BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM
|
|
- Shinta Kartawijaya
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan mengenai pengujian simulasi pemindaian dan reonstuksi, juga rekonstruksi tomogram dari citra sinar-x. Sistem rekonstruksi citra yang telah disimulasikan diaplikasikan untuk merekonstruksi citra sinar-x menjadi tomogram obyek. Tentunya, kondisi pada saat simulasi berbeda dengan kondisi pada kenyataan. Simulasi merepresentasikan situasi yang ideal, sementara dalam kenyataannya citra hasil pemindaian telah mengalami distorsi dan mengandung derau. Sumber Sinar-X Sinar-X Obyek Sinar-X teredam Film Sinar-X Citra sinar-x digital Penurunan resolusi citra Citra sinar-x digital scanner Rekonstruksi Citra Tomogram tiga dimensi Koreksi Tomogram Tomogram Akhir Gambar 4.1 Diagram Blok Pengujian Rekonstruksi Obyek Phantom Obyek Simulasi Simulasi Pemindaian Citra sinar-x simulasi Rekonstruksi Citra Tomogram tiga dimensi Perhitungan PSNR, e 0 dan e x PSNR, e 0 dan e x Gambar 4.2 Diagram Blok Pengujian Rekonstruksi Obyek Simulasi -IV-1 -
2 4.1 Hasil Simulasi Pemindaian Pemindaian dengan berkas kerucut menghasilkan citra sinar-x untuk masingmasing sudut pemindaian, berbeda dengan hasil pemindaian dengan metode berkas paralel dan berkas kipas yang menghasilkan sinogram. Dalam proses simulasi pemindaian ini dilakukan pemindaian untuk enam buah obyek artifisial. Pemindaian dilakukan dari sudut 0 hingga sudut dengan kenaikan sudut 1 0. Dengan demikian didapatkan 360 buah citra sinar-x untuk masing-masing obyek. Untuk keseluruhan obyek terdapat 6x360 citra sinar-x. Masing-masing citra sinar-x ini memiliki ukuran 165x85 piksel. Citra sinar-x ini memiliki Di bawah ini adalah citra sinar-x yang dihasilkan dalam proses pemindaian ini : Tabel 4.1 Contah hasil simulasi pemindaian Obyek 0 derajat 30 derajat 60 derajat 90 derajat 1 (a) (g) (m) (s) 2 (b) (h) (n) (t) 3 (c) (i) (o) (u) 4 (d) (j) (p) (v) 5 (e) (k) (q) (w) 6 (f) (l) (r) (x) -IV-2 -
3 4.2 Analisis Hasil Simulasi Pemindaian Dalam analisis hasil simulasi ini diambil satu sample, yaitu obyek 6. Pada pemindaian sudut nol derajat didapatkan citra sinar-x sebagai berikut : Gambar 4.3 Citra sinar-x Obyek 6 sudut 0 0 Citra sinar-x ini mirip dengan bayangan citra huruf O dilihat dari samping. Terlihat bahwa pada citra sinar-x ini, terdapat bayangan putih berbentuk persegi panjang dengan gradasi warna yang bervariasi. Pada bagian pinggir kanan dan kiri obyek terdapat intansitas warna putih yang tinggi dibandingkan di bagian tengah. Hal ini menujukkan bahwa pada bagian massa obyek dibagian tengah lebih renggang daripada massa obyek di bagian pinggir. Secara analitis hal ini dapat dibenarkan. Karena huruf O memiliki lubang pada bagian tengah. Pinggiran huruf O merupakan massa yang padat. Gambar 4.4 Citra sinar-x Obyek 6 sudut 90 0 Gambar di atas adalah gambar citra sinar-x obyek yang diambil pada sudut 90 derajat. Citra ini mirip dengan citra obyek yang dilihat dari atas/bawah. Bayangan obyek yang didapatkan memiliki ukuran yang lebih kecil daripada bayangan pada sudut nol derajat. Panjang bayangan obyek pada citra sinar-x sesuai dengan lebar obyek. Lebar bayangan obyek pada citra sinar-x sama dengan tebal obyek yang sebenarnya. Dalam hal ini tidak terjadi perbesaran bayangan karena dalam simulasi ini diasumsikan terdapat sebuah detector virtual yang berada pada pusat rotasi pemindaian. Sama seperti citra sinar-x yang diambil pada sudut nol derajat, pada bagian pinggir kanan dan kiri dari bayangan obyek terdapat intensitas warna putih yang lebih tinggi dibandingkan denganbagian tengah. Hal ini disebabkan pada bagian tengah obyek huruf O terdapat lubang. Pada obyek huruf O terdapat pinggiran yang padat. -IV-3 -
4 Gambar 4.5 Citra sinar-x Obyek 6 sudut 60 0 Gambar di atas menujukkan citra sinar-x yang diambil dari sudut Bentuk bayangan obyek pada citra sinar-x ini adalah persegi panjang. Lebar bayangan obyek sama denagn tebal obyek yang sebenarnya Akan tetapi panjang bayangan obyek tidak sama dengan panjang obyek maupun lebar obyek. Panjang bayangan obyek pada citra sinar-x sama dengan panjang obyek yang terlihat apabila obyek diputar dengan sudut 60 0 relatif terhadap pada sudut 0 0. Dapat dilihat pada citra sinar-x ini terdapat tiga buah daerah dengan intensitas warna putih yang lebih tinggi daripada area sekitarnya. Daerah ini merupakan daerah di mana sinar-x teredam lebih banyak dibanding daerah sekitarnya. 4.3 Hasil Simulasi Rekonstruksi Input dari rekonstruksi adalah, citra sinar-x yang dihasilkan pada simulasi pemindaian. Output dari rekonstuksi ini adalah tomogram tiga dimensi obyek. Berikut ini ditampilkan tomogram hasil simulasi rekonstruksi. -IV-4 -
5 Tabel 4.2 Hasil Simulasi Rekonstruksi Obyek1 Rekonstruksi Invers Radon Rekonstruksi Invers Fan Beam Rekonstruksi FDK Obyek2 Obyek3 -IV-5 -
6 Obyek4 Rekonstruksi Invers Radon Rekonstruksi Invers Fan Beam Rekonstruksi FDK Obyek5 Obyek6 -IV-6 -
7 4.4 Analisis Hasil Simulasi Rekonstruksi Hasil simulasi rekonstruksi ini dievaluasi dengan parameter kuantitatif PSNR, e 0 dan e x. PSNR telah dijelaskan pada Bab 2 Teori Dasar. Adapun e 0 menyatakan jumlah voksel obyek yang mengalami kesalahan rekonstruksi (direkonstruksi sebagai ruang kosong). Sedangkan e x menyatakan jumlah voksel ruang kosong yang mengalami kesalahan rekonstruksi (direkonstruksi sebagai obyek) Analisis Algoritma Rekonstruksi Dalam penelitian ini digunakan tiga jenis algortima rekonstruksi invers radon,iners fan beam, dan FDK. Dalam sub bab ini akan dibahas mengenai perbandingankinerja ketiga metode ini dalam rekonstruksi citra dari proyeksi conebeam (citra sinar-x). Tabel 4.3 PSNR Tomogram untuk Masing-Masing Metode -IV-7 -
8 Metode Rekonstruksi Obyek Tabel 4.4 Nilai e 0 dan e x Untuk Masing-Masing Metode Rekonstruksi Invers Radon Invers Fan-Beam FDK e O e X e O e X e O e X Secara umum nilai PSNR rekonstruksi tomogram dengan metode berkas paralel paling kecil diantara yang lain. Hal disebabkan kesalahan sudut berkas yang besar. Rekonstruksi dengan berkas kipas mengalami kesalahan berkas sudut lebih kecil, sehingga PSNR-nya lebih besar dari PSNR rekonstruksi inver radon. Pada obyek 4 algoritma FDK memiliki PSNR paling kecil. PSNR disusul oleh algoritma invers radon dan invers fan beam. Dapat dilihat, obyek 4 merupakan obyek berbentuk cincin yang bersifat simetris dan memiliki bentuk citra sinar-x yang sama untuk masing-masing sudut. Dengan alasan ini, amat wajar bila invers fan beam bisa lebih bagus dari yang lainnya. Nilai PSNR algoritma invers radon pada obyek 4 paling tinggi apabila dibandingkan dengan obyek lainnya. Begitu juga dengan algortima invers fan beam. Pada obyek 4, algortima invers fan beam mengalami PSNR paling tinggi. Ditunjau dari nilai kesalahan rekonstruksi pada table 4.4, terlihat jelas bahwa algortima FDK tidak memberikan kesalahan rekonsruksi sama sekali. Walaupun ada pada obyek 4 dan obyek 5 algoritma invers fan beam memberikan PSNR lebih tinggi daripada FDK, invers fan beam masih memberikan kesalahan rekonstruksi. Dari tabel dapat terlihat juga algortima invers radon memiliki kinerja paling buruk dengan adanya kesalahan rekonstruksi yang tinggi. -IV-8 -
9 Dengan demikian dapat diketahui bahwa algoritma rekonstruksi FDK memberikan hasil yang terbaik dibandingkan dengan metode rekonstruksi parallel dan metode rekonstruksi berkas kipas Analisis Pengaruh Resolusi Angular Secara umum telah tergambar bahwa algortima FDK memberikan kinerja yang lebih baik daripada algoritma invers radon dan algoritma invers fan beam. Untuk menjawab rumusan masalah kedua dalam penelitian ini dilakukan investigasi pengaruh resolusi angular terhadap kinerja algortima FDK. Tabel 4.5 PSNR Tomogram FDK Untuk Resolusi Angular yang Berbeda: -IV-9 -
10 Tabel 4.6 Nilai e 0 dan e x Untuk UntukResolusi Angular yang Berbeda Resolusi Angular FDK e 0 e X e 0 e X e 0 e X e 0 e X Obyek Dilihat dari resolusi angularnya, citra hasil rekonstruksi memberikan hasil yang terbaik pada resolusi angular kecil. Dari tabel dan grafik dapat dilihat bahwa nilai PSNR berbanding terbalik dengan resolusi angular. Nilai PSNR pada semua obyek pada resolusi angular 10 paling kecil dibandingkan resolusi angular 1, 3 dan 5. Pada resolusi angular 1,3, dan 5 terlihat nilai PSNR tidak eterlalu jauh berbeda. Hanya saja, tetap dapat dilihat PSNR pada resolusi 3 lebih tinggi daripada PSNR pada resolusi 5. Begitu juga PSNR pada resolusi 1 lebih tinggi daripada PSNR pada resolusi 3. Ditunjau dari jumlah kesalahan rekonstruksi, terlihat bahwa resolusi angular 5,3 dan 1 tidakmemberikan kesalahan rekonstruksi sama sekali. Berbeda dengan resolusi angular 10 yang memberikan kesalahan rekonstruksi yang cukup besar. Semakin kecil resolusi angular, semakin baik hasil rekonstruksi yang didapatkan. Hal ini terjadi karena, besarnya resolusi angular menyebabkan adanya data-data proyeksi yang tidak lengkap. Keitidaklengkapan ini membuat hilangnya informasi dalam proses proyeksi balik. Sebagai akibatnya terjadi kesalahankesalahan dalam proses rekonstruksi. -IV-10 -
11 Analisis Pengaruh Jarak Bidang Rekonstruksi Terhadap Bidang Tengah Rumusan masalah lain yang diajukan dalam penelitian ini adalah pengaruh jarak dari bidang rekonstruksi dengan bidang tengah terhadap kinerja algortima FDK. Bidang tengah yang dimaksud di sini adalah bidang x-z pada tomogram pada z=0. Bidang rekonstruksi merupakan bidang x-z pada tomogram yang berada pada z sembarang. Dalam investigasi ini hanya ditampilkan bidang rekonstruksi z=1 hingga z=8 sebagai sample. Berikut ini adalah data hasil percobaan perhitungan PSNR untuk beberapa sample bidang x-z pada z tertentu : PSNR vs Z Obyek 1 24,900 24,700 PSNR 24,500 24,300 24,100 23,900 23,700 23, Z Gambar 4. 4 Grafik PSNR vs Z untuk obyek 1 Tabel 4.7 Tabel PSNR vs Z untuk obyek 1 z PSNR 24,815 24,799 24,798 24,797 24,795 24,795 24,743 23,726 Pada grafik dan tabel di atas terlihat PSNR terbesar terdapat pada z=1. PSNR terkecil ada pada z= 8. Terlihat penurunan sedikit demi sedikit mulai dari z=1 hingga -IV-11 -
12 z=7. Pada z=8 terjadi penurunan yang signifikan. Diperkirakan pada z=8 ini adalah bidang batas obyek dan latar belakang. PSNR vs Z Obyek 2 25,000 24,800 24,600 24,400 24,200 24,000 23,800 23,600 23,400 23,200 23, Gambar 4. 5 Grafik PSNR vs Z untuk obyek 2 Tabel 4.8 Tabel PSNR vs Z untuk obyek 2 z PSNR 24,815 24,799 24,798 24,797 24,795 24,795 24,743 23,726 Pada grafik dan tabel di atas terlihat PSNR terbesar terdapat pada z=1. PSNR terkecil ada pada z= 8. Terlihat penurunan sedikit demi sedikit mulai dari z=1 hingga z=7. Pada z=8 terjadi penurunan yang signifikan. Diperkirakan pada z=8 ini adalah bidang batas obyek dan latar belakang. Tabel 4.9 Tabel PSNR vs Z untuk obyek 3 z PSNR 24,146 24,132 24, ,129 24,129 24,087 23,531 -IV-12 -
13 PSNR vs z Obyek PSNR z Gambar 4. 6 Grafik PSNR vs Z untuk obyek 3 Pada grafik dan tabel di atas terlihat PSNR terbesar terdapat pada z=1. PSNR terkecil ada pada z= 8. Terlihat penurunan sedikit demi sedikit mulai dari z=1 hingga z=7. Pada z=8 terjadi penurunan yang signifikan. Diperkirakan pada z=8 ini adalah bidang batas obyek dan latar belakang. PSNR vs z Obyek 4 PSNR z Gambar 4. 7 Grafik PSNR vs Z untuk obyek 4 -IV-13 -
14 Tabel 4.10 Tabel PSNR vs Z untuk obyek 4 z PSNR Pada grafik dan tabel di atas terlihat PSNR terbesar terdapat pada z=1. PSNR terkecil ada pada z= 8. Terlihat penurunan sedikit demi sedikit mulai dari z=1 hingga z=7. Pada z=8 terjadi penurunan yang signifikan. Diperkirakan pada z=8 ini adalah bidang batas obyek dan latar belakang. PSNR vs z Obyek 5 PSNR z Gambar 4. 8 Grafik PSNR vs Z untuk obyek 5 Tabel 4.11 Tabel PSNR vs Z untuk obyek 5 z PSNR Pada grafik dan tabel di atas terlihat PSNR terbesar terdapat pada z=1. PSNR terkecil ada pada z= 8. Terlihat penurunan sedikit demi sedikit mulai dari z=1 hingga z=7. Pada z=8 terjadi penurunan yang signifikan. Diperkirakan pada z=8 ini adalah bidang batas obyek dan latar belakang. Tabel 4.12 Tabel PSNR vs Z untuk obyek 6 z PSNR IV-14 -
15 PSNR vs Z Obyek 6 PSNR z Gambar 4. 9 Grafik PSNR vs Z untuk obyek 6 Berdasarkan eksperimen rekonstruksi citra dari proyeksi cone-beam dengan algortima FDK, diketahui bahwa semakin dekat jarak bidang rekonstruksi dengan bidang tengah, semakin baik kualitas tomogram yang dihasilkan. Hal ini terbukti dengan perbandingan PSNR untuk keenam obyek yang diinvestigasi. Terjadi penuruan PSNR, walaupun sedikit pada mulai dari z=1 hingga z= Percobaan Pemindaian Phantom Akuisisi data proyeksi dari objek dilakukan dengan menggunakan sebuah mesin X-ray konvensional. Detektor yang digunakan adalah film sinar-x berbentuk planar. Berikut adalah beberapa parameter yang digunakan dalam proses akuisisi data: Tegangan tabung sumber sinar-x: 100 KV Exposure time : 30 detik Arus tabung sumber sinar-x : 5mA Jarak antara sumber x-ray dan film (detektor): 40 inch (100 mm) -IV-15 -
16 Jarak antara sumbu putar dan film (detektor) dibuat sangat dekat untuk menghindari timbulnya umbra dan penumbra pada film. Proses akuisisi data film x-ray dilakukan secara penuh (full scan) menggunakan resolusi angular 3 0, 6 0, 12 0, Ilustrasi proses akuisisi data ini diperlihatkan pada gambar di bawah ini. Gambar 4.10 Setting pengambilan data -IV-16 -
17 Jarak objek-film sangat dekat ( Mengurangi umbra dan penumbra) Sumbu rotasi Obyek Sudut gama kecil ( γ Sumber x-ray Resolusi angular: -3 derajat -6 derajat -12 derajat -24 derajat Rata rata Exposure time : 30 detik Jarak sumber- film= 40 inch Gambar 4.11 Ilustrasi setting pengambilan data 4.6 Hasil Pemindaian Phantom Pemindaian menghasikan citra-citra sinar-x pada berbagai sudut. Dengan resolusi angular 3 0 didapatkan 120 buah citra sinar-x dimulai dari sudut 0 0. ukuran film sebesar piksel Tabel 4.13 Contoh Citra Sinar-X (selengkapnya dapat dilihat di lampiran B) Sudut Citra Sinar-X Citra Sinar-X Simulasi (derajat) IV-17 -
18 Sudut Citra Sinar-X Citra Sinar-X Simulasi Pemrosesan Awal Citra Sinar-X Pemrosesan awal citra sinar-x ini dibagi menjadi dua tahap yaitu : digitasi citra sinar-x dan pengecilan ukuran citra roenten digital. Digitalisasi citra sinar-x perlu dilakukan agar citra film sinar-x dapat diolah dengan komputer. Proses ini dikerjakan dengan sebuah scanner yang memiliki kemampuan pemindaian obyek berupa film. Resolusi pemindaian obyek ditetapkan sebesar 800 dpi (dot per inch). Resolusi citra hasil proses digitasi selanjutnya diturunkan menjadi 50 dpi (1 piksel kurang lebih setara dengan 0.5 mm). Proses ini dikerjakan melalui subsampling dengan skala 1/16. Setelah mengalami subsampling, citra sinar-x digital memiliki ukuran sebesar piksel. Tujuan dilakukannya proses ini adalah untuk mempercepat waktu komputasi yang dibutuhkan dalam proses rekonstruksi. Dengan adanya penurunan resolusi citra, maka resolusi dan akurasi hasil rekonstruksi juga akan mengalami penurunan. Meski demikian, hal ini masih sejalan dengan tujuan riset tahun pertama yaitu untuk menguji konsep rekonstruksi obyek 3D berdasarkan proyeksi 2D berupa film sinar-x -IV-18 -
19 4.7 Hasil Rekonstruksi Phantom Proses berikutnya adalah rekonstruki citra sinar-x menggunakan dua algoritma : Invers Radon dan FDK. Gambar 4.12 Hasil rekonstruksi obyek phantom sebelum dikoreksi dari dua macam sudut pandang Sebelum dilakukan koreksi terdapat kesalahn rekonstruksi voksel di mana terdapat voksel-voksel obyek pada daerah latar belakang. Gambar 4.13 Hasil rekonstruksi obyek phantom dengan algoritma invers radon setelah dikoreksi (kiri) dan hasil rekonstruksi obyek phantom dengan algoritma FDK setelah dikoreksi (kanan) - IV-19 -
20 Gambar 4.14 Tampak atas dari hasil rekonstruksi obyek phantom dengan algoritma invers radon setelah dikoreksi (kiri) dan hasil rekonstruksi obyek phantom dengan algoritma FDK setelah dikoreksi (kanan) 4.9 Analisis Hasil Rekonstruksi Phantom Secara visual, tomogram yang dihasilkan dalam simulasi dengan tomogram dari citra sinar-x nyata terdapat perbedaan yang signifikan. Akan tetapi, tomogram masih memberikan informasi bentuk obyek asli dengan cukup baik. Bila dibandingkan, algoritma FDK tetap memberikan tomogram yang terbaik daripada algoritma invers radon. Dapat dilihat bahwa, pada rekonstuksi invers radon terdapat penggembungan pada tomogram, juga terdapat sudut-sudut yang hilang pada tomogram.terdapat kesalahan rekonstruksi pada permukaan tomogram. Terlihat dengan adanya vokselvoksel yang muncul sehingga permukaan tomogram menjadi tidak halus. Penggembungan ini terjadi karena rekonstruksi berkas paralel tidak memperhatikan pembobotan dalam proyeksi baliknya Pada tomogram FDK secara visual dapat dilihat bahwa kesalahan rekonstruksi masih tetap ada. Hanya saja jumlahnya sudah tidak terlalu banyak. Permukaan tomogram sudah lbih halus dan mendekati obyek asli. Sudut-sudut tomogram tidak hilang. Akan tetapi terjadi tambahan-tambahan voksel pada sudut-dudut tomogram. Ketidaksempurnaan tomogram hasil rekonstruksi FDK ini terjadi akibat kesalahan-kesalahan yang terjadi pada proses akuisisi data. Pada film sinar-x terdapat kesalahan geometris dan kesalahan intensitas citra. Dengan demikian informasi dari film yang merupakan masukan sistem rekonstruksi menjadi kurang akurat. Kesalahan geometris disebabkan pergesaran film yang terjadi saat penyinaran. - IV-20 -
21 Akibat proses pencucian film yang tidak seragam, citra sinar-x yang diperoleh kekontrasan yang berbeda-beda. 4.9 Hasil Rekonstruksi Obyek Phantom Pada Berbagai Resolusi Angular Gambar 4.15 Hasil rekonstruksi obyek phantom, pada beberapa resolusi angular proses pemindaian 4.10 Analisis Hasil Rekonstruksi Obyek Phantom Pada Berbagai Resolusi Angular Hasil percobaan menunjukkan bahwa resolusi angular berpengaruh pada kualitas tomogram yang dihasilkan. Sama seperti pada simulasi, tomogram obyek phantom yang terbaik dihasilkan dengan akuisisi data pada resolusi angular yang kecil. - IV-21 -
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomography merujuk pada pencitraan irisan melintang suatu obyek dari data transmisi ataupun data pantulan yang dikumpulkan dengan mengiluminasi obyek dari berbagai
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM
BAB III PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Pada bab ini akan dijelaskan aplikasi dan implementasi dari rancangan sistem, metoda, operasi dan algoritma yang digunakan dalam pengembangan sistem Sim CT.
Lebih terperinciPENGEMBANGAN SISTEM PENCITRAAN CONE BEAM SIMULATED CT -SISTEM REKONSTRUKSI CITRA-
PENGEMBANGAN SISTEM PENCITRAAN CONE BEAM SIMULATED CT -SISTEM REKONSTRUKSI CITRA- LAPORAN TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister dari Institut Teknologi Bandung oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu bentuk dari digitalisasi yang sedang berkembang saat ini adalah teknologi 3D Scanning yang merupakan proses pemindaian objek nyata ke dalam bentuk digital.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penemuan sinar-x oleh fisikawan Jerman, bernama Wilhelm C. Roentgen pada tahun 1895, memungkinkan manusia untuk pertama kalinya dapat melihat struktur internal suatu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan komputer dan alat pengambilan gambar secara digital yang semakin berkembang saat ini, sehingga menghasilkan banyak fasilitas untuk melakukan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penemuan sinar-x pertama kali oleh fisikawan berkebangsaan Jerman Wilhelm C. Roentgen pada tanggal 8 November 1895 memberikan hal yang sangat berarti dalam perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi pengolahan citra (image processing) telah banyak dipakai di berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Citra (image) adalah bidang dalam dwimatra (dua dimensi) (Munir, 2004). Sebagai salah satu komponen multimedia, citra memegang peranan sangat penting sebagai
Lebih terperinciPENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING )
FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 1 Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Citra atau Image merupakan istilah lain dari gambar, yang merupakan
Lebih terperinciBAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER
BAB II SISTEM PENENTU AXIS Z ZERO SETTER 2.1 Gambaran Umum Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan pada Bab I, tujuan skripsi ini adalah merancang suatu penentu axis Z Zero Setter menggunakan
Lebih terperinciGLOSARIUM Adaptive thresholding Peng-ambangan adaptif Additive noise Derau tambahan Algoritma Moore Array Binary image Citra biner Brightness
753 GLOSARIUM Adaptive thresholding (lihat Peng-ambangan adaptif). Additive noise (lihat Derau tambahan). Algoritma Moore : Algoritma untuk memperoleh kontur internal. Array. Suatu wadah yang dapat digunakan
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN ANALISA
BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan
Lebih terperinciSuatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.
Image Enhancement Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara. Cara-cara yang bisa dilakukan misalnya dengan fungsi transformasi, operasi matematis,
Lebih terperinciGRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.
GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 8 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Konsep Dasar Pengolahan Citra Pengertian Citra Analog/Continue dan Digital. Elemen-elemen Citra
Lebih terperinciComputer Graphic. Output Primitif dan Algoritma Garis. Erwin Yudi Hidayat. Computer Graphics C Version 2 Ed by Donald Hearn
Computer Graphic Output Primitif dan Algoritma Garis Erwin Yudi Hidayat erwin@dsn.dinus.ac.id Computer Graphics C Version 2 Ed by Donald Hearn Addison Wesley is an imprint of erwin@dsn.dinus.ac.id CG -
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI. bagian penting untuk dapat mengetahui sifat aliran fluida pada medium berpori.
16 BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Serial Sectioning Pengetahuan tentang struktur pori tiga dimensi secara komputasi menjadi bagian penting untuk dapat mengetahui sifat aliran fluida pada medium berpori.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini diperlukan sebuah desain dan metode penelitian agar dalam pelaksanaaannya dapat menjadi lebih teratur dan terurut. 3.1. Desain Penelitian Bentuk dari desain
Lebih terperinci1.8 Jadwal Pelaksanaan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangun geometri 2 dimensi adalah sebuah bidang datar yang dibatasi oleh garis-garis dan dimana titik ujung setiap garis terhubung dengan garis yang lain minimal tiga
Lebih terperinciPenentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter
Penentuan Stadium Kanker Payudara dengan Metode Canny dan Global Feature Diameter Metha Riandini 1) DR. Ing. Farid Thalib 2) 1) Laboratorium Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri, Universitas
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital Citra digital merupakan sebuah fungsi intensitas cahaya, dimana harga x dan y merupakan koordinat spasial dan harga fungsi f tersebut pada setiap titik merupakan
Lebih terperinciComputer Graphic. Output Primitif dan Algoritma Garis. Erwin Yudi Hidayat.
Computer Graphic Output Primitif dan Algoritma Garis Erwin Yudi Hidayat erwin@research.dinus.ac.id Computer Graphics C Version 2 Ed by Donald Hearn Addison Wesley is an imprint of erwin@research.dinus.ac.id
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,
Lebih terperinciAPLIKASI REKONSTRUKSI OBJEK 3D DARI KUMPULAN GAMBAR 2D DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENERALIZED VOXEL COLORING
APLIKASI REKONSTRUKSI OBJEK 3D DARI KUMPULAN GAMBAR 2D DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENERALIZED VOXEL COLORING Nama : Charley C. Corputty NPM : 11111620 Jurusan Pembimbing : Sistem Informasi : Dr.-Ing.
Lebih terperinciImplementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra
Implementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra Eddy Nurraharjo Program Studi Teknik Informatika, Universitas Stikubank
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Citra merupakan suatu bentuk pemetaan sinyal dalam bidang dua dimensi yang telah mengalami proses diskritisasi spasial dan digitasi intensitas. Saat ini ada beberapa
Lebih terperinciModel Citra (bag. 2)
Model Citra (bag. 2) Ade Sarah H., M. Kom Resolusi Resolusi terdiri dari 2 jenis yaitu: 1. Resolusi spasial 2. Resolusi kecemerlangan Resolusi spasial adalah ukuran halus atau kasarnya pembagian kisi-kisi
Lebih terperinci10/10/2017. Teknologi Display SISTEM KOORDINAT DAN BENTUK DASAR GEOMETRI (OUTPUT PRIMITIF) CRT CRT. Raster Scan Display
1 2 SISTEM KOORDINAT DAN BENTUK DASAR GEOMETRI (OUTPUT PRIMITIF) Teknologi Display Cathode Ray Tubes (CRT) Liquid Crystal Display (LCD) 3 4 CRT Elektron ditembakkan dari satu atau lebih electron gun Kemudian
Lebih terperinciLANDASAN TEORI. 2.1 Citra Digital Pengertian Citra Digital
LANDASAN TEORI 2.1 Citra Digital 2.1.1 Pengertian Citra Digital Citra dapat didefinisikan sebagai sebuah fungsi dua dimensi, f(x,y) dimana x dan y merupakan koordinat bidang datar, dan harga fungsi f disetiap
Lebih terperinciKonsep Dasar Pengolahan Citra. Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI
Konsep Dasar Pengolahan Citra Pertemuan ke-2 Boldson H. Situmorang, S.Kom., MMSI Definisi Citra digital: kumpulan piksel-piksel yang disusun dalam larik (array) dua-dimensi yang berisi nilai-nilai real
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Citra (image) istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Citra (image) istilah lain untuk gambar sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik
Lebih terperinciSAMPLING DAN KUANTISASI
SAMPLING DAN KUANTISASI Budi Setiyono 1 3/14/2013 Citra Suatu citra adalah fungsi intensitas 2 dimensi f(x, y), dimana x dan y adalahkoordinat spasial dan f pada titik (x, y) merupakan tingkat kecerahan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Pengolahan Citra adalah pemrosesan citra, khususnya dengan menggunakan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra adalah gambar pada bidang dwimatra (dua dimensi). Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi menerus dan intensitas cahaya pada bidang dwimatra
Lebih terperinciPertemuan 2 Representasi Citra
/29/23 FAKULTAS TEKNIK INFORMATIKA PENGOLAHAN CITRA DIGITAL ( DIGITAL IMAGE PROCESSING ) Pertemuan 2 Representasi Citra Representasi Citra citra Citra analog Citra digital Matrik dua dimensi yang terdiri
Lebih terperinciPAGI. SOAL PILIHAN GANDA : No
PAGI SOAL PILIHAN GANDA : No. 1 35. 1. Salah satu contoh aplikasi Grafika Komputer adalah Virtual Reality. Yang dimaksud Virtual Reality adalah: a. lingkungan virtual seperti yang ada di dunia internet
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada sebuah citra, sangat dimungkinkan terdapat berbagai macam objek. Objek yang ada pun bisa terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran. Salah satu objek yang mungkin
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dental radiology memiliki peranan yang penting dalam menentukan perawatan dan diagnosa gigi. Penggunaan sinar rontgen telah lama di kenal sebagai suatu alat dalam bidang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Tulisan Tangan angka Jawa Digitalisasi Pre-Processing ROI Scalling / Resize Shadow Feature Extraction Output Multi Layer Perceptron (MLP) Normalisasi
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus
BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,
Lebih terperinciPengantar Pengolahan Citra. Ade Sarah H., M. Kom
Pengantar Pengolahan Citra Ade Sarah H., M. Kom Pendahuluan Data atau Informasi terdiri dari: teks, gambar, audio, dan video. Citra = gambar adalah salah satu komponen multimedia yang memegang peranan
Lebih terperinciIntensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata.
Pembentukan Citra oleh Sensor Mata Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata. Bayangan obyek pada retina mata dibentuk dengan mengikuti konsep sistem optik dimana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Daerah penelitian secarageografisterletakpada107 o o BT
37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Potensi Daerah Penelitian 3.1.1 Lokasi Daerah Penelitian Daerah penelitian secarageografisterletakpada107 o 44 30-107 o 47 30 BT dan 7 o 10 30-7 o 8 30 LS. Tepatnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hasil fotografi adalah citra 2 dimensi yang memiliki sifat realis, yaitu bisa menggambarkan benda yang ditangkap semirip mungkin dengan aslinya. Sebaik-baiknya hasil
Lebih terperinci5. IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN. Pendahuluan
5. IDENTIFIKASI JENIS TANAMAN Pendahuluan Tujuan aplikasi berbasis sensor adalah melakukan penyemprotan dengan presisi tinggi berdasarkan pengamatan real time, menjaga mutu produk dari kontaminasi obat-obatan
Lebih terperinciBAB IV INTERPRETASI KUANTITATIF ANOMALI SP MODEL LEMPENGAN. Bagian terpenting dalam eksplorasi yaitu pengidentifikasian atau
BAB IV INTERPRETASI KUANTITATIF ANOMALI SP MODEL LEMPENGAN Bagian terpenting dalam eksplorasi yaitu pengidentifikasian atau pengasumsian bentuk dan kedalaman benda yang tertimbun. Berbagai macam metode
Lebih terperinciBAB 4 EVALUASI DAN ANALISA DATA
BAB 4 EVALUASI DAN ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas tentang evaluasi dan analisa data yang terdapat pada penelitian yang dilakukan. 4.1 Evaluasi inverse dan forward kinematik Pada bagian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya
5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Citra Secara harfiah citra atau image adalah gambar pada bidang dua dimensi. Ditinjau dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya pada
Lebih terperinciNama : Raden Septiana Faza NPM : Jurusan : Teknik Informatika Pembimbing 1 : Dr. Rodiah Pembimbing 2 : Fitrianingsih, Skom.
IMPLEMENTASI TRANSFORMASI RADON UNTUK PERBAIKAN SUDUT KEMIRINGAN HURUF PADA PROSES SEGMENTASI DAN PENGENALAN TULISAN TANGAN SAMBUNG OFFLINE MENGGUNAKAN MATLAB 2015A Nama : Raden Septiana Faza NPM : 55412851
Lebih terperinciPENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA
PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA HASNAH(12110738) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma Medan Jl. Sisingamangaraja No. 338
Lebih terperinciAnalisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif
Analisa Kualitas Sinar-X Pada Variasi Ketebalan Filter Aluminium Terhadap Dosis Efektif Ella nurlela 1, purwantiningsih 1, Budi Santoso 1 1 Program Studi Fisika, Universitas Nasional, Jalan Sawo Manila,
Lebih terperinciPENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING
PRESENTASI TESIS (P3) PENGUKURAN GETARAN PADA POROS MODEL VERTICAL AXIS OCEAN CURRENT TURBINE (VAOCT) DENGAN METODE DIGITAL IMAGE PROCESSING HEROE POERNOMO 4108204006 LATAR BELAKANG Pengaruh getaran terhadap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Pengerjaan tugas akhir ini ditunjukkan dalam bentuk blok diagram pada gambar 3.1. Blok diagram ini menggambarkan proses dari sampel citra hingga output
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen, dengan tahapan penelitian sebagai berikut: 3.1 Pengumpulan Data Tahap ini merupakan langkah awal dari penelitian. Dataset
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI ALAT Perhitungan benih ikan dengan image processing didasarkan pada luas citra benih ikan. Pengambilan citra menggunakan sebuah alat berupa wadah yang terdapat kamera
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi
BB 2 DSR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi Pemetaan objek tiga dimensi diperlukan untuk perencanaan, konstruksi, rekonstruksi, ataupun manajemen asset. Suatu objek tiga dimensi merupakan
Lebih terperinciBAB 5 PEMBAHASAN. 39 Universitas Indonesia
BAB 5 PEMBAHASAN Dua metode penelitian yaitu simulasi dan eksperimen telah dilakukan sebagaimana telah diuraikan pada dua bab sebelumnya. Pada bab ini akan diuraikan mengenai analisa dan hasil yang diperoleh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Citra adalah suatu representasi, kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra dapat dikelompokkan menjadi citra tampak dan citra tak tampak.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas landasan teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan penelitian ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian citra, jenis-jenis citra digital, metode
Lebih terperinciGRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA. WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI.
GRAFIK KOMPUTER DAN PENGOLAHAN CITRA WAHYU PRATAMA, S.Kom., MMSI. PERTEMUAN 3 - GRAFKOM DAN PENGOLAHAN CITRA Output Primitive dan Atributnya Pengenalan Titik dan Garis. Atribut Output Primitive: Line Attributes,
Lebih terperinciFORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA
FORMAT GAMBAR PRAKTIKUM PROSES MANUFAKTUR ATA 2014/2015 LABORATURIUM TEKNIK INDUSTRI LANJUT UNIVERSITAS GUNADARMA A. Perlengkapan Gambar 1. Drawing Pen ukuran 0,3 dan 0,5 mm 2. Maal 3 mm 3. Penggaris /
Lebih terperinciPENGARUH JARAK PADA KUALITAS CITRA HASIL REKONSTRUKSI MODE FAN BEAM DENGAN GEOMETRI DETEKTOR BERUPA GARIS
Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol. 16, No. 2, April 2013, hal 41 46 PENGARUH JARAK PAA KUALITAS CITRA HASIL REKONSTRUKSI MOE FAN BEAM ENGAN GEOMETRI ETEKTOR BERUPA GARIS Choirul Anam dan Catur Edi Widodo
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Pada bagian ini akan disajikan hasil penelitian pemanfaatan sistem sensor pergeseran mikro untuk estimasi diameter lubang pada bahan gigi tiruan berbasis
Lebih terperinciMuhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016
MKB3383 - Teknik Pengolahan Citra Pengolahan Citra Digital Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 CITRA Citra (image) = gambar pada bidang 2 dimensi. Citra (ditinjau dari sudut pandang matematis)
Lebih terperinciSISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON
30 BAB IV SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON 4.1 Gambaran Umum Sistem Diagram sederhana dari program yang dibangun dapat diilustrasikan dalam diagram konteks berikut. Gambar
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Citra Citra (image) sebagai salah satu komponen multimedia memegang peranan sangat penting sebagai bentuk informasi visual. Citra mempunyai karakteristik yang tidak dimiliki oleh
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Sistem 3D Scanner Pemindaian tiga dimensi (3D) merupakan proses pengambilan data berupa bentuk suatu objek untuk membuat pemodelan 3D dari objek tersebut. Model 3D yang tercipta
Lebih terperinciSISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA
SISTEM PENJEJAK POSISI OBYEK BERBASIS UMPAN BALIK CITRA Syahrul 1, Andi Kurniawan 2 1,2 Jurusan Teknik Komputer, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer, Universitas Komputer Indonesia Jl. Dipati Ukur No.116,
Lebih terperinciBab IV Analisis dan Diskusi
Bab IV Analisis dan Diskusi IV.1 Hasil Perhitungan Permeabilitas Pemodelan Fisis Data yang diperoleh dari kelima model fisis saluran diolah dengan menggunakan hukum Darcy seperti tertulis pada persamaan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi GUI GUI diimplementasikan sesuai dengan program pengolah citra dan klasifikasi pada tahap sebelumya. GUI bertujuan untuk memudahkan pengguna mengidentifikasi
Lebih terperinciPERBEDAAN GRAFIKA COMPUTER DAN IMAGE PROCESSING. by Ocvita Ardhiani
PERBEDAAN GRAFIKA COMPUTER DAN IMAGE PROCESSING by Ocvita Ardhiani Perbedaan grafika computer dan image processing Pengolahan citra (image processing) Berorientasi pixel Mengolah data citra untuk mendapatkan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
26 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Parameter Mutu Jeruk Pontianak Secara Langsung Dari Hasil Pemutuan Manual Pemutuan jeruk pontianak secara manual dilakukan oleh pedagang besar dengan melihat diameter
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam suatu proses pembelajaran, evaluasi menjadi salah satu komponen yang memegang peranan penting sebagai ukuran bagaimana suatu proses pembelajaran telah diserap
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fotogrametri Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh pengukuran-pengukuran yang terpercaya dari benda-benda di atas citra fotografik (Avery, 1990). Fotogrametri
Lebih terperinciBAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM
BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM Bab ini akan membahas mengenai proses pengujian dari sistem yang dirancang terhadap beberapa citra dijital replika kulit. Pengujian terhadap sistem ini dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS SISTEM 4.1 Analisis dan Pengujian Analisis merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mengetahui bagaimana hasil dari sistem yang telah dibuat dapat berjalan sesuai
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,
Lebih terperinciPendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1)
ISSN : 1693 1173 Pendekatan Statistik Pada Domain Spasial dan Frekuensi untuk Mengetahui Tampilan Citra Yustina Retno Wahyu Utami 1) Abstrak Mean, standard deviasi dan skewness dari citra domain spasial
Lebih terperinciBAB IV UJI COBA DAN ANALISIS
BAB IV UJI COBA DAN ANALISIS Bab ini tersusun atas penjelasan hasil uji coba terhadap Sistem Pencocokan Dental yang dikembangkan beserta analisis hasil uji coba. Pengujian dan analisis dilakukan untuk
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital
4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Bab ini berisi tentang teori yang mendasari penelitian ini. Terdapat beberapa dasar teori yang digunakan dan akan diuraikan sebagai berikut. 2.1.1 Citra Digital
Lebih terperinciGambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital
Gambar 1.6. Diagram Blok Sistem Pengaturan Digital 10 Bab II Sensor 11 2.1. Pendahuluan Sesuai dengan banyaknya jenis pengaturan, maka sensor jenisnya sangat banyak sesuai dengan besaran fisik yang diukurnya
Lebih terperinciBAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengklasifikasi tata guna lahan dari hasil
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Persiapan Tahap persiapan merupakan tahapan penting dalam penelitian ini. Proses persiapan data ini berpengaruh pada hasil akhir penelitian. Persiapan yang dilakukan meliputi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Radiodiagnostik merupakan tindakan medis yang memanfaatkan radiasi pengion (X-ray) untuk melakukan diagnosis tanpa harus dilakukan pembedahan. Sinar-X akan ditembakkan
Lebih terperinciDASAR-DASAR METROLOGI INDUSTRI Bab VI Pengukuran Kelurusan, Kesikuan, Keparalellan, Dan Kedataran BAB VI
BAB VI Tujuan : Setelah mempelajari materi pelajaran pada bab VI, diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menjelaskan arti dari kelurusan, kesikuan, keparalelan dan kedataran. 2. Menyebutkan beberapa alat ukur
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram Alir Penelitian Pada peneliatian ini langkah-langkah yang dilakukan mengacu pada diagram alir di bawah ini: Mulai Persiapan Alat dan Bahan Menentukan Sudut Deklinasi,
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan Penelitian 3.1.1 Alat Penelitian a. Spesifikasi komputer yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Prosesor Intel (R) Atom (TM) CPU N550
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL PENGUJIAN Pada bab ini akan dijelaskan proses pengujian, hasil, dan analisis dari hasil pengujian. Ada tiga bagian yang diuji, yaitu perangkat keras, perangkat lunak,
Lebih terperinciAnalisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo
Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo Merina Handayani 1, Heru Prasetio 2, Supriyanto Ardjo Pawiro 1 1 Departemen Fisika,
Lebih terperinciBeberapa hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi XVMC adalah yang. pertama, instalasi dilakukan pada linux distro Ubuntu versi 7.
Bab III. X Ray Voxel Monte Carlo (XVMC) Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam instalasi XVMC adalah yang pertama, instalasi dilakukan pada linux distro Ubuntu versi 7.04 yang dikenal sebagai Fiesty
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Metrologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang pengukuran. Pengukuran merupakan aktivitas yang sangat penting dalam kehidupan seharihari pada berbagai bidang. Bidang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan teknologi masa kini, suatu informasi sangat mudah untuk di dapatkan. Halnya di kehidupan sehari-hari serta seluruh bidang yang berkaitan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra 2.1.1 Definisi Pengolahan Citra Pengolahan citra adalah sebuah disiplin ilmu yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan perbaikan kualitas gambar (peningkatan
Lebih terperinciDEKOMPOSISI NILAI SINGULAR DAN DISCRETE FOURIER TRANSFORM UNTUK NOISE FILTERING PADA CITRA DIGITAL
Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 9 (SNATI 9) ISSN: 97- Yogyakarta, Juni 9 DEKOMPOSISI NILAI SINGULAR DAN DISCRETE FOURIER TRANSFORM UNTUK NOISE FILTERING PADA CITRA DIGITAL Adiwijaya, D. R.
Lebih terperinciAPLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA
APLIKASI DETEKSI MIKROKALSIFIKASI DAN KLASIFIKASI CITRA MAMMOGRAM BERBASIS TEKSTUR SEBAGAI PENDUKUNG DIAGNOSIS KANKER PAYUDARA Yusti Fitriyani Nampira 50408896 Dr. Karmilasari Kanker Latar Belakang Kanker
Lebih terperinciBAB II Tinjauan Pustaka
BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini dibahas mengenai konsep-konsep yang mendasari ekstraksi unsur jalan pada citra inderaja. Uraian mengenai konsep tersebut dimulai dari ekstraksi jalan, deteksi tepi,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan melalui blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Suara Burung Burung Kacer Burung Kenari Pengambil an
Lebih terperinciBAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM
BAB 3 PENGENALAN KARAKTER DENGAN GABUNGAN METODE STATISTIK DAN FCM 3.1 Gambaran Umum Gambar 3.1 Gambar Keseluruhan Proses Secara Umum 73 74 Secara garis besar, keseluruhan proses dapat dikelompokkan menjadi
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP.
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang berupa spesifikasi sistem, prosedur operasional penggunaan program, dan analisa sistem yang telah dibuat. 4.1 Spesifikasi
Lebih terperinciOne picture is worth more than ten thousand words
Budi Setiyono One picture is worth more than ten thousand words Citra Pengolahan Citra Pengenalan Pola Grafika Komputer Deskripsi/ Informasi Kecerdasan Buatan 14/03/2013 PERTEMUAN KE-1 3 Image Processing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi telah menciptakan inovasi terhadap perkembangan sistem radiografi konvensional ke sistem radiografi digital. Sistem radiografi berawal dari penemuan
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL
ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL Nur hajizah (13111171) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budidarma Medan Jl.
Lebih terperinci