,1561 0,3463 1,1970 0, ,3023 0,5553 0,6247 0,3202 0,1381 0,1589 0,1378 0,3081 1,1465 0, ,3512 0,4240 0,8564 0,4594 0,0345 0,0626 0,1510 0,2382 1,1144 0, ,2424 0,5290 0,7330 0,5121 0,0270 0,0733 0,1078 0,1851 1,2822 0, Indeks Kinerja Pembangunan (IKP) Kabupaten/Kota Dengan melakukan indeks komposit terhadap ketiga indikator pembentuk yaitu aspek kesejahteraan masyarakat (AKM), aspek pelayanan umum (APU) dan aspek daya saing daerah (ADSD), ternyata pada tahun 2013 angka IKP Provinsi Bali mencapai 0,5742 atau mengalami peningkatan sebesar 0,0428 poin dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 0,5314 poin. Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

122 Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar BALI BAB IV Hasil dan Pembahasan Pada tingkat kabupaten/kota, hanya terdapat empat kabupaten/kota yang mengalami peningkatan angka IKP yaitu Kabupaten Tabanan sebesar 0,0043 poin, Kabupaten Gianyar sebesar 0,0631 poin, Kabupaten Klungkung sebesar 0,0559 poin, dan Kabupaten Bangli sebesar 0,0514. Tabel Indeks Kinerja Pembangunan (IKP) menurut Kabupaten/Kota, IKP ,4940 0,5704 0,7271 0,5307 0,5496 0,5460 0,4639 0,4894 0,7749 0, ,3983 0,5707 0,6221 0,5694 0,5484 0,5609 0,4919 0,5534 0,8308 0, ,5226 0,5901 0,6347 0,5272 0,5567 0,5684 0,4866 0,4738 0,7858 0, ,5133 0,5666 0,7246 0,5603 0,5036 0,5393 0,5144 0,4809 0,7429 0, ,4791 0,5708 0,6450 0,6234 0,5595 0,5907 0,4778 0,4783 0,7299 0,4791 RANK Adanya perubahan nilai IKP dari tahun ke tahun menyebabkan adanya sedikit perubahan pada posisi masing-masing kabupaten/kota dalam peringkat IKP. Pada tahun 2013, peringkat pertama dan kedua IKP ditempati oleh kabupaten/kota yang sama dengan tahun 2012, yaitu Kota Denpasar pada peringkat pertama dan Kabupaten Badung pada peringkat kedua. Kabupaten 114 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

123 BAB IV Hasil dan Pembahasan Jembrana yang pada tahun 2012 berada pada peringkat ketujuh juga tidak mengalami perubahan peringkat pada tahun Sedangkan Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Karangasem mengalami penurunan peringkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. (selengkapnya lihat Tabel 4.9.) Gambar 4.6 Hubungan IKP dan IPM, Tahun ,80 0,70 Badung Denpasar Bangli 0,60 Gianyar Tabanan 66,00 68,00 Klungkung 70,00 72,000,50 74,00 76,00 78,00 80,00 Karangasem Buleleng Jembrana 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 Sebagai sebagai tolak ukur keberhasilan pembangunan maka dapat diketahui dengan melihat hubungan antara IKP dan IPM. Pada tahun 2012 posisi dari sembilan kabupaten/kota terbagi dalam empat kelompok yaitu kelompok kabupaten/kota yang berada di Kuadran I, II, III, IV. Pada kelompok kuadran I terdapat empat kabupaten/kota diantaranya adalah Kabupaten Tabanan, Kabupaten Badung, Kabupaten Gianyar, dan Kota Denpasar. Kelompok pada kuadran I memiliki arti Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

