BAB III ISOLASI DAN KARAKTERISASI RESISTANCE GENE ANALOGUE (RGA) ASAL 3 KULTIVAR PISANG YANG TAHAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III ISOLASI DAN KARAKTERISASI RESISTANCE GENE ANALOGUE (RGA) ASAL 3 KULTIVAR PISANG YANG TAHAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM"

Transkripsi

1 BAB III ISOLASI DAN KARAKTERISASI RESISTANCE GENE ANALOGUE (RGA) ASAL 3 KULTIVAR PISANG YANG TAHAN PENYAKIT LAYU FUSARIUM Abstrak Isolasi dan karakterisasi resistance gene analogue dari kultivar pisang lokal sangat bermanfaat untuk mendukung pengembangan kultivar tahan penyakit layu Fusarium oxysporum f.sp. cubense (FOC). Resistance gene analogue (RGA) diisolasi dan dikarakterisasi tiga kultivar pisang tahan FOC menggunakan degenerate primer berdasarkan domain NBS. Dari 91 fragmen yang diproses runutan basa nukleotidanya, 17 fragmen positif mengandung sekuen NBS dan disandi dengan MNBS1-MNBS17. Analisis filogenetik prediksi asam amino MNBS menghasilkan empat kelompok, yaitu kelompok pertama mempunyai 14 anggota (MNBS1-MNBS14) dengan sequence identity sebesar 97.4 %, sedangkan ketiga kelompok yang lain masing-masing mempunyai satu anggota, yaitu MNBS15, MNBS16 dan MNBS17 dengan sequence identity sebesar 28.5 %. Semua MNBS termasuk dalam kategori non-tir-nbs-lrr. Analisis filogenetik MNBS dengan RGA dan R-gene yang terdeposit pada GenBank menunjukkan bahwa prediksi asam amino MNBS mempunyai sequence identity sebesar % dengan Musa NBS-LRR dan % dengan R-gene tanaman lain yang telah diketahui. Diantara 17 MNBS tersebut, MNBS17 mempunyai sequence identity sebesar 5.5 % dengan RGC2 (ABY7582) asal Musa acuminata ssp. malaccensis, yang berasosiasi dengan ketahanan terhadap layu FOC. Kata kunci: ketahanan penyakit, NBS, pisang, RGA 1 Bab ini telah dikirim ke Emirates Journal of Food and Agriculture (EJFA) untuk dipublikasi dengan judul: Isolation and Characterization of Resistance Gene Analogue (RGA) from Fusarium Resistance Banana Cultivars

2 38 ISOLATION AND CHARACTERIZATION OF RESISTANCE GENE ANALOGUE (RGA) FROM 3 FUSARIUM WILT RESISTANT BANANA CULTIVARS Abstract Isolation and characterization of resistance genes from local banana cultivars should be useful to support development of future FOC resistance cultivars. Resistance gene analogues (RGAs) were isolated and characteized form 3 fusarium wilt resistant banana cultivars using degenerate primers based on NBS domains. Out of 91 fragments sequenced, 17 fragments were positively NBS-type sequences and encoded as MNBS1-MNBS17. Phylogenetic analysis of MNBS deduced amino classified into 4 groups; the first group consisted of 14 members (MNBS1-MNBS14) with 97.4 % sequence identity, the other three groups consisted of one member (MNBS15, MNBS16 and MNBS17, respectively) with 28.5 % identity. All MNBS sequences were chategorized as non-tir-nbs-lrr. Comparison and phylogenetic analysis of MNBS with other known RGA and R genes showed that deduced amino acid MNBSs shared % identity with Musa NBS-LRR and % identity with known R genes. Among them MNBS17 shared 5.5 % identity with RGC2 (ABY7582) that assosiated to FOC race 4 resistance Musa species. Keywords: banana, disease resistance, NBS, RGA 1 This chapter has been submitted to the Emirates Journal of Food and Agriculture (EJFA), entitled: Isolation and Characterization of Resistance Gene Analogue (RGA) from Fusarium Resistance Banana Cultivars

3 39 Pendahuluan Penyakit layu Panama yang disebabkan oleh cendawan Fusarium oxysporum f.sp. cubense (FOC) adalah salah satu penyakit yang sangat mematikan dan sulit dikendalikan, karena selain mudah disebarkan oleh air irigasi, tanah, peralatan pertanian dan bahan tanaman, juga keberadannya di dalam tanah mampu bertahan lebih dari 2 tahun tanpa kehilangan daya virulensinya (Agrios 25). Penyakit layu FOC mempengaruhi 8 % produksi pisang dunia, termasuk pisang Cavendish dan subgrup plantain (Ploetz 26). Pengendalian layu FOC menggunakan kultur praktis seperti penggunaan fungisida, perlakuan tanah, rotasi tanaman, pemanfaatan bahan organik, dapat mengurangi intensitas serangan, tetapi relatif sulit untuk diterapkan pada skala komersial (Pegg et al. 1993), oleh karena itu penggunaan kultivar tahan merupakan alernatif terbaik untuk mengatasi masalah penyakit layu tersebut. Pengembangan kultivar pisang dapat dilakukan melalui program pemuliaan konvensional yang melibatkan spesies atau kultivar tahan. Namun demikian hal tersebut menghadapi kendala sterilitas bunga dan ploidi dari tanaman pisang (Roux et al. 24). Program pemuliaan melalui teknik rekayasa genetika merupakan teknik yang menjanjikan, tetapi sampai saat ini gen ketahanan pada tanaman pisang untuk ketahan terhadap layu FOC ras 4 tropika masih belum ditemukan. Sebagian besar gen ketahanan (R gene) yang telah teridentifikasi menyandikan protein reseptor yang mengandung domain nucleotide binding site dan leucine rich repeat (NBS-LRR) yang menghasilkan ketahanan terhadap hama dan penyakit tanaman yaitu serangga hama, cendawan, bakteri, virus dan nematoda (Dangl & Jones 21). Protein reseptor NBS-LRR mengenali protein efektor patogen dan menghasilkan sinyal transduksi yang akan menstimulir ekspresi pertahanan terhadap patogen (Caplan et al. 28). Komposisi gen NBS- LRR terdiri dari beberapa domain yaitu N-terminal, nucleotide binding site (NBS), dan C-terminal LRR. Khusus domain NBS mengandung motif p-loop atau kinase-1, kinase-2, kinase-3a and hydrophobic (GLPL), yang sangat terkonservasi pada berbagai ATP-/GTP-binding protein dan berbagai organisme (Traut 1994). Berdasarkan motif yang ada pada bagian N-terminal, gen R kelas NBS- LRR terbagi dalam dua subkelas. Subkelas I, TIR-NBS-LRR, dimana pada bagian N-terminal berhomologi dengan protein Drosophila Toll dan mammalian Interleukin-1 receptor (TIR) (Meyers et al. 1999), hanya ditemukan pada spesies tanaman dikotil dan gymnospermeae (Tarr & Alexander 29). Subkelas II yaitu non-tir-nbs-lrr, mempunyai motif coiled-coil (CC) pada bagian N-terminal, terdapat pada spesies tanama dikotil dan monokotil (McHale et al. 26). Berdasarkan domain NBS-LRR dari gen R yang telah teridentifikasi, dapat didisain primer degenerate untuk mengisolasi resistance gene analoque (RGA) dari berbagai tanaman seperti kedelai (Kanazin et.al. 1996), slada (Shen et al. 1998), apel liar (Baek & Choi 213), dan lentil (Yaish et al. 24) menggunakan pendekatan teknik PCR. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi resistance gene analogue (RGA) yang berasal dari tiga kultivar tahan penyakit layu FOC. Secara khusus masing-masing kegiatan bertujuan untuk: (1) mengamplifikasi fragmen RGA dari DNA genom tanaman pisang tahan layu FOC menggunakan degenerate primer, (2) mengkloning dan sekuensing

4 4 produk PCR hasil amplifikasi, dan (3) menganalisis sekuen produk PCR berupa analisis BLAST, pensejajaran dan filogenetik. Bahan dan Metode Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan November 211 sampai September 212 di laboratorium Pemuliaan dan Biologi Molekuler Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB. Bahan Penelitian dan isolasi DNA Kultivar yang digunakan adalah dua kultivar tahan hasil kegiatan Uji Dini Ketahanan Beberapa Kultivar Pisang Terhadap Penyakit Layu Fusarium oxysporum f.sp. cubense VCG 1213/16 (TR4), yaitu Calcuta-4 (AAw) dan Klutuk Wulung (BB), dan hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika, yaitu Rejang (AA) (Molina et al. 21). Bahan tanaman yang digunakan adalah daun muda tanaman hasil perbanyakan kultur jaringan dan isolasi DNA berdasarkan metode CTAB (Doyle & Doyle 1987) yang dimodifikasi oleh Das et al. (29). Prosedur isolasi DNA secara detail ditampilkan pada Lampiran 2. Selanjutnya stok DNA disimpan dalam lemari pendingin bersuhu -2 C sampai siap digunakan. Perancangan Primer dan PCR Empat pasang kombinasi degenerate primer dirancang berdasarkan NBS- LRR yang mengandung domain P-loop/kinase-1, kinase-2, kinase-3a dan hydrophobic digunakan untuk mengamplifikasi fragmen NBS-LRR asal DNA genom tanaman pisang. Kombinasi pasangan primer tersebut adalah F5(F)+F6(R), F9(F)+F6(R), F5(F)+F1(R), dan F9(F)+F1(R). Informasi sekuen dari degenerate primer tersebut ditampilkan pada Tabel 3. Reaksi PCR dilaksanakan dengan volume 25 µl menggunakan KAPA2G TM PCR Kit (Kapa Biosystems Inc., USA), yang komposisinya terdiri atas 5. µl 5 X buffer PCR (di dalamnya terkandung 1.5 mm Mg 2+ ),.5 µl MgCl 2 25 mm,.5 µl dntps 1 mm, 1. µl masing-masing primer 1 µm (primer forward dan reverse), 3 ng DNA genom,.1 µl Taq DNA polymerase (5 U µl -1 ) dan 15.4 µl ddh 2 O. Tabel 3 Degenerate primer yang digunakan untuk mengamplifikasi NBS-LRR asal DNA genom tanaman pisang Kode Sekuen Domain terkonservasi Pustaka F5(F) GGIGGIGTIGGIAAIACIAC P-loop Peraza-Echeverria et al. 28 F6(R) AAGIGCTAAGIGGIAAGICC hydrophobic domain/glpl Peraza-Echeverria et al. 28 F9(F) GGNGGNRTIGGIAARACIAC P-loop Sun et al. 29 F1(R) GAGGGCNARNGGNAAICC hydrophobic domain/glpl Sun et al. 29 Keterangan : I= inosine; R= A/G; N=A/C/G/T

