MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK
|
|
- Vera Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 MODUL VII COGNITIVE THERAPY AARON BECK Aaron Beck adalah psikiater Amerika yang merintis penelitian pada psikoterapi dan mengembangkan terapi kognitif. Ia dianggap sebagai bapak cognitive behavioral therapy. Aaron T. Beck pada awalnya mengikuti pelatihan psikoanalisis (seperti juga Albert Ellis). Beck meneliti depresi dalam pemahaman psikoanalisa bahwa depresi dihasilkan dari kemarahan yang berbalik mengarah ke dalam diri dan melihat isi mimpi klien untuk menemukan sumber kemarahan. Akan tetapi, apa yang menarik perhatiannya adalah bahwa klien yang depresi memiliki bias negatif dalam interpretasi mereka tentang diri mereka sendiri yang mengarah pada rasa rendah diri yang kuat. Ia mulai percaya bahwa kesalahan sistematis dalam berpikir logis lah yang mengakibatkan depresi. Pikiran-pikiran ini dipahami sebagai otomatis, berasal dari generalisasi masa lalu. Meskipun Beck memulai kajiannya di ranah depresi, selanjutnya ia juga mengkaji gangguan kepribadian borderline dan skizofrenia. Dalam kedua kasus ini, terapi bertujuan untuk mengajak klien melihat bahwa keyakinan keliru mereka tidak didukung oleh bukti. Menariknya, Beck juga mengakui bahwa perasaan-perasaan yang intens dan kuat terkadang mengarahkan pada keyakinan. TEORI Menurut Beck, Jika keyakinan tidak berubah, maka tidak ada peningkatan. Jika keyakinan berubah, maka gejala pun berubah. Keyakinan berfungsi sebagai unit-unit operasional kecil. Hal ini berarti pikiran dan keyakinan (skema) seseorang mempengaruhi perilaku dan tindakan seseorang berikutnya. Beck yakin bahwa perilaku disfungsi disebabkan karena disfungsi berpikir, dan bahwa berpikir membentuk keyakinan kita. Keyakinan kemudian mengarahkan tindakan kita. Beck diyakinkan bahwa akan ada hasil positif jika klien dapat diajak berpikir secara konstruktif dan meninggalkan pikiran negatifnya.
2 Pendekatan Kognitif terhadap Depresi Para ahli behaviorist mengemukakan bahwa depresi merupakan hasil dari persepsi psikologis yang keliru dan irasional, mengakibatkan distorsi dalam belajar dan menalar. Pikiran depresif ini dapat menjadi sebuah hasil dari pengalaman traumatis atau ketidakmampuan menghasilkan coping yang adaptif. Orang-orang depresif memiliki persepsi atau keyakinan negatif akan diri mereka sendiri dan lingkungan mereka. Semakin parah pikiran negative seseorang, maka semakin parah pula gejala depresinya. Ahli behaviorist awal percaya bahwa hanya perilaku eksternal yang dapat digunakan sebagai materi psikologis. Psikologi adalah ilmu mengenai perilaku. Akan tetapi, Ellis mengemukakan gagasan tentang model ABC, dimana A merupakan activating event, B merepresentasikan belief atau keyakinan tentang kejadian dan C merepresentasikan consequences yaitu konsekuensi emosi dan perilaku yang mengikuti keyakinan. Bagi Ellis, kita adalah apa yang kita pikirkan, dan kita mengusik diri kita ketika kita mengatakan secara berulangulang kalimat irasional pada diri kita, yang kita pelajari dari pengalaman kita. Beck melakukan kritik terhadap pendekatan behaviorist murni dan percaya bahwa cognitive therapy (CT) membantu teknik behaviorist karena kognisi klien berubah seiring berjalannya terapi. Beck menyatakan tiga disfungsi tema keyakinan atau skema utama yang dialami orang depresif: Orang yang depresif melihat diri mereka sebagai orang yang tidak mampu mencapai keberhasilan dan selalu menjadi korban situasi. Orang yang depresif melihat semua pengalaman masa lalu dan masa kini melalui cara pandang negatif, secara terus menerus menkankan pada kekalahan, kegagalan, dan seorang bermental korban. Individu yang depresif melihat masa depan penuh dengan keputusasaan dan tidak ada harapan.
