OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN UDANG WINDU

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN UDANG WINDU"

Transkripsi

1 OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN UDANG WINDU Penaeus monodon DI DESA LAMARAN TARUNG KECAMATAN CANTIGI KABUPATEN INDRAMAYU HENDRIYANTO DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

2 ABSTRAK HENDRIYANTO. Optimalisasi Penggunaan Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pembesaran Udang Windu Penaeus monodon di Desa Lamaran Tarung Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu. Dibimbing Oleh Iis Diatin dan Enang Harris. Budidaya tambak udang di Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu masih belum optimal seperti faktor-faktor produksi yang terbatas, manajemen tambak yang belum efisien, dan pengetahuan petambak yang rendah dalam budidaya udang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis optimalisasi penggunaan input dan kelayakan finansial di Kecamatan Cantigi. Metode yang digunakan berupa studi kasus dengan metode purposive sampling. Analisis data menggunakan metode analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dan analisis finansial. Pendugaan efisiensi penggunaan input didapatkan input yang optimal adalah 7 ekor/m 2 untuk benur, 0,0217 kg/m 2 untuk pakan, 0,0229 jam/m 2 untuk pompa, 0,0016 jam/m 2 untuk tenaga kerja persiapan, 0,0142 jam/m 2 untuk tenaga kerja pemeliharaan, 0,0049 jam/m 2 untuk tenaga kerja panen dan 0,0031 kg/m 2 untuk saponin. Analisis usaha pembesaran udang windu pada kondisi optimal adalah R/C 4,51, Pay Back Period 0,42 tahun, dan Break Even Point sebesar Rp Analisis kriteria investasi dengan skenario sewa lahan dan pinjaman bank merupakan skenario yang paling baik dengan nilai NPV sebesar , Net B/C dan IRR sebesar 469%. Analisis sensitivitas dengan merubah harga pakan sebesar 28% menunjukkan bahwa usaha masih layak untuk dijalankan. Kata Kunci : Optimalisasi Input, Usaha Pembesaran Udang Windu, Analisis Finansial ABSTRACT HENDRIYANTO, Optimization Input Using and Analyse Financial Production of Tiger Prawn Penaeus monodon in Countryside Lamaran Tarung Subdistrict Cantigi Regency Indramayu. Supervised by Iis Diatin and Enang Harris. Shrimp production at Subdistrict Cantigi Regency Indramayu is still not optimal such as production factor is limited, pond management is not efficient, and farmer s knowledge about shrimp farming is low. The target research is to analyze optimization input use and financial elegibility at Subdistrict Cantigi. Method used by case study with intake sampel method in the form of purposive sampling. Analyse data use method analyse function produce Cobb-Douglas and analyse finansial. input use Efficiency anticipation got a optimal input is 7/m 2 for fry, 0,0217 kg/m 2 for feed, 0,0229 hour/m 2 to pump, 0,0016 hour/m 2 for the preparation labour, 0,0142 hour/m 2 for the conservancy labour, 0,0049 hour/m 2 for the labour harvest and 0,0031 kg/m 2 for saponin. Analyse the production of tiger prawn at optimal condition is R/C 4,51, Pay Back Period 0,42 year, and ii

3 Break Even Point equal to Rp Invesment criteria analysis with third scenario represent best scenario with value NPV equal to , Net B/C and IRR equal to 469%. analysis Sensitivity with change price of feed at 28% indicating that effort still be competent to be run. Key Word : Optimization input, Production of Tiger Prawn, Financial Analyse iii

4 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul : OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN UDANG WINDU Penaeus monodon DI DESA LAMARAN TARUNG KECAMATAN CANTIGI KABUPATEN INDRAMAYU Adalah benar merupakan hasil karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya-karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis yang telah disebutkan dalam teks dan tercantum dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Skripsi ini. Bogor, November 2010 Hendriyanto C iv

5 Hak cipta milik Hendriyanto, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, microfilm, dan sebagainya v

6 OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN UDANG WINDU Penaeus monodon DI DESA LAMARAN TARUNG KECAMATAN CANTIGI KABUPATEN INDRAMAYU HENDRIYANTO SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010

7 Judul Skripsi Nama Mahasiswa Nomor Pokok : Optimalisasi Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pembesaran Udang Windu Penaeus monodon di Desa Lamaran Tarung Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu : Hendriyanto : C Disetujui, Pembimbing I Pembimbing II Ir. Iis Diatin, MM Prof. Dr. Ir. Enang Harris. MS NIP : NIP : Diketahui, Ketua Departemen Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc NIP : Tanggal Lulus : vii

8 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala karunia dan kemudahan yang diberikan kepada penulis dalam pembuatan skripsi yang berjudul Optimalisasi Input dan Analisis Finansial pada Usaha Pembesaran Udang Windu Penaeus monodon di Desa Lamaran Tarung Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu. Penelitian ini dilakukan sejak bulan Maret hingga Juni 2010 bertempat di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu. Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Agoes Halim dan Ibu Lilis Mulyawan yang telah banyak memberikan kasih sayangnya dan perhatiannya hingga saat ini. Kepada kakak saya Hadisusanto Halim yang memberikan motivasi agar segera menyelesaikan skripsi. Kepada Ibu Ir. Iis Diatin, MM selaku pembimbing akademik dan sekaligus juga sebagai pembimbing I skripsi, kepada Bapak Prof. Dr. Ir Enang Harris, MS, sebagai pembimbing II, kepada Ibu Dr. Widanarni sebagai pembimbing lapang, kepada Bapak Hj Maskur yang telah memberikan tempat tinggal ketika penulis melakukan penelitian, kepada Bapak Wiyoto, S.Pi M.Sc yang telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini, kepada Bapak Dr. Nur Bambang P.U, M.Si yang telah menjadi penguji tamu, kepada para petambak yang sudah memberikan informasi yang diperlukan penulis untuk menyelesaikan tugas akhir, kepada teman-teman Sistekers, teman-teman di Belanak Junction (Firsty Rahmatia, Ide Permatasari, Isni Rahmatika Sari), Hasan Abidin, Rahmadi Aziz, Riza Purbo, Rifqi Fathul Azmi, Angga Yudhistira, Zam-zam, Novia Gunawan, Novia Ayu Wulandari, Megaria, Fatma Hastuti dan Nicho Afiandi yang telah banyak membantu penulis menyelesaikan penelitian, kepada teman-teman seperjuangan BDP 43, 41, 42, 44, dan 45 atas persahabatan yang telah dibina selama ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, apabila terdapat kesalahan dalam skripsi ini harap dimaafkan dan dimaklumi. Penyusun juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan ke arah yang lebih baik lagi. viii

9 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Hendriyanto. Penulis lahir di Jakarta pada tanggal 27 September 1988 dari pasangan Bapak Agoes Halim dan Ibu Lilis Mulyawan. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara, dengan kakak yang bernama Hadisusanto Halim, S.Kom. Pendidikan formal yang pernah dilalui penulis adalah SMA N 19 Jakarta dan lulus pada tahun Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Pada tahun 2007 penulis diterima di Departemen Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya melalui program mayor minor IPB. Selama perkuliahan penulis aktif dalam kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Akuakultur (HIMAKUA) sejak tahun , menjadi asisten mata kuliah Nutrisi pada tahun 2009 dan asisten Manajemen Marikultur di Program Sarjana dan Diploma pada tahun Penulis melakukan penelitian dengan judul Optimalisasi Input dan Analisis Finansial pada Pembesaran Udang Windu Penaeus monodon di Desa Lamaran Tarung Kecamatan Cantigi Kabupaten Indramayu. Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis dibimbing oleh Ibu Ir. Iis Diatin, MM dan Bapak Prof. Dr. Ir. Enang Harris, MS. ix