5 41 Proses PCR menggunakan mesin GeneAmp PCR System 24 (Perkin Elmer). Denaturasi cetakan DNA pada awal reaksi pada suhu 95 C selama 3 menit, diikuti dengan 35 kali siklus 95 C selama 1 detik, 55 C selama 1 detik dan 72 C selama 3 detik, dan diakhiri dengan satu siklus 72 C selama 1 menit. Produk PCR dipisahkan berdasarkan ukuran dengan menggunakan elektroforesis gel agarose 1 % pada mesin elektroforesis dengan tegangan 8 V selama 25 menit. Purifikasi Produk PCR Sebelum dilakukan kloning, produk PCR terlebih dahulu dipurifikasi menggunakan Gel/PCR DNA Fragments Extraction Kit (Geneaid, Taiwan) dengan prosedur standar dari perusahaan tersebut. Sebanyak 1 μl produk PCR dimasukkan ke dalam tabung mikrosentrifus 1.5 ml. Kedalam tabung tersebut ditambah larutan DF buffer dengan volume lima kali volume sampel, dikocok dengan baik menggunakan vortex, kemudian dimasukkan ke dalam DF column dan disentrifus 1.1 x 1 4 rpm selama 3 detik. Filtrat yang terkumpul dibuang. Ke dalam bagian tengah DF column ditambah 6 μl wash buffer dan dibiarkan selama satu menit. Selanjutnya tabung disentrifus 1.1 x 1 4 rpm selama 3 detik dan filtrat yang terkumpul dibuang. Tabung disentrifus lagi dengan kecepatan 1.1 x 1 4 rpm selama tiga menit untuk mengering matrik kolom. DF column dipindah ke tabung mikrosentrifus 1.5 ml yang baru, diberi 5 μl elution buffer dan dibiarkan selama 2 sampai 3 menit. Selanjutnya tabumg disentrifus dengan kecepatan 1.1 x 1 4 rpm selama dua menit untuk mendapatkan produk PCR murni. Kloning Fragmen RGA Sebelum dilakukan proses kloning, terlebih dahulu harus disiapkan sel kompeten dari E. coli strain DH5α. Pembuatan sel kompeten mengadopsi metode modifikasi buffer CaCl 2 yang dikembangkan oleh Li et al. (21). Produk PCR dikloning ke dalam vektor pgem-t EasyVector (Promega, Madison, WI, USA), dengan protokol standar sesuai dengan petunjuk perusahaan. Reaksi ligasi berisi: 5 μl buffer ligase, 1 μl pgem-t Easy Vector, 1 μl T4 DNA ligase, 2.5 μl produk PCR (1 ng μl -1 ),.5 μl air bebas nuclease dicampur dan disimpan pada suhu 4 C selama satu malam. Selanjutnya vektor ditransformasi ke sel kompeten bakteri E. coli strain DH5-α pada keesokan harinya. Tabung berisi sel kompeten yang sebelumnya disimpan dalam freezer, di-thawing dengan meletakkan pada wadah berisi es selama lebih kurang lima menit. Sebanyak 5 μl sel kompeten tersebut secara hati-hati diambil dan dituang ke dalam tabung yang berisi reaksi ligasi. Dengan menggunakan jari, tabung tersebut dijentik agar larutan tercampur dengan sempurna, dan diletakkan dalam es selama 2 menit. Selanjutnya dilakukan heat shock dengan meletakkan tabung ke dalam air hangat dengan suhu 42 C selama 45 sampai 5 detik, dan segera dipindah ke wadah berisi es dan dibiarkan selama dua menit. Sebanyak 9 μl media SOB dituangkan ke dalam tabung yang berisi sel yang telah ditransformasi, kemudian digoyang (shaker) pada kecepatan 15 rpm dan diinkubasi pada tempat yang bersuhu 37 C selama 45 sampai 9 menit. Setiap 1 μl larutan berisi sel yang telah ditransformasi, disebar secara merata ke cawan petri yang berisi media padat LB/ampicillin/IPTG/X-Gal dan diinkubasi pada suhu 37 C selama satu malam.

6 42 Seleksi koloni dan purifikasi plasmid Koloni bakteri transforman dipilih yang berwarna putih dan disubkultur ke tabung Falcon yang berisi media LB cair yang ditambah ampicilin (1 mg l -1 ) sebanyak 4 sampai 5 ml, diinkubasi pada suhu kamar dan digoyang (shaker) selama satu malam. Sebelum dikirim ke 1stBASE (Malaysia) untuk proses perunutan basa nukleotida (DNA sequencing), plasmid dipurifikasi menggunakan High-Speed Plasmid Mini Kit (Geneaid, Taiwan). Suspensi bakteri dipindah ke tabung 1.5 ml dan disentrifus 1.1 x 1 4 rpm selama satu menit. Supernatan dibuang dan pelet yang terbentuk ditambah lagi dengan sisa suspensi dari tabung Falcon, dan disentrifus lagi. Pelet yang terbentuk ditambah dengan 2 μl PD1 buffer dan divortex agar homogen. Selanjutnya ditambah dengan 2 μl PD2 buffer dan tabung dibalik sebanyak 1 kali agar larutan tercampur dengan sempurna dan didiamkan selama dua menit. Ke dalam tabung dimasukkan PD3 buffer sebanyak 3 μl dan segera dibalik sebanyak 1 kali. Tabung disentrifus 11 rpm selama tiga menit, supernatan diambil secara hati-hati dan dipindahkan ke PD column yang diletakkan pada tabung 2 ml, dan disentrifus kembali dengan kecepatan 1.1 x 1 4 rpm selama 3 detik. Filtrat yang terkumpul pada tabung 2 ml dibuang dan PD column diletakkan kembali, ditambah 6 μl wash buffer dan disentrifus 1.1 x 1 4 rpm selama 3 detik. Selanjutnya dikeringkan dengan cara disentrifus lagi selama tiga menit. Kemudian PD column yang telah kering diletakkan pada tabung 2 ml yang baru. Tepat di bangian tengah PD column ditambah 5 μl elution buffer, didiamkan selama 2 menit dan disentrifuse 1.1 x 1 4 rpm selama dua menit untuk mendapatkan DNA plasmid yang murni. Konfirmasi adanya insersi Sebelum dikirim ke 1stBASE (Malaysia) untuk proses perunutan DNA, dilakukan konfirmasi adanya insersi dengan melakukan PCR menggunakan pasangan primer F9+F6. Sebelum PCR, plasmid DNA yang sudah dipurifikasi perlu diencerkan sepuluh kali, untuk digunakan sebagai cetakan DNA. Hasil yang positif ditandai dengan terbentuknya pita tunggal dengan ukuran tertentu pada hasil elektroforesis, dikirim ke 1stBASE (Malaysia) untuk proses perunutan basa (DNA sequencing). Analisis Sekuen DNA Sekuen DNA dari vektor dipisahkan secara manual dari hasil proses perunutan DNA klon produk PCR. Sekuen produk PCR yang telah teridentifikasi dianalisis dengan cara membandingkan sekuen DNA dan prediksi asam amino produk PCR tersebut dengan aksesi yang terdeposit dalam pangkalan data GenBank menggunakan alogaritma BLASTn dan BLASTp ( nih.gov/blast.cgi). Translasi runutan DNA produk PCR menjadi asam amino menggunakan perangkat lunak Geneious Pro versi percobaan (Biomatters, USA). Perangkat lunak ClustalW2 (Larkin et al. 27) digunakan untuk analisis pensejajaran runutan prediksi asam amino dari produk PCR dengan R-gene yang berasal dari tanaman lain, yaitu Arabidopsis thaliana: RPP1 (AAC72977) dan RPP5 (AAF879), tomat: Prf (LEU65391) dan Mi- 1,2 (AAC67238), lada: Bs2 (AF22179), kentang: Gpa2 (AF195939), gandum: Yr1 (AF149114), flax: L6 (Q4253), M (AAB47618), tembakau: N (Q4253), dan RGA asal pisang, yaitu RGC3 (ABY7583), RGA-J (ACK4448), RGC2 (ABY7582), CAP66325 dan AFR Hasil pensejajaran asam amino ditampilkan menggunakan

7 43 perangkat lunak GeneDoc (Nicholas et al. 1997). Analisis filogenetik menggunakan metode Neighbour-Joi ining dengan bantuan perangkat lunak MEGA 5 (Tamura et al. 211). Nilai bootstrap 1 kali pengulangan digunakan untuk menguji keakuratan filogram. Hasil dan Pembahasan Amplifikasi PCR Menggunakan Degenerate Primer Dari empat pasang degenerate primer yang dicoba untuk mengamplifikasi daerah conserved domain p-loop sampai GLPL, diperoleh kombinasi pasangan primer terbaik adalah F9(F)+ +F6(R). Pasangan primer tersebut menghasilkan pita amplikon tunggal yang cukup jelas dengan ukuran ~55 pb untuk ketiga kultivar pisang (Rejang, Calcuta-4 dan Klutuk Wulung), sedangkan pasangan primer F9(F)+F1(R) menghasilkan pita lebih dari satu, dengan produk berukuran antara ~55 pb sampai ~11 pb (Gambar 1). Satu pita amplikon yang berukuran ~55 pb yang merupakan ukuran spesifik untuk motif P-loop sampai GLPL dari NBS. Namun demikian, dua kombinasi pasangan primer F5(F)+F6(R) dan F5(F)+F1(R) tidak menghasilkan produk amplifikasi. Produk PCR ketiga kultivar yang dihasilkan oleh pasangan primer F9(F)+F6(R) digunaka an untuk proses analisis selanjutnya. Analisis Sekuen Fragmen Produk PCR dari DNA Genom Pisang Dari 95 sampel produk PCR yang telah dikloning, sebanyak 91 klon mengandung insersi yang berukuran antara pb. Berdasarkan analisis predisksi asam amino, ditemukan sebanyak 16 sekuen dengan ukuran pb yang tidak mengandung stop codon dan mempunyai ciri RGA kelas NBS-LRR, yaitu mengandung motif terkonservasi P-loop (GG[V/M]GKTT), kinase- -2, kinase-3a dan hydrophobic (GLPL). Selanjutnya 16 sekuen tersebut disandi dengan MNBS1- MNBS16. Untuk mengetahui identitas 75 sekuen sisanya, dilakukan analisis BLAST terhadap genom pisang ( dan diperoleh sebanyak 18 klon yang beberapa basanya berhomolog dengan basa cdna yang ada pada pangkalan data genom pisang (data tidak ditampilkan). Gambar 1 Elektrofe erogram hasil amplifikasi menggunakan dua pasang kombinasi primer pada pada cetakan DNA genom 3 kultivar pisang. M=DNA ladder 1 pb, C4=Calcuta-4, R=Rejang dan Klt=Klutuk Wulung.

8 44 Terdapat satu klon dari 18 klon tersebut, yaitu D6_K14 berukuran 281 pb, dengan 9.78 % nukleotida penyusunnya (query coverage) mempunyai identity sebesar % terhadap putative disease resistance protein RGA3, dan mempunyai motif terkonservasi P-loop dan kinase2a. Tidak lengkapnya struktur klon D6_K14 untuk sebuah fragmen NBS kemungkinan disebabkan ligasi fragmen DNA pada plasmid pgem-t kurang sempurna akibat proses pengkloningan terjadi secara random. Untuk keperluan analisis selanjutnya klon D6_K14 diberi kode MNBS17. Tujuh belas fragmen RGA tersebut mempunyai identity sekuen DNA sebesar 52.2 % sampai 98.5 % dan sekuen prediksi asam amino sebesar 18.3 % sampai 1 %. Runutan basa nukleotida dan prediksi asam amino dari MNBS1, MNBS15, MNBS16 dan MNBS17 ditampilkan pada Gambar 11, 12, 13 dan 14. Berdasarkan asal klon, dua fragmen RGA berasal dari DNA genom Klutuk Wulung, yaitu MNBS1 dan MNBS17, empat RGA berasal dari Rejang, yaitu MNBS2-MNBS5, dan 11 RGA berasal dari Calcuta-4 (Tabel 4). Analisis Keragaman RGA yang Berasal dari DNA Genom Pisang Berdasarkan hasil analisis filogenetik sekuen prediksi asam amino fragmen RGA yang didapatkan dari penelitian ini, menunjukan bahwa 17 RGA tersebut terbagi menjadi empat kelompok. Fragmen dengan identity >97 % disebut identik atau berada dalam satu kelompok. Kelompok pertama beranggotakan 14 RGA yaitu MNBS1 MNBS14 yang mempunyai identity 98 %, dimana satu RGA berasal dari Klutuk Wulung (MNBS1), empat RGA berasal dari Rejang (MNBS2-MNBS5), dan sembilan RGA berasal dari Calcuta-4 (MNBS6- MNBS14). Tiga fragmen sisanya yang mempunyai identity sebesar 28.5 % dibagi menjadi tiga kelompok yang masing-masing beranggotakan satu fragmen. Tabel 4 Pengelompokan fragmen RGA dari produk PCR berdasarkan asal DNA genom diisolasi No. Kultivar Klon* ) Kode Ukuran (pb) 1 Klutuk Wulung C8_K1 MNBS D6_K14 MNBS Rejang E1_R5 MNBS H1_R8 MNBS C2_R11 MNBS A3_R17 MNBS Calcuta-4 H8_C4 MNBS G1_C19 MNBS F8_C2 MNBS G11_C27 MNBS F11_C26 MNBS A12_C29 MNBS A1_C13 MNBS G8_C3 MNBS D9_C3 MNBS E8_C1 MNBS C11_C23 MNBS Keterangan: * ) Kode klon adalah kode yang diberikan selama proses sequencing

9 45 Kelompok kedua dengan anggota MNBS15 dan kelompok ketiga yang anggotanya MNBS16 dari Calcuta-4, sedangkan MNBS17 yang berasal dari Klutuk Wulung disebut kelompok keempat. Hasil analisis filogenetik 17 fragmen RGA tersebut ditampilkan pada Gambar 15. Gambar 11 Sekuen DNA dan prediksi asam amino fragmen MNBS1 (mewakili kelompok I) hasil amplifikasi PCR asal DNA genom pisang Klutuk Wulung. Huruf kapital di bawah sekuen DNA adalah sekuen prediksi asam amino. Residu asam amino di dalam kotak adalah motif terkonservasi dari NBS, yaitu P-loop, kinase-2, kinase-3a dan hydrophobic domain (GLPL) Gambar 12 Sekuen DNA dan prediksi asam amino fragmen MNBS15 (kelompok II) hasil amplifikasi PCR asal DNA genom pisang Calcuta-4. Huruf kapital di bawah sekuen DNA adalah sekuen prediksi asam amino. Residu asam amino di dalam kotak adalah motif terkonservasi dari NBS, yaitu P-loop, kinase-2, kinase-3a dan hydrophobic domain (GLPL)

10 46 Gambar 13 Sekuen DNA dan prediksi asam amino fragmen MNBS16 (kelompok III) hasil amplifikasi PCR asal DNA genom pisang Calcuta-4. Huruf kapital di bawah sekuen DNA adalah sekuen prediksi asam amino. Residu asam amino di dalam kotak adalah motif terkonservasi dari NBS, yaitu P-loop, kinase-2, kinase-3a dan hydrophobic domain (GLPL). Gambar 14 Sekuen DNA dan prediksi asam amino fragmen MNBS17 (kelompok IV) hasil amplifikasi PCR asal DNA genom pisang Klutuk Wulung. Huruf kapital di bawah sekuen DNA adalah sekuen prediksi asam amino. Residu asam amino di dalam kotak adalah sebagian motif terkonservasi dari NBS, yaitu P-loop dan kinase-2. Analisis Sekuen DNA dan Prediksi Asam Amino Fragmen RGA Berdasarkan hasil analisis BLASTn (Altschul et al. 1997) menunjukkan bahwa sekuen DNA dari 17 fragmen RGA yang dihasilkan dari penelitian ini mempunyai identity yang tinggi dengan sekuen DNA Musa NBS-LRR disease resistance protein yang terdapat pada pangkalan data GenBank, ditunjukkan dengan persentase identity dalam Tabel 5. Sekuen DNA fragmen MNBS1MNBS14 mempunyai identity % dengan aksesi AJ534312, EU239821, EU dan DQ11936, MNBS15 mempunyai identity 97 % dengan aksesi EF488472, MNBS16 mempunyai identity 95 % aksesi EU85584, dan MNBS17 mempunyai identity 99 % dengan aksesi JX46384 (Tabel 5).

11 47 84 MNBS2 36 MNBS4 4 MNBS3 9 MNBS7 19 MNBS5 MNBS MNBS14 MNBS13 I MNBS12 MNBS11 MNBS6 4 MNBS9 12 MNBS1 MNBS1 53 II III IV MNBS15 MNBS16 MNBS17.1 Gambar 15 Dendogram hasil analisis filogenetik sekuen prediksi asam amino MNBS berdasarkan metode Neighbor-Joining. Angka pada sumbu percabangan adalah nilai bootstrap (1 ulangan). Cabang yang diberi label I, II, III dan IV mewakili kelompok dari RGA. Skala yang ada di bawah pohon mewakili panjang cabang yang setara dengan rataan substitusi asam amino per situs. Hal yang sama juga diperoleh dari hasil analisis BLASTp (Altschul et al. 1997) pada residu prediksi asam amino asal 17 fragmen RGA (MNBS1-MNBS17). Prediksi asam amino MNBS1-MNBS14 mempunyai identity sebesar 94 % sampai 98 % dengan aksesi CAD58967, ABY7583, ACK4449 dan ABB96971, sedangkan prediksi asam amino dari MNBS15 mempunyai identity 95 % dengan aksesi CAP66325, prediksi asam amino MNBS16 mempunyai identity sebesar 92 % dengan aksesi ACK4448, dan prediksi asam amino MNBS17 mempunyai identity sebesar 97 % dengan aksesi AFR46148 (Tabel 6). Dari 17 sekuen RGA yang dihasilkan dari penelitian ini, 16 RGA yaitu MNBS1 MNBS16 telah dideposit di pangkalan data GenBank dengan nomor aksesi KF34945, KF34946, KF34947, KF34948, KF34949, KF3495, KF34951, KF34952, KF34953, KF34954, KF34955, KF34956, KF34957, KF34958, KF34959, KF3496. Analisis Pensejajaran Sekuen Prediksi Asam Amino Fragmen MNBS Untuk mengetahui konsensus asam amino MNBS, dilakukan analisis pensejajaran runutan prediksi asam amino 17 fragmen MNBS dengan protein Musa NBS-LRR dan protein R yang telah terdeposit pada pangkalan data GenBank.

12 48 Tabel 5 RGA MNBS1- MNB14 Sequence identity antara runutan nukleotida dari fragmen MNBS asal tanaman pisang kultivar Rejang, Calcuta-4 dan Klutuk Wulung dengan Musa NBS-LRR yang telah dideposit pada pangkalan data GenBank Aksesi GenBank Query Coverage (%) Nilai E Identity (%) Musa acuminata NBS-LRR type disease resistance protein mrna, complete cds (DQ11936) Musa ABB Group NBS resistance protein (RGA-K) gene, partial cds (EU855841) Musa acuminata subsp. malaccensis resistance gene candidate NBS-type protein (RGC3) gene, partial cds (EU239821) Musa acuminata disease resistance protein NBS-LRR type gene (AJ534312) MNBS15 Musa ABB Group partial nbs gene for NBS-LRR disease resistance protein (AM ) MNBS16 Musa ABB Group NBS resistance protein (RGA-J) gene, partial cds (EU85584) MNBS17 Musa AAB Group cultivar Nendran NBS- LRR protein gene, partial cds (JX46384) 9 3e Tabel 6 MNBS MNBS1- MNB14 Sequence identity antara runutan prediksi asam amino MNBS asal tanaman pisang kultivar Rejang, Calcuta-4 dan Klutuk Wulung dengan protein Musa NBS-LRR yang telah dideposit pada pangkalan data GenBank Aksesi GenBank Query Coverage (%) Nilai E Identity (%) NBS-LRR type disease resistance protein [Musa acuminata] (ABB96971) 99 9e NBS resistance protein [Musa ABB Group] (ACK4449) 99 3e Resistance gene candidate NBS-type protein, partial [Musa acuminata subsp. malaccensis], RGC3 (ABY7583) 99 3e Disease resistance protein NBS-LRR type [Musa acuminata AAA Group] (CAD58967) 81 1e MNBS15 NBS-LRR disease resistance protein [Musa AAB Group] (CAP66325) 99 6e MNBS16 NBS resistance protein [Musa ABB Group] (ACK4448) 8 9e MNBS17 NBS-LRR protein, partial cds [Musa AAB Group] (AFR46148) 93 4e-53 97

13 49 Hasil pensejajaran asam amino MNBS bersama lima RGA pisang dan sepuluh R-gene tanaman yang telah diketahui, yaitu gen N dari tembakau, Prf dan Mi-1.2 dari tomat, Gpa2 dari kentang, Bs2 dari lada, L6 dan M dari flax, RPP1 dan RPP2 dari Arabidopsis dan Yr1 dari gandum, ditampilkan pada Gambar 16. Berdasarkan hasil pensejajaran prediksi asam amino fragmen MNBS dan protein R tanaman lain terlihat bahwa motif utama NBS-LRR seperti P-loop/kinase-1a (G[V/M/I]GKTT), kinase-2 ([L/V][L/I]DDVW/D), RNBS-B/kinase-3a dan hydrophobic domain (GLPL) sangat terkonservasi pada semua sekuen prediksi asam amino MNBS, Musa NBS-LRR dan protein R tanaman lain, seperti: protein Prf, Mi-1,2, Bs2, Gpa2, Yr1, RPP1, RPP5, L6, M, dan N. Diantara proteinprotein tersebut RPP1, RPP5, L6, M dan N termasuk dalam kelas TIR-NBS-LRR, sedangkan yang lainnya termasuk dalam kelas non-tir-nbs-lrr. Perbedaan antara TIR-NBS-LRR dan non-tir-nbs-lrr terdapat pada motif sekuen asam amino yang ada pada daerah N-terminal dan residu asam amino terakhir dari motif kinase-2. Residu terkahir dari kinase-2 pada TIR-NBS-LRR adalah tryptophan (W), sedangkan pada non-tir-nbs-lrr adalah aspartate (D) (Tarr & Alexander 29). Selain itu analisis pensejajaran juga menghasilkan matrik genetic identity yang ditampilkan pada Tabel 7. Matrik tersebut menunjukkan sequence identity satu aksesi terhadap aksesi lainnya. Analisis Filogenetik Prediksi Asam Amino MNBS dengan Protein RGA dan R-Gene Tanaman Lain Hasil analisis filogenetik sekuen prediksi asam amino MNBS yang diperoleh dari penelitian ini, protein Musa NBS-LRR dan protein R tanaman lain yang terdeposit pada pangkalan data GenBank ditampilkan pada Gambar 17. Hasil analisis menunjukkan bahwa protein R dan RGA (termasuk MNBS) terbagi dalam dua kelas, yaitu non-tir-nbs-lrr dan TIR-NBS-LRR. Semua MNBS dan tanaman monokotil lainnya (gandum dan padi) termasuk dalam kelas non-tir-nbs-lrr. Dari hasil penelitian sebelumnya tentang NBS-LRR, pada tanaman monokotil hanya ditemukan non-tir-nbs-lrr (Bai et al. 22), sedangkan pada tanaman dikotil selain non-tir-nbs-lrr juga ditemukan TIR- NBS-LRR (Pan et al. 2b). Selanjutnya kelas non-tir-nbs-lrr dibagi menjadi dua kelompok. Bersama dengan RGC3 Musa (ABY7853), MNBS1-MNBS14 berada dalam kelompok I dengan identity sebesar 96 % sampai 98 %, sedangkan MNBS15, MNBS16 dan MNBS17 berada dalam kelompok II bersama-sama dengan NBS-LRR Musa (CAP66325) dan RGA-J Musa (ACK4448) serta BS2, GPA2, Mi-1,2, Prf dan Yr1 dengan identity sebesar 18 % sampai 95 %. Salah satu hal yang menarik adalah MNBS17 mempunyai identity sebesar 5.5 % dengan RGC2 (ABY7582), dimana RGC2 adalah RGA yang diisolasi dari tanaman pisang tahan FOC ras 4 dan terekspresi pada saat tanaman pisang terinfeksi FOC ras 4 (Peraza-Echeverria et al. 28). Tanaman telah berhasil mengembangkan mekanisme pengenalan dan perlindungan terhadap patogen. Interaksi antara inang dan patogen akan memicu respon lokal maupun sistemik (Meyer et al. 23). Gen ketahanan tanaman (R gene) menyandi protein R yang merupakan pertahanan pertama dari tanaman melawan serangan dari patogen Patogen yang dikenali oleh protein R biasanya bersifat spesifik terhadap inang spesifik (Friedman & Baker 27).

14 5 C1 C3 C2 C4 Gambar 16 Analisis pensejajaran sekuen prediksi asam amino MNBS dengan beberapa protein Musa NBS-LRR dan protein R yang terdeposit pada GenBank. Daerah domain terkonservasi ditandai dengan garis di atas sekuen (C1=kinase-1a atau P-loop, C2=kinase-2, C3=kinase-3a, dan C4=hydropobic domain atau GLPL)

15 MNBS9 MNBS6 43 MNBS1 MNBS11 19 MNBS12 MNBS13 5 MNBS14 39 MNBS8 1 MNBS1 27 MNBS7 11 MNBS3 MNBS MNBS2 MNBS5 non-tir-nbs RGC3_(ABY7583) 99 MNBS15 NBS-LRR_(CAP66325) MNBS16 1 RGA-J_(ACK4448) Prf_(LEU65391) Yr1_(AF149114) 8 Gpa2_(AF195939) Bs2_(AF22179) Mi-1.2_(AAC67238) Xa1_(BAA2568) RGC2_(ABY7582) 93 MNBS NBS-LRR_(AFR46148) 99 M_(AAB47618) L6_(Q4253) N_(Q4392) TIR-NBS RPP5_(AAF879) 98 RPP1_(AAC72977).2 Gambar 17 Dendogram hasil analisis filogenetik sekuen prediksi asam amino dari MNBS pisang dan beberapa protein Musa NBS-LRR dan protein R tanaman lain berdasarkan analisis pensejajaran menggunakan ClustalW2 dan dibuat berdasarkan metode Neighbor-Joining. Angka pada sumbu percabangan adalah nilai bootstrap (1 ulangan). Skala yang ada di bawah pohon mewakili panjang cabang yang setara dengan rataan substitusi asam amino per situs. Ketahanan tanaman terhadap penyakit pada umumnya dimulai dengan pengenalan khusus antara produk gen ketahanan (R gene) dan produk gen avirulen (Avr) (Jones 21). Keberhasilan pengenalan produk Avr dari patogen oleh produk R gene dari tanaman akan memicu berbagai mekanisme pertahanan termasuk hypersensitive response (HR) dan menghasilkan interaksi tidak kompatibel yang akan mengarah kepada ketahanan tanaman (Baker et al. 1993). Dua motif terkonservasi yang ditemukan pada sekuen prediksi asam amino MNBS yaitu kinase-1a dan kinase-2. Motif kinase-1a (GG[V/M]GKTT) juga disebut P-loop atau motif Walker A, dibentuk oleh beberapa residu glycine (G) dan residu tetap lysine (K), terlibat dalam mengikat fosfat dari nukleotida (Walker et al. 1982). Motif tersebut berperanan dalam mengikat ATP pada protein I-2 dan M1 dari tanaman kentang (Tameling et al. 22). Hal yang sama kemungkinan juga terjadi pada protein MNBS. Motif kinase-2 atau Walker B ([L/V][L/I]DDV[W/D]) yang mengandung residu tetap aspartate (D) yang mengkoordinasi ion Mg 2+ yang diperlukan untuk reaksi phosphotransfer (Traut 1994). Kinase-3a pada umumnya mengandung tyrosine (Y) atau arginine (R) yang berinteraksi dengan basa purin dari ATP (Traut 1994), sedangkan internal hydrophobic domain yang mempunyai motif terkonservasi GLPL[A/T/S][P/L/I]

16 52 masih belum diketahui fungsinya. Walaupun demikian, melihat keberadaannya sangat terkonservasi di dalam sekuen R-gene kelas NBS-LRR, diduga domain tersebut mempunyai fungsi penting yang berhubungan dengan aktifitas gen yang bersangkutan (Jones & Jones 1997). Tidak adanya TIR-NBS-LRR tidak hanya terjadi pada tanaman pisang (Musa spp.), tetapi juga dilaporkan pada tanaman monokotil lainnya seperti padi (Zhou et al. 24), gandum (Zhang et al. 211), jagung (Xiao et al. 26), barley (Madsen et al. 23), sorghum (Cheng et al. 21), dan tebu (Que et al. 29). Proses eliminasi TIR-NBS-LRR dari sebagian besar tanaman monokotil kemungkinan terjadi selama masa evolusi, walaupun belum ada informasi yang dapat menggambarkan bagaimana penjelasan dari proses eliminasi tersebut. Pan et al. (2b) mengusulkan sebuah model yang menunjukkan evolusi NBS-LRR melibatkan dua tahapan. Selama tahap pertama, genom tanaman mempunyai sedikit NBS-LRR, dan selama tahap kedua baik TIR maupun non-tir mengalami perkembangan dan diversifikasi pada spesies tanaman dikotil. Berdasarkan analisis sekuen yang dilakukan oleh Cannon et al. (22), gen non-tir-nbs tampaknya lebih beragam dari pada kelas TIR-NBS, dan hal ini memunculkan spekulasi bahwa non-tir-nbs lebih dulu keberadaannya dibanding TIR-NBS. Namun demikian, hasil penelitian terbaru tentang evolusi NBS yang dilakukan oleh Yue et al. (212) menunjukkan bahwa NBS yang ditemukan pada tanaman darat purba (Coleochaetales dan lumut-lumutan) lebih mirip dengan tipe TIR pada level sekuen dan hal ini dapat disimpulkan bahwa NBS tipe TIR telah berkembang terlebih dahulu bila dibandingkan dengan tipe non-tir. Berdasarkan matrik genetic identity pada Tabel 7, semua prediksi asam amino MNBS yang dihasilkan pada penelitian ini mempunyai identity sebesar 91.7.% sampai 98.8 % dengan protein Musa NBS-LRR yang terdeposit pada pangkalan data bank gen, dan 19.9 % sampai 35 % dengan protein R tanaman seperti Bs2, Gp2, Prf, Yr1 dan Mi-1.2. Hal tersebut mengindikasikan bahwa MNBS kemungkinan mempunyai fungsi sebagai gen ketahanan. Diantara 17 MNBS tersebut, MNBS17 mempunyai identity sebesar 5.5 % dengan RGC2 (ABY7582). Ekspresi RGC2 berhubungan dengan ketahanan layu FOC ras 4 salah satu galur M. acuminata spp. malaccensis (Peraza-Echeverria et al. 28). Hal ini dapat diasumsikan bahwa MNBS17 kemungkinan mempunyai fungsi ketahanan terhadap layu FOC pada tanaman pisang. Pseudogenitas MNBS dalam Kromosom Pisang Perkembangan teknologi sekuensing telah menghasilkan informasi lengkap tentang runutan DNA genom beberapa jenis tanaman termasuk pisang (D Hont et al. 212). Informasi tersebut telah dapat diakses secara gratis dan dapat digunakan untuk menganalisis sekuen DNA yang berasal dari pisang, salah satunya adalah fasilitas BLAST. Hasil yang diperoleh dapat memperlihatkan letak suatu fragmen dalam kromosom pisang maupun jumlah salinan fragmen DNA yang bersangkutan. Hasil analisis BLAST fragmen MNBS ditampilkan pada Tabel 8. Berdasarkan hasil analisis BLAST terhadap DNA genom pisang yang tersedia pada situs terlihat bahwa MNBS1-MNBS14, MNBS16 dan MNBS17 mempunyai satu salinan, sedangkan MNBS15 mempunyai 11 salinan yang tersebar dalam dua kromosom pisang, yaitu kromosom nomor 1 dan 11, dan satu salinan secara acak.

17 53 Tabel 7 Matrik genetic identity (%) hasil dari analisis pensejajaran sekuen prediksi asam amino Musa RGA dan prote ein R mengguna kan ClustalW2 Aksesi MNBS MNBS MNBS MNBS MNBS MNBS MNBS MNBS MNBS MNBS MNBS MNBS MNBS MNBS MNBS MNBS MNBS CAP AFR ABY ABY ACK AF AF LEU AF AAC AAC AAF Q Q AAB Keterangan: Angka pada baris pertama adalah aksesi Musa RGA dan R gene dari GenBank. 1: MNBS1, 2: MNBS2, 3: MNBS3, 4: MNBS4, 5: MNBS5, 6: MNBS6, 7: MNBS7, 8: MNBS8, 9: MNBS9, 1: MNBS1, 11: MNBS11, 12: MNBS12, 13: MNBS13, 14: MNBS14, 15: MNBS15, 16: MNBS16, 17: MNBS17, 18: NBS-LRR Musa (CAP66325), 19: NBS-LRR Musa AAB (AFR46148), 2: RGC2 Musa (ABY7852), 21: RGC3 Musa (ABY7583), 22: RGA-J Musa ABBB (ACK4448), 23: Bs2 Lada (AF22179), 24: Gpa2 Kentang (AF195939), 25: Prf Tomat (LEU65391), 26: Yr1 Gandum (AF149114), 27: Mi-1.2 Tomat (AAC67238), 28: RPP1 Arabidopsis (AAC72977), 29: RPP5 Arabidopsis (AAF879), 3: L6 Linum (Q4253), 31: N Tembakau (Q4392), 32: M Linum (AAB47618)

18 Tabel 8 Hasil analisis BLASTN antara sekuen fragman MNBS dengan data genom pisang global ( nana-genome.cirad.fr/blast) MNBS Lokus Kromosomm ke MNBS1- GSMUA_Achr4P287_1 4 MNBS14 MNBS15 GSMUA_Achr1P71_1 1 GSMUA_Achr1P714_1 1 GSMUA_Achr1P75_1 1 GSMUA_Achr1P715_1 1 GSMUA_Achr1P78_1 1 GSMUA_Achr1P76_1 1 GSMUA_Achr1P716_1 1 GSMUA_Achr11P744_1 11 GSMUA_Achr1P712_1 1 GSMUA_Achr1P79_1 1 GSMUA_AchrUn_randomP28 47_1 chrun_ random GSMUA_Achr1P71_1 1 MNBS16 GSMUA_Achr9P261_1 9 MNBS17 GSMUA_Achr4P2616_1 4 Mulai Sampai Query Coverage (%) Identity (%) Nama Gen Putative Disease resistance protein RPS5~ RPS NBS-LRR disease resistance protein, putative~ RGA disease resistance protein RGA1~ RGA NBS-LRR disease resistance protein, putative~ RGA Putative disease resistance protein RGA3~ RGA Putative disease resistance protein RGA1~ RGA Putative disease resistance protein RGA4~ RGA NBS-LRR class resistance protein (Fragment)~ RGA NBS-LRR disease resistance protein, putative~ RGA Putative disease resistance protein RGA3~ RGA Putative disease resistance protein RGA4~ RGA Putative disease resistance protein RGA4~ RGA4~ fragment NBS-LRR disease resistance protein, putative~ RGA Putative NB-ARC domain containing protein, expressed~ RGA Putative disease resistance protein RGA3~ RGA2

19 55 Kemungkinan besar MNBS1-MNBS14, MNBS16, dan MNBS17 bukan pseudogene, karena salah satu kriteria gen yang termasuk pseudogene adalah mengalami duplikasi (Yao 26). Fragmen MNBS15 mempunyai identity sebesar 78% dengan pseudogene NBS-LRR yang terdeposit dalam GenBank NCBI (EF48847). Ada kemungkinan MNBS15 adalah pseudogene, tetapi harus dibuktikan melalui uji ekspresi, apakah terjadi translasi protein atau tidak. Hubungan Gen MNBS dengan RGA Pisang yang Terdeposit pada Pangkalan Data GenBank Sampai saat ini sudah terdaftar lebih dari 18 fragmen gen RGA dari kelas NBS-LRR yang diisolasi dari tanaman pisang dalam pangkalan data NCBI. Namun demikian setelah periksa kembali sekuen nukleotida dan asam aminonya, hanya 168 sekuen yang mempunyai ciri-ciri NBS-LRR yaitu yang mengandung motif p-loop/kinase-1a, kinase-2, kinase-3 dan GLPL. Dari hasil analisis filogenetik sekuen prediksi asam amino 17 gen MNBS yang dihasilkan dalam penelitian ini bersama dengan 168 sekuen asam amino RGA pisang, didapatkan 32 group RGA (Gambar 18). Gen MNBS1-MNBS14 berada pada satu group tersendiri bersama dengan empat RGA dengan nomor aksesi ABB96971, ACK4449, ABY7583 dan CAD58967, dengan identity sebesar 94% sampai 97 %, sedangkan MNBS15 berada satu group dengan aksesi CAP66325, ABS8487 dan CAP6639 dengan identity sebesar 9% sampai 94 %. Gen MNBS16 berada dalam satu group dengan satu RGA ACK4448 dengan identity sebesar 92 %. Begitu juga dengan MNBS17 yang hanya berada dalam satu group dengan satu RGA AFR46148, dengan identity sebesar 97 %. Terdapat delapan group yang hanya beranggotakan satu RGA, dengan anggota masing-masing adalah aksesi CAP6629, ACK4446, ABY7581, ACK4443, ABY7582, ACL5521, ABY7585 dan CAP Berdasarkan hasil dari penelitian ini sebetulnya masih banyak RGA yang bisa dieksplorasi, terutama dari kultivar pisang lokal maupun spesies liar asal Indonesia. Penelitian sebelumnya juga telah berhasil mengamplifikasi sejumlah RGA dari tanaman pisang dan kerabatnya (Pei et al. 27; Peraza-Echeverria et al. 28; Azhar & Heslop-Harrison 28; Sun et al. 29). Banyaknya RGA tipe NBS-LRR LRR dari tanaman pisang yang teridentifikasi, akan dapat memberikan gambaran besarnya famili NBS dalam tanaman pisang. Namun demikian perlu ditekankan bahwa tidak semua RGA mempunyai fungsi atau disebut pseudogene. Pan et al. (2a) menemukan bahwa 1 % RGA yang telah teridentifikasi dari tanaman tomat adalah pseudogene. Hasil serupa juga ditemukan oleh Liu & Ekramoddoullah (23) pada tanaman pinus, bahwa hampir setengah RGA yang teridentifikasi adalah pseudogene dan bahkan beberapa diantaranya ditranskripsi menjadi mrna. Oleh karena itu karakterisasi RGA perlu dilanjutkan dengan pengujian ekspresi gen terhadap kondisi cekaman patogen, sehingga pada akhirnya akan diperoleh gen ketahanan yang spesifik untuk penyakit tertentu. Selain itu gen ketahanan tersebut bisa dimanfaatkan untuk program perbaikan kultivar pisang tahan penyakit ataupun mengembangkan marka molekuler yang dapat digunakan untuk seleksi ketahanan terhadap penyakit.

