ANALISIS PEMETIKAN TEH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PEMETIKAN TEH"

Transkripsi

1 ANALISIS PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, NGARGOYOSO, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh ANGGOROWATI A PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

2 RINGKASAN ANGGOROWATI. Analisis Pemetikan Teh ( Camellia sinensis (L) O. Kuntze) di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. ( Dibimbing oleh ADOLF PIETER LONTOH). Kegiatan magang bertujuan untuk meningkatkan hubungan, keterkaitan dan kesepadanan antara proses pendidikan dengan lapangan kerja serta meningkatkan kemampuan profesional mahasiswa dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata khususnya dalam bidang budidaya dan pengelolaannya. Kegiatan magang dilaksanakan di kebun Rumpun Sari Kemuning, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah mulai tanggal 11 Februari 11 Juni Metode yang dilaksanakan adalah bekerja secara aktif dengan melakukan seluruh kegiatan kebun pada berbagai tingkatan mulai dari karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor, dan asisten afdeling. Pengumpulan data bersumber pada data primer dan data sekunder. Komoditi teh Indonesia masih menitik beratkan pada pasar ekspor. Untuk meningkatkan daya saing dengan negaranegara produsen teh lainnya diperlukan upaya peningkatan produksi baik kualitas maupun kuantitasnya. Pemetikan sangat berperan dalam menentukan mutu teh sehingga kondisi pucuk dari kebun sangat menentukan hasil olahan. Analisis petik dan analisis pucuk perlu dilakukan untuk menjamin kondisi pucuk yang memenuhi syarat olah sehingga mutu teh akan dapat dipertahankan. Pemetikan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pemetikan jendangan, pemetikan produksi, dan pemetikan gendesan ( rampasan ). Pemetikan jendangan merupakan pemetikan tahap awal setelah tanaman dipangkas yang bertujuan untuk membentuk bidang petik yang tingginya bergantung pada ukuran tinggi pangkasan. Pemetikan produksi bertujuan untuk memperoleh pucuk untuk pengolahan yang dilakukan setelah 3 5 kali petikan jendangan. Pemetikan produksi yang digunakan di kebun Kemuning adalah petikan sedang, yaitu p+2m, p+3m, b+1m, b+2m. Pemetikan gendesan dilakukan pada saat tanaman akan di

3 pangkas, dengan memetik semua pucuk yang memenuhi syarat dan dilakukan seminggu sebelum pemangkasan. Kapasitas petik yang rendah dan persentase hasil analisis pucuk kasar yang tinggi di kebun Kemuning disebabkan oleh keterampilan dan kesalahan dalam melaksanakan teknis pemetikan. Pengaturan jumlah tenaga pemetik perlu ditingkatkan kembali sehingga terdapat keseimbangan antara jumlah tenaga dengan jumlah pucuk yang dipetik.

4 ANALISIS PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, NGARGOYOSO, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh ANGGOROWATI A PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

5 Judul : ANALISIS PEMETIKAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, SURAKARTA, JAWA TENGAH Nama : ANGGOROWATI NRP : A Program Studi : AGRONOMI Menyetujui Pembimbing Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS NIP Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian Prof.Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP Disetujui tanggal: KATA PENGANTAR

6 Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmad dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tanpa ada halangan suatu apapun. Skripsi dengan judul Analisis Pemetikan Tanaman Teh ( Camellia sinensis ( L ) O. Kuntze ) di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agronomi, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Dalam menyelesaikan skripsi, dengan segala kerendahan hati dan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Almarhum Ayah, Ibu, dik Nining, dik Pur dan dik Wahyu yang senantiasa mendorong penulis baik secara moral maupun secara materil. 2. Ir. Adolf Pieter Lontoh, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan. 3. Dr.Ir. Sandra Arifin Aziz, MS selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan petunjuk, bimbingan dan nasehat terhadap penulis. 4. Dr.Ir. Harijadi, MS selaku penanggung jawab magang yang telah menempatkan penulis di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. 5. Direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melaksanakan magang di kebun Rumpun Sari Kemuning.. 6. Bapak Soeroto selaku Administratur dan Bapak Warto, Gigih, Nyoman, Eko dan Pak Kuntet selaku mandor atas bimbingan, arahan dan pengalaman yang luar biasa selama penulis melaksanakan kegiatan magang. 7. Teman teman Agronomi 41 ( Dik Dina, Devi, Mbak iik, Mbak Restu, dan Desty ) atas semangat dan dukunganya.

7 Penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya. Bogor, Agustus 2008 Penulis

8 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 15 Oktober 1986 di Karanganyar. Penulis adalah anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Sukardi Amd dan Ibu Samiyati. Pada tahun 1991 penulis mulai masuk jenjang pendidikan pertama di Taman Kanakkanak (TK) Ngemplak 1. Selesai dari TK Ngemplak 1 pada tahun 1992, penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang pendiddikan dasar di SD Ngemplak 2 dan lulus pada tahun Pada tahun 1998 penulis melanjutkan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Karangpandan dan lulus pada tahun Pada tahun 2001 penulis kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1 Karangpandan, dan lulus pada tahun Pada tahun yang sama penulis resmi masuk Program Studi Agronomi, Jurusan Budi Daya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... ix x PENDAHULUAN... 1 Latar Belakang... 1 Tujuan... 3 METODE MAGANG... 4 Tempat dan Waktu... 4 Metode Pelaksanaan... 4 Pengolahan Data... 5 KONDISI UMUM KEBUN... 6 Sejarah Perkebunan... 6 Tata Letak Perusahaan... 7 Letak Geografis... 8 Luas areal... 8 Keadaan Tanah dan Iklim... 9 Pemasaran. 10 Struktur Organisasi dan Ruang Lingkup Tugas Ketenagakerjaan PELAKSANAAN TEKNIS DI LAPANGAN 13 Pembibitan Pengendalian Gulma Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Pemupukan Pemangkasan Demplot Pemetikan Jenis Pemetikan Penimbangan dan Pengangkutan Kapasitas Pemetik Tenaga Pemetik... 31

10 Halaman Hanca Petik dan Gilir Petik Analisis Petik dan Analisis Pucuk PENGOLAHAN TEH HIJAU Pelayuan Penggilingan Pengeringan Sortasi Pengepakan PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEBUN Pengelolaan Tingkat Mandor Pengelolaan Tingkat Manajer PEMBAHASAN Tinggi Petikan Jendangan Waktu dan Frekuensi Pelaksanaan Petikan Jendangan Kapasitas Pemetik Gilir Petik dan Hanca Petik Analisis Petik dan Analisis Pucuk Kebutuhan Tenaga Pemetik KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 55

11 DAFTAR TABEL Nomor Halaman Teks 1. Tabel Areal Konsensi Perkebunan Teh PT. RSK Tahun Tabel Areal Produksi Serta Produktivitas Teh Kering di Kebun RSK PT. RSK Tahun Jurnal Karyawan di Kebun Rumpun Sari Kemuning Pada Tahun Tabel Realisasi Pemangkasan di Kebun Kemuning Tahun Tabel Tinggi Petikan Jendangan di Dua Blok Kebun Kemuning Tabel Komposisi Pucuk Hasil Analisis Petik Kebun Kemuning Tabel Komposisi Pucuk Hasil Analisis Petik Penulis Tabel Analisis Pucuk dan Kisaran Sebaran Mutu Teh Jadi Kebun Kemuning Bulan FebruariMaret Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai KHL di Kebun Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di Kebun Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asistenr Afdeling di Kebun Rumpun Sari Kemuning, Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah Keadaan Curah Hujan Bulana di Kebun Kemuning, Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah. 60

12 DAFTAR GAMBAR Nomor Halaman Teks 1. Kegiatan Pemeliharaan di Pembibitan Pengendalian Gulma secara Kimia Gambar Serangan Hama dan Penyakit Peralatan Pemupukan Gambar Areal Pemangkasan Gambar Pelaksanaan Pemetikan Jendangan Gambar Pengangkutan dan Penimbangan Gambar Mesin Rotary Planner (RP) Lampiran 1. Peta Afdeling OA di Kebun Rumpun Sari Kemuning Peta Afdeling OB di Kebun Rumpun Sari Kemuning Struktur Organisasi di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning Tahun Pelaksanaan Kegiantan magang di Kebun Kemuning. 64

13 PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman teh (Camellia sinenis (L) O. Kuntze) merupakan tanaman tahunan yang termasuk dalam kelas Dicotyledoneae, family Theaceae dan genus Camellia. Tanaman teh dibagi menjadi dalam tiga varietas, yaitu Assamica, Cambodia, dan Sinensis (Nazaruddin dan Paimin, 1993). Komoditi teh mempunyai arti penting dalam perekonomian Indonesia karena merupakan sumber devisa non migas yang cukup besar serta banyak menyerap tenaga kerja sehingga bersifat padat karya. Indeks tenaga kerja teh mencapai yang berarti tiap ha perkebunan teh menyerap tenaga kerja sebanyak orang (Iskandar, 1988). Pengelolaan kebun teh bertujuan untuk mencapai produksi yang optimal dengan memperhatikan segi kualitas yang baik. Manajemen yang diterapkan dalam pengelolaan kebun teh mulai dari pemeliharaan sampai panen, pemetikan pucuk teh dan pengelolaanya sangat menentukan tingkat produksi dan kualitas hasil. Tingkat produktivitas teh dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah iklim, teknik budidaya (pengendalian gulma, pemupukan, pemangkasan, pengendalian hama penyakit), pemetikan, tenaga kerja dan kondisi internal seperti manajemen dalam perkebunan tersebut. Pemetikan merupakan kegiatan memungut sebagian dari tunas dan daun yang masih muda untuk diolah menjadi teh kering. Teknik pemetikan yang efektif dan efisien sangat menentukan maksimal atau tidaknya produksi. Pemetikan yang berlebihan akan menyebabkan tanaman merana karena bagian dari tanaman yang masih dibutuhkan dalam proses pertumbuhannya ikut terambil dalam proses pemetikan, sebaliknya kurang cermatnya pemetik melakukan pemetikan dapat menyebabkan banyaknya pucuk yang tidak terambil. Selain itu pemetikan juga harus memperhatikan gilir petik dan hanca petik karena akan menentukan produksi dan mutu teh. Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya yang dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan tunas, umur pangkas dan topografi

14 lahan. Hanca petik adalah luas areal yang harus dipetik dalam satu hari oleh pemetik. Pengaturan hanca dan gilir petik harus memperhatikan keseragaman pucuk karena akan berpengaruh pada mutu pucuk yang dipanen (PT Perkebunan X, 1993). Teh merupakan bahan minuman yang terbuat dari pucuk teh melalui proses pengelolaan tertentu. Teh yang bermutu tinggi sangat diminati oleh para konsumen. Pada akhirakhir ini konsumen menghendaki teh dengan ukuran partikel yang lebih kecil dan cepat seduh. Untuk menjaga kesinambungan mutu teh agar memiliki kualitas yang prima perlu diketahui beberapa faktor yang dapat menunjang kualitas teh tersebut. Untuk menekan tingkat kerusakan yang terjadi, maka penanganan pucuk mulai dilakukan dari proses pemetikan, pengumpulan, pengangkutan sampai penerimaam pucuk di pabrik harus dilakukan dengan baik. Untuk memecahkan permasalahan utama dalam pengusahaan teh, yaitu biaya yang semakin tinggi dan rendahnya produksi, diperlukan peningkatan efisiensi proses produksi. Teknik budidaya dan pengelolaan yang tidak tepat dapat menurunkan mutu baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga akan menurunkan produksi. Upaya untuk meningkatkan mutu teh dapat dilakukan dengan perbaikan sistem pemetikan yang lebih efisien sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal (Nazaruddin dan Paimin, 1993). Dalam melakukan perbaikan terhadap sistem petikan ini juga harus diperhatikan mengenai kualitas pucuk. Untuk memonitoring kualitas pucuk tersebut dapat dilakukan melalui analisis pemetikan yang meliputi analisis petik dan analisis pucuk. Magang sebagai salah satu pilihan penyelesaian tugas yang melibatkan mahasiswa secara langsung ke dalam dunia kerja bertujuan untuk menghasilkan tenaga kerja yang handal dan berkualitas sehingga pada saat memasuki dunia kerja nanti dapat langsung beradaptasi dengan pekerjaan sesuai dengan bidangnya. Keterlibatan mahasiswa secara langsung sebagai pekerja dalam perkebunan bertujuan untuk menambah pengalaman dan keterampilan kerja serta menambah wawasan mengenai dunia kerja, mampu bersosialisasi dan bekerja sama, menambah ilmu dan pengalaman dalam aspek pengelolaan perkebunan.

15 Tujuan Tujuan utama kegiatan magang ini adalah (1) meningkatkan relevansi, keterkaitan dan kesepadanan antara proses pendidikan dengan kondisi yang terjadi di dunia kerja, (2) meningkatkan keterampilan dalam memahami dan menghayati proses kerja secara nyata, (3) memberikan pengalaman manajerial pada berbagai tingkat pengelolaan, (4) menganalisis permasalahan yang terjadi di lapang. Tujuan khususnya adalah diharapkan mahasiswa dapat melihat, menganalisis, mengimplementasikan, melakukan observasi dan mengetahui secara langsung permasalahan yang ada di perkebunan, sehingga mahasiswa dituntut untuk dapat mencari solusi dari permasalahan tersebut.

16 METODE MAGANG Waktu dan Tempat Magang ini dilaksanakan pada tanggal 11 Februari 2008 sampai 11 Juni 2008 atau 16 minggu masa efektif di Perkebunan Rumpun Sari Kemuning, PT Sumber Abadi Tirtasentosa, Ngargoyoso, Karanganyar, Surakarta, Jawa Tengah. Metode Pelaksanaan Metode yang dilakukan pada kegiatan magang ini adalah bekerja secara langsung di lapangan, pengamatan, pengumpulan dan pengolahan data. Selama bekerja secara langsung di lapangan mahasiswa berfungsi sebagai Buruh Harian Lepas (BHL) selama 2 bulan, Pendamping Mandor (Supervisor) selama 1 bulan, Pendamping Kepala Afdeling selama 1 bulan. Pelaksanaan sebagai karyawan harian lepas pada dua bulan pertama. Pada kegiatan ini penulis diberikan kesempatan untuk melaksanakan aspek teknis yaitu pembibitan, pemupukan, pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, pemetikan, pemangkasan, serta penanganan pasca panen. Pada bulan ketiga penulis diberi tanggung jawab sebagai pendamping mandor dan melaksanakan tugas yang menyangkut aspek manajerial seperti : (1) check roll dan apel, (2) berdiskusi dengan mandor, (3) membagi, mengarahkan, memotivasi dan mengawasi tugas KHL, (4) merencanakan kebutuhan bahan dan biaya operasional, (5) membuat laporan kerja mandor. Pada bulan keempat penulis diberi kesempatan sebagai asisten afdeling. Pada pelaksanaan tugas sebagai pendamping asisten afdeling, penulis bertanggung jawab dalam pelaksanaan kegiatan manajerial tingkat afdeling. Kegiatan yang dilakukan antara lain membantu pembuatan rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP), menganalisis kegiatan di lapangan, membantu mengelola dan mengawasi tenaga kerja dan membuat jurnal harian. Selain kegiatan diatas

17 penulis juga diharuskan mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan lingkungan kebun. Pengolahan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode langsung maupun metode tidak langsung. 1. Metode langsung dilakukan dengan bekerja secara aktif dan pengamatan pada setiap kegiatan di Perkebunan, diskusi, wawancara dengan staf dan karyawan kebun 2. Pengumpulan data sekunder diambil dari laporan manajemen (bulanan, tahunan), arsip di kantor induk dan pihakpihak yang terkait. 3. Analisis terhadap faktorfaktor yang diamati dan diduga dapat mempengaruhi pemetikan. 4. Analisis terhadap kendalakendala yang dihadapi pihak kebun dengan penekanan terhadap aspek pemetikan. 5. Studi pustaka meliputi buku teks, jurnal ilmiah, laporan manajemen kebun dan sumber literatur yang lain. Adapun parameter yang diamati adalah: 1. Tinggi petikan jendangan, pengukuran dilakukan pada 10 tanaman contoh dari masingmasing blok yang dipilih. Pengukuran tinggi petikan jendangan dilakukan setelah pemetikan jendangan. 2. Waktu dan frekuensi pelaksanaan pemetikan jendangan, yaitu dengan mencatat umur tanaman setelah pemangkasan sampai dilaksanakannya pemetikan jendangan. 3. Analisis petik dan analisis pucuk, yaitu dengan mengumpulkan data sekunder dan pengamatan langsung dengan mengambil contoh pucuk dari tiap kemandoran. 4. Gilir petik, data diperoleh dengan pengamatan langsung ke kebun dan wawancara dengan mandor petik. 5. Kebutuhan tenaga pemetik, dapat dihitung dengan rumus : TP =

18 KONDISI UMUM KEBUN Sejarah Perkebunan Perkebunan teh PT. Rumpun Sari Kemuning awalnya merupakan perkebunan milik Belanda dengan nama NV. Cultur Maattscappij. Selama masa penjajahan Belanda hak pemilikan tanah diatur dalam undangundang Agraria Belanda pasal 62 tahun 1870 memutuskan pada tanggal 11 April 1925 pemerintah Belanda memberikan Hak Guna Usaha (HGU) dalam jangka waktu 50 tahun kepada kakak beradik warganya yang bernama Johan dan Van Mender Voor yang berkedudukan di Den Haag, Belanda. Lahan HGU berada di dua kecamatan yaitu di Kecamatan Ngargoyoso seluas ha dan Kecamatan Jenawi seluas ha sehingga pada saat itu luas total areal ha yang ditanami kopi dan teh. Perusahaan ini diberi nama NV. Cultur Maattscappij pengolahannya diserahkan kepada Firma Watering and Labour yang berkedudukan di Bandung. Perkebunan ini pada tahun diambil alih oleh pemerintah Jepang, sehingga kegiatan komersialnya mengalami kemacetan karena perkebunan diserahkan kepada masyarakat setempat dan oleh masyarakat setempat hanya ditanami oleh tanaman palawija dan jarak. Kebun Kemuning pada tahun dikelola oleh Mangkunegara Surakarta yang dipimpin oleh Ir. Sarsito. Kemudian pada tahun kebun Kemuning dikelola oleh Tentara Militer RI yang hasilnya digunakan untuk membiayai perang. Sejak tanggal 1 Januari 1953 berdasarkan Undang Undang No. 2/1952/RI, HGU NV. Cultur Maattscappij Kemuning dicabut tanpa diserahkan kepada pihak manapun. Saat itu secara intern beberapa karyawan perkebunan teh Kemuning membentuk koperasi perusahaan perkebunan Kemuning (KPPK). Koperasi tersebut pada tahun 1953 dibubarkan karena pengurusnya banyak yang terlibat dengan G 30 SPKI dan perkebunan Kemuning sementara dipegang oleh KODAM IV Diponegoro dengan luas areal ha. Hal ini disebabkan adanya

