FAKTOR-FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA"

Transkripsi

1 FAKTOR-FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA (Kasus Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh: Dina Nurdinawati I DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

2 Abstract Nowadays there is a composition change in quantity of population mobility between men and women, especially international migration in this era. Women have a lot of considerations, not only internal but also external considerations to make a mobility decision. If the consideration is not support them to move, so they will not do the population mobility. This case occurred in Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor Jawa Barat. Personal characteristics of women in there, are not support them to move. Beside that, the force of pull factors and push factors that can make them move is weak. The aims of this research are to know the mobility experience of woman community in Karacak and identify the resist factors that cause mobility rate of woman community in Desa Karacak is low. Keywords: Women, Population Mobility, Resist Factors

3 RINGKASAN DINA NURDINAWATI. Faktor-Faktor Penahan Mobilitas Penduduk Perempuan ke Luar Desa (Kasus: Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor). Di bawah bimbingan EKAWATI SRI WAHYUNI Proses mobilitas penduduk atau migrasi yang kian marak ini ternyata mengalami perubahan komposisi laki-laki dan perempuan yang terlibat di dalamnya, khususnya dalam migrasi internasional. Namun, hal ini tidak terjadi merata di semua daerah di Indonesia. Ada beberapa daerah justru tingkat mobilitas penduduk perempuannya rendah. Fenomena tersebut terjadi di Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab suatu pertanyaan penelitian yang utama yaitu: Apa faktor-faktor yang menahan perempuan pedesaan untuk melakukan mobilitas penduduk ke luar desa? Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe eksplanatori. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan didukung oleh data kualitatif seperti jawaban responden atas pertanyaan terbuka dalam angket dan kalimat hasil konsultasi atau wawancara antara peneliti dan informan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah tiga puluh orang. Penduduk perempuan Desa Karacak memiliki pengalaman mobillitas penduduk yang berbeda-beda di masa lampau. Berbagai motif melatarbelakangi kepergian para penduduk perempuan ke luar desa, dan salah satu motif yang paling menonjol adalah motif ekonomi. Arah mobilitas penduduk desa ini adalah menuju daerah perkotaan yang menjanjikan kesempatan kerja di sektor industri dan jasa pembantu rumah tangga. Faktor-faktor penahan mobilitas penduduk perempuan ke luar desa yang terjadi di Desa Karacak berawal dari ketidaksesuaian karakteristik pribadi dalam memenuhi sifat selektivitas migrasi. Ketidaksesuaian karakteristik pribadi berpengaruh terhadap penilaian responden terhadap faktor-faktor di daerah asal dan faktor di daerah tujuan. Pertimbangan-pertimbangan yang mereka lakukan mendorong pada suatu tindakan rasional berupa tetap tinggal di desa dan tidak melakukan mobilitas penduduk.

4 FAKTOR-FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA (Kasus Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh: Dina Nurdinawati I Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

5 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh : Nama Mahasiswa : Dina Nurdinawati NRP Program Studi : I : Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Judul : Faktor-Faktor Penahan Mobilitas Penduduk Perempuan ke Luar Desa (Kasus Kampung Cengal Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Dapat diterima sebagai skripsi pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Menyetujui, Dosen Pembimbing Dr. Ekawati S. Wahyuni, MS NIP Mengetahui, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Ketua Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP: Tanggal Kelulusan:

6 LEMBAR PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL FAKTOR-FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA (KASUS KAMPUNG CENGAL, DESA KARACAK, KECAMATAN LEUWILIANG, KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT) BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA. Bogor, Februari 2011 DINA NURDINAWATI I

7 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kuningan, 22 September 1989 dari pasangan Bapak Fathul Falah, Sm.Hk dan Ibu Ini Sukini, S.Pd.I. Penulis adalah anak pertama dari dua bersaudara. Penulis memiliki seorang adik yang bernama Elfa Nurfadilah. Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis adalah SDN II Purwawinangun ( ), SMP Negeri I Kuningan ( ), SMA Negeri 2 Kuningan ( ), dan penulis diterima di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2007 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Aktivitas di luar perkuliahan yang pernah penulis ikuti adalah Bendahara I Himpunan Mahasiswa Aria Kamuning Kuningan (HIMARIKA) dan anggota Divisi Jurnalistik Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (HIMASIERA). Selain itu, penulis juga sempat menjadi asisten di beberapa mata kuliah, yaitu Asisten Sosiologi Umum, Asisten Tutorial Sosiologi Umum, Asisten Pengantar Ilmu Kependudukan, dan di semester terakhir menjadi Asisten Kajian Agraria. Selain mengikuti organisasi dan menjadi asisten di beberapa mata kuliah, penulis juga pernah mendapatkan beberapa pengahargaan, diantaranya adalah Program Kreatifitas Mahasiswa Bidang Teknologi Sistem Pengambilan Keputusan Penilaian Kemampuan Akademik untuk Siswa Sekolah Menengah dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS XII), Peraih Hibah Dikti Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Artikel Ilmiah Inisiatif Lokal dalam Pengembalian Fungsi Ekologi Lahan Terdegradasi : Studi Dua Kelompok Tani, Juara II Lomba Karya Ilmiah Nasional Perempuan dalam Pendidikan: Telaah Peran Program Keaksaraan Fungsional dalam Mengatasi Buta Aksara Perempuan Pedesaan.

8 UCAPAN TERIMA KASIH Rasa syukur yang luar biasa penulis haturkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Penahan Mobilitas Penduduk Perempuan ke Luar Desa (Kasus: Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) tepat pada waktunya. Skripsi ini merupakan salah satu syarat kelulusan dalam memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat di Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Dr. Ekawati Sri Wahyuni, MS. selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu dan perhatiannya untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas kesediannya berdisukusi dan memberikan pencerahan-pencerahan selama penyusunan Studi Pustaka, Proposal, sampai dengan skripsi. 2. Ibu Ir. Melani A. Sunito, MSc dan Ibu Heru Purwandari, SP, MSi. selaku dosen penguji utama dan Wakil Departemen dalam ujian kelulusan. Terima kasih atas kesediaan Ibu untuk menguji skripsi ini. 3. Bapak Martua Sihaloho, SP, M.Si, yang selalu memberikan semangat dan menumbuhkan kepercayaan diri penulis untuk mengikuti program akselerasi dan menyelesaikan skripsi dengan baik. 4. Keluarga Tercinta Bapak Fathul Falah, Ibu Ini Sukini, dan Adikku Elfa Nurfadilah sebagai sumber semangat bagi penulis dalam menjalani kehidupan. Terima kasih atas cinta kasih, semangat, dan doa yang senantiasa diberikan untuk penulis. 5. Pemerintah Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, atas izin dan kerjasamanya selama melakukan penelitian. 6. Keluarga Bapak Agus Rohendi (terutama Ibu Aan dan Ai) juga keluarga Bapak Abdul Kohar, yang menjadi keluarga penulis selama melakukan penelitian. Terima kasih atas segala bantuan yang memudahkan penulis selama penelitian.

9 7. Warga Kampung Cengal selaku responden dan informan dalam penelitian yang senantiasa ramah dan dan mau bekerja sama dengan penulis. 8. Keluarga Bapak Prof. Dr. Ir. M. Ahmad Chozin, M.Agr dan Ibu Yeyet selaku keluarga penulis selama penulis menjalani perkuliahan di Bogor. 9. Wiwid Arif Pambudi, atas perhatian, semangat, dan doa yang selalu diberikan untuk penulis. 10. Sahabat-sahabatku di KPM 44, yang senantiasa memberikan keceriaan dan motivasi kepada penulis, terutama teman-teman akselerasi (Syifa, Dewi, Maya, Aci, Frisca, Bio, Nene, Laila, Anis, dan lain-lain), Neng Geulis (Intan, Dewi, Rizqi, Syifa), juga rekan dalam berkarya (Syifa Maharani dan Alfian Helmi). 11. Sahabat-sahabat tercinta di Pondok Nova (Rizqi, Syifa, Maulina, Fitri, Wika, Yoshita, Astri, Ashna) atas kebersamaan yang telah dilalui selama hampir 3 tahun, pengertian, dan perhatian yang tak pernah akan penulis lupakan. 12. Semua pihak yang turut membantu penyelesaian karya ilmiah ini. Bogor, Februari 2011 Dina Nurdinawati

10 KATA PENGANTAR Puji syukur yang setinggi-tingginya penulis haturkan kepada Allah SWT, atas rahmat-nya yang tak terhingga sehingga skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Penahan Mobilitas Penduduk Perempuan ke Luar Desa (Kasus: Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) mampu diselesaikan penulis tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam penyusunan skripsi ini. Penulis berharap skripsi yang telah disusun ini dapat membawa manfaat, tidak hanya untuk penulis, tetapi juga untuk kalangan akademisi dan non akademisi yang tertarik dalam bidang-bidang kependudukan. Segala bentuk dukungan berupa kritik dan saran yang membangun penulisan ini diharapkan menambah wawasan penulis untuk memperbaiki kekurangan yang ada sehingga menghasilkan karya yang lebih baik. Dina Nurdinawati I

11 i DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Penelitian Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian... 5 BAB II PENDEKATAN TEORITIS Tinjauan Pustaka Konsep dan Teori Mobilitas Penduduk Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Konsep Tindakan Rasional Weber Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Operasional BAB III PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data Teknik Penentuan Responden Teknik Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Waktu dan Tempat Penelitian... 24

12 ii BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Geografis Desa Karacak Kependudukan Potensi Sarana dan Prasarana Profil Kampung Cengal Ikhtisar Bab IV BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN Umur Status Pernikahan Umur Anak Terkecil Status Pekerjaan Jenis Pekerjaan Suami Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Pribadi Status Ekonomi Keluarga Ikhtisar Bab V BAB VI FAKTOR DIDAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA Faktor di Daerah Asal Faktor di Daerah Tujuan Faktor Penghalang Antara Tingkat Kemudahan Sarana Transportasi Budaya Ikhtisar Bab VI... 47

13 iii Bab VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Pengalaman Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Latar Belakang Mobilitas Penduduk Perempuan Proses Mobilitas Peduduk Perempuan Arah dan Pola Mobilitas Penduduk Perempuan Ikhtisar Bab VII BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KELUAR DESA Karakteristik Individu Responden Faktor Umur dalam Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Perempuan Faktor Status Pernikahan dalam Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Perempuan Faktor Umur Anak Terkecil dalam Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Perempuan Faktor Jenis Pekerjaan Suami dalam Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Perempuan Kondisi Sosial Ekonomi Responden Faktor Status Pekerjaan dalam Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Perempuan Faktor Tingkat Pendidikan dalam Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Perempuan Faktor Tingkat Pendapatan Pribadi dalam Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Perempuan Faktor Status Ekonomi Keluarga dalam Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Perempuan Ikhtisar Bab VIII... 75

14 iv BAB IX KESIMPULAN DAN IMPLIKASI Kesimpulan Implikasi DAFTAR PUSTAKA... 79

15 v DAFTAR TABEL Tabel 1. Komposisi Penduduk Desa Karacak berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun Tabel 2. Komposisi Penduduk Desa Karacak berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun Tabel 3. Komposisi Penduduk Desa Karacak berdasarkan Mata Pencaharian Tahun Tabel 4. Karakteristrik Pribadi Respoden di Desa Karacak Tahun Tabel 5. Tingkat Kemudahan dan Kenyamanan Sarana Transportasi Umum Desa Karacak Tahun Tabel 6. Perubahan Karakteristik Mobilitas Perempuan Desa Karacak berdasarkan Periodisasi Waktu Tabel 7. Karakteristik Umur Responden di Desa Karacak Tahun Tabel 8. Karakteristik Status Pernikahan Menurut Umur Responden di Desa Karacak Tahun Tabel 9. Karakteristik Umur Terkecil Responden Berdasarkan Status Pernikahannya di Desa Karacak Tahun Tabel 10. Karakteristik Jenis Pekerjaan Suami Berdasarkan Umur Anak Terkecil Responden di Desa Karacak Tahun Tabel 11. Karakteristik Status Pekerjaan Responden di Desa Karacak Tahun Tabel 12. Karakteristik Tingkat Pendidikan Responden di Desa Karacak Tahun Tabel 13. Karakteristik Tingkat Pendapatan Pribadi Responden di Desa Karacak Tahun Tabel 14. Karakteristik Status Ekonomi Keluarga Responden di Desa Karacak Tahun

16 vi DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Faktor Tempat / Daerah Asal dan Tempat / Derah Tujuan, serta Penghalang Antara dalam Migrasi... 7 Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Gambar 3. Peta Lokasi Desa Karacak Tahun Gambar 4. Proporsi Tingkat Kecukupan Responden Atas Kehidupan di Desa Karacak Tahun Gambar 5. Alasan Stayer Melakukan Mobilitas Penduduk Jangka Pendek di Desa Karacak Tahun Gambar 6. Alasan Return Migrant Meninggalkan Desa Karacak Tahun Gambar 7. Alasan Pendatang Bermigrasi ke Desa Karacak Tahun

17 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan. Salah satu kajian menarik terkait masalah kependudukan di Indonesia adalah aspek mobilitas penduduk. Migrasi atau mobilitas penduduk merupakan salah satu bentuk perjalanan manusia modern untuk menempuh sekaligus mendapatkan kehidupan yang lebih baik. 1 Proses mobilitas penduduk atau migrasi yang kini kian marak ternyata mengalami perubahan komposisi laki-laki dan perempuan yang terlibat di dalamnya, khususnya dalam migrasi internasional. Di Indonesia, perubahan ini terjadi sejak tahun 1980-an. Jika dikaitkan dengan aspek sejarah, perubahan ini sebenarnya dimulai pada tahun 70-an ketika banyak yang menerapkan Revolusi Hijau di pedesaan Jawa, dampaknya terutama terhadap kesempatan kerja. Perempuan di desa kehilangan pekerjaan-pekerjaan yang secara tradisional menjadi miliknya, seperti menyiang, memotong padi, menumbuk padi, dan jual beli beras (nguyang). Salah satu strategi dalam menghadapi tantangan itu adalah melibatkan diri dengan pekerjaan-pekerjaan yang tersedia. Hal ini terbukti dengan banyaknya perempuan desa melakukan mobilitas penduduk untuk mencari pekerjaan di luar desanya. Bahkan, sejak beberapa tahun terakhir ini sudah ratusan ribu perempuan kita yang meninggalkan keluarganya, kerabatnya, bermigrasi 1 KU, Noer, Gender-and-Migration, diakses pada 28 Mei 2010.

18 2 menyebrang lautan bekerja di negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, bahkan sampai ke negara-negara Arab (Rahardjo, 1997). Data terbaru dari penempatan TKI tahun , TKI perempuan mencapai orang atau 76,82 persen dari jumlah penempatan TKI yaitu (Wulan, 2007). Patut diakui perempuan dan migrasi memang pada dasarnya adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan (Chant dan Radcliffe, 1992 seperti dikutip Noer, 2008). Mobilitas penduduk yang dilakukan oleh perempuan umumnya dipicu oleh minimnya kesempatan kerja di daerah asal, atau meminjam istilah Mantra (1994), bahwa besarnya perbedaan tingkat kefaedahan antarwilayah mendorong seseorang untuk melakukan mobilisasi, baik melalui saluran-saluran yang resmi maupun yang tidak resmi. Tentu saja adanya kesenjangan ini mendorong perempuan untuk berusaha lebih mandiri guna memperbaiki kehidupannya. Berdasarkan hasil penelitian Noer (2008), dalam melakukan mobilitas penduduk, perempuan tidak hanya mempertimbangkan faktor-faktor dari dalam dirinya saja, faktor situasional dan kultural kerap kali menjadi bahan pertimbangan lain yang tidak kalah dominan dalam proses berpikir perempuan untuk melakukan mobilitas penduduk atau tidak. Mantra,1998, 1999, 2001 dan Sukamdi, 2002 (seperti dikutip Setiadi, 2004) menjelaskan bahwa di beberapa daerah, seperti Cilacap (Jawa Tengah), Cianjur (Jawa Barat), Indramayu (Jawa Barat), Kulon Progo (Yogyakarta), dan beberapa daerah di Jawa Timur, tingkat mobilitas penduduk perempuannya, khususnya migrasi internasional terbilang tinggi, oleh karena itu daerah-daerah ini disebut sebagai daerah pengirim migran perempuan.

19 3 Dewasa ini mulai banyak ditemukan penelitian tentang mobilitas penduduk perempuan, seperti penelitian Sri Rum Giyarsih dan Umi Listyaningsih (2003) yang meneliti mengenai Dampak Non Ekonomi Migrasi Tenaga Kerja Wanita ke Luar Negeri di Daerah Asal, penelitian Ekawati S. Wahyuni (2000) yang meneliti mengenai Migran Wanita dan Persoalan Perawatan Anak, dan penelitian Khaerul Umam Noer (2008) yang meneliti mengenai Perempuan dan Migrasi (Studi Mengenai Migrasi Individual Perempuan Madura di Bekasi). Penelitian mengenai mobilitas penduduk perempuan ini awalnya masih sering terintegrasi dengan penelitian mengenai mobilitas penduduk laki-laki. Penelitian-penelitian ini umumnya meneliti mengenai alasan perempuan meninggalkan daerah asalnya dan pengaruh kepergian tersebut bagi dirinya, keluarganya, daerah asalnya, maupun daerah tujuannya. Namun demikian, masih jarang sekali ditemui penelitian yang mengungkap alasan perempuan untuk tidak pergi meninggalkan daerah asalnya. Ketika dalam suatu daerah, penduduk laki-lakinya cukup banyak yang melakukan mobilitas penduduk, bahkan merambah sampai ke luar pulau, dan terdapat juga beberapa penduduk perempuan yang melakukan mobilitas ke luar desa, namun masih banyak ditemukan penduduk perempuan di desa tersebut yang memutuskan untuk tidak melakukan mobilitas penduduk seperti rekan-rekannya yang lain. Penduduk perempuan semacam ini ditemui di Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Di saat begitu banyak perempuan yang terlibat dalam mobilitas penduduk, bahkan merambah pada migrasi internasional, mayoritas penduduk perempuan Kampung Cengal, Desa Karacak tetap bertahan di desa. Letak desa yang terbilang

20 4 dekat dari pusat kota Bogor, dengan akses kendaraan umum yang juga relatif mudah ternyata tidak mendorong penduduk perempuan Desa Karacak yang bertahan di desa ini untuk melakukan mobilitas penduduk ke luar desa seperti rekan-rekannya yang lain di desa tersebut. Fakta semacam ini peneliti dapatkan saat melakukan tinjauan awal kegiatan Kuliah Kerja Profesi (KKP) yang berlokasi sama dengan lokasi penelitian ini. Berawal dari fakta inilah, muncul suatu ketertarikan untuk mengkaji lebih jauh mengenai alasan yang membuat para perempuan di Desa Karacak tetap bertahan di desa Rumusan Masalah Penelitian Penduduk perempuan Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang yang tetap bertahan di desa tentu memiliki alasan tersendiri yang menyebabkan mereka tetap tinggal di desa. Ketika penduduk laki-laki di desa tersebut bisa melakukan mobilitas penduduk ke luar desa, begitupun beberapa penduduk perempuan lain di desa tersebut bisa terlibat dalam mobilitas penduduk, namun mayoritas penduduk perempuan di desa tersebut tetap bertahan di desa. Faktor-faktor apa yang sebenarnya menahan perempuan-perempuan tersebut untuk pergi? Padahal, penduduk laki-laki di desa tersebut cukup banyak yang melakukan mobilitas penduduk ke luar desa, begitupun beberapa penduduk perempuan lainnya juga pernah dan masih terlibat mobilitas penduduk ke luar desa. Ditambah lagi, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat secara geografis memiliki jarak yang dekat dari pusat Kota Bogor, ibukota Kabupaten Bogor, bahkan ibukota Negara Indonesia. Akses terhadap daerah tersebut pun relatif mudah, bisa dijangkau dengan angkutan umum, mobil

21 5 pribadi, atau kendaraan bermotor lainnya. Kondisi jalan yang cukup baik sangat memungkinkan terjadinya mobilitas penduduk baik laki-laki maupun perempuan. Ketersediaan faktor penghalang antara yang relatif mudah untuk dilalui ini ternyata tidak menjadikan penduduk perempuan Kampung Cengal, Desa Karacak pergi meninggalkan desanya Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah dan pertanyaan penelitian yang telah dipaparkan di atas, disusunlah beberapa tujuan penelitian guna menjawab rumusan masalah dan pertanyaan penelitian tersebut, yaitu: 1. Mengetahui sejarah dan pengalaman mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak. 2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menahan penduduk perempuan Desa Karacak untuk melakukan mobilitas penduduk ke luar desa Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan berguna untuk: 1. Menambah wawasan serta ilmu pengetahuan bagi peneliti dalam mengkaji secara ilmiah mengenai faktor-faktor yang menjadi penahan terjadinya mobilitas penduduk perempuan ke luar desa. 2. Menambah kepustakaan ilmiah mengenai mobilitas penduduk perempuan pedesaan. 3. Acuan dalam pelaksanaan pemberdayaan perempuan pedesaan bagi kalangan non akademisi, seperti masyarakat, swasta, dan pemerintah.

22 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka Konsep dan Teori Mobilitas Penduduk Istilah umum bagi gerak penduduk dalam demografi adalah population mobility atau secara lebih khusus territorial mobility yang biasanya mengandung makna gerak spasial, fisik, dan geografis (Shryock & Siegel,1973 seperti dikutip oleh Rusli, 1996). Mobilitas penduduk horizontal atau geografis dapat dibagi menjadi mobilitas penduduk non permanen (atau mobilitas penduduk sirkuler) dan mobilitas penduduk permanen. Mobilitas penduduk non permanen adalah gerak penduduk dari satu wilayah menuju ke wilayah lain dengan tidak ada niatan menetap di daerah tujuan. Mobilitas penduduk sirkuler ini dibagi menjadi mobilitas penduduk ulang-alik (commuting) dan nginap atau (mondok) di daerah tujuan (Mantra, 1994). Standing (1985) menyebutkan bahwa konsep mobilitas teritorial mencakup empat dimensi penting, yaitu: ruang, tempat tinggal, waktu, dan perubahan kegiatan. Oleh karena itu, tidak semua perpidahan bisa dikategorikan sebagai migrasi. Perhatian terhadap fenomena gerak penduduk telah berlangsung lama, berbagai teori yang mencoba menjelaskan fenomena ini pun banyak bermunculan. Teori migrasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Migrasi Everett S. Lee. Teori ini mengembangkan sejumlah hipotesa berkenaan dengan volume migrasi, stream dan counterstream, serta karakteristik para migran (Lee, 1984). Lee berpendapat bahwa dalam tiap tindakan migrasi baik yang jarak dekat maupun yang jarak jauh senantiasa terlibat faktor-faktor yang berhubungan

23 7 dengan daerah asal, daerah tujuan, pribadi, dan rintangan-rintangan antara. Di tiap daerah ada tiga set faktor-faktor, yaitu: 1. Faktor-faktor yang bertindak untuk mengikat orang dalam suatu daerah atau memikat orang terhadap daerah itu, yang disebut sebagai faktor-faktor minus (-) 2. Faktor-faktor yang cenderung untuk menolak mereka, merupakan faktorfaktor plus (+) 3. Faktor-faktor yang pada dasarnya indifferent, tak punya pengaruh menolak atau mengikat (0) Faktor minus (-) dan plus (+) yang penulis dapatkan salah satunya adalah dari penelitian Ida Bagoes Mantra (1994), yang merumuskan faktor minus (-) sebagai berikut: kekurangan kesempatan kerja baik di bidang pertanian maupun non pertanian di desa, terbatasnya fasilitas pendidikan, dan sebagainya. Adapun faktor plus (+) meliputi: menjaga tanah warisan orang tua, menunggu ayah atau ibu yang sudah tua, dan sebagainya. Keterkaitan antar faktor tersebut dapat dilihat pada Gambar 1: Penghalang Antara Sumber: Lee (1984) Gambar 1. Faktor Tempat / Daerah Asal dan Tempat / Derah Tujuan, serta Penghalang Antara dalam Migrasi Selain faktor penarik dan faktor pendorong yang berasal dari daerah asal maupun daerah tujuan, terdapat juga faktor perintang antara. Dalam keadaan

24 8 tertentu sangat mudah diatasi, namun kadang kala juga sulit. Jarak dan biaya transportasi dari daerah asal menuju daerah tujuan merupakan contoh dari perintang antara. Sedangkan faktor-faktor pribadi umpamanya ada orang-orang yang cepat atau lambat menerima perubahan (Rusli, 1996). Berikut adalah faktor penarik dan pendorong terjadinya migrasi: Faktor penarik: 1. Adanya daya tarik (superior) ditempat daerah tujuan untuk memperoleh kesempatan kerja seperti yang diinginkan (cocok) 2. Kesempatan untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik 3. Kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih baik sesuai yang diinginkan 4. Kondisi daerah tujuan yang lebih unggul atau menyenangkan: iklim, sekolah, perumahan, fasilitas lain. 5. Daya tarik aktivitas daerah tujuan: tempat hiburan, wisata, dan lain-lain Faktor Pendorong: 1. Makin berkurangnya sumber daya alam dan kebutuhan akan bahan baku di daerah asal dan melimpahnya bahan baku di daerah tujuan 2. Berkurangnya kesempatan kerja di daerah asal 3. Adanya tekanan-tekanan di daerah asal (etnisitas, agama,dan lain-lain) 4. Bencana alam, wabah penyakit Pengambilan Keputusan Mobilitas Penduduk Mobilitas penduduk yang dilakukan oleh perempuan secara garis besar didorong oleh tiga motif utama, yaitu:

25 9 1. Motif ekonomi: dorongan ini sangat kuat sekali yang disebabkan rasa ingin menghidupi keluarga dan ingin meningkatkan kesejahteraan. Bekerja di luar desa dirasa sebagai suatu bentuk strategi dalam menghadapi tantangan sempitnya kesempatan kerja di desa (Rahardjo, 1997). 2. Motif sosial: perempuan ingin bergaul dan mendapatkan pengakuan bahwa sebenarnya dapat berupaya untuk mencari nafkah dan mempunyai status di masyarakat. Adanya rasa superior di tempat yang baru atau memasuki lapangan kerja yang sesuai. Rasa ini terutama dirasakan oleh para perempuan yang memiliki pendidikan relatif lebih tinggi daripada perempuan desa pada umumnya. Wahyuni (2000) menyatakan bahwa peningkatan pendidikan perempuan telah merubah aspirasi pekerjaan bagi perempuan, yang dulunya berkisar pada sektor tradisional berubah untuk memilih pekerjaan upahan di sektor formal. Adapun sektor tersebut jarang tersedia di desa. 3. Motif budaya: Keinginan untuk hidup dan beraktifitas di kota besar, yang mempunyai daya tarik tersendiri bagi orang dari kota kecil. Di kota bisa mendapatkan segalanya dan memperoleh kebebasan untuk menikmati fasilitas-fasilitas atau produk budaya yang ada. Menurut hasil penelitian Noer (2008) beberapa perempuan pelaku migrasi mengaku bermigrasi ke kota karena sudah tidak kuat lagi menahan cercaan dari warga-warga di desanya akibat statusnya sebagai janda. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk pergi ke kota yang terkenal dengan budaya individualis dan tidak terlalu mengurusi urusan orang lain.

26 10 Motif-motif tersebut di atas mendorong perempuan untuk pergi meninggalkan desanya dan melakukan mobilitas penduduk ke daerah lain yang menjanjikan kehidupan yang lebih baik. Dalam proses pengambilan keputusan untuk melakukan gerak penduduk bagi perempuan terdapat beberapa faktor yang memengaruhi, yakni: 1. Faktor Status Perkawinan Status perkawinan juga menjadi salah satu pertimbangan keputusan bermigrasi. Orang dengan status menikah lebih terbatas ruang geraknya dibandingkan dengan yang berstatus belum menikah. 2 Kelahiran anak pun tak jarang menghambat perempuan untuk melakukan migrasi. Wahyuni (2000) menjelaskan dalam tulisannya bahwa ketika bayi baru dilahirkan maka hanya si ibu yang diharapkan untuk mengasuhnya. 2. Akses terhadap Ekonomi Salah satu persoalan utama ketika membahas migrasi perempuan adalah akses terhadap ekonomi. Migrasi jelas tidak hanya membutuhkan niat maupun keberanian, namun jelas membutuhkan ekonomi sebagai penopang. Membahas mengenai migrasi perempuan adalah akses terhadap ekonomi yang terdiri dari biaya perjalanan dan biaya hidup di perantauan. Para migran yang berstatus sebagai janda cerai mendapatkan kemampuan ekonomi berdasarkan harta gonogini, adapun yang berstatus janda mati mendapatkan harta waris dari suaminya. Berbeda halnya dengan para migran yang belum menikah, dimana menopangkan kehidupannya pada orang tua. (Noer, 2008). Ketika akses ekonomi ini dirasakan 2 Sri R. Giyarsih & U. Listyaningsih, Dampak Non Ekonomi Migrasi Tenaga Kerja Wanita ke Luar Negeri di Daerah Asal. diakses pada 30 April 2010

27 11 rendah, maka hal ini dapat menjadi faktor yang mengahambat terjadinya mobilitas penduduk perempuan. 3. Umur Hasil penelitian Giyarsih dan Listyaningsih menunjukkan sekitar 13 persen migran kembali berumur muda yakni di bawah 25 tahun. Pada umumnya migran kembali dalam kelompok ini baru pertama kali bekerja ke luar negeri. Adioetomo dan Wiyono (2003) menyebutkan DKI Jakarta merupakan provinsi yang paling banyak menerima migran dari provinsi lain, migrasi menurut umur pada tahun 1995 terlihat bahwa migran usia muda (15-29 tahun) mendominasi migran masuk ke DKI Jakarta, baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini menunjukkan umur dalam proses migrasi merupakan aspek penting yang dapat memengaruhi keputusan yang diambil seseorang. Migrasi cenderung dilakukan oleh kelompok umur produktif dimana dari segi kemampuan fisik jelas lebih memadai. 4. Kemudahan sarana transportasi Migrasi terkait erat dengan mudahnya sarana transportasi untuk mendukung mobilitas penduduk dari satu wilayah ke wilayah lain. Di daerah penelitian Noer (2008), mayoritas responden berasal dari Bangkalan yang merupakan salah satu Kabupaten di Madura yang memiliki sarana transportasi yang paling memadai. 5. Ketersediaan Informasi mengenai Daerah Tujuan Informasi mengenai daerah tujuan ini biasanya didapat dari pelopor migran sebelumnya. Para migran terdahulu ini, tidak hanya memberikan informasi, tetapi juga berperan dalam tahap-tahap awal dari mekanisme penyesuaian diri di daerah tujuan (Mantra, 1994). 6. Budaya

28 12 Mobilitas wanita merupakan barang terlarang di beberapa budaya masyarakat, terutama yang menganut pahan patriarkhi yang kuat. Hal ini ditemukan di Madura, dimana laki-laki Madura terutama suami, sangat protektif terhadap istri mereka, sehingga hal ini membatasi gerak istri untuk memperoleh pekerjaan (Noer, 2008). Selain itu, budaya yang berkembang di masyarakat dan berhubungan dalam proses pengambilan keputusan mobilitas penduduk adalah sistem kekerabatan berupa keluarga. Adanya suatu adat menetap sesudah menikah yang bermacam-macam turut menentukan tempat tinggal penduduk perempuan. Koentjaraningrat (1965) menyebutkan bahwa, dalam masyarakat di dunia ada paling sedikit tujuh kemungkinan adat menetap sesudah menikah (residence patterns), yaitu: Adat utrolokal, yang memberi kemerdekaan kepada tiap pengantin baru untuk menetap sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami atau di sekitar pusat kediaman kaum kerabat istri. Adat virilokal, yang menentukan bahwa pengantin baru menetap sekitar pusat kediaman kaum kerabat suami. Adat uxorilokal, yang menentukan bahwa pengantin baru menetap sekitar pusat kaum kerabat istri. Adat bilokal, yang menentukan bahwa pengantin baru harus tinggal berganti-ganti, pada suatu masa tertentu sekitar pusat kediaman kerabat suami, pada lain masa tertentu sekitar pudat kediaman kaum kerabat istri. Adat neolokal, yang menentukan bahwa pengantin baru tinggal sendiri di tempat kediaman yang baru, tidak mengelompok sekitar tempat kediaman kaum kerabat suami maupun istri.

29 13 Adat avunkulokal, yang menentukan bahwa pengantin baru tinggal menetap sekitar tempat kediaman saudara laki-laki ibu (avunculus) dari suami. Adat natolokal, yang menentukan bahwa pengantin baru tinggal terpisah, suami sekitar pusat kediaman kaum kerabatnya sendiri, dan istri di sekitar pusat kediaman kaum kerabatnya sendiri pula. Adat menetap sesudah menikah ini memengaruhi pergaulan kekerabatan dalam masyarakat. Pergaulan kekerabatan inilah yang nantinya mengatur tempattempat tinggal suatu keluarga karena terikat oleh suatu hubungan kekerabatan. Dengan kata lain, sistem kekerabatan ini pun turut menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan mobilitas penduduk perempuan Konsep Tindakan Rasional Weber Weber (dalam Soekanto, 1982) menyatakan bahwa tindakan sosial berkaitan dengan interaksi sosial, sesuatu tidak akan dikatakan tindakan sosial jika individu tersebut tidak mempunyai tujuan dalam melakukan tindakan tersebut. Weber menggunakan konsep rasionalitas dalam klasifikasinya mengenai tipe-tipe tindakan sosial. Pembedaan pokok yang diberikan adalah antara tindakan rasional dan non rasional. Singkatnya, tindakan rasional, menurut Weber, berhubungan dengan pertimbangan yang sadar dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Di dalam kedua kategori utama mengenai tindakan rasional dan non rasional itu, ada dua bagian yang berbeda satu sama lain. 1. Tindakan Rasional Instrumental (Zweckrationalitat)

30 14 Tindakan ini dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dengan tujuan yang akan dicapai. Tindakan ini yang paling tinggi rasionalitasnya. Tindakan ini meliputi pertimbangan dan pilihan yang sadar yang berhubungan dengan tujuan dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan itu. Individu memiliki berbagai tujuan yang harus dilakukan. Berdasarkan kriteria tertentu, ia memilih satu di antara banyak tujuan yang kadang-kadang saling bersaing. 2. Tindakan Rasionalitas yang Berorientasi Nilai (Wertrationalitat) Tindakan ini dilakukan seseorang yang didasari oleh nilai-nilai dasar dalam masyarakat. Sifat rasionalitas yang berorientasi nilai yang penting adalah bahwa alat alat hanya merupakan obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar, tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai nilai individu yang bersifat absolut atau merupakan nilai akhir baginya. Nilai nilai akhir bersifat non rasional dalam hal dimana seseorang tidak dapat memperhitungkannya secara obyektif mengenai tujuan tujuan mana yang harus dipilih. 3. Tindakan Tradisional Tindakan ini dilakukan atas dasar kebiasaan, adat istiadat yang turun temurun. Tindakan ini biasa dilakukan pada masyarakat yang hukum adat masih kental, sehingga dalam melakukan tindakan ini tanpa mengkritisi dan memikirkan terlebih dulu. Walaupun bila dipikir ulang sebenarnya tidak masuk akal. Ini merupakan tindakan yang nonrasional.

31 15 4. Tindakan Afektif Tipe tindakan ini ditandai oleh dominasi perasaan atau emosi tanpa refleksi intelektual atau perencanaan yang sadar Kerangka Pemikiran Pengambilan keputusan untuk melakukan gerak penduduk bagi perempuan dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti faktor di daerah asal, faktor di daerah tujuan, pengahalang antara, dan faktor pribadi. Keputusan untuk melakukan mobilitas penduduk terjadi melalui suatu proses perbandingan faktor-faktor di daerah asal dan di daerah tujuan. Selanjutnya di antara dua tempat tersebut terdapat sejumlah rintangan yang harus dilalui dan turut berpengaruh terhadap pengambilan keputusan migrasi (Lee, 1984). Faktor-faktor pribadi yang sering kali dijadikan bahan pertimbangan bagi perempuan dalam melakukan mobilitas adalah : umur, status pernikahan, umur anak terkecil, jenis pekerjaan suami, status pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan pribadi, dan status ekonomi keluarga. Hal-hal yang menjadi pertimbangan ini akan menentukan kuat atau lemahnya faktor-faktor pendorong dan penarik terjadinya mobilitas penduduk perempuan ke luar desa. Keberadaan faktor-faktor pendorong dan penarik terjadinya mobilitas penduduk yang lemah akan menyebabkan perempuan untuk tetap tinggal di desa meskipun faktor penghalang antara relatif mudah untuk dilalui, apalagi jika faktor penghalang antara tersebut sulit untuk dilalui. Secara sederhana penjelasan di atas dapat dilihat pada Gambar 2.

32 16 Faktor Internal 1. Umur 2. Status Pernikahan 3. Umur Anak Terkecil 4. Jenis Pekerjaan Suami 5. Status Pekerjaan 6. Tingkat Pendidikan 7. Tingkat Pendapatan Pribadi 8. Status Ekonomi Keluarga Faktor di Daerah Asal Faktor di Daerah Tujuan 1. Tingkat kecukupan hidup di daerah asal 2. Tingkat ketersediaan SDA 3. Kegiatan-kegiatan perempuan di desa 4. Tingkat ketersediaan lapangan kerja perempuan Lemahnya Kekuatan Faktor Pendorong Penghalang Antara 1.Tingkat Kemudahan Transportasi 2.Budaya 1. Tingkat ketersediaan lapangan pekerjaan bagi perempuan 2. Kisah sukses migran pelopor 3. Kelengkapan sarana pendidikan dan hiburan Lemahnya Kekuatan Faktor Penarik Tinggal Di Desa Keterangan: Saling Mempengaruhi Menyebabkan Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

33 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka pemikiran, maka hipotesis penelitian adalah sebagai berikut: 1. Diduga faktor internal, yakni umur, status pernikahan, umur anak terkecil, jenis pekerjaan suami, status pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan pribadi, dan status ekonomi keluarga merupakan faktor pribadi yang menyebabkan pandangan responden terhadap kekuatan faktor pendorong dan penarik mobilitas penduduk perempuan ke luar desa lemah. 2. Diduga lemahnya faktor pendorong dan penarik mobilitas penduduk perempuan ke luar desa merupakan faktor penahan terjadinya mobilitas penduduk perempuan ke luar desa, baik saat berhadapan dengan faktor penghalang antara yang mudah untuk dilalui maupun saat faktor penghalang antara sulit untuk dilalui Definisi Operasional Berikut adalah definisi operasional dari berbagai variabel yang dianalisis: 1. Mobilitas Penduduk Perempuan, adalah suatu perpindahan tempat tinggal baik sementara maupun permanen yang dilakukan oleh perempuan minimal melewati batas desa dengan batasan waktu minimal 6 bulan meninggalkan desanya, dengan tujuan sekolah, bekerja, ataupun mengikuti suami/keluarganya. 2. Umur, adalah lamanya seseorang hidup di dunia yang diukur dalam satuan tahun, dalam penelitian ini dikategorikan ke dalam: a. (15 tahun x 35tahun) b. x > 35 tahun Penggolongan umur di atas didasarkan pada umur median responden.

34 18 3. Status pernikahan, adalah status pernikahan responden saat dilakukan penelitian. a. Belum menikah, menunjukkan suatu keadaan ketidakterikatan seorang perempuan terhadap suami maupun anak-anaknya. b. Menikah, menunjukkan suatu keadaan keterikatan seorang perempuan terhadap suami maupun anak-anaknya. c. Janda/Pernah menikah, menunjukkan suatu keadaan ketidakterikatan terhadap suami, namun ada kemungkinan memiliki keterikatan terhadap anak-anaknya. 4. Umur Anak Terkecil, adalah umur anak bungsu yang dimiliki seorang perempuan saat dilakukan penelitian. a. Masih Balita ( 0 5 Tahun) b. Usia Sekolah (6 15 Tahun) c. Dewasa (> 15 tahun) 5. Status pekerjaan, adalah mata pencaharian atau usaha yang dilakukan untuk mendapatkan penghasilan, dikategorikan menjadi: a. Mencari Nafkah b. Tidak Mencari Nafkah 6. Jenis pekerjaan suami, adalah mata pencaharian suami responden saat dilakukan penelitian, dikategorikan menjadi: a. Bekerja di Desa b. Bekerja di Luar Desa 7. Tingkat pendidikan, adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditamatkan oleh responden, mencakup dua kategori, yaitu:

35 19 a. Rendah: untuk responden yang tidak sekolah, tidak lulus SD, serta lulusan SD b. Sedang: untuk responden yang merupakan lulusan SMP atau SMA. c. Tinggi: untuk responden yang merupakan lulusan Perguruan Tinggi 8. Tingkat pendapatan pribadi, adalah jumlah pemasukan yang diterima perempuan sebagai upah dari pekerjaan yang dia lakukan sendiri dan diukur dalam rupiah setiap bulannya, dikategorikan menjadi: a. Tinggi : ketika pendapatan pribadi mencapai > b. Rendah, ketika pendapatan pribadi mencapai 0 x Status ekonomi keluarga, adalah posisi keluarga responden di masyarakat secara ekonomi, diukur dari tingkat pendapatan keluarga (x < Rp ,- per bulan diberi skor 1, Rp x Rp per bulan diberi skor 2, x > Rp per bulan diberi skor 3) dan tingkat kepemilikan lahan pertanian dan perkebunan ( x > 0,5 Ha diberi skor 3, x 0,5 Ha dib eri skor 2, tidak punya lahan diberi skor 1). Status ekonomi ini dikategorikan menjadi: a. Tinggi, ketika penilaian dari kedua indikator di atas mencapai skor 4 6 b. Rendah, ketika penilaian dari kedua indikator di atas mencapai skor Faktor di Daerah Asal, merupakan keadaan-keadaan di daerah asal yang dirasakan responden dan memungkinkan untuk mendorong mereka melakukan mobilitas penduduk ke luar desa, menahan untuk tetap tinggal di desa, atau tidak berpengaruh apa-apa.

36 Faktor di Daerah Tujuan, merupakan keadaan-keadaan di luar desa yang dirasakan responden dan memungkinkan untuk menarik mereka melakukan mobilitas penduduk ke daerah tersebut, menahan responden untuk melakukan mobilitas penduduk ke daerah tersebut, atau tidak berpengaruh apa-apa. 12. Budaya, dalam penelitian ini dianalisis dari jenis sistem kekerabatan dalam keluarga yang dianut di desa tersebut, sehingga memungkinkan penduduk perempuan untuk tertahan di desa. Dalam penelitian ini, sistem kekerabatan yang dimaksud dilihat dari budaya menetap setelah pernikahan yang dirumuskan oleh Koentjaraningrat (1965). 13. Tingkat kemudahan transportasi dalam penelitian ini dilihat dari seberapa banyak jumlah rumah tangga responden yang memiliki kendaraan pribadi, dan jenis sarana transportasi umum yang bisa dan biasa digunakan oleh responden untuk mengakses daerah-daerah di luar desa.

37 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe eksplanatori. Penelitian eksplanatori merupakan penelitian penjelasan yang menyoroti hubungan antarvariabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya (Singarimbun dan Effendi, 1989). Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan didukung oleh data kualitatif seperti jawaban responden atas pertanyaan terbuka dalam angket dan kalimat hasil konsultasi atau wawancara antara peneliti dan informan. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual secara detail tentang hal-hal yang sedang menggejala dan mengidentifikasi masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan kegiatan-kegiatan yang sedang berjalan (Wahyuni & Muljono, 2009). 3.2 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang bersangkutan yang memerlukannya (Hasan, 2002). Data primer ini diperoleh melalui wawancara kepada responden yang telah ditentukan dengan menggunakan panduan wawancara berupa kuesioner. Adapun data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada (Hasan, 2002). Data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan

38 22 studi literatur yang berkaitan dengan tujuan penelitian seperti buku, artikel, skripsi, tesis dan karya ilmiah lainya. 3.3 Teknik Penentuan Responden Pada penelitian ini, terdapat dua subjek penelitian, yang terdiri dari informan dan responden. Informan adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan informasi mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungannya. Adapun informan kunci yang dipilih adalah tokoh-tokoh masyarakat setempat. Untuk melengkapi data yang didapatkan dari informan kunci, diperlukan data dari informan-informan lainnya yang kemudian didiskusikan dengan informan kunci. Pemilihan tokoh masyarakat setempat menjadi informan kunci didasarkan pada asumsi bahwa mereka adalah orang-orang yang mengetahui secara mendalam terkait permasalahan mobilitas penduduk khususnya mobilitas penduduk perempuan di desa tersebut. Responden didefinisikan sebagai bagian dari kerangka sampling yang sebelumnya telah ditentukan. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 30 orang. Adapun kerangka sampling dari penelitian ini adalah penduduk perempuan asli maupun pendatang Kampung Cengal, Desa Karacak yang berusia di atas lima belas tahun, baik yang pernah melakukan mobilitas penduduk maupun yang belum pernah melakukan mobilitas penduduk. Dengan pembatasan kerangka sampling seperti ini, didapatkan 39 orang stayer, 33 orang return migrant, dan 20 orang pendatang. Teknik yang digunakan dalam mendapatkan seluruh kerangka sampling tersebut adalah teknik snowball. Setelah kerangka sampling terkumpul, diambil 30 orang di antaranya untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini.

39 23 Pemilihan responden dilakukan dengan Teknik Pengambilan Sampling Acak Tak Proporsional Berdasarkan Stratifikasi. Teknik ini dilakukan ketika proporsi sub kategori-kategorinya tidak didasarkan atas proporsi yang sebenarnya dalam populasi, karena sub kategori tertentu terlampau sedikit jumlah sampelnya (Nasution, 2007). Sampel dalam penelitian ini dibedakan menjadi tiga jenis responden, yaitu 10 orang stayer, 10 orang return migrant, dan 10 orang pendatang. Selain itu, penentuan jumlah sampel didasarkan pada pengalaman mobilitas yang dimiliki. Stayer yang memiliki pengalaman mobilitas cenderung seragam satu dengan yang lainnya hanya diambil 10 orang meskipun jumlahnya dalam kerangka sampling lebih banyak dari return migrant dan pendatang. Adapun return migrant dan pendatang dianggap memiliki pengalaman mobilitas yang tinggi, sehingga diambil 10 orang return migrant dan 10 orang pendatang, meskipun jumlah mereka tidak sebanyak stayer. Hal ini dilakukan agar didapat beragam pengalaman mobilitas dari masing-masing responden tersebut. 3.4 Teknik Pengumpulan Data Data primer di lapangan dikumpulkan dengan menggunakan teknik wawancara. Teknik ini digunakan untuk memperoleh informasi baik dari responden maupun informan. Pada responden, teknik ini digunakan dengan menggunakan kuesioner sebagai panduan wawancara. Selain itu, dilakukan pula wawancara mendalam pada responden-responden tertentu yang memiliki informasi lebih mengenai pengalamannya dalam melakukan mobilitas, yaitu para responden yang tergolong return migrant.adapun pada informan, wawancara dilakukan secara mendalam dengan menggunakan panduan wawancara yang telah dibuat sebelumnya.

40 24 Informasi yang didapatkan dari responden selanjutnya diolah secara kuantitatif. Data-data yang selanjutnya dianalisis secara kualitatif diperoleh berdasarkan jawaban responden atas jenis pertanyaan terbuka dalam kuesioner, hasil wawancara mendalam dengan informan, dan cerita-cerita yang dituturkan baik oleh responden maupun informan yang terangkum dalam catatan harian. 3.5 Pengolahan dan Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan kuesioner. Pengolahan data dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan pengkodean. Kegiatan ini bertujuan untuk menyeragamkan data. Setelah pengkodean, tahap selanjutnya adalah perhitungan persentase jawaban responden dan dipresentasikan melalui analisis deskriptif berupa table frekuensi, grafik, ukuran pemusatan, dan ukuran penyebaran. Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah secara statistik deskriptif dengan mengunakan software SPSS for Windows versi 16.0 dan Microsoft Excel Metode analisis berikutnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis inferensia untuk menguji hipotesis penelitian dengan menggunakan tabulasi silang. Selain analisis data kuantitatif, dilakukan pula analisis data kualitatif sebagai pendukung dengan mengutip hasil pembicaraan dengan responden atau informan dan disampaikan secara deskriptif untuk mempertajam hasil penelitian. 3.6 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini terdiri dari 17 kampung dengan karakteristik migrasi yang relatif seragam atau homogen di setiap kampungnya, oleh karena itu penelitian ini difokuskan hanya pada satu

41 25 kampung yaiu Kampung Cengal sebagai kampung terbesar cakupannya di desa tersebut. Untuk pembahasan selanjutnya, Kampung Cengal, Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor Jawa Barat akan disebut sebagai Desa Karacak. Alasan yang mendasari pemilihan Desa Karacak sebagai lokasi penelitian, seperti telah diuraikan pada Bab Pendahuluan adalah di saat begitu banyak perempuan yang terlibat dalam mobilitas penduduk, bahkan merambah pada migrasi internasional, perempuan-perempuan Kampung Cengal, Desa Karacak masih ada yang tetap bertahan di desa. Letak desa yang terbilang dekat dari pusat kota Bogor, dengan akses kendaraan umum yang juga relatif mudah ternyata tidak mendorong penduduk perempuan Desa Karacak yang bertahan di desa ini untuk melakukan mobilitas penduduk ke luar desa seperti rekan-rekannya yang lain di desa tersebut. Alasan ini dirasa sesuai dengan judul penelitian yang sedang disusun. Penelitian ini dilakukan dari Oktober 2010 sampai dengan Desember 2010 yang terdiri dari proses observasi awal dan investigasi, pendekatan terhadap masyarakat setempat, pengumpulan, pengolahan, dan analisis data, lalu berakhir dengan penulisan laporan penelitian berupa skripsi. Penelitian ini dilakukan setelah peneliti menyelesaikan proposal penelitian terlebih dahulu.

42 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan salah satu desa terluas di antara desa lain yang berada di Kecamatan Leuwiliang yaitu seluas 710, 023 Ha. Desa Karacak dibatasi oleh wilayah-wilayah sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Desa Barengkok, selatan berbatasan dengan Desa Karyasari, barat berbatasan dengan Desa Pabangon, dan timur berbatasan dengan Desa Situ Udik. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3. Sumber: diakses pada: 23 Januari 2011, pukul: WIB Gambar 3. Peta Lokasi Desa Karacak Tahun 2010

43 27 Secara adminstratif, Desa Karacak dibagi menjadi 17 kampung dan 5 dusun, diantaranya adalah Babakan, Cengal, Cengalsirna, Ciletuh Ilir, Darmabakti, Hegarmanah, Karyabakti, Lebak Kaum, Lebak Sirna, Nariti, Pakusarakan, Rawarejo, Sukamaju, Sukasirna, Sumberjaya, dan Wanakarya. Jarak ke kecamatan sekitar 5 Km dengan waktu tempuh selama 15 menit jika ditempuh dengan kendaraan bermotor dan 30 menit jika ditempuh dengan kendaraan non bermotor, jarak dari ibukota kabupaten sekitar 42 Km dengan waktu tempuh selama 3 jam, dan jarak dari ibu kota provinsi sekitar 153 Km dengan waktu tempuh selama 6 jam. Desa Karacak mempunyai ketinggian dari permukaan laut yaitu 5000 mdl. Curah hujan rata-rata tahunan sebesar 4683 mm. Luas areal tanah secara keseluruhan adalah 710, 023 Ha, yang meliputi pemukiman penduduk, pembangunan, pertanian sawah, perkebunan, sarana rekreasi dan olah raga, dan perikanan darat / air tawar. Adapun komoditas utama dari desa ini adalah buah manggis, cempedak dan melinjo Kependudukan Berdasarkan hasil sensus terbaru (2010), Desa Karacak memiliki jumlah penduduk total sebanyak orang, dengan komposisi laki-laki sebanyak orang (50,75 persen) dan perempuan sebanyak orang (49,25 persen). Adapun jumlah kepala keluarga di Desa Karacak adalah sebanyak Kepala Keluarga. Jika dibandingkan dengan luas wilayahnya, maka kepadatan penduduk Desa Karacak adalah 65, 36 per Km 2.

44 28 Penduduk di Desa Karacak, lebih dari setengahnya masih berusia muda, yaitu 6 30 tahun, dengan persentase sebanyak 57, 33 persen. Berdasarkan perbandingan jumlah laki-laki dan perempuan, maka dapat diketahui bahwa Rasio Jenis Kelamin (RJK) desa ini adalah sebesar 103, artinya setiap 100 orang penduduk perempuan terdapat 103 orang penduduk laki-laki. Berikut rincian jumlah penduduk Desa Karacak berdasarkan komposisi umur dan jenis kelaminnya: Tabel 1. Komposisi Penduduk Desa Karacak Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010 Jumlah Penduduk Persentase Rentang Usia Laki- Total Perempuan (%) (tahun) Laki Total Sumber: Data Monografi Desa Karacak 2010 Berdasarkan data pada Tabel 1 dapat diketahui jumlah penduduk usia produktif di Desa Karacak adalah sebanyak jiwa sehingga Rasio Beban Tanggungan (RBT) penduduk Desa Karacak adalah 62, artinya 100 orang penduduk usia produktif menanggung 62 orang penduduk usia non produktif.

45 29 Mayoritas penduduk Desa Karacak, yaitu sebesar 21,83 persen merupakan tamatan Sekolah Dasar (SD), selanjutnya diikuti oleh penduduk tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 16,77 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Komposisi Penduduk Desa Karacak menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2010 Tingkat Pendidikan Jumlah Penduduk Persentase Laki- Total Perempuan (%) Laki Tidak pernah sekolah & Tidak Tamat SD Tamat SD Tidak tamat SMP Tamat SMP Tidak tamat SMA Tamat SMA Diploma, Sarjana, Master Total Sumber: Data Monografi Desa Karacak 2010 Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa banyak penduduk yang mengalami putus sekolah, baik dari SD ke SMP, maupun dari SMP ke SMA. Jumlah penduduk putus sekolah lebih banyak didominasi oleh penduduk perempuan dibandingkan penduduk laki-laki. Mata pencaharian penduduk Desa Karacak sebagian besar adalah sebagai petani dengan jumlah 912 orang, atau sekitar 52,20 persen. Selanjutnya, diikuti oleh buruh tani, yaitu sebanyak 547 orang atau sekitar 31,31 persen. Hal ini menunjukkan adanya suatu ketergantungan yang tinggi masyarakat Desa Karacak

46 30 terhadap pertanian. Selain di sektor pertanian, penduduk Desa Karacak juga bekerja pada sektor-sektor lainnya yang secara rinci dijelaskan dalam Tabel 3. Tabel 3. Komposisi Penduduk Desa Karacak Menurut Mata Pencaharian Tahun 2010 Jumlah Penduduk Jenis Pekerjaan Lakilaki Total Persentase Perempuan Petani Buruh Tani Buruh Migran PNS Pedagang Keliling Lain-lain Total Sumber: Data Monografi Desa Karacak 2010 Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk perempuan yang berpartisipasi dalam dunia pekerjaan publik lebih sedikit dibandingkan dengan penduduk laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari persentase penduduk perempuan yang terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan diatas hanyalah sebesar 31,08 persen Potensi Sarana dan Prasarana Prasarana transportasi darat terdiri dari jalan desa, jalan antar desa, jembatan desa, jembatan antar desa/kecamatan, sarana transportasi darat meliputi truk umum, angkutan pedesaan dan objek. Prasarana komunikasi dan informasi penduduk Desa Karacak mayoritas adalah televisi sebanyak unit. Selain itu ada pula warga yang memanfaatkan telepon rumah dan telepon genggam sebagai alat komuikasi.

47 31 Desa karacak memiliki prasarana peribadatan berupa 20 buah masjid. Selain itu, di desa ini juga terdapat 23 buah mushola. Prasarana kesehatan yang terdapat di Desa Karacak terdiri dari Puskesmas pembantu sebanyak 1 unit, 10 Posyandu, 1 unit tempat praktek dokter. Sarana kesehatan yang tersedia terdiri dari 1 dokter umum, 4 dukun bersalin terlatih, dan 1 bidan desa, dan 6 dukun pengobatan alternatif. Prasarana pendidikan di Desa Karacak seluruhnya merupakan milik sendiri dan bukan sewaan, dengan rincian sebagai berikut: gedung TK/PAUD 6 unit, gedung SD/sederajat 8 unit, Gedung SMP/sederajat 3 unit, gedunf SMA/sederajat 1 unit, dan Lembaga Pendidikan Agama 1 unit Profil Kampung Cengal Kampung Cengal adalah kampung terbesar di Desa Karacak. Kampung ini terletak di RW.05. Kampung Cengal menaungi dua buah RT yang terletak di RW.05, yaitu RT.01 dan RT.02. Nama Cengal berasal dari nama sebuah pohon yang konon di zaman dahulu tumbuh besar di kampung ini. Mayoritas lahan di Kampung Cengal berbentuk perkebunan, dengan manggis adalah komoditi andalan kampung ini. Seluruh lahan di Kampung Cengal dimiliki oleh warga sendiri dan ada pula yang dimiliki oleh penduduk luar desa yang tinggal di kota dan membiarkan lahan perkebunannya diurus oleh warga lokal dengan sistem-sistem bagi hasil tertentu. Selain manggis, kampung ini juga penghasil komoditi lainnya seperti buah kaweni dan melinjo. Di Kampung Cengal terdapat banyak kelompok pengajian atau majelis taklim yang biasa diikuti oleh ibu-ibu penduduk Kampung Cengal. Selain itu, ada pula organisasi pemuda yang bernama CERMIN. Kelompok ini cukup aktif dalam

48 32 memajukan Kampung Cengal lewat kegiatan-kegiatannya yang bergerak di bidang pendidikan dan pengembangan masyarakat. Kampung Cengal juga tergabung dalam organisasi CENDAWASARI yang merupakan gabungan dari beberapa kampung di Desa Karacak. Cendawasari merupakan organisasi hasil inisiatif masyarakat yang salah satu kegiatannya adalah pengadaan Kampung Wisata dengan bererja sama bersama CERMIN. Namun sayangnya, penyelenggaraan Kampung Wisata ini bergantung pada pemesan jasa Kampung Wisata, sehingga keberadaan Kampung Wisata ini tidak bisa dijadikan sebagai tempat penyerapan tenaga kerja utama bagi penduduk setempat Ikhtisar Bab IV Gambaran secara umum Desa Karacak merupakan desa terluas di kecamatan Leuwiliang dengan luas sebesar 710,023 Ha. Sebagian besar wilayahnya merupakan daerah perkebunan dengan luas 270,510 Ha atau seluas 38,10 persen. Komoditas utama dari desa ini adalah manggis dan cempedak. Desa Karacak memiliki jumlah penduduk total sebanyak orang, dengan komposisi laki-laki sebanyak orang (50,75 persen) dan perempuan sebanyak orang (49,25 persen). Mayoritas penduduknya memiliki tingkat pendidikan yang relatif masih rendah. Petani adalah jenis mata pencaharian yang banyak ditemukan di Desa Karacak. Desa ini terdiri tujuh belas kampung, yang salah satunya dijadikan sebagai lokasi penelitian yaitu Kampung Cengal. Penduduk laki-laki di Kampung Cengal cukup banyak yang melakukan mobilitas penduduk, begitupun beberapa penduduk perempuan kampung ini juga terlibat dalam mobilitas penduduk, namun

49 33 sebagian besar penduduk perempuannya memutuskan untuk tetap tinggal di desa, sehingga lokasi ini dijadikan sebagai lokasi penelitian.

50 34 BAB V KARAKTERISTIK RESPONDEN Karakteristik responden merupakan hal-hal spesifik dari responden yang diteliti. Karakteristik ini penting untuk dikaji secara mendalam karena diduga akan berpengaruh terhadap tingkat mobilitas penduduk perempuan di desa ini. Karakteristik-karakteristik yang ditemui akan dianalisis secara berbeda untuk masing-masing jenis responden, yaitu stayer, return migrant, maupun pendatang. Berikut adalah pembahasan mengenai masing-masing aspek yang membentuk karakteristik responden penelitian. Karakteristik responden yang digali dalam penelitian ini terdiri dari umur, status pernikahan, umur anak terkecil, jenis pekerjaan suami, status pekerjaan, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan pribadi, dan status ekonomi keluarga. Penggambaran singkat mengenai karakteristik responden yang diteliti dapat dilihat pada Tabel Umur Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa sebanyak 53,33 persen responden berada pada rentang umur tahun, dan 46,67 persen lainnya berada pada rentang umur di atas 35 tahun. Responden yang tergolong stayer dan return migrant sebagian besar berumur tahun, sedangkan responden yang berstatus pendatang sebagian besar berada pada rentang umur di atas 35 tahun. Jarang ditemukan penduduk perempuan yang berumur tahun yang tinggal di Desa Karacak, karena beberapa di antara mereka melakukan mobilitas penduduk ke luar desa untuk bekerja ataupun sekolah.

51 35 Tabel 4. Karakteristik Pribadi Responden di Desa Karacak Tahun 2010 Umur Karakteristik Internal Tipe Responden Berdasarkan Jenis Migrasi Stayer Return Migrant Pendatang Total Persentase (%) tahun > 35 tahun Total Status Pernikahan Belum Menikah Menikah Janda Umur Anak Terkecil Status Pekerjaan Jenis Pekerjaan Suami Tingkat Pendidikan Tingkat Pendapatan Pribadi Total Belum memiliki anak Balita (0-5 tahun) Usia Sekolah (6-15 tahun) Dewasa (> 15 tahun) Total Tidak Mencari Nafkah Mencari Nafkah Total Bekerja di Desa Bekerja di Luar Desa Total Rendah Sedang Tinggi Total Rendah Tinggi Total Status Ekonomi Keluarga Rendah Tinggi Total

52 Status Pernikahan Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4 terlihat bahwa 86,66 persen responden berstatus menikah, hal ini menunjukkan adanya suatu hubungan keterikatan responden terhadap suami dan anaknya, namun di sisi lain pernikahan juga memungkinkan responden untuk memiliki kebutuhan yang lebih tinggi dibandingkan saat ia masih sendiri. Hal ini tentu akan mendorong responden untuk melakukan pemenuhan kebutuhan, terutama jika suami mereka tidak bisa memenuhi kebutuhan rumah tangga mereka Tingginya jumlah responden yang berstatus menikah terjadi karena karakteristik responden yang dipilih adalah perempuan berusia di atas 15 tahun, dan usia tersebut merupakan usia perempuan wajar menikah di Desa Karacak bila ia tidak melanjutkan sekolah ataupun bekerja. Hal ini sesuai dengan penuturan warga Kampung Cengal Desa Karacak: Di sini mah Teh, biasanya umur 16 tahunan ge udah disuruh nikah, apalagi kalo udah lulus dan ga kerja mah, tapi saya mah kerja, jadi wae belum dikawinin. (Febriyanti, 16 tahun) Sebanyak seratus persen penduduk pendatang yang menjadi responden dalam penelitian ini berstatus menikah. Hal ini terjadi karena sebagian besar alasan penduduk luar desa bermigrasi ke desa ini adalah pernikahan. Seperti penuturan salah seorang penduduk pendatang: kan dapet suaminya orang sini Teh, jadi yaudah saya sama ibu dari Jakarta pada ikut pindah ke sini juga. (Jannah, 30 tahun) 5.3. Umur Anak Terkecil Berdasarkan data yang ada pada Tabel 4, terlihat bahwa sebagian besar responden masih memiliki balita, yaitu sebanyak 36,67 persen responden.

53 37 Sekalipun mereka tidak memiliki balita, namun mereka masih memiliki anak dengan usia sekolah, yaitu sebesar 30 persen responden, yang berarti masih membutuhkan perhatian yang besar dari sang ibu. Adapun mereka yang kini sudah tidak memiliki anak balita maupun anak usia sekolah, namun mereka sudah tergolong penduduk usia lanjut Status Pekerjaan Pada Tabel 4, terlihat bahwa sebagian besar responden (63,33 persen) berstatus tidak bekerja. Hal ini terutama terjadi pada responden jenis stayer dan pendatang. Adapun return migrant menunjukkan proporsi yang sama antara responden yang bekerja dan tidak bekerja. Hal ini terjadi karena return migrant kebanyakan memiliki pengalaman bekerja selama ia melakukan mobilitas penduduk, sehingga ia mampu menerapkannya saat di desa. Banyak alasan yang diungkapkan mengenai pilihan mereka untuk tidak bekerja, salah satunya seperti yang diungkapkan oleh salah seorang warga: Mau mah mau Teh kerja, tapi da gimana, sekarang mah punya anak kecil, nanti siapa yang ngurus kalau bukan saya. (Ismi, 27 tahun) Selain itu, jenis pekerjaan yang biasanya diminati oleh para penduduk yang berusia relatif muda tidak tersedia di desa, sehingga mereka yang tinggal di desa mayoritas tidak memiliki pekerjaan. Jenis pekerjaan yang banyak tersedia di desa hanya sebatas pekerjaan di bidang perkebunan dan pertanian Jenis Pekerjaan Suami Pada Tabel 4, terlihat bahwa sebagian besar suami responden (69,23 persen) bekerja di desa, sedangkan 30,77 persen lainnya bekerja di luar desa. Suami responden yang bekerja di desa mayoritas adalah sebagai petani, adapun mereka

54 38 yang pergi ke luar desa mayoritas adalah pedagang dan buruh. Para suami yang pergi ke luar desa, umumnya pulang ke desa dalam jangka waktu tertentu, seperti seminggu sekali atau satu bulan sekali. Pekerjaan suami yang berlokasi di luar desa menjadikan perempuan memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk menjaga anak-anak mereka di desa. Begitupun bagi responden yang suaminya bekerja di desa, menjadikan perempuan untuk tetap tinggal di desa dan tidak pergi meninggalkan suami dan anak-anak mereka Tingkat Pendidikan Pada Tabel 4, terlihat bahwa setengah dari responden yang diteliti (50 persen) memiliki tingkat pendidikan yang rendah, yaitu hanya menamatkan sekolah sampai SD. Rendahnya tingkat pendidikan responden terutama terjadi pada responden jenis stayer. Adapun responden jenis return migrant cenderung memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik daripada stayer, dimana sebagian besar dari mereka memiliki tingkat pendidikan sedang, yaitu menamatkan sekolah sampai SMP atau SMA. Hal ini tentu saja terjadi karena saat mereka dulu memutuskan untuk melakukan mobilitas penduduk untuk bekerja, salah satunya didorong karena mereka merasa memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik pada zamannya. Walaupun akhirnya, banyak diantara mereka yang tak mampu bersaing untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik di tempat tujuan, dan akhirnya kembali ke desa. Sebanyak 6,67 persen responden memiliki tingkat pendidikan yang tinggi, yaitu sarjana. Responden yang berpendidikan tinggi ini seluruhnya adalah pendatang.

55 Tingkat Pendapatan Pribadi Pada Tabel 4 terlihat bahwa sebanyak 83,33 persen responden memiliki tingkat pendapatan yang rendah atau bahkan tidak berpendapatan. Hal ini terjadi secara merata, baik pada stayer, return migrant, maupun pendatang dan merupakan implikasi dari banyaknya responden yang berstatus tidak bekerja. Tingkat pendapatan pribadi responden menunjukkan akses responden terhadap ekonomi secara pribadi. Hal ini bisa menjadikan otoritas perempuan untuk mengambil keputusan mobilitas semakin tinggi. Rendahnya tingkat pendapatan pribadi responden menunjukkan akses ekonomi responden secara pribadi di desa tersebut adalah rendah Status Ekonomi Keluarga Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar responden (53.33 persen) responden memiliki status ekonomi yang rendah. Hal ini terjadi terutama pada responden stayer. Adapun responden yang tergolong return migrant dan pendatang memiliki proporsi yang seimbang antara mereka yang memiliki status ekonomi keluarga rendah dan status ekonomi keluarga tinggi. Status ekonomi ini akan berpengaruh terhadap kemampuan responden dalam membiayai kepergian mereka ke luar desa. Di sisi lain, status ekonomi juga bisa membuat responden telah merasa cukup di desa dan tidak perlu bekerja ke luar desa Ikhtisar Bab V Responden dalam penelitian ini memiliki karakteristik pribadi yang beragam. Sebanyak 53,33 persen responden berada pada rentang umur tahun. Jarang ditemukan penduduk perempuan yang berumur tahun yang

56 40 tinggal di Desa Karacak, karena beberapa di antara mereka melakukan mobilitas penduduk ke luar desa untuk bekerja ataupun sekolah. Mayoritas responden (86,66 persen) berstatus menikah, hal ini menunjukkan adanya suatu hubungan keterikatan responden terhadap suami dan anaknya, namun di sisi lain pernikahan juga memungkinkan responden untuk memiliki kebutuhan yang lebih tinggi dibandingkan saat ia masih sendiri. Sebanyak 36,67 persen responden masih memiliki balita, yang berarti masih membutuhkan perhatian yang besar dari sang ibu. Selain itu, 69,23 persen suami responden bekerja di desa, hal ini membuat responden semakin berat untuk meninggalkan desa. Dilihat dari kondisi sosial ekonominya, sebanyak 63,33 persen responden tidak bekerja, 50 persen memiliki tingkat pendidikan yang rendah, 83,33 persen memiliki tingkat pendapatan pribadi yang rendah, dan 53,33 persen berasal dari keluarga dengan status ekonomi rendah. Kondisi sosial ekonomi ini akan berpengaruh terhadap kemampuan responden dalam melakukan kepergian mereka ke luar desa. Di sisi lain, kondisi sosial ekonomi juga bisa membuat responden telah merasa cukup di desa dan tidak perlu bekerja ke luar desa.

57 41 BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA Setelah dibahas mengenai karakteristik pribadi responden dalam bab sebelumnya, dalam bab ini akan dibahas menganai faktor-faktor yang berasal dari daerah asal dan daerah tujuan yang memungkinkan berfungsi sebagai faktor pendorong dan faktor penarik terjadinya mobilitas penduduk perempuan ke luar desa. Selain itu dalam bab ini juga akan dibahas mengenai faktor penghalang antara yang juga dapat menahan mobilitas penduduk perempuan ke luar desa 6.1. Faktor di Daerah Asal Faktor di Daerah Asal merupakan keadaan-keadaan di daerah asal yang dirasakan responden dan memungkinkan untuk mendorong mereka melakukan mobilitas penduduk ke luar desa atau menahan mereka untuk tetap tinggal di daerah asal. Penggunaan kata daerah asal yang dimaksud adalah Desa Karacak. Tingkat kecukupan yang dirasakan responden atas kehidupannya di desa mengindikasikan suatu bentuk kenyamanan atas kehidupannya sekarang. Ketika kenyamanan tersebut dinilai sudah cukup baik, maka hal tersebut akan menjadi suatu faktor penarik untuk tetap tinggal di daerah tersebut. Gambar 4 memperlihatkan proporsi tingkat kecukupan yang dirasakan responden atas kehidupannya di desa.

58 42 10% 30% 60% Kurang Cukup Lebih Dari Cukup Gambar 4. Proporsi Tingkat Kecukupan Responden atas Kehidupan di Desa Karacak Tahun 2010 Berdasarkan Gambar 4, sebagian besar responden merasa sudah cukup dengan kehidupan yang ada. Meskipun mereka harus hidup sederhana di desa, mereka merasakan hal tersebut lebih baik dari pada saat kehidupannya di kota dahulu. Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang penduduk perempuan Desa Karacak yang juga memutuskan untuk tetap tinggal di desa: raos keneh di desa, najan awon bumi nyalira (Imi, 45 tahun) (Lebih enak di desa, meskipun jelek rumah sendiri) Hal lain yang diidentifikasi dalam faktor di daerah asal adalah ketersediaan lapangan pekerjaan bagi perempuan di desa. Desa ini memiliki tingkat ketersediaan lapangan pekerjaan yang rendah khususnya bagi perempuan. Sebanyak 93,33 persen responden menyatakan sulit sekali untuk menemukan lapangan pekerjaan bagi perempuan di desa. Hal inilah yang menjadi alasan para penduduk perempuan Desa Karacak yang akhirnya memutuskan untuk bekerja di luar desa. Dilihat dari ketersedian sumber daya alam Desa Karacak dalam pemenuhan kebutuhan penduduknya, sebanyak 80 persen responden beranggapan bahwa

59 43 sumber daya alam Desa Karacak dirasa masih cukup dalam memenuhi kebutuhan mereka. Ketersediaan air yang melimpah, buah-buahan yang tumbuh subur di lahan-lahan perkebunan yang menjadi komoditi Desa Karacak banyak ditemui di Desa Karacak. Selain itu, lahan-lahan di Kampung Cengal Desa Karacak ini masih banyak yang dimiliki oleh warga, walaupun tidak merata, namun masih milik warga sendiri. Ada juga yang berstatus sebagai tanah guntai. Belum masuknya kapitalisme swasta dalam kepemilikan lahan cenderung membuat warga tidak memiliki permasalahan terhadap lahan mereka. Di Kampung Cengal pun belum pernah terjadi bencana alam yang besar. Di desa ini juga masih terdapat pengajian-pengajian yang sangat aktif dan memungkinkan para perempuan untuk bersosialisasi dengan perempuan lainya di majelis. Silaturahmi yang rutin melalui pengajian ini menjadikan para perempuan Desa Karacak merasa akrab satu sama lain. Kehadiran MCK dan pembangunan gedung-gedung sekolah juga menjadi suatu kemajuan desa yang berarti bagi para penduduknya. Dengan demikian faktor-faktor di daerah asal yang dinilai bisa menjadi faktor pendorong bagi terjadinya mobilitas penduduk perempuan ke luar desa cenderung memiliki kekuatan yang lemah. Lemah atau kuatnya faktor pendorong mobilitas penduduk perempuan ke luar desa juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi responden yang akan dibahas pengaruhnya dalam bab selanjutnya Faktor di Daerah Tujuan Faktor di Daerah Tujuan, merupakan keadaan-keadaan di luar desa yang dirasakan responden dan memungkinkan untuk menarik mereka melakukan mobilitas penduduk ke daerah tersebut atau menahan mereka untuk tinggal di

60 44 daerah tujuan. Faktor di daerah tujuan diketahui penduduk perempuan dari kerabatnya yang tinggal di luar desa, media massa, dan penduduk perempuan terdahulu pelopor mobilitas. Informasi yang didapatkan penduduk dari kerabatnya yang tinggal di luar desa di antaranya adalah mengenai ketersediaan lapangan pekerjaan dan fasilitasfasilitas pendidikan serta hiburan. Bagi beberapa penduduk perempuan, ketersediaan lapangan pekerjaan di luar desa tak jarang menjadi faktor penarik bagi mereka untuk pergi ke luar desa. Begitupun kelengkapan fasilitas pendidikan dan hiburan bagi beberapa perempuan kerap kali membuat mereka mengunjungi daerah tersebut. Dengan perkembangan transportasi yang ada, faktor-faktor penarik tersebut bisa didapatkan penduduk tanpa harus melakukan mobilitas penduduk dengan berpindah tempat tinggal. Keberadaan pelopor mobilitas penduduk pun merupakan salah satu faktor penting dalam menyebarluaskan informasi mengenai keadaan di luar desa. Namun sayangnya, pelopor mobilitas penduduk perempuan yang ada belum memperlihatkan keberhasilan yang berarti bagi penduduk perempuan lainnya. Hal ini terkait dengan rendahnya tingkat pendidikan para perempuan yang melakukan mobilitas di waktu lampau, sehingga mereka medapatkan kehidupan yang tidak lebih baik saat di kota. Pegalaman ini belum bisa menjadikan contoh yang membuat para penduduk perempuan banyak yang melakukan mobilitas penduduk ke luar desa untuk bekerja. Dengan demikian faktor-faktor di daerah tujuan yang dinilai bisa menjadi faktor penarik bagi terjadinya mobilitas penduduk perempuan ke luar desa cenderung memiliki kekuatan yang lemah. Lemah atau kuatnya faktor penarik

61 45 mobilitas penduduk perempuan ke luar desa juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi responden yang akan dibahas pengaruhnya dalam bab selanjutnya Faktor Penghalang Antara Tingkat Kemudahan Sarana Transportasi Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab Pendahuluan, Desa Karacak secara geografis memiliki jarak yang dekat dari pusat Kota Bogor, ibukota Kabupaten Bogor, bahkan ibukota Negara Indonesia. Akses terhadap daerah tersebut pun relatif mudah, bisa dijangkau dengan angkutan umum, mobil pribadi, atau kendaraan bermotor lainnya. Kondisi jalan yang cukup baik sangat memungkinkan terjadinya mobilitas penduduk baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa akses warga untuk menjangkau daerah-daerah yang biasanya menjadi muara para migran relatif mudah. Dilihat dari sisi kemudahan dan kenyamanan sarana transportasi umum, hal ini juga menunjukkan hasil yang positif. Sebagian besar warga merasakan kemudahan dan kenyamanan dalam mengakses dan memanfaatkan sarana transportasi umum dari Desa Karacak, berikut adalah rinciannya: Tabel 5. Tingkat Kemudahan dan Kenyamanan Sarana Transportasi Umum Desa Karacak Tahun 2010 Tingkat Kemudahan dan Kenyamanan Sarana Transportasi Umum Tipe Responden Berdasarkan Jenis Migrasi Return Persentase Stayer Pendatang Total Migrant (%) Rendah Tinggi Total Selain itu, dilihat dari kepemilikan terhadap alat transportasi pribadi, keluarga responden cukup banyak yang memilikinya. Sebanyak 46,67 persen

62 46 keluarga responden memiliki motor sebagai kendaraan pribadi yang dimiliki keluarganya. Dengan demikian, faktor penghalang antara berupa tingkat kemudahan sarana transportasi menuju daerah-daerah muara para migran dari Desa Karacak cenderung mudah untuk dilalui Budaya Budaya, dalam penelitian ini dianalisis dari jenis sistem kekerabatan dalam keluarga yang dianut di desa tersebut, sehingga memungkinkan penduduk perempuan untuk tertahan di desa. Dalam penelitian ini, sistem kekerabatan yang dimaksud dilihat dari budaya menetap setelah pernikahan yang dirumuskan oleh Koentjaraningrat (1965). Jenis sistem kekerabatan berdasarkan budaya menetap setelah menikah yang dianut oleh penduduk Desa Karacak adalah Neolokal, yang memberikan kebebasan bagi pasangan suami-istri untuk menentukan tempat tinggal mereka setelah berumah tangga. Hal ini terlihat dari tempat tinggal responden yang dikunjungi. Beberapa di antara mereka ada yang tinggal berdekatan dengan keluarga suami, ada yang tinggal berdekatan dengan keluarga istri, bahkan ada juga di antara mereka yang tinggal terpisah jauh baik dari keluarga suami maupun istri. Dengan demikian, Desa Karacak cenderung fleksibel dalam hal budaya. Tidak ada yang membatasi tempat tinggal sepasang suami istri saat telah berumah tannga, sehingga memungkinkan bagi perempuan untuk melakukan mobilitas penduduk ke luar desa. Selain itu, cukup banyaknya warga pendatang di Desa Karacak dan cukup banyaknya penduduk perempuan muda yang bersekolah ataupun bekerja di luar desa menunjukkan bahwa sebenarnya Desa Karacak bukanlah desa yang terisolir

63 47 untuk masalah mobilitas penduduk perempuan. Oleh karena itu faktor penghalang mobilitas penduduk perempuan ke luar desa dari segi budaya relatif mudah untuk dilalui Ikhtisar Bab VI Faktor-faktor di daerah asal, daerah tujuan, dan faktor penghalang antara merupakan hal-hal yang dipertimbangkan perempuan dalam melakukan mobilitas penduduk ke luar desa. Faktor-faktor di daerah asal yang ditemukan di Desa Karacak adalah tingkat kecukupan responden hidup di daerah asal relatif tinggi, ketersediaan lapangan pekerjaan bagi perempuan rendah, ketersediaan sumber daya alam masih tinggi, dan masih terdapat pengajian-penggajian yang aktif dan dapat merekatkan silaturahmi antarpenduduk perempuan di desa tersebut. Adapun faktor di daerah tujuan yang didapatkan dari reponden adalah ketersediaan lapangan pekerjaan, fasilitas pendidikan, dan hiburan di daerah tujuan yang tinggi, namun keberadaan migran pelopor belum menunjukkan kehidupan yang lebih baik di desa tersebut. Faktor-faktor di daerah asal yang dirasakan responden memiliki kekuatan mendorong untuk melakukan mobilitas penduduk ke luar desa yang lemah, begitupun faktor-faktor di daerah tujuan yang dirasakan responden memiliki kekuatan menarik yang lemah bagi responden untuk melakukan mobilitas ke tempat tersebut. Adapun faktor penghalang antara yaitu transportasi dan budaya di Desa Karacak cenderung mudah untuk dilewati.

64 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya telah terjadi sejak tahun 1980-an sampai dengan sekarang. Terdapat banyak perubahan karakteristik mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak dari waktu ke waktu. Perubahan-perubahan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6: Tabel 6. Perubahan Karakteristik Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak berdasarkan Periodisasi Waktu Periode Periode Periode Didominasi oleh mobilitas Mulai banyak penduduk Didominasi oleh penduduk perempuan yang perempuan yang belum penduduk perempuan telah berstatus menikah menikah terlibat dalam yang belum menikah mobilitas penduduk Didominasi oleh Didominasi oleh Tingkat pendidikan perempuan dengan tingkat penduduk perempuan pelaku mobilitas mulai pendidikan rendah dengan tingkat meningkat (banyak pendidikan rendah yang lulusan SMA) (tamatan SD) sampai dengan sedang (tamatan SMP). Tujuan Mobilitas: hampir Tujuan Mobilitas: seluruhnya bekerja dan hampir seluruhnya mengikuti suami bekerja dan mengikuti suami Tujuan mobilitas lebih bervariatif, tidak hanya bekerja atau mengkuti suami, tetapi banyak juga perempuan yang melakukan mobilitas dengan tujuan sekolah/kuliah. Dari tahun ke tahun, karakteristik mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak memang berbeda. Pada tahun 1980-an, terdapat perpindahan penduduk jenis transmigrasi di desa ini. Sebanyak 50 KK diberangkatkan ke Muara Bungo,

65 49 Jambi. Penduduk perempuan yang terlibat dalam transmigrasi hanya sebatas migran pasif yang mengikuti keluarga atau suaminya pergi. Pada tahun 1989, untuk pertama kalinya terdapat perempuan Desa Karacak yang melakukan mobilitas penduduk ke Arab Saudi sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW). Perempuan ini menjadi pelopor dalam kepergian mobilitas penduduk ke luar negeri di Desa Karacak. Saat kepergiannya, ia berstatus menikah, namun ia pergi secara mandiri tanpa ditemani suami ataupun anaknya. Alasan kepergiannya adalah karena desakan ekonomi. Dalam periode ini, kepergian penduduk perempuan ke luar desa masih didominasi oleh penduduk perempuan yang telah menikah, sehingga kepergiannya lebih banyak karena mengikuti suami, walaupun saat di daerah tujuan, beberapa penduduk perempuan bekerja. Tingkat pendidikan pelaku mobilitas yang masih rendah pada periode ini, menjadikan mereka hanya mendapatkan pekerjaan di sektor informal dan tidak mendapatkan penghasilan yang sebanding dengan pekerjaan yang telah mereka lakukan. Pada periode 1990-an, perempuan pelaku mobilitas penduduk mulai banyak yang berstatus belum menikah. Mereka pergi dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman dari bekerja di luar desa. Namun sayangnya, tingkat pendidikan mereka yang masih belum memadai untuk mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan, menjadikan mereka kembali menempati sektor-sektor pekerjaan informal dengan tingkat pendapatan yang minim. Suatu keadaan yang tidak lebih baik dari kehidupannya di desa ini, menjadikan mereka banyak yang melakukan mobilitas kembali ke desa. Pada periode ini, tepatnya pada tahun 1997, penduduk perempuan Desa Karacak yang pergi ke Arab Saudi pada tahun 1989 kembali ke

66 50 desa, namun kondisi ekonominya tidak banyak berubah, bahkan rumah tangganya pun hancur saat ia pergi ke luar negeri. Hal ini menunjukkan kepeloporan yang buruk di mata masyarakat, sehingga banyak di antara mereka yang tidak ingin melakukan mobilitas penduduk saat ia telah menikah, terlebih harus pergi meninggalkan keluarga ke luar negeri. Pada tahun 2000-an, karakteristik mobilitas penduduk perempuan ke luar desa juga mengalami perubahan. Pada periode ini mobilitas penduduk perempuan tidak hanya bertujuan untuk bekerja atau mengikuti suami, bahkan ada pula perempuan yang melakukan mobilitas penduduk ke luar desa untuk sekolah atau kuliah. Kepergian penduduk perempuan ke luar desa untuk keperluan kuliah, pertama kali dipelopori oleh keluarga Bapak Sayuti dan keluarga Bapak Ikin yang menyekolahkan anak perempuan mereka ke universitas di Bogor. Adapun alasan yang melatarbelakangi Pak Ikin untuk memberikan izin bagi anak perempuannya kuliah di luar desa adalah: kalau bagi saya mah, anak saya harus lebih baik dari saya, karena kehidupan yang akan mereka jalani ke depan juga pasti lebih berat dari saya.. (Ikin, 53 tahun) Perubahan lain yang terjadi dalam mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak pada periode ini adalah meningkatnya tigkat pendidikan para perempuan pelaku mobilitas. Pekerjaan-pekerjaan yang mereka dapatkan pun lebih baik dari para perempuan migran pendahulu mereka, seperti pengungkapan salah seorang informan:..dari dulu juga perempuan ada yang bekerja ke luar desa, tapi bedanya sekarang mah kebanyakan lulusan SMA, jadi rada meningkat Teh level kerjaannya teh, kalau dulu mah cuma jadi pembantu, sekarang mah ada yang kerja di kantor.. (Mar atul, 26 tahun).

67 Pengalaman Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Latar Belakang Mobilitas Penduduk Perempuan Apabila bersandar pada definisi mobilitas penduduk menurut Lee (1984) yang mendefinisikan migrasi atau mobilitas penduduk sebagai semua macam perpindahan akibat perubahan tempat tinggal baik yang bersifat permanen maupun semi permanen tanpa dibatasi jarak tempat pindah baik dipaksa ataupun kemauan sendiri, maka seluruh responden memiliki pengalaman dalam melakukan mobilitas penduduk. Ketika definisi tersebut dipersempit mengenai batasan jarak yang ditempuh, yaitu melewati batas desa, maka hanya sebanyak 28 orang (93,33 persen) responden saja yang dikatakan memiliki pengalaman dalam melakukan mobilitas penduduk, sedangkan sisanya yaitu 2 orang (6,67 persen) responden tetap berdiam diri di desa mereka tanpa pernah melakukan mobilitas penduduk sedikitpun. Pada penelitian ini, mobilitas penduduk perempuan didefinisikan sebagai suatu perpindahan tempat tinggal baik sementara maupun permanen yang dilakukan oleh perempuan minimal melewati batas desa dengan batasan waktu minimal 6 bulan meninggalkan desanya, dengan tujuan sekolah, bekerja, ataupun mengikuti suami/keluarganya. Definisi inilah yang menjadikan responden terbagi menjadi tiga golongan, yaitu stayer, return migrant, dan pendatang. Ketiga jenis responden ini memiliki pengalaman mobilitas penduduk (tanpa batasan waktu) yang berbeda-beda, ketiganya juga memiliki latar belakang dan motivasi yang berbeda dalam melakukan kegiatan tersebut. Berikut adalah latar belakang dari masing-masing kategori responden yang didapatkan di lapangan:

68 52 1) Stayer Penduduk perempuan stayer merupakan penduduk perempuan desa yang semasa hidupnya belum pernah melakukan mobilitas penduduk yang sesuai dengan batasan dalam penelitian ini, kepergian mereka ke luar desa hanya berjangka waktu pendek, tidak ada perubahan tempat tinggal yang biasa, dan hanya sebatas untuk keperluan sosial atau rumah tangga. Sebanyak 80 persen di antara mereka memilki pengalaman bepergian melewati batas desa walau dalam jangka waktu yang pendek. Daerah tujuan mereka dalam melakukan mobilitas penduduk jangka pendek ini adalah Leuwiliang, Ciawi, Kota Bogor dan Jakarta. Alasan mereka melakukan mobilitas penduduk jangka pendek tersebut adalah berbelanja, mengikuti pengajian, rekreasi, bekerja dan mengunjungi sanak keluarga dengan proporsi yang digambarkan dalam Gambar 5. 12% 13% Berbelanja 25% Mengikuti Pengajian 25% 25% Rekreasi Bekerja Mengunjungi famili Gambar 5. Alasan Stayer Melakukan Mobilitas Penduduk Jangka Pendek di Desa Karacak Tahun 2010

69 53 Jika ditinjau dari alasan-alasan yang melatarbelakangi kepergian para stayer ini, maka mayoritas hal-hal yang mendorong mereka dalam melakukan mobilitas penduduk bukanlah tergolong dalam motivasi ekonomi, melainkan lebih kepada motivasi sosial. Adapun responden yang melakukan mobilitas penduduk dengan motivasi ekonomi bekerja di Leuwiliang, sehingga ia dapat pulang setiap hari. Selain jangka waktunya yang pendek, kepergian para stayer ini juga hanya menjangkau daerah-daerah yang berjarak pendek, seperti Pasar Leuwiliang. Hal ini membuat para stayer tidak memiliki pengalaman mobilitas penduduk dengan jarak yang jauh. 2) Return Migrant Penduduk perempuan yang digolongkan sebagai return migrant merupakan mereka yang semasa hidupnya pernah melakukan mobilitas penduduk yang sesuai dengan batasan dalam penelitian ini. Dengan demikian, mereka memiliki pengalaman mobilitas penduduk yang lebih banyak dibandingkan dengan penduduk perempuan stayer. Return migrant yang kini tentu sudah kembali ke desa pada awalnya merupakan para pelaku mobilitas penduduk yang kebanyakan memburu daerahdaerah perkotaan dengan didorong oleh motif-motif tertentu. Motif ekonomi adalah salah satu motif yang banyak mendorong para perempuan untuk melakukan mobilitas penduduk ke kota. Menurut teori kebutuhan dan tekanan (need and stress), keputusan seseorang melakukan mobilitas penduduk terkait erat dengan masalah kebutuhan yaitu kebutuhan ekonomi, sosial, dan psikologi. Apabila kebutuhan tersebut tidak dapat dipenuhi, maka seseorang dapat menjadi tertekan atau stress. Begitupun ketika

70 54 kebutuhan ekonomi tidak dapat terpenuhi di desa, maka beberapa penduduk perempuan melakukan mobilitas penduduk ke luar desa (kota) guna mencari kehidupan yang lebih layak dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi mereka. Selain motif ekonomi, ada pula responden yang mengaku melakukan mobilitas penduduk karena permasalahan keluarga dan karena pernikahan dengan orang luar desa. Alasan-alasan return migrant meninggalkan Desa Karacak dapat dilihat pada Gambar 6. 10% 10% 10% 70% Bekerja Permasalahan keluarga Program pemerintah (transmigrasi) Pernikahan dengan orang luar desa Gambar 6. Alasan Return Migrant Meninggalkan Desa Karacak Tahun Berdasarkan Gambar 6 jelas terlihat bahwa sebagian besar para penduduk perempuan yang tergolong return migrant sempat pergi meninggalkan desa dengan tujuan untuk bekerja. Menurut pengakuan mereka, kepergian mereka ke kota karena di desa sangat sulit sekali mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan. Sektor-sektor pekerjaan yang tersedia di desa hanya sebatas sektor pertanian dan perkebunan. Sektor-sektor ini kurang diminati oleh para penduduk perempuan, khususnya penduduk perempuan yang masih tergolong usia produktif

71 55 muda (di bawah 35 tahun). Hal ini sesuai dengan penuturan salah seorang penduduk perempuan Desa Karacak:..Ah, males ka sawah na ge da teu tiasa naon-naon. (Tuti, 25 tahun) (Ah, malas ke sawah juga, kan saya ga bisa apa-apa).ari nu ka sawah mah biasana nu tos sarepuh wae, Neng.. (Kartini, 48 tahun) (Yang ke sawah biasanya orang-orang tua saja, Neng) Dari pernyataan di atas, maka dapat diketahui bahwa salah satu alasan penduduk perempuan tidak menyukai pekerjaan di sektor pertanian dan perkebunan karena ketidakmampuan mereka dalam melakukan pekerjaanpekerjaan di bidang tersebut. Padahal, hampir seluruh tanah di kampung tempat penelitian ini masih dimiliki dan dikuasai oleh penduduk sekitar, sebagaimana yang diungkapkan oleh salah seorang petani perempuan:..di dieu mah ari tanah teh milik urang dieu sadaya.. (Icah, 43 tahun) (Di sini sih tanah milik orang sini semua) Ketidakmampuan penduduk perempuan usia produktif muda dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan di bidang pertanian dan perkebunan ini disebabkan oleh tidak diturunkannya kebiasaan bertani oleh para orang tua yang berprofesi petani kepada anak mereka, seperti yang disampaikan oleh salah seorang petani perempuan di desa tersebut yang menceritakan mengenai anaknya yang bernama Nia (32 tahun):..komo si Nia mah tacan pernah pisan ka sawah, diajak ge da sok alimeun, jadi wae teu tiasa nandur-nandur acan. (Runasih, 63 tahun) (Apalagi si Nia, belum pernah ke sawah, diajak juga tidak mau, jadi sekarang nandur saja dia tidak bisa) Hal inilah yang menjadikan para perempuan muda di Desa Karacak enggan menekuni pekerjaan di bidang pertanian dan perkebunan. Mereka jauh lebih

72 56 meminati pekerjaan-pekerjaan di sektor industri karena menurut mereka jauh lebih menjanjikan dalam segi pendapatan. Oleh karena itu mereka pergi meninggalkan desa untuk menuju ke kota. Bahkan ada satu responden yang pergi sampai ke luar negeri karena desakan ekonomi keluarga. Namun sayangnya, kepergian mereka ke kota banyak yang harus kembali ke desa karena perubahan status pernikahan mereka dan permasalahan keluarga yang menimpa selama ia berada di luar desa. Selain untuk bekerja, ada pula perempuan yang pergi meninggalkan desa karena ikut keluarganya bertransmigrasi. Pada tahun 1980-an Desa Karacak merupakan salah satu desa yang ditunjuk pemerintah untuk melakukan transmigrasi. Pada saat itu ada lima puluh kepala keluarga yang diberangkatkan menuju Jambi, yaitu daerah Muara Bungo yang merupakan daerah pasang surut. Jaminan hidup selama transmigrasi yang dijanjikan pemerintah adalah salah satu alasan yang memperkuat para penduduk untuk mengikuti program tersebut pada saat itu. Kesulitan mereka dalam beradaptasi dengan lingkungan alam serta kebiasaan di sana membuat mereka memutuskan untuk kembali ke desa. 3) Pendatang Penduduk perempuan yang digolongkan sebagai pendatang adalah mereka yang berasal dari daerah lain (minimal berbeda desa) dan kini bertempat tinggal di Desa Karacak. Para perempuan pendatang yang kini tinggal di desa ini berasal dari berbagai daerah, diantaranya adalah: Jawa Barat, DKI Jakarta, Banten, dan Lampung. Sebelum mereka datang ke Desa Karacak, mereka memiliki pengalaman mobilitas penduduk yang berbeda-beda. Kebanyakan dari mereka, awalnya adalah para migran sirkuler yang bekerja di Jakarta, hingga terikat pernikahan dengan

73 57 lelaki asal Desa Karacak yang akhirnya membawa mereka untuk bermigrasi ke desa tersebut. Begitu juga penduduk pendatang asal Jakarta, mereka datang ke desa ini karena dibawa oleh suami mereka yang berasal dari daerah ini yang awalnya merupakan migran sirkuler di kota tersebut. Bukan hanya pernikahan yang membawa para penduduk pendatang ini untuk tinggal di Desa Karacak, namun ada juga penduduk yang kini menetap di Desa Karacak karena tugas sebagai guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan ada pula karena diajak oleh kakaknya yang telah lebih dulu pindah. Berikut adalah proporsinya: 20% 10% 70% Pernikahan Tugas bekerja Ajakan Saudara Gambar 7. Alasan Pendatang Bermigrasi ke Desa Karacak Tahun Cukup banyaknya penduduk perempuan pendatang yang datang ke desa ini karena pernikahan mengindikasikan cukup banyaknya laki-laki Desa Karacak yang pergi ke luar desa di masa lampau. Rendahnya bekal pendidikan dan keterampilan yang dimiliki para migran ini membuat mereka hanya mendapatkan pekerjaan-pekerjaan di bidang informal yang bergaji minim, sehingga membuat mereka tergusur di kota besar dan memutuskan untuk kembali ke desa dengan membawa istri mereka. Bahkan, salah satu responden yang bernama Jannah (30 tahun), membawa serta seluruh keluarganya di Jakarta untuk pindah ke Desa Karacak bersamanya, sehingga ia sudah benar-benar tidak ada niatan untuk ke

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 6 BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1.Konsep dan Teori Mobilitas Penduduk Istilah umum bagi gerak penduduk dalam demografi adalah population mobility atau secara lebih khusus territorial

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian survai dengan tipe eksplanatori. Penelitian eksplanatori merupakan penelitian penjelasan yang menyoroti hubungan antarvariabel

Lebih terperinci

BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA

BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA 41 BAB VI FAKTOR DI DAERAH ASAL, DAERAH TUJUAN, DAN PENGHALANG ANTARA Setelah dibahas mengenai karakteristik pribadi responden dalam bab sebelumnya, dalam bab ini akan dibahas menganai faktor-faktor yang

Lebih terperinci

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK

BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 48 BAB VII SEJARAH DAN PENGALAMAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN DESA KARACAK 7.1 Sejarah Mobilitas Penduduk Perempuan Desa Karacak Fenomena mobilitas penduduk perempuan Desa Karacak ke luar desa sebenarnya

Lebih terperinci

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA

PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA i PERANAN PEKERJA ANAK DI INDUSTRI KECIL SANDAL TERHADAP PENDAPATAN RUMAHTANGGA DAN KESEJAHTERAAN DIRINYA (Kasus: Desa Parakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ANNISA AVIANTI

Lebih terperinci

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA

PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA PENGARUH KONTRIBUSI EKONOMI DAN SUMBERDAYA PRIBADI PEREMPUAN TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAHTANGGA (Dusun Jatisari, Desa Sawahan, Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Kampung Sinar Resmi, Desa Sinar Resmi, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA

BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA 63 BAB VIII FAKTOR PENAHAN MOBILITAS PENDUDUK PEREMPUAN KE LUAR DESA Fenomena mobilitas penduduk perempuan ke luar desa sebenarnya bukanlah merupakan suatu fenomena yang dianggap tabu oleh penduduk Desa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat. ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah ketenagakerjaan di Indonesia terjadi akibat ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan kerja dengan kemampuan menciptakan lapangan kerja sebagai

Lebih terperinci

PROSES PEMBERANGKATAN TENAGA KERJA INDONESIA WANITA KE SAUDI ARABIA. Oleh : AGUS WIDODO A

PROSES PEMBERANGKATAN TENAGA KERJA INDONESIA WANITA KE SAUDI ARABIA. Oleh : AGUS WIDODO A PROSES PEMBERANGKATAN TENAGA KERJA INDONESIA WANITA KE SAUDI ARABIA (STUDI KASUS DI PT SS JAKARTA) Oleh : AGUS WIDODO A.14202326 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat penting guna untuk merancang penelitian yang akan dilakukan peneliti. Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia)

POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) POLA PENGGUNAAN DAN DAMPAK INTERNET DI KALANGAN MAHASISWA INSTITUT PERTANIAN BOGOR (Kasus Mahasiswa Strata 1 Fakultas Ekologi Manusia) Oleh: Sushane Sarita A14203008 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP SIKAP DAN PERILAKU MEMBELI BUKU BAJAKAN PADA MAHASISWA IPB PUSPA WIDYA UTAMI DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A

ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A ANALISIS AKSES PANGAN SERTA PENGARUHNYA TERHADAP TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN IDA HILDAWATI A54104039 PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK

PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK PERSEPSI TERHADAP PERATURAN LARANGAN MEROKOK (Kasus : Perokok Aktif di Kelurahan Pela Mampang, Kecamatan Mampang Prapatan, Kotamadya Jakarta Selatan) Oleh DYAH ISTYAWATI A 14202002 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421

BAB I PENDAHULUAN. kerja (juta) (2009 est) 3 Angka pengangguran (%) Produk Domestik Bruto 1,918 7,033 35,163 42,421 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Salah satu dampak dari adanya krisis ekonomi adalah melonjaknya angka pengangguran. Belum pulihnya perekonomian dan timpangnya perkembangan suatu wilayah

Lebih terperinci

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL

BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL 31 BAB V FAKTOR PENYEBAB PEREMPUAN DESA MELAKUKAN MIGRASI INTERNASIONAL Lee (1984) dalam teorinya Dorong-Tarik (Push-Pull Theory) berpendapat bahwa migrasi dari desa ke kota disebabkan oleh faktor pendorong

Lebih terperinci

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor)

NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) NILAI KERJA PERTANIAN PADA MAHASISWA BATAK TOBA (Kasus Pada Mahasiswa Batak Toba Angkatan Tahun 2005 Institut Pertanian Bogor) Oleh: Rianti TM Marbun A14204006 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Migrasi 1. Pengertian Migrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah tujuan dengan maksud menetap. Sedangkan migrasi sirkuler ialah gerak penduduk

Lebih terperinci

BAB III PENDEKATAN LAPANG

BAB III PENDEKATAN LAPANG 21 BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan data kualititatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk menggambarkan atau

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN TAMBAN MENUJU KOTA BANJARMASIN

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN TAMBAN MENUJU KOTA BANJARMASIN JPG (Jurnal Pendidikan Geografi) Volume 2, No 1, Januari 2015 Halaman 1-12 e-issn : 2356-5225 http://ppjp.unlam.ac.id/journal/index.php/jpg FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILITAS ULANG ALIK PENDUDUK KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. dianggap dapat memberikan harapan. Faktor-faktor yang mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan

Lebih terperinci

Oleh : Dewi Mutia Handayani A

Oleh : Dewi Mutia Handayani A ANALISIS PROFITABILITAS DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI SAWAH MENURUT LUAS DAN STATUS KEPEMILIKAN LAHAN (Studi Kasus Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Oleh : Dewi Mutia Handayani

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 25 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Kondisi Fisik Desa Desa Pusakajaya merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Pusakajaya, Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat, dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi.

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi. 10 II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Geografi Penduduk Geografi penduduk atau population geography merupakan cabang ilmu geografi. Menurut Bintarto (1977: 10) geografi dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan kependudukan mendasar yang terjadi di Indonesia selain pertumbuhan penduduk yang masih tinggi adalah persebaran penduduk yang tidak merata. Hasil sensus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian

Lebih terperinci

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA

RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA (Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy Kecamatan Kabandungan Kabupaten Sukabumi Propinsi Jawa Barat) Oleh FEBRI SATIVIANI PUTRI CANTIKA

Lebih terperinci

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah

PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA. Lia Nurjanah PENGARUH PEMENUHAN TUGAS PERKEMBANGAN KELUARGA DENGAN ANAK USIA REMAJA TERHADAP PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN REMAJA Lia Nurjanah DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT

Lebih terperinci

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA

FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA FENOMENA TAWURAN SEBAGAI BENTUK AGRESIVITAS REMAJA (Kasus Dua SMA Negeri di Kawasan Jakarta Selatan) ANGGA TAMIMI OESMAN DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya. Pertama, diakui keberadaannya, kedua,

I. PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan dasarnya. Pertama, diakui keberadaannya, kedua, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah homo homonicus yakni sebagai makhluk sosial untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Pertama, diakui keberadaannya, kedua, diterima dalam kelompoknya, dan ketiga,

Lebih terperinci

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian

Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi. seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian 31 Pada gambar 2.3 diatas, digambarkan bahwa yang melatarbelakangi seseorang berpindah tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian dilatar belakangi oleh alih fungsi lahan. Lalu, perpindahan

Lebih terperinci

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1

Mobilitas Penduduk I. Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Mobilitas Penduduk I Kependudukan (Demografi) Dian Kurnia Anggreta, S.Sos, M.Si 1 Mobilitas Ditinjau Secara Sosiologis Mobilitas o Mobilitas Geografis Perpindahan penduduk dari batas geografis yang satu

Lebih terperinci

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh

MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh MIGRAN DI KOTA NEGARA DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA (KAJIAN GEOGRAFI PENDUDUK) Oleh K. Yunitha Aprillia Ida Bagus Made Astawa, I Gede Astra Wesnawa *) Jurusan Pendidikan Geografi,Undiksha Singaraja

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang dibahas dalam penelitian antara lain mencakup (1) pengertian migrasi;

Lebih terperinci

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT

EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT EVALUASI PROGRAM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT (Studi Kasus: Pengelolaan Sampah Terpadu Gerakan Peduli Lingkungan (GPL) Perumahan Pondok Pekayon Indah, Kelurahan Pekayon Jaya, Bekasi Selatan)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri.

I. PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Tidak terkecuali di Provinsi Lampung khususnya Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria.

RINGKASAN. sistem kekerabatan dan segala aspek yang berkenaan dengan relasi gender dalam. pemilikan dan penguasaan sumberdaya agraria. RINGKASAN FEBRI SASTIVIANI PUTRI CANTIKA. RELASI GENDER DALAM PEMILIKAN DAN PENGUASAAN SUMBERDAYA AGRARIA. Kasus pada Rumahtangga Petani Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi, Propinsi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan desain survei deskriptif

Lebih terperinci

ARTANTI YULAIKA IRIANI A

ARTANTI YULAIKA IRIANI A DISTRIBUSI KEPEMILIKAN LAHAN PERTANIAN DAN SISTEM TENURIAL DI DESA-KOTA (Kasus Desa Cibatok 1, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat) ARTANTI YULAIKA IRIANI A14204004 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT PENGUSAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT PENGUSAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT PENGUSAHA KECIL PADA PROGRAM KEMITRAAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (Studi Kasus: PT. Telkom Divre II Jakarta) OLEH MUKTI ASIH H14103026

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Keadaan Geografis Desa Karacak Desa Karacak merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa ini

Lebih terperinci

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN

BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 49 BAB VI PEMANFAATAN REMITAN 6.1 Jumlah dan Alokasi Penggunaan Remitan Migrasi Internasional Remitan merupakan pengiriman uang ke daerah asal, seperti diungkapkan Connel (1979) dalam Effendi (2004), menggambarkan

Lebih terperinci

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR

KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR KEEFEKTIFAN KOMUNIKASI ORGANISASI DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI BAGIAN WEAVING PT. UNITEX TBK, BOGOR Oleh EVITA DWI PRANOVITANTY A 14203053 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA

PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA PENGARUH MOTIVASI BEKERJA PEREMPUAN DI SEKTOR INFORMAL TERHADAP PEMBAGIAN KERJA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA (Kasus Pedagang Sayur di Kampung Bojong Rawa Lele, Kelurahan Jatimakmur, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual

BAB III METODE PENELITIAN. dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk mencari informasi faktual

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP AKTIVITAS PT. IKPP MILLS TANGERANG

PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP AKTIVITAS PT. IKPP MILLS TANGERANG PERSEPSI MASYARAKAT SEKITAR TERHADAP AKTIVITAS PT. IKPP MILLS TANGERANG (Kasus: RT 005/002 Kampung Baru Selatan, Kecamatan Serpong Utara, Kabupaten Tangerang) SITI HANI RAHMANITA I34050585 DEPARTEMEN SAINS

Lebih terperinci

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN PENGESAHAN... DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR

KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR KINERJA PENYALURAN KREDIT UMUM PEDESAAN (KUPEDES) SERTA DAMPAKNYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN USAHA NASABAH DI PT. BRI UNIT CITEUREUP CABANG BOGOR Disusun Oleh : SEVIA FITRIANINGSIH A 14104133 PROGRAM

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I

EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I EFEKTIVITAS ORGANISASI DAN IMPLEMENTASI PROGRAM CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA TBK. Oleh: Annisa Rahmawati I34060667 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN

STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN STRATEGI RUMAHTANGGA NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN (Studi Kasus Nelayan Desa Limbangan, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Propinsi Jawa Barat) Oleh: ABDUL MUGNI A14202017 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI

Lebih terperinci

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H

ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H ANALISIS PERTUMBUHAN KESEMPATAN KERJA PASCA KEBIJAKAN UPAH MINIMUM DI KABUPATEN BOGOR OLEH ERNI YULIARTI H14102092 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN

Lebih terperinci

PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat)

PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat) 1 PENGARUH MENGUNJUNGI TEMPAT HIBURAN MALAM TERHADAP GAYA HIDUP REMAJA (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat) HADIJAH NASUTION A14203038 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh data kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah dengan metode survai,

Lebih terperinci

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA

MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA MANFAAT KEMITRAAN AGRIBISNIS BAGI PETANI MITRA (Kasus: Kemitraan PT Pupuk Kujang dengan Kelompok Tani Sri Mandiri Desa Majalaya Kecamatan Majalaya Kabupaten Karawang, Provinsi Jawa Barat) Oleh : ACHMAD

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN i EFEKTIVITAS KOMUNIKASI ANTARA RUMAHTANGGA SANGAT MISKIN PENERIMA BANTUAN TUNAI DAN PENDAMPING PROGRAM KELUARGA HARAPAN Kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor Oleh : PARNAMIAN

Lebih terperinci

KEBERHASILAN PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL (KF)

KEBERHASILAN PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL (KF) KEBERHASILAN PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL (KF) (Kasus: Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat Damai Mekar, Kelurahan Sukadamai, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor) Oleh: Latifah Sulton A14204056 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A

PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA. Oleh : RIDHO DWIANTO A PENGELOLAAN LANSKAP JALUR HIJAU KOTA JALAN JENDERAL SUDIRMAN JAKARTA PADA DINAS PERTAMANAN DKI JAKARTA Oleh : RIDHO DWIANTO A34204013 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Migrasi adalah salah satu fenomena penduduk yang dipelajari dalam studi geografi. Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mepengaruhi pertumbuhan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR.

KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR. KEPUTUSAN JENIS MIGRASI DAN PRODUKTIVITAS PEKERJA INDUSTRI KECIL SEPATU DI PERKAMPUNGAN INDUSTRI KECIL PULO GADUNG JAKARTA TIMUR Oleh: NUR AZMI AFIANTI A14301087 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI

STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI STUDI DUKUNGAN SOSIAL DAN FOOD COPING STRATEGY SERTA HUBUNGANNYA DENGAN TINGKAT KONSUMSI ENERGI DAN PROTEIN PADA KELUARGA NELAYAN KARTIKA HIDAYATI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A

ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR. Oleh ANDIKA PAMBUDI A ANALISIS NILAI EKONOMI LAHAN (LAND RENT) PADA LAHAN PERTANIAN DAN PERMUKIMAN DI KECAMATAN CIAMPEA, KABUPATEN BOGOR Oleh ANDIKA PAMBUDI A14304075 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1. Tinggi : memiliki kartu ASKES, berobat di puskesmas atau mempuyai dokter pribadi. 2. Rendah : tidak memiliki ASKES, berobat di dukun. 14. Tingkat Kepemilikan aset adalah jumlah barang berharga yang

Lebih terperinci

ANALISIS KELEMBAGAAN IRIGASI DALAM RANGKA PROYEK REHABILITASI SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI

ANALISIS KELEMBAGAAN IRIGASI DALAM RANGKA PROYEK REHABILITASI SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI ANALISIS KELEMBAGAAN IRIGASI DALAM RANGKA PROYEK REHABILITASI SISTEM DAN BANGUNAN IRIGASI (Kasus Kawasan Irigasi Teknis Cigamea, Desa Situ Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keputusan pembelian fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. keputusan pembelian fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek dan Tempat Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap fresh product di ritel tradisional dan ritel modern. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN

ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN ANALISIS WILLINGNESS TO PAY PENGUNJUNG TERHADAP UPAYA PELESTARIAN KAWASAN SITU BABAKAN, SRENGSENG SAWAH, JAKARTA SELATAN Oleh : Ratri Hanindha Majid A14303031 PROGRAM STUDI EKONOMI PERTANIAN DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian mengenai hubungan komunikasi pemasaran dengan kualitas daya saing UMKM merupakan penelitian survai dengan tujuan explanatory. Metode survai

Lebih terperinci

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam

Lebih terperinci

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK

BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK BAB IV KARAKTERISTIK PENDUDUK 4.1 Lama Tinggal Pada umumnya, penduduk bertempat tinggal di suatu daerah mulai dari lahir sampai dewasa. Akan tetapi ada juga penduduk yang tinggal dari lahir sampai setelah

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh

METODE PENELITIAN Desain Penelitian Teknik Penarikan Contoh METODE PENELITIAN Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional study. Cross sectional study dilakukan untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perpindahan masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap individu

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perpindahan masyarakat mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Setiap individu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena umum yang menjadi masalah kependudukan di Indonesia meliputi jumlah penduduk yang sangat besar atau padat,tingkat pertumbuhan penduduk yang tinggi,

Lebih terperinci

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A

ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR. Oleh : Endang Pudji Astuti A ANALISIS PREFERENSI DAN KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP BERAS DI KECAMATAN MULYOREJO SURABAYA JAWA TIMUR Oleh : Endang Pudji Astuti A14104065 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

MIGRASI PENDUDUK MENUJU DAERAH PINGGIRAN KOTA BANDUNG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN

MIGRASI PENDUDUK MENUJU DAERAH PINGGIRAN KOTA BANDUNG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN MIGRASI PENDUDUK MENUJU DAERAH PINGGIRAN KOTA BANDUNG DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN PERMUKIMAN Iwan Setiawan iwan4671@gmail.com Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS UPI Jl. Setiabudi No 229

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tenaga Kerja Indonesia (TKI) 1. Pengertian Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No : PER-05/MEN/1988 tentang Antar Kerja Antar Negara yang dimaksud dengan tenaga kerja Indonesia

Lebih terperinci

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK

PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK PERENCANAAN LANSKAP KAWASAN WISATA BUDAYA BERBASIS INDUSTRI KERAJINAN DI DESA LOYOK, PULAU LOMBOK Oleh : Dina Dwi Wahyuni A 34201030 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Wilayah Kota Bogor Kota Bogor terletak diantara 16 48 BT dan 6 26 LS serta mempunyai ketinggian minimal rata-rata 19 meter, maksimal 35 meter dengan

Lebih terperinci

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH

NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH NILAI ANAK, STIMULASI PSIKOSOSIAL, DAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK USIA 2-5 TAHUN PADA KELUARGA RAWAN PANGAN DI KABUPATEN BANJARNEGARA, JAWA TENGAH CHANDRIYANI I24051735 DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor) DESTY PUJIANTI

HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor) DESTY PUJIANTI HUBUNGAN INTERAKSI ANAK DALAM KELUARGA DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA KELAS BERTARAF INTERNASIONAL (Studi Kasus di SMAN 1 Bogor) DESTY PUJIANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG. 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian 28 BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG 5.1 Strategi Nafkah Kampung Ater dan Kampung Ciawian Strategi nafkah dalam kehidupan sehari-hari direprensentasikan oleh keterlibatan individu-individu

Lebih terperinci

PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN ( PERSISTENCE

PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN ( PERSISTENCE PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA PADA LAHAN SISA KONVERSI PERTANIAN DAN KETAHANAN (PERSISTENCE) MASYARAKAT TANI (Studi Kasus: Kampung Ciharashas dan Cibeureum Batas, Kelurahan Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan,

Lebih terperinci

DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP DAMPAK MIGRASI TERHADAP KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP *Eliza Umami Universitas Negeri Malang Jl Semarang no. 5 Malang E-mail: elizaumami_lgeo2010@yahoo.com

Lebih terperinci

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat)

HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) HUBUNGAN TERPAAN MEDIA TELEVISI DENGAN BELAJAR KOGNITIF PADA ANAK (Kasus Sekolah Dasar Negeri 04 Dramaga, Bogor, Jawa Barat) Oleh : VIORA TORIZA I34063121 DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan

Karakteristik TKW Umur Pendidikan Pekerjaan Pendapatan Lama menjadi TKW. Kualitas Perkawinan Kebahagiaan perkawinan Kepuasan Perkawinan 46 KERANGKA PEMIKIRAN Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) merupakan keluarga yang mengalami perpisahan dengan istri dalam jangka waktu yang relatif lama. Ketiadaan istri dalam keluarga menjadi tantangan

Lebih terperinci

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A

Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A PERSEPSI IDENTITAS GENDER DAN KONSEP DIRI TENTANG PERANAN GENDER (Kasus Mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama Institut Pertanian Bogor Tahun Ajaran 2007/2008) Oleh: RESTU DIRESIKA KISWORO A 14204030 PROGRAM

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H

ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H ANALISIS STRUKTUR-PERILAKU-KINERJA INDUSTRI BESI BAJA DI INDONESIA OLEH SARI SAFITRI H14102044 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 RINGKASAN SARI SAFITRI.

Lebih terperinci

DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN

DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN DAMPAK PEMBANGUNAN FASILITAS PARIWISATA TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR AGRARIA, KELEMBAGAAN DAN PELUANG USAHA DI PERDESAAN (Kasus di Sekitar Kawasan Pariwisata Kota Bunga, Desa Sukanagalih, Kecamatan Pacet,

Lebih terperinci

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI

ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI ANALISIS PERSEPSI DAN SIKAP TERHADAP PERAN GENDER PADA MAHASISWA FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Oleh: NI NYOMAN SUSI RATNA DEWANTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA

Lebih terperinci

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENYELENGGARAAN RADIO KOMUNITAS (Kasus: Radio Komunitas Suara Kencana, Kecamatan Tanah Sareal, Kota Bogor) Oleh : AYU TRI PRATIWI A14204027 PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya dalam suatu pergaulan

Lebih terperinci

LEONARD DHARMAWAN A

LEONARD DHARMAWAN A ANALISIS PENGARUH PROGRAM PEMERINTAH TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN MELALUI PROGRAM BANTUAN LANGSUNG TUNAI (BLT) DAN RAKSA DESA (Kasus Desa Cibatok Satu, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak akhir tahun 2015 yang lalu Indonesia dan negara-negara Asean lainnya telah memasuki babak baru perekonomian yang disebut dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN BUKU BERTEMAKAN ISLAM (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor)

ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN BUKU BERTEMAKAN ISLAM (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor) ANALISIS PERILAKU KONSUMEN DALAM PROSES KEPUTUSAN PEMBELIAN BUKU BERTEMAKAN ISLAM (Studi Kasus Mahasiswa Institut Pertanian Bogor) Oleh KUSUMANINGRUM FATIMAH H24101049 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 3.1. Pendekatan Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan didukung dengan data kuantitatif. Pendekatan kualitatif menekankan pada

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA KELUARGA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR PENGARUH STIMULASI PSIKOSOSIAL, PERKEMBANGAN KOGNITIF, DAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI TERHADAP PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA PRASEKOLAH DI KABUPATEN BOGOR GIYARTI PROGRAM STUDI GIZI MASYARAKAT DAN SUMBERDAYA

Lebih terperinci

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA

ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA ANALISIS DAMPAK KENAIKAN EKSPOR SEKTOR PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN FAKTOR PRODUKSI, INSTITUSI, DAN SEKTOR-SEKTOR PEREKONOMIAN DI INDONESIA OLEH SITI ADELIANI H14103073 DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS

Lebih terperinci