BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan tugas wajib bagi negera-negara di dunia terutama negara berkembang, tak terkecuali negara-negara ASEAN. Dalam mengupayakan pembangunan ekonomi, negara-negara ASEAN membutuhkan pembiayaan. Pembiayaan tersebut berasal dari dua sumber, yaitu sumber pembiayaan internal dan sumber pembiayaan eksternal. Sumber pembiayaan internal merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari dalam negeri yang meliputi tabungan pemerintah, surplus devisa, investasi swasta nasional dan private saving. Sedangkan sumber pembiayaan eksternal merupakan sumber pembiayaan dari luar negeri berupa penanaman modal asing langsung, penanaman modal asing tidak langsung dalam bentuk investasi portofolio dan utang luar negeri, baik kepada sektor swasta maupun kepada sektor pemerintah. Dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara ASEAN telah menjadikan utang luar negeri sebagai salah satu instrumen penting dalam membiayai pembangunan ekonomi. Dalam Tabel 1.1, dijelaskan rasio utang luar negeri negaranegara ASEAN terhadap PDB periode 2006 sampai

2 Tabel 1.1 Rasio Utang Luar Negeri Terhadap PDB Negara-Negara ASEAN Tahun (%) Brunei Kamboja Indonesia Laos Malaysia Myanmar Filipina Singapura Thailand Vietnam Sumber: Asian Development Bank (ADB) Berdasar tabel di atas, dari tahun 2006 sampai dengan 2010 terlihat bahwa rasio utang luar negeri tiap negara ASEAN terhadap PDB-nya cukup besar. Hal ini sangat mencolok untuk negara Singapura yang menembus angka rata-rata pertahunnya sebesar 247,2% diikuti Laos dan Filipina dengan rasio rata-rata 48,6% dan 45,4%. Data ini mengindikasikan kebutuhan dan ketergantungan negara berkembang terhadap utang luar negeri masih begitu besar. Di tiap negara utang luar negeri dibedakan antara utang luar negeri pemerintah dan utang luar negeri swasta. Penelitian ini fokus kepada utang luar negeri pemerintah. Sumber utang luar negeri pemerintah berasal dari sumber ULN swasta dan sumber ULN pemerintah Sumber utang luar negeri swasta diberikan oleh pihak 2

3 swasta non pemerintah sedangkan sumber utang luar negeri pemerintah diberikan oleh pemerintah negara lain atau yang disebut Official Development Assistance (ODA). Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah negara berkembang, termasuk ASEAN, telah menjadikan ODA sebagai instrumen penting dalam membiayai program-programnya, kecuali Singapura dan Brunei Darussalam; kedua negara tersebut tidak menerima ODA. Di antara negara-negara kreditor yang mengalirkan ODA-nya ke negaranegara ASEAN, selama tahun 2002 hingga 2010, Jepang merupakan negara pemberi ODA terbesar. Tabel 1.2 menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun besaran ODA ke negara-negara ASEAN dari Jepang menempati peringkat pertama, diikuti Amerika Serikat dan Jerman.. 3

4 Tabel 1.2. ODA ASEAN Menurut Negara Pemberi Utang Tahun (Juta US$) Negara Donor Amerika Serikat 705,13 508,35 428,46 467,00 604,32 583,32 616,17 627,50 711,54 Australia 409,52 385,74 389,37 478,02 559,65 647,93 694,30 745,14 723,54 Austria 5,61 3,95 4,38 5,20 7,57 10,02 13,72 8,80 6,23 Belanda 319,95 199,03 196,81 406,21 262,08 185,05 208,24 216,73 108,12 Belgia 42,44 39,77 44,29 68,62 66,01 50,66 58,19 47,62 54,11 Canada 82,63 93,79 80,18 126,46 121,53 116,70 181,79 119,46 74,70 Denmark - 71,68 84,71 97,28 143,86 109,83 114,84 97,15 121,95 Finlandia 20,75 21,69 2,21 2,40 38,22 47,81 44,96 43,65 40,52 Inggris 56,38 88,86 112,91 172,47 195,62 197,43 325,77 276,62 220,02 Irlandia 1,35 3,01 4,00 17,18 18,32 30,43 36,25 25,31 22,20 Italia 3,14 9,05 4,55 24,21 7,19 18,86 29,52 14,54 24,57 Jepang 2.977, , , , , , , , ,61 Jerman 270,04 394,95 430,89 560,41 592,08 501,31 483,70 428,18 456,08 Korea Selatan 80, ,95 131,45 168,77 190,44 234,71 Luxembourg 0,42 0,83 25,22 30,32 25,15 29,37 33,09 24,18 26,31 Norwegia 53,10 55,19 55,52 114,03 73,73 116,89 111,85 63,42 109,84 Perancis 235,46 347,22 241,32 231,14 394,54 339,39 487,24 478,44 838,90 Portugal 0,74 0,26 0,04 2,55 3,36 0,04 0,22 0,14 0,04 Selandia Baru 21,45 18,96 24,18 30,85 27,96 34,68 34,52 23,74 22,85 Spanyol 66,43 77,03 57,56 72,20 54,49 80,31 134,36 116,22 87,02 Swedia 87,96 88,88 99,66 113,99 135,65 123,58 117,69 117,89 72,87 Switzerland 42,20 40,63 48,30 68,39 43,75 45,18 48,88 57,47 57,13 Yunani 0,03 0,47 0,29 0,82 1,22 0,53 2,62 0,65 0,27 Total 5.482, , , , , , , , ,12 Jepang (% total) 54,31 64,63 62,43 59,49 54,30 55,16 47,86 53,65 50,46 Sumber: OECD diolah Dari tabel di atas terlihat bahwa ODA yang mengalir dari Jepang ke ASEAN, dari 2002 sampai dengan 2010, menempati urutan terbanyak di antara negara-negara yang tergolong dalam Development Assistance Committee (DAC), dengan rata-rata US$ 4.02 miliyar tiap tahunnya diikuti oleh Australia dengan rata-rata US$559 juta, Amerika Serikat US$583 juta, Jerman US$457 juta, dan negara-negara lainnya. Dilihat dari tren tiap tahunnya, aliran ODA dari Jepang ke ASEAN cukup besar, 4

