IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Ratna Sudirman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang hari. Radiasi matahari di luar rumah tanaman lebih tinggi nilainya dibandingkan dengan yang masuk ke dalam rumah tanaman. Hal ini karena penggunaan bahan penutup rumah tanaman yang mampu menyerap, memantulkan, serta meneruskan radiasi matahari yang masuk. Setiap bahan penutup rumah tanaman mempunyai daya serap yang berbeda terhadap gelombang radiasi maupun gelombang lainnya yang akan masuk. Radiasi matahari tertinggi di luar rumah tanaman yang tercatat adalah 1062 W/m 2 yang terjadi pada pukul 11:00, sedangkan radiasi matahari tertinggi yang masuk ke dalam rumah tanaman terjadi pada pukul 12:40 dan 13:10 tercatat 933 W/m 2. Saat radiasi matahari tinggi di lingkungan dalam rumah tanaman, radiasi matahari di lingkungan luar rumah tanaman pun cukup tinggi, yaitu sebesar 1009 W/m 2 pada pukul 12:40 dan 1012 W/m 2 pada pukul 13:10. Saat radiasi di lingkungan luar rumah tanaman tinggi, radiasi matahari di lingkungan dalam rumah tanaman sebesar 397 W/m 2. Grafik dibawah merupakan radiasi matahari yang terukur di lingkungan dalam dan luar rumah tanaman pada tanggal 1 Mei 2012 dalam kondisi hari cerah menggunakan alat Weather Station. Gambar 23. Grafik perubahan radiasi matahari lingkungan rumah tanaman pada tanggal 1 Mei 2012 Suhu udara lingkungan rumah tanaman pun memiliki perbedaan antara lingkungan dalam dan lingkungan luarnya. Selisih suhu udara terbesar yang tercatat adalah 3.8 o C. Pada pagi hari, suhu udara di dalam lebih rendah dibandingkan dengan suhu udara di lingkungan luar. Kemudian suhu udara di dalam rumah tanaman akan meningkat seiring makin banyaknya radiasi matahari yang masuk ke dalam rumah tanaman. Gelombang pendek dari radiasi matahari mempunyai energi besar sehingga dapat melewati material penutup rumah tanaman. Gelombang pendek tersebut berubah menjadi gelombang panjang setelah masuk ke dalam rumah tanaman. Namun karena energinya semakin kecil, 25
2 gelombang panjang tersebut tidak dapat keluar sehingga memanaskan benda-benda di dalam rumah tanaman. Walaupun pada sore hari radiasi yang masuk sudah mulai kecil, namun gelombang panjang sebelumnya masih terperangkap sehingga suhu udara di dalam rumah tanaman masih tinggi. Suhu udara lingkungan luar rumah tanaman berkisar 23 o C sampai 32.3 o C, sedangkan suhu udara di dalam rumah tanaman 22.9 o C sampai 35.5 o C. Pada pukul 13:50, saat suhu udara di dalam rumah tanaman maksimum, radiasi matahari di dalam dan di luar rumah tanaman sudah mulai terjadi penurunan. Suhu maksimum tersebut disebabkan oleh gelombang panjang yang tidak dapat melewati penutup rumah tanaman sehingga menaikkan suhu udara di dalam rumah tanaman. Grafik perbedaan suhu udara di dalam dan di luar rumah tanaman dapat dilihat pada Gambar 24. Gambar 24. Grafik perubahan suhu udara lingkungan rumah tanaman pada tanggal 1 Mei 2012 B. SH LARTAN NTRISI DAN SH DI DALAM CHAMBER Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perubahan suhu larutan nutrisi adalah suhu udara di dalam rumah tanaman (Gambar 24). Suhu larutan nutrisi tersebut berbanding lurus terhadap suhu lingkungan dalam rumah tanaman, namun peningkatan suhu larutan nutrisi lebih lambat dari suhu lingkungan dalam rumah tanaman. Saat suhu udara rumah tanaman mengalami kenaikan suhu akibat radiasi matahari yang masuk dan terperangkap, suhu larutan nutrisi pun mengalami kenaikan suhu. Larutan nutrisi memiliki kerapatan dan panas jenis yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara sehingga dapat menyerap dan menyimpan panas lebih lama. Perbedaan yang terjadi antara suhu larutan nutrisi dengan suhu udara di dalam rumah tanaman yaitu sebesar 0.1 o C sampai 5.2 o C. Perbedaan suhu ini terjadi karena adanya faktor perbedaan fasa zat. dara berupa gas sehingga jika terjadi perubahan pada lingkungan luar rumah tanaman, gas akan lebih cepat berubah dibandingkan dengan zat cair. Suhu larutan nutrisi di dalam bak penampung sekitar 18.5 o C hingga 34.9 o C. Grafik perubahan larutan nutrisi pada bak penampung dapat dilihat pada Gambar 25. Kemudian suhu larutan nutrisi akan berpengaruh terhadap pertumbuhan akar di dalam chamber aeroponik. Suhu chamber ini tidak boleh berada di kisaran yang tinggi maupun rendah karena akan mempengaruhi daya serap akar tanaman. Jika kondisi suhu di dalam chamber ekstrem, pertumbuhan dan perkembangan tanaman akan terganggu dan bisa sampai tanaman mati. Suhu larutan nutrisi yang menyemprot ke dalam chamber aeroponik mempengaruhi suhu di dalam chamber sampai 1.8 o C. 26
3 Gambar 25. Grafik perubahan suhu larutan nutrisi pada tanggal 1 Mei 2012 Suhu di dalam chamber dipengaruhi oleh suhu larutan nutrisi yang tersemprot keluar dari nozzle dan suhu lingkungan di luar chamber yang terserap oleh bahan pelapis chamber dalam bentuk panas. Perubahan suhu udara di dalam chamber berbanding lurus dengan suhu larutan nutrisi (Gambar 25). Suhu udara di dalam rumah tanaman, pada Gambar 24, juga mempengaruhi suhu permukaan dinding luar chamber sehingga suhu dinding luar akan lebih panas. Panas tersebut akan terserap oleh bahan pelapis chamber aeroponik sehingga akan berpengaruh terhadap suhu udara di dalam chamber. Suhu di dalam chamber yang tercatat adalah sekitar o C sampai o C. Suhu maksimum di dalam chamber lebih tinggi dibandingkan dengan suhu maksimum larutan nutrisi dan suhu lingkungan di luar chamber karena chamber dalam keadaan tertutup rapat dan hanya ada satu lubang pengeluaran larutan nutrisi. Oleh karena itu, pergerakan suhu berjalan lambat dan panas akan terakumulasi di dalam chamber sehingga membuat suhu di dalam chamber meningkat. Grafik perubahan suhu udara pada chamber dapat dilihat pada Gambar 26. Gambar 26. Grafik perubahan suhu dan RH chamber aeroponik pada tanggal 1 Mei
4 RH di dalam chamber aeroponik yang tercatat pada pengukuran adalah antara 94.56% hingga 100%. Kelembaban chamber tersebut bernilai tinggi karena ruangan tumbuh akar tanaman ini disemprot larutan nutrisi selama kurang lebih 18 menit dan hanya berhenti menyemprot sekitar dua menit. Chamber akan terbasahkan oleh larutan nutrisi di seluruh sisinya dan larutan nutrisi yang tidak terserap oleh akar tanaman akan mengalir keluar ke dalam lubang pengeluaran chamber secara gravitasi. Grafik perubahan RH di dalam chamber dapat dilihat pada Gambar 26. Suhu adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan akar, khususnya dalam menyerap air dan ion-ion esensial. Suhu optimum untuk akar tergantung spesies tanaman. Menurut Goldworthy dan Fisher (1984), suhu optimum untuk pertumbuhan akar umumnya lebih rendah daripada suhu optimum untuk pertumbuhan pucuk. Kisaran suhu optimum dan suhu maksimum yang agak sempit menunjukkan bahwa pertumbuhan akar tidak teradaptasi baik terhadap suhu tanah (atau larutan nutrisi) tinggi, bahkan pada tanaman tropik. Pendinginan tanaman subtropis dan tropis sampai pada kisaran suhu 0-10 o C cenderung menyebabkan penurunan aktivitas proses metabolisme dengan sangat cepat (terutama respirasi) dan dapat menyebabkan kerusakan yang membahayakan dan kematian di dalam beberapa jam atau hari (Larcher et.al dalam Fitter and Hay 1981). Perbedaan suhu yang mempengaruhi perakaran dan pertumbuhan tanaman adalah tergantung dari suhu kardinal setiap varietas tanaman. Suhu optimum perakaran pada tanaman krisan adalah o C, pada selada adalah o C, sedangkan suhu di dalam chamber saat hari cerah mencapai 35 o C. Terdapat beberapa tanaman yang dapat mentoleransi suhu sampai 35 o C, namun pertumbuhan fisik tanaman tidak dapat sebaik pada kondisi pertumbuhan di suhu optimalnya. Jika suhu toleransi pertumbuhan tanaman kurang dari 35 o C, tanaman tersebut tidak dapat bertahan sampai massa panennya. Pengaruh pendinginan tanaman di bawah suhu optimum adalah berkurangnya kecepatan pertumbuhan dan proses metabolisme, sedangkan pengaruh suhu tinggi adalah gangguan terhadap metabolisme sel karena denaturasi protein, produksi zat-zat beracun atau kerusakan membran. Menurut Fitter dan Hay (1981), tidak mudah untuk menetapkan secara tepat hubungan antara proses-proses pada tanaman dan suhu lingkungan karena adanya variabilitas yang ekstrem dari suhu udara dan tanah (atau larutan nutrisi). Suhu akar tergantung kepada waktu (variasi reguler sepanjang hari), bulan (variasi reguler musiman), kedalaman di bawah permukaan tanah, sifat tanah yang menentukan absorpsi dan transmisi panas (terutama RH, kerapatan massa, dan sifat permukaan tanah). Di samping itu, ditemukan bahwa perbedaan tahap perkembangan tanaman dan perbedaan proses fisiologis mempunyai suhu optimum yang berbeda. Selanjutnya perkembangan reproduksi dari spesies tertentu lebih dikendalikan oleh suhu malam hari daripada suhu siang hari, serta banyak proses (terutama perkecambahan) dipercepat oleh suhu yang berubah-ubah. Tetapi hanya sedikit proses perkembangan yang dikendalikan oleh suhu saja dan respon terhadap suhu pada banyak kasus dapat dimodifikasi oleh faktor lainnya, terutama lingkungan cahaya. Misalnya pembentukan umbi pada kentang tergantung dari peran bersama suhu, fotoperiodisme, intensitas cahaya, dan suplai nutrien. C. ANALISIS KESEIMBANGAN PANAS PADA CHAMBER Proses perpindahan panas terjadi karena adanya perubahan suhu antara sistem (fluida/material) dengan lingkungan melalui penyerapan panas dan pelepasan panas. Jika suhu sistem lebih rendah daripada suhu lingkungan, proses yang terjadi adalah penyerapan panas. Sedangkan pelepasan panas terjadi jika suhu sistem lebih tinggi daripada suhu lingkungan. Panas dari udara rumah tanaman masuk ke dalam lapisan pembuat chamber yaitu multiplek sehingga membuat permukaan chamber lebih panas. Adanya isolator lain yaitu styrofoam yang juga melapisi chamber menyebabkan panas yang diserap multiplek dari udara rumah tanaman dihambat masuk ke dalam chamber. Multiplek dan 28
5 styrofoam merupakan bahan isolator dengan masing-masing memiliki konduktivitas termal W/m. o C dan W/m. o C sehingga udara dari rumah tanaman tidak seluruhnya terserap oleh chamber. Semakin besar nilai konduktivitas termal, semakin banyak panas yang dapat terserap oleh bahan, dan sebaliknya. Gambar 27. Perpindahan panas pada chamber aeroponik Pindah panas setiap sisi chamber berbeda-beda tergantung arah radiasi matahari yang masuk ke dalam rumah tanaman, resistansi aliran panas (insulasi), luasan bahan material, dan perbedaan suhu di sekitar bahan. Gambar 27 menggambarkan besarnya perpindahan panas yang terjadi di setiap bagian chamber. Dari grafik diatas, diketahui bahwa umumnya pelepasan panas terjadi pada pagi hari (06:00-07:30) dan sore hari (16:00-18:00). Proses penyerapan panas dari lingkungan akan terjadi pada pukul 07:30 sampai 16:00, dimana pada waktu tersebut suhu rumah tanaman meningkat bersamaan dengan tingginya radiasi yang masuk ke dalam rumah tanaman. Kasus pada chamber bagian bawah berbeda dengan bagian lainnya. Disaat bagian sisi lain menyerap panas, sisi bawah melepaskan panas. Hal ini disebabkan karena radiasi gelombang panjang yang terserap oleh lantai akan menaikkan suhu udara dan menurunkan kerapatan udara di dasar lantai. Dengan demikian, kerapatan udara di atas lantai akan lebih tinggi dan suhu akan lebih rendah. Tabel 4. Pindah panas total pada sistem aeroponik tanggal 1 Mei 2012 q (Watt) Waktu Keterangan Chamber Pipa Total 13: Maksimum 17: Minimum Tabel 4 merupakan laju pindah panas total pada sistem chamber dalam satu hari cerah. Pindah panas total pada tanggal 1 Mei 2012 yang paling besar adalah sisi depan (koordinat positif z atau arah Barat) dengan nilai W/m karena tidak hanya dipengaruhi oleh udara panas rumah tanaman, tetapi dipengaruhi juga oleh panas yang keluar dari chiller (pendingin). Pindah panas yang paling kecil adalah sisi bawah (koordinat negatif y) dengan nilai W/m karena melepaskan panas ke udara di atas lantai yang bersuhu rendah dibandingkan dengan permukaan chamber bagian bawah. Setiap sisi chamber menyerap panas dari lingkungan, namun tidak semua sisi chamber melepaskan 29
6 panas ke lingkungan. Bagian sisi chamber yang tidak melepaskan panas adalah sisi depan (koordinat positif z atau arah Barat) dan sisi kanan (koordinat positif x atau arah Selatan). Sisi chamber tersebut memiliki suhu lingkungan yang tinggi dibandingkan dengan suhu pada material sisi tersebut. Pada sisi depan terdapat pengaruh dari udara panas dari keluaran chiller, sedangkan sisi kanan berada dekat dengan bak penampung larutan nutrisi dan inlet pipa larutan nutrisi sehingga material sisi kanan chamber menjadi lebih dingin. Berikut tabel penyerapan dan pelepasan panas setiap sisi chamber dan pipa sistem aeroponik pada tanggal 1 Mei Tabel 5. Proses perpindahan energi panas pada bagian chamber dan pipa Bagian Energi Panas (kj) Penyerapan panas Pelepasan panas Sisi chamber depan Sisi chamber belakang Sisi chamber kanan Sisi chamber kiri Sisi chamber atas Sisi chamber bawah Pipa di dalam chamber D. SEBARAN SH CHAMBER Analisis sebaran suhu pada chamber aeroponik menggunakan metode computational fluid dynamics (CFD) merupakan langkah yang efektif karena metode ini menghasilkan analisis berupa gradasi warna serta hasil kuantitatif berupa angka-angka. ntuk memperoleh hasil yang baik, diperlukan pendefinisian yang tepat dalam penentuan input dan output model simulasi. Data input merupakan data dari lapangan atau data yang diperoleh dengan mengolah data lapangan. Berikut tabel contoh data input yang digunakan dalam simulasi menggunakan CFD. Tabel 6. Data input simulasi CFD Input Waktu 8:00 13:00 Suhu udara di dalam Rumah Tanaman ( o C) Suhu larutan nutrisi ( o C) Suhu permukaan chamber ( o C) Radiasi matahari di dalam Rumah Tanaman (W/m 2 ) Arah radiasi matahari z = -1 y = 1 Koefisien perpindahan panas (W/m 2. o C) Tebal dinding (m) multiplek = 0.01, styrofoam =
7 (a) (b) (c) Gambar 28. Model simulasi chamber aeroponik dengan panjang (a) 5 m, (b) 8 m, dan (c) 12 m Model chamber aeroponik yang digunakan dalam simulasi CFD terdiri dari empat dimensi panjang yang berbeda, yaitu pada panjang chamber 1.5 m, 5 m, 8 m, dan 12 m. Model panjang pertama merupakan panjang chamber yang digunakan selama penelitian. Geometri model dapat dilihat pada Gambar 9 dan Gambar 28. Perbedaan dimensi geometri yang disimulasikan dimaksudkan untuk melihat sebaran suhu pada setiap chamber dengan input data yang sama. Terdapat dua kondisi waktu yang berbeda saat dilakukannya simulasi, yaitu pukul 08:00 dan pukul 13:00. Hal ini karena pada pukul 08:00, parameter-parameter yang mempengaruhi lingkungan chamber, yaitu suhu udara dan radiasi matahari rumah tanaman, suhu larutan nutrisi, serta suhu chamber sudah mulai mengalami kenaikan yang disebabkan oleh peralihan dari kondisi malam hari ke kondisi pagi hari. Pada pukul 13:00 merupakan waktu dimana suhu udara dan radiasi matahari di dalam rumah tanaman mencapai maksimum. Setelah melakukan pembuatan geometri dan pemasukan data input serta pendefinisian kondisi dan penentuan hasil yang diinginkan, dilakukan proses running untuk menghitung data input hingga diperoleh kondisi konvergen. 31
8 1500 mm (a) 5000 mm (b) Gambar 29. Sebaran suhu di dalam chamber aeroponik pukul 08:00 pada dimensi panjang chamber (a) 1.5 meter dan (b) 5 meter
9 8000 mm (a) mm (b) Gambar 30. Sebaran suhu di dalam chamber aeroponik pukul 08:00 pada dimensi panjang chamber (a) 8 meter dan (b) 12 meter 33 33
10 Gambar 29 dan Gambar 30 menunjukkan sebaran suhu pada empat dimensi yang berbeda di chamber aeroponik. Sebaran suhu terlihat terjadi di sekeliling bagian dalam chamber. Suhu lingkungan rumah tanaman mempengaruhi suhu pelapis chamber. Suhu yang lebih tinggi dari lingkungan rumah tanaman menyerap ke dalam chamber melalui bahan pelapis, yaitu multiplek dan styrofoam. Kedua bahan tersebut memiliki karakteristik fisik yaitu konduktivitas termal sehingga hanya sebagian saja panas yang mampu terserap oleh bahan. Konduktivitas termal adalah kemampuan suatu bahan dalam mentransmisikan panas. Multiplek memiliki konduktivitas termal paling besar dibandingkan dengan konduktivitas termal styrofoam sehingga daya untuk menyerap panas lebih besar adalah bahan multiplek. Panas lingkungan rumah tanaman yang terserap melalui bahan pelapis ini akan menyebabkan suhu di dalam chamber menjadi lebih tinggi. Selain itu, suhu larutan nutrisi yang tersemprot keluar dari pipa lateral yang berada di dalam chamber, mempengaruhi sebaran suhu di dalam chamber. Suhu larutan nutrisi yang keluar dari nozzle akan bercampur dengan panas yang masuk melalui bahan pelapis chamber sehingga menghasilkan suhu yang lebih tinggi. Aliran panas di dalam chamber akan berputar-putar atau tidak dapat keluar-masuk secara bebas karena chamber aeroponik merupakan ruangan yang tertutup rapat sehingga suhu di dalam chamber cenderung panas mendekati suhu di dalam rumah tanaman. Tabel 7. Suhu chamber aeroponik hasil simulasi CFD pukul 08:00 Panjang chamber (m) Suhu rata-rata chamber ( o C) Suhu rata-rata chamber aeroponik yang dihasilkan oleh simulasi CFD dapat dilihat pada Tabel 7. Suhu rata-rata simulasi chamber menunjukkan bahwa setelah kondisi simulasi konvergen, suhu yang dihasilkan pada simulasi mendekati suhu lingkungan dalam rumah tanaman yang diinputkan sebelumnya. Menurut Haryanto (2010), semakin besar geometri bedeng tanaman, makin sulit menciptakan keseragaman larutan nutrisi yang mengalir di dalamnya. Pada Gambar 29(a), yaitu chamber dengan panjang 1.5 meter, sebaran suhu di dalam chamber terbagi menjadi tiga bagian. Suhu yang lebih tinggi, mendekati o C, berada di paling atas chamber, yaitu di bawah styrofoam penutup. Hal ini karena panas dari lingkungan rumah tanaman masuk ke dalam chamber hanya melalui satu lapisan, yaitu styrofoam. Faktor lainnya adalah styrofoam tersebut dibungkus dengan plastik mulsa yang berwarna gelap sehingga panas dari radiasi matahari terserap lebih banyak, karena sifat dari warna gelap yang mudah menyerap panas. Bagian tengah chamber mempunyai suhu sedikit lebih rendah dibandingkan dengan bagian atas. Hal ini dipengaruhi oleh suhu larutan nutrisi yang tersemprot keluar dari nozzle dan yang mengalir di dalam pipa lateral. Bagian dasar chamber memiliki suhu sekitar o C karena sisa larutan nutrisi yang tidak terserap oleh akar, mengalir keluar menuju lubang pengeluaran chamber. Pada Gambar 29(b) dengan panjang chamber 5 meter, terdapat dua lapisan suhu yang berbeda, yaitu bagian atas dengan suhu lebih tinggi sekitar 24,1003 o C yang dipengaruhi oleh panas dari luar chamber melalui bahan pelapis,yaitu multiplek dan styrofoam. Bagian dasar chamber dengan suhu lebih rendah kisaran 24,0998 o C karena didinginkan oleh larutan nutrisi yang mengalir keluar lubang pengeluaran chamber. Pada dimensi chamber 8 meter, terdapat suhu yang lebih rendah di sekitar inlet pipa lateral sampai lubang pengeluaran larutan nutrisi di bawah chamber sehingga mendinginkan 34 35
11 bagian tersebut. Chamber 12 meter, yang dapat dilihat pada Gambar 30(b), sebaran suhu yang terjadi seragam pada suhu o C, hanya terjadi gradien suhu di sekitar lubang pengeluaran larutan nutrisi pada chamber. Pada mulut lubang pengeluaran, terlihat suhu yang rendah sekitar o C, kemudian secara perlahan suhu akan mulai naik dan menyebar ke arah atas dan samping di dalam chamber. Suhu yang lebih rendah ini dipengaruhi oleh suhu larutan nutrisi pada bak penampung yang tepat berada di bawah mulut lubang pengeluaran. Gambar 31 dan Gambar 32 menunjukkan sebaran suhu yang terjadi pada chamber aeroponik saat radiasi matahari yang masuk ke dalam rumah tanaman sedang berada di nilai tertinggi, yaitu pada pukul 13:00 WIB kondisi hari cerah. Pada chamber dengan panjang 1.5 meter, faktor utama yang mempengaruhi suhu di dalam chamber adalah panas yang terserap dari radiasi matahari yang masuk ke dalam rumah tanaman. Panas tersebut terserap dari bahan pelapis di semua sisi chamber yang kemudian membuat dinding sekeliling chamber mempunyai suhu tinggi. Semakin ke tengah chamber, suhu tersebut perlahan menjadi rendah karena didinginkan oleh suhu larutan nutrisi. Suhu terendah yang tercatat pada chamber dengan panjang 1.5 meter adalah o C, sedangkan suhu maksimalnya adalah o C. Chamber dengan panjang 5 meter memiliki suhu tertinggi pada bagian atas chamber. Panas berpindah dari luar chamber menuju ruangan di dalam chamber melalui bahan styrofoam yang dilapisi plastik mulsa berwarna gelap. Suhu simulasi yang tercatat pada bagian ini sebesar o C. Suhu tinggi ini akan bergerak ke dasar chamber, kemudian bercampur dengan aliran larutan nutrisi sehingga suhu menurun secara perlahan. Suhu minimum fluida di dalam chamber sekitar o C. Pada Gambar 32(a), chamber dengan panjang 8 meter, terdapat dua sumber suhu yang berbeda yang mempengaruhi suhu di dalam chamber. Suhu dari lingkungan rumah tanaman akibat radiasi matahari masuk ke dalam chamber melalui styrofoam dan multiplek. Kemudian suhu dari bak penampung larutan nutrisi yang masuk melalui lubang pengeluaran chamber sehingga suhu chamber yang mulanya tinggi menjadi rendah di sekitar lubang pengeluaran. Chamber dengan panjang 12 meter memiliki persamaan dengan chamber panjang 8 meter yaitu pendinginan di sekitar lubang pengeluaran sisa larutan nutrisi. Namun, pada ujung lainnya, terdapat panas dari luar yang masuk ke dalam chamber melalui styrofoam bagian atas yang menyebabkan suhu tinggi pada sisi tersebut. Suhu tinggi pada sisi tersebut disebabkan oleh arah radiasi matahari sehingga panas akan mengalir pada daerah tersebut dan menyebar ke daerah yang memiliki suhu lebih rendah. Suhu rata-rata chamber berbagai dimensi panjang pada pukul 13:00 dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Suhu chamber aeroponik hasil simulasi CFD pukul 13:00 Panjang chamber (m) Suhu rata-rata chamber ( o C)
12 1500 mm (a) 5000 mm (b) Gambar 31. Sebaran suhu di dalam chamber aeroponik pukul 13:00 pada dimensi panjang chamber (a) 1.5 meter dan (b) 5 meter 36 39
13 8000 mm (a) mm (b) Gambar 32. Sebaran suhu di dalam chamber aeroponik pukul 13:00 pada dimensi panjang chamber (a) 8 meter dan (b) 12 meter 37 39
14 Haryanto (2010) menyatakan bahwa jika ada sebuah benda yang memiliki dimensi yang besar maka pindah panas yang terjadi juga semakin besar karena dimensi yang menjadi daerah kontak dengan lingkungan yang panas/dingin juga semakin besar. Pada empat dimensi panjang dan dua kondisi chamber yang disimulasikan, terdapat perbedaan suhu fluida yang dihasilkan dari setiap chamber aeroponik tersebut. Perubahan suhu udara chamber pada pukul 08:00 dan 13:00 hanya mencapai 0.08 o C pada masing-masing waktu simulasi. Hal tersebut tidak mempengaruhi pertumbuhan fisik tanaman. Perubahan suhu dalam satu hari pengukuran pun tidak ada perbedaan pada fisik tanaman. Namun, jika perubahan suhu dalam satu hari tersebut berlangsung berhari-hari atau sampai massa panen, tanaman tersebut akan layu dan pertumbuhannya pun akan lambat sehingga hasil produk tanaman tersebut tidak sesuai dibandingkan dengan kondisi pada suhu optimalnya. Suhu rata-rata terendah dari dua kondisi dan dibandingkan dengan tiga dimensi panjang lainnya tersebut mengarah pada chamber dengan panjang 12 meter. Namun, suhu terendah ini tidak diikuti dengan sebaran suhu yang merata di sekeliling chamber. Terdapat suhu tinggi di satu sisi dan di sisi lainnya mempunyai suhu rendah. ntuk sebaran suhu yang mendekati baik mengarah pada chamber dengan panjang meter. Hal ini dapat dilihat dari sebaran suhu yang dihasilkan sepanjang chamber merata dan perpindahan panas dari luar chamber sampai ke dasar chamber yang menyebabkan perubahan suhu fluida di dalam chamber aeroponik. Penggunaan chamber yang tertutup rapat diharapkan tidak menjadi beban karena membuat suhu di sekitar akar menjadi ekstrem saat lingkungan cerah atau kondisi hari bersuhu tinggi. Pada pagi hari, suhu di dalam chamber mencapai 24.1 o C sehingga suhu ini masih dalam batas toleransi bagi pertumbuhan tanaman. Namun pada siang hari, suhu di dalam chamber lebih dari 34 o C sehingga perlu adanya pendinginan atau rekayasa lingkungan mikro di sekitar tanaman agar dapat tumbuh dan berkembang secara baik. E. VALIDASI HASIL SIMLASI SH CHAMBER AEROPONIK ntuk mengetahui keakuratan model CFD yang dibuat, dilakukan validasi terhadap nilai suhu udara hasil simulasi terhadap hasil pengukuran. Terdapat dua metode yang digunakan, yaitu dengan menghitung presentase error dan dengan garis regresi. Error yang terjadi untuk suhu fluida di dalam chamber aeroponik mencapai 13.16%. Error tersebut cenderung besar, terdapat titik-titik yang lebih dari 10%, dikarenakan pendefinisian material dan kondisi batas yang kurang detail pada simulasi CFD sehingga menyebabkan kondisi simulasi kurang mendekati hasil pengukuran. Penjabaran error setiap titik dapat dilihat pada Lampiran 7. Pengujian lain yaitu menggunakan garis regresi yang terbentuk pada hubungan linier antara suhu hasil simulasi (y) dan hasil pengukuran (x). Persamaan garis regresi ini disajikan pada Gambar 33. Intersep yang dihasilkan adalah dan mempunyai gradien Koefisien determinasi R menunjukkan besarnya keragaman suhu udara chamber hasil simulasi yang dapat diterangkan oleh suhu udara chamber hasil pengukuran. Prediksi dari simulasi ini cukup baik karena persamaan regresi memiliki intersep mendekati nol dan gradien mendekati satu. 38
15 Gambar 33. Grafik validasi suhu hasil simulasi terhadap hasil pengukuran 39
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan mikro di dalam rumah tanaman khususnya di daerah tropika asah perlu mendapat perhatian khusus, mengingat iri iklim tropika asah dengan suhu udara yang relatif panas,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. RUMAH TANAMAN Rumah tanaman atau greenhouse di kawasan tropika basah berfungsi sebagai bangunan perlindungan tanaman baik pada budidaya tanaman dengan media tanam maupun dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di dalam rumah tanaman di Laboratorium Lapangan Leuwikopo dan Laboratorium Lingkungan Biosistem, Departemen Teknik Mesin
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada musim kemarau yaitu bulan Mei sampai Juli 2007 berlokasi di Laboratorium Lapangan Bagian Ternak Perah, Departemen Ilmu
Lebih terperinciGambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah
HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah Analisis distribusi suhu dan kelembaban udara dilakukan pada saat kandang tidak diisi sapi (kandang kosong). Karakteristik
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada
Lebih terperinciKAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2)
KAJIAN SUHU DAN ALIRAN UDARA DALAM KEMASAN BERVENTILASI MENGGUNAKAN TEKNIK COMPUTATIONAL DYNAMIC (CFD) Emmy Darmawati 1), Yudik Adhinata 2) Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut
Lebih terperinciGambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lingkungan Mengetahui kondisi lingkungan tempat percobaan sangat penting diketahui karena diharapkan faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap percobaan dapat diketahui.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Nutrient Film Technique (NFT) 2.2. Greenhouse
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Nutrient Film Technique (NFT) Nutrient film technique (NFT) merupakan salah satu tipe spesial dalam hidroponik yang dikembangkan pertama kali oleh Dr. A.J Cooper di Glasshouse
Lebih terperinciSIMPULAN UMUM 7.1. OPTIMISASI BIAYA KONSTRUKSI PENGERING ERK
VII. SIMPULAN UMUM Berdasarkan serangkaian penelitian yang telah dilakukan dan hasil-hasil yang telah dicapai, telah diperoleh disain pengering ERK dengan biaya konstruksi yang optimal dan dapat memberikan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas hasil pertanian, terutama gabah masih memegang peranan penting sebagai bahan pangan pokok. Revitalisasi di bidang pertanian yang telah dicanangkan Presiden
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini dibahas mengenai pemaparan analisis dan interpretasi hasil dari output yang didapatkan penelitian. Analisis penelitian ini dijabarkan dan diuraikan pada
Lebih terperinciGambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.
7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN UMUM
177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai
Lebih terperinciIII. HASIL DAN PEMBAHASAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Coba Lapang Paremeter suhu yang diukur pada penelitian ini meliputi suhu lingkungan, kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi produktivitas
Lebih terperinciGrafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang
Lebih terperinciSIMULASI SEBARAN SUHU PADA CHAMBER AEROPONIK DENGAN MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) SKRIPSI DERRY RISKAWATI F
SIMULASI SEBARAN SUHU PADA CHAMBER AEROPONIK DENGAN MENGGUNAKAN COMPUTATIONAL FLUID DYNAMICS (CFD) SKRIPSI DERRY RISKAWATI F14080081 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 SIMULATION
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Iklim Mikro Rumah Tanaman Daerah Tropika Basah Iklim merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perancangan bangunan. Sebuah bangunan seharusnya dapat mengurangi pengaruh iklim
Lebih terperinciBAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS
47 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS 4.1 PENDAHULUAN Bab ini menampilkan hasil penelitian dan pembahasan berdasarkan masing-masing variabel yang telah ditetapkan dalam penelitian. Hasil pengukuran
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Pengelompokan tanaman
29 HASIL DAN PEMBAHASAN Pengelompokan tanaman Hasil pengamatan yang telah dilakukan terhadap sampel daun untuk mengetahui ukuran stomata/mulut daun, dapat dilihat pada tabel 3. Pada tabel 3 ditunjukkan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering
15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kaum Petani dengan kultur agraris khas pedesaan Indonesia bermukim di perumahan dengan bentuk bangunan yang mempunyai tata ruang dan tata letak sederhana. Hampir seluruh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengeringan Pengeringan merupakan proses pengurangan kadar air bahan sampai mencapai kadar air tertentu sehingga menghambat laju kerusakan bahan akibat aktivitas biologis
Lebih terperinciPEMBAHASAN. Budidaya Bayam Secara Hidroponik
38 PEMBAHASAN Budidaya Bayam Secara Hidroponik Budidaya bayam secara hidroponik yang dilakukan Kebun Parung dibedakan menjadi dua tahap, yaitu penyemaian dan pembesaran bayam. Sistem hidroponik yang digunakan
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas
LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan mulai bulan Februari 2012 sampai dengan Juni 2012 di Lab. Surya Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat
III. MEODE PENELIIAN A. Waktu dan empat Penelitian dilakukan di Laboratorium Energi Surya Leuwikopo, serta Laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian, Departemen eknik Pertanian, Fakultas eknologi
Lebih terperinciBAB 9. PENGKONDISIAN UDARA
BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian Berdasarkan pengambilan data selama penelitian yang berlangsung mulai pukul 06.00 sampai pukul 16.00 WIB, data yang diperoleh menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis sumber daya energi dalam jumlah yang cukup melimpah. Letak Indonesia yang berada pada daerah khatulistiwa, maka
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan Maret 2013 di
22 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanakan pada Mei hingga Juli 2012, dan 20 22 Maret 2013 di Laboratorium dan Perbengkelan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Lebih terperinciKata kunci : pemanasan global, bahan dan warna atap, insulasi atap, plafon ruangan, kenyamanan
Variasi bahan dan warna atap bangunan untuk Menurunkan Temperatur Ruangan akibat Pemanasan Global Nasrul Ilminnafik 1, a *, Digdo L.S. 2,b, Hary Sutjahjono 3,c, Ade Ansyori M.M. 4,d dan Erfani M 5,e 1,2,3,4,5
Lebih terperinciBAB IV PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2007 sampai dengan Mei 2007 di Greenhouse Departemen Teknik Pertanian, Leuwikopo, IPB. Bahan dan Alat Greenhouse Greenhouse
Lebih terperinciSuhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi
Suhu Udara dan Kehidupan Meteorologi Suhu Udara dan Kehidupan Variasi Suhu Udara Harian Bagaimana Suhu Lingkungan Diatur? Data Suhu Udara Suhu Udara dan Rasa Nyaman Pengukuran Suhu Udara Variasi Suhu Udara
Lebih terperinciSTAF LAB. ILMU TANAMAN
STAF LAB. ILMU TANAMAN Suhu Suhu merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman Suhu berkorelasi positif dengan radiasi mata hari Suhu: tanah maupun udara disekitar
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di
1 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan September 2015 di Greenhouse dan Ruang Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Rumah tanaman yang digunakan terletak di Laboratorium Lapangan Siswadhi Soepardjo Leuwikopo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian,
Lebih terperinciMEKANISME PENGERINGAN By : Dewi Maya Maharani. Prinsip Dasar Pengeringan. Mekanisme Pengeringan : 12/17/2012. Pengeringan
MEKANISME By : Dewi Maya Maharani Pengeringan Prinsip Dasar Pengeringan Proses pemakaian panas dan pemindahan air dari bahan yang dikeringkan yang berlangsung secara serentak bersamaan Konduksi media Steam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KENTANG (SOLANUM TUBEROSUM L.) Tumbuhan kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas sayuran yang dapat dikembangkan dan bahkan dipasarkan di dalam negeri maupun di luar
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 RANCANGAN OBSTACLE Pola kecepatan dan jenis aliran di dalam reaktor kolom gelembung sangat berpengaruh terhadap laju reaksi pembentukan biodiesel. Kecepatan aliran yang tinggi
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
26 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Simulasi Model Pengering dengan Gambit 5.1.1. Bentuk domain 3D model pengering Bentuk domain 3D ruang pengering diperoleh dari proses pembentukan geometri ruang pengering
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
27 HASIL DAN PEMBAHASAN Titik Fokus Letak Pemasakan Titik fokus pemasakan pada oven surya berdasarkan model yang dibuat merupakan suatu bidang. Pada posisi oven surya tegak lurus dengan sinar surya, lokasi
Lebih terperinciDistribusi Temperatur Pada Microwave menggunakan Metode CFD
Distribusi Temperatur Pada Microwave menggunakan Metode CFD Rosyida Permatasari1, a *, M. Sjahrul Annas2,b, Bobby Ardian3,c Universitas Trisakti Jl. Kyai Tapa No. 1 Grogol Jakarta Indonesia a prosyida@yahoo.com,
Lebih terperinciPERPINDAHAN PANAS DAN MASSA
DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DARMA PERSADA 009 DIKTAT KULIAH PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA Disusun : ASYARI DARAMI YUNUS Jurusan Teknik Mesin,
Lebih terperinciStudi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
Lebih terperinciSUHU UDARA DAN KEHIDUPAN
BAB 3 14 Variasi Suhu Udara Harian Pemanasan Siang Hari Pemanasan permukaan bumi pada pagi hari secara konduksi juga memanaskan udara di atasnya. Semakin siang, terjadi perbedaan suhu yang besar antara
Lebih terperinciStudi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca
JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-30 Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca Indriyati Fanani Putri, Ridho Hantoro,
Lebih terperinciBAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis dan interpreasi hasil dari pengumpulan dan pengolahan data di bab sebelumnya. Analisis yang akan dibahas antara lain analisis
Lebih terperinciSoal Suhu dan Kalor. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
Soal Suhu dan Kalor Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar! 1.1 termometer air panas Sebuah gelas yang berisi air panas kemudian dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air dingin. Pada
Lebih terperinciGambar 17. Tampilan Web Field Server
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KALIBRASI SENSOR Dengan mengakses Field server (FS) menggunakan internet explorer dari komputer, maka nilai-nilai dari parameter lingkungan mikro yang diukur dapat terlihat.
Lebih terperinciPertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh
45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Kalibrasi Kalibrasi dilakukan untuk termokopel yang berada pada HTF, PCM dan permukaan kolektor. Hasil dari kalibrasi tiap termokopelnya disajikan pada Tabel 4.1,
Lebih terperinciT P = T C+10 = 8 10 T C +10 = 4 5 T C+10. Pembahasan Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X. Contoh soal kalibrasi termometer
Soal Suhu dan Kalor Fisika SMA Kelas X Contoh soal kalibrasi termometer 1. Pipa kaca tak berskala berisi alkohol hendak dijadikan termometer. Tinggi kolom alkohol ketika ujung bawah pipa kaca dimasukkan
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE PENELITIAN
BAHAN DAN METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2011 di lahan percobaan Fakulas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Bahan dan Alat Penelitian Adapun
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kalibrasi Termokopel Penelitian dilakukan dengan memasang termokopel pada HTF dan PCM. Kalibrasi bertujuan untuk mendapatkan harga riil dari temperatur yang dibaca oleh
Lebih terperinciSOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay
SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik
Lebih terperinciKajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat
Kajian Ventilasi Dan Perubahan Suhu Dalam Kemasan Karton Dengan Komoditas Tomat Emmy Darmawati 1), Gita Adhya Wibawa Sakti 1) 1) Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015, bertempat di
III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Mei 2015, bertempat di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian dan Laboratorium Rekayasa Bioproses
Lebih terperinciLaporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Belakangan ini terus dilakukan beberapa usaha penghematan energi fosil dengan pengembangan energi alternatif yang ramah lingkungan. Salah satunya yaitu dengan pemanfaatan
Lebih terperinciSUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB
SUHU DAN KALOR DEPARTEMEN FISIKA IPB Pendahuluan Dalam kehidupan sehari-hari sangat banyak didapati penggunaan energi dalambentukkalor: Memasak makanan Ruang pemanas/pendingin Dll. TUJUAN INSTRUKSIONAL
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Radiasi Matahari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jansen (1995) menyatakan bahwa posisi matahari diperlukan untuk menentukan radaisi surya yang diteruskan melalui kaca dan bahan transparan lain, dimana
Lebih terperinciTOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA. 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam!
TOPIK: PANAS DAN HUKUM PERTAMA TERMODINAMIKA SOAL-SOAL KONSEP: 1. Berikanlah perbedaan antara temperatur, panas (kalor) dan energi dalam! Temperatur adalah ukuran gerakan molekuler. Panas/kalor adalah
Lebih terperinci9/17/ KALOR 1
9. KALOR 1 1 KALOR SEBAGAI TRANSFER ENERGI Satuan kalor adalah kalori (kal) Definisi kalori: Kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan temperatur 1 gram air sebesar 1 derajat Celcius. Satuan yang lebih sering
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bulan Februari 230 Sumber : Balai Dinas Pertanian, Kota Salatiga, Prov. Jawa Tengah.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian yang disajikan dalam bab ini adalah pengamatan selintas dan pengamatan utama. Pengamatan selintas adalah pengamatan yang digunakan untuk mendukung hasil pengamatan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA Rumah Tanaman (Greenhouse)
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Tanaman (Greenhouse) Menurut Nelson (1978) dalam Suhardiyanto (2009) mendefinisikan rumah tanaman sebagai suatu bangunan untuk budidaya tanaman yang memiliki struktur atap
Lebih terperinciLATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB
LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penyusunan Buah Dalam Kemasan Terhadap Perubahan Suhu Penelitian ini menggunakan dua pola penyusunan buah tomat, yaitu pola susunan acak dan pola susunan teratur. Pola
Lebih terperinciMENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK
112 MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Dalam bidang pertanian dan perkebunan selain persiapan lahan dan
Lebih terperinciPendinginan Terbatas. di Dalam Rumah Tanaman
di Dalam Rumah Tanaman Pengendalian lingkungan dapat meliputi beberapa parameter lingkungan, seperti cahaya, suhu, kelembaban, konsentrasi CO,, dan sebagainya. Untuk kondisi di kawasan yang beriklim tropika
Lebih terperinciPENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL
PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembenihan Ikan Pemeliharaan larva atau benih merupakan kegiatan yang paling menentukan keberhasilan suatu pembenihan ikan. Hal ini disebabkan sifat larva yang merupakan stadia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karet Alam Karet alam dihasilkan dari tanaman karet (Hevea brasiliensis). Tanaman karet termasuk tanaman tahunan yang tergolong dalam famili Euphorbiaceae, tumbuh baik di dataran
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Materi Penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah plantlet kentang kultivar granola, nutrien Farran dimodifikasi, nutrien Otazu dimodifikasi, nutrien Hoagland
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Penyimpanan Pellet Suhu dan kelembaban ruang penyimpanan sangat berpengaruh terhadap sifat fisik dan pertumbuhan serangga pada pellet yang disimpan. Ruang penyimpanan
Lebih terperinciSUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN FISIKA BAB V PERPINDAHAN KALOR Prof. Dr. Susilo, M.S KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS. benda. Panas akan mengalir dari benda yang bertemperatur tinggi ke benda yang
BAB II TEORI ALIRAN PANAS 7 BAB II TEORI ALIRAN PANAS 2.1 Konsep Dasar Perpindahan Panas Perpindahan panas dapat terjadi karena adanya beda temperatur antara dua bagian benda. Panas akan mengalir dari
Lebih terperinciFaktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018
Faktor Pembatas (Limiting Factor) Siti Yuliawati Dosen Fakultas Perikanan Universitas Dharmawangsa Medan 9 April 2018 Faktor Pembatas Keadaan yang mendekati atau melampaui batas toleransi. Kondisi batas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Penggunaan energi surya dalam berbagai bidang telah lama dikembangkan di dunia. Berbagai teknologi terkait pemanfaatan energi surya mulai diterapkan pada berbagai
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. PENGERINGAN Pengeringan adalah proses pengurangan kelebihan air yang (kelembaban) sederhana untuk mencapai standar spesifikasi kandungan kelembaban dari suatu bahan. Pengeringan
Lebih terperinciSISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan
SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan Mahasiswa Program S1 Fisika Bidang Fisika Energi Jurusan Fisika Fakultas
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) B-192
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-192 Studi Numerik Pengaruh Baffle Inclination pada Alat Penukar Kalor Tipe Shell and Tube terhadap Aliran Fluida dan Perpindahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara yang dilalui garis khatulistiwa, negara kita Indonesia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang dilalui garis khatulistiwa, negara kita Indonesia memperoleh sinar matahari sepanjang tahun. Kondisi ini memberi peluang dan tantangan dalam usaha
Lebih terperinciI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan utama dalam pascapanen komoditi biji-bijian adalah susut panen dan turunnya kualitas, sehingga perlu diupayakan metode pengeringan dan penyimpanan
Lebih terperinciHIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Kelima (SUHU UDARA)
HIDROMETEOROLOGI Tatap Muka Kelima (SUHU UDARA) Dosen : DR. ERY SUHARTANTO, ST. MT. JADFAN SIDQI FIDARI, ST., MT 1. Perbedaan Suhu dan Panas Panas umumnya diukur dalam satuan joule (J) atau dalam satuan
Lebih terperincipendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi
pendahuluan Materi ppt modul LKS evaluasi Standar kompetensi : memahami wujud zat dan perubahannya Kompetensi dasar : Mendiskripsikan peran dalam mengubah wujud zat dan suhu suatu benda serta penerapannya
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. Sudut Datang Radiasi Matahari pada Penutup Atap Greenhouse
HASIL DAN PEMBAHASAN Sudut Datang Radiasi Matahari pada Penutup Atap Greenhouse Data pengukuran yang digunakan dalam simulasi adalah: tanggal 29 Maret, 30 Maret 2007 dipilih mewakili data cuaca berawan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS Menurut Brooker et al. (1974) terdapat beberapa kombinasi waktu dan suhu udara pengering dimana komoditas hasil pertanian dengan kadar
Lebih terperinci