Alpha, Beta Automatic Transaxle

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Alpha, Beta Automatic Transaxle"

Transkripsi

1 Alpha, Beta Automatic Transaxle 1 Training Support & Development

2 1. Pembukaan 1.1 Umum Transmisi otomatis Alpha, Beta dipasang pada kendaraan yang menggunakan mesin alpha atau beta. Yang mana transmisi jenis ini digunakan untuk kendaraan kecil seperti Getz, Accent, Cerato dan lainnya. Diproduksi dan dimodifikasi dari seri KM oleh jepang sehingga sistim pengontrol dan susunan mekanisnya tidak berbeda dengan A/T alpha dan beta. Transmisi otomatis Alpha, Beta mempunyai kesamaan struktur mekanis dan hydraulic, electronic control system. Hanya saja maximum input torque untuk otomatis transmisinya berbeda karena alpha dan beta engine mempunyai perbedaan torque dan power pada mesinnya. Pada buku manual training ini, yang akan dijelaskan hanya pengembangan transmisi otomatis alpha sebagai contoh yang dipakai pada kendaraan saat ini. [Alpha, Beta AT] Transmisi otomatis pertama kali dipakai pada Hyundai Scoupe dengan nama SLC(Sports Looking Car) dan dengan kode A4AF1. Berikut ini adalah aturan yang harus dipahami untuk bisa mengerti kode pada otomatis transmisi - A4AF1, 2,3: A: Automatic transaxle, 4: 4speed, A: Alpha, 1: Developing order - A4BF1,2: A: Automatic transaxle, 4: 4speed, B: Beta, 1: Developing order Transmisi otomatis alpha advanced (A4AF3) dan beta advanced (A4BF2) sudah dipakai pada Hyundai Accent dan Coupe sejak Training Support & Development

3 1.2 Spesifikasi Item Model code A/T Type T/C Type Keterangan A4AF3 (Advanced alpha), A4BF2 (Advanced beta) Electronically controlled 4-speed FF type 3Elements, 2Phases, 1Stage Exterior Torque (Kg m) 15 (Alpha), 22 (Beta) Spec. Weight(Kg, Wet) 78.2 Length (mm) Width (mm) 481 Gear ratio / / / / (1 st /2 nd /3 rd /4 th /R) Skip shift 4 th 2 nd gear Engine Stall speed (RPM) 2,500±200 T/C Stall torque ratio Friction elements 3C2B1F (3Clutches 2Brakes 1OWC): 1-band, 4-multiple disc type 3Clutches: Front clutch, Rear clutch, End clutch 2Brakes: Low & reverse brake, Kick-down brake (Band type) Application Planetary gear Solenoid valve ATF (L) HMC: Accent, Getz, Matrix, Elantra, X-3 & RD (from 2000MY) KMC: Cerato, C-CAR 1 Ravinoux type planetary gear set with long and short pinion 6 Solenoid valves (3-PWM, 3-ON/OFF) 2-Pressure control solenoid valves (PWM) 1-Damper clutch control solenoid valve (PWM) 3-Shift control solenoid valve (ON/OFF) Diamond SP-3 (6.7L) 3 Training Support & Development

4 2. Mechanical System 2.1 Components [Section View] Fungsi Komponen 4 Training Support & Development

5 Thrust bearing & Races * Tabel Shim yang tersedia O.D I.D Code No. O.D I.D Code No # # # # # # # # # # # # # Training Support & Development

6 2.1.1 Front Clutch Front clutch bekerja pada gigi percepatan 3 posisi D dan R. Saat bekerja, reverse sun gear dari planetary gear berputar. Power flow: Input shaft Rear clutch retainer Front clutch Kick-down drum Reverse sun gear Long pinion Ring gear Transfer driven gear Front clutch 6 Training Support & Development

7 Membongkar Tekan return spring menggunakan SST dan lepaskan snap ring untuk melepas return spring Snap ring - Pemeriksaan Snap ring (selective) Reaction plate Clutch disc Round side - Bagian plate yang tirus harus menghadap kebawah. - Plate yang bergigi jarang harus searah. - Jika clutch akan dipakai kembali harus di rendam dalam ATF minimum 2 jam sebelum dipasang. - Pengecekan Endplay 50N - Cek end play dengan menekan clutch reaction plate sebesar 50N(5kg, 11lbs) Standard value: mm - Jika clearance yang diperoleh melebihi spesifikasi, setel dengan memilih snap ring yang tepat. 7 Training Support & Development

8 2.1.2 Rear Clutch Rear clutch bekerja pada gigi percepatan 1 ~ 3 pada posisi D/2/L. Saat bekerja, forward sun gear dari planetary gear berputar. Power flow: Input shaft Rear clutch retainer Rear clutch Rear clutch hub Forward sun gear Short pinion Ring gear Transfer driven gear Rear clutch 8 Training Support & Development

9 Snap ring (selective) Thrust race Rear clutch piston Clutch disc D-ring Rear clutch retainer Snap ring D-ring Wave spring Return spring Clutch plate Clutch reaction plate Seal ring * Return spring berubah menjadi Coil spring dari tipe plate menjadi tipe spring sejak advanced alpha dan beta automatic transaxle. (A4AF3, A4BF2) Pengecekan Endplay 50N - Cek end play sambil mendorong clutch reaction plate dengan tekanan sebesar 50N(5kg, 11lbs) Nilai Standard : mm - Jika clearance-nya melebihi spesifikasinya aturlah dengan memilih snap ring yang tepat End Clutch End clutch bekerja pada gigi percepatan 4 (Sesungguhnya, end clutch sudah mulai bekerja mulai dari gigi percepatan 3. ini hanya untuk menghaluskan perpindahan ke gigi percepatan 4 ). Saat bekerja, planetary carrier berputar. Power flow: Input shaft End clutch retainer End clutch End clutch hub End clutch shaft Planetary carrier Ring gear Transfer driven gear 9 Training Support & Development

10 End clutch Memeriksa Endplay 50N - Cek end play sambil menekan clutch reaction plate sebesar 50N(5kg, 11lbs) Nilai Standard : mm - Jika clearance yang didapat melebihi spesifikasinya setel lah dengan memilih snap ring yang tepat. Pasang thrust washer pada return spring end 10 Training Support & Development

11 Clutch plate Snap ring Washer Piston End clutch retainer Snap ring Snap ring (selective) D-ring Return spring Clutch reaction plate Clutch disc * Return spring berubah menjadi Coil spring dari tipe plate menjadi tipe spring sejak advanced alpha dan beta automatic transaxle. (A4AF3, A4BF2) End clutch tersusun oleh kick-down brake band, drum, servo piston dan servo switch. Bekerja pada saat gigi percepatan ke 2 & 4. Saat bekerja, reverse sun gear dari planetary gear diam. Power flow: Kick-down brake Kick-down drum hold Reverse sun gear hold Kick Down Brake 11 Training Support & Development

12 Tipe kick down brake adalah tipe band ; yang terdiri dari kickdown band, drum, kickdown servo, switch dan anchor. Disaat tekanan yang kedua terjadi di sisi chamber kickdowm servo cylinder, piston kickdown dan rod bergerak kekiri, tightening the brake band to hold the kickdown drum. As a result, the reverse sun gear (interlocked with the kickdown drum) is held. This brake functions during 2nd gear and during overdrive. Kickdown servo switch mendeteksi posisi kickdown piston tepat sebelum brake diaktifkan, dan mengirimkan signal ke transaxle control module. Dengan menggunakan signal ini, transaxle control module mengontrol kedua 2nd pressure sebelum, dan selama pengoperasian brake. Pada langkah initial control atau hingga tepat sebelum kickdown brake diaktifkan, tekanan kedua yang lebih besar disuplai ke kickdown servo sehingga kickdown piston con bergerak cepat untuk mendapatkan respon yang cepat bahwa kondisi kickdown sudah terdeteksi. Pada langkah kontrol kedua atau ketika brake diaplikasikan, 2nd pressure diatur pada optimum level sehingga band mengencang pada drum sesuai dengan kekencangan yang pantas untuk mendapatkan kickdown yang baik. Adjust rod To TCM Kickdown servo S/W 12 Training Support & Development

13 Movement of K/D servo Kickdow ndrum Kickdown A1: K/D servo sepenuhnya dilepas, sehingga K/D drum dapat berputar dengan bebas. A2: K/D servo mulai bertautan dengan K/D band. A3: K/D drum Mulai berhenti. A4 A3 A2 A1 Kickdown Ketika K/D drum bertautan 1. K/D servo bergerak dari A1 ke A2 dengan cepat dan tekanan tinggi 2. untuk mengurangi getaran, K/D servo bergeser dari titik A2 ke A3 dengan tekanan yang relatif rendah. K/D servo bergerak sangat cepat untuk mengencangkan K/D drum dengan tekanan yang tinggi. No. Cause Symptom Analysis Remedy Remarks 1 Looseness of K/D band Engine RPM sharply increase (Run-up) F/C is released prior to Adjust K/D K/D band engaged. (1st servo rod gear state) See note 2 Air exhaust plug cap separated - Shock when shift from 1st to 2nd and from 3rd to 4th gear - 3rd gear hold K/D piston can't move forward. (K/D band slippage) Replace air exhaust plug cap Checking method : repeated shifting from 3rd to 4th or opposite (O/D sw ON-OFF) Service Point Catatan: Penyetelan Kickdown servo 1. Bersihkan sekitar kickdown adjusting screw dari semua kotoran dan material yang terkontaminasi yang menempel. 2. Kendurkan lock nut. 3. Kendurkan dan kencangkan adjust screw dua kali dengan kunci moment 5Nm (3.6lb.ft). 4. Kendurkan lagi adjust screw 3 hingga 3-1/3 putaran. 5. Kencangkan lock nut sesuai dengan pengencangannya. Lock nut : 15-25Nm ( kg.cm, 11-18lb.ft) Sebelum melakukan pemasangan, oleskan sealant (DC780) di tengah bagian adjust screw. 13 Training Support & Development

14 Low & Reverse brake bekerja pada gigi 1 posisi L dan R. Saat bekerja, planetary carier diam Power flow: Low & Reverse brake Planetary carrier hold Low & Reverse Brake [LR Brake Piston] - Service point No. Cause Symptom Analysis Remedy Remarks 1 Pressure plate misselected Shock generated during "L" or "R" shift - Reverse drive impossible - Stall RPM too high (Clutch slippage) C1 actuation point (delayed proper endplay) B2 actuation point (d elayed: wave spring + proper end play) B2 actuation point moved Select the proper pressure plate N R shift (C1,B2) t(sec) 14 Training Support & Development

15 Rear side Return spring Brake plate Center support Piston Pressure plate (Selective) Brake disc Brake reaction plate Hydraulic pressure Low-reverse brake adalah tipe multiple disc yang tersusun oleh center support, disc plates dan piston. Pengereman dilakukan pada saat gigi percepatan 1 posisi L atau Mundur. Menahan carier pada planetary gearing set. Sehingga, shafts dari long dan short pinions tertahan.. Pengecekan * Pasang snap ring. * Sebagai catatan bagian achir snapring yang terbuka harus lurus dengan lubang pemasangan pulse generator A. Installation hole of pulse generator A (before 94MY) 15 Training Support & Development

16 2.1.5 One Way Clutch (O.W.C) One-way clutch adalah bertipe sprag dan tidak termasuk diantara pinion carrier dan center support. Pada 1st gear (D atau 2 range), long pinion berputar searah jarum jam. One way clutch akan Menghambat gaya kecenderungan carrier untuk berputaran searah dengan putaran tersebut. Hasilnya, long pinion meneruskan gaya tersebut ke annulus gear. Carrier, yang berpasangan dengan one-way clutch outer race, akan berputar bebas searah jarum jam. Pada kondisi engine braking saat annulus gear berputar pertama kali, carrier berputar searah jarum jam dengan bebas dan, karenaitu, pengaruh engine braking tidak diperoleh. OWC Service point No. Cause Symptom Analysis Remedy Remarks 1 O.W.C wear or damaged Forward drive impossible Planetary carrier rotates reverse Replace O.W.C Checking method : Drive is possible at "L" range 16 Training Support & Development

17 2.1.6 Planetary Gear Planetary gear set yang dipakai pada transaxle ini terdari satu forward sun gear, satu reverse sun gear, satu short pinion, satu carrier untuk menopang pinion dan annulus gear. Reverse sun gear dihubungkan ke front clutch retainer melalui kickdown drum, sedangkan forward sun gear dihubungkan ke rear clutch hub. Carrier dibuat dalam satu kesatuan dengan brake hub yang ada pada low reverse dan outer race yang ada pada one-way clutch. Carrier dihubungkan ke end clutch via melalui end clutch shaft. Annulus gear dimana output flange dihubungkan, menyalurkan tenaga penggerak (driving force) ke transfer drive gear yang dipasang pada output flange. Dan parking sprag dipasang pada bagian luar annulus gear. Planetary gear tipe ravigneaux terdiri dari dua sun gears, yang masing-masing saling Parking sprag One-way clutch Long pinion Forward sun gea Reverse sun gea Planetary carrier Output flange Short pinion Annulus gear bertautan d engan dari dua planetary pinion gears dengan single carrier, dan single annulus gear yang bertautan dengan satu set pinions. Kedua sun gear tersebut disebut dengan forward dan reverse sun gears. Agar gear tersebut bisa bekerja, maka dipasang power input pada kedua sun gear ini. Power dikeluarkan melalui annulus gear yang mempunyai parking sprag pada bagian luarnya. Ada bermacam elemen penahan yang dipasang di dalam gear set. Rasio planetary gear tipe Ravigneaux Planetary gear tipe ravigneaux mempunyai pinion gear ganda untuk menaikkan rasio gear dan sudah dipakai pada model Alpha, KM series dan F4AEL-K. 17 Training Support & Development

18 1) Pada poin dasar C, arah putaran FSG dan RSG adalah berlawanan. juga AG dan RSG arahnya berlawanan. 2) Jarak dari titik C Jarak A - C: rasio gigi forward sun gear. Jarak A - B: rasio gigi annulus gear. Jarak A - D: ratio gigi reverse sun gear. 3) Jika garis putus posisinya diatas garis A-D, itu artinya arah putarannya ke depan. Jika ada dibawah, artinya arah putarannya ke belakang. Dan jika posisinya ada digaris A-D, artinya dalam keadaan berhenti. 4) Poin B, annulus gear artinya putaran output. A (FSG) B (AG) C (Carrier) 1/74 1/34 D (RSG) 1/26 1 st gear operating elements: R/C (FSG), OWC (Carrier) A A(FSG) B B(AG) C(Carrier) D(RSG) 1/74 1/34 1/26 18 Training Support & Development

19 1) Point C harus ditempatkan di garis A-D, karena OWC mengunci carrier. 2) FSG berputar dengan jumlah jarak dari A ke A. 3) Pada saat tersebut AG berputar dengan jumlah jarak dari B ke B. 4) RSG berputar dengan arah berlawanan dibandingkan FSG. 5) Menggunakan persamaan segitiga, X : 1 = 1/26 : 1/74 X=2.846 X 1/26 1 1/74 2 nd Gear 2 nd gear operating elements: R/C (FSG), K/D (RSG) A B A(FSG) B(AG) C(Carrier) D(RSG) 1/74 1/34 1/26 1) Poin D harus ditempatkan digaris A-D, karena K/D mengunci RSG. 2) FSG berputar sebanyak jarak dari A ke A. 3) Pada saat tersebut AG berputar sebanyak jarak B ke B. 4) Menggunakan persamaan segitiga, 19 Training Support & Development

20 X 1/26 1 1/74 X : (1/26+1/34) = 1 : (1/74+1/34) X= /34 4 th Gear (Overdrive) 4 th gear operating elements: E/C (Carrier), K/D (RSG) B C A(FSG) B(AG) C(Carrier) D(RSG) 1/26 1/74 1/34 1) Poin D harus ditempatkan di garis A-D, karena K/D mengunci RSG. 2) Carrier berputar sebanyak jarak dari C ke C. 3) Pada saat tersebut AG berputar sebanyak jarak dari B ke B. 4) Menggunakan persamaan segitiga, 1 : (1/74+1/34) = X : 1/34 X= X 1/26 1/74 1/34 20 Training Support & Development