19 rongrongan PKI dalam usaha merebut sebagian areal perkebunan. Dengan surat keputusan Mendagri No. 17/HGU/DA/71 pada tanggal 3 November 1971 dibentuk PT. Rumpun yang berada dibawah Yayasan Rumpun Diponegoro. Pada tahun 1980 di kembangkan menjadi dua perusahaan yaitu : 1. PT. Rumpun Antan dengan komoditi Karet, kopi, kelapa randa dan cengkeh yang terdiri dari beberapa kebun, antara lain : a. Kebun Carui/Rejidadi di Cilacap b. Kebun Daemo Kradenan di Purwokerto c. Kebun Samodradi Banyumas d. Kebun Jati di Semarang e. Kebun Sluwak di Pati 2. PT. Rumpun Teh dengan komoditi kopi dan teh yang terdiri atas tiga kebun, yaitu : a. Kebun Kemuning di Karanganyar, Surakarta b. Kebun Medini di Kendal, Semarang c. Kebun Kaligintung di Semarang PT. Rumpun Teh dibagi menjadi tiga salah satunya yaitu PT Rumpun Sari. Pada bulan Maret 1990 PT. Rumpun Sari bekerja sama dengan PT. ASTRA AGRO NIAGA di Jakarta yang pengelolaanya diserahkan sepenuhnya kepada PT. ASTRA AGRO NIAGA kemudian namanya diganti menjadi Rumpun Sari Kemuning PT. Sumber Abadi Tirtasentosa pada bulan Mei Pada tahun 2004 PT Astra Agro Lestari Tbk menjual seluruh kebun kecuali untuk komoditas sawit. Untuk kebun Kemuning dijual kepada PT Sumber Abadi Tirtasentosa yang sebelumnya bergerak di bidang tanaman hortikultura. Lokasi dan Tata Letak Perusahaan PT. Rumpun Sari Kemuning (RSK) mempunyai kantor pusat di jalan Imam Bonjol No. 196, Semarang, Jawa Tengah. Kantor perwakilan di Puloayang Raya Blok OR 1, kawasan industri Pulo gadung Jakarta. Perkebunan teh PT RSK terletak di sebelah barat lereng gunung Lawu, 40 km dari stasiun Balapan Surakarta dan 8 km dari Tawang Mangu. Secara keseluruhan perkebunan teh PT.

20 RSK terletak di desa Kemuning Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, Karesi Denan Surakarta, Propinsi Jawa Tengah. Batas batas wilayah perkebunan teh PT. RSK sebagai berikut : Sebelah timur : Perhutani Gunung Sewu Sebelah barat : Kebun Karet PTP XVRI Sebelah utara : Kecamatan Jenawi Sebelah selatan : Nggadungan, Kecamatan Ngargoyoso Letak Geografis Lokasi PT. Rumpun Sari Kemuning terletak di desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar Propinsi Jawa Tengah. Secara geografis PT RSK terletak pada ketinggian m di atas permukaan laut (dpl) dengan kemiringan 30 % 40 %. Peta perkebunan PT. RSK yaitu pada afdeling OA dan OB dapat dilihat pada Gambar Lampiran 1 dan Gambar Lampiran 2. Luas areal dan Tata Guna Lahan Luas areal keseluruhan kebun Kemuning (OA dan OB) ha, terdiri atas areal produktif ha, areal cadangan ha, areal non tanaman (jalan, parit, jurang, emplasmen dan makam) ha. Luas lahan PT. RSK disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Areal Konsesi Perkebunan Teh PT. RSK Tahun 2008 No Tata Guna Lahan Luas Areal (ha) 1 Areal Produktif Areal cadangan Parit/Sungai Tidak bisa ditanami Emplasmen Jalan Jurang Makam 0.46 Total Sumber : Arsip Kantor

21 Keadaan Tanah dan Iklim Jenis tanah di PT. RSK terdiri dari tanah andosol sebesar 60 % dan tanah regosol sebesar 40 % dengan ketinggian kurang lebih m. Iklim tropis dengan curah hujan merata sepanjang tahun antara mm per tahun tanpa musim kemarau yang panjang. Keadaan angin normal, intensitas penyinaran 40 %, suhu ratarata yang harian 40º C dan suhu tertinggi 25º C. Tanaman teh dapat tumbuh dengan baik pada ketinggian m dpl, curah hujan minimal 60 mm/bulan, cepat mendapat sinar matahari, karena jika sinar matahari kurang maka pertumbuhan tanaman teh akan lambat, tidak boleh dilalui angin kering dan keadaan tanah subur/gembur. (Buku Pendamping Mandor) Keadaan Tanaman dan Produksi Sebagian besar tanaman teh menghasilkan di kebun Kemuning berasal dari stek. Jenis klon yang telah ditanam di kebun Kemuning terdiri dari TRI 2024, TRI 2025, CIN 143 dan Gambung sebesar 40 %, sedangkan varietas Assamica sebesar 60 % walaupun varietas ini sudah jarang digunakan dalam pembudidayaan teh. Kebun Kemuning hanya memproduksi teh hijau dengan rata rata produksi teh kering dari tahun sebesar kg dengan rata rata produktivitas teh kering kg/ha/tahun. Perkebunan Rumpun Sari masih menitikberatkan usahanya baik pada ekspor maupun impor. Target ekspor Perkebunan Rumpun Sari pada tahun 2008 sebesar 40 % dari produksi kering yang dihasilkan. Produksi serta produktivitas teh kering Perkebunan Kemuning pada tahun 2003 sampai tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 2.

22 Tabel 2. Luas Areal dan Produksi serta Produktivitas Teh Kering di Kebun Kemuning Tahun Tahun Luas Lahan Produksi Kering (kg) Produktivitas Kering (kg) Rata rata Sumber : Arsip Kantor RSK Pemasaran Pemasaran produk teh hijau yang dihasilkan di kebun Kemuning dipasarkan baik didalam negeri maupun di luar negeri. Kegiatan pelaksanaan pemasaran teh hijau di kebun Kemuning dilakukan dengan memberikan contoh hasil teh kering kepada calon konsumen sehingga konsumen dapat mengetahui sifat dan kenampakan teh tersebut. Setelah tercapai kesepakatan antara kedua belah pihak, direksi membuat laporan delivery order (DO) dan pihak kebun akan mengirim bahan sesuai dengan DO tersebut. (Arsip Kantor RSK) Untuk tujuan pasar dalam negeri atau lokal, teh hijau kebun Kemuning dipasarkan ke PT Sosro (Tegal), PT Gunung Subur (Solo), PT Kereta Kencana (Sukabumi), PT Gunung Manik (Bandung), PT Agro Putra Mandiri dan PT Tri Bintang Inter Global (Sukabumi), sedangkan untuk tujuan ekspor teh hijau Kebun Kemuning dipasarkan ke negara Afganistan.

23 Struktur Organisasi dan Ruang Lingkup Tugas Perkebunan Kemuning dipimpin oleh seorang administratur yang bertugas untuk melakukan koordinasi dari lini KTU hingga pabrik/teknik, memberikan penilaian secara teknis terhadap pelaksanaan kegiatan, kontrol ke lapangan, koordinasi dengan head office (HO) dan bertanggung jawab terhadap tugas teritorial. Seorang administratur dibantu oleh bagian tanaman, bagian administrasi, bagian pabrik dan teknik. Bagian tanaman dipimpin oleh seorang kepala tanaman yang bertugas mengkoordinasikan antar afdeling untuk menentukan standar prosedur pengoperasian (SOP), mengetahui penyimpangan rencana kerja, mengontrol secara fisik kegiatan berdasarkan SOP, rapat koordinasi harian, mingguan dan melakukan koordinasi dengan pihak HO. Kepala tanaman dibantu oleh dua asisten afdeling yang bertugas membantu rencana blok mingguan, mengevaluasi pekerja di lapangan, mengontrol kerja mandor dan rapat koordinasi kegiatan. Bagian administrasi dipimpin oleh kepala tata usaha (KTU) yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan di kantor kebun dan pengeluaran anggaran biaya di kebun yang dilakukan dengan mengontrol bersama administratur serta membuat laporan konsolidasi dari semua kegiatan berdasarkan rencana yang ditetapkan. Kepala tata usaha dibantu oleh empat departemen, yaitu departemen keuangan, departemen personalia, departemen gudang dan departemen tanaman. Bagian pabrik dan teknik dipimpin oleh seorang kepala pabrik yang bertanggungjawab langsung kepada administratur untuk melakukan koordinasi dalam hal yang berhubungan dengan koordinasi HO serta koordinasi dengan pihak kebun yang berhubungan dengan panen, transportasi, infrastruktur, dan lainlain. Kepala pabrik dibantu oleh seorang asisten pabrik, krani pabrik, mandor pengolahan, mandor sortasi, dan mandor pengepakan. Bagian teknik dipimpin oleh mandor teknik yang bertanggung jawab kepada kepala pabrik. Tugas mandor teknik adalah mengkoordinir segala aspek teknis sehingga proses produksi dapat berjalan lancar. Struktur organisasi di kebun Kemuning dapat dilihat pada Gambar Lampiran 3.

24 Ketenagakerjaan Tenaga kerja di kebun Kemuning digolongkan menjadi empat golongan yaitu karyawan staf, karyawan non staff (bulanan), karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan harian lepas (KHL). Karyawan staf meliputi administratur, kepala tanaman, asisten afdeling, kepala tata usaha dan kepala pabrik. Pemberian upah karyawan staf berdasarkan ketentuan bulanan HO yang disesuaikan dengan jabatan dan golongan, dalam hal ini prestasi kerja sangat berpengaruh. Pemberian gaji langsung dari direksi PT Sumber Abadi Tirtasentosa. Karyawan non staf terdiri dari karyawan bulanan yang meliputi departemen keuangan, asisten pabrik, krani tanaman dan sebagian mandor di lapangan. Pemberian upah untuk karyawan non staf ditentukan berdasarkan standar dari HO yang disesuaikan dengan UMK di daerah lokasi kebun. Karyawan harian tetap (KHT) terdiri atas mandor pabrik dan sebagian pekerja pabrik, pekerja rawat, administrasi dan sebagian besar mandor di lapangan. Pemberian upah untuk karyawan harian tetap didasarkan pada UMK berdasarkan pada hari efektif dalam satu bulan ditambah hak sosial. Karyawan harian lepas (KHL) digunakan khusus untuk kegiatan pemanenan, pemangkasan, penyiangan, dan sortasi manual. Jumlah seluruh karyawan dan bagiannya di kebun Kemuning pada tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Karyawan di Kebun Kemuning pada Tahun 2007 Bagian Staf Bulanan Karyawan Harian Tetap Borong Jumlah Tanaman Teknik Pabrik Adm Umum Total Sumber : Arsip Kantor

25 PELAKSANAAN TEKNIS DI LAPANGAN Pembibitan Pembibitan di kebun Kemuning terletak di dekat mess karyawan dan masih dalam areal afdeling B. Pembibitan di kebun Kemuning ini dilihat dari lokasinya sudah memenuhi syarat pembibitan yang baik karena dekat dengan sumber air sehingga kebutuhan bibit akan air dan unsur hara lainnya dapat terpenuhi. Perbanyakan yang digunakan di kebun Kemuning melalui stek yang bahan tanamnya adalah entres diambil dari beberapa blok yang ada. Klon yang digunakan sebagai entres adalah TRI Pembuatan bangunan pembibitan di kebun Kemuning sudah cukup baik karena pembibitan dekat dengan sumber air, drainase tanah baik. Bangunannya terbuat dari anyaman bambu dengan tinggi 2 m dan jarang antar tiang 3 m x 3 m. Sungkup dibuat dengan panjang 8 10 m, lebar cm dan tinggi cm yang dapat menampung polybag. Stek ditanam dalam polybag berukuran 20 cm x 7 cm. Antara bedengan dibuat parit dengan lebar 20 cm. Untuk penanaman stek diperlukan persiapan tanah, polybag, bahan stek (entres), pupuk dan pestisida. Tanah untuk polybag merupakan campuran top soil dan sub soil dengan perbandingan 1 : 2. Top soil terlebih dahulu dicampur dengan pupuk urea, TSP, dan MOP dengan dosis masing masing 300, 150, dan 150 g/m³, sedangkan untuk sub soil di campur dengan Dithane M g/m³. Polybag yang telah ditanami stek diletakkan di atas bedengan, kemudian ditutup dengan sungkup selama 3 4 bulan. Sungkup dapat dibuka saat dilakukan pemeliharaan seperti pengendalian hama dan penyakit tanaman, penyiapan penyulaman. Pada tahap pertama, yaitu pada umur 3 bulan pertama dilakukan penyiangan rumput, lumut dan penyulaman. Pada tahap kedua umur 3 bulan kedua sungkup dibuka 3 jam selama 2 minggu berturut turut. Pada tahap tersebut dilakukan penambahan urea dengan konsentrasi 25 g/l dengan interval 2 minggu dan pemberian pupuk Bayfolan dengan konsentrasi 0.2 %. Pada tahap ketiga, umur 3 bulan ketiga sungkup dibuka seterusnya. Penyakit yang sering menyerang pembibitan adalah blister blight. Pengendalian penyakit tersebut dilakukan dengan melakukan penyemprotan

26 larutan Dithane M45 dengan dosis 10 g/100 polybag dengan gembor kapasitas 5 10 l. Sedangkan intensitas serangan hama di pembibitan masih sedikit. Norma prestasi kerja untuk pembibitan 300 polybag/hk. Penulis melakukan kegiatan pemeliharaan, dan pemotongan selama 2 hari dengan jam kerja 5 jam/hari dengan prestasi kerja 150 polybag/hk. Prestasi kerja karyawan untuk penanaman ratarata 224 polybag/hk. Areal pembibitan dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. Gambar 1. Areal Pembibitan Gambar 2. Pembibitan Setelah Sungkup Dibuka

27 Pengendalian Gulma Jenis gulma yang tumbuh di kebun Kemuning antara lain: Impatiens platypetala (pacar banyu), Boreria alata (ketoprakan), Ageratum conyzoides (babadotan), Synedrella nodiflora (cekakluk), Clidemia hirta, Comellina difusa (tali said), Panicum repens (lempuyangan) dan Setaria plicata (cowean). Pengendalian gulma di kebun Kemuning dijadwalkan dua kali secara manual dan dua kali secara kimia dalam setahun. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya masih disesuaikan dengan kondisi di lapangan dengan mempertimbangkan ketinggian gulma dan kerapatan gulma. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan tiga cara yaitu babad, jambulan dan dongkel anak kayu (DAK). Pembabadan dilakukan terhadap gulma yang resisten terhadap herbisida dan gulma yang tidak diinginkan berada di bawah perdu teh dengan menggunakan parang atau gaet. Jambulan dilakukan dengan membuang gulma yang tumbuh hingga ke atas bidang petik. Gulma hasil jambulan kemudian diletakkan di atas perdu dengan tujuan agar gulma kering dan mati. Setelah dua hari, jambulan di atas perdu teh akan kering dan harus diturunkan ke tanah untuk menghindari terhambatnya pertumbuhan pucuk. Gulma yang cara pengendaliannya dengan jambulan adalah Commelina difusa dan Panicum repens. Pekerjaan jambulan bukan hanya tugas dari pengendalian gulma, akan tetapi tenaga pemetik juga harus ikut berpartisipasi dengan cara mencabut gulma tersebut pada saat pemetikan. Dongkel anak kayu (DAK) dilakukan dengan mendongkel gulma berkayu sampai akarakarnya sehingga kemungkinan untuk tumbuh kembali sangat kecil. DAK dilakukan bilamana gulma tersebut telah disemprot dengan herbisida tetapi tidak mati. Contoh gulma yang dikendalikan dengan cara DAK adalah Setaria plicata dan Melastoma malabatricum. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan penyemprotan Biosat dengan dosis 2 l/ha, volume semprot 400 l/ha. Akan tetapi, akhirakhir ini kebun Kemuning memakai herbisida Gerosin yang bersifat sistemik dengan bahan aktif isopropilamine glyphosate. Dosis Gerosin yang digunakan 1.5 l/ha dengan volume semprot 255 l/ha dan konsentrasi 10 ml/air. Alat yang digunakan untuk

28 aplikasi herbisida adalah knapsack sprayer tipe mulut katak (nozzle hitam) yang mempunyai kapasitas 15 l dengan lebar semprot cm. Aplikasi herbisida dilakukan dari lokasi yang jauh dari sumber air menuju lokasi yang dekat dengan sumber air. Dalam aplikasinya, knapsack diarahkan ke bawah perdu teh. Aplikasi herbisida tersebut dilakukan pada saat cuaca cerah, apabila turun hujan aplikasi segera dihentikan. Apabila pada saat turun hujan terpaksa harus dilakukan, maka pada larutan herbisida ditambahkan Agristik (perekat) dengan konsentrasi 5 ml/air. Tiga hari setelah penyemprotan, gulma akan tampak layu dan satu minggu setelah penyemprotan gulma akan mati. Jadwal pelaksanaan pengendalian gulma secara manual dan kimia ditetapkan oleh mandor rawat untuk masingmasing blok. Selain itu mandor juga harus memperhatikan selang waktu antara pengendalian gulma secara manual dan kimia untuk efisiensi tenaga kerja dan bahanbahan yang digunakan. Setiap pelaksanaan pengendalian gulma selalu diawasi oleh mandor rawat. Pengendalian secara kimia pada tiap afdeling dikerjakan oleh 3 orang KHL, yang diawasi oleh satu orang mandor. Norma prestasi kerja pengendalian gulma secara kimia adalah 0.67 ha/hk, sedangkan untuk pengendalian gulma secara manual 0.2 ha/hk. Penulis melakukan pengendalian gulma secara kimia selama 6 hari dengan prestasi kerja ratarata 0.25 ha/hk, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.6 ha/hk. Kegiatan Pengendalian Gulma secara kimia di kebun Kemuning dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Pengendalian Gulma Secara Kimia

29 Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Jenis hama yang sering menyerang tanaman teh di kebun Kemuning adalah Empoasca sp, ulat penggulung pucuk (Cydia leucastome), ulat penggulung daun (Homona coffearia), tungau jingga (Brevipalpus phoenicis), penggerek batang dan kutu hitam. Empoasca sp merupakan hama yang paling sering menyerang tanaman teh di kebun Kemuning dibandingkan dengan jenis hama lainnya. Empoasca, sp umumnya menyerang daun muda dengan cara menghisap cairan pada daun dan mengeluarkan sejenis toksin. Gejala serangan pada tingkat sedang ditandai dengan daun bagian pinggir keriting, sedangkan pada tingkat serangan berat daun berwarna kuning kusam, pinggir daun keriting dan daun mengalami kematian. Pengendalian Empoasa sp dilakukan dengan cara penyemprotan insektisida sistemik Confidor 200 SL yang berbahan aktif Imidal Lipid dengan dosis kg/ha dan volume semprot 250 l/ha. Serangan ulat penggulung daun dan ulat penggulung pucuk terjadi sepanjang tahun, tetapi intensitas serangan yang tinggi hanya terjadi ketika peralihan musim kemarau dan musim penghujan, atau sebaliknya. Ulat penggulung daun menyerang pucuk daun teh yang mengakibatkan daun tergulung dan pertumbuhan tunas terhambat. Hama tersebut merusak teh muda maupun teh tua dengan cara menggulung daun. Ulat penggulung pucuk hampir sama dengan ulat penggulung daun yaitu menyerang pucuk daun teh sehingga pucuknya tergulung. Pengendalian kedua jenis hama tersebut dilakukan dengan cara manual dan kimia. Cara manual dilakukan dengan memetik daun yang terserang bersamaan pemetikan. Pengendalian dengan cara kimia dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2.5 EC yang berbahan aktif delta metrin dengan dosis 0.2 l/ha atau 8 ml/sprayer). Cara manual lebih efektif dibandingkan dengan cara kimia. Tungau jingga menyerang daun tua pada permukaan bagian bawah dan bagian petiolusnya. Gejala serangan awal ditandai dengan adanya bercak kecil pada bagian pangkal daun, kemudian menyerang tulang daun yang menyebabkan daun berwarna merah, kering dan rontok. Serangan yang berat dari hama tersebut terjadi pada musim kemarau. Pengendalian hama tersebut dilakukan dengan cara

30 penyemprotan akarisida Omite 570 EC yang berbahan aktif propargit dengan konsentrasi 2 ml/l. Serangan tungau jingga ini jarang sekali terjadi. Hama penggerek batang menyerang pada kondisi kelembaban rendah. Serangan hama tersebut menyebabkan daun berubah menjadi berwarna kuning, layu dan pada serangan berat daun akan rontok. Pengendalian hama tersebuat dilakukan dengan cara manual, yaitu mencari lubang sumber ulat penggerek dan membongkarnya. Penyakit yang menyerang tanaman teh di kebun Kemuning adalah cacar daun teh (blister blight) dan cendawan akar. Blister blight lebih dominan menyerang tanaman teh dibandingkan penyakit lainnya. Blister blight menyerang tanaman teh di kebun Kemuning sejak tahun 2002 dan merupakan penyakit utama di kebun tersebut. Penyakit blister blight disebabkan oleh jamur Exobasidium vexans Massee. Penyakit tersebut biasanya menyerang tanaman teh pada daerah kebun yang lebih tinggi dan lembab, terjadi pada musim hujan karena iklimnya sesuai untuk berkembang biak dan kondisi intensitas cahaya yang rendah. Penyakit cacar daun biasanya menyerang daun daun dan tangkai sehinga akan mempengaruhi produksi secara kualitas dan kuantitas. Pada serangan awal timbul bercak tembus pandang kemudian diikuti timbulnya benjolan berwarna putih pada permukaan bawah daun. Dalam beberapa hari bercak mengering dan daun menjadi berlubang pada berkas bercak. Pengendalian penyakit daun cacar teh dilakukan dengan cara kimia yaitu penyemprotan fungisida Cobox yang berbahan aktif tembaga oksiklorida 50 % Cu dengan dosis 1 2 kg/ha. Pengendalian penyakit cacar daun teh ini menggunakan knapsack dengan tipe mulut katak dengan jenis nozzel hitam. Penyakit cendawan akar jarang menyerang tanaman teh di Kebun Kemuning. Penyakit tersebut ditandai dengan timbulnya cendawan berwarna putih pada akar. Pengendalian cendawan akar dilakukan dengan cara manual, yaitu isolasi. Untuk mengetahui tingkat serangan dan tindakan pengendalian serta keefisienan biaya untuk pengendalian (penggunaan herbisida), dilakukan Early Warning System (EWS). EWS dilakukan dengan mengambil contoh sebanyak 3 tanaman setiap patok sehingga dalam 1 ha (=25 patok) terdapat 75 tanaman

31 sampel. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis (zig zag). Untuk dapat mengetahui intensitas serangan (IS) dan luas serangan (LS) dapat dihitung dengan rumus: Jumlah tanaman terserang IS ( % ) = X 100 % Jumlah pokok Adapun kriteria tingkat serangan hama yang ditetapkan di Kebun Kemuning adalah 0 10 % merupakan tingkat serangan ringan, % serangan sedang dan > 20 % serangan berat. Pada serangan penyakit, tingkat serangan > 5% sudah termasuk serangan berat. Selain usaha pengendalian secara kimia, pengendalian hama dan penyakit di kebun Kemuning dilakukan dengan kultur teknis, yaitu dengan mengurangi ranting atau cabang pohon penaung agar sinar matahari yang masuk lebih banyak, memperpendek gilir petik, melakukan sanitasi dan kebersihan kebun dan pengaturan pemangkasan. Pengendalian hama dan penyakit di kebun Kemuning membutuhkan 12 orang tenaga kerja untuk satu afdeling. Tenaga kerja tersebut terdiri atas 7 orang tenaga penyemprot dan 5 orang tenaga pembuat larutan yang sekaligus sebagai tenaga pelangsir. Untuk pengendalian hama dan penyakit di kebun Kemuning dengan menggunakan knapsack ditetapkan standar prestasi kerja sebesar 0.35 ha/hk. Selama magang, penulis melakukan pengendalian hama penyakit tanaman selama 6 hari dengan prestasi kerja ratarata 0.18 ha/hk, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.3 ha/hk. Kegiatan yang dilakukan penulis meliputi deteksi EWS dan penyemprotan fungisida. Beberapa serangan hama dan penyakit di kebun Kemuning dapat dilihat pada Gambar 4

32 a b c Gambar 4. Serangan Hama dan Penyakit Teh (a) Gejala Serangan Dari Hama Cercosporella, (b) Gejala Penyakit Cacar Air, (c) Gejala Serangan Empoasca, sp Pemupukan Pemupukan dilakukan pada kondisi curah hujan sedang dan kebun bersih dari gulma. Pemupukan di kebun Kemuning dilaksanakan empat kali aplikasi dalam setahun, sedangkan untuk pupuk daun pengaplikasiannya dilakukan bersamaan dengan pengendalian HPT. Pupuk yang digunakan di kebun Kemuning adalah pupuk anorganik yang terdiri atas Urea (46 % N), SP36 (36 % P2O5), KCl (60 % KCl) dan Kieserit (27 % MgO). Sedangkan pupuk daun yang digunakan adalah jenis ZnSO4 (Zinc Sulphate) dengan kandungan ZnSO4 100 %.

33 Penentuan dosis pupuk didasarkan pada hasil pengambilan leaf sample unit (LSU) yang dianalisis secara rutin setiap bulan Juli. Syarat satuan contoh daun yang dikirim untuk dianalisis adalah daun indung berukuran penuh, p+3 atau k+1, tidak rusak. Dari hasil analisis laboratorium tersebut akan diperoleh hasil uji LSU yang di dalamnya terdapat rekomendasi dosis dan jenis pupuk yang dibutuhkan oleh kebun Kemuning. Rekomendasi dosis pupuk ditetapkan oleh head offise (HO) direktorat tanaman dimana kebutuhan pupuk untuk tiaptiap blok berbeda bergantung pada hasil analisis daun setiap tahun. Pemupukan di kebun Kemuning dilakukan dengan dua cara yaitu melalui akar dan melalui daun. Pemberian pupuk daun berfungsi untuk mempercepat pertumbuhan tunas. Urutan pelaksanakan pemupukan dimulai dari pengangkutan pupuk dari gudang dengan truk atau hiline (jika areal sulit dijangkau truk) pada pagi hari untuk di ecer ke areal. Pelaksanaan pemupukan diawasi mandor besar (asisten) dengan dibantu mandor pupuk, mandor rawat dan satpam. Tenaga kerja yang diperlukan ratarata 15 orang/hari yang terdiri atas tenaga pencampur, pelangsir dan penabur. Tenaga pelangsir menempatkan pupuk yang telah dicampur pada beberapa sudut sesuai keadaan lahan dan untuk mengefisiensikan waktu agar tenaga penabur tidak bolak balik. Pada teknik pelaksanaan di lapangan, tenaga pencampur mencampurkan jenisjenis pupuk yang digunakan di atas terpal. Pupuk yang telah dicampur secara merata kemudian dimasukkan kedalam karung. Satu karung ratarata diisi campuran pupuk sebanyak tujuh ember (35 kg) dan siap untuk di ecer ke pospos tenaga penabur. Tenaga penabur dibariskan berdekatan (per dua baris tanaman) dan digiring untuk mempermudah pengawasan. Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya di lapangan, masih sering terjadi penyimpanganpenyimpangan, misalnya tenaga penabur menaburkan pupuknya berlebihan karena berorientasi menghabiskan pupuk tanpa memperhatikan kebutuhan pupuk per tanaman, pupuk yang ditaburkan mengenai daun, adanya areal yang terlewat dipupuk dan takaran pupuk yang tidak seragam sehingga dosis pupuk untuk tiap tanaman tidak sama. Norma prestasi kerja untuk pemupukan 1.5 ha/hk. Penulis melakukan kegiatan pemupukan Urea dan MOP selama 8 hari dengan kerja ratarata 0.23 ha/hk, sedangkan prestasi kerja karyawan 0.7 ha/hk. Pupuk memerlukan tempat

34 penyimpanan mengingat fungsinya sebagai saprotan yang dibutuhkan dalam jumlah cukup besar dan pengaplikasiannya dalam beberapa waktu yang cukup lama. Gudang penyimpanan pupuk harus dijaga kondisi lingkungannya agar tidak menguap (bereaksi). Gudang pupuk di kebun Kemuning berukuran 16 m x 12 m dengan kapasitas 150 ton pupuk. Peralatan pemupukan di kebun Kemuning dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Peralatan Pemupukan. Pemangkasan Jenis pangkasan yang dilakukan di kebun Kemuning adalah pangkasan produksi tipe bersih. Pangkasan produksi tipe bersih yaitu pangkasan dengan bidang pangkas yang rata tetapi pada bagian tengahnya agak rendah (ngamangkok). Pemangkasan tipe bersih dilakukan dengan cara membuang semua ranting kecil yang berukuran kurang dari 1 cm beserta semua daunnya sehingga yang tertinggal hanya cabang dan ranting utama saja. Standar tinggi pangkasan produksi tipe bersih di kebun Kemuning adalah 5060 cm dengan batang yang berdiameter kurang dari 10 cm dihilangkan, luka pangkasan tidak boleh terlalu lebar dan tidak boleh pecah serta luka berbentuk tapal kuda. Cabangcabang yang menyamping dan terletak di bawah 60 cm dibiarkan untuk melebarkan frame, dan bidang pangkas sejajar kemiringan lahan. Akan tetapi pada kenyataanya di lapangan, masih banyak terdapat rantingranting kecil yang ditinggal dan banyaknya luka pangkas yang masih terlalu besar sehingga memperbesar penguapan. Hal tersebut disebabkan oleh tenaga pemangkas yang hanya mengejar target luas areal yang dipangkas tanpa

35 memperhatikan kualitas hasil pangkasan. Areal yang telah dipangkas bersih dapat dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Areal Pemangkasan. Pemangkasan di kebun Kemuning dilakukan secara manual dengan menggunakan sabit pangkas (gaet) dan mistar. Penggunakan gaet masih dianggap baik mengingat jenis pangkasan yang diterapkan oleh kebun Kemuning. Setiap karyawan pemangkasan di kebun Kemuning bersifat borongan. Untuk mempercepat pertumbuhan pucuk, sisa pangkasan diletakkan diantara tanaman teh untuk menambah bahan organik tanah. Perkebunan Kemuning menetapkan areal yang dipangkas 25 % per tahun dari total luas areal TM dan dilakukan dalam dua semester karena untuk menghindari anjloknya produksi. Daur pangkas yang ditetapkan di kebun Kemuning berkisar 45 tahun sekali. Akan tetapi untuk blok yang mengalami keterlambatan dan dianggap masih produktif belum dilakukan pemangkasan, meskipun sudah waktunya untuk dipangkas serta untuk menghindari menurunnya produksi akibat adanya serangan berat blister blight selama empat bulan terakhir ini. Realisasi pemangkasan di kebun Kemuning pada tahun 2007 dapat dilihat dalam Tabel 4.

36 Tabel 4. Realisasi Pemangkasan di kebun Kemuning Tahun 2007 Afdeling Luas areal (ha) Luas Areal Pemangkasan (ha) Areal Pemangkasan OA OB Total Sumber : Arsip Kantor Induk RSK Untuk pelaksanaan pemangkasan yang tepat harus memperhatikan kondisi tanaman dan iklim. Waktu yang terbaik untuk pelaksanaan pemangkasan adalah pada awal atau akhir musim hujan dan dilakukan bila produksi telah menurun 50 % dari produksi sebelumnya. Norma prestasi kerja untuk pemangkasan adalah 2 patok/hk. Penulis melakukan kegiatan pemangkasan selama lima hari yaitu pada Blok B6 dengan prestasi kerja rata rata 0.2 patok/hk, sedangkan prestasi kerja karyawan 1.5 patok/hk. Demplot Pupuk Demplot pupuk ini dilakukan oleh perusahaan pupuk Ciputra. Demplot ini dilakukan di Afdeling OB pada Blok B7. Demplot yang dilakukan meliputi demplot pupuk powder dan pupuk liquid. Untuk pupuk powder hanya menggunakan satu sendok makan dan dilarutkan ke dalam air sebanyak 30 l air. Tujuan dari penggunaan pupuk powder ini adalah untuk memenuhi unsur hara dalam tanah. Untuk pengaplikasiannya dilakukan dengan knapsack sprayer dengan kapasitas 1015 l. Untuk pupuk liquid yang digunakan sebanyak 3 sendok makan dan dicampurkan dengan 20 l air. Penggunaan pupuk liquid ini bertujuan untuk memelihara daun teh dari serangan hama dan penyakit serta memberikan nutrisi yang dibutuhkan daun teh tersebut untuk tumbuh.

37 Pemetikan Pemetikan merupakan kegiatan memungut sebagian dari tunas tunas teh beserta daunnya yang masih muda (kuncup, ranting muda dan daun) untuk kemudian diolah menjadi produk teh kering yang merupakan komoditas perdagangan. Selain itu, pemetikan juga bertujuan untuk membentuk kondisi tanaman agar mampu meningkatkan produksi yang berkesinambungan. Ranting pucuk harus dipetik untuk menghindari pertumbuhan yang semakin lambat bahkan terhentinya pertumbuhan. Setelah dilakukan pemetikan akan tumbuh pucuk burung yang merupakan satu masa periode istirahat untuk beberapa minggu, setelah masa tersebut dilalui, maka akan kembali tumbuh pucuk peko. Saat melakukan pemetikan, baik pucuk peko maupun pucuk burung sebaiknya pemetik harus meninggalkan kepel (daun pertama yang tumbuh dari tunas) dan sehelai daun di atasnya dengan tujuan untuk menjaga pertumbuhan pucuk selanjutnya agar sempurna. Jenis Pemetikan Pemetikan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan. Pemetikan jendangan merupakan pemetikan yang dilakukan pada tahap awal setelah tanaman dipangkas untuk membentuk bidang petik yang lebar dan rata dengan ketebalan lapisan daun pemeliharaan yang cukup, agar tanaman mempunyai potensi produksi yang tinggi. Jenis pemetikan yang dilakukan di kebun Kemuning meliputi pemetikan jendangan, pemetikan produksi dan pemetikan gendesan (rampasan). Pemetikan jendangan dilaksanakan 2 3 bulan setelah pemangkasan produksi, yaitu pada kondisi 60 % dari luas areal yang dipangkas telah memenuhi syarat untuk pemetikan jendangan dengan tinggi pucuk cm dari luka pangkas (tinggi pangkasan cm). Tinggi bidang petikan jendangan dari bidang pangkasan tergantung pada tinggi rendahnya pangkasan (PT Perkebunan X, 1993). Pucuk yang berada di bawah ketinggian tersebut tidak boleh di petik karena berfungsi untuk membentuk bidang petik. Pemetikan jendangan dilakukan 3 5 kali hingga tanaman memasuki masa pemetikan produksi. Setelah pemetikan jendangan yang pertama selesai dilakukan pemetikan jendangan yang kedua yang

38 sering disebut jolonjong, yaitu kegiatan pemetikan pucuk pucuk yang pada saat jendangan pertama belum terpetik karena belum manjing atau belum siap dipetik. Prihatmajanti (1999), menyimpulkan bahwa petikan jendangan yang dilaksanakan 3 bulan setelah pemangkasan lebih baik dibandingkan 4 bulan setelah pemangkasan. Hal tersebut terlihat dari jumlah pucuk yang terpetik, jumlah pucuk peko, bobot basah dan bobot kering pucuk yang lebih tinggi. Alat yang digunakan untuk pemetikan adalah jidar salib, waring dan pisau. Ukuran jidar salib yang digunakan adalah tinggi 80 cm dan lebar 100 cm yang bertujuan untuk menjaga kerataan perdu. Pelaksanaan pemetikan jendangan dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7. Pelaksanaan Pemetikan Jendangan. Pengamatan tinggi petikan jendangan dilakukan pada blok B3 dan A10, dari masing masing blok diambil 5 tanaman contoh secara acak, masih rendahnya pengambilan contoh ini disebabkan pada saat penulis melakukan magang hanya terdapat dua kali petikan jendangan di blok yang berbeda. Hasil pengamatan tinggi petikan jendangan dapat dilihat pada Tabel 5. Setelah 25 pemetikan jendangan dilakukan dengan interval 911 hari serta pucuk tersier sudah tumbuh, maka pemetikan dilanjutkan ke jenis pemetikan berikutnya yaitu pemetikan produksi.

39 Tabel 5. Tinggi Petikan Jendangan di Dua Blok Kebun Kemuning Afdeling Blok Rotasi petikan Jendangan Umur Setelah Pemangkasan (bulan) Tinggi Pangkasan (cm) Rata rata Tinggi Petikan Jendangan OA OB Sumber : Data primer Pengamatan Penulis Pemetikan produksi yang dilakukan di kebun Kemuning adalah petikan sedang (medium plucking) dengan rumus p+2 (peko dengan dua daun), p+3 (peko dengan tiga daun), b+1m (burung dengan satu daun muda) dan b+2 (burung dengan dua daun muda). Petikan sedang merupakan pemetikan yang tidak menyisakan daun di atas kepel untuk bagian tengah perdu (k+0), sedangkan untuk bagian pinggir ditinggalkan satu daun di atas kepel (k+1). Pemetikan di kebun Kemuning dilakukan dengan sistem manual dan menggunakan etem (pisau). Pemetikan dengan cara manual dilakukan dengan ibu jari dan telunjuk tanpa menggunakan sarung tangan, pemetikan dengan cara dirampas tidak dibenarkan. Pemetikan produksi dilakukan bulan setelah pemetikan jendangan yang ditandai dengan tumbuhnya tunas tersier dan bentuk perdu yang rata. Dalam pelaksanaan pemetikan produksi harus tetap memperhatikan daun pemeliharaan, karena jika daun pemeliharaan terlalu tipis akan menyebabkan pucuk yang tumbuh cenderung menjadi pucuk burung, sehingga akan berpengaruh terhadap tanaman. Kegiatan pemetikan produksi dapat dilihat pada Gambar 9. Pemetikan produksi yang dilakukan saat menjelang pemangkasan di sebut petikan gendesan atau rampasan. Pemetikan gendesan dilakukan dengan cara memetik semua pucuk yang memenuhi syarat untuk diolah tanpa memperhatikan daun yang ditinggalkan. Pelaksanaan Pemetikan Waktu pelaksanaan pemetikan jendangan berpengaruh langsung terhadap tinggi pucuk jendangan. Semakin cepat pelaksanaan pemetikan jendangan, maka

40 tinggi jendangan semakin rendah, sehingga akan meninggalkan pucuk yang pendek. Sebaliknya apabila waktu dimulainya pemetikan jendangan semakin lama, maka tinggi tunas akan meningkat (Adisewojo, 1982). Pemetikan di kebun Kemuning dimulai pukul selesai (disesuaikan dengan kondisi pucuk di lapangan). Semakin banyak jumlah pucuk manjing, maka akan semakin lama waktu untuk pemetikan. Pemetikan dimulai dari tempat yang jauh atau perengan menuju tempat yang datar atau dekat dengan jalan. Pada waktu melakukan pemetikan pemetik dilengkapi dengan jidar, waring, yang terbuat dari jala dengan kapasitas kg dan celemek plastik. Kepada pemetik mandor menerapkan 3M yaitu mana yang dipetik (p+3 dan pucuk burung), mana yang ditinggal (pucuk yang di pinggir dan pucuk yang di bawah bidang petik) dan mana yang di buang (cakar ayam, jambulan, dan tunas yang tumbuh lebih dari satu). Jumlah pucuk hasil pemetikan dalam genggaman dianjurkan tidak terlalu banyak untuk menghindari kerusakan pucuk. Pucuk pucuk yang telah dipetik sebagian langsung dimasukkan dalam waring yang digendong para pemetik. Setelah waring penuh oleh pucuk, pemetik harus memindahkan pucuk pucuk tersebut ke tempat pengumpulan yang terletak dekat dengan jalan yang berfungsi juga sebagai tempat penimbangan (los pucuk). Pemetik kadang kadang mengabaikan aturan yang telah ditetapkan perusahaan, karena orientasinya untuk mendapatkan hasil yang tinggi tanpa melaksanakan aturan tersebut sehingga sering terjadi kesalahan. Kesalahan tersebut antara lain pucuk burung tidak bersih dipetik sehingga pada gilir petik berikutnya pucuk tersebut sudah tua, pucuk tanggung ikut terpetik, cara memetik yang dijambret dan jidar yang di bawa tidak digunakan. Sistem pemetikan yang di pakai di kebun Kemuning adalah sistem giring sisir, yaitu pemetik menyelesaikan areal yang siap dipetik secara berjajar dari tempat terjauh dari jalan ataupun perengan menuju tempat yang dekat dengan jalan dengan tujuan untuk memudahkan dalam penimbangan.

41 Penimbangan dan Pengangkutan Penimbangan pucuk di kebun Kemuning dilakukan 1 sampai 2 kali tergantung pada jumlah pucuk di lapangan. Jika penimbangan pucuk sekali maka penimbangan dilakukan pada pukul , sedangkan jika penimbangan pucuk 2 kali maka penimbangan pertama dilakukan pada pukul dan penimbangan kedua pada pukul Penimbangan dilakukan oleh krani timbang kebun dengan menggunakan alat timbang gantung dan masing masing mandor mencatat hasil pucuk yang diperoleh pemetik yang menjadi tanggung jawabnya. Umumnya, setiap wilayah mempunyai krani timbang masing masing. Pucuk yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam truk pengangkut dan siap diantar ke pabrik. Di kebun Kemuning pucuk tersebut di tumpuk dalam truk tanpa menggunakan rak. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya alat transportasi yang mengangkut pucuk. Selain itu truk juga tidak dilengkapi dengan penutup bak untuk melindungi pucuk dari sengatan panas matahari dan hujan yang dapat menyebabkan pucuk longsong. Kerusakan pucuk semakin besar karena pegawai bongkar muat selama perjalanan dari kebun ke pabrik duduk di atas waringwaring yang telah penuh dengan pucuk. Hal ini akan mempengaruhi kualitas dari pucuk dan mempengaruhi hasil dari analisi pucuk dan analisis petik yang dilakukan oleh pihak pengolahan. Kegiatan penimbangan dan pengangkutan dapat dilihat pada Gambar 8. Kapasitas Pemetik Kapasitas pemetik adalah kemampuan pemetik untuk mengambil pucuk dalam 1 hari kerja. Kapasitas petik antar pemetik sangat bervariasi dan bahkan berubahubah dari hari ke hari. Hal tersebut dipengaruhi oleh perbedaan cara memetik, populasi tanaman, cuaca dan banyaknya pucuk yang bisa dipetik. Pada awalnya kebun Rumpun Sari Kemuning menetapkan standar basic yield 40 kg. Akan tetapi, akibat serangan blister blight maka standar tersebut diturunkan menjadi 35 kg.

42 a b c d e f g h i Gambar 8. Pelaksanaan Pengangkutan, dan Penimbangan Keterangan : a. Kegiatan penyimpanan pucuk di dalam waring pemetik b. Kegiatan penyimpanan pucuk di dalam waring pemetik c. Pucuk yang terdapat dalam waring pemetik d. Kegiatan penimbangan pucuk e. Kegiatan penimbangan pucuk f. Alat pengangkutan pucuk teh g. Kegiatan pengangkutan pucuk h. Pengangkutan pucuk hasil petikan i. Pucuk yang siap diangkut ke bagian pengolahan

43 Tenaga Pemetik Tenaga pemetik memegang peranan penting dalam mencapai hasil petikan secara optimal. Pengaturan kebutuhan tenaga pemetik dilakukan berdasarkan keterampilan pemetik dan umur pangkas. Pemetikpemetik yang memiliki keterampilan yang tinggi ditempatkan pada blok dengan umur pangkas muda. Berdasarkan target produksi 2007 ( ton/ha/tahun), rata rata kapasitas 35 kg dan hari kerja efektif dalam 1 tahun (343 hari), absensi pemetik dalam setahun 5 %, maka rasio tenaga pemetik dapat dihitung dengan rumus : TP = TP = X 105 % TP = TP TP = 0.98 / ha = 384 orang/ ha Tenaga pemetik di kebun Kemuning merupakan tenaga borongan yang pengupahannya sesuai dengan berat pucuk yang telah diperoleh dari hasil analisis pucuk. Norma hari kerja pemetik adalah 18 HK/ha, sehingga setiap pemetik mendapatkan hanca 1.4 patok/hk. Hanca Petik dan Gilir Petik Hanca petik adalah luas yang dipetik dalam 1 hari oleh seorang pemetik. Pengaturan hanca petik didasarkan pada kapasitas rata rata pemetik, blok kebun, daur petik serta topografi dan musim. Makin pendek daur petik maka akan semakin luas hanca petik. Hanca petik untuk setiap jenis petikan berbeda tergantung pada luas areal yang akan dipetik dan jenis petikan. Sebagai gambaran untuk kemandoran di Afdeling OB dengan luas ha dan gilir petik 10 hari, hanca petiknya dapat dihitung sebagai berikut:

44 Hanca petik = = Luas areal yang dipetik Gilir petik = 18 ha/hari Gilir petik adalah jangka waktu antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya, dihitung dalam jumlah hari. Lama gilir petik ditentukan oleh kecepatan pertumbuhan pucuk yang dipengaruhi oleh umur pangkas, iklim, elevasi dan kesehatan tanaman dan jenis klon (Arifin, 1992). Gilir petik yang tepat akan memberikan produksi yang maksimal dan mutu yang baik, apabila selektivitas pemetikan dilakukan dengan benar (Argadipraja, 1982). Mutu pucuk hasil pemetikan yaitu kehalusan dan keragaman jenis pucuk dipengaruhi oleh panjang gilir petik (Sukasman dan Mahmud, 1988). Semakin panjang gilir petik menyebabkan tidak tercapainya standar pemetikan medium yaitu pucuk telah melebihi rumus petik, hal ini dapat mengakibatkan pucuk tidak memenuhi kriteria analisis pucuk MS, sehingga persentasenya menurun. Gilir petik yang diterapkan di kebun Kemuning adalah 9 12 hari, karena berada pada dataran tinggi. Panjang pendeknya gilir petik juga merupakan salah satu faktor yang dapat menentukan produksi serta produktivitas pucuk teh yang dihasilkan. Analisis Petik dan Analisis Pucuk Untuk mengetahui hasil pelaksanaan pemetikan dari setiap waktu, kebun Kemuning melakukan pemeriksaan pucuk melalui analisis pucuk dan analisis petik. Kegiatan pemeriksaan pucuk (analisis) tersebut dilakukan oleh seorang tenaga khusus yang terlatih. Analisis pucuk merupakan pemisahan pucuk yang didasarkan pada bagian tua dan muda (memenuhi syarat atau tidak memenuhi syarat) yang dinyatakan dalam persen. Analisis pucuk selain bertujuan untuk menilai pucuk yang akan diolah juga menentukan upah pemetik dan juga premi mandor. Analisis ini dilakukan dengan mengambil sampel pucuk dari setiap kemandoran sebanyak 200

45 gram dan dipisahkan menjadi tiga bagian yaitu halus, kasar dan rusak. Dari masing masing kriteria tersebut ditimbang dan dihitung presentasenya. Pucuk yang digolongkan memenuhi syarat (MS) jika telah memenuhi analisis pucuk sebesar 40 % dan tidak memenuhi syarat (rusak + kasar) maksimal 60 %. Apabila berdasarkan analisis pucuk tersebut suatu kemandoran mendapatkan hasil pucuk yang memenuhi syarat di atas 40 %, maka mandor tersebut akan mendapatkan premi sebesar 10 %. Pengolahan Teh Hijau Pengolahan teh hijau ini sedikit berbeda dengan teh hitam, dalam pengolahan teh hijau pucuk halus, medium, kasar maupun rusak dicampur menjadi satu sehingga analisis petik tidak perlu untuk dilakukan dan tidak terdapat pra penggilingan. Selain itu proses pengeringannya dilakukan dua kali. Pucuk yang diterima di pabrik, kemudian ditimbang oleh krani timbang pabrik dan dilakukan pemotongan dari hasil penimbangan pucuk di kebun untuk mengurangi berat air yang terbawa oleh pucuk dari kebun. Pemotongan hasil pucuk pada kondisi normal sebesar 5 %, musim hujan 7 % dan pucuk rusak 10 %. Tahapan pengolahan teh hijau yang dilakukan di kebun Kemuning terdiri atas pelayuan, penggilingan, pengeringan awal, pengeringan akhir, sortasi dan pengepakan. Selain tahapan pengolahan hal yang perlu dilakukan yaitu pucuk harus segera diolah untuk menghindari terjadinya oksidasi sebelum dan selama pengolahan yang dapat mempengaruhi warna seduhan, inaktivasi enzim polifenol oksidasi, pememaran daun dan pemerasan cairan selama penggilingan harus maksimal serta pemekatan cairan sel yaitu melalui pengeringan yang ditujukan untuk membantu bentuk gulungan yang baik. Pelayuan Pucuk teh yang sampai pabrik dan telah ditimbang dilakukan pembeberan terlebih dahulu sebelum masuk ke mesin pelayuan. Pembeberan adalah meletakkan pucuk teh dalam lantai selama 5 jam sebelum pucuk tersebut diolah. Pembeberan dilakukan secara manual di atas lantai dengan ketebalan cm sampai pucuk habis. Pembalikan beberan dilakukan setiap 3 4 jam dengan tujuan

46 untuk mempermudah sirkulasi udara dan menghindari pucuk longsong. Pada proses pelayuan terjadi perubahan fisik dan kimia pada pucuk teh. Perubahan fisik dilihat dari warna daun dan perubahan kimia ditandai dengan meningkatnya aktivitas enzim, terurainya protein menjadi asam amino bebas dan meningkatnya kandungan kafein sehingga menimbulkan aroma yang harum. Mesin pelayuan yang digunakan di kebun Kemuning adalah rotary pannel (RP) type double cylinder roll yang berkapasitas dengan menggunakan bahan bakar kayu, berbentuk tabung silinder yang berputar, dialiri udara panas dengan suhu ºC. Berfungsi untuk melayukan pucuk segar melalui induksi panas sehingga pucuk lemas dan juga untuk menonaktifkan enzim polifenol oksidase sehingga tidak terjadi proses fermentasi. Mesin Pelayuan yang digunakan di kebun Kemuning dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Mesin Pelayuan Rotary Planner (RP) Sebelum pucuk dimasukkan ke mesin pelayuan, mesin tersebut dipanasi terlebih dahulu kurang lebih 15 menit dengan suhu 100 ºC. Pucuk yang akan dilayukan dimasukkan melalui conveyor dengan feed hopper (tempat pengisisn) dan diratakan dengan alat perata yang berputar (leaf spreader) dengan tujuan agar pucuk tidak mengumpal. Di atas conveyor terdapat blower yang berfungsi untuk membuang udara jenuh (uap air). Suhu lebih dari 110 ºC tidak dianjurkan karena dapat merusak klorofil. Pucuk dilayukan kurang lebih 5 menit. Setelah keluar dari mesin pelayuan, pucuk yang tadinya hijau berubah menjadi hijau zaitun dengan kadar air persen. Selain itu hasil pelayuan yang baik juga dapat diketahui

47 jika pucuk layu tersebut di genggam dan di peras, maka airnya tidak mengucur tetapi terasa lengket di tangandan tidak terdengar bunyi patah jika diremas. Penggilingan Pucuk teh yang telah dilayukan dan telah dibeber sekitar 15 menit dimasukkan ke mesin penggilingan. Penggilingan dilakukan dengan tujuan untuk membentuk daun teh menjadi gulungan gulungan kecil dan akan mengeluarkan cairan sel agar menempel di permukaan daun. Alat penggiling yang digunakan adalah Jackson roller berukuran inchi dan sapu lidi untuk membersihkan sisa hasil dari gilingan. Jackson roller yang biasanya digunakan di pabrik kebun Kemuning adalah Jackson roller dengan kapasitas kg. Proses penggilingan ini biasanya membutuhkan waktu selama kurang lebih menit. Pucuk hasil pelayuan yang telah dibeber dimasukkan ke dalam silinder Jackson roller dengan kapasitas ka/jam/unit. Pemutaran pada proses penggilingan bibagi dalam tiga tahap, yaitu penggilingan pertama dilakukan 10 menit tanpa penekanan, penggilingan kedua dilakukan 3 menit dengan penutupan dan pres serta penggilingan ketiga dilakukan 2 menit tanpa penutup dan tanpa penekan. Lama penggilingan biasanya menit tergantung pada kualitas bahan baku, semakin halus pucuk yang diolah maka penggilingan semakin singkat. Jackson roller juga dilengkapi dengan alat pres untuk membentuk gulungan dengan kenampakan yang baik. Bentuk gulungan juga dipengaruhi oleh kualitas bahan baku pucuk, derajat layu, bentuk meja dan tekanan dari tutup silinder tersebut. Setelah pucuk digiling, diperoleh sel sel daun yang telah pecah dan bercampur dengan oksigen sehingga sangat besar kemungkinan terjadinya fermentasi. Oleh karena itu, setelah proses penggilingan selesai, hasil gilingan perlu sesegera mungkin dimasukkan ke dalam mesin pengeringan awal. Pengeringan Pengeringan bertujuan untuk mengurangi kadar air teh sampai tinggal 4 % sehingga daya simpan teh keringnya meningkat dan membantu meningkatkan

48 bentuk gulungan teh. Pengeringan dibagi menjadi dua tahap yaitu pengeringan awal dan pengeringan akhir. Pengeringan awal. Pengeringan awal bertujuan untuk mengurangi kadar air sampai tinggal persen. Mesin pengeringan awal yang digunakan adalah Endles Chain Pressur belong (ECP) berkapasitas kg/jam/unit, kecepatan 18 rpm dengan rantai tidak terputus dan terdiri atas 4 5 stage dimana kecepatan jalanya diatur dengan gearbox yang menggunakan variable speed. Proses pengeringan dimulai dengan memanaskan ECP 15 menit sebelum pucuk hasil gilingan dimasukkan ke mesin pengering. Setelah suhu mencapai 100 ºC, pucuk hasil gilingan dimasukkan ke dalam bak ECP. Setiap stage dipasang rantai yang tidak terputus dan pen untuk membawa tray dan untuk membawa bubuk teh yang akan dikeringkan. Tray tersebut saling menyambung dan saat di ujung tray menjatuhkan bubuk teh dan ditampung oleh tray di bawahnya. Pengeringan akhir. Pengeringan akhir bertujuan untuk mengurangi kadar air sampai tinggal 3 4 persen. Dalam pengeringan akhir digunakan 2 tipe mesin yaitu rotary drier dan pengering ball tea yang berbentuk silinder yang berputar digerakkan oleh elektrometer. Rotary drier merupakan mesin perantara sebelum teh hasil pengeringan awal masuk ke ball tea. Kapasitas rotary drier adalah 100 kg/unit. Mesin rotary drier digunakan untuk menghemat waktu pengeringan di ball tea, karena Rotary drier menggunakan sistem burner pengapian dengan suhu 50 ºC. Pucuk dikeringkan dalam mesin rotary drier selama 45 menit dengan tahapan 20 menit pertama untuk meratakan pengeringan dengan pemanasan api dan mesin berputar, sedangkan 25 menit kedua untuk pemolesan dengan mesin berputar tanpa pemanasan api. Ball tea berfungsi untuk pengeringan akhir yang akan menyempurnakan mutu dengan bentuk membentuk gulungan teh. Ball tea yang besar memiliki kapasitas 2 ton kg sedangkan yang kecil memiliki kapasitas kg teh kering hasil pengeringan awal. Teh kering dari rotary drier dikeringkan dalam ball tea dengan suhu ºC dalam waktu 7 12 jam. Setelah pengeringan dalam ball tea, teh kering dikeluarkan dan dibeberkan sampai dinggin dan kemudian dimasukkan ke dalam karung. Teh kering hasil

49 pengolahan akhir diambil sampel (200 gram) untuk analisis teh kering yang berfungsi untuk mengetahui seduhan, rasa, aroma, dan ampas serta untuk mengklasifikasikan ke dalam kategori peko, tulang, dan bubuk. Sortasi Sortasi merupakan kegiatan pengelompokan teh jadi ke dalam jenis jenis mutu dengan bentuk ukuran yang spesifik sesuai dengan standar teh hijau agar dapat diterima di pasaran. Sortasi di kebun Kemuning dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mesin dan secara manual. Sortasi dengan mesin dilakukan untuk memisahkan teh berdasarkan berat jenisnya. Sortasi dengan mesin dilakukan melalui 4 jenis tahapan mesin, yaitu land sifter, extractor, winower dan stalk separator, land silfer biasanya disebut layer 4 karena terdiri dari 4 susunan ayakan, tetapi di kebun Kemuning mesin tersebut dimodofikasi menjadi 6 susunan ayakan agar lebih efektif dengan diameter lubang ayakan masing masing adalah 10 mm, 8 mm, 6 mm, 4 mm, 3 mm, dan 2 mm. Hasil sortasi dari mesin tersebut terdiri dari grade 1 yaitu chun mee (CM), peko super kecil (PSK), peko super besar (PSB), ketiga mutu tersebut biasanya di ekspor. Untuk grade 2 yaitu jikeng, tulang, pust (bubuk), dan kempring (patahan daun tua). Untuk teh kering yang lolos ayakan 10 mm dan 2 mm termasuk lokal dan dust, teh kering yang tertahan pada ayakan dengan diameter lubang 8 mm dan 6 mm termasuk PSB, teh kering yang tertahan pada ayakan dengan diameter lubang 4 mm dan 3 mm termasuk PSK dan yang tertahan pada ayakan dengan diameter lubang 2 mm termasuk CM. Extraktor digunakan untuk pemisahan tulang dari layer 4 dengan kapasitas 140 kg/jam. Extraktor sering disebut layer 3 dengan struktur ayakan yang timbul berfungsi untuk jalur tulang agar tidak lolos dari lubang ayakan. Pengklasifikasian hasil dari layer 4 masuk ke dalam ukuran ayakan masing masing. Untuk PSB menggunakan ayakan dengan diameter lubang 13,10, 8, 10 dan 8 mm dan dihasilkan kelas mutu tulang lokal, PSK, PSB. Bahan PSK menggunakan ayakan dengan diameter lubang 10, 8, 6, 8, dan 6 mm dan untuk kelas CM menggunakan ayakan dengan diameter lubang 10, 8, 4, 8 dan 6 mm. Stalk separator berbentuk

50 stage bersusun 4 yang berfungsi untuk memisahkan tulang kecil dan akan dihasilkan tulang, PSK, dan PSB. Winower merupakan mesin pemisah teh kering berdasarkan berat jenisnya yang bekerja dengan 4 kipas bersusun. Tiga kipas sebagai penghembur dan 1 kipas sebagai penyedot debu. Ketiga kipas tersebut tidak berjalan bersamaan. Tetapi bergantian bergantung pada kebutuhan kelas mutu yang diinginkan, kelas mutu yang dihasilkan dari mesin winower tersebut adalah PSK, PSB, CM 3, kempring dan dust. Proses sortasi dilakukan dalam 3 shift yaitu shift 1 pukul , shift 2 pukul dan shift 3 pukul dengan mempekerjakan 4 tenaga kerja (KHL/KHT) Sortasi manual dilakukan untuk mengecek hasil yang telah diperoleh dari sortasi mesin dengan memisahkan tulang dan daun tua yang ditandai dengan warna agak kekuningan. Sortasi ini dilakukan oleh 5 tenaga kerja dalam pengolahan. Dalam melakukan sortasi ini dibutuhkan ketelitian agar hasil dari sortasi ini menunjukkan kualitas yang baik. Pengepakan Pengepakan bertujuan untuk mencegah teh hijau hasil proses pengolahan dari kerusahan dan memudahkan dalam penyimpanannya. Bahan pengepakan yang digunakan untuk tujuan ekspor adalah iner, papersack, karung plastik dan karung goni, sedangkan untuk pemasaran lokal hanya menggunakan inner dan karung palstik pada bagian luarnya. Masing masing grade hasil sortasi di simpan dalam karung plastik. Berat 1 chop untuk masing masing kelas mutu berbeda untuk PSB dan PSK (ekspor) 50 kg/chop, untuk mutu lokal masing masing CM 40 kg/chop, dust 50 kg/chop, lokal 35 kg/chop, kempring 40 kg/chop dan tulang 30 kg/chop. Teh kering yang belum dikirim di simpan dalam gudang terlebih dahulu.

51

52 PELAKSANAAN PENGELOLAAN KEBUN Pengelolaan Tingkat Mandor Mandor merupakan bawahan langsung dari asisten afdeling. Mandor bertugas mengawasi para pekerja di lapangan, memberikan petunjuk teknik budidaya, mengabsen para pekerja sebelum dan sesudah bekerja dan membuat laporan harian. Mandor Pengendalian Gulma Secara Kimia (Chemical Weeding) Mandor pengendalian gulma secara kimia bertugas merencanakan kegiatan harian pengendalian gulma, jumlah tenaga yang diperlukan, peralatan, material, target luas areal yang akan dikendalikan, waktu pengendalian, dan penulisan laporan harian hasil dari kegiatannya hari itu. Mandor chemical weeding membawahi 2 orang pekerja yang berstatus sebagai karyawan harian lepas (KHL). Pengajuan bon material dilakukan 1 hari sebelum pelaksanaan pengendalian dengan persetujuan asisten afdeling, diketahui kepala administrasi dan kepala gudang. Material yang telah disetujui untuk digunakan dalam pengendalian gulma diambil pada hari itu juga. Sebelum kegiatan pengendalian dilakukan, mandor memberikan pengarahan mengenai teknis pengendalian dan melakukan absensi pekerja pada hari itu juga. Mandor chemical weeding harus memperhitungkan, mengarahkan pekerjanya mengenai areal yang akan dikendalikan serta harus mengawasi langsung pembuatan larutan herbisida, serta penggunaan dan aplikasinya. Perhitungan luas areal yang akan disemprot, penggunaan herbisida, tenaga kerja dan lokasi pengendalian dilaporkan pada buku laporan harian mandor. Keberhasilan dalam penyemprotan atau kesalahan yang terjadi di lapangan menjadi tanggung jawab mandor. Jika terdapat areal yang terlewati maka pekerja harus melakukan penyemprotan terhadap areal tersebut sebelum pulang.

53 Mandor Pemupukan Mandor pemupukan membawahi orang pekerja yang seluruhnya berstatus sebagai KHL. Mandor pemupukan bertugas untuk membuat rencana pelaksanaan pemupukan, mengawasi pelaksanaan pemupukan untuk mengurangi penyimpangan penyimpangan yang mungkin terjadi di lapangan. Di kebun Kemuning sendiri pernah terjadi pencurian terhadap pupuk yang akan diaplikasikan dan kejadian tersebut terjadi di lapang, hal ini menunjukkan pengawasan masih tidak dilaksanakan dengan baik. Mandor Hama dan Penyakit Tanaman (HPT) Mandor Hama dan Penyakit Tanaman (HPT) membawahi 3 orang karyawan yang berstatus sebagai KHT. Mandor HPT bertugas mengarahkan pekerjanya dalam melaksanakan pengendalian, membuat rencana kerja areal yang akan disemprot, membuat bon permintaan penggunaan insektisida atau fungisida. Mandor HPT juga mempunyai tugas khusus bersama petugas EWS melakukan kegiatan koordinasi dalam menanggulangi serangan hama dan penyakit. Mandor Panen Mandor panen bertugas membuat rencana areal blok yang akan dipetik, melakukan absensi tenaga, melakukan pengawasan terhadap pemetikan, melakukan peninjauan terhadap pucuk yang telah dipetik dan pucuk tertinggal, memeriksa jenis petikan yang telah dilakukan, menentukan gilir petik, melakukan pencatatan hasil timbangan, berkoordinasi dengan krani timbang, dan membuat laporan harian mengenai banyaknya pucuk yang dipetik pada hari itu.

54 Pengelolaan Tingkat Manajer Asisten Afdeling Asisten Afdeling mrupakan bawahan langsung dari kepala tanaman yang bertugas dan bertanggung jawab terhadap pembuatan rencana blok mingguan atas dasar rencana bulanan, memberikan pengarahan tentang blok yang akan dikerjakan serta mengevaluasi hasil kerja para pekerja di lapangan. Dari rencana yang telah disusun serta koordinasi dengan mandor akan diketahui jumlah material, jumlah tenaga kerja, dan perkiraan biaya (cost) yang diperlukan untuk kegiatan pengendalian di lapangan. Asisten afdeling juga bertanggung jawab untuk melakukan pengontrolan terhadap para pekerja dan para mandor dalam suatu blok untuk mengetahui ada atau tidaknya kesalahan atau penyimpangan dalam pelaksanaan kegiatan harian sehingga kalau terjadi penyimpangan atau kesalahan dapat segera dikoreksi. Asisten afdeling membawahi beberapa mandor, yaitu mandor rawat, mandor pangkas, mandor petik dan mandor hama dan penyakit tanaman. Penulis menjadi asisten afdeling selama 1 bulan. Kepala Tanaman Kepala tanaman bertanggung jawab mengkoordinasikan kegiatan antar afdeling dan mengevaluasi penyimpangan rencana kerja yang terjadi di setiap afdeling, baik teknis maupun biaya operasional. Kepala tanaman juga bertanggung jawab untuk melakukan perbaikan terhadap penyimpangan yang terjadi. Kepala tanaman perlu melakukan kontrol di lapangan sehingga dapat segera mengambil langkahlangkah perbaikan atas penyimpanganpenyimpangan yang terjadi di lapangan. Pengawasan dan evaluasi dilakukan kepala tanaman dengan mengelilingi kebun serta menitik beratkan pada kebunkebun yang bermasalah. Setiap minggu kepala tanaman melakukan koordinasi melalui rapat dengan asisten afdeling dan mandor untuk mengetahui permasalahanpermasalahan di kebun dan sejauh mana target produksi telah tercapai sehingga wilayah wilayah yang kurang dalam segi produksinya dapat ditinjau ulang.

55 Administratur Administrur di perkebunan merupakan jabatan tertinggi di bawah direksi. Administratur merupakan pucuk pimpinan yang mengendalikan kegiatan di kebun baik dari segi teknis, manajerial maupun administrasi dari semua lini. Administratur melakukan kontrol ke lapangan untuk menentukan kebijakan kebijakan yang perlu diambil sesegera mungkin dan melakukan koordinasi dengan HO untuk melakukan perbaikan dan pembaharuan terhadap pola manajemen yang lebih maju. Secara singkat tugas administratur adalah melakukan koordinasi, melakukan kontrol untuk jangka waktu yang pendek, menengah dan panjang, memperhitungkan biaya serta melakukan analisa terhadap pendapatan dan keuangan yang didapat.

56 PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu sendiri. Oleh karena itu petikan harus dilaksanakan dengan baik dan tepat. Sistem petikan yang dimaksud di sini adalah berapa daun muda yang dipetik di bawah kuncup (peko) atau beberapa daun yang tinggal pada ranting di atas daun kepel. Sistem petikan ini sangat terkait dengan teknis petikan yang baik di lapang yaitu sesuai dengan prinsip memetik mulai dari mengambil, menyimpan dan membuang. Menurut Sukasman dan Johan (1990) bahwa petikan yang baik selain bidang petik harus rata, pemetikan harus dilakukan sesuai dengan bidang petik. Pucuk yang belum mencapai kriteria masak petik harus ditinggalkan dan daur petik harus diatur sesuai dengan pola pertumbuhan pucuk. Salah satu masalah di kebun Kemuning ialah bidang petik yang tidak rata. Bidang petik yang tidak rata akan menyebabkan perbedaan pertumbuhan pucuk selain berpengaruh pada kesehatan tanaman dan serangan hama atau penyakit yang mudah menyerang karena diperoleh lingkungan hidup yang cocok untuk berkembang biak sehingga kesinambungan produksi kurang terjaga. Untuk memperoleh bidang petik yang rata harus dilakukan sistem petikan yang benar. Sistem pemetikan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh pihak kebun. Tinggi petikan jendangan di Blok B3 (Tabel 4), masih lebih rendah dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan PPTK Gambung dalam Setyamidjaja (2000), yaitu cm dari luka pangkas. Belum sesuainya pelaksanaan petikan jendangan tersebut disebabkan oleh masih kurangnya pengawasan dari mandor, masih rendahnya keterampilan dari tenaga pemetik serta sistem borongan yang diterapkan sehingga pemetik hanya mengejar kuantitas tanpa memperhatikan kualitas dari pucuk yang dihasilkan dan dampak dari pemetikan tersebut terhadap pemetikan berikutnya.

57 Pemetikan jendangan merupakan pemetikan yang dilakukan pertama kali dan bertujuan untuk membentuk bidang petik yang lebar dan merata dengan daun pemeliharaan yang cukup sehingga tanaman memiliki potensi yang tinggi. Hal ini penting atau perlu diperhatikan karena pertumbuhan dan jumlah pucuk serta bobotnya sangat dipengaruhi oleh tebal tipisnya daun pemeliharaan (Tobroni, 1998). Makin tipis dan jarang daun pemeliharaan, makin cepat akibat kekeringan (Darmawijaya, 1984). Dalam proses pertumbuhan tanaman teh mutlak diperlukan daun permanen atau daun pemeliharaan untuk menjamin produktivitas dan kelangsungan hidupnya. Daun pemeliharaan juga dapat dibentuk pada saat pemetikan sehingga pemetikan harus benarbenar diperhatikan. Pucuk dari tunas yang mengarah ke samping (selewer) tidak boleh dipetik agar bidang petik cepat melebar. Daun pemeliharaan berfungsi sebagai pabrik fotosintat yang digunakan sebagai pertumbuhan dan metabolisme tanaman (Dalimoenthe, 1987). Fotosintat yang dihasilkan oleh daun pemeliharaan akan disebarkan ke bagian atas (pucuk) dan bagian bawah atau cabang, batang, dan akar. Tebal daun pemeliharaan optimal untuk pertumbuhan tunas baru adalah 1520 cm (Pusat Penelitian Teh dan Kina Gambung, 1992). Pemetikan jendangan dilakukan oleh tenaga pemetik yang terampil dan teliti (sudah pernah mengikuti petikan jendangan) yang diambil dari kemandoran yang membawahi wilayah itu dengan sistem borongan. Jumlah tenaga pemetik jendangan biasanya 20 orang, akan tetapi juga masih tergantung terhadap luas areal yang akan dipetik. Dalam melakukan pemetikan jendangan ini perlu dipertimbangkan juga mengenai pertumbuhan gulma, hal ini dikarenakan apabila semakin tinggi petikan jendangan ini dilakukan, intensitas serangan hama dan penyakit akan cenderung semakin meningkat, karena semakin lama tanaman tersebut dijendang maka semakin lama pula kesempatan patogen menghasilkan spora. Menurut Sanusi dan Purnama dalam Martosupono dan Sudirman (1991), petikan jendangan yang paling efektif terhadap produksi pada pangkasan bersih adalah 10 cm dari bidang pangkas.

58 Waktu dan Frekuensi Pelaksanaan Pemetikan Jendangan Pelaksanaan pemetikan jendangan adalah 2 3 bulan setelah pemangkasan produksi yaitu apabila 60 % areal telah memenuhi syarat jendang dengan rata rata tinggi pucuk cm dari luka pangkas ( Setyamidjaya, 2000). Rata rata pelaksanaan pemetikan jendangan di kebun Kemuning adalah 3 bulan setelah pemangkasan. Hal tersebut disebabkan oleh letak kebun Kemuning yang berada di dataran tinggi sehingga intensitas cahaya matahari yang diterima tanaman kurang optimal. Pada dataran tinggi pertumbuhan tunas berlangsung agak lambat karena terkait dengan jumlah intensitas cahaya matahari yang rendah. Jika cahaya terlalu kecil dan suhu udara rendah maka tidak terjadi pertumbuhan (Sukasman, 1997). Dalam pelaksanaannya pemetikan jendangan dilakukan oleh pemetik yang terampil dan teliti yang dipilih dari beberapa kemandoran dan selalu diawasi MK jendangan meliputi ketepatan ukuran salib, pisau stek dan cara pemetikan yang dilakukan. Kapasitas Pemetik Rata rata kapasitas pemetik di kebun Kemuning adalah 22 kg. Nilai ini masih dibawah standar pemetikan (basic yield) yang ditetapkan oleh perkebunan yaitu 35 kg/hari. Kapasitas petikan yang dihasilkan setiap pemetik berbeda tergantung dari keadaan pucuk di lapang. Rendahnya kapasitas pemetik di perkebunan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain kondisi pucuk di lapang, banyaknya pemetik yang berusia lanjut sehingga kemampuan pemetik berkurang dan keterampilan pemetik yang masih rendah sehingga pemetikan dilakukan dengan cara dijambret atau ngodok, sehingga pertumbuhan pucuk untuk gilir berikutnya tidak rata. Prestasi kerja yang dilakukan pemetik dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia pemetik, waktu timbang, tinggi badan, jarak tempat kerja dengan tempat tinggal (Rosyadi dan Subrana, 1990).

59 Gilir Petik dan Hanca Petik Hanca petik diatur berdasarkan blok sistem, artinya pemetik tidak hanya memetik pada satu petak atau barisan tertentu saja tetapi bersama dengan pemetik yang lain menuju satu barisan ke depan dalam blok yang akan dipetik. Pembagian hanca didasarkan pada potensi tanaman, umur pangkasan, topografi areal dan jumlah pemetik. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis di lapang diketahui bahwa rata rata hanca petik untuk petikan jendangan dan produksi berbeda. Hanca petikan jendangan rata rata 1.5 patok/hk. Hasil tersebut lebih luas dibandingkan dengan petikan produksi yang rata rata hanya 0.75 patok/hk. Hal tersebut disebabkan oleh pucuk yang dipanen jumlahnya lebih sedikit dan keterampilan dari tenaga pemetik pada petikan produksi. Gilir petik merupakan jarak antara satu pemetikan dengan pemetikan berikutnya pada suatu luasan yang sama. Gilir petik merupakan salah satu faktor yang menentukan produksi pucuk. Gilir petik antara satu perkebunan dengan perkebunan lain tidak sama. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain topografi, umur pangkas, iklim dan kesehatan tanaman. Semakin tinggi letak kebun dan cuaca kemarau maka pertumbuhan pucuk semakin lambat sehingga gilir petik harus diperpanjang. Semakin tua umur pangkas maka semakin lambat pertumbuhan sehingga makin panjang gilir petik. Kesesuaian gilir petik dengan umur pangkas ini sangat penting untuk diperhatikan agar diperoleh pucuk yang memenuhi syarat olah sehingga kualitas teh yang dihasilkan stabil. Gilir petik yang pendek dapat mencegah menyebarnya serangan hama Helopeltis antonii, sehingga pucuk yang dihasilkan dalam kondisi yang sehat. Kesehatan tanaman dapat mempengaruhi pertumbuhan pucuk, semakin sehat tanaman maka pertumbuhan pucuk semakin cepat sehingga gilir petik semakin pendek (Tobroni, 1988). Gilir petik yang diterapkan di kebun Kemuning sudah sesuai dengan standar yaitu ( hari ). Gandi (2002) menyatakan bahwa penetapan gilir petik tergantung percepatan pertumbuhan tunas dan faktorfaktor yang mempengaruhi gilir petik. Semakin pendek gilir petik maka hanca petik akan semakin luas.

60 Analisis Petik dan Analisis Pucuk Tujuan dari proses analisa adalah untuk mengetahui pucuk yang akan diolah sudah memenuhi standar atau belum sehingga sehingga dapat memperkirakan tinggi rendahnya olahan. Kegiatan analisa petikan merupakan kegiatan awal dari pengujian mutu. Analisis petik maupun analisis pucuk merupakan bagian dari analisis pemetikan yang merupakan salah satu cara yang digunakan untuk memonitoring kualitas pucuk yang dihasilkan oleh perusahaan. Analisis ini harus dilakukan oleh tenaga ahli dan mendapatkan pengawasan dari pihak pengelola kebun, karena hasil dari analisis ini sangat bermanfaat bagi pengelola kebun dalam memonitoring pelaksanaan lapang dan dalam melakukan perbaikan terhadap aspekaspek yang dapat menurunkan kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan. Analisis petik merupakan pemisahan pucuk yang didasarkan pada rumus petik yang diterapkan kebun tersebut. Analisis ini mulai tahun 2008 sudah tidak diterapkan kembali karena dianggap sudah tidak efektif dan effisien. Akan tetapi penulis melakukan analisis sendiri dan membandingkan hasilnya dengan analisis yang dilakukan pihak kebun. Pemetikan yang kurang teliti dan tidak adanya bonus tambahan untuk pemetik apabila mengumpulkan hasil lebih dari basic yield, dan rendahnya jam kerja merupakan faktor yang akan mempengaruhi hasil dari analisa petik dan analisa pucuk. Hal ini juga harus diperhatikan oleh pengelola kebun karena akan berpengaruh langsung terhadap kelangsungan kebun tersebut. Analisis petik dilakukan dengan tujuan untuk menilai ketepatan pelaksanaan pemetikan baik daur petik maupun cara pemetikan yang nantinya akan mempengaruhi kondisi pucuk yang akan diolah, menilai kondisi tanaman yang kurang sehat dan menilai keterampilan pemetik. Menurut Rosyadi dan Subarna (1990), semakin besar persentase pucuk muda yang akan diolah maka akan menghasilkan mutu yang tinggi. Hasil dari analisis petik dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah ini.

61 Tabel 6. Komposisi Pucuk Hasil Analisis Petik di Kebun Kemuning 2007 Uraian Februari Maret April Mei P+1 P P B+1m B+2m B+3m Medium P P BT DT Rusak Sumber : Arsip Kantor Rumpun Sari Dari data analisis petik berdasarkan Tabel 6 di atas yang dilakukan oleh pihak perkebunan menunjukkan bahwa petikan di kebun Kemuning masih tergolong petikan kasar, hal ini ditunjukkan dengan masih rendahnya persentase pucuk medium yang dihasilkan dengan rata rata 49 %, selain itu juga masih terdapat pucuk kasar dan rusak dengan persentase yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pemetikan di kebun Kemuning belum dilaksanakan dengan baik serta keadaan tanaman di kebun kurang sehat. Hasil dari analisa petik ini dapat digunakan untuk melihat kondisi tanaman dan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan perbaikan terhadap sistem pengelolaan kebun. Sebagai pembanding penulis melakukan analiasis petik secara langsung dengan mengambil contoh pucuk dari setiap kemandoran sebanyak 100 gram. Pucuk ini diambil dari pabrik sebelum pucuk dibeberkan. Berikut adalah data mengenai analisis petik yang dilakukan oleh penulis dapat dilihat pada Tabel 7.

62 Tabel 7. Komposisi Pucuk Hasil Analisis Petik yang dilakukan Penulis 2008 Uraian Februari Maret April Mei P+1 P P B+1m B+2m B+3m Medium P P BT DT Rusak Sumber : Data primer pengamatan penulis Dari data Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa hasil yang didapat oleh penulis hampir sama dengan yang dilakukan oleh pihak kebun. Data ini diperoleh dengan cara mengambil sampel sebanyak 100 gram dari setiap kemandoran kemudian dipisahkan berdasarkan rumus petik dan dihitung persentase dari masing masing kriteria tersebut. Dari data diatas masih terlihat persentase pucuk kasar dan rusak yang masih tinggi dan melebihi standar yang ditetapkan kebun yaitu 5 % untuk pucuk rusak dan 20 % untuk pucuk kasar. Untuk pucuk medium yang dihasilkan juga masih dibawah standar perkebunan yaitu 75 %. Pemetikan yang dilakukan di kebun Kemuning masih tergolong petikan kasar, hal tersebut dapat dilihat dari Persentase pucuk yang tergolong petikan kasar masih tinggi. Tidak sesuainya komposisi pucuk yang ditetapkan perusahaan dengan hasil yang diperoleh dari lapangan disebabkan oleh masih seringnya terjadi kesalahan kesalahan dalam cara memetik. Faktor terbesar yang mempengaruhi mutu pucuk hasil dari analisis adalah kesalahan dalam cara pemetikan (Sukasman dan Johan, 1990). Kesalahan tersebut antara lain cara memetik yang dijambret dan pucuk yang tertinggal sehingga akan berpengaruh

63 terhadap hasil pucuk pada periode berikutnya. Pemetikan terlalu mengejar hasil secara kuantitas tanpa memperhatikan kualitas dari pucuk yang diperoleh. Para tenaga pemetik kadang kadang masih menggunakan sarung tangan meskipun mereka melakukan pemetikan secara manual sehingga akan menambah persentase pucuk kasar yang diperoleh. Menurut Subarna et al. (1990), mutu hasil petikan secara manual sangat dipengaruhi oleh keahlian pemetik dan kondisi kebun yang dipetik. Mutu pucuk hasil petikan secara mekanis masih sedikit lebih besar daripada pucuk hasil petikan tangan (Dalimoenthe dan Kartawijaya. 1997). Hal ini akan terlihat dari persentase pucuk medium, kasar dan rusak yang akan dihasilkan. Hasil analisa petik terutama diperlukan oleh pengelola kebun untuk mengetahui apakah standar petikan dan gilir petik telah sesuai dengan yang sudah ditetapkan. Sedangkan hasil dari analisa pucuk selain untuk penentuan upah dan bonus bagi mandor juga bermanfaat bagi pengelola pabrik atau pengolahan untuk mempertanggung jawabkan mutu hasil olahannya atau teh kering. Untuk pengolahan teh hijau sebenarnya analisa petik ini tidak perlu dilakukan, hal ini disebabkan pada saat proses pengolahan baik pucuk kasar, halus, medium atau rusak akan dicampur menjadi satu. Selain itu analisa ini tidak bermanfaat terhadap proses pemasaran yang dilakukan oleh pihak kebun. Pelaksanaan analisa yang hanya dilakukan oleh pihak pengolahan dapat menyebabkan kurangnya perhatian pihak kebun terhadap manfaat hasil analisa untuk kepentingan perbaikan kebun dan kualitas pucuk teh. Selain itu juga dapat mengakibatkan penyimpangan dari hasil analisa karena tidak adanya hasil pembanding untuk mendukung keakuratan hasil analisa. Analisa yang dilakukan oleh kebun Kemuning tidak hanya analisa petik akan tetapi juga analisa pucuk.dari hasil analisa pucuk ini digunakan untuk mengetahui kisaran sebaran mutu teh jadi hasil dari pengolahan. Berikut adalah data mengenai analisa pucuk dan kisaran sebaran mutu teh jadi kebun kemuning tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 8.

64 Tabel 8. Data Analisis Pucuk dan Kisaran Sebaran Mutu Teh Jadi Kebun Kemuning, dari Bulan Februari sampai Mei Uraian Februari Maret April Mei Ratarata Analisis Pucuk (%) Medium (MS) Kasar Rusak Sebaran Mutu (%) Mutu Mutu Mutu lokal Sumber : Bagian Pengolahan Kebun Kemuning 2008 Dari data analisis pucuk yang terdapat dalam Tabel 8 maka jumlah medium (MS) kebun Kemuning masih di bawah ketentuan syarat olah (70%) yaitu 66.6% dan persentase pucuk kasar yang masih tinggi yaitu 27.6%. Berfluktuasinya persentase pucuk ini menyebabkan persentase mutu 1 yang berfluktuasi juga dengan ratarata 72.7 % dan tingginya pucuk kasar di atas 25% serta masih banyaknya pucuk rusak lebih dari 5% menyebabkan tingginya mutu lokal yang melebihi 5% dengan ratarata Hal ini disebabkan karena sistem petikan yang benar masih belum sepenuhnya dijalankan di kebun kemuning sehingga kualitas pucuk yang diharapkan belum tercapai. Bila dilihat ratarata mutu masih di bawah yang diharapkan kebun yaitu 75%. Kebutuhan Tenaga Pemetik Tenaga pemetik memegang peranan yang sangat penting dalam mencapai hasil petikan yang maksimal. Kebutuhan tenaga pemetik di suatu perkebunan perlu memperhitungkan jumlah tenaga yang dibutuhkan dan keterampilan dalam pelaksanaan pemetikan. Pengaturan kebutuhan tenaga pemetik di kebun Kemuning didasarkan pada luas areal yang dipetik dan kondisi pucuk di lapangan. Dari hasil perhitungan dapat diketahui kebutuhan tenaga pemetik di kebun Kemuning pada tahun 2007 melewati target perkiraan kebun (300 pemetik).

65 Pada umumnya mandor tidak membatasi jumlah karyawannya untuk mengantisipasi bila perusahaan mengalami kekurangan pemetik. Upaya yang dapat dilakukan untuk menambah kapasitas pemetik tanpa menambah jumlah pemetik adalah pemetikan dengan cara mekanis yaitu dengan gunting atau mesin petik, namun pemetikan mekanis ini mutunya lebih rendah daripada hasil petikan manual. Mutu pucuk hasil petikan mekanis persentase kasarnya lebih tinggi daripada hasil petikan manual tetapi tidak mengandung daun tua dan ranting yang tidak layak olah (Kartawijaya, et.al.1996). Dari berbagai faktor yang diamati di atas semuanya merupakan faktor yang dapat mempengaruhi pemetikan secara langsung sehingga juga dapat mempengaruhi kualitas maupun kuantitas dari pucuk yang dihasilkan. Beberapa faktor tersebut harus mendapatkan perhatian dari pihak pengelola kebun demi keberlangsungan kebun tersebut.

66 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan magang di kebun Kemuning dapat memberikan pengalaman bagi penulis dalam meningkatkan pengetahuan serta keterampilan mengenai teknis lapangan dan manajerial pada berbagai tingkat kerja. Waktu Pelaksanaan pemetikan jendangan (3 bulan) dengan tinggi jendangan (13.5 cm 13.8 cm) di atas luka pangkas belum sesuai dengan jenis pangkasan yang diterapkan. Gilir petik yang digunakan di kebun Kemuning sudah sesuai dengan kondisi kebun yang terletak pada dataran tinggi yaitu hari. Permasalahan yang dihadapi oleh Perkebunan Rumpun Sari adalah kapasitas petik yang masih rendah (22 kg) dengan analisis petik (52 % petikan medium) dan analisis pucuk MS (66.6 %) yang masih berada dibawah standar kebun. Berdasarkan pengamatan hasil analisis petik, pemetikan yang digunakan di kebun Kemuning masih tergolong petikan kasar. Pengaturan tenaga pemetik masih perlu ditingkatkan lagi baik jumlah maupun keterampilan yang dimiliki. Keterampilan pemetik yang masih rendah, dan penimbangan yang kadang hanya dilakukan satu kali dalam sehari juga harus diperhatikan oleh pihak pengelola kebun. Saran Pengawasan dalam pelaksanaan pemetikan jendangan perlu ditingkatkan untuk menghindari teknik pemetikan yang salah, yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan daun pemeliharaan. Selain itu, pengawasan dalam pemetikan produksi juga harus ditingkatkan agar kesalahan seperti cara pemetikan yang di jambret/dirogoh dapat dihindarkan sehingga analisis yang didapat juga tinggi. Analisa petik sebaiknya jangan hanya dilakukan oleh pihak pengolahan saja sehingga hasil dari analisa tersebut dapat dijadikan pertimbangan oleh pihak kebun untuk melakukan perbaikan.

67 DAFTAR PUSTAKA Adisewojo, R. S Bercocok Tanam Teh. Sumur Bandung. Bandung.224 hal. Argadipraja, J Perbaikan Mutu Petikan dan Pengolahan, Suatu Usaha untuk Meningkatkan Harga Teh. Warta BPTK. 8 (1) : Arifin, M. S Petunjuk Kultur Teknis Tanaman Teh. Pusat Penelitian Perkebunan Gambung. Bandung. 136 hal. Dalimoenthe, S. l. dan W. S. Kartawijaya Mekanisasi Pemetikan. Warta Pusat Penelitian dan Kina, 8 (3): Darmawijaya, M. I Pengaruh Kekeringan Terhadap Tanaman Teh. Menara Perkebunan. BPTK, Gambung. 52 (5) : Iskandar, S. H Budidaya Tanaman Teh, hal Dalam Kumpulan Diktat Pelatihan Guru SMT Pertanian Bidang Perkebunan. Bogor. IPB. Kartawijaya. et. al Pengaruh pemetikan dengan mesin dan gunting terhadap mutu produksi dan harga pokok pucuk. Risalah Penelitian. BPTK, Gambung Martosupono, M. dan M. Sudirman Pengaruh Ketinggian Petikan Jendangan Terhadap Intensitas Serangan Cacar Teh. Buletin Penelitian Teh dan Kina, 5 (2): 9 6. Nazaruddin dan F. B. Paimin Pembudidayaan dan Pengolahan Teh. Penebar Swadaya. Jakarta. 32 hal. Prihatmajanti, D Pengaruh Waktu dan Tinggi Jendangan Terhadap Pembentukan Daun Pemeliharaan dan Produksi Tanaman Teh. Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor (Tidak dipublikasikan). PT Perkebunan X Vademecum Lampung. 128 hal. Budidaya Teh dan Kakao. Bandar Rosyadi, A. I. dan N. Subrana Pertimbangan Ekonomis Untuk Menentukan Petikan Pucuk Teh. Warta BPTK. Gambung. I (2/3/4) : Setyamidjaja, D Budidaya dan Pengolahan Pascapanen. Kanisius Yogyakarta. 154 hal.

68 Subarna N. A. I. Rosyadi E. Suwardi dan D. S. Wahyu Analisis Ekonomi Pengaruh Petikan Halus, Medium Dan Kasar, Pada Petikan Rata Terhadap Produktivitas Tanaman. Prosiding Simposium Teh V. Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung. Bandung. Hal Sukasman dan E. Johan Kesalahan petik sebagai salah satu penyebab rendahnya hasil pucuk teh. Prosiding Simposium Teh V. Balai Penelitian Teh dan Kina Gambung. Hal Sukasman dan Mahmud Pengaruh daur pemetikan dan Sistem Pemetikan terhadap hasil pucuk teh. Buletin Penelitian Teh dan Kina. 3:18. Tobroni, M. dan Suwardi Pemetikan Pada Tanaman Teh. Balai Penelitian Teh dan Kina, Gambung. Bandung. 48 hal.

69 lampiran

70 Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian L di Kebun Rumpun Sari Kemuning, Tanggal Uraian kegiatan Lokasi Prestasi kerja (satuan/ HOK) Standar 11Feb08 Orientasi Lapangan Kebun B13 12Feb08 Orientasi Kantor Induk kantor induk Penulis 13Feb08 Pengendalian gulma secara kimia A3 0,67 0,24 14Feb08 Pengendalian gulma secara kimia A3 0,67 0,22 15Feb08 Pengendalian gulma secara kimia A3 0,67 0,27 16Feb08 Pembibitan teh hijau Samping mess 300 plb 50 plb 17Feb08 Pembibitan teh hijau Samping mess 300 plb 40 plb 18Feb08 Pembibitan teh hijau Samping mess 300 plb 55 plb 19Feb08 Libur 20Feb08 Pemangkasan bersih B6 1 ptk 0.2 ptk 22Feb08 Pemangkasan bersih B6 1 ptk 0.5 ptk 23Feb08 Pemangkasan bersih B6 1 ptk 0.3 ptk 25Feb08 Pengendalian Hama Penyakit Tanaman B8 0,35 0,15 26Feb08 Pengendalian Hama Penyakit Tanaman B8 0,35 0,18 27Feb08 Pengendalian Hama Penyakit Tanaman B8 0,35 0,18 28Feb08 Dongkel anak kayu B ha 0,15 29Feb08 Dongkel anak kayu B ha 0,18 01Mar08 Dongkel anak kayu B ha 0,2 02Mar08 Libur 03Mar08 Libur 04Mar08 Pemetikan jendangan B 4 35 kg 10 kg 05Mar08 Pemetikan jendangan B 4 35 kg 12 kg 06Mar08 Pemetikan jendangan B 4 35 kg 14 kg 07Mar08 Pemupukan B2 0.7 ha 0.2 ha 08Mar08 Libur 09Mar08 Libur 10Mar08 Pemupukan B2 0.7 ha 0.3 ha 11Mar08 Pemupukan B2 0.7 ha 0.2 ha 12Mar08 Pemupukan B2 0.7 ha 0.3 ha 13Mar08 Pemetikan Produksi B8 35 kg 8 kg 14Mar08 Pemetikan Produksi B8 35 kg 10 kg 15Mar08 Pemetikan Produksi B8 35 kg 13 kg

71 Tabel Lampiran 1. (Lanjutan) Tanggal Uraian kegiatan Lokasi Prestasi kerja (satuan/ HOK) Standar Penulis 16Mar08 Pemetikan Produksi B8 35 kg 11 kg 17Mar08 Pemupukan A5 0.7 ha 0.3 ha 18Mar08 Pemupukan A5 0.7 ha 0.2 ha 19Mar08 Pemupukan A5 0.7 ha 0.4 ha 20Mar08 Pengolahan teh hijau Pabrik 5 jam 21Mar08 Pengolahan teh hijau Pabrik 5 jam 22Mar08 Libur 23Mar08 Libur 24Mar08 Pengolahan teh hijau Pabrik 5 jam 25Mar08 Pengolahan teh hijau Pabrik 5 jam 26Mar08 Dongkel anak kayu A7 0.2 ha 0.12 ha 27Mar08 Dongkel anak kayu A7 0.2 ha 0.12 ha 28Mar08 Dongkel anak kayu A7 0.2 ha 0.15 ha 29Mar08 Libur 30Mar08 Libur 31Mar08 Analisis pucuk (200 gram) Kantor induk 01Apr08 Analisis pucuk (200 gram) Kantor induk 02Apr08 Analisis pucuk(200 gram) Kantor induk 03Apr08 Pemetikan Produksi A9 35 kg 11 kg 04Apr08 Pemetikan Produksi A9 35 kg 10 kg 05Apr08 Libur 06Apr08 Libur 07Apr08 Pemetikan Gundesan A14 35 kg 10 kg 08Apr08 Pemetikan Gundesan A14 35 kg 13 kg 09Apr08 Pemetikan Gundesan A14 35 kg 11 kg 10Apr08 Pemetikan Gundesan A14 35 kg 10 kg 11Apr08 Pemetikan Gundesan A14 35 kg 15 kg 12Apr08 Libur 13Apr08 Libur 14Apr08 Izin 15Apr08 Izin 16Apr08 Izin 17Apr08 Pemupukan B1 0.7 ha 0.2 ha

72 Tabel Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mand di Kebun Rumpun Sari Kemuning, Tanggal Uraian kegiatan Lokasi Prestasi kerja (satuan/ HOK) Standar Penulis 18Apr08 Pemupukan B1 0.7 ha 0.2 ha 19Apr08 Pemupukan B1 0.7 ha 0.3 ha 20Apr08 Pemupukan B1 0.7 ha 0.2 ha 21Apr08 Early Warning System B10 4 jam 22Apr08 Early Warning System B10 4jam 23Apr08 Early Warning System B10 4 jam 24Apr08 Pemetikan Produksi A11 6 jam 25Apr08 Pemetikan Produksi A11 6 jam 26Apr08 Pemetikan Produksi A11 6 jam 27Apr08 Pengendalian hama penyakit tanaman A6 6 jam 28Apr08 Pengendalian hama penyakit tanaman A6 6 jam 29Apr08 Pengendalian hama penyakit tanaman A6 6 jam 30Apr08 Demplot B8 4 jam 01Mei08 Demplot B8 4 jam 02Mei08 Demplot B8 4 jam 03Mei08 Libur 04Mei08 Libur 05Mei08 Dongkel anak kayu A6 5 jam 06Mei08 Dongkel anak kayu A6 5 jam 07Mei08 Dongkel anak kayu A6 6 jam 08Mei08 Pemangkasan bersih B12 6 jam 09Mei08 Pemangkasan bersih B12 5 jam 10Mei08 Pemangkasan bersih B12 5 jam 11Mei08 Libur 12Mei08 Libur 13Mei08 Pemupukan A4 6 jam 14Mei08 Pemupukan A4 6 jam 15Mei08 Pemupukan A4 6 jam 16Mei08 Pemupukan A4 6j jam 17Mei08 LIbur 18Mei08 Libur

73 Tabel Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asiste Afdeling di Kebun Rumpun Sari Kemuning, Tanggal Uraian kegiatan Lokasi Prestasi kerja (satuan/ HOK) Standar Penulis 19Mei08 Asisten OA + kontrol A4 A15 8 jam 20Mei08 Asisten OA + kontrol A4 A15 8 jam 21Mei08 Asisten OA + kontrol A4 A15 8 jam 22Mei08 Asisten OA + kontrol A4 A15 8 jam 23Mei08 Asisten OA + kontrol A4 A15 8 jam 24Mei08 Libur 25Mei08 Libur 26Mei08 Asisten OB + kontrol B2 + B14 8 jam 27Mei08 Asisten OB + kontrol B2 + B14 8 jam 28Mei08 Asisten OB + kontrol B2 + B14 8 jam 29Mei08 Asisten OB + kontrol B2 + B14 8 jam 30Mei08 Asisten OB + kontrol B2 + B14 8 jam 31Mei08 Libur 01Jun08 Libur 02Jun08 Kepala tanaman Kantor + kebun 6 jam 03Jun08 Kepala tanaman Kantor + kebun 6 jam 04Jun08 Kepala tanaman Kantor + kebun 6 jam 05Jun08 Administratur Kantor 5 jam 06Jun08 Administratur Kantor 5 jam 07Jun08 Administratur Kantor 6 jam 08Jun08 Pengolahan teh hijau Pabrik 6 jam 09Jun08 Pengolahan teh hijau Pabrik 6 jam 10Jun08 Pamitan

74 Lepas Karyawan 0,6 0,5 0,6 200 plb 230 plb 200 plb 1.5 ptk 1 ptk 1.5 ptk 0,3 0,3 0,35 0,24 0,28 0,24 20 kg 25 kg 25 kg 1.2 ha 1.5 ha 1.3 ha 1.5 ha 25 kg 20 kg 25 kg

75 Karyawan 30 kg 1.5 ha 1.3 ha 1.3 ha 0.25 ha 0.23 ha 0.25 ha 200 gram 200 gram 200 gram 25 kg 28 kg 30 kg 30 kg 25 kg 30 kg 25 kg 25 kg 1.3 ha

76 dor Karyawan 1.5 ha 1.5 ha 1.4 ha 15 orang 15 orang 15 orang 5 orang 5 orang 5 orang 5 orang 5 orang 5 orang 5 orang 5 orang 5 orang 8 orang 8 orang 5 orang 8 orang

77 en Karyawan 8 orang 8 orang 8 orang 8 orang 8 orang 10 orang 10 orang 10 orang 10 orang 10 orang 15 orang 15 orang 15 orang 5 orang 5 orang

78 Tabel Lampiran 4. Keadaan Curah Hujan Bulanan di Kebun Kemuning, Surakarta, Jawa Tengah Tahun CH (mm) HH CH (mm) HH CH (mm) HH CH (mm) HH CH (mm) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Ratarata Sumber : Arsip Kantor Rumpun Sari Keterangan : CH : Curah Hujan (mm) HH : Hari Hujan (hari) BB : Bulan Basah (CH>100 mm) BK : Bulan Kering (CH<60 mm)p HH

79 ADMINISTRATUR KA TANAMAN KA PABRIK KRANI TANAMAN KRN PABRIK KA AFD B KA AFD A KA ADMINISTRASI (Tata Usaha) MDR I AFD C MDR I TEKNIK MDR I PABRIK MDR RAWAT MDR PANEN MDR RAWAT MDR PANEN MDR RAWAT MDR PANEN KRANI P/U KRANI GUDANG KRN KEU/KASIR MDR OLAH MDR SORTASI KOOR SATPAM KARYAWAN Gambar Lampiran 3. Stuktur Organisasi Kebun Rumpun Sari Kemuning Tahun 2007

80 63 a b c d e f Gambar Lampiran 4. Pelaksanaan Kegiatan Magang Kebun Kemuning 2008 Ket : a : Pengendalian Hama Penyakit di Afdeling OA b : Pemetikan Produksi di Afdeling OB c : Pemetikan Jendangan di Afdeling OA d : Pengendalian Hama Penyakit di Afdeling OA e : Pengendalian Hama Penyakit di Afdeling OB f : Pengendalian Hama Penyakit di Afdeling OB

81 64 a b c d e f Gambar Lampiran 5. Pelaksanaan Kegiatan Magang Kebun Kemuning 2008 Ket : a : Pangkasan Bersih di Afdeling OA b : Pemetikan Jendangan di Afdeling OB c : Pucuk di dalam waring d : Proses Pengangkutan di Afdeling OB e : Pucuk yang akan dijendang di Afdeling OB f : Proses Penimbangan Pucuk di Afdeling OB

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah Perkebunan

KONDISI UMUM KEBUN Sejarah Perkebunan KONDISI UMUM KEBUN Sejarah Perkebunan Perkebunan teh PT. Rumpun Sari Kemuning awalnya merupakan perkebunan milik Belanda dengan nama NV. Cultur Maattscappij. Selama masa penjajahan Belanda hak pemilikan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Morfologi Tanaman Teh Syarat Tumbuh 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Tanaman Teh Teh termasuk famili Transtromiceae dan terdiri atas dua tipe subspesies dari Camellia sinensis yaitu Camellia sinensis var. Assamica dan Camellia sinensis var.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TEKNIS DI LAPANGAN

PELAKSANAAN TEKNIS DI LAPANGAN PELAKSANAAN TEKNIS DI LAPANGAN Pembibitan Pembibitan di kebun Kemuning terletak di dekat mess karyawan dan masih dalam areal afdeling B. Pembibitan di kebun Kemuning ini dilihat dari lokasinya sudah memenuhi

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN

KEADAAN UMUM PERKEBUNAN KEADAAN UMUM PERKEBUNAN Sejarah Perkebunan Perkebunan Teh Medini dahulu digunakan sebagai kebun kopi dan kina milik NV culture MY Medini. Pada masa pendudukan Jepang, Kebun Teh Medini menjadi tidak terawat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas

PEMBAHASAN. Waktu Pangkas PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu kegiatan pemeliharaan yang dilakukan di kebun teh yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dengan menurunkan tinggi tanaman sampai ketinggian tertentu.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Sistem Petikan

PEMBAHASAN Sistem Petikan PEMBAHASAN Sistem Petikan Sistem petikan yang dilaksanakan perkebunan akan menentukan kualitas pucuk, jumlah produksi, menentukan waktu petikan selanjutnya dan mempengaruhi kelangsungan hidup tanaman itu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan

PEMBAHASAN. Tipe Pangkasan 8 PEMBAHASAN Tanaman teh dibudidayakan untuk mendapatkan hasil produksi dalam bentuk daun (vegetatif). Fase vegetatif harus dipertahankan selama mungkin untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi dan

Lebih terperinci

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH

KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH KAJIAN ANALISIS PETIK DAN ASAL BAHAN TANAMAN TERHADAP PRODUKSI DAN MUTU PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) DI PTPN VIII PERKEBUNAN TAMBAKSARI, SUBANG JAWA BARAT Oleh Risa Aprisiani A34104039

Lebih terperinci

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008.

Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008. lampiran Tabel Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas di Kebun Rumpun Sari Kemuning, 2008. Tanggal Uraian kegiatan Lokasi Prestasi kerja (satuan/ HOK) Standar Penulis 11Feb08

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik

PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik PEMBAHASAN Tinggi Bidang Petik Tinggi bidang petik tanaman teh adalah salah satu hal yang penting dalam menunjang pelaksanaan kegiatan pemetikan. Kenaikan bidang petik setiap tahunnya berkisar antara 10-15

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung

PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Persentase Pucuk Burung PEMBAHASAN Tinggi dan Diameter Bidang Petik Tinggi tanaman merupakan salah satu penentu kelayakan suatu kebun untuk dilakukan pemangkasan, apabila terlalu tinggi akan menyulitkan dalam pemetikan (Pusat

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Potensi Pucuk

PEMBAHASAN Potensi Pucuk 52 PEMBAHASAN Potensi Pucuk Hasil tanaman teh adalah kuncup dan daun muda yang biasa disebut pucuk. Pengambilan pucuk yang sudah memenuhi ketentuan dan berada pada bidang petik disebut pemetikan. Ketentuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh Tanaman teh dengan nama latin Camellia sinensis, merupakan salah satu tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub). Tanaman teh berasal dari daerah pegunungan di Assam,

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan METODE MAGANG 10 Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Bedakah, PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah, mulai tanggal 1 Maret 3 Juli 2010. Metode Pelaksanaan Kegiatan magang dilaksanakan

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Prosedur Gudang

PEMBAHASAN Prosedur Gudang 44 PEMBAHASAN Pemupukan merupakan salah satu kegiatan penting di Unit Perkebunan Tambi selain pemetikan. Hal ini terkait dengan tujuan dan manfaat dari pemupukan. Tujuan pemupukan di Unit Perkebunan Tambi

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan

PEMBAHASAN Jenis dan Waktu Pemangkasan 47 PEMBAHASAN Pemangkasan merupakan salah satu teknik budidaya yang penting dilakukan dalam pemeliharaan tanaman kakao dengan cara membuang tunastunas liar seperti cabang-cabang yang tidak produktif, cabang

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI ANTAN I PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh SUER SEPWAN ANDIKA A24052845 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 LAMPIRAN 61 62 Tanggal Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di Unit Perkebunan Tambi Tahun 2010 Uraian Kegiatan Prestasi Kerja Penulis Karyawan Standar Lokasi.

Lebih terperinci

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis

percobaan pemupukan, berdasarkan jumlah dan macam unsur hara yang diangkut hasil panen, berdasarkan ketersediaan unsur hara dalam tanah (analisis PEMBAHASAN Tujuan pemupukan pada areal tanaman kakao yang sudah berproduksi adalah untuk menambahkan unsur hara ke dalam tanah supaya produktivitas tanaman kakao tinggi, lebih tahan terhadap hama dan penyakit,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Teh TINJAUAN PUSTAKA 3 Botani Tanaman Teh Tanaman teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) merupakan tanaman perdu berdaun hijau (evergreen shrub) yang dapat tumbuh dengan tinggi 6 9 m. Tanaman teh dipertahankan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DI LAPANG

PELAKSANAAN DI LAPANG PELAKSANAAN DI LAPANG Pembibitan Aspek Teknis Pembibitan merupakan bagian penting dalam suatu usaha perkebunan teh. Bahan tanam untuk perkebunan teh seluruhnya berasal dari areal pembibitan. Areal pembibitan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PERKEBUNAN. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

PENGELOLAAN PERKEBUNAN. Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PENGELOLAAN PERKEBUNAN Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan Perkebunan RSK dipimpin oleh seorang administratur yang bertanggung jawab langsung kepada direktur area atas pengelolaan unit usaha yang meliputi

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH MARTINI AJI A24070083 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN KAKAO (Theobroma cacao L.) DI KEBUN RUMPUN SARI ANTAN I, PT SUMBER ABADI TIRTASANTOSA, CILACAP, JAWA TENGAH Oleh IKA WULAN ERMAYASARI A24050896 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

Lebih terperinci

PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH

PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh AGITHA AMANDA PUTRI A34104060 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011

PEMBAHASAN. Analisis Petik. Tabel 7. Jenis Petikan Hasil Analisis Petik Bulan Maret - Mei 2011 PEMBAHASAN Analisis Petik Analisis petik merupakan cara yang dilakukan untuk memisahkan pucuk berdasarkan rumus petiknya yang dinyatakan dalam persen. Tujuan dari analisis petik yaitu menilai kondisi kebun

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah 13 KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Kantor induk Unit Perkebunan Tambi terletak di Desa Tambi, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Unit Perkebunan Tambi ini terletak pada ketinggian 1 200-2

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan

PEMBAHASAN. Analisis Hasil Petikan 46 PEMBAHASAN Analisis Hasil Petikan Analisis hasil petikan merupakan suatu langkah untuk mengetahui cara maupun hasil pelaksanaan pemetikan pada suatu waktu, sebab pada pucuk yang telah dipetik perlu

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 1 ANALISIS PUCUK TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTASENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH Oleh Wahyu Kusuma A34104041 PROGRAM STUDI AGRONOMI

Lebih terperinci

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1

PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 PEMBUATAN BAHAN TANAM UNGGUL KAKAO HIBRIDA F1 Wahyu Asrining Cahyowati, A.Md (PBT Terampil Pelaksana) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya I. Pendahuluan Tanaman kakao merupakan

Lebih terperinci

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan

SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan SISTEMATIKA LAPORAN MINGGUAN MAGANG KERJA Halaman Judul Halaman judul memuat laporan mingguan pada minggu ke-n, lokasi magang, serta judul kegiatan yang dilakukan dalam minggu tersebut. Log Kerja Harian

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) Di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah Pruning Management of Tea (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) at Kendal, Central Java Ade Wachjar * dan Supriadi

Lebih terperinci

KONDISI UMUM PERKEBUNAN

KONDISI UMUM PERKEBUNAN KONDISI UMUM PERKEBUNAN 15 Sejarah Umum PT Perkebunan Tambi PT Perkebunan Tambi adalah perusahaan swasta. Pada masa perkembangannya PT Perkebunan Tambi telah mengalami beberapa perubahan. Pada tahun 1865

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT

MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT MANAJEMEN PEMUPUKAN TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PT. SARI ADITYA LOKA I (PT. ASTRA AGRO LESTARI Tbk) KABUPATEN MERANGIN, PROVINSI JAMBI SILVERIUS SIMATUPANG A24050072 DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada

BAB I PENDAHULUAN. kopi, dan kakao. Pada tahun 2012, volume perusahaan pemerintah pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teh (Camellia sinensis (L) O. Kuntze) sebagai komoditas perkebunan memberikan kontribusi yang besar terhadap perolehan devisa negara dari komoditas non migas sub sektor

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PERKEBUNAN PANTAI BUNATI ESTATE PT. SAJANG HEULANG MINAMAS PLANTATION KALIMANTAN SELATAN Oleh Camellia Kusumaning Tyas A34104031 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT PENGELOLAAN PEMUPUKAN PADA TANAMAN KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis, Jacq) DI PERKEBUNAN PT CIPTA FUTURA PLANTATION, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN OLEH HARYO PURWANTO A24051955 DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A

PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A PENGELOLAAN PEMBUNGAAN DAN PEMBUAHAN APEL (Malus sylvestris Mill.) DI PT KUSUMA AGROWISATA, BATU-MALANG JAWA TIMUR BAITURROHMAH A24051966 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pembibitan Pembibitan merupakan langkah awal dari proses budidaya tanaman teh yang menentukan kualitas tanaman teh yang siap untuk dipindahkan ke areal tanaman

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif

KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Letak Wilayah Administratif 15 KEADAAN UMUM Sejarah PT Perkebunan Tambi Pada masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar tahun 1865 Perusahaan Perkebunan Tambi adalah salah satu perusahaan milik Belanda, dengan nama Bagelen Thee en

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 50 HASIL DAN PEMBAHASAN Produktivitas Kebun Air sangat diperlukan tanaman untuk melarutkan unsur-unsur hara dalam tanah dan mendistribusikannya keseluruh bagian tanaman agar tanaman dapat tumbuh secara

Lebih terperinci

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH

KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH 11 KONDISI UMUM UNIT PERKEBUNAN BEDAKAH Sejarah Perkebunan Pada tahun 1865 PT Perkebunan Tambi merupakan perusahaan swasta milik Belanda dengan nama Bagelen Thee En Kina Maatschappij. Pengelolanya adalah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan

METODE MAGANG Tempat dan Waktu Metode Pelaksanaan 0 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang dilaksanakan di Unit Perkebunan Tambi PT Tambi, Wonosobo, Jawa Tengah selama kurang lebih empat bulan. Waktu magang dimulai dari bulan Maret hingga Juli

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara dalam tanah dan respirasi tanaman. Tanaman kelapa sawit berakar serabut. Perakarannya sangat kuat

Lebih terperinci

MANAJEMAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING, KARANGANYAR, JAWA TENGAH PRIHARDINI MUFTI A

MANAJEMAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING, KARANGANYAR, JAWA TENGAH PRIHARDINI MUFTI A MANAJEMAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING, KARANGANYAR, JAWA TENGAH PRIHARDINI MUFTI A24100190 DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH. Oleh DHIAN SARASWATI A

ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH. Oleh DHIAN SARASWATI A ANALISIS PRODUKTIVITAS TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT. PAGILARAN, BATANG, JAWA TENGAH Oleh DHIAN SARASWATI A34104066 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Aspek Teknis Pelaksanaan kegiatan teknis yang dilakukan di PT. National Sago Prima adalah kegiatan pembibitan, persiapan lahan, sensus tanaman, penyulaman, dan pemeliharaan

Lebih terperinci

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN

III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN Kebun Cisaruni merupakan salah satu unit kebun dari 45 unit yang ada di bawah naungan PT. Perkebunan Nusantara VIII yang berkantor pusat di Jl. Sindangsirna

Lebih terperinci

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah

Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah Pengelolaan Pemangkasan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.) O. Kuntze) di Karanganyar, Jawa Tengah Pruning Plant Management of Tea (Camelia sinensis (L.) O Kuntze) Karanganyar, Central Java Martini Aji

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang

BAB I PENDAHULUAN. tahun Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teh hitam merupakan salah satu komoditas yang dikenal masyarakat sejak tahun 1860. Teh hitam menjadi salah satu komoditas perkebunan yang menghasilkan devisa non migas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH INSTITUT PERTANIAN BOGOR PENGEMBANGAN PEPAYA SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN DAERAH Pusat Kajian Hortikultura Tropika INSTITUT PERTANIAN BOGOR PROLOG SOP PEPAYA PEMBIBITAN TIPE BUAH PENYIAPAN LAHAN PENANAMAN PEMELIHARAAN PENGENDALIAN

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit 3 TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit Kelapa sawit berasal dari benua Afrika. Delta Nigeria merupakan tempat dimana fosil tepung sari dari kala miosen yang bentuknya sangat mirip dengan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH ALYSA INDIRA YASMINE

PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH ALYSA INDIRA YASMINE PENGELOLAAN PEMANGKASAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI PT RUMPUN SARI KEMUNING KARANGANYAR, JAWA TENGAH ALYSA INDIRA YASMINE DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN 6.1. Analisis Budidaya Kedelai Edamame Budidaya kedelai edamame dilakukan oleh para petani mitra PT Saung Mirwan di lahan persawahan.

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh

Lebih terperinci

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT

PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT PENGELOLAAN RESIKO PANEN TANDAN BUAH SEGAR KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI BUKIT PINANG ESTATE, PT. BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, SUMATERA SELATAN OLEH RIZA EKACITRA PUTRIANI RACHMAN

Lebih terperinci

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH

PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH i PENGELOLAAN PEMETIKAN TANAMAN TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) DI UNIT PERKEBUNAN RUMPUN SARI KEMUNING, PT SUMBER ABADI TIRTA SENTOSA, KARANGANYAR, JAWA TENGAH ANISA WINDHITA DEPARTEMEN AGRONOMI

Lebih terperinci

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun

METODOLOGI Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Kerja Praktek Langsung di Kebun METODOLOGI Waktu dan Tempat Kegiatan magang ini dilaksanakan sejak tanggal 14 Februari 2008 hingga tanggal 14 Juni 2008 di perkebunan kelapa sawit Gunung Kemasan Estate, PT Bersama Sejahtera Sakti, Minamas

Lebih terperinci

KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN STEK TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) KLON GMB 4 DAN GMB 7 PADA BEBERAPA MACAM MEDIA TANAM

KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN STEK TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) KLON GMB 4 DAN GMB 7 PADA BEBERAPA MACAM MEDIA TANAM KEBERHASILAN DAN PERTUMBUHAN STEK TEH (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) KLON GMB 4 DAN GMB 7 PADA BEBERAPA MACAM MEDIA TANAM Oleh ASIYATUL MAHFUDLOH A34104012 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu 10 METODE MAGANG Tempat dan Waktu Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Socfindo, Perkebunan Bangun Bandar Medan, Sumatera Utara, dimulai pada tanggal 13 Februari 2012 sampai 12 Mei 2012. Metode Pelaksanaan

Lebih terperinci

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN

BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN BUDIDAYA DURIAN PENDAHULUAN Saat ini, permintaan dan harga durian tergolong tinggi, karena memberikan keuntungan menggiurkan bagi siapa saja yang membudidayakan. Sehingga bertanam durian merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan IPB Cikabayan, Darmaga, Bogor, pada bulan Januari sampai April 2008. Lokasi percobaan terletak pada ketinggian 220 m di

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG. Pelaksanaan Teknis 17 PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG Pelaksanaan Teknis Pelaksanaan pengelolaan perkebunan kelapa sawit meliputi pengelolaan kegiatan teknis di lapangan dan kegiatan administrasi. Pelaksanaan teknis yang dilakukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kondisi Umum Selama percobaan berlangsung curah hujan rata-rata yaitu sebesar 272.8 mm per bulan dengan jumlah hari hujan rata-rata 21 hari per bulan. Jumlah curah hujan tersebut

Lebih terperinci

METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data

METODE MAGANG Waktu dan Tempat Metode Pelaksanaan Pengamatan dan Pengumpulan Data METODE MAGANG Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan dari 12 Februari 2009 sampai dengan 12 Juni 2009 di Hikmah Farm, Pangalengan, Bandung, Jawa Barat. Metode Pelaksanaan Metode yang

Lebih terperinci

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG

PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG 18 PELAKSANAAN TEKNIS LAPANG Aspek Teknis Pembibitan Unit Perkebunan Bedakah memiliki lokasi pembibitan yang berada di Blok Bismo seluas 0.47 ha. Bangunan pembibitan (naungan kolektif) terbuat dari anyaman

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis UD. Sabila Farm terletak di Desa Pakembinangun yaitu Jalan Kaliurang KM 18.5, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa Pakembinangun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan pada bulan Sebtember - Desember 2016, tempat pelaksanaan penelitian dilakukan di lahan pertanian Universitas Muhamadiyah

Lebih terperinci

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI

BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI BUDIDAYA DAN PEMELIHARAAN TANAMAN STROBERI Pembibitan Pembibitan ulang stroberi di Vin s Berry Park dilakukan dengan stolon. Pembibitan ulang hanya bertujuan untuk menyulam tanaman yang mati, bukan untuk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium Benih dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda

UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG. Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda UPAYA PEMULIHAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN KETERSEDIAAN BAHAN TANAM NILAM DI KABUPATEN MALANG Oleh : Eko Purdyaningsih, SP PBT Ahli Muda A. PENDAHULUAN Tanaman nilam merupakan kelompok tanaman penghasil

Lebih terperinci

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May

Sumber : Setiadi (2005) Oleh : Ulfah J. Siregar. ITTO Training Proceedings, Muara Bulian 4 th -6 th May 10 MODULE PELATIHAN PENANAMAN DURIAN Oleh : Ulfah J. Siregar ITTO PROJECT PARTICIPATORY ESTABLISHMENT COLLABORATIVE SUSTAINABLE FOREST MANAGEMENT IN DUSUN ARO, JAMBI Serial Number : PD 210/03 Rev. 3 (F)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada di lahan sawah milik warga di Desa Candimas Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. )

BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) BUDIDAYA BELIMBING MANIS ( Averhoa carambola L. ) PENDAHULUAN Blimbing manis dikenal dalam bahasa latin dengan nama Averhoa carambola L. berasal dari keluarga Oralidaceae, marga Averhoa. Blimbing manis

Lebih terperinci

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih

BUDIDAYA SUKUN 1. Benih BUDIDAYA SUKUN Sukun merupakan tanaman tropis sehingga hampir disemua daerah di Indonesia ini dapat tumbuh. Sukun dapat tumbuh di dataran rendah (0 m) hingga dataran tinggi (700 m dpl). Pertumbuhan optimal

Lebih terperinci

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI

TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI. NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : Kelas : 11.S1.SI TUGAS KARYA ILMIAH BISNIS KOPI NAMA: PIPIT RAFNUR SASKORO NIM : 11.12.6119 Kelas : 11.S1.SI 1. PENDAHULUAN Tanaman Kopi merupakan tanaman yang sangat familiar di lahan pekarangan penduduk pedesaan di Indonesia

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha

Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur. 3 titik. 1 ha LAMPIRAN 64 65 Tanggal 280220 0020 02020 0020 04020 0020 08020 09020 0020 020 2020 4020 5020 6020 020 8020 9020 2020 22020 2020 24020 25020 26020 2020 Lampiran. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja

Lebih terperinci

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula.

Pemeliharaan Ideal Pemeliharaan ideal yaitu upaya untuk mempertahankan tujuan dan fungsi taman rumah agar sesuai dengan tujuan dan fungsinya semula. PEMELIHARAAN Dalam proses pembuatan taman pemeliharaan merupakan tahapan yang terakhir, namun tahapan ini merupakan tahapan yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Keberhasilan pemeliharaan bahkan

Lebih terperinci

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION,

PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT. (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, PENGENDALIAN GULMA KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI KEBUN BUKIT PINANG, PT BINA SAINS CEMERLANG, MINAMAS PLANTATION, KABUPATEN MUSI RAWAS, PROPINSI SUMATERA SELATAN OLEH EKY PERDANA A24052775

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate, Kecamatan III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di jalan Kolam No.1 Medan Estate,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 10 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penanaman caisim dilaksanakan di lahan kebun percobaan IPB Pasir Sarongge, Cipanas dengan ketinggian tempat 1 124 m dpl, jenis tanah Andosol. Penelitian telah dilaksanakan

Lebih terperinci

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH

PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH PERSIAPAN BAHAN TANAM TEH (Camellia sinensis L.) Disusun Oleh: Danni Ramadhan H0712052 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lahan pertanian milik masyarakat Jl. Swadaya. Desa Sidodadi, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatra

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung 25 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca Gedung Hortikultura Universitas Lampung dengan dua kali percobaan yaitu Percobaan I dan Percobaan II. Percobaan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

KEADAAN UMUM. Letak Geografi 8 KEADAAN UMUM PT. Sari Lembah Subur (SLS) merupakan anak perusahaan dari PT. Astra Agro Lestari, Tbk yang bergerak di bidang perkebunan kelapa sawit. PT. SLS adalah perusahaan perkebunan kelapa sawit

Lebih terperinci

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BELIMBING DEWA Analisis pendapatan usahatani dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai struktur biaya, penerimaan dan pendapatan dari kegiatan usahatani yang dijalankan

Lebih terperinci

Teknik Budidaya Tanaman Durian

Teknik Budidaya Tanaman Durian Teknik Budidaya Tanaman Durian Pengantar Tanaman durian merupakan tanaman yang buahnya sangat diminatai terutama orang indonesia. Tanaman ini awalnya merupakan tanaman liar yang hidup di Malaysia, Sumatera

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun percobaan yang terletak di Desa Rejomulyo, Kecamatan Metro Selatan, Kota Metro pada bulan Maret Mei 2014. Jenis tanah

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di TINJAUAN PUSTAKA Syarat Tumbuh Tanaman Jahe Iklim Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian 200-600 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata berkisar 2500-4000 mm/ tahun. Sebagai

Lebih terperinci