TEORI SOSIAL KOGNITIF BANDURA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEORI SOSIAL KOGNITIF BANDURA"

Transkripsi

1 TEORI SOSIAL KOGNITIF BANDURA

2 Biografi Albert Bandura Tokoh ini dilahirkan pada tahun 1925 di Alberta, Canada. Albert menempuh pendidikan perguruan tinggi di bidang psikologi klinis di Universitas Iowa dan mencapai gelar Ph.D setahun kemudian pada tahun 1952.

3 Setelah menempuh pelatihan post-doktoral di bidang klinis selama satu tahun, pada tahun 1953 Bandura bekerja di Universitas Stanford, di mana kini ia menjadi Profesor David Starr dalam bidang Ilmu Pengetahuan Sosial. Ia pernah bekerja sebagai Ketua Jurusan Psikologi Stanford dan pada tahun 1974 terpilih menjadi Ketua American Psychological Association.

4 Teori Kepribadian Bandura Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial ( Social Learning Teory ) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen kognitif dari fikiran, pemahaman dan evaluasi. Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

5 teori pembelajaran sosial Pembelajaran Sosial yang dikemukakan oleh Bandura telah memberi penekanan tentang bagaimana perilaku manusia dipengaruhi oleh persekitaran melalui peneguhan (reinforcement) dan pembelajaran peniruan (observational learning), dan cara berfikir yang kita miliki terhadap sesuatu maklumat dan juga sebaliknya, yaitu bagaimana tingkah laku kita mempengaruhi sekitar dan menghasilkan peneguhan (reinforcement) dan peluang untuk diperhatikan oleh orang lain (observational opportunity).

6 teori pembelajaran sosial Menurut Bandura proses mengamati dan meniru perilaku dan sikap orang lain sebagai model merupakan tindakan belajar. Teori Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini.

7 Pembelajaran secara observasi dalam teori belajar Bandura Bandura (1986,2003) yakin bahwa pembelajaran dengan mengamati jauh lebih efisien dari pada pembelajaran dengan mengalami langsung. Dengan mengamati orang lain, manusia mempelajari respons mana yang diikuti hukuman atau yang mana yang tidak mendapat penguatan. Anak-anak mengamati karakter di televisi contohnya, dan mengulangi lagi apa yang didengar atau dilihat, jadi mereka tidak perlu melakukan sendiri beragam perilaku secara acak dan berharap mengetahui mana yang akan dihargai mana yang tidak

8 Teori Peniruan (Modeling) Modelling meliputi proses kognitif dan bukan sekadar melakukan imitasi. Modelling lebih dari sekadar mencocokkan perilaku orang lain, melainkan merepresentasikan secara simbolis suatu informasi dan menyimpannya untuk digunakan di masa depan

9

10 Faktor seseorang melakukan modelling 1. Karakteristik model sangat penting Manusia lebih mungkin mengikuti seseorang dengan status tinggi, yang kompeten, dan yang memiliki kekuatan 2. Karakteristik dari yang melakukan observasi Orang-orang yang tidak memiliki status, kemampuan atau kekuatan lebih mungkin untuk melakukan modelling, anak-anak, amatir 3. Konsekuensi dari perilaku yang akan ditiru Contoh : melihat orang lain mendapat setruman yang kuat dari memegang kabel listrik telah mengajarkan suatu pelajaran berharga

11 Proses yang mengatur pembelajaran melalui observasi 1. Perhatian Memperhatikan tingkah laku model untuk mempelajarinya 2. Representasi Merekam dalam ingatan dengan cara merepresentasikan secara simbolis di dalam ingatan 3. Produksi perilaku Setelah memperhatikan model dan mempertahankan apa yang telah diobservasi, kemudian kita memproduksi perilaku tersebut. Mengubah representasi kognitif ke dalam tindakan yang tepat 4. Motivasi Pembelajaran observasi akan efektif apabila pihak yang belajar, termotivasi untuk melakukan perilaku yang ditiru

12 Triadic Reciprocal Causation Konsep Bandura mengenai triadic reciprocal causation. Fungsi manusia merupakan hasil interaksi antara perilaku (behaviour- B), variabel manusia (Person- P), dan lingkungan (environment- E)

13 Agen Manusia Agen manusia adalah esensi dari kemanusiaan. Bandura (2001,2004) mendiskusikan empat aspek dari agensi manusia: Intensionalisme merujuk pada tindakan yang dilakukan seseorang secara bertujuan. Visi dapat menentukan tujuan, mengantisipasi kemungkinan hasil dari tindakan mereka, dan memilih perilaku yang akan menghasilkan pencapaian yang diinginkan dan menghindari yang tidak diinginkan. Reaktivitas diri mempunyai kapasitas dalam proses memotivasi dan meregulasi tindakan mereka sendiri. Manusia tidak hanya menentukan pilihan, tetapi mereka memonitor kemajuan untuk memenuhi pilihan-pilihan tersebut. Refleksi diri manusia adalah penilai bagi bagaimana mereka berfungsi. Mereka dapat mengevaluasi dampak dari tindakan orang lain terhadap diri mereka. Mekanisme refleksi diri yang terpenting adalah efikasi diri.

14 Bentuk-bentuk Agen Manusia: Efikasi Diri Efikasi diri yaitu keyakinan mereka bahwa mereka mampu melakukan suatu tindakan yang akan menghasilkan dampak yang diharapkan. Bandura : efikasi diri adalah keyakinan seseorang dalam kemampuannya untuk melakukan suatu bentuk kontrol terhadap keberfungsian orang itu sendiri dan kejadian dalam lingkungan. Agen Proxy Proxy meliputi kontrol yang tidak langsung atas kondisi sosial yang dapat mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Melalui agen proxy, seseorang dapat mencapai tujuan dengan bergantung pada orang lain untuk memperbaiki suatu objek. Sisi kelemahan proxy adalah dengan bergantung terlalu banyak terhadap kompetensi dan kekuatan orang lain, seseorang akan dapat mengurangi efikasi pribadi dan kolektif mereka.

15 Efikasi Kolektif Bandura (2000) mendefinisikan efikasi kolektif sebagai keyakinan yang dimiliki manusia mengenai kolektif mereka untuk mencapai hasil yang diinginkan. dengan kata lain efikasi kolektif adalah kepercayaan orangorang bahwa usaha mereka bersama akan membawa suatu pencapaian kelompok. Faktor yang melemahkan efikasi kolektif yaitu : pertama, manusia hidup dalam dunia yang tradisional kedua, teknologi di masa sekarang tidak dimengerti atau dipercaya bahwa manusia dapat mengontrolnya ketiga, mesin-mesin sosial yang kompleks, dengan tingkatan birokrasi yang menghambat perubahan sosial; keempat, jangkauan dan besaran dari permasalahan manusia yang luar biasa dapat menurunkan efikasi kolektif.

16 Regulasi Diri Saat manusia mempunyai efikasi diri yang tinggi, yakin terhadap ketergantungan mereka akan agen proxy, dan mempunyai efikasi kolekif yang solid, mereka akan mempunyai kapasitas yang baik untuk dapat meregulasi perilaku mereka.

17 Faktor-faktor Eksternal Regulasi Diri Faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri setidaknya dalam dua cara. Pertama, faktor-faktor tersebut memberikan kita suatu standar untuk mengevaluasi perilaku kita. Faktor internal berinteraksi dengan pengaruh personal, membentuk standar individual untuk evaluasi. Kedua, faktor eksternal mempengaruhi regulasi diri dengan menyediakan cara untuk mendapatkan penguatan. Kita membutuhkan insentif yang didapatkan dari faktor eksternal. Insentif untuk dapat menyelesaikan suatu proyek jangka panjang biasanya datang dari lingkungan dan sering kali dalam bentuk penghargaan setelah pencapaian tujuan. Akan tetapi, penghargaan diri untuk performa yang mengecewakan biasanya berakibat pada hukuman dari lingkungan.

18 Faktor-faktor Internal Regulasi Diri 1. Observasi Diri Kita harus dapat memonitor performa kita walaupun perhatian yang kita berikan padanya belum tentu tuntas. Kita harus memberikan peratian secara selektif terhadap beberapa aspek dari perilaku kita. Observasi bergantung pada minat dan konsepsi diri lainnya. 2. Proses Penilaian Proses penilaian membantu kita meregulasi perilaku kita melalui proses mediasi kognitif. kita tidak hanya mampu untuk menyadari diri kita secara reflektif, tetapi juga menilai seberapa berharga tindakan kita berdasarkan tujuan. 3. Reaksi Diri Manusia berespon secara pasif dan negatif terhadap perilaku mereka, bergantung pada bagaimana perilaku tersebut memenuhi standar personal mereka. Manusia menciptakan insentif untuk tindakan mereka melalui penguatan diri atau hukuman.

19 Regulasi Diri Melalui Agen Moral Manusia juga meregulasi tindakan mereka melalui standar moral perilaku. Bandura melihat agen moral memiliki 2 aspek, yaitu (1) tidak menyakiti orang lain dan (2) membantu orang lain secara proaktif. Mekanisme regulasi diri kita tidak akan mempengaruhi orang lain sampai kita bertindak sesuatu pada mereka. Berikut adalah ilustrasi berbagai mekanisme ketika kontrol diri dilepaskan atau diaktifkan secara selektif : 1. Mendefinisikan Ulang Perilaku Orang menjustifikasi suatu perilaku yang salah dengan melakukan restrukturisasi kognitif. Adapun teknik-teknik sebagai berikut: Justifikasi moral, yaitu perilaku yang salah dibuat seolah-olah dapat dibela atau terlihat menjadi benar. Perbandingan yang bersifat menenangkan, menguntungkan antara perilaku tersebut dengan suatu keburukan yang lebih parah. Label yang bersifat memperhalus. Politisi yang bersumpah untuk tidak menaikan pajak akan berbicara mengenai kenaikan keuntungan daripada pajak

20 2. Tidak Menghiraukan atau Mendistorsi Konsekuensi dari Perilaku Metode kedua menghindari tanggung jawab meliputi mendistorsi atau mengaburkan hubungan antara perilaku dan konsekuensi merusak dari hal tersebut. 3. Dehumanisasi atau Menyalahkan Korban Ketiga, manusia dapat mengaburkan tanggung jawab atas tindakan mereka dengan melakukan dehumanisasi atas korban atau mengatribusikan kesalahan pada mereka. 4. Memindahkan atau Mengaburkan Tanggung Jawab Melepaskan tindakan dari konsekuensinya adalah dengan memindahkan atau mengaburkan tanggung jawab. Dengan melakukan pemindahan orang dapat meminimalisasikan konsekuensi dari tindakan.

21 Perilaku Disfungsi Depresi Standar dari tujuan personal yang tinggi dapat berakibat ada pencapaian dan kepuasan diri. Akan tetapi, saat seseorang menempatkan sesuatu tujuan yang terlalu tinggi, mereka memiliki kemungkinan untuk gagal. Kegagalan sering berakibat terhadap depresi, dan orang depresi sering menurunkan nilai pencapaian mereka. Hasilnya adalah kesedihan kronis, perasaan tidak berharga, dan tidak memiliki tujuan.

22 Perilaku Disfungsi Fobia Fobia adalah ketakutan yang cukup kuat dan cukup bertahan untuk mempunyai efek yang cukup parah dan melumpuhkan dalam kehidupan sehari-hari seseorang. Agresi Perilaku agresif saat terjadi pada titik ekstrem dapat juga menjadi disfungsi. Ada lima alasan orang melakukan agresi (1) mereka menghayati korban (2) mereka menghindari atau melawan konsekuensi yang tidak diinginkan dari agresi yang dilakukan oleh orang lain (3) mereka mendapatkan cedera atau disakiti untuk tidak melakukan perilaku agresif; (4) mereka memenuhi standar personal atas tindakan mereka dengan melakukan perilaku agresif (5) mereka melihat orang lain menerima penghargaan atas tindakan agresif atau hukuman untuk perilaku non-agresif.

23 Penerapan Teori Sosial Kognitif Tujuan utama dari terapi kognisi sosial adalah regulasi diri (Bandura, 1986). Untuk mencapai tujuan ini, terapis memperkenalkan strategi-strategi yang dirancang untuk memunculkan perubahan perilaku yang spesifik, mengeneralisasi perubahan tersebut dalam kondisi yang berbeda, dan mempertahankan perubahan tersebut dengan menghindari kemungkinan untuk kembali melakukan kegiatan yang sama

24

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen

Lebih terperinci

Teori Psikologi Kepribadian Kontemporer

Teori Psikologi Kepribadian Kontemporer Modul ke: Teori Psikologi Kepribadian Kontemporer Cognitive Social Learning Psychology Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Teoretikus dari pembelajaran

Lebih terperinci

B. Biograi. 1.Pembelajaran melalui observasi

B. Biograi. 1.Pembelajaran melalui observasi A. Pengantar Teori kogniif social dari Albert Bandura menenkankan kejadian yang idak disengaja walaupun juga menyadari bahwa pertemuan dan kejadian ini idak selalu mengubah jalan hidup seseorang. Teori

Lebih terperinci

Teori Belajar Sosial

Teori Belajar Sosial MAKALAH BELAJAR DAN PEMBELAJARAN Teori Belajar Sosial Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran Dosen Pengampu : Dra.Hj. Retno Indayati, M.Si Disusun Oleh : Moh. Rizal Sukma (2814133119)

Lebih terperinci

KONSEP KOGNISI SOSIAL - BANDURA

KONSEP KOGNISI SOSIAL - BANDURA 5 KONSE KOGNISI SOSIA - BANDURA A. KONSE KOGNISI SOSIA ENANG KERIBADIAN Menurut Bandura, walaupun prinsip belajar cukup untuk menjelaskan dan meramalkan perubahan perilaku, namun prinsip tersebut harus

Lebih terperinci

Social Learning Theory

Social Learning Theory Modul ke: 04Fakultas Erna PSIKOLOGI Social Learning Theory Multahada, S.HI., S.Psi., M.Si Program Studi Psikologi Pendekatan Umum Teori P E R I L A K U o B S E R V A T I O N A l Teori Belajar Tradisional

Lebih terperinci

The Social Learning Theory of Julian B. Rotter

The Social Learning Theory of Julian B. Rotter The Social Learning Theory of Julian B. Rotter Biography Julian Rotter Rotter lulus dari Brooklyn College pada tahun 1937 dan mengambil graduate work dalam psikologi di University of Iowa dan Indiana University;

Lebih terperinci

Pandangan Kognitif Sosial mengenai Pembelajaran

Pandangan Kognitif Sosial mengenai Pembelajaran Pandangan Kognitif Sosial mengenai Pembelajaran Bab 10 Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang, Edisi Ke-6 Asumsi-asumsi Dasar mengenai Teori Kognitif Sosial Orang dapat belajar dengan

Lebih terperinci

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI

BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI BERBAGAI PENDEKATAN DALAM PSIKOLOGI Subtitle MENGAPA INDIVIDU BERPERILAKU AGRESIF? PENDEKATAN-PENDEKATAN BIOLOGIS PSIKODINAMIKA BEHAVIOR HUMANISTIK KOGNITIF Memandang perilaku dari sudut pandang pemfungsian

Lebih terperinci

Behavior and Social Learning Theory

Behavior and Social Learning Theory MODUL 4 PSIKOLOGI PERKEMBANGAN 1 Behavior and Social Learning Theory Materi yang akan di bahas: a. Pendekatan Umum Teori b. Penekanan pada Perilaku Belajar c. Hukum Universal d. Teori Belajar Modern e.

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR SOSIAL: ALBERT BANDURA Oleh: Imam Nawawi dan Lusi Handayani

TEORI BELAJAR SOSIAL: ALBERT BANDURA Oleh: Imam Nawawi dan Lusi Handayani TEORI BELAJAR SOSIAL: ALBERT BANDURA Oleh: Imam Nawawi dan Lusi Handayani 1. SEJARAH SOCIAL LEARNING THEORY Sebuah teori dalam bidang psikologis yang berguna dalam mengkaji dampak media massa adalah Teori

Lebih terperinci

Reviu Teori Social Learning Bandura. Asessmen & Analisis Behavioristik

Reviu Teori Social Learning Bandura. Asessmen & Analisis Behavioristik Reviu Teori Social Learning Bandura Asessmen & Analisis Behavioristik Magister Profesi Klinis Dewasa UI Februari 2009 Reinforcement theories: S modeling stimuli R S reinf Social learning theory: Anticipated

Lebih terperinci

MAKALAH KELOMPOK TEORI PERKEMBANGAN ALBERT BANDURA. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan

MAKALAH KELOMPOK TEORI PERKEMBANGAN ALBERT BANDURA. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan MAKALAH KELOMPOK TEORI PERKEMBANGAN ALBERT BANDURA Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan Dosen Pengampu: Ahmad Agung Yuwono, M.Pd. Disusun oleh: Kurnia Widyastanti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Self Efficacy Konsep mengenai self efficacy ini pada dasarnya melibatkan banyak kemampuan yang terdiri dari aspek kegiatan sosial dan kemampuan untuk bertingkah laku.

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR SOSIAL. Bahan Bacaan: Teori Belajar Sosial. A. Teori Belajar Sosial

TEORI BELAJAR SOSIAL. Bahan Bacaan: Teori Belajar Sosial. A. Teori Belajar Sosial TEORI BELAJAR SOSIAL A. Teori Belajar Sosial Teori belajar sosial (sosial learning theory) adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Teori Pembelajaran

Lebih terperinci

Teori Belajar Sosial Albert Bandura REP 12 March :07 Dibaca: Komentar: 7 1 dari 1 Kompasianer menilai bermanfaat

Teori Belajar Sosial Albert Bandura REP 12 March :07 Dibaca: Komentar: 7 1 dari 1 Kompasianer menilai bermanfaat Teori Belajar Sosial Albert Bandura REP 12 March 2011 18:07 Dibaca: 21535 Komentar: 7 1 dari 1 Kompasianer menilai bermanfaat A. Latar Belakang Teori BAB I PENDAHULUAN Albert Bandura sangat terkenal dengan

Lebih terperinci

TEORI ALBERT BANDURA

TEORI ALBERT BANDURA TEORI ALBERT BANDURA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Kepribadian Dosen pengampu Faisaludin, M.Psi Anggota : 1. Aulia Rizka Noviyanti (1114500106) 2. Ayu Sulistian (1114500035) 3. Mefi Kartikasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra dengan ilmu psikologi. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang

BAB I PENDAHULUAN. sastra dengan ilmu psikologi. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang psikologi sastra merupakan bidang interdisipliner antara ilmu sastra dengan ilmu psikologi. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dipandang sebagai proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh sifat bakat seseorang dan pengaruh lingkungan dalam menentukan tingkah laku apa yang

Lebih terperinci

TEORI ALBERT BANDURA

TEORI ALBERT BANDURA TEORI ALBERT BANDURA Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teori Kepribadian Oleh : 1. Khairuaki (1114500017) 2. Citra Fajar Sari (1114500037) 3. Ainun Nuril Haq (1114500063) 4. Bella Swari Religia

Lebih terperinci

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK

EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK EMPATI DAN PERILAKU PROSOSIAL PADA ANAK Murhima A. Kau Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Gorontalo INTISARI Proses perkembangan perilaku prososial menurut sudut pandang Social Learning Theory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pemecahan Masalah Matematika Pemecahan masalah berarti keikutsertaan dalam suatu tugas yang metode pemecahannya tidak diketahui sebelumnya. Masalah merupakan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan proses yang kompleks, terbentuk dari potensi anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak berlangsung

Lebih terperinci

Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan perilaku mengabaikan tugas di kelas pada anak ADHD. Peneliti memberikan intervensi berupa video

Penelitian ini bertujuan untuk menurunkan perilaku mengabaikan tugas di kelas pada anak ADHD. Peneliti memberikan intervensi berupa video PEMBAHASAN Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada perilaku mengabaikan tugas di kelas yang dilakukan oleh anak dengan ADHD. Perilaku mengabaikan tugas merupakan perilaku anak yang tidak bisa memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih

BAB I PENDAHULUAN. awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke masa dewasa awal, dimana memiliki tuntutan yang berbeda. Pada masa dewasa awal lebih dituntut suatu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan pembangunan nasional suatu bangsa ditentukan oleh ketersediaan Sumberdaya Manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik yang tangguh, mental yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara mengajar 2.1.1 Pengertian Cara mengajar Menurut Tardif (dalam Muhibbin Syah, 2003) yang dimaksud dengan cara mengajar adalah cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Bimbingan Kelompok dengan Teknik Symbolic Modeling a. Bimbingan Kelompok 1) Pengertian Bimbingan Kelompok Bimbingan dan Konseling memiliki layanan untuk

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PLPG PGSD UAD 2016

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PLPG PGSD UAD 2016 TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN PLPG PGSD UAD 2016 Kompetensi Inti : Memahami teori belajar dan prinsip pembelajaran yang dapat diterapkan pada Pendidikan Anak Usia Dini Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan

Lebih terperinci

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

AGRESI MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PSIKOLOGI SOSIAL I AGRESI Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Psikologi Psikologi 13 61016 Abstract Materi tentang pengertian agresi, teoriteori dan cara menguranginya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Konsep Subjective well-being. juga peneliti yang menggunakan istilah emotion well-being untuk pengertian yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Subjective well-being Subjective well-being merupakan bagian dari happiness dan Subjective well-being ini juga sering digunakan bergantian (Diener & Bisswass, 2008).

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Bangsa Jepang merupakan bangsa yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai

Bab 5. Ringkasan. Bangsa Jepang merupakan bangsa yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai Bab 5 Ringkasan Bangsa Jepang merupakan bangsa yang tetap menjunjung tinggi nilai-nilai tradisionalnya. Walaupun kini bangsa Jepang merupakan bangsa yang sudah sangat modern dan maju, namun mereka tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini di Indonesia dapat dilihat terjadinya banyak tindak

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini di Indonesia dapat dilihat terjadinya banyak tindak BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Akhir-akhir ini di Indonesia dapat dilihat terjadinya banyak tindak kriminal. Setiap harinya pada berbagai stasiun televisi dapat disaksikan tayangantayangan

Lebih terperinci

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Bevahiorisme: Neo-Behaviorisme

PSIKOLOGI UMUM 1. Aliran Bevahiorisme: Neo-Behaviorisme PSIKOLOGI UMUM 1 Aliran Bevahiorisme: Neo-Behaviorisme Edward C. Tolman Clark L. Hull B.F. Skinner Alberd Bandura Julian Rotter Neobehaviorisme 1930 1960: Tolman, Hull & Skinner Beberapa prinsip Neobehaviorisme:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Kepemimpinan Transformasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Definisi Kepemimpinan Transformasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kepemimpinan Transformasional a. Definisi Kepemimpinan Transformasional kepemimpinan transformasional dibangun dari dua kata yaitu kepemimpinan (leadership)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teoritis 1. Self-Efficacy a. Pengertian Self-Efficacy Self-efficacy menurut Bandura (1997) adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Dukungan Sosial 2.1.1 Pengertian Dukungan Sosial (Uchino, 2004 dalam Sarafino, 2011: 81). Berdasarkan definisi di atas, dijelaskan bahwa dukungan sosial adalah penerimaan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian BAB I PENDAHULUAN I.I Latar belakang Dalam hidup semua orang pasti akan mengalami kematian, terutama kematian seorang ayah. Kematian adalah keadaan hilangnya semua tanda tanda kehidupan secara permanen

Lebih terperinci

Sosiologi Komunikasi. Teori Peniruan dari Media Massa. Frenia T.A.D.S.Nababan. Modul ke: Fakultas KOMUNIKASI

Sosiologi Komunikasi. Teori Peniruan dari Media Massa. Frenia T.A.D.S.Nababan. Modul ke: Fakultas KOMUNIKASI Modul ke: Sosiologi Komunikasi Teori Peniruan dari Media Massa Fakultas KOMUNIKASI Frenia T.A.D.S.Nababan Program Studi PUBLIC RELATION www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Efek Media Massa Tahapan perkembangan

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU)

TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) TEORI BELAJAR BEHAVIORISME (TINGKAH LAKU) Penguatan (+) Stimulus Respon Reinforcment Penguatan (-) Faktor lain ialah penguatan (reinforcement) yang dapat memperkuat timbulnya respons. Reinforcement bisa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Pengertian Self-efficacy Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep Self efficacy pertama kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h. 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h. 12) menyatakan bahwa pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu. berkembang dan memaknai kehidupan. Manusia dapat memanfaatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah pembelajar sejati, yang terus belajar dari ia lahir sampai akhir hayat. Belajar bukan suatu kebutuhan, melainkan suatu keharusan bagi manusia dan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Efikasi Diri. Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Efikasi Diri A. Efikasi Diri Menurut Bandura (1997) Efikasi diri merupakan bagian penting dalam teori sosial kognitif atau efikasi diri sebagai kepercayaan terhadap

Lebih terperinci

ii Psikologi Kepemimpinan TERAPI KOGNITIF-PERILAKU UNTUK ANAK TRIANTORO SAFARIA

ii Psikologi Kepemimpinan TERAPI KOGNITIF-PERILAKU UNTUK ANAK TRIANTORO SAFARIA Kepemimpinan dan Pemberdayaan i TERAPI KOGNITIF-PERILAKU UNTUK ANAK ii Psikologi Kepemimpinan TERAPI KOGNITIF-PERILAKU UNTUK ANAK TRIANTORO SAFARIA Kepemimpinan dan Pemberdayaan iii TERAPI KOGNITIF-PERILAKU

Lebih terperinci

Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning

Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning PENGARUH METODE MODELLING DALAM LAYANAN KLASIKAL TERHADAP PENINGKATAN SELF REGULATED LEARNING ( Studi Kuasi

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori. kondisi langsung belajar dalam menjelaskan tingkah laku. Menurut teori ini, semua

Bab 2. Landasan Teori. kondisi langsung belajar dalam menjelaskan tingkah laku. Menurut teori ini, semua Bab 2 Landasan Teori 2.1 Teori Behavioristik Teori ini menekankan proses belajar serta peranan lingkungan yang merupakan kondisi langsung belajar dalam menjelaskan tingkah laku. Menurut teori ini, semua

Lebih terperinci

MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK

MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK www.mercubuana.ac.id MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK Aaron Beck adalah psikiater Amerika yang merintis penelitian pada psikoterapi dan mengembangkan terapi kognitif. Ia dianggap sebagai bapak cognitive

Lebih terperinci

SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER FIS UNY

SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER FIS UNY SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN KARAKTER FIS UNY Pertemuan Kompetensi Dasar Materi Pokok Kegiatan Pembelajaran Sumber/ Bahan 1 Menyepakati kontrak belajar Orientasi a. Memperkenalkan diri mahasiswa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam taraf kecil, maka hampir dipastikan kedepan bangsa ini akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dalam taraf kecil, maka hampir dipastikan kedepan bangsa ini akan mengalami BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini di Indonesia terjadi beberapa permasalahan dalam berbagai bidang. Beberapa kasus terjadi di bidang hukum, politik dan tata pemerintahan. Dalam ranah

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik, untuk membentuk Sumber Daya Manusia yang berkualitas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang selalu berkembang dan berubah sesuai dengan perubahan zaman. Saat ini pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kebijaksanaan dan Keadilan. Nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kebijaksanaan dan Keadilan. Nilai-nilai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang berideologi Pancasila dan memiliki nilai-nilai budaya yang luhur. Pancasila mengandung 5 pokok nilai yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,

Lebih terperinci

TEORI PERILAKU PENUNJANG INTERAKSI SIMBOLIK DAN ANALISIS JURNAL

TEORI PERILAKU PENUNJANG INTERAKSI SIMBOLIK DAN ANALISIS JURNAL TEORI PERILAKU PENUNJANG INTERAKSI SIMBOLIK DAN ANALISIS JURNAL PAPER diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Perencanaan dan Evaluasi Promosi Kesehatan kelas B Oleh: Kelompok 1 Sub 2 Puput Baryatik 122110101020

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan Oleh: SISKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sengaja, berkesinambungan dan berencana dengan tujuan untuk mengembangkan sikap dan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

TEORI BELAJAR SOSIAL (Social Learning Theory)

TEORI BELAJAR SOSIAL (Social Learning Theory) TEORI BELAJAR SOSIAL (Social Learning Theory) TEORI BELAJAR SOSIAL (Social Learning Theory) Teori belajar social juga masyur dengan sebutan teori observational learning, belajar observasional/ dengan pengamatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Kemampuan Penalaran Logis Menurut Wahyudi (2008,h.3) mengungkapkan bahwa penalaran merupakan proses berfikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta atau

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian ini mendapatkan konsep awal tentang anti-materialisme berdasarkan eksplorasi terhadap sikap hidup orang-orang yang memandang diri mereka sebagai tidak materialistis.

Lebih terperinci

Behavioristik Therapy ARNOLD LAZARUZ

Behavioristik Therapy ARNOLD LAZARUZ Behavioristik Therapy ARNOLD LAZARUZ 1. Latar Belakang ejarah Arnold Lazarus (lahir 1932) mendapat didikan di Johannesberg, Afrika Selatan. Dia merupakan anak bungsu dari empat bersaudara. Mesikipun dibesarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan otomotif khususnya mobil, akan terus berusaha untuk memproduksi unit-unit mobil dengan

Lebih terperinci

Perkembangan Sepanjang Hayat

Perkembangan Sepanjang Hayat Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Pengantar Memahami Teori Perkembangan Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Kajian Perkembangan Manusia Apa

Lebih terperinci

PERSONAL CONSTRUCT THEORY GEORGE KELLY

PERSONAL CONSTRUCT THEORY GEORGE KELLY PERSONAL CONSTRUCT THEORY GEORGE KELLY 1905-1967 Gambaran Umum Teori Konstruk Personal Teori konstruk personal dari George Kelly tidak sama dengan teori kepribadian lainnya. Sebelumnya teori ini disebut

Lebih terperinci

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain. Seorang anak memerlukan waktu

Lebih terperinci

TEORI behaviorism. Teori belajar koneksionisme

TEORI behaviorism. Teori belajar koneksionisme TEORI behaviorism Ada dua jenis pengkondisian: Tipe S : respondent conditioning (pengkondisian responden) identik dengan pengkondisian klasik. Menekankan arti penting stimulus dalam menimbulkan respons

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang sangat penting. Masa remaja adalah proses panjang yang dialami seorang individu dalam kehidupannya. Proses peralihan dari masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Intensi Berwirausaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Intensi Berwirausaha 1. Pengertian Intensi Berwirausaha 1.1. Pengertian Intensi Berdasarkan teori planned behavior milik Ajzen (2005), intensi memiliki tiga faktor penentu dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua ini membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Semua ini membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman dan teknologi, terjadi perubahan pola hidup masyarakat. Perubahan pola hidup ini tidak selalu bersifat positif, ada beberapa pola

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 09 Fakultas Ilmu Komunikasi SOSIOLOGI KOMUNIKASI TEORI PENIRUAN DARI MEDIA MASSA Rika Yessica Rahma,M.Ikom Program Studi Penyiaran http://mercubuana.ac.id Komunikasi massa merupakan sejenis kekuatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. kematangan mental, emosional dan sosial. remaja, diantaranya mengenai ciri-ciri masa remaja.

BAB II TINJAUAN TEORITIS. kematangan mental, emosional dan sosial. remaja, diantaranya mengenai ciri-ciri masa remaja. BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Masa Remaja Istilah remaja (adolescence) berasal dari kata adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Saat ini istilah remaja mempunyai arti yang lebih luas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon Penerimaan Anak 1. Pengertian Respon atau umpan balik adalah reaksi komunikan sebagai dampak atau pengaruh dari pesan yang disampaikan, baik secara langsung maupun tidak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Pengertian Self Efficacy Self efficacy berasal dari teori Bandura (1997) yaitu teori kognisi belajar sosial. Teori kognisi belajar sosial mengacu pada kemampuan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Perilaku Agresif Siswa 1. Faktor Penyebab Perilaku Agresif Siswa Perilaku agresif merupakan suatu tindakan yang disengaja oleh seseorang atau kelompok terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin pesat dewasa ini menuntut masyarakat untuk menyikapinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan zaman yang semakin pesat membawa dampak ke berbagai aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan pendidikan yang efektif

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

Lebih terperinci

DASAR PSIKOLOGIS dalam PEMBELAJARAN

DASAR PSIKOLOGIS dalam PEMBELAJARAN Disampaikan pada Pelatihan Pembelajaran dan Pengembangan Media Bagi Guru Sekolah Khusus Olahragawan Internasional (SKOI), 2013 DASAR PSIKOLOGIS dalam PEMBELAJARAN Aini Mahabbati PLB FIP UNY Email : aini@uny.ac.id

Lebih terperinci

Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Lanjut

Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Lanjut Tugas Mata Kuliah Psikologi Pendidikan Lanjut Oleh : LUGTYASTYONO BN 9810500081 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN S U R A K A R T A 2011 1. Apa pengertian

Lebih terperinci

MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si.

MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si. Pertemuan 11 MODUL SOSIOLOGI KOMUNIKASI Oleh : Heri Budianto, S. Sos. M.Si. POKOK BAHASAN Efek Komunikasi Massa & Teori Peniruan Media Massa DESKRIPSI Pokok bahasan komunikasi efek komunikasi massa & teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Merantau merupakan salah satu fenomena sosial yang memiliki dampak luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong seseorang untuk

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PENDIDIKAN IPA

DASAR-DASAR PENDIDIKAN IPA DASAR-DASAR PENDIDIKAN IPA Science = scientia = knowledge Ilmu : pengetahuan yang benar Benar : 1) rasional = logis, masuk akal 2) objektif = sesuai dengan pengalaman nyata IPA = pengetahuan yang rasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akhir masa kanak-kanak (late Childhood) berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Masa akhir kanak-kanak ditandai

Lebih terperinci

AGRESI. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom.

AGRESI. Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. AGRESI Modul ke: Pengertian agresi, teori-teori agresi, pengaruh terhadap agresi, cara mengurangi agresi. Fakultas Psikologi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

Topik: indigeneousasi sebagai dasar pendidikan karakter bangsa

Topik: indigeneousasi sebagai dasar pendidikan karakter bangsa Topik: indigeneousasi sebagai dasar pendidikan karakter bangsa Abstrak GURU SD SEBAGAI MODEL DALAM MENINGKATKAN INDIGENEOUSASI PADA SISWA SEKOLAH DASAR Nama: Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd (Dosen PGSD FIP

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Self Regulated Learning 1. Pengertian Self Regulated Learning Zimmerman berpendapat bahwa self regulation berkaitan dengan pembangkitan diri baik pikiran, perasaan serta tindakan

Lebih terperinci

PERILAKU MODELING PADA ANAK USIA 6 TAHUN TERHADAP SEORANG GURU DI SEKOLAH AGUNG SETYONO PA05

PERILAKU MODELING PADA ANAK USIA 6 TAHUN TERHADAP SEORANG GURU DI SEKOLAH AGUNG SETYONO PA05 PERILAKU MODELING PADA ANAK USIA 6 TAHUN TERHADAP SEORANG GURU DI SEKOLAH AGUNG SETYONO 10510316 3PA05 BAB 1 Di dalam suatu pengajaran seorang guru dapat menjadi seorang model yang menyebabkan peserta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI. 2010:523) menyatakan bahwa self efficacy mempengaruhi pilihan aktivitas BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy Sejarah self efficacy pertama kali diperkenalkan oleh Bandura dalam pembelajaran sosial, dimana self efficacy merupakan turunan dari teori

Lebih terperinci

MEMIMPIN TIM PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA 2015

MEMIMPIN TIM PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS AIRLANGGA 2015 MEMIMPIN TIM Nama Kelompok Nuriza Bania 041013081 Bagas Koro Samudra 041013121 Pratidina Eka Putri 041013142 Ivana Cristine Tarigan 041013151 Ranni Hayunda 041013283 Elvanisha 041113050 Okky Dwi Setiawan

Lebih terperinci

PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF. Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.

PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF. Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M. PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.Pd ABSTRAK Banyak peserta didik yang masih belum percaya dengan kemampuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. impian masa depan. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti saat ini, pendidikan menjadi salah satu aspek penting, baik untuk mengembangkan potensi dalam diri maupun untuk mencapai impian masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola,

BAB I PENDAHULUAN. penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sepak bola merupakan salah satu cabang olahraga yang penggemarnya amat luas. Jika kita bicara di era globalisasi sepak bola, maka globalisasi yang paling sukses disepanjang

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi siswa untuk menjadi

PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi siswa untuk menjadi PENDAHULUAN Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan potensi siswa untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Sub disiplin Psikologi Bidang terapan Psikologi

PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Sub disiplin Psikologi Bidang terapan Psikologi PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Pendekatan Biologi-saraf Pendekatan Perilaku Pendekatan Kognitif Pendekatan Psikoanalitik Pendekatan Phenomenologi Sub disiplin Psikologi

Lebih terperinci

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY

Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY Rita Eka Izzaty Staf Pengajar FIP-BK-UNY 1. Definisi Permasalahan Perkembangan Perilaku Permasalahan perilaku anak adalah perilaku anak yang tidak adaptif, mengganggu, bersifat stabil yang menunjukkan

Lebih terperinci

KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR. Dyesi Kumalasari

KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR. Dyesi Kumalasari Konsep Behavioral Therapy KONSEP BEHAVIORAL THERAPY DALAM MENINGKATKAN RASA PERCAYA DIRI PADA SISWA TERISOLIR Dyesi Kumalasari Dyesi91kumalasari91@gmail.com Abstrak Artikel ini mendiskripsikan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan untuk menghafal, dan bukan untuk berpikir secara kreatif, seperti BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pendidikan merupakan sarana utama untuk mempersiapkan diri dengan keterampilan dan pengetahuan dasar. Sekolah merupakan sarana yang diharapkan mampu menolong individu

Lebih terperinci

Teori Peniruan Media Massa

Teori Peniruan Media Massa Modul ke: Teori Peniruan Media Massa Fakultas ILKOM Desiana E. Pramesti, M.Si. Program Studi Periklanan www.mercubuana.ac.id Abstract Komunikasi massa mentransformasikan suatu pesan yang dapat digunakan

Lebih terperinci