BAB IV ANALISIS DAN USULAN PEMECAHAN MASALAH. Dalam melakukan magang di perusahaan MEGATAMA PLASINDO ini, berikut beberapa dampak negatif-nya adalah :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV ANALISIS DAN USULAN PEMECAHAN MASALAH. Dalam melakukan magang di perusahaan MEGATAMA PLASINDO ini, berikut beberapa dampak negatif-nya adalah :"

Transkripsi

1 23 BAB IV ANALISIS DAN USULAN PEMECAHAN MASALAH 4.1 ANALISIS TEMUAN MASALAH Dalam melakukan magang di perusahaan MEGATAMA PLASINDO ini, ada beberapa masalah yang saya temui, setelah dianalisis ada beberapa akibat yang bisa terjadi apabila permasalahan yang ada tidak segera diperbaiki, berikut beberapa dampak negatif-nya adalah : - Mempengaruhi perkembangan perusahaan, karena dengan sistem quality control yang kurang baik dan produktivitas tenaga kerja yang tidak maksimal akan menyulitkan perusahaan untuk berkembang menjadi lebih baik. - Menurunkan produktivitas kinerja, jadi apabila perusahaan tidak mengatur lay-out untuk kenyamanan dan keselamatan kerja bagi karyawannya, maka jalur komunikasi dan kecepatan serta keleluasaan kerja karyawan akan terhambat. - Merugikan perusahaan secara finansial, sudah pasti apabila masalah kinerja karyawan yang tidak maksimal tidak ditanggulangi secara cepat maka akan mengurangi kualitas dari produk sehingga membuat konsumen bisa saja menjadi tidak loyal pada perusahaan, sehingga akan mengurangi pendapatan dari perusahaan.

2 24 - Selain itu apabila keakuratan stok tidak segera diperbaiki tidak menutup kemungkinan apabila ada pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan keadaan tersebut dengan menyalahgunakan stok ( seperti mencuri, korupsi, dsb). Tetapi setelah diteliti dan dianalisis, ada juga kendala yang menjadi faktor penghambat dalam pemecahan masalah yang ada di dalam perusahaan adalah sebagai berikut : - Kelalaian dan ketidaktelitian karyawan yang sulit diperbaiki, dimana hal tersebut menjadi penyebab human error dalam kegiatan produksi. Khususnya di bagian warehouse (pencatatan stock) sering terjadi kesalahan, hampir di setiap bulan ditemukan kesalahan pencatatan atau selisih dalam angka timbangan. - Kurangnya Inventory Control disebabkan oleh sumber daya manusia yang kurang kompeten dan kurang ketatnya pengawasan dari pihak perusahaan bagian office dan kurang memadainya sarana yang diberikan oleh perusahaan untuk memudahkan pencatatan stock agar lebih akurat. - Masalah mesin yang dalam kurun waktu 1tahun bisa 4-5 kali terjadi kebocoran atau kerusakan bagian spare-partnya yang dapat menghambat proses produksi, hal ini disebabkan oleh kualitas mesin yang kurang baik. - Tata Letak pabrik, gudang dan office yang tidak tertata dengan baik, alasan sebenarnya adalah karena kondisi pabrik yang luasnya terbatas sehingga

3 25 menyulitkan bagian perusahaan untuk melakukan pengaturan dalam bagian stok bahan baku maupun bagian kantor. - Ada tenaga kerja yang dipekerjakan bukan yang Profesional atau Spesialis dibidangnya. Hal ini menjadi salah satu kendala yang dimiliki perusahaan karena ada beberapa human resoure-nya masih belum terlatih dengan baik sehingga masih dibutuhkan pelatihan khusus untuk setiap bidangnya masingmasing. Sebagai buktinya yaitu, seorang pekerja yang berada di bagian warehouse atau menangani stok adalah lulusan dari sarjana hukum, sehingga tidak sejalan atau tidak profesional dibidangnya, ada juga bagian Head Managernya adalah mantan dokter, yang juga tidak sejalan dengan tugas yang dijalaninya sekarang. Ini adalah beberapa bukti bahwa human resource yang dipekerjakan memiliki latar belakang pendidikan yang berbeda dengan pekerjaan mereka sehingga mereka memerlukan pelatihan untuk menambah kemampuan dan pengetahuan mereka di bidangnya masing-masing. 4.2 USULAN PEMECAHAN MASALAH Sebaiknya PT. MEGATAMA PLASINDO melakukan perbaikan strategi tata letak di bagian kantor agar karyawan lebih nyaman dalam bekerja dan melakukan strategi tata letak pabrik yang benar. Karena desain Layout dapat membantu kelancaran serta kesuksesan produksi sebuah perusahaan dan semakin efisien kita melakukan perubahan maka strategi tata letak akan

4 26 semakin produktif dan nilai yang ditambahkan pada barang yang dihasilkan menjadi lebih tinggi. (Heizer et al. ; p18) Strategi Tata Letak Strategi tata letak yang dapat diterapkan PT. MEGATAMA PLASINDO, menurut William J. Stevenson (2010 ; p467), yaitu: Layout Kantor Layout kantor menjalani transformasi sebagai aliran dokumen diganti dengan meningkatnya penggunaan komunikasi elektronik. Hal ini mengurangi kebutuhan untuk menempatkan para pekerja kantor dalam tata letak yang mengoptimalkan transfer fisik informasi atau dokumen. Kecenderungan lain adalah untuk menciptakan gambar keterbukaan; dinding-dinding kantor memberikan cara untuk posisi low-rise, yang juga memfasilitasi komunikasi di antara pekerja. Dengan strategi tata letak kantor dapat mempermudah arus informasi dan lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kinerja perusahaan. Menurut saya, strategi tata letak ruang yang cocok bagi Manager dan Atasan dari PT. MEGATAMA PLASINDO adalah menggunakan Tata Ruang Berkamar yaitu ruangan untuk bekerja yang dipisahkan atau dibagi dalam kamar-kamar kerja. Karena mereka membutuhkan privasi lebih dan fasilitas yang menunjang pekerjaan mereka untuk bertemu klien dan sebagainya.

5 27 Gambar (1) : Contoh tata ruang kantor Berkamar Keuntungan tata ruang kantor berkamar adalah : (1) Konsentrasi kerja lebih terjamin (2) Pekerjaan yang bersifat rahasia, dapat lebih terjamin atau terlindungi. (3) Untuk menambah kewibawaan, status pejabat sehingga selalu terpelihara adanya kewibawaan pejabat/pimpinan. (4) Untuk menjamin keberhasilan kerja dan merasa ikut bertanggung jawab atas ruangan dan merasa ikut memiliki. Kerugian tata ruang kantor berkamar adalah: (1) Komunikasi langsung antar pegawai tidak dapat lancar, sehingga kesempatan untuk mengadakan komunikasi menjadi berkurang. (2) Diperlukan biaya yang lebih besar untuk biaya pemeliharaan ruangan, pengaturan penerangan dan biaya peralatan lainnya. (3) Pemakaian ruangan kurang luwes apabila ada perubahan dan perkembangan organisasi. (4) Mempersulit pengawasan. (5) Memerlukan ruangan yang luas

6 28 Sedangkan strategi tata ruang bagi karyawan yang cocok adalah menggunakan tata ruang Kantor Terbuka yaitu ruangan besar untuk bekerja yang ditempati oleh beberapa pegawai yang bekerja bersama-sama diruangan tersebut tanpa dipisahkan oleh penyekat. Gambar (2) : contoh tata ruang kantor terbuka Keuntungan tata ruang kantor terbuka : (1) Mudah dalam pengawasan, pengaturan cahaya, udara,pengaturan warna dan dekorasi. (2) Luwes atau fleksibel apabila diperlukan perubahan ruangan dan tidak memerlukan biaya tinggi. (3) Mudah untuk mengadakan hubungan langsung, pengawasan, penyeragaman kerja dan pembagian peralatan kerja. (4) Biaya lebih hemat atau murah untuk pemeliharaan : ruangan kerja, penggunaan kelengkapan ruangan dan peralatan, penggunaan telepon dan lain-lainnya. Kerugian tata ruang kantor terbuka : (1) Kemungkinan timbul atau terjadi kegaduhan atau kebisingan.

7 29 (2) Pegawai sulit untuk melakukan pekerjaan dengan penuh konsentrasi. (3) Pekerjaan yang bersifat rahasia sulit dilakukan. (4) Kemungkinan nampak adanya tumpukan-tumpukan berkas atau kertas dan peralatan kerja lainnya, sehingga mengakibatkan pemandangan yang kurang baik Layout Gudang / Penyimpanan. Menurut Stevenson (2010 ; p468), rancangan fasilitas penyimpanan menyajikan faktor yang berbeda daripada desain layout. Frekuensi pesanan pabrik merupakan considertation penting, item yang dipesan sering harus ditempatkan di dekat fasilitas pintu masuk, dan mereka memerintahkan infrequentely item harus ditempatkan di fasilitas bagian belakang. o Cross-Docking Untuk menghindari penempatan bahan atau barang-barang dalam gudang dengan langsung memproses mereka saat diterima. o Random-stocking Digunakan dalam proses penggudangan untuk menemukan lokasi barang jika terdapat lokasi yang tersedia. Biasanya menggunakan AIS (Automatic Identification System) yang berupa barcode agar dapat mengidentifikasi barang secara akurat dan cepat. o Kustomisasi Menggunakan pergudangan untuk menambah nilai barang melalui modifikasi, perbaikan, pelabelan, dan pengemasan komponen.

8 30 Menurut saya PT.MEGATAMA PLASINDO tidak bisa menggunakan type Cross-Docking karena perusahaan ini tidak menerapkan sistem just-in time dan juga tidak bisa menggunakan Random-stocking karena penggunaan bahan bakunya ada yang berupa limbah, bekuan (campuran), yang akan sulit apabila menggunakan AIS (Automatic Identification System) yang berupa barcode. Jadi tata Letak Gudang yang paling cocok digunakan adalah Kustomisasi, yaitu disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan. Karena terbatasnya luas pabrik, PT. MEGATAMA PLASINDO memiliki 2 gudang penyimpanan, yg 1 untuk bahan baku yang berbentuk crusher-an, dan yang 1 menyimpan bahan baku berupa biji plastik dan limbah serta finished good yang berada dalam lokasi yang sama dengan pabrik. Jadi usulan dari saya adalah hendaknya PT. MEGATAMA PLASINDO membagi tempat penyimpanan bahan baku dengan finished good di tempat yang terpisah. Untuk tata letak penyimpanan bahan baku hendaknya bahan baku di susun berdasarkan jenis produk dan memiliki rak-rak penyimpanan sendiri tetapi berada di lokasi yang sama agar lebih mudah dalam melakukan stock opname dan mudah di pantau, sedangkan untuk gudang finished good bisa menerapkan tata letak Customizing, dimana ada lokasi-lokasi di dalam gudang yang disusun sedemikian rupa sehingga sebelum barang di kirim perusahaan dapat melakukan proses pengecekan quality ulang, perbaikan-perbaikan produk apabila dibutuhkan, proses pengepakan dan pemberian label agar kemasan lebih menarik, rapi, dan memuaskan konsumen.

9 Layout Pabrik Yang dimaksud jenis tata letak pabrik adalah tata letak pada jenjang hirarki antar station yang dicirikan tata letak antar mesin. Jenis Tata Letak Pabrik yang paling cocok digunakan oleh perusahaan adalah Job Shop. Job shop biasanya disebut juga tata letak proses atau fungsional. Dimana mesin- mesin sejenis dikumpulkan dalam satu lokasi yang sama. Tata letak proses cenderung mengandalkan perencanaan dan keterampilan manusia. Karena volume produksi yang dihasilkan umumnya adalah untuk memenuhi pesanan spesifik, oleh karena itu dibutuhkan banyak variasi pekerjaan. Konsekuensinya adalah mesin dan fasiltas produksi harus bisa fleksibel. (Sritomo : p58) Kelebihan job shop adalah : (1) Fleksibel dalam mengerjakan pesanan-pesanan beraneka ragam. (2) Kepuasan kerja, karena setiap pekerja mendapatkan tugas-tugas yang variatif. (3) Investasi yang rendah pada mesin-mesin khusus. Kerugianya antara lain : (1) Tinggi ongkos penanganan material. (2) Pengendalian produksi lebih rumit, oleh karena aliran kerja terputus-putus, maka setiap pesanan harus dialirkan dan

10 32 dijadwalkan tersendiri. Semua persiapan bahan, mesin, gambar teknik dan sebagainya harus dibuat khusus perpesanan. Gambar : Contoh tata letak job shop Selain itu, sesuai dengan teori menurut Drs.Herry & Fitri (2011 : p144), untuk memperoleh layout pabrik yang efisien, ada kriteria pengukuran yang perlu diperhitungkan oleh perusahaan, yaitu : - Jarak angkut minimum. - Aliran material yang baik. - Penggunaan ruang yang efektif. - Luwes. - Keselamatan barang-barang yang diangkut. - Kemungkinan-kemungkinan perluasan di masa depan. - Biaya efektivitas yang maksimum.

11 Perhitungan Desain Layout Menurut Maria, Heni, dan Rahmat (2011 : p115), karena PT.MEGATAMA PLASINDO paling tepat menggunakan layout yang berorientasi pada proses maka langkah langkah dalam mendesain layout proses adalah sebagai berikut : 1) Mengumpulkan informasi: - Kebutuhan ruang di pusat - Ruang yang tersedia - Matrix perjalanan - Tingkat kedekatan 2) Mengembangkan rencana blok. - Menghitung Total Load Distance 3) Membuat Desain Layout Kebutuhan Area Setiap Departemen Departemen Daerah yang dibutuhkan (meter) Sortir Limbah 100 Crusher Limbah Plastik 100 Mixing bahan baku 100 Mesin produksi ANFU 150 Mesin produksi FONGKI 150 Pengangkutan dan Penerimaan 50 Total 650 Tabel (1) Tabel Kebutuhan Area Produksi

12 34 Layout Blok untuk Machine saat ini Lebar = 13m Panjang = 50m Departemen 13m Sortir Limbah Departemen CRUSHER Departemen MIXING Mesin ANFU Mesin FONGKI Deptartemen penerimaan dan pengiriman bagian belakang pintu masuk Gambar (1) Gambar Layout bagian Produksi saat ini MATRIX Perjalanan DEPARTEMEN Perjalanan Antar Departemen Sortir Limbah 10 Crusher Limbah Plastik 10 Mixing bahan baku Mesin produksi ANFU 10 Mesin produksi FONGKI 15 Pengangkutan dan Penerimaan Sumber data : analisis internal perusahaan Tabel (2) Tabel Matrix Arus Produksi Maksud dari tabel ini adalah jarak antara wilayah tempat sortir limbah ke mesin crusher adalah 10meter, jarak antara mesin crusher dengan mesin mixing / pencampur bahan dengan pewarna adalah 15meter, kemudian jarak mesin mixing dengan mesin ANFU adalah 20meter dan dengan mesin FONGKI adalah 35meter, dan jarak pengangkutan dan penerimaan dengan wilayah sortir limbah adalah 30meter.

13 35 Tingkat Kedekatan Antar Departemen DEPARTEMEN Tingkat Kedekatan Antar Departemen Sortir Limbah - O O U U E Crusher Limbah Plastik - E O O U Mixing bahan baku - A A I Mesin produksi ANFU - O A Mesin produksi FONGKI - A Pengangkutan dan Penerimaan - Sumber data : analisis internal perusahaan Keterangan : Tingkat A E I O U X KETERANGAN Sangat Perlu Sangat Penting Penting Biasa Tidak Penting Tidak Perlu Tabel (3) Tabel Diagram Tata Letak Hasil analisis : - Jarak dekat Departemen Sortir LImbah dengan Departemen Pengangkutan dan Penerimaan adalah penting sekali, agar bahan baku (limbah) yang dating bisa langsung disortir dan dibersihkan. - Jarak dekat Departemen Crusher dengan Departemen Mixing juga sangat penting, agar bahan baku yang sudah di crusher bisa langsung dicampur dengan adaptive lain tanpa memakan waktu angkut yang lama.

14 36 - Jarak Departemen Mixing dengan mesin ANFU dan FONGKI adalah sangat diperlukan, sehingga bahan baku yang sudah siap diproses dapat langsung dimasukkan ke dalam mesin produksi, dan meminimalkan bahan baku yang terbuang pada saat pengangkutan. - Jarak Mesin ANFU dan FONGKI dengan Departemen Pengangkutan sangat diperlukan untuk memudahkan pengiriman finished good kepada pelanggan. - Jarak wilayah sortir limbah ke Departemen Crusher dan Mixer bisa diatur dalam jarak biasa saja. - Jarak Departemen Sortir dengan Mesin ANFU dan FONGKI adalah tidak penting karena bahan baku yang disortir tidak bisa langsung diproduksi oleh mesin ANFU dan FONGKI, masih perlu melewati tahap crusher dan mixing. - Jarak Departemen Crusher dengan Mesin ANFU dan FONGKI bisa diatur dalam jarak biasa saja. - Jarak Departemen Crusher dengan Departemen Pengangkutan dan Penerimaan adalah tidak penting. - Jarak dekat antara Departemen Mixing dengan Departemen Penerimaan adalah penting, agar bahan baku dalam bentuk biji plastik original (bukan limbah) bisa langsung diproses dengan cepat. - Jarak mesin ANFU dan mesin Fongki bisa diatur dalam jarak biasa saja.

15 Perhitungan Total Load Distance Pasangan Departemen Tingkat Kedekatan, l Rencana Saat ini Jarak, d Nilai Muatan Jarak, ld Rencana yang diajukan Jarak, d Nilai Muatan Jarak, ld 1, , , , , , , , Ld = 395 Ld = 210 Sumber data : analisis internal perusahaan Tabel Perhitungan Load distance Method Jadi kesimpulannya adalah dengan menerapkan desain layout yang baru dapat mengurangi load distance (jarak-beban) sebesar 185, maka akan lebih efektif dengan mengubah layout yang ada saat ini dengan rencana desain layout yang baru, dimana jarak angkut akan lebih minimum, aliran bahan lebih baik, dan penggunaan ruang lebih efektif dan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas produksi.

16 38 Rencana Layout Blok untuk Mesin di masa akan datang Departemen Sortir Limbah Departemen CRUSHER IN Deptartemen penerimaan dan pengiriman Mesin ANFU Departemen MIXING Mesin FONGKI Gambar (2) Gambar Rencana Layout Produksi Masa depan

17 39

18 40 Kesimpulan : - Dapat dilihat dari penggunaan bahan HIPS dari tahun 2010 sebesar ,69 kg menjadi ,20 kg di tahun Sedangkan PP (2010) sebesar ,22 kg menjadi ,07 (2011) - Penurunan penggunaan bahan HIPS dari 2010 ke 2011 sebesar 6,51% - Penurunan penggunaan bahan PP dari 2010 ke 2011 sebesar 0,092 % 1% - Nilai ratio (1) & (2) yang menunjukan efesiensi juga mengalami penurunan sebesar 3,44% dan 3,36% - Nilai ratio (3) & (4) menunjukan bahwa tingkat kerajinan karyawan menurun dan kerusakan mesin lebih sering terjadi. Menurut analisis penyebab produktivitas menurun adalah : 1) Human Resoure : - Sering terjadi Human error ( kurang teliti ) - Tingkat absensi dari karyawan meningkat. - Kurang Pengetahuan dan Keahlian 2) Mesin : - Sering terjadi kerusakan - Kurang Pemeliharaan mesin 3) Pengaturan tempat kerja yang kurang efektif

19 Cara Meningkatkan Produktivitas Cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas kinerja (Robbins&Coulter, p217) disamping mengubah layout kerja adalah : (1) Membuat rencana jangka panjang dan peramalan yang lebih akurat. (2) Jangan pernah merasa puas dengan kualitas produk sekarang. (3) Ciptakan pengendalian statistik terhadap proses produksi. (4) Hanya berhubungan dengan sedikit pemasok dan yang terbaik. (5) Tingkatkan kualitas supervisor lini. (6) Latih karyawan terhadap keterampilan-keterampilan yang baru ketika dibutuhkan dan cara untuk memahami metode statistik. (7) Selain itu pemberian motivasi kepada karyawan juga diperlukan agar mereka merasa dihargai dan di support sepenuhnya oleh perusahaan Inventory Control Sebagaimana menurut Chase, Jacob, dan Aquilino (2006 ; p589) Inventory adalah persediaan segala macam barang ataupun sumber daya yang digunakan di dalam organisasi, yang dapat menjadi asset dan nilai bagi perusahaan sehingga perlu diatur sedemikian rupa untuk menjaga kestabilan dan kelancaran proses produksi.

20 42 Menurut Palimirma (2011), untuk melakukan perhitungan inventory perusahaan agar lebih akurat bisa melakukan hal seperti berikut : (1) Stock opname: perhitungan barang pada awal dan akhir periode yang dihitung, cara ini merupakan ketentuan yang harus dilakukan oleh manajemen untuk menentukan jumlah persediaan akhir, sebagai salah satu persyaratan memperoleh unqualified opinion. (2) Menggunakan metode pencatatan perpetual. (3) Menggunakan metode Agregatif Kelemahan-kelemahan dari masing-masing cara tersebut dapat kita lihat sbb: (1) Metode stock opname atau periodic method: Persediaan yang merupakan komponen cost of goods sold (CGS) maka perhitungan kuantitas persediaan yang dilakukan dengan stock opname tergantung dari kelengkapan data/catatan dan perhitungan barang. Dengan cara ini perhitungan persediaan yang dibebankan pada CGS ada kemungkinan overstatement, karena hanya membandingkan dan menghitung jumlah barang yang dimiliki dikurangi dengan persediaan akhir. Sehingga kalau terjadi adanya barang yang hilang, rusak, menguap, turun kualitasnya dsb, maka hal ini bila tidak terungkap akan menyebabkan laporan laba rugi tidak atau kurang informatif. Karena adanya kerugian-kerugian yang seharusnya diperlukan sebagai kerugian extraordinary item, kemudian dengan perhitungan stock opname secara

21 43 berkala tidaklah cukup sebagai dasar pembuatan keputusan yang bersifat manajerial secara cepat. (2) Metode perpetual Dalam metode perpetual ini terdapat kelemahan pada saat menentukan nilai dan jumlah barang, karena dengan metode pencatatan yang kontinyu ini berarti saldo persediaan setiap saat dapat diketahui, namun perlu diperhatikan bahwa dengan hanya menghitung jumlah barang bedasarkan catatan akan mengakibatkan nilai persediaan overstatement, karena adanya persediaan yang rusak dsb. Oleh karena itu yang lebih tepat dalam menentukan jumlah persediaan adalah kalau menggunakan metode gabungan antara metode perpetual dengan stock opname. (3) Metode agregatif Dalam metode ini kesulitannya sama dengan kesulitan yang dialami metode perpetual, kalau dalam hal pembahasannya adalah masalah penentuan harga persediaan. Dalam metode ini juga lebih tepat kalau penentuan jumlah dan nilai persediaan dikombinasi dengan stock opname.

22 Inventory Control System Dalam Inventory Control System, menurut Russel & Taylor ( 2003 ; p459) ada 2 tipe dari Inventory system, yaitu: 1) Sistem Inventory Berkelanjutan (Continuous Inventory System) Jumlah konstan diperintahkan saat persediaan menurun ke tingkat yang telah ditetapkan, disebut sebagai titik pemesanan ulang, suatu tatanan baru ditempatkan untuk mengisi stok persediaan. Urutan yang ditempatkan merupakan jumlah yang tetap untuk meminimalkan biaya total persediaan. Jumlah ini, yang disebut kuantitas pesanan ekonomi. 2) Sistem Persediaan Berkala (Periodic Inventory Systems) Dalam Sistem Persediaan Periodik, persediaan dihitung pada interval waktu tertentu, dalam sistem ini tingkat persediaan tidak diawasi sama sekali selama interval waktu antara pesanan, sehingga memiliki keunggulan yaitu pencatatan yang diperlukan sedikit atau tidak diperlukan. Kelemahannya adalah kurang kontrol langsung. PT.MEGATAMA PLASINDO pada saat ini tidak menerapkan kedua sistem tersebut, sehingga hal tersebut terkadang menyulitkan perusahaan untuk mengontrol jumlah persediaan di gudang. Sebaiknya perusahaan menerapkan Sistem Persediaan Berkelanjutan (Continuous Inventory System), agar stok bahan baku yang ada di pabrik bisa terkontrol jumlahnya, tidak akan mengalami out of stock maupun over

23 45 stock, tetapi kekurangannya adalah dibutuhkan pencatatan yang harus lebih teliti dan terus menerus Sistem MRP ( Material Requirements Planning ) Karena permintaan pada PT.MEGATAMA PLASINDO bersifat dependent atau bergantung pada keinginan konsumen, fluktuatif harga, dan sebagainya maka untuk memudahkan dalam pengaturan persediaan PT.MEGATAMA PLASINDO bisa menerapkan Sistem MRP ( Material Requirements Planning ). MRP merupakan suatu system informal yang dirancang secara khusus untuk tujuan mengelola persediaan (inventory) terhadap dependent demand dan merancang skedul penambahan pesanan ( Krajewski & Ritzman, 2005 ). Sistem MRP membantu perusahaan untuk mengurangi tingkat persediaan, mengoptimalkan penggunaan tenaga kerja dan fasilitas yang baik, serta memperbaiki layanan terhadap pelanggan. Manfaat Material Requirements Planning ( MRP) adalah : 1) Sebagai peramalan statistik untuk komponen-komponen dengan permintaan yang tidak rinci atau lumpy demand dan mempunyai tingkat kesalahan peramalan yang besar. 2) Sistem MRP menyediakan informasi yang bermanfaat bagi manajer untuk perencanaan kapasitas dan estimasi persyaratan keuangan.

24 46 3) Sistem MRP secara otomatis meng-update dependent demand dan skedul penambahan persedian komponen, ketika skedul parent item berubah. Gambar (1) : MRP System Input-input Sistem MRP ( Material Requirements Planning ), yaitu: 1) Bill of Material ( BOM ) Merupakan laporan semua komponen setiap item, keterkaitan dengan parent item dengan komponen, dan kuantitas penggunaanya yang berasal dari engineering dan desain proses.

25 PLASTIC 47 SHEET MATERIAL ADIPTIVE SCRAP PELET BIJI PLASTIC ORIGINAL Sumber : Data dari perusahaan Gambar (1) : Bill of Material dari Platik sheet 2) Master Production Schedule ( MPS ) Merupakan jumlah secara detail item akhir yang akan diproduksi dalam periode waktu tertentu. JUNI JULI PP SHEET HIPS SHEET Aggregate production plan for Plastic Sheet *Satuan kilogaram (KG) dan angka telah dibulatkan ; Sumber data : dari laporan produksi harian di PT.Megatama Plasindo Tabel (1) Master Production Schedule

26 48 Ada tiga dasar strategi MPS yang mendorong perusahaan untuk mengelola persediaan dengan lebih baik dalam rangka mendukung prioritas bersaing, yaitu : (1) Make-to-stock strategy pendekatan strategi membuat persediaan bagi komponen-komponen produk jadi (end item). Strategi ini cenderung digunakan oleh perusahaan yang memfokuskan pada produk jadi, sehingga perusahaan dapat meminimalkan waktu penyampaian produk kepada pelanggan. (2) Assemble-to-order strategy pendekatan strategi untuk memproduksi item akhir yang sesuai pesanan ( Customized ) dengan beberapa pilihan komponen standard dan sub perakitan berdasarkan penerimaan pesanan dari pelanggan. (3) Make-to-order strategy pendeatan strategi operasional untuk memproduksi item akhir berdasarkan spesifikasi pelanggan. Langkah-langkah dalam pengembangan MPS, yaitu : Langkah 1 : Menghitung Estimasi persediaan periode sekarang ( project onhand inventory ) Rumus : Project on Onhand MPS quantity Projected hand inventory = inventory last + due this period Requirements this period period this period

27 49 Item : PP SHEET QUANTITY JUNI ON HAND : kg 1 2 FORECAST CUSTOMER ORDERS PROJECTED ON- HAND INVENTORY MPS QUANTITY 0 0 Sumber : data laporan penjualan ( angka telah dibulatkan ke atas) Tabel (2) : Master Production Schedule untuk Minggu 1 dan 2 Penjelasan: Forecast minggu 1 lebih kecil daripada customer orders, maka: Projected on hand inventory = Penjelasan: Forecast minggu 2 lebih besar daripada customer orders, maka: Projected on hand inventory = Nilai ( ) tidak dibenarkan dalam menentukan persediaan, sehingga dibutuhkan skedul kuantitas MPS

28 50 Langkah 2 : Menentukan waktu dan ukuran kuantitas MPS Item : PP SHEET Lead time =1 minggu QUANTITY JUNI JULI ON HAND : kg FORECAST CUSTOMER ORDERS PROJECTED ON- HAND INVENTORY MPS QUANTITY MPS START Sumber : data internal perusahaan, angka telah dibulatkan ke atas. Tabel (3) : Master Production Schedule dari Minggu 1 hingga ke-8 Kesimpulan dari table ini adalah dibutuhkan penyusunan skedul MPS selama produksi dan juga dalam melakukan peramalan agar penjualan bisa mencapai target penjualan mingguan/ bulanan dan tidak melewati kapasitas mesin.

29 51 Selain itu dengan mengendalikan jadwal induk produksi, manajemen puncak dapat mengendalikan pelayanan konsumen, tingkat persediaan, dan biaya manufaktur, serta dapat memastikan bahwa jadwal induk akhir yang akan dipakai tidak membengkak dan mencerminkan kendala kapasitas yang realistis. 3) Inventory Record Merupakan input terakhir untuk MRP, dan fondasi untuk meng-update catatan transaksi persediaan yang mencakup realisasi pesanan baru, penerimaan schedule receipt, penyesuaian awal tanggal schedule receipt, penarikan persediaan, pembatalan pesanan, pembetulan kesalahan persediaan, pembatalan pengiriman. Tujuan dari inventory record adalah untuk menjaga tingkat persediaan dan penambahan komponen yang dibutuhkan. Penentuan inventory record mencakup tahapan berikut ini : (1) Gross Requirements, merupakan total permintaan yang diturunkan dari semua rencana produksi induknya. (2) Schedule receipts, yaitu pesanan yang telah diserahkan kepada supplier tetapi belum diterima oleh pemesan. (3) Projected on-hand inventory, menunjukan besarnya persediaan item akhir pada setiap periode.

30 52 (4) Planned receipts, menunjukan pesanan yang direncanakan sudah akan diterima pada periode tertentu. (5) Planned order release, menunjukan waktu atau tanggal realisasi pesanan dengan mengurai lead time dari tanggal rencana penerimaan.

ANALISIS STRATEGI TATA LETAK TERHADAP PRODUKTIVITAS OPERASIONAL PRODUKSI DAN INVENTORY CONTROL PADA PT.MEGATAMA PLASINDO

ANALISIS STRATEGI TATA LETAK TERHADAP PRODUKTIVITAS OPERASIONAL PRODUKSI DAN INVENTORY CONTROL PADA PT.MEGATAMA PLASINDO ANALISIS STRATEGI TATA LETAK TERHADAP PRODUKTIVITAS OPERASIONAL PRODUKSI DAN INVENTORY CONTROL PADA PT.MEGATAMA PLASINDO Dita Gisela Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia Abstrak PT. MEGATAMA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

PERENCANAAN MATERIAL YANG DIBUTUHKAN (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING)

PERENCANAAN MATERIAL YANG DIBUTUHKAN (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING) BAB PERENCANAAN MATERIAL YANG DIBUTUHKAN (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING) TUJUAN: Setelah memahami materi ini Mahasiswa diharapkan dapat:. Memahami perencanaan terhadap dependent demand.. Mengetahui manfaat

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 64 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PT. Surya Toto Indonesia bergerak di bidang ceramic sanitary wares and plumbing hardware., salah satu produknya yaitu kloset tipe

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Untuk memecahkan masalah yang diuraikan pada sub bab 1.2 diperlukan beberapa terori pendukung yang relevan. 2.1 Inventory Control Pengawasan persediaan digunakan untuk mengatur tersedianya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

BAB 2 LINGKUNGAN ORGANISASI. Kondisi bisnis dari perusahaan pada saat ini terbilang baik, karena jumlah

BAB 2 LINGKUNGAN ORGANISASI. Kondisi bisnis dari perusahaan pada saat ini terbilang baik, karena jumlah 8 BAB 2 LINGKUNGAN ORGANISASI 2.1 ANALISIS INTERNAL ORGANISASI Kondisi bisnis dari perusahaan pada saat ini terbilang baik, karena jumlah penjualan yang stabil dan penggunaan mesin yang full kapasitas

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot. Dinar Nur Affini, SE., MM. Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Manajemen Persediaan Modul ke: 10Fakultas Ekonomi & Bisnis Perencanaan Kebutuhan Barang_(MRP) Lot for Lot Dinar Nur Affini, SE., MM. Program Studi Manajemen Perencanaan Kebutuhan Material Perencanaan Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengumpulan Data 4.1.1 Data Penjualan Data penjualan grout tipe Fix pada PT.Graha Citra Mandiri mulai dari Januari 2004 sampai dengan Oktober 2006 ditunjukkan pada

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Penelitian ini dilakukan di Perusahaan Menara Cemerlang, suatu perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan karung plastik. Pada saat ini perusahaan sedang mengalami penjualan yang pesat dan mengalami

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk merencanakan pembuatan/pembelian komponen/bahan baku yang diperlukan untuk melaksanakan MPS. MRP ini merupakan hal

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8 PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING) (MRP) BAB - 8 Sebelum penggunaan MRP, perencanaan pengendalian persediaan biasanya dilakukan melalui pendekatan reaktif sbb : a. Reorder

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Material Requirement Planning (MRP) Menurut Heryanto (1997, p193), persediaan adalah bahan baku atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perusahaan manufaktur, manajemen persediaan merupakan kegiatan untuk merencanakan, mengelompokkan dan mengontrol aktivitas-aktivitas selama proses terbentuknya

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan

BAB 3 METODOLOGI. Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan BAB 3 METODOLOGI Kerangka kerja yang digunakan oleh tim penulis adalah dengan mengkombinasikan beberapa metode yang masuk dalam kategori praktek terbaik untuk melakukan pengurangan jumlah persediaan barang

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N

K E L O M P O K S O Y A : I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N K E L O M P O K S O Y A : A H M A D M U K T I A L M A N S U R B A T A R A M A N U R U N G I K A N O V I I N D R I A T I I N D A N A S A R A M I T A R A C H M A N S A L I S U B A K T I T R I W U L A N D

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) ABC Amber Text Converter Trial version, http://www.processtext.com/abctxt.html MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Definisi MRP adalah suatu teknik yang dipakai untuk

Lebih terperinci

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Penentuan Objek Penelitian PT REKABAJA MANDIRI memproduksi ratusan item produk yang berasal dari puluhan group produk. Mengingat begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era globalisasi, tingkat persaingan yang terjadi di dunia industri mengalami peningkatan. Hal ini berarti tingkat persaingan tidak hanya terjadi antar perusahaan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi, maka penulis menggunakan metode penyelesaian masalah yang dapat digambarkan sebagai berikut: Penelitian Pendahuluan Identifikasi

Lebih terperinci

MEMPRODUKSI BARANG DAN JASA (PRODUCING GOODS AND SERVICES) Gambar 11.1 Proses Transformasi Sumber Daya

MEMPRODUKSI BARANG DAN JASA (PRODUCING GOODS AND SERVICES) Gambar 11.1 Proses Transformasi Sumber Daya MEMPRODUKSI BARANG DAN JASA (PRODUCING GOODS AND SERVICES) A. MANAJEMEN OPERASI/PRODUKSI Manajemen Operasi (atau produksi) adalah pengarahan dan pengendalian suatu proses secara sistematis untuk mengubah

Lebih terperinci

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek. Bab III : Manajemen Inventori. Bab IV : Supply-Chain Management

Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek. Bab III : Manajemen Inventori. Bab IV : Supply-Chain Management MANAJEMEN OPERASI 1 POKOK BAHASAN Bab I : Peramalan (Forecasting) Bab II : Manajemen Proyek Bab III : Manajemen Inventori Bab IV : Supply-Chain Management Bab V : Penetapan Harga (Pricing) 2 BAB III MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sejarah manajemen menurut William (2008:44) sebagai bidang studi manajemen mungkin berusia 125 tahun, tetapi ide-ide dan praktek manajemen benarbenar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 TEKNOLOGI PROSES PRODUKSI Proses produksi PT Amanah Prima Indonesia dimulai dari adanya permintaan dari konsumen melalui Departemen Pemasaran yang dicatat sebagai pesanan dan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data yang dikumpulkan digunakan untuk mendukung pengolahan data yang dilakukan ataupun sebagai input dari setiap metode-metode

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Manajemen Permintaan Pada dasarnya manajemen permintaan (demand management) didefinisikan sebagai suatu fungsi pengelolaan dari semua permintaan produk untuk menjamin

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS SISTEM. produksi dan prosedur persediaan bahan baku pada Perusahaan Roti Morning

BAB III ANALISIS SISTEM. produksi dan prosedur persediaan bahan baku pada Perusahaan Roti Morning 42 BAB III ANALISIS SISTEM Bab ini akan menjelaskan tentang deskripsi permasalahan sistem, proses produksi dan prosedur persediaan bahan baku pada Perusahaan Roti Morning Bakery, analisis kebutuhan sistem,

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) Oleh: Mega Inayati Rif ah, S.T., M.Sc. Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Jl. Kalisahak No. 28, Komplek Balapan, Yogyakarta PART 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. CV. New Sehati merupakan UKM (Usaha Kecil Menengah) keripik yang

BAB I PENDAHULUAN. CV. New Sehati merupakan UKM (Usaha Kecil Menengah) keripik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah CV. New Sehati merupakan UKM (Usaha Kecil Menengah) keripik yang didirikan oleh Bapak Achmad Munali dan dibantu istrinya Ibu Wahyu Nur Afiyah. Usaha yang berdiri

Lebih terperinci

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta

COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU. Universitas Esa Unggul Jakarta COST ACCOUNTING MATERI-9 BIAYA BAHAN BAKU Universitas Esa Unggul Jakarta PENGERTIAN BAHAN BAKU Adalah bahan yang membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi. Bahan baku dapat diperoleh dari pembelian

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak Perusahaan Plastik X adalah perusahaan penghasil plastik injection process dengan orientasi pasar lokal, sehingga harus dapat mempertahankan dan meningkatkan produktivitasnya agar dapat memenangkan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat.

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN. beralamat di Jalan Prepedan Raya No 54, Kalideres, Jakarta Barat. 36 BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Riwayat Perusahaan PT Prima Plastik Internusa (PPI) adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam bidang packaging atau produksi kemasan. PT PPI didirikan tahun

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen. BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pt. Anugraha Wening Caranadwaya, diperusahaan Manufacturing yang bergerak di bidang Garment (pakaian, celana, rompi,

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Material (MRP)

Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) Komponen-komponen: 1. Sistem penjadwalan produksi menghasilkan master jadwal produksi yang mencakup lead time terpanjang ditambah waktu produksi terpanjang. 2. Sistem

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Gambaran Umum Pokok pembahasan pada tesis ini hanya akan difokuskan dalam rangka mengetahui bagaimana Janssen Cilag Indonesia dapat mencapai titik optimum di dalam manajemen persediaannya

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Produk Yang Dihasilkan PT. Harapan Widyatama Pertiwi adalah perusahaan yang memproduksi pipa berdasarkan pesanan (make to order), tetapi ada pula beberapa produk yang diproduksi

Lebih terperinci

CAPACITY PLANNING. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT., Dr. / Euis Nina S. Y., ST, MT

CAPACITY PLANNING. Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT., Dr. / Euis Nina S. Y., ST, MT CAPACITY PLANNING Modul ke: Definisi Kapasitas, Manajemen Kapasitas, Capacity Planning Factors, Bill of Capacity, dan Capacity Requirement Planning. Fakultas Pascasarjana Zulfa Fitri Ikatrinasari, MT.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi saat ini setiap perusahaan harus mampu mempersiapkan diri secara lebih baik, karena dalam era perdagangan tanpa batas tersebut mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 61 BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Chart Pemecahan Masalah Gambar 3.1 Flow Chart Metodologi Pemecahan 62 3.2 Penjelasan Flow Chart Metodologi Pemecahan Masalah Dari flow chart metodologi pemcahan

Lebih terperinci

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE)

RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) RENCANA INDUK PRODUKSI (MASTER PRODUCTION SCHEDULE) Pokok Bahasan: I. MPS II. Hubungan Production Plan dengan MPS III. Contoh MPS IV. Available to Promise (ATP) V. Perubahan MPS & Time Fences VI. Projected

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global. Oleh karena itu, setiap perusahaan

Lebih terperinci

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan

V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan V. Hasil 3.1 Proses yang sedang Berjalan Dalam industri komponen otomotif, PT. XYZ melakukan produksi berdasarkan permintaan pelanggannya. Oleh Marketing permintaan dari pelanggan diterima yang kemudian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN PERSEDIAAN. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ. Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) -EOQ Fakultas FEB Prepared by: Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Proses dalam MRP Bill of material (BOM)

Lebih terperinci

Page 1

Page 1 Gambaran Kasus 1. Pada tanggal 01/02/2014, Pelanggan umum melakukan pemesanan Pembelian SO (SO-001) dengan Nomor PO (PO-001), yaitu Paket Biji Bakso Isi 25 Butir 4 Bks @Rp.65.000 & Paket Biji Bakso Isi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada

ABSTRAK. Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada ABSTRAK Kemampuan dan keterampilan manajemen mengelola sumber daya yang ada sangat menentukan keberhasilan suatu perusahaan. Pada saat perusahaan semakin besar dan berkembang, kemampuan manajemen untuk

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan. Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Evaluasi Efektivitas dan Efisiensi Aktivitas Pembelian, Penyimpanan, dan Penjualan Barang Dagang pada PT Enggal Perdana IV.1.1. Evaluasi atas Aktivitas Pembelian Barang Dagang Aktivitas

Lebih terperinci

MRP(MATERIAL REQUIREMENT PLANNING ) OLEH YULIATI, SE, MM

MRP(MATERIAL REQUIREMENT PLANNING ) OLEH YULIATI, SE, MM MRP(MATERIAL REQUIREMENT PLANNING ) OLEH YULIATI, SE, MM PENDAHULUAN Salah satu cara untuk mengendalikan persediaan adalah dengan metode Material Requierment Planning (MRP) / Perencanaan Kebutuhan Bahan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Dibawah ini merupakan diagram alir yang menggambarkan langkahlangkah dalam melakukan penelitian di PT. Dankos Laboratorioes

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Mulai Identifikasi Masalah Pengumpulan Data : - data penjualan - data kebutuhan bahan baku - data IM F - data biaya pesan - data biaya simpan Pengolahan Data : - Peramalan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Tahap Penelitian. Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Tahap Penelitian Tahapan penelitian dibagi menjadi beberapa bagian yaitu: a. Tahap Pendahuluan Pada tahap ini dikumpulkan informasi mengenai sistem pembelian dan pengelolaan persediaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan yang ketat antar perusahaan baik perusahaan nasional maupun perusahaan asing yang diakibatkan oleh faktor globalisasi menuntut perusahaan untuk dapat bertahan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga BAB II A. Manajemen Operasi Manajemen Operasi membahas bagaimana membangun dan mengelola operasi suatu organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga pengendalian sistim

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era yang sudah maju pada saat ini manusia sangat memerlukan Teknologi dalam kehidupannya. Semakin pesatnya pertumbuhan teknologi, maka saat ini tercipta banyak

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1 Landasan Teori Perencanaan kebutuhan material (material requirements planning) merupakan metode perencanaan dan pengendalian pesanan dan inventori untuk item-item

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan.

Bab 1. Pendahuluan. Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. 1 Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Penelitian Keadaan perekonomian di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Sampai saat ini perekonomian Indonesia belum bisa pulih dari krisis ekonomi yang berkepanjangan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Flow diagram untuk pemecahan masalah yang terdapat pada PT. Pulogadung Pawitra Laksana (PT. PPL) dapat dilihat dalam diagram 3.1 di bawah ini. Mulai Identifikasi Masalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan baku merupakan salah satu unsur yang menentukan kelancaran proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan baku merupakan salah satu unsur yang menentukan kelancaran proses 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Bahan baku merupakan salah satu unsur yang menentukan kelancaran proses produksi suatu perusahaan. Apabila persediaan bahan baku tidak mencukupi, maka proses

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODE PEMECAHAN MASALAH 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah Metodologi yang dipakai dalam pemecahan masalah merupakan penerapan dari metode perbaikan proses berkesinambungan (Continuous Prosess Improvement)

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan pembahasan terhadap usulan distribusi dengan metode Distribution Requirement Planning, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Perbandingan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 28 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pengertian manajemen menurut T H Handoko (2005, hal 3) adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan

Lebih terperinci

Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) UNPGRI KEDIRI

Seminar Nasional Manajemen Ekonomi Akuntansi (SENMEA) UNPGRI KEDIRI Analisis Perencanaan Pengadaan Material Bahan Bangunan pada PT Dhaha Jaya Persada Menggunakan Metode MRP (Material Requirements Planning) Guna Efisiensi Biaya Nazar J Kristiawan Dr. Lilia Pasca Riani,

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) Lot for Lot. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) Lot for Lot. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) Lot for Lot Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi Material Requirement Planning

Lebih terperinci

SIKLUS PRODUKSI. Tiga fungsi SIA dasar dalam siklus produksi, yaitu:

SIKLUS PRODUKSI. Tiga fungsi SIA dasar dalam siklus produksi, yaitu: SIKLUS PRODUKSI Siklus produksi adalah serangkaian kegiatan usaha yang berulang dan operasi pemrosesan data yang terkait berhubungan dengan pembuatan produk. Tiga fungsi SIA dasar dalam siklus produksi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan semakin maju dan berkembangnya perekonomian kota Malang membuat

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan semakin maju dan berkembangnya perekonomian kota Malang membuat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kecenderungan semakin maju dan berkembangnya perekonomian kota Malang membuat persaingan semakin ketat di seluruh sector industry dan masing-masing perusahaan dalam

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Economic Order Quantity Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen PERSEDIAAN Pengertian

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Validasi Capacity Requirement Planning (CRP) Pada Perusahaan Rokok Sigaret Keretek Mesin (SKM)

Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Validasi Capacity Requirement Planning (CRP) Pada Perusahaan Rokok Sigaret Keretek Mesin (SKM) Petunjuk Sitasi: Eunike, A., Herdianto, B., & Setyanto, N. W. (2017). Perencanaan Kebutuhan Bahan Baku Dengan Validasi Capacity Requirement Planning (CRP) Pada Perusahaan Rokok Sigaret Keretek Mesin (SKM).

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 4.1 Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan Langkah-langkah dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan dalam membuat sistem untuk menghasilkan suatu perencanaan

Lebih terperinci

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Darsini Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl.

Lebih terperinci

Mengapa tata letak dipandang sebagai sebuah strategi?

Mengapa tata letak dipandang sebagai sebuah strategi? Strategi Tata Letak Mengapa tata letak dipandang sebagai sebuah strategi? Tata letak menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang Tata letak menjadi faktor penentu pembentuk daya saing : kapasitas,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Manajemen pengadaan tersebut merupakan fungsi manajerial yang sangat

BAB II DASAR TEORI. Manajemen pengadaan tersebut merupakan fungsi manajerial yang sangat BAB II DASAR TEORI II.1 Manajemen Pengadaan Material Manajemen persedian material merupakan salah satu bagian dari sistem logistik yang ditujukan untuk pelaksanaan proyek pada pengadaan material sesuai

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL OLEH WAHYU PURWANTO

SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL OLEH WAHYU PURWANTO SISTEM PRODUKSI MODUL PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL OLEH WAHYU PURWANTO LABOTARIUM SISTEM PRODUKSI JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. PT. Tarumatex. Kemudian yang menjadi variabel dependen atau variable terikat

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. PT. Tarumatex. Kemudian yang menjadi variabel dependen atau variable terikat BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen atau varibel bebas (X) yang diteliti adalah metode MRP pada persediaan bahan baku benang pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

Ir. Rini Anggraini MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

Ir. Rini Anggraini MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN. Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ini berisi materi tentang Manajemen pembelian dan kebutuhan perdana dan pengisian kembali persediaan untuk kelancaran kegiatan perusahaan dan memenuhi permintaan konsumen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Konsumen merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi perusahaan karena

BAB I PENDAHULUAN. Konsumen merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi perusahaan karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Konsumen merupakan salah satu hal yang sangat penting bagi perusahaan karena tanpa konsumen perusahaan tidak akan hidup. Selain itu, adanya persaingan yang

Lebih terperinci

AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN

AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN AKTIFITAS GUDANG & PENANGANAN BAHAN. Aktifitas Pergudangan : Penerimaan & Penanganan Penyimpanan Pengeluaran Pengendalian / Pengontrolan Perawatan Aktifitas gudang dijalankan dengan baik akan mempengaruhi

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Teknik Part Period Balancing Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen Perencanaan

Lebih terperinci