IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. hubungan fluktuasi nilai tukar riil dengan variabelnya.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. hubungan fluktuasi nilai tukar riil dengan variabelnya."

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif Fluktuasi Nilai Tukar Riil Negara-negara dalam Seluruh Kawasan Pada bagian inii akan dibahas mengenai kondisi umum dari masing-masing variabel yang digunakan. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran umum yang disajikan secara sistematis mengenai fakta-fakta dan hubungan antar variabel. Pembahasan ini dimulai dengan gambaran mengenai fluktuasi nilai tukar riil negara-negara yang terdapat dalam seluruh kawasan. Kemudian, akan dijelaskan mengenai hubungan fluktuasi nilai tukar riil dengan variabelnya. Gambar di bawah ini merupakan rata-rata fluktuasi negara-negara di seluruh kawasan baik ASEAN+6 maupun non ASEAN+6 pada periodee dan Sumber: CEIC, diolah Keterangan: IDR = Indonesia; MYR= Malaysia; SGD = Singapura; PHP = Filipina; THB = Thailand; CHN = China; KRW = Korea Selatan; JPY = Jepang; INR = India; AUD = Australia; NZD = New Zealand; DE = Jerman; FR = Perancis; GBP = Inggris; MXN = Meksiko; CAD = Kanada; USD = Amerika Serikat Gambar 4.1. Fluktuasi Nilai Tukar Riil Negara-Negara dalam Kawasan ASEAN+6 dan non ASEAN+6 Periode dan Periode

2 49 Berdasarkan gambar 4.1, pada periode , negara-negara dalam seluruh kawasan yaitu Malaysia, China, India, Jepang, Korea Selatan, Australia, New Zealand, Filipina, Inggris, Jepang, Jerman, Kanada, Meksiko, Perancis dan Singapura memiliki fluktuasi nilai tukar yang lebih tinggi daripada yang dialami pada periode , tetapi beberapa negara masih pada titik yang tidak terlalu jauh perubahannya yakni Indonesia dan Thailand dan serta titik yang tidak berubah Amerika Serikat. Fenomena fluktuasi nilai tukar riil yang lebih tinggi pada periode ini merupakan akibat dari krisis global yang terjadi pada tahun 2008 dan juga pengaruh rezim nilai tukar yang dipakai pada negara tersebut. Negara-negara yang menjadi objek menggunakan rezim nilai tukar mengambang baik mengambang bebas dan terkendali dimana supply dan demand terhadap mata uang asing tergantung pada pasar. Krisis pada tahun 2008 pada awalnya terjadi di Amerika Serikat mengalami efek penularan sehingga merambat ke negara-negara di Eropa dan Asia. Krisis yang terjadi berdampak signifikan terhadap pergerakan nilai tukar yang dicerminkan melalui meningkatnya penghindaran resiko (riskaversion) dan perubahan yang dirasakan investor dalam resiko berinvestasi dalam mata uang tertentu (Kohler, 2010). Krisis finansial dalam skala besar yang terjadi telah mengakibatkan aliran modal keluar (capital outflows) secara besar-besaran dari negara pasar ekonomi sehingga mengarah pada fluktuasi nilai tukar negaranegara di seluruh dunia. Pada masa krisis, terjadi keketatan likuiditas global, dengan demikian supply dollar relatif sangat menurun. Hal inilah yang memberikan efek depresiasi terhadap nilai tukar di negara-negara dalam seluruh kawasan. Depresiasi nilai tukar yang terjadi di negara-negara ini terjadi karena penarikan modal yang terjadi di negara-negara berkembang sedangkan mata uang dollar Amerika Serikat mengalami apresiasi terhadap mata uang negara lain. Pada saat terjadi krisis, negara Amerika Serikat mengalami resesi ekonomi, sehingga mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi yang selanjutnya menurunkan daya beli Amerika. Hal ini tentunya mempengaruhi negara-negara lain karena Amerika Serikat merupakan pangsa pasar ekonomi yang besar bagi negara-negara lain. Negara-negara ASEAN sebagian besar merupakan negara perekonomian terbuka kecil, seperti Indonesia dan Thailand sehingga kontribusi perdagangan internasional terhadap PDB tidak terlalu besar sehingga fluktuasi nilai tukar riil

3 50 tidak terlalu meningkat drastis. Fluktuasi nilai tukar yang terjadi pada periode membuat semua negara termasuk didalamnya pemerintahan dan bank sentral di Amerika, Eropa maupun Asia melakukan berbagai upaya penyelamatan perekonomian negara mereka. Upaya yang dilakukan antara menurunkan tingkat suku bunga dan memberi stimulus fiskal. Bank sentral di Eropa melakukan pemangkasan suku bunga mengikuti langkah Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed. Sebelumnya Bank Sentral Australia juga melakukan hal yang sama. Upaya penyelamatan juga dilakukan oleh negara-negara di Asia. Bank Sentral China contohnya, pada 8 Oktober 2008, mengikuti langkah Bank Sentral AS, memangkas tingkat suku bunga. China juga diketahui memiliki cadangan devisa yang cukup besar sehingga bisa menghadapi krisis global yang terjadi pada tahun Pemerintah China juga meluncurkan paket stimulus ekonomi senilai 4 triliun yuan pada 10 November Upaya-upaya yang dilakukan tersebut pada akhirnya bertujuan untuk menstabilkan nilai tukar dan meningkatkan daya saing negara-negara dalam perdagangan internasional di seluruh kawasan Hubungan Fluktuasi Nilai Tukar Riil dengan Tingkat Pertumbuhan GDP Riil Ukuran kemakmuran ekonomi yang lebih baik akan dapat menghitung output barang dan jasa perekonomian dan tidak dipengaruhi oleh perubahan harga. Melalui pergerakan GDP riil suatu negara menunjukkan output jika jumlah berubah tetapi dengan asumsi harga tidak berubah. Kestabilan nilai tukar riil dalam suatu negara tentunya bisa mengarahkan pada pembangunan ekonomi yang baik dan secara signifikan bisa meningkatkan tingkat pertumbuhan GDP Riil. Mengidentifikasi sumber guncangan pada fluktuasi nilai tukar akan memberikan gambaran terhadap suatu negara agar membuat kebijakan yang tepat sasaran sehingga fluktuasi nilai tukar dapat terukur dan kebijakan tersebut efektif untuk diimplementasikan saat terjadi guncangan pada nilai tukar ini. GDP Riil juga dapat memiliki dampak jangka panjang terhadap semua variabel ekonomi termasuk nilai tukar riil suatu negara dengan mekanisme penawaran agregat. Dalam kenyataannya, pendekatan melalui sudut pandang keseimbangan fluktuasi nilai tukar juga akan cenderung mengarahkan kepada guncangan ekonomi yakni

4 51 tingkat output dan pekerja. Berikut merupakan gambar yang menyajikan korelasi antara fluktuasi nilaii tukar dengan GDP riil negara-negara kawasan ASEAN+6 dengan negara-negaraa kawasan non ASEAN+6. Sumber : CEIC, Bank of Canada, Australia Bureau Statistic, Statistic of Canada, diolah Keterangan: IDR = Indonesia; MYR= Malaysia; SGD = Singapura; PHP = Filipina; THB = Thailand; CHN = China; KRW = Korea Selatan; JPY = Jepang; INR = India; AUD = Australia; NZD = New Zealand; DE = Jerman; FR = Perancis; GBP = Inggris; MXN = Meksiko; CAD = Kanada; USD = Amerika Serikat Gambar 4.2. Korelasi antara Fluktuasi Nilai Tukar riil dengann Pertumbuhan GDP Riil Negara-negara Kawasan ASEAN+6 dengan Kawasan non ASEAN+6 Pada gambar 4.2 dapat dilihat bahwa terdapat pertumbuhan GDP riil negara-negara ASEAN+6 lebih tinggi daripada negara-negara di Eropa maupun Amerika Utara. Korelasi yang negatif antara fluktuasi nilai tukar riil dengan pertumbuhan GDP riil baik negara-negara kawasan ASEAN+6 dengan negaranilai korelasi dan negara kawasan non ASEAN+6. Hal ini dapat dilihat melalui kecenderungan garis memiliki kemiringan negatif. Namun, korelasi di negara- kawasan non negara di kawasan ASEAN+6 lebih negatif daripada negara-negara ASEAN+6. Hal ini mengindikasikan bahwa fluktuasi nilai tukar riil yang rendah dapat mengarahkan pada pertumbuhan GDP riil yang tinggi. Pada negara-negara kawasan non ASEAN+6, pertumbuhan GDP riil tingkatnya lebih rendah daripada ringkat pertumbuhan negara-negara kawasan ASEAN+6 karena pada negara-

5 52 negara yang berada pada kawasan non ASEAN+6 yakni Uni Eropa dan Amerika Utara sudah mencapai keadaan full employment dan penggunaan teknologi dalam menghasilkan komoditi terutama barang industri atau manufaktur sudah lebih efisien dibandingkann negara-negara kawasan ASEAN+6 dan diketahui bahwa negara-negara di kawasan non ASEAN+6 merupakan negara pangsa pasar yang besar bagi negara-negara lainnya dan negara-negara di kawasan Eropa dan Amerika Utara adalah negara adidaya yang mempunyai pengaruh terhadap perekonomian dunia serta memiliki keadaan ekonomi yang stabil sehingga tingkat harga dalam jangka panjang relatif stabil dan fluktuasi nilai tukar riil lebih rendah dibandingkan negara-negara kawasan ASEAN Hubungan Fluktuasi Nilai Tukar Riil dengan Pengeluaran Pemerintah Pada gambar 4.3. diperlihatkan hubungan antara fluktuasi nilai tukar riil dengan pengeluaran pemerintah di negara-negara kawasan ASEAN+6 dan negara- negara kawasan non ASEAN+6. Sumber : CEIC, Bank of Canada, Australia Bureau Statistic, Statistic of Canada, diolah Keterangan: IDR = Indonesia; MYR= Malaysia; SGD = Singapura; PHP = Filipina; THB = Thailand; CHN = China; KRW = Korea Selatan; JPY = Jepang; INR = India; AUD = Australia; NZD = New Zealand; DE = Jerman; FR = Perancis; GBP = Inggris; MXN = Meksiko; CAD = Kanada; USD = Amerika Serikat Gambar 4.3. Korelasi antara Fluktuasi Nilai Tukar Riil dengan Pengeluaran Pemerintah Negara-negara Kawasan ASEAN+6 dengan Kawasan non ASEAN+6

6 53 Dari gambar 4.3. diperoleh keterangan bahwa ditunjukkan perbedaan grafik yang jelas yaitu pada negara-negara dalam kawasan ASEAN+6 memiliki korelasi yang positif dan negara-negara dalam kawasan non ASEAN+6 memiliki korelasi yang negatif. Pengeluaran pemerintah pada negara-negara kawasan ASEAN+6 masih ditujukan untuk mengatasi adanya kegagalan pasar sebab kegagalan dari suatu industri dapat saja merembet ke industri lain yang saling terkait. pembayaran hutang luar negeri juga menjadi salah satu prioritas yang dilakukan oleh kebanyakan negara di kawasan ASEAN+6 yang pada akhirnya ditujukan untuk menjaga kestabilan nilai tukar riil di negara tersebut. Pengeluaran pemerintah semacam ini disebut dengan pengeluaran pemerintah yang tidak reproduktif atau self-liquidating karena pengeluaran ini langsung ditujukan untuk menambah kesejahteraan masyarakat atau untuk membayar hutang. Namun, pengeluaran pemerintah yang cukup besar membuat output negara lebih meningkat sehingga masyarakat lebih banyak bertransaksi karena tingginya permintaan barang baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Hal ini akan membuat fluktuasi nilai tukar akan semakin meningkat karena terjadi depresiasi nilai tukar. Sebaliknya pada negara-negara pada kawasan non ASEAN+6, baik di negara-negara di Eropa maupun di Amerika Utara merupakan negara dengan pihak swasta dominan daripada pemerintah dalam menghasilkan komoditi baik barang maupun jasa dan didukung dengan masyarakat yang produktif sehingga memiliki daya saing yang tinggi. Pengeluaran pemerintah akan meningkat sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita negara tersebut. Ditambah komoditi yang dihasilkan oleh negara-negara ini merupakan bersifat manufaktur dengan inovasi dan teknologi yang sudah maju dimana barang-barang manufaktur bersifat elastis sehingga harganya tidak terlalu fluktuatif dan bisa bersaing dengan negaranegara lain. Pengeluaran pemerintah dalam mengatasi kestabilan nilai tukar riil juga efektif sebab melalui pengeluaran pemerintah dapat menekan resiko dan ketidakpastian yang terjadi di dalam negeri melalui pembangunan infrastruktur yang sangat memadai atau untuk memberikan layanan kepada investor sehingga investor berani melakukan investasi. Perbedaan yang berbeda juga dapat dilihat dengan pengeluaran pemerintah pada negara maju di Uni Eropa maupun Amerika

7 54 Serikat diutamakan untuk meningkatkan pendidikan yang baik serta jaminan kesehatan bagi seluruh warga negara Hubungan Fluktuasi Nilai Tukar Riil dengan Jumlah Uang Beredar Selanjutnya, pembahasan akan dilanjutkan mengenai hubungan fluktuasi nilai tukar dengan jumlah uang beredar. Pada gambar 4.4. dapat dilihat hubungan antara fluktuasi nilai tukar riil dengan jumlah uang yang beredar di negara-negara kawasan ASEAN+6 dan negara-negara kawasan non ASEAN+6. Korelasi antara fluktuasi nilai tukar dengan jumlah uang beredar (money supply) positif di negaranon ASEAN+6 negara kawasan ASEAN+6 sedangkan negara-negara kawasan memiliki korelasi negatif. Sumber : CEIC, Bank of Canada, Australia Bureau Statistic, Statistic of Canada, diolah Keterangan: IDR = Indonesia; MYR= Malaysia; SGD = Singapura; PHP = Filipina; THB = Thailand; CHN = China; KRW = Korea Selatan; JPY = Jepang; INR = India; AUD = Australia; NZD = New Zealand; DE = Jerman; FR = Perancis; GBP = Inggris; MXN = Meksiko; CAD = Kanada; USD = Amerika Serikat Gambar 4.4. Korelasi antara Fluktuasi Nilai Tukar Riil dengan Jumlah Uang Beredar Negara-negara Kawasan ASEAN+6 dengan Kawasan non ASEAN+6 Fluktuasi nilai tukar yang tinggi akan cenderung mendorong pemerintah untuk melakukan kebijakan moneter dengan memengaruhi jumlah yang beredar

8 55 dan tingkat suku bunga. Hal ini dilakukan dengan asumsi harga tetap sehingga keseimbangan yang dicapai adalah jangka pendek. Secara teknis, yang dihitung sebagai jumlah uang beredar adalah uang yang benar-benar berada di tangan masyarakat. Negara-negara dalam kawasan ASEAN+6 memiliki nilai korelasi yang positif, hal ini disebabkan karena tingginya ketergantungan dan ekspektasi masyarakat terhadap nilai tukar domestik terhadap dolar Amerika Serikat dalam perekonomian terutama dalam pasar uang sehingga pemerintah harus mengintervensi dengan dengan kebijakan moneter. Dengan kebanyakan negara menggunakan rezim nilai tukar mengambang, kebijakan moneter merupakan kebijakan efektif dalam meningkatkan output dalam jangka pendek, di tambah di era globalisasi ini, modal dapat bergerak dengan bebas. Bagi negara-negara di kawasan non ASEAN+6 yang terdiri dari negara-negara Uni Eropa dan Amerika Utara jumlah uang beredar memiliki korelasi yang negatif dengan fluktuasi nilai tukar riil, hal ini menunjukkan dengan adanya kebijakan moneter yang salah satunya adalah jumlah uang beredar maka fluktuasi nilai tukar riil dapat dikurangi. Di Uni Eropa sebagai bentuk integrasi ekonomi yang telah terbentuk sebelum kawasan ASEAN+6 peran bank sentral lebih efektif karena negara-negara tersebut diatur oleh satu bank sentral sedangkan pada kawasan Amerika Utara merupakan kawasan ekonomi dengan negara perekonomian terbesar sehingga pengaruh terhadap fluktuasi nilai tukar riil sangat besar karena mampu memengaruhi pasar uang dunia. Dengan masyarakat memegang uang yang lebih banyak daripada yang diinginkan maka tingkat bunga akan turun sampai masyarakat mau memegang seluruh kelebihan uang yang dicetak. Hal ini akan mengarahkan pada peranan bank sentral untuk mengendalikan fluktuasi nilai tukar riil negara-negara tersebut Hubungan Fluktuasi Nilai Tukar Riil dengan Keterbukaan Ekonomi Pada gambar 4.5. akan diperlihatkan hubungan antara fluktuasi nilai tukar riil dengan keterbukaan ekonomi negara-negara dalam kawasan ASEAN+6 dengan negara-negara kawasan non ASEAN+6. Terdapat korelasi yang negatif antara fluktuasi nilai tukar riil dengan keterbukaan ekonomi baik pada negara-

9 56 negara kawasan ASEAN+6 maupun negara-negara dalam kawasan non ASEAN+6. Namun korelasi pada kawasan ASEAN+6 lebih negatif. Fluktuasi nilai tukar yang lebih rendah mengarahkan pada keterbukaan ekonomi yang lebih besar. Keterbukaan ekonomi juga merupakan gambaran posisi negara dalam perdagangan internasional. Sumber : CEIC, Bank of Canada, Australia Bureau Statistic, Statistic of Canada, diolah Keterangan: IDR = Indonesia; MYR= Malaysia; SGD = Singapura; PHP = Filipina; THB = Thailand; CHN = China; KRW = Korea Selatan; JPY = Jepang; INR = India; AUD = Australia; NZD = New Zealand; DE = Jerman; FR = Perancis; GBP = Inggris; MXN = Meksiko; CAD = Kanada; USD = Amerika Serikat Gambar 4.5. Korelasi antara Fluktuasi Nilai Tukar Riil dengan Keterbukaan Ekonomi Negara-negara Kawasan ASEAN+6 dengan Kawasan non ASEAN+6 Negara-negara pada kawasan ASEAN+6 sebagian besar terdiri dari negara perekonomian terbuka kecil (small open economy) sehingga nilai tukar atau sering disebut kurs memegang peranan pada transmisi kebijakan moneter tetapi untuk negara-negara dengan perekonomian terbuka besar karena tidak memiliki ketergantungan dengan perdagangan internasional. Negara-negara dalam kawasan ASEAN+6 lebih banyak menghasilkan barang-barang primer yang mempunyai harga lebih fluktuatif dibandingkan negara-negara pada kawasan non ASEAN+6 yang menghasilkan barang-barang sekunder dan tersier, selain memiliki nilai tambah, juga tidak terlalu dipengaruhi oleh harga a sehingga relatif stabil dan stabilitas nilai tukar riil pada negara-negara tersebut bisa terjaga.

10 Hasil Granger Causality Test pada Data Panel Pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi hubungan sebab akibat antara dua variabel. Konsep dasar dari pengujian ini sendiri yaitu menguji keterkaitan huibungan antara dua variabel tanpa melakukan pendugaan terhadap model. Keterkaitan antara dua variabel ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan sebab akibat diantara dua variabel yang diuji, apakah memiliki hubungan kausalitas satu arah atau dua arah. Prinsip kerja Granger Causality Test data panel menggunakan prinsip model pooled dengan panjang lag optimal (p). Apabila dengan menggunakan lag optimal sudah tidak memunculkan hasil, maka lag tersebut sudah maksimum. Pengujian Granger Causality pada penelitian ini dibagi menjadi tiga kawasan yang terdiri dari negara-negara dalam seluruh kawasan (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, China, Korea Selatan, India, Jepang, Australia, New Zealand, Jerman, Perancis, Inggris, Meksiko, Kanada, dan Amerika Serikat), kemudian negara-negara dalam kawasan ASEAN+6, yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, China, Korea Selatan, India, Jepang, Australia, New Zealand, yang terakhir negara-negara dalam kawasan non ASEAN+6 yakni Jerman, Perancis, Inggris, Meksiko, Kanada, dan Amerika Serikat. Pembagian kawasan tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan fluktuasi nilai tukar dengan variabel-variabel penelitian di masing-masing kawasan. Variabel penelitian diantaranya adalah GDP riil, pengeluaran pemerintah, jumlah uang beredar, dan keterbukaan ekonomi. Hasil Granger Causality Test ditunjukkan oleh tabel 4.1. Pada tabel 4.1., tanda menunjukkan tolak hipotesis nol dengan kriteria probabilitas < tingkat kritis 0,1 (α = 10%). Hipotesis nol untuk baris pertama dan kedua pada tabel 4.1. adalah lnrealgdp tidak memengaruhi RER dan RER tidak memengaruhi lnrealgdp. Dari hasil yang diperoleh, untuk seluruh kawasan, ASEAN+6 dan Non ASEAN+6 lnrealgdp tidak memengaruhi RER dan RER memengaruhi lnrealgdp pada lag 4 dan lag 6 serta lag 2 untuk kawasan non ASEAN+6. Ini menunjukkan ada hubungan kausalitas yang searah terjadi yaitu RER signifikan dalam membantu memprediksikan GDPREAL.

11 58 Diketahui bahwa GDP riil merupakan pertumbuhan dari supply shocks yang mencerminkan pembangunan ekonomi suatu negara. Hipotesis Nol lnrealgdp RER RER lnrealgdp Tabel 4.1. Hasil Granger Causality Test Seluruh Kawasan ASEAN+6 Non ASEAN+6 2 lag 4 lag 6 lag 2 lag 4 lag 6 lag 2 lag 4 lag 6 lag lnge RER RER lnge lnms RER RER lnms lnopenness RER RER lnopenness Keterangan: Periode sample 2002:Q1-2011:Q4, RER = Fluktuasi Nilai Tukar, lnrealgdp = GDP Real, lnge = Government Expenditure, lnms = Money Supply, lnopenness = Openness of Economy, = tidak memengaruhi, dan = tolak hipotesis nol. (Hasil Granger Causality Test dapat dilihat pada Lampiran 1). Untuk baris ketiga dan keempat, hipotesis nol adalah lnge tidak memengaruhi RER dan RER tidak memengaruhi lnge. Baik untuk negara-negara seluruh kawasan, negara-negara dalam kawasan ASEAN+6 maupun negaranegara dalam kawasan non ASEAN+6 tidak ada yang menunjukkan hubungan kausalitas di dalam hubungan lnge dan RER. Berarti dalam penelitian ini, informasi masa lalu variabel lnge tidak dapat membantu dalam memprediksikan fluktuasi nilai tukar negara-negara tersebut, begitu juga sebaliknya. Untuk baris kelima dan keenam, hipotesis nol adalah lnms tidak memengaruhi RER dan RER tidak memengaruhi lnms. Dari tabel 4.1. dapat diketahui pada negara-negara seluruh kawasan, ASEAN+6 maupun kawasan non ASEAN+6 terjadi hubungan kausalitas dua arah yakni lnms memengaruhi RER, begitu juga sebaliknya pada lag 4 dan lag 2 pada kawasan ASEAN+6. Hal ini menunjukkkan lnms signifikan dalam membantu menjelaskan RER, dan begitu juga sebaliknya RER signifikan dalam membantu menjelaskan lnms. Kebijakan mengenai jumlah uang yang beredar dalam suatu negara merupakan kebijakan

12 59 moneter yang langsung berkaitan dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar dalam negara tersebut. Untuk baris ketujuh dan kedelapan, hipotesis nol adalah lnopenness tidak memengaruhi RER dan RER tidak memengaruhi lnopenness. Pada negara-negara dalam seluruh kawasan dan kawasan ASEAN+6 terdapat hubungan kausalitas dua arah antara variabel lnopenness dan RER pada lag 2, lag 4, dan lag 6. Ini menunjukkan variabel lnopenness signifikan dalam membantu memprediksikan RER dan variabel RER sendiri signifikan dalam membantu memprediksikan lnopenness. Keterbukaan ekonomi merupakan gambaran suatu negara dalam perdagangan internasional sehingga mempunyai pengaruh terhadap nilai tukar melalui mekanisme perdagangan yang dilakukan satu negara dengan negara mitranya. Dalam jangka panjang juga, nilai tukar dapat menjadi ukuran daya saing suatu negara dalam perdagangan internasional. Dari hasil Granger Causality Test, didapatkan informasi mengenai hubungan variabel-variabel penelitian dengan fluktuasi nilai tukar riil baik di seluruh kawasan, negara-negara kawasan ASEAN+6 dan negara-negara dalam kawasan non ASEAN+6. Kemudian selanjutnya dilakukan analisis data panel dinamis untuk menjelaskan bagaimana pengaruh variabel eksogen terhadap variabel endogen dengan menggunakan metode GMM (Generalized Method of Moments) Hasil Estimasi Penelitian dengan Metode GMM Hasil Estimasi Penelitian dengan Metode GMM untuk Negara-negara dalam Seluruh Kawasan Setelah menganalisis sumber fluktuasi secara deskriptif maka selanjutnya yaitu pembahasan mengenai metode kuantitatif dalam penelitian yang digunakan. Nilai tukar yang stabil dan kompetitif merupakan hal yang krusial bagi negaranegara maju maupun negara-negara yang sedang berkembang karena berdampak langsung pada aliran modal, Foreign Direct Invesment (FDI), dan perdagangan internasional yang memiliki keuntungan komparatif (Khan et al., 2009). Untuk

13 60 mencapai kestabilan nilai tukar inilah maka diperlukan penelitian mengenai sumber-sumber fluktuasi nilai tukar. Pada tabel 4.2. memperlihatkan hasil estimasi koefiesien faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara di seluruh kawasan dengan menggunakan pendekatan GMM (Generalized Method of Moments). Uji spesifikasi kemudian dilakukan untuk mendapatkan model terbaik sebagai estimator variabel-variabel yang digunakan. Uji tersebut diantaranya adalah uji Arrellano-Bond, uji Sargan, dan uji tidak bias. Namun uji tidak bias dapat ditoleransi karena dengan menggunakan uji Arrellano- Bond dan uji Sargan sudah dapat membuktikan model yang digunakan sudah baik. Penggunaan model yang terbaik yaitu Arrellano-Bond (AB-GMM/FD- GMM) noconstant dengan variabel predetermined jumlah uang beredar (money supply). Jumlah instrumen yang digunakan dalam model ini meningkat sejalan dengan bertambahnya dimensi waktu (T) yang digunakan sehingga metode AB- GMM memanfaatkan terlalu banyak pembatasan (over identyfing restrictions) sehingga menghasilkan kualitas instrumen yang kurang memadai, sehingga diperlukan adanya variabel predetermined (Benito, 2011). Selanjutnya pada uji Arrellano-Bond, nilai statistik m 1 ( ) yang siginifikan pada taraf nyata 1 persen dan nilai statistik m 2 (1.0283) yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen, sehingga dapat dikatakan penduga konsisten. Selain itu, validitas instrumen model dinamis yang digunakan untuk menganalis faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil dilihat dari uji Sargan dengan nilai statistik sebesar dan nilai probabilitas sebesar yang sudah siginifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, maupun 10 persen. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar residu dan over-identyfing restrictions mendeteksi tidak ada masalah dengan validitas instrumen. Namun, pada penelitian ini, nilai estimasi dari koefisien lag RER AB-GMM ( ) tidak berada di antara koefisien lag RER estimasi fixed effect ( ), dan koefisien lag RER estimasi pooled least square ( ) sehingga dapat dikatakan estimasi model dinamis ini bersifat bias (biased) atau instrumen yang digunakan masih lemah. Verbeek (2004) menyatakan bahwa penduga yang bias dapat terjadi jika instrumen yang memerlihatkan hubungan atau korelasi yang lemah dengan regresi endogen.

14 61 Tabel 4.2. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Memengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Riil Negara-negara dalam Seluruh Kawasan Parameter Estimated Coefficients SE P-value Lag RER lnrealgdp lnge lnms lnopenness Pooled Least Square Lag RER Fixed Effect Lag RER AB Test z Prob > z Arrelano-Bond m Arrelano-Bond m Sargan Test chi2 (588) Prob > chi Dari tabel 4.2. juga terlihat ada empat variabel yang signifikan terhadap faktorfaktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara di seluruh kawasan yaitu variabel lag dependent (nilai tukar riil), real demand shocks yang diproksi melalui pengeluaran pemerintah, real supply shocks yang diproksi dari GDP riil, dan keterbukaan ekonomi yang masing-masing signifikan pada taraf nyata 5 persen. Hal ini dilihat dari indikator p-value yang tergambar dalam tabel 4.2., namun dapat dilihat bahwa variabel money supply tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, atau 10 persen. Pembahasan selanjutnya fokus mengenai variabel-variabel yang signifikan atau berpengaruh nyata dalam memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil sesuai yang disajikan pada Tabel Variabel Lag Dependent (Nilai Tukar Riil) Berdasarkan hasil estimasi yang diperlihatkan Tabel 4.2., koefisien dari lag dependent sebesar Nilai koefisien tersebut menjelaskan bahwa jika terjadi peningkatan fluktuasi nilai tukar riil pada periode sebelumnya sebesar 10 persen, cateris paribus, akan direspon oleh peningkatan nilai tukar riil sebesar persen, begitu juga sebaliknya. Hubungan yang positif ini menandakan

15 62 pergerakan nilai tukar riil untuk periode selanjutnya berkorelasi dengan fluktuasi nilai tukar riil pada periode sebelumnya. Pergerakan nilai tukar riil pada periode sebelumnya direspon oleh pergerakan nilai tukar riil periode setelahnya. Fluktuasi nilai tukar riil merupakan keadaan fundamental yang penting bagi suatu perekonomian negara sebab nilai tukar riil merupakan indikator utama yang berkaitan dengan transaksi antar pelaku ekonomi suatu negara. Dengan mengetahui nilai fluktuasi pada periode sebelumnya, setiap negara dapat mengambil yang tepat agar bisa mengarahkan pada kestabilan nilai tukar yang dalam jangka panjang dapat mencapai daya saing dalam perdagangan internasional melalui Purchasing Power Parity (PPP). Semua negara yang berada dalam seluruh kawasan ingin mencapai tujuan jangka panjangnya, sehingga kebijakan mengenai nilai tukar riil di setiap negara akan disesuaikan dengan kondisi perekonomian masing-masing negara Variabel GDP Riil Variabel GDP Riil mempunyai pengaruh siginifikan terhadap nilai tukar riil pada seluruh kawasan menurut hasil estimasi pada tabel Koefisien variabel GDP riil sebesar dan memiliki hubungan yang negatif. Intepretasi dari koefisien ini adalah apabila terjadi peningkatan GDP riil sebesar 10 persen, cateris paribus, akan menurunkan fluktuasi nilai tukar riil sebesar 0.42 persen, begitu juga sebaliknya. Peningkatan GDP riil pada suatu negara menandakan adanya peningkatan produktivitas negara tersebut dan menunjukkan tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dengan asumsi harga konstan. Hal ini tentunya meningkatkan agregat penawaran barang-barang dalam negeri dan tingkat pengembalian modal. Pada zaman globalisasi, modal dapat bergerak bebas sehingga akan mengarahkan pada aliran modal masuk dan salah satu dampak yang dirasakan adalah apresiasi nilai tukar. Sebelum mencapai tingkat alamiahnya kembali dalam jangka panjang, tentunya selama peningkatan GDP riil atau supply shocks ini membuat tingkat harga relatif meningkat dan terjadi apresiasi nilai tukar dalam jangka pendek sebab harus meningkatkan upah para pekerja karena meningkatnya output tersebut. Harga barang-barang dalam negeri meningkat

16 63 dibandingkan harga-harga barang luar negeri. Dalam jangka panjang, dimana output sudah mencapai melebihi titik potensialnya akan mendorong harga domestik menurun dan terjadi depresiasi nilai tukar domestik. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan pleh Clarida dan Gali (1994). Negara-negara yang menjadi objek dalam penelitian ini sebagian besar merupakan negara industri seperti Malaysia, Singapura, Korea, Jepang, Jerman, Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat. Hasil yang siginifikan ini mendukung hasil penelitian Lastrapes (1992), Chowdury (2004) dimana fluktuasi nilai tukar dipengaruhi oleh guncangan penawaran atau supply shocks Variabel Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure) Pada tabel 4.2., didapatkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap fluktuasi nilai tukar riil dan memiliki koefisien sebesar Hal ini dapat diintepretasikan bahwa apabila terjadi peningkatan pengeluaran pemerintah sebesar 10 persen, cateris paribus, akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar sebesar 0.26 persen, begitu juga sebaliknya. Peningkatan pengeluaran pemerintah merupakan salah satu kebijakan fiskal negara atau demand shocks dimana akan mengurangi jumlah tabungan nasional sehingga nilai tukar yang akan diinvestasikan ke luar negeri akan berkurang dan membuat permintaan barang-barang dalam negeri akan meningkat dan ouput juga meningkat dalam jangka pendek, tingkat harga barang domestik akan meningkat dan terjadi apresiasi nilai tukar riil. Namun dalam jangka panjang adanya tekanan untuk meningkatkan upah para pekerja yang pada periode sebelumnya harus menghasilkan output yang banyak akan mengurangi tingkat output sehingga mencapa tingkat produksi alamiah atau cederung ke jangka panjangnya tetapi tingkat harga akan tetap tinggi dan mengarahkan apresiasi nilai tukar riil yang permanen.

17 Variabel Keterbukaan Ekonomi (Openness of Economy) Berdasarkan hasil estimasi pada tabel 4.2., variabel keterbukaan ekonomi siginifikan terhadap fluktuasi nilai tukar yakni pada taraf 5 persen. Koefisien variabel keterbukaan ekonomi sebesar yang mencerminkan setiap peningkatan keterbukaan ekonomi sebesar 10 persen maka akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar riil sebesar 0.21 persen, begitu juga sebaliknya. Keterbukaan ekonomi suatu negara menandakan respon negara tersebut terhadap perdagangan internasional yang mengekspor barang ke luar negeri, mengimpor barang dan jasa dari luar negeri, serta meminjam dan memberi pinjaman pada pasar modal dunia. Peningkatan keterbukaan ekonomi ini bisa melalui penurunan tarif atau peningkatan kuota yang akan mengarahkan peningkatan harga relatif dari barangbarang tradable atau barang yang bisa diekspor sehingga akan mengakibatkan depresiasi nilai tukar negara tersebut melalui menurunnya neraca perdagangan (Connolly dan Devereux (1995) dalam Zakaria (2011)). Keterbukaan ekonomi ini juga menunjukkan adanya penambahan dalam jumlah ekspor maupun impor suatu negara sehingga pasti berpengaruh pada perpindahan modal sehingga aliran modal bersifat bergerak atau mobile. Oleh karena itu, negara harus meningkatkan daya saing untuk memperluas pangsa pasar dalam perdagangan internasional Hasil Estimasi Penelitian dengan Metode GMM untuk Negara-negara dalam Kawasan ASEAN+6 Pembahasan selanjutnya adalah menganalisis Faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara kawasan ASEAN+6. Hasil estimasi dengan pendekatan GMM dapat dilihat pada tabel Menurut hasil estimasi pada tabel 4.3. metode estimasi dalam model data panel dinamis sudah menunjukkan hasil estimasi yang cukup baik, dilihat dari tingkat signifikansi dan tanda koefisiennya. Uji spesifikasi dalam pemodelan ini menggunakan Arrellano- Bond (AB-GMM/FD-GMM) noconstant dengan variabel predetermined jumlah uang beredar (money supply). Selain itu, konsistensi estimasi ditunjukkan oleh hasil uji Arellano-Bond nilai statistik m 1 (-10.76) yang siginifikan pada taraf nyata 1 persen dan nilai statistik m 2 (.84835) yang tidak signifikan pada taraf nyata 1

18 65 persen, 5 persen, dan 10 persen, maka berdasarkan uji Arrellano-Bond, model ini dikatakan sudah konsisten. Tabel 4.3. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Memengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Riil Negara-negara dalam Kawasan ASEAN+6 Parameter Estimated Coefficients SE P-value Lag RER lnrealgdp lnge lnms lnopenness Pooled Least Square Lag RER Fixed Effect Lag RER AB Test z Prob > z Arrelano-Bond m Arrelano-Bond m Sargan Test chi2 (396) Prob > chi Kriteria lainnya yakni uji Sargan menunjukkan nilai statistik sebesar dan probabilitas sebesar yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar residu dan over-identyfing restrictions sehingga instrumen valid. Namun, pada penelitian ini, nilai estimasi dari koefisien lag RER AB-GMM ( ) tidak berada di antara koefisien lag RER estimasi fixed effect ( ), dan koefisien lag RER estimasi pooled least square ( ) sehingga dapat dikatakan estimasi model dinamis ini bersifat bias (biased) atau instrumen yang digunakan masih lemah. Penduga AB-GMM dapat mengandung bias pada sampel terbatas (finite-sample), hal ini dapat terjadi dari deret ketika tingkat lag (lagged level) dari deret berkorelasi secara lemah dengan first-difference berikutnya sehingga instrumen yang tersedia untuk persamaan first-difference lemah. Apabila variabel endogen bersifat random-walk, estimasi GMM tidak dapat menyampaikan informasi mengenai perubahan masa yang akan datang, sehingga lag yang tidak berubah (untransformed) merupakan instrumen yang lemah untuk variabel yang

19 66 berubah (transformed) (Blundell dan Bond, 1998). Estimasi yang telah diperlihatkan pada tabel 4.3. telah memberikan informasi apa yang menjadi sumber fluktuasi negara-negara di kawasan ASEAN+6. Variabel-variabel yang signifikan kemudian dibahas secara satu-persatu untuk mengetahui hubungannya Variabel Lag Dependent (Nilai Tukar Riil) Pada kasus negara-negara dalam kawasan ASEAN+6, variabel lag dependent signifikan pada taraf nyata 1 persen dengan probabilitas dan memiliki koefisien sebesar Nilai tersebut mengintepretasikan bahwa jika peningkatan fluktuasi nilai tukar riil pada periode sebelumnya sebesar 10 persen, cateris paribus, akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar riil sebesar 3.83 persen, begitu juga sebaliknya. Hubungan positif ini menunjukkan bahwa fluktuasi nilai tukar riil periode sebelumnya dapat memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negaranegara pada kawasan ASEAN+6. Pada negara-negara di ASEAN+6 sebagian besar mempunyai rezim nilai tukar yang sama yakni rezim mengambang bebas dan rezim mengambang terkendali dimana sulit untuk mencapai kestabilan nilai tukar riil dalam jangka panjang. Oleh karena itu diperlukan informasi mengenai fluktuasi nilai tukar pada periode sebelumnya agar dapat mengambil langkah-langkah atau kebijakan yang tepat untuk mengarahkan pada kestabilan nilai tukar riil kawasan ASEAN+6. Hasil variabel yang signifikan ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Caporale et al. (2009) dan Zakaria (2011) Variabel GDP Riil Variabel GDP riil merupakan salah satu variabel yang siginifikan dalam hasil estimasi dengan menggunakan pendekatan GMM. Dapat dilihat pada tabel 4.3. bahwa variabel GDP memiliki probabilitas sebesar yang signifikan pada taraf nyata 5 persen dan koefisiennya sebesar Hal ini dapat diintepretasikan apabila terjadi peningkatan GDP riil sebesar 10 persen, cateris paribus, akan menurunkan fluktuasi nilai tukar riil sebesar 0.37 persen, begitu juga sebaliknya. Seperti pada pembahasan sebelumnya pertumbuhan GDP riil

20 67 menunjukkan adanya pertumbuhan produktivitas dalam negeri yang meningkat. Hal ini akan meningkatkan agregat penawaran barang-barang dalam negeri dan tingkat pengembalian modal dan pada akhirnya akan mengarahkan pada apresiasi nilai tukar pada jangka pendek. Namun dalam jangka panjang, produktivitas dalam negeri akan kembali pada tingkat alamiah yang sudah melampaui titik potensialnya sehingga akan terjadi depresiasi nilai tukar riil tersebut. Negaranegara ASEAN+6 sebagian besar merupakan negara sedang berkembang sehingga dengan meningkatnya produktivitas negara tersebut bisa menarik investor dari luar untuk menanamkan modalnya di dalam negeri. Potensi untuk meningkatkan produktivitas negara-negara ASEAN+6 dapat dilihat melalui banyaknya sumber daya terutama sumber daya manusia yang belum termanfaatkan secara optimal sehingga belum mencapai full employment. Wilayah Asia-Pasifik merupakan salah satu integrasi yang dinamis di dunia. Perdagangan intra-wilayah telah menunjukkan mekanisme yang efektif terutama untuk meningkatkan pertumbuhan GDP riil, sehingga keuntungan yang diperoleh dalam integrasi regional dapat dicapai (Shigematsu, 2006). Melalui pertumbuhan GDP riil negara-negara ASEAN+6 akan meningkat sejalan dengan stabilnya nilai tukar riil masingmasing anggota sehingga meningkatkan integrasi ekonomi di kawasan ASEAN Variabel Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure) Variabel pengeluaran pemerintah juga merupakan variabel yang signifikan dalam estimasi faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negaranegara pada kawasan ASEAN+6. Pada tabel 4.3. dapat dilihat variabel pengeluaran pemerintah memiliki probabilitas yang signifikan pada taraf 5 persen dan koefisien pengeluaran pemerintah sebesar yang mengintepretasikan apabila terjadi peningkatan pengeluaran pemerintah sebesar 10 persen, cateris paribus, akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar riil 0.27 persen, begitu juga sebaliknya. Kebijakan fiskal negara-negara dalam kawasan ASEAN+6 dapat ditempuh melalui peningkatan pengeluaran pemerintah. Dengan adanya peningkatan pengeluaran pemerintah maka akan meningkatkan permintaan

21 68 barang-barang domestik, sehingga akan meningkatkan harga relatif domestik terhadap luar negeri dan dalam jangka pendek akan menurunkan outputnya. Peningkatan ini juga mengindikasikan bahwa pemerintah negara-negara ASEAN+6 mengeluarkan biaya untuk barang-barang tradables yang pada akhirnya bisa meningkatkan daya saing dan jangka panjangnya apresiasi nilai tukar riil. Negara-negara anggota pada kawasan ASEAN+6 sebagian besar memiliki banyak populasi sehingga tenaga kerja juga yang dihasilkan juga meningkat. Hal ini bisa dijadikan pendukung untuk menghasilkan lebih banyak komoditi yang bisa diperdagangkan dalam perdagangan internasional. Pemerintah dapat membantu dengan ekspansi kebijakan fiskal sehingga dapat meningkatkan output dan dapat dilihat hal ini akan membantu meningkatkan devisa negara Variabel Keterbukaan Ekonomi (Openness of Economy) Pada tabel 4.3., variabel keterbukaan ekonomi merupakan variabel yang signifikan. Ini dapat dilihat dengan probabilitas signifikan pada taraf nyata 5 persen. Variabel keterbukaan ekonomi memiliki koefisien sebesar.0019, ini mencerminkan bahwa apabila terjadi peningkatan keterbukaan ekonomi sebesar 10 persen, cateris paribus, akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar riil sebesar 0.19 persen, begitu juga sebaliknya. Keterbukaan ekonomi mempunyai arti yang penting bagi negara-negara dalam kawasan ASEAN+6 yang terdiri dari negara dengan perekonomian kecil. Negara dengan perekonomian kecil memberi arti bahwa negara-negara ASEAN+6 merupakan negara bagian kecil dari pasar dunia, dan dengan sendirinya tidak memiliki dampak terhadap tingkat bunga dunia sehingga tingkat bunga riil sama dengan tingkat bunga riil dunia (Mankiw, 2006). Keterbukaan ekonomi juga berkaitan dengan neraca perdagangan suatu negara. Peningkatan keterbukaan ini bisa dalam bentuk penurunan tarif, meningkatkan kuota, atau dalam bentuk pengurangan pajak ekspor. Dengan keterbukaan ini akan mengakibatkan depresiasi nilai tukar riil domestik melalui neraca perdagangan. Dengan harga barang domestik yang lebih murah maka daya saing suatu negara akan meningkatkan dalam perdagangan internasional. Negaranegara anggota ASEAN+6 sebagai satu bentuk integrasi dapat meningkatkan

22 69 perdagangan internasional dengan kesepakatan Free Trade Area yang telah disetujui. Pangsa pasar yang semakin bertambah merupakan salah satu keunggulan yang mendukung (Kawai, 2007). Keterbukaan ekonomi inilah diharapkan menjadi salah satu faktor yang dapat mengurangi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara anggota ASEAN Hasil Estimasi Penelitian dengan Metode GMM untuk Negara-negara dalam Kawasan Non ASEAN+6 Perbandingan atau komparasi terhadap keadaan kawasan lain merupakan ukuran perekonomian yang bisa dijadikan acuan bagi suatu kawasan. Dalam penelitian ini, perbandingan negara yang digunakan dimasukkan ke dalam kawasan non ASEAN+6 antara lain adalah Jerman, Perancis, Inggris, Meksiko, Kanada, dan Amerika Serikat. Pendekatan yang dipakai pun sama dengan negaranegara kawasan ASEAN+6 yakni pendekatan GMM. Hasil estimasi dapat dilihat pada tabel Penggunaan model yang terbaik yaitu Arrellano-Bond (AB- GMM/FD-GMM) noconstant dengan variabel predetermined jumlah uang beredar (money supply). Melalui uji Arrelano-Bond, konsistensi model yang digunakan dapat diketahui, dan pada model yang digunakan ditunjukkan nilai statistik m1 ( ) yang signifikan pada taraf 1 persen dan nilai statistik m2 (.59418) yang tidak siginifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, atau 10 persen, sehingga dalam hal ini model dapat dikatakan konsisten. Selain itu, validitas instrumen model dinamis ini dapat dilihat pada uji Sargan dengan nilai statistik dan nilai probabilitas yang ditunjukkan yaitu yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, maupun 10 persen. Hal ini membuktikan bahwa tidak ada korelasi antar residu dan over-identyfing restrictions mendeteksi tidak ada masalah dengan validitas instrumen. Hasil estimasi pada tabel 4.3. diperlihatkan bahwa model yang digunakan tidak bias, sebab koefisien hasil estimasi dengan pendekatan AB-GMM yaitu ( ) berada diantara koefisien fixed effect ( ) dan koefisien pooled least square ( ). Model panel dinamis yang bersifat tidak bias berada di atas efek (fixed effect) dan di bawah estimasi OLS (ordinary least square). Namun, dengan hanya

23 70 menggunakan uji AB-GMM dan uji Sargan, sudah menunjukkan bahwa model yang digunakan sudah cukup baik. Tabel 4.4. Hasil Estimasi Faktor-faktor yang Memengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Riil Negara-negara dalam Kawasan Non ASEAN+6 Parameter Estimated Coefficients SE P-value Lag RER lnrealgdp lnge lnms lnopenness Pooled Least Square Lag RER Fixed Effect Lag RER AB Test z Prob > z Arrelano-Bond m Arrelano-Bond m Sargan Test chi2 (222) Prob > chi Pengujian variabel untuk estimasi faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara pada kawasan non ASEAN+6 dengan menggunakan Arellano-Bond Generalized Method of Moments (AB-GMM) memperlihatkan pergerakan dinamis variabel endogennya dan dari hasil yang diperoleh pada tabel 4.3. ditunjukkan bahwa variabel yang signifikan yaitu variabel lag dependent dan variabel money supply. Untuk selanjutnya variabel tersebut akan dibahas lebih mendalam Variabel Lag Dependent (Nilai Tukar Riil) Variabel lag dependent merupakan variabel yang signifikan dalam estimasi faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara kawasan non ASEAN+6. Hal ini ditunjukkan variabel ini memiliki probabilitas sebesar yang signifikan pada taraf nyata 1 persen. Koefisien variabel sebesar yang mengintepretasikan apabila terjadi peningkatan fluktuasi nilai

24 71 tukar riil pada periode sebelumnya sebesar 10 persen, cateris paribus, akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar riil sebesar persen, begitu juga sebaliknya. Pada dasarnya setiap negara yang ada di seluruh dunia memiliki histori pergerakan nilai tukar riil dari periode ke periode. Pada negara-negara kawasan non ASEAN+6 yang merupakan negara-negara manufaktur tentunya stabilisasi nilai tukar mendapat perhatian terutama sebab Purchasing Power Parity (PPP) sebagai benchmark untuk mengevaluasi pergerakan nilai tukar riil dalam jangka panjang dan hal ini menjadi acuan bagi setiap negara dalam perdagangan internasional. Peningkatan fluktuasi nilai tukar riil pada periode sebelumnya yang direspon positif oleh fluktuasi nilai tukar riil setelahnya mengimplikasikan apabila kestabilan nilai tukar negara-negara pada kawasan non ASEAN+6 telah membaik maka akan mendorong perekonomian negara-negara tersebut. Dengan mengetahui ukuran fluktuasi nilai tukar pada periode sebelumnya, kebijakan setiap negara dalam kawasan non ASEAN+6 dapat diimplementasikan dengan baik. Negara-negara Eropa dan Amerika Utara merupakan kawasan yang telah terintegrasi ekonominya mendahului negaranegara kawasan ASEAN+6. Hal ini ditandai dengan mata uang tunggal Euro yang yang berlaku di Eropa dana mata uang yang dijadikan acuan di seluruh dunia merupakan mata uang negara Amerika Serikat. Dalam beberapa dekade ini, Euro telah berkembang menjadi sarana hubungan moneter internasional yang signifikan, sehingga berhasil menjadi mata uang nomor dua di dunia dan menjadi alternatif mata uang US dolar (Partisiwi, 2008). Kestabilan Euro ini tentunya akan memengaruhi perekonomian dunia umumnya dan pada kawasan European Union (EU) pada khususnya. Kebijakan moneter yang ditempuh tentunya seragam untuk setiap negara karena yang mengambil kebijakan satu otoritas moneter saja Variabel Jumlah Uang Beredar (Money Supply) Pada negara-negara di kawasan non ASEAN+6, variabel jumlah uang beredar (money supply) merupakan variabel yang signifikan sebagai faktor-faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara pada kawasan non

25 72 ASEAN+6. Hal ini dilihat dari variabelnya yang mempunyai probabilitas yang signifikan pada taraf nyata 10 persen dan koefisiennya sebesar Hal ini mengintepretasikan bahwa apabila terjadi peningkatan jumlah uang beredar sebesar 10 persen, cateris paribus, akan meningkatkan fluktuasi nilai tukar riil sebesar 0.17 persen, begitu juga sebaliknya. Dalam hal ini variabel money supply merupakan variabel predetermined sehingga adanya ekpektasi rasional. Adanya guncangan pada nilai tukar yang tidak dapat diprediksi pasti tidak akan berkorelasi dengan jumlah uang beredar masa lalu dan mungkin juga tidak akan berdampak pada masa sekarang, tetapi pasti mempunyai pengaruh pada jumlah uang beredar pada masa yang akan datang yakni pemerintah pada negara-negara kawasan non ASEAN+6 dipaksa akan menyesuaikan jumlah uang beredar masa depan untuk mengakomodasi fluktuasi nilai tukar riil. Hal ini sesuai dengan asumsi kekakuan harga dalam jangka pendek yang membawa implikasi nilai tukar berubah (overshoot) dari titik keseimbangan yang baru, artinya nilai tukar mengalami perubahan baik apresiasi atau depresiasi yang lebih besar daripada tingkat perubahan yang diperlukan untuk mencapai kondisi jangka panjang. Variabel jumlah uang beredar (money supply) merupakan gambaran gangguan nominal (nominal shocks). Sesuai dengan penelitian yang dilakukan Dornbursch (1976), Clarida dan Ghali (1994) dimana nominal shocks dapat menjelaskan pergerakan nilai tukar di Jerman. Kebijakan jumlah uang beredar (money supply) adalah salah satu kebijakan yang lebih efektif pada negara-negara pada negara Uni Eropa karena telah menggunakan single currency yaitu Euro, dan pada kawasan Amerika Utara karena pasar finansial yang lebih berkembang. Didukung dengan negara Amerika Serikat yang merupakan negara dengan perekonomian terbuka besar dimana Amerika dapat memengaruhi tingkat bunga dunia sehingga money supply merupakan kebijakan yang paling berpengaruh. Dari pembahasan yang telah diuraikan, maka faktor faktor yang memengaruhi fluktuasi nilai tukar riil negara-negara baik di seluruh kawasan, kawasan ASEAN+6 maupun kawasan non ASEAN+6 dapat dirangkumkan dalam bentuk tabel seperti berikut :

26 73 No. Tabel 4.5. Faktor-faktor yang Memengaruhi Fluktuasi Nilai Tukar Riil Faktor-faktor yang Memengaruhi Inflasi Seluruh Kawasan Kawasan ASEAN+6 Kawasan Non ASEAN+6 1. Supply Shocks Demand Shocks Nominal Shocks + 4. Openness of Economy + + Ket: + = memiliki pengaruh positif terhadap fluktuasi nilai tukar; - = memiliki pengaruh negatif terhadap fluktuasi nilai tukar.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum yang disajikan secara

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Integrasi ekonomi memberikan pengaruh bagi kegiatan ekonomi negaranegara anggotanya. Liberalisasi ekonomi yang semakin meluas beberapa dekade terakhir, menyebabkan perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai tukar merupakan salah satu alat untuk kebijakan ekonomi bagi sebuah negara. Nilai tukar adalah salah satu indikator ekonomi yang sangat dibutuhkan khususnya sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan perekonomian dunia. Hal ini terjadi setelah dianutnya sistem perekonomian terbuka yang dalam aktivitasnya

Lebih terperinci

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN

Indeks Nilai Tukar Rupiah 2000 = 100 BAB 1 PENDAHULUAN 1990Q1 1991Q1 1992Q1 1993Q1 1994Q1 1995Q1 1996Q1 1997Q1 1998Q1 1999Q1 2000Q1 2001Q1 2002Q1 2003Q1 2004Q1 2005Q1 2006Q1 2007Q1 2008Q1 2009Q1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu indikator penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Di era globalisasi perdagangan diseluruh dunia, dimana siklus perdagangan dapat dengan bebas bergerak ke setiap Negara di penjuru dunia. yang secara langsung berpengaruh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder negaranegara di kawasan ASEAN+6 dan kawasan non ASEAN+6 (Uni Eropa dan Amerika Utara) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara kearah yang lebih terbuka (oppeness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign

I. PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nilai tukar mata uang adalah catatan harga pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau harga mata uang domestik

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin berkembangnya globalisasi,

Lebih terperinci

VII. DAMPAK GUNCANGAN DOMESTIK TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA

VII. DAMPAK GUNCANGAN DOMESTIK TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA 87 VII. DAMPAK GUNCANGAN DOMESTIK TERHADAP MAKROEKONOMI INDONESIA 7.1 Dinamika Respon Business Cycle Indonesia terhadap Guncangan Domestik 7.1.1 Guncangan Penawaran (Output) Guncangan penawaran dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara.perekonomian terbuka membawa suatu dampak ekonomis

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI

Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI Skripsi ANALISA PENGARUH CAPITAL INFLOW DAN VOLATILITASNYA TERHADAP NILAI TUKAR DI INDONESIA OLEH : MURTINI 0810512077 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS Mahasiswa Strata 1 Jurusan Ilmu Ekonomi Diajukan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kompleksitas sistem pembayaran dalam perdagangan internasional semakin bertambah tinggi dalam kondisi perekonomian global seperti yang berkembang akhir-akhir ini.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah diterapkannya kebijakan sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia pada tanggal 14 Agustus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007 (Business&Economic Review Advisor, 2007), saat ini sedang terjadi transisi dalam sistem perdagangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. dan liberalisasi perdagangan barang dan jasa semakin tinggi intensitasnya sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian dalam perdagangan internasional tidak lepas dari negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Apalagi adanya keterbukaan dan liberalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan tingginya ketidakpastian perekonomian global, nilai tukar Rupiah terus mengalami tekanan depresiasi. Ketidakpastian pemulihan ekonomi dunia juga telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kestabilan suatu negara sangat bergantung pada kestabilan mata uang negara tersebut. Kehidupan politik, ekonomi, pertahanan dan keamanan, serta bidang-bidang lainnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata

BAB I PENDAHULUAN. tersebut di banding dengan mata uang negara lain. Semakin tinggi nilai tukar mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu indikator yang menunjukan bahwa perekonomian sebuah negara lebih baik dari negara lain adalah melihat nilai tukar atau kurs mata uang negara tersebut

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan fenomena shock ini adalah sangat menarik berbicara tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Guncangan (shock) dalam suatu perekonomian adalah suatu keniscayaan. Terminologi ini merujuk pada apa-apa yang menjadi penyebab ekspansi dan kontraksi atau sering juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar sering digunakan untuk mengukur tingkat perekonomian suatu negara. Nilai tukar mata uang memegang peranan penting dalam perdagangan antar negara, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat

BAB I PENDAHULUAN. motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perdagangan internasional mempunyai peranan sangat penting sebagai motor penggerak perekonomian nasional. Perdagangan internasional dapat didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Globalisasi dalam bidang ekonomi menyebabkan berkembangnya sistem perekonomian ke arah yang lebih terbuka antar negara. Perekonomian terbuka inilah yang membawa suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Mata uang asing (valuta asing) merupakan suatu komoditas yang memiliki nilai ekonomis. Hal ini dikarenakan adanya permintaan yang timbul karena adanya kepentingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin ketat, ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar

BAB I PENDAHULUAN. diakibatkan oleh adanya currency turmoil, yang melanda Thailand dan menyebar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tinggi rendahnya nilai mata uang ditentukan oleh besar kecilnya jumlah penawaran dan permintaan terhadap mata uang tersebut (Hadiwinata, 2004:163). Kurs

Lebih terperinci

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE

SISTEM MONETER INTERNASIONAL. Oleh : Dr. Chairul Anam, SE SISTEM MONETER INTERNASIONAL Oleh : Dr. Chairul Anam, SE PENGERTIAN KURS VALAS VALUTA ASING (FOREX) Valas atau Forex (Foreign Currency) adalah mata uang asing atau alat pembayaran lainnya yang digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dihasilkannya (Hariyani dan Serfianto, 2010 : 1). Menurut Tri Wibowo dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi perdagangan saat ini, kemajuan suatu negara tidak dapat dilepaskan dari keberhasilan negara tersebut melakukan ekspor barang dan jasa yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Integrasi suatu negara ke dalam kawasan integrasi ekonomi telah menarik perhatian banyak negara, terutama setelah Perang Dunia II dan menjadi semakin penting sejak tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi

I. PENDAHULUAN. jasa. Oleh karena itu, sektor riil ini disebut juga dengan istilah pasar barang. Sisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah sektor riil dalam pembahasan mengenai ekonomi makro menggambarkan kondisi perekonomian dipandang dari sisi permintaan dan penawaran barang dan jasa. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi secara terus menerus dan bersifat dinamis. Sasaran pembangunan yang dilakukan oleh negara sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sejak diberlakukannya sistem nilai tukar mengambang penuh/ bebas (freely floating system) yang dimulai sejak Agustus 1997, posisi nilai tukar rupiah terhadap mata uang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi membuat perekonomian di berbagai negara menjadi terbuka. Keluar masuknya barang atau jasa lintas negara menjadi semakin mudah dan hampir tidak ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dekade terakhir ini (1993-2012) Indonesia mengalamai dua kali krisis keuangan, yang pertama terjadi pada tahun 1998 yang pada saat itu nilai tukar rupiah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi internasional pada saat ini semakin berkembang pesat sehingga setiap negara di dunia mempunyai hubungan yang kuat dan transparan. Kegiatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nominal perbandingan antara mata uang asing dengan mata uang dalam negeri biasa sering dikenal sebagai kurs atau nilai tukar. Menurut Bergen, nilai tukar mata uang

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN

III.METODOLOGI PENELITIAN III.METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder negaranegara kawasan ASEAN+6 dan negara-negara kawasan non ASEAN+6 dalam bentuk data panel

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap hubungan kerjasama antar negara. Hal ini disebabkan oleh sumber daya dan faktor produksi Indonesia

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Gross Domestic Product (GDP), Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Dampak globalisasi di bidang ekonomi memungkinkan adanya hubungan saling terkait dan saling memengaruhi antara pasar modal di dunia. Dampak globalisasi di bidang ekonomi diikuti

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara.

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara. BAB II TELAAH PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Tukar (Kurs) Krugman dan Obstfeld (1994:73) mendefinisikan nilai tukar sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar memainkan peranan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Nasional Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional atau produksi nasional setiap tahunnya, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah tentu membutuhkan dana yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata

BAB I PENDAHULUAN. sektor utama dalam perekonomian Negara tersebut. Peran kurs terletak pada nilai mata BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nilai mata uang Rupiah dan perbandingan dengan nilai mata uang acuan internasional yaitu Dollar Amerika, merupakan salah satu gambaran pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai tukar tidak diragukan lagi adalah merupakan salah satu variabel ekonomi yang memiliki peran yang sangat penting dalam perekonomian suatu negara. Perbedaan nilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Perekonomian Indonesia di tengah perekonomian global semakin lama semakin tak terkendali. Setelah krisis moneter 1998, perekonomian Indonesia mengalami peningkatan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri

ABSTRAK. Kata kunci: PDB, Kurs, Impor, Utang luar negeri Judul : Pengaruh Kurs dan Impor Terhadap Produk Domestik Bruto Melalui Utang Luar Negeri di Indonesia Tahun 1996-2015 Nama : Nur Hamimah Nim : 1306105143 ABSTRAK Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perjalanan waktu yang penuh dengan persaingan, negara tidaklah dapat memenuhi sendiri seluruh kebutuhan penduduknya tanpa melakukan kerja sama dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara yang berintegrasi dengan banyak negara lain baik dalam

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia

BABI PENDAHULUAN. Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia BABl PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Helakang Pennasalahan Sejak terjadinya krisis ekonomi tabun 1997, perekonomian Indonesia mengalami banyak perubahan dalam berbagai aspek. Salah satu indikator

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua analisis untuk membuat penilaian mengenai pengaruh ukuran negara dan trade facilitation terhadap neraca perdagangan, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 85 BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi inflasi serta menelaah perbedaan pengaruh faktor-faktor tersebut pada masa

Lebih terperinci

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut

BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK. diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut BAB 2 GAMBARAN UMUM OBJEK 2.1 Rupiah Rupiah (Rp) adalah mata uang Indonesia (kodenya adalah IDR). Nama ini diambil dari mata uang India Rupee. Sebelumnya di daerah yang sekarang disebut Indonesia menggunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam

I. PENDAHULUAN. Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Inflasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan harga-harga yang berlaku dalam suatu perekonomian. Tingkat inflasi berbeda dari satu periode ke periode lainnya,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan

I. PENDAHULUAN. perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Selama tiga dekade terakhir, perekonomian Indonesia sudah mengalami perubahan yang menakjubkan ketika pemerintah mendesak maju dengan melakukan kebijakan deregulasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga

BAB I PENDAHULUAN. saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian investasi secara umum adalah penanaman dana dalam jumlah tertentu pada saat ini untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dimasa yang akan datang. Atau bisa

Lebih terperinci

MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA

MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA MEMINIMALISIR DEPRESIASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA ABSTRAKS Ketidakpastian perekonomian global mempengaruhi makro ekonomi Indonesia. Kondisi global ini ikut mempengaruhi depresiasi nilai

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector

HASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector 52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang yang sedang membangun, membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai pembangunan. Penanaman modal dapat dijadikan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun 1980. Globalisasi selain memberikan dampak positif, juga memberikan dampak yang mengkhawatirkan bagi negara yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto Produk Domestik Bruto adalah perhitungan yang digunakan oleh suatu negara sebagai ukuran utama bagi

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Berdasarkan pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS), fixed effect model (FEM) dan random effect model (REM) diperoleh hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal

BAB I PENDAHULUAN. terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keadaan perekonomian dunia pada era sekarang ini semakin bebas dan terbuka. Hal ini mengakibatkan arus keluar masuk barang, jasa dan modal menjadi semakin mudah menembus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, menganut sistem perekonomian terbuka dimana lalu lintas perekonomian internasional sangat penting dalam perekonomian

Lebih terperinci