BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta"

Transkripsi

1 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Upaya-Upaya Pelaksanaan Ekstensifikasi Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak bertujuan untuk meningkatkan pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Bila dilihat secara umum pelaksanaan ekstensifikasi pajak mempunyai pengaruh positif terhadap peningkatan jumlah Wajib Pajak yang terdaftar dan peningkatan target penerimaan pajak KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Berdasarkan data dan penelitian penulis, upaya-upaya Ekstensifikasi yang dilakukan oleh Seksi Ekstensifikasi pada KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan sebelum melaksanakan program PER-16/PJ/2007 dan PER-116/PJ/2007, adalah sebagai berikut: 1. Pencarian dan pengumpulan data Wajib Pajak potensial Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara dengan dengan Kepala Seksi Ekstensifikasi pencarian dan pengumpulan data di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan ini dilakukan melalui: a). Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan instansi-instansi lain baik baik pemerintah maupun non-pemerintah yang datanya dapat digunakan untuk mengukur besarnya potensi pajak yang ada. Berikut tampilan jenis data dari hasil kerjasama yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan dengan beberapa instansi lain. 55

2 Tabel 4.1 Jenis Data dari Koordinasi dan Kerjasama Dengan Instansi Lain No Jenis Data Sumber Data 1 Data Warga Badan Pusat Statistik 2 Kartu Keluarga Kantor Kelurahan 3 Data Pemilik Apartemen Pengelola Apartemen 4 Data Pembeli Mobil Mewah Dealer Mobil 5 Data Pembelian dan Penjualan Notaris / PPAT Tanah dan atau Bangunan 6 Data Pemilik Kendaraan Mewah Kepolisian Sumber: Seksi Ekstensifikasi b). Pemanfaatan data intern yaitu, data yang diperoleh dari Sistem Informasi Perpajakan (internal KPP) maupun yang diperoleh dari unit-unit lain di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Contohnya: - Buku 5, yaitu berisi data PBB yang nominalnya di atas Rp ,00 - Alat Keterangan dari seksi lain. - Data tentang kegiatan membangun sendiri. 2. Menerbitkan Surat Himbauan Ber-NPWP Kegiatan ini dilakukan denan cara memberikan surat himbauan bagi Wajib Pajak yang penghasilannya sudah melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak, tetapi ternyata belum memiliki NPWP. Dalam kegiatan menerbitkan surat himbauan ini formulir 56

3 yang digunakan adalah Nota Dinas Seksi Pengawasan dan Konsultasi, Data pihak ke tiga, Laporan pengamatan lapangan dan Alat Keterangan. Prosedur yang dilakukan sebelum menerbitkan Surat Himbauan Ber-NPWP ini adalah: a. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan berdasarkan dokumen masuk yang telah didisposisi Kepala Kantor Pelayanan Pajak, Nota dinas dari Kepala Seksi Pengawasan dan Konsultasi, data pihak ketiga, laporan hasil penelitian pendahuluan, dan/atau alat keterangan, menyusun dan menugaskan Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan untuk mencetak konsep Surat Himbauan NPWP. b. Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mencetak Konsep Surat Himbauan ber-npwp dan menyampaikan konsep tersebut kepada Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan. c. Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan meneliti, menyetujui, dan memaraf Surat Himbauan Ber-NPWP serta meneruskannya ke Kepala Kantor Pelayanan Pajak. d. Kepala Kantor Pelayanan Pajak menelaah, menyetujui dan menandatangani Surat Himbauan ber-npwp. e. Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan menyiapkan Pengiriman Surat Himbauan yang telah ditandatangani dan menatausahakan arsipnya.. f. Proses selesai. 57

4 Setelah semua proses itu dilakukan maka dokumen yang dihasilkan yaitu Surat Himbauan ber-npwp. Surat tersebut nantinya akan dikirimkan kepada Wajib Pajak yang sudah memenuhi syarat memiliki NPWP tetapi belum memiliki NPWP. 3. Menerbitkan Surat Himbauan Pelaksanaan Perpajakan Berdasarkan SE-8/PJ/2008 tentang tindak lanjut hasil ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi, terhadap Wajib Pajak yang telah diberikan NPWP, agar dihimbau untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya dengan mengirimkan surat himbauan. Oleh karena peraturan tersebut pihak KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan setelah menjaring Wajib Pajak potensial untuk memiliki NPWP, lalu petugas ekstensifikasi mengirim surat himbauan kepada Wajib Pajak terdaftar untuk melaksanakan kewajiban perpajakannya. Setelah itu petugas ekstensifikasi harus melaporkan kegiatan tersebut kepada pihak Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak setiap bulan. KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan rutin membuat laporan atas pemberian surat himbauan untuk melaksanakan kewajiban perpajakan, setiap bulannya, lalu arsipnya disimpan oleh petugas di dalam folder. Tetapi sayangnya laporan tersebut tidak diinput kedalam komputer dan tidak dibuat rekapitulasinya per tahun oleh petugas, sehingga ada beberapa file di tahun 2011 tidak ada. IV.2 Program Ekstensifikasi di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan Ekstensifikasi merupakan kegiatan penambahan jumlah Wajib Pajak baru yang dilakukan dengan cara pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP). Salah satu 58

5 kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan Canvassing atau penyisiran. Pelaksanaan penyisiran (canvassing) dilakukan mulai tanggal 1 Maret 2007, serentak oleh semua Kantor Pelayanan Pajak di Jakarta sesuai dengan cakupan wilayah kerjanya masing-masing. KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan pernah melakukan canvassing ini pada awal perubahan nama dari KPP Grogol Petamburan menjadi KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan, tetapi kegiatan ini tidak dilakukan pada bulan maret karena KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan saja baru dibentuk pada tanggal 26 Juni Canvassing merupakan salah satu bagian dari kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dimana kegiatannya yaitu penyisiran lapangan ke wilayah yang menjadi cakupan wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Kegiatan ini dilakukan oleh tim khusus untuk menjaring dan menghimbau secara lisan kepada Wajib Pajak yang belum memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) tapi penghasilannya sudah diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Himbauan ini dimaksudkan agar mereka segera mendaftarkan diri untuk membuat NPWP. Canvassing yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan ini dilakukan dalam rangka pembentukkan basis data awal. Setelah terbentuknya basis data, kegiatan ini tidak dilakukan lagi. Berdasarkan hasil wawancara dengan para petugas disana, mereka tidak menjelaskan secara detail wilayah mana saja yang telah dilakukan canvassing. Saat ini KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan hanya memfokuskan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak yang berhubungan dengan PER-16/PJ/2007 yaitu tentang Pemberian NPWP Orang Pribadi yang Berstatus sebagai Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham/Pemilik dan Pegawai Melalui Pemberi Kerja/Bendaharawan 59

6 Pemerintah dan PER-116/PJ/2007 tentang Pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi Melalui Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan. IV.2.1 Program PER-16/PJ/2007 di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan Untuk menambah jumlah WP yang terdaftar, pada awal tahun 2007 Direktorat Jenderal Pajak menetapkan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-16/PJ/2007 tentang Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak Orang Pribadi yang Berstatus Sebagai Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham/ Pemilik dan Pegawai Melalui Pemberi Kerja/ Bendaharawan Pemerintah. Hal ini dilatarbelakangi oleh keadaan Wajib Pajak di Indonesia dimana persentase jumlah Wajib Pajak masih sangat kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia, hal ini mengindikasikan bahwa masih banyak potensi Wajib Pajak baru di Indonesia. Dengan kata lain, program ini merupakan program kepatuhan perpajakan. Mengacu pada PER-16/PJ/2007 tentang Pemberian NPWP Orang Pribadi yang berstatus sebagai Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham/Pemilik dan Pegawai melalui Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah, kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dimulai dengan memberikan surat pemberitahuan kepada perusahaan-perusahaan di sekitar Grogol Petamburan untuk membuat Daftar Nominatif. Daftar Nominatif adalah daftar nama dan identitas Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham/Pemilik dan Pegawai yang disusun oleh Pemberi Kerja/ Bendaharawan Pemerintah dan dikelompokkan berdasarkan: 1. Penghasilan di atas PTKP dan belum ber-npwp. 2. Penghasilan di atas PTKP dan sudah ber-npwp. 60

7 3. Penghasilan di bawah PTKP. Dari Daftar Nominatif yang dibuat oleh perusahaan dapat terlihat potensi Wajib Pajak baru, yaitu para karyawan yang memiliki penghasilan di atas PTKP tetapi belum ber-npwp. Maka terhadap karyawan yang sudah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak tetapi belum memiliki NPWP, maka secara otomatis dibuatkan NPWP oleh KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Dari daftar nominatif yang diterbitkan perusahaan, petugas ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan tidak mencatat berapa jumlah NPWP yang di terbitkan berdasarkan daftar nominatif. Yang petugas ekstensifikasi lakukan adalah mengecek daftar nama yang terdaftar dalam daftar nominatif, mencocokannya dengan Master File, lalu bagi karyawan yang belum memiliki NPWP, akan dibuatkan NPWP-nya. Pencatatan penerbitan NPWP yang dilakukan oleh seksi ekstensifikasi di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan adalah pencatatan per bulan. Bukan pencatatan berdasarkan berapa jumlah Wajib Pajak baru yang terdapat di dalam daftar nominatif yang telah diterbitkan. IV Tata Cara Pendaftaran NPWP Pendaftaran Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) bagi Wajib Pajak yang sudah memiliki penghasilan di PTKP dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara, yaitu: 1. Wajib Pajak datang langsung secara sukarela ke KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan membuat NPWP. 2. Wajib Pajak mendaftar melalui internet dengan situs (eregistration). 61

8 Selain dua cara tersebut, dalam rangka melaksanakan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak yaitu kegiatan menambah Wajib Pajak baru, KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan melakukan pemberian NPWP melalui program PER-16/PJ/2007 tentang Pemberian NPWP Orang Pribadi yang berstatus sebagai Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham/Pemilik dan Pegawai melalui Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah ini dan program PER-116/PJ/2007 tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi melalui pendataan Objek PBB. Dua kegiatan ini diupayakan untuk menjaring Wajib Pajak yang lebih banyak lagi dan untuk memudahkan Wajib Pajak yang ingin membuat NPWP. Jika pada pelaksanaan kegiatan mendaftar sendiri baik datang langsung ataupun melalui internet, Wajib Pajak hanya boleh mendaftar pada KPP domisilinya. Tetapi jika ia terdaftar dengan menggunakan program PER-16/PJ/2007 dimana jika karyawan bekerja pada perusahaan yang wilayah kerjanya tercatat dalam wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan, maka karyawan itu bisa mendaftar NPWP di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Pihak KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburanlah yang akan mengirimkan data mereka ke KPP domisili masing-masing. a. Pelaksanaan Penerbitan NPWP Program PER-16/PJ/2007 ini menggunakan dua aplikasi komputer, yaitu aplikasi Elektronik NPWP (e-npwp) dan aplikasi Pendaftaran Wajib Pajak Massal (PWPM). Aplikasi e-npwp menurut PER-16/PJ/2007 adalah: Program aplikasi yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pajak kepada Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah untuk merekam nama dan identitas Pengurus, 62

9 Komisaris, Pemegang Saham/Pemilik dan Pegawai yang berpenghasilan di atas PTKP dan belum ber-npwp. Sedangkan Aplikasi PWPM (Pendaftaran Wajib Pajak Massal) menurut PER- 16/PJ/2007 adalah: Program aplikasi yang digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak untuk memproses pemberian NPWP orang pribadi berdasarkan e-npwp atau daftar Normatif. Proses pelaksanaan kegiatan PER-16/PJ/2007 tentang pemberian NPWP Orang Pribadi yang berstatus sebagai Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham/Pemilik, dan Pegawai Melalui Pemberi Kerja/Bendaharawan Pemerintah di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan, menurut petugas dijelaskan prosedurnya adalah sebagai berikut: 1. Perusahaan atau bendaharawan pemerintah memberikan respon atas surat himbauan ber-npwp yang dikirimkan kepadanya, dengan membuat Daftar Nominatif beserta lampiran foto copy KTP dari para pegawai. 2. Dokumen tersebut lalu diserahkan ke Seksi Ekstensifikasi Perpajakan untuk diolah lebih lanjut. 3. Di Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, dokumen tersebut diinput menggunakan aplikasi e-registration (e-npwp), kemudian disimpan dan dicetak hasilnya. 4. Hasil atau report tersebut kemudian dikirim ke Seksi Pelayanan. 5. Seksi Pelayanan memproses data tersebut. 6. Setelah selesai, Seksi Pelayanan akan menerbitkan Surat Keterangan Terdaftar Sementara. 63

10 Surat Keterangan Terdaftar Sementara ini harus diambil oleh calon Wajib Pajak, untuk ditukarkan menjadi NPWP. Jika Surat Keterangan Terdaftar Sementara ini tidak digunakan/ ditukarkan dalam waktu 30 hari, maka NPWP-nya menjadi hangus dan tidak dapat digunakan, untuk mendapatkan NPWP lagi, Wajib Pajak tersebut harus mendaftar ulang lagi, untuk mendapatkan NPWP yang baru. 7. Mencetak Kartu NPWP. Kartu NPWP yang diterbitkan di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan merupakan kartu NPWP versi terbaru. Kartu NPWP ini terdiri dari Nomor Pokok Wajib Pajak, Nama Wajib Pajak, Alamat, dan tanggal terdaftar. Gambar katu NPWP yang diterbitkan oleh KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan, penulis sajikan dalam lampiran L7. 8. Membuat daftar penerbitan NPWP di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Menurut prosedur seharusnya pendaftaran dan pengambilan NPWP itu tidak boleh diwakilkan, harus Wajib Pajaknya sendiri yang menukar Surat Keterangan Terdaftar Sementara tersebut dengan kartu NPWP. Karena dalam pengambilan NPWP, Wajib Pajak harus menandatangani bukti pengambilan NPWP. Tetapi KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan mengizinkan kurir atau pihak lain mewakili pengambilan NPWP orang yang mempercayakan kurir tersebut. Jika dilihat sekilas, tentunya hal ini merupakan suatu pelanggaran yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Karena KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan tidak sesuai dengan 64

11 prosedur dalam pemberian NPWP. Tetapi disini penulis melihat ada celah positif dari prosedur yang dilanggar ini. Dengan kesibukan masyarakat Jakarta yang cukup tinggi khususnya Wajib Pajak di Jakarta tentunya mereka yang sibuk tidak punya waktu banyak mengambil NPWP mereka sendiri, sangat memerlukan jasa kurir atau pihak ke-3 untuk membantu mereka dalam proses penukaran Surat Keterangan Terdaftar dalam hal penukaran menjadi kartu NPWP. Melihat dari hal tersebut pihak KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan memberikan kepercayaan kepada kurir atau pihak ke-3 tersebut untuk menyerahkan kartu NPWP. Hal ini dilandasi dengan pemikiran, jika tidak menggunakan jasa kurir bagi Wajib Pajak yang potensial tetapi jadwalnya sangat padat tentu tidak akan mempunyai waktu untuk menukarkan Surat Keterangan Terdaftarnya dengan NPWP sekalipun jangka waktu penukarannya adalah 30 hari. Mereka akan cenderung sengaja menghindar dengan alasan sibuk. Hal ini justru bisa menjadi celah bagi Wajib Pajak untuk melakukan penghindaran pajak. IV.2.2 Program PER-116/PJ/2007 di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan Ekstensifikasi menurut pengertian dalam PER-116/PJ/2007 adalah: Kegiatan yang dilakukan untuk memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) kepada WP OP. Pemberian NPWP ini dilakukan dengan melakukan pendataan melalui objek PBB. Yang menjadi Objek PBB adalah bumi dan/atau bangunan berupa unit tempat usaha, perumahan dan apartemen. 65

12 KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan telah melakukan pembentukan basis data PBB yaitu kegiatan pendataan seluruh Objek PBB. Semua objek pajak PBB di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan sudah didata. Yang menjadi sasaran kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak berdasarkan PER-116/PJ/2007 adalah orang pribadi yang jumlah PBB nya mencapai Rp ,00 atau lebih yang datanya petugas peroleh dari Buku V (Lima). Saat ini KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan hanya tinggal melakukan Pemutakhiran Data Objek PBB, yaitu suatu kegiatan memperbaharui atau menyesuaikan data yang ada berdasarkan verifikasi/penelitian. Dalam pelaksanaan PER-116/PJ/2007, berdasarkan wawancara dengan petugas ada 3 (tiga) tahap yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pelaporan. a. Persiapan sebelum pelaksanaan Ekstensifikasi Sebelum melakukan kegiatan PER-116/PJ/2007 yaitu Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi melalui pendataan Objek PBB, pihak KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan melakukan persiapan yaitu antara lain: 1. Membuat Rencana Kerja. Rencana Kerja yang dibuat oleh KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan, berisi tujuan pemeriksaan, hasil penelitian kantor, hasil penelitian lapangan dan kesimpulan. 2. Membentuk Tim Pelaksana Sebelum melakukan pendataan objek PBB pihak KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan terlebih dahulu menetapkan tim pelaksana yang terdiri dari: 66

13 - 1 orang ketua tim, - 1 orang kasubtim pendataan, - 1 orang kasubtim pemberian NPWP, dan - 3 orang petugas lapangan. b. Pelaksanaan Ekstensifikasi dalam kegiatan PER-116/PJ/2007 Pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi dalam program PER-116/PJ/2007 di KPP Pratama Jakarta grogol Petamburan ini dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: 1. Pendataan melalui unit Apartemen Pendataan objek pajak unit apartemen ini ditetapkan NJOP-nya paling rendah Rp (seratus lima puluh juta rupiah). Harga unit di Apartemen Mediterania sudah melebihi Rp (seratus lima puluh juta rupiah) jadi diasumsikan semua orang yang membeli unit apartemen tersebut adalah Wajib Pajak Potensial. Melihat peluang ini, KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan melakukan kerjasama dengan pihak pengelola Apartemen Mediterania dengan meminta data daftar pembeli unit apartemen beserta SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terutang) PBB nya. Data dari pembeli unit apartemen Mediterania ini dicatat dan diserahkan ke KPP Pratama Jakarta Petamburan untuk dicek, mana pembeli yang belum mempunyai NPWP dan mana yang sudah memiliki NPWP. Untuk pembeli apartemen yang belum mempunyai NPWP maka pihak KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan menyerahkan LPOP (Lampiran Pendataan Objek Pajak), yaitu formulir yang berfungsi sebagai sarana pendaftaran Wajib Pajak sesuai dengan objek PBB-nya. Formulir tersebut harus diisi oleh calon Wajib Pajak 67

14 tersebut, kemudian diserahkan kembali ke pihak KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Setelah itu seksi Ekstensifikasi membuatkan NPWP atas nama pemilik Nomor Objek Pajak. 2. Pendaftaran NPWP berdasarkan Mutasi, atau pecah PBB. Artinya jika suatu warisan berupa tanah atau bangunan dibagikan kepada ahli warisnya, tentunya ada proses balik nama, dan dari pembagian warisan ini luas tanah dan bangunannya harus diverifikasi ulang oleh petugas KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Dalam hal verifikasi ini dibentuklah tim khusus yang ditugaskan untuk melaksanakan pemeriksaan lapangan. Tim tersebut terdiri dari 1 (satu) orang Ketua Tim, 3 (tiga) orang petugas lapangan, dan 1 (satu) orang petugas validasi dan pencetak NPWP. Petugas lapangan melakukan penghitungan ulang dan melakukan pencocokan atau verifikasi kepada pemilik tanah atau bangunan. Jika hasil perhitungan sama maka PBB nya nihil, tetapi jika hasil perhitungan petugas lebih besar maka, pemilik tanah atau bangunan tersebut harus membayar PBB kurang bayarnya. Dari proses balik nama atas suatu tanah atau bangunan ini, petugas dapat melihat bahwa ada Wajib Pajak potensial, lalu kemudian petugas memeriksa NJOP atas tanah atau bangunan tersebut. Jika NJOP bumi atau tanah nilainya di atas Rp ,00 (tiga ratus juta rupiah), maka pemilik anah tersebut wajib memiliki NPWP. Begitu pula dengan bangunan jika, NJOP bangunan nilainya di atas Rp ,00/m 2, maka pemilik bangunan tersebut wajib memiliki NPWP. 68

15 3. Pendaftaran NPWP berdasarkan Himbauan Himbauan ber-npwp ini ditujukkan kepada calon Wajib Pajak di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan yang memiliki property seperti rumah yang nilai NJOP-nya sudah melebihi Rp ,00/m 2 dan unit apartemen yang nilainya di atas Rp ,00 (seratus lima puluh juta rupiah). Kegiatan ini sudah dilakukan sesuai dengan PER-116/PJ/2007 tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi Melalui Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan. c. Tahap Pelaporan Setelah melakukan ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi berdasarkan pendataan PBB, maka tim pelaksana membuat Laporan Hasil Pemeriksaan, terdiri dari: 1. Hasil penelitian lapangan Surat Setoran Pajak (SSP) PPh Final Pasal 4 ayat (2). 2. Penelitian lapangan. 3. Penelitian kantor dari dokumen. 4. Uji kebenaran Wajib Pajak dalam isi PBB. Dalam hal ini petugas mencocokan antara data yang diberikan oleh Wajib Pajak dengan data yang sebenarnya. Jika ada perbedaan antara luas tanah dan bangunan yang dikatakan Wajib Pajak dan menurut hasil pengukuran, maka petugas menghitung berapa PBB yang kurang bayar tersebut. Laporan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi tahun berdasarkan PER-116/PJ/2007 yaitu kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi melalui pendataan objek Pajak Bumi dan Bangunan akan disajikan dalam lampiran L8-L10. 69

16 IV.3 Kendala Dalam Pelaksanaan Ekstensifikasi Peningkatan jumlah Wajib Pajak baru di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan dapat dikatakan selalu meningkat setiap tahunnya. Tetapi peningkatan jumlah Wajib Pajak baru ini tidak menjamin semua Wajib Pajak yang sudah terdaftar tersebut adalah Wajib Pajak Aktif dan patuh dalam melaksanakan kegiatan perpajakannya. Dalam pelaksanaan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak pihak KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan pun mengalami beberapa kendala. Kendala tersebut ada yang berupa kendala internal dan adapula yang berasal dari eksternal. IV.3.1 Kendala Internal Kendala internal merupakan kendala atau hambatan dalam pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak yang berasal dari dalam KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Kendala internal yang terjadi antara lain: 1. Kurangnya Sumber Daya Manusia Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan kepada salah seorang petugas di Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, petugas atau karyawan yang ada di Seksi Ekstensifikasi Perpajakan hanya berjumlah 6 Orang, yaitu: - 1 orang Kepala Seksi, - 1 orang Fungsional Penilai, - 2 orang Pelaksana, 1 orang pembuat NPWP dan validasi Surat Setoran Pajak (SSP), - 1 orang pembuat surat tugas, surat keluar, surat masuk dan laporan. 70

17 Wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan sangat luas yaitu sekitar km 2, dan petugas di seksi Ekstensifikasi Perpajakan hanya berjumlah 6 orang, oleh karena itu jika harus melakukan canvassing ke pusat-pusat perbelanjaan untuk menjaring Wajib Pajak baru, hal itu akan memakan waktu yang sangat lama dan kurang efektif. Sebaiknya pihak KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan lebih meningkatkan kerjasama dengan pihak pengelola pusat perbelanjaan saja. Karena berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Seksi Ekstensifikasi, beliau tidak menyebutkan bahwa KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan melakukan kerja sama dengan pengelola pusat-pusat perbelanjaan yang termasuk dalam wilayah kerja dari KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. 2. Tidak Membuat Kunci Data dan Memanfaatkan Data Mikro Kunci Data merupakan salah satu indikator penting yang dapat digunakan untuk menentukan mana daerah atau bidang usaha yang memiliki potensi pajak terbesar. Data mikro yang dapat digunakan dalam kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak ini dapat berasal dari media massa baik media cetak maupun media elektronik. Misalnya saja data-data dari Koran, surat kabar, majalah, televisi, radio, bahkan internet, yang dapat memberikan informasi mengenai Wajib Pajak Potensial. Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, pihak KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan tidak memanfaatkan data mikro ini. Hal ini terlihat dari laporan kegiatan ekstensifikasi dimana disana terdapat kolom/ tabel untuk 71

18 laporan pengisian data mikro, tetapi semua laporan itu kosong tidak diisi oleh petugas. 3. Penyimpanan Data Masih Manual Beberapa data di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan masih diolah dan disimpan secara manual di dalam folder-folder. Seharusnya data atau laporan hasil kegiatan tersebut di buat back-up an nya di dalam komputer. Hal ini agar lebih memudahkan pengguna jika suatu saat membutuhkan data yang diperlukan. Jika penyimpanan masih manual hal ini akan menyebabkan data tercecer dan terselip. 4. Kurang Efektifnya Pelaksanaan e-registration Pelaksanaan e-registration (e-npwp) ini terkadang menyulitkan petugas pembuat NPWP, karena beberapa formulir calon Wajib Pajak atau data dari hasil e-registration (e-npwp), bukan tercatat sebagai Wajib Pajak di KPP Grogol Petamburan. Misalkan dari hasil e-registration tersebut, keluar nama KPP domisili Wajib Pajak yang ternyata bukan KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Hal ini membuat petugas, harus mensortir dan memisahkan formulir yang bukan ditujukan untuk KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan lalu menyerahkannya kepada KPP domisili yang dimaksud. Karena pihak KPP domisililah yang berwenang untuk mengaktifkan NPWP calon Wajib Pajak tersebut. Pihak KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan hanya bisa menerbitkan atau mencetak kartu NPWP yang sudah diaktifkan oleh KPP 72

19 domisili (Jika Wajib Pajak tidak terdaftar di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan). IV.3.2 Kendala Eksternal Kendala eksternal merupakan kendala atau hambatan dalam pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak yang berasal dari luar KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Kendala internal yang terjadi antara lain: 1. Data tidak diberikan. Dalam melaksanakan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak diperlukan data statistik orang pribadi yang berpenghasilan di atas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Tetapi terkadang ada miskoordinasi antara instansi terkait dengan pihak KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan sehingga data-data yang dibutuhkan sering tidak tersedia. Hal ini dapat dimaklumi oleh pihak KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan karena mereka tidak mempunyai kewenangan untuk memaksa suatu pihak menyerahkan datanya, sekalipun untuk keperluan pendataan subjek atau objek pajak sebagai dasar pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak. 2. Kurangnya koordinasi dengan pihak-pihak lain yang potensial. Dalam penelitian ini pihak yng cukup potensial untuk diajak bekerja sama adalah pengelola pasar dan Pusat perbelanjaan atau Pertokoan, Ketua Asosiasi Pedagang, perbankan, perusahaan asuransi, dll. 73

20 3. Data yang Diterima Tidak Akurat Banyak data calon Wajib Pajak yang alamatnya tidak jelas. Misalnya dalam KTP-nya tidak ada alamat atau nomor rumahnya. Sehingga banyak sekali surat himbauan yang seharusnya sampai ke alamat calon Wajib Pajak tetapi malah dikembalikan ke KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan oleh pihak PT Pos Indonesia, karena ketidakjelasan alamat tersebut. 4. Input Data Penginputan data untuk memperoleh NPWP didasarkan pada fotocopy KTP dan formulir yang digunakan untuk memperoleh NPWP. Di dalam formulir tersebut berisikan beberapa data calon Wajib Pajak yang harus diisi. Tetapi karena pengisian formulir tersebut masih secara manual atau ditulis tangan, sehingga menyebabkan adanya potensi kesalahan karena penulisannya tidak jelas, atau tulisannya tidak bisa dibaca oleh petugas. Kendala-kendala yang ditemukan dalam proses Ekstensifikasi Wajib Pajak tersebut harus segera diatasi dengan cepat. Dikarenakan apabila kendala tersebut didiamkan saja, dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan menurunnya jumlah Wajib Pajak terdaftar yang aktif, serta hal tersebut akan mempengaruhi tingkat penerimaan Pajak juga. 74

21 IV.4 Analisis Keefektivitasan Pelaksanaan Ekstensifikasi WP Di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan Sebagai salah satu upaya untuk mengukur tingkat keefektivitasan pelaksanaan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak, tentunya sebelum melaksanakan kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak, pihak Kantor Pelayanan Pajak harus membuat target penambahan Wajib Pajak baru yang ingin dicapai per tahunnya. Oleh karena itu bagian ini akan menganalisis tentang keefektivitasan dari pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak berdasarkan PER-16/PJ/2007 dan PER-116/PJ/2007 yang telah dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Keefektivitasan tersebut diukur dari pencapaian hasil penambahan jumlah NPWP baru dibandingkan dengan jumlah target yang telah ditetapkan. Daftar target dan realisasi penambahan NPWP baru selama tahun ini dapat dilihat pada tabel 4.2 sampai tabel 4.4 berikut: Tabel 4.2 Rencana dan Realisasi Hasil Kegiatan Ekstensifikasi Dalam Rangka Penambahan NPWP Baru Tahun 2009 Kegiatan Rencana Realisasi Persentase Per % Per % Total NPWP Baru % Sumber: Seksi Ekstensifikasi Berdasarkan tabel 4.2 tersebut penambahan jumlah Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dari hasil kegiatan ekstensifikasi secara keseluruhan sudah mencapai target yang ditentukan. Kegiatan PER-16/PJ/2007 menghasilkan NPWP baru sebanyak atau berarti target yang tercapai adalah 107%, sedangkan dari kegiatan PER- 116/PJ/2007 ini hanya menghasilkan 151 NPWP baru atau target yang tercapai hanya 75

22 14% saja. Secara keseluruhan total penambahan NPWP dari Wajib Pajak baru hasil kegiatan ekstensifikasi yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan pada tahun 2009 adalah sebanyak NPWP baru yang telah diterbitkan. Berikut tabel rencana dan realisasi hasil kegiatan ekstensifikasi dalam rangka penambahan NPWP baru tahun 2010: Tabel 4.3 Rencana dan Realisasi Hasil Kegiatan Ekstensifikasi Dalam Rangka Penambahan NPWP Baru Tahun 2010 Kegiatan Rencana Realisasi Persentase Per % Per % Total NPWP Baru % Sumber: Seksi Ekstensifikasi Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat penambahan jumlah Nomor Pokok Wajib Pajak pada tahun 2010 juga sudah mencapai target yang ditentukan, yaitu dari kegiatan PER-16/PJ/2007 menghasilkan NPWP baru sebanyak atau berarti target yang tercapai sebesar 110%, sedangkan dari kegiatan PER-116/PJ/2007 ini menghasilkan 600 NPWP baru atau target yang tercapai hanya sekitar 60% saja. Hasil kegiatan PER-116/PJ/2007 ini mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun Sedangkan untuk kegiatan PER-16/PJ/2007 pada tahun 2010 ini mengalami penurunan dari segi realisasi. Dan total penambahan NPWP baru dari kegiatan ekstensifikasi yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan pada tahun 2010 adalah sebanyak Wajib Pajak baru. 76

23 Berikut tabel rencana dan realisasi hasil kegiatan ekstensifikasi dalam rangka penambahan NPWP baru tahun 2011: Tabel 4.4 Rencana dan Realisasi Hasil Kegiatan Ekstensifikasi Dalam Rangka Penambahan NPWP Baru Tahun 2011 Kegiatan Rencana Realisasi Persentase Per % Per % Total NPWP Baru % Sumber: Seksi Ekstensifikasi Berdasarkan tabel 4.4 dapat kita lihat bahwa penambahan jumlah Nomor Pokok Wajib Pajak pun sudah mencapai target yang ditetapkan, yaitu dari kegiatan PER- 16/PJ/2007 menghasilkan Wajib Pajak baru sebanyak atau berarti target tercapai sebesar 113%, sedangkan dari kegiatan PER-116/PJ/2007 ini hanya menghasilkan 240 NPWP baru atau target yang tercapai hanya sekitar 60%. Artinya PER-116/PJ/2011 ini pun tidak bisa mencapai target yang diinginkan. Dan total penambahan NPWP baru dari kegiatan ekstensifikasi yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan pada tahun 2011 adalah hanya NPWP saja. Hasil kegiatan ekstensifikasi PER-16/PJ/2007 dan PER/116/PJ/2007 terhadap peningkatan jumlah Nomor Pokok Wajib Pajak baru dapat dilihat dalam dua grafik berikut ini: 77

24 Grafik 4.1 Hasil Pelaksanaan Kegiatan PER-16/PJ/ Target Realisasi Sumber: Seksi Ekstensifikasi Grafik 4.2 Hasil Pelaksanaan Kegiatan PER-116/PJ/ Target Realisasi Sumber : Seksi Ekstensifikasi Jika dilihat dari grafik 4.1 dan 4.2 di atas, target penambahan jumlah NPWP baru dari tahun 2009 sampai 2011 mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar Wajib Pajak sudah tergarap/terjaring dari kegiatan ekstensifikasi di 78

25 tahun-tahun sebelumnya, jadi sudah memiliki NPWP. Selain itu penyebab penurunan target NPWP baru setiap tahunnya disebabkan karena adanya perubahan penetapan jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang sebelumnya Rp ,00 per tahun sejak tahun 2009 naik menjadi Rp ,00 per tahun. Sehingga menyebabkan potensi Wajib Pajak baru menurun. Dengan kenaikan jumlah Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ini Wajib Pajak yang berpenghasilan Rp ,00 per tahun dan sudah wajib mempunyai NPWP, tetapi karena batas Penghasilan Tidak Kena Pajak-nya naik menjadi Rp ,00 per tahun maka otomatis Wajib Pajak tersebut menjadi tidak potensial lagi. Dalam grafik 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak berdasarkan kegiatan PER-16/PJ/2007 yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan pada tahun 2009 sampai 2011 telah berhasil dijalankan. Hal ini terlihat dari tercapainya target penambahan jumlah Wajib Pajak baru, bahkan jumlahnya melebihi dari target yang telah ditetapkan. Tetapi jika melihat dari grafik 4.2 hasil kegiatan PER-116/PJ/2007, hasilnya belum maksimal. Pada tahun 2009 target yang tercapai hanya 14%, pada tahun 2010 dan 2011 hanya mencapai target 60%. Hal ini dikarenakan penetapan target untuk kegiatan PER-116/PJ/2007 terlalu tinggi, karena ternyata sebagian besar objek PBB sudah terdata oleh KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Sebaiknya rutin dilakukan pemutakhiran data terhadap objek PBB. Dari dua kegiatan ekstensifikasi yang dilakukan oleh KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan dapat disimpulkan bahwa kegiatan PER-16/PJ/2007 jika diteruskan pun tidak akan menciptakan hasil penerimaan pajak yang optimal. Karena walaupun 79

26 jumlah NPWP baru bertambah tetapi jika mengandalkan penerimaan pajak dari karyawan yang menerima penghasilan dari satu pemberi kerja tidak akan memberikan pengaruh yang besar terhadap penerimaan pajak karena pajak yang dipotong oleh pemberi kerja tersebut jumlahnya cenderung sama dan karena pajaknya sudah di potong oleh pemberi kerja maka bisa dikatakan pemberian NPWP baru tersebut bagi Negara tidak memberikan tambahan kontribusi kepada kas Negara. Sebaiknya pihak KPP Pratama Grogol Petamburan mulai beralih melaksanakan kegiatan ekstensifkasi berdasarkan PER-175/PJ/2006 tentang tata cara pemutakhiran data objek pajak dan ekstensifikasi wajib pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/atau memiliki tempat usaha di pusat perdagangan dan/atau pertokoan. Karena pengusaha memiliki potensi yang cukup besar terhadap penerimaan pajak dibandingkan dengan karyawan yang menerima penghasilan dari satu pemberi kerja. Oleh karena itu kegiatan ekstensifikasi dengan cara pemberian NPWP sebaiknya mulai difokuskan kepada pengusaha yang memiliki tempat usaha di pusat perdagangan atau pertokoan karena berdasarkan PER-175/PJ/2006 pengertian ekstensifikasi adalah: Kegiatan yang dilakukan untuk memberikan Nomor Pokok Wajib Pajak kepada Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/atau memiliki tempat usaha di pusat perdagangan dan/atau pertokoan. Sedangkan Pengertian NPWP itu sendiri adalah Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal alat identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. 80

27 Sehingga yang seharusnya lebih wajib memiliki NPWP adalah orang-orang yang melakukan kegiatan usaha atau pengusaha, karena pajak mereka tidak dipotong oleh pemberi kerja dan sistem perpajakan di Indonesia menganut Self Assessment System, jadi jika tidak ada kesadaran dalam diri mereka maka negara bisa kehilangan Wajib Pajak yang potensial. IV.5 Analisis Dampak Kegiatan Ekstensifikasi Terhadap Penerimaan PPh Orang Pribadi Menurut hasil wawancara dengan Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan, tujuan dari kegiatan ektensifikasi Wajib Pajak ini adalah untuk meningkatkan penerimaan pajak dengan cara menambah jumlah Wajib Pajak yang terdaftar. Pada bagian ini akan dianalisis berapa jumlah pemasukan pajak yang berasal dari NPWP baru hasil pelaksanaan program ekstensifikasi Wajib Pajak PER-16/PJ/2007 dan PER-116/PJ/2007, untuk melihat kontribusi kegiatan ekstensifikasi terhadap penerimaan negara. Selain bertujuan untuk menambah jumlah Wajib Pajak baru, kegiatan ekstensifikasi ini juga harus dapat memberikan kontribusi kepada penerimaan pajak negara. Penambahan jumlah Wajib Pajak baru tentunya berbanding lurus dengan bertambahnya pajak penghasilan orang pribadi. Berikut ini penulis sajikan tabel Penerimaan PPh Orang Pribadi dari hasil kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak pada KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. 81

28 Tabel 4.5 Penerimaan PPh OP Hasil Eksensifikasi KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan Tahun Tahun WP OP Hasil Ekstensifikasi Penerimaan PPh OP Rp Rp Sumber: Seksi Ekstensifikasi Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2009, tidak ada pencatatan penerimaan PPh Orang Pribadi di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Menurut hasil wawancara dengan Kepala Seksi Ekstensifikasi Perpajakan di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan, pada tahun 2009 seksi ekstensifikasi belum dibebankan target penerimaan dari hasil kegiatan ekstensifikasi. Jadi belum ada jumlah yang bisa dilaporkan. Pencatatan hasil penerimaan PPh OP berdasarkan kegiatan ekstensifikasi baru dicatat pada tahun Karena pada tahun tersebut seksi ekstensifikasi perpajakan di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan baru dibebankan untuk menggali hasil penerimaan pajak penghasilan orang pribadi dari Wajib Pajak yang sudah mereka jaring dalam kegiatan ekstensifikasi. Pada tahun 2010 tercatat ada penambahan orang yang terdaftar sebagai wajib Pajak baru, dari orang tersebut menyumbang penerimaan PPh Orang Pribadi sebesar Rp Penulis mengasumsikan bahwa pada tahun 2010 tersebut masing-masing Wajib Pajak menyumbang PPh sebesar Rp ,82 per tahunnya. Sedangkan untuk tahun 2011, jumlah Wajib Pajak baru yang tercatat adalah orang. Dari jumlah Wajib Pajak baru tersebut menyumbang 82

29 penerimaan PPh Orang Pribadi sebesar Rp , atau jika diasumsikan ratarata dari Wajib Pajak baru itu dapat menyumbang sekitar Rp ,90 PPh Orang pribadi per tahunnya. Dari rata-rata penerimaan PPh OP per tahun dapat dilihat bahwa jumlah penghasilan orang pribadi pada tahun 2011 lebih besar daripada tahun 2010, dan bukan tidak mungkin bahwa PPh Orang Pribadi yang tercatat di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan akan terus meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu sebaiknya pihak KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan harus rajin mengirimkan surat himbauan untuk melakukan kegiatan perpajakan kepada Wajib Pajak yang sudah terdaftar atau sudah memliki NPWP. Agar mereka sadar dengan kewajibannya setelah memiliki NPWP, yaitu membayar pajak. Dan sebaiknya dalam surat himbauan tersebut diberitahukan juga sanksi bagi Wajib Pajak yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya, seperti tidak membayar pajak dan tidak melapor SPT (Surat Pemberitahuan). IV.6 Analisis Kontribusi Penerimaan PPh OP Hasil Kegiatan Ekstensifikasi Terhadap Penerimaan PPh OP Seluruhnya Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan, maka analisis yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui besarnya konstribusi penerimaan PPh Orang Pribadi hasil kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak terhadap realisasi penerimaan PPh Orang Pribadi seluruhnya di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan dengan menggunakan data pada tabel 4.6 berikut: 83

30 Tabel 4.6 Rencana dan Realisasi Penerimaan PPh Tahun No Uraian Rencana Penerimaan 2 Realisasi Penerimaan Rp221,561,797,231 Rp277,751,692,794 Rp424,555,072,858 Rp317,799,131,897 Rp383,071,082,386 Rp563,937,154, Persentase 143,4% 137,9% 132,8% Sumber: Seksi Ekstensifikasi Berdasarkan tabel di atas realisasi penerimaan PPh Orang Pribadi sudah mencapai target bahkan lebih. Besar kontribusi kegiatan ekstensifikasi pada tahun 2009 terhadap realisasi penerimaan PPh Orang Pribadi seluruhnya tidak dapat diketahui, karena data penerimaan PPh Orang Pribadi sebagai hasil dari kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak pada tahun 2009 datanya tidak ada. Pada tahun 2010, realisasi penerimaan PPh Orang Pribadi berjumlah Rp , dimana didalamnya ada kontribusi penerimaan PPh dari hasil ekstensifikasi yaitu sebesar Rp , berarti pada tahun 2010 kegiatan ekstensifikasi hanya memberikan kontribusi sebesar 3% dari PPh Orang Pribadi seluruhnya. Sedangkan pada tahun 2011, PPh Orang Pribadi dari hasil kegiatan ekstensifikasi hanya memberikan kontribusi sebesar Rp , atau hanya menyumbang sekitar 1,49% terhadap realisasi penerimaan PPh Orang Pribadi seluruhnya. Jika dilihat kontribusi penerimaan PPh Orang Pribadi dari hasil kegiatan ekstensifikasi hanya sedikit memberikan kontribusi terhadap penerimaan pajak secara keseluruhan. Hal ini dapat terjadi jika banyak Wajib Pajak yang tidak patuh dan mereka yang sudah memiliki NPWP tetapi tidak mau melaksanakan kewajiban perpajakannya. 84

31 IV.7 Analisis Target dan Realisasi Penerimaan Pajak pada KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan Dalam rangka mengamankan penerimaan negara dari sektor perpajakan, setiap tahunnya tiap-tiap KPP telah diberikan jumlah target penerimaan pajak yang besarnya berbeda untuk tiap-tiap KPP. Demikian juga dengan KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan diberikan jatah target penerimaan pajak yang harus dicapai. Jumlah Rencana Penerimaan Pajak dan Realisasi Penerimaan Pajak di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan tahun , dapat dilihat pada tabel 4.7 sampai 4.9 di bawah ini: Jenis Pajak Tabel 4.7 Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2009 Tahun 2009 Rencana Realisasi % Pencapaian = 2 :1 PPh Rp221,561,797,231 Rp317,799,131, % PPN dan PPn BM Rp392,614,419,150 Rp458,165,923, % PBB Rp84,571,028,000 Rp86,697,850, % BPHTB Rp67,820,737,000 Rp49,195,561, % Pendapatan atas Pajak lainnya Rp44,609,977 Jumlah Rp766,567,981,381 Rp911,903,077, % Sumber : Sub Bagian Umum Dari data yang tersaji dalam tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan jumlah realisasi penerimaan pajak pada tahun 2009 sudah melebihi dari target yang telah direncanakan yaitu pencapainnya 118,96%. Tetapi jika kita melihat dari rincian penerimaannya ternyata pajak dari BPHTB pada tahun 2009 pencapaiannya belum maksimal. 85

32 Jenis Pajak Tabel 4.8 Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2010 Rencana Tahun 2010 Realisasi % Pencapaian = 2: 1 PPh Rp277,751,692,794 Rp383,071,082, % PPN dan PPn BM Rp657,828,686,744 Rp678,259,886, % PBB Rp92,749,199,844 Rp111,879,921, % BPHTB Rp63,722,528,751 Rp92,201,842, % Pendapatan atas Pajak lainnya Rp39,376,097 Jumlah Rp1,092,052,108,133 Rp1,265,452,109, % Sumber: Sub Bagian Umum Berdasarkan tabel 4.8, dapat terlihat pencapaian realisasi penerimaan pajak pada tahun 2010 adalah mencapai 115,88%. Jika dilihat dari jumlah realisasi penerimaan pajak, pada tahun 2010 mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi penerimaan pada tahun Dan semua jenis pajak sudah mencapai targetnya. Jenis Pajak Tabel 4.9 Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2011 Rencana Tahun 2011 Realisasi % Pencapaian = 2 :1 PPh Rp424,555,072,858 Rp563,937,154, % PPN dan PPn BM Rp896,419,473,799 Rp796,984,146, % PBB Rp110,304,819,582 Rp115,515,942, % Pendapatan atas Pajak Lainnya Rp31,780,181 Jumlah Rp1,431,279,366,239 Rp1,476,469,023, % Sumber: Sub Bagian Umum 86

33 Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan pajak pada tahun 2011 sudah mencapai target. Namun kali ini penerimaan dari PPN dan PPnBM belum mencapai target yang diinginkan. Sedangkan BPHTB sudah tidak ada pencatatan lagi karena sudah menjadi pajak daerah. Jadi secara umum realisasi penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jika dilihat dari tabel 4.7 sampai dengan tabel 4.9, maka dapat disimpulkan bahwa jumlah penerimaan pajak terbesar selama tahun berasal dari PPN dan PPnBM, berarti banyak terjadi transaksi jual beli barang/jasa. Dengan banyaknya transaksi jual/beli tersebut ini berarti bahwa banyak pedagang potensial yang mungkin belum tercatat sebagai Wajib Pajak atau Pengusaha Kena Pajak yang belum dikukuhkan. Sayangnya kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan tidak berfokus pada PER-175/PJ/2006 tentang Tata Cara Pemutakhiran Data Objek Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan/atau Memiliki Tempat Usaha di Pusat Perdagangan dan/atau Pertokoan. Seharusnya KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan juga melakukan kerjasama dengan pihak pengelola pertokoan atau pusat perbelanjaan. Dan sesekali melakukan penyisiran kembali ke pusat-pusat perbelanjaan untuk menjaring PKP atau Wajib Pajak potensial lainnya, agar jumlah penerimaan PPh OP hasil ekstensifikasi bisa meningkat pula. Sebaiknya KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan membuat kunci data, yaitu data atau indikator yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan kegiatan ekstensifikasi. Kunci data ini bisa dibuat dengan mengklasifikasikan sektor- 87

34 sektor usaha yang ada diwilayah KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan. Jadi dapat diketahui mana sektor usaha yang paling menonjol dan dapat memberikan kontribusi yang besar bagi penerimaan pajak. Berdasarkan data-data yang disajikan pada tabel 4.2 sampai dengan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa besarnya kontribusi pelaksanaan ekstensifikasi terhadap peningkatan jumlah Wajib Pajak terdaftar di KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan bisa dikatakan cukup tinggi, karena semua target sudah tercapai. Tetapi terhadap penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Grogol petamburan, kegiatan ekstensifikasi ini tidak memberikan kontribusi yang besar terhadap penerimaan pajak, khususnya pajak penghasilan orang pribadi. Akan tetapi kontribusi yang sedikit juga harus diingat potensinya dimasa depan bagi sektor perpajakan. Untuk masa mendatang Wajib Pajak baru dari hasil ekstensifikasi tersebut diharapkan bisa terus melaksanakan kegiatan perpajakannya dengan baik dan benar. Sehingga jumlah pajak yang akan dibayarkan pun semakin besar jumlahnya karena mereka taat membayar pajak. Bertambahnya jumlah Wajib Pajak baru dari hasil ekstensifikasi ini merupakan langkah awal bagi penunjang keberhasilan pengamanan keuangan negara dari sektor pajak. Jika kegiatannya diintensifkan maka akan memberikan kontribusi yang besar bagi penerimaan negara. 88

BAB III OBJEK PENELITIAN. Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman Nomor 102, Jakarta Barat berdasarkan

BAB III OBJEK PENELITIAN. Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman Nomor 102, Jakarta Barat berdasarkan BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan III.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Grogol Petamburan didirikan pada tanggal 1 Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman

Lebih terperinci

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di L4 Narasumber Jabatan : Ibu Nurika Rahmantika : Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong DAFTAR PERTANYAAN : 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak

Lebih terperinci

Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara

Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara A. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara yang terutang oleh orang pribadi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.I Lingkup Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua Semakin beratnya beban pemerintah dalam pembiayaan negara mengharuskan pemerintah berusaha

Lebih terperinci

Susanti, Liberti Pandiangan

Susanti, Liberti Pandiangan PENGARUH PENERAPAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SERPONG PADA TAHUN 2010-2012 Susanti, Liberti Pandiangan Universitas

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 16/PJ/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 16/PJ/2007 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 16/PJ/2007 TENTANG PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG BERSTATUS SEBAGAI PENGURUS, KOMISARIS, PEMEGANG SAHAM/PEMILIK DAN PEGAWAI MELALUI PEMBERI

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Prosedur Pengajuan Permohonan SKB PPh Atas Penghasilan Dari. Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Prosedur Pengajuan Permohonan SKB PPh Atas Penghasilan Dari. Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan digilib.uns.ac.id BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Prosedur Pengajuan Permohonan SKB PPh Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan a) Wajib Pajak (WP)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi 1. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan/atau Memiliki Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong Berdasarkan landasan teori yang disajikan pada Bab 2 serta data yang telah diuraikan pada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan.

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Kebijakan Sunset Policy Semakin berat beban dan dana yang perlukan negara dalam menjalankan pemerintahan dan pembiayaan pembangunan, mengharuskan pemerintah berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

REKAPITULASI DATA SSP NTPN

REKAPITULASI DATA SSP NTPN LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-81/PJ/2010 TENTANG : PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PENELITIAN SURAT SETORAN PAJAK

Lebih terperinci

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA NEGARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK-PAJAK NEGARA 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang 1) Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam membenahi

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya, mengenai pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan penerimaan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Jumlah Kepemilikan NPWP Terdaftar dari Tahun 2011, 2012, dan 2013 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Semakin beratnya beban pemerintah dalam pembiayaan

Lebih terperinci

SE - 113/PJ/2010 PENGGALIAN POTENSI DAN PENGAMANAN PENERIMAAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARU

SE - 113/PJ/2010 PENGGALIAN POTENSI DAN PENGAMANAN PENERIMAAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARU SE - 113/PJ/2010 PENGGALIAN POTENSI DAN PENGAMANAN PENERIMAAN PAJAK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI BARU Contributed by Administrator Friday, 05 November 2010 Pusat Peraturan Pajak Online 5 Nopember 2010 SURAT

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI 3.1 Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG BENTUK, ISI, DAN TATA CARA PENYAMPAIAN SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) DALAM BENTUK FORMULIR KERTAS (HARD COPY)

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI. 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK (KPP) PRATAMA BINJAI 2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai didirikan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Untuk memaksimalkan pajak, negara melakukan sosialisasi pajak kepada masyarakat terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan semakin pesatnya perkembangan teknologi dalam dunia kerja, keberadaan pengolahan data menjadi informasi secara terkomputerisasi menjadi sangat penting.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan masyarakat dan perkembangan zaman, di antaranya dengan. mengembangkan e-government sebagai trend global birokrasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya kehidupan tidak pernah lepas dari sebuah tuntutan akan perkembangan. Hal ini dibuktikan dengan perubahan dari zaman ke zaman. Sudah selayaknya dibutuhkan

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah L 1 Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: 1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-22/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-22/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-22/PJ/2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-53/PJ/2012

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-53/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-53/PJ/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-53/PJ/2012 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 163/PMK.03/2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar dari dalam negeri. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013, menunjukkan

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Nomor Pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian global di Indonesia, merupakan salah satu faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan membiayai pembangunan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-09/PJ/2012 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMANFAATAN DATA HASIL SENSUS I. PENDAHULUAN Pedoman

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. SEKILAS TENTANG KPP TEBET KPP Jakarta Tebet merupakan instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala

Lebih terperinci

TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK. Oleh: Suwardi, SE, M.Si, Akt.

TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK. Oleh: Suwardi, SE, M.Si, Akt. TATA CARA PENDAFTARAN DAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK Oleh: Suwardi, SE, M.Si, Akt. Menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2007 yang dinamakan wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. merupakan penggabungan dari tiga unit kantor sebelumnya yaitu Kantor Pelayanan

BAB 3 OBJEK PENELITIAN. merupakan penggabungan dari tiga unit kantor sebelumnya yaitu Kantor Pelayanan BAB 3 OBJEK PENELITIAN 3.1 Latar Belakang Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah KPP Pratama Serpong Penelitian dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Serpong yang merupakan penggabungan dari tiga unit

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, pada bab ini penulis mencoba mengambil kesimpulan atas kegiatan ekstensifikasi dalam rangka menambah jumlah Wajib

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku Petunjuk Pengisian SPT Masa PPN Perhatian Sesuai dengan ketentuan Pasal 3 ayat (7) UU Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 16 Tahun 2000, apabila SPTMasa yang Saudara sampaikan tidak ditandatangani

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-69/PJ/2015

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-69/PJ/2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-69/PJ/2015 TENTANG PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK LAMPIRAN

Lebih terperinci

TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI YANG BERSTATUS SEBAGAI KARYAWAN MELALUI KANTOR PELAYANAN PAJAK LOKASI

TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI YANG BERSTATUS SEBAGAI KARYAWAN MELALUI KANTOR PELAYANAN PAJAK LOKASI Lampiran I TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI YANG BERSTATUS SEBAGAI KARYAWAN MELALUI KANTOR PELAYANAN PAJAK LOKASI I. Kegiatan pada Kantor Pelayanan Pajak

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Perlakuan Pajak Penghasilan dalam Transaksi Jasa Lelang oleh Balai Lelang Swasta Sebagaimana telah disebutkan dalam pembahasan sebelumnya bahwa transaksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk kesejahteraan rakyat. Pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar negara perlu terus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk kesejahteraan rakyat. Pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar negara perlu terus BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Pajak Pajak merupakan kontribusi wajib rakyat kepada negara yang diatur berdasarkan undangundang yang bersifat memaksa, tanpa imbalan atau balas

Lebih terperinci

LAMPIRAN I TATA CARA PELAYANAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI MELALUI POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK

LAMPIRAN I TATA CARA PELAYANAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI MELALUI POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK LAMPIRAN I TATA CARA PELAYANAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI MELALUI POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK I. PETUGAS POJOK PAJAK DAN/ATAU PETUGAS MOBIL PAJAK:. Menerima persyaratan pendaftaran

Lebih terperinci

Modul ke: Pertemuan 2. 02Fakultas EKONOMI. Perpajakan I. Program Studi AKUNTANSI

Modul ke: Pertemuan 2. 02Fakultas EKONOMI. Perpajakan I. Program Studi AKUNTANSI Modul ke: 02Fakultas EKONOMI NPWP dan PKP Pertemuan 2 Perpajakan I Program Studi AKUNTANSI Daftar Isi NPWP Tata Cara Pendaftaran NPWP melalui e-registration Cara Pindah KPP Penghapusan NPWP Pengusaha Kena

Lebih terperinci

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN Modul ke: NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN Fakultas Ekonomi & Bisnis Disusun Oleh : Yenny Dwi Handayani Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang berada di wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta jiwa 1. Sedangkan usia produktif

Lebih terperinci

TATA CARA PENETAPAN WAJIB PAJAK ATAS OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG BELUM DIKETAHUI WAJIB PAJAKNYA

TATA CARA PENETAPAN WAJIB PAJAK ATAS OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN YANG BELUM DIKETAHUI WAJIB PAJAKNYA Lampiran I Surat Edaran Direktur Jenderal Jenderal Nomor PER-11/PJ/2011 tentang Penetapan Wajib Atas Objek Jelas Diketahui Wajib nya dan TATA CARA PENETAPAN WAJIB PAJAK ATAS OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Lebih terperinci

LAPOR SPT TAHUNAN PPh OP MELALUI INTERNET

LAPOR SPT TAHUNAN PPh OP MELALUI INTERNET LAPOR SPT TAHUNAN PPh OP MELALUI INTERNET Amin Isnanto Penerbit: CV. Gunung Perahu Banjarnegara 2014 *landscape lebih baik LAPOR SPT TAHUNAN PPh OP MELALUI INTERNET Amin Isnanto Penerbit: CV. Gunung Perahu

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 79/PJ/2010 TENTANG : STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN DAFTAR 16 (ENAM BELAS) JENIS LAYANAN UNGGULAN BIDANG

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis BAB IV PEMBAHASAN Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis melakukan pemeriksaan pajak dengan menguji dan memeriksa ketaatan perpajakan, serta kebenaran jumlah dalam SPT

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 01/PJ/2016 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 01/PJ/2016 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 01/PJ/2016 TENTANG TATA CARA PENERIMAAN DAN PENGOLAHAN SURAT PEMBERITAHUAN TAHUNAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-51/PJ/2013

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-51/PJ/2013 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-51/PJ/2013 TENTANG PETUNJUK PERENCANAAN EKSTENSIFIKASI LAMPIRAN I Surat Edaran

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA. Secara garis besar dasar hukumnya sebagai berikut :

BAB III GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA. Secara garis besar dasar hukumnya sebagai berikut : BAB III GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA A. Dasar Hukum Dasar hukum mengenai mekanisme pendaftaran dan pencabutan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak seiring perkembangan ilmu pengetahuan tentang perpajakan

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN DEPARTEMEN KEUANGAN RI DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Nama Pemungut : Alamat : No. Telp : Usaha : SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN Bacalah terlebih dahulu Buku

Lebih terperinci

TATA CARA PELAYANAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI MELALUI POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK

TATA CARA PELAYANAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI MELALUI POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK LAMPIRAN I TATA CARA PELAYANAN PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI MELALUI POJOK PAJAK DAN MOBIL PAJAK I. PETUGAS POJOK PAJAK DAN/ATAU PETUGAS MOBIL PAJAK:. Menerima persyaratan pendaftaran

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-64/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-64/PJ/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-64/PJ/2012 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBANGAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. 1. Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak 2. Para Direktur dan Tenaga Pengkaji di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak 3. Kepala Pusat

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Ruang Lingkup Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak Pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Pendapatan utama pemerintah yang paling potensial bersumber

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat

BAB IV PEMBAHASAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat BAB IV PEMBAHASAN Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan bagi negara yang dapat membantu pembangunan nasional, besar dan kecilnya pajak suatu negara ditentukan berdasarkan tingkat pendapatan rakyat

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Tata Cara Perekaman Data Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem

BAB III PEMBAHASAN. A. Tata Cara Perekaman Data Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem BAB III PEMBAHASAN A. Tata Cara Perekaman Data Dengan Menggunakan Aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak Aplikasi Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak merupakan suatu sistem informasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 19 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Instansi 1. Sejarah KPP Pratama Kebumen Sejarah berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Kebumen bermula dari Kantor Dinas Luar Tingkat I yang merupakan cabang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini pengertian pajak dari beberapa sumber: jasa timbal yang langsung dapat disarankan dan yang digunakan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini pengertian pajak dari beberapa sumber: jasa timbal yang langsung dapat disarankan dan yang digunakan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Berikut ini pengertian pajak dari beberapa sumber: Menurut (Soemitro, 1977) Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Yth. 1. Sekretaris Direktorat Jenderal Pajak 2. Para Direktur dan Tenaga Pengkaji di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak 3. Kepala Pusat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Natar untuk kebutuhan data yang dibutuhkan.

BAB III METODE PENULISAN. Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Natar untuk kebutuhan data yang dibutuhkan. BAB III METODE PENULISAN 3.1 Sumber Data Sumber Data yang digunakan adalah sumber Data Sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh oleh dokumen atau formulir yang disediakan oleh seksi Pelayanan Di Kantor

Lebih terperinci

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 40/PJ/2017 TENTANG

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 40/PJ/2017 TENTANG 29 November 2017 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 40/PJ/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-18/PJ/2017 TENTANG TATA CARA PENELITIAN BUKTI PEMENUHAN

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN NOMOR SE-08/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN NOMOR SE-08/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN NOMOR SE-08/PJ/2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-05/PJ/2013 TENTANG TATA

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI. namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI. namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI A. Saat Terutang Pajak Setiap wajib pajak diwajibkan untuk membayar hutang pajaknya dengan tidak menggantungkan dengan adanya surat ketetapan pajak.

Lebih terperinci

Standard Operating Procedures Seksi Pengolahan Data dan Informasi. Anang Mury Kurniawan

Standard Operating Procedures Seksi Pengolahan Data dan Informasi. Anang Mury Kurniawan Standard Operating Procedures Seksi Pengolahan Data dan Informasi Anang Mury Kurniawan Standard Operating Procedures Seksi Pengolahan Data dan Informasi 1. KPP20-0001 Tata Cara Pemrosesan dan Penatausahaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 27 Januari 2016 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG PETUNJUK KEGIATAN EKSTENSIFIKASI, PENDAFTARAN,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-61/PJ/2015 TENTANG OPTIMALISASI PENILAIAN (APPRAISAL) UNTUK PENGGALIAN POTENSI

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA A. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Sawah Besar Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Sawah Besar Dua dibentuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Untuk mengetahui dengan jelas pengertian pajak, berikut ini akandikemukakan definisi-definisi pajak yang diambil dari beberapa sumber.definisi pajak

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa Pengusaha Kena Pajak untuk dapat

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Oleh Ruly Wiliandri Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 1983 yang diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994, dan UU No. 16 Tahun 2000 dan yang terakhir diatur dalam UU No. 28 Tahun

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga BAB III OBJEK PENELITIAN DAN METODE PENGUMPULAN DATA III.1 Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga beralamatkan di Jl. K.H

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-20/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-20/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-20/PJ/2013 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK, PELAPORAN USAHA

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan Berdasarkan hasil pengamatan penulis selama melaksanakan magang pada tanggal 16 Februari sampai dengan 31 Maret 2015 di Kantor Pelayanan Pajak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Salah satunya definisi pajak dari ahli pajak

BAB II LANDASAN TEORI. dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Salah satunya definisi pajak dari ahli pajak BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar-dasar Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Sejak dahulu kala pajak sudah banyak didefinisikan oleh para ahli pajak baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Salah satunya

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-60/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-60/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-60/PJ/2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN. Data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan teknik-teknik

BAB III METODE PENULISAN. Data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan teknik-teknik BAB III METODE PENULISAN 3.1 Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian diperoleh dengan teknik-teknik berikut: 1. Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap pelaksanaa

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN A. Pengelolaan Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

BAB IV PEMBAHASAN A. Pengelolaan Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan BAB IV PEMBAHASAN A. Pengelolaan Penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Dalam bab ini akan menguraikan mengenai tata cara pengelolaan penerimaan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan. Sebagai Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua

BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian III.1.1. Gambaran Umum KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kebon Jeruk Dua dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengadaan dana merupakan masalah yang penting bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Sumber pembiayaan pembangunan berasal dari dalam negeri dan luar

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Analisis 4.1.1 Perbandingan Rencana dan Realisasi Pajak di KPP Pratama Jakarta Gambir Dua Tabel 4.1 Total Wajib Pajak, Realisasi dan Rencana Penerimaan Pajak (dalam rupiah)

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta. Kerja Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat di Bandung.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta. Kerja Direktorat Jenderal Pajak Jawa Barat di Bandung. 8 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat kantor pelayanan pajak pratama purwakarta Kantor Pelayanan Pajak Purwakarta berdiri pada tanggal 1 April 1989, yang terbentuk berdasarkan Surat Keputusan

Lebih terperinci

mendasar yaitu dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment.

mendasar yaitu dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment. 2 mendasar yaitu dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment. Dalam sistem self assessment, wajib pajak diberikan kepercayaan untuk menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan

Lebih terperinci

BAGIAN 1 NOMOR POKOK WAJIB PAJAK. e-registration melalui laman Direktorat Jenderal Pajak

BAGIAN 1 NOMOR POKOK WAJIB PAJAK. e-registration melalui laman Direktorat Jenderal Pajak BAGIAN 1 Sebagaimana yang dipaparkan pada pertemuan sebelumnya bahwa salah satu inti pengertian pajak adalah dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kewajiban pembangunan bangsa, maka pemerintah harus memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber dana negara salah satunya yaitu

Lebih terperinci

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA

BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA BAB III PROSES PENGUMPULAN DATA III.1. Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Palmerah III.1.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Palmerah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Palmerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional adalah kegiatan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk mewujudkan tujuan tersebut maka pemerintah perlu

Lebih terperinci

...1. DAFTAR TUNGGAKAN PBB LUNAS BERDASARKAN PENYELESAIAN DATA TUNGGAKAN PBB Nomor : 2)

...1. DAFTAR TUNGGAKAN PBB LUNAS BERDASARKAN PENYELESAIAN DATA TUNGGAKAN PBB Nomor : 2) LAMPIRAN 1 SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-84/PJ/2008 TENTANG PEMUTAKHIRAN DATA PEMBAYARAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PEDESAAN DAN SEKTOR PERKOTAAN...1 Desa/Kelurahan 3) : Kecamatan 4)

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-52/PJ/2012 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-52/PJ/2012 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-52/PJ/2012 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN KODE AKTIVASI DAN PASSWORD SERTA PERMINTAAN,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN Analisis yang digunakan dalam pembahasan penelitian ini adalah analisis deskriptif komparatif. Analisis ini digunakan untuk menggambarkan dan membandingkan penagihan pajak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari sektor perpajakan sebagai tulang punggung penerimaan Negara. Pajak sebagai sumber penerimaan

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SE-27/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SE-27/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SE-27/PJ/2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PEREKAMAN SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) TATA CARA PERSIAPAN PERCEPATAN PEREKAMAN SPT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA 1 Menjelaskan Pengertian Pajak Menjelaskan Istilah Perpajakan Menjelaskan Peran dan Kewajiban Bendahara dalam Pemungutan/Pemotongan Pajak Menjelaskan Pendaftaran NPWP Bendahara

Lebih terperinci

: Riri Humaeroh Fajri NPM : Program Studi : Akuntansi Komputer Dosen Pembimbing : Dr. Teddy Oswari, SE, MM

: Riri Humaeroh Fajri NPM : Program Studi : Akuntansi Komputer Dosen Pembimbing : Dr. Teddy Oswari, SE, MM ANALISIS PROSEDUR PEMBUATAN NPWP PRIBADI DAN NPWP KOLEKTIF PADA KPP PRATAMA BEKASI UTARA Nama : Riri Humaeroh Fajri NPM : 44209233 Program Studi : Akuntansi Komputer Dosen Pembimbing : Dr. Teddy Oswari,

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-20/PJ/2014 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-20/PJ/2014 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-20/PJ/2014 TENTANG TATA CARA PERMOHONAN KODE AKTIVASI DAN PASSWORD, PERMINTAAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 44 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Pajak dan Kontribusinya Terhadap Jumlah Wajib Pajak Terdaftar Berikut adalah data jumlah wajib pajak yang berhasil dihimpun

Lebih terperinci

PENERAPAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-16/PJ/2007 TERHADAP JUMLAH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PEGAWAI PADA KPP PRATAMA SIDOARJO UTARA

PENERAPAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-16/PJ/2007 TERHADAP JUMLAH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PEGAWAI PADA KPP PRATAMA SIDOARJO UTARA PENERAPAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-16/PJ/2007 TERHADAP JUMLAH WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PEGAWAI PADA KPP PRATAMA SIDOARJO UTARA Syafi i Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Bhayangkara

Lebih terperinci