EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA PEMBESARAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR WILSON PANE

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA PEMBESARAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR WILSON PANE"

Transkripsi

1 EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA PEMBESARAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR WILSON PANE DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i

2 ABSTRAK WILSON PANE. Efisiensi Penggunaan Input Produksi Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame Osphronemus gouramy di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh Iis Diatin dan Yani Hadiroseyani. Kabupaten Bogor, terutama di Kecamatan Dramaga memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan ikan gurame. Namun belum optimal terutama yang menyangkut faktor-faktor produksi seperti pakan, benih, daun sente, pupuk, kapur dan tenaga kerja. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis penggunaan input produksi agar lebih efisien dan menganalisis kelayakan finansial usaha pembesaran ikan gurame. Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan menggunakan metode purposive sampling. Analisis data menggunakan metode analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dan analisis finansial. Penggunaan input produksi yang digunakan memperlihatkan inefisiensi. Menurut analisis fungsi produksi Cobb-Douglas input produksi yang optimal adalah 7 ekor/m 2 untuk benih, 2,2851 kg/m 2 untuk pelet, 37,2989 kg/m 2 untuk sente, 6,6470 kg/m 2 untuk pupuk, 4,1502 jam/m 2 untuk tenaga kerja persiapan, 8,2186 jam/m 2 untuk tenaga kerja pemeliharaan. Analisis usaha pembesaran ikan gurame pada kondisi optimal adalah R/C 1,20, Pay Back Period 3,2 tahun, dan Break Even Point sebesar 820 kg. Analisis kriteria investasi dengan skenario lahan sendiri paling baik dengan nilai NPV sebesar Rp , Net B/C 3,48 dan IRR sebesar 56%. Analisis sensitivitas pada kondisi optimal sampai perubahan harga pakan sebesar 16% menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan gurame masih layak untuk dijalankan. Kata Kunci : Optimalisasi Input, Usaha Pembesaran Ikan Gurame, Analisis Finansial ABSTRACT WILSON PANE, Efficiency of production input in gouramy rearing at Dramaga District, Bogor Regency. Supervised by Iis Diatin and Yani Hadiroseyani. Bogor Regency especially Dramaga Disrict has a big potencial in gouramy rearing. Unfortunatilly, production factor sach as seed density, feed, sente leaves, manure, and labor were used in no oftimal pattern. Purposive sampling was used in this research which was analized by Cobb Douglas production function method and financial feasibility in gouramy rearing activity. The showed that optimal input were 7 fish/m 2 to stock, 2,2851 kg/m 2 for pellets, 37,2989 kg/ m 2 for sente, 6,6470 kg/ m 2 fertilizer, 4,1502 hours/ m 2 poud preparation, 8,2186 hours/m 2 for maintenance. Analisis gouramy rearing business at optimal conditions reach R/C 1,20, Payback Period 3,2 years, and Break Even Point of 820 kg. Invesment criteria analysis with best scenario is owning land with value a NPV of Rp , Net B/C 3,48 and IRR of 56%. analysis Sensitivity with change Nprice of feed at 16 % indicating that effort still be competent to be run. Key Word : Optimization input, Business gouramy rearing, Financial Analysis viii

3 EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GURAME Osprounemus gouramy DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR WILSON PANE SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 iv

4 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya-karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis yang telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Bogor, 19 September Wilson Pane C ii

5 Hak cipta milik Wilson Pane, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya iii

6 Judul Skripsi Nama Mahasiswa Nomor Pokok : Efisiensi Input Produksi pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame Osphronemus goramy di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor : Wilson Pane : C Disetujui, Pembimbing I Pembimbing II Ir. Iis Diatin, MM Ir. Yani Hadiroseyani, MM NIP : NIP : Diketahui, Ketua Departemen Budidaya Perairan Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc NIP : v

7 KATA PENGANTAR Sungguh luar biasa berkat dan karunia Tuhan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi yang berjudul Efisiensi Input pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame Osphronemus gouramy di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor, tanpa tuntunan-nya niscaya penulis tidak akan bisa mengerjakannya dengan baik. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Juli hingga Agustus 2010 bertempat di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Disamping itu juga penulis mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Ibu Ir. Iis Diatin, MM selaku dosen pembimbing I yang selalu rendah hati untuk memberikan arahan dan tuntutan didalam menyelesaikan Skripsi ini dan kepada Ibu Ir. Yani Hadiroseyani, MM selaku dosen pembimbing II yang selalu memberikan spirit bagi penuli. Kepada kedua orang tua penulis yaitu Bapak M. Pane, dan Ibu E.Situmorang beserta adik-adik yaitu Febri, Herlina, Saut dan Desi yang selalu memberikan spirit disetiap langkah aktivitas penulis sehari-har. Rekan-rekan BPC GMKI Bogor Masa Bakti Rekan-rekan Penghuni PKM yakni Herbet, Welmar, Sudianto, Kurnia, Riko, Alex. Kepada Ibu Hj Meilani Leimena (Wkl Ketua MPR RI), Bpk Martin Hutabarat (Anggota DPR RI), dan Mindo Sianipar (Anggota DPR RI) yang mengingatkan Penulis perlunya aktivis berjiwa besar dalam kuliah maupun di dalam pelayanan. Bpk Prof.Dr.Ir Bungaran Saragih. Msc (Mantan Menteri Pertanian Era Gusdur) yang selalu menanyakan kapan penulis lulus. Kepada dr.bona Simanungkali, dan Bang Jhony Allen Marbun (Wakil Ketua Umum Partai Demokrat) dan Abang-abang yang lainnya beserta rekan-rekan BDP 43. Bogor, 19 September 2011 Wilson Pane vi

8 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Wilson Pane. Penulis lahir di Sibiobio pada tanggal 04 Pebruari 1988 dari pasangan Suami Istri Bapak M. Pane dan Ibu E. Situmorang. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis adalah SMA N I Doloksanggul dan lulus pada tahun Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Pada tahun yang sama penulis diterima di Departemen Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya melalui program mayor-minor IPB. Selama perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) sejak tahun , Persekutuan Mahasiswa Kristen Indonesa (PMK), Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) dan dipercaya menjadi Ketua Cabang GMKI Bogor masa bakti Penulis melakukan penelitian dengan judul Efisiensi Input Produksi pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame Osphronemus gourame di Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis dibimbing oleh Ibu Ir. Iis Diatin, MM selaku dosen pembimbing I dan Ir. Yani Hadiroseyani, MM selaku dosen pembimbing II. vii

9 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... ii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR LAMPIRAN iv I. PENDAHULUAN... 1 II. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Analisis Data Analisis Fungsi Produksi Analisis Finansial Analisis Sensitivitas Batasan dan Pengukuran... III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Daerah Penelitian Gambaran Umum Pembudidaya Kegiatan budidaya Hubungan diantara Faktor Produksi 3.5 Faktor Produksi Usaha Pembesaran Ikan Gurame Analisisis Pendugaan Fungsi Produksi Analisis Efisiensi Penggunaan Input Analisis Usaha 3.9 Sensitivitas. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

10 DAFTAR TABEL 1. Distribusi tingkat pendidikan Pembudidaya Ikan Gurame Ukuran Benih ikan gurame Rata-rata Input Produksi dan Output per Musim Tanam dari Usaha Pembesaran Ikan Gurame pada Kondisi Aktual di Kecamatan Dramaga, Tahun Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode KuadraT Terkecil pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga Nilai VIF dan Nilai Toleransi untuk Setiap Variabel Input Nilai NPM, Input dan Output yang Efisien, serta Nilai Rasio NPM dan P xi pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Darmaga Tahun Komponen Biaya Investasi Pada Kondisi Aktual dengan Luas Lahan 550 m 2 Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga Biaya Tetap Pada Kondisi Aktual dan Optimal Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame Di Kecamatan Dramaga, Tahun Biaya Variabel Pada Kondisi Aktual dengan Luas Lahan 550 m 2 Usaha 44 Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga, Tahun Total Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaganper tahun pada kondisi Aktual dan Optimal Analisis Keuntungan Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga per tahun pada Kondisi Aktual dan Optimal Nilai Kriteria Investasi Pada Skenario 1 Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Drama, Tahun Nilai Kriteria Investasi Pada Skenario 2 Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga, Tahun Nilai NPV,NET B/C, dan IRR Pada Kondisi Lahan Milik Sendiri yang diikuti dengan kenaikan harga pakan 16% Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga, Tahun x

11 DAFTAR GAMBAR 1. Alur produksi ikan gurame di Kecamatan Dramaga Hubungan luas lahan dengan jumlah pemberian pemberian kapur Hubungan luas lahan dengan jumlah pupuk yang digunakan yang 20 diberikan. 4. Hubungan luas lahan dengan padat tebar ikan gurame ikan gurame Kolam yang sudah ditebar ikan gurame Pakan tipe Pohon sente yang ditaman di sekitar pematang Sisa tulang daun sente yang telah dimakan ikan gurame Hubungan antara jumlah benih dengan jumlah pakan yang diberikan Hubungan antara luas lahan dengan jam kerja Pembentangan jaring Penangkapan ikan xi

12 DAFTAR LAMPIRAN 1. Karakteristik Responden Pembudidaya Ikan Gurame di Kecamatan Darmaga Tahun Data Produksi Benih, Pelet, Daun sente, pupuk dan kapur Usaha Pembesaran Ikan Gurama Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m 2, Tahun Data Faktor Produksi Tenaga Persiapan, Tenaga Pemeliharaan, Tenaga Kerja Panen dan Lahan Sewa Usaha Pembesaran Ikan Gurama Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m 2, Tahun Harga Faktor Produksi Benih, Pelet, Daun sente, pupuk dan kapur Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurama Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m 2, Tahun Harga Faktor Produksi Tk Kerja Persiapan,Tk Pemeliharaan, Tk Panen, dan Lahan Sewa Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m 2, Tahun Data harga Out Put, Total Biaya, Pemasukanm Keuntangan dan R/C Ratio Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga Dengan Luas Lahan 550 m 2, Tahun Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode Kuadrat Terkecil Anova Residual Plots for Output Nilai Investasi dan Penyusutan pada Usaha ikan gurame dalam Kondisi Aktual di Desa Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m 2 Tahun Nilai Investasi dan Penyusutan pada Usaha Pembesaran Ikan gurame dalam Kondisi Optimal di Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m 2 Tahun Sistem Produksi Harga pakan 5 tahun sebelumnya Kuisioner Cash Flow pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame pada Kondisi Optimal 7 ekor/m 2 dengan Asumsi Lahan Milik sendiri Cash Flow pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame pada Kondisi Optimal 7 ekor/m 2 dengan asumsi lahan sewa Cash Flow pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame pada Kondisi Optimal 7 ekor/m 2 dengan asumsi lahan sendiri dan terjadi kenaikan harga pakan sebesar 16% Cash Flow pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame pada Kondisi Optimal 7ekor/m 2 B dengan asumsi lahan sewa dan terjadi kenaikan harga pakan sebesar 16% xii

13 I. PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia dan kebutuhan akan bahan pangan dan gizi yang lebih baik, permintaan ikan terus meningkat dari tahun ke tahun. Menurut FAO (2001), produksi ikan dunia pada tahun 1999 mencapai 125,2 juta ton. Ikan yang digunakan untuk konsumsi meningkat 2,1 juta ton dari 90, 7 juta ton yang diproduksi pada tahun Berdasarkan statistik tahunan FAO yang dilaporkan Infofish Fishing Technology Digest For Asia Pasifik, edisi Juli-september 2004 mengatakan bahwa Indonesia menempati urutan ke 5 dari 25 negara penghasil ikan. Total produksi produksi perikanan Indonesia cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Menurut BPS (2008) total produksi perikanan Indonesia pada tahun 2008 sebesar ton Sektor perikanan merupakan salah satu bagian sangat potensial untuk meningkatkan pendapatan negara. Total penerimaan negara pada tahun 2010 dari sektor ini sebesar 2,5 % atau 27,5 triliun dari seluruh total penerimaan negara (BPS 2010). Jika dilihat dari kurva ekonomi, sektor ini selalu mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan. Hal ini bisa diakibatkan oleh daya hasil produk olahan yang sudah kompetitip dan sistem produksi yang telah terintegrasi. Untuk meningkatan nilai perdagangan, KKP telah menetapkan beberapa komoditas unggulan, salah satunya adalah ikan gurame. Ikan Gurame merupakan salah satu komoditas budidaya yang memiliki nilai produksi yang mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berikut ini merupakan produksi ikan Gurame pada tahun 2004 sebesar ton, tahun 2005 sebesar ton, tahun 2006 sebesar ton, tahun 2007 sebesar ton, dan pada tahun 2008 sebesar ton, tahun 2009 sebesar ton, tahun 2010 sebesar dengan peningkatan per tahunnya sebesar 12,05 %. Target produksi gurame pada tahun 2011 sebesar (KKP, 2010) Kabupaten Bogor termasuk salah satu sentra produksi ikan gurame. Produksi ikan gurame di Kabupaten Bogor selalu mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Produksi pembesaran ikan gurame di Kabupaten Bogor pada tahun 2008 sebesar 1.854,82 ton, tahun 2009 sebesar 1.946,43 ton dengan peningkatan per tahunnya 4,94% (Disnaken Kab Bogor, 2009). Untuk

14 2 meningkatkan produksi ikan gurame terdapat beberapa kendala yang dihadapi pembudidaya menyangkut pemahaman aspek teknologi maupun penggunaan input produksi yang belum efisien. Penggunaan teknologi didalam pemeliharaan masih tergolong tradisional hal ini bisa dilihat dari cara budidaya budidaya yang diterapkan, terutama yang menyangkut penggunaan teknologi pada saat produksi. Wilayah sentra produksi ikan gurame di Kabupaten Bogor salah satunya di Kecamatan Dramaga yang tersebar di Desa Sukawening dan Desa Petir. Daerah ini sudah di canangkan sebagai kawasan untuk pengembangan ikan gurame. Jika dilihat dari persentasi pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga, peningkatan pembudidaya tidak terjadi secara siknifikaan. Padahal jika dilihat dari kelayakan lokasi, daerah ini termasuk kawasan subur dan memiliki sumber air yang cukup. Ada beberapa kendala yang dihadapi pembudidaya didalam meningkatkan produktivitas ikan gurame di Kecamatan Dramaga diantaranya kurang efisiennya beberapa faktor produksi seperti pakan, benih, daun sente, pupuk, kapur, tenaga kerja. I.2. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan input produksi agar lebih efisien dan menganilisis kelayakan finansial usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga sehingga meningkatkan produktivitas pembudidaya.

