BAB 4 HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium
|
|
- Lanny Hardja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB 4 HASIL DAN ANALISIS 4.1 Percobaan Metode Videogrametri di Laboratorium Dalam percobaan metode videogrametri di laboratorium ini dilakukan empat macam percobaan yang berbeda, yaitu penentuan posisi objek (senter) yang bergerak, animasi dari gerakan objek (manusia), penentuan kecepatan suatu objek jatuh, dan penentuan trajektori Kalibrasi Kamera Hasil dari kalibrasi yang dilakukan adalah sebagai berikut. Pada percobaan di laboratorium digunakan tiga macam kamera yaitu Brica DV H9, Sony DCR SR100, dan video Canon EOS 600D. Hasil kalibrasi dari ketiga kamera ini dapat dilihat pada Lampiran A. Gambar 4-1 Hasil Kalibrasi Photomodeler Analisis Pada awalnya kalibrasi dilakukan secara otomatis dengan menggunakan perangkat lunak Photomodeler. Hal ini tidak masalah bagi kamera video Brica DV- H9 dan Sony DCR-SR100, akan tetapi tidak bagi video Canon EOS 600D. Titik-titik kontrol pada lembar kalibrasi tidak dikenali pada kamera ini. Untuk itu dilakukan manual marking dengan tidak mencentang opsi automatic marking pada proses kalibrasi menggunakan Photomodeler. Proses kalibrasi ini dilakukan terus hingga diperoleh RMS residual lebih kecil dari 2 pixel. 30
2 Gambar 4-2 Opsi Kalibrasi pada Photomodeler Kerangka Dasar Percobaan di Laboratorium Hasil dari pendefinisian kerangka dasar yang di lakukan pada saat percobaan di laboratorium dapat dilihat pada gambar berikut. Gambar 4-3 Kerangka Dasar Percobaan di Laboratorium Analisis Kerangka dasar yang didefinisikan pada percobaan di laboratorium sangat terkait dengan perangkat lunak Photomodeler. Ada dua tipe pendefinisian acuan dalam Photomodeler, yang pertama menggunakan pendefinisian titik nol, jarak antara dua titik, dan sistem salib sumbu serta yang kedua menggunakan tiga titik yang didefinisikan. Dalam percobaan di laboratorium digunakan tipe yang pertama Reseksi Berikut adalah hasil dari reseksi yang dilakukan pada masing-masing kamera pada setiap percobaan yang dilakukan. 31
3 Tabel 4-1 Hasil Reseksi Percobaan 1 Kamera Orientasi (deg) X Y Z Ome Phi Kap Brica Sony Canon Tabel 4-2 Hasil Reseksi Percobaan 2 Kamera Orientasi (deg) X Y Z Ome Phi Kap Brica Sony Canon Tabel 4-3 Reseksi Percobaan 3 Kamera Orientasi (deg) X Y Z Ome Phi Kap Brica Sony Canon Tabel 4-4 Reseksi Percobaan 4 Kamera Orientasi (deg) X Y Z Ome Phi Kap Brica DV H Sony DCR SR Video EOS 600D Analisis Proses reseksi dilakukan menggunakan perangkat lunak Photomodeler dan Australis. Pada dasarnya sistem kerja Photomodeler tidak memisahkan mana bagian reseksi dan mana bagian interseksi karena perangkat lunak Photomodeler menggunakan sistem perataan berkas. Sedangkan sistem kerja perangkat lunak Australis, untuk melakukan reseksi harus didefinisikan terlebih dahulu titik-titik yang akan menjadi kontrol untuk reseksi. Berdasarkan persamaan kesegarisan, minimal diperlukan tiga titik kontrol yang terdefinisi dalam sistem koordinat ruang. Meskipun dilakukan proses reseksi dengan menggunakan dua perangkat lunak, hanya salah satu 32
4 saja yang akan digunakan sebagai hasil akhir. Dalam hal ini yang digunakan adalah data olahan dari perangkat lunak Photomodeler, sedangkan data dari perangkat lunak Australis hanya dijadikan pembanding. Orientasi yang didefinisikan pada Photomodeler telah umum digunakan, yaitu omega, phi, dan kappa. Perangkat lunak Australis mendefinisikan orientasinya dengan karakteristik pendefinisian orientasi yang berbeda yaitu azimuth, elevation, dan roll Interseksi Berikut adalah hasil dari interseksi pada percobaan yang dilakukan di laboratorium. Tabel 4-5 Hasil Interseksi Percobaan 1 No Deviasi (mm) Gambar 4-4 Hasil Reseksi dan Interseksi Percobaan 1 Tabel 4-6 Hasil Interseksi Percobaan 2 Posisi 1 ID Presisi (mm) Kepala Bahu Bahu Siku Siku Perut
5 Pinggang Pinggang Tangan Tangan Lutut Lutut Kaki Kaki Tabel 4-7 Hasil Interseksi Percobaan 2 Posisi 2 ID Presisi (mm) Kepala Bahu Bahu Siku Siku Perut Pinggang Pinggang Tangan Tangan Lutut Lutut Kaki Kaki Tabel 4-8 Hasil Interseksi Percobaan 2 Posisi 3 ID Presisi (mm) Kepala Bahu Bahu Siku Siku Perut Pinggang Pinggang Tangan Tangan Lutut
6 Lutut Kaki Kaki Tabel 4-9 Hasil Interseksi Percobaan 2 Posisi 4 ID Presisi (mm) Kepala Bahu Bahu Siku Siku Perut Pinggang Pinggang Tangan Tangan Lutut Lutut Kaki Kaki Tabel 4-10 Hasil Interseksi Percobaan 2 Posisi 5 ID Presisi (mm) Kepala Bahu Bahu Siku Siku Perut Pinggang Pinggang Tangan Tangan Lutut Lutut Kaki Kaki
7 Tabel 4-11 Hasil Interseksi Percobaan 2 Posisi 6 ID Presisi (mm) Kepala Bahu Bahu Siku Siku Perut Pinggang Pinggang Tangan Tangan Lutut Lutut Kaki Kaki Tabel 4-12 Hasil Interseksi Percobaan 2 Posisi 7 ID Presisi (mm) Kepala Bahu Bahu Siku Siku Perut Pinggang Pinggang Tangan Tangan Lutut Lutut Kaki Kaki Hasil interseksi dari beberapa posisi pada percobaan 2 digabungkan ke dalam satu format video sehingga akan dihasilkan gerakan yang berurutan dari posisi satu hingga posisi 7. 36
8 Gambar 4-5 Rekonstruksi Rangka Manusia Posisi 1 Gambar 4-6 Rekonstruksi Rangka Manusia Posisi 7 Tabel 4-13 Hasil Interseksi Percobaan 3 Waktu (detik) Deviasi (mm) RMS (pixel) Dari data di atas dapat dihitung kecepatan dari objek yang dijatuhkan. Berdasarkan koordinat dari titik-titik di atas diperoleh informasi sebagai berikut : Tabel 4-14 Kecepatan Perubahan Posisi Percobaan 3 Antara titik Selisih waktu (s) Jarak (mm) Kecepatan (mm/s) 1 dan dan Tabel 4-15 Hasil Interseksi Percobaan 4 Waktu Presisi (mm)
9 Gambar 4-7 Hasil Reseksi dan Interseksi Percobaan 4 Gambar 4-8 Hasil Interseksi Percobaan 4 Dari koordinat titik-titik tersebut beserta data waktu, maka dapat ditentukan kecepatan perubahan posisi dari masing-masing titik. 38
10 Tabel 4-16 Kecepatan dari Perubahan Posisi Percobaan 4 Posisi Jarak (mm) Selisih Waktu (detik) Kecepatan (mm/s) 1 ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke Kecepatan rata-rata = Dari gambar di atas terlihat trajektori dari perubahan posisi coded target membentuk lingkaran. Hal ini karena perputaran ban sepeda yang membentuk lingkaran. Sedangkan titik-titik yang membentuk bidang persegi di belakang merupakan titik-titik pada lembar kalibrasi yang ditempel di dinding dan dijadikan acuan dalam pendefinisian kerangka dasar Analisis Pada percobaan 1, sinkronisasi waktu dilakukan dengan dengan menghidupmatikan senter yang digunakan. Posisi yang ditentukan adalah ketika cahaya senter hidup sehingga diperoleh citra-citra pada saat yang sama dari ketiga kamera yang digunakan. Pada percobaan ke-2 sinkronisasi waktu dilakukan dengan pengukuran waktu sebelum melakukan percobaan, selain itu aba-aba gerakan mulut juga jadi 39
11 acuan. Pada percobaan ke-3 dan percobaan ke-4 sinkronisasi waktu dilakukan dengan menggunakan timer yang terlihat pada komputer. Pada percobaan satu dan dua deviasi pengukuran relatif kecil dibandingkan dengan percobaan 3. Hal ini karena kecepatan perekaman kamera lebih kecil dibandingkan dengan objek yang bergerak sehingga yang terlihat adalah bayangan dari objek. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan sensor dengan kemampuan perekaman frame per second yang lebih besar. 4.2 Aplikasi Metode Videogrametri di Lapangan Kalibrasi Kamera Proses pengambilan data kalibrasi untuk aplikasi videogrametri sama dengan percobaan di laboratorium. Dalam hal ini digunakan enam kamera video Sony DSR- PD177 dan satu kamera SLR Nikon D-5000 yang akan digunakan dalam proses rekonstruksi ram. Hasil kalibrasi dari kamera-kamera tersebut dapat dilihat pada Lampiran A Analisis Meskipun ke-6 kamera video Sony DSR-PD177 yang digunakan merupakan tipe yang sama yang sama akan tetapi ada kemungkinan perbedaan karakteristik masingmasing kamera sehingga ke-6 kamera tersebut harus dikalibrasi. Dalam proses kalibrasi kamera sebaiknya dilakukan dengan ratio 4:3 (aspect ratio normal) karena sensor perekam akan melakukan resampling jika pada ratio lain (ratio default setiap kamera pada umumnya adalah 16:9). Bahkan ada beberapa kamera yang tidak bisa dikalibrasi jika menggunakan ratio selain 4:3, seperti kamera video Sony DSR PD-177. Sedangkan untuk mengatasi kegagalan pada kalibrasi menggunakan perangkat lunak Photomodeler, maka proses marking titik-titik kalibrasi dilakukan secara manual seperti yang dilakukan pada percobaan di laboratorium Kerangka Dasar Aplikasi Videogrametri di Lapangan Tabel berikut merupakan hasil dari pengukuran kerangka dasar yang didefinisikan secara lokal. Skema penempatan titik kontrol untuk kerangka dasar dapat dilihat pada Gambar berikut. 40
12 Tabel 4-17 Koordinat Titik Kontrol Titik Kontrol X (m) Y (m) Z (m) Gambar 4-9 Skema Penempatan Titik Kontrol, Target di Tanah dan Ram Analisis Kerangka dasar yang didefinisikan di lapangan dilakukan dengan pengukuran menggunakan ETS. Titik nol ditempatkan di dekat station 2, sumbu X sejajar dengan garis yang ditarik dari station 1 ke station 2 dan nilai X membesar ke arah station 2, sumbu Y sejajar dengan arah terbang pesawat dan nilai Y membesar ke arah target, sedangkan sumbu Z tegak lurus kedua sumbu tersebut dan nilai Z membesar ke arah atas. 41
13 4.2.3 Koordinat Titik Detail Pengukuran ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai detail dan situasi keadaan permukaan tanah pada daerah yang akan dipetakan. Titik detail yang diukur yaitu titik-titik target di tempat sekitar jatuhnya bom dan titik target (bola) pada ram Koordinat Target Jatuhnya Bom Ada beberapa titik-titik detail di tanah yang akan dijadikan target pelepasan bom. Untuk itu diperlukan data koordinat dari masing-masing titik tersebut. Skema penempatan dari titik-titik target ini dapat dilihat pada Gambar berikut. Tabel 4-18 Koordinat Titik-Titik Target Jatuhnya Bom TITIK TARGET X (m) Y (m) Z (m) TITIK TARGET X (m) Y (m) Z (m) 1-Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Jan Koordinat Bola-Bola pada Ram Selain koordinat target di tanah, ditentukan juga koordinat target pada ram yaitu bola-bola berwarna orange. Nantinya koordinat ini akan dijadikan titik sekutu agar koordinat persilangan kawat horizontal dengan kawat vertikal pada ram memiliki sistem yang sama antara station 1 dan station 2. 42
14 Tabel 4-19 Koordinat Bola-Bola pada Ram Titik X Y Z Station 1 B B B B Station 2 A A A A Analisis Oleh karena semua sistem di lapangan didesain untuk mengantisipasi pesawat datang sesuai lintasan acuan, maka apabila pesawat keluar dari lintasan maka menyebabkan data tidak terlihat pada kamera video yang telah memiliki posisi yang tetap. Untuk itu ditentukan titik-titik target sebagai acuan pesawat selain untuk menjatuhkan bom tetapi juga sebagai acuan lintasan yang sesuai dengan desain peralatan. Pada saat rekonstruksi titik-titik persilangan kawat ram, sistem koordinat yang digunakan adalah sistem koordinat Photomodeler. Untuk itu diperlukan titik-titik sekutu agar koordinat persilangan kawat pada ram terdefinisi dalam sistem koordinat lokal yang didefinisikan. Bola-bola yang ditempatkan di setiap ram ini yang akan dijadikan titik sekutu tersebut Koordinat Persilangan Kawat Pada Ram Setelah diketahui koordinat titik-titik target pada ram yaitu 4 buah bola berwarna orange yang ada pada masing-masing station, maka proses penentuan koordinat ram dapat ditentukan berdasarkan sistem koordinat lokal yang didefinisikan. Dalam hal ini proses dilakukan menggunakan perangkat lunak Photomodeler dengan menggunakan foto yang diambil menggunakan kamera SLR Nikon D-5000 pada ram di setiap station. Koordinat persilangan titik-titik ram yang telah ditransformasikan ke dalam sistem koordinat lokal yang didefinisikan dapat dilihat pada Lampiran B. 43
15 Analisis Hasil rekonstruksi ram yang diperoleh dengan menggunakan perangkat lunak Photomodeler memiliki sistem koordinat sendiri. Untuk itu perlu titik-titik sekutu agar koordinat ram menjadi koordinat lokal yang telah didefinisikan. Dengan menggunakan koordinat bola-bola di ujung-ujung ram, maka hal ini dapat diselesaikan. Akan tetapi pada saat data hasil Photomodeler yang telah ditransformasikan diplot pada perangkat lunak Australis atau perangkat lunak Global Mapper, kondisi station 1 dan station 2 menjadi terbalik. Setelah diteliti lebih dalam, ada perbedaan dalam pendefinisian sistem pada sistem koordinat ruang lokal dengan sistem koordinat Photomodeler. Hasilnya, setelah disamakan urutan bola-bola yang menjadi acuan, kondisi ram menjadi sesuai dengan kenyataan Reseksi Tabel berikut merupakan hasil dari reseksi yang dilakukan pada masing-masing kamera video Sony DSR-PD177. Tabel 4-20 Hasil Reseksi Menggunakan Australis Kamera X(m) Y(m) Z(m) Az(deg) El(deg) Ro(deg) Analisis Dari hasil Az terlihat bahwa proses interseksi tidak akan dapat dilakukan. Hal ini kembali dikarenakan perbedaan dalam pendefinisian sistem. Hasil interseksi perangkat lunak Australis mendefinisikan sumbu X dan sumbu Y yang berbeda dengan sistem koordinat lokal yang didefinisikan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sumbu X positif pada Australis merupakan sumbu Y positif pada sistem koordinat lokal. Dengan demikian setiap sudut Az pada australis ditambahkan 90 O. 44
16 4.2.6 Interseksi Hasil dari interseksi yang dilakukan terhadap pesawat pada saat akan merilis bom dan pada saat terlihat ledakan bom di tanah tercantum pada table berikut. Kondisi X (m) Y (m) Z (m) Release Di Tanah Analisis Berdasarkan data kalibrasi diperoleh ukuran dari sensor size, berdasarkan data pengukuran terestris dapat diperoleh jarak dari kamera di setiap station ke Bom BTN-250, yaitu sekitar satu kilometer dan dari informasi yang diperoleh dari spesifikasi kamera DSR-PD 177 diperoleh pixel size. Dari data-data tersebut resolusi tanah dapat dihitung. Tabel 4-21 Resolusi Tanah Sony DSR-PD177 Jarak Focal Length Sensor Size (mm) Pixel Size (mm) Ground Resolution (m) H (km) c (mm) w h w h w h Dengan panjang dari bom BTN-250 yang berkisar 1.5 m, maka seharusnya bom tersebut dapat terekam pada sensor kamera DSR-PD177 maksimal dalam 2 pixel. Akan tetapi sangat beresiko jika hanya menggunakan 2 pixel karena terkait dengan kecepatan bom dibanding dengan kecepatan perekaman, seperti pada percobaan 3 di laboratorium yang menyebabkan objek yang direkam terlihat tidak jelas (blur). Selain itu, hal lain yang mungkin mempengaruhi adalah setting-an autofocus pada kamera yang menyebabkan bagian ram terlihat jelas sedangkan bom yang jauh di belakang ram tidak terlihat. 45
17 4.2.7 Trajektori Bom Tajam BTN-250 Karena hanya dua titik yang mampu ditentukan pada proses interseksi, maka grafik yang terbentuk adalah garis lurus. Akibatnya trajektori yang dibentuk tidak mencerminkan keadaaan yang sebenarnya. Bom bergerak ke arah sumbu Y, sedangkan posisi terhadap sumbu X relatif tetap. Trajektori X Y Gambar 4-10 Trajektori Bom BTN Analisis Pada dasarnya trajektori suatu objek terbentuk dari perubahan posisi-posisi objek tersebut terhadap waktu. Oleh karena itu, semakin banyak perubahan posisi objek tersebut maka semakin baik trajektori yang akan terbentuk. Hasil trajektori Bom BTN-250 pada penelitian ini sangat tidak representatif bila dibandingkan dengan kenyataan karena perubahan posisi yang dapat ditentukan untuk membentuk trajektori terlalu sedikit yaitu hanya di awal pelepasan bom (posisi pesawat) dan di akhir ketika bom meledak di tanah (ledakan yang terlihat). 46
BAB 3 TAHAPAN STUDI. 3.1 Percobaan Videogrametri di Laboratorium
BAB 3 TAHAPAN STUDI Dalam penelitian ini terdapat dua tahapan studi, yaitu percobaan metode videogrametri di laboratorium dan pengaplikasian metode videogrametri di lapangan. 3.1 Percobaan Videogrametri
Lebih terperinciPEMANFAATAN VIDEOGRAMETRI DALAM PENENTUAN POSISI UNTUK TRAJEKTORI
PEMANFAATAN VIDEOGRAMETRI DALAM PENENTUAN POSISI UNTUK TRAJEKTORI TUGAS AKHIR Karya Tulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Oleh Syarif Hidayattullah NIM. 15107079 Program Studi
Lebih terperinciHASIL DAN ANALISIS. Tabel 4-1 Hasil kalibrasi kamera Canon PowerShot S90
BAB 4 HASIL DAN ANALISIS Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil dari setiap proses yang telah dilakukan dan dibahas pada bab sebelumnya baik dari kalibrasi kamera sampai pada pengolahan data yang telah
Lebih terperinciBAB 2 STUDI REFERENSI. Gambar 2-1 Kamera non-metrik (Butler, Westlake, & Britton, 2011)
BAB 2 STUDI REFERENSI Penelitian ini menggunakan metode videogrametri. Konsep yang digunakan dalam metode videogrametri pada dasarnya sama dengan konsep dalam metode fotogrametri. Konsep utamanya adalah
