HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan penelitian ini menggunakan pendekatan analisis deskriptif dan analisis kuantitatif. Analisis deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran umum yang disajikan secara sistematis mengenai fakta-fakta dan hubungan antar fenomena atau variabel yang akan diamati. Analisis kuantitatif bertujuan untuk memperlihatkan hasil estimasi mengenai dampak kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan keterbukaan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN+6. Selain membahas mengenai analisis deskriptif dan hasil estimasi, pada bab ini juga akan dijelaskan mengenai pengujian Granger Causality untuk mengetahui hubungan antar variabel Kondisi Umum Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan ASEAN+6 Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan merupakan tujuan dari setiap negara. Tercapainya pertumbuhan ekonomi yang tinggi berarti tersedianya lapangan kerja yang lebih luas dan pendapatan per kapita yang lebih tinggi. Hal ini mengindikasikan kemakmuran yang lebih baik bagi negara tersebut. Berdasarkan data pertumbuhan GDP dalam rentang waktu (Gambar. 4.1.) menunjukkan bahwa kesebelas negara tersebut mengalami pertumbuhan GDP yang cukup bervariasi. Rata-rata tingkat pertumbuhan GDP tertinggi adalah China, namun pada tahun 2010, Singapura memiliki pertumbuhan ekonomi tertinggi untuk kawasan ini.

2 55 Sumber : World Development Indicator, 2011.(diolah) Gambar 4.1. Tingkat Pertumbuhan GDP Negara-negara ASEAN+6 Secara umum tingkat pertumbuhan GDP sampai dengan tahun 2007 di kawasan ASEAN+6 mencapai level tertinggi dari tahun-tahun sebelumnya. Bahkan China mencapai 14% jauh diatas rata-rata pertumbuhan GDP negara lainnya. Persentase GDP ini terus mengalami penurunan sejak tahun 2008 hingga mencapai titik terendah pada tahun Krisis keuangan global yang bermula dari bencana subprime mortgage di Amerika Serikat pada tahun 2008 telah menekan pertumbuhan ekonomi global dari 5,2 persen pada tahun 2007 menjadi 3,0 persen pada tahun 2008, dan menyusut sebesar 0,6 persen pada tahun Hal serupa terjadi juga di kawasan ASEAN+6, pada tahun 2009 sebelas negara di kawasan ASEAN+6 mencapai tingkat terendah pertumbuhan GDP. Jepang merupakan negara yang paling dirugikan akibat krisis keuangan global 2008, dimana pada tahun 2009 pertumbuhan GDP negara Jepang mencapai -6,3% diikuti oleh Thailand mencapai -2,3%, Malaysia -1,6%, dan

3 56 Singapura -0,77%. Pada tahun 2010 pertumbuhan GDP semua negara di kawasan ASEAN+6 mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dimana Singapura memiliki pertumbuhan GDP terbesar mencapai 14,5%, diikuti oleh China, Thailand, Malaysia, dan Indonesia. Hal ini cukup membuktikan bahwa perekonomian di kawasan ASEAN+6 mampu bertahan bahkan bisa keluar dari efek krisis keuangan global Peranan Pengeluaran Pemerintah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara ASEAN+6 Salah satu komponen dalam permintaan agregat (Aggregate Demand-AD) adalah pengeluaran pemerintah. Secara teori dinyatakan bahwa jika pengeluaran pemerintah meningkat maka AD akan meningkat. Peningkatan AD berarti terjadi pertumbuhan ekonomi, karena pertumbuhan ekonomi diukur dari Produk Domestik Bruto (GDP) maka peningkatan GDP berarti peningkatan pendapatan. Pada Gambar 4.2 menampilkan rata-rata pertumbuhan ekonomi dan rata-rata pengeluaran pemerintah di negara-negara ASEAN+6 pada periode Peranan terbesar pengeluaran pemerintah terhadap GDP terjadi di Jepang dengan rata-rata mencapai 18,25%, diikuti oleh New Zealand dan Australia. Namun walaupun ketiga negara tersebut memiliki tingkat pengeluaran pemerintah tertinggi dibandingkan negara-negara lainnya, tetapi tingkat pertumbuhan ekonominya terendah dibandingkan yang lainnya. Tampak pada gambar kelompok negara maju yang dilingkari dengan garis berwarna merah. Di Jepang, kebijakan fiskal mempunyai pengaruh yang cukup signifikan terhadap perkembangan perekonomian.

4 57 Hal ini sesuai dengan model yang dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomiyang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut. Jepang merupakan negara maju dimana pengeluaran pemerintahnya tidak lagi untuk biaya investasi dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti halnya program kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat, dan sebagainya (Rostow dalam Mangkoesoebroto). Sumber : World Development Indicator 2011, (diolah). Gambar 4.2. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi dan Pengeluaran Pemerintah di Kawasan ASEAN+6 Kelompok negara berkembang dengan lingkaran berwarna biru. China merupakan satu-satunya negara dimana tingkat pengeluaran pemerintah hampir sebanding dengan tingkat pertumbuhan ekonominya seperti tampak pada gambar 4.2.

5 58 diatas jika ditarik titik koordinatnya yaitu (10,14) diikuti India (7,11). Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Zhang dan Zou (2001) bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah di China dan India berperan secara signifikan dalam pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Peranan pengeluaran pemerintah terhadap GDP di Indonesia relatif lebih kecil dibandingkan negara yang lainnya di kawasan ASEAN+6. Kontribusi pengeluaran konsumsi pemerintah merupakan komponen yang diatur khusus dengan sistem sehingga besarnya relatif stabil, dengan fluktuasi sesuai dengan kondisi perekonomian dan sosial budaya serta politik yang sedang terjadi (Junaidi, 2010) Peranan Jumlah Uang Beredar (M2) terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara ASEAN+6 Para ahli ekonomi masih terdapat perbedaan pendapat mengenai hubungan antara jumlah uang beredar dengan pertumbuhan ekonomi. Sebagian besar para ahli ekonomi setuju bahwa jumlah uang beredar adalah netral dalam jangka panjang dengan berpengaruh pada pendapatan, tetapi sebagian ahli ekonomi lain menolak pernyataan tersebut, dan pengaruh dari jumlah uang beredar dengan pertumbuhan ekonomi masih dalam perbincangan. Walaupun masih terdapatnya perbedaan pendapat para ahli ekonomi tentang pengaruh uang terhadap pertumbuhan ekonomi, namun disini akan mencoba mengeksplorasi data mengenai peranan jumlah uang beredar (M2) terhadap tingkat pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN+6 selam periode tahun

6 59 Sumber : World Development Indicator 2011, (diolah). Gambar 4.3. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Uang Beredar (M2) di Kawasan ASEAN+6 Pada gambar diatas terlihat bahwa Jepang dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan jumlah uang beredar terendah dibandingkan negara lainnya. China merupakan satu-satunya negara dimana tingkat jumlah uang beredar yang tinggi diikuti juga oleh tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Pertumbuhan M2 di China merupakan ukuran luas jumlah uang beredar yang meliputi sirkulasi uang tunai dan semua deposito, meningkat 13,2 persen dari tahun ke tahun. Hal ini memperlihatkan kebijakan China bahwa jumlah uang beredar harus sesuai dengan perekonomian. Sedangkan negara lainnya hampir memiliki karakter yang sama dimana jika dilihat dari plot data tesebar di wilayah yang sama.

