III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "III. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Laju Pertumbuhan Bobot Harian Bobot benih ikan nila hibrid dari setiap perlakuan yang dipelihara selama 28 hari meningkat setiap minggunya. Bobot akhir benih ikan nila hibrid pada setiap padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter masing-masing sebesar 9,62 g, 7,47 g dan 6,88 g (Tabel 1). Perbedaan bobot tersebut terjadi karena adanya perbedaan laju pertumbuhan. Tabel 1 Bobot rata-rata (g) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat tebar 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. Hari ke- 0 1,51 ± 0,28 1,51 ± 0,30 1,52 ± ,76 ± 0,92 2,36 ± 0,76 2,26 ± 0, ,70 ± 1,25 3,56 ± 1,15 3,35 ± 0, ,02 ± 1,04 6,07 ± 1,33 5,34 ± 1, ,62 ± 1,48 7,47 ± 1,61 6,88 ± 1,39 Laju pertumbuhan bobot harian menurun dengan makin meningkatnya padat penebaran. Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bobot harian (p<0,05). Setelah uji lanjut Tukey, nilai laju pertumbuhan bobot harian pada setiap padat penebaran berbeda nyata satu sama lain (Gambar 3, Lampiran 3). Laju pertumbuhan bobot tertinggi dicapai oleh perlakuan 2 ekor/l dengan nilai 6,85% dan perlakuan 6 ekor/liter mempunyai laju pertumbuhan terendah dengan nilai 5,53%. Laju Pertumbuhan Bobot Harian (%) 8,0 6,0 4,0 2,0 0, a b c Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% Gambar 3. Histogram laju pertumbuhan bobot harian (%/hari) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. 10

2 3.1.2 Pertumbuhan Panjang Mutlak Pertumbuhan panjang mutlak rata-rata benih ikan nila hibrid setiap minggunya dapat dilihat pada Tabel 2. Pertumbuhan panjang mutlak dari semua perlakuan meningkat setiap minggunya. Pertumbuhan panjang mutlak benih ikan nila hibrid pada akhir pemeliharaan berkisar antara 3,02 cm hingga 3,98 cm. Pertumbuhan panjang mutlak ikan nila hibrid tertinggi yaitu pada perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter 3,98 cm. Sedangkan pertumbuhan panjang mutlak terendah yaitu pada perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter 3,02 cm. Tabel 2 Pertumbuhan panjang mutlak rata-rata (cm) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat tebar 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. Hari ke- 7 0,92 ± 0,03 0,71 ± 0,01 0,61 ± 0, ,53 ± 0,02 1,48 ± 0,03 1,38 ± 0, ,88 ± 0,54 2,72 ± 0,02 2,41 ± 0, ,98 ± 0,01 3,19 ± 0,09 3,02 ± 0,06 Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran antar perlakuan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan panjang mutlak (p<0.05). Setelah uji lanjut Tukey, masing-masing perlakuan padat penebaran berbeda nyata satu dengan yang lainnya (Gambar 4, Lampiran 4). Pertumbuhan Panjang Mutlak (cm) 4,5 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 0, a b c Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% Gambar 4. Histogram pertumbuhan panjang mutlak (cm) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. 11

3 3.1.3 Koefisien Keragaman Panjang Nilai koefisien keragaman panjang benih ikan nila hibrid pada akhir masa pemeliharaan berkisar antara 4,79 6,70% pada Tabel 3. Tabel 3 Koefisien keragaman panjang mutlak rata-rata (%) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat tebar 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. Perlakuan Ulangan KK (%) KK rata-rata (%) 2 ekor/l 4 ekor/l 6 ekor/l 1 4,86 2 4,76 3 4,75 1 7,07 2 6,67 3 6,35 1 5,53 2 5,69 3 6,00 Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran berpengaruh nyata terhadap koefisien keragaman panjang (p<0.05, Gambar 5). Setelah uji lanjut Tukey, nilai koefisien keragaman dari masing-masing perlakuan padat penebaran berbeda nyata satu dengan yang lainnya (Lampiran 5). 4,79 ± 0,06 6,70 ± 0,36 5,74 ± 0,24 Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% Gambar 5. Histogram koefisien keragaman panjang (%) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. 12

4 3.1.4 Derajat Kelangsungan Hidup Derajat kelangsungan hidup benih ikan nila hibrid yang dipelihara dengan padat penebaran berbeda yaitu 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari mengalami penurunan mulai dari minggu pertama masa pemeliharaan. Derajat kelangsungan hidup tertinggi yaitu pada perlakuan padat penebaran 2 ekor/l dengan nilai 87,31%, sedangkan derajat kelangsungan hidup terendah yaitu pada perlakuan padat penebaran 6 ekor/l dengan nilai 71,6%. Tabel 4 Kelangsungan hidup rata-rata (%) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat tebar 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. Hari ke ± 0, ± 0, ± 0, ,57 ± 0,63 95,72 ± 0,79 94,69 ± 0, ,02 ± 1,57 91,07 ± 1,97 86,82 ± 1, ,86 ± 1,04 81,89 ± 1,79 76,98 ± 2, ,31 ± 0,67 75,63 ± 2,05 71,60 ± 2,24 Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran berpengaruh nyata terhadap derajat kelangsungan hidup benih nila hibrid (p<0.05, Lampiran 6). Setelah uji lanjut Tukey, nilai derajat kelangsungan hidup perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/l berbeda nyata dengan padat tebar 4, dan 6 ekor/liter, sedangkan pada perlakuan dengan padat penebaran 4 ekor/l tidak berbeda nyata terhadap padat penebaran 6 ekor/liter (Gambar 6). Derajat Kelangsungan Hidup (%) a b b Keterangan : Huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% Gambar 6. Histogram derajat kelangsungan hidup (%) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. 13