15 II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2010 di Kecamatan Bogor, Kabupaten Bogor. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor 2.2 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yang dapat menggambarkan kondisi secara umum tentang subjek yang dianalisis. Latar belakang penggunaan metode ini melihat kondisi daerah penelitian yang perlu dikaji dari beberapa aspek yang mempengaruhi seperti aspek ekonomi dan sosial. Menurut Soeratno dan Arsyad (1999), metode penelitian dengan menggunakan studi kasus, menunjukkan bahwa penelitian dilakukan dalam lingkup yang terbatas, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan. Studi kasus digunakan sebagai metode dalam penelitian ini, karena metode ini paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di daerah penelitian. Satuan kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembudidaya yang melakukan usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. 2.3 Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu data image dan text. Menurut Fauzi (2001), data image adalah data yang ditampilkan dalam bentuk foto, diagram dan sejenisnya yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu, sedangkan data text adalah data yang diperoleh dalam bentuk alfabet dan angka numerik. Data text pada penelitian ini terdiri dari faktor produksi, biaya investasi, dan jumlah produksi yang dihasilkan. Data image yang digunakan berupa gambar dan foto selama penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan secara langsung di lapangan dengan metode wawancara dan pengisian kuisioner, sedangkan data sekunder data yang diperoleh melalui instansi tertentu yang

16 4 biasanya digunakan sebagai data penunjang penelitian. Data primer pada penelitian ini meliputi meliputi karakteristik pembudidaya gurame, teknis pemeliharaan, faktor produksi input dan output produksi, penerimaan, biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, dan penyusutan. Data sekunder meliputi informasi yang diperoleh dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bogor 2.4 Metode Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu anggota populasi dipilih untuk memenuhi tujuan tertentu mengandalkan logika atas kaidah-kaidah yang berlaku yang didasari pertimbangan peneliti. Sampel yang diambil berjumlah 27. Dimana sampel yang dilakukan diambil dari 2 desa yaitu Desa Petir dan Desa Sukawening. Jumlah sampel yang diambil dari desa Sukawening sebanyak 7 pembudidaya dari 15 orang pembudidaya. Sedangkan dari Desa petir jumlah sampel yang diambil sebanyak 20 orang dari 35 pembudidaya di Kecamatan Dramaga. Sampel yang dipilih merupakan individu yang dianggap memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Pembudidaya yang memiliki pengalaman dalam kegiatan pembesaran minimal 2 tahun. 2. Pembudidaya yang masih aktif melakukan kegiatan budidaya pembesaran 2.5 Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan. Data dan informasi yang telah terkumpul ditabulasikan untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis fungsi produksi model Cobb-Douglas dan Analisis finansial Analisis Fungsi Produksi Analisis fungsi produksi dilakukan dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi model Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk menduga hubungan antara produksi pembesaran ikan gurame dengan penggunaan

17 5 faktor-faktor produksinya. Model pendugaan dari persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut : Y = ax b1 1 X b2 2 X b3 3 X b4 4 X b5 5 X b6 6 X b7 7 e u... (1) Model pendugaan tersebut didasarkan pada kegiatan budidaya selama satu siklus produksi ( 7 bulan). Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas, maka persamaan tersebut diubah ke dalam bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut menjadi : LnY = ln a + b 1 lnx 1 + b 2 lnx 2 + b 3 lnx 3 + b 4 lnx 4 + b 5 lnx 5 + b 6 lnx 6 + b 7 lnx 7.. (2) Dimana : Y = Produksi ikan gurame (ekor/m 2 ) X 1 = Benih gurame gurame (ekor/m 2 ) X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 X 8 = Pelet (kg) = Daun sente (kg) = Pupuk (kg) = Kapur (kg) = Tk 1 (jam kerja) = Tk 2 (jam kerja) = Tk 3 (jam kerja) Ketepatan model yang digunakan sebagai alat analisis diuji dengan menggunakan uji statistik sebagai berikut : 1) Uji statistik t, digunakan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing faktor produksi (X i ) sebagai variabel bebas mempengaruhi produksi (Y) sebagai variabel tidak bebas. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut : H 0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh) H 1 : bi 0 (ada pengaruh) t hitung = (bi 0)/Sbi Keterangan : Sbi = standard error dari b bi = koefisien regresi Jika t hitung < t tabel, maka H 0 diterima, artinya X 1 tidak berpengaruh nyata terhadap Y.

18 6 Jika t hitung > t tabel, maka H 0 ditolak, artinya X 1 berpengaruh nyata terhadap Y. 2) Uji statistik f, digunakan untuk mengetahui faktor produksi (X 1 ) secara bersama mempengaruhi output (Y). Hipotesis yang diuji adalah : H 0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh) H 1 : bi 0 (ada pengaruh) F hitung = (JKR k-1 ) JKD/(n-k) Keterangan : JKR = Jumlah Kuadrat Regresi.... (3) JKD = Jumlah Kuadrat Residual n k = Jumlah Sampel = Jumlah Variabel Jika F hitung < F tabel, maka H 0 diterima, artinya faktor produksi secara simultan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Jika F hitung > F tabel, maka H 0 ditolak, artinya faktor produksi secara simultan berpengaruh nyata terhadap produksi. Pada analisis fungsi produksi, selain digunakan analisis kriteria statistik juga dilakukan analisis kriteria ekonometrik untuk menguji ketepatan model yang digunakan. Analisis kriteria ekonometrik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi memenuhi asumsi normalitas, multikolinearitas, homoskedastisitas, dan autokorelasi. Menurut Santoso (2000), normalitas adalah suatu kondisi dalam model regresi dimana nilai Y (variabel tidak bebas) didistribusikan secara normal terhadap nilai X (variabel bebas). Suatu model regresi yang baik harus memenuhi asumsi normalitas ini Menurut Santoso (2000), multikolinearitas adalah problem dalam suatu model regresi yang diakibatkan adanya korelasi antar variabel independent. Beberapa cara untuk mengatasi problem multikolinearitas diantaranya dengan menambah jumlah sampel dan mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi tinggi.

19 7 Homoskedastisitas adalah asumsi dalam model regresi dimana variasi di sekitar garis regresi seharusnya konstan untuk setiap nilai X (Santoso, 2000). Bila asumsi ini tidak terpenuhi berarti model regresi mengalami problem heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas adalah masalah yang terjadi pada model regresi apabila terjadi asumsi variance error term konstan untuk setiap nilai pada variabel penjelas dilanggar. Masalah heteroskedastisitas ini sering terjadi pada data cross-section. Cara mengatasi masalah heteroskedastisitas ini diantarnya adalah dengan : a) Menggunakan Weight Least Square Regression (nilai variabel dibagi dengan nilai variabel yang dianggap menyebabkan heteroskedastisitas). b) Menggunakan fungsi log untuk variabel penjelas yang mengakibatkan heteroskedastisitas. Autokorelasi adalah masalah dalam model regresi linear karena adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi ini biasanya terjadi pada model regresi yang menggunakan data time series atau berdasarkan waktu berkala (Santoso, 2000). Analisis Return to Scale (RTS) sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan usaha yang sedang diteliti tersebut berada dalam kondisi increasing, constant, atau decreasing return to scale. Analisis RTS ini dilakukan dengan menjumlahkan besaran elastisitas (bi). Berdasarkan persamaan 1 maka : 1 < b 1 + b 2 + b 3 + b 4 < 1... (4) a. Jika b 1 + b 2 + b 3 + b 4 < 1, maka usaha berada dalam keadaan decreasing return to scale. Artinya apabila faktor produksi yang digunakan ditambahkan maka besarnya penambahan output akan lebih kecil dari proporsi penambahan input. b. Jika b 1 + b 2 + b 3 + b 4 = 1, maka usaha berada dalam keadaan constant return to scale, dimana penambahan proporsi input yang digunakan akan sama dengan penambahan proporsi output yang dihasilkan.

20 8 c. Jika b 1 + b 2 + b 3 + b 4 > 1, maka usaha berada dalam keadaan increasing return to scale, dimana proporsi penambahan output yang dihasilkan akan lebih besar dari penambahan proporsi input. Tingkat alokasi input yang optimal dapat diketahui melalui analisis dari fungsi keuntungan, yaitu : Π = TR TC atau Π = P y Y P xi X i... (5) Keuntungan maksimum pada usaha pembesaran pembesaran ikan gurame yang dapat tercapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan usaha terhadap faktor produksi sama dengan nol, yaitu : Π = P y Y P xi X i δ π δ Xi =0 P y (d y /d xi ) = P xi P y PM xi = P xi NPM xi = P xi NPMxi =1.... (6) Pxi Analisis Finansial Analisis finansial adalah analisis yang dilakukan terhadap suatu proyek, dimana proyek dilihat dari sudut badan atau orang yang menanamkan uangnya dalam proyek maupun yang memiliki kepentingan terhadap jalannya proyek. Analisis finansial ini penting untuk memperhitungkan insentif bagi badan maupun orang-orang yang terlibat di dalam proyek Analisis Usaha Analisis usaha merupakan bagian dari analisis finansial yang digunakan untuk menghitung besarnya keutungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha dalam waktu satu tahun. Analisis usaha ini terdiri dari analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), analisis payback period (PP), dan analisis break even point (BEP).

21 9 a. Analisis Pendapatan Usaha Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat di dalam usaha dan besar keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha. Secara matematis konsep pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut : Π = Y.P y n i=0 Xi. Pxi (7) Dimana : Π = Pendapatan (Rp per musim) Y = Total Produksi (Kg per musim) X i P y P yi P y.y = Jumlah input i yang digunakan (unit) = Harga persatuan output (Rp) = Harga persatuan input (Rp) = Penerimaan total (Rp) P x.σx i = Biaya Total (Rp) b. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan. Secara matematis analisis imbangan penerimaan dan biaya dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1995) Dimana : R/C= TR... (8) TC TR = Total Revenue atau Penerimaan total (Rp) TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp) Dengan kriteria usaha R/C > 1, usaha menguntungkan R/C = 1, usaha impas R/C = 1, usaha rugi c. Payback period (PP) Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menutupi investasi yang ditanamkan pada suatu usaha (Husnan, 1998). Metode payback period secara sistematis dinyatakan dalam rumus berikut:

22 10 Payback Period = Investasi Net Bene it x 1 tahun d. Analisis Break Event Point (BEP) Break Event Point merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan output produksi sama dengan biaya produksi. Pada kondisi Break Event Point ini pengusaha mengalami impas. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi (Husnan, 1998). Selain itu BEP dapat dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan. BEP dapat dihitung dengan persamaan matematis seperti ini: BEP (Nilai Produksi) = Dimana: TFC BEP (Volume Produksi)= = Biaya tetap total (Rp) AVC = Biaya variabel rata-rata (Rp) P y = Harga komoditas (Rp/kg) Biaya Tetap 1-Biaya variabel/penerimaan (9) TFC Py-AVC.... (10) Analisis Kriteria Investasi Analisis kriteria investasi penting dilakukan untuk mengetahui besar manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Indikator yang biasa digunakan untuk analisis kriteria investasi diantaranya adalah : a. Net Present Value (NPV) Net Present Value adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan didapatkan pada masa yang akan datang. NPV ini pada dasarnya merupakan kombinasi pengertian present value penerimaan dan present value pengeluaran (Husnan, 1998). Secara matematis NPV dinyatakan dalam rumus berikut : B t -C t (1+i) t NPV= n i=0...(11) Dengan kriteria usaha sebagai berikut : - NPV < 0, usaha tidak layak - NPV = 0, usaha tersebut memberikan hasil yang sama dengan modal yang digunakan (impas)

23 11 - NPV > 0, usaha layak untuk dijalankan karena akan dapat menghasilkan Keuntungan Keterangan: B t C t = manfaat unit usaha pada tahun t (Rp) = Biaya usaha pada tahun ke t (Rp) i = Discount rate (%) t = umur proyek (10 tahun) b. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang dari keuntungan bersih pada tahun-tahun yang mana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih bernilai negatif (Kadariah et al., 1976). Secara matematis Net B/C dinyatakan dengan rumus : Net B/C= (12) t=10b t - C t t=0 (1+i) t C t=10 t - B t t=0 (1+i) t Syarat : Bt Ct > 0 Ct Bt < 0 Dengan kriteria usaha : Net B/C < 1, berarti usaha itu sebaiknya tidak dilaksanakan karena tidak layak - Net B/C > 1, berarti usaha itu akan mendatangkan keuntungan, sehingga Keterangan : usaha ini dapat dilaksanakan B t = Benefit sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp) C t = Biaya sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp) t = Umur Proyek (10 tahun) i = Discount rate (%)

24 12 c. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV pada proyek sama dengan nol (Kadariah et al., 1976). Secara matematis IRR dinyatakan dengan rumus IRR = i + " (i i")... (13) Dengan kriteria usaha: IRR i (discount rate), berarti usaha dapat dilaksanakan IRR < i (discount rate), berarti usaha lebih baik tidak dilaksanakan Keterangan : i = discount rate yang menghasilkan NPV + (%) i = discount rate yang menghasilkan NPV - (%) NPV = NPV pada tingkat bunga i (Rp) NPV = NPV pada tingkat bunga i (Rp) Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah suatu unsur kemudian menentukan pengaruh dari perubahan tersebut pada hasil analisis. Pada usaha pembesaran ikan gurame dengan sistem budidaya tradisional, analisis sensitivitas dilakukan terhadap perubahan harga pakan. Pakan merupakan faktor produksi yang utama, sehingga perubahannya akan sangat berpengaruh pada kelangsungan usaha. Pada penelitian ini, metode yang akan digunakan dalam analisis sensitivitas adalah kenaikan tertinggi harga pakan selama 5 tahun terakhir. 2.6 Batasan dan Pengukuran a) Variabel yang dijelaskan (output) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian ini adalah ikan gurame ukuran konsumsi b) Variabel yang menjelaskan (input) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian ini terdiri atas jumlah benih (ekor), pelet (kg), daun sente (kg), pupuk (kg), kapur (kg), tenaga kerja persiapan (jam kerja), tenaga kerja pemeliharaan (jam kerja), tenaga kerja panen (jam kerja). Variabel input ini dihitung per m 2. c) Umur proyek dalam penelitian ini ditetapkan selama 10 tahun.

