Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara"

Transkripsi

1 A. Pengertian Pajak Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. B. Pengertian Ekstensifikasi Wajib Pajak Berdasarkan Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor 06/PJ.9/2007 Ekstensifikasi Wajib Pajak adalah kegiatan yang berkaitan dengan penambahan jumlah wajib pajak terdaftar dan perluasan objek dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak. Pemeriksaan adalah Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL) yang dilakukan untuk tujuan lain dalam rangka pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan atau penentuan besarnya peredaran usaha ataupun jumlah pajak yang harus dibayar dalam tahun berjalan. Jadi dari pengertian diatas maka dalam hal ini fiskus ata aparat pajak harus dapat meningkatkan penerimaan pajak diantaranya melalui ekstensifikasi wajib pajak yang belum terdaftar. Namun kenyataannya dalam pelaksanaannya di lapangan dengan menyaring para wajib pajak agar dapat mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak, sangat sulit dilakukan karena masih kurangnya

2 kesadaran tersendiri dari wajib pajak tersebut dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Padahal para wajib pajak mengetahui akan pentingnya pajak bagi pembangunan dan perkembangan Negara. Oleh sebab itu bagaimana kinerja dan usaha keras dan kerja keras yang dilakukan selama ini oleh fiskus dalam memburu wajib pajak yang belum terdaftar segera mempunyai kesadaran dan tanggung jawab akan pentingnya pajak bagi kelangsungan perekonomian Indonesia. Sampai saat ini Direktorat Jenderal Pajak telah nerusaha mengevaluasi tentang pelaksanaan ekstensifikasi ini melalui peraturan terbarunya dalam Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak Nomor 60/PJ.G/2009 sebagai petunjuk dan penegasan pelaksanaan ekstensifikasi yang berisi tentang : 1. Pengertian Ekstensifikasi 2. Ruang lingkup pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak 3. Unit organisasi yang melakukan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak 4. Petugas pelaksanaan yang melaksanakan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak 5. Data yang digunakan untuk melakukan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak 6. Pencari data 7. Persiapan pelaksanaan kegiatan 8. Pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak 9. Pengawas C. Dasar hukum Pelaksanaan Ekstensifikasi Dasar hukum dari pelaksanaan ekstensifikasi Wajib Pajak adalah :

3 1. PER-175/PJ.2006 tentang Tata Cara Pemutakhiran Data Objek Pajak dan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha dan/atau memiliki tempat usaha di Pusat Perdagangan dan/atau Pertokoan, 2. PER-16/PJ./2007 tentang pemberian NPWP Orang Pribadi yang berstatus sebagai Pengurus, Komisaris, Pemegang Saham / Pemilik dan Pegawai melalui pemberi kerja, dan 3. PER-116/PJ./2007 tentang Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi melalui Pendataan Objek Pajak Bumi dan Bangunan. Para pekerja pada khususnya mempunyai potensi untuk meningkatkan penerimaan pajak, karena itu para pekerja tersebut haruslah mempunyai NPWP.NPWP merupakan suatu saran dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri, atau identitas wajib pajak.selain itu, NPWP juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.karena itu NPWP merupakan pintu gerbang antara aparat pajak dengan wajib pajak. Dengan pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak ini diharapkan dapat meningkatkan jumlah wajib pajak yang mempunyai NPWP yang secara tidak langsung juga dapat meningkatkan penerimaan pajak.peningkatan dari penerimaan pajak tersebut tentu dapat meningkatkan penerimaan negara yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan bangsa ini. D. Tujuan Pelaksanaan Ekstensifikasi Adapun Pelaksanaan dari kegiatan ekstensifikasi ini bertujuan untuk memperluas serta meningkatkan jumlah wajib pajak khususnya yang berada di wilayah kerja

4 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam. Sehingga diharapkan dengan bertambahnya jumlah wajib pajak yang terdaftar akan dapat meningkatkan jumlah penerimaan pajak dan sekaligus dapat membantu meringankan beban Anggaran Pemerintah Daerah Provinsi Sumatera Utara yang diperoleh dari pembagian hasil penerimaan setoran pajak penghasilan pasal 25 (PPh pasal 25) yang dikenakan atas gaji dan penghasilan lainnya. Berdasarkan Data Statistik Wajib Pajak yang terdaftar untuk periode tahun dalam kurun waktu empat tahun, senantiasa mengalami kenaikan. Adapun jumlah kenaikan Wajib Pajak yang dapat kita bandingkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel I : Data Statistik Pertambahan Jumlah Wajib Pajak Terdaftar di KPP Pratama Lubuk Pakam Periode Tahun Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun Jumlah Adapun jumlah data statistik Wajib Pajak diatas terdiri dari Wajib Pajak Orang Pribadi dan Wajib Pajak Badan. Berdasarkan data data yang telah ada akan digunakan dalam menjaring para wajib pajak, diharapkan dengan pelaksanaan Ekstensifikasi dapat diketahui seberapa

5 besar tingkat kepatuhan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan pembangunan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat itu sendiri. E. Ruang Lingkup Pelaksanaan Ekstensifikasi Ruang lingkup pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi pajak meliputi : 1. Pemberian NPWP dan atau pengukuhan wajib pajak sebagai Pengusaha Kena Pajak termasuk pemberian NPWP secara jabatan terhadap wajib pajak PPh Orang Pribadi yang bersama karyawan perusahaan orang pribadi yang bertempat tinggal lainnya di wilayah atau di lokasi pemukiman atau perumahan, dan orang pribadi lainnya (termasuk orang asing yang bertempat tinggal di Indonesia atau orang pribadi di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, yang menerima atau memperoleh penghasilan melebihi batas penghasilan tidak kena pajak (PTKP) 2. Pemberian NPWP di lokasi usaha termasuk pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) terhadap Orang Pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai lokasi saha di sentra perdagangan atau perbelanjaan, pertokoan, perkantoran, Mall, Plaza, kawasan industri, atau sentra ekonomi lainnya. 3. Persiapan pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak dapat dilakukan dengan tujuan yang diharapkan, dengan ketentuan sebgai berikut :

