HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Integrasi ekonomi memberikan pengaruh bagi kegiatan ekonomi negaranegara anggotanya. Liberalisasi ekonomi yang semakin meluas beberapa dekade terakhir, menyebabkan perdagangan internasional serta investasi asing semakin gencar dilakukan oleh pemerintah di berbagai negara untuk dapat memasuki pasar global. Perdagangan internasional serta investasi asing, khususnya FDI, dipilih oleh pemerintah negaranegara di dunia dalam rangka menciptakan pertumbuhan ekonomi yang positif. Selain itu, faktor lain seperti tenaga kerja serta modal juga turut dipertimbangkan dalam membantu proses ini. Estimasi faktorfaktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di negara maju dan negara berkembang, dilakukan dalam penelitian ini dengan menggunakan sejumlah variabel yang beberapa diantaranya diolah dalam bentuk logaritma natural (ln), sementara variabel yang lainnya sudah dalam bentuk persentase. Tujuan dilakukannya hal tersebut adalah untuk memperoleh data yang stasioner. Konsekuensi dari pemberlakuan bentuk tersebut adalah nilai interpretasi dari hasil pengolahan menjadi nilai elastisitas. Adapun nilai elastisitas dari setiap koefisien variabel eksogen akan dinyatakan dalam bentuk persentase. 4.1 Analisis Deskriptif Perbedaan Kondisi Ekonomi di Negara Maju dan Negara Berkembang Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator dari kemajuan ekonomi di suatu negara. Setiap negara berupaya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang optimal. Fakta yang terjadi menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi antara negara satu dengan negara

2 53 lainnya. Secara umum, perbedaan yang paling terlihat yaitu pada tingkat pertumbuhan ekonomi antara negara maju dan negara berkembang. Kondisi yang berbeda antara negara maju dan negara berkembang, baik dalam sistem ekonomi maupun kebijakannya, menandakan bahwa perlakuan yang diterapkan untuk negara maju dan negara berkembang tidak dapat disamakan. Dalam era perekonomian terbuka seperti saat ini, perdagangan internasional, yaitu ekspor dan impor, serta aliran investasi asing langsung (FDI), tidak dapat dipungkiri lagi peranannya dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu negara. Tabel 4.1 RataRata Pertumbuhan Ekonomi, Inwards FDI, dan Ekspor di NegaraNegara Berkembang Periode Negara Pertumbuhan Ekonomi (persen) Inwards FDI (persen dari PDB) Ekspor (konstan 2005, milliar US$) Indonesia Malaysia Thailand Filipina Cina India Meksiko RataRata Sumber: UNCTAD dan WDI (diolah) Pada Tabel 4.1 terlihat perkembangan pertumbuhan ekonomi, inwards FDI, dan ekspor negaranegara berkembang selama kurun waktu Data tersebut menunjukkan bahwa nilai dari pertumbuhan ekonomi di negaranegara berkembang cenderung memiliki trend yang positif. Hal ini terlihat dari nilai

3 54 pertumbuhan ekonomi di masingmasing negara berkembang yang hampir seluruhnya menunjukkan peningkatan selama kurun waktu tersebut. Ada dua negara berkembang yang memiliki nilai pertumbuhan ekonomi diatas ratarata tahun 2000, yaitu negara Malaysia, Cina dan Meksiko. Malaysia tidak hanya memiliki pertumbuhan ekonomi di atas ratarata, namun juga memiliki pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi di antara negaranegara berkembang lainnya dalam penelitian ini. Hal ini merupakan hasil dari pengadaan investasi besarbesaran di bidang pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah Malaysia. Keberhasilan investasi pendidikan serta program penciptaan lapangan kerjanya, membuat Malaysia memiliki angka kemiskinan yang tergolong rendah dibandingkan negaranegara berkembang lainnya. Sementara itu, pada tahun 2010, pertumbuhan ekonomi tertinggi, tidak lagi dipegang oleh Malaysia. Cina bergerak maju dan menempati posisi tertinggi dalam pertumbuhan ekonomi tahun 2010 di antara negaranegara berkembang lainnya. Negara Tirai Bambu ini, mengalami pertumbuhan ekonomi yang luar biasa sebagai hasil dari reformasi ekonominya. Dari data inwards FDI, pada tahun 2000 dan 2010, negara Malaysia mempunyai nilai inwards FDI yang paling tinggi diantara negaranegara berkembang lainnya dalam penelitian ini. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi Malaysia yang terus meningkat dan relatif stabil. Pertumbuhan ekonomi yang stabil menandakan bahwa negara tersebut mempunyai tingkat resiko yang kecil, dimana rendahnya tingkat resiko menjadi determinan penting masuknya FDI ke suatu negara. Sehingga bukan suatu hal yang mengejutkan bila Malaysia

4 55 menjadi salah satu negara tujuan investasi bagi banyak investor asing dari berbagai belahan dunia. Data ekspor untuk negaranegara berkembang juga memperlihatkan hal yang positif, sama halnya dengan perkembangan nilai PDB per kapita negaranegara berkembang. Perkembangan yang paling menonjol dan sangat signifikan ditunjukkan oleh negara Cina, dimana nilai ekspornya di tahun 2010 mencapai empat kali lipat nilai ekspornya di tahun Cina juga mempunyai nilai ekspor yang paling tinggi dibandingkan negaranegara lainnya. Negara Cina merupakan negara berkembang, dimana salah satu karakteristik dari negara berkembang yaitu banyak mengekspor produk primer. Namun, Cina tidak hanya bergantung pada ekspor produk primer, tapi juga pada produkproduk manufaktur yang nilainya cukup tinggi. Bukan hanya itu, Cina juga menjadi partner dagang yang kompeten bagi sejumlah negara di dunia, yang menyebabkan jumlah barang yang diekspornya relatif besar. Tabel 4.2 di bawah ini juga menggambarkan tentang pertumbuhan ekonomi, inwards FDI, dan ekspor di negaranegara maju dalam kurun waktu Pertumbuhan ekonomi negara maju memiliki kondisi yang berbedabeda, dimana hal ini terlihat dari nilai pertumbuhan ekonomi masingmasing negara, dimana ada negara yang pada kurun waktu tersebut nilai pertumbuhan ekonominya menurun dan ada pula negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang meningkat. Dari tabel tersebut dapat kita ketahui bahwa ada tiga negara maju yang memiliki nilai pertumbuhan ekonomi diatas ratarata pada tahun 2000, yaitu negara Singapura, Korea Selatan dan Kanada. Sementara pada tahun 2010, hanya

5 56 ada dua negara yang memiliki pertumbuhan ekonomi diatas ratarata, yaitu Singapura dan Korea Selatan. Negara Singapura memiliki pertumbuhan ekonomi yang paling tinggi diantara pertumbuhan ekonomi negaranegara maju lainnya yang terlibat dalam penelitian ini, selama dua periode tersebut. Hal tersebut tidak mengherankan mengingat negara Singapura merupakan salah satu Newly Industrializing Countries (NIC), dimana negara ini memiliki sektor manufaktur yang relatif lebih maju. Tabel 4.2 RataRata Pertumbuhan Ekonomi, Inwards FDI, dan Ekspor di NegaraNegara Maju Periode Negara Pertumbuhan Ekonomi (persen) Inwards FDI (persen dari PDB) Ekspor (konstan 2005, milliar US$) Singapura Jepang Korea Selatan New Zealand Australia Jerman Perancis United Kingdom United States Kanada RataRata Sumber: UNCTAD dan WDI (diolah) Dari data inwards FDI, diperoleh informasi bahwa negara Singapura mempunyai jumlah inwards FDI tertinggi. Aliran masuk FDI yang membanjiri Singapura disebabkan karena pemerintah Singapura membuat kebijakan yang proforeign investment. Selain itu, pemerintahnya yang bebas dari korupsi, kualitas

6 57 sumber daya manusia, serta tingkat pajak yang rendah membuat aliran FDI mengalir deras ke negara ini. Jumlah ekspor negara maju mempunyai nilai yang tinggi. Output yang besar di negara maju memungkinkan negara ini untuk mencapai economies of scale dan mendorong nilai ekspornya ke tingkat yang lebih tinggi. Pada tabel diatas, US merupakan negara dengan niali ekspor yang paling tinggi. US mempunyai nilai ekspor yang tinggi, karena negara ini memiliki produk ekspor yang sangat beragam. Negara US lebih banyak mengekspor produkproduk sekunder dan tersier, yang nilainya relatif lebih tinggi. Dua tabel di atas memberikan gambaran kepada kita, bahwa perbedaan antara negara maju dan negara berkembang dapat terlihat dari nilai PDB per kapita, inwards FDI, serta nilai ekspornya. Negara maju mempunyai nilai ratarata PDB per kapita sepuluh kali lebih besar dibandingkan negara berkembang. Sehingga wajar saja jika kesejahteraan penduduk negara maju jauh lebih tinggi dibandingkan negara berkembang. Sementara, data inwards FDI juga menunjukkan bahwa negara maju jauh lebih unggul dibanding negara berkembang. Aliran masuk FDI mengalir jauh lebih banyak ke negara maju. Hal ini karena kecanggihan teknologi serta kualitas sumber daya manusia di negara maju jauh lebih baik dibandingkan negara berkembang. Bukan hanya itu, nilai ekspor negara maju juga lebih tinggi dibandingkan negara berkembang. Adapun kondisi ini dipengaruhi oleh jenis produk ekspor negara maju. Negara maju lebih banyak mengekspor barangbarang sekunder (manufaktur) dan tersier (jasajasa) yang nilainya jauh lebih tinggi dibandingkan barangbarang primer yang biasanya menjadi produk ekspor andalan di negara berkembang.

7 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inwards FDI Inwards FDI dianggap oleh banyak ekonom sebagai salah satu faktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pada kegiatan FDI tidak hanya terjadi transfer modal, namun juga terjadi transfer teknologi, ilmu pengetahuan, serta managerial skill yang sangat berguna bagi pembangunan ekonomi di host country. Selain itu, FDI juga membuka kesempatan bagi host country untuk dapat meningkatkan jumlah ekspornya dan memberikan akses untuk masuk ke pasar internasional. Dengan kata lain, FDI juga telah mendorong kegiatan ekspor di suatu negara. Kegiatan ekspor tersebut akan mendatangkan pendapatan bagi host country yang akan meningkatkan cadangan devisa negara yang bersangkutan. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inwards FDI ln GDP Riil per Kapita JPN USA DEU AUS FR CAN NZL KOR A MEX MYS IND PHL CHN IDN THA GBR SGP Inwards FDI (persen dari GDP) Negara Berkembang Negara Maju Sumber: UNCTAD, diolah Keterangan: IDN = Indonesia; MYS = Malaysia; SGP = Singapura; PHL = Filipina; THA = Thailand; CHN = Cina; KOR = Korea Selatan; JPN = Jepang; IND = India; AUS = Australia; NZL = New Zealand; DEU = Jerman; FRA = Perancis; GBR = United Kingdom; MEX = Meksiko; CAN = Kanada; USA = United States Gambar 4.1 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Inwards FDI

8 59 Pada gambar tersebut terlihat bahwa negara maju memiliki pertumbuhan ekonomi di atas pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Inwards FDI negara maju dan negara berkembang, persen dari PDB, hampir memiliki share yang sama. Namun, karena nilai GDP negara maju lebih besar dari nilai GDP negara berkembang, maka dapat dikatakan bahwa aliran masuk FDI ke negara maju jauh lebih besar dibandingkan ke negara berkembang. Gambar di atas juga memperlihatkan hal yang menarik, dimana negara Singapura memiliki aliran masuk FDI yang paling besar, dibandingkan negara lainnnya. Hal ini terjadi karena Singapura memiliki pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil, sehingga negara ini memiliki tingkat resiko yang kecil untuk dijadikan negara tujuan investasi. Selain itu, kebijakankebijakan di negara Singapura yang proforeign investment juga menjadi faktor penentu yang memengaruhi derasnya aliran FDI ke Singapura Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor Perdagangan internasional merupakan salah satu faktor penting dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara, khususnya ekspor. Kegiatan ekspor yang dilakukan oleh suatu negara memberikan pemasukan bagi negara tersebut dan menambah cadangan devisa, yang pada gilirannya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Gambar di bawah ini menunjukkan bahwa ekspor negara berkembang jauh lebih kecil dibandingkan negara maju. Hal ini terjadi karena adanya perbedaan produk ekspor antara negara berkembang dan negara maju. Negara berkembang mempunyai produk ekspor yang kurang beragam dibandingkan

9 60 negara maju. Negara berkembang memiliki ketergantungan terhadap produkproduk pertanian dan ekspor barangbarang primer dibandingkan barangbarang sekunder dan tersier. Adapun negara maju lebih banyak mengekspor barangbarang sekunder dan tersier seperti jasa dan manufaktur yang mempunyai value added yang lebih besar, dibandingkan barang primer, dan mempunyai harga yang jauh lebih tinggi. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor ln GDP Riil per Kapita NZL PHL AUS MYS THA IDN IND SGP CAN KOR MEX NZL DEU FRA GBR CHN USA Sumber: UNCTAD dan WDI, diolah ln Ekspor Negara Berkembang Negara Maju Keterangan: IDN = Indonesia; MYS = Malaysia; SGP = Singapura; PHL = Filipina; THA = Thailand; CHN = Cina; KOR = Korea Selatan; JPN = Jepang; IND = India; AUS = Australia; NZL = New Zealand; DEU = Jerman; FRA = Perancis; GBR = United Kingdom; MEX = Meksiko; CAN = Kanada; USA = United States Gambar 4.2 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor Pada gambar diatas kita juga dapat melihat bahwa negara Cina merupakan negara berkembang yang memiliki nilai ekspor yang jauh lebih besar dibandingkan negaranegara berkembang lainnya dan nilainya mendekati ekspor negara maju. Kondisi tersebut terjadi karena negara Cina mempunyai produk ekspor yang beragam, serta banyak mengekspor produkproduk manufaktur, mesinmesin, peralatan elektronik, produk tekstil, dan masih banyak lagi produk

10 61 lainnya. Sehingga, tak mengherankan jika nilai ekspor negara Cina lebih tinggi dibanding negara berkembang lainnya Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Impor Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Impor ln GDP Riil per Kapita NZL PHL THA IDN AUS MYS IND SGP CAN KOR MEX JPN FRAGBR CHN DEU USA ln Impor Negara Berkembang Negara Maju Sumber: UNCTAD dan WDI, diolah Keterangan: IDN = Indonesia; MYS = Malaysia; SGP = Singapura; PHL = Filipina; THA = Thailand; CHN = Cina; KOR = Korea Selatan; JPN = Jepang; IND = India; AUS = Australia; NZL = New Zealand; DEU = Jerman; FRA = Perancis; GBR = United Kingdom; MEX = Meksiko; CAN = Kanada; USA = United States Gambar 4.3 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Impor Liberalisasi perdagangan tidak hanya fokus pada kegiatan ekspor, namun juga meliputi kegiatan impor barang dari suatu negara. Seperti halnya ekspor, impor juga mempunyai pengaruh bagi pertumbuhan ekonomi. Kegiatan impor terjadi pada saat tingkat efisiensi mengimpor suatu barang jauh lebih tinggi dibandingkan jika suatu negara harus memproduksinya sendiri. Inefisiensi yang timbul pada saat suatu negara memutuskan untuk memproduksi suatu produk sendiri akan menyebabkan biaya yang dikeluarkan jauh lebih besar dibandingkan pada saat negara yang bersangkutan mengimpornya dari negara lain.

11 62 Pada Gambar 4.3 terlihat bahwa negara maju mempunyai nilai impor yang jauh lebih besar dibandingkan nilai impor negara berkembang. Negara maju membutuhkan banyak pasokan bahan baku untuk menunjang proses produksinya. Keterbatasan sumber daya alam di negara maju mendorong mereka untuk mengimpor bahan baku dari negara lain dalam jumlah yang besar, karena produk yang akan diproduksi di negara maju pun jumlahnya tidak sedikit. Serupa dengan jumlah ekspornya, dalam jumlah impor pun negara Cina merupakan negara berkembang yang mempunyai nilai yang paling tinggi dibandingkan negara berkembang lainnya, seperti yang terlihat pada gambar. Negara Cina merupakan salah satu negara dengan kegiatan industri yang sangat aktif. Negara ini juga banyak mengimpor mesinmesin industri, bahanbahan kimia organik, bahanbahan plastik, dan lainnya dari negara lain sebagai bagian dari kegiatan industrinya. Selain itu, US juga merupakan negara yang memiliki nilai impor yang jauh lebih besar dibanding negara maju lainnya. Nilai impor yang tinggi merupakan hasil dari kegiatan produksi yang juga besar di Negara Super Power ini. Banyak produk yang dihasilkan oleh US karena permintaan yang tinggi akan produkproduk hasil produksi negara ini. Sehingga, keadaan ini menuntut US untuk mengimpor barangbarang dari negara lain untuk mendukung proses produksinya Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kapital Kapital merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembangunan di suatu negara. Kapital mempunyai peran yang signifikan dalam meningkatkan produktivitas dari suatu kegiatan produksi. Pada gambar dibawah ini, dapat kita

12 63 lihat bahwa jumlah kapital di negara berkembang jauh lebih besar dibanding negara maju. Negara berkembang membutuhkan jauh lebih banyak modal sebagai penunjang dari proses pembangunan di negaranya. Banyak proyek pembangunan yang diadakan oleh pemerintah negara berkembang untuk mendorong pertumbuhan ekonominya melalui pembangunan infrastruktur, khususnya pada tahap awal pembangunan. Sementara di negara maju, modal yang ada dialokasikan pada sektorsektor produktif yang memberikan pengembalian yang tinggi ataupun digunakan untuk pengembangan teknologi di negara tersebut. Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kapital ln GDP Riil per Kapita USA GBR DEU MYS PHL CAN JPN FRA NZL SGP MEX AUS THA IDN KOR IND CHN ln Kapital Negara Berkembang Negara Maju Sumber: UNCTAD dan WDI, diolah Keterangan: IDN = Indonesia; MYS = Malaysia; SGP = Singapura; PHL = Filipina; THA = Thailand; CHN = Cina; KOR = Korea Selatan; JPN = Jepang; IND = India; AUS = Australia; NZL = New Zealand; DEU = Jerman; FRA = Perancis; GBR = United Kingdom; MEX = Meksiko; CAN = Kanada; USA = United States Gambar 4.4 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Kapital Pada gambar di atas terlihat bahwa Cina kembali mengungguli negara berkembang lainnya dalam hal jumlah modal. Cina merupakan negara dengan akumulasi modal yang paling tinggi dibanding negara berkembang maupun negara maju dalam penelitian ini. Potensi yang besar dari negara Cina banyak

13 64 mengundang investor asing untuk menanamkan modalnya di Cina. Selain itu pendapatan negara yang diperoleh dari kegiatan ekspornya juga menjadi tambahan modal untuk negara ini Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Angkatan Kerja Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Angkatan Kerja ln GDP Riil per Kapita NZD SGD AUD MYR CAD KRW GBP FR DE JPY MXN THB PHP IDR USD CHN INR ln Angkatan Kerja Negara Berkembang Negara Maju Sumber: UNCTAD, WDI, dan CEIC, diolah Keterangan: IDR = Indonesia; MYR= Malaysia; SGD = Singapura; PHP = Filipina; THB = Thailand; CHN = China; KRW = Korea Selatan; JPY = Jepang; INR = India; AUD = Australia; NZD = New Zealand; DE = Jerman; FR = Perancis; GBP = Inggris; MXN = Meksiko; CAD = Kanada; USD = Amerika Serikat Gambar 4.5 Hubungan antara Pertumbuhan Ekonomi dan Angkatan Kerja Peningkatan jumlah tenaga kerja secara teori dianggap mempunyai pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja bisa dilihat dari jumlah angkatan kerja yang ada di suatu negara. Angkatan kerja yang besar akan menambah jumlah tenaga produktif di suatu negara. Tenaga kerja yang produktif akan membantu dalam proses pembangunan ekonomi. Kualitas dari tenaga kerja itu sendiri menjadi suatu hal yang perlu mendapat perhatian. Tingkat pendidikan

14 65 serta keterampilan yang dimiliki sangat menentukan kinerja ataupun kualitas sumber daya manusia yang ada di suatu negara. Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa jumlah angkatan kerja negara berkembang dan negara maju sedikit sekali perbedaannya. Keduanya hampir memiliki pola yang sama. Pada kasus, negara berkembang, terdapat dua negara yang mempunyai jumlah angkatan kerja yang lebih banyak dibandingkan negara berkembang lainnya, yaitu Cina dan India. Peningkatan jumlah penduduk suatu negara akan diiringi pula oleh peningkatan jumlah angkatan kerjanya. Seperti yang kita ketahui, negara Cina dan India merupakan negara yang dikenal dengan jumlah penduduknya yang besar. Sehingga, tak mengherankan jika kedua negara ini mempunyai jumlah angkatan kerja yang jumlahnya sangat banyak. 4.2 Granger Causality Test pada Data Panel Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat diantara dua variabel yang diuji. Pengujian ini dilakukan terhadap beberapa variabel yang terkait dengan model umum penelitian (persamaan pertumbuhan ekonomi). Hasil Granger Causality Test yang diterapkan terhadap data panel dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini. Tanda menandakan bahwa hipotesis nol ditolak, dengan menggunakan kriteria probabilitas < tingkat kritsis α = 10 persen (hasil Granger Causality Test untuk data seluruh kawasan, negara maju, dan negara berkembang dapat dilihat pada lampiran). Hipotesis nol untuk baris pertama adalah FDI tidak memengaruhi GDP dan GDP tidak memengaruhi FDI. Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa secara umum pada kasus seluruh kawasan dan negara maju ada

15 66 hubungan kausalitas satu arah dimana FDI secara signifikan berpengaruh terhadap GDP. Sementara untuk kasus negara berkembang, tidak ditemukan hubungan kausalitas antara FDI dan GDP. Aliran masuk FDI berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi karena pada saat FDI masuk ke suatu negara, bukan hanya terjadi transfer modal, namun juga transfer teknologi serta ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi pembangunan ekonomi di host country. Tabel 4.3 Granger Causality Test Hipotesis Nol Seluruh Kawasan Negara Maju Negara Berkembang 2 lag 4 lag 6 lag 2 lag 4 lag 6 lag 2 lag 4 lag 6 lag FDI ln_gdp ln_gdp FDI ln_x ln_gdp ln_gdp ln_x ln_m ln_gdp ln_gdp ln_m K ln_gdp ln_gdp K ln_l ln_gdp ln_gdp ln_l Keterangan: Periode sample ; GDP = GDP riil per kapita; FDI = inwards FDI; X = ekspor; M = impor; K = kapital; L = angkatan kerja; = tidak memengaruhi Hipotesis nol untuk baris kedua adalah ekspor tidak memengaruhi GDP, dan GDP tidak memengaruhi ekspor. Pada tabel diatas diketahui bahwa untuk kasus seluruh kawasan terdapat hubungan kausalitas dua arah antara ekspor dan GDP. Pada kasus negara maju, secara umum hanya ditemukan hubungan kausalitas satu arah pada lag 2 dan lag 4, dimana GDP secara signifikan memengaruhi ekspor. Hasil yang berbeda ditunjukkan pada kasus negara berkembang, yaitu terdapat hubungan kausalitas satu arah dimana ekspor secara

16 67 signifikan memengaruhi GDP pada lag 2 dan 4. Kenaikan dalam jumlah ekspor akan meningkatkan cadangan devisa suatu negara yang artinya akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Selain itu, jika pertumbuhan ekonomi meningkat, maka GDP per kapita juga akan meningkat, dan pada gilirannya dapat meningkatkan permintaan terhadap barangbarang ekspor. Hipotesis nol untuk baris ketiga adalah impor tidak memengaruhi GDP, dan sebaliknya. Pada hasil Granger Causality Test diketahui bahwa untuk kasus seluruh kawasan dan negara maju secara umum terdapat hubungan kausalitas dua arah antara impor dan GDP. Sementara kondisi yang berbeda terjadi di negara berkembang, dimana hanya terjadi hubungan kausalitas satu arah, yaitu impor secara signifikan berpengaruh terhadap GDP. Seperti halnya ekspor, impor juga mempunyai pengaruh terhadap perubahan cadangan devisa suatu negara yang dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi. Adapun pertumbuhan ekonomi berpengaruh terhadap impor suatu barang, hal ini terjadi karena tingkat pertumbuhan ekonomi dapat mencerminkan pendapatan suatu negara. Tinggi rendahnya pendapatan suatu negara akan memengaruhi permintaan barangbarang impor. Hipotesis nol untuk baris keempat adalah kapital tidak memengaruhi GDP, dan sebaliknya. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pada kasus seluruh kawasan dan negara berkembang secara umum terdapat hubungan kausalitas satu arah, dimana kapital secara signifikan memengaruhi GDP. Namun, hal yang berbeda terjadi pada kasus di negara maju, dimana pada kasus tersebut ditemukan hubungan kausalitas dua arah antara kapital dan GDP. Akumulasi kapital pada dasarnya dapat mendorong produksi di suatu negara, yang pada gilirannya akan

17 68 meningkatkan output, dan memberikan efek terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara, peningkatan pertumbuhan ekonomi akan memengaruhi jumlah kapital di suatu negara. Hal ini terjadi karena pertumbuhan ekonomi yang meningkat dan stabil akan mendorong investor asing untuk menanamkan modalnya di dalam negeri. Hipotesis nol untuk baris terakhir adalah tenaga kerja memengaruhi GDP, dan sebaliknya. Dari hasil Granger Causality Test diperoleh hasil bahwa secara umum terdapat hubungan kausalitas satu arah antara tenaga kerja dan GDP. Hasil tersebut berlaku untuk ketiga kasus, dimana GDP secara signifikan berpengaruh terhadap tenaga kerja. Tinggi rendahnya GDP per kapita di suatu negara menjadi cerminan tingkat pendapatan di negara tersebut. Jika pertumbuhan ekonomi meningkat, GDP per kapita suatu negara juga akan berada pada tingkat yang tinggi, sehingga penduduk di negara yang bersangkutan mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi, mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai, serta halhal lainnya, yang dapat meningkatkan kualitas tenaga kerja di negara tersebut. Namun, jika pertumbuhan ekonominya rendah, maka GDP per kapita di negara tersebut juga rendah. Hal ini akan memengaruhi kualitas tenaga kerja di negara tersebut. Penduduk yang tinggal di suatu negara yang memiliki pendapatan rendah sangat sulit untuk mengonsumsi makananmakanan bergizi, yang pada gilirannya akan menurunkan produktivitas tenaga kerja di negara tersebut. Dalam kaitan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan variabelvariabel lain dalam penelitian, maka dapat disimpulkan dari hasil Granger Causality Test yang menunjukkan bahwa terdapat

18 69 hubungan kausalitas satu arah antara FDI dan GDP, dimana FDI secara signifikan memengaruhi GDP. Hal yang sama juga terjadi antara hubungan kausalitas antara tenaga kerja dan GDP. Hubungan kausalitas satu arah ditemukan antara tenaga kerja dan GDP, dimana GDP secara signifikan berpengaruh terhadap tenaga kerja. Sementara ditemukan hubungan kausalitas dua arah antara ekspor dan GDP, impor dan GDP, serta kapital dan GDP. 4.3 Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Data Dinamis FaktorFaktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Negara Maju Tabel 4.4 menyajikan hasil estimasi faktorfaktor yang memengaruhi pertumbuhan ekonomi di negaranegara maju. Dengan menggunakan model System Generalized Method of Moments (SYSGMM) dalam estimasi twostep noconstant diperoleh model terbaik dengan terpenuhinya ketiga kriteria model GMM yang baik. Dari tabel di bawah ini, terdapat hasil Uji ArrelanoBond serta Sargan Test. Dari hasil Uji ArrelanoBond diperoleh nilai statistik m 1 (2.5053) dengan nilai probabilitas , yang signifikan pada taraf nyata 5 persen dan 10 persen. Sementara, nilai statistik m 2 ( ) mempunyai nilai probabilitas , yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen. Artinya, model tersebut mempunyai estimator yang konsisten. Selanjutnya, nilai statistik Sargan Test ( ) mempunyai probabilitas yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, serta 10 persen. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar residu dan overidentifying restrictions, sehingga tidak ada masalah dengan validitas instrumen. Model ini juga disempurnakan

19 70 dengan terpenuhinya kriteria ketiga, yaitu mempunyai estimator yang tidak bias. Hal ini terbukti dari nilai koefisien variabel lag dependent dalam model GMM sebesar , yang nilainya berada diantara nilai koefisien variabel lag dependent PLS ( ) dan FEM ( ). Tabel 4.4 Hasil Estimasi FaktorFaktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Negara Maju ln_gdp Estimated Coeffients Standard Error P > z l.ln_gdp * FDI * ln_x ln_m K ln_l Pooled Least Squares l.ln_gdp Fixed Effects Model l.ln_gdp AB Test Z Prob > z ArrelanoBond m ArrelanoBond m Sargan Test chi2 (17) = Prob > chi2 = Keterangan : Tanda (*) = signifikan pada taraf nyata 1 persen Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa pada kasus negara maju, hanya ada dua variabel yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di negara maju. Kedua variabel tersebut adalah variabel lag dependent dan FDI yang keduanya signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen. Nilai koefisien dari variabel yang signifikan tersebut juga sejalan dengan teori. Sementara, untuk

20 71 variabel lainnya, seperti ekspor, impor, jumlah modal, dan tenaga kerja mempunyai nilai koefisien yang berlawanan dengan teori, namun nilai probabilitasnya tidak signifikan, sehingga kita tidak perlu membahasnya lebih lanjut Pengaruh Variabel Lag Dependent terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Maju Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel lag dependent mempunyai pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi pada kasus negara maju. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai koefisien dari variabel lag dependent yang bernilai positif, yaitu sebesar Nilai koefisien tersebut dapat diartikan bahwa peningkatan pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya sebesar 1 persen, akan direspon dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di periode berikutnya sebesar persen, ceteris paribus. Hubungan positif ini menunjukkan bahwa korelasi pertumbuhan ekonomi periode sebelumnya terbukti mempunyai pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi di periode berikutnya pada kasus negara maju. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa untuk dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi di periode selanjutnya, menjamin kondisi perekonomian pada periode sebelumnya dalam keadaan yang baik dan stabil merupakan hal yang patut dilakukan. Negaranegara maju mempunyai pertumbuhan ekonomi yang mengesankan dibanding negara berkembang. Hal ini terjadi karena kesuksesan pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya di negara maju dijadikan pelajaran oleh pemerintah negara maju untuk dapat mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di periode berikutnya.

21 Pengaruh Inwards FDI terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Maju Negara maju menjadi tujuan investasi bagi para investor asing. Hal ini terjadi karena modal asing, khususnya dalam bentuk FDI, akan selalu tertuju pada negaranegara atau kawasan yang menjanjikan tingkat pengembalian investasi yang tinggi dan mempunyai resiko yang kecil. Perusahaanperusahaan multinasional tidak akan tertarik untuk membantu usahausaha pembangunan yang ada di suatu negara. Perhatian mereka tertuju pada maksimalisasi keuntungan atas setiap sen modal yang mereka tanamkan. Aliran masuk FDI ke host country dipengaruhi oleh kualitas modal manusia, pertumbuhan ekonomi yang kuat, kondisi politik dalam negeri yang stabil, tingkat pajak yang rendah, birokrasi yang efisien, pasar konsumen yang besar, sumber daya alam yang melimpah, serta lingkungan hukum negara tujuan investasi. Pada kasus di negara maju, berdasarkan hasil estimasi yang diperoleh, inwards FDI merupakan salah satu faktor penentu yang penting dari pertumbuhan ekonomi di negara maju. Kondisi ini sesuai dengan teori yang sudah dijelaskan sebelumnya. Hasil estimasi yang diperoleh menunjukkan bahwa aliran masuk FDI mempunyai pengaruh positif bagi pertumbuhan ekonomi negara maju. Hal ini ditunjukkan oleh nilai koefisien untuk variabel FDI yang bernilai positif, yaitu sebesar Nilai koefisien tersebut menjelaskan bahwa kenaikan sebesar 1 persen inwards FDI, ceteris paribus, akan direspon oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar persen. Nilai probabilitas variabel FDI yang signifikan juga menunjukkan bahwa FDI mempunyai pengaruh yang besar bagi pertumbuhan ekonomi di negara maju, dibandingkan variabel ekspor. Ini

22 73 artinya, melangkah ke depan dengan bergantung pada aliran masuk FDI, sangat memungkinkan untuk negara maju. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Moudatsou dan Kyrkilis (2011) juga menunjukkan hasil yang sama. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa negaranegara European Union, yang notabene merupakan negaranegara maju, mempunyai pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh FDI. Sumbersumber FDI ke negara maju, biasanya berasal dari negaranegara maju lainnya. Salah satu contohnya adalah Singapura. Menurut data ASEAN Secretariat (2006), sumber FDI Singapura yang terbesar, salah satunya dari negaranegara di Eropa. Aliran FDI negaranegara Eropa ke Singapura di tahun 2005 mencapai US$ 4.76 miliar. Aliran FDI tersebut paling banyak mengalir ke sektor intermediasi keuangan dan jasajasa, yaitu sebanyak US$ 7.37 miliar, di tahun yang sama, disusul oleh sektor perdangangan/komersil sebanyak US$ 5.93 miliar. Aliran masuk FDI ke negara maju jumlahnya begitu banyak. Kondisi ini akan semakin memperkuat perekonomian negara maju. Inwards FDI yang jumlahnya sangat signifikan tersebut akan semakin mendorong jumlah ekspor negara maju ke tingkat yang lebih tinggi lagi. Ekspor yang tinggi akan memberikan pemasukan bagi devisa negara maju, yang pada gilirannya akan semakin mendorong pertumbuhan ekonominya. Oleh karena itu, halhal yang memengaruhi masuknya aliran FDI ke host country perlu diperhatikan dan diperkuat lagi. Tujuannya agar jumlah aliran masuk FDI ke negara maju semakin meningkat dan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi negara maju pada level yang lebih tinggi.

23 FaktorFaktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Globalisasi memberikan sebuah kesempatan bagi negaranegara berkembang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat melalui perdagangan dan investasi. Kasus di negara berkembang, menggunakan model First Differences Generalized Method of Moments (FDGMM) dalam estimasi noconstant dengan variabel ekspor sebagai variabel predetermined. Model tersebut sudah baik, karena dapat memenuhi tiga kriteria model GMM yang baik. Tabel 4.5 Hasil Estimasi FaktorFaktor yang Memengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang ln_gdp Estimated Coeffients Standard Error P > z l.ln_gdp * FDI ** ln_x * ln_m *** K * ln_l Pooled Least Squares l.ln_gdp Fixed Effects Model l.ln_gdp AB Test Z Prob > z ArrelanoBond m ArrelanoBond m Sargan Test chi2 (17) = Prob > chi2 = Keterangan : Tanda (*) Tanda (**) Tanda (***) = signifikan pada taraf nyata 1 persen = signifikan pada taraf nyata 5 persen = signifikan pada taraf nyata 10 persen

24 75 Uji spesifikasi model yang dilakukan sama halnya dengan kasus di seluruh kawasan dan negara maju. Pada Tabel 4.5 hasil Uji ArrelanoBond menunjukkan nilai statistik m 1 (2.569) dengan probabilitas , yang berarti signifikan pada taraf nyata 5 persen dan 10 persen. Sementara nilai statistik m 2 ( ) mempunyai nilai probabilitas yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen. Artinya, model tersebut mempunyai estimator yang konsisten. Hasil Sargan Test juga menunjukkan bahwa model yang digunakan sudah valid. Ini ditandai oleh nilai probabilitas sebesar , yang menunjukkan H 0 diterima. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar residu dan overidentifying restrictions, sehingga tidak ada masalah dengan validitas instrumen. Selain itu, model tersebut juga mempunyai nilai koefisien variabel lag dependent yang tak bias, karena berada diatas nilai koefisien variabel lag dependent model FEM ( ) dan berada dibawah nilai koefisien variabel lag dependent model PLS ( ). Dari hasil estimasi dapat diketahui bahwa hampir seluruh variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi negara berkembang, kecuali variabel tenaga kerja. Variabelvariabel yang signifikan tersebut diantaranya variabel lag dependent, inwards FDI, ekspor, impor, dan jumlah kapital. Keseluruhan variabel tersebut mempunyai tanda koefisien yang sejalan dengan teori. Namun, untuk variabel tenaga kerja, walaupun nilai koefisiennya positif, yang artinya sejalan dengan teori, tetapi probabilitasnya tidak signifikan, sehingga kita tidak perlu membahasnya lebih lanjut.

25 Pengaruh Variabel Lag Dependent terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel lag dependent mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Hal ini didukung oleh nilai koefisien variabel lag dependent yang positif, sebesar Nilai tersebut berarti bahwa kenaikan pertumbuhan ekonomi pada tahun sebelumnya akan di respon dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi di tahun selanjutnya sebesar persen, ceteris paribus. Negara berkembang cenderung memiliki pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif. Informasi di atas dapat diimplikasikan oleh para pembuat kebijakan di negara berkembang dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang diharapkan. Pertumbuhan ekonomi di periode sebelumnya dapat dijadikan acuan untuk para pembuat kebijakan dalam menentukan kebijakan yang tepat dan sesuai dengan kondisi negara berkembang dalam upaya mempercepat pertumbuhan ekonominya Pengaruh Inwards FDI Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Aliran masuk FDI ke negara berkembang lebih terasa kehadirannya bagi negaranegara berkembang yang ekonominya lebih kecil dibandingkan negaranegara maju. Perusahaanperusahaan multinasional yang merupakan bentuk konkret dari FDI, beroperasi di negara berkembang dan memfokuskan usaha mereka pada industri ekstaktif dan komoditi primer. Tujuan perusahaan multinasional tersebut adalah untuk mengambil kekayaan alam terpendam, yang biasanya tersedia dalam jumlah yang banyak di negara berkembang. Sumber daya alam yang melimpah di suatu negara juga merupakan salah satu faktor yang

