LAMPIRAN-LAMPIRAN. : Bapak Hamdi Aniza Pertama, SE., Ak., M.Si. Kepala seksi pengawasan dan konsultasi III

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAMPIRAN-LAMPIRAN. : Bapak Hamdi Aniza Pertama, SE., Ak., M.Si. Kepala seksi pengawasan dan konsultasi III"

Transkripsi

1 LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Hasil Wawancara dengan Kepala S eksi Pengawasan dan Konsultasi III KPP Pratama Jakarta Tebet Narasumber : Bapak Hamdi Aniza Pertama, SE., Ak., M.Si Kepala seksi pengawasan dan konsultasi III Tempat : KPP Pratama Jakarta Tebet Tanggal : 29 Desember Menurut anda, apakah alasan utama yang mendasari pemerintah melakukan perubahan nilai PTKP dan tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP)? Yang pertama, untuk nilai PTKP itu adalah Penghasilan Tidak Kena Pajak, ini kan bersumber dari biaya hidup minimal, atau kebutuhan hidup minimal bagi setiap orang atau bagi setiap Wajib Pajak. Dengan perkembangan kondisi perekonomian, perkembangan kesejahteraan orang, tentu akan mempengaruhi pola konsumsi yang bersangkutan. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup pada hari ini tentu berbeda dengan memenuhi kebutuhan hidup di masa lalu. Jadi dengan kebijakan pemerintah ini, dinaikkan lah penghasilan tidak kena pajak, dari semula sebesar Rp ,- menjadi Rp ,-. Pertimbangannya adalah untuk menyesuaikan dengan tingkat perekonomian dan/atau kesejahteraan masyarakat, dan juga untuk memberikan rasa keadilan tentunya, dimana orang yang punya penghasilan tertentu akan dikenakan pajak, tapi kalau penghasilan itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ya jangan dipajakkin. Disitulah asas keadilannya. Kemudian tentang tarifnya sendiri, tarif PPh OP ini L 1

2 kan dari semula 35%, turun menjadi 30%, untuk lapisan yang tertingginya. Kemudian untuk rank-nya dari semula 5 menjadi 4, dan ada peningkatan juga dari semula misalnya 5% itu hanya sampai Rp ,- sekarang sudah sampai Rp ,-. Dan untuk tarif tertinggi yang semula Rp ,- menjadi ,-. Itu hampir sama kondisinya karena mempertimbangkan tingkat kesejahteraan masyarakat dengan tingkat penghasilan yang masyarakat peroleh. Dan juga karena beban hidup orang semakin tinggi, karena dipengaruhi oleh pola konsumsi, dan pola perekonomian yang ada di masyarakat. 2. Seberapa besar dampak perubahan nilai PTKP dan tarif PPh OP terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) KPP Pratama Jakarta Tebet? Kalau secara kuantitatif mungkin belum bisa dikemukakan, karena belum saya lihat data penerimaan kami. Namun secara normatif, dengan adanya penurunan tarif, kemudian peningkatan nilai PTKP, otomatis agregatnya tentu akan ada penurunan pajak yang diterima. Namun demikian, penerimaan itu kan tidak hanya berdasarkan atas basis wajib pajak yang sudah ada, tapi kami juga memperluas basis pajaknya atau menambah Wajib Pajaknya. Jadi dari semula pemilik NPWP hanya 2-3 jutaan, pada 5 tahun terakhir sudah meningkat jauh menjadi 16 jutaan. Jadi basis pajaknya sudah naik. Jadi walaupun tarif pajaknya turun, PTKPnya naik, tapi karena basis pajaknya naik, ada kemungkinan juga akan ada peningkatan penerimaan pajak secara keseluruhan. L 2

3 3. Apakah dampak positif ataupun negatif dengan adanya perubahan nilai PTKP dan tarif PPh OP terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) KPP Pratama Jakarta Tebet? Penambahan jumlah Wajib Pajak itu kan banyak sebab, jadi di Undang-Undang secara jelas menyatakan bahwa setiap warga negara itu pada dasarnya adalah Wajib Pajak, mereka kemudian mempunyai kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP ketika persyaratan subjektif dan objektifnya terpenuhi. Untuk Subjektifnya sebagai warga negara itu sudah terpenuhi sejak lahir, sedangkan untuk objektifnya adalah saat dia mempunyai penghasilan, dan lebih utama lagi jumlah penghasilannya diatas PTKP. Faktor lainnya adalah ketika ada kebijakan pada tahun 2009 yaitu pemberian pembebasan fiskal luar negeri bagi pemilik NPWP (yang akan dihapuskan pada tahun 2011). Kemudian faktor berikutnya adalah pada tahun 2009 keluar Undang-Undang PPh yang memberikan semacam sanksi kepada yang tidak memiliki NPWP akan dikenakan pajak lebih tinggi 20%, itu juga mempengaruhi masyarakat untuk memiliki NPWP. Jadi kalau menyangkut perubahan nilai PTKPnya sendiri, dampak positifnya barangkali masyarakat akan dikenakan pajak atas penghasilannya ketika nilai PTKPnya lebih tinggi, jadi dalam jumlah penghasilan tertentu dia tidak akan dikenakan pajak. Dan limit penghasilan itu lebih tinggi dari pada yang lalu. Kalau dampak negatifnya ya terkait dengan penerimaan tadi, secara normatif penerimaan kami tentu akan turun karena tarifnya yang turun, dan PTKPnya yang naik, tapi secara agregat atau keseluruhan dan berjangka panjang, penerimaan tentu akan naik juga pada akhirnya. Jadi pada tingkat keseimbangan L 3

4 tertentu mungkin penerimaan akan sama saja, tapi pada beberapa waktu kedepan penerimaan akan lebih tinggi. 4. Bagaimana dampak perubahan nilai PTKP dan tarif PPh OP terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) KPP Pratama Jakarta Tebet dalam jangka pendek dan jangka panjang? Jika dilihat dalam jangka pendek penerimaannya pasti akan turun, tapi dalam jangka panjang dengan bertambahnya basis pajak, bertambahnya jumlah orang yang memiliki NPWP, tentu penerimaan akan naik. 5. Menurut anda, sejauh manakah pengetahuan para Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Tebet terhadap perubahan nilai PTKP dan tarif PPh OP? Ketika Undang-Undang itu dikeluarkan, kami langsung mengundang para Wajib Pajak, jadi ada semacam sosialisasi tentang perubahan nilai PTKP dan tarif PPh untuk Orang Pribadi ini. Disamping juga secara nasional kami juga tetap mengkampanyekannya, apakah itu dalam bentuk seminar, iklan di media cetak ataupun elektronik, dan sosialisasi langsung atau tatap muka dengan para Wajib Pajak. Reaksi awal dari Wajib Pajak ketika mereka mendengar ada kenaikan nilai PTKP dan juga penurunan tarif PPh itu mereka pasti senang. Karena jumlah tertentu dari penghasilannya tidak akan dikenakan pajak. Untuk itu limitnya lebih tinggi. Mereka memang senang menanggapi adanya perubahan ini. L 4

5 6. Apakah KPP Pratama Jakarta Tebet turut berpastisipasi dalam mensosialisasikan perubahan nilai PTKP dan tarif PPh OP? Bagaimana caranya? Kami mengadakan seminar, sosialisasi dengan tatap muka langsung, atau Account Representative (AR) misalnya dalam melakukan kunjungan ke Wajib Pajak mereka juga akan menjelaskan tentang perubahan ini, karena itu juga akan mempengaruhi dalam menghitung PPh bagi karyawan untuk pemotongan PPh pasal 21 misalnya, jika Orang Pribadi itu adalah pengusaha nanti kami akan jelaskan perubahan-perubahan itu akan berdampak dalam penghitungan PPh terutang yang nanti akan disampaikan di SPT tahunannya. Jadi ketika perubahan itu terjadi juga yang sederhana misalnya dalam menghitung PPh pasal 25 atau WP angsuran dalam tahun berjalan, jadi ketika tahun 2008 mereka masih menggunakan tarif yang lama, kemudian di tahun 2009 muncul tarif yang baru, otomatis ada perubahan disitu. Jadi perubahan dasar penghitungan PPh pasal 25 tahun berjalan 2009 ketika itu. Sehingga dari semula mereka misalnya membayar PPh pasal 25 nya sejumlah tertentu pada tahun 2008, di tahun 2009 pasti akan turun karena tarifnya turun. Kami disini bicara secara case by case untuk menjelaskan kepada para Wajib Pajak jika mereka mengalami kesulitan dalam menghitung pajak karena ada perubahan tarif dan nilai PTKP ini. Dalam penelitian terhadap SPT yang mereka laporkan juga tentu masih ada beberapa yang salah, tapi nantinya akan kami jelaskan kepada Wajib Pajak yang bersangkutan mengenai perubahan-perubahan ini, dan sebagainya. Dan selanjutnya mereka juga akan melakukan pembetulan terhadap SPT-nya. L 5

6 7. Bagaimanakah respon para Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Tebet menanggapi perubahan nilai PTKP dan tarif PPh OP? Tanggapan awal mereka pasti senang dengan adanya peningkatan nilai PTKP dan perubahan tarif PPh ini, tapi mungkin ribetnya mereka harus menghitung ulang, menyesuaikan lagi dengan tarif yang baru. Di tahap awal kan setiap perubahan pasti ada efek-efeknya, tapi di kasus ini positif sih. 8. Menurut anda, apakah perubahan nilai PTKP dan tarif PPh OP menguntungkan atau malah merugikan bagi para Wajib Pajak? Kalau untuk merugikan para Wajib Pajak mungkin tidak, tapi di lapisan PTKP secara normatif penerimaan kami pasti akan turun. Mungkin ada dalam rank atau jumlah tertentu tarif lama itu jadi lebih tinggi, itu bisa saja terjadi karena ranknya kan akan jauh ya. Jadi misalnya untuk tarif 10% dulu itu kan masih diatas Rp ,- sampai Rp ,-, sekarang kan diatas Rp ,- jadi akan beda berapa pajak yang kemudian harus mereka bayar. Jadi kalau merugikan para Wajib Pajak mungkin tidak, malah para penerima yang akan mengalami penurunan dalam jangka pendek, tapi secara keseluruhan sih tidak. Karena seiring dengan pertambahan jumlah Wajib Pajak. 9. Apakah KPP Pratama Jakarta Tebet melakukan upaya lain untuk meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan selain dengan telah berlakunya nilai PTKP dan tarif PPh OP yang baru? Untuk orang pribadi itu ada beberapa pendekatan yang kami lakukan. Pertama, berdasarkan analisis SPT. Jadi kami membuat analisa terhadap SPT yang L 6

7 dilaporkan oleh para Wajib Pajak, kemudian kami hitung berapa jumlah pajak yang seharusnya mereka bayar. Kalau misalnya dari analisis itu ada selisih yang seharusnya mereka masih ada kewajiban yang harus dibayar, biasanya akan kami himbau untuk membetulkan SPT-nya. Dalam keadaan tertentu para Wajib Pajak mungkin bisa merespon lalu membetulkan SPT-nya. Tapi ada juga dalam keadaan yang lain, mereka juga tidak mau, karena mereka anggap apa yang mereka laporkan sudah benar. Jika dalam posisi itu, kami bisa meningkat ke tahap berikutnya yaitu mereka akan kami periksa. Dan jika memang terbukti ada kekurangan pembayaran pajak, akan kami keluarkan Surat Tagihan. Lalu upaya kedua yang kami lakukan, di Undang-Undang yang baru ada tentang Orang Pribadi Pengusaha Tertentu. Maksudnya adalah Orang Pribadi yang mempunyai usaha dalam bidang perdagangan biasanya, yang menjual langsung ke konsumen akhir. Kami punya mekanisme yang lebih sederhana untuk mereka dalam membayar pajak. Jadi setiap outlet yang mereka miliki, harus membayar pajak sebesar 0,75%. Jadi tarif PTKP tetap kami berlakukan dalam menghitung pajak mereka secara keseluruhan. Jika mereka mempunyai dua atau tiga outlet misalnya, disetiap outlet itu mereka sudah membayar pajaknya, lalu pada akhir tahun itu digabungkan lagi, diperhitungkan lagi pajaknya dengan tarif 0,75%. Itulah yang setiap bulan harus mereka setor dari setiap outlet yang mereka miliki. Kemudian upaya lain untuk meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan, kami melakukan program ekstensifikasi. Jadi kalau ada Wajib Pajak yang kami anggap sudah harus menjadi Pengusaha Kena Pajak tapi mereka belum melaporkan diri sebagai Pengusaha Kena Pajak yang mempunyai kewajiban memungut PPN, itu akan kami himbau untuk mendaftarkan diri sebagai Pengusaha Kena Pajak. L 7

8 Kemudian jika mereka mau, mereka akan melaporkan sendiri, jika mereka tidak mau mungkin akan kami berikan secara jabatan atau kami paksa untuk menjadi PKP. Kalau mereka belum memiliki NPWP juga akan kami himbau seperti itu. Untuk ekstensifikasi ini juga kami mendekati para pemberi kerja, kemudian kami inventarisir karyawan yang mereka miliki, siapa yang belum memiliki NPWP akan kami kami berikan NPWP secara kolektif. Kalau sudah memiliki NPWP otomatis mereka akan melaporkan sendiri pajaknya, jika penghasilannya melebihi PTKP tentu akan ada setoran pajaknya. Dalam jangka panjang tentu upaya ini akan menambah penerimaan Pajak Penghasilan kami. 10. Bagaimanakah cara KPP Pratama Jakarta Tebet untuk mendorong tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam usaha meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan selain dengan telah berlakunya nilai PTKP dan tarif PPh OP yang baru? Untuk tingkat kepatuhan Orang Pribadi sebenarnya masih dalam tingkat yang tidak terlalu tinggi, sekitar 40% - 50%. Jadi 50% dari WP terdaftar itu melaporkan SPT. Sebenarnya sudah cukup lumayan, walaupun sebenarnya dari total WP yang terdaftar itu kebanyakan adalah karyawan. Kalau karyawan itu sudah memiliki bukti pemotongan PPh dari tempat dia bekerja, maka sangat sederhana bagi karyawan itu untuk melaporkan SPT-nya. Hanya tinggal menempelkan bukti pemotongannya ke SPT Tahunan, kemudian dia laporkan. Jika di KPP Pratama Jakarta Tebet ini, dan sama halnya di KPP-KPP yang lain, kami menerapkan sistem jemput bola. Jadi kami datang ke pemberi kerja, kemudian mereka bisa menyampaikan SPT-nya ke kami disana, secara kolektif L 8

9 juga akan kami bantu tata cara pengisiannya. Kami pandu para karyawan untuk mengisi SPT, kemudian langsung kami terima. Ada juga sistem Drop Box, kami datang ke tempat keramaian, pusat perkantoran, atau ke mall misalnya, lalu kami akan buka counter disana untuk menerima SPT. Upaya-upaya ini bisa dikatakan banyak membantu dalam meningkatkan tingkat kepatuhan penyampaian SPT. Disamping juga upaya yang lainnya seperti sosialisasi, iklan di media cetak atau elektronik, membuat spanduk himbauan penyampaian SPT, semua itu sudah biasa kami lakukan. Jadi untuk meningkatkan kepatuhan ini memang dibutuhkan kesadaran WP sendiri, tapi dengan diberikannya kemudahan-kemudahan dalam melaporkan SPT, kami tentu berharap para Wajib Pajak tidak ada alasan lagi untuk tidak melaporkan SPT-nya. Tapi dalam tiga tahun terakhir ini memang sudah cukup bagus tingkat kepatuhan para Wajib Pajak dalam melaporkan SPT. 11. Menurut anda, apakah dengan berlakunya Undang-Undang No.36 tahun 2008 sehubungan dengan perubahan PTKP dan tarif PPh OP yang baru, sudah menjadi keputusan yang benar sampai saat ini? Kalau dalam arah perkembangannya memang sudah benar sampai saat ini, karena pajak itu kan mengikuti perkembangan tingkat perekonomian yang ada di masyarakat atau negara. Dan penerimaan pajak itu mengacu pada anggaran negara, jadi ada faktor-faktor yang mempengaruhi satu tarif dinaikkan atau diturunkan. Terdapat pertimbangan secara budget atau anggarannya, lalu ada pertimbangan secara politis ke regulasi atau pengaturannya. Jadi siapa yang akan dikenakan pajak lebih tinggi, siapa yang dikenakan pajak lebih rendah, atau yang tidak dikenakan pajak sama sekali itu ada unsur regulasi di politis kenegaraan. L 9

10 Disamping memang mempertimbangkan kalau dikenakan tarif yang rendah, nanti penerimaan pajak negara juga akan rendah, dan tidak bisa mencukupi biaya pemerintahan. Itulah yang menjadi pertimbangan pemerintah selama ini. Kalau negara ini ingin mandiri, tentu seharusnya porsi penerimaan pajak harus lebih besar, agar kami tidak bergantung terus dengan pinjaman luar negeri. Tapi pemerintah juga tidak bisa semena-mena menaikkan tarif pajak, karena akan berdampak sangat luas ke masyarakat. Bisa-bisa masyarakat malah jadi menghindari pajak. Karena pajak ini sebenarnya sensitif, karena merupakan iuran yang dipaksakan. Kalau salah memaksakan malah bisa jadi boomerang bagi pemerintah. Jadi harus agak pelan-pelan atau bahkan lambat kenaikannya, tapi mungkin itu bisa diterima oleh masyarakat. 12. Menurut anda, bagaimana nasib perpajakan negara kami di masa yang akan datang? Atau bagaimana proyeksi penerimaan PPh OP untuk kedepannya? Proyeksi penerimaan PPh OP itu sebenarnya belum signifikan jika dibandingkan dengan penerimaan PPh dari badan usaha. Sebenarnya banyak faktor kenapa penerimaan PPh OP ini belum bisa maksimal. Tapi jika kami proyeksikan ke masa depan, kami sudah meletakkan dasar-dasarnya. Jadi dengan perluasan basis pajak, atau dengan bertambahnya kepemilikan NPWP, itu merupakan suatu peletakkan dasar pertama yang bagus. Kemudian langkah kedua tentu meningkatkan tingkat kepatuhan WP untuk melaporkan SPT-nya. Dari sisi kami sendiri, kami harus memiliki data seluruh warga negara atau seluruh pemilik NPWP. Sehingga nanti kami bisa membandingkan apa yang mereka laporkan itu dengan apa yang seharusnya mereka laporkan. Dari situlah L 10

11 kami pelan-pelan akan bisa meningkatkan penerimaan PPh OP ini. Kemudian faktor lain yang barangkali menyebabkan rendahnya penerimaan PPh OP itu adalah kecenderungan badan usaha di Indonesia untuk tidak membagikan dividen. Jadi selama ini ketika sebuah perusahaan menerima laba, biasanya labanya mereka tumpuk di perusahaan, jarang dibagikan dalam bentuk dividen. Sehingga laba itu tidak mengalir ke Orang Pribadi yang memiliki saham di perusahaan tersebut. Tapi untuk tahun kemarin kami sudah sedikit mendorong badan usaha untuk membagikan dividen karena ada penurunan tarif dividen, dari semula 15% menjadi 10%. Itu juga merupakan suatu bentuk bagaimana porsi penerimaan PPh OP bisa naik. Jadi jika badan usaha membagikan dividennya, berarti kan para investor akan melaporkan SPT-nya, dan akan dihitung lagi berapa pajak terutangnya. Kemudian faktor yang lain adalah di negara ini dan mungkin juga di negara-negara lain memiliki sektor informal yang sangat banyak. Contohnya seperti pengusaha kaki lima, atau bisa disebut ekonomi bawah tanah. Dan penghasilan-penghasilan dari hasil kejahatan seperti korupsi, pencucian uang, dan sebagainya itu sangat banyak. Jadi semua itu kan tidak bisa terdeteksi oleh sistem yang kami miliki. Oleh karena itu, tingkat tax ratio negara ini rendah salah satu penyebabnya adalah kasus-kasus tadi. Perekomian yang ada di negara ini juga belum semuanya bisa terpantau oleh sistem yang kenegaraan ini miliki. Seperti penyelundupan juga masih banyak terjadi, jadi orang-orang banyak yang hidupnya dari situ, demi menghindari pajak. Jika mereka melapor, malah menjadi tindak pidana karena hal tersebut kan termasuk ilegal. Termasuk ekonomi pedesaan juga tidak bisa kami cover semua. L 11

12 2. Hasil Wawancara dengan Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi KPP Pratama Jakarta Tebet Narasumber : Ibu Sri Hernowati Kepala seksi pengolahan data dan informasi Tempat : KPP Pratama Jakarta Tebet Tanggal : 29 Desember Menurut anda, apakah alasan utama yang mendasari pemerintah melakukan perubahan nilai PTKP dan tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP)? Ini sebenarnya kan PTKP dan tarif PPh itu pasti menyesuaikan dengan pergerakan ekonomi. Kemudian mengakomodir orang-orang yang mendapatkan pengurangan yang dikenakan tarif pajaknya itu memang benar-benar orang yang tepat. Agar tidak seperti dulu, penghasilannya berapa, dikenakan pajaknya berapa. Karena sebenarnya kan selalu ada inflasi. Jadi kalau misalnya dulu PTKP masih Rp ,- pasti kan untuk orang-orang berpenghasilan tertentu hanya terkena yang lapisan bawah. Padahal kan target kami bukan itu. Jadi mungkin untuk perubahan nilai PTKP yaitu lebih mengikuti perubahan ekonomi secara makro. Kalau untuk perubahan tarif PPh OP, sebenarnya lebih menyangkut tentang keadilan bagi masyarakat. Karena lapisan tarifnya juga berubah, diharapkan untuk bisa mendeteksi kondisi ekonomi masyarakat yang sebenarnya. 2. Seberapa besar dampak perubahan nilai PTKP dan tarif PPh OP terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) KPP Pratama Jakarta Tebet? L 12

13 Kalau dampak itu pasti ada, tapi kami tidak melihat itu sebagai sesuatu yang signifikan karena diimbangi dengan pertumbuhan dari jumlah WP OP nya. Karena sekarang sudah digalakan untuk semua yang mempunyai penghasilan melebihi PTKP wajib ber NPWP. Misalnya dulu penerimaan cuma 10, tapi WP OP nya cuma 15. Sekarang penerimaannya misalnya 15, tapi diiringi dengan pertambahan WP OP yang semakin meningkat. Secara nominal mungkin memang bertambah, kayak tadi dari 10 ke 15. Tapi persentase proporsi pasti jadi lebih kecil kalau misalnya dulu 1 WP mungkin menyumbang 2, sekarang 1 WP hanya menyumbang 1. Tapi karena sekarang WP OP nya semakin bertambah, jadi akan mempengaruhi kenaikan penerimaan juga. Sebenarnya jika dilihat dari perubahan ini, keuntungan untuk negara memang lebih kecil. Karena dengan peningkatan penerimaan yang tidak terlalu signifikan, tapi jumlah WP OP meningkat begitu banyak. 3. Apakah dampak positif ataupun negatif dengan adanya perubahan nilai PTKP dan tarif PPh OP terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) KPP Pratama Jakarta Tebet? Kalau dilihat dari dampak positifnya mungkin perubahan ini jadi lebih mencerminkan kondisi ekonomi masyarakat yang sebenarnya. Mungkin dulu uang dengan nominal Rp ,- hanya dimiliki oleh orang kaya, sekarang dimiliki oleh orang miskin. Dan untuk dampak negatifnya lebih ke kontribusi per orangnya, kalau seperti di makro ekonomi kan berapa per penduduk menyumbang, nah itu nilainya menjadi lebih kecil. Seperti yang tadi saya bilang, kalau dulu WP menyumbang 2, mungkin sekarang hanya menyumbang 1. L 13