Lebih terperinciTAHAPAN STUDI. Gambar 3-1 Kamera Nikon D5000
BAB 3 TAHAPAN STUDI Dalam bab ini akan dibahas rangkaian prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini yang dimulai dari peralatan yang digunakan, proses kalibrasi kamera, uji coba, dan pengambilan data
Lebih terperinciBAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN
BAB III IMPLEMENTASI METODE CRP UNTUK PEMETAAN 3.1. Perencanaan Pekerjaan Perencanaan pekerjaan pemetaan diperlukan agar pekerjaan pemetaan yang akan dilakukan akan berhasil. Tahap pertama dalam perencanaan
Lebih terperinciBAB 3 PEMBAHASAN START DATA KALIBRASI PENGUKURAN OFFSET GPS- KAMERA DATA OFFSET GPS- KAMERA PEMOTRETAN DATA FOTO TANPA GPS FINISH
BAB 3 PEMBAHASAN Pada bab ini dibahas prosedur yang dilakukan pada percobaan ini. Fokus utama pembahasan pada bab ini adalah teknik kalibrasi kamera, penentuan offset GPS-kamera, akuisisi data di lapangan,
Lebih terperinciPELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI
BAB 3 PELAKSANAAN PENGUKURAN DAN HITUNGAN VOLUME METODE FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DAN METODE TACHYMETRI Bab ini menjelaskan tahapan-tahapan dari mulai perencanaan, pengambilan data, pengolahan data, pembuatan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS. Tabel 4.1 Offset GPS-Kamera dalam Sistem Koordinat Kamera
BAB 4 ANALISIS Pada bab ini dipaparkan analisis dari hasil pengolahan data dan juga proses yang dilakukan pada penelitian kali ini. Analisis akan mencakup kelebihan dan kekurangan dari metode yang digunakan,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. Ditorsi radial jarak radial (r)
BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Kalibrasi Kamera Analisis kalibrasi kamera didasarkan dari hasil percobaan di laboratorium dan hasil percobaan di lapangan. 4.1.1. Laboratorium Dalam penelitian ini telah
Lebih terperinciBAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER.
BAB III REKONTRUKSI 3D MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK PHOTOMODELER. 3.1 Perangkat lunak PhotoModeler Photomodeler adalah salah satu perangkat lunak yang mempunyai kemampuan yang cukup unggul dan umum dipakai
Lebih terperinciBAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI
BAB 3 PERBANDINGAN GEOMETRI DATA OBJEK TIGA DIMENSI Pada bab ini akan dijelaskan tentang perbandingan tingkat kualitas data, terutama perbandingan dari segi geometri, selain itu juga akan dibahas mengenai
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi
BB 2 DSR TEORI 2.1 Tinjauan Umum Teknologi Pemetaan Tiga Dimensi Pemetaan objek tiga dimensi diperlukan untuk perencanaan, konstruksi, rekonstruksi, ataupun manajemen asset. Suatu objek tiga dimensi merupakan
Lebih terperinciAnalisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK)
A160 Analisa Kalibrasi Kamera Sony Exmor Pada Nilai Orientasi Parameter Interior untuk Keperluan Pemetaan (FUFK) Mohammad Avicenna, Agung Budi Cahyono, dan Husnul Hidayat Departemen Teknik Geomatika, Fakultas
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Perbandingan Posisi Titik dari Elektronik Total Station
BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Perbandingan Posisi Titik Kualitas koordinat dari suatu titik dalam suatu sistem koordinat dapat dilihat setelah melakukan trasformasi koordinat ke suatu sistem koordinat yang
Lebih terperinciBAB 2 STUDI LITERATUR
BAB 2 STUDI LITERATUR Dalam bab ini akan dibahas studi referensi dan dasar teori yang digunakan dalam penelitian ini. Terutama dibahas tentang pemodelan 3D menggunakan metode fotogrametri rentang dekat
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS 4.2 Analisis Penggunaan TLS Untuk Pemantauan Longsoran
BAB 4 ANALISIS 4.1 Analisis Prinsip Penggunaan dan Pengolahan TLS Dasar dari prinsip kerja TLS sudah dijelaskan di Bab 3, pada pengambilan data dengan TLS, setiap satu kali pengambilan data pada satu tempat
Lebih terperinciAPLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK
APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY UNTUK PERHITUNGAN VOLUME OBJEK Oleh : Sarkawi Jaya Harahap 3511 1000 04 Dosen Pembimbing : Hepi Hapsari Handayani, S.T, Ms.C Jurusan Teknik Geomatika Fakultas Teknik
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Jenis Peta menurut Skala. Secara umum, dasar pembuatan peta dapat dinyatakan seperti Gambar 2.1
BB II DSR TEORI 2.1. Pemetaan Peta adalah penyajian grafis dari seluruh atau sebagian permukaan bumi pada suatu bidang datar dengan skala dan sistem proyeksi peta tertentu. Peta menyajikan unsurunsur di
Lebih terperinci1.1 Latar belakang Di awal abad 21, perkembangan teknologi komputer grafis meningkat secara drastis sehingga mempermudah para akademisi dan industri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di awal abad 21, perkembangan teknologi komputer grafis meningkat secara drastis sehingga mempermudah para akademisi dan industri untuk mengembangkan pengetahuan mereka
Lebih terperinciDefry Mulia
STUDI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY DALAM PENENTUAN VOLUME SUATU OBJEK Defry Mulia 35 09100011 PROGRAM STUDI TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Efisiensi biaya pada pemetaan menggunakan metode foto udara sangat dipengaruhi oleh jenis kamera yang digunakan. Untuk luas area yang relatif lebih kecil (±100ha) pemotretan
Lebih terperinci3.3.2 Perencanaan Jalur Terbang Perencanaan Pemotretan Condong Perencanaan Penerbangan Tahap Akuisisi Data...
DAFTAR ISI 1. BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 3 1.3 Pertanyaan Penelitian... 4 1.4 Tujuan Penelitian... 4 1.5 Manfaat Penelitian... 4 2. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pemodelan tiga dimensi suatu obyek di atas permukaan bumi pada saat ini dapat dilakukan dengan cara teristris maupun non-teristris, menggunakan sensor aktif berupa
Lebih terperinciMETODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY
METODE KALIBRASI IN-FLIGHT KAMERA DIGITAL NON-METRIK UNTUK KEPERLUAN CLOSE- RANGE PHOTOGRAMMETRY Husnul Hidayat*, Agung Budi Cahyono, Mohammad Avicenna Departemen Teknik Geomatika FTSLK-ITS, Kampus ITS
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL
LAPORAN PRAKTIKUM DIGITAL FOTOGRAMETRI DASAR ACARA II DIGITAL Nama : Rukiyya Sri Rayati Harahap NIM : 12/334353/GE/07463 Asisten : 1. Erin Cakratiwi 2. Lintang Dwi Candra Tanggal : 26 November 2013 Total:
Lebih terperinciSupaya Foto Tidak Blur
Supaya Foto Tidak Blur Supaya Foto Tidak Blur Perhatikan gambar diatas, bagian sisi kanan subjek sangat blur. Biasanya, kesalahan fotografer pemula adalah salah memperhitungkan shutter speed (kecepatan
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH. ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop. Oleh : Muhamad Nurdinansa [ ]
LAPORAN PRAKTIKUM PENGINDERAAN JAUH ACARA 2 Mozaik Foto Udara dan Pengamatan Sterioskop Oleh : Muhamad Nurdinansa [120722420614] FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU GEOGRAFI UNIVERSITAS NEGERI MALANG Februari 2013
Lebih terperinciGambar 4.1. Kemampuan sensor LIDAR untuk memisahkan antara permukaan tanah dengan vegetasi di atasanya [Karvak, 2007]
BAB IV ANALISIS 4.1. Analisis Data LIDAR 4.1.1. Analisis Kualitas Data LIDAR Data LIDAR memiliki akurasi yang cukup tinggi (akurasi vertikal = 15-20 cm, akurasi horizontal = 0.3-1 m), dan resolusi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya, menyebutkan Cagar Budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia
Lebih terperinciPerbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi Dan Pemetaan Teristris
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (20XX) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 Perbandingan Penentuan Volume Suatu Obyek Menggunakan Metode Close Range Photogrammetry Dengan Kamera Non Metrik Terkalibrasi
Lebih terperinciI. BAB I PENDAHULUAN
I. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi, penggunaan action camera untuk pengumpulan data geospasial menjadi sesuatu yang penting dan menjadi populer. Berbagai jenis
Lebih terperinciAnalisis Kesalahan Pengukuran Kecepatan Akibat Distorsi Lensa
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (21) ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print) A9 Analisis Kesalahan Pengukuran Akibat Distorsi Lensa Yudha Hardhiyana Putra dan Yusuf Kaelani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Objek tiga dimensi (3D) merupakan suatu objek yang direpresentasikan dengan ukuran panjang, lebar, dan tinggi. Data objek tiga dimensi secara spasial umumnya diperoleh
Lebih terperinciFotografi 1 Dkv215. Bayu Widiantoro Progdi Desain Komunikasi Visual Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA
Fotografi 1 Dkv215 Bayu Widiantoro Progdi Desain Komunikasi Visual Fakultas Arsitektur dan Desain Universitas Katolik SOEGIJAPRANATA kamera Analog Film kamera Digital Sensor Sangat berpengaruh pada kamera
Lebih terperinciIV.1. Analisis Karakteristik Peta Blok
ANALISIS PENELITIAN Materi penelitian akan dianalisis secara keseluruhan dalam bab ini. Pertama kali analisis mengenai karakteristik peta blok yang digunakan dalam penelitian, kemudian analisis mengenai
Lebih terperinciBAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK
BAB III KALIBRASI DAN VALIDASI SENSOR KAMERA UNTUK PENGEMBANGAN RUMUS POSISI TIGA DIMENSI OBYEK A. Pendahuluan Latar Belakang Perhitungan posisi tiga dimensi sebuah obyek menggunakan citra stereo telah
Lebih terperinciANALISIS PARAMETER ORIENTASI LUAR PADA KAMERA NON-METRIK DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM RTK-GPS
ANALISIS PARAMETER ORIENTASI LUAR PADA KAMERA NON-METRIK DENGAN MEMANFAATKAN SISTEM RTK-GPS TUGAS AKHIR Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana oleh : Budi Heri Nugroho NIM.
Lebih terperinciPEMANFAATAN FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DALAM BIDANG ARSITEKTUR LANSEKAP (STUDI KASUS : CAMPUS CENTER INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG)
PEMANFAATAN FOTOGRAMETRI RENTANG DEKAT DALAM BIDANG ARSITEKTUR LANSEKAP (STUDI KASUS : CAMPUS CENTER INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG) TUGAS AKHIR Karya Tulis Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Lebih terperinciKAJI PENGARUH PARAMETER KAMERA TERHADAP REKONTRUKSI BENDA 3D MENGGUNAKAN TEKNIK DIGITAL PHOTOGRAMMETRY STUDI KASUS: REKONTRUKSI SAYAP TENGAH CN-235
KAJI PENGARUH PARAMETER KAMERA TERHADAP REKONTRUKSI BENDA 3D MENGGUNAKAN TEKNIK DIGITAL PHOTOGRAMMETRY STUDI KASUS: REKONTRUKSI SAYAP TENGAH CN-235 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh
Lebih terperinciterdiri dari Langkah Berirama terdiri dari Latihan Gerak Berirama Senam Kesegaran Jasmani
Gerak Berirama Gerak berirama disebut juga gerak ritmik. Gerak ini dilakukan dalam gerakan dasar di tempat. Contoh dari gerakan yang berirama adalah gerak jalan, menekuk, mengayun, dan sebagainya. Ayo
Lebih terperinciSOAL DAN PEMBAHASAN REFLEKSI DAN DILATASI
SOAL DAN PEMBAHASAN REFLEKSI DAN DILATASI 1. ABCD sebuah persegi dengan koordinat titik-titik sudut A(1,1), B(2,1), C(2,2) dan D(1,2). Tentukan peta atau bayangan dari titik-titik sudut persegi itu oleh
Lebih terperinciS M A 10 P A D A N G
Jln. Situjuh Telp : 071 71 Kode Pos : 19 Petuntuk : Silangilah option yang kamu anggap benar! 1. Grafik di samping menggabarkan posisi x sebagai fungsi dari waktu t. Benda mulai bergerak saat t = 0 s.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.2 Tujuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Maksud 1.1.1 Mengetahui perhitungan paralaks dengan menggunakan pengukkuran lembar per lembar dan orientasi stereoskopik 1.1.2 Menghitung base photo, tinggi terbang, serta skala foto
Lebih terperinciMuhammad Shofi IR. R. Adi Wardoyo, M.Mt
Muhammad Shofi 3410100059 IR. R. Adi Wardoyo, M.Mt DESAIN INTERIOR Desain interior adalah bidang keilmuan yang bertujuan untuk dapat menciptakan suatu lingkungan binaan (ruang dalam) beserta elemenelemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Pemetaan merupakan suatu kegiatan pengukuran, penghitungan dan penggambaran permukaan bumi di atas bidang datar dengan menggunakan metode pemetaan tertentu sehingga
Lebih terperinciKOREKSI GEOMETRIK. Tujuan :
Tujuan : KOREKSI GEOMETRIK 1. rektifikasi (pembetulan) atau restorasi (pemulihan) citra agar kordinat citra sesuai dengan kordinat geografi 2. registrasi (mencocokkan) posisi citra dengan citra lain atau
Lebih terperinciBAB III PENGOLAHAN DATA Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini.
BAB III PENGOLAHAN DATA 3.1. Pengolahan Data LIDAR 3.1.1. Proses Pengolahan Data LIDAR Proses pengolahan data LIDAR secara umum dapat dilihat pada skema 3.1 di bawah ini. Sistem LIDAR Jarak Laser Posisi
Lebih terperinciDAFTAR ISI BAB II LANDASAN TEORI Reverse Engineering D Laser Scanning Laser... 7
ix DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING... Error! Bookmark not defined. LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERSEMBAHAN... ii MOTTO... v KATA PENGANTAR...
Lebih terperinciII.1. Persiapan II.1.1. Lokasi Penelitian II.1.2. Persiapan Peralatan Penelitian II.1.3. Bahan Penelitian II.1.4.
DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN... v PERNYATAAN... vi PERSEMBAHAN... vii KATA PENGANTAR... viii DAFTAR ISI... x DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv DAFTAR ISTILAH... xvi INTISARI...
Lebih terperinciBab III Pelaksanaan Penelitian
Bab III Pelaksanaan Penelitian Tahapan penelitian secara garis besar terdiri dari persiapan, pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan kesimpulan. Diagram alir pelaksanaan penelitian dapat dilihat
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN PERANGKAT DAN PENGUJIAN TAPIS
BAB IV PEMBAHASAN PERANGKAT DAN PENGUJIAN TAPIS 4.1 Obyek Acuan dan Obyek Masukan Obyek acuan berupa tiga buah huruf vokal (A,I U) dibuat pada media orto. Obyek acuan digunakan untuk membuat tapis intensitas
Lebih terperinciSTUDI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT DALAM PEMODELAN 3D DAN ANALISIS VOLUME OBJEK
STUDI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT DALAM PEMODELAN 3D DAN ANALISIS VOLUME OBJEK Defry Mulia, Hepy Hapsari Program Studi Teknik Geomatika FTSPITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya, 60 Email : defry_jp@yahoo.com,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1.
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pada era pembangunan dewasa ini, kebutuhan akan informasi mengenai posisi suatu obyek di muka bumi semakin diperlukan. Posisi suatu obyek terkait langsung dengan kualitas
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014.
22 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan November 2013 s/d Mei 2014. Pembuatan dan pengambilan data dilaksanakan di Laboratorium Eksperimen
Lebih terperinciBAB III PENJELASAN SIMULATOR. Bab ini akan menjelaskan tentang cara pemakaian simulator robot pencari kebocoran gas yang dibuat oleh Wulung.
18 BAB III PENJELASAN SIMULATOR Bab ini akan menjelaskan tentang cara pemakaian simulator robot pencari kebocoran gas yang dibuat oleh Wulung. 3.1 Antar Muka Gambar 0.1 GUI Simulator Error! Reference source
Lebih terperinciCreated with Print2PDF. To remove this line, buy a license at:
BAB III Pelaksanaan Penelitian Pada bab ini dibahas pelaksanaan ekstraksi unsur jalan secara otomatis yang terdiri dari tahap persiapan dan pengolahan data. Tahap persiapan yang terdiri dari pengambilan
Lebih terperinciANGKA UKUR. Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir.
PEMBERIAN UKURAN ANGKA UKUR Angka ukur diletakan di tengah-tengah garis ukur. Angka ukur tidak boleh dipisahkan oleh garis gambar. Jadi boleh ditempatkan dipinggir. ANGKA UKUR Jika angka ukur ditempatkan
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat. Graphic Card dengan memory minimum 64 mb
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Driver 4.1.1 Spesifikasi Perangkat Keras Spesifikasi minimum dari perangkat keras yang diperlukan agar dapat menjalankan driver ini adalah: Prosesor Pentium
Lebih terperinciBAB 3 PERANCANGAN SISTEM
BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Metode Perancangan Perancangan sistem didasarkan pada teknologi computer vision yang menjadi salah satu faktor penunjang dalam perkembangan dunia pengetahuan dan teknologi,
Lebih terperinciPERSIAPAN DALAM MEMBUAT FILM
PERSIAPAN DALAM MEMBUAT FILM Film yang baik tentunya memiliki cara pembuatan yang baik dan sesuai dengan tujuan. Pembuatan film melibatkan bebarapa tahap, antara lain ide, naskah, shooting dan editing.
Lebih terperinciDASAR DASAR PENGGUNAAN SAP2000
Halaman 1 dari Bab 1 Bab 1 DASAR DASAR PENGGUNAAN SAP2000 1. KEMAMPUAN SAP2000 Program SAP merupakan salah satu software yang telah dikenal luas dalam dunia teknik sipil, terutama dalam bidang analisis
Lebih terperinciSURVEYING (CIV -104)
SURVEYING (CIV -104) PERTEMUAN 15 : PERENCANAAN FOTO UDARA UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224 Format foto udara BEDA FOTO UDARA DAN PETA STEREOSKOPIS
Lebih terperinciSTEREOSKOPIS PARALAKS
RENCANA TERBANG STEREOSKOPIS PARALAKS Paralaks adalah suatu istilah yang diberikan kepada adanya suatu pergerakan benda terhadap benda lainnya. Sebuah titik di A pada tanah, terpotret oleh sebuah pesawat
Lebih terperinciBAB V PENGUJIAN DAN ANALISA. Tempat Melakukan Pengujian : Peralatan Yang Dibutuhkan :
5.1. Pengujian Alat BAB V PENGUJIAN DAN ANALISA Pengujian alat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah alat tersebut dapat bekerja dengan baik atau tidak. 5.1.1. Tempat dan Peralatan Tempat Melakukan
Lebih terperinciBAB III ANALISIS SPEKTRUM CAHAYA. spektrumnya. Sebagai kisi difraksi digunakan potongan DVD yang sudah
18 BAB III ANALISIS SPEKTRUM CAHAYA 3.1. Spektroskop Sederhana Spektrometer sederhana ini dirancang dengan menggunakan karton dupleks, dibuat membentuk sudut 45 o dan 9 o, dirancang dengan membentuk 2
Lebih terperinci3 METODE. Waktu dan Tempat Penelitian
18 Gambar 17 Pegujian sistem navigasi: (a) lintasan lurus tanpa simpangan, (b)lintasan lurus dengan penggunaan simpangan awal, (c) lintasan persegi panjang, (d) pengolahan tanah menggunakan rotary harrower
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Tersedianya data spasial, tidak lepas dari keberadaan ilmu Geodesi dan Geomatika. Ilmu Geodesi dan Geomatika memiliki kompetensi dalam penyediaan data spasial dua
Lebih terperinciPertemuan 3. Fotografi ACHMAD BASUKI
Pertemuan 3 Fotografi ACHMAD BASUKI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA Mengenal Kamera PERTEMUAN 3 Macam-macam Kamera DSLR (Digital Single Lens Reflex) Kamera Point & Shoot (kamera pocket) Kamera Mirrorless
Lebih terperinciPENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN
PENGERTIAN ALAT UKUR TANAH DAN ALAT SURVEY PEMETAAN Pengertian Alat Ukur Tanah Pengukuran merupakan suatu aktifitas dan atau tindakan membandingkan suatu besaran yang belum diketahui nilainya atau harganya
Lebih terperinciKomputer di bidang pendidikan. Anggota : Khairul rahman : Prasetyo Wibowo :
Komputer di bidang pendidikan Anggota : Khairul rahman : 2013110058 Prasetyo Wibowo : 2013110028 PERANAN KOMPUTER DI BIDANG PENDIDIKAN Komputer merupakan satu alat elektronik yang kompleks dan mempunyai
Lebih terperinciKINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.
KINEMATIKA 1 Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA 1 LAJU: Besaran Skalar. Bila benda memerlukan waktu t untuk menempuh jarak d, maka laju rata-rata
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI I (Individu)
LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI I (Individu) KALIBRASI KAMERA DENGAN SOFTWARE PHOTOMODELER SCANNER TANGGAL PRAKTIKUM : 2 Desember 2014 Disusun Oleh NAMA NIM KELAS : Nur Izzahudin : 13/347558/TK/40748 :
Lebih terperinciKINEMATIKA 1. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT.
KINEMATIKA 1 Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MS., MT. KINEMATIKA 1 LAJU: Besaran Skalar. Bila benda memerlukan waktu t untuk menempuh jarak d, maka laju rata-rata
Lebih terperinciJENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR
JENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR PRIAMBODOTOMMY.BLOGSPOT.COM Lisensi dokumen: Copyright @2012 by Priambodotommy.blogspot.com Seluruh dokumen yang ada di Priambodotommy.blogspot.com
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Struktur Dasar Kamera Gyroscope Perakitan kamera gyroscope, diawali dengan pembentukan rangka dengan menggunakan pipa paralon 4 inchi dan keping CD sebagai gyroscope. Di bagian
Lebih terperinciAntiremed Kelas 12 Fisika
Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melakukan pengambilan gambar di udara, banyak media yang bisa digunakan dan dengan semakin berkembangnya teknologi saat ini terutama dalam ilmu pengetahuan, membuat
Lebih terperinciBAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR
1 BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR I. SOAL PILIHAN GANDA 01. Grafik disamping ini menggunakan posisi x sebagai fungsi dari waaktu t. benda mulai bergerak saat t = 0. Dari graaafik ini dapat diambil
Lebih terperinciMETODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI
METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI Jenis Data 1. Dimensi Linier (jarak) Jarak antara dua titik pada tubuh manusia yang mencakup: panjang, tinggi, dan lebar segmen tubuh, seperti panjang jari, tinggi lutut,
Lebih terperinciAPLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY DALAM PEMETAAN BANGUN REKAYASA DENGAN KAMERA DIJITAL NON METRIK TERKALIBRASI. Oleh:
APLIKASI CLOSE RANGE PHOTOGRAMMETRY DALAM PEMETAAN BANGUN REKAYASA DENGAN KAMERA DIJITAL NON METRIK TERKALIBRASI TUGAS AKHIR Karya Tulis Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciBAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT. Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya,
92 BAB 4 ANALISIS SIMULASI KINEMATIKA ROBOT Dengan telah dibangunnya model matematika robot dan robot sesungguhnya, maka diperlukan analisis kinematika untuk mengetahui seberapa jauh model matematika itu
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian dilakukan di kampus Universitas Pendidikan Indonesia. Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa anggota unit kegiatan mahasiswa tenis
Lebih terperinciBAB 2 KONSEP PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR
BAB 2 KONSEP PENGOLAHAN DATA SIDE SCAN SONAR Pengolahan data side scan sonar terdiri dari dua tahap, yaitu tahap real-time processing dan kemudian dilanjutkan dengan tahap post-processing. Tujuan realtime
Lebih terperinciPerbaikan Kualitas Rekonstruksi Motion Capture
Perbaikan Kualitas Rekonstruksi Motion Capture Dengan Metode Interpolasi Winaryo, Ahmad Zaini, Muhtadin Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Elektro Kampus ITS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pertumbuhan volume lalu lintas jalan khususnya mobil di jalanjalan protokol atau jalan utama di sebuah daerah atau kota terus meningkat dengan pesat akibat dari pertumbuhan
Lebih terperincir = r = xi + yj + zk r = (x 2 - x 1 ) i + (y 2 - y 1 ) j + (z 2 - z 1 ) k atau r = x i + y j + z k
Kompetensi Dasar Y Menganalisis gerak parabola dan gerak melingkar dengan menggunakan vektor. P Uraian Materi Pokok r Kinematika gerak translasi, terdiri dari : persamaan posisi benda, persamaan kecepatan,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. dan menarik kesimpulan dengan masalah penelitian tertentu.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian atau dikenal dengan metodologi penelitian adalah caracara yang digunakan oleh peneliti dalam merancang, melaksanakan, pengolah ata, dan menarik kesimpulan
Lebih terperinciUN SMA IPA 2008 Fisika
UN SMA IPA 008 Fisika Kode Soal P44 Doc. Name: UNSMAIPA008FISP44 Doc. Version : 011-06 halaman 1 01. Berikut ini disajikan diagram vektor F 1 dan F! Persamaan yang tepat untuk resultan R = adalah... (A)
Lebih terperinciSTUDI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT DALAM PEMODELAN 3D DAN ANALISIS VOLUME OBJEK
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. X, No. X, (2014) ISSN: XXXX-XXXX (XXXX-XXXX Print) 1 STUDI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT DALAM PEMODELAN 3D DAN ANALISIS VOLUME OBJEK Defry Mulia 1) dan Hepi Hapsari 2) Jurusan Teknik
Lebih terperinciIP TRAFFIC CAMERA PADA PERSIMPANGAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE LUASAN PIKSEL
IP TRAFFIC CAMERA PADA PERSIMPANGAN JALAN RAYA MENGGUNAKAN METODE LUASAN PIKSEL OLEH : ANDI MUHAMMAD ALI MAHDI AKBAR Pembimbing 1: Arief Kurniawan, ST., MT Pembimbing 2: Ahmad Zaini, ST., M.Sc. Page 1
Lebih terperinciLAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN LAMPIRAN 1. SURAT IJIN PENELITIAN LAMPIRAN 2. SURAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN LAMPIRAN 3 KUESIONER PENELITIAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PETANI PEMETIK KOPI DI DUSUN BANUA TAHUN 2015 Karakteristik
Lebih terperinci2. TINJAUAN PUSTAKA. Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fotogrametri Fotogrametri dapat didefisinikan sebagai ilmu untuk memperoleh pengukuran-pengukuran yang terpercaya dari benda-benda di atas citra fotografik (Avery, 1990). Fotogrametri
Lebih terperinciBab III Perangkat Pengujian
Bab III Perangkat Pengujian Persoalan utama dalam tugas akhir ini adalah bagaimana mengimplementasikan metode pengukuran jarak menggunakan pengolahan citra tunggal dengan bantuan laser pointer dalam suatu
Lebih terperinciAnalisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur)
A411 Analisa Ketelitian Geometric Citra Pleiades Sebagai Penunjang Peta Dasar RDTR (Studi Kasus: Wilayah Kabupaten Bangkalan, Jawa Timur) Wahyu Teo Parmadi dan Bangun Muljo Sukojo Jurusan Teknik Geomatika,
Lebih terperinciJurnal Geodesi Undip April 2015
APLIKASI FOTOGRAMETRI JARAK DEKAT UNTUK PEMODELAN 3D GEREJA BLENDUK SEMARANG Ryandana Adhiwuryan Bayuaji, Andri Suprayogi, Bandi Sasmito *) Program Studi Teknik Geodesi, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Lebih terperinciLAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR PENGAMATAN PARALAKS FOTO UDARA
LAPORAN PRAKTIKUM FOTOGRAMETRI DASAR PENGAMATAN PARALAKS FOTO UDARA Disusun Oleh : Nico Kharollis 16/401712/SV/12216 Selvi Phytagoresna 16/401718/SV/12222 Yola Riski Ramadanthi 16/401722/SV/12226 Dwiki
Lebih terperinciPENGENDALIAN MUTU KLAS X
PENGENDLIN MUTU KLS X. Untuk mengukur ketebalan selembar kertas yang paling teliti menggunakan alat ukur. mistar. jangka sorong C. rol meter D. micrometer sekrup E. sferometer 2. Perhatikan gambar penunjuk
Lebih terperinciBahan ajar On The Job Training. Penggunaan Alat Total Station
Bahan ajar On The Job Training Penggunaan Alat Total Station Direktorat Pengukuran Dasar Deputi Bidang Survei, Pengukuran dan Pemetaan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia 2011 Pengukuran Poligon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sekarang ini videografi semakin banyak digunakan, diantaranya sebagai media monitoring keadaan sekitar, pembuatan film dan peningkatan keamanan. Pada dasarnya teknik
Lebih terperinci