BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan."

Transkripsi

1 BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Kebijakan Sunset Policy Semakin berat beban dan dana yang perlukan negara dalam menjalankan pemerintahan dan pembiayaan pembangunan, mengharuskan pemerintah berusaha meningkatkan penerimaan negara khususnya penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut dibutuhkan langkah-langkah yang tepat dalam rangka menggali potensi pajak. Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan jumlah Wajib Pajak yang berpotensi menjadi Wajib Pajak baru, pembaharuan Undang-undang, dan reformasi perpajakan. Berawal dari perubahan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun Salah satu hal baru yang diatur dalam perubahan terakhir Undang-undang tersebut adalah adanya pasal 35A yang memberikan kewenangan kepada Direktorat Jenderal Pajak untuk mengumpulkan data dan informasi perpajakan dari setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi dan pihak lain. Yang dimaksud dengan data dan informasi perpajakan adalah data dan informasi orang pribadi atau badan yang dapat menggambarkan kegiatan atau usaha, peredaran usaha, penghasilan dan/atau kekayaan yang bersangkutan, termasuk informasi mengenai nasabah debitur, 62

2 data transaksi keuangan dan lalu lintas devisa, kartu kredit, serta laporan keuangan dan/atau laporan kegiatan usaha yang disampaikan kepada instansi lain di luar Direktorat Jenderal Pajak. Pemberian kewenangan kepada Direktorat Jenderal Pajak untuk mengumpulkan data dan informasi tersebut merupakan konsekwensi penerapan sistem self assesment dan dalam rangka pengawasan kepatuhan pelaksanaan kewajiban perpajakan. Menyadari bahwa sampai dengan saat ini, pengetahuan tentang perpajakan, kepercayaan terhadap perpajakan indonesia, dan kesadaran Wajib Pajak untuk menyampaikan data, informasi, dan pemberitahuan yang benar masih cukup rendah. Maka apabila dalam kondisi kesadaran yang rendah itu sanksi keras yang sesuai Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan diperlakukan tanpa adanya pemahaman yang baik oleh masyarakat dapat menimbulkan gejolak dan mungkin akan timbul dampak negatif. Dengan pertimbangan tersebut masyarakat perlu diberikan sosialisasi, dan kesempatan seluas-luasnya untuk memenuhi kewajiban perpajakan secara sukarela. Kesempatan itu diberikan dalam bentuk pembetulan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebelum Tahun Pajak Pembetulan tersebut dituangkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT) sesuai pasal 37A Undang-undang Ketentuan Umum Perpajakan yang dibuat untuk tahun-tahun yang dilakukan pembetulan. Kesempatan untuk menyampaikan pembetulan SPT inilah yang disebut sebagai Sunset Policy atau Pengampunan Pajak. 63

3 IV.2. Evaluasi Pelaksanaan Kebijakan IV.2.1. Persiapan 1. Identifikasi data Faktor terpenting yang menunjang keberhasilan dalam menjaring Wajib Pajak adalah tersedianya data yang akurat. Identifikasi data dilakukan dengan mengumpulkan data maupun memperbaharui data dengan informasi baru untuk Wajib Pajak yang sudah terdaftar. Melalui data atau informasi yang sudah didapat, proses melacak dan menjaring Wajib Pajak baru dapat dilakukan dengan efisien dan efektif mengingat besarnya wilayah kerja suatu KPP sedangkan waktu kebijakan Sunset Policy ini sangat singkat. Identifikasi data selain penting untuk mengumpulkan informasi Wajib Pajak, juga penting dalam menentukan karakteristik Wajib Pajak. Karakteristik yang dimaksud adalah Wajib Pajak tersebut termasuk Wajib Pajak patuh yang tidak membutuhkan pengampunan pajak, atau sebaliknya Wajib Pajak tidak patuh yang menginginkan pengampunan Pajak. Identifikasi karakteristik penting mengingat program pengampunan pajak mempunyai implikasi negatif yang harus dipertimbangkan yaitu mencederai rasa keadilan Wajib Pajak yang selama ini telah patuh membayar pajak, sehingga dapat terjadi pengampunan pajak justru akan menurunkan tingkat kepatuhan Wajib Pajak. 2. Persiapan sarana dan prasarana Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung penting dalam 64

4 menunjang keberhasilan pelaksanaan kebijakan ini, karena sangat mempengaruhi tingkat kepuasan pelayanan Wajib Pajak. Apabila Wajib Pajak merasa diperhatikan dan dilayani maka tingkat kepercayaan dan kemauan Wajib Pajak untuk berperan dalam perpajakan pun meningkat. Dengan sarana dan prasarana yang memadai tersebut maka akan mengurangi tingkat penumpukan pelayanan sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berjalan dengan efisien dan efektif 3. Koordinasi dengan pihak lain Koordinasi dengan pihak lain sangat diperlukan untuk membantu kelancaran dalam pelaksanaan kebijakan ini. Pelaksanaan kebijakan tentu tidak akan berhasil apabila dilakukan oleh pihak KPP sendiri, karena ada sebagian besar Wajib Pajak yang tidak terjaring secara langsung oleh data yang ada di KPP. Pelaksanaan kebijakan ini akan berjalan lancar apabila mendapat dukungan dan kerja sama yang terarah baik dari kantor pusat maupun dari instansi lain. 4. Penentuan prioritas Penentuan prioritas dilakukan agar pelaksanaan kebijakan dapat berjalan dengan terarah, efisien dan efektif. Beberapa Prioritas utama yang dapat dicari KPP dalam menjaring Wajib Pajak baru adalah Wajib Pajak pribadi, maupun Wajib Pajak badan yang belum memiliki NPWP namun penghasilannya telah melebihi batas PTKP sesuai dengan ketentuan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. 65

5 Pioritas dan sasaran utama tersebut dapat dijadikan pedoman pihak mana yang akan diutamakan untuk dijaring dan dijadikan sebagai Wajib Pajak baru. IV.2.2. Pelaksanaan 1. Sosialisasi Sosialisasi merupakan ujung tombak usaha dalam menjaring Wajib Pajak, dalam tahapan sosialisasi diperlukan kerja keras karena petugas secara langsung memberikan penjelasan dan informasi kepada Wajib Pajak. Tahapan ini merupakan tantangan besar dalam pelaksanaan karena selain petugas berhadapan langsung dengan karakteristik Wajib Pajak yang berbeda, petugas juga harus dapat memberikan penjelasan dan menumbuhkan kepercayaan Wajib Pajak tersebut. Dalam sosialisasi, informasi harus jelas penyampaiannya, agar tidak terjadi kesalahpahaman dan implikasi negatif yang menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat. 2. Proses administrasi Setelah sosialisasi tahapan selanjutnya meliputi proses pemuktahiran data, proses pemberian, pencetakan, dan penyampaian kartu NPWP. Proses pemuktahiran dilakukan untuk memperbaharui data lama dengan informasi baru untuk menggali potensi pajak yang tersimpan dalam hal Wajib Pajak belum memiliki NPWP. Dalam proses pemuktahiran petugas bertugas mencetak NPWP dengan menggunakan aplikasi pendaftaran 66

6 Wajib Pajak masal dengan informasi yang didapat, kemudian NPWP dicetak dan disampaikan kepada Wajib Pajak. Selanjutnya seluruh dokumen dan tanda terima NPWP di arsip. IV.3. Pelaksanaan Kebijakan Sunset Policy di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kalideres Pelaksanaan kebijakan Sunset Policy di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kalideres dilakukan dengan beberapa langkah-langkah yang strategis dan efisien agar pelaksanaan kebijakan tersebut dapat berjalan dengan baik dan efektif. Langkah-langkah yang dilakukan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres adalah : 1. Penentuan lokasi. 2. Pembentukan tim ekstensifikasi yang beranggotakan seksi ekstensifikasi didukung kepala seksi pengawasan dan konsultasi, kepala seksi pelayanan, kepala seksi pemeriksaan. 3. Melakukan penyisiran dan terjun langsung ke lapangan. 4. Pengumpulan data Wajib Pajak. 5. Melakukan sosialisasi baik di KPP maupun lokasi penyisiran. 6. Peningkatan pelayanan, sarana dan prasarana. 67

7 IV.3.1. Persiapan 1. Penentuan Lokasi Dalam awal tahapan persiapan ini KPP Pratama Kalideres melakukan penentuan lokasi dalam menentukan tempat-tempat yang diduga mempunyai potensi Pajak tinggi dalam menjaring Wajib Pajak baru. Penentuan lokasi dilakukan didalam wilayah kerja KPP Pratama Kalideres yaitu Kelurahan Kamal, Kelurahan Kalideres, Kelurahan Tegal Alur, Kelurahan Pegadungan, dan Kelurahan Semanan. Sasaran utama lokasi yang dituju KPP Pratama Kalideres adalah pusat-pusat perdagangan, pertokoan, dan industri yang berpotensi pajak tinggi. 2. Penyisiran Lokasi dan Pengumpulan Data Setelah melakukan penentuan lokasi, KPP Pratama Kalideres melakukan penyisiran dan terjun langsung ke lapangan atau lokasi yang sudah ditentukan dengan tujuan mengumpulkan data dan informasi baru yang akan digunakan untuk memperbaharui data-data internal KPP Pratama Kalideres dimana data tersebut akan diolah dan diteliti oleh Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) untuk ditemukan Wajib Pajak yang mempunyai potensi pajak yang tinggi, selain itu dilakukan pemeriksaan sederhana lapangan yang bertujuan untuk melakukan pemeriksaan kepada Wajib Pajak yang ditemukan, apabila ada Wajib Pajak yang ditemukan tidak kooperatif maka akan diberikan NPWP secara jabatan. Setelah dilakukan penyisiran tempat atau lokasi tersebut akan dilakukan 68

8 pemasangan stiker sebagai tanda telah dilakukan penyisiran. 3. Penyediaan Sarana dan Prasarana Agar pelaksanaan kebijakan dapat terlaksana dengan baik, terutama dalam pelayanan sangat penting dengan adanya ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap dan berfungsi dengan baik. Di KPP Pratama Kalideres dalam usaha penyediaan sarana dan prasarana sudah cukup baik, terlihat dari usaha KPP dalam meningkatkan sarana dan prasarana untuk membuat para Wajib Pajak merasa nyaman dan diberi kemudahan dalam pelayanan. Beberapa sarana dan prasaranan yang disediakan KPP Pratama dalam menjaga kualitas pelayanan dan kelancaran pelaksanaan kebijakan Sunset Policy, yaitu : a. Tersedianya tempat duduk yang cukup banyak dan memadai untuk digunakan para Wajib Pajak ketika menunggu proses pelayanan. Kenyamanan dalam pelayanan harus diutamakan mengingat dalam pelaksanaan kebijakan ini jumlah Wajib Pajak yang berdatangan sangatlah banyak sehingga akan terjadi penumpukan pelayanan, dengan tersedia kursi yang memadai, para Wajib Pajak akan tetap merasa nyaman dalam menunggu proses pelayanan tersebut. b. Penyediaan Drop Box. Drop Box adalah tempat dimana SPT Tahunan dapat diterima. Sesuai namanya, Drop Box berbentuk kotak berukuran cukup besar dengan logo DJP dan lubang seperti celengan tempat memasukkan SPT Tahunan. Drop Box ini bisa berada di 69

9 tempat perbelanjaan tertentu, maupun diletakkan di kantor-kantor Pajak. Fungsi Drop Box ini adalah untuk memudahkan Wajib Pajak dalam penyampaian SPT, apabila Wajib Pajak mempunyai kesibukan sehingga tidak dapat menyampaikan SPT melalui pos maupun kurir atau datang langsung ke KPP terdaftar, maka Wajib pajak tersebut dapat mengirimkan SPT melalui Drop Box yang ada di tempat-tempat tertentu sehingga mereka tidak perlu datang sendiri ke KPP. c. Penyediaan dan pemasangan papan pengumuman yang berisi pengumuman dan informasi penting yang berguna untuk Wajib Pajak. Pengumuman dan informasi tersebut dapat berupa informasi tata cara pengisian SPT, informasi tata cara pembuatan NPWP, informasi dan berita penting terkait pelaksanaan kebijakan Sunset Policy. 4. Koordinasi dengan pihak lain Untuk memperlancar pelaksanaan kebijakan Sunset Policy ini KPP Pratama Kalideres telah melakukan kerjasama dengan berbagai pihak, baik kerjasama dengan kantor pusat dan instansi pemerintah terkait maupun dengan instansi swasta, dan pihak lain yang dapat membantu kelancaran pelaksanaan kebijakan Sunset Policy. Adapun pihak-pihak lain yang telah dilakukan kerjasama adalah Pemda, kepolisian, PPAT, pengusaha, pedagang, masyarakat sekitar, dan instansi swasta lainnya. koordinasi dan kerjasama yang telah dilakukan KPP Pratama Kalideres dengan pihak lain sudah cukup baik, namun masi ada pihak-pihak tertentu 70

10 yang belum dapat diajak melakukan kerja sama dengan alasan tidak dapat memberikan data rahasia perusahaan dan KPP tidak dapat memaksakan karena KPP juga harus menjaga kode etik antar instansi. 5. Penentuan prioritas Dalam memudahkan pelaksanaan kebijakan Sunset Policy ini, KPP Pratama Kalideres telah menentukan prioritas tertentu dalam menjaring Wajib Pajak. Mengingat dalam wilayah kerja KPP Pratama Kalideres merupakan pusat perdagangan, pertokoan, dan tempat usaha yang berkembang sangat pesat, maka prioritas utama yang telah ditentukan oleh KPP Pratama Kalideres adalah para pedagang, pengusaha yang melakukan kegiatan usaha dan memiliki tempat usaha di pusat perdagangan atau pertokoan, maupun Wajib Pajak lainnya yang berpenghasilan melebihi PTKP tetapi belum memiliki NPWP. IV.3.2. Pelaksanaan 1. Sosialisasi Sosialisasi yang merupakan salah satu tahapan terpenting dalam menjaring Wajib Pajak sehingga perlu dilakukan dengan terarah dan efektif agar pelaksanaan kebijakan dapat berjalan dengan lancar. Langkah-langkah yang dilakukan KPP Pratama Kalideres dalam mensosialisasikan kebijakan Sunset Policy sudah cukup baik dan terarah, langkah-langkah sosialisasi yang telah dilakukan KPP Pratama Kalideres 71

11 adalah: a. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat dan Wajib Pajak yang pengetahuan dan kesadaran perpajakannya masih rendah, penyuluhan dilakukan oleh petugas pajak dengan memberi pengetahuan dan penjelasan rinci namun sederhana sehingga mudah dipahami, melalui penyuluhan ini petugas juga diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan rasa kepercayaan masyarakat terhadap perpajakan. b. Memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mendaftar sebagai Wajib Pajak Baru dan membuat NPWP. Bagi masyarakat yang ingin mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak baru dan memperoleh NPWP cukup membawa salinan atau fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP), Selain itu NPWP dapat diperoleh gratis tanpa dipungut sehingga hanya memerlukan kesediaan Wajib Pajak untuk mengisi form pendaftaran perolehan NPWP dan melampirkan fotokopi KTP. c. Membagikan brosur dan stiker di pusat-pusat pembelanjaan dan pusat keramaian kepada masyarakat dalam wilayah kerja KPP Pratama Kalideres. d. Melakukan penambahan dan perpanjangan jam operasi pelayanan di KPP Pratama Kalideres. Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan memenuhi permintaan masyarakat terkait dengan akan berakhirnya program kebijakan Sunset Policy dan batas penyampaian SPT Tahunan PPh, sesuai dengan Surat Edaran Nomor SE-10/PJ./2009 maka hari dan 72

12 waktu operasi jam pelayanan yang dilakukan KPP Pratama Kalideres diperpanjang untuk hari-hari tertentu sesuai dengan instruksi Surat Edaran yang dikeluarkan DJP. Perpanjangan ini dilakukan atas permintaan masyarakat dan untuk menghindari penumpukan pelayanan. 2. Proses Administrasi Proses yang dilakukan KPP setelah menemukan Wajib Pajak baru yang memiliki potensial pajak tinggi, melakukan penyuluhan, pengumpulan data dan informasi, adalah proses administrasi berupa pemuktahiran, pendaftaran dan pemberian kartu NPWP. Proses administrasi yang dilakukan KPP Pratama Kalideres meliputi proses pemuktahiran data, proses pemberian, pencetakan, dan penyampaian Kartu NPWP kepada Wajib Pajak. Proses pemuktahiran dilakukan dengan memperbaharui data lama internal KPP dengan informasi yang didapat dari proses pengumpulan data dan penyisiran lokasi, tujuan dari proses pemuktahiran tersebut adalah memperbaharui data yang ada dengan informasi yang didapat, lalu diolah dan diteliti kembali berdasarkan informasi yang didapat untuk mencari Wajib Pajak yang diduga memiliki potensi pajak yang besar. Kegiatan lain yang terkait dalam proses administrasi adalah pendaftaran, pencetakan, dan pemberian kartu NPWP kepada Wajib Pajak. Petugas mencetak NPWP dengan menggunakan aplikasi Pendaftaran Wajib Pajak Masal (PWPM), kemudian NPWP akan dicetak dan disampaikan. Sebelum kartu NPWP disampaikan, petugas yang 73

13 berwenang meminta jatah NPWP kepada Direktorat Teknik Informasi Perpajakan melalui aplikasi PWPM, proses dilanjutkan petugas dengan menerima isian data e-npwp dan meng-upload isian data e-npwp tersebut pada aplikasi PWPM. Setelah data isian tersebut di upload akan dilanjutkan dengan pencetakan NPWP, rekapitulasi, dan tanda terima NPWP ke Seksi yang melakukan pendataan untuk kemudian diserahkan kepada Wajib Pajak. IV.4. Evaluasi Hambatan dalam Pelaksanaan Meskipun pelaksanaan kebijakan Sunset Policy di KPP Pratama Kalideres sudah dilakukan dengan efektif, baik dari tahapan dan langkah-langkah yang dilakukan, tetapi masih ada kendala dan hambatan dalam pelaksanaan tersebut. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di KPP Pratama Kalideres ada beberapa kendala dan hambatan yang terjadi, yakni: 1. Terbatasnya sumber daya manusia (SDM) Masalah klasik yang timbul dan sering kali dihadapi kebanyakan KPP adalah terbatasnya SDM. Perbandingan antara pegawai dengan jumlah Wajib Pajak kurang seimbang terlihat dari jumlah pegawai dan petugas dibandingkan dengan luasnya wilayah kerja KPP Pratama Kalideres dan jumlah penduduk yang sangat banyak. Mereka mengemban tugas yang sangat berat selain mengerjakan tugas lapangan, menyisiri wilayah kerja, melakukan kegiatan administrasi, mereka juga berhadapan langsung 74

14 dengan Wajib Pajak dengan karakteristik yang berbeda-beda. 2. Kurang koordinasi KPP sebagai unit terkecil dari Direktorat Jenderak Pajak yang secara langsung berhadapan dengan Wajib Pajak selain memerlukan dukungan dan program terarah, KPP juga membutuhkan kerjasama dengan instansi dan pihak terkait dalam melaksanakan kebijakan Sunset Policy ini. Meskipun kerjasama dan koordinasi sudah dilakukan dengan banyak pihak dan berjalan sangat baik, tetapi masih ada beberapa pihak dan instansi yang belum terkoodinasi dengan KPP Pratama Kalideres, alasan belum terkoordinasi adalah karena kurangnya kepercayaan dari instansi dan pihak tersebut dalam memberikan data rahasia perusahaan. Kurangnya koordinasi dapat menghambat pelaksanaan kebijakan ini, selain itu koordinasi dengan pihak lain merupakan salah satu cara untuk mendapatkan informasi dan data tambahan untuk digunakan KPP dalam proses pemuktahiran data dan pencarian Wajib Pajak baru mengingat tidak semua Wajib Pajak terjaring langsung oleh data KPP. 3. Data yang tidak akurat Data merupakan unsur penting yang digunakan KPP dalam proses menjaring dan menemukan Wajib Pajak berpotensial. Data yang dimiliki KPP dapat diperoleh dari banyak sumber, yaitu melalui SPT (Surat Pemberitahuan) yang disampaikan Wajib Pajak, media masa, data yang diperoleh dari pihak atau instansi lain. 75

15 Meskipun data sudah dimiliki dan diperoleh KPP, sering kali data yang terdapat dan dimiliki KPP tidak lengkap dan tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya, selain itu terkait dengan kerjasama dengan pihak lain, data yang diminta oleh Kepala KPP kepada kepala instansi tidak dapat diberikan karena berbenturan dengan data rahasia perusahaan dan KPP tidak dapat memaksakan demi menjaga kode etik antar instansi. 4. Rendah tingkat kesadaran Kendala yang masih sering timbul adalah masih rendahnya tingkat kesadaran dan pemahaman Wajib Pajak tentang pajak, terlihat dari ketidakmengertian Wajib Pajak dalam membayar pajak, fungsi dari pembayaran pajak, dan isi dari Undang-undang pajak yang tidak dimengerti. Selain tingkat kesadaran dan pemahaman, tingkat kepercayaan masyarakat pun terkesan masih rendah, sebagian masyarakat masih enggan membayar pajak karena menganggap tingkat korupsi yang dilakukan petugas masih tinggi. Diketahui Jumlah penduduk tahun 2008 sebanyak jiwa, dengan Kepala Keluarga sebanyak KK, sedangkan yang terdaftar dari total Wajib Pajak pada tahun 2008 adalah Wajib Pajak, dari jumlah Kepala Keluarga tersebut hanya 44.38% yang terdaftar sebagai Wajib Pajak. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu seharusnya peluang KPP untuk meningkatkan jumlah Wajib Pajak sangat besar. 76

16 IV.5. Upaya Penanggulangan Hambatan dan Kendala Setiap hambatan dan kendala yang ada tentu akan sangat mengganggu kelangsungan dan keberhasilan kebijakan Sunset Policy ini, padahal keberhasilan dari pelaksanaan kebijakan ini sangat penting dan diharapkan untuk menambah serta meningkatkan kesadaran, kepatuhan, dan jumlah Wajib Pajak yang pada akhirnya diharapkan mampu meningkatkan jumlah penerimaan Pajak. Agar pelaksanaan kebijakan ini tidak terhambat dan terganggu, maka harus segera dicari jalan keluar atau penanggulangan yang efektif guna menanggulangi setiap hambatan dan kendala yang timbul. Beberapa langkah penanggulangan atau jalan keluar yang dapat dipakai guna mengatasi kendala dan hambatan yang timbul, yakni : 1. Penyuluhan yang lebih baik Penyuluhan selain sebagai kegiatan sosialisasi, penyuluhan merupakan kegiatan yang paling berperan penting dalam proses meningkatkan kesadaran dan pemahaman Wajib Pajak. Penyuluhan yang dimaksud berupa penjelasan yang lebih dalam secara jelas, rinci dan mudah dimengerti oleh Wajib Pajak mengenai dasar-dasar pajak seperti hak dan kewajiban Wajib Pajak, fungsi pajak, jenis-jenis pajak, cara pengisian, penyampaian SPT, cara penyetoran pajak, tata cara pelaksanaan kebijakan Sunset Policy, dan lain-lain. Penyuluhan dapat dilakukan baik dengan melakukan konsultasi di KPP Domisili, maupun secara langsung pada saat melakukan penyisiran. Jadi tujuan dari penyuluhan ini bukan hanya 77

17 semata-mata untuk menjaring Wajib Pajak, tetapi untuk membuka wawasan dan kesadaran Wajib Pajak. Selain penyuluhan untuk meningkatkan wawasan dan pemahaman Wajib Pajak, penyuluhan dilakukan juga untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dengan memberi penyuluhan berupa penjelasan bahwa dalam kebijakan Sunset Policy menganut konsep pemungutan pajak Self Assessment. 2. Meningkatkan kerjasama dengan pihak dan instansi lain Peningkatan kerjasama dengan pihak atau instansi lain agar proses pelaksanaan kebijakan ini dapat berjalan dengan baik. Adapun beberapa pihak yang dapat dilakukan kerjasama, yaitu PPAT, Pemda, Kelurahan, Kecamatan, PLN, bank baik nasional maupun swasta. Salah satu cara untuk meningkatkan kerjasama tersebut yaitu dengan melakukan pendekatan kepada pejabat berwenang yang dapat diminta kerjasama dengan memberi jaminan kerahasiaan untuk menumbuhkan rasa kepercayaan dan kerjasama yang baik antar instansi. 3. Pemanfaatan data internal yang lebih baik Hambatan dan kendala dalam perolehan data dapat diatasi dengan memperluas kerjasama dengan pihak lain, atau dengan memanfaatkan data yang telah ada di KPP. Dengan memperluas kerjasama dengan pihak lain, maka data atau informasi baru yang didapat pun akan lebih efektif dan beragam. Sedangkan memanfaatkan data yang telah ada di KPP dilakukan dengan pemanfaatan yang benar-benar efektif dan efisien dari 78

18 data internal yang telah diperoleh KPP. Data tersebut diolah oleh Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI), diteliti kembali untuk dicari kemungkinan ada data atau informasi dari Wajib Pajak yang masih memenuhi dan berpotensi untuk dikenakan pajak. Agar lebih optimal pengolahan data internal harus selalu diperbaharui sesuai dengan data terakhir yang didapat oleh KPP agar tingkat akuratnya efektif. 4. Pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM) Untuk penanganan kendala dan hambatan dalam SDM, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan, yaitu a. Memperbaharui jumlah pegawai Terkait dengan hambatan dalam SDM akan memberi pengaruh terhadap pelayanan kepada Wajib Pajak dalam pemenuhan kewajiban, dalam menghadapi masalah tersebut memperbaharui dan menambah jumlah pegawai merupakan salah satu pilihan utama, terlebih dalam pelaksanaan kebijakan Sunset Policy ini sering kali terjadi penumpukan pelayanan. Oleh karena itu penambahan pegawai merupakan pilihan yang dapat diambil guna mengatasi hambatan dalam SDM terutama dalam menghadapi penumpukan pelayanan. b. Melakukan pelatihan terhadap pegawai Apabila penambahan jumlah pegawai tidak dapat dilakukan, ada cara alternatif lain yang dapat diambil, yakni melakukan pelatihan terhadap semua level pegawai dan petugas berupa memberi wawasan dan 79

19 pemahaman tambahan tentang prosedur, tugas, fungsi, tanggung jawab, dan teknik pelaksanaan yang efektif agar pegawai, petugas, maupun unit kerja yang ada di KPP dapat bekerja lebih efektif dan efisien walaupun SDM yang ada di KPP tersebut terbatas. c. Memberi motivasi, dan dorongan Dalam menghadapi masalah SDM selain melakukan tambahan pegawai dan pelatihan tambahan. Hal terpenting lainnya dalam masalah SDM adalah moral pegawai, faktor moral pegawai sangatlah penting dalam melakukan suatu pelayanan dalam KPP, karena dalam pelayanan dalam KPP merupakan interaksi langsung dengan Wajib Pajak, terlebih dalam pelaksanaan kebijakan Sunset Policy ini para petugas akan menghadapi penumpukan pelayanan yang banyak dari Wajib Pajak yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Oleh karena itu memberi motivasi dan dorongan kepada pegawai sangatlah penting untuk membangkitkan moral pegawai, sehingga pegawai yang ada akan bekerja dengan semangat dan maksimal. Apabila moral dan semangat pegawai tinggi, maka pemberian pelayanan oleh pegawai dapat dilakukan lebih komunikatif, cakap, dan efektif. IV.6. Hasil Pelaksanaan Kebijakan Sunset Policy di KPP Pratama Kalideres Dalam pelaksanaannya kebijakan Sunset Policy ini dilakukan pada 2 periode, yaitu Sunset Policy periode 1 Januari Desember 2008, dan 80

20 periode perpanjangan 1 Januari Maret Berikut jumlah peningkatan Jumlah Wajib Pajak baik sebelum pelaksanaan kebijakan Sunset Policy, pada saat pelaksanaan kebijakan Sunset Policy periode 1, dan periode 2 : Tabel IV.1 Wajib Pajak Terdaftar Tahun 2007 Sebelum Pelaksanaan Kebijakan Sunset Policy Uraian Jumlah Wajib Pajak Persentase Orang Pribadi Badan Total % Wajib Pajak Terdaftar 16,501 4,851 21, % Wajib Pajak Baru 4, , % Wajib Pajak Efektif 14,492 3,597 18, % Selama tahun 2007 diketahui total jumlah Wajib Pajak sebanyak Wajib Pajak, dengan Wajib Pajak efektif dan Wajib Pajak baru, data jumlah Wajib Pajak di tahun 2007 ini merupakan data jumlah Wajib Pajak sebelum pelaksanaan kebijakan Sunset Policy. berdasarkan tabel dan data diatas maka dapat dilihat besarnya jumlah penambahan Wajib Pajak baru di Tahun 2007 yakni sebesar Wajib Pajak, dan jumlah Wajib Pajak efektif sebesar Wajib Pajak, atau 84.7% dari total Wajib Pajak terdaftar di Tahun

21 Tabel IV.2 Wajib Pajak Terdaftar Tahun 2008 Pada Saat Pelaksanaan Kebijakan Sunset Policy Periode 1 Uraian Jumlah Wajib Pajak Persentase Orang Pribadi Badan Total % Wajib Pajak Terdaftar 24,058 5,311 29, % Wajib Pajak Baru 7, , % Wajib Pajak Efektif 23,387 4,523 27, % Tahun 2008 merupakan tahun pelaksanaan kebijakan Sunset Policy periode 1 terhitung pelaksanaannya dari 1 Januari 2008 sampai dengan 31 Desember Selama pelaksanaan kebijakan Sunset Policy di tahun 2008 diketahui jumlah Wajib Pajak sebanyak Wajib Pajak, dengan Wajib Pajak efektif, dan Wajib Pajak baru. Besarnya penambahan Wajib Pajak baru di Tahun 2008 ini mencapai lebih dari setengah Wajib Pajak baru Tahun 2007 yakni sebesar 66.59%. Jika dibandingkan jumlah Wajib Pajak baru dan Jumlah Wajib Pajak efektif antara tahun 2007 dengan 2008, maka pada tahun 2008 telah terjadi peningkatan jumlah Wajib Pajak baru sebesar 4.8% dan peningkatan Wajib Pajak efektif sebesar 10.3% dari tahun Hal ini membuktikan bahwa pelaksanaan kebijakan Sunset Policy telah berjalan dengan baik walaupun sebenarnya jumlah Wajib Pajak masih bisa bertambah. 82

22 Tabel IV.3 Wajib Pajak Terdaftar Tahun 2009 Pada Saat Pelaksanaan Kebijakan Sunset Policy Periode 2 Uraian Jumlah Wajib Pajak Persentase Orang Pribadi Badan Total % Wajib Pajak Terdaftar 27,803 5,542 33, % Wajib Pajak Baru 3, , % Wajib Pajak Efektif 27,587 4,926 32, % Tahun 2009 merupakan tahun pelaksanaan kebijakan Sunset Policy periode 2 terhitung pelaksanaannya dari 1 Januari 2009 sampai dengan 29 Maret Kebijakan Sunset Policy periode 2 ini merupakan perpanjangan dari kebijakan Sunset Policy periode 1, masa perpanjangan ini berlaku sampai dengan 29 Februari untuk Wajib Pajak Lama, dan 31 Maret untuk Wajib Pajak baru. Selama pelaksanaan kebijakan Sunset Policy sampai 31 Maret 2009 diketahui jumlah Wajib Pajak dan penambahan Wajib Pajak baru sebanyak Wajib Pajak, Wajib Pajak efektif, dan total jumlah Wajib Pajak sampai dengan 31 Maret 2009 adalah Wajib Pajak. Untuk periode 2 di tahun 2009 ini hanya berlaku 3 bulan tetapi sudah dapat menjaring Wajib Pajak baru sebanyak Wajib Pajak, jumlah tersebut sudah mencapai setengah lebih dari total Wajib Pajak baru tahun 2008 atau sekitar 50.69% dari Wajib Pajak di tahun Dilihat dari data dan tabel diatas, maka dapat diasumsikan bahwa pelaksanaan kebijakan Sunset Policy yang dilakukan baik pada periode 1 maupun perpanjangan pada 83

23 periode 2 telah efektif dalam meningkatkan jumlah Wajib Pajak, dan kepatuhan Wajib Pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya. Seiring dengan meningkatnya jumlah Wajib Pajak baru, dan Wajib Pajak efektif tersebut maka Penerimaan Pajak pun akan ikut meningkat. Berikut adalah jumlah peningkatan penerimaan pajak baik Tahun 2007 sebelum pelaksanaan kebijakan Sunset Policy, dan Penerimaan Pajak Tahun 2008 saat pelaksanaan kebijakan Sunset Policy : Tabel IV.4 Jumlah Penerimaan Pajak s.d Desember Tahun 2007 Sebelum Pelaksanaan Kebijakan Sunset Policy Uraian Penerimaan Total Penerimaan PPh Pasal 25 / Pasal 29 Persentase Semua Jenis Pajak Persentase Orang Pribadi ,- 71% 0.040% Badan ,- 29% , % Total ,- 100% 0.056% Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa untuk jumlah Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi (Pasal 25/ Pasal 29) Tahun 2007 adalah Rp ,- sedangkan untuk Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Badan (Pasal 25/ Pasal 29) adalah sebesar Rp ,- dengan total Rp ,- atau sebesar 0.06% dari Total Penerimaan Semua Jenis Pajak Tahun

24 Tabel IV.5 Jumlah Penerimaan Pajak s.d Tahun 2008 Pada Saat Pelaksanaan Kebijakan Sunset Policy Uraian Penerimaan Total Penerimaan PPh Persentase Semua Jenis Pasal 25 / Pasal 29 Pajak Persentase Orang Pribadi ,- 72% 0.052% Badan ,- 28% , % Total ,- 100% 0.072% Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi (Pasal 25/ Pasal 29) Tahun 2008 adalah Rp ,- sedangkan untuk Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) Badan (Pasal 25/ Pasal 29) adalah sebesar Rp ,- dengan total Rp ,- atau sebesar 0.7% dari Total Penerimaan Semua Jenis Pajak Tahun Apabila dibandingkan antara Tahun 2007 sebelum pelaksanaan kebijakan, dengan Tahun 2008 pada saat pelaksanaan kebijakan, maka dapat diliat pada Tahun 2008 terjadi peningkatan Penerimaan Pajak Penghasilan (PPh) (Pasal 25/ Pasal 29) sebesar ,- atau sekitar 36.1% dari Penerimaan Pajak Tahun 2007 dan peningkatan sebesar 0.016% dari total Penerimaan semua jenis Pajak dibandingkan dengan Tahun Berikut adalah analisis pengaruh kebijakan Sunset Policy dalam meningkatkan jumlah Wajib Pajak berdasarkan jumlah dan usia penduduk serta berdasarkan sumber pendapatan penduduk Kecamatan Kalideres, yaitu: 85

25 Tabel IV.6 Wajib Pajak Berdasarkan Umur dan Jumlah Penduduk Tahun 2007 Sebelum Pelaksanaan Kebijakan Sunset Policy Keterangan Umur Total Persentase Penduduk Kec. Kalideres 39,673 85,330 28, , % Wajib Pajak Terdaftar 0 18,226 3,126 21, % Selisih 39,673 67,104 25, , % Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kecamatan Kalideres pada Tahun 2007 adalah sebesar jiwa, sedangkan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar pada Tahun 2007 sebesar atau sebesar 13.89% dari jumlah penduduk. Tabel IV.7 Wajib Pajak Berdasarkan Umur dan Jumlah Penduduk Tahun 2008 Pada Saat Pelaksanaan Kebijakan Sunset Policy Keterangan Umur Total Persentase Penduduk Kec. Kalideres 43,229 89,233 33, , % Wajib Pajak Terdaftar 0 24,243 5,126 29, % Selisih 43,229 64,990 28, , % Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kecamatan Kalideres pada Tahun 2008 adalah sebesar jiwa, dengan jumlah Wajib Pajak sebesar atau sebesar 17.73% dari jumlah 86

26 penduduk yang ada. Jika dibandingkan dengan Tahun 2007, jumlah Wajib Pajak meningkat sebesar 3.84% Tabel IV.8 Wajib Pajak Berdasarkan Sumber Pendapatan Penduduk Tahun 2007 Keterangan Sebelum Pelaksanaan Kebijakan Sunset Policy Pekerja / Usaha Sumber Pendapatan Pensiunan / Jaminan Sosial Suami / Istri Lain2 Total Persentase Penduduk Kec. Kalideres 27,544 2,443 5,329 3,110 38, % Wajib Pajak Terdaftar 16,063 1,363 2,669 1,257 21, % Selisih 11,481 1,080 2,660 1,853 17, % Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Kecamatan Kalideres yang berpenghasilan pada Tahun 2007 terbagi berdasarkan sumber pendapatannya, yaitu pendapatan dari bekerja / usaha, pensiunan / jaminan sosial, penghasilan dari suami / istri, dan pendapatan lain baik berupa tabungan, pendapatan sewa. Berdasarkan tabel pendapatan penduduk telah diketahui jumlah penduduk yang mempunyai pendapatan pada Tahun 2007 sebesar jiwa, dari jumlah tersebut yang terdaftar sebagai Wajib Pajak dan melaporkan kewajiban perpajakannya hanya sebesar Wajib Pajak atau sekitar 55.57% 87

27 Tabel IV.9 Wajib Pajak Berdasarkan Sumber Pendapatan Penduduk Tahun 2008 Keterangan Pada Saat Pelaksanaan Kebijakan Sunset Policy Pekerja / Usaha Sumber Pendapatan Pensiunan / Jaminan Sosial Suami / Istri Lain2 Total Persentase Penduduk Kec. Kalideres 31,935 3,340 6,220 3,952 45, % Wajib Pajak Terdaftar 20,467 2,387 4,512 2,003 29, % Selisih 11, ,708 1,949 16, % Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang berpenghasilan pada Tahun 2008 adalah jiwa, dari jumlah tersebut yang terdaftar sebagai Wajib Pajak adalah atau sebesar 64.62%. Jika dibandingkan dengan Tahun 2007, maka terjadi peningkatan sebesar 9.05%. Dengan demikian dapat dikatakan kebijakan Sunset Policy berhasil meningkatkan jumlah Wajib Pajak, dan tingkat kepatuhan Wajib Pajak dalam memenuhi kewajibannya. IV.7. Evaluasi Kelebihan dan Kekurangan IV.7.1. Kelebihan Kebijakan Sunset Policy Kebijakan Sunset Policy ini dalam pelaksanaannya selain memberi banyak fasilitas dan manfaat, pelaksanaan kebijakan ini dinilai penulis masih ada sedikit kekurangan. Kelebihan atau keuntungan dari pelaksanaan 88

28 kebijakan ini adalah 1. Pertama, Berdasarkan Definisi kebijakan Sunset Policy sebagai fasilitas pengampunan Pajak dengan penghapusan sanksi berupa bunga, maka salah satu kelebihan dan keuntungan dalam memanfaatkan kebijakan ini adalah terhindar dan dibebaskan dari sanksi bunga administrasi, akibat kurang bayar. 2. Kedua, Dengan memanfaatkan kebijakan Sunset Policy ini, Wajib Pajak yang menyampaikan SPT dalam rangka Sunset Policy tidak dilakukan Pemeriksaan Pajak, kecuali terdapat data atau keterangan yang menyatakan bahwa Surat Pemberitahuan yang disampaikan Wajib Pajak tidak benar atau menyatakan lebih bayar. 3. Ketiga, Apabila Wajib Pajak sedang diperiksa dan belum disampaikan Surat Pemberitahuan hasil Pemeriksaan (SPHP), pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak dapat dihentikan. 4. Keempat, Data dan informasi yang tercantum dalam SPT tahunan PPh terkait dengan pemanfaatan Sunset Policy tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk menerbitkan Surat Ketetapan Pajak atas jenis Pajak lainnya. 5. Kelima, kebijakan Sunset Policy dinilai memberi keringanan terhadap pengusaha terhadap krisis global 6. Keenam, Bagi Wajib Pajak baru maupun lama dapat menggunakan keuntungan yang didapat dengan mempunyai NPWP, yaitu akan mendapatkan pemotongan Pajak dengan tarif normal yang besarnya lebih 89

29 rendah jika dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki NPWP selain itu, keuntungan bagi orang pribadi yang telah memiliki NPWP, akan dibebaskan dari pengenaan Fiskal Luar Negeri. IV.7.2. Kekurangan Kebijakan Sunset Policy Meskipun kebijakan Sunset Policy ini lebih banyak memberikan manfaat dan keuntungan, tetapi kebijakan ini masih memiliki kekurangan, yaitu: 1. Bagi Wajib Pajak yang sedang mengalami pemeriksaan dan juga memanfaatkan fasilitas Sunset Policy tidak dapat memanfaatkan Sunset Policy apabila pemeriksaan Pajak lebih bayar, Pajak hasil temuan pemeriksa lebih besar dari SPT pembetulan Sunset Policy, terdapat indikasi tindak pidana di bidang Perpajakan. 2. Pelaksanaan kebijakan ini terhitung dimulai sejak 1 Januari 2008, tetapi kenyataannya peraturan pelaksanaan Sunset Policy dikeluarkan tidak bersamaan dengan mulai berlakunya kebijakan tersebut. Peraturan pelaksanaan baru dikeluarkan pada akhir bulan April 2008, dengan demikian terdapat idle time selama empat bulan sejak berlakunya kebijakan. Selain itu sosialisasi kebijakan ini baru dimulai 1 Juli 2008, padahal kebijakan ini berakhir pada 31 Desember Hal ini menunjukkan ketidaksiapan sehingga menimbulkan rasa ragu dan menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat. Kekurangan dan 90

30 kelemahan ini terjadi pada awal pelaksanaan kebijakan, namun kekhawatiran masyarakat atau Wajib Pajak mulai hilang setelah diterbitkannya Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-67/PJ/2008 tanggal 2 Desember 2008, yang menegaskan untuk memberi kepastian hukum terhadap Wajib Pajak yang telah menyampaikan atau membetulkan SPT Tahunan dalam rangka Sunset Policy. 91

Susanti, Liberti Pandiangan

Susanti, Liberti Pandiangan PENGARUH PENERAPAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SERPONG PADA TAHUN 2010-2012 Susanti, Liberti Pandiangan Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.I Lingkup Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua Semakin beratnya beban pemerintah dalam pembiayaan negara mengharuskan pemerintah berusaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun diubah/disempurnakan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun diubah/disempurnakan dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009, pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan yang telah diubah/disempurnakan dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Jumlah Kepemilikan NPWP Terdaftar dari Tahun 2011, 2012, dan 2013 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Semakin beratnya beban pemerintah dalam pembiayaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi 1. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan/atau Memiliki Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak dilihat dari sudut pandang pemerintah merupakan salah satu sumber penerimaan untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun pembangunan. Sebagai sumber

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres BAB III OBYEK PENELITIAN III.1. Latar Belakang Obyek Penelitian III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres adalah instansi vertikal Direktorat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kewajiban pembangunan bangsa, maka pemerintah harus memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber dana negara salah satunya yaitu

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY

BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY 4.1 Pelaksanaan Sunset Policy di KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Dua Berlakunya Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara berkesinambungan yang memiliki tujuan awal, yaitu untuk mensejahterakan rakyat baik secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang

Lebih terperinci

Bab 3. Penjelasan Mengenai Ketentuan Sunset Policy Berdasarkan Pasal 37A Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Bab 3. Penjelasan Mengenai Ketentuan Sunset Policy Berdasarkan Pasal 37A Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan 32 Bab 3 Penjelasan Mengenai Ketentuan Sunset Policy Berdasarkan Pasal 37A Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan 3.1 Pengertian Istilah Sunset Policy Direktorat Jenderal Pajak mengkampanyekan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Dampak Pelaksanaan Program Kebijakan Sunset Policy terhadap Jumlah Penyampaian SPT Tahunan pada KPP Pratama Tangerang Timur Program Kebijakan Sunset

Lebih terperinci

Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara

Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara A. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara yang terutang oleh orang pribadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Upaya-Upaya Pelaksanaan Ekstensifikasi Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak bertujuan untuk meningkatkan pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengadaan dana merupakan masalah yang penting bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Sumber pembiayaan pembangunan berasal dari dalam negeri dan luar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor

I. PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi, naiknya harga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya, mengenai pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan salah satu sektor penerimaan negara yang sangat utama. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan salah satu sektor penerimaan negara yang sangat utama. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak mempunyai peranan yang penting bagi negara, karena pajak dijadikan salah satu sektor penerimaan negara yang sangat utama. Hal ini dapat dilihat jelas

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 30/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 30/PJ/2008 TENTANG L1 PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 30/PJ/2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 27/PJ/2008 TATA CARA PENYAMPAIAN, PENGADMINISTRASIAN, SERTA PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI

Lebih terperinci

Nama Penulis: Hasliani Mayaswari Hisnani. Nama Dosen Pembimbing. Murtedjo, SE., Ak, MM

Nama Penulis: Hasliani Mayaswari Hisnani. Nama Dosen Pembimbing. Murtedjo, SE., Ak, MM EVALUASI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK DAN INTENSIFIKASI PAJAK SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA JAKARTA KEBON JERUK SATU Nama Penulis: Hasliani Mayaswari

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, pada bab ini penulis mencoba mengambil kesimpulan atas kegiatan ekstensifikasi dalam rangka menambah jumlah Wajib

Lebih terperinci

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di L4 Narasumber Jabatan : Ibu Nurika Rahmantika : Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong DAFTAR PERTANYAAN : 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor internal adalah

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Drop Box di KPP Pratama Jakarta Kembangan Prosedur Penyampaian SPT Melalui Pelayanan Drop Box

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Drop Box di KPP Pratama Jakarta Kembangan Prosedur Penyampaian SPT Melalui Pelayanan Drop Box BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penerapan Drop Box di KPP Pratama Jakarta Kembangan 4.1.1 Prosedur Penyampaian SPT Melalui Pelayanan Drop Box Alur penyampaian SPT Tahunan melalui Drop Box sesuai dengan PER- 19/2009

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia terus melaksanakan pembangunan di segala bidang demi mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dalam melaksanakan pembangunan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pemahaman Pajak II.1.1. Definisi Pajak Menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani, Pajak adalah iuran masyarakat kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5289 PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN DAN PENGHIMPUNAN DATA DAN INFORMASI YANG BERKAITAN I. UMUM DENGAN PERPAJAKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. besamya pajak yang terutang, membayar, dan melaporkannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. besamya pajak yang terutang, membayar, dan melaporkannya dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wajib pajak diberikan kepercayaan penuh untuk menghitung sendiri besamya pajak yang terutang, membayar, dan melaporkannya dengan menggunakan Surat Pemberitahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak bersifat dinamik, sifat ini dibuktikan dari pajak selalu mengikuti

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak bersifat dinamik, sifat ini dibuktikan dari pajak selalu mengikuti BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak bersifat dinamik, sifat ini dibuktikan dari pajak selalu mengikuti perkembangan. Perbaikan dan perubahan mendasar selalu dilakukan dalam segala aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat

BAB I PENDAHULUAN. kenyataannya Indonesia tidak bisa memanfaatkan berbagai potensi itu. Bisa dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagai Negara yang berkembang,sebenarnya Indonesia memiliki berbagai macam potensi untuk menjadi Negara yang lebih maju. Akan tetapi pada kenyataannya Indonesia

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 20/PJ/2017 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 20/PJ/2017 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 24 Agustus 2017 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 20/PJ/2017 TENTANG PENGAWASAN WAJIB PAJAK PASCA PERIODE PENGAMPUNAN PAJAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pemerintah selalu ingin mensejahterakan rakyatnya dan ini dapat dilihat dengan usaha pemerintah dalam melakukan pembangunan nasional. Pembangunan nasional adalah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang notabenenya masih tergolong sebagai negara berkembang tentunya masih berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui

Lebih terperinci

PENERAPAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-16/PJ/2007 TERHADAP JUMLAH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PEGAWAI PADA KPP PRATAMA SIDOARJO UTARA

PENERAPAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-16/PJ/2007 TERHADAP JUMLAH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PEGAWAI PADA KPP PRATAMA SIDOARJO UTARA PENERAPAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-16/PJ/2007 TERHADAP JUMLAH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PEGAWAI PADA KPP PRATAMA SIDOARJO UTARA Syafi i Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian global di Indonesia, merupakan salah satu faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan membiayai pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat di paksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas sunset..., Ehrmons Fisca Purwa Winastyo, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas sunset..., Ehrmons Fisca Purwa Winastyo, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan fiskal merupakan instrumen penting untuk mengoptimalkan pemanfaatan output nasional untuk dipergunakan demi kemakmuran rakyat. Kebijakan fiskal dalam

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 08/PJ/2016 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 08/PJ/2016 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 08/PJ/2016 TENTANG PENDAFTARAN DAN PENGAKTIFAN KEMBALI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI MELALUI

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong Berdasarkan landasan teori yang disajikan pada Bab 2 serta data yang telah diuraikan pada

Lebih terperinci

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA DENGAN FISKUS

Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA DENGAN FISKUS Lampiran 1 PEDOMAN WAWANCARA DENGAN FISKUS A. Identitas Informan Nama (inisial) :... Jabatan :... B. Pertanyaan 1. Menurut Anda apakah kewajiban pendaftaran untuk memperoleh NPWP di tiap tempat usaha/gerai

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Belanja Negara. Salah satu yang termasuk dalam APBN adalah pajak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menjalankan pemerintahan, diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya tidak terlepas dari masalah pembiayaan pembangunan yang memerlukan banyak dana.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia, menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, negara yang memiliki administrasi pemerintahan modern termasuk Indonesia, menjadikan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai tulang punggung

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Prinsip dasar utama dari Sunset Policy adalah penegakan sistem self assessment seutuhnya, yang berarti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui. Berbeda dengan pajak yang mempunyai umur tidak terbatas, dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui. Berbeda dengan pajak yang mempunyai umur tidak terbatas, dengan melihat semakin bertambahnya jumlah penduduk. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan penerimaan negara terbesar. Kurang lebih 2/3 penerimaan Negara saat ini dihasilkan dari pajak. Pajak sebagai sumber penerimaan merupakan satu

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat

BAB IV PEMBAHASAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat BAB IV PEMBAHASAN Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat membantu pembangunan nasional, besar dan kecilnya pajak suatu negara ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan rakyat

Lebih terperinci

BAB I. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat

BAB I. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang paling potensial. Pemasukan dari pajak diharapkan terus meningkat salah satunya dengan membuat kebijakan kebijakan

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Atas Pelaksanaan Sunset Terhadap Jumlah Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Senen Program Sunset diberlakukan pada awal Januari 2008

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Di Indonesia salah satu penerimaan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan pembangunan nasional tersebut serta bertujuan untuk meningkatkan kemakmuran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Wajib Pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Wajib Pajak merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini pajak sudah menjadi faktor strategis dalam menjalankan proses pembangunan di Indonesia, karena sebagian besar sumber penerimaan dalam Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang sebenarnya memiliki banyak potensi untuk menjadi negara yang lebih maju. Tetapi pada kenyataannya, Indonesia belum bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, pajak merupakan sumber terbesar pendapatan negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak menyumbang lebih dari separuh total pendapatan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I. terus berupaya dalam memaksimalkan potensi pajak untuk memenuhi APBN

PENDAHULUAN BAB I. terus berupaya dalam memaksimalkan potensi pajak untuk memenuhi APBN PENDAHULUAN BAB I H. Latar Belakang Pajak merupakan salah satu pendapatan negara yang mencapai 85,6%, sehingga pajak memiliki peranan yang sangat besar dalam pemenuhan Anggaran Pendapatan Belanja Negara

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... Lampiran I DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK... (Beri tanda ( ) pada kotak yang sesuai) LEMBAR PENELITIAN (CHECK LIST) SUNSET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap, berencana dan berkesinambungan menurut arah

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGAMPUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah L 1 Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: 1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Satu

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Satu BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Wajib Pajak adalah Orang Pribadi atau Badan yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber utama dana penerimaan dalam negeri. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan pembangunan. Sebagian besar sumber

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2017 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2017 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 42/PJ/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGAMANAN TRANSAKSI ELEKTRONIK LAYANAN PAJAK ONLINE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi masyarakat Indonesia. Sebagian masyarakat telah menganggap pajak sebagai salah satu kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dari hasil penerimaan pajak (Sutanto 2013). Kontribusi pajak dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah dari hasil penerimaan pajak (Sutanto 2013). Kontribusi pajak dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pembangunan dan pengeluaran pemerintah. Untuk menjalankan kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN DAN PENGHIMPUNAN DATA DAN INFORMASI YANG BERKAITAN DENGAN PERPAJAKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN DAN PENGHIMPUNAN DATA DAN INFORMASI YANG BERKAITAN DENGAN PERPAJAKAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN DAN PENGHIMPUNAN DATA DAN INFORMASI YANG BERKAITAN DENGAN PERPAJAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kewajiban pajaknya. Perubahan sistem pemungutan pajak ini merupakan 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pada mulanya pajak merupakan suatu pemberian secara cuma-cuma (upeti) namun sifatnya merupakan suatu kewajiban yang dipaksakan dan harus dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. peningkatan jumlah penerimaan pajak dengan cara melakukan penghapusan sanksi

BAB IV PEMBAHASAN. peningkatan jumlah penerimaan pajak dengan cara melakukan penghapusan sanksi BAB IV PEMBAHASAN Sunset Policy merupakan program pemerintah tahun 2008 dalam rangka peningkatan jumlah penerimaan pajak dengan cara melakukan penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas pajak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara khususnya dalam melanjutkan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan Negara untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam membenahi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan untuk melaksankan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari warga negara Indonesia

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. pembangunan yang mengalami peningkatan khususnya di sektor industri dan perbankan,

PENDAHULUAN. pembangunan yang mengalami peningkatan khususnya di sektor industri dan perbankan, BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan yang penting bagi negara. Dalam pembangunan yang mengalami peningkatan khususnya di sektor industri dan perbankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tugas Akhir Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup masyarakat.dengan demikian, negara diharapkan memiliki penghasilan yang cukup dalam membiayai kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9)

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Menurut Gunadi (2012:9) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber penerimaan Negara Indonesia yang paling potensial adalah penerimaan pajak. Penerimaan pajak akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA NEGARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK-PAJAK NEGARA 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang 1) Undang-undang

Lebih terperinci

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kalideres merupakan pemecahan dari Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tujuan utama dari kebijakan keuangan negara di bidang penerimaan dalam negeri yaitu untuk menggali, mendorong, dan mengembangkan sumber-sumber penerimaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Sumber penerimaan internal adalah pendapatan pajak sedangkan eksternal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perpajakan di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami perubahan yang dinamis. Dengan meningkatnya anggaran negara setiap tahunnya maka target penerimaan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penerimaan dalam negeri yang terbesar diantara bentuk-bentuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Untuk mengetahui dengan jelas pengertian pajak, berikut ini akandikemukakan definisi-definisi pajak yang diambil dari beberapa sumber.definisi pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pajak merupakan salah satu simbol eksistensi suatu negara karena menjadi salah satu bukti bahwa pemerintahan negara tersebut diakui oleh rakyat. Jika

Lebih terperinci

mendasar yaitu dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment.

mendasar yaitu dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment. 2 mendasar yaitu dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment. Dalam sistem self assessment, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Pajak pada hakikatnya memiliki peran yang sangat penting bagi sebuah Negara. Tanpa pajak, Negara tidak akan bisa melaksanakan kegiatan pembangunan karena pajak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pajak merupakan sumber penerimaan Negara yang sangat penting bagi pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional yang sebesar-besarnya dilakukan untuk kemakmuran rakyat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang undang. Dalam pembangunan ini tidak akan tercapai apabila

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang undang. Dalam pembangunan ini tidak akan tercapai apabila BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan di Indonesia merupakan program pemerintah dalam memajukan bangsa dengan cara membangun dalam segala bidang, misalnya pembangunan dalam bidang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Lokasi Penelitian dan Daerah Operasi Objek Penelitian Dalam menyusun skripsi ini, peneliti melakukan penelitian di KPP Pratama Tangerang Timur yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan negara dengan melakukan tax reform. Tax reform adalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan penerimaan negara dengan melakukan tax reform. Tax reform adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap tahunnya pemerintah mengharapkan adanya penambahan pendapatan negara khususnya dari sektor pajak. Untuk itu, berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Dewasa ini pajak merupakan suatu hal yang wajib untuk dipahami dengan baik, itu terjadi karena pajak sudah menjadi bagian penting dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pajak dapat dinikmati oleh semua rakyat Indonesia. terutang dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan. Sebagaia timbal balik

BAB I PENDAHULUAN. pajak dapat dinikmati oleh semua rakyat Indonesia. terutang dengan menyampaikan Surat Pemberitahuan. Sebagaia timbal balik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam menjalankan roda pemerintahan, diperlukan sarana dan prasarana yang tentunya tidak terlepas dari masalah pembiayaan pembangunan yang tidak sedikit. Untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Peranan pajak sebagai penerimaan dalam suatu negara sangat besar manfaatnya dalam meningkatkan rencana penerimaan negara yang berasal dari pajak sebagai sumber utama

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44/PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK, PERUBAHAN DATA DAN PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUSAHA

Lebih terperinci

TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)...

TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)... 11 2012, No.526 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/PMK.03/2012 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENCABUTAN PENETAPAN WAJIB PAJAK DENGAN KRITERIA TERTENTU DALAM RANGKA PENGEMBALIAN

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5899 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I EKONOMI. Pajak. Pengampunan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 131) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN

Lebih terperinci