BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen memiliki dua makna, yaitu manajemen sebagai posisi dan manajemen sebagai proses (Haming & Nurnajamuddin, 2014 : 22). Menurut Rosenberg (1993) dan Adam (1982) yang dikutip oleh Haming & Nurnajamuddin (2014: 22), sebagai posisi, manajemen memiliki makna sebagai seseorang atau sekelompok orang yang bertanggung jawab untuk melakukan pengkajian, penganalisisan, perumusan keputusan, dan menjadi penginisiatif awal suatu tindakan yang akan menguntungkan perusahaan. Sebaliknya sebagai proses, manajemen merupakan fungsi yang berhubungan dengan perencanaan, pengoordinasian, penggerakan, dan pengendalian aktivitas sebuah perusahaan. Robbins (2007) berpendapat bahwa manajemen adalah proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah suatu proses yang dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan sumber daya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan Pengertian Operasi Operasi merupakan suatu proses atau tindakan tertentu yang menjadi unsur dari sejumlah kegiatan untuk membuat suatu produk (Haming & Nurnajamuddin, 2014 : 22). Pendapat lain mengemukakan pengertian operasi adalah bidang manajemen yang mengkhususkan pada produksi barang, serta menggunakan alat-alat dan teknik-teknik khusus untuk memecahkan masalah produksi (Daft, 2006). Berdasarkan pendapat ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa operasi adalah suatu proses untuk mengubah input menjadi output agar lebih bermanfaat. 11

2 Pengertian Manajemen Operasi Pengertian manajemen operasi menurut Fogarty (1989) yang dikutip oleh Eddy Herjanto (2008: 2) adalah sebagai suatu proses yang secara berkesinambungan dan efektif menggunakan fungsi-fungsi manajemen untuk mengintegrasikan berbagai sumber daya secara efisien dalam rangka mencapai tujuan. Sependapat dengan Fogarty, Schroeder (1994) dalam buku Eddy Herjanto (2008 : 2) memberikan penekanan terhadap definisi kegiatan operasi pada tiga hal yaitu pengelolaan fungsi organisasi dalam menghasilkan barang dan jasa, adanya sistem transformasi yang menghasilkan barang dan jasa, serta adanya pengambilan keputusan sebagai elemen penting dari manajemen operasi. Berdasarkan pengertian menurut para ahli di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa manajemen operasi adalah serangkaian kegiatan yang terjadi dalam organisasi dimana kegiatan tesebut adalah mengubah sumber daya (modal, tenaga kerja, material atau bahan baku) secara efisien menjadi sebuah output (barang jadi, barang setengah jadi, atau jasa) dalam rangka mencapai tujuan perusahaan Elemen-Elemen Dasar Manajemen Operasi Ada empat yang menjadi elemen dasar manajemen operasi, antara lain (Eddy Herjanto, 2008 : 6) : Konsep dasar manajemen produksi Manajemen Disiplin ilmu lain Organisasi dan manajemen Operasi Penemuan teknologi Gambar 2. 1 Elemen - Elemen Dasar Manajemen Operasi Sumber : Eddy Herjanto (2008 : 6)

3 13 a. Konsep dasar manajemen produksi, yang terdiri atas konsep perencanaan tata letak, perencanaan kapasitas, perencanaan kebutuhan material, persediaan, penjadwalan, dan pengendalian mutu b. Teknik dan konsep yang dikembangkan melalui teori organisasi dan manajemen yang banyak digunakan terutama dalam perencanaan kerja, pengorganisasian sumber daya, dan pengendalian proses. c. Penerapan pengetahuan atau praktek yang dikembangkan dari disiplin ilmu lain seperti ekonomi, keuangan, dan matematika. Sebagai contoh, penentuan tingkat produksi ditentukan atas pendekatan permintaan penawaran dari teori ekonomi, analisis kinerja operasi dengan menggunakan rasio keuangan, penggunaan metode kuantitatif atau matematik dalam pengambilan keputusan seperti linear programming. d. Penemuan-penemuan teknologi. Komputer dan laser merupakan contoh dari penemuan teknologi terakhir yang sangat berpengaruh dalam sistem produksi serta mendorong perkembangan teknologi proses maupun produksi, yang antara lain menyebabkan perubahan dalam tata letak, jenis mesin atau peralatan, maupun proses produksi. 2.2 Manajemen Kualitas Karakteristik Umum Manajemen Kualitas Sistem manajemen kualitas (QMS) merupakan sekumpulan prosedur terdokumentasi dan praktek-praktek standar untuk manajemen sistem yang bertujuan menjamin kesesuaian dari suatu proses dan produk terhadap kebutuhan atau persyaratan tertentu. Kebutuhan atau persyaratan tersebut ditentukan oleh pelanggan dan organisasi. Sistem manajemen kualitas mendefinisikan bagaimana organisasi menerapkan praktekpraktek manajemen kualitas secara konsisten untuk memenuhi kebutuhan pelanggan dan pasar. Ada beberapa karakteristik umum dari sistem manajemen kualitas, antara lain (Gazperz, 2006 : 10 11): a. Sistem manajemen kualitas mencakup suatu lingkup yang luas dari aktivitas-aktivitas dalam organisasi modern. Kualitas dapat didefinisikan melalui lima pendekatan utama, yaitu:

4 14 1) Transcendent quality, yaitu suatu kondisi ideal menuju keunggulan. 2) Product-based quality, yaitu suatu atribut produk yang memenuhi kualitas. 3) User-based quality, yaitu kesesuaian atau ketepatan dalam penggunaan produk (barang atau jasa). 4) Manufacturing-based quality, yaitu kesesuaian terhadap persyaratan-persyaratan standar. 5) Value-based quality, yaitu derajat keunggulan pada tingkat harga yang kompetitif. b. Sistem manajemen kualitas berfokus pada konsistensi dari proses kerja. Hal ini sering mencakup beberapa tingkat dokumentasi terhadap standar-standar kerja. c. Sistem manajemen berlandaskan pada pencegahan kesalahan sehingga bersifat proaktif, bukan pada deteksi kesalahan yang reaktif. Banyak sistem manajemen kualitas tidak akan efektif 100% pada pencegahan semata, sehingga sistem manajemen kualitas juga harus berlandaskan pada tindakan korektif terhadap masalah-masalah yang ditemukan. d. Sistem manajemen kualitas mencakup elemen-elemen SIPOCOM yang terdiri atas tujuan (objectives), pelanggan (customers), hasil (outputs), proses (processes), masukan-masukan (inputs), pemasok (suppliers), dan pengukuran untuk umpan balik serta umpan maju (measurements for feedback and feedforward) Pengertian Kualitas Adapun pengertian kualitas menurut American Society for Quality yang dikutip oleh Heizer & Render (2009) adalah keseluruhan fitur dan karakteristik produk atau jasa yang mampu memuaskan kebutuhan yang tampak atau samar. Kualitas merupakan salah satu elemen penting dalam operasi karena memiliki pengaruh terhadap perusahaan, antara lain: a. Reputasi perusahaan, reputasi akan mengikuti kualitas artinya apabila kualitas produk atau layanan suatu perusahaan baik maka tentu saja reputasi perusahaan tersebut pun akan baik pula, begitupun sebaliknya

5 15 apabila kualitas produk atau layanan suatu perusahaan buruk maka reputasi perusahaan tersebut dinilai buruk pula di mata konsumen. Kualitas akan muncul sebagai persepsi tentang produk baru perusahaan, kebiasaan pekerjaannya, dan hubungan pemasoknya. b. Kehandalan produk merupakan bagaimana cara perusahaan merancang, memproduksi, dan mengedarkan produk atau jasa kepada target pasar secara baik agar produk atau jasa tersebut dapat dimanfaatkan oleh konsumen tanpa menyebabkan kerusakan ataupun kecelakan pada saat digunakan. c. Keterlibatan global. Bagi perusahaan yang ingin bersaing secara efektif pada ekonomi global, maka perusahaan dituntut menghasilkan produk yang memenuhi ekspektasi akan kualitas, desain, dan harganya secara global. Berikut adalah perbandingan pandangan kualitas berdasarkan para ahli (Yamit, 2013 : 8): Tabel 2. 1 Perbandingan Pandangan Kualitas No Variabel W. Edwards Deming Joseph M. Juran Philip B. Croby 1 Definisi kualitas Sesuai dengan kebutuhan Kecocokan dengan Sesuai dengan konsumen selera (fitness for use) persyaratan 2 Tingkat tanggung Bertanggung jawab 94% jawab manajemen atas masalah kualitas senior 3 Standar prestasi Menggunakan alat analisis dan motivasi statistik; kerusakan nol sangat penting (zero defect) 4 Pendekatan umum Perbaikan terus menerus dan menghentikan inspeksi massa Kurang dari 20% Bertanggung masalah kualitas karena jawab untuk pekerja kualitas Menghindari kampanye Kerusakan nol atau untuk melakukan nilai cacat (zero pekerjaan yang defect) sempurna Pendekatan manajemen umum terhadap kualitas khususnya unsur Pencegahan lebih penting bukan inspeksi

6 16 manusia 5 Struktur 14 butir untuk manajemen 10 langkah perbaikan kualitas 6 Pengendalian Metode statistik untuk Merekomendasikan proses statistik pengendalian kualitas harus SPC, tetapi (statistical process digunakan mengingatkan bahwa control = SPC) SPC dapat mengakibatkan total driven approach 7 Basis perbaikan Secara terus menerus Pendekatan kelompok mengurangi penyimpanan proyek; menetapkan tujuan 8 Kerjasama tim Partisipasi karyawan dalam Pendekatan tim dan pengambilan keputusan gugus kendali mutu 9 Biaya kualitas Tidak ada optimum, Quality is not free, perbaikan terus menerus terdapat suatu optimum 10 Pembelian dan Inspeksi terlalu lambat; Masalah pembelian barang yang menggunakan tingkat rumit sehingga perlu diterima kualitas yang dapat diterima survei formal 11 Penilaian pemasok Tidak; kritik kebanyakan Ya; akan tetapi sistem membantu pemasok memperbaiki 12 Hanya satu Ya Tidak; dapat diabaikan sourcing of supply untuk meningkatkan daya saing Sumber: Zulian Yamit (2013: 8) 14 langkah perbaikan Menolak tingkat kualitas yang dapat diterima secara statistik Suatu proses; bukanlah suatu program tujuan perbaikan Kelompok perbaikan kualitas dan dewan kualitas Cost of nonconformance; quality is free Nyatakan persyaratan dan pemasok adalah perluasan - -

7 Dimensi Kualitas Menurut Eddy Herjanto (2008 : 393) mutu suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan dapat dilihat dari enam dimensi seperti dibawah ini: a. Kinerja (performance, operation) Kinerja merupakan dimensi utama yang banyak dipertimbangkan oleh konsumen. Misalkan apakah tinta ballpoint dapat keluar secara baik, lancar, dan tidak luntur. b. Keandalan (reliability, durability) Dimensi ini mencerminkan keandalan suatu produk yaitu kepercayaan atas kemampuan dan ketahannya. c. Kenampakan (appearence, features) Dimensi ini menunjukkan daya tarik suatu produk yang membedakannya dengan produk lain secara sepintas. Kenampakan sangat dipengaruhi oleh desain dan atribut lain yang ada dalam produk. d. Kesesuaian (conformance) Kesesuaian berhubungan dengan pemenuhan terhadap spesifikasi atau standar yang ditentukan. Misalnya apakah produk helm memiliki standar yang sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang bersangkutan. e. Pelayanan (serviceability) Dimensi ini berkaitan dengan pelayanan yang dilakukan perusahan pasca penjualan. Pelayanan pasca penjualan dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan. Contoh: pemberian jaminan selama 1 tahun pada produk HP f. Persepsi mutu (perceived quality) Pengertian mutu dapat beraneka ragam. Oleh karena itu mutu suatu produk dapat dinilai berbeda antar setiap konsumen karena mereka memiliki persepsi yang berbeda-beda. Keyakinan terhadap mutu oleh pelanggan yang didasarkan atas apa yang dilihat, pengalaman sebelumnya, atau reputasi perusahaan.

8 Biaya Kualitas Biaya kualitas merupakan biaya yang terjadi atau mungkin terjadi karena produk cacat atau kualitas produk yang jelek. Biaya yang terjadi atau yang mungkin terjadi berhubungan dengan desain, pengidentifikasian, perbaikan, dan pencegahan kerusakan. Sumber biaya kualitas dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan dapat dikelompokkan menjadi empat kategori, yaitu (Yamit, 2013 : 14-15): a. Biaya pencegahan (preventive cost category) Biaya pencegahan adalah biaya yang terjadi untuk mengidentifikasikan dan menghilangkan penyebab kerusakan agar tidak terulang kembali kesalahan yang sama dalam setiap produk dan jasa pelayanan. Contoh biaya pencegahan, antara lain: 1) Biaya perencanaan kualitas 2) Biaya pemasaran dan pelanggan 3) Biaya operasi pabrik dan jasa pelayanan 4) Biaya pengembangan desain produk dan jasa pelayanan 5) Biaya pembelian 6) Biaya kualitas administrasi 7) Biaya program perbaikan kualitas b. Biaya inspeksi/deteksi (inspection/detection cost category) Biaya inspeksi adalah biaya yang terjadi untuk menentukan apakah produk dan jasa pelayanan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditentukan. Tujuan utama inspeksi adalah untuk menghindari terjadinya kerusakan pada waktu proses dan mencegah pengiriman produk yang tidak sesuai dengan standar kepada konsumen. Contoh biaya inspeksi atau appraisal cost antara lain: 1) Biaya pemeriksaan bahan baku yang diterima dari pemasok 2) Biaya pemeriksaan produk dalam proses 3) Biaya pengujian produk 4) Biaya pemeriksaan kualitas produk 5) Biaya pemeriksaan peralatan 6) Biaya mengevaluasi persediaan material dan barang jadi

9 19 c. Biaya kegagalan internal (internal failure cost category) Biaya kegagalan internal adalah biaya yang terjadi karena ketidaksesuaian produk dan jasa yang dihasilkan dengan standar yang telah ditentukan dan terdeteksi sebelum produk dikirim ke konsumen. Contoh biaya kegagalan internal antara lain: 1) Biaya pengerjaan ulang (re-process, re-work) 2) Re-design 3) Re-inspeksi 4) Tes ulang (re-test) 5) Corrective action cost 6) Scrap dari proses produksi yang tidak dapat dipakai lagi 7) Kerusakan mesin (downtime) 8) Stok pengaman 9) Biaya kelebihan kapasitas 10) Biaya lembur untuk perbaikan d. Biaya kegagalan eksternal (external failure cost category) Biaya kegagalan eksternal adalah biaya yang terjadi karena produk dan jasa gagal memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dan diketahui setelah produk tersebut dikirimkan kepada konsumen. Hal ini dapat menurunkan reputasi perusahaan, kehilangan pelanggan, dan menurunnya pangsa pasar (lost of market share). Namun biaya ini dapat dicegah dengan cara mendeteksi standar produk dengan sangat teliti sebelum dikirim ke konsumen. Contoh biaya kegagalan eksternal antara lain: 1) Biaya penanganan keluhan 2) Biaya penarikan kembali produk di pasaran (product recall) 3) Biaya jaminan atau garansi (warranty expenses) 4) Biaya perbaikan kembali produk agar sesuai dengan standar

10 Pengendalian Kualitas Pengendalian kualitas adalah kegiatan yang dilakukan untuk memantau aktivitas dan memastikan kinerja sebenarnya yang dilakukan telah sesuai dengan yang direncanakan (Gasperz, 2005). Sedangkan menurut Yamit (2013 : 33), pengertian pengendalian adalah keseluruhan fungsi atau kegiatan yang harus dilakukan untuk menjamin tercapainya sasaran perusahaan dalam hal kualitas produk dan jasa pelayanan yang diproduksi. Pengendalian kualitas pada dasarnya adalah pengendalian kualitas kerja dan proses kegiatan untuk menciptakan kepuasan pelanggan yang dilakukan oleh setiap orang dari setiap bagian dalam organisasi. 2.4 Six Sigma Six sigma paling tepat didefinisikan sebagai metode peningkatan proses bisnis yang bertujuan untuk menemukan dan mengurangi faktor-faktor penyebab kecacatan dan kesalahan, mengurangi waktu siklus dan biaya operasi, meningkatkan produktivitas, memenuhi kebutuhan pelanggan dengan lebih baik, mencapai tingkat pendayagunaan aset yang lebih tinggi, serta mendapatkan imbal hasil atas investasi yang lebih baik dari segi produksi maupun pelayanan. Metode ini disusun berdasarkan sebuah metodologi penyelesaian masalah yang sederhana DMAIC yang merupakan singkatan dari define (merumuskan), measure (mengukur), analyze (menganalisis), improve (meningkatkan), dan control (mengendalikan) yang menggabungkan bermacam-macam perangkat statistik serta pendekatan perbaikan proses lainnya. Six sigma berfokus pada bagaimana meningkatkan masing-masing dari empat faktor dasar yaitu kualitas, produktivitas, biaya, dan profitabililitas. Inti dari filosofi six sigma bertumpu pada beberapa konsep penting (Lindsay dan Evans, 2007), yaitu: 1. Selalu berpikir dalam kerangka proses bisnis utama serta kebutuhan pelanggan dengan tetap berfokus pada tujuan strategis perusahaan 2. Memusatkan perhatian pada para pendukung yang bertanggung jawab menyukseskan proyek-proyek penting, mendukung kerja kelompok, membantu mengatasi keengganan untuk berubah, dan menggalang sumber daya.

11 21 3. Menekankan sistem pengukuran yang bisa dikuantifikasi, seperti cacat per satu juta kemungkinan (defects per million opportunities-dpmo) yang bisa diterapkan di setiap bagian perusahaan ; produksi, rekayasa, administrasi, peranti lunak, dll 4. Memastikan bahwa sistem pengukuran yang tepat teridentifikasi di awal setiap proses serta memastikan bahwa sistem tersebut berfokus pada pencapaian bisnis, sehingga dapat memberikan sistem insentif dan akuntabilitas. 5. Menyediakan pelatihan menyeluruh yang diikuti dengan penugasan tim proyek untuk meningkatkan profitabilitas, mengurangi aktivitas yang tidak bernilai tambah, serta mencapai pengurangan waktu siklus. 6. Menciptakan ahli-ahli peningkatan proses berkualifikasi tinggi yang dapat menerapkan aneka alat untuk meningkatkan kinerja serta dapat memimpin tim. 7. Mencanangkan tujuan jangka panjang untuk perbaikan Sejarah Six Sigma Motorola adalah perusahaan pertama yang menerapkan konsep six sigma sebagai metode untuk mengukur kualitas produk dan jasa, dan dalam sepuluh tahun terakhir konsep ini semakin dipercaya dikarenakan penerimaannya di berbagai perusahaan terutama seperti allied signal (sekarang menjadi bagian dari honeywell) dan general electric. Istilah six sigma berasal dari ukuran statistik yang berarti tingkat kesalahan atau cacat sejumlah 3,4 atau lebih kecil per satu juta kejadian. Metode ini diciptakan oleh Bill Smith seorang insinyur di motorola pada pertengahan 1980-an. Smith mengamati bahwa tingkat kegagalan sistem pada pengujian produk akhir ternyata jauh lebih tinggi dibandingkan tingkat kegagalan yang diprediksi sebelumnya.

12 Prinsip Dasar Six Sigma Metriks dan Pengukuran Six Sigma Metrik adalah cara untuk mengukur karakter tertentu yang dapat diverifikasi, dinyatakan baik secara numerik (misalnya persentase kecacatan) ataupun secara kualitatif (tingkat kepuasan). Metrik menyediakan informasi mengenai kinerja dan memberi kesempatan kepada manajer untuk mengevaluasi kinerja dan membuat keputusan, mengidentifikasi kesempatan untuk mengadakan perbaikan dan membuat standar kinerja untuk karyawan, pelanggan, pemasok, dan pihak lain yang berkepentingan. Six sigma mendefinisikan pengertian kinerja kualitas sebagai tingkat kecacatan per juta kemungkinan (defect per million opportunities-dpmo) Pengendalian kualitas produk merupakan suatu sistem pengendalian yang dilakukan pada tahap awal suatu proses sampai produk jadi dan bahkan sampai proses pendistribusian kepada konsumen. Berikut adalah tabel yang menunjukkan perubahan nilai atau tingkat kualitas setiap pergeseran standar deviasi atau sigma per satu juta pada satu ekor distribusi normal.

13 23 Yield Tabel 2. 2 Tingkat Kualitas Sigma DPMO Sigma (probabilitas tanpa cacat) (defect per million opportunities) 30,9% ,2% ,3% ,4% ,98% ,9997% Sumber : Syukron & Kholil, 2013 : Konsep Dalam Metode Six Sigma Six sigma memiliki konsep yaitu apabila produk diproses pada tingkat kualitas six sigma, maka perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan atau mengharapkan 99,999 % dari apa yang diharapkan pelanggan. Six sigma juga menerapkan strategi atau terobosan dalam perusahaan yang memungkinan perusahaan tersebut dapat maju dan meningkat pesat tingkat produktivitasnya (Gasperz, 2005). Terdapat enam aspek kunci yang perlu diperhatikan dalam aplikasi konsep yang terdapat pada six sigma, yaitu: 1. Identifikasi produk 2. Identifikasi pelanggan 3. Identifikasi kebutuhan dalam memproduksi produk untuk pelanggan 4. Definisi proses

14 24 5. Hindarkan kesalahan dalam proses dan hilangkan pemborosan (waste) 6. Tingkatkan proses secara terus-menerus. Dalam bidang manufacturing, langkah-langkah untuk penerapan konsep yang terdapat pada six sigma lebih eksplisit, yaitu : 1. Identifikasi karateristik kualitas yang akan memuaskan pelanggan. 2. Klasifikasikan karateristik kualitas itu sebagai hal kritis yang harus dikendalikan. 3. Menentukan apakah setiap karateristik kualitas yang diklasifikasikan itu dapat dikendalikan melalui pengendalian material, mesin-mesin, proses kerja, dll. 4. Menentukan batas maksimum toleransi CTQ yang diinginkan untuk setiap karakteristik kualitas yang diklasifikasikan itu (menentukan nilai UCL dan LCL) UCL : Upper Control Limit LCL : Lower Control Limit 5. Tentukan variasi proses untuk setiap karateristik kualitas yang diklasifikasikan itu. 6. Lakukan pengembangan produk dan proses Strategi Six Sigma Pengetahuan mengenai kebutuhan pelanggan dan pengukuran yang efektif merupakan bahan bakar dalam sistem six sigma. Keduanya mendorong mesin yang terdiri dari tiga unsur dasar yang semuanya berfokus pada proses-proses organisasi. Tiga unsur tersebut saling berhubungan dan membuat metode six sigma berhasil diterapkan dalam perusahan (Miranda& Widjaja, 2006 : 18-20) :

15 25 Gambar 2. 2 Tiga Strategi Six Sigma Sumber : Miranda & Widjaja, 2006 : Perbaikan proses Perbaikan proses berfungsi untuk menemukan solusi untuk mencapai target serta mengacu pada sebuah strategi untuk membangun solusi-solusi yang terfokus untuk mengeliminasi akar penyebab masalah kinerja bisnis. Pada dasarnya perbaikan proses berusaha untuk menyelesaikan masalah dan meninggalkan struktur dasar dari proses kerja yang utuh. 2. Perancangan ulang proses Strategi perancangan ulang proses sasarannya bukanlah untuk menyesuaikan suatu proses, melainkan cenderung menempatkan sebuah proses atau bagian dari sebuah proses dengan proses yang baru. Model ini terkait dengan perancangan produk dimana prinsip-prinsip six sigma yang digunakan untuk menciptakan produk barang atau jasa baru yang terkait dengan kebutuhan pelanggan dan divalidasi dengan data dan pengujian.

16 26 3. Manajemen Proses Infrastruktur untuk kepemimpinan six sigma. Kunci ketiga ini sifatnya paling evolusioner karena melibatkan perubahan dari kesalah dan arah fungsi hingga pemahaman dan pemudahan proses yang merupakan aliran kerja yang melibatkan nilai pelanggan dan pemegang saham Istilah dalam Six Sigma Ada beberapa istilah yang perlu dipahami dalam six sigma. Beberapa istilah tersebut dikemukakan dalam konsep six sigma antara lain (Syukron& Kholil, 2013 : 31-32) : 1. Executive Leaders Pimpinan puncak perusahaan yang komit untuk mewujudkan six sigma, memulai dan memasyarakatkannya di seluruh bagian, divisi, departemen, dan cabang-cabang perusahaan. 2. Champion Champion adalah individu yang berada pada manajemen yang memahami six sigma dan bertanggung jawab untuk keberhasilan dari six sigma. Champion merupakan pendukung utama yang berjuang demi terbentuknya black belts dan berupaya meniadakan berbagai rintangan atau hambatan baik yang bersifat fungsional, actoral, maupun pribadi agar black belts berjalan sesuai dengan fungsinya. 3. Master Black Belt Master Black Belt adalah orang-orang yang sangat menguasai alatalat dan taktik six sigma, dan merupakan sumber daya yang secara teknis sangat berharga. Master Black Belt adalah guru yang melatih Black Belt yang menangani sekitar orang Black Belt, sekaligus mentor dan atau konsultan proyek six sigma yang sedang ditangani oleh Black Belt. 4. Black Belt Black Belt merupakan pemimpin tim yang bertanggung jawab untuk pengukuran, analisis, peningkatan dan pengendalian proses kunci yang mempengaruhi kepuasan pelanggan dan atau pertumbuhan

17 27 produktivitas. Black Belt adalah orang yang menempati posisi pemimpin paruh waktu. 5. Green Belt Green Belt adalah orang-orang yang membantu Black Belts di wilayah fungsionalnya. Pada umumnya peran Green Belt adalah berpartisipasi pada proyek six sigma yang ditangani oleh Black Belt dalam konteks tanggung jawab yang telah ada pada mereka, mempelajari metodologi six sigma dan menanamkan budaya six sigma dari atas ke bawah, melanjutkan mempelajari dan mempratikkan metode dan alat six sigma setelah proyek six sigma berakhir. 6. Critical To Quality (CTQ) CTQ merupakan atribut-atribut yang sangat penting untuk diperhatikan karena terkait langsung dengan kebutuhan dan kepuasan pelanggan. 7. Defect Defect didefinisikan sebagai kegagalan untuk memberikan apa yang diinginkan oleh pelanggan. 8. Defect Per Million Opportunies (DPMO) DPMO merupakan ukuran kegagalan dalam program peningkatan kualitas six sigma yang menunjukkan kegagalan per sejuta kesempatan. Target pencapaian six sigma adalah 3,4 DPMO per sejuta peluang. Artinya dalam satu unit produk tunggal terdapat rata-rata kesempatan untuk gagal dari suatu karateristik CTQ (Critical to Quality) adalah hanya 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan (DPMO) bukan berarti bahwa terjadi 3,4 jenis kecacatan dari sejuta output yang diproduksi. 9. Variation Variation adalah apa yang pelanggan lihat dan rasakan dalam proses transaksi antara pemasok dan pelanggan itu. Semakin kecil variasi akan semakin disukai karena menunjukkan konsistensi dalam kualitas.

18 Define, Measure, Analyze, Improve dan Control (DMAIC) DMAIC merupakan proses untuk peningkatan terus menerus menuju target six sigma. DMAIC dilakukan secara sistematik, berdasarkan ilmu pengetahuan dan fakta. 11. Project Team Member Anggota tim proyeksi six sigma harus menerima pelatihan dasar tentang metode dan alat six sigma agar mampu menerapkannya dalam proyek spesifik atau proyek pendukung yang melintasi fungsi (lintas fungsi) dalam organisasi dibawah petunjuk Black Belt anggota tim proyek dapat mengumpulkan dan menganalisis data, juga membantu mempertahankan hasil yang telah dicapai melalui proyek six sigma itu Metodologi Six Sigma Dalam rangka mengendalikan kualitas, ada beberapa tahap yang harus dilakukan dalam six sigma yang biasa disebut DMAIC, yaitu: 1. Define Dalam tahap define, manajemen perusahaan yang terdiri atas pimpinan-pimpinan perusahaan harus mengidentifikasikan secara jelas masalah-masalah yang sedang dihadapi perusahaan dengan cara memetakan proses kegiatan guna memahami dan melokalisir masalah, memilih sebuah alternatif tindakan sebagai proyek untuk menanggulangi meluasnya masalah, dan merumuskan parameter keberhasilan proyek yang dipilih menyangkut luasnya ruang gerak; tersedianya alat-alat atau perlengkapan; tenaga pelaksana; waktu; serta biaya. Define bertujuan untuk mengidentifikasi produk atau proses yang akan diperbaiki dan menentukan sumber-sumber apa yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek. Untuk memperoleh tingkat kualitas yang sesuai standar, manajemen perusahaan harus dapat mengukur, mengkaji, mengendalikan, dan menyempurnakan faktorfaktor kunci yang sangat berpengaruh terhadap hasil tersebut.

19 29 2. Measure Pada tahap measure, manajemen harus memahami proses internal perusahaan yang sangat potensial mempengaruhi output. Kemudian mengukur besarnya penyimpangan yang terjadi dibandingkan dengan standar mutu yang telah ditetapkan pada critical to quality (CTQ). Tahap measure memiliki tujuan seperti: - untuk mengetahui CTQ dari produk atau proses yang ingin kita perbaiki - mengumpulkan beberapa informasi dasar (baseline information) dari produk atau proses - menetapkan target perbaikan yang ingin dicapai Ada beberapa pertanyaan yang digunakan oleh manajemen untuk pengumpulan data pada saat mengukur proses internal yang mempengaruhi CTQ, yaitu: - Pertanyaan apa saja yang yang harus dijawab? - Data jenis apa yang dibutuhkan untuk menjawab pertanyaan? - Siapa yang dapat menyediakan data tersebut? - Bagaimana mengumpulkan data yang optimal tanpa melakukan kesalahan? Tahapan pengukuran (measure) fokus pada pemahaman kinerja proses yang dipilih untuk diperbaiki pada saat ini, serta pengumpulan semua data yang digunakan untuk analisis. 3. Analyze Pada tahap analyze, manajemen berupaya untuk memahami mengapa terjadi penyimpangan dan mencari alasan-alasan yang menyebabkan penyimpangan tersebut. Ada beberapa tahap yang harus dilakukan pada tahap ini, yaitu: 1) Menentukan stabilitas dan kemampuan (kapabilitas) proses 2) Menciptakan target kinerja dari karakteristik kualitas kunci 3) Mengidentifikasi sumber-sumber dan akar penyebab masalah kualitas

20 30 4. Improve Dalam tahap improve, manajemen perusahaan memastikan variabel-variabel kunci atau faktor-faktor utama (x) dan mengukur daya pengaruhnya terhadap hasil yang diinginkan (y). Efektivitas dari rencana tindakan yang dilakukan akan tampak dari penurunan persentase biaya kegagalan kualitas terhadap nilai penjualan total sejalan dengan meningkatnya kapabilitas sigma. Pada umumnya, setiap rencana yang diimplementasikan harus dievaluasi tingkat efektivitasnya melalui pencapaian target kinerja dalam program peningkatan kualitas six sigma yaitu menurunkan DPMO menuju target kegagalan nol (zero defect oriented) atau mencapai kapabilitas proses pada tingkat lebih besar atau sama dengan 6-Sigma, serta mengkonversikan manfaat hasil-hasil ke dalam penurunan persentase biaya kegagalan kualitas. 5. Control Menurut Susetyo (2011), control merupakan tahap operasional terakhir dalam upaya peningkatan kualitas berdasarkan six sigma. Pada tahap control, manajemen harus mempertahankan perubahanperubahan yang telah dilakukan terhadap variabel-variabel x (faktor utama) dalam rangka melestarikan hasil (y) yang senantiasa memberikan kepuasan pada pelanggan. Manajemen perusahaan secara berkala harus tetap membuktikan kebenaran dan selalu memantau proses yang sudah disempurnakan melalui alat-alat ukur dan metode yang telah ditentukan sebelumnya untuk menilai kapabilitas perusahaan serta menjadikan hasil peningkatan kualitas sebagai pedoman standar. Terdapat dua alasan dalam melakukan standarisasi, yaitu: a. Apabila tindakan peningkatan kualitas tidak distandarisasi, terdapat kemungkinan bahwa setelah periode waktu tertentu manajemen dan karyawan akan menggunakan kembali cara kerja yang lama sehingga memunculkan kembali masalah yang telah terselesaikan itu.

21 31 b. Apabila tindakan peningkatan kualitas tidak distandarisasi dan didokumentasikan, maka terdapat kemungkinan setelah periode waktu tertentu apabila terjadi pergantian manajemen dan karyawan, orang baru akan menggunakan cara kerja yang akan memunculkan masalah yang pernah terselesaikan oleh manajemen terdahulu Perbandingan Six Sigma Dengan Statistical Process Control Berikut adalah beberapa perbandingan yang terdapat antara metode six sigma dengan statistical process control: Tabel 2. 3 Perbandingan Antara Six Sigma dengan Statistical Process Control (SPC) Six Sigma Metode yang dapat memecahkan masalah dan memperbaiki kinerja ataupun proses yang terjadi di perusahaan. Sistem yang menyeluruh dan fleksibel untuk mencapai, mempertahankan, dan memaksimalkan keberhasilan usaha. Six sigma berfungsi pada proses jasa dan manufacture. Sasaran dari sistem six sigma antara lain: - Reduksi biaya - Perbaikan produktivitas - Pertumbuhan pangsa pasar Statistical Process Control (SPC) Hanya berguna untuk memantau dan memahami sebuah proses di perusahaan Tidak adanya pendidikan dan pelatihan yang dimaksudkan untuk memberikan pengertian yang jelasmengenai alat dan teknik pengendalian proses statistic yang dapat memberikan kompetensi bagi organisasi seperti histogram, pareto chart, diagram sebab-akibat, dan sebagainya. Kurangnya pengetahuan mengenai apa yang dimonitor dan diukur. Ketidakcukupan sistem pengukuran. Hal ini disebabkan sektor industri seringkali mengabaikan sistem pengukuran selama pengenalan program pengendalian proses statistik. Pengendalian proses statistik tergantung pada sistem pengukuran efektif.

22 32 - Retensi pelanggan - Reduksi cacat - Reduksi siklus waktu (cycle time) Sumber : Miranda & Widjaja (2006: ) dan Marulloh (2013) 2.5 Check Sheet Check sheet adalah salah satu perangkat yang dapat digunakan dalam proses pengumpulan data. Check sheet terdiri atas daftar-daftar item dan petunjuk mengenai hal-hal yang sering terjadi. Tujuan utama dari check sheet adalah untuk menjamin bahwa data dikumpulkan secara hati-hati dan akurat oleh personel operasi untuk mengontrol proses dan untuk pengambilan keputusan (Eddy Herjanto, 2008 : 422). Ada dua tujuan utama dari pembuatan check sheet, yaitu (Syukron& Kholil, 2013 : 64) : 1. untuk membuat pengumpulan data menjadi mudah. 2. untuk penyusunan dan pengolahan data selanjutnya, sehingga dapat digunakan dengan mudah. Tabel 2. 4 Defect Check Sheet Jenis Kecacatan Cold Solder No Solder in Hole Grainy Solder Frekuensi IIII IIII IIII IIII IIII IIII Hole not Plated Through IIII IIII III Mask not Properly Installed IIII IIII Pad Lifted I Sumber : Miranda & Widjaja (2006 : 69)

23 Pareto Analisis Pareto chart adalah diagram yang dikembangkan oleh seorang ahli ekonomi Italia yang bernama Vilfredo Pareto pada abad ke 19. Distribusi pareto adalah salah satu jenis distribusi dimana sifat-sifat yang diobservasi diurutkan dari yang frekuensinya paling besar hingga terkecil. Pareto diagram adalah histogram data yang mengurutkan data dari frekuensinya terbesar hingga terkecil. Susunan tersebut akan membantu kita untuk menentukan pentingnya atau prioritas kategori kejadian-kejadian atau sebab-sebab kejadian yang dikaji atau untuk mengetahui masalah utama dalam prosesnya (Nasution, 2005). Pareto chart dapat menunjukkan prioritas penyimpangan dan memusatkan perhatian pada persoalan utama yang harus ditangani dalam upaya perbaikan. Kegunaan pareto chart antara lain: 1. Menunjukkan masalah utama dengan menunjukkan urutan prioritas dari beberapa masalah. 2. Menyatakan perbandingan masing-masing masalah terhadap keseluruhan. 3. Menunjukkan tingkat perbaikan setelah tindakan perbaikan pada daerah terbatas. 4. Menunjukkan perbandingan masing-masing masalah sebelum dan sesudah perbaikan. Sebuah pareto chart menunjukkan masalah apa yang pertama harus kita pecahkan untuk menghilangkan kerusakan dan memperbaiki operasi. Item cacat yang paling sering muncul ditangani terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan item cacat tertinggi kedua dan seterusnya.

24 34 Gambar 2. 3 Diagram Pareto Sumber: Keterangan: - sumbu horizontal adalah variabel bersifat kualitatif yang menunjukkan jenis cacat - sumbu vertikal adalah jumlah cacat dan persentase cacat

25 Fishbone Diagram (Cause and Effect) Tahapan kedua yang dilakukan setelah masalah kualitas berhasil ditetapkan dalam rangka menerapkan program menjaga kualitas adalah menetapkan penyebab masalah terjadinya product defect (causes of problem). Adapun yang dimaksud dengan penyebab masalah kualitas disini adalah faktor yang mempengaruhi timbulnya kesenjangan antara kualitas produk dengan standar yang ditetapkan. Faktor-faktor tersebut ditemukan berdasarkan prinsip 7M, yaitu (Gasperz, 2005) : Gambar 2. 4 Diagram Sebab - Akibat Sumber: 1. Manpower (tenaga kerja), berkaitan dengan kekurangan dalam pengetahuan, kekurangan dalam keterampilan dasar akibat yang berkaitan dengan mental dan fisik, kelelahan, stress, ketidakpedulian, dan lain-lain. 2. Machines (mesin) dan peralatan, berkaitan dengan tidak ada sistem perawatan preventif terhadap mesin produksi, termasuk fasilitas dan peralatan lain tidak sesuai dengan spesifikasi tugas, tidak dikalibrasi, terlalu complicated, terlalu panas, dan lain-lain. 3. Methods (metode kerja), berkaitan dengan tidak adanya prosedur dan metode kerja yang benar, tidak jelas, tidak diketahui, tidak terstandarisasi, tidak cocok, dan lain-lain. 4. Materials (bahan baku dan bahan penolong), berkaitan dengan ketiadaan spesifikasi kualitas dari bahan baku dan bahan penolong

26 36 yang ditetapkan, ketiadaan penanganan yang efektif terhadap bahan baku dan bahan penolong itu, dan lain-lain. 5. Media, berkaitan dengan tempat dan waktu kerja yang tidak memperhatikan aspek-aspek kebersihan, kesehatan dan keselamatan kerja, dan lingkungan kerja yang konduktif, kekurangan dalam lampu penerangan, ventilasi yang buruk, kebisingan yang berlebihan, dan lain-lain. 6. Motivation (motivasi), berkaitan dengan ketiadaan sikap kerja yang benar dan professional, yang dalam hal ini disebabkan oleh sistem balas jasa dan penghargaan yang tidak adil kepada tenaga kerja. 7. Money (keuangan), berkaitan dengan ketiadaan dukungan financial (keuangan) yang mantap guna memperlancar proyek peningkatan kualitas six sigma yang akan ditetapkan. Diagram sebab akibat dipergunakan untuk menunjukkan faktor-faktor (sebab) yang menyebabkan kualitas (akibat) pada suatu produk. Pada dasarnya diagram sebab akibat dapat dipergunakan untuk kebutuhan-kebutuhan berikut: a. Membantu mengidentifikasikan penyebab dari suatu masalah b. Mencari sebab dari suatu masalah dan mengambil tindakan korektif c. Membantu dalam penyelidikan atau pencarian faktor lebih lanjut d. Menyeleksi metode analisis untuk penyelesaian masalah. 2.8 Diagram Kendali (Control Chart) Diagram kontrol dipergunakan untuk mengukur rata-rata, variabel dan atribut. Menurut Nasution (2005) Variabel berhubungan dengan rata-rata dan besarnya deviasi serta untuk mengetahui sumbu terjadinya variasi proses. Besarnya deviasi (sigma) yang dapat digunakan dalam diagram control yaitu dari 1-3 sigma untuk menentukan batas kontrol. Kegunaan alat analisis diagram kontrol untuk melihat penyimpangan yang terjadi pada pelaksaan kegiatan operasional. Terdapat lima macam metode diagram kontrol yaitu sebagai berikut: 1. Diagram kontrol proporsi p 2. Diagram kontrol rata-rata x

27 37 3. Diagram kontrol rentang R 4. Diagram kontrol cacat C 5. Diagram kontrol cacat 100% inspeksi Dalam penelitian ini, penulis hanya menggunakan diagram kontrol proporsi p. Adapun kegunaan control chart (Yamit, 2013) antara lain : a. Mengetahui performance proses saat ini b. Memeriksa proses untuk melihat apakah proses tersebut dalam kontrol atau tidak c. Memeriksa perubahan proses karena lingkungan d. Menetapkan proses berikutnya untuk tujuan perbaikan Sumber : tangram.co.uk (27/11/14 8:48) Gambar 2. 5 Grafik Pengendali

28 Kerangka Pemikiran CV. Bonasari Bahan Baku Manusia Mesin Metode Pengumpulan data Lembar Checksheet Define Tabel Critiqal to Quality (CTQ) Diagram Pareto Diagram Kontrol (P Chart) Measure Analyze Defect per Million Opprotunities (DPMO) dan Tingkat Nilai Sigma Improve Diagram Sebab Akibat (Fishbone Chart) Perbaikan Control

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun

BAB III SIX SIGMA. Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 34 BAB III SIX SIGMA 3.1 Sejarah Six Sigma Six Sigma pertama kali digunakan oleh perusahaan Motorola pada tahun 1980-an oleh seorang engineer bernama Bill Smith. Hal ini dilatarbelakangi oleh hilangnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. merupakan UKM yang bergerak dibidang produksi furniture. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya dan faktor penyebab banyaknya re-work dari proses produksi kursi pada PT. SUBUR MANDIRI, yang merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendahuluan Six Sigma merupakan konsep yang relatif baru bagi banyak organisasi. Six Sigma bukan merupakan program kualitas yang berpegang pada zero defect (tanpa cacat), tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, persaingan antara perusahaan-perusahaan tidak hanya terjadi di wilayah lokal saja, akan tetapi sudah meluas sampai kawasan nasional bahkan internasional.

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 21 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Ikan Tuna (Thunnus sp.) merupakan salah satu komoditas perikanan Indonesia yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan mampu menembus pasar internasional. Salah satu

Lebih terperinci

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici

Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Partici Topik Khusus ~ Pengantar Six Sigma ~ ekop2003@yahoo.com Sejarah Six Sigma Jepang ambil alih Motorola produksi TV dng jumlah kerusakan satu dibanding duapuluh Program Manajemen Partisipatif Motorola (Participative

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Fase atau tahapan yang banyak menghasilkan produk yang cacat adalah di bagian proses stripping, terlihat dari diagram Pareto nya dari ketiga tahapan di area produksi Produk X. 2.1

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Sejarah Pengendalian Kualitas Pada tahun 1924, W.A. Shewart dari Bell Telephone Laboratories mengembangkan diagram atau grafik statistik untuk mengendalikan

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran 3.2 Metode Pengumpulan Data 30 3 METODOLOGI 3.1 Kerangka Pemikiran Tunamerupakan komoditas komersial tinggi dalam perdagangan internasional. Salah satu bentuk olahan tuna adalah tuna loin, tuna steak, dan tuna saku. Tuna loin merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian. Setiap tahapan dalam

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan kriteria optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi kualitas produksi pipa pada perusahaan ini yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure, Analyze,

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu

Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu 2.2. Pengertian Pengendalian Mutu 2.3. Konsep dan Tujuan Pengendalian Mutu Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Mutu Definisi mutu atau kualitas menurut para ahli dikemukakan secara berbeda akan tetapi memiliki maksud yang sama yang berarti mutu atau kualitas adalah tingkat baik

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas memiliki pengertian yang luas, setiap sudut pandang yang mendefinisikannya pasti memiliki perbedaan. Sebagaian besar orang mempunyai konsep pemahaman

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam mengelolah suatu perusahaan atau organisasi dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi dapat tercapai. Manajemen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, diperlukan adanya desain atau skema langkah penelitian sebagai acuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN...

DAFTAR ISI. HALAMAN PENGAKUAN... ii. SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii. HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv. HALAMAN PERSEMBAHAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGAKUAN... ii SURAT PENGAMBILAN DATA DARI PERUSAHAAN... iii HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... iv HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... v HALAMAN PERSEMBAHAN... vi HALAMAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu

BAB IV METODE PENELITIAN. kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif yaitu BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Jenis /Desain Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan kualitatif. Desain Penelitian ini adalah deskriptif eksploratif

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah:

Damper DB2B24SSC, diantaranya adalah: BAB III. METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT.Dulmison Indonesia merupakan sebuah perusahaan yang bergerak dibidang hardware energi yang memproduksi alat-alat berat dan aksesoris

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

3.1 Persiapan Penelitian

3.1 Persiapan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Penelitian Dalam mengerjakan Tugas Akhir ini dilakukan langkah-angkah perancangan yang jelas agar tujuan dari Tugas Akhir ini dapat tercapai. Pada bab ini akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 10 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Definisi Konsep Kunci 2.1.1.1 Definisi Kualitas Kualitas adalah sebuah ukuran relatif dari kebaikan suatu produk atau jasa yang terdiri atas kualitas

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define,

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi Percetakan Gramedia Cikarang yaitu dengan menggunakan metode DMAIC (Define, Measure,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama

BAB I PENDAHULUAN. Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak ada yang menyangkal bahwa kualitas menjadi karakteristik utama dalam perusahaan agar tetap survive. Buruknya kualitas ataupun penurunan kualitas akan

Lebih terperinci

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang

2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan. proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang 27 2. Pengawasan atas barang hasil yang telah diselesaikan Walaupun telah diadakan pengawasan kualitas dalam tingkat-tingkat proses, tetapi hal ini tidak dapat menjamin bahwa tidak ada hasil yang rusak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, perlu memahami biaya kualitas Mulyadi (2010:73 ). Menurut Hansen dan

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, perlu memahami biaya kualitas Mulyadi (2010:73 ). Menurut Hansen dan BAB II LANDASAN TEORI A. Biaya Kualitas 1. Pengertian Biaya Kualitas Untuk memungkinkan manajemen melakukan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan tentang kualitas produk, manajemen perlu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahapan yang dilalui, mulai dari identifikasi masalah sampai pada tahap penyelesaian masalah dalam penyelesaian tugas akhir. Metodologi bertujuan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi adalah suatu proses berpikir yang dilakukan dalam penulisan suatu laporan, mulai dari menentukan judul dan permasalahan, melakukan pengumpulan data yang akan digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Dyck dan Neubert, dalam buku Principles of Management (2011:7-9) management adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur

IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO. Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur 1 IDENTIFIKASI KUALITAS PRODUK GENTENG BETON DENGAN METODE DMAIC DI UD.PAYUNG SIDOARJO Dedy Ermanto Jurusan Teknik Industri FTI UPN Veteran Jawa Timur ABSTRAK Adanya persaingan antar produk yang semakin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Kualitas. Menurut (Douglas C. Montgomery, 2009:4) mutu atau kualitas sudah menjadi faktor paling penting didalam konsumen mengambil keputusan dalam memilih antara

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI

BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI BAB IV PERANCANGAN SISTEM TERINTEGRASI 4.1 Tahap Perancangan Sistem Terintegrasi Setelah dilakukan brainstorming dan studi pustaka, maka langkah selanjutnya adalah membuat sistem terintegrasi dari metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Operasi Untuk mengelola suatu perusahaan atau organisasi selalu dibutuhkan sistem manajemen agar tujuan dari perusahaan atau organisasi tersebut dapat tercapai.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. setiap ahli memiliki teori sendiri-sendiri mengenai hal ini. Menurut (Davis, 1994)

BAB II LANDASAN TEORI. setiap ahli memiliki teori sendiri-sendiri mengenai hal ini. Menurut (Davis, 1994) BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian kualitas Kualitas memiliki kaitan yang sangat erat dengan dunia perindustrian, baik industri barang maupun jasa. Definisi dari kualitas sendiri bermacam-macam, karena

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Berdasarkan sifatnya, maka penelitian ini digolongkan sebagai penelitian deskriptif (descriptif research) yaitu penelitian yang melakukan pemecahan terhadap

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah.

DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii. HALAMAN MOTTO.. v. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL xiv. DAFTAR GAMBAR...xv. 1.1 Latar Belakang Masalah. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING...ii LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI...iii HALAMAN PERSEMBAHAN...iv HALAMAN MOTTO.. v KATA PENGANTAR vi DAFTAR ISI..... viii DAFTAR TABEL xiv DAFTAR

Lebih terperinci

MANAGEMENT INDUSTRI (QUALITY CONTROL) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 1

MANAGEMENT INDUSTRI (QUALITY CONTROL) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 1 MANAGEMENT INDUSTRI (QUALITY CONTROL) By : Moch. Zen S. Hadi, ST Communication Digital Lab. 1 MATERI KULIAH Konsep Kualitas Perkembangan Pengendalian Mutu Pengendalian Mutu Terpadu (PMT) Gugus Kendali

Lebih terperinci

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam era industrialisasi yang semakin kompetitif sekarang ini, setiap pelaku bisnis yang ingin memenangkan kompetisi dalam dunia industri akan memberikan perhatian

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Start Penelitian Pendahuluan Identifikasi Masalah Studi Pustaka Tujuan Penelitian Pengumpulan Data : -Data Data Pengolahan Data

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 38 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data Untuk mendukung perhitungan statistikal pengendalian proses maka diperlukan data. Data adalah informasi tentang sesuatu, baik yang bersifat kualitatif

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Globalisasi dan kemudahan untuk mengakses informasi dari seluruh dunia, membawa perubahan yang sangat besar dalam kehidupan manusia. Perubahan itu juga Mempengaruhi dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan bisnis yang semakin meningkat secara ketat berdampak terhadap persaingan bisnis yang semakin tinggi dan tajam baik di pasar domestik maupun pasar

Lebih terperinci

Seminar Hasil ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS KINERJA UNIT KEBERSIHAN DAN ADMINISTRASI AKADEMIK DI JURUSAN STATISTIKA ITS DENGAN METODE SIX SIGMA

Seminar Hasil ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS KINERJA UNIT KEBERSIHAN DAN ADMINISTRASI AKADEMIK DI JURUSAN STATISTIKA ITS DENGAN METODE SIX SIGMA Seminar Hasil ANALISIS PENINGKATAN KUALITAS KINERJA UNIT KEBERSIHAN DAN ADMINISTRASI AKADEMIK DI JURUSAN STATISTIKA ITS DENGAN METODE SIX SIGMA Dosen Pembimbing: Dra. Lucia Aridinanti, MT. Co. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR

BAB II KAJIAN LITERATUR BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 PENGENDALIAN KUALITAS 2.1.1 Pengertian Kualitas Keistimewaan atau keunggulan suatu produk dapat diukur melalui tingkat kepuasan pelanggan. Salah satunya dapat dilihat dari sisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer

BAB II LANDASAN TEORI. Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep SPC dan Pengendalian Kualitas Persyaratan utama untuk mencapai kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dalam dunia industri manufaktur adalah kualitas dari produk maupun

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 94 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi pemecahan masalah (flow diagram) merupakan diagram yang menggambarkan pola berpikir serta menjelaskan tahap-tahap penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian start Studi Pendahuluan - Survey ke Perusahaan Konsultasi Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka - Literatur - Jurnal - Buku - Website - dll Tujuan

Lebih terperinci

BAB V PERANAN INFORMASI DALAM KUALITAS PRODUK DAN JASA

BAB V PERANAN INFORMASI DALAM KUALITAS PRODUK DAN JASA BAB V PERANAN INFORMASI DALAM KUALITAS PRODUK DAN JASA Kualitas didefinisikan dalam banyak cara. Menurut James Martin, konsultan komputer terkenal, mendeskripsikan kualitas perangkat lunak sebagai tepat

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 28 BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Identifikasi masalah Pada bagian produksi di Stamping Plant PT. Astra Daihatsu Motor, banyak masalah yang muncul berkaitan dengan kualitas yang dihasilkan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu

BAB 4 PEMBAHASAN. Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu 48 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan pengolahan data yang perlu dilakukan. Data-data yang dikumpulkan selama masa observasi adalah sebagai berikut : Data jumlah

Lebih terperinci

BAB ll LANDASAN TEORI

BAB ll LANDASAN TEORI BAB ll LANDASAN TEORI 1.1 Definisi Pengendalian kualitas 1.1.1 Pengendalian Kualitas Produk Produk merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran karena produk merupakan hasil dari suatu perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD.

METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian mengenai Pengendalian Mutu Industri Gula Kelapa (Kasus UD. Ngudi Lestari 1 Kecamatan Kebasen, Banyumas) ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan pasar bebas yang semakin ketat, setiap perusahaan menerapkan berbagai macam cara agar produk-produk mereka dapat terus bertahan. Untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pengendalian Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variabel untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Dasar

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1. Pengetian Kualitas Banyak sekali definisi tentang kualitas yang ada saat ini, bahkan definisi tentang perkembangan seiring kemajuan teknologi, tetapi ada beberapa pendekatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Manajemen Robbins& Coulter (2010:23) mengemukakan bahwa manajemen adalah pengkoordinasian dan pengawasan dari aktivitas pekerjaan orang lain sehingga pekerjaan mereka terselesaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen Operasi Pada era globalisasi ini semakin marak bemunculan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur maupun jasa. Perusahaan tersebut melakukan aktivitas

Lebih terperinci

Pertemuan 10 Manajemen Kualitas

Pertemuan 10 Manajemen Kualitas Pertemuan 10 Manajemen Kualitas Tujuan Memahami manfaat manajemen kualitas. Memahami proses dalam manajemen kualitas. Mengenal alat yang yang dapat digunakan untuk melakukan manajemen kualitas. SE 3773

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management

BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management BAB 2 Landasan Teori 2.1 Total Quality Management Total Quality Management (TQM) adalah suatu filosofi manajemen untuk meningkatkan kinerja bisnis perusahaan secara keseluruhan dimana pendekatan manajemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT SEI Bogor pada Bulan September 2016 sampai dengan Bulan Desember 2016. PT SEI Bogor merupakan perusahaan yang bergerak

Lebih terperinci

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control.

ABSTRAK Kata Kunci: Six Sigma, Sigma Level, Kualitas Produk, DMAIC, Quality Control. ABSTRAK Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin signifikan, membuat banyak bermunculan industri-industri baru yang sejenis dengan industri yang sudah ada sebelumnya. Hal ini tentunya merupakan

Lebih terperinci

Quality Management. D Rizal Riadi

Quality Management. D Rizal Riadi Quality Management D Rizal Riadi Pengertian Quality is Compormance to Requirement (pemenuhan tingkat standar yang ditentukan oleh para konsumen terhadap suatu barang) Philip Crosby Quality is fitness for

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri - Fakultas Teknik SKRIPSI Semester Ganjil 2005/2006

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Industri - Fakultas Teknik SKRIPSI Semester Ganjil 2005/2006 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri - Fakultas Teknik SKRIPSI Semester Ganjil 2005/2006 PENGENDALIAN TINGKAT CACAT PADA WORK STATION PENJAHITAN KAIN SPRING BED DI PT. DINAMIKA INDONUSA PRIMA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah atau kerangka pikir yang akan dijalankan pada penelitian ini. Tujuan dari pembuatan metodologi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian Pendekatan Six Sigma yang digunakan dalam peningkatan produktivitas terdiri dari 5 (lima) fase yang disebut DMAIC (Define, Measure, Analize, Improve

Lebih terperinci

Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality

Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality Petunjuk Sitasi: Mudiastuti, R. D., & Hermawan, A. (2017). Analisis Pengendalian Kualitas Produksi Tepung Terigu dengan Pendekatan Six Sigma dan Cost of Poor Quality. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 11 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Kualitas Banyak pakar dari bidang kualitas yang mencoba untuk mendefinisikan kualitas berdasarkan sudut pandangnya masing-masing, seperti di bawah ini: Pengertian classic

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. bisnis dituntut untuk mampu menghasilkan output baik barang maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. bisnis dituntut untuk mampu menghasilkan output baik barang maupun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Untuk dapat unggul dalam persaingan bisnis global, setiap organisasi bisnis dituntut untuk mampu menghasilkan output baik barang maupun jasa yang berkualitas

Lebih terperinci

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK

MANAJEMEN KUALITAS PROYEK MANAJEMEN KUALITAS PROYEK 1. Manajemen Mutu Proyek Proyek Manajemen Mutu mencakup proses yang diperlukan untuk memastikan bahwa proyek akan memenuhi kebutuhan yang dilakukan. Ini mencakup "semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional Menurut Heizer dan Render (2010:4) manajemen operasi (Operation Management) adalah serangkaian aktivitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas produk merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas produk merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kualitas produk merupakan faktor penting yang mempengaruhi tingkat perkembangan dan kemajuan suatu perusahaan. Perusahaan yang beroperasi tanpa memperhatikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen yang berguna untuk menerapkan keputusan-keputusan dalam upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. manajemen yang berguna untuk menerapkan keputusan-keputusan dalam upaya BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Manajemen Operasi 2.1.1.1 Pengertian Manajemen Operasi Dalam melaksanakan produksi suatu perusahaan, diperlukan suatu manajemen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN KUALITAS Kualitas merupakan faktor dasar yang mempengaruhi pilihan konsumen untuk berbagai jenis produk dan jasa yang berkembang pesat dewasa ini. Kualitas secara langsung

Lebih terperinci

Statistical Process Control

Statistical Process Control Natasya Christy Mukuan 1701344251 LD21 Statistical Process Control Sejarah Statistical Process Control (SPC) Sebelum tahun 1900-an, industri AS umumnya memiliki karakteristik dengan banyaknya toko kecil

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Dasar Pengendalian Kualitas Kualitas dapat diartikan dengan berbagai macam pendapat, kebanyakan orang mempunyai pengertian kualitas sebagai bagaimana sebuah proses dapat menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. ada lima pakar utama dalam manajemen mutu terpadu (Total Quality. penggunaan itu didasarkan pada lima ciri utama berikut:

BAB II LANDASAN TEORI. ada lima pakar utama dalam manajemen mutu terpadu (Total Quality. penggunaan itu didasarkan pada lima ciri utama berikut: BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan salah satu indikator penting bagi perusahaan untuk dapat eksis di tengah ketatnya persaingan dalam industri. kualitas didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH. PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi PT. Citra Tunas Baru Gramindo adalah sebuah perusahaan garmen yang memproduksi kemeja pria dewasa dengan harga Rp. 41.000 Rp. 42.500 perkemeja.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan bisnis meningkat semakin ketat meskipun berada dalam kondisi perekonomian yang cenderung tidak stabil. Hal tersebut memberikan dampak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keunggulan Bersaing Melalui Proses Bisnis Persaingan di dunia usaha yang sangat ketat dewasa ini terjadi karena setiap perusahaan berupaya untuk mempertahankan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian di bawah ini: Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada diagram alir penelitian Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Tinjauan Pustaka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Statistic Quality Control (SQC) Statistik merupakan teknik pengambilan keputusan tentang suatu proses atau populasi berdasarkan pada suatu analisa informasi yang terkandung di

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Analisa Proses Bagan Alir Proses

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Analisa Proses Bagan Alir Proses BAB II TEORI DASAR 2.1 Analisa Proses Dalam dunia bisnis yang semakin ketat persaingannya, setiap perusahaan yang ada sudah harus memahami dan mempelajari proses kerja operasional yang dijalankannya agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat di segala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi

Lebih terperinci

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA

ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA ANALISIS DEFECT RATE PENGELASAN DAN PENANGGULANGANNYA DENGAN METODE SIX SIGMA DAN FMEA DI PT PROFAB INDONESIA Decky Antony Kifta Program Studi Teknik Industri Sekolah Tinggi Teknik Ibnu Sina Batam Email:

Lebih terperinci

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya

Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya Q # Pertanyaan Audit Bukti Audit 4 Konteks Organisasi 4.1 Memahami Organisasi dan Konteksnya 4.1q1 Bagaimana organisasi menentukan masalah eksternal dan internal yang relevan dengan tujuan dan arah strategis?

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kualitas 2.1.1. Definisi Kualitas Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam blog yang ditulis oleh Rosianasfar (2013), kualitas berarti tingkat baik buruknya sesuatu, derajat

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 39 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Metodologi pemecahan masalah merupakan gambaran dari langkahlangkah sistematis yang akan menjadi pedoman dalam penyelesaian masalah. Melalui pembuatan flowchart penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era saat ini, perekonomian adalah salah satu sektor pembangunan yang penting dan harus benar-benar diperhatikan dalam suatu negara. Apalagi

Lebih terperinci

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE SIX SIGMA DALAM UPAYA MENCAPAI ZERO DEFECT

PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE SIX SIGMA DALAM UPAYA MENCAPAI ZERO DEFECT PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN METODE SIX SIGMA DALAM UPAYA MENCAPAI ZERO DEFECT Tantri Windarti STMIK STIKOM Surabaya Jl. Raya Kedung Baruk 98 Surabaya Email : tantri@stikom.edu ABSTRAK Dalam persaingan

Lebih terperinci

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati

Pengendalian Kualitas Statistik. Lely Riawati 1 Pengendalian Kualitas Statistik Lely Riawati 2 SQC DAN SPC SPC dan SQC bagian penting dari TQM (Total Quality Management) Ada beberapa pendapat : SPC merupakan bagian dari SQC Mayelett (1994) cakupan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Sejarah Singkat Pada tahun 2001 terjadi krisis moneter yang menyebabkan Perusahaan Salim Indoplantation melepaskan sahamnya kepada perusahaan

Lebih terperinci

Modul 5 Six Sigma MODUL 5 SIX SIGMA. Laboratorium OSI & K FT. UNTIRTA (Praktikum POSI 2011)

Modul 5 Six Sigma MODUL 5 SIX SIGMA. Laboratorium OSI & K FT. UNTIRTA (Praktikum POSI 2011) 1 MODUL 5 SIX SIGMA 2 A. Tujuan Praktikum 1. Praktikan dapat memahami konsepsi tentang Six Sigma 2. Praktikan dapat memahami Six Sigma sebagai salah satu metode dalam perbaikan kualitas yang dramatis.

Lebih terperinci

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1)

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarajana Strata Satu (S1) USULAN PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PENYANGGA AKI MOTOR HONDA VARIO TECHNO PART STAY D ECCU MENGGUNAKAN METODE DMAIC PADA PT. ADHI WIJAYACITRA Nama : Muhammad Robiesa Npm : 30409301 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

Makalah Manajemen Operasional (Manajemen Kualitas)

Makalah Manajemen Operasional (Manajemen Kualitas) Makalah Manajemen Operasional (Manajemen Kualitas) DENNY HARIANTO NIM : 1401026015123456798900- KELAS : XXXIII - D MATA KULIAH : MANAJEMEN OPERASIONAL MAGISTER MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci