TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Fida Rahmantika Hadi S

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Fida Rahmantika Hadi S"

Transkripsi

1 ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SLOW LEARNERS DI KELAS INKLUSI (Penelitian Dilakukan Di SD Al Firdaus Surakarta) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika Oleh Fida Rahmantika Hadi S PROGRAM PASCASARJANA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 i

2 ii

3 ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SLOW LEARNERS DI KELAS INKLUSI (Penelitian Dilakukan Di SD Al Firdaus Surakarta) TESIS Oleh: FIDA RAHMANTIKA HADI NIM. S Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal Ketua Dr. Mardiyana, M.Si NIP Sekretaris Dr. Riyadi, M. Si NIP Anggota Penguji Prof. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc., Ph.D NIP Dr. Budi Usodo, M.Pd NIP Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat Pada tanggal... Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP Prof. Dr. Budiyono, M.Sc NIP iii

4 PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa: 1. Tesis yang berjudul: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SLOW LEARNERS DI KELAS INKLUSI ini adalah karya peneliti sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagian acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17, tahun 2010) 2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Matematika PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Matematika PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku. Surakarta, Mahasiswa, FIDA RAHMANTIKA HADI S iv

5 MOTTO Cara untuk menjadi di depan adalah memulai sekarang. Jika memulai sekarang, tahun depan Anda akan tahu banyak hal yang sekarang tidak diketahui, dan Anda tak akan mengetahui masa depan jika Anda menunggu-nunggu. (William Feather) Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. (Thomas Alva Edison) v

6 PERSEMBAHAN Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, Tesis ini Penulis persembahkan kepada: 1. Bapak Ibukku, Hadi Suprapto dan Ibu Wiwik Setiawati 2. Suamiku, Dian Indra Permana 3. Putri cantikku, Najwa Khairunnisa Permana 4. Nenek Kakekku, Mbahti dan Apo 5. Teman-teman dan Dosen PascaSarjana Pendidikan Matematika UNS Surakarta vi

7 KATA PENGANTAR Puji sukur Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan yang Maha Esa, karena dengan nikmat dan ridho-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis dengan judul ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SLOW LEARNERS DI KELAS INKLUSI ini dengan baik. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Program pascasarjana Pendidikan Matematika. Dalam penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar besarnya, kepada: 1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan penyusunan tesis ini. 2. Prof. Dr. Budiyono, M.Sc., Ketua Program Studi Magister Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan penyusunan tesis ini. 3. Prof. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc., Ph.D., Dosen Pembimbing I dengan penuh kesabaran memberikan motivasi, bimbingan dan masukan kepada penulis demi kesempurnaan penyusunan tesis ini. 4. Dr. Budi Usodo, M.Pd., Dosen pembimbing II dengan penuh kesabaran memberikan motivasi, bimbingan dan masukan kepada penulis demi kesempurnaan penyusunan tesis ini. 5. Seluruh Dosen Program Studi Magister Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis. 6. Wahyudi, S.Pd Kepala Sd Al Firdaus Surakarta yang telah membantu pelaksanaan penelitian. 7. Siti Komariyah, S.Si Guru Matematika SD Al Firdaus Surakarta yang telah membantu pelaksanaan penelitian. 8. Ragil Tri U, S.Pd Guru Pendamping Khusus (GPK) ABK Slow Leraners SD Al Firdaus Surakarta yang telah membantu commit pelaksanaan to user penelitian. vii

8 9. Drs. Basuki Rachmat, M.Pd dan Swasti Maharani, M.Pd, Dosen Program Studi Pendidikan Matematika IKIP PGRI Madiun,, Drs. Yuli Irfan Aliurido, M.Pd, guru matematika MAN 2 Madiun, yang telah menjadi validator instrumen penelitian. 10. Suami, orangtua dan nenek kakek yang selalu memberikan doa dan semangat sehingga penulis dapat mengikuti perkuliahan dan menyelesaikan penyusunan tesis ini. 11. Rekan-rekan mahasiswa Program Studi Magister Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, teman-teman Tambahan Dua Angkatan Februari 2013 yang telah memberikan bantuan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini. 12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga bimbingan, dorongan dan bantuan yang telah diberikan dinilai sebagai amal kebaikan dan mendapat pahala dari Allah SWT. Penulis berharap semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan bagi dunia pendidikan pada umumnya. Surakarta, September 2014 Penulis viii

9 ABSTRAK Fida Rahmantika Hadi. S Analisis Proses Pembelajaran Matematika Pada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Slow Learners Di Kelas Inklusi (Penelitian Dilakukan di SD Al Firdaus Surakarta). TESIS. Pembimbing I: Prof. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc. Ph.D, II: Dr. Budi Usodo, M. Pd. Program Studi Pendidikan Matematika, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Proses pembelajaran matematika di kelas inklusi yang meliputi kesiapan guru sebelum proses pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi serta tindak lanjut; (2) Faktor atau kendala yang dialami anak berkebutuhan khusus (ABK) slow learners saat proses pembelajaran matematika di kelas inklusi dan penyelesaiannya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Subjek penelitian adalah guru matematika dan guru pendamping khusus. Teknik yang digunakan dalam pengambilan subjek adalah purposive sampling. Metode pengumpulan data adalah dengan observasi dan wawancara. Teknik untuk memvalidasi data dengan triangulasi waktu. Teknik analisis data yang digunakan terdiri dari reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini antara lain: (1) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilakukan setiap selesai satu kompetensi dasar dan adanya modifikasi RPP untuk ABK slow learners. Modifikasi tersebut antara lain modifikasi indikator keberhasilan, waktu, materi dan soal. Sebelum proses pembelajaran dimulai, media khusus telah disiapkan guru untuk ABK slow learners. Media khusus dapat berbentuk puzzle, papan penjodohan atau media yang dibuat menarik agar ABK slow learners tidak cepat bosan. Dalam tahap evaluasi dan tindak lanjut, guru merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa reguler atau ABK yang mengalami kesulitan dengan dibantu guru pendamping khusus (GPK). (2) Faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners adalah kesulitan dalam menanamkan konsep matematika, selain itu juga dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas yang diberikan oleh guru dan menolak untuk melanjutkan mengerjakan tugas ketika mereka bosan. Guru menyelesaikan kendala tersebut dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap dan intens, memberikan tambahan waktu belajar, memberikan motivasi dan pemberian reward. Kata kunci: proses pembelajaran matematika, anak berkebutuhan khusus (ABK) slow learners, inklusi ix

10 ABSTRACT Fida Rahmantika Hadi. S An Analysis On Mathematics Learning Process In Slow Learners Child In Inclusion Class (Study on the SD Al Firdaus Surakarta). THESIS. First Consultant: Prof. Drs. Tri Atmojo K., M.Sc. Ph.D, Second Consultant: Dr. Budi Usodo, M. Pd. Mathematics Education Studies Program, Postgraduate Program of Sebelas Maret University, Surakarta. This research aims to find out: (1) the mathematics learning process in inclusive class includes readiness of teacher before learning process, implementation and evaluation and follow up; (2) the inhibiting factors encountered of slow learners child during mathematics learning process in inclusive class and the solution to them. It was a qualitative research. The subjects were taken by purposive sampling. The subjects of this research were mathematics teacher and special assistant teacher. Data collection techniques in this research were interviews and observation. Techniques to validate that the data triangulation time. The data analysis technique used was consisted of data reduction, data display, and conclusion. The results of this study were: (1) preparation of Lesson Plan has done after one basic competence finished and any Lesson Plan modified for slow learners child. Modification of Lesson Plan such as modification of succes indicator, time, subject and task. Before learning process began, specific media teachers has been prepared for slow learners child. Specific media can be formed puzzle, match board or media that was made interest so the slow learner child can t felt bored. In evaluation and follow-up stage, teachers planned follow-up activities in remedial learning, enrichment programs, counseling services for reguler students or special needs children with the help of a special assistant teacher. (2) factors or the difficulties which have been slow learners child was difficult about mathematics concepts, beside of that also may lost interest in the task and refused to resume the task when they was bored. The teacher resolve problems by providing mathematical concepts step by step and intens, provide additional learning time, provide motivation and provide reward. Keywords: mathematics learning process, slow learners child, inclusion. x

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PENGESAHAN PEMBIMBING... ii PENGESAHAN PENGUJI... iii PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS... iv MOTTO... v PERSEMBAHAN... vi KATA PENGANTAR... vii ABSTRAK... ix ABSTRACT... x DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan Penelitian... 5 D. Batasan Istilah... 5 E. Manfaat Penelitian... 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori Proses Pembelajaran Matematika Proses Pembelajaran Matematika... 9 a. Kesiapan Guru Sebelum Pembelajaran... 9 b. Pelaksanaan Pembelajaran c. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Slow Learners a. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) b. Slow Learners xi

12 5. Pendidikan Inklusi a. Pengertian Pendidikan Inklusi b. Tujuan Pendidikan Inklusi c. Model Pendidikan Inklusi d. Komponen Pendidikan Inklusi e. Kurikulum Pendidikan Inklusi f. Pembelajaran Model Inklusi di Kelas Reguler B. Kerangka Berpikir BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian Waktu Penelitian B. Pendekatan Penelitian C. Subjek Penelitian D. Data dan Sumber Data E. Metode Pengumpulan Data F. Instrumen Penelitian G. Validitas Data H. Teknik Analisis Data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengembangan Instrumen B. Penentuan Subjek Penelitian C. Diskripsi Subjek Penelitian D. Paparan, Triangulasi dan Analisis Data Kesiapan Guru Sebelum Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Pendahuluan Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Inti Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Penutup Evaluasi dan Tindak Lanjut Faktor-faktor atau Kendala dan Penyelesaiannya Saat Proses Pembelajaran Matematika xii

13 E. Pembahasan Proses Pembelajaran Matematika Di Kelas Inklusi Faktor-faktor atau Kendala ABK Slow Learners dan Penyelesaiannya Saat Proses Pembelajaran Matematika BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan B. Implikasi C. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 : Rincian Waktu Penelitian Tabel 4.1 : Nama-nama Validator Instrumen Observasi Tabel 4.2 : Nama-nama Validator Instrumen Pedoman Wawancara Tabel 4.3 : Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Kesiapan Guru Sebelum Pembelajaran Tabel 4.4 : Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Kesiapan Guru Sebelum Pembelajaran Tabel 4.5 : Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Pendahuluan Tabel 4.6 : Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Pendahuluan Tabel 4.7 : Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Inti Tabel 4.8 : Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Inti Tabel 4.9 : Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Penutup Tabel 4.10 : Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Penutup Tabel 4.11 : Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Evaluasi dan Tindak Lanjut 86 Tabel 4.12 : Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Evaluasi dan Tindak Lanjut 87 Tabel 4.13 : Triangulasi Data untuk Subjek 1 mengenai Faktor-faktor atau Kendala ABK slow learners Tabel 4.14 : Triangulasi Data untuk Subjek 2 mengenai Faktor-faktor atau Kendala ABK slow learners xiv

15 DAFTAR LAMPIRAN 1. Kisi-kisi Observasi Validasi Instrumen Observasi oleh Validator Pertama Validasi Instrumen Observasi oleh Validator Kedua Validasi Instrumen Observasi oleh Validator Ketiga Lembar Observasi Pertama Subjek Lembar Observasi Pertama Subjek Lembar Observasi Kedua Subjek Lembar Observasi Kedua Subjek Pedoman Wawancara Validasi Pedoman Wawancara oleh Validator Pertama Validasi Pedoman Wawancara oleh Validator Kedua Validasi Pedoman Wawancara oleh Validator Ketiga Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertama Subjek Catatan Lapangan Hasil Wawancara Kedua Subjek Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertama Subjek Catatan Lapangan Hasil Wawancara Pertama Subjek Catatan Lapangan Hasil Observasi Pertama Catatan Lapangan Hasil Observasi Kedua Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Program Pelaksanaan Individual (PPI) Surat Keterangan Penelitian Dokumentasi xv

16 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan dimanapun berada. Pendidikan sangat penting artinya, sebab tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan bahkan akan terbelakang karena pendidikan itu berkembang secara terus menerus yang tidak ada batasannya selama manusia itu masih hidup. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul diarahkan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas dan mampu bersaing. Pendidikan di Indonesia tidak hanya berlaku untuk anak yang memiliki kondisi normal tetapi juga berlaku untuk anak yang memiliki kebutuhan khusus. Anak-anak berkebutuhan khusus ini tersebar di banyak sekolah umum atau mungkin tidak sekolah. Mereka tidak diterima oleh sekolah-sekolah umum yang menganggap anak-anak seperti ini tidak akan bisa mengikuti pelajaran sama dengan anak-anak lainnya. Di lain sisi, banyak orang tua juga tidak mempunyai informasi yang cukup tentang anak-anak berkebutuhan khusus ini. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (Undang-Undang No.20 Tahun 2003) pasal 32 menyebutkan bahwa Pendidikan khusus (pendidikan luar biasa) merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Artinya, pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) sudah diatur dalam undangundang dan hak mereka memperoleh pendidikan adalah sama dengan orang non ABK. Anak-anak ini berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan tidak dibeda-bedakan dengan anak normal lainnya. Sebagai wujud kepedulian pemerintah terhadap pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan khusus ABK pemerintah telah memberikan sarana sekolah yang lebih dikenal dengan Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan 1

17 2 kekhususannya masing-masing. Menurut hasil penelitian Sambira Mambela (2010), pelayanan pendidikan khusus atau SLB di Indonesia masih belum sesuai target, yakni belum menjangkau semua anak berkebutuhan khusus (ABK) yang ada. Pada tahun 1990-an baru ada 476 sekolah untuk ABK dan 207 Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) yang menampung sekitar orang ABK. Dari jumlah itu, baru sekitar yang telah mendapat pelayanan pendidikan khusus secara layak. Sisanya, sebagian memang belum mendapat pelayanan pendidikan sama sekali atau tanpa disadari bahwa mereka yang berkebutuhan khusus ini berada di sekolah biasa bersama anak-anak normal. Dari hasil penelitian Istiningsih (2005), salah satu penyebabnya antara lain faktor sosial, ekonomis dan geografis. Seperti kondisi sosial ekonomi orangtua kurang menunjang, jarak antar rumah dan sekolah cukup jauh dan sekolah reguler tidak mau menerima anak-anak berkelainan belajar bersama-sama dengan anak-anak normal. Slow learners atau biasa disebut lambat belajar merupakan salah satu dari anak berkebutuhan khusus (ABK). Berdasarkan hasil penelitian Chauhan (2011) The learners and underdeveloped in the sense that they are not achieving in tune with their capabilities. Even some of the most efficient teachers are not adequately equipped to identify and guide the backward students like slow learners to reach their optimum levels. To ensure this we need special educational programmes for backward children like slow learners. Artinya anak berkebutuhan khusus (ABK) belum mendapatkan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan mereka. Bahkan beberapa guru belum mampu untuk mengidentifikasi dan membimbing siswa terbelakang seperti lambat belajar untuk mencapai hasil optimal. Untuk memastikan hal ini kita perlu memberikan program pendidikan khusus untuk anak-anak seperti anak dalam kategori lambat belajar. Paradigma baru untuk pendidikan bagi ABK justru menempatkan mereka sama dengan anak-anak normal lainnya. Bahwa pendidikan untuk semua tanpa membeda-bedakan kaya, miskin, normal atau berkebutuhan khusus. Untuk itu sekarang dikenallah sekolah inklusi. Pendidikan inklusi merupakan perkembangan terkini dari model pendidikan bagi anak berkelainan yang secara formal.

18 3 Pendidikan inklusi telah menjadi program Direktorat Pendidikan Luar Biasa yang bertugas untuk mengatur pelaksanaan pendidikan luar biasa tidak hanya di SLB namun juga di sekolah-sekolah reguler, termasuk salah satunya adalah membekali para guru di semua sekolah reguler dengan pengetahuan dan keterampilan layanan bagi anak berkebutuhan khusus. Beberapa sekolah pun baik itu SD, SMP, dan SMA reguler telah ditunjuk menjadi sekolah penyelenggara pendidikan inklusi. Pendidikan inklusi merupakan pendidikan regular yang di dalamnya terdapat anak berkebutuhan khusus (ABK). Melalui pendidikan inklusi ini ABK dididik bersama anak-anak lainnya (normal) untuk dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Pendidikan inklusi ini menutup adanya kemungkinan terjadinya diskriminasi terhadap ABK dan ABK dapat belajar hidup di lingkungan masyarakat yang sebenarnya yaitu masyarakat yang terdiri dari orang normal dan tidak normal atau disable and able person yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas, yang dimulai dari masyarakat sekolah. Sekolah inklusi menerapkan ruang khusus untuk siswa yang mempunyai permasalahan untuk mengadakan bimbingan secara intensif setelah jam pelajaran biasa selesai. Jadi, anak berkebutuhan khusus (ABK) di samping mendapatkan layanan, mereka juga mendapat layanan tambahan diluar jam pelajaran. Hal tersebut dapat meningkatkan kepercayaan diri anak dalam bergaul dengan anak normal lainnya sesuai dengan kondisi lingkungan. Adapun dalam pelajaran biasa, guru pendamping dapat menerapkan situasi kelas lebih komunikatif dengan tidak membedakan antara anak normal dengan ABK. Surakarta merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang menyelenggarakan pendidikan inklusi. Surakarta sendiri setidaknya memiliki tiga belas sekolah penyelenggaran pendidikan inklusi. Dari ke tiga belas sekolah tersebut diantaranya, tujuh sekolah tingkat SD, dua sekolah tingkat SMP, dua sekolah tingkat SMA, dan dua sekolah tingkat SMK. SD Al Firdaus Surakarta salah satu di antara tiga belas yang menyelenggarakan pendidikan inklusi. Berdasarkan data yang diperoleh dari humas SD Al Firdaus Surakarta, sekolah ini telah ditetapkan sebagai commit sekolah to user inklusi percontohan nasional oleh

19 4 Direktur Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kemendikbud. Anak-anak yang dalam kategori Berkebutuhan Khusus di SD Al Firdaus adalah anak berkesulitan belajar, autis, lamban belajar (slow learners), retardasi mental dan anak yang mempunyai gangguan pemusatan perhatian. Sekolah yang menerapkan pendidikan inklusi harus mempunyai kesiapan dalam segala hal baik dari segi kesiapan kepala sekolah, guru, kurikulum, sarana prasarana, dan sebagainya yang menunjang terlaksananya pendidikan inklusi dengan baik. Tidak hanya itu juga tetapi dari siswanya sendiri yaitu siswa biasa maupun ABK juga harus mempunyai kesiapan mental dalam belajar di sekolah inklusi baik di luar maupun saat proses pembelajaran tidak terkecuali dalam pembelajaran matematika. Pelajaran matematika dikategorikan sebagai pelajaran yang tidak disukai sebagian siswa. Ketidaksenangan siswa pada pelajaran ini dapat berpengaruh pada keberhasilan belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa tidak hanya dipengaruhi dari faktor siswa saja, melainkan juga dari faktor guru khususnya di kelas inklusi. Untuk itu sudah semestinya guru sebagai pendidik khususnya bidang studi matematika dapat menghilangkan anggapan-anggapan siswa yang kurang baik terhadap pembelajaran matematika, sehingga proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Adanya sikap atau kesiapan mental yang baik dari semua anggota sekolah sangat diperlukan, sehingga dapat terjalinnya hubungan yang baik di lingkungan sekolah khususnya saat pembelajaran matematika di kelas inklusi. Selama proses pembelajaran berlangsung dimungkinkan ABK akan mengalami berbagai macam kendala. Oleh karena itu sebagai guru matematika yang dibantu guru pembimbing khusus harus dapat memberikan penyelesaian terhadap kendala-kendala yang dialami ABK tersebut agar tidak ditemukan lagi saat proses pembelajaran selanjutnya. Kendala-kendala yang terjadi harus dapat ditangani dengan cepat agar ABK dapat mengikuti pembelajaran matematika bersama siswa lainnya dan mencapai hasil yang optimal dalam pembelajarannya.

20 5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana proses pembelajaran matematika di kelas inklusi meliputi kesiapan guru sebelum proses pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjut? 2. Apakah yang menjadi faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners saat proses pembelajaran matematika di kelas inklusi dan bagaimana penyelesaiannya? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran matematika di kelas inklusi meliputi kesiapan guru sebelum proses pembelajaran, pelaksanaan dan evaluasi serta tindak lanjut. 2. Untuk mengetahui faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners saat proses pembelajaran matematika di kelas inklusi dan penyelesaiannya. D. Batasan Istilah 1. Analisis Proses Pembelajaran Analisis Proses Pembelajaran dalam penelitian ini adalah menyelidiki dengan rinci kegiatan yang dilakukan guru terhadap siswa sehingga terjadinya proses belajar pada siswa yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) ABK dalam penelitian ini adalah anak-anak yang mengalami kelainan atau ketunaan baik bersifat permanen ataupun temporer sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan ketunaan mereka.

21 6 3. Slow Learners Slow Learners dalam penelitian ini adalah siswa yang lambat dalam proses belajar sehingga ia membutuhkan waktu yng lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. 4. Kelas Inklusi Kelas Inklusi dalam penelitian ini adalah kelas regular yang merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak-anak berkelainan tanpa pengecualian untuk bersama-sama mendapatkan pelayanan pendidikan. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Memberikan wawasan dan masukan tentang pendidikan inklusi yaitu proses pembelajaran matematika di kelas inklusi. 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk lebih mengembangkan pendidikan inklusi. b. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan untuk memberi perubahan cara mengajar dalam proses pembelajaran matematika di kelas inklusi.

22 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Proses Pembelajaran Proses berasal dari bahasa latin processus yang berarti berjalan ke depan yaitu berupa urutan langkah-langkah atau kemajuan yang mengarah pada tercapainya suatu tujuan. Menurut Tim (2005: 899), proses adalah rangkaian tindakan, perbuatan, atau pengolahan yang menghasilkan produk. Menurut Reber (Joesafira:2010) dalam psikologi belajar, proses berarti caracara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapainya hasil-hasil tertentu. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa proses adalah urutan langkah-langkah atau rangkaian tindakan untuk tercapainya suatu tujuan tertentu. Belajar (learning) merupakan kegiatan orang sehari-hari. Belajar adalah satu proses kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup (Bambang Warsita, 2008:65). Menurut Jerome Brunner (dalam Trianto, 2009:15) bahwa belajar adalah suatu proses aktif dimana siswa membangun (mengkonstruk) pengetahuan baru berdasarkan pengalaman/pengetahuan yang sudah dimiliki. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses yang terjadi pada semua orang untuk membangun pengetahuan baru berdasarkan pengalaman yang sudah dimiliki. Menurut Tim (2005:17) pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Pembelajaran merupakan proses komunikatif-interaktif antara sumber belajar, guru dan siswa yaitu saling bertukar informasi. Gagne, Briggs dan Wager (Udin S. Winataputra dkk, 2007:19) menyatakan bahwa pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan proses kegiatan yang dilakukan guru terhadap siswa commit sehingga to user terjadinya proses belajar pada siswa. 7

23 8 Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan merupakan proses yang diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan (Permen No 32 Th 2013). Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian proses pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan guru terhadap siswa sehingga terjadinya proses belajar pada siswa yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2. Matematika Matematika adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yaitu berpikir sistematis, logis dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau pemecahan masalah (Depdiknas, 2002:8). Landerl (2004: 99) menyatakan bahwa Mathematics is a complex subject, involving language, space and quantity. Matematika adalah satu subjek yang kompleks, melibatkan bahasa, ruang dan kuantitas. Sriraman (2010: 344) mengatakan Mathematics is a conceptual framework thai is consistent with lester s model, in that (a)it is a research-based framework, (b) it attempts to understand fundamental problems in mathematics learning and teaching. ( matematika adalah kerangka konseptual yang konsisten (a) itu suatu kerangka kerja yang berbasis penelitian (b) untuk memahami masalah matematika dalam pengajaran dan (pemahaman yang mengembangkan potensi yang efektif). Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar yaitu berpikir

24 9 sistematis, logis dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan atau pemecahan masalah. 3. Proses Pembelajaran Matematika Berdasarkan pengertian proses pembelajaran dan matematika yang telah diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran matematika adalah kegiatan yang dilakukan guru terhadap siswa sehingga terjadinya proses belajar pada siswa yang meliputi kesiapan guru, pelaksanaan serta evaluasi dan tindak lanjut untuk mencapai tujuan pembelajaran untuk mempelajari ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar serta mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa. Proses pembelajaran matematika melalui tiga pokok tahapan, yakni tahap kesiapan guru sebelum proses pembelajaran, tahap pelaksanaan pembelajaran dan tahap pengevaluasian suatu tugas pekerjaan selama proses pembelajaran. Deskripsi lebih lanjut secara terperinci dijelaskan sebagai berikut. a. Kesiapan Guru Sebelum Pembelajaran Dalam proses pembelajaran matematika kesiapan guru sebelum pembelajaran sangat diperlukan. Kesiapan guru yang paling penting adalah menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Menurut Moh. Uzer Usman (2001: 18-19) dalam membuat rencana pembelajaran/satuan acara pembelajaran, seorang guru harus memperhatikan beberapa hal yang sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar yang sesuai dengan RPP yang terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut, yaitu menentukan tujuan pembelajaran, menentukan materi atau bahan pelajaran, menentukan metode mengajar, menentukan alat atau media pengajaran dan menentukan alat evaluasi atau penilaian. Menurut Oemar Hamalik (2003:54), pengajaran adalah kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam menyampaikan pengetahuan kepada siswa. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesiapan atau perencanaan

25 10 pembelajaran selain sebagai alat kontrol juga berguna sebagai pegangan bagi guru itu sendiri dalam pelaksanaan pembelajaran nanti. Oleh karena itu, seorang guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pembelajaran. Seorang guru sebelum mengajar hendaknya menyusun perencanaan pembelajaran yang hendak dilaksanakan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, proses perencanaan itu harus mengandung kejelasan tujuan yang akan dicapai dan proses pembelajaran yang bagus diperlukan adanya perencanaan pembelajaran yang bagus pula. b. Pelaksanaan Pembelajaran Jika proses belajar mengajar itu ditinjau dari segi kegiatan guru, maka terlihat bahwa guru memegang peranan yeng sangat penting. Guru berfungsi sebagai pembuat keputusan yang berhubungan dengan perencanaan, implementasi dan penilaian/evaluasi. Sebagai implementasi rencana pengajaran yang telah disusun, guru hendaknya mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada dan berupaya memoles setiap situasi yang muncul menjadi situasi yang memungkinkan berlangsungnya kegiatan belajar yang berpusat pada siswa. Semua itu memerlukan keterampilan profesional. Dengan demikian, pada pelaksanan pembelajaran guru hendaknya mengatur kondisi yang mempengaruhi pembelajaran, antara lain tentang isi, menetapkan sendi pengajaran untuk siswa yang menjadi obyek pengajaran dan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Adapun langkah-langkah kegiatan pembelajaran menurut Depdiknas (2008: 10) adalah melalui tiga tahapan pokok, yaitu: 1) Tahap Prainstruksional Tahap ini dapat disebut dengan pendahuluan yang merupakan kegiatan pembelajaran yang sesungguhnya. Kegiatan pendahuluan dimaksudkan untuk memberikan informasi kepada siswa, memusatkan perhatian, dan mengetahui apa yang telah dikuasai siswa berkaitan commit dengan to user bahan yang akan dicapai. Tahap

26 11 prainstruksional adalah tahapan yang ditempuh guru pada saat ia memulai proses belajar dan mengajar. 2) Tahap Instruksional Tahap kedua adalah tahap pengajaran atau tahap inti.yakni tahapan memberikan bahan pelajaran yang telah disusun guru sebelumnya. Kegiatan inti adalah kegiatan utama dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan. Kegiatan pembelajaran ini meliputi, antara lain: 1) Uraian, penjelasan tentang materi pelajaran atau konsep, prinsip dan prosedur yang akan dipelajari siswa. 2) Contoh, merupakan benda atau kegiatan yang terdapat dalam kehidupan siswa sebagai wujud dari meteri pelajaran yang diuraikan. 3) Latihan, merupakan kegiatan siswa dalam rangka menerapkan konsep, prinsip atau prosedur yang sedang dipelajarinya ke dalam praktek yang relevan dengan pekerjaan atau kehidupan sehari-hari. Pada tahap ini, tidak menutup kemungkinan guru memberikan bimbingan pada pemahaman siswa atas materi yang dipelajarinya. 3) Tahap Penutup Kegiatan ini memberikan penegasan/kesimpulan dan penilaian terhadap penguasaan bahan kajian yang diberikan pada kegiatan inti. Penilaian harus dipandang sebagai salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Kegiatan penilaian harus mampu memberikan informasi yang membantu guru meningkatkan kemampuan mengajarnya dan membantu siswa mencapai perkembangan pendidikan secara optimal. Dengan demikian, di sini terlihat bahwa mengajar bukan lagi usaha untuk menyampaikan ilmu pengetahuan, melainkan juga usaha menciptakan sistem lingkungan yang membelajarkan subyek didik agar tujuan pengajaran dapat tercapai secara optimal.

27 12 c. Tahap Evaluasi dan Tindak Lanjut Muhibbin Syah (2003:141) menyatakan bahwa evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Roger dalam Ning Haryani (2006) mengemukakan evaluation isprocess of helping to make things better than they are, of improvingthe situation. (Evaluasi adalah proses yang membantu membuat segala sesuatu lebih baik untuk membangun situasi). Dalam kegiatan evaluasi ini, yang harus dilaksanakan guru adalah sebagai berikut. 1) Melaksanakan penilaian akhir dan mengkaji hasil pembelajaran. 2) Melaksanakan kegiatan tindak lanjut dengan alternatif kegiatan. 3) Mengalihkan proses-proses pembelajaran dengan menjelaskan atau memberi bahan materi pokok yang akan dibahas pada pada pelajaran berikutnya. 4. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Slow Learners a. Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Anak berkebutuhan khusus (ABK) merupakan istilah lain yang digunakan untuk menggantikan kata Anak Luar Biasa yang menandakan adanya kelainan khusus. Menurut Suran dan Rizzo (Mangunsong dalam Ecie Lasarie dan Uly Gusniarti, 2009) yang tergolong Anak Luar Biasa adalah anak yang secara signifikan berbeda dalam beberapa dimensi yang penting dari fungsi kemanusiaannya. Mega Iswari (2007:2) mengemukakan anak berkebutuhan khusus adalah anak-anak yang mengalami kelainan atau ketunaan dalam segi fisik, mental, emosi dan sosial atau gabungan dari hal-hal tersebut sedemikian rupa baik bersifat permanen ataupun temporer sehingga mereka memerlukan pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan ketunaan mereka. Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak dengan karakteristik khusus yang commit berbeda to user pada umumnya tanpa selalu

28 13 menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi, atau fisik (Geniofam, 2010: 11). Anak berkebutuhan khusus ini memiliki apa yang disebut dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan (barrier to learning and development). Oleh sebab itu, mereka memerlukan layanan pendidikan yang sesuai dengan hambatan belajar dan hambatan perkembangan yang dialami oleh masing-masing anak. Yang termasuk ke dalam ABK, antara lain: tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, lamban belajar (slow learners), anak mengalami kesulitan belajar, tunalaras, anak berbakat, dan anak dengan gangguan kesehatan (Munro, 2003). Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang memiliki kelainan atau mempunyai karakteristik khusus yang berbeda pada umumnya serta memerlukan pelayanan khusus sesuai dengan ketunaan mereka. b. Slow Learners 1) Pengertian Slow Learners Slow Learners merupakan salah satu macam dari anak berkebutuhan khusus (ABK), atau biasa disebut lamban belajar. Masi G (1998) menyatakan A slow learner is not a distinctive category; it is a term that teachers use to describe a student who has the ability to learn necessary academic skills, but at rate and depth below average same age peers. Artinya slow learner merupakan istilah yang digunakan guru untuk menggambarkan seorang siswa yang memiliki kemampuan dan keterampilan akademik, tetapi pada tingkat di bawah rata-rata teman-teman sebaya. Singh (dalam Pujar, 2006) menyatakan slow learners are the students who find difficult to keep pace with their classmates. Slow learners are not mentally retarded, but are capable of achieving academic success at a slower rate compared to normal or regular class students. (Slow learners atau lambat belajar adalah siswa yang memiliki kesulitan bersaing dengan teman sekelas mereka. Lambat

29 14 belajar tidak mengalami keterbelakangan mental, namun mampu mencapai keberhasilan akademis pada tingkat lebih lambat dibandingkan dengan siswa kelas normal atau biasa). Griffin (dalam Younis & Batinah, 2008) menyatakan Slow learners are students who learn more slowly than their peers, yet do not have a disability requiring special education. (Lambat belajar adalah siswa yang belajar lebih lambat dari rekan-rekan mereka, namun tidak memiliki cacat yang memerlukan pendidikan khusus). Menurut Ratna dan Dany (2011:144) Slow Learners atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Menurut Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI (2011:46) Slow Learners adalah mereka yang mempunyai nilai pelajaran sangat rendah yang ditandai pula dengan tes IQ berada di bawah rata-rata anak pada umumnya. Eastmead (2004) juga menyatakan Slow learners score between 70 and 90 on IQ tests. Artinya skor tes IQ mereka menunjukkan skor antara 70 dan 90. Walaupun demikian tidak keseluruhan anak slow learner memiliki IQ seperti itu. Kelemahan akademik utama yang dialami oleh slow learners adalah membaca, berbahasa, memori, sosial, dan perilaku (Borah, 2013). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Slow Learners atau lambat belajar adalah siswa yang membutuhkan waktu lebih lambat dalam proses belajar atau mempunyai nilai pelajaran sangat rendah dibanding dengan rekan-rekannya namun mampu mencapai keberhasilan akademis tetapi tidak memiliki cacat dan memerlukan pendidikan khusus.

30 15 2) Karakteristik Slow Learners 5. Pendidikan Inklusi Malik (2012) menyatakan Academically slow learners are usually identified based on their attained scores on intelligence tests, with IQ between Artinya slow learners secara akademis biasanya diidentifikasi berdasarkan skor yang dicapai mereka pada tes kecerdasan, dengan IQ antara Chauhan (2011: 282) menyatakan Taking the aforesaid factors into consideration, characteristics of slow learners can be systematically listed out: 1) limited cognitive capacity, 2) Poor memory, 3) Distraction and lack of concentration, 4) Inability to express ideas. (Setiap anak berkebutuhan khusus memiliki karakteristik (ciri-ciri) tertentu yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Adapun karakteristik anak berkebutuhan khusus Slow Learners yaitu: 1) Kapasitas kognitifnya terbatas, 2) memori atau daya ingatnya rendah, 3) mempunyai gangguan dan kurangnya konsentrasi, 4) ketidakmampuan menyampaikan ide dengan cepat). a. Pengertian Pendidikan Inklusi Pendidikan inklusi adalah sebuah konsep atau pendekatan pendidikan yang berupaya menjangkau semua anak tanpa kecuali. Mereka semua memiliki hak dan kesempatan yang sama untuk memperoleh manfaat yang maksimal dari pendidikan. Pendidikan inklusi bukan hanya untuk anak-anak yang membutuhkan layanan khusus atau anak-anak cacat (Tarmansyah, 2007:11). Menurut Odom (1997) definitions of inclusion is that children with and without disabilities are placed in the same setting, which is most often a classroom. (definisi inklusi adalah bahwa anak-anak dengan dan tanpa cacat ditempatkan dalam pengaturan yang sama, dalam satu ruang kelas). Ballard (Carrington: 1999) mendefinisikan pendidikan inklusi ke dalam beberapa faktor, yaitu:

31 16 1) education needs to be non-discriminatory in terms of disability, culture and gender (pendidikan khusus bukan diskriminasi dalam kaitannya dengan penyandang cacat, budaya dan jenis kelamin) 2) it involves all students in a community with no exceptions (melibatkan semua siswa dalam suatu komunitas tanpa terkecuali) 3) students should have equal rights to access the culturally valued curriculum as full-time members of age appropriate regular classroom (siswa seharusnya memperoleh persamaan hak untuk masuk pada kurikulum secara kultural sebagai anggota penuh dari kelas reguler sesuai usianya) 4) there should be an emphasis on diversity rather than assimilation (seharusnya memperhatikan pada keanekaragaman dibandingkan asimilasi) Menurut Staub dan Peck (1995), pendidikan inklusi adalah penempatan anak berkelainan ringan, sedang dan berat secara penuh di kelas. Hal ini menunjukan kelas regular merupakan tempat belajar yang relevan bagi anak-anak berkelainan, apapun jenis kelainannya. Dari beberapa pendapat, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan inklusi adalah pendekatan pendidikan untuk peserta didik yang berkebutuhan khusus tanpa pengecualian untuk bersama-sama mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah reguar. Dengan diselenggarakannya pendidikan inklusi bukan berarti SLB (Sekolah Luar Biasa), sekolah terpadu dan SDLB (Sekolah Dasar Luar Biasa) ditutup, akan tetapi dijadikan mitra kerja yang baik dengan penyelenggaraan sekolah inklusi bahkan jika perlu dijadikan nara sumber bagi guru-guru khusus yang mengajar di sekolah inklusi. b. Tujuan Pendidikan Inklusi Ofsted (Amstrong, 2011: 32) menyatakan bahwa An educationally inclusive school is one in which the teaching and learning, achievement, attitude anf well-being of every young person matter (Sebuah sekolah yang mempraktekkan pendidikan inklusif adalah sebuah sekolah yang memperhatikan pengajaran dan pembelajaran, pencapaian, sikap dan kesejahteraan setiap anak). Melalui pendidikan inklusi ini diharapkan anak berkelainan atau berkebutuhan khusus dapat dididik bersama-sama dengan anak normal

32 17 lainnya (Gillies dan Carrington, 2004). Tujuannya adalah tidak ada kesenjangan di antara anak berkebutuhan khusus dengan anak normal lainnya. Diharapkan pula anak dengan kebutuhan khusus dapat memaksimalkan potensi yang ada dalam dirinya. Sehingga hasil belajar siswa ABK tidak terlampau jauh dengan siswa normal lainnya (Cole, 2002). Pendidikan inklusi tidak sekedar mengintegrasikan ABK di sekolah reguler, tetapi lebih kepada pendekatan untuk mengubah sistem pendidikan agar dapat mengakomodasikan keadaan siswa yang beragam, dan bukan mengubah anak menyesuaikan sistem (Munro, 2000). Menurut Depdiknas (2007: 10) pendidikan inklusi di Indonesia diselenggarakan dengan tujuan: 1) Memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua anak (termasuk anak berkebutuhan khusus) mendapatkan pendidikan yang layak sesuai dengan kebutuhannya. 2) Membantu mempercepat program pendidikan wajib belajar dasar. 3) Membantu meningkatkan mutu pendidikan dasar dan menengah dengan menekan angka tinggal kelas dan putus sekolah. 4) Menciptakan sistem pendidikan yang menghargai keanekaragaman, tidak diskriminatif, serta ramah terhadap pembelajaran. 5) Memenuhi amanat Undang-undang Dasar c. Model Pendidikan Inklusi Pendidikan inklusi pada dasarnya memiliki dua model (Ekeh, 2013). Pertama yaitu model inklusi penuh (full inclusion). Model ini menyertakan ABK untuk menerima pembelajaran individual dalam kelas regular. Kedua yaitu model inklusi parsial (partial inclusion). Model parsial ini mengikutsertakan ABK dalam sebagian pembelajaran yang berlangsung di kelas reguler dan sebagian lagi dalam kelas-kelas pull out dengan bantuan guru pendamping khusus. Hardin (2002) mengemukakan model lain yaitu pendidikan inklusi yang disebut inklusi commit terbalik to user (reverse inclusive). Dalam model ini,

33 18 anak normal dimasukkan ke dalam kelas yang berisi ABK. Model ini berkebalikan dengan model yang pada umumnya memasukkan ABK ke dalam kelas yang berisi anak normal. Model inklusi terbalik agaknya menjadi model yang kurang lazim dilaksanakan. Model ini mengandaikan ABK sebagai anak dengan jumlah yang lebih banyak dari anak normal. Dengan pengandaian demikian seolah sekolah untuk ABK secara kuantitas lebih banyak dari sekolah untuk anak normal, atau bisa juga tidak. Model pendidikan inklusi seperti apapun tampaknya tidak menjadi persoalan berarti sepanjang mengacu kepada konsep dasar pendidikan inklusi (Lamport, 2012). Model pendidikan inklusi yang diselenggarakan pemerintah Indonesia menurut Depdiknas (2007: 8) yaitu model pendidikan inklusi moderat. Pendidikan inklusi moderat yang dimaksud adalah pendidikan inklusi yang memadukan antara terpadu dan inklusi penuh. Model moderat ini dikenal dengan model mainstreaming merupakan model yang memadukan antara pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus (Sekolah Luar Biasa) dengan pendidikan reguler. ABK digabungkan ke dalam kelas reguler hanya untuk beberapa waktu saja. Filosofinya tetap pendidikan inklusi, tetapi dalam praktiknya ABK disediakan berbagai alternatif layanan sesuai dengan kemampuan dan kebutuhannya. Anak berkebutuhan khusus dapat berpindah dari satu bentuk layanan ke bentuk layanan yang lain, seperti: 1) Kelas Reguler Dalam kelas ini, ABK belajar bersama anak lain sepanjang hari di kelas reguler dengan menggunakan kurikulum yang sama. 2) Kelas Reguler dengan Cluster Dalam kelas ini, ABK belajar bersama-sama anak lain di kelas reguler dalam kelompok khusus.

34 19 3) Kelas Reguler dengan Pull Out Dalam kelas ini, ABK belajar bersama anak lain di kelas reguler namun dalam waktu-waktu tertentu ditarik dari kelas tersebut ke ruang sumber untuk belajar bersama guru pembimbing khusus (GPK). 4) Kelas Reguler dengan Cluster dan Pull Out Dalam kelas ini, ABK belajar bersama anak lain di kelas reguler dalam kelompok khusus. Dalam waktu-waktu tertentu mereka ditarik dari kelas reguler ke ruang sumber untuk belajar dengan GPK. 5) Kelas Khusus dengan Berbagai Pengintegrasian Dalam kelas ini, ABK belajar di kelas khusus di sekolah reguler namun dalam bidang-bidang tertentu dapat belajar bersama-sama dengan anak lain di kelas reguler. 6) Kelas Khusus Penuh Dalam kelas ini, ABK belajar di dalam kelas khusus pada sekolah reguler. Dengan demikian tidak setiap anak dengan kebutuhan khusus diharuskan berada dalam kelas reguler dengan mengikuti semua pembelajaran yang ada. Sebagian dari mereka dapat berada dalam ruang khusus atau terapi tergantung dari gradasi kelainannya sehngga untuk anak dengan gradasi kelainan yang cukup berat dapat lebih lama berada dalam ruang khusus daripada ruang reguler. Sedangkan anak dengan gradasi kelainan yang sangat berat lebih dianjurkan untuk memperoleh pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB) atau sekolah khusus yang menangani kelainan tersebut bukan di sekolah inklusi. d. Komponen Pendidikan Inklusi Menurut Depdiknas (2008: 6) dalam pendidikan inklusi terdapat beberapa komponen pendidikan yang perlu dikelola dalam sekolah inklusi, yaitu:

35 20 1) Manajemen Kesiswaan Manajemen kesiswaan merupakan salah satu komponen pendidikan inklusi yang perlu mendapat perhatian dan pengelolaan lebih. Hal ini dikarenakan kondisi anak pada pendidikan inklusi yang lebih majemuk daripada kondisi anak pada pendidikan reguler. Tujuan dari manajemen kesiswaan ini tidak lain agar kegiatan belajar mengajar di sekolah dapat berjalan lancar, tertib, dan teratur, serta mencapai tujuan yang diinginkan. 2) Manajemen Kurikulum Pemerintah menyatakan bahwa kurikulum yang dipakai satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusi adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan potensinya. 3) Manajemen Tenaga Kependidikan Tenaga kependidikan merupakan salah satu unsur penting dalam pendidikan inklusi. Tenaga kependidikan dalam pendidikan inklusi mendapat porsi tanggung jawab yang jelas berbeda dengan tenaga kependidikan pada pendidikan noninklusi. Perbedaan yang terdapat pada individu meniscayakan adanya kompetensi yang berbeda dari tenaga kependidikan lainnya. 4) Manajemen Sarana dan Prasarana Manajemen sarana dan prasarana sekolah bertugas merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengkordinasikan, mengawasi dan mengevaluasi kebutuhan dan penggunaan sarana-prasarana agar dapat memberikan sumbangan secara optimal pada kegiatan belajar mengajar. 5) Manajemen Keuangan/Dana Pendanaan pendidikan inklusi memerlukan manajemen keuangan atau pendanaan yang baik. Walaupun penyelenggaraan pendidikan inklusi commit dilaksanakan to user pada sekolah reguler dengan

36 21 penyesuaian-penyesuaian, namun tidak serta merta pendanaan penyelenggaraannya dapat diikutkan begitu saja dengan pendanaan sekolah reguler. Maka diperlukan manajemen keuangan atau pendanaan yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan dalam penyelenggaraan pendidikan inklusi dan mengatasi berbagai permasalahan terkait dengan pendanaan. 6) Manajemen Lingkungan (Hubungan Sekolah dan Masyarakat) Sekolah penyelenggara pendidikan inklusi perlu mengelola dengan baik hubungan sekolah dengan masyarakat agar dapat tercipta dan terbina hubungan yang baik dalam rangka upaya memajukan pendidikan di daerah. 7) Manajemen Layanan Khusus Dalam pendidikan inklusi terdapat komponen manajemen layanan khusus. Manajemen layanan khusus ini mencakup manajemen kesiswaan, kurikulum, tenaga kependidikan, saranaprasarana, pendanaan dan lingkungan. Kepala sekolah dapat menunjuk stafnya, terutama yang memahami ke-plb-an, untuk melaksanakan manajemen layanan khusus ini. e. Kurikulum Pendidikan Inklusi Pendidikan inklusi masih menggunakan kurikulum standar nasional yang telah ditetapkan pemerintah. Namun dalam pelaksanaan di lapangan, kurikulum pada pendidikan inklusi disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik anak. Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009 menyatakan bahwa kurikulum yang dipakai satuan pendidikan penyelenggara pendidikan inklusi adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang mengakomodasi kebutuhan dan kemampuan peserta didik sesuai dengan bakat, minat dan potensinya. Kurikulum pendidikan inklusi hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan anak, yang selama ini anak dipaksakan mengikuti kurikulum. Oleh sebab itu hendaknya memberikan kesempatan untuk menyesuaikan kurikulum dengan anak. commit Menurut to user Tarmansyah (2007:154) untuk

37 22 modifikasi kurikulum merupakan model kurikulum dalam sekolah inklusi. Modifikasi pertama adalah mengenai pemahaman bahwa teori model itu selalu merupakan representasi yang disederhanakan dari realitas yang kompleks. Modifikasi kedua adalah mengenai aspek kurikulum yang secara khusus difokuskan dalam pembelajaran yang akan dibahas lebih banyak dalam praktek pembelajaran. Kurikulum yang digunakan di sekolah inklusi adalah kurikulum anak normal (regular) yang disesuaikan (dimodifikasi sesuai) dengan kemampuan awal dan karakteristik ABK. Lebih lanjut, menurut Direktorat PLB (Tarmansyah, 2007:168) modifikasi dapat dilakukan dengan cara modifikasi alokasi waktu, modifikasi isi/materi, modifikasi proses belajar mengajar, modifikasi sarana dan prasarana, modifikasi lingkungan untuk belajar, dan modifikasi pengelolaan kelas. Dengan kurikulum akan memberikan peluang terhadap tiap-tiap anak untuk mengaktualisasikan potensinya sesuai dengan bakat, kemampuannya dan perbedaan yang ada pada setiap anak. Model pengembangan kurikulum pendidikan inklusi menurut Depdiknas (2007: 19) terdiri dari: 1) Model kurikulum regular Model kurikulum reguler, yaitu kurikulum yang mengikutsertakan peserta didik berkebutuhan khusus untuk mengikuti kurikulum reguler sama seperti kawan-kawan lainnya di dalam kelas yang sama. 2) Model kurikulum reguler dengan modifikasi Model kurikulum reguler dengan modifikasi, yaitu kurikulum yang dimodifikasi oleh guru pada strategi pembelajaran, jenis penilaian, maupun pada program tambahan lainnya dengan tetap mengacu pada kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Di dalam model ini bisa terdapat anak berkebutuhan khusus yang memiliki PPI.

38 23 3) Model kurikulum Program Pembelajaran Individual (PPI) Model kurikulum PPI yaitu kurikulum yang dipersiapkan guru program PPI yang dikembangkan bersama tim pengembang yang melibatkan guru kelas, guru pendamping khusus, kepala sekolah, orang tua, dan tenaga ahli lain yang terkait. f. Pembelajaran Model Inklusi di Kelas Reguler Pelaksanaan pembelajaran dalam kelas inklusi sama dengan pelaksanaan pembelajaran dalam kelas reguler. Namun jika diperlukan, ABK membutuhkan perlakuan tersendiri yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhannya. Untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan ABK diperlukan proses skrining atau assesment yang bertujuan agar pada saat pembelajaran di kelas, bentuk intervensi pembelajaran bagi ABK merupakan bentuk intervensi pembelajaran yang sesuai bagi mereka. Assesment yang dimaksud yaitu proses kegiatan untuk mengetahui kemampuan dan kelemahan setiap peserta didik dalam segi perkembangan kognitif dan perkembangan sosial melalui pengamatan yang sensitif (Bandi Delphie, 2006: 1). Seorang pendidik hendaknya mengetahui program pembelajaran yang sesuai bagi ABK. Pola pembelajaran yang harus disesuaikan dengan ABK biasa disebut dengan Individualized Education Program (IEP) atau Program Pembelajaran Individual (PPI). Perbedaan karakteristik yang dimiliki ABK membuat pendidik harus memiliki kemampuan khusus. Sebelum Program Pembelajaran Individual (PPI) dijalankan oleh pendidik, terlebih dahulu pendidik harus melakukan identifikasi terhadap kondisi dan kebutuhan ABK agar diperoleh informasi yang akurat mengenai kebutuhan pembelajaran ABK. Setelah proses skrining atau assesment dilakukan dan kebutuhan ABK teridentifikasi, maka PPI dapat dijalankan di kelas-kelas reguler. PPI tersebut sebenarnya tidak mutlak diperlukan bagi ABK commit dalam to user pembelajaran model inklusi di kelas

39 24 reguler. Pada praktiknya ada beberapa ABK yang tidak memerlukan PPI. Mereka dapat belajar bersama dengan anak reguler dengan program yang sama tanpa perlu dibedakan. Program Pembelajaran Individual (PPI) menurut Bandi Delphie (2006: 150) meliputi enam komponen, yaitu: 1) Elicitors, yaitu peristiwa atau kejadian yang dapat menimbulkan atau menyebabkan perilaku 2) Behaviors, merupakan kegiatan peserta didik terhadap sesuatu yang dapat ia lakukan 3) Reinforcers, suatu kejadian atau peristiwa yang muncul sebagai akibat dari perilaku dan dapat menguatkan perilaku tertentu yang dianggap baik 4) Entering behavior, kesiapan menerima pelajaran 5) Terminal objective, sasaran antara dari pencapaian suatu tujuan pembelajaran yang bersifat tahunan 6) Enroute, langkah dari entering behavior menujut ke terminal objective Model pembelajaran bagi ABK harus memperhatikan prinsip umum dan prinsip khusus. Prinsip umum pembelajaran meliputi motivasi, konteks, keterarahan, hubungan sosial, belajar sambil bekerja, individualisasi, menemukan, dan prinsip memecahkan masalah. Prinsip umum ini dijalankan ketika ABK belajar bersama-sama dengan anak reguler dalam satu kelas. Baik anak reguler maupun ABK mendapatkan program pembelajaran yang sama. Prinsip khusus disesuaikan dengan karakteristik masing-masing ABK. Prinsip khusus ini dijalankan ketika ABK membutuhkan pembelajaran individual melalui PPI (Bandi Delphie, 2006:154). B. Kerangka Berpikir Salah satu macam kelainan pada anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah ABK Slow Learners. Adapun commit karakteristik to user anak berkebutuhan khusus Slow

40 25 Learners antara lain kapasitas kognitifnya terbatas, memori atau daya ingatnya rendah, mempunyai gangguan dan kurangnya konsentrasi serta ketidakmampuan menyampaikan ide dengan cepat. Untuk itu mereka perlu mendapat pendidikan yang menempatkan mereka sama dengan anak-anak normal lainnya tanpa membeda-bedakan kaya, miskin, normal atau berkebutuhan khusus. Pendidikan inklusi merupakan pendidikan regular yang di dalamnya terdapat anak berkebutuhan khusus (ABK). Melalui pendidikan inklusi ini ABK dididik bersama anak-anak lainnya untuk dapat mengoptimalkan potensi yang dimilikinya. Pendidikan inklusi ini menutup adanya kemungkinan terjadinya diskriminasi terhadap ABK dan ABK dapat belajar hidup di lingkungan masyarakat yang sebenarnya yaitu masyarakat yang terdiri dari orang normal dan tidak normal atau disable and able person yang tidak dapat dipisahkan sebagai suatu komunitas, yang dimulai dari masyarakat sekolah. Proses pembelajaran matematika di kelas inklusi sama dengan proses pembelajaran di kelas reguler. Namun untuk ABK slow learners telah disediakan model kelas dan kurikulum khusus dalam proses pembelajaran di kelas inklusi. Model kelas yang digunakan adalah model pull out sedangkan kurikulum yang digunakan adalah kurikulum anak regular yang disesuaikan (dimodifikasi), sesuai dengan kemampuan awal dan karakteristik ABK slow learners. Selama proses pembelajaran di kelas, ABK slow learners selalu dipantau dan dibimbing oleh guru pendamping khusus (GPK). Dalam proses pembelajaran matematika di kelas inklusi kesiapan belajar sebelum pembelajaran sangat diperlukan baik untuk guru matematika, GPK matematika, dan siswa biasa maupun ABK. Kesiapan belajar tersebut meliputi kesiapan fisik, kesiapan mental, maupun kesiapan secara kognitif. Guru matematika yang berperan sebagai pemberi pelajaran siswa biasa dan ABK dalam pembelajaran harus selalu membekali dengan persiapan sebelum mengajar dan menjalin komunikasi dengan GPK terkait kemampuan ABK. Untuk ABK slow learners sebagai penerima pelajaran juga harus membekali diri dengan persiapan sebelum pembelajaran sehingga terlaksana dan tercapainya tujuan pembelajaran.

41 26 Adapun dalam proses pembelajaran, ABK slow learners akan mengalami berbagai macam kendala seperti ketidakmampuan mengikuti pelajaran dengan baik, kurang konsentrasi ketika guru menerangkan. Oleh karena itu sebagai guru yang mengajar dalam kelas inklusi yang dibantu GPK harus dapat memberikan penyelesaian terhadap kendala-kendala yang dialami ABK slow learners tersebut agar tidak ditemukan lagi saat proses pembelajaran selanjutnya. Kendala-kendala yang terjadi harus dapat ditangani dengan cepat agar ABK slow learners dapat mengikuti pembelajaran matematika bersama siswa lainnya dan mencapai hasil yang optimal dalam pembelajarannya.

42 27 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Al Firdaus Surakarta. 2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2013 sampai dengan bulan Juli Adapun langkah-langkah yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: Tabel 3.1 Rincian Waktu Penelitian Bulan Tahap Des 2013 Jan 2013 Feb 2013 Mar 2014 Apr 2014 Mei 2014 Jun 2014 Jul Perencanaan - Pengajuan Judul - Penyusunan Proposal - Penyusunan Instrumen 2. Pelaksanaan 3. Analisis Data 4. Penyusunan Laporan B. Pendekatan Penelitian Berangkat dari fokus permasalahan dalam penelitian ini, maka pendekatan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong (2007:6), penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain lain, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang 27

43 28 alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. Strauss & Corbin (2003:4) penelitian kualitatif adalah penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan. Ditinjau dari jenis penelitiannya, penelitian ini termasuk penelitian lapangan (field research), karena penelitian ini mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang dan interaksi lingkungan suatu unit sosial, kelompok, lembaga dan masyarakat yang dilaksanakan dalam kehidupan dan realitas yang sebenarnya. Pendekatan kualitatif dipilih dalam penelitian ini karena beberapa pertimbangan antara lain: (1) Penelitian ini merupakan upaya untuk mendeskripsikan permasalahan yang terkait dengan proses pembelajaran matematika Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Slow Learners (2) Penelitian ini lebih bersifat induktif, artinya peneliti berusaha mendeskripsikan permasalahan berdasar data yang terbuka bagi penelitian lebih lanjut; (3) Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang wajar dan mengutamakan data yang bersifat kualitatif. C. Subjek Penelitian Pemilihan subjek penelitian berdasarkan teknik pengambilan purposive sampling. Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan maksud tertentu sesuai dengan tujuan penelitian ini dilaksanakan. Pertimbangan tersebut adalah karena subjek sudah lama mengajar dan membimbing ABK slow learners sehingga diharapkan subjek dapat memberikan informasi yang dibutuhkan peneliti dan dapat menjawab rumusan permasalahan dalam penelitian ini. Sekolah yang dipilih dalam penelitian ini adalah sekolah inklusi yaitu SD Al Firdaus Surakarta, sedangkan sumber informan dalam penelitian ini yaitu guru matematika dan guru pendamping khusus (GPK). D. Data dan Sumber Data Data dalam penelitian ini berupa informasi tentang proses pembelajaran yang meliputi kesiapan guru sebelum commit to proses user pembelajaran, pelaksanaan dan

44 29 evaluasi serta tindak lanjut. Selain itu informasi tentang faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners saat proses pembelajaran matematika di kelas inklusi dan bagaimana penyelesaiannya. Informasi-informasi tersebut diperoleh melalui observasi dan wawancara terhadap guru matematika dan guru pendamping khusus (GPK). Ada tiga sumber data dalam penelitian ini, yaitu informan kunci (key informan), tempat dan peristiwa serta dokumen. 1. Informan kunci (key informan), informan awal dipilih secara purposive (purposive sampling). Menurut Nana Syaodih Sukmadinata (2006:102) kekuatan dari sampel purposif adalah dari sedikit kasus yang diteliti secara mendalam memberikan banyak pemahaman tentang topik. Bertindak sebagai informan kunci adalah guru matematika dan guru pendamping khusus (GPK). 2. Tempat dan peristiwa, yang meliputi Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) beserta kelengkapan administrasi KBMnya. 3. Dokumen, antara lain RPP, Program Pembelajaran Individual (PPI), Proses Belajar Mengajar (PBM) yang meliputi kegiatan belajar mengajar dan perangkat mengajar. Data ini dipergunakan untuk melengkapi hasil wawancara. Data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian. E. Metode Pengumpulan Data Sesuai dengan tahapan penelitian dalam penelitian kualitatif, instrumen utama adalah peneliti sendiri. Dalam penelitian kualitatif, proses pengumpulan data berjalan dari medan empiris dalam upaya membangun teori dari data. Proses pengumpulan data ini meliputi proses memasuki lokasi penelitian serta berada di lokasi penelitian dan mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah 1. Observasi Observasi atau pengamatan adalah proses pengambilan data dalam penelitian dimana peneliti melihat situasi yang diambil berdasarkan data yang diperlukan. Observasi commit ini digunakan to user untuk memperoleh data mengenai

45 30 proses pembelajaran yang dilakukan guru matematika dan guru pendamping khusus. 2. Wawancara Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini wawancara tak terstruktur yaitu wawancara dilakukan apabila adanya jawaban berkembang diluar pertanyaan-pertanyaan terstruktur namun tidak terlepas dari permasalahan (Sugiyono, 2012: 191). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui informasi dari guru matematika dan guru pendamping khusus tentang proses pembelajaran matematika di kelas inklusi dan kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran. F. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Instrumen Utama Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri yang bertujuan untuk mencari dan mengumpulkan data langsung dari sumber data. Karena peneliti sebagai instrumen, maka peneliti harus sanggup menyesuaikan diri dan berinteraksi secara langsung dan tuntas dengan fenomena yang sedang dipelajari. 2. Instrumen Bantu Pertama Instrumen bantu pertama ini berupa lembar observasi untuk memperoleh data mengenai proses pembelajaran matematika, kegiatan yang dilakukan guru matematika dan guru pendamping khusus selama proses pembelajaran. 3. Instrumen Bantu Kedua Instrumen bantu kedua ini berupa pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti sebagai alat bantu dalam pengambilan data secara langsung di lapangan.

46 31 G. Validitas Data Validitas data dalam penelitian ini ditentukan melalui teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut bagi keperluan pengecekan atau sebagai bahan pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2011: ). Dalam penelitian ini teknik triangulasi data yang digunakan adalah triangulasi waktu. Triangulasi waktu digunakan untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan mengecek kepada sumber yang sama dengan waktu yang berbeda. Data yang diperoleh dari guru matematika dan guru pendamping khusus (GPK) yaitu dengan observasi pertama kemudian ditindaklanjuti dengan wawancara pertama merupakan data pertama. Selanjutnya data yang diperoleh dari guru matematika dan guru pendamping khusus (GPK) yaitu dengan observasi kedua kemudian ditindaklanjuti dengan wawancara kedua merupakan data kedua. Data kedua yang diperoleh digunakan untuk pengecekan data pertama. Jika hasil kedua data tersebut sama maka data pertama yang telah diperoleh dinyatakan valid. H. Teknik Analisis Data Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisa data. Teknik analisis data yaitu untuk menganalisa data yang telah diperoleh untuk ditarik kesimpulan. Metode analisis yang digunakan adalah analisis data kualitatif. Dalam penelitian kualitatif, analisis data dilakukan sejak awal dan sepanjang proses penelitian berlangsung. Teknik analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan empat prosedur sebagai berikut. 1. Pengumpulan Data Data-data yang diperoleh di lapangan dicatat atau direkam dalam bentuk naratif yaitu uraian data yang diperoleh dari lapangan apa adanya komentar peneliti yang berbentuk catatan kecil. Dari catatan deskriptif itu kemudian dibuat catatan reflektif yaitu catatan yang berisi komentar, pendapat atau penafsiran peneliti yang ditemui di lapangan. 2. Reduksi Data

47 32 Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasi data dengan sedemikian rupa sehingga kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi. Tahap reduksi data dalam penelitian ini adalah. a. Menentukan guru matematika dan guru pendamping khusus sebagai subjek penelitian. b. Membuat catatan atau pertanyaan yang digunakan sebagai bahan wawancara untuk subjek penelitian. c. Hasil wawancara disederhanakan menjadi susunan yang baik dan rapi. 3. Penyajian Data Penyajian data adalah penyampaian informasi berdasarkan data yang dimiliki dan disusun secara baik, runtut sehingga mudah dilihat, dibaca dan dipahami tentang suatu kejadian dan tindakan atau peristiwa dalam bentuk teks naratif. Tahap penyajian data dalam penelitian ini adalah. a. Menyajikan hasil wawancara yang telah tersusun dengan baik dan rapi. b. Menyajikan data dengan memperhatikan alur penelitian agar data tersebut jelas. c. Menganalisis hasil wawancara sehingga dapat menjawab permasalahan dalam penelitian ini. 4. Penarikan Kesimpulan Langkah akhir dalam proses analisis data kualitatif adalah menarik kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan. Kesimpulan yang diperoleh melalui analisis data tersebut dijadikan pedoman untuk menyusun rekomendasi dan implikasi.

48 1. Instrumen Bantu Pertama BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pengembangan Instrumen Instrumen bantu pertama ini berupa lembar observasi untuk memperoleh data mengenai proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika dan guru pendamping khusus (GPK). Lembar observasi sebelum digunakan terlebih dahulu di validasi oleh tiga validator yaitu dua orang dosen matematika dan satu orang guru matematika. Validasi diarahkan pada kriteria penelaahan dari segi materi (substansi), segi konstruksi dan segi bahasa. Namanama validator instrumen observasi dapat dilihat dalam Tabel 4.1 berikut Tabel 4.1. Nama-nama Validator Instrumen Observasi No Nama Jabatan 1. Drs. Basuki Rachmat, M.Pd Dosen Matematika IKIP PGRI Madiun 2. Swasti Maharani, M.Pd Dosen Matematika IKIP PGRI Madiun 3. Drs. Yuli Irfan Alliurido, M.Pd Guru Matematika MAN 2 Madiun Hasil validasi lembar observasi disajikan dalam lembar validasi yang diisi oleh validator setelah memeriksa instrumen yang telah dibuat. Validator dapat memberikan tanda cek (v) pada kolom yang sesuai, jika indikator telah memenuhi kriteria yang disebutkan. Jika tidak sesuai, validator memberi tanda silang (x) pada kolom. Dari hasil penilaian tersebut, validator dapat memberikan kesimpulan apakah instrumen tersebut layak digunakan atau tidak. Secara umum berdasarkan hasil validasi oleh ketiga validator terhadap instrumen lembar observasi dapat disimpulkan bahwa instrumen ini dinyatakan valid atau layak digunakan. Lembar validasi oleh validator dapat dilihat pada Lampiran 2, 3 dan 4. 33

49 34 2. Instrumen Bantu Kedua Instrumen bantu kedua ini berupa pedoman wawancara yang dibuat oleh peneliti sebagai alat bantu dalam pengambilan data secara langsung di lapangan. Pedoman wawancara ini digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran matematika meliputi kesiapan guru, perencanaan, pelaksanaan serta evaluasi dan tindak lanjut di kelas inklusi dan faktor-faktor atau kendala yang dialami siswa ABK slow learners serta upaya yang dilakukan guru dalam menyelesaikannya. Instrumen pedoman wawancara sebelum digunakan terlebih dahulu di validasi oleh tiga validator yaitu dua orang dosen matematika dan satu orang guru matematika. Validasi diarahkan pada aspek/indikator kejelasan tujuan wawancara dan butir pertanyaan serta kesesuaian pertanyaan untuk mengungkapkan proses pembelajaran di kelas inklusi. Nama-nama validator instrumen pedoman wawancara dapat dilihat dalam Tabel 4.2 berikut. Tabel 4.2. Nama-nama Validator Instrumen Pedoman Wawancara No Nama Jabatan 1. Drs. Basuki Rachmat, M.Pd Dosen Matematika IKIP PGRI Madiun 2. Swasti Maharani, M.Pd Dosen Matematika IKIP PGRI Madiun 3. Drs. Yuli Irfan Alliurido, M.Pd Guru Matematika MAN 2 Madiun Hasil validasi pedoman wawancara ini disajikan dalam lembar validasi yang diisi oleh validator setelah memeriksa instrumen yang telah dibuat. Validator dapat memberikan tanda cek (v) pada kolom Ya, jika indikator telah memenuhi kriteria yang disebutkan. Jika tidak sesuai, validator memberi tanda cek (v) pada kolom Tidak. Dari hasil penilaian tersebut, validator dapat memberikan kesimpulan apakah instrumen tersebut layak digunakan (L), layak digunakan dengan perbaikan (P) atau tidak layak digunakan (T). Secara umum berdasarkan hasil validasi oleh ketiga validator terhadap instrumen pedoman wawancara dapat disimpulkan bahwa instrumen ini dinyatakan valid atau layak digunakan. Lembar validasi oleh validator dapat dilhat pada Lampiran 9, 10 dan commit 11. to user

50 35 B. Penentuan Subjek Penelitian Penentuan subjek pada penelitian ini menggunakan Purposive Sampling. Adapun langkah penentuannya sebagai berikut. 1. Peneliti memilih sekolah yang telah menyelenggarakan pendidikan inklusi di Surakarta. 2. Di Surakarta ada tiga belas sekolah penyelenggara pendidikan inklusi, dan terpilih SD Al Firdaus Surakarta karena sekolah ini telah ditetapkan sebagai sekolah inklusi percontohan nasional 3. Dari data hasil pengamatan sementara oleh peneliti dengan guru matematika dan guru pendamping khusus (GPK) maka terpilih 2 subjek penelitian. Alasan dipilihnya kedua subjek ini adalah subjek mempunyai karakteristik yaitu sudah berpengalaman mengajar dan membimbing siswa ABK slow learners dalam proses pembelajaran di kelas inklusi. Selain itu peneliti juga memperoleh saran dari kepala SD Al Firdaus Surakarta. C. Diskripsi Subjek Penelitian 1. Subjek 1 Siti Komariyah, S.Si merupakan guru matematika kelas VB SD Al Firdaus Surakarta. Lulusan dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Matematika Universitas Gajah Mada Yogyakarta dan mengambil Akta IV di Universitas Nahdatul Ulama Surakarta. Subjek 1 sudah bekerja di SD Al Firdaus Surakarta dari tahun 2001 hingga sekarang. 2. Subjek 2 Ragil Tri U, S.Pd merupakan guru pendamping khusus (GPK) untuk siswa ABK slow learners kelas VB di SD Al Firdaus Surakarta. Lulusan dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan Bimbingan Konseling Universitas Slamet Riyadi Surakarta. Subjek 2 sudah bekerja SD Al Firdaus Surakarta dari tahun 2013 hingga sekarang.

51 36 D. Paparan, Triangulasi dan Analisis Data 1. Kesiapan Guru Sebelum Pembelajaran a. Paparan Data 1) Paparan Data I a) Hasil Observasi Subjek 1 Berdasarkan hasil observasi di atas (dapat dilihat pada Lampiran 5), aspek kesiapan guru sebelum pembelajaran S1 menyiapkan media dan sumber belajar untuk siswa reguler ataupun ABK (1a) tetapi S1 tidak.menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners (1b). Sebelum proses pembelajaran berlangsung, kesiapan yang dilakukan S1 adalah menyiapkan RPP dan silabus (1c). b) Hasil Wawancara Subjek 1 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek kesiapan guru sebelum pembelajaran dengan indikator yaitu: (1) menyiapkan media dan sumber belajar, (2) menyiapkan media khusus untuk ABK (3) menyiapkan RPP dan silabus. Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti dengan subjek 1 (Lampiran 13). Pa01 : Bagaimana kesiapan Ibu sebelum pembelajaran matematika? S1a01 : Persiapannya menyusun RPP dan silabus Pa02 : Penyusunan RPP dilakukan kapan, Bu? S1a02 : Penyusunan RPP biasanya dilakukan setelah selesai satu kompetensi dasar. Pa03 : Apakah RPP untuk siswa ABK slow learners sama dengan RPP siswa biasa?

52 37 S1a03 : RPPnya sama, namun untuk ABK ada modifikasi indikator, modifikasi materi dan modifikasi soal. Dalam RPP itu sudah dituliskan dengan jelas. Pa04 : Bagaimana cara menetukan modifikasi untuk tiap-tiap ABK? S1a04 : Saya sealalu berkomunikasi dengan guru pendamping masing-masing ABK. Pa05 : Modifikasi apa yang dilakukan untuk ABK slow learners? S1a05 : Modifikasi materi, misalnya pada materi perbandingan dan skala ini, untuk siswa biasa mereka dikenalkan dengan perbandingan namun untuk slow learners hanya sampai pada materi sebelumnya yaitu pecahan. Pa06 : Adakah modifikasi yang lain? S1a06 : Modifikasi soal bisa ditanyakan kepada guru pendamping atau bisa dilihat di RPP. Pa07 : Apakah ibu menyiapkan media dan sumber belajar sebelum pembelajaran? S1a07 : Ya Pa08 : Media yang digunakan apa? S1a08 : Laptop dan proyektor tergantung materi yang mau dijelaskan. Pa09 : Kalau sumber belajar yang digunakan? S1a09 : Buku paket dan kiat mahir matematika Pa10 : Adakah media khusus untuk siswa ABK slow learners? S1a10 : Ada tetapi guru kelas tidak menyiapkan media khusus untuk siswa ABK, Pa11 : Siapa yang menyiapkan media khusus tersebut, Bu? S1a11 : Biasanya guru pendamping yang menyiapkan atau media tersebut sudah ada di ruang Puspa. Berdasarkan penggalan hasil wawancara di atas, persiapanpersiapan yang dilakukan S1 sebelum proses pembelajaran yaitu menyiapkan RPP dan silabus (S1a01). Selain itu S1 juga menyiapkan media dan sumber belajar (S1a07). Namun untuk siswa ABK, S1 tidak menyiapkan media khusus karena media khusus sudah disiapkan di Ruang Puspa oleh guru pendamping (S1a11).

53 38 c) Hasil Observasi Subjek 2 Berdasarkan hasil observasi di atas (dapat dilihat pada Lampiran 6), kesiapan yang dilakukan S2 adalah menyiapkan media dan sumber belajar (1a) dengan catatan hanya untuk siswa ABK slow learners. Media khusus untuk siswa ABK slow learners juga disiapkan oleh S2 (1b). Untuk RPP dan silabus S2 tidak menyiapkannya (1c). d) Hasil Wawancara Subjek 2 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama terhadap subjek 2 pada aspek kesiapan guru sebelum pembelajaran dengan indikator yaitu: (1) menyiapkan media dan sumber belajar, (2) menyiapkan media khusus untuk ABK (3) menyiapkan RPP dan silabus. Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti dengan subjek 2 (Lampiran 15). Pa01 : Bagaimana kesiapan Ibu sebelum pembelajaran matematika? S2a01 : Saya siapkan media dan sumber belajar untuk ABK yang akan dipakai saat itu. Pa02 : Apakah sama media dan sumber belajar yang digunakan siswa reguler dan ABK? S2a02 : Tidak sama, untuk ABK disediakan media khusus contohnya bisa berupa puzzle atau papan penjodohan seperti anak TK yang dibuat semenarik mungkin. Pa03 : Mengapa disiapkan media khusus untuk ABK? S2a03 : Yaaa,,, karena mereka berbeda dengan siswa lain. Kalau ada media yang menarik mereka tidak cepat bosan. Jadi diharapkan dengan adanya media itu dapat membantu proses belajar commit megajar. to user

54 39 Pa04 : Apakah media itu sudah Ibu siapkan di dalam kelas? S2a04 : Media khusus untuk ABK sudah disiapkan di ruang Puspa atau ruang pusat pelayanan ABK. Pa05 : Apakah ABK selalu menggunakan media tersebut setiap proses pembelajaran? S2a05 : Tergantung materinya, Pa06 : Apakah Ibu juga menyiapkan RPP dan silabus? S2a06 : Saya tidak menyiapkan RPP dan silabus karena sudah disiapkan oleh guru kelas. Saya hanya menyiapkan PPI. Pa07 : Dalam RPP itu dituliskan kalau ada modifikasi untuk ABK, bisa dijelaskan Bu? S2a07 : Modifikasi untuk ABK itu ada modifikasi indikator keberhasilan, materi, soal. Di RPP kan ada.. Pa08 : Di RPP ini dituliskan kalau modifikasi soal dibuat oleh GPK. S2a08 : Ya, karena slow leraners materinya tidak sampai perbandingan hanya sampai pecahan maka soalnya pun juga beda, itu saya yang buat. Dan saya selalu berkomunikasi dengan guru kelas mengenai modifikasi dalam penyusunan RPP. Pa09 : Untuk PPI tiap ABK apakah sama, Bu? S2a09 : Tidak sama itu disesuaikan dengan kondisi siwa masingmasing ABK. Berdasarkan hasil penggalan wawancara di atas, persiapanpersiapan yang dilakukan S2 yaitu menyiapkan media dan sumber belajar hanya untuk ABK slow learners (S2a01). Selain itu S2 menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners di Ruang Puspa atau ruang Pusat Pelayanan ABK (S2a02 dan S2a04). S2 tidak menyiapkan RPP dan silabus karena sudah disiapkan oleh guru kelas namun hanya menyiapkan Program Pembelajaran Individual (PPI) untuk ABK slow learners (S2a06). Dalam penyusunan RPP S2 selalu berkomunikasi dengan S1 mengenai modifikasi untuk ABK slow learners (S2a08).

55 40 2) Paparan Data II a) Hasil Observasi Subjek 1 Berdasarkan hasil observasi kedua di atas (dapat dilihat pada Lampiran 7), aspek kesiapan guru sebelum pembelajaran, S1 menyiapkan media dan sumber belajar untuk siswa reguler ataupun ABK (1a) tetapi S1 tidak.menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners (1b). Sebelum proses pembelajaran berlangsung S1 juga sudah menyiapkan RPP dan silabus (1c). b) Hasil Wawancara Subjek 1 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi kedua terhadap subjek 1 pada aspek kesiapan guru sebelum pembelajaran dengan indikator yaitu: (1) menyiapkan media dan sumber belajar, (2) menyiapkan media khusus untuk ABK (3) menyiapkan RPP dan silabus. Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan subjek 1 (Lampiran 14). Pb01 : Bagaimana kesiapan Ibu sebelum pembelajaran matematika? S1b01 : menyusun RPP dan silabus Pb02 : Penyusunan RPP dilakukan kapan, Bu? S1b02 : biasanya setelah selesai satu KD. Pb03 : Apakah RPP untuk siswa ABK slow learners sama dengan RPP siswa biasa? S1b03 : RPPnya sih sama, namun untuk ABK ada modifikasi. Pb04 : Bagaimana cara menentukan modifikasi untuk tiap-tiap ABK? S1b04 : ya itu komunikasi dengan GPK tiap ABK. Pb05 : Modifikasi apa commit yang to dilakukan user untuk ABK slow learners? S1b05 : Modifikasi materi dan soal,

56 41 Pb06 : Apakah semua materi dimodifikasi? S1b06 : Tidak semuanya,ya tergantung tingkat kesulitan materi. Dilihat juga kemampuan anak slow learners bagaimana, apa bisa mengikuti atau tidak, begitu. Pb07 : Apakah ibu menyiapkan media dan sumber belajar sebelum pembelajaran? S1b07 : Ya Pb08 : Media yang digunakan apa? S1b08 : Laptop dan proyektor tergantung materi. Pb09 : Kalau sumber belajar yang digunakan? S1b09 : Buku paket dan kiat mahir matematika Pb10 : Adakah media khusus untuk siswa ABK slow learners? S1b10 : Ada tetapi guru kelas tidak menyiapkan media khusus itu dibuat oleh GPK, nanti bisa ditanyakan sendiri Berdasarkan penggalan hasil wawancara di atas, persiapanpersiapan yang dilakukan S1 sebelum proses pembelajaran yaitu menyiapkan RPP dan silabus (S1b01). Selain itu S1 juga menyiapkan media dan sumber belajar (S1b07). Namun untuk siswa ABK, S1 tidak menyiapkan media khusus karena media khusus sudah disiapkan di Ruang Puspa oleh guru pendamping (S1b11). c) Hasil Observasi Subjek 2 Berdasarkan hasil observasi kedua di atas (dapat dilihat pada Lampiran 8), kesiapan yang dilakukan S2 adalah menyiapkan media dan sumber belajar (1a) dengan catatan hanya untuk siswa ABK slow learners. Media khusus untuk siswa ABK slow learners juga disiapkan oleh S2 (1b). Untuk RPP dan silabus S2 tidak menyiapkannya (1c).

57 42 d) Hasil Wawancara Subjek 2 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi kedua terhadap subjek 2 pada aspek kesiapan guru sebelum pembelajaran dengan indikator yaitu: (1) menyiapkan media dan sumber belajar, (2) menyiapkan media khusus untuk ABK (3) menyiapkan RPP dan silabus. Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan subjek 2 (Lampiran 16). Pb01 : Bagaimana kesiapan Ibu sebelum pembelajaran matematika? S2b01 : menyiapkan media dan sumber belajar. Pb02 : Media untuk siswa reguler atau ABK? S2b02 : hanya untuk ABK karena untuk siswa reguler sudah disiapkan guru matematika, media yang saya gunakan untuk ABK adalah media khusus contohnya bisa berupa puzzle atau papan penjodohan. Pb03 : Mengapa disiapkan media khusus untuk ABK? S2b03 : Media khusus disiapkan agar anak senang atau semangat dalam belajar matematika. Kalau ada media yang menarik mereka tidak cepat bosan. Pb04 : Apakah media itu sudah Ibu siapkan di dalam kelas? S2b04 : Media khusus untuk ABK sudah ada di ruang Puspa atau ruang pusat pelayanan ABK. Jadi saya tinggal membawa anak ABK ke ruang Puspa. Pb05 : Apakah ABK selalu menggunakan media tersebut setiap proses pembelajaran? S2b05 : Dilihat materinya dulu, Pb06 : Apakah Ibu juga menyiapkan RPP dan silabus? S2b06 : Saya tidak menyiapkan RPP dan silabus. Saya hanya menyiapkan PPI atau program pembelajaran individu. Berdasarkan hasil penggalan wawancara kedua di atas, persiapan-persiapan yang dilakukan S2 yaitu menyiapkan media dan sumber belajar hanya untuk ABK slow learners (S2b01). Selain itu S2 menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners di Ruang Puspa atau ruang Pusat Pelayanan ABK (S2b02 dan S2b04). S2 tidak menyiapkan RPP dan silabus karena sudah disiapkan oleh guru kelas namun S2 hanya menyiapkan Program Pembelajaran Individual (PPI) untuk ABK slow learners commit (S2b06). to user

58 43 b. Triangulasi Data Berdasarkan hasil dari paparan data I dan data II pada aspek kesiapan guru sebelum pembelajaran terhadap subjek 1 dan 2 dapat dijelaskan dalam Tabel 4.3 dan Tabel 4.4 berikut. Tabel 4.3 Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Kesiapan Guru Sebelum Pembelajaran Metode Data I Data II Observasi Subjek 1 menyiapkan RPP dan Subjek 1 menyiapkan RPP dan silabus, menyiapkan media silabus, menyiapkan media dan sumber belajar, tidak dan sumber belajar, tidak menyiapkan media khusus menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners. untuk ABK slow learners. Wawancara S1 sebelum proses pembelajaran yaitu menyiapkan RPP dan silabus. Selain itu S1 juga menyiapkan media dan sumber belajar. Namun untuk siswa ABK, S1 tidak menyiapkan media khusus karena media khusus sudah disiapkan di Ruang Puspa oleh guru pendamping. S1 sebelum proses pembelajaran yaitu menyiapkan RPP dan silabus. Selain itu S1 juga menyiapkan media dan sumber belajar untuk siswa reguler dan S1 tidak menyiapkan media khusus karena media khusus sudah disiapkan di Ruang Puspa oleh guru pendamping. Hasil Triangulasi data: Sebelum proses pembelajaran berlangsung subjek 1 sudah terlebih dahulu menyiapkan RPP dan silabus selain itu subjek 1 juga menyiapkan media dan sumber belajar untuk siswa reguler namun tidak menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners. Tabel 4.4 Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Kesiapan Guru Sebelum Pembelajaran Metode Data I Data II Observasi Subjek 2 menyiapkan media Subjek 2 menyiapkan media dan sumber belajar, dan sumber belajar, menyiapkan media khusus menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners, tidak menyiapkan RPP dan silabus. untuk ABK slow learners, tidak menyiapkan RPP dan silabus.

59 44 Wawancara Subjek 2 sebelum proses Subjek 2 sebelum proses pembelajaran berlangsung pembelajaran berlangsung menyiapkan media dan sumber belajar, subjek 2 menyiapkan media khusus untuk ABK slow menyiapkan media dan sumber belajar, subjek 2 menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners, subjek 2 tidak learners, subjek 2 tidak menyiapkan RPP dan silabus karena sudah disiapkan oleh menyiapkan RPP dan silabus tetapi menyiapkan Program subjek 1 tetapi subjek 2 Pembelajaran Individual (PPI) menyiapkan Program untuk ABK slow learners. Pembelajaran Individual (PPI) untuk ABK slow learners. Hasil Triangulasi Data: Sebelum proses pembelajaran berlangsung subjek 2 tidak menyiapkan RPP dan silabus karena sudah disiapkan oleh subjek 1 tetapi subjek 2 menyiapkan Program Pembelajaran Individual (PPI) untuk ABK slow learners. Subjek 2 menyiapkan media dan sumber belajar serta menyiapkan media khusus untuk ABK slow learners. c. Analisis Data Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil wawancara, subjek 1 menyiapkan RPP dan silabus. Sebelum proses pembelajaran berlangsung subjek 1 telah menyusun RPP dan silabus (S1a01). Penyusunan RPP biasanya dilakukan setelah selesai satu kompetensi dasar (S1a02). RPP yang digunakan untuk siswa biasa dan siswa ABK sama, namun dalam RPP tersebut dijelaskan adanya modifikasi untuk siswa ABK. Modifikasi tersebut antara lain modifikasi indikator keberhasilan, waktu, materi dan soal (RPP Lampiran 9). Dalam penyusunan RPP, subjek 1 juga berkomunikasi mengenai modifikasi dengan guru pendamping untuk masing-masing ABK dan dengan subjek 2 untuk siswa ABK slow learners. Subjek 2 tidak menyiapkan RPP dan silabus karena sudah disiapkan oleh subjek 1. Subjek 2 hanya bertugas menyiapkan Program Pembelajaran Individual (PPI) untuk siswa ABK slow learners (Lampiran 17). PPI yang disiapkan oleh subjek 2 meliputi seluruh mata pelajaran. PPI yang digunakan untuk tiap-tiap ABK berbeda. Hal ini disesuaikan dengan kondisi siswa ABK.

60 45 Kesiapan lainnya yang dilakukan subjek 1 yaitu menyiapkan media dan sumber belajar (Observasi 1a). Media yang biasa digunakan yaitu laptop dan proyektor yang sudah ada dalam ruang kelas. Namun subjek 1 dapat juga menggunakan media lain disesuaikan dengan materi apa yang akan dijelaskan. Untuk materi skala dan perbandingan subjek 1 menggunakan media benang, penggaris dan atlas untuk menghitung jarak pada atlas kemudian mencari skala peta tersebut. Sedangkan sumber belajar yang digunakan yaitu buku paket dan kiat mahir matematika. Subjek 2 juga menyiapkan media dan sumber belajar namun hanya untuk siswa ABK slow learners yang sesuai dengan PPI (Lampiran 17). Untuk siswa ABK slow learners, subjek 1 tidak menyiapkan media khusus. Media khusus tersebut sudah disiapkan oleh subjek 2 atau sudah tersedia di ruang Puspa (Pusat Pelayanan ABK) ketika siswa ABK slow learners melakukan pembelajaran pull out. Media khusus dapat berbentuk puzzle atau papan penjodohan sesuai materi yang dipelajari, dibuat semenarik mungkin agar ABK slow learners tidak cepat bosan saat pembelajaran. Hal ini diharapkan dengan adanya media khusus, siswa tidak kesulitan dalam belajar atau materi yang disampaikan oleh guru dapat diserap dengan baik. 2. Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Pendahuluan a. Paparan Data 1) Paparan Data I a) Hasil Observasi Subjek 1

61 46 Berdasarkan hasil observasi pertama di atas (dapat dilihat pada Lampiran 5), proses pelaksanaan pembelajaran tahap pendahuluan, S1 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran baik siswa biasa maupun ABK slow learners (2a1). Selain itu S1 juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dengan catatan pertanyaan untuk siswa ABK lebih mudah (2a2). Pada observasi 2a3, S1 menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. b) Hasil Wawancara Subjek 1 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek pelaksanaan pembelajaran tahap pendahuluan dengan indikator yaitu: (1) menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran, (2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan (3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti dengan subjek 1 (Lampiran 13). Pa15 : Dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari pelaksanaan pembelajaran. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas, Bu? S1a15 : Pelaksanaan pembelajaran ada tiga tahapan yaitu pendahuluan, inti dn penutup. Pa16 : Pada tahap pendahuluan apakah siswa sebelum pembelajaran dipersiapkan secara psikis dan fisik? S1a16 : Ya, karena pada pertemuan sebelumnya sudah diberitahu materi apa yang akan diajarkan jadi siswa sudah siap melakukan proses pembelajaran. Pa17 : Apakah Ibu mengajukan pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi? S1a17 : Ya Pa18 : Apakah pertanyaan commit to tersebut user berlaku juga untuk siswa ABK slow learners?

62 47 S1a18 : Jika siswa ABK mengikuti di kelas maka pertanyaan sama dengan siswa lain, biasanya pertanyaan lebih mudah dan diberi arahan-arahan oleh GPKnya. Karena pada materi ini slow learners tidak diberikan maka pertanyaan dari GPK. Pa19 : Apakah ibu juga menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD? S1a19 : Ya, di awal sebelum pembelajaran dijelaskan tujuan yang akan dicapai atau apersepsi kegunaan materi yang akan dijelaskan. Berdasarkan hasil wawancara pertama tersebut saat pelaksanaan pembelajaran pada tahapan pendahuluan S1 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran dengan memberitahu pada pertemuan sebelumnya materi apa yang akan dibahas sehingga siswa sudah mempersiapkan dengan baik (S1a13). Sebelum proses pembelajaran berlangsung S1 juga menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai (S1a16). Selain itu S1 memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa biasa maupun siswa ABK slow learners ketika mengikuti pembelajaran di kelas dengan bantuan atau arahan-arahan dari GPK (S1a15). c) Hasil Observasi Subjek 2 Berdasarkan hasil observasi pertama di atas (dapat dilihat pada Lampiran 7), proses pelaksanaan pembelajaran tahap pendahuluan, S2 menyiapkan siswa commit secara to psikis user dan fisik sebelum proses

63 48 pembelajaran hanya untuk ABK slow learners (2a1). Selain itu S2 juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari oleh ABK slow learners (2a2). Pada observasi 2a3, S2 tidak menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. d) Hasil Wawancara Subjek 2 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama terhadap subjek 2 pada aspek pelaksanaan pembelajaran tahap pendahuluan dengan indikator yaitu: (1) menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran, (2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan (3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti dengan subjek 2 (Lampiran 15). Pa10 : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika untuk ABK slow learners di kelas, Bu? S2a10 : Sama seperti siswa lain, pelaksanaan pembelajaran ada 3 tahap yaitu penduluan, inti dan penutup Pa11 : Pada tahap pendahuluan apakah siswa sebelum pembelajaran dipersiapkan secara psikis dan fisik? S2a11 : Ya, Pa12 : Bagaimana mempersiapkan anak secara psikis dan fisik? S2a12 : Pada pertemuan sebelumnya saya biasanya memberitahu materi apa yang akan diajarkan. Itu juga saya tuliskan pada buku agar tidak lupa Pa13 : Apakah menulis pada buku tulis mereka? S2a13 : Ya, buku khusus yang isinya kegiatan dia di sekolah, apa saja yang perlu dibawa besuk. Jadi itu orangtuanya juga bisa mantau dari buku itu Pa14 : Apakah Ibu mengajukan pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi? S2a14 : Ya biasanya slow learners saya arahkan dengan pertanyaan yang nyrempet dengan materi, kalau ini bahas pecahan ya commit saya tanyakan to user membagi jeruk jadi beberapa

64 49 bagian. Pertanyaan sesederhana mungkin supaya dia mengerti. Pa15 : Apakah mereka selalu bisa menjawab pertanyaanyang Ibu berikan? S2a15 : Ya kadang bisa kadang gak, harus pelan-pelan mengajar slow learners itu. Juga harus diulang-ulang. Pa16 : Pada tahap pendahuluan ini, apakah Ibu juga menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD? S2a16 : Ya tidak, itu sudah dijelaskan sama guru matematika di depan kelas. Berdasarkan hasil wawancara tersebut saat pelaksanaan pembelajaran pada tahapan pendahuluan S2 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran dengan memberitahu pada pertemuan sebelumnya materi apa yang akan dibahas sehingga siswa sudah mempersiapkan dengan baik (S2a13). S2 tidak menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai karena sudah dijelaskan oleh S1. Sebelum proses pembelajaran S2 memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa ABK slow learners (S2a15). 2) Paparan Data II a) Hasil Observasi Subjek 1 Berdasarkan hasil observasi kedua di atas (Lampiran 6), pada proses pelaksanaan pembelajaran tahap pendahuluan, S1 menyiapkan siswa secara psikis dan commit fisik sebelum to user proses pembelajaran baik siswa

65 50 biasa maupun ABK slow learners (2a1). Selain itu S1 juga mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dengan catatan pertanyaan untuk siswa ABK lebih mudah (2a2). Pada observasi 2a3, S1 menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. b) Hasil Wawancara Subjek 1 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi kedua terhadap subjek 1 pada aspek pelaksanaan pembelajaran tahap pendahuluan dengan indikator yaitu: (1) menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran, (2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan (3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan subjek 1 (Lampiran 14). Pb15 : Dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari pelaksanaan pembelajaran. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas, Bu? S1b15 : Pelaksanaan pembelajaran ada tiga tahapan yaitu pendahuluan, inti dn penutup. Pb16 : Pada tahap pendahuluan apakah siswa sebelum pembelajaran dipersiapkan secara psikis dan fisik? S1b16 : Ya, karena pada pertemuan sebelumnya sudah diberitahu materi apa yang akan diajarkan jadi siswa sudah siap Pb17 : Apakah Ibu mengajukan pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi? S1b17 : Ya Pb18 : Apakah pertanyaan tersebut berlaku juga untuk siswa ABK slow learners? S1b18 : Jika siswa ABK mengikuti di kelas maka pertanyaan sama dengan siswa lain, biasanya pertanyaan lebih mudah Pb19 : Apakah ibu juga menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD? S1b19 : Ya, di awal commit sebelum to pembelajaran user saya jelaskan

66 Berdasarkan hasil observasi di atas (Lampiran 7), pada proses pelaksanaan pembelajaran tahap pendahuluan, S2 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran hanya untuk ABK slow learners (2a1). commit Selain to user itu S2 juga mengajukan pertanyaanperpustakaan.uns.ac.id 51 Pb20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media pembelajaran dan sumber belajar lain? S1b20 : Ya, Pb21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana? S1b21 : yang berpusat pada siswa dengan arahan dari guru Pb22 : Media yang digunakan? S1b22 : Tergantung materinya, biasanya dengan praktek. Pb23 : Kalau sumber belajar yang dipakai? S1b23 : Pakai buku paket dan kiat mahir matematika Berdasarkan hasil wawancara kedua tersebut saat pelaksanaan pembelajaran pada tahapan pendahuluan S1 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran dengan memberitahu pada pertemuan sebelumnya materi apa yang akan dibahas sehingga siswa sudah mempersiapkan dengan baik (S1b07). Sebelum proses pembelajaran berlangsung S1 juga menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai (S1b09). Selain itu S1 memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa biasa maupun siswa ABK slow learners ketika mengikuti pembelajaran di kelas dengan bantuan atau arahan-arahan dari GPK (S1b08). c) Hasil Observasi Subjek 2

67 52 pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari oleh ABK slow learners (2a2). Pada observasi 2a3, S2 tidak menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. d) Hasil Wawancara Subjek 2 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama terhadap subjek 2 pada aspek pelaksanaan pembelajaran tahap pendahuluan dengan indikator yaitu: (1) menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran, (2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari dan (3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai. Berikut ini penggalan wawancara kedua peneliti dengan subjek 2 (Lampiran 16). Pb10 : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika untuk ABK slow learners di kelas, Bu? S2b10 : ada 3 tahap yaitu penduluan, inti dan penutup Pb11 : Pada tahap pendahuluan apakah siswa sebelum pembelajaran dipersiapkan secara psikis dan fisik? S2b11 : Ya, Pb12 : Bagaimana mempersiapkan anak secara psikis dan fisik? S2b12 : pertemuan sebelumnya saya biasanya itu nagsih tahu mereka materi apa yang akan diajarkan, apa saja yang perlu dibawa, apa saja yang perlu dikerjakan esok hari. Itu semua saya tuliskan pada buku khusus yang selalu mereka bawa pulang ke rumah. Pb13 : Buku khusus itu bagaimana ya maksutnya Bu? S2b13 : buku khusus itu isinya kegiatan dia di sekolah, apa saja yang perlu dibawa besuk. Jadi itu orangtuanya juga bisa mantau dari buku itu. Kalau misal anak bandel atau gak nurut ya saya catat di situ,saya laporkan ke orangtua mereka. Anak slow learners kan cepet lupa, jadi orangtua di rumah juga bisa mengingatkan apa saja yang akan dibawa ke sekolah besuk. Pb14 : Apakah Ibu mengajukan pertanyaan pengetahuan sebelumnya commit yang berkaitan to user dengan materi?

68 53 S2b14 : Ya biasanya slow learners saya arahkan dengan pertanyaan sederhana, misalnya saat ini lagi bahas pecahan contohnya membagi apel jadi beberapa bagian. Pb15 : Apakah mereka selalu bisa menjawab pertanyaan yang Ibu berikan? S2b15 : Ya kadang bisa kadang gak, harus pelan-pelan mengajar slow learners itu. Juga harus diulang-ulang. Harus sabar. Pb16 : Pada tahap pendahuluan ini, apakah Ibu juga menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD? S2b16 : Ya tidak, itu sudah dijelaskan sama guru matematika di depan kelas. Berdasarkan hasil wawancara pertama tersebut saat pelaksanaan pembelajaran pada tahapan pendahuluan S2 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran dengan memberitahu pada pertemuan sebelumnya materi apa yang akan dibahas sehingga siswa sudah mempersiapkan dengan baik (S2b13). S2 tidak menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai karena sudah dijelaskan oleh S1 (S2b14). Sebelum proses pembelajaran S2 memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa ABK slow learners (S2a16). b. Triangulasi Data Berdasarkan hasil dari paparan data I dan data II pada aspek pelaksanaan pembelajaran pada tahap pendahuluan terhadap subjek 1 dan 2 dapat dijelaskan dalam Tabel 4.5 dan Tabel 4.6 berikut. Tabel 4.5 Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran pada Tahap Pendahuluan Metode Data I Data II Observasi Subjek 1 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum Subjek 1 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran, proses pembelajaran, menjelaskan tujuan menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai dan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai dan memberikan pertanyaan memberikan pertanyaan pengetahuan commit yang to berkaitan user pengetahuan yang berkaitan

69 54 dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa biasa maupun siswa ABK slow learners. dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa biasa maupun siswa ABK slow learners. Wawancara Subjek 1 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran dengan memberitahu pada pertemuan sebelumnya materi apa yang akan dibahas sehingga siswa sudah mempersiapkan dengan baik. Sebelum proses pembelajaran berlangsung subjek 1 juga menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai. Selain itu subjek 1 memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa biasa maupun siswa ABK slow learners. Subjek 1 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran. Sebelum proses pembelajaran berlangsung subjek 1 juga menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai. Selain itu subjek 1 memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas. Hasil Triangulasi data: Pelaksanaan pembelajaran pada tahap pendahuluan subjek 1 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran. Subjek 1 juga menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai. Selain itu subjek 1 memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa biasa maupun siswa ABK slow learners. Tabel 4.6 Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran pada Tahap Pendahuluan Metode Data I Data II Observasi Subjek 2 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum Subjek 2 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran, tidak proses pembelajaran, tidak menjelaskan tujuan menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai dan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai dan memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas untuk siswa ABK slow learners. memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas untuk siswa ABK slow learners.

70 55 Wawancara Subjek 2 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran. Subjek 2 tidak menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai karena sudah dijelaskan oleh subjek 1. Sebelum proses pembelajaran subjek 2 memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa ABK slow learners. Subjek 2 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran. Subjek 2 tidak menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai karena sudah dijelaskan oleh subjek 1. Sebelum proses pembelajaran subjek 2 juga memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas tetapi hanya untuk siswa ABK slow learners. Hasil Triangulasi data: Subjek 2 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran. Subjek 2 tidak menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai karena sudah dijelaskan oleh subjek 1. Sebelum proses pembelajaran subjek 2 memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa ABK slow learners. c. Analisis Data Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil wawancara, dalam pelaksanaan pembelajaran melalui 3 tahap yaitu pendahuluan, inti dan penutup. Pada tahap pertama subjek 1 menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran. Siswa disiapkan dengan cara memberitahukan materi yang akan dibahas pada pertemuan sebelumnya sehingga mereka sudah mempersiapkan dengan baik. Dalam hal ini subjek 2 juga menyiapkan ABK slow learners dengan memberitahu saat pembelajaran sebelumnya. Subjek 2 mencatatkan pada buku khusus apa saja yang perlu disiapkan agar mereka tidak lupa. Buku khusus itu juga dapat digunakan orangtua untuk memantau kegiatan yang dilakukan anak mereka di sekolah. Selain menyiapkan psikis dan fisik siswa, subjek 1 juga menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai sebelum menjelaskan materi yang diajarkan. Untuk hal ini subjek 2 tidak menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai karena sudah dijelaskan oleh subjek 1.

71 56 Pada tahap pendahuluan pelaksanaan pembelajaran subjek 1 memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa biasa maupun siswa ABK slow learners. Untuk siswa ABK slow learners pertanyaan yang diberikan lebih mudah. Ketika mengikuti pembelajaran di kelas, siswa ABK slow learners mendapat bantuan atau arahan-arahan dari GPK agar dapat menjawab pertanyaan dari subjek 1. Sedangkan subjek 2 bertugas membimbing ABK slow learners untuk mendapat pertanyaan dari subjek 1. Namun karena adanya modifikasi pada materi skala dan perbandingan maka subjek 2 yang memberikan pertanyaan pengetahuan. 3. Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Inti a. Paparan Data 1) Paparan Data I a) Hasil Observasi Subjek 1 Berdasarkan hasil observasi di atas (Lampiran 5), bahwa dalam kegiatan inti commit pembelajaran to user matematika, S1 menggunakan

72 57 beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain (b1). Misal dengan praktek menghitung jarak pada peta menggunakan benang. S1 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (b2). S1 memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran (b3). S1 memfasilitasi siswa biasa atau ABK melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru baik lisan atau tertulis (b4). S1 dengan bantuan GPK memantau dan membimbing ABK dalam proses pembelajaran (b5). b) Hasil Wawancara Subjek 1 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek pelaksanaan pembelajaran tahap inti dengan indikator yaitu: (1) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain, (2) melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, (3) memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran (4) memfasilitasi siswa biasa atau ABK melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru baik lisan atau tertulis dan (5) memantau dan membimbing ABK dalam proses pembelajaran. Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti dengan subjek 1 (Lampiran 13). Pa20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media pembelajaran dan sumber belajar lain? S1a20 : Ya, Pa21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana? S1a21 : Pendekatan yang berpusat pada siswa dengan arahan dari guru maupun GPK untuk ABK Pa22 : Media yang digunakan?

73 58 S1a22 : Tergantung materinya, biasanya dengan praktek. Misalnya pada materi skala menggunakan benang untuk menghitung jarak pada peta atau atlas. Pa23 : Kalau sumber belajar yang dipakai? S1a23 : Pakai buku paket dan kiat mahir matematika Pa21 : Dalam inti pembelajaran, apakah Ibu melibatkan siswa biasa dan ABK dalam pembelajaran yang aktif? S1a21 : Ya Pa22 : Bagaimana cara melibatkan mereka? S1a22 : Dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal-kerjakan-jawab yang membuat siswa berani berbicara untuk menjawab. Pa23 : Bagaimana interaksi yang terjadi antara siswa biasa dan siswa ABK? S1a23 : Interaksi terjadi dengan baik, sebagai guru tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Pa24 : Apakah dalam pemberian tugas antara siswa biasa dengan ABK berbeda? S1a24 : Untuk tugas siswa ABK dibuat oleh GPK sesuai dengan kemampuan individu. Pa25 : Apakah selama proses pembelajaran selalu memantau dan S1a25 : membimbing ABK slow learners? Ya, tetapi yang berperan utama dalam memantau dan membimbing ABK adalah GPK. Berdasarkan hasil wawancara pertama tersebut dalam kegiatan inti pembelajaran matematika, S1 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain (S1a10). Biasanya dengan menggunakan praktek misalnya pada materi skala dan perbandingan seperti mengukur jarak dengan benang pada peta atau atlas untuk menghitung skala. S1 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal-kerjakan-jawab yang membuat siswa berani berbicara (S1a13). S1 juga memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK dilakukan oleh GPK sesuai kemampuan individu (S1a15). S1 dalam

74 59 proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK namun yang berperan lebih utama adalah GPK (S1a16). c) Hasil Observasi Subjek 2 Berdasarkan hasil observasi di atas (Lampiran 6), bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran matematika, S2 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain (b1). S2 melibatkan siswa biasa atau ABK slow learners secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (b2). S2 memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK slow learners, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran (b3). S2 memfasilitasi ABK slow learners melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru baik lisan atau tertulis (b4). S2 selalu memantau dan membimbing ABK dalam proses pembelajaran (b5).

75 60 d) Hasil Wawancara Subjek 2 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama terhadap subjek 2 pada aspek pelaksanaan pembelajaran tahap inti dengan indikator yaitu: (1) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain, (2) melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, (3) memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran (4) memfasilitasi siswa biasa atau ABK melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru baik lisan atau tertulis dan (5) memantau dan membimbing ABK dalam proses pembelajaran. Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti dengan subjek 2 (Lampiran 15). Pa20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media pembelajaran dan sumber belajar lain? S2a20 : Ya, Pa21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana? S2a21 : Pendekatan yang berpusat pada ABK slow learners Pa22 : Media apa yang digunakan? S2a22 : Medianya bisa berbentuk puzzle, papan penjodohan, ya sebisa mungkin media yang dipakai menarik untuk siswa. Pa23 : Kalau sumber belajar yang dipakai? S2a23 : Pakai buku paket. Pa21 : Dalam inti pembelajaran, apakah Ibu melibatkan ABK slow learners dalam pembelajaran yang aktif? S2a21 : Ya Pa22 : Bagaimana cara melibatkan mereka? S2a22 : Diberi soal terus suruh mengerjakan, dibimbing terus kalau bisa mengerjakan diberi pujian kalau belum bisa ya diarahkan secara berulang-ulang. Pa23 : Bagaimana interaksi yang terjadi antara siswa biasa dan siswa ABK? S2a23 : Interaksi terjadi dengan baik, siswa biasa tidak pernah menganggap kalau ABK itu berbeda. Mereka sangat welcome. Pa24 : Apakah dalam commit pemberian to user tugas antara siswa biasa dengan ABK slow learners berbeda?

76 61 S2a24 : Ya tentu, kalau ABK diberikan sesuai kemampuan mereka. Kalau materinya dimodifikasi beda ya jelas soalnya juga beda. Pa25 : Apakah selama proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners? S2a25 : Ya, itu memang tugas saya sebagai GPK Berdasarkan hasil wawancara tersebut dalam kegiatan inti pembelajaran matematika, S2 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain (S2a20). S2 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal dan dikerjakan oleh ABK slow learners (S1a22). S2 juga memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK slow learners, disesuaikan kemampuan individu (S1a24). S2 dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners (S1a25). 2) Paparan Data II a) Hasil Observasi Subjek 1

77 62 Berdasarkan hasil observasi di atas bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran matematika, S1 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain (b1). Misal dengan praktek menghitung jarak pada peta menggunakan benang. S1 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (b2). S1 memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran (b3). S1 memfasilitasi siswa biasa atau ABK melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru baik lisan atau tertulis (b4). S1 dengan bantuan GPK memantau dan membimbing ABK dalam proses pembelajaran (b5). b) Hasil Wawancara Subjek 1 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi kedua terhadap subjek 1 pada aspek pelaksanaan pembelajaran tahap inti dengan indikator yaitu: (1) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain, (2) melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, (3) memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran (4) memfasilitasi siswa biasa atau ABK melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru baik lisan atau tertulis dan (5) memantau dan membimbing ABK dalam proses pembelajaran.

78 63 Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan subjek 1 (Lampiran 14). Pb20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media pembelajaran dan sumber belajar lain? S1b20 : Ya, Pb21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana? S1b21 : yang berpusat pada siswa dengan arahan dari guru Pb22 : Media yang digunakan? S1b22 : Tergantung materinya, biasanya dengan praktek. Pb23 : Kalau sumber belajar yang dipakai? S1b23 : Pakai buku paket dan kiat mahir matematika Pb21 : Dalam inti pembelajaran, apakah Ibu melibatkan siswa biasa dan ABK dalam pembelajaran yang aktif? S1b21 : Ya Pb22 : Bagaimana cara melibatkan mereka? S1b22 : dengan memberikan soal-kerjakan-jawab yang membuat siswa berani berbicara untuk menjawab. Pb23 : Bagaimana interaksi yang terjadi antara siswa biasa dan siswa ABK? S1b23 : Interaksi terjadi dengan baik, sebagai guru tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Pb24 : Apakah dalam pemberian tugas antara siswa biasa dengan S1b24 : ABK berbeda? Untuk tugas siswa ABK dibuat oleh GPK sesuai dengan kemampuan individu. Pb25 : Apakah selama proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners? S1b25 : Ya, tetapi yang berperan utama adalah Bu Ragil sebagai GPK. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dalam kegiatan inti pembelajaran matematika, S1 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain (S1b10). Biasanya dengan menggunakan praktek misalnya pada materi skala dan perbandingan seperti mengukur jarak dengan benang pada peta atau atlas untuk menghitung skala (S1b11). S1 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal-kerjakan-jawab yang membuat siswa berani berbicara terlihat pada wawancara S1b12 dan S1b13. S1 juga memfasilitasi terjadinya commit interaksi to user antara siswa biasa dengan siswa

79 64 ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK (S1b14). Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK dilakukan oleh GPK sesuai kemampuan individu (S1b15). S1 dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK namun yang berperan lebih utama adalah GPK yang menangani masing-masing ABK (S1b16). c) Hasil Observasi Subjek 2 Berdasarkan hasil observasi di atas bahwa dalam kegiatan inti pembelajaran matematika, S2 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain (b1). S2 melibatkan siswa biasa atau ABK slow learners secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (b2). S2 memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK slow learners, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran (b3). S2 memfasilitasi ABK slow learners melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru baik lisan atau tertulis (b4). S2 selalu memantau dan membimbing ABK dalam proses pembelajaran (b5).

80 65 d) Hasil Wawancara Subjek 2 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama terhadap subjek 2 pada aspek pelaksanaan pembelajaran tahap inti dengan indikator yaitu: (1) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain, (2) melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran, (3) memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran (4) memfasilitasi siswa biasa atau ABK melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru baik lisan atau tertulis dan (5) memantau dan membimbing ABK dalam proses pembelajaran. Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan subjek 2 (Lampiran 16). Pb20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media pembelajaran dan sumber belajar lain? S2b20 : Ya, Pb21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana? S2b21 : Pendekatan yang berpusat pada ABK slow learners Pb22 : Media apa yang digunakan? S2b22 : Medianya bisa berbentuk puzzle, papan penjodohan, ya sebisa mungkin media yang dipakai menarik untuk siswa. Pb23 : Kalau sumber belajar yang dipakai? S2b23 : Pakai buku paket. Pb21 : Dalam inti pembelajaran, apakah Ibu melibatkan ABK slow learners dalam pembelajaran yang aktif? S2b21 : Ya Pb22 : Bagaimana cara melibatkan mereka? S2b22 : Diberi soal terus suruh mengerjakan, dibimbing terus kalau bisa mengerjakan diberi pujian kalau belum bisa ya diajari berulang-ulang. Pb23 : Bagaimana interaksi yang terjadi antara siswa biasa dan siswa ABK? S2b23 : Interaksi terjadi dengan baik, siswa biasa tidak pernah menganggap kalau ABK itu berbeda. Mereka sangat welcome. Kalau anak kesulitan siswa lain bahkan mau membantu. Pb24 : Apakah dalam pemberian tugas antara siswa biasa dengan ABK slow learners commit to berbeda? user

81 66 S2b24 : Ya jelas, kalau ABK diberikan sesuai kemampuan mereka. Kalau materinya dimodifikasi beda ya jelas soalnya juga beda. Pb25 : Apakah selama proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners? S2b25 : Ya, GPK itu selalu duduk di samping siswa ABK. Berdasarkan hasil wawancara tersebut dalam kegiatan inti pembelajaran matematika, S2 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain (S2b20). S2 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal dan dikerjakan oleh ABK slow learners (S2b22). S2 juga memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK slow learners, disesuaikan kemampuan individu (S2b24). S2 dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners (S2b25). b. Triangulasi Data Berdasarkan hasil dari paparan data I dan data II pada aspek pelaksanaan pembelajaran pada tahap inti terhadap subjek 1 dan 2 dapat dijelaskan dalam Tabel 4.7 dan Tabel 4.8 berikut. Tabel 4.7 Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran pada Tahap Inti Metode Data I Data II Observasi Subjek 1 menggunakan Subjek 1 menggunakan beragam pendekatan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, media pembelajaran dan sumber pembelajaran dan sumber belajar lain, melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif belajar lain, melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan dalam setiap kegiatan pembelajaran, memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa commit dengan to user siswa pembelajaran, memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa

82 67 ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK, memfasilitasi siswa dalam pemberian tugas dan memantau dan membimbing ABK slow learners. Wawancara Subjek 1 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Selain itu subjek 1 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal dan dikerjakan oleh ABK slow learners. Subjek 1 juga memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK slow learners, disesuaikan kemampuan individu. Subjek 1 dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners. ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK, memfasilitasi siswa dalam pemberian tugas dan memantau dan membimbing ABK slow learners. Subjek 1 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Selain itu subjek 1 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal dan dikerjakan oleh ABK slow learners. Subjek 1 juga memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK slow learners, disesuaikan kemampuan individu. Subjek 1 dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners. Hasil Triangulasi data: Subjek 1 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Subjek 1 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal dan dikerjakan oleh ABK slow learners. Subjek 1 juga memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK slow learners, disesuaikan kemampuan individu. Subjek 1 dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners.

83 68 Tabel 4.8 Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran pada Tahap Inti Metode Data I Data II Observasi Subjek 2 menggunakan Subjek 2 menggunakan beragam pendekatan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, media pembelajaran dan sumber pembelajaran dan sumber belajar lain, melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif belajar lain, melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan dalam setiap kegiatan pembelajaran, memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran memfasilitasi siswa dalam pemberian tugas dan memantau dan membimbing ABK slow learners. pembelajaran, memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran memfasilitasi siswa dalam pemberian tugas dan memantau dan membimbing ABK slow learners. Wawancara Subjek 2 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Subjek 2 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal dan dikerjakan oleh ABK slow learners. Subjek 2 juga memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK slow learners, disesuaikan kemampuan individu. Subjek 2 dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners. Subjek 2 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Subjek 2 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal dan dikerjakan oleh ABK slow learners. Subjek 2 juga memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK slow learners, disesuaikan kemampuan individu. Subjek 2 dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners.

84 69 Hasil Triangulasi data: Subjek 2 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Subjek 2 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal dan dikerjakan oleh ABK slow learners. Subjek 2 juga memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Sedangkan untuk pemberian tugas siswa ABK slow learners, disesuaikan kemampuan individu. Subjek 2 dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners yang merupakan tugasnya sebagai guru pendamping c. Analisis Data Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi dan hasil wawancara, subjek 1 menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Pendekatan yang digunakan subjek 1 adalah pendekatan yang berpusat pada siswa dengan arahan dari guru maupun GPK untuk ABK. Sedangkan media yang digunakan biasanya subjek 1 memberikan media pembelajaran lain dengan menggunakan praktek misalnya pada materi skala dan perbandingan seperti mengukur jarak dengan benang pada peta atau atlas untuk menghitung skala. Untuk sumber belajar subjek 1 menggunakan buku paket dan kiat mahir matematika. Subjek 2 juga menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah berpusat pada ABK slow learners. Untuk sumber belajar berupa buku paket dan media untuk ABK slow learners bisa berbentuk puzzle, papan penjodohan yang dibuat semenarik mungkin agar ABK slow learners tidak cepat bosan. Dalam pelaksanaan pembelajaran subjek 1 melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal-kerjakan-jawab yang membuat siswa berani berbicara untuk menjawab. Subjek 2 juga melibatkan ABK slow learners dalam pembelajaran aktif dengan diberi soal untuk dikerjakan. Jika mereka tidak bisa maka akan dibimbing terus kalau bisa mengerjakan diberi pujian.

85 70 Subjek 1 dan subjek 2 sama-sama memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Selain itu subjek 1 dan subjek 2 dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK namun yang berperan lebih utama adalah subjek 2 yang menangani ABK slow learners. 4. Pelaksanaan Pembelajaran Tahap Penutup a. Paparan Data 1) Paparan Data I a) Hasil Observasi Subjek 1 Berdasarkan hasil observasi di atas bahwa dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran tahap penutup, S1 bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK (c1) dengan catatan siswa ABK dibimbing GPK. S1 melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan (c2). Penilaian untuk siswa ABK dilakukan oleh GPK bukan S1. Selain itu S1 juga memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (c3). b) Hasil Wawancara Subjek 1 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek pelaksanaan pembelajaran tahap inti dengan indikator yaitu: (1) bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan

86 71 siswa biasa dan ABK, (2) melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan, (3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti dengan subjek 1 (Lampiran 13). Pa26 : Kegiatan apa yang dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir? S1a26 : Bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru diajarkan. Pa27 : Apakah melibatkan siswa ABK slow learners? S1a27 : Tidak, karena untuk slow learners materi dimodifikasi Pa28 : Apakah guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan? S1a28 : Ya Pa29 : Penilaian yang dilakukan seperti apa? S1a30 : Menilai hasil kinerja siswa saat pembelajaran dan latihan soal. Pa31 : Bagaimana penilaian untuk siswa ABK? S1a31 : Kalau penilaian untuk siswa ABK jika dia mengikuti kurikulum regular maka guru kelas yang menilai, namun untuk ABK slow learners yang menilai GPK karena dia mengikuti kurikulum khusus Pa32 : Bagaimana dengan pemberian umpan balik setelah selesai pembelajaran? S1a32 : Biasanya diberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan. Berdasarkan hasil wawancara di atas dalam pelaksanaan pembelajaran pada tahap penutup, S1 bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK (S1a17). S1 melakukan penilaian untuk siswa yang mengikuti kurikulum regular baik siswa biasa maupun siswa ABK namun siswa ABK slow learners karena mengikuti kurikulum khusus maka dinilai oleh GPK (S1a20). S1 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaanpertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan (S1a21).

87 72 c) Hasil Observasi Subjek 2 Berdasarkan hasil observasi di atas bahwa dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran tahap penutup, S2 bersama ABK slow learners membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang hanya melibatkan ABK slow learnera (c1). S2 melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan (c2). Selain itu S2 juga memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (c3). d) Hasil Wawancara Subjek 2 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek pelaksanaan pembelajaran tahap inti dengan indikator yaitu: (1) bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK, (2) melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan, (3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti dengan subjek 2 (Lampiran 15). Pa26 : Kegiatan apa yang dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir? S2a26 : Bersama ABK slow learners membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru diajarkan. Pa27 : Bagaimana cara mengajak mereka membuat rangkuman? S2a27 : Pelan-pelan diarahkan, pokoknya dengan slow learners harus diulang-ulang agar mereka paham juga dimotivasi

88 73 Pa28 : Apakah guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan? S2a28 : Ya Pa29 : Penilaian yang dilakukan seperti apa? S2a30 : Menilai hasil kinerja siswa ABK. Pa31 : Bagaimana penilaian untuk siswa ABK? S2a31 : Kalau penilaian untuk siswa ABK tentu berbeda dengan Pa32 siswa reguler, ABK saya yang menilai. : Bagaimana dengan pemberian umpan balik setelah selesai pembelajaran? S2a32 : Biasanya diberikan pertanyaan-pertanyaan yang tadi saya ajarkan Berdasarkan hasil wawancara pertama di atas dalam pelaksanaan pembelajaran pada tahap penutup, S2 bersama ABK slow learners membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru diajarkan (S2a26). S2 melakukan penilaian untuk siswa ABK dengan menilai hasil kinerja mereka (S2a30). Penilaian tersebut tentu saja berbeda dengan siswa reguler. S2 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaanpertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan (S2a32). 2) Paparan Data II a) Hasil Observasi Subjek 1 Berdasarkan hasil observasi di atas bahwa dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran tahap penutup, S1 bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK (c1) dengan commit catatan to user siswa ABK dibimbing GPK. S1

89 74 melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan (c2). Penilaian untuk siswa ABK dilakukan oleh GPK bukan S1. Selain itu S1 juga memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (c3). b) Hasil Wawancara Subjek 1 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek pelaksanaan pembelajaran tahap penutup dengan indikator yaitu: (1) bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK, (2) melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan, (3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan subjek 1 (Lampiran 14). Pb26 : Kegiatan apa yang dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir? S1b26 : membuat rangkuman atau kesimpulan materi Pb27 : Apakah melibatkan siswa ABK slow learners? S1b27 : Tidak, karena untuk slow learners materi dimodifikasi Pb28 : Apakah guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan? S1b28 : Ya Pb29 : Penilaian yang dilakukan seperti apa? S1b30 : Menilai hasil kinerja siswa saat pembelajaran dan latihan soal. Pb31 : Bagaimana penilaian untuk siswa ABK? S1b31 : untuk ABK slow learners yang menilai GPK karena dia mengikuti kurikulum khusus Pb32 : Bagaimana dengan pemberian umpan balik setelah selesai pembelajaran? S1b32 : Biasanya diberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan. Berdasarkan hasil wawancara di atas dalam pelaksanaan pembelajaran pada tahap penutup, S1 bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan commit to pelajaran user yang melibatkan siswa biasa

90 75 dan ABK (S1b26). S1 melakukan penilaian untuk siswa yang mengikuti kurikulum regular baik siswa biasa maupun siswa ABK namun siswa ABK slow learners karena mengikuti kurikulum khusus maka dinilai oleh GPK (S1b31). S1 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan (S1b32). c) Hasil Observasi Subjek 2 Berdasarkan hasil observasi di atas bahwa dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran tahap penutup, S2 bersama ABK slow learners membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang hanya melibatkan ABK slow learnera (c1). S2 melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan (c2). Selain itu S2 juga memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran (c3). d) Hasil Wawancara Subjek 2 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek pelaksanaan pembelajaran tahap inti dengan indikator yaitu: (1) bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK, (2) melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan, (3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

91 76 Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan subjek 2 (Lampiran 16). Pb26 : Kegiatan apa yang dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir? S2b26 : membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru diajarkan. Mengajak mereka menulis apa yang mereka pahami dari pelajaran yang barusan diterangkan Pb27 : Bagaimana cara mengajak mereka membuat rangkuman? S2b27 : Pelan-pelan diarahkan, pokoknya dengan slow learners harus diulang-ulang agar mereka paham juga dimotivasi Pb28 : Apakah guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan? S2b28 : Ya Pb29 : Penilaian yang dilakukan seperti apa? S2b30 : Menilai hasil kinerja siswa ABK. Pb31 : Bagaimana penilaian untuk siswa ABK? S2b31 : Kalau penilaian untuk siswa ABK tentu berbeda dengan siswa reguler, ABK saya yang menilai. Pb32 : Bagaimana dengan pemberian umpan balik setelah selesai pembelajaran? S2b32 : Biasanya diberikan pertanyaan-pertanyaan yang tadi saya ajarkan Berdasarkan hasil wawancara di atas dalam pelaksanaan pembelajaran pada tahap penutup, S2 bersama ABK slow learners membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru diajarkan (S2b26). S2 melakukan penilaian untuk siswa ABK dengan menilai hasil kinerja mereka (S2b30). Penilaian tersebut tentu saja berbeda dengan siswa reguler. S2 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan (S2b32). b. Triangulasi Data Berdasarkan hasil dari paparan data I dan data II pada aspek pelaksanaan pembelajaran pada tahap penutup terhadap subjek 1 dan 2 dapat dijelaskan dalam Tabel 4.9 dan Tabel 4.10 berikut.

92 77 Tabel 4.9 Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran pada Tahap Penutup Metode Data I Data II Observasi Subjek 1 bersama siswa Subjek 1 bersama siswa membuat rangkuman atau membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan melibatkan siswa biasa dan ABK, melakukan penilaian ABK, melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. sudah dilaksanakan, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. Wawancara Subjek 1 bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK. Subjek 1 melakukan penilaian untuk siswa yang mengikuti kurikulum regular baik siswa biasa maupun siswa ABK namun siswa ABK slow learners karena mengikuti kurikulum khusus maka dinilai oleh GPK. Subjek 1 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaanpertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan. Subjek 1 bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK. Subjek 1 melakukan penilaian untuk siswa yang mengikuti kurikulum regular baik siswa biasa maupun siswa ABK namun siswa ABK slow learners karena mengikuti kurikulum khusus maka dinilai oleh GPK. Subjek 1 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaanpertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan. Hasil Triangulasi Data: Subjek 1 bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK, melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran.

93 78 Tabel 4.10 Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Pelaksanaan Pembelajaran pada Tahap Penutup Metode Data I Data II Observasi Subjek 2 bersama ABK slow learners membuat rangkuman Subjek 2 bersama ABK slow learners membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran atau kesimpulan pelajaran yang hanya melibatkan ABK yang hanya melibatkan ABK slow learners, melakukan slow learners, melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan dan memberikan umpan balik penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan dan memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil terhadap proses dan hasil pembelajaran. pembelajaran. Wawancara Subjek 2 bersama ABK slow learners membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru diajarkan. S2 melakukan penilaian untuk siswa ABK dengan menilai hasil kinerja mereka. Penilaian tersebut tentu saja berbeda dengan siswa reguler. S2 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaanpertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan. Subjek 2 bersama ABK slow learners membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru diajarkan. S2 melakukan penilaian untuk siswa ABK dengan menilai hasil kinerja mereka. Penilaian tersebut tentu saja berbeda dengan siswa reguler. S2 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaanpertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan. Hasil Triangulasi data: Subjek 2 bersama ABK slow learners membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang hanya melibatkan ABK slow learners. S2 melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan. Selain itu S2 juga memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran. c. Analisis Data Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara diperoleh data bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran pada tahap penutup, subjek 1 bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK. Saat membuat rangkuman siswa ABK slow learners dibantu dan dibimbing oleh subjek 2. Tentu tidak mudah mengajak siswa ABK slow learners untuk membuat rangkuman tidak

94 79 seperti siswa reguler. Subjek 2 harus bersabar, pelan-pelan mengajari mereka dan dilakukan berulang-ulang. Subjek 1 melakukan penilaian untuk siswa yang mengikuti kurikulum regular baik siswa biasa maupun siswa ABK namun siswa ABK slow learners karena mengikuti kurikulum khusus maka dinilai oleh subjek 2. Untuk penilaian terhadap siswa ABK slow learners tentu saja berbeda dengan siswa reguler. Penilaian terhadap siswa reguler yang dilakukan oleh subjek 1 yaitu menilai hasil kinerja siswa saat pembelajaran dan latihan soal. Pelaksanaan pembelajaran pada tahap penutup yang terakhir adalah subjek 1 memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan. Siswa reguler diberikan pertanyaan atau penjelasan mengenai materi yang diajarkan. Jika pada materi yang tidak dimodifikasi untuk ABK slow learners maka subjek 1 juga memberikan pertanyaan yang sama. Namun dikarenakan pada materi skala dan perbandingan adanya modifikasi maka subjek 2 yang memberikan umpan balik pada ABK slow learners dengan pertanyaan-pertanyaan terhadap apa yang sudah diajarkan. 5. Evaluasi Dan Tindak Lanjut a. Paparan Data 1) Paparan Data I a) Hasil Observasi Subjek 1 Berdasarkan hasil observasi di atas dalam kegiatan evaluasi dan tindak lanjut, S1 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran commit remedi, to program user pengayaan, layanan konseling

95 80 untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan (3a). Program pengayaan maupun layanan konseling untuk siswa ABK slow learners di ruang Puspa ketika pembelajaran dengan kelas pull out. Selain itu S1 juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya (3b). b) Hasil Wawancara Subjek 1 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek evaluasi dan tindak lanjut dengan indikator yaitu: (1) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan (2) menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti dengan subjek 1 (Lampiran 13). Pa33 : Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang diberikan setelah proses pembelajaran selesai? S1a33 : Dengan memberikan remedi, pengayaan ataupun layanan konseling untuk siswa regular sedangkan untuk siswa ABK dilakukan oleh GPK. Pa34 : Remedi dilaksanakan jika apa, Bu? S1a34 : Jika siswa belum mencapai KKM. Pa35 ; Berapa KKMnya? S1a35 : KKM 68 Pa36 : Bagaimana dengan pengayaan? S1a36 : Pengayaan diberikan kepada siswa yang sudah mencapai KKM Pa37 : Pengayaannya dalam bentuk apa? S1a38 : Mengerjakan soal dengan tingkatan lebih sulit Pa39 : Apakah Ibu juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya? S1a39 : Ya, setiap selesai pembelajaran saya menyampaikan kepada siswa rencana pembelajaran berikutnya Berdasarkan hasil wawancara di atas S1 merencanakan kegiatan tindak lanjut commit dalam to bentuk user pembelajaran remedi, program

96 81 pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan dengan dibantu GPK (S1a22). S1 menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya (S1a23). c) Hasil Observasi Subjek 2 Berdasarkan hasil observasi di atas dalam kegiatan evaluasi dan tindak lanjut, S2 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan (3a). Program pengayaan maupun layanan konseling untuk siswa ABK slow learners di ruang Puspa ketika pembelajaran dengan kelas pull out. Selain itu S2 juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya (3b). d) Hasil Wawancara Subjek 2 Hasil wawancara ini diunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama terhadap subjek 2 pada aspek evaluasi dan tindak lanjut dengan indikator yaitu: (1) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan (2) menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti dengan subjek 2 (Lampiran 15).

97 82 Pa33 : Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang diberikan setelah proses pembelajaran selesai? S2a33 : kalau tindak lanjut itu biasanya diajak ke puspa Pa34 : Apa itu Puspa, Bu? S2a34 : Puspa adalah pelayanan khusus untuk siswa ABK, ada ruangannya sendiri. Pa35 ; apakah siswa selalu diajak ke Puspa setiap selesai pembelajaran? S2a35 : ya tergantung kebutuhan saja Pa36 : apa tindak lanjut untuk ABK berbeda dengan siswa lain? S2a36 : kalau siswa lain kan ada remidi dan pengayaan kalau ABK tidak, paling-paling hanya layanan konseling saja, Pa37 : Layanan konseling itu contohnya bagaimana? S2a38 : siswa yang agak membandel gak mau nurut ya diarahkan, dikasihtahu apa salahnya diajari benernya bagaimana, kita harus sabar menghadapi mereka Pa39 : Apakah Ibu juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya? S2a39 : Ya, setiap selesai pembelajaran saya menyampaikan kepada siswa rencana pembelajaran berikutnya Berdasarkan hasil wawancara pertama di atas S2 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling hanya untuk siswa ABK. Kegiatan tindak lanjut itu dengan mengajak ABK slow learners ke ruang Puspa (S2a33). Namun tidak selalu setiap selesai pembelajaran diajak ke ruang Puspa tetapi tergantung kebutuhan ABK slow learners. Dan yang terakhir S2 menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya (S2a39). 2) Paparan Data II a) Hasil Observasi Subjek 1

98 83 Berdasarkan hasil observasi kedua di atas (Lampiran 6), dalam kegiatan evaluasi dan tindak lanjut, S1 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan (3a). Program pengayaan maupun layanan konseling untuk siswa ABK slow learners di ruang Puspa ketika pembelajaran dengan kelas pull out. Selain itu S1 juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya (3b). b) Hasil Wawancara Subjek 1 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama terhadap subjek 1 pada aspek evaluasi dan tindak lanjut dengan indikator yaitu: (1) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan (2) menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya (S1a23). Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan subjek 1 (Lampiran 14). Pb33 : Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang diberikan setelah proses pembelajaran selesai? S1b33 : Dengan memberikan remedi, pengayaan ataupun layanan konseling untuk siswa regular sedangkan untuk siswa ABK dilakukan oleh GPK. Pb34 : Remedi dilaksanakan jika apa, Bu? S1b34 : Jika siswa belum mencapai KKM 68. Pb36 : Bagaimana dengan pengayaan? S1b36 : Pengayaan diberikan kepada siswa yang sudah mencapai KKM Pb37 : Pengayaannya dalam bentuk apa? S1b38 : Mengerjakan soal dengan tingkatan lebih sulit Pb39 : Apakah Ibu juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya? S1b39 : Ya, setiap selesai pembelajaran saya menyampaikan kepada siswa rencana pembelajaran berikutnya

99 84 Berdasarkan hasil wawancara kedua atas S1 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan dengan dibantu GPK (S1b33). Remidi dilakukan ketika siswa reguler tidak mencapai nilai KKM 68. Pengayaan dilakukan ketika sisw yang sudah mencapai KKM diberikan soal dengan tingkatan yang lebih sulit. Selain itu S1 menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya (S1b39). c) Hasil Observasi Subjek 2 Berdasarkan hasil observasi di atas dalam kegiatan evaluasi dan tindak lanjut, S2 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan (3a). Program pengayaan maupun layanan konseling untuk siswa ABK slow learners di ruang Puspa ketika pembelajaran dengan kelas pull out. Selain itu S2 juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya (3b). d) Hasil Wawancara Subjek 2 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama terhadap subjek 2 pada aspek evaluasi dan tindak lanjut dengan indikator yaitu: (1) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan (2)

100 85 menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan subjek 2 (Lampiran 16). Pb33 : Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang diberikan setelah proses pembelajaran selesai? S2b33 : kalau tindak lanjut itu biasanya diajak ke puspa Pb34 : Kegiatan apa yang dilakukan di puspa? S2b34 : Puspa itu kan pelayanan khusus untuk siswa ABK, ada ruangannya sendiri. Biasanya di sana itu anak diberi masukan, dimotivasi,dikasih pujian kalau tadi waktu pelajaran bisa mengerjakan Pb35 ; apakah siswa selalu diajak ke Puspa setiap selesai pembelajaran? S2b35 : ya tergantung kebutuhan saja, kalau anak mengganggu pembelajaran di kelas diajak ke puspa Pb36 : apa tindak lanjut untuk ABK berbeda dengan siswa lain? S2b36 : kalau siswa lain kan ada remidi dan pengayaan kalau ABK tidak, paling-paling hanya layanan konseling saja, Pb37 : Layanan konseling itu contohnya bagaimana? S2b38 : siswa yang agak membandel gak mau nurut ya diarahkan, dikasihtahu apa salahnya diajari benernya bagaimana, kita harus sabar menghadapi mereka Pb39 : Apakah Ibu juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya? S2b39 : Ya, setiap selesai pembelajaran saya menyampaikan kepada siswa rencana pembelajaran berikutnya Berdasarkan hasil wawancara pertama di atas S2 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling hanya untuk siswa ABK. Kegiatan tindak lanjut itu dengan mengajak ABK slow learners ke ruang Puspa (S2a33). Namun tidak selalu setiap selesai pembelajaran diajak ke ruang Puspa tetapi tergantung kebutuhan ABK slow learners. Dan yang terakhir S2 menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya (S2a39).

101 86 b. Triangulasi Data Berdasarkan hasil dari paparan data I dan data II pada aspek evaluasi dan tindak lanjut terhadap subjek 1 dan 2 dapat dijelaskan dalam Tabel 4.11 dan Tabel 4.12 berikut. Tabel 4.11 Triangulasi Data untuk Subjek 1 pada Aspek Evaluasi dan Tindak Lanjut Metode Data I Data II Observasi S1 merencanakan kegiatan S1 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan yang mengalami kesulitan dengan dibantu GPK dan dengan dibantu GPK dan menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Wawancara S1 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan dengan dibantu GPK. Selain itu S1 menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. S1 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan dengan dibantu GPK. Selain itu S1 menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Hasil Triangulasi data: Subjek 1 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan dengan dibantu GPK. Selain itu S1 menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Tabel 4.12 Triangulasi Data untuk Subjek 2 pada Aspek Evaluasi dan Tindak Lanjut Metode Data I Data II

102 87 Observasi Subjek 2 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK dan menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. Wawancara S2 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling hanya untuk siswa ABK. Kegiatan tindak lanjut itu dengan mengajak ABK slow learners ke ruang Puspa. Namun tidak selalu setiap selesai pembelajaran diajak ke ruang Puspa tetapi tergantung kebutuhan ABK slow learners. Dan yang terakhir S2 menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Subjek 2 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK dan menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya. S2 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling hanya untuk siswa ABK. Kegiatan tindak lanjut itu dengan mengajak ABK slow learners ke ruang Puspa. Dan yang terakhir S2 menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Hasil Triangulasi data: Subjek 2 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan dengan dibantu GPK. Selain itu Subjek 2 menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. c. Analisis Data Berdasarkan hasil observasi dan hasil wawancara diperoleh data bahwa dalam evaluasi dan tindak lanjut, subjek 1 merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan dengan dibantu subjek 2. Remidi untuk siswa biasa dilakukan jika siswa belum mencapai KKM dengan nilai KKM 68. Pengayaan diberikan diberikan kepada siswa yang sudah mencapai KKM dengan mengerjakan soal yang tingkatan lebih sulit. Sedangkan pengayaan maupun layanan konseling untuk siswa ABK commit slow to user learners di ruang Puspa ketika

103 88 pembelajaran dengan kelas pull out didampingi oleh subjek 2. Namun tidak selalu setiap selesai pembelajaran diajak ke ruang Puspa tetapi tergantung kebutuhan ABK slow learners. Subjek 1 juga selalu menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk pertemuan berikutnya. Subjek 2 juga menyampaikan rencana pembelajaran pada ABK slow learners. Subjek 2 juga mencatatkan pada buku khusus pembelajaran untuk pertemuan berikutnya agar tidak lupa. Dengan adanya buku itu orangtua ABK slow learners juga dapat mengingatkan serta dapat memantau kegiatan mereka di sekolah. 6. Faktor-faktor atau Kendala dan Penyelesaiannya Saat Proses Pembelajaran Matematika a. Paparan Data 1) Paparan Data I a) Hasil Wawancara Subjek 1 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama pada subjek 1 mengenai faktor atau atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran dan penyelesaiannya. Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti dengan subjek 1 (Lampiran 13). Pa40 : Selama proses pembelajaran Bu, adakah faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners? S1b40 : wah itu pasti ada Pb41 : Apa saja faktor atau kendala tersebut? S1b42 : Siswa ABK tidak paham kalau dirinya itu tidak paham Pb43 : Maksudnya itu bagaimana? S1b43 ; untuk siswa ABK yang memliki kelainan ringan biasanya tahu kalau mereka tidak paham maka akan berusaha untuk mengerti lain halnya dengan siswa ABK dengan degradasi kelainan tinggi Pb44 : Adakah kendala yang lain? S1b44 : ABK slow learner juga kesulitan ketika menanamkan konsep matematika

104 89 Pb45 : Apakah penyebabnya Bu? S1b45 : ya karena ABK slow learners mempunyai daya ingat yang cukup rendah ketika diajarkan tentang konsep matematika, hari ini diterangkan dia paham namun ketika diulang kembali beberapa minggu tidak paham. Pb46 : Bagaimana menanganinya? S1b46 : ABK slow learners hanya diberikan konsep-konsep dasar dengan penambahan aplikasi yang mudah-mudah saja dan dilakukan berulang-ulang Pa47 ; Apakah ABK juga mengalami mood yang berubah-ubah? S1a47 : Ya, ketika dia mulai tidak tertarik dengan tugas yang saya berikan, misalnya saya beri tugas terus dia gak bisa atau jenuh pasti moodnya berubah awalnya semangat nanti lama-lama jadi males-malesan Pb48 : Bagaimana ibu mengatasinya? S1b48 : Itu saya serahkan kepada GPK karena setiap ABK didampingi oleh 1 GPK yang sudah mengetahui karakter anaknya dengan melakukan pendekatan individu Berdasarkan hasil wawancara di atas diperoleh data bahwa faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran yaitu ABK slow learners mengalami kesulitan menanamkan konsep matematika (S1a44) dan dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas tersebut atau menolak untuk melanjutkan pekerjaan tugas (mood berubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan subjek 1 untuk kendala-kendala yang dialami ABK slow learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap atau berulang-ulang (S1a46). b) Hasil Wawancara Subjek 2 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama pada subjek 1 mengenai faktor atau atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran dan penyelesaiannya. Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti dengan subjek 2 (Lampiran 15).

105 90 Pa40 : Selama proses pembelajaran Bu, adakah faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners? S2a40 : Banyak sekali pastinya Pa41 : Apa saja faktor atau kendala tersebut Bu? S2a41 : ABK slow learner biasanya di tengah-tengah pembelajaran malas untuk mengerjakan tugas atau kadang menolak melanjutkan tugas Pa42 : Bagaimana cara menanganinya? S2a42 ; Pertama diberi motivasi saat masih membandel maka ada penerapan konsekuensi yang harus diterima yaitu dipulangkan lebih akhir atau diberi tambahan waktu belajar atau tambahan waktu mengerjakan soal Pa43 : Adakah faktor-faktor yang lain? S2a43 : ABK slow learner itu sering kali kesulitan ketika menanamkan konsep matematika Pa44 : Mengapa bisa terjadi? S2a44 : ABK slow learners itu mempunyai daya ingat yang cukup rendah Pa45 : Bagaimana menanganinya? S2a45 : Hanya diberikan konsep-konsep dasar matematika sesuai dengan kemampuan ABK dan dilakukan berulang-ulang Pa46 ; Apakah ABK juga mengalami mood yang berubah-ubah? S2a46 : Ya, sering kali mengalami hal itu Pa47 : Bagaimana ibu mengatasinya? S2a48 : Sebagai GPK saya harus sabar dalam membimbing siswa ABK, Saya selalu memberikan motivasi terus menerus atau biasanya adanya pemberian reward baik berupa pujian atau hadiah agar mereka lebih semangat. Berdasarkan hasil wawancara di atas diperoleh data bahwa faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran yaitu ABK slow learners mengalami kesulitan menanamkan konsep matematika dan dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas tersebut atau menolak untuk melanjutkan pekerjaan tugas (mood berubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan subjek kedua untuk kendala-kendala yang dialami ABK slow learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap dan intens, memberikan tambahan waktu belajar dan tambahan waktu mengerjakan soal, memberikan motivasi dan penerapan konsekuensi commit to ketika user ABK slow learners tidak mau

106 91 memperhatikan saat mood mereka berubah serta pemberian reward (dalam bentuk pujian atau hadiah). 2) Paparan Data II a) Hasil Wawancara Subjek 1 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama pada subjek 1 mengenai faktor atau atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran dan penyelesaiannya. Berikut ini penggalan wawancara pertama antara peneliti dengan subjek 1 (Lampiran 14). Pb40 : Selama proses pembelajaran Bu, adakah faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners? S1b40 : Pasti ada Pb41 : Apa saja faktor atau kendala tersebut? S1b42 : Siswa ABK tidak paham kalau dirinya itu tidak paham Pb43 : Maksudnya itu bagaimana? S1b43 ; untuk siswa ABK yang memliki kelainan ringan biasanya tahu kalau mereka tidak paham maka akan berusaha untuk mengerti Pb44 : Adakah faktor-faktor yang lain? S1b44 : ABK slow learner juga kesulitan ketika menanamkan konsep matematika Pb45 : Mengapa itu bisa terjadi? S1b45 : ya karena ABK slow learners mempunyai daya ingat yang cukup rendah Pb46 : Bagaimana menanganinya? S1b46 : hanya diberikan konsep-konsep dasar terus dilakukan berulang-ulang Pb47 ; Apakah ABK juga mengalami mood yang berubah-ubah? S1b47 : Ya Pb48 : Bagaimana ibu mengatasinya? S1b48 : Itu saya serahkan kepada GPK karena sudah mengetahui karakter anaknya Berdasarkan hasil wawancara di atas diperoleh data bahwa faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran yaitu ABK slow learners mengalami kesulitan menanamkan konsep matematika dan dapat kehilangan ketertarikan

107 92 terhadap tugas tersebut atau menolak untuk melanjutkan pekerjaan tugas (mood berubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan subjek pertama untuk kendala-kendala yang dialami ABK slow learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap dan intens. b) Hasil Wawancara Subjek 2 Hasil wawancara ini digunakan untuk menindaklanjuti hasil observasi pertama pada subjek 1 mengenai faktor atau atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran dan penyelesaiannya. Berikut ini penggalan wawancara kedua antara peneliti dengan subjek 2 (Lampiran 16). Pb40 : Selama proses pembelajaran Bu, adakah faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners? S2b40 : Wah kalau itu banyak sekali pastinya Pb41 : Apa saja kendala tersebut Bu? S2b41 : ABK slow learner biasanya di tengah-tengah pembelajaran malas untuk mengerjakan tugas atau kadang menolak melanjutkan tugas Pb42 : Bagaimana cara menanganinya? S2b42 ; Pertama diberi motivasi saat masih membandel maka ada penerapan konsekuensi yang harus diterima yaitu dipulangkan lebih akhir atau diberi tambahan waktu belajar atau tambahan waktu mengerjakan soal Pb43 : Adakah faktor-faktor yang lain? S2b43 : ABK slow learner itu sering kali kesulitan ketika menanamkan konsep matematika Pb44 : Mengapa bisa terjadi? S2b44 : ABK slow learners itu mempunyai daya ingat yang cukup rendah. Maka dari itu ada modifikasi materi. Pb45 : Bagaimana menanganinya? S2b45 : Hanya diberikan konsep-konsep dasar matematika sesuai dengan kemampuan ABK dan dilakukan berulang-ulang. Orang hari ini diajarkan besuk aja kalau ditanya pasti jawabnya lupa Pb46 ; Apakah ABK juga mengalami mood yang berubah-ubah? S2b46 : Ya, sering kali mengalami hal itu Pb47 : Bagaimana ibu commit mengatasinya? to user

108 93 S2b47 : Sebagai GPK saya harus sabar dalam membimbing siswa ABK, Saya selalu memberikan motivasi terus menerus atau biasanya adanya pemberian reward baik berupa pujian atau hadiah agar mereka lebih semangat. Perlu diingat slow learner itu bukan kelainan atau cacat mental seperti autis, hanya mereka itu mempunyai kemampuan di bawah rata-rata dari teman-teman yang lain, meskipun demikian mereka juga perlu mendapat penganan khusus. Berdasarkan hasil wawancara di atas diperoleh data bahwa faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran yaitu ABK slow learners mengalami kesulitan menanamkan konsep matematika dan dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas tersebut atau menolak untuk melanjutkan pekerjaan tugas (mood berubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan subjek kedua untuk kendala-kendala yang dialami ABK slow learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap dan intens, memberikan tambahan waktu belajar dan tambahan waktu mengerjakan soal, memberikan motivasi dan penerapan konsekuensi ketika ABK slow learners tidak mau memperhatikan saat mood mereka berubah serta pemberian reward (dalam bentuk pujian atau hadiah). b. Triangulasi Data Berdasarkan hasil dari paparan data I dan data II mengenai faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners dan penyelesaiannya menurut subjek 1 dan 2 dapat dijelaskan dalam Tabel 4.13 dan Tabel 4.14 berikut. Tabel 4.13 Triangulasi Data untuk Subjek 1 mengenai faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners dan penyelesaiannya Metode Data I Data II Wawancara Faktor atau kendala yang Faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran menurut subjek 1 adalah ABK dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran menurut subjek 1 adalah ABK slow learners commit to mengalami user slow learners mengalami kesulitan menanamkan konsep kesulitan menanamkan konsep

109 94 matematika dan dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas tersebut atau menolak untuk melanjutkan pekerjaan tugas (mood berubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan subjek pertama untuk kendalakendala yang dialami ABK slow learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap dan intens. matematika dan dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas tersebut atau menolak untuk melanjutkan pekerjaan tugas (mood berubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan subjek pertama untuk kendalakendala yang dialami ABK slow learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap dan intens. Hasil Triangulasi data: Faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran menurut subjek 1 adalah ABK slow learners mengalami kesulitan menanamkan konsep matematika dan dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas tersebut atau menolak untuk melanjutkan pekerjaan tugas (mood berubahubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan subjek pertama untuk kendalakendala yang dialami ABK slow learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap dan intens. Tabel 4.14 Triangulasi Data untuk Subjek 2 mengenai faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners dan penyelesaiannya Metode Data I Data II Wawancara Faktor atau kendala yang Faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran menurut subjek 2 adalah ABK dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran menurut subjek 2 adalah ABK slow learners mengalami slow learners mengalami kesulitan menanamkan konsep kesulitan menanamkan konsep matematika dan dapat matematika dan dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas tersebut atau menolak untuk melanjutkan pekerjaan tugas (mood berubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan subjek pertama untuk kendalakendala yang dialami ABK slow learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap kehilangan ketertarikan terhadap tugas tersebut atau menolak untuk melanjutkan pekerjaan tugas (mood berubah-ubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan subjek pertama untuk kendalakendala yang dialami ABK slow learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap

110 95 dan intens. dan intens. Hasil Triangulasi data: Faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran menurut subjek 2 adalah ABK slow learners mengalami kesulitan menanamkan konsep matematika dan dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas tersebut atau menolak untuk melanjutkan pekerjaan tugas (mood berubahubah). Sedangkan penyelesaian yang dilakukan subjek pertama untuk kendalakendala yang dialami ABK slow learners adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap dan intens. c. Analisis Data Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara terhadap subjek 1 dan subjek 2 bahwa faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran yaitu ABK slow learners mengalami kesulitan menanamkan konsep matematika. Hal ini dapat terjadi karena ABK slow learners mempunyai daya ingat yang cukup rendah. Selain itu selama proses pembelajaran ABK slow learners biasanya di tengah-tengah pembelajaran malas untuk mengerjakan tugas atau kadang menolak melanjutkan tugas atau dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas tersebut (mood berubah-ubah). Faktor atau kendala yang terjadi subjek 1 dan subjek 2 menjelaskan pula untuk penyelesaiannya yaitu dengan memberikan penanaman konsepkonsep dasar matematika secara bertahap dan intens, memberikan tambahan waktu belajar dan penyelesaian tugas, memberikan motivasi dan penerapan konsekuensi ketika ABK slow learners tidak mau memperhatikan saat mood ABK slow learners berubah serta pemberian reward (dalam bentuk pujian atau hadiah). Dalam hal ini subjek 2 sebagai guru pendamping menambahkan harus sabar dalam membimbing siswa ABK, selalu memberikan motivasi terus menerus. Perlu diingat slow learner itu bukan kelainan atau cacat mental seperti autis, hanya mereka itu mempunyai kemampuan di bawah rata-rata dari teman-teman yang lain, meskipun demikian mereka juga perlu commit mendapat to user penanganan khusus.

111 96 E. Pembahasan 1. Proses Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi a. Kesiapan Guru Sebelum Pembelajaran Berkaitan dengan proses pembelajaran matematika di kelas inklusi, kesiapan guru sangat diperlukan sebelum dimulainya pembelajaran. Kesiapan guru yang paling penting adalah menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Menurut Moh. Uzer Usman (2001: 18-19) dalam membuat rencana pembelajaran/satuan acara pembelajaran, seorang guru harus memperhatikan beberapa hal yang sangat menentukan keberhasilan proses belajar mengajar yang sesuai dengan RPP. Di SD Al Firdaus Surakarta, sebelum pembelajaran dimulai guru matematika menyiapkan RPP dan silabus. Sebelum proses pembelajaran berlangsung guru matematika telah menyusun RPP dan silabus. Penyusunan RPP biasanya dilakukan setelah selesai satu kompetensi dasar. RPP yang digunakan untuk siswa biasa dan siswa ABK slow learners, namun dalam RPP tersebut dijelaskan adanya modifikasi untuk siswa ABK slow learners. Modifikasi tersebut antara lain modifikasi indikator keberhasilan, waktu, materi dan soal (RPP Lampiran 19). Dalam penyusunan RPP, guru matematika juga berkomunikasi mengenai modifikasi dengan guru pendamping khusus (GPK) untuk ABK slow learners. GPK sebelum proses pembelajaran tidak menyiapkan RPP dan silabus karena sudah disiapkan oleh guru matematika. GPK hanya bertugas menyiapkan Program Pembelajaran Individual (PPI) untuk siswa ABK slow learners (Lampiran 20). PPI yang disiapkan oleh GPK meliputi seluruh mata pelajaran. PPI yang digunakan untuk masing-masing ABK berbeda. Hal ini disesuaikan dengan kondisi dan kemampuan siswa ABK. Kesiapan lainnya yang dilakukan guru matematika yaitu menyiapkan media dan sumber belajar. Media yang biasa digunakan yaitu laptop dan proyektor yang sudah ada dalam ruang kelas. Namun guru matematika dapat juga menggunakan commit to media user lain disesuaikan dengan materi

112 97 apa yang akan dijelaskan. Sedangkan sumber belajar yang digunakan yaitu buku paket. Selain guru matematika, GPK juga menyiapkan media dan sumber belajar untuk siswa ABK slow learners sesuai dengan PPI (Lampiran 20). Untuk siswa ABK slow learners, guru matematika tidak menyiapkan media khusus. Media khusus tersebut sudah disiapkan oleh GPK atau sudah tersedia di ruang Puspa (Pusat Pelayanan ABK) ketika siswa ABK slow learners melakukan pembelajaran pull out. Media khusus dapat berbentuk puzzle atau papan penjodohan, dibuat semenarik mungkin agar ABK slow learners tidak cepat bosan saat pembelajaran. Hal ini diharapkan dengan adanya media khusus, materi yang disampaikan dapat diserap dengan baik oleh ABK slow learners. b. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas inklusi melalui tiga tahap, yaitu pendahuluan, inti dan penutup. Hal ini sudah sejalan dengan langkah-langkah kegiatan pembelajaran menurut Depdiknas (2008: 10). 1) Tahap Pendahuluan Dalam pelaksanaan pembelajaran tahap pendahuluan di SD Al Firdaus Surakarta, guru matematika menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran. Siswa disiapkan dengan cara memberitahukan materi yang akan dibahas pada pertemuan sebelumnya sehingga mereka sudah mempersiapkan dengan baik. Dalam hal ini guru pendamping khusus (GPK} juga menyiapkan ABK slow learners dengan memberitahu saat pembelajaran sebelumnya. GPK mencatatkan pada buku khusus apa saja yang perlu disiapkan agar mereka tidak lupa. Buku khusus itu juga dapat digunakan orangtua untuk memantau kegiatan yang dilakukan anak mereka di sekolah. Selain menyiapkan psikis dan fisik siswa, guru matematika juga menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai sebelum menjelaskan materi yang diajarkan. Untuk hal ini GPK

113 98 tidak menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai karena sudah dijelaskan oleh guru matematika. Pada tahap pendahuluan guru matematika memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa biasa maupun siswa ABK slow learners. Untuk siswa ABK slow learners pertanyaan yang diberikan lebih mudah. Ketika mengikuti pembelajaran di kelas, siswa ABK slow learners mendapat bantuan atau arahan-arahan dari GPK agar dapat menjawab pertanyaan dari guru matematika. Sedangkan GPK dalam hal ini bertugas membimbing ABK slow learners untuk dapat menjawab pertanyaan dari guru. Namun karena adanya modifikasi pada materi skala dan perbandingan untuk ABK slow learners maka GPK yang memberikan pertanyaan pengetahuan. 2) Tahap Inti Dalam tahap inti pembelajaran yang dilakukan guru matematika menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Guru matematika menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yang berpusat pada siswa dengan arahan dari guru maupun GPK untuk ABK. Sedangkan media yang digunakan biasanya dengan menggunakan praktek misalnya pada materi skala dan perbandingan seperti mengukur jarak dengan benang pada peta atau atlas untuk menghitung skala. Untuk sumber belajar guru matematika menggunakan buku paket dan kiat mahir matematika. GPK juga menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain. Pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah berpusat pada ABK slow learners. Untuk sumber belajar berupa buku paket dan media untuk ABK slow learners bisa berbentuk puzzle, papan penjodohan yang dibuat semenarik mungkin agar ABK slow learners tidak cepat bosan.

114 99 Dalam pelaksanaan pembelajaran guru matematika melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soal-kerjakan-jawab yang membuat siswa berani berbicara untuk menjawab. GPK juga melibatkan ABK slow learners dalam pembelajaran aktif dengan diberi soal untuk dikerjakan. Jika mereka tidak bisa maka akan dibimbing terus kalau bisa mengerjakan diberi pujian. Guru matematika dan GPK sama-sama memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Selain itu dalam proses pembelajaran guru matematika dan GPK selalu memantau dan membimbing ABK namun yang berperan lebih utama adalah GPK yang menangani ABK slow learners. 3) Tahap Penutup Guru matematika pada tahap penutup bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK. Saat membuat rangkuman siswa ABK slow learners dibantu dan dibimbing oleh GPK. Selain itu guru matematika melakukan penilaian untuk siswa yang mengikuti kurikulum regular baik siswa biasa maupun siswa ABK namun siswa ABK slow learners karena mengikuti kurikulum khusus maka dinilai oleh GPK. Penilaian yang dilakukan oleh guru matematika yaitu menilai hasil kinerja siswa saat pembelajaran dan latihan soal.guru matematika memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan. GPK juga memberikan umpan balik pada ABK slow learners. c. Evaluasi dan Tindak Lanjut Tahapan terakhir dalam proses pembelajaran matematika adalah evaluasi dan tindak lanjut. Dalam tahap ini guru matematika merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling commit untuk to siswa user biasa atau ABK yang mengalami

115 100 kesulitan dengan dibantu GPK. Muhibbin Syah (2003:141) menyatakan bahwa evaluasi adalah penilaian terhadap tingkat keberhasilan siswa mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Jadi tingkat keberhasilan siswa di SD Al Firdaus dilihat dari pencapaian standart KKM. Remidi untuk siswa biasa dilakukan jika siswa belum mencapai KKM dengan nilai KKM 68. Pengayaan diberikan diberikan kepada siswa yang sudah mencapai KKM dengan mengerjakan soal yang tinkatan lebih sulit. Sedangkan pengayaan maupun layanan konseling untuk siswa ABK slow learners di ruang Puspa ketika pembelajaran dengan kelas pull out didampingi oleh GPK. Selain itu guru matematika juga selalu menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk pertemuan berikutnya. GPK juga menyampaikan rencana pembelajaran pada ABK slow learners. GPK mencatatkan pada buku khusus pembelajaran untuk pertemuan berikutnya agar tidak lupa. Dengan adanya buku itu orangtua ABK slow learners juga dapat mengingatkan serta dapat memantau kegiatan mereka di sekolah. 2. Faktor-faktor atau Kendala ABK Slow Learners dan Penyelesaiannya Saat Proses Pembelajaran Matematika Saat proses pembelajaran berlangsung ada faktor-faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran matematika. Faktor atau kendala yang dialami yaitu mereka mengalami kesulitan menanamkan konsep matematika. Menurut Ratna dan Dany (2011:144) Slow Learners atau lambat belajar adalah siswa yang lambat dalam proses belajar sehingga ia membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan sekelompok siswa lain yang memiliki taraf potensi intelektual yang sama. Untuk itu dalam hal ini guru mempunyai penyelesaian dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap dan intens serta dilakukan berulang-ulang. Selain itu ada kendala lain yang dialami ABK slow learners adalah mereka dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas yang diberikan oleh guru matematika maupun guru pendamping khusus (GPK). Dapat terjadi juga

116 101 mereka menolak untuk melanjutkan tugas ketika mereka bosan. Pada awal mereka diberi tugas mereka merasa senang atau semangat dapat juga secara tiba-tiba mereka malas karena bosan (mood berubah-ubah). Chauhan (2011: 282) menyatakan bahwa salah satu karakteristik ABK slow learners adalah memori atau daya ingatnya rendah dan kurangnya konsentrasi. Untuk itu sebagai guru matematika dan GPK harus mempunyai penyelesaian untuk kendala-kendala yang dialami ABK slow learners agar tidak ditemukan lagi saat proses pembelajaran selanjutnya. Penyelesaianpenyelesaian tersebut adalah dengan memberikan tambahan waktu belajar, memberikan motivasi agar mereka menjadi semangat kembali atau dapat juga dengan pemberian reward (dalam bentuk pujian atau hadiah).

117 102 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Proses Pembelajaran Matematika di Kelas Inklusi a. Kesiapan Guru Sebelum Pembelajaran Sebelum proses pembelajaran berlangsung guru matematika telah menyiapkan RPP dan silabus. Penyusunan RPP biasanya dilakukan setelah selesai satu kompetensi dasar. RPP yang digunakan untuk siswa biasa dan siswa ABK slow learners, namun dalam RPP tersebut dijelaskan adanya modifikasi untuk siswa ABK slow learners. Modifikasi tersebut antara lain modifikasi indikator keberhasilan, waktu, materi dan soal. Dalam penyusunan RPP, guru matematika juga berkomunikasi mengenai modifikasi dengan guru pendamping khusus (GPK) untuk ABK slow learners. GPK sebelum proses pembelajaran tidak menyiapkan RPP dan silabus karena sudah disiapkan oleh guru matematika. GPK hanya bertugas menyiapkan Program Pembelajaran Individual (PPI) untuk siswa ABK slow learners. Kesiapan lainnya yang dilakukan guru matematika yaitu menyiapkan media dan sumber belajar. Selain guru matematika, GPK juga menyiapkan media dan sumber belajar untuk siswa ABK slow learners sesuai dengan PPI. Untuk siswa ABK slow learners, guru matematika tidak menyiapkan media khusus. Media khusus dapat berbentuk puzzle atau papan penjodohan, dibuat semenarik mungkin agar ABK slow learners tidak cepat bosan saat pembelajaran. Media khusus tersebut sudah disiapkan oleh GPK atau sudah tersedia di ruang Puspa (Pusat Pelayanan ABK) ketika siswa ABK slow learners melakukan pembelajaran pull out.

118 103 b. Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan pembelajaran di SD Al Firdaus Surakarta melalui tiga tahapan yaitu pendahuluan, inti dan penutup. Dalam tahap pendahuluan guru matematika dan GPK menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran baik untuk siswa biasa maupun ABK slow learners. Selain menyiapkan psikis dan fisik siswa, guru matematika juga menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai sebelum menjelaskan materi yang diajarkan. Untuk hal ini GPK tidak menjelaskan tujuan pembelajaran dan kompetensi dasar yang akan dicapai karena sudah dijelaskan oleh guru matematika. Pada tahap pendahuluan guru matematika dan GPK memberikan pertanyaan pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan dibahas baik untuk siswa biasa maupun siswa ABK slow learners. Dalam tahap inti pembelajaran guru matematika dan GPK samasama menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain baik untuk siswa biasa maupun ABK slow learners. Guru matematika melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran. GPK juga melibatkan ABK slow learners dalam pembelajaran aktif dengan diberi soal untuk dikerjakan. Guru matematika dan GPK sama-sama memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru dalam setiap pembelajaran dengan tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Selain itu guru matematika dan GPK dalam proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK namun yang berperan lebih utama adalah subjek 2 yang menangani ABK slow learners. Dalam tahap penutup kegiatan yang dilakukan guru matematika kelas VB bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK. Guru matematika melakukan penilaian untuk commit siswa to user yang mengikuti kurikulum regular

119 104 baik siswa biasa maupun siswa ABK namun siswa ABK slow learners karena mengikuti kurikulum khusus maka dinilai oleh GPK. Guru matematika memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan. c. Evaluasi dan Tindak Lanjut Tahapan terakhir dalam proses pembelajaran matematika adalah evaluasi dan tindak lanjut. Dalam tahap ini guru matematika kelas VB merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan dengan dibantu GPK. Program pengayaan maupun layanan konseling untuk siswa ABK slow learners di ruang Puspa ketika pembelajaran dengan kelas pull out. Selain itu guru juga selalu menyampaikan rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan untuk pertemuan berikutnya. 2. Faktor-faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners dan penyelesaiannya. Saat proses pembelajaran berlangsung ada faktor-faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners. Faktor-faktor tersebut antara lain yaitu mengalami kesulitan dalam menanamkan konsep matematika, dapat kehilangan ketertarikan terhadap tugas yang diberikan oleh guru matematika maupun guru pendamping khusus (GPK). Untuk itu sebagai guru matematika dan GPK harus mempunyai penyelesaian untuk kendalakendala yang dialami ABK slow learners agar tidak ditemukan lagi saat proses pembelajaran selanjutnya. Penyelesaian-penyelesaian tersebut adalah dengan memberikan penanaman konsep-konsep dasar matematika secara bertahap dan intens serta dilakukan berulang-ulang, memberikan tambahan waktu belajar, memberikan motivasi agar mereka menjadi semangat kembali atau dapat juga dengan pemberian reward (dalam bentuk pujian atau hadiah).

120 105 B. Implikasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat dikemukakan implikasi teoritis dan implikasi praktis sebagai berikut. 1. Implikasi Teoritis Secara teoritis dapat diungkapkan bahwa penelitian ini mendiskripsikan proses pembelajaran matematika di kelas inklusi dan faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran. Dari hasil penelitian ini tampak bahwa kesiapan guru sebelum pembelajaran sangat diperlukan dalam proses pembelajaran matematika. Selain itu penyelesaian yang dilakukan untuk mengatasi kendala pada anak ABK slow learners perlu dikembangkan agar tidak ditemukan lagi kendala saat proses pembelajaran selanjutnya. Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang proses pembelajaran serta dapat menyikapi kendala yang dialami ABK slow learners dalam proses pembelajaran matematika di kelas inklusi. 2. Implikasi Praktis Persiapan yang baik sebelum pembelajaran dan penyusunan RPP yang baik mampu membantu kelancaran pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas inklusi. Untuk penyelesaian atas kendala yang dialami ABK slow learners selama proses pembelajaran perlu dikembangkan. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada guru betapa pentingnya persiapan yang baik sebelum pembelajaran serta penyelesaian yang lebih berkembang lagi untuk mengatasi kendala ABK slow learners selama proses pembelajaran. Dengan demikian diharapkan dapat membantu kelaksanaan pelaksanaan pembelajaran dan tidak ditemukan lagi kendala saat proses pembelajaran selanjutnya. C. Saran Berdasarkan kesimpulan penelitian di atas, dapat disampaikan saran sebagai berikut.

121 Bagi Sekolah Partisipasi warga sekolah harus lebih maksimal sehingga kualitas sekolah dan prestasi siswa inklusi terutama anak berkebutuhan khusus (ABK) tidak kalah dengan siswa reguler. 2. Bagi guru Guru hendaknya juga perlu menyiapkan media khusus untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) slow learners meskipun media khusus tersebut sudah disiapkan oleh guru pendamping, agar ABK tidak kesulitan dalam proses pembelajaran matematika ketika mengikuti kurikulum reguler. Guru harus mengajak semua siswa baik siswa reguler maupun siswa anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran matematika antara lain dengan selalu memotivasi siswa terutama ABK slow learners sehingga mempunyai semangat tinggi dalam belajar. 3. Bagi Guru Pendamping Khusus (GPK) GPK hendaknya dapat memberikan bimbingan, bantuan maupun arahan kepada siswa ABK slow learners sehingga dapat mengikuti pelajaran matematika di kelas. Penyelesaian yang diberikan untuk mengatasi kendala yang dialami ABK slow learners perlu dikembangkan agar tidak ditemukan lagi kendala saat proses pembelajaran selanjutnya. 4. Bagi peneliti selanjutnya Peneliti selanjutnya hendaknya melaksanakan penelitian pada anak berkebutuhan khusus (ABK) lainnya dengan jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau peneliti selanjutnya dapat menerapkan kurikulum 2013 di kelas inklusi.

122 107 DAFTAR PUSTAKA Armstrong, D. & Spandagou, I Inclusion: By Choice or By Chance?. International Journal of Inclusive Education, 15(1), Bambang Warsita Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Bandi Delphie Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus dalam Setting Pendidikan Inklusi. Bandung: PT. Refika Aditama. Borah, R. R Slow Learners: Role of Teachers and Guardians in Honing their Hidden Skills. International Journal of Educational Planning & Administration. 3(2), Carrington, S Inclusion Needs A Different School Culture. International Journal of Inclusive Education, 3(3), Chauhan, S Slow Learners: Their Psychology and Educational Programmes. International Journal of Multidisciplinary Research, 1(8), Cole, C. M The Academic Progress of Students Across Inclusive and Traditional Settings. School of Education, 23(4), Depdiknas Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Depdiknas Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Depdiknas Policy Brief, Sekolah Inklusif; Membangun Pendidikan Tanpa Diskriminasi. Jakarta: Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas. Eastmead, D What is a Slow Learners?. Handout. Neurology Wolf River Circle: Germantown. Ecie Lasarie dan Uly Gusniarti Hubungan Antara Self Efficacy Guru Dengan Sikap Terhadap Program Pendidikan Inklusi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Psikologis, 4(2), Ekeh, P. U Academic Achievement of Regular and Special Needs Studentsin Inclusive and Non-Inclusive Classroom Setting. European Scientific Journal, 9(8),

123 108 Geniofam Mengasuh dan Mensukseskan Anak Berkebutuhan Khusus. Jogjakarta: Garailmu. Gillies, R. M. & Carrington, S Inclusion: Culture, Policy and Practice: A Queesland Perspective. Asia Pacific Journal of Education, 24(2), Hardin, B. & Hardin, M Into The Mainstream: Practical Strategies for Teaching in Inclusive Environments. Journal of Education Strategies, 75(4), Istiningsih Manajemen Pendidikan Inklusi Di SDN Klego I Boyolali. Tesis Magister, tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah, Surakarta. Joesafira Pengertian Contoh dan Macam Proses Belajar. Diambil pada 6 Januari 2014 dari Lamport, A. M Special Needs Students in Inclusive Classroom. European Journal of Business and Social Sciences, 1(5), Landerl, K Developmental Dyscalculia and Basic Numerical Capacities: A Study of 8-9 Year Old Students. Journal of Cognition, 93(2), Lexy J Moleong Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Malik, N. I, Rehman, G. Hanif, R Effect of Academic Interventions on the Developmental Skills of Slow Learners. Pakistan Journal of Psychological Research, 27(1), Malik, S Effect of Intervention Training on Mental Abilities of Slow Learner. International Journal Education Scients, 1(1), Masi G, Marcheschi M, Pfanner P Adolescents with borderline intellectual functioning: psychopathological risk. Quality Education Practices, 33, Mega Iswari Kecakapan Hidup Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta : Depdiknas. Moh. Uzer Usman Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya. Muhibbin Syah Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

124 109 Munro, J Practical Teaching Strategies in Numeracy for Children with Learning Difficulties. Books 1-5. Melbourne: Mathematical Association of Victoria. Munro, J Dyscalculia: A Unifying Concept in Understanding Mathematics Learning Disabilities. Australian Journal of Learning Disabilities, 8(4), Nana Syaodih Sukmadinata Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ning Haryani Manajemen Pembelajaran Aktif Dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di Sekolah Dasar. Tesis Magister, tidak diterbitkan. Universitas Muhammadyah, Surakarta. Odom, L. S Inclusion of Young Children with Special Needs In Early Childhood Education. The Resesarch Base, 1, Oemar Hamalik Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara. Prayudi Proses Pembelajaran. Pujar, L. L Instructional Strategies To Accelerate Science Learning Among Slow Learners. Tesis Magister, tidak diterbitkan. University Of Agricultural Sciences, Dharwad. Ratna Yudhawati & Dhany Haryanto Teori-teori Dasar Psikologi Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka. Sambira Mambela Mainstreaming sebagai Alternatif Penanganan Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus di Indonesia. SOSIOHUMANIKA, 3(2) Sriraman, B Theories of Mathematics Education. 668 pages. London: Springer-Verlag Berlin Heidelberg. Staub, D. & Peck, A. C. What Are Outcomes for Nondisabled Students?. International Journal of Inclusive Education, 52(4), Strauss, Anselm & Juliet Corbin, Dasar-dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta. Pustaka Pelajar. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

125 110 Tarmansyah Inklusi (Pendidikan Untuk Semua). Jakarta: Depdiknas. Tim Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP-UPI Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bagian II. Bandung: Grasindo. Trianto Mendesain Model Pembelajaran Inovatif dan Progesif. Jakarta: Kencana. Udin S Winataputra Teori Belajar Minat dan Pembelajaran. Jakarta: UT. Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Younis S. A. & Batinah S. R Slow Learners: How Are They Identified and Supported?. International Journal, 1, Zentall, S.S Math performance of students with ADHD: Cognitive and behavioral contributors and interventions. International Journal of Inclusive Education,

126 Lampiran 1 KISI-KISI LEMBAR OBSERVASI GURU No Aspek Indikator 1. Kesiapan a. Menyiapkan media dan sumber belajar Sebelum b. Menyiapkan media khusus untuk ABK Pembelajaran c. Menyiapkan RPP, silabus dll Banyak Item Instrumen Instrumen 3 1a, 1b, 1c 2. Pelaksanaan Pembelajaran a. Pendahuluan 1) Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran 2) Mengajukan pertanyaan-pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari 3) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai b. Inti 1) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain 2) Melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran 3) Memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru 4) Memfasilitasi siswa biasa atau ABK melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru baik lisan atau tertulis 5) Memantau dan membimbing ABK dalam proses pembelajaran c. Penutup 8 2a.1), 2a.2), 2a.3) 2b.1), 2b.2), 2b.3), 2b.4), 2b.5) 2c.1), 2c.2), 2c.3) 111

127 3. Evaluasi dan Tindak lanjut 1) Bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan ABK 2) Melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan 3) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran a. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan b. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya 2 3a, 3b 112

128 Lampiran 2 113

129 Lampiran 3 114

130 Lampiran 4 115

131 Lampiran 5 116

132 117

133 Lampiran 6 118

134 119

135 Lampiran 7 120

136 121

137 Lampiran 8 122

138 123

139 Lampiran 9 INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA Aspek Indikator Bentuk pertanyaan 1. Kesiapan Sebelum Pembelajaran d. Menyiapkan media dan sumber belajar e. Menyiapkan media khusus untuk ABK f. Menyiapkan RPP, silabus. 1. Bagaimana kesiapan guru sebelum pembelajaran matematika di kelas inklusi? 2. Apakah guru menyiapkan media dan sumber belajar sebelum pembelajaran? 3. Adakah media khusus untuk siswa ABK? 4. Apakah sebelum pembelajaran guru menyiapkan RPP dan silabus? 5. Apakah RPP untuk siswa ABK slow learners sama dengan RPP siswa biasa? 2. Pelaksanaan Pembelajaran d. Pendahuluan 4) Menyiapkan siswa secara psikis dan fisik sebelum proses pembelajaran 5) Mengajukan pertanyaanpertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari 6) Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi commit dasar to yang user 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas? 2. Apakah guru menyiapkan siswa secara psikis dan fisik? 3. Apakah guru mengajukan pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi? 4. Apakah pertanyaan tersebut berlaku juga untuk siswa ABK? 5. Apakah guru menjelaskan tujuan 124

140 akan dicapai e. Inti 6) Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran dan sumber belajar lain 7) Melibatkan siswa biasa atau ABK secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran 8) Memfasilitasi terjadinya interaksi antara siswa biasa dengan siswa ABK, antara siswa dengan guru 9) Memfasilitasi siswa biasa atau ABK melalui pemberian tugas, diskusi untuk memunculkan gagasan baru baik lisan atau tertulis 10) Memantau dan membimbing ABK dalam proses pembelajaran f. Penutup 4) Bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan pelajaran yang melibatkan siswa biasa dan commit ABK to user pembelajaran atau KD? 6. Apakah dalam pembelajaran guru menggunakan beragam pendekatan pembelajaran? 7. Contohnya seperti apa? 8. Apakah guru melibatkan siswa biasa atau siswa ABK secara aktif? 9. Bagaimana cara melibatkan mereka? 10. Bagaimana interaksi yang terjadi antara siswa biasa dan siswa ABK? 11. Apakah dalam pemberian tugas antara siswa biasa dengan ABK berbeda? 12. Apakah selama proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners? 13. Apa yang guru lakukan setelah proses pembelajaran berakhir? 14. Apakah melibatkan siswa ABK slow learners? 15. Apakah guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan? 16. Bagaimana penilaian untuk siswa ABK? 17. Bagaimana dengan pemberian umpan balik setelah selesai 125

141 3. Evaluasi dan Tindak lanjut 4. Faktor atau Kendala 5) Melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan 6) Memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran c. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling untuk siswa biasa atau ABK yang mengalami kesulitan d. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya a. Faktor atau kendala dalam proses pembelajaran b. Penyelesaian yang dilakukan untuk menangani faktor atau kendala yang terjadi pembelajaran? 1. Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang diberikan setelah proses pembelajaran selesai? 2. Apakah guru menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya? 1. Adakah faktor atau kendala yang dialami saat proses pembelajaran? 2. Bagaimana penyelesaiannya? 126

142 Lampiran

143 Lampiran

144 Lampiran

145 Lampiran 13 CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA Catatan Lapangan Nomor : 01 Wawancara ke- : 01 Tempat Wawancara : Ruang Kelas VB Hari, Tanggal : Jumat, 04 April 2014 Narasumber : Siti Komariyah, S. Si (Subjek 1) Untuk memudahkan analisis data, peneliti memberi kode pada transkrip wawancara, yaitu sebagai berikut. 1. Kode P menunjukkan Peneliti 2. Kode S1 menunjukkan subjek penelitian 1 (Guru Matematika) 3. Kode S2 menunjukkan subjek penelitian 2 (Guru Pendamping Khusus (GPK)) 4. Kode a menunjukkan wawancara pertama 5. Kode b menunjukkan wawancara kedua 6. Kode setelah kode huruf kecil, menunjukkan urutan pertanyaan. Salah satu contohnya adalah S1a01 yang berarti subjek 1 menjawab wawancara pertama untuk pertanyaan ke-1. A. Catatan Deskriptif Pada hari itu peneliti menunggu kehadiran S1 di front office sekolah. Sebelumnya peneliti sudah membuat janji dengan S1 untuk mengadakan wawancara. S1 waktu itu sudah berada di sekolah, akan tetapi S1 masih mengajar di kelas. Tidak lama kemudian S1 selesai mengajar dan mengajak peneliti untuk ke ruang kelas. S1 menyalami peneliti sambil tersenyum ramah sambil menanyakan kabar peneliti. Sesampainya di ruang kelas, kelas dalam keadaan sepi karena siswa sedang istirahat jam makan siang. Berikut hasil wawancara pertama dengan S1. 130

146 Pa00 : Selamat siang Bu. S1a00 : Selamat siang Pa01 : Bagaimana kesiapan Ibu sebelum pembelajaran matematika? S1a01 : Persiapannya menyusun RPP dan silabus Pa02 : Penyusunan RPP dilakukan kapan, Bu? S1a02 : Penyusunan RPP biasanya dilakukan setelah selesai satu kompetensi dasar. Pa03 : Apakah RPP untuk siswa ABK slow learners sama dengan RPP siswa biasa? S1a03 : RPPnya sama, namun untuk ABK ada modifikasi indikator, modifikasi materi dan modifikasi soal. Dalam RPP itu sudah dituliskan dengan jelas. Pa04 : Bagaimana cara menetukan modifikasi untuk tiap-tiap ABK? S1a04 : Saya sealalu berkomunikasi dengan guru pendamping masing-masing ABK. Pa05 : Modifikasi apa yang dilakukan untuk ABK slow learners? S1a05 : Modifikasi materi, misalnya pada materi perbandingan dan skala ini, untuk siswa biasa mereka dikenalkan dengan perbandingan namun untuk slow learners hanya sampai pada materi sebelumnya yaitu pecahan. Pa06 : Adakah modifikasi yang lain? S1a06 : Modifikasi soal bisa ditanyakan kepada guru pendamping atau bisa dilihat di RPP. Pa07 : Apakah ibu menyiapkan media dan sumber belajar sebelum pembelajaran? S1a07 : Ya Pa08 : Media yang digunakan apa? S1a08 : Laptop dan proyektor tergantung materi yang mau dijelaskan. Pa09 : Kalau sumber belajar yang digunakan? S1a09 : Buku paket dan kiat mahir matematika Pa10 : Adakah media khusus untuk commit siswa to user ABK slow learners? 131

147 S1a10 : Ada tetapi guru kelas tidak menyiapkan media khusus untuk siswa ABK, Pa11 : Siapa yang menyiapkan media khusus tersebut, Bu? S1a11 : Biasanya guru pendamping yang menyiapkan atau media tersebut sudah ada di ruang Puspa atau ruang Pusat Pelayanan ABK. Pa12 : Pada waktu apa ABK ke ruang Puspa? S1a12 : Ya waktu mereka pull out, Pa13 : Apakah ada waktu tertentu untuk anak pull out? S1a13 : Itu kita serahkan sama guru pendamping, guru pendamping yang lebih tahu kapan waktunya Pa14 : Apakah ABK slow learners ketika pull out berbarengan dengan ABK lain. S1a14 : Tidak, karena itu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing ABK. Kalau untuk slow learners lebih jelasnya bisa tanya Bu Ragil. Pa15 : Dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari pelaksanaan pembelajaran. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas, Bu? S1a15 : Pelaksanaan pembelajaran ada tiga tahapan yaitu pendahuluan, inti dn penutup. Pa16 : Pada tahap pendahuluan apakah siswa sebelum pembelajaran dipersiapkan secara psikis dan fisik? S1a16 : Ya, karena pada pertemuan sebelumnya sudah diberitahu materi apa yang akan diajarkan jadi siswa sudah siap melakukan proses pembelajaran. Pa17 : Apakah Ibu mengajukan pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi? S1a17 : Ya Pa18 : Apakah pertanyaan tersebut berlaku juga untuk siswa ABK slow learners? S1a18 : Jika siswa ABK mengikuti di kelas maka pertanyaan sama dengan siswa lain, biasanya pertanyaan lebih mudah dan diberi arahan-arahan 132

148 oleh GPKnya. Karena pada materi ini slow learners tidak diberikan maka pertanyaan dari GPK. Pa19 : Apakah ibu juga menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD? S1a19 : Ya, di awal sebelum pembelajaran dijelaskan tujuan yang akan dicapai atau apersepsi kegunaan materi yang akan dijelaskan. Pa20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media pembelajaran dan sumber belajar lain? S1a20 : Ya, Pa21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana? S1a21 : Pendekatan yang berpusat pada siswa dengan arahan dari guru maupun GPK untuk ABK Pa22 : Media yang digunakan? S1a22 : Tergantung materinya, biasanya dengan praktek. Misalnya pada materi skala menggunakan benang untuk menghitung jarak pada peta atau atlas. Pa23 : Kalau sumber belajar yang dipakai? S1a23 : Pakai buku paket dan kiat mahir matematika Pa21 : Dalam inti pembelajaran, apakah Ibu melibatkan siswa biasa dan ABK dalam pembelajaran yang aktif? S1a21 : Ya Pa22 : Bagaimana cara melibatkan mereka? S1a22 : Dalam setiap kegiatan pembelajaran dengan memberikan soalkerjakan-jawab yang membuat siswa berani berbicara untuk menjawab. Pa23 : Bagaimana interaksi yang terjadi antara siswa biasa dan siswa ABK? S1a23 : Interaksi terjadi dengan baik, sebagai guru tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. Pa24 : Apakah dalam pemberian tugas antara siswa biasa dengan ABK berbeda? S1a24 : Untuk tugas siswa ABK dibuat oleh GPK sesuai dengan kemampuan individu. 133

149 Pa25 : Apakah selama proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners? S1a25 : Ya, tetapi yang berperan utama dalam memantau dan membimbing ABK adalah GPK. Pa26 : Kegiatan apa yang dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir? S1a26 : Bersama siswa membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru diajarkan. Pa27 : Apakah melibatkan siswa ABK slow learners? S1a27 : Tidak, karena untuk slow learners materi dimodifikasi Pa28 : Apakah guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan? S1a28 : Ya Pa29 : Penilaian yang dilakukan seperti apa? S1a30 : Menilai hasil kinerja siswa saat pembelajaran dan latihan soal. Pa31 : Bagaimana penilaian untuk siswa ABK? S1a31 : Kalau penilaian untuk siswa ABK jika dia mengikuti kurikulum regular maka guru kelas yang menilai, namun untuk ABK slow learners yang menilai GPK karena dia mengikuti kurikulum khusus Pa32 : Bagaimana dengan pemberian umpan balik setelah selesai pembelajaran? S1a32 : Biasanya diberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan. Pa33 : Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang diberikan setelah proses pembelajaran selesai? S1a33 : Dengan memberikan remedi, pengayaan ataupun layanan konseling untuk siswa regular sedangkan untuk siswa ABK dilakukan oleh GPK. Pa34 : Remedi dilaksanakan jika apa, Bu? S1a34 : Jika siswa belum mencapai KKM. Pa35 ; Berapa KKMnya? S1a35 : KKM 68 Pa36 : Bagaimana dengan pengayaan? 134

150 S1a36 : Pengayaan diberikan kepada siswa yang sudah mencapai KKM Pa37 : Pengayaannya dalam bentuk apa? S1a38 : Mengerjakan soal dengan tingkatan lebih sulit Pa39 : Apakah Ibu juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya? S1a39 : Ya, setiap selesai pembelajaran saya menyampaikan kepada siswa rencana pembelajaran berikutnya Pa40 : Selama proses pembelajaran Bu, adakah faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners? S1b40 : wah itu pasti ada Pb41 : Apa saja faktor atau kendala tersebut? S1b42 : Siswa ABK tidak paham kalau dirinya itu tidak paham Pb43 : Maksudnya itu bagaimana? S1b43 ; untuk siswa ABK yang memliki kelainan ringan biasanya tahu kalau mereka tidak paham maka akan berusaha untuk mengerti lain halnya dengan siswa ABK dengan degradasi kelainan tinggi Pb44 : Adakah kendala yang lain? S1b44 : ABK slow learner juga kesulitan ketika menanamkan konsep matematika Pb45 : Apakah penyebabnya Bu? S1b45 : ya karena ABK slow learners mempunyai daya ingat yang cukup rendah ketika diajarkan tentang konsep matematika, hari ini diterangkan dia paham namun ketika diulang kembali beberapa minggu tidak paham. Pb46 : Bagaimana menanganinya? S1b46 : ABK slow learners hanya diberikan konsep-konsep dasar dengan penambahan aplikasi yang mudah-mudah saja dan dilakukan berulangulang Pb47 ; Apakah ABK juga mengalami mood yang berubah-ubah? 135

151 S1b47 : Ya, ketika dia mulai tidak tertarik dengan tugas yang saya berikan, misalnya saya beri tugas terus dia gak bisa atau jenuh pasti moodnya berubah awalnya semangat nanti lama-lama jadi males-malesan Pb48 : Bagaimana ibu mengatasinya? S1b48 : Itu saya serahkan kepada GPK karena setiap ABK didampingi oleh 1 GPK yang sudah mengetahui karakter anaknya dengan melakukan pendekatan individu Pa49 : saya rasa sudah cukup bu wawancara kali ini, terimakasih Bu atas waktunya S1a49 : Sama-sama, semoga bisa membantu B. Catatan Reflektif S1 memberikan keterangan yang cukup lengkap dan jelas tentang proses pembelajaran matematika di kelas dan kendala yang dialami ABK slow learner. Dimulai dari kesiapan S1 sebelum pembelajaran, tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran hingga evaluasi dan tindak lanjut baik untuk siswa biasa maupun ABK slow learners. Selain menjelaskan kendala yang dialami ABK slow learners, S1 juga menjelaskan cara menyelesaikan kendala tersebut. Dari hasil wawancara ini sudah dapat menggambarkan proses pembelajaran yang terjadi di kelas serta faktor atau kendala yang dialami ABK slow learner dan penyelesaiannya. 136

152 Lampiran 14 CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA Catatan Lapangan Nomor : 02 Wawancara ke- : 02 Tempat Wawancara : Ruang Front Office Hari, Tanggal : Sabtu, 12 April 2014 Narasumber : Siti Komariyah, S. Si (Subjek 1) Untuk memudahkan analisis data, peneliti memberi kode pada transkrip wawancara, yaitu sebagai berikut. 7. Kode P menunjukkan Peneliti 8. Kode S1 menunjukkan subjek penelitian 1 (Guru Matematika) 9. Kode S2 menunjukkan subjek penelitian 2 (Guru Pendamping Khusus (GPK)) 10. Kode a menunjukkan wawancara pertama 11. Kode b menunjukkan wawancara kedua 12. Kode setelah kode huruf kecil, menunjukkan urutan pertanyaan. Salah satu contohnya adalah S1b01 yang berarti subjek 1 menjawab wawancara kedua untuk pertanyaan ke-1. A. Catatan Deskriptif Pada hari itu peneliti menunggu kehadiran S1 di front office sekolah. Sebelumnya peneliti sudah membuat janji dengan S1 untuk mengadakan wawancara. S1 waktu itu sudah berada di sekolah, akan tetapi S1 masih sibuk di ruang guru. Sekolah terlihat sepi karena Hari Sabtu siswa libur. Tidak lama kemudian S1 datang di front office dan menyalami peneliti sambil tersenyum ramah sambil menanyakan kabar peneliti. S1 menyarankan untuk wawancara di front office saja karena dalam keadaan sepi. Berikut hasil wawancara kedua dengan S1. 137

153 Pb00 : Selamat pagi Bu. S1b00 : Selamat pagi Pb01 : Bagaimana kesiapan Ibu sebelum pembelajaran matematika? S1b01 : menyusun RPP dan silabus Pb02 : Penyusunan RPP dilakukan kapan, Bu? S1b02 : biasanya setelah selesai satu KD. Pb03 : Apakah RPP untuk siswa ABK slow learners sama dengan RPP siswa biasa? S1b03 : RPPnya sih sama, namun untuk ABK ada modifikasi. Pb04 : Bagaimana cara menentukan modifikasi untuk tiap-tiap ABK? S1b04 : ya itu komunikasi dengan GPK tiap ABK. Pb05 : Modifikasi apa yang dilakukan untuk ABK slow learners? S1b05 : Modifikasi materi dan soal, Pb06 : Apakah semua materi dimodifikasi? S1b06 : Tidak semuanya,ya tergantung tingkat kesulitan materi. Dilihat juga kemampuan anak slow learners bagaimana, apa bisa mengikuti atau tidak, begitu. Pb07 : Apakah ibu menyiapkan media dan sumber belajar sebelum pembelajaran? S1b07 : Ya Pb08 : Media yang digunakan apa? S1b08 : Laptop dan proyektor tergantung materi. Pb09 : Kalau sumber belajar yang digunakan? S1b09 : Buku paket dan kiat mahir matematika Pb10 : Adakah media khusus untuk siswa ABK slow learners? S1b10 : Ada tetapi guru kelas tidak menyiapkan media khusus itu dibuat oleh GPK, nanti bisa ditanyakan sendiri Pb15 : Dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari pelaksanaan pembelajaran. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran di kelas, Bu? S1b15 : Pelaksanaan pembelajaran ada tiga tahapan yaitu pendahuluan, inti dn penutup. 138

154 Pb16 : Pada tahap pendahuluan apakah siswa sebelum pembelajaran dipersiapkan secara psikis dan fisik? S1b16 : Ya, karena pada pertemuan sebelumnya sudah diberitahu materi apa yang akan diajarkan jadi siswa sudah siap Pb17 : Apakah Ibu mengajukan pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi? S1b17 : Ya Pb18 : Apakah pertanyaan tersebut berlaku juga untuk siswa ABK slow learners? S1b18 : Jika siswa ABK mengikuti di kelas maka pertanyaan sama dengan siswa lain, biasanya pertanyaan lebih mudah Pb19 : Apakah ibu juga menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD? S1b19 : Ya, di awal sebelum pembelajaran saya jelaskan Pb20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media pembelajaran dan sumber belajar lain? S1b20 : Ya, Pb21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana? S1b21 : yang berpusat pada siswa dengan arahan dari guru Pb22 : Media yang digunakan? S1b22 : Tergantung materinya, biasanya dengan praktek. Pb23 : Kalau sumber belajar yang dipakai? S1b23 : Pakai buku paket dan kiat mahir matematika Pb21 : Dalam inti pembelajaran, apakah Ibu melibatkan siswa biasa dan ABK dalam pembelajaran yang aktif? S1b21 : Ya Pb22 : Bagaimana cara melibatkan mereka? S1b22 : dengan memberikan soal-kerjakan-jawab yang membuat siswa berani berbicara untuk menjawab. Pb23 : Bagaimana interaksi yang terjadi antara siswa biasa dan siswa ABK? S1b23 : Interaksi terjadi dengan baik, sebagai guru tidak membedakan antara siswa biasa maupun ABK. 139

155 Pb24 : Apakah dalam pemberian tugas antara siswa biasa dengan ABK berbeda? S1b24 : Untuk tugas siswa ABK dibuat oleh GPK sesuai dengan kemampuan individu. Pb25 : Apakah selama proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners? S1b25 : Ya, tetapi yang berperan utama adalah Bu Ragil sebagai GPK. Pa26 : Kegiatan apa yang dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir? S1a26 : membuat rangkuman atau kesimpulan materi Pa27 : Apakah melibatkan siswa ABK slow learners? S1a27 : Tidak, karena untuk slow learners materi dimodifikasi Pa28 : Apakah guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan? S1a28 : Ya Pa29 : Penilaian yang dilakukan seperti apa? S1a30 : Menilai hasil kinerja siswa saat pembelajaran dan latihan soal. Pa31 : Bagaimana penilaian untuk siswa ABK? S1a31 : untuk ABK slow learners yang menilai GPK karena dia mengikuti kurikulum khusus Pa32 : Bagaimana dengan pemberian umpan balik setelah selesai pembelajaran? S1a32 : Biasanya diberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang telah diajarkan. Pa33 : Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang diberikan setelah proses pembelajaran selesai? S1a33 : Dengan memberikan remedi, pengayaan ataupun layanan konseling untuk siswa regular sedangkan untuk siswa ABK dilakukan oleh GPK. Pa34 : Remedi dilaksanakan jika apa, Bu? S1a34 : Jika siswa belum mencapai KKM 68. Pa36 : Bagaimana dengan pengayaan? S1a36 : Pengayaan diberikan kepada commit siswa to user yang sudah mencapai KKM 140

156 Pa37 : Pengayaannya dalam bentuk apa? S1a38 : Mengerjakan soal dengan tingkatan lebih sulit Pa39 : Apakah Ibu juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya? S1a39 : Ya, setiap selesai pembelajaran saya menyampaikan kepada siswa rencana pembelajaran berikutnya Pb40 : Selama proses pembelajaran Bu, adakah faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners? S1b40 : Pasti ada Pb41 : Apa saja faktor atau kendala tersebut? S1b42 : Siswa ABK tidak paham kalau dirinya itu tidak paham Pb43 : Maksudnya itu bagaimana? S1b43 ; untuk siswa ABK yang memliki kelainan ringan biasanya tahu kalau mereka tidak paham maka akan berusaha untuk mengerti Pb44 : Adakah faktor-faktor yang lain? S1b44 : ABK slow learner juga kesulitan ketika menanamkan konsep matematika Pb45 : Mengapa itu bisa terjadi? S1b45 : ya karena ABK slow learners mempunyai daya ingat yang cukup rendah Pb46 : Bagaimana menanganinya? S1b46 : hanya diberikan konsep-konsep dasar terus dilakukan berulang-ulang Pb47 ; Apakah ABK juga mengalami mood yang berubah-ubah? S1b47 : Ya Pb48 : Bagaimana ibu mengatasinya? S1b48 : Itu saya serahkan kepada GPK karena sudah mengetahui karakter anaknya Pb49 : Terimakasih Bu atas waktunya S1b49 : Sama-sama, 141

157 B. Catatan Reflektif S1 memberikan keterangan yang cukup lengkap dan jelas tentang proses pembelajaran matematika di kelas dan kendala yang dialami ABK slow learner. Dimulai dari kesiapan S1 sebelum pembelajaran, tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran hingga evaluasi dan tindak lanjut baik untuk siswa biasa maupun ABK slow learners. Selain menjelaskan kendala yang dialami ABK slow learners, S1 juga menjelaskan cara menyelesaikan kendala tersebut. Dari hasil wawancara ini sudah dapat menggambarkan proses pembelajaran yang terjadi di kelas serta faktor atau kendala yang dialami ABK slow learner dan penyelesaiannya. 142

158 Lampiran 15 CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA Catatan Lapangan Nomor : 03 Wawancara ke- : 01 Tempat Wawancara : Ruang Kelas VB Hari, Tanggal : Selasa, 01 April 2014 Narasumber : Ragil Tri, S. Pd (Subjek 2) Untuk memudahkan analisis data, peneliti memberi kode pada transkrip wawancara, yaitu sebagai berikut. C. Kode P menunjukkan Peneliti D. Kode S1 menunjukkan subjek penelitian 1 (Guru Matematika) E. Kode S2 menunjukkan subjek penelitian 2 (Guru Pendamping Khusus (GPK)) F. Kode a menunjukkan wawancara pertama G. Kode b menunjukkan wawancara kedua H. Kode setelah kode huruf kecil, menunjukkan urutan pertanyaan. Salah satu contohnya adalah S2a01 yang berarti subjek 2 menjawab wawancara pertama untuk pertanyaan ke-1. A. Catatan Deskriptif Pada hari itu setelah melakukan observasi pertama di kelas, peneliti membuat janji untuk mengadakan wawancara pada hari itu juga. S2 kemudian menyanggupi untuk wawancara pada saat jam makan siang karena masih ada jam mengajar. Peneliti menunggu S2 di front office sekolah. Tidak lama kemudian S2 selesai mengajar dan mengajak peneliti untuk ke ruang kelas. Sesampainya di ruang kelas, kelas dalam keadaan sepi karena siswa sedang istirahat jam makan siang. Peneliti dipersilahkan duduk dan menyiapkan alat untuk merekam proses wawancara. Berikut hasil wawancara pertama dengan S2. Pa00 : Selamat siang bu, 143

159 S2a00 : ya selamat siang Pa01 : Bagaimana kesiapan Ibu sebelum pembelajaran matematika? S2a01 : Saya siapkan media dan sumber belajar untuk ABK yang akan dipakai saat itu. Pa02 : Apakah sama media dan sumber belajar yang digunakan siswa reguler dan ABK? S2a02 : Tidak sama, untuk ABK disediakan media khusus contohnya bisa berupa puzzle atau papan penjodohan seperti anak TK yang dibuat semenarik mungkin. Pa03 : Mengapa disiapkan media khusus untuk ABK? S2a03 : Yaaa,,, karena mereka berbeda dengan siswa lain. Kalau ada media yang menarik mereka tidak cepat bosan. Jadi diharapkan dengan adanya media itu dapat membantu proses belajar megajar. Pa04 : Apakah media itu sudah Ibu siapkan di dalam kelas? S2a04 : Media khusus untuk ABK sudah disiapkan di ruang Puspa atau ruang pusat pelayanan ABK. Pa05 : Apakah ABK selalu menggunakan media tersebut setiap proses pembelajaran? S2a05 : Tergantung materinya, Pa06 : Apakah Ibu juga menyiapkan RPP dan silabus? S2a06 : Saya tidak menyiapkan RPP dan silabus karena sudah disiapkan oleh guru kelas. Saya hanya menyiapkan PPI. Pa07 : Dalam RPP itu dituliskan kalau ada modifikasi untuk ABK, bisa dijelaskan Bu? S2a07 : Modifikasi untuk ABK itu ada modifikasi indikator keberhasilan, materi, soal. Di RPP kan ada.. Pa08 : Di RPP ini dituliskan kalau modifikasi soal dibuat oleh GPK. S2a08 : Ya, karena slow leraners materinya tidak sampai perbandingan hanya sampai pecahan maka soalnya pun juga beda, itu saya yang buat. Dan saya selalu berkomunikasi dengan guru kelas mengenai modifikasi dalam penyusunan commit to RPP. user 144

160 Pa09 : Untuk PPI tiap ABK apakah sama, Bu? S2a09 : Tidak sama itu disesuaikan dengan kondisi siwa masing-masing ABK. Pa10 : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika untuk ABK slow learners di kelas, Bu? S2a10 : Sama seperti siswa lain, pelaksanaan pembelajaran ada 3 tahap yaitu penduluan, inti dan penutup Pa11 : Pada tahap pendahuluan apakah siswa sebelum pembelajaran dipersiapkan secara psikis dan fisik? S2a11 : Ya, Pa12 : Bagaimana mempersiapkan anak secara psikis dan fisik? S1a12 : Pada pertemuan sebelumnya saya biasanya memberitahu materi apa yang akan diajarkan. Itu juga saya tuliskan pada buku agar tidak lupa Pa13 : Apakah menulis pada buku tulis mereka? S1a13 : Ya, buku khusus yang isinya kegiatan dia di sekolah, apa saja yang perlu dibawa besuk. Jadi itu orangtuanya juga bisa mantau dari buku itu Pa14 : Apakah Ibu mengajukan pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi? S1a14 : Ya biasanya slow learners saya arahkan dengan pertanyaan yang nyrempet dengan materi, kalau ini bahas pecahan ya saya tanyakan membagi jeruk jadi beberapa bagian. Pertanyaan sesederhana mungkin supaya dia mengerti. Pa15 : Apakah mereka selalu bisa menjawab pertanyaan yang Ibu berikan? S2a15 : Ya kadang bisa kadang gak, harus pelan-pelan mengajar slow learners itu. Juga harus diulang-ulang. Pa16 : Pada tahap pendahuluan ini, apakah Ibu juga menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD? S2a16 : Ya tidak, itu sudah dijelaskan sama guru matematika di depan kelas. Pa20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media pembelajaran dan sumber belajar lain? S2a20 : Ya, 145

161 Pa21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana? S2a21 : Pendekatan yang berpusat pada ABK slow learners Pa22 : Media apa yang digunakan? S2a22 : Medianya bisa berbentuk puzzle, papan penjodohan, ya sebisa mungkin media yang dipakai menarik untuk siswa. Pa23 : Kalau sumber belajar yang dipakai? S2a23 : Pakai buku paket. Pa21 : Dalam inti pembelajaran, apakah Ibu melibatkan ABK slow learners dalam pembelajaran yang aktif? S2a21 : Ya Pa22 : Bagaimana cara melibatkan mereka? S2a22 : Diberi soal terus suruh mengerjakan, dibimbing terus kalau bisa mengerjakan diberi pujian kalau belum bisa ya diarahkan secara berulang-ulang. Pa23 : Bagaimana interaksi yang terjadi antara siswa biasa dan siswa ABK? S2a23 : Interaksi terjadi dengan baik, siswa biasa tidak pernah menganggap kalau ABK itu berbeda. Mereka sangat welcome. Pa24 : Apakah dalam pemberian tugas antara siswa biasa dengan ABK slow learners berbeda? S2a24 : Ya tentu, kalau ABK diberikan sesuai kemampuan mereka. Kalau materinya dimodifikasi beda ya jelas soalnya juga beda. Pa25 : Apakah selama proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners? S2a25 : Ya, itu memang tugas saya sebagai GPK Pa26 : Kegiatan apa yang dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir? S2a26 : Bersama ABK slow learners membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru diajarkan. Pa27 : Bagaimana cara mengajak mereka membuat rangkuman? S2a27 : Pelan-pelan diarahkan, pokoknya dengan slow learners harus diulang-ulang agar mereka paham juga dimotivasi 146

162 Pa28 : Apakah guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan? S2a28 : Ya Pa29 : Penilaian yang dilakukan seperti apa? S2a30 : Menilai hasil kinerja siswa ABK. Pa31 : Bagaimana penilaian untuk siswa ABK? S2a31 : Kalau penilaian untuk siswa ABK tentu berbeda dengan siswa reguler, ABK saya yang menilai. Pa32 : Bagaimana dengan pemberian umpan balik setelah selesai pembelajaran? S2a32 : Biasanya diberikan pertanyaan-pertanyaan yang tadi saya ajarkan Pa33 : Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang diberikan setelah proses pembelajaran selesai? S2a33 : kalau tindak lanjut itu biasanya diajak ke puspa Pa34 : Apa itu Puspa, Bu? S2a34 : Puspa adalah pelayanan khusus untuk siswa ABK, ada ruangannya sendiri. Pa35 ; apakah siswa selalu diajak ke Puspa setiap selesai pembelajaran? S2a35 : ya tergantung kebutuhan saja Pa36 : apa tindak lanjut untuk ABK berbeda dengan siswa lain? S2a36 : kalau siswa lain kan ada remidi dan pengayaan kalau ABK tidak, paling-paling hanya layanan konseling saja, Pa37 : Layanan konseling itu contohnya bagaimana? S2a38 : siswa yang agak membandel gak mau nurut ya diarahkan, dikasihtahu apa salahnya diajari benernya bagaimana, kita harus sabar menghadapi mereka Pa39 : Apakah Ibu juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya? S2a39 : Ya, setiap selesai pembelajaran saya menyampaikan kepada siswa rencana pembelajaran berikutnya 147

163 Pa40 : Selama proses pembelajaran Bu, adakah faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners? S2a40 : Banyak sekali pastinya Pa41 : Apa saja faktor atau kendala tersebut Bu? S2a41 : ABK slow learner biasanya di tengah-tengah pembelajaran malas untuk mengerjakan tugas atau kadang menolak melanjutkan tugas Pa42 : Bagaimana cara menanganinya? S2a42 ; Pertama diberi motivasi saat masih membandel maka ada penerapan konsekuensi yang harus diterima yaitu dipulangkan lebih akhir atau diberi tambahan waktu belajar atau tambahan waktu mengerjakan soal Pa43 : Adakah faktor-faktor yang lain? S2a43 : ABK slow learner itu sering kali kesulitan ketika menanamkan konsep matematika Pa44 : Mengapa bisa terjadi? S2a44 : ABK slow learners itu mempunyai daya ingat yang cukup rendah Pa45 : Bagaimana menanganinya? S2a45 : Hanya diberikan konsep-konsep dasar matematika sesuai dengan kemampuan ABK dan dilakukan berulang-ulang Pa46 ; Apakah ABK juga mengalami mood yang berubah-ubah? S2a46 : Ya, sering kali mengalami hal itu Pa47 : Bagaimana ibu mengatasinya? S2a48 : Sebagai GPK saya harus sabar dalam membimbing siswa ABK, Saya selalu memberikan motivasi terus menerus atau biasanya adanya pemberian reward baik berupa pujian atau hadiah agar mereka lebih semangat. Pa49 : Terimakasih Bu atas waktunya S21a49 : Sama-sama 148

164 B. Catatan Reflektif S2 memberikan keterangan yang cukup lengkap dan jelas tentang proses pembelajaran matematika di kelas dan kendala yang dialami ABK slow learner. Dimulai dari kesiapan S2 sebelum pembelajaran, tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran hingga evaluasi dan tindak lanjut baik untuk siswa biasa maupun ABK slow learners. Selain menjelaskan kendala yang dialami ABK slow learners, S2 juga menjelaskan cara menyelesaikan kendala tersebut. Dari hasil wawancara ini sudah dapat menggambarkan proses pembelajaran yang terjadi di kelas serta faktor atau kendala yang dialami ABK slow learner dan penyelesaiannya. 149

165 Lampiran 16 CATATAN LAPANGAN HASIL WAWANCARA Catatan Lapangan Nomor : 03 Wawancara ke- : 02 Tempat Wawancara : Ruang Kelas VB Hari, Tanggal : Rabu, 09 April 2014 Narasumber : Ragil Tri, S. Pd (Subjek 2) Untuk memudahkan analisis data, peneliti memberi kode pada transkrip wawancara, yaitu sebagai berikut. 13. Kode P menunjukkan Peneliti 14. Kode S1 menunjukkan subjek penelitian 1 (Guru Matematika) 15. Kode S2 menunjukkan subjek penelitian 2 (Guru Pendamping Khusus (GPK)) 16. Kode a menunjukkan wawancara pertama 17. Kode b menunjukkan wawancara kedua 18. Kode setelah kode huruf kecil, menunjukkan urutan pertanyaan. Salah satu contohnya adalah S2b01 yang berarti subjek 2 menjawab wawancara kedua untuk pertanyaan ke-1. A. Catatan Deskriptif Pada hari itu peneliti membuat janji untuk mengadakan wawancara, sebelumnya peneliti sudah meminta waktu kepada S2 melalui telepon. S2 kemudian menyanggupi untuk wawancara pada saat jam makan siang karen a sebelumnyamasih ada jam mengajar. Peneliti menunggu S2 di front office sekolah. Tidak lama kemudian S2 selesai mengajar dan mengajak peneliti untuk ke ruang kelas. Sesampainya di ruang kelas, kelas dalam keadaan sepi karena siswa sedang istirahat jam makan siang. Peneliti dipersilahkan duduk dan menyiapkan alat untuk merekam proses wawancara. Berikut hasil wawancara pertama dengan S2. 150

166 Pb00 : Selamat siang bu, S2b00 : selamat siang Pb01 : Bagaimana kesiapan Ibu sebelum pembelajaran matematika? S2b01 : menyiapkan media dan sumber belajar. Pb02 : Media untuk siswa reguler atau ABK? S2b02 : hanya untuk ABK karena untuk siswa reguler sudah disiapkan guru matematika, media yang saya gunakan untuk ABK adalah media khusus contohnya bisa berupa puzzle atau papan penjodohan. Pb03 : Mengapa disiapkan media khusus untuk ABK? S2b03 : Media khusus disiapkan agar anak senang atau semangat dalam belajar matematika. Kalau ada media yang menarik mereka tidak cepat bosan. Pb04 : Apakah media itu sudah Ibu siapkan di dalam kelas? S2b04 : Media khusus untuk ABK sudah ada di ruang Puspa atau ruang pusat pelayanan ABK. Jadi saya tinggal membawa anak ABK ke ruang Puspa. Pb05 : Apakah ABK selalu menggunakan media tersebut setiap proses pembelajaran? S2b05 : Dilihat materinya dulu, Pb06 : Apakah Ibu juga menyiapkan RPP dan silabus? S2b06 : Saya tidak menyiapkan RPP dan silabus. Saya hanya menyiapkan PPI atau program pembelajaran individu. Pb07 : Dalam RPP itu dituliskan kalau ada modifikasi untuk ABK, bisa dijelaskan Bu? S2b07 : Modifikasi untuk ABK itu ada modifikasi indikator keberhasilan, materi, soal. Pb08 : Di RPP ini dituliskan kalau modifikasi soal dibuat oleh GPK. S2b08 : Ya, karena slow leraners materinya tidak sampai perbandingan hanya sampai pecahan maka soalnya pun juga beda, itu saya yang buat. Pb09 : Apakah PPI dibuat untuk pelajaran matematika saja? 151

167 S2b09 : Tidak, PPI itu dibuat untuk semua mata pelajaran. Karena slow learners hanya kesulitan dalam pelajaran matematika, untuk pelajaran lain dia bisa mengikuti sesuai dengan materi siswa reguler. Pb10 : Bagaimana pelaksanaan pembelajaran matematika untuk ABK slow learners di kelas, Bu? S2b10 : ada 3 tahap yaitu penduluan, inti dan penutup Pb11 : Pada tahap pendahuluan apakah siswa sebelum pembelajaran dipersiapkan secara psikis dan fisik? S2b11 : Ya, Pb12 : Bagaimana mempersiapkan anak secara psikis dan fisik? S2b12 : pertemuan sebelumnya saya biasanya itu nagsih tahu mereka materi apa yang akan diajarkan, apa saja yang perlu dibawa, apa saja yang perlu dikerjakan esok hari. Itu semua saya tuliskan pada buku khusus yang selalu mereka bawa pulang ke rumah. Pb13 : Buku khusus itu bagaimana ya maksutnya Bu? S2b13 : buku khusus itu isinya kegiatan dia di sekolah, apa saja yang perlu dibawa besuk. Jadi itu orangtuanya juga bisa mantau dari buku itu. Kalau misal anak bandel atau gak nurut ya saya catat di situ,saya laporkan ke orangtua mereka. Anak slow learners kan cepet lupa, jadi orangtua di rumah juga bisa mengingatkan apa saja yang akan dibawa ke sekolah besuk. Pb14 : Apakah Ibu mengajukan pertanyaan pengetahuan sebelumnya yang berkaitan dengan materi? S2b14 : Ya biasanya slow learners saya arahkan dengan pertanyaan sederhana, misalnya saat ini lagi bahas pecahan contohnya membagi apel jadi beberapa bagian. Pb15 : Apakah mereka selalu bisa menjawab pertanyaan yang Ibu berikan? S2b15 : Ya kadang bisa kadang gak, harus pelan-pelan mengajar slow learners itu. Juga harus diulang-ulang. Harus sabar. Pb16 : Pada tahap pendahuluan ini, apakah Ibu juga menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD? 152

168 S2b16 : Ya tidak, itu sudah dijelaskan sama guru matematika di depan kelas. Pb20 : Apakah dalam pembelajaran Ibu menggunakan pendekatan, media pembelajaran dan sumber belajar lain? S2b20 : Ya, Pb21 : Pendekatan pembelajaran yang bagaimana? S2b21 : Pendekatan yang berpusat pada ABK slow learners Pb22 : Media apa yang digunakan? S2b22 : Medianya bisa berbentuk puzzle, papan penjodohan, ya sebisa mungkin media yang dipakai menarik untuk siswa. Pb23 : Kalau sumber belajar yang dipakai? S2b23 : Pakai buku paket. Pb21 : Dalam inti pembelajaran, apakah Ibu melibatkan ABK slow learners dalam pembelajaran yang aktif? S2b21 : Ya Pb22 : Bagaimana cara melibatkan mereka? S2b22 : Diberi soal terus suruh mengerjakan, dibimbing terus kalau bisa mengerjakan diberi pujian kalau belum bisa ya diajari berulangulang. Pb23 : Bagaimana interaksi yang terjadi antara siswa biasa dan siswa ABK? S2b23 : Interaksi terjadi dengan baik, siswa biasa tidak pernah menganggap kalau ABK itu berbeda. Mereka sangat welcome. Kalau anak kesulitan siswa lain bahkan mau membantu. Pb24 : Apakah dalam pemberian tugas antara siswa biasa dengan ABK slow learners berbeda? S2b24 : Ya jelas, kalau ABK diberikan sesuai kemampuan mereka. Kalau materinya dimodifikasi beda ya jelas soalnya juga beda. Pb25 : Apakah selama proses pembelajaran selalu memantau dan membimbing ABK slow learners? S2b25 : Ya, GPK itu selalu duduk di samping siswa ABK. Pb26 : Kegiatan apa yang dilakukan setelah proses pembelajaran berakhir? 153

169 S2b26 : membuat rangkuman atau kesimpulan materi yang baru diajarkan. Mengajak mereka menulis apa yang mereka pahami dari pelajaran yang barusan diterangkan Pb27 : Bagaimana cara mengajak mereka membuat rangkuman? S2b27 : Pelan-pelan diarahkan, pokoknya dengan slow learners harus diulang-ulang agar mereka paham juga dimotivasi Pb28 : Apakah guru melakukan penilaian atau refleksi terhadap apa yang sudah dilaksanakan? S2b28 : Ya Pb29 : Penilaian yang dilakukan seperti apa? S2b30 : Menilai hasil kinerja siswa ABK. Pb31 : Bagaimana penilaian untuk siswa ABK? S2b31 : Kalau penilaian untuk siswa ABK tentu berbeda dengan siswa reguler, ABK saya yang menilai. Pb32 : Bagaimana dengan pemberian umpan balik setelah selesai pembelajaran? S2b32 : Biasanya diberikan pertanyaan-pertanyaan yang tadi saya ajarkan Pb33 : Bagaimana kegiatan tindak lanjut yang diberikan setelah proses pembelajaran selesai? S2b33 : kalau tindak lanjut itu biasanya diajak ke puspa Pb34 : Kegiatan apa yang dilakukan di puspa? S2b34 : Puspa itu kan pelayanan khusus untuk siswa ABK, ada ruangannya sendiri. Biasanya di sana itu anak diberi masukan, dimotivasi,dikasih pujian kalau tadi waktu pelajaran bisa mengerjakan Pb35 ; apakah siswa selalu diajak ke Puspa setiap selesai pembelajaran? S2b35 : ya tergantung kebutuhan saja, kalau anak mengganggu pembelajaran di kelas diajak ke puspa Pb36 : apa tindak lanjut untuk ABK berbeda dengan siswa lain? S2b36 : kalau siswa lain kan ada remidi dan pengayaan kalau ABK tidak, paling-paling hanya layanan konseling saja, Pb37 : Layanan konseling itu commit contohnya to user bagaimana? 154

170 S2b38 : siswa yang agak membandel gak mau nurut ya diarahkan, dikasihtahu apa salahnya diajari benernya bagaimana, kita harus sabar menghadapi mereka Pb39 : Apakah Ibu juga menyampaikan rencana pembelajaran untuk pertemuan berikutnya? S2b39 : Ya, setiap selesai pembelajaran saya menyampaikan kepada siswa rencana pembelajaran berikutnya Pb40 : Selama proses pembelajaran Bu, adakah faktor atau kendala yang dialami ABK slow learners? S2b40 : Wah kalau itu banyak sekali pastinya Pb41 : Apa saja kendala tersebut Bu? S2b41 : ABK slow learner biasanya di tengah-tengah pembelajaran malas untuk mengerjakan tugas atau kadang menolak melanjutkan tugas Pb42 : Bagaimana cara menanganinya? S2b42 ; Pertama diberi motivasi saat masih membandel maka ada penerapan konsekuensi yang harus diterima yaitu dipulangkan lebih akhir atau diberi tambahan waktu belajar atau tambahan waktu mengerjakan soal Pb43 : Adakah faktor-faktor yang lain? S2b43 : ABK slow learner itu sering kali kesulitan ketika menanamkan konsep matematika Pb44 : Mengapa bisa terjadi? S2b44 : ABK slow learners itu mempunyai daya ingat yang cukup rendah. Maka dari itu ada modifikasi materi. Pb45 : Bagaimana menanganinya? S2b45 : Hanya diberikan konsep-konsep dasar matematika sesuai dengan kemampuan ABK dan dilakukan berulang-ulang. Orang hari ini diajarkan besuk aja kalau ditanya pasti jawabnya lupa Pb46 ; Apakah ABK juga mengalami mood yang berubah-ubah? S2b46 : Ya, sering kali mengalami hal itu Pb47 : Bagaimana ibu mengatasinya? 155

171 S2b47 : Sebagai GPK saya harus sabar dalam membimbing siswa ABK, Saya selalu memberikan motivasi terus menerus atau biasanya adanya pemberian reward baik berupa pujian atau hadiah agar mereka lebih semangat. Perlu diingat slow learner itu bukan kelainan atau cacat mental seperti autis, hanya mereka itu mempunyai kemampuan di bawah rata-rata dari teman-teman yang lain, meskipun demikian mereka juga perlu mendapat penganan khusus. Pb48 : Terimakasih Bu atas waktu untuk wawancara hari ini S2b48 : Sama-sama semoga bisa membantu B. Catatan Reflektif S2 memberikan keterangan yang cukup lengkap dan jelas tentang proses pembelajaran matematika di kelas dan kendala yang dialami ABK slow learner. Dimulai dari kesiapan S2 sebelum pembelajaran, tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran hingga evaluasi dan tindak lanjut baik untuk siswa biasa maupun ABK slow learners. Selain menjelaskan kendala yang dialami ABK slow learners, S2 juga menjelaskan cara menyelesaikan kendala tersebut. Dari hasil wawancara ini sudah dapat menggambarkan proses pembelajaran yang terjadi di kelas serta faktor atau kendala yang dialami ABK slow learner dan penyelesaiannya. 156

172 Lampiran 17 CATATAN LAPANGAN HASIL OBSERVASI PERTAMA Subjek Pertama (S1) adalah guru matematika sedangkan subjek kedua (S2) adalah guru pendamping khusus (GPK). Observasi dilakukan pada Hari Selasa, 01 April 2014 di kelas VB SD Al Firdaus Surakarta. Pada hari itu, mata pelajaran matematika akan dimulai pada pukul sampai Beberapa menit sebelum bel mulai pembelajaran, peneliti menemui S1 terlebih dahulu di front office sekolah. Kemudian tepat pukul 10.00, S1 mengajak peneliti segera menuju kelas VB. Sesampai di kelas terlihat siswa masih duduk santai dan ada yang masih bergerombol dengan temannya, siswa terlihat sedang menyantap bekal dari rumah. S1 meminta siswa untuk cepat menyelesaikan istirahatnya, karena sebentar lagi waktu istirahat habis. S1 menemui S2 yang sudah berada di dalam kelas dan memperkenalkan peneliti dan maksut tujuan melakukan penelitian. Ruang kelas VB terletak di lantai dua, ruangan cukup luas dengan menampung 32 siswa reguler dan 5 anak berkebutuhan khusus (ABK). Penataan tempat duduk yang bagus dengan papan tulis di depan kelas dan meja guru di pojok kanan depan kelas. Sedangkan di belakang kelas terdapat almari tempat menyimpan buku-buku siswa dan meja komputer. Dinding di ruang tersebut penuh dengan kreasi hasil karya siswa. Di samping itu tidak hanya guru matematika yang akan mempersiapkan pengajaran, namun guru pendamping khusus (GPK) untuk masing-masing siswa ABK sudah siap pula membimbing ABK. Sebelum pembelajaran dimulai S1 menyiapkan buku dan peralatan untuk mengajar demikian pula dengan S2. S1 mengambil peralatan dari meja yang berada di belakang kelas, kemudian S1 menuju depan kelas sedangkan S2 berdiri di samping ABK slow learners. Di sisi lain pada saat itu peneliti memilih berdiri di belakang kelas untuk melakukan pengamatan. Peneliti menyiapkan lembar observasi untuk mengamati kegiatan S1 dan S2. Serta menyiapkan kamera video untuk merekam kegiatan pembelajaran commit di to kelas user pada waktu itu. 157

173 Sesampainya di depan kelas, S1 mengucapkan salam kemudian mengajak anak-anak berdoa. S1 menanyakan pelajaran minggu lalu sampai mana, mengajak siswa mengulang sedikit pelajaran pada materi pecahan. Selanjutnya S1 memasuki pelajaran baru bab skala dan perbandingan. Menuliskan di papan judul Perbandingan dan Skala. Sebelum membahas tentang materi perbandingan dan skala, S1 memberikan pertanyaan pada siswa mengenai perbandingan. Siswa pun menjawab dengan mengangkat jari terlebih dahulu. Kemudian menjelaskan materi tersebut. Peneliti kemudian mulai mengamati S2 yang sudah mengambil kursi duduk di sebelah ABK slow learners. Pada materi ini karena adanya modifikasi materi maka untuk ABK slow learners tidak memperhatikan S1 melainkan hanya memperhatikan S2. ABK slow learners mempelajari materi pecahan. Sebelum mengajar S2 terlebih dahulu menanyakan apakah tugas yang diberikan di rumah sudah dikerjakan, ABK slow learners menjawab ada yang belum dan ada yang sudah. Sambil tersenyum, S2 menanyakan mana yang belum selesai kemudian mengajak ABK slow learners menjawab bersama-sama. Sesekali S2 bertanya mana yang masih belum mengerti. Sudah dirasa cukup S2 melanjutkan menjelaskan materi pecahan. S2 menggunakan media untuk ABK slow learners berupa papan penjodohan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. ABK slow learners mendengarkan walaupun sering terlihat menguap dan mengucek mata. Kalau sudah begitu biasanya S2 menghentikan menerangkan. Peneliti kembali lagi mengamati S1 ketika S1 sedang memberikan tugas untuk dikerjakan siswa reguler. Ketika siswa mengerjakan S1 berkeliling melihat jawaban siswa. S1 juga menuju meja ABK slow learners untuk melihat dan memantau apa yang sedang dikerjakannya. Sesekali S1 bercengkrama dengan S2 menanyakan sejauh mana ABK slow learners mempelajari materi pecahan. ABK slow learners terlihat sudah mulai bosan, ini ditunjukkan dengan mulai bersender santai di bangku, meletakkan kepala di atas meja, menguap, mengajak ngobrol siswa reguler padahal banyak siswa yang masih menghitung skala. S2 bertanya apa sudah selesai mengerjakan tugas yang diberikan, dia menjawab belum. Kemudian S2 menanyakan mana commit yang to belum user bisa dan mengajari pelan-pelan. 158

174 Memang terlihat kesabaran yang luar biasa dari S2 saat membimbing ABK slow learners. Belum lagi saat ABK slow learners tidak menjawab ketika tanya, tidak mau mngerjakan, mulai menjawab pertanyaan S2 dengan nada membentak dan sedikit berteriak. Namun S2 terus membimbing, berkali-kali membujuk agar mau melanjutkan mengerjakan. 15 menit sebelum pembelajaran berakhir S2 menuliskan pada buku khusus ABK slow learners apa saja yang sudah dikerjakan hari itu. Tak lupa menuliskan apa saja yang perlu dibawa untuk pertemuan selanjutnya. Ini berfungsi agar ABK slow learners tidak lupa dan orangtua mereka mengetahui serta dapat memantau apa saja yang sudah dikerjakan di sekolah. Di sisi lain S1 mulai menuliskan soal di papan untuk siswa reguler dan menanyakan kepada siswa siapa yang bisa menjawab. Siswa reguler menghitung dan beberapa dari mereka mengangkat jari untuk mengerjakan soal di papan. Setelah selesai S1 mengajak siswa membuat rangkuman dan merefleksikan apa yang sudah dilakukan hari ini serta memberikan umpan balik dengan menanyakan pada siswa. 5 menit sebelum bel berbunyi S1 menjelaskan rencana untuk pertemuan berikunya, menyuruh siswa menutup buku dan memasukkan dalam tas. Tak beberapa lama kemudian bel berbunyi yang menandakan pelajaran selesai dan waktunya istirahat makan siang. Tak lupa S1 mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa. Siswa-siswa berhamburan keluar kelas, S1 dan S2 menuju ke belakang kelas duduk di samping peneliti kemudian peneliti berbincang-bincang dengan S1dan S2 tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Kemudian peneliti membuat janji dengan S1 dan S2 untuk melakukan proses wawancara. Setelah membuat janji peneliti pamit untuk pulang. 159

175 Lampiran 18 CATATAN LAPANGAN HASIL OBSERVASI KEDUA Subjek Pertama (S1) adalah guru matematika sedangkan subjek kedua (S2) adalah guru pendamping khusus (GPK). Observasi dilakukan pada Hari Selasa, 08 April 2014 di kelas VB SD Al Firdaus Surakarta. Pada hari itu, mata pelajaran matematika akan dimulai pada pukul sampai Beberapa menit sebelum bel mulai pembelajaran, peneliti menemui S1 terlebih dahulu di front office sekolah. Kemudian tepat pukul 10.00, S1 mengajak peneliti segera menuju kelas VB. Sesampai di kelas terlihat siswa masih duduk santai dan ada yang masih bergerombol dengan temannya, siswa terlihat sedang menyantap bekal dari rumah. S1 meminta siswa untuk cepat menyelesaikan istirahatnya, karena sebentar lagi waktu istirahat habis. S1 segera menyiapkan buku dan peralatan untuk mengajar. Di sisi lain pada saat itu peneliti memilih berdiri di belakang kelas untuk melakukan pengamatan. Untuk kali ini peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran hanya mencatat hal-hal penting di kertas. Itu dikarenakan pada observasi pertama ketika melakukan proses perekaman banyak siswa yang sering menengok ke belakang melihat peneliti. Hal ini dapat mengganggu proses belajar siswa tersebut. Sebelum proses pembelajaran berlangsung, S1 mengucapkan salam dan mengajak siswa untuk berdoa. Setelah itu S1 menyiapkan sumber belajar yaitu buku paket. Untuk media belajar kali ini S1 menggunakan penggaris, benang dan atlas yang akan digunakan sebagai praktek menghitung skala. Kemudian S1 mengingatkan kembali kepada siswa reguler mengenai materi yang sudah diajarkan pada pertemuan sebelumnya dan menjelaskan tujuan pembelajaran hari ini. Di sisi lain karena adanya modifikasi materi untuk ABK slow learners, maka sepenuhnya ABK slow learners diajar oleh S2 dengan materi pecahan. Hari ini S2 sudah menyiapkan media khusus berupa puzzle serta buku paket untuk ABK slow learners. Sebelum meneruskan pelajaran, S2 menanyakan pelajaran sebelumnya pada ABK slow learners. ABK slow commit learners to user menjawab sedikit-sedikit kemudian 160

176 mengatakan bahwa dia lupa. S2 membantu dengan memberikan arahan untuk mengingatnya, walaupun lama akhirnya ABK slow learners dapat menjawab pertanyaan S2. Kemudian S2 mulai melanjutkan pelajaran dengan media puzzle. Siswa reguler sedang asik menghitung panjang dari kota A ke kota B dengan benang untuk mencari skala. S1 berkeliling memantau pekerjaan masingmasing siswa reguler. S1 juga menuju meja ABK slow learners untuk melihat dan memantau apa yang sedang dikerjakannya. Sesekali S1 bercengkrama dengan S2 menanyakan sejauh mana ABK slow learners mempelajari materi pecahan. Jam menunjukkan pukul tapi terlihat bahwa ABK slow learners sudah mulai bosan, ini ditunjukkan dengan mulai bersender santai di bangku, meletakkan kepala di atas meja, menguap, mengajak ngobrol siswa reguler padahal banyak siswa yang masih menghitung skala. S2 bertanya apa sudah selesai mengerjakan tugas yang diberikan, dia menjawab belum. Kemudian S2 menanyakan mana yang belum bisa dan mengajari pelan-pelan. Memang terlihat kesabaran yang luar biasa dari S2 saat membimbing ABK slow learners. Belum lagi saat ABK slow learners tidak menjawab ketika tanya, tidak mau mngerjakan, mulai menjawab pertanyaan S2 dengan nada membentak dan sedikit berteriak. Namun S2 terus membimbing, berkali-kali membujuk agar mau melanjutkan mengerjakan. Jam menunjukkan pukul 11.30, 15 menit lagi pelajaran selesai. S1 mulai menuliskan soal di papan untuk siswa reguler dan menanyakan kepada siswa siapa yang bisa menjawab. Siswa reguler menghitung dan beberapa dari mereka mengangkat jari untuk mengerjakan soal di papan. Setelah selesai S1 mengajak siswa membuat rangkuman dan merefleksikan apa yang sudah dilakukan hari ini serta memberikan umpan balik dengan menanyakan pada siswa. 5 menit sebelum bel berbunyi S1 menjelaskan rencana untuk pertemuan berikunya, menyuruh siswa menutup buku dan memasukkan dalam tas. Tak beberapa lama kemudian bel berbunyi yang menandakan pelajaran selesai dan waktunya istirahat makan siang. Tak lupa S1 mengucapkan salam dan mengajak siswa berdoa. Siswa-siswa berhamburan keluar kelas, S1 dan S2 menuju ke belakang kelas duduk di samping peneliti kemudian peneliti berbincang-bincang dengan S1dan S2 tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. commit Kemudian to user peneliti membuat janji dengan S1 161

177 dan S2 untuk melakukan proses wawancara. Setelah membuat janji peneliti pamit untuk pulang. 162

178 Lampiran

179 164

180 165

181 166

182 167

183 168

184 169

185 170

186 171

187 172

188 Lampiran

189 Lampiran

190 Lampiran 22 Dokumentasi Observasi terhadap Subjek 1 Observasi terhadap Subjek 2 175

191 Wawancara dengan Subjek 1 Wawancara dengan Subjek 2 176

ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SLOW LEARNERS

ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SLOW LEARNERS ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SLOW LEARNERS (Penelitian dilakukan di SDN Sumurjalak Plumpang Tuban) Midya Yuli Amreta 1) midyaamreta2@gmail.com

Lebih terperinci

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN: ANALISIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) SLOW LEARNERS DI KELAS INKLUSI (Penelitian Dilakukan di SD Al Firdaus Surakarta) Fida Rahmantika Hadi 1, Tri Atmojo Kusmayadi

Lebih terperinci

PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK SLOW LEARNERS (LAMBAN BELAJAR) Fida Rahmantika Hadi FIP IKIP PGRI MADIUN

PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK SLOW LEARNERS (LAMBAN BELAJAR) Fida Rahmantika Hadi FIP IKIP PGRI MADIUN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA ANAK SLOW LEARNERS (LAMBAN BELAJAR) Fida Rahmantika Hadi fidarahmantika88@ikippgrimadiun FIP IKIP PGRI MADIUN Abstract This research is aimed to find out the mathematics

Lebih terperinci

MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN DAYA TARIK PEMBELAJARAN AKSARA JAWA KELAS X DI SMA NEGERI 3 PONOROGO TESIS

MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN DAYA TARIK PEMBELAJARAN AKSARA JAWA KELAS X DI SMA NEGERI 3 PONOROGO TESIS MODEL MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN DAN DAYA TARIK PEMBELAJARAN AKSARA JAWA KELAS X DI SMA NEGERI 3 PONOROGO TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI RANCANGAN INKUIRI TESIS

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI RANCANGAN INKUIRI TESIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI RANCANGAN INKUIRI ( STUDI KASUS PADA KD BANGUN RUANG SISI LENGKUNG SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 NGADIROJO PACITAN) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika HALAMAN JUDUL KARAKTERISTIK PENALARAN SISWA KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS TENTANG SAMPEL TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PROGRAM REGROUPING SEKOLAH DASAR 1 UNDAAN TENGAH KECAMATAN UNDAAN KUDUS

PELAKSANAAN PROGRAM REGROUPING SEKOLAH DASAR 1 UNDAAN TENGAH KECAMATAN UNDAAN KUDUS PELAKSANAAN PROGRAM REGROUPING SEKOLAH DASAR 1 UNDAAN TENGAH KECAMATAN UNDAAN KUDUS TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan Oleh:

Lebih terperinci

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA PENGARUH PEMBELAJARAN COOPERATIF TIPE MAKE A MATCH DAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL TERHADAP HASIL BELAJAR PKn DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA MTs N DI KABUPATEN KUDUS TESIS Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Progran Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Linda Sunarya NIM.

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Progran Studi Pendidikan Matematika. Oleh: Linda Sunarya NIM. PROFIL TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS VII SMP NEGERI 16 SURAKARTA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATERI ARITMATIKA SOSIAL DITINJAU DARI MOTIVASI DAN GENDER TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan TESIS PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR DIGITAL EDMODO UNTUK MENINGKATKAN DAYA TARIK DAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VII DI MTS MUHAMMADIYAH 1 GONDANGREJO KARANGANYAR Disusun untuk

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY DENGAN TUTOR SEBAYA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI BANGUN DATAR DITINJAU DARI KECERDASAN MAJEMUK PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI DI KEBUMEN

Lebih terperinci

PROSES METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI BANYUMAS TESIS

PROSES METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI BANYUMAS TESIS PROSES METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI BANYUMAS TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI MEMBILANG BENDA 1-10 MELALUI MEDIA GRAFIS PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS DASAR II SEMESTER I DI SLB BC BINADSIH KARANGANOM KLATEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING

PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING PENERAPAN METODE PEMECAHAN MASALAH DENGAN PENDEKATAN RECIPROCAL TEACHING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS DAN PARTISIPASI SISWA KELAS VIII.I SMP NEGERI 3 KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 WIROSARI GROBOGAN TESIS. Diajukan Kepada :

KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 WIROSARI GROBOGAN TESIS. Diajukan Kepada : i KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 WIROSARI GROBOGAN TESIS Diajukan Kepada : Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

AGUS WURYANTO NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

AGUS WURYANTO NIM: X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SENSOMOTORIK MELALUI PEMBELAJARAN OLAHRAGA KESEHATAN PADA ANAK TUNAGRAHITA KELAS III SEMESTER I SLB/C YPCM BANYUDONO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 S K R I P S I Oleh:

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN EKONOMI KELAS X AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2011/2012 TESIS

PEMBELAJARAN EKONOMI KELAS X AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2011/2012 TESIS PEMBELAJARAN EKONOMI KELAS X AKSELERASI DI SMA NEGERI 1 PURWOREJO TAHUN AJARAN 2011/2012 TESIS Oleh SAPTATI RETNO WIJAYANTI S991008014 PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE TUTOR SEBAYA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 4 SRAGEN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE TUTOR SEBAYA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 4 SRAGEN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE TUTOR SEBAYA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 4 SRAGEN SEMESTER 2 TAHUN PELAJARAN 2014/2015 TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013 HUBUNGAN PERSEPSI SISWA PADA KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DAN KECERDASAN INTELEKTUAL DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN BAHASA INGGRIS DI KELAS VIII SMP N 1 KUDUS TESIS Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA SLOW LEARNER DI KELAS INKLUSI SMP NEGERI 7 KLATEN KELAS VIII TAHUN AJARAN 2014/2015 TESIS

PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA SLOW LEARNER DI KELAS INKLUSI SMP NEGERI 7 KLATEN KELAS VIII TAHUN AJARAN 2014/2015 TESIS PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA UNTUK SISWA SLOW LEARNER DI KELAS INKLUSI SMP NEGERI 7 KLATEN KELAS VIII TAHUN AJARAN 2014/2015 TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

ANALISIS KESALAHAN NEWMAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN UNTUK MENYELESAIKAN SOAL CERITA LINGKARAN DITINJAU DARI KECERDASAN LOGIS MATEMATIS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 JUWIRING TAHUN 2015/2016 TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION

PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION PENERAPAN PEMBELAJARAN EXPLICIT INSTRUCTION BERBANTUAN MEDIA PRESENTASI POWER POINT DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA TUNAGRAHITA KELAS IV SDLB BINA PUTRA SALATIGA SEMESTER II TAHUN

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF DI KELAS II DAN IV SD NEGERI 1 SIMO

ANALISIS KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF DI KELAS II DAN IV SD NEGERI 1 SIMO ANALISIS KOMPETENSI PROFESIONAL GURU DALAM PENERAPAN PEMBELAJARAN TEMATIK INTEGRATIF DI KELAS II DAN IV SD NEGERI 1 SIMO Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

ALUR PIKIR GURU MATEMATIKA DALAM MEMBELAJARKAN SUATU KOMPETENSI DASAR DI KELAS VII SMP (STUDI KASUS PADA GURU MATEMATIKA SMP NEGERI 1 KARANGANYAR)

ALUR PIKIR GURU MATEMATIKA DALAM MEMBELAJARKAN SUATU KOMPETENSI DASAR DI KELAS VII SMP (STUDI KASUS PADA GURU MATEMATIKA SMP NEGERI 1 KARANGANYAR) ALUR PIKIR GURU MATEMATIKA DALAM MEMBELAJARKAN SUATU KOMPETENSI DASAR DI KELAS VII SMP (STUDI KASUS PADA GURU MATEMATIKA SMP NEGERI 1 KARANGANYAR) TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konflik yang terjadi pada peradaban umat manusia sebagian besar disebabkan oleh ketidakmampuan manusia untuk dapat menerima perbedaan yang terjadi diantara umat manusia

Lebih terperinci

ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS XI

ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS XI ANALISIS PROSES BERPIKIR KREATIF SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 JIWAN DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI TRIGONOMETRI DITINJAU DARI GAYA BELAJAR TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

TESIS. Disusununtuk Memenuhi Sebagian Persyar atan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh KAMSUN S

TESIS. Disusununtuk Memenuhi Sebagian Persyar atan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh KAMSUN S PENGARUH MEDIA PEMBELAJARAN VIDEO DAN KONVENSIONAL TERHADAP KOMPETENSI SISTEM KENDALI ELEKTRONIK BERBASIS PLC PADA SISWA KELAS XI SMK KUDUS DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR TESIS Disusununtuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

STRATEGI MEMBELAJARKAN MATEMATIKA PADA KELAS VII INKLUSI DI SMP PGRI 1 SAMPIT KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR

STRATEGI MEMBELAJARKAN MATEMATIKA PADA KELAS VII INKLUSI DI SMP PGRI 1 SAMPIT KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR STRATEGI MEMBELAJARKAN MATEMATIKA PADA KELAS VII INKLUSI DI SMP PGRI 1 SAMPIT KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh DALIMIN X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Nopember 2013.

SKRIPSI. Oleh DALIMIN X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Nopember 2013. PENGGUNAAN ALAT PERAGA SEMPOA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN KELAS IV TUNAGRAHITA SEDANG DI SDLB DAWE KUDUS SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2012/2013 SKRIPSI Oleh DALIMIN

Lebih terperinci

TESIS. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Pendidikan Kimia

TESIS. Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama: Pendidikan Kimia MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DENGAN PROYEK DAN EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN KIMIA DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KREATIVITAS MAHASISWA Pembelajaran Kimia pada Materi Termokimia Mahasiswa

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS LESSON STUDY DI KELAS VIII F DI SMP N 1 SAMBI TESIS

PENGELOLAAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS LESSON STUDY DI KELAS VIII F DI SMP N 1 SAMBI TESIS PENGELOLAAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN BERBASIS LESSON STUDY DI KELAS VIII F DI SMP N 1 SAMBI TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Nina Nurmasari S

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh Nina Nurmasari S ANALISIS BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA PADA MATERI PELUANG DITINJAU DARI GENDER SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 KOTA BANJARBARU KALIMANTAN SELATAN TESIS Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING

PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING PENGARUH PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD DAN JIGSAW TERHADAP HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS DITINJAU DARI MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS X DI SMA NEGERI KABUPATEN GROBOGAN TESIS Untuk

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Oleh : Atut Yuliarni NIM : X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2015

SKRIPSI. Disusun Oleh : Atut Yuliarni NIM : X FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juli 2015 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN PENGUASAAN KOSA KATA MELALUI PEMBELAJARAN DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA GAMBAR DAN KARTU KATA PADA SISWA KELAS II SEMESTER II TUNAGRAHITA RINGAN DI SLB NEGERI BANJARNEGARA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: WAHYU DWIANA SAFITRI X

SKRIPSI. Oleh: WAHYU DWIANA SAFITRI X PENINGKATAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL PADA SISWA LAMBAN BELAJAR KELAS IV SD PURBA ADHI SUTA PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF SEKOLAH DASAR NEGERI III GIRIWONO WONOGIRI

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF SEKOLAH DASAR NEGERI III GIRIWONO WONOGIRI PENGELOLAAN PEMBELAJARAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH DASAR PENYELENGGARA PENDIDIKAN INKLUSIF SEKOLAH DASAR NEGERI III GIRIWONO WONOGIRI TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Administrasi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MENGENAL BENTUK BANGUN DATAR ANAK AUTIS SKRIPSI

PENGGUNAAN METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MENGENAL BENTUK BANGUN DATAR ANAK AUTIS SKRIPSI PENGGUNAAN METODE DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP MENGENAL BENTUK BANGUN DATAR ANAK AUTIS SKRIPSI Disusun oleh: NOVIA LINAWATI K5110044 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Oleh: IMAM SANTOSA S

Oleh: IMAM SANTOSA S PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DEVISIONS ( STAD ) TERHADAP PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DITINJAU DARI MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS XI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KELAS INKLUSI DI SDN RONGGO 03 KECAMATAN JAKEN KABUPATEN PATI TESIS

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KELAS INKLUSI DI SDN RONGGO 03 KECAMATAN JAKEN KABUPATEN PATI TESIS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KELAS INKLUSI DI SDN RONGGO 03 KECAMATAN JAKEN KABUPATEN PATI TESIS Diajukan kepada Program Studi Manajemen Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN Di PESANTREN WIRAUSAHA AGROBISNIS ABDURRAHMAN BIN AUF KLATEN TESIS

PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN Di PESANTREN WIRAUSAHA AGROBISNIS ABDURRAHMAN BIN AUF KLATEN TESIS PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN Di PESANTREN WIRAUSAHA AGROBISNIS ABDURRAHMAN BIN AUF KLATEN TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi Oleh FITRI NURLAILI

Lebih terperinci

HIMAWAN SEMARANG PADA SEMESTER 2 TAHUN

HIMAWAN SEMARANG PADA SEMESTER 2 TAHUN PENGGUNAAN ALAT PERAGA MODEL BANGUN DATAR DENGAN PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDLB C Hj. SOEMIYATI HIMAWAN SEMARANG

Lebih terperinci

TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika

TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI POKOK LINGKARAN DITINJAU DARI KESIAPAN BELAJAR DAN GAYA BERPIKIR SISWA KELAS XI IPA SMA N 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2013/2014 TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

ISMIYATI MARFUAH S

ISMIYATI MARFUAH S PROSES BERPIKIR KRITIS PESERTA DIDIK DALAM MEMECAHKAN MASALAH SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL DITINJAU DARI GAYA BELAJAR KELAS IX B SMP NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN

PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN SKRIPSI PENGGUNAAN MEDIA FILM ANIMASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI CERITA PENDEK PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V DI SLB-ABC PUTRA MANUNGGAL TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBILANG MATEMATIKA DENGAN KARTU BILANGAN TERHADAP SISWA TUNARUNGU KELAS 1 SEMESTER I DI SLB N KENDAL TAHUN 2012/2013

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBILANG MATEMATIKA DENGAN KARTU BILANGAN TERHADAP SISWA TUNARUNGU KELAS 1 SEMESTER I DI SLB N KENDAL TAHUN 2012/2013 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBILANG MATEMATIKA DENGAN KARTU BILANGAN TERHADAP SISWA TUNARUNGU KELAS 1 SEMESTER I DI SLB N KENDAL TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: MURGIYANTO X5211207 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

RANI PRATIWI S

RANI PRATIWI S PROFIL INTUISI SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 SALATIGA DALAM MEMECAHKAN MASALAH KESEBANGUNAN DITINJAU DARI KECERDASAN MATEMATIS-LOGIS, KECERDASAN LINGUISTIK, DAN KECERDASAN VISUAL SPASIAL TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010 AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010 SIAPAKAH? ANAK LUAR BIASA ANAK PENYANDANG CACAT ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS PENDIDIKAN INKLUSIF Pendidikan inklusif

Lebih terperinci

PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL

PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL Oleh : MARDIANSYAH NIM. 11060308 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains Minat Utama Pendidikan Fisika PENGGUNAAN METODE DISKUSI DAN DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK MATERI FLUIDA STATIS KELAS XI IPA 3 SEMESTER GENAP SMA NEGERI 4 MADIUN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR HUBUNGAN ANTARA MINAT MEMBACA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR MATA KULIAH PATOLOGI Mahasiswa Prodi D III Jurusan Okupasi Terapi Politeknik Kesehatan Surakarta TESIS Disusun untuk Memenuhi

Lebih terperinci

Pengembangan Model Manajemen Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Berbasis Pendidikan Karakter di Kelas Tinggi SDN Rejosari 1 Karangtengah Demak

Pengembangan Model Manajemen Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Berbasis Pendidikan Karakter di Kelas Tinggi SDN Rejosari 1 Karangtengah Demak Pengembangan Model Manajemen Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Berbasis Pendidikan Karakter di Kelas Tinggi SDN Rejosari 1 Karangtengah Demak Tesis Diajukan kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister. Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh:

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister. Program Studi Pendidikan Sejarah. Oleh: PELAKSANAN MODEL COOPERATIFE LEARNING TIPE STAD DENGAN MEDIA PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SDN CABEAN 01 MADIUN (Studi Penelitian Tindakan Kelas)

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TESIS

EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TESIS EVALUASI PROGRAM PENDIDIKAN SISTEM GANDA DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (Studi Kasus di SMK Bhinneka Karya Surakarta Jurusan Otomotif) TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : SUDIRMAN NIM. S.

TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : SUDIRMAN NIM. S. PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN SAVI BAGI PESERTA DIDIK KELAS VIII I SMP NEGERI 1 JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2016/2017 TESIS Disusun Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TEMATIK KURIKULUM 2013 DI SDN 03 GIRIMULYO KECAMATAN NGARGOYOSO TESIS

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TEMATIK KURIKULUM 2013 DI SDN 03 GIRIMULYO KECAMATAN NGARGOYOSO TESIS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TEMATIK KURIKULUM 2013 DI SDN 03 GIRIMULYO KECAMATAN NGARGOYOSO TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING PENERAPAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) MELALUI METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA KELAS XI SMK NEGERI 2 KARANGANYAR SKRIPSI

Lebih terperinci

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DALAM MENYELESAIKAN SOAL PELUANG DITINJAU DARI KARAKTERISTIK CARA BERPIKIR (Penelitian Dilakukan di SMA Negeri 1 Ambarawa Tahun Ajaran

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi. Oleh

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi. Oleh PENGARUH PEMBELAJARAN PEMASARAN MELALUI UNIT PRODUKSI, KREATIVITAS BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA SMK DI KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2016/2017 TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA JULI PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS ICT UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI PADA SISWA KELAS X7 SMA NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2012/2013 o l e h: MIKE DEVY PERMATASARI K8409039

Lebih terperinci

TESIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : Endang Lestari S

TESIS Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : Endang Lestari S PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY (IT) PADA PEMBELAJARAN IPA TERHADAP PRESTASI BELAJAR DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR DI GUGUS DIPONEGORO UNIT PELAKSANA TUGAS (UPT) PENDIDIKAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING (CTL) DISERTAI DENGAN PENGEMBANGAN SUBJECT SPECIFIC PEDAGOGY (SSP) PADA SISWA KELAS X-E SMA NEGERI 1 KARTASURA

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PKn BERBASIS KARAKTER BANGSA (Studi Situs SMA Negeri 1 Kaliwungu) TESIS

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PKn BERBASIS KARAKTER BANGSA (Studi Situs SMA Negeri 1 Kaliwungu) TESIS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PKn BERBASIS KARAKTER BANGSA (Studi Situs SMA Negeri 1 Kaliwungu) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

REMEDIASI DENGAN METODE PEER TUTORING

REMEDIASI DENGAN METODE PEER TUTORING REMEDIASI DENGAN METODE PEER TUTORING BERBANTUAN MIND MAPPING UNTUK MENCAPAI KETUNTASAN BELAJAR SISWA PADA ASPEK KOGNITIF MATERI SUHU DAN KALOR KELAS X SMA NEGERI 3 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: Maida Khoirina

Lebih terperinci

PEMANFAATAN INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 WONOGIRI

PEMANFAATAN INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 WONOGIRI PEMANFAATAN INFORMATION AND COMMUNICATION TECHNOLOGY DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 WONOGIRI TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi

Lebih terperinci

TESIS Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Magister. Disusun oleh: Ferdillasari Prima Kurniawati Sukarno S

TESIS Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Magister. Disusun oleh: Ferdillasari Prima Kurniawati Sukarno S PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS BERITA BERWAWASAN MULTIKULTURAL DENGAN MENERAPKAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH PADA SISWA KELAS VIII G SMP NEGERI 13 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 TESIS Diajukan

Lebih terperinci

PROFIL SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN LITERASI MATEMATIS DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ) TESIS

PROFIL SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN LITERASI MATEMATIS DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ) TESIS PROFIL SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN LITERASI MATEMATIS DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ) TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program

Lebih terperinci

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS), TIPE MAKE A MATCH (MAM) DAN TIPE GUIDE NOTE TAKING (GNT) DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF SISWA (Studi Kasus Pada Materi Logaritma Siswa

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI. (Studi Situs SMAN 2 Karanganyar) TESIS

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI. (Studi Situs SMAN 2 Karanganyar) TESIS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI (Studi Situs SMAN 2 Karanganyar) TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING SMK KARYA NASIONAL KUNINGAN TESIS

PENGELOLAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING SMK KARYA NASIONAL KUNINGAN TESIS PENGELOLAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING SMK KARYA NASIONAL KUNINGAN TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : AGUS SARTONO S

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan. Oleh : AGUS SARTONO S PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING MENGGUNAKAN MEDIA BENDA KONKRIT PADA PESERTA DIDIK KELAS II SEKOLAH DASAR 2 REJOSARI KECAMATAN DAWE KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MODEL GROUP INVESTIGATION

PEMBELAJARAN MODEL GROUP INVESTIGATION PEMBELAJARAN MODEL GROUP INVESTIGATION (GI) BERBASIS LEARNING COMMUNITY DALAM PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP SOSIAL SISWA KELAS X 1 SMA N 3 BOYOLALI SKRIPSI

Lebih terperinci

JENIS JENIS PERTANYAAN YANG DIAJUKAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARANGANYAR TESIS

JENIS JENIS PERTANYAAN YANG DIAJUKAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARANGANYAR TESIS JENIS JENIS PERTANYAAN YANG DIAJUKAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 KARANGANYAR TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh SUSMONO S

TESIS. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh SUSMONO S EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE (TTW) DAN THINK-PAIR-SHARE (TPS) PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DITINJAU DARI KESULITAN BELAJAR SISWA KELAS X SMA NEGERI DI KABUPATEN MAGETAN TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains. Oleh NANIK SURYANTI S

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains. Oleh NANIK SURYANTI S PEMBELAJARAN KIMIA MELALUI INKUIRI TERBIMBING DAN INKUIRI BEBAS TERMODIFIKASI DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN MATEMATIS DAN SIKAP ILMIAH SISWA (Studi Pembelajaran Kimia Materi Pokok Hidrolisis Garam Kelas

Lebih terperinci

ALUR PIKIR GURU MATEMATIKA DALAM MEMBELAJARKAN SUATU KOMPETENSI DASAR DI KELAS VII SMP (STUDI KASUS PADA GURU MATEMATIKA SMP NEGERI 1 KARANGANYAR)

ALUR PIKIR GURU MATEMATIKA DALAM MEMBELAJARKAN SUATU KOMPETENSI DASAR DI KELAS VII SMP (STUDI KASUS PADA GURU MATEMATIKA SMP NEGERI 1 KARANGANYAR) ALUR PIKIR GURU MATEMATIKA DALAM MEMBELAJARKAN SUATU KOMPETENSI DASAR DI KELAS VII SMP (STUDI KASUS PADA GURU MATEMATIKA SMP NEGERI 1 KARANGANYAR) TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KOGNITIF SISWA KELAS X SMAN 1 NGEMPLAK DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SUHU DAN KALOR SKRIPSI OLEH : FRISKA AMBARWATI K2311029 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENERAPAN READING WORKSHOP

PENERAPAN READING WORKSHOP PENERAPAN READING WORKSHOP UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN CERITA ANAK PADA SISWA KELAS V SDN TUNGGULSARI I NO. 72 LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI OLEH : FAIQOH DAMAYANTI

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KOTA BARAT SURAKARTA SKRIPSI. Oleh: SITI SOLEKHAH K

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KOTA BARAT SURAKARTA SKRIPSI. Oleh: SITI SOLEKHAH K IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK DI SD MUHAMMADIYAH PROGRAM KHUSUS KOTA BARAT SURAKARTA SKRIPSI Oleh: SITI SOLEKHAH K8410055 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

Lebih terperinci

PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERDEBAT DAN HASIL BELAJAR

PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERDEBAT DAN HASIL BELAJAR PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLES NON EXAMPLES DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERDEBAT DAN HASIL BELAJAR ( PTK di SMP NEGERI 1 JUWANA, KAB. PATI ) TESIS Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE

PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE PENERAPAN MEDIA PICTORIAL RIDDLE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN SIKAP ILMIAH SISWA SMA NEGERI 1 PONOROGO KELAS X-8 PADA MATERI OPTIKA TAHUN

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING, PROBLEM SOLVING DAN THINK PAIR SHARE (TPS) PADA MATERI BANGUN RUANG SISI DATAR DITINJAU DARI SELF REGULATED LEARNING SISWA KELAS VIII SMP NEGERI SE-KABUPATEN

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI PENGGUNAAN MEDIA COMPACT DISC

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI PENGGUNAAN MEDIA COMPACT DISC PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MELALUI PENGGUNAAN MEDIA COMPACT DISC INTERAKTIF DALAM PROSES PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IV SD NEGERI SAYIDAN KOTA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015-2016 TESIS

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains

TESIS. Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN MODEL PROCESS-ORIENTED GUIDED INQUIRY LEARNING (POGIL) DAN PROBLEM-BASED LEARNING (PBL) DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI DAN KREATIVITAS PADA MATERI HIDROKARBON KELAS X SMA

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI KEUANGAN DI SMK PGRI 1 MEJOBO KUDUS TESIS

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI KEUANGAN DI SMK PGRI 1 MEJOBO KUDUS TESIS PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI KEUANGAN DI SMK PGRI 1 MEJOBO KUDUS TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Lebih terperinci

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia

TESIS. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS TEKS HASIL OBSERVASI PADA SISWA KELAS VII-C DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION DI SMP NEGERI 1 REMBANG PURBALINGGA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan upaya yang dapat mengembangkan potensi manusia untuk mampu mengemban tugas yang dibebankan padanya, karena hanya manusia yang dapat

Lebih terperinci

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Matematika

TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Matematika ANALISIS PROSES PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMA BERDASARKAN LANGKAH POLYA DITINJAU DARI GAYA BERPIKIR (Penelitian pada Siswa Kelas X SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo Semester Genap Tahun Ajaran 2013/2014)

Lebih terperinci

TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi. Oleh DAVID FIRNA SETIAWAN S

TESIS Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Ekonomi. Oleh DAVID FIRNA SETIAWAN S EFEKTIVITAS PENERAPAN ISO 9001: 2008 DAN AKREDITASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN PRODUKTIF BIDANG KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN PADA SMK SWASTA DI KABUPATEN PATI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : AULIA DIAN PERTIWI K

SKRIPSI. Oleh : AULIA DIAN PERTIWI K PENGARUH PENGGUNAAN PERMAINAN TEKA-TEKI SILANG (TTS) TERHADAP PENINGKATAN KETEPATAN MENULIS KATA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IX SLB C SETYA DARMA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012-2013 SKRIPSI Oleh : AULIA

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2008 DI SMK SARASWATI SALATIGA (KAJIAN MANAJEMEN KESISWAAN) Tesis

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2008 DI SMK SARASWATI SALATIGA (KAJIAN MANAJEMEN KESISWAAN) Tesis EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM SISTEM MANAJEMEN MUTU ISO 9001: 2008 DI SMK SARASWATI SALATIGA (KAJIAN MANAJEMEN KESISWAAN) Tesis Diajukan Kepada Program Pascasarjana Magister Manajemen Pendidikan Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS III SDIT AL KAUTSAR KECAMATAN MEJOBO KUDUS

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS III SDIT AL KAUTSAR KECAMATAN MEJOBO KUDUS PENGELOLAAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS III SDIT AL KAUTSAR KECAMATAN MEJOBO KUDUS TESIS Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Teknologi Pendidikan

Lebih terperinci

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING

PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING PENERAPAN PROJECT BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SIKAP ILMIAH DAN KEMAMPUAN KOGNITIF FISIKA SISWA KELAS XI MIA 5 SMA NEGERI 3 SURAKARTA PADA MATERI PEMANASAN GLOBAL Skripsi Oleh: Lia Aristiyaningsih

Lebih terperinci

Skripsi Oleh : Shinta Nurroh Novitasari K

Skripsi Oleh : Shinta Nurroh Novitasari K UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) PADA POKOK BAHASAN BANGUN RUANG SISI DATAR KELAS VIII H SEMESTER

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN DI SDN SEMPU ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Nur Hidayati, Sukarno, Lies Lestari PGSD, FKIP Universitas Sebelas Maret, Jl. Slamet Riyadi

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA TUNA RUNGU WICARA KELAS I SLB ABCD YPALB CEPOGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA TUNA RUNGU WICARA KELAS I SLB ABCD YPALB CEPOGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA TUNA RUNGU WICARA KELAS I SLB ABCD YPALB CEPOGO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2008/2009 Skripsi Oleh : Etik Masfufah NIM: X.5107526 FAKULTAS

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA MELALUI MEDIA ANIMASI BAGI SISWA KELAS VI SDLB C SWADAYA SEMARANG TAHUN 2013

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA MELALUI MEDIA ANIMASI BAGI SISWA KELAS VI SDLB C SWADAYA SEMARANG TAHUN 2013 UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA CERITA MELALUI MEDIA ANIMASI BAGI SISWA KELAS VI SDLB C SWADAYA SEMARANG TAHUN 2013 SKRIPSI oleh: SUNARNI NIM: X5212224 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Eksperimentasi Pembelajaran. Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

Eksperimentasi Pembelajaran. Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Eksperimentasi Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) yang Dimodifikasi Pada Materi Persamaan Garis Lurus Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas VIII SMP Negeri

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: SRI LESTARI K

SKRIPSI. Oleh: SRI LESTARI K ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKSTRINSIK PADA KUMPULAN CERPEN PILIHAN KOMPAS 2014 SERTA RELEVANSINYA SEBAGAI MATERI PEMBELAJARAN SASTRA DI SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Oleh: SRI LESTARI K1212066 FAKULTAS

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI METODE INVENTORI MEMBACA INFORMAL BAGI SISWA TUNARUNGU KELAS II PADA SEMESTER 1 SLB N KENDAL TAHUN 2012/2013 SKRIPSI Oleh: SUMINAH X5211211 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN EVALUASI PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 01 KARANGANYAR TESIS. Diajukan Kepada

PENGELOLAAN EVALUASI PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 01 KARANGANYAR TESIS. Diajukan Kepada PENGELOLAAN EVALUASI PEMBELAJARAN KURIKULUM 2013 DI SD NEGERI 01 KARANGANYAR TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Administrasi Pendidikan Sekolah Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci