TUGAS AKHIR ANALISA LAJU KERUSAKAN TOP DRIVE MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS DI PT. TESCO INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TUGAS AKHIR ANALISA LAJU KERUSAKAN TOP DRIVE MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS DI PT. TESCO INDONESIA"

Transkripsi

1 TUGAS AKHIR ANALISA LAJU KERUSAKAN TOP DRIVE MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS DI PT. TESCO INDONESIA Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Oleh : ARI JATMIKO ( ) PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA 2009

2 LEMBAR PENGESAHAN ANALISA LAJU KERUSAKAN TOP DRIVE MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS DI PT. TESCO INDONESIA Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disetujui dan Diterima Oleh : Pembimbing Tugas Akhir Ir. Alfino Alwie, M.Sc i

3 LEMBAR PERSETUJUAN ANALISA LAJU KERUSAKAN TOP DRIVE MENGGUNAKAN METODE FAILURE MODE AND EFFECT ANALYSIS DI PT. TESCO INDONESIA Diajukan Guna Melengkapi Sebagai Syarat Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disetujui dan Diterima Oleh : Ketua Jurusan Koordinator Tugas Akhir (Ir. Rully Nutranta, M.Eng) (Ir. Nanang Ruhyat, MT) ii

4 ABSTRAK FMEA adalah salah satu cara metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan kinerja kehandalan suatu alat. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) merupakan suatu metode yang berfungsi untuk menunjukan masalah modus kegagalan yang mungkin timbul pada suatu sistem yang dapat menyebabkan sistem tersebut tidak mampu menghasilkan keluaran yang diinginkan dan kemudian menetapkan tindakan penanggulangannya sebelum masalah terjadi. Dengan demikian masalah-masalah pada proses operasi dapat dikurangi dan akhirnya dieliminasi. Analisa dan pengolahan atau pembahasan data menggunakan metode FMEA (Failure Mode And Effect Analysis) dengan perhitungan statistik akan didapat resiko kegagalan akan terjadi. Dengan menggunakan metode FMEA (Failure Mode And Effect Analysis) kita dapat mengkosumsi efek dan penyebab/mekanisme dari setiap modus kegagalan yang terjadi pada sistem Top Drive dan untuk mengatasi kemungkinan kegagalan-kegagalan yang terjadi pada Top Drive sangatlah berkualitas. Kata kunci : Top Drive, FMEA (Failure Mode And Effect Analysis), Kekritisan (Severity), Kejadian (Occurrence), Deteksi, (Detection), Perawatan, Kehandalan, Kualitas. vi

5 DAFTAR ISI Lembar Pengesahan... Lembar Persetujuan... Lembar Pernyataan... Kata Pengantar... Abstrak... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... i ii iii iv vi vii ix x BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pokok Permasalahan Tujuan Penulisan Metode Penulisan Pembatasan Masalah Sistematika Penulisan... 5 BAB II Landasan Teori 2.1 Top Drive PT. Tesco Pengertian Dasar Kualitas Definisi Kualitas Pengendalian Kualitas vii

6 2.5 Pemeliharaan dan Perawatan Jadwal Perawatan Tujuan Utama Perawatan Maksud dan Tujuan dari Perawatan BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Penelitian Pendahuluan Langkah-langkah Dalam Menganalisa Perawatan Top Drive Identifikasi Masalah Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) BAB IV Pembahasan 4.1 Data Hasil Pengamatan Mencari Tingkatan Nilai Kejadian (Occurrence) Pengolahan Data Dalam Tabel FMEA BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Saran Daftar Pustaka Lampiran viii

7 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Akibat Kriteria, dan Ranking Severity Tabel 3.2 Peluang Terjadinya penyebab kegagalan, Kriteria dan Ranking dari Occurrence Tabel 3.3 Kemungkinan Kesalahan Terdeteksi Kriteria dan Ranking dari Detection Tabel 4.1 Data Perkiraan Gaya Kegagalan Yang Terjadi Tabel 4.2 Failure Mode And Effect Analysis x

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Bagan Alir Metode Penelitian Gambar 3.2 Spesifikasi Top Drive HMI Gambar 3.3 Schematic Diagram Top Drive System Gambar 4.1 Grafik Data Kegagalan Yang Terjadi ix

9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini perkembangan teknologi diberbagai sektor kehidupan meningkat sedemikian pesatnya, seiring dengan tingkat kebutuhan yang mungkin berkualitas pula, maka dicari dan dikembangkan berbagai sistem dan metologi bagi seluruh aspek yang berkaitan dengan piranti pendukung kearah tercapainya tingkat produktivitas seperti yang diharapkan sejalan dengan tuntutan kebutuhan yang semakin berkualitas dan disertai adanya persaingan yang semakin ketat dalam industrialistis, mau tidak mau perusahaan atau pihak-pihak yang ingin usahanya bertambah maju dan berkembang dituntut untuk meningkatkan prestasi kerja yang dihasilkannya, salah satu penunjang ke arah hasil yang maksimal dan optimal. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pelayanan jasa dibidang pengeboran khususnya, harus memaksimalkan segala sarana dan prasarana yang telah tersedia. Sarana dan prasarana yang tersedia tidak mungkin dapat beroperasi secara efektif apabila didukung dengan peralatan yang tidak baik. Secara alamiah setiap peralatan mempunyai usia operasi yang terbatas dan mengalami kerusakan, sehingga pada suatu saat peralatan tidak beroperasi lagi. PT. Tesco juga aktif memproduksi dalam pengeboran miring (Directional Drilling) dan mendesain rumah drilling (Casing Drilling) dan juga jasa untuk dunia pengebor. Upaya untuk menghasilkan kinerja peralatan yang berkualitas tersebut, PT. Tesco secara sinergis diperlukan dukungan sarana yang memadai, prosedur 1

10 pemeliharaan dan perawatan yang baik dan tenaga ahli yang profesional, sehinggga mampu mewujudkan peralatan yang maksimal untuk mencapai tingkat kehandalan yang tinggi, serta hal-hal yang tidak diinginkan akan segera bisa ditangani sedini mungkin. Dengan seiring terjadinya kerusakan-kerusakan pada Top Drive, maka perlunya sistem perawatan yang intensif. Dengan melihat kondisi tersebut, guna menyiapkan Top Drive dalam kondisi siap pakai dan mencegah terjadinya kerusakan pada saat operasi, sehingga sistem tetap bekerja dengan optimal. Berdasarkan keinginan PT. Tesco untuk mengatasi masalah tersebut, maka PT. Tesco diharapkan dapat menggunakan alat bantu perancanaan kualitas seperti FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut. FMEA merupakan suatu alat perencanaan kualitas yang sistematis dan analitis untuk mengidentifikasi produk dan tahapan-tahapan proses yang berpotensial terjadi kesalahan atau kecacatan pada produk selama beroperasi. Dalam mengidentifikasi kecacatan yang dapat muncul pada produk atau dalam beroperasi, FMEA menggabungkan teknologi dengan pengalaman manusia untuk dapat menghasilkan suatu hasil perencanaan kualitas yang analitis dan sistematis. Dengan ini akan dicari akar penyebab terjadinya cacat agar tidak terjadi kembali kerusakan-kerusakan dalam beroperasi. Dengan demikian diharapkan meningkatkan jumlah permintaan produknya serta dinilai baik dalam memproduksi produk yang berkualitas dimata konsumen. 2

11 1.2 Pokok Permasalahan Ketelitian seorang mekanik berperan sangat penting bagi kelancaran serta perawatan yang dapat menunjang biaya dan pengoperasiannya. Banyak faktor yang mempengaruhi Top Drive dalam beroperasi, misalkan Top Drive beroperasi dalam bor miring. Dalam keadaan beroperasi Top Drive sering kali mendapatkan tenaga putaran yang tinggi, dari tenaga putaran ini akan dapat mengakibatkan kemampuan dari unit untuk menggerakkan Top Drive bekerja keras, maka akan sering terjadi kerusakan pada sistem yang diakibatkan dari tenaga putaran tersebut. Demikian pula jika dalam pengoperasiannya tidak optimal, maka akan mengakibatkan kerugian, efisiensi waktu dan biaya. Namun masih banyak kekurangan dari Top Drive itu sendiri yang ditinjau dari waktu dan biaya, sehingga kinerja Top Drive rendah akibat gesekan dan umur. Bagaimana proses pemeliharaan yang lebih effisien dalam mengatasi permasalahan pada Top Drive PT. Tesco melalui manfaat prosedur pemeliharaan dan perawatan yang baik dan dalam mengetahui laju kerusakan, maka kerugian waktu produksi dapat diperkecil. Dari pergertian tersebut penulis dapat mengidentifikasi beberapa permasalahan antara lain : 1. Menekan biaya perawatan Top Drive PT. Tesco 2. Bagaimanakah prosedur pemeliharaan dan perawatan yang dapat meningkatkan kehandalan Top Drive PT. Tesco 3

12 1.3 Tujuan Penulisan Tujuan penulisan yang dilakukan penulis terhadap Top Drive. Penulis akan mencoba melakukan penelitian kerusakan Top Drive dengan menggunakan metode FMEA ( Failure Mode And Effect analysis ). Adapun tujuan dari penulisan ini adalah : 1. Memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Strata 1 (S1) di Universitas Mercu Buana. 2. Penerapan ilmu pengetahuan yang telah didapat di bangku kuliah. 3. Memepelajari dan memahami sistem hidrolik dari Top Drive di PT. Tesco Indonesia. 4. Mengetahui lingkungan pekerjaan di PT. Tesco Indonesia maupun di lokasi pengeboran. 1.4 Metode Penulisan Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis mempergunakan beberapa metode, antara lain : 1. memaparkan masalah berdasarkan data yang ada dan berasal dari studi pustaka yang berkaitan. 2. mempelajari, mengolah dan menganalisa data yang diperoleh dilapangan dan membandingkannya dengan sumber pustaka. 3. melakukan pengamatan langsung dilapangan untuk mendapatkan gambaran yang sesungguhnya dan membandingkannya dengan sumber pustaka. 4

13 4. Mempergunakan metode-metode yang dipergunakan dalam menganalisa kegagalan suatu alat/sistem, salah satunya adalah FMEA (Failure Mode And Effect Analysis). 5. melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang dapat membantu untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan dalam kelancaran penyusunan Tugas Akhir ini. 1.5 Pembatasan masalah Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis hanya membahas sebatas ruang lingkup Analisa Laju Kerusakan Top Drive Menggunakan Metode Failure Mode And Effect Analyasis di PT. Tesco Indonesia yang sekaligus menjadi judul dari penulisan ini. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan mencakup keseluruhan isi penulisan yang diuraikan oleh masing-masing bab. Sistematika penulisan dibuat sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini membahas tentang latar belakang permasalahan, tujuan penulisan, metode penulisan, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini membahas tentang pengertian dari Top Drive (alat pengeboran), dan teori tentang perawatan. 5

14 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam bab ini berisikan tentang data-data kondisi operasi perusahaan, laju kerusakan dan langkah-langkah penulisan, serta metode FMEA (Failure Mode And Effect Analysis) yang akan digunakan untuk memecahkan permasalahan yang akan dibahas. BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini membahas tentang menganalisa penyebab permasalahan/kegagalan yang terjadi pada Top Drive. Efek dari kegagalan tersebut, dan mengantisipasi atau mengatasi permasalahan/kegagalan tersebut. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini berisikan tentang kesimpulan-kesimpulan dan saran yang didapat dari hasil pembahasan dan pengamatan penulis. 6

15 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Top Drive PT. Tesco Top Drive adalah seperangkat alat pengeboran yang digerakan oleh motor hidrolik atau motor elektrik yang digantung pada menara pemboran, dimana pipa bor (Drill String) dan mata bor (Bit) dapat berputar dengan bantuan alat tersebut dan digunakan untuk melakukan proses pengeboran. Penggunaan Top Drive dapat mengeliminasi penggunaan Kelly dan penggunaan putaran meja (Rotary table). Dengan menggunakan Top Drive dapat mengurangi pekerjaan secara manual, karena dibantu juga dengan sistem robot pada saat mengambil pipa bor dan melakukan koneksi. Dengan bantuan Top Drive tersebut dapat mempercepat dalam proses pengeboran. Dengan mempercepat dalam proses pengeboran maka akan berpengaruh pada biaya yang dikeluarkan oleh para produsen dibandingkan dengan cara manual. PT. Tesco berkomitmen untuk selalu melakukan pengembangan dan desain pada bidang pengeboran, agar pada proses pengeboran lebih efisien dan otomatis. Manajemen dan seluruh karyawan PT. Tesco Drilling Technology berbagi tanggung jawab untuk menciptakan keselamatan, kesehatan, dan juga tempat kerja yang produktif. Dengan menggunakan Top Drive dalam membuat lubang dan dapat mengurangi biaya proses pengeboran dengan memperbaiki cara manual, selain hal yang tersebut diatas kelebihan dari Top Drive tersebut adalah : 7

16 a. Pipa bor dapat diputar dan secara bersamaan lumpur bersikulasi pada saat melakukan pengeboran formasi. b. Pengeboran dapat dilakukan sampai dengan tiga sambungan (90 foot), sebagai pengganti satu buah pipa bor (30 foot). c. Membuat koneksi dengan mata bor secara langsung. Top Drive didesain untuk meningkatkan efisiensi dalam proses pengeboran dan mengurangi resiko terjadinya keruntuhan dalam formasi, mata bor dapat juga digunakan pada kondisi pengeboran yang sulit (menyimpang, horizontal, dan sumur-sumur yang tidak baik) dan lain-lain. Top Drive mudah dibawa, Tesco mengirim 1 unit Top Drive dalam 3 kontainer, masing-masing kontainer tersebut 20 foot, Top Drive dapat dipasang kurang dari 24 jam. Sebagai operator pemborong pemboran, manfaat dari penggunaan Top Drive dapat dirasakan langsung oleh para perusahaanperusahaan yang menggunakan Top Drive. 2.2 Pengertian Dasar Kualitas Jika kita mendengar kata kualitas, maka terlintas dalam benak kita akan suatu produk atau jasa yang sesuai dengan apa yang kita harapkan atau konsumen harapkan. Ketika suatu produk atau jasa memenuhi harapan atau keinginan kita, maka kita akan berpendapat bahwa hal produk atau jasa tersebut berkualitas. Banyak definisi yang berbeda dan variasi mulai dari konvensial sampai yang lebih strategi. Definisi konvensial dari kualitas biasanya menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti handal, mudah dalam penggunaannya, dan sebagainya. Sedangkan definisi untuk strategi yang 8

17 menyatakan bahwa kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan. Definisi kehandalan adalah suatu disiplin keilmuan untuk menjamin suatu sistem yang akan bekerja dengan baik berdasarkan fungsinya ketika dioperasikan pada tujuan, waktu dan lingkungan tertentu. Disiplin ilmu ini mencakup bekerjanya suatu sistem dalam siklus kehidupannya termasuk pengembangan, tes, produksi, operasi. Kehandalan dapat didefinisikan dalam beberapa hal : a. Ide untuk melakukan sesuatu dengan menyesuaiakan terhadap waktu. b. Kapasitas dari sebuah alat atau sistem untuk bekerja sesuai dengan desain. c. Ketahanan terhadap kegagalan dari sebuah alat atau sistem. d. Kemampuan sebuah alat atau sistem untuk melakukan kerja sesuai dengan fungsinya dibawah kondisi dan waktu tertentu. e. Probabilitas dimana sebuah unit fungsi akan bekerja sesuai dengan fungsinya. Atribut-atribut yang digunakan dalam pengukuran suatu kualitas akan berbeda untuk setiap perusahaan, tetapi pada umumnya atribut yang dipertimbangkan dalam pengukuran kualitas adalah sebagai berikut : 1. Kualitas Produk, yang mencakup : a. Performance, yang berkaitan dengan aspek fungsional dari produk. b. Features, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangan. c. Serviceability, berkaitan dengan pilihan-pilihan dan pengembangan. d. Reliability, berkaitan dengan tingkat kegagalan dalam penggunaan produk. e. confirmation, berkaitan dengan tingkat kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan sebelumnya berdasarkan keinginan pelanggan. 9

18 f. Durability, berkaitan dengan daya tahan atau masa pakai dari produk. g. Esthetics, berkaitan dengan desain dan pembungkusan dari produk. h. Kualitas yang dirasakan bersifat subjektif, berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam mengkonsumsi produk itu serperti meningkatkan harga diri, moral, dan lain-lain. 2. Dukungan purna-jual terutama yang berkaitan dengan waktu penyerahan dan bantuan yang diberikan mencakup beberapa hal berikaut ini : a. Kecepatan penyerahan, berkaitan dengan lamanya waktu antara lamanya waktu pelanggan memesan produk dan lamanya waktu penyerahan produk. b. Konsistensi, berkaitan dengan kemampuan memenuhi jadwal yang dijanjikan. c. Informasi, berkaitan dengan status pesanan. d. Tanggapan dalam keadaan darurat, berkaitan dengan kemampuan menangani permintaan-permintaan standar yang bersifat tiba-tiba. e. Kebijakan pengembalian, berkaitan dengan prosedur menangani barangbarang rusak yang dikembalikan pelanggan. 3. Interaksi antar karyawan dan pelanggan, mencakup : a. Ketepatan waktu, berkaitan dengan kecepatan memberikan tanggapan terhadap keperluan-keperluan pelanggan. b. Kesopanan dan tanggapan terhadap keluhan-keluhan, berkaitan dengan bantuan yang diberikan dalam menyelesaikan masalah-masalah yang diajukan pelanggan. 10

19 Parameter-parameter tersebut tidak berhubungan satu sama lain, oleh karena itu suatu produk dapat saja sangat baik pada salah satu parameter dan tidak begitu baik atau bahkan sangat buruk pada parameter lain. Berdasarkan parameterparameter diatas, maka diharapkan akan terpenuhi segala keinginan dan terpenuhinya spesifikasi-spesifikasi produk yang diharapkan oleh konsumen. 2.3 Definisi Kualitas Definisi kualitas dapat dilihat dari sisi negatif dahulu, yaitu kerugian konsumen sejak produk dikirimkam. Yang termasuk kedalam kerugian ini adalah biaya ketidakpuasan konsumen yang akan mengakibatkan kerugian reputasi dan niat baik perusahaan. Sebuah produk sudah mulai menimbulkan kerugian bukan hanya ketika berada diluar spesifikasi, tetapi juga ketika produk tersebut menyimpang dari nilai target. Kualitas yang dapat memenuhi kepuasan pada konsumen adalah : 1. Penyesuaian terhadap spesifikasi 2. Standart yang bisa diterapkan 3. Pemenuhan keinginan, kebutuhan, dan harapan konsumen dengan biaya yang kompetitif. 4. Segala sesuatu yang dapat memuaskan pelanggan atau sesuai dengan persyaratan dan kebutuhan pelanggan. 5. Konsistensi peningkatan dan penurunan variasi karakteristik produk, agar dapat memenuhi spesifikasi dan kebutuhan, guna meningkatkan kepuasan pelanggan internal maupun eksternal. 11

20 Kualitas didasarkan pada pengalaman aktual pelanggan terhadap produk dan jasa, diukur berdasarkan persyaratan pelanggan tersebut, dinyatakan atau tidak dinyatakan, disadari atau hanya dirasakan, dikerjakan secara teknis atau bersifat subyektif dan selalu mewakili sasaran yang bergerak dalam pasar yang penuh persaingan. Kualitas produk dan jasa dapat didefinisikan sebagai berikut, yaitu keseluruhan gabungan karakteristik produk dan jasa dari pemasaran, rekayasa, perakitan, dan pemeliharaan yang membuat produk dan jasa yang digunakan untuk memenuhi harapan-harapan pelanggan. 2.4 Pengendalian Kualitas Pengendalian kualitas adalah suatu sistem yang terdiri dari pengujian, analisis, dan tindakan-tindakan yang harus diambil dengan mengkombinasikan seluruh peralatan dengan teknik-teknik yang berguna untuk mengendalikan kualitas suatu produk dengan ongkos biaya minimum sesuai dengan keinginan konsumen. Pengendalian kualitas keseluruhan proses pengaturan melalui kinerja kualitas aktual, membandingkannya dengan standart yang berdasarkan perbedaan itu. Secara umum, pengendalian kualitas dapat diartikan sebagai sistem yang efektif untuk memadukan pengembangan, pemeliharaan dan upaya perbaikan kualitas, kerekayasaan, produksi dan jasa dapat berada pada tingkatan yang paling ekonomis sehingga pelanggan atau konsumen mendapatkan kepuasan penuh. 12

21 2.5 Pemeliharaan dan Perawatan Suatu proses pemeliharaan dan perawatan semua perlengakapan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengendaliaan. Pemeliharaan dan perawatan merupakan fungsi management yang menyangkut persoalan sehari-hari dalam hal menjaga dan menjamin agar seluruh perlengkapan tetap berada dalam kondisi yang baik dan selalu siap dipakai beroperasi. Untuk melengkapi semua itu perlu juga diketahui apa sebab dan akibatnya jika suatu kerusakan terjadi. Banyak kemungkinan terjadinya kerusakan, tetapi pada umumnya disebabkan oleh : a. Pengaruh keadaan cuaca (matahari, hujan, angin), sebagai contoh dapat disebutkan kerusakan pada isolasi kabel listrik yang panas atau temperatur yang tinggi menyebabkan cepatnya kerusakan kabel-kabel listrik tersebut. b. Proses pemakaian yang terus menerus sehingga menimbulkan getarangetaran, gesekan-gesekan ataupun kotoran-kotoran yang menyebabkan kerusakan atau tidak berfungsinya bagian-bagian mesin tersebut. c. Kelalaian, kesalahan yang dilakukan oleh operator dalam menggunakan, memasang dan memperbaiki mesin-mesin atau perlengkapan kerja. d. Pengaruh dari kerusakan kecil pada salah satu bagian mesin yang dapat menjadi sebab kerusakan yang lebih besar pada bagian mesin lainnya. e. Pengaruh dari debu sekalipun sangat halus, sering menyebabkan keausan pada bagian-bagian tertentu pada mesin. Kerusakan-kerusakan yang terjadi akan menimbulkan berbagai macam akibat yang merugikan bagi perusahaan maupun perusahaan yang memakai jasa perusahaan tersebut. Akibat dari pada kerusakan yang mungkin sering dialami 13

22 oleh perusahaan-perusahaan, beberapa diantaranya dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Kemacetan Operasi Apabila dari salah satu suku cadang dari mesin itu diperlukan tidak ada, maka hal tersebut dapat menghambat jalannya operasi yang mengakibatkan kerugian besar. 2. Kecelakaan Jika salah satu dari alat tersebut tidak baik, misalkan selang hidraulik pecah, karena selang tersebut bertekanan tinggi yang dapat mengakibatkan korban jiwa. 3. Kebakaran Kabel elektrik pada mesin yang dapat mengakibatkan sebagian atau seluruh mesin terbakar. 4. Kwalitas Barang Menurun Mesin-mesin yang kurang baik akan menghasilkan kualitas yang tidak baik, yang dapat merugikan perusahaan, maka mesin-mesin sebelum dipakai di tes fungsi terlebih dahulu dengan baik. Perawatan sangatlah penting untuk menjaga mesin-mesin berjalan dengan baik dalam beroperasi. 2.6 Jadwal Perawatan Jadwal perawatan adalah suatu penetapan dari rutinitas kerja, waktu dan tenaga yang dibutuhkan dalam suatu pelaksanaan pemeliharaan dan perawatan. Jadi semua pekerjaan pemeliharaan disusun menurut prioritasnya atau tahap 14

23 pelaksanaannya yang akan dilakukan dari jam atau hari, minggu ke minggu dan seterusnya sesuai dengan yang diperlukan. Untuk setiap pelaksanaannya ditetapkan : a. Apa yang harus dikerjakan b. Cara atau prosedur pengerjaannya c. Frekuensi pelaksanaannya d. Jumlah jam kerja yang dibutuhkan e. Tingkat keahlian dan keterampilan tenaga kerja f. Material, perkakas dan suku cadang yang dibutuhkan Dengan adanya rencana untuk semua pekerjaan perbaikan atau dalam mengecekan, dapat dikurangi atau dihindari penumpukan kerja disuatu saat kekosongan kerja disaat lain. Dalam menerapkan jadwal perawatan ini dapat dilihat sangat sederhana untuk menjaga mesin-mesin berjalan dengan baik dan terawat. Dengan adanya perawatan yang teratur diharapkan mesin juga tahan terhadap kerusakan-kerusakan, dan seorang mekanik sebagai yang menjaga mesin itu sendiri dapat mengetahui kapan mekanik itu sendiri bekerja dan mempersiapkan barang-barang yang akan digunakan. Pemeliharaan yang berarti suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan untuk menjaga suatu barang/alat atau memperbaikinya sampai pada suatu kombinasi yang dapat diterima. Pemeliharaan merupakan suatu fungsi dalam suatu proses operasi perusahaan yang sama pentingnya dengan fungsifungsi lain seperti produksi. Dalam usaha untuk dapat menggunakan terus fasilitas tersebut agar operasi mesin dapat terjamin, maka dibutuhkan kegiatan-kegiatan pemeliharaan yang meliputi kegiatan pengecekan, dan perbaikan atas kerusakan- 15

24 kerusakan, serta penggantian suku cadang pada mesin tersebut. Dalam masalah pemeliharaan ini perlu diperhatikan bidang pemeliharaan sehingga terjadi kegiatan pemeliharaan yang tidak teratur. peranan yang penting dari kegiatan, baru diingat setelah mesin-mesin yang dimiliki rusak dan tidak dapat berjalan sama sekali. Maka hendaknya kegiatan pemeliharaan harus betul-betul diperhatikan untuk dapat menjamin bahwa selama proses produksi berlangsung tidak terjadi terhenti operasi yang tidak direncanakan yang diakibatkan oleh kerusakan mesin atau fasilitas. 2.7 Tujuan Utama Perawatan Maksud utama dari suatu kegiatan perawatan adalah untuk memelihara keadaan suatu peralatan sedekat mungkin dengan adanya keadaan peralatan tersebut pada awal peralatan digunakan. Tugas bagian peralatan adalah merencanakan dan menjadwalkan pekerjaan-pekerjaan untuk menginspirasi tingkat kerusakan dan mencegah terputusnya kegiatan produksi sedemikian rupa hingga hal tersebut dapat menghemat biaya operasi. Pekerjaan yang ditugaskan pada bagian perawatan biasanya adalah penggantian dan pemasangan komponen serta melakukan perencanaan dan penjadwalan atas kegiatan tersebut. Jenis-jenis perawatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Perawatan korektif adalah tindakan perawatan yang tidak terencana. Perbaikan dan penggantian komponen dilakukan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi setelah ada kerusakan, akibat yang ditimbulkan oleh perawatan korektif, mungkin saja ongkos perbaikan melonjak drastis secara tiba-tiba. Cara yang dilakukan untuk menghindarkan ongkos perawatan yang 16

25 melonjak secara tiba-tiba adalah dengan cara menyediakan cadangan dan dengan cara melakukan perawatan preventif. 2. Perawatan preventif pada dasarnya bermaksud untuk mencegah terjadinya kerusakan secara tiba-tiba, dengan cara memperbaiki atau mengganti komponen yang kualitasnya menurun sebelum komponen itu rusak. Pada perawatan preventif diperlukan adanya suatu pemeriksaan berkala, sedemikian rupa hingga komponen yang berada dibawah suatu standart dapat diketahui secepat mungkin. 3. Perawatan predictiv adalah suatu tindakan pemeriksaan yang dilakukan secara teratur sebagai ukuran untuk mendeteksi suatu keadaan yang lebih memburuk. Tindakan perawatan predictiv meliputi pemeriksaan kegagalan atau kerusakan tersebut. Tindakan ini merupakan sebuah langkah awal untuk membuat sebuah pemeriksaan berkala yang dilakukan dalam perawatan preventif. Dalam hal ini diperlukan pedoman-pedoman dan metode yang berlaku untuk menganaliasa kegagalan. Konsep umum dalam perawatan pada dasarnya terbagi dalam tiga bagian, yaitu : 1. Membersihkan peralatan dari debu dan kotoran yang dianggap tidak perlu. Karena debu dan kotoran menjadi inti munculnya kerusakan pada peralatan dan juga mudah terjadinya kerusakan pada sistem itu sendiri. 2. Memeriksa bagian-bagian peralatan yang cukup kritis, juga terhadap unit instalasi yang perlu dilakukan harus secara teratur. 17

26 3. Memperbaiki bagian-bagian unit dan instalasi bila terdapat kerusakan sedemikian rupa sehingga instalasi tersebut mencapai standart semula dengan usaha dan biaya yang wajar. Adapun klasifikasi perawatan yang lebih mendekati kenyataan yang ada pada suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada mesin. Pada umumnya tahapan dari pada tindakan yang dijalankan terdiri dari : 1. Merasakan 2. Memeriksa 3. Mengencangkan 4. Membersihkan 5. Menyetel 6. Melumasi 2.8 Maksud dan Tujuan dari Perawatan Adapun maksud dan tujuannya adalah : a. Kemampuan beroperasinya Top Drive dengan baik dapat memenuhi kebutuhan sesuai dengan program. b. Untuk mencapai tingkat biaya perawatan serendah mungkin, dengan melaksanakan kegiatan perawatan secara efektif dan efisiensi secara keseluruhannya. c. Untuk membantu mengurangi pemakaian dan penyimpangan yang diluar batas dan menjaga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan selama waktu yang ditentukan sesuai dengan kebijaksanaan perusahaan. 18

27 d. Menjaga kualitas pada tingkat yang tepat untuk memenuhi apa yang dibutuhkan oleh produk itu sendiri dan kegiatan produksi yang tidak terganggu. e. Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada suatu fasilitas. Melalui pemanfaatan dari prosedur perawatan preventif yang baik antar koordinasi bagian produksi dengan bagian perawatan maka : - Biaya waktu produksi dapat diperkecil. - Biaya perbaikan yang mahal dapat dikurangi. 19

28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan tahap-tahap penelitian yang harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum melakukan penelitian terhadap pokok-pokok permasalahan dengan tujuan agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan mempermudah dalam analisa permasalahan yang ada. Dalam bab ini akan diuraikan tentang urutan langkah-langkah dalam penyusunan Tugas Akhir ini, mulai dari tahap awal yaitu penelitian pendahuluan, hingga tahap akhir yaitu kesimpulan dan saran. 3.1 Penelitian Pendahuluan Penelitian pendahuluan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan informasi-informasi yang dihadapi perusahaan. Penelitian pendahuluan yang dilakukan oleh penulis adalah dengan pengamatan langsung di bengkel PT. Tesco maupun di lokasi pengeboran, dan wawancara dengan pihak terkait dari perusahaan. Dari hasil penelitian inilah penulis dapat mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh perusahaan. 3.2 Langkah-langkah Dalam Menganalisa Perawatan Top Drive Penulisan ini merupakan penelitian terapan yang merekayasa rencana perawatan guna mendapatkan tingkatan atau batasan suatu alat dapat beroperasi dengan memperkirakan seberapa besar kegagalan yang terjadi. Sesuatu yang akan dibahas dalam rekayasa rencana perawatan ini adalah Top Drive. Alat ini sangat 20

29 berpengaruh sekali dalam membuat lubang, dengan adanya alat ini program yang direncanakan dapat berjalan lebih baik. Langkah-langkah dalam menganalisa perawatan Top Drive meliputi : a. Pengumpulan data. b. Analisa dan pengolahan atau pembahasan data, yaitu dengan menggunakan metode FMEA (Failure Mode And Effect Analysis) dan perhitungan statistik akan didapat resiko dan berapa lama kegagalan akan terjadi. c. Menarik kesimpulan dan memberikan saran-saran untuk mendapatkan sistem perawatan yang baik. Data-data diperoleh dengan cara wawancara dan pengamatan langsung di bengkel PT. Tesco maupun di lokasi pengeboran, sedangkan untuk data-data teoritis didapat dengan cara pembelajaran literatur dari buku-buku dan pedomanpedoman yang berhubungan dengan pembahasan. Untuk dapat mempermudah pelaksanaan maka diperlukan alur berfikir sebagai berikut : 21

30 Gambar 3.1 Bagan Alir Metode Penelitian PERUMUSAN MASALAH Setiap peralatan pasti memiliki potensi kegagalan yang akan terjadi TUJUAN PENULISAN - Mengetahui potensi kegagalan yang terjadi pada Top Drive (alat pengeboran) - Mengetahui tingkat resiko kegagalan (RPN) yang terjadi pada Top Drive PENGUMPULAN DATA DATA AWAL : - Wawancara - Pengamatan langsung Data Teoritis : - FMEA - Penulisan statistik ANALISA DATA Pengolahan dan Pembahasan data KESIMPULAN 22

31 3.3 Identifikasi Masalah Setelah dilakukan penelitian pendahuluan, baik melalui pengamatan langsung maupun wawancara dengan pihak perusahaan, didapatkan bahwa masalah yang dihadapi oleh PT. Tesco adalah sering terdapat kerusakan pada sistem hidrolik selama beroperasi. Oleh karena hal tersebut diperlukan pemecahan masalah untuk meminimasi jumlah cacat yang terjadi dengan mengidentifikasi semua sistem untuk kelancaran hidrolik yang paling banyak terdapat kegagalan, jenis-jenis kegagalan yang terjadi, faktor-faktor apa saja yang menimbulkan kegagalan dan efek yang ditimbulkan. 3.4 Failure Mode And Effect Analysis (FMEA) Failure Mode And Effect Analysis adalah metologi untuk menganalisa masalah-masalah yang terjadi yang mengkombinasikan teknologi dan pengalaman dari orang untuk mengidentifikasi penyebab kegagalan dari produk atau dapat juga diartikan sebagai suatu proses dan perancanaan untuk menghilangkan penyebab cacat atau kegagalan. Singkatan dari Failure Mode and Effects Analysis yang berarti : 1. Suatu grup aktivitas yang sistimatis yang bertujuan untuk mengenali dan mengevaluasi potensi kegagalan terhadap produk dan proses desain. 2. Suatu grup aktivitas yang sistematis yang bertujuan untuk mengidentifikasi tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan timbulnya potensi kegagalan. 23

32 3. Suatu grup aktivitas yang sistematis yang bertujuan untuk mengedokumentasi dan melakukan perbaikan terhadap produk, proses atau desain secara berkesinambungan. Proses FMEA yang cepat dan konsekuen dalam perancangan proses membuat ahli teknik dapat menghilangkan kegagalan dan menghasilkan produk yang tahan uji, aman serta membuat pelanggan puas. FMEA juga menggambarkan informasi yang digunakan untuk memperbaiki suatu produk. Dengan FMEA, ahli teknik dapat memperbaiki produk dalam tahapan proses produksi sehingga memberikan produk dengan daya tahan yang baik, aman dan memuaskan pelanggan. Ahli teknik menggunakan FMEA untuk : 1. Menggembangkan produk atau proses dengan meminimalisasi kegagalan yang terjadi. 2. Mengevaluasi perbaikan dari pelanggan atau pembeli lainnya dalam perancangan proses untuk menjamin kegagalan utama yang terjadi. 3. Mengidentifikasi perancangan dengan meminimalisasi penyebab kegagalan. 4. Mengembangkan metode dan tahapan untuk melakukan pengujian produk atau proses sehingga menjamin kegagalan akan dapat diatasi dengan baik. 5. Mengarahkan dan mengatur risiko utama dalam perancangan. 6. Menjamin bahwa kegagalan seharusnya terjadi tidak akan merugikan pelanggan. 24

33 Keuntungan Menggunakan FMEA : 1. Memperbaiki produk atau proses agar memiliki daya tahan dan kualitas. 2. Mengurangi resiko-resiko yang ber-potensi terhadap konsumen internal maupun external. 3. Memudahkan implementasi perubahan produk atau proses dengan biaya yang lebih murah, sekaligus mengurangi potensi kegagalan. 4. Identifikasi potensial produk, proses atau desain yang berhubungan dengan modus kegagalan. 5. Menilai dampak potensial akibat kegagalan terhadap konsumen. 6. Menekankan untuk mengatasi masalah utama yang terjadi. 7. Membuat kendali dan implementasi yang direncanakan sebelum timbul insiden. 8. Difokuskan untuk perbaikan pengujian dan pengembagan. 9. Merangking modus kegagalan berdasarkan resiko. 10. Membantu menemukan kelalaian, keputusan yang keliru dan kesalahan. 11. Menyediakan dasar pemecahan masalah, pelaporan dan tindakan koreksi maupun preventif. Potensi Modus Kegagalan (Potential Failure Mode) Potensi Modus Kegagalan digambarkan sebagai cara dimana suatu komponen, subsistem, atau sistem berpotensi gagal untuk memperoleh fungsi yang diharapkan dalam uraian equipment/fungsi. Asumsi dibuat bahwa kegagalan bisa terjadi tidak boleh/akan terjadi. 25

34 Potensi gaya kegagalan yang bisa terjadi hanya dibawah kondisi-kondisi operasi tertentu saja (yaitu : panas, dingin, kering, berdebu, dll) dan dibawah kondisi pemakaian tertentu harus dipertimbangkan. Pada kolom ini didaftar bagaimana komponen tersebut dalam mengalami kegagalan dalam menjalankan fungsi desain yang dimaksud. Hal ini dapat meliputi kegagalan dalam komponen lain didalam suatu sistem seperti fungsi desainnya. Setiap modus kegagalan yang mungkin dialami oleh komponen harus didata. Beberapa contoh modus kegagalan yang umum dapat dilihat dibawah ini : - Retak - Bocor - Terpisah. - Berubah bentuk - Menempel - Bergesekan - Korosi - Aus - Interferensi - Mengalami - Terpecah Komponen hubungan singkat Bergetar - Mengalami - Tergores Hubungan terbuka - Terbakar - Meleleh Modus kegagalan harus digambarkan dalam istilah fisik atau teknis. Modus kegagalan dapat diidentifikasi dengan melakukan pengamatan atas data garansi, laporan masalah kualitas, dan laporan pengujian atas alat tersebut. Selain itu, diskusi antara disiplin ilmu yang berbeda dapat membuka modus kegagalan yang mungkin terjadi. 26

35 Potensi Pengaruh Kegagalan (Potential Effect of Failure) Menggambarkan tentang pengaruh yang ditimbulkan dari potensi kegagalan, dalam hal ini mempengaruhi fungsi. Beberapa pengaruh akibat kegagalan yang mungkin, meliputi : - Penampilan yang buruk - Kebocoran - Operasi yang terputus-putus - Berisik pada mesin - Berminyak - Kasar - Membutuhkan tenaga yang besar - Tidak dapat dioperasikan - Bahaya keamanan - Bau yang tidak sedap - Dan lain-lain Modus kegagalan harus dapat menangani kegagalan yang dapat terjadi pada pemakaian yang tidak sesuai yang diisyaratkan pada spesifikasi. Kesalahan operasi normal dan penyalahgunaan oleh konsumen seperti menjatuhkan lampu dari meja, menjatuhkan perkakas dari atas tangga, dan sebagainya juga harus diidentifikasi. Tingkat Kekritisan (Severity (S)) Severity (fatal) adalah ranking yang berhubungan dengan efek yang paling serius untuk gaya kegagalan. Severity bisa disebut juga nilai tingkat kekritisan dari 27

36 akibat yang ditimbulkan terhadap konsumen maupun terhadap kelangsungan proses selanjutnya yang secara tidak langsung juga merugikan. Kekritisan memiliki tingkatan nilai yang relatif dan mempengaruhi didalam lingkup individu FMEA itu sendiri. Kekritisan harus diperkirakan menggunakan tabel sebagai petunjuk untuk menganalisa kegagalan yang diusulkan. Tabel 3.1. Akibat, Kriteria dan Ranking dari Severity Severity (S) Efek Efek Pemakaian Efek Perakitan Ranking Penuh resiko tanpa peringatan Penuh resiko dengan peringatan Sangat tinggi Tinggi Fatal yang sangat tinggi ketika suatu potensi gaya kegagalan mempengaruhi mesin pada saat beroperasi dan terjadi gagal tanpa peringatan Fatal yang sangat tinggi ketika suatu potensi gaya kegagalan mempengaruhi mesin pada saat beroperasi dan terjadi gagal dengan peringatan Bagian mesin tak bisa dioperasikan (hilangnya fungsi utama) Bagian engine yang dapat beroperasi tapi penampilan kurang, pemakaian sangat tidak puas Yang membahayakan operator (mesin/perakitan) tanpa peringatan Yang membahayakan operator (mesin/ perakitan) dengan peringatan Pada 100% tentang produk yang mungkin telah lama gagal pada bagian engine dalam perbaikan, pada saat waktu memperbaikinya lebih dari 1 jam Pada bagian produk yang mungkin telah disortir (kurang dari 100%) yang telah lama gagal, pada bagian engine dalam perbaikan dengan waktu memperbaiki antara setengah jam dan 1 jam

37 Severity (S) Efek Efek Pemakaian Efek Perakitan Ranking Sedang Rendah Sangat rendah Kecil Sangat kecil Tidak ada Bagian engine yang dapat beroperasi tapi bagian kenyamanan tak bisa dioperasikan, pemakaian tidak puas Bagian engine yang dapat beroperasi tetapi bagian kenyamanan yang dapat beroperasi dikurangi tingkat penampilannya Sesuai dan pada bagian akhirnya tidak sesuai, gagal yang dicatat oleh pemakaian (lebih besar dari 50%) Sesuai dan pada bagian akhirnya tidak sesuai, gagal yang di catat oleh pemakaian (lebih besar dari 50%) Sesuai dan pada bagian akhirnya tidak sesuai, gagal yang dicatat dengan perbedaan pemakaian (kurang dari 25%) Efek dapat dibedakan Pada bagian produk yang mungkin telah disortir (kurang dari 100%) yang telah lama gagal, pada bagian engine dalam perbaikan dengan waktu memperbaikinya kurang dari setengah jam Pada 100% tentang produk yang mungkin sedang dikerjakan tetapi off-line yang tidak untuk diperbaiki Pada produk yang telah disortir dengan tidak ada sisa yang (kurang dari 100%) akan dikerjakan kemudian Pada bagian produk yang telah dikerjakan lagi, dengan tidak ada sisa, on-line tetapi off-station Pada bagian produk yang telah dikerjakan lagi, dengan tidak ada sisa, on-line tetapi in-station Melalaikan yang tidak menyenangkan pada operasi ke operatoe, tidak ada efek Ref ( Potential Failure And Effect Analysis, Automotive Industry Action Group (AIAG) : 43). 29

38 Potensi Penyebab/Mekanisme Kegagalan (Potential Cause / Mechanism of Failure) Penyebab / mekanisme potensial kegagalan digambarkan sebagai suatu indikasi kelemahan disain. Penyebab / mekanisme harus didaftarkan dengan singkat dan dengan sepenuhnya / sedemikian mungkin sehingga usaha mengenai perbaikan dapat diarahkan pada penyebab bersangkutan. Kejadian (Occurrence (O)) Kejadian adalah mekanisme spesifik yang kemungkinan akan terjadi sepanjang hidup desain. Kemungkinan kejadian yang mempunyai jumlah untuk mengatur pada suatu maksud arti pada nilai relatif dibandingkan pada nilai mutlak. Pencegahan atau mengendalikan mekanisme gaya kegagalan melalui suatu perubahan proses desain satu-satunya cara pengurangan didalam kejadian untuk mengatur akibat dari kejadian. Melihat kemungkinan kejadian dari mekanisme potensial kegagalan dari 1 ke 10 skala. Suatu kejadian konsisten yang mengatur sistem harus digunakan untuk memastikan kesinambungan. Kejadian yang mengatur jumlah adalah yang akan dinilai didalam ruang lingkup FMEA dan tidak mencerminkan kemungkinan kejadian yang nyata. Tingkat kegagalan yang mungkin didasarkan pada banyaknya kegagalan yang diantisipasi sepanjang proses. Jika data statistik ada tersedia dari suatu proses serupa, data harus digunakan untuk mengatur menentukan kejadian. Dalam suatu kasus, suatu penelitian hubungan dapat dibuat oleh menggunakan uraian kata didalam kolom, bersama dengan data historis yang tersedia untuk proses serupa. 30

39 Tabel 3.2. Peluang Terjadinya Penyebab Kegagalan, Kriteria dan Ranking dari Occurrence Occurrence (O) Peluang Terjadinya Penyebab Kegagalan Sangat tinggi, kegagalan jarang tidak dapat dihindari Tinggi, terjadi pengulangan kegagalan Tingkat Kemungkinan Kegagalan Ppk Ranking >100 per seribu jam < per seribu jam per seribu jam per seribu jam Sedang, kadang-kadang 5 per seribu jam terjadi kegagalan Rendah, kegagalan yang seringkali terjadi Sangat kecil, kegagalan tak mungkin terjadi 2 per seribu jam per seribu jam per seribu jam per seribu jam < 0.01 per seribu jam Ref ( Potential Failure And Effect Analysis, Automotive Industry Action Group (AIAG) : 71). Pengendalian Yang Sedang Berjalan (Current Control) Kendali proses yang sedang berjalan adalah uraian kendali yang mana mencegah dari tingkat mungkin gaya kegagalan penyebab dari kegagalan dari yang terjadi, atau mendeteksi gaya penyebab kegagalan dari kegagalan yang sudah terjadi. Kendali ini dapat pengawasan proses seperti kekeliruan yang bukti, 31

40 atau dapat mengevaluasi. Evaluasi boleh terjadi dipokok materi operasi atau pada operasi yang berikiut ini : Ada dua jenis pengawasan proses untuk mempertimbangkan : 1. Pencegahan : Cegah penyebab kegagalan atau modus kegagalan dari yang terjadi, atau mengurangi kejadian kegagalan. 2. Pendeteksian : Deteksi penyebab kegagalan atau modus kegagalan, dan mendorong kearah tindakan korektif. Pendeteksian (Detection) Pendeteksian adalah ranking yang berhubungan dengan kendali pendeteksian yang terbaik mendaftar kolom proses pengawasan. Pendeteksian adalah ranking yang relatif yang mengatur, didalam ruang lingkup FMEA yang individu dan probabilitas bahwa kerusakan akan mengenai atau menjangkau konsumen. Dalam rangka mencapai suatu yang biasanya mengatur lebih rendah, biasanya pengawasan proses yang direncanakan harus ditingkatkan. Asumsikan kegagalan itu setelah terjadi dan kemudian menilai kemampuan dari semua proses yang sedang berjalan mengendalikan untuk mencegah pengiriman suku cadang yang mempunyai modus kegagalan untuk mendeteksi. Jangan secara otomatis mengira bahwa yang mengatur pendeteksian adalah rendah, sebab kejadian rendah adalah bagab pengawasan yang akan digunakan, tetapi menilai kemampuan pengawasan proses untuk mendeteksi frekuensi gaya kegagalan rendah untuk mencegah deteksi dari pada berbuat lebih banyak prosesnya. 32

41 Tabel 3.3. Kemungkinan Kesalahan Terdeteksi, Kriteria dan Ranking dari Detection Detection Ranking Keterangan 1 Penyebab cacat selalu jelas, sangat mudah untuk diketahui 2 Penyebab cacat jelas bagi indera manusia 3 Memerlukan inspeksi untuk mengetahui cacat yang terjadi Inspeksi yang hati-hati dengan menggunakan indera manusia untuk mengetahui cacat yang terjadi Inspeksi yang hati-hati dengan indera manusia untuk mengetahui cacat yang terjadi Memerlukan bantuan dan atau pembongkaran sederhana untuk mengetahui cacat yang terjadi Diperlukan inspeksi dan atau pembongkaran untuk mendeteksi penyebab cacat Diperlukan inspeksi dan atau pembongkaran yang kompleks untuk mengetahui penyebab cacat 9 Penyebab cacat kemungkinan besar tidak dapat dideteksi 10 Penyebab cacat tidak dapat dideteksi Ref ( Potential Failure And Effect Analysis, Automotive Industry Action Group (AIAG) :53 ). 33

42 Nilai Prioritas Resiko (Risk Priority Number) Nilai Prioritas Resiko adalah produk yang mengatur kefatalan, Risk Priority Number (RPN) merupakan hasil perkalian sistematis berdasarkan angka ranking dari severity, occurrence dan detection. Ref ( Potential Failure And Effect Analysis, Automotive Industry Action Group (AIAG) : 53). Perumusannya yaitu : RPN = (Severity) x (Occurrence) x (Detection) Nilai RPN ini digunakan untuk melakukan perbaikan dengan tindakan atau perancanaan kualitas. Nilai RPN yang tinggi diprioritaskan terlebih dahulu. Didalam ruang lingkup FMEA yang individu, yang akan dinilai (antara 1 sampai 1000) dapat digunakan untuk memproses hasil ranking dari hasil kesepakatan analisa (S), (O), (D). 34

43 Gambar 3.2 Spesifikasi Top Drive HMI SPECIFICATIONS: HMI (250 ton integrated swivel) Rated Capacity 250 ton 227 tonne Rated Power 475 hp 336 kw Weight (with swivel) 8,000 lbs kg Operating Length (incl. 8 links & elevators) 173 in mm Width 33 in. 838 mm Max. Drill Torque 21,000 ft-lb dan-m Make-up Torque 21,000 ft-lb dan-m Breakout Torque 23,500 ft-lb dan-m Max. Speed (with 2.19:1gears) 170 RPM 170 RPM Quill ID 2.25 in. 57 mm Power Unit (475 HP) Weight (approximate) 16,200 lb kg Length (c/w hose reel) 281 in mm Width 56 in mm 35

44 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Data Hasil Pengamatan Data hasil pengamatan langsung dari lapangan maupun wawancara penulis, didapat data kegagalan yang terjadi dalam beroperasinya Top Drive. Jenis kegagalan tersebut sebagai berikut : 1. Seal bocor Terjadi keausan pada poros yang mengakibatkan kebocoran pada seal. Penyebab ini bisa saja dikarenakan berjalannya mesin tersebut secara terus-menerus tanpa berhenti dan kurangnya perawatan dari sekitar mesin itu sendiri. 2. Sistem hidrolik Dalam beroperasinya Top Drive, banyak sekali kegagalan dalam sistem hidrolik. Dikarenakan, dalam beroperasinya Top Drive mendapatkan tekanan terusmenerus untuk memutarkan mata bor yang mengakibatkan temperatur dari hidrolik sistem tinggi. Dan yang harus diperhatikan selang-selang oli untuk mengahantarkan oli dari power unit ke Top Drive sering kali mengalami kerusakan dari dalam selang itu sendiri, yang akan masuk ke dalam sistem hidrolik yang mengakibatkan Top Drive tidak dapat berputar. 3. Sistem elektrik Pada saat pertama dimulainya operasi pengeboran, biasanya Top Drive bergoyang sangat kencang, dikarenakan beban Top Drive belum dapat diseimbangkan oleh pipa bor yang masuk ke formasi. Disinilah sistem elektrik sering bermasalah, dari masalah tersebut sering ditemukan koneksi-koneksi dari 37

45 elektrik tersebut terlepas, yang mengakibatkan sistem pada robotik maupun putaran tidak dapat berfungsi. Dari hasil pengamatan langsung yang sering terjadi kegagalan didalam beroperasinya Top Drive dan wawancara penulis, didapat data sebagai berikut : Tabel 4.1 Data Perkiraan Gaya Kegagalan Yang Terjadi No Jenis Kegagalan Waktu Terjadi 1 Seal bocor 0 2 Motor rinner aus 6 bulan 3 Bearing hidrolik cylinder rusak 2 bulan 4 Selang hidrolik rusak 12 bulan 5 Mud saver valve bocor 4 bulan 6 Packing rusak 0 7 Pompa hidrolik aus 0 8 Washpipe bocor 1 bulan 9 Sistem elektrik 0 10 Load collar retak 0 38

46 Gambar 4.1 Grafik Data Kegagalan Yang Terjadi Waktu terjadi (bulan) Dari data diatas akan dianalisa kejadian yang akan terjadi dalam 1 tahun (12 bulan), untuk membuat sebuah tabel FMEA (Failure Mode And Effect Analysis) dibutuhkan nilai-nilai severity (kekritisan), occurrence (kejadian), dan detection (deteksi). Nilai kekritisan dan deteksi akan didapat dengan mengasumsikan langsung dari jenis kegagalan dengan tingkatan untuk masing-masing kegagalan dalam tabel kekritisan dan deteksi yang akan ditetapkan. Sedangkan untuk memperoleh tingkatan nilai kejadian akan didapat dengan melakukan sebuah perhitungan statistik melalui distribusi normal, yaitu mencari nilai Ppk (Probability Process Control), setelah nilai 39

47 Ppk diperoleh kemudian Ppk tersebut diasumsikan dengan tingkatan nilai kejadian yang ada dalam tabel kejadian yang telah ditetapkan. 4.2 Mencari Tingkatan Nilai Kejadian (Occurrence) Dalam memperoleh nilai Ppk untuk mencari tingkatan nilai kejadian di gunakan rumus sebagai berikut : Ppk = Z 3 Ref. ( Potential Failure And Effect Analysis, Automotive Industry Action Group (AIAG) : 71). Dimana : Z = x - µ σ Ref. (Ronald E Walpole, Ilmu Peluang dan Statistika untuk Insinyur dan Ilmuan, ITB : 243 Dengan, µ = n. p σ 2 = n. p. ( 1- p ) atau σ 2 = n. p. q keterangan : Ppk = Probability proses control Z = Distribusi normal x = Waktu terjadi 40

48 p = Peluang kegagalan pertahun ( X /12) <---> probabilitas yang sukses n = Frekuensi kegagalan dalam satu tahun q = Probabilitas yang gagal ( q-1-p) σ = Simpangan baku µ = Nilai tengah 1. Seal bocor x = 0 p = x /12 = 0 /12 = 0 q = 1 - p = 1-0 = 1 n = 0 µ = n. p = 0 σ 2 = n. p. q = = 0 σ = 0 = 0 Z = x = = 0 Ppk = Z 0 = = Jadi untuk jenis kegagalan seal bocor memiliki tingkatan nilai occurrence:

49 2. Motor rinner aus x = 6 p = 12 x = 12 6 = 2 1 q = 1 P = = 2 1 n = 2 µ = n. p = = 1 σ 2 = n. p. q = (2). ( 2 1 ). ( 2 1 ) = 2 1 σ = 0, 5 = 0.7 x Z = = 6 1 = 7,14 0,7 Z 7,14 Ppk = = 3 3 = 2,38 Jadi untuk jenis kegagalan pada motor rinner memiliki tingkatan nilai occurrence = 1 3. Bearing hidrolik cylinder rusak x = 2 p = 12 x = 12 2 = 6 1 q = 1 - p = =

50 n = 6 µ = n. p = (6). ( 6 1 ) = 1 σ 2 = n. p. q = (6) ( 6 5 ) = 0,83 σ = 0, 83 = 0,91 Z = x = 2 1 = 1,09 0,91 Ppk = Z 1.09 = 3 3 = 0,36 Jadi, untuk jenis kegagalan pada bearing cylinder hidrolik yang rusak memiliki tingkatan nilai occurrence = Selang hidrolik rusak x = 12 x 12 p = = = q = 1 - p = 1-1 = 0 n = 1 µ = n. p = 1. 1 = 1 σ 2 = n. p. q = = 0 σ = 0 = 0 43

51 Z = x = = = Ppk = 3 Z = 3 0 = 0 Jadi untuk jenis kegagalan selang hidrolik yang rusak memiliki tingkatan nilai occurrence = Mud saver valve bocor x = 4 p = 12 x = 12 4 = 3 1 q = 1 - p = = 3 2 n = 3 µ = n. p. (3). 3 1 = 1 σ 2 = n. p. q = (3). ( 3 1 ). ( 3 2 ) = 0,66 σ = 0, 66 = 0,81 Z = x = 4 1 = 3,7 0,81 Z 3,7 Ppk = = 3 3 = 1,23 44

52 Jadi untuk jenis kegagalan Mud saver valve bocor memiliki tingkatan nilai occurrence = 3 6. Packing rusak x = 0 p = 12 x = 12 0 = 0 q = 1- p = 1-0 = 1 n = 0 µ = n. p = 0 σ 2 = n. p. q = (0). (0). (1) =0 σ = 0 = 0 Z = x = = 0 Ppk = 3 Z = 3 0 = 0 Jadi untuk jenis kegagalan packing rusak memiliki tingkatan nilai occurrence: Pompa hidrolik aus x = 0 p = 12 x = 12 0 = 0 q = 1- P = 1 0 = 1 45

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS

BAB III. FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS FMEA Pada Sepeda Motor Honda Absolute Revo Produksi Tahun 2009 39 BAB III FAILURE MODE and EFFECT ANALYSIS 3.1 Pengertian FMEA Adalah sebuah proses analisa untuk mengetahui penyebab terjadinya kegagalan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISA DATA 4.1. Menentukan Nilai Severity, Occurrence, Detection dan RPN 4.1.1 Oli dan Filter Hidrolik Kotor Kerusakan pada oli dan filter hidrolik dapat menyebabkan kenaikan temperature

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengertian Perawatan (Maintenance) Perawatan di suatu industri merupakan salah satu faktor yang penting dalam mendukung suatu proses produksi yang mempunyai daya saing di pasaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri atau perindustrian merupakan sebuah kegiatan ekonomi yang tidak hanya melakukan pengolahan bahan baku menjadi produk yang memiliki nilai lebih dalam penggunaannya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi

BAB 2 LANDASAN TEORI. karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kualitas Kualitas merupakan ukuran yang tidak dapat didefinisikan secara umum, karena apabila diterapkan secara rinci antara produsen dan konsumen akan terjadi perspektif yang

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI

BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI 56 BAB V ANALISA DAN INTEPRETASI Pada Bab ini dibahas tahap Analyze (A), Improve (I), dan Control (C) dalam pengendalian kualitas terus menerus DMAIC sebagai langkah lanjutan dari kedua tahap sebelumnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Setiap produk diharapkan dapat memenuhi kebutuhankebutuhan konsumen. Salah satu hal yang menjadi kebutuhan konsumen yaitu kualitas produk yang digunakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini setiap perusahaan yang bergerak di bidang sejenis dihadapkan pada tingkat persaingan yang semakin ketat dengan perubahanperubahan yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 55 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Diagram Alir Penelitian Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian 56 3.2 Langkah-langkah Penelitian Dalam melakukan penelitian, terdapat beberapa kegiatan untuk dapat

Lebih terperinci

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009

ANALISIS DATA. Universitas Indonesia. Peningkatan kualitas..., Wilson Kosasih, FT UI, 2009 ANALISIS DATA 4.1 FASE ANALISA Fase ini merupakan fase mencari dan menentukan akar sebab dari suatu masalah. Kemudian, dilakukan brainstroming dengan pihak perusahaan untuk mengidentifikasi akar permasalahan

Lebih terperinci

FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1

FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1 ISSN 1979-2409 FMEA SEBAGAI ALAT ANALISA RISIKO MODA KEGAGALAN PADA MAGNETIC FORCE WELDING MACHINE ME-27.1 Iwan Setiawan Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, Kawasan Puspiptek, Serpong ABSTRAK FMEA SEBAGAI

Lebih terperinci

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB III LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Setelah mengevaluasi berbagai data-data kegiatan produksi, penulis mengusulkan dasar evaluasi untuk mengoptimalkan sistem produksi produk

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA. Dari hasil pengamatan langsung dan dokumen maintenance didapat datadata

BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA. Dari hasil pengamatan langsung dan dokumen maintenance didapat datadata BAB IV PENGUMPULAN DAN ANALISA HASIL PENGOLAHAN DATA 4.1 Data dan Analisa Hasil Pengamatan Dari hasil pengamatan langsung dan dokumen maintenance didapat datadata sebagai berikut: Tabel 4.1 Data Hasil

Lebih terperinci

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI

BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI BAB VI PERAWATAN DI INDUSTRI Tenaga kerja, material dan perawatan adalah bagian dari industri yang membutuhkan biaya cukup besar. Setiap mesin akan membutuhkan perawatan dan perbaikan meskipun telah dirancang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian ini adalah proses produksi di PT. XY, sedangkan objek penelitian ini adalah perbaikan dan meminimalisir masalah pada proses produksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah atau kerangka pikir yang akan dijalankan pada penelitian ini. Tujuan dari pembuatan metodologi penelitian ini adalah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tahap Pendahuluan Tahap pendahuluan terdiri dari empat langkah utama yaitu pengamatan awal, perumusan masalah, menentukan tujuan penelitan dan menentukan batasan masalah.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh para konsumen dalam memenuhi kebutuhannya. Kualitas yang baik BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kualitas Kualitas merupakan aspek yang harus diperhatikan oleh perusahaan, karena kualitas merupakan aspek utama yang diperhatikan oleh para konsumen dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya kemajuan suatu negara dapat ditinjau dari peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya kemajuan suatu negara dapat ditinjau dari peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya kemajuan suatu negara dapat ditinjau dari peningkatan kemajuan industri. Seiring berjalannya era globalisasi dan kemajuan teknologi seperti saat ini,

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut :

BAB V ANALISA HASIL. terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : BAB V ANALISA HASIL 5.1 Jenis Cacat Dari pengolahan data yang telah dilakukan, maka diambil 3 jenis cacat terbanyak dari Transmission Case (XCR) adalah sebagai berikut : a. Bocor (35,8%) Jenis cacat bocor

Lebih terperinci

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah

Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah Bab 3 Metodologi Pemecahan Masalah 3.1. Flowchart Pemecahan Masalah Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka sebelumnya penulis membuat perencanaan tentang langkah-langkah pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Perancangan Kerja Perancangan kerja merupakan disiplin ilmu yang dirancang untuk memberikan pengetahuan mengenai prinsip dan prosedur yang harus dilaksanakan dalam upaya memahami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini dijabarkan tentang tinjauan pustaka yang digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan permasalahan yang ada. II.1 Sejarah FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) Didalam

Lebih terperinci

Teknik Pemboran. Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc.

Teknik Pemboran. Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc. Teknik Pemboran Instruktur : Ir. Aris Buntoro, MSc. TEKNIK PEMBORAN Mengenal operasi pemboran dalam dunia minyak dan gas bumi Mengenal 5 komponen peralatan pemboran dunia minyak dan gas bumi, yaitu : Power

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan dalam rangka mempertahankan atau mengembalikan suatu peralatan pada

BAB II LANDASAN TEORI. dilakukan dalam rangka mempertahankan atau mengembalikan suatu peralatan pada 24 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Maintenance Defenisi dari maintenance adalah suatu kombinasi dari semua tindakan yang dilakukan dalam rangka mempertahankan atau mengembalikan suatu peralatan pada

Lebih terperinci

MAKALAH PELATIHAN PENGOPERASIAN MESIN SANGRAI MLINJO

MAKALAH PELATIHAN PENGOPERASIAN MESIN SANGRAI MLINJO MAKALAH PELATIHAN PENGOPERASIAN MESIN SANGRAI MLINJO I b M KELOMPOK INDUSTRI KECIL PENGRAJIN EMPING MLINJO DI BEJI, PAJANGAN KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Oleh : Aan Ardian ardian@uny.ac.id

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 MOTOR DIESEL Motor diesel adalah motor pembakaran dalam (internal combustion engine) yang beroperasi dengan menggunakan minyak gas atau minyak berat sebagai bahan bakar dengan

Lebih terperinci

Pembimbing : Bpk. Ir Arie Indartono MT Bpk. Projek Priyongo SL ST MT

Pembimbing : Bpk. Ir Arie Indartono MT Bpk. Projek Priyongo SL ST MT BAB 1 BAB 2 PRESENTASI SIDANG TUGAS AKHIR ANALISA KEANDALAN PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH DENGAN METODE FAILURE MODE EFFECT & ANALYSIS (FMEA) DALAM MERENCANAKAN STRATEGI PREVENTIVE MAINTENANCE (Studi

Lebih terperinci

BABI. baik adalah sesuai atau cocok dengan spesifikasi yang diinginkan. pelanggan, maka perusahaan melakukan perbaikan kualitas secara

BABI. baik adalah sesuai atau cocok dengan spesifikasi yang diinginkan. pelanggan, maka perusahaan melakukan perbaikan kualitas secara BABI PENDAHULUAN Di era globalisasi sekarang ini, persaingan antar perusahaan semakin ketat baik dibidangjasa dan manufaktur. Tujuan utama dari perusabaan adalah untuk mendapatkan profit yang sebesar-besamya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN PRODUK Produk merupakan sesuatu yang dapat dirasakan manfaatnya oleh konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Perusahaan dituntut untuk menciptakan suatu produk yang sesuai

Lebih terperinci

ARINA ALFI FAUZIA

ARINA ALFI FAUZIA ARINA ALFI FAUZIA 6507040029 IDENTIFIKASI RESIKO PADA DAPUR INDUKSI MENGGUNAKAN METODE FMEA (FAILURE MODES AND EFFECT ANALYSIS) DAN RCA (ROOT CAUSE ANALYSIS) SERTA EVALUASI MANAJEMEN TANGGAP DARURAT (STUDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pembagian 17 mesin di PT. Dwi Indah Divisi Plastik (Sumber : Divisi Plastik PT. Dwi Indah)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Pembagian 17 mesin di PT. Dwi Indah Divisi Plastik (Sumber : Divisi Plastik PT. Dwi Indah) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang PT. Dwi Indah merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi plastik dan berbagai olahan kertas. Beberapa jenis produk olahan yang dihasilkan PT. Dwi Indah adalah

Lebih terperinci

Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y

Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y Ryan Raharja, Faisal E.Yazid, Abdul Hamid Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Abstrak Pada operasi pemboran

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Tahap Define Adapun persentase produk cacat terbesar periode September 2012 s/d Desember 2012 terdapat pada produk Polyester tipe T.402 yaitu dengan persentase

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang

BAB V ANALISA DATA Tahap Analyze. Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang BAB V ANALISA DATA 5.1. Tahap Analyze Pada tahap ini penyusun akan menganalisis hambatan dan kendala yang terjadi pada perusahaan yang telah menurunkan keuntungan dan merugikan perusahaan. Alat yang digunakan

Lebih terperinci

PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) DALAM PERENCANAAN KEGIATAN PADA MESIN BOILER DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI.

PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) DALAM PERENCANAAN KEGIATAN PADA MESIN BOILER DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI. PENERAPAN RELIABILITY CENTERED MAINTENANCE II (RCM II) DALAM PERENCANAAN KEGIATAN PADA MESIN BOILER DI PT PG CANDI BARU SIDOARJO SKRIPSI Oleh : NURAHADIN ZAKI ROMADHON NPM. 0632010165 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

Lebih terperinci

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d.

Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Pengukuran Kapabilitas Proses produksi kacang garing Cont d. Langkah Tindakan Persamaan Hasil 1 Proses apa yang ingin diketahui? Produk kacang garing 2 Berapa jumlah Standart inventory (safety stock )?

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan ini dapat memiliki dampak yang positif dan negatif bagi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan terlebih dahulu, agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Kualitas produk textile merupakan suatu hal yang sangat penting yang mampu membuat perusahaan semakin berkembang dan unggul di pasar komoditi textile ini. Perusahaan yang memiliki kualitas produk

Lebih terperinci

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA)

Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Analisis Keandalan Pada Boiler PLTU dengan Menggunakan Metode Failure Mode Effect Analysis (FMEA) Weta Hary Wahyunugraha 2209100037 Teknik Sistem Pengaturan Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up

ABSTRAK. Kata kunci: analisa moda dan efek kegagalan, pakan ternak, pengendalian kualitas, mix up 1 ANALISA MODA DAN EFEK KEGAGALAN UNTUK MENGURANGI RISIKO TERJADINYA CACAT MIX UP PADA PAKAN TERNAK (Studi Kasus di PT. CHAROEN POKPHAND INDONESIA - semarang) Noor Charif Rachman; Dyah Ika Rinawati; Rani

Lebih terperinci

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ

UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK MELALUI ANALISIS JENIS CACAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE FMEA PADA PT XYZ ABSTRACT - Farid Juliyanto 1, Evi Yuliawati Teknik Industri, e-mail 1 : farid.juliyanto@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daya saing dalam era globalisasi pada perusahaan dan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Daya saing dalam era globalisasi pada perusahaan dan industri yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daya saing dalam era globalisasi pada perusahaan dan industri yang semakin maju, industri konveksi pun semakin berkembang pesat mengikuti irama pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di era globalisasi adalah dengan memperhatikan masalah kualitas, kualitas

BAB I PENDAHULUAN. di era globalisasi adalah dengan memperhatikan masalah kualitas, kualitas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu kunci sukses memenangkan persaingan industri kedepan di era globalisasi adalah dengan memperhatikan masalah kualitas, kualitas merupakan karakteristik produk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Mutu Karakteristik lingkungan dunia usaha saat ini ditandai oleh perkembangan yang cepat disegala bidang yang menuntut kepiawaian manajemen dalam mengantisipasi setiap

Lebih terperinci

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat dijabarkan kesimpulan yang merupakan akhir dari proses penelitian ini yaitu sebagai berikut: 1) Jenis cacat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. berperan penting dalam perusahaan selain manajemen sumber daya manusia, BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Manajemen Operasi 2.1.1 Konsep Manajemen Operasi Manajemen operasi merupakan salah satu fungsi bisnis yang sangat berperan penting dalam perusahaan

Lebih terperinci

PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENJUALAN ALAT ALAT LISTRIK DENGAN METODE SIX SIGMA ( Studi kasus pada PT. X )

PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENJUALAN ALAT ALAT LISTRIK DENGAN METODE SIX SIGMA ( Studi kasus pada PT. X ) PENGUKURAN KUALITAS PELAYANAN TERHADAP PENJUALAN ALAT ALAT LISTRIK DENGAN METODE SIX SIGMA ( Studi kasus pada PT. X ) Oleh : CHANDRA SARIPUTTRA 0732015003 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik itu perusahaan penghasil barang maupun perusahaan penghasil jasa.

BAB I PENDAHULUAN. baik itu perusahaan penghasil barang maupun perusahaan penghasil jasa. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan dalam dunia bisnis semakin hari semakin ketat terjadi, salah satunya adalah dalam sektor industri, dimana terdapat persaingan yang ketat antara perusahaanperusahaan,

Lebih terperinci

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh:

Dengan memanfaatkan prosedur maintenance yang baik, dimana terjadi koordinasi yang baik antara bagian produksi dan maintenance maka akan diperoleh: Preventive maintenance adalah suatu pengamatan secara sistematik disertai analisis teknis-ekonomis untuk menjamin berfungsinya suatu peralatan produksi dan memperpanjang umur peralatan yang bersangkutan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam berkembangnya di dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi saat ini, berbagai macam kebutuhan di dunia industri sangat diperlukan suatu alat kontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam suatu perusahaan atau industri pasti menggunakan suatu peralatan untuk mencapai suatu tujuan. Peralatan tersebut dapat berupa mesin yang bekerja sendiri

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI

IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI IDENTIFIKASI WASTE DILANTAI PRODUKSI DENGAN PENERAPAN LEAN MANUFACTURING DI PT ISTANA TIARA SURABAYA SKRIPSI DISUSUN OLEH : WAHYU EKO NURCAHYO 0632010198 JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi seperti saat ini, terutama dapat dilihat melalui kondisi masyarakat dunia yang semakin berhubungan, juga saling terkait satu sama lain dalam berbagai

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT KHI Pipe Industry bergerak pada produksi pipa. Penelitian ini diawali dengan bahwa masih terdapat keterlambatan pengiriman pada pelanggan yang mencapai 15% dari total pengiriman yang dilakukan

Lebih terperinci

V-6. Struktur Organisasi PT JAYA METAL GEMILANG. Lampiran 1.

V-6. Struktur Organisasi PT JAYA METAL GEMILANG. Lampiran 1. V-6 Struktur Organisasi PT JAYA METAL GEMILANG Lampiran 1. V-7 Lampiran 2. Kuesioner Penentuan Nilai Severity, Occurrence dan Detection dari Modus Potensi Kegagalan pada FMEA KUESIONER Nama Responden :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan kapasitas kecil hingga berkapasitas sangat besar dapat menjadi indikator

BAB I PENDAHULUAN. dengan kapasitas kecil hingga berkapasitas sangat besar dapat menjadi indikator BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dengan banyaknya pembangunan gudang-gudang industri, mulai dari gudang dengan kapasitas kecil hingga berkapasitas sangat besar dapat menjadi indikator perkembangan

Lebih terperinci

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB III

Perancangan Mesin Pengangkut Produk Bertenaga Listrik (Electric Low Loader) PT. Bakrie Building Industries BAB III BAB III PERANCANGAN MESIN PENGANGKUT PRODUK BERTENAGA LISTRIK (ELECTRIC LOW LOADER) PT. BAKRIE BUILDING INDUSTRIES 3.1 Latar Belakang Perancangan Mesin Dalam rangka menunjang peningkatan efisiensi produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada era saat ini, perekonomian adalah salah satu sektor pembangunan yang penting dan harus benar-benar diperhatikan dalam suatu negara. Apalagi

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 26 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 MESIN SILENT CUTTER TYPE SCR-250S Mesin cutter ini menggunakan motor listrik sebagai penggerak utama dan V-belt untuk mentransmisikan daya dari poros yang satu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini diawali dengan permasalahan tingginya tingkat NPL (Non Performing Loan) di PT BPR SIP yang telah beroperasi sejak tahun 1993. Masalah di atas diidentifikasi disebabkan oleh tidak

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK. Tata letak pabrik adalah tempat kedudukan dari bagian-bagian pabrik yang

VII. TATA LETAK PABRIK. Tata letak pabrik adalah tempat kedudukan dari bagian-bagian pabrik yang VII. TATA LETAK PABRIK A. Tata Letak Alat dan Pabrik Tata letak pabrik adalah tempat kedudukan dari bagian-bagian pabrik yang meliputi tempat bekerja karyawan, tempat penyimpanan bahan baku, dan produk

Lebih terperinci

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN

Tabel 4.1 Hasil Skor RPN. No. Moda Kegagalan (Failure Mode) Skor RPN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengolahan data dengan menggunakan Metode FMEA dilakukan dengan melalui beberapa tahap, yaitu: 1. Mengidentifikasi moda kegagalan potensial

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 25 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PRODUKSI Dalam perkitan hydraulic power unit ada beberapa proses dari mulai sampai selesai, dan berikut adalah alur dari proses produksi Gambar 4.1

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Pada metodologi pemecahan masalah mempunyai peranan penting untuk dapat membantu menyelesaikan masalah dengan mudah, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan menjelaskan latar belakang dilakukannya penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Umum Forklift Elektrik Nichiyu FB20-75C Forklift elektrik Nichiyu FB20-75C adalah salah satu produk dari Mitsubishi Nichiyu Forklift CO., LTD. Forklift ini merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meminimisasi terhambatnya proses produksi jika terjadi kerusakan.

BAB I PENDAHULUAN. meminimisasi terhambatnya proses produksi jika terjadi kerusakan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan PT Pancakarsa Bangun Reksa (PBR) merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang jasa konsultan, desain dan konstruksi, mekanikal, sipil, dan elektrikal

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau

BAB V ANALISA HASIL. permukaan material terlihat bercak atau noda keputih-putihan. Bercak atau BAB V ANALISA HASIL 5.1 Definisi Cacat a. Belang Dari hasil pengolahan data sebelumnya terlihat bahwa jenis cacat belang merupakan jenis cacat terbanyak. Jenis cacat belang merupakan jenis cacat dimana

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN 5.1 Jenis Cacat Berdasarkan hasil dari diagram pareto yang telah dibuat, dapat dilihat persentase masing-masing jenis cacat, yaitu cacat Haze dengan persentase sebesar

Lebih terperinci

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma...

2.2 Six Sigma Pengertian Six Sigma Sasaran dalam meningkatkan kinerja Six Sigma Arti penting dari Six Sigma... ABSTRAK Persaingan dunia industri semakin ketat, mendorong para pelaku industri untuk makin giat melakukan berbagai hal untuk tetap bertahan. Salah satu yang terpenting adalah kualitas produk yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Manajemen 3.1.1 Definisi Manajemen Definisi manajemen sangat luas, sehingga pada faktanya tidak ada defenisi yang digunakan secara konsisten oleh semua orang. Adapun bebrapa

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Perkembangan teknologi yang semakin pesat memacu industri-industri terus berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkannya. Dalam bidang

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Dasar evaluasi untuk mengoptimasi sistem produksi percetakan koran Lampung Post pada PT. Masa Kini Mandiri yaitu dengan menggunakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Penelitian Metodologi penelitian perlu ditentukan agar di dalam mencari solusi untuk memecahkan masalah lebih terarah dan mempermudah proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pemborosan menjadi suatu hal yang hampir selalu terjadi di setiap perusahaan, baik perusahaan logistik, perusahaan manufaktur, perusahaan jasa, ataupun perusahaan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES Start Pemeriksaan awal per periodik Ada kerusakan Lepas wick assy dari TM Penggantian wick assy baru N Perbaikan Wick Assembly Y Tes Lubricator sesuai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Dasar dari Kualitas Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda, dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional dari

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh :

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : TUGAS AKHIR Perancangan Multi Spindel Drill 4 Collet Dengan PCD 90mm - 150mm Untuk Pembuatan Lubang Berdiameter Maksimum 10 mm Dengan Metode VDI 2221 Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai

Lebih terperinci

Lampiran 1: Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan

Lampiran 1: Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan Lampiran : Tugas dan Tanggung Jawab Karyawan Pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing jabatan dalam PT. Bintang Persada Satelit secara garis besar adalah sebagai berikut:. Direktur Direktur

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN PENJADWALAN PERAWATAN MESIN DIVISI PIPA (STUDY KASUS DI PT. X)

Seminar Nasional IENACO 2015 ISSN PENJADWALAN PERAWATAN MESIN DIVISI PIPA (STUDY KASUS DI PT. X) PENJADWALAN PERAWATAN MESIN DIVISI PIPA (STUDY KASUS DI PT. X) Robert Triatmaja 1*, LM.Hadi Santosa 2, Ig.Joko Mulyono 3 1,2,3 Program Studi Teknik Industri,Fakultas Teknik Universitas Katolik Widya Mandala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini dunia usaha dihadapkan pada era globalisasi dimana pasar tidak lagi hanya dimasuki oleh pesaing domestik saja tetapi juga didatangi oleh

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ

ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ Jurnal Teknik dan Ilmu Komputer ANALISIS PENYEBAB KECACATAN PADA SAAT PROSES ASSEMBLY PEMASANGAN KOMPONEN MESIN MOTOR BERJENIS K15 DENGAN METODE FMEA PADA PT XYZ CAUSES OF DEFECT ANALYSIS IN THE ASSEMBLY

Lebih terperinci

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah

BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN. pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah BAB V PENGOLAHAN DATA DAN PERBAIKAN Pembahasan pada bab ini menanalisa hasil pendefinisian permasalahan pada define dan hasil pengukuran (measure) pada permasalahan yang telah ditetapkan. 5.1 Analyze Dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjelasan umum mesin Mesin adalah alat mekanik atau elektrik yang mengirim atau mengubah energi untuk melakukan atau membantu pelaksanaan tugas manusia. Dalam hal ini, mesin

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG DESAIN SISTEM CATU DAYA DARURAT UNTUK REAKTOR DAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR, Menimbang

Lebih terperinci

LAPORAN PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN MESIN BOR BANGKU BERPENGGERAK PNEUMATIK

LAPORAN PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN MESIN BOR BANGKU BERPENGGERAK PNEUMATIK LAPORAN PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN MESIN BOR BANGKU BERPENGGERAK PNEUMATIK Oleh : 1. BAYU FEBRIANTO L0E 006 016 2. DANNY HARNANTO L0E 006 020 3. EKO WAHYU Y. L0E 006 033 4. HASBI ASIDIQI L0E 006 036 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa

BAB V HASIL DAN ANALISIS. Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Pembahasan FTA (Fault Tree Analysis) Penyebab dari kegagalan yang dialami oleh APU unable to start atau tak bisa dinyalakan. Dari beberapa penyebab yaitu: Test cell power lost

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian

BAB II LANDASAN TEORI. pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain. Pengertian BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Kualitas Ada banyak sekali definisi dan pengertian kualitas, yang sebenarnya definisi atau pengertian yang satu hampir sama dengan definisi atau pengertian yang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan untuk mengoptimalkan seluruh sumber daya yang dimiliki dalam menghasilkan produk dengan kualitas

Lebih terperinci

ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI

ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI ANALISA RESIKO DALAM USAHA MENGELOLA FAKTOR RESIKO SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS DAN KUANTITAS PRODUK JADI Ni Luh Putu Hariastuti Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jurusan Teknik Industri Jl.

Lebih terperinci

JE65 PERLINDUNGAN PENTING. Alat Pengambilan Sari / Ekstraktor Jus 2 Kecepatan

JE65 PERLINDUNGAN PENTING. Alat Pengambilan Sari / Ekstraktor Jus 2 Kecepatan Alat Pengambilan Sari / Ekstraktor Jus 2 Kecepatan PERLINDUNGAN PENTING Saat menggunakan peralatan elektronik, untuk mengurangi resiko kebakaran, sengatan listrik, dan/atau cedera ke seseorang, tindakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry.

BAB I PENDAHULUAN. persaingan ketat antar industri khususnya industri rumahan atau home industry. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Era globalisasi ini telah membawa banyak dampak ke semua negara, termasuk Indonesia khususnya karena banyak sekali industri baik yang berskala besar maupun

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 23 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi mengenai Kualitas Saat kata kualitas digunakan, kita mengartikannya sebagai suatu produk atau jasa yang baik yang dapat memenuhi keinginan kita. Menurut ANSI/ASQC Standard

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI ABSTRAK PT Kandakawana Sakti bergerak pada bidang pengecatan yang berspesialisasi pada pengecatan body motor Honda. Penelitian ini diawali dengan masalah tingginya produk cacat yang dihasilkan dan kegagalan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3 METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif menunjukkan penelitian melalui penelitian lapangan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian Indonesia saat ini berada dalam situasi yang bergejolak, berubah sangat cepat, dan sulit untuk diprediksi. Keadaan ini merupakan kelanjutan

Lebih terperinci

Minimalisasi Kegagalan Sirkulasi Pengembalian Feed pada Mesin Pellet di PT Charoen Pokphand Indonesia Feedmill

Minimalisasi Kegagalan Sirkulasi Pengembalian Feed pada Mesin Pellet di PT Charoen Pokphand Indonesia Feedmill Minimalisasi Kegagalan Sirkulasi Pengembalian Feed pada Mesin Pellet di PT Charoen Pokphand Indonesia Feedmill Stefanie Mariana Linardi 1, Tanti Octavia 2 Abstract: One of the most common problem happened

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ball Bearing merupakan komponen permesinan yang sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Ball Bearing merupakan komponen permesinan yang sering mengalami BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ball Bearing merupakan komponen permesinan yang sering mengalami penggantian yang disebabkan oleh keausan atau masa pakai yang sudah tercapai, dalam prakteknya alat

Lebih terperinci