Statement of Authorship

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Statement of Authorship"

Transkripsi

1 MAKALAH Strategi Sistem Operasi Terkait Inventory: Just In Time, Toyota Production System, dan Lean Operation pada PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR Disusun Oleh : GilangMaulana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2014 Statement of Authorship 1

2 Saya/kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya. Materi ini tidak/belum pernah disajikan /digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan dengan jelas penggunaannya. Saya /kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme. Mata Ajaran : Pengantar Manajemen Operasi Judul Makalah : Strategi Sistem Operasi Terkait Inventory: Just In Time, Toyota Production System, dan Lean Operation pada PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR Tanggal : 09 Oktober 2014 Dosen : Rosiwarna Anwar Nama : GilangMaulana NPM : Tandatangan : KATA PENGANTAR 2

3 Bismillaahirrahmaanirrahiim, dengan memanjatkan segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan isi maupun bentuknya yang sederhana.makalah ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk mendapatkan kredi tnilai pada mata kuliah Pengantar Manajemen Operasi yang dibina oleh bapak Rosiwarna Anwar. Dalam penulisan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada bapak Rosiwarna Anwar khususnya, yang telah memberikan materi ajar yang menunjang pengetahuan penulis dalam penulisan makalah ini. Tidak lupa penulis juga berterima kasih kepada saudara Fakhri Rizal Santosa yang telah menjadi narasumber untuk proses pengumpulan informasi pada makalah ini. Akhir kata, tidak ada gading yang tak retak. Penulis sadar makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan saran maupun kritik yang membangun demi tercapainya penulisan makalahyang baik, baik untuk saat ini maupun karya penulis di masa yang akan datang. Depok, 09 Oktober 2014 Penulis 3

4 ABSTRAK Perkembangan industri otomotif di Indonesia mengalami kenaikan terus-menerus dari tahun ke tahun sejalan dengan perkembangan teknologi yang mendukung sistem produksi pada industri tersebut. Permintaan pasar akan produk berkualitas dengan harga yang kompetitif, tidak bisa dihindari, menghasilkan persaingan yang ketat antar pelaku industri. Penggunaan sistem operasi yang fleksibel dan tepat menjadi alat untuk mencapai keunggulan dalam persaingan yang ada. Data yang digunakan dalam makalah ini terdiri dari dua jenis data, data primer yang diperoleh dari wawancara dengan karyawan PT Astra Daihatsu Motor (ADM), serta data dari berbagai sumber yang akan disebutkan pada daftar pustaka. 4

5 DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul Statement Of Authorship Kata Pengantar Abstrak Daftar Isi i ii iii iv v BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penulisan 3 BAB II PEMBAHASAN 2. 1 JIT, TPS, dan Lean Operation DOWNTIME dan 5S Toyota Production System Lean Operations Implementasi TPS pada PT ADM Implementasi JIT apda PT ADM Implementasi Lean Operations pada PT ADM 13 BAB III KESIMPULAN 3. 1 Kesimpulan 14 DAFTAR PUSTAKA 5

6 BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Persaingan yang ketat dalam dunia usaha, terutama sektor industri otomotif, membuat PT ADM sebagai salah satu agen tunggal pemegang merek (ATPM) besar di Indonesia terus mengembangkan dan meningkatkan kinerjanya terutama pada sistem produksi yang mereka pakai. Hal tersebut menjadi sangat penting, karena permintaan pasar akan produk berkualitas dengan harga yang kompetitif menjadikan para pesaing dari PT ADM melakukan berbagai carau ntuk melakukan penghematan yang dibarengi dengan peningkatan kualitas secara simultan. Peningkatan kualitas dan produktivitas, penghematan di semua lini, serta perbaikan yang terus-menerus, bisa didapatkan salah satunya dengan menerapkan startegi sistem operasi yang berkaitan dengan inventory. Dalam strategi tersebut mencakup JIT, TPS, maupun Lean Operation, yang sudah terbukti bisa meningkatkan kualitas dan melakukan penghematan secara harmonis Production Sales s/d Aug-2014 Gambar 1.Penjualan dan Produksi mobil di Indonesia 2006 Aug 2014 (dalam ribuan), sumber Gaikindo 1

7 Dari chart diatas dapat dilihat bahwa produsen-produsen mobil di Indonesia memproduksi jumlah yang tidak jauh berbeda dariapa yang diminta pasar. Ini merupakan prinsip dasar dari JIT, yaitu memproduksi jenis-jenis barang sejumlah yang diminta dan pada waktu tertentu oleh para konsumen. Dalam prinsip tersebut ada tiga faktor yang mendasari JIT yaitu varians dari jenis barang, jumlah yang tepat dan tidak mengalami kekurangan maupun kelebihan, serta dimensi waktu yang presisi dengan permintaan pasar. PT ADM sebagai pemain besar juga menerapkan JIT yang kemudian lebih luas menjadi Lean Operation pada sistem operasinya. Bentuk yang terbaru dari JIT itu sendiri adalah TPS yang juga diaplikasikan di PT ADM. Mereka melakukan itu semua untuk memenuhi visi mereka, yaitu menjadi basis produksi global utama untuk Grup Daihatsu/Toyota yang sama dengan standar kualitas pabrik Jepang. Hal tersebut sudah bisa dilihat dari pencapaian Daihatsu dengan produksi unit per tahun, merupakan yang terbesar di Indonesia. Dengan visi global tentunya Daihatsu tidak hanya menjadikan standar lokal sebagai standar kerja mereka. Hal ini yang menyebabkan permintaan akan jumlah maupun variansi baik dari dalam maupun luar negeri harus bisa diakomodir dengan baik. Oleh sebab itu, PT ADM menerapkan sistem baru yang dinamakan Junbiki yang merupakan penerapan strategi persediaan zero inventory yang dimaksudkan utnuk mencegah adanya pemborosan di berbagai lini. Junbiki adalah sebuah komponen pada rangkaian produksi, atau biasa disebut heijunka pattern, dimana perintah produksi dilakukan dengan sistem order dari proses selanjutnya untuk kemudian diaplikasikan pada line produksi. Hal tersebut sangatlah membantu pencapaian tujuan maupun prinsip dari JIT, TPS, maupun lean operation. Alat untuk melakukan JIT secara maksimal pada PT ADM salah satunya adalah kartu kanban. Kanban merupakan kartu perintah yang berisi data maupun identitas barang serta instruksinya yang kemudian akan diaplikasikan pada line produksi. Fungsi dari kartu kanban itu sendiri adalah untuk mengontrol persediaan. Gambar 2.Contoh kartu Kanban dari salah satu suppliers PT ADM(Astra Otoparts divisi Wiring Harness, 2014) 2

8 1. 2 Rumusan Masalah Walauppun sistem yang sudah digunakan di PT ADM tergolong sudah baik, tetapi untuk menggunakan JIT secara murni masih ada beberapa kendala, seperti: 1. Terbatasnya area produksi di line produksi. 2. Kebutuhan man power yang meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan pasar. 3. Kebutuhan material handling untuk menangani permasalahn yang timbul akibat kesalahan baik dari suppliers maupun internal 4. Penggunaan kartu kanban, transportasi yang buruk, dan permasalahn lainnya yang muncul dari suppliers, seiring bertambahnya jumlah suppliers yang signifikan dari tahun sebelumnya. Dari beberapa permasalahan diatas, penulis ingin membahas tentang dua bahasan utama: 1. Apa yang dimaksud dengan JIT, TPS, dan Lean Production? 2. Bagaimanakah penerapannya dalam proses produksi di PT ADM? 1. 3 Tujuan Penulisan Makalah ini memiliki dua tujuan utama: 1. Menjelaskan apa yang dimaksud sebagai salah satu strategi sistem operasi terkait inventory, yang didalamnya ada Just In Time (JIT), Toyota Production System (TPS), dan Lean Operation. 2. Menunujukan penerapannya pada PT Astra Daihatsu Motor. 3

9 BAB II PEMBAHASAN 2. 1 JIT, TPS, dan Lean Operation Prinsip dari JIT adalah untuk memproduksi jenis barang sejumlah yang diminta dan pada saat yang dibutuhkan oleh konsumen. Untuk itu perlu adanya penghilangan pemborosan, karena pemborosan tidak akan memberi nilai tambah. JIT bertujuan untuk meningkatkan return on investment (ROI) perusahaan dengan mengurangi persediaan dalam proses yang berhubungan dengan pengurangan biaya. Diperkenalkan oleh Taiichi Ohno pada 1950an, JIT mampu meningkatkan produktivitas dengan cara meghilangkan limbah yang tidak diperlukan atau tidak mempunyai nilai tambah. Kanban merupakan elemen penting dari pelaksanaan JIT di line produksi. Kanban tidak selalu berbentuk kartu, bisa saja itu berbentuk gambaran visual tentang apa saja yang kurang dari komponen maupun proses yang seharusnya ada. Cara tersebut sangatlah efektif untuk memberikan pemahaman yang cepat tanpa harus memiliki pendalaman yang kuat tentang proses maupun komponen yang akan diproduksi. Budaya perusahaan besar biasanya akan berpacuan pada prinsip kaizen, yaitu perbaikan, dimana hari ini haruslah lebih baik dari hari sebelumnya dan seterusnya. Berdasar prinsip kaizen, produk terbaru penyempurnaan dari JIT adalah Toyota Production System (TPS). Dalam TPS pemahaman dari para pekerja lebih dimaksimalkan dari segi potensinya, dengan tetap menghormati pekerja. Baik dalam JIT maupun TPS sama-sama berusaha menghilangkan persediaan dalam proses yang menjadi beban besar dari biaya dalam sistem produksi konvensional. JIT dan TPS merupakan alat internal untuk melakukan strategi operasi manajemen dalam rangkan cost reduction. Dalam hubungannya dengan konsumen secara eksternal, dikenal strategi lain yang disebut dengan lean operation. Jika JIT menekankan pada penyelesaian masalah di produksi dan TPS lebih berorientasi pada pemaksimalan potensi pekerja secara berperikemanusiaan dalam proses perakitan, lean operation lebih menekankan pada pemahaman terhadap konsumen. Jenis barang apa yang mereka minta dengan kualitasnya, berapa jumlah yang cukup, tidak kurang dan tidak lebih, dari permintaan pasar, serta kapan waktu yang tepat untuk mengantarkan produk tersebut kepada konsumen, untuk mencegah adanya penumpukan hasil produksi DOWNTIME dan 5S Persediaan dalam proses merupakan musuh besar dari JIT, dan TPS, sedangkan persediaan produk yang berlebih adalah yang dihindari dalam lean operation. Baik persediaan dalam proses maupun produk yang berlebih tidak akan menambah nilai guna yang didapatkan dari konsumen. Dalam proses 4

10 manufaktur dikenal delapan limbah yangharus dihindari, yang sering disingkat dengan downtime (Defect, Over production, Waste, Not utilize, Transportation, inventory, Motion, Extra process). 1. Defect (cacat produk) Memproduksi produk yang tidak baik (not good) merupakan prmborosan yang sangat besar. Diperlukan adanya biaya, waktu, dan man poweri\ untuk melakukan proses sorting. Jika sudah ditemukan cacat produk, maka quality assurance akan menentukan apakah produk tersebut bisa untuk diperbaiki (repair) atau menjadi limbah karena masuk kriteria NG (not good). Proses ini tentunya akan menghambat laju dari proses di line produksi yang merupakan kerugian besar. Seringkali defect terjadi karena kesalahan pemahaman akan kanban maupun drawing yang sudah disediakan untuk mempermudah proses. Kesalahan ini biasanya merupakan human error yang diakibatkan kurangnya fokus pekerja dala membaca visual grafis tersebut. Daripada melakukan sorting pada cacat produk, lebih baik untuk menghindari cacat produk terjadi. Ini bisa dilakukan dengan melakukan training maupun pendidikan yang baik kepada para pekerja dan juga pendelegasian tugas maupun tanggung jawab yang jelas, serta mengeluarkan potensi maksimal dari pekerja. Hal-hal tersebut bisa dicapai dengan menerapkan TPS. 2. Over Poduction (produksi yang berlebih) Ketakutan akan pencapain jumlah yang tidak bisa dicapai dalam waktu yang diminta mengakibatkan adanya produksi berlebih yang juga merupakan limbah. Kurangnya pemahaman akan kemauan konsumen-pun bisa menjadi faktor adanya produksi yang berlebih. Yang paling sering terjadi dari kedua faktor tersebut adalah penjadwalan maupun forecasting yang tidak tepat. Meskipun hal ini jarang terjadi, tetapi tetap menjadi perhatian utama perusahaan dalam operasinya. Untuk menangani hal tersebut, diperlukan adanya pemahaman yang baik terhadap konsumen yang bisa dicapai dengan menjalin hubungan yang baik dengan konsumen, menyiapkan data yang akurat, serta riset yang mendalam terhadap permintaan konsumen dari waktu ke waktu. 3. Waiting (menunggu) Menunggu akibat proses yang terlalu lama adalah implikasi dari kegiatan yang kadang menumpuk di suatu proses, tetapi menganggur di proses lain. Ada dua hal yang menyebabkan waiting terjadi, yaitu kurangnya optimalisasi pekerja pada jobdesk-nya dan tidak adanya koordinasi antar proses dalam heijunka pattern. 5

11 Hal ini bisa dikurangi dengan menghilangkan bottle neck atau menumpuknya pekerjaan dalam suatu proses yang tidak diimbangi dengan pekerjaan pada proses lainnya. Proses penataan layout, penetapan standar kerja yang baik, maupun optimalisasi kemampuan pekerja bisa dilakukan untuk mencegah adanya proses menunggu tersebut. 4. Not Utilize (penggunaan potensi yang tidak maksimal) Potensi pekerja yang tidak maksimal lagi-lagi menjadi faktor munculnya limbah produksi yang tidak menambah nilai guna. Dalam prakteknya, beberapa pekerja dalam suatu proses bisa melakukan pekerjaan secara lebih cepat dari pekerja lainnya dalam proses yang lain. Selain potensi pekerja, potensi mesin pun bisa dimaksimalkan jika mesin tersebut memang bisa melakukan proses lebih dari apa yang sudah dilakukan. Jika memang mesin tersebut masih belum bisa untuk menambah nilai gunanya, penambahan fungsi pada mesin dengan melakukan upgrade pun bisa dilakukan untuk mengejar potensi pekerja yang akan dimaksimalkan. 5. Transportation (transportasi dalam line produksi) Kebutuhan pekerja untuk mengambil material produksi maupun memberikan hasil produknya pada proses selanjutnya, memunculkan biaya transportasi dan waktu yang terbuang. Dalam JIT dan TPS yang mendasarkan pada zero inventory, tentunya hal ini bisa diminimalisir. Tetapi seringkali zero inventory belum bisa dilakukan secara maksimal mengingat kebutuhan akan persediaan jaga-jaga jika terjadi kesalahan dalam proses. Contoh yang paling sering terjadi adalah produk yang cacat dan lolos dari proses sorting masuk ke line produksi, ataupun produk yang bukan sesuai dengan yang diminta di kanban. Hal ini bisa dicegah dengan membuat layout yang efektif dan efisien di line produksi yang menganut sistem heijunka pattern. 6. Inventory (persediaan bahan baku, barang dalam proses, maupun barang jadi) Persediaan yang berlebih akan menyebabkan biaya penyimpanan yang tinggi serta rawan cacat produk karena waktu. Ini seringkali terjadi karena penjadwalan yang kurang baik, forecasting yang meleset dari perkiraan, maupun memang kesengajaan pekerja produksi untuk menyimpan produk yang nantinya akan digunakan jika adakesalahan-kesalahan dalam proses yang mungkin terjadi. Kesalahan suppliers maupun komunikasi yang kurang baik dengan konsumen juga bisa menjadi faktor pemicu menumpuknya persediaan ini. Untuk menghindari hal tersebut, tentunya harus dilakukan baik secara internal, maupun eksternal. Meminimalkan kesalahan yang ada dalam proses produksi, memberikan pemahaman yang baik kepada suppliers tentang apa yang perusahaan inginkan, maupun menjalin hubungan baik dengan konsumen adalah hal yang bisa diterapkan untuk mengurangi persediaan. 7. Motion (gerakan yang tidak perlu) 6

12 Gerakan yang tidak perlu ketika melakukan proses produksi maupun perakitan di line adalah pemborosan terhadap tenaga, waktu, maupun efisiensi. Penentuan dtandar kerja harus meliputi tidak hanya bagaimana membuat, tetapi juga bagaimana proses dalam pembuatannya. Visual maupun perintah yang jelas tentang bagaimana pekerja harus bertindak dan bergrerak, akan mengurangi adanya pemborosan yang diakibatkan karena gerakan yang tidak perlu. 8. Extra Process (proses tambahan yang tidak perlu) Seringkali ada proses yang tidak diperlukan muncul dalam proses produksi. Biasanya itu terjadi karena kurangnya pemahaman dari pekerja akan proses apa saja yang harus dan tidak perlu dilakukan, apa saja prose sebelumnya dan selanjutnya dari proses yang dia kerjakan, maupun kurangnya komunikasi antar proses. Hal tersebut bisa dihilangkan memberikan pemahaman yang jelas kepada pekerja tentang proses produksi maupun perakitan secara keseluruhan, dan memastikan mereka memahami dengan benar dan tidak menambahkan maupun mengurangi proses yang ada. 5S adalah metode untuk melakukan pemeliharaan wilayah kerja yang ditujukan untuk memelihara ketertiban, efisiensi, dan disiplin kerja yang diharapkan akan meningkatkan kinerja perusahaan secara menyeluruh. Pelaksanaanya masih satu jiwa dengan prinsip kaizen dan merupakan elemen yang biasanya tidak bisa terpisahkan. Elemen dalam 5S dan pengertiannya adalah: 1. Seiri (pemilahan) Memilah barang yang berguna dan tidak berguna. Barang-barang yang sudah tidak berguna biasanya akan ditandai, begitu pula dengan yang masih dipakai. 2. Seiton (penataan) Setelah dipilah, barang yang masih berguna diberi label yang memuat identitas, masa manfaat, maupun urutannya agar lebih mudah untuk dikenali dan bisa digunakan secara cepat tanpa memerlukan proses mencari yang terlalu lama. 3. Seiso (pembersihan) Barang yang sudah disusun harus dijaga kebersihannya, sehingga pada saat akan digunakan bisa langsung dipakai. Contohnya barang hasil sortir yang amsih bisa diperbaiki haruslah dijaga dari debu agar nantinya tidak menambah pekerjaan maupun membuat sulit proses selanjutnya. 4. Seiketsu (penjagaan kondisi) Penjagaan baik produk maupun lingkungan kerja yang sudah dibersihkan menjadi standar kerja yang diterapkan. Prose yang telah dicapai dari seiri, seiton dan seiso haruslah dijaga dan distandarisasi. Semua pekerja haruslah bisa memahami standar tersebut, dan dilakukan inspeksi yang berkelanjutan. 5. Shitsuke (penyadaran diri) 7

13 Penerapan standar yang telah dibuat haruslah menjadi kebutuhan para pekerja. Penanaman nilai dari standar yang ada haruslah disampaikan kepada semua pekerja, dipahami, diamalkan, dan dijadikan pedoman secara berkelanjutan Toyota Production System Yang membedakan TPS dari JIT adalah adanya penghormatan kepada pekerja dan pengoptimalisasian potensi yang ada, baik baik dari pekerja maupun alat yang dipakai. TPS memiliki enam komponen yang membangun, yaitu: 1. Continous Improvement (perbaikan berkesinambungan) Hari ini haruslah lebih baik dari hari kemarin, dan seterusnya. Prinsip inilah yang membangun kaizen dan menjadi landasan yang baik dalam sebuah perusahaan. Dalam perusahaan, perbaikan berkesinambungan melibatkan seluruh pekerjanya dari manajemen tingkat atas sampai manajemen tingakt bawah. Selain kaizen ada juga prinsip genchi genbutsu atau melihat lebih dekat. Untuk bisa melakukan perubahan mendalam, seseorang harus bisa melihat kondisi real operasi untuk kemudian menentukan keputusan apa yang akan dibuat 2. Respect for People (menghormati pekerja lainnya) Dalam TPS, respect dan teamwork sangat dijunjung tinggi. Membuat setiap usaha dimengerti oleh yang lain dan membangun kepercayaan antar pekerja, serta memaksimalkan pengembangan potensi individual yang didapatkan dari usaha kerja sama yang baik. 3. Filosofi jangka panjang. 4. The Right Process will Produce The Right results Membuat proses yang berkelanjutan, memakai sistem tarik (membuat barang sesuai apa yang dibutuhkan konsumen, terkait jumalh barang) untuk mencegah produksi berlebih, mengurangi kelebihan pekerjaan di heijunka, membangun budaya untuk berhenti melakukan perbaikan masalah, standarisasi proses kerja, menggunakan kontrol visual, dan hanya menggunakan teknologi yang telah teruji kehandalannya. 5. Menambah nilai perusahaan kepada para pekerja dan suppliers. 6. Belajar menyelesaikan masalah dari akarnya secara berkelanjutan, akan menumbuhkan pembelajaran dalam perusahaan Lean Operations Lean operation lebih berorientasi kepada pemahaman akan konsumen, yang diaplikasikan pada setipa proses operasinya. Komponen yang ada didalamnya adalah: 8

14 1. Mengadopsi teknik JIT. 2. Membangun sistem yang mendukung pegawai menghasilkan output tanpa defect. 3. Efisiensi ruang dan transportasi. 4. Memberikan pemahaman yang baik tentang apa yang diinginkan perusahaan kepada suppliers. 5. Mendorong suppliers untuk selalu menjaga mutu. 6. Mengurangi muda (limbah yang tidak menambah nilai guna). 7. Peningkatan tanggung jawab kerja. 8. Memaksimalkan pemahaman tugas kepada pegawai dengan melakukan training yang baik Implementasi Toyota Prodution System (TPS) pada PT ADM Sistem produksi yang diterapkan oleh PT ADM adalah sistem produksi Toyota Production System (TPS). Sistem operasi ini sudah diapaki sejak pertama kali Daihatsu berdiri di Indonesia pada Tujuan TPS yang dilakukan di PT ADM adalah cost reduction serta menekan semua jenis pemborosan, untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan. Jika sistem operasi adalah sebuah rumah, maka TPS ibarat atap yang memiliki dua pilar penyangga yaitu JIT dan Jidouka (adalah prinsip dimana pegawai harus berhenti bekerja atau stop line segera saat ada masalah). Kedua pilar dibangun diatas sebuah pondasi yang dinamakan Heijunka, Standardize Work, dan Kaizen. 9

15 Gmbar 3.Toyota Production System House (PT. ADM, 2014) Selain itu PT ADM juga terus melakukan Genchi Genbutsu atau pergi ke tempat yang nyata atau biasa disebut Genba. Contoh nyata dari karyawan bagian finance yang secara berkala mengunjungi genba tersebut untuk melakukan penelitian tentang apa saja proses yang bisa diminimalisir pengeluarannya. Untuk penerapan jidouka pada PT ADM dilakukan dengan dua cara, yaitu otomatis dan manual. Jidouka pada proses otomatis akan mendeteksi semua kondisi selama proses produksi berlangsung. Kesalahan maupun proses yang tidak seharusnya terjadi akan segera dideteksi oleh mesin dan akan muncul sinyal peringatan pada papan andon. Operator yang bertugas di line tersebut akan segera mengidentifikasi problem yang ada. Jika masih bisa ditangani, problem akan langsung diselesaikan. Tetapi jika perbaikan terlalu lama, atau sulit untuk diperbaiki, maka akan terjadi line stop. Hitungan penyelesaian masalah yang ada adalah dibawah 20 detik. Gambar 4. Contoh Andon pada Line Produksi (Wikipedia, 2014) Jidouka secara manual melibatkan pekerja secara langsung. Jika ditemukan kesalahan pada proses, team member akan mengaktifkan peringatan andon yang ada di setiap pos proses, untuk menginformasikan kesalahan proses. Team leader bersama member yang lain akan segera memperbaiki kesalahan tersebut. Jika memang membutuhkan waktu terlalu lama, dengan terpaksa line harus dihentikan, untuk mencegah kesalahan berlanjut ke proses selanjutnya. Heijunka di PT ADM ada lima pola yaitu pola A, B, C, D, dan E. pola tersebut dibagi berdasarkan pola perbandingan atau komposisi dari unit Xenia Avanza dan Terios Rush, 10

16 dengan Grand Max Luxio. Pola produksi A memiliki perbandingan 20 : 10, sedangkan pola produksi B memiliki perbandingan 19 : Implementasi JIT pada PT ADM Just In Time atau sistem produksi tepat waktu adalah salah satu pilar dari TPS, yang merupakan cara berproduksi dari TPS. PT ADM yang telah menerapkan TPS, pastinya juga menerapkan JIT pada sistem produksinya. Implementasi dari proses JIT di PT ADM memiliki tiga prinsip yang berjalan dengan sempurna, yaitu proses yang mengalir, adanya takt time (memproduksi sesuai yang diminta konsumen pada saat itu), serta sistem tarik. Jika salah satu dari ketiga prinsip itu tidak dijalankan dengan sempurna, implikasinya adalah kegagalan sistem yang akan berujung pada terhentinya proses produksi atau line stop. Gambar 5. Contoh penerapan sistem tarik pada sebuah line produksi (jishukenkyb.blogspot.com, 2014) Penerapan proses yang mengalir di PT ADM diwujudkan dengan pembuatan satu unit produk pada setiap conveyor (papan roda berjalan) secara berkelanjutan dan terus menerus. Saat kanban dilempar (pesanan terjadi) maka akan memulai rangkaian produksi yang dimulai dari kedatangan material dari suppliers ke pabrik, untuk kemudian dirakit di bagian assembling. Proses seperti ini menjadikan waktu proses yang singkat, yaitu hanya beberapa jam saja, atau maskimal beberapa hari kerja saja. Takt time atau waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu buah part di PT ADM menggunakan satuan detik. Melalui penghitungan takt time, kita dapat mengetahui nerapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk untuk memenuhi permintaan pelanggan. Formulasi untuk menghitung takt time digambarkan sebagai berikut : 11

17 Takt Time = Waktu Produksi yang Tersedia: Permintaan Pelanggan Penghitungan seperti diatas masih penghitungan standar tanpa memasukkan variable OT (over time). Penghitungan tersebut masih menganggap efisiensi kerja yang dilakukan masih 100 persen, padahal pada penerapannya di lapangan efisiensi kerja kurang dari 100 persen karena pekerja melakukan pekerjaan melebihi jam kerjanya. Di PT ADM target efisiensi yang ditetapkan adalah sebesar 97 persen, sehingga menghasilkan formulasi sebagai berikut : Actual Takt Time = ( (Waktu Produksi yang Tersedia + OT) : Permintaan Pelanggan ) x efisiensi 2.7 Implementasi Lean Operations pada PT ADM Menjalin komunikasi antar atasan dengan bawahan, dan bawahan ke atasan, merupakan kiat harmonisnya hubungan antar karyawan, baik level staff hingga managerial. PT Astra Daihatsu Motor (ADM) mengedepankan efektifitas komunikasi tersebut dengan cara mendatangi langsung para karyawan yang terwakilkan dalam Serikat Karyawan ADM, dan tertuang dalam sebuah forum komunikasi antar karyawan dan atasan yang dilakukan secara berkala. Dalam pertemuan-pertemuan semacam ini, bisa diibaratkan bapak Sudirman MR selaku Presiden Direktur ADM, turun gunung untuk mengunjungi langsung para karyawan dan stafnya. Apa yang dilakukan oleh Sudirman MR bersama seluruh division head dan management, merupakan wujud kepedulian kepada karyawan, untuk dapat menelaah problem yang terjadi. Forum komunikasi yang diadakan tiga bulan sekali ini, menjadi sebuah mediasi harmonisasi antar karyawan, yang semata dilakukan untuk memicu kinerja karyawan agar tetap prima dan konsisten dengan ethos kerja yang handal. Tentunya wujud kepedulian ini, hendaknya menjadi tanggung jawab bersama. Begitu halnya ketika Daihatsu memberlakukan para konsumen dengan pelayanan terbaiknya. Jadi keberhasilan Daihatsu menjadi yang terbaik di kelas pasar mobil kompak Indonesia, tidak terlepas dari kiat dan usaha yang telah dilakukan oleh Top Management ADM untuk turun langsung ke bawah, demi meminimalkan resiko kerja, yang nantinya bisa berhubungan dengan tingkat kepuasan pelanggannya. 12

18 13

19 BAB III KESIMPULAN 3. 1 Kesimpulan 1. Toyota Production System (TPS) adalah system produksi yang berusaha untuk menekan biaya produksi dari semua jenis pemborosan sehingga efisiensi dan produktivitas dari perusahaan terus meningkat, dengan memperhatikan optimalisasi potensi karyawan dan terus menghormati karyawan. 2. Just In Time (JIT) atau system produksi tepat waktu adalah cara berproduksi dengan hanya memproduksi jenis-jenis barang yang diminta sejumlah yang diperlukan dan pada saat yang dibutuhkan oleh konsumen. 3. Lean Operation adalah pemahaman mendalam tenatng apa yang dibutuhkan konsumen, dan berusaha menyediakannya dengan tetap menjaga kualitas tetapi mengurangi biaya dan memotong semua pemborosan. 4. Penerapan TPS, JIT, dan Lean Operation di PT ADM sudah berjalan baik dan efektif guna mewujudkan system operasi yang efisien dengan tingkat pemborosan yang minimum. 5. TPS pada PT ADM memegang prinsip prinsip JIT dan Jidouka dengan berdasar pada Heijunka, standardized work, dan Kaizen. 6. JIT pada PT ADM berpegang pada prinsip proses mengalir, takt time, dan system tarik yang cukup ideal. 7. Lean Operation pada PT ADM lebih menekankan pada pendekatan internal pegawai, antara atasan ke bawahan dan bawahan ke atasan, agar kemauan konsumen yang dimengerti oleh atasan bisa dipahami oleh semua bawahan, begitu juga sebaliknya. 14

20 DAFTAR PUSTAKA Heizer, Jay and Barry Render Operations Management, Prentice Hall, New Jersey. Ohno, Taiichi (1988), Toyota Production System: Beyond Large-Scale Production, Productivity Press, ISBN Liker, J (2004). The Toyota Way: 14 Management Principles from the World's Greatest Manufacturer. McGraw-Hill. ISBN

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam menghadapi persaingan dunia usaha, terutama sektor Industri otomotif, PT ADM (Astra Daihatsu Motor) sebagai ATPM (Agen Tunggal Pemegang Merk) terus berupaya

Lebih terperinci

Lean Thinking dan Lean Manufacturing

Lean Thinking dan Lean Manufacturing Lean Thinking dan Lean Manufacturing Christophel Pratanto No comments Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai

Lebih terperinci

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS)

VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM. A. Pengertian Toyota Production System (TPS) VI. TOYOTA PRODUCTION SYSTEM A. Pengertian Toyota Production System (TPS) Perusahaan berupaya untuk meningkatkan taraf kehidupan keryawan melalui usaha yang berkelanjutan untuk menghasilkan laba, sekaligus

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Penyelesaian masalah yang diteliti dalam tugas akhir ini memerlukan teori-teori atau tinjauan pustaka yang dapat mendukung pengolahan data. Beberapa teori tersebut digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I. PENDAHULUAN A. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan industri otomotif di Indonesia semakin hari semakin meningkat, terutama di segmen kendaraan ringan roda empat atau mobil. Pertumbuhan tersebut akan didukung

Lebih terperinci

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus

Menghilangkan kegagalan/kesalahan dalam segala bentuk Percaya bahwa biaya persediaan dapat dikurangi Perbaikan secara terus menerus PENERAPAN JUST IN TIME PADA INDUSTRI FASHION SEBAGAI PENJAMINAN KUALITAS (QUALITY ASSURANCE) ABSTRAKSI Sistem Just in Time telah menjadi satu pendekatan umum dalam pengelolaan bahan baku/persediaan. Semakin

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING

IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Profesionalisme Akuntan Menuju Sustainable Business Practice PROCEEDINGS IDENTIFIKASI KEKURANGAN KANBAN MANUAL DENGAN METODE 5S PADA PT. EDC BAGIAN TESTING Farahdhina Leoni 1, Oktri Mohammad Firdaus 2,

Lebih terperinci

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) BAB 9 MANAJEMEN OPERASIONAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) A. Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN unit. Pertumbuhan penjualan produsen-produsen mobil utama di. dengan pangsa pasar sebesar 11.3%.

BAB I PENDAHULUAN unit. Pertumbuhan penjualan produsen-produsen mobil utama di. dengan pangsa pasar sebesar 11.3%. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri otomotif di Indonesia semakin hari semakin meningkat, terutama di segmen kendaraan ringan roda empat atau mobil. Pertumbuhan tersebut akan didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat Indonesia enggan untuk memanfaatkannya. Dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)

SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT) Pengertian Just In Time (JIT) Sistem produksi tepat waktu (Just In Time) adalah sistem produksi atau sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh

Lebih terperinci

14 PRINSIP TOYOTA WAY

14 PRINSIP TOYOTA WAY 14 PRINSIP TOYOTA WAY Bagian 1: Filosofi Jangka Panjang Prinsip 1. Ambil keputusan manajerial Anda berdasarkan filosofi jangka panjang, meskipun mengorbankan sasaran keuangan jangka pendek. - Miliki misi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Keseimbangan Lini (Line Balancing) Keseimbangan lini adalah pengelompokan elemen pekerjaan ke dalam stasiun-stasiun kerja yang bertujuan membuat seimbang jumlah pekerja yang

Lebih terperinci

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA

USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA USULAN IMPLEMENTASI SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME DENGAN KARTU KANBAN DI LINE PRODUKSI CORE MAKING DISA TIPE MESIN VERTIKAL PT AT INDONESIA Fajar Riyadi PT AT-Indonesia Email: fajarriyadisuyadinata@gmail.com

Lebih terperinci

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk

Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Konsep Just in Time Guna Mengatasi Kesia-Siaan dan Variabilitas dalam Optimasi Kualitas Produk Darsini Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo, Jl.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. atau tidak maka dibutuhkan suatu kelayakan proyek. diukur dengan mempertimbangkan untung dan ruginya suatu investasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi yang dilakukan perusahaan dimaksudkan untuk memperoleh manfaat atau hasil dalam beberapa periode atau beberapa tahun di masa yang akan datang. Karena itu

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota

Bab 5. Ringkasan. Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota Bab 5 Ringkasan Perubahan dalam dunia industri di Jepang terjadi setelah berakhirnya Perang Dunia II, khususnya Toyota. Teknik yang disebut dengan Sistem Produksi Toyota atau disebut juga dengan Sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Lead Time Istilah lead time biasa digunakan dalam sebuah industri manufaktur. Banyak versi yang dapat dikemukakan mengenai pengertian lead time ini. Menurut Kusnadi,

Lebih terperinci

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013

Bahan Ajar SISPRO MAHOP :) 2012/2013 PENJADWALAN Penjadwalan adalah aspek yang penting dalam pengendalian operasi baik dalam industri manufaktur maupun jasa. Dengan meningkatkan titik berat kepada pasar dan volume produksi untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Toyota Way dan Toyota Production System (TPS) merupakan satu kesatuan pendekatan yang membuat Toyota berhasil menjadi perusahaan manufaktur terhebat di dunia. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste

BAB I PENDAHULUAN. Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan 1 Dasar pemikiran dari lean thinking adalah berusaha menghilangkan waste (pemborosan) di dalam proses, atau dapat juga dikatakan sebagai suatu konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Perkembangan teknologi industri telah memberikan pengaruh terhadap budaya lingkungan pekerjanya. Banyak perusahaan-perusahaan di Eropa dan Amerika telah mengadopsi

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) II YULIATI, SE, MM PRINSIP DASAR JUST IN TIME ( JIT ) 3. Mengurangi pemborosan (Eliminate Waste) Pemborosan (waste) harus dieliminasi dalam setiap

Lebih terperinci

MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM)

MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM) MENGENAL SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME SYSTEM) I. Sistem Produksi Barat Sistem produksi yang paling banyak dipakai saat ini adalah yang berasal dari Eropa dan Amerika. Sistem produksi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi manajemen adalah sistem akuntansi yang berupa informasi yang hasilnya ditujukan kepada pihak-pihak internal organisasi, seperti manajer keuangan, manajer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan merupakan suatu organisasi bisnis yang meraih reward dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebuah perusahaan merupakan suatu organisasi bisnis yang meraih reward dan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebuah perusahaan merupakan suatu organisasi bisnis yang meraih reward dan keberhasilan. Namun keberhasilan tidak diperoleh dengan sendirinya. Keberhasilan hanya