25 13 d) Optimalisasi dengan menggunakan metode Cobb-Douglas dan kelayakan usaha dengan analisis kelayakan finansial. e) Analisis sensitivitas dengan menaikan harga pakan sebesar kenaikan harga pakan tertinggi selama 5 tahun terakhir

26 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kecamatan Dramaga terletak di wilayah Bogor Barat dengan luas wilayah Ha dimana 972 Ha digunakan untuk sawah, 1145 Ha lahan kering (pemukiman, pekarangan, kebun), 49,79 Ha lahan basah (rawa, danau, tambak, situ), 20,30 Ha lapangan olahraga dan pemakaman umum. Kecamatan Dramaga sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rancabungur, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tamansari/Ciomas, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Ciampea, dan sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Bogor Barat. Curah hujan di Kecamatan Dramaga mm/tahun, dengan ketinggian 500 m dari permukaan laut. Jarak Kecamatan Dramaga dari ibukota Kabupaten Bogor adalah 12 km, dari ibukota Propinsi Jawa Barat 180 km. Kecamatan Darmaga terdiri dari 10 desa, 24 dusun, 72 RW, 309 RT, dan KK (Kepala Keluarga). 3.2 Gambaran umum Pembudidaya Ikan Gurame Budidaya pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga tergolong masih tradisional. Hal ini bisa dilihat dari sistem produksi dan sarana produksi yang belum berjalan dengan baik. Jika dilihat dari segi umur, rata-rata petani ikan gurame memiliki umur 45 tahun, umur terendah 31 tahun, dan tertinggi 61 tahun. Tingkat pendidikan penduduk di Kecamatan Dramaga sangat memprihatinkan, dimana persentasi jumlah pembudidaya yang berpendidikan SD sebesar 80,48 % sedangkan yang berpendidikan SMP maupun SMA masih sangat sedikit yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Distribusi Tingkat Pendidikan Pembudidaya Ikan Gurame No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentasi (%) 1 SD 22 81,48 2 SMP 2 7,41 3 SMA/STM 3 11,11 Total ,00 Jumlah pembudidaya ikan gurame yang menjadikan perikanan sebagai sebagai pekerjaan utama sebesar 59,26 % dan yang menjadikan sebagai pekerjaan

27 16 sampingan 40,74 %. Jika melihat konsep budidaya yang diterapkan, budidaya pembesaran ikan gurame yang ada di Kecamatan Dramaga bisa berkembangkan dengan baik. Hal ini didukung oleh tempat budidaya yang memiliki tanah yang subur dan sumberdaya air yang cukup melimpah. Disamping itu juga pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga rata-rata memiliki lahan sendiri. Luas lahan yang dimiliki pembudidaya rata-rata 550 m 2, yang memiliki lahan terkecil 35 m 2 dan terluas 4500 m Kegiatan Budidaya. Ada beberapa tahapan yang dilakukan di dalam kegiatan budidaya. Dimana tahapan-tahapan tersebut yang akan menentukan gagal atau berhasilnya produksi. Tahapan tersebut diantaranya persiapan kolam, penyedian benur, pemeliharan, pemanenan dan pemasaran. Berikut ini merupakan gambar proses produksi pada usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga. Tahapan pertama adalah pengeringan kolam selama 10 hari, setelah itu baru dilakukan pengapuran dengan tujuan meningkatkan ph air. Kemudian baru dilakukan pemupupukan dengan tujuan meningkatkan kandungan unsur hara yang ada di kolam. Setelah dipupuk baru dilakukan pengisian air. Kemudian baru dilakukan penebaran benih. Sebelum benih ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimitisasi selama 30 menit dengan tujuan untuk menyamakan suhu tubuh ikan dengan air. Lama pemeliharaan ikan dilakukan selama 7 bulan. Pakan yang digunakan ada dua jenis yakni pakan buatan pabrik berupa pelet dan daun tumbuhan berupa daun sente. Dosis pemberian pakan berupa pelet dengan kandungan 3% biomassa ikan. Pemberian pakan berupa daun sente dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan karbohidrat bagi ikan gurame. Pengelolaan kualitas air dilakukan dengan dua cara yaitu pergantian air total volume kolam dan pergantian 30 % dari volume total. Pergantian total dilakukan ketika ikan gurame di serang oleh penyakit. Sedangkan pergantian sebanyak 30 % dilakukan ketikan ikan berada dalam keadaan sehat. Setelah itu baru dilakukan proses panen setelah ikan berada pada ukuran 500 g/ekor. Hal ini bisa dilahat pada gambar 1.

28 17 Pengeringan Pengapuran Pemupukan Pengisian air Penebaran benih Pemeliharaan Pemanenan Gambar 1. Alur produksi ikan gurame di Kecamatan Dramaga Persiapan Kolam. Ada beberapa tahapan yang dilakukan didalam persiapan kolam diantaranya pengeringan, pengapuran, pemupukan, pengisian air dan penebaran benur. 1. Pengeringan Sebelum melakukan pengeringan terlebih dahulu dilakukan pengeluaran air dari wadah budidaya melalui saluran outlet menuju saluran pembuangan. Air dari wadah budidaya diusahakan agar tidak mengalir ke kolam lain sehingga tidak berdampak negatif bagi kondisi fisiologis ikan. Pengolahan air kembali tidak dilakukan hal ini disebabkan sumber air yang tersedia di Kecamatan Dramaga tergolong melimpah. Disamping itu juga pemahaman pembudidaya tentang cara pengolahan air sangat minim. Saluran outlet yang digunakan terbuat dari pipa ukuran D 25. Waktu yang dibutuhkan untuk mengeluarkan air dari wadah budidaya ukuran kolam 150 m 2 selama 3 jam. Setelah air terbuang semuanya dari

29 18 wadah, dilakukan pemerataan kolam dengan membuang lumpur halus menuju saluran outlet menggunakan cangkul. Tujuan pembuangan lumpur halus yaitu untuk mengurangi keberadaan bahan-bahan toksik berupa H 2 S, nitrit, amonia, ion besi dan metana. Selain itu juga lumpur keras sebagian dipindahkan ke pematang kolam dengan tujuan untuk menutupi pematang yang bocor akibat dari organisme tertentu. Pengeringan dilakukan selama 10 hari. Menurut Boyd (1979) dua minggu setelah pengeringan, kecepatan dekomposisi sangat berkurang. Karena itu pada masa pengeringan sebelum benih ditebar, alangkah baiknya mengairi kolam untuk membasahi dasar kolam, dan mengeringkan kembali. Pembilasan dan pengeringan yang berulang-ulang juga mempercepat oksidasi ammonia yang terperangkap dalam lapisan tanah kolam. Proses pengeringan merupakan salah satu aspek pada tahap persiapan yang sangat mempengaruhi keberhasilan di dalam budidaya. Tujuan dari pengeringan wadah budidaya diantaranya aerasi sedimen permukaan untuk pengoksidasian senyawa-senyawa tereduksi seperti H 2 S, nitrit, ammonia, ion besi, metana, dekomposisi dan mineralisasi bahan organik oleh mikrooganisme tanah, reduksi BOD (biochemical oxygen demand), serta membunuh telur, larva dan stadia dewasa predator. Pengeringan yang berlebihan akan berpengaruh buruk terhadap proses dekomposisi bahan organik. Dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme tanah akan berkurang selama pengeringan tanah melampaui titik kandungan kelembaban optimum. 2. Pengapuran Sebelum dilakukan penebaran benih terlebih dahulu pembudidaya melakukan proses pengapuran. Hal ini dilakukan untuk menaikkan ph menjadi ph netral pada kisaran 7-8. Jenis kapur yang digunakan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga yaitu kapur pertanian (CaCO 3 ) dengan dosis sebanyak 250 g/m 2. Penggunaan kapur pertanian di dalam meningkatkan ph tidak terlalu drastis sehingga aman bagi biota yang dipelihara. Pembudidaya biasanya membeli kapur dari pasar Dramaga dengan harga Rp 2500/kg. Waktu pengapuran dilakukan pada sore hari. Sebelum melakukan pengapuran, pembudidaya ikan gurame biasanya melakukan pemilihan kapur yang ukurannya partikelnya lebih kecil. Pembudidaya beranggapan bahwa kapur yang ukurannya

30 19 lebih halus memiliki luas permukaanya yang lebih besar yang bereaksi. Cara pemberian kapur dilakukan dengan terlebih dahulu melarutkan kapur di dalam ember setelah itu pembudidaya baru menyebarkan kapur pada setiap permukaan kolam dengan frekuensi pengapuran hanya dilakukan satu kali. Waktu yang dibutuhkan pembudidaya untuk melakukan pengapuran kolam dengan ukuran 150 m 2 selama 1,5 jam. Proses pengapuran yang dilakukan di Kecamatan Dramaga setelah dilakukan pengeringan selama 10 hari. Setelah itu dilakukan pengapuran maka pembudidaya biasanya mengistirahatkan kolam selama 2 hari kemudian dilakukan proses pengisian air. Konsentrasi kalsium dan magnesium akan meningkat setelah pengapuran. Peningkatan kandungan kalsium akan memberikan dampak positif bagi plankton. Plankton memerlukan 5 mg/l Ca 2+ dan 2 mg/l Mg 2+ untuk pertumbuhan maksimum. Disamping itu juga setelah pengapuran maka akan meningkatkan kandungan fosfor yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan plankto. Aktivitas respirasi plankton akan menghasilkan CO 2, semakin banyak CO 2 yang dihasilkan maka akan mengakibatkan ph air turun. Oleh karena itu pengapuran pada sore hari sangat baik untuk dilakukan. Dengan pengapuran maka karbonat akan bertambah yang berarti kamampuan mengikat CO 2 di dalam air juga akan semakin besar sehingga banyak ion OH - yang dilepaskan ke air yang bisa menaikkan ph, dan CO 2 yang berbentuk kembali pada reaksi tersebut bisa digunakan pada aktivitas fotosintesis plankton pada siang harinya, sehingga keberadaan plankton bisa dipertahankan. Pengapuran kolam juga akan mempengaruhi kondisi fisiologis ikan. Ikan gurame memerlukan kadar tertentu ion kalsium dan magnesium. Jika kebutuhan ikan akan kandungan kalsium dan magnesium tidak terpenuhi dengan cukup, maka akan mengganggu pertumbuhan ikan. Menurut Boyd (1979) ikan tidak tumbuh normal dalam air dengan kesadahan air kurang dari 5 mg/l. Pengapuran akan mengurangi pewarnaan air oleh humus dan mengurangi kekeruhan yang disebabkan oleh partikel liat koloida (Boyd, 1979). Luas lahan budidaya ikan gurame yang ada di Kecamatan Dramaga memiliki perbedaan di antara setiap pembudidaya. Oleh karena itu kebutuhan kapur bagi pembudidaya akan berbeda-beda. Hal ini bisa dilihat pada Gambar 2.

31 Kapur (g/m2) Luas lahan (m2) Gambar 2. Hubungan luas lahan dengan jumlah pemberian kapur Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa luas kolam mempengaruhi jumlah kapur yang dibutuhkan. Semakin luas lahan kolam maka jumlah kapur yang dibutuhkan semakin banyak. Penggunaan kapur terendah sebesar 9 kg dengan luas lahan 35 m 2 sedangkan yang paling banyak sebesar kg dengan luas lahan m 2 dalam satu siklus produksi. Rata-rata kebutuhan kapur dengan luas lahan 550 m 2 di Kecamatan Dramaga sebesar 136 kg dalam satu siklus produksi. Dosis kapur yang digunakan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga sebesar 250 g/m 2. Berdasarkan SNI (2006) dosis kapur yang baik pada kisaran 200 g/m 2. Kelebihan penggunaan kapur yang dilakukan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga akan memiliki dampak negatif bagi ikan. Kapur yang berlebih akan mengendap di dasar kolam dan akan bereaksi dengan CO 2 yang dilepaskan dari dekomposisi bahan organik. Jika reaksi CO 2 dengan kapur terlalu tinggi maka akan mengganggu pertumbuhan fitoplankton yang sangat membutuhkan CO 2 untuk proses fotosintesis. Disamping itu juga kelebihan penggunaan kapur akan menambah biaya produksi yang seharusnya bisa digunakan pembudidaya untuk biaya kebutuhan produksi yang lainnya. Penyebab penggunaan kapur yang berlebih yang dilakukan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga diakibatkan oleh kurangnya pemahaman pembudidaya mengenai aspek lingkungan.

32 21 3. Pemupukan Untuk menjaga kesuburan kolam, pembudidaya Kecamatan Dramaga mengharuskan dilakukannya pemupukan. Pupuk yang digunakan pembudidaya berupa pupuk organik yang berasal dari kotoran ayam dengan dosis 0,2 kg/m 2. Sumber pupuk yang berasal dari kotoran ayam diperoleh dari peternak ayam yang ada di Kecamatan Dramaga. Biaya tranportasi pupuk biasanya ditanggung oleh para peternak ayam sampai pupuk berada pada areal budidaya. Pupuk yang berasal dari kotoran ayam biasanya dibuat di dalam wadah berupa karung dengan berat 30 kg/karung. Tingkat harga pupuk yang diberikan peternak ayam kepada pembudidaya pada umumnya sama. Harga kotoran ayam dengan berat 30 kg/karung sebesar Rp Kebutuhan akan pupuk organik yang berasal dari kotoran ayam berbeda-beda di antara pembudidaya ikan gurame. Jumlah kotoran ayam yang diperlukan untuk proses pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga memiliki perbedaan diantara setiap pembudidaya. Hal ini berhubungan erat dengan luas lahan yang yang dimiliki pembudidaya. Untuk melihat perbedaan tersebut bisa dilihat pada Gambar 3. Pupuk (g/m 2 ) 1,400 1,200 1, ,000 2,000 3,000 4,000 5,000 Luas lahan (m 2 ) Gambar 3. Hubungan luas lahan dengan jumlah pupuk yang digunakan Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa penggunaan pupuk berupa kotoran ayam yang dilakukan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga menunjukkan bahwa semakin luas lahan budidaya maka jumlah pakan yang dibutuhkan semakin besar. Penggunaan pupuk terendah sebesar 30 kg dengan luas lahan 48 m 2 sedangkan penggunaan pupuk tertinggi sebesar kg dengan luas lahan m 2 per satu siklus. Kebutuhan pupuk rata-rata dari pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Drama sebesar 201 kg per satu siklus pembesaran ikan

33 22 gurame. Sedangkan kebutuhan total pupuk organik dari 27 pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga sebesar kg. Waktu pembayaran pupuk biasa dilakukan pembudidaya setelah pupuk sudah berada pada areal budidaya. Pembudidaya melakukan pemupukan pada pagi atau sore hari. Pemberian pupuk dilakukan dengan menebar kotoran ayam tersebut langsung ke wadah pemeliharaan. Ada beberapa kendala yang dihadapi pembudidaya jika memakai pupuk organik sebagai sumber pupuk utama diantaranya pupuk organik dibutuhkan dalam jumlah banyak, sering sekali pengadaannya sulit dilakukan dan kandungan haranya tidak begitu banyak dan sulit untuk menentukan takaran yang optimal. Selain penggunaan pupuk organik ada juga yang menggunakan pupuk anorganik berupa Urea, TSP, KCl, dan NPK. Pemberian pupuk urea dapat langsung ditebar merata di pelataran kolam. Daniels (1991) mengatakan bahwa penggunaan urea 0,72 kg N/150 m 2 pada kolam, secara nyata dapat menurunkan bahan organik di dasar kolam. Proses penguraian bahan organik memiliki hubungan yang erat antara unsur C dan N. Penguraian bahan organik oleh mikorganisme disamping membutuhkan karbohidrat (berasal dari C) yang digunakan sebagai sumber tenaga dalam proses perkembangannya, juga membutuhkan N untuk diasimilasikan menjadi penyusun tubuhnya. Pemupukan pada saat persiapan kolam diperlukan sebagai sumber nutrien berupa nitrogen, fosfor dan kalium untuk merangsang pertumbuhan fitoplankton. Unsur hara utama yang dibutuhkan tanah agar tetap subur adalah fospor, nitrogen dan kalium sedangkan unsur hara sekunder kalsium, magnesium dan sulfur. Biasa setelah keberadaan unsur hara tersebut akan berkurang setelah proses pembesaran ikan gurame dilakukan. Oleh karena pemupukan yang dilakukan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga akan menyuburkan tanah sehingga kebutuhan pakan alami maupun unsur-unsur lain akan tersedia baik. Dari beberapa unsur utama yang dibutuhkan tanah, kandungan fospor yang ada didalam air akan diserap oleh bakteri, fitoplankton, dan makrofita. Pada saat setelah pemupukan akan tersejadi persaingan untuk merebut fosfor. Sedangkan fosfor yang tidak diserap oleh tumbuhan akan diserap oleh tanah. Fitzgerald (1966) menyatakan bahwa 0,4 g lumpur dapat menyerap 0,05 mg fosfor dalam

