BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan kependudukan mendasar yang terjadi di Indonesia selain pertumbuhan penduduk yang masih tinggi adalah persebaran penduduk yang tidak merata. Hasil sensus penduduk menunjukkan bahwa pada pada periode 1971 hingga 1980 laju pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 2,31 persen per tahun, sedangkan pada periode 1980 hingga 1990 turun menjadi 1,85 persen per tahun. Pada periode tahun 1990 hingga tahun 2000 laju pertumbuhan penduduk Indonesia turun menjadi 1,45 persen per tahun, selanjutnya hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan angka yang hampir sama pada laju pertumbuhan penduduk Indonesia yaitu 1,49 persen per tahun (BPS, 2012). Angka pertumbuhan penduduk ini meskipun cenderung menurun, namun dianggap masih cukup tinggi karena untuk mencapai penduduk stasioner laju pertumbuhan penduduk harus mendekati atau mencapai angka nol (zero growth). Menurut Mantra (1984:2) pertumbuhan penduduk dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu fertilitas, mortalitas dan migrasi. Pada skala nasional migrasi tidak terlalu banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk karena tidak banyak warga negara Indonesia yang bertempat tinggal di luar negeri, begitu juga warga asing tidak banyak yang bertempat tinggal di Indonesia. Namun, pengaruh komponen migrasi di Indonesia dapat dirasakan pada provinsi-provinsi tertentu misalnya Daerah Istimewa Yogyakarta, DKI Jakarta, Sumatera Barat, Lampung dan sebagainya (Mantra, 1998:48). Persebaran penduduk yang tidak merata di Indonesia telah terjadi jauh sebelum masa penjajahan Belanda, di mana penduduk terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali. Berdasarkan data hasil sensus penduduk Indonesia tahun 2010 menunjukkan persebaran penduduk yang masih belum merata. Dari jumlah penduduk sebesar jiwa, sebanyak 49,79 persen diantaranya bertempat tinggal di daerah perkotaan, sedangkan penduduk yang tinggal di daerah perdesaan sebanyak 50,21 persen. Persebaran penduduk menurut pulau-pulau besar juga tidak merata, berikut perkembangan persebaran penduduk Indonesia menurut pulau: 1

2 Tabel 1.1 Persebaran Penduduk Indonesia Menurut Pulau Tahun Pulau/ Kepulauan Luas wilayah Penduduk (%) (%) Sumatera 25,2 17,5 19,0 20,4 21,0 21,3 Jawa-Bali 7,1 65,6 63,6 61,5 60,4 59,1 Nusa Tenggara 3,5 3,8 3,7 3,7 3,9 3,9 Kalimantan 28,5 4,3 4,6 5,1 5,5 5,8 Sulawesi 9,9 7,2 7,1 7,0 7,2 7,3 Maluku 4,1 0,9 1,0 1,0 1,0 1,1 Papua 21,8 0,8 0,8 0,9 1,1 1,5 INDONESIA 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Sumber: BPS, 2012 diolah Dari Tabel 1.1 tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa-Bali yang luasnya hanya 7,1 persen dari luas total wilayah Indonesia. Meskipun cenderung menurun namun persentase jumlah penduduk yang tinggal di Pulau Jawa-Bali tetap besar yaitu 65,6 persen pada tahun 1971 kemudian turun hingga 59,1 persen pada tahun Sedangkan Pulau yang memiliki wilayah terluas diantara pulau-pulau lainnya di Indonesia yaitu Pulau Kalimantan yang luasnya mencapai 28,5 persen, hanya didiami kurang dari 6 persen penduduk, begitu juga dengan Pulau Papua dengan luas wilayah 21,8 persen hanya didiami kurang dari 2 persen penduduk. Persoalan persebaran penduduk yang tidak merata tersebut telah disadari sejak lama, sehingga dibuatlah program redistribusi penduduk melalui kolonisasi (pada masa Belanda) atau transmigrasi (setelah kemerdekaan), untuk memindahkan penduduk dari wilayah yang terlalu padat penduduknya ke wilayah yang lebih jarang penduduknya. Program transmigrasi ini sangat marak dilakukan hingga masa orde baru. Selain mobilitas penduduk yang disebabkan oleh campur tangan pemerintah, mobilitas spontan juga terus meningkat hingga saat ini sebagai dampak dari laju pembangunan di segala bidang di berbagai wilayah di Indonesia. Menurut Toersilaningsih (2009) mobilitas penduduk akan mempengaruhi proses pembangunan dan sebaliknya pembangunan akan mempengaruhi pola, bentuk dan arah mobilitas penduduk. Oleh sebab itu apabila pemerataan pembangunan antar daerah belum terwujud maka mobilitas penduduk akan terus terjadi. Mobilitas penduduk sebagai salah satu komponen utama dalam studi demografi disadari sudah lama terjadi. Sebagian ahli berpendapat bahwa mobilitas penduduk di 2

3 Indonesia sudah terjadi sejak zaman kerajaan-kerajaan besar berkuasa di Indonesia, ditandai dengan banyaknya ekspansi untuk menguasai berbagai wilayah baru. Meskipun mobilitas penduduk sudah lama terjadi, dibandingkan dengan komponen demografi lainnya, komponen ini relatif baru diteliti, hal ini disebabkan pada awal perkembangan ilmu demografi komponen tingkat fertilitas dan mortalitas relatif sangat tinggi, sedangkan tingkat mobilitas dianggap belum mendesak untuk dikaji karena angkanya masih rendah (Tjiptoherijanto, 1998). Mobilitas penduduk yang dimaksud adalah mobilitas horizontal (geografis) yaitu meliputi semua pergerakan penduduk yang melintas batas wilayah tertentu dalam waktu tertentu (Mantra, 1991:151). Mobilitas penduduk menurut keinginan untuk menetap dapat dikelompokkan menjadi mobilitas permanen (migrasi) dan mobilitas nonpermanen (musiman dan ulang alik). Mobilitas permanen (migrasi) juga dapat dibedakan menurut batas wilayah yang dilewati yaitu migrasi internal (dalam negeri) dan migrasi internasional. Data Sensus Penduduk menyediakan berbagai informasi mengenai mobilitas penduduk terutama mobilitas (migrasi) internal meliputi migrasi seumur hidup (lifetime migration) dan migrasi risen (recent migration). Migran seumur hidup (lifetime migrant) adalah orang yang tempat ia dilahirkan berbeda dengan tempat tinggalnya pada saat pencacahan sedangkan migran risen (recent migrant) adalah orang yang provinsi tempat tinggal lima tahun yang lalu berbeda dengan tempat tinggal pada saat pencacahan. Analisis mengenai migrasi risen lebih bersifat dinamis karena dapat mencerminkan dinamika spasial migrasi penduduk pada kurun waktu 5 tahun terakhir, sedangkan mengenai migrasi seumur hidup bersifat lebih statis karena hanya memberikan gambaran mengenai banyaknya penduduk yang pernah melakukan migrasi semasa hidupnya. Kedua jenis migrasi ini sangat penting untuk diteliti polanya dari waktu ke waktu untuk melihat kecenderungan volume maupun arahnya secara spasial. Analisis mengenai arus migrasi (dalam hal ini migrasi internal) dari waktu ke waktu sangat penting untuk dilakukan, karena pengamatan terhadap naik-turunnya arus migrasi dari satu tempat ke tempat lainnya selain dapat digunakan untuk mengetahui perubahan perilaku migrasi penduduk, juga dapat menggambarkan perubahan yang terjadi pada peta kekuatan ekonomi di berbagai pulau atau provinsi, mengingat ekonomi merupakan motif utama bagi migran untuk masuk ke dalam arus migrasi (Mantra dkk., 3

4 1988). Dengan demikian kecenderungan jumlah kegiatan migrasi yang akan dilakukan penduduk di suatu wilayah sepanjang hidupnya serta berapa kali lagi kegiatan migrasi akan dilakukan oleh penduduk pada kelompok umur tertentu hingga akhir hidupnya dapat dipengaruhi oleh kondisi ekonomi wilayah. Dengan memperhatikan hubungan antara keduanya, masing-masing wilayah dapat mempersiapkan langkah-langkah untuk mengurangi dampak negatif dari kegiatan migrasi penduduk. Dalam rangka mewujudkan pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah memasukkan dimensi kewilayahan dalam rencana pembangunan, salah satunya dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP). Pada RPJMN terbaru (periode ) dan RKP tahun 2015, agenda pembangunan kewilayahan diwujudkan dalam satu buku tersendiri yaitu pada buku 3. Arah kebijakan utama pembangunan wilayah nasional difokuskan pada upaya mempercepat pengurangan kesenjangan pembangunan antar daerah dan memajukan daerah, hal tersebut dijadikan sebagai sendi utama dalam merumuskan tujuan, arah kebijakan dan strategi serta prioritas program dan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah melalui kementerian/lembaga dan satuan kerja perangkat daerah di setiap wilayah. Untuk itu, rencana pengembangan wilayah dirumuskan melalui pembagian 7 (tujuh) wilayah pembangunan yaitu: 1) Wilayah Papua; 2) Wilayah Maluku; 3) Wilayah Nusa Tenggara; 4) Wilayah Sulawesi; 5) Wilayah Kalimantan; 6) Wilayah Jawa-Bali; dan 7) Wilayah Sumatera. Pembagian wilayah tersebut didasarkan pada potensi keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif daerah, serta posisi geografis strategis masing-masing pulau. Seperti yang diungkapkan oleh Mantra, dkk (1988) bahwa pengamatan terhadap dinamika migrasi dapat menggambarkan perubahan yang terjadi pada peta kekuatan ekonomi di berbagai pulau atau provinsi, maka pengamatan terhadap dinamika migrasi berdasarkan pembagian wilayah pembangunan dalam RPJMN tentu akan sangat menarik dan juga bermanfaat sebagai dasar perumusan kebijakan pembangunan ke depan. Selain itu, penelitian ini akan dapat dijadikan sebagai basis penelitian selanjutnya dalam menilai keberhasilan upaya pemerintah dalam mewujudkan pemerataan pembangunan. 4

5 Selain itu, upaya untuk mewujudkan pemerataan pembangunan juga dilakukan melalui penerapan kebijakan otonomi daerah yang mengubah sistem pemerintahan di Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik. Salah satu tujuan dari kebijakan ini adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kegiatan pembangunan daerah sehingga dapat memacu tingkat perkembangan ekonomi wilayahnya. Dalam seminar Analisis Dampak Kependudukan Terhadap Pembangunan Tahun 2014, Bappenas (Deputi Bidang Sumber Daya Manusia) menyatakan bahwa dalam hal migrasi dan persebaran penduduk selama 10 tahun pasca diberlakukannya kebijakan desentralisasi persebaran penduduk belum menunjukkan perubahan yang berarti. Pulau Jawa masih menjadi tujuan favorit penduduk sehingga penduduk menjadi terkonsentrasi di pulau tersebut yang luasnya hanya 7 persen dari luas total Indonesia. Selain itu, pola distribusi penduduk di pulau-pulau lainnya juga relatif tidak menunjukkan perubahan berarti padahal desentralisasi dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan sekaligus sumberdayanya kepada masyarakat. Selanjutnya, pola distribusi penduduk yang cenderung tidak mengalami perubahan ini dinilai akan berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap pembangunan. Oleh karena itu diperlukan penelitian yang lebih mendalam mengenai perubahan pola dan arah migrasi terkait dengan berbagai kebijakan yang telah diberlakukan tersebut sehingga dapat dijadikan sebagai dasar untuk merumuskan tindak lanjut permasalahan ketidakmerataan distribusi penduduk Permasalahan Penelitian Selama kurun waktu 1971 sampai dengan 2005 persebaran penduduk di Indonesia mengalami perubahan meskipun tidak signifikan. Persentase jumlah penduduk di Pulau Papua dan Kalimantan cenderung mengalami peningkatan, sementara itu di Pulau Jawa-Bali persentase jumlah penduduk cenderung menurun. Migrasi penduduk melalui program pemerintah (transmigrasi) tidak lagi marak setelah berakhirnya masa pemerintahan orde baru, sehingga migrasi penduduk yang banyak terjadi saat ini adalah migrasi spontan. Berbeda dengan program migrasi pemerintah yang sudah terencana dan dikoordinasikan dengan baik, migrasi spontan cenderung tidak terencana dan tidak terkoordinasi sehingga lebih sulit untuk dipantau volume maupun arahnya. Hal ini tentu akan menyebabkan terciptanya pola migrasi yang cenderung acak dan tidak terpantau dengan baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan 5

6 identifikasi dan pemantauan terhadap pola yang terbentuk dari waktu ke waktu, sebagai dasar untuk merumuskan kebijakan pengaturan dan pengendalian migrasi penduduk baik pada level nasional maupun regional. Selain pemantauan terhadap pola dari waktu ke waktu perkiraan yang lebih rinci mengenai kegiatan migrasi yang akan terjadi kedepan juga sangat penting untuk perencanaan pembangunan. Jika mengikuti asumsi bahwa motif utama penduduk melakukan migrasi adalah motif ekonomi untuk mendapatkan pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik maka tingginya angka rata-rata migrasi dan perkiraan angka migrasi yang akan dilakukan penduduk pada umur tertentu merupakan indikasi masih adanya ketimpangan antar wilayah baik dalam hal ekonomi, kesempatan kerja maupun upah. Oleh karena itu perencanaan yang lebih baik diperlukan bagi daerah-daerah yang merupakan kantong penghasil ataupun penerima migran agar semua dampak positif dari migrasi dapat diperoleh dan dampak negatifnya dapat diminimalkan. Permasalahannya adalah saat ini belum ada perhitungan yang rinci mengenai berapa kali rata-rata penduduk Indonesia melakukan migrasi sepanjang hidupnya dan berapa kali lagi penduduk pada kelompok umur tertentu akan melakukan migrasi sampai mereka masuk dalam kelompok umur terakhir Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui dinamika pola migrasi seumur hidup penduduk antar provinsi di Indonesia pada periode Mengetahui dinamika pola migrasi risen penduduk antar provinsi di Indonesia pada periode Mengetahui berapa kali rata-rata penduduk Indonesia melakukan migrasi sepanjang hidupnya (migra-production rate) dan berapa kali lagi migrasi akan dilakukan oleh penduduk pada setiap kelompok umur hingga akhir hidupnya (migration expectancy) menurut provinsi. 6

7 1.4. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis: a. Memberikan gambaran mengenai dinamika pola migrasi internal penduduk Indonesia dengan memanfaatkan data sensus penduduk dan supas. b. Memberikan gambaran mengenai rata-rata jumlah kegiatan migrasi yang dilakukan penduduk Indonesia sepanjang hidupnya serta berapa kali lagi migrasi akan dilakukan oleh penduduk pada masing-masing kelompok umur dan hubungannya dengan kondisi ekonomi wilayah. 2. Manfaat Pragmatis: Memahami kecenderungan perkembangan pola migrasi penduduk secara nasional bagi pemerintah pusat dan kecenderungan arus keluar-masuk migran di daerah masing-masing bagi pemerintah daerah, sehingga dapat dijadikan sebagai dasar dalam merumuskan kebijakan pengaturan migrasi penduduk secara nasional dan regional Keaslian Penelitian Beberapa penelitian terdahulu mengenai mobilitas penduduk antara lain penelitian yang dilakukan oleh Mantra pada tahun 1984 dan tahun Penelitian Mantra pada tahun 1984 menggunakan data Sensus Penduduk Tahun 1971 dan Tahun 1980, dan penelitiannya pada tahun 1988 pada dasarnya menggunakan data SUPAS 1985, namun untuk melihat tren mobilitas penduduk digunakan juga data Sensus 1971 dan Sama halnya dengan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini bersumber dari Sensus Penduduk mulai dari tahun tahun 1971 hingga 2010 yang merupakan data hasil sensus penduduk terbaru. Dalam Penelitiannya Mantra menggunakan beberapa publikasi khusus dari data SUPAS 1985, namun dalam penelitian ini penulis hanya menggunakan data publikasi umum Sensus yang berjudul Penduduk Indonesia: Hasil Sensus Penduduk, sehingga penulis tidak akan melakukan terhadap karakteristik migran seperti yang dilakukan oleh Mantra (1984 dan 1988). Untuk lebih jelasnya perbedaan antara penelitian ini dengan beberapa penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1.2. Pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa metode yang digunakan pada masing-masing penelitian dalam meng pola dan dinamika mobilitas/ migrasi penduduk yaitu menggunakan deskriptif, komparatif, tabulasi silang dan pemetaan untuk 7

8 melihat pola spasialnya. Begitu juga dengan penelitian ini menggunakan metode yang sama dengan penelitian lainnya. Muflikhah (2010) juga melakukan penelitian mengenai dinamika migrasi penduduk menggunakan data sekunder, periode data yang digunakan lebih kompleks yaitu data Sensus Penduduk Tahun 1980, 1990, 2000 dan data SUPAS tahun 1985, 1995 dan Namun, lingkup penelitian yang dilakukan oleh Muflikhah (2010) hanya pada Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta saja. Penelitian yang dilakukan oleh penulis menggunakan data Sensus Penduduk Tahun 1971, 1980, 1990, 2000, dan Dengan jangka waktu pengamatan yang cukup panjang tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai dinamika migrasi penduduk dengan lingkup wilayah seluruh provinsi di Indonesia. Selain itu perbedaan penelitian ini dengan penelitian lain sebelumnya adalah penelitian ini akan dilengkapi dengan mengenai migraproduction rate dan angka harapan migrasi (migration expectancy). Beberapa studi mengenai migrasi internal juga dilakukan di negara lain, misalnya India. Penelitian yang dikukan oleh R. Lusome dan R.B. Bhagat ini juga menggunakan data hasil sensus penduduk yaitu Sensus Penduduk India tahun 1971, 1981 dan tahun Metode yang digunakan juga hampir sama yaitu deskriptif, namun yang dilakukan adalah umum pada level negara India, bukan migrasi antar batas wilayah administrasi tertentu. Analisis yang dilakukan ditekankan pada tipe wilayah asal dan wilayah tujuan misalnya migrasi antar daerah perdesaan, migrasi dari daerah perdesaan ke daerah perkotaan, migrasi antar kota, dan migrasi dari daerah perkotaan ke daerah perdesaan dan kemudian dibedakan menjadi di dalam distrik, antar distrik dan antar negara tanpa disebutkan nama distrik ataupun negara secara signifikan. 8

9 Tabel 1.2 Perbandingan antara Penelitian yang Dilakukan dengan Penelitian Sebelumnya No Judul Penulis Tujuan 1. Analisis Migrasi Indonesia berdasarkan data Sensus 1971, dan Analisis Migrasi Penduduk Berdasarkan Data SUPAS Dinamika dan Arus Migrasi Penduduk Provinsi DIY berdasarkan Sensus 1980, 1990,2000, dan data Supas 1985, 1995, Ida Bagus Mantra, Kasto, ed. Ida Bagus Mantra; Nasrudin Harahap; Sunarti Akhati Muflikhah 1. Meneliti arah dan arus migrasi penduduk tahun Meneliti perubahan-perubahan arah migrasi penduduk antara kedua sensus penduduk tersebut. 3. Memperkirakan migrasi netto antar sensus penduduk ( ) dengan memperhatikan indeks kelangsungan hidup (survival rasio index) yang diperkirakan berdasarkan tingkat kematian menurut kelompok umur penduduk di suatu daerah. 4. Menghitung besarnya migrasi 5 tahun yang lalu sebelum sensus penduduk dilaksanakan 5. Menghitung besarnya migrasi kembali. 6. Meneliti karakteristik migran untuk migrasi semasa hidup, migrasi total, migrasi kembali dan migrasi 5 tahun yang lalu. 1. Mengungkap arus dan pola migrasi penduduk berdasarkan data SUPAS Membandingkan dengan sensus 1971 dan 1980 untuk tren perpindahan 3. Mengetahui karakteristik migran dan alasan pindah 1. Untuk mengetahui dinamika migrasi semasa hidup dan migrasi risen masuk dan keluar di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Untuk mengetahui arus migrasi semasa hidup dan migrasi risen masuk dan keluar di Provinsi DIY. Metode Analisis deskriptif dan komparatif deskriptif, komparatif dan pemetaan deskriptif Sumber Data Sensus 1971, dan sensus SUPAS 1985, Sensus 1971, Sensus Sensus 1980, 1990, 2000, dan data Supas 1985, 1995,

10 No Judul Penulis Tujuan 4. Trends and Patterns of Internal Migration in India, Commuting Patterns and Places of Work of Canadians, 2006 Census. R. Lusome and R.B Bhagat. Minister Responsible for Statistics Canada 1. Untuk mengetahui tren dan pola migrasi internal di India pada periode Untuk mengetahui perubahan komposisi dalam migrasi internal 3. Untuk mengetahui perbedaan pertumbuhan migrasi menurut jenis kelamin. 4. Untuk mengetahui perubahan arus migrasi selama periode tersebut. Untuk mengetahui pola mobilitas ulang alik (commuting) para pekerja di Canada jarak dan moda transportasi yang digunakan untuk mencapai lokasi tempat mereka bekerja. Metode Analisis deskriptif dan komparatif deskriptif dan komparatif Sumber Data Census of India 1981, 1991, Canadian Census Data Analisis Mobilitas Penduduk Indonesia berdasarkan Data Sensus Penduduk Heriza Leni 1. Mengetahui dinamika pola migrasi seumur hidup penduduk antar provinsi di Indonesia pada periode Mengetahui dinamika pola migrasi risen penduduk antar provinsi di Indonesia pada periode Mengetahui berapa kali ratarata penduduk Indonesia melakukan migrasi sepanjang hidupnya dan berapa kali lagi migrasi akan dilakukan oleh penduduk pada setiap kelompok umur hingga akhir hidupnya menurut provinsi deskriptif, spasial, teknik penghitungan migraproduction rates dan migration expectancy Sensus Penduduk Batasan Operasional 1. Dinamika adalah perubahan yang terjadi pada suatu fenomena secara terus menerus pada jangka waktu tertentu. 2. Pola adalah suatu kekhasan sebaran (distribusi) objek atau fenomena tertentu, baik berupa titik-titik, garis-garis, atau area. 3. Migrasi internal penduduk adalah perpindahan penduduk dari suatu provinsi ke provinsi lainnya tanpa melampaui batas administrasi negara (dalam satu negara). 10

11 4. Dinamika pola migrasi internal penduduk adalah perubahan yang terjadi pada pola perpindahan penduduk antar provinsi dari waktu ke waktu dalam periode penelitian. 5. Sensus Penduduk adalah kegiatan pencacahan penduduk untuk memperoleh berbagai informasi secara langsung (bukan sampel/perkiraan). Di Indonesia, Sensus Penduduk telah dilaksanakan pada tahun 1961, 1971, 1980, 1990 dan Migran adalah penduduk yang melakukan perpindahan tempat tinggal melewati batas wilayah provinsi dalam kurun waktu lima tahun sebelum sensus penduduk dilaksanakan. 7. Migran Seumur Hidup adalah penduduk yang pindah dari tempat lahir ke tempat tinggal sekarang tanpa melihat kapan pindahnya. Dalam teori ini migrasi diperoleh dari keterangan tempat lahir dan tempat tinggal sekarang, jika kedua keterangan ini berbeda maka termasuk migran seumur hidup. 8. Migran Risen adalah penduduk yang pernah pindah dalam kurun 5 tahun terakhir (mulai dari 5 tahun sebelum pencacahan). Keterangan ini diperoleh dari pertanyaan tempat tinggal 5 tahun yang lalu dan tempat tinggal sekarang. Jika kedua tempat berlainan maka dikategorikan sebagai migran risen. 9. Arus migrasi (migration stream) adalah jumlah atau banyaknya perpindahan yang terjadi dari daerah asal ke daerah tujuan dalam jangka waktu tertentu. 10. Migration Expectancy adalah jumlah kegiatan migrasi yang diperkirakan akan dilakukan oleh penduduk pada kelompok umur tertentu di suatu wilayah hingga sisa masa hidupnya dengan asumsi bahwa berlaku tingkat mortalitas dan tingkat migrasi secara umum. 11. Migra-production Rates adalah jumlah rata-rata migrasi yang dilakukan penduduk di suatu wilayah sepanjang hidupnya. 11

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Distribusi penduduk yang tidak merata di Indonesia telah terjadi jauh sebelum masa penjajahan Belanda, dimana penduduk terkonsentrasi di Pulau Jawa dan Bali. Hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai. dari tahun ke tahun, hal tersebut menimbulkan berbagai masalah bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia dihadapkan pada berbagai masalah, seperti pengangguran, kemiskinan, tingkat pendapatan yang rendah dan lain sebagainya. Dimana

Lebih terperinci

MIGRASI. Oleh : CHOTIB Donovan Bustami

MIGRASI. Oleh : CHOTIB Donovan Bustami MIGRASI Oleh : CHOTIB Donovan Bustami 1. Konsep dan Definisi Migrasi Migrasi merupakan salah satu dari tiga komponen dasar dalam demografi. Komponen ini bersama dengan dua komponen lainnya, kelahiran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perhatian terhadap penduduk terutama jumlah, struktur dan pertumbuhan dari waktu ke waktu selalu berubah. Pada zaman Yunani dan Romawi kuno aspek jumlah penduduk sangat

Lebih terperinci

MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI. Drs. CHOTIB, M.Si

MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI. Drs. CHOTIB, M.Si MOBILITAS PENDUDUK Pertemuan ke 1,2,3,4 MIGRASI Drs. CHOTIB, M.Si chotib@ldfeui.org Kajian Kependudukan dan Ketenagakerjaan Program Pascasarjana Universitas Indonesia . Konsep dan Definisi Migrasi (1)

Lebih terperinci

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan.

. Keberhasilan manajemen data dan informasi kependudukan yang memadai, akurat, lengkap, dan selalu termutakhirkan. S ensus Penduduk, merupakan bagian terpadu dari upaya kita bersama untuk mewujudkan visi besar pembangunan 2010-2014 yakni, Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis dan Berkeadilan. Keberhasilan

Lebih terperinci

MIGRASI RISEN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN Permatasari Telaumbanua

MIGRASI RISEN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN Permatasari Telaumbanua MIGRASI RISEN DI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA HASIL SENSUS PENDUDUK TAHUN 1980-2010 Permatasari Telaumbanua Yepsartel16@gmail.com Agus Joko Pitoyo aguspit@ugm.ac.id ABSTRACT The purposed of this

Lebih terperinci

peran menghabiskan sumber daya ekonomi yang tersedia.

peran menghabiskan sumber daya ekonomi yang tersedia. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penduduk merupakan sumber daya utama yang berpengaruh besar terhadap pembangunan ekonomi di suatu daerah. Secara umum penduduk berperan sebagai input produksi dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang mempunyai sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam nantinya dapat digunakan sebagai pendukung kegiatan industri serta

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Propinsi (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) PERTUMBUHAN PENDUDUK 1. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1 juta pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Padahal sumber data penduduk yang tersedia hanya secara periodik, yaitu Sensus Penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Para pemakai data kependudukan, khususnya para perencana, pengambil kebijaksanaan, dan peneliti sangat membutuhkan data penduduk yang berkesinambungan dari tahun ke

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM PEMBANGUNAN KESEHATAN TAHUN 2011-2014 PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI JAKARTA 2011 KATA PENGANTAR Dalam rangka pemantauan rencana aksi percepatan pelaksanaan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan

I. PENDAHULUAN. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Migrasi merupakan perpindahan orang dari daerah asal ke daerah tujuan. Keputusan migrasi didasarkan pada perbandingan untung rugi yang berkaitan dengan kedua daerah

Lebih terperinci

Katalog BPS: TREN/ REN/POLA MIGRASI DARI BERBAGAI SENSUS DAN SURVEI. BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA - INDONESIA

Katalog BPS: TREN/ REN/POLA MIGRASI DARI BERBAGAI SENSUS DAN SURVEI.  BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA - INDONESIA Katalog BPS: 2204008. TREN/ REN/POLA MIGRASI DARI BERBAGAI SENSUS DAN SURVEI BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA - INDONESIA TREN/POLA MIGRASI DARI BERBAGAI SENSUS DAN SURVEI BADAN PUSAT STATISTIK, JAKARTA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau.

I. PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan. terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang pulau. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai lebih kurang 18.110 pulau. Sebaran sumberdaya manusia yang tidak merata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. Luas keseluruhan dari pulau-pulau di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang terletak di Asia Tenggara yang dilewati garis khatulistiwa. Negara tropis tersebut memiliki jumlah pulau lebih dari 17.000 pulau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh.

BAB I PENDAHULUAN. antar masing-masing daerah, antar golongan pendapatan dan di seluruh aspek. kehidupan sehingga membuat stuktur ekonomi tidak kokoh. 19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan pembangunan meliputi kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata serta kemakmuran

Lebih terperinci

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Indonesia Mulai Tahun 1961 sampai Tahun 2010

Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Indonesia Mulai Tahun 1961 sampai Tahun 2010 Jumlah dan Pertumbuhan Penduduk di Indonesia Mulai Tahun 1961 sampai Tahun 2010 Kondis i penduduk di suatu negara sangat besar pengaruhnya terhadap pembangunan nasional. Jumlah penduduk di suatu negara

Lebih terperinci

Katalog BPS: Katalog BPS:

Katalog BPS: Katalog BPS: Katalog BPS: 2204009 Katalog BPS: 2204009 PROFIL MIGRAN HASIL SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL 2011 2012 ISBN : 978-979-064-620-9 Katalog BPS : 2204009 No. Publikasi : 04140.1301 Ukuran Buku : 17,6 cm

Lebih terperinci

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data Disampaikan oleh: DeputiMenteri PPN/Kepala Bappenas Bidang Kependudukan dan Ketenagakerjaan pada Peluncuran Peta Kemiskinan dan Penghidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatankekuatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatankekuatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatankekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara terus menerus,

Lebih terperinci

MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA. Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA. Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara MASALAH KEPENDUDUKAN DI NEGARA INDONESIA Sri Rahayu Sanusi,SKM,Mkes. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara 1.PENDAHULUAN Dari hasil sensus penduduk tahun 1990 jumlah penduduk Indonesia

Lebih terperinci

Penyusunan Publikasi Statistik Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja, 2017

Penyusunan Publikasi Statistik Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja, 2017 BADAN PUSAT STATISTIK Penyusunan Publikasi Statistik Mobilitas Penduduk dan Tenaga Kerja, 2017 ABSTRAKSI Mobilitas penduduk dan tenaga kerja merupakan bagian dari proses pembangunan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mobilitas penduduk tentunya mempunyai kaitan yang sangat erat dengan pembangunan sebab mobilitas penduduk merupakan bagian integral dari proses pembangunan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya Perkawinan Anak, Moralitas Seksual, dan Politik

Lebih terperinci

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA

DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA DATA STATISTIK TENTANG PERKAWINAN DI INDONESIA Drs. Razali Ritonga, MA (Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS RI) Disampaikan di Lokakarya

Lebih terperinci

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN

DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN IV. DINAMIKA PERTUMBUHAN, DISTRIBUSI PENDAPATAN DAN KEMISKINAN 4.1 Pertumbuhan Ekonomi Bertambahnya jumlah penduduk berarti pula bertambahnya kebutuhan konsumsi secara agregat. Peningkatan pendapatan diperlukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demografi adalah suatu studi statistik dan matematik tentang jumlah komposisi dan persebaran penduduk, serta perubahan faktor-faktor ini setelah melewati kurun waktu

Lebih terperinci

POLA DAN ARUS MIGRASI DI INDONESIA EMALISA. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

POLA DAN ARUS MIGRASI DI INDONESIA EMALISA. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara POLA DAN ARUS MIGRASI DI INDONESIA EMALISA Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara I. PENDAHULUAN Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor yang dasar yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tetap menarik, tergantung dari aspek mana kajian itu dilakukan (Kasto 2002

BAB I PENDAHULUAN. dan tetap menarik, tergantung dari aspek mana kajian itu dilakukan (Kasto 2002 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi sebagai bagian dari mobilitas penduduk horizontal merupakan salah satu komponen pertumbuhan penduduk selain fertilitas dan mortalitas. Ketiga komponen ini merupakan

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/09/17/I, 1 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,357 Daerah Perkotaan 0,385 dan Perdesaan 0,302 Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ITB Central Library, penduduk (population) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ITB Central Library, penduduk (population) adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk dapat diartikan sebagai suatu kesatuan organisme yang terdiri dari individu, individu yang sejenis yang mendiami suatu daerah dengan batasbatas tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan)

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang berkembang, masalah yang sering dihadapi oleh negara-negara berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Seiring perkembangan zaman tentu kebutuhan manusia bertambah, oleh karena itu perekonomian

Lebih terperinci

DATA MENCERDASKAN BANGSA

DATA MENCERDASKAN BANGSA Visi BPS Pelopor Data Statistik Terpercaya untuk Semua Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil SP2010 sebanyak 237,6 juta orang dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per tahun DATA MENCERDASKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. secara selektif mempengaruhi setiap individu dengan ciri-ciri ekonomi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Analisis demografi memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dapat diartikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi

Lebih terperinci

PERTEMUAN 5 : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA

PERTEMUAN 5 : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA PERTEMUAN 5 : PERSEBARAN PENDUDUK Oleh : Ir. Darmawan L. Cahya, MURP, MPA (darmawan@esaunggul.ac.id) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik - Universitas ESA UNGGUL Semester Genap 2012/2013

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi

BAB 1 PENDAHULUAN. kemakmuran antar daerah. Namun kenyataan yang ada adalah masih besarnya distribusi BAB 1 PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Tujuan pembangunan daerah yaitu mencari kenaikan pendapatan perkapita yang relatif cepat, ketersediaan kesempatan kerja yang luas, distribusi pendapatan yang merata,

Lebih terperinci

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 13. PendudukLatihan Soal 13.1

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 13. PendudukLatihan Soal 13.1 SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 13. PendudukLatihan Soal 13.1 1. Dinamika penduduk dipengaruhi oleh faktor berikut, kecuali... Natalitas Mortalitas Migrasi Moralitas Dinamika kependudukan adalah perubahan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada umumnya setiap negara di dunia memiliki tujuan utama yaitu meningkatkan taraf hidup atau mensejahterakan seluruh rakyat melalui pembangunan ekonomi. Dengan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses yang dilaksanakan secara berkesinambungan dengan tujuan mencapai kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya. Tujuan utama

Lebih terperinci

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009 ACEH ACEH ACEH SUMATERA UTARA SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT SUMATERA BARAT RIAU JAMBI JAMBI SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU DKI JAKARTA JAWA BARAT

Lebih terperinci

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI

2015 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN MIGRAN BERMIGRASI KE KECAMATAN BANTARGEBANG KO TA BEKASI 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Migrasi adalah salah satu fenomena penduduk yang dipelajari dalam studi geografi. Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mepengaruhi pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun, maka keadaan yang demikian itu menuntut Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan. Undang Undang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan sudah merupakan masalah serius yang bukan saja dihadapi oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan sudah merupakan masalah serius yang bukan saja dihadapi oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan sudah merupakan masalah serius yang bukan saja dihadapi oleh Negara-negara karena banyak menyangkut segi kehidupan. Bahkan tahun-tahun belakangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan. penduduk melakukan mobilitas ke daerah yang lebih baik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kependudukan terjadi karena adanya dinamika kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk (mobilitas) terhadap perubahan-perubahan dalam jumlah, komposisi dan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang desentralisasi membuka peluang bagi daerah untuk dapat secara lebih baik dan bijaksana memanfaatkan potensi yang ada bagi peningkatan kesejahteraan dan kualitas

Lebih terperinci

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN No.53/09/16 Th. XVIII, 01 September 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA SELATAN MARET 2016 GINI RATIO SUMSEL PADA MARET 2016 SEBESAR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Migrasi 1. Pengertian Migrasi Migrasi adalah perpindahan penduduk dari suatu wilayah ke wilayah tujuan dengan maksud menetap. Sedangkan migrasi sirkuler ialah gerak penduduk

Lebih terperinci

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK

VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK VII KETERKAITAN EKONOMI SEKTORAL DAN SPASIAL DI DKI JAKARTA DAN BODETABEK Ketidakmerataan pembangunan yang ada di Indonesia merupakan masalah pembangunan regional dan perlu mendapat perhatian lebih. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dikemukakan mengenai latar belakang, pokok

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dikemukakan mengenai latar belakang, pokok BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dikemukakan mengenai latar belakang, pokok permasalahan, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penelitian. Pertama, pada bagian latar belakang akan

Lebih terperinci

w tp :// w ht.b p w.id s. go ii Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia Umur dan Jenis Kelamin Penduduk Indonesia HASIL SENSUS PENDUDUK 2010 ISBN : 978-979-064-314-7 No. Publikasi: 04000.1109 Katalog

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. mengukur keberhasilan pembangunan ekonomi di daerah adalah pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses pembangunan daerah diarahkan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan hasil-hasil pembangunan yang dilakukan secara terus menerus dan berkesinambungan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatankekuatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatankekuatan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk merupakan keseimbangan yang dinamis antara kekuatankekuatan yang menambah dan kekuatan-kekuatan yang mengurangi jumlah penduduk. Secara terus

Lebih terperinci

KECENDERUNGAN POLA DAN DAMPAK MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI BALI PERIODE *

KECENDERUNGAN POLA DAN DAMPAK MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI BALI PERIODE * KECENDERUNGAN POLA DAN DAMPAK MIGRASI PENDUDUK DI PROVINSI BALI PERIODE 1980-2005* I Ketut Sudibia Pusat Penelitian Kependudukan dan Pengembangan SDM Universitas Udayana email : ppk_psdm@yahoo.co.id ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam

BAB I PENDAHULUAN. untukditeliti dan pengetahuan mengenai fenomena ini sangat berguna dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pada 20 tahun terakhir ini fenomena perpindahan penduduk dari suatu tempat ke tempat lain atau bisa disebut juga urbanisasi menjadi salah satu fenomena sosial yang

Lebih terperinci

EVALUASI KONDISI DEMOGRAFI SECARA TEMPORAL DI PROVINSI BENGKULU: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Peduduk

EVALUASI KONDISI DEMOGRAFI SECARA TEMPORAL DI PROVINSI BENGKULU: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Peduduk EVALUASI KONDISI DEMOGRAFI SECARA TEMPORAL DI PROVINSI BENGKULU: Rasio Jenis Kelamin, Rasio Ketergantungan, Kepadatan Peduduk Afid Nurkholis Email: afidnurkholis@gmail.com ABSTRAK Pengukuran terhadap karakteristik

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS

RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS REPUBLIK INDONESIA RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2016 TEMA : MEMPERCEPAT PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR UNTUK MEMPERKUAT FONDASI PEMBANGUNAN YANG BERKUALITAS KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ BADAN

Lebih terperinci

Penyusunan Publikasi Statistik Migrasi Hasil SUPAS, 2016

Penyusunan Publikasi Statistik Migrasi Hasil SUPAS, 2016 BADAN PUSAT STATISTIK Penyusunan Publikasi Statistik Migrasi Hasil SUPAS, 2016 ABSTRAKSI Migrasi merupakan salah satu dari tiga faktor dasar yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk, selain faktor lainnya,

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang kompleks, bukan hanya diukur dari pendapatan, tetapi juga menyangkut kerentanan dan kerawanan orang atau sekelompok orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

BAB I PENDAHULUAN. pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Migrasi dalam konteks demografi cukup memberikan sumbangan yang sangat besar pada kebijakan kependudukan. Dinamika kependudukan yang terjadi karena adanya dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh sejumlah negara miskin dan negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan oleh sejumlah negara miskin dan negara berkembang. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan bukan hanya dilihat dari pertumbuhan ekonomi, perubahan struktur ekonomi pendapatan antar penduduk, antar daerah dan antar sektor. Kenyataannya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perencanaan pembangunan, data kependudukan memegang peran yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perencanaan pembangunan, data kependudukan memegang peran yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, data kependudukan memegang peran yang penting. Penduduk merupakan bagian terpenting bagi suatu negara dilihat dari segi kuantitas maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk di beberapa bagian di dunia menyebabkan jumlah penduduk meningkat dengan cepat. Di beberapa bagian di dunia telah terjadi kemiskinan

Lebih terperinci

MIGRASI POPULATION MOBILITY

MIGRASI POPULATION MOBILITY MIGRASI POPULATION MOBILITY PENGERTIAN MIGRASI MIGRASI: pindah tempat tinggal secara permanen atau relatif permanen (jangka waktu minimal tertentu) dengan menempuh jarak minimal tertentu, atau pindah dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari Dalam UU No 22 tahun 1999 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada peraturan pemerintah Republik Indonesia, pelaksanaan otonomi daerah telah resmi dimulai sejak tanggak 1 Januari 2001. Dalam UU No 22 tahun 1999 menyatakan bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih

I. PENDAHULUAN. Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sejak tahun 2001 Indonesia telah memberlakukan desentralisasi yang lebih dikenal dengan istilah otonomi daerah sebagai salah satu wujud perubahan fundamental terhadap

Lebih terperinci

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN No.54/9/13/Th. XIX, 1 ember 2016 TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN GINI RATIO PADA MARET 2016 SEBESAR 0,331 Pada 2016, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Masalah kependudukan sudah merupakan masalah serius yang bukan saja dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Masalah kependudukan sudah merupakan masalah serius yang bukan saja dihadapi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah kependudukan sudah merupakan masalah serius yang bukan saja dihadapi oleh negara negara yang sedang berkembang, tetapi juga oleh negara negara maju karena menyangkut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses menuju perubahan yang diupayakan suatu negara secara terus menerus dalam rangka mengembangkan kegiatan ekonomi dan taraf

Lebih terperinci

Jakarta, 10 Maret 2011

Jakarta, 10 Maret 2011 SAMBUTAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL DALAM ACARA TEMU KONSULTASI TRIWULANAN KE-1 TAHUN 2011 BAPPENAS-BAPPEDA PROVINSI SELURUH INDONESIA Jakarta,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis, dan Berkeadilan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 telah menggariskan bahwa Visi Pembangunan 2010-2014 adalah Terwujudnya Indonesia yang Sejahtera, Demokratis,

Lebih terperinci

KULIAH UMUM PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA

KULIAH UMUM PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA BADAN PUSAT STATISTIK KULIAH UMUM PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA 2010-2035 Pembicara: Drs. Razali Ritonga, MA Kepala Pusat Pendidikan dan Latihan, BPS-RI Kampus FEB UNAIR, Surabaya 08 Maret 2018 PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Desentralisasi di Indonesia ditandai dengan adanya Undangundang Nomor 22 dan Nomor 25 tahun 1999 yang sekaligus menandai perubahan paradigma pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota Pematangsiantar setiap tahunnya menunjukkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan penduduk kota Pematangsiantar setiap tahunnya menunjukkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk kota Pematangsiantar setiap tahunnya menunjukkan peninggakatan yang perlu mendapatkan perhatian. Pertumbuhan penduduk adalah perubahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD)

Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) Konsep Antar Kerja Antar Daerah (AKAD) merujuk pada mobilitas pekerja antar wilayah administrasi dengan syarat pekerja melakukan pulang pergi seminggu sekali atau sebulan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-undang No.13 Tahun 2003 Pasal 1, Tenaga Kerja adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-undang No.13 Tahun 2003 Pasal 1, Tenaga Kerja adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tenaga Kerja Berdasarkan Undang-undang No.13 Tahun 2003 Pasal 1, Tenaga Kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada

BAB I PENDAHULUAN. antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi daerah adalah sebuah proses terciptanya kerjasama antara pemerintah dan pihak swasta (masyarakat) sehingga sumber daya yang ada dapat dikelola untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk Indonesia saat ini diperkirakan sekitar 1,2 persen dari jumlah penduduk atau sekitar 2,5 sampai 3 juta orang per tahun (Nehen, 2010:96).

Lebih terperinci

PENGARUH PDB DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE

PENGARUH PDB DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE Halaman Tulisan Jurnal (Judul dan Abstraksi) Jurnal Paradigma Ekonomika Vol.1, No.4 Oktober 2011 PENGARUH PDB DAN JUMLAH PENDUDUK TERHADAP KEMISKINAN DI INDONESIA PERIODE 1990-2008 Candra Mustika Dosen

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GEOGRAFI BAB VII KEPENDUDUKAN Drs. Daryono, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori Teori teori yang akan diuraikan berkaitan dengan variabel variabel yang dibahas dalam penelitian antara lain mencakup (1) pengertian migrasi;

Lebih terperinci

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL INSTRUKSI KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1/Ins/II/2013 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROGRAM STRATEGIS BADAN PERTANAHAN NASIONAL TAHUN 2013 KEPALA BADAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN

BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN BAB II TEORI DAN PEMBAHASAN A. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu sangat penting guna untuk merancang penelitian yang akan dilakukan peneliti. Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK. Diah Kartika Sari NIM. F Analisis MIGRASI penduduk propinsi Jawa Tengah (data sensus penduduk 2000)

ABSTRAK. Diah Kartika Sari NIM. F Analisis MIGRASI penduduk propinsi Jawa Tengah (data sensus penduduk 2000) ABSTRAK Diah Kartika Sari NIM. F0100002 Analisis MIGRASI penduduk propinsi Jawa Tengah (data sensus penduduk 2000) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor rasio PDRB per kapita, rasio

Lebih terperinci

BAB I ABSTRAK. Wali Aya Rumbia, Hubungan antara Pendidikan dan Pendapatan Migran. Kembali di Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau.

BAB I ABSTRAK. Wali Aya Rumbia, Hubungan antara Pendidikan dan Pendapatan Migran. Kembali di Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau. BAB I ABSTRAK Wali Aya Rumbia, Hubungan antara Pendidikan dan Pendapatan Migran Kembali di Kecamatan Wolio Kota Bau-Bau. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan antara Pendidikan dan Pendapatan

Lebih terperinci

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN

DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN DATA PENDUDUK SASARAN PROGRAM KESEHATAN TAHUN 2007-2011 PUSAT DATA DAN INFORMASI DEPARTEMEN KESEHATAN RI JAKARTA 2009 KATA PENGANTAR Salah satu permasalahan yang dihadapi saat ini adalah belum ada kesepakatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan suatu Negara untuk tujuan menghasilkan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan manusia merupakan salah satu syarat mutlak bagi kelangsungan hidup bangsa dalam rangka menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Menciptakan pembangunan

Lebih terperinci

PENYEBARAN PENDUDUK: MIGRASI, TRANSMIGRASI, URBANISASI

PENYEBARAN PENDUDUK: MIGRASI, TRANSMIGRASI, URBANISASI PENYEBARAN PENDUDUK: MIGRASI, TRANSMIGRASI, URBANISASI PENYEBARAN PENDUDUK: MIGRASI, TRANSMIGRASI, URBANISASI Yunindyawati/SPD/I363100011/S3 A. PENDAHULUAN Diskursus kependudukan menyangkut tiga persoalan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena melibatkan seluruh sistem yang terlibat dalam suatu negara. Di negara-negara berkembang modifikasi kebijakan

Lebih terperinci

ASPEK KEPENDUDUKAN IV

ASPEK KEPENDUDUKAN IV KTSP & K-13 Geografi K e l a s XI ASPEK KEPENDUDUKAN IV Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami usia kerja, tenaga kerja, angkatan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 19 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Masalah Kependudukan Masalah kependudukan di Indonesia dikategorikan sebagai suatu masalah nasional yang besar dan memerlukan pemecahan segera. Hal ini mencakup lima masalah

Lebih terperinci

PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA PER PROPINSI

PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA PER PROPINSI PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA PER PROPINSI MENURUT KELOMPOK UMUR DAN JENIS KELAMIN 2005 2015 Badan Pusat Statistik, Jakarta - Indonesia PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA 2005 2015 PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA PER

Lebih terperinci

VOLUME DAN ARAH MIGRASI PENDUDUK PROVINSI RIAU TAHUN 2000, 2005 & 2010

VOLUME DAN ARAH MIGRASI PENDUDUK PROVINSI RIAU TAHUN 2000, 2005 & 2010 VOLUME DAN ARAH MIGRASI PENDUDUK PROVINSI RIAU TAHUN 2000, 2005 & 2010 Oleh : Risa Risa730@yahoo.com Di bimbing oleh: Drs. H. Zulkarnaini, SU Drs. H. Syafril Basri, M.Si ABSTRACT The research was conducted

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja

BAB I PENDAHULUAN. mengenai faktor-faktor yang tidak hanya berasal dari faktor demografi saja BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kependudukan adalah studi yang membahas struktur dan proses kependudukan yang terjadi di suatu wilayah yang kemudian dikaitkan dengan aspek-aspek non demografi. Struktur

Lebih terperinci

INDEKS TENDENSI KONSUMEN D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR 110,47

INDEKS TENDENSI KONSUMEN D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR 110,47 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA INDEKS TENDENSI KONSUMEN D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN SEBESAR 110,47 No. 45/08/34/Th.XV, 2 Agustus A. Penjelasan Umum Indeks Tendensi Konsumen (ITK) adalah indikator perkembangan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 23 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Model Migrasi Secara umum persamaan model skedul migrasi model penuh yang dikemukakan oleh Rogers (1978) dapat digambarkan menjadi sebuah grafik yang diberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama negara berkembang. Pembangunan ekonomi dicapai diantar anya dengan melakukan usaha-usaha untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tantangan Indonesia saat ini adalah menghadapi bonus demografi tahun 2025 yang diikuti dengan bertambahnya jumlah penduduk dari tahun ke tahun. Badan Perencanaan

Lebih terperinci