14 Karena PTKP naik, dan tarif PPh turun, jadi kan sebenarnya constraint itu menurunkan penerimaan pajak kalau dilihat dari sisi per WP nya. Tapi kalau dilihat secara nominal dalam jangka panjang, bisa menaikkan penerimaan pajak itu sendiri. 4. Bagaimana dampak perubahan nilai PTKP dan tarif PPh OP terhadap penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) KPP Pratama Jakarta Tebet dalam jangka pendek dan jangka panjang? Kalau dampak jangka pendek dalam penerimaan PPh memang kenaikan yang tidak terlalu signifikan, tapi memberikan administrasi perpajakan bagi kami yang berlipat-lipat lebih dari sebelumnya karena dengan bertambahnya WP OP. Dan kalau untuk dampak jangka panjang, kami harapkan untuk kedepannya semuanya sudah ber-npwp, sudah menjadi Wajib Pajak. Jadi bisa meningkatkan penerimaan PPh kami untuk kedepannya. 5. Menurut anda, sejauh manakah pengetahuan para Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Tebet terhadap perubahan nilai PTKP dan tarif PPh OP? Mungkin memang tidak semuanya paham mengenai perubahan ini (nilai PTKP dan tarif PPh OP), karena masyarakat Indonesia juga paham ya pajak itu memang kontribusi tidak langsung, tidak seperti kita membeli barang yang bisa kita rasakan langsung manfaatnya. Jadi mereka memang tidak aware akan hal ini. Kalau menurut saya memang harus lebih ditingkatkan lagi sosialisasi mengenai perubahan ini. L 14

15 6. Apakah KPP Pratama Jakarta Tebet turut berpastisipasi dalam mensosialisasikan perubahan nilai PTKP dan tarif PPh OP? Bagaimana caranya? Iya tentu, karena memang itu (mensosialisasikan perubahan nilai PTKP dan tarif PPh OP) tujuannya juga untuk meningkatkan penerimaan pajak KPP Pratama Jakarta Tebet. Dan kami memang mempunyai kewajiban untuk mensosialisasikan setiap perubahan yang ada. Biasanya kami mengundang para WP untuk menghadiri acara sosialisasi, atau membuat iklan di radio-radio maupun stasiun televisi. 7. Bagaimanakah respon para Wajib Pajak yang terdaftar di KPP Pratama Jakarta Tebet menanggapi perubahan nilai PTKP dan tarif PPh OP? Respon para Wajib Pajak mengenai perubahan PTKP dan tarif PPh ini pasti positif ya. Karena secara tidak langsung mereka justru diuntungkan dengan adanya perubahan ini. Tapi hanya saja aware mereka yang kurang. 8. Menurut anda, apakah perubahan nilai PTKP dan tarif PPh OP menguntungkan atau malah merugikan bagi para Wajib Pajak? berhubungan dengan pertanyaan sebelumnya, jadi menguntungkan para Wajib Pajak. 9. Apakah KPP Pratama Jakarta Tebet melakukan upaya lain untuk meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan selain dengan telah berlakunya nilai PTKP dan tarif PPh OP yang baru? L 15

16 Kalau kami bicara mengenai peningkatan itu sebenarnya ada dua cara, ekstensifikasi dan intensifikasi. Kalau ekstensifikasi kami pasti berusaha untuk memperbanyak jumlah WP untuk mengimbangi penurunan penerimaan akibat adanya perubahan ini. Karena takutnya jika dengan jumlah WP OP yang sama (tidak meningkat), lalu nilai PTKP dan tarif yang baru diterapkan pasti penerimaannya akan menjadi lebih kecil. Untuk mengimbangi hal itu pasti kami harus menambah angka WP OP agar jumlah penerimaan kami juga bertambah. Untuk cara intensifikasi mungkin bisa dengan lebih menggali kepedulian dan pemahaman para WP OP yang sudah terdaftar agar administrasi perpajakan mereka tepat. Siapa tahu masih ada penghasilan atau harta mereka yang belum dilaporkan. 10. Bagaimanakah cara KPP Pratama Jakarta Tebet untuk mendorong tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam usaha meningkatkan penerimaan Pajak Penghasilan selain dengan telah berlakunya nilai PTKP dan tarif PPh OP yang baru? Ya memang hal ini yang kadang-kadang membuat kami bingung. Tapi untuk saat ini kan pajak itu sudah menggaungkan sistem modernisasi, jadi yang kami tawarkan juga pasti lebih mudah dan nyaman untuk prosesnya bagi WP. Jika WP masih melanggar atau membangkang, mungkin akan kita berikan punishment atau sanksi demi meningkatkan kepatuhannya. Tapi yang pasti sih kami akan meningkatkan pelayanan dan punishment. L 16

17 11. Menurut anda, apakah dengan berlakunya Undang-Undang No.36 tahun 2008 sehubungan dengan perubahan PTKP dan tarif PPh OP yang baru, sudah menjadi keputusan yang benar sampai saat ini? Menurut saya sudah benar, walaupun peningkatan penerimaan PPh baru bisa dirasakan dalam jangka panjang dengan seiring bertambahnya jumlah WP OP. 12. Menurut anda, bagaimana nasib perpajakan negara kita di masa yang akan datang? Atau bagaimana proyeksi penerimaan PPh OP untuk kedepannya? Menurut saya untuk nasib perpajakan di negara ini mungkin akan lebih baik, apalagi di tahun 2014 akan dilakukan modernisasi tahap kedua. Jadi sistemnya akan diganti, dan diterapkan secara global. Yang dinamakan dengan PINTAR (Project for Indonesia Tax Administration Reform). L 17

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Jumlah Kepemilikan NPWP Terdaftar dari Tahun 2011, 2012, dan 2013 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Semakin beratnya beban pemerintah dalam pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam membenahi

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHAS AN. Analisis dampak positif ataupun negatif dari diberlakukannya Undang-

BAB IV PEMBAHAS AN. Analisis dampak positif ataupun negatif dari diberlakukannya Undang- BAB IV PEMBAHAS AN IV.1 Analisis dampak positif ataupun negatif dari diberlakukannya Undang- Undang No.36 tahun 2008 sehubungan dengan perubahan PTKP dan tarif pajak orang pribadi terhadap penerimaan PPh

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Satu

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Satu BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian global di Indonesia, merupakan salah satu faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan membiayai pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat dengan usaha pemerintah dalam melakukan pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pajak sebesar 70% terhadap total penerimaan negara. Kontribusi tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pajak sebesar 70% terhadap total penerimaan negara. Kontribusi tersebut BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat yang disetorkan kepada kas negara berdasarkan undang-undang sehingga dapat dipaksakan walaupun tanpa mendapat balas jasa secara langsung.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inquiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inquiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam membenahi

Lebih terperinci

Hasil Wawancara di KPP Kembangan Jakarta Barat. Wawancara dengan kepala KPP yakni Bapak Oktianadi Trianto

Hasil Wawancara di KPP Kembangan Jakarta Barat. Wawancara dengan kepala KPP yakni Bapak Oktianadi Trianto Hasil Wawancara di KPP Kembangan Jakarta Barat Wawancara dengan kepala KPP yakni Bapak Oktianadi Trianto 1. Menurut Bapak, apa yang melatarbelakangi adanya perubahan peraturan dalam pemungutan PPh Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, pajak merupakan sumber terbesar pendapatan negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak menyumbang lebih dari separuh total pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia salah satu penerimaan negara yang sangat besar dan semakin diandalkan dalam kepentingan pembangunan serta pembiayaan pemerintah adalah pajak. Pajak merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY

BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY 4.1 Pelaksanaan Sunset Policy di KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Dua Berlakunya Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar jika berbagai sumber daya dikelola dengan baik, serta pendapatan nasional negara tersebut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Atas Pelaksanaan Sunset Terhadap Jumlah Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Senen Program Sunset diberlakukan pada awal Januari 2008

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian yang dilakukan oleh Farnika (2013) menganalisis tentang penerimaan pajak pada Kantor Wilayah Direktorat Jendral Pajak wajib pajak besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor internal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemerintah suatu negara terutama Indonesia dalam melaksanakan kegiatannya memerlukan dana yang jumlahnya semakin meningkat. Perkembangan perekonomian global

Lebih terperinci

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap Hukum Pajak Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap 2015-2016 Tujuan Pembelajaran Fakultas Hukum Mahasiswa memahami pemungutan pajak melalui sistem self assessment; Mahasiswa memahami berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari ekspor dan berbagai jenis bantuan dari luar negeri masih dirasa

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari ekspor dan berbagai jenis bantuan dari luar negeri masih dirasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan fungsi pemerintahan dan pembangunan, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, sedangkan penerimaan negara dari devisa yang berasal dari ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tax reform 1983, melalui self assessment system Wajib Pajak (WP)

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tax reform 1983, melalui self assessment system Wajib Pajak (WP) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak tax reform 1983, melalui self assessment system Wajib Pajak (WP) diberi kepercayaan untuk melaksanakan sendiri kewajiban perpajakannya, mulai dari menghitung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Suatu Negara membutuhkan dana yang cukup untuk melakukan pembangunan infrastruktur dan lainnya, tidak terkecuali dengan Negara Indonesia. Untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Bab 3. Penjelasan Mengenai Ketentuan Sunset Policy Berdasarkan Pasal 37A Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Bab 3. Penjelasan Mengenai Ketentuan Sunset Policy Berdasarkan Pasal 37A Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan 32 Bab 3 Penjelasan Mengenai Ketentuan Sunset Policy Berdasarkan Pasal 37A Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan 3.1 Pengertian Istilah Sunset Policy Direktorat Jenderal Pajak mengkampanyekan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung

Lebih terperinci

Susanti, Liberti Pandiangan

Susanti, Liberti Pandiangan PENGARUH PENERAPAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SERPONG PADA TAHUN 2010-2012 Susanti, Liberti Pandiangan Universitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang sebenarnya memiliki banyak potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Tetapi pada kenyataannya, Indonesia belum bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang nomor 16 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang nomor 16 tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontribusi dari sektor pajak tetap menjadi primadona terhadap anggaran penerimaan negara. Target pendapatan negara masih didominasi penerimaan dari sektor pajak yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Prinsip dasar utama dari Sunset Policy adalah penegakan sistem self assessment seutuhnya, yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan dengan beragamnya cara pandang penduduk Indonesia, maka diperlukan suatu peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya

BAB I PENDAHULUAN. Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembiayaan suatu Negara sangatlah bergantung kepada besarnya penerimaan pajak. Pajak merupakan fenomena umum sebagai sumber penerimaan negara yang berlaku di berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suryani N. A., 2016 Pengaruh Pelayanan Fiskus dan Sanksi Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan alat bagi pemerintah dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan penerimaan, baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung yang diperoleh dari masyarakat

Lebih terperinci

HASIL WAWANCARA. 1. Apa yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak? Yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak yaitu Wajib Pajak harus mengetahui

HASIL WAWANCARA. 1. Apa yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak? Yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak yaitu Wajib Pajak harus mengetahui L-1 HASIL WAWANCARA 1. Apa yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak? Jawab: Yang dimaksud dengan kepatuhan Wajib Pajak yaitu Wajib Pajak harus mengetahui hak dan kewajibannya terlebih dahulu. Kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur baik material maupun spiritual berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur baik material maupun spiritual berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan Negara berkembang yang sedang giat melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang adil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan negara yang disepakati oleh para pendiri awal negara ini adalah menyejahterakan rakyat dan menciptakan kemakmuran yang berasaskan kepada keadilan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh)

BAB II LANDASAN TEORITIS. 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan. 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) 5 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Teori 2.1 Pengertian dan Fungsi Pajak Penghasilan 1. Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pajak Penghasilan (PPh) adalah Pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak Penghasilan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Dampak Pelaksanaan Program Kebijakan Sunset Policy terhadap Jumlah Penyampaian SPT Tahunan pada KPP Pratama Tangerang Timur Program Kebijakan Sunset

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berada di wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta jiwa 1. Sedangkan usia produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai salah satu kewajiban

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. Pembangunan di segala bidang merupakan tanggung jawab pemerintah dan rakyat Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN DIMAS WIBISONO Jalan Taruna III no. 8 Kelurahan Serdang Jakarta Pusat, 08561808586,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Untuk memaksimalkan pajak, negara melakukan sosialisasi pajak kepada masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan. 2. Fungsi mengatur Fungsi stabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan. 2. Fungsi mengatur Fungsi stabilitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Metode penelitian merupakan cara ilmiah dalam rangka memperoleh data yang digunakan untuk tujuan tertentu (Kerlinger, 2004). Penelitian ini menggunakan

Lebih terperinci

Perbedaan Data antara SPT Tahunan PPh dengan Profil Wajib Pajak

Perbedaan Data antara SPT Tahunan PPh dengan Profil Wajib Pajak Lampiran 1 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... Jln... Telp....... Faks.... Homepage : http://www.pajak.go.id Nomor : S-...

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan.

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Kebijakan Sunset Policy Semakin berat beban dan dana yang perlukan negara dalam menjalankan pemerintahan dan pembiayaan pembangunan, mengharuskan pemerintah berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kontribusi pajak dalam beberapa tahun semakin signifikan dan diperhitungkan sebagai tulang punggung sumber pembiayaan nasional untuk mensukseskan berbagai program

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK 3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek Dalam pelaksanaan kerja praktek pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Tegallega, penulis ditempatkan di bagian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modernisasi seperti sekarang ini semakin banyak orang yang tertarik pada dunia bisnis dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup mereka. Namun tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai Negara yang berkembang,sebenarnya Indonesia memiliki berbagai macam potensi untuk menjadi Negara yang lebih maju. Akan tetapi pada kenyataannya Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1. Pajak 2.1.1.1. Definisi Pajak Pajak merupakan iuran yang dipungut oleh pemerintah kepada rakyat yang sifatnya dipaksakan, tanpa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Dewasa ini pajak merupakan suatu hal yang wajib untuk dipahami dengan baik, itu terjadi karena pajak sudah menjadi bagian penting dalam

Lebih terperinci

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang Keberhasilan pembangunan Indonesia sangat dipengaruhi oleh adanya pengadaan dana dalam jumlah uang yang cukup besar dan berkesinambungan untuk membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah. masyarakat Indonesia, karena berdasarkan tax ratio Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah. masyarakat Indonesia, karena berdasarkan tax ratio Indonesia dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah memanfaatkan dua sumber pokok penerimaan pajak, yaitu sumber dana dari dalam negeri misalnya penerimaan

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL Oleh: Amanita Novi Yushita, SE amanitanovi@uny.ac.id *Makalah ini disampaikan pada Program Pengabdian pada Masyarakat

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong Berdasarkan landasan teori yang disajikan pada Bab 2 serta data yang telah diuraikan pada

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya kehidupan tidak pernah lepas dari sebuah tuntutan akan perkembangan. Hal ini dibuktikan dengan perubahan dari zaman ke zaman. Sudah selayaknya dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya, mengenai pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. : pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan lain- lain. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. : pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan lain- lain. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Untuk meningkatkan pertumbuhannya, pemerintah Indonesia terus melaksanakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Pajak Menurut pasal 1 angka 1 Undang-undang perpajakan No. 28 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pos peerimaan terbesar, seperti halnya Indonesia. Menurut Rochmat

BAB I PENDAHULUAN. menjadi pos peerimaan terbesar, seperti halnya Indonesia. Menurut Rochmat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan pembayaran yang diwajibkan kepada setiap warga Negara kontraprestasinya tidak langsung. Penerimaan pajak bagi suatu pos penerimaan yang penting.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Untuk mengetahui dengan jelas pengertian pajak, berikut ini akandikemukakan definisi-definisi pajak yang diambil dari beberapa sumber.definisi pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Peranan pajak sebagai penerimaan dalam suatu negara sangat besar manfaatnya dalam meningkatkan rencana penerimaan negara yang berasal dari pajak sebagai sumber utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Sebagai salah satu negara berkembang Indonesia sedang melaksanakan pembangunan di segala bidang, yang tentunya membutuhkan dana

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Upaya-Upaya Pelaksanaan Ekstensifikasi Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak bertujuan untuk meningkatkan pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja

Lebih terperinci

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menjalankan pemerintahan, diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya tidak terlepas dari masalah pembiayaan pembangunan yang memerlukan banyak dana.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan fenomena yang selalu berkembang di masyarakat, karena akan selalu ada perubahan kebijakan-kebijakan di bidang pajak. Terlebih karena dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengadaan dana merupakan masalah yang penting bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Sumber pembiayaan pembangunan berasal dari dalam negeri dan luar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal atau kontraprestasi yang langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Menurut Undang-Undang (UU) no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara. Menurut Undang-Undang (UU) no. 20 tahun 1997 tentang Penerimaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendapatan Negara merupakan sumber utama belanja negara disamping komponen pembiayaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara yang meliputi penerimaan bukan pajak dan penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam nya membutuhkan anggaran yang sangat besar. Anggaran-anggaran

BAB I PENDAHULUAN. ada di dalam nya membutuhkan anggaran yang sangat besar. Anggaran-anggaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dimana sistem yang ada di dalam nya membutuhkan anggaran yang sangat besar. Anggaran-anggaran yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat di paksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

Lebih terperinci

Ika Vikni Nawang Risma Yuniar Sindy Sukmamulya Ramadhani

Ika Vikni Nawang Risma Yuniar Sindy Sukmamulya Ramadhani Ika Vikni Nawang Risma Yuniar Sindy Sukmamulya Ramadhani A. Pengertian-pengertian dalam KUP 1. Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Indonesia memiliki berbagai permasalahan perpajakan yang umumnya juga ditemui di negara lain, misalnya rendahnya kepatuhan pajak, rendahnya penerimaan pajak,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara. Pajak adalah kontribusi wajib bagi warga negara yang sifatnya memaksa. Selain itu, Pajak adalah iuran

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman Nomor 102, Jakarta Barat berdasarkan

BAB III OBJEK PENELITIAN. Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman Nomor 102, Jakarta Barat berdasarkan BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan III.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Grogol Petamburan didirikan pada tanggal 1 Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Angka pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia terus menerus. mengalami perbaikan. Hal ini di lakukan untuk meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia terus menerus. mengalami perbaikan. Hal ini di lakukan untuk meningkatkan kualitas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peraturan perpajakan yang berlaku di Indonesia terus menerus mengalami perbaikan. Hal ini di lakukan untuk meningkatkan kualitas sistem perpajakan dan kesadaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi negara maju. Memiliki penduduk yang termasuk padat tidak

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjadi negara maju. Memiliki penduduk yang termasuk padat tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tugas Akhir Indonesia merupakan negara yang sedang dalam tahap pengembangan untuk menjadi negara maju. Memiliki penduduk yang termasuk padat tidak mudah memang menghadapi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, pada bab ini penulis mencoba mengambil kesimpulan atas kegiatan ekstensifikasi dalam rangka menambah jumlah Wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal (Nasucha, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal (Nasucha, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan sumber penerimaan pemerintah yang digunakan untuk membiayai pengeluran pemerintah dan pembangunan. Administrasi perpajakan diperlukan untuk

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Kepatuhan Wajib Pajak, Pelayanan Pajak, Penyuluhan Pajak. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci : Kepatuhan Wajib Pajak, Pelayanan Pajak, Penyuluhan Pajak. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dirjen pajak (DJP) memiliki tiga cara untuk meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak, pertama membuat program dan kegiatan yang dapat menyadarkan dan meningkatkan kepatuhan sukarela, khususnya Wajib

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan oleh penulis atas perhitungan pajak terhutang beserta sanksi atau denda yang dikenakan terhadap Wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjabarkan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika penelitian. 1.1 Latar Belakang Indonesia pada tahun 2015

Lebih terperinci

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran

ekonomi K-13 PERPAJAKAN K e l a s A. PENGERTIAN PAJAK Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran K-13 ekonomi K e l a s XI PERPAJAKAN Semester 1 Kelas XI SMA/MA K-13 Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mampu memahami pengertian, unsur-unsur, fungsi dan peranan, pemungutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Pajak yang didefenisikan oleh Rochmat Soemitro adalah gejala masyarakat, artinya pajak hanya ada di dalam masyarakat. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap proyek pembangunan negara yang dilaksanakan oleh pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. setiap proyek pembangunan negara yang dilaksanakan oleh pemerintah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan terbesar bagi negara. Dari sumber penerimaan ini, nantinya akan digunakan untuk membiayai setiap proyek pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pendanaan dan pemasukan bagi Negara berasal dari pajak yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pendanaan dan pemasukan bagi Negara berasal dari pajak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah negara membutuhkan sumber pendanaan untuk melakukan Pembangunan Nasional yang dilakukan secara terus menerus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu hingga sekarang pemerintah terus melakukan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dulu hingga sekarang pemerintah terus melakukan peningkatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejak dulu hingga sekarang pemerintah terus melakukan peningkatan pembangunan di segala sektor yang bertujuan agar dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kewajiban pembangunan bangsa, maka pemerintah harus memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber dana negara salah satunya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tugas Akhir Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup masyarakat.dengan demikian, negara diharapkan memiliki penghasilan yang cukup dalam membiayai kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan pendapatan terbesar negara yang didefinisikan sebagai iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tiada

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... Lampiran 1 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE-69/PJ/2010 : 27 Mei 2010 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... Jln....

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Wajib Pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Wajib Pajak merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini pajak sudah menjadi faktor strategis dalam menjalankan proses pembangunan di Indonesia, karena sebagian besar sumber penerimaan dalam Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak memiliki dimensi atau pengertian yang berbeda-beda menurut Rochmat Soemitro, seperti yang dikutip Waluyo (2008:3) menyatakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. maupun eksternal. Upaya untuk mengurangi ketergantungan sumber

I. PENDAHULUAN. maupun eksternal. Upaya untuk mengurangi ketergantungan sumber I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Upaya untuk mengurangi ketergantungan sumber penerimaan eksternal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam membenahi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian pajak menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Resmi (2011):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pengertian pajak menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Resmi (2011): 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Definisi Pajak Pengertian pajak menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Resmi (2011): Menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 23 September 2008 dan berlaku efektif mulai tanggal 01 Januari

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 23 September 2008 dan berlaku efektif mulai tanggal 01 Januari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang-undang PPh No. 36 Tahun 2008 akhirnya resmi diundangkan pada tanggal 23 September 2008 dan berlaku efektif mulai tanggal 01 Januari 2009. Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan tanpa mendapat jasa timbal secara langsung dan digunakan untuk membayar

Lebih terperinci