Lebih terperinci

Strategi Peningkatan Produktivita s

Strategi Peningkatan Produktivita s MODUL PERKULIAHAN Strategi Peningkatan Produktivita s Sejarah Toyota Production System (TPS) Fakultas Program Pascasarjana Program Studi Magister Teknik Industri Tatap Kode MK Muka 01 B11536CA (M-203)

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM

SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM SISTEM PRODUKSI JUST IN TIME (SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU) YULIATI, SE, MM Konsep Just In Time (JIT) adalah sistem manajemen fabrikasi modern yang dikembangkan oleh perusahaanperusahaan terbaik yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Produksi Toyota. Sistem produksi Toyota dikembangkan dan dipromosikan oleh Toyota Motor Corporation dan telah dipakai oleh banyak perusahaan Jepang sebagai ekor dari krisis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningkatnya pasar otomotif nasional dalam hal mobil compact, membuat PT. Astra Daihatsu Motor meningkatkan kapasitas produksi di beberapa jalur produksinya, diantaranya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada perkembangan zaman ini, masyarakat menginginkan kehidupan yang sehat, dan kesehatan merupakan prioritas utama bagi masyarakat. Menurut Undang-Undang Republik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri Otomotif merupakan salah satu jenis bisnis yang berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri Otomotif merupakan salah satu jenis bisnis yang berkembang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Balakang Industri Otomotif merupakan salah satu jenis bisnis yang berkembang pesat di Indonesia. Laju perkembangan industri Otomotif masyarakat Indonesia saat ini relatif

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di

Bab I PENDAHULUAN. Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di Bab I Pendahuluan 1 Bab I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era perdagangan bebas saat ini menyebabkan iklim kompetisi yang tinggi di segala bidang. Kondisi tersebut memaksa perusahaan harus dapat bekerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu 2.1.1 Penelitian Ravishankar (2011) Penelitian yang dilakukan Ravishankar (2011) bertujuan untuk menganalisa pengurangan aktivitas tidak bernilai tambah

Lebih terperinci

I-1 BAB I PENDAHULUAN

I-1 BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia terus tumbuh sejalan dengan berkembangnya teknologi dan sistem produksi yang mendukung industri ini. Meningkatnya kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 13 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Total Productive Maintenance Total Productive Maintenance (TPM) adalah teknik silang fungsional yang melibatkan beberapa bagian fungsional perusahaan bukan hanya pada Bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 16 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Tepat waktu (Just In Time) 2.1.1 Pengertian Just In Time Just in time adalah memproduksi dan mengirim barang yang diperlukan, pada saat diperlukan dan sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada saat ini perusahaan dituntut untuk mampu menghadapi persaingan baik dari perusahaan lokal maupun perusahaan luar negeri. Ditambah lagi dengan adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah industri manufaktur, proses perencanaan dan pengendalian produksi

BAB I PENDAHULUAN. Pada sebuah industri manufaktur, proses perencanaan dan pengendalian produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada sebuah industri manufaktur, proses perencanaan dan pengendalian produksi memegang peranan yang sangat penting dalam kegiatan operasional perusahaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu :

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Stephens (2004:3), yang. yang diharapkan dari kegiatan perawatan, yaitu : BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Definisi maintenance Maintenance (perawatan) menurut Wati (2009) adalah semua tindakan teknik dan administratif yang dilakukan untuk menjaga agar kondisi mesin/peralatan tetap

Lebih terperinci

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan

TAKARIR. : Waktu Tunggu Proses. : Pemborosan : Ketidakaturan : Berlebihan. : Sisa/ Pemborosan TAKARIR Junbiki Kanaban Just In Time Inventori Sub Kontrak Supplier Tack time Cycle Time Man Power Cost Reduction Delivery Order Heijunka Pattern Lead Time One-Piece-Flow Muda Mura Muri Work In Process

Lebih terperinci

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI

V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI V. PENERAPAN SISTEM ERGONOMI DALAM PROSES PRODUKSI A. General Induksi General Induksi merupakan suatu kegiatan pengenalan prinsip-prinsip yang dianut oleh toyota kepada karyawan baru, agar karyawan baru

Lebih terperinci

MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI

MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI Nama : Ridwanullah NPM : 36411161 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Dian Kemala Putri, MT MEMPELAJARI PENERAPAN SISTEM KANBAN PART REINFORCEMENT SUB ASSY RR BUMPER PADA PT. METINDO ERASAKTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Audit..., Prasasti, Fakultas Ekonomi 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya. Pengaruh Audit..., Prasasti, Fakultas Ekonomi 2015 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi bergerak sangat pesat ditandai dengan munculnya begitu banyak perusahaan lokal, nasional maupun multinasional. Hal ini menyebabkan persaingan

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen

Akuntansi Biaya. Modul ke: Just In Time And Backflushing 07FEB. Fakultas. Angela Dirman, SE., M.Ak. Program Studi Manajemen Akuntansi Biaya Modul ke: Just In Time And Backflushing Fakultas 07FEB Angela Dirman, SE., M.Ak Program Studi Manajemen Content Just in time, Backflushing Competence Mahasiswa mampu mendeskripsikan system

Lebih terperinci

Prepared by Yuli Kurniawati

Prepared by Yuli Kurniawati KONSEP JUST IN TIME Prepared by Yuli Kurniawati PENGERTIAN JIT JIT atau sistem produksi tepat waktu adalah sistem manajemen fabrikasi yang pada prinsipnya hanya memproduksijenis-jenisbarangyang dimintasejumlahyang

Lebih terperinci

BAB 1 LANDASAN TEORI

BAB 1 LANDASAN TEORI 5 BAB 1 LANDASAN TEORI 1.1 Produktivitas Menurut Sinungan (2003, P.12), secara umum produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang atau jasa) dengan masuknya yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak perusahaan-perusahaan khususnya otomotif dan juga industri manufaktur mulai mengadopsi sistem Just In Time atau Kanban karena keberhasilan

Lebih terperinci

LEAN MANUFACTURING. part 2

LEAN MANUFACTURING. part 2 LEAN MANUFACTURING part 2 Alhamdulillah selesai juga nulis bagian 2 ini.. Seperti pada bagian sebelumnya, tulisan ini sengaja dibuat dalam kalimat yang singkat dan padat, so kalau teman2 ada yang kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, batasan masalah, dan sistematika penulisan. 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri makanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan di bidang ilmu teknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan di bidang ilmu teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti saat ini, perkembangan di bidang ilmu teknologi dan komunikasi tumbuh dengan sangat pesat. Hal tersebut membuat persaingan di dunia bisnis

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. ANALISA WAKTU PENYIAPAN PROSES PEMBUATAN BLOUSE DENGAN KAIDAH JIT (JUST IN TIME) (Studi Kasus: PT. SENTRA GARMINDO Sukoharjo)

TUGAS AKHIR. ANALISA WAKTU PENYIAPAN PROSES PEMBUATAN BLOUSE DENGAN KAIDAH JIT (JUST IN TIME) (Studi Kasus: PT. SENTRA GARMINDO Sukoharjo) TUGAS AKHIR ANALISA WAKTU PENYIAPAN PROSES PEMBUATAN BLOUSE DENGAN KAIDAH JIT (JUST IN TIME) (Studi Kasus: PT. SENTRA GARMINDO Sukoharjo) Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Jurusan

Lebih terperinci

Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56

Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56 Petunjuk Sitasi: Patrisina, R., & Ramadhan, K. M. (2017). Penerapan Lean Manufacturing dalam Proses Produksi Common Rail 4D56. prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C131-135). Malang: Jurusan Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Just In Time Pada tahun 1970 konsep Just In Time mulai dipopulerkan oleh Mr. Taiichi Ohno dan rekannya di Toyota Motor Company, Jepang. Akar dari konsep Just In Time dapat ditelusuri

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR

BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR BAB II PROFIL PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR 2.1 Profil Perusahaan 2.2 Sejarah Singkat PT. Astra Daihatsu Motor PT. Astra Daihatsu Motor (ADM) mengawali sejarahnya pada tahun 1973. Pada tahun 1973, Astra mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh industri di era globalisasi ini dituntut untuk menghadapi persaingan

BAB 1 PENDAHULUAN. Seluruh industri di era globalisasi ini dituntut untuk menghadapi persaingan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seluruh industri di era globalisasi ini dituntut untuk menghadapi persaingan yang lebih kompetitif untuk menghadapi persaingan pasar yang cukup ketat.