6 4. KPP membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai NPWP dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak sesuai dengan data yang dimiliki. 5. KPP melaksanakan koordinasi dengan instansi diluar Direktorat Jenderal Pajak yang terkait dalam pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak. 6. Pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak 7. Sesuai dengan tujuan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak, prioritas utama kegiatan ekstensifikasi ditujukan untk menambah jumlah wajib pajak dan atau pengusaha kena pajak. F. Jenis jenis Sanksi Administrasi : Bagi setiap wajib pajak, jika tidak mematuhi peraturan peraturan yang telah ditetapkan oleh Perundang undangan, maka akan diberikan sanksi terhadap wajib pajak tersebut sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. Adapun sanksi hukum yang dikenakan terhadap wajib pajak yang tidak mematuhi peraturan perundang-undangan dapat berupa : Sanksi Pidana (Pasal 39 ayat (1)) Setiap orang dengan sengaja : a. Tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak b. Menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

7 c. Tidak menyampaikan surat pemberitahuan d. Menyampaikan surat pemberitahuan dan /atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap e. Menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 39 f. Memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya. g. Tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut Sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan Negara, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6(enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak yang tidak atau kurang bayar. G. Proses Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak Sesuai dengan tujuan pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak, prioritas utama kegiatan ekstensifikasi wajib pajak ditujukan untuk menambah jumlah wajib pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak. Maka dalam hal ini pelaksanaan kegiatan ekstensifikais yang dilakukan oleh Fiskus adalah sebagai berikut : a. Fiskus melakukan identifikasi terhadap data yang diperoleh dan menyesuaikannya dengan data Master File Lokal (MFL) melalui program Sistem Informasi Perpajakan (SIP)

8 b. Fiskus membuat daftar nominatif Wajib Pajak yang belum mempunyai Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) sesuai dengan data yang dimiliki. c. Fiskus membuat dan mengirimkan Pemberitahuan kepda Wajib Pajak yang terdaftar dalam daftar nominatif dengan menggunakan Formulir Pemberitahuan untuk mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak (untuk wajib pajak di wilayah permukiman) dan formulir Pemberitahuan Pelaksanaan Ekstensifikasi dan Intensifikasi (untuk wajib pajak di sentar perdagangan atau pertokoan, perkantoran, mall, atau plaza, kawasan industry atau sentra ekonomi lainnya). Pemberitahuan tersebut dikirim oleh fiskus dengan melaporkan : 1. Formulir surat jawaban wajib pajak yang menyatakan bahwa wajib pajak telah memiliki NPWP dan atau surat pengukuhan PKP. 2. Formulir surat jawaban wajib pajak yang menyatakan wajib pajak tidak wajib mendaftarakan diri untuk memiliki NPWP dan atau melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PKP. 3. Formulir pernyataan wajib pajak mengenai besarnya peredaran usaha.. 4. Formulir surat setoran pajak (SSP). 5. Formulir SPT Masa PPN. 6. Formulir pendaftaran wajib pajak. d. Atas pemberitahuan yang dikirim kepada wajib pajak terhadap beberapa kemungkinan :

9 1. Wajib pajak menanggapi dan bersedia untuk mendaftarkan diri dan diberikan NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP dengan mengisi formulir pendaftaran wajib pajak dan atau PKP. 2. Wajib pajak tidak menanggapi pemberitahuan, walaupun pemberitahuan telah diterima. 3. Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP dan atau belum perlu dikukuhkan sebagai PKP. 4. Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah memiliki NPWP dan atau telah dikukuhkan sebagai PKP. 5. Wajib pajak menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah memiliki NPWP dan atau telah dikukuhkan sebagai PKP di KPP lainnya atau 6. Wajib pajak tidak menanggapi oleh karena pemberitahuan kembali dari Kantor Pos. e. Dari hasil tanggapan pemberitahuan oleh fiskus akan dilakukan: 1. Terhadap wajib pajak yang menanggapi pemberitahuan dan bersedia untuk mendaftarkan diri akan dilakukan proses pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai PKP sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Terhadap wajib pajak yang tidak menanggapi pemberitahuan walaupun pemberitahuan telah diterima maka oleh seksi pengolahan data dan informasi dari wajib pajak tersebut diusulkan untuk

10 diteruskan ke seksi Tata Usaha Perpajakan agar dilakukan proses pemberian NPWP dan atau pengukuhan sebagai pengusaha kena pajak secara jabatan sesuai dengan tata cara yang telah ditentukan. 3. Terhadap wajib pajak yang menanggapi pemberitahuan dengan menyatakan bahwa yang bersangkutan tidak wajib memiliki NPWP dan atau belum perlu dikukuhkan sebagai PKP, dan wajib pajak yang tidak menanggapi pemberitahuan yang disebabkan pemberitahuan kembali dari kantor pos akan dilakukan Pemeriksaan Sederhana Lapangan (PSL). 4. Terhadap wajib pajak yang menyatakan bahwa yang bersangkutan sudah memiliki NPWP dan atau telah dikukuhkan sebagai PKP, dan wajib pajak yang menyatakan bahwa sudah memiliki NPWP dan dikukuhkan sebagai PKP di KPP lainnya, maka fiskus: a. Dalam hal ini wajib pajak telah terdaftar dengan nama dan alamat domisili wajib pajak sesuai dengan Master File Lokal (MFL), dilakukan kegiatan pendataan ulang terhadap wajib pajak dalam daftar nominatif membubuhkan catatan bahwa wajib pajak sudah terdaftar dan sekaligus mencantumkan NPWP dalam kolom keterangan. b. Dalam hal ini wajib pajak telah terdaftar namun nama dan alamatnya berbeda dengan data MFL akan dilakukan pemeriksaan sederhana lapangan.

11 c. Dalam hal wajib pajak ternyata belum terdaftar, maka dilakukan pemeriksaan sederhana lapangan.

12 Bab IV ANALISIS DAN EVALUASI A. Teknis Pelaksanaan Ekstensifikasi Dalam melaksanakan kegiatan ekstensifikasi guna menjaring data para wajib pajak yang tidak mau mendaftarkan dirinya untuk ditetapkan sebagai wajib pajak guna memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak sebagai sarana untuk administrasi dan tanda pengenal diri untuk memudahkan dalam melakukan kewajiban perpajaknnya, memiliki beberapa tahapan-tahapan atau proses yang meliputi : 1. Perekrutan data 2. Penghimbauan 3. Pengukuhan secara jabatan 4. Pendistribusian Data Kepada Setiap Seksi 1. Perekrutan Data Data merupakan komponen pajak dalam melaksanakan kegiatan pendataan terhadap wajib pajak yang belum mendaftarkan dirinya untuk dicatat sebagai wajib pajak.serta dalam upaya mendukung pelaksanaan tugas pokok Direktorat Jenderal Pajak yang dalm hal ini diwakilkan kepada Kantor Pelayanan Pajak dalam meningkatkan penerimaan negara dari sektor pajak serta dalam mewujudkan pelaksanaan dari sistem perpajakan yaitu self assessment system.yang mana dalam hal ini mewajibkan kepada setiap masyarakat yang nyata-nyata mampu melaksanakan kewajiban perpajakan untuk mendaftarkan dirinya ke Kantor Pelayanan Pajak dimana tempat ia tinggal atau berdomisili.

13 Adapun data yang dimaksud dengan Data adalah keterangan dalam segala bentuk baik yang tertuang dalam tulisan, media elektronik, media massa, maupun media rekaman guna untuk memperoleh penjelasan atau informasi yang dibutuhkan. Dalam pelaksanaan ekstensifikasi data yang dibutuhkan haruslah data yang lengkap dan akurat. Dalam pengumpulan data sebagai bahan dasar dalam melaksanakan kegiatan ekstensifikasi, data-data yang dibutuhkan sebagian besar diperoleh dari berbagai lembaga atau instansi pemerintah maupun swasta melalui kontak kerja sama atau kesepakatan bersama. Adapun data yang dihasilkan dapat berupa berbagai surat perizinan dan sebagainya data data tersebut meliputi data yang berasal dari : a. Data dari PBB (Pajak Bumi dan Bangunan). Data dari keterangan Pajak Bumi dan atau Bangunan merupakan data yang sangat potensial dalam pelaksanaan Ekstensifikasi. Untuk mengoptimalkan pelaksanaan perekrutan data dilakukan Langkah langkah kerja sama anatara KPP dan KPPBB sebagai berikut : 1. Melakukan pengidentifikasian data PBB tersebut melalui master file KPP untuk mengetahui apakah pemilik objek PBB tersebut sudah memiliki NPWP atau belum. 2. Apabila dalam kegiatan tersebut ditemukan bahwa pemilik objek PBB tersebut berdomisili di wilayah KPP lain atau telah terjadi perubahan status kepemilikan, agar segera data dengan menggunakan alat keterangan

14 dan dikirimkan ke KPP dan KPPBB yang bersangkutan lewat Kantor atasannya dengan permintaan untuk segera ditindak lanjuti. 3. Dalam hal objek PBB seperti wilayah tempat tinggal, bangunan pertokoan, pasar, perkantoran, kondominium, real estate kemungkinan telah terdaftar atas nama pemilik atau pengembang (developer) bangunan yang telah memiliki NPWP bukan penghuni atau pemanfaat objek tersebut, maka pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak dilakukan terhadap pembeli, penyewa atau penghuni objek tersebut. 4. Dan terhadap objek PBB seperti wilayah pertokoan, Mall, perkantoran, Kondominium, Real Estate, diusahakan untuk mengetahui keadaan pemiliknya serta pemanfaatan bangunan tersebut guna memudahkan pelaksanaan ekstensifikasi. Langkah langkah yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan: 1. Menyiapkan data yang diperlukan oleh KPP untuk pelaksanaan Ekstensifikasi. 2. Menyerahkan copy peta blok dan hasil rekaman Tanah dan Bangunan yang diminta oleh KPP. 3. Melakukan perbaikan data PBB berdasarkan informasi yang diperoleh dari KPP 4. Berdasarkan permintaan dari KPP baik secara sendiri atau bersama sama melakukan pendataan terhadap kelompok bangunan seperti pertokoan

15 mall, ataupun perkantoran untuk mengetahui pemiliknya dan keadaan objek pajaknya. b. Data dari BPN (Badan Pertanahan Nasional) data yang diperoleh dapat berupa Sertifikat Tanah yang diterbitkan oleh BPN. c. Data dari Pemda (Pemerintah Daerah) data yang diperoleh berupa data mengenai pemberian IMB (Izin Memberikan Bangnan) terhadap wajib pajak sehingga diketahui status serta keadaan wajib pajak tersebut untuk kemudian dilakukan Ekstensifikasi. d. Data dari Biro Pusat Statistik (BPS) data yang diperoleh dapat berupa keterangan keterangan yang diperoleh berupa hasil Sensus Ekonomi terhadap perusahaan perusahaan, pertokoan, dan sebagainya. e. Data dari Notaris. Adapun data data yang diperoleh utuk mengetahui status dan keadaan wajib pajak berupa data mengenai pengesahan terhadap Akta Pendirian, dan Pengesahan Badan Hukum. f. Data dari Bank. Data yang diperoleh merupakan keterangan keterangan mengenai wajib pajak. Dimana setiap wajib pajak yang ingin mengajukan Permohonan Kredit Bank yang jumlahnya sebesar Rp ke atas berdasarkan Surat Edaran Dirjen Pajak Nomor S-136/PJ.23/1995 kepada Direktur Bank Indonesia dalam rangka mendukung pelaksanaan Kredit Kelayakan Usaha (KLU), wajib melampirkan foto copy kartu NPWP dan Laporan Keuangan. Sehingga dapat diketahui apakah WP tersebut telah terdaftar atau belum untuk selanjutnya dilakukan tindak Ekstensifikasi.

16 g. Data dari PT. Telkom. Data yang diperoleh berupa daftar pelanggan Telepon yang ber NPWP atau belum. Dimana pelaksanaan kegiatan ini didasarkan kepada kesepakatan kerjasama yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Pajak berdasarkan Surat Edaran nomor SE/11/PJ.23/2007 dengan PT Telkom perihal persyaratan kepemilikan NPWP bagi setiap pelanggan telepon. h. Data dari PLN. Dimana berdasarkan kesepakatan kerja sementara Direktorat Jenderal Pajak dengan PT. PLN mengenai persyaratan NPWP kepda setiap pelanggan bar listrik yang meliputi pelanggan rumah golongan menengah keatas, jenis usaha, industri dan hotel. Seluruh data data yang diperoleh diatas nantinya akan diolah dan dikelompokkan untuk mengetahui keterangan tentang wajib pajak guna selanjutnya dilaksanakan kegiatan ekstensifikasi wajib pajak. 2. Penghimbauan wajib pajak Penghimbauan terhadap wajib pajak merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan guna menyadarkan para wajib pajak untuk segera mendaftarkan dirinya ke Kantor Pelayanan Pajak dimana ia tinggal atau berdomisili. Pelaksanaan penghimbauan dilakukan setelah data data mengenai status wajib pajak telah diperoleh lengkap kemudian kepadanya akan diberikan Surat Pemberitahuan untuk segera mendaftarkan dirinya ke KPP tempat berdomisili yang dikirim melalui Kantor Pos. Adapun batas jangka waktu kewajiban melaporkan diri setelah diterbitkannya Surat Himbauan untuk segera mendaftarkan diri, dilakukan dalam jangka waktu 7

17 hari kerja dengan ketentuan apabila dengan ketentuan yaitu 7 hari setelah diterbitkannya Surat Himbauan tersebut kepada wajib pajak tetap tidak mau juga melaporkan atau mendaftarkan diri ke KPP tempat dimana dia tinggal atau berdomisili, maka akan dikukuhkan secara jabatan dan kepadanya akan diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) secara jabatan juga berdasarkan ketentuan didalam pasal 2 ayat (4) Undang Undang Nomor 28 tahun 207 tentang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan. 3. Pengukuhan Secara Jabatan Pelaksanaan Pengukuhan wajib pajak secara jabatan dilaksanakan apabila berdasarkan data yang diperoleh atau yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak yang dalam hal ini diwakilkan kepda Kantor Pelayanan Pajak ternyata mampu atau telah memenuhi syarat untuk memperoleh NPWP. Dan dalam tempo yang telah ditentukan berdasarkan Surat Himbauan yang telah diajukan oleh Kantor Pelayanan Pajak dalam jangka waktu satu minggu atau 7 hari kerja wajib pajak tidak juga mendaftarkan diri ke KPP tempat dimana dia berdomisiliatau bertempat tinggal. Adapun tata cara pelaksanaan dari pengukuhan wajib pajak secara jabatan meliputi tahapan tahapan sebagai berikut: a. Petugas Pendaftaran Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak menerima data wajib pajak yang telah memenuhi syarat untuk dikukuhkan secara jabatan dari petugas pelaksana kegiatan Ekstensifikasi maupun Kantor Penyuluhan Pajak.

18 b. Selanjutnya data data tersebut diteliti dan disesuaikan dengan data yang ada untuk mengetahui apakah wajib pajak telah terdaftar sebelumnya atau tidak. Jika dalam hal wajib pajak telah terdaftar sebelumnya, maka kepadanya akan diberikan NPWP yang sama dengan yang dimiliki sebelumnya. c. Setelah itu petugas mengisi formulir permohonan pendaftaran dan selanjutnya menandatangani. 4. Pendistribusian Data Kepada Setiap Seksi Pendistribusian Data dimaksud adalah proses penyampaian data dari satu seksi ke seksi lain, dan kemudian akan diperiksa atau disesuaikan dengan data yang sebenarnya. Dalam hal ini, pendistribusian data dimaksudkan kepada setiap data yang telah terkumpul dari setiap seksi, dan menciptakan suatu data baru yang lebih lengkap, yang lebih signifikan terhadap pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak tersebut. B.Perkembangan jumlah Wajib Pajak Jenis WP Tahun Badan 3,787 4,272 4,970 5,762 6,804 7,757 8,557 9,514 Orang Pribadi 25,730 45,498 83, , , , , ,983 Total 29,517 49,770 88, , , , , ,697 Dapat dilihat dari tabel diatas terjadi peningkatan dari tahun ke tahun. C. Hambatan dalam Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak

19 Adapun hambatan pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak khususnya pada Wajib Pajak Orang Pribadi yang dilaksanakan oleh KPP pratama, diantaranya : 1. Data tidak lengkap : Kesulitan yang dihadapi pada pelaksanaan ekstensifikasi wajib pajak terkait dengan data yang diperoleh adalah kurang akuratnya data yang diperoleh dari pemda setempat (kecamatan atau kelurahan) mengenai data kependudukan, misalnya alamat yang kurang jelas atau tidak lengkap atau adanya mutasi penduduk yang tidak segera diperbarui datanya sehingga menyulitkan petugas untuk menyampaikan surat himbauan. Data yang diperoleh melalui laporan bulanan PPAT, seringkali juga tidak menyebutkan nama dan alamat pelaku pelaku transaksi tanah dan atau bangunan yang dilaporkan PPAT tersebut. 2. Rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak : Rendahnya kesadaran masyarakat dalam membayar pajak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah karena ketidak pahaman masyarakat mengenai ketentuan dan tata cara perpajakan itulah yang menjadikan kesadaran masyarakat mengenai mengenai pajak masih sangat rendah. Selain itu juga kekhawatiran akan penyalahgunaan uang pajak sering kali menjadi pemikiran masyarakat. Masih rendahnya tingkat kesadaran wajib pajak juga ditunjukkan dengan masih rendahnya tingkat kepatuhan wajib pajak dalam menyampaikan SPT, khususnya SPT Tahunan. Meski KPP telah berupaya dalam memberika kemudahan dan fasilitas dalam menyampaikan SPT.

20 3. Kurangnya kerjasama pihak ketiga : Untuk bisa menjaring semua wajib pajak potensial tidak bisa hanya mengandalkan data yang berasal dari intern DJP, KPP juga harus mencari data yang berasal dari luar DJP, oleh karena itu kerjasama dengan instansi lain baik swasta maupun pemerintah harus dilanjutkan. Pada dasarnya KPP pratama lubuk pakam sudah mendapatkan bantuan dari pemerintah daerah berupa data-data yang dibutukan KPP.

21 Bab V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan keterangan keterangan dari uraian dan pembahasan yang telah dijabarkan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Masih banyaknya warga yang belum terdaftar sebagai wajib pajak dan tidak mau mendaftarkan diri untuk dikukuhkan sebagai wajib pajak. 2. Masih kurangnya kesadaran dari berbagai pihak akan arti penting pajak dalam mengisi pembangunan yang ditnjukkan dengan ketidakmauan serta ketidakpedulian dalam menjalankan kewajiban perpajakannya. 3. Kurangnya keintensifan industri pajak untuk melakukan penyuluhan serta sosialisasi kepada masyarakat sehingga masih banyak yang belum mengerti tentang apa itu pajak. 4. Banyaknya pihak pihak yang sengaja menghindarkan diri dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. B. SARAN Adapun Saran yang dapat dikemukakan dari kesimpulan diatas adalah : 1. Perlu adanya kesigapan serta keintensifan dari pihak Kantor Pelayanan Pajak untuk menjaring setiap wajib pajak yang sengaja menghindar dari kewajiban perpajakannya.

22 2. Perlu adanya perbaikan serta peningkatan mutu dan kualitas pelayanan kepada wajib pajak yang melaksanakan kewajiban perpajakannya. Dimana selama ini mutu pelayanan yang dirasakan oleh setiap wajib pajak terlalu jauh dari apa yang diharapkan, sehingga membuat mereka engga dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. 3. Perlu adanya peningkatan kerjasama dengan berbagai pihak baik itu instansi swasta maupun pemerintah dalam hal mengumpulkan data dan informasi mengenai wajib pajak dalam melaksanakan ekstensifikasi 4. Perlu meningkatkan sosialisasi serta penyuluhan kepada masyarakat mengenai hal-hal yang menyangkut masalah perpajakan agar mereka tahu apa itu pajak, fungsi pajak, dampak serta kegunaannya bagi pembangunan dalam Negara. 5. Perlu adanya penegakan hukum yang jelas, sehingga tidak ada lagi yang melanggar setiap peraturan-peraturan hukum yang telah ditetapkan.

Susanti, Liberti Pandiangan

Susanti, Liberti Pandiangan PENGARUH PENERAPAN EKSTENSIFIKASI WAJIB PAJAK TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SERPONG PADA TAHUN 2010-2012 Susanti, Liberti Pandiangan Universitas

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.1 Upaya-Upaya Pelaksanaan Ekstensifikasi Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak bertujuan untuk meningkatkan pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi kewajiban pembangunan bangsa, maka pemerintah harus memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber dana negara salah satunya yaitu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IV.I Lingkup Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Dua Semakin beratnya beban pemerintah dalam pembiayaan negara mengharuskan pemerintah berusaha

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pajak Pengertian pajak berdasarkan Undang-Undang Perpajakan No.28 Tahun 2007 Pasal 1 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: Pajak adalah kontribusi wajib

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Dasar Hukum Kegiatan Ekstensifikasi Wajib pajak dan Intensifikasi Pajak. pada KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk I

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Dasar Hukum Kegiatan Ekstensifikasi Wajib pajak dan Intensifikasi Pajak. pada KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk I BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Dasar Hukum Kegiatan Ekstensifikasi Wajib pajak dan Intensifikasi Pajak pada KPP Pratama Jakarta Kebon Jeruk I Pajak mempunyai beberapa fungsi yang sangat berperan bagi pembangunan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk kesejahteraan rakyat. Pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar negara perlu terus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk kesejahteraan rakyat. Pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar negara perlu terus BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Pajak Pajak merupakan kontribusi wajib rakyat kepada negara yang diatur berdasarkan undangundang yang bersifat memaksa, tanpa imbalan atau balas

Lebih terperinci

SE-03/PJ.52/2005 REGISTRASI ULANG PENGUSAHA KENA PAJAK

SE-03/PJ.52/2005 REGISTRASI ULANG PENGUSAHA KENA PAJAK SE-03/PJ.52/2005 REGISTRASI ULANG PENGUSAHA KENA PAJAK Contributed by Administrator Friday, 11 February 2005 Pusat Peraturan Pajak Online REGISTRASI ULANG PENGUSAHA KENA PAJAK Dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani II.1. Dasar-dasar Perpajakan Indonesia BAB II LANDASAN TEORI II.1.1. Definisi Pajak Apabila membahas pengertian pajak, banyak para ahli memberikan batasan tentang pajak, diantaranya pengertian pajak yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam membenahi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No.

BAB I PENDAHULUAN. volume dan dinamika pembangunan itu sendiri. Berdasarkan Undang-Undang No. BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Peranan pajak sebagai penerimaan dalam suatu negara sangat besar manfaatnya dalam meningkatkan rencana penerimaan negara yang berasal dari pajak sebagai sumber utama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara terbesar dari dalam negeri. Berdasarkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2013, menunjukkan

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri

Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan. Oleh Ruly Wiliandri Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan Oleh Ruly Wiliandri Pelaksanaan UU No. 6 Tahun 1983 yang diubah dengan UU No. 9 Tahun 1994, dan UU No. 16 Tahun 2000 dan yang terakhir diatur dalam UU No. 28 Tahun

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Salah satunya definisi pajak dari ahli pajak

BAB II LANDASAN TEORI. dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Salah satunya definisi pajak dari ahli pajak BAB II LANDASAN TEORI II.1 Dasar-dasar Perpajakan II.1.1 Definisi Pajak Sejak dahulu kala pajak sudah banyak didefinisikan oleh para ahli pajak baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri. Salah satunya

Lebih terperinci

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL

PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL PELATIHAN PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI PADA USAHA KECIL Oleh: Amanita Novi Yushita, SE amanitanovi@uny.ac.id *Makalah ini disampaikan pada Program Pengabdian pada Masyarakat

Lebih terperinci

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di L4 Narasumber Jabatan : Ibu Nurika Rahmantika : Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong DAFTAR PERTANYAAN : 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan pada bab-bab sebelumnya, pada bab ini penulis mencoba mengambil kesimpulan atas kegiatan ekstensifikasi dalam rangka menambah jumlah Wajib

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan.

BAB IV PEMBAHASAN. penerimaan pajak. Dalam meningkatkan penerimaan negara tersebut. Undang-undang, dan reformasi perpajakan. BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Kebijakan Sunset Policy Semakin berat beban dan dana yang perlukan negara dalam menjalankan pemerintahan dan pembiayaan pembangunan, mengharuskan pemerintah berusaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN 4.1 Evaluasi Jumlah Kepemilikan NPWP Terdaftar dari Tahun 2011, 2012, dan 2013 Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tigaraksa Semakin beratnya beban pemerintah dalam pembiayaan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH.

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH. Lampiran 1 Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor : SE- 26 /PJ.4/1998 Tanggal : 13 Agustus 1998 DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH. Nomor : Sifat : Biasa

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA MENTENG DUA

EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA MENTENG DUA Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2013, pp. 456~461 EFEKTIVITAS PELAKSANAAN EKSTENSIFIKASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN JUMLAH WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pendanaan dan pemasukan bagi Negara berasal dari pajak yang

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pendanaan dan pemasukan bagi Negara berasal dari pajak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah negara membutuhkan sumber pendanaan untuk melakukan Pembangunan Nasional yang dilakukan secara terus menerus untuk memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kebutuhan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI

BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI BAB III GAMBARAN DATA TENTANG TATA CARA PENGHAPUSAN NPWP DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK PADA KPP PRATAMA BINJAI 3.1 Nomor Pokok Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan meliputi

Lebih terperinci

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN

NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN Modul ke: NPWP (NOMOR POKOK WAJIB PAJAK), WAJIB PAJAK NON EFEKTIF, KODE AKUN PAJAK, SSP, JATUH TEMPO PEMBAYARAN Fakultas Ekonomi & Bisnis Disusun Oleh : Yenny Dwi Handayani Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjalankan pemerintahan dan pembangunan, pemerintah membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dana tersebut dikumpulkan dari segenap potensi sumber daya yang

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1. Simpulan Berdasarkan pembahasan yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya, mengenai pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan penerimaan

Lebih terperinci

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN PPA K RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Oleh : 1. Ahmad Satria Very S 2. Bagus Arifianto PPAK KELAS MALAM RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN Ketentuan Umum dan Tata Cara

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Ruang Lingkup Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak Pada KPP Pratama Jakarta Setiabudi Satu. Pendapatan utama pemerintah yang paling potensial bersumber

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Lingkup Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Lingkup Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Lingkup Ekstensifikasi Wajib Pajak di KPP Pratama Jakarta Kebayoran Baru Tiga Pajak sangat berperan dalam kemajuan suatu bangsa terutama bangsa Indonesia, pajak digunakan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA. Secara garis besar dasar hukumnya sebagai berikut :

BAB III GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA. Secara garis besar dasar hukumnya sebagai berikut : BAB III GAMBARAN DAN PENYAJIAN DATA A. Dasar Hukum Dasar hukum mengenai mekanisme pendaftaran dan pencabutan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak seiring perkembangan ilmu pengetahuan tentang perpajakan

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK, PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 28/PJ/2015 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK DIREKTUR JENDERAL PAJAK, Menimbang : a. bahwa Pengusaha Kena Pajak untuk dapat

Lebih terperinci

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap Hukum Pajak Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap 2015-2016 Tujuan Pembelajaran Fakultas Hukum Mahasiswa memahami pemungutan pajak melalui sistem self assessment; Mahasiswa memahami berbagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi 1. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang Melakukan Kegiatan Usaha dan/atau Memiliki Tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata. Tujuan yang luhur demikian itu hanya dapat diwujudkan melalui BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 bertujuan mewujudkan tata kehidupan Negara dan Bangsa yang

Lebih terperinci

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I

PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG/PEMUNGUT PAJAK PAJAK NEGARA BAB I BAB I PENUNJUKAN BENDAHARA NEGARA SEBAGAI PEMOTONG/ PEMUNGUT PAJAK-PAJAK NEGARA 1. DASAR HUKUM a. Undang-undang 1) Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya pengeluaran negara yang digunakan untuk kemakmuran rakyat diikuti juga

BAB I PENDAHULUAN. Besarnya pengeluaran negara yang digunakan untuk kemakmuran rakyat diikuti juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak sebagai sumber utama penerimaan negara yang mempunyai peran penting dalam pengelolaan keuangan dalam Anggaran Pengeluaran Belanja Negara (APBN). Besarnya pengeluaran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pajak 2.1.1 Pengertian Pajak Untuk mengetahui dengan jelas pengertian pajak, berikut ini akandikemukakan definisi-definisi pajak yang diambil dari beberapa sumber.definisi pajak

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Untuk memaksimalkan pajak, negara melakukan sosialisasi pajak kepada masyarakat terutama

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-69/PJ/2015

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-69/PJ/2015 KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-69/PJ/2015 TENTANG PROSEDUR PEMBERIAN DAN PENCABUTAN SERTIFIKAT ELEKTRONIK LAMPIRAN

Lebih terperinci

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan

Keterangan Bebas (SKB) Pemungutan PPh Pasal 22 Impor. 7 Pelayanan Penyelesaian Permohonan a. KPP Pratama dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) bulan LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE - 79/PJ/2010 TENTANG : STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) LAYANAN UNGGULAN BIDANG PERPAJAKAN DAFTAR 16 (ENAM BELAS) JENIS LAYANAN UNGGULAN BIDANG

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 16/PJ/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 16/PJ/2007 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 16/PJ/2007 TENTANG PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI YANG BERSTATUS SEBAGAI PENGURUS, KOMISARIS, PEMEGANG SAHAM/PEMILIK DAN PEGAWAI MELALUI PEMBERI

Lebih terperinci

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK. Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Modul ke: PERPAJAKAN I PENDAFTARAN NPWP, PENGAJUAN SPPKP & PEMBAYARAN PAJAK Fakultas Ekonomi dan Bisnis Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN Nomor Pokok

Lebih terperinci

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK Pengertian Surat Pemberitahuan (SPT) Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau

Lebih terperinci

1.4. Jenis Pemeriksaan

1.4. Jenis Pemeriksaan 1.2. Pengertian, Dasar Hukum, dan Tujuan Pemeriksaan Pajak Definisi pemeriksaan menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimanan telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekstensifikasi 2.1.1 Pengertian Ekstensifikasi Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE 06/PJ.9/2001 tentang Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Dan Intensifikasi

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR - 44 /PJ/2008 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK DAN/ATAU PENGUKUHAN PENGUSAHA

Lebih terperinci

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA

PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA PENGANTAR PERPAJAKAN BENDAHARA 1 Menjelaskan Pengertian Pajak Menjelaskan Istilah Perpajakan Menjelaskan Peran dan Kewajiban Bendahara dalam Pemungutan/Pemotongan Pajak Menjelaskan Pendaftaran NPWP Bendahara

Lebih terperinci

REKAPITULASI DATA SSP NTPN

REKAPITULASI DATA SSP NTPN LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-81/PJ/2010 TENTANG : PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2010 TENTANG TATA CARA PENELITIAN SURAT SETORAN PAJAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang taat pajak. Hal tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan pajak di Indonesia semakin meningkat dari masa ke masa. Pajak ditempatkan pada posisi teratas sebagai sumber penerimaan yang pertama dan utama dalam meningkatkan

Lebih terperinci

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan)

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan) Definisi SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Kegiatan Ekstensifikasi Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Serpong Berdasarkan landasan teori yang disajikan pada Bab 2 serta data yang telah diuraikan pada

Lebih terperinci

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto Definisi adalah surat yang oleh Wajib Pajak (WP) digunakan untuk melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak

Lebih terperinci

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak?

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak? Pendahuluan Seorang teman bertanya kepada saya. Dapatkah Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak berlangsung?

Lebih terperinci

SPT MASA PPN UNIVERSITAS MERCU BUANA JURUSAN AKUNTANSI

SPT MASA PPN UNIVERSITAS MERCU BUANA JURUSAN AKUNTANSI SPT MASA PPN Mata Kuliah : Perpajakan II Ruang, Hari /Jam kuliah : M 504, Minggu, Jam :16.15 18.45 WIB Tatap Muka : Ke 15 Dosen : Sugianto, Ak., MSi UNIVERSITAS MERCU BUANA JURUSAN AKUNTANSI PROGRAM KELAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini pembangunan di Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Perkembangan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengadaan dana merupakan masalah yang penting bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional. Sumber pembiayaan pembangunan berasal dari dalam negeri dan luar

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak. (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Drop Box di KPP Pratama Jakarta Kembangan Prosedur Penyampaian SPT Melalui Pelayanan Drop Box

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Drop Box di KPP Pratama Jakarta Kembangan Prosedur Penyampaian SPT Melalui Pelayanan Drop Box BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Penerapan Drop Box di KPP Pratama Jakarta Kembangan 4.1.1 Prosedur Penyampaian SPT Melalui Pelayanan Drop Box Alur penyampaian SPT Tahunan melalui Drop Box sesuai dengan PER- 19/2009

Lebih terperinci

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA

PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA PERSANDINGAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BESERTA PERATURAN-PERATURAN PELAKSANAANNYA KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Pajak Suatu pemerintahan negara tidak akan mungkin untuk berjalan efektif tanpa adanya legitimasi yang penuh. Pemerintahan negara dan alat perlengkapannya sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pengusaha menurut Mardiasmo (2008:36), Pengusaha merupakan

BAB II LANDASAN TEORI. Pengertian Pengusaha menurut Mardiasmo (2008:36), Pengusaha merupakan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengusaha Pengertian Pengusaha menurut Mardiasmo (2008:36), Pengusaha merupakan Orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya

Lebih terperinci

TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI YANG BERSTATUS SEBAGAI KARYAWAN MELALUI KANTOR PELAYANAN PAJAK LOKASI

TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI YANG BERSTATUS SEBAGAI KARYAWAN MELALUI KANTOR PELAYANAN PAJAK LOKASI Lampiran I TATA CARA PENDAFTARAN DAN PEMBERIAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) ORANG PRIBADI YANG BERSTATUS SEBAGAI KARYAWAN MELALUI KANTOR PELAYANAN PAJAK LOKASI I. Kegiatan pada Kantor Pelayanan Pajak

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM. SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM Dalam Undang-undang ini, yang dimaksud dengan : Pasal 1 1. Wajib Pajak adalah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK 27 Januari 2016 A. Umum SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 03/PJ/2016 TENTANG PETUNJUK KEGIATAN EKSTENSIFIKASI, PENDAFTARAN,

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN

KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Materi: 2 & 3 KETENTUAN UMUM & TATA CARA PERPAJAKAN Afifudin, SE., M.SA., Ak. (Fakultas Ekonomi-Akuntansi Unisma) Jl. MT. Haryono 193 Telp. 0341-571996, Fax. 0341-552229 E-mail: afifudin26@gmail.com atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat di paksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat

Lebih terperinci

KEGIATAN EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR SATU

KEGIATAN EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR SATU JURNAL BISNIS DAN AKUNTANSI ISSN: 1410-9875 Vol. 17, No. 1a, November 2015 http: //www.tsm.ac.id/jba KEGIATAN EKSTENSIFIKASI DAN INTENSIFIKASI PAJAK TERHADAP PENERIMAAN PAJAK PADA KPP PRATAMA JAKARTA SAWAH

Lebih terperinci

Dasar-dasar Studi Kasus Perpajakan

Dasar-dasar Studi Kasus Perpajakan S Modul 1 Dasar-dasar Studi Kasus Perpajakan PENDAHULUAN Suryohadi, S.H., M.M. tudi Kasus Perpajakan adalah suatu kajian mengenai masalah-masalah yang timbul atau yang terjadi di dalam masyarakat berkenaan

Lebih terperinci

MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si.

MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si. MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si. amanitanovi@uny.ac.id *Makalah disampaikan pada Program Pengabdian Pada Masyarakat Pelatihan tentang Implementasi

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN DATA. A. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak

BAB III GAMBARAN DATA. A. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak BAB III GAMBARAN DATA A. Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Yaitu nomor yang diberikan kepada wajib pajak sebagai sarana dalam administrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan tujuan pembangunan nasional yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat, diperlukan pembiayaan yang tidak sedikit. Oleh karena itu pemerintah pada

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Prosedur Pengajuan Permohonan SKB PPh Atas Penghasilan Dari. Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan

BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. 1. Prosedur Pengajuan Permohonan SKB PPh Atas Penghasilan Dari. Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan digilib.uns.ac.id BAB III ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah 1. Prosedur Pengajuan Permohonan SKB PPh Atas Penghasilan Dari Pengalihan Hak Atas Tanah Dan/Atau Bangunan a) Wajib Pajak (WP)

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri Dewasa ini pajak merupakan suatu hal yang wajib untuk dipahami dengan baik, itu terjadi karena pajak sudah menjadi bagian penting dalam

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. 3.1 KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan Sejarah KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN. 3.1 KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan Sejarah KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan 3.1.1 Sejarah KPP Pratama Jakarta Mampang Prapatan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Mampang Prapatan merupakan pemecahan/pemekaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap, berencana dan berkesinambungan menurut arah

Lebih terperinci

HAK, KEWAJIBAN DAN SANKSI PEMILIK NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

HAK, KEWAJIBAN DAN SANKSI PEMILIK NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) HAK, KEWAJIBAN DAN SANKSI PEMILIK NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP) Nama : Wardatul Janah NPM : 41209374 Kelas : 3 DA03 Program Studi : Akuntansi Komputer Pembimbing : Dr. Teddy Oswari LATAR BELAKANG MASALAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II. 1 Dasar-dasar Perpajakan Indonesia II.1.1 Definisi Pajak Para ahli pajak baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri telah memberikan definisi pajak menurut versinya masing-masing.

Lebih terperinci

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah L 1 Daftar Pertanyaaan Wawancara dan Jawaban: 1. Apakah tujuan yang melatarbelakangi pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak dan intensifikasi pajak Orang Pribadi khususnya pada KPP Jakarta Tanah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

BAB I PENDAHULUAN. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar BAB 1 PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang. Pembayar

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2017 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2017 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGURANGAN DENDA ADMINISTRASI PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inquiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inquiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam membenahi

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai

BAB III PEMBAHASAN. A. Pembahasan Masalah. Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai 44 44 BAB III PEMBAHASAN A. Pembahasan Masalah Tahun 2015 ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak sebagai Tahun Pembinaan Wajib Pajak (TPWP). Pihak-pihak atau objek yang dibina oleh DJP adalah kelompok

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK Lampiran I II. Tata Cara Pendaftaran dan Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pelaporan dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak di KPP. 1. Wajib Pajak harus mengisi Formulir Permohonan Pendaftaran Wajib

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, pajak merupakan sumber terbesar pendapatan negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak menyumbang lebih dari separuh total pendapatan

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman Nomor 102, Jakarta Barat berdasarkan

BAB III OBJEK PENELITIAN. Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman Nomor 102, Jakarta Barat berdasarkan BAB III OBJEK PENELITIAN III.1 KPP Pratama Jakarta Grogol Petamburan III.1.1 Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Grogol Petamburan didirikan pada tanggal 1 Januari 2002 di Jalan Letjen S. Parman

Lebih terperinci

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PERPAJAKAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK DIREKTORAT PENYULUHAN PELAYANAN DAN HUBUNGAN MASYARAKAT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI Assalamualaikum

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN

BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN BAB 3 OBJEK DAN METODA PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Jakarta Duren Sawit Kantor Pelayanan Pajak ( KPP ) Pratama Jakarta Duren Sawit yang dibentuk sebagai bagian dari

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK Para Pemungut PPN yang terhormat, Setiap bulan setelah Masa Pajak berakhir, Pemungut PPN harus melaksanakan kewajiban untuk melaporkan kegiatan pemungutan PPN yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo. Pengertian lain mengenai pajak menurut P.J.A. Andriani dalam Moch.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo. Pengertian lain mengenai pajak menurut P.J.A. Andriani dalam Moch. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Konsep, Konstruk, dan Variabel 2.1.1. Pajak 2.1.1.1. Pengertian Pajak (2011: 1): Pengertian pajak menurut Rochmat Soemitro dalam Mardiasmo Pajak adalah iuran rakyat kepada kas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN

UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 1983 TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN [LN 2007/85, TLN 4740] 46. Ketentuan Pasal 36A diubah sehingga

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-60/PJ/2013 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-60/PJ/2013 TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-60/PJ/2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR

Lebih terperinci

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pembetulan

Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pembetulan Kementerian Keuangan RI Direktorat Jenderal Pajak Tata Cara Pembetulan PJ.091/KUP/S/022/2014-00 Dasar Hukum Pasal 16 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana

Lebih terperinci

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH... KANTOR PELAYANAN PAJAK...

DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH... KANTOR PELAYANAN PAJAK... Lampiran 1 DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH KANTOR PELAYANAN PAJAK Nomor : Lampiran : Satu set Hal : Himbauan Untuk Mendaftarkan Diri Sebagai Pengusaha Kena Pajak Yth. (NPWP : ) Berdasarkan penelitian

Lebih terperinci

Modul ke: Pertemuan 2. 02Fakultas EKONOMI. Perpajakan I. Program Studi AKUNTANSI

Modul ke: Pertemuan 2. 02Fakultas EKONOMI. Perpajakan I. Program Studi AKUNTANSI Modul ke: 02Fakultas EKONOMI NPWP dan PKP Pertemuan 2 Perpajakan I Program Studi AKUNTANSI Daftar Isi NPWP Tata Cara Pendaftaran NPWP melalui e-registration Cara Pindah KPP Penghapusan NPWP Pengusaha Kena

Lebih terperinci

:Prosedur Pembuatan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dengan Aplikasi e-spt PPN 1111 DM :Faiga Meiriskha NIM : ABSTRAK

:Prosedur Pembuatan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dengan Aplikasi e-spt PPN 1111 DM :Faiga Meiriskha NIM : ABSTRAK Judul Nama :Prosedur Pembuatan dan Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dengan Aplikasi e-spt PPN 1111 DM :Faiga Meiriskha NIM :1406043083 ABSTRAK Guna meningkatkan pelayanan kepada wajib pajak dalam penyampaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang bertujuan untuk mewujudkan tata kehidupan negara dan bangsa yang adil,

Lebih terperinci

TATA CARA PEMBENAHAN DATA MASTER FILE WAJIB PAJAK

TATA CARA PEMBENAHAN DATA MASTER FILE WAJIB PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : SE-60/PJ/2009 TENTANG PEMBENAHAN DATA MASTER FILE WAJIB PAJAK TATA CARA PEMBENAHAN DATA MASTER FILE WAJIB PAJAK A. UMUM Pembenahan data Master File

Lebih terperinci

BAGIAN 1 NOMOR POKOK WAJIB PAJAK. e-registration melalui laman Direktorat Jenderal Pajak

BAGIAN 1 NOMOR POKOK WAJIB PAJAK. e-registration melalui laman Direktorat Jenderal Pajak BAGIAN 1 Sebagaimana yang dipaparkan pada pertemuan sebelumnya bahwa salah satu inti pengertian pajak adalah dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

Lebih terperinci