20 5 2 1 Musa AAB (CAP66298) M.acuminata (ABB96971) M.balbisiana (CAP66375) Musa AAB (AFQ62695) BR-7 Musa AAA (ABW96275) MuRGA-B (ACK444) balbisiana x textilis (CAP66268) MNBS15 NBS-LRR (ABS8487) banksii (CAP6639) MuRGA-D (ACK4442) M.balbisiana (CAP66374) balbisiana x textilis (CAP66368) balbisiana x textilis (CAP66367) M.textilis (CAP66373) 85 M.textilis (CAP66371) M.textilis (CAP66372) 53 RGC4 (ABY7584) M.balbisiana (CAP66376) 1 Musa AAA (CAD58967) MuRGA-K (ACK4449) MNBS16 MuRGA-H (ACK4446) Musa ABB (CAP66326) MNBS1 BR-16 Musa AAA (ABW96284) NBS-LRR (ABS84869) 46 BR-14 Musa AAA (ABW96282) BR-11 Musa AAA (ABW96279) BR-1 Musa AAA (ABW96278) BR-17 Musa AAA (ABW96285) 25 Musa ABB (CAP66325) 88 MuRGA-J (ACK4448) BR-13 Musa AAA (ABW96281) BR-8 Musa AAA (ABW96276) M.textilis (CAP6629) BR-9 Musa AAA (ABW96277) BR-18 Musa AAA (ABW96286) Musa AAA (ABU46264) MuRGA-F (ACK4444) M.balbisiana (CAP66278) BR-12 Musa AAA (ABW9628) MuRGA-L (ACK4441) 4 78 MNBS Musa AAB (CAP66295) 99 MuRGA-I (ACK4447) RGC1 (ABY7581) MNBS4 MNBS MNBS MNBS MNBS MNBS9 MNBS13 Musa AAB (CAP66296) 99 MuRGA-G (ACK4445) 61 MuRGA-C (ACK4441) BR-5 Musa AAA (ABW96274) 61 MuRGA-E (ACK4443) M.acuminata (CAP66281) 1 MNBS3 MNBS7 36 MuRGA-A (ACK44399) BR-6 Musa AAA (ABW96273) 1 RGC3 (ABY7583) 39 MNBS MNBS8 RGC2 (ABY7582) MNBS14 31 MNBS17 Musa AAB (AFR46148) M.acuminata (ACL5521) 37 errans (CAP6635) M.ornata (CAP66288) 99 RGC5 (ABY7585) Musa AAA (CAP66264) 9 M.velutina (CAP66294) Musa ABB (CAP6632) M.velutina (CAP66293) 4 33 burmanicoides (CAP66269) 9 38 Musa AAA (CAP66334) 38 Musa ABB (CAP66383).1 Musa ABB (CAP66323) M.acuminata (CAP66275) 18 Musa AAB (CAP6638) Musa AAA (CAP66329) M.acuminata (CAP66276) 19 M.microcarpa (CAP66351) 19 M.malaccensis (CAP66348) burmanicoides (CAP66271) M.acuminata (CAP66274) burmanicoides (CAP6627) Musa AAA (CAP66272) 15 BR-15 Musa AAA (ABW96283) M.acuminata (CAP66282) 92 errans (CAP6634) 26 5 M.malaccensis (CAP66346) M.acuminata (CAP6628) Musa AAA (CAP66265) errans (CAP6636) Musa ABB (CAP66316) Musa AAA (CAP66283) 3 35 Musa AAB (AP66297) 2 M.malaccensis (CAP66321) Musa ABB (CAP66322) Musa AAA (CAP66333) M.malaccensis (CAP66319) 6 M.siamea (CAP6637) Musa AAB (CAP66289) 3 26 M.velutina (CAP66292) 2 M.balbisiana (CAP66279) Musa AAB (CAP66287) 9 19 M.balbisiana (CAP66315) Musa AAB (ADD7155) M.malaccensis (CAP66343) 89 M.malaccensis (CAP66344) M.malaccensis (CAP66345) M.balbisiana (ADO5164) M.microcarpa (CAP66353) Musa AAA (CAP66266) M.balbisiana (CAP66277) Musa ABB (CAP66324) M.balbisiana (CAP66312) M.balbisiana (CAP66313) balbisiana x textilis (CAP66267) 37 M.balbisiana (CAP66311) 3 Musa ABB (CAP66327) Musa ABB (CAP66262) Musa AAB (CAP66286) M.balbisiana (CAP66359) M.balbisiana (CAP6636) M.balbisiana (CAP66361) M.textilis (AFN4427) Musa ABB (ADO51638) Musa ABB (ADO51639) banksii (CAP6631) M.balbisiana (CAP66314) M.siamea (CAP6638) Musa AAA (CAP66285) Musa ABB (CAP6633) Musa AAA (CAP66284) M.microcarpa (CAP6635) M.malaccensis (CAP66347) M.malaccensis (CAP6632) M.microcarpa (CAP66352) Musa ABB (CAP66261) textilis x ABB (CAP66317) textilis x ABB (CAP66318) Musa AAB (CAP66331) Musa AAB (CAP66332) M.microcarpa (CAP66349) Musa AAA (CAP66328) M.schizocarpa (CAP66355) Musa ABB (CAP66263) Musa AAA (CAP66273) M.schizocarpa (CAP66338) M.malaccensis (CAP6634) M.acuminata (CAP66337) M.acuminata (CAP66335) Musa AAB (CAP66389) M.balbisiana (CAP6631) M.schizocarpa (CAP66339) M.malaccensis (CAP66341) M.balbisiana (CAP66299) M.acuminata (CAP66336) M.balbisiana (CAP663) M.malaccensis (CAP66342) M.schizocarpa (CAP66391) M.schizocarpa (CAP66354) M.schizocarpa (CAP66356) M.schizocarpa (CAP66357) M.textilis (CAP66291) M.textilis (CAP66365) M.textilis (CAP66362) M.schizocarpa (CAP66358) Gambar 18 Dendogram hasil analisis filogenetik sekuen prediksi asam amino dari MNBS pisang dan Musa NBS-LRR yang terdeposit pada GenBank dan dibuat berdasarkan metode Neighbour Joining. Angka pada sumbu percabangan adalah nilai bootstrap (1 ulangan). Aksesi yang diberi tanda elip berwarna merah adalah RGA yang diperoleh dari penelitian ini. Simpulan Dari tiga kultivar pisang tahan layu Fusarium yaitu Rejang, Calcuta-4 dan Klutuk Wulung diperoleh 17 sekuen RGA (MNBS1-MNBS17) yang mengandung domain terkonservasi NBS-LRR dan terbagi ke dalam empat kelompok. Kelompok I beranggotakan 14 sekuen (MNBS1-MNBS14), dan ketiga kelompok lainnya masing-masing beranggotakan satu sekuen, yaitu MNBS15, MNBS16 dan MNBS17.

21 57 Prediksi asam amino 17 MNBS mempunyai identity sebesar 91.7 % sampai 98.8 % dengan protein Musa NBS-LRR dan 19.9 % sampai 35 % dengan protein dari gen ketahanan tanaman lain yang telah teridentifikasi. MNBS17 mempunyai identity yang relatif tinggi (5.5 %) dengan RGC2 asal galur M. acuminata ssp. malaccensis yang berasosiasi dengan ketahanan terhadap layu FOC ras 4. Daftar Pustaka Agrios GN. 25. Plant Pathology. Ed ke-5. Burlington: Elsevier Academic Pr. hlm Altschul SF, Madden TL, Schaffer AA, Zhang J, Zhang Z, Miller W, Lipman DJ Gapped BLAST and PSI-BLAST: a new generation of protein database search programs. Nuc Acids Res 25: Azhar M, Heslop-Harrison JS. 28. Genomes, diversity and resistance gene analogues in Musa species. Cytogenet Genom Res 121(1): Baek DE, Choi C Identification of resistance gene analogs in Korean wild apple germplasm collections. Genet Mol Res 12(1): Bai J, Pennill LA, Ning J, Lee SW, Ramalingam J, Webb CA, Zhao B, Sun Q, Nelson JC, Leach JE, Hulbert SH. 22. Diversity in nucleotide binding site--leucine-rich repeat genes in cereals. Genome Res 12: Baker CJ, Mock N, Glazener J, Orlandi E Recognitian responses in pathogen/non-host and race/cultivar interactions involving soybean (Glycine max) and Pseudomonas syringae pathovars. Physiol Mol Plant Pathol 43: Cannon SB, Zhu H, Baumgarten AM, Spangler R, May G, Cook DR, Young ND. 22. Diversity, distribution, and ancient taxonomic relationships within the TIR and non-tir NBS-LRR resistance gene subfamilies. J Mol Evol 54: Caplan J, Padmanabhan M, Dinesh-Kumar SP. 28. Plant NB-LRR immune receptors: From recognition to transcriptional reprogramming. Cell Host Microbe 3: Cheng X, Jiang H, Zhao Y, Qian Y, Zhu S, Cheng B. 21. A genomic analysis of disease-resistance genes encoding nucleotide binding sites in Sorghum bicolor. Genet Mol Biol 33(2): Dangl L, Jones J. 21. Plant pathogens and integrated defence responses to infection. Nature 411: Das BK, Jena RC, Samal KC. 29. Optimization of DNA isolation and PCR protocol for RAPD analysis of banana/plantain (Musa spp.). Int J Agricul Sci 1(2): Doyle JJ, Doyle JL A rapid DNA isolation procedure for small quantities of fresh leaf tissue. Phytochem Bull 19: Friedman AR, Baker BJ. 27. The evolution of resistance genes in multiprotein plant resistance systems. Curr Opin Genet Dev 17: Jones DA, Jones JDG The role of leucine-rich repeat proteins in plant defences. Adv Bot Res 24: Jones JDG. 21. Putting knowledge of plant disease resistance genes to work. Curr Opin Plant Biol 4:

BAB VIII PEMBAHASAN UMUM

BAB VIII PEMBAHASAN UMUM BAB VIII PEMBAHASAN UMUM Pengembangan tanaman pisang di Indonesia masih terus berlangsung walaupun menghadapi beberapa kendala baik kendala teknis maupun non teknis. Kendala non teknis berupa makin berkurangnya

Lebih terperinci

Kloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri

Kloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri 3 selama 1 menit, dan elongasi pada suhu 72 0 C selama 1 menit. Tahap terakhir dilakukan pada suhu 72 0 C selama 10 menit. Produk PCR dielektroforesis pada gel agarosa 1 % (b/v) menggunakan tegangan 70

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan program komputer berdasarkan metode sintesis dua arah TBIO, dimana proses sintesis daerah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1983). B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi yang

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan PCR, terlebih dahulu dilakukan perancangan primer menggunakan program DNA Star. Pemilihan primer dilakukan dengan mempertimbangkan parameter spesifisitas,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon

HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi DNA Genomik Sengon DNA genomik sengon diisolasi dari daun muda pohon sengon. Hasil uji integritas DNA metode 1, metode 2 dan metode 3 pada gel agarose dapat dilihat pada Gambar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (plasma nutfah) tumbuhan yang sangat besar. Kekayaan tersebut menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. (plasma nutfah) tumbuhan yang sangat besar. Kekayaan tersebut menempatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan sumber daya genetik (plasma nutfah) tumbuhan yang sangat besar. Kekayaan tersebut menempatkan Indonesia negara dengan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4 MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. penelitian ini

Lebih terperinci

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA LAMPIRAN 15 15 Lampiran 1 Tahapan penelitian Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri Isolasi DNA kromosom bakteri Pemotongan DNA dengan enzim restriksi Kloning DNA Isolasi DNA plasmid hasil

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil 11 secara perlahan beberapa kali kemudian segera ditambah dengan 400 μl larutan buffer netralisasi (1.32 M natrium asetat ph 4.8), divorteks dan disentrifugasi pada suhu 4 0 C dengan kecepatan 10 000 rpm

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian deskriptif. Penelitian membuat deskripsi secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan

Lebih terperinci

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel 7 IV. METODE PENELITIAN Ikan Lais diperoleh dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan dari sungaisungai di Propinsi Riau yaitu S. Kampar dan S. Indragiri. Identifikasi jenis sampel dilakukan dengan menggunakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium BIORIN (Biotechnology Research Indonesian - The Netherlands) Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi IPB. Penelitian

Lebih terperinci

III. MATERI DAN METODE A.

III. MATERI DAN METODE A. III. MATERI DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai dengan Desember 2015. Proses isolasi DNA, simplex-pcr dan duplex-pcr dilaksanakan di Sub Laboratorium

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS Test Seleksi Calon Peserta International Biology Olympiad (IBO) 2014 2 8 September

Lebih terperinci

BAB VII PENGEMBANGAN MARKA SNAP BERBASIS RESISTANCE GENE ANALOGUE

BAB VII PENGEMBANGAN MARKA SNAP BERBASIS RESISTANCE GENE ANALOGUE BAB VII PENGEMBANGAN MARKA SNAP BERBASIS RESISTANCE GENE ANALOGUE (RGA) DAN DEFENSE GENE ANALOGUE (DGA) UNTUK KETAHANAN TERHADAP LAYU FUSARIUM PADA TANAMAN PISANG (Musa spp.) Abstrak Pengembangan kultivar

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN 14 BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Konfirmasi bakteri C. violaceum dan B. cereus dilakukan dengan pewarnaan Gram, identifikasi morfologi sel bakteri, sekuensing PCR 16s rdna dan uji kualitatif aktivitas

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Alat Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid Mini kit, inkubator goyang (GSL), jarum Ose bundar, kit GFX (GE Healthcare), kompor listrik

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Isolasi Fragmen DNA Penyandi CcGH Mature Plasmid pgem-t Easy yang mengandung cdna GH ikan mas telah berhasil diisolasi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya pita DNA pada ukuran

Lebih terperinci

STUDI HOMOLOGI DAERAH TERMINAL-C HASIL TRANSLASI INSCRIPTO BEBERAPA GEN DNA POLIMERASE I

STUDI HOMOLOGI DAERAH TERMINAL-C HASIL TRANSLASI INSCRIPTO BEBERAPA GEN DNA POLIMERASE I STUDI HOMOLOGI DAERAH TERMINAL-C HASIL TRANSLASI INSCRIPTO BEBERAPA GEN DNA POLIMERASE I T 572 MUL ABSTRAK DNA polimerase merupakan enzim yang berperan dalam proses replikasi DNA. Tiga aktivitas yang umumnya

Lebih terperinci

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... KATA PENGANTAR...... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... INTISARI... ABSTRACT... PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang...

Lebih terperinci

Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.]

Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.] Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.] Gambar 2. Struktur organisasi promoter pada organisme eukariot [Sumber: Gilbert 1997: 1.] Gambar 3.

Lebih terperinci

I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI)

I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI) I. PENGENALAN NATIONAL CENTRE FOR BIOTECHNOLOGY INFORMATION (NCBI) A. PENDAHULUAN NCBI (National Centre for Biotechnology Information) merupakan suatu institusi yang menyediakan sumber informasi terkait

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan November 2007 hingga Juli 2009, bertempat di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Organisme Akuatik Departemen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode 16 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian untuk membuat deskripsi,

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Tempat dan Waktu Penelitian. Bahan dan Alat Penelitian 14 METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Unit Pelayanan Mikrobiologi Terpadu, Bagian Mikrobiologi Kesehatan, Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Virus Hepatitis B Gibbon Regio Pre-S1 Amplifikasi Virus Hepatitis B Regio Pre-S1 Hasil amplifikasi dari 9 sampel DNA owa jawa yang telah berstatus serologis positif terhadap antigen

Lebih terperinci

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI

ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI 1 ANALISA HASIL TRANSFORMASI DENGAN MENGGUNAKAN PCR KOLONI DAN RESTRIKSI PENDAHULUAN Polimerase Chain Reaction (PCR) PCR adalah suatu reaksi invitro untuk menggandakan jumlah molekul DNA pada target tertentu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Survei penyakit klorosis dan koleksi sampel tanaman tomat sakit dilakukan di sentra produksi tomat di daerah Cianjur, Cipanas, Lembang, dan Garut. Deteksi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi ini membutuhkan primer spesifik (sekuen oligonukelotida khusus) untuk daerah tersebut. Primer biasanya terdiri dari 10-20 nukleotida dan dirancang berdasarkan daerah konservatif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Fenotipe organ reproduktif kelapa sawit normal dan abnormal.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Fenotipe organ reproduktif kelapa sawit normal dan abnormal. HASIL DAN PEMBAHASAN Fenotipe organ reproduktif kelapa sawit normal dan abnormal. Dalam perkembangannya, organ reproduktif mengalami perubahan yang mengakibatkan terjadinya perbedaan fenotipe antara kelapa

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN bp bp bp

HASIL DAN PEMBAHASAN bp bp bp HASIL DAN PEBAHASAN Purifikasi dan Pengujian Produk PCR (Stilbena Sintase) Purifikasi ini menggunakan high pure plasmid isolation kit dari Invitrogen. Percobaan dilakukan sesuai dengan prosedur yang terdapat

Lebih terperinci

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas

PRAKATA. Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas PRAKATA Alhamdulillah syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah swt., atas segala nikmat dan karunia-nya, penulisan Tugas Akhir dengan judul Keragaman Genetik Abalon (Haliotis asinina) Selat Lombok

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 19 HASIL DAN PEMBAHASAN Vektor Kloning Protein rgh Isolasi Plasmid cdna GH. Plasmid pgem-t Easy yang mengandung cdna; El-mGH, Og-mGH dan Cc-mGH berhasil diisolasi dari bakteri konstruksi E. coli DH5α dengan

Lebih terperinci

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si

REKAYASA GENETIKA. By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si REKAYASA GENETIKA By: Ace Baehaki, S.Pi, M.Si Dalam rekayasa genetika DNA dan RNA DNA (deoxyribonucleic Acid) : penyimpan informasi genetika Informasi melambangkan suatu keteraturan kebalikan dari entropi

Lebih terperinci

KLONING DAN OVEREKSPRESI GEN celd DARI Clostridium thermocellum ATCC DALAM pet-blue VECTOR 1

KLONING DAN OVEREKSPRESI GEN celd DARI Clostridium thermocellum ATCC DALAM pet-blue VECTOR 1 PROPOSAL METODOLOGI PENELITIAN (BM-3001) KLONING DAN OVEREKSPRESI GEN celd DARI Clostridium thermocellum ATCC 27405 DALAM pet-blue VECTOR 1 Penyusun: Chandra 10406014 Dosen Narasumber: Dra. Maelita Ramdani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian deskriptif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode B. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sampel DNA koleksi hasil

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Autentikasi Bahan Baku Ikan Tuna (Thunnus sp.) dalam Rangka Peningkatan Keamanan Pangan dengan Metode Berbasis DNA dilaksanakan pada bulan Januari sampai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7 individu udang Jari yang diambil dari Segara Anakan Kabupaten Cilacap Jawa Tengah.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Produksi Protein Rekombinan Hormon Pertumbuhan (rgh)

BAHAN DAN METODE. Produksi Protein Rekombinan Hormon Pertumbuhan (rgh) 11 BAHAN DAN METODE Penelitian ini terdiri atas 2 tahapan utama, yaitu produksi protein rekombinan hormon pertumbuhan (rgh) dari ikan kerapu kertang, ikan gurame, dan ikan mas, dan uji bioaktivitas protein

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dasar dengan metode deskriptif (Nazir, 1988). B. Populasi dan sampel Populasi pada penelitian ini adalah

Lebih terperinci

KARAKTERISASI MOLEKULER KETAHANAN BEBERAPA KULTIVAR PISANG (Musa spp.) TERHADAP PENYAKIT LAYU PANAMA (Fusarium oxysporum f.sp. cubense) AGUS SUTANTO

KARAKTERISASI MOLEKULER KETAHANAN BEBERAPA KULTIVAR PISANG (Musa spp.) TERHADAP PENYAKIT LAYU PANAMA (Fusarium oxysporum f.sp. cubense) AGUS SUTANTO KARAKTERISASI MOLEKULER KETAHANAN BEBERAPA KULTIVAR PISANG (Musa spp.) TERHADAP PENYAKIT LAYU PANAMA (Fusarium oxysporum f.sp. cubense) AGUS SUTANTO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Agustus sampai September tahun 2011. Sampel ikan berasal dari 3 lokasi yaitu Jawa (Jawa Barat), Sumatera (Jambi),

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling 16 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling sel folikel akar rambut. Sampel kemudian dilisis, diamplifikasi dan disekuensing dengan metode dideoksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang mendeskripsikan suatu gambaran yang sistematis dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA 6 konsentrasinya. Untuk isolasi kulit buah kakao (outer pod wall dan inner pod wall) metode sama seperti isolasi RNA dari biji kakao. Uji Kualitatif dan Kuantitatif Hasil Isolasi RNA Larutan RNA hasil

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian

BAHAN DAN METODE. 1. Waktu dan Tempat penelitian BAHAN DAN METODE 1. Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler dan Rumah Kaca Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan Metode Isolasi C. gloeosporioides dari Buah Avokad 15 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Tanjung Priok Wilayah Kerja Bogor, mulai bulan Oktober 2011 sampai Februari 2012. Bahan

Lebih terperinci

BAB III ISOLASI FRAGMEN cdna DARI GEN PENYANDI AKTIN DARI Melastoma malabathricum L.

BAB III ISOLASI FRAGMEN cdna DARI GEN PENYANDI AKTIN DARI Melastoma malabathricum L. BAB III ISOLASI FRAGMEN cdna DARI GEN PENYANDI AKTIN DARI Melastoma malabathricum L. Abstrak Melastoma malabathricum L. adalah tumbuhan akumulator aluminium (Al) yang dapat tumbuh baik pada tanah asam

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR ISI Bab Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... ix x xii I II III PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Identifikasi Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 2 1.4 Kegunaan Penelitian...

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KANDIDAT GEN

IDENTIFIKASI KANDIDAT GEN IDENTIFIKASI KANDIDAT GEN Nucleotide Binding Site (NBS) DARI PISANG Musa acuminata Colla var. malaccensis (Ridl.) Nasution DAN Musa,AAA, sub-kelompok Cavendish DIYAH MARTANTI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap penyiapan templat mtdna, amplifikasi fragmen mtdna pada daerah D-loop mtdna manusia dengan teknik PCR, deteksi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth III. MATERI DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan sampel darah domba dilakukan di Kecamatan Koto Tengah Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober 2012. Amplifikasi gen Growth Hormone menggunakan

Lebih terperinci

diregenerasikan menjadi tanaman utuh. Regenerasi tanaman dapat dilakukan baik secara orgnogenesis ataupun embriogenesis (Sticklen 1991; Zhong et al.

diregenerasikan menjadi tanaman utuh. Regenerasi tanaman dapat dilakukan baik secara orgnogenesis ataupun embriogenesis (Sticklen 1991; Zhong et al. PENDAHULUAN Perbaikan suatu sifat tanaman dapat dilakukan melalui modifikasi genetik baik dengan pemuliaan secara konvensional maupun dengan bioteknologi khususnya teknologi rekayasa genetik (Herman 2002).

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Genetika Molekuler, Bagian Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR; BAB III METODE PENELITIAN Secara garis besar, langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: pengumpulan sampel; lisis terhadap sampel mtdna yang telah diperoleh; amplifikasi daerah HVI mtdna

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat 12 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan dari bulan April 2006 sampai dengan bulan April 2007. Penelitian dilakukan di rumah kaca, laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan

Lebih terperinci

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan Bahan yang digunakan memiliki kualitas pro analisis atau pro biologi molekular, yaitu : primer M. tuberculosis forward: 5 GGATCCGATGAGCAAGCTGATCGAA3 (Proligo) dan primer M. tuberculosis

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 19 3. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2010 di Laboratorium Mikrobiologi, Biokimia dan Bioteknologi Hasil Perairan Departemen Teknologi Hasil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian. Penelitian ini dapat menerangkan

Lebih terperinci

menggunakan program MEGA versi

menggunakan program MEGA versi DAFTAR ISI COVER... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERSEMBAHAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR LAMPIRAN... x INTISARI... xi ABSTRACT... xii PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

4 Hasil dan Pembahasan

4 Hasil dan Pembahasan 4 Hasil dan Pembahasan Dalam bab ini akan dipaparkan hasil dari tahap-tahap penelitian yang telah dilakukan. Melalui tahapan tersebut diperoleh urutan nukleotida sampel yang positif diabetes dan sampel

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR II. BAHAN DAN METODE Ikan Uji Ikan uji yang digunakan adalah ikan nila hibrida hasil persilangan resiprok 3 strain BEST, Nirwana dan Red NIFI koleksi Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Sempur, Bogor.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Amplifikasi Daerah D-loop M B1 B2 B3 M1 M2 P1 P2 (-) HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi Daerah D-loop Amplifikasi daerah D-loop DNA mitokondria (mtdna) pada sampel DNA sapi Bali, Madura, Pesisir, Aceh, dan PO dilakukan dengan menggunakan mesin PCR Applied

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom

HASIL DAN PEMBAHASAN. DNA Genom IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Isolasi DNA Metode isolasi dilakukan untuk memisahkan DNA dari komponen sel yang lain (Ilhak dan Arslan, 2007). Metode isolasi ini sesuai dengan protokol yang diberikan oleh

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 29 3. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian meliputi Laut Sulawesi, Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores, Laut Banda, Teluk Tolo, Laut Maluku dan Teluk Tomini (Gambar

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN Penelitian penanda genetik spesifik dilakukan terhadap jenis-jenis ikan endemik sungai paparan banjir Riau yaitu dari Genus Kryptopterus dan Ompok. Penelitian ini bertujuan untuk

Lebih terperinci

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA

TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA TUGAS TERSTRUKTUR BIOTEKNOLOGI PERTANIAN VEKTOR DNA Oleh: Gregorius Widodo Adhi Prasetyo A2A015009 KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS PERTANIAN PROGRAM

Lebih terperinci

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BIO306. Prinsip Bioteknologi BIO306 Prinsip Bioteknologi KULIAH 7. PUSTAKA GENOM DAN ANALISIS JENIS DNA Konstruksi Pustaka DNA Pustaka gen merupakan sumber utama isolasi gen spesifik atau fragmen gen. Koleksi klon rekombinan dari

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii DAFTAR ISI ABSTRAK... i ABSTRACT... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR LAMPIRAN... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Penelitian... 1 B. Rumusan Masalah Penelitian...

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian Isolasi Aktinomiset BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Tumbuhan, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, dari bulan Februari sampai dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis

ABSTRAK. OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis ABSTRAK OPTIMASI AMPLIFIKASI DAN KLONING GEN Chaperonin 60.1 PADA Mycobacterium tuberculosis Nia Oktriviany, 2009 Pembimbing I : Ernawati Arifin Giri Rachman, Ph.D Pembimbing serta I : Debbie Sofie Retnoningrum,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Pita DNA Monomorfis Beberapa Tanaman dari Klon yang Sama

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pola Pita DNA Monomorfis Beberapa Tanaman dari Klon yang Sama 121 HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Pita DNA Monomorfis Beberapa Tanaman dari Klon yang Sama Tiga tanaman yang digunakan dari klon MK 152 menunjukkan morfologi organ bunga abnormal dengan adanya struktur seperti

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita

HASIL DAN PEMBAHASAN. divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Amplifikasi Gen Mx Amplifikasi gen Mx telah berhasil dilakukan. Hasil amplifikasi gen Mx divisualisasikan padaa gel agarose seperti terlihat pada Gambar 4.1. Ukuran pita yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konstruksi vektor over-ekspresi gen OsWRKY 1.1 Amplifikasi dan purifikasi fragmen gen OsWRKY76

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Konstruksi vektor over-ekspresi gen OsWRKY 1.1 Amplifikasi dan purifikasi fragmen gen OsWRKY76 HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan rekayasa genetik tanaman keberhasilannya tergantung pada beberapa hal, diantaranya adalah gen yang akan diintroduksikan, metode transformasi, sistem regenerasi tanaman dan

Lebih terperinci

YOHANES NOVI KURNIAWAN KONSTRUKSI DAERAH PENGKODE INTERFERON ALFA-2B (IFNα2B) DAN KLONINGNYA PADA Escherichia coli JM109

YOHANES NOVI KURNIAWAN KONSTRUKSI DAERAH PENGKODE INTERFERON ALFA-2B (IFNα2B) DAN KLONINGNYA PADA Escherichia coli JM109 YOHANES NOVI KURNIAWAN 10702026 KONSTRUKSI DAERAH PENGKODE INTERFERON ALFA-2B (IFNα2B) DAN KLONINGNYA PADA Escherichia coli JM109 Program Studi Sains dan Teknologi Farmasi INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2007

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif untuk mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii R.Br dan Rafflesia

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI Halaman : 1 dari 5 ISOLASI TOTAL DNA HEWAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan hewan, dapat dari insang, otot, darah atau jaringan

Lebih terperinci

VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL. Abstrak

VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL. Abstrak VII. UJI EKSPRESI GEN TcAP1 (APETALA1 KAKAO) PADA TANAMAN MODEL Abstrak Pada berbagai spesies termasuk kakao, gen AP1 (APETALA1) diketahui sebagai gen penanda pembungaan yang mengendalikan terbentuknya

Lebih terperinci

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

Penelitian akan dilaksanakan pada bulan Februari-Agustus 2010 di Laboratorium Zoologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB. Kolokium Ajeng Ajeng Siti Fatimah, Achmad Farajallah dan Arif Wibowo. 2009. Karakterisasi Genom Mitokondria Gen 12SrRNA - COIII pada Ikan Belida Batik Anggota Famili Notopteridae. Kolokium disampaikan

Lebih terperinci

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid LAMPIRAN 9 Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid Satu ruas tungkai udang mantis dalam etanol dipotong dan dimasukkan ke dalam tube 1,5 ml. Ruas tungkai yang telah dipotong (otot tungkai)

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Pemotongan Parsial dan Penyisipan Nukleotida pada Ujung Fragmen DNA Konstruksi pustaka genom membutuhkan potongan DNA yang besar. Untuk mendapatkan fragmen-fragmen dengan ukuran relatif

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Deteksi Fabavirus pada Tanaman Nilam Deteksi Fabavirus Melalui Uji Serologi Tanaman nilam dari sampel yang telah dikoleksi dari daerah Cicurug dan Gunung Bunder telah berhasil diuji

Lebih terperinci

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel 16 BAB III. METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menggambarkan tahapan penelitian yang terdiri dari pengambilan sampel, penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel, amplifikasi D-loop mtdna dengan teknik

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 21 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian sebelumnya diperoleh kerangka baca terbuka gen IFNα2b yang mengandung tiga mutasi dengan lokasi mutasi yang letaknya berjauhan, sehingga mutagenesis terarah

Lebih terperinci

Gambar 2 Vektor pengklonan pgem T Easy

Gambar 2 Vektor pengklonan pgem T Easy BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan September 2007 sampai dengan bulan April 2008. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler Seluler Tanaman, dan Laboratorium

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil konfirmasi dicek dengan elektroforesis gel agarosa 1%.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil konfirmasi dicek dengan elektroforesis gel agarosa 1%. reaction mix pada tabung mikro, kemudian program PCR dilanjutkan kembali dengan program PCR biasa: 94 o C selama 30 detik, 55 o C selama 1 menit, dan 72 o C selama 2 menit. Hasil konfirmasi dicek dengan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. pb M 1 2. pb M 1 2. pb M 1 2. (a) (b) pb M 1 2. pb M pb M 1 2. pb M (d) (e) (c)

HASIL DAN PEMBAHASAN. pb M 1 2. pb M 1 2. pb M 1 2. (a) (b) pb M 1 2. pb M pb M 1 2. pb M (d) (e) (c) HASIL DAN PEMBAHASAN Amplifikasi dan Visualisasi DNA Endo-β- 1,4- glukanase C. curvignathus Amplifikasi DNA ekson 1 dan 5 CcEG menggunakan pasangan primer eksternal (Tabel 2) dan masing-masing menunjukkan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, Pusat

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, Pusat BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI, Cibinong selama 9 bulan (Maret 2008-- November 2008).

Lebih terperinci

RNA (Ribonucleic acid)

RNA (Ribonucleic acid) RNA (Ribonucleic acid) Seperti yang telah dikemukakan bahwa, beberapa organisme prokaryot, tidak memiliki DNA, hanya memiliki RNA, sehingga RNA-lah yang berfungsi sebagai molekul genetik dan bertanggung

Lebih terperinci

BAB in. METODE PENELITIAN

BAB in. METODE PENELITIAN BAB in. METODE PENELITIAN Waktu Dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan dari April sampai November 2009 di laboratorium Biologi Molekular dan Rekayasa Genetika, Balai Penelitian Bioteknologi

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer LAMPIRAN Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer A. LARUTAN STOK CTAB 5 % (100 ml) - Ditimbang NaCl sebanyak 2.0 gram - Ditimbang CTAB sebanyak 5.0 gram. - Dimasukkan bahan kimia ke dalam erlenmeyer

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk 56 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode eksperimental yang bertujuan untuk mengamplifikasi Gen FNBP1L. B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis.

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri patogen penyebab tuberkulosis. Secara umum penyebaran bakteri ini melalui inhalasi, yaitu udara yang tercemar oleh penderita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang mengangkat fenomena alam sebagai salah satu masalah dalam penelitian, sehingga dapat menerangkan arti

Lebih terperinci

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI ISOLASI TOTAL DNA TUMBUHAN DENGAN KIT EKSTRAKSI DNA PHYTOPURE Halaman : 1 dari 5 1. RUANG LINGKUP Metode ini digunakan untuk mengisolasi DNA dari sampel jaringan tumbuhan, dapat dari daun, akar, batang,

Lebih terperinci

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis

KATAPENGANTAR. Pekanbaru, Desember2008. Penulis KATAPENGANTAR Fuji syukut ke Hadirat Allah SWT. berkat rahmat dan izin-nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang beijudul "Skrining Bakteri Vibrio sp Penyebab Penyakit Udang Berbasis Teknik Sekuens

Lebih terperinci

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM)

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DNA GENOM TUJUAN 16s rrna. Praktikum

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA

LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN PRAKTIKUM REKAYASA GENETIKA LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM) KHAIRUL ANAM P051090031/BTK BIOTEKNOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010 0 ISOLASI DAN IDENTIFIKASI DNA SEL MUKOSA

Lebih terperinci