Lebih terperinci

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1

B A B 5. Ir.Bb.INDRAYADI,M.T. JUR TEK INDUSTRI FT UB MALANG 1 B A B 5 1 VSM adalah suatu teknik / alat dari Lean berupa gambar yg digunakan untuk menganalisa aliran material dan informasi yg disiapkan untuk membawa barang dan jasa kepada konsumen. VSM ditemukan pada

Lebih terperinci

BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM

BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM BAB 3 LEAN PRODUCTION SYSTEM By Ir. B. INDRAYADI,MT JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA 1 2 1 3 PRODUCTION INFORMATION SYSTEM FORECASTING MASTER PRODUCTION SCHEDULE PRODUCT STRUCTURE

Lebih terperinci

MENINGKATKAN OUTPUT DENGAN MELAKUKAN PERUBAHAN TATA LETAK DI AREA PRODUKSI

MENINGKATKAN OUTPUT DENGAN MELAKUKAN PERUBAHAN TATA LETAK DI AREA PRODUKSI MENINGKATKAN OUTPUT DENGAN MELAKUKAN PERUBAHAN TATA LETAK DI AREA PRODUKSI Rahman Soesilo Teknik Industri, Pasca Sarjana, Universitas Mercubuana Meruya, Jakarta Email : Rachman_susilo@yahoo.com Abstrak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dari dunia industri menimbulkan persaingan yang kompetitif

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dari dunia industri menimbulkan persaingan yang kompetitif 1 BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dari dunia industri menimbulkan persaingan yang kompetitif antar industri-industri didalamnya. Diantaranya dengan adanya peluncuran berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (financial) perusahaan merupakan salah satu indikator penting

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan (financial) perusahaan merupakan salah satu indikator penting BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keuangan (financial) perusahaan merupakan salah satu indikator penting yang mempengaruhi stabilitas dan eksistensi perusahaan dalam menjalankan bisnisnya,

Lebih terperinci

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping

Mulai. Studi Pendahuluan. Perumusan Masalah. Penetapan Tujuan. Pemilihan Variable. Pengumpulan Data. Menggambarkan Process Activity Mapping BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian adalah suatu rangkaian kerangka pemecahan masalah yang dibuat secara sistematis dalam pemecahan masalah yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan alat transportasi yang sebanding dengan pesatnya pembangunan di Indonesia, membuat para Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir Latar Belakang Masalah. Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan Laporan Tugas Akhir 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada produksi yang mempunyai tipe produksi massal, yang melibatkan sejumlah besar komponen yang harus dirakit, perencanaan produksi memegang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangannya industri otomotif di Indonesia dan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berkembangannya industri otomotif di Indonesia dan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring berkembangannya industri otomotif di Indonesia dan untuk meningkatkan daya saing di pasar lokal dan internasional, semua industri otomotif di Indonesia berlomba-lomba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia bisnis pun semakin tinggi. Untuk itu, agar dapat bersaing, efisiensi dan

BAB I PENDAHULUAN. dunia bisnis pun semakin tinggi. Untuk itu, agar dapat bersaing, efisiensi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pada era globalisasi, teknologi yang semakin maju, persaingan dalam dunia bisnis pun semakin tinggi. Untuk itu, agar dapat bersaing, efisiensi dan efektivitas memiliki

Lebih terperinci

Manufacturer Exporter Broker/Marketing Importir Main Dealer. Broker/Marketing Importir Main Dealer

Manufacturer Exporter Broker/Marketing Importir Main Dealer. Broker/Marketing Importir Main Dealer Analisis Plant Layout Delivery Center Dan Kebutuhan Tenaga Kerja Untuk CBU Export Business Process Guna Meningkatkan Kapasitas Penyimpanan Dan Pengiriman CBU Export Erma Retno Ayu Mahasiswi Teknik Industri,

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. TOYOTA AUTO BODY - TOKAI EXTRUSION 2.1 Gambaran Umum PT. Toyota Auto Body - Tokai Extrusion PT. Toyota Auto Body - Tokai Extrusion merupakan perusahaan yang bergerak dibidang manufaktur

Lebih terperinci

WHAT IS LEAN MANAGEMENT?

WHAT IS LEAN MANAGEMENT? WHAT IS LEAN MANAGEMENT? Lean thinking is lean, because it provides a way to do more and more with less and less Less human resources, less equipment, less time, less space More efficient, more product,

Lebih terperinci

ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN

ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN ANALISIS ATRIBUT LAYANAN RUMAH SAKIT DENGAN MODEL KANO UNTUK PENENTUAN SKALA PRIORITAS PERBAIKAN LAYANAN Indah Pratiwi Jurusan Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A. Yani Tromol Pos

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Temuan Utama dan Hasil Pengolahan dan analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat dinyatakan bahwa temuan utama dalam penelitian ini adalah terjadinya pemborosan

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara

BAB I PENDAHULUAN. strategi dan meningkatkan keunggulan kompetitif (competitive advantage). Cara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era global dalam dunia industri telah menyebabkan bertambahnya jumlah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur, baik perusahaan yang berskala kecil maupun besar.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Data Penjualan Mobil Nasional Kuartal 1 Th (Sumber : Tugas Akhir / Muhammad Shalahudin /

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Data Penjualan Mobil Nasional Kuartal 1 Th (Sumber :  Tugas Akhir / Muhammad Shalahudin / BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sarana transportasi umum yang buruk dan tidak memadai membuat masyarakat indonesia enggan untuk memanfaatkanya, dengan tingkat kesejahteraan dan daya beli masyarakat

Lebih terperinci

KONSEP EKONOMI MANAJERIAL ILMU MANAJEMEN

KONSEP EKONOMI MANAJERIAL ILMU MANAJEMEN BAB I KONSEP EKONOMI MANAJERIAL ILMU MANAJEMEN MERTODE KUANTITATIF EKONOMI MANAJERIAL TEORI EKONOMI MIKRO Gambar 1.1. Ruang Lingkup Ekonomi Manajerial A. EKONOMI MANAJERIAL (MANAGERIAL ECONOMIC) Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nyaman, aman dan mampu memberikan nilai lebih (value) bagi pemakainya.

BAB I PENDAHULUAN. nyaman, aman dan mampu memberikan nilai lebih (value) bagi pemakainya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Produk Foot wear (alas kaki) atau lazim disebut dengan sepatu dan sandal, merupakan bagian dari kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh manusia, terutama

Lebih terperinci

GRUP TEKNOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEXMACO DISUSUN OLEH : NELA RESA PUDIN RIFAN FATURAHMAN SOBANA SUPIANTO

GRUP TEKNOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEXMACO DISUSUN OLEH : NELA RESA PUDIN RIFAN FATURAHMAN SOBANA SUPIANTO GRUP TEKNOLOGI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEXMACO DISUSUN OLEH : NELA RESA PUDIN RIFAN FATURAHMAN SOBANA SUPIANTO MATA KULIAH PENGANTAR SISTEM PRODUKSI DOSEN PEMBIMBING : BAPAK SAFRIZAL PROGRAM STUDI TEHNIK

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam Bab ini dikemukakan teori-teori dan penjelasan-penjelasan yang digunakan untuk pengolahan data dan proses analisa terhadap permasalahan yang dihadapi. 2.1. PENGERTIAN TQM/ MANAJEMEN

Lebih terperinci

Mengapa organisasi membutuhkan Lean? Permasalahan umum di setiap perusahaan...

Mengapa organisasi membutuhkan Lean? Permasalahan umum di setiap perusahaan... BAB 1 MENGAPA LEAN? Mengapa organisasi membutuhkan Lean? Permasalahan umum di setiap perusahaan... Sekarang ini banyak pemimpin perusahaan mengalami kesulitan dalam merubah budaya organisasinya, tepatnya

Lebih terperinci

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric

ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric ANALISIS ASSEMBLY LINE BALANCING PRODUK HEAD LAMP TYPE K59A DENGAN PENDEKATAN METODE HELGESON-BIRNIE Studi Kasus PT. Indonesia Stanley electric Abstrak Heru Saptono 1),Alif Wardani 2) JurusanTeknikMesin,

Lebih terperinci

PROSES PERUBAHAN DAN PENGOPERASIAN TQM

PROSES PERUBAHAN DAN PENGOPERASIAN TQM PROSES PERUBAHAN DAN PENGOPERASIAN TQM STIE Dewantara MKUAL-02 Pendahuluan Dewasa ini iklim perekonomian dunia tampak semakin kurang menentu, dan perubahan yang terjadi akhir-akhir ini justru banyak yang

Lebih terperinci

Apa itu Lean Manufacturing dan Bagaimana Cara Penerapannya?

Apa itu Lean Manufacturing dan Bagaimana Cara Penerapannya? Apa itu Lean Manufacturing dan Bagaimana Cara Penerapannya? Dalam tiap perusahaan yang bergerak di bidang produksi barang maka sebagian besar mereka akan menggunakan lean manufacturing. Lean merupakan

Lebih terperinci

Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler. Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur

Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler. Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur Tabel 4.38 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Filler Tabel 4.39 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Pasteur Tabel 4.40 Metode 5W+1H dan Analisis ECRS Untuk Labeller Tabel 4.41 Metode 5W+1H dan Analisis

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI

KEWIRAUSAHAAN III. Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III. Endang Duparman. Modul ke: Arissetyanto. Fakultas SISTIM INFORMASI Modul ke: 05 KEWIRAUSAHAAN III Power Point ini membahas mata kuliah Kewirausahaan III Fakultas SISTIM INFORMASI Endang Duparman Program Studi INFORMATIKA www.mercubuana.a.cid EVALUASI RENCANA PRODUKSI

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh

BAB 2 STUDI LITERATUR. Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh BAB 2 STUDI LITERATUR Tanggungjawab seorang pemimpin perusahaan adalah mengatur seluruh sumberdaya produksi secara efisien dan efektif sehingga diperoleh keuntungan yang maksimum (maximum profit). Tanpa

Lebih terperinci

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kajian Teori Teori yang di gunakan adalah : Line Performance (Operational Excellence) dan Losses 3.1.1 OPERATIONAL EXCELLENCE Operational excellence (OE)

Lebih terperinci

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA

APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME PADA PERUSAHAAN INDONESIA APLIKASI JUST IN TIME (JIT) PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA 1. Pengertian Metode Just In Time (JIT) Manufaktur JIT adalah suatu sistem berdasarkan tarikan permintaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam penelitian sebuah tugas akhir, metodologi penelitian mempunyai peranan penting sekali, karena pada metodologi penelitian ini menggambarkan langkah-langkah

Lebih terperinci

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan? Studi Kasus dalam merancang intervensi tingkat perusahaan mempromosikan produktivitas dan kondisi kerja di UKM Program Peningkatan Kemampuan Pemasok secara Efektif Nike 1. Apa persoalan yang perlu diselesaikan?

Lebih terperinci

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME

SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME SISTEM PRODUKSI JUST-IN-TIME A. Pendahuluan Dalam Laboratorium Sistem Produksi, dipelajari beberapa modul praktikum antara lain : Fisika Dasar, Elektronika Industri, serta Perencanaan dan Pengendalian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi. berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi. berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berkembangnya dunia perindustrian di berbagai bidang terutama industri manufaktur. Hal ini berpengaruh

Lebih terperinci

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan

Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan Petunjuk Sitasi: Eddy, & Aswin, E. (2017). Implementasi Lean Manufacturing untuk Identifikasi Waste pada Bagian Wrapping di PT. X Medan. Prosiding SNTI dan SATELIT 2017 (pp. C27-32). Malang: Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya manusia mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan sebagai penggerak utama seluruh aktivitas perusahaan untuk mencapai tujuan. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN masih dirasakan oleh semua sektor kehidupan tidak terkecuali sektor riil

BAB I PENDAHULUAN masih dirasakan oleh semua sektor kehidupan tidak terkecuali sektor riil BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah Pengaruh krisis moneter yang terjadi di Indonesia sejak pertengahan 1997 masih dirasakan oleh semua sektor kehidupan tidak terkecuali sektor riil khususnya

Lebih terperinci

Manajemen startegik Dosen: Prof DR Ir Rudy C Tarumingkeng

Manajemen startegik Dosen: Prof DR Ir Rudy C Tarumingkeng 1 Manajemen startegik Dosen: Prof DR Ir Rudy C Tarumingkeng 5. MEMBANGUN KEUNGGULAN KOMPETITIF MELALUI STRATEGI TINGKAT FUNGSIONAL 1. Strategi Functional Level adalah: Upaya untuk meningkalkan efektivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada umumnya, tujuan akhir suatu perusahaan adalah untuk memperoleh profit yang besar. Profit yang besar akan diperoleh jika perusahaan dapat menekan pengeluaran sekecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan dalam industri manufakatur kini semakin meningkat, membuat persaingan indsutri manufaktur pun semakin ketat. Di Indonesia sendiri harus bersiap mengahadapi

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA 4.1 Pengumpulan Data Data-data di dalam tulisan ini yang akan digunakan sebagai dasar perhitungan di pengolahan dan analisis data terdiri dari : 1. Data Total

Lebih terperinci

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air

Gambar I.1 Part utama Penyusun meter air BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Gaspersz (2011, p.92), Lean Six sigma merupakan suatu filosofi bisnis, pendekatan sistemik dan sistematik dan sistematik untuk mengidentifikasi dan menghilangkan

Lebih terperinci

RANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES PADA PROSES PRODUKSI DI PT. CENTRAL WINDU SEJATI

RANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES PADA PROSES PRODUKSI DI PT. CENTRAL WINDU SEJATI RANCANGAN SISTEM KANBAN UNTUK MENGURANGI NON VALUE ADDED ACTIVITIES PADA PROSES PRODUKSI DI PT. CENTRAL WINDU SEJATI TUGAS SARJANA Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci