IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Lingkungan Mengetahui kondisi lingkungan tempat percobaan sangat penting diketahui karena diharapkan faktor-faktor luar yang berpengaruh terhadap percobaan dapat diketahui. Percobaan dilakukan di lahan terbuka yang memungkinkan terkena sinar matahari secara langsung. Kolam pengamatan tampak pada Gambar 6 yang berjumlah 12 buah dengan perlakuan perlakuan kolam tertutup plastik bening dengan ketinggian air 15 cm (.1 dan.2), kolam tertutup plastik bening dengan ketinggian air cm (.1 dan.2), kolam tertutup plastik biru dengan ketinggian 15 cm (.1 dan.2), kolam tertutup plastik biru dengan ketinggian air cm (.1 dan.2), dan kolam tanpa penutup sebagai kontrol dengan ketinggian air 15 cm (.1 dan.2) dan dan ketinggian air cm (.1 dan.2) (Lampiran 1). Gambar 6. Kondisi lingkungan tempat percobaan Air yang digunakan sebagai air uji selama percobaan adalah air hujan yang ditampung dalam kolam tanah. Pengamatan percobaan dilakukan satu hari setelah dilakukan pengisian air ke kolam, hal ini bertujuan agar suhu air dalam kondisi stabil saat dilakukan pengukuran. Beberapa parameter lingkungan yang mempengaruhi suhu air dalam kolam antara lain suhu lingkungan, kelembaban, kecepatan angin, dan intensitas cahaya. Pada Gambar 7, 8, 9, dan 1 tampak beberapa sampel data suhu lingkungan selama pengamatan, pengamatan, sampel pengamatan telah meliputi beberapa hari cerah dan hujan. Pada grafik pengamatan rata-rata suhu lingkungan berada pada suhu maksimum antara pk. 12. dan 14.. Pada Gambar 8 menyatakan grafik intensitas cahaya juga mengalami maksimum intensitas cahaya pada pk Berbeda dengan kelembaban lingkungan (Gambar 9) karena kelembaban lingkungan berbanding terbalik dengan suhu lingkungan maka pada pk memiliki nilai kelembaban paling rendah. Pada grafik intensitas cahaya (Gambar 7) merupakan hasil rata-rata dari pengukuran intensitas cahaya diatas kolam karena beberapa kolam ada yang telah menerima cahaya terlebih dahulu seperti kolam.1 dan.1 karena sinar matahari terbit tidak terhalang, berbeda dengan kolam lainnya yang terhalang oleh bangunan rumah dan pepohonan. Selain itu kolam yang tertutup plastik yang terletak disebelah barat (.2,.2,.2, dan.2) memiliki intensitas cahaya yang berbeda diatasnya dengan kolam yang tertutup plastik yang terletak disebelah timur (.2, (.2,.2,.2, dan.2). 13

2 4 Suhu Lingkungan ( o C) 1-Jun-11 2-Jun-11 8-Jun-11 9-Jun Jun Jun-11 7: 1: 13: 16: 19: 22: 1: 4: -Jul-11 Gambar 7. Grafik suhu lingkungan hasil pengamatan Intensitas Cahaya (lux) Jun Jun Jun Jun Jun-11 -Jun-11 7: 1: 13: 16: 19: 22: 1: 4: -Jul-11 Gambar 8. Grafik intensitas cahaya hasil pengamatan Kelembaban (%) Jun-11 2-Jun-11 8-Jun-11 9-Jun Jun-11 -Jun-11 -Jul-11 Gambar 9. Grafik kelembaban lingkungan hasil pengamatan 14

3 3 Kecepatan Angin (m/s) juni 2 2 juni juni 9 juni 1 11 juni.5 juni juli Gambar 1. Grafik kecepatan angin hasil pengamatan Kecepatan angin rata-rata yang bertiup sepanjang hari dilokasi penelitian tampak pada Tabel 2 dengan kecepatan tertinggi sebesar 2. km/jam. Ini berarti bahwa kecepatan angin yang bertiup dilokasi penelitian selama percobaan berlangsung dapat digolongkan sebagai angin yang bertiup dengan kecepatan rendah (Lakitan 1994). Tabel 2. Kelembaban nisbi dan kecepatan angin rata-rata harian yang terjadi selama penelitian. Juni Juli Tanggal Kelembaban Udara (%) Kecepatan Angin (km/jam) Tanggal Kelembaban Udara (%) Kecepatan Angin (km/jam) Sumber : Stasiun Klimatologi BMG Cikarawang Bogor (211) 4.2 Pengaruh Pemberian Plastik Terhadap Suhu Air Dalam Kolam Selain kondisi lingkungan, bahan plastik penutup pada kolam juga mempengaruhi penerimaan penyinaran matahari masuk kedalam kolam. Pada Gambar 11 ditunjukkan sampel suhu kolam pada tanggal 8, 9, dan 11 Juni 211 cuaca cerah, terlihat bahwa pemberian plastik (A dan B) membuat suhu air kolam menjadi lebih tinggi dari pada kolam kontrol (C) pada saat malam hari. Hal ini disebabkan karena pada saat malam hari penguapan diluar lebih tinggi/lebih cepat dimana proporsi panas terasa (sensible heat) yang menyebabkan kenaikan suhu udara menjadi berkurang. Sedangkan kolam didalam plastik pada saat malam hari kondisinya relatif lebih stabil sehingga cenderung lebih hangat karena pelepasan panas tidak begitu besar. 15

4 Ketinggian air 15 cm Ketinggian air cm Suhu air ( o C) Juni Suhu air ( o C) Waktu (jam) 8-Jun Jun Jun Suhu air ( o C) Jun Suhu air ( o C) Keterangan : : Kolam berpenutup plastik bening dengan ketinggian air 15 cm : Kolam berpenutup plastik biru dengan ketinggian air 15 cm : Kolam tanpa penutup dengan ketinggian air 15 cm : Kolam berpenutup plastik bening dengan ketinggian air cm : Kolam berpenutup plastik biru dengan ketinggian air cm : Kolam tanpa penutup plastik dengan ketinggian air cm Jun Gambar 11. Grafik perubahan suhu air kolam Pada Gambar 11 disajikan grafik suhu air kolam, grafik dengan ketinggian 15 cm tersebut menunjukkan puncak suhu air berada pada pk 13. dan pk Kolam memiliki suhu maksimum lebih tinggi yaitu 36 o C, dibandingkan kolam dengan nilai.75 o C dan.87 o C. 16

5 Data dilampirkan pada Lampiran 2. Begitupula grafik dengan ketinggian air cm menunjukkan data lebih tinggi dari pada dan. Menurut Zhu (1998) plastik berbahan polyethylene adalah bahan yang baik untuk digunakan pada kolam greehhouse daripada kaca. Polyethylene memiliki sifat fisik yang fleksibel dan ringan sehingga sering digunakan pada rumah tanaman. Akan tetapi memiliki kelemahan umur pakai yang singkat. Beberapa sampel hasil pengukuran intensitas cahaya diluar kolam, dibawah plastik bening, dan dibawah plastik biru disajikan pada Tabel 3. Pada Tabel 3 terlihat bahwa intensitas cahaya lebih banyak diteruskan oleh plastik bening dari pada plastik biru, sehingga suhu air kolam dibawah plastik bening lebih tinggi dari pada plastik biru. Tampak bahwa intensitas cahaya yang ditransmisikan pada plastik bening rata-rata adalah 72.59% dari pada plastik biru dengan rata-rata sebesar 52.4%. Tabel 3. Daya tembus intensitas cahaya pada plastik bening dan biru. Intensitas cahaya (lux) Intensitas cahaya yang No ditransmisikan (%) Lingkungan Dibawah Dibawah Dibawah Dibawah luar plastik bening plastik biru plastik bening plastik biru Rata-rata Dari grafik Gambar 11, bila dikaitkan dengan suhu air yang dibutuhkan ikan antara - o C (Susanti 29), maka teknik penutupan kolam dengan plastik hanya dapat mengatasi penurunan suhu pada malam hari. Sedangkan pada siang hari karena intensitas penyinaran matahari yang tinggi dan energi panas yang terperangkap didalamnya membuat suhu air menjadi sangat tinggi. Akan tetapi, pada Gambar 11 tampak bahwa kenaikan dan penurunan suhu pada kolam lebih cepat terjadi daripada kolam dan kolam. Sehingga dapat dikatakan kolam dengan penutup plastik dapat membuat kecepatan kenaikan dan penurunan suhu air relatif lebih lambat. Hal ini sangat dibutuhkan bagi ikan karena tingkat kematian ikan juga dapat disebabkan stres akibat kenaikan suhu secara mendadak. Pada grafik Gambar 12 disajikan hasil pengamatan dengan teknik yang sama. Akan tetapi, kolam dengan penutup plastik dibuka mulai pk ternyata kolam A tetap menghasilkan suhu yang lebih tinggi dari kolam kontrol (C), dan kolam B relatif hampir sama dengan kolam kontrol. Padahal seharusnya dengan penyinaran sinar matahari yang sama menghasilkan suhu yang sama antara kolam A, B, dan C. Hal ini dapat disebabkan karena lokasi kolam A yang terletak diutara, lebih cepat menerima pancaran sinar matahari daripada kolam lainnya karena tidak terhalang oleh apapun, berbeda dengan kolam B dan kolam C yang terhalang oleh bangunan saat matahari terbit dari timur. Data lengkap disajikan pada Lampiran 3. 17

6 4 22-Juli 4 22-Juli Juli 4 23-Juli Juli 4 24-Juli Keterangan : : Kolam berpenutup plastik bening dengan ketinggian air 15 cm : Kolam berpenutup plastik biru dengan ketinggian air 15 cm : Kolam tanpa penutup dengan ketinggian air 15 cm : Kolam berpenutup plastik bening dengan ketinggian air cm : Kolam berpenutup plastik biru dengan ketinggian air cm : Kolam tanpa penutup plastik dengan ketinggian air cm Gambar 12. Grafik perbandingan suhu dengan teknik pembukaan plastik siang hari Pada tanggal Juli 211 dilakukan pengamatan dengan menambahkan aerator pada setiap kolam dan menukarkan perlakuan kolam terbuka pada kolam A dan kolam tertutup plastik bening pada kolam C (Gambar 13), hasil pengamatan disajikan pada Tabel 4. Aerator yang digunakan bermerek RS- dengan voltase 22V 5Hz, power 5W, dan output udara keluar dari batu aerasi 1.5 liter/menit. Terlihat bahwa suhu kolam memiliki suhu maksimum lebih rendah dari pada kolam dan. Sedangkan kolam memiliki suhu maksimum hampir sama dengan kolam 18

7 dan hal, ini dikarenakan posisi kolam A yang memungkinkan untuk menerima sinar matahari lebih dahulu daripada kolam lainnya saat pagi hari membuat suhu yang seharusnya lebih rendah dari yang lain menjadi relatif hampir sama. Pada Tabel 5 disajikan kandungan oksigen terlarut pada setiap kolam. Kandungan oksigen terlarut selayaknya tidak kurang dari 4 ppm (Brett 1979 diacu dalam Simanjuntak 29) karena dapat mengakibatkan berhentinya proses pencernaan pakan, stress, dan pertumbuhan menurun. Beberapa sampel yang diambil pada Tabel 5 menunjukkan kondisi konsentrasi oksigen terlarut relatif baik bagi pertumbuhan ikan. Tabel 4. Data hasil pengamatan suhu maksimum dan minimum kolam dengan aerator Juli Waktu Keterangan : : Kolam berpenutup plastik bening dengan ketinggian air 15 cm : Kolam berpenutup plastik biru dengan ketinggian air 15 cm : Kolam tanpa penutup dengan ketinggian air 15 cm : Kolam berpenutup plastik bening dengan ketinggian air cm : Kolam berpenutup plastik biru dengan ketinggian air cm : Kolam tanpa penutup plastik dengan ketinggian air cm Gambar 13. Grafik perbandingan suhu dengan menggunakan aerator 19

8 Tabel 5. Dissolve oxygen (DO) hasil pengamatan No Oksigen Terlarut (DO) Data suhu yang diperoleh sejauh ini masih belum memenuhi syarat kolam bagi ikan menurut Susanti (21) yaitu o C- o C. Akan tetapi dari hasil pengamatan di lapangan di kolam yang berlokasi di daerah Sawah Baru, Darmaga rata-rata suhu air pada saat siang hari dengan ketinggian air 4 cm dengan kondisi cerah berkisar antara o C- o C. Dengan suhu seperti yang diperoleh di kolam petani masih memungkinkan ikan untuk dapat hidup didalamnya, selain itu ikan memiliki sifat poikilotermis sehingga fluktuasi suhunya akan mengikuti perubahan suhu medianya. 4.3 Pendugaan Suhu Air Kolam Dengan Artificial neural network Pemrograman simulasi dengan Artificial neural network menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic. Program pendugaan dengan model Artificial neural network menggunakan algoritma backpropagation. Bagan proses program tampak pada Gambar 14. Data masukan yang digunakan berjumlah enam buah yaitu waktu (pukul), suhu udara luar ( o C), RH (%), kecepatan angin (m/s), intensitas cahaya (lux), dan suhu air pada saat t (pukul). Layar tersembunyi yang digunakan berjumlah 1 lapis berupa 12 neuron. Output yang diharapkan adalah suhu air pada saat t+1. Data-data hasil pengukuran disusun sehingga dapat diolah menggunakan program artificial neural network. Pembuatan model pengembangan pendugaan suhu air kolam berjumlah 6 buah ANN, yang pertama adalah ANN dengan ketinggian air kolam 15 cm tertutup plastik bening, kedua adalah ANN dengan ketinggian air kolam cm tertutup plastik bening, ketiga adalah ANN dengan ketinggian air 15 cm tertutup plastik biru, keempat adalah ANN dengan ketinggian air cm tertutup plastik biru, kelima adalah ANN dengan ketinggian air 15 cm tanpa penutup, dan keenam adalah ANN dengan ketinggian air cm tanpa penutup. Training ANN dengan data hasil pengamatan Data pembobot (weight) Validasi ANN dengan data baru Data pendugaan suhu air kolam pembenihan hasil training ANN Data suhu air kolam hasil validasi ANN Gambar 14. Bagan proses program 2

9 4.4 Training ANN Data-data yang digunakan dalam simulasi ANN untuk menduga suhu air kolam adalah hasil pengukuran selama percobaan. Pengambilan data training dilakukan selama 188 jam meliputi hari hujan dan hari cerah. Data training dapat dilihat pada Lampiran 4, 5, 6, 7, 8, dan 9. Terdapat 6 buah data training ANN yaitu training untuk,,,,, dan. Proses training ANN dilakukan dengan memberikan masukan data (input) nn.txt. File ini berisi data jumlah data jumlah input layer (x i ), hidden layer (z i ), output layer (y), dan seluruh data pengukuran yang ditulis sedemikian rupa agar dapat dibaca sebagai input dalam program Backpropagatiion Neural network. Data-data hasil training disimpan dalam menu file berekstensi txt (*.txt). Grafik perbandingan error hasil training dengan beberapa iterasi dapat dilihat pada Gambar 15. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa nilai error semakin kecil pada iterasi ke 2. Sehingga untuk perhitungan selanjutnya akan dipakai hasil bobot dari iterasi sebanyak 2. Error(%) Error(%) Jumlah iterasi Jumlah iterasi Error(%) Error(%) Jumlah iterasi Jumlah iterasi 16 2 Error(%) Error (%) Jumlah iterasi Jumlah iterasi Gambar 15. Grafik perubahan error hasil training ANN dengan beberapa iterasi

10 Dari hasil training, diperoleh beberapa kemungkinan nilai bias input, bobot input, bias output, dan bobot output. Data pembobot disimpan dalam file weight.txt. Salah satu contoh data pembobot ANN terlihat pada Lampiran 1. Nilai error data training sampai 2 iterasi untuk sebesar 5.678%, sebesar 1.987%, sebesar 4.146%, sebesar 3.596%, sebesar 2.496%, dan sebesar 2.988%. 4.5 Validasi Pendugaan Terkoreksi Tiap Jam Validasi merupakan pengujian kinerja ANN terhadap contoh data yang belum pernah diberikan pada saat training. Setelah proses training selesai dilakukan, selanjutnya dilakukan proses validasi dengan memasukkan data-data waktu, suhu lingkungan, kelembaban, kecepatan angin, intensitas cahaya, suhu air saat t, untuk menduga suhu air saat t+1 berdasarkan data-data bobot yang dihasilkan selama proses training. Contoh data yang digunakan pada saat validasi adalah data-data yang tidak termasuk set data pada proses training. Set data tersebut disusun sedemikian rupa agar program Backpropagation Neural network dapat mengenali set data validasi ANN tersebut dengan benar. Set data validasi ANN disimpan dengan nama.txt,.txt,.txt,.txt,.txt, dan.txt. Pendugaan terkoreksi tiap jam yaitu tahap validasi dimana data input yang dilakukan pada proses validasi adalah data real yang diambil dilapangan. Set data dan hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 11,12,13,14, 15, dan 16. Hubungan antara hasil pengamatan dan pendugaan ANN terhadap output suhu air dengan menggunakan data validasi tertera pada Gambar 16. Jika dilihat antara hasil pengamatan dan pendugaan ANN terhadap suhu air menghasilkan nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 79.4%, R 2 sebesar 92.79%, R 2 sebesar 91.%, R 2 sebesar 9.71%, R 2 sebesar 86.5%, dan R 2 sebesar 84.16%. Dari nilai R 2 yang diperoleh maka sistem ANN untuk semua data telah dilatih dengan baik karena kemampuan variable bebas (x) dalam menjelaskan varians dari variable terikatnya (y) lebih dari 5%. Kurva perbandingan antara hasil validasi dan pengamatan dapat dilihat pada Gambar 17. Dari grafik hubungan antara hasil pengamatan dan pendugaan ANN pada kolam,,,, dan hasil duga ANN dapat dikatakan cukup baik, akan tetapi perlu diperhatikan seberapa besar perbedaan suhu yang ditunjukkan. Hal ini sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup ikan jika perbedaan data yang diperoleh lebih dari 2 o C. Seperti yang ditampilkan pada Tabel 6 meskipun persentase error tidak lebih dari 1%, namun maksimum error pendugaan antara data pengamatan dan data pendugaan untuk kolam,,, dan bernilai lebih dari 2 o C sehingga dapat dikatakan proses training kurang akurat. Tabel 6. Nilai error rata-rata dan error maksimum hasil perhitungan data terkoreksi Kolam Rata-rata ( o C) Maksimum ( o C) (Tpengamatan- (Tpengamatan- Tduga) Tduga) Error (%)

11 Keterangan : : Kolam berpenutup plastik bening dengan ketinggian air 15 cm : Kolam berpenutup plastik biru dengan ketinggian air 15 cm : Kolam tanpa penutup dengan ketinggian air 15 cm : Kolam berpenutup plastik bening dengan ketinggian air cm : Kolam berpenutup plastik biru dengan ketinggian air cm : Kolam tanpa penutup plastik dengan ketinggian air cm Gambar 16. Grafik perbandingan suhu duga dan suhu pengamatan terkoreksi 23

12 ( o C) R 2 =.794 ( o C) ( o C) R 2 =.99 ( o C) ( o C) R 2 =.91 ( o C) R 2 =.971 ( o C) ( o C) ( o C) R 2 =.865 R 2 =.8416 ( o C) ( o C) ( o C) Gambar 17. Kurva nilai koefisien determinasi hasil validasi terkoreksi terhadap suhu pengamatan 24

13 4.5.2 Pendugaan Tanpa Koreksi Pendugaan tanpa koreksi adalah tahap validasi yang dilakukan dengan menggunakan input dari hasil validasi data sebelumnya. Set data dan hasil validasi dapat dilihat pada Lampiran 17, 18, 19, 2, 21, dan 22. Hubungan antara hasil pengamatan dan pendugaan ANN terhadap output suhu air dengan menggunakan data validasi tertera pada Gambar 18. Jika dilihat antara hasil pengamatan dan pendugaan ANN terhadap suhu air menghasilkan nilai koefisien determinasi (R 2 ) sebesar 6.8%, R 2 sebesar 42.3%, R 2 sebesar 79.2%, R 2 sebesar 48.1%, R 2 sebesar 76.9%, dan R 2 sebesar 21%. Dari nilai R 2 yang diperoleh maka sistem ANN untuk,,, dan telah dilatih dengan baik karena kemampuan variable bebas (x) dalam menjelaskan varians dari variable terikatnya (y) lebih dari 5%. Berbeda dengan,, dan yang bernilai kurang dari 5% yang berarti kontribusi x terhadap keragaman y hanya sebesar 42,3%, 48.1%, dan 21% dimana masih terdapat varians variable lain yang dijelaskan faktor lain. Kurva perbandingan antara hasil validasi dan hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 19. Dari grafik hubungan antara hasil pengamatan dan pendugaan ANN pada kolam,,,, dan hasil duga ANN dapat dikatakan cukup baik, akan tetapi perlu diperhatikan seberapa besar perbedaan suhu yang ditunjukkan. Seperti yang ditampilkan pada Tabel 7 meskipun persentase error tidak lebih dari 1%, namun maksimum error pendugaan antara data pengamatan dan data pendugaan bernilai lebih dari 2 o C. Hasil eror ditampilkan dalam Lampiran 17, 18, 19, 2, 21, dan 22. Tabel 7. Nilai error rata-rata dan error maksimum hasil perhitungan data tanpa koreksi Kolam Rata-rata ( o C) (Tpengamatan-Tduga) Maksimum ( o C) (Tpengamatan-Tduga) Error (%)

14 Suhu (oc) Suhu (oc) Suhu (oc) Keterangan : : Kolam berpenutupup plastik bening dengan ketinggian air 15 cm : Kolam berpenutupp plastik biru dengan ketinggian air 15 cm : Kolam tanpa penutup dengan ketinggian air 15 cm : Kolam berpenutupup plastik bening dengan ketinggian air cm : Kolam berpenutupp plastik biru dengan ketinggian air cm : Kolam tanpa penu utup plastik dengan ketinggian air cm Gambar 18. Grafik perbandingan suhu duga dan suhu pengamatan tanpa koreksi

15 ( o C) ( o C) ( o C) T pengamatan( o C) R 2 = T pengamatan( o C) R 2 =.769 R 2 = T pengamatan( o C) ( o C) ( o C) ( o C) R T pengamatan( o C) R 2 = T pengamatan( o C) R 2 =.21 2 = T pengamatan ( o C) Gambar 19. Kurva nilai koefisien determinasi hasil validasi tanpa koreksi terhadap suhu pengamatan

16 4.6 Simulasi Penurunan Suhu Air yang Terlalu Tinggi Untuk mengatasi permasalahan suhu diluar batas suhu optimum akibat penggunaan plastik seperti pada Gambar 11, maka dilakukan beberapa simulasi dengan melakukan teknik pergantian air, membuka tutup plastik, dan penggunaan aerasi Pergantian air Data yang digunakan untuk simulasi penambahan air adalah data kolam. Pemilihan data ini didasarkan pada hasil validasi data dibandingkan dengan data pengamatan yang memiliki perbedaan tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan data yang lain. Simulasi penambahan air menggunakan beberapa asumsi sebagai berikut: a. Volume total air di dalam kolam 1 liter b. Pergantian air dilakukan selama 5 jam sebanyak 1 liter/jam c. Suhu air pengganti (air sumur) o C Menurut asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda kemudian disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran ini akan berhenti sampai terjadi keseimbangan termal (suhu kedua benda sama). Secara matematis dapat dirumuskan : = = Dimana : Q adalah kalor yang dibutuhkan (J) m adalah massa benda (kg) c adalah kalor jenis (J/kg o C) adalah suhu sebelum dilakukan pergantian air ( o C) adalah suhu air pengganti ( o C) T adalah suhu air setelah dilakukan pergantian air ( o C) Benda yang melepas kalor adalah benda yang suhunya tinggi dan yang menerima kalor adalah benda yang bersuhu rendah. Penambahan air dilakukan ketika suhu air lebih dari o C yaitu ketika pk. 1. sampai pk. 14. dan pk. 12. sampai pk penambahan air dilakukan terus secara bertahap sampai pada saat suhu air mencapai suhu maksimum. Pergantian air bertahap setiap jam adalah 1/5 dari 5% volume awal air yang diganti. Data lengkap disajikan pada Lampiran 23. Setelah dilakukan pergantian air, selanjutnya data diduga menggunakan ANN dengan menggunakan input yang sama. Perhitungan pergantian air dilampirkan pada Lampiran 24. Berikut ini ditampilkan grafik perbandingan suhu sebelum dan sesudah dilakukan pergantian air. Grafik pembanding diperoleh dari hasil validasi ANN tanpa koreksi dengan data masukan yang sama dengan hasil pengamatan di lapangan. Akan tetapi pergantian air ini mengakibatkan suhu pada saat malam hari menjadi semakin rendah.

17 T tanpa pergantian air T dengan pergantian air Gambar 2. Grafik suhu air sebelum dan sesudah pergantian air Buka tutup plastik kolam Teknik selanjutnya yang digunakan untuk mengatasi kenaikan suhu yang terlalu tinggi pada siang hari adalah dengan cara membuka plastik penutup pada saat pk. 7. sampai pk Harapannya suhu yang dihasilkan akan sama dengan suhu kolam yang terbuka. Data hasil pengamatan secara lengkap tampak pada Lampiran. Data suhu kolam pembanding dihasilkan dari proses validasi ANN berdasarkan kolam masing-masing. Berikut ini ditampilkan grafik perbandingan suhunya T terbuka T tertutup Gambar 21. Grafik perbandingan suhu kolam tertutup dan terbuka kolam

18 4 2 T terbuka 15 T tertutup Gambar 22. Grafik perbandingan suhu kolam tertutup dan terbuka kolam 4 2 T terbuka 15 T tertutup Gambar 23. Grafik perbandingan suhu kolam tertutup dan terbuka kolam T terbuka T tertutup Gambar 24. Grafik perbandingan suhu kolam tertutup dan terbuka kolam Dari grafik terlihat bahwa pada kolam mampu menurunkan suhu air pada saat dilakukan pembukaan plastik. Berbeda dengan kolam, dan kolam mengalami kenaikan suhu dibandingkan pada saat dilakukan penutupan plastik. Karena pendugaan dilakukan tanpa koreksi sehingga hal ini dapat disebabkan karena data training sebelumnya telah menunjukkan tingkat akurasi

19 yang rendah yang mengakibatkan data duga pada kolam menjadi lebih tinggi pada saat dilakukan pembukaan plastik Aerasi Dalam kondisi nyata dimana dalam pemeliharaan ikan dalam kolam meliputi beberapa hal seperti pergantian air, kepadatan populasi, dan pemakaian aerasi. Oleh karena itu dilakukan pengamatan dengan menggunakan aerasi untuk membuktikan apakah akan berpengaruh terhadap suhu air kolam. Aerator yang digunakan adalah RS- dengan voltase 22V 5Hz, power 5W, dan output udara keluar dari batu aerasi 1.5 liter/menit. Hasil pengamatannya tampak pada Lampiran,,, dan. Grafik pembanding diperoleh dari hasil validasi ANN tanpa koreksi dengan data masukan yang sama dengan hasil pengamatan di lapangan. Berikut ini ditujukkan gambar grafik perbandingan suhu dengan menggunakan aerasi dan tanpa aerasi aerator tanpa aerator Gambar. Grafik perbandingan suhu dengan aerator dan tanpa aerator kolam aerator tanpa aerator Gambar. Grafik perbandingan suhu dengan aerator dan tanpa aerator kolam

20 Suhu (oc) aerator tanpa aerator Gambar. Grafik perbandingan suhu dengan aerator dan tanpa aerator kolam aerator tanpa aerator Gambar. Grafik perbandingan suhu dengan aerator dan tanpa aerator kolam Dari hasil pengamatan dan hasil simulasi menggunakan ANN dapat dilihat bahwa terdapat sedikit pengaruh dari pemberian aerasi pada kolam. Pada kolam dengan ketinggian 15 cm dengan diberi aerasi memberikan pengaruh pada suhu maksimum yang menjadi lebih rendah daripada tanpa diberi aerasi. Sedangkan untuk kolam dengan ketinggian cm suhu maksimumnya menjadi lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanpa diberi aerasi. Hal ini dapat disebabkan pada kolam dengan ketinggian 15 cm sangat rentan terhadap perubahan suhu, sehingga dengan memberikan hembusan udara dari luar yang suhunya lebih rendah daripada suhu didalam memberikan pengaruh langsung terhadap suhu air didalamnya. Dari hasil simulasi yang diperoleh, tindakan yang mampu mengatasi kenaikan suhu yang tinggi pada kolam berpenutup plastik adalah dengan menambahkan air pada saat suhu mulai mengalami kenaikan. Dibandingkan dengan kolam yang dilakukan pembukaan penutup pada siang hari yang suhunya tetap dipengaruhi oleh suhu udara lingkungan saja belum mampu memberikan perubahan penurunan yang signifikan. Sedangkan dengan memberikan aerasi pada kolam juga hanya sedikit berpengaruh pada penurunan suhu air, karena beberapa faktor seperti ketinggian dan peletakan batu aerasi dapat menyebabkan penyebaran suhu di dalam kolam tidak merata. V. KESIMPULAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011 hingga Agustus 2011 yang berlokasi di kolam petani Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pembenihan Ikan. 2.2 Pengaruh Suhu Terhadap Ikan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pembenihan Ikan Pemeliharaan larva atau benih merupakan kegiatan yang paling menentukan keberhasilan suatu pembenihan ikan. Hal ini disebabkan sifat larva yang merupakan stadia

Lebih terperinci

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation

Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation 65 Perbaikan Metode Prakiraan Cuaca Bandara Abdulrahman Saleh dengan Algoritma Neural Network Backpropagation Risty Jayanti Yuniar, Didik Rahadi S. dan Onny Setyawati Abstrak - Kecepatan angin dan curah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. RADIASI MATAHARI DAN SH DARA DI DALAM RMAH TANAMAN Radiasi matahari mempunyai nilai fluktuatif setiap waktu, tetapi akan meningkat dan mencapai nilai maksimumnya pada siang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 39 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Desember tahun 2010 di rumah tanaman (greenhouse) Balai Penelitian Agroklimatologi dan Hidrologi (Balitklimat),

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Lingkungan Mikro Lokasi Penelitian Berdasarkan pengambilan data selama penelitian yang berlangsung mulai pukul 06.00 sampai pukul 16.00 WIB, data yang diperoleh menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hujan merupakan salah satu bentuk presipitasi uap air yang berasal dari awan yang terdapat diatmosfer, titik-titik air di udara atau awan yang sudah terlalu

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Parameter Gauss Untuk dapat melakukan pengolahan data menggunakan ANN, maka terlebih dahulu harus diketahui nilai set data input-output yang akan digunakan. Set data inputnya yaitu

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Estimasi Suhu Udara Bulanan Kota Pontianak Berdasarkan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Andi Ihwan 1), Yudha Arman 1) dan Iis Solehati 1) 1) Prodi Fisika FMIPA UNTAN Abstrak Fluktuasi suhu udara berdasarkan

Lebih terperinci

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)*

Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* Prediksi Curah Hujan Di Kota Pontianak Menggunakan Parameter Cuaca Sebagai Prediktor Pada Skala Bulanan, Dasarian Dan Harian Asri Rachmawati 1)* 1)Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak Badan Meteorologi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perubahan Rasio Hutan Sebelum membahas hasil simulasi model REMO, dilakukan analisis perubahan rasio hutan pada masing-masing simulasi yang dibuat. Dalam model

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Benih Ikan Lele Rata-rata tingkat kelangsungan hidup (SR) tertinggi dicapai oleh perlakuan naungan plastik transparan sebesar

Lebih terperinci

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN

SUHU UDARA DAN KEHIDUPAN BAB 3 14 Variasi Suhu Udara Harian Pemanasan Siang Hari Pemanasan permukaan bumi pada pagi hari secara konduksi juga memanaskan udara di atasnya. Semakin siang, terjadi perbedaan suhu yang besar antara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian Tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 14, terdiri dari tahap identifikasi masalah, pengumpulan dan praproses data, pemodelan

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi

Suhu Udara dan Kehidupan. Meteorologi Suhu Udara dan Kehidupan Meteorologi Suhu Udara dan Kehidupan Variasi Suhu Udara Harian Bagaimana Suhu Lingkungan Diatur? Data Suhu Udara Suhu Udara dan Rasa Nyaman Pengukuran Suhu Udara Variasi Suhu Udara

Lebih terperinci

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hardware Sistem Kendali Pada ISD Pada penelitian ini dibuat sistem pengendalian berbasis PC seperti skema yang terdapat pada Gambar 7 di atas. Pada sistem pengendalian ini

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMIJAHAN, PENETASAN TELUR DAN PERAWATAN LARVA Pemijahan merupakan proses perkawinan antara induk jantan dengan induk betina. Pembuahan ikan dilakukan di luar tubuh. Masing-masing

Lebih terperinci

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I.

Gambar 8. Profil suhu lingkungan, ruang pengering, dan outlet pada percobaan I. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Suhu Ruang Pengering dan Sebarannya A.1. Suhu Lingkungan, Suhu Ruang, dan Suhu Outlet Udara pengering berasal dari udara lingkungan yang dihisap oleh kipas pembuang, kemudian

Lebih terperinci

ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE

ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE ANALISIS SUDUT DATANG RADIASI MATAHARI PADA ATAP GELOMBANG DAN PENDUGAAN TEMPERATUR UDARA DALAM GREENHOUSE MENGGUNAKAN PRINSIP PINDAH PANAS DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh : MURNIWATY F 14103131

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam perkembangan teknologi yang semakin pesat ini banyak sekali perubahan perkembangan yang telah terjadi untuk membantu kehidupan masyarakat. Dalam perkembangan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN :

PRISMA FISIKA, Vol. I, No. 1 (2013), Hal ISSN : Prediksi Tinggi Signifikan Gelombang Laut Di Sebagian Wilayah Perairan Indonesia Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Metode Propagasi Balik Abraham Isahk Bekalani, Yudha Arman, Muhammad Ishak Jumarang Program

Lebih terperinci

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu

Grafik tegangan (chanel 1) terhadap suhu IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONVERSI RANGKAIAN PENGUKUR SUHU Rangkaian pengukur suhu ini keluarannya adalah tegangan sehingga dibutuhkan pengambilan data konversi untuk mengetahui bentuk persamaan yang

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSI ALAT Perhitungan benih ikan dengan image processing didasarkan pada luas citra benih ikan. Pengambilan citra menggunakan sebuah alat berupa wadah yang terdapat kamera

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Suhu Udara Hasil pengukuran suhu udara di dalam rumah tanaman pada beberapa titik dapat dilihat pada Gambar 6. Grafik suhu udara di dalam rumah tanaman menyerupai bentuk parabola

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data

MATERI DAN METODE. Cara Pengambilan Data MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Bagian Ilmu Produksi Ternak Perah, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan selama dua

Lebih terperinci

Gambar 17. Tampilan Web Field Server

Gambar 17. Tampilan Web Field Server IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KALIBRASI SENSOR Dengan mengakses Field server (FS) menggunakan internet explorer dari komputer, maka nilai-nilai dari parameter lingkungan mikro yang diukur dapat terlihat.

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 49 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Iklim Mikro di Dalam Rumah Tanaman Kondisi suhu udara di dalam rumah tanaman selama penelitian berlangsung disajikan pada Gambar 12. 40 36 Suhu ( o C) 32 28 24 20

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN tersembunyi berkisar dari sampai dengan 4 neuron. 5. Pemilihan laju pembelajaran dan momentum Pemilihan laju pembelajaran dan momentum mempunyai peranan yang penting untuk struktur jaringan yang akan dibangun.

Lebih terperinci

STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION STUDI ESTIMASI CURAH HUJAN, SUHU DAN KELEMBABAN UDARA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Muh. Ishak Jumarang 1), Lyra Andromeda 2) dan Bintoro Siswo Nugroho 3) 1,3) Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay

SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay SOAL FISIKA UNTUK TINGKAT PROVINSI Waktu: 180 menit Soal terdiri dari 30 nomor pilihan ganda, 10 nomor isian dan 2 soal essay A. PILIHAN GANDA Petunjuk: Pilih satu jawaban yang paling benar. 1. Grafik

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini diuraikan mengenai analisis dan interpretasi hasil perhitungan dan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV. Analisis dan interpretasi hasil akan

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada musim kemarau yaitu bulan Mei sampai Juli 2007 berlokasi di Laboratorium Lapangan Bagian Ternak Perah, Departemen Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 68 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang program yang telah dianalisis dan dirancang atau realisasi program yang telah dibuat. Pada bab ini juga akan dilakukan pengujian program. 4.1

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 25 HASIL DAN PEMBAHASAN Profil Iklim Mikro Rumah Tanaman Tipe Standard Peak Selama 24 jam Struktur rumah tanaman berinteraksi dengan parameter lingkungan di sekitarnya menghasilkan iklim mikro yang khas.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan Terhadap Sifat Fisik Buah Pala Di Indonesia buah pala pada umumnya diolah menjadi manisan dan minyak pala. Dalam perkembangannya, penanganan pascapanen diarahkan

Lebih terperinci

Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat

Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013 Metode Jaringan Saraf Tiruan Propagasi Balik Untuk Estimasi Curah Hujan Bulanan di Ketapang Kalimantan Barat Andi Ihwan Prodi Fisika FMIPA Untan, Pontianak

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Simulasi Distribusi Suhu Kolektor Surya 1. Domain 3 Dimensi Kolektor Surya Bentuk geometri 3 dimensi kolektor surya diperoleh dari proses pembentukan ruang kolektor menggunakan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada Bulan April 2013 hingga Mei 2013 bertempat di laboratorium budidaya perikanan Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD.

Lebih terperinci

V. HASIL UJI UNJUK KERJA

V. HASIL UJI UNJUK KERJA V. HASIL UJI UNJUK KERJA A. KAPASITAS ALAT PEMBAKAR SAMPAH (INCINERATOR) Pada uji unjuk kerja dilakukan 4 percobaan untuk melihat kinerja dari alat pembakar sampah yang telah didesain. Dalam percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kalimantan Selatan sebagai salah satu wilayah Indonesia yang memiliki letak geografis di daerah ekuator memiliki pola cuaca yang sangat dipengaruhi oleh aktifitas monsoon,

Lebih terperinci

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial

1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Unsur-unsur Iklim 1. Tekanan Udara 2. Radiasi Surya 3. Lama Penyinaran - 4. Suhu Udara 5. Kelembaban Udara 6. Curah Hujan 7. Angin 8. Evapotranspirasi Potensial Puncak Atmosfer ( 100 km ) Tekanan Udara

Lebih terperinci

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3130

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3130 ISSN : 355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4,.3 Desember 07 Page 330 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENCAHAYAAN RUANGAN BERBASIS JARINGAN SYARAF TIRUAN DESIGN AND IMPLEMENTATION OF INDOOR LIGHTING

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN UMUM

BAB V KESIMPULAN UMUM 177 BAB V KESIMPULAN UMUM Kesimpulan 1 Perilaku termal dalam bangunan percobaan menunjukan suhu pukul 07.00 WIB sebesar 24.1 o C,, pukul 13.00 WIB suhu mencapai 28.4 o C, pada pukul 18.00 WIB suhu mencapai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan utama dalam pascapanen komoditi biji-bijian adalah susut panen dan turunnya kualitas, sehingga perlu diupayakan metode pengeringan dan penyimpanan

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Radiasi Matahari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Jansen (1995) menyatakan bahwa posisi matahari diperlukan untuk menentukan radaisi surya yang diteruskan melalui kaca dan bahan transparan lain, dimana

Lebih terperinci

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut (SPL) Hasil olahan citra Modis Level 1 yang merupakan data harian dengan tingkat resolusi spasial yang lebih baik yaitu 1 km dapat menggambarkan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Dari penelitian ini, didapatkan data sebagai berikut: daya listrik, kualitas air (DO, suhu, ph, NH 3, CO 2, dan salinitas), oxygen transfer rate (OTR), dan efektivitas

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KARAKTERISTIK PENGERINGAN LAPISAN TIPIS Menurut Brooker et al. (1974) terdapat beberapa kombinasi waktu dan suhu udara pengering dimana komoditas hasil pertanian dengan kadar

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Jl. Peta No. 83, Bandung, Jawa Barat 40232, selama 20 hari pada bulan Maret April 2013. 3.2 Alat dan

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Coba Lapang Paremeter suhu yang diukur pada penelitian ini meliputi suhu lingkungan, kaca, dan air. Suhu merupakan faktor eksternal yang akan mempengaruhi produktivitas

Lebih terperinci

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI

KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI KAJIAN KONSERVASI ENERGI PADA BANGUNAN KAMPUS UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DITINJAU DARI ASPEK PENCAHAYAAN DAN PENGHAWAAN ALAMI Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 27 HASIL DAN PEMBAHASAN Titik Fokus Letak Pemasakan Titik fokus pemasakan pada oven surya berdasarkan model yang dibuat merupakan suatu bidang. Pada posisi oven surya tegak lurus dengan sinar surya, lokasi

Lebih terperinci

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA Tujuan Instruksional Khusus Mmahasiswa mampu melakukan perhitungan dan analisis pengkondisian udara. Cakupan dari pokok bahasan ini adalah prinsip pengkondisian udara, penggunaan

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Aplikasi Jaringan Syaraf Tiruan Multilayer Perceptron (Joni Riadi dan Nurmahaludin) APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER PERCEPTRON PADA APLIKASI PRAKIRAAN CUACA Joni Riadi (1) dan Nurmahaludin

Lebih terperinci

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu

PEMANASAN BUMI BAB. Suhu dan Perpindahan Panas. Skala Suhu BAB 2 PEMANASAN BUMI S alah satu kemampuan bahasa pemrograman adalah untuk melakukan kontrol struktur perulangan. Hal ini disebabkan di dalam komputasi numerik, proses perulangan sering digunakan terutama

Lebih terperinci

Studi Prakiraan Beban dan Potensi Pemanfaatan PV untuk Mengurangi Beban Puncak di Penyulang Unsyiah Menggunakan ANN

Studi Prakiraan Beban dan Potensi Pemanfaatan PV untuk Mengurangi Beban Puncak di Penyulang Unsyiah Menggunakan ANN KITEKTRO: Jurnal Online Teknik Elektro e-issn: 5-736 : -5 Studi Prakiraan Beban dan Potensi Pemanfaatan PV untuk Mengurangi Beban Puncak di Penyulang Unsyiah Menggunakan ANN Muhammad Ridha Munawar #, Hafidh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam

BAB I PENDAHULUAN. khatulistiwa, maka wilayah Indonesia akan selalu disinari matahari selama jam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki berbagai jenis sumber daya energi dalam jumlah yang cukup melimpah. Letak Indonesia yang berada pada daerah khatulistiwa, maka

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI VOLUME PEMAKAIAN AIR BERSIH DI KOTA PONTIANAK [1] Meishytah Eka Aprilianti, [2] Dedi Triyanto, [3] Ilhamsyah [1] [2] [3] Jurusan Sistem Komputer, Fakultas

Lebih terperinci

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

JURUSAN TEKNIK & MANAJEMEN INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN Kompetensi dasar Mahasiswa mampu melakukan analisis evapotranspirasi pengertian dan manfaat faktor 2 yang mempengaruhi evapotranspirasi pengukuran evapotranspirasi pendugaan evapotranspirasi JURUSAN TEKNIK

Lebih terperinci

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN)

JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI CURAH HUJAN SUMATERA UTARA DENGAN METODE BACK PROPAGATION (STUDI KASUS : BMKG MEDAN) Marihot TP. Manalu Mahasiswa Program Studi Teknik Informatika, STMIK Budidarma

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering 15 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Tinjauan tentang aplikasi sistem pengabutan air di iklim kering Sebuah penelitian dilakukan oleh Pearlmutter dkk (1996) untuk mengembangkan model

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah

HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah HASIL DAN PEMBAHASAN Distribusi Suhu dan Kelembaban Udara pada Kandang Sapi Perah Analisis distribusi suhu dan kelembaban udara dilakukan pada saat kandang tidak diisi sapi (kandang kosong). Karakteristik

Lebih terperinci

Gambar 1. Diagram TS

Gambar 1. Diagram TS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Massa Air 4.1.1 Diagram TS Massa Air di Selat Lombok diketahui berasal dari Samudra Pasifik. Hal ini dibuktikan dengan diagram TS di 5 titik stasiun

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Januari 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Januari 2014 di 15 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Januari 2014 di Laboratorium Teknik Sumber Daya Air Universitas Lampung B. Alat dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Greenhouse

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Greenhouse III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2014 di Greenhouse Lapangan Terpadu Universitas Lampung dan Laboratorium Rekayasa Sumber

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN : Modifikasi Estimasi Curah Hujan Satelit TRMM Dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Studi Kasus Stasiun Klimatologi Siantan Fanni Aditya 1)2)*, Joko Sampurno 2), Andi Ihwan 2) 1)BMKG Stasiun

Lebih terperinci

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA BMKG Jl. Sisingamangaraja BADAN METEOROLOGI No. 1 Nabire Telp. (0984) DAN GEOFISIKA 22559,26169 Fax (0984) 22559 ANALISA CUACA STASIUN TERKAIT METEOROLOGI ANGIN

Lebih terperinci

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION

ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION ANALISIS PENAMBAHAN NILAI MOMENTUM PADA PREDIKSI PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION Eka Irawan1, M. Zarlis2, Erna Budhiarti Nababan3 Magister Teknik Informatika, Universitas Sumatera

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA STUDI KASUS

BAB IV ANALISA STUDI KASUS BAB IV ANALISA STUDI KASUS IV.1 GOR Bulungan IV.1.1 Analisa Aliran Udara GOR Bulungan terletak pada daerah perkotaan sehingga memiliki variasi dalam batas-batas lingkungannya. Angin yang menerpa GOR Bulungan

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan dan Praproses Data Kegiatan pertama dalam penelitian tahap ini adalah melakukan pengumpulan data untuk bahan penelitian. Penelitian ini menggunakan data sekunder

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA 4.1 Pendahuluan Dalam bab ini akan membahas mengenai pengujian dari alat yang telah dirancang pada bab sebelumnya. Pengujian alat dilakukan untuk mengetahui kinerja sistem

Lebih terperinci

Bambang Pramono ( ) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT

Bambang Pramono ( ) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT PERANCANGAN SISTEM PENGENDALIAN BERPENGAWASAN PADA AERATION BASIN DENGAN TEKNIK CUMULATIVE OF SUM (CUSUM) Bambang Pramono (2408100057) Dosen pembimbing : Katherin Indriawati, ST, MT Aeration basin Aeration

Lebih terperinci

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation

4.1. Pengumpulan data Gambar 4.1. Contoh Peng b untuk Mean imputation 4.1. Pengumpulan data Data trafik jaringan yang diunduh dari http://www.cacti.mipa.uns.ac.id:90 dapat diklasifikasikan berdasar download rata-rata, download maksimum, download minimum, upload rata-rata,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI LAJU TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PADA PROVINSI JAWA TIMUR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI LAJU TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PADA PROVINSI JAWA TIMUR IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI LAJU TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA PADA PROVINSI JAWA TIMUR Sofi Dwi Purwanto Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

ANALISA KETERSEDIAAN AIR

ANALISA KETERSEDIAAN AIR ANALISA KETERSEDIAAN AIR 3.1 UMUM Maksud dari kuliah ini adalah untuk mengkaji kondisi hidrologi suatu Wilayah Sungai yang yang berada dalam sauatu wilayah studi khususnya menyangkut ketersediaan airnya.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 perlakuan dan 2 kali ulangan. Perlakuan yang akan diterapkan yaitu pemakaian

Lebih terperinci

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL

PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL PENERUSAN PANAS PADA DINDING GLAS BLOK LOKAL Frans Soehartono 1, Anik Juniwati 2, Agus Dwi Hariyanto 3 Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Kristen Petra Jl. Siwalankerto

Lebih terperinci

SUHU UDARA, SUHU TANAH Dan permukaan laut

SUHU UDARA, SUHU TANAH Dan permukaan laut SUHU UDARA, SUHU TANAH Dan permukaan laut OLEH NAMA : ANA MARIYANA BR SINAGA NPM : E1B009024 HARI / TANGGAL : RABU, 03 NOVEMBER 2010 KELOMPOK : IV CO-ASS : GATRA BAYU JAGA NOVA SAMOSIR PENDAHULUAN Suhu

Lebih terperinci

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air.

Air dalam atmosfer hanya merupakan sebagian kecil air yang ada di bumi (0.001%) dari seluruh air. KELEMBABAN UDARA 1 Menyatakan Kandungan uap air di udara. Kelembapan adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentasi ini dapat diekspresikan dalam kelembapan absolut, kelembapan spesifik atau kelembapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agro Klimatologi ~ 1

BAB I PENDAHULUAN. Agro Klimatologi ~ 1 BAB I PENDAHULUAN Klimatologi berasal dari bahasa Yunani di mana klima dan logos. Klima berarti kemiringan (slope) yang diarahkan ke lintang tempat, sedangkan logos berarti ilmu. Jadi definisi klimatologi

Lebih terperinci

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALATIHAN SOAL BAB 9

SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALATIHAN SOAL BAB 9 SMP kelas 9 - FISIKA BAB 9. KALOR DAN PERPINDAHANNYALATIHAN SOAL BAB 9 1. Perhatikan grafik pemanasan 500 gram es berikut ini! http://www.primemobile.co.id/assets/uploads/materi/fis9-9.1.png Jika kalor

Lebih terperinci

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 4, Oktober 2013 ISSN

Jurnal Fisika Unand Vol. 2, No. 4, Oktober 2013 ISSN PREDIKSI CURAH HUJAN BULANAN MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN BEBERAPA FUNGSI PELATIHAN BACKPROPAGATION (Studi Kasus: Stasiun Meteorologi Tabing Padang, Tahun 2001-2012) Cici Oktaviani, Afdal

Lebih terperinci

ANALISA KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI MUSIM KEMARAU DI WILAYAH SIDOARJO DAN SEKITARNYA.

ANALISA KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI MUSIM KEMARAU DI WILAYAH SIDOARJO DAN SEKITARNYA. ANALISA KEJADIAN HUJAN EKSTRIM DI MUSIM KEMARAU DI WILAYAH SIDOARJO DAN SEKITARNYA. Sebagian besar Wilayah Jawa Timur sudah mulai memasuki musim kemarau pada bulan Mei 2014. Termasuk wilayah Sidoarjo dan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Ubi jalar yang ditanam di Desa Cilembu Kabupaten Sumedang yang sering dinamai Ubi Cilembu ini memiliki rasa yang manis seperti madu dan memiliki ukuran umbi lebih besar dari

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL Pada bab ini akan dibahas mengenai analisis dan interpreasi hasil dari pengumpulan dan pengolahan data di bab sebelumnya. Analisis yang akan dibahas antara lain analisis

Lebih terperinci

SOAL BABAK PENYISIHAN OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SOAL BABAK PENYISIHAN OLIMPIADE FISIKA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG SOAL BABAK PENYISIHAN OLIMPIADE FISIKA UNIERSITAS NEGERI SEMARANG Tingkat Waktu : SMP/SEDERAJAT : 12 menit 1. Di antara besaran - besaran seperti kelajuan, temperatur, percepatan, momentum, intensitas

Lebih terperinci

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari.

KALOR. Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. KALOR A. Pengertian Kalor Peristiwa yang melibatkan kalor sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, pada waktu memasak air dengan menggunakan kompor. Air yang semula dingin lama kelamaan

Lebih terperinci

UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics.

UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics. UJM 3 (1) (2014) UNNES Journal of Mathematics http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PERAMALAN BEBAN PUNCAK DISTRIBUSI LISTRIK DI WILAYAH PEMALANG

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Termal Kayu Meranti (Shorea Leprosula Miq.) Karakteristik termal menunjukkan pengaruh perlakuan suhu pada bahan (Welty,1950). Dengan mengetahui karakteristik termal

Lebih terperinci