7 60 Peningkatan dan pertumbuhan jumlah uang beredar di China salah satunya diakibatkan oleh kebijakan China yang melakukan pengurangan persyaratan cadangan. Bank sentral China telah memotong jumlah uang bank yang harus dipertahankan dalam cadangan, dalam upaya untuk meningkatkan kredit dan mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Ini juga meningkatkan harapan bahwa China akan berubah sikap ke arah kebijakan pelonggaran moneter. Peningkatan jumlah uang beredar akan cenderung meningkatkan inflasi tetapi kebijakan moneter rezim China masih belum menyebabkan inflasi yang jelas karena sebagian sebagian besar uang itu masuk ke pasar saham dan real estat. Hal ini sebagian besar menjelaskan pertumbuhan pasar saham dan real estat China terutama di tengahtengah krisi global dari tahun 2008 sampai sekarang. Peran institusional dalam kebijakan moneter (uang dan bank) yang memang pada dasarnya tanggung jawab terbesar itu dipikul oleh bank sentral (otoritas moneter tertinggi) yang melakukan pengelolaan dan pengaturan jumlah uang beredar, dapat dikatakan bahwa hal tersebut tidaklah mudah untuk dilaukan secara sinergis. Apalagi kalau dikaitkan dengan analisis pola perilaku money demand dalam perekonomian uatu negara yang sangat volatile. Apabila laju pertumbuhan jumlah uang beredar mangalami peningkatan pesat (pasar uang), maka Value of Money akan turun dan diikuti oleh kenaikan tingkat harga secara umum dari goods dan services di pasar barang, yang dikenal dengan inflasi. Sedangkan apabila laju pertumbuhan jumlah uang yang diminta oleh masyarakat (money demand) meningkat lebih besar daripada Money supply atau terjadinya excess demand for money, maka pertumbuhan ekonomi akan melambat. Maka dari itu, pengaturan jumlah uang beradar dengan merespon

8 61 Money Demand masyarakat merupakan hal yang strategis supaya perputaran uang sesuai dengan kapasitas ekonomi dari negara tersebut Peranan Keterbukaan Perdagangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara-negara ASEAN+6 Peranan perdagangan luar negeri dalam pembangunan ekonomi cukup menonjol. Para ahli ekonomi klasik dan neo-klasik mengungkapan betapa pentingnya perdagangan internasional dalam pembangunan suatu negara, yang disebut sebagai mesin pertumbuhan. Perdagangan luar negeri (ekspor-impor) mempunyai arti yang sangat penting bagi negara. Bilamana suatu negara mengkhususkan diri pada produksi beberapa barang tertentu sebagai akibat perdagangan luar negeri dan pembagian kerja, negara tersebut dapat mengekspor komoditi yang diproduksi lebih murah untuk dipertukarkan dengan apa yang dihasilkan negara lain dengan biaya yang lebih rendah. Dari perdagangan luar negeri ini, maka negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional meningkat, yang pada giliarannya akan meningkatkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Ekspor dan impor merupakan kegiatan perdagangan luar negeri yang memiliki peranan yang besar dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Kecenderungan terhadap membaiknya perekonomian dunia akan berpengaruh terhadap perekonomian suatu negara terutama aktivitas perdagangan luar negeri, artinya bahwa salah satu faktor yang memengaruhi kegiatn ekspor dan impor adalah kondisi perekonomian dunia. Jika kondisi perekonomian dunia membaik maka akan berdampak positif terhadap aktivitas atau kegiatan perdagangan dunia. Perkembangan

9 62 perdagangan luar negeri (kegiatan ekspor dan impor) ASEAN+6 terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, seiring dengan semakin berkurangnya hambatanhambatan perdagangan. Berikut ini disajikan tabel kegiatan perdagangan luar negeri (ekspor impor) di kawasan ASEAN+6 selama periode tahun berdasarkan harga konstan. Tabel 4.1. Total Perdagangan, Ekspor, Impor dan Ekspor Neto Negara-negara Negara ASEAN+6 tahun 2000 dan 2010 berdasarkan harga konstan. Total Perdagangan (Miliar US$) Ekspor (Miliar US$) Impor (Miliar US$) Ekspor Neto (Miliar US$) Indonesia Malaysia Singapura Philipina Thailand China Korea Selatan Jepang India Australia New Zealand ASEAN Sumber : World Development Indicators, 2011 (diolah) ASEAN+6 mencatat kinerja perdagangan yang cukup bagus dengan nilai total perdagangan pada tahun 2000 mencapai US$ milyar dan pada tahun 2010 meningkat lebih dari dua kali lipat hingga mencapai nilai US$ milyar. Nilai ekspor ASEAN+6 pada tahun 2000 bernilai US$ milyar sedangkan impor pada tahun yang sama bernilai US$ milyar. Dan pada tahun 2010 ekspor

10 63 bernilai US$ milyar sedangkan impor pada tahun yang sama bernilai US$ milyar atau mengalami peningkatan total perdagangan sebesar persen dabandingkan tahun Perkembangan tersebut menunjukkan pula kinerja perdagangan semakin membaik, yaitu terlihat dari nilai ekspor yang semakin dominan dibandingkan dengan nilai impornya. Peningkatan nilai ekspor dan surplus perdagangan di kawasan ini lebih didominasi oleh China, Jepang dan Korea Selatan. Tabel 4.1. memperlihatkan bahwa pada tahun 2000 Jepang memiliki nilai total perdagangan terbesar dibandingkan negara-negara lainnya di kawasan ASEAN+6. Total perdagangan mencapai nilai miliar US$ dengan nilai ekspor sebesar dan nilai impor sebesar miliar US$. Namun, pada tahun 2010 kepemimpinan perdagangan luar negeri di kawasan ASEAN+6 beralih ke China diamana total perdagangan Jepang berada di bawah total perdagangan China. Nilai total perdagangan China yang mencapai nilai miliar US$ yang meningkat lebih dari 400 persen dari total perdagangannya pada tahun Hal ini membuktikan bahwa industrialisasi besar-besaran yang dilakukan oleh pemerintahan China telah membawa negara terbesar kedua di dunia itu menjadi eksportir terbesar pada tahun 2010 di kawasan ASEAN+6. Capaian pertumbuhan ekonomi dan kinerja perdagangan yang bervariasi antar negara di kawasan ASEAN+6 terkait erat dengan kesiapan dan kekuatan masingmasing negara dalam menghadapi persaingan di tingkat global. Kondisi tersebut juga mencerminkan daya saing ekonomi masing-masing negara di kancah internasional. Perkembangan pangsa perdagangan terhadap GDP di kawasan ASEAN+6 selama periode penelitian ( ) mengalami kenaikan sebesar persen.

11 64 Perkembangan ini menunjukkan semakin lancarnya arus barang dan jasa antarnegara seiring dengan semakin berkuranynya hambatan-hamabtan dalam kegiatan perdagangan, baik berupa tarif maupun non-tarif. Negara Tabel 4.2. Keterbukaan Perdagangan, GDP dan Total Perdagangan Negaranegara ASEAN+6 tahun 2000 dan 2010 berdasarkan harga konstant. Keterbukaan Perdagangan (% GDP) Total GDP (Milliar US$) Total Perdagangan (Miliar US$) Indonesia Malaysia Singapura Philipina Thailand China Korea Selatan Jepang India Australia New Zealand ASEAN Sumber : World Development Indicators, 2011 (diolah) Singapura memiliki tingkat keterbukaan perdagangan paling tinggi di kawasan ini dengan pangsa perdagangan terhadap GDP sebesar persen pada tahun 2000 diikuti oleh Malaysia, Thailand dan Philipina. Nilai pangsa perdagangan terhadap GDP dari keempat negara tersebut memperlihatkan bahwa nilai total perdagangannya melebihi nilai GDP masing-masing negara tersebut. Singapura masih memegang kepemimpinannya pada tahun 2010 yakni tercermin dari pangsa perdagangannya yang mencapai persen terhadap GDP-nya, diikuti oleh

12 65 Malaysia (176.78%),Thailand (135.13%), Korea Selatan (110.51%) dan Philipina (101.21%) Hasil Estimasi Penelitian Estimasi dampak kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan keterbukaan ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN+6, dua dari tiga variabel diolah dalam bentuk logaritma natural (ln), sementara satu variabel lainnya sudah dalam bentuk persentase. Tujuan dilakukannya hal tersebut adalah untuk memperoleh data yang stasioner. Konsekuensi dari pemberlakuan bentuk tersebut adalah nilai interpretasi dari hasil pengolahan menjadi nilai elastisitas. Adapun nilai elastisitas dari setiap koefisien variabel eksogen akan dinyatakan dalam bentuk persentase. Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang hasil regresi, berikut adalah analisis deskriptif yang akan memberikan gambaran umum dari kondisi ekonomi di negara maju dan negara berkembang. Pembahasan hasil estimasi pada penelitian ini dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama akan menganalisis Granger Causality Test pada variabel-variabel penelitian. Bagian kedua akan membahas dampak kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan keterbukaan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi di negaranegara ASEAN+6. Bagian ketiga membahas perbandingan dampak masing-masing variabel penelitian di berbagai kelompok negara di ASEAN+6. Penelitian ini dibagi ke dalam tiga kelompok negara yaitu seluruh negara di kawasan ASEAN+6, kelompok negara-negara berkembang dan kelompok negaranegara maju di kawasan ASEAN+6. Pemisahan kelompok negara ini dimaksudkan

13 66 untuk penelususran lebih lanjut dampak dari setiap variabel pada masing-masing kelompok negara terhadap pertumbuhan ekonomi di kawasan ASEAN+6. Dari sebelas negara yang dianalisis dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan tingkat pendapatan per kapita masing-masing negara pada tahun Kelompok negaranegara berkembang yang memiliki GDP per kapita kurang dari US$ yakni meliputi Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, China dan India. Kelompok negara-negara maju dengan GDP per kapita US$ yakni Singapura, Jepang, Korea Selatan, Australia dan New Zealand. GDP per kapita yang digunakan merupakan nilai riil pada tahun 2008 dan sudah disesuaikan dengan pariitas daya beli internasional (Purchasing Power Parity, PPP) dengan tahun dasar 2005 sehingga bisa dikomparasikan antarnegara (World Bank, 2010) Hasil Estimasi Granger Causality Test pada Data Panel Konsep dasar uji kausalitas Granger yaitu menguji hubungan diantara dua variabel tanpa melakukan pendugaan terhadap model. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan sebab akibat diantara dua variabel yang diuji. Pengujian ini dilakukan terhadap beberapa variabel yang terkait dengan model umum pada penelitian ini. Selain itu, pengujian juga akan memberikan informasi bagaimana hubungan kausalitas diantara variabel penelitian memiliki hubungan kausalitas satu arah atau dua arah. Dengan panjang lag optimal p, maka prinsip kerja dari Granger Causality Test pada data panel didasarkan atas regresi model pooled sebagaimana diuraikan pada persamaan (3.19) dan persamaan (3.20). Pengujian Granger Causality penelitian

14 67 ini dibagi menjadi tiga kawasan yang terdiri dari negara-negara ASEAN+6( Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Philipina, China, Jepang, Korea Selatan, India, Australia, dan New Zealand), negara-negara berkembang di kawasan ASEAN+6 (Indonesia, Malaysia, Thailand, Philipina, China, dan India), dan negaranegara maju di kawasan ASEAN+6 (Singapura, Korea Selatan, Jepang, Australia, dan New Zealand). Pembagian kawasan tersebut bertujuan untuk mengetahui hubungan output riil (Y) dengan variabel-variabel penelitian di masing-masing kawasan. Variabel-variabel yang diuji yaitu, pengeluaran pemerintah (GEXP), jumlah uang beredar (M2), dan keterbukaan perdagangan (OPNESS). Hasil Granger Causality Test yang diterapkan terhadap data panel dilihat pada Tabel 4.1.di bawah ini: Tabel 4.3. Hasil Granger Causality Test Hipotesis Nol ASEAN+6 2 lag 4 lag 6 lag Negara Berkembang ASEAN+6 2 lag 4 lag 6 lag di Negara Maju di ASEAN+6 lngexp lny lny lngexp lnm2 lny lny lnm OPNESS lny lny OPNESS keterangan : Periode sample ; lny = Gross Domestik Product (GDP) Riil, lngexp = General Government Final Consumption Expenditure; lnm2 = jumlah uang beredar; OPNESS = keterbukaan perdagangan (% of GDP), = tidak memengaruhi. 2 lag 4 lag 6 lag

15 68 Tanda menandakan bahwa hipotesis nol ditolak, dengan menggunakan kriteria probabilitas < tingkat kritis α = 10 persen (hasil Granger Causality Test untuk data kawasan ASEAN+6 dan masing-masing kelompok negara dapat dilihat pada lampiran 1). Hipotesis nol untuk baris pertama dan kedua adalah lngexp tidak memengaruhi lny dan lny tidak memengaruhi lngexp. Hasil estimasi diatas terlihat bahwa secara umum untuk kasus kawasan ASEAN+6, negara-negara berkembang, dan negara-negara maju di kawasan ASEAN+6 hanya terdapat hubungan kausalitas satu arah di dalam hubungan variabel lngexp dan lny. Hubungan kausalitas dua arah ditunjukkan pada lag 2 untuk kawasan ASEAN+6 dan negara-negra berkembang serta untuk negara-negara maju pada lag 4. Dimana lny secara signifikan memiliki pengaruh terhadap pergerakan lngexp dan sebaliknya. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah begitupun sebaliknya. Pengeluaran pemerintah merupakan salah satu komponen pengeluaran nasional yang terhitung dalam tingkat pendapatan. Perubahan pada tingkat pendapatan akan memengaruhi tingkat pertumbuhan ekonomi. Pada baris ketiga dan keempat, Tabel 4.1. Menunjukkan pada kasus seluruh negara ASEAN+6, dan negara-negara berkembang di kawasan ASEAN+6 secara umum tidak memiliki hubungan kausalitas dua arah didalam hubungan variabel lnm2 dan lny. Hubungan dua arah hanya terjadi pada lag 2 dimana jumlah uang beredar (M2) secara signifikan memengaruhi pertumbuhan GDP riil, dan sebaliknya. Sedangkan untuk kasus negara-negara maju di kawasan ASEAN+6 hanya memiliki pengaruh satu arah antara variabel lnm2 dengan lny. Hal ini menunjukkan

16 69 pertumbuhan jumlah uang beredar secara signifikan memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Hipotesis nol untuk dua baris terakhir adalah OPNESS tidak memengaruhi lny dan lny tidak memengaruhi OPNESS. Secara umum untuk kasus seluruh negara dan negara-negara maju di kawasan ASEAN+6, memiliki hubungan kausalitas dua arah di dalam hubungan variabel OPNESS dan lny, dimana keterbukaan perdagangan secara signifikan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan GDP riil, lny dan hal ini berlaku sebaliknya. Sedangkan untuk kasus negara-negara berkembang di kawasan ASEAN+6 tidak memiliki hubungan kausalitas satu arah maupun dua arah, dimana pergerakan OPNESS tidak memengaruhi pergerakan lny, hal ini sebaliknya. Keterbukaan perdagangan merupakan cerminan dari struktur kebijakan perdagangan yaitu perdagangan internasional pada suatu negara. Volume dari perdagangan internasional diakui mampu memengaruhi pertumbuhan ekonomi melalui neraca perdagangan Hasil Estimasi dengan Pendekatan Panel Dinamis Model yang dibangun dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak dari kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan keterbukaan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN+6. Adapun model dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga model yang berbeda dengan menggunakan tiga kelompok negara yang berbeda. Hal ini bertujuan untuk mengkomparasi dampak kebijakan manakah yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di seluruh kawasan ASEAN+6, kelompok negara berkembang dan negara maju di kawasan ASEAN+6.

17 70 Tabel 4.4., 4.5., dan 4.6. menyajikan hasil estimasi dampak kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan keterbukaan ekonomi untuk tiga kelompok negara yang berbeda di kawasan ASEAN+6. Setiap model diestimasi dengan menggunakan First- Differences Generalized Method of Moments (FD- GMM) dalam estimasi noconstant. Tabel 4.4. Hasil Estimasi Dampak Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter dan Keterbukaan Perdagangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Seluruh Negara Kawasan ASEAN+6 (Model 1) dengan First- Differences GMM lny Estimated Coefficients Standard Error P> z Lag lny lngexp lnm OPNESS Pooled Least Square Lag lny Fixed Effect Lag lny AB Test z Prob > z Arrelano-Bond m Arrelano-Bond m Sargan Test chi2 (77) Prob > chi

18 71 Tabel 4.5. Hasil Estimasi Dampak Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter dan Keterbukaan Perdagangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara Berkembang di Kawasan ASEAN+6 (Model 2) dengan First-Differences GMM lny Estimated Coefficients Standard Error P> z Lag lny lngexp lnm OPNESS Pooled Least Square Lag lny Fixed Effect Lag lny AB Test z Prob > z Arrelano-Bond m Arrelano-Bond m Sargan Test chi2 (47) Prob > chi

19 72 Tabel 4.6. Hasil Estimasi Dampak Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter dan Keterbukaan Perdagangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Negara-Negara Maju di Kawasan ASEAN+6 (Model 3) dengan First-Differences GMM lny Estimated Coefficients Standard Error P> z Lag lny lngexp lnm OPNESS Pooled Least Square Lag lny Fixed Effect Lag lny AB Test z Prob > z Arrelano-Bond m Arrelano-Bond m Sargan Test chi2 (34) Prob > chi Secara umum metode estimasi dalam model data panel dinamis menunjukkan hasil estimasi yang cukup baik, hal ini terlihat dari tingkat signifikansi dan tanda koefisien estimasi pada setiap model yang dibangun hampir seluruhnya sesuai dengan harapan teoritis. Selain dari tanda koefisien estimasi sesuai dengan harapan, metode

20 73 panel dinamis dengan pendekatan GMM yang digunakan secara umum telah memenuhi kiteria model terbaik secara statistik. Kriteria model panel dinamis dengan pendekatan GMM terbaik adalah konsistensi, validitas instrumen, dan tidak bias. Namun pada model 1 dan model 2, tidak terpenuhinya kriteria tidak bias. Sehingga dapat dikatakan model 1 dan model 2 masih mengandung bias. Penduga FD/AB- GMM dapat mengandung bias pada sampel terbatas (berukuran kecil), hal tesebut dapat terjadi ketika tingkat lag (lagged level) dari deret berkorelasi secara lemah dengan first-difference berikutnya, sehingga instrument yang tersedia untuk persamaan first-difference lemah (Blundell & Bond, 1998). Verbeek (2005) menyatakan bahwa penduga yang bias dapat terjadi jika instrumen hanya memperlihatkan hubungan atau korelasi yang lemah dengan regresi endogen. Dari keseluruhan model 1, 2, dan 3, terlihat bahwa kebijakan moneter dan keterbukaan perdagangan bersifat ekspansif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi di seluruh negara, kelompok negara-negara berkembang, dan kelompok negara-negara maju di kawasan ASEAN+6. Kebijakan fiskal bersifat ekspansif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi hanya untuk seluruh negara dan kelompok negara-negara berkembang di kawasan ASEAN+6. Pada model 1 yaitu untuk seluruh negara di kawasan ASEAN+6, dengan menggunakan Arellano-Bond Generalized Method of Moments (AB/FD-GMM) dalam estimasi noconstant dengan variabel predetermined keterbukaan ekonomi (OPNESS). Jika dilihat dari konsistensi estimasi yang ditunjukkan oleh hasil Arellano-Bond (AB) dengan nilai statistik m 1 ( ) dengan nilai probabilitas menunjukkan signifikansi pada taraf nyata 1 persen, 5 persen dan 10 persen.

21 74 Sedangkan nilai statistik m 2 ( ) dengan nilai probabilitas menunjukkan nilai yang tidak signifikan pada tarf nyata 1 persen, 5 persen maupun 10 persen, maka berdasarkan uji ini penduga dikatakan konsisten. Kriteria kesempurnaan model dinamis ini juga dilihat dari estimasi sargan dengan nilai statistik sebesar dan probabilitas yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen dan 5 persen menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar residu dan over-identifying resrictions sehingga bisa dikatakan tidak ada masalah dengan validitas instrumen. Model dinamis yang dibangun ini terakhir disempurnakan oleh hasil estimasi yang tidak bias. Namun pada model 1 ini asumsi tidak bias tidak terpenuhi karena nilai estimasi koefisien variabel lag lny ( ) berada dibawah nilai estimasi Pooled Least Square (PLS) ( ) maupun fixed effect ( ). Sehingga model 1 ini masih mengandung bias, tetapi model ini merupakan model terbaik yang dipilih setelah melalui beberapa rekayasa statistika. Pada model 2 untuk negara-negara berkembang di kawasan ASEAN+6 dengan menggunakan estimasi Arellano-Bond Generalized Method of Moments (AB/FD-GMM) dalam estimasi noconstant dengan variabel predetermined pengeluaran pemerintah (lngexp). Jika dilihat dari konsistensi estimasi yang ditunjukkan oleh hasil Arellano-Bond (AB) dengan nilai statistik m 1 ( ) yang signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, maupun 10 persen dan nilai statistik m 2 ( ) yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, maka penduga dikatakan konsisten. Selain itu validitas instrument model dinamis dari dampak kebijakan fiskal, kebijakan moneter, dan keterbukaan perdagangan terhadap pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari estimasi Sargan Test dengan nilai statistik sebesar

22 dan nilai probabilitas sebesar yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen maupun 10 persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar residu dan over-identifying restrictions mendeteksi tidak ada masalah dengan validitas instrument. Kesempurnaan hasil estimasi dari panel dinamis juga harus bersifat tidak bias (unbiased), dimana hal tersebut dapat terlihat dari koefisien lag dependen hasil estimasi GMM berada di atas hasil estimasi Fixed effect dan di bawah hasil estimasi Pooled Least Square. Namun pada penelitian ini asumsi tersebut tidak terpenuhi, dimana nilai estimasi dari koefisien lag lny ( ) berada di bawah koefisien estimasi fixed effect ( ) maupun PLS ( ), sehingga dapat dikatakan estimasi model dinamis ini adalah bias (biased). Pada model ketiga untuk kasus kelompok negara-negara maju di kawasan ASEAN+6. Uji spesifikasi dalam pemodelan ini menggunakan Arrellano-Bond (AB- GMM/FD-GMM) noconstant. Konsistensi estimasi ditunjukkan oleh hasil uji Arellano-Bond nilai statistik m 1 ( ) dengan nilai probabilitas yang siginifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen dan 10 persen dan nilai statistik m 2 ( ) dengan nilai probabilitas yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen maupun 10 persen, maka berdasarkan uji Arrellano-Bond, model ini dikatakan sudah konsisten. Kriteria lainnya yakni uji Sargan menunjukkan nilai statistik sebesar dan probabilitas sebesar yang tidak signifikan pada taraf nyata 1 persen, 5 persen, dan 10 persen yang menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antar residu dan over-identyfing restrictions sehingga instrumen valid. Hasil estimasi yang tidak bias ditunjukkan oleh model ini dimana nilai estimasi koefisien

23 76 lag lny ( ) yang berada diatas estimasi fixed effect ( ) dan dibawah estimasi PLS ( ). Estimasi yang diperlihatkan dalam Tabel 4.4., Tabel 4.5. dan Tabel 4.6. telah memberikan informasi tentang dampak kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan keterbukaan perdagangan baik untuk seluruh negara, kelompok negara-negara berkembang maupun kelompok negara-negara maju di kawasan ASEAN+6. Pembahasan selanjutnya akan secara fokus membahas variabel-variabel yang signifikan memengaruhi pertumbuhan ekonomi, serta bagaiman regresor memengaruhi variabel dependen sesuai hasil estimasi pada Tabel 4.4., Tabel 4.5. dan Tabel Variabel-variabel tersebut akan dijelaskan sebagai berikut : Variabel Lag Dependent (Pertumbuhan Ekonomi) Berdasarkan hasil dari estimasi yang diperlihatkan Tabel 4.4., Tabel 4.5. dan Tabel Koefisien dari lag dependent (pertumbuhan ekonomi) bertanda positif dan signifikan pada taraf nyata 1 persen, yaitu sebesar pada model satu, pada model dua, dan pada model tiga. Nilai koefisien tersebut menjelaskan bahwa jika terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi (GDP riil) pada periode/tahun sebelumnya sebesar 1 persen, cateris paribus, akan direspon oleh peningkatan GDP riil sebesar persen untuk model satu, persen untuk model dua dan untuk model tiga, begitu juga sebaliknya. Hubungan yang positif ini menandakan pertumbuhan ekonomi (GDP riil) untuk periode selanjutnya berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi (GDP riil) pada

24 77 periode sebelumnya. Dengan mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi pada periode sebelumnya, setiap negara dapat mengambil kebijakan makroekonomi yang tepat agar bisa mengarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan berkelanjutan terutama bagi negara-negara yang masih berkembang dimana tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan indikator utama yang dijadikan tolak ukur dari keberhasilan kebijakan-kebijakan makroekonomi. Semua negara yang berada dalam seluruh kawasan ASEAN+6 ingin mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, sehingga kebijakan mengenai tujuan pertumbuhan ekonomi di setiap negara akan disesuaikan dengan kondisi perekonomian masing-masing negara Variabel Pengeluaran Pemerintah Pendekatan model IS-LM menjelaskan baahwa pengeluaran pemerintah bersama-sama dengan pengeluaran konsumsi dan investasi membentuk pengeluaran yang direncanakan (Mankiw, 2002). Peningkatan pengeluaran pemerintah merupakan salah satu kebijakan fiskal ekspansif atau demand shocks. Peningkatan AD akan menggeser keseimbangan di pasar barang sehingga pengeluaran agregat akan naik sebagai konsekuensinya output akan meningkat atau terjadinya peningkatan pertumbuhan ekonomi (GDP riil). Hasil estimasi pada kasus seluruh negara di kawasan ASEAN+6 (Model 1) dan kasus kelompok negara-negara berkembang di kawasan ASEAN+6 (Model 2) menunjukkan bahwa variabel pengeluaran pemerintah signifikan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Koefisien variabel pengeluaran pemerintah (lngexp)

25 78 bertanda positif dan signifikan pada taraf nyata 1 persen, yaitu sebesar pada model satu, pada model dua. Nilai koefisien tersebut dapat diintepretasikan bahwa apabila terjadi peningkatan pengeluaran pemerintah sebesar 1 persen, cateris paribus, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi (GDP Riil) sebesar persen pada model satu dan pada model dua, begitu juga sebaliknya. Secara umum di negara-negara berkembang, peranan pemerintah dalam perekonomian relatif besar dimana pengeluaran pemerintah praktis dapat mempengaruhi aktivitas ekonomi. Pada umumnya, bukan saja karena pengeluaran ini dapat menciptakan berbagai prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembangunan, tetapi juga merupakan salah satu komponen dari permintaan agregar yang kenaikannya akan mendorong produksi domestik Variabel Jumlah Uang Beredar Teori preferensi likuiditas menunjukkan bahwa untuk setiap tingkat pendapatan, kenaikan keseimbangan uang riil menyebabkan turunnya tingkat bunga. Karena itu, keseimbangan di pasar uang akan turun. Sehingga dengan adanya kenaikan jumlah uang beredar akan menurunkan tingkat bunga dan dan menaikkan tingkat pendapatan (GDP). Tingkat bunga yang lebih rendah, akan memiliki dampak ke pasar barang. Dimana hal ini akan mendorong investasi yang direncanakan, produksi akan meningkat dan pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan (Y). Tetapi dalam hal ini bagaiman ekspansi moneter mendorong pengeluaran yang lebih

26 79 besar atas barang dan jasa, diperlukan sebuah proses yang disebut dengan mekanisme transmisi moneter. Hasil estimasi pada setiap model, menunjukkan variabel jumlah uang beredar (M2) mempunyai pengaruh siginifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dengan level signifikansi 1 persen pada model satu dan model dua serta 5 persen pada model tiga. Koefisien estimasi variabel lnm2 sebesar untuk model satu, untuk model dua dan untuk model tiga. Nilai koefisien ini dapat diartikan, jika jumlah uang beredar (M2) meningkat sebesar 1 persen, cateris paribus, akan direspon oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi sebesar persen untuk seluruh negara di kawasan ASEAN+6 (Model 1), persen untuk kelompok negara-negara berkembang di kawasan ASEAN+6 dan sebesar persen untuk kelompok negara-negara maju di kawasan ASEAN+6. Adanya peningkatan jumlah uang beredar hal ini menandakan adanya kebijakan moneter yang ekspansif. Peningkatan jumlah uang beredar, berarti akan menurunkan tingkat suku bunga. Kenaikan pada M2 mrnyebabkan keseimbangan uang riil naik, karena tingkat harga P adalah tetap dalam jangka pendek. Analisis dengan menggunakan pendekatan daur hidup usaha maka negara berkembang masuk dalam kategori bertumbuh (growth) dibanding negara maju yang masuk dalam kategori matang (mature). Artinya bahwa terdapat daya tarik dari pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang tentu saja disertai oleh return yang tinggi pula, karena pertumbuhan ekonomi merupakan indikator agregat dari industri di suatu negara. Berdasarkan pendekatan Likuiditas (liquidity approach), jumlah uang beredar

27 80 didefinisikan sebagai jumlah uang untuk kebutuhan transaksi ditambah uang kuasi. Hal ini dilandasi pertimbangan bahwa sekalipun uang kuasi merupakan aset finansial yang kurang likuid dibandingkan uang kertas, uang logam, dan uang rekening giro, tetapi sangat mudah diubah menjadi uang yang dapat digunakan untuk keperluan transaksi. Meningkatnya M2 secara langsung maupun tidak langsung mengindikasikan bahwa perekonomian masyarakat menjadi meningkat. Sebab peningkatan deposito barjangka mengandung pengertian bahwa tingkat penghasilan masyarakat sudah lebih besar dari tingkat konsumsi. Keputusan seseorang menyimpan dananya di Bank dalam bentuk deposito merupakan keputusan investasi yang didorong oleh tingkat bunga yang diberikan Variabel Keterbukaan Perdagangan Keterbukaan perdagangan dapat diartikan sebagai volume perdagangan internasional. Estimasi yang dihasilkan pada penelitian sejalan dengan konsep teori. Volume perdagangan yang meningkat berarti terdapat penambahan dalam jumlah ekspor dan impor. Hasil estimasi pada setiap model menyatakan bahwa keterbukaan perdagangan (trade openness) berpengaruh signifikan pada level 1 persen untuk model satu dan model dua sedangkan level signifikansi model tiga sebesar 10 persen. Hubungan positif ini menandakan bahwa semakin meningkatnya keterbukaan perdagangan akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi baik di seluruh negara, kelompok negara-negara berkembang maupun kelompok negara-negara maju di

28 81 kawasan ASEAN+6. Pernyataan tersebut berdasarkan nilai estimasi koefisien keterbukaan perdagangan sebesar untuk model satu, untuk model dua dan untuk model tiga. Hal tersebut dapat diinterpretasikan jika terjadi kenaikan keterbukaan perdagangan sebesar 1 persen, cateris paribus, akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi di seluruh negara kawasan ASEAN+6 (Model 1) sebesar persen, persen di negara-negara berkembang kawasan ASEAN+6 (Model 2) dan persen di negara-negara maju kawasan ASEAN+6 (Model 3). Hasil ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya seperti Wacziarg dan Welch (2003), Sohn dan Lee (2006), Chen dan Gupta (2006), serta Chang et al. (2009) yang menyimpulkan bahwa perdagangan luar negeri memiliki peran penting dalam memacu pertumbuhan ekonomi di sebagian besar negara di dunia. Peningkatan dalam jumlah ekspor mengindikasikan adanya permintaan luar negeri terhadap barang domestik yang meningkat. Peningkatan ini berdampak pada peningkatan jumlah output perekonomian yang diproduksi, peningkatan investasi dan peningkatan penggunaan input faktor produksi. Penambahan dalam output perekonomian akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu negara. Selain itu, ekspor juga menghasilkan devisa yang dihitung sebagai pendapatan negara. Demikian pula dari sisi impor, menurut teori keunggulan komparatif, negara yang memiliki keunggulan dalam memproduksi suatu barang akan meningkatkan produksinya sebagai barang ekspor. Sebaliknya, suatu negara akan mengimpor barang yang tidak efisien dihasilkan negaranya. Dengan melakukan impor, suatu negara akan mendapatkan barang yang lebih murah daripada memproduksi sendiri.

29 82 Barang impor yang datang ke pasar domestik dengan harga yang murah akan menyebabkan pendapatan riil masyarakat relatif meningkat (pendapatan nominal yang tetap dengan tingkat harga yang turun akan meningatkan daya beli masyarakat). Peningkatan pendapatan relatif perseorangan akan meningkatkan pendapatan nasional, dan selanjutnya akan meningkatkan pendapatan nasional, dan selanjutnya akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Selain negara berkembang memiliki ketergantungan terhadap perdagangan internasional. Proporsi pendapatan nasional negara berkembang sebagian besar diperoleh dari perdagangan internasional. Jika dilihat dari besaran koefisiennya tingkat keterbukaan ekonomi untuk negara maju lebih kecil dibandingkan koefisien keterbukaan ekonomi di negara berkembang. Hal ini karena negara maju tidak terlalu memiliki ketergantungan dengan perdagangan internasional, tetapi negara maju lebih memperdagangkan produk olahan dan jasa sehingga volume perdagangan internasionalnya lebih besar daripada negara berkembang. Negara maju dengan pendapatan yang tinggi, membuat volume perdagangan internasional yang besar hanya memberikan sumbangan kecil terhadap pendapatan nasional Dampak Efektivitas Relatif antara Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter dan Keterbukaan Perdagangan di Kawasan ASEAN+6 Efektivitas relatif dari ketiga variabel yang diteliti dimana masing-masing merupakan proksi dari kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan keterbukaan perdagangan dapat dilihat dengan cara membandingkan nilai koefisien dari masing-

30 83 masing variabel. Tabel 4.7. di bawah ini merangkum hasil estimasi dari berbagai model yang diteliti. Tabel 4.7. Perbandingan Dampak Kebijakan Fiskal, Kebijakan Moneter dan Keterbukaan Perdagangan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Berbagai Kelompok Negara di ASEAN+6 Independent Variable Model 1 (Seluruh Negara di ASEAN+6) Model 2 (Negara Berkembang di ASEAN+6) Model 3 (Negara Maju di ASEAN+6) Lag lny [ ] (0.0000) [ ] (0.000) lngexp [ ] [ ] (0.000) (0.000) lnm2 [ ] [ ] (0.001) (0.004) OPNESS [ ] [ ] (0.000) (0.000) Keterangan : [...] nilai koefisien dan ( ) nilai probabilitas. [ ] (0.000) [ ] (0.577) [ ] (0.013) [ ] (0.053) Model dua untuk kelompok negara-negara berkembang variabel kebijakan fiskal dengan nilai koefisien lngexp sebesar lebih besar daripada nilai koefisien lnm2 (kebijakan moneter) sebesar dan keterbukaan perdagangan sebesar Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk kasus negara-negara berkembang di kawasan ASEAN+6 ketiga variabel penelitian yaitu kebijakan fiskal, kebijakan moneter dan keterbukaan perdagangan bersifat ekspansif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dampak kebijakan fiskal terhadap GDP relatif lebih cepat daripada kebijakan moneter maupun keterbukaan perdagangan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kebijakan fiskal lebih besar pengaruhnya dibandingkan kebijakan moneter ataupun keterbukaan perdagangan. Hal ini

31 84 menunjukkan bahwa peranan pemerintah sangat dominan di negara-negara berkembang dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Temuan ini juga didukung oleh penelitian-penelitian sebelumnya seperti Silalahi dan Cahwa (2011) menemukan dampak kebijakan fiskal terhadap GDP di Indonesia relatif lebih cepat daripada kebijakan moneter untuk periode Pada prinsipnya Keynes berpendapat bahwa kebijakan fiskal lebih besar pengaruhnya terhadap output daripada kebijakan moneter. Alasannya adalah kebijakan fiskal mampu meningkatkan permintaan agregat secara langsung Model 3 untuk kelompok negara-negara maji di kawasan ASEAN+6. Variabel kebijakan fiskal yaitu lngexp tidak memenuhi harapan teori dan tidak signifikan. Dari perbandingan semua nilai koefisien variabel yang signifikan bahwa kebijakan moneter dengan nilai koefisien lnm2 sebesar lebih besar daripada nilai koefisien kebijakan perdagangan (OPNESS) sebesar Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk kasus negara-negara maju di kawasan ASEAN+6 kebijakan moneter dan kebijakan perdagangan bersifat ekspansif dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kebijakan moneter lebih cepat daripada kebijakan perdagangan dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara-negara maju di kawasan ASEAN+6. Jumlah uang beredar memainkan peranan penting di negara maju dalam meningkatkan pertumbuhan ekonominya, hal ini karena di negara maju peranan sektor swasta melalui pasar finansial lebih dominan daripada intervensi pemerintah langsung.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. hubungan fluktuasi nilai tukar riil dengan variabelnya.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. hubungan fluktuasi nilai tukar riil dengan variabelnya. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif Fluktuasi Nilai Tukar Riil Negara-negara dalam Seluruh Kawasan Pada bagian inii akan dibahas mengenai kondisi umum dari masing-masing variabel yang digunakan.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. diperoleh dari beberapa sumber. Adapun data diperoleh dari badan statistik dunia

METODE PENELITIAN. diperoleh dari beberapa sumber. Adapun data diperoleh dari badan statistik dunia III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber. Adapun data diperoleh dari badan statistik

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Berdasarkan pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS), fixed effect model (FEM) dan random effect model (REM) diperoleh hasil

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM HARGA MINYAK DUNIA DAN KONDISI PEREKONOMIAN NEGARA-NEGARA ASEAN+3 4.1 Perkembangan Harga Minyak Dunia Pada awal tahun 1998 dan pertengahan tahun 1999 produksi OPEC turun sekitar tiga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3

IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 IV. GAMBARAN UMUM INDIKATOR FUNDAMENTAL MAKRO EKONOMI NEGARA ASEAN+3 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Negara ASEAN+3 Potret ekonomi dikawasan ASEAN+3 hingga tahun 199-an secara umum dinilai sangat fenomenal. Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam

I. PENDAHULUAN. Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Dengan perdagangan internasional, perekonomian akan saling terjalin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam sistem perekonomian terbuka, perdagangan internasional merupakan komponen penting dalam determinasi pendapatan nasional suatu negara atau daerah, di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1)

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri, seperti tercermin dari terdapatnya kegiatan ekspor dan impor (Simorangkir dan Suseno, 2004, p.1) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ekonomi internasional semakin pesat sehingga hubungan ekonomi antar negara menjadi saling terkait dan mengakibatkan peningkatan arus perdagangan barang,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder negaranegara di kawasan ASEAN+6 dan kawasan non ASEAN+6 (Uni Eropa dan Amerika Utara) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 57 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Estimasi Model Dalam analisis data panel perlu dilakukan beberapa pengujian model, sebagai awal pengujian pada ketiga model data panel statis yakni pooled least square (PLS),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi,

BAB III METODE PENELITIAN. (time series data). Dalam penelitiaan ini digunakan data perkembangan pertumbuhan ekonomi, BAB III 3.1. Jenis dan Sumber Data METODE PENELITIAN 3.1.1. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan adalah data yang dicatat secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perekonomian dunia mulai mengalami liberalisasi perdagangan ditandai dengan munculnya General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) pada tahun 1947 yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Integrasi ekonomi memberikan pengaruh bagi kegiatan ekonomi negaranegara anggotanya. Liberalisasi ekonomi yang semakin meluas beberapa dekade terakhir, menyebabkan perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaharuan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di tingkat dunia

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan dua analisis untuk membuat penilaian mengenai pengaruh ukuran negara dan trade facilitation terhadap neraca perdagangan, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang. Peranan uang dalam perekonomian nasional suatu negara dapat dilihat dan dipahami melalui pendekatan Flows atau Turn Overs dari jumlah uang beredar. Jumlah uang beredar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung 27 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendapatan Nasional Untuk mengukur kinerja ekonomi suatu negara dapat dilakukan dengan menghitung besarnya pendapatan nasional atau produksi nasional setiap tahunnya, yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi suatu negara sangat ditunjang oleh indikator tabungan dan investasi domestik yang digunakan untuk menentukan tingkat pertumbuhan dan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003) menyatakan bahwa pertumbuhan

Lebih terperinci

Hubungan antara Inflasi dan Jumlah Uang Beredar

Hubungan antara Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Hubungan antara Inflasi dan Jumlah Uang Beredar Paper ini mengulas hubungan antara inflasi dan jumlah uang beredar. Bagian pertama mengulas teori yang menjadi dasar paper ini, yaitu teori kuantitas uang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. fenomena yang relatif baru bagi perekonomian Indonesia. perekonomian suatu Negara. Pertumbuhan ekonomi juga diartikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan perekonomian dunia dewasa ini ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian antar negara. Indonesia mengikuti perkembangan tersebut melalui serangkaian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi menuntut adanya keterbukaan ekonomi yang semakin luas dari setiap negara di dunia, baik keterbukaan dalam perdagangan luar negeri (trade openness) maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dikonsumsinya atau mengkonsumsi semua apa yang diproduksinya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem ekonomi adalah suatu sistem yang memiliki spesialisasi yang tinggi. Hal ini berarti tidak ada seorangpun yang mampu memproduksi semua apa yang dikonsumsinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses integrasi di berbagai belahan dunia telah terjadi selama beberapa dekade terakhir, terutama dalam bidang ekonomi. Proses integrasi ini penting dilakukan oleh masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini 51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini, perekonomian Indonesia diliput banyak masalah. Permasalahan tersebut muncul dari faktor internal maupun faktor eksternal. Namun saat ini, permasalahan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain.

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah negara lain. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Perdagangan Internasional Menurut Oktaviani dan Novianti (2009) perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Small open economic, merupakan gambaran bagi perekonomian Indonesia saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap perekonomian dunia,

Lebih terperinci

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA

IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 49 IV. FLUKTUASI MAKROEKONOMI INDONESIA 4.1 Produk Domestik Bruto (PDB) PDB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator makroekonomi yang menunjukkan aktivitas perekonomian agregat suatu negara

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Nilai Tukar ( Exchange Rate 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Dalam hubungan dengan penelitian ini, maka beberapa teori yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yangn memengaruhi impor di kawasan ASEAN+6 dan non

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Daya Saing Komoditi Mutiara Indonesia di Negara Australia, Hongkong, dan Jepang Periode 1999-2011 Untuk mengetahui daya saing atau keunggulan komparatif komoditi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi tidak pernah lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Karena pembangunan ekonomi mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang menganut sistem perekonomian terbuka, hal ini ditunjukkan dengan hubungan multilateral dengan beberapa negara lain di dunia. Realisasi dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peranan uang sangat penting dalam perekonomian. Seluruh barang dan jasa dalam perekonomian dinilai dengan satuan uang. Seiring dengan perkembangan perekonomian atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang sehingga perekonomian masih sangat bergantung pada negara lain. Teori David Ricardo menerangkan perdagangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan

I. PENDAHULUAN. atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan 0 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Harga mata uang suatu negara dalam harga mata uang negara lain disebut kurs atau nilai tukar (Miskhin, 2007:435). Bagi negara berkembang dengan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini interaksi antar negara merupakan hal yang tidak bisa dihindari dan hampir dilakukan oleh setiap negara di dunia, interaksi tersebut biasanya tercermin dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel

BAB II TINJAUAN TEORI. landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel BAB II TINJAUAN TEORI Bab ini membahas mengenai studi empiris dari penelitian sebelumnya dan landasan teori yang digunakan dalam penelitian yaitu mengenai variabel-variabel dalam kebijakan moneter dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Produk domestik bruto (PDB) merupakan salah satu di antara beberapa variabel ekonomi makro yang paling diperhatikan oleh para ekonom. Alasannya, karena PDB merupakan

Lebih terperinci

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011

Mekanisme transmisi. Angelina Ika Rahutami 2011 Mekanisme transmisi Angelina Ika Rahutami 2011 the transmission mechanism Seluruh model makroekonometrik mengandung penjelasan kuantitatif yang menunjukkan bagaimana perubahan variabel nominal membawa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan. dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 merupakan dampak lemahnya fundamental perekonomian Indonesia. Pada satu sisi Indonesia terlalu cepat melakukan

Lebih terperinci

BAB 10 Permintaan dan Penawaran Uang serta Kebijakan Moneter

BAB 10 Permintaan dan Penawaran Uang serta Kebijakan Moneter BAB 10 Permintaan dan Penawaran Uang serta Kebijakan Moneter Satuan Acara Perkuliahan 10 Sub Pokok Bahasan: Teori Permintaan Uang Teori Penawaran Uang Keseimbangan Pasar Uang (Kurva LM) Kebijakan Moneter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam implementasi kebijakan moneter, otoritas moneter (OM) tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam implementasi kebijakan moneter, otoritas moneter (OM) tidak dapat BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Dalam implementasi kebijakan moneter, otoritas moneter (OM) tidak dapat melakukan kontrol langsung atas penawaran uang (Iljas, 1997). Implementasi kebijakan moneter

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada

BAB III METODE PENELITIAN. kegunaan tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada BAB III METODE PENELITIAN Menurut Sugiyono (2013), Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu faktor penggerak perekonomian dunia saat ini adalah minyak mentah. Kinerja dari harga minyak mentah dunia menjadi tolok ukur bagi kinerja perekonomian dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan sektor properti dan real estat yang ditandai dengan kenaikan harga tanah dan bangunan yang lebih tinggi dari laju inflasi setiap tahunnya menyebabkan semakin

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito, Gross Domestic Product (GDP), Nilai Kurs, Tingkat Inflasi, dan Jumlah Uang Beredar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional (Wikipedia, 2014). Pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 28 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai sumber. Jenis data yang digunakan adalah data panel,

Lebih terperinci

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP,

V. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP, V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan uraian dan pembahasan mengenai pengaruh selisih M2, selisih GDP, selisih tingkat suku bunga, selisih inflasi dan selisih neraca pembayaran terhadap kurs

Lebih terperinci

III.METODOLOGI PENELITIAN

III.METODOLOGI PENELITIAN III.METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder negaranegara kawasan ASEAN+6 dan negara-negara kawasan non ASEAN+6 dalam bentuk data panel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perbankan Indonesia. kategori bank, diantaranya adalah Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perbankan Indonesia. kategori bank, diantaranya adalah Bank Persero, Bank Umum Swasta Nasional BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum 4.1.1. Gambaran Umum Perbankan Indonesia Dilihat dari segi kepemilikannya, Bank di Indonesia dibedakan menjadi enam kategori bank, diantaranya adalah Bank

Lebih terperinci

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA

VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA VI ANALISIS EKSPOR KEPITING INDONESIA 6.1 Pengujian Asumsi Gravity model aliran perdagangan ekspor komoditas kepiting Indonesia yang disusun dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria pengujian asumsi-asumsi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan).

IV. METODOLOGI PENELITIAN. investasi yang dilakukan oleh pihak korporasi (perusahaan). 91 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Kerangka Analisis 4.1.1. Pilihan Alat Analisis Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis fenomena ekonomi makro seperti liberalisasi keuangan dan kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah)

I. PENDAHULUAN. B. Belanja Negara (triliun Rupiah) 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang fokus terhadap pembangunan nasional. Menurut data Kementerian Keuangan Republik Indonesia Direktorat Jenderal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap hubungan kerjasama antar negara. Hal ini disebabkan oleh sumber daya dan faktor produksi Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan

I. PENDAHULUAN. perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang melibatkan berbagai perubahan-perubahan mendasar dalam struktur sosial, tingkah laku sosial, dan institusi sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa uang merupakan bagian yang tidak. terpisahkan dalam kehidupan masyarakat dan perekonomian suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. Tidak dapat dipungkiri bahwa uang merupakan bagian yang tidak. terpisahkan dalam kehidupan masyarakat dan perekonomian suatu negara 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tidak dapat dipungkiri bahwa uang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam kehidupan masyarakat dan perekonomian suatu negara tanpa memasukkan besaran uang. Uang

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara.

BAB II TELAAH PUSTAKA. memainkan peranan penting dalam perdagangan internasional, karena nilai. dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai negara. BAB II TELAAH PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Nilai Tukar (Kurs) Krugman dan Obstfeld (1994:73) mendefinisikan nilai tukar sebagai harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya. Nilai tukar memainkan peranan

Lebih terperinci

III. KERANGKA TEORITIS

III. KERANGKA TEORITIS III. KERANGKA TEORITIS 3.1. Kebijakan Fiskal dan Kebijakan Moneter Kebijakan fiskal mempengaruhi perekonomian (pendapatan dan suku bunga) melalui permintaan agregat pada pasar barang, sedangkan kebijakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perekonomian Indonesia saat ini sudah tidak dapat terpisahkan lagi dengan perekonomian dunia. Hal ini terjadi setelah dianutnya sistem perekonomian terbuka yang dalam aktivitasnya

Lebih terperinci

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN

DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT PENDAHULUAN P R O S I D I N G 113 DETERMINAN PERMINTAAN EKSPOR UDANG BEKU JAWA TIMUR KE AMERIKA SERIKAT Erlangga Esa Buana 1 1 Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya E-mail: erlanggaesa@gmail.com PENDAHULUAN Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat

BAB I PENDAHULUAN. lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Globalisasi ekonomi mendorong perekonomian suatu negara ke arah yang lebih terbuka (openness). Perekonomian terbuka dalam arti dimana terdapat aktivitas perdagangan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT DI INDONESIA

ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT DI INDONESIA ANALISIS PENGARUH JUMLAH UANG BEREDAR DAN TINGKAT SUKU BUNGA TERHADAP PERMINTAAN AGREGAT DI INDONESIA YUSNIA RISANTI Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Trunojoyo Madura Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah

I. PENDAHULUAN. Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pergerakan nilai tukar rupiah terhadap mata uang dollar Amerika setelah diterapkannya kebijakan sistem nilai tukar mengambang bebas di Indonesia pada tanggal 14 Agustus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bagi sebuah negara, keberhasilan pembangunan ekonominya dapat diukur dan digambarkan secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2007) menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang aktif melaksanakan pembangunan. Dalam melaksanakan pembangunan sudah tentu membutuhkan dana yang

Lebih terperinci

Herdiansyah Eka Putra B

Herdiansyah Eka Putra B ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI EKSPOR INDONESIA SEBELUM DAN SESUDAH KRISIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE CHOW TEST PERIODE TAHUN 1991.1-2005.4 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur penting dalam menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi menggambarkan suatu dampak

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS

BAB 5 HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS 59 BAB 5 HASIL ESTIMASI DAN ANALISIS 5.1 DETERMINAN TINGKAT TABUNGAN ASEAN 5+3 (1991-2007) Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, metode yang digunakan adalah regresi data panel. Pengujian

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Uji Stasioneritas Data Pengujian stasioneritas data merupakan salah satu tahap yang penting dalam menganalisis data panel. Hal ini karena proses munculnya suatu fenomena misalnya

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau broad money merupakan merupakan kewajiban sistem moneter (bank sentral)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN digilib.uns.ac.id 43 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi perkembangan variabel 1. Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia Negara yang menjadi tujuan ekspor nonmigas terbesar adalah negara Jepang, nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian

I. PENDAHULUAN. kepada penduduknya. Kenaikan kapasitas itu sendiri ditentukan atau. dimungkinkan oleh adanya kemajuan atau penyesuaian-penyesuaian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi adalah peningkatan kapasitas dalam jangka panjang dari negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya. Kenaikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh

I. PENDAHULUAN. Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Uang merupakan alat pembayaran yang secara umum dapat diterima oleh masyarakat. Dalam kehidupannya, manusia memerlukan uang untuk melakukan kegiatan ekonomi, karena uang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah)

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafik 1.1 Perkembangan NFA periode 1997 s.d 2009 (sumber : International Financial Statistics, IMF, diolah) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam beberapa dekade terakhir, perekonomian Indonesia telah menunjukkan integrasi yang semakin kuat dengan perekonomian global. Keterkaitan integrasi ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat

BAB I PENDAHULUAN. Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Aktivitas dalam perdagangan internasional seperti ekspor dan impor sangat diperlukan terutama untuk negara-negara yang memiliki bentuk perekonomian terbuka.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Moneter Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Sentral dari suatu Negara. Pada dasarnya kebijakan ini bertujuan untuk mengendalikan perekonomian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh

BAB III METODE PENELITIAN Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data. merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Data dan Metode Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data panel dan merupakan data sekunder yang bersumber dari data yang dipublikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara yang diukur dari perbedaan PDB tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan ekonomi suatu negara. Sebagai negara berkembang, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

I. PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang. dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tentang perbankan yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian negara dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi negara tersebut. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi dalam perspektif yang luas dipandang sebagai suatu proses multidimensi yang mencakup pelbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap masyarakat,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin

I.PENDAHULUAN. Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan. perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya peran perdagangan internasional dibandingkan dengan perdagangan domestik merupakan salah satu ciri yang menandai semakin berkembangnya globalisasi,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN. 3.1 Jenis dan Sumber Data 43 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data adalah data panel dengan periode 2000-2009 dan cross section delapan negara

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan orientasi yaitu dari orientasi peningkatan produksi ke orientasi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith

BAB I PENDAHULUAN. Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Liberalisasi perdagangan mulai berkembang dari pemikiran Adam Smith yang mengusung perdagangan bebas dan intervensi pemerintah yang seminimal mungkin. Kemudian paham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju pertumbuhannya merupakan yang tercepat di dunia sejak tahun 1990. Energy Information Administration (EIA)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Analisis dampak..., Wawan Setiawan..., FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ekonomi dunia dewasa ini berimplikasi pada eratnya hubungan satu negara dengan negara yang lain. Arus globalisasi ekonomi ditandai dengan

Lebih terperinci

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia

IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia IV. KINERJA MONETER DAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA 4.1. Kinerja Moneter dan Perekonomian Indonesia 4.1.1. Uang Primer dan Jumlah Uang Beredar Uang primer atau disebut juga high powered money menjadi sasaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomensa globalisasi dalam bidang ekonomi mendorong perkembangan ekonomi yang semakin dinamis antar negara. Dengan adanya globalisasi, terjadi perubahan sistem ekonomi

Lebih terperinci