Hasil Wawancara di KPP Kembangan Jakarta Barat. Wawancara dengan kepala KPP yakni Bapak Oktianadi Trianto

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Hasil Wawancara di KPP Kembangan Jakarta Barat. Wawancara dengan kepala KPP yakni Bapak Oktianadi Trianto"

Transkripsi

1 Hasil Wawancara di KPP Kembangan Jakarta Barat Wawancara dengan kepala KPP yakni Bapak Oktianadi Trianto 1. Menurut Bapak, apa yang melatarbelakangi adanya perubahan peraturan dalam pemungutan PPh Pasal 25 bagi WP OPPT? Kalau menurut saya ya mba, yang melatarbelakangi hal tersebut itu karena adanya penurunan tariff PPh Pasal 25 ayat (7) huruf c bagi WP OPPT dari 2% menjadi 0,75%, tujuannya untuk meringankan tugas yang harus dibayar setiap bulannya oleh WP serta untuk meningkatkan likuiditas dengan memperkecil jumlah pajak yang harus dibayar. Bagaimana dengan dihapusnya pedagang kendaraan bermotor dan restoran serta adanya perluasan subjek pajak pak? Kalau untuk tujuan pengamanan penerimaan tentu akan baik sekali apabila pedagang kendaraan bermotor tidak dikecualikan dari kewajiban dalam kategori orang pribadi pengusaha tertentu. Sebab hal ini sekaligus dapat bertambahnya jumlah WP terdaftar meskipun sebagiannya menggunakan kode cabang 001. Alasan penghapusan pengecualian bagi pedagang kendaraan bermotor dan restoran serta adanya perluasan subjek pajak yakni untuk pedagang kendaraan bermotor walaupun harga jual kendaraan bermotor sangat tinggi dibandingkan harga barang konsumsi tetapi pada umumnya yang melakukan jenis kegiatan usaha ini adalah WP badan dalam bentuk perusahaan komonditer (CV) atau PT. Sedangkan untuk usaha rumah makan atau restoran walaupun telah dihapus tetapi dengan adanya perluasan subjek pajak maka juga termasuk sebagai WP OPPT. Serta dengan adanya perluasan subjek pajak ini bertujuan WP tidak berpikir bahwa peraturan ini hanya mengecualikan pihak-pihak tertentu dari pengukuhan sebagai WP OPPT, karena diharapkan tanpa adanya pemikiran tersebut WP masyarakat dengan kerelaan akan melaksanakan kewajibannya, sehingga hal tersebut akan berdampak dengan meningkatnya jumlah WP OPPT dan penerimaan pajak. dengan adanya perluasan subjek pajak yang akan mengakibatkan lebih banyak WPOP yang terjaring, tidak ada yang nihil apabila memiliki omzet karena PPh Pasal 25 yang harus dibayar dihitung sebesar 0,75% dari peredaran bruto atau omset. Nah, setelah dilakukan program Sensus Pajak Nnasional dan semua data yang didapat telah diinput, maka

2 akanmemudahkan fiskus untuk melakukan pengawasan terhadap kepatuhan OPPT, yang semua itu diharapkan akan meningkatkan penerimaan pajak. 2. Menurut Bapak sendiri apa yang melatarbelakangi perbedaan perhitungan PPh Pasal 25 dengan PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu (WP OPPT)? Perbedaan dalam perhitungan PPh Pasal 25 pada umumnya dengan PPh Pasal 25 WP OPPT adalah jika perhitungan angsuran PPh Pasal 25 bagi WP OPPT menggunakan tarif flat dan peredaran bruto/omzet sebagai dasar perhitungan pajaknya yaitu sebesar 0,75% dikalikan dengan penghasilan bruto atau omzet, sehingga dalam perhitungan PPh Pasal 25 ini lebih mendekati kebenaran penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak dari kegiatan usaha sebagai pedagang pengecer. Sedangkan perhitungan angsuran PPh Pasal 25 yang umum diperoleh dari jumlah utang pajak menurut SPT Tahunan tahun sebelumnya dibagi 12 bulan, sehingga jumlah angsuran PPh Pasal 25 setiap bulannya hanya berupa anggapan atau perkiraan. 3. Kalau menurut Bapak, apakah dengan dikeluarkannya PER 32/PJ/2010 akanmenimbulkan dampak positif dan negatif dalam pelaksanaannya pak? Dalam pelaksanaan kebijakan pemungutan PPh Pasal 25 bagi WP OPPT ini memberikan dampak kedua-duanya, baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positifnya karena peraturan yang berlaku bahwa penyetoran sebesar 0,75% dari peredaran bruto, dapat dipastikan tidak adanya laporan SPT nihilm apabila terdapat omzet, menambah jumlah penerimaan pajak ( PPh OP) dimana yang 20% nya didistribusikan langsung kepada masyarakat melalui PEMDA, menambah jumlah WP yang terdaftar, lebih mencerminkan prinsip keadilan pembayaran pajak pada semua lapisan masyarakat karena tarifnya flat (0,75%). Sedangkan dampak negatifnya mungkin dapat menimbulkan keresahan dikalangan masyarakat pengusaha kecil karena sebenarnya penghasilan mereka masih dibawah besar.

