BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta"

Transkripsi

1 BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Analisis Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Tabel 4.1 Total Wajib Pajak, Realisasi dan Rencana Penerimaan Pajak (dalam rupiah) Tahun Wajib Realisasi % Rencana % Pajak Penerimaan Realisasi Penerimaan Rencana ,43% ,08% ,09% ,42% ,99% ,75% ,01% ,18% Sumber: Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Dua 47

2 Grafik 4.1 Total penerimaan pajak tahun (dalam jutaan rupiah) Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Berdasarkan tabel 4.1 dan grafik 4.1 bisa dilihat bahwa tahun ke tahun jumlah wajib pajak dan penerimaan pajak semakin meningkat. Dari tahun 2009 jumlah wajib pajak yang ada wajib pajak dengan rencana penerimaan pajak sebesar atau menurun sebesar 99,08% dari tahun 2008 dan dengan realisasi penerimaan sebesar atau meningkat sebesar 113,43%. Penerimaan tahun 2009 tercapai melebihi rencana yang ditargetkan. Pada tahun 2010 wajib pajaknya bertambah menjadi dengan rencana penerimaan sebesar atau kenaikan sebesar 124,42% dan realisasi penerimaan sebesar mengalami peningkatan penerimaan sebesar 136,09% dari tahun Penerimaan pada tahun 2010 tercapai melebihi rencana yang ditargetkan. Pada tahun 2011 wajib pajak bertambah menjadi mempunyai perencanaan penerimaan pajak sebesar atau kenaikan sebesar 48

3 139,75% dan realisasi penerimaannya sebesar atau meningkat sebesar 121,99% dari tahun Rencana pada tahun 2011 menjadi sangat tinggi dari 2 tahun sebelumnya dikarenakan pada tahun 2011 anggaran APBN yang disusun DPR sangat tinggi dan perekonomian di wilayah gambir dua sangat baik, sehingga rencana penerimaan yang diberikan kepada KPP Pratama Jakarta Gambir Dua juga meningkat tinggi. Sehingga penyebab tidak tercapainya penerimaan pajak pada tahun 2011 karena target rencana yang diberikan terlalu tinggi, dan juga terdapat faktor lain seperti banyaknya orang pribadi (Roxy) yang buka usaha tidak sampai 1 tahun sudah pindah dan tidak melaporkan pindahnya usaha orang pribadi tersebut Pada tahun 2012 dengan wajib pajak mempunyai perencanaan penerimaan sebesar mengalami penurunan 87,18% dan realisasi penerimaan sebesar hanya meningkat sebesar 100,01% dari tahun Rencana penerimaan pada tahun 2012 mengalami penurunan, dikarenakan realisasi penerimaan tahun 2011 tidak mencapai dengan target yang sudah diberikan. Pada realisasi penerimaan tahun 2012 mengalami sedikit peningkatan, karena pada tahun 2012 adanya perpindahan wajib pajak besar ke KPP Madya, sehingga penerimaan yang dicapai 2012 tidak jauh berbeda dengan tahun Dari 2 tahun terakhir bisa dilihat bahwa peningkatan penerimaan pajak menurun. Hal ini dikarenakan beberapa kendala baik kendala internal maupun eksternal. Seperti adanya perubahan tarif pada PPh Badan dari 28% tahun 2009 menjadi 25% tahun 2010, pada tahun 2010 juga adanya insentif buat industri 49

4 tertentu yang mempunyai karyawan dengan penghasilan dibawah 5 juta pajaknya akan ditanggung pemerintah, seperti industri perkebunan, perikanan, dan peternakan. Target rencana penerimaan diberikan sesuai dengan kemampuan dan wilayah kerja dari KPP Pratama Jakarta Gambir Dua yang nantinya ditentukan oleh Kanwil Jakarta Pusat atas perhitungan dari Kantor Pusat. Untuk menentukan rencana penerimaan tersebut dilihat dari berbagai sisi seperti tingkat inflasi, tingkat suku bunga, pertumbuhan ekonomi, perubahaan peraturan perpajakan, dan lain-lain tergantung penyusunan APBN oleh DPR. Dari penerimaan diatas setiap tahun tercapai dan melebihi dari rencana penerimaan tersebut, kecuali tahun Peningkatan penerimaan pajak tersebut pastinya ada kegiatan yang dilakukan oleh KPP Pratama Gambir Dua untuk mencapai keberhasilan atas peningkatan tersebut. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah dengan melaksanakan program Intensifikasi Pajak. Sesuai dengan tujuan kegiatan intensifikasi pajak adalah untuk menambah penerimaan pajak, saat ini adalah Pajak Penghasilan dan Pajak Pertambahan Nilai. Sasaran utama program ini adalah Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan mengenai kewajiban memiliki NPWP. Dengan program tersebut Direktorat Jenderal Pajak adalah institusi di bawah Kementrian Keuangan yang diberi tugas untuk mengelola kedua jenis pajak tersebut melalui fungsi Pelayanan, Penyuluhan dan Pengawasan terhadap wajib pajak. 50

5 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Gambir Dua dalam melakukan kegiatan intensifikasi perpajakan menganut beberapa undang-undang hukum perpajakan dan peraturan perpajakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Undang-undang hukum perpajakan berdasarkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) guna menambah jumlah wajib pajak terdaftar, untuk itu diterbitkan peraturan-peraturan perpajakan sebagai berikut: a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang Pajak Penghasilan b. Undang-Undang PPN Nomor 8 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 pasal 16B c. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-06/PJ.4/2001 tanggal 21 Februari 2001 tentang intensifikasi Wajib Pajak Pemotongan dan Pemungutan, khususnya PPh pasal 21/26. d. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor: SE-06/PJ.9/2001 tanggal 11 Juli 2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensikasi Pajak. 51

6 4.2. Pelaksanaan Kegiatan Intensifikasi Pajak pada KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Kegiatan intensifikasi pajak dilakukan oleh Seksi Pengawasan dan Konsultasi (Waskon). Ada 4 Seksi Waskon di KPP Gambir Dua. Masing-masing waskon menangani wilayah yang berbeda yang ditentukan berdasarkan luas wilayah dan penerimaan pajaknya. Seksi Waskon 1 & 2 menangani Kelurahan Cideng sedangkan Seksi Wakson 3 & 4 menangani Kelurahan Petojo Selatan. Dari setiap Seksi Waskon terdapat 5-7 Account Representative yang dibawah tanggung jawab dari setiap Kepala Seksi. Kegiatan yang harus dilakukan Account Representative adalah melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyususan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajak dalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak serta evaluasi hasil banding. Sektor penerimaan pajak di KPP Pratama Gambir Dua paling besar ada pada sektor perdagangan. Karena sesuai dengan wilayah kerja dari semua waskon, dari Seksi waskon I adanya pusat perdagangan Roxy yang merupakan tempat jual beli barang-barang elektronik. Seksi waskon II lebih banyak pemukiman dan pedagang-pedagang eceran sesuai dengan wilayahnya. Seksi waskon III adanya gedung-gedung kantor seperti BSG yang banyak perusahaan badan atau supplier dan penjualan jasa-jasa. Pada Seksi waskon IV dominan sektor pajaknya sama yaitu perdagangan kelapa sawit dan property sesuai dengan wilayah yang sudah dibagikan pada masing-masing waskon untuk mengatasinya. 52

7 4.2.1 Tahap Persiapan Kegiatan Intensifikasi Pajak Dalam kegiatan intensifikasi pajak, hanya diperlukan persiapan, karena data yang diperlukan sudah ada di file yang tersedia. Berikut tahap persiapan yang diperlukan adalah: a. Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan, apakah data wajib pajak yang ditelaah sudah sesuai dengan pemenuhan kewajiban perpajakannya, dan data lainnya adalah register laporan pemeriksaan pajak dan register surat perintah pemeriksaan pajak. b. Kerjasama dengan instansi lain seperti Kanwil DJP, Dinas Perdagangan, Dinas Kelautan dan data-data dari internet untuk bisa menganalisis potensi pajak yang dimiliki oleh wajib pajak dengan cara membuat surat permintaan terlebih dahulu untuk meminta data yang diperlukan. Selain itu banyak pihak luar yang sulit diajak kerjasama karena berbenturan dengan kode etik untuk tidak memberikan data klien perusahaan kepada pihak luar Tahap Pelaksanaan Kegiatan Intensifikasi Pajak Intensifikasi pajak adalah kegiatan untuk menambah jumlah penerimaan dari pajak yang terutang atau menambah pembayaran pajak dari wajib pajak yang sudah memiliki NPWP. Tujuan dari intensifikasi pajak adalah mengintensifkan semua usahanya dalam peningkatan penerimaan pajak. 53

8 Kegiatan pelaksanaan di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua adalah dengan memberikan pelayanan dan pengawasan terhadap wajib pajak. Tugas dan Fungsi pokok seksi pelayanan adalah membuat surat keputusan atas permohonan pelayanan dari wajib pajak dan mengecek kelengkapan berkas. Tugas dan Fungsi pokok seksi pengawasan adalah menguji kepatuhan wajib pajak dengan melihat SPT dan melakukan penelitian dikantor maupun lapangan. Dengan adanya pengawasan maka A/R tersebut melakukan himbauan pertama dengan tujuan mencocokkan data yang ada, setelah 7 hari sejak surat diterima wajib pajak dan belum adanya balasan, maka dibuatkan surat himbauan dua untuk melakukan konseling (konsultasi) sesuai dengan surat himbauan yang dibuat. Setelah konseling baru diajukan usulan pemeriksaan atas ketidakbenaran data dan laporan yang dibuat. Ada tiga metode umum yang sering digunakan KPP Gambir Dua untuk kegiatan intensifikasi pajak yang merupakan proses integrasi penggalian potensi pajak terpadu, yaitu: a. Kegiatan Mapping atau pemetaan Mapping adalah pengelompokkan yang menggambarkan potensi perpajakan yang dapat dikelompokkan berdasarkan wilayah/lokasi, subjek pajak, jenis pajak, dan sektor/sub sektor usaha, sesuai kebutuhan yang terdapat di wilayah kerja KPP dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai potensi perpajakan dan keunggulan di wilayah kerja masing-masing kantor atau unit kerja yang akan digunakan sebagai petunjuk dan sarana analisis dalam rangka penggalian potensi penerimaan, pelayanan, dan pengawasan. Berikut 54

9 pemahaman tentang pembuatan mapping wajib pajak, analisis dan tindak lanjutnya serta standarisasi pembuatannya, maka penulis akan uraikan langkahlangkah mapping yang dilakukan KPP Gambir Dua: 1. Pengelompokan Mapping Dalam tahap ini wilayah yang dibawahi KPP Gambir Dua dikelompokkan berdasarkan wilayah ekonomi, wilayah pemukiman, wilayah administrasi pemerintahan, dan subjek pajak. Contoh dari wilayah ekonomi adalah untuk mengetahui potensi ekonomi berdasarkan wilayah kegiatan ekonomi, seperti lokasi industri, lokasi perdagangan, lokasi wisata, dan lain-lain. Wilayah administrasi pemerintahan adalah untuk mengetahui luas dan struktur wilayah beserta pembagian wilayah berdasarkan batas wilayah pemerintahan beserta jumlah penduduk. Pengelompokan subjek pajak dilakukan untuk menilai pemenuhan kewajiban perpajakan yang dilakukan oleh orang pribadi ataupun badan. 2. Analisis mapping berguna untuk mengetahui potensi perpajakan dan kelompokkelompok yang terkait dengan potensi tersebut, tingkat resiko serta petunjuk penggalian potensi yang akan dilakukan. Analisis tersebut berhubungan dengan potensi jumlah wajib pajak, misalkan jumlah penduduk dibandingkan dengan jumlah wajib pajak orang pribadi. Potensi penerimaan pajak, misalkan objek pajak PPN impor dibandingkan dengan jumlah impor, dan potensi kepatuhan pajak, misalkan perbandingan wajib pajak terdaftar dengan wajib pajak efektif. b. Profilling (Pembuatan Profil Wajib Pajak) 55

10 Profilling adalah kegiatan membuat profil wajib pajak yang memuat indentitas, kegiatan usaha, riwayat perpajakan wajib pajak secara berkesinambungan. Tujuannya untuk menyajikan informasi yang dapat digunakan oleh account representative sebagai bahan analisis, serta untuk mengukur tingkat kepatuhan wajib pajak, sehingga pegawai lebih mengenal wajib pajak dalam rangka pengawasan, penggalian potensi pajak dan pelayanan yang lebih baik. c. Benchmarking (Perbandingan) Benchmarking adalah kegiatan penetapan standar ukuran atau besaran yang wajar dan terbaik untuk sektor-sektor usaha tertentu dan digunakan sebagai pembanding untuk menguji kepatuhan wajib pajak yang mempunyai kegiatan usaha yang sejenis dan dijadikan pedoman awal oleh petugas pajak untuk menilai kewajaran dari kegiatan yang dilaporkan wajib pajak. Tujuannya untuk menjadi pedoman dan sebagai pembanding dengan kondisi SPT Tahunan yang dilaporkan wajib pajak dan mambantu pengawasan kepatuhan wajib pajak, terutama menyangkut kepatuhan meterialnya. Benchmarking disusun berdasarkan kelompok usaha dan dilakukan atas rasio-rasio yang berkaitan dengan tingkat laba dan input-input perusahaan, sehingga dapat melakukan penilaian kewajaran kinerja keuangan dan pemenuhan kewajiban perpajakan wajib pajak. Selain pelaksanaan tiga metode diatas, sebenarnya masih banyak metode yang digunakan oleh KPP Pratama Gambir Dua untuk mencapai dan melebihi rencana penerimaan pajak yang diberikan. Kegiatan tersebut juga sesuai dengan kondisi dan lingkungan yang dihadapi. Contoh: metode jangkar dengan melihat 56

11 kegiatan usaha yang dilakukan, seperti industri batu bara, dari A/R kita bisa menghitung dari penggunaan solar untuk berapa banyak batu bara yang akan diangkut, ada juga metode analisa biaya hidup dengan menghitung penerimaan wajib pajak dengan pengeluaran untuk seluruh biaya hidup wajib pajak tersebut. Dan metode konvensional yang sudah umum dipakai dari dulu dengan cara penggalian potensi pemeriksaan laporan keuangan wajib pajak tersebut. Dengan pelaksanaan metode-metode diatas, penerimaan pajak KPP Gambir Dua bisa semakin meningkat walaupun jumlah wajib pajak tidak meningkat. Dibutuhkan kejujuran dan integritas tinggi dari setiap pihak dari pegawai intensifikasi maupun wajib pajak atau pihak luar. Proses ini diawali dengan analisa oleh Account Representative yang kemudian dilanjutkan dengan pengiriman surat himbauan kepada wajib pajak untuk membetulkan SPT yang telah dilaporkan. Terhadap wajib pajak juga dilakukan kegiatan konseling di mana wajib pajak dan petugas pajak akan mencari titik temu terhadap perbedaan pendapat atas suatu hal yang dipermasalahkan Tahap Pengawasan Kegiatan Intensifikasi Pajak Tahap pengawasan yang dilakukan Seksi Waskon atas kegiatan intensifikasi pajak KPP Pratama Jakarta Gambir Dua melakukan tahap pengawasan sesuai dengan SE-06/PJ.9/2001 adalah: a. Pelaporan hasil kegiatan pelaksanaan intensifikasi pajak yang dikompilasi Kepala Seksi Waskon lalu melaporkannya kepada Kepala KPP. Laporan 57

12 diberikan tanggal 20 bulan berikutnya. Selanjutya Kepala KPP memberikan kepada KaKanwil DJP. b. Mengevaluasi secara berkala atas kegiatan intensifikasi pajak dengan tujuan agar tidak ada kesalahan di dalam pelaporan, karena apabila ada salah di salah satu tingkatan laporan akan terus salah sampai tingkat paling atas. Dalam kegiatan pengawasan di Seksi Waskon juga terdapat kebijakan tersendiri dengan melakukan rapat internal 1 bulan 1 kali dari seluruh Seksi Waskon untuk melakukan evaluasi lebih lanjut dan membahas strategi-strategi apa yang akan dilakukan pada kegiatan intensifikasi berikutnya. 4.3 Evaluasi atas Pelaksanaan Intensifikasi Pajak di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Evaluasi Pelaksanaan Intensifikasi Pajak Sesuai dengan proses pelaksanaan Intensifikasi Pajak di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua dari tahun tidak mengalami banyak perubahan, karena dalam penanganan wajib pajak sesuai dengan kondisi dan lingkungan wajib pajak tersebut, tetapi tidak keluar dari prosedur kerja sesuai dengan metode umum yang digunakan dari penjelasan diatas. Bisa dilihat dari penerimaan per waskon tahun 2010 untuk jenis PPh, PPN dan PPnBM, Penagihan, Bea Materai, PBB, PPh Migas, BPHTB yang dicapai atas kegiatan yang dilakukan. a. Total penerimaan waskon di lihat dari total jenis pajak yang diterima 58

13 Tabel 4.2 Penerimaan Waskon berdasarkan jenis pajak tahun 2010 (dalam jutaan Rupiah) Tahun 2010 I II III IV N/A Total PPh PPN&PPnBM Penagihan Beamaterai PBB PPh migas 0,73 2,00 0,40 1,00 4,13 BPHTB Total Persentase 26,21% 15,02% 28,22% 24,05% 6,51% 100,00% Sumber : (PDI) KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Penerimaan pada tahun 2010 bisa dilihat pada tabel 4.2 penerimaan yang paling tinggi ada pada waskon III dan yang paling rendah ada pada waskon II. Karena sesuai dengan sektor usaha dan wilayah kerja dari waskon III adanya pusat perdagangan supplier BSG dan jasa-jasa wajib pajak besar, sehingga banyaknya setoran pajak masa PPN untuk penerimaan pajak. Sedangkan di wilayah waskon II lebih banyak pemukiman daripada pusat-pusat perdagangan atau perkantoran yang ada hubungan dengan penerimaan pajak. Dari persentase total penerimaan pajak pada tahun 2010 waskon III menyumbang paling tinggi sebesar 28,22% dan paling rendah ada pada waskon II sebesar 15,02% sesuai dengan wilayah kerja dari waskon III dan II tersebut. 59

14 Tabel 4.3 Penerimaan Waskon berdasarkan jenis pajak tahun 2011 (dalam jutaan Rupiah) Tahun 2011 I II III IV N/A Total PPh PPN&PPnBM Penagihan Beamaterai PBB PPh migas Total Persentase 21,63% 15,72% 31,09% 26,69% 4,87% 100,00% Sumber: PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Penerimaan pada tahun 2011 bisa dilihat pada tabel 4.3 masih sama tahun sebelumnya dengan penerimaan tertinggi berasal dari waskon III dan yang paling rendah dari waskon II. Tetapi dibandingkan penerimaan tahun 2010 mengalami peningkatan dari seluruh jenis pajak yang ada, sehingga penerimaan pada tahun 2011 cukup tinggi karena dari target rencana penerimaan yang diberikan juga tinggi dan pertumbuahan perekonomian sangat baik, serta banyak wajib pajak yang melaporkan hutang pajaknya yang besar pada tahun 2011 di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Dua. Persentase penerimaan pada waskon I mengalami penurunan, karena adanya kendala banyaknya wajib pajak orang pribadi yang buka usaha di Roxy pindah belum sampai satu tahun, tetapi buat penerimaan PPN&PPnBm semua waskon meningkat. Peningkatan penerimaan 60

15 tinggi ada pada waskon III, karena pada tahun tersebut banyaknya transaksi jasajasa dan transaksi atas pembuatan faktur pajak. Tabel 4.4 Penerimaan Waskon berdasarkan jenis pajak tahun 2012 (dalam jutaan Rupiah) Tahun 2012 I II III IV Unassign N/A Total PPh PPN&PPnBM Penagihan , Beamaterai PBB PPh migas ,9 0, Total Persetase 19,88% 16,33% 23,04% 16,48% 0,05% 24,21% 100,00% Sumber: PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Penerimaan pada tahun 2012 bisa liat pada tabel 4.4. Penerimaan pada tahun 2012 mengalami penurunan dari seluruh waskon, karena selain pindahnya wajib pajak besar ke KPP Madya juga disebabkan pada tahun 2012 pertumbuhan ekonomi di kawasan KPP Pratama Jakarta Gambir Dua kurang meningkat dari penyetoran PPN&PPnBM yang selama ini menjadi penerimaan paling tinggi dari jenis pajak lainnya. Sedangkan penerimaan pada PPh pada tahun 2012 semua waskon meningkat, karena penyetoran PPh bisa dari wajib baru dan pengaruh terdapat penerimaan PPN&PPnBM sangat kecil. Persentase penerimaan waskon yang paling tinggi tetap waskon III dan yang paling rendah ada pada waskon IV, karena penerimaan waskon IV banyak dari kelapa sawit dan property pada tahun 2012 kurang berkembang, seperti gagal panen kelapa sawit tersebut, dan stok pada property yang ada pada tahun 2011 masih banyak. Pada tahun

16 persentase semua waskon turun kecuali waskon II yang naik, dikarenakan penerimaan di waskon II lebih banyak dari PPh sesuai dengan wilayah kerjanya dan pada tahun tersebut penerimaan PPh tetap meningkat sedangkan PPN&PPnBM menurun. Maka persentase penerimaan di waskon II tetap meningkat, karena pengaruh meningkatnya penerimaan PPh lebih besar daripada penerimaan dari PPN&PPnBM. Grafik 4.2 Total penerimaan pajak per A/R tahun (dalam jutaan rupiah) Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Keseluruhan penerimaan jenis pajak atas waskon-waskon tersebut setiap tahun terus meningkat, bisa dilihat grafik 4.2. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyetoran wajib pajak di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua setiap tahun terus bertambah dan berkembang. Karena sesuai dengan penerimaan jenis-jenis pajak yang ada terus meningkat, kecuali tahun 2012 penerimaan pada PPN&PPnBM 62

17 menurun, sehingga penerimaan yang didapat pada tahun 2012 tidak jauh beda dengan penerimaan tahun Kategori Unassign adalah penerimaan wajib baru yang daftar pada tahun tersebut yang ditetapkan pada tahun 2012, sebelumnya belum ditetapkan untuk memisahkan kategori unassign. Penerimaan tersebut dimasukkan kedalam kategori N/A. Penerimaan N/A bisa juga berasal dari wajib pajak yang tidak mempunyai A/R di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua, seperti pekerja tenaga lepas yang di setoran pajak terutangnya disetorkan oleh perusahaan langsung, dan bisa juga adanya pindahan A/R baru dan keluarnya A/R lama, sehingga penerimaan wajib pajak tersebut akan masuk kedalam kategori N/A. Pada tahun 2010 penerimaan BPHTB masih dimasukkan kedalam penerimaan KPP. Awal tahun 2011 dan seterusnya penerimaan BPHTB sudah dipindahkan ke Pemerintah Daerah (Pemda) sehingga tidak dimasukkan lagi kedalam penerimaan KPP. Sedangkan penerimaan PBB terakhir pada tahun 2012 dan pada tahun 2013 nanti sudah diserahkan ke Pemda. Pengaruh keluarnya penerimaan BPHTB tidak terlalu besar, karena dari penerimaan tahun 2011 dan 2012 di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua terus meningkat. b. Total penerimaan waskon di lihat dari penyetoran wajib pajak dan sektor pajak Sesuai dengan kebijakansanaan KPP Pratama Jakarta Gambir Dua penerimaan wajib pajak pemungut dimasukkan kedalam waskon II, karena dilihat dari penerimaan waskon II paling sedikit dari waskon yang lain. Wilayah di waskon II juga lebih banyak pemukiman daripada tempat usaha atau 63

18 perkantoran. Terdapat 3 sekor penerimaan yang paling tinggi di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua, yaitu: sektor Perdagangan, sektor Konstruksi, dan sektor Industri Pengolahan. Naik turunnya persentase sektor-sektor pajak disebabkan oleh pertumbuhan ekonomi dan kegiatan usaha dari masing-masing sektor yang ada, seperti perkembangan jual beli dalam pangsa pasar yang baik. Penerimaan pajak juga akan ikut meningkat atas meningkatnya sektor-sektor pajak tersebut. Tabel 4.5 Persentase Penerimaan waskon berdasarkan sektor pajak 2010 Tahun 2010 Persentase Sektor pajak : I II III IV N/A total Pertanian & Perikanan 0,04% 0,02% 0,20% 0,20% 0,00% 0,46% Pertambangan 0,27% 0,01% 0,02% 0,05% 0,00% 0,35% Pengolahan industry 5,40% 6,50% 7,60% 4,92% 0,21% 24,63% Listrik,gas,minum 0,18% 0,19% 0,28% 0,21% 0,00% 0,87% Konstruksi 2,07% 1,35% 2,67% 0,50% 0,03% 6,62% Perdagangan, Akomodasi 16,31% 4,44% 12,72% 14,93% 3,04% 51,44% Transportasi 0,08% 0,03% 0,15% 0,58% 3,18% 4,02% Perantara Keuangan 0,95% 1,45% 2,47% 1,16% 0,03% 6,05% Adm Pemerintah & Jasa 0,60% 0,38% 0,69% 1,08% 0,01% 2,76% Kegiatan yg belum jelas 0,29% 0,66% 1,42% 0,41% 0,02% 2,81% Jumlah 26,20% 15,03% 28,21% 24,04% 6,52% 100,00% Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Tabel 4.6 Penerimaan Waskon PPh tahun 2010 (dalam jutaan Rupiah) PPh I II III IV N/A Total Badan OP Pemungut Jumlah Persentase 22,64% 22,30% 27,49% 23,54% 4,05% 100,00% Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Dua 64

19 Tabel 4.7 Penerimaan Waskon PPN&PPnBM tahun 2010 (dalam jutaan Rupiah) PPN&PPnBM I II III IV N/A Total Badan OP Pemungut Jumlah Persentase 28,24% 11,95% 29,75% 25,86% 4,20% 100,00% Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Penerimaan PPh dan PPN&PPnBM Badan tahun 2010 yang paling tinggi ada pada waskon III karena bisa dilihat dari sektor pajak di tabel 4.5 sektor pengolahan, konstruksi, dan perdagangan pada waskon III sangat tinggi sesuai dengan wilayah kerja waskon III dimana adanya gedung BSG yang banyak wajib pajak Badan dan atau Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang berhubungan dengan pembuatan faktur pajak masa PPN, serta merupakan pusat penerimaan dari waskon III. Penerimaan PPh dan PPN&PPnBM Badan paling rendah ada pada waskon II karena sesuai dengan wilayah kerja waskon II lebih banyak pemukiman, sehingga penerimaan yang didapat lebih banyak berasal dari wajib pajak orang pribadi. Dari tiga penerimaan sektor paling besar di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua, total persentase sektor di waskon II juga paling rendah. 65

20 Penerimaan PPh OP tahun 2010 paling tinggi ada di waskon I karena pada tahun 2010 di wilayah kerja waskon I banyak yang melakukan penjualan tanah dan atau bangunan dan yang dimasukkan kedalam penerimaan PPh OP. Penerimaan paling rendah ada di waskon IV, karena sesuai wilayah kerja waskon IV kepatuhan dari wajib orang pribadi masih kurang atau non-efektif dan belum melakukan sensus di wilayah tersebut, sehingga data wilayah waskon IV juga masih banyak yang salah atau belum lengkap, dan penanganan wajib pajak orang pribadi waskon IV juga kurang teratasi. Penerimaan PPN&PPnBM OP tahun 2010 yang paling tinggi masih di waskon III sesuai dengan wilayah kerja dari waskon III banyak wajib pajak OP PKP dan pada tahun 2011 wilayah kerja di waskon III adanya penerimaan dari penjualan tanah dan atau bangunan yang dimaksukkan kedalam penerimaan PPh OP. Penerimaan PPN&PPnBM OP yang paling rendah ada di waskon IV, karena sesuai wilayah kerja waskon IV kepatuhan dari wajib orang pribadi masih kurang atau non-efektif dan belum melakukan sensus di wilayah tersebut, sehingga data wilayah waskon IV juga masih banyak yang salah atau belum lengkap, dan untuk menentukan wajib pajak OP pastinya akan susah dari data yang kurang lengkap. 66

21 Tabel 4.8 Persentase Penerimaan waskon berdasarkan sektor pajak 2011 Tahun 2011 Persentase Sektor pajak : I II III IV N/A Total Pertanian & Perikanan 0,01% 0,01% 0,19% 0,07% 0,04% 0,33% Pertambangan 0,27% 0,01% 0,00% 0,02% 0,02% 0,32% Pengolahan Industri 4,56% 4,83% 5,83% 3,25% 0,59% 19,06% Listrik,gas,minum 0,12% 0,13% 0,15% 0,09% 0,00% 0,50% Konstruksi 1,19% 1,19% 1,77% 0,56% 0,16% 4,87% Perdagangan, Akomodasi 16,91% 5,65% 15,70% 15,25% 2,18% 55,68% Transportasi 1,14% 0,67% 1,25% 3,38% 0,00% 6,43% Perantara Keuangan 1,16% 1,13% 3,03% 1,37% 0,01% 6,71% Adm Pemerintah & Jasa 1,20% 0,33% 1,38% 1,56% 0,02% 4,49% Kegiatan yg belum jelas 0,17% 0,36% 0,77% 0,31% 0,02% 1,63% Jumlah 26,71% 14,31% 30,08% 25,85% 3,06% 100,00% Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Tabel 4.9 Penerimaan Waskon PPh tahun 2011 (dalam jutaan Rupiah) PPh I II III IV N/A Total Badan OP Pemungut Jumlah Persentase 19,12% 21,32% 32,05% 23,51% 4,00% 100,00% Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Dua 67

22 Tabel 4.10 Penerimaan Waskon PPN&PPnBM tahun 2011 (dalam jutaan Rupiah) PPN&PPnBM I II III IV N/A Total Badan OP Pemungut Jumlah Persentase 23,43% 13,04% 31,07% 27,17% 5,29% 100,00% Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Penerimaan PPh dan PPN&PPnBM Badan tahun 2011 yang paling tinggi ada pada waskon III karena bisa dilihat dari sektor pajak di tabel 4.8 sektor pengolahan, konstruksi, dan perdagangan pada waskon III sangat tinggi sesuai dengan wilayah kerja waskon III dimana adanya gedung BSG yang banyak wajib pajak Badan dan atau Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang berhubungan dengan pembuatan faktur pajak masa PPN, serta merupakan pusat penerimaan dari waskon III. Penerimaan PPh dan PPN&PPnBM Badan paling rendah ada pada waskon II karena sesuai dengan wilayah kerja waskon II lebih banyak pemukiman, sehingga penerimaan yang didapat lebih banyak berasal dari wajib pajak orang pribadi. Dari tiga penerimaan sektor paling besar di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua, total persentase sektor di waskon II juga paling rendah. 68

23 Penerimaan PPh OP tahun 2011 paling tinggi ada di waskon III sesuai dengan wilayah kerja waskon III lebih banyak perkantoran dan pedagangan yang berhubungan dengan penerimaan pajak dari karyawan perusahaan tersebut. Penerimaan paling rendah ada di waskon IV, karena sesuai wilayah kerja waskon IV kepatuhan dari wajib orang pribadi masih kurang atau non-efektif dan belum melakukan sensus di wilayah tersebut, sehingga data wilayah waskon IV juga masih banyak yang salah atau belum lengkap, dan penanganan wajib pajak orang pribadi waskon IV juga kurang teratasi. Penerimaan PPN&PPnBM OP tahun 2011 yang paling tinggi masih di waskon III sesuai dengan wilayah kerja dari waskon III banyak wajib pajak OP PKP dan pada tahun 2011 wilayah kerja di waskon III adanya penerimaan dari penjualan tanah dan atau bangunan yang dimaksukkan kedalam penerimaan PPh OP. Penerimaan PPN&PPnBM yang paling rendah ada di waskon I, karena sesuai dengan wilayah kerja waskon I tidak terlalu banyak wajib pajak PKP OP, dan impor pada tahun 2012 untuk OP sangat sedikit, sehingga pemungutan penerimaan PPN&PPnBM tidak terlalu besar. Penerimaan dan PPN&PPnBM OP di waskon mengalami penurunan dari tahun 2010 dikarenakan pada tahun 2011 banyak wajib pajak OP yang pindah dari pusat perdagangan Roxy yang belum buka toko satu tahun tetapi sudah pindah. 69

24 4.11 Persentase Penerimaan waskon berdasarkan sektor pajak 2012 Tahun 2012 Persentase Sektor : I II III IV N/A total Pertanian & Perikanan 0,12% 0,03% 0,18% 0,14% 0,00% 0,48% Pertambangan& Penggalian 0,39% 0,10% 0,05% 0,07% 0,00% 0,62% Pengolahan Industri 2,34% 2,72% 3,88% 1,04% 1,81% 11,79% Listrik,gas,minum 0,23% 0,18% 0,22% 0,07% 0,00% 0,70% Konstruksi 3,41% 1,85% 2,84% 1,94% 0,51% 10,54% Perdagangan, Akomodasi 13,05% 9,40% 16,23% 12,88% 0,03% 51,58% Transportasi 1,91% 0,80% 1,95% 3,15% 0,12% 7,93% Perantara Keuangan 1,44% 1,40% 3,19% 2,03% 0,00% 8,07% Adm Pemerintah & Jasa 1,29% 1,93% 2,03% 1,97% 0,11% 7,33% Kegiatan yg belum jelas 0,11% 0,13% 0,42% 0,29% 0,00% 0,96% Jumlah 24,30% 18,55% 31,01% 23,57% 2,57% 100,00% Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Tabel 4.12 Penerimaan Waskon PPh tahun 2012 (dlm jutaan rupiah) PPh I II III IV Unassign N/A total Badan OP Pemungut Jumlah Persentase 17,25% 20,98% 29,60% 16,62% 0,16% 15,38% 100,00% Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Dua 70

25 Tabel 4.13 Penerimaan Waskon PPN&PPnBM tahun 2012 (dalam jutaan Rupiah) PPN&PPnBM I II III IV Unassign N/A total Badan OP Pemungut Jumlah Persentase 23,23% 14,42% 20,86% 17,54% 2,76% 21,18% 100,00% Sumber : Seksi PDI KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Penerimaan PPh Badan tahun 2012 yang paling tinggi ada pada waskon III, karena bisa dilihat dari sektor pajak di tabel 4.11 sektor pengolahan, konstruksi, dan perdagangan pada waskon III sangat tinggi sesuai dengan wilayah kerja waskon III dimana adanya gedung BSG yang banyak wajib pajak Badan dan atau Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang berhubungan dengan pembuatan faktur pajak masa PPN, serta merupakan pusat penerimaan dari waskon III. Penerimaan PPh Badan paling rendah ada pada waskon II karena sesuai dengan wilayah kerja waskon II lebih banyak pemukiman, sehingga penerimaan yang didapat lebih banyak berasal dari wajib pajak orang pribadi. Dari tiga penerimaan sektor paling besar di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua, total persentase sektor di waskon II juga paling rendah. 71

26 Penerimaan PPN&PPnBM Badan tahun 2012 paling tinggi ada pada waskon I, karena pindahnya wajib pajak besar lebih banyak dari waskon III dan turunnya pertumbuhan ekonomi di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua, sehingga penerimaan PPN&PPnBM di waskon I bisa paling tinggi dari waskon III yang selama dua tahun sebelumnya selalu paling tinggi, serta penerimaan dari impor waskon I juga masih tetap stabil dari tahun Penerimaan PPN&PPnBM paling rendah ada pada waskon II karena sesuai dengan wilayah kerja waskon II lebih banyak pemukiman, sehingga penerimaan yang didapat lebih banyak berasal dari wajib pajak orang pribadi. Dari tiga penerimaan sektor paling besar di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua, persentase sektor di waskon II juga sangat rendah. Tidak menutup kemungkinan dari penerimaan PPh badan yang paling tinggi ada pada waskon III sedangkan penerimaan PPN badan paling tinggi ada di waskon I, karena penerimaan PPN badan tidak semua dilihat dari penghasilan yang didapatkan dari badan. Penerimaan PPN bisa juga dari banyaknya impor barang sesuai dengan wilayah kerja waskon I pada perdagangan Roxy banyak yang impor pada tahun 2012, sehingga penerimaan PPN pada tahun 2012 paling tinggi ada di waskon I. Penerimaan PPh OP tahun 2012 paling tinggi ada di waskon II sesuai dengan wilayah kerja waskon II lebih banyak pemukiman, sehingga penerimaan yang didapat lebih banyak berasal dari wajib pajak orang pribadi. Sedangkan yang paling rendah ada di waskon IV, karena sesuai wilayah kerja waskon IV wajib pajak orang pribadi masih sangat sedikit. 72

27 Penerimaan PPN&PPnBM OP tahun 2012 yang paling tinggi di waskon III, dan yang paling rendah ada di waskon I masih sama seperti tahun Karena dari wilayah kerja waskon III banyaknya wajib pajak OP yang sudah PKP, sedangkan di wilayah kerja waskon I wajib pajak OP yang PKP sangat sedikit. Untuk mencapai hasil yang optimal, pengelolaan dan pengolahan data harus dilakukan oleh unit tersendiri, yang secara tidak langsung dibebani target penerimaan pajak. Tugas pokok Waskon yaitu mencari dan memperoleh data, selanjutnya melakukan pengecekan atau mengolahnya dari wajib pajak yang sudah terdaftar dengan adanya pembayaran pajak yang tidak wajar, serta dengan adanya data yang menunjukkan objek pajak yang subjeknya belum terdaftar akan dilakukan pengukuhan sebagai wajib pajak, apakah terlebih dahulu dengan himbauan untuk mendaftarkan diri dengan sukarela ataupun dilakukan secara jabatan. Hal ini dapat dilakukan melalui himbauan, konseling, penelitian, pemeriksaan dan penyidikan. Pastinya pengelolaan dan pengolahan data harus menggunakan teknologi informasi yang berkualitas. Dengan intensifikasi pajak, fiskus mencermati apakah wajib pajak telah melaporkan dan menyetor atas seluruh utang pajak sesuai dengan objek pajak yang ada. Pada KPP Gambir Dua, penulis menemukan masalah teknis pemungutan pajak. Contohnya ketika petugas Account Representive akan mencermati pembayaran pajak dari wajib pajak sesuai dengan profil usahanya yang ada di Roxy. Banyaknya wajib pajak yang hanya melakukan usaha disana belum sampai satu tahun sudah pindah, sehingga mengakibatkan banyaknya 73

28 kesalahan data yang terjadi. Hal ini disebabkan karena luasnya cakupan wilayah kerja dan segala sesuatu masih dilakukan secara manual, sehingga belum dapat dilakukan pengawasan yang memadai. Upaya setelah menjalankan kegiatan intensifikasi pajak telah mendapatkan peningkatan pertumbuhan ekonomi dan memonitor kepatuhan wajib pajak untuk membayar atau menyetor utang pajaknya sesuai dengan objek pajak yang dimiliki wajib pajak Hambatan yang dihadapi atas Pelaksanaan Intensifikasi Pajak di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Dalam pelaksanaan kegiatan intensifikasi pajak di KPP Gambir Dua sudah cukup berhasil, namum masih ada beberapa kendala yang mengakibatkan pencapaian hasil kurang optimal. Hambatan tersebut adalah: a. Data yang tidak lengkap Data intern yang dimiliki KPP Pratama Jakarta Gambir Dua diperoleh dari banyak sumber, misalnya SPT yang diisi oleh wajib pajak, dari media massa dan data yang diperoleh dari instansi lain seperti Pemda setempat dan Laporan Bulanan PPAT. Namum terdapat berbagai hambatan yang menjadi ancaman sekaligus tantangan dalam optimalisasi intensifikasi pajak melalui pemanfaatan data. Adanya data-data yang tidak lengkap atau tidak menggambarkan data yang sebenarnya serta kerjasama yang dilakukan kepada instansi lain tidak dapat diberikan dikarenakan berbenturan dengan data rahasia perusahaan dalam 74

29 menjaga kode etik antar instansi, serta surat permintaan data tidak direspon oleh Pemda (Kelurahan dan Kecamatan), lingkungan DJP, dan pengelola perkantoran terjadi karena kesibukan petugas disana mengakibatkan surat mungkin terselip. b. Rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak Rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak di wilayah KPP Pratama Jakarta Gambir Dua masih sangat rendah. Kepercayaan masyarakat terhadap instansi perpajakan adalah hal utama yang harus dibangun agar masyarakat mau memenuhi kewajiban perpajakannya dengan suka rela. Dengan sering terjadinya kasus perpajakan mengakibatkan dan mencoreng nama baik instansi pajak. Hal ini jelas menurunkan tingkat kepercayaan dan tingkat kepatuhan masyarakat untuk membayar pajak terutang mereka. Walaupun cukup banyak upaya yang dilakukan melalui berbagai penyuluhan, seminar, pelatihan, brosur, majalah, TV, dan sebagainya. Ketidakpahaman masyarakat untuk membayar pajak juga merupakan rendahnya kesadaran wajib pajak untuk membayar pajak dan ketidaktahuan atas penerimaan pajak akan dipakai untuk apa. Sebagai gambaran dari jumlah penduduk yang ada di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Gambir Dua per 1 Januari 2012 sebesar jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga Dengan jumlah penduduk yang sebanyak itu, seharusnya ini menjadi peluang bagi KPP dalam meningkatkan jumlah penerimaan wajib pajak terdaftar. 75

30 4.4 Upaya upaya yang dilakukan untuk mengatasi Hambatan Pelaksanaan Intensifikasi Pajak KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Untuk mengatasi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan intensifikasi pajak di KPP Gambir Dua telah melakukan berbagai upaya dengan melakukan evaluasi atas hambatan-hambatan dan mencari jalan keluar yang lebih efektif lagi untuk mengatasi masalah tersebut. Berikut solusi yang perlu dilakukan adalah: a. Meningkatkan sosialisasi dan penyuluhan perpajakan Dalam rangka menghadapi rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak, maka KPP Pratama Jakarta Gambir Dua melakukan upaya sosialisasi dan penyuluhan perpajakan. Dengan melakukan upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan pemahaman wajib pajak tentang hak dan kewajiban perpajakan yang harus mereka penuhi dan meningkatkan pemahaman masyarakat akan pajak dan manfaatnya dalam pembangunan. Sosialisasi dan penyuluhan perpajakan yang dilakukan tidak hanya untuk masyarakat yang belum menjadi wajib pajak, tetapi juga untuk wajib pajak yang terdaftar agar dapat memenuhi kewajiban perpajakannya dengan benar. Sosialisasi dilakukan dengan mengundang wajib pajak langsung, pemasangan spanduk, brosur dan media elektronik seperti internet yang berisi berbagai informasi perpajakan dan konsultasi dan tanya jawab seputar masalah-masalah perpajakan, serta dengan melakukan penyuluhan-penyuluhan di Kelurahan, RT / RW setempat dan sebagainya. 76

31 Dalam melakukan sosialisasi, petugas berupaya menjelaskan kepada masyarakat yang belum ber-npwp mengenai betapa pentingnya pajak untuk pembangunan Negara, keuntungan memiliki NPWP, dan bagaimana cara mendaftarkan diri untuk mendapatkan NPWP dan dikukuhkan menjadi PKP. Untuk wajib pajak baru, petugas menjelaskan tentang cara-cara perhitungan yang ada sesuai dengan kondisi wajib pajak. b. Meningkatkan kerjasama dengan instansi terkait Sejauh ini KPP Pratama Jakarta Gambir Dua telah melakukan kerjasama dengan instansi-instansi terkait. Kerjasama yang telah dilakukan antara lain dengan Lingkungan DJP, PPAT dan atau Notaris, Pemda, pengelola perkantoran, pengelola gedung, Bendaharawan Pemerintah menghasilkan perolehan data wajib pajak, dan penyediaan petugas pendamping saat melakukan penyisiran lapangan. Kerjasama dengan Pemda, dalam hal ini pihak kecamatan dan kelurahan melalui Nota Kesepahaman. Nota Kesepahaman ini menjadi fasilitas yang dapat dijadikan peluang dalam upaya permintaan data kependudukan terbaru dan kemudahan izin dan akses untuk masuk ke lingkungan pemukiman penduduk atau pusat perbelanjaan dalam penyampaian Surat Himbauan dan pelaksanaan penyuluhan perpajakan. Selain itu KPP Pratama Jakarta Gambir Dua juga perlu meningkatkan intensitas kerjasama dengan pihak lain yang selama ini belum berlangsung dengan baik, diantaranya PLN, Bank Nasional maupun swasta, persatuan profesi, dan instansi lain yang dinilai dapat membantu meningkatkan kegiatan intensifikasi pajak. 77

32 c. Pemberdayaan dan mengupgrade sumber daya manusia Masalah keterbatasan SDM yang dialami oleh Seksi Pengawasan dan Konsultasi merupakan masalah yang umum terjadi di KPP. Untuk mengatasi masalah tersebut, KPP Pratama Jakarta Gambir Dua berencana untuk menambah jumlah SDM dengan memberikan saran kepada Kantor Pusat atas kurangnya jumlah pegawai dalam mengatasi jumlah wajib pajak yang banyak dan juga upaya peningkatan kualitas dari pegawai. Dalam peningkatan kualitas SDM dengan cara mengikuti semua level pegawai ke pelatihan-pelatihan perpajakan, workshop dan disekolahkan kembali secara informal. Dengan adanya upaya ini, semoga pegawai dapat meningkatkan kemampuannya di bidang intensifikasi pajak, walupun dengan SDM yang terbatas semua fungsi tetap dapat berjalan dengan lancar. 4.5 Pengaruh adanya Kegiatan Intensifikasi Pajak di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah pemberlakuan kebijakan hapus sanksi pajak (sunset policy) dengan tujuan untuk meningkatkan penerimaan pajak pada tahun 2008 dan seterusnya, meningkatkan jumlah dan kepatuhan wajib pajak, serta memperbaiki sistem administrasi perpajakan. Tidak lepas juga dari program Sensus Pajak Nasional (SPN) yang mulai dijalankan pada tahun Program SPN dilakukan oleh seluruh pegawai yang berada langsung dibawah Kepala Kantor KPP. Sensus Pajak Nasional adalah 78

33 kegiatan pengumpulan data mengenai kewajiban perpajakan dalam rangka memperluas basis pajak dengan mendatangi subjek pajak di seluruh wilayah Indonesia. Dengan adanya program SPN membuat pengaruh cukup signifikan untuk kenaikan wajib pajak terdaftar di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua. Konseling merupakan konsultasi yang diberikan oleh pihak Account Representative kepada wajib pajak yang masih tidak memahami atas perhitungan dan peraturan pajak yang berlaku, serta memecahkan masalah dengan wawancara sesuai dengan keadaan yang dihadapi wajib pajak. Untuk mengurangi kesalahan perhitungan wajib pajak, maka dibutuhkan konseling untuk menggali potensi pajak yang masih ada, sehingga akan berpengaruh kepada penerimaan pajak. Dengan adanya upaya dan program diatas maka, pengaruh adanya pelaksanaan kegiatan intensifikasi pajak di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua, antara lain: Menambah kepatuhan wajib pajak, karena sesuai dengan penerbitan surat himbauan waskon per tahun terus mengalami peningkatan atas kesadaran atau pembalasan wajib pajak atas surat tersebut, berikut tabel 4.14 penerbitan surat himbauan per waskon: Tabel 4.14 Total surat himbauan keluar dan respon tahun Himbauan Surat Keluar Surat Respon Sumber: Sekretariat KPP Pratama Jakarta Gambir Dua 79

34 Bisa dilihat hasil surat himbauan pada tabel 4.14 jumlah surat keluar tiap tahun terus menurun, ini menunjukkan bahwa kepatuhan wajib pajak di wilayah KPP Pratama Jakarta Gambir Dua cukup patuh membayar dan menghitung sesuai dengan peraturan yang berlaku, sehingga surat himbauan yang dibuat A/R setiap tahun semakin sedikit. Pembuatan surat himbauan dibuat oleh A/R atas penemuan data wajib pajak yang ada kesalahan dalam melaporkan. Perbandingan surat respon dan surat keluar himbauan lebih dari 50% wajib pajak merespon atas surat yang mereka terima, ini menunjukkan bahwa wajib pajak di wilayah KPP Pratama Jakarta Gambir Dua masih mempunyai kepedulian terhadap surat himbauan untuk memeriksa kembali pembayaran pajak yang mereka lakukan. 80

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah L 1 Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: 1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Dasar Hukum Kegiatan Ekstensifikasi Wajib pajak dan Intensifikasi Pajak. pada KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk I

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Dasar Hukum Kegiatan Ekstensifikasi Wajib pajak dan Intensifikasi Pajak. pada KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk I BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Dasar Hukum Kegiatan Ekstensifikasi Wajib pajak dan Intensifikasi Pajak pada KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk I Pajak mempunyai beberapa fungsi yang sangat berperan bagi pembangunan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Ruang Lingkup Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak Pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Pendapatan utama pemerintah yang paling potensial bersumber

Lebih terperinci

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres BAB III OBYEK PENELITIAN III.1. Latar Belakang Obyek Penelitian III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres adalah instansi vertikal Direktorat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Lingkup Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Lingkup Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Lingkup Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga Pajak sangat berperan dalam kemajuan suatu bangsa terutama bangsa Indonesia, pajak digunakan

Lebih terperinci

Susanti, Liberti Pandiangan

Susanti, Liberti Pandiangan PENGARUH PENERAPAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SERPONG PADA TAHUN 2010-2012 Susanti, Liberti Pandiangan Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan.

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Kebijakan Sunset Policy Semakin berat beban dan dana yang perlukan negara dalam menjalankan pemerintahan dan pembiayaan pembangunan, mengharuskan pemerintah berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaan Wawancara dan Jawaban: 1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan

Daftar Pertanyaan Wawancara dan Jawaban: 1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan L-1 Daftar Pertanyaan Wawancara dan Jawaban: 1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak di KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk I? sesuai dengan instruksi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar 36 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Sunset Policy Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Prinsip dasar utama dari Sunset Policy adalah penegakan sistem self assessment seutuhnya, yang berarti

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya, mengenai pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar dari dalam negeri. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013, menunjukkan

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Sawah Besar Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Sawah Besar Dua dibentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Bentuk, Bidang Dan Perkembangan Usaha. kepada Wajib Pajak menjadi lebih optimal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Bentuk, Bidang Dan Perkembangan Usaha. kepada Wajib Pajak menjadi lebih optimal. BAB I PENDAHULUAN 1.1.Bentuk, Bidang Dan Perkembangan Usaha 1.1.1. Bentuk Usaha Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Jakarta Pesanggrahan berdiri sejak 5 Oktober 2015, KPP Jakarta Pessanggrahan ini merupakan pisahan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai didirikan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak dan Kontribusinya Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Berikut adalah data jumlah wajib pajak yang berhasil dihimpun

Lebih terperinci

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Sejarah Singkat Berdirinya Instansi. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK.

BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA Sejarah Singkat Berdirinya Instansi. berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 55/PMK. 54 BAB IV PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA 4.1 PENYAJIAN DATA 4.1.1 GAMBARAN UMUM INSTANSI 4.1.1.1 Sejarah Singkat Berdirinya Instansi Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Gresik Selatan berdiri berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Sensus Pajak Nasional merupakan salah satu program penggalian potensi perpajakan guna pengamanan penerimaan Negara dan pencapaian target penerimaan perpajakan dalam

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Jumlah Kepemilikan NPWP Terdaftar dari Tahun 2011, 2012, dan 2013 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Semakin beratnya beban pemerintah dalam pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, pajak merupakan sumber terbesar pendapatan negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak menyumbang lebih dari separuh total pendapatan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 27 Januari 2016 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG PETUNJUK KEGIATAN EKSTENSIFIKASI, PENDAFTARAN,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong Berdasarkan landasan teori yang disajikan pada Bab 2 serta data yang telah diuraikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari sektor internal adalah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang. Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan dengan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang. Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan dengan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang KPP Pratama Soreang ini pada mulanya merupakan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Bandung Tiga. Namun sehubungan

Lebih terperinci

BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI. Besar/ Large Taxpayers Office (LTO) pada tahun 2002 yang diikuti peresmian

BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI. Besar/ Large Taxpayers Office (LTO) pada tahun 2002 yang diikuti peresmian BAB III LATAR BELAKANG INSTITUSI A. Sejarah Institusi Direktorat Jenderal Pajak mengawali pembentukan Kantor Pelayanan Pajak modern dengan meresmikan berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar/

Lebih terperinci

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di L4 Narasumber Jabatan : Ibu Nurika Rahmantika : Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong DAFTAR PERTANYAAN : 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB II KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MADYA MEDAN

BAB II KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MADYA MEDAN BAB II KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) MADYA MEDAN A. SEJARAH PERUSAHAAN Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan diresmikan pada tanggal 27 Desember 2006 oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Pusat

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Untuk memaksimalkan pajak, negara melakukan sosialisasi pajak kepada masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB II PROFIL KPP PRATAMA LUBUK PAKAM. Direktorat Jenderal Pajak perlu diubah, baik dilevel kantor pusat sebagai pembuat

BAB II PROFIL KPP PRATAMA LUBUK PAKAM. Direktorat Jenderal Pajak perlu diubah, baik dilevel kantor pusat sebagai pembuat BAB II PROFIL KPP PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah Instansi Untuk mengimplementasikan konsep administrasi perpajakan modern yang beriorentasi pada pelayanan dan pengawasan, maka stuktur organisasi Direktorat

Lebih terperinci

Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara

Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara A. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara yang terutang oleh orang pribadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berada di wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta jiwa 1. Sedangkan usia produktif

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY

BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY BAB 4 ANALISIS EFEKTIVITAS SUNSET POLICY 4.1 Pelaksanaan Sunset Policy di KPP Pratama Jakarta Sawah Besar Dua Berlakunya Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi di antaranya KDL Tk. I

BAB I PENDAHULUAN. Inspeksi Keuangan (KIK) Surakarta yang membawahi di antaranya KDL Tk. I digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Surakarta telah ada sejak lama dengan berbagai istilah. Sebelum tahun 1996, KPP Pratama Surakarta berstatus

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1 Objek Penelitian III.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tebet adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak ( DJP) yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.

Lebih terperinci

Nama Penulis: Hasliani Mayaswari Hisnani. Nama Dosen Pembimbing. Murtedjo, SE., Ak, MM

Nama Penulis: Hasliani Mayaswari Hisnani. Nama Dosen Pembimbing. Murtedjo, SE., Ak, MM EVALUASI EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK DAN INTENSIFIKASI PAJAK SERTA KONTRIBUSINYA TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA JAKARTA KEBON JERUK SATU Nama Penulis: Hasliani Mayaswari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Upaya-Upaya Pelaksanaan Ekstensifikasi Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak bertujuan untuk meningkatkan pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja

Lebih terperinci

BAB III. III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Matraman KPP ini merupakan pecahan dari KPP Jakarta Timur I yang telah

BAB III. III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Matraman KPP ini merupakan pecahan dari KPP Jakarta Timur I yang telah BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENELITIAN III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Matraman Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Matraman merupakan Kantor Pajak Type A yang berdiri pada bulan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Gambaran Umum KPP Madya Jakarta Timur. 1. Sejarah Singkat KPP Madya Jakarta Timur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Gambaran Umum KPP Madya Jakarta Timur. 1. Sejarah Singkat KPP Madya Jakarta Timur BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum KPP Madya Jakarta Timur 1. Sejarah Singkat KPP Madya Jakarta Timur KPP Madya Jakarta Timur, yang beralamat di Gedung MTO Jakarta- Gambir, Lantai 14-15, Jl.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. peningkatan jumlah penerimaan pajak dengan cara melakukan penghapusan sanksi

BAB IV PEMBAHASAN. peningkatan jumlah penerimaan pajak dengan cara melakukan penghapusan sanksi BAB IV PEMBAHASAN Sunset Policy merupakan program pemerintah tahun 2008 dalam rangka peningkatan jumlah penerimaan pajak dengan cara melakukan penghapusan sanksi administrasi berupa bunga atas pajak yang

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Direktorat Jendral Pajak bersamaan dengan 12 Kantor Pelayanan Pajak Madya

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. Direktorat Jendral Pajak bersamaan dengan 12 Kantor Pelayanan Pajak Madya BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Perusahaan Kantor Pelayanan Pajak Madya Medan diresmikan pada tanggal 27 Desember 2006 oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Kantor Pusat Direktorat Jendral

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta. Kerja Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat di Bandung.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta. Kerja Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat di Bandung. 8 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta Kantor Pelayanan Pajak Purwakarta berdiri pada tanggal 1 April 1989, yang terbentuk berdasarkan Surat Keputusan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA CIANJUR

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA CIANJUR BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA CIANJUR 2.1 Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Cianjur secara Geografis dan administratif berada di bawah kantor wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN. Data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan teknik-teknik

BAB III METODE PENULISAN. Data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan teknik-teknik BAB III METODE PENULISAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan teknik-teknik berikut: 1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap pelaksanaa

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 29 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum 1. Lokasi Penelitian dan Daerah Operasi Objek Penelitian Dalam menyusun skripsi ini, peneliti melakukan penelitian di KPP Pratama Tangerang Timur yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Instansi 1. Sejarah KPP Pratama Kebumen Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Kebumen bermula dari Kantor Dinas Luar Tingkat I yang merupakan cabang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 20/PJ/2017 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 20/PJ/2017 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 24 Agustus 2017 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 20/PJ/2017 TENTANG PENGAWASAN WAJIB PAJAK PASCA PERIODE PENGAMPUNAN PAJAK

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM A. Sejarah singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam Pada tahun 1987 Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor Inspeksi Pajak.

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA III.1 Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga beralamatkan di Jl. K.H

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya kehidupan tidak pernah lepas dari sebuah tuntutan akan perkembangan. Hal ini dibuktikan dengan perubahan dari zaman ke zaman. Sudah selayaknya dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Barat Pada tahun 1976, Kantor Pelayanan Pajak masih disebut Kantor

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM. A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM A. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam membenahi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM

BAB III GAMBARAN UMUM BAB III GAMBARAN UMUM 3.1. Sejarah KPP Pratama Salatiga Pada awalnya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Salatiga merupakan Kantor Dinas Luar Tingkat I di bawah Kantor Inspeksi Pajak Semarang Barat, seiring

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB III OBJEK PENELITIAN 39 BAB III OBJEK PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari Reorganisasi di

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR TINJAUAN ATAS PENYELESAIAN PEMINDAHBUKUAN DI KPP PRATAMA KEPANJEN

LAPORAN TUGAS AKHIR TINJAUAN ATAS PENYELESAIAN PEMINDAHBUKUAN DI KPP PRATAMA KEPANJEN LAPORAN TUGAS AKHIR TINJAUAN ATAS PENYELESAIAN PEMINDAHBUKUAN DI KPP PRATAMA KEPANJEN MOH. WILDAN ULUL AZMI 103020008027 / 830203410 PROGRAM ON THE JOB TRAINING PEGAWAI BARU/CPNS KPP PRATAMA KEPANJEN KANWIL

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A.Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A.Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan 16 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK DAN LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI A.Sejarah Umum Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan Sejarah umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI 3.1 Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Sebelum diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern, Kantor

BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN. Sebelum diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern, Kantor 29 BAB III DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN A. Sejarah Singkat KPP Madya Tangerang Sebelum diterapkannya sistem administrasi perpajakan modern, Kantor Pelayanan Pajak Madya Tangerang, dimana struktur organisasinya

Lebih terperinci

ANALISIS KEGIATAN INTENSIFIKASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENINGKATAN PENERIMAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA PASAR REBO JAKARTA

ANALISIS KEGIATAN INTENSIFIKASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENINGKATAN PENERIMAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA PASAR REBO JAKARTA Jurnal Ilmiah Buletin Ekonomi ISSN: 1410-3842 Volume 17 No.2 September 2013 ANALISIS KEGIATAN INTENSIFIKASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENINGKATAN PENERIMAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA PASAR

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh Orang Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota Sejarah umum dari Kantor Pelayanan Pajak dimulai pada masa penjajahan Belanda, Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Tanjung Priok Pada mulanya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanjung Priok adalah kantor bank yang digunakan oleh Belanda. Setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan nasional adalah upaya untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara yang sekaligus merupakan proses pengembangan keseluruhan

Lebih terperinci

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN

ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN ANALISIS PEMERIKSAAN PAJAK DALAM UPAYA OPTIMALISASI PENERIMAAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA KEMAYORAN DIMAS WIBISONO Jalan Taruna III no. 8 Kelurahan Serdang Jakarta Pusat, 08561808586,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Pekanbaru terletak antara 101º 14ʼ - 101º 34ʼ Bujur Timur dan 0º 25ʼ -

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Pekanbaru terletak antara 101º 14ʼ - 101º 34ʼ Bujur Timur dan 0º 25ʼ - BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1.1 Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru terletak antara 101º 14ʼ - 101º 34ʼ Bujur Timur dan 0º 25ʼ - 0º 45ʼ Lintang Utara. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan program pemerintahan dan pembangunan Negara Indonesia sehingga pemerintah membutuhkan dana yang cukup banyak dalam menjalankan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu negara akan berkembang dan berjalan dengan lancar jika berbagai sumber daya dikelola dengan baik, serta pendapatan nasional negara tersebut

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA PEKANBARU TAMPAN

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA PEKANBARU TAMPAN BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA PEKANBARU TAMPAN 1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Pekanbaru Tampan KPP Pratama Pekanbaru Tampan, didirikan pada tahun 2002 berlokasi di Jalan Arengka

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. merupakan penggabungan dari tiga unit kantor sebelumnya yaitu Kantor Pelayanan

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. merupakan penggabungan dari tiga unit kantor sebelumnya yaitu Kantor Pelayanan BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah KPP Pratama Serpong Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Serpong yang merupakan penggabungan dari tiga unit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pajak merupakan sumber utama dana penerimaan dalam negeri. Tanpa pajak akan sangat mustahil sekali negara ini dapat melakukan pembangunan. Sebagian besar sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4.

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini sedang mengalami permasalahan di berbagai sektor, salah satunya adalah sektor ekonomi. Inflasi yang cenderung mengalami peningkatan, naiknya harga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas sunset..., Ehrmons Fisca Purwa Winastyo, FE UI, 2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Efektivitas sunset..., Ehrmons Fisca Purwa Winastyo, FE UI, 2010. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebijakan fiskal merupakan instrumen penting untuk mengoptimalkan pemanfaatan output nasional untuk dipergunakan demi kemakmuran rakyat. Kebijakan fiskal dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan di berbagai sektor khususnya sektor ekonomi. Naiknya harga minyak dunia, tingginya tingkat inflasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kewajiban pembangunan bangsa, maka pemerintah harus memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber dana negara salah satunya yaitu

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, pada bab ini penulis mencoba mengambil kesimpulan atas kegiatan ekstensifikasi dalam rangka menambah jumlah Wajib

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan 14 BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Belawan Sebagai gambaran umum Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Belawan

BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Belawan BAB II GAMBARAN UMUM KPP PRATAMA MEDAN BELAWAN A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Belawan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan semula bernama Kantor Pelayanan Pajak Medan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 35 tahun di bidang perpajakan seperti penghitungan, pemeriksaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 35 tahun di bidang perpajakan seperti penghitungan, pemeriksaan dan BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Profil Perusahaan Konsultan Pajak Akuntax berada di bawah pimpinan Bp. H.A. Nur Sardjo Puspitadi yang telah mendapat izin Brevet B Negara No. S1.544/PJ./2001

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua III.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Dua adalah instansi vertikal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Wajib Pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak. Sehingga tidak dapat dipungkiri lagi bahwa Wajib Pajak merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini pajak sudah menjadi faktor strategis dalam menjalankan proses pembangunan di Indonesia, karena sebagian besar sumber penerimaan dalam Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman Nomor 102, Jakarta Barat berdasarkan

BAB III OBJEK PENELITIAN. Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman Nomor 102, Jakarta Barat berdasarkan BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan III.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Grogol Petamburan didirikan pada tanggal 1 Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. ObjekPenelitian Objek Penelitian dalam penulisan ini adalah sebuah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) di Tebet yang melayani wajib pajak dalam pelaporan dan pelunasan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengadaan dana merupakan masalah yang penting bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Sumber pembiayaan pembangunan berasal dari dalam negeri dan luar

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 27/PJ/2011 TENTANG PENGAWASAN PEMBAYARAN MASA TAHUN 2011 DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 27/PJ/2011 TENTANG PENGAWASAN PEMBAYARAN MASA TAHUN 2011 DIREKTUR JENDERAL PAJAK, SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 27/PJ/2011 TENTANG PENGAWASAN PEMBAYARAN MASA TAHUN 2011 DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Dalam rangka pengamanan penerimaan pajak sebagaimana amanat Anggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen penting dalam berjalannya pemerintahan sebuah negara. APBN yang digunakan oleh sebuah pemerintahan diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. satu instrumen penting dalam berjalannya pemerintahan sebuah negara. APBN yang digunakan oleh sebuah pemerintahan diharapkan dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan salah satu instrumen penting dalam berjalannya pemerintahan sebuah negara. APBN yang digunakan oleh sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN

BAB III METODE PENULISAN BAB III METODE PENULISAN 3.1 Metode Penulisan Dalam penulisan laporan tugas akhir ini penulis menggunakan beberapa teknik dalam pengumpulan data laporannya. 3.1.1 Sumber Data Dalam penulisan laporan tugas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 32 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Atas Pelaksanaan Sunset Terhadap Jumlah Wajib Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Senen Program Sunset diberlakukan pada awal Januari 2008

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 37 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Objek penelitian yang dipilih oleh penulis dalam melakukan penelitian adalah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Kebayoran

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-61/PJ/2015 TENTANG OPTIMALISASI PENILAIAN (APPRAISAL) UNTUK PENGGALIAN POTENSI

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan 34 BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Ekstensifikasi Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) di Kabupaten Boyolali. Ekstensifikasi Pajak merupakan kegiatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka pemerintah perlu

Lebih terperinci

FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR KINERJA PELAYANAN. Realisasi pelayanan NPWP tepat waktu X 100% Jumlah penerbitan NPWP. Realisasi pelayanan pengukuhan

FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR KINERJA PELAYANAN. Realisasi pelayanan NPWP tepat waktu X 100% Jumlah penerbitan NPWP. Realisasi pelayanan pengukuhan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-97/PJ/2010 TENTANG : PETUNJUK PENGUKURAN, PELAPORAN, DAN MONITORING KINERJA LAYANAN UNGGULAN DIREKTORAT JENDERAL PAJAK FORMULA PENGHITUNGAN INDIKATOR

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia. 443/KMK 01/2001, maka pada awal tahun 2002 berdirilah Kantor Pelayanan

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia. 443/KMK 01/2001, maka pada awal tahun 2002 berdirilah Kantor Pelayanan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Umum KPP Pratama Medan Polonia Sesuai dengan keputusan Menteri Keungan Republik Indonesia No. 443/KMK 01/2001, maka pada awal tahun 2002 berdirilah Kantor Pelayanan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua. III.1.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Tanah Abang Dua

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua. III.1.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Tanah Abang Dua BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN III.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua III.1.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Tanah Abang Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan

Bab 1. Pendahuluan. Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Pajak merupakan sumber penerimaan utama negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah dan pembangunan. Hal ini tertuang dalam Anggaran Penerimaan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 45/PJ./2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 45/PJ./2007 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 45/PJ./2007 TENTANG TATA CARA PEMINDAHAN WAJIB PAJAK DALAM RANGKA PENAMBAHAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK WAJIB PAJAK BESAR SATU, KANTOR PELAYANAN

Lebih terperinci