BAB I PENDAHULUAN. sastra dengan ilmu psikologi. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bidang psikologi sastra merupakan bidang interdisipliner antara ilmu sastra dengan ilmu psikologi. Psikologi sastra adalah kajian sastra yang memandang karya sastra dari aktivitas kejiwaan (Rokhmansyah, 2014:159). Analisis psikologi terhadap karya sastra dilakukan karena baik sastra maupun psikologi sama-sama membicarakan manusia. Bedanya, sastra membicarakan manusia yang diciptakan oleh pengarang, sedangkan psikologi membicarakan manusia yang diciptakan Tuhan secara riil hidup di alam nyata (Wiyatmi, 20011: 19). Secara definitif, tujuan psikologi sastra adalah memahami aspek-aspek kejiwaan yang terkandung dalam suatu karya. Misalnya melalui pemahaman terhadap para tokoh, masyarakat dapat memahami perubahan, kontradiksi dan penyimpangan-penyimpangan lain yang terjadi di masyarakat khususnya yang terkait dengan psike (Minderop, 2010:54). Psike atau psicho mengandung pengertian jiwa. Dimensi jiwa adalah dimensi yang hanya ada dalam diri manusia yang berarti dimensi tersebut tidak dapat lepas dari segala aktivitas kehidupan manusia. 1

2 2 Objek material yang digunakan dalam penelitian ini adalah cerpen Tomochan no Shiawase karya Yoshimoto Banana. Cerpen Tomochan no Shiawase yang menjadi objek material penelitian ini adalah salah satu cerpen yang terdapat dalam buku Hajimete no Bungaku Edisi I yang diterbitkan oleh Bungei Shunju pada tahun Dalam buku Hajimete no Bungaku tersebut terdapat beberapa cerpen, yaitu Kicchin, Okaasan!, Oyaji no Aji, Babushuka, Miira, dan Deddo Endo no Omoide. Cerpen-cerpen tersebut merupakan subcerita yang diambil dari novel-novel karya Yoshimoto Banana. Cerpen Tomochan no Shiawase merupakan subcerita dalam novel Deddo Endo no Omoide. Cerpen Tomochan no Shiawase karya Yoshimoto Banana adalah salah satu karya sastra yang mencerminkan aspek psikologi. Cerpen Tomochan no Shiawase menceritakan tentang Tomo yang menyukai seorang lelaki bernama Misawa. Misawa adalah seorang pegawai di perusahaan pariwisata yang letak kantornya berbeda lantai dengan tempat kerja Tomo. Tomo sudah menyukai Misawa selama 5 tahun. Namun selama 5 tahun tersebut, Tomo hanya berani mengamati Misawa dari kejauhan. Akhirnya setelah menanti selama 5 tahun, datanglah kesempatan yang ditunggu-tunggu Tomo untuk dekat dengan Misawa. Misawa, lelaki yang dicintai Tomo selama 5 tahun, akhirnya sering mengirim dan mengajak makan bersama. Meskipun menjadi lebih dekat dengan Misawa, Tomo tidak yakin dengan kelanjutan hubungannya dengan Misawa.

3 3 Penulis merasa tertarik dengan cerpen Tomochan no Shiawase karya Yoshimoto Banana ini karena ingin meneliti penyebab rendahnya kepercayaan diri atau efikasi diri tokoh Tomo terhadap kelanjutan hubungan dan masa depannya yang secara tidak langsung dipengaruhi oleh banyak kejadian dan kenangan buruk yang dialami Tomo pada masa remajanya. Penulis akan menggunakan metode pendekatan psikologi behavioristik mengenai kogntif sosial yang dicetuskan oleh Albert Bandura untuk menganalisis penyebab rendahnya keyakinan diri pada tokoh Tomo. Sebelum menganalisis lebih lanjut tentang hal tersebut, perlu adanya penguraian unsur-unsur intrinsik yang membangun cerita tersebut. Oleh karena itu, penulis menggunakan teori strukturalisme untuk menguraikan unsur intrinsik cerpen. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana struktur dan keterkaitan antar unsur intrinsik dalam membangun kesatuan makna cerpen Tomochan no Shiawase? 2. Bagaimana bentuk-bentuk efikasi diri rendah yang dialami oleh tokoh Tomo? 3. Apakah yang menyebabkan rendahnya efikasi diri tokoh Tomo berdasarkan teori kognitif sosial Albert Bandura?

4 4 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki dua tujuan yaitu tujuan teoritis (ilmiah) dan tujuan praktis. Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan teoritis (ilmiah) penelitian ini adalah untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik serta keterkaitan antar unsurnya dalam cerpen Tomochan no Shiawase dan untuk mengetahui bentukbentuk efikasi diri rendah pada tokoh Tomo dan penyebab randahnya efikasi diri tersebut berdasarkan prespektif teori kognitif sosial Albert Bandura mengenai self-efficacy atau efikasi diri. Tujuan praktis penelitian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan pembaca tentang karya sastra Jepang modern terutama karya-karya Yoshimoto Banana yang kebanyakan mengangkat tema tentang efek kehilangan semangat. 1.4 Tinjauan Pustaka Cerpen Tomochan no Shiawase telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Siti Robiatul Adawiyah pada tahun Sejauh pengamatan penulis cerpen Tomochan no Shiawase belum pernah diteliti baik di lingkungan Prodi Sastra Jepang Universitas Gadjah Mada pada khususnya dan di universitas lain pada umumnya. Analisis Psikologi sastra sudah banyak digunakan, salah satunya oleh Maria N.D Kalumbang dalam skripsinya yang berjudul Konflik Batin Tokoh Shimamura Dalam Novel Yukiguni Karya Kawabata Yasunari.

5 5 Maria Kalumbang dalam skripsinya membahas tentang konflik batin tokoh Shimamura selama menjalin hubungan dengan seorang geisha. Hasil yang didapat dalam penelitian adalah insting hidup yang dimiliki Shimamura adalah keinginan akan perhatian dan kasih sayang. Hal ini yang menyebabkan munculnya keegoisan dalam diri Shimamura. Keegoisan ini menjadi penyebab lahirnya konflik batin. Id Shimamura sangat kuat, sehingga ego dan superego tidak selalu dapat mengendalikan id. Karena id, ego, dan superego tidak sejalan maka terjadi pergolakan batin. 1.5 Kerangka Teori Penelitian ini terpusat pada analisis terhadap bentuk-bentuk rendahnya efikasi diri dan penyebab rendahnya efikasi diri Tomo berdasar teori kognitif sosial Albert Bandura mengenai efikasi diri. Sesuai dengan tujuan penelitian dan rumusan masalah, maka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori strukturalisme dan teori kognitif sosial Albert Bandura. Teori strukturalisme digunakan untuk menganalisa unsur-unsur intrinsik yang ada dalam cerpen dan keterkaitan unsur-unsur tersebut dalam membangun kesatuan makna cerpen, sedangkan teori kognitif sosial digunakan untuk memahami sebab-sebab rendahnya efikasi diri tokoh Tomo dalam cerpen Tomochan no Shiawase.

6 Teori Strukturalisme Sebuah karya sastra merupakan struktur yang bersistem. Dalam pengertian struktur ini terkandung tiga gagasan dasar, yakni gagasan kebulatan, gagasan transformasi, dan gagasan cukup diri ( Hawkes, 1978: 16). Sebagai suatu struktur berarti di dalamnya terdapat unsur-unsur yang saling berkoherensi dan membentuk seperangkat hukum intrinsik yang menentukan hakikat unsur-unsur itu sendiri, dengan kata lain unsur-unsur struktur tersebut tidak berdiri sendiri dalam menentukan makna. Struktur tidak hanya tersusun, tetapi juga menyusun. Gagasan cukup diri berarti struktur tidak memerlukan hal-hal di luar dirinya untuk mempertahankan transformasinya. Dengan demikian teori struktural merupakan suatu disiplin yang memandang karya sastra sebagai suatu struktur yang terdiri atas beberapa unsur. Unsur-unsur tersebut saling berkaitan satu dengan lainnya dan membentuk satu makna yang bulat dan utuh ( Sangidu, 2005:172). Unsur-unsur dalam karya sastra yang akan dibahas meliputi tema, tokoh dan penokohan, serta latar. a. Tema Sangidu dalam buku Penelitian Sastra: Penelitian, Teori, Metode Teknik dan Kiat (2005) menjelaskan bahwa tema sering disebut sebagai dasar cerita, yaitu pokok permasalahan yang mendominasi suatu karya

7 7 sastra. Dengan demikian, tema merupakan inti cerita atau pokok pikiran yang mendasari cerita. Semua unsur cerita dalam suatu karya sastra tergantung pada tema, yaitu semuanya secara bersama-sama melaksanakan atau mengungkapkan tema dalam cerita. b. Tokoh dan Penokohan Penokohan adalah penggambaran para tokoh cerita, baik keadaan lahir maupun batinnya yang meliputi sifat, tingkah laku, pandangan hidup, keyakinan, adat istiadat, dan lain sebagainya (Suharianto, 1982:31). Adapun tokoh adalah para pelaku dalam cerita. Melalui tokoh itulah cerita menjadi lebih nyata dalam angan-angan pembaca (Suharianto, 1982:31) c. Latar Latar atau setting adalah tempat terjadinya peristiwa-peristiwa atau waktu berlangsungnya tindakan. Jadi, peristiwa-peristiwa itu terjadi dalam latar tempat dan waktu (Pradopo, 1990:27). Latar dalam karya sastra tidak harus realitas objektif, tetapi dapat juga realitas imajinatif. Artinya, latar yang digunakan hanyalah ciptaan pengarang saja Teori Kognitif Sosial Albert Bandura Albert Bandura adalah seorang psikolog yang lahir pada tanggal 4 Desember 1925 di Mundare, sebuah kota kecil di dataran rendah sebelah utara

8 8 Alberta, salah satu kota di Eropa Timur. Keputusan Bandura untuk menjadi psikolog merupakan peristiwa yang kebetulan. Saat masuk perguruan tinggi, awalnya Bandura berniat ingin mendaftar di jurusan teknik, namun ketika dia sedang berkeliling kampus, ada sebuah ruang perkuliahan yang sedang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Ternyata mata kuliah yang diajarkan dalam kelas tersebut adalah psikologi. Sejak saat itu Bandura menyukai tema perkuliahan tersebut. Beberapa minggu kemudian ia mengubah aplikasi lamaran kuliahnya dari teknik menjadi psikologi (Feist dan Feist, 2008: 408). Teori kognitif sosial Albert Bandura berdiri diatas sejumlah asumsi dasar. Pertama, karakteristik menakjubkan dari manusia adalah keplastisannya- yaitu fleksibilitas untuk mempelajari berbagai perilaku di beragam situasi. Kedua, melalui model resiprok triadik yang terdiri atas perilaku, lingkungan, dan faktor-faktor kepribadian, manusia dapat mengatur hidup mereka. Resiprok Triadik adalah sistem yang menyatakan bahwa tindakan manusia adalah hasil dari interaksi tiga variabel, yaitu lingkungan, perilaku, dan pribadi. Manusia memiliki kemampuan untuk mentransformasi kejadian-kejadian yang sudah berlalu menjadi cara-cara yang relatif konsisten untuk mengevaluasi dan meregulasi lingkungan sosial-budaya. Ketiga, teori kognitif sosial menggunakan prespektif keagenan, yang artinya manusia memiliki kapasitas untuk melatih pengontrolan atas alam dan

9 9 kualitas hidupnya. Keempat, manusia mengatur hubungan mereka melalui faktor-faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal meliputi lingkungan fisik dan sosial, sedangkan faktor internal meliputi pengamatan diri, penilaian, dan reaksi-diri. Kelima, ketika manusia menemukan dirinya dalam situasi yang ambigu secara moral, mereka akan berupaya mengatur perilaku melalui tindakan moral, yang meliputi pendefinisian ulang perilaku, menyalahkan korban atas perilaku mereka, dan pengalihan atau pelemparan tanggung jawab atas tidakan-tindakan mereka (Feist dan Feist, 2008: 408). Teori kognitif sosial mengambil sudut pandang keagenan terhadap kepribadian, artinya manusia memiliki kemampuan untuk melatih kendali akan hidupnya. Bandura yakin bahwa manusia adalah makhluk yang sanggup mengatur dirinya, proaktif, reflektif, mengorganisasikan diri, dan memiliki kekuatan untuk mempengaruhi tindakan mereka sendiri demi menghasilkan konsekuensi yang diinginkan. Keagenan manusia memiliki empat sifat inti, yaitu intensionalitas, prediksi, reaksi diri, dan refleksi diri. Intensionalitas mengacu pada tindakan-tindakan yang dilakukan dengan intensi tertentu. Sebuah intensi bukan hanya mencakup tentang perencanaan, tetapi juga tindakan dan memiliki komitmen proaktif untuk mewujudkannya. Manusia juga memiliki kemampuan untuk memprediksi saat menetapkan suatu tujuan, mengantisipasi hasil tindakan, dan memilih perilaku mana yang dapat menghasilkan hasil yang diinginkan serta menghindari yang

10 10 tidak diinginkan. Selain dapat bertindak melebihi perencanaan dan dapat memprediksi hasil, manusia juga memiliki kemampuan untuk memberikan reaksi diri dalam proses motivasi dan regulasi tindakan-tindakannya. Manusia tidak hanya membuat pilihan-pilihan, tetapi juga memonitor pemenuhannya. Sifat terakhir dari keagenan manusia adalah refleksi diri. Manusia adalah penguji dirinya sendiri, yang dapat memikirkan dan mengevaluasi sendiri motivasi, nilai, makna, dan tujuan hidupnya. Komponen yang paling krusial dalam refleksi diri adalah kepercayaan-diri (self-efficacy). Bandura mendeskripsikan self-efficacy atau efikasi diri sebagai keyakinan manusia pada kemampuan mereka untuk melatih sejumlah ukuran pengendalian terhadap fungsi diri mereka dan kejadian-kejadian di lingkungannya (Feist dan Feist, 2008: 415). Ada dua macam self-efficacy, yaitu high self-efficacy dan low self-efficacy. Low self-efficacy atau dapat juga disebut kepercayaan diri rendah dapat menyebabkan orang untuk mempercayai bahwa tugas yang diberikan kepadanya lebih sulit daripada biasanya, dan dapat meningkatkan stress. Menurut Albert Bandura, ada empat sumber efikasi diri, yaitu: (1) pengalaman-pengalaman tentang penguasaan (mastery experiences), (2) pemodelan sosial (social modeling), (3) persuasi sosial (social persuasion), (4) kondisi fisik dan emosi (physical and emotional states).

11 Metode Penelitian Dalam penelitian ini digunakan 2 metode penelitian. Pertama, untuk menganalisis data, digunakan metode teori struktural dan analisis psikologi sastra dengan teori kognitif sosial Albert Bandura. Sedangkan metodologi yang berkaitan dengan prosedur penelitian dilakukan sebagai berikut: a. Memilih cerpen yang digunakan sebagai objek penelitian, yaitu cerpen Tomochan no Shiawase. b. Mengumpulkan referensi kepustakaan yang ada kaitannya dengan objek analisis, dalam hal ini referensi tentang teori psikologi mengenai pembelajaran sosial. c. Menganalisis cerpen dengan langkah-langkah menerjemahkan, membaca pemahaman, menganalisis struktur cerpen, menganalisis cerpen dengan teori kognitif sosial. 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini disajikan dalam empat bab. Bab I berisi pendahuluan yang membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II berisi analisis struktur cerpen. Bab III berisi analisis pesimisme dan sebab-sebab pesimis tokoh Tomo berdasarkan teori kognitif sosial Albert Bandura. Bab IV berisi kesimpulan dan diikuti daftar pustaka.