5 share-nya terhadap total ODA dari DAC yang begitu besar, yakni rata-rata 55% tiap tahunnya, dan cenderung tidak mengalami perubahan yang mencolok. Hal ini menunjukkan ketergantungan pemerintah ASEAN pada ODA dari Jepang yang relatif besar dan kontinyu. Faktor-faktor penentu aliran ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu sudut pandang negara penerima, dalam hal ini negara-negara ASEAN, dan dari sudut pandang negara pemberi, dalam hal ini Jepang. Penelitian ini akan terfokus pada faktor-faktor yang menjadi dasar pertimbangan pemerintah Jepang dalam memberikan ODA-nya kepada pemerintah negara-negara ASEAN, karena dari sudut pandang pemerintah negara penerima utang sudah banyak penelitian yang dilakukan 1. Karena pentingnya ODA dari Jepang, menyebabkan pemerintah negaranegara ASEAN penerima ODA perlu memahami faktor-faktor yang menjadi pertimbangan pemerintah Jepang untuk memberikan ODA-nya. Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, maka pemerintah negar-negara ASEAN dapat menempatkan kebijakannya secara tepat agar pemerintah negara-negara ASEAN berpotensi terpilih untuk diberi ODA. Dari sudut pandang pemerintah Jepang, seperti juga pada negara-negara kreditur pada umumnya,yang menjadi dasar pertimbangan dalam pemberian ODAnya kepada pemerintah negara-negara ASEAN, utamanya adalah: 1 Antara lain penelitian yang dilakukan oleh Fatchurrachman (2003) dan Fatmawati (1992) 5

6 1. Adanya jaminan pengembalian utang ODA dari Jepang oleh negara ASEAN. Faktor-faktor yang dapat mewakili jaminan ini utamanya adalah Pendapatan Nasional, DSR, dan kebersihan manajemen pengelolaan utang dari negara-negara ASEAN. Semakin besarnya angka Pendapan Nasional merupakan indikator semakin mampunya negara debitur dalam mengembalikan utang ODA-nya. Sedangakan, semakin besarnya angka DSR menjadi indikator semakin beratnya beban pembayaran utang luar negeri negara-negara ASEAN yang akan berdampak pada semakin rendahnya kemampuan pengembalian utang ODA dari Jepang. Kebersihan manajemen pengelolaan ODA yang dapat diwakili oleh Indeks Persepsi Korupsi (IPK) merupakan indikator keberhasilan negara-negara ASEAN dalam memanfaatkan utang ODA dari Jepang, yang pada gilirannya akan meningkatkan kemampuan pengembalian utang ODA tersebut. 2. Kelancaran aliran utang-pengembalian utang antara kreditur dan debitur yang akan terwujud apabila ada peran serta negara debitur dalam penyediaan dana ODA. Faktor yang dapat mewakilinya adalah besarnya nilai impor negara ASEAN dari Jepang. Apabila negara-negara ASEAN melakukan impor dari Jepang, maka di lain pihak, Jepang akan memeroleh devisa ekspor yang dapat digunakan untuk mendanai pemberian utang ODA-nya kepada negara-negara ASEAN. Berdasarkan pentingnya pengetahuan mengenai pertimbangan Jepang dalam memberikan ODA-nya kepada negara-negara ASEAN, penelitian ini dilakukan dan 6

