BAB III KONTRUKSI DAN SISTEM KERJA TRANSMISI ALLISON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III KONTRUKSI DAN SISTEM KERJA TRANSMISI ALLISON"

Transkripsi

1 BAB III KONTRUKSI DAN SISTEM KERJA TRANSMISI ALLISON 4 TH GENERATION SERI KONTRUKSI TRANSMISI. Transmisi Allison seri 1000 termasuk dalam jenis transmisi otomatis transmisi yang melakukan perpindahan gigi percepatan secara otomatis. Untuk mengubah tingkat kecepatan pada sistem transmisi otomatis ini digunakan mekanisme gesek dan tekanan minyak transmisi otomatis. Pada transmisi otomatis roda gigi planetari gear berfungsi untuk mengubah tingkat kecepatan dan torsi seperti halnya pada roda gigi pada transmisi manual. pada transmisi Allison seri 1000 ini mempunyai komponen pendukung yang lebih banyak. Gambar.3.1.Kontruksi transmisi Allison 4 th generation seri 1000 (Sumber : Allison E-Learning) 36

2 Didalam bak transmisi terdapat roda gigi yang terpasang pada masing-masing porosnya. Jumlah poros-poros yang terdapat pada transmisi ada 3 buah poros tersebut berfungsi sebagai penyalur putaran dan juga sebagai dudukan gigi percepatan dan bantalan pendukung. Poros-poros tersebut yaitu: 1. Poros kopling (input shaft) 2. Poros primer (output shaft) 3. Poros skunder (main shaft). Seperti pada transmission housing sendiri dirancang sedemikian rupa sebagai rumah atau tempat komponen-komponen utama transmisi, juga sebagai pelindung komponen-komponen transmisi. Rumah transmisi atau transmission housing terbuat dari paduan aluminium. Bahan tersebut digunakan karena selain mudah dicetak juga ringan. Pada transmisi ini rumah kopling tergabung menjadi satu kesatuan dengan rumah transmisi. Transmisi Allison seri 1000 terbaru memiliki Kinerja Enam-Speed dan mode untuk memilih. Transmisi pertama di kelasnya otomatis enam kecepatan dengan dua roda gigi overdrive. Kecepatan Mesin 250 rpm berkurang pada 60 mph Memungkinkan meningkatkan jarak tempuh BBM dan kisarannya. Pertama dikelas tap-shift rentang-pilihan fitur memungkinkan pengemudi untuk dengan mudah memilih gigi yang diinginkan untuk kontrol yang lebih besar. Gigi keenam pada dasarnya adalah gigi overdrive kedua - memungkinkan, gear depan cakupan yang luas keseluruhan rasio 5.08:1 dan memungkinkan mesin kendaraan untuk beroperasi pada rpm rendah, khususnya selama mengemudi kecepatan tinggi di jalan raya dan jalan raya. Gear ratio 0,61 keenam UNIVERSITAS MERCU BUANA 37

3 menyediakan putaran mesin 1550-rpm di 60 mph. dibandingkan dengan kecepatan 1800-rpm mesin transmisi lima kecepatan di 60 mph. Mesin ini menggunakan bahan bakar kurang rpm lebih rendah, sehingga jarak tempuh BBM meningkat dan jangkauan. Rasio gigi 1 sampai 5 tetap sama dengan kecepatan 1000 Allison lima. Tetapi dilengkapi dengan berbagai pilihan fitur baru. Hal ini memungkinkan pengemudi untuk memilih gigi yang diinginkan, melalui ibu jari-switch diaktifkan pada shifter, memberikan rasa kontrol ditingkatkan dalam situasi mengemudi yang unik, seperti derek di kelas curam. Fitur pemilihan rentang memegang gigi pra-dipilih oleh pengemudi dan pengamanan elektronik mencegah penularan dari dialihkan dengan cara yang dapat menyebabkan kerusakan mesin atau hilangnya kontrol kendaraan. Grade pengereman dan pengereman cruise kelas hanya tersedia saat tow / haul mode yang dipilih dan transmisi tidak dalam modus pemilihan jangkauan. Diesel-mesin kendaraan yang dilengkapi dengan kontrol 1000 cruise Allison enam-kecepatan fitur kelas pengereman. Bekerja selaras dengan tow / angkut mode, cruise grade sistem pengereman secara otomatis akan Pergeseran turun untuk membantu menjaga kecepatan jelajah setelah saat berkendara di keadaan menurun Allison 1000 Series Spesifikasi (MW7) Tipe: Engine range: 6.6L - 8.1L Maksimum engine torque: Maksimum gearbox torque: Tabel.3.1. spesifikasi Allison seri Enam-speed rear-wheel-drive, dikendalikan secara elektronik, transmisi otomatis dengan overdrive kopling torque converter 650 lb-ft 900 lb-ft Gear ratios: First: 3.10 UNIVERSITAS MERCU BUANA 38

4 Second: 1.81 Third: 1.41 Fourth: 1.00 Fifth: 0.71 Sixth 0.61 Reverse: 4.49 Maksimum shift speed: 4850 rpm Maksimum divalidasi massa total: GVW lb 3600 series dually series non-dually series HD series GCW lb 3500 dually, 3600 series (6.6L Duramax) lb 3500 dually (8.1L), 3600 (8.1L), 3500 non-dually (6.6L Duramax, 8.1L) 6-position quadrant: P, R, N, D, M, 1 Case material: Shift pattern: Shift quality: Torque converter clutch: Converter size: Fluid type: Transmission weight: Fluid capacity (approximate): Power take off: Pressure taps available: Assembly sites: die cast aluminum (2) two-way on/off solenoids force motor control / adaptive shifts Variable Bleed Solenoid Control 310mm (diameter of torque converter turbine) DEXRON VI dry: 150 kg (330 lb) shallow pan: 12L (13 qt.) (dry) provision available main pressure Baltimore, Md. Additional features: Tap-shift range selection mode; elevated idle mode; low traction mode; shift stabilization; tow/haul; grade braking Applications: 2006 Chevrolet Silverado and GMC Sierra 2500HD and Analisa Proses kerja power flow transmisi. Sesuai dengan fungsi utamanya transmisi berfungsi untuk merubah momen dengan cara menukar kombinasi gigi (perbandingan gigi). Input shaft transmisi menerima putaran dari mesin melalui kopling, putaran tersebut diteruskan ke counter shaft melalui perkaitan gigi input dengan gigi counter. UNIVERSITAS MERCU BUANA 39

5 3.2.1.Netral. Dalam netral, hanya kopling C5 diterapkan. Daya putaran dari torque converter tidak ditransmisikan di luar modul kopling berputar dan P1 planetary sun gear. Jika kendaraan bergulir sedangkan di dalam keadaan netral, kopling yang berbeda dapat diterapkan. Kontrol kecepatan rotasi komponen dalam kondisi yang berbeda-beda. Tergantung pada kecepatan poros output, transmisi dapat mencapai N1, N2, N3 atau N4 ini sesuai dengan cengkeraman C5, C4, C3 dan C4 masing-masing. Gambar.3.2. Power flow pada saat netral (Sumber : Allison E-Learning). Gambar.3.3. Planetary gear pada saat netral (Sumber: Allison 4 TH Generation control (Troubleshooting manual 1000 and 2000 product families)). 40

6 th range/tingkat pertama powe flow. Dalam rentang pertama, kopling C1 dan C5 diterapkan. C1 mengunci poros turbin dan poros utama bersama-sama. Gigi Matahari P3 adalah bagian dari modul poros utama, sehingga menjadi masukan untuk set planet P3. C5 memegang ring gear P3. Carrier P3 adalah splined langsung ke poros output. Karena gigi matahari P3 adalah masukan dan gigi cincin P3 diadakan, pembawa P3 menjadi output Gambar.3.4. Power flow pada saat 1 th range (Sumber : Allison E-Learning). Gambar.3.5. Planetary gear 1 th range (Sumber : Allison 4 TH Generation control (Troubleshooting manual 1000 and 2000 product families)). 41

7 th range/tingkat kedua power flow. Dalam second range, C1 dan C4 cengkeraman diterapkan dan set planet P2 dan P3 bekerja sama untuk memberikan output yang sesuai. Kopling C1 mengunci poros turbin dan poros utama bersama-sama, ini drive gigi P2 matahari. Kopling C4 memegang cincin gigi P2, karena gigi P2 matahari adalah masukan dan gigi cincin P2 diadakan, pembawa P2 menjadi output. Gigi Matahari P3 adalah splined ke poros utama, jadi berputar. Gigi cincin P3 adalah splined untuk pembawa P2, jadi berputar, tapi pada tingkat yang lebih lambat dari P3 gigi matahari. Roda gigi cincin P3 bertindak seperti anggota diadakan, dan matahari P3 gigi menjadi masukan. Pembawa P3 menjadi output, dan itu splined ke poros output. Gambar.3.6.Power flow pada saat 2 th range (Sumber : Allison E-Learning). 42

8 Gambar.3.7. Planetary gear pada saat 2 th range (Sumber: Allison 4 TH Generation control (Troubleshooting manual 1000 and 2000 product families)) th range/ tingkat ketiga power flow. Dalam tingkat ketiga, cengkeraman C1 dan C3 diterapkan dan semua bekerja tiga planetary gear sama untuk memberikan output yang sesuai. Kopling C1 mengunci poros utama poros turbin, dan modul kopling berputar berputar roda sun gear P1. C3 kopling menahan ring gear P1. Karena sun gear P1 adalah input dan ring gear P1 diadakan, carier P1 menjadi output. Ring gear P2 splined untuk carier P1, jadi berputar. Karena ring gear P2 ini berputar lebih lambat dari sun gear P2, itu bertindak seperti anggota planetary diadakan. Gigi P2 sun gear adalah input, ring gear P2 diadakan(held), sehingga output menjadi carier P2. Gigi P3 sun gear berputar dengan poros utama. Gigi ring gear P3 adalah splined untuk carier P2, jadi berputar dengan carier P2, pada kecepatan lebih lambat dari P3 sun gear. Sun gear P3 adalah input, tindakan gigi P3 rin gear seperti anggota 43

9 diadakan(held), dan carier P3 (yang splined ke poros output) menjadi output. Gambar.3.8. Power flow pada saat 3 th range (Sumber : Allison E- Learning). Gambar.3.9.Planetary gear pada saat 3 th range (Sumber: Allison 4 TH Generation control (Troubleshooting manual 1000 and 2000 product families)) th range/tingkat keempat power flow. Dalam tingkat keempat, baik berputar kopling (C1 dan C2) diterapkan. Kopling C1 mengunci poros turbin ke poros utama. Kopling C2 mengunci poros turbin untuk pembawa P2. Karena tidak ada cengkeraman stasioner diterapkan, semua tiga planetary sun gear, carrier dan peralatan cincin memutar kecepatan yang sama dan arah sebagai poros turbin. carier P3 adalah output dan itu splined 44

10 langsung ke poros output. Karena semua komponen yang berputar bersama-sama, rasio cakupan roda gigi/gear keempat terakhir adalah 1 sampai 1, atau drive langsung. Gambar.3.10.Power flow pada saat 4 th range (Sumber : Allison E-Learning). Gambar.3.11.Planetary gear pada saat 4 th range (Sumber: Allison 4 TH Generation control (Troubleshooting manual 1000 and 2000 product families)) th range/tingkat kelima power flow. Dalam tingkat kelima, C2 dan C3 kopling kembali menerapkan semua tiga set planet bekerja sama untuk menciptakan output yang sesuai. Gigi P1 sun gear berputar dengan modul kopling berputar. Kopling C3 adalah memegang ring gear P1 stasioner, P1 menjadi output. Carrier P2 adalah berputar pada kecepatan turbin 45

11 (C2 kopling kunci turbin untuk carrier P2). Ring gear P2 splined dan berputar dengan carrier P1, P2 carrier berputar lebih cepat dari ring gear P2, jadi masukan dan tindakan ring gear seperti anggota diadakan/held, gigi P2 sun gear menjadi output. Gigi P2 sun gear berputar poros utama dan sun gear P3. Ring gear P3 adalah splined dan berputar dengan carrier P2, P3 sun gear berputar lebih cepat dari ring gear P3, sehingga sun gear adalah input dan roda ring gear bertindak anggota yang dimiliki. carrier P3 menjadi output, dan itu splined ke poros output. Kombinasi gearing menciptakan sebuah overdrive. Gambar.3.12.Power flow pada saat 5 th range (Sumber : Allison E-Learning). Gambar.3.13.Planetary gear pada saat 5 th range (Sumber: Allison 4 TH Generation control (Troubleshooting manual 1000 and 2000 product families)). 46

12 th range/tingkat keenam power flow. Dalam tingkat keenam, C2 dan C4 cengkeraman diterapkan dan set planet P2 dan P3 bekerja sama untuk menciptakan output yang sesuai. Kopling C2 mengunci carrier P2 ke poros turbin. Kopling C4 memegang ring gear P2, karena carrier P2 adalah input dan ring gear P2 diadakan/held, gigi P2 sun gear menjadi output. Gigi P2 sun gear berputar poros utama dan sun gear P3, sun gear adalah input, ring gear P3 bertindak seperti anggota diadakan/held. carrier P3 menjadi output, dan itu splined ke poros output. Kombinasi gearing menciptakan sebuah overdrive. Gambar Power flow pada saat 6 th range (Sumber : Allison E-Learning). Gambar Planetary gear pada saat 6 th range (Sumber: Allison 4 TH Generation control (Troubleshooting manual 1000 and 2000 product families)). 47

13 3.2.8.Reverse/mundur. Secara terbalik/mundur, cengkeraman C3 dan C5 diterapkan dan semua tiga set gear planet bekerja sama untuk menciptakan output. Gigi P1 sun gear berputar dengan modul kopling berputar. Ring gear P1 dipegang oleh kopling C3, carrier P1 menjadi output. Carrier P1 adalah splined ke ring gear P2, ring gear P2 menjadi masukan untuk set planet P2. C5 kopling terus ring gear P3, P3 ring gear adalah splined untuk carrier P2, karena ring gear P2 adalah input dan carrier P2 diadakan/held, gigi P2 sun gear menjadi output. Karena operator adalah anggota diadakan/held, gigi P2 sun gear berputar berlawanan (berlawanan arah jarum jam) arah komponen masukan itu. Gigi P2 sun gear berputar pada poros utama dalam arah yang berlawanan (berlawanan arah jarum jam). Karena gigi P3 sun gear berputar dengan poros utama, juga berputar dalam arah yang berlawanan (berlawanan arah jarum jam). Roda sun gear P3 menjadi masukan reverse untuk set planet P3. Ring gear P3 dipegang oleh kopling C5. Carrier P3 output menjadi terbalik, dan itu splined ke poros output. Gambar Power flow pada saat reverse range (Sumber : Allison E- Learning). 48

14 Gambar.3.17.Planetary gear pada saat reverse range (Sumber: Allison 4 TH Generation control (Troubleshooting manual 1000 and 2000 product families)). 3.3.Sistem kerja hydraulic Transmisi seri Tekanan utama dan mengkontrol tekanan utama. Pompa pengisian (charging pump) dan katup pengatur utama membuat tekanan utama. Tekanan utama diturunkan ketika kopling (clutch) torque converter diterapkan dan ketika solenoida utama dimodulasi adalah energized. Tekanan utama diarahkan untuk komponen sepanjang transmisi termasuk kontrol katup utama. Katup kendali utama dan kontrol kerja katup utama bersama-sama untuk menciptakan dan menjaga pengendalian tekanan utama (main pressure) secara konsisten. Pompa pengisian menarik cairan dari sump, melalui saringan utama, dan mengarahkan ke katup pengatur utama. Tekanan utama diarahkan ke katup kontrol utama. Katup pengatur utama bergerak ke bawah untuk mengatur tekanan utama tekanan utama. regulator knalpot langsung kembali ke sisi hisap dari pompa pengisian. Tekanan utama regulator yang lebih diarahkan ke sirkuit torque converter. Ketika energized, solenoid utama dimodulasi mengarahkan tekanan kontrol utama ke katup pengatur utama, menurunkan tekanan utama. 49

15 tekanan utama mengalir ke katup kontrol utama. Katup kendali utama dan katup kontrol relief utama menciptakan dan mempertahankan tekanan kontrol utama. Kontrol tekanan utama diarahkan pada solenoida trim (PCS 1 DAN PCS 2), ke TCC (torque converter clutch) solenoida dan ke solenoid tekanan dimodulasi utama. Kontrol tekanan utama biasanya lebih rendah daripada tekanan utama. Kontrol tekanan utama adalah stabil, tekanan konsisten digunakan untuk kopling tepat dan kontrol katup. Katup kendali utama mengatur tekanan kontrol utama. katup bergerak ke bawah untuk mengurangi tekanan untuk knalpot. Katup relief kendali utama lebih lanjut mengatur tekanan kontrol utama dan bantal paku hidrolik (hydraulic spike) untuk membantu menjaga pengendalian tekanan utama secara konsisten Netral. Gambar.3.18.Sistem hydraulic netral (Sumber : Allison E-Learning). Pada saat Netral, pergeseran solenoid SS1, SS2 dan SS3 adalah energized, hanya kopling C5 diterapkan(applied). Kontrol tekanan utama mengalir ke PCS1 dan PCS2 solenoid. Solenoid PCS1 biasanya tertutup bagi knalpot. The solenoid PCS2 biasanya terbuka untuk knalpot. Kontrol tekanan utama tidak dapat buang melalui 50

16 solenoid PCS1. Katup pengatur PCS1 dipaksa turun terhadap tekanan spring. Tekanan mengalir melalui katup pengatur PCS1 dan diarahkan untuk pergeseran katup 2. Kontrol tekanan utama mengalir ke solenoid bergeser. Ketiga solenoida shift energi dan tekanan kontrol langsung utama untuk katup yang berhubungan shift, memaksa mereka turun terhadap tekanan spring. Tekanan dari katup pengatur PCS1 mengalir melalui katup shift 2 dan berlaku kopling C5. Katup selector dalam posisi netral dan tidak arah fluida ke kopling. Katup kopling C1 memastikan kopling C1 sepenuhnya habis dalam rentang dimana kopling C1 tidak diterapkan Tingkat pertama (first range). Gambar Sistem hydraulic tingkat pertama/first range (Sumber : Allison E- Learning). Pada saat first range, pergeseran SS2 solenoida adalah energized, C5 dan C1 clutches diterapkan, selama netral bergeser ke tingkat pertama. Jangkauan PCS1 tetap de-energized dan terus C5 clucth diterapkan melalui katup shift 2. PCS2 memberi energi (energized) dan katup pengatur yang mengarahkan tekanan melalui katup, katup shift 1 shift 3 dan katup pemilih. Ketiga solenoida shift tetap bersemangat dan ketiga katup shift down. Tekanan dari katup pengatur pcs1 51

17 mengalir melalui katup shift 2 dan berlaku kopling C5. Katup pemilih dalam tekanan posisi drive mengarahkan dari katup pengatur PCS2 melalui katup kopling C1, menerapkan C1 kopling. Setelah menggeser selesai, solenoida SS1 dan SS3 de-energi dan katup yang berhubungan bergeser naik. Shift katup 3 blok tekanan dari katup regulator PCS2 tapi mengarahkan tekanan utama katup pemilih dan C1 kopling. C1 kopling berlaku transisi dari PCS2 tekanan katup pengatur tekanan utama. Setelah C1 kopling berlaku transisi ke tekanan utama, PCS2 solenoida de-energized. 3.4.Second range (tingkat kedua). Gambar.3.20.Sistem hydraulic tingkat kedua (second range) (Sumber : Allison E-Learning). Pada saat second range, solenoida PCS1 dan PCS2 adalah energized, The kopling C4 dan C1 diterapkan. Selama kurun pertama bergeser rentang kedua, PCS1 adalah energized, katup regulator PCS1 bergerak naik dan memungkinkan C5 kopling ke knalpot. PCS2 memberikan energi dan kekuatan itu regulator valve bawah, yang mengarahkan tekanan untuk katup shift dan kopling C4. Shift solenoida 1 dan 3 tetap de-energized. C5 kopling exhausts melalui katup shift 2. Tekanan dari aliran pcs2 katup pengatur melalui katup pergeseran 1, melalui 52

18 katup shift 3 dan berlaku kopling C4. tekanan utama terus mengalir melalui katup pergeseran 3, melalui katup pemilih dan terus c1 kopling diterapkan. Setelah menyelesaikan shift, shift solenoida 2 de-memberikan energi dan pergeseran katup 2 bergerak ke atas Third range (tingkat ketiga). Gambar.3.21.Sistem hydraulic tingkat ketiga (3 th range) (Sumber : Allison E- Learning). Pada saat Third range. shift solenoid SS1 adalah energi. Cengkeraman C1 C3 dan diterapkan. Selama kurun kedua bergeser rentang ketiga, PCS2 de memberikan energi. Katup pengatur PCS2 bergerak naik dan memungkinkan C4 kopling ke knalpot. PCS! De-memberikan energi. Katup Regulator PCS1 bergerak turun dan tekanan langsung melalui katup shift 2 dan berlaku kopling C3. ketiga solenoida pergeseran tetap De-energized. C4 kopling melalui katup buang dan katup shift 3 shift 1. Tekanan dari thepcs1 katup pengatur mengalir melalui katup shift 2 dan berlaku kopling C3. Tekanan utama terus mengalir melalui katup shift 3. Melalui katup pemilih dan terus C1 kopling diterapkan. Setelah menyelesaikan shift, shift solenoid 1 memberikan energi dan pergeseran katup 1 bergerak ke bawah. 53

19 3.3.6.Fourth range (tingkat keempat). Gambar.3.22.Sistem hydraulic tingkat keempat (4 th range) (Sumber : Allison E- Learning). Pada saat fourth range, solenoid PCS1 dan PCS2 adalah energized. Shift solenoida SS2 dan SS3 adalah energized, C2 dan C1 cengkeraman/clutch diterapkan. Selama third range mencapai bergeser ke fourth range, PCS1 energized. Katup pengatur PCS1 bergerak naik dan memungkinkan kopling C3 ke knalpot. PCS2 memberikan energized. Katup pengatur PCS2 bergerak ke bawah dan mengarahkan tekanan utama melalui katup shift, melalui katup pemilih dan menggunakan kopling C2. Shift solenoid 1 tetap dan solenoida shift 2 dan 3 tetap de-energized. C3 kopling exhausts melalui katup shift 2. Tekanan dari katup pengatur PCS2 mengalir melalui katup, katup shift 1 shift 3, shift 2 katup dan katup pemilih. Tekanan utama terus mengalir melalui katup pergeseran 3, melalui katup pemilih dan berlaku C1 kopling. Tekanan dari katup pengatur PCS2 mengalir melalui katup, shift 3 shift 2 katup katup pemilih dan menggunakan kopling C2. Setelah menyelesaikan shift, shift solenoid 3 memberikan energized dan katup pergeseran 3 bergerak ke bawah. Utama tekanan dan PCS2 peran regulator tekanan katup switch. Tekanan PCS2 yang menerapkan kopling C2 54

20 sekarang diarahkan melalui katup, pergeseran 3 katup pemilih dan berlaku C1 kopling. Tekanan utama Konstan yang menjaga kopling C1 diterapkan sekarang mengalir melalui katup, shift 3 shift 2 katup, katup pemilih dan terus C2 kopling diterapkan fifth range (tingkat kelima). Gambar.3.23.Sistem hydraulic tingkat kelima (5 th range) (Sumber : Allison E- Learning). Pada saat fifth range, pergeseran SS3 solenoida adalah energized, C2 dan C3 cengkeraman diterapkan. Selama faourth range bergeser ke fifth range, PCS2 de-energizes. Katup pengatur PCS2 bergerak naik dan memungkinkan C1 kopling ke knalpot. PCS1 de-energizes, memaksa katup regulator ke bawah dan mengarahkan tekanan melalui katup, shift 2 menerapkan kopling C3. C! kopling exhausts melalui katup dan katup shift 3 shift 1. Tekanan dari katup pengatur PCS1 mengalir melalui katup shift 2 dan berlaku kopling C3. Tekanan utama terus mengalir melalui katup, katup shift 3 shift 2, melalui katup pemilih dan terus C2 kopling diterapkan. Setelah menyelesaikan shift, shift solenoida 1 de-energizes dan katup 1 bergerak naik. 55

21 3.3.8.Six range (tingkat keenam). Gambar.3.24.Sistem hydraulic tingkat keenam (6 th range) (Sumber : Allison E- Learning). Pada saat six range, Para solenoida PCS1 dan PCS2 adalah energized. Shift SS3 solenoida adalah energized, C2 dan C4 cengkeraman diterapkan. Selama rentang antara fifth range ke six range, PCS1 memberikan energized. Katup pengatur PCS1 bergerak naik dan memungkinkan kopling C3 ke knalpot. PCS2 memberikan energized. Katup pengatur PCS2 bergerak turun dan tekanan langsung melalui katup shift dan berlaku C4 kopling. C3 kopling knalpot melalui pergeseran. C3 kopling exhausts melalui katup shift 2. Tekanan dari katup pengatur PCS2 mengalir melalui katup pergeseran 1, melalui katup pergeseran 3, melalui katup shift 2, kembali melalui katup shift 3 dan berlaku kopling C4. Tekanan utama terus mengalir melalui katup, katup shift 3 shift 2, melalui katup pemilih dan terus C2 kopling diterapkan. 56

22 3.3.9.Reverse range. Gambar.3.25.Sistem hydraulic tingkat reverse (reverse range) (Sumber : Allison E-Learning). Pada saat Reverse range, solenoida PCS2 diberi energy atau energized, shift solenoid SS2 dan SS3 adalah energized. Cengkeraman C3 dan C5 diterapkan. Contoh ini menunjukkan sebaliknya bekerja pada daerah operasi di throttle tertutup. Referensi pemecahan masalah solenoid dan tabel manual kopling bagi negara-negara solenoid selama kurun terbalik dengan throttle yang diterapkan. Kontrol tekanan utama mengalir ke solenoida PCS1 dan PCS2. Katup pengatur PCS1 dan PCS2 dipaksa turun terhadap tekanan musim semi. Tekanan dari katup regulator PCS2 diarahkan untuk menggeser katup 1. Kontrol tekanan utama mengalir ke solenoida bergeser. Shift solenoid SS2 dan SS3 diperkuat dan kekuatan katup pergeseran mereka turun terhadap tekanan musim semi. Tekanan dari PCS1 katup pengatur mengalir melalui katup shift 2 dan berlaku kopling C5. Tekanan dari katup pengatur PCS2 mengalir melalui katup pergeseran 1, melalui katup pergeseran 3, melalui katup shift 2 dan berlaku kopling C3. Katup pemilih dalam posisi terbalik dan tidak cairan langsung ke kopling. 57

AUTOMATIC TRANSMISSION (A/T)

AUTOMATIC TRANSMISSION (A/T) AUTOMATIC TRANSMISSION (A/T) TRANSMISI OTOMATIS KENDARAAN TIPE FR BAGIAN UTAMA A/T 1. Torque Converter ( bagian depan) 2. Planetary Gear Unit (bagian tengah) 3. Hydraulic Control Unit (bagian bawah) Torque

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selaras dengan semakin berkembangnya zaman dan semakin bertambahnya kebutuhan manusia akan mobilitas yang semakin tinggi menjadi alasan yang tepat guna mengembangkan

Lebih terperinci

Makalah Transmisi Otomatis Pada Mobil

Makalah Transmisi Otomatis Pada Mobil Makalah Transmisi Otomatis Pada Mobil Disusun oleh: 1. Deltama asparingga. N (09) Kelas : XII-TKR1 UPT.SMK NEGERI 1 KALIANGET Jl. By pass kertasada kalianget sumenep 69471 Telp. (1328) 667429 Email : smkn1kalianget@yahoo.com-web

Lebih terperinci

Diagnosis Technicain - Automatic Transaxle. to Transaxle. Transaxle input shaft. Torque converter. Pump impeller. Transaxle input shaft.

Diagnosis Technicain - Automatic Transaxle. to Transaxle. Transaxle input shaft. Torque converter. Pump impeller. Transaxle input shaft. Garis Besar Converter Stator One-way clutch Torque converter Stator shaft Oil pump to input shaft Umum Konverter tenaga putaran (torque converter) menghantarkan dan menggandakan tenaga putaran dari mesin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Secara garis besar transmisi dibagi menjadi 2 klasifikasi dari sudut pandang konsumen yaitu transmisi otomatis (transmission automatic) dan transmisi manual ( selective gear transmission).

Lebih terperinci

Diagnosis Technicain - Automatic Transaxle. Output side to final drive unit (tires) Sun gear TOYOTA MOTOR CORPORATION. All right reserved.

Diagnosis Technicain - Automatic Transaxle. Output side to final drive unit (tires) Sun gear TOYOTA MOTOR CORPORATION. All right reserved. Garis besar Input side from torque converter (engine) Clutches ( and ) Brakes (, and ) One-way clutches ( and ) Front planetary gear set Rear planetary gear set Output side to final drive unit (tires)

Lebih terperinci

FUNGSI TRANSMISSI 1. MEMILIH PERBANDINGAN KECEPA KECEP T A AN

FUNGSI TRANSMISSI 1. MEMILIH PERBANDINGAN KECEPA KECEP T A AN TRANSMISSION FUNGSI TRANSMISSI 1. MEMILIH PERBANDINGAN KECEPATAN untuk dan yang SESUAI DENGAN BERBAGAI MACAM KECEPATAN GERAK/ TRAVEL MESIN. 2. MEMILIH ARAH GERAK MESIN untuk MAJU ATAU MUNDUR. 3. MENENTUKAN

Lebih terperinci

1 BAB II LANDASAN TEORI

1 BAB II LANDASAN TEORI 1 BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Transmisi Fungsi transmisi adalah untuk meneruskan putaran dari mesin ke arah putaran roda penggerak, dan untuk mengatur kecepatan putaran dan momen yang dihasilkan sesuai

Lebih terperinci

TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION

TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION TEST KEMAMPUAN AUTOMATIC TRANSMISSION Tes Jalan Berfungsi untuk memeriksa tingkat kecepatan yang digunakan pada posisi L, 2 atau D saat sistem pengontrolan perpindahkan gigi tidak berfungsi. Lakukan tes

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN... LEMBAR PENGESAHAN... MOTTO... PERSEMBAHAN... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii iii iv v vi vii viii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

Lebih terperinci

Tipe Constant Mesh Dengan Tipe Constant Mesh memungkinkan ukuran konstruksi Transmisi menjadi lebih kecil, sehingga kebanyakan sepeda motor

Tipe Constant Mesh Dengan Tipe Constant Mesh memungkinkan ukuran konstruksi Transmisi menjadi lebih kecil, sehingga kebanyakan sepeda motor Tipe Constant Mesh Dengan Tipe Constant Mesh memungkinkan ukuran konstruksi Transmisi menjadi lebih kecil, sehingga kebanyakan sepeda motor menggunakan transmisi tipe constant mesh. Karakteristik Tipe

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PRINSIP PEMINDAHAN TENAGA Sepeda motor dituntut bisa dioperasikan atau dijalankan pada berbagai kondisi jalan. Namun demikian, mesin yang berfungsi sebagai penggerak utama pada

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Standard Operational Procedure Flow chart proses honing tersebut disajikan pada gambar dibawah ini : Gambar 4.1. Flow Chart SOP Proses Honing Teknik Industri

Lebih terperinci

MAKALAH PENERAPAN OPEN LOOP DAN CLOSE LOOP SYSTEM OLEH: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

MAKALAH PENERAPAN OPEN LOOP DAN CLOSE LOOP SYSTEM OLEH: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA MAKALAH PENERAPAN OPEN LOOP DAN CLOSE LOOP SYSTEM OLEH: JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA Penerapan Close loop system A. Close loop System (sistem loop tertutup) Sistem loop

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 System-Sytem pada Rear Axle Pada dasarnya rear axle berfungsi menghantarkan tenaga dari mesin untuk menuju ke poros roda penggerak. Seiring datangnya permasalahan yang timbul

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Pada bab ini menjelaskan teori tentang transmisi dan oli ATF serta beberapa parameter yang berkaitan dengan kinerja transmisi. Semua karakteristik, teori perhitungan

Lebih terperinci

DOSEN PEMBIMBING: Prof.Dr. I NYOMAN SUTANTRA, M.Sc, Phd. YOHANES, ST, MSc. Eng

DOSEN PEMBIMBING: Prof.Dr. I NYOMAN SUTANTRA, M.Sc, Phd. YOHANES, ST, MSc. Eng RANCANG BANGUN MULTIPURPOSE DRIVETRAIN UNTUK MENINGKATKAN UTILITAS ATAU KEMANFAATAN KENDARAAN MULTI GUNA PEDESAAN DOSEN PEMBIMBING: Prof.Dr. I NYOMAN SUTANTRA, M.Sc, Phd. YOHANES, ST, MSc. Eng LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

MELAKSANAKAN PEKERJAAN DASAR POWER TRAIN

MELAKSANAKAN PEKERJAAN DASAR POWER TRAIN KODE MODUL AMBR 011.20-1.A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MESIN PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK ALAT BERAT MELAKSANAKAN PEKERJAAN DASAR POWER TRAIN BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi pembebanan,

Lebih terperinci

DISUS O L E H. Nama:Hariadi.T Kelas: X Otomotif A

DISUS O L E H. Nama:Hariadi.T Kelas: X Otomotif A DISUS O L E H x Nama:Hariadi.T Kelas: X Otomotif A DAFTAR ISI Halaman Judul... i Daftarisi.......ii KataPengantar...... iii BAB I PENDAHULUAN... A.Latar Belakang Fungsi Transmisi Keuntungan dan Kerugian

Lebih terperinci

OBJECTIVE. 1 I.1. Definisi

OBJECTIVE. 1 I.1. Definisi POWER TRAIN DAFTAR ISI OBJECTIVE i I. Dasar-Dasar Power Train 1 I.1. Definisi 1 I.2. Komponen Utama Power Train 1 I.2.1. Penghubung antara engine dengan transmission 1 I.2.1.1. Flywheel Clutch 1 I.2.1.2.Torque

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. sumber pesan dengan penerima pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian

BAB II KAJIAN TEORI. sumber pesan dengan penerima pesan, merangsang pikiran, perasaan, perhatian BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Media Pembelajaran 2.1.1. Pengertian Media Pembelajran Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang secara harfiah berarti perantara atau

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PENGEREMAN REGENERATIVE (KERS) PADA MOBIL LISTRIK UNIVERSITAS JEMBER

RANCANG BANGUN PENGEREMAN REGENERATIVE (KERS) PADA MOBIL LISTRIK UNIVERSITAS JEMBER ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING RANCANG BANGUN PENGEREMAN REGENERATIVE (KERS) PADA MOBIL LISTRIK UNIVERSITAS JEMBER Tahun ke 2 dari rencana 2 tahun TIM PENGUSUL Dr. Triwahju Hardianto,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Motor Matic motor matic adalah suatu kendaraan yang aman dan nyaman saat dikendarai dengan hanya menarik gas kemudian motor langsung jalan. yang pada dasa rnya kinerja motor matic

Lebih terperinci

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan

Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan Elektro Hidrolik Aplikasi sitem hidraulik sangat luas diberbagai bidang indutri saat ini. Kemampuannya untuk menghasilkan gaya yang besar, keakuratan dalam pengontrolan dan kemudahan dalam pengoperasian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING

PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SISTEM PEMINDAH TENAGA (SPT) PENDAHULUAN DAN SISTEM KOPLING 7 PENDAHULUAN SISTEM PEMINDAH TENAGA (POWER TRAIN). Pemindah tenaga (Power Train) adalah sejumlah mekanisme

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Observasi terhadap sistem kerja CVT, dan troubeshooting serta mencari referensi dari beberapa sumber yang berkaitan dengan judul yang di

Lebih terperinci

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA

TURBOCHARGER BEBERAPA CARA UNTUK MENAMBAH TENAGA TURBOCHARGER URAIAN Dalam merancang suatu mesin, harus diperhatikan keseimbangan antara besarnya tenaga dengan ukuran berat mesin, salah satu caranya adalah melengkapi mesin dengan turbocharger yang memungkinkan

Lebih terperinci

Ring II mm. Ukuran standar Batas ukuran Hasil pengukuran Diameter journal

Ring II mm. Ukuran standar Batas ukuran Hasil pengukuran Diameter journal Celah antara ring piston dengan - - silinder I II III IV Ring I 0.02 0.02 0.02 0.02 Ring II 0.02 0.02 0.02 0.02 alurnya Gap ring piston - - silinder I II III IV Ring I 0.30 0.20 0.30 0.20 Tebal piston

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN

BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN BAB III PERENCANAAN DAN PERHITUNGAN 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Diagram alir adalah suatu gambaran utama yang dipergunakan untuk dasar dalam bertindak. Seperti halnya pada perancangan diperlukan

Lebih terperinci

SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI

SMK KARTANEGARA WATES KAB. KEDIRI SMK KRTNEGR WTES K. KEDIRI SISTEM PEMINDH TENG (SPT) TRNSMISI MNUL . TRNSMISI MNUL PEMELIHRN / SERVICE TRNSMISI MNUL URIN. Saat kendaraan mulai berjalan atau menanjak dibutuhkan momen yang besar.untuk

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN

BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 35 BAB III ANALISIS SISTEM SUSPENSI DEPAN 3.1. Daftar Spesifikasi Kendaraan 1) Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0 V M/T Tahun 2004 Tabel 3.1. Spesifikasi Kendaraan Toyota Kijang Innova 2.0

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian CVT (Continously Variable Transmision) Sistem CVT (Continously Variable Transmission) adalah sistem otomatis yang dipasang pada beberapa tipe sepeda motor saat ini.

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SATUAN ACARA PERKULIAHAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata Kuliah : SISTEM PEMINDAH TENAGA SKS : 2 teori, 1 praktik Kode Mata Kuliah : OTO 321 Smt : Genap/ Gasal *) Waktu Pertemuan : 2 x 50 Pertemuan ke : 1 I. Kompetensi Dasar : Mengingat,

Lebih terperinci

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger Pengertian Turbocharger Turbocharger merupakan sebuah peralatan, untuk menambah jumlah udara yang masuk kedalam slinder dengan memanfaatkan energi gas buang. Turbocharger merupakan perlatan untuk mengubah

Lebih terperinci

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR

BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR BAB III CARA KERJA MESIN PERAKIT RADIATOR 3.1 Mesin Perakit Radiator Mesin perakit radiator adalah mesin yang di gunakan untuk merakit radiator, yang terdiri dari tube, fin, end plate, dan side plate.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Power Loss Power loss adalah hilangnya daya yang diakibatkan kesalahan pengemudi dalam melakukan pemindahan gigi transmisi yang tidak sesuai dengan putaran mesin seharusnya, sehingga

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR OVERHAUL TRANSMISI MANUAL PADA TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G. Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Diploma 3 Untuk

TUGAS AKHIR OVERHAUL TRANSMISI MANUAL PADA TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G. Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Diploma 3 Untuk TUGAS AKHIR OVERHAUL TRANSMISI MANUAL PADA TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Program Diploma 3 Untuk Menyandang Gelar Ahli Madya Oleh Indra Sulistyo 5211312032 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Studi Pustaka. Persiapan Dan Pengesetan Mesin. Kondisi Baik. Persiapan Pengujian. Pemasangan Alat Ukur BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian Didalam melakukan pengujian diperlukan beberapa tahapan agar dapat berjalan lancar, sistematis dan sesuai dengan prosedur dan literatur

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian

Gambar 3.1 Diagram alir metodologi pengujian BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian MULAI STUDI PUSTAKA PERSIAPAN MESIN UJI PEMERIKSAAN DAN PENGESETAN MESIN KONDISI MESIN VALIDASI ALAT UKUR PERSIAPAN PENGUJIAN PEMASANGAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN T u g a s A k h i r BAB III METODOLOGI PENELITIAN 2.1. Diagram Alir Penelitian Mulai Observasi Study pustaka Pemilihan bahan dan alat Prosedur pambongkaran alat 1.Pengenalan Excavator Halla HE 280. 2.Pengenalan

Lebih terperinci

PEMINDAH DAYA. 1. Uraian Tipe axle dan axle shaft

PEMINDAH DAYA. 1. Uraian Tipe axle dan axle shaft PEMINDAH DAYA GARIS BESAR PEMINDAH DAYA..... 190 KOPLING 1. Uraian.......................... 191 2. Rangkaian kopling................ 191 3. Plat kopling...................... 193 4. Mekanisme penggerak............

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada pembuatan rancang bangun kendaraan mobil mini ini kami menggunakan engine (mesin) suzuki smash 4 tak 110 cc dengan bahan bakar bensin dengan kemampuan ankut 50 150 kg. Dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMODELAN RASIO DESAIN PLANETARY GEAR UNTUK MENGETAHUI RASIO TRANSMISI DAN PERUBAHAN PUTARAN GENERATOR

PERANCANGAN DAN PEMODELAN RASIO DESAIN PLANETARY GEAR UNTUK MENGETAHUI RASIO TRANSMISI DAN PERUBAHAN PUTARAN GENERATOR PERANCANGAN DAN PEMODELAN RASIO DESAIN PLANETARY GEAR UNTUK MENGETAHUI RASIO TRANSMISI DAN PERUBAHAN PUTARAN GENERATOR Oleh : Chandra Setiyawan 2111 106 026 Dosen pembimbing : Yohanes ST., M.Sc. NIP. 198006272012121003

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAAN 4.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI KOPLING Kopling adalah satu bagian yang mutlak diperlukan pada truk dan jenis lainnya dimana penggerak utamanya diperoleh dari hasil pembakaran di dalam silinder

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. pembongkaran overhoul differential dengan keadaan tutup oli berkarat spare. Gambar 4.1 Differential cover belakang.

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL. pembongkaran overhoul differential dengan keadaan tutup oli berkarat spare. Gambar 4.1 Differential cover belakang. BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL 4.1 Data Awal setelah Overhoul differential Berikut adalah penampakan differential awal sebelum dilakukan pembongkaran overhoul differential dengan keadaan tutup oli berkarat

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya.

BAB II TEORI DASAR. unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya, excavator dibedakan menjadi. efisien dalam operasionalnya. BAB II TEORI DASAR 2.1 Hydraulic Excavator Secara Umum. 2.1.1 Definisi Hydraulic Excavator. Excavator adalah alat berat yang digunakan untuk operasi loading dan unloading. Berdasarkan sistem penggeraknya,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. 125 pada tahun 2005 untuk menggantikan Honda Karisma. Honda Supra X BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1. HONDA SUPRA X 125 PGM-FI Honda Supra X adalah salah satu merk dagang sepeda motor bebek yang di produksi oleh Astra Honda Motor. Sepeda motor ini diluncurkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Identifikasi Sistem Kopling dan Transmisi Manual Pada Kijang Innova BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Berikut ini adalah beberapa refrensi yang berkaitan dengan judul penelitian yaitu sebagai berikut: 1. Tugas akhir yang ditulis oleh Muhammad

Lebih terperinci

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering

STEERING. Komponen Sistem Kemudi/ Steering STEERING Fungsi sistem kemudi adalah untuk mengatur arah kendaraan dengan cara membelokkan roda-roda depan. Bila roda kemudi diputar, steering column akan meneruskan tenaga putarnya ke steering gear. Steering

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMA KASIH... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR BAGAN... vii DAFTAR NOTASI... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix BAB I PENDAHULUAN... 1

Lebih terperinci

Dosen Pembimbing: Ir. Suhariyanto, MSc Oleh : Alessandro Eranto Bais

Dosen Pembimbing: Ir. Suhariyanto, MSc Oleh : Alessandro Eranto Bais Dosen Pembimbing: Ir. Suhariyanto, MSc 131 843 905 Oleh : Alessandro Eranto Bais 2106 030 056 ABSTRAK Perkembangan dunia otomotif semakin berkembang pesat. Salah satu contoh perkembangan yang saat ini

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III PROSEDUR PENGUJIAN 3.1 Diagram Alir Metodologi Pengujian BAB III PROSEDUR PENGUJIAN Start Studi pustaka Pembuatan mesin uji Persiapan Pengujian 1. Persiapan dan pengesetan mesin 2. Pemasangan alat ukur 3. Pemasangan sensor

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PERAWATAN DI PT. ASTRA DAIHATSU CILEDUG

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PERAWATAN DI PT. ASTRA DAIHATSU CILEDUG 30 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES PERAWATAN DI PT. ASTRA DAIHATSU CILEDUG Gambar 4.1, Alur proses perawatan 31 Mulai Masukkan Mobil ke stall Diteksi sistem yang mengalami kerusakan Pembongkaran

Lebih terperinci

MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK

MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK BAB III MEMBUAT STANDAR OPERA SIONA L PR OSEDUR PADA UNIT WA TER TRUC K MEMBUAT STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA UNIT WATER TRUCK 1.1 Bagian-Bagian Utama water truck. Pada bagian ini dijelaskan nama-nama

Lebih terperinci

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Hai teman-teman penerbangan, pada halaman ini saya akan berbagi pengetahuan mengenai engine atau mesin yang digunakan pada pesawat terbang, yaitu CFM56 5A. Kita

Lebih terperinci

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG Disusun Oleh : Nama : Tohim Purnanto Npm : 27411140 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Prinsip Dasar Hidrolik Hidrolika adalah ilmu yang menyangkut berbagai gerak dan keadaan keseimbangan zat cair. Pada penggunaan secara tekni szat cair dalam industri, hidrolika

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. 1. Mean Effective Pressure. 2. Torque And Power. 3. Dynamometers. 5. Specific Fuel Consumption. 6. Engine Effeciencies

PEMBAHASAN. 1. Mean Effective Pressure. 2. Torque And Power. 3. Dynamometers. 5. Specific Fuel Consumption. 6. Engine Effeciencies PEMBAHASAN 1. Mean Effective Pressure 2. Torque And Power 3. Dynamometers 4. Air-Fuel Ratio (AFR) and Fuel-Air Ratio (FAR) 5. Specific Fuel Consumption 6. Engine Effeciencies 7. Volumetric Efficiency 1.

Lebih terperinci

Modifikasi Transmisi dan Final Gear pada Mobil Prototype Ronggo Jumeno

Modifikasi Transmisi dan Final Gear pada Mobil Prototype Ronggo Jumeno Modifikasi Transmisi dan Final Gear pada Mobil Prototype Ronggo Jumeno Noorsakti Wahyudi Program Studi Mesin Otomotif Politeknik Negeri Madiun (PNM) Madiun, Indonesia ns.wyudi@yahoo.com Indah Puspitasari

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN ROLL PLAT SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL

RANCANG BANGUN MESIN ROLL PLAT SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL RANCANG BANGUN MESIN ROLL PLAT SEBAGAI PENGUNCI PADA PERANGKAT AC SENTRAL Oleh : Satya Adhi Pradhana 2108030012 Dosen Pembimbing : Ir.H.Mahirul Mursid Msc ABSTRAK Di jaman yang serba modern ini, dimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Turbin gas adalah suatu unit turbin dengan menggunakan gas sebagai fluida kerjanya. Sebenarnya turbin gas merupakan komponen dari suatu sistem pembangkit. Sistem turbin gas paling

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah : BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN 3. Metode Penelitian Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan ini adalah metode penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

Konstruksi CVT. Parts name. A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft. C. Weight / Pemberat

Konstruksi CVT. Parts name. A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft. C. Weight / Pemberat Konstruksi CVT C 3 D 4 E 5 6F 7 G B 2 8 H Parts name A 9I 1 10 J A. Crankshaft F. Primary drive gear shaft B. Primary sliding sheave (pulley bergerak) G. Clutch housing/rumah kopling C. Weight / Pemberat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelang melakukan proses analisis pada sistem pemindahan tenaga sepeda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Setelang melakukan proses analisis pada sistem pemindahan tenaga sepeda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Proses Analisis Sistem Pemindah Tenaga. Setelang melakukan proses analisis pada sistem pemindahan tenaga sepeda motor yamaha vixion berdasarkan standar dan spesifikasi

Lebih terperinci

PRAKTIKUM DAC HIDROLIK

PRAKTIKUM DAC HIDROLIK LAPORAN LAB PNEUMATIK PRAKTIKUM DAC HIDROLIK Dikerjakan oleh: Lukman Khakim (1141150019) D4 1A PROGRAM STUDI SISTEM KELISTRIKAN JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MALANG 2012 BAB I PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Dasar-dasar Pompa Sentrifugal Pada industri minyak bumi, sebagian besar pompa yang digunakan ialah pompa bertipe sentrifugal. Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya yang timbul akibat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Mesin pemindah bahan merupakan salah satu peralatan mesin yang digunakan untuk memindahkan muatan dari lokasi pabrik, lokasi konstruksi, lokasi industri, tempat penyimpanan, pembongkaran

Lebih terperinci

BAB III TEORI DASAR. Mesin Diesel. Diferensial Kontrol Kemudi Drive Shaft. Gambar 3.1 Powertrain (Ipscorpusa.com, 2008)

BAB III TEORI DASAR. Mesin Diesel. Diferensial Kontrol Kemudi Drive Shaft. Gambar 3.1 Powertrain (Ipscorpusa.com, 2008) BAB III TEORI DASAR 3.1. Penggunaan Bahan Bakar pada Mesin Kendaraan 3.1.1 Sistem Penggerak Daya mesin dan gigi pengoperasian merupakan faktor utama yang menentukan besar tenaga yang tersedia untuk drawbar

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PERAWATAN DAN PERBAIKAN TRANSMISI MANUAL TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G

TUGAS AKHIR PERAWATAN DAN PERBAIKAN TRANSMISI MANUAL TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G TUGAS AKHIR PERAWATAN DAN PERBAIKAN TRANSMISI MANUAL TOYOTA KIJANG INNOVA TIPE G Diajukan Dalam Rangka Penyelesaian Studi Diploma III Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Oleh NAMA : Pijar Prastian Sejati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan di era modern saat ini memiliki teknologi-teknologi canggih dan lebih

BAB I PENDAHULUAN. Kendaraan di era modern saat ini memiliki teknologi-teknologi canggih dan lebih BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dunia otomotif di tanah air dari tahun ketahun berkembang dengan cukup baik. Terbukti dari banyaknya produsen otomotif mancanegara yang

Lebih terperinci

: Memperbaiki transmisi otomatis

: Memperbaiki transmisi otomatis RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP ) Nama Sekolah Bidang Studi Keahlian Program Studi Keahlian Mata Pelajaran : SMK Negeri 2 Yogyakarta : Teknologi dan Rekayasa : Teknik Kendaraan Ringan : Sistem Pemindah

Lebih terperinci

Hybrid electric-petroleum vehicles. Mobil hybrid adalah mobil yang berjalan dengan dua sumber tenaga, yaitu ICE dan motor listrik.

Hybrid electric-petroleum vehicles. Mobil hybrid adalah mobil yang berjalan dengan dua sumber tenaga, yaitu ICE dan motor listrik. Hybrid electric-petroleum vehicles Mobil hybrid adalah mobil yang berjalan dengan dua sumber tenaga, yaitu ICE dan motor listrik. Jenis-jenis Hybrid Electric Vehicle Berdasarkan struktur drivetrain: Seri

Lebih terperinci

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS

PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS PENERAPAN KONSEP FLUIDA PADA MESIN PERKAKAS 1. Dongkrak Hidrolik Dongkrak hidrolik merupakan salah satu aplikasi sederhana dari Hukum Pascal. Berikut ini prinsip kerja dongkrak hidrolik. Saat pengisap

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 TINJAUAN PUSTAKA Saputra, dkk (2010) melakukan penelitian tentang variasi Konstanta Berat Roller Centrifugal Terhadap Daya Dan Torsi Mesin Pada Motor Gokart Matic.

Lebih terperinci

BAB I V PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Membongkar Dan Merakit Kembali Transmisi Manual

BAB I V PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN Membongkar Dan Merakit Kembali Transmisi Manual 20 BAB I V PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PROSES PENGERJAAN TRANSMISI 4.1.1 Membongkar Dan Merakit Kembali Transmisi Manual Catatan : Transmisi manual yang ditinjau dalam servis ini adalah transmisi manual

Lebih terperinci

Pada bab ini, akan dibahas mengenai landasan teori yang berkaitan dengan analisa untuk mengetahui kerja maksimum pada reach stacker.

Pada bab ini, akan dibahas mengenai landasan teori yang berkaitan dengan analisa untuk mengetahui kerja maksimum pada reach stacker. BAB II KAJIAN PUSTAKA Sebagaimana diketahui bahwa pada saat ini perkembangan teknologi begitu pesat yang umumnya muatan pada pelabuhan sudah dikemas dalam bentuk unitisasi sehingga penangananya dibutuhkan

Lebih terperinci

Perbaikan yang kami lakukan bergaransi, jadi jangan ragu lagi untuk menghubungi kami, kami juga siap menerima panggilan ke tempat anda...

Perbaikan yang kami lakukan bergaransi, jadi jangan ragu lagi untuk menghubungi kami, kami juga siap menerima panggilan ke tempat anda... Kami Purnama Matic adalah salah satu bengkel matic yang berada di daerah Jakarta dan Bekasi dengan tenaga ahli yang profesional melayani pengerjaan mobil matic anda yang rusak. Service yang kami berikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN

BAB III METODOLOGI PENGUJIAN BAB III METODOLOGI PENGUJIAN 3.1 Mesin-mesin dan Alat Uji Untuk mengetahui Perbandingan atau Pengaruh Pegas Katup Standar Dengan Pegas Katup XR dan EDR Terhadap Laju Aliran Bahan Bakar dan Kecepatan maka

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007)

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 Skema Dinamometer (Martyr & Plint, 2007) 3 BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Dinamometer Dinamometer adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengukur torsi (torque) dan daya (power) yang diproduksi oleh suatu mesin motor atau penggerak berputar

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID UNTUK UAV

BAB III PERANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID UNTUK UAV BAB III PERANCANGAN SISTEM PROPULSI HYBRID UNTUK UAV 3.1 Mesin Hybrid untuk UAV Definisi Umum Hybrid system adalah tipe powertrain yang menggunakan kombinasi dua tipe gaya penggerak, yakni internal combustion

Lebih terperinci

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR

SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR SISTEM TRANSMISI OTOMATIS SEPEDA MOTOR CVT (Continuous Variable Transmission) Modul ini disusun sebagai bahan ajar bagi siswa kelas XI TSM (Teknik Sepeda Motor) Disusun : Gunadi, S. Pd DINAS PENDIDIKAN

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PERUBAHAN DESAIN FLYWHEEL TERHADAP WAKTU PENGOSONGAN ENERGI KINETIK MODEL KERS

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PERUBAHAN DESAIN FLYWHEEL TERHADAP WAKTU PENGOSONGAN ENERGI KINETIK MODEL KERS JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-6 1 STUDI EKSPERIMEN PENGARUH PERUBAHAN DESAIN FLYWHEEL TERHADAP WAKTU PENGOSONGAN ENERGI KINETIK MODEL KERS Muhammad Burhanuddin dan Harus Laksana Guntur Teknik

Lebih terperinci

LAMPIRAN PRINSIP KERJA MESIN DIESEL. Sumber. kerja motor diesel.com

LAMPIRAN PRINSIP KERJA MESIN DIESEL. Sumber.  kerja motor diesel.com LAMPIRAN PRINSIP KERJA MESIN DIESEL Sumber. www.prinsip kerja motor diesel.com TABEL. DAYA MESIN BERKURANG PENYEBAB KERUSAKAN 1. Jumlah bahan bakar yang disemprotkan tidak sesuai dengan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN OVER HOUL TRANSMISI C50

BAB IV PELAKSANAAN OVER HOUL TRANSMISI C50 BAB IV PELAKSANAAN OVER HOUL TRANSMISI C50 Gbr 4.1 Transmisi Type C50 4.1 MEMBONGKAR TRANSAXLE 1. MELEPAS POROS TUAS PEMINDAH (SELECT LEVER SHAFT ASSEMBLY) DAN PEMILIH (SHIFT) Lepaskan poros tuas pemindah

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ANIMASI SISTEM TRANSMISI OTOMATIS

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ANIMASI SISTEM TRANSMISI OTOMATIS LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ANIMASI SISTEM TRANSMISI OTOMATIS Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Teknik Mesin Otomotif Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

Konstruksi CVT. Parts name

Konstruksi CVT. Parts name Konstruksi CVT C 3 D 4 E 5 6F 7 G B 2 8 H Parts name A 1 A. Crankshaft B. Primary sliding sheave (pulley bergerak) C. Weight / Pemberat D. Secondary fixed sheave(pulley tetap) E. Secondary sliding sheave

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Forklift sedang mengangkat beban, kemudian forklift tidak mampu

BAB III PEMBAHASAN. Forklift sedang mengangkat beban, kemudian forklift tidak mampu 29 BAB III PEMBAHASAN 3.1. Permasalahan 3.1.1. Flow yang Dihasilkan Kurang 3.1.1.1. Gambaran Masalah Forklift sedang mengangkat beban, kemudian forklift tidak mampu mengangkat beban pada ketinggian yang

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT UJI SISTEM REM DAN DETAIL DRAWING KOMPONEN REM MOBIL MULTIGUNA PEDESAAN

PERANCANGAN ALAT UJI SISTEM REM DAN DETAIL DRAWING KOMPONEN REM MOBIL MULTIGUNA PEDESAAN PERANCANGAN ALAT UJI SISTEM REM DAN DETAIL DRAWING KOMPONEN REM MOBIL MULTIGUNA PEDESAAN Muhammad Habibi NRP 2110 106 022 Dosen Pembimbing Dr. Eng. Harus Laksana Guntur, ST. M.Eng. Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak

BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak BAGIAN-BAGIAN UTAMA MOTOR Bagian-bagian utama motor dibagi menjadi dua bagian yaitu : A. Bagian-bagian Motor Utama yang Tidak Bergerak Tutup kepala silinder (cylinder head cup) kepala silinder (cylinder

Lebih terperinci

Oleh: Galih Priyo Atmojo. Dosen Pembimbing: Dr. M. Nur Yuniarto, S.T. JUMAT, 01 JULI 2011

Oleh: Galih Priyo Atmojo. Dosen Pembimbing: Dr. M. Nur Yuniarto, S.T. JUMAT, 01 JULI 2011 TUGAS AKHIR GALIH PRIYO ATMOJO 2106 100 035 PERMODELAN DAN SIMULASI PERFORMA SAPU ANGIN I DENGAN ENGINE PE-M 40 BERSIKLUS MILLER MENGGUNAKAN MATLAB SIMULINK Oleh: Galih Priyo Atmojo 2106 100 035 Dosen

Lebih terperinci

Material : Stainless Steel AISI 304; Besi karbon yang dicat (penutup depan & belakang)

Material : Stainless Steel AISI 304; Besi karbon yang dicat (penutup depan & belakang) CAP COMBI 1400 CL (4,400 L Tangki Lumpur + 2,450 L Air, total 6,850 L) Peralatan kombinasi yang diperuntukkan untuk menyedot & membersihkan saluran dan cairan apapun (tidak termasuk limbah berbahaya),

Lebih terperinci

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc

Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc E1 Pengaruh Variasi Konstanta Pegas dan Massa Roller CVT Terhadap Performa Honda Vario 150 cc Irvan Ilmy dan I Nyoman Sutantra Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang. ikan, kulit dan dapat juga berasal dari udang. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kerupuk Kerupuk memang bagian yang tidak dapat dilepaskan dari tradisi masyarakat Indonesia. Dan hampir setiap orang menyukai kerupuk, selain rasanya yang enak harganya

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ANIMASI SISTEM TRANSMISI OTOMATIS

LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ANIMASI SISTEM TRANSMISI OTOMATIS LAPORAN TUGAS AKHIR PEMBUATAN ANIMASI SISTEM TRANSMISI OTOMATIS Disusun dan Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Teknik Mesin Otomotif Universitas Sebelas Maret Surakarta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Gambar 2.1. Transmisi Otomatis Yamaha Mio. (duniamotormatic,2010)

BAB II KAJIAN TEORI. Gambar 2.1. Transmisi Otomatis Yamaha Mio. (duniamotormatic,2010) BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Transmisi Transmisi yaitu salah satu bagian dari sistem pemindah tenaga yang berfungsi untuk mendapatkan variasi momen dan kecepatan sesuai dengan kondisi jalan dan kondisi pembebanan,

Lebih terperinci

LOGO. Mohamad Fikki Rizki NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Ir Nyoman Sutantra,Msc,PhD Yohanes.ST,MSc

LOGO. Mohamad Fikki Rizki NRP DOSEN PEMBIMBING Prof. Ir Nyoman Sutantra,Msc,PhD Yohanes.ST,MSc LOGO Analisa Kinerja Sistem Transmisi pada Kendaraan Multiguna Pedesaan untuk Mode Pengaturan Kecepatan Maksimal Pada Putaran Maksimal Engine dan Daya Maksimal Engine Mohamad Fikki Rizki NRP. 2110105011

Lebih terperinci

SILABUS KURIKULUM KEAHLIAN MOTOR

SILABUS KURIKULUM KEAHLIAN MOTOR SILABUS KURIKULUM KEAHLIAN MOTOR BULAN 4 Materi : Pengenalan alat kerja dan sparepart mesin, dan bongkar pasang mesin peraga. Target : Siswa dapat memahami nama dan fungsi alat kerja, mengenal sparepart

Lebih terperinci

KOPLING DAN REM RINI YULIANINGSIH

KOPLING DAN REM RINI YULIANINGSIH KOPLING DAN REM RINI YULIANINGSIH 1 Definition Clutch/Kopling: adalah alat yang digunakan untuk mengubungkan atau memutuskan komponen yang digerakkan dari penggerak utama dalam sistem Break/Rem: adalah

Lebih terperinci