OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI BUDIDAYA DALAM PENDEDERAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI DESA PETIR KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI BUDIDAYA DALAM PENDEDERAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI DESA PETIR KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR"

Transkripsi

1 OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI BUDIDAYA DALAM PENDEDERAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI DESA PETIR KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR MOCHAMAD KURNIAWAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 i

2 ABSTRAK MOCHAMAD KURNIAWAN. Optimalisasi Input Produksi Budidaya Dalam Pendederan Ikan Gurame Osphronemus gouramy di Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Dibimbing Oleh Iis Diatin dan Yani Hadiroseyani. Peningkatan produksi ikan gurame khususnya pendederan di wilayah Desa Petir setiap tahun mengalami pasang surut. Tujuan penelitian ini untuk menerapkan teknis produksi pendederan ikan gurame yang optimal dan analisis finansial untuk menghasilkan keuntungan optimal. Metode yang digunakan berupa studi kasus dengan metode purposive sampling. Analisis data menggunakan metode analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dan analisis finansial. Pendugaan efisiensi penggunaan input didapatkan input yang optimal adalah 42 ekor/m 2 untuk benih, 0,525 kg/m 2 untuk urea, 0,021 kg/m 2 untuk kapur, 0,915 kg/m 2 untuk postal dan 0,329 untuk tepung pelet. Analisis usaha pendederan ikan gurame pada kondisi optimal adalah R/C 1,78, Pay Back Period 0,58 tahun, Break Even Point sebesar Rp dan ekor. Analisis kriteria investasi dengan skenario optimal sewa lahan kepadatan 42 ekor/m 2 merupakan skenario yang paling baik dengan nilai NPV sebesar , Net B/C 6,81 dan IRR sebesar 144%. Analisis sensitivitas dengan merubah harga benih sebesar 20% menunjukkan bahwa usaha masih layak untuk dijalankan. Kata Kunci : Optimalisasi Input Produksi, Budidaya Pendederan, Ikan Gurame ABSTRACT MOCHAMAD KURNIAWAN. Optimizing Inputs On Gurame Fish Nursery Farming Production Osphronemus gouramy in Village Petir Subdistrict Dramaga Regency Bogor. Supervised by Iis Diatin and Yani Hadiroseyani Increased production of gurame, especially in the area the Petir Village every year have ups and downs. The purpose of this study to apply the technical production of gurame to optimalization nursery and financial analysis to generate optimal profits. Method used is a case study with intake sample method in the form of purposive sampling. Data Analyse use Cobb-Douglas method and finansial analysys. Estimation of efficiency of input use the optimal input obtained is 42 ekor/m 2 for fish seed, 0,525 kg/m 2 for urea, 0,021 kg/m 2 for lime, 0,915 for postal and 0,329 kg/m 2 for flour pellets. Analyse the production of gurame at optimal condition is R/C 1,78, Pay Back Period 0,58 year and break Even Point to Rp and fish seed. Investment analysis criteria with third scenario represent best scenario with value NPV equal to , Net B/C 6,81 and IRR equal to 144 %. Sensitivity analysis by changing the fish seed gurame price by 20% shows that the business is still viable to run. Key Word : Optimizing Input, Nursery Production, Fish Gurame vii

3 OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI BUDIDAYA DALAM PENDEDERAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI DESA PETIR KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR MOCHAMAD KURNIAWAN SKRIPSI sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi & Manajemen Perikanan Budidaya Departemen Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 iii

4 PERNYATAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : OPTIMALISASI INPUT PRODUKSI BUDIDAYA DALAM PENDEDERAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI DESA PETIR KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR adalah benar merupakan hasil karya yang belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Juli 2011 MOCHAMAD KURNIAWAN C ii

5 Judul skripsi : Optimalisasi input produksi budidaya dalam pendederan ikan gurame Osphronemus gouramy di Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Nama Mahasiswa : Mochamad Kurniawan Nomor Pokok : C Pembimbing I Disetujui, Pembimbing II Ir. Iis Diatin, MM Ir. Yani Hadiroseyani, MM Nip Nip Diketahui, Ketua Departemen Budidaya Perairan Dr. Ir. Odang Carman, M.Sc Nip Tanggal Lulus : iv

6 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat serta karunia-nya, sehingga penulisan skripsi ini telah diselesaikan. Penelitian dengan judul Optimalisasi Input Produksi Budidaya Dalam Pendederan Ikan Gurame Osphronemus gouramy di Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor ini dilaksanakan sejak bulan Maret 2011 sampai April Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ir. Iis Diatin, MM, Ir. Yani Hadiroseyani, MM selaku dosen pembimbing dan Yuni Puji Hastuti, S.Pi, M.Si selaku dosen penguji. Selain itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada Yayasan Karyasalemba 4 yang telah memberikan bantuan beasiswa, DPKHA IPB, para responden pembudidaya ikan gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, kakak, rekanrekan BDP 43, 44, serta rekan-rekan seperjuangan atau satu organisasi yang telah banyak membantu baik secara moril maupun materil sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan. Semoga penulisan skripsi ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan para pembaca untuk melakukan usaha budidaya ikan gurame. Bogor, Juli 2011 Mochamad Kurniawan v

7 DAFTAR RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Mochamad Kurniawan dan dilahirkan di Bogor tanggal 11 Mei 1989 serta merupakan anak ke 5 dari 7 bersaudara. Pendidikan formal yang telah ditempuh oleh penulis adalah SMA Negeri 6 Bogor dan lulus tahun Pada tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Setelah melewati Tingkat Persiapan Bersama di tingkat awal penulis memilih program Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Budidaya serta minor Pengembangan Usaha Agribisnis. Selama masa perkuliahan penulis aktif diberbagai macam organisasi intra maupun ekstra kampus. Kegiatan tersebut diantaranya adalah menjadi Ketua Komisi C DPM TPB IPB, Ketua Rohis Aquaculture 43, Staff Div HRD Forum Keluarga Muslim FPIK IPB 2007/2008, Kordinator Fund Rishing Bogor Nasheed Centre, Wakil Ketua Fosma (Forum Silaturahmi Mahasiswa) Bogor Alumni ESQ Way /2009, Kepala Divisi Olahraga dan Seni Fosma ESQ Way 165 Komisariat IPB 2008/2009, Kordinator Divisi PSDM JPRMI Bogor Barat, Ketua Ikatan Alumni Muslim At-Tarbiyah SMAN 6 Bogor, Pembina IREMA, Event Organizer FOR US (Forum Untuk Semua), Syakaa Organizer, Kesekretariatan IMAGO (Yayasan Inspirasi Muda Bogor) dan DPD PPNSI (Perhimpunan Petani Nelayan Sejahtera Indonesia) Kota Bogor. Penulis pernah mengikuti berbagai macam pelatihan kepemimpinan, manajemen organisasi maupun pelatihan wirausaha. Penulis juga pernah mendapatkan dana bantuan kegiatan wirausaha dari DPKHA IPB dengan usaha Industri Perbenihan Gurame, serta pernah melaksanakan kegiatan Praktik Lapang Aquaculture di Isaku Koi Farm, Kota Blitar, Jawa Timur. Penulis melakukan penelitian dengan judul Optimalisasi Input Produksi Budidaya Dalam Pendederan Ikan Gurame Osphronemus gouramy di Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor vi

8 DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL.. x DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN. I. PENDAHULUAN. 1 xi xii II. BAHAN DAN METODE. 2.1 Waktu dan Tempat Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Pengambilan Sampel. 2.5 Metode Analisis Data Analisis Fungsi Produksi Analisis Finansial Analisis Usaha Analisis Kriteria Investasi Analisis Sensitivitas Batasan dan Pengukuran. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Letak dan Keadaan Umum Kependudukan Sarana dan Prasarana. 3.2 Karakteristik Pembudidaya. 3.3 Teknik Pendederan Ikan Gurame Persiapan Kolam Penebaran Benih Pemeliharaan Ikan Pemberian Pakan Pencegahan Hama dan Penyakit Pemanenan Pemasaran Penggunaan Faktor Produksi Analisis Pendugaan Faktor Produksi Analisis Kriteria Statistik viii

9 3.5.2 Analisis Ekonometrik Kriteria Ekonomi Analisis Optimalisasi Penggunaan Input Analisis Finansial Analisis Usaha Analisis Kriteria Investasi dan Analisis Sensitivitas.. IV. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA.. 46 LAMPIRAN ix

10 DAFTAR TABEL Halaman 1. Perkembangan Produksi Benih Ikan Berdasarkan Kebutuhan Pada Beberapa Komoditas Ikan di Kabupaten Bogor Tahun Jumlah Penduduk Desa Petir Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun Sarana dan Prasarana Desa Petir Tahun Perbandingan Padat Tebar Gurame Rata-rata Input dan Output Produksi Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil pada Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir Nilai Toleransi dan VIF untuk Setiap Variabel Input Nilai NPM, Input dan Output yang Optimal, serta Nilai Rasio NPM dan P xi pada Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir Kenaikan Biaya Investasi, Biaya Tetap, Biaya Variabel, Penerimaan, Kondisi Aktual dan Optimal. dan Keuntumgan Usaha Pendederan Ikan Gurame di Desa Petir per m Analisis Pendapatan Usaha (Laba Rugi) Kriteria Investasi Pada Skenario Kriteria Investasi Pada Skenario Kriteria Investasi Pada Skenario Kriteria Investasi Pada Skenario x

11 DAFTAR GAMBAR Halaman 1. Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Padat Tebar Gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga Saluran Outlet (a) dan Kemalir dalam Kolam Pendederan Gurame di Desa Petir (b) Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan Kapur di Desa Petir, Kecamatan Dramaga Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan Urea (a) dan Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan TSP (b) Benih Gurame (a) dan Proses Aklimatisasi (b) Postal Grafik Korelasi Antara Jumlah Benih Gurame dengan Postal di Desa Petir, Kecamatan Dramaga Grafik Korelasi Antara Jumlah Benih Gurame dengan Tepung Pelet di Desa Petir, Kecamatan Dramaga Hasil Panen Gurame Jirigen (Keranjang Panen). 26 xi

12 DAFTAR LAMPIRAN 1. Peta Produksi Benih Ikan Menurut Kecamatan Kabupaten Bogor Karakteristik Responden Pembudidaya Pendederan Ikan Gurame Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Data Produksi, Faktor Produksi, Harga dan Nilai Beli Produksi Per Musim Tanam Pada Usaha Pendederan Gurame, Desa Petir Halaman 4. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode Kuadrat Terkecil Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Statistical Product and Service Solution Grafik Normal P-Plot Regression Of Output Grafik Scaterploot Contoh Perhitungan Input Produksi Optimal Nilai Investasi dan Penyusutan Pada Usaha Pendederan Gurame dalam Kondisi Aktual di Desa Petir Tahun Nilai Investasi dan Penyusutan Pada Usaha Pendederan Gurame dalam Kondisi Optimal di Desa Petir Tahun Analisis Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Aktual dan Optimal Tahun Penghitungan Analisis Usaha Pada Kondisi Aktual dan Optimal Pada Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir Luas Lahan 883 m Kenaikan Harga Benih Berdasarkan Tahun Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42 ekor/m 2 dengan Skenario 1 (Lahan Milik Sendiri) di Desa Petir Tahun Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal Teknis 25 ekor/m 2 dengan Skenario 2 (Lahan Milik Sendiri) di Desa Petir Tahun Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42 ekor/m 2 dengan Skenario 3 (Lahan Sewa) di Desa Petir Tahun Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal Teknis 25 ekor/m 2 dengan Skenario 4 (Lahan Sewa) di Desa Petir Tahun Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42 ekor/m 2, Skenario 1 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20 % di Desa Petir Tahun xii

13 19. Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal Teknis 25 ekor/m 2, Skenario 2 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20 % di Desa Petir Tahun Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 42 ekor/m 2, Skenario 3 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20 % di Desa Petir Tahun Chash Flow Usaha Pendederan Gurame Pada Kondisi Optimal 25 ekor/m 2, Skenario 4 dengan Asumsi Kenaikan Harga Benih 20 % di Desa Petir Tahun xiii

14 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan ikan bagi penduduk Indonesia pada tahun 2015 diperkirakan mencapai 10,5 juta ton atau hampir dua kali lipat dari potensi stok ikan laut Indonesia saat ini. Berdasarkan data FAO (2009) dalam Suhana (2010) produksi ikan nasional pada tahun 2006 hanya mencapai sekitar 6,2 juta ton dan pencapaian produksi yang ditargetkan hingga tahun 2010 pun masih belum dapat terealisasi. Menurut Suhana (2010) perikanan budidaya untuk mencapai produksi ikan nasional sampai 350% yang dicanangkan oleh KKP, hendaknya dilakukan dengan mengkaji ulang arah dan kebijakan berdasarkan pendekatan peningkatan produksi ikan. Peningkatan produksi perikanan budidaya yang dicanangkan oleh KKP (2010) untuk komoditas ikan air tawar yakni ikan gurame ditargetkan meningkat sebanyak 127% terhitung dari tahun Peningkatan produksi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti penerapan teknologi, pembinaan cara budidaya yang efektif, serta pendampingan program terpadu disetiap wilayah seperti yang diterapkan di Kabupaten Bogor. Perikanan yang berkembang pada Kabupaten Bogor hanya merupakan Perikanan Budidaya Darat atau budidaya air tawar baik pada kolamkolam maupun perairan umum. Potensi terbesar untuk budidaya air tawar pada Kabupaten Bogor terletak pada kolam air tenang dengan komoditas ikan gurame, lele, mas, nila, patin dan lain-lain. Penyebaran produksi benih di Kabupaten Bogor pada tahun 2009 menyebar secara merata (Lampiran 1). Produksi benih ikan gurame berdasarkan kebutuhan di wilayah Kabupaten Bogor tercatat bahwa ikan gurame mengalami penurunan sebanyak 60,81% (Tabel 1). Berdasarkan Disnakan (2009) tercatat bahwa di Kabupaten Bogor wilayah Dramaga memproduksi ikan gurame, mas, nila dan bawal. Di wilayah Dramaga, khususnya Desa Petir merupakan wilayah yang cukup dominan dalam memproduksi gurame yakni hampir mencapai 70% memproduksi gurame. Untuk penyebaran benih ikan gurame di Desa Petir pada tahun 2009, benih gurame ukuran 5 8 cm mencapai ekor setiap tahun. 1

15 Tabel 1. Perkembangan Produksi Benih Ikan Berdasarkan Kebutuhan Pada Beberapa Komoditas Ikan di Kabupaten Bogor Tahun Produksi (Ribu Ekor) No Jenis Ikan r (%) Mas , Nila , Nilem Mujaer Gurame , Tawes , Patin , Lele , Sepat siam Tambakan , Bawal ,18 1, Jumlah , Sumber : Disnakan, 2009 Pencapaian produksi ikan gurame khususnya untuk kegiatan pendederan di wilayah Desa Petir setiap tahun mengalami pasang surut. Hal ini disebabkan sebagian para pembudidaya beralih profesi menjadi petani palawija dan buruh tani. Oleh karena itu, maka perlu adanya peningkatan kembali produksi gurame pada kegiatan pendederan di wilayah Desa Petir. Peningkatan tersebut dapat dilakukan dengan mengalihkan cara budidaya dari tradisional menjadi semi intensif ataupun intensif. Untuk menuju kearah tersebut perlu dilakukan kegiatan budidaya secara optimal dengan mengoptimalkan penggunaan input faktor produksi budidaya. Aspek penggunaan input produksi dapat mempengaruhi output yang dihasilkan. Beberapa hal yang seringkali terjadi dalam kegiatan pendederan gurame terutama untuk para pembudidaya di wilayah Desa Petir meliputi keterbatasan dana, pengelolaan yang masih sederhana, belum mampu mengatur kolam untuk kesinambungan ketersedian produksi ikan dan keterampilan teknis yang rendah. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka aspek yang ditinjau dalam penelitian ini meliputi : a) Kondisi aktual usaha pendederan ikan gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor b) Alokasi penggunaan input produksi yang optimal dan kondisi finansial dengan keuntungan yang maksimal dan c) Prospek pengembangan usaha pendederan ikan gurame di Desa Petir, 2

16 Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dilihat dari peluang, kendala serta alternatif dari keadaan tersebut. Berdasarkan uraian tersebut dapat dicapai tujuan berupa : a) Teknis produksi pendederan ikan gurame yang optimal serta menguntungkan berdasarkan hasil analisis lapang di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, b) Analisis alokasi input produksi yang optimal pada budidaya pendederan ikan gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan c) Pengembangan usaha produksi yang menggambarkan keuntungan dan kelayakan usaha optimal. 3

17 II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan Manajemen Produksi Akuakultur. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. 2.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian mengenai optimalisasi input produksi budidaya dalam pendederan ikan gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor ini adalah berupa studi kasus. Penelitian dengan studi kasus ini memiliki tujuan untuk memberikan gambaran secara detail tentang latar belakang, sifat-sifat, dan karakter yang khas dari unit yang dianalisis. Metode studi kasus ini merupakan metode yang tepat untuk mengetahui kondisi dan kebutuhan di daerah yang diteliti. Sehingga diharapkan dapat diterapkan manajemen budidaya yang efektif. Satuan kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah pembudidaya yang melakukan usaha pendederan ikan gurame secara monokultur di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dengan jumlah pembudidaya sebanyak 16 orang. 2.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang disajikan dalam bentuk text dan image. Data text yakni berupa angka alphabhet dan angka numerik. Data text yang digunakan yakni berupa faktor input, proses dan output produksi serta sarana produksi dan biaya yang dikeluarkan dalam usaha budidaya gurame. Data image merupakan data yang disajikan dalam bentuk foto, diagram dan sejenisnya untuk menginformasikan keadaan tertentu. Untuk memperoleh data tersebut dilakukan dengan dua cara yakni bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh berdasarkan hasil penelusuran di lapangan dengan melakukan wawancara dan pengisian kuisioner. Data yang dikumpulkan meliputi identitas serta karakteristik dari pembudidaya, penerapan manajemen budidaya yang dilakukan, input dan output produksi, serta 4

18 penggunaan biaya yang dikeluarkan untuk melakukan budidaya. Data sekunder merupakan data penunjang dalam penelitian ini. Data sekunder diperoleh berdasarkan informasi dari instansi dan lembaga terkait seperti Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor, Kantor Desa Petir, dan literatur-literatur. Untuk data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya data monografi Kabupaten Bogor dan data produksi perikanan Kabupaten Bogor. 2.4 Metode Pengambilan Sampel Teknik penentuan sampel yang digunakan adalah Purposive Sampling. Purposive Sampling merupakan penentuan sampel dengan mempertimbangkan kriteria-kriteria tertentu yang telah dibuat terhadap obyek yang sesuai dengan tujuan penelitian. Adapun dalam penentuan sampel telah terpilih sebanyak 16 orang yang merupakan pembudidaya di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Sampel yang diambil memenuhi kriteria seperti berpengalaman budidaya minimal satu tahun, melakukan budidaya secara monokultur dan melakukan usaha pendederan gurame mulai dari ukuran kuaci (2-2,5 cm) sampai menghasilkan benih ukuran korek (10-11 cm). 2.5 Metode Analisis Data Analisis data merupakan proses penyederhanaan data yang telah dikumpulkan mengenai objek permasalahan yang diterapkan kedalam bentuk yang mudah diinterpretasikan. Informasi dan data yang telah terkumpul setelah ditabulasikan kemudian dapat dianalisis dengan menggunakan metode analisis fungsi produksi model Cobb-Douglas dan analisis finansial Analisis Fungsi Produksi Analisis fungsi produksi yang digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan fungsi produksi model Cobb-Douglas. Fungsi produksi Cobb-Douglas digunakan untuk menduga hubungan antara produksi pendederan gurame dengan penggunaan faktor produksi yang meliputi benih gurame, urea, TSP, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja. Model pendugaan dari persamaan fungsi produksi Cobb-Douglas ini adalah sebagai berikut : Y = (1) 5

19 Keterangan : Y = Produksi ikan gurame (ekor) X 5 = Postal (kg) X1 = Padat tebar benih gurame (ekor/m 2 ) X6 = Tepung Pelet (kg) X2 = Urea (kg) X7 = Tenaga Kerja (Jam Kerja) X3 = TSP (kg) u = Kesalahan X 4 = Kapur (kg) e = Logaritma natural, e = 2,718 Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan diatas, maka persamaan tersebut diubah kedalam bentuk linear dengan regresi berganda, persamaan tersebut menjadi : LnY = ln a + b 1 lnx 1 + b 2 lnx 2 + b 3 lnx 3 + b 4 lnx 4 + b 5 lnx 5 + b 6 lnx 6 + b 7 lnx 7...(2) Elastisitas produksi digunakan untuk adanya perubahan dari produk yang dihasilkan karena perubahan faktor produksi yang digunakan. Nilai b i pada fungsi Cobb-Douglas menunjukkan elastisitas X terhadap Y. Ketepatan model yang digunakan sebagai alat analisis diuji dengan menggunakan uji statistik sebagai berikut : 1) Uji statistik t, digunakan untuk mengetahui seberapa besar masing-masing faktor produksi (X ) sebagai variabel bebas mempengaruhi produksi (Y) i sebagai variabel tidak bebas. Prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut : H0 : b i = 0 (faktor produksi (Xi) tidak berpengaruh terhadap produksi (Y)) H 1 : b i 0 (faktor produksi (Xi) berpengaruh terhadap produksi (Y)) t hitung = (b i 0)/Sbi Keterangan : Sb i = standard error dari b = koefisien regresi b i - Jika thitung < t tabel, maka H 0 diterima, artinya X i tidak berpengaruh nyata terhadap Y. - Jika thitung > t tabel, maka H 0 ditolak, artinya X i berpengaruh nyata terhadap Y. 2) Uji statistik f (uji simultan), digunakan untuk mengetahui faktor produksi (X ) secara bersama mempengaruhi output (Y). Hipotesis yang diuji H i adalah 0 : bi = 0 (tidak ada pengaruh) H1 : bi 0 (ada pengaruh) 6

20 F hitung = (JKR/(k-1)) ( JKD / (n-k)) Keterangan : JKR = Jumlah Kuadrat Regresi JKD = Jumlah Kuadrat Residual n = Jumlah Sampel k = Jumlah Variabel (3) - Jika Fhitung < F tabel, maka terima H 0, artinya faktor produksi secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pada selang kepercayaan tertentu. - Jika Fhitung > F tabel, maka tolak H 0, artinya faktor produksi secara bersamasama berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi pada selang kepercayaan tertentu. Untuk menguji ketepatan pada analisis fungsi produksi dilakukan uji lanjutan yakni analisis statistik dan dilakukan pula analisis ekonometrik. Adapun fungsi dari analisis ekonometrik adalah untuk mengetahui apakah model regresi memenuhi asumsi normalitas, multikolinearitas, homoskedastisitas, dan autokorelasi (Santoso, 2000). Normalitas adalah suatu kondisi dalam model regresi yaitu nilai Y (variabel dependent) didistribusikan secara normal terhadap nilai X (variabel independent). Suatu model regresi yang baik harus memenuhi asumsi normalitas Multikolinearitas adalah permasalahan dalam suatu model regresi yang diakibatkan adanya korelasi antar variabel independent. Cara yang digunakan untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah dengan menambah jumlah sampel dan mengeluarkan variabel yang memiliki korelasi tinggi. Homoskedastisitas adalah asumsi dalam model regresi dimana variasi disekitar garis regresi seharusnya konstan untuk setiap nilai X (Santoso, 2000). Bila asumsi tersebut tidak terpenuhi maka model regresi mengalami problem heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas merupakan masalah yang terjadi pada model regresi jika terjadi asumsi variance error term konstan untuk setiap nilai pada variabel penjelas dilanggar. Masalah heteroskedastisitas ini sering terjadi pada data cross-section. Cara mengatasi masalah heteroskedastisitas ini diantaranya adalah dengan : a) Menggunakan Weight Least Square Regression (nilai variabel dibagi dengan nilai variabel yang dianggap menyebabkan heteroskedastisitas. 7

21 b) Menggunakan fungsi log untuk variabel penjelas yang mengakibatkan heteroskedastisitas. Autokorelasi adalah masalah dalam model regresi linear karena adanya korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi ini biasanya terjadi pada model regresi yang menggunakan data time series atau berdasarkan waktu berkala (Santoso 2000). Analisis Return to Scale (RTS) sangat penting untuk dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan usaha yang sedang diteliti tersebut berada dalam kondisi increasing, constant, atau decreasing return to scale. Analisis RTS ini dilakukan dengan menjumlahkan besaran elastisitas (bi). Berdasarkan persamaan 8 maka : 1 < b 1 + b 2 + b 3 + b 4 < 1 (4) a. Jika b1 + b 2 + b 3 + b 4 < 1, maka usaha berada dalam keadaan decreasing return to scale. Artinya apabila faktor produksi yang digunakan ditambahkan maka besarnya penambahan output akan lebih kecil dari proporsi penambahan input. b. Jika b1 + b 2 + b 3 + b 4 = 1, maka usaha berada dalam keadaan constant return to scale, dimana penambahan proporsi input yang digunakan akan sama dengan penambahan proporsi output yang dihasilkan. c. Jika b1 + b 2 + b 3 + b 4 > 1, maka usaha berada dalam keadaan increasing return to scale, dimana proporsi penambahan output yang digunakan akan lebih besar dari penambahan proporsi input. Tingkat alokasi input yang optimal dapat diketahui melalui analisis dari fungsi keuntungan, yaitu : Π = TR TC atau pendederan ikan gurame dapat tercapai pada saat turunan pertama dari fungsi keuntungan usaha terhadap faktor produksi sama dengan nol, yaitu : Π = PyY P xi X i P y (d y /d xi ) = P xi P y PM xi = P xi NPM xi = P xi... (5) 8

22 2.5.2 Analisis Finansial Analisis finansial merupakan analisis yang dilakukan pada suatu proyek yang dapat ditinjau dari sudut badan atau orang yang menanamkan uangnya dalam proyek tersebut. Bagian dari analisis finansial yakni analisis usaha dan analisis kriteria investasi Analisis Usaha Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan untuk mengetahui keberhasilan usaha yang telah dicapai selama usaha perikanan itu berlangsung (Rahardi et al., 1998). Analisis usaha terdiri dari analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), analisis payback period (PP), dan analisis break even point (BEP). a. Analisis Pendapatan Usaha Analisis ini bertujuan untuk mengetahui komponen-komponen input dan output yang terlibat didalam usaha dan besar keuntungan yang diperoleh dari hasil usaha. Secara matematis konsep pendapatan dapat dirumuskan sebagai berikut : Π =. (6) Keterangan : Π = Pendapatan (Rp per panen) Y = Total Produksi (ekor per panen) X i = Jumlah input i yang digunakan (unit) P y = Harga persatuan output (Rp) P yi = Harga persatuan input (Rp) P y.y = Penerimaan total (Rp) P x.σx i = Biaya Total (Rp) b. Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (R/C) Analisis ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang diperoleh dari kegiatan usaha selama periode tertentu apakah cukup menguntungkan atau tidak. Secara matematis analisis biaya imbangan dirumuskan sebagai berikut : R/C =... (7) Keterangan : TR = Total Revenue atau Penerimaan total (Rp) TC = Total Cost atau Biaya Total (Rp) Dengan kriteria usaha sebagai berikut : 9

23 - R/C > 1, usaha menguntungkan - R/C = 1, usaha impas - R/C = 1, usaha rugi c. Payback period (PP) Payback period merupakan lama waktu yang dibutuhkan proyek atau usaha untuk menghasilkan arus kas yang cukup untuk membayar pengeluaran awal. Metode payback period menurut Martin, et al. (1991) secara sistematis dinyatakan dalam rumus berikut: Payback Period = d. Analisis Break Event Point (BEP) Break Event Point merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan output produksi sama dengan biaya produksi. Pada kondisi Break Event Point ini pengusaha mengalami impas. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan serta dipakai untuk merencanakan tingkat keuntungan yang dikehendaki. Menurut Martin, et al. (1991) BEP dapat dihitung dengan persamaan matematis seperti ini: BEP (Nilai Produksi) =.. (8) BEP (Volume Produksi) =.. (9) Keterangan: TFC = Biaya tetap total (Rp) AVC = Biaya variabel rata-rata (Rp) P y = Harga komoditas (Rp per ekor) Analisis Kriteria Investasi Analisis kriteria investasi merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui manfaat dan besar biaya dari setiap unit yang dianalisis. Analisis kriteria investasi terdiri dari NPV, Net B/C dan IRR. a. Net Present Value (NPV) Net Present Value adalah nilai sekarang dari keuntungan bersih yang akan didapatkan pada masa yang akan datang. NPV ini pada dasarnya merupakan kombinasi pengertian present value penerimaan dan present value pengeluaran. Secara matematis NPV dinyatakan dalam rumus berikut : 10

24 NPV =.... (10) Dengan kriteria usaha sebagai berikut : - NPV < 0, usaha tidak layak - NPV = 0, usaha tersebut memberikan hasil yang sama dengan modal yang digunakan (impas) - NPV > 0, usaha layak untuk dijalankan karena akan dapat menghasilkan Keterangan: keuntungan B t = Manfaat unit usaha pada tahun t (Rp) C t = Biaya usaha pada tahun ke t (Rp) i = Discount rate (%) t = Umur proyek (5 tahun) b. Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) Net B/C adalah perbandingan antara jumlah nilai sekarang dari keuntungan bersih pada tahun-tahun yang mana keuntungan bersih bernilai positif dengan keuntungan bersih bernilai negative. Secara matematis Net B/C dinyatakan dengan rumus : Net B/C = (11) Syarat : Bt Ct > 0 Ct Bt < 0 Dengan kriteria usaha : - Net B/C < 1, berarti usaha itu sebaiknya tidak dilaksanakan karena tidak layak dan lebih baik mencari alternatif usaha lain yang lebih menguntungkan - Net B/C > 1, berarti usaha itu akan mendatangkan keuntungan, sehingga usaha ini dapat dilaksanakan Keterangan : B t = Benefit sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp) C t = Biaya sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp) t = Umur Proyek (5 tahun) i = Discount rate (%) 11

25 c. Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah nilai discount rate i yang membuat NPV pada proyek sama dengan nol. Secara matematis IRR dinyatakan dengan rumus IRR = i + (i i ) Dengan kriteria usaha: IRR i (discount rate), berarti usaha dapat dilaksanakan IRR < i (discount rate), berarti usaha lebih baik tidak dilaksanakan Keterangan : i = discount rate yang menghasilkan NPV + (%) i = discount rate yang menghasilkan NPV - (%) NPV = NPV pada tingkat bunga i (Rp) NPV = NPV pada tingkat bunga i (Rp) Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan dengan mengubah suatu unsur kemudian menentukan pengaruh dari perubahan tersebut pada hasil analisis. Pada usaha pendederan ikan gurame, analisis sensitivitas dilakukan terhadap perubahan harga pakan. Pakan merupakan faktor produksi yang utama, sehingga perubahannya akan sangat berpengaruh pada kelangsungan usaha. Pada penelitian ini, metode yang akan digunakan dalam analisis sensitivitas adalah metode switching value, yaitu mengubah salah satu atau lebih nilai variabel yang dianggap paling sensitive sampai dengan usaha tidak layak untuk dijalankan Batasan dan Pengukuran a) Usaha pendederan gurame adalah pemeliharaan benih ukuran kuaci (2-2,5 cm) hingga ukuran korek (10-11 cm). b) Variabel yang dijelaskan (output) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian ini adalah gurame ukuran korek (10-11 cm). c) Variabel yang menjelaskan (input) dalam analisis fungsi produksi dalam penelitian ini terdiri dari benih gurame, urea, TSP, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja 12

26 III. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Kondisi Umum Daerah Penelitian Kondisi umum daerah pendederan gurame diwilayah Desa Petir ini meliputi letak dan keadaan umum, kependudukan, sarana dan prasarana Letak dan Keadaan Umum Kecamatan Dramaga terletak di wilayah Bogor Barat Kabupaten Bogor dengan luas wilayah Ha. Kecamatan Dramaga memiliki 10 Desa diantaranya adalah desa Cikarawang, Babakan, Dramaga, Ciherang, Petir, Sukawening, Neglasari, Purwasari, Sukadamai dan Sinarsari. Desa Petir (Gambar 1) merupakan desa yang paling dominan dalam budidaya gurame. Desa Petir memiliki luas 448,25 Ha yang terdiri dari pesawahan 210 Ha, pekarangan 20 Ha, empang 20 Ha, perumahan 190 Ha, makam 4 Ha dan lainnya 8,25 Ha (Data Potensi Desa, 2010). Peta Desa Petir dapat dilihat pada Lampiran 1. Tekstur tanah yang terdapat di daerah Desa Petir yakni berupa tanah liat berpasir hal ini sangat cocok untuk melakukan budidaya. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2006) tekstur tanah merupakan bagian yang perlu diperhatikan. Jenis tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat berpasir. Jenis tanah tersebut dapat menahan massa air yang besar dan tidak bocor sehingga dapat dibuat pematang atau dinding kolam. Sumber : Gambar 1. Desa Petir, Kecamatan Dramaga,Kabupaten Bogor 13

27 Selain itu Desa Petir memiliki ketinggian sekitar 500 meter di atas permukaan air laut, sehingga sangat cocok untuk melakukan budidaya gurame karena menurut Jangkaru (2002) ikan gurame dapat hidup dan tumbuh normal, sampai ketinggian 800 meter di atas permukaan air laut. Sumber air yang terdapat di Desa Petir terdiri dari 3 sumber air yakni berasal dari PAM sebanyak 155 saluran, sumur gali dan sumur dangkal sebanyak saluran, mata air sebanyak saluran, sehingga yang paling dominan air berasal dari mata air. Adapun suhu berkisar antara o C dengan ph perairan sekitar 6,5-8 (Data potensi Desa, 2010) Kependudukan Berdasarkan data potensi dan kelurahan tahun 2010 wilayah Desa Petir memiliki 45 unit rukun tetangga dan 9 unit rukun warga dengan jumlah tempat tinggal sebanyak unit. Panjang jalan yang dimiliki oleh Desa yakni 14 km dengan akses penggunaan alat transportasi berupa motor 700 unit, mobil angkutan 24 unit, truk 2 unit dan sedan 2 unit. Jumlah penduduk di wilayah Petir adalah orang yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan. Jumlah penduduk Desa Petir jika ditinjau dari tingkat pendidikannya adalah sebagai berikut : Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Petir Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tahun 2010 No Pendidikan Orang % 1 Belum Sekolah ,73 2 Tidak Tamat SD/Sederajat ,20 3 SD ,83 4 SMP ,08 5 SMA ,02 6 Akademi 6 0,05 7 Universitas / Perguruan Tinggi 12 0,09 Jumlah Sumber : Data Potensi Desa, 2010 Jenis pekerjaan di wilayah Desa Petir terdiri atas petani, buruh, penggali, karyawan perusahaan, buruh pabrik, buruh bangunan, pedagang, sopir, ojek, PNS, guru dan pemangkas rambut. Pekerjaan buruh baik itu buruh tani, buruh bangunan maupun buruh pabrik adalah pekerjaan yang paling dominan yakni mencapai 46,18% dan 15,43% bekerja sebagai petani/pembudidaya, sisanya untuk pekerjaan 14

28 yang lain. Secara rinci jenis pekerjaan dari penduduk di wilayah Desa Petir disajikan dalam Tabel 3. Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan Tahun 2010 No Jenis Pekerjaan Orang % 1 Petani (Petani Ikan, Palawija, dll) ,43 2 Buruh ,18 3 Penggali 12 0,33 4 Karyawan Perusahaan 360 9,78 5 Buruh Pabrik 10 0,27 6 Tukang/Buruh Bangunan ,94 7 Pedagang 240 6,52 8 Sopir 120 3,26 9 Tukang Ojek 58 1,58 10 PNS 41 1,11 11 Guru 20 0,54 12 Pemangkas Rambut/Salon 2 0,05 Jumlah Sumber : Data Potensi Desa, Sarana dan Prasarana Sarana dan Prasarana merupakan faktor pendukung dari keberhasilan suatu wilayah. Adapun sarana dan prasarana yang terdapat di wilayah Desa Petir adalah tempat ibadah, pos hansip, pelayanan kesehatan, rumah makan, sarana perekonomian dan sarana pendidikan. Secara rinci disajikan dalam Tabel 4. Selain itu sarana seperti transportasi yang terdapat di Desa Petir didominasi sepeda motor sebanyak 700 unit, angkutan 24 unit, sedan 2 unit dan truk 2 unit dengan panjang jalan yakni 14 km (Data Potensi Desa, 2010). Tabel 4. Sarana dan Prasarana Desa Petir Tahun 2010 No Sarana dan Prasarana Jumlah 1 Masjid 22 2 Musolah 17 3 Pos Hansip 30 4 Posyandu 11 5 Pos KB 1 6 Rumah Makan 2 7 Toko 4 8 Sarana Pendidikan - TK - RA - SD Negeri - SDIT - SMP Swasta - Pesantren Sumber : Data Potensi Desa,

29 3.2 Karakteristik Pembudidaya Umumnya warga Desa Petir yang menjadi pembudidaya, mereka memiliki lahan sendiri untuk melakukan usaha budidaya ikan gurame. Usaha tersebut dilakukan perorangan dan sebagian besar merupakan usaha utama. Secara keseluruhan mereka melakukan budidaya ikan gurame dengan menggunakan kolam tanah. Responden pembudidaya ikan gurame berkisar antara tahun dengan rata-rata usia 50 tahun. Sebanyak 6 orang dari 16 responden para pembudidaya memiliki pendidikan yang rendah yakni tidak tamat sekolah. Jumlah yang tidak tamat 6 orang, lulusan SD 4 orang, lulusan SMP 3 orang, lulusan SMA 1 orang, Diploma 1 orang dan Sarjana 1 orang. Adapun mengenai pengalaman budidaya rata-rata memiliki pengalaman diatas 2 tahun dan yang paling lama memiliki pengalaman budidaya hingga 30 tahun. Para pembudidaya yang melakukan usaha budidaya ikan gurame ini 50% atau sebanyak 8 orang menjadikan usaha budidaya gurame secara sampingan sedangkan 50% atau sebanyak 8 orang menjadikan sebagai usaha utama. Sebagian besar usaha gurame yang mereka jalankan dilakukan dari hasil memperoleh keuntungan ataupun upah dari bertani dan usaha gurame ini dijadikan pekerjaan sampingan karena membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mendapatkan penghasilan. Gambar 2. Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Padat Tebar Gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga Para pembudidaya gurame di Desa Petir masih tergolong tradisional dan mereka melakukan budidaya berdasarkan pengalaman. Salah satu yang 16

30 menggambarkan para pembudidaya tergolong tradisional adalah pada aspek utama kegiatan budidaya yakni padat tebar. Korelasi antara padat tebar dengan luas lahan yang dimiliki oleh para pembudidaya di Desa Petir tidak teratur (Gambar 2). Seharusnya semakin luas lahan yang dimiliki maka semakin banyak jumlah benih yang ditebar. Sehubungan dengan kurangnya memperhitungkan jumlah benih yang ditebar, maka output benih yang dihasilkan oleh para pembudidaya di Desa Petir belum optimal. Sehingga jumlah output benih yang dihasilkan di Desa Petir hanya mencapai ekor per musim tanam. Pelatihan ataupun penyuluhan yang diadakan oleh dinas terkait baik itu dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor maupun dari KKP jarang mereka ikuti. Hal ini terbukti dengan 75% atau sebanyak 12 orang belum pernah mengikuti pelatihan dan 25% atau sebanyak 4 orang pernah mengikuti pelatihan. Para pembudidaya gurame di Desa Petir ini memiliki kolam sendiri untuk melakukan usaha budidaya gurame dan sebagian besar mereka menggarap sendiri untuk melakukan usaha. 3.3 Teknik Pendederan Ikan Gurame Pendederan merupakan kegiatan lanjutan setelah proses pembenihan. Kegiatan pendederan yang dilakukan di Desa Petir dimulai dari pendederan tahap ke 3 hingga tahap ke 5. Berdasarkan Badan Standarisasi Nasional (2000) pendederan tahap 3 dimulai dari ukuran kuaci/kuku kelingking (2-4 cm) sampai jempol (4-6 cm), pendederan tahap 4 dimulai dari jempol (4-6 cm) sampai silet (6-8 cm) dan tahap 5 dimulai dari silet (6-8 cm) sampai korek/jinggo (8-11 cm). Adapun tahapan kegiatan pendederan ikan berdasarkan petunjuk teknis budidaya Direktorat Jendral Perikanan Budidaya (2010) dan disesuaikan dengan kegiatan yang dilakukan di Desa Petir kegiatan pendederan terdiri atas persiapan kolam, penebaran benih, pemeliharaan ikan, pemberian pakan, pencegahan hama penyakit, pemanenan dan pemasaran Persiapan Kolam Persiapan kolam dilakukan untuk menyiapkan proses budidaya. Kolam yang digunakan oleh para pembudidaya gurame di Desa Petir yakni berupa kolam tanah dengan ukuran per kolam seluas m 2. Pada tahapan persiapan kolam 17

31 ini yang pertama kali dilakukan adalah pengeringan wadah dengan cara membuka saluran outlet (Gambar 3a) dan menutup saluran inlet. Untuk saluran inlet dan outlet digunakan pipa PVC dengan ukuran 3-4 inch karena pipa PVC bersifat tahan lama dan tidak mudah lapuk. Kolam yang sudah kering dibiarkan selama 5 hari. Setelah itu tanah dicangkul lalu diratakan kembali dengan tujuan ketika nanti diairi, tanah menjadi lembut dan lubang-lubang tanah akan tertutup sehingga air tidak akan keluar akibat bocor dari pori-pori tersebut. Selanjutnya tahapan kedua adalah pemeriksaan pematang. Pematang merupakan hal yang sangat penting. Ukuran pematang disesuaikan dengan luas kolam. Semakin luas kolam maka pematang yang dibuat lebih lebar. Pematang yang dibuat dari tanah biasanya ditumbuhi rumput, oleh karena itu rumput yang tumbuh disekitar pematang dibersihkan terlebih dahulu. Berikutnya adalah pembuatan kemalir (Gambar 3b). Kemalir dibuat dengan tujuan untuk mempermudah pengeringan kolam dan ketika panen benih ikan akan mudah di ambil. Setelah proses pengeringan dan perbaikan pematang dilakukan kemudian kolam diberi kapur dengan tujuan untuk meningkatkan ph air, meningkatkan ketersediaan unsur hara dalam tanah, menetralisir senyawa-senyawa beracun baik organik maupun non anorganik, merangsang populasi dan aktivitas mikroorganisme tanah. Proses pengapuran dilakukan dengan cara menebarkannya pada sisi kolam. Dosis kapur yang digunakan oleh para pembudidaya secara keseluruhan belum memenuhi standar nasional karena masih ada yang menggunakan kapur melebihi standar yang ditetapkan. (a) (b) Gambar 3. Saluran Outlet (a) dan Kemalir dalam Kolam Pendederan Gurame di Desa Petir (b) 18

32 Dosis penggunaan kapur yang digunakan oleh para pembudidaya beragam. Dosis terkecil adalah 0,05 kg/m 2 dan terbesar adalah 0,15 kg/m 2. Jumlah kapur yang diberikan dihitung berdasarkan luas lahan. Adapun penggunaan kapur jika dihubungkan dengan luas lahan terlihat bahwa semakin luas lahan maka jumlah kapur yang diberikan semakin banyak, namun pada Gambar 4 terlihat adanya korelasi yang tidak teratur, karena pembudidaya di Desa Petir menentukan dosis kapur berdasarkan pengalaman. Sehingga jika dibandingkan dengan Badan Standarisasi Nasional (2000) dosis kapur untuk proses pendederan ikan gurame yang digunakan sebaiknya tidak boleh melebihi ataupun kurang dari 50 gr/m 2 atau 0,05 kg/m 2. Gambar 4. Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan Kapur di Desa Petir, Kecamatan Dramaga Proses selanjutnya adalah pemupukan, yakni dengan mencampurkan urea 1 kg, TSP 1,5 kg dan postal secukupnya. Dosis pemberian pupuk anorganik yang dilakukan oleh para pembudidaya Desa Petir rata-rata hampir sama. Tujuan dari pemupukan ini adalah untuk menumbuhkan pakan alami didalam wadah. Secara aktual penggunaan urea di Desa Petir didasarkan pada jumlah kolam yang dimiliki dan tidak memperhitungkan luasan kolam. Untuk satu kolam diberikan urea sebanyak 1,5 kg. Banyaknya penggunaan urea yang diberikan seharusnya berhubungan dengan luas lahan yang dimiliki. Semakin luas lahan maka penggunaan urea semakin banyak, akan tetapi korelasi antara urea dan luas lahan memiliki hubungan yang berbeda-beda (Gambar 5a). Selanjutnya adalah pemberian TSP. Pemberian TSP secara keseluruhan untuk masing-masing 19

33 pemudidaya yakni sama yakni 1 kg. Sehingga apabila dilihat pada Gambar 5b korelasi antara luas lahan dengan pemberian TSP tidak berpengaruh. (a) (b) Gambar 5. Grafik Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan Urea (a) dan Korelasi Antara Luas Lahan dengan Penggunaan TSP (b) Setelah proses pemupukan selesai maka dilakukan pengisian air. Sumber air yang digunakan di Desa Petir untuk budidaya ikan berasal dari air permukaan. Air permukaan merupakan air yang mengalir masuk ke kolam mengikuti arah gravitasi dari saluran irigasi yang dialirkan dari mata air ataupun dari sungai. Air yang baik yaitu tidak tercemar oleh cemaran fisik, kimia dan biologi dari alam, industri, pemukiman dan pertanian (Badan Standardisasi Nasional, 2006). Pengisian air pada tahapan awal dilakukan hingga mencapai tinggi 60 cm dan berikutnya setelah ukuran gurame bertambah pengisian air hingga mencapai 80 cm Penebaran Benih Penebaran benih dilakukan setelah kolam banyak ditumbuhi plankton. Benih yang ditebar berasal dari pembudidaya diwilayah Desa Petir, Situ Daun dan Ciseeng dengan ukuran kuaci sekitar 2-2,5 cm (Gambar 6a). Pada proses penebaran benih sebelum melakukan penebaran terlebih dahulu dilakukan proses aklimatisasi selama 45 menit dengan tujuan untuk menghindari stress pada ikan (Gambar 6b). Hal tersebut dilakukan karena menurut Agus (2001) bila penebaran benih yang dibawa menggunakan kantong plastik, maka benih yang akan dimasukkan ke dalam air, secara perlahan-lahan dibiarkan beberapa saat agar suhu 20

34 yang ada dalam kantong plastik sama dengan suhu air kolam. Kemudian kantong plastik dibuka dan benih gurame dibiarkan keluar dengan sendirinya. (a) (b) Gambar 6. Benih gurame (a) dan Proses Aklimatisasi (b) Harga benih gurame ukuran 2-2,5 cm adalah Rp. 200 dengan bobot 2,5-3,5 gram. Penebaran benih dilakukan pada sore hari karena air didalam kolam memiliki suhu yang hangat yakni o C. Penentuan padat tebar tidak diperhitungkan berdasarkan luas lahan yang dimiliki oleh para pembudidaya. Sehingga padat tebar benih ditentukan sendiri oleh pembudidaya gurame Desa Petir berdasarkan modal usaha yang dimiliki dan berdasarkan pengalaman. Secara aktual padat tebar minimal 7 ekor/m 2 dan maksimal 25 ekor/m 2. Adapun banyaknya benih yang ditebar rata-rata secara keseluruhan padat tebar pembudidaya gurame di Desa Petir adalah 17 ekor/m 2. Pembudidaya di Desa Petir jika digolongkan berdasarkan padat tebar memelihara gurame tergolong kepada tradisional. Perbandingan padat tebar disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Perbandingan Padat Tebar Ikan Gurame No Keterangan Padat Tebar 1 Tradisional (Aktual) 17 ekor/m 2 2 Semi Intensif (Hatimah,et al 1992 dalam 2 25 ekor/m Jangkaru, 2002) 3 Intensif (SNI : ) 60 ekor/m 2 Sumber : Data Primer (2011), Jangkaru (2002) dan BSN (2000) Berdasarkan Tabel 5 maka untuk lebih optimal dalam penggunaan input produksi, maka perlu adanya peningkatan padat tebar. Kepadatan ikan dalam kolam dapat mempengaruhi pertumbuhan, karena ketika kepadatan ikan relatif rendah dan populasi pakan alami mencakupi maka pertumbuhan ikan berada dalam keadaan maksimal (Hepher and Pruginin, 1981). 21

35 3.3.3 Pemeliharaan Ikan Ikan dipelihara selama 125 hari atau sekitar 4 bulan terhitung dari ukuran kuaci (2-2,5 cm) hingga korek (10-11 cm). Pada proses pemeliharaan berlangsung tentunya pengelolaan kualitas air pun dilakukan. Pergantian air selama melakukan pemeliharaan umumnya tidak dilakukan. Pergantian air hanya dilakukan pada saat panen saja. Akan tetapi, untuk pembudidaya yang mendapatkan hasil panen dengan nilai SR yang besar yang dilakukan adalah dengan mengganti air selama pemeliharaan paling sedikit satu kali. Pada musim hujan terdapat penanganan khusus ketika memelihara ikan. Hujan yang turun dengan lebat dapat mengganggu keberadaan benih karena hujan bersifat asam. Adapun yang dilakukan ketika musim hujan yakni dengan memberikan kararas (daun pisang kering) dengan cara disebarkan diatas kolam dan ini merupakan cara tradisional. Menurut Saparinto (2008) keasaman ph dapat dinaikkan 1 digit dengan memberikan H 3 PO 4 (asam fostat) sebanyak 0,5 gr untuk 100 liter air dan untuk menaikkan ph 1 digit dengan memberikan sodium bikarbonat sebanyak 0,5 gr untuk 100 liter air. Kondisi ph di Desa Petir berdasarkan Data Potensi Desa (2010) yakni sekitar 6,5-8. Perairan yang produktif adalah perairan yang mempunyai ph antara 6,5-9 (Boyd, 1982). Menurut Anonimous (1995), ph yang baik untuk pertumbuhan ikan gurame adalah 6,2-7,8. Sembilan puluh persen perairan alami memiliki kisaran ph sebesar 6,7-8,2 dan ikan sebaiknya tidak dipelihara pada perairan dengan ph di luar kisaran 6,5-9,0 (Schmittou dan Emeritus, 1993). ph air memiliki hubungan yang erat dengan kehidupan ikan. Nilai ph yang mematikan bagi ikan yaitu kurang dari 4 dan lebih dari 11. Pada ph yang kurang dari 6,5 atau lebih dari 9 dalam waktu yang lama, akan mempengaruhi pertumbuhan dan reproduksi ikan (Boyd, 1982). Menurut Khairuman (2003) gurame paling menyukai perairan yang jernih, tenang dan tidak banyak mengandung lumpur. Selain itu gurame tergolong ikan yang peka terhadap suhu rendah sehingga jika suhu perairan lebih rendah daripada kisaran suhu optimal, gurame tidak akan produktif. Ikan mempunyai batas suhu tinggi dan rendah serta suhu optimal untuk pertumbuhan, inkubasi telur, konversi makanan dan resistensi/ketahanan terhadap penyakit tertentu. Batas optimim suhu 22

36 sangat bergantung ph, kandungan oksigen dan faktor lain seperti ketinggian tempat, kedalaman air dan cuaca. Suhu optimal untuk pertumbuhan adalah o C (Badan Standardisasi Nasional, 2006) Pemberian Pakan Para pembudidaya gurame Desa Petir memberikan pakan untuk pemeliharaan gurame dari ukuran kuaci (2-2,5 cm) hingga ukuran korek (10-11 cm) yakni berupa postal dan tepung pelet. Postal (Gambar 7) merupakan campuran dari bahan sekam padi, kotoran ayam dan dedak. Postal dapat berfungsi sebagai pupuk tambahan. Pemberian postal dilakukan pada pagi hari yakni sekitar pukul WIB setiap hari. Gambar 7. Postal Dosis penggunaan postal ditentukan berdasarkan perhitungan 1 kg postal untuk 500 ekor ikan gurame. Sehingga korelasi antara penggunaan postal dengan jumlah benih berpengaruh secara nyata (Gambar 8). Semakin banyak jumlah benih yang akan ditebar maka kebutuhan postal akan semakin banyak. Gambar 8. Grafik Korelasi Antara Jumlah Benih Gurame dengan Postal di Desa Petir, Kecamatan Dramaga 23

37 Cara pemberian postal ini yakni dengan menebarkannya ke kolam. Setelah masa pemeliharaan mencapai 85 hari, maka yang diberikan bukan hanya postal akan tetapi diberikan pula tepung pelet. Tepung pelet merk PS-P merupakan pakan benih yang memiliki kandungan protein 40%, lemak 10%, serat kasar 8% dan kadar air 12%. Sebelum tepung pelet diberikan maka tepung dibuat seperti adonan pasta yakni dengan mencampurkan air ml kedalam1 kg tepung pelet. Selain itu terkadang para pembudidaya memberikan pakan berupa daun sente yang sudah ditumbuk secara halus. Semakin banyak jumlah benih yang ditebar maka kebutuhan tepung pelet semakin banyak pula. Akan tetapi penggunaan tepung pelet pada masing-masing pembudidaya beragam, sehingga korelasi antara jumlah benih dengan tepung pelet tidak teratur (Gambar 9). Hal ini disebabkan karena para pembudidaya memperhitungkan biaya produksi. Sehingga pemberian tepung pelet disesuaikan dengan kondisi biaya yang dimiliki. Gambar 9. Grafik Korelasi Antara Jumlah Benih Gurame dengan Tepung Pelet di Desa Petir, Kecamatan Dramaga Pemberian pakan untuk gurame menurut Badan Standarisasi Nasional (2009) untuk gurame ukuran 3-5 cm pakan yang diberikan seharusnya berupa pelet berdiameter 1-2 mm dengan kandungan protein yang disesuaikan dengan ukuran ikan, yakni dengan kadar protein 38%. Sedangkan ukuran ikan 5-15 cm dengan diameter pelet 2-3 mm kadar proteinnya 32%. Para pembudidaya Desa Petir lebih memilih postal karena harga postal sangat terjangkau sedangkan pelet memiliki harga yang cukup tinggi. Sehingga postal dan tepung pelet dipilih sebagai pakan untuk pendederan gurame. 24

38 3.3.5 Pencegahan Hama dan Penyakit Gurame termasuk jenis ikan yang relatif tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Pemeliharaan gurame secara intensif lebih mudah dalam mengatasi hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit terutama mengancam kelangsungan hidup gurame dari stadium telur, benih, mulai menetas hingga pendederan. Gurame yang dipelihara dalam kolam atau sawah lebih mudah diserang hama (Khairuman, 2003). Umumnya, hama dikenal juga sebagai predator atau pemangsa. Hama terdiri dari hewan atau binatang, baik yang hidup di dalam air maupun yang hidup di darat. Untuk hama yang sering datang pada kolam pendederan gurame di Desa Petir yakni berupa burung pemakan ikan (blekok) yang datang pada saat tengah malam menuju pagi hari. Selain itu ular dan sero juga sekali-kali muncul dikolam dan memakan ikan. Tindakan pencegahan dilakukan secara mekanis yakni dengan membunuh langsung hama tersebut apabila ditemukan. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan memasang berbagai jenis perangkap. Menurut Khairuman (2003) pencegahan yang paling efektif adalah menjaga kebersihan kolam dan membatasi seluruh area kolam dengan membuat pagar sehingga hama tidak dapat leluasa masuk ke areal perkolaman. Selain hama tentunya ada pula penyakit yang menyerang ikan gurame. Menurut Khairuman (2003) ada dua kelompok yang dapat menyebabkan ikan sakit. Pertama, penyakit akibat gangguan jasad hidup atau biasa disebut dengan penyakit parasiter. Kedua penyakit yang disebabkan bukan oleh jasad hidup melainkan faktor fisika dan kimia perairan atau disebut dengan penyakit nonparasiter. Beberapa jenis jasad renik yang menyebabkan penyakit parasiter adalah virus, jamur, bakteri, protozoa, nematoda (cacing) dan udang renik. Sementara itu penyakit nonparasiter selain disebabkan oleh sifat fisika dan kimia juga disebabkan oleh kualitas pakan yang kurang baik. Untuk penyakit yang cukup terkenal di Desa Petir yakni disebut penyakit asang akibat bakteri Flavobacterium columnare dengan gejala klinis yang terjadi adalah ikan lemas, nafsu makan kurang, sirip/insang rontok. Penanganan yang dilakukan yakni dengan memberikan garam dapur yang sudah dilarutkan dalam air sebanyak 10 kg untuk kolam ikan yang terkena penyakit. 25

39 3.3.6 Pemanenan Pemanenan dilakukan setelah pemeliharaan ikan selama 125 hari yakni sampai ukuran korek (10-11 cm) (Gambar 10). Pemanenan dapat dilakukan pada saat pagi hari ataupun sore hari. Sebelum dipanen ikan terlebih dahulu dipuasakan (tidak diberi pakan) dengan tujuan untuk mengeluarkan kotoran dari perut ikan dan mengurangi stres saat penanganan ikan. Proses pemanenan dilakukan dengan menyurutkan air sedikit demi sedikit sementara saluran air yang masuk diperkecil. Kemudian jaring lembut dipasang pada outlet (lubang pengeluaran) untuk menampung benih atau bisa juga dengan membuat parit ditengah kolam menuju ke lubang pengeluaran. Setelah air kolam surut, benih digiring masuk ke petak kecil. Gambar 10. Hasil Panen Gurame Untuk pengiriman benih jarak dekat, maka ikan dimasukkan ke dalam jirigen (Gambar 11). Sedangkan untuk pengiriman jarak jauh bisa dilakukan dengan 2 cara yakni pengemasan secara terbuka dan secara tertutup. Gambar 11. Jirigen (Keranjang Panen) Untuk pengemasan tertutup yakni dengan menggunakan plastik panen dan diberi oksigen. Hal yang perlu diperhatikan untuk pengemasan dengan plastik panen untuk jarak jauh adalah padat tebar dalam satu plastik dan plastik kemasan itu 26

40 sendiri. Plastik kemasan yang digunakan adalah plastik ukuran 10 kg yang tebal, tidak kaku dan tidak mudah sobek serta berwarna putih jernih dengan kepadatan ekor/kantong. Akan tetapi untuk pemanenan di Desa Petir biasanya pembeli datang sendiri ke tempat budidaya dan semua alat panen disiapkan oleh pembeli tersebut Pemasaran Proses pemasaran yang dilakukan oleh tiap pembudidaya berbeda-beda. Sebagian pembudidaya ada yang memasarkan hasil panen ke pengumpul, memasarkan ke pembudidaya pembesaran sekitar kecamatan dramaga dan memasarkan ke daerah lain seperti Ciseeng, Parung ataupun ke luar daerah. Benih hasil panen ukuran cm atau biasa disebut korek ini dijual dengan harga Rp ,00. Untuk pemasaran ikan yang dijual ke pengumpul, para pembudidaya tidak perlu menyiapkan alat panen, semua alat panen dan pekerja disiapkan langsung oleh pengumpul. 3.4 Penggunaan Faktor Produksi Budidaya merupakan serangkaian kegiatan untuk memproduksi suatu produk. Proses keberhasilan produksi yang dilakukan untuk usaha pendederan gurame ini didukung oleh faktor internal maupun eksternal. Berdasarkan hasil pengamatan faktor internal yang berpengaruh untuk input produksi terdiri dari benih, urea, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari cuaca, suhu, iklim dan lain-lain. Berikut ini data rata-rata penggunaan input usaha pendederan gurame yang disajikan dalam Tabel 6. Tabel 6. Rata-rata Input dan Output Produksi Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga No Keterangan Penggunaan Input Rata-rata input Min Max Rata-Rata per m 2 1 Luas Kolam (m 2 ) , Benih Gurame (ekor) ,827 3 Urea (kg) ,008 4 TSP (kg) ,005 5 Kapur (kg) ,075 6 Postal (kg) ,724 7 Tepung Pelet (kg) ,086 8 Tenaga Kerja (jam kerja) ,265 9 Output (ekor) ,448 Sumber : Data Primer,

41 Kolam yang digunakan oleh para pembudidaya yakni berupa kolam tanah dengan rata-rata luas kolam secara keseluruhan adalah 883 m 2 dengan kisaran luas kolam yang digunakan m 2. Jumlah kolam yang dimiliki oleh tiap pembudidaya yakni berkisar 2-9 kolam dengan ukuran per kolam masing-masing berkisar m 2. Berdasarkan perhitungan rata-rata input dan output produksi per m 2 yakni benih gurame yang ditebar berkisar ekor per luas kolam dengan padat tebar 15 ekor/m 2 (Tabel 6). Usaha budidaya pendederan gurame di Desa Petir termasuk tradisional dan masih perlu dikembangkan menjadi semi intensif. Menurut Hatimah, et al (1992) dalam Jangkaru (2002) padat tebar untuk pendederan gurame adalah 25 ekor/m 2. Secara intensif menurut Badan Standarisasi Nasional (2000) bahwa padat tebar ikan gurame yakni 60 ekor/ m 2. Urea dan TSP merupakan pupuk non organik yang digunakan saat persiapan wadah. Urea yang digunakan oleh para pembudidaya untuk seluruh kolam yang dimiliki berkisar 3-14 kg dengan rata-rata 7 kg atau menghabiskan 0,008 kg/m 2, sedangkan TSP yang digunakan berkisar 2-9 kg dengan rata-rata 4 kg atau menghabiskan 0,005 kg/m 2 (Tabel 6). Adapun pakan yang diberikan untuk ikan gurame pada proses pendederan yakni berupa postal. Kisaran pakan postal dari masing-masing pembudidaya per hari yakni 3-11 kg. Besaran tersebut didasarkan dengan jumlah benih yang ditebar pada kolam. Secara keseluruhan dari mulai tebar sampai panen postal yang terpakai yakni berkisar kg dengan rata-rata menghabiskan 3,724 kg/m 2 atau 3289 kg per panen. Selain postal sebagai tambahan untuk kebutuhan nutrisi dari ikan gurame pakan yang diberikan yakni berupa tepung pelet dengan kisaran kg. Tepung pelet yang diberikan rata-rata sebanyak 0,086 kg/m 2. Untuk tenaga kerja seluruhnya dikelola oleh seorang pekerja yakni mulai dari persiapan, pemeliharaan dan pemanenan. Adapun biasanya hanya pada tahapan persiapan saja yang menggunakan tenaga kerja dari buruh setempat yakni sebanyak 2-3 orang. Rata-rata pekerja menghabiskan waktu 0,265 jam/m 2 dengan nilai upah Rp /jam. 3.5 Analisis Penggunaan Faktor Produksi Fungsi produksi menjelaskan adanya hubungan antara vaiabel dependent (Y) dengan variabel independent (X). Berdasarkan hasil pengamatan pada usaha 28

42 pendederan gurame di Desa Petir ada beberapa variabel dari input produksi yang diduga mempengaruhi output yang dihasilkan. Variabel tersebut diantaranya adalah benih gurame (X 1 ), urea (X 2 ), TSP (X 3 ), kapur (X 4 ), postal (X 5 ), tepung pelet (X 6 ) dan tenaga kerja (X 7 ). Model yang digunakan dalam analisis fungsi produksi usaha pendederan gurame ini adalah model fungsi produksi Cobb- Douglas. Hasil analisis dengan meggunakan metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square) diperoleh hasil koefisien regresi yang menggambarkan elastisitas produksi. Data hasil pendugaan tersebut disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Pendugaan Koefisien Regresi dengan Metode Kuadrat Terkecil pada Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir No Peubah Koefisien Regresi t hitung 1 Intercept 0,625 0,399 2 X 1 (Benih Gurame) 0,752 1,120 3 X 2 (Urea) 0,093 0,836 4 X 3 (TSP) -0,065-0,412 5 X 4 (Kapur) 0,005 0,040 6 X 5 (Postal) 0,081 0,134 7 X 6 (Tepung Pelet) 0,172 1,021 8 X 7 (Tenaga Kerja) -0,029-0,323 Sumber : Data Primer, 2011 Keterangan : Multiple R Square = 0,976 R square = 0,952 Adjusted R Square = 0,911 Standard Error = 0,099 F hitung = 22,832 F tabel = 14,067 Berdasarkan analisis Ordinary Least Square pada Tabel 7, dapat dibuat persamaan linear sebagai berikut : Y = 0,625. (X 1 ) 0,752. (X 2 ) 0,093. (X 3 ) -0,065. (X 4 ) 0,005. (X 5 ) 0, 081.(X 6 ) 0,174.(X 7 ) -0, (12) Atau Ln Y = 0, ,752 Ln X 1 + 0,093 Ln X 2 0,065 Ln X 3 + 0,005 Ln X 4 + 0,081 Ln X 5 + 0,174 Ln X 6 0,029 Ln X 7.. (13) Analisis Kriteria Statistik Berdasarkan hasil analisis pendugaan fungsi produksi dengan model kuadrat terkecil melalui analisis kriteria statistik diperoleh nilai Multiple R Square 29

43 0,976 yang menunjukkan bahwa nilai tersebut mendekati satu, sehingga dapat dikatakan bahwa nilai tersebut berkorelasi positif. Nilai korelasi positif menjelaskan bahwa apabila nilai input dinaikkan maka akan mempengaruhi kenaikkan nilai output. Nilai R Square 0,952 menunjukkan bahwa dari variabel input (benih gurame, urea, TSP, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja) menjelaskan produksi output sebesar 95,2 %. Sedangkan sisanya yaitu 4,8 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan kedalam model fungsi produksi. Nilai Adjusted R Square sebesar 0,911 menunjukkan bahwa dengan semakin banyak variabel dimasukkan untuk variabel penjelas maka dalam regresi akan mengurangi derajat kebebasan. Adapun nilai standard error yang diperoleh dari hasil analisis model kuadrat terkecil sebesar 0,099 adalah merupakan nilai galat baku dari regresi secara keseluruhan. Nilai F hitung yang diperoleh dari hasil analisis fungsi produksi adalah sebesar 22,832 dan F tabel sebesar 14,067 hal ini menunjukkan bahwa Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F tabel maka tolak H 0, artinya faktor produksi secara serentak berpengaruh nyata terhadap output yang dihasilkan. Hal ini menunjukkan pula bahwa model produksi pada persamaan 12 dan 13 dapat digunakan dalam analisis selanjutnya Analisis Ekonometrik Analisis ekonometrik merupakan kelanjutan dari analisa statistik. Adapun fungsi dari analisis ekonometrik adalah untuk mengetahui apakah model regresi memenuhi asumsi normalitas, multikolinearitas, homoskedastisitas, dan autokorelasi (Santoso, 2000). Untuk analisa kriteria ekonometrik dalam penelitian ini digunakan software SPSS 16.0 (Statistical Product and Service Solution versi 16.0). Hasil analisis diperoleh bahwa pada model regresi terpenuhi asumsi normalitas. Asumsi normalitas ditunjukkan pada grafik Normal P-P Plot of Regression. Terlihat bahwa nilai Y (variabel dependent) didistribusikan secara normal terhadap nilai X (variabel independent), dimana data menyebar disekitar garis diagonal dengan mengikuti arah garis tersebut (Lampiran 6) Multikolinearitas dapat diuji dengan melihat nilai toleransi dan nilai VIF (Variance Inflation Factor). Suatu model regresi dikatakan bebas dari multikolinearitas apabila memiliki nilai toleransi mendekati angka satu dan nilai 30

44 VIF disekitar angka satu. Hasil pengujian diperoleh data bahwa untuk nilai toleransi tidak ada satupun variabel yang mendekati angka satu dan pada nilai VIF tidak ada satu variabel yang berada disekitar angka satu (Tabel 8). Artinya bahwa variabel seperti benih gurame, urea, TSP, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja pada data mengalami multikolinearitas. Multikolinearitas dapat dihindari dengan menambah sampel dan mengeluarkan variabel yang memiliki korelasi tinggi. Namun hal tersebut tidak dapat dilakukan karena sampel penelitian yang diperoleh hanya 16 sampel. Tabel 8. Nilai Toleransi dan VIF untuk Setiap Variabel Input No Keterangan Nilai Toleransi VIF 1 Benih Gurame (X 1 ) 0,014 73,667 2 Urea (X 2 ) 0,147 6,787 3 TSP (X 3 ) 0,088 11,310 4 Kapur (X 4 ) 0,345 2,903 5 Postal (X 5 ) 0,016 63,934 6 Tepung Pelet (X 6 ) 0,150 6,684 7 Tenaga Kerja (X 7 ) 0,191 5,242 Sumber : Data Primer, 2011 Walaupun demikian pada hasil analisis fungsi produksi dengan menggunakan Cobb-Douglas ini, multikolinearitas merupakan masalah yang sulit dihindari. Masalah multikolinearitas dalam suatu analisis dapat diabaikan bila terjadi pada variabel-variabel dengan nilai koefisien regresi yang tidak tinggi. Multikolinearitas yang terjadi pada variabel dengan nilai koefisien regresi yang tidak tinggi ini disebut multikolinearitas yang tidak sempurna. Hasil analisis ekonometrik selanjutnya adalah asumsi model regresi homoskedastisitas yang merupakan variasi dari garis regresi yang konstan untuk nilai variabel X. Apabila tidak terjadi, diduga mengalami heteroskedastisitas yang merupakan adanya ketidaksamaan varians dari residual dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk melihat terjadinya heteroskedastisitas dapat dilihat pada grafik scatterplot apakah terdapat pola tertentu pada hasil scatterplot atau tidak ada pola (Lampiran 7). Pada grafik scatterplot terlihat jelas bahwa titik- titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu. Hal ini membuktikan bahwa model regresi pada usaha pendederan gurame di Desa Petir tidak 31

45 mengalami heteroskedastisitas dan layak digunakan untuk analisis pendugaan fungsi produksi. Pada analisis ekonometrik diperoleh pula nilai Durbin-Watson sebesar 1,880 hal ini membuktikan bahwa tidak terjadi autokorelasi. Suatu model regresi yang bebas dari autokorelasi dapat terjadi apabila nilai Durbin-Watson diantara -2 sampai dengan +2. Problem autokorelasi positif terjadi jika pada suatu model regresi nilai Durbin-Watson dibawah -2 sedangkan problem autokorelasi negatif terjadi apabila diatas +2. Sehingga autokorelasi terjadi akibat tidak dimasukkannya variabel penting dalam model atau karena data tidak linear. Apabila suatu model regresi memiliki masalah autokorelasi, maka model regresi yang seharusnya signifikan menjadi tidak layak untuk dipakai Kriteria Ekonomi Fungsi produksi dapat dikatakan layak ataupun tidak diketahui dengan melakukan analisis kriteria ekonomi. Tanda positif pada penggunaan input menunjukkan bahwa output dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah input. Berdasarkan analisis kuadrat terkecil pada Tabel 7 dan persamaan 12 atau 13 menunjukkan bahwa koefisien yang bertanda positif adalah variabel X 1 (benih gurame), X 2 (urea), X 4 (kapur), X 5 (postal) dan X 6 (tepung pelet). Hal tersebut menunjukkan bahwa apabila dilakukan peningkatan pada variabel tersebut maka akan mempengaruhi peningkatan output sesuai dengan besarnya koefisien yang dimiliki. Untuk yang memiliki tanda negatif adalah variabel X 3 (TSP) dan X 7 (Tenaga Kerja) hal ini menunjukkan bahwa jika dilakukan penambahan pada variabel tersebut maka akan mengurangi output yang dihasilkan berdasar koefisen yang dimiliki. Nilai elastisitas produksi menunjukkan presentase perubahan, dalam hal ini perubahan input akan mengakibatkan perubahan output. Nilai elastisitas pada variabel X1 (benih gurame) sebesar 0,752 dapat diartikan bahwa apabila ada penambahan benih gurame sebanyak 1 satuan dengan asumsi input yang lain tetap (cateris paribus) maka output akan meningkat sebanyak 0,752 satuan. Nilai elastisitas X 2 (Urea), X 4 (Kapur), X 5 (postal) dan X 6 (tepung pelet) masing masing sebesar 0,093 ; 0,005 ; 0,081 dan 0,174 dapat diartikan bahwa apabila ada penambahan pada masing masing input produksi tersebut sebanyak 1 satuan 32

46 dengan asumsi input yang lain tetap (cateris paribus) maka masing masing output akan meningkat sebanyak 0,093 ; 0,005 ; 0,081 dan 0,174. Analisa Return to Scale (RTS) merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui apakah usaha pendederan gurame ini berada dalam kondisi increasing, constant, atau decreasing return to scale. Kondisi skala usaha tersebut dapat diketahui dengan cara menjumlahkan besaran elastisitas pada fungsi produksi. Hasil penghitungan penjumlahan besaran elastisitas atas variabel X 1 (benih gurame), X 2 (urea), X 4 (kapur), X 5 (postal) dan X 6 (tepung pelet) adalah sebesar 1,103. Hasil tersebut menunjukkan bahwa usaha pendederan gurame di Desa Petir dalam kondisi increasing to scale yang artinya penambahan proporsi input produksi akan meningkatkan proporsi penambahan output. Dengan demikian usaha pendederan gurame di Desa Petir ini masih berpeluang ditingkatkan untuk mendapatkan keuntungan yang maksimum. 3.6 Analisis Optimalisasi Penggunaan Input Prinsip optimalisasi penggunaan input adalah upaya yang dilakukan agar menggunakan input seoptimal mungkin agar menghasilkan output yang maksimal (Soekartawi, 1994). Hasil perhitungan untuk Nilai Produksi Marginal (NPM), input dan output yang optimal serta rasio NPM dengan harga input pada usaha pendederan gurame Desa Petir disajikan dalam Tabel 9. Tabel 9. Nilai NPM, Input dan Output yang Optimal, serta Nilai Rasio NPM dan P xi pada Usaha Pendederan Gurame di Desa Petir Aktual Optimal No Keterangan bi Pxi NPM NPM/Pxi 2 2 per m per m 1 Output (ekor) ,448 34,283 2 Benih Gurame (ekor) 0, ,657 2,873 14,827 42,601 3 Urea (Kg) 0, ,293 67,718 0,008 0,525 4 Kapur (Kg) 0, ,097 0,275 0,075 0,021 5 Postal (Kg) 0, ,780 0,246 3,724 0,915 6 Tepung Pelet (Kg) 0, ,881 3,804 0,086 0,329 Sumber : Data Primer, 2011 Keterangan : b i : Elastisitas Produksi P xi : Harga Produksi NPM : Nilai Produksi Marginal 33

47 Berdasarkan Tabel 9 menunjukkan bahwa harga rata-rata untuk output sebesar Rp , benih gurame sebesar Rp. 200, Urea Rp , Kapur Rp , Postal Rp , Tepung Pelet Rp dan Tenaga Kerja Rp Berdasarkan rasio NPM dengan P xi, jika nilai yang dihasilkan kurang dari satu maka penggunaan input produksi belum optimal dan harus dikurangi sedangkan apabila lebih dari satu maka penggunaan input belum optimal dan masih perlu ditambahkan (Soekartawi, 1994). Umumnya pada kondisi aktual penebaran benih tidak memperhitungkan antara jumlah benih yang akan ditebar dengan luasan kolam. Sehingga padat tebar pada masing-masing pembudidaya berbeda. Kolam yang dimiliki pembudidaya dengan ukuran 80 m 2 padat tebar mencapai ekor/m 2 sedangkan kolam dengan ukuran m 2 padat tebar hanya mencapai 7-15 ekor/m 2. Oleh karena itu padat tebar untuk gurame di Desa Petir perlu dilakukan optimalisasi. Sehingga capaian output gurame yang dihasilkan dapat lebih maksimal. Berdasarkan Tabel 9 padat tebar optimal untuk benih gurame yakni sebesar 42 ekor/m 2 atau peningkatan jumlah benih pada masing-masing pembudidaya yakni sebanyak 2,873 kali. Peningkatan padat tebar dalam wadah pemeliharaan tentunya perlu mempertimbangkan batas tertentu, apabila melewati batas maka akan mengganggu proses fisiologis dan tingkah laku ikan yang akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan, pemanfaatan makanan, pertumbuhan dan kelangsungan hidup (Wedemeyer, 1996). Selain benih yang perlu dilakukan optimalisasi yakni urea. Hasil analisis menunjukkan bahwa urea dapat ditingkatkan hingga mencapai 67,718 kali. Penggunaan urea secara optimal sebesar 0,525 kg/m 2 dari kondisi aktual 0,008 kg/m 2. Penggunaan tepung pelet dapat dinaikkan hingga 3,804 kali dari kondisi aktual 0,086 kg/m 2 menjadi 0,329 kg/m 2. Perhitungan rasio NPM dan Pxi yang kurang dari satu adalah kapur dan pakan postal dengan masing-masing nilai sebesar 0,275 dan 0,246. Penggunaan input tersebut masih belum optimal sehingga perlu dilakukan pengurangan input untuk menambahkan output yang dihasilkan. Penggunaan kapur untuk mencapai optimal sebesar 0,021 kg/m 2 dari kondisi aktual 0,075 kg/m 2 perlu dikurangi sebanyak 0,275 kali. Menurut 34

48 Saparinto (2008) penggunaan dosis kapur yang diberikan untuk budidaya gurame yang baik yakni 0,015-0,025 kg/m 2. Penggunaan postal untuk mencapai optimal sebesar 0,915 kg/m 2 dari kondisi aktual 3,724 kg/m 2 perlu dikurangi sebanyak 0,246 kali. Jika penggunaan input produksi yang optimal ini diterapkan, dimulai dari padat tebar secara aktual 15 ekor/m 2 menjadi optimal sebanyak 25 ekor/m 2 ataupun 42 ekor/m 2 maka output yang dihasilkan pun akan mengalami peningkatan. Dengan asumsi tingkat kelangsungan hidup (SR) sebesar 65% maka output yang dihasilkan akan mengalami peningkatan dari 10 ekor/m 2 masing masing menjadi 16 ekor/m 2 dan 28 ekor/m 2 setiap musim tanam per tahun. Oleh karena itu optimalisasi input produksi dapat menghasilkan output optimal sebesar 42,601 ekor/m 2 dari kondisi aktual 14,827 ekor/m 2. Berdasarkan analisis Cobb Douglas padat tebar optimal 42 ekor/m 2 dan menurut Hatimah, et al (1992) dalam Jangkaru (2002) padat tebar untuk pendederan gurame yakni sebanyak 25 ekor/m 2. Berkaitan dengan hal tersebut untuk melakukan peningkatan harus disesuaikan dengan penerapan teknologi budidaya yang cocok. Penerapan teknologi yang dapat digunakan yakni dapat berupa pemeliharaan gurame dengan menggunakan hapa pada kolam, sehingga dengan seperti itu pemberian postal dapat lebih efektif dan dapat dikurangi. Pemberian pakan lebih terpusat pada satu tempat, sehingga gurame dapat terbiasa pada tempat tersebut dan mudah mengetahui letak pakan yang diberikan. Teknologi pemeliharaan gurame dengan hapa ini dapat meningkatkan pertumbuhan benih (Agromedia, 2007). Pengelolaan kualitas air perlu dilakukan juga ketika adanya peningkatan padat tebar. Penggantian air dapat dilakukan secara berkala sebanyak minimal 2 kali selama pemeliharaan gurame. Menurut Saparinto (2008) pergantian air dapat membantu penggelontoran sisa kotoran dan pakan. Untuk pergantian air sebaiknya tidak menimbulkan arus. 3.7 Analisis Finansial Analisis finansial merupakan analisis yang dilakukan pada suatu proyek yang dapat ditinjau dari sudut badan atau orang yang menanamkan uangnya dalam proyek tersebut. Analisis finansial pada usaha pendederan ikan gurame di Desa Petir ini meliputi analisis usaha, analisis kriteria investasi dan analisis kriteria sensitivitas. 35

49 3.7.1 Analisis Usaha Untuk melakukan peningkatan hasil budidaya tentunya membutuhkan biaya. Berdasarkan tabel 10 adanya peningkatan dari biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel pada masing masing kondisi yakni untuk biaya investasi dan biaya tetap pada kondisi aktual Rp /m 2 (investasi) dan Rp /m 2 (biaya tetap) menjadi optimal Rp /m 2 (investasi) dan Rp /m 2 (biaya tetap) per tahun, yakni dengan musim tanam sebanyak 2 kali dan pola tanam sebanyak 8 siklus per tahun pada 4 buah kolam maka keuntungan yang diperoleh jika pada kondisi aktual Rp /m 2 meningkat pada kondisi optimal menjadi Rp /m 2. Tabel 10 Kenaikan Biaya Investasi, Biaya Tetap, Biaya Variabel, Penerimaan dan Keuntungan Usaha Pendederan Ikan Gurame di Desa Petir per m 2 Kondisi Aktual dan Optimal Uraian Kondisi Aktual (m 2 ) 2 Optimal (m ) Kenaikan (%) Investasi (Rp) % Biaya Tetap (Rp) % Biaya Variabel (Rp) % Total Penerimaan (Rp) % Keuntungan (Rp) % Tambahan Modal (Rp) Sumber : Data Primer, 2011 Peningkatan biaya tersebut secara keseluruhan terjadi karena adanya peningkatan pada tebar. Sehingga apabila padat tebar ditingkatkan maka akan mempengaruhi biaya produksi. Secara ekonomis peningkatan produksi didapatkan berdasarkan biaya. Sehingga hasil analisis yang diperoleh untuk kenaikan biaya yang paling besar dari aktual ke optimal adalah biaya tetap dengan kenaikan 366%. Analisis usaha pada usaha pendederan ikan gurame di Desa Petir meliputi analisis pendapatan usaha, analisis imbangan penerimaan dan biaya (R/C), analisis Payback Period (PP) dan analisis Break Even Point (BEP). 1. Analisis Pendapatan Usaha Berdasarkan Tabel 11 untuk usaha pendederan gurame Desa Petir secara aktual memiliki perbedaan biaya baik pengeluaran maupun keuntungan yang diperoleh. Penambahan modal untuk kondisi optimal sebesar Rp /tahun dari kondisi aktual sebesar Rp /tahun menjadi Rp /tahun 36

50 maka keuntungan per tahun jika pada kondisi aktual adalah sebesar Rp /tahun sedangkan pada kondisi optimal sebesar Rp /tahun. Pada kondisi aktual keuntungan sebesar Rp /tahun dirasakan masih kurang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Oleh karena itu sebagian besar para pembudidaya memiliki pekerjaan sampingan dan merasa bahwa usaha gurame yang dijalankan kurang menguntungkan. Tabel 11. Analisis Pendapatan Usaha (Laba Rugi) Kondisi No Uraian Aktual Optimal A B Penerimaan (Per Tahun) Kenaikan Total Penerimaan % Pengeluaran (Per Tahun) Biaya Tetap % Biaya Variabel % Total Pengeluaran % C Keuntungan % D Analisis Usaha R/C 1,29 1,78 138% Pay Back Period (Tahun) 1,39 0,58 42 % Break Even Point (Rp) % Break Even Point (ekor) % Sumber : Data Primer, Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya Analisis ini berguna untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diperoleh untuk kegiatan usaha selama periode tertentu apakah usaha yang dijalankan menguntungkan ataupun tidak. Hasil analisis diperoleh pada kondisi aktual nilai R/C adalah 1,29 nilai ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 1,29. Sedangkan pada kondisi optimal nilai R/C adalah 1,78 ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 yang dikeluarkan akan menghasilkan keuntungan sebesar Rp. 1,78. Nilai R/C pada kondisi aktual dan optimal menunjukkan bahwa nilai tersebut lebih dari 1 sehingga usaha pendederan ini menguntungkan dan masih dapat dilakukan peningkatan. 3. Analisis Payback Period (PP) Analisis Payback Period (PP) ini berguna untuk mengetahui waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi yang ditanamkan. Pada kondisi aktual 37

51 diketahui nilai PP sebesar 1,39 tahun atau sekitar 16,68 bulan. Sedangkan pada kondisi optimal nilai PP dari hasil perhitungan sebesar 0,58 tahun atau setara dengan 6,96 bulan (Tabel 11). 4. Analisis Break Even Point (BEP) Break even point (BEP) menjelaskan tentang nilai suatu penjualan dengan biaya produksi yang menentukan batas impas suatu usaha agar tidak mengalami kerugian. Hasil analisis diperoleh nilai bahwa untuk usaha pendederan gurame Desa Petir secara aktual nilai impas usaha tersebut berdasarkan jumlah volume dalam bentuk rupiah agar tidak mengalami kerugian nilai penerimaan dan biaya yang harus dikeluarkan sebesar Rp pada kondisi tersebut pembudidaya tidak akan mengalami keuntungan ataupun kerugian. Untuk kondisi optimal yakni sebesar Rp Untuk nilai BEP berdasarkan volume dalam bentuk ekor secara aktual diperoleh nilai ekor, artinya nilai tersebut menunjukkan apabila penjualan benih hanya memperoleh maka usaha tidak mengalami keuntungan ataupun kerugian. Untuk kondisi optimal adalah sebesar ekor dan nilai ini menunjukkan batas impas penjualan (Tabel 11) Analisis Kriteria Investasi dan Analisis Sensitivitas Analisis kriteria investasi dan analisis sensitivitas merupakan analisis yang dilakukan untuk mengetahui seberapa layak usaha pendederan gurame di Desa Petir. Beberapa nilai yang penting untuk analisis kriteria investasi yakni Net Present Value (NPV), Net Benefit/Cost (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR). Pada penelitian ini analisis kriteria invesatasi dihitung berdasarkan kondisi aktual dan kondisi optimal. Perhitungan kondisi aktual dianalisis tanpa proyek, sedangkan optimal dengan menggunakan proyek. Berikut ini adalah beberapa asumsi dari penelitian optimalisasi penggunaan input produksi budidaya pendederan gurame di desa Petir : 1. Skenario yang dibuat terdiri atas 4 skenario yang terdiri atas : a. Skenario 1 kondisi optimal dengan lahan milik sendiri dengan padat tebar 42 ekor/m 2 (Data Primer, 2011) b. Skenario 2 kondisi optimal teknis dengan lahan milik sendiri dengan padat tebar 25 ekor/m 2 (Hatimah et, al 1992 dalam Jangkaru 2002) 38

52 c. Skenario 3 kondisi optimal dengan lahan sewa dengan padat tebar 42 ekor/m 2 (Data Primer, 2011) d. Skenario 4 kondisi optimal teknis dengan lahan sewa dengan padat tebar 25 ekor/m 2 (Hatimah et, al 1992 dalam Jangkaru 2002) 2. Harga sewa kolam yakni Rp /tahun 3. Survival Rate (SR) atau tingkat kelangsungan hidup sebesar 65% 4. Jumlah kolam sebanyak 4 buah, 2 kali panen dengan pola tanam sebanyak 8 siklus dari ukuran kuaci (2-2,5 cm) hingga korek (10-11 cm). 5. Pada kondisi optimal teknis pakan yang diberikan berupa postal hingga 85 hari dan diberikan pelet hingga 40 hari (penghitungan jumlah pakan = bobot rata-rata ikan x jumlah populasi ikan yang ditanam x % tingkat pemberian pakan (gr atau kg)). 6. Tingkat suku bunga berdasarkan deposito akhir bulan Mei 2011 dari bank BRI sebesar 6%. 7. Umur proyek selama 5 tahun dengan pertimbangan sesuai dengan umur investasi kolam. Penyusunan skenario ini berdasarkan kondisi di Desa Petir yakni rata-rata lahan yang digunakan adalah lahan milik sendiri dan tidak pernah melakukan pinjaman ke pihak bank untuk melakukan usaha budidaya gurame. Skenario kriteria investasi dibuat karena kondisi yang ada pada sebagian besar pembudidaya memiliki lahan sendiri dan untuk modal usaha didapatkan dari hasil usaha yang lain. Selain itu dilakukan pula analisis sensitivitas dengan tujuan untuk mengetahui apakah secara matematis akan terjadi suatu perubahan yang cukup signifikan terhadap penerimaan pendapatan apabila terjadi perubahan dari biaya input produksi. Pada analisis sensitivitas ini asumsi dengan meningkatkan harga benih sebesar 20% hal ini didasarkan dengan adanya kenaikan harga benih dari beberapa tahun sebelumnya (Lampiran 13). Hal ini dilakukan karena benih merupakan faktor produksi yang cukup penting untuk usaha pendederan gurame. 1. Skenario 1 (Kondisi Optimal Lahan Milik Sendiri) Analisis kriteria investasi pada usaha pendederan gurame di Desa Petir jika menggunakan skenario pertama, yakni menggunakan lahan milik sendiri. Pada kondisi optimal 42 ekor/m 2 diperoleh nilai NPV dengan umur proyek selama 5 39

53 tahun sebesar Rp Nilai NPV ini menunjukkan manfaat bersih selama umur proyek. Net B/C merupakan manfaat bersih tambahan yang diterima proyek dari setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan. Nilai Net B/C pada skenario pertama adalah sebesar 3,70 artinya usaha tersebut akan memberikan manfaat bersih sebesar 3,70 pada setiap biaya Rp 1,00 selama 5 tahun. IRR merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu proyek menghasilkan return (satuannya %). Pada skenario pertama nilai IRR diperoleh sebesar 71% per tahun dari investasi yang ditanamkan selama 5 tahun umur proyek (Lampiran 14). Untuk analisis sensitivitas pada skenario pertama pada kondisi optimal kenaikan harga benih 20% menyebabkan nilai NPV, Net B/C dan IRR untuk proyek selama 5 tahun mengalami perubahan data. Tabel 12. Kriteria Investasi Pada Skenario 1 No Kriteria Investasi Skenario 1 Sensitivitas 1 NPV Net B/C 3,70 3,42 3 IRR (%) 72% 66% Sumber : Data Primer, 2011 Berdasarkan Tabel 12 nilai NPV mengalami perubahan yakni dari Rp menjadi Rp Nilai Net B/C setelah dilakukan analisis sensitivitas menjadi 3,42 yakni berkurang sebanyak 0,28 dan nilai IRR menurun dari 72% menjadi 66%. Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan apabila terdapat kenaikan harga benih tidak sensitiv dan nilai NPV masih dalam kondisi positif dan menguntungkan sehingga masih layak untuk dijalankan. 2. Skenario 2 (Kondisi Optimal Teknis Lahan Milik Sendiri) Hasil kriteria investasi pada skenario kedua ini menunjukkan bahwa nilai NPV dengan umur proyek selama 5 tahun diperoleh sebesar Rp Nilai Net B/C pada skenario kedua adalah sebesar 2,78 artinya usaha tersebut akan memberikan manfaat bersih sebesar 2,78 kali pada setiap biaya Rp 1,00 selama 5 tahun. IRR merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu proyek menghasilkan return (satuannya %). Pada skenario kedua ini nilai IRR diperoleh sebesar 50% per tahun dari investasi yang ditanamkan selama lima tahun umur proyek (Lampiran 15). 40

54 Untuk analisis sensitivitas pada skenario kedua pada kondisi optimal kenaikan harga benih sebesar 20% menyebabkan nilai NPV untuk proyek selama 5 tahun yakni sebesar Rp Nilai Net B/C setelah dilakukan analisis sensitivitas menjadi 2,66 yakni berkurang sebanyak 0,12 dan untuk nilai IRR menurun dari 50% menjadi 47% (Tabel 13). Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan apabila terdapat kenaikan harga benih tidak sensitiv dan nilai NPV masih dalam kondisi positif dan menguntungkan sehingga masih layak untuk dijalankan. Tabel 13. Kriteria Investasi Pada Skenario 2 No Kriteria Investasi Skenario 2 Sensitivitas 1 NPV Net B/C 2,78 2,66 3 IRR (%) 50% 47% Sumber : Data Primer, Skenario 3 (Kondisi Optimal Lahan Sewa) Pada skenario ketiga diasumsikan bahwa lahan yang digunakan merupakan lahan sewa berbentuk kolam. Nilai sewa kolam untuk pertahun yakni sebesar Rp Pada kondisi optimal diperoleh nilai NPV sebesar Rp , Net B/C 6,81 dan IRR 144% (Lampiran 16). Untuk analisis sensitivitas pada skenario ketiga pada kondisi optimal kenaikan harga benih sebesar 20% menyebabkan nilai NPV untuk proyek selama 5 tahun yakni sebesar Rp Nilai Net B/C menjadi 6,39 yakni berkurang sebanyak 0,42 dan untuk nilai IRR menurun dari 144% menjadi 134% (Tabel 14). Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan apabila terdapat kenaikan harga benih tidak sensitiv dan nilai NPV masih dalam kondisi positif dan menguntungkan sehingga masih layak untuk dijalankan. Tabel 14. Kriteria Investasi Pada Skenario 3 No Kriteria Investasi Cashflow Sensitivitas 1 NPV Net B/C 6,81 6,39 3 IRR (%) 144% 134% Sumber : Data Primer,

55 4. Skenario 4 (Kondisi Optimal Teknis Lahan Sewa) Pada skenario keempat diasumsikan bahwa lahan yang digunakan merupakan lahan sewa dan pakan yang diberikan sama dengan pada skenario kedua yakni berupa postal dan pelet. Untuk pemeliharaan selama 85 hari diberi postal dan selanjutnya 40 hari diberikan pelet dengan kandungan protein 26% dan tingkat pemberian pakan 3%. Selain itu teknik budidaya yang diterapkan berupa pemeliharaan ikan dengan menggunakan hapa. Pada kondisi optimal teknis diperoleh nilai NPV sebesar Rp , Net B/C 5,05 dan IRR 103%. Untuk analisis sensitivitas pada skenario keempat pada kondisi optimal kenaikan harga benih sebesar 20% menyebabkan nilai NPV untuk proyek selama 5 tahun yakni sebesar Rp Nilai Net B/C setelah dilakukan analisis sensitivitas menjadi 4,79 yakni berkurang sebanyak 0,26 dan untuk nilai IRR menurun dari 103% menjadi 98% (Tabel 15). Hal ini menunjukkan bahwa usaha yang dijalankan apabila terdapat kenaikan harga benih tidak sensitiv dan nilai NPV masih dalam kondisi positif dan menguntungkan sehingga masih layak untuk dijalankan. Tabel 15. Kriteria Investasi Pada Skenario 4 No Kriteria Investasi Cashflow Sensitivitas 1 NPV Net B/C 5,05 4,79 3 IRR (%) 103% 98% Sumber : Data Primer, 2011 Secara ekonomis berdasarkan hasil analisis kriteria investasi dengan keempat skenario yang telah dihitung pada usaha pendederan gurame di Desa Petir diperoleh bahwa yang paling besar memberikan manfaat yakni pada kondisi optimal dengan padat tebar 42 ekor/m 2 dan menggunakan lahan sewa. Analisis kriteria investasi pada skenario kondisi optimal 42 ekor/m 2 dan menggunakan lahan sewa ini memiliki kelayakan yang paling cocok untuk menjalankan usaha. Sehingga dianggap paling layak karena jika dibandingkan dengan skenario pertama, kedua dan keempat nilai Internal Rate of Return (IRR) memberikan manfaat bersih yang paling tinggi. Penerapan skenario padat tebar 42 ekor/m 2 dengan lahan sewa tentunya tidak terlepas dari aspek teknis budidaya. Sehingga untuk melakukan optimalisasi 42

56 dari padat tebar 17 ekor/m 2 (aktual) menuju ke 42 ekor/m 2 perlu diperhitungkan terutama untuk daya dukung perairan. Peningkatan padat tebar dapat mempengaruhi kualiatas perairan. Batas padat tebar menurut Badan Standarisasi Nasional adalah 60 ekor/m 2 dengan teknis budidaya secara intensif. Akan tetapi dengan mempertimbangkan aspek lingkungan serta keadaan di sekitar Desa Petir maka sebagai awalan untuk menjalankan usaha sebaiknya menggunakan skenario dengan padat tebar 25 ekor/m 2 dengan lahan sewa. Namun jika ingin mendapatkan keuntungan lebih maksimal lagi maka yang paling cocok adalah dengan menerapkan kondisi optimal padat tebar 42 ekor/m 2 dengan lahan sewa. Wedemeyer (1996) menyatakan bahwa jika peningkatan padat tebar melewati batas tertentu maka akan mengganggu proses fisiologis dan tingkah laku ikan yang pada akhirnya dapat menurunkan kondisi kesehatan, pemanfaatan makanan, menurunkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup. Sehubungan dengan adanya peningkatan padat tebar maka akan mempengaruhi kondisi lingkungan perairan serta kondisi ikan yang dipelihara seperti pertumbuhan ikan. Menurut Hepher dan Pruginin (1981) pertumbuhan ikan bergantung pada dan beberapa faktor yaitu jenis ikan, sifat genetis dan kemampuan memanfaatkan pakan, ketahanan terhadap penyakit serta lingkungan seperti kualitas air, pakan dan ruang gerak atau padat penebaran. Peningkatan padat tebar dikolam perairan dapat menyebabkan ruang gerak ikan berkurang, kompetisi dalam mengambil pakan serta akan menyebabkan terjadinya keberagaman ukuran ikan saat dipanen. Sehingga yang diharus diatasi adalah dengan mengoptimalkan penggunaan faktor produksi. Berdasarkan hasil analisis Cobb Douglas maka penggunaan faktor produksi yang sudah optimal adalah TSP dan tenaga kerja. Pemberian pakan yakni berupa postal dapat diberikan secara optimal dengan mempertimbangkan banyaknya postal yang diberikan terhadap jumlah benih yang dipelihara. Pada kondisi optimal padat tebar 42 ekor/m 2 pakan yang ditingkatkan yakni tepung pelet dan postal dikurangi. Pemberian postal dilakukan selama 85 hari dan 40 hari diberikan tepung pelet selama pemeliharaan. Untuk mengatasi terjadinya keberagaman ukuran maka sebaiknya luasan kolam dipersempit yakni dengan cara memasang hapa. Sehingga pemberian pakan akan terpusat pada satu titik dan ikan tidak 43

57 mengeluarkan banyak energi untuk mengambil pakan. Keberagaman ukuran ikan di dalam kolam akan mengakibatkan kompetisi yang semakin besar untuk memperoleh makanan. Sehingga ikan yang berukuran kecil akan dikalahkan oleh ikan ukuran besar, akibatnya ikan menjadi stres yang berdampak pada menurunnya derajat kelangsungan hidup, pertumbuhan, nafsu makan, dan memperbesar peluang terserangnya penyakit (Stickney, 1979). Air sebagai media ikan memiliki peranan yang sangat penting baik kualitas maupun kuantitasnya. Sifat fisika, kimia dan biologi air mencakup mineral, gas terlarut, partikel tersuspensi serta jasad renik dalam air (Meade, 1989). Untuk menjaga kualitas air agar tidak terjadi kematian pada ikan yang perlu dilakukan pada daya dukung perairan adalah berupa meninggikan air, pergantian air minimal satu kali selama pemeliharaan dan memperluas saluran inlet. Agar sifat fisika, kimia dan biologi didalam perairan tidak mengalami perubahan yang begitu signifikan. Berdasarkan analisis ekonomis pada skenario padat tebar 42 ekor/m 2 dengan sewa lahan (lampiran 15) nilai NPV lebih besar dari nol dan Net B/C lebih dari satu dan IRR lebih besar dari nilai tingkat suku bunga menunjukkan bahwa usaha pendederan dengan skenario tersebut dapat memberikan keuntungan yang besar serta layak untuk dijalankan. Berdasarkan analisis sensitivitas pada keempat skenario adanya peningkatan harga benih 20% tidak sensitiv terhadap usaha yang dijalankan. 44

58 IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan Penggunaan input faktor produksi memberikan pengaruh nyata pada usaha pendederan gurame di Desa Petir, Kecamatan Dramaga. Variabel yang digunakan untuk produksi pendederan gurame yakni benih gurame, urea, TSP, kapur, postal, tepung pelet dan tenaga kerja. Pada analisis dengan metode Cobb-Douglas variabel yang dianggap sama dengan kondisi aktual adalah TSP dan tenaga kerja. Beberapa aspek teknis budidaya yang dapat dioptimalkan adalah padat tebar yakni 42 ekor/m 2, pengurangan jumlah postal, penambahan tepung pelet dan penggunaan urea, TSP serta kapur secara proforsional dan memperhatikan daya dukung perairan. Sehingga yang harus dilakukan adalah dengan menjaga kualitas air seperti meninggikan air, pergantian air secara rutin minimal sekali selama pemeliharaan dan memperluas saluran inlet. Untuk mengoptimalkan agar pakan yang diberikan dapat terserap dengan baik yakni dengan menggunakan hapa selama pemeliharaan dan pengembangan usaha gurame yang optimal dapat dilakukan dengan menerapkan analisis skenario 3 yakni dengan menyewa kolam dan padat tebar gurame 42 ekor/m Saran Penggunaan input produksi sebaiknya digunakan seoptimal mungkin dengan harapan memperoleh keuntungan yang maksimal. Sebaiknya perlu ada peningkatan padat tebar benih hingga mencapai 42 ekor/m 2, pengaturan dosis pemberian postal serta penerapan teknologi budidaya secara semi intensif, sehingga produksi gurame di Desa Petir dapat ditingkatkan. 45

59 DAFTAR PUSTAKA Agromedia Panduan Lengkap Budidaya Gurami. Agromedia Pustaka. Jakarta. Agus, G.T.K Budidaya Gurami : Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis. Cetakan 1. Agromedia Pustaka. Jakarta. 51 hal. Anonimous Pengenalan Jenis-jenis Ikan Perairan Umum Jambi : Bagian I Ikan-ikan Sungai Utama Batang Hari-Jambi. Dinas Perikanan Propinsi Daerah Tingkat I Jambi. hal 56. Badan Standardisasi Nasional Produksi Benih Ikan Gurame (Osphronemus goramy, Lac) Kelas Benih Sebar. (SNI : ). Jakarta Produksi Ikan Gurami (Osphronemus gouramy Lac.) Kelas Pembesaran di Kolam (SNI ). Jakarta Pakan Buatan untuk Ikan Gurami (Osphronemus goramy, Lac). (SNI 7473:2009). Jakarta. Boyd, CE Water Quality Management for Pond Fish Culture. New York : Elsevier Sci. Publ. Comp Data Potensi Desa Data Potensi Desa Petir Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Bogor Disnakan Buku Data Perikanan Tahun Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Bogor. Bogor Hepher B, Pruginin Y Commercial Fish Farming with Special Reference to Fish Culture in Israel. New York: John Willey and Sons. Jangkaru, Z Memacu Pertumbuhan Gurame. Penebar Swadaya Jakarta. 72 hal. Kadariah, L. K dan C. Gray., Pengantar Evaluasi Proyek. Jilid 1. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta. Khairuman dan Amri Pembenihan dan Pembesaran Gurami secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. 139 hal Buku Pintar Budidaya 15 Ikan Konsumsi Agromedia Pustaka. Jakarta. 358 hal. Martin J D, Petty J W, Keown A J, Scott D F Basic Financial Management 5th edition. New Jersey, USA: Prentice Hall Inc. 46

60 Meade JW Aquaculture Management. Meade Van Nostrand Reinhoid. Netherland. Rahardi F, Kristiawati R, Nazarudin Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta. Santoso Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. [google book] Saparinto, C Panduan Lengkap Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta. Senjaya, Y T Usaha Pembenihan Gurami. Penebar Swadaya. Jakarta. 96 hal. Stikcney RR Principle of Warmwater Aquacultur. New York: John Wiley and Sons. Inc. A wiley-interscience Publication. Suhana Reinkarnasi Kebijakan Kelautan dan Perikanan. [25 Mei 2011] Susanto, H Budidaya Ikan di Pekarangan. Penebar Swadaya. Jakarta. 196 hal Soekartawi, Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-Douglas. PT. Raja Grafindo. 258 hlm, Jakarta Wedemeyer GA Physiology of Fish in Intensive Culture System. USA: Chapman and Hall 47

61 LAMPIRAN 48

62 Lampiran 1. Peta Produksi Benih Ikan Menurut Kecamatan Kabupaten Bogor 49

63 Lampiran 2. Karakteristik Responden Pembudidaya Pendederan Ikan Gurame Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor No Nama Usia Pendidi kan Jumlah Isteri Jumlah Tanggungan Pengalaman Budidaya Status Pekerjaan Pekerjaan Lain Jenisnya Mengikuti Penyuluh an 1 Iyan S 60 Tahun SMP 1 Orang 3 Orang 15 Tahun Utama Tidak Ada Tidak Ada Belum 2 Jumlah Kolam Status Kepemilikan Lahan Pemilik & Penggarap Pemilik & Penggarap Pemilik & Penggarap 2 Ali 37 Tahun SMP 1 Orang 2 Orang 10 Tahun Utama Ada Petani Palawija Belum 2 3 Pepen 53 Tahun SD 1 Orang 3 Orang 14 Tahun Utama Ada Petani Palawija Sudah 4 4 Sukardi 63 Tahun Tidak Tamat 1 Orang 3 Orang 2 Tahun Sampingan Ada Pedagang Belum 2 Pemilik 5 Sarta 57 Tahun Tidak Petani Pemilik & 1 Orang 3 Orang 13 Tahun Utama Ada Belum 5 Tamat Palawija Penggarap 6 Armat 57 Tahun Tidak Pemilik & 1 Orang 2 Orang 15 Tahun Utama Ada Petani Kacang Sudah 2 Tamat Penggarap 7 Husein 52 Tahun S1 1 Orang 2 Orang 15 Tahun Sampingan Ada Guru Sudah 4 Pemilik 8 Acum 65 Tahun SMP 1 Orang 1 Orang 20 Tahun Sampingan Ada Rental Mobil Belum 6 Pemilik 9 Yaya 50 Tahun SD 1 Orang 4 Orang 15 Tahun Sampingan Ada Pedagang Pemilik & Belum 2 Sayuran Penggarap Pedagang & 10 Udi 52 Tahun SD 1 Orang 3 Orang 7 Tahun Sampingan Ada Penggilingan Padi Belum 3 Pemilik 11 Oding 49 Tahun Tidak Pedagang 1 Orang 4 Orang 30 Tahun Sampingan Ada Tamat Buah Belum 6 Pemilik 12 Uday H 36 Tahun SD 1 Orang 3 Orang 6 Tahun Utama Ada Buruh Belum 7 Pemilik & Penggarap 13 Rahmat 28 Tahun SMA 1 Orang 1 Orang 3 Tahun Utama Ada Petani Pemilik & Belum 6 Palawija Penggarap 14 Marsudin 52 Tahun Tidak Tani dan Pemilik & 1 Orang 1 Orang 27 Tahun Sampingan Ada Belum 4 Tamat Dagang Penggarap 15 Ocep 38 Tahun Tidak Pemilik & 1 Orang 2 Orang 5 Tahun Utama Ada Petani Kacang Belum 6 Tamat Penggarap 16 Asnan 50 Tahun D1 1 Orang 2 Orang 23 Tahun Sampingan Ada Wiraswasta Sudah 9 Pemilik 50

64 Lampiran 3. Data Produksi, Faktor Produksi, Harga dan Nilai Beli Produksi Per Musim Tanam pada Usaha Pendederan Gurame, Desa Petir No Luas Lahan (m 2 ) Jml (ekor) Padat tebar (ekor/m Benih Gurame Urea TSP Kapur 2 Harga (Rp/ek or) Nilai beli Jumlah (Kg) Harga/kg Nilai Beli Jumlah (Kg) Harga/kg Nilai Beli Jumlah (Kg) Harga/kg Nilai Beli , Jum Max Min Rata Rata-Rata Input/luas 14,8266 0,0077 0,0049 0,

65 Lampiran 3 (Lanjutan) Data Produksi, Faktor Produksi, Harga dan Nilai Beli Produksi Per Musim Tanam pada Usaha Pendederan Gurame, Desa Petir Pakan Postal Tepung Pelet Tenaga Kerja Output (Gurame cm) Jml (kg) Harga/kg Nilai Beli Jml (Kg) Harga (Rp/kg) Nilai beli Jam Kerja Upah (Rp/Jam) Nilai Upah Jml (ekor) Padat Tebar (ekor/m2) SR (%) Harga (Rp) , , , , , , , , , , , , , , , , ,7243 0,0863 0,2646 9,4479 Nilai Jual 52

66 Lampiran 3 (Lanjutan) Data Produksi, Faktor Produksi, Harga dan Nilai Beli Prduksi Per Musim Tanam pada Usaha Pendederan Gurame, Desa Petir Total Biaya Pemasukan Keuntungan R/C , , , , , , , , , , , , , , , , , , ,27 53

67 Lampiran 4. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode Kuadrat Terkecil SUMMARY OUTPUT Regression Statistics Multiple R 0,9759 R Square 0,9523 Adjusted R Square 0,9106 Standard Error 0,0995 Observations 16 ANOVA Df SS MS F Significance F Regression 7 1,5834 0, ,8324 0,0001 Residual 8 0,0793 0,0099 Total 15 1,6627 Coeffici ents Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95,0% Upper 95,0% Intercept 0,6252 1,5636 0,3999 0,6997-2,9804 4,2309-2,9804 4,2309 X Variable 1 0,7515 0,6708 1,1203 0,2951-0,7954 2,2984-0,7954 2,2984 X Variable 2 0,0926 0,1107 0,8363 0,4272-0,1627 0,3478-0,1627 0,3478 X Variable 3-0,0649 0,1577-0,4118 0,6913-0,4286 0,2987-0,4286 0,2987 X Variable 4 0,0046 0,1127 0,0404 0,9688-0,2553 0,2644-0,2553 0,2644 X Variable 5 0,0807 0,6050 0,1335 0,8971-1,3143 1,4758-1,3143 1,4758 X Variable 6 0,1738 0,1703 1,0205 0,3374-0,2190 0,5666-0,2190 0,5666 X Variable 7-0,0294 0,0909-0,3228 0,7551-0,2390 0,1803-0,2390 0,1803 Lampiran 5. Hasil Pendugaan Fungsi produksi dengan Statistical Product and Service Solution Descriptive Statistics Mean Std. Deviation N Output_ Benih_Gurame_ Urea TSP Kapur Pakan_Postal Tepung_Pelet Tenaga_Kerja

68 Lampiran 5 (Lanjutan) Hasil Pendugaan Fungsi produksi dengan Statistical Product and Service Solution Correlations Output Benih_ Urea TSP Kapur Pakan_ Tepung_ Tenaga_ Gurame Postal Pelet Kerja Pearson Output_ Correlati on Benih_ Gurame_ Urea TSP Kapur Pakan_ Postal Tepung_ Pelet Tenaga_ Kerja Sig. (1- Output_ tailed) Benih_ Gurame_ Urea TSP Kapur Pakan_ Postal Tepung_ Pelet Tenaga_ Kerja N Output_ Benih_ Gurame_ Urea TSP Kapur Pakan_ Postal Tepung_ Pelet Tenaga_ Kerja

69 Lampiran 5 (Lanjutan) Hasil Pendugaan Fungsi produksi dengan Statistical Product and Service Solution Model Summary b Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate R Square Change Change Statistics F df1 df2 Change Sig. F Change Durbin- Watson a a. Predictors: (Constant), Tenaga_Kerja, Kapur, Pakan_Postal, Urea, Tepung_Pelet, TSP, Benih_Gurame_ b. Dependent Variable: Output_ ANOVA b Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression a Residual Total a. Predictors: (Constant), Tenaga_Kerja, Kapur, Pakan_Postal, Urea, Tepung_Pelet, TSP, Benih_Gurame_ b. Dependent Variable: Output_ Coefficients a Standar Model Unstandardized Coefficients dized Coeffic ients t Sig. 95% Confidence Interval for B Correlations Collinearity Statistics B Std. Error Beta Lower Bound Upper Bound Zeroorder Part ial Part Toler ance VIF 1 (Consta nt) Benih_ Gurame Urea TSP Kapur Pakan_ Postal

70 Tepung _Pelet Tenaga _Kerja a. Dependent Variable: Output_ Coefficient Correlations a Model Tenaga_ Kerja Kapur Pakan_ Postal Urea Tepung_ Pelet TSP Benih_ Gurame_ 1 Correl ations Tenaga_Kerja Kapur Pakan_Postal Urea Tepung_Pelet TSP Benih_Gurame_ Covari ances Tenaga_Kerja E Kapur Pakan_Postal Urea Tepung_Pelet TSP E Benih_Gurame_ a. Dependent Variable: Output_ Collinearity Diagnostics a Mod el Dimensi on Eigenva lue Condit ion Index (Constant) Benih_ Gurame _ Variance Proportions Pakan_ Urea TSP Kapur Postal Tepung_ Pelet Tenaga Kerja

71 a. Dependent Variable: Output_ Residuals Statistics a Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value Std. Predicted Value Standard Error of Predicted Value Adjusted Predicted Value Residual Std. Residual Stud. Residual Deleted Residual Stud. Deleted Residual Mahal. Distance Cook's Distance Centered Leverage Value a. Dependent Variable: Output_ 58

72 Lampiran 6. Grafik Normal P-Plot Regression Of Output Lampiran 7. Grafik Scaterploot 59

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada April sampai dengan Juli 2011 di Kawasan Sea Farming Pulau Panggang Kepulauan Seribu, Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR ADY ERIADY WIBAWA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA PEMBESARAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR WILSON PANE

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA PEMBESARAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR WILSON PANE EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT PRODUKSI PADA PEMBESARAN IKAN GURAME Osphronemus gouramy DI KECAMATAN DRAMAGA KABUPATEN BOGOR WILSON PANE DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PEMBESARAN IKAN MAS PADA KOLAM AIR DERAS DI DESA CINAGARA, KECAMATAN CARINGIN, KABUPATEN BOGOR MEISWITA PERMATA HARDY SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Teknik Budidaya Ikan Nila, Bawal, dan Udang Galah 1. Persiapan kolam Di Desa Sendangtirto, seluruh petani pembudidaya ikan menggunakan kolam tanah biasa. Jenis kolam ini memiliki

Lebih terperinci

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT

ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT ALOKASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN IKAN GUPPY DI DESA PARIGI MEKAR, KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR, JAWA BARAT FANJIYAH WULAN ANGRAINI SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur

III. METODE PENELITIAN. Tanaman kehutanan adalah tanaman yang tumbuh di hutan yang berumur 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan Juni 2013 di Kecamatan Pasekan Kabupaten Indramayu (Lampiran 1), Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat yaitu Desa Purwasari. Pemilihan Kabupaten Bogor dipilih secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian kelayakan Usaha pembenihan dan pembesaran ikan lele Sangkuriang dilakukan di Perusahaan Parakbada, Katulampa, Kota Bogor, Provinsi Jawa

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 24 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Keadaan Wilayah dan Potensi Sumber daya Alam Desa Cikarawang adalah sebuah desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat dengan luas wilayah 2.27

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) PENDAHULUAN P R O S I D I N G 311 STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBESARAN IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) Muhammad Alhajj Dzulfikri Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya PENDAHULUAN Perikanan merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Tugu Kelapa Dua Kecamatan Cimanggis Kota Depok dengan memilih Kelompok Tani Maju Bersama sebagai responden.

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR

EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR EFISIENSI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PENDEDERAN IKAN LELE DUMBO DI KECAMATAN CISEENG KABUPATEN BOGOR ADY ERIADY WIBAWA SKRIPSI PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS DAN EKONOMI PERIKANAN-KELAUTAN

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya

I. PENDAHULUAN. hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian organik kini mulai menjadi peluang baru dalam usaha pertanian, hal ini dikarenakan munculnya kesadaran dari masyarakat mengenai pentingnya mengonsumsi makanan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dari survey rumah tangga petani dalam penelitian Dampak Bantuan Langsung Pupuk dan Benih

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

METODOLOGI. = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah dari pengamatan σ i ε ij

METODOLOGI. = Hasil pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = Nilai tengah dari pengamatan σ i ε ij II. METODOLOGI 2.1 Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Balai Benih Ikan Air Tawar (BBIAT), Kecamatan Mempaya, Kabupaten Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung. Waktu penelitian dimulai dari April

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Ciburuy dan Desa Cisalada, Kecamatan Cigombong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Analisis Pendapatan Usahatani Ubi Jalar ini dilakukan di Desa Gunung Malang yang berada di Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. 24 IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan April Mei 2011. Kegiatan penelitian meliputi tahap studi pustaka, pembuatan proposal, pengumpulan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Secara geografis letak Kabupaten Bandung berada pada 6,41' - 7,19' Lintang Selatan dan diantara 107 22' - 108 5' Bujur Timur dengan ketinggian 500m-1.800m dpl

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara tertuju

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit

METODE PENELITIAN. yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, yang banyak membahas masalah biayabiaya yang dikeluarkan selama produksi, input-input yang digunakan, dan benefit yang diterima, serta kelayakan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan. penjemuran jaring, pencucian ikan, pemanenan, dan pemasaran.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan. penjemuran jaring, pencucian ikan, pemanenan, dan pemasaran. VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Kegiatan usaha budidaya ikan kerapu macan meliputi pemilihan lokasi budidaya, pemasangan wadah pemeliharaan, penebaran bibit, pemberian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor perikanan pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan perikanan budidaya. Potensi sektor perikanan tangkap Indonesia diperkirakan mencapai 6,4

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR ANALISIS KELAYAKAN USAHA PEMBENIHAN LARVA IKAN BAWAL AIR TAWAR BEN S FISH FARM CIBUNGBULANG, KABUPATEN BOGOR SKRIPSI SURAHMAT H34066119 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Penelitian Usaha warnet sebetulnya tidak terlalu sulit untuk didirikan dan dikelola. Cukup membeli beberapa buah komputer kemudian menginstalnya dengan software,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI

BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 65 LAMPIRAN 66 Lampiran 1. Kuisioner Survei Analisis Nilai Ekonomi Tambak Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian No: Waktu: Hari/Tanggal: A. Identitas Responden / Informan 1. Nama

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian teknologi budidaya sepenuhnya meggunakan pakan komersil pada kolam air tenang (teknologi 1) dan teknlogi budidaya menggunakan pakan pengganti berupa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Pembesaran Lele Sangkuriang Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak usaha tersebut dari

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN UDANG WINDU

OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN UDANG WINDU OPTIMALISASI PENGGUNAAN INPUT DAN ANALISIS FINANSIAL PADA USAHA PEMBESARAN UDANG WINDU Penaeus monodon DI DESA LAMARAN TARUNG KECAMATAN CANTIGI KABUPATEN INDRAMAYU HENDRIYANTO DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRAN

Lebih terperinci

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL

VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL VII. PEMBAHASAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Proyeksi Arus Kas (Cashflow) Proyeksi arus kas merupakan laporan aliran kas yang memperlihatkan gambaran penerimaan (inflow) dan pengeluaran kas (outflow). Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Tarumajaya Kabupaten Bekasi. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan

Lebih terperinci

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province By Muhammad Syafii 1), Darwis 2), Hazmi Arief 2) Faculty of Fisheries

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis, Sumber, dan Metode Pengumpulan Data 4.3. Metode Pengambilan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasirlangu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan alur berfikir dalam melakukan penelitian berdasarkan tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sampai dengan 30 tahun tergantung dengan letak topografi lokasi buah naga akan V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Kelayakan Usahatani Buah Naga Buah naga merupakan tanaman tahunan yang sudah dapat berbuah 1 tahun sampai dengan 1,5 tahun setelah tanam. Buah naga memiliki usia produktif

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu III. METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan. Pengumpulan data atau informasi

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Identifikasi Karakteristik Petani Tambak, Unit Usaha Terkait dan Tenaga Kerja Lokal Di Desa Ambulu 6.1.1 Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Tambak Karakteristik sosial ekonomi

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 1 Abstrak ANALISIS PROFITABILITAS USAHA BUDIDAYA IKAN BANDENG (Chanos-chanos) DI TAMBAK, KECAMATAN SEDATI, SIDOARJO, JATIM 1 Zainal Abidin 2 Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara yang menjadi produsen utama akuakultur dunia. Sampai tahun 2009, Indonesia menempati urutan keempat terbesar sebagai produsen

Lebih terperinci

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1.

ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi BAB 1. ANALISIS EFISIENSI BISNIS TANAMAN PANGAN UNGGULAN DI KABUPATEN BEKASI Oleh : Nana Danapriatna dan Ridwan Lutfiadi ABSTRAK Tanaman pangan yang berkembang di Kabupaten Bekasi adalah padi, jagung, ubi kayu,

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb Douglas. Faktor-faktor

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Usaha Budidaya Udang Usaha budidaya udang merupakan suatu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh petambak atau petani ikan dengan menggabungkan sumberdaya (lahan, tenaga

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Keadaan Umum Desa Pabuaran Desa Pabuaran berada di wilayah Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor provinsi Jawa Barat. Desa ini merupakan daerah dataran tinggi dengan tingkat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel

III. METODE PENELITIAN Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel 45 III. METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel Penjelasan mengenai definisi operasional dan variabel pengukuran perlu dibuat untuk menghindari kekeliruan dalam pembahasan

Lebih terperinci

C E =... 8 FPI =... 9 P

C E =... 8 FPI =... 9 P 3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 (enam) bulan yang meliputi studi literatur, pembuatan proposal, pengumpulan data dan penyusunan laporan. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

Analisis Usaha Pembesaran Ikan Gurami dan Ikan Patin Di Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru Provinsi Riau.

Analisis Usaha Pembesaran Ikan Gurami dan Ikan Patin Di Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Analisis Usaha Pembesaran Ikan Gurami dan Ikan Patin Di Kelurahan Rejosari Kecamatan Tenayan Raya Kota Pekanbaru Provinsi Riau Oleh Dian Mayasari 1), Darwis 2) dan Hamdi Hamid 2) Fakultas Perikanan dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kaya akan sumberdaya alam yang dapat di gali untuk kesejahteraan umat manusia. Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi yaitu sektor perikanan.

Lebih terperinci

Analisis Produksi Usahatani Tomat di Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan

Analisis Produksi Usahatani Tomat di Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan Analisis Produksi Usahatani Tomat di Kecamatan Telaga Langsat Kabupaten Hulu Sungai Selatan Desy Issana Sari 1, Yudi Ferrianta 2, dan Rifiana 2 1 Alumni Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI (Glycine max L.) VARIETAS ORBA (Suatu Kasus pada Kelompoktani Cikalong di Desa Langkapsari Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis) Oleh: Apang Haris 1, Dini Rochdiani

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data

METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengumpulan Data 3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2012. Tempat penelitian dan pengambilan data dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan, Kabupaten Subang. 3.2 Alat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Perikanan Pengertian budidaya perikanan dalam arti sempit adalah usaha memelihara ikan yang sebelumnya hidup secara liar di alam menjadi ikan peliharaan. Sedangkan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka. IV. METODOLOGI 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sukahaji, Kabupaten Majalengka. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa Kecamatan Sukahaji merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Keadaan Umum Lokasi PKL Balai Benih Ikan Inovatif ( BBII ) merupakan unit pelaksanaan teknis daerah tingkat Provinsi yang mempunyai fungsi menyebar luaskan teknologi perbenihan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG ANALISIS KELAYAKAN USAHA PUPUK ORGANIK KELOMPOK TANI BHINEKA I, DESA BLENDUNG, KABUPATEN SUBANG SKRIPSI SYAHRA ZULFAH H34050039 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan 47 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang digunakan untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan

Lebih terperinci