10 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... xi xii xiii I. PENDAHULUAN... 1 II. BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel Analisis Data Analisis Fungsi Produksi Analisis Finansial Analisis Sensitivitas Batasan dan Pengukuran... III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Daerah Penelitian Gambaran Umum Petambak Usaha Pembesaran Udang Windu Kegiatan Budidaya Faktor Produksi Usaha Pembesaran Udang Windu Analisis Pendugaan Fungsi Produksi Analisis Efisiensi Penggunaan Input Analisis Finansial Analisis Usaha Analisis Kriteria Investasi dan Analisis Sensitivitas... IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran... DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN x

11 DAFTAR TABEL 1. Proyeksi Produksi Udang di Indonesia Tahun Luas Lahan Perikanan Budidaya di Indonesia Menurut Jenis Budidaya, (m 2 ) Luas Areal Pertambakan Di Kecamatan Cantigi Tahun Rekapitulasi Data Realisasi Produksi Perikanan Budidaya Tambak Bulan Januari 2009 s/d April 2010 di Kabupaten Indramayu Rata-rata Input dan Output per Musim Tanam dari Usaha Pembesaran Udang Windu pada Kondisi Aktual di Desa Lamaran Tarung tahun Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil pada Usaha Pembesaran Udang Windu di Desa Lamaran Tarung Nilai VIF dan Nilai Toleransi untuk Setiap Variabel Input Nilai NPM, Input dan Output yang Efisien, serta nilai Rasio NPM dan P xi pada Usaha Pembesaran Udang Windu di Desa Lamaran Tarung Tahun Data Kualitas Air dari Beberapa Titik di Desa Lamaran Tarung Analisis Pendapatan Usaha Pembesaran Udang Windu di Desa Lamaran Tarung Kecamatan Cantigi pada Luas Lahan ,64 m 2 Tahun Total Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Usaha Pembesaran Udang Windu Di Desa Lamaran Tarung per tahun pada kondisi Aktual dan Optimal Kriteria Investasi pada skenario 1 Sebelum dan Setelah Kenaikan Harga Pakan Kriteria Investasi pada skenario 2 Sebelum dan Setelah Kenaikan Harga Pakan Kriteria Investasi pada Skenario 3 Sebelum dan Setelah Kenaikan Harga Pakan xi

12 DAFTAR GAMBAR 1. Grafik Produksi Udang dan Permintaan Ekspor di Indonesia Proses Pengeringan Tambak Pompa Pemanenan Benur Windu Baskom Berisi Benur Perendaman Air Tawar Bentuk Tambak Pendederan Tutup Botol Mineral yang Telah Diberi Lubang Pengangkutan Benur Menggunakan Motor Proses Pemberian Pakan Grafik Normal P-P Plot of Output Grafik Scatterplot xii

13 DAFTAR LAMPIRAN 1. Peta Lokasi Penelitian Kenaikan Harga Pakan Udang dari Tahun Karakteristik Responden Petambak Udang Windu di Desa Lamaran Tarung Kecamatan Cantigi Data Produksi, Faktor Produksi, Harga dan Nilai Beli Produksi Per Musim Tanam pada Usaha Pembesaran Udang Windu di Desa Lamaran Tarung Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode Kuadrat Terkecil Hasil Pendugaan Fungsi produksi dengan Statistical Product and Service Solution Contoh Perhitungan Input Produksi Optimal Nilai Investasi dan Penyusutan pada Usaha Pembesaran Udang Windu dalam Kondisi Aktual di Desa Lamaran Tarung dengan Luas Lahan ,64 m 2 Tahun Nilai Investasi dan Penyusutan pada Usaha Pembesaran Udang Windu dalam Kondisi Optimal di Desa Lamaran Tarung dengan Luas Lahan ,64 m 2 Tahun Perhitungan Analisis Usaha pada Kondisi Aktual dan Optimal pada Usaha Pembesaran Udang Windu di Desa Lamaran Tarung dengan Luas Lahan 12363,64m 2 Tahun Cash Flow pada Usaha Pembesaran Udang Windu pada Kondisi Optimal 7 ekor/m 2 dengan Skenario 1 (Lahan Milik Sendiri) di Desa Lamaran Tarung Tahun Cash Flow pada Usaha Pembesaran Udang Windu pada Kondisi Optimal 5 ekor/m 2 dengan Skenario 1 (Lahan Milik Sendiri) di Desa Lamaran Tarung Tahun Cash Flow pada Usaha Pembesaran Udang Windu pada Kondisi Optimal 7 ekor/m 2 dengan Skenario 2 (Lahan Sewa) di Desa 67 Lamaran Tarung Tahun Cash Flow pada Usaha Pembesaran Udang Windu pada Kondisi Optimal 5 ekor/m 2 dengan Skenario 2 (Lahan Sewa) di Desa 68 Lamaran Tarung Tahun Cash Flow pada Usaha Pembesaran Udang Windu pada Kondisi Optimal 7 ekor/m 2 dengan Skenario 3 (Lahan Sewa & Pinjaman Bank) di Desa Lamaran Tarung Tahun Cash Flow pada Usaha Pembesaran Udang Windu pada Kondisi Optimal 5 ekor/m 2 dengan Skenario 3 (Lahan Sewa & Pinjaman Bank) di Desa Lamaran Tarung Tahun xiii

14 17. Cash Flow pada Usaha Pembesaran Udang Windu pada Kondisi Optimal 7 ekor/m 2 dengan Skenario 1 dengan asumsi terjadi kenaikan pakan sebesar 28% Cash Flow pada Usaha Pembesaran Udang Windu pada Kondisi Optimal 5 ekor/m 2 dengan Skenario 1 dengan asumsi terjadi kenaikan pakan sebesar 28% Cash Flow pada Usaha Pembesaran Udang Windu pada Kondisi Optimal 7 ekor/m 2 dengan Skenario 2 dengan asumsi terjadi kenaikan pakan sebesar 28% Cash Flow pada Usaha Pembesaran Udang Windu pada Kondisi Optimal 5 ekor/m 2 dengan Skenario 2 dengan asumsi terjadi kenaikan pakan sebesar 28% Cash Flow pada Usaha Pembesaran Udang Windu pada Kondisi Optimal 7 ekor/m 2 dengan Skenario 3 dengan asumsi terjadi kenaikan pakan sebesar 28% Cash Flow pada Usaha Pembesaran Udang Windu pada Kondisi Optimal 5 ekor/m 2 dengan Skenario 3 dengan asumsi terjadi kenaikan pakan sebesar 28% xiv

15 I. PENDAHULUAN Indonesia adalah negara yang memiliki panjang pantai terpanjang kedua setelah Kanada dengan panjang keseluruhan mencapai Km 2. Oleh karena itu budidaya perikanan sangat berpotensi untuk dikembangkan. Pada tahun 2009 Menteri Kelautan dan Perikanan telah mencanangkan visi KKP yang berisi bahwa Indonesia akan dijadikan sebagai negara penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar pada tahun 2015 mendatang. Visi tersebut bertujuan mensejahterakan masyarakat perikanan dan kelautan. Adapun program utama visi tersebut adalah peningkatan produksi budidaya nasional yang mencapai 353% pada tahun 2015 (KKP, 2010). Komoditas unggulan yang ditargetkan peningkatannya adalah rumput laut, patin, lele, nila, bandeng, udang vaname, udang windu, mas, gurame, kakap dan kerapu. Udang adalah salah satu komoditas unggulan Indonesia yang ditargetkan meningkat cukup pesat. Hasil proyeksi udang di Indonesia dari tahun , produksi udang semakin ditingkatkan setiap tahunnya (Tabel 1). Tabel 1. Proyeksi Produksi Udang di Indonesia Tahun (satuan : ton) Kenaikan Rincian 2009* Udang 348, , , , , , % Udang windu 123, , , , , , % Udang vaname 225, , , , , , % Sumber : DKP dalam angka, 2009 Budidaya tambak adalah sektor budidaya yang paling banyak diminati oleh pembudidaya di Indonesia. Beberapa jenis biota yang termasuk budidaya tambak adalah udang windu, udang vaname, rumput laut, ikan bandeng dan lain-lain. Udang windu dan vaname nerupakan jenis biota budidaya tambak yang paling banyak diminati, karena udang windu maupun udang vaname memiliki cita rasa yang enak, permintaan dan harga yang tinggi, dan relatif stabil di perdagangan ekspor. Sehingga prospeknya cukup menjanjikan sebagai sumber penghasilan. Laporan KKP (2009) menunjukkan bahwa persentase budidaya tambak adalah terbesar dibandingkan dengan jenis budidaya lainnya (Tabel 2). 1

16 Tabel 2. Luas Lahan Perikanan Budidaya di Indonesia Menurut Jenis Budidaya, (m 2 ) Jenis Budidaya Tahun *) Persentase (%) Budidaya Sawah ,60 % Budidaya Laut ,27 % Budidaya Tambak ,33 % Budidaya Kolam ,60 % Budidaya Karamba ,07 % Budidaya Jaring Apung ,13 % Jumlah % Sumber : DKP dalam angka, 2009 Udang windu Penaeus monodon merupakan salah satu komoditas yang ditingkatkan produksinya hingga mencapai 161% (KKP, 2010). Adapun peningkatan produksi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu ekstensifikasi dan intensifikasi. Ekstensifikasi adalah program peningkatan produksi dengan cara memperluas lahan. Sedangkan intensifikasi adalah penambahan kepadatan organisme yang dipelihara dengan berbagai teknologi sehingga meningkatkan produksi dalam satuan tertentu. Udang menjadi salah komoditas ekspor yang memiliki nilai ekspor tinggi. Hal ini dibuktikan dari permintaan ekspor yang cenderung meningkat dari tahun (Gambar 1) Juta ton Ekspor dalam bentuk Tidak beku Produksi Budidaya Tambak Produksi Udang Tahun Ekspor dalam bentuk Beku Sumber : DKP dalam angka, 2009 Gambar 1. Grafik Produksi Udang dan Permintaan Ekspor di Indonesia 2

17 Kabupaten Indramayu merupakan salah satu daerah di pantai utara Pulau Jawa (Pantura) yang berpotensi untuk budidaya udang. Produksi udang di Indramayu pada tahun 2009 sebanyak ,31 ton (12,26% dari total produksi Indonesia). Daerah Indramayu merupakan daerah yang cukup maju dalam usaha budidaya udang dikarenakan salah satu faktornya adalah dibangunnya kilang minyak Pertamina unit Balongan yang menjadikan suplai listrik untuk daerah tersebut tercukupi (BPS, 2009). Namun ketersediaan listrik ini tidak begitu termanfaatkan oleh petambak daerah tersebut, hal ini dilihat dari budidaya tambak yang masih belum menggunakan listrik. Padahal listrik tersebut bisa dimanfaatkan sebagai pembangkit kincir ataupun pompa untuk budidaya tambak udang. Dengan adanya penggunaan listrik pada budidaya tambak, membuat program intensifikasi lebih maksimal karena penggunaan kincir dan pompa dengan menggunakan listrik lebih ekonomis dibandingkan dengan menggunakan solar. Permasalahan yang sering timbul dalam usaha budidaya adalah keterbatasan dalam penggunaan input (faktor produksi) yang disebabkan modal yang terbatas, pengelolaan yang masih sederhana, serta keterampilan petambak rendah. Hal ini terlihat dari padat tebar yang digunakan masih rendah yaitu sekitar 1 3 ekor/m 2 sedangkan tambak tradisional dapat ditingkatkan hingga mencapai 5 ekor/m 2 (Suyanto dan Takarina, 2009), penggunaan sarana produksi yang masih minim seperti tidak adanya tandon untuk menampung air bersih, anco yang jumlahnya terbatas, pengelolaan kualitas air yang masih kurang baik, konstruksi wadah yang belum memadai seperti pembatas antar tambak terkadang ada yang kurang padat sehingga terjadi kebocoran antar tambak. Sehingga dari sarana produksi yang masih rendah tersebut memungkinkan proses produksi menjadi tidak efisien yang pada akhirnya membuat keuntungan yang didapat menjadi kurang maksimal. Berdasarkan uraian diatas, masalah yang akan diteliti adalah kondisi aktual budidaya udang saat ini dan kelayakan finansial usaha pembesaran udang windu di Desa Lamaran Tarung yang belum optimal. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah menganalisis optimalisasi penggunaan input dan kelayakan finansial usaha pembesaran udang windu di Kecamatan Cantigi, Desa Lamaran Tarung. 3

18 II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, dan Laboratorium Teknologi dan Manajemen Produksi Akuakultur. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor 2.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus mengenai subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase spesifik dari keseluruhan personalitas (Nazir, 1998). Penelitian dengan studi kasus adalah memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat, dan karakter yang khas dari unit yang dianalisis. Menurut Soeratno dan Arsyad (1999), metode penelitian dengan menggunakan studi kasus, menunjukkan bahwa penelitian dilakukan dalam lingkup yang terbatas, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan. Studi kasus digunakan sebagai metode dalam penelitian ini, karena metode ini paling sesuai dengan kebutuhan dan kondisi di daerah penelitian. Satuan kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah petambak yang melakukan usaha pembesaran udang windu secara monokultur di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, Jawa barat. 2.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data text dan data image. Data text adalah data yang diperoleh dalam bentuk alphabet dan angka numerik, sedangkan data image adalah data yang ditampilkan dalam bentuk foto, diagram dan sejenisnya yang memberikan informasi secara spesifik mengenai keadaan tertentu (Fauzi, 2001). Berdasarkan uraian diatas, peneliti menggunakan jenis data text untuk faktor produksi, biaya investasi, dan jumlah produksi yang dihasilkan. Data image yang digunakan berupa gambar dan foto selama penelitian. 4

19 Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer didapat melalui pengamatan secara langsung di lapangan dengan metode wawancara dan pengisian kuisioner. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik petambak, teknis produksi, input dan output produksi, penerimaan, biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap, dan penyusutan. Data sekunder dalam penelitian ini diperlukan sebagai penunjang data primer yang telah didapatkan. Data sekunder diperoleh melalui informasi dari instansi dan lembaga terkait seperti Kementrian Kelautan dan Perikanan, Dinas Kelautan dan Perikanan Indramayu, Kantor Kelurahan Indramayu, Badan Pusat Statistik Jawa Barat dan literatur-literatur. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya data monografi Kabupaten Indramayu dan data produksi Kabupaten Indramayu. 2.4 Metode Pengambilan Sampel Metode pengambilan sampel yang representatif pada dasarnya menyangkut masalah sampai manakah ciri-ciri yang terdapat pada sampel yang terbatas itu benar-benar menggambarkan keadaan sebenarnya dari keseluruhan populasi (Soeratno dan Arsyad, 1999). Metode pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu anggota populasi dipilih untuk memenuhi tujuan tertentu menggandalkan logika atas kaidah-kaidah yang berlaku yang didasari pertimbangan peneliti. Sampel yang diambil berjumlah 33 orang petambak udang windu di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu. Sampel yang dipilih merupakan individu yang dianggap memenuhi kriteria sebagai berikut : 1. Petambak masih aktif melakukan usaha pembesaran udang windu. 2. Memiliki pengalaman dalam kegiatan pembesaran ini minimal 1 tahun. 2.5 Analisis Data Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diimplementasikan. Data dan informasi yang telah terkumpul ditabulasikan untuk kemudian dianalisis dengan menggunakan metode analisis fungsi produksi model Cobb-Douglas dan analisis finansial. 5

20 2.5.1 Analisis Fungsi Produksi Analisis fungsi produksi dilakukan dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi model Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk menduga hubungan antara produksi pembesaran udang windu dengan penggunaan faktor-faktor produksinya. Model pendugaan dari persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas adalah sebagai berikut : Y = ax b1 1 X b2 2 X b3 3 X b4 4 X b5 5 X b6 6 X b7 7 e u... (1) Model pendugaan tersebut didasarkan pada kegiatan budidaya selama satu siklus produksi (4 bulan). Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan diatas, maka persamaan tersebut diubah ke dalam bentuk linear berganda dengan cara melogaritmakan persamaan tersebut menjadi : LnY = ln a + b 1 lnx 1 + b 2 lnx 2 + b 3 lnx 3 + b 4 lnx 4 + b 5 lnx 5 + b 6 lnx 6 + b 7 lnx 7.. (2) Dimana : Y = Produksi udang windu (ekor/m 2 ) X 1 = Benur udang windu (ekor/m 2 ) X 2 X 3 X 4 X 5 X 6 X 7 = Pakan (kg) = Pompa (jam kerja) = Tenaga Kerja pada Persiapan Wadah (jam kerja) = Tenaga Kerja pada Pemeliharaan Udang (jam kerja) = Tenaga Kerja pada Pemanenan (jam kerja) = Saponin (kg) Ketepatan model yang digunakan sebagai alat analisis diuji dengan menggunakan uji statistik sebagai berikut : 1) Uji statistik t, digunakan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing faktor produksi (X i ) sebagai variabel bebas mempengaruhi produksi (Y) sebagai variabel tidak bebas. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut : H 0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh) H 1 : bi 0 (ada pengaruh) t hitung = (bi 0)/Sbi 6

21 Keterangan : Sbi = standard error dari b bi = koefisien regresi Jika t hitung < t tabel, maka H 0 diterima, artinya X 1 tidak berpengaruh nyata terhadap Y. Jika t hitung > t tabel, maka H 0 ditolak, artinya X 1 berpengaruh nyata terhadap Y. 2) Uji statistik f, digunakan untuk mengetahui faktor produksi (X 1 ) secara bersama mempengaruhi output (Y). Hipotesis yang diuji adalah : H 0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh) H 1 : bi 0 (ada pengaruh) F hitung = (JKR k-1 ) JKD/(n-k).... (3) Keterangan : JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKD = Jumlah Kuadrat Residual n k = Jumlah Sampel = Jumlah Variabel Jika F hitung < F tabel, maka H 0 diterima, artinya faktor produksi secara simultan tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Jika F hitung > F tabel, maka H 0 ditolak, artinya faktor produksi secara simultan berpengaruh nyata terhadap produksi. Pada analisis fungsi produksi, selain digunakan analisis kriteria statistik juga dilakukan analisis kriteria ekonometrik untuk menguji ketepatan model yang digunakan. Analisis kriteria ekonometrik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi memenuhi asumsi normalitas, multikolinearitas, homoskedastisitas, dan autokorelasi. Menurut Santoso (2000), normalitas adalah suatu kondisi dalam model regresi dimana nilai Y (variabel dependent) didistribusikan secara normal terhadap nilai X (variabel independent). Suatu model regresi yang baik harus memenuhi asumsi normalitas ini Menurut Santoso (2000), multikolinearitas adalah problem dalam suatu model regresi yang diakibatkan adanya korelasi antar variabel independent. 7

22 Beberapa cara untuk mengatasi problem multikolinearitas diantaranya dengan menambah jumlah sampel dan mengeluarkan variabel yang mempunyai korelasi tinggi. Homoskedastisitas adalah asumsi dalam model regresi dimana variasi disekitar garis regresi seharusnya konstan untuk setiap nilai X (Santoso, 2000). Bila asumsi ini tidak terpenuhi berarti model regresi mengalami problem heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas adalah masalah yang terjadi pada model regresi apabila terjadi asumsi variance error term konstan untuk setiap nilai pada variabel penjelas dilanggar. Masalah heteroskedastisitas ini sering terjadi pada data cross-section. Cara mengatasi masalah heteroskedastisitas ini diantarnya adalah dengan : a) Menggunakan Weight Least Square Regression (nilai variabel dibagi dengan nilai variabel yang dianggap menyebabkan heteroskedastisitas). b) Menggunakan fungsi log untuk variabel penjelas yang mengakibatkan heteroskedastisitas. Autokorelasi adalah masalah dalam model regresi linear karena adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi ini biasanya terjadi pada model regresi yang menggunakan data time series atau berdasarkan waktu berkala (Santoso, 2000). Analisis Return to Scale (RTS) sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan usaha yang sedang diteliti tersebut berada dalam kondisi increasing, constant, atau decreasing return to scale. Analisis RTS ini dilakukan dengan menjumlahkan besaran elastisitas (bi). Berdasarkan persamaan 1 maka : 1 < b 1 + b 2 + b 3 + b 4 < 1... (4) a. Jika b 1 + b 2 + b 3 + b 4 < 1, maka usaha berada dalam keadaan decreasing return to scale. Artinya apabila faktor produksi yang digunakan ditambahkan maka besarnya penambahan output akan lebih kecil dari proporsi penambahan input. 8

23 b. Jika b 1 + b 2 + b 3 + b 4 = 1, maka usaha berada dalam keadaan constant return to scale, dimana penambahan proporsi input yang digunakan akan sama dengan penambahan proporsi output yang dihasilkan. c. Jika b 1 + b 2 + b 3 + b 4 > 1, maka usaha berada dalam keadaan increasing return to scale, dimana proporsi penambahan output yang dihasilkan akan lebih besar dari penambahan proporsi input. Tingkat alokasi input yang optimal dapat diketahui melalui analisis dari fungsi keuntungan, yaitu : Π = TR TC atau Π = P y Y P xi X i... (5) Keuntungan maksimum pada usaha pembesaran udang windu dapat tercapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan usaha terhadap faktor produksi sama dengan nol, yaitu : Π = P y Y P xi X i δ π δ Xi =0 Py (d y /d xi ) = P xi P y PM xi = P xi NPM xi = P xi NPMxi =1.... (6) Pxi Analisis Finansial Analisis finansial adalah analisis yang dilakukan terhadap suatu proyek, dimana proyek dilihat dari sudut badan atau orang yang menanamkan uangnya dalam proyek maupun yang memiliki kepentingan terhadap jalannya proyek. Analisis finansial ini penting untuk memperhitungkan insentif bagi badan maupun orang-orang yang terlibat di dalam proyek Analisis Usaha Analisis usaha merupakan bagian dari analisis finansial yang digunakan untuk menghitung besarnya keutungan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha 9

24 dalam waktu satu tahun. Analisis usaha ini terdiri dari analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), analisis payback period (PP), dan analisis break even point (BEP). a. Analisis Pendapatan Usaha Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat di dalam usaha dan besar keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha. Secara matematis konsep pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut : n Π = Y.P y i=0 Xi. Pxi (7) Dimana : Π = Pendapatan (Rp per musim) Y = Total Produksi (Kg per musim) X i P y P yi P y.y = Jumlah input i yang digunakan (unit) = Harga persatuan output (Rp) = Harga persatuan input (Rp) = Penerimaan total (Rp) P x.σx i = Biaya Total (Rp) b. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu cukup menguntungkan. Secara matematis analisis imbangan penerimaan dan biaya dapat dirumuskan sebagai berikut (Soekartawi, 1995) R/C= TR... (8) TC Dimana : TR = Total Revenue atau Penerimaan total (Rp) TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp) Dengan kriteria usaha R/C > 1, usaha menguntungkan R/C = 1, usaha impas R/C = 1, usaha rugi 10

25 c. Payback period (PP) Analisis ini digunakan untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menutupi investasi yang ditanamkan pada suatu usaha (Husnan, 1998). Metode payback period secara sistematis dinyatakan dalam rumus berikut: Payback Period = Investasi Net Benefit x 1 tahun d. Analisis Break Event Point (BEP) Break Event Point merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan output produksi sama dengan biaya produksi. Pada kondisi Break Event Point ini pengusaha mengalami impas. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan agar suatu perusahaan tidak rugi (Husnan, 1998). Selain itu BEP dapat dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki dan sebagai pedoman dalam mengendalikan operasi yang sedang berjalan. BEP dapat dihitung dengan persamaan matematis seperti ini: BEP (Nilai Produksi) = BEP (Volume Produksi)= Dimana: Biaya Tetap 1-Biaya variabel/penerimaan TFC Py-AVC TFC = Biaya tetap total (Rp) AVC = Biaya variabel rata-rata (Rp) P y = Harga komoditas (Rp/kg) (9).... (10) Analisis Kriteria Investasi Analisis kriteria investasi penting dilakukan untuk mengetahui besar manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Indikator yang biasa digunakan untuk analisis kriteria investasi diantaranya adalah : a. Net Present Value (NPV) Net Present Value adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan didapatkan pada masa yang akan datang. NPV ini pada dasarnya merupakan kombinasi pengertian present value penerimaan dan present value pengeluaran (Husnan, 1998). Secara matematis NPV dinyatakan dalam rumus berikut : n B t-c t 1+i t NPV= i=0... (11) 11

26 Dengan kriteria usaha sebagai berikut : - NPV < 0, usaha tidak layak - NPV = 0, usaha tersebut memberikan hasil yang sama dengan modal yang digunakan (impas) - NPV > 0, usaha layak untuk dijalankan karena akan dapat menghasilkan Keuntungan Keterangan: B t C t = manfaat unit usaha pada tahun t (Rp) = Biaya usaha pada tahun ke t (Rp) i = Discount rate (%) t = umur proyek (10 tahun) b. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang dari keuntungan bersih pada tahun-tahun yang mana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih bernilai negatif (Kadariah et al, 1976). Secara matematis Net B/C dinyatakan dengan rumus : Net B/C= t=10b t - C t t=0 (1+i) t C t=10 t - B t t=0 (1+i) t.... (12) Syarat : Bt Ct > 0 Ct Bt < 0 Dengan kriteria usaha : - Net B/C < 1, berarti usaha itu sebaiknya tidak dilaksanakan karena tidak layak - Net B/C > 1, berarti usaha itu akan mendatangkan keuntungan, sehingga usaha ini dapat dilaksanakan Keterangan : B t = Benefit sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp) C t = Biaya sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp) t = Umur Proyek (10 tahun) i = Discount rate (%) 12

27 c. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV pada proyek sama dengan nol (Kadariah et al, 1976). Secara matematis IRR dinyatakan dengan rumus " "... (13) Dengan kriteria usaha: IRR i (discount rate), berarti usaha dapat dilaksanakan IRR < i (discount rate), berarti usaha lebih baik tidak dilaksanakan Keterangan : i = discount rate yang menghasilkan NPV + (%) i = discount rate yang menghasilkan NPV - (%) NPV = NPV pada tingkat bunga i (Rp) NPV = NPV pada tingkat bunga i (Rp) Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah suatu unsur kemudian menentukan pengaruh dari perubahan tersebut pada hasil analisis. Pada usaha pembesaran udang windu dengan sistem budidaya tradisional, analisis sensitivitas dilakukan terhadap perubahan harga pakan. Pakan merupakan faktor produksi yang utama, sehingga perubahannya akan sangat berpengaruh pada kelangsungan usaha. Pada penelitian ini, metode yang akan digunakan dalam analisis sensitivitas adalah kenaikan tertinggi harga pakan selama 5 tahun terakhir. 2.6 Batasan dan Pengukuran a) Variabel yang dijelaskan (output) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian ini adalah udang dengan size 40, 50, b) Variabel yang menjelaskan (input) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian ini terdiri atas jumlah benur (ekor), pakan (Kg), pompa (Jam), tenaga kerja (Jam kerja) dan saponin (Kg). Variabel input ini dihitung per m 2. 13

28 c) Umur proyek dalam penelitian ini ditetapkan selama 10 tahun dan merupakan umur teknis terlama dari komponen investasi yaitu tanah yang digunakan. d) Optimalisasi dengan menggunakan metode Cobb-Douglas dan kelayakan usaha dengan analisis kelayakan finansial. e) Analisis sensitivitas dengan menaikan harga pakan sebesar kenaikan harga pakan tertinggi selama 5 tahun terakhir. 14

29 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Letak geografis Kabupaten Indramayu adalah Bujur Timur dan Lintang Selatan (Lampiran 1). Indramayu memiliki 31 kecamatan. Kecamatan Cantigi adalah salah satu kecamatan di Indramayu yang potensial untuk budidaya tambak. Berdasarkan topografinya sebagian besar merupakan daerah landai dengan kemiringan tanahnya rata-rata 0 1 %, dengan kisaran suhu 22, C sementara rata-rata curah hujan sepanjang Tahun 2008 adalah sebesar 163,18 mm dengan jumlah hari hujan 84 hari. Kecamatan Cantigi memiliki 6 desa, salah satunya adalah Desa Lamaran Tarung. Desa Lamaran Tarung berjarak 7 km dari kantor Kecamatan Cantigi dan berjarak 15,9 km ke Kabupaten Indramayu. Desa Lamaran Tarung mempunyai luas Km 2 dengan jumlah penduduk jiwa dengan laki-laki berjumlah jiwa dan perempuan jiwa. Desa Lamaran Tarung adalah salah satu desa di Kecamatan Cantigi yang memiliki potensi yang sangat besar dalam pengembangan industri akuakultur, terutama kegiatan budidaya udang yang dilakukan di tambak. Hal ini terlihat dari Tabel 3. Tabel 3. Luas Areal Pertambakan, dan Hasil Produksi Di Kecamatan Cantigi Tahun 2008 Desa Luas Tambak Persentase Produksi (ton) (Ha) Produksi (%) Cangkring 1.529, ,25 22,80% Cantigi Kulon 218,19 272,74 3,25% Cantigi Wetan 221,50 276,88 3,30% Panyiringan Lor 226,00 282,50 3,37% Panyiringan Kidul 178,72 223,40 2,66% Lamaran Tarung 4.334, ,50 64,62% Total 6.707, ,27 100,00% Sumber : Badan Pusat Statistik Indramayu, 2009 Luas tambak yang dimiliki Desa Lamaran Tarung tertinggi dibandingkan desa yang lainnya yaitu seluas Ha dengan hasil produksi 5.417,5 ton (64,62% dari total hasil produksi di Kabupaten Indramayu). Produktivitas tiap desa adalah 1,25 ton/ha. Produktivitas tersebut kurang dari 5 ton/ha, sehingga sistem tambak tersebut masih tergolong tambak tradisional (Suyanto dan 15

30 Takarina, 2009). Potensi pengembangan di Kabupaten Indramayu masih dapat dilakukan agar visi KKP dalam hal produksi udang Indonesia dapat terpenuhi. Berikut adalah data realisasi perikanan budidaya tambak di Kabupaten Indramayu pada tahun 2009 yang disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan data tersebut target produksi udang pada tahun 2010 meningkat sesuai dengan visi KKP. Produksi udang perlu ditingkatkan tiap tahunnya untuk mencapai visi tersebut. Berikut adalah rekapitulasi data realisasi produksi perikanan budidaya dari Januari 2009 April 2010 yang disajikan pada tabel 4. Tabel 4. Rekapitulasi Data Realisasi Produksi Perikanan Budidaya Tambak Bulan Januari 2009 s/d April 2010 di Kabupaten Indramayu Januari - Desember 2009 Januari - April 2010 No Kecamatan Target/thn Realisasi Target/thn Realisasi % (Ton) (Ton) (Ton) (Ton) % 1 Krangkeng 1.159, ,25 116, ,00 733,35 13,28 2 Karangampel 12,00 25,45 212,08 54,00 22,52 41,70 3 Juntinyuat 13,00 28,90 222,31 428,00 13,61 3,18 4 Balongan 648,00 736,49 113, ,00 790,21 50,14 5 Indaramayu 3.789, ,51 78, , ,56 12,87 6 Sindang 4.947, ,30 101, , ,90 39,67 7 Pasekan , ,90 72, , ,00 39,69 8 Loh Bener 1.132, ,63 104, ,00 965,98 42,11 9 Arahan 1.535, ,74 121, , ,16 25,98 10 Cantigi 7.362, ,07 162, , ,77 25,97 11 Kandanghaur 300,00 670,45 223, ,00 162,10 6,24 12 Patrol 284,00 59,90 21,09 472,00 117,00 24,79 13 Sukra 66,00 37,90 57,42 73,00 47,30 64,79 14 Losarang 5.688, ,82 108, , ,74 28,09 Total , ,31 102, , ,20 28,38 Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Indramayu, Gambaran Umum Petambak Udang Windu Sebagian besar warga desa Lamaran Tarung merupakan pekerja kasar di pertanian padi, dan sebagian lagi merupakan petambak udang windu. Usaha pembesaran udang windu ini umumnya masih bersifat tradisional dan banyak yang memiliki pekerjaan lain selain melakukan kegiatan budidaya udang windu. Responden petambak usaha pembesaran di Desa Lamaran Tarung rata-rata berusia 48 tahun dengan yang tertua adalah 65 tahun dan yang termuda adalah berumur 25 tahun. Responden petambak memiliki pengalaman usaha rata-rata 16

31 selama 10,2 tahun dengan rentang pengalaman antara 2 tahun hingga 17 tahun. Hampir sebagian besar responden usaha pembesaran udang windu merupakan pekerjaan utama sebesar 27% dan yang memiliki pekerjaan sampingan selain menambak sebesar 73%. Tingkat pendidikan responden pada penelitian kali ini tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah responden petambak yang mampu menyelesaikan wajib belajar 9 tahun atau lulus SMP yang hanya berjumlah 4 orang (12%) dan lulus SMA sebesar 3 orang (9%), sebanyak 14 orang (43%) memiliki tingkat sederajat dengan SD dan 12 orang (36%) tidak pernah bersekolah. Pendidikan yang rendah ini diduga menyebabkan produksi budidaya udang tidak terlalu baik. Proses budidaya dilakukan secara otodidak dan coba-coba, sedangkan pelatihan dalam bentuk apapun belum terdapat di desa ini. Lahan pembesaran udang windu di Desa Lamaran Tarung biasanya berbentuk persegi panjang dengan dasar tanah. Tambak dengan dasar tanah digunakan karena jenis tanah di desa tersebut berupa liat yang dapat menahan air dengan baik. Luas tambak budidaya biasanya disesuaikan dengan kondisi lahan dan keinginan dari petambak. Rata-rata luas per satu tambak di desa Lamaran Tarung adalah 1,24 Ha, dengan yang terendah adalah 0,3 Ha dan yang tertinggi adalah 5 Ha. Tambak yang digunakan untuk usaha pembesaran udang windu di Desa Lamaran Tarung ini pada umumnya merupakan lahan sewa dan ada juga yang merupakan milik sendiri yang diperoleh dengan cara membelinya ataupun warisan dari orang tua. Biaya sewa untuk tambak di Desa Lamaran Tarung adalah Rp /Ha/Tahun, sedangkan jika ingin membelinya harga perhektarnya adalah Rp Surat kepemilikan masih berupa akta tanah dan belum berupa Surat Hak Milik (SHM). 3.3 Usaha Pembesaran Udang Windu Usaha pembesaran udang windu di desa Lamaran Tarung masih dalam tingkat tambak tradisional karena sentuhan teknologi dan kepadatan yang digunakan masih sangat rendah. Ciri-ciri dari tambak yang masih menggunakan tingkat budidaya tradisional adalah bentuk dan petakan tambak berukuran tidak 17

32 teratur, luasnya antara 3-10 ha/petak, biasanya setiap petakan mempunyai saluran keliling (caren) selebar 5-10 m di sepanjang keliling petakan sebelah dalam. Pada tambak tradisional kebanyakan udang dipelihara dengan kepadatan rendah, antara 1-5 ekor/m 2. Selain itu keterampilan petambak masih terbatas, karena pengetahuan tentang teknik budidaya masih diperoleh secara otodidak Kegiatan Budidaya Kegiatan yang dilakukan petambak dalam proses budidaya pembesaran udang windu meliputi tahap persiapan tambak, pembelian benur, penebaran benur, pemeliharaan benur, panen dan pemasaran. 1) Persiapan Tambak Persiapan tambak yang dilakukan oleh petambak ada yang bersifat cukup baik dan ada yang bersifat kurang baik. Persiapan yang cukup baik adalah dari petambak yang memiliki produktivitas yang cukup tinggi. Cara persiapan tambaknya adalah sebagai berikut. Semua air di dalam tambak dikeluarkan menuju outlet di sekitar tambak dengan menggunakan pompa namun masih ada air tersisa di caren sehingga hanya pelataran tambak saja yang kering (Gambar 2). Bagian caren kemudian digali lebih dalam (sekitar cm) dan lumpur-lumpur bekas proses budidaya dibuang keluar area tambak. Setelah proses tersebut tambak kemudian dibiarkan selama ± 3 hari. Setelah 3 hari, air tambak diisi kembali dengan menggunakan pompa. Sumber air adalah dari sungai yang sedang terjadi proses pasang dari laut sehingga air sungai menjadi payau. Jika air sungai sedang tidak payau tetapi proses pengisian air ingin tetap dilanjutkan oleh petambak, maka petambak menggambil air dari saluran outlet yang terdapat air bekas proses produksi. Jika tambak terletak dekat dengan sumber air maka petambak menggunakan pipa untuk proses masuknya air, begitu pula dengan saluran outlet. Pipa inlet, maupun outlet, dan selang untuk memasukan air dan untuk mengeluarkan air diberi kain strimin halus agar udang maupun ikan dari luar tidak masuk ke dalam tambak begitu pula jika ketika panen udang tidak keluar dari tambak. Petambak menggunakan saponin dengan dosis 25 kg per Ha 18

33 tambak dengan kedalaman 50 cm (5 ppm) apabila pada saat pengisian air terdapat ikan kompetitor yang ikut masuk ke dalam tambak Gambar 2. Proses Pengeringan Tambak Persiapan petambak yang kurang baik adalah sebagai berikut. Sisa air dari panen siklus sebelumnya langsung dipakai kembali karena jika air dikeluarkan secara total maka air baru harus diambil lagi dari sungai menggunakan pompa. Penggunaan pompa menjadi mahal karena tidak memiliki pompa sendiri sehingga mereka harus menyewa pompa kepada petambak lain. Selain hal tersebut penggunaan solar juga cukup mahal karena penggunaan pompa yang cukup lama sehingga mereka lebih memilih tidak mengeluarkan air ketika panen dan air sisa siklus sebelumnya langsung digunakan kembali. Pipa inlet dan selang untuk memasukkan air dan untuk mengeluarkan air tidak diberi kain strimin, sehingga banyak ikan kompetitor masuk kedalam tambak. Jika pada saat pengisian air terdapat ikan yang kecil-kecil, tambak tersebut dibiarkan begitu saja karena mereka tidak mau mengeluarkan uang ekstra untuk membeli saponin. Pompa yang digunakan oleh petambak adalah pompa dengan kekuatan 5,5 PK dengan rata-rata konsumsi solar perjamnya adalah 1,5 Liter (Gambar 3). Pengapuran dan penggunaan pupuk pada saat persiapan tambak tidak dilakukan karena para petambak tidak memiliki pengetahuan dalam hal tersebut. Gambar 3. Pompa 19

34 2) Pembelian Benur Pembelian benur merupakan salah satu aspek yang penting, karena benur yang sehat adalah awal dari kesuksesan petambak dalam kegiatan budidaya tambak. Udang yang digunakan adalah jenis Penaeus monodon atau Udang windu dengan stadia PL 17 seharga Rp 25,00/ekor. Udang dibeli dari petambak tongkolan di daerah Karangsong yang berjarak sekitar 10 Km dari Desa Lamaran Tarung. Akses perjalanan dari Desa Lamaran Tarung menuju desa Karangsong tidak terlalu sulit karena jalan sudah diaspal sehingga memudahkan dalam transportasi. Pemilihan jenis udang ini berdasarkan harga udang windu yang relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan udang vaname, sehingga rata-rata petambak membudidayakan udang ini dibandingkan dengan udang vaname. Petambak tongkolan membeli udang dari hatchery di daerah Pangandaran, Pelabuhan Ratu dan sekitar pantai selatan Jawa. Petambak yang ingin membeli benur datang langsung ke penjual tongkolan udang windu pada pagi hari, sehingga pada siang hari proses pembelian udang sudah dapat selesai. Petambak datang melihat kondisi udang yang berada di beberapa tambak petongkolan. Setelah petambak yakin, dia akan memilih tambak mana yang akan dipilih untuk dipanen. Pemanenan udang dilakukan dengan cara membuka saluran outlet sehingga udang terbawa air outlet keluar. Pada ujung pipa outlet telah dipasang kain strimin agar udang tidak keluar. Selang beberapa saat penjual mengambil benur dengan menggunakan plankton net lalu dimasukkan ke dalam sebuah baskom yang telah terisi air tambak tersebut (Gambar 4). Setelah jumlah udang dirasa cukup baru kemudian di pindahkan ke tempat pengumpulan untuk dihitung (Gambar 5). Udang yang telah terkumpul kemudian dimasukkan ke dalam baskom yang berisi air tawar, petambak petongkolan menggunakan air hujan untuk melakukan hal ini (Gambar 6). Udang didiamkan selama sekitar 5 menit kemudian udang yang mati di siphon dan udang yang hidup dihitung. Bentuk tambak pendederan untuk udang windu berbentuk persegi panjang dengan panjang dan lebar yang bervariasi, ada yang 8x3 m 2, 4x3 m 2, dan 3x3 m 2 (Gambar 7). 20

35 Gambar 4. Pemanenan Benur Windu Gambar 5. Baskom Berisi Benur Gambar 6. Perendaman Air Tawar Gambar 7. Bentuk Tambak Pendederan Ada beberapa metode perhitungan yang biasanya dilakukan. Metode tersebut dipilih oleh pembeli sehingga terjalin rasa kepercayaan antara pembeli dan penjual benur. Pendeder udang windu menghitung udang windu dengan menggunakan takaran berupa tutup botol minuman mineral dengan diameter 3 cm dengan kedalaman 1 cm dengan volume 7,1 cm 3 (7,1 ml) yang pada bagian bawahnya sudah diberi lubang agar tidak ada air yang tersisa ketika terjadi perhitungan (Gambar 8). Menurut pendeder 1 tutup botol berisi ekor. Gambar 8. Tutup Botol Mineral yang Telah Diberi Lubang Metode yang pertama adalah petambak tongkolan melakukan perhitungan kedalam plastik packing. Plastik yang digunakan berukuran volume 3 liter dan diberi 1 tutup botol berisi benur windu, kemudian setelah selesai pembeli memilih salah satu dari kantong yang dibeli untuk dihitung. Petambak tongkolan melakukan perhitungan benur dari plastik tersebut yang disaksikan oleh pembeli 21

36 sehingga tidak terjadi kecurangan, hasil dari perhitungan tersebut kemudian menjadi acuan untuk semua kantong yang dibeli. Metode yang kedua adalah dua tutup botol yang berisi benur windu dimasukkan ke dalam 2 baskom yang berbeda. Satu baskom diberikan kepada pembeli, satu baskom tetap dipegang oleh petambak tongkolan. Kemudian petambak tongkolan dan pembeli melakukan perhitungan bersama-sama, hasil dari keduanya di rata-ratakan. Hasil dari rata-rata tersebut kemudian menjadi acuan untuk perhitungan tiap tutup botol lainnya. Petambak tongkolan biasanya tidak memberikan garansi kepada pembeli dan benur yang dibeli biasanya relatif seragam karena benur yang didapat berasal dari hatchery. Petambak biasanya mengangkut benur windu menggunakan motor, hal ini dikarenakan jumlah yang biasanya dibeli relatif sedikit biasanya sekitar ekor setiap kali pembelian (Gambar 9) Gambar 9. Pengangkutan Benur Menggunakan Motor 3) Aklimatisasi Benur Aklimatisasi benur sangat penting dilakukan secara benar. Aklimatisasi adalah penyesuaian terhadap keadaan lingkungan yang berbeda. Aklimatisasi berguna untuk mencegah terjadinya shock pada suatu organisme bila dipindahkan dari sesuatu lingkungan ke dalam lingkungan lain yang berbeda sifatnya (Suyanto dan Takarina, 2009). Cara petambak di Desa Lamaran Tarung melakukan aklimatisasi adalah sebagai berikut plastik udang diapungkan di air tambak selama menit, kemudian plastik packing di buka dan air tambak dimasukkan sedikit demi sedikit ke dalam plastik. Setelah itu udang langsung di tebar ke dalam tambak. Jumlah udang yang di tebar dalam satu petakan tambak berkisar antara 1-3 ekor/m 2. 22

37 4) Pemeliharaan Udang Pemeliharaan udang biasanya dilakukan selama 4 bulan agar panen yang diharapkan adalah udang dengan size 40. Selama masa pemeliharaan, kegiatan utama yang dilakukan petambak adalah pemberian pakan buatan. Pemberian pakan buatan biasanya dilakukan 2 kali sehari, yaitu pada pagi hari pukul WIB dan sore hari pukul WIB (Gambar 10). Namun terdapat perbedaan antara petambak yang hasil panennya baik dengan yang kurang. Perbedaannya terdapat pada proses pemeliharaan udang. Petambak yang hasil panennya baik cara pemeliharaannya adalah sebagai berikut, udang dipelihara selama 1 bulan tanpa diberi makanan tambahan sama sekali. Penambahan air dilakukan jika air surut terlalu banyak. Proses pemasukan air melalui air sungai atau air outlet tanpa melakukan sterillisasi terlebih dahulu, atau melalui proses pengendapan. Petambak juga tidak memiliki tandon sebagai tempat penampungan air. Udang biasanya dipelihara secara monokultur, jarang yang melakukan polikultur bersama bandeng ataupun rumput laut. Udang diberi pakan tambahan berupa pelet komersil dengan merek bintang atau mlandingan dengan harga Rp ,00/karung. Pemberian pakan udang dilakukan 2 kali sehari yaitu pada jam WIB dan WIB. Sedangkan petambak yang kurang bagus hasil panennya, pemberian pakan dilakukan setelah udang berumur 45 hari. Udang diberi pakan tambahan berupa pelet komersil dengan merek kendimas yang berharga Rp ,00/karung. Pemberian pakan udang dilakukan 1 kali sehari yaitu pada pukul WIB. Gambar 10. Proses Pemberian Pakan 5) Sampling dan Pencegahan Penyakit Petambak melakukan sampling setelah udang berumur 40 hari. Sampling dilakukan dengan menggunakan jala, titik sampling yang diambil biasanya

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN UDANG WINDU Penaeus monodon DI DESA LAMARAN TARUNG KECAMATAN CANTIGI KABUPATEN INDRAMAYU BIDANG

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada April sampai dengan Juli 2011 di Kawasan Sea Farming Pulau Panggang Kepulauan Seribu, Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT FANJIYAH WULAN ANGRAINI SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR MEISWITA PERMATA HARDY SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan Juni 2013 di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu (Lampiran 1), Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR ADY ERIADY WIBAWA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 1 Abstrak ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 Zainal Abidin 2 Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR ADY ERIADY WIBAWA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan. penjemuran jaring, pencucian ikan, pemanenan, dan pemasaran.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan. penjemuran jaring, pencucian ikan, pemanenan, dan pemasaran. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Kegiatan usaha budidaya ikan kerapu macan meliputi pemilihan lokasi budidaya, pemasangan wadah pemeliharaan, penebaran bibit, pemberian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI

ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI ANALISIS USAHATANI PEMBENIHAN UDANG VANNAMEI DAN PENGEMBANGANYA DI CV. GELONDONGAN VANNAMEI DESA BANJARSARI KECAMATAN CERME KABUPATEN GRESIK SKRIPSI Oleh : FAUZI PANDJI IRAWAN NPM.0624310041 FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT)

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) BUDI SANTOSO C 25102021.1 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 65 LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuisioner Survei Analisis Nilai Ekonomi Tambak Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No: Waktu: Hari/Tanggal: A. Identitas Responden / Informan 1. Nama

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Lokasi Penelitian Metode penentuan lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive method), yaitu di Kecamatan Duduksampeyan Kabupaten Gresik. Alasan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 311 STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Muhammad Alhajj Dzulfikri Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Perikanan merupakan salah satu

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya

METODE PENELITIAN. dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisis. Tujuannya III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, yaitu metode penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. 24 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap studi pustaka, pembuatan proposal, pengumpulan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu III. METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan. Pengumpulan data atau informasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Studi Kelayakan Proyek Proyek merupakan suatu kegiatan untuk membangun sistem yang belum ada. Sistem dibangun dahulu oleh proyek, kemudian dioperasionalkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT)

EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) EVALUASI POLA PENGELOLAAN TAMBAK INTI RAKYAT (TIR) YANG BERKELANJUTAN (KASUS TIR TRANSMIGRASI JAWAI KABUPATEN SAMBAS, KALIMANTAN BARAT) BUDI SANTOSO C 25102021.1 SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA PEMBESARAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR WILSON PANE

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA PEMBESARAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR WILSON PANE EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA PEMBESARAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR WILSON PANE DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perikanan merupakan salah satu subsektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia. Hal ini dikarenakan sebagian besar wilayah Indonesia terdiri atas perairan

Lebih terperinci

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Bab 4 GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Fisik Kabupaten Dompu secara geografis terletak di antara 117 o 42 dan 180 o 30 Bujur Timur dan 08 o 6 sampai 09 o 05 Lintang Selatan. Kabupaten Dompu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Waduk Jatiluhur, Kabupaten Purwakarta Jawa Barat, dengan waktu pelaksanaan pengumpulan data pada bulan Juni sampai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN

PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN PENGARUH PADAT PENEBARAN 60, 75 DAN 90 EKOR/LITER TERHADAP PRODUKSI IKAN PATIN Pangasius hypophthalmus UKURAN 1 INCI UP (3 CM) DALAM SISTEM RESIRKULASI FHEBY IRLIYANDI SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur Karakteristik pembudidaya ikan KJA di Jatiluhur dilihat dari umur, pengalaman dan pendidikan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitin ini adalah studi kasus. Studi kasus adalah penelitian tentang status subjek penelitian yang berkenaan dengan suatu fase

Lebih terperinci

C E =... 8 FPI =... 9 P

C E =... 8 FPI =... 9 P 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan yang meliputi studi literatur, pembuatan proposal, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Penelitian

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Konsep Agribisnis Semakin bergemanya kata agribisnis ternyata belum diikuti dengan pemahaman yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering

Lebih terperinci

Gambar 6 Peta lokasi penelitian.

Gambar 6 Peta lokasi penelitian. 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama enam bulan dimulai dengan penyusunan proposal dan penelusuran literatur mengenai objek penelitian cantrang di Pulau Jawa dari

Lebih terperinci

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu) Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. VIII No. 2 /Desember 2017 (118-125) ANALISIS USAHA DAN NILAI TAMBAH PRODUK KERUPUK BERBAHAN BAKU IKAN DAN UDANG (Studi Kasus Di Perusahaan Sri Tanjung Kabupaten Indramayu)

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Peralatan Penelitian 3.3 Metode Penelitian 3.4 Pengumpulan Data 13 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Pengambilan data lapang penelitian ini dilakukan pada bulan Mei 2011. Tempat penelitian berada di dua lokasi yaitu untuk kapal fiberglass di galangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka Udang adalah komoditas unggulan perikanan budidaya yang berprospek cerah. Udang termasuk komoditas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI BUDIDAYA DALAM PENDEDERAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI DESA PETIR KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI BUDIDAYA DALAM PENDEDERAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI DESA PETIR KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI BUDIDAYA DALAM PENDEDERAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI DESA PETIR KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR MOCHAMAD KURNIAWAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih secara sengaja (purposive). Alasan pemilihan Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi dan batasan penelitian Penelitian ini berlokasi di proyek perintis TIR Transmigrasi Jawai di Dusun Kalangbahu Desa Jawai Laut Kecamatan Jawai Kabupaten Sambas Kalimantan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah :

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Menurut Kadariah (2001), tujuan dari analisis proyek adalah : III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Analisis Kelayakan Investasi Pengertian Proyek pertanian menurut Gittinger (1986) adalah kegiatan usaha yang rumit karena penggunaan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasokan ikan nasional saat ini sebagian besar berasal dari hasil penangkapan ikan di laut, namun pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap disejumlah negara dan perairan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada

Lebih terperinci

ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA TAMBAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA TAMBAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI Analisis Ekonomi Usaha Budidaya Tambak dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi (Heru Susilo) 19 ANALISIS EKONOMI USAHA BUDIDAYA TAMBAK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI (Economic Analysis

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM.

ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. ANALISIS EFISIENSI USAHA TANI IKAN NILA DALAM KERAMBA DI DESA ARO KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANG HARI YOLA NOVIDA DEWI NPM. 09104830090 ABSTRAK Dari luas perairan umum 8.719 hektar memiliki potensi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan kecamatan Cigombong ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung. 22 III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah usaha ternak sapi perah penerima Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung.

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dari survey rumah tangga petani dalam penelitian Dampak Bantuan Langsung Pupuk dan Benih

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal yang berdasar pada teori yang digunakan dalam penelitian. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbesar di dunia, dengan sekitar 18. 110 buah pulau, yang terbentang sepanjang 5.210 Km dari Timur ke Barat sepanjang

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Potensi lestari perikanan laut Indonesia diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun yang tersebar di perairan wilayah Indonesia dan ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Usaha Budidaya Udang Usaha budidaya udang merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh petambak atau petani ikan dengan menggabungkan sumberdaya (lahan, tenaga

Lebih terperinci

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA)

ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA) Zakwan ANALISIS KOMPARASI USAHATANI UDANG WINDU ORGANIK DAN NONORGANIK (STUDI KASUS: BATANG KILAT KOTA MEDAN PROPINSI SUMATERA UTARA) Zakwan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan, Medan ABSTRAK

Lebih terperinci

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province By Muhammad Syafii 1), Darwis 2), Hazmi Arief 2) Faculty of Fisheries

Lebih terperinci

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung

Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung Bab IV Deskripsi Tambak Silvofishery di Desa Dabung Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa hanya ada 3 tambak yang menerapkan system silvofishery yang dilaksanakan di Desa Dabung, yaitu 2 tambak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci