VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan. penjemuran jaring, pencucian ikan, pemanenan, dan pemasaran.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan. penjemuran jaring, pencucian ikan, pemanenan, dan pemasaran."

Transkripsi

1 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kegiatan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Kegiatan usaha budidaya ikan kerapu macan meliputi pemilihan lokasi budidaya, pemasangan wadah pemeliharaan, penebaran bibit, pemberian pakan, penjemuran jaring, pencucian ikan, pemanenan, dan pemasaran. Kegiatan ini berlangsung secara terus menerus sampai ikan kerapu macan siap dipanen (mencapai ukuran konsumsi) Pemilihan Lokasi Budidaya Lokasi budidaya yang dipilih untuk budidaya kerapu adalah perairan di sekitar karang dengan kedalaman air berkisar antara 3-7 m, memiliki kecepatan angin relatif kecil, gangguan alam seperti ombak dan angin relatif kecil. Pemilihan lokasi budidaya dilakukan agar kelangsungan ikan yang dibudidayakan dapat tumbuh dengan baik, mengingat ikan kerapu sensitif terhadap perubahan lingkungan. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI ), lokasi yang cocok untuk budidaya kerapu macan adalah suhu berkisar antara 25 0 C sampai dengan 32 0 C, PH berkisar antara 7-8, 5, DO > 5 ppm, kecepatan arus berkisar antara cm per detik dan kecerahan lebih besar dari tiga meter Pembersihan Wadah Pemeliharaan Wadah pemeliharaan ikan kerapu macan dalam satu unit keramba jaring apung terdiri dari dua jaring per kotak sebagai wadah pemeliharaan atau pembesaran. Media yang digunakan adalah jaring yang terbuat dari bahan

2 63 polyethylene dengan ukuran jaring (mesh size) dua inci. Ukuran jaring yang digunakan adalah 3,5 x 3,5 x 3,5 meter per kotak Penebaran Bibit Penebaran bibit dilakukan pada pagi atau sore hari agar suhu perairan tidak terlalu panas. Ukuran bibit kerapu macan yang ditebar di keramba jaring apung (KJA) berkisar antara 10 cm sampai dengan 11 cm. Harga bibit pada ukuran tersebut yaitu Rp per ekor. Benih yang digunakan tiap pembudidaya beragam, antara 5 kg (setara dengan 200 ekor) sampai 10 kg (setara dengan 400 ekor) per unit usaha. Rata-rata padat penebaran di karamba jaring apung (KJA) sebanyak 9 ekor per m 3 atau setara dengan 0,225 kg per m 3. Responden memperoleh bibit ikan kerapu macan dari balai bibit yang terletak di perairan Semak Daun. Bibit yang diberikan tersebut bersifat pinjaman. Pengambilan bibit dapat dilakukan bila sudah mendapatkan surat izin dan tanda tangan dari ketua kelompok sea farming. Pembayaran bibit dapat dilakukan setelah responden memanen hasil budidayanya. Bibit yang diperoleh responden sebanyak 200 ekor per orang pada tahap pertama. Apabila responden berhasil menjalankan usaha pada tahap pertama tersebut dan dapat membayar pinjaman bibit pada awal usaha, responden memiliki kesempatan lagi untuk memperoleh bibit untuk usaha selanjutnya (berlaku penambahan 200 ekor benih setiap tahap pengambilan bagi yang berhasil menjalankan usahanya). Ketentuan ini sesuai dengan kesepakatan antara kelompok sea farming, pihak balai bibit ikan dan PKSPL-IPB sebagai pembina kelompok sea farming.

3 Pemberian Pakan Pemberian pakan rata-rata dua kali sehari, yaitu pagi dan sore hari. Pakan yang diberikan adalah ikan rucah segar yang dibeli atau didapatkan dari hasil mencari sendiri. Dosis pakan rucah yang diberikan tidak terukur dengan baik. Pembudidaya memberikan pakan berdasarkan penglihatan mereka di keramba. Apabila ikan tidak antusias dalam memakan pakan yang diberikan, maka pembudidaya akan berhenti memberikan rucah. Pembudidaya tidak membandingkan antara biomassa ikan dan jumlah pakan ikan yang diberikan sehingga jumlah pakan yang diberikan tidak sesuai dengan ketentuan yang seharusnya. Rata-rata pemberian pakan dalam satu kali pemberian adalah 2.75 kg. Pakan yang seharusnya digunting untuk memperkecil ukurannya hanya dicincang secara kasar oleh petani ikan. Harga ikan yang dijadikan pakan rucah berkisar antara Rp 2.500,00 per kg sampai dengan Rp 3.500,00 per kg dengan harga ratarata Rp 3.000,00 per kg. Apabila pakan rucah sulit didapatkan, maka pakan alternatif yang digunakan adalah pakan pelet, harga pakan pelet cukup mahal yaitu sekitar Rp per karung (1 karung = 25 kg). Pemberian pakan dilakukan dengan cara menebar pakan ke dalam keramba Perbaikan dan Pembersihan Jaring Perbaikan dan pembersihan jaring selama masa pemeliharaan selalu dilakukan oleh pembudidaya. Jaring kotor akibat penempelan lumpur atau biota penempel, seperti kerang, tritip dan alga. Pembersihan dan perbaikan jaring dilakukan seminggu sekali sampai ikan berumur tiga bulan dan setelah umur tiga

4 65 bulan sampai masa panen perbaikan dan pembersihan dilakukan satu bulan sekali. Jaring kotor dijemur terlebih dahulu kemudian disemprot dengan air sampai seluruh kotoran yang menempel terlepas dari jaring sebelum dipasang kembali jaring harus diperiksa terlebih dahulu, sehingga apabila ada yang robek dapat diperbaiki Pemanenan Ikan kerapu macan yang siap panen berukuran 5-7 ons untuk keramba jaring apung, sedangkan lama pemeliharaannya 8-12 bulan atau lama pemeliharaan rata-rata 10 bulan. Alat panen yang biasanya digunakan adalah scoop net yang terbuat dari kain kasa. Scoop net yang kasar tidak dianjurkan karena dapat menimbulkan luka yang dapat menyebabkan penyakit dan stress pada ikan saat dibawa ketempat penjualan atau konsumsi. Pemanenan ikan dapat dilakukan dengan cara mengangkat jaring pemeliharaan dengan tongkat kayu. Tongkat kayu diangkat sehingga jaring terbagi menjadi dua bagian sehingga dapat memudahkan pengambilan ikan dari jaring secara selektif maupun total Pemasaran Hasil panen ikan kerapu macan di Pulau Panggang biasanya langsung dijual ke pedagang pengumpul lokal (tengkulak) yang juga berasal dari Pulau Panggang atau Pulau Pramuka. Pembudidaya ikan kerapu di Pulau Panggang tidak pernah kesulitan untuk menjual hasil panennya karena para pedagang pengumpul mampu membeli seluruh ikan hasil panen dengan harga yang berlaku di pasar. Biasanya pengumpul mendatangi lokasi budidaya pada saat panen

5 66 berlangsung, sehingga responden tidak perlu membawa ikan hasil panen ke pengumpul. Harga jual ikan kerapu macan untuk keramba jaring apung berukuran 5-7 ons dengan harga rata-rata Rp per kg Pembudidaya ikan kerapu kebanyakan tidak menjual hasil panennya langsung ke Jakarta walaupun harga yang ditawarkan lebih tinggi dikarenakan biaya transportasi dan biaya packing ikan yang cukup tinggi. Selain itu resiko kematian ikan pada saat dibawa juga cukup tinggi, sedangkan pembeli atau pedagang pengumpul hanya mau membeli ikan kerapu dalam keadaan hidup. Sebagai perbandingan, harga ikan kerapu macan di Pulau Panggang berkisar Rp per kilogram, sedangkan di Jakarta berkisar Rp per kilogram. Dengan adanya pedagang pengumpul, secara tidak langsung hal ini menguntungkan nelayan pembudidaya karena tidak menanggung resiko kematian ikan setelah dipanen dan juga tidak mengeluarkan tambahan biaya untuk transportasi dan packing. 6.2 Penggunaan Faktor Produksi pada Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Faktor atau input produksi merupakan penentu produksi sehingga penggunaannya harus efektif dan efisien baik secara jumlah, jenis dan kualitas. Produksi ikan kerapu dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang digunakan dalam pendugaan fungsi produksi, sedangkan faktor eksternal tidak digunakan dalam fungsi. Faktor produksi internal yang digunakan dalam penelitian ini meliputi volume keramba (m 3 per musim tanam), bibit (kg per musim tanam), pakan rucah (kg per musim

6 67 tanam), tenaga kerja yang dibedakan menjadi tenaga kerja persiapan dan tenaga kerja pemeliharaan (Hari Orang Kerja/HOK per musim tanam) dan tebaran bibit (ekor per m 3 per musim tanam), sedangkan faktor eksternal antara lain cuaca, curah hujan, suhu, arus, dan gelombang tidak diperhitungkan pada penelitian ini. Penggunaan faktor produksi yang digunakan untuk menduga fungsi produksi disajikan pada Tabel 8. Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat bahwa usaha budidaya ikan kerapu macan menggunakan volume keramba jaring apung dengan rentang antara 36 m 3 per musim tanam sampai dengan 162 m 3 per musim tanam dengan rata-rata penggunaan 95,509 m 3. Penggunaan bibit dengan rentang antara 5 kgsampai dengan 10 kg dengan rata-rata penggunaan bibit sebesar 6,718 kg per musim tanam. Benih yang digunakan berukuran cm. Pakan rucah yang digunakan berkisar antara 164 kg sampai dengan kg dengan rata-rata penggunaan 1.283,938 kg per musim tanam, pakan diberikan rata-rata dua kali sehari dengan jumlah yang berbeda-beda sesuai bobot ikan. Tabel 8. Penggunaan Faktor Produksi pada Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Tahun 2011 (n = 32 orang) Faktor Produksi Rentang Jumlah Rata-Rata Volume Keramba (m 3 ) ,300 95,509 Bibit (kg) ,718 Rucah (kg) ,938 TK Persiapan (HOK) 0,0125-0,25 1,960 0,061 Tebaran Bibit (ekor/m 3 ) 3,125-17, ,898 8,840 TK Pemeliharaan (HOK) 6, ,812 Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2011

7 68 Usaha budidaya ikan kerapu macan menggunakan tenaga kerja persiapan dan tenaga kerja pemeliharaan. Sebenarnya terdapat juga tenaga kerja pemanenan, tetapi tenaga kerja pemanenan tersebut tidak diperhitungkan dalam penelitian ini karena biasanya pedagang pengumpul langsung mendatangi lokasi budidaya pada saat pemanenan. Tenaga kerja persiapan yang dibutuhkan yaitu berkisar antara 0,0125 HOK sampai dengan 0,25 HOK dengan rata-rata penggunaan 0,061 HOK per musim tanam. Untuk tenaga kerja pemeliharaan rentang penggunaannya yaitu 6,25 HOK sampai dengan 150 HOK dengan rata-rata penggunaan 60,812 HOK per musim tanam Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode OLS (Ordinary Least Square) Fungsi produksi merupakan hubungan antara faktor produksi dengan hasil produksi. Fungsi produksi menggambarkan jumlah hasil yang diproduksi tergantung pada jumlah faktor produksi yang digunakan. Oleh karena itu perlu diteliti fungsi produksi yang terbaik dan terakurat untuk menggambarkan kondisi usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang. Pendugaan fungsi produksi ini menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square), fungsi produksi ini yang akan digunakan untuk analisis skala usaha dan optimasi. Untuk mendapatkan pendugaan fungsi produksi yang paling baik digunakan beberapa pengujian, yaitu pengujian secara statistik dan pengujian asumsi klasik (ekonometrika). Pendugaan fungsi produksi ini terdiri dari dua langkah, yaitu (1) Pendugaan fungsi produksi dengan enam variabel independen, (2) Pendugaan fungsi produksi dengan tiga variabel independen dengan model yang tidak dibatasi dan yang dibatasi (restriksi).

8 Pendugaan Fungsi Produksi dengan Enam Variabel Independen Analisis pendugaan fungsi produksi menggunakan fungsi produksi Cobb- Douglas. Fungsi ini menduga hubungan faktor produksi yang terdiri dari volume keramba (X 1 ), bibit (X 2 ), pakan rucah (X 3 ), tenaga kerja persiapan atau TK-1 (X 4 ), tebaran bibit (X 5 ), tenaga kerja pemeliharaan atau TK-2 (X 6 ) dengan hasil produksi (Y) per musim tanam usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang. Data responden dalam penggunaan input dan output dengan enam variabel independen setelah pengolahan data disajikan pada Lampiran 2 dan Lampiran 3, sedangkan hasil analisis pendugaan fungsi produksi ini disajikan pada Tabel 9 dan analisis selengkapnya disajikan pada Lampiran 4. Tabel 9. Hasil Analisis PendugaanFungsi Produksi dengan Metode OLS (Ordinary Least Square) dengan Enam Variabel Independen Variabel Koefisien Standar Deviasi P (Peluang) VIF Konstanta 1,0517 0,8668 0,055 Volume Keramba (X 1 ) 0,1483 0,1060 0,174 2,0 Bibit (X 2 ) 0,7722 0,1206 0,000 1,7 Pakan Rucah (X 3 ) 0,2710 0,1010 0,013 5,3 TK-1 (X 4 ) 0,3884 0,1138 0,002 4,5 Tebaran Bibit (X 5 ) 0, , ,721 1,6 TK-2 (X 6 ) 0, , ,440 7,6 Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2011 R Square = 0,934 Adjusted R Square = 0,919 Standard Error= 0,1740 Nilai Durbin Watson = 1,61531 Berdasarkan Tabel 9, diperoleh nilai koefisien regresi dari masing-masing variabel independen yang merupakan faktor produksi yang diduga berpengaruh

9 70 terhadap produksi usaha budidaya ikan kerapu macan. Maka, dapat dibuat persamaan regresi linier fungsi produksi sebagai berikut : ln Y = ln 1,05 +0,148 lnx 1 +0,772 lnx 2 + 0,271 lnx 3 + 0,388 lnx 4 + 0,0344 lnx 5 + 0,0694 lnx 6.. (1) atau Y = 2,857(X 1 ) 0,148 (X 2 ) 0,772 (X 3 ) 0,271 (X 4 ) 0,388 (X 5 ) 0,0344 (X 6 ) 0, (2) Fungsi produksi yang didapat tersebut harus diuji apakah sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu dalam menghasilkan fungsi produksi terbaik. Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian secara statistik meliputi uji-t dan uji F dan pengujian asumsi klasik (ekonometrika) yang terdiri dari uji homoskedastisitas, uji multikolinieritas, dan uji autokorelasi. 1) Pengujian Statistik Berdasarkan Tabel 9 dengan selang kepercayaan (α) 0,05 atau 95%, dihasilkan koefisien regresi dari tiap variabel independen dan dapat diketahui bahwa variabel volume keramba (X 1 ) tidak signifikan, sebab P-value yang dihasilkan lebih besar daripada α = 0,05 (P-value > α) dan variabel bibit signifikan pada selang kepercayaan 100% atau α = 0,000. Variabel pakan rucah signifikan pada selang kepercayaan 100% atau α = 0,000 dan variabel TK-1 signifikan pada selang kepercayaan 100% atau α = 0,000. Variabel tebaran bibit dan TK-2 tidak signifikan pada selang kepercayaan 95 %. Berdasarkan uji-t yang dilakukan, variabel independen yang signifikan dan berpengaruh nyata terhadap produksi ikan kerapu yaitu variabel bibit (X 2 ), pakan rucah (X 3 ) dan variabel TK-1 (X 4 ), karena memiliki nilai P di bawah α = 0,05 (P < α). Berdasarkan hasil perhitungan analisis sidik ragam (ANOVA), dihasilkan nilai F signifikan = 0,000, berarti semua variabel independen (X 1-6 ) signifikan

10 71 pada selang kepercayaan 100%, maka semua variabel independen (X 1-6 ) secara bersama-sama berpengaruh terhadap produksi ikan kerapu macan pada selang kepercayaan 100%. Menurut hasil regresi yang disajikan pada Tabel 9, nilai koefisien determinasi (R square) yang dihasilkan sebesar 0,919, berarti 91,9% varian dari variabel dependen (Y) dapat dijelaskan oleh variasi dari keenam variabel independennya (variabel X 1, X 2, X 3, X 4, X 5, X 6 ) dan sisanya 6,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan dan diperhitungkan dalam model. Nilai standard error yang dihasilkan sebesar 0,174, hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan terjadi kesalahan atau bias adalah sebesar 0,174 atau 17,4%. Pengujian statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa fungsi produksi yang dihasilkan melalui regresi di atas dikatakan baik untuk menduga fungsi produksi. (2) Pengujian Asumsi Klasik Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi. Apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut uji-t dan uji F yang dilakukan sebelumnya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan. a) Heteroskedastisitas Adanya heteroskedastisitas dalam model mengakibatkan varian dan koefisien-koefisien variabel independen tidak lagi minimum dan menjadi tidak efisien meskipun penaksir OLS tetap tidak bias dan konsisten. Model regresi yang didapat diharapkan memenuhi asumsi homoskedastisitas. Model regresi dikatakan

11 Percent Regression Standardized Predicted Value 72 memenuhi asumsi homoskedastisitas jika sebaran titik-titik pada scatterplot tidak membentuk pola tertentu atau pola yang terbentuk tidak jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y. Kondisi model regresi pada persamaan (1) atau (2) dapat dilihat pada Gambar 4b. Berdasarkan Gambar 4b tersebut, dapat terlihat bahwa sebaran titik-titik pada scatterplot tidak membentuk pola tertentu dan menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi pada persamaan (1) atau (2) memenuhi asumsi homoskedastisitas sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas. 99 Normal Probability Plot of the Residuals (response is y) Scatterplot Dependent Variable: VAR Standardized Residual Regression Studentized Residual 2 3 Gambar 4.Grafik Model Regresi dengan EnamVariabel Independen (a) Peluang Normal dan (b) Homoskedastisitas (b) Multikolinieritas Multikolinieritas ditandai dengan adanya keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel lainnya. Suatu model regresi dikatakan bebas dari multikolinieritas jika nilai VIF (variance inflation factor) lebih kecil dari angka sepuluh (VIF < 10). Bedasarkan Tabel 9 nilai VIF tiap variabel independen berturut untuk variabel volume keramba, bibit, pakan, TK-1, tebaran bibit, TK-2 adalah 2,0, 1,7, 5,3, 4,5, 1,6, 7,6.

12 73 Dikarenakan nilai VIF tiap variabel independen lebih kecil dari 10 (VIF<10), maka model regresi persamaan (1) atau (2) bebas dari multikolinieritas. (c) Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antar anggorta serangkaian observasi menurut waktu. Model regresi yang baik adalah bebas dari autokorelasi, sehingga kesalahan prediksi (selisih antara data asli dengan data hasil regresi) bersifat bebas untuk tiap nilai X. Model regresi dapat dikatakan bebas dari autokorelasi apabila angka D-W (Durbin Watson) diantara -2 sampai +2. Angka D-W di bawah -2 menunjukkan bahwa ada autokorelasi sedangkan angka D-W di atas +2 menunjukkan ada autokorelasi positif. Dari hasil regresi diperoleh nilai D-W sebesar 1, Angka tersebut terletak diantara -2 sampai dengan +2, sehingga model regresi persamaan (1) atau (2) dapat dikatakan bebas dari autokorelasi. Berdasarkan pengujian yang dilakukan, model persamaan (1) atau (2) tidak memenuhi kriteria statistik karena beberapa variabel yaitu variabel X 1 (volume keramba), variabel X 5 (tebaran bibit) dan variabel X 6 (tenaga kerja pemeliharaan) tidak berpengaruh nyata terhadap produksi ikan kerapu macan sehingga tidak disertakan di dalam model. Langkah selanjutnya adalah pendugaan fungsi produksi dengan tiga variabel independen Pendugaan Fungsi Produksi dengan Tiga Variabel Independen Analisis pendugaan fungsi produksi menggunakan fungsi produksi Cobb- Douglas. Fungsi ini menduga hubungan faktor produksi yang terdiri dari bibit (X 2 ), pakan rucah (X 3 ), tenaga kerja persiapan/ TK-1 (X 4 ) dengan hasil produksi

13 74 (Y) per musim tanam usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang. Data responden dalam penggunaan input dan output dengan tiga variabel independen setelah pengolahan data disajikan pada Lampiran 5 dan Lampiran 6, sedangkan hasil analisis pendugaan fungsi produksi ini disajikan pada Tabel 10 dan analisis selengkapnya pada Lampiran 7. Tabel 10. Hasil Analisis Pendugaan Fungsi Produksi dengan Metode OLS (Ordinary Least Square) dengan Tiga Variabel Independen Variabel Koefisien Standar Deviasi P (Peluang) Konstanta 1,7801 0,7264 0,021 VIF Bibit (X 2 ) 0, , ,000 1,1 Pakan Rucah (X 3 ) 0, , ,000 2,9 TK-1 (X 4 ) 0, , ,000 2,8 Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2011 R Square = 0,927 Adjusted R Square = 0,919 Standard Error= 0, Nilai Durbin Watson = 1,77875 Berdasarkan Tabel 10, diperoleh nilai koefisien regresi dari masingmasing variabel independen yang merupakan faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi usaha budidaya ikan kerapu macan. Maka, dapat dibuat persamaan regresi linier fungsi produksi sebagai berikut : lny = ln 1,78 + 0,755 ln X 2 + 0,350 ln X 3 + 0,472 ln X 4...(3) atau Y = 7,929 (X 2 ) 0,755 (X 3 ) 0,350 (X 4 ) 0,4...(4) Fungsi produksi yang didapat tersebut harus diuji apakah sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu dalam menghasilkan fungsi produksi terbaik.pengujian

14 75 yang dilakukan yaitu pengujian secara statistik meliputi uji-t dan uji F dan pengujian asumsi klasik (ekonometrika) yang terdiri dari uji homoskedastisitas, uji multikolinieritas, dan uji autokorelasi. 1) Pengujian Statistik Berdasarkan Tabel 10 dengan selang kepercayaan (α) 0,05 atau 95%, dihasilkan koefisien regresi dari tiap variabel independen dan dapat diketahui bahwa variabel bibit signifikan pada selang kepercayaan 100% atau α = 0,000. Variabel pakan rucah signifikan pada selang kepercayaan 100% atau α = 0,000 dan variabel TK-1 signifikan pada selang kepercayaan 100% atau α = 0,000. Berdasarkan uji-t yang dilakukan, variabel independen yang signifikan dan berpengaruh nyata terhadap produksi ikan kerapu yaitu variabel bibit (X 2 ), pakan rucah (X 3 ) dan variabel TK-1 (X 4 ), karena memiliki nilai P di bawah α = 0,05 (P < α). Berdasarkan hasil perhitungan analisis sidik ragam (ANOVA), dihasilkan nilai F signifikan = 0,000, berarti semua variabel independen (X 2-4 ) signifikan pada selang kepercayaan 100%, maka semua variabel independen (X 2-4 ) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi ikan kerapu macan pada selang kepercayaan 100%. Menurut hasil regresi yang disajikan pada Tabel 10, nilai koefisien determinasi (R square) yang dihasilkan sebesar 0,919, berarti 91,9% varian dari variabel dependen (Y) dapat dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel independennya (variabel X 2, X 3, X 4 ) dan sisanya 7,3% dijelaskan oleh faktorfaktor lain yang tidak dijelaskan dan diperhitungkan dalam model. Nilai standard

15 76 error yang dihasilkan sebesar 0,173435, hal ini menunjukkan bahwa kemungkinan terjadi kesalahan atau bias adalah sebesar 0, atau 17,3435%. Pengujian statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa fungsi produksi yang dihasilkan melalui regresi di atas dikatakan baik untuk menduga fungsi produksi. (2) Pengujian Asumsi Klasik Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, multikolinieritas, dan autokorelasi. Apabila terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik tersebut uji-t dan uji F yang dilakukan sebelumnya menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan. a) Heteroskedastisitas Adanya heteroskedastisitas dalam model mengakibatkan varian dan koefisien-koefisien variabel independen tidak lagi minimum dan menjadi tidak efisien meskipun penaksir OLS tetap tidak bias dan konsisten. Model regresi yang didapat diharapkan memenuhi asumsi homoskedastisitas. Model regresi dikatakan memenuhi asumsi homoskedastisitas jika sebaran titik-titik pada scatterplot tidak membentuk pola tertentu atau pola yang terbentuk tidak jelas, dan titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y. Kondisi model regresi pada persamaan (1) atau (2) dapat dilihat pada Gambar 5b. Berdasarkan Gambar 5b tersebut, dapat terlihat bahwa sebaran titik-titik pada scatterplot tidak membentuk pola tertentu dan menyebar di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini menunjukkan bahwa model regresi pada persamaan (1) atau (2) memenuhi asumsi homoskedastisitas sehingga tidak terjadi heteroskedastisitas.

16 Percent Regression Standardized Predicted Value 77 Scatterplot 99 Normal Probability Plot of the Residuals (response is y) 3 Dependent Variable: VAR Standardized Residual Regression Studentized Residual Gambar 5.Grafik Model Regresi dengan Tiga Variabel Independen (a) Peluang Normal dan (b) Homoskedastisitas (b) Multikolinieritas Multikolinieritas ditandai dengan adanya keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier dari variabel lainnya. Suatu model regresi dikatakan bebas dari multikolinieritas jika nilai VIF (variance inflation factor) lebih kecil dari angka sepuluh (VIF< 10). Bedasarkan Tabel 10 nilai VIF tiap variabel independen berturut untuk variabel bibit, pakan, TK-1 adalah 1.1, 2.9, 2.8. Dikarenakan nilai VIF tiap variabel independen lebih kecil dari 10 (VIF<10), maka model regresi persamaan (1) atau (2) bebas dari multikolinieritas. (c) Autokorelasi Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai korelasi antar anggorta serangkaian observasi menurut waktu. Model regresi yang baik adalah bebas dari autokorelasi, sehingga kesalahan prediksi (selisih antara data asli dengan data hasil regresi) bersifat bebas untuk tiap nilai X. Model regresi dapat dikatakan

17 78 bebas dari autokorelasi apabila angka D-W (Durbin Watson) diantara -2 sampai +2. Angka D-W di bawah -2 menunjukkan bahwa ada autokorelasi sedangkan angka D-W di atas +2 menunjukkan ada autokorelasi positif. Dari hasil regresi diperoleh nilai D-W sebesar Angka tersebut terletak diantara -2 sampai dengan +2, sehingga model regresi persamaan (1) atau (2) dapat dikatakan bebas dari autokorelasi. Berdasarkan pengujian statistik dan pengujian asumsi klasik yang dilakukan, persamaan (3) atau (4) dapat dikatakan baik untuk menduga fungsi produksi ikan kerapu macan. Selanjutnya persamaan (3) atau (4) ini yang digunakan untuk menganalisis skala ekonomi usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang, Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. 6.3 Analisis Elastisitas Produksi Elastisitas produksi digunakan untuk menggambarkan seberapa besar produksi akibat perubahan pemakaian faktor produksi. Pada fungsi Cobb- Douglas, elastisitas produksi dapat diketahui dari koefisien regresi (b i ) yang terdapat pada masing-masing variabel independen. Berdasarkan model regresi fungsi produksi Cobb-Douglas persamaan (3) atau (4) diperoleh nilai elastisitas produksi variabel bibit (X 2 ) sebesar 0,755, berarti dengan asumsi cateris paribus, apabila bibit ditingkatkan sebesar 10%, maka akan meningkatkan produksi kerapu macan sebesar 7,55 %. Nilai elastisitas produksi variabel pakan rucah (X 3 ) sebesar 0,350, berarti jika pakan rucah ditingkatkan sebesar 10% maka akan meningkatkan produksi ikan kerapu macan sebesar 3,5 %, cateris paribus. Nilai elastisitas produksi

18 79 tenaga kerja persiapan (X 4 ) sebesar 0,472, berarti dengan asumsi cateris paribus, apabila tenaga kerja persiapan ditingkatkan 10%, maka akan meningkatkan produksi ikan kerapu macan sebesar 4,72 %. Berdasarkan persamaan (3) atau (4), jumlah koefisien regresi keempat variabel independen tersebut adalah 1,577. Hal ini menunjukkan nilai total elastisitas produksi usaha budidaya ikan kerapu macan yaitu sebesar 1,577 (Ep >1), sehingga dapat dikatakan usaha tersebut berada pada daerah irasional. Usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang ini masih dapat ditingkatkan lagi sampai berada pada daerah rasional (0 Ep 1). Kondisi aktual menunjukkan kondisi produksi pada daerah irasional karena usaha yang dijalankan oleh pembudidaya masih dapat ditingkatkan lagi sehingga tidak rasional jika pembudidaya tetap bertahan pada kondisi tersebut. Daerah dengan elastisitas produksi (Ep) antara nilai 0 sampai dengan 1 disebut daerah rasional karena produksi yang dihasilkan dari suatu usaha sudah mencapai maksimum dengan keuntungan tertinggi. Setiap penambahan faktor produksi akan menyebabkan penurunan terhadap produksi dan pada akhirnya berpengaruh terhadap keuntungan. 6.4 Analisis Skala Ekonomi Skala ekonomi menunjukkan apa yang terjadi terhadap produksi jika semua input berubah secara proporsional (Debertin, 1986). Keadaan ini dapat dilihat pada sifat skala ekonomi, yaitu (1) decreasing return to scale (RTS < 1), atau proporsi pertambahan produksi lebih kecil dibandingkan dengan proporsi pertambahan input, (2) constant return to scale (RTS = 1), atau proporsi

19 80 pertambahan produksi sama dengan proporsi pertambahan input, (3) increasing return to scale (RTS > 1), atau proporsi pertambahan produksi lebih besar dibandingkan dengan proporsi pertambahan input. Nilai return to scale (RTS) atau skala penerimaan dapat ditentukan dari penjumlahan koefisien regresi (b i ) pada fungsi produksi Cobb-Douglas. Berdasarkan hasil penjumlahan keempat koefisien regresi variabel independen pada persamaan (3) atau (4), dihasilkan nilai return to scale (RTS) sebesar 1,577. Hal ini menunjukkan bahwa usaha budidaya ikan kerapu macan berada pada kondisi increasing return to scale (RTS > 1). Kondisi ini berarti apabila semua faktor produksi ditingkatkan sebesar 1%, maka produksi akan meningkat lebih besar dari 1%. Dengan demikian usaha budidaya kerapu macan masih dapat ditingkatkan untuk memperoleh keuntungan maksimum. 6.5 Analisis Optimasi Berdasarkan analisis skala ekonomi, usaha budidaya kerapu macan berada pada kondisi increasing return to scale (RTS > 1) dan tidak sesuai dengan asumsi fungsi produksi Cobb-Douglas dimana skala penerimaan suatu usaha harus berada pada kondisi constant return to scale (RTS = 1). Dengan demikian perlu dibuat fungsi pembatas atau fungsi restriksi terhadap persamaan (3) atau (4). Fungsi produksi restriksi diperoleh dengan menggunakan metode kuadrat terkecil. Hasil analisis fungsi produksi restriksi disajikan pada Tabel 11 dan analisis selengkapnya pada Lampiran 8 dan Lampiran 9. Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat dibuat persamaan sebagai berikut :

20 81 ln Y = ln 1,36 + 0,305 ln X 2 + 0,439 ln X 3 + 0,256 ln X (5) atau Y = 3,896(X 2 ) 0,305 (X 3 ) 0,439 (X 4 ) 0, (6) Berdasarkan asumsi fungsi produksi Cobb-Douglas, maka persamaan yang digunakan untuk analisis optimasi adalah persamaan (5) atau (6). Tabel 11. Hasil Analisis Pendugaan Fungsi Produksi (Restriksi) dengan Metode OLS (Ordinary Least Square) Variabel Koefisien Standar Deviasi P (Peluang) VIF Konstanta 1,36 0,9424 0,089 Bibit (X 2 ) 0,305* Pakan Rucah (X 3 ) 0,439 0,1019 0,000 2,9 TK-1 (X 4 ) 0,256 0,1124 0,030 2,9 Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2011 R Square = 0,797 Adjusted R Square = 0,783 Standard Error= 0, Nilai Durbin Watson = 1,63313 * = 1-(b 3 -b 4 ) Optimasi merupakan penggunaan tingkat faktor produksi yang dapat memaksimumkan keuntungan dari penggunaan sumberdaya. Tingkat optimal dari penggunaan faktor produksi dapat dijelaskan melalui fungsi produksi. Hal ini tercapai pada saat nilai produk marjinal (NPM) sama dengan harga input produksi (Px), atau biaya marjinal dari tambahan input. Nilai produk marjinal dapat dicari dengan rumus sebagai berikut : Nilai Produk Marjinal (NPM) diperoleh dari hasil perkalian antara produk marjinal dengan harga output. Asumsi dalam fungsi produksi Cobb-Douglas, bi adalah nilai koefisien regresi. Py adalah harga output, Y adalah jumlah output,

21 82 Xi adalah jumlah input i yang digunakan, dan Pxi adalah harga persatuan input i atau disebut biaya korbanan marjinal (BKM). Penggunaan input dikatakan optimal jika NPMxi / BKMxi sama dengan satu. Apabila nilai perbandingan NPMxi / BKMxi lebih besar dari satu, maka penggunaan input belum optimal, sehingga perlu ditingkatkan. Apabila nilai perbandingan NPMxi / BKMxi lebih kecil dari satu, maka penggunaan input belum optimal, sehingga perlu dikurangi. Produksi optimal diperoleh dengan memasukkan masing-masing faktor produksi optimal ke persamaan (6). Kondisi optimal dapat dilihat pada Tabel 12. Berdasarkan Tabel 12, diperoleh harga ikan kerapu macan Rp , harga bibit (X 2 ) Rp /kg, harga pakan rucah (X 3 ) Rp 3.000/kg, dan harga tenaga kerja persiapan (X 4 ) sebesar Rp /HOK. Dengan menggunakan rumus nilai produk marjinal (NPM), diperoleh NPM untuk bibit sebesar Rp ,664, untuk pakan rucah sebesar Rp 3.694,548, dan untuk tenaga kerja persiapan (TK persiapan) sebesar Rp ,63. Nilai perbandingan NPM/BKM untuk bibit 1,115, untuk pakan rucah 1,231 dan untuk tenaga kerja persiapan 602,162. Hal ini menunjukkan penggunaan ketiga faktor produksi tersebut belum optimal (NPM / BKM >1), sehingga perlu ditambah untuk meningkatkan produksi dan keuntungan. Jumlah rata-rata bibit yang digunakan pada kondisi aktual sebesar 6,718 kg atau setara dengan 269 ekor per musim tanam. Penggunaan input bibit belum optimal, sehingga perlu ditingkatkan menjadi 7,490 kg atau setara 300 ekor per musim tanam. Jumlah rata-rata pakan rucah yang digunakan pada kondisi aktual 1.283,938 kg per musim tanam.penggunaan pakan rucah yang diberikan belum

22 83 optimal, sehingga perlu ditingkatkan menjadi 1.581,190 kg per musim tanam. Rata-rata penggunaan TK persiapan yang digunakan adalah 0,061 HOK per musim tanam. Penggunaan TK persiapan belum optimal sehingga perlu ditingkatkan menjadi 36,880 HOK per musim tanam. Produksi rata-rata ikan kerapu macan yang dihasilkan pada kondisi aktual sebesar 80,040 kg per musim tanam, apabila faktor produksi yang digunakan berada pada tingkat optimal maka akan menghasilkan produksi optimal sebesar 460,032 kg per musim tanam. Dengan demikian, keuntungan maksimum dapat diperoleh apabila semua faktor produksi diubah ke dalam kondisi optimal. Tabel 12. Perbandingan Kondisi Optimal dan Aktual dengan Menggunakan Fungsi Produksi Cobb-Douglas Variabel Bi BKM (Rp) NPM (Rp) Optimal Aktual Output (kg) ,032 80,040 Bibit (kg) 0, ,664 7,490 6,718 Pakan Rucah (kg) 0, , , ,938 TK-1 (HOK) 0, ,630 36,880 0,061 Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 12, dapat diketahui perbandingan antara keuntungan pada kondisi aktual dan kondisi optimal. Keuntungan merupakan selisih dari total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Penerimaan total diperoleh dari hasil perkalian jumlah output yang dihasilkan dengan harga per satuan output tersebut. Biaya total dihasilkan dari penjumlahan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam suatu siklus produksi. Perbandingan antara keuntungan pada kondisi aktual dengan kondisi optimal ditunjukkan pada Tabel 13.

23 84 Tabel 13. Perbandingan Keuntungan pada Kondisi Aktual dengan Optimal Budidaya Ikan Kerapu Macan Tahun 2011 Komponen Aktual Kondisi Optimal Perubahan Biaya Total (Rp) , , ,85 Penerimaan Total (Rp) , , ,00 Keuntungan (Rp) , , ,15 Sumber : Data Primer, Diolah Tahun 2011 Berdasarkan Tabel 13, diperoleh total penerimaan pada kondisi aktual sebesar Rp dan biaya total sebesar Rp ,75, sehingga diperoleh keuntungan pada kondisi aktual sebesar Rp ,25 per musim tanam. Penerimaan total pada kondisi optimal sebesar Rp ,00 dan biaya total sebesar Rp ,60, sehingga diperoleh keuntungan sebesar Rp ,40 per musim tanam. Berdasarkan hasil perhitungan yang secara lengkap disajikan pada Lampiran 9, dapat diketahui bahwa keuntungan pada kondisi optimal jauh lebih besar dibandingkan dengan keuntungan pada kondisi aktual. Keuntungan yang didapat dari hasil produksi optimal tersebut merupakan keuntungan dengan asumsi nilai survival rate (SR) ikan kerapu macan yang diproduksi pembudidaya di Pulau Panggang adalah sebesar 70%. 6.6 Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Penelitian ini melakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan usaha budidaya ikan kerapu macan dan potensi pengembangannya. Analisis kelayakan digunakan untuk mengetahui apakah dengan tingkat faktor produksi dan tingkat produksi yang optimal, usaha budidaya ikan kerapu layak

24 85 dilanjutkan dan dikembangkan. Kelayakan usaha ikan kerapu macan akan dilihat dari kriteria kelayakan yang meliputi NPV, Net B/C dan IRR Analisis Inflow Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Arus penerimaan pada usaha budidaya ikan kerapu macan ini terdiri dari dua, yaitu penjualan ikan kerapu dan nilai sisa (salvage value) dari alat-alat investasi Pembudidaya ikan kerapu macan melakukan panen sebanyak satu kali dalam setahun, dengan mengatur sistem pola tanam untuk mendapatkan hasil panen sesuai kebutuhan yang diinginkan.pada tingkat optimal, hasil panen kerapu yang dihasilkan dalam satu tahun sebesar 460,032 kg. Pada analisis kelayakan usaha budidaya ikan kerapu macan ini digunakan survival rate (SR) yang berbeda-beda setiap tahunnya. Pembudidaya ikan kerapu macan umumnya pada tahun pertama merupakan tahap pembelajaran dalam menjalankan usahanya sehingga menyebabkan nilai SR yang kecil pada tahun pertama dan meningkat ke tahun berikutnya. SR untuk tahun pertama sampai tahun kelima berturut-turut adalah 40%, 76% dan 87,5% untuk tahun ketiga sampai tahun kelima. Alat-alat investasi seperti kapal dan keramba jaring apung masih memiliki nilai sisa (salvage value) pada saat umur usaha selama lima tahun berakhir. Nilai sisa untuk komponen kapal yaitu sebesar Rp ,00 dan nilai sisa untuk komponen keramba jaring apung yaitu senilai Rp ,00. Jumlah produksi per tahun, nilai penjualan ikan kerapu dan total nilai sisa (salvage value) komponen investasi disajikan pada Tabel 14.

25 86 Tabel 14. Manfaat Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Tahun Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp) Total Nilai (Rp) Penjualan Ikan Kerapu Macan Penjualan Ikan Kerapu Macan Penjualan Ikan Kerapu Macan Penjualan Ikan Kerapu Macan Penjualan Ikan Kerapu Macan Kg 184, , ,00 Kg 349, , ,20 Kg 402, , ,00 Kg 402, , ,00 Kg 402, , ,00 6 Nilai Sisa ,00 Sumber: Data Primer, DiolahTahun Analisis Outflow Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Arus pengeluaran pada usaha ikan kerapu macan terdiri dari pengeluaran untuk biaya investasi, biaya variabel, biaya tetap. Biaya investasi adalah biaya yang dikeluarkan diawal untuk memperoleh barang-barang fisik yang akan digunakan dalam jangka waktu yang lama (umumnya lebih dari satu tahun). Biaya investasi terdiri atas biaya konstruksi keramba jaring apung, dan biaya pembelian peralatan. Biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi ikan kerapu macan. Komponen biaya variabel terdiri atas pembelian bibit, pakan rucah, upah tenaga kerja persiapan dan tenaga kerja pemeliharaan.

26 87 1. Biaya Investasi Pada usaha budidaya ikan kerapu macan, biaya investasi yang dikeluarkan sebesar Rp Pengeluaran terbesar adalah biaya pembelian kapal mesin yaitu sebesar Rp , dan biaya terendah adalah biaya pembelian peralatan budidaya yang terdiri dari serokan jaring, ember, box, jerigen, gunting dan pisau sebesar Rp Rataan pengeluaran biaya investasi usaha budidaya ikan kerapu macan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Rincian Biaya Investasi Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp) Total Nilai (Rp) Umur Teknis 1 Kapal Unit , , Keramba Unit , , Serokan Unit , , Ember Unit , , Box Unit , , Jerigen Unit , , Gunting Unit , , Pisau Unit , ,00 2 Total ,00 Sumber: Data Primer, Diolah Tahun Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang berkaitan dengan faktor produksi dan produksi. Biaya akan semakin besar apabila terdapat penambahan faktor produksi untuk meningkatkan produksi, demikian juga sebaliknya. Komponen biaya variabel usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang adalah biaya pembelian bibit, pakan rucah, pakan pelet, upah tenaga kerja persiapan, upah tenaga kerja pemeliharaan, dan air tawar untuk pencucian jaring pada keramba.

27 88 Biaya variabel yang dikeluarkan untuk produksi ikan kerapu macan pada tingkat optimal adalah sebesar Rp ,10. Biaya terbesar dikeluarkan untuk pembelian pakan rucah. Harga pakan rucah di Pulau Panggang adalah Rp 3.000/kg. Ikan rucah adalah pakan alami yang paling sering digunakan oleh pembudidaya karena ketersediaan yang banyak di perairan sekitar Pulau Panggang. Pakan pelet digunakan pada saat pakan rucah sulit didapat. Harga pakan pelet adalah Rp per satu karung (25 kg). Harga bibit ikan kerapu macan Rp per ekor. Tabel 16. Rincian Biaya Produksi Usaha Budidaya Ikan Kerapu Macan Pada Kondisi Optimal No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp) Total Nilai (Rp) 1 Bibit Ekor , ,00 2 Pakan Rucah Kg 1.581, , ,60 3 Pakan Pelet Karung 0, , ,00 4 TK Persiapan HOK 36, , ,00 5 TK Pemeliharaan HOK 60, , ,50 6 Air Tawar Jerigen , ,00 7 TK Panen Orang ,00 8 Solar Liter ,00 Total Biaya ,10 Sumber: Data Primer, Diolah Tahun 2011 Besarnya upah tenaga kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah besaran upah yang pekerja yang berlaku di Pulau Panggang yaitu Rp per HOK. Berbeda dengan upah panen, pembudidaya umumnya langsung menetapkan harga sebesar Rp per orang untuk satu kali panen, dan

28 89 membutuhkan tiga orang pekerja dalam satu kali panen, maka besarnya biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah panen sebesar Rp Biaya Tetap Biaya tetap merupakan biaya yang besarnya tidak berubah walaupun produksi berubah. Komponen biaya tetap pada penelitian ini terdiri dari iuran anggota dan biaya penyusutan alat-alat investasi. Iuran anggota kelompok Sea Farming terdiri dari iuran administrasi sebesar Rp per orang per bulan dan iuran panen sebesar 5% dari total panen yang dihasilkan. Perhitungan biaya penyusutan pada penelitian ini menggunakan metode penyusutan komponen-komponen investasi. Penyusutan yang dihitung adalah penyusutan kapal nelayan dan keramba jaring apung, ember, jerigen, gunting dan pisau, sedangkan komponen lain yang memiliki umur teknis selama satu tahun tidak diperhitungkan pada analisis cash flow karena selalu di reinvestasi selama umur usaha dan mencegah perhitungan ganda (double counting). Penyusutan kapal adalah sebesar Rp per tahun dan penysustan keramba adalah Rp per tahun Kriteria Kelayakan Usaha Kriteria kelayakan finansial yang digunakan adalah NPV (Net Present Value), Net B/C dan IRR (Internal Rate of Return) sehingga kita dapat menilai apakah pada kondisi optimal usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang layak dikembangkan. Nilai NPV didapatkan dari total inflow dikurangi total outflow yang telah dikalikan dengan tingkat diskonto. Tingkat diskonto yang digunakan adalah 22% berdasarkan tingkat suku bunga kredit usaha rakyat (KUR)

29 90 yang ditetapkan oleh BANK Jabar-Banten. Pengolahan data menggunakan analisis cashflow yang dilakukan dapat dilihat pada Lampiran 11 dan hasilnya disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. NPV,Net B/C dan IRR Usaha Budidaya Ikan Kerapu Pada Tingkat Optimal Keterangan Hasil Net Present Value (NPV) Rp ,85 Net B/C 2,89 IRR 71,02% Nilai NPV yang positif menunjukkan bahwa usaha budidaya ikan kerapu macan memberikan tambahan manfaat dari nilai sekarang (Present Value). Net B/C yang didapatkan sebesar 2,89, yang berarti setiap pengeluaran usaha sebesar Rp akan menghasilkan manfaat sebesar Rp Nilai ini didapatkan dari nilai total inflow dibagi nilai total outflow yang telah dikalikan dengan tingkat diskonto. Nilai IRR sebesar 71,02% juga menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk dijalankan karena nilainya lebih besar dari diskonto sebesar 22%. Nilai IRR ini menunjukkan bahwa usaha ini akan memberikan tingkat pengembalian modal yang ditanamkan sebesar 71,02%. Dari nilai NPV, Net B/C, dan IRR yang didapat, usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang layak dikembangkan. 6.7 Analisis Sensitivitas Analisis nilai pengganti (switching value) merupakan perhitungan untuk mengukur sensitivitas perubahan maksimum yang dapat menyebabkan usaha budidaya ikan kerapu macan masih tetap layak untuk dijalankan. Analisis ini

30 91 mengacu pada beberapa besar perubahan terjadi sampai mengakibatkan nilai NPV = 0. Nilai NPV = 0 akan membuat nilai net B/C menjadi sama dengan 1. Variabel yang akan dianalisis sensitivitasnya adalah penurunan harga jual ikan kerapu macan dan penurunan produksi ikan kerapu macan. Pengolahan data untuk menganalisis sensitivitas usaha budidaya ikan kerapu macan di Pulau Panggang terhadap penurunan harga output dan penurunan produksi dapat dilihat pada Lampiran 12 dan Lampiran 13. Dilihat dari perubahan terhadap penurunan harga jual ikan kerapu macan, batas maksimal perubahan penurunan harga jual sampai usaha berada pada kondisi break even point adalah harga turun sebesar 29,56 persen, sedangkan dari aspek penurunan produksi ikan kerapu macan batas maksimal perubahan penurunan produksi ikan kerapu macan adalah 29,49 persen.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI 6.1 Analisis Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dapat dijelaskan ke dalam fungsi produksi. Kondisi di lapangan menunjukkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga April 2011, berlokasi di Desa Petir, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor dan Laboratorium Teknologi dan

Lebih terperinci

II. BAHAN DAN METODE

II. BAHAN DAN METODE II. BAHAN DAN METODE 2.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2010 di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least

VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU. model fungsi produksi Cobb-Douglas dengan penduga metode Ordinary Least VIII. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI UBI KAYU 8.1. Pendugaan dan Pengujian Fungsi Produksi Hubungan antara faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi dapat dimodelkan ke

Lebih terperinci

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA

VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA VI. ANALISIS EFISIENSI PRODUKSI PADI SAWAH VARIETAS CIHERANG DI GAPOKTAN TANI BERSAMA 6.1 Analisis Fungsi produksi Padi Sawah Varietas Ciherang Analisis dalam kegiatan produksi padi sawah varietas ciherang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Setelah melalui beberapa tahap kegiatan penelitian, dalam bab IV ini diuraikan analisis hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Analisis

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Hasil pendataan jumlah produksi serta tingkat penggunaan input yang digunakan dalam proses budidaya belimbing dewa digunakan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder hasil survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh BPS

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Panumbangan, Sindangkasih, dan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur

BAB IV HASIL PENELITIAN. 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Pembudidaya dan Keragaan Kegiatan Budidaya Ikan di KJA Jatiluhur Karakteristik pembudidaya ikan KJA di Jatiluhur dilihat dari umur, pengalaman dan pendidikan.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data

III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Jenis dan Sumber Data III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada April sampai dengan Juli 2011 di Kawasan Sea Farming Pulau Panggang Kepulauan Seribu, Laboratorium Lingkungan dan Laboratorium Teknologi

Lebih terperinci

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI

VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI VI. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI USAHA PEMBESARAN LELE DUMBO DI CV JUMBO BINTANG LESTARI 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah fungsi Cobb Douglas. Faktor-faktor

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV. Trias Farm yang berlokasi di Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan dengan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan IV. METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial

Lebih terperinci

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS ASPEK FINANSIAL Analisis aspek finansial digunakan untuk menganalisis kelayakan suatu proyek atau usaha dari segi keuangan. Analisis aspek finansial dapat memberikan perhitungan secara kuantatif

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele phyton, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif. Statistik deskriptif adalah ilmu statistik yang mempelajari cara-cara pengumpulan, penyusunan dan penyajian data suatu penilaian. Tujuannya adalah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sampel Penelitian Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah perusahan LQ-45 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2011-2015. Pengambilan

Lebih terperinci

BAB IV. METODE PENELITIAN

BAB IV. METODE PENELITIAN BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Gapoktan Tani Bersama Desa Situ Udik Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan

BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan BAB 3 OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Secara umum pengertian objek penelitian yaitu inti permasalahan yang dijadikan topik penulisan dalam rangka penyusunan laporan dari suatu penelitian.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Dalam analisis statistik obyek penelitian pada sub bab ini, peneliti akan menjabarkan hasil perhitungan nilai minimum, nilai maksimum, ratarata

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur, Tanjungpinang, Kepulauan Riau. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis berisi teori dan konsep kajian ilmu yang akan digunakan dalam penelitian. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA 7.1. Analisis Fungsi Produksi Analisis untuk kegiatan budidaya ganyong di Desa Sindanglaya ini dilakukan dengan memperhitungkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang telah diperoleh dan dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Descriptive Statistics

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. yang telah diperoleh dan dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Descriptive Statistics BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang sudah dikumpulkan dalam penelitian ini. Berikut hasil analisis deskriptif

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN 4.1 Deskripsi Data Penelitian Setelah melalui berbagai tahapan penelitian yang telah direncanakan oleh peneliti di bagian awal, penelitian ini menghasilkan berbagai hal yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Berikut hasil

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi risiko produksi jagung manis dilakukan di Desa Gunung Malang, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor.

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Tujuan dari penelitian yang akan dilakukan adalah untuk mengetahui tingkat pendapatan usahatani tomat dan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. keperluan tertentu. Jenis data ada 4 yaitu data NPL Bank BUMN, data inflasi, data

METODE PENELITIAN. keperluan tertentu. Jenis data ada 4 yaitu data NPL Bank BUMN, data inflasi, data IV. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data adalah semua hasil observasi atau pengukuran yang telah dicatat untuk suatu keperluan tertentu. Jenis data ada 4 yaitu data NPL Bank BUMN, data inflasi,

Lebih terperinci

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI 7.1. Analisis Fungsi Produksi Stochastic Frontier 7.1.1. Pendugaan Model Fungsi Produksi Stochastic Frontier Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Pendapatan Usahatani Suratiyah (2006), mengatakan bahwa usahatani sebagai ilmu yang mempelajari cara-cara petani menentukan, mengorganisasikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank Indonesia. Sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti. Dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini berlokasi di Desa Sungai Ular Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Statistik Deskriptif Analisis deskriftif digunakan untuk mengetahui deskripsi suatu data, analisis ini dilakukan dengan melihat nilai maksimum, minimum, mean, dan

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten Kepulauan Seribu, Provinsi DKI Jakarta. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. digunakan dalam penelitian ini serta dapat menunjukkan nilai maksimum, nilai BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk menunjukkan jumlah data (N) yang digunakan dalam penelitian ini serta dapat

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea

V. PEMBAHASAN Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang Produksi Pupuk Urea V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Produksi Pupuk Urea PT. Pupuk Kujang 5.1.1. Produksi Pupuk Urea ton 700.000 600.000 500.000 400.000 300.000 200.000 100.000 - Tahun Sumber : Rendal Produksi PT. Pupuk Kujang,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 46 A. Statistik Deskriptif BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Statistik deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti nilai minimum, maksimum, mean, dan standard deviasi dari masing-masing

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis data dari sampel yang diambil yaitu 140

BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil analisis data dari sampel yang diambil yaitu 140 45 BAB 4 HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.. ANALISIS DESKRIPTIF Berdasarkan hasil analisis data dari sampel yang diambil yaitu 40 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia), maka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi

III. METODE PENELITIAN. Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Suku Bunga Kredit Modal Kerja, Inflasi, dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Lampung. Deskripsi tentang satuan pengukuran,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Pada bagian ini akan disajikan statistik deskriptif dari semua variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah CAR, FDR,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki beberapa perusahaan, dan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. independent yaitu dana pihak ketiga, tingkat suku bunga SBI, tingkat Non

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. independent yaitu dana pihak ketiga, tingkat suku bunga SBI, tingkat Non BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Statistik Deskripsi variabel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi nilai minimum, nilai maksimum, mean, dan standar deviasi dari tiga variabel

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang

BAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil analisis data yang akan disajikan di bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang tercermat dan akurat yang

Lebih terperinci

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS

VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS VI ANALISIS EFISIENSI TEKNIS Model yang digunakan untuk mengestimasi fungsi produksi usahatani paprika hidroponik di lokasi penelitian adalah model fungsi Cobb-Douglas dengan pendekatan Stochastic Production

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengujian hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi linier sederhana dan regresi linier berganda. Tujuan analisis penelitian ini adalah menjawab

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor yang Memengaruhi Tabungan Rumah Tangga

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Faktor yang Memengaruhi Tabungan Rumah Tangga 53 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Analisis Faktor yang Memengaruhi Tabungan Rumah Tangga Analisis ini dilakukan dengan memasukkan variabel-variabel independen yang diduga memengaruhi variabel dependen (tabungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Pada deskripsi variabel penelitian akan dijelaskan nilai minimum, maksimum, rata-rata dan standard deviasi pada masing-masing variabel penelitian,

Lebih terperinci

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu

III. METODOLOGIPENELITIAN Metode Penelitian. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu III. METODOLOGIPENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei, yaitu dengan cara melakukan pengamatan langsung di lapangan. Pengumpulan data atau informasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2012. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Size

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh pendapatan margin pembiayaan murabahah dan pendapatan bagi hasil pembiayaan mudharabah terhadap NPM

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN IV.1 Analisis Deskriptif IV.1.1 Gambaran Mengenai Return Saham Tabel IV.1 Descriptive Statistics N Range Minimum Maximum Mean Std. Deviation Return Saham 45 2.09-0.40

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan hal - hal yang berkaitan dengan hasil pengolahan data dan pembahasan dari hasil pengolahan data tersebut. Adapun pembahasan yang dimaksud meliputi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi

BAB III METODE PENELITIAN. faktor produksi yang kurang tepat dan efisien. Penggunaan faktor produksi 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Produktivitas usahatani padi dapat mengalami peningkatan maupun penurunan jumlah produksi. Hal tersebut biasanya disebabkan oleh penggunaan faktor produksi

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Teori Produksi Produksi atau memproduksi menurut Putong (2002) adalah menambah kegunaan (nilai-nilai guna) suatu barang. Kegunaan suatu barang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 47 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Statistik Tabel di bawah ini memperlihatkan deskripsi statistik (jumlah sampel, nilai minimum, nilai maksimum, rata-rata dan standar deviasi) dari sampel

Lebih terperinci

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA 6.1. Analisis Fungsi Produksi Model fungsi produksi yang digunakan adalah model fungsi Cobb- Douglas. Faktor-faktor produksi yang diduga

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 34 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data yang menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian yang

METODE PENELITIAN. memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan tujuan penelitian yang 56 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk memperoleh data dan melakukan analisis sehubungan dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Berdasarkan data yang diinput dari Annual Report (2008-2012) maka dapat dihitung rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, free cash flow dan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, free cash flow dan BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Sampel Penelitian ini menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, free cash flow dan leverage terhadap risiko saham pada perusahaan manufakur yang terdaftar dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif menjelaskan informasi karakteristik variabel-variabel dan data penelitian. Data yang digunakan pada tabel statistik deskriptif

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diteliti, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang diteliti, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity Ratio (DER), Earning Per BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1 Deskripsi Objek Penelitian Objek yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas variabel-variabel yang diteliti, yaitu Current Ratio (CR), Debt to Equity

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif. Statistik Deskriptif menjelaskan karakteristik masing-masing variabel yang terdapat dalam penelitian, baik variabel dependen maupun variabel independent

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. didukung oleh kondisi alam dan iklim tropis di Indonesia. Adanya perubahan pola

BAB III METODE PENELITIAN. didukung oleh kondisi alam dan iklim tropis di Indonesia. Adanya perubahan pola 1 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Jamur tiram (pleorotus ostreatus) merupakan salah satu komoditi penting yang bernilai ekonomis. Jamur tiram dapat menjadi salah satu komoditi potensial

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Analisis Deskriptif Variabel Variabel Penelitian

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Analisis Deskriptif Variabel Variabel Penelitian BAB IV HASIL PENGUJIAN IV.1 Analisis Deskriptif Variabel Variabel Penelitian Dari data yang telah dikumpulkan, didapat hasil perhitungan sebagai berikut : 1) Beta saham Beta merupakan suatu pengukur volatilitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF) dapat dilihat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing Financing (NPF) dapat dilihat 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Statistik Deskriptif Variabel Untuk mengintepretasikan hasil statistik deskriptif dari Pembiayaan, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Non Performing

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL ANALISA DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Penelitian ini menggunakan analisa regresi yang tujuannya adalah untuk meramalkan suatu nilai variabel dependen dengan adanya perubahan dari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan pada Bank Syariah Mandiri dari periode Maret 2006 Juni 2014.Setelah seluruh data yang diperlukan dikumpulkan, selanjutnya dilakukan analisis data

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan hal-hal yang berkaitan dengan data-data yang berhasil dikumpulkan, hasil pengolahan data dan pembahasan dari hasil pengolahan tersebut. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah biaya dana

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Obyek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah biaya dana BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah biaya dana pihak ketiga dan suku bunga SBI yang ditentukan oleh Bank Indonesia serta

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek

BAB IV HASIL PENGUJIAN. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek BAB IV HASIL PENGUJIAN Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh size, financial leverage

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian mengenai analisis pendapatan usahatani dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi cabai merah keriting ini dilakukan di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi berganda. Analisis data BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Statistik Deskriptif Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Untuk memberikan gambaran dan informasi mengenai data variabel dalam penelitian ini maka digunakanlah tabel statistik deskriptif. Tabel

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif Analisis dalam penelitian ini disajikan dalam bentuk tabel sehingga lebih mudah dipahami dan diinterprestasikan. Statistik

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Statistik Deskriptif Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau member gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar dalam LQ-45 di Bursa Efek Indonesia periode

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yang terdaftar dalam LQ-45 di Bursa Efek Indonesia periode BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Sampel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ialah perusahaan yang terdaftar dalam LQ-45 di Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015. Teknik yang digunakan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Peta Lokasi Peneliti. Peta Teluk Levun Kabupaten Maluku Tenggara

Lampiran 1. Peta Lokasi Peneliti. Peta Teluk Levun Kabupaten Maluku Tenggara 123 123 Lampiran 1. Peta Lokasi Peneliti Peta Teluk Levun Kabupaten Maluku Tenggara 124 124 125 125 Lampiran.2. Sarana Input Produksi Budidaya Ikan Kerapu dan Rumput Laut di Kawasan Teluk Levun Unit Budidaya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Produksi Menurut Rahardja (2006) dalam aktivitas produksinya, produsen mengubah berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan hubungannya dengan tingkat produksi,

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dari suatu penelitian. Objek penelitian adalah variabel penelitian atau apa yang

BAB III METODE PENELITIAN. dari suatu penelitian. Objek penelitian adalah variabel penelitian atau apa yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari suatu penelitian. Objek penelitian adalah variabel penelitian atau apa yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maksimum. Penelitian ini menggunakan current ratio (CR), debt to equity ratio

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. maksimum. Penelitian ini menggunakan current ratio (CR), debt to equity ratio BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran atau deskripsi suatu data pada variabel-variabel penelitian yang digunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data BAB III METODE PENELITIAN A. Objek dan Subjek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Koperasi Jasa Keuangan Syariah Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data Tingkat Bagi Hasil

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015.

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015. BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Sampel dan Data Penelitian ini menggunakan 30 data, sampel yang diamati selama 15 tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun 2015. Data yang diambil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 64 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskripsif Data yang digunakan dan dianalisis dalam penelitian ini adalah data informasi keuangan berupa laporan audit dan laporan keuangan perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data 1. Analisa Statistik Deskriptif Statistik deskriftif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti minimum, maksimum, mean, dan standar

Lebih terperinci

BAB IV. Tabel 4.1. dan Pendapatan Bagi Hasil. Descriptive Statistics. Pembiayaan_Mudharabah E6 4.59E E E9

BAB IV. Tabel 4.1. dan Pendapatan Bagi Hasil. Descriptive Statistics. Pembiayaan_Mudharabah E6 4.59E E E9 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Hasil 1. Uji Statistik Deskriptif Statistika deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang sudah dikumpulkan dalam penelitian ini. Berikut

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Berdasarkan nilai pada masing-masing variabel dapat diketahui nilai penelitian seperti nilai minimum, maksimum, mean dan standard deviasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Statistik Deskriptif Pembuatan statistik deskriptif untuk sampel tersebut dibantu dengan menggunakan program komputer Statisical Package for Sosial Science atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 49 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisis Deskriptif Variabel Analisa diskriptif dari masing-masing variabel pada perusahaan di Bursa Efek Jakarta selama 2000-2002 dapat dilihat dalam tabel 4.1 sebagai

Lebih terperinci