21 Reverse Gear Reverse gear operating elements: F/C (RSG), L&R brake (Carrier) D A(FSG) B(AG) 1/26 B C(Carrier) 1/74 1/34 1) Poin C harus ditempatkan di garis A-D, karena L&R brake mengunci Carrier. 2) RSG berputar sebanyak jarak dari D ke D. 3) Pada saat tersebut AG berputar sebanyak jarak dari B ke B. 4) Menggunakan persamaan segitiga, 1 : 1/74 = X : 1/34 X=2.177 X 1/26 1 1/74 1/ Mekanisme Parking brake Pada saat shaft berada di posisi range P, maka parking pawl akan mengait dengan parking sprag yang ada pada bagian luar annulus gear untuk mengencangkan output shaft, agar roda tidak berputar. Dengan kata lain, ketika select lever ditempatkan di posisi range P, maka detent plate dan parking sprag rod akan bergerak dengan arah sesuai dengan anak panah, menyebabkan cam pada parking sprag rod mendorong parking pawl agar mengait dengan sprag. 21 Training Support & Development

22 Apabila parking pawl berbenturan dengan bagian kepala sprag, maka hanya rod saja yang bisa bergerak karena parking pawl tidak bisa bergerak ke depan, dan cam ketika menekan spring, akan berbenturan dengan parking pawl dan support sehingga kondisinya tertahan. Jika dalam kondisi ini mobil dijalankan meskipun hanya sedikit, maka roda yang berputar menyebabkan annulus gear ikut berputar. Selama cam ditekan mengikuti arah panah, maka parking pawl akan didorong begitu sprag sejajar lurus dengan parking sprag untuk mengait dengan sprag. Dengan ini, mekanisme parking akan menahan kendaraan agar tidak dapat bergerak pada saat mobil dalam keadaan diam atau idling. No. Cause Symptom Analysis Remedy Remarks 1 Calking due to cam broken Forward and/or reverse drive impossible intermmittently Parking sprag locks the annulus gear due to drifted cam Replace parking sprag rod 2 Detent ball Looseness of manual Detent plate not fixed separated lever properly Install detent ball 22 Training Support & Development

23 2.2 Power flow Selector lever position Gear Clutches Brakes position F/C R/C E/C K/D L&R OWC Remarks P Parking R Reverse N Neutral D O/D S/W ON O/D S/W OFF First Second Third Fourth 2 First Second L First Notation : - Engine start possible - Element engaged in each gear position - Parking mechanism - Pre-engaged element Untuk semua kondisi perpindahan gigi, transaxle menggunakan certain holding unit. Untuk mengetahui elemen holding mana yang sedang dipakai dan bagaimana mereka terkoneksi di dalam transaxle, kita bisa menelusuri power flow untuk masing-masing perpindahan gigi di dalam transaxle. Satu set pinions, short pinions, bertautan dengan reverse sun gear. Satu set lainnya adalah long pinions, bertautan dengan kedua forward sun gear dan annulus gear. Kedua set pinions juga bertautan dengan pasangan lainnya. Pinion carrier dibuat dalam satu kesatuan dengan low reverse brake hub dan outer race yang ada pada one-way clutch. Power dimasukkan juga pada kedua sun gears. Reverse sun gear dihubungkan ke front clutch retainer melalui kick-down drum. Forward sun gear dihubungkan ke rear clutch hub. Sehingga dengan mengaitkan front atau rear clutch, power diarahkan ke reverse sun gear atau forward sun gear. Ketika kedua front dan rear clutches bertautan, maka gear set akan terkunci, dan power lewat melalui transaxle. Power dikeluarkan melalui annulus gear, yang mempunyai parking sprag pada bagian luarnya dan dihubungkan ke output flange. 23 Training Support & Development

24 1 st Gear ( D and 2 range) Operating elements: Rear Clutch, One-Way Clutch Rear clutch dan one-way clutch bertautan. Kerja rear clutch adalah memutar forward sun gear searah jarum jam. Putaran forward sun gear menggerakkan ring gear (annulus gear) melalui pinion gears. Pada saat tersebut, planetary carrier mencoba untuk bergerak ke arah kebalikan dari jarum jam dikarenakan panjangnya pinion. Namun one-way clutch menahan putaran carrier ke arah jarum jam, seluruh power disalurkan ke ring gear (annulus gear). Sebaliknya, power dari ring gear (annulus gear) disalurkan kembali ke planetary carrier. Pada saat tersebut carrier berputar kearah jarum jam mengakibatkan power hilang. Engine brake tidak bekerja. 24 Training Support & Development

25 1 st Gear ( L range) Operating elements: Rear Clutch, Low & Reverse Brake st Pada range gear L 1, rear clutch dan low & reverse brake bertautan. Planetary carrier mengunci. Seluruh power disalurkan ke ring gear (annulus gear) melalui pinion gears. Dalam kondisi tersebut power disalurkan dari ring gear kembali ke planetary carrier. carrier tidak bisa berputar lagi, dan engine brake tidak bekerja. 25 Training Support & Development

26 2 nd Gear ( D and 2 range) Operating elements: Rear Clutch, Kick Down Brake Pada gear 2 nd rear clutch dan kick down brake bertautan. Kerja rear clutch adalah memutar forward sun gear searah jarum jam. Putaran forward sun gear menggerakkan ring gear melalui pinion gears. Pada saat tersebut, reverse sun gear dikunci oleh kick down brake. Long pinion gear berputar mengelilingi sun gear. Kecepatan ring gear (annulus gear) lebih cepat dari 1 st gear. 26 Training Support & Development

27 3 rd Gear ( D range) Operating elements: Front Clutch, Rear Clutch, End Clutch Pada gigi ke 3 rd front clutch dan rear clutch bertautan. End clutch bertautan hanya untuk persiapan ke gigi 4 th dengan tujuan mengurangi gejala kejutan pada saat perpindahan gigi dari 3-4. namun end clutch tidak menyalurkan power pada gear 3 rd. Power disalurkan ke forward sun gear dan reverse sun gear. Forward sun gear dan reverse sun gear berputar dengan arah yang sama. Pada saat tersebut, short pinion gear dan long pinion gear terkunci, planetary gear set berputar dalam satu kesatuan unit. Kecepatan input langsung disalurkan ke ring gear (annulus gear). 27 Training Support & Development

28 - 4 th Gear ( D range) Operating elements: Front Clutch, Rear Clutch, End Clutch th Pada gear 4, end clutch dan kick down brake bertautan. Power disalurkan ke planetary carrier oleh end clutch. Pada saat tersebut, reverse sun gear dikunci oleh kick down brake dan long pinion gear berputar mengelilingi reverse sun gear. Kecepatan ring gear (annulus gear) lebih cepat sebanyak reverse sung gear dibandingkan dengan kecepatan gear 3 rd gear. 28 Training Support & Development

29 - R range Operating elements: Front Clutch, Low & Reverse Brake Front clutch dan low & reverse brake bertautan. Power disalurkan ke reverse sun gear danberputar searah jarum jam. Planetary carrier dikunci oleh low & reverse brake. Putaran reverse sun gear memutar long pinion gears dengan arah kebalikan dari jarum jam. Dan ring gear (annulus gear) yang bertemu dengan long pinion gears berputar sebaliknya. Dalam kondisi tersebut power disalurkan dari ring gear kembali ke planetary carrier. Dan tidak bisa berputar lagi, engine brake tidak bekerja. 29 Training Support & Development

30 2.3 Shift range Pilih pola perpindahan posisi transaxle secara manual yang biasa dipilih oleh. Transaxle ini menyediakan 6 posisi: P-R-N-D-2-L. Berikut adalah penjelasan mengenai fungsi dari masing-masing posisi. P-Parking (1) Setiap elemen tidak bekerja sama sekali. Karena itulah output mesin tidak disalurkan ke output shaft. (2) Output shaft dikunci oleh mekanisme alat ini. Karena itulah mobil tidak bergerak ke ke depan maupun ke belakang. (3) Mesin bisa dihidupkan. R-Reverse (1) Mobil bergerak ke arah belakang. (2) Mesin tidak bisa dihidupkan. N-Neutral (1) Output mesin tidak disalurkan ke output shaft sama seperti pada posisi P. (2) Mesin dapat dihidupkan. D-Drive (1) D Perpindahan gigi secara otomatis antara gigi 1 dan 4 mengikuti accelerator pedal yang ditekan ke bawah (i.e. throttle opening) dan kecepatan kendaraan. Namun dengan catatan, th khusus untuk bisa masuk ke gigi 4, overdrive control switch harus dalam ke adaan ON. Perpindahan gigi secara otomatis (ke atas atau ke bawah) dilakukan berdasarkan pola perpindahan gigi. (2) Driving-off (kendaraan diam) selalu dilakukan pada gigi 1st. (3) Kickdown mengacu pada perpindahan gigi ke bawah yang dilakukan ketika accelerator pedal ditekan namun bebannya melebihi titik down shift. Fungsi ini berguna pada saat pengemudi melakukan aksekekerasi mendahului mobil di depannya. (4) Engine brake tidak berfungsi ketika posisi perpindahan ada di gigi 1st. (5) Pada saat mobil diberhentikan, gigi tertahan di posisi gigi 2 untuk mengurangi kecepatan laju merayap dan juga getaran. 30 Training Support & Development

31 2-Second (1) 2 perpindahan gigi secara otomatis antara gigi 1 dan 2. Artinya perpindahan giginya tidak bisa sampai ke gigi 3. (2) Driving-off (keadaan diam) dilakukan pada gigi ke 1. (3) Penurunan gigi ke gigi 2 atau 3 dilakukan dengan memilih range 2 ketika mobil sedang melaju di gigi 3 dan 4, sehingga mencapai kecepatan mobil lebih rendah dari angka yang telah di set. (4) Sama seperti range D, engine brake tidak bekerja ketika perpindahan ada di gigi ke 1. L-Lock Up (1) Ketika L (Lock up) melakukan penurunan gigi dari 2 ke 1, maka gigi tidak bisa dinaikkan dari gigi ke 1 ke 2, 3. kemampuan ini disebut dengan 1st gear holding atau penguncian pada gigi ke 1. (2) Driving-off dilakukan pada gigi ke 1. Fungsi engine brake bisa dilakukan dikarenakan posisinya ada di gigi ke 1. (3) Dengan memilih range L ketika mobil sedang melaju di range D atau 2, penurunan gigi dari gigi ke 4 ke gigi 3, gigi 3 ke gigi 2 dan gigi 2 ke gigi 1 dilakukan pada saat kecepatan kendaraannya sudah mencapai batasan yang telah diset untuk masing-masing posisi gigi. 31 Training Support & Development

32 3. Hydraulic Control System (1) Tekanan hidrolis ketika gigi dipindahkan akan mengait clutch dan memberikan efek pengereman, yang kerjanya diatur oleh pressure control valve. Tekanan hidrolis yang bekerja pada pressure control valve kemudian diatur oleh pressure control solenoid valve yang fungsi kerjanya dikontrol oleh transaxle control module. Transaxle control module mengontrol solenoid valve melalui duty control, yang kemudian memberikan pengaturan tekanan hidrolis yang tepat. (2) Transaxle control module menentukan periode waktu perpindahan gigi (selama perpindahan giginya dilakukan oleh kontrol tekanan hidrolis) berdasarkan perubahan kecepatan putaran kickdown drum yang terdeteksi. Module dapat mengenali waktunya pada saat sebelum kickdown brake dijalankan dan menggunakannya sebagai waktu untuk inisiali kontrol pada tekanan hidrolis yang akan diberikan ke kickdown brake. (3) TCM mendeteksi rasio perubahan momen (rasio perubahan kecepatan turbin di dalam torque converter). Jika input torque lebih besar dari torque yang telah diset di dalam TCM, maka TCM akan mengontrol duty pada PCSV dan merubah tekanan olinya. Gejala Shift shock akan dihilangkan dengan torque control. Rasio perubahan torque yang diberikan akan berbeda berdasarkan masing-masing polanya. (4) Pada saat transaxle dalam keadaan dingin, maka tingkat kekentalan pelumasnya akan tinggi menyebabkan respon tekanan olinya lebih lambat. Dalam kondisi seperti ini, transaxle control module akan mengkoreksi tekanan oli tersebut dengan cara merubah control duty yang ada pada pressure control solenoid valve. Kontrol ini dilakukan ketika temperatur pelumas yang ketahui oleh oil temperature sensor lebih rendah dari 60 derajat celcius. (5) Setelah mesin dihidupkan dan kendaran bergerak melaju, transaxle control module akan terus memperbaiki performanya agar perpindahan giginya menjadi halus. 1. Hydraulic control system terdiri dari satu oil pump untuk menghasilkan tekanan hidrolis untuk A/T. Oil pump ini juga mempunyai katup dan solenoid valves untuk mengontrol tekanan hidrolis atau switch saluran oli. Katup dan solenoid valves ini dipasang di dalam valve body. 2. Agar perpindahan giginya halus, tekanan rear clutch dikontrol secara terpisah, perpindahan gigi loncat dari gigi 4 th 2 nd bisa dilakukan dan line pressure pada gigi 3 rd /4 th dikurangi. 3. Terdapat 6 solenoid valves yang dipasang pada valve body. 2 diantaranya adalah tipe duty-controlled dan sisanya adalah ON/OFF. Tipe Duty control: Pressure control solenoid valve A/B, Damper clutch control solenoid valve ON/OFF type: Shift control solenoid valve A/B/C 32 Training Support & Development

33 Fail-safe valve dipasang untuk mengantisifasi ada jika terjadi kesalahan mekanis seperti katup macet, untuk mencegah jangan sampai terjadi interlock (satu sama lain tidak mengait). Line pressure diatur pada kecepatan gigi 4 untuk meningkatkan efisiensi tenaga transmisi. Fungsi ini dilakukan oleh High-low pressure valve dan regulator valve. 3.1Oil Pump Oil pump menghasilkan tekanan untuk mensuplai oli ke torque converter sebagai pelumas untuk komponen yang bergesekan pada planetary gear set dan overrunning clutch, dsb.., dan untuk mengaktifkan sistem kontrol hidrolis. Tipe pump yang dipakai adalah inner-teeth engaging trochoid. Pompa ini akan selalu menghasilkan tekanan oli pada saat mesin berputar selama drive gear digerakkan oleh 2 pawl (pengalit) yang ada pada pump drive hub yang dipasang pada bagian tengah torque converter shell. Service point No Penyebab Gejala Analisa Langkah perbaikan Ada benda Gigi maju tidak bisa Bersihkan oil pump asing menenpel Terasa ada gejala 1 Rear clutch selip dan pasang kembali pada check kejutan pada gigi steel bal valve maju 2 Celah pada oil pump gear (side clearance) tidak tepat Gigi maju tidak bisa Terasa ada gejala kejuta pada gigi maju Oil pump gear rusak Ganti oil pump drive dan driven gear 3.2Rear Clutch Accumulator (R/C) Gunanya adalah untuk mengatur waktu pengisian R/C dengan cara merubah volume pengisian dari valve body ke R/C. alat ini agak berbeda dibandingkan dengan 4 accumulator yang ada di dalam valve body model F4A42. Pada rear clucth ini, accumulator mempunyai filter saluran rendah yang berfungsi untuk mengontrol tekanan yang diatur dari masing-masing PCV. Fungsi: - Untuk mengurangi gejala shitf shock dari N D, D N. - Untuk mencegah agar R/C tidak selip. Balance Chamber: berkat adanya keseimbangan diantara kedua gaya sentrifugal, sehingga piston tidak bergerak. (bebas dari kecepatan putaran clutch) - Check Ball: Berkat adanya keseimbangan diantara kedua gaya sentrifugal tersebut, maka piston tidak bergerak. (bebas dari kecepatan putaran clutch) 33 Training Support & Development

34 [Upper valve body] [Lower valve body] Bentuk rancangan manual valve ini sudah berubah sehingga pemeriksaan jumlah oli tidak hanya pada posisi shift lever di range "N" namun juga bisa di range "P". End clutch valve dikontro l oleh solenoid valve elektronik (SCSV-C). Penyesuaian line pressure dilakukan melalui regulating valve. Jadi meskipun solenoid valve mengalami kesalahan atau malfungsi, ma ka failsafe valve akan menahan gigi diposis i ke 3. - Letak Check Ball & Stopper plate (upper valve body : 4 steel balls dan 1 spring) - Leta k Check Ball & Stopper plate (Lower valve body: 2 steel balls and 1 spring) - Upper Valve Body (A4BF1, 2 / A4BF1) Adjusting screw Shift control plug A Rear clutch exhaust valve A Torque converter control valve Pressure control valve Regulator valve 1-2 shift valve 2-3/4-3 shift valve Rear clutch exhaust valve B N-D control valve N-D control sleeve Manual valve Shift control valve Shift control plug B 34 Training Support & Development

35 Lower Valve Body (A4BF1,2 / A4BF1) Damper clutch control valve End clutch valve Reducing valve Adjusting screw N-R control/accumulator valve Stopper End clutch plug Baut pengikat Valve body KM176-5 KM175-5 KM175-6 F4A33 lingkaran abu-abu adalah Baut pengikat 35 Training Support & Development

36 Baut pemasangan Lower Valve body KM176-5 KM175-5 KM175-6 F4A33 Jumlah titik lingkaran adalah Panjang baut Upper Valve body Installing bolts KM176-5 KM175-5 KM175-6 F4A33 Jumlah titik lingkaran adalah Panjang baut 36 Training Support & Development

37 Baut pengikat Valve body A4AF1 Lingkaran abu-abu adalah Mounting Bolts Baut pemasangan Lower Valve body A4AF1 Jumlah titik lingkaran adalah Panjang baut 37 Training Support & Development

38 Baut pemasangan Upper Valve body - A4AF1 Jumlah titik lingkaran adalah Panjang baut Line Relief Valve ( 1) Tidak bekerja, jika pressure regulator valve berjalan secara normal, maka line pressure yang diberikan ke check ball tidak bisa melampaui kekuatan gaya spring. Sehingga spring akan memampet lubang exhaust. (2) Jika pressure regulator valve macet atau tidak bekerja secara normal, maka kelebihan line pressure akan diberikan ke check ball dan akan melampaui kekuatan gaya spring force. Berdasarkan kondisi ini, maka perlu adanya safe circuit untuk mengindari line pressure yang berlebihan. CB1 EX 38 Training Support & Development

39 Manual Valve * Range D/2/L : Tekanan oli dikirim ke pressure control valve dan regulated pressure dari pressure control valve yang diberikan ke shift control valve dan PCV-B. To torque converter To shift control valve Regulator valve Ex To pressure control valve Manual valve Oil pump Oil filter Ex Ex P R N D 2 L Oil pan Ex To N-R control valve * Range P : Oli disuplai ke torque converter untuk pelumasan 39 Training Support & Development

40 * Range N : Line pressure dikirim ke control switch valve dan Hi-Lo pressure valve. Tekanan oli tidak diberikan ke shift control valve 40 Training Support & Development

41 Regulator Valve Katup ini mengatur line pressure yang dihasilkan oleh oil pump. Katup bekerja mengikuti kondisi jalu kendaraan. Selector lever diposisi N, D, 2 atau L Tekanan hidrolis dari oil pump diarahkan ke arah ke regulator valve melalui line 1. setelah melewati regulator valve, tekanan hidrolis tersebut kemudian diarahkan ke torque converter melalui torque converter control valve. Pada saat yang bersamaan, tekanan dari line 1 diarahkan ke manual valve kemudian ke chamber (A) dibagian kanan akhir dari regulator valve melalui port No.4. Tekanan yang diarahkan ke chamber (A) bertindak sebagai regulator valve menahan gaya pegas dari regulator valve kemudian m emindahkan katup untuk mengatur Line pressure. Ketika putaran mesin naik, maka putaran oil pump juga naik, dan tekanan hidrolisnya ikut naik. Tekanan hidrolis yang diarahkan ke chamber (A) juga akan meningkat. Naiknya tekanan pada chamber (A) memaksa regulator valve bergerak ke kiri, mengalahkan gaya spring. Pada titik ini, port no 3 membuka lebar torque converter, sehingga pelumas yang mengalir ke torque converter menjadi lebih baik. Jika tekanan hidrolisnya kembali naik, maka regulator valve akan terdesak kembali ke arah kiri dan kemudian membuka port no 2. Dalam keadaan demikian, pelumas mengalir melalui port ke arah sisi hisap yang ada pada pump untuk dan melepas line pressure. Ketika line pressure turun, maka tekanan chamber (A) juga akan turun, dan kemudian regulator valve kembali terdesak ke kanan oleh gaya spring, dan menutup port no 2. berdasarkan siklus kerja pada regulator valve tersebut, maka line pressure dapat tetap dipertahankan di level yang konstan. Line relief valve fungsinya adalah membuka line no 1 jika line pressure terlalu tinggi, sehingga regulator valve tidak mampu menahannya. Dengan cara ini maka sirkuit hydraulic bisa terlindungi. Selector lever di posisi R Line pressure (from oil pump) To torque converter control valve Regulator valve Ketika manual valve dipindahkan ke posisi range R, maka port no 4 yang semula terbuka Ex 9a Pump suction A Line pressure 4a 9 41 Training Support & Development

42 akan tertutup. Sebagai gantinya port no 9 akan terbuka. Dengan cara ini line pressure diarahkan ke regulator valve land 4#. begitu tekanan ini bekerja pada area yang seimbang atau sama antara diameter D4 pada land #4 dan diameter D5 pada land #5, maka gaya yang menekan regulator valve ke arah kiri sedikit agak lemah jika dibandingkan dengan gaya yang dihasilkan ketika diberikan ke bagian katup lainnya. Karena itulah tekanan yang lebih tinggi yang telah disebutkan tersebut untuk range maju, diperlukan untuk membuka port no 2. Tekanan yang lebih tinggi tersebut kemudian dipakai untuk menggerakkan elemen range ke belakang. Cara kerja regulator valve yang digerakkan oleh tekanan yang lebih tinggi adalah sama seperti cara kerja untuk rage gigi maju yang telah dijelaskan sebelumnya. Selector lever di posisi P Pada saat manual valve dipindahkan ke posisi range P, maka manual valve exhaust port akan bertemu dengan line pressure port, dan kemudian line pressure dikurangi. Dalam situasi seperti ini, tidak ada tekanan yang diarahkan ke port no 4 dan 9. sehingga posisi regulator valve tertahan kuat oleh gara pegas, untuk kemudian menutup port no 3. oleh karena itulah hanya pelumas yang lewat melalui orifice yang diarahkan ke torque converter. Torque Converter Control Valve Regulator valve Ex Ex 3 4 To torque converter control valve Orifice 1 Ex Line pressure (from oil pump) To N -D control valve To Shift control valve P R N D 2 L Manual valve Katup ini fungsinya adalah menjaga tekanan torque converter dan tekanan pelumas pada tingkatan yang tetap. Karena apabila tekanan regulator valve terlalu tinggi, maka tekanan di dalam chamber (B) akan naik sehingga dapat mengalahkan gaya pegas; atau torque converter control valve terdesak ke kiri. Gerakan katup ke arah kiri akan membuka port no 2, sehingga melalui lubang port ini pelumas akan kembali ke sisi hisap pompa. Akibatnya takanannya (line pressure) akan turun. Jika line pressure turun, maka tekanan chamber (B) juga akan turun, dan katup akan kembali pindah ke arah kanan oleh gaya pegas dan kemudian menutup port no 2. Siklus kerja yang telah disebutkan diatas adalah untuk menjamin agar tekanan di dalam torque converter tetap di level yang konstan. 42 Training Support & Development

43 Damper Clutch Control Valve Damper clutch valve dipasang di dalam lower valve body. Gunanya adalah untuk merubah tekanan oli yang dipakai untuk mengontrol damper clutch. Torque converter control valve Ex 2 3 To Torque converter 3 Chamber B Small hole Regulator valve Ex 9 To manual valve Ex Service Point No Penyebab Gejala Ada benda asing 1 menempel di dalam orifice Kejutan yang tidak normal Analisa Dumper clutcn mengamali malfungsi Langkah Perbaikan Bersihkan valve body To torque converter (when damper clutch is released) To torque converter(when damper clutch is engaged) To DCCSV Ex Ex To oil cooler From reducing valve From reducing valve Line pressure From torque converter control valve 43 Training Support & Development

44 N-D Control Valve Tujuan dari penggunaan katup ini adalah untuk mencegah terjadinya kejutan pada saat perpindahan gigi dari N ke D. Katup mensuplai rear clutch dengan tekanan oli yang diatur oleh pressure control valve hanya ketika dilakukan perpindahan gigi dari N-D. setelah proses perpindahan gigi selesai, maka katup dipindahkan agar line pressure bisa masuk ke rear clutch. To rear clutch #2 # Ex #1 #4 N-D Control valve Ex Ex 1 P R N D 2 L Manual valve Pressure Control valve N-R Control valve Ex Ex Ex Ex OFF Pressure Control Solenoid valve Transaxle Control Module Reducing Valve Reducing valve dipasang dibagian bawah valve body; fungsinya adalah untuk menghasilkan tekanan secara konstan yang selalu lebih rendah dari line pressure. Dengan tekanan ini yang sama seperti sumber tekanan hidrolis, tekanan pengatur (control pressure) dihasilkan oleh pressure control solenoid valve, yang kemudian menghaktifkan activating the pressure control valve. 44 Training Support & Development

45 Reducing valve Adjusting screw Ex Ex Pressure Control valve Line pressure N-R Control valve Ex 23 Ex Ex 16 23b Ex OFF Pressure Control Solenoid valve Transaxle Control Module Shift Control Valve dan Solenoid Valves (A4AF1, 2 / A4BF1) Shift control solenoid valve A TCM 4th pressure Shift control solenoid valve B #1 Plug #2 Ex Plug Shift control valve Line pressure Line pressure menjalankan shift control valve yang kerjanya diatur oleh dua shift control solenoid valves (dimana fungsi switch ON dan OFF mengikuti perpindahan gear melalui transaxle control module), dan shift control valve diaktifkan berdasarkan perpindahan gigi, kemudian mengalirkan oli. 45 Training Support & Development

46 Hu bungan antara shifting gear dan switch ON-OFF pada shift control solenoid valve A dan B adalah sebagai berikut. Operation Position A Shift control solenoid valve B 1st gear ON ON 2nd gear OFF ON 3rd gear OFF OFF 4th gear ON OFF Shift control solenoid valve A mengatur line pressure yang menjalankan plug, sedangkan solenoid valve B mengatur tekanan yang menangani shift contro l valve #1 land ke arah kiri. Begitu diameter land #1 lebih besar daru land # 2, maka arah pergerakan shift control solenoid valve yang diakibatkan oleh pemberikan tekanan diantara land ini adalah ke arah kiri. Jika tekanan juga diarahkan ke ujung kiri land #1 melalui port no 5b, tekanan yang menangani arah kanan akan dibatalkan oleh tekanan ini dan kemudian shift control valve didesak ke kanan oleh tekanan yang diberikan ke land #2. Pressure Control Valve, Solenoid Valve dan N-R Control Valve Pressure Control Valve Katup ini berfungsi untuk mengatur tekanan yang disuplai ke masing-masing clutch dibawah kontrol pressure control solenoid valve untuk menghilangkan gejala kejutan pada saat pepindahan gigi. Pressure Control Solenoid Valve Katup ini fungsinya dikontrol oleh perintah transaxle control module. Tugasnya adalah merubah dari perintah elekrik ke tekanan hidrolis. Service Point No. Penyebab Gejala Analisa Langkah Perbaikan 1 2 Ada benda asing yang menempel di PCV Ada benda asing menempel di jet di dalam valve body Terjadi kejutan pada saat perpindahan gigi Putaran mesin tibatiba turun Pulsa elektronik ke TCM tidak terkirim ke PCV Tekanan reduksi (Occurs run-up) turun Bersihkan atau ganti PCV Bersihkan valve body Catatan: Actuator test untuk PCSV 46 Training Support & Development

47 SA Pressure Standard value : kg/ cm 2 50% Duty (%) - N-R Control Valve To front clutch To low-reverse brake Reducing pressure Ex Ex P R N D 2 L Manual valve Pressure Control valve Katup Line pressure N-R Control valve ini gunanya adalah untuk mencegah agar tidak terjadi kejutan pada saat select lever dipindah kan dari N ke R (atau dari P ke R ) dengan cara mengontrol tekanan oli yang diberikan ke low-reverse brake. Check ball Ketik a katup manual dipindahkan ke posisi range R, maka pressure control solenoid valve akan bekerja dibawah kontrol duty dari transaxle control module untuk mengurangi tekanan reduksi jalur No.23b line dan membentuk kontrol tekanan pada line tersebut. The balance of forces established between the control pressure and the N-R control valve spring determines the degree in which the No.9 line port will be open. Ex Reducing pressure Ex The line pressure from the No.9 line is regulated by passing through the port whose opening has been adjusted and then directed to 23b Ex O Ex Ex Pressure Control Solenoid valve Trans axle 47 Training Support & Development

48 the low-reverse brake. Through this pressure control, the shocks that would occur while shifting to reverse are minimized. Once the low-reverse brake is engaged, the pressure control solenoid valve is deenergized and normal reducing pressure is reestablished in the No.23b line. reducing pressure moves the N-R control valve toward the left, the line pressure passing through the No.9 port applies directly to the low-reverse brake brake with a strong pressure force. through the No.16 port and engages the Service Point No. Penyebab Gejala Analisa Langkah Perbaikan 1 - Ada benda asing di dalam N-R control valve atau rusak - Ada benda asing di dalam check valve Terjadi kejutan ketika shift lev er Line pressure dikirim ke low-reverse brake Bersihkan valve body atau ganti part yang dipindahkan ke range "N" atau "R" tanpa duty control rusak - R range fail safe function To front clutch 9 To low-reverse brake Reducing pressure Ex Ex P R N D 2 L Manual valve 1 0 Pressure Control valve Line pressure Check ball N-R Control valve 16 Ex 23 Ex Ex Reducing pressure Ex 23b Ex O Pressure Control Solenoid valve Transaxle Control Module sistem hydraulic control ini sudah menggunakan fungsi fail safe feature yaitu untuk mencegah perpindahan gigi ke posisi mundur pada saat mobil melaju ke depan yang dilakukan oleh pengemudi tanpa disengaja. Fungsi ini aktif apabila laju kendaraan minimal 7 48 Training Support & Development

49 km/jam. Jika selector lever dipindahkan ke posisi R, maka transaxle control module akan menjalankan pressure control solenoid valve untuk melepas tekanan reduksi. Begitu tekanan reduksinya turun, maka N-D control valve akan begerak ke kanan karena desakan gaya pegas. Kemudian menutup port no 9 dan melepas tekanan pada saluran 16. Pada saat saluran 16 dilepaskan, maka check ball akan terdesak manjauh dari bukaan kanan port, kemudian menutup line pressure. Akibatnya low-reverse brake akan dilepas. Meskipun dalam kondisi ini front clutch berpautan, transaxle tidak dapat menyalurkan tenaga putar ke ke gigi mundur, kecuali bila low-reverse brake dijalankan. Karena itulah, ketika transaxle ditempatkan dalam kondisi diatas, itu sama seperti pada pada posisi neutral. 1-2Shift Valve ka tup ini dijalankan oleh line pressure yang telah diatur oleh shift control valve untuk merubah aliran line pressure flow ketika dilakukan perpindahan gigi antara gigi ke satu dan ke dua. Juga berfungsi untuk mengatur saluran tekanan hidrolis yang dikirim ke low-reverse brake ketika ada di range R (reverse). Kecepatan Pertama To Low-reverse brake SCSV A ON 5a (at L range) Ex 5a 2nd pressure Ex 1-2 shift valve SCSV B ON 5b 5b 5a 5b 5a Ex Shift control valve Ex From pressure control valve Line pressure 49 Training Support & Development

50 Kecepatan kedua 2-3/4-3 Shift Valve Front clutch Rear clutch Kickdown servo release side Kickdown servo apply side To end clutch valve Rear clutch exhaust valve SCSV A Ex SCSV B Ex 5a 5 b Shift control valve 5a 5 b From N-D control valve 5b 5a Ex 5a 2-3/4-3 shift valve Ex 1-2 shift valve From pressure control valve 50 Training Support & Development

51 Rear Clutch Exhaust Valve To kickdown servo apply side SCSV OFF A 5a SCSV B ON 5b E x 5a 5b Rear clutch exhaust valve 2nd pressure Ex 1-2 shift valve Ex 5a Shift control valve 5 b Ex 5a From pressure control valve Line pressure Katup ini dijalankan oleh line pressure yang dikontrol oleh shift control valve untuk melepas tekanan oli dari rear clutch ketika dilakukan perpindahan gigi dari gear 3 ke 4. katup ini juga berfungsi untuk mengatur waktu pengiriman tekanan oli ke rear clutch pada saat dilakukan perpindahan gigi dari gear 4 ke 3, untuk mencegah agar tidak terjadi gejala kejutan. 51 Training Support & Development

52 Service Point No. Penyebab Gejala Analisas Langkah perbaikan 1 Ada benda asing menempel di check ball Tejadi kejutan pada saat perpindahan gigi dari 4th ke 3rd Line pressure yang diberikan ke R/C tidak melewati orifice Bersihkan valve body Valve dengan Orifice Valve with orifice To rear clutch via rear clutch exhaust valve To Low-reverse brake Valve with orifice 1-2 shift valve When pressure is released When pressure is applied Manual valve Line pressure Ex Ex Jika accelerator pedal ditekan langsung setelah select lever dipindah dari N ke L, maka rear clutch langsung akan berpautan dan mobil akan bergerak di gigi ke 1st. Berkat adanya pengaturan rangkaian hidrolis maka tekanan hidrolis secara aktual akan diarahkan ke rear clutch dan low-reverse brake, juga pembagian berapa besarnya peluas yang harus disalurkan ke mereka. Dampaknya adalah pertautan clutch bisa terlambat apabila temperatur pelumasnya tinggi. Untuk mencegah hal tersebut, ada satu katup khusus yang dipasang di dalam low-reverse brake circuit. Katup ini mempunyai orifice yang akan menahan aliran pelumas pada saat tekanan diarahkan ke low-reverse brake, namun akan menutup aliran apabila low-reverse brake dilepas, juga berguna untuk memperlancar pelepasan brake. 52 Training Support & Development

53 End Clutch Valve To front clutch To End clutch To S/R side 2-3/4-3 shift valve To shift control solenoid valve-a To shift control solenoid valve-b Line pressure from 1-2 shift valve 2nd pressure Ex Plug End clutch valve 3rd pressure 4th pressure Line pressure Ex Shift control valve End clutch valve mengontrol waktu kapan saatnya tekanan hidrolis dikirim ke end clutch. Service Point No. Penyebab Gejala Analisa Langkah perbaikan 1 Pemasangan Steel ball di dalam intermediate plate tidak benar Terjadi kejutan pada saat perpindahan gigi dari 2nd ke 3rd Tekanan tinggi yang diberikan ke E/C tanpa adanya perlambatan yg terjadi oleh steel ball Bersihkan valve body kemudian pasang kembali steel ball Shift Control Solenoid Valve A, B, C (Advanced Alpha, Beta A/T A4AF3, A4BF2) Line pressure yang mengatur shift control valve dikontrol oleh dua shift control solenoid valves (switch ON dan OFF mengikuti perpindahan gigi oleh perintah transaxle control module), dan katup shift control diaktifkan menurut perpindahan gigi, dilanjutkan dengan mengalirkan dan mematikan saluran oli. 53 Training Support & Development

54 Hubungan antara shifting gear dan switch ON-OFF pada shift control solenoid valve A, B dan C adalah sebagai berikut. Operation Position Shift control solenoid valve A B C 1st gear ON ON OFF 2nd gear OFF ON OFF 3rd gear OFF OFF ON 4th gear ON OFF ON 54 Training Support & Development

55 Pressure Control Valve A, B Pressure control valve A, B mengatur tekanan yang disuplai ke setiap clutch dibawah kontrol dari pressure control solenoid valve A, B gunanya adalah untuk menghilangkan kejutan saat perpindahan gigi. (1) Pressure control valve A Tidak bekerja (2) Pressure control valve A Saat bekerja 55 Training Support & Development

56 (3) Pressure control valve B Tidak bekerja (4) Pressure control valve B Saat bekerja 56 Training Support & Development

57 Control Switch Valve & End Clutch Valve Control Switch Valve End Clutch Valve * In 2 nd gear Tekanan kedua (2 nd ) disuplai ke ruang SA (Servo Apply) melalui CSV. SCSV-C dalam keadaan OFF begitu juga gear 1st. * 2 nd 3 rd gear 57 Training Support & Development

58 - SCSV-C tetap dalam keadaan OFF begitu juga pada gear 2nd. Tekanan E/C dari shift control valve dihadang di E/C valve selama proses perpindahan gigi dari gear 2nd ke 3rd berlangsung. - Tekanan SA disuplai dari shift valve 1-2, namun tekanan front clutch dan SR juga di suplai dari shift valve 2-3/4-3, sehingga kedua tekanan SR dan SA akan dihentikan. * In 3 rd gear - SCSV-C dirubah dari OFF ke ON. 58 Training Support & Development

59 - Tekanan E/C disuplai dari shift valve 1-2 di CSV setelah perpindahan gigi dari 2nd ke 3rd selesai dilakukan. Tekanan SA disuplai dari control valve, namun tekanan front clutch dan SR juga disuplai dari shift valve 2-3/4-3, sehingga kdua tekanan SR dan SA akan dimatikan. * 4 th 2 nd Gear Skip Shift * Elemen kerja Speed R/C E/C K/D 4th. 2nd. - - * Kontrol a. R/C mengait duty control b. E/C melepas duty control c. Berlanjut meneruskan ke SA (1) R/C Mengait duty control (2) E/C Melepas duty control Hanya meloncat gigi dari 4 2 (SCSV-C ON) ketika melepas tekanan E/C clutch, dia dikontrol oleh duty yang ada pada PCSV-A hanya untuk loncatan perpindahan 4 2. (3) Berlanjut meneruskan ke SA: dari (SCV) ke SA melalui (CSV) 59 Training Support & Development

60 High-Low Pressure Valve * Shift control solenoid valve (SCSV) OFF: Tekanan dari shift control valve dimatikan ketika SCSV-C dalam keadaan OFF. * Shift control solenoid valve (SCSV) ON : Ketika SCSV-C dalam keadaan ON, yaitu pada kecepatan gear 3rd, 4th, katup ini memindahkan line pressure ke regulator valve untuk dikurangi sekitar (6.6 ~ 7.1) kgf/cm2. 60 Training Support & Development

61 - Failsafe Valve [Normal] [Failsafe] 61 Training Support & Development

62 3.6 Fungsi Failsafe 62 Training Support & Development

63 63 Training Support & Development

64 4. Sistem Kontrol Elektronik 4.1 Bosch PMS Dipakai oleh PMS: Sejak (HMC XD 1.5D) Pengembangam & Produksi - Supplier : ROBERT BOSCH (H/W design & S/W) Dibuat oleh KEFICO (H/W) - Kontrol logic & Kalibrasi data : HMC - Construction of Bosch PMS 64 Training Support & Development

65 Keuntungan Pemakaian PMS Bosch Mudah dalam membuat kontrol logic dan shifting data komposisinya menyatu dengan EMS Kualitas perpindahannya stabil oleh kontrol tegangan sesuai dengan momen mesin. Mudah dikalibrasi (data terkanan untuk shifting disusun dengan pemetaan) Ketahanan dan perpindahan giginya halus dikarenakan adanya kontrol reduksi momen mesin secara efektif. Konsumsi bahan bakar lebih hemat berkat diperluasnya fungsi kerja damper clutch Pemangkasan biaya (PCM menyatu) Keunggulan PMS Bosch Intelligent shift control Pola perpindhan giginya optimal mengikuti naik-turunnya jalam Terdapat fungsi downhill down shift untuk jalan menurun (Engine brake) Adaptive control untuk kecenderungan pola mengemudi driver (tidak ada, HIVEC) Emisi rendah (NOx) pola perpindahan gigi/shift pattern (tidak ada, F4AEL-K) Pola perpindan pada mengikuti temperatur tinggi 65 Training Support & Development

66 Shift pressure & Damper clutch control Shift pressure control by calculation of turbine torque Engine torque reduction control while shifting Correction control by ATF temperature Correction control by intake air temperature & air-con Pressure correction control at hi-altitude Security function (Characteristics of open-loop control) Learning control (shifting pressure control) Damper clutch control while deceleration 4.2 Inputs & Outputs Pulse Generator A, B The pulse generator A detects the speed of the end clutch retainer. The speed signal is used for damper clutch control, hydraulic pressure control and incorrect gear detection by PCM. The pulse generator B detects the speed of the transfer driven gear. The speed signal is used for shift timing, hydraulic pressure control and incorrect gear detection by PCM. 66 Training Support & Development

67 4.1.2 Kick Down Servo Switch The adjust sleeve and the retainer constitute the contacts of the kick-down servo switch. The switch detects the position of the kick-down piston just before the kick-down brake is applied, and sends the signal to the transaxle control module. When the kick-down servo is not in operation, the switch contacts are kept closed. When the hydraulic pressure is applied to the kick-down servo, the piston operates, and the adjust sleeve separates from the retainer, thus turning off the switch. * Switch ON/OFF condition ON: 1 st gear, 3 rd gear OFF : 2 nd gear, 4 th gear - Service point Overdrive Switch When the overdrive control switch is ON, the transaxle operates is as a 4-speed automatic transaxle. When the overdrive control switch is OFF, the indicator light (within the combination meter) is illuminated, and the transaxle operates is as a 3-speed automatic transaxle. - Service point 67 Training Support & Development

68 4.1.4 Oil Temperature Sensor The oil temperature sensor detects the automatic transaxle fluid temperature. The oil temperature sensor is a negative thermal coefficient type. The resistance of the sensor increases when the oil temperature goes down and the resistance goes up when the oil temperature decreases. Using the signal from this sensor, PCM corrects the solenoid drive duty when the fluid is cold (lower than 60 ) and hot (higher than 125 ). PCM restricts the shift pattern to the economy mode when the fluid is cold. - Service point Inhibitor Switch The start safety mechanism ensures the safety during the engine starting operation. When the selector lever is in the position other than P or N, the electrical circuit for starting the engine is kept in the OFF state by the inhibitor switch. Therefore, the engine does not start even if the ignition switch is turned to the START position. Inhibitor switch is installed on the transaxle case located at the upper end of the manual control shaft and is interlocked with the manual control lever. By shifting the selector to the P or N range, the electrical circuit inside the inhibitor switch is connected to form the ignition circuit with which the engine can be started. When the shift is in the R range, the backup lamp lights up as backup lamp circuit is energized. The inhibitor switch, in addition to the start safety device, also includes a circuit for detection of the selector lever position, for sending signals to the transaxle control module. 68 Training Support & Development

69 - Inhibitor switch dan control cable adjustmen 1. Tempatkan selector lever di posisi N (netral) 2. Kendurkan control cable ke manual control lever coupling, bebas. 3. Tempatkan manual control lever di posisi N (Neutral). setel nut agar kabel dan lever 4. Putar inhibitor switch body sampai 12mm, lebar ujung manual control lever lurus dengan switch body flange (lebar 12mm). atau putar switch body sampai 5mm, lubang di dalam manual control lever lurus dengan 5mm lubang di dalam switch body. 5. Kencangkan baut-bautnya (2pcs.) hati-hati jangan sampai switch body tidak terpasang. 6. Pastikan bahwa selector lever berada di posisi N (Neutral). 7. Setel posisi control cable dengan menyesuaikan mur kemudian periksa apakah selector lever bisa bergerak dengan lancar. 8. Periksa apakah control cable sudah disetel dengan benar. 69 Training Support & Development

70 4.1.6 Solenoid Valve - SCSV-A/B/C (ON/OFF) - PCSV-A/B (Duty) - DCCSV (ON/OFF) [Section A-A] Fungsi - Damper Clutch Control Solenoid Valve(DCCSV) : Dikontrol oleh PCM. A damper clutch bekerja oleh DCCSV. - Shift Control Solenoid Valve-A (SCSV-A) : Dikontrol oleh PCM. Menjalankan gear 1 st / 4 th. - Shift Control Solenoid Valve-B (SCSV-B) : Dikontrol oleh PCM. Menjalankan gear 1 st / 2 nd. - Shift Control Solenoid Valve-C (SCSV-C) : Dikontrol oleh PCM. Menjalankan gear 3 rd / 4 th dan menurunkan line pressure. Mengontrol end clutch. - Pressure Control Solenoid Valve-A (PCSV-A) : Dikontrol oleh PCM. Mengontrol tekanan untuk pertautan front clutch, end clutch, kick down brake dan low & reverse brake. - Pressure Control Solenoid Valve-B (PCSV-B) : Dikontrol oleh PCM. Mengontrol tekanan untuk pertautan rear clutch. 70 Training Support & Development

71 Keunggulan Karateristik 71 Training Support & Development

72 Kerja Solenoid 4.2 Electronic Control Shift Control Urutan perpindahan gigi dilakukan sebagai berikut : PCM mempunyai beberapa pemetaan data berdasarkan pola perpindahan gigi. Input utama (primary) untuk waktu perpindaan masing masing pola shifting yang dipakai oleh PCM adalah throttle position sensor (besarnya sudut TPS adalah itensitas pengemudi pada saat menjalankan kendaraan) dan PG-B (yang mendeteksi kecepatan output shaft). Shift pattern mempunyai beberapa shift line untuk setiap gear seperti 1 st gear, 2 nd gear, 3 rd gear, 4 th gear bergitu juga lock-up. Shift line terdiri dari banyak titik yang bertemu dengan sudut TPS & kecepatan output. Dan faktor lain seperti ATF temperature dan sinyal overdrive juga dipakai untuk shift control ketika ada informas yang datang, PCM memberikan sinyal on/off ke shift control solenoid valve A, B, C sesuai dengan urutan perpindahan gigi. Ketika gigi sedang dipindahkan, tekanan hidrolis dikontrol oleh PCM untk mengurangi gejala kejutan. PCM mengontrol tekanan yang diberikan ke komponen yang bertautan berdasarkan duty control yang ada pada pressure control solenoid valve. Nilai duty yang pas untuk tekanan hidrolis ditentukan oleh momen turbin dari masing-masing kecepatan kendaraan. Momen turbin dapat diperoleh dari momen mesin. 72 Training Support & Development

73 - Pola shift pattern optimal berdasarkan naik-turunnya kendaraan, - Fungsi downhill down shift jalan menurun (Engine brake) Skip Shift Control - Loncatan perpindahan gigi bisa dilakukan pada A/T baru. (4 th 2 nd ) - Berkurangnya waktu perpindahan gigi (sekitar 0.6 detik). 73 Training Support & Development

74 4.2.3 ATF Temperature Control Pada saat temperatur ATF mencapai 125 atau lebih, bisa mengakibatkan torque converter menjadi selip. Untuk mengurangi agat torque converter tidak selip dan mencegah agar temperatur ATF tidak terlalu tinggi, maka PCM merubah shift patterns pada ATF pada saat temperatur tinggi Hydraulic Pressure Control Tekanan hidrolis pada saat berpautan dengan clutch dan manjalankan brake. Tekanan hidrolis tersebut diatur oleh pressure control valve. Tekanan hidrolis yang bekerja pada pressure control valve kemudian diatur oleh pressure control solenoid valve yang kerjanya dibawah pengawasan transaxle control module. PCM mengontrol solenoid valve melalui duty control, untuk selanjutnya memberikan tekanan hidrolis yang sudah diatur sesuai kebutuhan. PCM menentukan waktu saat perpindahan gigi (selama perpindahan giginya dilakukan oleh tekanan hidrolis) berdasarkan perubahan kecepatan turbin. TCU yang ada di dalam PCM menerima informasi momen mesin dari ECU pada setiap 10 milidetik. Kemudian merubah momen mesin tersebut ke dalam momen turbin. Berdasarkan momen turbin tersebut maka duty pada PCSV akan terkontrol dan tekanan olinya akan berubah. Gejala kejutan akan hilang berkat adanya kontrol momen. Ketika transaxle dalam keadaan dingin, maka tingkat kekentalan ATF akan tinggi, menyebabkan respon tekanan olinya menjadi lebih rendah. Dalam kondisi seperti ini, transaxle control module memberikan koreksi untuk tekanan oli dengan cara merubah control duty yang ada pada pressure control solenoid valve. PCM mengeluarkan pulsa penggerak pressure control solenoid valve seperti tampak pada gambar. Pulsa ini menggerakkan pressure control solenoid valve pada frekwensi 35Hz (satu periode siklus T=28.6 milidetik). Pergantian tekanan hidrolis diperoleh melalui perubahan durasi pulsa t. metode kontrol ini disebut dengan duty control dengan kata lain semakin lama durasi pulsa t, maka tekanan hidrolisnya akan menjadi semakin lambat (gambar C). * Duty: rasio lamanya suplai power t dalam satu siklus waktu T (28.6 milidetik), dinyatakan dalam persentase, dengan rumus sebagai berikut Duty (%) = t / T 100 Gambar A terlihat duty sebesar 50% power yang disuplai ke solenoid valve setengah durasi (ta) dari satu siklus waktu T. Gambar B terlihat duty sebesar 20% yang disuplai ke solenoid valve dengan durasi 20% (tb) dari satu siklus waktu T. 74 Training Support & Development

75 4.2.5 Damper Clutch Control Damper clutch dirancang di dalam torque converter fungsinya adalah untuk menghemat bahan bakar. Sistem damper clutch terdiri dari torque converter dengan damper clutch, bermacam sensor, satu control module (computer), dan satu oil pressure regulating valve untuk mengontrol damper clutch. Cara Kerja a. Damper clutch released (Torque converter condition) Ketika solenoid valve dimatikan, maka orifice di dalam katup akan menutup dan tekanan pada ruang D akan naik ke tingkat yang sudah ditetapkan yang diatur oleh reducing valve. Sehingga mengakibatkan damper clutch control valve bergerak ke kanan, untuk melepas damper clutch. Reducing valve menstabilkan tekanan hidrolis yang ada di chamber D. b. Damper clutch engaged (Lock-up condition) Ketika solenoid valve dihidupkan, orifice di dalam katup akan dilepas dan tekanan pada ruang D akan turun. Akibatnya, damper clutch control valve akan bergerak ke kiri dan tekanan hidrolis akan disuplai dari oil pump mendesak damper clutch agar bekerja. 75 Training Support & Development

76 4.2.6 Reverse Inhibition Control Pengemudi kadang kali salah memasukkan shift lever ke posisi range R ketika mobil sedang malaju ke depan, PCM tidak akan mengait Reverse gear sampai kondisi dibawah ini terpenuhi. a. Tujuan : Mencegah agar gear tidak measuk ke posisi Reverse ketika mobil melaju ke depan atau perpindahan dari D R b. Kondisi kerja - D R shift - Output speed >= 200 rpm 76 Training Support & Development

77 77 Training Support & Development

78 5. Diagnosis & Troubleshooting 5.1 Diagnosis & Failsafe Sensor 1) ATF Temperature Sensor Failure Detected Conditions Failsafe DTC GND Short - Voltage < 0.1V (over 160 É) for 1 second or more 0712 Short * Coolant temp.>70 É, Engine speed Ã1000 rpm & Output speed Ã500 rpm ATF Temp.: 80 É Voltage > 4.85V(-30 É) for 160 seconds or more 2) Input Speed Failure Detected Conditions Failsafe DTC too high - Input speed > 8000 rpm too low * Inhibitor S/W ÁP,R,N & Output speed > 1000 rpm & Engine speed > 3000 rpm D : 3rd gear hold 2, L : 2nd gear hold Input speed = 0 rpm 3) Output speed Failure Detected Conditions Failsafe DTC Open, GND Short, Short * D,2,L * 1st gear: TPS > 50% & Engine speed > 3000 rpm for 4 seconds or more * 2nd~4th gear: Input speed > 1500 rpm for 5 seconds or more - Outputspeed = 0 rpm D : 3rd gear hold 2, L : 2nd gear hold ) Inhibitor Switch Failure Detected Conditions Failsafe DTC Open / GND 0707 Short * Engine speed > 600 rpm Previous signal Short - No signal detected or Multiple signal for 30 seconds or more Training Support & Development

79 5) Brake Signal Failure Detected Conditions Failsafe DTC Short * Brake signal ON - Output speed > 240 rpm & TPS > 5% for 5 minutes or more 1. No Fuzzy control 2. TPS=0 æbrake On TPS Á0 æbrake Off ) Kick Down Servo Switch Failure Detected Conditions Failsafe DTC No signal GND Short * Output speed > 900 rpm & ATF Temp. > 60 É & Inhibitor S/W ÁP,R,N & Engine speed > 600 rpm - No GND Short & S/W OFF continues for 2 seconds or more from 5 seconds after shifting to 1st or 3rd gear - No Open circuit & S/W ON continues for 2 seconds or more from 5 seconds after shifting to 2nd or 4th gear Actuator 1) Pressure Control Solenoid Valve(A, B) Failure Detected Conditions Failsafe PÄ Úµå Open, GND Short, Short - Circuit open or short for 120ms or more (Circuit continuity) 3rd gear hold ) Shift Control Solenoid Valve(A, B, C) Failure Detected Conditions Failsafe DTC Open, GND Short, Short - Circuit open or short for 120ms or more (Circuit continuity) 3rd gear hold ) Damper Clutch Control Solenoid Valve Failure Detected Conditions Failsafe DTC Open, GND Short, Short - Circuit open or short for 120ms or more (Circuit continuity) Damper clutch inhibited Training Support & Development

80 5.2 Rationality Check 1) Gear ratio monitoring(forward 1~4 th Gear) Failure Detected Conditions Failsafe DTC Rationality * Inhibitor S/W, Solenoid, Output speed, Input speed normal, 2 seconds after shifting, ATF Temp. > 10 É& Engine speed Ã400rpm & Output speed Ã900rpm & Input speed > 300rpm - 1st gear : 1st gear or L-range or Creep & Output speed > 500, Input speed > (1st Gear ratio Output speed + 200) - 2nd~4th gear : 2nd~4th gear (n = 2nd, 3rd, 4th gear) Input speed-(n Gear ratio Output speed) Ã200 rpm for 1 second or more 3rd gear hold 0731 ~4 2) Damper Clutch Stick Failure Detected Conditions Failsafe DTC * Damper Clutch ON & Input speed Á0 Stuck Open - Slip amount = Engine speed - Input speed > 100 rpm for 10 seconds or more Damper Clutch inhibited 0741 Stuck closed * Damper Clutch OFF & 50 É< ATF Temp. < 130 É& TPS > 20% & Output speed > 1000 rpm & Engine speed > 0 rpm & Inhibitor S/W ÁP,R,N range & Inhibitor & Input speed normal - Slip amount = Engine - Input speed < 5 rpm for 7 sec. or more DamperClutch inhibited Training Support & Development

81 5.3 Troubleshooting Chart 81 Training Support & Development

82 5.4 Wiring Diagram (Untuk Bosch PMS) 82 Training Support & Development

83 5.5 Wiring Diagram (Untuk TCM MELCO yang terpisah) 83 Training Support & Development

84 5.6 Scan Tool (Hi-Scan) Diagnosis system Service data Fungsi diagnosis : Hanya alat scan (Hi-scan) yang dapat mendeteksi DTC. Fail Safe: Bekerja ketika salah satu dari item fail-safe bekerja lebih dari 4 kali. Metode penghapusan : otomoatis mendeteksi apabila temperatur ATF mencapai 50 lebih dari 200 kali dari inisial yang disimpan di memori, kode kerusakan akan dihapus dengan sendirinya. Penghapusan secara paksa dapat dilakukan dengan Hi-scan Lepas terminal battery negatif "-" diatas 15 detik. 84 Training Support & Development

85 85 Training Support & Development

86 5.7 Memastikan gejala kerusakan Berdasarkan hasil analisa kerusakan yang dialami oleh pelanggan, maka mari kita mencoba untuk mempersempit lagi gejala kerusakan tersebut. Apabila kerusakannya adalah transmisi tidak bisa upshift, downshift, atau titik perpindahannya terlalu jauh atau rendah, maka lakukan road test berikut berdasarkan pola perpindahan gigi dan menstimulasikan gejala kerusakannya. Memastikan komplain Langkah pertama dalam prosedur diagnosa adalah memastikan komplainnya. Yang melibatkan pelanggan untuk mencari tahu kerusakan apa yang dimaksud, dan dalam kondisi seperti apakah gejala kerusakannya muncul. Pertama kali, dengarkan dengan seksama keluhan pelanggan dan menganalisa gejalanya menggunakan lembar kerja. Lembar kerja ini akan memandu anda untuk melakukan prosedur analisa dengan benar. Langkah salanjutnya adalah kerusakan yang sudah ditemukan: Apakah sebelumnya kendaraan ini pernah diserbis? Jika ya, apa yang dikerjakan? Apakah kendaraan ini pernah mengalami tabrakan? Apakah kendaraan perawatannya kurang baik atau cara pemakaian yang tidak benar? Apakah pelanggan ini penah melakukan perawatan sendiri? dikerjakan? Jika Ya, apa yang Perhatikan kondidi kendaraan secara keseluruhan, apakah ada yang janggal. Namun pernyataan ini harus anda tanyakan atau temukan sebagai bagian dari dia diagnosis. Begitu anda menemukan penyebab kerusakan, maka anda perlu memprioritaskannya, pilihlah kemungkinan penyebab yang paling utama, kemudian yang kedua dan seterusnya. Disini 86 Training Support & Development

87 pengalaman dan kejelian berperan dalam melakukan prosedur diagnosa. Setelah anda mengetahui faktor kemungkinan penyebab yang dominan, maka selanjutkan melakukan pemeriksaan. Lakukan pemeriksaan yang paling mudah dahulu, terus sampai sumber kerusakan ditemukan. Begitu sumber kerusakan ditemukan, segera lakukan perbaikan. Terakhir, evaluasi hasil kerja kemudian cek kembali. Catat dalam ingatan kita kerusakan pertama yang sudah kita perbaiki, karena kemungkinan esok bisa muncul kembali. Sebelum memastikan komplain pelanggan, ada sedikit tes awal sebelum melakukan road tes. Adapun tes tersebut adalah sebagai berikut ; Pemeriksaan komponen elektrikal 1) Actuator test - Periksa kerja actuator ketika TCM mengirim sinyal ke actuator. - Periksa actuator itu sendiri. 2) Driving test untuk merekam current data - Ambil dan deteksi data input yang mencurigakan kemudian rekam. Hydraulic check 1) Pemeriksaan saluran oli (oil passage) Periksa kerusakan berdasarkan gejala yang ada dan kerja actuator. Misalnya: jika ada kejutan pada gear 3rd. dan reverse gear, maka periksa seluruh saluran oli yang ada pada front clutch. 2) Bersihkan Valve body Apabila pada saluran oli tidak ada sesuatu yang menghalangi, namun kerusakan masih tetap ada, maka kemungkinan valve body kotor. Bila memang demikian, maka bersihkan valve body atau bila ada komponen yang rusak, ganti dengan yang baru. Kemudian lakukan tes. Road test Note: Lakukan test dengan temperatur ATF normal (80-90 ). Road test ini dilakukan untuk memastikan komplain dan untuk mendapatkan kepastian apakah penyebab kerusakan tersebut. Saat melakukan road test, anda harus berkonsentrasi penuh terhadap performa transaxle dan bagaimana kerja transaxle tersebut. Akan sangat membantu jika perhatian anda berfokus pada item berikut: 87 Training Support & Development

88 Pelambatan gigi masuk Pada saat gigi naik ke atas Pada saat gigi turun ke bawah baik pada saat turun otomatis atau dengan memindahkan shift lever. Kerja switch overdrive (timing, delay) Kickdown Apakah perpindahan giginya halus atau kasar Drive train noises atau bergetar Tersendat-sendat atau mengalami lock-up Kode kesalahan atau kerusakan yang kemungkinan muncul Jika keluhannya adalah ada pada tekanan hidrolis seperti selip, tersendat, kecepatan kendaraan berkurang such, maka bisa dilakukan tes tekanan hidrolis untuk memeriksa apakah tekanannya berkurang. Bilamana ada kebocoran yang cukup parah atau terdengar noise yang abnormal atau kerusakan lainnya, periksa transaxle apakah perlu dilepas untuk diperbaiki. Tes pada range D (Normal dan pola power) pindahkan shift lever ke range D range kemudian tahan accelerator pedal dengan posisi bukaan throttle valve penuh, kemudian periksa item-item dibawah ini: (a) Periksa kerja perpindahan gigi ke atas ; 1-2, 2-3 dan 3-O/D, dan poin perpindahan harus seperti pola perpindahan gigi yang dilakukan secara otomatis. Lakukan pengetesan keduanya, baik dengan cara normal dan dengan power pattern (perpindahan manual dengan cara memindahkan posiisi shift lever). Catatan: ketika temperatur ATF adalah 20 atau dibawahnya, maka pola yang digunakan adalah normal. (b) Periksa apakah ada gejala kejutan dan selip ; dengan cara yang sama, periksa apakah ada gejala kejutan dan selip pada saat perpindahan gigi naik dari 1 2, 2 3, dan 3 O/D upshifts. (c) Matikan O/D switch pada saat yang sama begitu accelerator pedal dilepas. Periksa apakah transaxle dapat berpindah dari 4th ke 3rd dan kecepatan mesin bertambah. (d) Periksa apakah ada gejala noise dan bergetar : Jalankan mobil pada range D kemudian periksa apakah ada gejala noise dan getaran yang tidak normal. Catatan: Pemeriksaan penyebab suara dan getaran yang abnormal harus dilakukan dengan hati-hati, karena bisa juga hal itu disebabkan karena tingkat keseimbangan yang kurang pas pada differential, 88 Training Support & Development

89 torque converter, dsb. (e) Periksa kerja kickdown Ketika mobil melaju pada range D di gear 2nd, 3rd dan O/D, periksa apakah perpindahan gigi 2 1, 3 2, dan O/D 3 atau yang disebut dengan kickdown sudah sesuai dengan batasan yang ada pada pola perpindahan gigi otomatis (automatic shift pattern). (f) Periksa apakah ada gejala kejutan atau selip pada saat proses kickdown. (g) Periksa mekanisme lock-up Melaju dengan range D, O/D gear, dengan kecepatan stabil (lockup ON) sekitar 60 km/jam. Secara perlahan tekan accelerator pedal dan periksa apakah putaran mesin tidak berubah secara drastis. Jika ada loncatan pada putaran mesin, artinya tidak terjadi lock-up. Tes pada range 2 Pindahkan Shift lever ke posisi range 2 dan sambil melaju dengan accelerator pedal ditahan diposisi throttle valve terbuka penuh, tekan salah satu pattern selector kemudian periksa itemitem sebagai berikut: (a) Periksa kerja upshift Periksa perpindahan gigi otomatis dari 1-2 apakah berjalan dengan baik sesuai dengan pola perpindahan gigi otomatis. (b) Periksa apakah ada suara yang tidak normal pada saat akselerasi dan deselerasi, dan apakah juga terdapat gejala kejutan pada saat perpindahan gigi otomatis ke atas dan ke bawah. Tes pada range L Pindahkan Shift lever ke posisi range L range sambil melaju dengan accelerator pedal ditahan diposisi throttle valve terbuka penuh, tekan salah satu pattern selector kemudian periksa itemitem sebagai berikut: (a) Tidaka ada perpindahan gigi naik Pada saat mobil melaju di range L, maka tidak lagi ada perpindahan gigi naik ke gear 2nd. (b) Periksa apakah ada suara dan getaran yang tidak normal pada saat akselerasi dan deselerasi. Tes pada range R 89 Training Support & Development

90 Pindahkan Shift lever ke posisi range R, dan pada saat melakukan starting dengan throttle valve terbuka penuh, periksa apakah ada gejala kejutan dan selip. Tes pada range P Hentikan mobil pada jalan menanjak (lebih dari 5 ) dan setelah shift lever dipindahkan ke posisi range P, kamudian lepaskan parking brake. Pastikan bahwa mobil tidak bergerak maju dan mundur. 5.8 Tes tekanan oli 1) Panaskan transaxle sampai mencapai suhu normal. 2) Naikan bagian depan kendaraan sehingga roda depan bisa diputar. 3) Hubungkan engine tachometer dan tempatkan diposisi yang mudah dilihat. 4) Pas ang alat khusus oil-pressure gauge ( ) dan adapter ( ) ke masing-masing port oil pressure outlet. Apabila tekanan baliknya juga mau dites, maka sebaiknya meter pengukur atau gauge yang dipakai adalah tipe 3,000kPa (400psi). 5) Ukurlah tekanan oli dalam berbagai kondisi. Periksa untuk memastikan apakah hasil penukuran sudah memenuhi standar Tabel Standar Tekanan Oli. Apabila tekanan olinya diluar standar spesifikasi, maka periksa kemudian perbaiki sesuai dengan penjelasan sebelumnya pada bab Langkah Penangangan Pertama Apabila Tekanan OliTidak Normal. Letak lubang pengetesan tekanan oli Kickdown servo pressure Damper clutch apply pressure Torque converter pressure Rear clutch pressure Low-reverse brake pressure Front clutch pressure Reducing pressure End clutch pressure Tabel Standar Tekanan Oli 90 Training Support & Development

91 No. Kondisi Standar Tekanan Oli kpa (psi) Posisi (Referenc Engine Shift Selecto e) speed position Reducin Kickdo Front End LR Torque- D/C r Vehicle (rpm) g wn clutch clutch brake converte apply lever speed pressure brake pressure pressur pressur r pressur km/h(mph pressur e e pressure e ) e 1 N 0 (0) Idling Neutral (55-67) 2 D 0 (0) 2,500 Approx. 2nd gear (55-67) * * - 8 Rea r clutc h pres s- ure * * ( ) D 110 (68) 2,500 4th (SW- ON) Approx. gear (55-67) ( ) ( ) (71-114) 4 D 75 (47) 2,500 3rd (SW- Approx gear (55-67) (122- (119- (122- (71-114) 900 OFF). 131) 131) 131) ( ) (31) 2,500 2nd Approx gear (55-67) (122- (71-114) ) ( ) 6 L 0 (0) 1,000 Approx. 7 R 1st gear (55-67) 35 (22) 2,500 Revers Approx e (55-67). 0 (0) 1,000 Approx (254- ( ) 297) 450 (65) or more (71-114) (61-73) 450 (65) * * or more * 410- (43-64) 500 (59-73) ( ) - * Harus 19.6 kpa (2.8psi) atau kurang (ada tekanan oli, namun angkanya tidak standar) SW-ON: Switch ON overdrive control switch SW-OFF: Switch OFF overdrive control switch. 91 Training Support & Development

92 92 Training Support & Development

93 5.9 Penyetelan Tekanan Hidrolis 1. Keluarkan ATF. 2. Keluarkan oil pan. 3. Lepas oil filter dan oil temperature sensor. 4. Lepas valve body assembly. Manual valve bisa keluar sendiri, sehingga hati-hati jangan sampai terjatuh. O-ring Adjusting screw Manual valve 5. Putar adjustment screw yang ada pada regulator valve kemudian setel line pressure (kickdown brake pressure), sehingga angkanya menjadi standar. Apabila adjustment screw diputar ke kanan, maka line pressure akan menjadi lebih tinggi; apabila diputar ke kiri, maka akan menjadi lebih rendah. Nilai Standar: kPa ( psi, kg/cm 2 ) Tekanan oli akan berubah setiap kali adjustment screw diputar: 38kPa (4.6psi, 0.39kg/cm 2 ) 6. Periksa untuk memastikan apakah O-ring terpasang dibagian permukaan atas valve body; penenpatannya seperti tampak pada gambar. 7. Ganti solenoid valve connector O-ring dengan yang baru. 8. Pasang valve body assembly ke tempatnya kemudian masukkan solenoid valve connector ke dalam case, pada saat yang bersamaan, pastikan bagian yang menonjol pada permukaan connector menghadap seperti tampak pada gambar. Juga hati-hati jangan sampai lead wire tertarik. 9. Kencangkan baut pengikat valve body assembly (10 buah) sebesar 10-12Nm ( kg.cm, lb.ft) 93 Training Support & Development

94 A bolt: 18mm (0.709in.) long B bolt: 25mm (1.984in.) long C bolt: 40mm (1.575in.) long 10. Pasang oil filter. 11. Pasang oil pan gasket dan oil pan yang baru, kemudian kencangkan baut-bautnya. 12. Tuangkan sejumlah ATF sesuai spesifikasi. 13. Lakukan tes tekanan oli. Setel ulang bilamana perlu. Reducing Valve Poin perbaikan Penyetelah tekanan reduksi (reducing pressure) 1. Keluarkan semua ATF kemudian lepas oil pan dan oil filter. Valve body tidak perlu dilepas. 2. Putar adjustment screw yang terdapat pada lower valve body kemudian setel agar tekanan reduksinya mencapai nilai standar. Apabila adjustment screw diputar ke kanan, tekanan reduksi akan lebih rendah; dan bilamana diputar ke kiri, maka tekanan reduksinya akan menjadi lebih tinggi. Nilai standar: 425±10 kpa (60±1psi, 4.3±1kg/cm 2 ), perubahan tekanan oli untuk setiap kali putaran adjustment screw adalah : 30 kpa (4.3psi, 0.3kg/cm 2 ) 94 Training Support & Development

95 3. Pasang oil filter 4. Pasang oil pan gasket dan oil pan yang baru 5. Tuangkan sejumlah ATF sesuai spesifikasi 6. Lakukan tes tekanan oli, setel ulang bilamana perlu Converter stall test Stall test terdiri dari penentuan maksimal kecepatan mesin yang diperoleh pada saat posisi full throttle di range D dan R. Tes ini adalah untuk memeriksa kerja overrunning clutch yang ada pada torque converter stator, dan kemampuan menahan transaxle clutches dan lowmelakukan tes ini, pastika bahwa tidak ada orang yang reverse brake. Peringatan : Selama berad a baik di depan dan belakang kendaraan. 1) Periksa jumlah ATF. Pelumas harus dalam tempertur kerja normal (80-90 ). Engine coolant juga harus dalam suhu kerja normal (80-90 ). 2) Ganjar roda depan dan belakang. 3) Pasang engine tachometer. 4) Gunakan rem parkir dan rem kami. 5) Hidupkan mesin. 6) Dengan posisi selector lever di range D, tekan penuh accelerator pedal untuk melihat putaran maksimal mesin. Jangan menahan bukaan throttle valve telalu lama untuk mendapatkan putaran maksimal mesin, jadi tidak boleh lebih dari 5 detik sekali injak. Jika diperlukan pengetesan stall lebih dari satu kali, biarkan dulu mesin kira-kira berputar dengan putaran 1,000rpm di posisi mendinginkan ATF terlebih dahulu. 7) Tempatkan selector lever di posisi R yang sama seperti yang telah dijelakan sebelumnya. Evaluasi Kecepatan Stall neutral selama kurang lebih 2 minutes untuk dan lakukan stall test dengan cara dan prosedur Problem Stall speed rendah pada range D dan R Stall speed tinggi pada range D Kemungkinan Penyebab - Engine output kurang - Stator one-way clutch mengalami malfungsi - Line pressure terlalu rendah - Rear clutch selip - Overrunning clutch mengalami malfungsi 95 Training Support & Development

96 Stall speed tinggi pada range R 5.10 Pemeriksaan Dasar - Line pressure terlalu rendah - Front clutch selip - Low-reverse brake selip Memeriksa Kebocoran ATF Periksa apakah ada yang bocor dari transmission. Jika ada kecoboran maka perlu dilakukan perbaikan atau penggantian seperlunya pada replace O-ring, seal packings, oil seals, plugs atau komponen lainnya. Rear cover ass y and rear cover O ring O-rings for kickdown servo S/W and servo Differential cover and gasket Oil cooler hose clamp Oil pump oil seal Differential oil seal Oil pan ass y and gasket Drain plug Memeriksa jumlah ATF Jalankan kendaraan sehingga mesin dan transmisi mencapai temperatur kerja normal. Gunakan hanya range COOL pada dipstick sebagai acuan kasar ketika ATF diganti atau pada saat mesin tidak hidup. (a) Parkirkan kendaraan pada permukaan yang rata dan jalankan parking brake. (b) Dengan mesin dalam keadaan idling dan brake pedal diinjak, pindahkan shift lever seluruh posisi dari range P ke L dan kambali ke posisi P. (c) Tari keluar dipstick yang ada pada transmisi kemudian bersihkan dengan kain lap. ( d) Masukkan kembali ke dalam lubang dipstick-nya. (e) Tarik kembali dan pastikan bahwa posisi ATF ada di range HOT. Jika posisinya ada di range LOW, maka tambahkan ATF. Fluid level must be within this range Catatan: Jangan terlalu penuh. 96 Training Support & Development

97 3) Periksa kondisi pelumas, jika tercium bau hangus atau warnanya menghitam, segera ganti dengan yang baru. 4) Ganti minyak transmisi. a) Lepas drain plug dan keringkan pelumas. b) Bersihkan drain plug kemudian kencangkan drain plug dengan gasketnya sebesar 30~35Nm (300~350kg.cm) c) Dengan mesin dalam keadaan OFF, tambahkan ATF melalui oil filter tube sekitar 4 liter (4.2 u.s.qts, 3.5 imp.qts). (d) Hidupkan mesin dan pindahkan shift lever ke semua posisi dari P ke L kemudian pindahkan kembali ke posisi P. (e) Dengan mesin dalam ke adaan idling, periksa jumlah pelumas. Tambahkan pelumas sampai level pada dipstick menjapai level COOL. (f) Periksa jumlah pelumas pada saat suhu mencapai temperatur normal (70-80 ) dan OK if hot tambahkan bilamana perlu. Catatan : Jangan sampai terlalu penuh. Add if hot Accelerator cable Pastikan bahwa throttle valve terbuka dan menutup mengikuti kerja accelerator pedal. Jika tidak, setel accelerator cable. Posisi Shift Lever Pada saat memindahkan posisi shift lever dari range N ke posisi lainnya, periksa apakah shift lever tersebut dapat dipindahkan ke masing-masing posisi dengan benar, lancar dan akurat. Hidupkan mesin dan pastikan bahwa kendaraan dapat bergerak merayap ketika shift lever dipindahkan dari range N ke D dan bergerak mundur ketika shift lever dipindahkan ke posisi R. Pastikan bahwa mesin dapat dihidupkan hanya diposisi shift lever N atau P, lainnya tidak. Pada saat posisi shift lever ada di range R, pastikan bahwa lampu indikasi mundur menyala. Jika perlu setel inhibitor switch, shift lever atau manual control cable. 97 Training Support & Development

98 Appendix Hydraulic Circuit (P range) 98 Training Support & Development

99 Hydraulic Circuit (N range) 99 Training Support & Development

100 Hydraulic Circuit (L range 1 st Gear) 100 Training Support & Development

Diagnosis Technicain - Automatic Transaxle. Output side to final drive unit (tires) Sun gear TOYOTA MOTOR CORPORATION. All right reserved.

Diagnosis Technicain - Automatic Transaxle. Output side to final drive unit (tires) Sun gear TOYOTA MOTOR CORPORATION. All right reserved. Garis besar Input side from torque converter (engine) Clutches ( and ) Brakes (, and ) One-way clutches ( and ) Front planetary gear set Rear planetary gear set Output side to final drive unit (tires)

Lebih terperinci

AUTOMATIC TRANSMISSION (A/T)

AUTOMATIC TRANSMISSION (A/T) AUTOMATIC TRANSMISSION (A/T) TRANSMISI OTOMATIS KENDARAAN TIPE FR BAGIAN UTAMA A/T 1. Torque Converter ( bagian depan) 2. Planetary Gear Unit (bagian tengah) 3. Hydraulic Control Unit (bagian bawah) Torque

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selaras dengan semakin berkembangnya zaman dan semakin bertambahnya kebutuhan manusia akan mobilitas yang semakin tinggi menjadi alasan yang tepat guna mengembangkan

Lebih terperinci

FUNGSI TRANSMISSI 1. MEMILIH PERBANDINGAN KECEPA KECEP T A AN

FUNGSI TRANSMISSI 1. MEMILIH PERBANDINGAN KECEPA KECEP T A AN TRANSMISSION FUNGSI TRANSMISSI 1. MEMILIH PERBANDINGAN KECEPATAN untuk dan yang SESUAI DENGAN BERBAGAI MACAM KECEPATAN GERAK/ TRAVEL MESIN. 2. MEMILIH ARAH GERAK MESIN untuk MAJU ATAU MUNDUR. 3. MENENTUKAN

Lebih terperinci

Diagnosis Technicain - Automatic Transaxle. to Transaxle. Transaxle input shaft. Torque converter. Pump impeller. Transaxle input shaft.

Diagnosis Technicain - Automatic Transaxle. to Transaxle. Transaxle input shaft. Torque converter. Pump impeller. Transaxle input shaft. Garis Besar Converter Stator One-way clutch Torque converter Stator shaft Oil pump to input shaft Umum Konverter tenaga putaran (torque converter) menghantarkan dan menggandakan tenaga putaran dari mesin

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN OVER HOUL TRANSMISI C50

BAB IV PELAKSANAAN OVER HOUL TRANSMISI C50 BAB IV PELAKSANAAN OVER HOUL TRANSMISI C50 Gbr 4.1 Transmisi Type C50 4.1 MEMBONGKAR TRANSAXLE 1. MELEPAS POROS TUAS PEMINDAH (SELECT LEVER SHAFT ASSEMBLY) DAN PEMILIH (SHIFT) Lepaskan poros tuas pemindah

Lebih terperinci

AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI

AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI KISI KISI LOMBA KETERAMPILAN SISWA AUTOMOBILE TECHNOLOGY TINGKAT PROVINSI TAHUN 2012 TUGAS A : TUNE UP MOTOR BENSIN WAKTU : 1. Persiapan ( 5 Menit) Tune Up Motor bensin pada kendaran Kijang 7K tahun 2007

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengereman Modifikasi pengereman dan kemudi ini berlandaskan pada tinjauan pustaka yang mendukung terhadap cara kerja dari sistem pengereman dan kemudi. Rem adalah salah satu

Lebih terperinci

TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION

TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION Tes Jalan Berfungsi untuk memeriksa tingkat kecepatan yang digunakan pada posisi L, 2 atau D saat sistem pengontrolan perpindahkan gigi tidak berfungsi. Lakukan tes

Lebih terperinci

OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION. 1.Rear suspension cylinder

OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION. 1.Rear suspension cylinder OVH SUSPENSION I.STRUCTURE & FUNCTION 1.Rear suspension cylinder Hydro-pneumatic cylinder yang dipasang tegak pada bagian belakang unit, dimana bagian bawah cylinder dipasang dengan pin dan spherical bearing

Lebih terperinci

Struktur dari Center Brake

Struktur dari Center Brake BAB I PENDAHULUAN Brake system dan ABS dipasang gunanya adalah untuk mencegah terjadinya cedera akibat kecelakaan karena kendaraan tidak bisa dihentikan pada saat melaju. Saat kendaraan bergerak, meskipun

Lebih terperinci

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan dalam pengontrolan dan kemudahan dalam pengoperasian

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

PEMERINTAH PROVINSI BALI DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR TUGAS : ENGINE TUNE UP NO ASPEK PENILAIAN YES NO ACTUAL COMMENT 1 PERSIAPAN 1.1 Periksa semua perlengkapan yang ada 10 0 1.2 Periksa semua instruksi 10 0 1.3 Pilih peralatan pengetesan yang benar 20 0

Lebih terperinci

Makalah Transmisi Otomatis Pada Mobil

Makalah Transmisi Otomatis Pada Mobil Makalah Transmisi Otomatis Pada Mobil Disusun oleh: 1. Deltama asparingga. N (09) Kelas : XII-TKR1 UPT.SMK NEGERI 1 KALIANGET Jl. By pass kertasada kalianget sumenep 69471 Telp. (1328) 667429 Email : smkn1kalianget@yahoo.com-web

Lebih terperinci

BAB III KONTRUKSI DAN SISTEM KERJA TRANSMISI ALLISON

BAB III KONTRUKSI DAN SISTEM KERJA TRANSMISI ALLISON BAB III KONTRUKSI DAN SISTEM KERJA TRANSMISI ALLISON 4 TH GENERATION SERI 1000 3.1.KONTRUKSI TRANSMISI. Transmisi Allison seri 1000 termasuk dalam jenis transmisi otomatis transmisi yang melakukan perpindahan

Lebih terperinci

TOPIK 3 CATERPILLAR NEW SCROLL FUEL SYSTEM

TOPIK 3 CATERPILLAR NEW SCROLL FUEL SYSTEM TOPIK 3 CATERPILLAR NEW SCROLL FUEL SYSTEM PENDAHULUAN Gambar 3.1 Jumlah bahan bakar yang terbakar pada sebuah engine berhubungan langsung dengan jumlah horsepower dan torque yang dihasilkan. Secara umum,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR

PEMERINTAH KOTA DENPASAR DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA PANITIA PELAKSANA LOMBA KOMPETENSI SISWA SEKRETARIAT : SMK NEGERI 1 DENPASAR TUGAS : ENGINE TUNE UP NO ASPEK PENILAIAN YES NO ACTUAL COMMENT 1 PERSIAPAN 1.1 Periksa semua perlengkapan yang ada 10 0 1.2 Periksa semua instruksi 10 0 1.3 Pilih peralatan pengetesan yang benar 20 0

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii iii iv v vi vii viii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Transmisi manual merupakan gabungan roda-roda gigi yang memindahkan putaran dan moment poros engkol ke roda-roda penggerak.

BAB III LANDASAN TEORI. Transmisi manual merupakan gabungan roda-roda gigi yang memindahkan putaran dan moment poros engkol ke roda-roda penggerak. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Transmisi Transmisi manual merupakan gabungan roda-roda gigi yang memindahkan putaran dan moment poros engkol ke roda-roda penggerak. 1.Menghasilkan tenaga yang lebih

Lebih terperinci

MELAKSANAKAN PEKERJAAN DASAR POWER TRAIN

MELAKSANAKAN PEKERJAAN DASAR POWER TRAIN KODE MODUL AMBR 011.20-1.A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK ALAT BERAT MELAKSANAKAN PEKERJAAN DASAR POWER TRAIN BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT

Lebih terperinci

PEMINDAH DAYA. 1. Uraian Tipe axle dan axle shaft

PEMINDAH DAYA. 1. Uraian Tipe axle dan axle shaft PEMINDAH DAYA GARIS BESAR PEMINDAH DAYA..... 190 KOPLING 1. Uraian.......................... 191 2. Rangkaian kopling................ 191 3. Plat kopling...................... 193 4. Mekanisme penggerak............

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 35 BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 3.1. Daftar Spesifikasi Kendaraan 1) Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0 V M/T Tahun 2004 Tabel 3.1. Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Heavy Dump Truck (HD) merupakan produk Komatsu yang mempunyai ukuran yang berbeda-beda dan salah satunya adalah Heavy Dump Truck Komatsu 465-7R, yang mempunyai arti:

Lebih terperinci

OBJECTIVE. 1 I.1. Definisi

OBJECTIVE. 1 I.1. Definisi POWER TRAIN DAFTAR ISI OBJECTIVE i I. Dasar-Dasar Power Train 1 I.1. Definisi 1 I.2. Komponen Utama Power Train 1 I.2.1. Penghubung antara engine dengan transmission 1 I.2.1.1. Flywheel Clutch 1 I.2.1.2.Torque

Lebih terperinci

TWIN Tips. Technical & Warranty Information Tips Mengatur Engine Speed Idle. Edisi XIII Juli 2015

TWIN Tips. Technical & Warranty Information Tips Mengatur Engine Speed Idle. Edisi XIII Juli 2015 Daftar Isi Mengatur Engine Speed Idle...hal 1 Penggantian Servo Clutch Model Baru.hal 2 Proses Pemasangan Servo Clutch Model Baru..hal 2 Air di Housing Filter Cartridge adalah Normal..hal 3 Information

Lebih terperinci

SUSUNAN KOMPONEN SISTEM REM

SUSUNAN KOMPONEN SISTEM REM Brake System (REM) SUSUNAN KOMPONEN SISTEM REM SISTEM REM ( BRAKE SYSTEM) Fungsi Utama: 1. Mengurangi kecepatan dan menghentikan kendaraan 2. Memungkinkan parkir pada tempat yang menurun 3. Sebagai alat

Lebih terperinci

Konstruksi CVT. Parts name

Konstruksi CVT. Parts name Konstruksi CVT C 3 D 4 E 5 6F 7 G B 2 8 H Parts name A 1 A. Crankshaft B. Primary sliding sheave (pulley bergerak) C. Weight / Pemberat D. Secondary fixed sheave(pulley tetap) E. Secondary sliding sheave

Lebih terperinci

MAKALAH PENERAPAN OPEN LOOP DAN CLOSE LOOP SYSTEM OLEH: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

MAKALAH PENERAPAN OPEN LOOP DAN CLOSE LOOP SYSTEM OLEH: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MAKALAH PENERAPAN OPEN LOOP DAN CLOSE LOOP SYSTEM OLEH: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Penerapan Close loop system A. Close loop System (sistem loop tertutup) Sistem loop

Lebih terperinci

MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP

MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP MELEPAS DAN MEMASANG PROPELLER SHAFT, AS RODA DAN GARDAN PADA MOBIL TOYOTA KIJANG 5K LAPORAN PRAKTIK AKHIR SEMESTER GENAP diajukan untuk memenuhi nilai akhir semester dua disusun oleh : Arman Syah. S XI

Lebih terperinci

CYLINDER HEAD E HP GASKET CARBURETOR INSULATOR HP WASHER, PLAIN 8 X 6 X

CYLINDER HEAD E HP GASKET CARBURETOR INSULATOR HP WASHER, PLAIN 8 X 6 X E - CYLINDER HEAD see E- 0 0 0 0 HP 0 000 HEAD COMP CYLINDER 0 HP 0 000 HOLDER CAMSHAFT. HP 0 000 GUIDE IN VALVE HP 0 000 GUIDE EX VALVE HP 0 000 GASKET CYLINDER HEAD HP 0 000 GASKET CARBURETOR INSULATOR

Lebih terperinci

Tipe Constant Mesh Dengan Tipe Constant Mesh memungkinkan ukuran konstruksi Transmisi menjadi lebih kecil, sehingga kebanyakan sepeda motor

Tipe Constant Mesh Dengan Tipe Constant Mesh memungkinkan ukuran konstruksi Transmisi menjadi lebih kecil, sehingga kebanyakan sepeda motor Tipe Constant Mesh Dengan Tipe Constant Mesh memungkinkan ukuran konstruksi Transmisi menjadi lebih kecil, sehingga kebanyakan sepeda motor menggunakan transmisi tipe constant mesh. Karakteristik Tipe

Lebih terperinci

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING 7 PENDAHULUAN SISTEM PEMINDAH TENAGA (POWER TRAIN). Pemindah tenaga (Power Train) adalah sejumlah mekanisme

Lebih terperinci

1 BAB II LANDASAN TEORI

1 BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Transmisi Fungsi transmisi adalah untuk meneruskan putaran dari mesin ke arah putaran roda penggerak, dan untuk mengatur kecepatan putaran dan momen yang dihasilkan sesuai

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING Berikut diagram alir proses perawatan dan perbaikan kopling

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING Berikut diagram alir proses perawatan dan perbaikan kopling 28 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES PERAWATAN DAN PERBAIKAN KOPLING Berikut diagram alir proses perawatan dan perbaikan kopling Gambar 4.1 Diagram Proses Perawatan dan Perbaikan Kopling 29

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR BAGAN... vii DAFTAR NOTASI... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL DATA. Flight controls hydraulic modular package adalah suatu komponen yang

BAB IV ANALISA DAN HASIL DATA. Flight controls hydraulic modular package adalah suatu komponen yang BAB IV ANALISA DAN HASIL DATA 4.1. Analisa Data 4.1.1. Umum Flight controls hydraulic modular package adalah suatu komponen yang berfungsi sebagai pengontrol dari tenaga hydraulic untuk aileron, rudder,

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Recirculating Ball

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Recirculating Ball Jobsheet Membongkar Sistem Kemudi Tipe Recirculating Ball 1. Tujuan Siswa mengenal komponen sistem kemudi Tipe Recirculating Ball Siswa memahami cara kerja sistem kemudi Tipe Recirculating Ball Siswa mampu

Lebih terperinci

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan

Lebih terperinci

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT

SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI & WHEEL ALIGNMENT SISTEM KEMUDI I. URAIAN Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda depan. Bila steering wheel diputar, steering column akan meneruskan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA MEKANISME SWING DEVICE PADA EXCAVATOR KEIHATSU 921 C

TUGAS AKHIR ANALISA MEKANISME SWING DEVICE PADA EXCAVATOR KEIHATSU 921 C TUGAS AKHIR ANALISA MEKANISME SWING DEVICE PADA EXCAVATOR KEIHATSU 921 C Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Lebih terperinci

4. Komponen Alat Berat

4. Komponen Alat Berat 4. C. Torqflow Transmission Torqflow Transmission adalah suatu sistem pemindahan tenaga (daya dan putaran) dengan menggunakan oli sebagi pengendali atau disebut juga Hydraulic control. Dalam sistem ini

Lebih terperinci

Rem parkir (parking brake) untuk memarkir kendaraan. Rem tambahan (auxiliary brake) untuk membantu rem kaki dan digunakan pada kendaraan besar.

Rem parkir (parking brake) untuk memarkir kendaraan. Rem tambahan (auxiliary brake) untuk membantu rem kaki dan digunakan pada kendaraan besar. SISTEM REM URAIAN Rem berfungsi untuk : Mengurangi kecepatan (memperlambat) dan menghentikan kendaraan. Memungkinkan parkir pada tempat yang menurun. Sebagai alat pengaman dan menjamin pengendaraan yang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah : SISTEM PEMINDAH TENAGA SKS : 2 teori, 1 praktik Kode Mata Kuliah : OTO 321 Smt : Genap/ Gasal *) Waktu Pertemuan : 2 x 50 Pertemuan ke : 1 I. Kompetensi Dasar : Mengingat,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. penyusun utama yaitu clutch, manual transaxle (mencakup transmisi roda gigi dan

BAB II DASAR TEORI. penyusun utama yaitu clutch, manual transaxle (mencakup transmisi roda gigi dan BAB II DASAR TEORI Powertrain adalah sistem penyaluran daya dari mesin ke roda penggerak kendaraan (ban). Powertrain pada kendaraan dengan roda penggerak depan memiliki komponen penyusun utama yaitu clutch,

Lebih terperinci

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS

BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS BAB IV PERAWATAN REM CAKRAM TIPE ABS 4.1. Tujuan Perawatan Perawatan dan perbaikan merupakan suatu hal yang sangat penting agar suatu alat atau mesin dapat bekerja dengan baik. Karena dengan sistem perawatan

Lebih terperinci

Oleh : Eko Prasetiawan FT Otomotif UNY. Standar Kompetensi : Komponen-Komponen ABSHydraulic Control Unit (HCU)

Oleh : Eko Prasetiawan FT Otomotif UNY. Standar Kompetensi : Komponen-Komponen ABSHydraulic Control Unit (HCU) Oleh : Eko Prasetiawan FT Otomotif UNY 13 Program Keahlian Mata Diklat : Sitem Manajemen Chasis : Sitem Manajemen Chasis Standar Kompetensi : Komponen-Komponen ABSHydraulic Control Unit (HCU) HCU berfungsi

Lebih terperinci

JUDUL UNIT KOMPETENSI : REM PIRINGAN DAN BOSTER REM

JUDUL UNIT KOMPETENSI : REM PIRINGAN DAN BOSTER REM JUDUL UNIT KOMPETENSI : REM PIRINGAN DAN BOSTER REM Diskripsi Unit Kompetensi: Kompetensi ini meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap pada pekerjaan melepas, memeriksa dan menyetel komponen rem piringan

Lebih terperinci

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA

TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA TROUBLE SHOOTING SISTEM INJEKSI MESIN DIESEL MITSUBISHI L300 DAN CARA MENGATASINYA Suprihadi Agus Program Studi D III Teknik Mesin Politeknik Harapan Bersama Jln. Mataram No. 09 Tegal Telp/Fax (0283) 352000

Lebih terperinci

MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK

MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK BAB III MEMBUAT STANDAR OPERA SIONA L PR OSEDUR PADA UNIT WA TER TRUC K MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK 1.1 Bagian-Bagian Utama water truck. Pada bagian ini dijelaskan nama-nama

Lebih terperinci

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Rack And Pinion

Membongkar Sistem Kemudi Tipe Rack And Pinion Jobsheet Membongkar Sistem Kemudi Tipe Rack And Pinion 1. Tujuan Siswa mengenal komponen sistem kemudi Tipe Rack and Pinion Siswa memahami cara kerja sistem kemudi Tipe Rack and Pinion Siswa mampu membongkar

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirabbil alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan

KATA PENGANTAR. Alhamdulillahirabbil alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil alamin. Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis laporan praktek ini dapat diselesaikan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 17 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi pengembangan alat peraga real axle traktor head a. Differantial assy real axle b. Hose 8 mm c. Kompresor angin d. Motor bensin 5,5 pk e.v-belt f.pully g.roda

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sejarah Hidrolik Dalam bahasa yunani hidro artinya air sedang aulos artinya pipa. Kata hidrolik berasal dari bahasa yunani yang dalam bahasa inggris artinya air dalam pipa.

Lebih terperinci

Ring II mm. Ukuran standar Batas ukuran Hasil pengukuran Diameter journal

Ring II mm. Ukuran standar Batas ukuran Hasil pengukuran Diameter journal Celah antara ring piston dengan - - silinder I II III IV Ring I 0.02 0.02 0.02 0.02 Ring II 0.02 0.02 0.02 0.02 alurnya Gap ring piston - - silinder I II III IV Ring I 0.30 0.20 0.30 0.20 Tebal piston

Lebih terperinci

Konstruksi CVT. Parts name. A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft. C. Weight / Pemberat

Konstruksi CVT. Parts name. A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft. C. Weight / Pemberat Konstruksi CVT C 3 D 4 E 5 6F 7 G B 2 8 H Parts name A 9I 1 10 J A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft B. Primary sliding sheave (pulley bergerak) G. Clutch housing/rumah kopling C. Weight / Pemberat

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR CVT (Continuous Variable Transmission) Modul ini disusun sebagai bahan ajar bagi siswa kelas XI TSM (Teknik Sepeda Motor) Disusun : Gunadi, S. Pd DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB III KONSTRUKSI DAN PENENTUAN KOMPONEN KRITIS PADA SUB-ASSEMBLY

BAB III KONSTRUKSI DAN PENENTUAN KOMPONEN KRITIS PADA SUB-ASSEMBLY 22 BAB III KONSTRUKSI DAN PENENTUAN KOMPONEN KRITIS PADA SUB-ASSEMBLY KOPLING (CLUTCH) 3.1 Kontruksi dan Prinsip Kerja Kopling Bab ini membahas konstruksi sub-assembly kopling, prinsip kerja dan fungsi

Lebih terperinci

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering STEERING Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda-roda depan. Bila roda kemudi diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear. Steering

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR OVERHAUL TRANSMISI MANUAL PADA TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G. Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Diploma 3 Untuk

TUGAS AKHIR OVERHAUL TRANSMISI MANUAL PADA TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G. Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Diploma 3 Untuk TUGAS AKHIR OVERHAUL TRANSMISI MANUAL PADA TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Diploma 3 Untuk Menyandang Gelar Ahli Madya Oleh Indra Sulistyo 5211312032 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan teori tentang transmisi dan oli ATF serta beberapa parameter yang berkaitan dengan kinerja transmisi. Semua karakteristik, teori perhitungan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 System-Sytem pada Rear Axle Pada dasarnya rear axle berfungsi menghantarkan tenaga dari mesin untuk menuju ke poros roda penggerak. Seiring datangnya permasalahan yang timbul

Lebih terperinci

STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL

STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL STANDAR LATIHAN KERJA DAFTAR MODUL NO. KODE JUDUL 1. WLO 01 ETIKA PROFESI DAN ETOS KERJA 2. WLO 02 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) 3. WLO 03 STRUKTUR DAN FUNGSI WHEEL LOADER 4. WLO 04 PEMELIHARAAN

Lebih terperinci

BAB IV PROSES ASSEMBLY POWER SECTION APU GTCP85-129

BAB IV PROSES ASSEMBLY POWER SECTION APU GTCP85-129 BAB IV PROSES ASSEMBLY POWER SECTION APU GTCP85-129 4.1 Pengantar Proses assemble power section dibagi menjadi 3 tahapan proses assembly yaitu : 1. Assembly rotating group 2. Assembly component support

Lebih terperinci

Lampiran 1 NO. NAMA MEKANIK

Lampiran 1 NO. NAMA MEKANIK 70 Lampiran 1 NO. NAMA MEKANIK Faktor Penyabab masalah 1 2 3 4 5 1 Andri 4 2 1 1 5 2 Denny 4 4 1 4 5 3 Eko 5 3 4 1 4 4 Fahrul 4 4 1 3 5 5 Handi 5 3 3 1 4 6 Hery 4 3 3 1 5 7 Mujilan 4 3 3 1 5 8 Montes 4

Lebih terperinci

BAB II. LANDASAN TEORI

BAB II. LANDASAN TEORI BAB II. LANDASAN TEORI 2.1. Mengenal Motor Diesel Motor diesel merupakan salah satu tipe dari motor bakar, sedangkan tipe yang lainnya adalah motor bensin. Secara sederhana prinsip pembakaran pada motor

Lebih terperinci

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR 3.1 Mesin Perakit Radiator Mesin perakit radiator adalah mesin yang di gunakan untuk merakit radiator, yang terdiri dari tube, fin, end plate, dan side plate.

Lebih terperinci

Sistem Transmisi Otomatis

Sistem Transmisi Otomatis Sistem Transmisi Otomatis A. Garis Besar Sistem V-Matic Sistem V-Matic adalah mekanisme otomatis yang mengubah perbandingan gigi tanpa langkah-langkah dan mengubah daya mesin menjadi gaya dorong optimal

Lebih terperinci

SUSPENSI DAN KEMUDI SEPEDA MOTOR

SUSPENSI DAN KEMUDI SEPEDA MOTOR SUSPENSI DAN KEMUDI SEPEDA MOTOR TEORI SECARA UMUM SISTIM SUSPENSI Sistim suspensi biasanya ditempatkan diantara frame dan poros roda. Pada umumnya dilengkapi dengan shock absorber. Sistim suspensi terletak

Lebih terperinci

telah aus 3) Penggantian Komponen {Discard Task) dan Intervalnya Pekerjaan Penggantian

telah aus 3) Penggantian Komponen {Discard Task) dan Intervalnya Pekerjaan Penggantian nspeksi Interval Sistem 2level.3 dilakukan yang J3 pemeliharaan Pekerjaan 635 d CO CO diatur sudah stop screw tepat yang steering Inspeksi gears mengetahui untuk oli ada/tidaknya tie dan link drag Inspeksi

Lebih terperinci

PERANGKAT UJI KOMPETENSI Final drive/gardan

PERANGKAT UJI KOMPETENSI Final drive/gardan PEKAN UJI PRODUKTIF TEKNIK OTOMOTIF PERANGKAT UJI KOMPETENSI Final drive/gardan Disiapkan Oleh : Eko Winarso,S.Pd.M.M Slamet Akhmad S, M.Pd TEKNIK OTOMOTIF 2014 Lembar Kualifikasi Tipe Mobil : Peserta

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Dasar-dasar Pompa Sentrifugal Pada industri minyak bumi, sebagian besar pompa yang digunakan ialah pompa bertipe sentrifugal. Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya yang timbul akibat

Lebih terperinci

SUMBER Konstruksi dan Fungsi Sistem VTEC. Daftar Isi SUMBER Konstruksi dan Fungsi Sistem VTEC RT 1/26. Pengantar.

SUMBER Konstruksi dan Fungsi Sistem VTEC. Daftar Isi SUMBER Konstruksi dan Fungsi Sistem VTEC RT 1/26. Pengantar. 061461 SUMBER Konstruksi dan Fungsi Sistem VTEC RT 1/26 SUMBER Konstruksi dan Fungsi Sistem VTEC Daftar Isi Pengantar Tipe-Tipe VTEC Konstruksi VTEC SOHC Cara Kerja VTEC SOHC Konstruksi VTEC DOHC Cara

Lebih terperinci

Mesin Diesel. Mesin Diesel

Mesin Diesel. Mesin Diesel Mesin Diesel Mesin Diesel Mesin diesel menggunakan bahan bakar diesel. Ia membangkitkan tenaga yang tinggi pada kecepatan rendah dan memiliki konstruksi yang solid. Efisiensi bahan bakarnya lebih baik

Lebih terperinci

SIFAT, KEUNTUNGAN, DAN KERUGIAN UDARA BERTEKANAN

SIFAT, KEUNTUNGAN, DAN KERUGIAN UDARA BERTEKANAN MATERI DEFINISI PNEUMATIK SIFAT, KEUNTUNGAN, DAN KERUGIAN UDARA BERTEKANAN HUKUM-HUKUM FISIKA DALAM PNEUMATIK PEMAHAMAN DAN PENGGAMBARAN SIMBOL KOMPONEN PNEUMATIK SESUAI DENGAN STANDARISASI ISO 1219 PENGENALAN

Lebih terperinci

No. JST/OTO/321 Revisi : 00 Tgl : Page 1 of 2

No. JST/OTO/321 Revisi : 00 Tgl : Page 1 of 2 No. JST/OTO/321 Revisi : 00 Tgl : 07-07-07 Page 1 of 2 KOPLING PEGAS SPIRAL 2 x 50 Kompetensi : Memelihara/ servis, memperbaiki dan overhaul sistem pemindah tenaga pada kendaraan ringan Sub Kompetensi

Lebih terperinci

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875.

Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. ABSIC ENGINE Dua orang berkebangsaan Jerman mempatenkan engine pembakaran dalam pertama di tahun 1875. Pada pertengahan era 30-an, Volvo menggunakan engine yang serupa dengan engine Diesel. Yaitu engine

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Secara garis besar transmisi dibagi menjadi 2 klasifikasi dari sudut pandang konsumen yaitu transmisi otomatis (transmission automatic) dan transmisi manual ( selective gear transmission).

Lebih terperinci

a. Pressure Control Valve (Katup Pengontrol Tekanan) b. Directional Control Valve (Katup Control Arah) c. Flow control valve (katup pengontrol aliran)

a. Pressure Control Valve (Katup Pengontrol Tekanan) b. Directional Control Valve (Katup Control Arah) c. Flow control valve (katup pengontrol aliran) 2.1.14 Katup Sistem control pneumatik terdiri dari komponenkomponen sinyal dan bagian kerja. Komponen-komponen sinyal dan control mempergunakan rangkaian atau urut-urutan operasi dari bagian kerja, dan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004

BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004 22 BAB III PEMBAHASAN DAN HASIL ANALISIS KOPLING KIJANG INNOVA TYPE V TAHUN 2004 3.1 Tempat Dan Objek Analisis Tempat untuk melakukan analisis dan perbaikan pada tugas akhir ini, adalah workshop otomotif

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 41 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Start Alat berat masuk ke Workshop Pengecekan sistem hidrolik secara keseluruhan komponen Maintenance Service kerusakan Ganti oli Ganti filter oli Ganti hose hidrolik

Lebih terperinci

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Alur Proses Pada Perawatan Automatic Brake Handle

PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN. Alur Proses Pada Perawatan Automatic Brake Handle 44 BAB IV 4.1 ALUR PROSES PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Alur Proses Pada Perawatan Handle start Pemeriksaan awal per-periodik Pengecheckan kebocoran Haandle Indeks Kerusakan Perbaikan Handle Test Ulang Kebocoran

Lebih terperinci

Session 11 Steam Turbine Protection

Session 11 Steam Turbine Protection Session 11 Steam Turbine Protection Pendahuluan Kesalahan dan kondisi tidak normal pada turbin dapat menyebabkan kerusakan pada plant ataupun komponen lain dari pembangkit. Dibutuhkan sistem pengaman untuk

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 1.1 PERAWATAN MESIN DOUBLE FACER 1.1.1 Tahapan-Tahapan Perawatan Pada perawatan mesin double facer kali ini hanya akan dijelaskan perawatan terhadap mesin double facer

Lebih terperinci

Hi-Tech. System [Chassis]

Hi-Tech. System [Chassis] Hi-Tech. System [Chassis] Alih bahasa oleh Training Support & Development 1 Training Support & Development KATA PENGANTAR Buku panduan training ini ditujuan bagi teknisi yang telah menyelesaikan keseluruhan

Lebih terperinci

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG

MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG MEMPELAJARI KESEIMBANGAN LINI PADA PROSES COUNTER LINE MESIN TIPE XD833 CD3 MOTOR SATRIA F150 DI PT. SUZUKI INDOMOBIL MOTOR PLANT CAKUNG Nama : Syaiful Ma arif NPM : 37412250 Jurusan : Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Standard Operational Procedure Flow chart proses honing tersebut disajikan pada gambar dibawah ini : Gambar 4.1. Flow Chart SOP Proses Honing Teknik Industri

Lebih terperinci

1. EMISI GAS BUANG EURO2

1. EMISI GAS BUANG EURO2 1. EMISI GAS BUANG EURO2 b c a Kendaraan Anda menggunakan mesin spesifikasi Euro2, didukung oleh: a. Turbocharger 4J 4H Turbocharger mensuplai udara dalam jumlah yang besar ke dalam cylinder sehingga output

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH. ditemukan sistem pengisian tidak normal pada saat engine tidak dapat di start

BAB III ANALISIS MASALAH. ditemukan sistem pengisian tidak normal pada saat engine tidak dapat di start BAB III ANALISIS MASALAH A. Tinjauan masalah Umumnya, pengemudi akan menyadari bahwa pada sistem pengisian terjadi gangguan bila lampu tanda pengisian menyala. Sebagai tambahan, sering ditemukan sistem

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PRINSIP PEMINDAHAN TENAGA Sepeda motor dituntut bisa dioperasikan atau dijalankan pada berbagai kondisi jalan. Namun demikian, mesin yang berfungsi sebagai penggerak utama pada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI Daftar Isi Halaman judul... i Lembar nomor persoalan... ii Lembar pengesahan... iii Lembar persembahan... iv Lembar pernyataan... v Lembar motto... vi Kata pengantar... vii Abstract... ix Intisari... x

Lebih terperinci

BAB III SISTEM DAN KOMPONEN REM TROMOL BUS

BAB III SISTEM DAN KOMPONEN REM TROMOL BUS BAB III SISTEM DAN KOMPONEN REM TROMOL BUS 3.1 Pengertian Rem dan Fungsi Rem Rem merupakan bagian kendaraan yang sangat penting dalam mendukung aspek keamanan berkendaraan, maka rem harus : Dapat menghentikan

Lebih terperinci

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI SEKTOR JASA KONSTRUKSI BIDANG PEKERJAAN MEKANIKAL JABATAN KERJA MEKANIK HIDROLIK ALAT BERAT IDENTIFIKASI KOMPONEN SISTEM HIDROLIK ALAT BERAT KODE UNIT KOMPETENSI:.01

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 16 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENDAHULUAN Rem udara adalah sistem rem yang pengoperasiannya menggunakan udara yang bertekanan dimana rem ini memanfaatkan energi udara bertekanan untuk menjalankan sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Motor Bakar Motor bakar adalah mesin atau peswat tenaga yang merupakan mesin kalor dengan menggunakan energi thermal dan potensial untuk melakukan kerja mekanik dengan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelang melakukan proses analisis pada sistem pemindahan tenaga sepeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelang melakukan proses analisis pada sistem pemindahan tenaga sepeda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Proses Analisis Sistem Pemindah Tenaga. Setelang melakukan proses analisis pada sistem pemindahan tenaga sepeda motor yamaha vixion berdasarkan standar dan spesifikasi

Lebih terperinci

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011

MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 1 MODUL SISTEM KEMUDI DPKJ OLEH : KHUSNIADI PROGRAM STUDI TEKNIK KENDARAAN RINGAN JURUSAN TEKNIK MEKANIK OTOMOTIF SMK NEGERI 1 BUKITTINGGI 2011 2 SISTEM KEMUDI Kompetensi : Menjelaskan pengertian prinsip

Lebih terperinci

No. Alumni Politeknik David Kurnia Putra

No. Alumni Politeknik David Kurnia Putra No. Alumni Politeknik David Kurnia Putra No. Alumni Jurusan BIODATA (a) Tempat/Tgl Lahir: Pariaman/07 Maret 1996 (b) Nama Orang Tua: Rebendri dan Armiati (c) Jurusan: Teknik Mesin (d) Program Studi: DIII

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PERAWATAN DI PT. ASTRA DAIHATSU CILEDUG

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PERAWATAN DI PT. ASTRA DAIHATSU CILEDUG 30 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PERAWATAN DI PT. ASTRA DAIHATSU CILEDUG Gambar 4.1, Alur proses perawatan 31 Mulai Masukkan Mobil ke stall Diteksi sistem yang mengalami kerusakan Pembongkaran

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH. 3.1 Cara Kerja Sisten Starter Pada Kijang Innova. yang diamati pada Toyota Kijang Innova Engine 1 TR-FE masih bekerja

BAB III ANALISIS MASALAH. 3.1 Cara Kerja Sisten Starter Pada Kijang Innova. yang diamati pada Toyota Kijang Innova Engine 1 TR-FE masih bekerja BAB III ANALISIS MASALAH 3.1 Cara Kerja Sisten Starter Pada Kijang Innova Setelah melakukan pengamatan di pada objek cara kerja sistem starter yang diamati pada Toyota Kijang Innova Engine 1 TR-FE masih

Lebih terperinci