3 4. Kira-kira apa saja pak yang mempengaruhi pelaksanaan pemungutan PPh Pasal 25 bagi WP OPPT? a. Yang mempengaruhi pelaksanaannya itu biasanya komunikasi antara fiskus dengan WP, karena dengan adanya komunikasi yang efektif dan persuasif sangatlah penting dengan tujuan untuk mengenalkan peran pajak dalam pembangunan infrastruktur dan sebagainya, yang nanti hasilnya akan langsung dinikmati oleh masyarakat. Dengan demikian, seberapapun besarnya kontribusi WP akan sangat bermanfaat sekali untuk pembangunan dimasa depan. - Apakah KPP Pratama Kembangan sudah melakukan komunikasi dengan baik? Sejauh ini sudah dilaksanakan dengan baik akan tetapi masih saja ditemukan WP yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya dikarenakan kurangnya kesadaran dari WP itu sendiri, maka tugas tambahan Petugas Pajak yakni memberikan pembinaan serta pemahaman yang lebih mudah dipahami oleh WP dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. - Bagaimana cara komunikasi yangb dilakukan KPP dalam mensosialisasikan peraturan ini? Sosialisasi dilakukan melalui radio, media televisi, memberikan pamflet, mendatangi atau mengundang WP secara langsung, pemberitahuan hak dan kewajiban saat mayarakat memperoleh NPWP dan lainnya.kegiatan dengan mendatangi langsung WP dilakukan dipusat-pusat perbelanjaan seperti pasar,mall, dsb, hal tersebut sudah dilakukan, akan tetapi kalau dari WP nya itu sendiri saja tidak memiliki kesadaran yang tinggi, bagaimana semua ini dapat berjalan optimal. Yang perlu ditambahkan dari petugas pajak mungkin seperti memberikan pembinaan yang lebih kepada WP yang masih saja tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya agar melaksanakannya - Bagaimana komunikasi yang dilakukan KPP berkaitan dengan kewajiban pendaftaran NPWP bagi WP OPPT? Kegiatan ekstensifikasi dan Sensus Pajak Nasional ini dilakukan untuk mendapatkan data dan pengamatan yang akurat dilapangan.ekstensifikasi dan Sensus Pajak Nasional dilakukan dengan melakukan penyisiran di daerah sentral perbelanjaan yang baru dibuka serta ditempat-tempat yang dirasa ramai.disamping untuk mendapatkan Wajib Pajak baru dari kegiatan ekstensifikasi ini, sekaligus dapat dilakukan

4 pembaharuan data Wajib Pajak.Hal ini dimaksudkan untuk mengingat Wajib Pajak dalam perdagangan yang bersifat dinamis dan mudah berpindah lokasi usaha mengikuti perkembangan usaha dan kawasannya. - Biasanya, daerah mana saja pak yang memiliki potensi terbesar diterapkannya peraturan ini? Yang memiliki potensi terbesar diterapkannya peraturan ini yaitu Kecamatan Kembangan Utara, Kembangan Timur dan Kotamadya Jakarta Selatan, dikarenakan kawasan tersebut merupakan sentra perdagangan. b. Kesadaran Wajib Pajak, karena tanpa adanya kesadaran Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya yakni membayar PPh Pasal 25 sebesar 0,75% dari penghasilan bruto atau omzet, apabila kesadaran tersebut tidak dimiliki oleh WP itu sendiri maka pelaksanaan dari peraturan ini tidak akan berjalan dengan optimal. 5. Adakah hambatan yang dihadapi KPP ini dalam melaksanakan kebijakan ini? Hambatannya itu meliputi : a. Kurangnya antusias dari masyarakat terhadap segala macam kegiatan yang ujungujungnya mengurangi jumlah pendapatan mereka. Walaupun kami (KPP) telah gencar melakukan sosialisasi, tetapi jika WP itu sendirin tidak merespon atau tidak antusias maka akan sia-sia. Oleh karena itu, masalah paling besar yang dihadapi oleh petugas pajak dalam mensosialisasikan suatu peraturan perpajakan adalah kesadaran Wajib Pajak itu sendiri. Kami juga harus meningkatkan dalam memberikan pemahaman kepada WP mengenai kebijakan ini, agar WP benar-benar paham terhadap pelaksanaannya, sehingga tidak ada alasan WP untuk tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya karena tidak paham. b. Belum adanya sarana low enforcementyang tegas untuk menindak WP OPPT apabila mereka tidak memenuhi kewajibannya. Walaupun WP lalai melaksanakan kewajiban pajaknya tetapi fiskus tidak dapat langsung melakukan pemeriksaan, melainkan fiskus harus melakukan himbauan atau memberikan surat teguran terlebih dahulu.

5 6. Pak, apakah WP OPPT yang telah menutup gerainya atau pindah lokasi usaha melaporkan kepada KPP? Memang dalam usaha sebagai pedagang pengecer ini sangat dinamis.biasanya WP yang telah tutup atau berganti kepemilikan tidak melaporkannya ke KPP, mereka main pergi begitu saja. Sehingga, apabila kami tidak kelokasi maka kami tidak akan mengetahuinya. Hal tersebut sangat mempersulit kami dalam melakukan pengawasan. Namun biasanya kami tidak bertidak sendiri, kami bekerja sama dengan pihak pengelola pusat perbelanjaan dalam memberikan informasi mengenai jumlah keluar masuknya pedagang. Yaa seperti yang saya bilang tadi, kembali lagi ke WP itu sendiri tentang kesadaran kewajiban perpajakannya. - Kira-kira berapa banyak pak WP OPPT yang menutup gerai atau berpindah lokasi setiap tahunnya? Kira-kira sekitar 10% sampai 15% setiap tahunnya mba 7. Apakah KPP Pratama Kembangan Jakarta Barat ini sudah memiliki fasilitas yang memadai dalam malaksanakan kegiatan pemungutan pajak? Ya, sudah mba.terdapat fasilitas yang nyaman bagi WP yang datang ke KPP ini, seperti tempat parker yang luas, ruang tunggu ber-ac, WC, Musholah, dan lain-lain. Serta semua formulir yang dibutuhkan WP dalam melaksanakan kewajibannya (seperti : SSP, SPT, dan sebagainya) selalu tersedia. 8. Bagaimana dengan fiskus yang melakukan pengawasan dalam pelaksanaan pemungutan PPh Pasal 25 OPPT pak? A/R yang melakukan pengawasan kepada para WP melalui system informasi perpajakan.dalam system ini, A/R dapat melihat apakah WP tersebut memiliki Nomor Transaksi Penerimaan Negara (NTPN). Jika WP tidak melakukan kewajiban, maka A/R akan memberikan surat himbauan yang berisikan kewajiban WP dan nomor telepon A/R yang bersangkutan apabila ada yang tidak dimengerti WP dapat menghubungi.

6 9. Apakah fiskus sudah memiliki SOP yang jelas pak? Pastilah mba, karena setiap fiskus sudah memiliki tugasnya masing-masing sesuai dengan seksi yang ditempatinya, seperti A/R yang bertugas melakukan pengawasan terhadap kewajiban WP dan memberikan konsultasi.

7 Hasil wawancara wajib pajak orang pribadi pengusaha tertentu Wajib Pajak A (padagang elektronik) Nuning : Berapa lama Ibu sudah menjadi Wajib Pajak? Ibu Rosa : 5 tahun Nuning : Bagaimana Ibu mendapatkan NPWP? Ibu Rosa : Diberikan oleh fiskus yang datang ke toko. Nuning : Berapa banyak toko yang Ibu miliki? Ibu Rosa : Ada dua. Nuning :Berapa omzet yang Ibu peroleh setiap bulannya untuk masing-masing toko? Ibu Rosa :Kurang lebih sekitar Rp ;00 untuk yang disini dan Rp ;00 untuk toko yang satunya, tapi juga tidak tetap, kadang kurang, kadang bisa lebih. Nuning : Bagaimana pendapat Ibu mengenai kebijakan pengenaan PPh Pasal 25 bagi WP OPPT? Ibu Rosa : Menurut saya, kalau dilihat dari segi tarif itu tidak terlalu memberatkan, karena lebih kecil. Tetapi saya kurang setuju bila penghasilan bruto dijadikan dasar perhitungan, karena berapapun pemasukan yang diterima pasti dikenakan pajak. Nuning : Bagaimana dengan ketentuan lain seperti kriteria menjadi WPOPPT, perlakuan atas pajak yang Ibu bayar Ibu Rosa : Saya tidak tahu mba, yang saya tahu setiap bulannya saya harus membayar dan melaporkan pajak sebesar 0,75% dari omzet yang saya peroleh untuk setiap tokonya. Nuning : Apakah Ibu melaksanakan pembayaran dan pelaporan SPT Masa dan SPT Tahunan? Ibu Rosa : Iya mba, saya rutin melaksanakan pembayaran dan pelaporan pajak setiap bulan dan SPT Tahunannya. Nuning : Apa alasan Ibu melaksanakan atau tidak melaksanakan pembayaran dan pelaporan SPT Masa dan SPT Tahunan?

8 Ibu Rosa : Untuk menghindari sanksi pajak. Nuning : Apakah Ibu mengalami kesulitan dalam melaksanakan kebijakan ini? Ibu Rosa : Setiap bulan saya harus melakukan perhitungan dan pengisian SSP yang jumlahnya berbeda-beda, dan saya tidak tahu bagaimana cara mengisi SPT Tahunan. Nuning : Lalu, bagaimana Ibu mengisi SPT Tahunan (termasuk menghitung pajak yang terutang)? Ibu Rosa : Biasanya saya mengisi SPT di Kantor Pajak tempat saya membayar dan melapor, karena disana saya hanya menulis saja (mengisi SPT Tahunan) sesuai dengan petunjuk yang diberikan petugas pajaknya. Kalau soal menghitung pajaknya ya si petugas pajaknya itu sendiri mba. Wajib Pajak B (Pedagang peralatan rumah tangga sekaligus material) Nuning : Berapa lama Bapak sudah menjadi Wajib Pajak? Bapak Ali : Sekitar 1,5 tahun mba. Nuning : Bagaimana Bapak mendapatkan NPWP? Bapak Ali : Diberikan oleh fiskus yang datang ke toko. Nuning : Berapa banyak toko yang Bapak miliki? Bapak Ali : Hanya ini saja. Nuning : Berapa omzet yang Bapak peroleh setiap bulannya untuk masing-masing toko? Bapak Ali : Sekitar juta setiap bulannya, tapi itu juga tidak tetap. Nuning : Bagaimana pendapat Bapak mengenai kebijakan pengenaan PPh Pasal 25 bagi WP OPPT? Bapak Ali : Saya tidak tahu mba, yang pasti saya harus membayar dan melaporkan pajak setiap bulannya sebesar 0,75% dari omzet. Tetapi, menurut saya apabila omzet bruto dijadikan penghitungan pajak saya tidak setuju mba. Karena berapapun pemasukan yang diterima pasti dikenakan pajak, jadi terasa berat buat saya sebagai WP OPPT.

9 Nuning : Apakah Bapak melaksanakan pembayaran dan pelaporan SPT Masa dan SPT Tahunan? Bapak Ali : Ya mba, saya membayar dan melapor pajak setiap bulan dan juga SPT Tahunan. Nnuning : Apa alasan Bapak melaksanakan atau tidak melaksanakan pembayaran dan pelaporan SPT Masa dan SPT Tahunan? Bapak Ali : Untuk menghindari sanksi pajak dan pemeriksaan. Karena apabila tidak melakukannya maka akan dikenakan sanksi dan akan diperiksa oleh petugas pajak (begitu kata petugas pajak pada saat memberikan NPWP). Nuning : Apakah Bapak mengalami kesulitan dalam melaksanakan kebijakan ini? Bapak Ali : Setiap bulan saya harus melakukan perhitungan yang jumlahnya berbeda-beda, dan saya tidak tahu bagaimana cara mengisi formulir pembayaran pajak dan mengisi SPT Tahunan. Nuning : Lalu, bagaimana Bapak mengisi SPT Tahunan (termasuk menghitung pajak yang terutang)? Bapak Ali : Biasanya saya mengisi formulir pembayaran dan SPT dikantor pajak tempat dimana saya membayar dan melapor, mengisinya juga disana biasanya dibantu oleh satpam. Sedangkan untuk SPT Tahunan saya hanya menulis saja,sesuai dengan petunjuk yang diberikan petugas pajak. Nuning : Apakah petugas pajak tidak pernah memberitahukan cara pengisiannya? Bapak Ali : Pernah mba, tapi hanya beberapa kali, saya rasa itu tidak cukup, saya mengharapkan lebih sering. Contoh saat memberikan NPWP, setelah itu saya melakukan sendiri tapi salah mulu mba, ditolak juga. Karena itu sambil mengambil formulir pembayaran dikantor pajak sekalian saja saya mengisi ditempat dan dibantu oleh satpam.

10 Wajib Pajak C (Pedagang Pakaian) Nuning : Berapa lama Mas sudah menjadi Wajib Pajak? Mas Arif : Sekitar 1 tahun lebih mba. Nuning : Bagaimana Mas mendapatkan NPWP? Mas Arif : Saya langsung datang kekantor pajaknya mba. Nuning : Berapa banyak toko yang Mas miliki? Mas Arif : Hanya toko ini saja mba. Nuning : Berapa omzet yang Mas peroleh setiap bulannya? Mas Arif : tidak menentu mba, tapi kalau sebulan selama ini paling banyak itu sekitar 8 jutaan (jarang sih tapi hehehe). Nuning : Bagaimana pendapat Mas mengenai kebijakan pengenaan PPh Pasal 25 bagi WP OPPT? Mas Arif : Mengenai kebijakan ini saya tidak terlalu tau ya mba, yang saya tahu itu saya harus membayar pajak dan melaporkannya kekantor pajak setiap bulannya sebesar 0,75% dari hasil penjualan. Nuning : Menurut Mas, apakah kebijakan ini sudah tepat? Mas Arif : Saya tidak bisa bilang, karena tidak terlalu tahu tentang kebijakan ini. Tapi saya merasa keberatan bila penghasilan dari penjualan digunakan untuk menghitung pajak, karena biaya yang saya keluarkan setiap hari, sewa toko dan lainnya tidak diperhitungkan. Nuning : Apakah Mas melaksanakan pembayaran dan pelaporan SPT Masa dan SPT Tahunan? Mas Arif : Ya. Tapi untuk yang bulanan kadang-kadang mba. Nuning : Apa alasan Mas yang kadang-kadang melaksanakan pembayaran dan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25? Mas Arif : Untuk menghemat pengeluaran mba. Nuning : Apa Mas tidak dikenakan sanksi dan pemeriksaan oleh petugas pajak? Mas Arif : Sejauh dan selama ini sih belum mba. Nuning : Apakah Mas mengalami kesulitan dalam melaksanakan kebijakan ini?

11 Mas Arif : Setiap kali ingin membayar saya harus mengambil formulir untuk membayar dikantor pajak dan juga pada saat mengisi formulir tersebut saya dibantu oleh satpam dikantor pajak. Nuning : Bagaimana Mas mengisi SPT Tahunan? Mas Arif : Kalau itu, saya mengisinya dibantu petugas pajak dikantor pajak. Wajib Pajak D (Pedagang Elektronik) Nuning : Berapa lama Ibu sudah menjadi Wajib Pajak? Ibu Lina : Sekitar 8 tahun mba. Nuning : Bagaimana Ibu mendapatkan NPWP? Ibu Lina : Saya langsung datang kekantor pajak. Nuning : Berapa banyak toko yang Ibu miliki? Ibu Lina : Ada dua cabang. Nuning : Berapa omzet yang Ibu peroleh setiap bulannya? Ibu Lina : Tidak tentu mba. Untung kedua cabang tersebut masing-masing kurang lebihnya sekitar 19 juta. Nuning : Bagaimana pendapat Ibu mengenai kebijakan pengenaan PPh Pasal 25 bagi WP OPPT? Ibu Lina : Oh tentang pembayaran pajak yang setiap bulan yang 0,75% dari omzet? Nuning : Benar. Menurut Ibu sendiri bagaimana bu? Ibu Lina : Saya tidak tahu banyak mba, saya saja baru tahu dari petugas pajak waktu menyampaikan SPT Tahunan, sebelumnya petugas pajak sudah mengkomunikasikannya, tapi saya kurang paham, akhirnya setiap mau menyampaikan SPT Tahunan, saya selalu meminta bantuan petugas pajak. Yang pasti saya sendiri merasa keberatan kalau perhitungannya harus dihitung dari omzet. Nuning : Apakah Ibu melaksanakan pembayaran dan pelaporan SPT Masa dan SPT Tahunan? Ibu Lina : Ya. Tapi tidak teratur untuk PPh Pasal 25 yang dibayar setiap bulannya.

12 Nuning Ibu Lina Nuning Ibu Lina Nuning Ibu Lina : Apa alasan Ibu yang kadang-kadang melaksanakan pembayaran dan pelaporan SPT Masa PPh Pasal 25? : Tidak ada alasan mba, tapi juga tergantung pemasukan bulan bersangkutan. : Apa Ibu tidak dikenakana sanksi dan pemeriksaaan dari petugas pajaknya? : Selama ini sih belum dikenakan sanksi mba, semoga saja tidak. : Apakah Ibu sendiri mengalami kesulitan dalam melaksanakan kebijakan ini? : Alhamdulillah tidak mba. Karena Ibu minta tolong orang untuk menghitung pajak dan mengisi SPT, membayar dan melapor ke Kantor Pajak tempat dimana Ibu terdaftar.

