BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua buah objek berbeda, seperti

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 4 HASIL DAN BAHASAN. Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua buah objek berbeda, seperti"

Transkripsi

1 BAB 4 HASIL DAN BAHASAN 4.1 Kerangka Percobaan Percobaan dilakukan dengan menggunakan dua buah objek berbeda, seperti yang telah dijelaskan pada bab 3. Berikut ini adalah kerangka dari percobaan yang dilakukan untuk menguji performa sistem: Gambar 4.1 Perlakuan Objek 1 Terdapat enam kondisi standar yang digunakan yaitu kondisi 1-6. Pada kondisi 1-3 terdapat satu buah objek 1 dan pada kondisi 4-6 terdapat dua buah objek 1. Tanda petik diatas X dan/atau Z menunjukkan bahwa nilai tersebut berbeda dengan nilai X dan/atau Z dari kondisi sebelumnya. Sedangkan angka 1 dan 2 55

2 pada X dan/atau Z untuk menunjukkan bahwa objek I dan II diletakkan pada posisi yang berbeda pada kondisi yang sama. 56 Kondisi 1-6 diambil gambarnya pada tiga intensitas cahaya yang berbeda untuk melihat pengaruh intensitas cahaya pada performa sistem. Kondisi 1-3 dilakukan untuk mencoba kemampuan sistem dalam mendeteksi dan mengestimasi posisi satu buah objek dengan nilai X dan/atau Z yang berbeda, sedangkan kondisi 4-6 untuk mencoba kemampuan sistem dalam mendeteksi dan mengestimasi posisi objek jika terdapat lebih dari satu objek pada saat bersamaan dengan nilai X dan/atau Z yang berbeda. Selain itu sistem juga dicoba untuk mendeteksi dan mengestimasi posisi dari objek dengan ukuran yang berbeda, yaitu objek 2 dan objek 3. Objek 3 adalah objek 1 dengan sisi permukaan yang berbeda. Berikut ini adalah kerangka percobaan untuk objek 2 dan objek 3: Gambar 4.2 Perlakuan Objek 2 dan Objek 3 Pada bagian akhir, waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan beberapa proses juga dievaluasi, yaitu median filtering, ELAS, rekonstruksi 3D dan DBSCAN. Untuk menjawab masalah yang disebutkan pada bab 1 mengenai waktu yang diperlukan untuk proses stereo matching dan juga menganalisa kemungkinan untuk mempersingkat waktu processing dari sistem.

3 Prosedur Operasional Pengambilan Gambar Koneksikan minoru 3D webcam dengan notebook Jalankan program MATLAB Buka dan jalankan file CV.m Tunggu hingga window preview dari kedua kamera muncul Gambar 4.3 Video Preview Program akan menunggu input berupa penekanan salah satu tombol keyboard, untuk mengambil dan menyimpan gambar Gambar 4.4 Paused Gambar akan disimpan pada direktori yang sudah ditentukan pada variabel pathname, dengan nama dan format file datal.jpg untuk gambar kiri dan datar.jpg untuk gambar kanan Pemrosesan Gambar Jalankan program MATLAB.

4 Buka dan jalankan file StereoVision.m. Akan muncul sebuah window figure seperti berikut ini: 58 Gambar 4.5 Tampilan Awal Klik tombol Load images from files... yang berada di kiri bawah window untuk memilih input gambar yang digunakan. Input pertama untuk gambar kiri dan input kedua untuk gambar kanan. Gambar 4.6 Input Gambar

5 59 Program akan mengecek gambar input, jika nama dan direktori yang sama dimiliki oleh kedua gambar input maka program akan berhenti dan perlu dilakukan input ulang. Selain itu program juga akan mengecek ukuran dari kedua gambar input, jika ukurannya berbeda maka program juga akan berhenti dan perlu dilakukan input ulang. Gambar 4.7 Error Dialog; tampil selama 2 detik Program akan memproses gambar input, setelah selesai melakukan proses maka window awal akan diperbaharui. Selain itu akan ditampilkan hasil dari setiap proses yang ada pada window figure yang baru. Grayscale Gambar kiri Disparity map Gambar 4.8 Figure 1 (Grayscale & Disparity map)

6 60 Gambar 4.9 Figure 2 (Median Filtering) Gambar 4.10 Figure 3 (Canny Edge Detector)

7 61 Gambar 4.11 Figure 4 (3D Reconstruction) Gambar 4.12 Figure 5 (Compressed Space)

8 62 Gambar 4.13 Figure 6 (DBSCAN) Untuk hasil estimasi posisi objek dapat dilihat pada command window dari program MATLAB. Gambar 4.14 Estimasi Posisi

9 63 Jumlah objek yang terdeteksi terlihat dari jumlah elemen variabel Xmin, Xmax atau Z. Pada Gambar 4.14 ada dua objek yang terdeteksi. Jika tidak ada objek yang terdeteksi maka tampilan pada command window adalah: Gambar 4.15 Nol Objek 4.3 Implementasi Berikut ini adalah gambar dari setiap kondisi yang telah dijelaskan pada bagian kerangka percobaan diatas: Gambar 4.16 Objek 1 Kondisi 1

10 64 Gambar 4.17 Objek 1 Kondisi 2 Gambar 4.18 Objek 1 Kondisi 3 Gambar 4.19 Objek 1 Kondisi 4

11 65 Gambar 4.20 Objek 1 Kondisi 5 Gambar 4.21 Objek 1 Kondisi 6 Gambar disebelah kiri adalah gambar dari kamera kiri dan gambar disebelah kanan adalah gambar dari kamera kanan. Gambar-gambar diatas diambil dengan rentang intensitas cahaya lux. Intensitas cahaya dinyatakan dalam rentang nilai karena gambar diambil diluar ruang sehingga intensitas cahaya berasal dari matahari dan nilainya tidak dapat dijaga. Dua rentang nilai intensitas cahaya yang lain adalah lux dan 6-47 lux. Berikut ini perbandingan hasil gambar kamera kiri pada ketiga rentang nilai cahaya untuk kondisi 1 dan 4:

12 66 Gambar 4.22 Komparasi Kondisi 1 Gambar 4.23 Komparasi Kondisi 4 Selain itu sistem juga dicoba untuk mendeteksi dan mengestimasi objek dengan ukuran dan warna yang berbeda (Objek 2) serta objek yang sama, namun dengan sisi permukaan yang berbeda (Objek 3) dalam tiga kondisi, yaitu:

13 67 Gambar 4.24 Objek 2 Posisi 1 Gambar 4.25 Objek 2 Posisi 2 Gambar 4.26 Objek 2 Posisi 3

14 68 Gambar 4.27 Objek 3 Posisi 1 Gambar 4.28 Objek 3 Posisi 2 Gambar 4.29 Objek 3 Posisi 3 Untuk pengambilan gambar ini dilakukan pada hari yang berbeda dengan rentang intensitas cahaya lux.

15 Evaluasi Hasil Percobaan Hasil dari percobaan dengan menggunakan gambar-gambar diatas ditampilkan dalam tabel-tabel berikut ini:

16 Intensitas Cahaya 6-47 lux lux lux Kondisi Xmin (M, cm) Xmin (C, cm) Error (cm) Xmax (M, cm) Xmax (C, cm) Error (cm) Z (M, cm) Z (C, cm) Error (cm) Tabel 4.1 Objek 1 Kondisi

17 Intensitas Cahaya 6-47 lux lux lux Kondisi Xmin (M, cm) Xmin (C, cm) Error (cm) Xmax (M, cm) Objek I Xmax (C, cm) Error (cm) Z (M, cm) Z (C, cm) Error (cm) Tabel 4.2 Objek 1-I Kondisi

18 Intensitas Cahaya 6-47 lux lux lux Kondisi Xmin (M, cm) Xmin (C, cm) Error (cm) Xmax (M, cm) Objek II Xmax (C, cm) Error (cm) Z (M, cm) Z (C, cm) Error (cm) Tabel 4.3 Objek 1-II Kondisi

19 Intensitas Cahaya lux Objek 2 3 Posisi Xmin (M, cm) Xmin (C, cm) Error (cm) Xmax (M, cm) Xmax (C, cm) Error (cm) Z (M, cm) Z (C, cm) Error (cm) Tabel 4.4 Objek 2-3 Kondisi

20 74 dengan, M = hasil pengukuran menggunakan alat ukur dari objek yang terlihat pada gambar C = hasil pengukuran menggunakan sistem dengan input gambar kiri dan kanan Xmin = Nilai terkecil dari jarak objek terhadap kamera sejajar sumbu horizontal (X) Xmax = Nilai terbesar dari jarak objek terhadap kamera sejajar sumbu horizontal (X) Z = jarak objek terhadap kamera tegak lurus sumbu horizontal (X) Nilai Xmin dan Xmax negatif menunjukkan objek berada disebelah kiri kamera Nilai Xmin dan Xmax positif menunjukkan objek berada disebelah kanan kamera Untuk gambar yang terpotong penulis mengambil nilai Xmax (M) yang terkecil (bagian objek terdapat/terlihat pada gambar kiri dan kanan). Terdapat beberapa nilai yang Xmax yang sedikit berbeda (±1cm) dari Objek II antar range intensitas pada kondisi yang sama akibat adanya pergeseran posisi kamera yang sangat kecil tanpa penulis sadari ketika proses pengambilan gambar. Untuk memudahkan proses evaluasi terhadap hasil percobaan maka nilai error dari tabel-tabel diatas direperesentasikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:

21 75 Gambar 4.30 Xmin Setiap grafik terdiri dari 9 kondisi, yaitu kondisi 1-6 seperti yang terdapat pada tabel dan 3 kondisi tambahan untuk menyatakan objek II pada kondisi 4-6. Dari grafik Xmin terdapat 2 kondisi yang memiliki error lebih besar dibandingkan dengan kondisi yang lainnya, yaitu kondisi 8 dengan intensitas cahaya 6-47 lux dan kondisi 2 dengan intensitas cahaya lux. Hal ini terjadi akibat adanya noise yaitu titik 3D yang bukan merupakan bagian dari objek, namun terdeteksi sebagai bagian objek. Untuk lebih jelasnya bisa melihat dari hasil proses yang dilalui sistem yang memiliki hubungan langsung dengan nilai Xmin yang terdeteksi, seperti proses clustering, 3D reconstruction dan disparity map. Berikut ini adala hasil untuk kondisi 8, dengan kata lain objek II dari kondisi 5 dengan intensitas cahaya 6-47 lux:

22 76 Gambar 4.31 Hasil Kondisi 5 Terlihat dari gambar diatas pada hasil deteksi objek II terdapat pula titik 3D yang bukan merupakan bagiannya. Titik 3D yang bukan merupakan bagian objek ini berasal dari edge yang terbentuk dari persambungan antar papan yang digunakan untuk membentuk lingkungan pada saat perancangan. Hal ini bisa dilihat dari disparity map berikut: Gambar 4.32 Disparity Map Kondisi 5 (6-47lux)

23 77 Tepi-tepi ini sebenarnya sudah dikurangi menggunakan median filter 3x3, sebelum melakukan deteksi tepi. Ukuran filter, merupakan filter yang paling efektif, karena jika menggunakan filter yang lebih besar maka tepi pada benda juga akan tereliminasi. Penjelasan yang sama juga berlaku untuk kondisi 2 dengan intensitas cahaya lux, seperti yang terlihat pada gambar berikut ini: Gambar 4.33 Hasil Kodinsi 2 ( lux)

24 78 Gambar 4.34 Xmax Untuk grafik Xmax nilai error, nilai yang paling mencolok adalah kondisi 2 dengan 6-47 lux, hasil dari proses untuk kondisi ini adalah: Gambar 4.35 Hasil Kondisi 2 (6-47lux)

25 79 Dari hasil rekonstruksi 3D (compressed space) terlihat bahwa hanya setengah bagian objek yang berhasil direkonstruksi, hal ini disebabkan oleh disparity map dari kondisi adalah sebagai berikut: Gambar 4.36 Disparity Map Kondisi 2 (6-47lux) Disparity map yang diperoleh tampak seperti pada gambar diatas karena support point hanya bisa ditemukan pada daerah tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada hasil pendeteksian tepi yang merupakan input untuk membentuk disparity map. Beriku ini adalah hasil deteksi tepi pada gambar kiri dan kanan: Gambar 4.37 Tepi Gambar Kiri Kondisi 2

26 80 Gambar 4.38 Tepi Gambar Kanan Kondisi 2 Secara kasat mata bisa terlihat hanya ada beberapa tepi dari objek yang berada pada kedua gambar, baik gambar kiri maupun gambar kanan, dengan bagian yang dominan adalah bagian kiri dari objek. Grafik berikutnya adalah error dari Z, sebagai berikut ini: Gambar 4.39 Z

27 81 Ada dua kondisi yang menarik yaitu kondisi 7 (Objek II Kondisi 4) dan 9 (Objek II Kondisi 6). Kedua kondisi ini memiliki nilai error yang hampir sama. Hal ini diakibatkan karena adanya sisi benda yang memiliki kedalaman lebih besar terlihat pula oleh kamera, untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada gambar dibawah ini: Gambar 4.40 Disparity Map Kondisi 4 & 6 ( lux) Karena nilai Z pada sistem ini merupakan rata-rata dari nilai Z semua titik 3D sebuah objek, maka tingkat keakurasian pun menurun. Perlu diketahui juga, semakin jauh benda dari kamera perbedaan nilai disparity akan menghasilkan perbedaan nilai Z yang lebih besar. Untuk membuktikan pernyataan ini bisa dilihat dari disparity map kondisi 5 dan kondisi 6, sebagai berikut ini:

28 82 Gambar 4.41 Disparity Map Kondisi 5 ( lux) Gambar 4.42 Disparity Map Kondisi 6 ( lux) Pada kedua kondisi terdapat perbedaan nilai disparity yang sama, yaitu sebesar ±3 satuan, namun pada kondisi 5 hal ini mengakibatkan perbedaan nilai error sebesar 22.45cm sedangkan pada kondisi 6 hanya 6.49cm. Dua kondisi lain yang juga menarik adalah kondisi 3 dan 5 Kedua kondisi ini memiliki nilai error yang lebih besar dibanding kondisi yang lainnya. Karena nilai Z dipengaruhi secara langsung oleh nilai disparity, maka yang menjadi perhatian utama dalam menjelaskan nilai error ini adalah disparity map dari kedua kondisi pada setiap intensitas cahaya. Berikut ini adalah disparity map dari kedua kondisi tersebut:

29 Gambar 4.43 Disparity Map Kondisi 3 83

30 84 Gambar 4.44 Disparity Map Kondisi 5 Dari disparity map kondisi 5 terlihat bahwa nilai disparity dari objek yang berada disebelah kiri kamera lebih besar dibandingkan dengan nilai disparity dari objek yang berada disebelah kanan kamera. Perbedaan nilai disparity ini tidak terlalu besar berkisar pada rentang 3-4 satuan. Namun perbedaan nilai ini akan menghasilkan error yang cukup berarti pada saat menentukan kedalaman objek dalam satuan cm, yaitu pada kisaran 20cm. Untuk menunjukkan apakah nilai disparity yang diperoleh tepat atau tidak, penulis melakukan overlay dari gambar kiri dan kanan. Overlay dilakukan pada gambar kondisi 5, karena pada kondisi inilah terdapat objek yang berada di kiri dan kanan kamera yang dapat dijadikan bahan perbandingan. Hasil dari overlay ini berupa gambar anaglyph. Berikut ini adalah hasil dari overlay tersebut:

31 85 Gambar 4.45 Anaglyph Kondisi 5 (6-47lux) Gambar 4.46 Anaglyph Kondisi 5 ( lux)

32 86 Gambar 4.47 Anaglyph Kondisi 5 ( lux) Dari ketiga gambar anaglyph diatas terlihat bahwa disparity (perbedaan posisi) dari objek yang berada disebelah kiri kamera sedikit lebih besar dibandingkan dengan disparity dari objek yang berada disebelah kanan kamera. Namun, menurut dasar teori yang ada, disparity dari objek yang memiliki kedalaman yang sama adalah sama. Semakin besar kedalamannya atau semakin jauh benda dari kamera, semakin kecil disparity-nya dan sebaliknya semakin kecil kedalamannya atau semakin dekat benda ke kamera, semakin besar disparitynya. Dari hasil ini diambil kesimpulan sementara bahwa gambar yang dihasilkan oleh minoru 3D webcam memilki kecenderungan untuk menghasilkan disparity yang lebih besar jika objek berada disebelah kiri kamera dibandingkan dengan jika benda berada disebelah kanan kamera. Untuk menemukan penyebabnya secara lebih jelas, dilakukanlah beberapa percobaan baru, terpisah dari percobaan yang sudah dirancang sebelumnya, yaitu mengambil gambar dengan memutarbalikkan minoru 3D webcam (diputar ),

33 87 mengambil gambar dengan kamera kiri lebih depan dibanding kamera kanan dan sebaliknya kamera kanan yang lebih depan. Objek yang digunakan dalam percobaan ini adalah sebuah majalah. Berikut ini adalah hasil yang diperoleh: (a) (b) Gambar 4.48 Anaglyph Normal. (a) Objek disebelah kiri kamera (b) Objek disebelah kanan kamera

34 88 (a) (b) Gambar 4.49 Anaglyph Putar (a) Objek disebelah kiri kamera (b) Objek disebelah kanan kamera

35 89 (a) (b) Gambar 4.50 Anaglyph Lensa Kiri Lebih Depan. (a) Objek disebelah kiri kamera (b) Objek disebelah kanan kamera

36 90 (a) (b) Gambar 4.51 Anaglyph Lensa Kanan Lebih Depan. (a) Objek disebelah kiri kamera (b) Objek disebelah kanan kamera Dari ketiga percobaan ini tetap saja disparity yang diperoleh ketika objek berada disebelah kiri kamera sedikit lebih besar dibandingkan dengan ketika objek berada disebelah kanan kamera. Dari ketiga percobaan ini juga terlihat bahwa gambar yang diperoleh tidaklah lurus, untuk mengatasi hal ini maka ketika mengambil data, ditambahkan uang koin Rp 1000,- dibawah salah satu kaki

37 91 minoru 3D webcam, yaitu kaki kiri. Oleh karena itu, percobaan juga dilakukan untuk melihat pengaruh dari perlakuan ini, berikut ini adalah hasilnya: (a) (b) Gambar 4.52 Anaglyph Dengan Koin. (a) Objek disebelah kiri kamera (b) Objek disebelah kanan kamera

38 92 (a) (b) Gambar 4.53 Anaglyph Tanpa Koin. (a) Objek disebelah kiri kamera (b) Objek disebelah kanan kamera Diperoleh bahwa perlakuan dengan penambahan koin ini tidak memiliki pengaruh terhadap disparity yang dihasilkan ketika objek berada disebelah kiri dan kanan kamera. Nilai disparity yang ada ketika objek berada disebelah kiri kamera tetap sedikit lebih besar dibandingkan dengan ketika objek berada disebelah kanan kamera.

39 93 Percobaan terakhir yang dilakukan untuk masalah ini adalah dengan melakukan overlay terhadap pasangan gambar yang diambil dengan kamera lain. Pasangan gambar ini diperoleh dari internet dengan alamat sebagai berikut: Dibawah ini adalah gambar anaglyph yang diperoleh: Gambar 4.54 Anaglyph Gambar Uji 1 dan 2

40 Gambar 4.55 Anaglyph Gambar Uji 3, 4 dan 5 94

41 95 Dari gambar anaglyph diatas terlihat bahwa objek yang memiliki kedalaman yang sama akan memiliki disparity yang sama sesuai dengan dasar teori yang ada. Dari hasil semua percobaan yang dilakukan, ditarik kesimpulan akhir bahwa penyebab perbedaan nilai disparity yang diperoleh sebagai akibat dari kamera yang digunakan untuk mengambil gambar yaitu minoru 3D webcam. Berangkat dari kesimpulan ini dilakukan pengecekan terhadap nilai distorsi yang dimiliki oleh minoru 3D webcam dari hasil kalibrasi yang telah dilakukan. Didapatkan bahwa nilai distorsi radial dari minoru 3D webcam cukup buruk, dengan nilai koefisien -0,0742 dan -0,4786. Pengaruh dari nilai distorsi ini tidak terlihat secara kasat mata, tapi seperti yang telah diketahui, nilai ini dapat mempengaruhi performa dari sistem. Grafik berikutnya adalah grafik error dari objek 2 dan 3, kondisi 1-3 adalah posisi 1-3 dari objek 2 dan kondisi 4-6 adalah posisi 1-3 dari objek 3. Gambar 4.56 Error Objek 2 dan 3

42 Terlihat bahwa sistem masih dapat mendeteksi dan mengestimasi posisi objek dengan ukuran yang sedikit berbeda. 96 Berikutnya adalah grafik untuk menggambarkan pengaruh intensitas cahaya terhadap performa sistem, dengan 6-47 lux sebagai intensitas cahaya 1, lux sebagai intensitas cahaya 2 dan lux sebagai intensitas cahaya 3. Berikut ini adalah grafik yang digunakan: Gambar 4.57 Pengaruh Intentsitas Cahaya

43 97 Dilihat dari ketiga grafik diatas, dapat disimpulkan bahwa intensitas cahaya 3, lux memiliki tingkat keakurasian tertinggi. Hal ini terjadi karena pada intensitas cahaya ini tepi akibat pertemuan antar papan yang digunakan untuk membentuk lingkungan dapat tereliminasi dengan lebih baik dibandingkan dengan dua intensitas cahaya yang lain. Berikut ini adalah tabel dan grafik yang menunjukkan waktu proses dari sistem: Intensitas Cahaya Kondisi Time1 Time2 Time3 Time4 Total lux lux lux Tabel 4.5 Processing Time

44 98 Gambar 4.58 Processing Time Waktu dinyatakan dalam satuan detik, dengan: Time1 : Median Filtering Time2 : ELAS Time3 : Rekonstruksi 3D Time4 : DBSCAN Total : Waktu proses secara menyeluruh, mulai dari proses grayscaling hingga diperolehnya estimasi posisi Terlihat bahwa Time1, Time2, dan Time3 memiliki nilai yang stabil, namun tidak dengan demikian dengan Time4. Hal ini terjadi karena waktu untuk menyelesaikan proses DBSCAN bergantung pada jumlah data yang ada atau dalam skripsi ini adalah jumlah titik 3D hasil rekonstruksi. Semakin banyak titik 3D yang ada, semakin lama pula waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan

45 proses ini. Selain DBSCAN, proses yang membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan proses yang lain adalah median filtering (Time1). 99 Dari data ini dapat diambil kesimpulan bahwa agar sistem dapat berkerja dengan lebih cepat maka perlu diimplementasikan metode filtering dan clustering lain dengan waktu proses yang lebih singkat. Untuk metode clustering akan lebih baik lagi jika waktu proses tidak terlalu bergantung pada jumlah data yang ada, namun tentunya tetap memiliki keunggulan dari DBSCAN, yaitu tidak diperlukannya informasi awal mengenai jumlah kluster yang ada pada data. Keunggulan ini sangat penting, karena hal inilah yang memungkinkan sistem dapat mendeteksi jumlah objek secara otomatis.

ESTIMASI POSISI OBJEK BERDASARKAN STEREO VISION SYSTEM

ESTIMASI POSISI OBJEK BERDASARKAN STEREO VISION SYSTEM ESTIMASI POSISI OBJEK BERDASARKAN STEREO VISION SYSTEM Chandra Suharlim; Eka Putra; Tommy Budiman; Iman Herwidiana Kartowisastro Computer Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN. 3.1 Evaluasi Metode dan Algoritma Stereo Vision. Evaluasi terhadap beberapa metode dan algoritma yang ada untuk memperoleh

BAB 3 METODE PERANCANGAN. 3.1 Evaluasi Metode dan Algoritma Stereo Vision. Evaluasi terhadap beberapa metode dan algoritma yang ada untuk memperoleh BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Evaluasi Metode dan Algoritma Stereo Vision Evaluasi terhadap beberapa metode dan algoritma yang ada untuk memperoleh informasi kedalaman berdasarkan stereo vision. 3.1.1 Metode

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI & EVALUASI

BAB IV IMPLEMENTASI & EVALUASI BAB IV IMPLEMENTASI & EVALUASI Pada bab ini membahas tentang bagaimana cara mengimplementasikan dan pengambilan data serta melakukan evaluasi terhadap data-data yang sudah didapatkan. Pertama disini digunakan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Eksperimen dilakukan untuk memperoleh hasil penelitian yang dilakukan dalam skripsi ini. Eksperimen yang dilakukan mengenai proses rekonstruksi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi GUI GUI diimplementasikan sesuai dengan program pengolah citra dan klasifikasi pada tahap sebelumya. GUI bertujuan untuk memudahkan pengguna mengidentifikasi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM PROGRAM APLIKASI HANDS RECOGNIZER Dalam analisis dan perancangan sistem program aplikasi ini, disajikan mengenai analisis kebutuhan sistem yang digunakan, diagram

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Reference frames atau kerangka acuan adalah suatu sistem koordinat atau

BAB 2 LANDASAN TEORI. Reference frames atau kerangka acuan adalah suatu sistem koordinat atau BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kerangka Acuan Reference frames atau kerangka acuan adalah suatu sistem koordinat atau sekumpulan sumbu yang digunakan untuk mengukur posisi, dan orientasi dari suatu objek. Dalam

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI ALAT Perhitungan benih ikan dengan image processing didasarkan pada luas citra benih ikan. Pengambilan citra menggunakan sebuah alat berupa wadah yang terdapat kamera

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERANCANGAN

BAB 3 METODE PERANCANGAN BAB 3 METODE PERANCANGAN 3.1 Konsep dan Pendekatan Tujuan utama yang ingin dicapai dalam pengenalan objek 3 dimensi adalah kemampuan untuk mengenali suatu objek dalam kondisi beragam. Salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. koordinat pada tiap-tiap area, akses pixel, contrast streching, histogram. yang

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. koordinat pada tiap-tiap area, akses pixel, contrast streching, histogram. yang BAB IV PENGUJIAN SISTEM Sistem yang di ujicoba merupakan dari hasil program yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan citra dari WebCam, pengolahan citra yang dimulai dengan update citra kondisi

Lebih terperinci

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini,

pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI uji coba terhadap program aplikasi pengenalan plat nomor kendaraan roda empat ini, pbab 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PROGRAM APLIKASI Bab ini berisi penjelasan tentang implementasi sistem meliputi kebutuhan perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan untuk melakukan perancangan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 44 BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN 3.1 Analisa Analisa yang dilakukan terdiri dari : a. Analisa terhadap permasalahan yang ada. b. Analisa pemecahan masalah. 3.1.1 Analisa Permasalahan Pengenalan uang kertas

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Model Pengembangan Dalam pengerjaan tugas akhir ini memiliki tujuan untuk mengektraksi fitur yang terdapat pada karakter citra digital menggunakan metode diagonal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Desain frame grabber Desain frame grabberdiawali dengan pemilihan perangkat kamera yang akan digunakan. Video akan muncul komponen VideoWindow1 yang secara realtime terhubung

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection

Rancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (22) -6 Rancang Bangun Sistem Pengujian Distorsi Menggunakan Concentric Circle Method Pada Kaca Spion Kendaraan Bermotor Kategori L3 Berbasis Edge Detection Muji Tri Nurismu

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada BAB ini, penulis ingin membahas mengenai perencanaan dan implementasi dari Aplikasi tersebut, antara lain Flowchart dari sistem tersebut dan struktur data yang terdapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai analisis pola interferensi pada interferometer Michelson

III. METODE PENELITIAN. Penelitian mengenai analisis pola interferensi pada interferometer Michelson 22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian mengenai analisis pola interferensi pada interferometer Michelson akibat perbedaan ketebalan benda transparan dengan metode image processing

Lebih terperinci

BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK

BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK A. Pendahuluan Latar Belakang Perhitungan posisi tiga dimensi sebuah obyek menggunakan citra stereo telah

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP.

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. menggunakan serial port (baudrate 4800bps, COM1). Menggunakan Sistem Operasi Windows XP. BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang berupa spesifikasi sistem, prosedur operasional penggunaan program, dan analisa sistem yang telah dibuat. 4.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem dimulai dari penempatan posisi kamera dengan posisi yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Perancangan sistem dimulai dari penempatan posisi kamera dengan posisi yang 23 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Deskripsi Sistem Perancangan sistem dimulai dari penempatan posisi kamera dengan posisi yang sesuai kemudian dihubungkan dengan komputer yang akan mengolah gambar seperti

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. dilakukan dengan menggunakan metode stereoscopic anaglyph. Melalui metode

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. dilakukan dengan menggunakan metode stereoscopic anaglyph. Melalui metode BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Perancangan Program Aplikasi Perancangan program aplikasi dalam pembuatan citra 2D menjadi 3D akan dilakukan dengan menggunakan metode stereoscopic anaglyph. Melalui metode

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI

BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI BAB III PROSEDUR DAN METODOLOGI 3.1 Analisis Masalah Dewasa ini keberadaan robot sebagai mesin yang menggantikan manusia dalam melakukan berbagai pekerjaan semakin diperlukan. Oleh karena itu robot dituntut

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut sudah terintegrasi dengan komputer, dengan terintegrasinya sistem tersebut

Lebih terperinci

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY Minati Yulianti 1, Cucu Suhery 2, Ikhwan Ruslianto 3 [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Jl. Prof.

Lebih terperinci

DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR

DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR DETEKSI DAN SEGMENTASI OTOMATIS DERET PADA CITRA METERAN AIR Naser Jawas STIKOM Bali Jl. Raya Puputan, No.86, Renon, Denpasar, Bali Email: naser.jawas@gmail.com ABSTRAK Meter air adalah sebuah alat yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan tentang latar belakang penelitian dibuat, rumusan masalah, batasan masalah yang akan dibahas, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 37 BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT 4.1 Tujuan Pengukuran dan Pengujian Pengukuran dan pengujian alat bertujuan agar dapat diketahui sifat dan karakteristik tiap blok rangkaian dan fungsi serta cara kerja

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Coba Alat Dalam bab ini akan dibahas mengenai pengujian alat yang telah dibuat. Dimulai dengan pengujian setiap bagian-bagian dari hardware dan software yang

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Sistem Absensi Berbasis Webcam

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Sistem Absensi Berbasis Webcam BAB PEMBAHASAN.1 Sistem Absensi Berbasis Webcam Sistem absensi berbasis webcam adalah sistem yang melakukan absensi karyawan berdasarkan input citra hasil capture webcam. Sistem akan melakukan posting

Lebih terperinci

PROGRAM APLIKASI DETEKSI PANAS HASIL FOTO KAMERA WEBCAM LAPORAN TUGAS AKHIR

PROGRAM APLIKASI DETEKSI PANAS HASIL FOTO KAMERA WEBCAM LAPORAN TUGAS AKHIR PROGRAM APLIKASI DETEKSI PANAS HASIL FOTO KAMERA WEBCAM LAPORAN TUGAS AKHIR Oleh : ANDI PRIMA WIJAYA 41507010113 Jurusan Teknik Informatika UNIVERSITAS MERCUBUANA FAKULTAS ILMU KOMPUTER PROGRAM SARJANA

Lebih terperinci

OTOMASI PEMISAH BUAH TOMAT BERDASARKAN UKURAN DAN WARNA MENGGUNAKAN WEBCAM SEBAGAI SENSOR

OTOMASI PEMISAH BUAH TOMAT BERDASARKAN UKURAN DAN WARNA MENGGUNAKAN WEBCAM SEBAGAI SENSOR Seminar Nasional Ilmu Komputer dan Aplikasinya SNIKA 2008 27/11/2008 OTOMASI PEMISAH BUAH TOMAT BERDASARKAN UKURAN DAN WARNA MENGGUNAKAN WEBCAM SEBAGAI SENSOR Thiang, Leonardus Indrotanoto Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Gambar 4.1 Diagram Percobaan

Gambar 4.1 Diagram Percobaan BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kerangka Percobaan Pada bab ini dilakukan pembahasan dari implementasi terhadap sistem yang telah dirancang, berupa cara kerja sistem dan pembahasan data-data percobaan yang

Lebih terperinci

APLIKASI PERUBAHAN CITRA 2D MENJADI 3D DENGAN METODE STEREOSCOPIC ANAGLYPH BERBASISKAN KOMPUTER

APLIKASI PERUBAHAN CITRA 2D MENJADI 3D DENGAN METODE STEREOSCOPIC ANAGLYPH BERBASISKAN KOMPUTER APLIKASI PERUBAHAN CITRA 2D MENJADI 3D DENGAN METODE STEREOSCOPIC ANAGLYPH BERBASISKAN KOMPUTER Wikaria Gazali; Michael Ivan; Ngarap Imanuel Manik Mathematics & Statistics Department, School of Computer

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Dalam tugas akhir ini penguji melakukan pengujian dari judul tugas akhir sebelumnya, yang dilakukan oleh Isana Mahardika. dalam tugas akhir tersebut membahas pendeteksian tempat

Lebih terperinci

BAB IV UJI PENENTUAN POSISI TIGA DIMENSI BUAH JERUK LEMON PADA TANAMANNYA

BAB IV UJI PENENTUAN POSISI TIGA DIMENSI BUAH JERUK LEMON PADA TANAMANNYA BAB IV UJI PENENTUAN POSISI TIGA DIMENSI BUAH JERUK LEMON PADA TANAMANNYA A. Pendahuluan Latar belakang Robot selain diterapkan untuk dunia industri dapat juga diterapkan untuk dunia pertanian. Studi yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan sistem pendeteksi orang tergeletak mulai dari : pembentukan citra digital, background subtraction, binerisasi, median filtering,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA

BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA BAB 4 HASIL UJI DAN ANALISA Serangkaian uji dan analisa dilakukan pada alat, setelah semua perangkat keras (hardware) dan program dikerjakan. Pengujian alat dimaksudkan untuk mengetahui apakah alat dapat

Lebih terperinci

PERBAIKAN CITRA BER-NOISE MENGGUNAKAN SWITCHING MEDIAN FILTER DAN BOUNDARY DISCRIMINATIVE NOISE DETECTION

PERBAIKAN CITRA BER-NOISE MENGGUNAKAN SWITCHING MEDIAN FILTER DAN BOUNDARY DISCRIMINATIVE NOISE DETECTION PERBAIKAN CITRA BER-NOISE MENGGUNAKAN SWITCHING MEDIAN FILTER DAN BOUNDARY DISCRIMINATIVE NOISE DETECTION Ahmad Saikhu, Nanik Suciati, Widhiantantri S. Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. microcontroller menggunakan komunikasi serial. 1. Menyalakan Minimum System ATMEGA8535

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. microcontroller menggunakan komunikasi serial. 1. Menyalakan Minimum System ATMEGA8535 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Koneksi Serial UART Pengujian koneksi ini membuktikan bahwa PC dapat dihubungkan dengan microcontroller menggunakan komunikasi serial. 4.1.1 Tujuan Pengujian koneksi

Lebih terperinci

BAB 3 PE GEMBA GA METODE DA ALGORITMA PEMESI A MULTI AXIS

BAB 3 PE GEMBA GA METODE DA ALGORITMA PEMESI A MULTI AXIS BAB 3 PE GEMBA GA METODE DA ALGORITMA PEMESI A MULTI AXIS File STL hanya memuat informasi mengenai arah vektor normal dan koordinat vertex pada setiap segitiga / faset. Untuk mengolah data ini menjadi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1. Analisis Masalah 3.1.1. Deskripsi Masalah Seiring dengan perkembangan jaman, maka makin meningkat pula kebutuhan seseorang akan informasi. Penerapan teknologi informasi

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN HASIL PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN HASIL PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN HASIL PENGUJIAN 4.1 Implementasi Aplikasi Pada bab ini akan dibahas mengenai implementasi aplikasi yang telah dibuat setelah melakukan analisa dan perancangan aplikasi filter sobel

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Produk Produk yang telah dibuat dalam peta-peta kerja ini adalah meja lipat. Komponennya terdiri dari alas yang berukuran 50 cm x 33 cm, kaki meja yang berukuran

Lebih terperinci

ANALISA PERANCANGAN SISTEM

ANALISA PERANCANGAN SISTEM Gambar 2.16. Black Bo Pengujian black bo adalah pengujian aspek fundamental sistem tanpa memperhatikan struktur logika internal perangkat lunak. Metode ini digunakan untuk mengetahui apakah perangkat lunak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra merupakan hasil representasi atau duplikasi dari sebuah objek ataupun imitasi dari sebuah objek atau benda. Citra memiliki beberapa karateristik yang menjadikan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Dasar Kamera Gyroscope Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan menggunakan pipa paralon 4 inchi dan keping CD sebagai gyroscope. Di bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas teori yang berkaitan dengan pemrosesan data untuk sistem pendeteksi senyum pada skripsi ini, meliputi metode Viola Jones, konversi citra RGB ke grayscale,

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Implementasi 4.1.1 Spesifikasi Sistem Adapun spesifikasi komputer yang digunakan penulis dalam melakukan simulasi pada aplikasi penelitian pengenalan citra wajah dengan variasi

Lebih terperinci

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia hidup di dunia ini tidak akan pernah terlepas dari yang namanya suatu karya seni, salah satunya seni musik. Pada musik terdapat banyak nada, dan banyak

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisa Program Aplikasi Dalam proses identifikasi karakter pada plat nomor dan tipe kendaraan banyak menemui kendala. Masalah-masalah yang ditemui adalah proses

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Closed Circuit Television (CCTV) adalah sistem pengawasan elektronik yang menggunakan kamera video, yang terhubung dengan sirkuit tertutup untuk menangkap, mengumpulkan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D 30 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D Penelitian ini mengembangkan model sistem pengenalan wajah dua dimensi pada citra wajah yang telah disiapkan dalam

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang kwh-meter merupakan alat yang digunakan untuk mengukur besarnya pemakaian energi listrik pada suatu bangunan atau gedung [1]. Berdasarkan sistem pembayarannya,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Marka Jalan Marka jalan merupakan suatu penanda bagi para pengguna jalan untuk membantu kelancaran jalan dan menghindari adanya kecelakaan. Pada umumnya marka jalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. robotika dan otomatisasi dalam kehidupan manusia seiring dengan meningkatnya dunia

BAB I PENDAHULUAN. robotika dan otomatisasi dalam kehidupan manusia seiring dengan meningkatnya dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia robot dewasa ini menunjukkan betapa besar peran bidang robotika dan otomatisasi dalam kehidupan manusia seiring dengan meningkatnya dunia teknologi

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1 Analisis Permasalahan Tahapan analisis terhadap suatu sistem dilakukan sebelum masuk ke tahapan perancangan. Tujuan dilakukannya analisis terhadap suatu sistem

Lebih terperinci

IP TRAFFIC CAMERA PADA PERSIMPANGAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE LUASAN PIKSEL

IP TRAFFIC CAMERA PADA PERSIMPANGAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE LUASAN PIKSEL IP TRAFFIC CAMERA PADA PERSIMPANGAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE LUASAN PIKSEL OLEH : ANDI MUHAMMAD ALI MAHDI AKBAR Pembimbing 1: Arief Kurniawan, ST., MT Pembimbing 2: Ahmad Zaini, ST., M.Sc. Page 1

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengolahan Citra Pengolahan citra (image processing) merupakan proses untuk mengolah pixel-pixel dalam citra digital untuk tujuan tertentu. Beberapa alasan dilakukan pengolahan

Lebih terperinci

Panduan Dasar Penggunaan Cool Edit Pro 2.1

Panduan Dasar Penggunaan Cool Edit Pro 2.1 Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Brawijaya Panduan Dasar Penggunaan Cool Edit Pro 2.1 Modul Praktikum Dasar Broadcasting M.Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom 14 Cool Edit merupakan aplikasi computer

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pada PC yang dihubungkan dengan access point Robotino. Hal tersebut untuk

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. pada PC yang dihubungkan dengan access point Robotino. Hal tersebut untuk BAB IV PENGUJIAN SISTEM Pengujian sistem yang dilakukan merupakan pengujian terhadap Robotino dan aplikasi pada PC yang telah selesai dibuat. Dimulai dari menghubungkan koneksi ke Robotino, menggerakan

Lebih terperinci

Bab IV. Pengujian dan Analisis

Bab IV. Pengujian dan Analisis Bab IV. Pengujian dan Analisis IV.1. Jangkauan Telemetri dan Kalibrasi Kamera a. Jangkauan Telemetri Pengukuran jangkauan telemetri di ruang terbuka dilakukan dengan menempatkan pemancar RF di jendela

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Implementasi dan Evaluasi yang dilakukan penulis merupakan implementasi dan evaluasi yang dilakukan terhadap perangkat keras dan perangkat lunak dari sistem secara keseluruhan

Lebih terperinci

Pokok Bahasan PENDAHULUAN PERANCANGAN SISTEM HASIL PENGUJIAN PENUTUP

Pokok Bahasan PENDAHULUAN PERANCANGAN SISTEM HASIL PENGUJIAN PENUTUP Pokok Bahasan PENDAHULUAN PERANCANGAN SISTEM HASIL PENGUJIAN PENUTUP PENDAHULUAN 1. Sistem navigasi robot banyak dipakai dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan misalnya untuk membantu departemen pemadam

Lebih terperinci

MENENTUKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN PENGHITUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERBASIS VIDEO PROCESSING

MENENTUKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN PENGHITUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERBASIS VIDEO PROCESSING Powered by TCPDF (www.tcpdf.org) Tugas Akhir - 2009 MENENTUKAN KEPADATAN LALU LINTAS DENGAN PENGHITUNGAN JUMLAH KENDARAAN BERBASIS VIDEO PROCESSING Muahamd Syukur¹, Iwan Iwut Tritoasmoro², Koredianto Usman³

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra.

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : akan digunakan untuk melakukan pengolahan citra. BAB III METODE PENELITIAN Untuk pengumpulan data yang diperlukan dalam melaksanakan tugas akhir, ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain : 1. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan berupa pencarian

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. objek, analisis blob, SMS service, dan video saving. Deteksi objek adalah proses untuk

BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM. objek, analisis blob, SMS service, dan video saving. Deteksi objek adalah proses untuk BAB 3 PERANCANGAN PROGRAM 3.1 Spesifikasi rancangan program Secara garis besar program dapat dibagi menjadi 4 bagian besar, yaitu deteksi objek, analisis blob, SMS service, dan video saving. Deteksi objek

Lebih terperinci

Pengolahan dan Publikasi Video Digital

Pengolahan dan Publikasi Video Digital Panduan Guru Membuat Video Pembelajaran Pengolahan dan Publikasi Video Digital Dikembangkan oleh Winastwan Gora (winastwangora@gmail.com) dengan pendanaan DESP (Dutch Education Support Program) dari Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Citra merupakan suatu kemiripan, atau imitasi dari suatu objek atau benda. Citra memiliki beberapa karakteristik yang mengandung suatu infomasi. Citra yang bagus dapat

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN UMUM

BAB V PEMBAHASAN UMUM BAB V PEMBAHASAN UMUM Penelitian ini pada prinsipnya bertujuan untuk menghasilkan sebuah metode dan algoritma yang dapat digunakan untuk menentukan posisi tiga dimensi dari obyek pertanian, yaitu jeruk

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1 Projection Mapping Pada Bidang Non Planar Sebagai Media Proyeksi Dengan Model Dimensi Tiga Dari Perangkat Kinect Dengan Metode Iterative Closest Point Farandi

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Evaluasi Pada penelitian ini, algoritma untuk identifikasi sidik jari tersusun dari 3 tahapan proses yakni tahap preprocessing fingerprint image, minutiae extraction, dan

Lebih terperinci

Modul ke: APLIKASI KOMPUTER. Pengoperasian Dasar Windows. Fakultas FASILKOM. Ramayanti, S.Kom, MT. Program Studi Teknik Informatika

Modul ke: APLIKASI KOMPUTER. Pengoperasian Dasar Windows. Fakultas FASILKOM. Ramayanti, S.Kom, MT. Program Studi Teknik Informatika Modul ke: 3 Desi Fakultas FASILKOM APLIKASI KOMPUTER Pengoperasian Dasar Windows Ramayanti, S.Kom, MT Program Studi Teknik Informatika Pendahuluan Windows Sistem Operasi Basis GUI (Graphical User Interface)

Lebih terperinci

PENGIDENTIFIKASIAN CACAT KELURUSAN SISI DAN KESIKUAN PADA UBIN KERAMIK MENGGUNAKAN TEKNIK MORFOLOGI. Kurniawan Teknik Informartika

PENGIDENTIFIKASIAN CACAT KELURUSAN SISI DAN KESIKUAN PADA UBIN KERAMIK MENGGUNAKAN TEKNIK MORFOLOGI. Kurniawan Teknik Informartika PENGIDENTIFIKASIAN CACAT KELURUSAN SISI DAN KESIKUAN PADA UBIN KERAMIK MENGGUNAKAN TEKNIK MORFOLOGI Kurniawan 50408503 Teknik Informartika Latar Belakang Permasalahan Kebutuhan perusahaan industri manufaktur

Lebih terperinci

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK

APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK Oleh : Sarkawi Jaya Harahap 3511 1000 04 Dosen Pembimbing : Hepi Hapsari Handayani, S.T, Ms.C Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Prinsip Kerja Sistem Prinsip kerja sistem yaitu dengan melakukan pengambilan data berupa foto fisik dari permukaan buah manggis kemudian melakukan sampling data

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Pada Bab IV ini menjelaskan tentang spesifikasi sistem, rancang bangun keseluruhan sistem, prosedur pengoperasian sistem, implementasi dari sistem dan evaluasi hasil pengujian

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Pustaka

BAB II Tinjauan Pustaka BAB II Tinjauan Pustaka Pada bab ini dibahas mengenai konsep-konsep yang mendasari ekstraksi unsur jalan pada citra inderaja. Uraian mengenai konsep tersebut dimulai dari ekstraksi jalan, deteksi tepi,

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. pengenalan dan penentuan kondisi akuarium ikan hias air laut :

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. pengenalan dan penentuan kondisi akuarium ikan hias air laut : 94 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Sistem Berikut adalah spesifikasi sistem yang digunakan dalam melakukan proses pengenalan dan penentuan kondisi akuarium ikan hias air laut : 4.1.1 Spesifikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pengenalan wajah adalah aplikasi dari pengolahan citra yang dapat mengidentifikasi seseorang melalui citra digital atau frame video. Sistem pengenalan wajah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan melalui blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Suara Burung Burung Kacer Burung Kenari Pengambil an

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,

Lebih terperinci

3 BAB III METODE PENELITIAN

3 BAB III METODE PENELITIAN 20 3 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode penelitian Penenelitian ini merupakan penelitian eksperimen, dengan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : 1. Pengumpulan data Tahapan ini merupakan langkah

Lebih terperinci

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Driver 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat menjalankan driver ini adalah: Prosesor Pentium

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran yang diperoleh dari sekolah adalah pengenalan dan pemahaman akan

1 BAB I PENDAHULUAN. Pengajaran yang diperoleh dari sekolah adalah pengenalan dan pemahaman akan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak lahir, balita masih belum mengenal apapun yang dilihatnya. Dalam pertumbuhannya, balita mulai dapat mengenali sesuatu. Proses pengenalan pada balita dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR...

BAB II KAJIAN LITERATUR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii SURAT PERNYATAAN KARYA ASLI TUGAS AKHIR... iv HALAMAN PERSEMBAHAN... v KATA PENGANTAR... vi ABSTRAK...

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA BAB 4 HASIL DAN ANALISA 4. Analisa Hasil Pengukuran Profil Permukaan Penelitian dilakukan terhadap (sepuluh) sampel uji berdiameter mm, panjang mm dan daerah yang dibubut sepanjang 5 mm. Parameter pemesinan

Lebih terperinci

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA 57 BAB 4 PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian dan analisa pada Bab 4 ini pada intinya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan suatu sistem dengan metode yang sudah ditentukan. Masing masing metode mempunyai

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada saat ini pengamatan atau pemantauan suatu kondisi tempat ataupun ruangan melalui video sudah banyak diterapkan. Pengembangan dari sistem pengamatan berbasis video

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari- hari seringkali ditemukan uang palsu pada berbagai transaksi ekonomi. Tingginya tingkat uang kertas palsu yang beredar di kalangan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi salah satu hal yang sangat penting. Dengan begitu banyaknya kasus-kasus

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi salah satu hal yang sangat penting. Dengan begitu banyaknya kasus-kasus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Melihat perkembangan yang terjadi di masyarakat, keamanan sekarang telah menjadi salah satu hal yang sangat penting. Dengan begitu banyaknya kasus-kasus seperti

Lebih terperinci

Rancang Bangun Sistem Pengukuran Posisi Target dengan Kamera Stereo untuk Pengarah Senjata Otomatis

Rancang Bangun Sistem Pengukuran Posisi Target dengan Kamera Stereo untuk Pengarah Senjata Otomatis A216 Rancang Bangun Sistem Pengukuran Posisi Target dengan Kamera Stereo untuk Pengarah Senjata Otomatis Anas Maulidi Utama, Djoko Purwanto, dan Ronny Mardiyanto Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. 4.1 Analisa teknik pengolahan citra

BAB IV ANALISA. 4.1 Analisa teknik pengolahan citra BAB IV ANALISA 4.1 Analisa teknik pengolahan citra Pada proses pengolahan citra ada beberapa teknik lain yang digunakan selain teknik restorasi citra blur untuk memperjelas citra blur, seperti proses grayscale

Lebih terperinci

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET PRAKTIK MEDIA DIGITAL

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA LAB SHEET PRAKTIK MEDIA DIGITAL No. LST/EKA/PTI 236/11 Revisi: 01 April 2011 Hal 1 dari 5 A. Kompetensi Setelah mengikuti mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan memiliki kemampuan merekam audio, mengedit dan mengolah file audio untuk

Lebih terperinci

BAB I: PENDAHULUAN. lingkup dari Tugas Akhir ini, serta diakhiri dengan sistematika penulisan laporan.

BAB I: PENDAHULUAN. lingkup dari Tugas Akhir ini, serta diakhiri dengan sistematika penulisan laporan. BAB I: PENDAHULUAN Bab I ini berisikan penjelasan mengenai latar belakang, permasalahan, tujuan, dan ruang lingkup dari Tugas Akhir ini, serta diakhiri dengan sistematika penulisan laporan. 1.1 LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Majunya teknologi informasi merupakan suatu perkembangan yang memberikan akses terhadap perubahan kehidupan masyarakat. Dunia informasi menjadi salah satu wilayah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN

BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN BAB IV ANALISA DAN PERANCANGAN 4.1 Analisa Analisa merupakan tahapan yang sangat penting dalam melakukan penelitian. Tahap analisa yaitu proses pembahasan persoalan atau permasalahan yang dilakukan sebelum

Lebih terperinci

ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL

ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL ANALISA PERBANDINGAN METODE VEKTOR MEDIAN FILTERING DAN ADAPTIVE MEDIAN FILTER UNTUK PERBAIKAN CITRA DIGITAL Nur hajizah (13111171) Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika STMIK Budidarma Medan Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deteksi pandangan pada ruang nyata merupakan proses untuk mengestimasi koordinat 3D (x, y, z) titik pandang terhadap objek yang dilihat dalam satuan fisik. Ketika suatu

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN II.1 Analisis Sistem Algoritma canny adalah salah satu operator yang digunakan untuk deteksi tepi pada citra, Operator ini mirip seperti operator sobel. Aloritma canny

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli Penelitian ini

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli Penelitian ini 23 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juli 2012. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Mekanik dan Laboratorium

Lebih terperinci