124 BAB IV Hasil dan Pembahasan bahwa kabupaten tersebut memiliki nilai IPM dan IKP yang melebihi nilai provinsi sehingga dapat dikatakan bahwa kabupaten/kota tersebut merupakan kabupaten/kota yang sudah maju dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya. Pada kelompok kuadran II ditempati oleh Kabupaten Bangli. Pada posisi ini kabupaten tersebut berarti memiliki nilai IPM dibawah nilai provinsi namun memiliki nilai IKP diatas nilai provinsi. Sehingga dapat dikatakan, kabupatenkabupaten yang berada pada kelompok ini sedang berkembang dalam hal pembangunan. Selanjutnya pada kelompok kuadran III terdapat tiga kabupaten diantaranya, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng. Hal ini berarti bahwa kabupaten-kabupaten tersebut memiliki nilai IPM dan IKP yang berada dibawah nilai provinsi, sehingga membutuhkan perhatian yang khusus dalam proses pembangunan. Pada kuadran IV ditempati oleh dua kabupaten, yaitu Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Tabanan. Kabupaten-kabupaten yang berada pada kelompok kuadran ini, memiliki nilai IKP yang berada di bawah nilai provinsi, namun memiliki nilai IPM diatas nilai provinsi. 116 Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun 2013

125 BAB IV Hasil dan Pembahasan Gambar 4.6 Hubungan IKP dan IPM, Tahun 2013 Denpasar 0,7 Badung Gianyar Bangli 0,6 Tabanan Klungkung ,5 Buleleng Jembrana Karangasem 0,4 0,8 0,3 0,2 0,1 0 Setelah satu tahun berjalan, ternyata pada tahun 2013 kelompok kabupaten/kota tidak banyak mengalami perubahan. Hanya terjadi sedikit perubahan, dimana Kabupaten Tabanan yang pada tahun 2012 berada pada kelompok kuadran I, pada tahun 2013 mengalami penurunan dan masuk ke kuadran IV. Hal ini berarti Kabupaten Tabanan mengalami perlambatan dalam hal pembangunan dibandingkan tahun sebelumnya, sehingga meskipun nilai IKP Kabupaten Tabanan meningkat pada tahun 2013 tapi, nilainya lebih rendah dari nilai propinsi. (selengkapnya pada Gambar 4.7). Analisis Indeks Kinerja Pembangunan Prov. dan Kab/Kota se Bali Tahun

126 Bab V PENUTUP Simpulan Saran Rekomendasi Kab./Kota

ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI YANG DIGUNAKAN UNTUK EKPOD HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI DAERAH

ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI YANG DIGUNAKAN UNTUK EKPOD HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI DAERAH LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 6 TAHUN 2008 TANGGAL : 4 Februari 2008 ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI YANG DIGUNAKAN UNTUK EKPOD PARAMETER HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI

Lebih terperinci

ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI DIGUNAKAN UNTUK EKPOD HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI DAERAH FOKUS INDIKATOR FORMULA

ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI DIGUNAKAN UNTUK EKPOD HASIL AKHIR TUJUAN OTONOMI DAERAH FOKUS INDIKATOR FORMULA PARAMETER PENINGKATAN KUALITAS MANUSIA LAMPIRAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 6 Tahun 2008 TANGGAL : 4 Februari 2008 ASPEK, FOKUS, DAN INDIKATOR KINERJA KUNCI DIGUNAKAN UNTUK EKPOD HASIL

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT i DAFTAR ISI PERATURAN BUPATI LOMBOK BARAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL i ii viii BAB I PENDAHULUAN 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Dasar Hukum 3 1.3 Hubungan Antar Dokumen 4 1.4 Sistimatika Dokumen

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU

KATA PENGANTAR TIM PENYUSUN BAPPEDA KOTA BATU KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Batu tahun 2015 merupakan pemfokusan rencana pembangunan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Batu pada tahun 2015. Pemfokusan berpedoman

Lebih terperinci

Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi a. Pertumbuhan ekonomi (Pertumbuhan PDRB) b. Laju inflasi (Laju inflasi provinsi) c. Pendapatan per kapita (PDRB per kapita) d. Ketimpangan kemakmurann (Indeks Gini)

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1

RPJMD Kabupaten Agam tahun IX - 1 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi 1 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun

TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun TABEL 9-1 Indikator Kinerja Kabupaten Nagan Raya Tahun 2012-2017 NO ASPEK/FOKUS/BIDANG URUSAN/ INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN DAERAH SATUAN 2013 2014 2015 2016 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Indikator kinerja daerah adalah indikator kinerja yang mencerminkan keberhasilan penyelenggaraan suatu urusan Pemerintahan. Dalam hal ini, indikator kinerja daerah

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH - 180 - BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian Visi dan Misi Kepala dan Wakil Kepala pada akhir

Lebih terperinci

DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i DAFTAR ISI PERDA... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i iii xx BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... 5 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 10 1.4. Sistematika

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN KLUNGKUNG

INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN KLUNGKUNG PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG INDIKATOR KINERJA PEMBANGUNAN KLUNGKUNG 2015 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Jln. Untung Surapati Nomor 2 Klungkung, Telp. 0366-21382 2015 KATA PENGANTAR Om Swastyastu

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Jembrana

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Jembrana Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Jembrana periode A 1. 1.1 Aspek Kesejahteraan Masyarakat Kesejahteraan Masyarakat dan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015 RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG 2014 i DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... ii... ix DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan organisasi. Pengukuran kinerja organisasi akan dapat dilakukan

Lebih terperinci

Lampiran Meningkatnya cakupan

Lampiran Meningkatnya cakupan Lampiran : Peraturan Walikota Pagar Alam Nomor : Tahun 2017 Tanggal : 2017 I II Pemerintah Visi Kota Pagar Alam Terwujudnya Keseimbangan Masyarakat Pagar Alam Yang Sehat, Cerdas, Berakhlaq Mulia, Dan Didukung

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALU DT - TAHUN DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah Kota Palu Menurut Kecamatan Tahun 2015.. II-2 Tabel 2.2 Banyaknya Kelurahan Menurut Kecamatan, Ibu Kota Kecamatan Dan Jarak Ibu Kota Kecamatan Dengan Ibu Kota Palu Tahun

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 DAFTAR TABEL Taks Halaman Tabel 2.1 Luas Wilayah Menurut Kecamatan dan Desa/Kelurahan... 17 Tabel 2.2 Posisi dan Tinggi Wilayah Diatas Permukaan Laut (DPL) Menurut Kecamatan di Kabupaten Mamasa... 26 Tabel

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan

DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan BAB II. Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB III. Gambaran Pengeloaan Keuangan Daerah Serta Kerangka Pendanaan DAFTAR ISI BAB I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang I-1 1.2. Dasar Hukum I-2 1.3. Hubungan Dokumen RPJMD dengan Dokumen Perencanaan I-5 Lainnya 1.4. Sistematika Penulisan I-8 1.5. Maksud dan Tujuan Penyusunan

Lebih terperinci

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016

Daftar Tabel Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD ) Kab. Jeneponto Tahun 2016 Daftar Tabel Tabel 2.1 Luas Wialayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kabupaten Jeneponto berdasarkan BPS... II-5 Tabel 2.3 Daerah Aliran

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja Kabupaten Parigi Moutong bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Bupati dan Wakil

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH 9.1 INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah dimaksudkan untuk mengukur tingkat pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran pembangunan Kabupaten

Lebih terperinci

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto

Tahun Penduduk menurut Kecamatan dan Agama Kabupaten Jeneponto DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas Wilayah menurut Kecamatan di Kabupaten Jeneponto... II-2 Tabel 2.2 Jenis Kebencanaan dan Sebarannya... II-7 Tabel 2.3 Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Jeneponto Tahun 2008-2012...

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar. Daftar Tabel Daftar Gambar

Daftar Isi. Kata Pengantar. Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii iii xxi Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen I-6 1.4 Maksud dan Tujuan

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN

RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN RANCANGAN RENCANA PEMBANGUNANN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU 2016 Bab I Daftar Isi... i Daftar Tabel... iii Daftar Gambar... ix PENDAHULUAN I-1

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dari sisi keberhasilan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN KABUPATEN TAHUN 2017

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN KABUPATEN TAHUN 2017 BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN KABUPATEN TAHUN 2017 Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan Indikator Kinerja Daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian Visi dan Misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci

1.1. LATAR BELAKANG...

1.1. LATAR BELAKANG... DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR i ii xi xxvi BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. LATAR BELAKANG... I-1 1.2. DASAR HUKUM... I-2 1.3. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN... I-4 1.4. SISTEMATIKA

Lebih terperinci

BAB 9 PENTAHAPAN PEMBANGUNAN KOTA DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

BAB 9 PENTAHAPAN PEMBANGUNAN KOTA DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA BAB 9 PENTAHAPAN PEMBANGUNAN KOTA DAN PENETAPAN INDIKATOR KINERJA Salah satu visi penting dalam rencana pembangunan kota tahun 2011-2015 yang disusun adalah pentahapan pembangunan yang dilaksanakan untuk

Lebih terperinci

BUPATI ACEH BARAT PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013

BUPATI ACEH BARAT PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 BUPATI ACEH BARAT PENETAPAN KINERJA TAHUN 2013 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi kepada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR P. Negara, November 2011 BAPPEDA DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN JEMBRANA KEPALA,

KATA PENGANTAR P. Negara, November 2011 BAPPEDA DAN PENANAMAN MODAL KABUPATEN JEMBRANA KEPALA, KATA PENGANTAR P uji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa/ Ida Sang Hyang Widhi Wasa, atas berkat dan rahmat-nya buku Profil Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2011 dapat disusun. Penyusunan

Lebih terperinci

BUPATI ACEH BARAT PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

BUPATI ACEH BARAT PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 BUPATI ACEH BARAT PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi kepada hasil, kami yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2

DAFTAR ISI. BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH... II Aspek Geografi Dan Demografi... II-2 DAFTAR ISI DAFTAR ISI Hal DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xix BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen RPJMD

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015

RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015 RANCANGAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG 2014 i DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... ii... ix DAFTAR GAMBAR...

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2011-2015 Diperbanyak oleh: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN... I-1

BAB I PENDAHULUAN... I-1 DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar... Daftar Gambar... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4. Kaidah Pelaksanaan...

Lebih terperinci

TABEL IX PENENTUAN INDIKATOR KINERJA KOTA MAKASSAR Kondisi Kinerja pada Awal Periode RPJMD (2014)

TABEL IX PENENTUAN INDIKATOR KINERJA KOTA MAKASSAR Kondisi Kinerja pada Awal Periode RPJMD (2014) TABEL IX PENENTUAN INDIKATOR KINERJA KOTA MAKASSAR 2014-2019 No pada ASPEK KESEJAHTERAAN I Kemampuan Ekonomi Daerah Otonomi Daerah, Pemerintahan Umun, Administrasi 1 Keuangan Daerah, Perangkat Daerah,

Lebih terperinci

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 87 TAHUN 2015 TENTANG PENERAPAN INDIKATOR KINERJA UTAMA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA DAERAH

EXECUTIVE SUMMARY PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA DAERAH EXECUTIVE SUMMARY PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA DAERAH Pemerintahan yang sentralistik di masa lalu terbukti menghasilkan kesenjangan pembangunan yang sangat mencolok antara pusat dan daerah. Dengan adanya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... xii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-4 1.3. Hubungan Antar Dokumen... I-7 1.4.

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1 Strategi Strategi merupakan pemikiran-pemikiran konseptual analitis dan komprehensif tentang langkah-langkah yang diperlukan untuk memperlancar atau memperkuat pencapaian

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar

RPJMD KABUPATEN LINGGA DAFTAR ISI. Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar i ii vii Bab I PENDAHULUAN I-1 1.1 Latar Belakang I-1 1.2 Dasar Hukum I-2 1.3 Hubungan Antar Dokumen 1-4 1.4 Sistematika Penulisan 1-6 1.5 Maksud dan Tujuan 1-7 Bab

Lebih terperinci

Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak

Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak k G 1 Pi ( Qi 1) i 1 Tabel 9.1. Tabel Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Landak NO BIDANG URUSAN/INDIKATOR KONDISI KINERJA PADA AWAL

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA Indikator-indikator yang ditetapkan dalam rangka melakukan evaluasi pelaksanaan pembangunan di Desa Jatilor dalam kurun tahun 2014-2019 adalah sebagai berikut : 9.1 Aspek

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4

RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RANCANGAN RENCANA PELAKSANAAN RPJMD TAHUN KE-4 RPJMD KOTA LUBUKLINGGAU 2008-2013 VISI Terwujudnya Kota Lubuklinggau Sebagai Pusat Perdagangan, Industri, Jasa dan Pendidikan Melalui Kebersamaan Menuju Masyarakat

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi merupakan cara pandang ke depan tentang kemana Pemerintah Kabupaten Belitung akan dibawa, diarahkan dan apa yang diinginkan untuk dicapai dalam kurun

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

DAFTAR TABEL. Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7. Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots) DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1 Wilayah Sungai Tamiang Langsa II-7 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4 Tabel 2.5 Jumlah Curah Hujan Rata-rata Bulanan (mm) Tahun 2002-2011 Arah dan Kecepatan Angin Rata-rata (knots)

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Tabel IX-1 Indikator Kinerja Daerah Menurut Sasaran Strategis SASARAN INDIKATOR KINERJA Misi satu : Meningkatkan tata kelola pemerintahan yang melalui peningkatkan

Lebih terperinci

RKPD KOTA SURABAYA TAHUN 2018 DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar...

RKPD KOTA SURABAYA TAHUN 2018 DAFTAR ISI. Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... DAFTAR ISI Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... i ii xv BAB I PENDAHULUAN... I 1 1.1 Latar Belakang... I 1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I 1 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I 4 1.4 Sistematika

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penggunaan indikator kinerja pembangunan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan. Indikator kinerja juga digunakan dalam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9 i DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... 7 Hal BAB II EVALUASI

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2017 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI LAPORAN KINERJA PEMERINTAH (LAKIP) KABUPATEN BOGOR KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2015 dapat

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH B A B I X 1 BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberikan gambaran mengenai ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala dan Wakil Kepala

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Indikator kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif untuk masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau dampak yang menggambarkan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 KONDISI DAERAH JAWA TIMUR

Bab I Pendahuluan 1 KONDISI DAERAH JAWA TIMUR Daftar Isi Bab I Pendahuluan 1 I.1 Latar belakang 1 I.2 Maksud dan Tujuan 4 I.3 Landasan Hukum 5 I.4 Hubungan RPJMD dengan Dokumen Perencanaan Lainnya 8 I.5 Sistematika Penulisan 10 BAGIAN 1 KONDISI DAERAH

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN MALANG TAHUN 2015 Oleh: BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN MALANG Malang, 30 Mei 2014 Pendahuluan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

Lebih terperinci

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH PROVINSI JAMBI TAHUN 2010-2015 PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja akan digunakan untuk mengukur kinerja atau keberhasilan

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2014 PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH KABUPATEN

PENETAPAN KINERJA KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2014 PENETAPAN KINERJA TINGKAT PEMERINTAH KABUPATEN PENETAPAN TINGKAT PEMERINTAH KABUPATEN KABUPATEN : LAMANDAU TAHUN : 2014 1. Meningkatnya produksi dan produktivitas komoditi unggulan daerah. 2. Meningkatnya ketahanan pangan masyarakat. 3. Meningkatnya

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN TEMANGGUNG 2014 i DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xix BAB

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA BAB IX PENETAPAN INDIKATOR Pada akhir tahun kedua pelaksanaan Tahun 2011-2015, terjadi dinamika dalam pencapaian target kinerja daerah, antara lain beberapa indikator telah tercapai jauh melampaui target

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. perkapita sebuah negara meningkat untuk periode jangka panjang dengan syarat, jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan ekonomi adalah proses yang dapat menyebabkan pendapatan perkapita sebuah

Lebih terperinci

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB 7 KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH 7.1 Kebijakan Umum Perumusan arah kebijakan dan program pembangunan daerah bertujuan untuk menggambarkan keterkaitan antara bidang urusan pemerintahan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN 1-1 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GAMBAR xi I PENDAHULUAN 1-1 1.1 LATAR BELAKANG 1-2 1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN 1-3 1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN 1-5 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Lebih terperinci

TATARAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN

TATARAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN TATARAN PELAKSANAAN KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN NO URUSAN INDIKATOR KINERJA KUNCI URUSAN WAJIB 1 Pendidikan Pendidikan Luar Biasa (PLB) jenjang SD/MI 1. Jumlah

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014

PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahan yang efektif, transparan, akuntabel serta berorientasi pada hasil, kami yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : LUKAS ENEMBE,

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Bali

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Bali 2014 2015 2016 2017 (3) (4) (5) (6) (7) A. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT A.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi A.1.1 A.2. A.2.1 A.2.2 A.2.3 A.3. 1. Pertumbuhan PDRB 6.19 6,08-7,73 6,44-7,13 6,83-7,56

Lebih terperinci

PENETAPAN KINERJA PEMERNTAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2014

PENETAPAN KINERJA PEMERNTAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2014 PENETAPAN KINERJA PEMERNTAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2014 MISI 1: MEWUJUDKAN TATA KELOLA PEMERINTAHAN YANG BERSIH, EFEKTIF, EFISIEN DAN AKUNTABEL NO TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA SASARAN SATUAN TARGET

Lebih terperinci

Tabel 9.1. Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Bali

Tabel 9.1. Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Bali Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Bali NO (1) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) A. A.1 A.1.1 A.2. A.2.1 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK UTARA KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Lombok Utara tentang

Lebih terperinci

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI

Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bangka Barat Tahun 2014 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ------------------------------------------------------------------------------------------------------ i DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH

BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH Penetapan indikator kinerja daerah bertujuan untuk memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi kepala daerah dan wakil kepala daerah

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL. RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun

DAFTAR TABEL. RPJMD Provinsi Kalimantan Utara Tahun DAFTAR TABEL Tabel 2.1.1.A.1 Wilayah Administrasi Provinsi Kalimantan Utara... II - 2 Tabel 2.1.1.B.1 Kelas Ketinggian dari Permukaan Laut di Provinsi Kalimantan Utara (Ha)... II - 4 Tabel 2.1.1.B.2 Kelas

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Provinsi Jawa Timur Kondisi Kinerja pada awal Kondisi Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator Kinerja

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

LAMPIRAN 1 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT LAMPIRAN 1 PENETAPAN KINERJA TAHUN 2014 PEMERINTAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT Sasaran Indikator Kinerja Utama Satuan TARGET PROGRAM PEMBANGUNAN ANGGARAN Meningkatnya Ketahanan Ekonomi Keluarga Terwujudnya

Lebih terperinci

Lampiran : Peraturan Gubernur Papua Nomor : 33 Tahun 2014 Tanggal : 30 Desember 2014

Lampiran : Peraturan Gubernur Papua Nomor : 33 Tahun 2014 Tanggal : 30 Desember 2014 INDIKATOR KINERJA UTAMA ( IKU ) PROVINSI PAPUA TAHUN 2014 2018 Lampiran : Peraturan Gubernur Papua Nomor : 33 Tahun 2014 Tanggal : 30 Desember 2014 Misi 1 : Mewujudkan Suasana Aman, Tentram dan Nyaman

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun

DAFTAR ISI. Halaman. X-ii. RPJMD Kabupaten Ciamis Tahun DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR GRAFIK... xiii BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Dasar Hukum Penyusunan... I-5

Lebih terperinci

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan

Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan Tabel 9.1 Penetapan Indikator Kinerja Daerah terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kabupaten Kuningan NO 2018 A ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 1 PDRB per Kapita (juta rupiah) - PDRB

Lebih terperinci

BAB II PERENCANAAN KINERJA

BAB II PERENCANAAN KINERJA BAB II PERENCANAAN KINERJA Perencanaan strategik, sebagai bagian sistem akuntabilitas kinerja merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh instansi pemerintah agar mampu menjawab tuntutan strategik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN... 9 i DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 1 1.2. Dasar Hukum...... 2 1.3. Hubungan Antar Dokumen... 5 1.4. Sistematika Dokumen RKPD... 5 1.5. Maksud dan Tujuan... 7 Hal BAB II EVALUASI

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2018 PEMERINTAH KOTA PAGAR ALAM TAHUN 2017 KATA PENGANTAR Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Pagar Alam Tahun 2018 disusun dengan mengacu

Lebih terperinci

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau

Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau Peraturan Daerah RPJMD Kabupaten Pulang Pisau 2013-2018 Kata Pengantar Bupati Kabupaten Pulang Pisau i Kata Pengantar Kepala Bappeda Kabupaten Pulang Pisau iii Daftar Isi v Daftar Tabel vii Daftar Bagan

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Daftar Isi...

DAFTAR ISI. Daftar Isi... DAFTAR ISI Daftar Isi.... Daftar Tabel... Daftar Grafik... Bab I Pendahuluan. 1.1. Latar Belakang... 1.2. Dasar Hukum Penyusunan 1.3. Hubungan Antar Dokumen.. 1.4. Sistematika Dokumen RKPD 1.5. Maksud

Lebih terperinci

PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU Tahun 2015

PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU Tahun 2015 PENGUKURAN KINERJA PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU Tahun 0 No Sasaran No Indikator NO Satuan Target Realisasi Capaian Ket 8 9 0 Meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan aparatur pemerintah daerah dan

Lebih terperinci

DAFTAR TABEL DAFTAR - TABEL

DAFTAR TABEL DAFTAR - TABEL DAFTAR - TABEL DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Pembagian Wilayah Administrasi Kecamatan Kabupaten Aceh Tengah...II - 1 Tabel 2.2 Kemiringan Lahan, Bentuk dan Luas Wilayah Kabupaten Aceh Tengah...II - 3 Tabel 2.3

Lebih terperinci

Jumlah Siswa pada jenjang TK/RA/Penitipan Anak = x 100 % Jumlah anak usia 4-6 tahun =

Jumlah Siswa pada jenjang TK/RA/Penitipan Anak = x 100 % Jumlah anak usia 4-6 tahun = TATARAN PELAKSANA KEBIJAKAN ASPEK TINGKAT PENYELENGGARAAN URUSAN WAJIB DAN URUSAN PILIHAN DALAM RANGKA EKPPD TERHADAP LPPD TAHUN 2013 KABUPATEN : BANGGAI KEPULAUAN IKK RUMUS/PERSAMAAN KETERANGAN URUSAN

Lebih terperinci

BAPPEDA Planning for a better Babel

BAPPEDA Planning for a better Babel DISAMPAIKAN PADA RAPAT PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RKPD PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2018 PANGKALPINANG, 19 JANUARI 2017 BAPPEDA RKPD 2008 RKPD 2009 RKPD 2010 RKPD 2011 RKPD 2012 RKPD 2013 RKPD

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR 44 Keterbatasan Kajian Penelitian PKL di suatu perkotaan sangat kompleks karena melibatkan banyak stakeholder, membutuhkan banyak biaya, waktu dan tenaga. Dengan demikian, penelitian ini memiliki beberapa

Lebih terperinci

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K

Dalam rangka. akuntabel serta. Nama. Jabatan BARAT. lampiran. perjanjiann. ini, tanggungg. jawab kami. Pontianak, Maret 2016 P O N T I A N A K GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PERJANJIANN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintahann yang efektif, transparan dan akuntabel serta berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH.

KATA PENGANTAR. Kota Mungkid, 25 Maret a.n. BUPATI MAGELANG WAKIL BUPATI MAGELANG H.M. ZAENAL ARIFIN, SH. KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayahnya, sehingga Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Magelang Tahun 2014 dapat diselesaikan tepat waktu. Laporan

Lebih terperinci

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT

INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT L A P O R A N K A J I A N INDIKATOR MAKROEKONOMI KABUPATEN PAKPAK BHARAT K E R J A S A M A P R O D I P E R E N C A N A A N W I L A Y A H S E K O L A H P A S C A S A R A J A N A U N I V E R S I T A S S

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI

KATA PENGANTAR. Cibinong, Maret 2015 Bupati Bogor, Hj. NURHAYANTI KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur senantiasa kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-nya, maka Laporan Kinerja Pemerintah Kabupaten Bogor Tahun 2014 dapat

Lebih terperinci

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015

DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN BAPPEDA PROVINSI SUMATERA BARAT Edisi 07 Agustus 2015 DISUSUN OLEH : BIDANG STATISTIK DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN Edisi 07 Agustus 2015 Buku saku ini dalam upaya untuk memberikan data dan informasi sesuai dengan UU No.25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

BAB VII Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

BAB VII Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB VII Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Penyelenggaraan pemerintahan daerah dilakukan oleh pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Utara dalam bentuk kinerja nyata dari seluruh perangkat daerah

Lebih terperinci