26 77 menarik para investor asing, khususnya FDI, untuk masuk ke dalam negeri dan mendirikan subsidiary di suatu negara. Motif ini dalam kegiatan FDI, biasa disebut dengan backward integration yang merupakan bagian dari motif horizontal integration. Aliran FDI ke negara berkembang, biasanya berasal dari negaranegara maju di dunia. Salah satu negara berkembang dalam penelitian ini, yaitu Indonesia. Menurut data dari ASEAN Secretariat (2006), sumber FDI Indonesia yang terbesar yaitu berasal dari Amerika Utara, dengan jumlah sebesar US$ 2.95 miliar dan negara selanjutnya yang mempunyai kontribusi yang besar bagi FDI di Indonesia adalah negaranegara di Eropa. Aliran FDI negaranegara Eropa ke Indonesia pada tahun 2005 mencapai US$ 1.92 miliar. Aliran FDI tersebut paling banyak mengalir ke sektor barang tambang dan galian, yaitu sebesar US$ 2.24 miliar, di tahun yang sama, disusul oleh sektor manufaktur sebesar US$ 1.92 miliar. Hasil estimasi yang diperoleh dari model yang telah dipilih menunjukkan bahwa inwards FDI mempunyai pengaruh yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Nilai koefisien yang positif dari hasil estimasi, yaitu sebesar , mendukung hal tersebut. Angka tersebut juga menjelaskan bahwa kenaikan sebesar 1 persen dari inwards FDI, ceteris paribus, akan direspon dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar persen. FDI memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi di negara berkembang, khususnya melalui transfer modal, teknologi, serta ilmu pengetahuan yang dibawa oleh perusahaan induk ke host country. FDI telah

27 78 meningkatkan akumulasi modal di negara domestik yang sangat berguna untuk pembangunan di negara berkembang. Peningkatan akumulasi modal akan mendukung proses pembangunan ekonomi di negara berkembang. Sementara transfer teknologi yang muncul dari kegiatan FDI akan berdampak pada efisiensi proses produksi di negara berkembang dalam menghasilkan output. Semakin efisien proses produksi barang di suatu negara, maka hal ini akan menyebabkan negara tersebut memiliki keunggulan komparatif untuk suatu barang tertentu dibanding negara lainnya. Jika suatu negara memiliki keunggulan komparatif, maka pangsa ekspor dari negara tersebut akan meningkat. Lain halnya dengan transfer teknologi, transfer ilmu pengetahuan yang dibawa dari negara asal FDI, akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di negara host country. Keberadaan FDI juga dapat mengurangi pengangguran yang tinggi, yang merupakan salah satu masalah di negara berkembang. Lapangan kerja akan bertambah jumlahnya jika FDI masuk dan mendirikan perusahaan multinasionalnya. FDI merupakan salah satu bentuk investasi asing yang juga dijadikan pilihan oleh negara berkembang untuk meningkatkan akumulasi modal di negaranya. Menurut Todaro dan Smith (2006), negaranegara berkembang harus memilih proyekproyek investasi secara cermat, bukan sematamata berdasarkan analisis produktivitas parsial seperti yang biasa ditunjukkan oleh rasio modaloutput dari sebuah industri. Proyekproyek investasi yang akan dipilih harus dikaitkan dengan programprogram pembangunan secara keseluruhan. Ini artinya, kegiatan tersebut juga harus memperhitungkan pengaruhpengaruh perekonomian

28 79 eksternal, akibatakibat buruk secara tidak langsung, serta tujuantujuan jangka panjang dalam pembangunan yang ada di negara berkembang Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Perdagangan internasional yang dilakukan oleh suatu negara menandakan bahwa perekonomian negara tersebut termasuk dalam kategori perekonomian terbuka. Secara umum, negaranegara berkembang lebih bergantung pada perdagangan internasional dibandingkan negara maju. Salah satu bentuk dari perdagangan internasional adalah ekspor. Negaranegara berkembang cenderung menyumbangkan bagian yang lebih besar dari outputnya untuk ekspor dibandingkan negaranegara maju. Pada Tabel 4.5 di atas diperoleh hasil estimasi yang menunjukkan bahwa ekspor mempunyai pengaruh yang positif bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Nilai koefisien yang positif, sebesar , mendukung hal tersebut. Jika diinterpretasikan, nilai tersebut mengandung arti bahwa peningkatan jumlah ekspor sebesar 1 persen, ceteris paribus, akan direspon oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang sebesar persen. Selain itu, nilai koefisien variabel ekspor juga jauh lebih besar dibandingkan koefisien variabel FDI. Ini artinya, ekspor mempunyai dampak yang jauh lebih besar dibandingkan FDI bagi pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Sehingga, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya, negaranegara berkembang dapat berorientasi ke luar guna mempromosikan ekspor dan menjadi bagian dari kegiatan perdagangan bebas.

29 80 Jumlah ekspor terhadap GDP di suatu negara menjadi salah satu faktor penentu yang penting dari pertumbuhan ekonomi. Perluasan ekspor atau promosi ekspor dapat meningkatkan produktivitas dan menawarkan economies of scale yang lebih besar. Kegiatan ekspor akan meningkatkan penerimaan devisa negara berkembang. Jumlah yang dibayarkan oleh negara yang menjadi tujuan ekspor akan meningkatkan pendapatan serta sumbersumber daya lainnya, termasuk fisik dan finansial yang jumlahnya sangat langka di negara berkembang. Pendapatan tersebut dapat menambah tabungan domestik, yang pada akhirnya dapat digunakan untuk membiayai proyekproyek pembangunan yang sangat penting dalam mendorong proses pertumbuhan ekonomi. Ekspor juga menuntut kualitas yang baik dari produkproduk yang dihasilkan oleh suatu negara. Hanya produkproduk yang mempunyai keunggulan komparatif yang akan berhasil diterima di pasar global. Negara berkembang cenderung lebih banyak mengekspor komoditi primer yang mempunyai nilai lebih rendah dibandingkan produk sekunder atau tersier. Karena pasar dan hargaharga bagi produk semacam itu tidak menentu, maka ketergantungan ekspor pada produkproduk primer tersebut diliputi oleh faktor risiko dan faktor ketidakpastian yang sangat tinggi. Selain itu, produk ekspor dari negara berkembang juga kurang beragam (Todaro dan Smith, 2006). Jika negara berkembang ingin meningkatkan pertumbuhan ekonominya melalui kegiatan promosi ekspor, maka banyak hal yang perlu dilakukan, diantaranya mengadopsi teknologi modern yang dapat meningkatkan efisiensi produksi, meningkatkan kualitas produkproduknya agar mempunyai daya saing tinggi, dan meningkatkan keragaman jenis produk ekspornya. Negara berkembang juga perlu mengubah karakter dari barang

30 81 ekspornya, yang awalnya lebih banyak mengekspor barangbarang primer, mencoba untuk beralih ke barang sekunder atau tersier yang lebih mempunyai value added. Pola distribusi atas segenap hasil dan keuntungan dari kegiatan ekspor, serta kadar keterkaitannya juga dengan sektorsektor lain dalam dalam perekonomian secara keseluruhan juga perlu diperhatikan, sehingga kegiatan ini dapat benarbenar menjadi pendorong bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang (Todaro dan Smith, 2006) Pengaruh Impor terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Banyak negaranegara berkembang yang mempunyai ketergantungan terhadap impor bahanbahan mentah, barangbarang modal, barangbarang setengah jadi, mesinmesin dan peralatan modern, serta produk konsumen siap pakai guna menggerakkan industri mereka yang semakin berkembang dan memenuhi kebutuhan konsumsi penduduknya yang terus meningkat (Todaro dan Smith, 2006). Hasil estimasi menunjukkan bahwa impor memberikan pengaruh yang negatif bagi pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Nilai koefisien variabel impor bertanda negatif, yakni sebesar Ini dapat diartikan bahwa peningkatan jumlah impor sebesar 1 persen, ceteris paribus, akan direspon oleh menurunnya pertumbuhan ekonomi sebesar persen. Kegiatan impor yang dilakukan oleh suatu negara akan mengurangi pendapatan negara tersebut. Pada saat suatu negara mengimpor barang dari negara lain, maka jumlah devisa negara tersebut akan berkurang. Jumlah devisa yang berkurang tersebut dikarenakan adanya sejumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran barangbarang yang sudah diimpor dari negara lain. Menurunnya

31 82 jumlah devisa akan direspon oleh penurunan pertumbuhan ekonomi. Kegiatan impor terjadi ketika suatu negara tidak dapat memproduksi sendiri barang yang dibutuhkannya secara efisien. Sehingga, akan lebih baik jika negara tersebut mengimpor barang dari negara lain yang memiliki keunggulan komparatif terhadap suatu komoditi tertentu dibandingkan harus memproduksinya sendiri Pengaruh Jumlah Kapital Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Negara Berkembang Pembentukan modal merupakan kebutuhan yang penting bagi pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi di negara berkembang membutuhkan modal yang sangat besar, terutama pada tahaptahap awal pembangunan. Jika akumulasi modal di negara berkembang terbatas, maka pembangunan di negara tersebut akan terhambat, yang pada gilirannya akan berdampak pada menurunnya pertumbuhan ekonomi. Sementara, jika kapital yang ada di negara berkembang jumlahnya melimpah, maka pembangunan ekonomi di negara tersebut juga akan berjalan lancar, yang pada akhirnya akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang positif. Hasil estimasi di Tabel 4.5 menunjukkan pengaruh positif yang diberikan oleh variabel jumlah kapital. Nilai koefisien dari variabel kapital menunjuk pada angka Nilai tersebut dapat menjelaskan bahwa peningkatan jumlah kapital sebesar 1 persen, ceteris paribus, akan direspon oleh meningkatnya pertumbuhan ekonomi sebesar persen. Hal ini juga dapat diartikan bahwa jumlah kapital dapat membantu proses percepatan pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

32 83 Pada umumnya, jumlah akumulasi kapital di negara berkembang cenderung terbatas. Inilah yang menjadi tugas dari pemerintah di negaranegara berkembang untuk berupaya mengakumulasi modal, yakni dengan penerapan kebijakan fiskal dan moneter. Pada tahap awal pembangunan, investasi dalam bidang infrastruktur merupakan hal yang sangat penting mengingat fungsinya sebagai kerangka atau landasan bagi investasiinvestasi produktif selanjutnya, baik yang dilakukan sektor swasta maupun pemerintah (Todaro dan Smith, 2006) Ringkasan Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Dinamis Berdasarkan penjelasan yang sudah dipaparkan sebelumnya, berikut adalah ringkasan dari hasil estimasi yang diperoleh dengan pendekatan panel dinamis. Pada kasus negara maju, terdapat pengaruh yang positif dari variabel lag dependent dan FDI terhadap pertumbuhan ekonomi. Sementara pada kasus negara berkembang, terdapat pengaruh yang positif dari variabel lag dependent, FDI, ekspor, dan kapital, serta pengaruh negatif dari variabel impor terhadap pertumbuhan ekonomi. Tabel 4.6 Ringkasan Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Dinamis Variabel Negara Maju Negara Berkembang Lag Dependent + + FDI + + Ekspor + Impor Kapital + Tenaga Kerja

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. hubungan fluktuasi nilai tukar riil dengan variabelnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. hubungan fluktuasi nilai tukar riil dengan variabelnya. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif Fluktuasi Nilai Tukar Riil Negara-negara dalam Seluruh Kawasan Pada bagian inii akan dibahas mengenai kondisi umum dari masing-masing variabel yang digunakan.

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum yang disajikan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber

BAB I PENDAHULUAN. negara, meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke sumber-sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan merupakan faktor penting untuk merangsang pertumbuhan ekonomi suatu negara. Perdagangan akan memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan kesejahteraan suatu negara yaitu dengan meningkatkan faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka panjang disetiap periode. Dalam setiap periode upaya untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1980-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Berdasarkan pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS), fixed effect model (FEM) dan random effect model (REM) diperoleh hasil

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3

IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 IV. GAMBARAN UMUM NEGARA ASEAN 5+3 4.1 Gambaran Umum Kesenjangan Tabungan dan Investasi Domestik Negara ASEAN 5+3 Hubungan antara tabungan dan investasi domestik merupakan indikator penting serta memiliki

Lebih terperinci

V. HASIL DAN ANALISIS

V. HASIL DAN ANALISIS 53 V. HASIL DAN ANALISIS 5.1. Analisis Regresi Data Panel Statis Tabel 8 menyajikan hasil estimasi koefisien regresi dari model data panel statis pada persamaan (1). Koefisien estimasi yang disajikan merupakan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Tahapan Pemilihan Pendekatan Model Terbaik Estimasi model pertumbuhan ekonomi negara ASEAN untuk mengetahui pengaruh FDI terhadap pertumbuhan ekonomi negara ASEAN yang menggunakan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Globalisasi dari sisi ekonomi adalah suatu perubahan dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan akan berlangsung terus dalam Iaju yang semakin pesat

Lebih terperinci

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA 81 BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA Negara-negara yang tergabung dalam ASEAN bersama dengan Cina, Jepang dan Rep. Korea telah sepakat akan membentuk suatu

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya. BAB VI. KESIMPULAN 6.1. Kesimpulan Hasil penelitian mengenai aliran perdagangan dan investasi pada kawasan integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Integrasi ekonomi memberi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu tujuan pembangunan ekonomi. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara menandakan berhasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia modern sekarang suatu negara sulit untuk dapat memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri tanpa kerjasama dengan negara lain. Dengan kemajuan teknologi yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder negaranegara di kawasan ASEAN+6 dan kawasan non ASEAN+6 (Uni Eropa dan Amerika Utara) yang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor perikanan Indonesia dalam era perdagangan bebas mempunyai peluang yang cukup besar. Indonesia merupakan negara bahari yang sangat kaya dengan potensi perikananan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari

BAB I PENDAHULUAN. terjadi karena adanya upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang cukup besar untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar tersebut terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi merupakan keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini dilihat dari kontribusi sektor

Lebih terperinci

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA. dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses 115 V. PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI INDONESIA 5.1. Pertumbuhan Ekonomi Petumbuhan ekonomi pada dasarnya merupakan proses perubahan PDB dari waktu ke waktu. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi merupakan proses

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang besar. Biaya biaya tersebut dapat diperoleh melalui pembiayaan dalam negeri maupun pembiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. cara yang tepat dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat suatu negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia diestimasikan akan mengalami tantangan baru di masa yang akan datang. Di tengah liberalisasi ekonomi seperti sekarang suatu negara akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era perdagangan bebas saat ini, telah terjadi perubahan secara fundamental, bahwa gerak perdagangan semakin terbuka, dinamis, dan cepat yang menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dampak globalisasi di bidang ekonomi memungkinkan adanya hubungan saling terkait dan saling memengaruhi antara pasar modal di dunia. Dampak globalisasi di bidang ekonomi diikuti

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN. produk domestik bruto. Menurut BPS (2014) Produk Domestik Bruto (PDB)

1. BAB I PENDAHULUAN. produk domestik bruto. Menurut BPS (2014) Produk Domestik Bruto (PDB) 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Salah satu tujuan dari pembangunan ekonomi adalah meningkatnya pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Untuk menilai peningkatan pendapatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN

BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN BAB 3 KONDISI PERDAGANGAN LUAR-NEGERI INDONESIA DENGAN KAWASAN ASEAN Disepakatinya suatu kesepakatan liberalisasi perdagangan, sesungguhnya bukan hanya bertujuan untuk mempermudah kegiatan perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isi pembukaan Undang-undang Dasar 1945 diantaranya menyatakan bahwa salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Hal ini tidak terlepas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang. Gouws (2005) menyatakan perluasan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Negara Berkembang dan Maju Periode 1980-2008

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Negara Berkembang dan Maju Periode 1980-2008 38 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Sektor Pertanian Negara Berkembang dan Maju Periode 198-28 Berdasarkan Gambar 4.1, periode 198 hingga 28 perkembangan GDP pertanian negara-negara

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Gambaran Perkembangan Variabel Penelitian. 1. Perkembangan variabel pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang

BAB IV PEMBAHASAN. A. Gambaran Perkembangan Variabel Penelitian. 1. Perkembangan variabel pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Perkembangan Variabel Penelitian 1. Perkembangan variabel pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang ASEAN Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusi sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1)

BAB I PENDAHULUAN. termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sebagaimana termaktub dalam alenia ke-4 pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yaitu: (1) melindungi segenap bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan dapat dengan bebas bergerak ke setiap Negara di penjuru dunia. yang secara langsung berpengaruh

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengujian Stasioneritas Data Pengujian kestasioneran data merupakan tahap yang paling penting dalam menganalisis data panel untuk melihat ada tidaknya panel unit root yang terkandung

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI PAPUA 4.1. Keadaan Geografis dan Kependudukan Provinsi Papua Provinsi Papua terletak antara 2 25-9 Lintang Selatan dan 130-141 Bujur Timur. Provinsi Papua yang memiliki luas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw. (2003), pendapatan nasional yang dikategorikan dalam PDB (Produk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meningkatkan pendapatan nasional adalah melalui perdagangan internasional. Menurut Mankiw (2003), pendapatan nasional yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015 A. Perkembangan Perekonomian Saudi Arabia. 1. Dana Moneter Internasional (IMF) menyatakan pertumbuhan ekonomi di Saudi Arabia diatur melambat

Lebih terperinci

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA RINGKASAN EKSEKUTIF SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA DAFTAR ISI KATA PENGANTAR 4 INVESTASI UNI EROPA PENDORONG PERDAGANGAN INDONESIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dijabarkan beberapa teori yang menjadi landasan analisis penulis mengenai hubungan kedua variabel utama, yaitu Foreign Direct Investment (FDI) dan pertumbuhan

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA MELALUI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR

KORELASI ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA MELALUI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR KORELASI ANTARA PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA MELALUI PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR Dian V. Panjaitan, SE, M.Si Dr. Tanti Novianti, SP, M.Si Sri Retno Wahyu Nugraheni, SE, M.Si Departemen

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi, foreign direct investment, dan perdagangan internasional. Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi, foreign direct investment, dan perdagangan internasional. Penelitian II. TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan dijelaskan beberapa teori terkait dengan penelitian. Teori-teori tersebut diantaranya mengenai integrasi ekonomi, pertumbuhan ekonomi, foreign direct investment,

Lebih terperinci

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI

Ketua Komisi VI DPR RI. Anggota Komisi VI DPR RI PEMBERDAYAAAN KOPERASI & UMKM DALAM RANGKA PENINGKATAN PEREKONOMIAN MASYARAKAT 1) Ir. H. Airlangga Hartarto, MMT., MBA Ketua Komisi VI DPR RI 2) A. Muhajir, SH., MH Anggota Komisi VI DPR RI Disampaikan

Lebih terperinci

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN

BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN BAB 35 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAN PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN I. Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi nasional tidak terlepas dari perkembangan ekonomi dunia. Sejak tahun 2004, ekonomi dunia tumbuh tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

VI. SIMPULAN DAN SARAN

VI. SIMPULAN DAN SARAN VI. SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain: 1. Selama tahun 1999-2008, rata-rata tahunan harga minyak telah mengalami peningkatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan net ekspor baik dalam 219 VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan 8.1.1. Berdasarkan pengujian, diperoleh hasil bahwa guncangan ekspor nonagro berpengaruh positip pada kinerja makroekonomi Indonesia, dalam

Lebih terperinci

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014

BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 BAB I PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II (SEMESTER I) TAHUN 2014 1.1 LATAR BELAKANG Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II-2014 sebesar 5,12 persen melambat dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang berintegrasi dengan banyak negara lain baik dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara sedang berkembang di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara sedang berkembang di kawasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara sedang berkembang di kawasan Asia Tenggara. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, ingin mencoba untuk dapat membangun

Lebih terperinci

DAMPAK FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN KINERJA EKSPOR-IMPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL: STUDI KOMPARATIF NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

DAMPAK FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN KINERJA EKSPOR-IMPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL: STUDI KOMPARATIF NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG DAMPAK FOREIGN DIRECT INVESTMENT DAN KINERJA EKSPOR-IMPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI NASIONAL: STUDI KOMPARATIF NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG OLEH DEVIYANTINI H14879 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai peranan investasi pemerintah total dan menurut jenis yang dibelanjakan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kawasan Timur Indonesia

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan, meliputi seluruh kehidupan masyarakat, bangsa dan negara untuk melaksanakan tugas mewujudkan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penanaman modal atau investasi merupakan langkah awal kegiatan produksi. Pada posisi semacam ini investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok, Thailand dengan ditandatanganinya deklarasi Bangkok

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Ketenagakerjaan merupakan isu penting dalam sebuah aktivitas bisnis dan perekonomian Indonesia. Angkatan kerja, penduduk

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa Selama periode 2001-2010, terlihat tingkat inflasi Indonesia selalu bernilai positif, dengan inflasi terendah sebesar 2,78 persen terjadi pada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia terutama negara berkembang, tak terkecuali negara-negara ASEAN. Dalam mengupayakan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang yang mampu membayar serta tidak demokratis, telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembanguanan nasional merupakan salah satu usaha peningkatan kwalitas sumber daya manusia, yang dilakukan secara berkelanjutan, dengan didasari oleh kemampuan dan memenfaatkan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE 4.1. Kerjasama Ekonomi ASEAN Plus Three Kerjasama ASEAN dengan negara-negara besar di Asia Timur atau lebih dikenal dengan istilah Plus Three

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama dari pembangunan ekonomi nasional adalah mencapai masyarakat yang sejahtera. Oleh karena itu, pemerintah di berbagai negara berusaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri Indonesia bertumpu kepada minyak bumi dan gas sebagai komoditi ekspor utama penghasil

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode

1.1. Latar Belakang. dengan laju pertumbuhan sektor lainnya. Dengan menggunakan harga konstan 1973, dalam periode 1.1. Latar Belakang Pada umumnya perekonomian di negara-negara sedang berkembang lebih berorientasi kepada produksi bahan mentah sebagai saingan dari pada produksi hasil industri dan jasa, di mana bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang

BAB I PENDAHULUAN. ketimpangan dapat diatasi dengan industri. Suatu negara dengan industri yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri memegang peranan penting dalam pembangunan ekonomi. Di era globalisasi ini, industri menjadi penopang dan tolak ukur kesejahteraan suatu negara. Berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya apabila tingkat kegiatan ekonomi lebih tinggi daripada yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Suatu

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2005

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER 2005 No. 53 / VIII/ 1 Nopember PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR INDONESIA BULAN SEPTEMBER EKSPOR Nilai ekspor Indonesia bulan mencapai US$ 7,38 milyar, lebih tinggi 4,94 persen dibanding ekspor bulan Agustus sebesar

Lebih terperinci