5 3.1.5 Efisiensi Pakan Efisiensi pemberian pakan benih ikan nila hibrid pada setiap perlakuan disajikan pada Gambar 7. Efisiensi pemberian pakan menurun dengan meningkatnya padat penebaran. Pada akhir pemeliharaan efisiensi pakan berkisar antara 86,05% - 98,05%. Tabel 5 Efisiensi pakan rata-rata (%) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat tebar 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. Hari ke- 2 ekor/liter 4 ekor/liter 6 ekor/liter 7 87,69 ± 0,59 73,24 ± 1,33 74,15 ± 5, ,02 ± 0,91 90,95 ± 0,74 84,85 ± 5, ,85 ± 0,98 86,12 ± 1,44 79,26 ± 3, ,57 ± 0,15 74,07 ± 3,39 87,19 ± 1,93 EP rata-rata 82,28 ± 10,22 81,10 ± ,40± 3,86 Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran berpengaruh nyata terhadap efisiensi pakan (p<0.05, Lampiran 7). Setelah uji lanjut Tukey, padat tebar 2 ekor/liter tidak berbeda nyata dengan padat tebar 4 ekor/liter namun, berbeda nyata dengan padat tebar 6 ekor/liter. Efisiensi Pakan (%) a a b Keterangan : Huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada selang kepercayaan 95% Gambar 7. Histogram efisiensi pakan (%) benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter selama 28 hari. 14

6 3.1.6 Kualitas Air Hasil pengukuran parameter kualitas air (DO, suhu, ammonia, ph, dan alkalinitas) selama penelitian disajikan pada Tabel 6. Tabel 6 Nilai parameter kualitas air pemeliharaan benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. selama 28 hari. Parameter Waktu Pengamatan (pukul) Nilai Kualitas Air Nilai Kisaran Optimal Sumber Suhu Chakraborty and Samir, DO ,47-3,73 ppm > 5 ppm Chakraborty ppm and Samir, ppm ph ,24 6,5-8,5 Chakraborty and Samir, Alkalinitas mg/l mg/l CaCO3 CaCO3 Amonia mg/l <0.02 mg/l Effendie, 2003 Suhu air diamati setiap hari pada pukul 07.00, 12.00, dan WIB. Oksigen terlarut arau DO diamati pada awal, tengah dan akhir masa pemeliharaan, sedangkan alkalinitas dan ammonia diukur pada akhir pemeliharaan. Dari Tabel 6 dapat dilihat, suhu air kolam selama pemeliharaan berkisar C, kandungan oksigen yang terlarut berkisar antara 3,47-10 ppm, nilai ph berkisar antara 8-12,24, dan alkalinitas berkisar antara mg/l Efisiensi Ekonomi Nilai efisiensi ekonomi pendederan benih ikan nila hibrid dengan perlakuan padat penebaran 2 ekor/liter (A), perlakuan 4 ekor/liter (B), dan 6 ekor/liter (C) selama 28 hari dihitung dalam jangka waktu 1 tahun.analisis usaha pada setiap perlakuan disajikan pada Tabel 7. Asumsi yang digunakan dalam analisis usaha adalah sebagai berikut : 1. Harga faktor produksi dianggap tetap, selama siklus produksi. 2. Hasil perhitungan kapasitas jumlah hapa dalam 1 kolam, maka jumlah hapa yang dianalisis dalam pendederan ikan nila hibrid dengan padat penebaran 2, 4 15

7 dan 6 ekor/liter adalah 144 unit hapa (Lampiran 8). Hapa yang digunakan berukuran 1,2 m x 0,6 m x 0,6 m. Volume air hapa tersebut adalah 288 liter. 3. Siklus pertama produksi memerlukan waktu 56 hari. Dengan 14 hari persiapan, 14 hari aklimatisasi, dan 28 hari pemeliharaan (Wahyu 2010). Siklus kedua dan selanjutnya terdiri dari 42 hari, dengan 14 hari aklimatisasi dan 28 hari pemeliharaan (Lampiran 9). 4. Satu tahun dilakukan 8 siklus produksi. 5. Jumlah ikan yang ditebar pada perlakuan A adalah 576 ekor/hapa, jumlah ikan pada perlakuan B adalah ekor/hapa, dan jumlah ikan pada perlakuan C adalah ekor/hapa. 6. Kelangsungan hidup dari benih ikan nila dengan perlakuan A, B, dan C secara berturut-turut 87,31%, 75,63%, dan 71,60%. 7. Penyusutan investasi dihitung dengan cara menggunakan metode garis lurus dapat dilihat pada Lampiran Efisiensi pakan pada perlakuan A, B, dan C berturut-turut 82,28%, 81,10% dan 79,40%. 9. Jumlah tenaga kerja pengelola pada usaha pendederan ini adalah 1 orang. Biaya tenaga kerja pengelola diberikan sesuai Upah Minimum Regional tahun 2012 di Kabupaten Sumedang Rp /bln (Anonim 2012). 10. Harga benih ikan nila ukuran 2-3 cm Rp 50/ekor 11. Harga jual benih ikan nila ukuran 7-9 cm Rp 250/ekor 12. Upah tenaga kerja pada saat panen dihitung berdasarkan jumlah kantong ikan yang dipanen Rp 5.000/kantong. 13. Upah tenaga kerja pada saat masa persiapan adalah Rp /hari. 14. Setiap 3 kg ikan dikemas dalam satu kantong plastik, biaya kantong plastik Rp 500 dan oksigen sebesar Rp Tabel 7 menunjukkan analisis usaha pendederan benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter per tahun, yang meliputi biaya investasi, biaya tetap,biaya variabel, penerimaan, keuntungan, R/C ratio, BEP, PP, dan biaya produksi per ekor. 16

8 Tabel 7 Analisis usaha pendederan benih ikan nila hibrid Oreochromis sp. dengan padat penebaran 2, 4, dan 6 ekor/liter per tahun. Uraian Investasi (Rp) Biaya tetap (Rp) Biaya variabel (Rp) Biaya total (Rp) Penerimaan (Rp) Keuntungan (Rp) R/C ratio 1,60 1,88 1,95 BEP (Rp) , , ,16 BEP ekor 62745, , ,07 PP (tahun) 0,08 0,04 0,03 Biaya produksi/ekor (Rp) Berdasarkan Tabel 7. dapat dilihat bahwa dengan biaya investasi yang sama perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter memiliki nilai R/C ratio yang tertinggi 1,95. Selain itu, perlakuan dengan padat tebar 6 ekor/liter memiliki nilai BEP ekor, BEP harga dan biaya produksi/ekor terendah jika dibandingkan dengan padat tebar 2 dan 4 ekor/liter. Perlakuan dengan padat tebar 6 ekor memiliki nilai PP yang lebih singkat 3 kali lipat jika dibandingkan dengan perlakuan padat tebar 2 dan lebih singkat satu kali lipat dari perlakuan padat tebar 4 ekor/liter yaitu selama 0,03 tahun atau 11 hari. Perhitungan R/C ratio, BEP (Rp), BEP ekor, PP, dan biaya produksi/ekor dapat dilihat pada Lampiran Pembahasan Dalam budidaya ikan terutama pada tahap pendederan, jumlah ikan atau biomassa ikan saat panen sangat penting. Salah satu cara untuk meningkatkan hasil panen yaitu dengan melakukan peningkatan padat tebar. Dari sisi produksi, padat tebar ikan yang dipelihara dalam hapa berkaitan dengan volume air atau luas permukaan per ekor. Peningkatan kepadatan tebar mengakibatkan terjadinya peningkatan stres, yang mengarah pada kebutuhan energi yang lebih tinggi, hal ini menyebabkan terjadinya penurunan tingkat pertumbuhan dan pemanfaatan makanan. Sebaliknya pada tingkat kepadatan rendah ikan tidak dapat membentuk gerombolan dan tidak merasa nyaman. Sehingga, mengidentifikasi tingkat kepadatan tebar optimum untuk sebuah spesies adalah faktor penting 17

9 dalam mendesain sebuah sistem budidaya yang efisien (Leatherland dan Cho, 1985), dan untuk praktek pembudidayaan yang optimal. Menurut Hepher dan Pruginin (1981), selama kebutuhan makanan dan lingkungan terpenuhi peningkatan kepadatan tidak mempengaruhi pertumbuhan individu. Namun, pada penelitian ini peningkatan kepadatan ikan dari 2 ekor/liter hingga 6 ekor/liter diikuti dengan penurunan pertumbuhan bobot maupun panjang, yaitu menurunkan laju pertumbuhan bobot harian dari 6,85% hingga 5,53% dan menurunkan pertumbuhan panjang mutlak dari 3,98 cm hingga 3,02 cm. Hal yang sama didapatkan Adriani (1988) peningkatan padat penebaran ikan nila merah dengan ukuran 4-5 cm dengan padat penebaran dari 0,75 hingga 1,3 ekor/liter menurunkan laju pertumbuhan bobot harian dari 3,14% hingga 2,71% dan pertumbuhan panjang mutlak dari 4,33 cm hingga 3,74 cm. Menurut Likongwe et al. (1996) laju pertumbuhan bobot harian pada benih ikan nila dengan bobot rata-rata benih 4,6 g yang dipelihara pada suhu 24 0 C dan salinitas 0 ppt adalah 2,64%, sedangkan pada suhu 28 0 C laju pertumbuhan bobot hariannya adalah 2,68%. Menurut Yuliati (2003) pemeliharaan ikan nila gift dengan ukuran 5-6 cm di dalam jaring selama delapan minggu menurunkan laju pertumbuhan bobot dari 4,6% hingga 2,87%. Semakin tinggi padat penebaran maka laju pertumbuhan semakin menurun. Seperti yang diungkapkan oleh Holm et al. 1990; Haylor 1991; Bjørnsson 1994; Huang and Chiu 1997; Irwin et al. 1999; Ma et al dalam Aksungur et al (2007) dalam beberapa spesies ikan budidaya, pertumbuhan berhubungan terbalik dengan tingkat kepadatan dan ini dikaitkan dengan interkasi sosial. Interaksi sosial tersebut yaitu persaingan makanan dan tempat yang dapat mempengaruhi ikan secara negatif. Hasil analisis ragam untuk laju pertumbuhan bobot harian dan pertumbuhan panjang mutlak menunjukkan bahwa peningkatan padat penebaran memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap pertumbuhan bobot harian dan panjang mutlak (p<0.05, Gambar 3 dan 4). Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dilihat bahwa benih ikan nila hibrid memiliki laju pertumbuhan bobot harian yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan benih ikan nila strain lain. Perbedaan laju pertumbuhan yang terjadi karena penurunan laju pertumbuhan seiring dengan ditingkatkannya kepadatan yang mengakibatkan 18

10 adanya keragaman panjang. Koefisien keragaman panjang menunjukkan seberapa besar variasi ukuran ikan selama pemeliharaan. Nilai koefisien keragaman panjang ikan nila hibrid yang dipelihara selama 28 hari berkisar antara 4,79 % hingga 6,70% (Gambar 5). Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap nilai koefisien keragaman panjang (p<0.05). Dalam penelitian ini, kepadatan 4 ekor/l yang memiliki tingkat keragaman panjang tertinggi 6,70%. Pada umumnya tingkat keragaman tertinggi yaitu perlakuan dengan padat penebaran tertinggi. Padat penebaran tertingi dalam penelitian ini yaitu 6 ekor/liter. Adanya perbedaan hasil diduga disebabkan adanya dominasi dari ikan yang berukuran lebih besar, terhadap ikan yang berukuran lebih kecil. Dominasi ini terjadi terutama dalam memperebutkan pakan. Ikan yang lebih besar biasanya lebih agresif terhadap pakan, sehingga menurunkan nilai efisiensi pemberian pakan. Terganggunya kesehatan ikan akibat interaksi antar ikan seperti yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya lama kelamaan dapat menyebabkan kematian. Terjadinya kematian berpengaruh terhadap derajat kelangsungan hidup ikan. Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa padat penebaran memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap derajat kelangsungan hidup ikan nila hibrid yang dipelihara (p<0.05, Gambar 6). Derajat kelangsungan hidup terendah yaitu 71,60%. Menurut Aksungur et al (2007) semakin tinggi kepadatan nilai derajat kelangsungan hidup semakin menurun. Derajat kelangsungan hidup pada penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian Likongwe et al (1966) yaitu 73,0% - 82,20% pada suhu C dan salinitas 0 ppt. Namun lebih rendah jika dibandingkan dengan hasil penelitian Yuliati et al. (2003) yang memiliki nilai kelangsungan hidup terendah yaitu pada kepadatan 0,2 ekor/liter sebesar 94,83% selama empat minggu masa pemeliharaan. Hal ini disebabkan oleh rendahnya tingkat kepadatan yang digunakan oleh Yuliati et al. (2003) jika dibandingkan dengan tingkat padat penebaran pada penelitian ini. Efisiensi pakan pada akhir penelitian berkisar antara 79,40-82,28%. Dari hasil analisis ragam menunjukkan bahwa peningkatan padat penebaran 2 ekor/liter dengan 4 ekor/liter tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap efisiensi pakan (p>0.05), namun berbeda dengan padat penebaran 6 19

11 ekor/liter. Efisiensi pakan cenderung menurun dengan semakin meningkatnya padat penebaran. Hal ini diduga, ikan pada kepadatan yang lebih rendah mampu memanfaatkan pakan yang tersedia dengan lebih baik, karena tidak perlu bersaing dengan ikan yang lain untuk memperebutkan pakan. Menurut Adriani (1988) ikan pada kepadatan tinggi akan menggunakan energi yang lebih banyak daripada ikan yang dipelihara pada kepadatan rendah, yaitu untuk bersaing dalam mendapatkan makanan, ruang dan mengimbangi kondisi lingkungan. Dilihat dari segi teknis perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter merupakan perlakuan yang paling efisien, karena memiliki laju pertumbuhan pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, derajat kelangsungan hidup dan efisiensi pakan lebih tinggi dibandingkan perlakuan dengan padat penebaran 4 dan 6 ekor/liter serta memiliki koefisien keragaman panjang terendah dibandingkan perlakuan dengan padat penebaran 4 dan 6 ekor/liter. Kondisi kualitas air selama pemeliharaan yaitu suhu C, oksigen yaitu 3-10 ppm, nilai ph 8-12, alkalinitas berkisar antara mg/l dan ammonia 0,008-0,021 mg/l. Menurut Chakraborty (2010) suhu optimal untuk pertumbuhan ikan nila yaitu C, kadar oksigen terlarut optimal dalam air > 5 ppm, dan ph optimal berkisar antara 6,5-8,5. Menurut Effendie (2003) alkalinitas optimal untuk ikan nila mg/l CaCO 3 setara dan amonia < 0,02 mg/l. Tingginya nilai oksigen terlarut pada sore hari karena pada waktu tersebut merupakan puncak dari proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton. Persamaan reaksi kimia dari proses fotosintesis adalah sebagai berikut (Goddard 1996) : 6CO 2 + 6H 2 O C 6 H 12 O 6 + 6O 2 Karbon dioksida Air Glukosa Oksigen Tingginya nilai oksigen didukung oleh tingginya nilai ph air pada sore hari selama pemeliharaan yaitu mencapai 12. Kadar amonia yang rendah diakibatkan karena adanya pergantian air terus-menerus, sehingga buangan metabolik tidak berpengaruh pada penurunan pertumbuhan ikan nila hibrid. Hasil perhitungan analisis usaha 144 unit hapa pada kegiatan pendederan ikan nila hibrid yang dipelihara dengan padat penebaran 2, 4 dan 6 ekor/liter (Tabel 7), dapat dilihat bahwa pada padat penebaran 6 ekor/liter memiliki 20

12 keuntungan tertinggi karena memproduksi ikan nila hibrid dengan jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan padat penebaran 2 dan 4 ekor/liter. Padat penebaran 6 ekor per liter memiliki R/C rasio tertinggi mencapai 1,95. Hal ini, disebabkan oleh jumlah ikan yang diproduksi tinggi sehingga penerimaan yang diperoleh padat penebaran 6 ekor/liter lebih tinggi dibandingkan dengan padat penebaran 2 dan 4 ekor/liter. Menurut Soekartawi (1995) R/C rasio merupakan analisis yang membagi antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Selain itu, perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter memiliki nilai BEP ekor dan harga paling rendah, artinya perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter dapat memperoleh keuntungan lebih cepat dibandingkan perlakuan dengan padat penebaran 2 dan 4 ekor/liter. Hal ini disebabkan oleh tingginya jumlah penerimaan yang didapatkan dan tingginya jumlah ikan yang diproduksi. Nilai BEP ekor pada perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter adalah ,07 ekor, artinya agar usaha pendederan benih ikan nila hibrid ini mencapai titik impas maka harus memproduksi benih ikan nila hibrid sebanyak ,07 ekor. Nilai BEP harga pada perlakuan dengan padat tebar 6 ekor/liter adalah Rp ,16, artinya agar usaha pendederan benih ikan nila hibrid ini mencapai titik impas maka harus memperoleh penerimaan Rp ,16. Padat penebaran 6 ekor/liter juga memiliki PP paling singkat karena memperoleh keuntungan tertinggi dibandingkan dengan perlakuan 2 dan 4 ekor/liter. Biaya produksi/ekor pada perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Rendahnya biaya produksi per ekor dikarenakan jumlah produksi yang dihasilkan pada perlakuan ini lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 2 dan 4 ekor/liter. Dilihat dari semua aspek efisiensi ekonomi, maka perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter merupakan perlakuan yang paling efisien yang secara ekonomi. Pendederan ikan nila hibrid dengan padat penebaran 6 ekor/liter lebih efisien untuk tujuan produksi, meskipun secara teknis perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter lebih baik dibandingkan perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter. Perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter memiliki laju pertumbuhan bobot harian yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter, namun pada tahap pendederan besarnya bobot tidak 21

13 diperhitungkan. Pada tahap pendederan faktor yang diperhitungkan adalah jumlah ikan, karena pada tahap ini ikan dijual per ekor bukan per bobot ikan. Pertumbuhan panjang perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter lebih rendah dibandingkan perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter, namun harga jual dipasar untuk ikan nila hibrid ukuran yang dicapai perlakuan dengan padat penebaran 2 dan 6 ekor/liter adalah sama yaitu Rp 250/ekor. Derajat kelangsungan hidup perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter lebih tinggi dibandingkan perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter, namun karena tingginya jumlah ikan yang diproduksi pada perlakuan dengan padat penebaran 6 ekor/liter maka jumlah ikan akhir pada perlakuan ini lebih tinggi dibandingkan perlakuan dengan padat penebaran 2 ekor/liter. Tujuan produksi bisa tercapai dengan melakukan pengontrolan parameter kualitas air yang lebih baik lagi. Salah satunya dengan cara meningkatkan frekuensi debit air yang masuk dan ke luar, agar kandungan oksigen dalam air tetap tinggi dan dapat memenuhi kebutuhan ikan. Selain itu, untuk membuang limbah metabolik yang berupa sisa pakan yang tidak termakan maupun feses ikan dari wadah budidaya. Hal tersebut sesuai dengan Effendi (2003) aliran air yang relatif deras kaya akan oksigen, penting untuk menyuplai oksigen dalam respirasi ikan dan membuang limbah metabolisme, terutama amonia. 22

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan di Kolam Budidaya Ikan Ciburial, Sumedang selama kurang lebih dua bulan, yaitu sejak April - Juni 2011. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Wadah

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 15 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan ketinggian air yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari beberapa parameter uji (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh perlakuan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Hasil dari penelitian yang dilakukan berupa parameter yang diamati seperti kelangsungan hidup, laju pertumbuhan bobot harian, pertumbuhan panjang mutlak, koefisien keragaman

Lebih terperinci

PENDEDERAN IKAN NILA HIBRID Oreochromis sp DENGAN PADAT PENEBARAN 2, 4 DAN 6 EKOR/LITER KARTIKA ERAWATI

PENDEDERAN IKAN NILA HIBRID Oreochromis sp DENGAN PADAT PENEBARAN 2, 4 DAN 6 EKOR/LITER KARTIKA ERAWATI PENDEDERAN IKAN NILA HIBRID Oreochromis sp DENGAN PADAT PENEBARAN 2, 4 DAN 6 EKOR/LITER KARTIKA ERAWATI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN BUDIDAYA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter)

HASIL DAN PEMBAHASAN Padat Tebar (ekor/liter) 9 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut adalah hasil dari perlakuan padat tebar yang dilakukan dalam penelitian yang terdiri dari parameter biologi, parameter kualitas air dan parameter ekonomi.

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2009 sampai dengan bulan September 2009 bertempat di Laboratorium Sistem Produksi dan Manajemen Akuakultur, Departemen

Lebih terperinci

IV. HASIL DA PEMBAHASA

IV. HASIL DA PEMBAHASA IV. HASIL DA PEMBAHASA 4.1 Hasil 4.1.1 Pertumbuhan 4.1.1.1 Bobot Bobot rata-rata ikan patin pada akhir pemeliharaan cenderung bertambah pada setiap perlakuan dan berkisar antara 6,52±0,53 8,41±0,40 gram

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3 II. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2011 bertempat di Laboratorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakultur, pengambilan data penunjang dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 9 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2009. Perlakuan dan pemeliharaan dilaksanakan di Cibanteng Farm, pengambilan data penunjang dilaksanakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2

METODE PENELITIAN. M 1 V 1 = M 2 V 2 Keterangan : M 1 V 1 M 2 V 2 11 METODE PENELITIAN Tempat dan waktu Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lingkungan Akuakultur, Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor untuk pemeliharaan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Evaluasi teknis budidaya Hasil dari teknologi budidaya penggunaan pakan sepenuhnya pada kolam air tenang dan teknologi budidaya penggunaan pakan pengganti limbah

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE Penelitian tentang budidaya sinodontis dengan densitas yang berbeda ini dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2010 yang bertempat Laboratorium Teknologi dan Manajemen Produksi Akuakultur,

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Rancangan Percobaan Penelitian dilakukan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) tiga perlakuan dengan masing-masing tiga ulangan yaitu : 1) Perlakuan A dengan pergantian air

Lebih terperinci

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus)

PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) PENGGUNAAN AERASI AIR MANCUR (FOINTAIN) DI KOLAM UNTUK PERTUMBUHAN IKAN NILA GIFT(Oreochromis niloticus) Rukmini Fakultas Perikanan dan Kelautan UNLAM Banjarbaru Email rukmini_bp@yahoo.com ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis pengaruh peningkatan kepadatan terhadap tingkat kelangsungan hidup (survival rate) benih ikan nilem

Lampiran 1. Analisis pengaruh peningkatan kepadatan terhadap tingkat kelangsungan hidup (survival rate) benih ikan nilem LAMPIRAN 32 Lampiran 1. Analisis pengaruh peningkatan kepadatan terhadap tingkat kelangsungan hidup (survival rate) benih ikan nilem Sumber Keragaman JK DB KT F-hit Sig. Perlakuan 5,662 2 2,831 1,469 0,302

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil 3.1.1. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Benih Ikan Lele Rata-rata tingkat kelangsungan hidup (SR) tertinggi dicapai oleh perlakuan naungan plastik transparan sebesar

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian 2.1.1 Pembuatan Media Pembuatan air bersalinitas 4 menggunakan air laut bersalinitas 32. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan rumus pengenceran sebagai

Lebih terperinci

Lampiran 1b, Data laju pertumbuhan spesifik benih lele Sangkuriang dengan lama pemeliharaan 20 hari

Lampiran 1b, Data laju pertumbuhan spesifik benih lele Sangkuriang dengan lama pemeliharaan 20 hari LAMPIRAN 24 25 Lampiran 1. Data sampling bobot benih ikan lele dan analisis ragam pertumbuhan bobot harian Lampiran 1a, Data sampling bobot benih ikan lele tiap perlakuan setiap 5 hari 35 ekor/liter 40

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Amonia Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data berupa nilai dari parameter amonia yang disajikan dalam bentuk grafik. Dari grafik dapat diketahui

Lebih terperinci

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL FAISOL MAS UD Dosen Fakultas Perikanan Program Studi Manajemen Sumber Daya Perairan Universitas Islam Lamongan

Lebih terperinci

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Total Amonia Nitrogen (TAN) Konsentrasi total amonia nitrogen (TAN) diukur setiap 48 jam dari jam ke-0 hingga jam ke-120. Peningkatan konsentrasi TAN terjadi pada

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1 Pertumbuhan benih C. macropomum Grafik pertumbuhan benih C. macropomum yang dihasilkan selama 40 hari pemeliharaan disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Pertumbuhan C.

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Berikut ini adalah hasil penelitian dari perlakuan perbedaan substrat menggunakan sistem filter undergravel yang meliputi hasil pengukuran parameter kualitas air dan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran, Jatinangor Sumedang, Jawa Barat. Penelitian

Lebih terperinci

ke dalam bak filter. Berdasarkan Anonim (2011 ) waktu tinggal dapat dihitung dengan rumus :

ke dalam bak filter. Berdasarkan Anonim (2011 ) waktu tinggal dapat dihitung dengan rumus : ke dalam bak filter. Berdasarkan Anonim (2011 ) waktu tinggal dapat dihitung dengan rumus : DT = Dimana : DT = detention time atau waktu tinggal (menit) V = volume wadah (liter) Q = debit air (liter/detik)

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Hatchery Ciparanje Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Waktu pelaksanaan dimulai dari bulan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Fisika Kimia Air Parameter fisika kimia air yang diamati pada penelitian ini adalah ph, CO 2, NH 3, DO (dissolved oxygen), kesadahan, alkalinitas, dan suhu. Pengukuran

Lebih terperinci

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI

PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN L PADA PADAT TEBAR 20, 40 DAN 60 EKOR/LITER DALAM SISTEM RESIRKULASI Jurnal Akuakultur Indonesia, 6(2): 211 215 (2007) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id 211 PRODUKSI IKAN NEON TETRA Paracheirodon innesi UKURAN

Lebih terperinci

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus

II. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus II. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan Agustus 2013 di Laboratorium Budidaya Perikanan Program Studi Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Patin Siam Jumlah rata rata benih ikan patin siam sebelum dan sesudah penelitian dengan tiga perlakuan yakni perlakuan A kepadatan

Lebih terperinci

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN BAB 4. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama sembilan bulan dari bulan Maret sampai September 2014 di Laboratorium UPT Kolam Pembenihan, Fakultas Perikanan dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelangsungan Hidup Ikan Nila Nirwana Selama Masa Pemeliharaan Perlakuan Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan dari penelitian yang dilakukan selama 30 hari, diperoleh bahwa pengaruh salinitas terhadap kelangsungan hidup benih nila

Lebih terperinci

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele.

3. METODE Penelitian 1: Kecernaan pakan dan kecernaan protein pada pemeliharaan ikan lele. 17 3. METODE Rangkaian penelitian ini terdiri dari empat tahap penelitian. Seluruh kegiatan dilakukan dalam kurun waktu tahun 2009 sampai dengan 2011 di Balai Penelitian Pemuliaan Ikan (d/h Loka Riset

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamatan terhadap ikan didapatkan suatu parameter pertumbuhan dan kelangsungan hidup berupa laju pertumbuhan spesifik, pertumbuhan panjang mutlak dan derajat kelangsungan

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1. Kualitas Warna Perubahan warna ikan maskoki menjadi jingga-merah terdapat pada perlakuan lama pemberian pakan berkarotenoid 1, 2 dan 4 hari yaitu sebanyak 11,

Lebih terperinci

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA

PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA 825 Pengaruh frekuensi pemberian pakan terhadap... (Moch. Nurdin) PENGARUH FREKUENSI PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PRODUKSI PEMBESARAN IKAN MAS (Cyprinus carpio) DI KERAMBA JARING APUNG WADUK CIRATA Mochamad

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Metodologi penelitian sesuai dengan Supriyono, et al. (2010) yaitu tahap pendahuluan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Laju Pertumbuhan Mutlak Nila Gift Laju pertumbuhan rata-rata panjang dan berat mutlak ikan Nila Gift yang dipelihara selama 40 hari, dengan menggunakan tiga perlakuan yakni

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Kadar Oksigen Terlarut Hasil pengukuran konsentrasi oksigen terlarut pada kolam pemeliharaan ikan nila Oreochromis sp dapat dilihat pada Gambar 2. Dari gambar

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Jenis nutrien Kandungan (%) 2.2 Metode Penelitian Rancangan Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan Penelitian Ikan nilem yang digunakan berasal dari Cijeruk. Pada penelitian ini digunakan ikan nilem berumur 4 minggu sebanyak 3.150 ekor dengan ukuran panjang 5,65 ± 0,62

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 21 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Kualitas Air Kualitas air merupakan parameter lingkungan yang memegang peranan penting dalam kelangsungan suatu kegiatan budidaya. Parameter kualitas air yang

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Akuakultur Jurusan Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. Penelitian dilaksanakan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan. 12 BAHAN DAN METODE Tempat dan waktu Penelitian dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Genetika dan kolam percobaan pada Loka Riset Pemuliaan dan Teknologi Budidaya Perikanan Air Tawar, Jl. Raya 2 Sukamandi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kelangsungan Hidup (%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup (SR) Kelangsungan hidup merupakan suatu perbandingan antara jumlah organisme yang hidup diakhir penelitian dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Laju Pertumbuhan Spesifik Benih Ikan Mas (SGR) Perubahan bobot ikan selama masa pemeliharaan diukur dan dicatat untuk mendapatkan data mengenai laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Riset Ikan Hias Depok. Penelitian berlangsung pada tanggal 15 Agustus hingga 5 Oktober 2012. Penelitian diawali

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Bahan dan Alat Persiapan Wadah Pemeliharaan Ikan Uji Rancangan Pakan Perlakuan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Bahan dan Alat Persiapan Wadah Pemeliharaan Ikan Uji Rancangan Pakan Perlakuan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Prosedur Penelitian Penelitian ini meliputi tahap bahan dan alat, persiapan wadah pemeliharaan, ikan uji, rancangan pakan perlakuan, dan tahap pemeliharaan ikan serta pengumpulan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan 2.2 Tahap Penelitian II. BAHAN DAN METODE 2.1 Alat dan Bahan Alat yang digunakan adalah akuarium dengan dimensi 50 x 30 x 30 cm 3 untuk wadah pemeliharaan ikan, DO-meter, termometer, ph-meter, lakban, stoples bervolume 3 L,

Lebih terperinci

Tingkat Kelangsungan Hidup

Tingkat Kelangsungan Hidup BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Tingkat kelangsungan hidup merupakan suatu nilai perbandingan antara jumlah organisme yang hidup di akhir pemeliharaan dengan jumlah organisme

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus gouramy Lac. UKURAN 2 CM

PENGARUH PADAT PENEBARAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus gouramy Lac. UKURAN 2 CM Jurnal Pengaruh Akuakultur padat penebaran Indonesia, terhadap 5(2): 127-135 kelangsungan (2006) hidup Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 127 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id

Lebih terperinci

Gambar 3. Grafik Biomassa cacing sutra oligochaeta selama percobaan.

Gambar 3. Grafik Biomassa cacing sutra oligochaeta selama percobaan. III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1. Hasil Selama masa pemeliharaan cacing sutra dilakukan pengamatan terhadap peningkatan bobot biomassa dan kualitas air pada wadah pemeliharaan serta tandon. 3.1.1. Biomassa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015, III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian telah dilakukan selama 2 bulan pada bulan Februari-April 2015, bertempat di Laboratorium Perikanan Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan,

PENDAHULUAN. yang sering diamati antara lain suhu, kecerahan, ph, DO, CO 2, alkalinitas, kesadahan, 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air memegang peranan penting dalam bidang perikanan terutama untuk kegiatan budidaya serta dalam produktifitas hewan akuatik. Parameter kualitas air yang sering

Lebih terperinci

Lampiran 1. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Data SR Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan

Lampiran 1. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Data SR Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan LAMPIRAN Lampiran 1. Tingkat Kelangsungan Hidup (SR) Data SR Setiap Perlakuan Selama Pemeliharaan Ulangan Perlakuan 0 menit 2 menit 4 menit 6 menit 1 100 91,67 100 100 2 100 100 100 91,67 3 100 91,67 100

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan

II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian 2.2 Prosedur Kerja Penelitian Pendahuluan Tingkat Kelangsungan Hidup Ikan Selama Pemuasaan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Kegiatan penelitian ini terbagi dalam dua tahap yaitu tahap penelitian pendahuluan dan tahap utama. Penelitian pendahuluan meliputi hasil uji kapasitas serap zeolit,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA

PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding Rate YANG BERBEDA e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume IV No 1 Oktober 2015 ISSN: 2302-3600 PERTUMBUHAN IKAN PATIN SIAM (Pangasianodon hypopthalmus) YANG DIPELIHARA DENGAN SISTEM BIOFLOK PADA Feeding

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Jl. Peta No. 83, Bandung, Jawa Barat 40232, selama 20 hari pada bulan Maret April 2013. 3.2 Alat dan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) e-jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan Volume III No 1 Oktober 2014 ISSN: 2302-3600 PERBANDINGAN KARBON DAN NITROGEN PADA SISTEM BIOFLOK TERHADAP PERTUMBUHAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus)

Lebih terperinci

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Media Litbang Sulteng 2 (2) : 126 130, Desember 2009 1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Tadulako, Palu ISSN : 1979-5971 PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA

PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP IKAN BETOK (Anabas testudineus) YANG DIPELIHARA PADA SALINITAS BERBEDA TUGAS PENGENALAN KOMPUTER ZURRIYATUN THOYIBAH E1A012065 PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada Bulan April 2013 hingga Mei 2013 bertempat di laboratorium budidaya perikanan Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UNPAD.

Lebih terperinci

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan

Gambar 5. Grafik Pertambahan Bobot Rata-rata Benih Lele Dumbo pada Setiap Periode Pengamatan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Laju Pertumbuhan adalah perubahan bentuk akibat pertambahan panjang, berat, dan volume dalam periode tertentu (Effendi, 1997). Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September sampai dengan bulan Nopember 2011, bertempat di laboratorium ikan Clownfish Balai Besar Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang banyak dibudidayakan di Indonesia karena permintaannya terus meningkat setiap

Lebih terperinci

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda

Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda Prosiding Seminar Nasional Ikan ke 8 Keragaan benih ikan mas (Cyprinus carpio) strain rajadanu dengan kepadatan berbeda Yogi Himawan, Khairul Syahputra, Didik Ariyanto Balai Penelitian Pemuliaan Ikan Jl.

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian teknologi budidaya sepenuhnya meggunakan pakan komersil pada kolam air tenang (teknologi 1) dan teknlogi budidaya menggunakan pakan pengganti berupa

Lebih terperinci

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan % BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Laju Pertumbuhan Harian Berdasarkan hasil pengamatan terhadap benih Lele Sangkuriang selama 42 hari masa pemeliharaan diketahui bahwa tingkat penggunaan limbah ikan tongkol

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April 2013 sampai dengan Mei 2013 di Laboratorium Nutrisi Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran,

Lebih terperinci

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN : Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: 109-114 ISSN : 2088-3137 PENGARUH KEPADATAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH KERAPU BEBEK (Cromileptes altivelis) PADA PENDEDERAN

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat

METODE PENELITIAN Persiapan Penelitian Penelitian Pendahuluan Tahap 1 Waktu dan Tempat 41 METODE PENELITIAN Penelitian ini terdiri atas 2 tahap yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian inti. Penelitian pendahuluan terdiri atas 2 tahap yaitu uji nilai kisaran (range value test) dan uji

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 10 Mei 30 Juni 2013 selama 50 hari di Balai Benih Ikan (BBI) Natar, Kabupaten Lampung Selatan. Pembuatan pakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014,

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014, III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada 2 Oktober sampai 10 November 2014, bertempat di Laboratorium Budidaya Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan Universitas

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan

II. BAHAN DAN METODE. Bahan Pakan II. BAHAN DAN METODE 2.1 Pakan Uji Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pakan buatan yang di suplementasi selenium organik dengan dosis yang berbeda, sehingga pakan dibedakan menjadi 4 macam

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Filum: Chordata Kelas : Pisces Ordo : Ostariophysi Famili : Clariidae Genus : Clarias Spesies :

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di. Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan. III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan September-Oktober 2011 bertempat di Balai Budidaya Ikan Hias, Natar, Lampung Selatan. B. Alat dan Bahan Penelitian

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Jumlah Konsumsi Pakan Perbedaan pemberian dosis vitamin C mempengaruhi jumlah konsumsi pakan (P

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pertumbuhan Hasil pengukuran ikan selais yang dipelihara dalam keramba yang ditempatkan di Kolam Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, maka bobot rata-rata

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac.

II. TINJAUAN PUSTAKA Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac. 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Gurami Osphronemus gouramy Lac. Ikan gurami Osphronemus gouramy Lac. merupakan ikan air tawar yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Gurami dapat tumbuh dan berkembang pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013 18 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2012 hingga Februari 2013 bertempat di Laboratorium Perikanan, Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011, di Instalasi Riset Lingkungan Perikanan Budidaya dan Toksikologi, Cibalagung, Bogor. Analisis kualitas

Lebih terperinci

APLIKASI TEKNOLOGI NANO DALAM SISTEM AERASI PADA PENDEDERAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO)

APLIKASI TEKNOLOGI NANO DALAM SISTEM AERASI PADA PENDEDERAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) Jurnal Perikanan Kelautan Vol. VII No.2 /Desember 2016 (29-34) APLIKASI TEKNOLOGI NANO DALAM SISTEM AERASI PADA PENDEDERAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) Application of Nano Technology in Aeration Systems

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di Desa Purwodadi Kecamatan Sidayu Kabupaten Gresik RT 01 RW 01 selama 28 hari pada bulan Desember 2016 Januari 2017

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kelangsungan Hidup Berdasarkan hasil pengamatan selama 40 hari massa pemeliharaan terhadap benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) diketahui rata-rata tingkat kelangsungan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Hatchery Ciparanje Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran pada bulan April sampai Mei 2013. Tahapan yang

Lebih terperinci

PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT PENEBARAN YANG BERBEDA

PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI (Litopenaeus vannamei) DALAM HAPA DENGAN PADAT PENEBARAN YANG BERBEDA Jurnal Produksi Akuakultur tokolan udang Indonesia, vanamei 5(1): 57-64 (2006) Available : http://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 57 http://jurnalakuakulturindonesia.ipb.ac.id PRODUKSI TOKOLAN UDANG VANAMEI

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M2 DAN RASIO SHELTER

PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M2 DAN RASIO SHELTER PENGARUH PADAT PENEBARAN 75, 100 DAN 125 EKOR/M 2 DAN RASIO SHELTER 1 DAN 0,5 TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP LOBSTER AIR TAWAR, Cherax quadricarinatus Erik Sumbaga SKRIPSI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

METODOLOGI. = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah dari pengamatan σ i ε ij

METODOLOGI. = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah dari pengamatan σ i ε ij II. METODOLOGI 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT), Kecamatan Mempaya, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung. Waktu penelitian dimulai dari April

Lebih terperinci

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015 Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015 Pengaruh Salinitas Berbeda terhadap Pertumbuhan dan Tingkat Kelangsungan Hidup Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis Niloticus) di

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Tahap Penelitian Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu tahap pendahuluan dan utama. Pada tahap pendahuluan dilakukan penentuan kemampuan puasa ikan, tingkat konsumsi oksigen,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2014 di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan Universitas Lampung. Analisis proksimat

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan lokasi penelitian Penelitian dilaksanakan mulai bulan September 2010 sampai Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap persiapan, pengamatan laju pertumbuhan Kappaphycus

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup Kelangsungan hidup dapat digunakan sebagai tolok ukur untuk mengetahui toleransi dan kemampuan ikan untuk hidup dan dinyatakan sebagai perbandingan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMIJAHAN, PENETASAN TELUR DAN PERAWATAN LARVA Pemijahan merupakan proses perkawinan antara induk jantan dengan induk betina. Pembuahan ikan dilakukan di luar tubuh. Masing-masing

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... xvi. DAFTAR GAMBAR... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii

DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL... xvi. DAFTAR GAMBAR... xvii. DAFTAR LAMPIRAN... xviii xiv DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... xvi DAFTAR GAMBAR... xvii DAFTAR LAMPIRAN... xviii I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang... 1 B. Tujuan Penelitian... 3 C. Manfaat Penelitian... 4 D. Kerangka Pikir... 4 E. Hipotesis...

Lebih terperinci

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. HASIL DAN PEMBAHASAN III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Hasil Dari penelitian ini, didapatkan data sebagai berikut: daya listrik, kualitas air (DO, suhu, ph, NH 3, CO 2, dan salinitas), oxygen transfer rate (OTR), dan efektivitas

Lebih terperinci

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC.

PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. PENGARUH PADAT PENEBARAN 10, 15 DAN 20 EKOR/L TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN GURAMI Osphronemus goramy LAC. UKURAN 2 CM Oleh : Giri Maruto Darmawangsa C14103056 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada Mei sampai Juli 2014, di Laboratorium Budidaya Perikanan Bagian Genetika dan Pemuliaan Ikan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan bulan Agustus sampai September 2011 bertempat di Laboratorium Jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kualitas Air Kualitas hidup ikan akan sangat bergantung dari keadaan lingkunganya. Kualitas air yang baik dapat menunjang pertumbuhan, perkembangan, dan kelangsungan hidup

Lebih terperinci

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN: 282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : 282-289 ISSN: 0853-6384 Short Paper Abstract PENGARUH SALINITAS TERHADAP KELULUSAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BAWAL AIR TAWAR, Colossoma macropomum THE

Lebih terperinci