13 Penerimaan Row Labels Masa Orang Pribadi Pengusaha Tertentu ,899,559,976 Januari 1,248,152,847 Februari 1,291,398,662 Maret 1,399,201,459 April 1,523,999,801 Mei 1,513,236,266 Juni 1,555,446,472 Juli 1,584,910,877 Agustus 1,561,875,211 September 1,494,926,565 Oktober 1,603,864,292 November 1,563,291,114 Desember 1,559,256, ,515,693,540 Januari 1,012,124,508 Februari 1,042,292,540 Maret 1,148,692,058 April 1,211,601,512 Mei 1,330,599,276 Juni 1,225,792,899 Juli 1,239,290,148

14 Agustus 1,253,218,555 September 1,214,867,161 Oktober 1,253,960,124 November 1,285,587,480 Desember 1,297,667, ,679,602,617 Januari 954,351,253 Februari 988,278,875 Maret 973,747,758 April 1,189,318,248 Mei 1,175,962,772 Juni 1,122,425,732 Juli 1,057,038,324 Agustus 1,017,288,346 September 1,022,576,014 Oktober 1,043,410,155 November 1,055,376,606 Desember 1,079,828,534 Jumlah Penerimaan PPh Pasal 25 OPPT per tahun Tahun PPh Pasal 25 OPPT % ,899,559, % ,515,693, % ,679,602, % Total 45,094,856, %

15 Jumlah WPOPPT Efektif yang menyampaikan SPT Jumlah WPOP 36,484 58,160 80,133 Jumlah WP efektif 13,838 11,002 12,185

16 Jumlah SPT 6,839 3,615 8,278 Jumlah Penyampaian SPT 49% 33% 68% % dari WPOP Terdaftar - - -

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1Implementasi Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 25 ayat (7) Huruf c

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. 4.1Implementasi Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 25 ayat (7) Huruf c BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1Implementasi Pemungutan Pajak Penghasilan Pasal 25 ayat (7) Huruf c Implementasi merupakan tahap pelaksanaan suatu kebijakan yang ditentukan. Oleh karena itu keberhasilan

Lebih terperinci

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA DENGAN FISKUS

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA DENGAN FISKUS Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA DENGAN FISKUS A. Identitas Informan Nama (inisial) :... Jabatan :... B. Pertanyaan 1. Menurut Anda apakah kewajiban pendaftaran untuk memperoleh NPWP di tiap tempat usaha/gerai

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 2 September 2013 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi SKB CV. MMC Sehubungan dengan PP Nomor 46 Tahun 2013 CV. MMC merupakan perusahaan dalam bidang jasa konsultan bisnis yang berdiri pada tahun 2005. Perusahaan

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. : Bapak Hamdi Aniza Pertama, SE., Ak., M.Si. Kepala seksi pengawasan dan konsultasi III

LAMPIRAN-LAMPIRAN. : Bapak Hamdi Aniza Pertama, SE., Ak., M.Si. Kepala seksi pengawasan dan konsultasi III LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Hasil Wawancara dengan Kepala S eksi Pengawasan dan Konsultasi III KPP Pratama Jakarta Tebet Narasumber : Bapak Hamdi Aniza Pertama, SE., Ak., M.Si Kepala seksi pengawasan dan konsultasi

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN. Nomor : SE-42/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN. Nomor : SE-42/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. 1. Para Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak; 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak; 3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan

Lebih terperinci

mendasar yaitu dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment.

mendasar yaitu dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment. 2 mendasar yaitu dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment. Dalam sistem self assessment, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam membenahi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan baru yang tersedia menyebabkan. turunnya angka pengangguran, yaitu sebesar tahun 2011,

BAB 1 PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan baru yang tersedia menyebabkan. turunnya angka pengangguran, yaitu sebesar tahun 2011, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan terbukanya lapangan pekerjaan baru yang tersedia menyebabkan turunnya angka pengangguran, yaitu sebesar 8.120.000 tahun 2011, 7.610.000 tahun 2012 (www.bps.go.id).

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI 3.1 Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi

Lebih terperinci

Susanti, Liberti Pandiangan

Susanti, Liberti Pandiangan PENGARUH PENERAPAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SERPONG PADA TAHUN 2010-2012 Susanti, Liberti Pandiangan Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Anggaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Anggaran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pajak merupakan sumber pendapatan terbesar bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2017 penerimaan negara dari

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY

BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY 4.1 Pelaksanaan Sunset Policy di KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Dua Berlakunya Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 sejak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN Bapak Joewono merupakan wajib pajak orang pribadi yang harus memenuhi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas penghasilan dari

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

BAB IV PEMBAHASAN. komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Teknik dan Prosedur Pemeriksaan Laporan Keuangan yang disiapkan oleh PT. Dipta Adimulia adalah pencatatan komersial, namun untuk menjadi dasar pelaporan SPT Tahunan, PT. Dipta Adimulia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisa Pelaksanaan Pemotongan / Pemungutan PPh Pasal 23 PT DEF

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisa Pelaksanaan Pemotongan / Pemungutan PPh Pasal 23 PT DEF BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Pelaksanaan Pemotongan / Pemungutan PPh Pasal 23 PT DEF Selama Tahun 2016 PT.DEF merupakan anak perusahaan yang bergerak dalam bidang Garmen dan bukan merupakan

Lebih terperinci

Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara

Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara A. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara yang terutang oleh orang pribadi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Penghitungan Pajak yang Dilakukan oleh PT Semar Jaya Indah Tahun 2015 PT. Semar Jaya Indah salah satu klien Badan Usaha Kantor Konsultan Pajak Darriono Prajetno. PT. Semar Jaya Indah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kewajiban pembangunan bangsa, maka pemerintah harus memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber dana negara salah satunya yaitu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang

BAB IV PEMBAHASAN. Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh Wajib Pajak Yang BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Bapak Aji merupakan wajib pajak orang pribadi yang sesuai dalam Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Usaha Yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN Dalam pembahasan hasil pengamatan ini penulis akan menyampaikan mengenai Prosedur penghapusan sanksi administrasi atas pembetulan Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai 44 44 BAB III PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai Tahun Pembinaan Wajib Pajak (TPWP). Pihak-pihak atau objek yang dibina oleh DJP adalah kelompok

Lebih terperinci

Ketika pemerintah akan melaksanakan pembangunan tentu

Ketika pemerintah akan melaksanakan pembangunan tentu Daftar Isi Kata Pengantar Pengantar... 2 Apa Sensus Pajak Nasional (SPN) itu?... 3 Mengapa SPN Perlu Dilakukan? Apa Manfaat SPN? Siapa Sasaran SPN? Bagaimana Pelaksanaan SPN?... 4 Dokumen Apa Saja yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, pada bab ini penulis mencoba mengambil kesimpulan atas kegiatan ekstensifikasi dalam rangka menambah jumlah Wajib

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-5/PJ/2011 TENTANG : TATA CARA PENGAJUAN DAN PENELITIAN ATAS PERMOHONAN

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-5/PJ/2011 TENTANG : TATA CARA PENGAJUAN DAN PENELITIAN ATAS PERMOHONAN LAMPIRAN I Nomor :...(1)...,...(2) Lampiran :...(3) Hal : Permohonan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak Penghasilan Yang Seharusnya Tidak Terutang Yth. Direktur Jenderal Pajak u.p. Pelayanan Pajak......

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/ Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak PJ.091/PL/S/006/2014-00 Apa yang dimaksud Emas Perhiasan? Emas perhiasan adalah perhiasan dalam bentuk apapun yang bahannya sebagian atau seluruhnya dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengatur sumber penerimaan dan pengeluaran negara. Rencana keuangan

BAB I PENDAHULUAN. mengatur sumber penerimaan dan pengeluaran negara. Rencana keuangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatur sumber penerimaan dan pengeluaran negara. Rencana keuangan pemerintah mengenai penerimaan

Lebih terperinci

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap Hukum Pajak Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap 2015-2016 Tujuan Pembelajaran Fakultas Hukum Mahasiswa memahami pemungutan pajak melalui sistem self assessment; Mahasiswa memahami berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang adil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin diandalkan dalam kepentingan pembangunan serta pembiayaan pemerintah adalah pajak. Pajak merupakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. Pengusaha Kena Pajak, maka PT. PP (Persero) Tbk mempunyai hak dan BAB IV PEMBAHASAN IV.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai PT. PP (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. PT. PP (Persero) Tbk menyediakan berbagai jasa dan solusi

Lebih terperinci

SE - 113/PJ/2010 PENGGALIAN POTENSI DAN PENGAMANAN PENERIMAAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARU

SE - 113/PJ/2010 PENGGALIAN POTENSI DAN PENGAMANAN PENERIMAAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARU SE - 113/PJ/2010 PENGGALIAN POTENSI DAN PENGAMANAN PENERIMAAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARU Contributed by Administrator Friday, 05 November 2010 Pusat Peraturan Pajak Online 5 Nopember 2010 SURAT

Lebih terperinci

Modul ke: Pertemuan 2. 02Fakultas EKONOMI. Perpajakan I. Program Studi AKUNTANSI

Modul ke: Pertemuan 2. 02Fakultas EKONOMI. Perpajakan I. Program Studi AKUNTANSI Modul ke: 02Fakultas EKONOMI NPWP dan PKP Pertemuan 2 Perpajakan I Program Studi AKUNTANSI Daftar Isi NPWP Tata Cara Pendaftaran NPWP melalui e-registration Cara Pindah KPP Penghapusan NPWP Pengusaha Kena

Lebih terperinci

APAKAH TARIF PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGGUNA NORMA SUDAH ADIL? STUDI KASUS PEDAGANG ECERAN MINUMAN DI JAKARTA BARAT

APAKAH TARIF PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGGUNA NORMA SUDAH ADIL? STUDI KASUS PEDAGANG ECERAN MINUMAN DI JAKARTA BARAT APAKAH TARIF PAJAK BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGGUNA NORMA SUDAH ADIL? STUDI KASUS PEDAGANG ECERAN MINUMAN DI JAKARTA BARAT LAPORAN SKRIPSI Oleh Anne Valerye Janias 1301042045 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. sudah selayaknya ditarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan di

BAB V PENUTUP. sudah selayaknya ditarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan di 94 BAB V PENUTUP Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Pada akhir penulisan hukum sudah selayaknya ditarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan yang kemudian dilakukan pembahasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 23 September 2008 dan berlaku efektif mulai tanggal 01 Januari

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 23 September 2008 dan berlaku efektif mulai tanggal 01 Januari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008 akhirnya resmi diundangkan pada tanggal 23 September 2008 dan berlaku efektif mulai tanggal 01 Januari 2009. Salah satu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan.

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Kebijakan Sunset Policy Semakin berat beban dan dana yang perlukan negara dalam menjalankan pemerintahan dan pembiayaan pembangunan, mengharuskan pemerintah berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Untuk meningkatkan pemenuhan kewajiban perpajakan secara sukarela

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Untuk meningkatkan pemenuhan kewajiban perpajakan secara sukarela BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk meningkatkan pemenuhan kewajiban perpajakan secara sukarela dan mendorong kontribusi penerimaan Negara dari sektor UMKM, pemerintah telah menerbitkan PP No. 46

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Jumlah Kepemilikan NPWP Terdaftar dari Tahun 2011, 2012, dan 2013 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Semakin beratnya beban pemerintah dalam pembiayaan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Prosedur Pengajuan Permohonan SKB PPh Atas Penghasilan Dari. Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Prosedur Pengajuan Permohonan SKB PPh Atas Penghasilan Dari. Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan digilib.uns.ac.id BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Prosedur Pengajuan Permohonan SKB PPh Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan a) Wajib Pajak (WP)

Lebih terperinci

Dalam system pemungutan pajak, dikenal beberapa system antara. lain :

Dalam system pemungutan pajak, dikenal beberapa system antara. lain : BAB III IMPLEMENTASI PPH FINAL ATAS WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI PEREDARAN BRUTO TERTENTU BERDASARKAN PP 46 TAHUN 2013 PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SEMARANG TIMUR 3.1 Tinjauan Umum Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam rangka mengamankan penerimaaan Negara perlu dilakukan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Dalam rangka mengamankan penerimaaan Negara perlu dilakukan BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah Dalam rangka mengamankan penerimaaan Negara perlu dilakukan berbagai upaya, salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui peningkatan kepatuhan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA

BAB III GAMBARAN DATA BAB III GAMBARAN DATA A. Pengertian Pajak Pengertian Pajak menurut Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir kali dengan Undang- Undang Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Untuk memaksimalkan pajak, negara melakukan sosialisasi pajak kepada masyarakat terutama

Lebih terperinci

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA

ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA ANALISIS PENERAPAN PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN PADA PT SM ANUGRAH RAYA TAMA Wilianto Taufik, Yunita Anwar Universitas Bina Nusantara Jl. K. H. Syahdan No.9 Kemanggisan/Palmerah Jakarta Barat 11480 Phone

Lebih terperinci

1

1 0 1 2 3 4 SOAL TEORI KUP Menurut Pasal 1 UU KUP, Penelitian adalah serangkaian kegiatan menilai kelengkapan Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya, termasuk penilaian kebenaran penulisan dan perhitungannya.

Lebih terperinci

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di L4 Narasumber Jabatan : Ibu Nurika Rahmantika : Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong DAFTAR PERTANYAAN : 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian BAB 4 Pembahasan Hasil Penelitian 4.1 Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai Sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri maka PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikomsumsi di dalam daerah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Wajib Pajak Baru di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Wajib Pajak Baru di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Wajib Pajak Baru di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai salah satu kewajiban

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 40/PJ/2017 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 40/PJ/2017 TENTANG 29 November 2017 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 40/PJ/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-18/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENELITIAN BUKTI PEMENUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pendanaan dan pemasukan bagi Negara berasal dari pajak yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pendanaan dan pemasukan bagi Negara berasal dari pajak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah negara membutuhkan sumber pendanaan untuk melakukan Pembangunan Nasional yang dilakukan secara terus menerus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Kondisi yang Melatarbelakangi Kesalahan atas Kewajiban Pemotongan PPh 23 PT. AMK merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa ekspor impor barang. Kewajiban perpajakan PT.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Tansuria, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. membayar pajak secara langsung maupun tidak langsung. negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Tansuria, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara dengan jumlah peduduk yang cukup banyak. Dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat secara hukum, wajib untuk membayar pajak secara

Lebih terperinci

Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25. Peredaran Usaha (Perdagangan) Alamat

Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Jumlah Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25. Peredaran Usaha (Perdagangan) Alamat Lampiran I Nama :... (1) NPWP :... (2) Alamat :... (3) Daftar Penghasilan dan Pembayaran PPh Pasal 25 No. NPWP tempat usaha/ gerai (outlet) KPP Lokasi Alamat Peredaran Usaha (Perdagangan) Penghasilan Penghasilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar dari dalam negeri. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013, menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat dengan usaha pemerintah dalam melakukan pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa usaha jasa persewaan kendaraan roda 4 (empat) atau lebih

BAB V PENUTUP. menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa usaha jasa persewaan kendaraan roda 4 (empat) atau lebih 82 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dalam pembahasan pada bab sebelumnya, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Bahwa usaha jasa persewaan kendaraan roda 4 (empat)

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Instansi 1. Sejarah KPP Pratama Kebumen Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Kebumen bermula dari Kantor Dinas Luar Tingkat I yang merupakan cabang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS DATA Tuan Marvelinus adalah salah satu klien dari Kantor Konsultan Pajak DRS S yang memiliki badan usaha yang dijalankan secara perseorangan ( Wajib Pajak Orang Pribadi )

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat, diperlukan pembiayaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu pemerintah pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, pajak merupakan sumber terbesar pendapatan negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak menyumbang lebih dari separuh total pendapatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS

BAB IV PEMBAHASAN. IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS BAB IV PEMBAHASAN IV. 1 Analisis Mekanisme Pajak Penghasilan Pasal 22 di PT. KAS Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda

BAB I PENDAHULUAN. bagi suatu negara menjadi sangat dominan dalam menunjang jalannya roda BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintahan dan pembangunan di negara kita ini, tentu membutuhkan dana yang cukup besar. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA 9 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN 1 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-40/PJ/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan

BAB IV PEMBAHASAN. dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan BAB IV PEMBAHASAN Dalam evaluasi penerapan dan perbandingan Pajak Pertambahan Nilai sebelum dan sesudah perubahan Undang-undang No.42 Tahun 2009, penulis melakukan penelusuran atas laporan laba rugi, neraca,

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG Menimbang: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2010 TENTANG PELAKSANAAN PENGENAAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU DIREKTUR JENDERAL PAJAK, bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kepatuhan perpajakan dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimana Wajib Pajak memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan semua hak perpajakannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan semakin meningkatnya pertumbuhan ekonomi saat ini di negara Indonesia dan semakin bertambahnya jumlah penduduk bangsa Indonesia maka, harus diiringi dengan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat berdasarkan undang-undang dan ketentuan pelaksanaannya. Pajak merupakan salah satu penerimaan

Lebih terperinci

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Direktori Putusan Maia Putusan Pengadilan Pajak Nomor : Put.46597/PP/M.II/16/2013 Jenis Pajak Tahun Pajak : 28 Pokok Sengketa Menurut Terbanding Menurut Pemohon Banding Menurut Majelis : Pajak Pertambahan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Analisis 4.1.1 Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Tabel 4.1 Total Wajib Pajak, Realisasi dan Rencana Penerimaan Pajak (dalam rupiah)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Penerapan Pajak Pertambahan Nilai pada PT. Perkebunan Nusantara III Medan dengan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) No: PEM- 00025/WPJ.19/KP.0303/2013

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya, mengenai pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan penerimaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bisa ditarik apa yang telah dibahas dan dianalisis oleh penulis dalam skripsi ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. bisa ditarik apa yang telah dibahas dan dianalisis oleh penulis dalam skripsi ini 88 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis pembahasan pada bab sebelumnya kesimpulan yang bisa ditarik apa yang telah dibahas dan dianalisis oleh penulis dalam skripsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak adalah iuran kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapatkan prestasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka pemerintah perlu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Upaya-Upaya Pelaksanaan Ekstensifikasi Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak bertujuan untuk meningkatkan pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 28/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 28/PJ/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 28/PJ/2012 TENTANG TARGET RASIO PEMBETULAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN BERBASIS PROFIL

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. : 1. Para Kepala Kantor Wilayah DJP 2. Para Kepala Kantor Pelayanan Pajak 3. Para Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA. 1. Apa yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak? Yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak yaitu Wajib Pajak harus mengetahui

HASIL WAWANCARA. 1. Apa yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak? Yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak yaitu Wajib Pajak harus mengetahui L-1 HASIL WAWANCARA 1. Apa yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak? Jawab: Yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak yaitu Wajib Pajak harus mengetahui hak dan kewajibannya terlebih dahulu. Kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian global di Indonesia, merupakan salah satu faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan membiayai pembangunan

Lebih terperinci

ABSTRAK. : Pajak Penghasilan, Laporan Keuangan Komersial, Laporan Keuangan Fiskal, Rekonsiliasi Fiskal.

ABSTRAK. : Pajak Penghasilan, Laporan Keuangan Komersial, Laporan Keuangan Fiskal, Rekonsiliasi Fiskal. Judul : Nama : Rekonsiliasi Fiskal Sebagai Dasar Untuk Menentukan Pajak Penghasilan Terutang (Studi Kasus Usaha Dagang Wajib Pajak Orang Pribadi Tuan X Tahun Pajak 2016) I Gede Irvan Prabowo NIM : 1406043077

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inquiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inquiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam membenahi

Lebih terperinci

BAB III DASAR HUKUM DAN IMPLEMENTASI EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI PASAR TEBET BARAT DAN PASAR TEBET TIMUR

BAB III DASAR HUKUM DAN IMPLEMENTASI EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI PASAR TEBET BARAT DAN PASAR TEBET TIMUR BAB III DASAR HUKUM DAN IMPLEMENTASI EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI PASAR TEBET BARAT DAN PASAR TEBET TIMUR Ekstensifikasi adalah upaya mencari wajib pajak yang bersembunyi. Upaya ini dilakukan

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak 2013

Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak 2013 Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal Pajak 2013 Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang Diterima atau Diperoleh Wajib

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara dalam menjalankan pemerintahannya membutuhkan dana yang banyak, tidak hanya untuk operasional pemerintah tetapi juga untuk pembangunan negara tersebut.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Pelaporan Pajak Tahun Sebelum Pembetulan

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Pelaporan Pajak Tahun Sebelum Pembetulan pembetulan. BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Pelaporan Pajak Tahun 2011-2014 Sebelum Pembetulan Bapak Agung merupakan klien KKP Indojasa Pratama sejak Tahun 2007 memiliki usaha dibidang perdagangan alat-alat listrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Era Globalisasi dapat memengaruhi pola pikir dan tindakan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Era Globalisasi dapat memengaruhi pola pikir dan tindakan masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era Globalisasi dapat memengaruhi pola pikir dan tindakan masyarakat, baik dari segi politik, sosial, ekonomi, dan budaya, juga memengaruhi perkembangan dunia usaha

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah L 1 Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: 1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Lebih terperinci

Soal Kasus Pembukuan atau Pencatatan( contoh ini menggunakan aturan lama untuk ptkpnya lebih baik lihat aturan terbaru)

Soal Kasus Pembukuan atau Pencatatan( contoh ini menggunakan aturan lama untuk ptkpnya lebih baik lihat aturan terbaru) Soal Kasus Pembukuan atau Pencatatan( contoh ini menggunakan aturan lama untuk ptkpnya lebih baik lihat aturan terbaru) Tuan Wahyudi (PKP) seorang pengusaha garmen yang memiliki 5 kios di Jakarta, Bandung,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : sunset policy, penerimaan pajak Orang Pribadi. vii. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci : sunset policy, penerimaan pajak Orang Pribadi. vii. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah sunset policy yang diterapkan oleh Direktorat Jendral Pajak dengan maksud meningkatkan penerimaan pajak dari Wajib Pajak Orang Pribadi. Penelitian

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak

BAB 4 PEMBAHASAN. atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak BAB 4 PEMBAHASAN Semua badan merupakan Wajib Pajak tanpa terkecuali, mulai saat didirikan atau saat melakukan kegiatan usaha atau memperoleh penghasilan. Tidak dipersoalkan apakah badan tersebut mengalami

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Nomor Pokok

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Herryanto& Toly (2013) berjudul

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan oleh Herryanto& Toly (2013) berjudul BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Untuk mengetahui serta menganalisis permasalahan yang ada, maka dibutuhkan beberapa penelitian terdahulu yang menjelaskan hubungan-hubungan antara variabel.

Lebih terperinci

b. Bagi WP badan, tarif PPh yang semula terdiri dari 3 lapisan, yaitu 10%, 15% dan 30% menjadi tarif tunggal 28% di tahun 2009 dan 25% tahun 2010.

b. Bagi WP badan, tarif PPh yang semula terdiri dari 3 lapisan, yaitu 10%, 15% dan 30% menjadi tarif tunggal 28% di tahun 2009 dan 25% tahun 2010. Tarif- tariff baru PPh 2009Undang-undang pajak penghasilan yang baru kini sudah disahkan oleh DPR. Beberapa tarif pajak dipotong sehingga diperkirakan potential lost pajaknya mencapai Rp 40 triliun. Wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak saja, tetapi sudah menjadi masalah penting dalam hidup bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak saja, tetapi sudah menjadi masalah penting dalam hidup bernegara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masalah perpajakan tidak semata-mata masalah Direktorat Jenderal Pajak saja, tetapi sudah menjadi masalah penting dalam hidup bernegara. Keberhasilan pemungutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tax reform 1983, melalui self assessment system Wajib Pajak (WP)

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tax reform 1983, melalui self assessment system Wajib Pajak (WP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak tax reform 1983, melalui self assessment system Wajib Pajak (WP) diberi kepercayaan untuk melaksanakan sendiri kewajiban perpajakannya, mulai dari menghitung,

Lebih terperinci