34 23 waktu kurang dari 30 menit. Lumpur secara cepat dapat menyerap fosfor. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan lampur yang sangat asam. 4.Pengisian Air Areal budidaya perikanan yang ada di Kecamatan Dramaga memiliki sumber air yang cukup melimpah. Sumber air yang digunakan pembudidaya berasal dari sungai yang dialirkan melalui saluran air berupa beton. Air yang berasal dari sungai disaring terlebih dahulu di bak penyaringan. Tujuan dari penyaringan ini adalah untuk memperbaiki kualitas air yang masuk ke wadah budidaya. Setelah itu dialirkan ke kolam. Pengisian air dilakukan pada pagi dan sore hari. Lama pengisian air tegantung pada luasan dan tinggi permukaan kolam. Untuk mengisi kolam dengan luasan 150 m 2 dibutuhkan waktu 8 jam. Rata-rata tinggi kolam berkisar antara 1m- 2 m dan sangat ideal untuk budidaya ikan gurame. 5. Penebaran Benih Salah satu aspek yang mempengaruhi tingkat produksi adalah kualitas benih. Kualitas benih yang bagus mempunyai ciri-ciri warna tubuh agak kecoklatan dan bagian perut berwarna putih keperakan atau kekuning-kuningan dengan bentuk menyerupai ikan dewasa. Disamping itu juga terlihat sangat responsif terhadap adanya rangsangan dari luar dan sesekali berenang ke permukaan air mengambil oksigen bebas dari udara. Ukuran benih yang biasanya pembudidaya gurame tebar adalah ukuran 12 cm-15 cm atau yang sering disebut ukuran korek api yang dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Ukuran Benih ikan gurame Panjang (cm) Umur (hari) Bobot (g) 0, , , ,5-25 2, , Penebaran benih dilakukan pada pagi atau sore hari dengan pertimbangan suhu pada pagi dan sore tidak terlalu tinggi. Sebelum benih ikan ditebar terlebih dahulu dilakukan aklimatisasi selama 30 menit. Tujuan aklimatisasi adalah untuk

35 24 mencegah terjadinya shock pada suatu organisme bila dipindahkan dari sesuatu lingkungan ke dalam lingkungan lain yang berbeda sifatnya (Suyanto dan Takarina, 2009). Kepadatan ikan sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan. Jika terlalu padat maka pertumbuhan ikan akan lebih lambat. Ikan gurame termasuk salah satu jenis ikan yang bersifat teritori sehingga kepadatannya tidak boleh terlalu tinggi. Menurut Shang (1975) menyatakan semakin tinggi padat penebaran, hasil metabolisme meningkat, sehingga nilai oksigen dalam kolam sangat rendah, sehingga pertumbuhan ikan akan terhambat. Menurut SNI (2006) kepadatan ikan gurame yang baik pada kisaran 5-7 ekor/m 2. Kepadatan gurame ukuran benih 12 cm-15 cm atau ukuran korek api berbeda-beda yakni 2 ekor/m 2, 3 ekor/ m 2, 4 ekor/ m 2, 5 ekor/m 2, 7 ekor/ m 2, dan rata-rata kapadatan gurame untuk ukuran 12 cm-15 cm yaitu 5 ekor/m 2. Menurut SNI (2006) kepadatan ikan gurame yang baik pada kisaran 5-7 ekor/m 2. Padat tebar ikan gurame yang dilakukan pembudidaya di Kecamatan Dramaga tidak memiliki hubungan dengan luas lahan. Hal ini bisa dilihat pada Gambar 4. Padat tebar (ekor/m 2 ) ,000 2,000 3,000 4,000 5,000 Luas lahan (m 2) Gambar 4. Hubungan luas lahan dengan padat tebar ikan gurame Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa luasan lahan tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada padat tebar ikan gurame. Berdasarkan keadaan aktual padat tebar yang dilakukan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga sebesar 5 ekor/m 2. Sedangkan pada kondisi optimal sebesar 7 ekor/m 2. Kepadatan ikan gurame terendah sebesar 3 ekor/m 2,

36 25 sedangkan kepadatan tertinggi sebesar 8 ekor/m 2. Menurut SNI (2006) padat tebar yang baik pada kisaran 5-7 ekor/ m 2. Kepadatan ikan gurame 8 ekor/m 2 akan memberikan dampak negatif pada kondisi fisologis ikan. Hal ini dipengaruhi oleh terjadinya persaingan baik dalam hal memperoleh oksigen, persaingan dalam memperoleh ruang gerak maupun persaingan dalam memperoleh makanan. Akibatnya pertumbuhan ikan gurame akan semakin lambat. Persaingan di dalam memperoleh oksigen merupakan hal sangat berbahaya bagi ikan. Kebutuhan oksigen yang baru saja makan akan lebih banyak bila dibandingkan pada saat puasa. Nilai konsumsi oksigen setelah makan sebesar 520 mg/kg per jam sedangkan pada saat puasa sebesar 380 mg/kg per jam (Andrews and matsuda, 1975). Sesuai dengan dengan pernyataan Boyd (1979) air dengan kandungan oksigen terlarut di atas 5 mg/l, ikan dapat hidup dan tumbuh secara normal. Ikan gurame sering kelihatan menyembulkan mulutnya yang menyongsong di permukaan air. Oksigen yang terisap akan diikat olehnya dengan labirin. Dengan cara ini ikan gurame dapat hidup dalam perairan kondisi oksigen terlarut sangat rendah. Labirin adalah alat pernapasan tambahan pada ikan gurame. Labirin memiliki pembuluh darah kapiler yang mampu mengambil oksigen langsung dari udara. Udara ditampung di rongga labirin saat akan muncul di permukaan air. Akibat dari hal ini maka ikan gurame dapat hidup pada ph rendah. Peningkatan pada tebar dari kondisi aktual 5 ekor/m 2 menjadi 7 ekor/m 2 akan memberikan dampak perubahan baik dalam hal aspek faktor produksi berupa pakan dan pengelolaan lingkungan sehingga pertumbuhan ikan gurame tetap berada pada kondisi normal. Disamping itu juga peningkatan pada tebar akan memberikan penambahan biaya produksi sehingga akan mempengaruhi kemampuan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga untuk menerapkan peningkatan kepadatan ikan gurame Pemeliharaan Ikan Gurame Proses pemeliharaan gurame membutuhkan waktu yang relatif lama. Hal ini dikarenakan pertumbuhan ikan gurame relatif lambat. Jika benih yang ditebar ukuran 12 cm-15 cm maka waktu yang dibutuhkan sampai pada ukuran konsumsi adalah selama 7 bulan.

37 26 Ada dua jenis pakan yang diberikan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga pada saat pemeliharaan yakni pakan berupa pelet dan pakan organik berupa daun sente. Ada 2 jenis pelet yang diberikan yaitu pelet tipe 781 dan 789. Tipe 781 ukurannya lebih kecil bila dibandingkan dengan 789. Untuk benih gurame ukuran 12 cm-15 cm pakan yang digunakan tipe 781 setelah pemeliharaan 4 bulan dari awal tebar baru diberikan pakan tipe 789 yang ukurannya lebih besar. Pakan ikan gurame jenis tipe 781 bisa dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Pakan tipe 781 Pakan berupa daun sente hanya diberikan sebagai pelengkap pakan pelet. Untuk memenuhi ketersedian daun sente maka di pematang kolam ditanami daun sente yang jarak tanamnya telah diatur sedemikian rupa. Hal ini bisa dilihat pada Gambar 6. Gambar 6. Pohon sente yang ditaman di sekitar pematang kolam ikan gurame Penanaman daun sente di sekitar pematang bertujuan untuk mempermudah pembudidaya memperoleh daun sente dan bisa memperkuat pematang. Waktu pemberikan pakan berupa pelet dilakukan pada pukul 20:00 WIB dan pukul 17:00 WIB. Jumlah pakan yang diberikan sebanyak 3% dari bobot biomassa

38 27 ikan. Cara pemberian pakan yaitu dengan menebarkannya pada setiap permukaan kolam dan memperhatikan daya selera makan ikan. Jika selera makan ikan berkurang maka pembudidaya gurame akan mengurangi pakan dari jumlah awalnya. Disamping itu juga pada musim hujan pakan berupa pelet tidak diberikan. Hal ini dikarenakan bisa mengakibatkan kematian ikan secara massal. Pakan berupa daun sente diberikan pada siang hari. Hal ini dikarenakan selera gurame terhadap daun sente sangat tinggi. Pemberian daun sente diberikan sebanyak kg/m 2. Sebelum daun sente diberikan terlebih dahulu dilakukan pemotongan batang sente sampai pada ukuran yang lebih kecil. Setelah itu dijemur beberapa jam untuk menghilangkan getah yang ada pada daun sente. Daun sente yang telah dijemur kemudian ditebar ke kolam. Setelah ditebar dalam waktu dekat ikan gurame akan secara bergerombol memakan daun sente tersebut. Jika selera makan ikan dalam keadaan baik, maka daun sente tersebut bisa dihabiskan dalam waktu yang singkat. Berikut ini merupakan gambar daun sente yang telah dimakan ikan gurame (Gambar 7). Gambar 7. Sisa tulang ulang daun sente yang telah dimakan ikan gurame Pemberian pakan baik itu berupa pakan berupa pelet maupun daun sente diuasahakan seefisien mungkin. Pemberian pakan dalam jumlah kurang akan mengakibatkan kamampuan ikan untuk tumbuh terhambat, sebaliknya pemberian pakan alam jumlah berlebih akan mengakibatkan pemborosan. Berikut ini merupakan gambaran mengenai jumlah pakan yang dibutuhkan pembudidaya ikan

39 28 gurame di Kecamatan Dramaga per satu siklus pembesaran ikan gurame (Gambar 8). 16,000 14,000 Jumlah pakan (kg/m 2 ) 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, ,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 Jumlah benih Gambar 8. Hubungan jumlah benih ikan gurame dengan jumlah pakan yang diberikan Berdasarkan Gambar 8 menunjukkan bahwa semakin banyak ikan yang dipelihara maka jumlah pakan yang dibutuhkan semakin banyak. Penggunaan pakan terendah sebesar 30 kg per silklus dengan jumlah benih tebar awal sebesar 192 ekor dan nilai FCRnya 1,6. Sedangkan penggunaan pakan tertinggi sebesar kg per silklus dengan jumlah benih tebar awal sebesar ekor dan nilai FCRnya sebesar 1.3. Rata-rata kebutuhan pakan pada proses pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga sebesar dengan jumlah benih kg dan nilai FCRnya sebesar 1,5. Ada beberapa penyakit yang menyerang ikan gurame yang ada di Kecamatan Dramaga yaitu penyakit borok, dan jamuran pada tubuh ikan. Penyakit ini timbul pada saat musim hujan. Penyakit ini timbul akibat serangan Aeromonas hydrophila pada ikan antara lain terdapatnya luka infeksi di bagian tubuh, sisik terkuak, perut busung, lemah, dan sering berada di permukaan air atau dasar kolam. Penyebab Aeromonas hydrophila ini bersifat patogen dan dapat mengakibatkan kematian ikan secara massal. Bakteri ini berbentuk batang pendek bekurukuran 2-3 mikron dan bersifat Gram negatif. Bakteri ini menginfeksi luka dan menyebabkan kematian % setelah satu minggu ikan gurame terinfeksi.

40 29 Selain pada luka infeksi, bakteri ini dapat ditemukan pula pada hati dan ginjal gurame. Pengendalian dan pengobatan terhadap gurame yang terserang bakteri Aeromonas hydrophila dapat dilakukan dengan bahan kimia dan antibiotik melalui perendaman, ditambahkan ke dalam pakan, atau suntikan. Pencegahan penyakit ini dapat juga dilakukan dengan vaksinasi. Vaksinasi dilakukan dengan merendam ikan dalam larutan vaksin A. hydrophila 10 5 sel CFU selama 30 menit. Satu bulan kemudian ikan diberi pakan yang mengandung oxytetracyline sebanyak 20 ml/kg pakan. Setelah dilakukan analisa menunjukkan bahwa waktu jam kerja yang dibutuhkan pembudidaya pada saat pemeliharaan ikan gurame di Kecamatan Dramaga memiliki hubungan yang erat dengan luas lahan. Hal ini bisa dilihat pada Gambar 9. 14,000 12,000 Jam kerja (jam/m 2 ) 10,000 8,000 6,000 4,000 2, ,000 2,000 3,000 4,000 5,000 Luas lahan (m 2 ) Gambar 9. Hubungan luas lahan dengan jam kerja. Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa luas lahan kolam mempengaruhi waktu jam kerja yang dibutuhkan pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga. Semakin luas lahan kolam maka waktu kerja yang dibutuhkan semakin lama. Hal ini menunjukkan bahwa semakin luas lahan kolam maka biaya yang dibutuhkan semakin besar. Waktu jam kerja yang terendah sebesar 99 jam dengan luas lahan 35 m 2 sedangkan waktu jam kerja terlama sebesar jam dengan luas lahan m 2 per satu siklus pembesaran. Ratarata jam kerja yang diperlukan pembudidaya pada usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga sebesar jam dengan luas lahan 550 m 2 per satu

41 30 silklus. pemeliharaan. Jika melihat gambar diatas menunjukkan bahwa terjadi perbedaan luas lahan yang sangat signifikan pada usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga. Hal ini bisa dibandingkan dengan luas lahan rata-rata dengan luas lahan terendah Panen Setelah ukuran ikan sudah mencapai 500 g/ekor maka panen sudah bisa dilakukan.waktu panen biasanya dilakukan pada pukul 16 :00-18:00 WIB. Hal ini dikarenakan suhu pada waktu tersebut tidak terlalu tinggi sehingga tidak menyebabkan gangguan fisiologis ikan. Sebelum melakukan panen ada berapa hal yang perlu dipersiapkan antara lain jaring, wadah penampung, ember, dan timbangan. Setelah alat panen sudah tersedia maka dilakukan pembentangan jaring dari ujung sudut kolam sehingga membentuk segi empat (gambar 10). Tujuannya adalah untuk mengumpul ikan gurame sehingga mempermudah penangkapan. Setelah itu baru dilakukan penyebaran daun pisang pada permukaan kolam. Kemudian baru dilakukan penangkapan menggunakan tangan (Gambar 11). Ikan yang ditangkap kemudian dimasukkan ke wadah penampungan sementara (Gambar 12). Sebelum ikan diangkut ke mobil terlebih dahulu dilakukan penimbangan ikan (Gambar 13). Gambar 10. Pembentangan jaring Gambar 11. Penangkapan ikan

42 31 Gambar 12.Pemasukan ikan ke wadah Gambar 13. Penimbangan ikan. Setelah ikan dipanen kemudian diangkut menggunakan mobil pengangkut. Penampilan tubuh gurame sangat mempengaruhi transaksi jual beli. Penampilan gurame banyak dipengaruhi oleh penanganan pasca panennya. Ikan yang baru diangkat memberikan penampilan yang baik Pemasaran Pemasaran merupakan suatu kegiatan penyaluran produk dari titik konsumsi. Sedangkan menurut Kadariah (1976), pemasaran merupakan suatu proses dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan dan menukar produk serta jasa dengan sesamanya. Pemasaran berperan penting didalam menentukan hidup atau matinya usaha budidaya perikanan. Usaha budidaya ikan gurame yang dilakukan pembudidaya gurame di Kecamatan Dramaga belum memperlihatkan sistem pemasaran yang baik. Sistem pemasaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga masih sepenuhnya dipegang oleh tengkulak. Sebelum ikan dipanen, pembudidaya gurame terlebih dahulu memberitahukan kepada pengepul bahwa akan dilakukan proses panen. Setelah itu pengepul memberitahukan kepada pedagang besar yang ada di Jakarta bahwa akan ada pengiriman ikan dengan jumlah tertentu. Disamping itu juga pasar-pasar yang menjadi tujuan pengepul ikan di Kecamatan Dramaga yaitu Kab/Kota Bogor, Sukabumi, dan Cianjur. Harga gurame ukuran konsumsi dengan berat 500 g/ekor pada tingkat produsen sebesar Rp /kg. Pembayaran kepada pembudidaya biasanya ada yang bersipat langsung dan tidak langsung.

43 Faktor Produksi Usaha Pembesaran Ikan Gurame Faktor produksi yang digunakan dalam suatu usaha pembesaran ikan gurame ini terdiri dari benih, pelet, daun sente, pupuk, kapur, tenaga kerja persiapan, tenaga kerja pemeliharaan, dan tenaga kerja panen. Luas kolam yang digunakan pembudidaya di Kecamatan Dramaga antara 35 m 2 sampai m 2 dengan luas total keseluruhan sebesar m 2. Jumlah benih yang ditebar dengan luas rata-rata 550 m 2 sebanyak ekor dengan rata-rata input 5 ekor per m 2 sebanyak benih per musim tanam, dengan rata-rata input sebanyak 2 ekor per m 2. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Rata-rata Input dan Output per Musim Tanam dari Usaha Pembesaran Ikan Gurame pada Kondisi Aktual di Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 Penggunaan Input Rata-rata input per No Keterangan Ratarata lahan Minimum Maksimum m 2 luas 1 Luas Lahan (m2) ,00 2 Benih (ekor) ,00 3 Pakan (kg) ,88 4 Daun sente (kg) ,41 5 Pupuk (kg) ,37 6 Kapur (kg) 8, ,25 7 Tenaga Kerja Persiapan (jam) 5, ,02 8 Tenaga Kerja Pemeliharaan (jam) 91, ,85 9 Tenaga Kerja Panen (jam) ,02 10 Out put (kg) 60, ,09 Sumber : Data Primer tahun 2010 Penggunaan pakan komersil pada usaha pembesaran gurame di Kecamatan Dramaga tergolong tinggi. Hal ini bisa dilhat dari rata-rata FCR 1,5. Penggunaan pakan komersil sebaiknya bisa disubtitusi dengan pemberian daun sente dalam jumlah yang lebih banyak sehingga biaya produksi bisa diefisienkan. Persentasi kebutuhan pakan pada setiap pembudidaya ikan gurame di Kecamatan Dramaga memiliki perbedaan yang sangat tinggi. Penggunaan pakan terendah sebesar 98 kg per musim tanam dengan luas lahan budidaya 48 m 2 dan yang tertinggi sebesar kg per musim tanam 4500 m 2. Hal ini menunjukkan bahwa semakin luas lahan budidaya maka jumlah pakan yang diberikan semakin besar.

44 Analisis Pendugaan Fungsi Produksi Tujuan dari penggunaan fungsi produksi ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independent (X) terhadap variabel dependent (Y). Berdasarkan hasil pengamatan usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga ada beberapa variabel independen (X) yang disebut dengan faktor produksi yang mempengaruhi variabel dependent antara lain benih, pelet, daun sente, pupuk, kapur, tenaga kerja persiapan, tenaga kerja pemeliharaan, dan tenaga kerja panen. Model yang digunakan dalam analisis fungsi produksi usaha pembesaran ikan gurame adalah model fungsi produksi Cobb-Douglas. Berdasarkan hasil analisis menggunakan metode kuadrat terkecil diperoleh nilai koefisien regresi yang sekaligus menggambarkan elastisitas produksi. Nilai Elastisitas produksi untuk produksi gurame, yaitu benih, pelet, daun sente, pupuk, kapur, tenaga kerja persiapan, tenaga kerja pemeliharaan, dan tenaga kerja panen masing-masing adalah 0,5088, 0,24692, 0,09803, 0,0970, -0,0604, 0,1515, 0,3000, dan -0,0758. Dengan t hitung masing-masing 4,25, 2,56, 1,16, 0,6, -0,39, -0,55, 2,39, 1,30 (Tabel 4). Tabel 4. Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame Di Kecamatan Dramaga No Peubah Koefisien Regresi t hitung P-Value 1 Intercept -0,8568-1,66 0,114 2 X 1 (Benih) 0,5088 4,25 0,000 3 X 2 (Pelet) 0, ,56 0,020 4 X 3 (Daun sente) 0, ,16 0,260 5 X 4 (Pupuk) 0,0970 0,65 0,523 6 X 5 (Kapur) -0,0604-0,39 0,703 7 X 6 (Tenaga Kerja Persiapan) 0,1515 1,30 0,211 8 X 7 (Tenaga Kerja Pemeliharaan) 0,3000 2,39 0,028 9 X8 (Tenaga Kerja Panen) -0,0758-0,55 0,588 Sumber : Data Primer tahun 2010 Keterangan : R square = 97,2% f hitung = 77,65 Adjusted R Square = 95,9% t tabel = 5,3269 Standard Error = 1,2349 Sehingga persamaan linearnya sebagai berikut : Y = X X X X X X X X 8..(14)

45 34 Hasil analisis persamaan regresi di atas menunjukkan bahwa ada delapan variabel berpengaruh nyata variabel dependen. Variabel yang mempunyai pengaruh nyata adalah benih, pelet, daun sente, pupuk, tenaga kerja persiapan, tenaga kerja pemeliharaan, dan tenaga kerja panen. Hasil koefisien regresi yang bertanda positip menunjukkan bahwa semakin meningkatnya variabel independen maka akan meningkatkan dependen dan sebaliknya variabel yang bertanda negatif menunjukkan bahwa semakin meningkatnya variabel independen maka variabel dependen akan semakin berkurang. Berdasarkan persamaan di atas bisa bisa dilihat bahwa koefesien regresi paling tinggi terdapat pada variabel benih, pelet dan tenaga kerja pemeliharaan. Hal ini menunjukkan bahwa variabel tersebut memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap output produksi usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga. Sedangkan variabel produksi yang tidak memiliki pengaruh terhadap peningkatan out produksi yaitu kapur. Hal ini menerangkan bahwa variabel kapur sudah efisien sehingga tidak perlu dilakukan penambahan lagi. Sedangkan variabel yang memiliki pengaruh tidak terlalu besar yaitu daun sente, tenaga kerja persiapan, tenaga kerja panen tetapi untuk meningkatkan output produksi perlu dilakukan efisiensi. a) Kriteria Statistik Berdasarkan hasil pendugaan fungsi produksi dengan menggunaan model kuadrat terkecil diperoleh nilai R Square 0,972 yang menunjukkan bahwa variabel input produksi berupa benih, pelet, daun sente, pupuk, kapur, tenaga kerja persiapan, tenaga kerja pemeliharaan, dan tenaga kerja panen yang digunakan dapat menjelaskan besarnya output sebesar 97,2% sedangkan sisanya yaitu 2,8 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dihitung. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,959 menunjukkan bahwa dengan memasukkan semakin banyak variabel sebagai variabel penjelas dalam regresi akan mengurangi derajat kebebasan. Nilai standard error yang diperoleh dari hasil analisis model kuadrat terkecil sebesar 1,2349 dan nilai ini merupakan nilai galat baku dari regresi secara keseluruhan. Berdasarkan nilai R Square sebesar 0,972, Adjusted R Square sebesar 0,959, standard error sebesar 1,2349 menunjukkan bahwa input produksi usaha

46 35 pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga memiliki kevalidan data yang tinggi. Nilai F hitung yang diperoleh dari hasil analisis fungsi produksi adalah sebesar 77,65 dan F tabel sebesar 5,3269. Apabila nilai F hitung ini lebih besar daripada F tabel maka dapat disimpulkan tolak H 0, artinya faktor produksi berupa benih, pelet, daun sente, pupuk, kapur, tenaga kerja persiapan, tenaga kerja pemeliharaan, dan tenaga kerja panen berpengaruh nyata terhadap output yang dihasilkan. b) Kriteria Ekonometrik Untuk memenuhi kriteria ekonometrik ada empat asumsi yang harus terpenuhi yaitu normalitas, hoteroskedastisitas, multikolinearitas dan autokorelasi. Syarat normalitas terpenuhi apabila nilai Y (variabel dependen) didistribusikan secara normal terhadap nilai X (variabel independen). Untuk memenuhi asumsi tersebut dapat dilihat pada grafik Normal P-P Plot of Regression (Lampiran 5). Berdasarkan grafik dapat dilihat bahwa data seluruhnya menyebar normal pada garis diagonal. Hal ini menunjukkan bahwa asumsi normalis terpenuhi. Heteroskedastisitas dalam suatu model regresi terjadi bila terdapat ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk menentukan apakah heteroskedastisitas terjadi, dapat dilihat Grafik scatterplot (Lampiran 5). Dari grafik scatterplot dapat dilihat bahwa data menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu. Hal ini menerangkan bahwa problem heteroskedastisitas pada data pembesaran gurame tidak terjadi. Suatu model regresi dikatakan bebas dari multikolinearitas bila mempunyai nilai VIF di sekitar angka satu dan nilai toleransi mendekati angka satu. Dalam uji ekonometrik ini akan diperoleh nilai VIF (Variance Inflation Factor) yang dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai VIF dan Nilai Toleransi untuk Setiap Variabel Input No Keterangan Nilai VIF 1 X 1 (Benih) 9,012 2 X 2 (Pelet) 3,846 3 X 3 (Daun sente) 4,874 4 X 4 (Pupuk) 4,890 5 X 5 (Kapur) 9,915 6 X 6 (Tenaga Kerja Persiapan) 9,286 7 X 7 (Tenaga Kerja Pemeliharaan) 8,323

47 36 8 X8 (Tenaga Kerja Panen) 2,224 Sumber : Data Primer Tahun 2010 Berdasarkan nilai VIV pada tabel di atas dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas. Hal dikarenakan nilai VIV setiap variabel tidak ada di sekitar angka satu dan tidak ada yang mendekati angka satu. Nilai Durbin-Watson pada hasil analisis ekonometrik sebesar (Lampiran 6) menunjukkan tidak adanya autokorelasi. Suatu model regresi dikatakan bebas dari problem autokorelasi apabila memiliki nilai Durbin-Watson model di antara -2 sampai dengan +2. Apabila suatu model regresi memiliki nilai Durbin-Watson di atas +2 berarti memiliki problem autokorelasi negatif dan jika di bawah -2 berarti memliki problem autokorelasi positif. Autokorelasi ini biasanya terjadi akibat tidak dimasukkannya variabel penting dalam model atau karena data tidak linear. Bila suatu regresi memiliki masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya signifikan menjadi tidak layak untuk dipakai. 3.7 Analisis Efisiensi Penggunaan Input Untuk mengetahui suatu usaha pembesaran dalam keadaan optimal maka perlu dilakukan penghitungan Nilai Produksi Marginal (NPM), input dan output yang efisien serta rasio NPM dengan harga input. Menurut Soekartawi (1994), penggunaan faktor produksi akan efisien apabila antara NPM dan P xi sama dengan satu (NPM/P xi = 1). Apabila rasio ini lebih besar dari satu, maka penggunaan faktor produksi (input) belum efisien dan masih dapat dilakukan penambahan. Apabila rasio ini kurang dari satu, maka penggunaan faktor produksi (input) sudah tidak efisien dan harus dikurangi. Berikut ini merupakan nilai Nilai NPM, Input dan Output yang Efisien, serta Nilai Rasio NPM dan P xi Kecamatan Dramaga Tahun Setelah dilakukan analisa Cobb douglas menunjukkan bahwa nilai output pada kondisi optimal sebesar 2,7464 sedangkan pada kondisi aktual sebesar 2,1138 yang dapat dilihat pada Tabel 6.

48 37 Tabel 6. Nilai NPM, Input dan Output yang Efisien, serta Nilai Rasio NPM dan P xi pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga Tahun No Keterangan bi P xi NPM NPM/ P xi Optimal (per m 2 ) Aktual (per m 2 ) 1 Output - 0, ,7464 2, Benih 0, ,5 1,4196 7,2594 5, Pelet (Kg) 0, ,4 0,7933 2,2851 2, Daun sente 0, ,38 2, , , Pupuk 0, ,6 17,9383 6,6470 0, Tk 1 0, ,6 380,803 4,1502 0, Tk 2 0, ,7 3,1309 8,2186 2,850 Sumber : Data Primer Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 6, harga rata-rata untuk output (ikan gurame ukuran konsumsi) adalah Rp 27000/kg. Tingkat harga pada kisaran Rp 27000/kg diperoleh dari harga rata-rata yang diperoleh pembudidaya di Kecamatan Dramaga pada tingkat pengepul. Tingkat harga ikan gurame yang diperoleh pembudidaya bisa bertambah jika pemasarannya sampai pada konsumen akhir. Sedangkan tingkat harga pakan berupa pelet komersil sebesar Rp 6167/kg. Tingkat harga pakan yang diperoleh pembudidaya tidak tergolong tinggi hal ini bisa dilihat berdasarkan data harga pakan per karung dengan berat 30/kg ditingkat pasar, pada kisaran Rp /30 kg dan Rp /30kg. Harga rata-rata benih ikan gurame ukuran 12 cm- 15 cm sebesar Rp 4000/ekor. Benih ikan gurame yang diperoleh petani berasal dari wilayah Kecamatan Dramaga yang melakukan usaha pendederan ikan gurame. Rata-rata pembudiya ikan gurame yang melakukan usaha pembesaran tidak melakukan usaha pendederan sekaligus dengan pembesaran dikarenakan menurut pembudidaya, biaya yang dibutuhkan sangat besar dan memiliki resiko yang sangat tinggi. Jika dilihat dari nilai rasio antara NPM dan P xi maka faktor produksi yang belum optimal yaitu benih, daun sente, pupuk, tenaga kerja persiapan, dan tenaga kerja pemeliharaan. Menurut Soekartawi (1994), Apabila rasio NPM dan P xi lebih besar dari satu, maka penggunaan faktor produksi (input) belum efisien dan masih dapat dilakukan penambahan. Apabila rasio ini kurang dari satu, maka penggunaan faktor produksi (input) sudah tidak efisien dan harus dikurangi. Agar penggunaan input efisien dan dapat menghasilkan output yang optimal, maka

49 38 penggunaan benih perlu ditambah dari kondisi aktualnya 5 ekor per m 2 menjadi 7 ekor/m 2. Peningkatan padat tebar dari 5 ekor/m 2 menjadi 7 ekor/m 2 masih layak dilakukan. Hal ini sesuai batas standar pada tebar SNI (2006) yang mengatakan bahwa pada tebar ikan gurame yang baik pada kisaran 5 ekor/m 2-7 ekor/m 2. Peningkatan padat tebar dari 5 ekor/m 2 menjadi 7 m 2 akan menambah biaya produksi dan akan mempengaruhi kondisi teknis budidaya yang akan diterapkan. Biaya yang dibutuhkan pada kondisi aktual dengan luas lahan 550 m 2 dengan jumlah benih sebesar Rp sedangkan pada kondisi optimal dengan padat tebar 7 ekor/m 2 dengan jumlah benih ekor membutuhkan biaya sebesar Rp Penggunaan pakan perlu dikurangi dari 2,8805 kg/m 2 menjadi 2,2851 kg/m 2. Penggunaan pakan berlebih diakibatkan pada saat pemberian pakan harian, pembudidaya kurang memperhatikan nafsu makan ikan sehingga banyak pakan yang tidak habis dimakan. Pengaruh dari sisa pakan yang terkandung di wadah budidaya, menyebabkan kandungan ammonia semakin tinggi. Sehingga pada saat musim hujan sering sekali terjadi kematian massal akibat dari banyaknya ikan gurame yang terserang penyakit. Penggunaan daun sente sebagai pakan tambahan wajib diberikan hal ini terkait dengan aspek fisiologis ikan gurame. Jika dilihat dari tabel di atas kebutuhan daun sente perlu ditambah dari 21,4054 kg/m 2 menjadi 37,2989 kg/m 2. Hal ini menunjukkan bahwa daun sente memegang peranan penting dalam rangka meningkatkan produksi. Pada saat harga pakan komersil melambung tinggi sering sekali pembudidaya di Kecamatan Dramaga menjadikan daun sente sebagai pakan utama. Akibatnya waktu pemeliharaan akan bertambah. Kandungan utama daun sente lebih didominasi oleh unsur karbohidrat sehingga kebutuhan protein sebagai penyumbang utama pertumbuhan ikan tidak terpenuhi. Kebutuhan pupuk perlu ditambah dari 0,3705 kg/m 2 menjadi 6,6470 kg/m 2. Penggunaan pupuk organik berupa kompos akan merangsang pertumbuhan fitoplankton sehingga kesuburan tanah bisa tetap terjaga. Keberadaan fitoplanton akan memberikan pengaruh yang besar bagi petumbuhan ikan gurame. Tenaga kerja persiapan perlu ditambah dari 0,0169 jam/m 2 menjadi 4,1502 jam/m 2. Jika dilihat dari perbandingan kondisi aktual dan optimal terjadi perbedaan yang sangat signifikan hal ini menunjukkan bahwa waktu yang diberikan pembudidaya

50 39 terutama pada saat pengolahan lahan kolam kurang efisien. Sedangkan pada variabel tenaga kerja pemeliharaan perlu dilakukan penambahan dari 2,850 jam/m 2 menjadi 8,2186 jam/m 2. Perbedaan yang signifikan antara kondisi aktual dan optimal menggambarkan bahwa sistem pemeliharaan ikan gurame perlu ditingkatkan sehingga dapat meningkatkan output. Waktu pemeliharaan ikan gurame tergolong lama, waktu pemeliharaaan yang dibutuhkan sampai ikan gurame sudah sampai ukuran panen selama 7 bulan. Sehingga manajemen pemeliharaan sangat berpengaruh besar terhadap peningkatan output yang dihasilkan. c) Kriteria Ekonomi Kriteria ekonomi berfungsi untuk menentukan variabel produksi yang bisa ditingkatkan dan yang tidak perlu ditingkatkan lagi untuk menambah output. Variabel yang bisa ditingkatkan memiliki nilai positif sedangkan variabel yang tidak bisa ditingkatkan karena akan menyebabkan ketidak efisienan ditunjukkan dengan nilai negatif. Berdasarkan analisis kuadrat terkecil menunjukkan bahwa variabel X 1 (Benih), X 2 (Pelet), X 3 (Daun sente), X 4 (Pupuk), X 6 (Tenaga kerja persiapan), X 7 (Tenaga kerja pemeliharaan) memiliki nilai positif yang menunjukkan bahwa variabel tersebut masih bisa ditingkatkan untuk menambah output sedangkan variabel X 5 (Kapur), dan X 8 (Tenaga kerja panen) memiliki koefisien yang negatif yang artinya apabila penggunaan variabel ini ditingkatkan justru akan mengurangi output. Jika variabel yang bernilai positif tersebut dibuat dalam bentuk persamaan maka akan memiliki bentuk persamaan seperti di bawah : Ln Y = Ln X ln X Ln X Ln X LnX LnX Persamaan di atas merupakan fungsi perhitungan output untuk menghitung jumlah faktor produksi yang dibutuhkan dalam rangka mengefisienkan biaya produksi. d) Elastisitas Produksi Elastisitas produksi adalah nilai yang menunjukkan persentase perubahan dari output sebagai akibat dari persentase perubahan input. Nilai elastisistas pada variabel X 1 (benur) sebesar 0,5088 yang artinya apabila jumlah benih ditambah sebesar 1 satuan dengan asumsi input yang lain dianggap tetap (ceteris paribus),

51 40 maka output akan bertambah sebesar 0,5088 satuan. Nilai elastisitas pada variabel X 2 (pelet) 0,24692 adalah yang artinya apabila jumlah pakan ditambah sebesar 1 satuan dengan asumsi input yang lain dianggap tetap, maka output akan bertambah sebesar 0,24692 satuan. Nilai elastisitas pada variabel X 3 (daun sente) adalah 0,09803 yang artinya apabila daun sente ditambah sebesar 1 satuan dengan asumsi input yang lain dianggap tetap, maka output akan bertambah sebesar 0,09803 satuan. Nilai elastisitas pada variabel X 4 (Pupuk) sebesar 0,0970 yang artinya apabila jumlah pupuk ditambah sebesar 1 satuan dengan asumsi input yang lain dianggap tetap, maka output akan bertambah sebesar 0,0970 satuan. Nilai elastisitas pada variabel X 5 (Tenaga kerja persiapan) sebesar 0,1515 yang artinya apabila jumlah tenaga kerja panen ditambah sebesar 1 satuan dengan asumsi input yang lain dianggap tetap, maka output akan bertambah sebesar 0,1515 satuan. Nilai elastisitas pada variabel X 6 (Tenaga kerja pemeliharaan) sebesar 0,3000 yang artinya apabila tenaga kerja pemeliharaan ditambah sebesar 1 satuan dengan asumsi input yang lain dianggap tetap, maka output akan bertambah sebesar 0,3000 satuan. e) Skala Usaha (Return to Scale) Analisa Return to Scale (RTS) sangat penting dilakukan untuk mengetahui apakah sebuah kegiatan usaha berada dalam kondisi increasing, constant, atau decreasing return to scale. Kondisi skala usaha ini dapat diketahui dengan cara menjumlahkan besaran elastisitas pada fungsi produksi. Dalam penelitian ini diketahui bahwa usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga berada dalam kondisi increasing return to scale. Hal ini dapat dilihat dari hasil penjumlahan besaran elastisitas yang terdiri atas variabel X 1 (0.5088), X 2 ( ), X 3 ( ), X 4 (0.0970), X 5 (0.1515) dan X 6 (0.3000), dan yang hasilnya adalah Kondisi increasing to scale ini menunjukkan bahwa apabila kelima faktor produksi ditingkatkan secara proporsional sebesar satu satuan, maka output yang dihasilkan akan meningkat lebih dari satu satuan. 3.8 Analisis Usaha Kegiatan usaha merupakan kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu kesatuan dengan menggunakan sumberdaya yang

52 41 dimiliki baik sebagian maupun seluruhnya yang dikorbankan dari penggunaan masa sekarang untuk memperoleh manfaat dimasa depan (Gittinger, 1986). Analisis usaha pada usaha pembesaran ikan gurame meliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), analisis Payback Period (PP), dan analisis Break Even Point (BEP). Ada beberapa asumsi yang digunakan berdasarkan kondisi aktual dalam rangka menghitung analisis usaha pembesaran ikan gurama di Kecamatan Dramaga antara lain : 1.Lahan yang digunakan seluas 550 m 2 Penggunaan lahan 550 m 2 sebagai acuan untuk menghitung analisa usaha dikarenakan pada luasan inilah rata rata pembudidaya ikan gurame berproduksi. Disamping itu juga sudah memperhatikan aspek kepemilikan lahan kolam di Kecamatan Dramaga dan aspek pendukung lainnya. 2.Ukuran benih yang ditebar 12 cm-15 cm dengan kepadatan 5 ekor/m 2 3.Lama pemeliharaan 7 bulan 4.Jenis gurame yang digunakan gurame kapas 5.Jumlah ikan yang hidup sebanyak 85 % dari total keselurahan 6.Harga ikan gurame ukuran konsumsi Rp 27000/kg Investasi Biaya investasi merupakan biaya yang umumnya dikeluarkan pada awal kegiatan dan pada saat tertentu untuk memperoleh mamfaat beberapa tahun kemudian. Biaya investasi yang digunakan pada usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga dibagi menjadi dua yakni biaya investasi pada kondisi aktual dan biaya investasi pada kondisi optimal dengan luas lahan 550 m 2. Investasi pada kondisi aktual dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah.

53 42 Tabe 7. Komponen Biaya Investasi Pada Kondisi Aktual dengan Luas Lahan 550 m 2 Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga Keterangan Aktual Kondisi Optimal Komponen Biaya Jumlah Satuan Harga Satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp) Jumlah Satuan Harga Per Satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp) Lahan Kolam ,000 16,500, m2 30,000 16,500,000 Pembuatan Kolam 1 m kolam 2,500,000 2,500,000 Rumah Jaga unit 4,500,000 4,500,000 Drum 1 unit 80,000 80,000 3 m 80, ,000 Jaring 1 m 125, ,000 3 unit 125, ,000 Cangkul 1 unit 45,000 45,000 2 unit 45,000 90,000 Hapa 2 unit 90, ,000 3 unit 90, ,000 Parang 1 unit 35,000 35,000 2 m2 35,000 70,000 Pipa PVC (D5) 1 m2 75,000 75,000 3 unit 40, ,000 Drigen 1 unit 25,000 25,000 4 m 150, ,000 Total 18,565,000 25,185,000 Biaya investasi total pada kondisi aktual pada usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga sebesar Rp sedangkan pada kondisi optimal sebesar Rp Perbedaan biaya investasi pada kedua kondisi diatas disebabkan oleh pada kondisi optimal ada penambahan biaya yaitu pada pembuatan kolam dan rumah jaga. Penambahan biaya pada pembuatan pada kondisi optimal kolam disebabkan oleh adanya perubahan desain kolam, dimana pada sisi pematang dilapisi dengan bambu dengan tujuan untuk mencegah organisme atau hewan-hewan tertentu sehingga menambah umur ekonomis kolam Biaya Produksi Biaya operasional termasuk semua biaya produksi, pemeliharaan dan lainnya yang menggambarkan pengeluaran untuk menghasilkan produksi yang digunakan bagi setiap proses produksi dalam satu periode kegiatan produksi. Biaya operasional terdiri dari komponen utama yakni biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan terdiri tenaga kerja persiapan, tenaga kerja pemeliharaan, tenaga kerja panen, pemeliharaan kolam, penyusutan dan Pajak Bumi dan Bangunan. Total biaya tetap yang dikelaurkan pada usaha pembesaran

54 43 ikan gurame di Kecamatan Dramaga pada kondisi aktual sebesar Rp sedangkan pada kondisi optimal sebesar Rp yang dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Biaya Tetap Pada Kondisi Aktual dan Optimal Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame Di Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 No Struktur Biaya Aktual Optimal Rp/thn Rp/thn 1 Tenaga Kerja Persiapan Tenaga kerja pemeliharaan Tenaga kerja panen Pemeliharaan kolam Penyusutan PBB Total Biaya (Rp) Biaya variabel yang digunakan dalam usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga terdiri dari benih, pelet, daun sente, pupuk, dan kapur. Total biaya variabel yang dikeluarkan dalam usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga pada kondisi aktual sebesar Rp sedangkan pada kondisi optimal sebesar Rp yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya Variabel Pada Kondisi Aktual dengan Luas Lahan 550m 2 Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 Keterangan Aktual Kondisi Optimal Komponen Keb/thn Sat Harga Sat (Rp) Biaya (Rp) Keb/thn Sat Harga Sat (Rp) Biaya (Rp) Benih ekor Ekor Pelet Kg Kg 6, Daun sente Kg Kg Pupuk 201 Kg Kg Kapur 136 Kg Kg Total biaya Analisis Keuntungan Usaha Analisis usaha digunakan untuk menghitung besarnya keuntungan yang diperoleh pada usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga. Analisis ini perlu dilakukan untuk mengetahui tingkat keuntungan yang diperoleh

55 44 pembudidaya gurame di dalam memproduksi ikan gurame ukuran konsumsi. Pada analisis usaha, biaya yang harus dikeluarkan dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Jumlah total biaya tetap yang harus dikeluarkan pembudidaya pada kondisi aktual sebesar Rp , biaya variabel sebesar Rp Total biaya keseluruhan yang dibutuhkan dalam satu tahun sebesar Rp Pada kondisi optimal, jumlah total biaya tetap yang harus dikeluarkan pembudidaya sebesar Rp , biaya variabel Rp Total biaya keseluruhan yang dibutuhkan dalam satu tahun sebesar Rp ,214 Perbedaan pembiayaan yang lebih signifikan terdapat pada pembiayaan investasi. Pada kondisi aktual total biaya investasi yang dibutuhkan sebesar Rp , sedangkan pada optimal total biaya investasi yang dibutuhkan sebesar Rp Ada beberapa faktor yang menyebabkan antara lain pada kondisi optimal teradi perubahaan bentuk wadah, dimana pada sisi pematang dilapisi dengan bambu sehingga umur ekonomis kolam bisa dinaikkan. Disamping itu juga terjadi peningkatan kebutuhan biaya investasi berupa peralatan produksi yang umur ekonomisnya tidak sampai 10 tahun sehingga perlu pergantian peralatan yang menyebabkan penambahan biaya investasi. Total keuntungan yang diperoleh pada kondisi aktual sebesar Rp sedangkan pada kondisi optimal sebesar dalam satu siklus pemeliharaan yang dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Analisis Keuntungan Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaganper tahun pada kondisi Aktual dan Optimal No Keterangan Kondisi Aktual 5 ekor/m2 Optimal 7 ekor/m2 1 Biaya Investasi Rp Rp Biaya Total Rp Rp a.biaya Tetap Total Rp Rp b. Biaya Variabel Total Rp Rp Penerimaan Rp Rp Keuntungan Rp Rp R/C 1,13 1,20 6 Pay Back Period (Tahun) 4,9 tahun 3,2 tahun 9 Break Even Point (kg) 650 kg 820 kg Jika dilihat dari sisi pendapatan, pendapatan pada kondisi aktual dalam satu tahun Rp Pada kondisi optimal total pendapatan sebesar Rp

56 Sedangkan laba bersih yang diperoleh dalam kondisi aktual dalam satu tahun sebesar Rp , dan laba bersih yang diperoleh dalam kondisi optimal sebesar Rp Melihat laba bersih yang diperoleh pada kondisi aktual Rp dan pada kondisi optimal Rp menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga masih berpeluang besar untuk dikembangkan. Pendapatan pembudidaya akan semakin bertambah jika aspek pemasaran dipegang oleh pembudidaya tanpa melalui tengkulak. Selama ini aspek pemasaran dipegang tengkulak dengan harga ikan gurame sebesar Rp 27000/kg sehingga margin dari produksi yang diperoleh pembudidaya semakin kecil. Penguasaan tengkulak terhadap pemasaran ikan gurame menggambarkan bahwa kekuatan modal pembudidaya dipegang oleh tengkulak. Biaya faktor produksi seperti pakan, biasanya disediakan terlebih dahulu oleh tengkulak. Pengembalian biaya untuk pakan akan diberikan setelah pembudidaya melakukan panen Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya Analisis imbangan penerimaan dan biaya bertujuan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang diperoleh dari usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga selama periode tertentu. Nilai R/C ratio pada kondisi aktual sebesar 1.13 artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan pada usaha pembesaran ikan gurame akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,13. Sedangkan pada kondisi optimal nilai R/C Ratio sebesar angka 1,20 yang artinya bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan pada usaha pembesaran ikan gurame akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1, Analisis Payback Period (PP) Untuk mengetahui jangka waktu investasi yang ditanamkan berada pada titik impas maka perlu dilakukan analisa ekonomi. Berdasarkan hasil analisis finansial diperoleh, Payback Period (PP) pada kondisi aktual usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga sebesar 0,56 tahun yang artinya bahwa

57 46 modal yang dikeluarkan untuk usaha ini dapat kembali dalam 0.56 tahun. Sedangkan pada kondisi optimal Payback Period (PP) menunjukkan angka 0.54 tahun. Artinya bahwa modal yang dikeluarkan untuk usaha ini dapat kembali dalam 0,54 tahun. Jika dilihat dari Payback Period diantara kondisi aktual dan optimal menunjukkan bahwa pengembalian modal pada saat kondisi optimal lebih cepat bila dibandingkan dengan aktual Analisis Break Even Point (BEP) Break even point (BEP) merupakan suatu nilai di mana hasil penjualan output produksi sama dengan biaya produksi. Pada kondisi aktual nilai BEP produksi (kg) untuk usaha pembesaran ikan gurame di kecamatan Dramaga sebesar 650 kg. Artinya titik impas pada usaha pembesaran ikan gurami terjadi pada saat total produksi sebesar 650 kg. Sedangkan pada kondisi optimal nilai BEP (kg) sebesar 842 Kg. Artinya titik impas pada usaha pembesaran ikan gurami terjadi pada saat total produksi sebesar Rp 842 kg Analisis Kriteria Investasi Beberapa kriteria investasi yang penting untuk dianalisis diantaranya adalah nilai Net Present Value (NPV), Net Benefit/Cost (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR). Analisis kriteria investasi yang dilakukan pada penelitian ini merupakan analisis kriteria investasi pada kondisi aktual dan optimal. Kondisi aktual dihitung dengan analisis tanpa proyek, sedangkan untuk kondisi optimal dihitung menggunakan kondisi dengan proyek. Analisis kriteria investasi dilakukan dengan menggunakan cashflow dari usaha yang dilakukan. Dalam cashflow ini terdapat dua komponen penting yaitu arus kas masuk (inflow) dan arus kas keluar (outflow). Dari hasil penelitian diperoleh nilai arus kas yang masuk tanpa proyek sebesar Rp Pada kondisi dengan proyek yaitu kondisi optimal 7 ekor/m 2, arus kas masuk sebesar Rp Pada tahun akhir total arus kas yang masuk adalah Rp Pada analisis kriteria investasi ini, arus kas keluar (outflow) terdiri dari biaya investasi, biaya tetap, dan biaya variabel. Biaya investasi dihitung dari besarnya

58 47 biaya yang dikeluarkan untuk barang-barang yang memiliki umur teknis minimal satu tahun. Pada kondisi tanpa proyek, biaya investasi diperoleh dari biaya penyusutan dan sewa lahan. Beberapa asumsi yang digunakan dalam menyusun cashflow dalam penelitian usaha budidaya pembesaran ikan gurame ini diantaranya adalah : 1. Usaha dianalisis berdasarkan dua skenario kondisi usaha, yaitu a. Skenario pertama adalah usaha dijalankan dengan menggunakan lahan sendiri. b.skenario kedua adalah usaha dijalankan dengan menggunakan lahan sewa. Penggunaan padat tebar ikan gurame mengacu kepada referensi yang dianjurkan oleh pemerintah yang tertuang di dalam SNI (Standar Nasional Indonesia) (2006) yaitu kepadatan 5-7 ekor/m Dalam satu tahun terdiri dari 1 kali panen. 3. Umur proyek selama 10 tahun yang didasarkan kepada umur teknis terlama dari komponen investasi yaitu konstruksi kolam 4. Target berat ukuran panen 500 g/ekor 5. Target SR (survival rate) yang digunakan 90% menurut Hatimah et.al.,(1981) 6. FCR yang digunakan 1,5 (dimana dalam membuat satu kg ikan dibutuhkan 1,5 pakan) 7. Penggunaan pakan dengan kandungan protein 20%-26% berdasarkan SNI Discont Faktor sebesar 6 % yang menggunakan Bank BRI sebagai acuan pada bulan Mei Bunga 6 % merupakan bungan pinjaman yang dilakukan untuk program KUR (Kredit Usaha Rakyat ) yang sedang galak dilakukan. 9. Peningkatan teknologi menggunakan pemupukan, pengapuran dan pencegahan hama dan penyakit (Islam dan Alam, 2008). Berdasarkan kondisi aktual yang terjadi di Kecamatan Dramaga skenario lahan milik sendiri dan lahan pinjaman merupakan skenario yang lebih tepat digunakan. Hal ini berdasarkan persentasi jumlah pembudidaya yang

59 48 menggunakan lahan milik sendiri yang tidak berbeda jauh dengan yang menggunakan lahan milik sewa. Persentasi jumlah pembudidaya yang memiliki lahan sendiri sebanyak 14 pembudidaya. Sedangkan jumlah pembudidaya yang menggunakan lahan sewa untuk areal budidaya sebanyak 13 pembudidaya. Kedua skenario di atas akan memberikan gambaran umum mengenai maamfaat secara ekonomi yang lebih menguntungkan bagi pembudidaya di Kecamatan Dramaga. Untuk menguji daya kekuatan usaha pembesaran ikan gurame terhadap variabel faktor produksi maka dilakukan analisis sensitivitas. Faktor produksi yang dijadikan sebagai variabel uji yaitu variabel pakan. Hal ini dikarenakan, dari berbagai variabel yang ada, pakan memberikan pengaruh lebih besar terhadap usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga. Analisis sensitivitas yang akan dilakukan dengan menaikkan harga pakan sebesar 16 %. a. Skenario 1 (Usaha dijalankan menggunakan lahan milik sendiri ) Nilai NPV ini menunjukkan besarnya manfaat bersih yang diperoleh pembudidaya pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga dengan luas lahan 550 m 2 selama umur proyek sepuluh tahun yang dihitung saat ini dengan discountrate 6 % pertahun. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Nilai Kriteria Investasi Pada Skenario 1 Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 No keterangan Nilai 1 Net Present Value (NPV) Rp Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 3,48 3 Internal Rate Of Return (IRR) 56% Nilai Net B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang yang bernilai positif dengan keuntungan bersih bernilai negatif (Kadariah et al., 1976). Nilai Net B/C usaha pembesaran gurame di Kecamatan Dramaga sebesar 3.48 yang artinya usaha tersebut akan memberikan manfaat bersih sebesar 3,48 setiap biaya Rp 1,00 selama 10 tahun. IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV pada proyek sama dengan nol (Kadariah et al., 1976). Nilai IRR sebesar 56% % yang berarti usaha pembesaran gurame memberikan manfaat bersih internal sebesar 56 % per tahun dari investasi yang ditanamkan selama sepuluh tahun umur proyek.

60 49 Berdasarkan hasil perhitungan di atas menyatakan bahwa nilai NPV >1, Net B/C >1, dan IRR >1. Dengan demikian dapat disimpulkan usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga dengan menggunakan lahan milik sendiri layak dikembangkan. b. Skenario 2 (Usaha dijalankan menggunakan lahan sewa ) Pada kondisi usaha dijalankan menggunakan lahan sewa dengan kepadatan 7 ekor/m 2 diperoleh nilai NPV nya sebesar Rp Nilai Net B/C sebesar 3,28 yang artinya usaha tersebut akan memberikan manfaat bersih sebesar 3,28 setiap biaya Rp 1,00 selama 10 tahun. Nilai IRR nya sebesar 53 % yang berarti usaha pembesaran gurame memberikan manfaat bersih internal sebesar 53 % per tahun dari investasi yang ditanamkan selama sepuluh tahun umur proyek yang dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Nilai Kriteria Investasi Pada Skenario 2 Pada Usaha Pembesaran Ikan Guramae di Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 No keterangan Nilai 1 Net Present Value (NPV) Rp Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 3,28 3 Internal Rate Of Return (IRR) 53 % Berdasarkan hasil perhitungan diatas menyatakan bahwa nilai NPV >1, Net B/C >1, dan IRR >1. Dengan demikian dapat disimpulkan usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Dramaga dengan menggunakan lahan sewa layak dikembangkan. Pada skenario pertama dan kedua menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nilai Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate Of Return (IRR) yang tidak teralu siginifikan. Dimana nilai Net Present Value (NPV) pada skenario satu sebesar Rp sedangkan pada skenario kedua sebesar Rp Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) pada skenario pertama sebesar 3,48 sedangkan pada skenario kedua nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 3,28. Nilai Internal Rate Of Return (IRR) pada skenario pertama sebesar 56% sedangkan nilai Internal Rate Of Return (IRR) pada skenario kedua sebesar 53 %. Berdasarkan nilai kriteria investasi tersebut, maka skenario pertama lebih layak untuk dijalankan.

61 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu analisis kelayakan. Tujuan analisis ini untuk menilai apa yang akan terjadi dengan analisis kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan di dalam perhitungan biaya. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan karena dalam analisis kelayakan suatu usaha umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpstian tentang apa yang akan terjadi diwaktu yang akan datang (Kadariah, 1986). Perubahan-perubahan yang bisa terjadi dalam menjalankan usaha umumnya dikarenakan oleh harga, mundurnya waktu implementasi, kenaikan dalam biaya (Cost Over Run) dan hasil produksi. Berikut ini merupakan nilai Nilai NPV, Net B/C, dan IRR pada Kondisi Lahan Milik Sendiri Yang Diikuti dengan Kenaikan Harga Pakan tertinggi sebesar 16 % (Lampiran 12) Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 yang dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR pada Kondisi Lahan Milik Sendiri Yang Diikuti dengan Kenaikan Harga Pakan 16% Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 No keterangan Nilai 1 Net Present Value (NPV) Rp Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 3,27 3 Internal Rate Of Return (IRR) 53% Berdasarkan analisis senstivitas pada kondisi usaha dijalankan menggunakan lahan sendiri dengan kepadatan 7 ekor/m 2 dengan menaikkan harga pakan sebesar 16% memiliki nilai NPV sebesar Rp Nilai Net B/C diperoleh nilai 3,27 yang berarti usaha tersebut akan memberikan manfaat bersih sebesar 3,27 bahwa setiap Rp 1,00 selama 10 tahun. Sedangkan nilai IRR nya bernilai 53% yang berarti usaha pembesaran gurame memberikan manfaat bersih internal sebesar 53% pertahun dari investasi yang ditanamkan selama sepuluh tahun proyek. Bardasarkan nilai NPV>1, Net B/C >1 dan IRR> 1 menunjukkan bahwa kenaikan harga pakan sebesar 16% tidak sensitiv terhadap usaha pembesaran ikan gurame dan usaha tersebut layak dilakukan. Hasil analisis sensitivitas pada usaha menggunakan lahan sewa dengan

62 51 kenaikan harga pakan sebesar 16 % memiliki nilai NPV sebesar Rp Nilai Net B/C sebesar 3,03 yang artinya usaha tersebut akan memberikan manfaat bersih sebesar 3,03 setiap biaya Rp 1,00 selama 10 tahun. Sedangkan Nilai IRR- nya sebesar 50% yang berarti usaha pembesaran gurame memberikan manfaat bersih internal sebesar 50% per tahun dari investasi yang ditanamkan selama sepuluh tahun umur proyek yang dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR pada Kondisi Lahan Sewa Yang Diikuti dengan Kenaikan Harga Pakan 16% Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 No keterangan Nilai 1 Net Present Value (NPV) Rp Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 3,03 3 Internal Rate Of Return (IRR) 50% Bardasarkan nilai NPV>1, Net B/C >1 dan IRR> 1 menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan gurame dengan menggunakan lahan sewa yang diikuti dengan kenaikan harga pakan sebesar 16% tidak sensitiv terhadap usaha pembesaran ikan gurame dan usaha ini layak dilaksanakan. Berdasarkan kedua skenario di atas menggunakan lahan sendiri lebih menguntungkan untuk dilakukan daripada menggunakan lahan sewa. Hal ini bisa dilihat Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate Of Return (IRR). Nilai Net Present Value (NPV) pada lahan sendiri yang diikuti dengan kenaikan harga pakan 16 % sebesar Rp sedangkan nilai pada lahan sewa sebesar Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) pada lahan sendiri 3,27 sedangkan pada lahan sewa sebesar 3,03. Nilai Internal Rate Of Return (IRR) pada lahan sendiri sebesar 53% sedangkan pada lahan sewa sebesar 50%.

63 52 IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Usaha pembesaran ikan gurame dipengaruhi oleh beberapa variabel input. Variabel input yang memberikan pengaruh yang signifikan yaitu yaitu benih, pelet, daun sente, pupuk, tenaga kerja persiapan, dan tenaga kerja pemeliharaan. Sedangkan variabel lainnya yang tidak berpengaruh adalah kapur, dan tenaga kerja panen. Usaha pembesaran ikan gurame akan lebih menguntungkan jika dilakukan peningkatan kepadatan tebar ikan gurame 5 ekor/m 2 pada kondisi aktualnya menjadi 7 ekor/m 2 pada kondisi optimalnya. Berdasarkan analisis kriteria investasi yang menggunakan 2 skenario yaitu lahan milik sendiri, lahan sewa, mengambarkan bahwa kedua skenario tersebut masih layak digunakan di dalam usaha pembesaran ikan gurame. Dimana nilai Net Present Value (NPV) pada skenario satu sebesar Rp sedangkan pada skenario kedua sebesar Rp Nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) pada skenario pertama sebesar 3,48 sedangkan pada skenario kedua nilai Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) 3,28. Nilai Internal Rate Of Return (IRR) pada skenario pertama sebesar 56% sedangkan nilai Internal Rate Of Return (IRR) pada skenario kedua sebesar 53 %. Analisis sensitivitas dengan menaikan harga pakan sebesar 30 % menunjukkan bahwa usaha pembesaran ikan gurame pada semua skenario menunjukan usaha masih dapat dilakukan. 4.2 Saran Perlu dilakukan peningkatan kepadatan dari 5 ekor/m 2 menjadi 7 ekor/m 2 pada usaha pembesaran ikan gurame di Kecamatan Darmaga. Disamping itu perlu dilakukan penyuluhan yang intensif terhadap pembudidaya gurame di Kecamatan Dramaga terutama yang menyangkut tata kelola pemberian pakan yang baik, dan sistem pemeliharaan ikan yang baik.

64 53 DAFTAR PUSTAKA Andrews, J.W. and Matsuda, Y., The Infuence of various culture conditions on the oxygen consumption of channel catfish. Trans. Amer. Fish.Soc., 104: Boyd, C.E., Water Quality in Ponds for Aquaculture. Auburn University. Alabama Boyd, C.E., Bottom Soil and Water Quality Management in Shrimp Ponds. The Haworth Press, Inc. pp Fauzi A., Prinsip-prinsip Penelitian Sosial Ekonomi: Panduan Singkat. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Fitzgerald, G.P., Use of Potassium Permanganate For Control Of Problem Algae. J. Amer. Water Works Assoc Gittinger J.P., Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Sutomo S dan K Mangiri, penerjemah : Universitas Indonesia (UI Press), Jakarta. 579 hal. Terjemahan dari : Economic Analysis of Agriculture Project. =129&Itemid=135 jam 14:00 Husnan S., Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan. Buku 1. Yogyakarta BPFE 459hal. Islam, M.J. and Alam, M.J., Optization of Stoking Rates of Tiger Shrimp Under Modified Improved Culture System. Bangladesh Fisheries Research Institute, Brackishwater Station, Bangladesh. Kadariah, L. Karlina dan C. Gray., Pengantar Evaluasi Proyek. Jilid 1. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta. KKP, DKP Dalam Angka. Kementerian Kelautan dan Perikanan, Jakarta. KKP, Visi dan Misi KKP. DKP.go id [6 Juni 2010] Nazir M., 1998 Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Standar Nasional Indonesia (SNI) Produksi Ikan Gurame (Osprhonemus guramy, Lac.). Badan Standarisasi Nasional. Santoso Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT Elex Media Komputindo, Jakarta. Shigueno K., Shrimp Culture in Japan. Association for International Technical Promotion. Tokyo. Japan. Soekartawi, Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-Douglas. PT. Raja Grafindo. 258 hlm, Jakarta Soeratno dan L. Arsyad, Metode Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.

65 LAMPIRAN 54

66 54 Lampiran 1. Karakteristik Responden Pembudidaya Ikan Gurame di Kecamatan Darmaga Tahun 2011 No Nama Umur Pend terakhir jmlah Istri Jumlah Tanggungan Jumlah Kolam Pekerjaan Utama Pekerjaan Sampingan Mengikuti Pelatihan 1 Jalani 48 tahun SD Satu 5 orang 4 Petak Ya Bertani Tidak pernah 2 Sapri 56 tahun SD Satu 5 orang 3 Petak Ya Bertani Tidak pernah 3 Adin 59 tahun SD Satu 5 orang 4 Petak Ya Dagang Tidak pernah 4 Anta 48 tahun SD Satu 8 orang 1 Petak Buruh Bangunan Ya Tidak pernah 5 Nedi 53 tahun SD Satu 4 orang 3 Petak Ya Bangunan Tidak pernah 6 Anim Wijaya 55 tahun SD Satu 11 orang 3 Petak Buruh Ya Tidak Pernah 7 Itang 61 tahun SD Satu 7 orang 3 Petak ya Bertani Tidak pernah 8 Sugandi 40 tahun SD Satu 3 orang 13 Petak ya Dagang Pernah (9 akali) 9 Adi 42 tahun SD Satu 4 orang 3 Petak ya Buruh Tani Pernah (4 kali) 10 Anem 35 tahun SD Satu 3 orang 6 Petak ya Bertani Tidak pernah 11 Eman 40 tahun SD Satu 4 orang 2 Petak Buruh Bangunan Ya Tidak pernah 12 Armat 57 tahun SD Satu 5 orang 2 Petak Buruh Tani Ya Tidak pernah 13 Hj Marsan 40 tahun SD Satu 2 orang 5 Petak ya Dagang Tidak pernah 14 Rahmat 28 tahun STM Satu 1 orang 1 Petak Bertani Ya Tidak pernah 15 Ali 35 tahun SMP Satu 2 orang 1 Petak Bertani Ya Tidak pernah 16 Emat 60 tahun SD Satu 6 orang 3 Petak ya Bertani Tidak pernah 17 Rais 30 tahun SD Satu 3 orang 1 Petak Tidak Bertani Tidak pernah 18 Sarha 54 tahun SD Satu 5 orang 2 Petak ya Bertani Tidak pernah 19 Pepen 50 tahun SMA Satu 2 orang 1 Petak Tidak Utama Tidak pernah 20 Nasih 35 tahun SMP Satu 2 orang 1 Petak Bertani Ya Tidak pernah 21 Fardi 33 tahun STM Satu 2 Orang 3 Petak Ya Bertani Tidak pernah 22 Utih 55 tahun SD Satu 5 Orang 2 Petak ya Bertani Tidak pernah 23 Aca 35 tahun SD Satu 1 Orang 3 Petak ya Dagang Tidak pernah 24 Empri 51 tahun SD Satu 5 Orang 4 Petak ya Pengelola Pasar Tidak pernah 25 Encep 50 tahun SD Satu 3 Orang 4 Petak ya Bertani Tidak pernah 26 Deri 20 tahun SD Satu Belum punya 1 Petak Bertani ya Tidak pernah 27 Roni 31 tahun SD Satu 2 Orang 2 Petak Bertani Ya Tidak pernah

67 Lampiran 2. Data Produksi Benih, Pelet, Daun sente, pupuk dan kapur Usaha Pembesaran Ikan Gurama Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m 2, Tahun 2011 No Luas lahan Benih Pelet Daun sente Pelet Kapur Pupuk m2 Padat tebar(ekor/m2) Jumlah (Ekor) Jumlah (Kg) FCR Jumlah (Kg) Jumlah (Kg) Jumlah (Kg) Jumlah(Kg) Jmh Rata Max Min Rata-rata Input/Luas

68 56 Lampiran 3. Data Faktor Produksi Tenaga Persiapan, Tenaga Pemeliharaan, Tenaga Kerja Panen dan Lahan Sewa Usaha Pembesaran Ikan Gurama Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m 2, Tahun 2011 Padat Tebar TenagaPersiapan Tenaga Pemeliharaan Tenaga Panen Lahan Sewa No m2 Jam Kerja jam Kerja Jam Kerja Luas (m2) Jmh Rata Max Min Rata-rata Input/Luas

69 Lampiran 4.Harga Faktor Produksi Benih, Pelet, Daun sente, pupuk dan kapur Pada Usaha Pembesaran Ikan Gurama Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m 2, Tahun 2011 No Padat Tebar Benih Pelet Daun sente Kapur Kapur m2 Harga (Rp/ekor) Nilai beli Harga (Rp/Kg) Nilai Beli Harga (Rp/Kg) Nilai Beli Harga (Rp/Kg) Nilai Beli Harga (Rp/kg) Nilai Beli Jmh Rata Max Min Rata-rata Input/Luas 5 57

70 58 Lampiran 5. Harga Faktor Produksi Tk Kerja Persiapan,Tk Pemeliharaan, Tk Panen, dan Lahan Sewa Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m 2, Tahun 2011 Padat Tebar Tk Persiapan Tk Pemeliharaan Tk Panen lahan sewa m2 Upah (Rp/Jam) Nilai Upah jam Kerja Upah (Rp/Jam) Nilai Upah Jam Kerja Luas (m2) Sewa (Rp/m2) No Jmh Rata Max Min Rata-rata Input/Luas

71 59 Lampiran 6. Data harga Out Put, Total Biaya, Pemasukanm Keuntangan dan R/C Ratio Usaha Pembesaran Ikan Gurame di Kecamatan Dramaga Dengan Luas Lahan 550 m 2, Tahun 2011 No Padat Tebar Out Put Total Biaya Pemasukan Keuntungan R/C m2 Jml (ekor) Bobot (kg) SR (%) Harga (Rp/kg) size 2 Nilai Jual Jmh Rata Max Min Rata-rata Input/Luas

72 60 Lampiran 7. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode Kuadrat Terkecil Anova df SS MS F Significance F Regression E-12 Residual Total Coefficien ts Standard Error P- value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0% t Stat Intercept X Variable X Variable X Variable X Variable X Variable X Variable X Variable X Variable

73 61 Lampiran 8. Residual Plots for Output Residual Plots for output 99 Normal Probability Plot 0.50 Versus Fits Percent Residual Residual Fitted Value 8 Histogram Versus Order Frequency Residual Residual Observation Order

74 62 Lampiran 9. Nilai Investasi dan Penyusutan pada Usaha ikan gurame dalam Kondisi Aktual di Desa Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m 2 Tahun 2011 N o Komponen Biaya Jumla h Satua n Harga Per Satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp) 1 Lahan Kolam UE (tahun) Nilai sisa Nilai Penyusut an (Rp) 2 Pembuatan Kolam 1 m B Peralatan Produksi kolam 1 Rumah Jaga 2 Drum 1 unit Jaring 1 m Cangkul 1 unit Hapa 2 unit Parang 1 unit Pipa PVC (D5) 1 m Drigen 1 unit Total

75 63 Lampiran 10. Nilai Investasi dan Penyusutan pada Usaha Pembesaran Ikan gurame dalam Kondisi Optimal di Kecamatan Dramaga dengan Luas Lahan 550 m 2 Tahun N o Komponen Biaya Juml ah Satua n Harga Per Satuan (Rp) Jumlah Biaya (Rp) UE (ta hu n) Nilai sisa Nilai Penyusut an (Rp) Nilai Akhir Proyek 1 Lahan Kolam 550 m Pembuatan kola Kolam 1 m Peralatan B Produksi 0 1 Rumah Jaga unit Drum 3 m Jaring 3 unit Cangkul 2 unit Hapa 3 unit Parang 2 m Pipa PVC (D5) 3 unit Drigen 4 m Total

76 64 Lampiran 11. Sistem Produksi Gambar 10.Pemotongan daun sente Gambar 11.Pengecilan ukuran sente Gambar12.Penjemuran batang sente Gambar 13. Penjemuran daun sente Gambar 15. Jaring Gambar 16. Wadah Penampung

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada April sampai dengan Juli 2011 di Kawasan Sea Farming Pulau Panggang Kepulauan Seribu, Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN UDANG WINDU

OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN UDANG WINDU OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN UDANG WINDU Penaeus monodon DI DESA LAMARAN TARUNG KECAMATAN CANTIGI KABUPATEN INDRAMAYU HENDRIYANTO DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI BUDIDAYA DALAM PENDEDERAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI DESA PETIR KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI BUDIDAYA DALAM PENDEDERAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI DESA PETIR KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI BUDIDAYA DALAM PENDEDERAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI DESA PETIR KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR MOCHAMAD KURNIAWAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR ADY ERIADY WIBAWA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR MEISWITA PERMATA HARDY SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT FANJIYAH WULAN ANGRAINI SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan Juni 2013 di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu (Lampiran 1), Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 65 LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuisioner Survei Analisis Nilai Ekonomi Tambak Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No: Waktu: Hari/Tanggal: A. Identitas Responden / Informan 1. Nama

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan. penjemuran jaring, pencucian ikan, pemanenan, dan pemasaran.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan. penjemuran jaring, pencucian ikan, pemanenan, dan pemasaran. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Kegiatan usaha budidaya ikan kerapu macan meliputi pemilihan lokasi budidaya, pemasangan wadah pemeliharaan, penebaran bibit, pemberian

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. 09104830090 ABSTRAK Dari luas perairan umum 8.719 hektar memiliki potensi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR ADY ERIADY WIBAWA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 1 Abstrak ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 Zainal Abidin 2 Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi PKL Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah tingkat Provinsi yang mempunyai fungsi menyebar luaskan teknologi perbenihan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Evaluasi teknis budidaya Hasil dari teknologi budidaya penggunaan pakan sepenuhnya pada kolam air tenang dan teknologi budidaya penggunaan pakan pengganti limbah

Lebih terperinci

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR

BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR BAB V DAMPAK BANTUAN LANGSUNG PUPUK ORGANIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI PADI DI PROPINSI JAWA TIMUR Penelitian dilakukan di Propinsi Jawa Timur selama bulan Juni 2011 dengan melihat hasil produksi

Lebih terperinci

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C. KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA TALAS DENGAN SISTEM MONOKULTUR DAN TUMPANGSARI Danty Rinjani Aristanti Permadi 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi dantybanana91@gmail.com Suyudi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Di Indonesia, tanaman jagung sudah dikenal sekitar 400 tahun yang lalu, didatangkan oleh orang Portugis dan Spanyol. Daerah sentrum produksi jagung di Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dari survey rumah tangga petani dalam penelitian Dampak Bantuan Langsung Pupuk dan Benih

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara tertuju

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VII. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI Tingkat efisiensi ekonomi dari faktor-faktor produksi dapat dilihat dari besarnya rasio Nilai Produk Marjinal (NPM)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu III. METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan. Pengumpulan data atau informasi

Lebih terperinci

METODOLOGI. = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah dari pengamatan σ i ε ij

METODOLOGI. = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah dari pengamatan σ i ε ij II. METODOLOGI 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT), Kecamatan Mempaya, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung. Waktu penelitian dimulai dari April

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 39 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pertumbuhan Tanaman Budidaya tanaman pare ini dilakukan dari mulai pengolahan lahan manual dengan menggunakan cangkul, kemudian pembuatan bedengan menjadi 18 bedengan yang

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 311 STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Muhammad Alhajj Dzulfikri Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Perikanan merupakan salah satu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Usaha Budidaya Udang Usaha budidaya udang merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh petambak atau petani ikan dengan menggabungkan sumberdaya (lahan, tenaga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan, III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur berfikir dalam menjalankan penelitian. Penelitian ini mencakup fungsi produksi dan elastisitas,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena harganya terjangkau dan sangat bermanfaat bagi kesehatan. Pisang adalah buah yang

Lebih terperinci

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. dari Afrika. Tahun 1969, ikan nila pertama kali didatangkan dari Taiwan ke Balai II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Pembesaran ikan nila Ikan nila merupakan salah satu komoditi penting perikanan budidaya air tawar di Indonesia. Ikan ini bukan asli perairan Indonesia,

Lebih terperinci

C E =... 8 FPI =... 9 P

C E =... 8 FPI =... 9 P 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan yang meliputi studi literatur, pembuatan proposal, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN SELATAN Jurnal Ziraa ah Vol. 12 Nomor 1: 12-17, Februari 2005, ISSN 1412-1468 ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI JERUK SIAM (CITRUS NOBILIS LOUR) PADA LAHAN KERING DI KECAMATAN TAPIN SELATAN KABUPATEN TAPIN, KALIMANTAN

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 24 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Kelompok Budi Daya Mitra Gemah Ripah merupakan salah satu kelompok usaha kecil menengah bidang perikanan darat yaitu budi daya udang galah. Kelompok usaha tersebut

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. 24 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap studi pustaka, pembuatan proposal, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Perikanan Pengertian budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sedangkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan acuan alur pikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

Gambar 3. Grafik Biomassa cacing sutra oligochaeta selama percobaan.

Gambar 3. Grafik Biomassa cacing sutra oligochaeta selama percobaan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Selama masa pemeliharaan cacing sutra dilakukan pengamatan terhadap peningkatan bobot biomassa dan kualitas air pada wadah pemeliharaan serta tandon. 3.1.1. Biomassa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6,41' - 7,19' Lintang Selatan dan diantara 107 22' - 108 5' Bujur Timur dengan ketinggian 500m-1.800m dpl

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO J. Agroland 17 (3) :233-240, Desember 2010 ISSN : 0854 641 EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO Production Factor Efficiency and Income

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait dengan tujuan 54 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional adalah mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melaksanakan analisis yang terkait

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN UDANG WINDU Penaeus monodon DI DESA LAMARAN TARUNG KECAMATAN CANTIGI KABUPATEN INDRAMAYU BIDANG

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian,

III. METODE PENELITIAN. memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, 44 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar Konsep dasar merupakan pengertian mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis data yang berhubungan dengan penelitian, mencakup: Usahatani

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung merupakan salah satu komoditas strategis yang bernilai ekonomis, serta harus terus dikembangkan karena kedudukannya sebagai sumber utama karbohidrat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dipergunakan sebagai standar dan ukuran

METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional dipergunakan sebagai standar dan ukuran 21 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional dipergunakan sebagai standar dan ukuran dalam penelitian. Konsep dasar dan definisi operasional

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Laju Pertumbuhan Bobot Harian Bobot benih ikan nila hibrid dari setiap perlakuan yang dipelihara selama 28 hari meningkat setiap minggunya. Bobot akhir benih ikan

Lebih terperinci