7 mengambil judul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemberian ODA dari Jepang ke Negara-Negara ASEAN, tahun Rumusan Masalah ODA dari Jepang menjadi kebutuhan yang crusial bagi negara-negara ASEAN untuk membiayai pembangunan ekonominya. Kelancaran perolehan ODA tersebut menjamin kelancaran pelaksanaan pembangunan ekonomi. Pengetahuan akan faktor-faktor yang manjadi dasar pertiambangan Jepang dalam memberikan ODA-nya, perlu dimiliki oleh negara-negara ASEAN agar dapat meletakkan kebijakannya untuk melancarkan perolehan ODA tersebut. Berdasarkan alasan tersebut dan uraian dalam latar belakang masalah, maka permasalahan yang diangkat peneliti dalam penelitian ini dapat dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Apakah Pendapatan Nasional negara-negara ASEAN berpengaruh signifikan terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN? 2. Apakah Debt Service Ratio (DSR) negara-negara ASEAN berpengaruh signifikan terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN? 3. Apakah Indeks Persepsi Korupsi negara-negara ASEAN berpengaruh signifikan terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN? 7

8 4. Apakah total impor negara-negara ASEAN dari Jepang berpengaruh signifikan terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN? 1.3. Batasan Masalah Penelitian ini memokuskan permasalahan utang ODA dari sudut pandang pemerintah negara pemberi, yakni Jepang. Sedangkan negara yang berperan sebagai negara penerima utang ODA yakni de negara-negara ASEAN yang meliputi Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Thailand, dan Vietnam. Brunei Darussalam dan Singapura tidak diikutsertakan karena tidak menerima ODA dari Jepang. Data utang yang digunakan dalam penelitian ini adalah data utang luar negeri pemerintah (Official Development Assistance/ODA) yang sudah dicairkan (disbursement). Penelitian ini menggunakan rentang waktu dari tahun 2007 sampai dengan Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini terdapat empat hipotesis yang akan dibuktikan, yaitu: 1. Bahwa Pendapatan Nasional negara-negara ASEAN berpengaruh signifikan terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negara-nagara ASEAN. Pengaruhnya bisa positif dan negatif Positif jika Jepang bersikap profesional sehingga diasumsikan semakin besarnya pendapatan nasional negara-negara ASEAN menunjukkan semakin mampunya negara-negara tersebut dalam mengembalikan utang 8

9 ODA-nya ke Jepang, sehingga Jepang tidak ragu-ragu untuk memberi peningkatan ODA ke negara-negara ASEAN. Negatif jika Jepang bersikap membantu dalam memberikan ODA-nya kepada negara-negara ASEAN sehingga diasumsikan semakin rendah pendapatan nasional negara-negara ASEAN menunjukkan semakin perlunya negara tersebut untuk diberi ODA. 2. Bahwa DSR negara-negara ASEAN berpengaruh signifikan dan negatif terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN. Semakin besarnya DSR menjadi indikator semakin beratnya beban pembayaran utang luar negeri negara-negara ASEAN yang akan berpengaruh pada semakin rendahnya kemampuan pengembalian utang ODA dari Jepang. Hal ini akan menjadi alasan bagi Jepang untuk mengurangi pemberian ODA-nya ke negara-negara ASEAN negaranegara ASEAN. 3. Bahwa Indeks Persepsi Korupsi negara-negara ASEAN berpengaruh signifikan dan positif terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negaranegara ASEAN. Indeks Persepsi Korupsi (IPK) negara-negara ASEAN yang tinggi menunjukkan rendahnya tingkat korupsi di negara tersebut. Hal ini menambah keyakinan Jepang akan kemampuan negara-negara ASEAN dalam memanfaatkan ODA dari Jepang untuk pembangunan ekonominya. Oleh karena itu, semakin besar angka IPK negara-negara ASEAN, semakin besar pula kemauan Jepang untuk memberikan ODA-nya. 9

10 4. Bahwa impor negara-negara ASEAN dari Jepang berpengaruh signifikan dan positif terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN. Semakin besar impor negara-negara ASEAN dari Jepang, maka semakin besar devisa ekspor yang diterima Jepang yang selanjutnya digunakan untuk meningkatkan pemberian ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah dan hipotesis yang diajukan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pendapatan nasional, DSR dan Indeks Persepsi Korupsi negara-negara ASEAN serta total nilai impor dari Jepang ke negara-negara ASEAN terhadap pemberian ODA dari Jepang ke negaranegara ASEAN, tahun 2007 sampai Manfaat Penelitian Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Dapat memberikan gambaran mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap besarnya pemberian ODA dari Jepang ke negara-negara ASEAN. 10

11 2. Dapat digunakan sebagai referensi dan masukan bagi pembuatan kebijakan yang terkait dengan utang luar negeri pemerintah pada umumnya, dan ODA dari Jepang pada khususnya. 3. Dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kebijakan utang luar negeri. 4. Digunakan untuk memenuhi syarat kelulusan demi mendapatkan gelar sarjana ekonomi dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada Metodologi Penelitian Model yang Digunakan Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah:,,, Dimana: ODA = Utang luar negeri pemerintah negara-negara ASEAN dari Jepang PN = Pendapatan Nasional negara-negara ASEAN DSR = Rasio besar pembayaran cicilan pokok utang luar negeri dan bunganya terhadap total ekspor negara-negara ASEAN IPK = Indeks persepsi korupsi negara-negara ASEAN IMP = Total nilai impor negara-negara ASEAN dari Jepang 11

12 Metode Analisa Data Metode analisa yang umum digunakan dalam regresi data panel mencakup tiga pendekatan, yaitu pendekatan Pooled Least Square (PLS), pendekatan Fixed Effect Model (FEM) atau Least Square Dummy Variable (LSDV) dan pendekatan Random Effect Model (REM) Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. BAB I : Pendahuluan. Berisi latar belakang penelitian, batasan penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis penelitian, metodologi penelitian, dan sistematikan penelitian BAB II : Landasan teori. Berisi teori-teori yang melandasi penelitian serta beberapa penelitian terdahulu BAB III : Gambaran Umum. Berisi tentang gambaran umum ODA dari Jepang BAB IV : Pembahasan dan analisis data. Berisi tentang hasil analisis data beserta pembahasannya BAB V : kesimpulan dan saran: berisi tentang kesimpulan penelitian serta saran yang berkaitan dengan hasil kesimpulan 12

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional E k o n o m i I n t e r n a s i o n a l 101 Materi Minggu 12 Kerjasama Ekonomi Internasional Semua negara di dunia ini tidak dapat berdiri sendiri. Perlu kerjasama dengan negara lain karena adanya saling

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder selama enam tahun pengamatan (2001-2006). Pemilihan komoditas yang akan diteliti adalah sebanyak lima komoditas

Lebih terperinci

Anggota Klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut :

Anggota Klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut : Anggota Klaster yang terbentuk adalah sebagai berikut : Anggota Klaster Pertama No. Negara 1 Republik Rakyat China Anggota Klaster Kedua No. Negara 1 Malaysia 2 Singapura Anggota Klaster Ketiga No Negara

Lebih terperinci

TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN

TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN TABEL 62. PENEMPATAN TENAGA KERJA INDONESIA KE LUAR NEGERI MENURUT NEGARA TUJUAN D.I YOGYAKARTA TAHUN 2010-2015 No 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Destination Country 1 Malaysia 1.807 1.320 1.178 804 1.334

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua analisis untuk membuat penilaian mengenai pengaruh ukuran negara dan trade facilitation terhadap neraca perdagangan, yaitu

Lebih terperinci

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Bebas Visa K

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Bebas Visa K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.133, 2015 HUKUM. Imigrasi. Visa. Bebas. Kunjungan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2015 TENTANG BEBAS VISA KUNJUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN

ORGANIZATION THEORY AND DESIGN Modul ke: ORGANIZATION THEORY AND DESIGN LINGKUNGAN ORGANISASI & DESAIN Fakultas Pascasarjana Dr. Mochammad Mukti Ali, ST., MM. Program Studi Magister Manajemen www.mercubuana.ac.id Mata Kuliah OTD Daftar

Lebih terperinci

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012

JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012 JUMLAH KUNJUNGAN KE TAMAN NASIONAL KOMODO MENURUT NEGARA ASAL TAHUN 2012 Bulan : Januari 2012 Lokasi pengambilan tiket masuk No Negara Asal 1 Afrika Selatan 3 1 4 4 3 7 - - - 11 2 Amerika Serikat 258 315

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Industri pariwisata dalam beberapa kurun waktu terakhir telah mendapat perhatian lebih dari seluruh dunia sebagai sumber perekonomian dan devisa negara. Industri pariwisata

Lebih terperinci

Makalah Geografi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG. Disusun oleh: R.A Adelia Sharfina Rosanti

Makalah Geografi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG. Disusun oleh: R.A Adelia Sharfina Rosanti Makalah Geografi NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Disusun oleh: R.A Adelia Sharfina Rosanti KELAS 9B SMPI AL AZHAR 8 KEMANG PRATAMA TAHUN AJARAN 2009/2010 Kata Pengantar Assalamu alaikun Wr. Wb. Puji

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS 2016 No. 57/10/17/Th. VII, 3 Oktober PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, AGUSTUS Total Ekspor Provinsi Bengkulu mencapai nilai sebesar US$ 18,26 juta. Nilai Ekspor ini mengalami peningkatan sebesar

Lebih terperinci

LAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA INDONESIA

LAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA INDONESIA 2017 LAPORAN INDUSTRI PASAR EKSPOR BATUBARA INDONESIA BAB I KONSUMSI BATUBARA DUNIA Grafik 1.1. Pertumbuhan Konsumsi Batubara Dunia, 1980 2017 Grafik 1.2. Pertumbuhan Konsumsi dan Impor Batubara China,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perdagangan internasional semakin besar peranannya terhadap pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sehingga keadaan suatu negara dalam dunia perdagangan internasional menjadi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK

BADAN PUSAT STATISTIK BADAN PUSAT STATISTIK DAFTAR ISI/CONTENTS DAFTAR GRAFIK/LIST OF FIGURE DAFTAR TABEL/LIST OF TABLE I. Tabel-1 Table-1 KEDATANGAN WISATAWAN MANCANEGARA KE INDONESIA MENURUT

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. A. Gambaran Perkembangan Variabel Penelitian. 1. Perkembangan variabel pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang

BAB IV PEMBAHASAN. A. Gambaran Perkembangan Variabel Penelitian. 1. Perkembangan variabel pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang BAB IV PEMBAHASAN A. Gambaran Perkembangan Variabel Penelitian 1. Perkembangan variabel pertumbuhan Ekonomi Negara Berkembang ASEAN Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dai

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 123/PMK.04/2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 123/PMK.04/2011 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 123/PMK.04/2011 TENTANG PERUBAHAN KEEMPAT BELAS ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 89/KMK.04/2002 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang melimpah, terutama pada sektor pertanian. Sektor pertanian sangat berpengaruh bagi perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan dapat dengan bebas bergerak ke setiap Negara di penjuru dunia. yang secara langsung berpengaruh

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-03.GR.01.06 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA NOMOR M.HH-01.GR.01.06 TAHUN 2010

Lebih terperinci

Neraca Perdagangan Beberapa Negara (juta US$),

Neraca Perdagangan Beberapa Negara (juta US$), Negara Export t Beberapa Negara (juta US$), 2000-2014 2012 2013 2014 beberapa Negara beberapa Negara beberapa Negara Amerika Serikat 1545710 2336520-790810 1579050 2329060-750010 1623410 2410440-787030

Lebih terperinci

KORELASI EKSPOR DAN IMPOR TERHADAP NERACA PERDAGANGAN DAN NERACA PEMBAYARAN DI INDONESIA TAHUN

KORELASI EKSPOR DAN IMPOR TERHADAP NERACA PERDAGANGAN DAN NERACA PEMBAYARAN DI INDONESIA TAHUN Hasil Penelitian Bidang Keuangan KORELASI EKSPOR DAN IMPOR TERHADAP NERACA PERDAGANGAN DAN NERACA PEMBAYARAN DI INDONESIA TAHUN 2003-2013 Oleh: Tutik Wiryanti STIE MANAJEMEN JASA & INDUSTRI INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

BERITA NEGARA. No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1193, 2012 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Visa. Saat Kedatangan. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini jasa telah menjadi bagian yang cukup dominan pengaruhnya di dalam kehidupan kita sehari-hari. Jasa transportasi, jasa pendidikan, jasa reparasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat, dan institusi-institusi

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3 4.1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) Selama kurun waktu tahun 2001-2010, PDB negara-negara ASEAN+3 terus menunjukkan tren yang meningkat

Lebih terperinci

Kerja sama ekonomi internasional

Kerja sama ekonomi internasional Meet -12 1 hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatankesepakatan tertentu, dengan memegang prinsip keadilan dan saling menguntungkan. Tujuan umum kerja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Oktober 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

RENCANA DAN REALISASI INVESTASI DAN TENAGA KERJA PMDN MENURUT SEKTOR EKONOMI DI NTB TAHUN 2013

RENCANA DAN REALISASI INVESTASI DAN TENAGA KERJA PMDN MENURUT SEKTOR EKONOMI DI NTB TAHUN 2013 RENCANA DAN REALISASI INVESTASI DAN TENAGA KERJA PMDN MENURUT SEKTOR EKONOMI DI NTB TAHUN 2013 No Sektor Ekonomi (Ribu Rp ) Kerja (Org) (Ribu Rp ) Kerja (Org) 1 Petanian Tanaman Pangan 1 40.000.000 200

Lebih terperinci

Lingkungan Pemasaran Global Ekonomi dan Sosial-Budaya

Lingkungan Pemasaran Global Ekonomi dan Sosial-Budaya Lingkungan Pemasaran Global Ekonomi dan Sosial-Budaya Pengenalan Secara Objektif Memahami perbedaan utama diantara beberapa sistem ekonomi didunia. Cara belajar bagaimana mengelompokan negaranegara dengan

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENTANG MEMUTUSKAN:

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENTANG MEMUTUSKAN: MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 157/PMK.010/2015 TENTANG PELAKSANAAN PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN YANG DIDASARKAN PADA KETENTUAN DALAM PERJANJIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu cepat diiringi dengan derasnya arus globalisasi yang semakin berkembang maka hal ini

Lebih terperinci

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI

Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI Perkembangan Ekspor Indonesia Biro Riset LMFEUI Pengembangan ekspor tidak hanya dilihat sebagai salah satu upaya meningkatkan pendapatan negara, tetapi juga untuk mengembangkan ekonomi nasional. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perkembangan ekonomi global dan kawasan serta berbagai kemajuan dalam perbaikan, iklim investasi, infrastruktur,

Lebih terperinci

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG

NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Kelas 9 semester 1 NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG 1 2 PENGERTIAN NEGARA MAJU DAN NEGARA BERKEMBANG Negara maju adalah negara yang rakyatnya memiliki kesejahteraan atau kualitas hidup yang tinggi. Sedangkan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu pendorong peningkatan perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional, melalui kegiatan ekspor impor memberikan keuntungan

Lebih terperinci

2015 PERAN PKK DALAM PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN BAGI PENINGKATAN KUALITAS KEWARGANEGARAAN

2015 PERAN PKK DALAM PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN BAGI PENINGKATAN KUALITAS KEWARGANEGARAAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Indeks daya saing bangsa Indonesia terus mengalami perbaikan. Berdasarkan data yang dilansir oleh World Economis Forum (2011, hlm. 18) dalam Global Competitiviness

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN PMA TRIWULAN I TAHUN 2014 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN Nomor.: P.3/II-KEU/2010 TENTANG PERUBAHAN PERTAMA PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN KEHUTANAN NOMOR P.2/II-KEU/2010 TENTANG PEDOMAN HARGA SATUAN

Lebih terperinci

A. PERKEMBANGAN EKSPOR

A. PERKEMBANGAN EKSPOR No. 03/01/81/Th. VI, 2 Januari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR & IMPOR MALUKU NOVEMBER A. PERKEMBANGAN EKSPOR Nilai ekspor Maluku bulan adalah sebesar US$ 11,27 juta, naik 60,54 persen dibandingkan nilai ekspor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Amerika pada beberapa tahun terakhir telah membawa dampak runtuhnya

BAB I PENDAHULUAN. dan Amerika pada beberapa tahun terakhir telah membawa dampak runtuhnya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis keuangan yang melanda sebagian besar negara di kawasan Eropa dan Amerika pada beberapa tahun terakhir telah membawa dampak runtuhnya sendi-sendi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau surat berharga. Financial Market sendiri terbagi menjadi dua yaitu Capital

BAB I PENDAHULUAN. atau surat berharga. Financial Market sendiri terbagi menjadi dua yaitu Capital 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan Financial Market atau Pasar Keuangan merupakan sebuah mekanisme pasar yang memungkinkan bagi seseorang maupun bagi korporasi untuk dapat melakukan transaksi penjualan

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Prosentase Rasio Pendapatan Pariwisata Terhadap GDP di Negara-negara ASEAN ( )

Bab I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Prosentase Rasio Pendapatan Pariwisata Terhadap GDP di Negara-negara ASEAN ( ) Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu potensi yang dimiliki oleh ASEAN adalah dalam bidang pariwisata. Pariwisata telah menjadi salah satu sektor pendukung utama pertumbuhan ekonomi di ASEAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan

BAB I PENDAHULUAN. sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kinerja ekonomi Indonesia yang mengesankan dalam 30 tahun terakhir sebelum krisis bukan tanpa hambatan. Indonesia mengalami beberapa kelemahan dan kerentanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu bentuk kegiatan penanaman dana dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Investasi merupakan suatu bentuk kegiatan penanaman dana dalam suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Investasi merupakan suatu bentuk kegiatan penanaman dana dalam suatu aset tertentu dan dalam jangka waktu tertentu yang akan memberikan imbal hasil di masa yang akan

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN-PMA Triwulan I Tahun 2018 Jakarta, 30 April 2018 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) - RI DAFTAR ISI I. TRIWULAN I 2018: Dibanding Tahun 2017 II. TRIWULAN I 2018: Sektor,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016 No. 51/09/17/Th. VII, 1 September 2016 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, JULI 2016 Total Ekspor Provinsi Bengkulu mencapai nilai sebesar US$ 7,58 juta. Nilai Ekspor ini mengalami penurunan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, APRIL 2017

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, APRIL 2017 No. 33/06/17/Th. VIII, 2 Juni 2017 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU, APRIL 2017 Total ekspor Provinsi Bengkulu mencapai nilai sebesar US$ 24,17 juta. Nilai ekspor ini mengalami peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi merupakan bagian penting dari pembangunan suatu negara bahkan bisa dikatakan sebagai salah satu indikator dalam menentukan keberhasilan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara lain, khususnya anggota ASEAN 5, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura

BAB I PENDAHULUAN. negara lain, khususnya anggota ASEAN 5, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand dan Singapura BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki inflasi yang berfluktuasi dan cenderung lebih tinggi dibandingkan negara lain, khususnya anggota ASEAN 5, yaitu Malaysia, Filipina, Thailand dan

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL ekonomi KELAS XII IPS - KURIKULUM 2013 02 Sesi KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Liputan6.com, Jakarta - Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Dapil Kalimantan Barat, Oesman Sapta Odang menilai Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH SEPTEMBER 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH SEPTEMBER 2008 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.02/01/33/Th.III, 05 Januari 2009 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH SEPTEMBER 2008 Nilai ekspor Jawa Tengah bulan September 2008 mencapai 286,02 juta USD, meningkat sebesar

Lebih terperinci

Corruption Perception Index Terus perkuat integritas sektor publik. Dorong integritas bisnis sektor swasta.

Corruption Perception Index Terus perkuat integritas sektor publik. Dorong integritas bisnis sektor swasta. Corruption Perception Index 2016 Terus perkuat integritas sektor publik. Dorong integritas bisnis sektor swasta. Apa itu Corruption Perception Index (CPI)? Indeks Gabungan Hingga 13 sumber data Menggambarkan

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2016 Invest in remarkable indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in indonesia Invest

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan dengan mengurangi atau menghapuskan hambatan perdagangan secara diskriminatif bagi negara-negara

Lebih terperinci

Analisis Dampak Perdagangan Internasional Terhadap Pembangunan Ekonomi. Impact of International Trade to Economic Development

Analisis Dampak Perdagangan Internasional Terhadap Pembangunan Ekonomi. Impact of International Trade to Economic Development Analisis Dampak Perdagangan Internasional Terhadap Pembangunan Ekonomi Impact of International Trade to Economic Development Heppy Syofya 1*) 1 STIE Sakti Alam Kerinci, Jl.Jend.Sudirman No.89 Sungai Penuh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU No. 17/03/17/Th.VI, 2 Maret 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU Total Ekspor Provinsi Bengkulu Januari 2015 mencapai nilai sebesar US$ 10,05 Juta, yang tercatat 68,42 % diantaranya transaksi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU No. 32/05/17/Th.VI, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR DAN IMPOR PROVINSI BENGKULU Total Ekspor Provinsi Bengkulu mencapai nilai sebesar US$ 17,33 juta, yang tercatat 54,88 % diantaranya transaksi ekspor langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang belum ada menjadi ada atau membuat suatu perubahan yaitu membuat sesuatu menjadi lebih baik atau

Lebih terperinci

Perbandingan Nasional National Comparison

Perbandingan Nasional National Comparison Perbandingan Nasional National Comparison 12. Perbandingan Nasional Penduduk Indonesia pada tahun 2010, menurut hasil Sensus Penduduk tahun 2010, berjumlah 237,64 juta jiwa dengan laju pertumbuhan 200-2010

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekspor merupakan salah satu bagian penting dalam perdagangan internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan sebagai total penjualan barang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara

I. PENDAHULUAN. yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata baik material/spiritual berdasarkan Pancasila di dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3 KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL Bab 3 1. Pengertian Kerjasama Ekonomi Internasional Hubungan antara suatu negara dengan negara lainnya dalam bidang ekonomi melalui kesepakatan-kesepakatan tertentu, dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara untuk memenuhi semua kebutuhan yang ada dalam suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara untuk memenuhi semua kebutuhan yang ada dalam suatu negara, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan adalah salah satu bentuk kerjasama yang dilakukan oleh suatu negara untuk memenuhi semua kebutuhan yang ada dalam suatu negara, dengan cara menjual

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pendapatan negara memiliki dua komponen yakni penerimaan dalam negeri dan hibah. Sebagaimana tercantum di dalam Nota Keuangan 0 pendapatan negara selain menjadi sumber pembiayaan

Lebih terperinci

DOKUMENTASI PENELITIAN BEBERAPA GAMBAR SATWA, SEBAHAGIAN KAWASAN WISATA BUKIT LAWANG DAN BANGUNAN YANG ADA INDIKASI PEMILIKAN ORANG ASING

DOKUMENTASI PENELITIAN BEBERAPA GAMBAR SATWA, SEBAHAGIAN KAWASAN WISATA BUKIT LAWANG DAN BANGUNAN YANG ADA INDIKASI PEMILIKAN ORANG ASING Lampiran I DOKUMENTASI PENELITIAN BEBERAPA GAMBAR SATWA, SEBAHAGIAN KAWASAN WISATA BUKIT LAWANG DAN BANGUNAN YANG ADA INDIKASI PEMILIKAN ORANG ASING DI DALAMNYA MARETJULI TAHUN. Gambar. Gambar. Ket. Gambar

Lebih terperinci

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017

REALISASI PENANAMAN MODAL PMDN - PMA TRIWULAN I TAHUN 2017 Invest in remarkable indonesia indonesia indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia Invest in remarkable indonesia indonesia remarkable indonesia invest in Invest in Invest

Lebih terperinci

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN 1980-2008 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. penanaman modal. Pembentukan modal dapat dikatakan sebagai kunci utama. tergolong dalam negara maju atau negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan proses terjadinya kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan kekuatan ekonomi potensial yang diarahkan menjadi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan. BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.825, 2015 KEMENKUMHAM. Visa Kunjungan. Saat Kedatangan. Ketujuh. Perubahan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

Lebih terperinci

V. HASIL DAN ANALISIS

V. HASIL DAN ANALISIS 53 V. HASIL DAN ANALISIS 5.1. Analisis Regresi Data Panel Statis Tabel 8 menyajikan hasil estimasi koefisien regresi dari model data panel statis pada persamaan (1). Koefisien estimasi yang disajikan merupakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER 2014 BPS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH No. 02/02/62/Th. IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR KALIMANTAN TENGAH DESEMBER Nilai ekspor Kalimantan Tengah bulan sebesar US$62,45 juta, turun 29,68 persen dibanding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth).