3 Keyakinan-keyakinan ini memfokuskan perhatian terhadap aspek hidup yang negatif. Saat persepsi menjadi lebih terdistorsi, selective attention diarahkan pada kegagalan dan semua yang dilihat secara negatif. Orang yang depresi secara tidak sadar mengarahkan semua perasaannya kepada ketidakberdayaan. Pada tahun 1961 Beck mengembangkan inventori yang dinamakannya Beck Depression Inventory (BDI) yang memiliki 21 item yang menggunakan skala Likert, untuk melihat tingkat keparahan depresi. Inventori tersebut sangat banyak digunakan sebagai skala untuk mengukur depresi. BECK DAN ELLIS Perbedaan antara Beck dan Ellis sangatlah tipis dan terutama terletak pada teknik dan gaya terapi daripada pada perspektif mereka. Mereka memiliki keyakinan yang sangat mirip mengenai belief. Beck sepertinya memiliki perhatian utama mengenai proses pikiran tidak logis tertentu (misalnya, pikiran semua atau tidak sama sekali / all or nothing ) yang mengakibatkan gangguan emosi. Sedangkan Ellis tampaknya lebih focus pada pikiran tertentu yang seharusnya tidak terus menerus dipikirkan seseorang. Akan tetapi, teori Beck mengemukakan bahwa proses berasal dari keyakinan utama. Lebih lanjut, Beck secara kuat menentang untuk memberi tahu seseorang bahwa keyakinan irasional tertentu adalah sumber dari masalah mereka, karena bukan keyakinan itu sendiri namun bahwa keyakinan itu bersifat terlalu absolute, luas dan ekstrem pada diri seseorang. MENGATASI DEPRESI Beck memberikan penekanan pada pemahaman dan perubahan keyakinan utama sebagai suatu pendekatan dalam mengatasi depresi. Dengan merestrukturisasi pikiran dekstruktif, ia percaya bahwa perubahan positif dapat terjadi pada klien. Ia menekankan peran penting seorang terapis dalam
4 penanganan. Terapis terlibat membantu klien dalam penentuan tujuan realistis dan pengambilan tanggung jawab atas tindakan dan pikirannya. Dengan mengubah pikiran dan persepsi, suatu perubahan dapat terjadi pada respon perilaku dan emosi klien. Terapis membantu mengajarkan pada klien konsep tentang pikiran yang keliru (faulty thinking). Gagasan dan cara baru dikembangkan untuk melihat secara positif akan diri sendiri, pengalaman dan lingkungan sekitar. Terkadang tugas-tugas diberikan untuk membantu orang yang depresi untuk melihat kembali dan memahami dampak dari pikiran kelirunya terhadap kesejahteraan perilaku dan emosi. Ia kemudian mengembangkan Beck Scale for Suicidal Ideation, Beck Hopelessness Scale, Beck Anxiety Inventory dan Beck Youth Inventories untuk membantu mengatasi berbagai gangguan mental. CT DAN DEPRESI Telaah dan control terhadap depresi telah menjadi fokus utama Beck karena penelitian awalnya adalah lebih pada penjelasan psikoanalisa tentang depresi. Dalam kajian-kajian tersebut, ia menemukan bahwa klien yang depresi memiliki bias negatif pada pemahaman mereka tentang diri mereka sendiri, yang mengarahkan pada penerimaan diri yang rendah. Selanjutnya ia menemukan bahwa bias negatif juga mencakup dunia dan masa depan. Beck menyebut ketiga aspek ini sebagai cognitive triangle dan memahami bahwa kognisi negatif tentang seseorang, dunia dan masa depan akan menyebabkan depresi. Dua hal mendasar pada CT (dan REBT) adalah, pertama, pikiran dan perasaan adalah fenomena yang berbeda. Jika tangan kita secara tidak sengaja menyentuh kompor panas, kita merasa sensasi atau rasa terbakar. Kita kemudian akan berpikir, Kompor itu panas! Menurut ahli kognitif, perasaan bukanlah sesuatu yang dapat diperdebatkan. Perasaan adalah sesuatu yang hanya bisa dirasakan. Akan tetapi, bila orang yang sama ini berpikir bahwa ia akan mati, kita dapat mempertanyakan kebenaran akan pikiran ini.
5 Kedua, pikiran mengakibatkan perasaan atau emosi dan perilaku. Hal fundamental ini dapat digunakan ketika menemui seseorang yang mengatakan bahwa ia telah merasa sedih dan menangis selama lebih dari dua minggu. Terapis akan mengeksplorasi akan mengapa kesedihan itu muncul dengan menggali informasi, apa yang ia katakan pada dirinya berulang-ulang saat ia merasa sedih. Apa yang dipikirkannya? Beck menekankan pada identifikasi pikiran otomatis yang berulang-ulang yang mengakibatkan depresi. Pada contoh berikut, seorang klien mengalami masalah mood yang kronis. Terapis akan mengarah pada instruksi tentang hubungan antara pikiran dan low mood, dan menanyakan pada klien pikiran-pikiran yang hadir bersama dengan mood depresi tersebut. Klien mungkin merasa bahwa ia tidak berguna dan tidak baik. Yang paling penting dalam CT adalah membangun representasi yang lebih rasional tentang apa yang dipikirkannya. Fundamental ini juga dapat dinyatakan pada seorang klien dengan membuatnya berpikir dan mengatakan pada dirinya Saya tidak akan pernah merasa bahagia lagi dan kemudian menuliskan Perasaan ketidakberdayaan yang mengikutinya. Akan tetapi, jika klien berpikir, Saya akan menjadi bahagia lagi jika saya mengusahakannya, maka perasaan yang mengikuti adalah lebih melegakan dan membawa harapan. DEPRESSIVE SCHEMA Beck menyadari dengan baik bahwa pikiran otomatis dengan sendirinya bukan jawaban sepenuhnya dan bahwa klien datang untuk terapi dengan riwayat kekerasan, kemiskinan, pembiaran, atau ketidakstabilan. Riwayat ini membangun skema depresif yang diaktivasi kapanpun kejadian sensitif terjadi. Sebagai contoh, klien dapat menjadi sangat sensitif terhadap segala jenis kehilangan, karena pada masa kecilnya beberapa kehilangan ia alami, dan membekas baginya. Pengalaman ini mengawali riwayatnya membangun skema kognitif pada situasi kehilangan yang berulang, semakin intens, seiring berjalannya kehidupan. Misalnya, kehilangan salah satu orangtua bagi anak yang masih kecil adalah pemicu signifikan bagi kecemasan atau terjadinya mood depresi yang dapat mengarahkan pada perkembangan loss phobia. Kondisi
6 tersebut tidak dapat semata-mata ditangani dengan mendebat pikiran otomatis yang dipermukaan. DISTORSI PIKIRAN Beck secara esensi percaya bahwa distorsi dalam berpikir menyebabkan akibat gangguan emosi dan perilaku. Sehingga, kita perlu mengindentifikasi tidak hanya pikiran otomatis (misalnya, saya gagal) namun juga jenis distorsi yang muncul dalam pikiran otomatis tersebut. Hubungan antara pikiran otomatis dan distorsi dapat terlihat seperti contoh pada tabel berikut: AUTOMATIC THOUGHTS I m a failure She thinks I m unattractive Nothing I do works out Anyone can do this job it doesn t mean anything THINKING DISTORTION Mislabelling Mind reading All-or-nothing thinking Discounting positives TEKNIK a. Teknik Penurunan Vertikal (Vertical Descent) Beberapa pikiran negatif ternyata tidaklah benar. Jika seseorang mengatakan bahwa ia tidak akan berhasil mengajak perempuan muda karena ia takut perempuan itu akan menolaknya, sebenarnya, ini mungkin merupakan prediksi yang benar. Akan tetapi, apakah ia mungkin menolak tawaran pria itu terapis tidak tahu. Yang dilakukan terapis adalah menanyakan pada klien Apa artinya bagi kamu jika hal itu terjadi? Apa yang akan terpikirkan olehmu? Apa yang akan terjadi kemudian?
7 Skema vertical descent: Saya akan ditolak Saya adalah pecundang Saya tidak akan menemukan kekasih Saya akan selalu sendiri Saya tidak dapat bahagia jika saya sendiri Saya butuh orang lain untuk bisa bahagia b. Menilai probabilitas secara berurutan Dengan konstruksi diagram tersebut, klien diminta untuk menentukan probabilitas masing-masing item dalam penurunannya. Terapis menanyakan, seberapa probabilitas hal ini terjadi? Dari 0% - 100%? Sebagian besar dari item tidak dapat diperingkatkan baik 0% maupun 100%. Sehingga jika kamu mengajak perempuan ini berkencan, seberapa mungkin perempuan itu menolak? Jika klien menjawab 90% maka terapis melanjutkan dengan masing-masing pemikiran. Misalkan ke enam fraksi tersebut dinilai.80,.30,.40,.30,.50,.70. kemudian dikalikan maka akan mendapatkan angka , bahwa 1 kemungkinan dari 100 bahwa semua pikiran tersebut adalah benar. Merupakan kemungkinan yang sangat tipis. Namun demikian, klien dapat menjawab kembali, Bagaimana jika saya adalah kemungkinan yang 1 itu?. Terapis dapat menjawab Apakah ada area dalam kehidupanmu dimana kamu dapat menerima
8 ketidakpastian? Bagaimana kamu mentoleransi area tersebut dan tidak pada hal ini? c. Teknik menebak pikiran Terkadang klien tidak mampu mengidentifikasi pikiran yang relevan. Mungkin saja emosi begitu kuat dimana berfokus pada pikiran menjadi sesuatu yang sangat sulit. Seseorang perlu untuk mampu merasakan bahwa pikiran tertentu ini terpasangkan dengan emosi yang tidak tepat yang dirasakannya. Terapis akan bertanya pada klien untuk menyebutkan apa yang menjadi pikiran yang sesuai dengan perasaan-perasaan tersebut. Terapis lalu mengatakan bahwa apakah mungkin kamu mengatakan hal-hal ini pada dirimu?. Di sini letak perbedaan Beck dengan Ellis, dimana pada Ellis terapis tidak menyuruh klien secara langsung untuk memikirkan hal yang membuat ia berpikir rasional ketika klien merasakan perasaan tertentu yang mengganggu.
Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem
Modul ke: Psikologi Konseling Konseling Berbasis Problem Fakultas Psikologi Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konseling Berbasis Problem Konseling berbasis problem:
Lebih terperinciPsikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy)
Modul ke: Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Rasional Emotif (Rational Emotive Therapy) Fakultas Psikologi Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendekatan Kognitif Terapi kognitif: Terapi
Lebih terperinciThe problem is not the problem. The problem is your attitude about the problem. Do you understand?
The problem is not the problem. The problem is your attitude about the problem. Do you understand? Rational Emotive Behavior Therapy Nanang Erma Gunawan nanang_eg@uny.ac.id Albert Ellis Lahir di Pittsburgh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hampir semua perasaan takut bermula dari masa kanak-kanak karena pada masa ini anak belum memiliki kemampuan berpikir yang baik. Hal ini membuat mereka
Lebih terperinciA. Identitas : Nissa (Nama Samaran)
A. Identitas Nama Umur Jenis kelamin Agama Pekerjaan Asal Sekolah Kelas : Nissa (Nama Samaran) : 18 tahun : Perempuan : Islam : Siswa : SMA Negeri 1 Sanden : XII Semester : 1 Alamat B. Deskripsi Kasus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia. Komunikasi menyentuh segala aspek kehidupan manusia, tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh
Lebih terperinciBAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gangguan Depresif Mayor Depresi merupakan suatu sindrom yang ditandai dengan sejumlah gejala klinik yang manifestasinya bisa berbeda beda pada masing masing individu. Diagnostic
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fobia sering kali dimiliki seseorang. Apabila terdapat perasaan takut akan sesuatu yang terkadang tidak mengidap sesuatu adalah lucu dan aneh, tetapi bagi orang yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan gangguan yang disebut dengan enuresis (Nevid, 2005).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Mengompol merupakan suatu kondisi yang biasanya terjadi pada anakanak yang berusia di bawah lima tahun. Hal ini dikarenakan anak-anak belum mampu melakukan pengendalian
Lebih terperinciA. Konsep Dasar. B. Asumsi Tingkah Laku Bermasalah
A. Konsep Dasar Manusia padasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten.
Lebih terperinciPsikologi Konseling Agustini, M.Psi., Psikolog MODUL PERKULIAHAN. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh
MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 09 61033 Agustini, M.Psi., Psikolog Abstract Dalam perkuliahan ini akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fenomena---teori adalah untuk menggambarkan dan menjelaskan fenomena.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu kegiatan profesional dan ilmiah, pelaksaan konseling bertitik tolak dari teori-teori yang dijadikan sebagai acuannya. Pada umumnya teori diartikan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Gangguan Jiwa BAB II TINJAUAN TEORI 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa merupakan perubahan sikap dan perilaku seseorang yang ekstrem dari sikap dan perilaku yang dapat menimbulkan penderitaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, khususnya di kota-kota besar tiap tahunnya menyebabkan kebutuhan akan transportasi juga semakin meningkat.
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah
BAB I 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Kehamilan merupakan salah satu periode krisis dalam proses kehidupan seorang perempuan. Keadaan ini menimbulkan banyak perubahan drastis baik secara fisik maupun
Lebih terperinciKONSEP DASAR. Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional
KONSEP DASAR Manusia padasarnya adalah unik memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional Ketika berpikir dan bertingkahlaku rasional manusia akan efektif, bahagia, dan kompeten. Ketika
Lebih terperinciTERAPI KOGNITIF (BECK)
TERAPI KOGNITIF (BECK) Kondang budiyani Sumber Retnowati S. 2002. Pendekatan Kognitif dalam Psikoterapi. Dalam Prawitasari J E, Hadjam M N R, Atamimi N, Retnowati S, Utami, M S, Subandi, M.A, Ramdhani
Lebih terperinciReality Therapy. William Glasser
Reality Therapy William Glasser 1. Latar Belakang Sejarah William Glasser lahir tahun 1925, mendapatkan pendidikan di Cleveland dan menyelesaikan sekolah dokter di Case Western Reserve University pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang CBT merupakan sebuah pendekatan yang memiliki pengaruh dari pendekatan cognitive therapy dan behavior therapy. Oleh sebab itu, Matson & Ollendick (1988: 44) mengungkapkan
Lebih terperinciSigit Sanyata
Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id Pelatihan REBT-MGBK SMK Kabupaten Sleman Rabu, 8 Januari 2014 Sejarah Albert Ellis pendiri dan pengembang REBT Lahir di Pittsburgh tahun 1913 Meninggal tahun 2007 pada
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Dalam penelitian cross sectional digunakan pendekatan transversal, dimana observasi terhadap variabel
Lebih terperinciALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts
ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts COGNITIVE BEHAVIOR THERAPY Zakki Nurul Amin, S.Pd. Guidance and Counseling Departement Program Universitas Negeri Semarang zakki.nurul.amin@mail.unnes.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan siswa. Pada masa remaja berkembang social cognition, yaitu kemampuan memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di lingkungan sekitar kita, seperti gempa bumi yang melanda Yogyakarta,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apabila kita menyaksikan dan mendengarkan berita-berita di media massa, maka kita akan mendengarkan beberapa peristiwa yang kerap terjadi di lingkungan sekitar kita,
Lebih terperinciPedologi. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI Pedologi Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengertian Kecemasan : Kecemasan (anxiety) dapat diartikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gangguan perkembangan seseorang bisa dilihat sejak usia dini, khususnya pada usia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dipandang sebagai proses yang dinamis yang dipengaruhi oleh sifat bakat seseorang dan pengaruh lingkungan dalam menentukan tingkah laku apa yang
Lebih terperinciTUGAS INSTRUMEN EVALUASI PROSES KONSELING MODEL STAKE
TUGAS INSTRUMEN EVALUASI PROSES KONSELING MODEL STAKE Mata Kuliah Pengembangan Instrumen dan MediaBimbingan dan Konseling Dosen Pengampu Prof.Edi Purwanta, M.Pd & Dr.Ali Muhtadi Oleh: Liza Lestari (16713251041)
Lebih terperinciPedologi. Review Seluruh Materi. Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog. Modul ke: Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi.
Pedologi Modul ke: Review Seluruh Materi Maria Ulfah, M.Psi., Psikolog Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id RETARDASI MENTAL Retardasi mental (mental retardation) adalah keterlambatan
Lebih terperincicommit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang
6 BAB II LANDASAN TEORI A. Landasan Teori 1. Kepercayaan Diri a. Pengertian Kepercayaan diri adalah salah satu aspek kepribadian yang paling penting pada seseorang. Kepercayaan diri merupakan atribut yang
Lebih terperinciKepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa
Keputusasaan (Hopelessness) Pengertian Keputusasaan merupakan keadaan subjektif seorang individu yang melihat keterbatasan atau tidak adanya alternative atau pilihan pribadi yang tersedia dan tidak dapat
Lebih terperinciPsikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy
Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Psychoanalysis Therapy and Person Center Therapy Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Psychoanalysis Therapy
Lebih terperinciLEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
105 LAMPIRAN 1 LEMBARAN PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN Bapak/Ibu/Adik Yth, Saya dr. Toety Maria Simanjuntak, saat ini menjalani pendidikan spesialis Neurologi di FK USU dan sedang melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar belakang masalah. Setiap anak pada umumnya senang bergaul dan bermain bersama dengan teman
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Setiap anak pada umumnya senang bergaul dan bermain bersama dengan teman sebayanya. Saat bersama dengan teman, seorang anak biasanya selalu penuh dengan
Lebih terperinciBAB IV ANALISI HASIL. Dalam penelitian ini, peneliti mengambil seluruh Andikpas baru sebanyak 43
37 BAB IV ANALISI HASIL 4.1 Gambaran Subjek Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti mengambil seluruh Andikpas baru sebanyak 43 orang. Karakteristik sampel yang diambil memiliki usia kisaran 14-19 tahun
Lebih terperinciSTROKE Penuntun untuk memahami Stroke
STROKE Penuntun untuk memahami Stroke Apakah stroke itu? Stroke merupakan keadaan darurat medis dan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat. Terjadi bila pembuluh darah di otak pecah, atau yang lebih
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menggunakan teknik korelasi. Menurut Arikunto (2002 ) penelitian kuantitatif
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasi. Menurut Arikunto (2002 ) penelitian kuantitatif adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Attention Deficit Hiperactivity Disorder (ADHD) merupakan suatu gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan mengatur perilaku, khususnya untuk mengantisipasi
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Lhoksukon dan rumah pasien rawat jalan Puskesmas Lhoksukon.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian Pengambilan data untuk penelitian dilakukan pada tanggal 21 Januari 2012 sampai dengan tanggal 28 Januari 2012. Pengambilan data dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki karakteristik dan sifat yang berbeda-beda. Hal tersebut merupakan representasi psikologis masing-masing orang yang dibangun dari latar belakang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang menghadapi perubahan pertumbuhan dan perkembangan. Masa remaja mengalami perubahan meliputi perubahan
Lebih terperinciPsikoterapi. Dosen Prodi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya
Psikoterapi Dosen Prodi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya Definisi Serangkaian metode berdasarkan ilmu-ilmu psikologi yang digunakan untuk mengatasi gangguan kejiwaan atau mental seseorang Id.wikipedia.org/wiki/psikoterapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Congestive Heart Failure (CHF) atau gagal jantung merupakan salah satu diagnosis kardiovaskular yang paling cepat meningkat jumlahnya (Schilling, 2014). Di dunia,
Lebih terperinciBAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN
85 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab terakhir ini, akan dipaparkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian, pembahasan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hasil penelitian, diskusi serta
Lebih terperinciBAB II PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE THERAPY DALAM KELUARGA
BAB II PENDEKATAN RATIONAL EMOTIVE THERAPY DALAM KELUARGA 2.1. Konsep Dasar Manusia padasarnya adalah unik yang memiliki kecenderungan untuk berpikir rasional dan irasional. Ketika berpikir dan bertingkahlaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Perguruan Tinggi di Indonesia menggunakan Sistem Kredit Semester (SKS). Dalam Sistem Kredit Semester terdapat satuan kredit yang menyatakan
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. spiritual terhadap penurunan tingkat stress remaja di LPKA Kelas I Blitar.
BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai hasil penelitian yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dan keterbatasan yang ditemui selama proses penelitian berlangsung. Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciPsikologi Konseling. Psikologi Konseling. Psikologi Psikologi
MODUL PERKULIAHAN Psikologi Konseling Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 05 61033 Abstract Dalam perkuliahan ini akan didiskusikan mengenai Ketrampilan Dasar Konseling:
Lebih terperinciPsikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy)
Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Terapi Realitas (Reality Therapy) Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pendahuluan Terapi Realitas (Reality
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang berbeda-beda, diantaranya faktor genetik, biologis, psikis dan sosial. Pada setiap pertumbuhan dan
Lebih terperinciTeknik lainnya dalam modifikasi perilaku
Modul ke: 12 Rizka Fakultas Psikologi Teknik lainnya dalam modifikasi perilaku Restrukturisasi kognisi, relaksasi, dan desensitisasi Putri Utami, M.Psi Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Restukturisasi
Lebih terperinciDanang Setyo Budi Baskoro, M.Psi
Danang Setyo Budi Baskoro, M.Psi 1. Menerima rasa sakit karena kehilangan 2. Ekspresi yang terbuka mengenai rasa kehilangan, kesedihan, permusuhan dan rasa bersalah 3. Memahami perasaan yang di alami berhubungan
Lebih terperinciPostraumatik stress bisa timbul akibat luka berat atau pengalaman yang menyebabkan organisme menderita kerusakan fisik maupun psikologis
Traumatik event adalah pengalaman dengan tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan yang mendalam pada jiwa seseorang sehingga dapat merusak fisik maupun psikologis Postraumatik stress bisa timbul akibat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
16 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Tentang Teknik Cognitive Restructuring 1. Pengertian Teknik Cognitive Restructuring Beck mengatakan bahwa terapi kognitif meliputi usaha memberikan bantuan kepada konseli
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. Setiap individu memiliki berbagai gagasan-gagasan mengenai dirinya, dimana gagasan
Bab I Pendahuluan Latar Belakang Masalah Setiap individu memiliki berbagai gagasan-gagasan mengenai dirinya, dimana gagasan tersebut muncul sebagai bentuk keinginannya agar diterima oleh sosial dan masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada fungsi ginjal, dimana tubuh tidak mampu untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG SINDROM TRAUMA DAN COGNITIVE-BEHAVIOR THERAPY
BAB II KAJIAN PUSTAKA TENTANG SINDROM TRAUMA DAN COGNITIVE-BEHAVIOR THERAPY A. Kajian Sindrom Trauma Dalam kehidupan, manusia pasti mengalami suatu kejadian yang membuatnya berkesan. Pengalaman itu baik
Lebih terperinciCulture and Treatment of Abnormal Behavior
Culture and Treatment of Abnormal Behavior OLEH: DR. ASIH MENANTI, MS Introduction: - Kebudayaan berperan penting dalam mendefinisikan abnormalitas. - Faktor budaya tersebut mempengaruhi kemampuan psikolog
Lebih terperinciPedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit systemic lupus erythematosus (SLE) atau yang biasa dikenal dengan lupus merupakan penyakit kronis yang kurang populer di masyarakat Indonesia dibandingkan
Lebih terperinciEMOSI DAN SUASANA HATI
EMOSI DAN SUASANA HATI P E R I L A K U O R G A N I S A S I B A H A N 4 M.Kurniawan.DP AFEK, EMOSI DAN SUASANA HATI Afek adalah sebuah istilah yang mencakup beragam perasaan yang dialami seseorang. Emosi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja termasuk ke
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Gereja merupakan sebuah institusi yang dibentuk secara legal dan berada di bawah hukum suatu negara yang dibangun dengan tujuan untuk aktivitas religius. Gereja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penderita skizofrenia dapat ditemukan pada hampir seluruh bagian dunia. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock dan Sadock,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia 2.1.1. Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian Kecemasan menghadapi kematian (Thanatophobia) mengacu pada rasa takut dan kekhawatiran
Lebih terperinciPsikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive
Modul ke: Fakultas Psikologi Psikologi Konseling Pendekatan Konseling Non- Directive Agustini, M.Psi., Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dasar Filsafi Carl Rogers Mengenai Manusia Manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perawat dalam pelayanan kesehatan dapat diartikan sebagai tenaga kesehatan yang sangat vital dan secara terus-menerus selama 24 jam berinteraksi dan berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menurut WHO, masalah kesehatan utama yang menjadi penyebab kematian pada manusia adalah penyakit kronis (dalam Sarafino, 2006). Penyakit kronis merupakan jenis
Lebih terperinciNENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG
NENY ANDRIANI, M.PSI, PSIKOLOG DASAR TEORITIS Pengertian Proyeksi Suatu istilah yg banyak digunakan dalam psikologi klinis, psikologi dinamik & psikologi sosial. Psikologi proyektif merupakan dasar dari
Lebih terperinciPENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF. Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.
PENINGKATAN SELF EFFICACY PESERTA DIDIK MELALUI KONSELING KELOMPOK DENGAN TEKNIK KOGNITIF Oleh: Andi Riswandi Buana Putra, M.Pd ABSTRAK Banyak peserta didik yang masih belum percaya dengan kemampuan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penerimaan diri dibutuhkan oleh setiap individu untuk mencapai keharmonisan hidup, karena pada dasarnya tidak ada manusia yang diciptakan oleh Allah SWT tanpa kekurangan.
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian mengenai kecemasan dan
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini, akan dipaparkan hasil penelitian mengenai kecemasan dan penerimaan terhadap kekerasaan dalam hubungan pacaran. Hasil penelitian ini terdiri dari hasil pengolahan
Lebih terperinciKesehatan Mental. Mengatasi Stress / Coping Stress. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Kesehatan Mental Mengatasi Stress / Coping Stress Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Coping Stress Coping Proses untuk menata tuntutan
Lebih terperinciPEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI
PEDOMAN WAWANCARA DAN OBSERVASI Pedoman Wawancara 1. Latar belakang berkaitan dengan timbulnya kecemasan - Kapan anda mulai mendaftar skripsi? - Bagaimana perasaan anda ketika pertama kali mendaftar skripsi?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan bidang keilmuan yang diambilnya. (Djarwanto, 1990)
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Skripsi bertujuan agar mahasiswa mampu menyusun dan menulis suatu karya ilmiah, sesuai dengan bidang ilmunya. Mahasiswa yang mampu menulis skripsi dianggap
Lebih terperinciTEORI SOSIAL KOGNITIF BANDURA
TEORI SOSIAL KOGNITIF BANDURA Biografi Albert Bandura Tokoh ini dilahirkan pada tahun 1925 di Alberta, Canada. Albert menempuh pendidikan perguruan tinggi di bidang psikologi klinis di Universitas Iowa
Lebih terperinciCognitive Behavior Modification. Disiapkan oleh : Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi
Cognitive Behavior Modification Disiapkan oleh : Danang Setyo Budi Baskoro, S.Psi., M.Psi Pokok bahasan Definisi Cognitive Behavior Definisi Cognitive Behavior Modification Macam-macam Cognitive Behavior
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap perkembangan remaja akhir (18-20 tahun)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga sejak di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan sumber kebahagiaan bagi sebagian besar keluarga sejak di dalam kandungan. Pertumbuhan serta perkembangan anak yang normal menjadi impian setiap
Lebih terperinciLAMPIRAN A. Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak
LAMPIRAN A Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory (A-2) Skala Penerimaan Teman Sebaya (A-3) Skala Komunikasi Orangtua-Anak LAMPIRAN A Skala Penelitian (A-1) Beck Depression Inventory No : Usia
Lebih terperinciREVITALISASI USAHA PEDAGANG KLITHIKAN PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 di DIY (Tinjauan Aspek psikologis)
REVITALISASI USAHA PEDAGANG KLITHIKAN PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006 di DIY (Tinjauan Aspek psikologis) Oleh: Kartika Nur Fathiyah, M.Si Disampaikan dalam acara seminar tentang Revitalisasi Usaha Pedagang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perasaan kurang percaya diri banyak terjadi pada remaja. Pada masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perasaan kurang percaya diri banyak terjadi pada remaja. Pada masa remaja banyak terjadi perubahan, terutama dalam rentang usia 13 tahun remaja mengalami perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa
BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa. Menurut Hurlock (1999), masa dewasa awal dimulai pada umur 18 40 tahun, saat perubahan
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan medis dengan harapan dapat menghilangkan keluhan-keluhan
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Depresi merupakan salah satu bentuk gangguan jiwa yang dilatarbelakangi oleh berbagai permasalahan kehidupan yang dihadapi oleh setiap individu. Beberapa dekade
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Halusinasi adalah perubahan sensori dimana pasien merasakan sensasi yang tidak ada berupa suara, penglihatan, pengecapan,dan perabaan (Damaiyanti, 2012). Menurut Valcarolis
Lebih terperinciPengertian Normal dan Abnormal
I. PSIKOLOGI ABNORMAL Psikologi abnormal merupakan cabang dari ilmu psikologi yang mempelajari dan memahami pola perilaku abnormal dan cara menolong orang-orang yang mengalaminya. Jadi, cakupan dari psikologi
Lebih terperinciPROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK PENINGKATAN HARGA DIRI A. Konsep Harga Diri Rendah Gangguan harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau kemampuan diri yang negative yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian menggunakan tekhnik korelasional. Penelitian ini bertujuan meneliti sejauh mana variasi pada satu variabel
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengalami trauma sekunder tidak mengalami langsung kejadian. korban trauma. (Figley, McCann & Pearlman, dalam Motta 2008).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Secondary Traumatic Stress Istilah secondary traumatic stress mengacu pada pengalaman kondisi psikologis negatif yang biasanya dihasilkan dari hubungan yang intens dan dekat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN
BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Seluruh Subjek Untuk hasil penelitian diketahui bahwa untuk tahapan pertama yaitu subjek I, II, dan III kurang memiliki pengingkaran saat pertama munculnya payudara.
Lebih terperinciTERAPI RASIONAL EMOTIF Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog*
TERAPI RASIONAL EMOTIF Oleh : L. Rini Sugiarti, M.Si, psikolog* Ide Dasar Terapi Rasional Emotif merupakan salah satu dari sekian banyak pendekatan yang dapat digunakan dalam psikoterapi. Terapi Rasional
Lebih terperinciTERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA
TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA Pendahuluan Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan masa enam minggu sejak bayi lahir sampai saat organ-organ
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode setelah melahirkan juga disebut dengan periode postpartum, merupakan masa enam minggu sejak bayi lahir sampai saat organ-organ reproduksi kembali seperti semula
Lebih terperinciKEMAMPUAN KONSELOR DALAM MENGELOLA KONSELING BEHAVIORAL MELALUI ALAT PENILAIAN
KEMAMPUAN KONSELOR DALAM MENGELOLA KONSELING BEHAVIORAL MELALUI ALAT PENILAIAN Oleh : Dra. Nelly Nurmelly, MM (Widyaiswara Muda Balai Diklat Keagamaan Palembang) ABSTRACT : Bimbingan dan Konseling merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dengan metode studi kasus. Menurut Sugiyono (2009:09) penelitian kualitatif
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Menurut Sugiyono (2009:09) penelitian kualitatif adalah
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang telah lama mengenal gaya serta ritual penghancuran diri yang lebih kita kenal sebagai bunuh diri atau disebut juga jisatsu. Jisatsu merupakan suatu bentuk
Lebih terperinciBENTUK-BENTUK DISTORSI KOGNITIF NARAPIDANA WANITA YANG MENGALAMI DEPRESI DI LAPAS SRAGEN
BENTUK-BENTUK DISTORSI KOGNITIF NARAPIDANA WANITA YANG MENGALAMI DEPRESI DI LAPAS SRAGEN Skripsi Guna memenuhi sebagian dari syarat-syarat memperoleh derajat sarjana S-1 OLEH : ANISA PRAMUDYAWATI F 100
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. anak itu unik dan berhak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan anugerah yang diberikan Tuhan kepada orangtua. Setiap anak itu unik dan berhak untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Oleh karenanya setiap
Lebih terperinci