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi di suatu negara (trade as engine of growth). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator yang dapat digunakan untuk menentukan keberhasilan suatu negara dalam membangun perekonomian negaranya adalah laju pertumbuhan ekonomi. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Transparency International korupsi adalah the abuse of public

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Transparency International korupsi adalah the abuse of public BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Transparency International korupsi adalah the abuse of public office for private gain. Definisi dari TI tersebut telah banyak digunakan sebagai acuan dalam

Lebih terperinci

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN Volume V Nomor 2 Tahun 2013 BULETIN TRIWULANAN EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN PUSAT DATA DAN SISTEM INFORMASI PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013 Buletin Triwulanan EKSPOR IMPOR KOMODITAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH NOPEMBER 2008

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH NOPEMBER 2008 BPS PROVINSI JAWA TENGAH No.02/03/33/Th.III, 02 Maret 2009 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR JAWA TENGAH NOPEMBER 2008 Nilai ekspor Jawa Tengah bulan Nopember 2008 mencapai 231,78 juta USD, naik sebesar 8,88 persen

Lebih terperinci

Ikhtisar Perekonomian Mingguan

Ikhtisar Perekonomian Mingguan 18 May 2010 Ikhtisar Perekonomian Mingguan Neraca Pembayaran 1Q-2010 Fantastis; Rupiah Konsolidasi Neraca Pembayaran 1Q-2010 Fantastis, Namun Tetap Waspada Anton Hendranata Ekonom/Ekonometrisi anton.hendranata@danamon.co.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semenjak merdeka 1945 hingga 1966 atau selama pemerintahan Orde Lama,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Semenjak merdeka 1945 hingga 1966 atau selama pemerintahan Orde Lama, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semenjak merdeka 1945 hingga 1966 atau selama pemerintahan Orde Lama, ekonomi Indonesia yang bercorak agraris terjerat dalam lingkaran setan kemiskinan atau terjerat

Lebih terperinci

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR

MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR MENTERIKEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PMK.010/2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR 157 /PMK.010/2015 TENTANG PELAKSANMN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir. Pada periode tahun , harga minyak

BAB I PENDAHULUAN. beberapa dekade terakhir. Pada periode tahun , harga minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Harga minyak dunia terus mengalami kenaikan dan penurunan selama beberapa dekade terakhir. Pada periode tahun 2000-2013, harga minyak terrendah terjadi pada tahun 2001

Lebih terperinci

Studi Investor Global 2017

Studi Investor Global 2017 Studi Investor Global 2017 Perilaku investor: dari prioritas ke ekspektasi Studi Investor Global 2017 1 Daftar Isi 3 11 Ikhtisar Generasi milenial memiliki situasi yang bertentangan 4 12 Tren global menunjukkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penerimaan Dalam Negeri, (dalam miliar rupiah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penerimaan Dalam Negeri, (dalam miliar rupiah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dewasa ini pajak merupakan sumber penerimaan yang paling dominan, hal tersebut terbukti dari angka yang terdapat pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua menginginkan pendidikan mengedepakan pendidikan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Orang tua menginginkan pendidikan mengedepakan pendidikan sesuai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Budaya belajar merupakan serangkaian kegiatan dalam melaksanakan tugas belajar yang dilakukan oleh siswa sehingga menjadi kebiasaan. Dalam pendidikan keberhasilan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015 No. 20/03/15/Th.IX, 16 Maret 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI FEBRUARI 2015 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 95,49 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 9,88 Juta.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Bursa Efek Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Bursa Efek Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Bursa Efek Indonesia Bursa efek atau bursa saham adalah sebuah pasar yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan efek perusahaan yang sudah

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL 2015 No. 32/05/15/Th.IX, 15 Mei PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI APRIL Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 101,85 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 7,81 Juta. Nilai ekspor Melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014

PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014 No. 07/02/15/Th.IX, 2 Februari 2015 PERKEMBANGAN EKSPOR IMPOR PROVINSI JAMBI DESEMBER 2014 Nilai Ekspor Melalui Pelabuhan di Provinsi Jambi sebesar US$ 103,29 Juta, dan Nilai Impor sebesar US$ 6,69 Juta.

Lebih terperinci

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016

Perkembangan Nilai Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Tahun 2016 Ringkasan Eksekutif Perkembangan Ekspor dan Impor Industri Pengolahan Bulan Desember 2016 A. Pertumbuhan Ekspor Impor Industri Pengolahan 12.000 10.000 8.000 6.000 4.000 2.000 0 Perkembangan Nilai Ekspor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Keadaan sumber daya alam yang melimpah inilah yang menjadi keunggulan

Lebih terperinci